diare

34
Widjaja. Mengatasi diare dan keracunan pada balita. Kawan Pustaka DIARE BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah. (1) Hal ini karena secara fisiologis sistem pencernaan pada balita belum cukup matur (organ- organnya belum matang), sehingga rentan sekali terkena penyakit saluran pencernaan. Penyakit saluran pencernaan ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan amoeba atau parasit melalui makanan yang masuk ke dalam tubuh dan juga mal absorpsi serta alergi zat makanan tertentu. (2) Gejala penyerta lain dari diare pada anak balita biasanya ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun sampai tidak ada nafsu makan. Muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare karena lambung turut meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. (1) Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak khususnya terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyebutkan angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. (3) Selama tahun 2005, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat mencatat angka penderita diare 168.072 orang. Jumlah kematian akibat penyakit diare enam orang. Penderita diare di Kabupaten Cirebon dengan jumlah 38.012 orang. (4)

Upload: ledy-ervita

Post on 24-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

penyakit diare

TRANSCRIPT

Page 1: diare

Widjaja. Mengatasi diare dan keracunan pada balita. Kawan Pustaka

DIARE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,

dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah. (1) Hal ini karena

secara fisiologis sistem pencernaan pada balita belum cukup matur (organ-organnya belum matang), sehingga

rentan sekali terkena penyakit saluran pencernaan. Penyakit saluran pencernaan ini dapat disebabkan oleh virus,

bakteri dan amoeba atau parasit melalui makanan yang masuk ke dalam tubuh dan juga mal absorpsi serta alergi

zat makanan tertentu.(2) Gejala penyerta lain dari diare pada anak balita biasanya ditandai dengan anak menjadi

cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun sampai tidak ada nafsu makan. Muntah dapat

timbul sebelum atau sesudah diare karena lambung turut meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa

dan elektrolit.(1)

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak khususnya terjadi di negara-negara

berkembang termasuk Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyebutkan

angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Jumlah kasus diare

yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. (3) Selama tahun 2005,

Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat mencatat angka penderita diare 168.072 orang. Jumlah kematian akibat

penyakit diare enam orang. Penderita diare di Kabupaten Cirebon dengan jumlah 38.012 orang. (4)

Bahaya utama diare adalah dehidrasi karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut,

sehingga bisa menyebabkan kematian. Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya

dengan cara mencegah dehidrasi dan rehidrasi intensif. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang

keluar bersama tinja dan cairan yang memadai melalui oral dan parenteral.(5) Pemerintah Indonesia telah

berusaha meningkatkan program pengawasan diare dengan melakukan berbagai upaya penanggulangan,

diantaranya dengan mengembangkan larutan rehidrasi oral sesuai dengan anjuran WHO yang terdiri dari

elektrolit, glukosa, yang lebih murah dan efektif untuk mengatasi dehidrasi non kholera.(3)

Page 2: diare

Untuk itu peran ibu menjadi sangat penting karena di dalam merawat anaknya ibu seringkali berperan

sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan anak, yaitu dalam hal memberi makan, memberi

perawatan kesehatan dan penyakit, memberi stimulasi mental. Dengan demikian bila ibu berperilaku baik

mengenai diare, ibu sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan, diharapkan dapat

memberikan pencegahan dan pertolongan pertama pada diare denganbaik.(6)

Hasil Survei Nasional tentang Morbiditas Diare dan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

(2004),diketahui 91,2 % masyarakat mengetahui tentang rehidrasi penderita saat diare, 90 % mengetahui tentang

tanda bahaya diare, sebagian tahu tentang manfaat oralit (94,6 %) akan tetapi sebagian besar (49,3 %) tidak mau

menggunakan oralit sebagai cairan rehidrasi di rumah tangga.(3)

Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Palimanan. UPT Puskesmas Palimanan terletak di Wilayah

Kecamatan Palimanan dan berada di tepi jalan Utama Provinsi Cirebon-Bandung  yang berjarak 12 km dari

Kabupaten Cirebon kearah Bandung. Dengan Luas wilayah kerja 12,050 Km2, yang terdiri dari  6,014 Km2

sawah dan 6,036 Km2  tanah. Wilayah kerja Puskesmas Palimanan juga meliputi 7 desa yaitu Desa Gempol,

Pegagan, Lung Benda, Winong, Tegal Karang dan Petapean.

Adapun alasan pemilihan lingkungan ini karena letak geografisnya, daerah ini tidak dekat daerah kota dan

sebagian besar masyarakat disini masih menggunakan air sumur dalam dan untuk minum karena belum

menggunakan air PAM. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada 7 orang ibu yang berada di

kelurahan Pegagan, diketahui bahwa 5 orang ibu tidak mengetahui cara pembuatan oralit maupun larutan gula

garam dan mereka tidak pernah memberikan oralit pada balitanya ketika diare.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa penulis tertarik untuk melakukan

penelitianmenganai “Gambaran pelaksanaan perawatan rehidrasi oral pada balita terkena diare di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Palimanan tahun 2012”.

                                                                              

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas agar penelitian lebih terfokus maka rumusan masalah pada

penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang bagaimanakah gambaran pelaksanaan perawatan rehidrasi oral

pada balita terkena diare di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Palimanan tahun 2012?.

1.3    Tujuan Penelitian

1.3.1     Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan perawatan rehidrasi oral pada balita terkena diare di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Palimanan tahun 2012.

1.3.2     Tujuan Khusus

a.       Mengidentifikasi gambaran karakteristik balita terkena diare di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Palimanan.

Page 3: diare

b.      Mengidentifikasi pengetahuan ibu dalam pelaksanaan perawatan rehidrasi oral pada balita terkena diare yang

berada di rumah.

c.       Mengidentifikasi tindakan ibu dalam pelaksanaan perawatan rehidrasi oral pada balita terkena diare yang berada

di rumah.

Page 4: diare

1.4    Manfaat Penelitian

1.4.1     Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan praktek keperawatan,

pendidikan keperawatan dan penelitian yang akan datang.

1.4.2     Manfaat Praktis

a.      Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini di harapakan menjadi bahan masukan bagi disiplin ilmu keperawatan dalam

mengembangkan keilmuan khususnya ilmu keperawatan komunitas, keperawatan anak dan keperawatan

keluarga, agar para mahasiswa ilmu keperawatan dapat mengetahui penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita

diare, serta perannya sebagai seorang perawat yaitu memberikan pendidikan kesehatan, mempromosikan dan

pencegahan (preventif) dehidrasi pada anak

b.      Praktek Keperawatan

Sebagai sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan atau pendidikan kesehatan

kepada orang tua terutama ibu yang mendampingi anaknya selama anaknya menderita dehidrasi

Page 5: diare

c.       Penelitian Keperawatan

Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar bagi

pengembangan penelitian tentang perilaku ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang

berada di rumah.

1.5    Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :

1.      Jenis penelitian         :   Diskriptif

Subjek penelitian      :   Seluruh balita yang menderita diare di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Palimanan tahun

2012.

3.      Objek penelitian       :    Kejadian diare

4.      Lokasi penelitian      :   Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Palimanan Waktu

5.      Penelitian                 :   Juni 2008

Alasan Penelitian     :   Masih banyaknya ditemukan balita yang menderita diare di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Palimanan tahun 2011 yaitu .

Page 6: diare

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Tinjauan pustaka

2.1.1     Diare

2.1.1.1     Defenisi Diare

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,

dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah.(1)

Secara epidemiologi diare didefenisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali atau lebih

dalam satu hari. Diare adalah penyebab penting kekurangan gizi, ini disebabkan karena adanya anoreksia pada

penderita diare sehingga anak makan lebih sedikit dari pada biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan

juga berkurang, padahal seharusnya kebutuhan sari makanannya meningkat akibat dari adanya infeksi. Setiap

episode diare menyebabkan kekurangan gizi, sehingga bila episodnya berkepanjangan dampak negatif terhadap

pertumbuhan akan meningkat.(7)

2.1.1.2     Faktor Penyebab Diare

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor antar lain: (1)

a.       Faktor Infeksi

Infeksi internal terdiri dari; (1) Infeksi bakteri; Vibrio, E.Coli, salmonella, campylobacter, yersinia,

aeromonas, dan sebagainya. (2) Infeksi virus; Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adenovirus,

Rotavirus,  Astrovirus, dan lain-lain. (3) Infeksi paratisit; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyiuris, Strongyloides);

protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia tamblia, Trichomonas hominis) dan jamur (Candida albicans). Infeksi

parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: Otitis media akut, tonsillitis, bronkopneumoni,

ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b.      Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa); monosakarida (intoleransi

glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.

Malabsorbsi lemak, dan malabsorbsi protein.

c.       Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. Diare dapat disebabkan oleh intoksikasi makanan,

makanan pedas, makanan yang mengandung bakteri atau toksin. Alergi terhadap makanan tertentu seperti susu

sapi.

2.1.1.3     Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut, dan diare kronis. 1) Diare akut

adalah diare yang terjadi secara mendadak atau sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari 14 hari, dengan

pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. 2) Diare kronis adalah diare

Page 7: diare

hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten

atau gangguan metabolisme yang menurun, lama diare kronik lebih dari 30 hari. (8)

2.1.1.4     Akibat Diare

a.       Dehidrasi

Pada diare akut dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang

berulang-ulang. Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pada pemasukan air. Derajat dehidrasi

dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan dan gejala klinis. Berdasarkan kehilangan berat badan, apabila

berat air kurang dari 5 % berat badan, maka dehidrasinya bersifat ringan dan satu – satunya gejala dehidrasi

yang jelas ialah haus. Bila defisit melebihi 5 % berat badan, penderita mungkin akan sangat haus. Hilangnya

cairan dalam rongga ekstrasel mengakibatkan turgor kulit berkurang, ubun-ubun dan mata cekung, serta mukosa

kering. Defisit cairan 5-10 % berat badan mengakibatkan dehidrasi sedang, sedangkan defisit cairan 10 % atau

lebih disebut dehidrasi berat. (7)

Derajat dehidrasi menurut kehilangan berat badan, diklasifikasikan menjadi tiga, dapat dilihat dari tabel

berikut : (8)

Tabel 1. Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan

Derajat dehidrasi Penurunan berat badan

Tidak dehidrasi < 5 %

Dehidrasi ringan sedang 5-10 %

Dehidrasi berat > 10 %

Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinisnya dapat dilihat pada tabel berikut : (8)

Tabel 2. Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis

Penilaian A B C

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum seperti biasa

Haus, ingin minum banyak

Malas minum, tidak bisa minum

Periksa:Turgor kulit

Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ sedang

Bila ada 1 tanda ditambah 1/lebih tanda lain

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda ditambah 1/lebih tanda lain

Terapi Rencana Rencana Rencana

Page 8: diare

pengobatan A pengobatan B pengobatanC

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar

b.      Gangguan keseimbangan asam-basa

Gangguan keseimbangan asam basa yang biasa terjadi adalah metabolik asidosis. Metabolik asidosis ini

terjadi karena kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja, terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia

jaringan, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal,

pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler. (8)

c.       Hipoglikemia

Pada anak-anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak

yang sebelumnya sudah menderita kekurangan kalori protein (KKP). Gejala hipoglikemia akan muncul jika

kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemia

tersebut dapat berupa : lemas, apatis , tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. (8)

d.      Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat

badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua.

Walaupun susu diteruskan, sering diberikan pengenceran. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna

dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. (9)

e.       Gangguan sirkulasi

Gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau shock hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang

dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun

dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal. (9)

Page 9: diare

2.1.1.5     Penatalaksanaan

Tujuan dalam mengelola dehidrasi yang disebabkan diare adalah untuk mengoreksi kekurangan cairan dan

elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) dan kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti

(terapi rumatan). Kehilangan cairan dapat diganti baik secara oral maupun intravena. (7)

a.       Cairan rehidrasi oral

Prinsip yang mendasari URO (upaya rehidrasi oral) telah diterapkan untuk pengembangan campuran

glukosa dan elektrolit yang seimbang untuk digunakan dalam pengobatan dan pencegahan dehidrasi,

kekurangan kalium, dan kekurangan basa yang terjadi karena diare. Untuk memenuhi dua tujuan terakhir,

kalium dan garam sitrat (bikarbonat) dimasukkan sebagai tambahan terhadap natrium klorida. Campuran garam

dan glukosa ini dinamakan oral rehydration salt (ORS) atau disebut cairan rehidrasi oral (oralit). Bila oralit

dicampurkan dalam air, campuran ini disebut larutan oralit. Oralit memiliki kandungan 3,5 gram/L NaCL, 2,5

gram/L Na bikarbonat, 1,5 gramKCL dan 20 gram glukosa. Cairan rehidrasi oral (ORS) tersebut dinamakan

cairan rehidrasi oral formula lengkap, disamping itu terdapat formula tidak lengkap atau formula sederhana atau

sering disebut cairan rumah tangga yang hanya mengandung 2 komponen yaitu NaCL dan glukosa atau

penggantinya misalnya sukrosa dan merupakan larutan gula garam (LGG). (7)

b.      Cairan rumah tangga (CRT)

Meskipun komposisinya tidak setepat larutan oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan lain seperti larutan

sup, larutan garam – air kelapa, air tajin, minuman yoghurt, mungkin lebih praktis dan hampir efektif sebagai

upaya rehidrasi oral untuk mencegah dehidrasi. Cairan rumah tangga ini harus segera diberikan kepada anak

pada saat mulai diare, dengan tujuan memberi lebih banyak cairan dari biasannya. Pemberian makanan juga

harus diteruskan.(7)Berikut ini beberapa cairan rumah tangga yang dapat menggantikan oralit :

1)         Campurkan 1 gelas (200 ml) air putih, 1 sendok teh besar gula (gula pasir atau gula merah), dan 1 ujung pisau

garam dapur.

2)         Campurkan 1 gelas (200 ml) air tajin, 1 sendok teh besar gula (gula pasir atau gula merah), dan satu ujung pisau

garam dapur.

3)         Campurkan 1 gelas (200 ml) air kelapa dan 1 sendok teh besar gula.

Cairan yang berasal dari makanan paling efektif untuk terapi di rumah jika mengandung beberapa garam,

dan kandungan natrium harus sekitar 50 mmol/l. Konsentrasi ini didapat melalui pengenceran 3 gram garam

dapur ke dalam 1 liter air. Bila yang diberikan hanya cairan bebas garam, bila memungkinkan diberikan pula

makanan yang mengandung garam. Namun begitu kombinasi ini kurang efektif dalam pencegahan diare berat.

Bayi yang diare harus selalu diteruskan pemberian ASInya. Pemberian ASI pada saat diare merupakan sumber

penting air dan nutrisi, sedangkan garam dapat menurunkan volume tinja dan lamanya sakit.

c.       Cara pembuatan dan pemberian oralit

Gunakan gelas, cangkir, atau botol yang bersih. Gunakanlah air minum baik air putih atau air teh atau

susus yang telah dimasak. Kemudian masukkan 1 bungkus oralit , (kecil , kemasan untuk 200 cc) ke dalam 1

Page 10: diare

gelas (200cc) yang telah berisis air minum tadidan aduk hingga larut betul. Pada prinsipnya berikan sebanyak

anak mau minum. Mula – mula berikan sedikit demi sedikit agar anak jangan muntah. Bila anak muntah, tunggu

dengan pemberian oralit selama 5-10 menit untuk kemudian di berikan lagisedikit demi sedikit. Dalam 2 jam

pertama berikan oralit sebanyak mungkin misalnya 2 gelas. Sebaiknya penderita secepatnya di bawa ke

puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk di nilai derajat rehidrasinya oleh petugas kesehatan. Bila tanda-tanda

dehidrasi sudah berkurang pemberian cairan dapat dikurangi, misalnya 1 gelas tiap 2 atau 3 jam, sampai diare

berhenti. Sebagai pedoman berikan 50 cc per kg berat badan sehari pada dehidrasi ringan dan 100 cc per kg

berat badan sehari pada dehidrasi sedangatau dapat pula setiap kali anak di bawah umur 6 tahun dan 2 gelas

oralit untuk anak besar. (7)

2.1.1.6     Rencana Pengobatan

Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi menjadi tiga, antara lain : (8)

a.          Rencana pengobatan diare di rumah

Digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi diare di rumah, memberikan terapi

awal bila anak terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair (sup, air

tajin), air matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam tabel berikut : (7)

Tabel 3. Kebutuhan oralit per kelompok umur

UmurJumlah oralit yang diberikan tiap BAB

Jumlah oralit yang disediakan di rumah

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)

> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)

b.         Rencana pengobatan diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang

Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang, dengan cara ; dalam 3 jam

pertama, berikan 75 ml/KgBB. Berat badan anak tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel

berikut:  (7)

Tabel 4. Jumlah oralit yang diberikan pada 3 jam pertama

Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun

Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml

Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu untuk meneruskan ASI. Bayi

kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan juga 100-200 ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai

Page 11: diare

kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B atau C untuk melanjutkan

pengobatan.

c.          Rencana pengobatan diare dengan derajat dehidrasi berat

Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi berat. Pertama-tama berikan cairan intravena,

nilai setelah 3 jam. Jika keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya nilai

ulang anak dan pilihlah rencana pengobatan yang sesuai.

2.1.1.7     Diit Pada Balita Diare

Agar pemberian diit pada anak dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor

yang mempengaruhi keadaan gizi anak, maka diperlukan persyaratan diit sebagai berikut: (10)

a.       Pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi atau keadaan telah memungkingkan, sedapat-dapatnya

dilakukan dalam 24 jam pertama. Pemberian makanan secara dini penting untuk mengurangi sekecil mungkin

perubahan keseimbangan protein-kalori.

b.      Makanan cukup energi dan protein. Bila terjadi gizi kurang dapat diberikan diit energi lebih tinggi 25% dari

kebutuhan normalnya dan tinggi protein.

c.       Pemberian ASI diutamakan pada bayi. Pada anak yang mendapat susu formula dapat diberikan selang-seling

dengan oralit sehingga terjadi pengenceran laktosa di dalam perut

d.      Pemberian cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan menurut berat badan dan umur

e.       Pemberian vitamindan mineral dalam jumlah cukup

f.       Makanan yang tidak merangsang (bumbu tajam dan tidak menimbulkan gas dan rendah serat)

g.      Makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna ke bentuk yang sesuai umur dan keadaan

penyakit

h.      Makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering

i.        Khusus untukk penderita diare karena malabsorpsi diberiakn makanan sesuai dengan penyebabnya

j.        Parenteral nutrisi dapat dimulai apabila ternyata dalam 5 hari atau 7 hari masukan nutrisi tidak optimal

Tabel 5. Jenis makanan saat balita diare

Bahan makanan Yang dapat diberikan Yang dilarang

Bahan makanan pokok dan selingan

Bahan lauk hewani

Bahan lauk nabati

Sayuran dan buah-buahan

Susu dan hasil olahannya

Minyak dan lemak

Bumbu

Buat beras mnejadibubur nasi atau bubur saring

Buat tepung-tepungan menjadi bubur atau puding

Rebus kentang, lalu haluskan

Rebus mie dan makaroni

Biskuit dan roti tawar tanpa lemak

Telur direbus atau masak ceplok, atau dadar

Nasi goreng, mie/pasta goreng, beras ketan, jagung ubi, singkong dan talas

Semua yang menghasilkan tekstur keras dann dimasak dengan bumbu tajam

Semua yang berlemak tinggi

Semua jenis kacang- kacangan dalam bentuk utuh lalu haluskan

Page 12: diare

Cincang daging rendah lemak dan ayam

Rebus ikan tanpa tulang

Rebus atau tim tahu

Rebus atau kukus tempe

Sari sayuran (air kaldu)

Tim, lalu haluskan wortel, labu siam, dan labu kunig sari buah yang manis, kukus pisang lalu haluskan

Tergantung jenis diare:

- pada intoleransi laktosa, berikan susus rendah laktosa

- pada malabsorbsi lemak, berikan susu skim (tanpa lemak)

Berikan terbatas atau MCT (medium chain trigliserida)

Sayuran dan buah segar

Sayuran dan buah yang berserat tinggi,dan menimbulkan gas, seperti kacang panjang, kol, lobak, kangkung, durian, mangga, dan nangka

Berbagai lemak yang sulit dicerna

Semua bumbu yang

Minuman Teh, sirup, dan sari buah merangsang, seperti lada, cabai dan cuka

Minuman yang mengandung soda dan alkohol

2.1.2     PERILAKU

2.1.2.1     Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku

manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk

memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Terdapat berbagai macam kebutuhan diantaranya kebutuhan

dasar dan kebutuhan tambahan.(11)

Perilaku kesehatan adalah tindakan seseoranng yang mengerti status kesehatan mereka, mempertahankan

setatus kesehatan mereka secara optimal, mencegah sakit dan luka dan mencapai kemampuan fisik dan mental

secara maksimal.(11) Tindakan seperti diet, latihan, perhatian terhadap gejala sakit, mengikuti nasehat pengobatan

dan mencegah terjadinya resiko terhadap kesehatan. Perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas yang dilakukan

oleh individu yang meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap

asimtomatik (Klas & Cobb, 1996 dalam Niven, 2000).(11)

Dari batasan tersebut, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi : (11)

a.       Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)

Page 13: diare

Merupakan perilaku atau usaha seseorang untuk memlihara atau menjaga kesehatan untuk tidak sakit dan usaha

untuk penyembuhan bila sakit.

b.      Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan

Merupakan upaya atau tindakam seseorang pada saat menderita penyakit, dimulai dari mengobati sendiri sampai

mencari pengobatan ke luar negeri.

c.       Perilaku kesehatan lingkungan

Seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun social budaya,sehingga lingkungan tersebut

tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain bagaimana seseorang mengelola lingkungan dan

memanfaatkan lingkungan dengan baik sangat diperlukan, agar tidak mengganggu kesehatannya sendiri,

keluarga, dan masyarakat.

Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2003) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini,

yaitu : (11)

a.       Perilaku hidup sehat

Merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan atau

meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup makan dengan menu seimbang dengan kualitas makanan

dan kualitas makanan terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh, olah raga teratur dengan kualitas (gerakan) dan

frekuensi yang tetap, yang tergantung dari usia dan status kesehatan individu, tidak merokok dan minum –

minuman keras serta memakai narkoba, istirahat cukup dan mampu untuk mengendalikan stress serta gaya

hidup yang positif bagi kesehatan

b.      Perilaku sakit

Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsi terhadap sakit, pengetahuan

tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit. Perilaku sakit merupakan aktifitas apapun yang

dilakukan individu yang merasa sakit, untuk mendefenisikan keadaan kesehatannya dan menemukan

pengobatan yang tepat.

c.       Perilaku peran sakit

Mencakup hak dan kewajiban pasien sendiri maupun keluarganya, perilaku ini meliputi tindakan memperoleh

kesembuhan, mengenal dan mengetahui hak untuk memperolah perawatan dan pelayanan kesehatan dan

kewajiban untuk mengobati penyakitnya dan mencegah penularan penyakitnya pada orang lain.

2.1.2.2     Domain Perilaku

Bloom (1976), dalam Not, mengatakan baoatmodjo (2003) bahwa aspek perilaku yang dikembangkan

dalam proses pendidikan meliputi tiga ranah yaitu : ranah Kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan

ranah Psikomotor (keterampilan). (11)

Perilaku manusia terbagi kedalam 3 domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam

perkembangannya, teori Bloom dimodifikasi untuk mengukur hasil pendidikan kesehatan, yakni :(11)

a.       Pengetahuan (knowledge)

Page 14: diare

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu: Tahu

(know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis ( syntesis) dan evaluasi

(evaluation).

1)      Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

2)      Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3)      Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasii atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum

– hokum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4)      Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkanmateri suatu objek ke dalam komponen –

komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5)      Sintesis (synthesis), sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6)      Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemmpuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.

b.      Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek.(10) Komponen pokok dari sikap adalah kepercayaan terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau

evaluasi terhadap suatu objek, dan kecendrungan untuk bertindak.

Tingkatan dari pembentukan sikap, yakni :

1)      Menerima (receiving), dimana bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2)      Merespon (responding), dimana individu memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indiasi dari sikap.

3)      Menghargai (valuing), dimana individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan atau

masalah.

4)      Bertanggungjawab (responsible), dimana individu bertanggungjawab terhadap terhadap segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko.

c.       Praktek atau Tindakan (practice)

Page 15: diare

Menurut Notoadmodjo, (2003) untuk mewujudkan suatu sikap menjadi tindakan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tingkatan dari praktek atau tindakan, yaitu :

1)      Persepsi (perseption), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil

adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2)      Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah indikator praktik tingkat kedua.

3)      Mekanisme (mecanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

4)      Adopsi (adoption), adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan

itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.1.3     PENATALAKSANAAN REHIDRASI ORAL PADA BALITA DIARE

Pengobatan diare di rumah yang efektif hanya dapat diberikan oleh ibu. Ibulah yang harus menyiapkan

cairan rehidrasi oral dan memberikannya dengan benar, memberikan makanan yang disiapkan dengan benar dan

memutuskan kapan harus di bawa ke tempat pengobatan. Ibu dapat melakukan tugas ini dengan benar bila dia

jelas mengetahui kebutuhan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Keterlambatan untuk

mendapatkan pertolongan memegang peranan dalam terjadinya kematian akibat diare tersebut, seringkali ibu

yang membawa anaknya dalam kedaaan dehidrasi berat dan disertai penurunan kesadaran atau faktor lainnya

seperti kejang, sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Padahal dengan terapi awal yang tepat, diare akan

mudah disembuhkan. Maka dari itu kesempatan terbaik bagi ibu untuk belajar tentang pengobatan diare di

rumah adalah ketika dia membawa anaknya ke tempat pengobatan karena anaknya diare. Sayangnya,

kesempatan ini sering hilang karena dokter atau petugas kesehatan tidak berkomunikasi dengan baik terhadap

ibu- ibu, akibatnya ibu-ibu sering pulang ke rumah tanpa mengerti bagaimana meneruskan pengobatan anaknya

dengan efektif.(7) Sebaiknya dokter atau petugas kesehatan memberikan informasi tentang cara penanganan

diare, yaitu pertama langkah yangtepat yang harus dilakukan adal memberikan cairan secukupnya. Ibu – ibu

yang balitanya diare sebaiknya memberikan ASI jika anaknya masih menyusui, selain itu anak diberi minum

kuah sayur atau sup, oralit, LGG (larutan gula garam) dan sebagainya. Jika anak bisa memngkonsumsi

makanan, ibu hendaknya memberi makanan harian yang di haluskan. Pengetahuan dan kesadaran orang tua

terhadap masalah kesehatan anak balitanya tentu sangat penting agar anak yang sedang mengalami diare tidak

jatuh pada kondisi yang lebih buruk. (7)

2.2     Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian latar belakang dan tujuan penelitian di atas, maka agar penelitian lebih terfokus

kerangka pemikiran pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Page 16: diare

 

Keterangan :

Diteliti

Tidak diteliti

Page 17: diare

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1      Jenis dan Rancangan penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian ini

adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif.(12)

3.2      Populasi dan sample penelitian

3.2.1.   Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.(13) Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu dari anak balita yang menderita diare diPuskesmas Klangenan pada bulan Juni

berjumlah 83 orang.

3.2.2.   Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sample

random sampling yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang

sama untuk diseleksi sebagai sample.(12) Untuk menentukan besarnya sample digunakan

rumus :

 

Keterangan :n      : Jumlah sampelN             : Jumlah populasi

d : Tingkat signifikansi 10 % (0,1) (13)

Besarnya sampel berdasarkan hasil perhitungan adalah :

dibulatkan 45 ibu.

27 

Page 18: diare

Jadi banyaknya sampel adalah 45 ibu.

3.3      Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.3.1    Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan 2 cara yaitu:

1)          Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung saat berlangsungnya penelitian dengan

menggunakan kuesioner.

2)          Data Sekunder

Data yang diperoleh dari laporan dan catatan resmi yang ada, literatur, perpustakaan

yang relevan dan sumber-sumber lain yang mendukung.

3.4.3.  Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang diartikan

sebagai daftar pertanyaan yang tersususun dengan baik, tugas responden tinggal memberikan

jawaban atau dengan memberikan tanda atau pilihan tertentu.(12)

3.4      Uji Validitas dan Reliabilitas

3.4.1     Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya setiap butir soal yang ada

pada instrument penelitian. Uji item pada masing-masing pernyataan dilakukan dengan

menggunakan Uji product Moment (Arikunto, 2002) dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

r     = Korelasi antara variabel X dengan Y

X   = Skor tiap item

Y   = Skor total

n    = Banyaknya subjek (13)

3.4.2     Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas bertujuan untuk menguji sejauh mana kehandalan kuesioner yang akan

digunakan pada penelitian. Uji kuesioner dilakukan dengan uji Alpha Cronbach (Arikunto,

2002) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :α        = reliabilitas instrument

Page 19: diare

k        = jumlah item dalam instrument∑Si

2   = Varians responden untuk item ke-1∑St

2   = Jumlah varians (13)

3.5      Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

data atau kesimpulan fakta yang dikumpulkan secara langsung saat penelitian. Data sekunder

merupakan data laporan resmi yang ada di rumah sakit, literatur yang relevan dan sumber lain

yang mendukung. Adapun metode pengumpulan data yang akan peneliti lakukan adalah :

3.5.1        Setelah memperoleh surat ijin penelitian dari Program Studi DIII Keperawatan dari STIKes

Cirebon, peneliti meminta ijin untuk melakukan penelitian diPuskesmas Palimanan

Kabupaten Cirebon.

3.5.2        Peneliti melakukan pengkajian data pendahuluan di lokasi penelitian untuk mengumpulkan

data awal yang diperlukan dalam penelitian.

3.5.3        Peneliti membagikan kuesioner kepada ibu klien sebagai responden dan menjelaskan tujuan

serta manfaat penelitian. Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden yang

bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan peneliti menjamin kerahasiaan responden.

3.5.4        Peneliti memberikan kuesioner, menjelaskan cara pengisian. menginformasikan agar diteliti

secara lengkap dan akan mengambil pada hari yang telah ditentukan.

3.5.5        Peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi dan memeriksa kelengkapannya.

3.6      Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1     Cara Pengolahan Data

1)          Pengolahan (Editing)

Kuesioner yang sudah diisi oleh responden terlebih dahulu dilakukan editing untuk

mengecek kebenaran data berdasarkan pada pengisian kuesioner. Pada tahap editing ini

peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data yang ada terutama dalam kelengkapan data

kuesioner.

2)          Pengkodean (Coding)

Coding merupakan suatu metode untuk mengkonversikan data yang dikumpulkan

selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap pertanyaan

dan jawaban yang diajukan.

3)          Entry Data

Memasukan data yang telah dilakukan coding dengan menggunakan program SPSS.

4)          Tabulasi (Tabulating)

Page 20: diare

Sebelum data diklasifiksikan, data dikelompokkan terlebih dahulu guna kepentingan

penelitian ini, selanjutnya data ditabulasikan sehingga diperoleh frekuensi dari masing–

masing kelompok pertanyaan dari setiap alternatif jawaban yang tersedia.

3.6.2     Analisis Data

Analisa univariat yaitu suatu teknik analisa yang digunakan

untuk menggambarkan distribusi frekuensi suatu data penelitian.(13) Analisa univariat pada

penelitian ini menggunakan skala proseentase dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :P    = Prosentasef     = Frekuensi jawabanN   = Jumlah responden(13)

3.7      Prosedur penelitian

3.7.1  Tahap Persiapan

1.          Memilih lahan penelitian

2.          Melakukan studi pendahuluan

3.          Melakukan studi kepustakaan

4.          Menyusun proposal penelitian

5.          Seminar proposal      

3.7.2  Tahap pelaksanaan

1.          Ijin Penelitian

2.          Mendapatkan informed concent dari responden

3.          Melakukan pengumpulan data

4.          Melakukan pengolahan dan analisa data

3.7.3  Tahap Akhir

1.        Menyusun hasil laporan penelitian

2.        Pertanggungjawaban hasil penelitian

3.        Revisi dan penggandaan hasil penelitian

3.8      Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keparawatan merupakan masalah yang sangat penting,

karena akan berhubungan dengan manusia secara langsung. Etika yang perlu dan harus

diperhatikan :

Page 21: diare

3.8.1  Informed Consent (lembar persetujuan)

Cara persetujuan antara peneliti dengan responden dilakukan  dengan memberikan

lembar persetujuan. Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian agar subyek mengerti

maksud dan tujuan penelitian.

3.8.2   Anonumity (tanpa nama) 

Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan

nama responden pada lembar kuesioner dan hanya menandakan kode.

3.8.3  Confidentiality (kerahasiaan)

Menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh penelti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

3.9      Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Palimanan Kabupaten Pada bulan Juli

sampai Agustus 2012.

Page 22: diare

Daftar Pustaka

 

1.      Ngastiyah, (2007). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

2.      Nursalam, et el. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba.

3.      Depkes RI. (2005). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004.

4.      Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2010.

5.      Harianto, (2012). Dibuka pada http://jurnal.farmasi.ui.ac.id. Diakses pada 11 Juli 2012.

6.      Hartaniyah (2004). Dibuka pada website http://digiblib.ui.ac.id. Diakses pada 11  Juli 2012.

7.      Depkes RI. (2004). Buku Ajar Diare. Jakarta. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.

8.      Suharyono, (2008). Diare Akut Klinik dan Laboratorium. Jakarta: Rineka Cipta.

9.      Suriadi & Yuliani R, (2006). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.

10.  Uripi, Vera. (2004). Menu Sehat untuk Balita. Jakarta: Puspa Suara.

11.  Notoatmodjo, S (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

12.  Notoatmodjo, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

13.  Arikunto, S, (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Yogyakarta: Rineka Citra.

14.  Singgih S. (2010). Panduan lengkap penggunaan SPSS. Jakarta : Elexmedia.

Page 23: diare

 

L A M P I R A N

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

 

Cirebon, ... Juli 2011.

KepadaYth. Sdr. Penelitidi Tempat.

Dengan Hormat,

            Saya yang bertanda tangan di bawah ini:N a m a   : ………………………………..

Umur      : …… tahun

Alamat   : …………………………………………………………………………..

Page 24: diare

Selaku responden penelitian yang dilakukan oleh CICIH ROHYANI dengan judul“Gambaran Pelaksanaan Perawatan Rehidrasi Oral Pada Balita Terkena Diare di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Palimanan tahun 2012".

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya telah mendapatkan penjelasan mengenai maksud dan tujuan pengumpulan data yang dilakukan Sdr. Peneliti. Secara sukarela saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.

Saya yang menyatakan

…………………………

Page 25: diare

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN REHIDRASI ORAL PADA BALITA TERKENA DIARE DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS

PALIMANAN TAHUN 2012

A.      Data RespondenBerilah tanda  pada kotak di bawah ini

 

I.     Data Responden    :                                                         Kode Responden       1.    Umur              : .......................................................       2.    Alamat            : .......................................................

       3.    Pendidikan     :             tidak sekolah                    SD                                                    SMP                                 SMA

                                                    Perguruan Tinggi       4.    Pekerjaan        :             Ibu Rumah Tangga                                                    PNS                                                    Pedagang                                                    Petani

                                                    Wiraswasta       5.    Pernah mendapatkan informasi tentang perawatan balita diare:                        Pernah                 Tidak pernah       6.    Mendapatkan informasi tentang Asi Ekslusi:

                                                    Bidan / Dokter                                                    Tv                                                    Buku / Majalah                                                    Teman

      

Page 26: diare

B.        Kuesioner Pengetahuan Tentang DiarePetunjuk pengisian:Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda check list () pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban anda.

No PERNYATAAN Benar Salah

1. Bila anak diare maka saya segera memberikan oralit/ larutan gula garam

2. Air tajin dan air kelapa dapat diberikan pada balita diare

3. Air gula garam tidak dapat menggantikan cairan oralit yang dapat mencegah dehidrasi

4. Bubur atau campuran tepung lainnya, dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, atau ikan dapat diberikan pada balita diare

5. Bila anak saya diare maka saya akan puasakan anak saya

6. Dengan meminum oralit anak saya terhindar dari dehidrasi

7. Bila anak saya diare saya akan tetap memberikan susu formula

8. Sup sayur dan rebusan tahu atau kentang dapat mencegah dehidrasi

9. Memberikan minuman lebih banyak dari biasanya pada anak diare adalah suatu pencegahan dehidrasi

10. Diare yang tidak diobati tidak bisa mengakibatkan gizi buruk

Page 27: diare

C.       Kuesioner Tindakan Perawatan DiarePetunjuk pengisian:Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda check list () pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban anda.

NO PERNYATAAN Ya Tidak

1. Saya segera memberi anak saya minum yang banyak dari biasanya bila mengalami diare

2. Saya tidak akan memberikan ASI pada saat anak saya diare

3. Bila anak saya muntah pada saat meminum larutan oralit maka saya memberikan sedikit-sedikit tapi sering

4. Dalam 2 jam pertama sebaiknya anak di berikan oralit sebanyak mungkin misalnya 2 gelas

5. Saya dapat memberikan makanan seperti beras menjadi bubur nasi, rebus kentang atau wortel yang dihaluskan

6. Bila oralit tidak ada maka saya tidak bisa memberikan larutan gula garam

7. Untuk membuat cairan oralit saya memasukkan 1 bungkus oralit kedalam gelas dicampur air putih sebanyak 200 cc

8. Bila anak saya umurnya > 2 tahun maka saya memberikan oralit 1-2 sendok setiap 1 menit agar anak tidak muntah

9. Saya akan memberikan makanan yang sudah dimasak lebih dari 24 jam untuk anak saya

10. Bila diare anak saya tidak membaik dalam 3 hari dan tanda dehidrasi bertambah berat maka saya akan membawanya ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat