perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pada kesempatan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kata Pengantar
Pada tahun 1995 saya mendapat kesempatan berbicang-bincang
dengan para pelatih dan praktisi perbolavolian nasional di Jakarta, tepatnya
di Padepokan Bolavoli Sentul Jawa Barat. Saya memperoleh banyak
informasi berharga tentang berbagai kendala yang dihadapi bangsa ini untuk
menorehkan prestasi di kancah internasional. Isi perbincangan acapkali
berujung pada keluhan dan pandangan pesimistik tentang peluang
berprestasi. Untuk bertahan eksis di event Asia Tenggara saja cukup berat,
apalagi di event yang lebih tinggi seperti di Asia, Asia Pacifik, bahkan
Olimpade. Sepertinya tim nasional kita ibarat berusaha memasuki lubang
jarum. Sulit dan imposible dengan puncak prestasi yang mungkin dapat diraih
oleh atlet bolavoli kita.
Jika kita memprediksi masa depan prestasi bolavoli nasional
Indonesia hanya mampu bermain di Asia Tenggara. Pandangan yang
pesimistik tersebut tampaknya masih terus tumbuh dan berlaku hingga saat
ini. Penilaian secara awam - kadang-kadang secara tidak langsung
menyalahkan kodrat - ras bangsa kita memiliki tinggi badan yang kurang
menguntungkan untuk pembentukan tim bolavoli yang handal. Hal yang
berkaitan dengan keterbatasan ukuran anthropometrik juga dikeluhkan untuk
cabang olahraga Bolabasket. Kedua cabang tersebut memang secara faktual
dipersyarati ukuran dan postur anthropometrik.
Pada kesempatan yang lain saya mencoba berkeliling di kampung
sekitar tempat saya tinggal. Saya sejak kecil memang lahir dan dibesarkan
satu kota dengan tempat tinggal saya yang sekarang. Ada satu hal yang
menggembirakan bahwa perkembangan bolavoli sangat luar biasa.
Antusiasme dan perkembangan permainan olahraga bolavoli sangat pesat.
Gema kedahsyatan permainan rakyat tersebut semakin terasa saat banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
digelar pertandingan Bolavoli antar kampung (Tarkam). Tarkam tersebut
biasanya ramai diselenggarakan bersamaan dengan peringatan HUT RI. Ada
sesuatu yang beda, Tarkam pada waktu saya kecil dulu hanya dimainkan
benar-benar hanya oleh pemain lokal kampung yang bersangkutan. Tetapi
Tarkam yang sekarang banyak diwarnai oleh kehadiran pemain berkelas,
seperti pemain tim provinsi, bahkan pemain nasional. Apakah ini dapat
dikatakan bahwa: Volleyball kita pesimistis di tataran global, tetapi optimistis
di tataran domestik?.
Jawaban untuk sekarang tentunya adalah: ya!. Apalagi jika kita
menggunakan mind set Volleyball sebagai sebuah cabang untuk olahraga
prestasi. Adakah sisi indah lain dari sebuah permainan Volleyball di luar
prestasi? Bukankah kalau kita tak mampu melihat keindahan prestasi, lebih
baik kita mencoba melihat sisi lain yang indah dari sebuah Volleyball?.
Berbagai hal yang terkait dengan persoalan tersebut yang tampaknya akan
diangkat dalam buku ini.
Buku yang sederhana ini mencoba untuk mengajak pembaca
membuka semacam cakrawala berfikir baru, untuk memandang potensi dan
kemenarikan Volleyball dalam dimensi yang bersifat jamak (Multi Desain).
Disain yang dimaksudkan adalah rancangan strategis untuk memanfaatkan
Volleyball sebagai sebuah media bagus menuju pencapaian tujuan-tujuan
utama yang berspektrum lebih luas. Spektrum tersebut, terkait dengan:
Volleyball for Elite Athlete, Volleyball for Education, Volleyball for Recreation,
Volleyball for Character Building, Volleyball for Culture Development, dan
Volleyball for Outbond Activity.
Semoga kajian ringan yang ada pada buku ini dapat memberikan
manfaat besar, terutama untuk memberikan spirit bagi pengembangan
Volleyball ke depan yang lebih humanitis dan pragmatis di masyarakat.
Surakarta, Maret 2010
AGUS KRISTIYANTO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar .......................................................................... i
Daftar Isi .......................................................................... iv
Daftar Gambar ......................................................................... vi
Daftar Tabel ......................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Volleyball: Mudah, Murah, dan Manfaat B. Volleyball dan Proses Kreatif Masyarakat C. Multi Desain Permainan Bolavoli
1 3 4
BAB II SELUK-BELUK VOLLEYBALL A. Sejarah Singkat Volleyball B. Peraturan-peraturan C. Teknik Bermain
12 12 17 27
BAB III VOLLEYBALL DAN DESAIN BUDAYA PRESTASI: ASPEK TEORETIS A. Ikhtiar Penciptaan Prestasi B. Prestasi Olahraga dan Perspektif Budaya C. Substansi Budaya Prestasi di Indonesia D. Hakikat Pendekatan Budaya Kita E. Pilar Penyangga Budaya Prestasi F. Strategi Inovasi Budaya Prestasi G. Konklusi
33
33 37 40 44 48 51 61
BAB IV ASPEK REKREASI VOLLEYBALL A. Kebutuhan Rekreasi dan Komunikasi Sosial B. Teori dan Batasan Rekreasi C. Olahraga Sebagai Aktivitas Rekreasi D. Nilai Rekreasi Permainan Bolavoli
63 63 66 68 70
BAB V RUANG PUBLIK UNTUK VOLLEYBALL REKREASI A. Ruang Publik dan Aktivitas Bermain B. Korelasi Ruang Publik dan Aktivitas C. Mengoiptimalkan Ruang Publik
72 72 75 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
BAB VI MENDESAIN MINI VOLLEYBALL A. Volleyball untuk Anak-anak B. Mempersiapkan Mini Volleyball C. Teknik Bermain Mini Volleyball
80 80 82 91
BAB VII PENGEMBANGAN BEACH VOLLEYBALL A. Pengertian Beach Volleyball B. Sejarah Singkat C. Peraturan Dan Tehnik Bermain D. Isyarat Tangan
94 94 95 96 99
BAB VIII MENTAL TRAINING DALAM VOLLEYBALL A. Definisi Mental Training B. Latihan Mental untuk Prestasi Puncak C. Eksistensi Atlet Bolavoli sebagai Manusia D. Sistematika Mental Training E. Persiapan Psikologis Atlet Bolavoli F. Konklusi
103 103 105 110 112 116 119
DAFTAR PUSTAKA 121
BIODATA PENULIS 123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Daftar Gambar
Halaman
Gambar 2.1. William G. Morgan 13
Gambar 2.2. Mintonette sebagai Embrio Volleyball 14
Gambar 2. 3. Ukuran Lapangan Volleyball 18
Gambar 2.4. Lapangan Permainan Volleyball dan
Pergeseran Posisi Pemain
19
Gambar 2.5. Bola yang Direkomendasikan dalam Volleyball 20
Gambar 2.6. Service dalam Volleyball 28
Gambar 2.7. Jumping Service untuk Memulai dan
Melakukan Serangan Awal
29
Gambar 2.8. Spike, Sebuah Teknik Serangan 30
Gambar 2.9. Block, Sebuah Teknik Membendung Serangan 31
Gambar 3.1. Budaya Olahraga Sebagai Persemaian Budaya
Prestasi Olahraga
38
Gambar 3. 2. Substansi Budaya Prestasi Olahraga 41
Gambar 3. 3. Model Interferensi Sistem Nilai Budaya dan
Sikap
43
Gambar 3. 4. Unsur-Unsur Pendekatan Budaya
46
Gambar 3. 5. Pilar Penyangga Budaya Prestasi Olahraga 48
Gambar 3. 6. Proses Penyebaran Inovasi Budaya Prestasi
Olahraga
60
Gambar 5.1. Pemanfaatan Lahan Kosong Untuk dijadikan
Lapangan Bolavoli di Perkampungan Indonesia
77
Gambar 5.2. Ruang publik di perkampungan tidak dapat
digunakan beraktivitas, terutama pada musim
penghujan
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Gambar 5.3. Ilustrasi Desain Tata Ruang Publik Untuk
Olahraga di Negara Maju
79
Gambar 6.1. Ukuran Bola Nomor 4 untuk Mini Volleyball 83
Gambar 6.2. Ukuran Lapangan Mini Volleyball 83
Gambar 7.1. Aktivitas Voli Pantai 96
Gambar 8.1. Sistematika Mental Training 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 1.1. Substansi Multi Desain Volleyball 10
Tabel 3.1. Persentase Penduduk Indonesia Umur 10 Tahun Ke Atas dan Kegiatan Sosial Budaya Yang Dilakukan.
35
Tabel 3. 2.
Strategi Pembudayaan Prestasi Olahraga di Masyarakat
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
Kecabangan
A. Volleyball: Mudah, Murah, dan Manfaat
Cabang olahraga beregu apakah yang amat berkembang di
masyarakat kita? Maka hampir jawaban sebagian besar masyarakat tidak
lupa menyebutkan cabang olahraga Sepakbola dan Bolavoli. Berkembang
yang dimaksudkan bukan mengacu pada prestasi menjila yang diperoleh dari
kedua cabang olahraga tersebut, melainkan merupakan sesuatu yang
diminati dan banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat kita. Dilihat
dari pencapaian prestasi, kedua cabang olahraga tersebut justru belum
menunjukkan sesuatu yang membanggakan. Jika masyarakat menengah ke
bawah dapat mewakili masyarakat umum di Indonesia, maka modus minat
berolahraga kedua cabang tersebut (Sepakbola dan Bolavoli) dapat menjadi
wawasan mendasar kajian olahraga masyarakat. Sepakbola dan Bolavoli
menjadi sebuah icon olahraga masyarakat menengah ke bawah.
Mengapa kedua cabang olahraga tersebut populer di masyarakat
kita? Maka jawabannya tidak juga terlalu sulit untuk dicari. Kedua olahraga
Apresiasi masyarakat dalam mengimplementasikan permainan bolavoli juga akan berkembang sesuai dengan
mind set masyarakat mengenai perbolavolian. Artinya, bolavoli perlu dikembangkan dengan beranekaragam
desain (multi desain) untuk mengembangkan multi manfaat bolavoli. Multi desain tersebut akan membuka ruang
kreativitas dan inovasi masyarakat dalam rangka berperan secara aktif dalam mengembangkan olahraga bolavoli ke
depan. Multi desain tersebut tidak bermaksud untuk merubah esensi teknik permainan bolavoli, tetapi
mengemas permainan beregu tersebut dengan sentuhan-sentuhan lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tersebut populer di masyarakat karena olahraga tersebut bersifat
menyenangkan, melibatkan banyak orang, mudah untuk melakukannya, dan
yang penting adalah....murah!. Ya, Murah, Mudah, dan Manfaat (3M)
tampaknya merupakan persyaratan vital yang menjadi pertimbangan
masyarakat kita dalam memilih sesuatu produk atau kegiatan, termasuk di
dalamnya adalah memilih aktivitas olahraga. Nah, permainan Bolavoli
tampaknya dipilih masyarakat kita karena memiliki persyaratan tersebut.
Kendati pun Cabang olahraga Bolavoli telah menjadi aktivitas aktif
populer di masyarakat, masih ada satu hal mendasar yang kurang. Pada sisi
yang lain, upaya mempopulerkan “ samudera manfaat “ olahraga bolavoli di
masyarakat sepertinya kurang sebanding dengan mempopulerkan aktivitas
bolavoli itu di masyarakat. Artinya, dari berbagai kajian ilmiah tentang
perbolavolian yang telah dan sedang dilakukan oleh para pakar, sepertinya
belum ada semacam mekanisme yang kuat untuk menjadikan masyarakat
kita mengetahui luar-dalamnya bolavoli.
Masyarakat harus memahami secara lebih cerdas bahwa bolavoli
bukanlah sekedar aktivitas, tetapi harus dikaji juga tentang fungsnya sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (yang bermanfaat
tentunya).. Memang secara logika kita dapat mengatakan bahwa : “orang
yang memakan buah-buahan akan mendapatkan manfaat banyak dari buah-
buahan yang dimakan, walaupun orang tersebut tidak mengetahui sedikit pun
kandungan vitamin dan unsur gizi yang ada di dalam buah-buahan tersebut”.
Dengan logika yang sama, kita dapat juga mengajukan sebuah
pernyataan logis: “ Masyarakat tidak perlu mengetahui kandungan manfaat
bolavoli, karena dengan melakukan maka mereka akan memperoleh manfaat
bolavoli”. Logika yang demikian memang tidak salah ketika kita
menempatkan masyarakat sebagai obyek dari sebuah proses pembangunan.
Tetapi menjadi kurang tepat jika masyarakat ditempatkan sebagai sebuah
subyek pembangunan. Perilaku yang ingin dibentuk justru bukan terletak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pada aktivitas yang tampak melainkan proses transferable yang dapat
diciptakan. Dalam hal yang demikian, masyarakat sebenarnya memiliki
semacam kebebasan berekspresi untuk menjadikan olahraga masyarakat
tersebut dikemas menjadi berbagai kegiatan kreatif.
B. Volleyball dan Proses Kreatif Masyarakat
Proses kreatif masyarakat dalam menciptakan permainan-permainan
olahraga baru di masyarakat memang harus didukung oleh siapapun. Proses
kreatif yang ada di masyarakat tersebut biasanya bukan untuk menciptakan
cabang olahraga baru, tetapi melakukan modifikasi terhadap cabang-cabang
olahraga yang ada. Kreatifitas tersebut dikembangkan dengan tetap
memelihara esensi cabang yang bersangkutan. Kreatifitas tersebut muncul
biasanya karena terdesak oleh keterbatasan-keterbatasan dalam
mengupayakan sarana berstandar, sehingga pepatah “ tiada rotan akar pun
jadi” , menjadi sebuah inspirasi dalam merancang kegiatan-kegiatan kreatif.
Respon masyarakat untuk menciptakan permainan “lucu” dengan
cara memodifikasi berbagai bentuk olahraga berstandar, memiliki arti yang
khusus. Perayaan hari-hari khusus, seperti Peringatan Hari Kemerdekaan,
dan sebagainya, biasanya proses kreatif masyarakat, baik secara individual
maupun kolektif tersebut muncul. Ada permainan bola dengan
mempersyaratkan setiap pemain memakai sarung, Ada juga permainan
Bolavoli dengan menggunakan lapangan bulu tangkis (mungkin satu-satunya
fasilitas olahraga atau ruang publik yang dimiliki masyarakat tersebut) net
atau jaring yang digunakan pun menggunakan kain spanduk bekas, dan
sebagainya dan sebagainya. Berbagai contoh lain pun dapat kita sajikan
berkenaan dengan aktivitas kreatif masyarakat kita dalam “memodifikasi”
permainan olahraga standar menjadi sebuah “cabang olahraga lain” yang
lucu. Pertanyaannya adalah: fenomena apakah ini?.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Memang, tentu saja ada sebagian masyarakat kita menganggap
bahwa aktivitas tersebut sebagai sebuah pilihan yang sah-sah saja bagi
siapa pun. Hal tersebut merupakan ekspresi kolektif masyarakat secara
spontan dalam mengisi sebuah momen penting, seperti : Peringatan Hari
Kemerdekaan, Panen Raya, dll,. Sebagian masyarakat menganggap
kegiatan tersebut sebagai aktivitas iseng kelompok masyarakat yang kurang
nyata manfaatnya. Bahkan sebagian masyarakat lain menganggap
permainan-permainan “kreatif” tersebut sebagai bentuk “pelecehan” atas
olahraga standar. Menurut mereka, tidak ada hubungannya dengan
pengembangan prestasi olahraga, sehingga merupakan sesuatu yang tidak
ada manfaatnya. Pertanyaannya adalah: Haruskah prestasi olahraga
merupakan satu-satunya yang harus dituju oleh masyarakat ketika mereka
beraktivitas olahraga? Adakah hal lain yang juga sangat penting dibutuhkan
masyarakat di luar prestasi, ketika mereka berolahraga?
Prestasi dan olahraga memang ibarat dua sisi mata uang, tetapi dari
pandangan yang pragmatis, olahraga dapat dikemas dan didesain untuk
mewujudkan dalam pencapaian tujuan-tujuan lain di luar prestasi
kecabangan olahraga (termasuk cabang Olahraga Bolavoli). Tujuan-tujuan
lain tersebut terkait dengan aspek ketahanan masyarakat, kebugaran,
rekreasi, perilaku sosial, pembentukan kharakter, dan tujuan-tujuan lainnya.
Uniknya, substansi tujuan di luar tujuan pencapaian prestasi kecabangan
olahraga, justru merupakan prakondisi untuk menciptakan masyarakat kuat
dan memiliki mentalitas untuk berprestasi.
C. Multi Desain Permainan Bolavoli
Multi desain untuk rancangan kegiatan olahraga masyarakat ternyata
memiliki arti yang tidak terpisah dengan usaha-usaha meraih prestasi.
Artinya, kendatipun masyarakat melakukan aktivitas olahraga bolavoli untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
rekreasi, untuk memelihara kebugaran, dan untuk memperkuat ikatan sosial,
pada gilirannya dalam jangka panjang akan memiliki manfaat yang salah
satunya adalah untuk mempersiapkan masyarakat yang berprestasi. Dengan
kata lain, pengembangan olahraga Bolavoli di masyarakat ke depan harus
berorientasi pada elaborasi tujuan-tujuan mendasar yang terkai dengan
pembentukan kharakter masyarakat yang menghargai prestasi. Oleh karena
itu kajian tentang aspek mentalitas budaya prestasi perlu dilakukan sebagai
bagian tak terpisahkan dengan kajian multi desain pengembangan cabang
olahraga Bolavoli.
Bolavoli sebagai sebuah permainan rakyat , tentu saja akan memiliki
manfaat yang sangat besar, yang kesemuanya amat bergantung dari daya
kreativitas masyarakat untuk mendesain permainan tersebut. Apresiasi
masyarakat dalam mengimplementasikan permainan bolavoli juga akan
berkembang sesuai dengan mind set masyarakat mengenai perbolavolian.
Artinya, bolavoli perlu dikembangkan dengan beranekaragam desain (multi
desain) untuk mengembangkan multi manfaat bolavoli. Multi desain tersebut
akan membuka ruang kreativitas dan inovasi masyarakat dalam rangka
berperan secara aktif dalam mengembangkan olahraga bolavoli ke depan.
Multi desain tersebut tidak bermaksud untuk merubah esensi teknik
permainan bolavoli, tetapi mengemas permainan beregu tersebut dengan
sentuhan-sentuhan lain, seperti: (1) pembinaan atlet berprestasi, (2
pemfokusan pencapaian nilai pendidikan secara umum, (3) pencapaian
tujuan rekreasi kelompok atau rekreasi keluarga, (4) pembentukan kharakter,
(5) memperkaya budaya, (6) menggabungkan dengan keunikan situasi alam,
atau (7) memvariasikan event-event.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II SELUK-BELUK VOLLEYBALL
A. Sejarah Singkat Volleyball
Sejarah singkat Volleyball ini dikutip dari Situs Penggemar Bolavoli
(Sumber: http://www.govolley.com/index.php.). Permainan bolavoli pada
awal penemuannya, diberi nama Mintonette. Olahraga Mintonette ini pertama
kali ditemukan oleh seorang Instruktur pendidikan jasmani (Director of
Phsycal Education) yang bernama William G. Morgan di YMCA pada tanggal
9 Februari 1895, di Holyoke, Massachusetts (Amerika Serikat). Setelah
bertemu dengan James Naismith (seorang pencipta olahraga bola basket
yang lahir pada tanggal 6 November 1861, dan meninggal pada tanggal 28
November 1939), Morgan menciptakan sebuah olahraga baru yang bernama
Mintonette. Sama halnya dengan James Naismith, William G. Morgan juga
mendedikasikan hidupnya sebagai seorang instruktur pendidikan jasmani.
William G. Morgan yang juga merupakan lulusan Springfield College of
Seluk-beluk Volleyball merupakan penjelasan yang lengkap dan mendasar tentang perbolavolian. Siapa saja yang akan menulis buku Volleyball, maka ada semacam
kewajiban moral untuk menguraikan seluk-beluk Volleyball, karena terkait dengan tugas edukatif dan
penyebarluasan informatif mengenai Volleyball. Informasi tersebut merupakan informasi umum milik publik. Pada
bab ini seluk beluk akan dibatasi pada tiga aspek, yaitu : (1) Sejarah Singkat Volleyball, (2) Peraturan-peraturan,
dan (3) Teknik bermain. Informasi yang akan disampaikan pada bab ini merupakan sesuatu yang standar dan baku, yang seluruhnya penulis kutipkan/
download/ unduh dari SITUS PENGGEMAR BOLAVOLI di http://www.govolley.com/index.php
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
YMCA, menciptakan permainan Mintonette ini empat tahun setelah
diciptakannya olahraga permainan basketball oleh James Naismith.
Gambar 2.1. Wiliam G. Morgan (Sumber: http://www.govolley.com)
Olahraga permainan Mintonette sebenarnya merupakan sebuah
permainan yang diciptakan dengan mengkombinasikan beberapa jenis
permainan. Tepatnya, permainan Mintonette diciptakan dengan mengadopsi
empat macam karakter olahraga permainan menjadi satu, yaitu bola basket,
baseball, tenis, dan yang terakhir adalah bola tangan (handball). Pada
awalnya, permainan ini diciptakan khusus bagi anggota YMCA yang sudah
tidak berusia muda lagi, sehingga permainan ini-pun dibuat tidak seaktif
permainan bola basket. Perubahan nama Mintonette menjadi volleyball (bola
voli) terjadi pada pada tahun 1896, pada demonstrasi pertandingan
pertamanya di International YMCA Training School.
Pada awal tahun 1896 tersebut, Dr. Luther Halsey Gulick (Director
of the Professional Physical Education Training School sekaligus sebagai
Executive Director of Department of Physical Education of the International
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III VOLLEYBALL DAN DESAIN BUDAYA PRESTASI: ASPEK
TEORETIS
A. Ikhtiar Penciptaan Prestasi
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional, khususnya pada Bab II, telah
dijelaskan mengenai Dasar, Fungsi, dan Tujuan Keolahragaan Nasional
sebagai berikut: (1) keolahragaan nasional diselenggarakan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, (2) keolahragaan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
jasmani, rohani, dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian bangsa
yang bermartabat, (3) keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia,
menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat
dan membina perstuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan
nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.
Pembinaan olahraga bolavoli di masyarakat tidak boleh berhenti pada tahap keberhasilan pembudayaan olahraga
tersebut di masyarakat, melainkan harus lebih mengarah lagi pada upaya pembudayaan prestasi masyarakat.
Pembudayaan prestasi masyarakat ditempuh melalui usaha kongkret untuk mengembang-suburkan substansi budaya prestasi yang meliputi: (1) Kedisiplinan, (2) Kerjakeras, (3)
sikap penghargaan terhadap prestasi, dan (4) sikap kompetitif dalam masyarakat kita. Artinya bahwa pengembangan
olahraga bolavoli tidak boleh hanya memfokus untuk sekadar membentuk tim yang tangguh, melainkan harus dirancang
untuk dijadikan instrumen membentuk masyarakat tangguh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Berbagai strategi dan upaya keras telah ditempuh untuk
meningkatkan prestasi olahraga nasional, termasuk prestasi Cabang
Olahraga Bolavoli. Mulai dari upaya pemassalan olahraga, pembibitan dan
pemanduan bakat, sampai pada penerapan IPTEK yang menunjang
pencapaian prestasi tinggi. Upaya-upaya tersebut sedikit banyak telah
menunjukkan kontribusi bagi kemajuan prestasi olahraga nasional. Namun
demikian, prestasi yang dicapai selalu mengalami pasang-surut, terlebih bila
dibandingkan dengan kemajuan pesat yang dicapai oleh bangsa lain.
Kemajuan kita tampak seperti jalan di tempat.
Pasang-surutnya prestasi olahraga bolavoli nasional juga tampak
pada lemahnya kesinambungan prestasi antar lapis. Tampak jelas bahwa
ada rantai yang putus di antara lapis utama dengan lapis di bawahnya.
Keterputusan rantai antar lapis mengkondisikan adanya pemaksaan atlet
lapis utama untuk tampil melebihi batas masa berlaga yang seharusnya.
Sementara itu pada lapis bawah mengalami suatu stagnasi. Akibamya proses
regenerasi atlet tidak berjalan baik, sehingga sepertinya timbul kecenderugan
terjadi "masa kehabisan stock" atlet berprestasi tatkala lapis utama sudah
mulai uzur prestasi.
Terganggunya proses regenerasi atlet bolavoli berprestasi
merupakan sesuatu yang sangat ironis, apalagi bila dikaitkan dengan telah
berhasilnya program pemassalan olahraga di tanah air kita Sebagai ilustrasi
dari keberhasilan itu dapat dilihat pada tabel 1. Cukup besamya prosentase
penduduk yang gemar olahraga merupakan indikator bahwa olahraga telah
memasyarakat. Hal ini seharusnya merupakan modal dasar bagi upaya
penciptaan prestasi olahraga nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
BAB IV ASPEK REKREASI VOLLEYBALL
A. Kebutuhan Rekreasi dan Komunikasi Sosial
Ketika kita membahas Volleyball sebagai sebuah cabang olahraga
yang cukup popular di negara kita, maka sebagian besar masyarakat kita
akan tertujua dan mencari penjelasan tentang catatan prestasi. Kebanyakan
orang memandang cabang olahraga yang dimainkan oleh enam orang tiap
timnya tersebut, sebagai olahraga atraktif yang berujung pada prestasi. Ya,
begitulah prestasi dan prestasi. Sepertinya indikator penting dari setiap
aktivitas olahraga selalu berujung pada pencapaian prestasi. Itulah
kenyataannya bahwa masyarakat kita selalu menggunakan tolok ukur
prestasi ketika membahas dan memperbincangkan persoalan olahraga,
tanpa terkecuali olahraga volleyball.
Sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Bab VI Pasal
Permainan olahraga volleyball sebenarnya merupakan sebuah medium yang memiliki filosofi lengkap.
Kelengkapan filosofi terkait dengan nilai pendidikan, nilai sosial, dan nilai-nilai lain yang dapat berkembang luas yang keluasannya sesuai dengan apa yang bisa kita
kembangkan. Salah satu hal yang belum dikembangkan secara optimal adalah berkenaan dengan bagaimana mendesain dan meng-create bolavoli sebagai sarana
komunikasi sosial yang memiliki nilai rekreatif yang tinggi di masyarakat. Mengapa sisi tersebut yang perlu digali? Jawabnya: bahwa masyarakat kita memang selalu haus
akan bentuk-bentuk sarana komunikasi sosial yang dinamis, edukatif, menyehatkan, dan membugarkan.
Sehat dan bugar menjadi kata kuncinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
17, bahwa ruang lingkup olahraga meliputi: (1) olahraga pendidikan, (2)
olahraga rekreasi, dan (3) olahraga prestasi. Dengan demikian,
mengembangkan olahraga sudah seharusnya tidak sekadar mengarah pada
pemahaman tentang olahraga prestasi, melainkan harus mencakup
pengembangan nilai olahraga dalam tataran simultan untuk tujuan yang lebih
luas dari sekedar prestasi. Pemahaman yang demikian akan mengarahkan
kepada siapapun untuk bergerak mengembangkan olahraga melalui makna
yang komplit bagi membangun masyarakat secara lahir dan batin.
Permainan olahraga volleyball sebenarnya merupakan sebuah
medium yang memiliki filosofi lengkap. Kelengkapan filosofi terkait dengan
nilai pendidikan, nilai sosial, dan nilai-nilai lain yang dapat berkembang luas
yang keluasannya sesuai dengan apa yang bisa kita kembangkan. Salah
satu hal yang belum dikembangkan secara optimal adalah berkenaan dengan
bagaimana mendesain dan meng-create bolavoli sebagai sarana komunikasi
sosial yang memiliki nilai rekreatif yang tinggi di masyarakat. Mengapa sisi
tersebut yang perlu digali? Jawabnya: bahwa masyarakat kita memang selalu
haus akan bentuk-bentuk sarana komunikasi sosial yang dinamis, edukatif,
menyehatkan, dan membugarkan. Sehat dan bugar menjadi kata kunci yang
harus dikembangkan.
Pada zaman sekarang, kebanyakan orang telah menganggap bahwa
pengisian waktu luang merupakan sebuah kebutuhan yang perlu dipenuhi.
Sesibuk apapun seseorang, pasti akan memiliki waktu luang untuk
beraktivitas di luar aktivitas pokok-rutin sehari-hari. Secara ideal, waktu
senggang atau waktu bebas adalah waktu yang harus dinikmati. Waktu
senggang merupakan sebuah periode strategis bagi siapapun untuk
melakukan recharge. Pemanfaatan waktu luang merupakan persoalan privasi
untuk setiap orang, yang pengisiannya tentunya tidak dapat diatur oleh orang
lain. Artinya, pengisian waktu luang yang sebenarnya adalah sebuah pilihan
bebas yang sangat individual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB V RUANG PUBLIK UNTUK VOLLEYBALL REKREASI
A. Ruang Publik dan Aktivitas Bermain
Dalam sebuah seminar; salah seorang Arsitek yang juga pakar Tata
Ruang Kota memberikan statement : Bila penataan ruang kota ditentukan
oleh penguasa maka kota tersebut adalah marxopolis. Bila tata ruang didikte
oleh investor atau developer maka kota akan menjadi profitopol. Bila yang
berperan sekadar profesional, maka kota yang terbentuk adalah technopolis.
Dan bila segenap lapisan masyarakat beserta seluruh aktor pembangunan
bersama-sama secara demokratis merencanakan tata ruang kota, maka akan
tercipta humanopolis, yakni ruang kota manusiawi.
Korelasi antara ruang publik dengan aktivitas olahraga rekreasi adalah secara timbal balik dan saling memperkuat. Artinya,Tersedianya ruang publik yang cukup memadai dapat memicu motivasi aktivitas olahraga rekreasi. Sebaliknya, animo dan prakarsa kuat dari masyarakat untuk beraktivitas olahraga rekreasi akan melahirkan kreativitas dalam pemanfaatan ruang yang terbatas.. Desain ruang publik untuk aktivitas Volleyball rekreasi amat berbeda dengan mendesain ruang publik untuk Volleyball prestasi. Persyaratan lapangan untuk Volleyball Rekreasi tidak dalam ketentuan yang baku, sehingga dapat dikembangkan secara lebih kreatif. Walaupun berbeda, ternyata keduanya dapat didesain secara bersama-sama. Volleyball rekreasi dapat memanfaatkan lapangan Volleyball formal/ Volleyball prestasi/ Indoor, selama sedang tidak digunakan. Namun untuk kepentingan rekreasi atau relaksasi program latihan, setiap pemain Volleyball prestasi dapat menggunakan lapangan modifikasi untuk mengisi waktu luang mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Terciptanya kota manusiawi adalah idaman semua orang. Salah satu
indikator kota yang manusiawi adalah terdapatnya ruang privacy komunal
yang layak bagi warganya untuk berbagi rasa melalui kontak sosial. Sebuah
kota; besar atau kecil, tidak manusiawi jika didalamnya tidak memiliki ruang
publik. Pemunahan ruang publik, disadari atau tidak, kini sedang
berlangsung. Pertumbuhan perkotaan secara kejam mengalihfungsikan
lapangan dan tempat-tempat bermain menjadi bangunan-bangunan besar
profit-orientaed. Alun-alun kota yang dulu digunakan warga untuk
bercengkerama dan beraktivitas olahraga rekreasi, banyak yang kini berubah
menjadi Super mall. Kita semua yang dihadapkan pada situasi pemiskinan
ruang publik.
Kita semua sadar betul bahwa ruang publik yang layak merupakan
tempat interaksi, manifestasi, sekaligus ekosistem pertumbuhan kematangan
sosial warga. Ruang publik bukan sekadar tempat kosong untuk berkumpul
tanpa makna, tetapi dapat menjadi ajang bagi segenap anggota masyarakat
untuk dapat memanusia dan memasyarakat, melalui aktivitas “bermain
produktif” yang kemudian dinamakan olahraga rekreasi.
Konsep Mengenai ruang publik (public space) bersifat dinamis,
artinya bahwa pengertiannya dapat saja bergeser secara relatif tergantung
pada pola dinamika pertumbuhan mobilitas sosial dan persoalan pemukiman.
Pergeseran konsep tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan persepsi
masyarakat dan pengambil keputusan (Decision maker) publik atas
pemanfaatan tata ruang secara keseluruhan.
Secara hakiki, ruang publik (public space) diartikan sebagai tempat
atau wahana para warga untuk melakukan kontak sosial mulai dari
pekarangan komunal, lapangan desa, lapangan di lingkungan Rukun
Tetangga, sampai ke alun-alun yang berskala kota (Eko Budiharjo, 1997 :
29).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
BAB VI MENDESAIN MINI VOLLEYBALL
A. Volleyball untuk Anak-anak
Permainan bolavoli formal standar indoor pada hakikatnya
merupakan permainan yang dilakukan oleh orang dewasa. Bayangkan saja,
ketinggian net 2,43 centimeter untuk pria, dan 2,24 centimeter untuk wanita
merupakan sebuah bukti bahwa permainan itu sebenarnya hanya layak
dinikmati oleh orang yang memiliki ukuran antropometrik dewasa. Bahwa
permainan tersebut untuk orang dewasa, juga dibuktikan dengan ukuran
lapangan 9 x 18 meter, ukuran bola, serta berbagai teknik-teknik dasar yang
harus terkuasai oleh siapapun yang akan bermain bolavoli. Persoalannya
adalah: apakah pilihan atas permainan bolavoli harus menunggu datangnya
Secara mental, anak-anak sebenarnya tidak ada hambatan dalam bermain bolavoli, karena bolavoli merupakan olahraga
permainan yang sangat sesuai dengan dunia anak, yaitu dunia untuk bermain dan bermain. Aplikasi dalam pemberian sebentuk permainan olahraga menurut hukum belajar (Law of Readiness),
dilakukan dengan cara memodifikasi permainan, bukan menunggu agar anak tumbuh berkembang menjadi besar baru
boleh melakukan permainan bolavoli. Pengenalan bola merupakan sebuah cara yang efektif untuk menanamkan kecintaan anak dengan permainan bolavoli. Pengenalan
tersebut harus dilakukan sejak awal latihan. Pada anak-anak, kesan pertama merupakan pengalaman yang amat
menentukan. Kesan pertama yang kurang menyenangkan akan menjadi sebuah keadaan yang memicu ketiadaan minat.
Sebaliknya, kesan pertama yang menyenangkan, bagi anak akan merupakan pengalaman yang membangkitkan minat.
Pada anak, minat tentang sesuatu, kualitasnya amat bergantung dari jumlah kesempatan yang diberikan kepadanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
masa dewasa di mana kita sudah cukup ukuran tinggi badan untuk layak
memainkannya? Jawabannya tentu saja tidak.
Bagaimanakah agar anak-anak sudah dapat mulai bermain bolavoli
sejak usia dini?. Melalui modifikasi tentunya, permainan bolavoli akan
menjadi sebuah permainan yang menarik bagi anak-anak. Modifikasi yang
dimaksudkan adalah berkenaan dengan penyederhanaan kharakteristik
permainan bolavoli. Penyederhanaan dilakukan dengan melakukan
penyesuaian ukuran lapangan dan peralatan dengan ukuran fisik anak-anak.
Penyederhanaan juga dapat dilakukan dengan memodifikasi peraturan.
Dengan demikian, esensi pembinaan olahraga dini dapat dilakukan dengan
cara melakukan modifikasi kharakteristik permainan bolavoli dengan adaptasi
perkembangan anak.
Dalam hukum kesiapan belajar (law of readiness) telah amat jelas
ditekankan bahwa : ”Belajar (termasuk berlatih di dalamnya), akan
berlangsung sangat efektif jika siswa/seseorang telah SIAP untuk
memberikan respon ”. Kesiapan yang dimaksudkan adalah kesiapan untuk
adaptasi dengan stimulus, termasuk juga kesiapan dari sisi kematangan
secara fisik–biologis-antropometrik anak. Secara mental, anak-anak
sebenrnya tidak ada hambatan, karena bolavoli merupakan olahraga
permainan yang sangat sesuai dengan dunia anak, yaitu dunia untuk bermain
dan bermain. Aplikasi dalam pemberian sebentuk permainan olahraga
menurut hukum belajar tersebut, dilakukan dengan cara memodifikasi
permainan, bukan menunggu agar anak tumbuh berkembang menjadi besar
baru boleh melakukan permainan bolavoli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
BAB VII PENGEMBANGAN BEACH VOLLEYBALL
A. Pengertian Beach Volleyball
Beach Volleyball dikenal luas oleh masyarakat sebagai sebuah
modifikasi permainan bolavoli yang dimainkan di pantai. Oleh karena itu
permainan tersebut dikenal dengan voli pantai (Beach Volleyball). Salah satu
jenis permainan yang lahir setelah adanya permainan bola voli di dalam
ruangan adalah bola voli pantai. Bola voli pantai merupakan olahraga
permainan yang diadopsi dari permainan bola voli dalam ruangan. Jika
pemain pada pada setiap tim bola voli dalam ruangan berjumlah 6 orang,
maka jumlah pemain pada setiap tim bola voli pantai hanya terdiri atas 2
orang.
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki pantai sangat luar biasa panjangnya. Pantai yang ada
memiliki pesona yang amat memukau terutama bagi para turis asing. Pantai bagi para turis merupakan tempat
berjemur yang sangat mengasikkan, terutama bagi turis yang berasal dari negara-negara Eropa. Lebih dari itu, pantai ternyata merupakan Ruang Publik yang sangat
alamiah untuk mengembangkan aktivitas olahraga. Salah satu yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Voli
Pantai atau Beach Volleyball. Menggunakan pantai sebagai habitat aktivitas bolavoli memiliki nilai strategis
pengembangan prestasi, rekreasi, dan industri pariwisata nasional. Substansi dalam bab ini mengenai Voli Pantai,
penulis download informasinya dari Situs Penggemar Bolavoli di: http://www.govolley.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Permainan ini biasanya dimainkan di atas lapangan berpasir.
Meskipun dinamakan permainan bola voli pantai, namun permainan inipun
kemudian berkembang menjadi sebuah permainan yang tidak hanya dapat
dimainkan di lapangan sekitar pantai saja. Seiring dengan perkembangannya
yang terus berjalan, permainan bola voli pantai akhirnya juga dimainkan di
dataran yang tidak terdapat pantai. Namun, permainan ini tetap dimainkan di
atas lapangan berpasir. Pada sebagian besar pantai di seluruh dunia,
permainan bola voli pantai ini telah menjadi salah satu sarana rekreasi yang
sangatpopuler. Sebagai sebuah permainan yang merupakan perkembangan
dari permainan bola voli, sebagian besar karakter pada permainan bola voli
pantai hampir sama dengan permainan bola voli dalam ruangan.
B. Sejarah Singkat
Berawal dari sebuah kota yang bernama Santa Monica, yang terletak
di wilayah California, permainan bola voli pantai pertama kali dimulai pada
tahun 1920-an. Permainan yang merupakan perkembangan dari permainan
bola voli ini mulai mengembangkan sayapnya di wilayah Eropa dengan
lamban. Penyebarannya ke wilayah- wilayah yang terdapat di benua Eropa
mulai terlihat pada sekitar tahun 1930-an, sepuluh tahun setelah pertama kali
diciptakan. Perkembangan permainan ini betul-betul berjalan dengan lamban.
Hal ini dapat dilihat pada masa kepopulerannya. Permainan bola voli pantai
ini baru mulai terkenal pada sekitar tahun 1980-an.
Brazil dan Amerika Serikat adalah dua negara yang selama
berpuluh-puluh tahun telah berkecimpung dan mendominasi permainan bola
voli pantai pada kelas internasional. Selain Brazil dan Amerika Serikat,
belakangan ini Australia juga telah muncul sebagai negara terkuat yang
ketiga dalam permainan bola voli ini. Beberapa negara yang lain, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
BAB VIII MENTAL TRAINING DALAM VOLLEYBALL
A. Definisi Mental Training
Sasaran utama yang ingin dicapai melalui perencanaan latihan pada
atlet/ Tim Bolavoli adalah tercapainya penampilan puncak atau peak
performance atlet pada saat yang diperlukan. Tercapainya kondisi puncak
tersebut diupayakan melalui serangkaian usaha sistematis dalam
penatalaksanaan volume, intensitas dan istirahat latihan. Persiapan fisik,
teknik, dan taktik dalam olahraga menjadi sangat penting bahkan merupakan
keharusan. Hal tersebut memang seharusnya dituangkan dalam sebuah
perencanaan latihan melalui siklus latihan makro maupun mikro. Penampilan
puncak atlet bolavoli merupakan konsekwensi logis dari usaha berlatih sesuai
program latihan yang diaplikasikan.
Untuk sampai pada pencapaian performan puncak (peak
performance), atlet harus berlatih secara komprehensif. Artinya, kita harus
menempatkan atlet sebagai manusia yang utuh, sebagai pribadi yang utuh
dengan segenap potensi dan keterbatasan yang dimiliki, serta sebagai
individu yang memiliki keunikan yang tidak dapat ditandingkan dengan
individu yang lain. Ketika kemampuan fisik telah mampu dibangun, berbagai
teknik telah terkuasai, maka faktor mental merupakan penentu yang mampu
Mental training bagi atlet bolavoli memiliki nilai edukasi yang sangat tinggi, karena di dalamnya
terdapat keharusan jalinan komunikasi dan relasi yang baik antara pelatih dan atlet, antara sesama
atlet, bahkan antara atlet dengan para penonton dan penggemarnya. Hal inilah yang dapat mengkondisikan
terbentuknya atlet mumpuni, sebagai outcome dari latihan mental yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
mengejawantahkan pada penampilan puncak. Peningkatan kemampuan fisik,
teknik dan taktik tanpa disertai pembinaan mental yang baik akan
menimbulkan efek negatif dalam pencapaian peak performance. Oleh karena
itu, latihan mental (mental training) menjadi sesuatu yang sangat penting dan
menjadi penentu dalam mengantarkan atlet mencapai peak performance.
Mental training memiliki kesamaan arti dengan istilah mental practice,
mental rehearsal, atau cognitive rehearsal. Singer (1980) menjelaskan mental
training sebagai konseptualisasi yang menunjukkan pada latihan tugas di
mana gerakan-gerakannya tidak dapat diamati. Oxendine (1984)
mengilustrasikan mental training sebagai proses konseptualisasi fungsi
gagasan, introspeksi, dan latihan-latihan imajiner. Sedangkan Drowatzky
(1991) menyebut mental training sebagai suatu metode latihan di mana
penampilan pada suatu tugas diimajinasikan atau divisualisasikan tanpa
latihan fisik yang tampak. Sudibyo Setyobroto (2001) mendefinisikan mental
training adalah latihan jangka panjang yang dilakukan secara sistematis
untuk menguatkan kemauan, mengontrol stabilitas emosional,
mengembangkan pemikiran, sikap dan tingkah laku, serta meningkatkan
proses-proses jasmaniah dan kinerja atlet.
Latihan mental (Mental Training) telah digunakan dalam berbagai
cara dan digunakan untuk: (1) mempelajari keterampilan yang baru, (2)
meninjau kembali performan dari suatu keterampilan, (3) mengkombinasi
dengan latihan fisik, dan (4) merevisi dan mengembangkan strategi
(Drowatzky, 1981).
Kendatipun mental training merupakan sesuatu yang cukup vital,
aplikasinya dalam rangkaian program latihan masih menjadi sesuatu yang
tidak mudah dilakukan. Persoalannya terletak pada ketatnya program latihan
yang lebih berorientasi pada membangun fisik dan membekali kemampuan
teknik. Hal tersebut memang sangat beralasan, karena waktu yang tersedia
untuk pelaksanaan latihan juga sangat terbatas. Mental training sebagai inti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
BIODATA PENULIS
Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd lahir di Wonogiri pada tanggal 28 Nopember 1965. Lulus S1 FKIP UNS Tahun 1989. Lulus Magister Pendidikan (S2) PPs IKIP Jakarta Tahun 1996. Lulus Program Doktor di PPs Universitas Negeri Jakarta 2010. Mengawali karier sebagai dosen di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta sejak tahun 1990. Sekarang adalah Lektor Kepala dengan pangkat Pembina Tingkat I Golongan IV/b (Proses pengajuan ke IV/c) di Jurusan POK FKIP UNS
Tahun 2003 – 2007 bertugas menjadi Ketua Program Studi S1 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi JPOK FKIP UNS. Tahun 2005 – 2006 menjadi Ketua Pelaksana SP4 Pengembangan Jurusan Batch II. Sejak 2005 mendapat tambahan tugas sebagai Anggota Tim Ahli Sport Development Index (SDI) Pusat di Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI. Tercatat sebagai salah satu penggagas model penggalangan dana olahraga nasional. Sampai sekarang masih terus memperjuangkan terwujudnya penggalangan dana olahraga nasional melalui model Sportlabeling, yakni alternatif penggalangan dana kolaborasi produsen-konsumen Indonesia yang memiliki kecukupan dana multipotensial yang tidak mengandung unsur perjudian.
Topik utama Skripsi (S1) dan Thesis (S2) menelaah tentang kecabangan Olahraga Bolavoli. Pernah mengikuti beberapa Course dan Training of Trainer (TOT) tentang Bolavoli, diantaranya adalah TOT Pelatih Bolavoli Mahasiswa Dasar Tingkat Nasional yang diselenggarakan Diklusepora Depdikbud-Tahun 1995 di Padepokan Bolavoli Sentul Bogor, Jawa Barat.
Karya ilmiah publikasi kurun lima tahun terakhir telah dipresentasikan dalam seminar nasional dan internasional tidak kurang dari 30 judul makalah, beberapa tulisan dimuat di Surat Kabar. Sedangkan beberapa artikel telah dipublikasikan dalam Jurnal terakreditasi dan Procceeding antara lain: (1) “ Pendeteksian Bakat Olahraga dalam Perspektif Teori Umum Keberbakatan”, (2) “ Aplikasi Model Pembelajaran Sibernetika Pendidikan Jasmani”, (3) “Euforia Olahraga dan Penciutan Ruang Publik”, (4) “Peningkatan Kompetensi Mengajar Pendidikan Jasmani melalui Perbaikan Pilihan Spektrum Gaya Mengajar Model Mosston”, (5) “An Analysis on Sport Fund Collection in Indonesia ( an Academic Study on Sport Economics-Sport Industries in Indonesia)”, dan (6) ” Ekspektasi Dan Kesiapan Mahasiswa Dalam Program Magang Profesi Guru Pendidikan Jasmani”, (7) “Multidesain Pengembangan Volleyball”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
DAFTAR PUSTAKA
Agus Kristiyanto, 2008. Multidesain Pengembangan Volleyball. Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Bertucci, Bob. 1993. Championship Volleyball: By The Experts. New York: Leisure Press.
Beutelstahl, Dieter. 1994. Belajar Bermain Bolavoli. Bandung: Penerbit Pioneer.
Bompa, Tudor O., 1990. Theory and Metodology of Training. Dubuque, Iowa : Kendall/Hunt Publishing Company.
Cox, Richard H. 1993. Teaching Volleyball. Minneapolis, Minnesota: Burgess Publishing Company.
Jenis-jenis Permainan Bolavoli 1995. Jakarta: Sekretaris Umum Pimpinan
Pusat PBVSI Kiraly, Karch. Editor: John Hastings. 1993. Championship Volleyball. New
York: Simon & Schuster. RUJUKAN INTERNET: Situs Penggemar Bolavoli: http://www.govolley.com/index.php.