perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...kehutanan dan implikasinya terhadap putusan yang...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH
PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN DAKWAAN
PERKARA PELANGGARAN UNDANG – UNDANG
KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM
(Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor:
571/pid/B/2006/PN.JBI)
Penulisan Hukum
( Skripsi )
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Oleh :
IMRON NURUL KOLBI
E0008162
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi)
KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN DAKWAAN
PERKARA PELANGGARAN UNDANG – UNDANG KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi
Nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)
Oleh :
IMRON NURUL KOLBI
E0008162
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing I
Kristiyadi,SH,M.Hum NIP. 19581225 198601 1 001
Surakarta, April 2013
Pembimbing II
Muhammad Rustamaji, SH.,M.H NIP. 19821008 200501 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum (Skripsi)
KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH
PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN DAKWAAN PERKARA PELANGGARAN UNDANG – UNDANG KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi
Nomor: 571/pid.B/2006/PN.JBI)
Oleh :
IMRON NURUL KOLBI E0008162
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 2 April 2013
1. Edy Herdyanto, S.H., M.H ………………………
( Ketua )
2. Kristiyadi, S.H., M.Hum ………………………
( Sekretaris )
3. Muhammad Rustamaji, S.H., M.H ………………………
( Anggota )
Mengetahui Dekan,
Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H,M.Hum NIP. 195702031985032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERNYATAAN
Nama : IMRON NURUL KOLBI
NIM : E0008162
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH
PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN DAKWAAN PERKARA
PELANGGARAN UNDANG – UNDANG KEHUTANAN DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM
(Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor:
571/pid/B/2006/PN.JBI)
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan
hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)
dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, Maret 2013
Yang membuatpernyataan
IMRON NURUL KOLBI NIM.E0008162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
MOTTO
Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun
terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu.
Jika dia (yang terdakwa) kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu
kebaikannya.Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan kalau kamu memutar balikkan
kenyataan atau enggan menjadi saksi maka sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S.An-Nisa 4 : 135 )
Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah SWT maka mohonlah dengan penuh
keyakinan bahwa doamu akan terkabul
(HR. Ahmad)
Jangan menunggu sukses baru bersyukur, tetapi bersyukurlah maka
perjalanan menuju kesuksesan akan terasa lebih mudah
(Merry Riana)
Jangan kamu tertawa setelah menunggu kamu merasa bahagia,tetapi
tertawalah terlebih dahulu maka pasti kamu akan mendapat bahagia
( Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini Penulis persembahkan
kepada :
Allah SWT, Dzat yang Maha Sempurna,
yang selalu melimpahkan rahmat dan
hidayah bagi hamba-Nya
Rasulullah Muhammad SAW, yang
selalu menjadi suri tauladan bagi umat-
Nya
Ibu Bapak dan kakak ku, doamu adalah
semangatku dan harapanmu adalah
motivasiku
Teman-temanku angkatan 2008, yang
selalu mendukungku
Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas setiap
kasih sayang-Nya, berkah dan rahmat-NYA sehingga Penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Penulisan Hukum yang berjudul “KAJIAN YURIDIS
PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH PENUNTUT UMUM DALAM
MEMBUKTIKAN DAKWAAN PERKARA PELANGGARAN UNDANG –
UNDANG KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN
YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri
Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)”.
Penyusunan penulisan Hukum atau Skripsi merupakan tugas wajib yang
harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa untuk melengkapi syarat memperoleh
derajat sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesainya Penulisan Hukum ini tidak terlepas
dari bantuan baik moril maupun materiil serta doa dan dukungan berbagai pihak,
dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Edy Herdyanto, SH., MH., selaku Ketua Bagian Hukum Acara.
3. Bapak Kristiyadi, SH, M.Hum dan Muhammad Rustamaji, S.H., M.H. selaku
pembimbing skripsi yang telah meyediakan waktu dan pikirannya untuk
memberikan banyak bimbingan, saran dan motivasi bagi Penulis untuk
menyelesaikan penulisan hukum ini.
4. Bapak Suranto, S.H.,M.H.,selaku pembimbing akademis, atas nasehat yang
berguna bagi penulis selama penulis belajar di Fakultas Hukum UNS.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan
skripsi ini.
6. KetuaPPH Ibu Wida Astuti, S.H.,M.H. dan Hermawan Pribadi anggota PPH
yang banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
7. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Hukum UNS, yang telah membantu
bahan dalam penulisan skripsi ini
8. Ibu, Bapak dan kakak tercinta, orang tua yang luar biasa, terima kasih atas
setiap cinta, doa, kasih sayang, perhatian, harapan, dukungan, motivasi,
semangat dan segala yang telah kalian berikan yang tidak ternilai harganya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini.
9. Saudara-saudara dan keluarga besar atas doa dan dukungan yang luar biasa
kepada penulis.
10. Gesti Kadhesta Susetyaningrum, seseorang yang menjadi teman, sahabat,
pacar, membuat penulis merasa memiliki adik, kekasih yang selalu ada selama
penulis menyelesaikan penulisan ini, motivator, yang selalu mendukungku
dengan kasih sayang, terima kasih atas setiap bantuan, doa yang selalu
diberikan kepada penulis.
11. Sahabat-sahabat mbret FC yang penulis kenal sejak pertama penulis
menginjakan kaki di Fakultas Hukum, sahabat-sahabat yang memberi penulis
motivasi, saran, kritikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini,
12. Teman-teman yang selalu memberikan kebahagiaan, keceriaan, senyuman,
dan tawa di masa-masa kuliah : Oki Cimi, Dewi Ambar, Nisa Filia, Liya,Oni,
Kaka, Prila, Jelyke, Okti, Titis, Rio, Mas Bencok, Niko Mbambink, Dara
Wawan, Dani Botak, Dewa Bebek, Aziz, Suneo, Selalu semangat dan tetap
saling berbagi canda dan tawa dalam kondisi apapun. Semoga kita menjadi
orang-orang yang sukses.
13. Teman-teman angkatan 2008 Fakultas Hukum UNS. Tak pernah ada kata sesal
pernah berada diantara kalian, terima kasih atas kebahagiaan dan kegembiraan
yang kita rangkai, sukses buat kita semua kawan .
14. Teman- teman TARUNG DERAJAT Solo dan AA BOXER terimakasih atas
sport dan semangatnya BOX.
15. Special buat sahabatku cewek – cewek seksi Nisa Filia dan Lia Listiyana atas
dukungan sport dalam mengerjakan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum atau Skripsi ini masih jauh
dari sempurna baik dari segi substansi ataupun teknis penulisan.Untuk itu
sumbang saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif, sangat penulis
harapkan demi perbaikan penulisan hukum selanjutnya.Demikian semoga
penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk
penulisan, akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.
Surakarta, Maret 2013
Penulis
IMRON NURUL KOLBI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
ABSTRAK .................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
E. Metode Penelitian ..................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori......................................................................... 11
1. Tinjauan Umum Tentang Pembuktian ................................ 11
2. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim........................... 17
3. Tinjauan Umum Tentang Alat Bukti Keterangan Ahli........ 23
4. Tinjauan Umum Tindak Pidanan Terhadap Hutan .............. 25
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 32
BABIII HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 34
1. Identitas Terdakwa ............................................................ 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
2. Kasus Posisi ...................................................................... 34
3. Dakwaan ........................................................................... 35
4. Amar Putusan Pengadilan Negeri Jambi ............................ 37
B. Pembahasan ............................................................................. 38
1. Analisis kesesuaian penggunan alat bukti ahli oleh
penuntut umum dalam kasus Nomor :571/PID.B/2006/
PN.JBI terhadap Pasal 187 KUHAP .................................. 38
2. Analisis implikasi yuridis penggunaan alat bukti ahli oleh
penuntut umum dalam kasus Nomor :571/PID.B/2006/
PN.JBI. .............................................................................. 45
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................. 52
B. Saran ........................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran.......................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pungutan PSDH dan DR Kayu Bulat ............................................. 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
ABSTRACT Imron Nurul Kholbi, E0008162. JURIDICAL ANALYSIS OF USING EXPERT EVIDENCE PROVING THE PROSECUTOR GENERAL OF INDICTMENT INFRINGEMENT CASE LAWS OF FORESTRY AND IMPLICATIONS OF JUDGES RULING IMPOSED (Case Study in District Court Decision of Jambi number: 571/pid/B/2006/PN.JBI). Faculty of Law Sebelas Maret University of Surakarta.
The purpose of this law research is to know the laws of using of expert evidence by the prosecution to prove the charges in the case of violation of forest laws and also to determine its implications for the decision imposed by judge. Writing of this research include in normative law research. Where the approach was approach with study case, in writing of this law observed how the use of expert evidence by the prosecution in proving the case number: 571/pid/B/2006/PN. JBI was in conformity with the provisions of Section 187 Criminal Procedure Code as well as the juridical implications of the use of evidence by the prosecution to prove the charges in case number: 571/pid/B/2006/PN. JBI to the decision of handed down by judge.Secondary source research of materials used include primary law, secondary law materials. Collection technique of material law source used was literary study. Analysis technique of material law in research was qualitative technique, where the research of this law was trying to understand or comprehend the symptom observed and then linking or connecting materials law was relevant and made reverence in law research literature. The last step drawn out conclusion from research source were processed, so that at last can be knew about using expert evidence by the prosecution to prove the charges in the case of violations of forest law and its implications for the decision handed down by the judge.
Based on the result of this research can be concluded that indeed the use of expert evidence by the prosecution in proving the case number: 571/pid/B/2006/PN.JBI was in conformity with the provisions of the Code of Criminal Procedure Article 187 As well as the legal implications of using of expert evidence by the prosecution the general verdict handed down against the judge.
Key words : expert testimony, expert evidence, indicment, infrigation case laws of forestry
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
ABSTRAK
Imron Nurul Kolbi ,E0008162. KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN DAKWAAN PERKARA PELANGGARAN UNDANG – UNDANG KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Tujuan dari penulisan hukum ini adalah untuk mengetahui penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam membuktikan dakwaan perkara pelanggaran undang-undang kehutanan dan juga untuk mengetahui implikasinya terhadap putusan yang dijatuhkan hakim. Penulisan hukum ini termasuk kedalam penelitian hukum normative. Dimana pendekatan yang digunakan adalah pendekatan dengan studi kasus, dalam penulisan hukum ini meninjau bagaimana penggunan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam membuktikan perkara nomor :571/pid/B/2006/PN.JBI sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 187 KUHAP serta implikasi yuridis penggunaan alat bukti oleh penuntut umum dalam membuktikan dakwaan perkara nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI terhadap putusan yang dijatuhkan hakim.Sumber penelitian sekunder meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan sumber bahan hukum yaitu studi kepustakaan. Teknik analisa bahan hukum dalam penelitian adalah teknik kualitatif, dimana penelitian hukum ini berusaha untuk mengerti atau memahami gejala yang diteliti untuk kemudian mengkaitkan atau menghubungkan bahan-bahan hukum yang relevan dan menjadi acuan dalam penelitian hukum kepustakaan. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan dari sumber penelitian yang diolah. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa memang benar penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam membuktikan perkara nomor:571/pid/B/2006/PN.JBI sudah sesuai dengan ketentuan dalam pasal 187 KUHAP Serta adanya implikasi yuridis penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum tersebut terhadap putusan yang dijatuhkan hakim.
Kata kunci : keterangan ahli, alat bukti ahli, Dakwaan, Pelanggaran undang- undang kehutanan.
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hutan adalah kekayaan alam yang perlu dan sangat penting untuk
dilindunggi, banyak manfaat yang dikandung dengan keberadaan
hutan.Manfaat itu tentunya untuk kepentingan negara, masyarakat, kelestarian
sumber daya alam serta mencegah hal-hal yang negatif yang ditimbulkan oleh
hilang atau rusaknya ekosistem hutan.
Dengan luasan hutan di Indonesia hal tersebut juga memicu banyak
kejahatan hutan atau tindak pidana di bidang hutan. Tindak pidana di bidang
hutan sendiri adalah “perbuatan yang dilarang peraturan kehutanan dan
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dengan ancaman
sanksi pidana bagi barangsiapa yang karena kesalahannya melanggar
larangan tersebut”.(http://blogmhariyanto.blogspot.com/2010/04/ tindak-
pidana-kehutanan.html/ diakses tanggal 1 oktober 2012 pukul 19.30 WIB).
Mengenai kejahatan hutan atau tindak pidana di bidang hutan yang
ada di Indonesia antara lain yaitu yang terbesar adalah illegal loging. Ilegal
loging yang terjadi di Indonesia dahulu pernah dianggap sebagai kasus yang
paling parah sehingga beberapa LSM dunia yang menyatakan bahwa
kerusakan hutan di Indonesia sampai dengan atau sampai sama dengan sekitar
10 kali luas lapangan bola per hari. Sebagai gambaran “Mencermati data yang
disampaikan oleh salah satu lembaga internasional LSM atau melalui
konferensi internasional tentang kerusakan hutan di Dunia antara lainForest
Stewardship Council (FSC) dimana organisasi dunia tersebut selain
menyampaikan bahwa kerusakan hutan Indonesia mencapai 10 kali luas
lapangan bola juga menyampaikan bahwa Indonesia juga menempati
peringkat tinggi dalam hal tindak pidana illegal loging, sebagai gambaran
Indonesia adalah pemilik 126,8 juta hektar hutan. Hutan seluas ini merupakan
tempat tinggal dan pendukung kehidupan 46 juta penduduk lingkar
hutan.Namun, saat ini, hutan Indonesia berada dalam kondisi kritis.Laju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perusakan hutan diIndonesiamencapai 2 juta hektar per tahun.Artinya, tiap
tahun kita kehilangan areal hutan kurang lebih seluas Pulau Bali.Kerusakan
hutan kita dipicu oleh tingginya permintaan pasar dunia terhadap kayu,
meluasnya konversi hutan menjadi perkebunan sawit, korupsi dan tidak ada
pengakuan terhadap hak rakyat dalam pengelolaan hutan.”
(http://mujaiyah.wordpress.com/2011/12/23/hutan-indonesia/ dikutip Rabu,13
Februari 2013 :19:45 )
Selain kejahatan-kejahatan hutan yang bersifat makro seperti yang
sudah disebutkan penulis tadi,adapula kejahatan-kejahatan yang bersifat
mikro atau lebih kecil misalnya kejahatan penadahan kayu hasil pencurian
hutan,penyelundupan kayu,penggelapan hasil hutan dan lain sebagainya.
Namun untuk menyoroti lebih lagi tentang kejahatan-kejahatn
terhadap hutan tersebut yang tergolong dalam kejahatan yang snagat rumit
untuk diketahui lebih lagi mengenai hal penghitungan kerugian atau jumlah
kerugian yang secara keseluruhan dialami Negara karena kejahatan-kejahatan
terhadap hutan tersebut,serta proses pengklasifikasian jenis-jenis hutan yang
mengalami kejahatan tersebut untuk menentukan kejahatan yang dilakukan
tersangka pelaku tindak pidana di bidang hutan .
Karena dalam penegakan hukumnya tidak sederhana ,maka karena
tidak sederhana tersebut dibutuhkan petunjuk atau keterangan dari seorang
ahli untuk memperjelas kasus-kasus yang terjadi.
Sebagai contohnya adalah kasus yang peneliti teliti/kaji yaitu kasus
yang terjadi di Propinsi Jambi yaitu kasus Nomor :571/pid/B/2006/PN.JBI
yang menerangkan bahwa si pelaku melakukan kejahatan yang bersifat mikro
yaitu upaya penadahan atas hasil hutan yang dilindungi oleh Negara,ketika
dalam proses penyelidikan pihak kepolisian dan jaksa mengalami sebuah
kesulitan atau hambatan yang ditemukan yaitu dalam hal perhitungan secara
teknis mengenai kerugian hutan secara keseluruhan.
Maka pada posisi ini keberadaan seorang ahli mempunyai peranan
yang sangat penting, hal itu dikarenakan posisi seorang ahli dihadirkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
memperjelas atau membuat jelas dalam proses penghitungan total kerugian
yang dialami.
Ketika suatu kasus yang tergolong kasus yang rumit dan tidak
sederhana dalam proses penyelidikan kasus tersebut bertemu dengan seorang
ahli yang memang mempunyai kemampuan untuk membantu proses
penyelidikan dengan mengkajinya maka kajian-kajian seperti ini menjadi
sangat penting, karena kejahatan-kejahatan yang berhubungan dengan hutan
tidak dihadirkan seorang ahli yang mempunyai kempuan di bidang tersebut
atau kajian-kajian yang disampaikan oleh ahli semacam ini tidak dilakukan
oleh pihak kepolisian atau jaksa penuntut umum maka akan menimbulkan
akses bahwa kerugian yang ditimbulkan dengan pengetahuan hukuman yang
dijatuhkan oleh majelis hakim tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan si
pelaku.
Hal tersebut akan membuat akibat yang negative untuk pelaku-pelaku
yang tidak akan menimbulkan efek jera, dan bagi para penegak hukum yaitu
kehadiran seorang kepolisian dan jaksa penuntut umum tidak berfungsi
dengan baik atau tidak berfungsi secara maksimal, dan efek buruk bagi
hukum di Indonesia dianggap tidak dapat mengontrol kejahatan di bidang
kehutanan.
Karena seperti hal yang telah disampaikan oleh peneliti diatas
menganggap penting kehadiran seorang ahli karena mempunyai dampak luas
bagi masyarakat Indonesia.
Hal ini yang menjadikan penulis mempunyai suatu ketertarikan untuk
mengkaji permasalahan ini dengan lebih lanjut dimana isu hukumnya adalah
bagaimana penerapan ahli dalam memperjelas terjadinya suatu tindak pidana
kehutanan sehingga hakim dapat menjatuhkan sanksi yang setimpal bagi
pelaku dalam judul KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI
AHLI OLEH PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN
DAKWAAN PERKARA PELANGGARAN UNDANG – UNDANG
KEHUTANAN DAN INMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri
Jambi Nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI).
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang akan
dibahas serta untuk lebih mengarahkan pembahasan, maka perumusan
masalah yang diangkat adalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam
membuktikan perkara nomor 571/pid/B/2006/PN.JBI sudah sesuai
dengan ketentuan Pasal 187 KUHAP?
2. Bagaimanakah implikasi yuridis penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut
umum dalam membuktikan dakwaan perkara nomor 571/pid/B/2006/
PN.JBI terhadap putusan yang dijatuhkan hakim??
C. Tujuan Penulisan
Dalam suatu penelitian ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
peneliti.Tujuan tersebut tidak dilepas dari permasalahan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tujuan objektif
a. Untuk mengetahui mengenai penggunan alat bukti ahli oleh penuntut
umum dalam membuktikan perkara pelanggaran undang-undang
kehutanan sudah sesuai dengan ketentun Pasal 187 KUHAP
b. Untuk mengetahui secara jelas implikasi penggunaan alat bukti ahli
oleh penuntut umum dalam membuktikan dakwaan perkara
pelanggaran undang-undang kehutanan terhadap putusan yang
dijatuhkan hakim.
2. Tujuan subjektif
a. Untuk memperoleh bahan hukum sebagai olahan utama penyusunan
penulisan hukum (skripsi) agar dapat memenuhi persyaratan
akademis guna memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman
aspek hukum di dalam teori dan praktek dalam lapangan hukum
khususnya tentang penggunaan bukti keterangan ahli oleh penuntut
umum
c. Menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis ketahuai
agar dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
D. Manfaat Penelitian
Adanya suatu penelitian diharapkan memberikan manfaat yang
diperoleh terutama bagi bidang ilmu yang diteliti.Manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu
pengetahuan hukum pada umumnya, dan hukum acara pada
khususnya.
b. Sebagai bahan masukan untuk pengkajian dan penulisan karya
ilmiah di bidang hukum
2. Manfaat praktis
a. Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir yang dinamis
sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam
mengimplementasikan ilmu yang diperoleh.
b. Memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu hukum pada
umumnya dan hukum pidana pada khususnya, yang berkaitan
dengan penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam
membuktikan dakwaan pelanggaran undang-undang kehutanan
c. Memeberikan gambaran secara jelas mengenai implikasi
penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam membuktikan
dakwaan perkara pelanggaran undang-undang kehutanan terhadap
putusan yang dijatuhkan hakim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam
konteks keilmuan yang terus berkembang. Seorang akan yakin bahwa ada
sebab bagi setiap akibat dari setiap gejala yang tampak dan dapat dicari
penjelasannya secara ilmiah. Penelitian sejatinya bersikap objektif karena
kesimpulan yang akan diperoleh hanya dapat ditarik apabila dilandasi dengan
bukti-bukti yang meyakinkan dan dikonklusikan melalui prosedur yang jelas,
sistematis, dan terkendali (Nomensen Sinamo, 2009:57).
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif memiliki definisi
yang sama dengan penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu
penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum (library based) yang
fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer
dan sekunder (Johnny Ibrahim, 2006:44).
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat preskriptif. Ilmu hukum memiliki
karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai
ilmu hukum yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan
hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu
terapan ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan,
rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud,
2005:22).
Penelitian ini bersifat Preskriptif karena berusaha menjawab isu
hukum yang diangkat dengan argumentasi, teori, atau konsep baru
sebagai preskripsi dalam memyelesaikan permasalahan yang dihadapi
(Peter Mahmud Marzuki, 2005:35).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3. Pendekatan Penelitian
Menurut Peter Mahmud Marzuki pendekatan yang digunakan
dalam penulisan hukumadalah pendekatan undang-undang (statue
approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis
(historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach),
pendekatan konseptual (conceptual approach)(Peter Mahmud Marzuki,
2005:93).
Berdasarkan beberapa pendekatan tersebut penulis akan
menggunakan pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus
dipilih karena dalam penulisan hukum ini penulis mencari kesusaian
antara alasan yang diajukan oleh terpidana dalam pemeriksaan
Peninjauan Kembali dan Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam
memeriksa dan memutus permohonan Peninjauan Kembali oleh
terpidana dalam perkara tindak pidana pembunuhan dengan aturan di
KUHAP.
4. Jenis Sumber Hukum
Bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sumber
hukum sekunder. Sumber hukum sekunder mempunyai ruang lingkup
yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan
dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks,
kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas
putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2008:141).
5. Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum terdiri dari :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum atau bahan
pustaka yang mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis, adapun
yang penulis gunakan adalah :
1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3) Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor:
671/pid/B/2006/PN.JBI)
4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah
Agung;
5) Undang-Undang Nomo 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman;dan
6) Undang-undang nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan
penjelasan hukum primer, seperti :
1) Hasil karya ilmiah para sarjana yang relevan dan/atau terkait
dalam penelitian ini.
2) Hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
3) Buku-buku penunjang lain.
Bahan sekunder inilah yang digunakan oleh penulis sebagai sumber
bahan dalam penyusunan penelitian.
6. Pengumpulan Bahan Hukum.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan bahan hukumnya
adalah dengan dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan dengan cara
mengumpulkan bahan hukum yang berupa buku-buku dan bahan pustaka
lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti yang
digolongkan sesuai dengan katalogisasi.
Metode pengumpulan bahanhukum ini berguna untuk
mendapatkan landasan teori yang berupa pendapat para ahli mengenai hal
yang menjadi obyek penelitian seperti peraturan perundangan yang
berlaku dan berkaitan dengan hal-hal yang perlu diteliti.
7. Teknik Analisis Bahan Hukum
Analisis bahan hukum merupakan tahap yang paling penting
dalam suatu penelitian. Karena dalam penelitian ini bahan yang diperoleh
akan diproses dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai didapat suatu
kesimpulan yang nantinya akan menjadi hasil akhir dari penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Teknik analisis bahan hukum yang dipergunakan adalah analisis bahan
hukum yang bersifat deduksi dengan metode silogisme. Artinya bahwa
analisis bahan hukum ini mengutamakan pemikiran secara logika
sehingga akan menemukan sebab dari akibat yang terjadi.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai
sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan
hukum serta untuk mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi
penulisan hukum ini, maka peneliti menjabarkan dalam bentuk sistematika
penulisan hukum yang terdiri dari 4 (empat) bab dimana tiap-tiap bab terbagi
dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman
mengenai seluruh isi penulisan hukum ini. Adapun sistematika penulisan
hukum ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab I, penulis menguraikan latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan hukum (skripsi).
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini Penulis memberikan landasan teori atau memberikan
penjelasan secara teoritik yang bersumber pada bahan hukum
yang Penulis gunakan dan doktrin ilmu hukum yang dianut secara
universal mengenai persoalan yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang Penulis teliti.
Landasan teori tersebut meliputi tinjauan umum tentang
pembuktian, tinjauan umum tentang putusan hakim, tinjauan
umum tentang keterangan saksi ahli, tinjauan umum tentang
tindak pidana terhadap hutan Selain itu untuk memudahkan
pemahaman alur berfikir, maka dalam bab ini juga disertai
kerangka pemikiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini, Penulis menguraikan tentang kasus posisi,
penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam
membuktikan perkara pelanggaran undang- undang kehutanan
sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 187 KUHAP, implikasi
penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam
membuktikan dakwaan perkara pelanggaran undang-undang
kehutanan terhadap putusan yang dijatuhkan hakim.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini menguraiakan kesimpulan dan saran terkait dengan
permasalahan yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Pembuktian
a. Pengertian Pembuktian
Menurut M Yahya Harahap, pembuktian adalah ketentuan-
ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara
yang dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan yang
didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan
ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan oleh
undang-undang dan boleh dipergunakan hakim membuktikan
kesalahan yang didakwakan ( M Yahya Harahap, 1988:793).
Berdasarkan pengertian yang diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa ruang lingkup pembuktian meliputi 3 hal, yaitu :
1) Ketentuan atau aturan hukum yang berisi penggarisan dan
pedoman cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan
kesalahan terdakwa, dikenal juga dengan sistem atau teori
pembuktian.
2) Ketentuan yang mengatur mengenai alat bukti yang dibenarkan
dan diakui undang-undang serta yang boleh digunakan hakim
membuktikaann kesalahan.
3) Ketentuan yang mengatur cara menggunakan dan menilai
kekuatan pembuktian masing-masing alat bukti.
Demikian ketiga hal inilah yang merupakan obyek dan inti
pembahasan hukum pembuktian. Hukum pembuktian memegang
peranan penting dalam proses hukum acara pidana dan untuk sebab
itu mutlak harus dikuasai oleh semua pejabat pada semua tingkat
pemeriksaan, khususnya penuntut umum yang berwenang menuntut
dan dibebani kewajiban membuktikan kesalahan terdakwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Kegagalan penuntut umum dalam tugas penuntutan banyak
tergantung pada ketidakmampuan menguasai teknik pembuktian.
Sebaliknya penuntut umum terikat pada pasal ketentuan dan
penilai alat bukti yang ditentukan undang-undang. Penuntut umum,
hakim, terdakwa maupun penasehat hukumnya tidak boleh
sekehendak hati dengan kemauannya sendiri dalam menggunakan
dan menilai alat bukti di luar apa yang telah digariskan undang-
undang. Dalam hal ini penuntut umum bertindak sebagai aparat yang
di beri wewenang untuk mengajukan segala daya upaya
membuktikan segala kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa.
Sebaliknya terdakwa atau penasehat hukumnya mempunyai hak
untuk melemahkan dan melumpuhkan pembuktian yang diajukan
penunutut umum, sesuai dengan cara yang dibenarkan undang-
undang, bisa berupa sangkalan atau bantahan yang beralasan dengan
saksi yang meringankan atau saksi de charge. Hakim sendiri harus
benar-benar sadar dan cermat menilai dan mempertimbangkan
kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap alat bukti yang ada.
b. Asas-Asas Pembuktian
Dalam pembuktian pidana ada beberapa prinsip yang harus
diketahui, yaitu :
1) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan
Prinsip ini terdapat pada Pasal 184 ayat 2 KUHAP yang
berbunyi : “hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu
dibuktikan”. Notoire feiten adalah suatu kesimpulan umum yang
didasarkan pengalaman umum bahwa suatu keadaan atau
peristiwa akan senantiasa menimbulkan kejadian atau akibat
yang selalu demikian. Hanya dengan notoire feiten tanpa
dikuatkan dengan alat bukti lain yang sah menurut undang-
undang,. Hakim tidak boleh yakin akan kesalahan terdakwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Menjadisaksi adalah kewajiban
Dalam Pasal 1 butir 26 KUHAP yang berbunyi : saksi
adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia
alami sendiri. Dengan demikian syarat seseorang wajib menjadi
saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia
alami sendiri.
3) Satu saksi bukan saksi
Prinsip ini terkait dengan Pasal 185 ayat 2 KUHAP yang
berbunyi : keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk
membuktikan terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang
didakwakan kepadanya. Prinsip ini disebut dengan istilah unus
testis nullus testis yang artinya satu saksi bukan saksi. Menurut
undang-undang menjadi saksi adalah wajib dan berdasarkan
pengalaman praktek, keterangan saksi merupakan alat bukti
yang paling banyak atau dominan dalam mengadili perkara
pidana di pengadilan. Hampir tidak ada perkara pidana dalam
acara pemeriksaan biasa yang pembuktiannya tidak dikuatkan
dengan alat bukti keterangan saksi yang diberikan oleh satu
orang saksi tanpa dikuatkan atau di dukung saksi lain atau alat
bukti lain yang sah, maka kesaksian yang berdiri sendiri yang
demikian tidak cukup membuktikan kesalahan terdakwa dan
untuk itu hakim harus membebaskan terdakwa dari tuntutan
penuntut umum.
4) Pengakuanterdakwa tidak menghapuskan kewajban penuntut
umum membuktikan kesalahan terdakwa. Prinsip ini merupakan
penegasan dari lawan “ pembuktian terbalik “ yang tidak dikenal
hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia. Pasal 184 ayat 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
KUHAP menyatakan keterangan terdakwa saja tidak cukup
membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang
didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat
bukti lain.
c. Teori/Sistem Pembuktian
Dalam hukum acara pidana dikenal 3 teori pembuktian yaitu :
1) Sistem keyakinan belaka ( conviction in time )
Dalam sistem ini sama sekali tidak membutuhkan suatu
peraturan tentang pembuktian dan menyerahkan segala sesuatu
kepada kebijaksanaan dan kesan hakim yang bersifat
perseorangan (subyektif). Menurut aliran ini di anggap
cukuplah, bahwa hakim mendasarkan buktinya suatu keadaan
atas keyakinan belaka, dengan tidak terikat oleh suatu peraturan.
Dalam sistem ini hakim dapat menurut perasaan belaka dalam
menentukan, apa suatu keadaan harus di anggap telah terbukti.
2) Sistem menurut undang-undang ( positief wettelijk ).
Dalam sistem ini mendasarkan diri pada alat-alat bukti
menurut undang-undang artinya apabila suatu perbuatan
terdakwa telah terbukti sesuai dengan alat bukti yang sah
menurut undang-undang, maka harus mengatakan terdakwa
terbukti bersalah tanpa tanpa melihat keyakinannya sendiri.
3) Sistem menurut undang-undang sampai batas tertentu (negatief
wettelijk ).
Dalam sistem ini hakim hanya boleh menyatakan
terdakwa bersalah melakukan perbuatan pidana yang
didakwakan apabila keyakinan hakim tersebut didasarkan pada
alat-alat bukti yang ditentukan undang-undang (Martiman
Prodjohamijaya, 1983 : 19).
d. Jenis Alat bukti
Menurut Pasal 184 ayat ( 1 ) KUHAP, alat bukti yang sah
meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1) Keterangan Saksi
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam
perkara pidana yang berupa keterangan saksi mengenai suatu
peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia
alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuanya itu.
Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi
nyatakan di muka siding pengadilan. Dengan perkataan lain
hanya keterangan saksi yang diberikan dalam pemeriksaan
disidang pengadilan yang berlaku sebagai alat bukti yang sah.
(Pasal 185 ayat (1) KUHAP).
Syarat sahnya keterangan saksi
a) Harus mengucapkan sumpah atau janji
Hal ini diatur dalam Pasal 160 ayat (3) : sebelum memberi
keterangan saksi waib mengucapkan sumpah atau janji
menurut agamanya masing-masing. Bahwa ia akan
memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain dari
yang sebenarnya.
Ada pengecualian yang tidak perlu disumpah yaitu
a) Keluarga sedarah/semenda sampai dengan derajat ketiga
b) Suami atau istri dari terdakwa
c) Sama-sama menjadi terdakwa
d) Anak dibawah 15 tahun dan belum pernah kawin
e) Sakit ingatan.
2) Keterangan Ahli
Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan
disidang pengadilan. (Pasal 186 KUHAP) menurut Pasal (1)
butir 28 KUHAP diterangkan bahwa yang dimaksud dengan
keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang
yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan
untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan (di siding pengadilan) keterangan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
diberikan setelah orang ahli mengicapkan sumpah atau janji
dihadapan hakim.
Jenis keterangan ahli ada tiga macam yaitu
a) Ahli ( deskundige)
Orang ini hanya mengemukaan pendapatnya tentang suatu
persoalan yg dimintai pendapatnya tanpa melakukan
pemeriksaan.
b) Saksi Ahli (Getuige Deskundige)
Orang ini menyaksikan barang bukti atau saksi diam (silent
witness), ia melakukan pemeriksaan dan mengemukakan
pendaptnya.
c) Orang Ahli (Zaakkundige)
Orang ini menerangkan tentang sesuatu persoalan yg
sebenarnya juga dapat dipelajari sendiri oleh hakim, namun
akan memakan banyak waktu.
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), dimungkinkan adanya dua cara seorang ahli dalam
memberikan kesaksiannya pada sidang pengadilan, yaitu dalam
bentuk tertulis atau lisan. Kesaksian ahli berbentuk tulisan atau
surat ini biasanya dituangkan dalam bentuk berita acara
pemeriksaan.
3) Surat
Yang dimaksud surat sebagai alat bukti pada Pasal 187
KUHAP adalah :
a) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat
oleh pejabat umum/yang dibuat dihadapannya.
b) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang
termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung
jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian suatu
hal/keadaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenal suatu hal/keadaan yang
diminta secara resmi daripadanya.
d) Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat bukti yang lain.
4) Petunjuk
Pengertian petunjuk berdasarkan Pasal 188 KUHAP
adalah:
a) Perbuatan kejadian/keadaan yang karena persesuainnya baik
antara yang satu dengan yang lain maupun dengan tidak
pidana itu sendiri menandakan bahwa telah terjadi suatu
tindak pidana dan siapa pelakunya.
b) Pasal 188 ayat (2) mengemukakan bahwa petunjuk hanya
dapat diperoleh dari :
(1) Keterangan saksi
(2) Surat
(3) Keterangan terdakwa
c) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk
dilaksanakan oleh hakim dengan arif dan bijaksana setelah
ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan
keseksamaan berdasarkan hati nuraninya.
5) Keterangan Terdakwa
Keterangan terdakwa dalam Pasal 189 KUHAP adalah
apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang
dilakukan, ketahui atau alami sendiri.
2. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim
a. Pengertian Putusan
Pengertian putusan menurut buku Peristilahan Hukum dan
Praktik yang dikeluarkan oleh Kejaksaan Agung RI tahun 1985
adalah hasil atau kesimpulan dari sesuatu yang telah
dipertimbangkan dan dinilai dengan semasak-masaknya yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
berbentuk tertulis ataupun lisan. Ada pula yang mengartikan putusan
sebagai terjemahan dari kata vonis, yaitu hasil akhir dari
pemeriksaan perkara di sidang pengadilan (Evi Hartanti, 2006: 52).
Sedangkan pengertian putusan pengadilan menurut Pasal (1)
butir 11 KUHAP adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam
sidang pengadilan terbuka yang dapat berupa pemidanaan atau
bebas, atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini.
Dalam Pasal 182 ayat (6) KUHAP diatur bahwa putusan
sedapat mungkin merupakan hasil musyawarah majelis dengan
permufakatan yang bulat, kecuali hal itu telah diusahakan sungguh-
sungguh tidak tercapai, maka ditempuh dengan dua cara :
1) Putusan diambil dengan suara terbanyak.
2) Jika yang tersebut pada huruf a tidak juga dapat diperoleh
putusan, yang dipilih ialah pendapat hakim yang paling
menguntungkan bagi Terdakwa.
Menurut Yahya Harahap bahwa putusan akan dijatuhkan
pengadilan, tergantung dari hasil mufakat musyawarah hakim
berdasar penilaian yang mereka peroleh dari surat dakwaan
dihubungkan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam
pemeriksaan di sidang pengadilan(M.Yahya Harahap, 2005: 347).
b. Jenis Putusan
Ada beberapa bentuk putusan yang dijatuhkan pengadilan
pada perkara pidana, yaitu sebagai berikut:
1) Putusan Bebas;
Putusan bebas, berarti Terdakwa dijatuhi hukuman bebas
atau dinyatakan bebas dari tuntutan hukum (vrij spraak).Inilah
pengertian Terdakwa diputus bebas, Terdakwa dibebaskan dari
tuntutan hukum, dalam arti dibebaskan dari
pemidanaan.Tegasnya Terdakwa “tidak dipidana” (M.Yahya
Harahap, 2000: 347).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Berdasarkan Pasal 191 KUHAP, ada 2 (dua) alasan
Terdakwa dapat diputus bebas:
a) Perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan
Hal ini terkait dengan pembuktian yang dilakukan
oleh penuntut umum pada persidangan. Dalam hal ini,
dikarenakan kesalahan yang didakwakan kepada Terdakwa
sama sekali tidak terbukti, atau, secara nyata hakim menilai
pembuktian kesalahan Terdakwa tidak memenuhi ketentuan
batas minimum pembuktian sesuai Pasal 183 KUHAP
(misalnya, alat bukti yang diajukan hanya terdiri dari
seorang saksi saja), atau atas dasar penilaian kesalahan yang
terbukti itu tidak didukung oleh keyakinan hakim.
b) Perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa terbukti,
tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana
Terhadap hal ini, maka Terdakwa diputus lepas dari
segala tuntutan hukum.Hal ini terkait dengan syarat-syarat
pembebasan atau pelepasan dari segala tuntutan hukum
yang diatur dalam KUHP (M. Yahya Harahap, 2000: 348).
Dia antara lain:
(1) Pasal 44, apabila perbuatan tindak pidana yang
dilakukan Terdakwa “tidak dapat dipertanggung
jawabkan” kepadanya, disebabkan:
(a) Karena jiwanya cacat dalam pertumbuhannya
(gebrekkige ontwikkeling) atau mental disorder,
sehingga akalnya tetap sebagai anak-anak, atau
(b) Jiwanya terganggu karena penyakit (zieklyk
storing) seperti sakit gila, hysteria, epilepsi,
melankolik, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
(2) Pasal 45, perbuatan tindak pidana yang
dilakukanolehorang yang belum cukup umurnya 16
tahun.
(3) Pasal 48, orang yang melakukan tindak pidana atau
melakukan perbuatan dalam keadaan “pengaruh daya
paksa” (overmacht) baik bersifat daya paksa, batin atau
fisik.
(4) Pasal 49, orang yang terpaksa melakukan perbuatan
pembelaan karena ada serangan ancaman seketika itu
juga baik terhadap diri sendiri maupunterhadap orang
lain atau terhadap kehormatan kesusilaan.
(5) Pasal 50, orang yang melakukan perbuatan untuk
melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dapat
dipidana, Terdakwa harus diputus dengan putusan
bebas.
Perkembangan saat ini, praktiknya putusan bebas
menjadi diperbolehkan untuk diajukan upaya hukum kasasi
dikarenakan “tidak adil” jika hanya putusan “bersalah” saja
yang boleh naik banding dan kasasi. Putusan bebas/lepas
pun bila perlu diwajibkan naik banding ke pengadilan tinggi
atau kasasi ke Mahkamah Agung. Kita bukan bermaksud
tidak percaya kepada putusan hakim tingkat bawah
(pengadilan tingkat pertama dan banding). Jika putusan
bebas atau lepas dianggap sudah mempunyai kekuatan
hukum tetap, tanpa harus naik banding atau kasasi,
kekhawatiran para hakim tingkat bawah akan sering
memutus bebas/lepas yang selalu dicurigai masyarakat
(Binsar Gultom, Polemik Putusan Bebas.
http://gagasanhukum.wordpress.com/tag/ polemik-putusan-
bebas/).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Putusan Pelepasan dari Segala Tuntutan Hukum;
Putusan ini dijatuhkan jika Pengadilan berpendapat
bahwa perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa terbukti,
tetapi perbuatan tersebut bukan tindak pidana, maka Terdakwa
diputus lepas dari segala tuntutan hukum (Pasal 191 ayat (2)
KUHAP). Terdakwa lepas dari segala tuntutan hukum dapat
disebabkan karena :
a) Materi hukum pidana yang didakwakan tidak cocok dengan
tindak pidana; dan
b) Terdapat keadaan-keadaan istimewa yang menyebabkan
Terdakwa tidak dapat dihukum. Keadaan istimewa tersebut
antara lain :
(1) Tidak mampu bertanggung jawab (Pasal 44 KUHP);
(2) Melakukan dibawah pengaruh daya paksa atau
overmacht (Pasal 48 KUHP);
(3) Adanya pembelaan Terdakwa (Pasal 49 KUHP);
(4) Adanya ketentuan Undang-Undang (Pasal 50 KUHP);
dan
(5) Adanya perintah jabatan (Pasal 51 KUHP).
3) Putusan Pemidanaan;
Pemidanaan dapat dijatuhkan jika pengadilan
berpendapat bahwa Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana
yang didakwakan padanya (Pasal 193 ayat (1) KUHAP).Hakim
dalam hal ini membutuhkan kecermatan, ketelitian serta
kebijaksanaan memahami setiap yang terungkap dalam
persidangan.
4) Penetapan Tidak Berwenang Mengadili;
Dalam hal menyatakan tidak berwenang mengadili ini
dapat terjadi setelah persidangan dimulai dan jaksa penuntut
umum membacakan surat dakwaan maka Terdakwa atau
penasihat hukum Terdakwa diberi kesempatan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mengajukan eksepsi (tangkisan). Eksepsi tersebut antara lain
dapat memuat bahwa Pengadilan Negeri tersebut tidak
berkompetensi (wewenang) baik secara relatif maupun absolut.
Jika majelis hakim berpendapat sama dengan penasehat hukum
maka dapat dijatuhkan putusan bahwa Pengadilan Negeri tidak
berwenang mengadili (Pasal 156 ayat (2) KUHAP).
5) Putusan yang Menyatakan dakwaan tidak dapat diterima;
Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan tidak dapat
diterima pada dasarnya termasuk kekurangcermatan penuntut
umum sebab putusan tersebut dijatuhkan karena :
a) Pengaduan yang diharuskan bagi penuntutan dalam delik
aduan, tidak ada;
b) Perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa sudah pernah
diadili (ne bis in idem); dan
c) Hak untuk penuntutan telah hilang karena daluwarsa
(verjaring).
6) Putusan yang Menyatakan Dakwaan Batal Demi Hukum
Dakwaan batal demi hukum dapat dijatuhkan karena
Jaksa Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan tidak
cermat, kurang jelas dan tidak lengkap. Mengenai surat dakwaan
yang batal demi hukum ini dapat didasari oleh yurisprudensi
yaitu Putusan Mahkamah Agung Registrasi Nomor:
808/K/Pid/1984 tanggal 6 Juni yang menyatakan : “Dakwaan
tidak cermat, kurang jelas, dan tidak lengkap harus dinyatakan
batal demi hukum”.
c. Putusan yang Dapat Dikasasi
Berdasarkan Pasal 244 KUHAP, maka Terdakwa atau
Penuntut Umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi
kepada Mahkamah Agung terhadap putusan perkara pidana yang
diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain dari pada
Mahkamah Agung kecuali terhadap Putusan Bebas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Menurut M.Yahya Harahap (2000: 543-544), mengenai
putusan yang dapat dikasasi maka dapat diajukan pada semua
putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh
pengadilan kecuali putusan bebas, dijelaskan sebagai berikut:
1) Terhadap semua putusan Pengadilan Negeri yang dalam
kedudukannya sekaligus sebagai peradilan tingkat pertama dan
terakhir, yang terhadap putusan tidak dapat diajukan
permohonan banding.
2) Terhadap semua putusan Pengadilan Tinggi yang diambilnya
pada tingkat banding, yang terhadap putusan tingkat banding
tersebut, Pengadilan Tinggi telah mengambil putusan pada
tingkat banding, terhadap putusan banding tersebut diajukan
permohonan kasasi. Putusan inilah yang dikualifikasikan
sebagai Putusan Pengadilan “Tingkat Terakhir”.
3) Terhadap Putusan Bebas, berdasarkan Pasal 244 KUHAP,
terhadap Putusan Bebas tidak dapat diajukan permohonan
kasasi. Akan tetapi, kenyataan praktek larangan Pasal 244
KUHAP tersebut telah disingkirkan oleh Mahkamah Agung
secara Contra Legem.
3. Tinjauan Umum Tentang Alat Bukti Keterangan Ahli
a. Alat bukti
Alat bukti menurut Andi Hamzah adalah upaya pembuktian
melalui alat – alat yang di perkenankan untuk di pakai membuktikan
dalil – dalil atau dalam perkara pidana dakwaan di siding pengadilan.
Misalnya keterangan terdakwa,keterangan saksi, keterangan ahli,
surat dan petunjuk.
b. Alat bukti keterangan ahli
Keterangan ahli juga merupakan salah satu alat bukti yang
sah menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Mengenai pengertian dari
keterangan saksi di liat dalam Pasal 184 KUHAP yang menerangkan
bahwa keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
sidang pengadilan. Pasal tersebut tidak menjelaskan siapa yang di
sebut ahli dan apa itu keterangan ahli.
Pengertian keterangan ahli sebagai alat bukti menurut M.
Yahya Harahap ( 2002:297-302 ) hanya bisa di dapat dengan
melakukan pencarian dan menghubungkan dari beberapa ketentuan
yang terpencar dalam Pasal KUHAP mulai dari Pasal 1 angka 28,
Pasal 120, Pasal 133, dan Pasal 179. Seperti yang di tuliskan M.
Yahya Harahap ( 2002:300 ) ada dua kelompok ahli:
1) Ahli kedokteran kehakiman yang memiliki keahlian khusus
dalam kedokteran kehakiman sehubungan dengan pemeriksaan
korban penganiayaan, kacunan, atau pembunuhan.
2) Ahli pada umumnya yakni orang – orang yang memiliki
keahlain khusus pada bidang tertentu.
Menurut M. Yahya Harahap ( 1985:819 ) bahwa dari ketentuan
Pasal 133 dihubungkan dengan Pasal 186 KUHAP jenis dan tata
cara pemberian keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah dapat
melalui prosedur sabagai berikut :
a) Diminta penyidik pada tarah pemeriksaan penyidik
Pada saat penyidik demi kepentingan peradilan penyidik
minta keteranagan ahli. Permintaan itu di lakukan penyidik
secara tertulis dengan menyebutkan secara tegas untuk hal
apa pemeriksaan ahli itu di lakukan. Laporan itu bisa berupa
surat keterangan yang lazim di sebut visum et repertum
b) Keteranagan ahli yang di minta dan di berikan di sidang
Permintaan keterangan seorang ahli dalam pemeriksaan di
sidang pengadilan di perlukan apabila pada waktu
pemeriksaan penyidikan belum ada di minta keterangan
ahli. Akan tetapi bisa terjadi penyidik ataupun penuntut
umum waktu pemeriksaan penyidikan telah meminta
keterangan ahli, jika hakim ketua sidang atau terdakwa
ataupun penasehat hukum menghendaki dan menganggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
perlu di dengarkan keterangan ahli di sidang, meminta
kepada ahli yang mereka tunjuk member ketarangan dalam
sidang pengadilan dengan di penuhinya tata cara dan bentuk
keterangan yang demikian dalam pemeriksaan di sidang
pengadilan, bentuk keteranagan ahli tersebut menjadi alat
bukti yang sah menurut undang – undang dan sekaligus
keterangan ahli yang seperti ini mempunyai nilai kekuatan
pembuktian.
4. Tinjauan Umum Tindak Pidana Terhadap Hutan
Tindak Pidana Kehutanan (Tipihut) adalah: “perbuatan yang
dilarang peraturan kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya, dengan ancaman sanksi pidana bagi barangsiapa yang
karena kesalahannya melanggar larangan tersebut”. Secara garis besar
saya membagi tindak pidana kehutanan menjadi dua bidang:
a. Tindak Pidana Bidang Kehutanan yaitu TIPIHUT yang diatur dalam
UU NO. 41 TH 1999
Perbuatan yang dilarang:
1) Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana
perlindungan hutan. (Pasal 50 ayat (1))
2) Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan,
izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan
hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil
hutan kayu dan bukan kayu, dilarang melakukan kegiatan yang
menimbulkan kerusakan hutan. (Pasal 50 ayat (2))
3) Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki
kawasan hutan secara tidak sah; (Pasal 50 ayat (3) huruf a)
4) Merambah kawasan hutan (Pasal 50 ayat (3) huruf b);
5) Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan
radius atau jarak sampai dengan: a.500 (lima ratus) meter dari
tepi waduk atau danau; b. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata
air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; c. 100 (seratus) meter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dari kiri kanan tepi sungai; d. 50 (lima puluh) meter dari kiri
kanan tepi anak sungai; e. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari
tepi jurang; f. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang
tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. (Pasal 50 ayat (3)
huruf c)
6) Membakar hutan (Pasal 50 ayat (3) huruf d);
7) Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di
dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang
berwenang (Pasal 50 ayat (3) huruf e);
8) Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima
titipan, menyimpan, ataumemiliki hasil hutan yang diketahui
atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau
dipungut secara tidak sah (Pasal 50 ayat (3) huruf f);
9) Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau
eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin
Menteri (Pasal 50 ayat (3) huruf g);
10) Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak
dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil
hutan (Pasal 50 ayat (3) huruf h);
11) Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak
ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang
berwenang (Pasal 50 ayat (3) huruf i);
12) Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim
atau patut diduga akandigunakan untuk mengangkut hasil hutan
di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang
(Pasal 50 ayat (3) huruf j)
13) Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang,
memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa
izin pejabat yang berwenang (Pasal 50 ayat (3) huruf k);
14) Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran
dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan (Pasal 50
ayat (3) huruf l); dan
15) Mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan
dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang
berasal dari kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang
berwenang. (Pasal 50 ayat (3) huruf m)
Sanksi Pidana:
1) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) atau Pasal 50 ayat (2),
diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah) (Pasal 78 ayat (1)).
2) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf a, huruf b, atau huruf c,
diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah) (Pasal 78 ayat (2)).
3) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) (Pasal
78 ayat (3)).
4) Barang siapa karena kelalaiannya melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d,
diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima
ratus juta rupiah). (Pasal 78 ayat (4)).
5) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf e atau huruf f, diancam
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)
(Pasal 78 ayat (5)).
6) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (4) atau Pasal 50 ayat (3) huruf g,
diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah). (Pasal 78 ayat (6)).
7) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf h, diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) (Pasal 78
ayat (7)).
8) Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (3) huruf i, diancam dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) bulan dan denda paling banyak
Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) (Pasal 78 ayat (8)).
9) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf j, diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) (Pasal 78
ayat (9)).
10) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf k, diancam dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) (Pasal 78 ayat
(10)).
11) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf l, diancam dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) (Pasal 78 ayat
(11)).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
12) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf m, diancam dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) (Pasal 78
ayat (12)).
13) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (9), ayat (10),
dan ayat (11) adalah kejahatan, dan tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) dan ayat (12) adalah pelanggaran (Pasal
78 ayat (13)).
14) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) apabila dilakukan oleh dan atau atas nama
badan hukum atau badan usaha, tuntutan dan sanksi pidananya
dijatuhkan terhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama, dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana
masing-masing ditambah dengan 1/3 (sepertiga) dari pidana
yang dijatuhkan (Pasal 78 ayat (14)).
Semua hasil hutan dari hasil kejahatan dan pelanggaran dan atau
alat-alat termasuk alatangkutnya yang dipergunakan untuk
melakukan kejahatan dan atau pelanggaran dirampas untuk Negara.
(Pasal 78 ayat (15))
b. Tindak Pidana Bidang KSDAHE yaitu TIPIHUT yang diatur dalam
UU NO. 5 TH 1990
Perbuatan yang dilarang:
1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka
alam (Pasal 19 ayat (1))
2) Mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan,
memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang
dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau
mati (Pasal 21 ayat (1) huruf a);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3) Mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya
dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke
tempat lain di dalam atau di luar Indonesia. (Pasal 21 ayat (1)
huruf b)
4) Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki,
memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang
dilindungi dalam keadaan hidup; (Pasal 21 ayat (2) huruf a)
5) Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;
(Pasal 21 ayat (2) huruf b)
6) Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di
Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia (Pasal
21 ayat (2) huruf c);
7) Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau
bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang
yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya
dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di
luar Indonesia (Pasal 21 ayat (2) huruf d);
8) Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan,
menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang
dillindungi (Pasal 21 ayat (2) huruf e).
9) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman
nasional (Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional
meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti
taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain
yang tidak asli.) (Pasal 33 ayat (1))
10) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai
dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. (Pasal 33
ayat (3))
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Sanksi Pidana:
1) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan
Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (1))
2) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan
ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2))
3) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (3))
4) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (Pasal 40 ayat 4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Skematik Kerangka Pemikiran
Tindak Pidana Kehutanan Perkara Nomor : 571/PID/B/2006/PN.JBI
Pemeriksaan di Pengadilan Negeri
Pembuktian Penuntut Umum
implikasinya Keterangan Ahli
Putusan
bebas lepas Pasal 263 ayat (2)
Pemidanaan Pasal 263 ayat (2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Keterangan :
Hutan merupakan salah satu aset negara Indonesia sehingga
memerlukan perlindungan yang lebih optimal terutama perlindungan
hukumnya.UU Kehutanan yang diharapkan menjalankan fungsi preventif dan
represif sebagai suatu hukum yang memuat ketentuan pemidanaan belum juga
mampu untuk mencegah ilegal loging.
Dalam hal terjadi suatu Tindak Pidana kehutanan, maka akan diproses
sesuai prosedur hukum acara yang berlaku. mengingat pembuktian
merupakan inti dari pemeriksaan di pengadilan, maka dalam agenda
pembuktian ini lah segala daya upaya dilakukan oleh Penuntut Umum
termasuk menghadirkan ahli atau ahli de charge.Fungsi dan tujuan dari
menghadirkan seorang ahli (keterangan ahli) adalah memberikan gambaran
tentang suatu peristiwa sehingga menjadi lebih terang dalam mendapatkan
atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil.
Fakta-fakta yang terbentuk dari agenda pembuktian tersebut termasuk
dari keterangan ahli tentu saja berimplikasi kepada pertimbangan hakim dan
akhirnya berujung pada penjatuhan vonis, dimana vonis majelis hakim dalam
pemeriksaan perkara pidana terdiri dari putusan bebas, lepas dari segala
tuntutan dan putusan pemidanaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Identitas Terdakwa
Nama Lengkap : SALIM BIN ISMAIL;
Tempat Lahir : Sekati Gedang (Batang Hari );
Umur/ tgl lahir : 40 tahun;
Jenis Kelamin : laki – laki;
Kebangsaan : Indonesia;
Agama : Islam;
Tempat tinggal : Jl. Hos Cokro Aminoto No. 66
RT. 13 Kel. Simpang III Sipin Kec. Kota Baru Jambi;
Pekerjan : Wiraswasta;
2. Kasus Posisi
Bahwa terdakwa Salim Bin Ismail baik secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama atas tanggung jawabnya masing-masing
dengan Anoldi, SE Bin H.A. Rahman dan M.Yusuf Jakar als Yusuf Sa’a
Bin Jakar pada hari Kamis tanggal 14 September 2006 sekitar pukul
11.00 wib atau setidak-tidaknya dalam tahun 2006 di Log pond Sawmill
CV. Sangkati Jaya didesa Sengkati Baru Kec. Mersam Kab. Batang Hari
atau disuatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri Muara Bulian,
Pengadilan Negeri Jambi berwenang, memeriksa dan mengadili
perkara ini, karena terdakwa dengan sengaja menerima, membeli atau
menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan atau memiliki
hasil yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutam yang
diambil atau dipungut secara tidak sah, berupa kayu log sebanyak 1.556
batang/potong dengan kublikasi 928,06 M3 panjang sekitar 6 meter
diameter antara 30 cm s/d 79 cm jenis antara lain meranti dan kelompok
Rimba campuran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Terdakwa beserta teman-temanya yang sudah peneliti sampaikan
telah melakukan tindak pidana berupa penadahan hasil hutan, dalam
kasus ini diperlukan ahli untuk membatu menguraikan pelanggaran Pasal
50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat (5) UU RI No. 41 tahun 1999
tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
3. Dakwaan
Terdakwa didakwa oleh penuntut umum secara komulatif yaitu :
a. Dakwaan kesatu :
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat 5 UU RI No.41 tahun
1999 tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana ;
b. Dakwaan kedua :
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat (7) UU RI No.41 tahun
1999 tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana;
c. Dakwaan ketiga
Perbuatan terdakwa sebagaimana di atur dan di ancam pidana dalam
Pasal 50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat (7) UU RI No.41 tahun
!999 tentang kehutanan jo Pasal 56 ke-1 KUHPidana
4. Tuntutan Pidana
Telah mendengar tuntutan Jaksa Penuntut Umum tanggal 1
Februari 2007 No reg perkara: PDM-558/Jbi/11/2006 yang pada akhir
uraiannya berpendapat, bahwa apa yang didakwakan dalam dakwaan
pertama terbukti secara sah menurut Undang-Undang dan oleh karena itu
meminta supaya Majelis Hakim memutuskan sebagai berikut :
a. Menyatakan terdakwa Salim Bin Ismail telah terbukti bersalah
melakukan tindak pidana “dengan sengaja menerima, membeli atau
menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan atau
memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari
kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah, secara
bersama-sama “berupa kayu log/bulat sebanyak 1.556 batang dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
kublikasi 928.06 M3 sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 50 ayat 3 huruf (f) jo Pasal 78 ayat 5 UURI Nomor 41 tahun
1999 tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP;
b. Menjatuhkan pidana terhadap diri terdakwa Salim Bin Ismail dengan
pidana selama 5 (lima) tahun dikurangi selama terdakwa berada
dalam tahanan sementara dan denda sebesar Rp.500.000,- (lima ratus
ribu rupiah) subsidair 2 (dua) bulan kurungan;
c. Menetapkan barang bukti:
1) Kayu log sebanyak 1.556 batang = 928,06 M3;
2) 1 (satu akte surat penyerahan hak kuasa;
3) 1 (satu) lembar surat permohonan pengesahaan RPBBI
tahun 2006 CV. Sangkati Jaya;
4) 1 (satu) buah permohonan pengesahan RPBBI tahun 2006 CV.
Sangkati Jaya;
Dijadikan barang bukti dalam perkara Anoldi als Noldi Bin H.A
Rahman;
5) 1 (satu) lembar tanda terima pembayaran pembelian kayu
gergajian tanggal 5 September 2006;
6) 5 (lima) lembar SPP PSDH yang diterbitkan tanggal 02 Mei
2006, 5 Juni 2006, 26 Juli 2006 dan 11 Agustus 2006;
7) 5 (lima) lembar SPP DR yang diterbitkan tanggal 2 Mei 2006,
5 Juni 2006, Juni 2006, 26 Juli 2006 dan 11 Agustus 2006 ;
8) 5 (lima) lembar SPP Retribusi pemeriksaan pengukuran dan
pengujian hasil hutan (RP3HH) yang diterbitkan tanggal 2 Mei
2006, 5 Juni 2006, 6 Juni 2006, 26 Juli 2006 dan 11 Agustus
2006;
9) 5 (lima) lembar surat permohonan DR PSDH dan RP3HH
tanggal 27 April 2006, 27 Mei 2006, 01 Juni 2006 dan 12
Agustus 2006 berikut lampirannya;
Dikembalikan kepada yang berhak;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
d. Menetapkan agar terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp.1000,- (seribu rupiah);
5. Amar Putusan Pengadilan Negeri Jambi
Mengingat pada Pasal 50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat (5)
UU RI No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP dan peraturan yang bersangkutan;
M E N G A D I L I :
1. Manyatakan terdakwa Salim Bin Ismail telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Turut serta membeli
hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan
hutan yang diambil secara tidak sah“;
2. Menghukum terdakwa oleh karena kesalahannya dengan pidana
penjara selama : 1 (satu) tahun dan denda Rp. 300.000,- (tiga ratus
ribu rupiah) Apabila denda tidak dibayar, maka akan diganti
hukuman kurungan selama: 1 (satu) bulan;
3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan;
4. Menetapkan barang bukti yakni ;
a) 1 (satu) buah permohonan pengesahan RPBBI tahun 2006 CV.
Sangkati Jaya pada saksi Ir. Edy Supriyono ;
b) 1 (satu) lembar tanda terima pembayaran pembelian kayu
gergajian tanggal 5 September 2006 pada saksi Musiah als Mus;
c) 5 (lima) lembar SPP PSDH yang diterbitkan tanggal 02 Mei
2006, 5 Juni 2006, 26 Juli 2006 dan 11 Agustus 2006;
d) 5 (lima) lembar SPP DR yang diterbitkan tanggal 2 Mei 2006, 5
Juni 2006, Juni 2006, 26 Juli 2006 dan 11 Agustus 2006;
e) 5 (lima) lembar SPP Retribusi pemeriksaan pengukuran dan
pengujian hasil hutan (RP3HH) yang diterbitkan tanggal 2 Mei
2006, 5 Juni 2006, 6 Juni 2006, 26 Juli 2006 dan 11 Agustus
2006;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
f) 5 (lima) lembar surat permohonan DR PSDH dan RP3HH
tanggal 27 April 2006, 27 Mei 2006, 01 Juni 2006 dan 12
Agustus 2006 berikut lampirannya;
Barang bukti No. 3 sampai No. 6 pada saksi Ony Rosyadi, S.Kom;
5. Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar
sebesar Rp. 1000,- (seribu rupiah);
B. Pembahasan
1. Analisis Kesesuaian Penggunan Alat Bukti Ahli oleh Penuntut
Umum dalam Kasus Nomor :571/PID.B/2006/PN.JBI Terhadap
Pasal 187 KUHAP
Untuk mengkaji kesesuaian Pasal 187 KUHAP dan implementasi
saksi ahli dalam kasus ini,maka peneliti akan uraikan ketentuan dalam
Pasal 187 KUHAP sebagai persoalan analisis dan objek analisisnya
adalah keterangan ahli dalam kasus ini. Pertama penulis akan sampaikan
ketentuan dalam Pasal 187 KUHAP yaitu :
Surat, sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c,
dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya,
yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan
yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk
dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang
diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan
yang diminta secara resmi dan padanya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi
dari alat pembuktian yang lain.
Penjelasan umum mengenai keterangan ahli terdapat pula dalam
Pasal 1 butir 28 KUHAP yang berbunyi : "Keterangan ahli adalah
keterangan yang diberikan oleh seorang ahli yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang di perlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan".
Berdasarkan uraian di atas perlu di ketahui bagaimana penerapan
keterangan ahli dalam perkara tindak pidana.dalam mencari suatu
kebenaran yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada
dititik beratkan pada bukti-bukti yang sah. bukti-bukti ini akan di cari
pada tingkat pengusutan, penuntutan dan pemeriksaan dimuka sidang.
dan untuk menjatuhkan pidana sekurang-kurangnya harus ada dua alat
bukti yang sah dan hakim mempunyai keyakinan bahwa terdakwa adalah
orang yang melakukan perbuatan melawan hukum tersebut (Pasal 183
KUHAP).
Dengan memahami pengertian umum mengenai keterangan ahli
tersebut, maka keterangan ahli dapat diberikan atau diminta pada waktu
pemeriksaan permulaan, yaitu pada tahap penyidikan atau dalam proses
penuntutan yang di terangkan dalam Pasal 120 ayat (2) KUHAP yang
berbunyi bahwa : "ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucap janji
di muka penyidik bahwa ia akan memberikan keterangan menurut
pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena
harkat dan martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia
menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang
di minta".
Kemudian sebagai objek analisis yang kedua penulis sampaikan
keterangan saksi ahli dalam kasus ini sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a. Saksi REGIANTO, A.Md, pada pokoknya menerangkan ;
1) Bahwa benar saksi ahli saat ini bekerja sebagai PNS pada Balai
Sertifikasi Penguji Hasil Hutan (BSPHH) Wilayah IV Jambi
sejak tahun 1993 s/d sekarang;
2) Bahwa benar saksi dalam melaksanakan tugas pengukuran kayu
ada dilengkapi dengan surat tugas dari Kepala Balai Sertifikasi
Penguji Hasil Hutan Wilayah IV Jambi;
3) Bahwa benar hasil pengukuran terhadap Kayu Bulat dalam
perkara terdakwa dan kawan-kawan pada tanggal 2 s/d 13
Oktober 2006 berjumlah 1.556 batang dengan volume 928,06
M3 yang terdiri dari Kayu Bulat ( KB) sebanyak 1.339 batang =
886,85 M3, Kayu Bulat Kecil (KBK) sebanyak 157 batang =
41,21 M3;
4) Bahwa benar saksi ahli mempunyai sertifikasi memiliki kartu
Pengawas Penguji Kayu Bulat Rimba Indonesia;
5) Atas keterangan saksi tersebut terdakwa mengatakan tidak tahu
b. Saksi Ir. ERICK MARDI TJAHJONO, pada pokoknya
menerangkan;
1) Bahwa benar Saksi Ahli PNS pada Dinhut Prop. Jambi menjabat
sebagai PLH Kasi Peredaran dan Informasi Pasar;
2) Bahwa benar saksi ahli kenal dengan terdakwa sebagai Direktur
CV. Sengkati Jaya;
3) Bahwa benar saksi ahli dalam menghitung kerugian Negara ada
dilengkapi dengan surat tugas ;
4) Bahwa benar perhitungan kerugian negara berupa pungutan
PSDH dan DR Kayu Bulat sebanyak 1.556 batang = 928,06 M3
sebagai berikut ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 3.1 Pungutan PSDH dan DR Kayu Bulat
No JENIS VOL PSDH (Rp) DR (US $) 1 Kayu bulat (KB)
Kel. Kayu Indah (15 batang)
12,99 M3 1,175,595 233,82
2 Kel. Meranti 91.172 batang)
711,35 M3 35,567,500 9,958,90
3 Kel. Rimba Campuran (212 batang)
162,51 M3 4,875,300 1,950,12
4 Jumlah : 1.399 batang
886,85 M3 41,818,395 12,142,12
5 Kayu bulat kecil (KBK 157 batang)
41,21 M3 320,280 314,00
Jumlah 928,06 M3 41,938,675 12,456,84
5) Atas keterangan saksi tersebut terdakwa menyatakan tidak tahu
Berdasarkan keterangan-keterangan yang di berikan oleh saksi
ahli, hal ini merupakan beberapa kesimpulan-kesimpulan dari sesuatu
yang di ketahui sesuai keahlian yang dimilikinya, ini lah yang
membedakan dengan keterangan yang di berikan oleh saksi biasa,
dimana pada keterangan saksi biasa kesaksian yang di berikan adalah
beberapa hal yang mereka lihat, dengan dan alami sendiri. oleh karena
keterangan yang diberikan merupakan sebuah simpulan-simpulan yang
nantinya sebagai salah satu dasar penguat keyakinan hakim dalam
memutus sebuah perkara pidana serta merupakan sumber yang dapat
dipercaya yang hal ini didasarkan oleh keahlian yang dimiliki
Berdasarkan dua keterangan yang penulis sampaikan mengenai
ketentuan dalam Pasal 187 KUHAP dan keterangan yang disampaikan
oleh saksi ahli dalam kasus ini menurut penulis sudah sesuai dikarenakan
menurut penulis keterangan yang disampaikan oleh saksi ahli yang
pertama yaitu REGIANTO A.Md sebagai petugas ukur dalam
melaksanakan tugas pengukuran kayu ada dilengkapi dengan surat tugas
dari Kepala Balai Sertifikasi Penguji Hasil Hutan Wilayah IV Jambi.
Hasil pengukuran terhadap Kayu Bulat dalam perkara terdakwa dan
kawan-kawan pada tanggal 2 s/d 13 Oktober 2006 berjumlah 1.556
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
batang dengan volume 928,06 M3 yang terdiri dari Kayu Bulat ( KB)
sebanyak 1.339 batang = 886,85 M3, Kayu Bulat Kecil (KBK) sebanyak
157 batang = 41,21 M3;hal tersebut menujukan bahwa apa yang
disampaikan oleh saksi ahli tersebut telah sesuai dengan Pasal 187
KUHAP pada huruf b dimana ahli tersebut membuat surat yang dibuat
oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang
menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian
sesuatu hal atau sesuatu keadaan. Sedangkan pada ketrangan yang
disampaiakan oleh ahli yang kedua yaitu
Ir. ERICK MARDI TJAHJONOdimana saksi ahli tersebut adalah
PNS pada Dinhut Prop. Jambi menjabat sebagai PLH Kasi Peredaran dan
Informasi Pasar; Dan melakukan penghitungan kerugian dilengkapi
dengan surat tugas dan hasil penelitian disampaikan secara rinci dalam
bentuk tabel hal itu menunjukan adanya kesesuaian antara keterangan
ahli tersebut dengan ketentuan dalam Pasal 187 KUHAP dimana dalam
huruf b dan c menyatakan bahwa surat yang dibuat menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat
mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung
jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau
sesuatu keadaan dalam hal ini saksi ahli melaksanakan tanggung jawab
sebagai pejabat di lingkungan Dinhut Provinsi Jambi, sedangkan pada
huruf c Pasal 187 KUHAP disampaikan bahwa surat keterangan dari
seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanya,
hal ini menunjukan bahwa saksi ahli dianggap mempunyai keahlian
dalam menghitung jumlah kerugian Negara akibat kasus ini.
Ahli adalah orang yang memberikan keterangan berdasarkan
pengetahuan bukan berdasarkan apa yang di lihat secara langsung atau
apa yang di alaminya sendiri tetapi berdasarkan pengetahuan yang di
milikinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dari sudut pengertian serta tujuan keterangan ahli inilah makna
keterangan ahli sebagai alat bukti.manfaat yang dituju oleh pemeriksa
keterangan ahli guna kepentingan pembuktian. Kalau
hakim,penuntutumum atau terdakwa tidak memahami arti dan tujuan
keterangan ahli, hal itu bias menimbulkan kekacauan dalam pemeriksaan.
Seandainya hakim kurang memahami pengertian tentang sesuatu
keadaan, dan penjelasan hanya dapat diberikan oleh seorang yang
memiliki keahlian . Disamping orang yang diminta keteranganya benar-
benar ahli dan memiliki keahlian khusus dalam masalah yang hendak
dibuat menjadi jelas dan terang, pemeriksa itu harus bertitik tolak dari
tujuan pemeriksaan ahli tadi yaitu “untuk membuat terang” perkara
pidana yang sedang diperiksa.( Yahya Harahap, SH, 2000: 298).
Pengetahuan yang di sampaikan oleh seorang ahli berdasarkan
ilmu di miliki terhadap suatu kasus dalam hal ini kasus mengenai
kejahatan terhadap hutan, mempunyai peranan yang penting dalam
pemeriksaan perkara pidana akibat terhadap hasil putusan yang di
jatuhkan oleh majelis hakim, pada saat perkembangan ilmu dan
teknplogi, keterangan ahli memegang peranan dalam penyelasaian kasus
pidana.
Di dalam Pasal 187 KUHAP di jelaskan bahwa seorang ahli
harus:
a. Harus merupakan yang di berikan oleh seseorang yang mempunyai
keahlian khusus tentang sesuatu yang ada hubunganya dengan
perkara pidana yang sedang di periksa.
b. Bentuk keterangan yang di berikan harus sesuai dengan keahlian
khusus yang di milikinya berbentuk suatu keterangan menurut
pengetahuanya.
Dengan demikian agar keterangan ahli dapat di nilai sebagai alat
bukti, di samping faktor oraangnya memiliki keahlian khusus dalam
bidangnya, harus pula di penuhi faktor kedua yakni keterangan yang di
berikan berbentuk pendengaran, penglihatan atau pengalamanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
sehubungan dengan peristiwa pidana yang terjadi, ketarangan semacam
ini sekalipun di berikan oleh ahli tidak bernilai sebagai bukti keterangan
ahli tapi berubah menjadi alat bukti keterangan saksi oleh karena itu
dalam menentukan penilaian apakah sesuatu keterangan dapat di nilai
sebagai keterangan ahli, bukan semata-mata di tentukan oleh faktor
keahlianya atau faktor orangnya. Tapi di tentukan faktor: bentuk
keterangan yang di nyatakanya, yakni berbentuk keterangan menurut
pengetahuanya secara murni. Jadi, harus hati-hati menilai bentuk
keterangan ahli, harus benar-benar murni berbentuk keterangan menurut
pengetahuanya. (Yahya Harahap, SH, 2000: 299)
Bukan menjadi halangan bagi Hakim untuk tidak menghadirkan
saksi ahli untuk membuat jelas suatu persoalan, karena pada dasarnya
Hakim tidak terikat terhadap keterangan yang ahli berikan dan hakim
bebas untuk memakainya ataupun tidak memakainya apabila
bertentangan dengan keyakinannya, namun hal tersebut juga perlu di
ingat untuk mengesampingkan haruslah berdasarkan alasan yang jelas,
dan tidak begitu saja mengesampingkan tanpa alasan. karena hakim
masih mempunyai wewenang untuk meminta penelitian ulang apabila
diperlukan ( Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003 : 61 ).
Pada prinsipnya dapat diketahui bahwa alat bukti keterangan ahli
tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang mengikat dan
menentukan. Dengan demikian nilai kekuatan pembuktian keterangan
ahli sama halnya dengan nilai kekuatan pembuktian yang melekat pada
alat bukti keterangan saksi. Oleh karena itu nilai pembuktian leterangan
ahli sebagai alat bukti dalam perkara pidana adalah Mempunyai nilai
kekuatan pembuktian "bebas" atau "virj bewijskracht". Di dalam dirinya
tidak ada melekat nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan
mementukan.Terserah kepada penilaian Hakim.Hakim bebas menilainya
dan tidak terikat padanya.Tidak ada keharusan Hakim untuk mesti
menerima kebenaran keterangan ahli yang dimaksud. Akan tetapi, seperti
apa yang pernah diutarakan, Hakim dalam mempergunakan wewenang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
kebebasan dalam penilaian pembuktian, harus benar-benar bertanggung
jawab, atas landasan moral demi terwujudnya kebenaran sejati dan demi
tegaknya hukum serta kepastian hukum.
Berdasarkan keterangan yang telah penulis sampaikan di atas
maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwaPenggunan Alat Bukti
Ahli oleh Penuntut Umum dalam Kasus Nomor :571/PID.B/2006/PN.JBI
Terhadap Pasal 187 KUHAP telah sesuai karena pada pemeriksaan
penyidikan demi untuk kepentingan peradilan, penyidik berwenang
mengajukan permintaan seorang ahli.
2. Analisis Implikasi Yuridis Penggunaan Alat Bukti Ahli oleh
Penuntut Umum dalam Kasus Nomor :571/PID.B/2006/PN.JBI.
Dalam kasus ini akan diperbandingkan antara tuntutan yang
diajukan oleh penuntut umum pada satu sisi dan putusan yang dijatuhkan
oleh hakim pada sisi yang lain.
Ketika tuntutan yang diajukan oleh penuntut umum ditambah
dengan adanya keterangan yang disampaikan oleh seorang ahli akan
mempunyai pengaruh yang besar atau tidak terhadap putusan yang
dijatuhkan oleh majelis hakim dan apakah sudah memenuhi apa yang di
tuntut oleh jaksa penuntut umum atau tidak.
Untuk mengetahui implikasi yuridis yang ditimbulkan dengan
hadirnya seorang ahli dalam kasus ini adalah peneliti akan
menggambarkan terlebih dahulu paparan tentang tuntutan penuntut
umum yang didalamnya mencakup tentang pembuktian yang memakai
seorang ahli dengan ahli itu penuntut umum dapat menentukan tuntutan
yang dituntutkan kapada tersangka adalah pidana penjara selama selama
5 (lima) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan
sementara dan denda sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah)
subsidair 2 (dua) bulan kurungan.
Dalam Pasal 306 disebutkan, bahwa laporan dari ahli-ahli
yang di tetapkan oleh pemerintah untuk mengutarakan pendapat dan
pikiranya tentang keadaan-keadaan dari perkara yang bersangkutan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
hanya dapat dipakai guna memberi penerangan kepada hakim dan Hakim
dapat sama sekali tidak berwajib turut pada pendapat orang-orang ahli
itu, apabila keyakinan Hakim bertentangan dengan pendapat ahli-ahli itu.
Sebaliknya jika hakim setuju dengan pendapat orang-orang ahli itu, maka
pendapat itu di ambil oleh hakim dan di anggap sebagai pendapatnya
sendiri (Djoko Prakoso, 1988 : 78).
Keterangan ahli sebagai salah satu alat bukti mempunyai peranan
yang sangat penting, karena keterangan ahli sangat di perlukan guna
membantu mengungkap, menjelaskan ataupun menjernihkan ( membuat
terang ) suatu perkara pidana. Alat bukti keterangan ahli tersebut akan
banyak membantu dalam mencari kebenaran perkara dalam persidangan.
Agar tugas-tugas menurut hukum acara pidana dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, maka oleh Undang-undang diberi kemungkinan
agar para penyidik dan para Hakim dalam keadaan-keadaan yang khusus
dapat memperoleh bantuan dari orang-orang yang berpengalaman khusus
tersebut
Dalam hal ini ahli difungsikan untuk menerangkan atau
memberikan paparan mengenai kerugian Negara atas adanya tindak
pidana di bidang hutan berupa penadahan terhadap hasil-hasil hutan yang
dilakukan terdakwa sehingga denda dan sanksi dapat ditentukan.
Kemudian setelah itu peneliti akanmembandingkan dengan
putusan yang dijatuhkan hakim terhadap terdakwa pendahan. Ketika
seorang hakim menetapakan suatu putusan atau menjatuhkan putusan
yang dilakukan oleh seorang hakim ada 3 hal , yaitu :
a. Kualifisir yaitu suatu tindakan yang dilakukan seorang hakim guna
menentukan tindak pidana apa yang tepat dijatuhkan kepada
tersangka.
b. Konstantir yaitu tindakan yang dilakukan seorang hakim guna
menentukan apakah tindak pidana yang sudah ditentukan kepada
tersangka sudah dipenuhi atau belum oleh si pelaku penadahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
c. Konstitutif yaitu tindakan seorang hakim setelah menentukan tindak
pidana apa yang sesuai dengan apa yang dilakukan si pelaku yaitu
menetukan hukuman apa yang pantas dijatuhkan.
Dalam hal mengkualifisir atau menentukan tindak pidana yang
tepat dijatuhkan oleh seorang hakim, dalam kasus ini hakim mempunyai
alasan dalam mengkualifikasi tindakan yang dilakukan oleh pelaku telah
memenuhi untuk dijatuhkan yaitu tindak pidana penadahan adalah hakim
mempunyai pertimbangan apa yang dilakukan terdakwa telah memenuhi
pasal 50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat (5) UU RI N0.41 tahun 1999
tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Dimana apa yang
dilakukan si pelaku telah memenuhi unsure-unsur dalam dakwaan
penuntut umum yaitu:
a. Unsur setiap orang;
Dalam hal ini menurut pandangan hakim unsure barang siapa adalah
setiap orang sebagai subjek hukum yang dapat
mempertanggungjawabkan atas suatu perbuatan hukum yang
dilakukan.Dan apabila dihubungkan dengan keterangan dari saksi-
saksi yang dihadirkan serta adanya akte penyerahan kekuasaan dari
terdakwa maka hakim menarik kesimpulan unsure setiap orang sudah
terpenuhi oleh terdakwa.
b. Unsur dilarang menerima,membeli atau menjual,menerima tukar,
menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang
diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil
atau dipungut secara tidak sah.
Dalam unsur kedua ini majelis hakim mempunyai pertimbangan
dimana berdasarkan keterangan yang diberikan oleh terdakwa dalam
persidangan dan saksi-saksi yang dihadirkan dalam persidangan serta
bukti-buti yang dibawa dalam persidangan oleh penuntut
umum,meskipun terdakwa telah menyatakan memeberikan hak
pengelolaan CV.Sangkati melalui surat penyerahan hak,Namun
menurut pandangan hakim terdakwa masih ikut bertanggung jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dalam pengelolaan karena tidak sepenuhnya pengelolaan diserahakan
kepada pihak kedua yang diberi kuasa,karena terdakwa setiap bulan
masih menerima laporan tentang pengelolaan CV.Sangkati.Dalam
hal ini hakim berpendapat bahwa terdakwa bertanggung jawab secara
hukum atas terjadi jual beli kayu, maka dengan demikian unsur
membeli hasil hutan yang patut diduga berasal dari kawasan hutan
yang diambil tidak sah telah terpenuhi.
c. Unsur orang yang melakukan, yang menyuruh lakukan atau turut
melakukan perbuatan itu.
Dalam unsur ini hakim mempunyai pertimbangan dimana meskipun
terdakwa telah menyerahkan pengelolaan CV.,Sangkati namun
terdakwa masih ikut menandatangani permohonan pengesahan
rencana pemenuhan bahan baku industri (RPBBI) tahun 2006
kedudukan sebagai Direktur ,sehingga apabila terdapat suatu
perjanjian jual beli kayu yang bertentangan dengan hukum,maka
terdakwa tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab hukum
dengan alasan telah ada surat penyerahan hak. Maka berdasarkan
pertimbangan tersebut diatas, maka menurut hakim unsur turut
melakukan perbuatan telah terpenuhi.
Dalam hal pengkualifisiran alasan yang digunakn hakim untuk
menentukan tindak pidana terhadap hutan tersebut adalah Majelis Hakim
membuktikan terlebih dahulu dakwaan pertama yakni Pasal Pertama
melanggar Pasal 50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat (5) UU RI No.41
tahun 1999 tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, yang
unsurnya sebagai berikut :
a. Unsur setiap orang yaitu bahwa yang dimaksud barang siapa adalah
setiap orang sebagai subjek hukum yang dapat mempertanggung
jawabkan atas suatu perbuatan hukum yang dilakukan. Bahwa dalam
persidangan terdakwa telah membenarkan indentitas dirinya dalam
dakwaan dan apabila dihubungkan dengan keterangan saksi Oni
Rosyadi, Saksi Ir Edy Supriyono, Skasi H Badrul alamsyah serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
barang bukti akte penyerahan hak kuasa dari terdakwa pada Anoldi
als Noldi, maka yang dimaksud barang siapa adalah terdakwa Salim
Bin Ismail maka unsur ini telah terpenuhi
b. Unsur dilarang menerima, membeli atau menjual, menerima tukar,
menerima titipan, menyimpan atau memiliki hasil hutan yang
diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang
diambil atau dipungut secara tidak sah; yaitu dimana para saksi
dalam persidangan telah menceritakan bahwa memang benar
membantu terdakwa melakukan tindak pidana penadahan hasil hutan
Negara yang diambil secara illegal.
c. Unsur orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut
melakukan perbuatan itu; dalam hal ini terdakwa adalah orang yang
menyuruh lakukan ialah terdakwa memberikan kekuasaanya kepada
salah satu pegawainya selain itu terdakwa juga masih tetap ikut
menandatangani dokumen-dokumen dari CV. Sangkati yang
didirikan.
Setelah seorang hakim melakukan tahapan pengkualifikasian dan
mengkonstantir sebelum mengambil suatu keputusan tahapan
terakhir yang dilakukan seorang hakim adalah konstitutif dimana
seorang hakim setelah melalui proses kualifisir dan konstantir akan
menentukan hukuman apa yang tepat dijatuhkan terhadap terdakwa
pelaku penadahan hasil hutan dalam kasus ini. Dan pada kasus ini
terdakwa hanya dijatuhi pidana penjara selama satu tahun jauh dari
tuntutan yang diajukan oleh penuntut umum sesuai ancaman dalam
pasal yang di dakwakan oleh penuntut umum.
Berdasarkan apa yang telah penulis paparkan diatas, maka
implikasi yuridis yang dapat dilihat dalam kasus ini antara lain :
a. Fungsi ahli untuk membuat jelas para penegak hukum yang tidak
tahu permasalahan spesifik dalam hal ini masalah kehutanan. Fungsi
ahli disini yang berfungsi untuk membuat jelas para penegak hukum
dalam membuktikan lalu kemudian membuat putusan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
terdakwa ,melakukan tindakan pidana atau tidak sesuai dengan
keterangan yang disampaikan oleh ahli tersebut dalam persidangan.
b. Dalam hal ini keterangan yang disampaikan oleh ahli dikutip atau
tidak oleh hakim atau tidak dalam putusan yang diambil untuk
memberikan hukuman kepada terdakwa. Menurut penulis dalam hal
ini ketrangan yang disampaikan oleh ahli tidak mempunyai peranan
yang besar dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
hakim, atau dalam penentuan lamanya hukuman yang dijatuhkan
oleh hakim terhadap terdakwa,karena menurut penulis meskipun
menurut pendapat yang disampaikan ahli yang diajukan penutut
umum terdakwa telah secara sah dan meyakinkan terbukti
melakukan pelanggaran sesuai dakwaan pertama namun hakim
terlalu rendah menjatuhkan pidana penjara yang hanya dijatuhi
pidana penjara selama 1 tahun penjara,menunrut pandangan penulis
seharusnya hukuman yang dijatuhkan lebih dari satu tahun penjara
dan hanya membayar uang ganti rugi hanya sebesar Rp 300.000 (tiga
ratus ribu rupiah). Padahal berdasrkan keterangan dari ahli tersebut
terdakwa telah turut serta membeli hasil hutan yang diketahui atau
patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil secara tidak
sah. Sedangkan dalam ketentuan yang diatur dalam Pasal 50 ayat 3
huruf (f) jo Pasal 78 ayat (5) UU RI No.41 tahun 1999 tentang
kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana adalah pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah ).
c. Pada kasus ini pendapat/keterangan yang disampaikan oleh ahli
memberatkan posisi terdakwa,karena keterangan yang disampaikan
oleh ahli tersebut membenarkan bahwa terdakwa melakukan
pelanggaran terhadap undang-undang kehutanan, yaitu turut serta
membeli hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari
kawasan hutan yang diambil secara tidak sah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasarkan uraian yang disampaikan penulis diatas,implikasi yuridis
penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam kasus nomor:
571/PID.B/2006/PN.JBI, tidak besar implikasinya karena hukuman yang
dijatuhkan oleh hakim jauh dari apa yang dituntutkan oleh penuntut
umum yaitu hanya selama 1 tahun dan denda sebesar Rp.300.000,00
sedangkan hukuman yang dituntutkan oleh penuntut umum sebesar 5
tahun penjara .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 52
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam bab hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam membuktikan
perkara nomor :571/PID/B/2006/PN.JBI sudah sesuai dengan apa yang
terdapat dalam ketentuan Pasal 187 KUHAP pada huruf b dan c
menyatakan bahwa surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal
yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan
yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan
dalam hal ini saksi ahli melaksanakan tanggung jawab sebagai pejabat di
lingkungan Dinhut Provinsi Jambi
2. Implikasi yuridis penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam
membuktikan dakwaan perkara nomor:571/PID/B/2006/PN.JBI terhadapa
putusan yang dijatuhkan hakim tidak mempunyai peranan yang terlalu
bersar karena majelis hakim menjatuhkan putusan terhadap terdakwa
hanya 1 tahun penjara dan denda hnaya tiga ratus ribu rupiah.
B. Saran-saran
1. Dibutuhkan ketentuan hukum yang secara jelas memberikan kewenanga
bagi para hakim dan aparat penegak hukum lainnya dalam menjalankan
tugas dan fungsinya. Karena seorang hakim merupakan ujung tombak
penegakan hukum di Indonesia.
2. Perlu peningkatan profesionalitas bagi para hakim khususnya dalam hal
menangani perkara-perkara agar tidak terdapat adanya kekhilafan dan
kekeliruan hakim dalam memberikan hukuman terhadap terdakwa