diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari...
TRANSCRIPT
6
BABBABBABBAB IIIIIIII
TINJAUANTINJAUANTINJAUANTINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA
A.A.A.A. TerjadinyaTerjadinyaTerjadinyaTerjadinya DiareDiareDiareDiare AnakAnakAnakAnak UsiaUsiaUsiaUsia ToodlerToodlerToodlerToodler (1-3(1-3(1-3(1-3 Tahun)Tahun)Tahun)Tahun)
1.1.1.1. PengertianPengertianPengertianPengertian DiareDiareDiareDiare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada
bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah
dalam faeces (Ngastiyah, 1999). Definisi Diare adalah kehilangan cairan
dan elektrolit secara buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau
cair (Suriadi, 2001). Sedangkan menurut (Arief Mansjoer, 2000). Diare
adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah atau lendir,
dimana diare adalah suatu peningkatan frekuensi, keenceran dan volume
tinja serta diduga selama 3 tahun pertama kehidupan, seorang anak akan
mengalami 1 – 3x episode akut diare berat.
Pada anak usia 1-3 tahun (Toodler) merupakan usia pertumbuhan
dan perkembangan anak, dimana pada anak usia 1-3 tahun anak cenderung
sudah dapat memilih makanan yang disukai, bervariasi sehingga perlu
adanya suatu pengawasan. Dengan banyaknya makanan yang disukai
yang belum tentu terjaga kebersihannya maka dengan cepat dapat
menyebabkan terjadi diare lebih sering (Soetjiningsih. (1999).
2.2.2.2. EtiologiEtiologiEtiologiEtiologi
Adapun faktor penyakit diare yang dibagi menjadi 4 (empat) faktor
(Ngastiyah,1999) antara lain :
7
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi eksternal adalah infeksi saluran pencernaan makanan
a) Infeksi bakteri : vibrio, E coli
b) Infeksi virus : intervirus, adenovirus, rotavirus
c) Infeksi parasit : cacing, protozoa, jamur
2) Infeksi parental adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan
a) Tonsilitis
b) Bronkopneumonia
c) Ensefalitis
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat yaitu terganggunya sistem pencernaan
yang berpengaruh pada penyerapan karbohidrat dalam tubuh
2) Malabsorbsi lemak yaitu terganggunya penyerapan lemak dalam
tubuh
3) Malabsorbsi protein yaitu terganggunya penyerapan lemak dalam
tubuh
c. Faktor Makanan
1) Makanan beracun yaitu terkontaminasi dengan makanan lain
2) Makanan basi misal sisa makanan yang telah menjamur
3) Alergi terhadap makanan misalnya tidak tahan dengan jenis
makanan tertentu.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas ( jarang terjadi pada anak yang lebih besar)
8
3.3.3.3. PenyebabPenyebabPenyebabPenyebab DiareDiareDiareDiare
Penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui
dengan pasti, penyebab diare dapat dibagi menjadi 2 yaitu (Suharyono,
2003) :
a. Penyebab tidak langsung
Penyakit tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah
atau mempercepat terjadinya diare seperti : keadaan gizi, hygiene dan
sanitasi, kepadatan penduduk, sosial ekonomi.
b. Penyebab langsung
Termasuk dalam penyakit langsung antara lain infeksi bakteri
virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun
keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan
sayur-sayuran. Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyakit diare akut
dibagi menjadi 2 golongan yaitu (Suharyono, 2003) :
1) Diare sekresi
a) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti shigella,
salmonella, E. coli, bacillus careus, clostridium. Golongan
virus seperti protozoa, entamoeba histolitica, giardia lamblia,
cacing perut, ascaris, jamur.
b) Hiperperistaltic usus halus yang berasal dari bahan-bahan
makanan kimia misalnya keracunan makanan, makanan pedas,
terlalu asam, gangguan psikis, gangguan syaraf, hawa dingin,
alergi.
9
c) Definisi imun yaitu kekurangan imun terutama IgA yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri dan jamur.
2) Diare osmotik yaitu malabsorbsi makanan, kekurangan kalori
protein dan berat badan lahir rendah
4.4.4.4. PatogenesisPatogenesisPatogenesisPatogenesis
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah (Ngastiyah,1999) :
a. Gangguan osmotik yaitu yang disebabkan adanya makanan atau zat
yang tidak diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga penggeseran air dan elektrolit berlebihan
akan merangsang usus dan mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi yang menyebabkan adanya rangsangan tertentu
(misalnya: toksin) pada dinding usus yang akan terjadi suatu
peningkatan sekresi, selanjutnya menimbulkan diare karena
peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus yaitu hiperperistaltik yang mengakibatkan
kurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan yang
menimbulkan diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang menimbulkan diare.
5.5.5.5. TandaTandaTandaTanda dandandandan gejalagejalagejalagejala
Seseorang dengan diare mempunyai tanda dan gejala yaitu :
1) Cengeng, gelisah
2) Suhu tubuh meningkat
3) Nafsu makan berkurang
4) Timbul diare, tinja encer, mungkin disertai lender atau lendir darah
10
5) Warna tinja kehijau-hijauan
6) Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi
7) Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare
8) Banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan
dehidrasi
9) Berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar,
menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit tampak
kering (Ngastiyah,1997).
6.6.6.6. CaraCaraCaraCara penularanpenularanpenularanpenularan
Kuman penyakit diare ditularkan melalui fecal – oral antara lain
melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung
dengan tinja penderita (Depkes,2000).
7.7.7.7. PencegahanPencegahanPencegahanPencegahan diarediarediarediare
Pencegahan diare dapat dilakukan dengan memberikan ASI,
memperbaiki makanan pendamping ASI, membuang sampah pada
tempatnya atau menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan air bersih
untuk kebutuhan sehari-hari, mencuci tangan sebelum makan, menutup
makanan atau menjaga kebersihan makanan, menggunakan jamban,
membuang tinja anak pada tempat yang tepat (Depkes, 2000).
8.8.8.8. PenangananPenangananPenangananPenanganan DiareDiareDiareDiare
Penanganan diare pada anak usia 1-3 tahun dapat dilakukan selama
berada di rumah meliputi anak yang terkena diare secepatnya di lakukan
penanganan sederhana dengan pemberian oralit berupa 1 gelas air putih di
11
tambah 1 sendok gula pasir dan setengah sendok garam, anak diberi
makanan rendah serta dan minum yang banyak agar tidak terkena diare.
Diare yang terjadi pada anak usia 1-3 tahun tidak berhenti secepatnya
dibawa ke tempat fasilitas kesehatan yaitu puskesmas maupun rumah sakit
terdekat.
9.9.9.9. Faktor-Faktor-Faktor-Faktor- faktorfaktorfaktorfaktor yangyangyangyang mempengaruhimempengaruhimempengaruhimempengaruhi terjadinyaterjadinyaterjadinyaterjadinya diarediarediarediare padapadapadapada anakanakanakanak
(Pudjiadi,2005; Notoatmodjo,2003) meliputi :
a. Faktor umum atau secara langsung
1) Tingkat pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba di
mana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan
hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran). Menurut
Padmonodewo (2000) menyatakan pengetahuan sebagai sesuatu
yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu
yang diketahui orang dari pengalaman yang didapat.
Pengetahun ibu tentang diare yang tepat dapat mengurangi
atau mengatasi terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun, dimana
12
ibu mengetahui gejala dan tanda diare maka dengan baik pula ibu
dapat meakukan penanganan diare. Begitu juga sebaliknya.
2) Perilaku cuci tangan
Kebersihan pada ibu dan anak terutama dalam hal perilaku
mencuci tangan setiap makan, merupakan sesuatu yang baik.
Sebagian besar kuman infeksi diare ditularkan melalui jalur fecal-
oral. Dapat ditularkan dengan memasukan ke dalam mulut, cairan
atau benda yang tercemar dengan tinja misalkan air minum dan
makanan. Kebiasaan dalam kebersihan adalah bagian penting
dalam penularan kuman diare, dengan mengubah kebiasaan dengan
tidak mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat memutuskan
penularan. Penularan 14-18% terjadinya diare diharapkan sebagai
hasil pendidikan tentang kesehatan dan perbaikan kebiasaan
(Depkes,2000).
3) Hygiene sanitasi
Hygiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap lingkungan kesehatan
manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh
lingkungan kesehatan serta membuat kondisi lingkungan
sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan.
Termasuk upaya melindungi, memelihara dan mempertinggi
derajat kesehatan manusia (perorangan atau masyarakat).
Sedemikian rupa sehingga berbagai faktor lingkungan yang
13
menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan gangguan
kesehatan (Azwar,1999).
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada pengawasan terhadap faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia, lebih mengutamakan
usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian
rupa sehingga munculnya penyakit dapat terhindari (Azwar,1999).
Sanitasi lingkungan berupa adanya jamban umum, MCK (mandi,
cuci, kakus), tempat sampah. Perilaku masyarakat khususnya ibu
yang dalam pemanfaatannya kurang terpelihara, hal ini
berhubungan dengan pendidikan kesehatan pada ibu yang
berdampak pada tingkat kesadaran atau pengetahuan dalam
menjaga sanitasi lingkungannya. Selanjutnya menimbulkan
tercapainya perilaku kesehatan yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya cara membuang sampah sembarangan hal ini
akan menimbulkan pencemaran pada sumber air, udara serta bau
yang menyengat yang tidak sehat dan mengganggu dalam segi
kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Adapun macamnya antara lain :
b.b.b.b. FaktorFaktorFaktorFaktor pendukungpendukungpendukungpendukung atauatauatauatau tidaktidaktidaktidak langsunglangsunglangsunglangsung
1) Umur
Umur adalah usia yang menjadi indikator dalam kedewasaan
di setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang
mengacu pada setiap pengalamannya. Umur seseorang sedemikian
14
besarnya akan mempengaruhi perilaku, karena semakin lanjut
umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib,
lebih bermoral, lebih berbakti dari usia muda (Notoatmodjo,2002).
Karakteristik pada ibu berdasarkan umur sangat berpengaruh
terhadap cara penanganan dalam mencegah terjadinya diare pada
anak, semakin tua umur ibu maka kesiapan dalam mencegah
kejadian diare akan semakin baik dan dapat berjalan dengan baik.
2) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh. Dari kepentingan keluarga itu sendiri amat diperlukan
seseorang lebih tanggap adanya masalah kesehatan terutama
kejadian diare di dalam keluarganya dan biasa mengambil tindakan
secepatnya (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, prevalensi diare
berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi
tingkat pendidikan ibu maka semakin rendah prevalensi diarenya.
Lamanya menderita diare pada anak yang ibunya berpendidikan
rendah atau tidak sekolah adalah lebih panjang dibandingkan
dengan anak dari ibu yang berpendidikan baik. Insiden diare lebih
tinggi pada anak yang ibunya tidak pernah sekolah menengah
(Julianti,1999).
15
Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nila i
dan kepercayaan akan takhayul di samping tingkat penghasilan
yang masih rendah merupakan penghambat dalam pembangunan
kesehatan. Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah,
khususnya ibu merupakan salah satu masalah kesehatan yang
berpengaruh terhadap cara penanganan diare, sehingga sikap hidup
dan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat
masih rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu maka mortalitas
(angka kematian) dan mordibilitas (keadaan sakit) semakin
menurun, hal ini tidak hanya akibat kesadaran ibu yang terbatas,
karena kebutuhan status ekonominya yang belum tercukupi
(Suhardjo,1999).
3) Status Pekerjaan Ibu
Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kejadian diare pada anak. Pada pekerjaan ibu atau keaktifan
ibu dalam berorganisasi sosial berpengaruh pada kejadian diare
pada anak. Dengan pekerjaan tersebut diharapkan ibu mendapat
informasi tentang pencegahan diare. Terdapat 9,3% anak menderita
diare pada ibu yang bekerja, sedangkan ibu yang tidak bekerja
sebanyak 12% (Irianto,1996).
4) Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas
kesehatan yang baik. Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin
16
baik fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga akan semakin
baik (Berg, 1986). Pendapatan merupakan faktor yang menentukan
kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan di suatu keluarga.
Demikian ada hubungan yang erat antara pendapatan dan kejadian
diare yang didorong adanya pengaruh yang menguntungkan dari
pendapatan yang meningkatkan, perbaikan sarana atau fasilitas
kesehatan serta masalah keluarga lainnya, yang berkaitan dengan
kejadian diare, hampir berlaku terhadap tingkat pertumbuhan
pendapatan. (Berg, 1986).
Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidup, di mana status ekonomi orang tua yang baik akan
berpengaruh pada fasilitasnya yang diberikan (Notoatmodjo, 2003).
Apabila tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka
khususnya di dalam rumahnya akan terjamin, masalahnya dalam
penyediaan air bersih, penyediaan jamban sendiri atau jika
mempunyai ternak akan diberikan kandang yang baik dan terjaga
kebersihannya. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang
menyediakan orang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan
sesuai kebutuhan (BPS, 2005). Pada ibu yang mempunyai
pendapatan kurang akan lambat dalam penanganan diare karena
ketiadaan biaya berobat ke petugas kesehatan yang akibatnya dapat
terjadi diare yang lebih parah.
17
5) Status Gizi Anak
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
konsumsi makanan, penyimpanan dan penggunaan makanan.
Menurut Reksodikusumo(1994) mendefinisikan status gizi adalah
tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh keadaan
keseimbangan di satu pihak dengan pengeluaran oleh organisme
dan pihak lain yang terlihat melalui variabel tertentu disebut
indikator misalnya Berat Badan dan Tinggi Badan.
Kurang gizi juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang
kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, diare akut
yang lebih berat, yang berakhir lebih lama dan lebih sering terjadi
pada diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat.
Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat
meningkat, apabila anak sudah kurang gizi secara umum hal ini
sebanding dengan derajat kurang gizinya dan paling parah jika
anak menderita gizi buruk (Depkes,1999).
Diare dan muntah merupakan gejala khas pada penyakit
gastrointestinal, gangguan pencernaan atau penyerapan merupakan
terjadinya diare. Pemberian diet pada penderita diare khususnya
anak diusahakan makanan yang tidak mengandung banyak serat.
Pada diare yang menahun harus diwaspadai karena akan terjadi
penurunan berat badan yang selanjutnya akan mempengaruhi status
gizi anak. Pada diare menahun di samping makanan yang tidak
18
mengandung banyak serat, juga memperhatikan banyaknya energi
dan zat gizi esensial yang bertujuan untuk mempertahankan
pertumbuhan yang normal (Pudjiadi,2005).
B.B.B.B. PengetahuanPengetahuanPengetahuanPengetahuan
1.1.1.1. PengertianPengertianPengertianPengertian
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut
Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini
terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga
(pendengaran) (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Padmonodewo (2000) menyatakan pengetahuan sebagai
sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu
yang diketahui orang dari pengalaman yang didapat (Notoatmodjo, 2003).
Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar. Untuk memenuhi
rasa ingin tahu, manusia sejak zaman dahulu telah berusaha
mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari
sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat
19
memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh
dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain.
2.2.2.2. TingkatTingkatTingkatTingkat PengetahuanPengetahuanPengetahuanPengetahuan
Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting
untuk dibentuknya suatu tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo
(2003), dimana tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi :
a. Tahu (know)
Pengetahuan (tahu yaitu mengingat kembali materi yang
dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan yang paling
rendah dengan cara menyebutkan, mendefinisikan dan menyatukan
sesuatu. Pengetahuan ibu tentang diare yang baik akan mempengaruhi
ibu dalam memahami tentang bahaya dari diare bagi anaknya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami yaitu sesuatu untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek untuk
materi, harus dapat menjelaskan, contohnya ibu dapat memahami dan
mengetahui cara penanganan diare yang benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi
disini dapat diartikan penggunan hukum-hukum, rumus, metode,
20
prinsip dan sebagainya dalam kondisi yang lain, misalnya ibu dapat
menggunakan cara pencegahan atau tindakan awal dalam mencegah
terjadinya diare pada anak serta dapat menggunakan prinsip-prinsip
siklus pemecahan masalah dalam penanganan diare.
d. Analisis (analysis)
Analisis yaitu kemampuan untuk materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi di dalam struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitanya dengan yang lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan dari kata-kata kerja yang
dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, serta
mengelompokkan tentang penanganan diare.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian
dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan.
Dimana pada ibu yang memiliki anak yang diare maka dapat
melakukan penanganan secara benar agar diare dapat berhenti.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu
kriteria-kriteria yang telah ada. Pengaruh pengetahuan terhadap
seseorang sangat penting sebab mempunyai cukup pengetahuan dan
21
pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan serta kesehatan setiap anggota keluarganya
(Notoatmodjo, 2003).
3.3.3.3. Faktor-FaktorFaktor-FaktorFaktor-FaktorFaktor-Faktor YangYangYangYang MempengaruhiMempengaruhiMempengaruhiMempengaruhi PengetahuanPengetahuanPengetahuanPengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2003), yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah
menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan
memberikan pengetahuan yang lebih jelas.
c. Kultur Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan
budaya dan agama yang dianut. Pada ibu akan melakukan penanganan
terjadinya diare sesuai dengan apa yang mereka lihat di lingkungannya.
Biasanya mereka mengetahui penanganan diare secara sederhana
sebagai penanganan pertama yaitu dengan menggunakan oralit.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan,
dimana pada remaja dengan umur yang bertambah dan pendidikan
22
yang lebih baik akan memudahkan dalam menyerap informasi
yang diberikan serta bersikap lebih bijak. Pengalaman ibu dengan
kejadian diare mempengaruhi dalam penanganan diare selanjutnya.
4.4.4.4. PengukuranPengukuranPengukuranPengukuran TingkatTingkatTingkatTingkat PengetahuanPengetahuanPengetahuanPengetahuan
Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau kuesioner, untuk menyatakan tentang isi materi yang akan
diukur dari responden yang dapat disesuaikan dengan tingkat responden
yang ada (Notoatmodjo, 2003).
a. Cara mencari pengetahuan
Ada berbagai macam cara untuk mencari atau menperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah yang di kelompokkan sebagai berikut:
1. Cara tradisional
Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai
orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya
metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis
(Notoatmodjo, 2003).
2. Cara coba-salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada seseorang yang
menghadapi persoalan, maka upaya pemecahannya dilakukan
dengan coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang
dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai
masalah. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering
23
dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak
mengetahui cara memecahkan masalah (Notoatmodjo, 2003).
3. Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi
berikutnya. Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas
atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama, otoritas ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
4. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan
maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan,
atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Namun perlu
diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat
menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar
maka diperlukan berpikir kritis dan logis (Notoatmodjo, 2003).
5. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
24
pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik
melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2003).
6. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi
penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung
terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil
pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan
akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan ibu berkaitan erat dengan bagaimana
seorang ibu yang mampu melakukan penanganan terhadap yang
mengalami diare. Bagi ibu diharuskan memiliki pengetahuan
tentang diare secara langsung yang berdampak pada terhindar dari
terjadinya diare pada (Julianti, 1999).
Sebagian masyarakat masih ada yang beranggapan bahwa
penyakit diare banyak disebabkan karena bertambahnya
kepandaian anak, salah makan, masuk angin. Hal ini dikarenakan
ketidaktahuan masyarakat yang disebabkan kurangnya mendapat
informasi atau tidak mengetahui tentang penyebab terjadinya diare.
C.C.C.C. KeluargaKeluargaKeluargaKeluarga PraPraPraPra SejahteraSejahteraSejahteraSejahtera
Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami
gangguan kesehatan atau dalam keadaan sakit. Keluarga merupakan salah satu
indikator dalam masyarakat apakah masyarakat sehat atau sakit (Sihadi,
25
2000). Peran dan tugas keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu
mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga,
mengambil keputusan melakukan tindakan yang tepat memberi perawatan
kepada anggota keluarga yang sakit serta mempertahankan lingkungan tetap
sehat, mempertahankan hubungan timbal balik pada keluarga serta
memanfaatkan fasilitas kesehatan (Friedman, 2003).
Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang dalam kehidupan sehari-
hari belum dapat memenuhi kebutuhan yang cukup, dimana keluarga pra
sejahtera tidak dapat mencukupi kebutuhan baik secara finansial. Hal ini dapat
menjadi suatu kendala bagi keluarga pra sejahtera dalam memenuhi kebutuhan
baik makan, pendidikan maupun kesehatan. Perawatan kesehatan pada anak
usia 1-3 tahun dalam keluarga dapat terganggu oleh masalah kemiskinan yang
dapat mengurangi kemampuan sebuah keluarga untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan keluarga terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat serta
kebutuhan yang lainnya. Hal ini akan mempermudah munculnya penyakit
khususnya penyakit diare pada anak (Sihadi, 2000).
Keluarga pra sejahtera akan mengalami kesulitan dalam menjaga status
kesehatan anak, memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak usia 1-3 tahun yang
disebabkan oleh daya beli menurun, pemanfaatan fasilitas keluarga. Beberapa
faktor yang menyebabkan keluarga masuk dalam keluarga pra sejahtera yaitu
faktor internal yaitu kesakitan, kebodohan, ketidaktahuan, ketrampilan,
ketertinggalan teknologi dan ketidakmampuan modal dan faktor eksternal
yaitu struktur sosial ekonomi, unsur budaya, kurangnya akses memanfaatkan
26
fasilitas kesehatan). Ketidakmampuan lain pada keluarga pra sejahtera yaitu
pemenuhan makanan yang kurang, tempat tinggal yang kurang memenuhi
syarat kesehatan, pendapatan yang masih kurang dibawah standar upah
(Sihadi, 2000).
D.D.D.D. KerangkaKerangkaKerangkaKerangka TeoriTeoriTeoriTeori
Gambar 2.1. Kerangka Teori: Faktor-faktor yang berhubungan denganKejadian diare pada anak. Sumber : Pudjiadi. S, 2005.
Faktor Langsung :a.Perilaku cuci tanganb.Hygiene sanitasi
Kejadian Diare pada anakusia 1-3 tahun
Faktor Tidak Langsung :a.Umurb.Tingkat pendidikanc.Status pekerjaan ibud.Pendapatan keluargae.Status gizi keluarga
Tingkat pengetahuan
27
E.E.E.E. KerangkaKerangkaKerangkaKerangka KonsepKonsepKonsepKonsep
Variabel Independent Variabel Dependen
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
F.F.F.F. HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang penanganan diare pada keluarga
pra sejahtera dengan kejadian diare pada anak usia 1-3 tahun di Desa
Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.
Tingkat pengetahuan tentangpenanganan diare pada keluarga
pra sejahtera
Kejadian diare pada anakusia 1-3 tahun