diagnosis komunitas dan intervensi
DESCRIPTION
freeTRANSCRIPT
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 GAMBARAN UMUM DESA
1.1.1 Geografis
Keadaan Umum
Desa Pangkalan terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten. Desa Pangkalan adalah Desa yang penduduknya mayoritas
petani. Selain dibidang pertanian penduduknya juga ada yang bekerja menjadi pedagang
baju anak-anak sekolah dan lain-lain. Desa Pangkalan berasal dari kata Penampungan/
Pangkalan. Pangkalan orang-orang pendatang di saat musim panen sehingga nama
pangkalan dijadikan sebuah nama desa yang baku sehingga sampai saat ini nama
pangkalan tidak ada perubahan dari masa ke masa, dari kosakata nama pangkalan
merupakan sinonim dari wadah atau tempat kumpulnya orang-orang pendatang, maka
disebutlah menjadi sebuah desa yaitu desa pangkalan. Desa Pangkalan mempunyai luas
wilayah 789.975 Ha (7,899750 Km2), terdiri dari lahan pertanian seluas 349,180 Ha dan
lahan pemukiman seluas 449,795 Ha, terbagi dalam 11 RW/36 RT. Desa pangkalan
terletak ± 0,5 Km dari pusat Pemerintahan Kecamatan Teluk Naga dengan jarak tempuh
±10 Menit dan ± 50 Km dari pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang, dengan jarak
tempuh ± 2 Jam. Desa Pangkalan merupakan salah satu desa binaan dari Puskesmas Tegal
Angus. Terdapat enam desa binaan Puskesmas :
a. Desa Lemo
b. Desa Tanjung Pasir
c. Desa Tanjung Burung
d. Desa Pangkalan
e. Desa Tegal Angus
f. Desa Muara
1
Gambar 1.1 Peta Desa Pangkalan
Sumber: Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015
Batas Wilayah
Batas – batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar adalah
sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Pasir
2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Kampung Besar, Melayu Barat
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat
2
Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Pangkalan
Sumber: Laporan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015
1.1.2 Demografi
a. Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Pangkalan sampai dengan tahun 2013 tercatat sebanyak
15.378 jiwa, terdiri dari laki-laki 7672 jiwa dan perempuan 7706 jiwa (tabel 1.1).
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2013 jumlah penduduk
di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus yang tersebar di 6 desa seperti yang
tercantum pada tabel 1.2.
3
Tabel 1.1 Klasifikasi jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berdasarkan jenis kelamin 2013
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2013
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus 2013
NO DESA
LUAS
JUMLAH
PENDUDU
K
JUMLAH RATA-RATAKEPADATA
N
WILAYA
HRUMAH
JIWA/
RUMAHPENDUDUK
(km2)TANGG
ATANGGA per km2
1 2 3 4 5 6 7
1 PANGKALAN 7.54 15.378 4,138 4.8 2.040
2TANJUNG
BURUNG 5.24 6.722 2,473 4.5 1.283
3 TEGAL ANGUS 2.83 8.741 2,879 4.6 3.089
4 TANJUNG PASIR 5.64 8.849 1,787 4.6 1686.70
5 MUARA 5.14 2.516 496 4.4 693.77
6 LEMO 3.61 6.138 648 4.4 1850.97
JUMLAH 30.02 53.444 12,421 4.33 1,794
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2013
4
NO DESA/KEL Jumlah Penduduk
Laki-
laki
Perempuan
JUMLAH
1 Pangkalan 7.672 7.706 15.378
2 Tanjung Burung 3.379 3.343 6.722
3 Tegal Angus 4.313 4.428 8.741
4 Tanjung Pasir 4.436 4.413 8.849
5 Muara 1.740 1.776 2.516
6 Lemo 3.061 3.077 6.138
Di desa Pangkalan, mayoritas penduduknya beragama Islam, Budha, dan Kristen
Katolik seperti yang tercantum pada tabel 1.3.
Tabel 1.3 Klasifikasi jumlah penduduk menurut agama di Desa Pangkalan
NO AGAMA JUMLAH PENDUDUK
1 Islam 10750
2 Kristen Protestan 725
3 Kristen Katolik 1648
4 Hindu -
5 Budha 2045
6. Kepercayaan -
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2010
b. Kondisi Sosial Ekonomi
Lapangan pekerjaan penduduk di Desa Pangkalan cukup beragam, hal ini
berhubungan dengan geografis Desa Pangkalan dimana terdapat persawahan dan
secara tidak langsung berbatasan dengan daerah kota Tangerang dan akses ke daerah
Jakarta. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh petani, buruh dan pedagang
(tabel 1.4) dengan pendapatan yang tidak tetap. Jumlah penduduk miskin di Desa
Pangkalan pada tahun 2010 sebanyak kurang lebih 50 % dari jumlah jiwa/rumah
tangga.
Tabel 1.4 Lapangan pekerjaan penduduk Desa Pangkalan
No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah
1. Petani 698
2. Buruh 597
3. Nelayan 2
4. Pedagang 452
5. Pengrajin 5
6. PNS 37
7. TNI/POLRI 2
8. Pensiunan PNS, TNI, POLRI 10
9. Pegawai Swasta 249
10. Pengangguran 425
5
No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2010
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan
perilaku masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat berperan
dalam pembangunan kesehatan. Tingkat pendidikan di Desa Pangkalan masih rendah,
sebagian besar hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar. Rendahnya pendidikan di
Desa Pangkalan berhubungan dengan sedikitnya jumlah sarana sekolah di Desa tersebut
(tabel 1.5).
Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
N
O
NAMA
DESA
JUMLAH SEKOLAH
PAUDT
K
R
A
S
D
M
ISMP MTS SMA SMK MA
1 Pangkalan 1 2 0 5 1 2 1 0 1 0
2 Tanjung
Burung
1 0 0 2 1 0 0 0 0 0
3 Tegal Angus 0 1 0 2 2 2 1 1 0 0
4 Tanjung Pasir 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0
5 Muara 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
6 Lemo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
PUSKESMA
S
1 3 0 12 4 2 2 1 0 0
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2013.
Jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD masih
cukup besar yaitu 672 jiwa atau 10,6 % dari jumlah penduduk (tabel 1.6). Hal ini merupakan
tantangan dalam pembangunan kesehatan, pelaksanaan program-program puskesmas harus
disesuaikan dengan tingkat pendidikan dari penduduk yang menjadi sasaran agar lebih
diterima.
6
7
Tabel 1.6 Jumlah Penduduk menurut jenjang Pendidikan di Desa Pangkalan Tahun
2010
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2010
d. Sarana Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan di Desa Pangkalan masih tergolong sedikit, hal ini
tercantum pada tabel 1.7.
Tabel 1.7. Sarana Kesehatan Yang ada di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013
No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1. RSU -
2. RS Khusus -
3. Rumah Bersalin -
4. Poliklinik 3
5. Balai Pengobatan 2
6. Puskesmas -
7. Pustu -
8. Praktek Dokter 2
9. Klinik (Dokter) Khitan 1
1
0. Apotek/Depot Obat
-
1
1. Dokter
1
1
2. Perawat
-
8
No
.
Jenjang Pendidikan Jumlah
1. Tidak/belum tamat SD 672
2. SD/MI 1820
3. SLTP/MTS 231
4. SLTA/MA 3601
5. Sarjana 15
No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1
3. Bidan
3
1
4. Apoteker
-
Sumber : Puskesmas Tegal Angus, 2010
PUSKESMAS
1. Visi dan Misi
Dalam Mendukung terwujudnya Visi Kabupaten Tangerang dan pembangunan
Pemerintah Tangerang dan khususnya Kecamatan Teluk Naga dalam bidang
kesehatan maka dirumuskannya Visi Pembangunan Kesehatan Puskesmas Tegal
Angus yaitu : “MENUJU PELAYANAN PRIMA”
Untuk mewujudkan hal tersebut diatas, ditetapkan 4 Misi pembangunan
kesehatan sebagai berikut:
a. Pusat Pelayanan Tingkat Dasar
b. Pemberdayaan Masyarakat
c. Meningkatkan Kemitraan dengan Berbagai Sektor
2. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan Teluk
Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu desa Pangkalan, Tanjung
Burung, Tegal Angus, Tanjung Pasir, Muara dan Lemo.
Gambar 1.3 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
9
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015
10
3. Program Kerja
Upaya kesehatan wajib yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,
kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan pengobatan.
Upaya kesehatan pengembangan yang ditetapkan puskesmas bersama dinas
kesehatan kabupaten sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan kemampuan
Puskesmas Tegal Angus seperti lansia, napza, kesehatan remaja dan
pengembangan gigi dan mulut.
Pelaksanaan manajemen puskesmas yang meliputi:
1. Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan lokakarya mini dan pelaksanaan
penilaian kinerja
2. Manajemen sumber daya termasuk manajemen alat, obat, keuangan, dll.
Mutu pelayanan puskesmas yang meliputi: penilaian input pelayanan berdasarkan
standar yang ditetapkan, penilaian proses pelayanan kesehatan dengan menilai
tingkat kepatuhan terhadap standar pelayanan yang ditetapkan, penilaian output
pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yang diselenggarakan, dan penilaian
outcome pelayanan antara lain pengukuran kepuasan pengguna jasa puskesmas.
4. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting dibidang kesehatan,
upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keluaraga yang lebih baik. Berikut
ini upaya-upaya peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di
Puskesmas Tegal Angus
a) Perilaku Hidup Bersih Sehat
Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten
Tanggerang Dinas Kabupaten Tanggerang melalui Bidang PPK dan puskesmas
melaksanakan pendataan dan penilaian rumah tangga sehat yaitu rumah tangga
yang melaksanakan 10 (sepuluh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang
memiliki bayi atau balita dan rumah tangga yang melaksanakan 7 (tujuh) indikator
PHBS bagi rumah tangga yang tidak memiliki bayi atau balita. Sasaran dari
kegiatan ini adalah 778.228 rumah tangga di 274 desa di Kabupaten Tanggerang.
Dan berdasarkan hasil pengkajian, dari 62.371 rumah tangga yang dipantau hanya
11
29.070 (46,61%) rumah tangga yang dapat dikatakan sebagai rumah tangga sehat.
Adapun hasil pengkajian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.8.
Nama
Desa
Jumlah
KK
YDT
%
Persa
linan
O/
tks
%
Asi
eks
% By/
blt
dtmbg
%
Cuci
Tang
an
% Air
Bersih
%
Jamb
an
Sehat
%
Bersik
an
Jentik
%
Makan
Sayur
Buah
%
Aktiv
itas
Fisik
%
Tdk
Mero
kok
dlm
Rum
ah
%
Jmlh
(Seha
t)
Pangkalan 210 57.6 42.4 67.1 70 95.7 66.5 51.4 57 33.3 33.5 16.2
Tj. Burung 210 64.6 58.6 65.7 43.3 96.6 46.7 79 61.9 72.8 72.8 16.7
Tegal
Angus
214 35.6 24.3 58.9 87.4 90.2 57 94 39.7 72.4 57 17
Tj. Pasir 210 71.4 49.5 79.5 38.6 91.4 68.8 92.7 72.3 65.6 65.2 17
Muara 210 71.5 43.6 70.6 45.9 99 43 92 73.4 33 71.2 56.5
Lemo 206 63.6 24.8 64 91.6 83.6 44.8 80.8 84 62 45 18
Jumlah 1260 65.2 37.7 67.5 63.6 92.8 54 86 55.3 61.5 54 15.5
Tabel 1.8 Perilaku Hidup Bersih Sehat Yang Ada di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015 Triwulan pertama
Sumber : Puskesmas Tegal Angus, 2010
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan sehat di Puskesamas dilakukan
melalui program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
masyarakat dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut hal ini dapat
disajikan dengan indikator PHBS,adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah
Puskesmas Tegal Angus terutama di Desa Pangkalan pada Tahun 2015 triwulan
pertama dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan (57,6 %)
b) Rumah yang bebas jentik (51,4 %)
c) Penimbangan Bayi dan Balita (67,1 %)
12
d) Memberikan Asi Eksklusif (42,4 %)
e) Menggunakan air Bersih (95,7 %)
f) Menggunakan Jamban Sehat (66,5 %)
g) Olah Raga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari (33,3 %)
h) Mengkonsumsi makanan seimbang (57 %)
i) Tidak Merokok dalam rumah (33,5% )
j) Mencuci tangan dengan air bersih, mengalir dan sabun (70 % )
Berdasar kajian PHBS diatas didapat ada beberapa yang cakupannya
masih rendah hal ini dikarenakan:
o Penduduk miskin masih banyak, sehingga yang mepunyai akses air bersih
dan jamban sehat sedikit
o Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga kurangnya kesadaran
tentang ASI Eksklusif, aktifitas fisik, merokok dalam rumah
o Kurangnya kader jumantik sehingga kegiatan pemeriksaan jentik berkala
kurang optimal
Untuk meningkatkan pencapaian rumah tangga ber PHBS dilakukan
penyuluhan tentang PHBS yang terus menerus,meningkatkan kerjasama lintas
program dan lintas sector.
b) Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul dan beristirahat bagi semua anggota
keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi
kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara
anggota keluarga atau tetangga sekitarnya.
Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, hasil
pemantauan selama tahun 2015 triwulan pertama menunjukkkan dari 294 rumah
yang diperiksa sebanyak 21,28% yang memenuhi syarat kesehatan. Adapun hasil
pengkajian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.9.
13
Tabel 1.9 Persentase Rumah Sehat Triwulan I Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2015
NOPUSKES
MASDESA
RUMAH
JUMLAH
SELURUHN
YA
JUMLAH
DIPERIKSA
%
DIPERIKS
A
JUMLA
H
SEHAT
%
SEHAT
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tegal
Angus
Tanjung
Burung
2685 254 9,46 109 42,91
Pangkalan 5362 298 5,56 123 21,28
Tegal Angus 2900 189 6,52 78 41,27
Tanjung
Pasir
1823 339 18,60 274 80,83
Muara 492 79 16,06 42 52,16
Lemo 655 89 13,59 49 55,06
JUMLAH 13917 1248 70 675 54
Sumber : Data Program KesLing PKM Tegal Angus 2015
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang ada di
wilayah puskesmas Tegal Angus mempunyai rumah yang tidak sehat, hal ini
dikarenakan tingkat ekonomi dan pendidikan yang masih rendah, pengetahuan
tentang rumah sehat yang kurang. Perlu kerjasama lintas sektoral untuk
meningkatkan jumlah rumah sehat.
c) Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar
Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Tegal
Angus sangat kurang sekali seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :
14
Tabel 1.10 Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Di wilayah Puskesmas Tegal Angus
N
O
KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH
PENDUDUK
JUMLA
H KK
TEMPAT SAMPAH
JKM JKP JKS %JKM %JKP %JKS
1 PANGKALAN TEGAL
ANGUS
16.871 2.685
1.035 298 123 38,5 28,8 41,3
2 TANJUNG
BURUNG7.754 5.362
618 254 109 11,5 41,1 42,9
3 TEGAL
ANGUS
9.378 2.900
720 189 78 24,8 26,3 41,3
4 TANJUNG
PASIR
9.738 1.823
447 339 274 24,5 75,8 80,8
5 MUARA 3.524 492 124 79 42 25,2 63,7 53,2
6 LEMO 6.557 655 162 89 49 24,7 54,9 55,1
JUMLAH 53.822 13.917 3.106 1.248 3.106 24,9 48,4 52.4
Sumber : Data Program Kesling PKM Tegal Agustus Tahun 2015
Keterangan: JKM : Jumlah KK Memiliki
JKP : Jumlah KK Periksa
JKS : Jumlah KK Sehat
Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang
diperiksa mengalami penurunan, hal ini dikarenakan tidak adanya sanitarian di
Puskesmas Tegal Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa sanitasi dasar.
Dilihat dari jumlah rumah yang memiliki hanya 38,5% rumah yang memiliki
tempat sampah, kemudian dari jumlah rumah yang diperiksa jumlah yang
memiliki tempat sampah sehat hanya 41,3%, Jumlah tersebut masih kurang karena
tidak mencapau angka target yaitu 50%. Berbagai faktor seperti tingkat
pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sosial dan kesadaran penduduk yang masih
rendah menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan sanitasi masyarakat.
d) Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)
Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor resiko
sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU, Bentuk kegiatan
yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU secara
15
berkala, bimbingan, penyuluhan dan sarana perbaikan. Tidak adanya tenaga
sanitarian dan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan
pembinaan di TTU tidak dapat dilakukan.
e) Penyehatan Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber
utama kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak
dikelola dengan baik justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif
didalam penularan penyakit saluran pencernaan.
Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan tempat pengelolaan
air bersih, pengawasan terhadap kualitas penyehatan Tempat tempat Umum
Pengelolaan makanan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan kurangnya tenaga di
Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan penyehatan makanan dan
minuman tidak dapat dilakukan
f) Sepuluh Besar Penyakit
Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada
tahun 2013 menurut golongan semua umur. Penyakit terbanyak adalah penyakit-
penyakit menular seperti ISPA,disusul dengan penyakit sakit kepala dan demam yang
tidak diketahui penyebabnya. Penyakit tidak menular (PTM) yang masuk dalam
sepuluh besar penyakit adalah hipertensi dan myalgia seperti grafik berikut ini :
16
Grafik 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013
Sumber : Data Surveilance Puskesmas Tegal Angus, 2013
1.2 GAMBARAN KELUARGA BINAAN
a) Lokasi Keluarga Binaan
Keluarga binaan bertempat di Desa Pangkalan, RT 02/RW 04, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang. Diagnosis komunitas, dilaksanakan dari tanggal 4 Juni
sampai dengan 13 Juni 2015. Adapun lokasi pemukiman keluarga binaan kami adalah
sebagai berikut :
Gambar 1.4 Denah keluarga binaan
17
1. Keluarga Tn. Cana
a. Data Dasar Keluarga
Keluarga binaan Tn. Cana terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu Tn. Cana/40
tahun sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Kulsum/37 tahun, anak pertama
Tn. Yudi/18 tahun dengan pendidikan terakhir SMK jurusan teknik komputer dan saat
ini sedang mencari pekerjaan karena baru saja lulus 1 bulan yang lalu. Anak kedua
Nn. Eha/13 tahun yang masih menjalanai pendidikan SMP kelas 8.
Tn. Cana bekerja sebagai seorang supir suatu jasa pengiriman di daerah
Tangerang dengan penghasilan perbulan Rp1.600.000,00 dan tunjangan per minggu
Rp210.000,00. Pendapatan Tn. Cana digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, seperti membeli kebutuhan rumah tangga, kebutuhan sekolah, listrik,
kredit motor dan lain-lain. Tn. Cana mampu membaca dan menulis karena dia sempat
mengenyam pendidikan hingga Sekolah Dasar (SD). Istrinya, Ny. Kulsum bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Disamping itu Ny. Kulsum aktif sebagai kader kesehatan di
lingkungan RT 04 kampung Sukasari. Ny. Kulsum mengenyam pendidikan hingga
Sekolah Dasar (SD). Pasangan ini menikah saat Tn. Cana berumur 21 tahun dan Ny.
Kulsum berusia 18 tahun.
Tabel 1.11 Data Dasar Keluarga Tn. Cana
No Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
(L/P)
Usia
(tahun)
Pendidikan
terakhir
Pekerjaan
1. Tn. Cana Kepala
Keluarga
L 40 SD Supir
2. Ny. Kulsum Istri P 37 SD Ibu rumah
tangga
3. Tn. Yudi Anak
pertama
L 18 SMK Belum bekerja
4. Nn. Eha Anak kedua P 13 SD Siswi SMP
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Cana tinggal di daerah yang di depan halaman depannya
berbatasan dengan empang. Rumah ini milik sendiri, dengan luas tanah sekitar 54
m2 dan luas bangunan berukuran 9m x 6m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat, berlantaikan keramik, beratap genteng dengan plafon triplek dan
18
sebagian lagi tanpa plafon, dindingnya terbuat dari batu bata. Ventilasi yang ada
berasal dari pintu depan jendela dan beberapa saluran udara pada ruang tamu.
Sedangkan pada kamar tidur utama terdapat kasur dan lemari pakaian kecil.
Kamar ini dilengkapi 1 lampu penerangan yang agak redup dan 1 kipas angin.
Selain itu terdapat jendela yang tidak pernah dibuka dan ventilasi yang ditutupi
jaring-jaring. Kamar tidur kedua tidak dilengkapi jendela maupun ventilasi.
Terdapat 1 kasur, 1 lampu penerangan yang redup dan 1 kipas angin. Pada ruang
keluarga terdapat TV dan lemari pakaian. Ruangan ini tidak dilengkapi ventilasi
dan hanya mengandalkan 1 lampu penerangan yang agak redup. Dapur di lengkapi
lemari piring dan meja kompor. Kamar mandi dilengkapi kran air dan jamban
yang ruangannya menyatu dengan dapur. Rumah tersebut tampak jarang dimasuki
cahaya matahari karena sangat berdekatan dengan rumah tetangga sekitar.
Proses mencuci alat-alat makan dilakukan di kamar mandi. Kegiatan
memasak dilakukan dengan menggunakan kompor gas. Dalam hal membuang
sampah rumah tangga, keluarga Tn. Cana lebih memilih untuk mengumpulkan
sampah kemudian dibakar di halaman depan rumahnya. Pembakaran sampah ini
dilakukan pada sore hari. Sedangkan untuk sampah basah dibuang langsung ke
kali di samping rumahnya. Keluarga Tn. Cana menggunakan air tanah dengan
bantuan mesin pompa sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari. Untuk
kebutuhan air minum, keluarga ini menggunakan air gallon isi ulang.
Gambar 1.5 Denah rumah Tn. Cana
c. Lingkungan Pemukiman
19
Rumah Tn. Cana terletak di pemukiman yang padat penduduk. Jarak antar
rumah diperkirakan 1 meter, bahkan ada yang hanya berbatas tembok saja.
Dibagian depan terdapat jalan setapak yang langsung menuju kali berdiameter 3
meter. Bagian belakang berbatasan dengan rumah warga lainnya. Tempat
pembuangan dan pembakaran sampah dilakukan di pekarangan samping rumah. 1
meter di depan rumah, terdapat kandang ayam milik tetangga.
d. Pola Makan
Keluarga Tn. Cana memiliki kebiasaan makan tiga hingga empat kali
sehari. Ny. Kulsum memasak makanan yang cukup memperhatikan keseimbangan
gizi, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe, sayuran,
terkadang ayam dan ikan. Menurut penuturannya Ny. Kulsum, semua makanan
dimasak sampai matang. Ny. Kulsum tidak membeli makanan diluar. Selain itu,
keluarga sering mengkonsumsi makanan berminyak seperti gorengan.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama pasangan Tn. Cana dan Ny. Kulsum bernama Yudi, seorang
laki-laki berusia 18 tahun lahir dibantu oleh dukun beranak. Anak kedua bernama
Eha seorang perempuan lahir di tolong oleh dukun beranak. Kedua anaknya di
berikan ASI selama 2 tahun. Selama ini kedua anaknya tidak pernah diberikan
imunisasi. Saat ini Ny. Kulsum menjalani program Keluarga Berencana (KB)
berupa suntik tiga bulan sekali di bidan.
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini jarang langsung
berobat ke puskesmas setempat. Tn. Cana lebih sering hanya membeli obat di
warung.
g. Riwayat Penyakit
Menurut penuturan keluarga, keluarga Tn. Cana hampir jarang terkena
penyakit serius. Pada tahun 2015, keluarga Tn. Cana pernah menderita diare,
batuk pilek, sakit gigi dan nyeri kepala.
h. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari
Pada keluarga Tn. Cana tidak ada anggota keluarga yang merokok.
Keluarga Tn. Cana mengaku mencuci tangan sebelum makan dan terkadang
menggunakan sabun. Kebiasaan berolahraga tidak ada. Tata cara pengelolaan
sampah yang dilakukan Tn. Cana adalah dengan mengumpulkan sampah basah di
wadah plastik kemudian dibuang ke kali di samping rumah. Sedangkan sampah
20
kering dikumpulkan dalam plastik dan kemudian dibakar pada sore hari. Sampah
dibuang ke kali setiap hari sedangkan pembakaran bisa dilakukan 3-4 kali
seminggu. Di dalam rumah Tn. Cana tidak dilengkapi oleh tempat sampah.
Dari hasi pre survey dengan responden 4 orang didapatkan seluruh
responden memiliki perilaku yang sama dalam pengelolaan dan pembuangan
sampah.
Tabel 1.12 Faktor Internal Keluarga Tn. Cana
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tidak ada yang merokok pada keluarga Tn. Cana
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Kulsum memasak makanan sendiri untuk
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan
menu seperti tahu, tempe, sayuran dan sesekali
ikan dan ayam. Sehari- harinya mereka makan
besar 3-4 kali.
4 Pola Pencarian
Pengobatan
Apabila sakit, mereka membeli obat di warung.
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
kebutuhan sehari-hari
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai buruh, bekerja setiap hari
dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore.
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga dan kader
kesehatan setempat.
c. Anak pertama sebagai belum bekerja.
d. Anak kedua masih bersekolah SMP.
7 Alat kontrasepsi Ny. Kulsum menggunakan kontrasepsi hormon
yang di suntik 3 bulan sekali.
Tabel 1.13 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Cana
21
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 9 x 6 m2
2. Ruangan dalam rumah Didalam Rumah terdapat Ruang Tamu, dua kamar
tidur yang di dalamnya terdapat kasur. Dapur
sekaligus kamar mandi tanpa pembatas yang
dilengkapi jamban jongkok
3. Jamban Keluarga Tn. Cana memiliki jamban di rumahnya
4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara hanya pada ruang tamu dan
kamar tidur utama dengan jendela yang tidak pernah
dibuka.
5. Pencahayaan a Terdapat 1 lampu pencahayaan yang kurang baik
pada masing-masing kamar tidur.
b Terdapat 1 lampu pada ruang tamu, 1 lampu di
ruang tengah dan 1 lampu di dapur dan kamar
mandi.
6. MCK Memiliki MCK satu ruangan dengan dapur.
7. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Cana menggunakan air
sumur yang digunakan untuk mandi dan mencuci
pakaian. Serta membeli air galon isi ulang untuk
kebutuhan air minum sehari-hari.
8. Saluran pembuangan
limbah
Tidak terdapat saluran pembuangan limbah, air
limbah dialirkan ke kali yang berukuran 3 meter.
9. Tempat pembuangan
sampah
Keluarga Tn. Cana tidak memiliki tempat
pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka
membuang sampahnya di kali dekat dari rumahnya.
Sedangkan sebagian lagi dibakar langsung disamping
rumahnya.
10. Lingkungan sekitar
rumah
Di samping kanan dan kiri, depan dan belakang,
rumah terdapat rumah tetangga yang hanya berjarak
satu meter. 1 meter di depan rumah tersebut terdapat
22
No Kriteria Permasalahan
kandang ayam tetangga. Lima meter dari rumah
tersebut terdapat kali yang kotor penuh tumpukan
sampah.
2. Keluarga Tn. Sadin
Tabel 1.14 Data Dasar Keluarga Tn. Sadin
No Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
1 Tn. Sadin Suami Laki – laki 52 tahun SD Penarik
Becak
Rp30.000,00
rupiah/hari
(kadang tidak
tetap)
2 Ny. Ibut Istri Perempua
n
43 tahun SD Pedagang Rp50.000,00 rupiah/
Hari
3 Nn.
Margawati
Anak Perempua
n
17 tahun SMP Pekerja
Pabrik
Rp220.000,00
rupiah/minggu
4 An.
Sahluri
Mupid
Anak Laki – laki 14 tahun SMP - -
5 An. Angga Anak Laki - laki 6 tahun SD - -
Keluarga Tn. Sadin tinggal di Kampung Sukasari RT 02 / RW 04, Desa
Pangkalan Kelurahan Tanjung Pasir, Kecamata Teluk Naga, Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten. Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri, dan tiga orang anak
yang tinggal serumah. Tn. Sadin sebagai kepala keluarga berusia 52 tahun dengan
latar belakang pendidikan sekolah dasar. Ny. Ibut sebagai istri berusia 43 tahun
dengan latar pendidikan sekolah dasar. Tn. Sadin dan Ny. Ibut memiliki dua orang
anak perempuan dan tiga orang anak laki – laki, namun yang masih tinggal serumah
hanya 3 dari 5 anaknya. Ny. Ibut sebenarnya memiliki 8 anak namun 3 anaknya
meninggal saat masih bayi, anak pertama meninggal saat usia 4 bulan, , anak keempat
meninggal saat usia 1 hari dan anak kedelapan meninggal saat usia 7 bulan, ketiga
anaknya meninggal tanpa diketahui sebab yang jelas. Anak terakhir merupakan anak
23
kembar. Ny. Ibut dari ketujuh kehamilannya rutin dan teratur ANC ke bidan terdekat,
namun pada kehamilan ketujuh saat menginjak usia 7 bulan tekanan darahnya
mendadak naik dan sempat mencapai 200/130mmHg padahal sebelumnya tidak ada
riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga ataupun sebelumnya. Sehingga bidan pun
merujuk Ny. Ibut ke RS Umum dan sempat dirawat selama beberapa hari. Dari
ketujuh kehamilannya Ny. Ibut melahirkan secara normal dan ditolong oleh bidan
yang dipanggil kerumahnya. Ny. Ibut tidak pernah memakai KB. Dan secara lengkap
imunisasi kelima anaknya sampai usia 9 bulan. Anak anak Ny. Ibut pun tidak pernah
minum susu formula saat kecil dan ASI eksklusif sampai anaknya usia 1,5 tahun.
Anak pertama perempuan bernama Isna sudah berkeluarga dan tinggal di
sebelah rumah Ibu Ibut. Anak kedua laki-laki bernama Ali sudah berkeluarga dan
tinggal berbeda rumah. Anak kelima perempuan bernama Margawati berusia 17 tahun
belum menikah, sudah bekerja dan masih tinggal satu rumah. Anak keenam laki-laki
bernama Sahluri berusia 14 tahun dan masih duduk di bangku SMP. Dan anak yang
ketujuh yaitu laki laki bernama Angga berusia 6 tahun saat ini baru masuk Sekolah
Dasar.
Tn. Sadin berprofesi sebagai penarik becak dengan pendapatan tidak menentu,
namun diperkirakan bisa mencapai Rp900.000,00 tiap bulan. Ny. Ibut bekerja sebagai
pedagang nasi uduk di SDN Pangkalan II dengan pendapatan sebulan dapat mencapai
Rp1.500.000,00. Anak Tn. Sadin bernama Margawati bekerja sebagai buruh pabrik
dan mendapat penghasilan Rp880.000,00 tiap bulan.
Kegiatan sehari hari Tn. Sadin menarik becak dan berangkat pukul 07.00 pagi
dan pulang ke rumah untuk istirahat jam 13.00 siang dan berangkat lagi pada pukul
14.000 siang, begitu setiap harinya. Ny. Ibut yang merupakan pedagang nasi uduk
memulai harinya dengan berbelanja keperluan dagangannya saat sore hari di pasar
dekat rumahnya, dan bangun untuk mulai menyiapkan dagangannya pukul 03.00 pagi
lalu berangkat ke sekolah bersama kedua anaknya pukul 06.00 pagi dan pulang pukul
12.00 siang. Anaknya yang sudah berkerja di pabrik plastik berangkat pukul 07.00
dan pulang lagi kerumah pukul 18.00 setiap harinya.
24
Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Sadin
Keluarga Tn. Sadin tinggal di sebuah rumah bangunan permanen diatas tanah
seluas 4 x 5 m2. Dinding rumah terbuat dari tembok, berlantaikan keramik dan pada
bagian dapur serta kamar mandi berlantaikan semen. Atap rumah menggunakan
genteng tetapi tidak dibuat plafon. Rumah Tn. Sadin terdiri dari sebuah ruang tamu
yang merangkap ruang TV, 2 buah kamar tidur, dapur, kamar mandi serta gudang
yang berisi kandang ayam dan barang-barang yang tidak terpakai. Ruang tamu
berukuran 2 x 4 m2 beralaskan keramik dimana terdapat TV dan merupakan tempat
biasanya keluarga berkumpul, di ruangan tersebut terdapat jendela, namun tidak
pernah dibuka. Kedua anak laki lakinya juga lebih sering tidur di ruang TV itu,
sedangkan anak perempuannya di kamar. Keluarga Tn. Sadin juga memelihara ayam
yang jumlahnya >5 ekor yang kandangnya berada di samping rumah.
Di rumah Tn. Sadin terdapat ventilasi jendela namun tidak pernah dibuka dan
cahaya masuk hanya bila pintu terbuka. Untuk siang hari hingga malam keluarga Tn.
Sadin menggunakan lampu sebagai penerangan. Namun lampu jarang digunakan saat
siang sehingga terkesan gelap dan cahaya yang masuk pun tidak banyak.
Di rumah Tn. Sadin terdapat kamar mandi beserta WC (jamban) sehingga
keluarga Tn. Sadin tidak menggunakan jamban umum lagi sebagai pilihan. Namun
kamar mandi, tempat cuci piring serta cuci baju berada di tempat yang sama. Dapur
Tn. Sadin bersebelahan dengan kamar mandinya. Kompor yang digunakan adalah gas,
dikarenakan Ny. Ibut merupakan pedagang nasi uduk yang memasak tiap hari.
Sumber air bersih untuk mandi didapatkan dari air pompa yang keluarga ini gali
sendiri, namun untuk minum membeli air galon. Keluarga Tn. Sadin memiliki tempat
25
sampah yang diletakkan di kamar mandi, jadi semua sampah rumah tangga langsung
ditaruh dan dikumpulkan dan pada sore hari dan biasanya keluarga Tn. Sadin
membuangnya pada sore hari. Limbah air rumah tangga di buang ke kali samping
rumah yang berjarak 10 meter dari rumahnya sedangkan untuk sampah rumah tangga
Tn. Sadin membakarnya di depan rumah pada sore hari dengan jarak sekitsr 200
meter dari depan rumah. Sebenarnya keluarga Tn. Sadin sudah mengetahui
bagaimana pengelolaan limbah dan sampah rumah tangga yang benar, namun
terkadang 2-3x/seminggu masih suka membuang sisa sampahnya di kali samping
rumahnya.
Rumah keluarga Tn. Sadin terletak di daerah yang padat penduduk dengan
jarak antar rumah 0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan 10 meter dengan kali di
samping rumahnya. Keluarga Tn. Sadin memiliki pola makan sebanyak 2 kali dalam
sehari. Biasanya menu yang biasa dimakan adalah tempe, telur dan ikan asin, keluarga
Tn. Sadin jarang mengkonsumsi sayur, biasanya seminggu hanya 2x. Tn. Sadin
memiliki kebiasaan merokok dan mengaku sering merokok didalam rumah, Tn. Sadin
bisa menghabiskan 2 bungkus rokok/hari ditambah dengan kopi hitam yang bisa
diminum sampai 4x. Menurut Ny. Ibut sebelum menikah pun Tn. Sadin sudah
merokok, jadi sudah >29 tahun Tn. Sadin memiliki kebiasaan merokok. Tn. Sadin dan
keluarga mengaku sering mencuci tangan baik sebelum dan sesudah makan namun
tidak menggunakan sabun. Keluarga Tn. Sadin dan Ny. Ibut mengaku tidak pernah
melakukan olahraga selain aktivitas sehari harinya saja. Dalam segi kesehatan, Tn.
Sadin dan Ny. Ibut tidak memiliki masalah kesehatan dalam sebulan terakhir ini, dan
mengaku jarang menderita penyakit. Biasanya apabila sakit mereka berobat dengan
obat dari warung dan apabila sakit tambah parah baru ke puskesmas atau klinik
terdekat. Jarak puskesmas dari rumah Tn. Sadin cukup jauh.
26
Tabel 1.15 Faktor Internal Keluarga Tn. Sadin
Tabel 1.16 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sadin
27
No Kriteria Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Sadin merokok dan dapat
menghabiskan 2 bungkus/hari
2 Pola Makan Makan 2 kali sehari, makanan pokok
berupa nasi, lauk pauk seperti tempe,
telur, ikan asin. Jarang mengkonsumsi
daging-dagingan dan sayur
3 Pola Pencarian Pengobatan Membeli obat warung, jika sudah tidak
kuat baru berobat ke puskesmas atau
klinik terdekat
4 Pola Membuang sampah
sehari hari
Keluarga Tn. Sadin membakar sampah-
sampah rumah tangganya, namun kadang
masih suka membuang ke kali samping
rumahnya
5 Aktivitas Sehari – hari Tn. Sadin bekerja sebagai penarik becak
dan Ibu Ibut sebagai pedagang nasi uduk
3.
Keluarga Tn. Urip
(a). Data Dasar Keluarga
Keluarga Tn. Urip bertempat tinggal di Kampung Sukasari, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang. Keluarga tersebut terdiri dari 4
anggota keluarga dengan kepala keluarga Tn. Urip yang berusia 76 tahun. Pasangan
Ny. Salen dan Tn. Urip memiliki 12 orang anak yang semuanya telah memiliki
28
No Kriteria Permasalahan
1 Ruangan Dalam Rumah
Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang TV,
dapur, MCK, serta gudang
2 Ventilasi
Minimal, memiliki jendela namun
tidak pernah dibuka, hanya pergantian
udara dari pintu
3 Pencahayaan Penerangan kurang, ada satu ruangan
yang tidak dipakaikan lampu, dan satu
ruangan lainnya lampunya tidak terang
4 MCK Memiliki kamar mandi dan jamban
yang dalam rumah.
5 Sumber Air Air bersih didapatkan dari sumur
dengan pompa listrik.
6 Saluran Pembuangan Limbah Limbah air dialirkan ke kali di samping
rumah dengan menggunakan pipa
paralon.
7 Tempat Pembuangan
Sampah
Sampah dikumpulkan setiap harinya
dan dibakar sekitar 200 m dari depan
rumah.
8 Lingkungan Sekitar Rumah Rumah berhimpitan dengan rumah
lain, Tn. Sadin memelihara ayam
disamping rumahnya.
keluarga dan tingal di tempat terpisah. Hanya dua anak terakhirnya saja yang belum
menikah dan masih tinggal dalam satu rumah dengan Tn. Urip.
Ny. Salen berusia 73 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dengan
pendapatan yang diperoleh dari Tn. Urip yang bekerja sebagai penjual rumput dan
daun-daunan untuk membungkus. Dari uang tersebut, didapatkan hasil yang dapat
membiayai makan keluarga. Pendapatan Tn. Urip tidak menentu setiap harinya,
namun berkisar Rp150.000,00 s.d Rp200.000,00 dalam sebulan penghasilan. Namun,
sejak satu tahun terakhir, Tn. Urip sudah berhenti menjual rumput dan daun, di
karenakan stroke yang telah menyerangnya satu tahun lalu, menyebabkan Tn. Urip
tidak bisa lagi melakukan banyak aktivitas berat, dikarenakan keterbatasan yang
didapatkannya setelah serangan stroke tersebut.
Keluarga Ny. Salen dan Tn. Urip hanya bersekolah sampai kelas 3 SD dan
tidak sampai lulus dikarenakan faktor tidak memiliki biaya. Ny. Salen menikah pada
usia 18 tahun sedangkan Tn. Urip berusia 21 tahun. Keduanya memiliki 12 orang
anak, namun hanya 6 orang saja yang hidup, dan sisanya meninggal saat masih bayi.
Setelah Tn. Urip tidak lagi bekerja, kebutuhan keluarga bergantung dari
penghasilan yang diperoleh oleh anak terakhir Tn. Urip, Tn. M. Dediyono yang
bekerja sebagai buruh pabrik. Pendapatannya tidak tentu, namun berkisar dari
Rp200.000,00 s.d Rp300.000,00 per minggu. Pendapatan Tn. M. Dediyono digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti membeli beras, lauk pauk, pengobatan
dan lain-lain.
Tabel 1.17 Data Dasar Keluarga Tn. Urip
No Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
(P/L)
Usia
(tahun)
Pendidikan Pekerjaan
1 Tn. Urip Kepala
Keluarga
L 76 Kelas 3 SD Pedagang
rumput dan
daun
2. Ny. Salen Istri P 73 Kelas 3 SD Ibu rumah
tangga
3. Ny. Siti Farida Anak ke
sembilan
P 33 Kelas 4 SD Tidak
bekerja
29
4. Muhamad
Dediyono
Anak ke
dua belas
L 26 Lulus SD Buruh
pabrik
Anak-anak Tn. Urip bersekolah, namun hanya sampai tingkat SD dikarenakan
faktor ekonomi. Hanya anak bungsunya saja yang dapat mengenyam Sekolah
Menengah Pertama (SMP) hingga lulus.
Ny. Salen mengaku dapat membaca dan menulis karena dia sempat
mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) meskipun hanya sampai kelas 3 saja. Hal
ini dikarenakan tidak adanya biaya untuk melanjutkan pendidikan. Ny Salen menikah
saat berusia 18 tahun dan Tn. Urip 21 tahun. Ny. Salen mempunyai anak pertama saat
berusia 19 tahun.
(b). Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Urip tinggal di sebuah rumah permanen milik sendiri dengan
luas tanah 150m2 dan luas bangunan 10m x 5m sejak 12 tahun yang lalu. Bangunan
tempat tinggal tidak bertingkat, berlantaikan tegel, namun pada bagian dapur dan
tempat mandi berlantai semen. Atap rumah dari genteng serta kayu tanpa plafon, dan
dindingnya terbuat dari batu bata. Terdapat lima buah ventilasi udara berukuran 25cm
x 10cm pada bagian atas pintu dan jendela. Namun rumah tersebut jarang dimasuki
cahaya matahari sehingga kondisi rumahnya gelap dan gelap.
Rumah ini terdiri dari satu ruang tamu yang merangkap sebagai ruang
keluarga, ruang makan yang hanya dibatasi oleh lemari tinggi dari ruang tamu dan
keluarga. Terdapat tiga buah kamar, dua diantaranya digunakan sebagai kamar tidur
dan satu kamar digunakan sebagai gudang. Pada kamar tidur, sirkulasi udara kurang
memenuhi kebutuhan ruangan sehingga kamar cenderung pengap. Tidak terdapat
lampu pada kamar ke dua, terdapat banyak sarang laba-laba, dan banyak barang-
barang bertumpuk berupa baju dan kertas-kertas koran di setiap dindingnya, membuat
kamar menjadi sempit dan sesak.
Keluarga ini memiliki sebuah dapur kecil pada ruang belakang, yang beberapa
meter pada sisi kanannya digunakan sebagai tempat cuci piring dan mandi. Tidak ada
pembatas ataupun sekat antara dapur dan kamar mandi. Terdapat sebuah sumur di
tempat untuk mandi dan mencuci piring. Untuk kebutuhan buang air kecil dan besar,
keluarga ini menggunakan kamar mandi di masjid yang berada di sebelah rumahnya.
Kegiatan memasak menggunakan kompor minyak, namun terkadang menggunakan
kompor yang terbuat dari batu bata berbahan bakar kayu pada sisi kanan rumahnya.
30
Dalam hal membuang sampah rumah tangga, keluarga Tn. Urip memilih untuk
mengumpulkan sampah di ember besar yang sudah berlubang dan tidak terpakai lalu
membuangnya di sungai yang hanya berjarak lima meter dari depan rumahnya, atau
terkadang Ny. Salen membakar sampah-sampah tersebut di depan halaman rumahnya,
pembakaran sampah ini biasanya dilakukan pada sore hari. Keluarga Tn. Urip
menggunakan air pompa untuk memenuhi kebutuhan air keluarganya, namun
terkadang jika air pompa sedang mati, Ny. Salen menggunakan air sumur untuk
memasak, mencuci dan mandi. Terdapat kandang kambing yang menempel pada sisi
kiri rumahnya. Kandang kambing terbuat dari bambu beratapkan asbes, berukuran 1m
x 1 m.
Gambar 1.7 Denah Rumah Tn. Urip
(c). Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Urip terletak di pemukiman padat penduduk. Rumah satu dengan
rumah lainnya saling berdempetan. Terdapat jalan setapak pada sisi kanan rumah.
Terdapat halaman berukuran 5m x 6m sebelum akhirnya membentang jalanan terbuat
dari pavingblock yang berbatasan langsung dengan sungai yang diepenuhi sampah.
Pada musim hujan sering terjadi banjir pada halaman depan rumah.
(d). Pola Makan
31
Keluarga Tn. Urip memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Salen biasa
memasak nasi dengan lauk berupa tahu, tempe dan ikan asin. Ny. Salen sangat jarang
memasak ikan, ayam ataupun daging dikarenakan tidak adanya uang. Ny. Salen juga
jarang memasak sayur, namun selalu mengusahakan untuk makan sayuran minimal
setiap seminggu sekali. Dari penuturan Ny. Salen, semua makanan dimasak sampai
matang. Ny. Salen tidak pernah membeli makanan di luar.
(e). Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama Ny. Salen bernama Tn. Sutarman berusia 54 tahun, telah
menikah, memiliki tiga orang anak dan tinggal di Bekasi. Anak kedua bernama Tn.
Solihin, berusia 52 tahun, telah menikah dan memiliki dua orang anak, tinggal di
kampung melayu. Anak keempat dan kelima meninggal dunia saat masih berusia
beberapa hari. Anak keenam Ny. Umi Kulsum berusia 40 tahun, telah menikah dan
memiliki tiga orang anak, tinggal di Serang. Anak ketujuh, kedepalan dan kesembilan
meninggal dunia saat berusia beberapa hari. Anak kesepuluh Ny. Siti Farida berusia
33 tahun, belum menikah dan tinggal dengan kedua orang tuanya di Desa Pangkalan.
Anak kesebelas Tn. Satibi berusia 28 tahun, telah menikah, memiliki satu orang anak
dan bertempat tinggal di Desa Tanjung Pasir. Anak kedua belas Tn. Muhamad
Dediyono berusia 26 tahun, belum menikah dan tinggal bersama kedua orang tuanya
dan kakak perempuannya, yang belum menikah Ny. Siti Farida. Keenam anaknya
yang hidup diberikan ASI sampai berusia dua tahun. Selama ini keenam anaknya
tidak pernah diberikan imunisasi. Setiap kali akan melahirkan Ny. Salen selalu
dibantu oleh dukun beranak. Ny. Salen tidak pernah menggunakan program Keluarga
Berencana (KB) sebelumnya dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang KB
berserta fungsinya.
(f). Kebiasaan Berobat
Ketika ada yang sakit keluarga Tn. Urip jarang pergi ke puskesmas untuk
berobat. Keluarga Tn. Urip biasa membeli obat warung untuk mengatasi sakitnya, dan
terkadang berobat ke mantri di desa. Tn. Urip jarang berobat ke puskesmas
dikarenakan jaraknya yang jauh. Namun, jika keluhan sakit dirasa sangat berat, Tn.
Urip baru berobat ke puskesmas.
(g). Riwayat penyakit
Menurut penuturan keluarga, keluarga Tn. Urip jarang terserang penyakit.
Biasanya Tn. Urip, Ny. Salen dan kedua anaknya hanya terkena batuk atau pilek tiap
32
perubahan musim. Namun Tn. Urip pernah mengalami stroke satu tahun yang lalu dan
di rawat di rumah sakit kampung melayu.
(h). Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari
Di keluarga Tn. Urip, Tn. Urip dan Tn. M. Dediyono saja yang merokok.
Namun hanya Tn. M. Dedimulyono yang merokok di luar rumah. Keluarga Tn. Urip
mengaku mencuci tangan sebelum makan, namun hanya menggunakan air saja dan
tidak pernah menggunakan sabun. Tidak ada kebiasasaan berolahraga di keluarga Tn.
Urip. Pengelolaan sampah dilakukan Ny. Salen dengan mengumpulkan sampah di
sebuah ember tidak terpakai lalu membuanya ke sungai depan rumah setiap pagi.
Dari hasil wawancara oleh keempat anggota keluarga didapatkan keempat responden
memiliki pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang baik, namun mereka tetap
melakukan tidakan membuang sampah di sungai sekalipun mereka sudah mengetahui
bahwa hal tersebut tidak benar.
Tabel 1.18 Faktor Internal Keluarga Tn. Urip
No Kriteria Permasalahan
1 Kebiasaan merokok Tn. Urip merokok, dan sehari dapat
menghabiskan satu bungkus. Sedangkan
Tn. M. Dediyono hanya menghabiskan
tiga batang dalam sehari
2 Pola makan Makan dua kali sehari, makanan pokok
berupa nasi, lauk pauk seperti tahu
tempe.jarang mengkonsumsi sayuran,
dan sangat jarang mengkonsumsi ikan,
ayam dan daging.
3 Pola Pencarian Pengobatan Membeli obat warung dan terkadang
matri, jika sakit bertambah parah baru
berobat ke puskesmas.
4 Pola Membuang Sampah Sehari-hari Keluarga Tn. Urip membuang sampah di
sungai depan rumahnya, namun
terkadang membakarnya di halaman
rumah.
5 Menabung Keluarga Tn. Urip tidak memiliki
kebiasaan menabung.
33
6 Aktivitas Sehari-hari Ny. Salen bekerja sebagai ibu rumah
tangga, sedangkan Tn. Urip sudah tidak
bekerja. Ny. Siti Farida membantu
pekerjaan Ny. Salen di rumah, dan Tn.
M. Dediyono bekerja sebagai buruh
pabrik.
7 Alat Kontrasepsi Ny. Salen tidak pernah menggunakan
alat kontrasepsi dikarenakan kurangnya
pengetahuan mengani kegunaan dan
keuntungan dari alat tersebut.
Tabel 1.19 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Urip
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 10m2 x 5m2
2. Ruangan dalam rumah Didalam Rumah terdapat Ruang Tamu yang
berukuran 4 x 3 m2. Tiga kamar tidur masing-masing
berukuran 2 x 2 m2. Di dalam kamarnya terdapat
kasur dan lemari pakaian serta barang-barang yang
ditumpuk tidak teratur. Ruang makan berukuran 2 x 3
m2. Dapur serta kamar mandi Tn. Urip berukuran 2 x
5 m2, tidak disertai sekat pembatas. Kamar mandi
berukuran 5 x 2 m2. Terdapat sumur berdiameter 1
m, pada tempat yang digunakan sebagai kamar
mandi. Tidak terdapat plafon pada atap-atap rumah
3. Jamban Keluarga Tn. Ian tidak memiliki jamban di rumahnya
4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara pada ruang tamu. Terdiri
dari lima buah ventilasi berukuran 25cm x 10 cm,
pada ketiga kamar terdapat masing-masing seuah
ventilasi berukuran 20cm x 5 cm.
34
No Kriteria Permasalahan
5. Pencahayaan a. Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di
kamar tidur pertama, namun tidak ada lampu
pada kamar tidur dua dan tiga.
b. Terdapat 2 lampu pada ruang tamu, 1 lampu di
dapur dan kamar mandi.
6. MCK Tidak memiliki MCK di rumah, MCK berada di
depan rumah dan digunakan bersamaan dengan
tetangganya
7. Sumber Air Dalam kesehariannya Ny. Salen menggunakan air
sanyo yang digunakan untuk mandi dan mencuci
pakaian. Dan terkadang jika air sanyo mati, Ny.
Salen menggunakan air sumur di rumahnya untuk
mandi, mencuci dan minum sehari-hari.
8. Saluran pembuangan
limbah
Tidak terdapat saluran pembuangan limbah, air
limbah dialirkan ke selokan yang berukuran 10 cm
yang berakhir di sungai depan rumah.
9. Tempat pembuangan
sampah
Keluarga Tn. Urip tidak memiliki tempat
pembuangan sampah di rumahnya, mereka
mengumpulkan sampah rumah tangga di sebuah
ember tidak terpakai yang nantinya akan dibuang ke
sungai depan rumahnya setiap pagi
10. Lingkungan sekitar
rumah
Di samping kanan, kiri, dan belakang rumah terdapat
rumah tetangga yang hanya berjarak satu meter dan
saling berdekatan. Tiga meter kanan depan
rumahnya terdapat sebuah masjid yang biasanya
digunakan untuk solat dan bisanya keluarganya Tn.
Urip menggunakan MCK di mushola untuk BAB
dan BAK. Lima meter di depab rumah tersebut
terdapat sungai kotor yang dipenuhi tumpukan
sampah.
35
4. Keluarga Tn. Intin
Keluarga Tn. Intin memiliki empat orang anggota keluarga yang tinggal di
dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut tercantum dalam tabel 1.20
Keluarga Tn. Intin tinggal di Kampung Sukasari No. 78 RT 02 / RW 04, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Keluarga
ini terdiri dari sepasang suami istri, dan dua orang anak yang tinggal serumah. Tn.
Intin sebagai kepala keluarga berusia 29 tahun dengan latar belakang pendidikan
sekolah dasar. Ny. Isna sebagai istri berusia 26 tahun dengan latar pendidikan sekolah
dasar. Tn. Intin dan Ny. Isna memiliki dua orang anak laki – laki. Anak pertama
bernama Indra berusia 12 tahun, seorang pelajar sekolah menengah pertama. Anak
kedua bernama Irman berusia 7 tahun, seorang pelajar sekolah dasar.
36
Tabel 1.20 Anggota keluarga Tn. Intin
No Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
1 Tn. Intin Suami Laki – laki 29 tahun SD Buruh
pabrik
Rp80.000,00
per hari
2 Ny. Isna Istri Perempuan 26 tahun SD Ibu
Rumah
Tangga
-
3 An. Indra Anak Laki-laki 12 tahun SMP Pelajar -
4 An. Irman Anak Laki – laki 7 tahun SD Pelajar -
Tn. Intin berprofesi sebagai buruh pabrik dengan pendapatan Rp80.000,00 per
hari. Dalam seminggu Tn. Intin bekerja selama 5 hari, mulai hari senin sampai hari jumat,
dan dalam sehari Tn. Intin bekerja selama 12 jam, bekerja mulai pukul 08.00 sampai
pukul 20.00 WIB. Ny. Isna sebagai ibu rumah tangga dengan kesehariannya melakukan
kegiatan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, dan
mengantarkan anak ke sekolah. Anak pertama Tn. Intin bernama Indra sebagai pelajar
sekolah menengah pertama. Dalam seminggu An. Indra bersekolah selama 6 hari, mulai
hari senin sampai hari sabtu, mulai pukul 12.00 sampai pukul 17.00 WIB setiap harinya.
Anak kedua Tn. Intin bernama Irman sebagai pelajar sekolah dasar. Dalam seminggu An.
Irman bersekolah selama 6 hari, mulai hari senin sampai hari sabtu, mulai pukul 07.30
sampai pukul 09.30 WIB setiap harinya. Aktivitas kedua anak Tn. Intin selain sekolah
adalah mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran di masjid dekat rumahnya, mulai dari pukul
18.30 sampai pukul 19.00 WIB. Dengan pendapatan sebesar Rp80.000,00 per hari, Tn.
Intin dapat menyisihkan sebagian uangnya untuk menabung dengan cara mengikuti arisan
sebesar Rp50.000,00 per minggu
Keluarga Tn. Intin tinggal disebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas
8 x 4 m2. Rumah keluarga Tn. Intin terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak
ke rumah di depannya sekitar 1 meter, dan hanya berbatas satu tembok dengan rumah di
samping kanannya.
Rumah Tn. Intin terdiri dari sebuah ruang tamu, dua buah kamar tidur, sebuah
dapur, dan sebuah kamar mandi. Dinding rumah seluruhnya terbuat dari batu bata. Lantai
rumah mulai dari teras, ruang tamu, sampai dua kamar tidur dilapisi oleh keramik
sedangkan mulai dari dapur sampai kamar mandi dilapisi oleh semen. Atap rumah
37
menggunakan asbes mulai dari teras sampai ruang tamu, dilanjutkan dengan
menggunakan genteng mulai dari ruang tamu sampai dapur, dan dilanjutkan kembali
dengan menggunakan asbes mulai dari dapur sampai kamar mandi, tetapi tidak dibuat
plafon.
Pada rumah Tn. Intin, terdapat sebuah ruang tamu, pada ruangan ini terdapat
sebuah TV dan sebuah lemari utnuk meletakkan TV tersebut. Ruang tamu ini merupakan
tempat berkumpulnya keluarga, di ruangan ini terdapat dua buah jendela dengan ukuran
130 cm yang letaknya berdekatan, ruangan ini memiliki sebuah pintu yang langsung
memberikan akses ke bagian teras rumah. Di ruangan ini tidak terdapat ventilasi sehingga
sirkulasi udara di dalam rumah kurang baik bila pintu di ruangan itu ditutup. Pencahayaan
pada ruangan ini berasal dari sebuah lampu dan juga berasal dari cahaya yang masuk
melewati jendela dan pintu.
Pada rumah Tn. Intin, terdapat dua kamar tidur, pada ruangan masing-masing
terdapat sebuah kasur dan sebuah lemari pakaian. Pada kamar tidur 1 terdapat sebuah
jendela kaca yang tidak dapat dibuka, sehingga menyebabkan sirkulasi udara di ruangan
tersebut tidak baik, sedangkan pada kamar tidur 2 terdapat dua buah jendela kaca yang
juga tidak dapat dibuka, sehingga menyebabkan sirkulasi udara di ruangan ini juga tidak
baik. Pencahayaan pada kedua ruangan ini berasal dari sebuah lampu dan juga sebagian
kecil berasal dari cahaya yang masuk melewati jendela dan ruang tamu.
Terdapat sebuah dapur yang berukuran 2 x 3 m2 , pada ruangan ini terdapat sebuah
rak plastik untuk tempat penyimpanan gelas dan piring, sebuah meja untuk tempat
meletakkan kompor, dan sebuah lemari kaca untuk menyimpan bahan makanan. Ruangan
ini digunakan sebagai tempat memasak, Ny. Isna setiap harinya memasak menggunakan
bahan bakar gas, sumber air yang digunakan untuk memasak dan konsumsi sehari-hari
berasal dari air gallon isi ulang. Ruangan ini memiliki sebuah pintu yang langsung
memberikan akses ke bagian samping rumah. Pencahayaan pada ruangan ini berasal dari
sebuah lampu dan juga berasal dari cahaya yang masuk melewati pintu dan ruang tamu.
Selain digunakan untuk memasak, ruangan ini juga digunakan untuk tempat menumpuk
sampah-sampah rumah tangga sebelum akhirnya dibakar di depan rumah atau dibuang ke
kali, sampah-sampah tersebut ditumpuk di dalam satu wadah yaitu plastik. Untuk
pemisahan sampah biasanya dipisahkan berdasarkan sampah kering dan sampah basah,
setiap hari sampah kering dibakar di halaman depan rumah, sedangkan sampah basah
dibuang ke kali, pembuangan atau pembakaran sampah dilakukan setiap satu kali sehari
dan biasanya dilakukan sore hari. Sebenarnya keluarga Tn. Intin sudah mengetahui
38
bagaimana cara pengelolaan dan pembuangan sampah yang benar, namun karena
keterbatasan sarana, sampah-sampah tersebut tetap dibakar di halaman depan rumah dan
dibuang ke kali.
Terdapat sebuah kamar mandi, pada ruangan ini terdapat beberapa ember yang
digunakan untuk mencuci baju dan piring, sebuah rak plastik yang digunakan sebagai
tempat menyimpan sikat gigi, sabun, dan perlengkapan mandi lainnya, dan juga terdapat
sebuah tali yang digunakan untuk menggantung baju. Dinding ruangan ini digunakan
untuk menggantung baju dan menggantung alat-alat pembersih rumah. Pada ruangan ini
terdapat sebuah jamban yang terhubung dengan septic tank rumah Tn. Sadin. Air yang
digunakan untuk mandi, mencuci, dan kebutuhan sehari-hari berasal dari air tanah.
Pencahayaan pada ruangan ini berasal dari sebuah lampu dan juga berasal dari cahaya
yang masuk melewati sela-sela atap rumah dan ruang dapur. Limbah cair rumah tangga
dibuang melalui saluran air yang terhubung dengan septic tank.
Gambar 1.8 Denah rumah keluarga Tn. Intin
Keluarga Tn. Intin memiliki kebiasaan makan sebanyak dua sampai tiga kali dalam
sehari. Keseimbangan gizi keluarga Tn. Intin kurang diperhatikan karena dalam sehari-hari
makanan yang mereka konsumsi cenderung sama, yaitu kombinasi antara nasi, mie instan,
dan telur. Keluarga Tn. Intin jarang mengkonsumsi sayur-mayur dan buah-buahan. Tn. Intin
39
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi kopi hitam sebanyak dua gelas dalam satu hari, selain
itu Tn. Intin juga mempunyai kebiasaan merokok sampai enam batang dalam satu hari,
biasanya Tn. Intin merokok di teras rumah dan juga di dalam rumah. Anak kedua Tn. Intin,
An. Irman setiap harinya mempunyai kebiasaan mengkonsumsi susu kental manis sebanyak
dua gelas dalam satu hari, selain itu An. Irman juga memiliki kebiasaan jajan di warung dekat
rumahnya, makanan yang dibeli biasanya berupa makanan ringan. Seluruh anggota keluarga
Tn. Intin memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, tapi tanpa menggunakan
sabun. Selain memiliki kebiasaan mengkonsumsi makan yang buruk, keluarga Tn. Intin juga
memiliki kebiasaan olahraga yang buruk, seluruh keluarga Tn. Intin kecuali anak-anaknya
tidak pernah melakukan olahraga secara teratur, An. Indra dan An. Irman hanya berolahraga
saat ada mata pelajaran tersebut di sekolah, yang biasanya dijadwalkan seminggu sekali.
Dari segi kesehatan, saat ini tidak ada anggota keluarga Tn. Intin yang menderita
penyakit tertentu. Untuk riwayat penyakit keluarga, keluarga Tn. Intin memiliki riwayat
penyakit diare, batuk, dan pilek (ISPA), riwayat penyakit ini terakhir kali diderita kurang
lebih satu bulan yang lalu. Saat sedang sakit, keluarga Tn. Intin memiliki kebiasaan pergi ke
tukang pijat dan urut, setelah pergi ke tukang pijat dan urut biasanya kondisi kesehatan
mereka akan membaik, tetapi jika sudah pergi ke tukang pijat dan urut dan kondisi kesehatan
mereka tidak membaik, mereka akan pergi ke puskesmas atau klinik untuk mencari
pengobatan. Untuk riwayat imunisasi Ny. Isna, An. Indra, dan juga An. Irman mendapatkan
imunisasi lengkap, sedangkan riwayat imunisasi Tn. Intin tidak diketahui. Untuk riwayat
penggunaan Keluarga Berencana (KB), saat ini Ny. Isna menggunakan KB suntik setiap 3
bulan dan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis lainnya.
Dari segi kebersihan, kebersihan diri kelurga Tn. Intin tegolong buruk. Keluarga Tn.
Intin memiliki kebiasaan mandi dua kali dalam sehari, biasanya mereka mandi pada pagi hari
sebelum beraktivitas di luar rumah, dan sore hari setelah selesai melakuan semua aktivitas
sehari-hari. Keluarga ini memiliki kebiasaan menggunakan handuk secara bergantian,
biasanya Tn. Intin dan Ny. Isna menggunakan satu handuk secara bergantian, An. Indra dan
An. Irman juga melakukan hal yang sama. Untuk kebiasaan sikat gigi, seluruh anggota
keluarga Tn. Intin biasanya menyikat gigi dua kali dalam sehari. Untuk kebiasaan mengganti
dan mencuci seprai, Ny. Isna biasanya mengganti dan mencuci seprai setiap satu minggu
sekali, sewaktu mengganti dan mencuci seprai biasanya Ny. Isna juga menjemur kasur
mereka dibawah sinar matahari. Untuk kebiasaan mencuci pakaian, biasanya Ny. Isna
menumpuk semua pakaian kotor terlebih dahulu selama dua hari, lalu dicuci secara bersama-
sama, setelah dicuci pakaian dijemur dibawah sinar matahari hingga kering kemudian
40
dipanaskan menggunakan setrika listrik, dan setelah itu sebagian dimasukan ke dalam lemari
pakaian dan sebagiannya lagi ditumpuk di luar lemari. Selain kebiasaan-kebiasaan di atas,
Tn. Intin juga memelihara hewan peliharaan di dalam rumah, berupa seekor burung perkutut,
burung ini sudah dipelihara oleh Tn. Intin kurang lebih selama satu bulan, burung ini
dibersihkan setiap hari dan dimandikan seminggu sekali, selama dipelihara burung ini belum
pernah diberikan vaksin.
Untuk kebersihan lingkungan, keluarga Tn. Intin tinggal di lingkungan yang cukup
bersih, tidak terlihat sampah berserakan di sekitar halaman rumah. Tempat pembakaran
sampah yang ada di halaman rumah juga bersih karena sehabis membakar sampah, sisa-sisa
pembakaran akan langsung dibersihkan. Walaupun lingkungan di sekitar rumah cukup bersih,
tetapi tidak jauh dari tempat mereka tinggal terdapat kali yang sering digunakan warga sekitar
untuk membuang sampah, air di kali ini tidak mengalir karena alirannya terhalangi oleh
sampah yang menumpuk, dari kali ini juga timbul bau yang kurang sedap, akibat
pembusukan sampah-sampah yang dibuang disana. Selain sebagai tempat pembuangan
sampah kali tersebut juga digunakan oleh warga sekitar sebagai tempat mencuci dan buang
air besar.
41
Tabel 1.21 Faktor Internal Keluarga Tn. Intin
Tabel 1.22 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Intin
42
No Kriteria Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Intin merokok dan dapat
menghabiskan 6 bungkus/hari, Tn. Intin
merokok di dalam dan di luar rumah.
2 Pola Makan Makan 2-3 kali sehari, makanan pokok
berupa nasi, telur, dan mie instant. Jarang
mengkonsumsi sayur-mayur dan buah-
buahan
3 Pola Pencarian Pengobatan Berobat ke tukang pijat dan urut, bila
kondisi kesehatan tidak membaik maka
keluarga Tn. Intin akan berobat ke
puskesmas atau klinik.
4 Pola Membuang sampah
sehari hari
Keluarga Tn. Intin membakar sampah-
sampah rumah tangganya satu kali
sehari, namun kadang masih suka
membuang sampah ke kali depan
rumahnya
5 Olahraga Anggota keluarga Tn. Intin tidak pernah
berolahraga
6 Pendidikan Tn. Intin dan Ny. Isna mempunyai latar
belakang pendidikan sekolah dasar
7 Kebersihan diri Perilaku anggota keluarga Tn. Intin
dalam memakai handuk secara
bergantian
8 Penyakit Kelarga Tn. Intin pernah menderita
penyakit diare akut dan ISPA, penyakit
ini terakhir kali diderita kurang lebih satu
bulan yang lalu
No Kriteria Permasalahan
1 Ventilasi Minimal, memiliki jendela namun
tidak bisa dibuka, pergantian udara
hanya dari pintu dan sela-sela atap
rumah.
2 Tempat Pembuangan
Sampah
Sampah kering dikumpulkan setiap
harinya dan dibakar di halaman depan
rumah, sampah basah dikumpulkan
setiap harinya dan dibuang ke kali.
3 Lingkungan Sekitar Rumah Rumah berhimpitan dengan rumah
lain.
4 Hewan peliharaan Tn. Intin memelihara hewan peliharaan
berupa seekor burung di dalam rumah
Masalah Medis dan Non Medis Pada Keluarga Binaan
a. Keluarga Tn. Cana
Masalah Medis
Penyakit ISPA
Penyakit Diare
Masalah Non Medis
1. Kurangnya pencahayaan dan ventilasi udara di dalam rumah
2. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah
3. Perilaku mengelola sampah rumah tangga yang buruk
4. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
5. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan lingkungan
6. Kurangnya kebiasaan berolahraga
b. Keluarga Tn. Sadin
Masalah Medis
1. Penyakit ISPA
2. Diare Akut
Masalah Non Medis
1. Kurangnya pencahayaan dan ventilasi udara di dalam rumah
2. Perilaku mengelola sampah rumah tangga yang buruk
3. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
4. Kurangnya pengetahuan tentang mengelola sampah dan pemeliharaan
ungags di sekitar pemukiman
5. Kebiasaan merokok didalam maupun diluar rumah
6. Kurangnya kesadaran akan pentingnya olahraga
c. Keluarga Tn. Urip
Masalah Medis
Penyakit ISPA
Masalah Non Medis
1. Kurangnya kesadaran keluarga binaan terhadap pentingnya menjaga
kebersihan dan kesehatan lingkungan
2. Kurangnya pencahayaan dan ventilasi udara didalam rumah
43
3. Ketidaktersediaannya tempat pembuangan sampah di dalam rumah,
sehingga keluarga menumpuk sampah di depan rumah
4. Ketidaktersediaannya jamban keluarga
5. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya buang air besar di jamban
6. Perilaku mengelola sampah rumah tangga yang buruk
7. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
8. Kurang sadarnya akan perilaku olahraga
d. Keluarga Tn. Intin
Masalah Medis
1. Diare akut.
2. Panyakit ISPA
Masalah Non Medis
1. Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah yang memadai
2. Kurangnya kesadaran tentang kesehatan.
3. Perilaku mengelola sampah rumah tangga yang buruk
4. Kurangnya kesadaran tentang perilaku olahraga
5. Kebiasaan merokok di dalam dan di luar rumah.
6. Tingkat pendidikan yang rendah
7. Kurangnya kesadaran tentang konsumsi makanan dengan gizi yang
seimbang
8. Kurangnya kesadaran tentang kebersihan lingkungan
9. Kurangnya kesadaran tentang kebersihan diri
10. Kurangnya kesadaran untuk mencari pengobatan yang sesuai dengan
anjuran medis
1.3. Usulan area masalah
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah kami lakukan kepada
masing-masing keluarga binaan, didapatkan berbagai macam permasalahan yaitu:
1. Penyakit diare akut pada keluarga
2. Penyakit ISPA yang sering di derita seluruh anggota keluarga
3. Kurangnya pencahayaan dan ventilasi udara di dalam rumah
4. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga yang tidak memadai
44
5. Tidak ada nya sumber air bersih langsung di dalam rumah
6. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
7. Kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan dan diri sendiri
8. Kebiasaan merokok di dalam rumah
9. Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah yang memadai
10. Perilaku mengelola sampah rumah tangga yang buruk
11. Kurangnya kesadaran akan pentingnya olahraga dan cuci tangan dengan sabun.
1.4. Penetapan Area Masalah
Dalam pengambilan sebuah masalah kelompok kami menggunakan Metode
Delphi. Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh
suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan
diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai degan identifikasi masalah yang
akan dicari penyelesaiannya (Harold, et all, 1975 : 40-55).
Gambar 1.9 Alur penentuan masalah dengan metode Delphi
1.5 Penentuan Area Masalah
45
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan
yang bertempat tinggal di RT 02/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, maka
ditetapkan area masalah yaitu “Perilaku Mayarakat terhadap Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Di Keluarga Binaan Kampung Suka Sari RT 02/RW 04 Desa
Pangkalan Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten”.
Masalah ini diangkat karena beberapa alasan, yaitu:
1. Berdasarkan data Puskesmas dari Program Kesling, keluarga yang memiliki tempat
sampah hanya 38,5% dari jumlah seluruh kk di Desa Pangkalan, dari jumlah kk yang
memiliki tempat sampah, keluarga yang memiliki tempat sampah sehat hanya 41,3%.
Hal ini menunjukkan masih kurangnya presentase yang memiliki tempat sampah sehat
jika dibandingkan dengan angka target program Kesling yaitu sebesar 50%.
2. Salah satu penyakit akibat perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya ialah
diare. Berdasarkan data 10 besar penyakit di Puskesmas, diare menempati urutan ke-8
(250 kasus). Hal ini menunjukkan masih tingginya jumlah kasus Diare jika
dibandingkan dengan angka target yaitu sebesar 0 tiap tahunnya.
3. Berdasarkan observasi keluarga binaan didapatkan bahwa 75% keluarga binaan yang
tidak memiliki tempat sampah.
46
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan
adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara
pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan
permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur
atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan
diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah
komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas
sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi,
biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi). (Notoatmodjo, 2007).
2.2 Teori Perilaku
2.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku terbentuk didalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni:
stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal), dan
respons merupakan faktor dari dalam diri seseorang yang bersangkutan (faktor
internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan
fisik, maupun non fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, polotik, dan
sebagainya. Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal paling besar perannya
dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, dimana
seseorang tersebut berada. Sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang itu
merespons stimulus dari luar adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi,
fantasi, sugesti dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Green (1968) dalam Notoatmodjo (2005), membedakan adanya dua
determinan masalah kesehatan tersebut yakni behavioral factor (faktor perilaku), dan
47
non behavioral factors (faktor non perilaku). Selanjutnya Green menganalisis, bahwa
faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:
a. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors), yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,
antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,
tradisi, dan sebagainya. Seorang ibu mau membawa anaknya ke
Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan penimbangan
anak untuk mengetahui pertumbuhannya. Anaknya akan memperoleh
imunisasi untuk pencegahan penyakit, dan sebagainya. Tanpa adanya
pengetahuan-pengetahuan ini, ibu tersebut mungkin tidak akan
membawa anaknya ke Posyandu.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan, yang
dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau
fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas,
Posyandu, rumah sakit, tempat olah raga, makanan bergizi, uang dan
sebagainya. Sebuah keluarga yang sudah tahu masalah kesehatan,
mengupayakan keluarganya untuk menggunakan air bersih, buang air
besar di WC, makan makanan yang bergizi, dan sebagainya, tetapi
apabila keluarga tersebut tidak mampu untuk mengadakan fasilitas itu
semua, maka dengan terpaksa buang air besar di kali/ kebun,
menggunakan air kali untuk keperluan sehari-hari, makan seadanya, dan
sebagainya.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang,
meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berprilaku sehat, tetapi
tidak melakukannya. Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa hamil,
karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh lain tidak pernah periksa hamil,
namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku
sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.
2.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan
48
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau
penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari
batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan,
atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking
behaviour). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya.
2.2.3 Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu
didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga
domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah
affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari:
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang:
a) Faktor Internal
49
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan
kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atau
sarana.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok:
Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
50
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa
tingkatan:
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism)
51
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
4) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau
bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek)
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
2.3 Teori Pengelolaan Sampah
2.3.1 Pengertian Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi
oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,
sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
52
disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003).
Menurut kamus istilah lingkungan hidup, sampah mempunyai definisi sebagai
bahan yang tidak mempunyai nilai, bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa,
pemakaian bahan rusak, barang yang cacat dalam pembikinan manufaktur, materi
berkelebihan, atau bahan yang ditolak.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah,
yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam
tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan
konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.
Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia.
Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang
baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan
sampah rumah tangga yang dibiarkan begitu saja akan mendatangkan tikus got dan
serangga (lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) yang membawa kuman penyakit.
Sampah yang dibuang di jalan dapat menghambat saluran air yang akhirnya
membuat air terkurung dan tidak bergerak, menjadi tempat berkubang bagi nyamuk
penyebab malaria. Sampah yang menyumbat saluran air atau got dapat menyebabkan
banjir. Ketika banjir, air dalam got yang tadinya dibuang keluar oleh setiap rumah
akan kembali masuk ke dalam rumah sehingga semua kuman, kotoran dan bibit
penyakit masuk lagi ke dalam rumah.
2.3.2 Jenis dan Karakteristik Sampah
a. Jenis Sampah
Pada prinsipnya, sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan
sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
Sampah anorganik, misalnya logam-logam, pecahan gelas, dan plastic
Sampah organik, misalnya sisa makanan, sisa pembungkus, dan sebagainya
2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar
Mudah terbakar, misalnya kertas, plastik, kain, kayu
53
Tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas
3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk
Mudah membusuk, misalnya sisa makanan, potongan daging
Sukar membusuk, misalnya plastik, kaleng, kaca.
b. Karakteristik Sampah
1) Garbage,yaitu jenis sampah yang terdiri atas sisa-sisa potongan hewan atau
sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri atas zat-zat yang mudah
membusuk, lembap, dan mengandung sejumlah air bebas.
2) Rubbish terdiri atas sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar
yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tetapi
yang tidak termasuk garbage.
3) Ashes (abu), yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar, baik di
rumah, di kantor, maupun industri.
4) “Street sweeping” (sampah jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar,
baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin, yang terdiri atas
kertas-kertas dan dedaunan.
5) “Dead animal” (bangkai binatang), yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam,
penyakit, atau kecelakaan.
6) Houshold refuse,yaitu sampah yang terdiri atasrubbish, garbage, dan ashes yang
berasal dari perumahan.
7) Abandonded vehicles (bangkai kendaraan), yaitu bangkai-bangkai mobil, truk, dan
kereta api.
8) Sampah industri terdiri atas sampah padat yang berasal dari industri-industri dan
pengolahan hasil bumi.
9) Demolition wastes,yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.
10) Construction wastes,yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan,
dan pembaharuan gedung-gedung.
11) Sewage solid terdiri atas benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil
saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan.
12) Sampah khusus, yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus, misalnya
kaleng-kaleng cat dan zat radiokatif.
2.3.3 Sumber-Sumber Sampah
54
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber
berikut.
1) Pemukiman Penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga
yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota.
Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses
pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish),
perabotan rumah tangga, abu, atau sisa tumbuhan kebun.
2) Tempat Umum dan Tempat Perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan
melakukan kegiatan, termasuk tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan
dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah
kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan kadang-kadang sampah
berbahaya.
3) Sarana Layanan Masyarakat Milik Pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara lain tempat hiburan, jalan
umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan
puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan
sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus
dan sampah kering.
4) Industri Berat dan Ringan
Dalam pengertian ini, termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu,
industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan
kegiatan industri lain, baik yang sifatnya distributif maupun memproses bahan
mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah,
sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.
5) Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian, seperti kebun,
ladang, ataupun sawah, menghasilkan sampah, berupa bahan-bahan makanan yang
telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga
tanaman.
2.3.4 Pengelolaan Sampah Padat
55
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam.
Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan
metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda
juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan
industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Menurut Notoatmodjo (2003; 188) cara-cara pengelolaan sampah antara lain
sebagai berikut :
1) Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah
tangga atau institusi yang mengahassilkan sampah. Oleh sebab itu, harus
membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah.
Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah. Kemudian dari
masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat
penampungan sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat penampungan
akhir (TPA). Mekanisme, sistem, atau cara pengangkutannya untuk di daerah
perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh
partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan.
Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh
masing-masing keluarga, tanpa memerlukan TPS, maupun TPA. Sampah rumah
tangga daerah pedesaan umumnya didaur ulang menjadi pupuk.
2) Pemusnahan dan Pengolahan Sampah
Pemusnahan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai
cara, antara lain sebagai berikut: Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan
sampah padat yang baik, di antaranya sebagai berikut:
Ditanam (lanfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di
tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
56
Dibakar (incenaration), yaitu memusnakan sampah dengan jalan membakar
di dalam tungku pembakaran (incenarator)
Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk
(kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan,
dan sampah lain yang dapat membusuk. Di daerah pedesaan hal ini sudah
biasa, sedangkan di daerah perkotaan hal ini perlu dibudayakan. Apabila
setiap anggota rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah
organik dan an-organik, kemudian sampah organik diolah menjadi pupuk
tanaman dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah an-organik
dibuang, dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian
maka masalah sampah akan berkurang.
Di dalam tahap pemusnahan sampah, terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan, antara lain sebagai berikut:
a. Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode
ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah
yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di
ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang
pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyatatan, yaitu tersedia
tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, tersedia alat-alat besar. Semua
jenis sampah diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh dari lokasi
pemukiman. Ada tiga metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik
sanitary landfill ini, yaitu sebagai berikut.
1) Metode galian parit (trench method)
Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas
galiandigunakan untuk menutup parit tersebut. Sampah yang ditimbun dan tanah
penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat
parit baru di sebelah parit terdahulu.
2) Metode area
Sampah yang dibuang di atas tanah, seperti pada tanah rendah, rawa-rawa, atau pada
lereng bukit, kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang diperoleh dari tempat
tersebut.
3) Metode ramp
57
Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas. Prinsipnya
adalah penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15
cm di atas tumpukan sampah. Setelah lokasi sanitary landfillyang terdahulu stabil.
Lokasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan),
lapangan olahraga, tempat rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya.
b. Incenaration
Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah
dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas
pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain sebagai berikut.
- Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.
- Tidak memerlukan ruang yang luas.
- Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.
- Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan.
Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini, yaitu biaya
besar dan lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk.
Peralatan yang digunakan dalam insenarasi, antara lain sebagai berikut.
1) Charging apparatus
Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari
kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul ditumpuk
dan diaduk.
2) Furnac
Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan jeruji besi
yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan abu
dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian, tungku tidak terlalu
penuh.
3) Combustion
Combustion atau tungku pembakar kedua memiliki nyala api yang lebih panas dan
berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada tungku pertama.
4) Chimmey atau stalk
Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar dan
mengalirkan udara ke dalam
5) Miscellaneous features
58
Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu yang
terbentuk, kemudian diambil dan dibuang (Chandra, 2007).
c. Composting
Pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat organik oleh kuman-
kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa
kompos atau pupuk hijau. Berikut tahap-tahap di dalam pembuatan kompos.
1. Pemisahan benda-benda yang tidak dipakai sebagai pupuk, seperti gelas, kaleng,
besi, dan sebagainya.
2. Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (minimal
berukuran 5 cm).
3. Pencampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen yang
paling baik (C:N=1:30).
4. Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah
dibiarkan terbuka agar terjadi proses aerobik.
5. Pembolak-balikan sampah 4—5kali selama 15—21hari agar pupuk dapat
terbentuk dengan baik.
d. Hog Feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misalnya: babi). Perlu
diingat bahwa sampah basah harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk
mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis.
e. Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air
limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang baik.
f. Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau
tempat sampah.
g. Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran
pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.
h. Individual Incenaration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk,
terutama di daerah pedesaaan.
i. Recycling
59
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau
di daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat di daur ulang, antara lain plastik,
kaleng, gelas, besi, dan sebagainya.
j. Reduction
Metode ini digunakan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari
jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk
menghasilkan lemak.
k. Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dipakai kembali, misalnya kertas bekas. Bahayanya
adalah metode ini dapat menularkan penyakit.
2.3.5 Prinsip Pengelolaan sampah
1. Pemilahan yaitu memisahkan menjadi kelompok sampah organik dan non organik
dan ditempatkan dalam wadah yang berbeda.
2. Pengolahan dengan menerapkan konsep 3R yaitu:
a) Reuse
(penggunaan kembali) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu yang masih
memungkinkan untuk dipakai [penggunaan kembali botol-botol bekas].
b) Reduce
(pengurangan) yaitu berusaha mengurangi segala sesuatu yang dapat
menimbulkan sampah serta mengurangi sampah-sampah yang sudah ada.
c) Recycle
(daur ulang) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu untuk diolah menjadi
barang yang lebih berguna [daur ulang sampah organik menjadi kompos]
(Widiatmoko, 2002).
Tabel 2.1 Upaya Pengelolaan Sampah 3R di Rumah Tangga
Penanganan 3R
Rumah Tangga
Cara Pengerjaan
Reuse Ø Gunakan kembali wadah / kemasan untuk fungsi yang
sama atau fungsi lainnya
Ø Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada
pihak yang memerlukan
Reduce Ø Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
60
Ø Hindari pemakaian dan pembelian produk yang
menghasilkan sampah dalam jumlah besar
Ø Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
Ø Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
Recycle Ø Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan
mudah terurai
Ø Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos
Ø Lakukan pengolahan sampah non-organik menjadi
barang bermanfaat
Hal-hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat sampah rumah tangga / tempat
pembuangan sampah pribadi di rumah-rumah:
1. Pisahkan sampah kering / non organik dengan sampah basah / organik dalam
wadah plastik.
2. Tempat sampah harus terlindung dari sinar matahari langsung, hujan, angin,
dan lain sebagainya.
3. Hindari tempat sampah menjadi sarang binatang seperti kecoa, lalat, belatung,
tikus, kucing, semut, dan lain-lain
4. Buang sampah dalam kemasan plastik yang tertutup rapat agar tidak mudah
berserakan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Selain itu juga
memudahkan tukang sampah dalam mengambil sampah. Jangan biarkan
pemulung mengobrak-abrik sampah yang sudah dibungkus rapi.
5. Tempat sampah harus tertutup aman dari segala gangguan namun mudah
dijangkau petugas kebersihan.
6. Jangan membakar sampah di lingkungan padat penduduk karena dapat
mengganggu kenyamanan dan kesehatan orang lain.
2.3.6 Hambatan Dalam Pengelolaan Sampah
Masalah pengelolaan sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena :
Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat
untuk mengelola dan memahami persoalan sampah.
Meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan
pengetahuan tentang persampahan.
61
Kebiasaan pengolahan sampah yang tidak efisien menimbulkan pencemaran udara,
tanah dan air, gangguan estetika dan memperbanyak populasi lalat dan tikus.
Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.
Kurangnya partisipasi masyarakat untuk memelihara kebersihan dan membuang
sampah pada tempatnya (Soemirat, 2002).
2.3.7 Hubungan Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi
masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang
positif dan ada juga yang negatif.
a. Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
masyarakat maupun lingkungannya, seperti berikut.
Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan
dataran rendah.
Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses
pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh
buruk sampah tersebut terhadap ternak.
Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang
biak serangga dan binatang pengerat.
Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan
sampah.
Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup
masyarakat.
Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat.
Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan
suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.
b. Pengaruh Negatif
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi
kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya
masyarakat, seperti berikut.
Pengaruh terhadap kesehatan
62
i. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah
sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, tikus,
serangga, dan jamur.
ii. Penyakit demam berdarah meningkatkan insidensinya disebabkan
vektor Aedes aegypty yang hidup berkembang biak di lingkungan,
pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng, ban bekas dan
plastik dengan genangan air).
iii. Penyakit sesak napas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang
menyengat yang mengandung Amonia hydrogen, Solfide, dan
Metylmercaptan.
iv. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan
banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan
tempat penumpukan sampah.
v. Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup
dan berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah
yang kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung
ataupun melalui udara.
vi. Penyakit kecacingan
vii. Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan,
misalnya luka akibat benda tajam, seperti kaca, besi, dan sebagainya
viii. Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stres, dan lain-lain.\
63
Pengaruh terhadap lingkungan
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika
lingkungan menjadi tidak indah dipandang mata, misalnya banyaknya
tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu kesegaran udara
lingkungan masyarakat.
b. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan
menyebabkan aliran air akan terganggu dan saluran air akan menjadi
dangkal.
c. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan
gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
d. Adanya asam organik dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir
menyebabkan cepat terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan
masyarakat antara lain jalan, jembatan, saluran air, fasilitas jaringan,
dan lain-lain.
e. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan
bahaya kebakaran lebih luas.
f. Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat
menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air
permukaan atau sumur dangkal.
g. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat,
seperti jalan, jembatan, dan saluran air.
Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-
budaya masyarakat setempat.
b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok akan menurunkan
minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah
tersebut.
c. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat
dan pihak pengelola .
d. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga
produktivitas masyarakat menurun.
64
e. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang
besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.
f. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah
wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat
setempat.
g. Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi
menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis.
h. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu
lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.
2.3.8 Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 28
(1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan
oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
(2) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:
a. pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah;
b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau
c. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketapersampahan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan
pemerintah dan/atau peraturan daerah.
2.3.9 Larangan-Larangan mengenai Sampah menurut Undang-Undang 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 29
(1) Setiap orang dilarang:
a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. mengimpor sampah;
c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;
d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
65
e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan
disediakan;
f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir; dan/atau
g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis
pengelolaan sampah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, huruf c, dan huruf d diatur dengan peraturan pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e, huruf f, dan huruf g diatur dengan peraturan daerah
kabupaten/kota.
(4) Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
menetapkan sanksi pidana kurungan atau denda terhadap pelanggaran
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g.
2.3.10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah
Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi
masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin
beragam, antara lain sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh
proses alam. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah
sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu
dimanfaatkan.
Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir
(end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat
pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di
lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang
dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan 31 memberikan kontribusi terhadap
pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam
diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang
besar.
66
Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah
saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah.
Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai
ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun
untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang
komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi
menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga
menjadi sampah yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman.
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan
kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi
kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan
penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir.
Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat. Amanat Undang-Undang Dasar tersebut memberikan
konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam
pengelolaan sampah. Hal itu membawa konsekuensi hukum bahwa pemerintah
merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan
sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan
usaha.
Selain itu, organisasi persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak
di bidang persampahan dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan
sampah. Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan
komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang
pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik,
diperlukan payung hukum dalam bentuk undang-undang.
Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam undang-undang ini berdasarkan
asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran,
asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.
Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, pembentukan undang-undang
ini diperlukan dalam rangka:
a. kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayananpengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan;
67
b. ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor sampah ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;
d. kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintahan
daerah dalam pengelolaan sampah; dan
e. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undangundangini dan
pengertian limbah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2.4 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori Notoatmojo,2002
yang menyatakan bahwa teori prilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Soekidjo Notoatmojo
68
Perilaku Masyarakat terhadap Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga
Pengetahuan
Pendidikan
Sikap
Pendapatan
Sosial Budaya
Ketersediaan Sarana
Pelayanan Kesehatan
Lingkungan
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori penelitian ini meliputi variable dependen dan
independen. Dari uraian diatas dan sesuai dengan tujuan penelitian maka digunakan
kerangka konsep seperti dibawa ini.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
2.6 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-
variabel yang bersangkutan serta mengembangkan instrumen (alat ukur)
(Notoatmodjo, 2003). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai
berikut:
69
Ketersediaan Sarana
Pendidikan
Pendapatan
Pengetahuan
Sikap
Perilaku Masyarakat terhadap Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga
Tabel 2.2 Definisi Operasional
NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR CARA UKUR HASIL UKUR SKALA
PENGUKURAN
1. Pendidikan Pendidikan formal yang
dimiliki responden
Kuesioner Self Assesment Pendidikan Dasar < 12 thn
dikategorikan pendidikan
rendah
Pendidikan Dasar > 12 thn
dikategorikan pendidikan
tinggi
2. Pendapatan Penghasilan rata-rata
yang diterima oleh
keluarga binaan dalam
satu bulan untuk
menghidupi sejumlah
anggota keluarga dalam
sebulan.
Kuesioner Self Assesment Mampu jika penghasilan >
Rp. 2.710.000,-
Kurang mampu jika
penghasilan < Rp.
2.710.000,-
Ordinal
3. Pengetahuan
Responden
Pengetahuan adalah
hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah
seseorang melakukan
penginderaan terhadap
suatu objek tertentu
Kuesioner Self Assesment Baik jika poinnya 25-30
Cukup jika poinnya 16-24
Kurang jika poinnya < 15
Ordinal
70
dalam hal ini mengenai
sampah, jenis-jenisnya
dan cara
pengelolaannya
4. Ketersediaan
Sarana
Adanya sarana untuk
membuang sampah
yang dimiliki
responden.
Kuesioner Self Assesment Baik jika poinnya 4
Kurang jika poinnya 2-3
Ordinal
5. Sikap Tanggapan atau reaksi
yang dimiliki
responden mengenai
pengertian sampah, cara
pembuangan sampah,
pengelolaan sampah
dan bahaya sampah.
Kuesioner Self Assesment Baik jika poinnya 8
Kurang jika poinnya 4-7
Nominal
6. Perilaku
Responden
Perilaku manusia
adalah semua kegiatan
atau aktivitas
responden, baik yang
dapat diamati langsung
Kuesioner Self Assesment Baik jika poinnya 6
Kurang jika poinnya 3-5
Ordinal
71
maupun yang tidak
dapat diamati oleh
pihak luar dalam hal ini
meliputi cara responden
membuang sampah, dan
dimana membuang
sampah
72
BAB III
METODE
3.1 Populasi Pengumpulan Data
Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah keluarga di RT/ RW 02/04 Kampung Suka
Sari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
3.2 Sampel Pengumpulan Data
Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah empat keluarga binaan di RT/ RW 02/ 04
Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Data Kualitatif yang didapatkan :
Identitas responden serta keadaan responden mencakup data dasar keluarga,
keadaan rumah, lingkungan pemukiman, perilaku atau aktivitas, serta kebiasaan berobat
dan penyakit yang sering diderita oleh anggota keluarga binaan.
Data Kuantitatif yang didapat :
1. Aspek pendapatan keluarga pada binaan pada 14 responden berpenghasilan dibawah
dari Upah Minimum Regional kota Tangerang (< Rp. 2.730.000,00).
2. Pada tingkat pendidikan dari responden terdapat 100% responden yang memiliki
tingkat pendidikan (< 12 tahun) tidak sesuai dengan peraturan sekolah wajib 12
tahun.
3.3.2 Sumber Data
A. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner semua anggota warga binaan
di Kampung Suka Sari, RT/RW 02/04, Desa Pangkalan, Teluk Naga melalui wawancara
terpimpin dan observasi.
73
B. Data sekunder
Data sekunder merupakan laporan ketersediaan tempat pembuangan sampah pada
setiap rumah di keluarga binaan dan mengenai perilaku keluarga binaan yang buruk
terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Data diambil dari kesehatan lingkungan
yang masih rendah di desa Pangkalan pada tahun 2015 yang didapat dari data Puskesmas
Tegal Angus.
C. Data tersier
Data yang didapat dari text book, jurnal ilmiah dan internet.
3.4 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini sebelumnya telah dilakukan presurvey dengan teknik wawancara,
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga binaan mengenai seputar masalah
kesehatan yang kemudian kami kumpulkan data dan kami angkat sebagai area masalah bersama.
Selanjutnya kami lakukan survey dengan teknik wawancara, dengan kuesioner sebagai instrumen
untuk mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga observasi langsung ke lapangan untuk
memperoleh data yang lebih lengkap. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah satu keluarga binaan di Kampung Suka Sari, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
3.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data ini dilakukan selama 10 hari, pada tanggal 12 –
22 Agustus 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terpimpin. Interview jenis ini
dilakukan berdasarkan pedoman - pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan masak –
masak sebelumnya. Sehingga interview hanya membacakan pertanyaan – pertanyaan tersebut
kepada interviewer. Pertanyaan – pertanyaan di dalam kuesioner tersebut disusun sedemikian
rupa sehingga mencakup variabel - variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya. Keuntungan
dari wawancara terpimpin ini antara lain:
Pengumpulan dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat/teliti.
74
Hasilnya dapat disajikan kualitatif maupun kuantitatif.
Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaan -
pertanyaan yang uniform.
Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain pelaksanaan wawancara kaku,
interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun. Di samping itu
interviewer menjadi terlalu formal, sehingga hubungannya dengan responden kurang
fleksibel.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
1. Bersedia untuk menjadi informan
2. Merupakan anggota keluarga binaan
3. Usia di atas 13 tahun
4. Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, yaitu :
1. Tidak bersedia menjadi informan
2. Berusia di atas 75 tahun dan kurang dari 13 tahun.
3. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
4. Memiliki gangguan mental
Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
75
Tabel 3.1. Pengumpulan Data
3.6 Pengolahan dan Analisa Data
Untuk pengolahan data tentang “Perilaku Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Pada Keluarga Binaan Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan Kecamatan Teluk
Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten” digunakan cara manual dan bantuan software
pengolahan data menggunakan Microsoft Word. Untuk menganalisa data-data yang sudah
didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.
76
No Tanggal Kegiatan
1. Rabu, 12 Agustus 2015 Perkenalan dengan keempat keluarga binaan.
Sambung rasa dengan masing – masing anggota
keluarga binaan.
Pengumpulan data dari Puskesmas.
Pengumpulan data dasar dari masing-masing
keluarga binaan dilanjutkan dengan penentuan
area masalah dan dokumentasi rumah keluarga
binaan.
2. Kamis, 13 Agustus 2015 Penentuan dan pembuatan instrumen pengumpul
data
3. Jum’at, 14 Agustus 2015 Pembagian kuesioner ke keluarga binaan
4. Selasa, 17 Agustus 2015 Pengolahan data kuesioner dan pembuatan
laporan.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel dari
hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa
sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut
dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel
yang diukur adalah :
Pendidikan formal yang dimiliki keluarga binaan
Pendapatan yang dimiliki keluarga binaan
Peegetahuan keluarga binaan tentang pengelolaan sampah
Perilaku keluarga binaan dalam mngelola sampah rumah tangga
Sikap keluarga binaan tentang pengelolaan sampah rumah tangga
Ketersediaan sarana pembuangan sampah rumah tangga pada keluarga binaan
77
BAB IV
HASIL
4.1 Analisis Univariat
4.1.1. Karakteristik Responden
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk tabel dan diagram yang diambil dari data
karakteristik responden yang terdiri dari 14 dalam empat keluarga binaan di Kampung
Sukasari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
yakni: Keluarga Tn. Cana, Tn. Sadin, Tn. Urip, dan Tn. Intin.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Agustus 2015
NO USIA JUMLAH
RESPONDEN
1 13 tahun 2
2 14 – 30 tahun 3
3 31 – 50 tahun 6
4 >50 tahun 3
Total 14
Berdasarkan tabel 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada responden di keluarga
binaan didapatkan jumlah responden terbanyak adalah yang berusia 31 – 50 th (6 orang)
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Keluarga Binaan, Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Agustus 2015.
60%20%
10%
10%
Tingkat Pendidikan
SDTidak SekolahSMPSMA
78
Berdasarkan dari diagram 4.1 terlihat tingkat pendidikan terbanyak responden di keluarga binaan
adalah Sekolah Dasar (60%).
Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Keluarga Binaan, Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Agustus 2015
Berdasarkan dari diagram 4.2 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari keluarga binaan
adalah tidak bekerja atau masih dalam usia sekolah (43%).
4.1.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel dalam
kuesioner yang dijawab 14 responden pada bulan Agustus 2015.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Pada Keluarga Binaan Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Agustus 2015.
79
21%
21%43%
7%7%
Pekerjaan
Buruh PabrikIbu Rumah Tanggatidak bekerja/seko-lahTukang Becakpedagang
Pendidikan Frekuensi Persentase
Tinggi 1 7.1%
Rendah 13 92.9%
Total 14 100%
Berdasarkan dari tabel 4.2 terlihat bahwa sebagaian besar responden memiliki
tingkat pendidikan rendah.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Responden Pada Keluarga Binaan Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015.Pendapatan Frekuensi Persentase
Mampu 0 0%
Tidak mampu 14 100%
Total 14 100%
Berdasarkan dari tabel 4.3 didapatkan bahwa sebagian besar responden masih memiliki
tingkat pendapatan yang rendah, dengan gaji dibawah Upah Minimum.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Terhadap Pengetahuan Tentang Membuang Sampah di Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015.
Pengetahuan Responden Jumlah Responden Persentase (%)
Baik
Cukup
Buruk
2
5
7
14.28%
35.72%
50%
Total 14 100%
Berdasarkan tabel 4.4 Didapatkan hampir seluruh responden Pengetahuan tentang
membuang sampahnya buruk (42.8%).
80
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sarana Tempat Pembuangan Sampah Terhadap Perilaku Membuang Sampah di Kali Pada Keluarga Binaan Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015
Sarana Frekuensi Persentase
Baik 0 0%
Buruk 14 100%
Total 14 100%
Berdasarkan dari tabel 4.5 didapatkan bahwa hanya 100% responden tidak memiliki
sarana tempat pembuangan sampah yang baik.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Perilaku Membuang Sampah di Kali Pada Keluarga Binaan Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015.
Sikap Frekuensi Persentase
Baik 8 57.1%
Buruk 6 42.8%
Total 14 100%
Berdasarkan dari tabel 4.6 didapatkan bahwa sebagian besar yaitu (57.1%) responden
memiliki sikap yang baik terhadap perilaku membuang sampah.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Perilaku Responden Mengenai Membuang Sampah di Kali Pada Keluarga Binaan Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015.
Perilaku Frekuensi Persentase
Baik 2 14.3%
Buruk 12 85.7%
Total 14 100 %
Berdasarkan tabel 4.7 Didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku
membuang sampah yang buruk.
81
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Variabel Responden Pada Keluarga Binaan Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Agustus 2015.Variabel Frekuensi/
Jumlah Responden
Persentase
Pendidikan Tinggi 1 7.1 %
Rendah 13 92.9%
Total 14 100 %
Pendapatan Mampu 0 0%
Tidak Mampu
14 100%
Total 14 100%
Pengetahuan Baik 2 14.28%
Cukup 5 35.72%
Buruk 7 50%
Total 14 100%
Sarana Baik 0 0
Buruk 14 100%
Total 100%
Sikap Baik 8 57.1%
Buruk 6 42.8%
Total 14 100 %
Perilaku Baik 2 14.3%
Buruk 12 85.7%
Total 14 100%
82
Tingkat Pendidikan yang rendah
Sulitnya menyisihkan uang dan kebutuhan yang semakin meningkat
Diagram 4.3 Diagram Fishbone
83
Anggapan bahwa bekerja lebih menguntungkan daripada harus sekolah
Tidak adanya penyuluhan oleh tenaga kesehatan atau tokoh masyarakat mengenai sampah
PENGETAHUAN PENDIDIKAN
PERILAKU MASYARAKAT
TERHADAP PENGELOLAAN
SAMPAH RUMAH
TANGGA DI KAMPUNG
SUKA SARI RT 02/RW 04 DESA PANGKALAN, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERAN,
PROVINSI BANTEN
SEBESAR 100%
Informasi tentang sampah kurang memadai
Buruknya pengetahuan responden
Pendapatan rata-rata responden yang tergolong tidak mampu dalam satu bulan
PENDAPATAN
Pendapatan yang tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari hari
Kebiasaan turun menurun responden membuang sampah dikali
Tidak tersedianya Tempat Penampungan Sampah Sementara milik Responden
Anggapan Responden membuang sampah di kali mudah dan cepat
Kurangnya motivasi utuk Sekolah yang lebih tinggi
Keluarga tidak pernah mengajarkan perilaku dalam membuang sampah
Buruknya sikap responden
Kebanyakan keluarga responden dan lingkungannya memberi contoh membuang sampah di kali
Buruknya sarana di lingkungan tempat tinggal responden
Buruknya perilaku responden
Semua Responden tidak bisa membuang smapah ke tempat sampah yang benar
84
PERILAKUSIKAP KETERSEDIAAN SARANA
Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, dapat dilihat akar-akar penyebab masalah yang
ditemukan dapat dilihat melalui Diagram 4.3, kemudian setelah ditemukan akar penyebab
masalah dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah dan rencana intervensi
4.1. Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan ananalisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana intervensi
pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu
untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar akar penyebab masalah sehingga
dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah
tersebut.
Tabel 4.9 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada Keluarga Binaan, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2015.
No.Akar Penyebab
Masalah
Alternatif
Pemecahan MasalahRencana Intervensi
Waktu
pelaksanan
1. Anggapan bahwa
bekerja lebih
menguntungkan
daripada sekolah
Meningkatkan kesadaran
responden tentang
pentingnya pendidikan
Penyuluhan program
pemerintah wajib belajar 12
tahun
Jangka
panjang
2. Penghasilan yang tidak
mencukupi dalam
memenuhi kebutuhan
sehari hari
Meningkatkan penghasilan
yang tidak mencukupi
dalam memenuhi
kebutuhan sehari hari dan
mencari pekerjaan
sampingan
Memberikan edukasi
tentang cara membuat
tempat sampah dari barang
bekas
Jangka
pendek
3. Kurangnya penyuluhan
oleh tenaga kesehatan
atau tokoh masyarakat
mengenai jenis sampah,
cara mengolah sampah
dan dampak sampah
bagi kesehatan
Meningkatkan penghasilan
yang tidak mencukupi
dalam memenuhi
kebutuhan sehari hari dan
mencari pekerjaan
sampingan
1. Memberikan
penyuluhan mengenai
jenis sampah, cara
mengolah sampah dan
dampak sampah bagi
kesehatan
2. Evaluasi berulang
mengenai penyuluhan
Jangka
panjang
85
No.Akar Penyebab
Masalah
Alternatif
Pemecahan MasalahRencana Intervensi
Waktu
pelaksanan
mengenai sampah
4. Tidak ada nya tempat
penampungan sampah
sementara yang dimiliki
responden
Menyediakan sarana
tempat pembuangan
sampah
1. Memberikan tempat
sampah dan alat kebersihan
lainnya
2. Membuat tempat
ssampah dari barang yang
ada
Jangka
pendek
5. Pandangan Membuang sampah di kali mudah dan cepat
Meningkatkan rasa peduli terhadap kali yang bebas
dari sampah
Memberikan penyuluhan
tentang dampak buruk
membuang sampah
sembarang ke kali
Jangka
pendek
6. Kebiasaan turun menurun sebagian besar warga sekitar yang membuang sampah sembarangan ke kali
Mengubah kebiasaan
buruk membuang sampah
di kali menjadi kebiasaan
yang lebih baik seperti
membuang sampah pada
tempat sampah
Memberikan penyuluhan
tentang membuang sampah
yang baik dan benar agar
mengubah kebiasaan untuk
tidak membuang sampah ke
kali
Jangka
pendek
4.3 Intervensi Pemecahan Masalah
Intervensi dapat diartikan sebagai cara atau stategi memberi bantuan kepada
individu, masyarakat dan komunitas. Dalam hal ini menunjukan kondisi dimana seseorang
dapat berperan sebagaimana seharusnya. Tujuan intervensi adalah membawa perubahan
kearah yang lebih baik sehingga tindakan sesuai dengan peran yang dimilikinya.
86
Merujuk dari beberapa akar masalah yang telah diuraikan didapatkan pada
perencanaan intervensi pemecahan masalah, dipilih beberapa akar masalah yang
diprioritaskan untuk dilakukan pemecahan masalah terhadap perilaku membuang sampah
di kali. Dalam hal ini ada lima keluarga binaan.
Pertimbangannya adalah intervensi yang berupa tindakan nyata yang mampu
dilakukan untuk memecahkan akar permasalahan. Akar penyebab permasalahan yang
didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya penyuluhan oleh tenaga kesehatan atau tokoh masyarakat mengenai jenis
sampah, cara mengolah sampah dan dampak sampah bagi kesehatan
2. Penghasilan yang tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan sehari hari
3. Anggapan bahwa kerja lebih penting dan menguntungkan daripada sekolah
4. Kebiasaan turun menurun sebagian besar warga sekitar yang membuang
sampah sembarangan ke kali
5. Tidak ada nya tempat penampungan sampah sementara yang dimiliki
6. Pandangan membuang sampah di kali mudah dan cepat
Dari berbagai akar penyebab masalah yang ada, didapatkan alternatif pemecahan
masalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan penyuluhan berkala tentang jenis sampah, cara mengolah sampah dan
dampak sampah bagi kesehatan
b. Membuat tempat sampah sendiri dari bahan-bahan yang sudah tidak terpakai yang ada
di sekitar warga Meningkatkan kesadaran responden akan dampak buruk kebiasaan
tersebut
c. Meningkatkan kesadaran responden tentang pentingnya pendidikan
d. Meningkatkan kesadaran responden akan dampak buruk kebiasaan tersebut
e. Menyediakan tempat sampah dan membuka lowongan pekerjaan bagi warga sekitar
untuk menjadi petugas kebersihan
87
f. Mengubah kebiasaan buruk membuang sampah di kali menjadi kebiasaan yang lebih
baik seperti membuang sampah pada tempat sampah
Dari beberapa alternatif pemecahan masalah diatas yang dapat dilakukan intervensi secara
langsung dan disesuaikan berdasarkan akar permasalahan yang ada beserta waktu dan
kemampuan sumber daya yang terbatas. Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Memberikan penyuluhan yang sesuai dengan tingkat pendidikan
b. Memberikan penyuluhan tentang membuang sampah yang baik dan benar agar
mengubah kebiasaan untuk tidak membuang sampah ke kali
c. Memberikan penyuluhan tentang dampak buruk membuang sampah sembarang ke kali
d. Memberikan tempat sampah dan alat kebersihan lainnya
Mengajukan permintaan pada tokoh masyarakat untuk ikut berperan serta dalam
menjaga lingkungan dari sampah maka intervensi yang dapat dilakukan adalah :
mengadakan penyuluhan kepada keluarga binaan dengan media presentasi, poster,
dan leaflet tentang dampak buruk perilaku membuang sampak ke kali, penyakit akibat
perilaku membuang sampah ke kali dan cara mengolah sampah dengan baik. Serta
memberikan sarana berupa tempat sampah yang layak bagi masing-masing keluarga
binaan.
88
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan yang
bertempat tinggal di RT 002/RW 004, Kampung Sukasari, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, maka dilakukanlah diskusi kelompok dan
merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu ”Perilaku Masyarakat Terhadap
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga Binaan RT 002 / RW 004
Kampung Sukasari, Desa Pangkalan”.
5.1.2 Akar Penyebab Masalah kesehatan yang memadai
a. Anggapan bahwa bekerja lebih menguntungkan daripada sekolah
b. Penghasilan yang tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan sehari hari
c. Kurangnya penyuluhan oleh tenaga kesehatan atau tokoh masyarakat
mengenai jenis sampah, cara mengolah sampah dan dampak sampah bagi
kesehatan
d. Tidak ada nya tempat penampungan sampah sementara yang dimiliki
responden
e. Pandangan Membuang sampah di kali mudah dan cepat
f. Kebiasaan turun menurun sebagian besar warga sekitar yang membuang
sampah sembarangan ke kali
5.1.3. Alternatif Pemecahan Masalah
a.Meningkatkan kesadaran responden tentang pentingnya pendidikan
b. Meningkatkan penghasilan yang tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan sehari hari
dan mencari pekerjaan sampingan
c.Meningkatkan penghasilan yang tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan sehari hari
dan mencari pekerjaan sampingan
89
d. Menyediakan sarana tempat pembuangan sampah
e.Meningkatkan rasa peduli terhadap kali yang bebas dari sampah
f. Mengubah kebiasaan buruk membuang sampah di kali menjadi kebiasaan yang lebih baik
seperti membuang sampah pada tempat sampah
5.1.3. Intervensi Pemecahan Masalah
Dari beberapa alternatif pemecahan masalah diatas yang dapat dilakukan intervensi secara
langsung dan disesuaikan berdasarkan akar permasalahan yang ada beserta waktu dan
kemampuan sumber daya yang terbatas. Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Memberikan penyuluhan yang sesuai dengan tingkat pendidikan
b. Memberikan penyuluhan tentang membuang sampah yang baik dan benar agar
mengubah kebiasaan untuk tidak membuang sampah ke kali
c. Memberikan penyuluhan tentang dampak buruk membuang sampah sembarang ke
kali
d. Memberikan tempat sampah dan alat kebersihan lainnya
Mengajukan permintaan pada tokoh masyarakat untuk ikut berperan serta dalam
menjaga lingkungan dari sampah maka intervensi yang dapat dilakukan adalah :
mengadakan penyuluhan kepada keluarga binaan dengan media presentasi, poster,
dan leaflet tentang dampak buruk perilaku membuang sampak ke kali, penyakit akibat
perilaku membuang sampah ke kali dan cara mengolah sampah dengan baik. Serta
memberikan sarana berupa tempat sampah yang layak bagi masing-masing keluarga
binaan.
5.2 Saran
5.2.1.1 Bagi Masyarakat Desa Pangkalan
a. Diharapkan masyarakat Kampung Sukasari memiliki kesadaran tentang pentingnya
pendidikan
b. Menyarankan kepada keluarga binaan untuk menerapkan hasil dari penyuluhan yang
telah didapat dan mengajarkannya kepada seluruh anggota keluarga.
90
c. Hendaknya mengajak masyarakat sekitar bersama–sama untuk berpartisipasi dalam
mengubah perilaku membuang sampah.
d. Menghimbau masyarakat sekitar untuk sering mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan untuk menambah pengetahuan tentang kesehatan dan lingkungan
e. Memberikan saran kepada tokoh masyarakat, terutama ketua RT dari keluarga binaan
untuk mengajak masyarakatnya mengikuti penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang
baik
5.2.1.2 Bagi Puskesmas Tegal Angus
a. Menyarankan pihak pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan informasi dan
penyuluhan mengenai pengetahuan yang berkaitan tentang pengelolaan sampah yang
baik
b. Seluruh civitas puskesmas Tegal Angus maupun kader diharapkan dapat bekerjasama
membina warga agar terlaksananya pengelolaan sampah yang baik
c. Pemerintah setempat bersama puskesmas Tegal Angus diharapkan memberikan
dukungan dengan selalu menghimbau pada warganya untuk sadar resiko tinggi yang
ditimbulkan akibat pengelolaan sampah yang buruk
91
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2008.Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008. Tentang Pengolahan Sampah
Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta ; EGC
Lasma, Rohani. 2007. Perilaku masyarakat dalam pengolahan sampah di desa medan senembah kabupaten deliserdang dan di kelurahan asam kkumbang kota medan tahun 2007. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan
Depkes. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Kemenkes RI
Hadiwiyoto, Soewardo. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan I Daru.
Notoatmodjo, S.2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta: 24.
Notoatmodjo (2007) , Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta Depkes Ri (1984), Teknologi Desa. Depkes Ri, Jakarta
Nur Sulistiawan, Insan. 2008. Skripsi. Pengolahan Sampah Terpadu Di Perumahan Pamungkas Yogyakarta. Yogyakarta: Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universiatas Islam Indonesia
Tim Penulis PS. 2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Bogor: Penebar Swadaya
92
LAMPIRAN I
KUESIONER DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS
AREA MASALAH PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN
SAMPAH RUMAH TANGGA PADA KELUARGA BINAAN KAMPUNG SUKA SARI,
DESA PANGKALAN, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG,
PROVINSI BANTEN PERIODE 03 AGUSTUS 2015 – 04 SEPTEMBER 2015
IDENTITAS RESPONDEN
a. No. Responden :
b. Nama Responden :
c. Jenis Kelamin : ( L / P )
d. Umur : tahun
e. Latar Belakang Pendidikan :
□ Tidak Sekolah
□ SD
□ SMP
□ SMA
□ Perguruan Tinggi
f. Pekerjaan :
□ Ibu RumahTangga
□ Wiraswasta
□ PNS
□ Pegawai Swasta
□ Pelajar
□ Dll……………………
g. Penghasilan/bulan?
□ < Rp 2.730.000,00
□ > Rp 2.730.000,00
93
Pengetahuan
1. Apa pengertian dari sampah?
a. Sesuatu yang kotor dan tidak berguna
b. Sesuatu yang tidak digunakan, dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang berasal dari
kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.
c. Sesuatu yang kotor maupun bersih dan tidak berguna
d. Sesuatu yang harus dibuang saja
e. Tidak tahu
2. Apa saja gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh sampah?
a. Diare
b. Mual
c. Muntah
d. Pusing
e. Tidak ada
3. Apa saja bahaya membuang sampah di kali?
a. Dapat menyebabkan banjir, mencemari lingkungan, dan merupakan sumber penyakit.
b. Dapat mencemari lingkungan
c. Dapat menyebabkan timbulnya bau tidak enak di lingkungan
d. Dapat membuat air menggenang.
e. Tidak menyebabkan bahaya sama sekali.
4. Bagaimana tempat membuang sampah yang baik ?
a. Tempat cukup sehingga tidak berserakan, mempunyai tutup, dan ada tempat khusus
untuk membuang sampah bahan berbahaya dan beracun
b. Tempat yang berukuran besar
c. Di tanah kosong
d. Halaman rumah
e. Tidak tahu
5. Apa saja jenis-jenis sampah?
a. Sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas
b. Sampah basah dan sampah kering
c. Sampah rumah tangga dan sampah jalanan
94
d. Sampah padat dan sampah cair
e. Tidak tahu
6. Bagaimana cara mengolah sampah?
a. Dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah sementara
b. Dibuang ke kantong plastik
c. Dibuang di kebun
d. Didiamkan
e. Dibuang ke kali
Ketersediaan sarana
1. Apakah anda memiliki tempat sampah yang baik di rumah?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah di daerah tempat anda terdapat sarana Tempat Membuang Sampah Sementara?
a. Ya
b. Tidak
Sikap
1. Menurut pendapat anda, apakah sampah merupakan sesuatu yang kotor dan merusak
lingkungan?
a. Ya
b. Tidak
2. Menurut pendapat anda, apakah membuang sampah di kali adalah hal yang benar?
a. Ya
b. Tidak
3. Menurut pendapat anda, apakah memisahkan sampah sesuai jenisnya adalah tindakan
yang penting dilakukan?
a. Ya
b. Tidak
4. Menurut pendapat anda, apakah tumpukan sampah dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit?
95
a. Ya
b. Tidak
Perilaku Pengelolaan Sampah
1. Bagaimanakah cara anda membuang sampah rumah tangga?
a. Dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian dipisahkan, lalu dibuang ke TPS.
b. Dikumpulkan, kemudian dibuang ke kali
c. Dikumpulkan di samping rumah / kebun
2. Dimanakah anda membuang sampah rumah tangga?
a. Tempat sampah umum
b. Di kebun
c. Di kali
3. Berapa kali anda membuang sampah setiap minggu?
a. >5
b. 3-5
c. <3
96
LAMPIRAN II
SKORING KUESIONER
VARIABEL PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH
RUMAH TANGGA PADA KELUARGA BINAAN KAMPUNG SUKA SARI, DESA
PANGKALAN, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG,
PROVINSI BANTEN PERIODE 03 AGUSTUS 2015 – 04 SEPTEMBER 2015
Variabel Pendidikan
Pendidikan Dasar < 12 thn dikategorikan pendidikan rendah
Pendidikan Dasar > 12 thn dikategorikan pendidikan tinggi
Variabel Pendapatan
Mampu jika penghasilan > Rp. 2.710.000,-
Kurang mampu jika penghasilan < Rp. 2.710.000,-
Variabel Pengetahuan
No. 1 Jika responden menjawab A, diberikan poin 4
Jika responden menjawab B, diberikan poin 5
Jika responden menjawab C, diberikan poin 3
Jika responden menjawab D, diberikan poin 2
Jika responden menjawab E, diberikan poin 1
No. 2 Jika responden menjawab A, diberikan poin 5
Jika responden menjawab B, diberikan poin 4
Jika responden menjawab C, diberikan poin 3
Jika responden menjawab D, diberikan poin 2
Jika responden menjawab E, diberikan poin 1
No. 3 Jika responden menjawab A, diberikan poin 5
Jika responden menjawab B, diberikan poin 4
Jika responden menjawab C, diberikan poin 3
Jika responden menjawab D, diberikan poin 2
97
Jika responden menjawab E, diberikan poin 1
No. 4 Jika responden menjawab A, diberikan poin 5
Jika responden menjawab B, diberikan poin 4
Jika responden menjawab C, diberikan poin 3
Jika responden menjawab D, diberikan poin 2
Jika responden menjawab E, diberikan poin 1
No. 5 Jika responden menjawab A, diberikan poin 5
Jika responden menjawab B, diberikan poin 4
Jika responden menjawab C, diberikan poin 3
Jika responden menjawab D, diberikan poin 2
Jika responden menjawab E, diberikan poin 1
No. 6 Jika responden menjawab A, diberikan poin 5
Jika responden menjawab B, diberikan poin 4
Jika responden menjawab C, diberikan poin 3
Jika responden menjawab D, diberikan poin 2
Jika responden menjawab E, diberikan poin 1
Hasil penilaian: Baik jika poinnya 25-30
Cukup jika poinnya 16-24
Kurang jika poinnya < 15
Variabel Ketersediaan Sarana
No. 1 Jika responden menjawab A, diberikan poin 2
Jika responden menjawab B, diberikan poin 1
No. 2 Jika responden menjawab A, diberikan poin 2
Jika responden menjawab B, diberikan poin 1
Hasil penilaian: Baik jika poinnya 4
Kurang jika poinnya 2-3
Variabel Sikap
No. 1 Jika responden menjawab A, diberikan poin 2
Jika responden menjawab B, diberikan poin 1
98
No. 2 Jika responden menjawab A, diberikan poin 1
Jika responden menjawab B, diberikan poin 2
No. 3 Jika responden menjawab A, diberikan poin 2
Jika responden menjawab B, diberikan poin 1
No. 4 Jika responden menjawab A, diberikan poin 2
Jika responden menjawab B, diberikan poin 1
Hasil penilaian: Baik jika poinnya 8
Kurang jika poinnya 4-7
Variabel Perilaku Pengelolaan Sampah
No. 1 Jika responden menjawab A, diberikan poin 2
Jika responden menjawab B, diberikan poin 1
Jika responden menjawab C, diberikan poin 1
No. 2 Jika responden menjawab A, diberikan poin 2
Jika responden menjawab B, diberikan poin 1
Jika responden menjawab C, diberikan poin 1
No. 3 Jika responden menjawab A, diberikan poin 2
Jika responden menjawab B, diberikan poin 1
Jika responden menjawab C, diberikan poin 1
Hasil penilaian: Baik jika poinnya 6
Kurang jika poinnya 3-5
99
LAMPIRAN III
1. Foto Rumah Keluarga Tn. Cana
(teras rumah)
(ventilasi)
100
(ventilasi)
(Ruang tamu)
101
(Ruang tengah)
(kamar mandi)
102
(tempat sampah)
(Tempat bakar sampah di samping rumah)
103
(Tempat membakar sampah bersama warga lain)
(kali di samping rumah)
104
2. Foto Rumah Keluarga Tn. Sadin
(Rumah tampak depan)
(Ruang keluarga/ruang TV)
105
(Kamar tidur 1)
(Kamar tidur 2)
106
(Dapur)
(Jamban, tempat mandii dan mencuci)
107
(Gudang beserta kandang ayam)
3. Foto Rumah Keluarga Tn. Urip
(Teras dan halaman depan)
108
(Ruang tamu dan ruang TV)
(Kamar tidur 1)
109
(Kamar tidur 2)
(Ruang makan)
110
(Dapur)
(Tempat untuk mandi dan mencuci)
111
(Teras samping)
(Kandang kambing)
4. Foto Rumah Keluarga Tn. Intin
112
(Teras)
(Ruang Tamu)
113
(Kamar Tidur 1)
(Kamar Tidur 2)
114
(Dapur)
(Kamar Mandi)
115
LAMPIRAN IV
1. Pamflet
116
117