diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PROGRAM SIMPANAN
KELUARGA SEJAHTERA DI KANTOR POS
TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
Mentari Ratna Dewi
NIM. 6661120735
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
ABSTRAK
Mentari Ratna Dewi. NIM 6661120735. Skripsi. Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Pembimbing I: Leo Agustino, Ph.D dan Pembimbing II: Riny Handayani, M.Si
Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah program pemberian bantuan
tunai kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang ditetapkan pemerintah dalam rangka kompensasi atas kenaikan harga BBM yang sifatnya seperti buku tabungan. Tujuan dari Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah untuk mencegah penurunan daya beli masyarakat dan kompensasi menyusul pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak. Adapun permasalahannya yakni penentuan penerima dana masih menggunakan data Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011, kurangnya sosialisasi, penetapan lokasi pencairan dana dan penetapan jadwal pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana proses implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah masyarakat penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Teori yang digunakan adalah teori Van Metter dan Van Horn. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, kuesioner dan studi dokumen. Uji hipotesis yang digunakan adalah t-test satu sampel. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa hasil menunjukkan bahwa presentase Program Simpanan Keluarga Sejahtera hanya mencapai 54.94% dan belum berjalan dengan baik karena dibawah angka minimal 60%. Saran peneliti adalah lebih meningkatkan komunikasi antar pihak terkait guna untuk memperlancar jalannya Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang lebih baik.
Kata kunci: Kemiskinan, Implementasi, Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
ABSTRACT
Mentari Ratna Dewi. NIM 6661120735. Research Paper. Implementation of
Prosperous Family Saving Program in Tigaraksa Post Office, Tangerang
Regency. Advisor I: Leo Agustino, Ph.D and Advisor II: Riny Handayani, M.Si Prosperous Family Saving Program is a program which provides cash assistance to the Targeted Households which was set by the government in order to compensate for the rising in fuel prices, similar to a passbook. The purpose of Prosperous Family Saving Program is to prevent a decline in consumer purchasing power and compensation following the reduction in fuel subsidies. The problem is that the determination of the beneficiary are still using the Social Protection Program Data Collection in 2011, lack of socialization, the determination on the location of the funds disbursement, and funds disbursement schedule determination of the Prosperous Family Saving Program. The purpose of this study was to describe the implementation process of Prosperous Family Saving Program in Tigaraksa Post Office, Tangerang Regency. The research method used was quantitative descriptive. The subject of research is the beneficiary communities of Prosperous Family Saving Program in Tigaraksa Post Office, Tangerang Regency. The theory used were the theory of Van Metter and Van Horn. Data collection techniques used were observations, interviews, questionnaires and document studies. Hypothesis test used was one sample t-test. Based on the research results, it can be seen that the percentage of Prosperous Family Saving Program only reached 54.94% and has not gone well for at least 60% below the figure. The suggestion from the researcher is improve a better communication between the related parties in order to reinforce the better Prosperous Family Saving Program. Keywords: Poorness, Implementation, Prosperous Family Savings Program
Motto :
Maka Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan
Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan
Maka Apabila Engkau Telah Selesai (Dari Sesuatu Urusan),
Tetaplah Bekerja Keras (Untuk Urusan Yang Lain)
Dan Hanya Kepada Tuhan-mu lah Engkau Berharap…
(Q.S: Al-Insyirah 5-8)
Persembahan :
“Skripsi ini saya Persembahkan untuk Mamah -
Bapak Tercinta beserta Kakak - Adik Terkasih
dan Nenek serta Alm. Kakek Tersayang yang
telah memberikan semangat dan do’a tulusnya
serta motivasi secara moral dan materiil dalam
penyelesaiin skripsi ini.”
ii
4. Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Listyaningsih, M.Si, Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing penulis dari awal hingga akhir.
8. Leo Agustino, Ph. D selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang selalu
membimbing, memberikan ilmunya, serta memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas segala ilmu dan bantuannya.
9. Riny Handayani, M.Si selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang telah
memberikan ilmunya serta membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Semua Dosen dan Staff Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
11. Kesbanglinmas Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin
penelitian kepada peneliti.
12. Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang yang telah memberikan
informasi kepada peneliti.
13. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang yang telah memberikan
informasi kepada peneliti.
iii
14. Kantor Pos Tangerang yang telah memberikan informasi kepada peneliti.
15. Para penerima dana PSKS yang telah bersedia untuk meluangkan
waktunya dan memberikan informasi kepada peneliti.
16. Kedua orang tua tersayang dan tercinta yang selalu membimbing dan
mengantarkan anaknya sampai ke dalam tahap perguruan tinggi serta
selalu memberikan semangat dan selalu menemani sehingga penulis dapat
termotivasi untuk cepat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Terimakasih banyak Bapak Sabrawi dan Mamah Umi Mar’ati.
17. Kakak dan Adikku, Mega Puspa Sari dan Gilang Firmansyah serta
keluarga besar yang tidak hentinya memberikan do’a serta semangat untuk
penulis.
18. Muhammad Ridwan Nurcholis yang selalu memberikan semangat dan
selalu menemani sehingga penulis dapat termotivasi untuk cepat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih banyak atas waktunya
dan sukses selalu.
19. Teman-teman seperjuangan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2012,
khususnya teman-teman kelas C dan teman-teman ‘Ngebet Lulus’ (Pipi,
Ndew, Acut, Nong, Tangen, Upeh) semoga kami semua dapat berjuang
dan sukses bersama.
20. Sahabat-sahabat sekolah yang selalu memberikan semangat sehingga
penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu
peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Peneliti
iv
meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam skripsi ini terjadi
kesalahpahaman yang kurang berkenan selama peneliti melakukan penelitian.
Terimakasih.
Serang, November 2016
Mentari Ratna Dewi
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI …………………………….………...……………………………. v
DAFTAR TABEL .…………………………………….…………………….. viii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….... x
DAFTAR GRAFIK …………..………………………………………………... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………...…………………………….. 1
1.2 Identifikasi Masalah ……………...………………………………… 18
1.3 Batasan Masalah ……………………………………………………. 19
1.4 Perumusan Masalah ……………….……….……………………….. 19
1.5 Tujuan Penelitian …………………………………………………… 20
1.6 Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 20
1.6.1 Manfaat Teoritis ……………………………………………. 20
vi
1.6.2 Manfaat Praktis …………………………………………….. 20
1.7 Sistematika Penulisan Penelitian …………………………………… 21
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Studi Kepustakaan ………………………………………………….. 24
2.1.1 Definisi Kebijakan ………………………………………..….. 25
2.1.2 Definisi Publik ……………………………………………….. 26
2.1.3 Definisi Kebijakan Publik .…………………………………… 27
2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik …………………………..….. 28
2.1.5 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik ..……………... 30
2.2 Penelitian Terdahulu ……………………………………………….. 35
2.3 Kerangka Berpikir ………………………………………………….. 39
2.4 Hipotesis Penelitian .………………………………………………... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian …………………………………………………... 43
3.2 Populasi dan Sampel ……………………………………………….. 44
3.2.1 Populasi ………………………..……………………………... 44
3.2.2 Sampel ……………………..…………………………………. 45
3.3 Instrumen Penelitian ………………………………………………... 47
3.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 50
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……………………………... 52
3.5.1 Uji Validitas ……………………..…………………………… 54
3.5.2 Uji Reliabilitas ………………………..……………………… 55
3.5.3 Uji Hipotesis ……………………………..…………………… 56
vii
3.6 Jadwal Penelitian …………………………………………………… 56
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian …………………………………………. 58
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang …………………… 58
4.1.2 Deskripsi Responden Penelitian ……………………………… 61
4.1.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……………… 61
4.1.2.2 Responden Berdasarkan Usia ………………………… 62
4.1.2.3 Responden Berdasarkan Pendidikan …………………. 63
4.1.2.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan …………………... 64
4.1.2.5 Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ………... 65
4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen ………………………………………. 66
4.3 Hasil Uji Reliabilitas ……………………………………………….. 69
4.4 Pengujian Hipotesis ………………………………………………… 70
4.5 Analisis Data ……………………………………………………….. 73
4.6 Interpretasi Hasil Penelitian ………………………………………. 132
4.7 Pembahasan ……………………………………………………….. 133
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 146
5.2 Saran …………………………………………………………….… 148
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin per-kabupaten Kabupaten Tangerang
Tahun 2010–2014 (Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional) ………… 6
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang Tahun 2009-2013 6
Tabel 1.3 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) per-Kabupaten/Kota Provinsi
Banten Tahun 2014-2015 …………………………………………… 10
Tabel 1.4 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) per-Kecamatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2015 …………………………… 11
Tabel 1.5 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Per-Kantor Pos Bayar
di Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2015 ………………………… 12
Tabel 3.1 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kantor Pos Bayar
Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2015 ………………… 45
Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Penelitian ……………………………………… 47
Tabel 3.3 Skoring Item Instrumen ……………………………………………... 48
Tabel 3.4 Instrumen Penelitian ………………………………………………… 49
Tabel 3.5 Jadwal Penelitian …………………………………………………….. 57
ix
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tangerang
Tahun 2013 …………………………………………………………... 60
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen ……………………………………….. 68
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas ………………………………………………… 70
Tabel 4.4 Kategorisasi Indikator Standar dan Sasaran Kebijakan ……………. 134
Tabel 4.5 Kategorisasi Indikator Sumber Daya ………………………………. 136
Tabel 4.6 Kategorisasi Indikator Karakteristik Agen Pelaksana ……………... 138
Tabel 4.7 Kategorisasi Indikator Sikap Para Pelaksana ………………………. 140
Tabel 4.8 Kategorisasi Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen
Pelaksana …………………………………………………………... 142
Tabel 4.9 Kategorisasi Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik ….. 143
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ………………………………………………… 40
Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ……………………... 72
Gambar 4.2 Mekanisme Pengambilan Dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera …………………………………………………………… 85
xi
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …………………... 62
Grafik 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia …………………………….. 63
Grafik 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ……………………… 64
Grafik 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ……………………….. 65
Grafik 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan …………….. 66
Grafik 4.6 Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan …………………………… 74
Grafik 4.7 Hasil Pernyataan Pertama Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan .. 75
Grafik 4.8 Hasil Pernyataan Kedua Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan …. 77
Grafik 4.9 Hasil Pernyataan Ketiga Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan … 78
Grafik 4.10 Hasil Pernyataan Keempat Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan 80
Grafik 4.11 Hasil Pernyataan Kelima Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan . 81
Grafik 4.12 Hasil Pernyataan Keenam Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan 82
Grafik 4.13 Hasil Pernyataan Ketujuh Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan 83
Grafik 4.14 Indikator Sumber Daya ……………………………………………. 86
Grafik 4.15 Hasil Pernyataan Kedelapan Indikator Sumber Daya ……………... 87
Grafik 4.16 Hasil Pernyataan Kesembilan Indikator Sumber Daya …………… 88
Grafik 4.17 Hasil Pernyataan Kesepuluh Indikator Sumber Daya …………….. 90
Grafik 4.18 Hasil Pernyataan Kesebelas Indikator Sumber Daya ……………... 91
Grafik 4.19 Hasil Pernyataan Kedua belas Indikator Sumber Daya …………… 92
Grafik 4.20 Hasil Pernyataan Ketiga belas Indikator Sumber Daya …………… 94
xii
Grafik 4.21 Indikator Karakteristik Agen Pelaksana …………………………... 96
Grafik 4.22 Hasil Pernyataan Keempat belas Indikator Karakteristik Agen
Pelaksana ………………………...………………………………... 97
Grafik 4.23 Hasil Pernyataan Kelima belas Indikator Karakteristik Agen
Pelaksana ………………………...………………………………... 98
Grafik 4.24 Hasil Pernyataan Keenam belas Indikator Karakteristik Agen
Pelaksana ………………………...………………………………... 99
Grafik 4.25 Hasil Pernyataan Ketujuh belas Indikator Karakteristik Agen
Pelaksana ………………………...………………………………. 100
Grafik 4.26 Hasil Pernyataan Kedelapan belas Indikator Karakteristik Agen
Pelaksana ………………………...……………………………….. 102
Grafik 4.27 Indikator Sikap Para Pelaksana ………………………………….. 104
Grafik 4.28 Hasil Pernyataan Kesembilan belas Indikator Sikap Para
Pelaksana ……………………………………………………….... 105
Grafik 4.29 Hasil Pernyataan Kedua puluh Indikator Sikap Para Pelaksana …. 106
Grafik 4.30 Hasil Pernyataan Kedua puluh satu Indikator Sikap Para
Pelaksana …………………………………………………………. 108
Grafik 4.31 Hasil Pernyataan Kedua puluh dua Indikator Sikap Para
Pelaksana ......................................................................................... 109
Grafik 4.32 Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen
Pelaksana …………………………………………………………. 111
Grafik 4.33 Hasil Pernyataan Kedua puluh tiga Indikator Komunikasi
Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana ………………….. 112
xiii
Grafik 4.34 Hasil Pernyataan Kedua puluh empat Indikator Komunikasi
Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana …………………. 113
Grafik 4.35 Hasil Pernyataan Kedua puluh lima Indikator Komunikasi
Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana ……………......... 115
Grafik 4.36 Hasil Pernyataan Kedua puluh enam Indikator Komunikasi
Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana …………………. 116
Grafik 4.37 Hasil Pernyataan Kedua puluh tujuh Indikator Komunikasi
Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana …………………. 117
Grafik 4.38 Hasil Pernyataan Kedua puluh delapan Indikator Komunikasi
Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana …………………. 119
Grafik 4.39 Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik ……………... 121
Grafik 4.40 Hasil Pernyataan Kedua puluh sembilan Indikator Lingkungan
Ekonomi, Sosial dan Politik …………………………………….... 122
Grafik 4.41 Hasil Pernyataan Ketiga puluh Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial
dan Politik ………………………………………………………... 123
Grafik 4.42 Hasil Pernyataan Ketiga puluh satu Indikator Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik ……………………………………………......... 125
Grafik 4.43 Hasil Pernyataan Ketiga puluh dua Indikator Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik ……………………………………………......... 126
Grafik 4.44 Hasil Pernyataan Ketiga puluh tiga Indikator Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik ……………………………………………......... 127
Grafik 4.45 Hasil Pernyataan Ketiga puluh empat Indikator Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik ……………………………………………......... 129
xiv
Grafik 4.46 Hasil Pernyataan Ketiga puluh lima Indikator Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik ……………………………………………......... 130
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi ini, semakin meningkatnya pertambahan penduduk,
maka semakin bertambah pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan masyarakat akan
hidup layak dari hari ke hari semakin meningkat. Akan tetapi, masih banyak
masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhan hariannya, seperti sulitnya
mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan karena rendahnya tingkat
kesejahteraan dalam keluarga. Hal itu disebabkan karena masih tingginya angka
kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah utama yang dihadapi suatu bangsa karena
kemiskinan tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Kemiskinan
merupakan kondisi di mana seseorang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya dalam kehidupan sehari-harinya.
Kemiskinan dapat membuat masyarakat menjadi terbelakang karena
lingkup kemiskinan bukan hanya ekonomi saja, tetapi mencakup aspek sosial dan
politik. Masyarakat yang sulit memenuhi kebutuhan hidupnya dapat terlihat dari
segi ekonominya. Hal ini dapat terjadi di mana masyarakat tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan serta pendidikan
maupun kesehatan. Selain dari segi ekonomi, kurangnya hubungan sosial dapat
2
berpengaruh terhadap kemiskinan karena hal ini dapat menghambat dan
menghalangi seseorang untuk mendapatkan informasi guna memanfaatkan
kesempatan yang ada. Hubungan sosial yang baik mendukung seseorang
mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan atau bahkan memiliki keahlian
agar taraf kesejahteraannya meningkat. Politik yang tidak sehat juga dapat
menyebabkan kemiskinan yang berlarut-larut. Hal ini dapat terjadi karena
sebagian pihak yang mempunyai kekuasaan salah dalam menggunakan
kekuasaannya, sebagian pihak menggunakan kekuasaannya hanya untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Seharusnya para elit politik dapat
memberikan kontribusi yang nyata terhadap masyarakat miskin agar dapat
memperkecil jumlah kemiskinan yang ada di Indonesia.
Kondisi kemiskinan yang terjadi di Indonesia menuntut pemerintah untuk
menanggulangi, mengurangi bahkan memberantas permasalahan yang sudah
merajalela ini. Pemerintah harus mampu mengatasi permasalahan kemiskinan
dengan memberikan kebijakan atau program yang berorientasi kepada masyarakat
miskin agar angka kemiskinan di Indonesia dapat berkurang karena pada
hakikatnya masyarakat miskin dipelihara oleh negara jadi pemerintah mempunyai
kewajiban dalam menganggulangi kemiskinan. Hal ini disebutkan dalam Pasal 34
Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tentang Hak Asasi Manusia yang
menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (1) tertanam jelas bahwa
fakir miskin merupakan tanggung jawab dan wewenang pemerintah. Hal tersebut
di perkuat oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
3
Sosial Pasal 24 ayat (1) yang menyatakan bahwa penyelenggaraan kesejahteraan
sosial menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.
Pemerintah memegang peranan penting dalam memberantas kemiskinan.
Untuk itu, pemerintah wajib memberikan kebijakan atau program yang
mengutamakan masyarakat miskin agar dapat meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat miskin menjadi sejahtera. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah
dalam menangani permasalahan kemiskinan dari pemerintah.
Dalam penanggulangan kemiskinan memerlukan keterlibatan berbagai
pihak yang berkepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah serta
masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab yang sama
terhadap penanggulangan kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan
penanggulangan kemiskinan melalui berbagai kebijakan atau program dalam
upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga negara secara layak dan meningkatkan
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin. Untuk menunjang
penanggulangan kemiskinan dan mewujudkan percepatan penanggulangan
kemiskinan maka dibuat program yang merujuk pada masyarakat miskin guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.
Pada era Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi berbagai program
penanggulangan kemiskinan dicetuskan oleh pemerintah dengan nama yang
berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengurangi tingkat
kemiskinan bahkan memberantas kemiskinan di Indonesia, seperti Program BLT
dan BLSM yang sebenarnya hanya berubah nama saja. Program tersebut
4
diselenggarakan sebagai respon kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia pada
saat itu dan tujuan utama dari program ini adalah membantu masyarakat
miskin untuk tetap memenuhi kebutuhan hariannya. Kedua Program ini
menyalurkan bantuan berupa pemberian kompensasi uang tunai dengan besaran
untuk Program BLT adalah senilai Rp. 100.000,-
(https://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan_langsung_tunai 5 Maret 2016) dan untuk
Program BLSM sebesar Rp. 150.000,- per keluarga
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/18/19561159/BLSM.Mulai.Dib
agikan.Akhir.Bulan.Ini 19 Maret 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian SMERU terkait kajian
cepat pelaksanaan Program BLT 2008 dan evaluasi penerima Program BLT 2005
di Indonesia dan penggunaan KPS dan pelaksanaan BLSM 2013 menarik
kesimpulan bahwa Program BLT masih relevan dan dapat membantu masyarakat
miskin tetapi dalam pelaksanaannya masih terjadi ketegangan dan bahkan konflik
di tingkat masyarakat. Konflik bersumber dari kecemburuan sosial dan tidak
transparannya proses verifikasi penerima program. Pemotongan dana BLT terjadi
di tingkat masyarakat dengan jumlah yang cenderung bertambah dan dilakukan
secara sistematis. Keadaan ini tidak diantisipasi dan ditangani oleh aparat terkait,
bahkan aparat cenderung menutup mata atas kondisi tersebut. Adanya BLT pun
tidak mengakibatkan kemalasan dan perubahan jam kerja RTS. Jumlah dana yang
terbatas dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam jangka pendek
menyebabkan masyarakat miskin harus bertindak rasional dengan tetap bekerja
untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Selain itu,
5
masih terjadi kesalahan penetapan sasaran dan ketidak tercakupan penerima BLT
karena verifikasi tidak berjalan dengan semestinya. Selain itu, pelaksanaan BLSM
tidak menimbulkan permasalahan sosial yang berarti, meskipun sosialisasi
program cenderung terbatas dan terlambat. Umumnya rumah tangga menerima
dana dari kantor pos sesuai ketentuan, namun di beberapa desa terdapat
pemotongan ditingkat lokal yang hasilnya dibagikan kepada rumah tangga lain
yang tidak menjadi penerima.
Di Kabupaten Tangerang, banyak keluarga miskin yang tidak
mendapatkan bantuan BLT maupun BLSM. Perataan terkait pembagian dana
dirasa masih kurang menyentuh semua keluarga miskin. Akibat tidak tepat
sasaran, banyak keluarga miskin yang mengembalikan Kartu Perlindungan Sosial
(KPS) ke kantor desa setempat maupun ke kantor pos karena perbandingannya
lebih banyak yang tidak menerima dari pada yang menerima
(http://metro.sindonews.com/read/759480/31/takut-didemo-2-000-warga-
tangerang-kembalikan-kps-1373444678 20 Januari 2016). Mereka tidak ingin
konflik terjadi di tengah masyarakat karena kecemburuan sosial antara keluarga
miskin yang mendapatkan KPS dan yang tidak mendapatkannya.
Dengan adanya program dari pemerintah yang ditujukan untuk keluarga
miskin. Pada tahun 2010-2014, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tangerang
mengalami penurunan. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2011 dengan
angka penurunan sebesar 0,76 % (BPS Kabupaten Tangerang). Untuk lebih
jelasnya, hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
6
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin per-kabupaten Kabupaten Tangerang
Tahun 2010–2014 (Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional)
No. Tahun Jumlah Presentase (%) 1. 2010 (Juli) 205.097 7.18 2. 2011 (September) 188.653 6.42 3. 2012 (September) 175.978 5.71 4. 2013 (September) 183.889 5.78 5. 2014 (September)* 176.202 5.36
Catatan: *Angka Sangat Sementara
Sumber: BPS Kabupaten Tangerang (2015)
Selain menurunnya tingkat kemiskinan di Kabupaten Tangerang, laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan. Laju
pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2011. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang
Tahun 2009-2013
No. Tahun Presentase 1. 2009 4,41 2. 2010 6,33 3. 2011 6,39 4. 2012 5,86 5. 2013 6,11
Sumber: BPS, IPM Kabupaten Tangerang (Hal: 28)
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang tahun 2009 sebesar
4,41 persen naik menjadi 6,33% di tahun 2010 kemudian pada tahun 2011
menjadi 6,39% dan pada tahun 2012 mengalami penurunan 5,86% kemudian
sedikit meningkat di tahun 2013 sebesar 6,11%. (Sumber: BPS, IPM Kabupaten
Tangerang, Hal: 28)
7
Untuk meminimalisir permasalahan kesejahteraan sosial, khususnya
kemiskinan, Pemerintah mencetuskan program yang ditujukan untuk masyarakat
miskin guna menanggulangi bahkan memberantas kemiskinan di Indonesia. Pada
tahun 2014 pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan. Sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal (2) ayat (2) Program
tersebut meliputi Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia
Pintar dan Program Indonesia Sehat. Dengan dikeluarkannya Perpres tersebut,
selanjutnya dikeluarkan pula Intruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar
dan Program Indonesia Sehat untuk membangun Keluarga Produktif pada tanggal
3 November 2014.
Program nasional dalam upaya penanggulangan kemiskinan tersebut
merupakan bentuk perlindungan sosial yang diperlukan bagi masyarakat miskin
guna untuk mencegah terjadinya guncangan dan kerentanan sosial, salah satu
diantaranya melalui Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Program
Simpanan Keluarga Sejahtera merupakan program yang diberikan dalam bentuk
kompensasi yang sifatnya seperti buku tabungan.
Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah program pemberian bantuan
tunai kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang ditetapkan pemerintah dalam
rangka kompensasi atas kenaikan harga BBM. Tujuan dari PSKS adalah untuk
mencegah penurunan daya beli masyarakat dan kompensasi menyusul
pengurangan subsidi BBM. Pengurangan subsidi menyebabkan kenaikan harga
8
BBM yang diikuti dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga daya
beli masyarakat menurun terutama keluarga miskin. Untuk itulah PSKS
disalurkan (http://blsm.posindonesia.co.id/umum.php 3 April 2016).
Program Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan karena untuk
memperbaiki efektivitas dalam penyaluran bantuan sosial, jadi pemerintah
memutuskan untuk memberikan dalam bentuk simpanan. Alasan pemberian dalam
bentuk simpanan adalah:
1. Simpanan/tabungan merupakan bentuk kegiatan produktif, 2. Simpanan/tabungan merupakan bagian dari strategi nasional keuangan
inklusif, 3. Perbaikan dari program BLSM 2013 yang sekedar membagikan uang
tunai, dan 4. Mengurangi antrian (www.tnp2k.go.id/id/program/program-membangun-
keluarga-produktif/mengapa-bantuan-dalam-bentuk-simpanan/ 21 Desember 2015).
Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) merupakan salah satu
upaya pemerintah untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin. Melalui
program simpanan keluarga sejahtera ini diharapkan berdampak langsung
terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga miskin karena di tingkat keluarga,
program perlindungan sosial dapat mendorong perkembangan anggota keluarga
yang lebih baik, seperti adanya asupan gizi yang cukup dalam keluarga dan juga
dapat mendorong terciptanya ketahanan keluarga secara ekonomi.
Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang diperuntukkan bagi
pemegang KKS merupakan program pemberian bantuan non tunai dalam bentuk
simpanan yang diberikan kepada 15,5 Juta Keluarga kurang mampu di seluruh
Indonesia, sejumlah Rp. 200.000/Keluarga/Bulan. Untuk tahun 2014,
9
dibayarkan sekaligus Rp. 400.000 untuk bulan November dan Desember.
Program Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan kepada keluarga kurang
mampu, secara bertahap diperluas mencakup penghuni panti asuhan, panti
jompo dan panti-panti sosial lainnya.Saat ini, 1 Juta keluarga diberikan dalam
bentuk layanan keuangan digital dengan pemberian SIM Card, sedangkan 14,5
Juta keluarga diberikan dalam bentuk simpanan giro pos
(http://www.psks.sapa.or.id/tentang-psks 4 Maret 2016). Pada tahun anggaran
2015, bantuan yang akan diberikan dalam waktu 3 bulan dengan total Rp.
600.000,-. (http://intelresos.kemsos.go.id/?module=Program+Kks 13 Januari
2016).
Provinsi Banten merupakan satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia
yang menjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Di Provinsi Banten,
RTS penerima dana PSKS berjumlah 417.532 keluarga yang meliputi delapan
kabupaten/kota. Adapun data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
10
Tabel 1.3 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS)
Penerima Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Provinsi Banten
Tahun 2014-2015
No. Kabupaten/Kota Rumah Tangga Sasaran
1. Kabupaten Tangerang 146.278 2. Kabupaten Lebak 118.021 3. Kabupaten Serang 58.432 4. Kota Tangerang 46.239 5. Kota Serang 17.121 6. Kota Tangerang Selatan 16.439 7. Kota Cilegon 11.489 8. Kabupaten Pandeglang 3.513
Jumlah 417.532 Sumber: www.psks.info (4 November 2015)
Berdasarkan tabel jumlah RTS penerima dana PSKS per-kabupaten/kota
diatas, dapat diketahui bahwa Kabupaten Tangerang memiliki jumlah RTS
penerima dana PSKS terbanyak diantara delapan kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Banten dengan jumlah 146.278 keluarga yang tersebar di 29 kecamatan.
Kabupaten Tangerang sendiri menjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera
dalam bentuk simpanan giro pos offline. Selanjutnya, untuk dapat melihat jumlah
RTS penerima dana PSKS per-kecamatan dan per-kantor pos bayar di Kabupaten
Tangerang, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
11
Tabel 1.4 Jumlah RTS Penerima Dana PSKS
per-Kecamatan di Kabupaten TangerangTahun 2014-2015
No. Kecamatan Rumah Tangga Sasaran 1. Pakuhaji 11.388 2. Rajeg 10.456 3. Teluknaga 9.733 4. Mauk 6.750 5. Tigaraksa 6.620 6. Sepatan Timur 6.513 7. Kosambi 6.412 8. Cisoka 6.069 9. Kresek 5.772 10. Solear 5.716 11. Kemiri 5.197 12. Sindang Jaya 5.036 13. Gunung Kaler 5.026 14. Sukamulya 4.966 15. Kronjo 4.731 16. Mekar Baru 4.591 17. Legok 4.517 18. Sepatan 4.147 19. Jayanti 3.748 20. Sukadiri 3.728 21. Balaraja 3.637 22. Pasar Kemis 3.482 23. Panongan 3.474 24. Jambe 3.467 25. Pagedangan 2.901 26. Cisauk 2.860 27. Curug 2.150 28. Cikupa 2.149 29. Kelapa Dua 1.042
Jumlah 146.278 Sumber: Kantor Pos Tangerang (2016)
12
Tabel 1.5 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS)
Penerima Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) per-Kantor Pos Bayar di Kabupaten Tangerang
Tahun 2014-2015
No. Kantor Bayar Kecamatan RTS Jumlah 1. Tigaraksa Tigaraksa 6.620 47.170
Cisoka 6.069 Kresek 5.772 Solear 5.716
Gunung Kaler 5.026 Sukamulya 4.966
Jayanti 3.748 Balaraja 3.637 Jambe 3.467 Cikupa 2.149
2. Tangerang Pakuhaji 11.388 32.362 Sepatan Timur 6.513
Kosambi 6.412 Sepatan 4.147 Cisauk 2.860
Kelapa Dua 1.042 3. Villa Regency Dua Rajeg 10.456 29.430
Sindang Jaya 5.036 Pasar Kemis 3.482
4. Mauk Mauk 6.750 24.997 Kemiri 5.197 Kronjo 4.731
Mekar Baru 4.591 Sukadiri 3.728
5. Curug Legok 4.517 13.042 Panongan 3.474
Pagedangan 2.901 Curug 2.150
6. Teluknaga Teluknaga 9.733 9.733 Jumlah 146.278
Sumber: Kantor Pos Tangerang (2016)
Berdasarkan tabel di atas, dari 6 kantor pos bayar di Kabupaten Tangerang
yang ditunjuk untuk menyalurkan dana PSKS kepada RTS penerima dana PSKS,
terlihat bahwa kantor pos bayar Tigaraksa memiliki jumlah RTS penerima dana
13
PSKS terbanyak, yaitu berjumlah 47.170 RTS penerima dana yang tersebar pada
10 kecamatan di Kabupaten Tangerang. Adapun kecamatan tersebut yaitu,
kecamatan Tigaraksa, Cisoka, Solear, Jambe, Cikupa, Balaraja, Jayanti,
Sukamulya, Kresek dan Gunung Kaler.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal peneliti dengan beberapa
pihak terkait pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, peneliti
menemukan beberapa masalah dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, antara lain sebagai berikut.
Pertama, dalam menentukan RTS penerima dana PSKS membutuhkan
data mengenai nama dan alamat RTS yang layak menerima dana PSKS. Data RTS
penerima dana PSKS pada tahun 2014 dan 2015 menggunakan hasil Pendataan
Program Perlindungan Sosial (PPLS) pada tahun 2011. Penggunaan data PPLS
tahun 2011 untuk pembagian dana PSKS dapat terjadi kemungkinan besar bahwa
data tersebut sudah terjadi banyak perubahan, yang awalnya terdapat keluarga
tidak mampu kemudian menjadi mampu dan sebaliknya, ada pula yang
sebelumnya mampu akan tetapi sekarang menjadi kurang mampu. Hal tersebut
dapat terjadi karena kemiskinan yang bersifat dinamis.
Pengunaan data PPLS tahun 2011 menjadi tidak tepat sasaran. Banyak
penerima dana PSKS yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Hal
tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan penerima dana PSKS, yaitu Ibu
Ilyanah yang mengatakan bahwa terdapat keluarga yang benar-benar miskin tetapi
tidak mendapatkan dana PSKS, berbeda dengan keluarga yang sebenarnya sudah
dapat dikatakan mampu karena mempunyai kendaraan roda dua tetapi pada
14
kenyataannya keluarga tersebut mendapatkan dana PSKS. Selain itu, hasil
wawancara dengan Bapak Endang selaku Kasi Kelembagaan, Kepahlawanan dan
Kesetiakawanan Sosial Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang juga
mengatakan bahwa Dinas Sosial Kesejahteraan Kabupaten Tangerang banyak
menerima laporan dari masyarakat terkait ketidaktepatan sasaran penerima dana
PSKS.
Secara umum, RTS penerima dana PSKS seharusnya adalah rumah tangga
miskin, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak rumah tangga yang
sama-sama miskin bahkan sangat miskin tetapi tidak mendapatkan dana PSKS. Di
sisi lain, tak sedikit ditemukan beberapa rumah tangga yang mampu bahkan
tergolong berada mendapatkan dana PSKS. Seharusnya pihak terkait melakukan
pembaharuan data kepada RTS penerima danakarena penggunaan data PPLS 2011
tersebut sudah tidak up to date.
Kedua, kurangnya sosialisasi dari pemangku kepentingan/pihak yang
terlibat kepada masyarakat penerima dana mengenai Program Simpanan Keluarga
Sejahtera. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak H. Ade selaku Kepala Seksi
Penanganan Fakir Miskin. Beliau mengatakan bahwa pihak Dinas Kesejahteraan
Sosial Kabupaten Tangerang tidak melakukan sosialisasi secara menyeluruh ke
semua kelurahan/desa maupun kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten
Tangerang. Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang hanya melakukan
sosialisasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera kepada kepala
desa/lurah, RT maupun RW setempat serta masyarakat ketika ada kegiatan
tertentu saja, seperti rapat koordinasi (rakor). Selain itu, Bapak Roni selaku TKSK
15
Kecamatan Jayanti mengaku hanya memberikan informasi mengenai jadwal
pencairan dana PSKS dengan cara menempelkan jadwal pencairan dana PSKS
pada papan informasi yang terdapat dikelurahan/desa setempat.
Kurangnya sosialisasi tersebut memberikan dampak bagi masyarakat
penerima dana PSKS. Banyak penerima dana PSKS yang tidak mengetahui
jadwal pengambilan dana PSKS, sehingga penerima dana tidak mengetahui kapan
saatnya kecamatan ataupun desa mereka dapat mencairkan dana PSKS. Selain itu,
kurangnya komunikasi/koordinasi antar pendamping PSKS, kepala desa/lurah dan
RT/RW setempat membuat para penerima dana PSKS minim akan informasi
mengenai PSKS. Salah satunya, yaitu Bapak Rohimin selaku penerima dana
PSKS mengatakan bahwa Program Simpanan Keluarga Sejahtera ini baru
diketahuinya pada tahun 2015 lalu, bapak Rohimin tidak mengetahui bahwa pada
tahun 2014 ada pencairan dana PSKS karena pihak setempat seperti RT dan RW
tidak memberikan informasi tentang program tersebut. Selain itu, banyak
masyarakat penerima dana PSKS yang tidak mengetahui bahwa program
pemerintah yang diberikan saat ini bernama Program Simpanan Keluarga
Sejahtera dan bersifat simpanan. Dana PSKS dapat diambil di lain waktu tanpa
menghilangkan nilai rupiah yang ada dalam simpanan tersebut karena PSKS
bersifat seperti buku tabungan. Salah satunya Ibu Latmunah selaku penerima dana
PSKS yang mengaku kalau beliau mengetahui program pemerintah ini masih
bernama BLSM dan tidak mengetahui kalau program ini sifatnya simpanan.
Ketiga, penyebaran atau penentuan lokasi pengambilan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera. Kantor pos Tigaraksa merupakan satu dari enam
16
kantor pos yang melakukan penyaluran dana PSKS dengan jumlah kecamatan dan
penerima terbanyak yaitu sebanyak 10 kecamatan dan 47.170 RTS penerima dana
PSKS. Lokasi kantor pos Tigaraksa sebagai penyalur dana PSKS dirasa memiliki
jarak yang cukup jauh bagi beberapa penerima dana PSKS. Dengan begitu,
banyak dari penerima dana PSKS yang mengeluh karena jarak tempuh tempat
tinggal mereka berada cukup jauh dari lokasi pencairan dana PSKS. Padahal,
berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Herman yang ditemui di kantor pos
Tangerang, ditunjuknya kantor pos tersebut guna untuk mendekatkan pembayaran
dan meningkatkan kenyamanan kepada RTS penerima dana PSKS agar dapat
memudahkan RTS dalam pengambilan dana PSKS. Akan tetapi, pada
kenyataannya yang dirasakan oleh penerima dana PSKS penetapan lokasi
pengambilan dana tersebut menyulitkan beberapa RTS yang tempat tinggalnya
jauh dari kantor pos bayar karena harus menempuh jarak cukup jauh serta harus
mengeluarkan biaya transportasi yang cukup banyak agar dapat sampai ke kantor
pos bayar Tigaraksa yang telah ditunjuk untuk mencairkan dana PSKS. Hal
tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan Bapak Endang selaku Kasi
Kelembagaan, Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial Dinas Kesejahteraan
Sosial Kabupaten Tangerang yang mengatakan bahwa beliau telah banyak
menerima keluhan dari masyarakat penerima dana PSKS karena lokasi kantor pos
bayar yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal penerima.
Selain itu, salah satu penerima dana PSKS yaitu Ibu Ilyanah yang
mengaku bahwa jarak tempuh dari tempat tinggalnya menuju kantor pos bayar
Tigaraksa mengeluarkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Hal tersebut tentu
17
saja menyulitkan penerima dana PSKS yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi
kantor pos bayar Tigaraksa karena harus memakan waktu dan mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit untuk dapat sampai ke kantor pos bayar Tigaraksa.
Keempat, penetapan jadwal pencairan/pengambilan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera. Pada masa pencairan dana, pihak terkait telah
menetapkan/membuat jadwal untuk masing-masing daerah penerima dana. Dalam
satu hari, terdapat 2.000 sampai 5.000 RTS penerima dana yang mencairkan dana
PSKS. Dengan jumlah yang dirasa masih sangat banyak, hal tersebut membuat
masih adanya antrian panjang yang menghiasi pengambilan dana PSKS di kantor
pos bayar Tigaraksa. Padahal alasan pemerintah membuat Program Simpanan
Kleuarga Sejahtera dan memutuskan memberikan program tersebut dalam bentuk
simpanan salah satunya adalah untuk mengurangi antrian tetapi yang terjadi di
lapangan antrian yang panjang masih menghiasi pengambilan dana PSKS.
Permasalahan tersebut adalah permasalahan klasik yang terus berulang, seperti
pada masa pencairan dana BLSM sebelumnya.
Kepala Seksi Penanganan Fakir Miskin Dinas Kesejahteraan Sosial
Kabupaten Tangerang, Bapak H. Ade mengatakan bahwa terjadi antrian panjang
yang tidak dapat dihindari menyebabkan para penerima dana PSKS berdesak-
desakan dengan penerima lainnya. Ketidaksabaran para penerima dana PSKS
menjadi salah satu penyebabnya karena sebagian RTS sudah mengantri sejak pagi.
Dengan kondisi di lapangan yang berdesakan, Dinas Kesejahteraan Sosial
Kabupaten Tangerang ikut andil dalam berjalannya pengambilan dana PSKS,
dibantu dengan aparat setempat seperti kepolisian, TNI dan satpol PP guna untuk
18
meningkatkan keamanan, melakukan pemantauan dan untuk mengetahui kondisi
di lapangan.
Dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS),
peneliti memberi batasan untuk meneliti bagaimana pelaksanaan Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kabupaten Tangerang khususnya di
sepuluh kecamatan, yaitu Tigaraksa, Cisoka, Solear, Kresek, Gunungkaler,
Sukamulya, Jayanti, Balaraja, Jambe dan Cikupa yang melakukan
pencairan/pengambilan dana PSKS di kantor pos bayar Tigaraksa. Apakah
program tersebut berjalan sesuai dengan mekanisme atau petunjuk pelaksanaan
yang telah ditetapkan atau tidak, karena pada dasarnya mekanisme dan petunjuk
pelaksanaan tersebut merupakan panduan bagi unit organisasi pelaksana dalam
kegiatan implementasi kebijakan. Selain itu, implementasi kebijakan publik
merupakan bagian dari program studi Ilmu Administrasi Negara. Jadi, peneliti
tertarik untuk meneliti mengenai pelaksanaan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, agar dapat mengetahui sejauh mana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera ini sudah berjalan. Dengan begitu, penulis mengambil judul penelitian
“Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos
Tigaraksa Kabupaten Tangerang”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
19
1. Rumah Tangga Sasaran penerima dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera menggunakan data lama, yaitu Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) tahun 2011,
2. Kurangnya sosialisasi yang diberikan terkait Program Simpanan Keluarga
Sejahtera,
3. Penetapan/penyebaran lokasi pengambilan dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera cukup jauh dari tempat tinggal Rumah Tangga Sasaran
penerima dana,
4. Penetapan jadwal pencairan/pengambilan dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera menyebabkan masih adanya antrian panjang dalam
pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti
membatasi ruang lingkup permasalahan ini pada Implementasi Program Simpanan
Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa
permasalahan yang telah terangkum dalam identifikasi masalah, untuk itu penulis
merumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimana implementasi Program
Simpanan Keluarga Simpanan di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang?
20
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan
masalah, maka dapat ditentukan tujuan penelitian yaitu, untuk mengetahui
implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa
Kabupaten Tangerang.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
a. Untuk dapat mengembangkan Ilmu Adminisitrasi Negara, khususnya
dalam implementasi kebijakan publik.
b. Untuk memperoleh tambahan pengetahuan mengenai pelaksanaan
Program Simpanan Keluarga Sejahtera diKabupaten Tangerang.
1.6.2 Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan saran sebagai masukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan seperti Dinas Kesejahteraan Sosial, Badan Pusat
Statistik, Kantor Pos dan pihak berkepentingan lainnya.
b. Bagi masyarakat diharapkan pengembangan dari penelitian ini dapat
memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat.
c. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi
bahan pendamping antara teori yang dipelajari dengan kenyataan di
lapangan, serta sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
pendidikan Sarjana (S1).
21
1.7 Sistematika Penulisan Penelitian
Berikut merupakan sistematika penulisan dalam penelitian ini yang terdiri
dari beberapa Bab dan lengkap dengan penjelasannya adalah sebegai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menjelaskan ruang lingkup dan kedudukan
masalah yang akan diteliti. Bentuk penjelasan diuraikan secara deduktif,
artinya dimulai dari penjelasan yang berbentuk umum hingga menukik ke
masalah yang spesifik dan relevan dengan judul penelitian.
Sumber penjelasan latar belakang masalah dapat berasal dari hasil
penelitian sebelumnya, seminar ilmiah, pengamatan atau pengalaman
pribadi. Latar belakang masalah harus diuraikan secara jelas, faktual dan
logis dengan didukung oleh data-data lapangan. Data yang ditulis dapat
berbentuk data kuantitatif maupun data kualitatif.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang akan
diteliti dan dikaitkan dengan tema/judul atau variabel penelitian.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan untuk membatasi masalah yang akan diteliti
oleh peneliti sesuai dengan judul penelitian.
1.4 Perumusan Masalah
Perumusan masalah bertujuan untuk menetapkan masalah yang paling
berkaitan dengan judul penelitian. Perumusan masalah adalah
22
mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam bentuk definisi
konsep dan definisi operasional. Kalimat yang digunakan dalam
perumusan masalah adalah kalimat tanya.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dalam penelitian.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian menjelaskan mengenai manfaat dari temuan penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan Penelitian
Sistematika penulisan penelitian menjelaskan beberapa poin penulisan
penelitian secara rinci.
2. BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
Bab ini berisi tentang beberapa teori yang digunakan sebagai rujukan dan studi
kepustakaan, kerangka berpikir dan hipotesis guna menunjang dalam kegiatan
penelitian.
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode penelitian serta berisi teknik pengolahan dan
analisis data yang akan digunakan dalam penelitian.
4. BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang paparan data-data serta analisis dari penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti.
5. BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian serta saran dari peneliti.
23
6. DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan peneliti dalam penelitiannya.
7. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Berisi lampiran-lampiran yang menunjang dalam penelitian serta dokumentasi
yang telah dilakukan oleh peneliti maupun diambil dari referensi.
24
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Studi Kepustakaan
Wahyuni (dalam Pasolong, 2010: 9) mendefinisikan teori adalah sebagai
suatu himpunan konsep, definisi dan proporsi yang berhubungan secara sistematis
yang dibangun untuk menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena. Sementara
itu, Sugiyono (2012: 43) mendefinisikan bahwa teori adalah seperangkat konsep,
asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi, baik organisasi formal maupun
organisasi informal. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan ada empat
kegunaan teori di dalam penelitian, yaitu (Sugiyono, 2012: 43):
1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis. 2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi
perilaku yang memiliki keteraturan. 3. Teori sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan
pengetahuan. 4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian.
Pada sub bab ini, peneliti memaparkan teori-teori dari beberapa ahli yang
dipergunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Berikut ini beberapa teori dari
para ahli yang berkaitan dengan masalah penelitian maupun judul penelitian.
25
2.1.1 Definisi Kebijakan
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti
kebijakan. Laswell dan Kaplan (dalam Abidin, 2012: 6) melihat kebijakan sebagai
sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang
diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai, dan praktik (a projected program
of goals, values and practices). Friedrich (dalam Abidin 2012: 6) mengatakan
bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goals),
sasaran (objective), atau kehendak (purpose).
H. Hugh Heglo (dalam Abidin, 2012: 6) menyebutkan kebijakan sebagai
“a course of action intended to accomplish some end” atau sebagai suatu tindakan
yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya, Titmuss (dalam
Suharto, 2005: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang
mengatur tindakan yang diarahkan kepada kepada tujuan-tujuan tertentu. Dari
beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, kebijakan lebih
diartikan sebagai serangkaian tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan yang
di ambil oleh aktor terkait yang mempunyai tujuan tertentu guna untuk
memecahkan suatu masalah.
Thomas Dye (dalam Abidin, 2012:5) menyebutkan kebijakan sebagai
pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever
governments choose to do or not to do). Selain itu, Edi Suharto (2005: 7)
mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk
mengarahkan pengambilan keputusan. Dilihat dari definisi tersebut, kebijakan
26
lebih diartikan sebagai sebuah dasar untuk merumuskan sebuah keputusan yang
dibuat oleh pemerintah untuk dilakukan maupun tidak dilakukan.
Jadi, berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan adalah suatu keputusan atau tindakan yang di ambil oleh pemegang
kekuasaan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang didalamnya
memiliki nilai-nilai serta memiliki tujuan tertentu.
2.1.2 Definisi Publik
Definisi publik pada dasarnya berasal dari bahasa Inggris “public” yang
berarti umum, rakyat umum, orang banyak dan rakyat (Pasolong, 2010: 6).
Sedangkan menurut Syafiie (2010: 18) arti publik itu sendiri adalah sejumlah
manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan harapan, sikap dan
tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.
Berbeda dengan Frederickson (dalam Pasolong, 2010: 6) menjelaskan
konsep publik dalam 5 (lima) perspektif, yaitu:
1. Publik sebagai kelompok kepentingan, yaitu publik dilihat sebagai manifestasi dan interaksi kelompok yang melahirkan kepentingan masyarakat,
2. Publik sebagai pemilih yang rasional, yaitu masyarakat yang terdiri atas individu-individu yang berusaha memenuhi kebutuhan dan kepentingan sendiri,
3. Publik sebagai perwakilan kepentingan masyarakat, yaitu kepentingan publik mewakili “suara”,
4. Publik sebagai konsumen, yaitu konsumen sebenarnya tidak terdiri dari individu-individu yang tidak berhubungan satu sama lain, namun dalam jumlah yang cukup besar mereka menimbulkan tuntutan pelayanan birokrasi. Karena itu posisinya dianggap sebagai publik, dan
5. Publik sebagai warga negara, yaitu warga negara dianggap sebagai publik karena partisipasi masyarakat sebagai keikutsertaan warga
27
negara dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan dipandang sebagai sesuatu yang paling penting.
Berdasarkan beberapa definisi publik di atas, dapat disimpulkan bahwa
publik adalah sekelompok atau sejumlah orang yang saling berhubungan dan
membutuhkan satu sama lain dengan memiliki kepentingan sendiri.
2.1.3 Definisi Kebijakan Publik
Thomas R Dye (dalam Agustino, 2006:7) mengatakan bahwa, “kebijakan
publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak
dikerjakan.” Berdasarkan pengertian Thomas R Dye ini, apapun yang dipilih
pemerintah untuk dikerjakan maupun tidak dikerjakan itu adalah suatu kebijakan
publik.
James Anderson (dalam Agustino, 2006:7) memberikan pengertian atas
definisi kebijakan publik, dalam bukunya Public Policy Making, sebagai berikut:
“serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan
dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan
suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.” Konsep kebijakan ini
menitikberatkan pada apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang
diusulkan atau dimaksud. Dan hal inilah yang membedakan kebijakan dari suatu
keputusan yang merupakan pilihan diantara beberapa alternatif yang ada.
Secara konseptual kebijakan publik dapat dilihat dari Kamus Administrasi
Publik Chandler dan Plano mengatakan bahwa kebijakan publik adalah
pemanfaatan yang strategis terhadap sumber-sumber daya yang ada untuk
28
memcahkan masalah publik atau pemerintah. Bahkan Chandler dan Plano (dalam
Pasolong, 2010: 38) beranggapan bahwa kebijakan publik merupakan suatu
bentuk investasi yang kontinu oleh pemerintah demi kepentingan orang-orang
yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut
berpartisipasi dalam pemerintahan.
Selanjutnya, Chaizi Nasucha (dalam Pasolong, 2010: 39), mengatakan
bahwa kebijakan publik adalah kewenangan pemerintah dalam pembuatan suatu
kebijakan yang digunakan ke dalam perangkat peraturan hukum. Kebijakan
tersebut bertujuan untuk menyerap dinamika sosial dalam masyarakat yang akan
dijadikan acuan perumusan kebijakan agar tercipta hubungan sosial yang
harmonis.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik adalah suatu tindakan/kegiatan yang diputuskan oleh pemerintah
yang mempunyai tujuan untuk memecahkan suatu masalah publik serta
mempengaruhi sebagian besar masyarakat dalam waktu tertentu.
2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik
Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan
yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya
implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan
tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan
(Agustino, 2006: 138).
29
Implementasi kebijakan merupakan langkah yang sangat penting dalam
proses kebijakan. Tanpa implementasi, suatu kebijakan hanyalah merupakan
sebuah dokumen yang tidak bermakna dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak
kebijakan yang baik, yang mampu dibuat oleh pemerintah, baik yang dirumuskan
dengan meggunakan tenaga ahli dari dalam negeri, maupun dengan menggunakan
tenaga ahli dari luar negeri, tetapi kemudian ternyata tidak mempunyai pengaruh
apa-apa dalam kehidupan negara tersebut karena tidak mampu atau tidak
dilakasanakan (Abidin, 2012: 145).
Dalam derajat lain Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier (dalam Agustino,
2006: 139) mendefinisikan Implementasi Kebijakan sebagai:
“Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.”
Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino, 2006: 139) mendefinisikan
implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau
swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan
dalam keputusan kebijaksanaan.
Sedangkan, Merrile Grindle (dalam Agustino, 2006: 139), menyatakan
implementasi kebijakan sebagai berikut :
30
“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual projects dan yang kedua apakah program tujuan tersebut tercapai.”
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan
menyangkut 3 hal, yaitu (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya
aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; (3) adanya hasil kegiatan (Agustino,
2006: 139).
Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
implementasi kebijakan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh
pelaksana kebijakan untuk dapat mencapai hasil dari kegiatan tersebut agar dapat
mencapai tujuan suatu kebijakan.
2.1.5 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik
Dalam studi implementasi kebijakan publik terdapat beberapa model
implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang
melihat variabel apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja implementasi suatu
kebijakan publik. Adapun beberapa ahli tersebut diantaranya ialah Van Meter dan
Van Horn, Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier dan Hogwood dan Gunn.
Terdapat enam variabel model implementasi kebijakan yang dikemukakan
Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino, 2006:142) yang dapat mempengaruhi
kinerja impelementasi kebijakan publik, yaitu:
31
1. Ukuruan dan Tujuan Kebijakan.
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-dan-hanya-jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan.
2. Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi.
Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumberdaya-sumberdaya lain yang perlu diperhitungkan juga, ialah sumberdaya finansial dan sumberdaya waktu.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya.
Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.
4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik.
5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelakasana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahanakan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.
Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.
32
Adapun model implementasi yang dikembangkan oleh Daniel Mazmania
dan Paul A. Sabatier. Model ini disebut A Frame Work for Implementation
Analysis (kerangka analisis implementasi). Mazmania dan Sabatier berpendapat
bahwa peran penting dari analisis implementasi kebijaksanaan negara adalah
mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan
formal pada keseluruhan implementasi. Variabel-variabel yang dimaksud dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, antara lain sebagai berikut (Anggara,
2014: 268):
a. Mudah-tidaknya masalah yang akan dikendalikan, mencakup: 1) kesukaran teknis; 2) keragaman perilaku kelompok sasaran; 3) presentase kelompok sasaran dibandingkan dengan jumlah
penduduk; 4) ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan.
b. Kemampuan keputusan kebijaksanaan untuk menstrukturkan secara tepat proses implementasinya, mencakup: 1) kejelasan dan konsistensi tujuan; 2) digunakan teori kausal yang memadai; 3) ketetapan alokasi sumber dana; 4) keterpatuan hierarki dalam dan di antara lembaga-lembaga
pelaksana; 5) aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana; 6) rekrutmen pejabat pelaksana; 7) akses formal pihak luar.
c. Pengaruh langsung berbagai variabel politik terhadap keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijaksanaan tersebut, mencakup: 1) kondisi sosio-ekonomi dan teknologi; 2) dukungan publik; 3) sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok; 4) dukungan dari pejabat atasan; 5) komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat-pejabat
pelaksana.
Tahap-tahap dalam proses implementasi, yaitu:
1) output kebijaksanaan badan-badan pelaksana; 2) kesediaan kelompok sasaran memenuhi output kebijaksanaan;
33
3) dampak nyata output kebijaksanaan; 4) dampak output kebijaksanaan sebagai dipersasi; 5) perbaikan mendasar dalam undang-undang.
Selanjutnya model implementasi kebijakan publik menurut Hogwood dan
Gunn (dalam Mulyadi, 2015: 73) menyatakan bahwa untuk melakukan
implementasi kebijakan diperlukan beberapa syarat, yaitu:
1. Berkenaan dengan jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh lembaga/badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah besar.
2. Apakah untuk melaksanakannya tersedia sumberdaya yang memadai, termasuk sumberdaya waktu. Gagasan ini sangat bijaksana karena berkenaan dengan fisibilitas implementasi kebijakan.
3. Apakah perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar ada. Kebijakan publik adalah kebijakan yang kompleks dan menyangkut dampak yang luas oleh karena itu implementasi kebijakan publik akan melibatkan berbagai sumber yang diperlukan baik dalam konteks sumberdaya maupun sumber-aktor. Salah satu contoh adalah kebijakan penanggulangan kemiskinan tidak akan berjalan efektif jika kerjasama antar departemen dan antar daerah tidak terbangun secara efektif.
4. Apakah kebijakan yang akan diimplementasikan didasari hubungan kausal yang andal. Jadi prinsipnya adalah apakah kebijakan tersebut memang dapat menyelesaikan masalah yang hendak ditanggulangi. Dalam metodologi dapat disederhanakan menjadi apakah jika X dilakukan akan terjadi Y.
5. Seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi. Asumsinya semakin sedikit sebab-akibat semakin tinggi pula hasil yang dikehendaki oleh kebijakan tersebut dapat dicapai. Sebuah kebijakan yang mempunyai hubungan kausalitas yang kompleks otomatis menurunkan efektifitas implementasi kebijakan.
6. Apakah hubungan saling kebergantungan kecil. Asumsinya adalah jika hubungan saling kebergantungan tinggi, implementasi tidak akan dapat berjalan efektif apalagi jika hubungannya adalah hubungan kebergantungan. Sebagai contoh implementasi kebijakan pengarus-utamaan gender banyak menemui kendala karena kantor menteri negara pemberdayaan perempuan bergantung dalam intensitas tinggi kepada seluruh departemen dan LPND serta kepada daerah-daerah.
7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. Sudah dapat disepakati bahwa mereka yang ada dalam perahu yang sama sepakat akan ke sebuah tujuan yang sama. Sebuah perahu dengan penumpang yang berbeda-beda tujuan dan pemimpin yang tidak mampu memimpin adalah perahu yang tidak akan pernah bisa beranjak jauh dari tempat semula.
34
8. Tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan dalam urutan yang benar. Tugas yang jelas dan prioritas yang jelas adalah kunci efektifitas implementasi kebijakan.
9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna. Komunikasi adalah perekat organisasi dan koordinasi adalah asal muasal dari kerjasama tim dan terbentuknya sinergi.
10. Bahwa pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna. Kekuasaan adalah syarat bagi keefektifan implementasi kebijakan. Tanpa otoritas dari kekuasaan kebijakan akan tetap berupa kebijakan tanpa ada impak bagi target kebijakan.
Dari model implementasi kebijakan publik di atas menurut Van Meter dan
Van Horn, Daniel Mazmania dan Paul A. Sabatier, serta Hogwood dan Gunn
mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Model implementasi
kebijakan menurut Daniel Mazmania dan Paul A. Sabatier lebih mengedepankan
analisis implementasi yang diklarifikasikan dalam tiga variabel kategori besar
yang selanjutnya terdapat tahapan dalam proses implementasi. Sedangkan model
Hogwood dan Gunn sebenarnya mendasarkan pada konsep manajemen strategis
yang mengarah pada praktik manajemen yang sistematis dan tidak meninggalkan
kaidah-kaidah pokok. Kelemahannya konsep ini tidak secara tegas menunjukkan
mana yang bersifat politis, strategis, teknis dan operasional (Mulyadi, 2015: 73).
Selain itu, model implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Horn
menyebutkan inti dari masing-masing variabel yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya. Dengan demikian, masing-masing variabel merupakan
faktor yang signifikan yang saling mempengaruhi satu sama lain untuk
tercapainya kinerja implementasi kebijakan tersebut. Variabel-variabel yang
dikemukakan oleh Van Meter dan Horn yaitu ukuran dan tujuan kebijakan,
sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi
35
antarorganisasi dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik berhubungan dengan
judul maupun masalah penelitian yaitu Implementasi Program Simpanan Keluarga
Sejahtera. Dari model implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Horn dapat
mengetahui tujuan dari suatu program tersebut, sumberdaya yang ada seperti
manusia, waktu dan finansial harus berimbang, agen pelaksana yang terlibat,
karakteristik agen pelaksana dari masing-masing daerah, sikap dari para pelaksana
program, komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam program dan
kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi jalannya suatu program.
Dengan begitu, seperti penjelasan yang sudah peneliti jelaskan di atas,
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori model implementasi kebijakan
publik Van Meter dan Horn karena dianggap relevan dengan materi pembahasan
dari yang diteliti.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu bermanfaat dalam membantu untuk mengolah atau
memecahkan masalah yang terdapat dalam penelitian peneliti, yaitu tentang
implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa
Kabupaten Tangerang. Di bawah ini terdapat beberapa hasil penelitian yang fokus
dan lokusnya berbeda tetapi sangat membantu peneliti dalam menemukan sumber-
sumber dalam lingkup implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di
Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang, yaitu sebagai berikut:
36
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2014) dalam jurnal yang
berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat di Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur Kota
Pontianak”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
dalam proses pelaksanaan program BLSM ini masih belum tepat sasaran,
sehingga masyarakat yang benar-benar miskin tidak mendapatkan dana BLSM,
sedangkan masyarakat yang dirasa mampu malah mendapatkan dana bantuan dari
pemerintah. Hal ini disebabkan karena pendataan terhadap masyarakat miskin di
Kelurahan Dalam Bugis kurang serius dalam menanganinya dan tidak lengkapnya
syarat-syarat yang dimiliki masyarakat miskin untuk mendapatkan BLSM.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Syamsir (2014) dalam skripsi yang
berjudul “Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Pendidikan Di
Kecamatan Tamalate Kota Makassar”. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk
mendeskripsikan bagaimana proses implementasi PKH dan untuk menganalisis isi
kebijakan dan lingkungan kebijakan dalam implementasi PKH bidang pendidikan
di Kecamatan Tamalate serta bagaimana hasil PKH terhadap kelompok sasaran di
Kecamatan Tamalate. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif
untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai implementasi PKH bidang
pendidikan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi
dan studi dokumen. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa
pendamping selalu mengadakan pertemuan kelompok secara rutin, pemutakhiran
data, verifikasi komitmen dan pembayaran bantuan kepada peserta PKH. Dari
37
faktor isi dan konteks kebijakan, di mana isi kebijakan terdiri dari kepentingan
yang mempengaruhi, tipe manfaat, derajat perubahan yang ingin dicapai,
pelaksana program dan sumber daya yang digunakan. Faktor konteks kebijakan
terdiri atas kekuasaan, kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat, serta
kepatuhan dan daya tanggap. Maka dapat disimpulkan bahwa PKH bidang
pendidikan ini sudah berjalan dengan baik walau masih terdapat kekurangan
dalam pengimplementasian.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Iqbal (2008) dalam tesis yang
berjudul “Implementasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008
Di Kabupaten Kudus”. Penelitian tentang Implementasi Kebijakan Program
Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008 di Kabupaten Kudus bertujuan untuk
mendeskripsikan implementasi kebijakan program BLT dan menganalisis faktor-
faktor yang mendukung dan yang menghambat keberhasilan pelaksanaan program
BLT tahun 2008 di Kabupaten Kudus. Penelitian menggunakan metode penelitian
kualitatif. Pelaksanaan program berjalan dengan baik, tertib, lancar, dan aman.
Pelaksanaan lapangan berupa sosialisasi program, verifikasi data, pembagian
kartu, pencairan dana, dan pembuatan laporan. Faktor-faktor yang mendukung
dan menghambat keberhasilan pelaksanaan program adalah sikap pelaksana
program yang kurang baik, kondisi sosial ekonomi yang hampir sama
menimbulkan kecemburuan, situasi politik yang mendukung dan menolak
program, keterampilan pelaksana program yang masih perlu ditingkatkan, dan
koordinasi antara pelaksana program yang masih perlu dilegalkan.
38
Selanjutnya, penelitian lain yang dilakukan oleh Maryana (2011) dalam
skripsi yang berjudul “Implementasi Program Beras Miskin (RASKIN) di
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang Tahun 2010”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program
Raskin di Kelurahan Kabayan pada tahun 2010. Apa saja faktor pendukung dan
factor penghambat implementasi tersebut sehingga pembayaran raskin di
Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang terhambat.
Penelitian ini didasarkan pada teori Merilee S Grindle, di mana menurut Grindle
dalam teori implementasinya bahwa untuk mengukur keberhasilan implementasi
harus dilihat dari prosesnya, di mana teori ini akan melihat dan menelaah
bagaimana proses implementasi beras miskin di Kelurahan Kabayan Kecamatan
Pandeglang Kabupaten Pandeglang tahun 2010. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif. Instrumen penelitiannya
adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Adapun hasil dalam penelitian ini berdasarkan
wawancara dengan informan penelitian program raskin di Kelurahan Kabayan
Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang, implementasi tersebut tidak
sesuai dengan tujuan dan belum berjalan dengan baik sesuai dengan harapan apa
yang diharapkan.
Bedasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah peneliti jabarkan di
atas tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu
untuk mengetahui pelaksanaan suatu program yang dibuat maupun dijalankan
oleh pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menggunakan metode
39
kuantitatif dengan judul “Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di
Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang” dengan menggunakan model
implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan
dari kajian teori. Penelitian mengenai Implementasi Program Simpanan Keluarga
Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang ini menggunakan model
implementasi yang dikemukakan oleh Van Meter danVan Horn.
Terdapat 6 (enam) variabel model implementasi kebijakan yang
dikemukakan Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino, 2006: 142) yang dapat
mempengaruhi kinerja impelementasi kebijakan publik, yaitu ukuran dan tujuan
kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap para pelaksana,
komunikasi antarorganisasi dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik.
Dalam membuat kerangka berpikir peneliti mengkaitkan antara masalah
dengan variabel sehingga dapat mengidentifikasi pelaksanaan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Maka alur
berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
40
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Model Implementasi menurut Van Meter
dan Van Horn (dalam Agustino, 2006:
142) yaitu:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
2. Sumberdaya
3. Karakteristik Agen Pelaksana
4. Sikap Para Pelaksana
5. Komunikasi Antar Organisasi
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan
Politik
Identifikasi Masalah
1. RTS penerima dana PSKS menggunakan data PPLS tahun 2011,
2. Kurangnya sosialisasi yang diberikan kepada RTS terkait PSKS,
3. Penunjukan/penyebaran lokasi pengambilan dana PSKS cukup jauh dari
tempat tinggal RTS,
4. Penetapan jadwal pencairan/pengambilan dana PSKS menyebabkan masih
adanya antrian panjang dalam pengambilan dana PSKS.
5.
OUTPUT
Perolehan gambaran mengenai Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang
Program Simpanan Keluarga Sejahtera
41
2.4 Hipotesis Penelitian
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam
penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di
mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2008: 64).
Pada penelitian ini hipotesis yang digunakan peneliti adalah hipotesis
deskriptif. Hipotesis deskriptif merupakan pernyataan berkenaan dengan keadaan
atau status dari suatu variabel atau lebih tanpa membandingkan dan membuat
hubungan diantara variabel tersebut.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua
arah yaitu Hipotesis alternatif dan Hipotesis nol. Dengan demikian, hipotesis
didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat
positif
Ha = > 60%
Ha = “Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos
Tigaraksa Kabupaten Tangerang paling rendah 60%”
Hipotesis Nol (Ho), yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat negatif
Ho = ≤ 60%
42
Ho = “Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos
Tigaraksa Kabupaten Tangerang paling tinggi atau sama dengan
60%”
Melihat dari dua hipotesis tersebut, maka peneliti mengambil salah satu
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu:
Ho = ≤ 60%
Ho = “Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos
Tigaraksa Kabupaten Tangerang paling tinggi atau sama dengan
60%”
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional,
empiris dan sistematis. Rasional artinya kegiatan penelitian dilakukan dengan
cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris
berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga
orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis
artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah
tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2007: 1).
Dalam penelitian Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di
Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang, peneliti menggunakan penelitian
kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lainnya
(Sugiyono, 2007: 35). Metode penelitan ini menggunakan metode kuantitatif
karena metode kuantitatif cocok digunakan untuk penelitian pada populasi yang
luas, permasalahan sudah jelas, teramati, terukur dan peneliti bermaksud menguji
hipotesis dan data akan diambil dalam bentuk angka dan diproses secara statistik.
Data ini dideskripsikan secara deduksi yang berangkat dari teori-teori umum, lalu
44
menguji validitas keberlakuan teori tersebut dan ditariklah kesimpulan. Kemudian
dijabarkan secara deskriptif, karena hasilnya akan diarahkan untuk
mendeskripsikan data yang diperoleh dan untuk menjawab rumusan. Tujuan
penelitian deskriptif adalah menggambarkan karakteristik atau perilaku suatu
populasi dengan cara yang sistematis dan akurat. Berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah yang telah disebutkan, penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif untuk mengetahui Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera
di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007:117).
Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah jumlah Rumah Tangga
Sasaran (RTS) yang mendapatkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera di
Kabupaten Tangerang yang melakukan pengambilan/pencairan dana di kantor pos
Tigaraksa, yaitu berjumlah 47.170 keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini
berdasarkan kecamatan, sebagai berikut:
45
Tabel 3.1 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana PSKS
Di Kantor Pos Bayar Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2015
No. Kecamatan Rumah Tangga Sasaran 1. Tigaraksa 6.620 2. Cisoka 6.069 3. Kresek 5.772 4. Solear 5.716 5. Gunung Kaler 5.026 6. Sukamulya 4.966 7. Jayanti 3.748 8. Balaraja 3.637 9. Jambe 3.467 10. Cikupa 2.149
Jumlah 47.170 Sumber: PT. Pos Indonesia (Persero) Tangerang
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:
109). Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili
keseluruhan gejala yang diamati.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, populasi dalam penelitian ini yaitu
Rumah Tangga Sasaran penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
yang mencairkan dana di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang, yaitu
sebanyak 47.170 keluarga. Dalam menentukan ukuran sampel pada penelitian ini,
ditentukan berdasarkan rumus Slovin dengan perhitungan sebagai berikut
(Riduwan, 2005: 65):
46
N n = N(d)2 + 1
Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Berdasarkan populasi sebesar 47.170 dan tingkat presisi sebesar 10%,
maka di dapatkan jumlah sampel sebesar 100 responden dengan cara
penghitungan sebagai berikut:
47.170 n =
1 + 47.170. 0,01
47.170 n = = 99,9 dibulatkan menjadi 100
471,71
Tingkat presisi yang dipilih 10% karena dilihat dari sempit luasnya
wilayah pengamatan dan jumlah responden penerima dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera yang terlampau banyak dan luas. Kemudian teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik proportional area random
sampling, di mana sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan ketentuan
besaran sampel atas besaran populasi. Dikatakan proportional area random
sampling karena populasi terdiri dari sub populasi yang tidak homogen dan tiap-
tiap populasi akan diwakili sesuai dengan proporsinya masing-masing dalam
penelitian. Jadi, pada pokoknya yaitu mengambil sampel dari tiap-tiap sub
populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub populasi, sehingga
47
nantinya jumlah sampel yang akan diambil akan menghasilkan sampel yang
representatif (Sugiyono, 2005: 99).
Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Penelitian
No. Kecamatan Jumlah
RTS Perhitungan Hasil Hasil
Akhir
1. Tigaraksa 6.620 (6.620/47.170) x 100% = 0,140%x 100 14 14 2. Cisoka 6.069 (6.069/47.170) x 100% = 0,128% x 100 12,8 13 3. Kresek 5.772 (5.772/47.170) x 100% = 0,122% x 100 12,2 12 4. Solear 5.716 (5.716/47.170) x 100% = 0,121% x 100 12,1 12 5. Gunung Kaler 5.026 (5.026/47.170) x 100% = 0,010% x 100 10,6 11 6. Sukamulya 4.966 (4.966/47.170) x 100% = 0,105% x 100 10,5 10 7. Jayanti 3.748 (3.748/47.170) x 100% = 0,079% x 100 7,9 8 8. Balaraja 3.637 (3.637/47.170) x 100% = 0,077% x 100 7,7 8 9. Jambe 3.467 (3.467/47.170) x 100% = 0,073% x 100 7,3 7 10. Cikupa 2.149 (2.149/47.170) x 100% = 0,046% x 100 4,6 5
Jumlah 47.170 100 Sumber: Peneliti
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, peneliti mengambil sampel penerima
dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera sebanyak 100 sampel yang tersebar
di 10 kecamatan di Kabupaten Tangerang, yaitu Tigaraksa, Cisoka, Kresek,
Solear, Gunung Kaler, Sukamulya, Jayanti, Balaraja, Jambe dan Cikupa. Adapun
cara pengambilan sampel tersebut, peneliti menentukannya secara acak.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian (dalam Sugiyono, 2007: 119) adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara
spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini berbentuk kuesioner dengan jumlah variabel sebanyak satu
48
variabel atau variabel mandiri. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur
tingkat keberhasilan maupun mengukur mana saja indikator yang tidak berhasil
dalam Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos
Tigaraksa Kabupaten Tangerang dan mengukur mana saja indikator yang tidak
berhasil. Sedangkan skala pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
(Sugiyono, 2007: 107). Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan dan diberikan jawaban pada setiap item instumennya.
Jawaban dari setiap item instrumen diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.3 Skoring Item Instrumen
No. Item Skor 1 Sangat setuju 4 2 Setuju 3 3 Kurang setuju 2 4 Tidak setuju 1
(Sumber: Sugiyono 2007)
Di bawah ini adalah instrumen penelitian mengenai Implementasi Program
Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang,
sebagai berikut:
49
Tabel 3.4 Instrumen Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator No. Butir Pada
Instrumen
Implementasi
Kebijakan Menurut
Van Meter dan Van
Horn (dalam
Agustino
2006:142)
1. Ukuran dan
Tujuan
Kebijakan
- Pendistribusian
diberikan merata
kepada keluarga
miskin
- Program sesuai
keinginan
masyarakat
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
2. Sumberdaya - Kemampuan dalam
memanfaatkan
sumberdaya
- Dukungan
sumberdaya
8, 9, 10, 11, 12,
13
3. Karakteristik
Agen
Pelaksana
- Kinerja agen
pelaksana program
- Cakupan wilayah
14, 15, 16, 17,
18
4. Sikap para
Pelaksana
- Tanggapan
pelaksana program
19, 20, 21, 22
5. Komunikasi
Antar
- Usaha yang
dilakukan untuk
23, 24, 25, 26,
27, 28
50
Organisasi mencapai hasil yang
diinginkan
- Kerjasama
6. Lingkungan
Sosial,
Ekonomi dan
Politik
- Kondisi lingkungan
eksternal
29, 30, 31, 32,
33, 34, 35
(Sumber: Pengolahan Data Tahun 2016)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data untuk penelitian, tidak hanya sekedar
mengumpulkan saja tetapi harus dengan teknik tertentu yang sesuai dengan
masalah yang akan dikaji. Dengan teknik yang cocok maka akan mendapat hasil
yang baik sesuai dengan yang diinginkan. Berikut teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah:
1) Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti (Usman, 2009: 52). Sedangkan menurut Sutrisno
Hadi (dalam Sugiyono, 2007: 166) berpendapat bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu suatu proses yang tersusun
dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan media panca indra dan peneliti
sendiri secara langsung ke lapangan penelitiannya.
51
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi berupa pengamatan di
lokasi penelitian, yaitu Tigaraksa, Cisoka, Solear, Kresek, Gunungkaler,
Sukamulya, Balaraja, Jayanti, Jambe dan Cikupa untuk mengetahui
kondisi dan situasi terkait pelaksanaan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera.
2) Teknik Dokumen
Teknik pengumpulan data dengan dokumen ialah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen (Usman, 2009: 69). Dokumen-
dokumen tersebut berupa penggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip
dan buku-buku tentang pendapat teori, hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
3) Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus
diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono,
2012:137).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur
yang peneliti ajukan kepada pihak terkait pelaksanaan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
4) Kuesioner
Dalam penelitian ini, informasi yang dikumpulkan dari responden dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
52
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
2007:162).
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner diberikan kepada
responden berupa daftar pernyataan/pertanyaan tentang pelaksanaan
Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa dan/atau
di Kabupaten Tangerang.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data. Proses
pengolahan data merupakan tahapan di mana data dipersiapkan, diklasifikasikan
dan diformat menurut aturan tertentu untuk keperluan proses berikutnya yaitu
analisis data. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah
statistik deskriptif untuk memberikan deskriptif atau gambaran data yang
diperoleh. Untuk analisis data ini dilakukan pengumpulan data dengan
menentukan skor responden sesuai penskoran yang ditentukan.
Apabila pengumpulan data sudah dilakukan pada tahap sebelumnya, maka
data yang sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis. Teknik pengolahan data
(dalam Bungin, 2009: 165) dilakukan melalui beberapa proses yaitu sebagai
berikut:
1) Editing Data, adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data dilapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena
kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum memenuhi
53
harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih,
berlebihan bahkan terlupakan. Oleh karena itu, keadaan tersebut harus
diperbaiki melalui editing ini. Proses editing dimulai dengan memberi
identitas pada instrumen penelitian yang telah terjawab kemudian
memeriksa satu per satu lembaran instrumen dan poin yang janggal
tersebut.
Hal ini berarti bahwa semua data yang diperoleh akan diteliti tentang
kelengkapan dan kejelasan jawaban dari butir-butir pertanyaan/pernyataan
yang telah dibuat;
2) Coding Data, setelah tahap editing selesai dilakukan, berikutnya adalah
mengklasifikasi data-data tersebut melalui tahap koding. Maksudnya
adalah bahwa data yang telah di edit tersebut diberi identitas sehingga
memiliki arti tertentu pada saat dianalisis, kemudian diberikan skor dengan
menggunakan skala Likert.
3) Tabulating Data, yaitu memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan
mengatur angka-angka serta menghitungnya. Penyusunan data dalam
tabel-tabel yang mudah dibaca dan tabel tersebut disiapkan untuk
dianalisis.
Setelah data diolah, maka tahap selanjutnya adalah analisis data. Analisis
data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dari jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel
dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
54
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, danmelakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2007: 169).
Dalam metode analisis yang digunakan oleh peneliti dengan metode
kuantitatif yaitu metode analisis terhadap data-data yang berbentuk angka-angka
dengan cara perhitungan statistik dengan teknik analisis data sebagai berikut:
3.5.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Dalam pengujian validitas penelitian ini, rumus yang digunakan adalah korelasi
product moment (Singarimbun, 2008: 137) sebagai berikut:
( ) ( )( )
√ ( ) ( ) ( ) ( )
Keterangan: = Koefisien korelasi product moment = Skor pernyataan no. 1 = Skor item keseluruhan = Skor pertanyaan no. 1 dikalikan skor item keseluruhan ² = Jumlah skor pertanyaan no. 1 yang dikuadratkan ² = Jumlah skor item total yang dikuadratkan = Jumlah sampel
Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner
adalah angka hasil skor pertanyaan dan skor keseluruhan pertanyaan responden
terhadap informasi dalam kuesioner. Adapun kriteria item/butir instrumen yang
digunakan adalah apabila r hitung > r tabel, item/butir instrumen dinyatakan valid
dan jika r hitung ≤ r tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan tidak valid.
Validitas berfungsi untuk menunjukkan tingkat kesalahan suatu instrumen.
Instrumen yang sahih memiliki tingkat validitas. Instrumen dikatakan sahih
apabila mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian
55
serta mampu menunujukkan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil
pengukuran. Uji validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan persyaratan pokok kedua dari instrumen
pengumpulan data. Peneliti melakukan uji reliabilitas guna untuk mengukur dari
sebuah instrumen, di mana uji reliabilitas terhadap instrumen yang dinyatakan
valid bisa dilakukan uji reliabilitas, sedangkan instrumen yang dinyatakan tidak
valid maka tidak bisa dilakukan uji reliabilitas.
Sugiyono (2007: 137) mendefinisikan instrumen yang reliabel merupakan
instrumen yang bila digunakan berkali-kali untuk mengukur objek yang sama.
Pendekatan yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah pendekatan reliabilitas
konsistensi internal dengan teknik yang digunakan untuk mengukur konsistensi
internal adalah Cronbach’s Alpha. Variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya
lebih dari 0,30. Dengan dilakukannya uji reliabilitas makan akan menghasilkan
suatu instrument yang benar-benar tepat atau akurat dan mantap. Pengujian
reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan bantuan lunak Statistic
Program For Social Science (SPSS). Rumus Cronbach’s Alpha sebagai berikut:
n Si2 r = ( ) ( 1- ) n – n St2
Keterangan: N = jumlah butir Si2 = variabel butir St2 = variabel total
56
3.5.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini.
Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, perlu diajukan uji t-test satu sampel
dengan menggunakan rumus (Sugiyono, 2008: 178), sebagai berikut:
x - µₒ thitung =
s
√n Keterangan: t = nilai t yang dihitung x = nilai rata-rata nilai yang diperoleh dari hasil pengumpulan data µₒ = nilai yang dihipotesiskan s = simpangan baku sampel n = jumlah anggota sampel
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (Ho) paling tinggi atau
sama dengan 60% (≤) dan hipotesis alternatifnya (Ha) paling rendah dari 60% (>),
sehingga yang digunakan adalah uji pihak kanan. Dengan asumsi sebagai berikut:
1. Jika thitung ≤ ttabel Ho diterima atau Ha ditolak
2. Jika thitung > ttabel Ho ditolak atau Ha diterima
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul “Implementasi Program Simpanan Keluarga
Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang” di lakukan di wilayah
Kabupaten Tangerang. Adapun waktu pelaksanaan penelitian yaitu mulai dari
bulan Oktober 2015 hingga bulan Oktober 2016. Untuk lebih jelasnya, maka
dibuat jadwal penelitian sebagai berikut:
57
Tabel 3.5
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
2015 2016
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
Des Jan
1 Pengumuman Judul
2 Observasi Awal
3
Bimbingan dan Penyusunan Proposal Bab I – Bab III
4 Seminar Proposal
5
Perbaikan Proposal
6
Penelitian Lapangan
7
Penyusunan Bab IV dan Bab V
8
Sidang Skripsi
9
Revisi Skripsi
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Dekripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian
yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti yaitu Kabupaten Tangerang,
kemudian dalam deskripsi objek penelitian ini juga akan menjelaskan tentang
responden penelitian berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan perbulan,
pendidikan dan usia.
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Provinsi Banten pada
koordinat 106°20’-106°44’ Bujur Timur dan 5°58’ - 6°21’ Lintang Selatan, terdiri
dari 29 Kecamatan, 246 desa dan 28 Kelurahan dengan luas 96.319 ha ditambah
kawasan reklamasi pantai dengan luas lebih kurang 9.000 ha
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tangerang, 7 September 2017)..
a. Sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa (dengan garis pantai ± 51 km),
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang,
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak,
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak.
Jarak antara Kabupaten Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik
Indonesia (DKI Jakarta) sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu
setengah jam. Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas
59
hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian
antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera.
Kedudukan geografis yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta
menjadi salah satu potensi Kabupaten Tangerang untuk berkembang menjadi
daerah penyangga ibukota. Selain itu juga secara geografis menjadi pintu gerbang
untuk hubungan Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta. Kedekatan dengan
Ibukota dan sebagai pintu gerbang antara Banten dan DKI Jakarta maka akan
menimbulkan interaksi berdampak pada timbulnya pertumbuhan pada suatu
wilayah.
Secara topografi Kabupaten Tangerang berada pada wilayah dataran
rendah dan dataran bergelombang. Dataran rendah sebagian besar berada di
wilayah utara yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek,
Kronjo, Pakuhaji, dan Sepatan. Sedangkan dataran tinggi berada di wilayah
bagian tengah kearah selatan. Secara administratif, Kabupaten Tangerang terdiri
dari 29 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 28 kelurahan dan 246 desa
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tangerang, 7 September 2017). Dengan
pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang yang berada di Kecamatan Tigaraksa.
60
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tangerang
Tahun 2013
n atemeceK Luas Wilayah Persentase tsict stc Region Area Percentage
(km2) (%) (1) (2) (3)
1. Cisoka 26.98 2.81 2. Solear 29.01 3.02 3. Tigaraksa 48.74 5.08 4. Jambe 26.02 2.71 5. Cikupa 42.68 4.45 6. Panongan 34.93 3.64 7. Curug 27.41 2.86 8. Kelapa Dua 24.38 2.54 9. Legok 35.13 3.66 10. Pagedangan 45.69 4.76 11. Cisauk 27.77 2.89 12. Pasar Kemis 25.92 2.70 13. Sindang Jaya 37.15 3.87 14. Balaraja 33.56 3.50 15. Jayanti 23.89 2.49 16. Sukamulya 26.94 2.81 17. Kresek 25.97 2.71 18. Gunung Kaler 29.63 3.09 19. Kronjo 44.23 4.61 20. Mekar Baru 23.82 2.48 21. Mauk 51.42 5.36 22. Kemiri 32.70 3.41 23. Sukadiri 24.14 2.52 24. Rajeg 53.70 5.60 25. Sepatan 17.32 1.81 26. Sepatan Timur 18.27 1.90 27. Pakuhaji 51.87 5.41 28. Teluknaga 40.58 4.23 29. Kosambi 29.76 3.10
Jumlah / Total 959.61 100.00 Sumber: BPS Kabupaten Tangerang (2016)
61
4.1.2 Deskripsi Responden Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul Implementasi Program Simpanan
Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang, maka yang
menjadi responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Tangerang
yang mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang meliputi 10 kecamatan
yang berada di Kabupaten Tangerang. Dalam mengumpulkan data, peneliti
menggunakan kuesioner dan terdapat beberapa identitas diri responden sebagai
penunjang data, di mana identitas diri meliputi jenis kelamin, pekerjaan,
penghasilan perbulan, pendidikan dan usia. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada grafik di bawah ini.
4.1.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sebaran responden penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
di Kabupaten Tangerang berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Grafik 4.1
di bawah ini.
62
Grafik 4.1
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2016
Berdasarkan Grafik 4.1 di atas maka dapat diketahui identitas responden
berdasarkan jenis kelamin berjumlah 100 responden. Berdasarkan tabel di atas,
jenis kelamin perempuan lebih banyak dari jenis kelamin laki-laki yaitu dengan
jumlah responden untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 57 orang dan untuk
jenis kelamin laki-laki sebanyak 43 orang.
4.1.2.2 Responden Berdasarkan Usia
Sebaran responden penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
di Kabupaten Tangerang berdasarkan usia dapat dilihat pada Grafik 4.2 di bawah
ini.
57
43
0 10 20 30 40 50 60
Perempuan
Laki-laki
63
Grafik 4.2
Identitas Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2016
Berdasarkan Grafik 4.2 di atas, dapat terlihat bahwa dari total responden
100 orang. Responden yang berusia 47-56 tahun memiliki jumlah yang paling
besar, yaitu sebanyak 38 orang. Disusul dengan responden berusia 37-46 tahun
berjumlah 26 orang dan responden berusia 27-36 berjumlah 21 orang. Kemudian
responden berusia >56 tahun sebanyak 15 orang. Sedangkan tidak ada responden
yang berusia <26 tahun.
4.1.2.3 Responden Berdasarkan Pendidikan
Sebaran responden penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
di Kabupaten Tangerang berdasarkan pendidikan terkahirnya dapat dilihat pada
Grafik 4.3 di bawah ini.
0
21
26
38
15
0 5 10 15 20 25 30 35 40
< 26
27 - 36
37 - 46
47 - 56
> 56
64
Grafik 4.3
Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2016
Berdasarkan Grafik 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa dari total 100
responden, sebanyak 22 responden tidak sekolah, 67 responden berpendidikan
SD, 11 responden berpendidikan SMP dan tidak ada responden yang
berpendidikan SMA. Hal ini dikarenakan, mayoritas penerima dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera berpendidikan rendah.
4.1.2.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan
Sebaran responden penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
di Kabupaten Tangerang berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Grafik 4.4 di
bawah ini.
22
67
11
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
65
Grafik 4.4
Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2016
Berdasarkan Grafik 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa dari total 100
responden, sebanyak 38 responden bekerja sebagai buruh, 8 responden sebagai
pedagang, 29 responden bekerja sebagai petani/nelayan,dll dan 5 responden
sebagai supir/ojeg, dll sedangkan 20 responden tidak bekerja atau bekerja diluar
bidang pekerjaan yang disebutkan di atas.
4.1.2.5 Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Sebaran responden penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
di Kabupaten Tangerang berdasarkan tingkat pendapatan perbulan dapat dilihat
pada Grafik 4.5 di bawah ini.
20
5
29
8
38
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Lainnya
Supir/Ojeg,dll
Petani/Nelayan,dll
Pedagang
Buruh
66
Grafik 4.5
Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2016
Berdasarkan Grafik 4.5 di atas dapat diketahui bahwa dari total responden
sebanyak 100 orang. Responden dengan tingkat pendapatan Rp. 1.250.001 – Rp.
1.500.000 berjumlah paling banyak yaitu 32 orang. Responden dengan tingkat
pendapatan >Rp. 1.500.001 berjumlah 29 orang. Responden dengan tingkat
pendapatan Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 berjumlah 19 orang. Selanjutnya,
responden dengan tingkat pendapatan Rp. 750.000 – Rp. 1.000.000 berjumlah 12
orang dan responden dengan tingkat pendapatan <Rp. 750.000 berjumlah 8 orang.
4.2 Hasil Uji Validitas
Pada penelitian ini, tahap awal analisis data adalah melakukan uji validitas
terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas
digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Kevaliditasan instrumen menggambarkan bahwa suatu instrumen benar-benar
8
12
19
32
29
0 5 10 15 20 25 30 35
< Rp. 750.000
Rp. 750.001 - Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.001 - Rp. 1.250.000
Rp. 1.250.001 - Rp. 1.500.000
> Rp. 1.500.001
67
mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian serta
mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran.
Pada uji validitas ini, penguji mengambil sampel awal sebanyak 30 responden
terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui langsung valid atau
tidaknya data tersebut. Artinya, apabila sampel yang 30 didapat valid secara
keseluruhan, maka sisa sampel dapat dilanjutkan penyebarannya dalam
pengambilan data tetapi apabila terdapat pada sampel yang disebar tersebut suatu
instrumen yang tidak valid maka instrumen tersebut dihapus/diganti dengan
instrumen yang baru sebagai pengganti instrumen yang tidak valid dan kemudian
kuesioner tersebut dapat disebar kembali.
68
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas
No. Koefisien Korelasi (r hitung)
r tabel Keterangan
1 0.764 0.165 VALID 2 0.853 0.165 VALID
3 0.781 0.165 VALID
4 0.655 0.165 VALID
5 0.525 0.165 VALID
6 0.721 0.165 VALID
7 0.650 0.165 VALID
8 0.763 0.165 VALID
9 0.676 0.165 VALID
10 0.543 0.165 VALID
11 0.724 0.165 VALID
12 0.543 0.165 VALID
13 0.670 0.165 VALID
14 0.470 0.165 VALID
15 0.490 0.165 VALID
16 0.508 0.165 VALID
17 0.577 0.165 VALID
18 0.574 0.165 VALID
19 0.598 0.165 VALID
20 0.726 0.165 VALID
21 0.430 0.165 VALID
22 0.698 0.165 VALID
23 0.462 0.165 VALID
24 0.685 0.165 VALID
25 0.695 0.165 VALID
26 0.526 0.165 VALID
27 0.359 0.165 VALID
28 0.446 0.165 VALID
29 0.745 0.165 VALID
30 0.580 0.165 VALID
31 0.490 0.165 VALID
32 0.593 0.165 VALID
33 0.505 0.165 VALID
34 0.351 0.165 VALID
35 0.188 0.165 VALID
Sumber: Hasil SPSS 22.0
69
Adapun kriteria item/butir instrumen yang digunakan adalah apabila r
hitung > r tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan valid dan jika r hitung ≤ r
tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan tidak valid. Perolehan nilai r hitung
diperoleh dari perhitungan statistik korelasi Product Moment dengan bantuan
SPSS statistik versi 22.0. Selain itu, perolehan nilai 0.165 didapat dari r tabel
dengan taraf signifikansi 90% untuk uji satu arah. Berdasarkan perolehan nilai
pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa item instrumen yang terdapat dalam
kuesioner yang berjumlah 35 pernyataan dinyatakan valid.
4.3 Hasil Uji Reliabilitas
Untuk menguji lebih lanjut hasil penelitian, peneliti melakukan uji
reliabilitas terhadap pernyataan-pernyataan yang ada. Pendekatan yang digunakan
untuk uji reliabilitas adalah pendekatan reliabilitas konsistensi internal. Uji ini
digunakan untuk menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki
konsistensi dalam hasil pengukuran. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan
membandingkan nilai alpha pada output pengolahan data program SPSS 22.0.
Alpha Croanbach yaitu penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-
rata interkorelasi di antara butir-butir pernyataan dalam kuesioner. Dalam
pengujian reliabiltas ini peneliti menggunakan rumus Alpha Croanbach dengan
bantuan SPSS statistik versi 22.0. Adapun hasil uji reliablitias yang telah
dilakukan dalam penelitian Alpha Croanbach ini adalah sebagai berikut.
70
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.946 35
Sumber: Hasil SPSS 22.0
Dari hasil reliabilitas pada penelitian ini, diperoleh hasil yang menyatakan
reliabel karena memiliki nilai Alpha Cronbach sebesar 0,946 yang artinya lebih
besar dari 0,30. Nilai tersebut diambil dari jumlah hitung 35 instrumen yang
menjadi hasil hitungan penelitian. Berdasarkan uji validitas dan uji reliabilitas
yang telah dilakukan, maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam
rangka pengumpulan data dalam penelitian ini.
4.4 Pengujian Hipotesis
Hipotesis sendiri merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian. Sedangkan pengujian hipotesis dilakukan untuk untuk
menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Dalam penelitian ini,
peneliti memiliki hipotesis yaitu Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera di Kabupaten Tangerang paling tinggi atau sama dengan 60% dan
peneliti menggunakan hipotesis deksriptif, dikarenakan variabel yang diuji
bersifat mandiri dan hanya memiliki satu sampel.
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi
dari hipotesis yang diajukan. Berdasarkan metode penelitian, maka pada tahap
pengujian hipotesis penelitian ini, peneliti menggunakan t-test satu sampel.
71
Adapun perhitungan pengujian hipotesis tersebut adalah 4 x 35 x 100 = 14000 (4
= skor tertinggi dari setiap jawaban pernyataan/pertanyaan yang dinyatakan pada
responden, kriteria skor berdasarkan pada skala likert, 35 = jumlah
pernyataan/pertanyaan yang diajukan kepada responden atau jumlah
pernyataan/pertanyaan yang valid, 100 = jumlah sampel yang dijadikan
responden) dan nilai mean atau nilai rata-ratanya adalah 14000 : 100 = 140.
Sehingga untuk implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di
Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang, nilai yang dihipotesiskan yaitu
paling tinggi 60% dari nilai ideal, artinya bahwa 0,6 x 14000 dibagikan dengan
jumlah sampel yang dijadikan responden 100 = 84. Hipotesis statistiknya dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Ho = µ ≤ 60% ≤ 0,6 x 14000 : 100 = 84
Diketahui :
x = Ʃx : 100 = 7692 : 100 = 76,92
µₒ = 60% = 0,6 x 14000 : 100 = 84
s = 11,772 (dilihat dari std. deviation di SPSS)
n = 100
Ditanya : t ?
Jawab :
x - µₒ 76,92 – 84 t = = s 11,772
√n √100
t = - 6,014
72
Nilai t-hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan
derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 100 – 1 = 99 dengan taraf kesalahan α = 10%
untuk uji satu pihak, maka nilai t-tabel nya yaitu 1,291 karena nilai t-hitung lebih kecil
dari t-tabel (-6,014 ≤ 1,291) dan jatuh pada penerimaan Ho, maka hipotesis nol
(Ho) diterima dan Ha ditolak.
Dari perhitungan populasi ditemukan bahwa Implementasi Program
Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang:
= (7.692 / 14.000) x 100%
= 0,5494 x 100%
= 54,94% (hipotesis ≤ 60%)
Jadi telah diketahui bahwa Implementasi Program Simpanan Keluarga
Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang adalah sebesar 54,94%.
Daerah Daerah
Penerimaan
Penolakan
Ho Ho
-6,014 1,291 54,94% 60%
Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa t-hitung ternyata jatuh pada
daerah Ho dengan demikian, Ho diterima dan Ha ditolak.
73
4.5 Analisis Data
Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif, maka data yang diperoleh tidak hanya berbentuk pernyataan
dari hasil kuesioner, melainkan ditampilkan dari hasil penelitian yang berbentuk
angka yang kemudian diolah. Skala yang digunakan dalam kuesioner penelitian
ini adalah skala likert, di mana pilihan jawaban terdiri dari 4 item, antara lain 4 =
sangat setuju, 3 = setuju, 2 = kurang setuju, 1 = tidak setuju. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan teori implementasi Van Meter dan Van Horn yang
memiliki enam indikator dalam mengukur baik atau tidaknya suatu program,
diantaranya ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen
pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi antarorganisasi dan aktivitas agen
pelaksana dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik.
Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai penelitian Implementasi
Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten
Tangerang, akan dijelaskan lebih lengkap dalam bentuk grafik disertai penjelasan
dan kesimpulan hasil jawaban dari pernyataan yang diajukan kepada responden
melalui penyebaran kuesioner, yaitu sebagai berikut.
4.5.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Ukuran dan tujuan kebijakan menunjukkan keberhasilan dari segi tepat
atau tidaknya sasaran yang telah ditetapkan, kesesuaian program dengan harapan
masyarakat dan perataan program. Dari subindikator yang ada dapat dilihat
bagaimana nantinya proses pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
Dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera masyarakat merasakan
74
manfaat atau tidak dari adanya program tersebut dan selain itu, pendistribusian
program diberikan merata atau tidak kepada masyarakat yang membutuhkan
Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
penjelasan di bawah ini.
Grafik 4.6
Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan Grafik 4.6 di atas, rata-rata hasil jawaban responden terhadap
indikator ukuran dan tujuan kebijakan Program Simpanan Keluarga Sejahtera
cukup rendah, seperti Program Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan merata
kepada keluarga tidak mampu (1.7), Program Simpanan Keluarga Sejahtera sesuai
dengan harapan penerima dana (2.58), Program Simpanan Keluarga Sejahtera
membantu dalam memenuhi kebutuhan penerima dana (2.47), adanya peningkatan
simpanan/tabungan penerima dana (1.69), adanya Program Simpanan Keluarga
Sejahtera dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga penerima dana (1.83),
2,27
2,62
1,83
1,69
2,47
2,58
1,7
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
mekanisme pengambilan dana PSKS tidakberbelit-belit
penerima dana merasakan manfaat PSKS
PSKS dapat meningkatkan kesejahteraan
adanya peningkatan tabungan/simpanan
PSKS dapat membantu dalam memenuhikebutuhan
PSKS sesuai dengan harapan penerima dana
PSKS diberikan merata
75
penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera merasakan manfaat dari
program tersebut (2.62), alur mekanisme pengambilan dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera tidak berbelit-belit/membingungkan (2.27). Dari hasil jawaban
tersebut dapat dilihat bahwa dari semua pernyataan nilainya masih berada
dikisaran 1.7 sampai 2.7 dari skala 4.00 yang di mana nilai tersebut dapat
dikatakan kecil.
Grafik 4.7 Hasil Pernyataan Pertama Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Program Simpanan Keluarga Sejahtera Diberikan Merata Kepada Keluarga Tidak Mampu
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pernyataan pertama yakni Program Simpanan Keluarga Sejahtera
diberikan merata kepada keluarga tidak mampu memiliki nilai rata-rata 1.7 dari
skala 4.00. Angka 1.7 didapat dari total keseluruhan 100 reponden dengan
jawaban 0 responden yang menjawab sangat setuju, 9 responden menjawab setuju,
52 responden menjawab kurang setuju dan 39 responden menjawab tidak setuju.
Hampir semua responden berpendapat bahwa perataan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera masih kurang dan tidak merata. Banyak keluarga yang benar-
0 10 20 30 40 50 60
SS
S
KS
TS
0
9
52
39
76
benar tidak mampu tetapi tidak mendapatkan dana dan sebaliknya, keluarga yang
dapat dikatakan mampu tetapi mendapatkan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera ini. Sejalan dengan yang terjadi di lapangan, menurut penerima dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang bernama ibu Eni mengatakan bahwa
dari sekian banyaknya tetangga sekitar rumah yang dapat dikatakan taraf
hidupnya jauh di bawah penerima dana lainnya tetapi tidak
mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Hal ini
dapat terjadi karena data rumah tangga sasaran Program Simpanan Keluarga
Sejahtera bersumber atau menggunakan dari hasil pendataan PPLS tahun 2011 di
mana data tersebut sudah dapat dikatakan tidak up to date karena pendataan
tersebut dilakukan sudah tiga tahun yang lalu. Kekurangtepatan sasaran penerima
dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera ini juga dapat dipengaruhi karena
tidak adanya verifikasi atau pemutakhiran data di awal atau sebelum pelaksanaan
program. Selain itu, adanya jarak atau perbedaan waktu antara pendataan dan
penggunaan data tersebut. Jeda waktu yang cukup lama memungkinkan terjadinya
perubahan sosial ekonomi masyarakat dan jeda waktu tersebut juga
memungkinkan adanya perubahan data dengan terbentuknya rumah tangga baru
yang masuk dalam kelompok miskin. Hal itu dapat terjadi karena kemiskinan
bersifat dinamis jadi dapat berubah-ubah setiap waktunya.
77
Grafik 4.8 Hasil Pernyataan Kedua Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Sesuai Dengan Harapan Penerima Dana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pernyataan kedua yakni Program Simpanan Keluarga Sejahtera sesuai
dengan harapan penerima dana memiliki nilai rata-rata 2.58 dari skala 4.00.
Angka 2.58 didapat dari 10 responden yang menjawab sangat setuju, 40
responden menjawab setuju, 48 responden menjawab kurang setuju dan 2
responden menjawab tidak setuju. Dari 100 orang yang menjadi responden,
mayoritas menjawab setuju dan kurang setuju. Penerima dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera tidak hanya menginginkan mendapatkan bantuan melalui
penyaluran dana akan tetapi mereka juga ingin diberikan modal untuk membuka
usaha dan juga ingin diberikan pembekalan maupun keahlian yang benar-benar
dijalankan/diseriusi oleh pemerintah untuk masyarakat kurang mampu sehingga
penerima dana dapat memiliki/mempunyai keahlian sendiri agar tidak terus
bergantung pada penyaluran dana yang diberikan pemerintah. Akan tetapi,
sebenarnya Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah cukup sesuai dengan
harapan masyarakat penerima dana karena setidaknya dengan adanya Program
0 10 20 30 40 50
SS
S
KS
TS
10
40
48
2
78
Simpanan Keluarga Sejahtera dapat sedikit meringankan beban pengeluaran
keluarga penerima dana.
Grafik 4.9 Hasil Pernyataan Ketiga Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Membantu Dalam Memenuhi Kebutuhan Penerima Dana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pernyataan ketiga yakni Program Simpanan Keluarga Sejahtera membantu
dalam memenuhi kebutuhan penerima dana memiliki nilai rata-rata 2.47 dari skala
4.00. Angka 2.47 didapat dari 6 responden yang menjawab sangat setuju, 36
responden menjawab setuju, 57 responden menjawab kurang setuju dan 1
responden menjawab tidak setuju. Seperti pernyataan sebelumnya, sebagian besar
responden menjawab setuju dan kurang setuju. Hal ini dikarenakan kebutuhan
akan seseorang berbeda-beda. Meskipun untuk periode waktu yang tidak lama,
dengan penyaluran bantuan sejumlah Rp. 400.000,- untuk bulan November dan
Desember pada tahun 2014, serta Rp. 600.000,-/3 bulan di mana masing-masing
keluarga mendapatkan Rp. 200.000,-/bulan dirasa masih kurang untuk memenuhi
kebutuhan keluarga penerima dana tetapi setidaknya dengan adanya Program
0 10 20 30 40 50 60
SS
S
KS
TS
6
36
57
1
79
Simpanan Keluarga Sejahtera sudah sedikit menambah pendapatan keluarga
dalam 2-3 bulan dan dapat membantu meringankan beban pengeluaran keluarga
seperti kebutuhan penerima dana terhadap pangan pokok lebih terpenuhi. Dengan
jumlah uang yang telah diberikan, merujuk pada hasil wawancara dengan Ibu
Ilyanah selaku penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera mengatakan
bahwa dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera setidaknya dapat sedikit
membantu meringkankan beban pengeluaran keluarga, seperti saat sedang
kenaikan kelas maka dana tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
biaya pendidikan anak, baik untuk membeli seragam, buku dan perlengkapan
sekolah lainnya. Oleh karena itu, dengan jumlah uang tersebut, ada keluarga yang
merasa cukup dan ada pula yang masih merasa kurang sementara kebutuhan
masing-masing keluarga berbeda-beda karena pada setiap keluarga terdapat
anggota keluarga yang masih menempuh pendidikan dan lain-lain.
80
Grafik 4.10 Hasil Pernyataan Keempat Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Meningkatnya Simpanan/Tabungan Keluarga
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pernyataan keempat yakni adanya peningkatan simpanan/tabungan
penerima dana dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Dari
pernyataan tersebut didapat nilai rata-rata 1.69 dari skala 4.00. Angka 1.69 didapat
dari 0 responden yang menjawab sangat setuju, 2 responden menjawab setuju, 65
responden menjawab kurang setuju dan 33 responden menjawab tidak setuju.
Terlihat dari 100 responden mayoritas menjawab kurang setuju. Hal ini
dikarenakan, sama dengan pernyataan sebelumnya yang berkaitan dengan
kebutuhan. Kebutuhan keluarga saja masih kurang terpenuhi apalagi untuk
disimpan/ditabung sehingga banyak masyarakat penerima dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera yang memberikan nilai kurang setuju dan tidak
setuju karena tidak adanya peningkatan tabungan/simpanan dalam keluarga
penerima dana. Dengan jumlah bantuan yang masih belum mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga penerima dana, maka tidak adanya peningkatan
simpanan/tabungan dalam keluarga penerima dana. Hanya saja tabungan yang
0 10 20 30 40 50 60 70
SS
S
KS
TS
0
2
65
33
81
dilakukan penerima dana seperti lebih sebagai menyimpan uang sementara waktu
untuk memenuhi kebutuhan beberapa hari kemudian bukan simpanan/tabungan
dalam jangka waktu yang panjang.
Grafik 4.11 Hasil Pernyataan Kelima Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Dapat Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pernyataan kelima yaitu adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera
dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pada pernyataan ini, responden yang
menjawab sangat setuju 0 responden, 3 responden yang menjawab setuju, 77
responden menjawab kurang setuju dan 20 responden menjawab tidak setuju. Dari
jawaban tersebut didapat nilai rata-rata 1.83 dari skala 4.00. Sebenarnya
pernyataan ini masih berkaitan dengan pernyataan sebelumnya mengenai
kebutuhan dan peningkatan simpanan/tabungan. Terlihat pula dari jawaban yang
diberikan responden yang banyak memberikan jawaban kurang setuju. Dengan
kebanyakan responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju, maka
sebenarnya dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera ini belum dapat
0 20 40 60 80
SS
S
KS
TS
0
3
77
20
82
meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan nama dari program tersebut.
Hal ini terlihat pula dilapangan bahwa kondisi keluarga penerima dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera belum sejahtera bahkan dapat dikatakan masih jauh
dari kata sejahtera, seperti dari kondisi fisik rumah yang masih jauh dari kata
layak.
Grafik 4.12 Hasil Pernyataan Keenam Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Penerima Dana Merasakan Manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pernyataan keenam yaitu penerima dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera merasakan manfaat dari adanya program tersebut. Dari jawaban nilai di
atas terdapat 11 responden yang menjawab sangat setuju dan 40 responden yang
menjawab setuju. Dari jawaban tersebut, sebenarnya dapat dikatakan sebagian
besar responden merasakan manfaat dari adanya Program Simpanan Keluarga
Sejahtera karena dengan adanya program ini setidaknya dapat membantu
meringankan beban pengeluaran penerima dana tetapi tidak sedikit pula responden
yang menjawab kurang setuju yaitu sebanyak 49 responden. Hal ini menunjukkan
0 10 20 30 40 50
SS
S
KS
TS
11
40
49
0
83
bahwa sebagian keluarga penerima dana masih merasakan adanya manfaat dari
program tersebut tetapi manfaat yang dirasakan oleh mereka tidak terlalu besar.
Oleh karena itu, mereka menjawab kurang setuju karena pemanfaatan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera hanya dapat mereka rasakan dalam jangka
waktu pendek saja.
Grafik 4.13 Hasil Pernyataan Ketujuh Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Mekanisme Pengambilan Dana Tidak Berbelit-Belit/Membingungkan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan pernyataan ketujuh yaitu alur mekanisme pengambilan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera sangat jelas (tidak berbelit-
belit/membingungkan), didapatkan nilai rata-rata sebesar 2.27 dari skala 4.00. Hal
tersebut dapat dikatakan cukup baik. Dari 100 responden, 73 responden menjawab
kurang setuju dan 27 responden menjawab setuju. Hal tersebut menunjukkan
bahwa terdapat beberapa penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
yang menganggap alur mekanisme pengambilan dana program tidak begitu
membingungkan tetapi tidak sedikit pula penerima dana yang menganggap bahwa
0 20 40 60 80
SS
S
KS
TS
0
27
73
0
84
alur mekanisme tersebut sedikit membingungkan penerima dana walaupun
dilapangan terdapat petugas yang membantu penerima dana dalam pengambilan
dana program karena terdapat beberapa alur mekanisme yang harus penerima
dana lakukan ketika akan mengambil/mencairkan dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera. Jadi, penerima dana tidak dapat langsung
mengambil/mencairkan dana pada petugas pelaksana yang ada dilapangan tetapi
harus mengikuti beberapa tahap alur mekanisme yang ada. Adapun alur
mekanisme pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera sebagai
berikut:
85
Gambar 4.2 Mekanisme Pengambilan Dana
Program Simpanan Keluarga Seajahtera
PENERIMA PETUGAS ANTRIAN
PETUGAS VERIFIKASI
ADMINISTRASI
PENERIMA
PETUGAS BAYAR
PENERIMA
(Sumber: www.tnp2k.go.id, 2016)
1. Membawa identitas diri dan Kartu KPS.
2. Mengambil nomor antri
Memberikan nomor antrian kepada Penerima KPS
Mengantri untuk menuju ke Petugas Verifikasi
1. Memeriksa nomor KPS & Identitas lain dengan daftar penerima.
2. Tanda Tangan/Cap Jempol Penerima pada daftar penerima
Mengantri untuk menuju ke petugas bayar
1. Pindai kode batang (barcode) pada KPS
2. Menyerahkan uang sejumlah yang diminta kepada Penerima.
86
4.5.2 Sumber Daya
Sumber daya merupakan hal penting dalam pelaksanaan suatu program.
Berkenaan dengan dukungan sumber daya dan pemanfaatan sumber daya yang
ada, yaitu seperti sumber daya manusia, sumber daya finansial dan sumber daya
waktu. Dari subindikator yang ada, maka dapat dilihat terkait bagaimana
kecukupan jumlah sumber daya manusia dalam pelaksanaan program, seperti
dalam sosialisasi dan pencairan dana, waktu yang digunakan dan dukungan dalam
memanfaatkan fasilitas sarana dan prasarana yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik dan penjelasan yang akan dijabarkan di bawah ini.
Grafik 4.14
Indikator Sumber Daya
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan Grafik 4.14 di atas, nilai rata-rata hasil jawaban responden
terhadap indikator sumber daya Program Simpanan Keluarga Sejahtera cukup
rendah, terlihat dari beberapa pernyataan pada indikator ini seperti kecukupan
jumlah petugas pelaksana di lokasi pengambilan dana Program Simpanan
2,18
2,21
1,97
1,78
1,72
2,5
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
fasilitas tampak bersih dan tersusu rapi
kondisi ruang tunggu yang cukup nyaman
pencairan dana sesuai dengan jadwalperdaerah/desa
kecukupan waktu sosialisasi
kecukupan jumlah petugas pelaksanasosialisasi
kecukupan jumlah petugas pelaksana di lokasipencairan
87
Keluarga Sejahtera (2.5), kecukupan jumlah petugas pelaksana dalam
memberikan sosialisasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera (1.72), waktu
sosialisasi yang diberikan petugas pelaksana cukup bagi penerima dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (1.78), waktu pelayanan pengambilan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera terlaksana sesuai dengan jadwal masing-masing
daerah/desa masing-masing (1.97), kondisi ruang tunggu yang cukup nyaman
(2.21) dan fasilitas sarana dan prasarana dalam pelaksanaan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera sudah memadai (2.18). Dari hasil jawaban tersebut dapat
dilihat bahwa dari semua pernyataan nilainya masih berada dikisaran 1.7 sampai
2.5 dari skala 4.00.
Grafik 4.15 Hasil Pernyataan Kedelapan Indikator Sumber Daya
Jumlah Petugas Pelaksana Di Lokasi Pengambilan Dana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pernyataan pertama pada indikator sumber daya ini atau pernyataan
kedelapan yakni pernyataan mengenai kecukupan jumlah petugas pelaksana di
lokasi pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Jumlah
0 10 20 30 40 50 60
SS
S
KS
TS
7
38
53
2
88
responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 7 responden, 38 responden
menjawab setuju, 53 responden menjawab kurang setuju dan 2 responden
menjawab tidak setuju. Dari jawaban nilai di atas sangat beragam dan didapat
nilai rata-rata sebesar 2.5 dari skala 4.00. Hal tersebut sudah dapat dikatakan
cukup baik, karena pada saat pencairan dana terdapat 6-10 petugas pelaksana yang
menempati tempatnya masing-masing atau yang bertugas sesuai dengan tugasnya
masing-masing seperti pada petugas verifikasi di lokasi pengambilan/pencairan
dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera, pencairan dana pun dilakukan
dengan cepat dilakukan oleh petugas pelaksana pada tiap-tiap bagian seperti pada
petugas antrian, petugas verifikasi dan petugas bayar. Akan tetapi, dengan jumlah
petugas pelaksana yang ada masih terdapat beberapa penerima dana yang merasa
kekurangan akan jumlah petugas pelaksana dilokasi pencairan karena yang terjadi
dilapangan masih saja terdapat antrian panjang saat pencairan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera sedang berlangsung.
Grafik 4.16 Hasil Pernyataan Kesembilan Indikator Sumber Daya
Jumlah Petugas Pelaksana Dalam Memberikan Sosialisasi
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
0 10 20 30 40 50
SS
S
KS
TS
0
13
46
41
89
Pernyataan kesembilan yakni pernyataan mengenai kecukupan jumlah
petugas pelaksana dalam memberikan sosialisasi Program Simpanan Keluarga
Sejahtera. Dari pernyataan ini, didapat tidak ada responden yang menjawab sangat
setuju, 13 responden menjawab setuju, 46 responden menjawab kurang setuju dan
41 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban nilai di atas, didapat nilai rata-
rata sebesar 1.72 dari skala 4.00. Nilai tersebut sangat kecil dan dapat dikatakan
bahwa jumlah petugas pelaksana yang memberikan sosialisasi tidak cukup atau
masih sangat kurang karena kebanyakan penerima dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera hanya mendapatkan sosialisasi dari ketua RT/RW setempat
maupun dari TKSK kecamatan masing-masing daerah penerima dana. Seperti
yang telah disampaikan oleh Ibu Sawi selaku penerima dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera yang mengatakan bahwa tidak ada dari pihak dinas atau
manapun yang memberikan sosialisasi mengenai Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, hanya ketua RT saja yang memberitahu kepada warga penerima dana
sekitar kalau akan ada pencairan dana. Ada pun penerima dana yang tidak
mendapatkan sosialisasi sama sekali dari dinas terkait, kelurahan maupun dari
RT/RW setempat karena pihak setempat tidak mengetahui secara jelas
keseluruhan informasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera dan tidak
melakukan pencarian informasi mengenai program tersebut.
90
Grafik 4.17 Hasil Pernyataan Kesepuluh Indikator Sumber Daya
Kecukupan Waktu Sosialisasi
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan kesepuluh yakni pernyataan mengenai waktu sosialisasi
yang diberikan petugas pelaksana cukup bagi penerima Program Simpanan
Keluarga Sejahtera. Dari pernyataan ini, seperti pernyataan sebelumnya yaitu
tidak ada responden yang menjawab sangat setuju. Selain itu, terdapat 4
responden menjawab setuju, 71 responden menjawab kurang setuju dan 25
responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban nilai di atas, didapat nilai rata-
rata sebesar 1.78 dari skala 4.00. Nilai yang didapat sangatlah kecil karena waktu
yang sosialisasi yang diberikan sangatlah minim. Petugas pelaksana hanya
memberikan sosialisasi kepada penerima dana mengenai kapan dan di mana dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat diambil/dicairkan. Hal ini sejalan
dengan pernyataan yang diberikan oleh Ibu Yulianti yang mengatakan bahwa
ketua RT setempat hanya memberitahukan informasi kepada masyarakat penerima
dana bahwa esok hari/lusa dana program sudah dapat dicairkan tetapi tidak
memberitahukan kalau setiap daerah/desa memiliki jadwal jam pencairan dananya
0 20 40 60 80
SS
S
KS
TS
0
4
71
25
91
masing-masing. Selain itu, tidak ada sosialisasi secara lengkap mengenai apa itu
Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Dari beberapa hal yang ada tersebut, tidak
salah responden penerima dana memberikan jawaban kurang setuju bahkan tidak
setuju karena dapat dikatakan masih kurang/minimnya waktu sosialisasi yang
diberikan oleh pihak terkait mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
Grafik 4.18
Hasil Pernyataan Kesebelas Indikator Sumber Daya Waktu Pengambilan Dana Sesuai Dengan Jadwal Jam Daerah Penerima
Dana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan kesebelas ini yakni mengenai waktu pengambilan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera sesuai dengan jadwal pengambilan
masing-masing daerah/desa penerima dana. Dari pernyataan ini, seperti
pernyataan-pernyataan sebelumnya yaitu tidak ada responden yang menjawab
sangat setuju. Selain itu, terdapat 16 responden menjawab setuju, 64 responden
menjawab kurang setuju dan 20 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban
nilai di atas, didapat nilai rata-rata sebesar 1.98 dari skala 4.00. Nilai yang didapat
masing kurang, hal ini didasari karena memang yang terjadi dilapangan,
0 10 20 30 40 50 60 70
SS
S
KS
TS
0
16
64
20
92
waktu/jam pencairan/pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, misalnya untuk kelurahan/desa
A pencairan dana dilakukan pada jam 08.00-10.00 tetapi yang terjadi dilapangan
pencairan dana yang dilakukan jauh dari jadwal/waktu pencairan per-
kelurahan/desa yang telah ditetapkan tersebut. Merujuk pada pernyataan yang
disampaikan oleh Ibu Eni selaku penerima dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera yang mengatakan bahwa banyak dari penerima dana yang sudah
mengantri sejak pagi, seperti dari pukul 07.00 pagi tetapi baru dapat
mencairkan/mengambil dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera pada siang
hari. Hal itu jelas terlihat bahwa waktu pencairan dana tidak sesuai dengan jadwal
pencairan per-kelurahan/desa masing-masing penerima dana.
Grafik 4.19 Hasil Pernyataan Kedua belas Indikator Sumber Daya
Kondisi Ruang Tunggu Cukup Nyaman
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pernyataan kedua belas ini yakni mengenai kondisi ruang tunggu yang
cukup nyaman saat pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Dari
0 10 20 30 40 50 60 70
SS
S
KS
TS
0
29
64
7
93
pernyataan ini, tidak ada responden yang menjawab sangat setuju, 29 responden
menjawab setuju, 64 responden menjawab kurang setuju dan 7 responden
menjawab tidak setuju. Dari jawaban nilai di atas, didapat nilai rata-rata sebesar
2.21 dari skala 4.00. Nilai tersebut dirasa masih kecil dari skala tertinggi yaitu
4.00. Dari nilai tersebut, masih banyak penerima dana yang menyatakan kurang
setujunya mengenai kenyamanan ruang tunggu saat pencairan dana. Dengan
jumlah penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang sangat banyak
yaitu 47.170 orang dan apalagi saat pencairan dana terdapat sekitar 4.000 orang
yang berada dilokasi dan dari berbagai macam desa/kelurahan yang berbeda-beda,
rasanya sulit untuk merasakan kenyamanan karena dengan jumlah penerima dana
yang begitu banyak. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang disampaikan
oleh Ibu Masrufah selaku penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
yang mengatakan bahwa saat pencairan dana merasakan kepanasan karena
memang pada saat pencairan dana banyaknya penerima yang ingin mencairkan
dana mereka, dengan begitu penerima dana harus mengantri dengan sesama
penerima dana lainnya.
94
Grafik 4.20 Hasil Pernyataan Ketiga belas Indikator Sumber Daya
Fasilitas Sarana Dan Prasarana Dalam Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pernyataan ketiga belas ini yakni mengenai fasilitas sarana dan prasarana
dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah memadai.
Pernyataan ini memiliki nilai rata- rata sebesar 2.18 dari skala 4.00 yang didapat
dari 3 responden yang menjawab sangat setuju, 23 responden menjawab setuju, 63
responden menjawab kurang setuju dan 11 responden menjawab tidak setuju.
Fasilitas sarana dan prasarana program di mulai dari awal sampai pencairan dana
dirasa masih kurang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden.
Seperti pada saat sosialisasi, sarana dan prasarana yang mendukung jalannya
sosialisasi tidak terlihat karena sosialisasi hanya dilakukan oleh pihak setempat,
yaitu oleh RT/RW atau TKSK kecamatan setempat. Sosialisasi yang dilakukan
oleh pihak setempat pun minim akan sarana dan prasarana karena hanya melalui
lisan saja tanpa ada peralatan lainnya. Selain itu, pada saat pencairan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera, kondisi di lapangan memang terdapat
0 10 20 30 40 50 60 70
SS
S
KS
TS
3
23
63
11
95
sarana seperti kursi untuk penerima dana duduk menunggu giliran pencairan, akan
tetapi kursi yang ada masih jauh dari kata cukup atau dapat dikatakan masih
kurang dan karena jumlah penerima dana yang mencairkan dana sangat banyak,
maka kondisi dilapangan pun tidak bersih dan tersusun rapi.
4.5.3 Indikator Karakteristik Agen Pelaksana
Berdasarkan indikator karakteristik agen pelaksana mengenai bagaimana
kinerja pelaksana program pada masing-masing cakupan wilayah/daerah yang
menjadi tugas/tanggungjawab petugas pelaksana itu sendiri. Subindikator yang
terdapat pada indikator ini yaitu adanya pendampingan yang dilakukan oleh
petugas pelaksana masing-masing daerah penerima dana, kecukupan jumlah
petugas pelaksana pada masing-masing daerah penerima dana, kinerja
pendamping penerima dana yang mudah dihubungi/ditemui, tidak adanya
perbedaan pelayanan dan cakupan penyebaran lokasi pencairan dana. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik yang akan dijabarkan di bawah ini.
96
Grafik 4.21
Indikator Karakteristik Agen Pelaksana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan Grafik 4.21 di atas, nilai rata-rata hasil jawaban responden
terhadap indikator karakteristik agen pelaksana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera masih rendah, terlihat dari beberapa pernyataan pada indikator ini
seperti adanya pendampingan saat pencairan dana (2.31), kecukupan jumlah
petugas pelaksana masing-masing daerah penerima dana (1.83), pendamping
penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera mudah ditemui/dihubungi
oleh penerima dana setiap kali dibutuhkan (2.16), tidak ada perbedaan pelayanan
yang diberikan saat pencairan dana (2.16), penyebaran lokasi pengambilan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak menyulitkan/dapat dijangkau oleh
penerima dana (1.91). Dari hasil jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari semua
pernyataan nilainya masih berada dikisaran 1.8 sampai 2.3 dari skala 4.00.
1,91
2,16
2,16
1,83
2,31
0 0,5 1 1,5 2 2,5
penyebaran lokasi pencairan dana PSKS tidakmenyulitkan
tidak ada perbedaan pelayanan
pendamping penerima dana PSKS mudahditemui/dihubungi
kecukupan jumlah pendamping penerimadana PSKS
adanya pendampingan saat pencairan dana
97
Grafik 4.22 Hasil Pernyataan Keempat belas Indikator Karakteristik Agen Pelaksana
Adanya Pendampingan Saat Pencairan Dana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan keempat belas di indikator ketiga ini yakni mengenai
adanya pendampingan saat pencairan dana. Pernyataan ini memiliki nilai rata- rata
sebesar 2.31 dari skala 4.00 yang didapat dari 0 responden yang menjawab sangat
setuju, 33 responden menjawab setuju, 65 responden menjawab kurang setuju dan
2 responden menjawab tidak setuju. Berdasarkan jawaban yang ada, mayoritas
responden menjawab kurang setuju dan setuju karena di lapangan, dapat terjadi
ada penerima dana yang mendapatkan pendampingan dan ada pula yang tidak
mendapatkan pendampingan karena dengan jumlah pendamping program yang
masih kurang berbanding terbalik dengan jumlah penerima dana yang sangat
banyak, dengan begitu sulit rasanya untuk menjangkau semua penerima dana yang
ada. Tetapi, pendamping Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah
menjalankan tugasnya untuk melakukan pendampingan meskipun tidak semua
penerima dana dapat dijangkau oleh pendamping.
0 10 20 30 40 50 60 70
SS
S
KS
TS
0
33
65
2
98
Grafik 4.23
Hasil Pernyataan Kelima belas Indikator Karakteristik Agen Pelaksana Kecukupan Jumlah Pendamping Program Simpanan Keluarga Sejahtera
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pernyataan kelima belas yakni mengenai kecukupan jumlah pendamping
penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera masing-masing daerah
penerima dana. Pernyataan ini memiliki nilai rata- rata sebesar 1.83 dari skala
4.00. Nilai ini sangat kecil, jauh dari skala yang ada. Dari 100 responden tidak ada
yang menjawab sangat setuju, 4 responden menjawab setuju, 75 responden
menjawab kurang setuju dan 21 responden menjawab tidak setuju. Pendamping
penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), di mana pada masing-masing daerah
hanya memiliki satu TKSK. Oleh karena itu, jumlah pendamping penerima dana
program ini hanya ada satu saja disetiap daerah. Dengan hanya ada satu
pendamping, ada masyarakat yang merasa cukup dan ada juga masyarakat
penerima dana yang masih merasa kurangnya jumlah pendamping mengingat
0 20 40 60 80
SS
S
KS
TS
0
4
75
21
99
jumlah penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera dari masing-masing
daerah sangatlah banyak.
Grafik 4.24 Hasil Pernyataan Keenam belas Indikator Karakteristik Agen Pelaksana
Pendamping Mudah Ditemui/Dihubungi
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan keenam belas ini yakni mengenai kemudahan
pendamping program saat ditemui/dihubungi oleh penerima dana setiap kali
dibutuhkan. Responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu sebanyak 2
responden yang menjawab sangat setuju, 20 responden menjawab setuju, 70
responden menjawab kurang setuju dan 8 responden menjawab tidak setuju.
Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) sebagai pendamping
mempunyai peran untuk pendampingan atau membantu penerima dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera yang kesulitan atau membutuhkan bantuan,
misalnya seperti dalam mempersiapkan persyaratan pencairan dana. Tetapi
dengan jumlah TKSK sebagai pendamping yang sangat kurang yaitu hanya ada
0 10 20 30 40 50 60 70
SS
S
KS
TS
2
20
70
8
100
satu pendamping pada setiap daerah rasanya memang tidak cukup untuk
menjangkau keseluruhan penerima dana yang ada karena jumlah penerima dana
sangat banyak dibandingkan jumlah pendamping yang hanya ada satu saja
walaupun di lapangan saat pencairan dana dibantu oleh pihak kantor pos. Sejalan
dengan yang disampaikan oleh Ibu Emun yang mengatakan bahwa sulit untuk
menemui pendamping karena disamping tidak mengetahuinya dan juga tidak
mempunyai kontak pendamping untuk menghubunginya. Pada pernyataan ini
memiliki nilai rata- rata sebesar 2.16 dari skala 4.00 yang didapat dari 100
responden.
Grafik 4.25 Hasil Pernyataan Ketujuh belas Indikator Karakteristik Agen Pelaksana
Tidak Ada Perbedaan Pelayanan Yang Diberikan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan ketujuh belas ini yakni mengenai tidak ada perbedaan
dalam pelayanan yang diberikan, baik karena status sosial maupun karena usia
dan lain-lain. Berdasarkan nilai yang telah didapat, nilai rata-rata pada pernyataan
ini sebesar 2.16 dari skala yang ada sebesar 4.00. Responden yang menjawab pada
0 20 40 60 80
SS
S
KS
TS
3
16
75
6
101
pernyataan ini yaitu sebanyak 3 responden yang menjawab sangat setuju, 16
responden menjawab setuju, 75 responden menjawab kurang setuju dan 6
responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban yang diberikan oleh responden
tersebut mayoritas menjawab kurang setuju. Hal ini didasari karena memang
adanya perbedaan pelayanan yang diberikan karena adanya alasan-alasan tertentu,
misalnya seperti ketika pada saaat pencairan dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera ada seorang ibu hamil atau membawa anak kecil, pencairan dana
dilakukan dengan cepat karena mereka didahulukan oleh petugas pelaksana yang
ada dan tentunya petugas pelaksana mempunyai alasan-alasan tertentu mengapa
seorang ibu hamil dan seorang ibu yang membawa anak kecil didahulukan. Selain
itu, faktor usia juga mempengaruhi pelayanan yang didapat. Untuk masyarakat
yang mencairkan dana sudah berumur atau sudah tua, maka pelayanan pencairan
dana untuknya didahulukan dibandingkan masyarakat penerima dana yang masih
muda dan tidak sedang hamil maupun membawa anak kecil. Pernyataan tersebut
sejalan dengan yang dikatakan oleh Ibu Ana yang mempunyai balita dan pada saat
melakukan pencairan dana, Ibu Ana membawa anaknya tersebut yang mengatakan
bahwa saat melakukan pencairan dana didahulukan dari penerima dana yang
lainnya karena pada saat pencairan dana membawa anak balitanya.
102
Grafik 4.26 Hasil Pernyataan Kedelapan belas Indikator Karakteristik Agen Pelaksana
Penyebaran Lokasi Tidak Menyulitkan Penerima Dana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan kedelapan belas ini yakni mengenai penyebaran lokasi
pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Apakah penentuan lokasi
pencairan dana tersebut tidak menyulitkan/dapat dijangkau oleh penerima dana di
sepuluh kecamatan. Berdasarkan nilai yang telah didapat, nilai rata-rata pada
pernyataan ini sebesar 1.91 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden
yang menjawab pada pernyataan ini yaitu sebanyak 2 responden yang menjawab
sangat setuju, 8 responden menjawab setuju, 69 responden menjawab kurang
setuju dan 21 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban yang ada,
masyarakat penerima dana banyak yang menjawab kurang setuju dan setuju
dengan penentuan lokasi pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
Hal ini didasari karena tempat pencairan dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera masyarakat penerima dana di sepuluh kecamatan (Tigaraksa, Cikupa,
Jambe, Cisoka, Solear, Balaraja, Jayanti, Kresek, Sukamulya dan Gunung Kaler)
dipusatkan di kantor pos Tigaraksa. Oleh karena itu, dari lokasi tempat
0 10 20 30 40 50 60 70
SS
S
KS
TS
2
8
69
21
103
tinggal/pemukiman masyarakat penerima dana mempunyai variasi jarak maupun
transportasi yang digunakan untuk dapat sampai ke kantor pos dan mencairkan
dana sehingga dengan adanya jarak yang dapat memakan waktu dan biaya maka
memberikan pengaruh pada biaya transportasi yang dikeluarkan oleh penerima
dana. Penerima dana yang berada di Tigaraksa saja masih memberikan tanggapan
kurang setujunya pencairan dilakukan dikantor pos karena alasan jarak dan
sulitnya akses transportasi didaerahnya. Dengan begitu, untuk masyarakat
penerima dana yang memiliki jarak yang jauh dan tidak memiliki kendaraan
merasa kesulitan untuk dapat mencapai ke lokasi pencairan dana, seperti
masyarakat penerima dana yang berada di Jayanti, Kresek, Gunung Kaler,
Sukamulya dan Solear yang memiliki jarak yang cukup jauh dan dapat memakan
waktu sampai 1 jam untuk dapat sampai ke lokasi pencairan dana.
4.5.4 Indikator Sikap Para Pelaksana
Berdasarkan indikator sikap para pelaksana ini mengenai tanggapan dari
pelaksana program. Subindikator yang terdapat pada indikator ini yaitu petugas
pelaksana ramah dalam memberikan pelayanan kepada penerima dana, petugas
pelaksana memiliki kemauan yang tinggi/bersungguh-sungguh dalam
menjalankan program, petugas pelaksana tanggap dalam memberikan pelayanan
kepada penerima dana dan sosialisasi yang diberikan oleh petugas pelaksana dapat
dipahami oleh penerima dana atau tidak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
grafik dan penjelasan yang akan dijabarkan di bawah ini.
104
Grafik 4.27
Indikator Sikap Para Pelaksana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan Grafik 4.27 di atas, nilai rata-rata hasil jawaban responden
terhadap indikator karakteristik agen pelaksana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera sudah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari beberapa pernyataan pada
indikator ini seperti petugas pelaksana ramah kepada penerima dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (2.89), petugas pelaksana bersungguh-
sungguh/memiliki kemauan yang tinggi dalam menjalankan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera (2.47), petugas pelaksana tanggap dalam melayani penerima
dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (2.76) dan sosialisasi yang
diberikan/disampaikan oleh petugas pelaksana dapat dipahami/dimengerti oleh
penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (1.47). Dari hasil jawaban
tersebut dapat dilihat bahwa dari semua pernyataan nilainya masih berada
dikisaran 1.4 sampai 2.8 dari skala 4.00. Untuk penjelasan lebih lengkapnya dapat
dilihat pada Grafik di bawah ini.
1,47
2,76
2,47
2,89
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
sosialisasi dapat dipahami olehpenerima dana
petugas pelaksana tanggap
petugas pelaksana bersungguh-sungguh dalam menjalankan PSKS
petugas pelaksana ramah
105
Grafik 4.28 Hasil Pernyataan Kesembilan belas Indikator Sikap Para Pelaksana
Petugas Pelaksana Ramah Kepada Penerima Dana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan kesembilan belas ini yakni mengenai petugas pelaksana
ramah kepada penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan
nilai yang telah didapat, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 2.89 dari skala
yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini
yaitu sebanyak 11 responden yang menjawab sangat setuju, 67 responden
menjawab setuju, 22 responden menjawab kurang setuju dan 0 responden
menjawab tidak setuju. Dari jawaban yang ada, masyarakat penerima dana
mayoritas menjawab setuju dengan pernyataan bahwa petugas pelaksana ramah
kepada penerima dana. Sebagai petugas pelaksana yang berhubungan/berinteraksi
dengan banyak orang memang sudah seharusnya memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya kepada penerima dana, seperti memberikan sikap ramah. Dengan
begitu, penerima dana pun tidak sungkan jika ada sesuatu hal yang ingin
ditanyakan kepada petugas pelaksana. Selain itu, sikap ramah yang diberikan oleh
petugas pelaksana memunculkan adanya rasa saling menghargai satu sama lain.
0 20 40 60 80
SS
S
KS
TS
11
67
22
0
106
Keramahan yang diberikan oleh petugas pelaksana misalnya seperti bertegur sapa,
memberikan tutur kata yang baik dan sopan dan juga pada saat pencairan dana
tidak jarang petugas pelaksana yang memberikan senyuman tulus untuk penerima
dana serta menyampaikan pesan untuk penerima dana agar dapat mempergunakan
dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera dengan sebaik-baiknya.
Grafik 4.29 Hasil Pernyataan Kedua puluh Indikator Sikap Para Pelaksana
Petugas Pelaksana Bersungguh-sungguh Dalam Menjalankan Program
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan kedua puluh ini yaitu mengenai petugas pelaksana
bersungguh-sungguh/memiliki kemauan yang tinggi dalam menjalankan Program
Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang telah didapat, nilai rata-rata
pada pernyataan ini sebesar 2.47 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan
responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu sebanyak 3 responden yang
menjawab sangat setuju, 39 responden menjawab setuju, 56 responden menjawab
kurang setuju dan 0 responden menjawab tidak setuju. Dari jawaban yang ada,
masyarakat penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera menilai bahwa
0 10 20 30 40 50 60
SS
S
KS
TS
3
39
56
0
107
petugas pelaksana yang menjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera
masih kurang baik. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat penerima dana
yang menjawab kurang setuju dan setuju pada pernyataan ini. Sebagai petugas
pelaksana sudah seharusnya fokus pada tugas dan fungsinya dengan selalu
berusaha untuk memberikan hal terbaik untuk penerima dana agar dapat
memperoleh hasil yang optimal dalam pekerjaannya. Petugas pelaksana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera umumnya tidak hanya menjalankan program saat
pencairan dana saja tetapi juga menjalankan sosialisasi untuk penerima dana.
Untuk petugas pelaksana yang mencairkan dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera dirasa sudah memiliki kesungguhan dalam menjalankan program. Hal
ini dapat dilihat di lapangan, petugas pelaksana mementingkan program
dibandingkan dengan hal yang lainnya seperti yang dikatakan oleh Bapak Taufik
saat proses pencairan dana petugas pelaksana fokus melayani penerima dana tanpa
meninggalkan meja atau tempat pencairan dana. Akan tetapi, untuk petugas
pelaksana yang memiliki tugas untuk melakukan sosialisasi tidak cukup baik
karena hanya segelintir petugas pelaksana yang menjalankan sosialisasi kepada
penerima dana dan hanya pada tingkat terendah saja, yaitu hanya ketua RT/RW
dan TKSK setempat saja yang memberikan sosialisasi kepada penerima dana.
108
Grafik 4.30 Hasil Pernyataan Kedua puluh satu Indikator Sikap Para Pelaksana
Petugas Pelaksana Tanggap Kepada Penerima Dana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan kedua puluh ini yaitu mengenai petugas pelaksana
tanggap dalam melayani penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu sebanyak 3
responden yang menjawab sangat setuju, 70 responden menjawab setuju, 27
responden menjawab kurang setuju dan 0 responden menjawab tidak setuju.
Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada
pernyataan ini sebesar 2.76 dari skala yang ada sebesar 4.00. Nilai yang diberikan
oleh responden menunjukkan bahwa petugas pelaksana tanggap dalam melayani
penerima dana. Tetapi masih ada pula yang kurang setuju dengan pernyataan
tersebut. Mengingat petugas pelaksana yang melayani banyak sekali penerima
dana, tidak heran jika terdapat satu atau dua penerima dana yang mengganggap
petugas pelaksana tidak tanggap karena memang sulit rasanya menjangkau
seluruh ribuan penerima dana yang ada. Walau begitu, sebagai petugas pelaksana
harus mempunyai sikap yang tanggap terhadap masyarakat karena dituntut dalam
0 10 20 30 40 50 60 70
SS
S
KS
TS
3
70
27
0
109
menjalankan tugasnya. Sebagai petugas pelaksana, harus secara cepat dapat
mengetahui, memperhatikan dan menyadari akan keadaan disekitar. Ketika ada
masyarakat penerima dana yang meminta tolong atau membutuhkan bantuan,
maka harus dengan sikap sigap dan cepat petugas pelaksana memberikan bantuan.
Selain itu, ketika ada penerima dana yang menyapa, menegur atau memberikan
senyuman, maka petugas pelaksana menanggapi hal tersebut.
Grafik 4.31 Hasil Pernyataan Kedua puluh dua Indikator Sikap Para Pelaksana
Sosialisasi Yang Diberikan Dapat Dipahami
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan kedua puluh dua ini yaitu mengenai sosialisasi yang
diberikan oleh petugas pelaksana dapat dipahami/dimengerti oleh penerima dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari
100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 1.47 dari skala yang ada
sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 0
responden yang menjawab sangat setuju, 2 responden menjawab setuju, 43
responden menjawab kurang setuju dan 55 responden menjawab tidak setuju.
0 10 20 30 40 50 60
SS
S
KS
TS
0
2
43
55
110
Nilai yang diberikan oleh responden menunjukkan bahwa sosialisasi yang
diberikan oleh petugas pelaksana kurang dapat diterima oleh penerima dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Hal ini terlihat dari banyaknya responden
yang memberikan jawaban tidak setuju dan kurang setuju pada pernyataan
terakhir indicator sikap para pelaksana ini. Petugas pelaksana tidak terlalu jelas
memberikan sosialisasi gambaran mengenai Program Simpanan Keluarga
Sejahtera. Sosialisasi yang diberikan hanya mengenai kapan dan di mana dana
dapat dicairkan dan itupun disampaikan secara lisan oleh pihak setempat seperti
RT/RW. Tidak jarang, informasi tersebut juga didapat oleh penerima dana yang
lainnya. Dengan begitu, penerima dana kurang memahami dan mengerti akan
sosialisasi yang diberikan oleh petugas pelaksana yang ada.
4.5.5 Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana
Berdasarkan indikator komunikasi antarorganisasi dan aktivitas agen
pelaksana ini yaitu mengenai usaha yang dilakukan oleh petugas pelaksana untuk
mencapai hasil yang diinginkan dan kerjasama yang dijalin oleh sesame petugas
pelaksana. Subindikator yang terdapat pada indikator ini yaitu adanya sosialisasi
yang diberikan petugas pelaksana terkait Program Simpanan Keluarga Sejahtera,
informasi yang diberikan petugas pelaksana terkait Program Simpanan Keluarga
Sejahtera diberikan secara lengkap (mekanisme, lokasi dan jadwal pencairan dana
dan lain-lain), informasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat
diketahui dengan mudah, petugas pelaksana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera berkomunikasi/berkoordinasi baik dengan sesama petugas pelaksana
(tampak terlihat dari RT/RW dan TKSK setempat yang mengetahui secara jelas
111
dan lengkap mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera), penerima dana
mendapatkan informasi mengenai jadwal pencairan dana dan mengenai lokasi
pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik dan penjelasan yang akan dijabarkan di bawah ini.
Grafik 4.32
Indikator Komunikasi Antarorganisasi Dan Aktivitas Agen Pelaksana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan Grafik 4.32 di atas, nilai rata-rata hasil jawaban responden
terhadap indikator komunikasi antarorganisasi dan aktivitas agen pelaksana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera cukup rendah. Hal ini dapat terlihat dari
beberapa pernyataan pada indikator ini seperti adanya sosialisasi yang diberikan
petugas pelaksana mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (1.61),
informasi yang diberikan oleh petugas pelaksana terkait Program Simpanan
Keluarga Sejahtera diberikan secara lengkap (1.72), informasi mengenai Program
Simpanan Keluarga Sejahtera dapat diketahui dengan mudah (1.87), petugas
pelaksana Program Simpanan Keluarga Sejahtera berkomunikasi/berkoordinasi
2,97
2,57
2,01
1,87
1,72
1,61
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
adanya informasi lokasi pencairan dana
adanya informasi jadwal pencairan dana
petugas pelaksanaberkomunikasi/berkoordinasi dengan baik
informasi PSKS dapat diketahui denganmudah
informasi diberikan secara lengkap
adanya sosialisasi
112
baik dengan sesama petugas pelaksana (2.01), penerima dana mendapatkan
informasi mengenai jadwal pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
(2.57) dan penerima dana mendapatkan informasi mengenai lokasi pengambilan
dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (2.97). Dari hasil jawaban tersebut
dapat dilihat bahwa dari semua pernyataan nilainya masih berada dikisaran 1.6
sampai 2.9 dari skala 4.00.
Grafik 4.33 Hasil Pernyataan Kedua puluh tiga Indikator Komunikasi Antarorganisasi
dan Aktivitas Agen Pelaksana Adanya Sosialisasi
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan kedua puluh tiga indikator komunikasi antarorganisasi
dan aktivitas agen pelaksana ini yaitu mengenai adanya sosialisasi yang diberikan
oleh petugas pelaksana mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada
pernyataan ini sebesar 1.61 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden
yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 0 responden yang menjawab sangat
setuju, 5 responden menjawab setuju, 51 responden menjawab kurang setuju dan
0 10 20 30 40 50 60
SS
S
KS
TS
0
5
51
44
113
44 responden menjawab tidak setuju. Jawaban yang diberikan oleh responden
terkait sosialisasi ini sangatlah kecil karena banyaknya responden yang menjawab
kurang setuju dan tidak setuju pada pernyataan ini. Petugas pelaksana yang
memberikan sosialisasi hanya pada tingkat terendah yaitu RT/RW dan TKSK
setempat. Itupun tidak semua responden yang mendapatkan sosialisasi dari
RT/RW dan TKSK. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diberikan oleh Ibu
Sawi yang mengatakan bahwa tidak ada sosialisasi apapun yang diberikan oleh
TKSK, hanya sosialisasi secara lisan dan singkat yang diberikan oleh ketua RT.
Selain itu, RT/RW setempat pun hanya memberikan pemberitahuan jadwal/hari
pencairan dana dan hanya memberitahukan bahwa rumah tangga penerima dana
dapat mengambil/mencairkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera di
kantor pos yang telah ditunjuk/ditetapkan untuk melakukan pencairan dana
dengan membawa persyaratan yang sudah ditentukan.
Grafik 4.34
Hasil Pernyataan Kedua puluh empat Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana
Informasi Diberikan Secara Lengkap
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
0 10 20 30 40 50 60
SS
S
KS
TS
0
7
58
35
114
Pada pernyataan kedua puluh empat ini yaitu mengenai informasi yang
diberikan oleh petugas pelaksana terkait mengenai Program Simpanan Keluarga
Sejahtera diberikan secara lengkap (mekanisme, lokasi dan jadwal dan lain-lain).
Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada
pernyataan ini sebesar 1.72 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden
yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 0 responden yang menjawab sangat
setuju, 7 responden menjawab setuju, 58 responden menjawab kurang setuju dan
35 responden menjawab tidak setuju. Dari 100 responden yang menjawab
pernyataan ini, mayoritas menjawab kurang setuju dan tidak setuju. Hal ini
membuktikan bahwa informasi yang diberikan oleh petugas pelaksana tidak
lengkap. Petugas pelaksana tidak memberi informasi kepada penerima dana
mengenai persyaratan apa saja yang harus dibawa saat pencairan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera. Mengenai mekanisme yang terkait dengan Program
Simpanan Keluarga Sejahtera dan lain-lain, petugas pelaksana tidak
memberitahukan hal itu. Umumnya, petugas pelaksana hanya memberikan
informasi mengenai jadwal dan lokasi pencairan dana saja, tetapi itupun tidak
mencakup semuanya, seperti jadwal pencairan yang diinformasikan hanya sebatas
pemberitahuan bahwa besok dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat
dicairkan tanpa memberitahu kalau pada masing-masing daerah/desa setiap
kecamatan terdapat perbedaan waktu dalam pencairan dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera.
115
Grafik 4.35 Hasil Pernyataan Kedua puluh lima Indikator Komunikasi Antarorganisasi
dan Aktivitas Agen Pelaksana Informasi Dapat Diketahui Dengan Mudah
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan kedua puluh lima ini yaitu mengenai informasi mengenai
Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat diketahui dengan mudah.
Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada
pernyataan ini sebesar 1.87 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden
yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 0 responden yang menjawab sangat
setuju, 18 responden menjawab setuju, 51 responden menjawab kurang setuju dan
31 responden menjawab tidak setuju. Jawaban yang diberikan oleh responden
masih sangat kecil. Itu artinya, informasi mengenai Program Simpanan Keluarga
Sejahtera belum bisa/tidak dapat diketahui dengan mudah oleh penerima dana
karena tidak semua ketua RT/RW mengetahui informasi mengenai Program
Simpanan Keluarga Sejahtera secara jelas dan lengkap. Selain itu, ketua RT/RW
yang kurang akan informasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera pun
harus mendatangi pihak terkait seperti Dinas Kesejahteraan Sosial atau kantor pos
atau kantor desa/kelurahan setempat untuk menanyakan agar dapat memperoleh
0 10 20 30 40 50 60
SS
S
KS
TS
0
18
51
31
116
informasi mengenai program, misalnya seperti mengenai jadwal pencairan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
Grafik 4.36 Hasil Pernyataan Kedua puluh enam Indikator Komunikasi Antarorganisasi
dan Aktivitas Agen Pelaksana Komunikasi/Koordinasi Sesama Petugas Pelaksana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan selanjutnya, yaitu pernyataan kedua puluh enam
mengenai komunikasi/koordinasi sesama petugas pelaksana. Apakah
komunikasi/koordinasi yang dijalankan sesama petugas pelaksana sudah baik atau
bahkan belum. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-
rata pada pernyataan ini sebesar 2.01 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan
responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 1 responden yang menjawab
sangat setuju, 11 responden menjawab setuju, 76 responden menjawab kurang
setuju dan 12 responden menjawab tidak setuju. Seperti pada pernyataan
sebelumnya, informasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak
dapat diketahui dengan mudah karena kurangnya komunikasi/koordinasi
0 20 40 60 80
SS
S
KS
TS
1
11
76
12
117
antarsesama petugas pelaksana yang ada. Bahkan terdapat pihak terkait yang tidak
tahu karena tidak memiliki data mengenai jumlah penerima dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera diwilayahnya. Selain itu, terlihat dari RT/RW
setempat yang harus bergerak aktif mendatangi pihak terkait untuk dapat
mengetahui informasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
Meskipun begitu, tidak semua pihak terkait pun mengetahui akan informasi
program, jadi petugas pelaksana harus mencari informasi lebih luas lagi. Hal ini
menggambarkan bahwa komunikasi antarsesama petugas pelaksana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera masih kurang baik.
Grafik 4.37 Hasil Pernyataan Kedua puluh tujuh Indikator Komunikasi Antarorganisasi
dan Aktivitas Agen Pelaksana Penerima Dana Mendapatkan Informasi Jadwal Pencairan Dana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan kedua puluh tujuh ini yaitu mengenai informasi mengenai
jadwal pencairan dana. Apakah penerima dana mendapatkan informasi mengenai
jadwal pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera atau tidak.
Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada
0 10 20 30 40 50 60
SS
S
KS
TS
2
53
45
0
118
pernyataan ini sebesar 2.57 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden
yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 2 responden yang menjawab sangat
setuju, 53 responden menjawab setuju, 45 responden menjawab kurang setuju dan
0 responden menjawab tidak setuju. Penerima dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera umumnya mendapatkan pemberitahuan mengenai jadwal atau kapan
dana dapat dicairkan. Hanya saja, jadwal yang diberitahukan hanya hari dan
tanggalnya saja, padahal terdapat jadwal pencairan dana per-jam pada masing-
masing daerah desa/kelurahan penerima dana. Selain itu, jadwal yang mereka
ketahui didapat dari RT/RW, TKSK maupun masyarakat setempat yang juga
mendapatkan dana program. Tidak jarang, ada penerima dana yang salah jadwal
pencairan karena RT/RW setempat hanya memberikan informasi bahwa dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah cair tanpa memberitahukan kapan
kecamatan atau desa/kelurahan tersebut dapat mencairkan dananya. Ada pun
RT/RW setempat yang sama sekali tidak mengetahui jadwal pencairan dana.
Umumnya, jadwal pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
ditempel oleh TKSK di kantor kelurahan/desa setempat. Jadi, penerima dana atau
RT/RW lah yang harus bergerak aktif mendatangi kantor kelurahan/desa
setempat.
119
Grafik 4.38 Hasil Pernyataan Kedua puluh delapan Indikator Komunikasi
Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana Penerima Dana Mendapatkan Informasi Lokasi Pencairan Dana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan kedua puluh delapan ini yaitu mengenai informasi
mengenai jadwal pencairan dana. Apakah penerima dana mendapatkan informasi
mengenai jadwal pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera atau
tidak. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada
pernyataan ini sebesar 2.97 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden
yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 6 responden yang menjawab sangat
setuju, 85 responden menjawab setuju, 9 responden menjawab kurang setuju dan
0 responden menjawab tidak setuju. Informasi mengenai lokasi pencairan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah diketahui oleh masyarakat penerima
dana sejak masa pencairan dana BLSM. Tetapi, tidak sedikit pula masyarakat
yang bingung akan lokasi pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
karena takut salah tempat. Umumnya, informasi mengenai lokasi pencairan dana
dibarengi dengan informasi mengenai jadwal yang diberitahu oleh RT/RW dan
TKSK. Informasi yang diberikan oleh TKSK pada umumnya ditempet dipapan
0 20 40 60 80 100
SS
S
KS
TS
6
85
9
0
120
informasi yang berada di kantor kelurahan/desa setempat. Dengan begitu, RT/RW
maupun masyarakat harus berperan aktif untuk mendapatkan informasi tersebut.
4.5.6 Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
Berdasarkan indikator terakhir ini yaitu lingkungan ekonomi, sosial dan
politik mempunyai subindikator yaitu mengenai bagaimana kondisi lingkungan
eksternal. Besaran bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera cukup untuk
memenuhi kebutuhan harian penerima dana, apakah penerima dana merasa
layak/pantas mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera,
penerima dana antusias dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera,
penerima dana mengetahui atau tidak bahwa program ini bernama Program
Simpanan Keluarga Sejahtera, pada saat pencairan dana program apakah terjadi
antrian panjang yang berdesakkan, tidak adanya pemotongan dana Program
Simpanna Keluarga Sejahtera dan tidak adanya respon penolakan di wilayah
penerima dana terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik dan penjelasan yang akan dijabarkan di bawah
ini.
121
Grafik 4.39
Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan Grafik 4.39 di atas, nilai rata-rata hasil jawaban responden
terhadap indikator lingkungan sosial, ekonomi dan politik cukup baik. Hal ini
dapat terlihat dari beberapa pernyataan pada indikator ini seperti besaran bantuan
Program Simpanan Keluarga Sejahtera cukup untuk memenuhi kebutuhan harian
penerima dana (2.18), penerima dana merasa layak/pantas mendapatkan/menerima
dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (2.84), penerima dana antusias
dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera (3.1), penerima dana
mengetahui program tersebut bernama Program Simpanan Keluarga Sejahtera
(1.22), tidak terdapat antrian panjang dan berdesakkan saat pencairan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera (1.48), tidak terdapat pemotongan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera (2.76), tidak adanya respon penolakan di
wilayah penerima dana terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (3.11).
3,11
2,76
1,48
1,22
3,1
2,84
2,18
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
tidak ada respon penolakan
tidak ada pemotongan dana PSKS
tidak ada antrian panjang dan berdesakkan
penerima dana mengetahui programtersebut bernama PSKS
penerima dana antusias
kelayakan/kepantasanmendapatkan/menerima dana PSKS
besaran bantuan cukup
122
Dari hasil jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari semua pernyataan nilainya
masih berada dikisaran 1.2 sampai 3.1 dari skala yang ada sebesar 4.00.
Grafik 4.40 Hasil Pernyataan Kedua puluh sembilan Indikator Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik Besaran Bantuan Cukup Untuk Memenuhi Kebutuhan Harian
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan pertama pada indikator lingkungan ekonomi, sosial dan
politik ini yaitu mengenai besaran bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera
cukup untuk memenuhi kebutuhan harian penerima dana. Berdasarkan nilai yang
telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 2.18
dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada
pernyataan ini yaitu 4 responden yang menjawab sangat setuju, 18 responden
menjawab setuju, 70 responden menjawab kurang setuju dan 8 responden
menjawab tidak setuju. Seperti penjelasan sebelumnya mengenai kebutuhan.
Kebutuhan akan setiap orang pasti berbeda-beda, tidak terkecuali kebutuhan
rumah tangga penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Umumnya,
0 10 20 30 40 50 60 70
SS
S
KS
TS
4
18
70
8
123
rumah tangga penerima dana dapat memenuhi kebutuhan hariannya saja, dalam
arti hanya dapat memenuhi kebutuhan jangka waktu pendek. Seperti yang
disampaikan oleh Ibu Mae yang mengatakan bahwa dana yang diberikan oleh
pemerintah terbatas dan hanya dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga
penerima dana dalam jangka waktu beberapa hari kedepan saja. Tidak jarang pula
penerima dana yang merasakan bahwa dengan besaran dana yang telah diberikan
masih kurang untuk dapat memenuhi kebutuhan hariannya karena dalam setiap
keluarga mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda dan dalam anggota keluarga
yang terdapat didalam suatu keluarga cukup banyak dan pasti pada setiap anggota
keluarga mempunyai kebutuhannya masing-masing.
Grafik 4.41 Hasil Pernyataan Ketiga puluh Indikator Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik Penerima Dana Merasa Layak/Pantas Mendapatkan Dana Program
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan ketiga puluh ini yaitu mengenai kepantasan/kelayakan
penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera dalam mendapatkan dana
0 10 20 30 40 50 60 70
SS
S
KS
TS
8
68
24
0
124
program. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata
pada pernyataan ini sebesar 2.84 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan
responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 8 responden yang menjawab
sangat setuju, 68 responden menjawab setuju, 24 responden menjawab kurang
setuju dan 0 responden menjawab tidak setuju. Rumah tangga penerima dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah rumah tangga yang masuk dalam
kategori hampir miskin, miskin dan sangat miskin. Kelayakan/kepantasan
penerima dana dalam mendapatkan Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak
hanya dapat dilihat dari fisiknya saja, misalnya seperti kondisi fisik rumah tetapi
perlu memperhatikan aspek-aspek lainnya. Banyak responden yang menjawab
setuju mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
karena memang taraf hidup mereka jauh dari kata layak. Akan tetapi, dari 100
responden yang memberikan nilai pada pernyataan ini, masih terdapat beberapa
responden yang mengaku bahwa mereka kurang setuju jika mereka
mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera, karena jika
dilihat dari rumah tangga sekitar tempat tinggal mereka yang taraf hidupnya jauh
di bawah rumah tangga penerima dana tetapi tidak mendapatkan/menerima dana
program dana, begitupun sebaliknya, keluarga yang dapat dikatakan mampu tetapi
mendapatkan/menerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
125
Grafik 4.42 Hasil Pernyataan Ketiga puluh satu Indikator Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik Penerima Dana Antusias Dengan Adanya PSKS
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan ketiga puluh satu ini yaitu mengenai antusias penerima
dana terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang
telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 3.1
dari skala yang ada sebesar 4.00. Hal ini menunjukkan antusias masyarakat
terhadap program penyaluran dana cukup baik. Dengan responden yang
menjawab pada pernyataan ini yaitu 14 responden yang menjawab sangat setuju,
82 responden menjawab setuju, 4 responden menjawab kurang setuju dan 0
responden menjawab tidak setuju. Dilihat dari banyaknya responden yang
menjawab setuju pada pernyataan ini menunjukkan bahwa antusias masyarakat
penerima dana terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera ini tinggi. Hal ini
dapat didasari karena dengan adanya program penyaluran dana seperti ini
setidaknya dapat membantu meringankan beban pengeluaran keluarga yang
kurang mampu.
0 20 40 60 80 100
SS
S
KS
TS
14
82
24
0
126
Grafik 4.43 Hasil Pernyataan Ketiga puluh dua Indikator Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik Penerima Dana Mengetahui Nama Dari Program Tersebut
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan ketiga puluh dua ini yaitu mengenai apakah penerima
dana mengetahui kalau program yang telah diberikan telah berganti nama menjadi
Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari
100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar 1.22 dari skala yang ada
sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 0
responden yang menjawab sangat setuju, 2 responden menjawab setuju, 18
responden menjawab kurang setuju dan 80 responden menjawab tidak setuju.
Dilihat dari nilai yang telah didapat, hal ini menunjukkan bahwa penerima dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak mengetahui nama dari program yang
sebenarnya telah berganti tersebut. Banyak dari masyarakat penerima dana yang
tidak mengetahui jika sejak tahun 2014 program pencairan dana tersebut telah
berganti nama menjadi Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Pergantian nama
tersebut seiring dengan telah bergantinya pemimpin di negeri ini. Mayoritas
0 20 40 60 80
SS
S
KS
TS
0
2
18
80
127
penerima dana masih menyebut program tersebut dengan sebutan BLT maupun
BLSM. Hal ini dikarenakan kurang adanya sosialisasi mengenai program yang
baru diluncurkan ini. Sejalan dengan yang terjadi di lapangan, seperti yang
dikatakan oleh Ibu Munah yang mengatakan bahwa tidak mengetahui kalau
program penyaluran dana ini sudah berganti nama menjadi Program Simpanan
Keluarga Sejahtera, Ibu Munah masih menyebut dan mengetahui nama program
penyaluran dana ini BALSEM/BLSM. Selain itu, untuk pencairan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera pada tahun 2014 dan 2015 kartu yang digunakan
adalah masih sama seperti saat pencairan BLSM lalu yaitu Kartu Perlindungan
Sosial (KPS). Jadi masyarakat penerima dana masih mengetahui dan menyebut
program tersebut dengan sebutan BLT dan BLSM bukan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera atau PSKS.
Grafik 4.44 Hasil Pernyataan Ketiga puluh tiga Indikator Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik Tidak Adanya Antrian Panjang dan Berdesakkan Saat Pencairan Dana
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
0 10 20 30 40 50 60
SS
S
KS
TS
0
5
38
57
128
Pada pernyataan ketiga puluh tiga ini yaitu mengenai tidak adanya/tidak
terdapat antrian panjang dan berdesakkan saat pencairan dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai
rata-rata pada pernyataan ini sebesar 1.48 dari skala yang ada sebesar 4.00.
Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 0 responden yang
menjawab sangat setuju, 5 responden menjawab setuju, 38 responden menjawab
kurang setuju dan 57 responden menjawab tidak setuju. Dilihat dari nilai yang
telah didapat, hal ini menunjukkan bahwa di lapangan, saat pencairan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera masih terdapat antrian yang panjang dan
berdesakkan. Dengan jumlah penerima dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera yang sangat banyak dan pada setiap harinya saat pencairan dana terdapat
3ribu sampai 4ribu orang/penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
perkecamatan, maka tidaklah heran jika di lapangan masih terdapat antrian
panjang saat pencairan dana bahkan tidak jarang sampai berdesak-desakkan antara
penerima dana yang satu dengan yang lainnya karena banyaknya penerima dana
yang sudah mengantri sejak pagi hingga siang bahkan sore hari.
129
Grafik 4.45 Hasil Pernyataan Ketiga puluh empat Indikator Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik Tidak Terdapat Pemotongan Dana Program
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan ketiga puluh empat ini yaitu mengenai tidak adanya/tidak
terdapat pemotongan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan
nilai yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini
sebesar 2.78 dari skala yang ada sebesar 4.00. Dengan responden yang menjawab
pada pernyataan ini yaitu 10 responden yang menjawab sangat setuju, 65
responden menjawab setuju, 16 responden menjawab kurang setuju dan 9
responden menjawab tidak setuju. Dilihat dari nilai yang telah didapat, hal ini
menunjukkan bahwa di lapangan masih terjadi pemotongan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera tetapi pemotongan dana terjadi hanya dibeberapa
daerah saja, tidak di semua daerah. Beberapa penerima dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera mengaku bahwa terdapat pemotongan dana ditingkat RT yang
pemotongan tersebut dilakukan oleh RT setempat. Adapun alasan yang diberikan
oleh RT misalnya seperti alasan dana yang dipotong untuk diberikan kepada
0 10 20 30 40 50 60 70
SS
S
KS
TS
10
65
16
9
130
keluarga kurang mampu disekitar tempat tinggal RT dan masyarakat penerima
dana yang tidak mendapatkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Selain
itu, ada pula RT yang meminta dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
kepada masyarakat penerima dana dengan seikhlasnya dan ada pula penerima
dana yang dengan sengaja memberikan beberapa uangnya kepada ketua RT/RW
setempat tanpa diminta. Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang
dipotong ini bervariasi karena pemotongan dana dilakukan/diminta dengan
seikhlasnya maupun dengan memberikan patokan sampai Rp. 50.000,- per kepala
keluarga. Hal ini didasari dengan pernyataan yang diberikan oleh penerima dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kecamatan Cisoka, Desa/Kel Cisoka
yang mengatakan bahwa adanya potongan dana program yang dilakukan oleh
ketua RT dengan nominal yang diberikan seikhlasnya para penerima dana PSKS.
Selain itu, ada pun penerima dana yang lain di Kecamatan Tigaraksa Desa,
Pematang yang mendapatkan pemotongan dana program mengaku terdapat
pemotongan dana sebesar Rp. 50.000,- per keluarga yang dilakukan oleh ketua RT
dengan alasan akan diberikan kepada keluarga miskin yang tidak mendapatkan
dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Tetapi hal ini tidak terjadi di seluruh
wilayah penerima dana. Terdapat juga RT yang sama sekali tidak meminta,
menerima atau bahkan memotong dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
dari warganya yang mendapatkan dana.
131
Grafik 4.46 Hasil Pernyataan Ketiga puluh lima Indikator Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik Tidak Terdapat Respon Penolakan Terhadap Program Simpanan Keluarga
Sejahtera
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Pada pernyataan terakhir di indikator ke enam ini yaitu pernyataan ketiga
puluh lima ini mengenai tidak adanya/tidak terdapat respon penolakan di wilayah
penerima dana terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Berdasarkan nilai
yang telah didapat dari 100 responden, nilai rata-rata pada pernyataan ini sebesar
3.11 dari skala yang ada sebesar 4.00. dari nilai yang telah didapat, hal ini
menunjukkan bahwa tidak adanya respon penolakan di wilayah penerima dana.
Dengan responden yang menjawab pada pernyataan ini yaitu 11 responden yang
menjawab sangat setuju, 89 responden menjawab setuju, 0 responden menjawab
kurang setuju dan 0 responden menjawab tidak setuju. Dilihat dari nilai yang telah
didapat, hal ini menunjukkan bahwa di lapangan, penerima dana memberikan
respon baik terhadap adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Bagaimana
tidak, dengan adanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera setidaknya dapat
0 20 40 60 80 100
SS
S
KS
TS
11
89
0
0
132
sedikit membantu keluarga penerima dana dalam memenuhi kebutuhannya dan
dapat membantu meringankan beban pengeluaran keluarga penerima.
4.6 Interpretasi Hasil Penelitian
Pengertian interpertasi dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah pemberian
kesan, pendapat atau pandangan teoritis terhadap sesuatu. Hipotesis yang dibahas
dalam penelitian ini adalah implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera
di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang dan untuk menjawab rumusan
masalah ini adalah dengan melakukan asumsi pada tahap awal jika Ho diterima
maka data lebih kecil ≤ 60 sedangkan jika data yang diperoleh > 60 maka Ha yang
diterima.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui hasil
bahwa t hitung ≤ t tabel (-6,014 ≤ 1,291), maka hasil yang didapat adalah jatuh pada
penerimaan Ho, maka hipotesis nol atau Ho diterima dan Ha ditolak. Dalam hal
ini memiliki makna bahwa penilaian implementasi Program Simpanan Keluarga
Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang adalah paling tinggi atau
sama dengan 60%.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang
dibuat oleh peneliti adalah seberapa besar presentase Implementasi Program
Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
Dalam penelitian untuk menjawab rumusan masalah ini, kita dapat melihat dari
perhitungan dengan menggunakan rumus t-test satu sampel dengan hasil t hitung
sebesar -6,014 dan t tabel sebesar 1,291 maka t hitung ≤ t tabel yang diterima adalah Ho
133
yang menyebutkan Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di
Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang paling tinggi atau sama dengan 60%.
Interpertasi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah adalah
Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa
Kabupaten Tangerang belum berjalan dengan baik karena hasil pengujian
hipotesis pun mencapai angka 54.94% dari angka yang di hipotesiskan yaitu 60%.
4.7 Pembahasan
Penelitian dengan judul Implementasi Program Simpanan Keluarga
Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang ini menggunakan teori
Van Metter dan Van Horn mengenai Implementasi Kebijakan yang memiliki
enam indikator, di antaranya ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya,
karakteristik agen pelaksana, sikap para pelaksana, komunikasi antarorganisasi
dan aktivitas pelaksana dan lingkungan sosial, ekonomi dan politik.
1. Standar dan Sasaran Kebijakan/Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Dalam suatu kebijakan tentunya mempunyai standar dan sasaran
kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan yang hendak dicapai oleh para pelaksana
kebijakan. Pemahaman mengenai maksud umum dari suatu standar dan sasaran
kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan adalah penting. Pada penelitian ini, peneliti
membagi indikator standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan
menjadi sub indikator yakni: pendistribusian diberikan merata kepada keluarga
kurang mampu dan program sesuai dengan keinginan masyarakat. Di mana dari
kedua sub indikator tersebut dapat dilihat bahwa apakah standar dan sasaran
134
kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan sudah tepat atau belum. Dalam penelitian
ini terdapat 7 butir pernyataan terkait indikator standar dan sasaran
kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan dengan nilai ideal yakni 4 x 7 x 100 =
2.800 (4 = nilai tertinggi dari item pernyataan yang ada menurut skala likert, 7 =
jumlah item pernyataan yang ada dan 100 = jumlah responden). Setelah
menemukan skor ideal maka dibandingkan dengan skor riil yang diisi oleh
responden yakni 1.516 sehingga didapat hasil 1.516 / 2.800 x 100% = 54.14%.
Tabel 4.4 Kategorisasi Indikator Standar dan Sasaran Kebijakan/Ukuran dan Tujuan
Kebijakan
Nilai Skor Kesimpulan 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup Baik 21% - 40% Kurang Baik 0% - 20% Tidak Baik
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pada indikator standar dan
sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan belum berjalan dengan sangat baik
atau dapat dikatakan cukup baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa yang terjadi di
lapangan Program Simpanan Keluarga Sejahtera belum diberikan merata kepada
keluarga yang kurang mampu, umumnya keluarga yang sudah dapat dikatakan
mampu mendapatkan dana program tetapi untuk yang keluarga kurang mampu
tidak mendapatkan dana tersebut. Program Simpanan Keluarga Sejahtera belum
mampu memenuhi harapan penerima dana. Secara keseluruhan, sebenarnya
Program Simpanan Keluarga Sejahtera sudah sesuai dengan keinginan
masyarakat, akan tetapi lebih baik jika diadakan program yang tidak hanya
135
memberikan penyaluran dana saja. Selain itu, Program Simpanan Keluarga
Sejahtera belum mampu membantu keluarga penerima dana dalam memenuhi
kebutuhannya karena kebutuhan setiap keluarga berbeda-beda. Belum adanya
peningkatan simpanan/tabungan penerima dana dan dengan adanya Program
Simpanan Keluarga Sejahtera belum dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga
penerima dana karena untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja masih kurang
apalagi untuk disimpan/ditabung serta peningkatan kesejahteraan keluarga. Hanya
saja, simpanan yang dilakukan oleh keluarga penerima dana paling tidak
menyimpan bahan pokok untuk dipakai beberapa hari ke depan. Dengan begitu,
keluarga penerima dana pun ada yang merasakan manfaat dari adanya Program
Simpanan Keluarga Sejahtera dan ada pula yang belum merasakan adanya
manfaat dari program tersebut karena setelah penyaluran dana, tidak jarang dana
tersebut sudah habis digunakan untuk keperluan keluarga. Dalam pencairan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera pun memiliki mekanisme yang harus
dilewati oleh penerima dana, mekanisme yang telah ditetapkan tidak jarang masih
membuat penerima dana kebingungan walaupun di lapangan terdapat petugas
pelaksana yang membantu penerima dana dalam mencairkan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera.
2. Sumber Daya
Sumber daya merupakan hal terpenting dalam menjalankan suatu program.
Tanpa adanya sumber daya, suatu program tidak dapat diimplementasikan dengan
baik. Pada penelitian ini, peneliti membagi indikator sumber daya menjadi
beberapa sub indikator yakni: kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya dan
136
dukungan sumber daya. Dalam mengimplementasikan suatu program, bagaimana
petugas pelaksana memanfaatkan sumber daya yang ada. Jika penggunaan sumber
daya diberdayakan secara optimum, maka suatu tujuan dalam suatu
kebijakan/program pun akan tercapai. Sumber daya yang dimanfaatkan tidak
hanya sumber daya manusia sebagai petugas pelaksana tetapi juga dukungan
sumber daya yang lain seperti sumber daya waktu dan sumber daya finansial, di
mana sumber daya waktu dan finansial ini bagaimana petugas pelaksana dapat
memanfaatkan waktu dan finansial yang ada. Dalam penelitian ini terdapat 6 butir
pernyataan terkait indikator sumber daya dengan nilai ideal yakni 4 x 6 x 100 =
2.400 (4 = nilai tertinggi dari item pernyataan yang ada menurut skala likert, 6 =
jumlah item pernyataan yang ada dan 100 = jumlah responden). Setelah
menemukan skor ideal maka dibandingkan dengan skor riil yang diisi oleh
responden yakni 1.236 sehingga didapat 1.236 / 2.400 x 100% = 51.5%.
Tabel 4.5
Kategorisasi Indikator Sumber Daya
Nilai Skor Kesimpulan 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup Baik 21% - 40% Kurang Baik 0% - 20% Tidak Baik
Sumber daya yang ada mengenai kecukupan jumlah petugas pelaksana,
baik petugas pelaksana yang berada dilokasi pencairan dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera maupun petugas pelaksana yang memberikan sosialisasi.
Tetapi, yang terjadi di lapangan masih kurangnya petugas pelaksana yang ada di
lokasi pencairan dana, apa lagi untuk petugas pelaksana yang memberikan
137
sosialisasi sangat minim sekali karena yang memberikan sosialisasi hanya RT atau
pun TKSK setempat saja. Selain itu, dari waktu yang diberikan juga sangat
minim, misalnya seperti waktu sosialisasi yang diberikan oleh petugas pelaksana.
Petugas pelaksana hanya memberikan sosialisasi mengenai jadwal maupun lokasi
pencairan dana saja, jadi hanya sedikit waktu sosialisasi yang diberikan. Waktu
dalam pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera pun tidak sesuai
dengan jadwal masing-masing perdaerah/desa yang telah ditetapkan. Fasilitas
sarana dan prasarana pun masih minim, dari kondisi ruang tunggu yang belum
nyaman dirasakan oleh penerima dana, kursi-kursi di tempat pencairan dana pun
tidak tersusun rapi karena begitu banyaknya masyarakat yang mencairkan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera di lokasi pencairan dana.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Setiap petugas pelaksana memiliki karakternya masing-masing. Tidak
terlepas pada petugas pelaksana yang berada di masing-masing daerah tentunya
memiliki karakter yang berbeda-beda. Pada penelitian ini, peneliti membagi
indikator sumber daya menjadi beberapa sub indikator yakni: kinerja pelaksana
program dan cakupan wilayah. Di mana petugas pelaksana pada masing-masing
daerah penerima dana memiliki karakternya masing-masing dan pada cakupan
wilayah yang ditentukan, apakah sudah mencukupi bagi penerima dana atau
belum. Dalam penelitian ini terdapat 5 butir pernyataan terkait indikator sumber
daya dengan nilai ideal yakni 4 x 5 x 100 = 2.000 (4 = nilai tertinggi dari item
pernyataan yang ada menurut skala likert, 5 = jumlah item pernyataan yang ada
dan 100 = jumlah responden). Setelah menemukan skor ideal maka dibandingkan
138
dengan skor riil yang diisi oleh responden yakni 1.037 sehingga didapat 1.037 /
2.000 x 100% = 51.85%.
Tabel 4.6
Kategorisasi Indikator Karakteristik Agen Pelaksana
Nilai Skor Kesimpulan 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup Baik 21% - 40% Kurang Baik 0% - 20% Tidak Baik
Dari hasil yang telah didapat, rasanya sesuai dengan yang terjadi di
lapangan. Pada masing-masing daerah peneirma dana memiliki agen pelaksananya
masing-masing dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Memang saat
pencairan dana di lokasi ada pendampingan yang dilakukan oleh petugas
pelaksana masing-masing daerah penerima dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera tetapi tidak sedikit pula masyarakat penerima dana yang tidak
merasakan adanya pendampingan saat pencairan dana karena mengingat
masyarakat yang mencairkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
sangatlah banyak. Selain itu, jumlah petugas pelaksana yang melakukan
sosialisasi di masing-masing daerah sangatlah kurang karena pada umumnya
sosialisasi hanya dilakukan oleh RT dan/atau oleh TKSK setempat saja. Tak
terlepas dari banyaknya masyarakat penerima dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, maka pendamping penerima dana pun sulit untuk ditemui/dihubungi
oleh penerima dana ketika mereka membutuhkannya. Dari segi pelayanan pun
tidak ada perbedaan pelayanan yang berarti antara masing-masing daerah, hanya
139
saja perbedaan pelayanan terjadi karena usia penerima dana yang sudah cukup tua
dan adanya penerima dana yang membawa anak kecil saat mencairkan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Penyebaran lokasi pencairan dana pun
dirasa masih menyulitkan penerima dana yang umumnya memiliki tempat tinggal
yang cukup jauh bahkan sulit dijangkau oleh penerima dana dan mereka harus
mengeluarkan waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk dapat sampai ke lokasi
pencairan dana untuk dapat mencairkan dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera.
4. Sikap Para Pelaksana
Sikap petugas pelaksana akan dapat mempengaruhi keberhasilan atau
tidaknya kinerja implementasi kebijakan karena bagaimana pun juga
implementasi kebijakan dapat berhasil jika para pelaksananya pun memiliki sikap
yang baik. Pada penelitian ini, peneliti membagi indikator sikap para pelaksana
menjadi sub indikator yakni: tanggapan pelaksana program. Respon/tanggapan
dari pelaksana program sangatlah penting, di mana sebagai pelaksana program
harus memiliki sikap yang baik atau memberikan respon/tanggapan yang baik
kepada penerima dana yang berhubungan/berinteraksi dengan petugas pelaksana.
Dalam penelitian ini terdapat 4 butir pernyataan terkait indikator sumber daya
dengan nilai ideal yakni 4 x 4 x 100 = 1.600 (4 = nilai tertinggi dari item
pernyataan yang ada menurut skala likert, 4 = jumlah item pernyataan yang ada
dan 100 = jumlah responden). Setelah menemukan skor ideal maka dibandingkan
dengan skor riil yang diisi oleh responden yakni 959 sehingga didapat 959 / 1.600
x 100% = 59.93%.
140
Tabel 4.7
Kategorisasi Indikator Sikap Para Pelaksana
Nilai Skor Kesimpulan 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup Baik 21% - 40% Kurang Baik 0% - 20% Tidak Baik
Dari hasil yang telah didapat, indikator sikap para pelaksana hampir
mendekati nilai dengan kesimpulan baik. Sikap yang baik ditunjukkan/diberikan
oleh para petugas pelaksana kepada penerima dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera. Petugas pelaksana berinteraksi dengan ramah kepada penerima dana,
dengan memberikan senyum, salam dan sapa tetapi tidak jarang pula ada
penerima dana yang merasa bahwa petugas pelaksana kurang ramah kepada
penerima dana. Kesungguhan petugas pelaksana pun dirasa masih kurang karena
dalam menjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak hanya
menyalurkan uang secara tunai saja tetapi juga harus memberikan
sosialisasi/informasi kepada penerima dana mengenai Program Simpanan
Keluarga Sejahtera. Akan tetapi, petugas pelaksana dirasa tanggap dalam
memenuhi kebutuhan penerima dana ketika mereka merasa kesulitan dan
memerlukan bantuan para petugas pelaksana, seperti apa saja persyaratan yang
harus dipersiapkan oleh penerima dana untuk dapat mencairkan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera. Selain itu, sikap para pelaksana kurang dalam
memberikan sosialisasi kepada masyarakat penerima dana sehingga penerima
dana kurang atau bahkan tidak mengerti/memahami sosialisasi mengenai Program
141
Simpanan Keluarga Sejahtera yang diberikan oleh petugas pelaksana karena
sosialisasi yang diberikan hanya melalui lisan saja dan dalam waktu yang singkat.
5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
Komunikasi dalam implementasi sebuah kebijakan tidak kalah penting
dengan yang lainnya. Komunikasi merupakan langkah dalam memberikan
informasi mengenai suatu kebijakan/program yang dilaksanakan. Pada penelitian
ini, peneliti membagi indikator komunikasi antarorganisasi dan aktivitas
pelaksana menjadi beberapa sub indikator yakni: usaha yang dilakukan untuk
dapat mencapai hasil yang diinginkan dan kerjasama. Karena jika tidak ada suatu
usaha dalam memberikan informasi yang dilakukan oleh petugas pelaksana, maka
suatu kebijakan/program akan sulit untuk dapat dicapai. Selain itu, sub indikator
kerjasama menjadi penting karena komunikasi antarorganisasi pun merupakan
mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan karena semakin baik
komunikasi yang dilakukan di antara pihak-pihak terkait yang terlibat dalam
implementasi kebijakan, maka kesalahan yang diterima akan semakin kecil,
demikian sebaliknya. Dalam penelitian ini terdapat 6 butir pernyataan terkait
indikator sumber daya dengan nilai ideal yakni 4 x 6 x 100 = 2.400 (4 = nilai
tertinggi dari item pernyataan yang ada menurut skala likert, 6 = jumlah item
pernyataan yang ada dan 100 = jumlah responden). Setelah menemukan skor ideal
maka dibandingkan dengan skor riil yang diisi oleh responden yakni 1.275
sehingga didapat 1.275 / 2.400 x 100% = 53.12%.
142
Tabel 4.8
Kategorisasi Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
Nilai Skor Kesimpulan 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup Baik 21% - 40% Kurang Baik 0% - 20% Tidak Baik
Komunikasi antarorganisasi maupun aktivitas pelaksana dalam
menjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera belum berjalan dengan baik.
Penerima dana tidak mendapatkan sosialisasi yang diberikan oleh petugas
pelaksana secara keseluruhan mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
Umumnya, sosialisasi yang penerima dana dapatkan hanya dari RT atau TKSK
setempat saja dan itupun tidak secara lengkap dan sangat terbatas. Informasi yang
diberikan hanyalah mengenai jadwal dan lokasi pencairan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera, tidak ada informasi mengenai mekanisme
pencairan dana dan lain-lain. Selain itu, informasi mengenai Program Simpanan
Keluarga Sejahtera tidak mudah untuk didapat karena RT setempat pun untuk
mengetahui mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera harus datang ke
pihak-pihak yang terlibat dalam Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Dengan
begitu, komunikasi/koordinasi antar petugas pelaksana kurang berjalan dengan
baik karena untuk mendapatkan informasi mengenai Program Simpanan Keluarga
Sejahtera pun harus mendatangi pihak-pihak yang terlibat terlebih dahulu dalam
program ini. Tetapi, untuk informasi mengenai jadwal dan lokasi pencairan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan oleh RT ataupun TKSK
setempat kepada penerima dana melalui papan pengumuman yang berada dikantor
143
desa/kelurahan maupun diberikan secara lisan dan tidak jarang msaih terdapat
masyarakat penerima dana yang salah jadwal pencairan karena minimnya
informasi yang diberikan oleh petugas pelaksana.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
Kondisi lingkungan sekonomi, sosial dan politik turut ikut mempengaruhi
jalannya suatu kebijakan/program. Jika kondisi lingkungan sekitar memberikan
dampak yang baik/positif, maka suatu implementasi kebijakan/program pun dapat
berjalan dengan baik. Pada penelitian ini, peneliti membagi indikator lingkungan
ekonomi, sosial dan politik menjadi sub indikator yakni: kondisi lingkungan
eksternal. Kondisi lingkungan eksternal yang baik dapat mendukung dalam
implementasi suatu kebijakan/program, demikian sebaliknya, lingkungan
ekonomi, sosial dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah
dari kegagalan suatu implementasi kebijakan/program. Dalam penelitian ini
terdapat 7 butir pernyataan terkait indikator sumber daya dengan nilai ideal yakni
4 x 7 x 100 = 2.800 (4 = nilai tertinggi dari item pernyataan yang ada menurut
skala likert, 7 = jumlah item pernyataan yang ada dan 100 = jumlah responden).
Setelah menemukan skor ideal maka dibandingkan dengan skor riil yang diisi oleh
responden yakni 1.669 sehingga didapat 1.669 / 2.800 x 100% = 59.60%.
Tabel 4.9
Kategorisasi Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
Nilai Skor Kesimpulan 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup Baik 21% - 40% Kurang Baik 0% - 20% Tidak Baik
144
Program Simpanan Keluarga Sejahtera menyalurkan dana kepada
penerima sebesar Rp. 400.000,-/2 bulan dan Rp. 600.000,-/3 bulan pada masing-
masing keluarga. Dari besaran bantuan yang diberikan, masih terdapat beberapa
penerima dana yang merasa kurang akan besaran bantuan tersebut tetapi juga
masih terdapat penerima dana yang sudah merasa cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari penerima dana dalam jangka waktu pendek karena
kebutuhan setiap orang berbeda-beda, jadi tanggapan yang diberikan oleh
penerima dana mengenai besaran bantuan yang diberikan pun berbeda-beda.
Selain itu, ada pun penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang
sebenarnya dapat dikatakan mampu dan tidak layak/pantas mendapatkan dana
tetapi mereka masuk dalam daftar penerima dana dan mempunyai Kartu
Perlindungan Sosial (KPS) yang dapat digunakan untuk mencairkan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Dengan adanya Program Simpanan
Keluarga Sejahtera, masyarakat khususnya penerima dana sangat antusias karena
mereka mendapatkan bantuan penyaluran dana yang diberikan oleh pemerintah
dan dengan bantuan tersebut dapat mereka gunakan untuk membeli/memenuhi
kebutuhan yang harus mereka penuhi. Tetapi, dari sekian banyaknya penerima
dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera, mereka tidak mengetahui bahwa
program penyaluran yang dimulai pada tahun 2014 lalu terlah berganti nama
menjadi Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Mayoritas penerima dana masih
mengetahui dan menyebut program penyaluran dana tersebut bernama BLT dan
BLSM. Pada saat pencairan dana di lapangan pun masih terjadi antrian yang
panjang dan berdesakkan antara penerima dana yang satu dengan yang lainnya.
145
Hal ini terjadi karena penerima dana yang sudah mengantri sejak pagi belum juga
dapat mencairkan dananya. Selain itu, meskipun pemotongan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera tidak terjadi diseluruh wilayah penerima dana tetapi
di beberapa wilayah penerima dana, pemotongan dana masih terjadi dan hal itu
dilakukan oleh RT setempat yang berjumlah sampai Rp. 50.000,- perkepala
keluarga. Dalam pelaksanaannya, Program Simpanan Keluarga Sejahtera tidak
menimbulkan adanya respon penolakan dari masyarakat khususnya penerima dana
karena sebenarnya mereka antusias dengan adanya program penyaluran dana ini
karena setidaknya dapat sedikit membantu meringkankan beban pengeluaran
keluarga walaupun hanya dalam jangka waktu yang singkat.
146
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang peneliti buat, dapat disimpulkan bahwa
implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa
Kabupaten Tangerang paling tinggi atau sama dengan 60%, yaitu hanya mencapai
angka 54.94%. Hal ini sejalan dengan hasil yang didapat per indikator, adapun
indikator ukuran dan tujuan kebijakan mendapatkan hasil sebesar 54.14%,
sumberdaya sebesar 51.5%, karakteristik agen pelaksana 51.85%, sikap para
pelaksana 59.93%, komunikasi antarorganisasi dan aktivitas agen pelaksana
53.12% dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik sebesar 59.60%. Dari
beberapa indikator yang ada, indikator sumberdaya lah yang memiliki presentase
terkecil dari 6 (enam) indikator yang ada.
Dalam pelaksanaannya, Program Simpanan Keluarga Sejahtera telah
berjalan dengan baik karena telah terlaksana sudah sesuai dengan jadwal
pencairan dana/masa bayar utama yang telah ditetapkan dan tidak menimbulkan
gejolak maupun konflik sosial yang berarti. Meskipun dalam penetapan penerima
dana masih mengalami ketidaktepatan sasaran karena banyak penerima dana yang
kurang mampu tetapi tidak mendapatkan dana bantuan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera, demikian sebaliknya. Sumberdaya yang terlibat dalam
pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera masih kurang, seperti
sumberdaya waktu dan manusia serta fasilitas yang ada karena dalam
147
pelaksanaannya jumlah petugas pelaksana dan waktu yang diberikan oleh petugas
pelaksana sangatlah sedikit dan terbatas karena mengingat jumlah petugas
pelaksana yang sangat terbatas pula serta fasilitas yang diberikan masih belum
memadai. Selain itu, pada masing-masing daerah penerima dana memiliki agen
pelaksananya masing-masing dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Agen
pelaksana pada masing-masing daerah penerima dana masih sangat kurang karena
agen pelaksana pada masing-masing daerah penerima dana hanyalah TKSK
setempat yang hanya berjumlah 1 (satu) orang saja. Hal ini menimbulkan
banyaknya masyarakat penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
yang tidak mendapatkan pendampingan dan kesulitan untuk menemui agen
pelaksana ketika membutuhkannya. Apa lagi penyebaran lokasi pencairan dana
yang dirasa cukup jauh bagi beberapa penerima dana. Sikap yang diberikan oleh
para petugas pelaksana kepada penerima dana pun sudah sangat baik. Dengan
menunjukkan sikap yang tanggap, ramah dan bersungguh-sungguh dalam
menjalankan tugasnya. Akan tetapi, masih minimnya komunikasi yang dilakukan
oleh pihak terkait kepada penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
Padahal, kondisi lingkungan eksternal mendukung berjalannya Program Simpanan
Keluarga Sejahtera ini dengan tidak adanya konflik/gejolak sosial yang berarti di
wilayah penerima dana.
148
5.2 Saran
Dari penelitian di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran kepada
pihak pelaksana maupun kepada Rumah Tangga Sasaran penerima dana yang
kiranya dapat bermanfaat dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam pelaksanaan program hendaknya Dinas Sosial, Badan Pusat
Statistik, Kantor Pos dan pihak terkait lainnya mempersiapkan dan
meningkatkan sumber daya yang akan digunakan, seperti sumber daya
manusia dan waktu serta finansial yang baik guna untuk dapat
memperlancar jalannya suatu program.
2. Peningkatan fasilitas yang ada di lapangan dapat mendukung
kelancaran dalam pencairan dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, seperti kursi yang disediakan oleh pihak Kantor Pos lebih
diperbanyak sesuai dengan jumlah penerima dana yang melakukan
pencairan dana agar dapat memberikan kenyamanan bagi penerima
dana yang ada.
3. Dalam penetapan jadwal pencairan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera pun Kantor Pos perlu mempertimbangkan jumlah
masyarakat penerima dana yang akan mencairkan dana agar tidak
menimbulkan gejala atau konflik yang berarti saat pencairan dana
dilangsungkan, misalnya seperti dalam satu hari hanya 1.000 penerima
dana di satu kecamatan saja yang dapat mencairkan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera.
149
4. Perlu adanya peningkatan agen pelaksana pada masing-masing daerah
penerima dana, seperti peningkatan TKSK sebagai pendamping
penerima dana PSKS karena mengingat jumlah penerima dana
program yang sangat banyak dan agar setiap penerima dana
mendapatkan pendampingan yang baik dari setiap agen pelaksana.
5. Komunikasi antarorganisasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
terlibat seperti Dinas Sosial, Kantor Pos, TKSK dan pihak terlibat
lainnya hendaknya lebih ditingkatkan dengan baik, seperti sosialisasi
program harus diberikan oleh Dinas Sosial sebelum program dimulai
dengan menunjuk penanggungjawab sosialisasi agar dapat terencana
dengan baik. Selain itu, informasi yang diberikan kepada penerima
dana harus secara menyeluruh dan jelas serta dapat mudah dipahami
atau dimengerti oleh masyarakat penerima dana guna untuk
meminimalisir atau mencegah terjadinya perbedaan penafsiran di
masyarakat. Selain itu, koordinasi pun perlu dilakukan dalam
menentukan waktu atau jadwal pencairan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera yang tepat guna untuk memperlancar jalannya pencairan
dana dan mencegah terjadinya antrian panjang yang berdesakkan, serta
perlunya disediakan tempat pencairan dana secara khusus di beberapa
titik wilayah penerima dana yang sulit menjangkau lokasi pencairan
dana maupun jarak tempat tinggal menuju lokasi pencairan dana cukup
jauh.
150
6. Data rumah tangga sasaran penerima dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera harus diverifikasi oleh Dinas Sosial bekerjasama
dengan TKSK, Lurah/Kepala Desa serta RT maupun RW setempat
agar dapat meminimalisir ketidaktepatan sasaran karena kemungkinan
dapat terjadi perubahan status sosial atau kondisi kesejahteraan
masyarakat di lapangan selama periode pendataan dilakukan hingga
saat data digunakan.
7. Adapun saran yang peneliti berikan untuk masyarakat penerima dana
PSKS untuk mempergunakan dana PSKS dengan sebaik mungkin
sesuai dengan kebutuhan agar dapat memenuhi kebutuhan hariannya
dalam jangka waktu yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba
Humaika Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung: Pustaka Setia
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Irawan, Prasetya. 2004. Logika dan Prosedur Penelitian, Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta: STIA-LAN Press
Islamy, M Irfan. 2004. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara
Mulyadi, Deddy. 2015. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik “Konsep dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik”. Bandung: Alfabeta
Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Singarimbun, Masri, Effendi Sofian. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik “Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial”. Bandung: Alfabeta
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Sistem Administrasi Publik Republik Indonesia (SANKRI). Jakarta: PT Bumi Aksara
Usman, Husaini dan Purnomo Setyadi Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Dokumen:
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Intruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat untuk membangun Keluarga Produktif
Sumber Lain:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang. 2013. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tangerang. Hal 28.
Tim Penulis Lembaga Penelitian Smeru. 2011. Kajian Cepat Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) 2008 dan Evaluasi Penerima Program BLT 2005 di Indonesia. Hal 57.
Tim Penulis Lembaga Penelitian Smeru. 2015. Penggunaan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dan Pelaksanaan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2013. Jakarta
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/18/19561159/BLSM.Mulai.Dibagikan.Akhir.Bulan.Ini (diakses pada tanggal 19 Maret 2016)
http://blsm.posindonesia.co.id/umum.php (diakses pada tanggal 3 April 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan_langsung_tunai (diakses pada tanggal 5 Maret 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tangerang (diakses pada tanggal 7
September 2016)
http://intelresos.kemsos.go.id/?module=Program+Kks (diakses pada tanggal 13 Januari 2016)
http://metro.sindonews.com/read/759480/31/takut-didemo-2-000-warga-tangerang-kembalikan-kps-1373444678 (diakses pada tanggal 20 Januari 2016)
http://www.psks.sapa.or.id/tentang-psks (diakses pada tanggal 4 Maret 2016)
www.psks.info (diakses pada tanggal 4 November 2015)
www.tnp2k.go.id/id/program/program-membangun-keluarga-produktif/mengapa-bantuan-dalam-bentuk-simpanan/ (diakses pada tanggal 21 Desember 2015)
Jurnal/Skripsi:
Kurniawan, Agus Rizki. 2014. Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat di Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura: Jurnal
Syamsir, Nurfahira. 2014. Implementasi Program Keluarga Harapan Bidang Pendidikan di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Hasanuddin: Skripsi
Iqbal, Hasbi. 2008. Implementasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008 Di Kabupaten Kudus. Magister Ilmu Administrasi Universitas Diponegoro: Tesis
Maryana, Rt. Nina. 2011. Implementasi Program Beras Miskin (Raskin) di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang Tahun 2010. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi.
LEMBARAN NEGARAREPUBLIK INDONESIA
No.341, 2014 KESRA. Penanggulangan. Kemiskinan.Percepatan. Program.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 166 TAHUN 2014
TENTANGPROGRAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa kemiskinan merupakan permasalahan bangsayang mendesak dan memerlukan langkah-langkahpenanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadudan menyeluruh, dalam rangka mengurangi beban danmemenuhi hak-hak dasar warga negara secara layakmelalui pembangunan inklusif, berkeadilan, danberkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yangbermartabat;
b. bahwa dalam upaya meningkatkan efektifitas danefisiensi program percepatan penanggulangankemiskinan perlu dilakukan upaya-upaya penajamanprogram perlindungan sosial;
c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut padahuruf a dan huruf b, dipandang perlu menetapkanPeraturan Presiden tentang Program PercepatanPenanggulangan Kemiskinan;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1), Pasal 28 C ayat (1), dan Pasal 34Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.341 2
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 78, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhirdengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SistemJaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 150, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentangRencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional2005-2025 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4700);
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentangKesejahteraan Sosial (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 12, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentangPenanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 83, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235);
9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BadanPenyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5256);
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.3413
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PROGRAMPERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN.
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan:
1. Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan programpemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis,terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untukmengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkanderajat kesejahteraan rakyat.
2. Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukanoleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakatuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melaluibantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usahaekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangkameningkatkan kegiatan ekonomi.
Pasal 2
(1) Untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, Pemerintahmenetapkan program perlindungan sosial.
(2) Program perlindungan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi :
a. Program Simpanan Keluarga Sejahtera;
b. Program Indonesia Pintar;
c. Program Indonesia Sehat.
Pasal 3
(1) Untuk menjamin ketepatan sasaran program perlindungan sosialsebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pemerintah melaksanakanpendataan penerima program perlindungan sosial.
(2) Pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan olehKementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian terkait.
(3) Pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 4
(1) Dalam pelaksanaan program perlindungan sosial sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2, Pemerintah menerbitkan kartu identitas bagipenerima program perlindungan sosial.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.341 4
(2) Kartu identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Kartu Keluarga Sejahtera untuk penerima Program SimpananKeluarga Sejahtera;
b. Kartu Indonesia Pintar untuk penerima Program Indonesia Pintar;
c. Kartu Indonesia Sehat untuk penerima Program Indonesia Sehat.
Pasal 5
(1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program penanggulangankemiskinan, Pemerintah membentuk Tim Nasional PercepatanPenanggulangan Kemiskinan.
(2) Pembentukan Tim, tugas dan fungsi, susunan organisasi, dan tatakerja Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan denganPeraturan Presiden tersendiri.
Pasal 6
Pendanaan bagi pelaksanaan program percepatan penanggulangankemiskinan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan sumber pendanaan lainyang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Pada saat berlakunya Peraturan Presiden ini, segala kegiatan perlindungansosial tetap dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakanatau disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini.
Pasal 8
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.3415
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 3 November 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakartapada tanggal 10 November 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
www.djpp.kemenkumham.go.id
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014
TENTANG
PELAKSANAAN PROGRAM SIMPANAN KELUARGA SEJAHTERA, PROGRAM INDONESIA PINTAR, DAN PROGRAM INDONESIA SEHAT
UNTUK MEMBANGUN KELUARGA PRODUKTIF
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program
perlindungan sosial melalui Program Simpanan Keluarga Sejahtera,
Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat, dengan ini menginstruksikan: Kepada: 1. Menteri Koordinator Bidang
Manusia dan Kebudayaan; Pembangunan
',' ",
2. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan; .
3. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;
4. Menteri Dalam Negeri;
5. Menteri Keuangan;
6. Menteri Kesehatan;
7. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; 8. Menteri Sosial;
9. Menteri Agama;
10. Menteri ...
- 2 -
Untuk
10. Menteri Komunikasi dan Informatika;
11. Menteri Badan Usaha Milik Negara;
12. Jaksa Agung;
13. Panglima Tentara Nasional Indonesia;
14. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
15. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan;
16. Kepala Badan Pusat Statistik;
17. Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah;
18. Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan;
19. Para Gubernur;
20. Para Bupati/Walikota.
PERTAMA: Mengambil Iangkah-Iangkah yang diperlukan sesuai
tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat bagi keluarga kurang mampu dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat dan dunia usaha.
KEDUA Khusus kepada:
1. Menteri Koordinator Bidang Pernbangunan
Manusia dan Kebudayaarr;
a. meningkatkan koordinasi pelaksanaan dan pengawasan Program Simp.anan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan
Program Indonesia Seh.dt;
\ b. penanganan ...
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 3 .
b. penanganan pengaduan masyarakat berkaitan
dengan pelaksanaan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar,
dan Program Indonesia Sehat, dengan
melibatkan Menteri terkait, Para Gubernur,
Para Bupati/Walikota, dan Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
c. meningkatkan koordinasi dan evaluasi pelaksanaan . Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat pada Kementerian/ Lembaga di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan;dan.
d. melaporkan kepada Presiden atas pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program
<I
Indonesia Sehat sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
2. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan
a. meningkatkan koordinasi kebijakan politik,
hukum, dan keamanan terkait dengan
pelaksanaan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan
Program Indonesia Sehat;
b. meningkatkan ...
. r
. .'
, , '
• t
,
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
b. rneningkatkan koordinasi dan evaluasi
perkembangan politik, hukum, dan keamanan
terkait dengan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan
Program Indonesia Sehat pada Kementerian/
Lembaga di bawah koordinasi Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan.
3. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional melakukan perencanaan dan penganggaran Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar; dan Program Indonesia Sehat.
4. Menteri Dalam Negeri:
a. meningkatkan pemberian fasilitasi dan dukungan kebijakan kepada pemerintah
, daerah dalam pelaksanaan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat;
b. mendorong Gubernur dan / atau Bupati/
Walikota untuk berperan aktif rnenjalankan
Program Simpanan Keluarga Sejahtera,
Program Indonesia Pintar, dan Program
Indonesia Sehat di daerahnya masing-masing.
5. Menteri ...
/
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
5. Menteri Keuangan menyediakan, mengalokasikan, dan .melakukan pengendalian anggaran untuk pelaksanaan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program
Indonesia Sehat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Menteri Kesehatan:
~
a. meningkatkan koordinasi dengan Menteri
Sosial Direktur Utama Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan dan Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
dalam:
1) menetapkan sasaran .Prograrn Indonesia '"'
Sehat yang juga merupakan Penerima
Bantuan luran,
2) membayarkan iuran Penerima Bantuan
Iuran kepada Badan Penyelenggara .Jaminan Sosial Kesehatan; dan
3) menyediakan dan memperbaiki fasilitas kesehatan dalamm rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat.
b. melaksanakan sosialisasi secara intensif .
kepada penerima Program Indonesia Sehat;
c. menjadi Pengguna Anggaran dalam ..
. pelaksanaan Program Indonesia Sehat; dan
d. melaporkan…
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 6 -
d. melaporkan pelaksanaan Program Indonesia
Sehat sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan
kepada Menteri Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
7. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan:
a. meningkatkan koordinasi dengan Menteri ~I, '
Sosial, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, dan Pernerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penetapan sasaran Program Indonesia
Pintar,
b. menyediakan Kartu Indonesia Pintar sejumlah
Penerima Program Indonesia Pintar untuk
siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, dan Sekolah Menengah Atas/Sekolah
Menengah Kejuruan;
c. membayarkan manfaat Program Indonesia.
Pintar beserta tambahan manfaat lainnya kepada, siswa .. Penerima Program Indonesia
Pintar yang berada di sekolah yang dikelola
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
d. melaksanakan sosialisasi secara intensif
kepada penerima Program Indonesia Pintar;
e. menjadi ...
. ' .... '.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 7 -
e. menjadi Pengguna Anggaran dalam pelaksanaan Program Indonesia Pintar di
lingkup Kementerian
Kebudayaan; dan
Pendidikan dan
f. melaporkan pelaksanaan Program Indonesia
Pintar sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
8. Menteri Sosial:
a. meningkatkan koordinasi dengan Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam . penetapan sasaran Program Simpanan Keluarga Sejahtera; , ,.. ,-
b. menyediakan Kartu Simpanan Keluarga-
Sejahtera sejumlah penerima
Simpanan Keluarga Sejahtera:
Program:
c. mendorong Dinas So sial Kabupaten/Kota
untuk melakukan verifikasi dan .pemutakhiran data Kartu Perlindungan Sosial sebelumnya;
d. menyalurkan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera melalui mekanisme penggunaan
Layanan Keuangan Digital dan Rekening Giro
Pos;
e. melaksanakan ...
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 8 -
e. melaksanakan sosialisasi secara intensif
kepada penerima Program Simpanan Keluarga
Sejahtera;
f. menjadi Pengguna Anggaran dalam
. pelaksanaan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera; dan
g. melaporkan pelaksanaan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera sekurang- kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
9. Menteri Agama:
a. meningkatkan koordinasi dengan Menteri: Sosiaf Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, dan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaterr/Kota dalam penetapan sasaran Program Indonesia Pintar;
b. menyediakan Kartu Indonesia Pintar sejumlah penerima Program Indonesia Pintar untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah;
c. membayarkan manfaat Program Indonesia
Pintar beserta tambahan manfaat lainnya'
kepada siswa penerima Program Indonesia
Pintar yang berada di sekolah yang dikelola
Kementerian Agama; d. melaksanakan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 9 -
d. melaksanakan sosialisasi secara intensif
kepada penerima Program Indonesia Pintar;
e. menjadi Pengguna Anggaran dalam
pelaksanaan Program Indonesia Pintar di
lingkup Kementerian Agama; dan
f. melaporkan pelaksanaan Program Indonesia
Pintar sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan
kepada Menteri Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
10. Menteri Komunikasi dan Informatika:
a. meningkatkan koordinasi dengan badan
regulasi dan penyelenggara jasa
telekomunikasi untuk menjamin:
1) penyelenggara jasa telekomunikasi melakukan pendaftaran massal nomor dan Kartu SIM (Subscriber Indentity Module)"
prabayar untuk Program Simpanan
Keluarga Sejahtera melalui Layanan Keuangan Digital; dan
2) memberlakukan nomor dan Kartu S1M
(Subscriber Indentity Module) prabayar
selama pelaksanaan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera melalui Layanan
Keuangan Digital berjalan .
. b. meningkatkan ....
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 10 -
b. meningkatkan koordinasi pelaksanaan sosialisasi Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat secara nasional.
11. Menteri Badan Usaha Milik Negara:
a. menugaskan Bank Badan Usaha Milik Negara
menjadi pelaksana .penyaluran bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera dengan menggunakan Layanan Keuangan Digital;
b. menugaskan PT. Pos Indonesia (Persero)
menjadi pelaksana penyaluran bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera dengan menggunakan Giro Pos.
12. Jaksa Agung:
a. memberikan advokasi kepada Kementerian/ Lembaga terkait pelaksanan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program, Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk menghindari terjadinya
penyimpangan dan penyelewengan; b. mempercepat
penyelesaian proses
perkara penanganan' dan
yang berhubungan
dengan penyimpangan dan penyelewengan
pelaksanaan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan
Program Indonesia Sehat.
13. Panglima…
PRESIDEN
REPUBLIK iNDONESIA
- 11 -
13. Panglima Tentara Nasional Indonesia memberikan dukungan dan bantuan pelaksanaan Program Sejahtera, Program Indonesia Indonesia Sehat.
14. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia:' '.
a. meningkatkan kegiatan kepolisian
bersifat pre-emptif (bimbingan dan penyuluhan) kepada masyarakat khususnya penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk menghindari terjadinya penyimpangan dan Penyelewengan;
b. mempercepat penanganan dan penyelesaian proses hukum bagi pelaku penyimpangan dan penyelewenangan pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat.
15. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, melaksanakan pemantauan, bimbingan,
dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan
keuangan serta mengambil langkah- langkah
pengawasan keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan atas
penyelenggaraan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar,
Indonesia Sehat.
.dan Program
16. Kepala ...
., I, ,
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
16. Kepala Badan Pusat
pemutakhiran Basis
Statistik melaksanakan
Data Terpadu melalui
pendataan rumah tangga penerima Program
Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia
Pintar, dan Program Indonesia Sehat.
17. Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah:
a. melaksanakan advokasi kepada Kementeriari/ Lembaga dalam proses pengadaan barang/ jasa
yang. berkaitan dengan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat;
b. merumuskan prosedur penugasan langsung kepada pihak terkait pengadaan barang/jasa
untuk pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat; dan
c. melakukan pemantauan dan evaluasi atas
pelaksanaan kebijakan pengadaan barang/
. jasa yang dilaksanakan oleh KementerianJ Lembaga.
18. Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan:
a. menyediakan Kartu Indonesia Sehat sejumlah
Penerima Bantuan luran;
b. meningkatkan koordinasi dengan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Uasa Pemerintah berkaitan. Sehat; dan
dengan penyediaan Kartu Indonesia
c. meningkatkan ...
...........-....,.,_....... • ....... ' ....··<·····.'·'1"1'W11,I·_
., '. ', \
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
c. meningkatkan koordinasi dengan Menteri
Sosial dan Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan terkait pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat.
19. Para Gubernur beserta jajarannya memberikan
dukungan terhadap pelaksanaan dan
pengawasan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program
Indonesia Sehat di daerah masing-masing.
20. Para Bupati/Walikota beserta
memberikan dukungan terhadap. pelaksanaan dan pengawasan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program
Indonesia Sehat di daerah masing-rnasing.
KETIGA Pembiayaan pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta sumber lain yang tidak mengikat yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEEMPAT Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh
tanggung jawab.
KELIMA:....
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 14 - KELIMA : Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
dikeluarkan.
Dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal 3 November 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO Salinan Sesuai dengan aslinya Sekretaris Kabinet RI Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Surat Indrijarso
r- ,,).
IMPLEMENTASI PROGRAM SIMPANAN KELUARGA SEJAHTERA
DI KANTOR POS TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG
KUESIONER PENELITIAN
Nomor Responden :
Identitas Responden
Jenis Kelamin : P / L (Lingkari salah satu)
Usia : < 26 tahun
27-36 tahun
37-46 tahun
47-56 tahun
> 56 tahun
Pendidikan : Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA/Sederajat
Pekerjaan Responden : Buruh
Pedagang
Petani/Nelayan,dll
Supir/Ojeg,dll
Lainnya……..
Penghasilan/bulan : < Rp. 750.000
Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000
Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000
> Rp. 1.500.001
PETUNJUK PENGISIAN
1. Beri tanda checklist pada kolom yang Bapak/Ibu pilih sesuai dengan
persepsi atau penilaian Bapak/Ibu mengenai pelaksanaan Program
Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten
Tangerang.
2. Skor penilaian untuk masing-masing jawaban dari tiap pernyataan adalah
sebagai berikut:
SS = Sangat Setuju (Skor 4)
S = Setuju (Skor 3)
KS = Kurang Setuju (Skor 2)
TS = Tidak Setuju (Skor 1)
No Indikator Pernyataan SS S KS TS
1 Ukuran dan
Tujuan
Kebijakan
1. Program Simpanan Keluarga Sejahtera
diberikan merata kepada keluarga tidak
mampu
2. Program Simpanan Keluarga Sejahtera
sesuai dengan harapan penerima dana
3. Program Simpanan Keluarga Sejahtera
membantu dalam memenuhi kebutuhan
penerima dana
4. Adanya Program Simpanan Keluarga
Sejahtera dapat meningkatkan simpanan/
tabungan penerima dana
5. Adanya Program Simpanan Keluarga
Sejahtera dapat meningkatkan
kesejahteraan keluarga penerima dana
6. Penerima dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera merasakan manfaat
dari program tersebut
7. Alur mekanisme pengambilan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera
sangat jelas (tidak berbelit-
belit/membingungkan)
2 Sumberdaya 8. Kecukupan jumlah petugas pelaksana di
lokasi pencairan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera
9. Kecukupan jumlah petugas pelaksana
dalam memberikan sosialisasi Program
Simpanan Keluarga Sejahtera
10. Waktu sosialisasi yang diberikan petugas
pelaksana cukup bagi penerima dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera
11. Pencairan dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera sesuai dengan jadwal
pencairan perdaerah/desa masing-masing
penerima dana
12. Kondisi ruang tunggu yang cukup
nyaman
13. Fasilitas sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera sudah memadai
(tampak bersih dan tersusun rapi)
3 Karakteristik
Agen Pelaksana
14. Adanya pendampingan saat pencairan
dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera
15. Kecukupan jumlah pendamping
penerima dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera pada masing-masing
daerah
16. Pendamping program mudah
ditemui/dihubungi oleh penerima dana
setiap kali dibutuhkan
17. Tidak ada perbedaan pelayanan yang
diberikan (tua/muda, status sosial, dll)
18. Penyebaran lokasi pencairan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera
tidak menyulitkan/dapat dijangkau oleh
penerima dana
4 Sikap Para
Pelaksana
19. Petugas pelaksana ramah kepada
penerima dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera
20. Petugas pelaksana bersungguh-
sungguh/memiliki kemauan yang tinggi
dalam menjalankan Program Simopanan
Keluarga Sejahtera
21. Petugas pelaksana tanggap dalam
melayani penerima dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera
22. Sosialisasi yang diberikan petugas
pelaksana dapat dipahami oleh penerima
dana
5 Komunikasi
Antarorganisasi
dan Aktivitas
Agen Pelaksana
23. Adanya sosialisasi mengenai Program
Simpanan Keluarga Sejahtera
24. Informasi yang diberikan petugas
pelaksana terkait Program Simpanan
Keluarga Sejahtera diberikan secara
lengkap (mekanisme, lokasi dan jadwal
pencairan dana dan lain-lain)
25. Informasi mengenai Program Simpanan
Keluarga Sejahtera dapat diketahui
dengan mudah
26. Petugas pelaksana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera berkomunikasi/
berkoordinasi baik dengan sesama
petugas pelaksana (tampak dari RT/RW
yang mengetahui secara jelas mengenai
Program Simpanan Keluarga Sejahtera)
27. Penerima dana mendapatkan informasi
mengenai jadwal pencairan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera
28. Penerima dana mendapatkan informasi
mengenai lokasi pencairan dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera
6 Lingkungan
ekonomi, sosial
dan politik
29. Besaran bantuan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera cukup untuk
memenuhi kebutuhan harian penerima
dana
30. Penerima dana merasa layak/pantas
mendapatkan/menerima dana Program
Simpanan Keluarga Sejahtera
31. Penerima dana antusias dengan adanya
Program Simpanan Keluarga Sejahtera
32. Penerima dana mengetahui program
tersebut bernama Program Simpanan
Keluarga Sejahtera
33. Tidak terdapat antrian panjang dan
berdesakkan saat pengambilan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera
34. Tidak terdapat pemotongan dana
Program Simpanan Keluarga Sejahtera
35. Tidak adanya respon penolakan di
wilayah penerima dana terhadap
Program Simpanan Keluarga Sejahtera
Lampiran
IDENTITAS 100 RESPONDEN
No.Resp
JenisKelamin
Usia PendidikanTerakhir
Pekerjaan PenghasilanPerbulan
1 Perempuan 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.0012 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.0003 Perempuan 47-56 SD Lainnya Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.0004 Perempuan 27-36 SMP Lainnya <Rp. 750.0005 Perempuan 27-36 SD Lainnya <Rp. 750.0006 Perempuan 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.0007 Perempuan 47-56 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.0008 Perempuan > 56 TidakSekolah Petani /Nelayan,dll >Rp. 1.500.0019 Laki-Laki 47-56 SD Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000
10 Perempuan 47-56 SD Petani Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00011 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00012 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00013 Perempuan 37-46 SMP Buruh >Rp. 1.500.00114 Perempuan 47-56 SD Lainnya <Rp. 750.00015 Perempuan 47-56 SD Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.00016 Perempuan 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00017 Laki-Laki 47-56 SD Buruh >Rp. 1.500.00118 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00019 Perempuan 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.00120 Perempuan 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.00121 Perempuan 37-46 SD Pedagang Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00022 Perempuan 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00023 Laki-Laki 37-46 SD Pedagang Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00024 Perempuan 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.00125 Laki-Laki 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00026 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 750.001 – Rp. 1.000.00027 Laki-Laki 37-46 SMP Buruh >Rp. 1.500.00128 Laki-Laki 47-56 SD Buruh >Rp. 1.500.00129 Perempuan 47-56 TidakSekolah Lainnya Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00030 Perempuan 47-56 TidakSekolah Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.00031 Laki-Laki 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.00132 Perempuan 27-36 SD Buruh >Rp. 1.500.00133 Perempuan 47-56 SD Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.00034 Laki-Laki 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.00135 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00036 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00037 Laki-Laki 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.00138 Perempuan 47-56 SD Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.00039 Perempuan 47-56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00040 Perempuan 47-56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00041 Perempuan 27-36 SD Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.00042 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00043 Laki-Laki 47-56 SD Petani/Nelayan,dll >Rp. 1.500.00144 Perempuan > 56 TidakSekolah Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.00045 Laki-Laki 27-36 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00046 Laki-Laki 37-46 SD Supir/Ojeg,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000
47 Perempuan 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.00148 Perempuan > 56 TidakSekolah Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.00049 Perempuan 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00050 Laki-Laki 27-36 SD Buruh >Rp. 1.500.00151 Laki-Laki 47-56 SD Pedagang Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00052 Perempuan 47-56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00053 Perempuan 27-36 SD Lainnya <Rp. 750.00054 Laki-Laki 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.00155 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00056 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00057 Laki-Laki 37-46 SD Supir/Ojeg,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00058 Laki-Laki 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00059 Perempuan 27-36 SD Buruh >Rp. 1.500.00160 Laki-Laki 37-46 SD Buruh Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00061 Perempuan 37-46 SD Pedagang Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00062 Laki-Laki 47-56 SD Buruh >Rp. 1.500.00163 Perempuan 27-36 SD Lainnya <Rp. 750.00064 Perempuan 47-56 SD Lainnya >Rp. 1.500.00165 Perempuan 27-36 SMP Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00066 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00067 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Lainnya Rp. 750.001 – Rp. 1.000.00068 Laki-Laki 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00069 Laki-Laki 37-46 SD Supir/Ojek,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00070 Perempuan 47-56 SD Lainnya <Rp. 750.00071 Perempuan 27-36 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00072 Laki-Laki 47-56 SD Buruh >Rp. 1.500.00173 Perempuan 47-56 SD Pedagang Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00074 Laki-Laki 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.00175 Perempuan > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00076 Laki-Laki 27-36 SD Buruh >Rp. 1.500.00177 Laki-Laki 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.00178 Perempuan 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00079 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00080 Perempuan 37-46 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00081 Perempuan 27-36 SD Buruh Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00082 Laki-Laki 47-56 SD Supir/Ojek,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00083 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.00084 Perempuan 27-36 SD Pedagang Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00085 Laki-Laki 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.00186 Perempuan 47-56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00087 Perempuan 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.00188 Laki-Laki 37-46 SD Buruh >Rp. 1.500.00189 Laki-Laki 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00090 Laki-Laki 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 750.001 – Rp. 1.000.00091 Perempuan 47-56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00092 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll >Rp. 1.500.00193 Perempuan 27-36 SMP Buruh >Rp. 1.500.00194 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00095 Laki-Laki 37-46 SD Supir/Ojek,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00096 Perempuan 47-56 SD Pedagang Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.00097 Laki-Laki 37-46 SD Pedagang Rp. 750.001 – Rp. 1.000.00098 Laki-Laki > 56 TidakSekolah Lainnya <Rp. 750.00099 Perempuan 47-56 SD Petani/Nelayan,dll Rp. 1.250.001 – Rp. 1.500.000
100 Perempuan 47-56 SD Lainnya <Rp. 750.000
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
Nama : Mentari Ratna Dewi
NIM : 6661120735
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 6 Desember 1994
Agama : Islam
Alamat : Jalan Pemda Tigaraksa, Kampung Ciapus,
Kelurahan Sukamulya RT/RW 018/008,
Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal
1999-2000 TK Nur At-Taqwa
2000-2006 SD Negeri Cikupa 1
2006-2009 MTs Nurul Ilmi
2009-2012 SMA Negeri 4 Kabupaten Tangerang
2012-2016 FISIP (Ilmu Administrasi Negara) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Riwayat Pendidikan Non Formal
2003-2007 Lembaga Pendidikan Bahasa Asing (LPBA) - Mandiri