perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. padahal...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan umat
manusia, sangat luhur dalam meningkatkan kualitas manusia, sehingga segala
usaha yang mengarah pada keberhasilan pendidikan merupakan sebuah
keharusan. Pada era globalisasi, masyarakat sudah sadar akan pentingnya
pendidikan. Pendidikan akan membawa manusia pada kehidupan yang lebih
baik dan lebih bermartabat. Hal ini senada dengan makna pendidikan
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, Aqidah Akhlak, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN, No. 20, 2003: 3).
Keberhasilan dalam bidang pendidikan melalui proses pembelajaran
di sekolah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu guru,
peserta didik, kurikulum, tenaga pendidik, biaya, sarana dan prasarana serta
faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat terpenuhi, sudah tentu
akan memperlancar proses pembelajaran. Keberhasilan dalam bidang
pendidikan akan meningkatkan kualitas pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka perlu adanya proses
pembelajaran yang bermutu dan berkualitas. Baik bermutu pada prosesnya
maupun hasil akhir pembelajaran yaitu prestasi belajar. Prestasi belajar
merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberprestasian belajar
siswa. Siswa yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah
berprestasi dalam pembelajaran, dan sebaliknya siswa yang prestasi belajarnya
rendah dapat dikatakan belum berprestasi dalam pembelajaran.
Belajar sebagai suatu proses yamg ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap
dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya dan aspek lainnya yang ada pada individu (Sudjana, 2002:
280). Belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendapat
pengetahuan dari bahan yang dipelajari dan adanya perubahan dalam diri
seseorang baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan tingkah
lakunya.
Menurut Djamarah (1996) metode pembelajaran konvensional adalah
metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah,
karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan
antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran,.
Sehingga kadang kala metode konvensional menimbulkan kejenuhan dalam
proses pembelajaran yang berakibat penurunan hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Proses pembelajaran yang didominasi dengan tuntutan untuk
menghafalkan dan menguasai pelajaran sebanyak mungkin untuk menghadapi
ujian, dimana peserta didik harus mengeluarkan apa yang telah dihafalkannya.
Kondisi ini sangat bertentangan dengan kondisi psikologis peserta didik
dimana proses transfer pengetahuan bakal efektif jika melalui “gaya belajar”
peserta didik sendiri. Oleh karena itu, gaya mengajar pendidik harus
disesuaikan dengan gaya belajar peserta didik tersebut.
Hal ini pun sejalan dengan pendapat Sudjana (2005: 40), bahwa
peserta didik adalah insan yang aktif serta perlu diperdayakan untuk
berpartisipasi penuh dalam penentuan dan pembentukan cara belajarnya.
Tetapi kenyataannya, dalam pembelajaran di kelas justru sebaliknya, peserta
didik harus susah payah menyesuaikan dengan gaya mengajar pendidik.
Akibatnya peserta didik cenderung tertekan dan belajar dalam kondisi yang
tidak menyenangkan.
Hasil observasi awal peneliti di SMK Gajah Mada Purwodadi, bahwa
mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang membosankan dan
kurang menarik bagi siswa, hal ini disebabkan siswa harus menghafal dan
mengingat materi PKn. Selain itu proses pembelajaran PKn yang berlangsung
masih berorientasi pada guru yang menyampaikan materi dengan tidak
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sedangkan siswa hanya berperan
sebagai penerima informasi saja. Hal ini mengakibatkan keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran masih sangat kurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Belum nampaknya keterlibatan siswa dalam pembelajaran PKn itu
terlihat dari masih banyaknya siswa yang kurang aktif dalam memberikan
pendapat atau memberi gagasannya, mengajukan pertanyaan ataupun dalam
mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Padahal jika proses
pembelajaran berorientasi pada siswa dimana siswa mencari tahu sendiri
mengenai materi yang dipelajari dengan dikaitkan pada suatu fenomena atau
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa akan mampu
memahami pelajaran dengan baik.
Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan
beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa
dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil
menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa
kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang
diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang
didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar
pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas
permasalahan atau konsep yang dipelajari.
Sebagaimana yang penulis tahu bahwa materi PKn syarat dengan
nilai. Nilai-nilai yang akan mendukung untuk membentuk siswa menjadi
warga negara yang baik, warga negara yang cinta pada tanah air, yang rela
berkorban, mampu bersikap adil, saling menolong dan memiliki toleransi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
tinggi. Selain contoh nilai-nilai di atas masih banyak lagi nilai-nilai yang
diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa.
Berdasarkan realita di atas, maka peranan guru sangat diperlukan
dalam keberhasilan pembelajaran. Guru dikatakan berhasil dalam mengajar
jika tujuan-tujuan pembelajaran sudah tercapai. Kreativitas guru dalam
memilih metode pembelajaran yang tepat sangat diperlukan. Siswa tidak
hanya berperan sebagai obyek pembelajaran, tetapi juga sebagai subyek
pembelajaran. Alur proses pembelajaran tidak hanya dari guru ke siswa, tetapi
juga dari siswa ke guru bahkan siswa bisa juga belajar bersama peserta didik
lain dan bekerjasama.
Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan teori
dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Pembelajaran yang pada
hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih baik, perlu
untuk ditingkatkan. Karena pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum
yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan
kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Guru
harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika
peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan
pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu
pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran,
pemilihan dan penggunaan metode mengajar (Mulyasa, 2004:100). Atas dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
itulah guru mencoba mengembangkan pendekatan contextual teaching and
learning (CTL) pada pembelajaran PKn. Wina Sanjaya (2006: 255),
menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Lebih lanjut
Syaiful Sagala (2005: 88), menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Bertitik tolak dari masalah-masalah di atas, maka guru mata pelajaran
PKn harus selalu berupaya mencari solusi untuk memperbaiki proses
pembelajaran dalam rangka meningkatkan prestasi siswa, salah satunya yaitu
dengan penerapan model pembelajaran kontekstual. Metode kontekstual ini
diasumsikan memiliki peranan yang cukup kuat dalam memberikan
pemahaman kepada siswa atas teori materi yang bersifat abstrak agar bisa
dipahami secara konkrit. Siswa menjadi lebih mudah memahami materi
pelajaran dari segi proses pembelajaran dengan mengaitkan antara materi dan
lingkungan sekitar.
Hal tersebut sebagaimana hasil observasi sementara peneliti di SMK
Gajah Mada Purwodadi, dimana siswa masih menemui beberapa hambatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran PKn secara maksimal.
Mengingat pembelajaran PKn merupakan materi pelajaran yang banyak
bersifat moral dan afektif yang memerlukan pemahaman yang bersifat praktis
secara komprehensif.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud mengadakan
penelitian di SMK Gajah Mada Purwodadi dengan judul “ Pembelajaran PKn
dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning, di SMK Gajah Mada
Purwodadi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas fokus penelitian ini adalah
“Bagaimana Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contexstual Teaching
Learning (CTL) di SMK Gajah Mada Purwodadi”. Fokus tersebut
dijabarkan menjadi empat sub fokus sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi ?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi ?
3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pembelajaran
PKn dengan Pendekatan Contexstual Teaching Learning (CTL) di
SMK Gajah Mada Purwodadi ?
4. Bagaimana evaluasai dalam pembelajaran PKn dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mendiskripsikan:
1. Perencanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi.
2. pelaksanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi.
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran PKn dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning di SMK Gajah Mada
Purwodadi.
4. Evaluasi pembelajaran PKn dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi baik secara teoritis
maupun praktis terhadap pengembangan program pendidikan. Secara teoritis
penelitian ini dapat memberi masukan, berupa pengembangan model
pembelajaran kontekstual terutama dalam pembelajaran PKn.
Secara praktis, metode pembelajaran CTL diharapkan dapat
bermanfaat:
1) Bagi guru
a. Memberikan pengalaman untuk guru dalam merancang model
pembelajaran CTL pada mata pelajaran PKn di SMK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Mengembangkan potensi guru sebagai pengembang kurikulum
(curriculum development), perencana, pelaksana serta sebagai motivator,
serta sebagai bahan masukan dalam meningkatkan efektivitas
mengembangkan kemampuan profesional untuk mengadakan perubahan,
perbaikan dalam pembelajaran PKn di SMK.
2) Bagi siswa
a. Menumbuhkan motivasi, meningkatkan aktivitas, memupuk kreativitas
serta penuh inisiatif siswa dalam pembelajaran PKn.
b. Melatih keberanian, keterampilan dan rasa percaya diri pada saat
melaksanakan pembelajaran PKn dan menumbuhkan kreatifitas siswa
dalam melaksanakan pembelajaran PKn dengan menggunakan berbagai
model diantaranya model pembelajaran CTL.
3) Bagi sekolah
a. Meningkatkan kualitas pengelolaan pembelajaran dalam rangka
mencapai tujuan mata pelajaran PKn.
b. Hasil perbaikan ini menjadi masukan bagi sekolah untuk menerapkan
pembelajaran khususnya mata pelajaran PKn di SMK.
4) Bagi penulis
a. Memberi pengalaman bagi peneliti dan menambah khazanah keilmuan
sebagai bekal menjadi guru yang profesional kelak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan
tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi
(Djamarah, 2002: 11). Kegiatan belajar mengajar seperti
mengorganisasikan pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar
mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk
dalam cakupan tanggung jawab guru.
Belajar dapat diartikan sebagai proses berfikir. Belajar berfikir
menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan
melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam
pembelajaran berfikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya
menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi
yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh
pengetahuannnya sendiri (Sanjaya, 2006: 107).
Pembelajaran merupakan kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Hamalik, 2008: 55). Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan
dampak logis dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sangat pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan mengharuskan
penyesuaian dan peningkatan proses pembelajaran secara terus
menerus. Di samping itu diperlukan pemutakhiran pilihan atas
berbagai konsep-konsep pembelajaran serta alternatif inovasi
pendidikan yang berkembang semakin beragam. Harus selalu
diupayakan adanya usaha perbaikan dan peningkatan kualitas isi,
efisiensi dan efektivitas pembelajaran, proses dan hasil pembelajaran.
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng dalam (Uno ,
2008:2) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Sebagaimana
diungkapkan (Dexzrek,2008:1) bahwa Pembelajaran ialah
membelajarkan siswa menggunakan jasa pendidikan maupun teori
belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Sehingga
Secara impilisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode, untuk mencapai hasil
pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan
metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada.
b. Ciri-ciri Pembelajaran
Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antar manusia
yang disebut sebagai interaksi. Menurut Hamalik ( 2011: 23 ) ada tiga
ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang
merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana
khusus.
2) Saling ketergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur
bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya
kepad sistem pembelajaran.
3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang
hendaka dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara dasar
perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang
alami (natural).
c. Unsur-unsur pembelajaran
Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem
pembelajaran adalah seorang warga belajar, suatu tujuan dan suatu
prosedur kerja untuk mencapai tujuan, dalam hal ini, tutor tidak
termasuk sebagai unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat
digantikan atau dialihkan kepada media sebagai pengganti, seperti :
buku, slide atau teks diprogram dan sebagainya.
Unsur-unsur dinamis pembelajaran pada tutor:
1) Motivasi membelajarkan warga belajar.
2) Kondisi guru/tutor siap membelajarkan siswa/peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran
Sumadi Suryabrata (2004: 249-250), belajar sebagai proses atau
aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor yaitu
sebagai berikut :
1) Faktor yang berasal dari luar diri warga belajar di golongkan
menjadi yaitu : Faktor non sosial dan Faktor sosial.
2) Faktor yang berasal dari dalam diri warga belajar, Faktor fisiologis,
jasmani, fungsi fungsional tertentu, dan Faktor psikologis
mendorong aktivitas belajar.
2. Pembelajaran Berdasarkan Konsep Siswa
Konsep siswa memandang belajar sebagai proses aktif dan
interaktif sebagai proses interpretasi dan interaksi diri terhadap realitas dan
sensori-sensori baru yang melibatkan konstruksi - konstruksi inter dan
intra individu. Dengan konsep siswa, siswa dapat mencipta makna-makna
melalui interaksi atau pengaitan diri antara pengetahuan yang telah ada
dalam struktur kognitifnya dengan pengetahuan baru. Sentralitas dari
setiap peristiwa pembelajaran terletak pada “suksesnya siswa
mengorganisasi pengalaman belajarnya, bukan pada kebenaran siswa
dalam melakukan replikasi atas apa yang dikerjakan guru”(Bodner dalam
Sadia, 1996). Pembelajaran dengan menggunakan konsep siswa
memandang siswa bukan sebagai kertas kosong akan tetapi siswa
dipandang sebagai pihak yang telah memiliki pengetahuan awal yang
merupakan hasil dari pengalaman-pengalaman terhadap peristiwa-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
peristiwa yang dialaminya sehari-hari. Sehingga dalam tahapan awal dari
penerapan pembelajaran dengan konsep siswa, guru harus dapat menggali
pengetahuan-pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh siswa (Rodjikin,
2012: 116).
Pengembangan pembelajaran berdasarkan konsep siswa dapat
digambarkan sebagai berikut :
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan konsep siswa
ada beberapa tahapan dalam pelaksanaannya :
a. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan guru membuat rencana pembelajaran
sesuai dengan pokok bahasan yang akan dibahas. Selain itu tugas-tugas
yang akan diberikan kepada siswa juga sudah disiapkan sesuai dengan
pokok bahasan yang akan dibahas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan konsep siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan konsep siswa guru
hanya berfungsi sebagai fasilitator dan mediator saja, materi yang
disampaikan oleh guru kepada siswa dikaitkan dengan kondisi aktual
sehari-hari yang dialami oleh siswa. Sehingga konsep – konsep yang
ada dalam pokok bahasan yang sedang dibahas merupakan konsep-
konsep yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
c. Evaluasi
Pada tahapan ini dilakukan evaluasi sejauhmana penguasaan
siswa terhadap pokok bahasan yang dipelajari. Dari hasil evaluasi ini,
kita akan mengetahui sejauhmana efektifitas dari pembelajaran dengan
menggunakan konsep siswa.
d. Refleksi
Tahapan akhir yaitu refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran.
Hasil dari refleksi merupakan masukan untuk perbaikan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran berikutnya.
3. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
a. Pengertian pembelajaran CTL
Elaine B. Johnson (Riwayat, 2008), mengatakan pembelajaran
kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk
menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, Elaine
mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna
dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari
kehidupan sehari-hari siswa. Jadi, pembelajaran kontekstual adalah
usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri
tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari
konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa
pembelajaran kontekstual adalah suatu usaha yang dilakukan peserta
didik untuk menghasilkan pengetahuan dengan menghubungkan muatan
akademis dan mengaitkannya dengan dunia nyata.
Sejauh ini, pembelajaran masih didominasi oleh pandangan
bahwa pengetahuan sebagai fakta untuk dihapal. Pembelajaran tidak
hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan
pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar
pengalaman belajar yang dimiliki siswa itu senantiasa terkait dengan
permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Dengan
demikian, inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi
atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep ini
membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. CTL ini senada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dengan model Gordom yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas
pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati, dan hubungan social. Ia
juga menekankan bahwa ide-ide yang bermakna dapat ditingkatkan
melalui aktivitas kreatif untuk memperkaya pemikiran ( Mulyasa,
2008:163 ).
Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of
Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna
belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana
mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang
mereka pelajari berguna sebagai bekal dalam hidupnya nanti. Sehingga,
akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan
siswa akan berusaha untuk meggapinya.
Pembelajaran Kontekstual melibatkan para siswa dalam
aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran
akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Beberapa pendapat tentang pembelajaran Kontekstual adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Nanang Hanafiah (2009 : 67), menyatakan bahwa Contextual
Teaching and Learning yang umumnya disebut dengan
pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran
holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam
memahami bahan ajar secara bermakna (Meaningfull) yang
dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan
lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural.
Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu
konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.
2) Wina Sanjaya (2006: 255), menyatakan bahwa Contextual Teaching
and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
3) Syaiful Sagala (2005 : 88), menyatakan bahwa Pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4) Rusman (2009: 240), mengatakan pendekatan Kontekstual adalah
keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan
nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara, selain
karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait
dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian
ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media, dan lain sebagainya
yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan
terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan
demikian, pembelajaran selain akan lebih menarik, juga akan
dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang
dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang
memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah,
dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit (terkait
dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam
mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian,
pembelajaran tidak sekadar dilihat dari sisi produk, tetapi yang
terpenting adalah proses.
b. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran CTL
Pembelajaran kontekstual lebih dikenal dengan istilah
Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL merupakan pendekatan
pendidikan yang melakukan kegiatan pembelajaran yang lebih dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sekedar menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek
akademik dengan konteks keadaan mereka sendiri. CTL berusaha
melibatkan para siswa untuk mencari makna “konteks” itu sendiri.
Dalam pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan mengerti apa makna
dari belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana
mencapainya, dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka
pelajari berguna sebagai hidupnya nanti.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, tugas guru adalah
membantu siswa. Guru akan lebih banyak berurusan dengan strategi
dari pada memberi informasi materi pelajaran. Guru hanya mengelola
kelas dan menciptakan situasi atau kondisi agar siswa dapat belajar
untuk mencapai tujuannya.
CTL sebagai suatu model pembelajaran memiliki tujuh komponen.
Komponen-komponen ini yang melandasi pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Menurut Wina
Sanjaya (2006: 264-269), ada tujuh komponen pendekatan CTL
sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini:
1) Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman (Wina Sanjaya, 2006: 264). Kontuktivisme merupakan
landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus membangun pengetahuan ini memberi makna
melalui pengalaman yang nyata.
2) Menemukan (inquiry)
Inquiry adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis (Wina Sanjaya,
2006:265). Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui
upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa
pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain
yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3) Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi karekteristik utama CTL, adalah
kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang
dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu,
bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan unsur
bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa
untuk bertanya atau kemampuan dalam menggunakan pertanyaan
yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan
produktivitas pembelajaran.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk
melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari
teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning
community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama
dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing). Melalui
sharing ini anak dibiasakan untuk saling memberi dan menerima,
sifat ketergantungan yang positif dalam learning community
dikembangkan.
5) Pemodelan (Modelling)
Modelling yang dimaksudkan adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap
siswa (Wina Sanjaya, 2006: 267). Modelling merupakan komponen
yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui
modelling siswa dapat terhindar dari pmbelajaran yang teoritis –
abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru
saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berfikir ke belakang
tentang apa yang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu, siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai stuktur
pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kesempatan untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah
dipelajarinya.
7) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan
penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran
memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan
informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan
CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan
informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap
pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan
informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan
penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru
terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
c. Keunggulan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning.
Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa kelebihan dari model
pembelajaran dengan pendekatan CTL yaitu:
1) Siswa dapat secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
2) Siswa dapat saling bertanggung jawab atas kemampuan teman
dalam kelompoknya.
3) Siswa dapat belajar dari teman ( menjadi tutor sebaya ).
4) Siswa dapat belajar melalui pengalaman sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
d. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning.
Depdiknas (Trianto, 2008: 25-26) secara garis besar langkah-
langkah Contextual Teaching and Learning adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Mengembangkan sifat ingin tahu dengan bertanya.
4) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-
kelompok).
5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
4. Pembelajaran PKn
a. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) berubah menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dan dalam Kurikulum 2004 disebut sebagai
mata pelajaran Kewarganegaraan (Citizenship) (Depdiknas, 2003: 2).
Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi
agama, sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi
warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Fungsinya adalah sebagai
wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan
merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai
dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2003: 2).
b. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1) Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan;
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara;
3) Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia, agar
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain; dan
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikas (Depdiknas, 2003: 2).
Mata pelajaran PKn terdiri dari dimensi pengetahuan
Kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang politik,
hukum, dan moral. Dimensi ketrampilan Kewarganegaraan (civics skill)
meliputi ketrampilan, partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dimensi nilai-nilai Kewarganegaraan (civics values)
mencakup antara lain percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai
religius, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi,
kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan
berserikat dan berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas. Mata
pelajaran Kewarganegaraan merupakan bidang kajian Interdisipliner
artinya materi keilmuan Kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
disiplin ilmu antara lain ilmu politik, ilmu negara, ilmu tata negara,
hukum sejarah, ekonomi, moral, dan filsafat (Depdiknas, 2003: 2).
c. Visi dan Misi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Dengan memperhatikan visi dan misi mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, yaitu membentuk warga negara yang baik, maka
selain mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik mata pelajaran
Kewarganegaraan ditandai dengan memberi penekanan pada dimensi
sikap dan keterampilan civics. Jadi, pertama-tama seorang warga
negara perlu memahami dan menguasai pengetahuan yang lengkap
tentang konsep dan prinsip-prinsip politik, hukum, dan moral civics.
Setelah menguasai pengetahuan, selanjutnya seorang warga negara
diharapkan memiliki sikap dan karakter sebagai warga negara yang
baik serta memiliki keterampilan Kewarganegaraan dalam bentuk
keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
keterampilan menentukan posisi diri, serta kecakapan hidup (life skills)
(Depdiknas, 2003: 4).
d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Ruang lingkup mata pelajaran Kewarganegaraan
dikelompokkan ke dalam komponen rumpun bahan pelajaran dan sub
komponen rumpun bahan pelajaran. Aspek sistem berbangsa dan
bernegara yang meliputi: Persatuan bangsa dan Negara, Nilai dan
norma (agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum), Hak Asasi Manusia,
Kebutuhan hidup warga Negara, Kekuasaan dan Politik, Masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
demokrasi, Pancasila dan Konstitusi Negara, dan globalisasi
(Depdiknas, 2003: 5).
5. Pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL.
a. Perencanaan Pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL
Perencanaan pembelajaran adalah suatu proses dan cara berfikir
mengenai sesuatu hal yang akan dilakukan dengan tujuan agar diri
seseorang dapat berubah. Perubahan tersebut mencakup aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik (Suwardi, 2007: 30). Pembelajaran dengan
pendekatan CTL merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan
bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran
yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural),
sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks
ke permasalahan/konteks lainnya. CTL merupakan suatu konsep belajar
dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
Perencanaan dalam sebuah pembelajaran sangatlah penting
dipersiapkan oleh guru di awal, supaya pembelajaran benar-benar
terencana dan terprogram dengan baik. Guru mata pelajaran PKn
layaknya guru mata pelajaran lain, tentunya harus mempersiapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
program tahunan (prota), program semester (promes), silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pemilihan metode
pembelajaran juga menjadi prioritas awal yang harus dicermati oleh
guru supaya pembelajaran bisa berjalan dengan baik, lancar serta tepat
sasaran.
Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata
pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di
kelas. Bagi guru, rencana pengajaran ini berfungsi sebagai acuan untuk
melaksanakan proses belajar mengajar di kelas agar lebih efisien dan
efektif (Uzer Usman, 2008: 61). Berdasarkan RPP inilah seorang guru
(baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan
bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP
harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa
perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai
secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar
kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Sebagaimana rencana
pembelajaran pada umumnya, rencana pembelajaran berbasis
kompetensi melalui pendekatan kontekstual dirancang oleh guru yang
akan melaksanakan pembelajaran di kelas¬yang berisi skenario tentang
apa yang akan dilakukan siswanya sehubungan topik yang akan
dipelajarinya. Secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup
komponen-komponen berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1) Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian
hasil belajar.
2) Tujuan pembelajaran.
3) Materi pembelajaran.
4) Pendekatan dan metode pembelajaran.
5) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
6) Alat dan sumber belajar.
7) Evaluasi pembelajaran.
Berbeda dengan rencana pembelajaran yang dikembangkan oleh
paham objektivis yang menekankan rincian dan kejelasan tujuan,
rencana pembelajaran kontekstual -yang dikembangkan oleh paham
konstruktivis- menekankan pada tahap-tahap kegiatan (yang
mencerminkan proses pembelajaran) siswa dan media atau sumber
pembelajaran yang dipakai. Dengan demikian, rumusan tujuan yang
spesifik bukan menjadi prioritas dalam penyusunan rencana
pembelajaran kontekstual karena yang akan dicapai lebih pada
kemajuan proses belajarnya.
Persiapan pembelajaran ini dikenal dengan perencanaan,
perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat utuk
membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai
langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi
sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno,
2008: 2). Pembelajaran PKn berkaitan dengan bagaimana guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mengajar dan bagaimana siswa belajar. Kegiatan pembelajaran ini
merupakan kegiatan yang disadari dan direncanakan. Perencanaan
pembelajaran ini berkaitan dengan program pembelajaran berupa suatu
program yang isinya mengenai bagaimana mengajarkan materi PKn
yang sudah dirumuskan dalam kurikulum. Perencanaan pembelajaran
ini harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang
dianut dalam kurikulum (Syaodikh dan Ibrahim, 2003: 51).
Uno (2008: 3) menyatakan bahwa upaya perencanaan
pembelajaran dilakukan dengan asumsi:
1) Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan
perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain
pembelajaran.
2) Untuk merancang suatu pembelajaran perlu dilakukan pendekatan
sistem.
3) Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana
seseoarang belajar.
4) Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada
siswa secara perorangan.
5) Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah
mudahnya siswa untuk belajar.
b. Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) dapat
diterapkan dalam aneka ragam kurikulum dan bidang studi, demikian
juga pada kelas yang bagaimanapun keadaannya. Strategi pembelajaran
kontekstual mata pelajaran PKn di SMK Gajah Mada Purwodadi sudah
beberapa kali diterapkan dalam rangka mengembangkan pendekatan
pembelajaran PKn, dan hasilnya sudah cukup ada perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
meskipun belum maksimal, sehingga perlu adanya penerapan kembali
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini.
Penerapan model pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh
guru di kelas, memiliki langkah-langkah pembelajaran. Sebagaimana
yang dijabarkan oleh Depdiknas (Trianto, 2008: 25-26) secara garis
besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-
kelompok).
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Hal ini juga dikemukakan oleh Prayudi (2007: 1), Proses
pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara guru dan siswa
untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar
pengetahuan yang terbentuk terinternalisasi dalam diri peserta
pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan
berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran
adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri.
Proses pembelajaran PKn dapat dilakukan dengan
memperhatikan langkah-langkah pembelajaran. Langkah atau cara
menuju kreatif adalah suatu cara yang dapat dilakukan seseorang
(guru) dalam meningkatkan kemampuannya dalam mengajar, langkah-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
langkah tersebut menurut Utami Munandar (2005: 79-81) sebagai
berikut:
1) Mendefinisikan kembali problem yang dihadapi. Secara esensi cara
ini bisa dimaknai sebagai pelepasan seseorang dari belenggu
pikirannya. Proses ini adalah bagian dari sintetis berpikir kreatif.
2) Bertanya dan menganalisa asumsi. Orang kreatif mempertanyakan
asumsi dan cepat menggerakkan orang lain melakukan hal yang
sama. Mempertanyakan asumsi adalah bagian dari kreativitas
berpikir analisis.
3) Menjual ide. Murid-murid dilatih bagaimana mempengaruhi orang
lain melalui gagasan-gagasan mereka. Menjual gagasan adalah
bagian dari aspek praktikal berpikir kreatif.
4) Mendorong menghasilkan ide. Orang kreatif mampu
mendemonstrasikan gaya berpikir seorang legislatif. Seorang
legislatif suka menghasilkan ide. Siswa butuh banyak pengetahuan
agar ide yang muncul lebih baik. Guru dan murid harus bersama-
sama mengidentifikasi dan mengenali aspek kreatif dari ide yang
dihadirkan.
5) Mengenali dua arah perolehan pengetahuan. Murid-murid
dikenalkan pada proses belajar dua arah, berpusat pada guru dan
belajar dari diri mereka sendiri. Proses belajar mengajar diciptakan
sedemikian rupa,agar terjadi interaksi dua arah (guru-siswa),
sehingga guru bukan hanya sebagai penceramah, akan tetapi siswa.
6) Mendorong siswa mengidentifikasi rintangan dan mengatasinya.
Interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar
perlu diciptakan suasana yang nyaman. Guru dalam proses belajar
mengajar harus dapat merangsang pikiran siswa untuk berpikir
menemukan masalah dan cara memecahkannya. Siswa perlu tahu
bahwa proses kreativitas berlangsung lama, agar nilai atau ide
kreatif bisa dikenal dan dihargai.
7) Mendorong berpikir sehat dan berani mengambil resiko. Apakah
kesulitan, rintangan dan resiko harus dihindari? Tidak. Pertanyaan
dan jawaban ini harus ditanamkan secara kuat pada jiwa murid,
agar sadar tentang semua resiko yang akan dihadapi dari setiap
pengambilan keputusan. Inilah bentuk berpikir sehat, sehingga hal
tesebut merupakan harga kerja kreatif.
8) Mendorong toleransi ambigu. Menyadari adanya kodrat hitam dan
putih demikian pula, pemikiran dan perbuatan mempunyai dua
dimensi, baik-buruk. Guru sebagai pendidik perlu untuk melatih
daya pikir siswa terhadap hal-hak yang bersifat ambigu.
9) Membantu siswa membangun keyakinan meraih sukses (self-
efficacy). Semua siswa pada dasarnya mempunyai kemampuan
berkreasi atas pengalaman-pengalamannya. Berada di kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
yang menyenangkan, misalnya, mendorong siswa mampu
memunculkan sesuatu yang baru. Oleh sebab itu, cara pertama
adalah memberi suasana kondusif pada siswa untuk bisa kreatif.
10) Membantu siswa menemukan cinta pada perbuatannya. Siswa
disadarkan pentingnya mencintai apa yang sedang dikerjakan. Hal
ini mendorong siswa menampilkan kerja yang bagus, fokus dan
penuh dedikasi.
11) Mengajarkan siswa pentingnya menunda kepuasaan. Siswa harus
ditanam kesadaran pentingnya kita mengerjakan suatu proyek
dalam jangka waktu lama, tanpa berharap cepat-cepat mendapatkan
hasil
12) Memelihara lingkungan agar tetap kreatif. Suasana kelas
hendaknya dikondisikan untuk tetap terjaga kreativitasnya. Dengan
demikian siswa akan terdorong untuk selalu kreatif.
c. Evaluasi Pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL
Evaluasi merupakan komponen dalam sistem pengajaran,
sedangkan pengajaran merupakan implementasi dari kurikulum.
Fungsi utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menentukan hasil-
hasil urutan pengajaran. Tujuan evaluasi untuk memperbaiki
pengajaran dan penguasaan tujuan tertentu dalam kelas (Oemar
Hamalik, 2011: 145-146). Evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa dan
bagaimana tujuan pendidikan dapat tercapai. Pembelajaran yang terjadi
di sekolah atau khususnya di kelas, guru adalah pihak yang
bertanggung jawab atas hasil belajar siswa. Dengan demikian, guru
patut dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung
tugasnya, yakni mengevaluasi hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru
bertugas mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu yang
dipelajari oleh siswa atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dirumuskan (Arikunto, 2006: 3-4).
Ada tiga langkah pokok yang dilakukan dalam evaluasi
keseluruhan program pengajaran, terkait dengan pembelajaran PKn
yang masuk dalam kurikulum KTSP, yaitu sebagai berikut:
1) Evaluasi awal
Evaluasi awal atau pre test dilakukan sebelum pelajaran
diberikan. Tujuan dan fungsinya adalah untuk mengetahui
kemampuan awal siswa mengenai pembelajaran yang
bersangkutan. Dengan mengetahui kegiatan awal siswa, guru akan
dapat menentukan cara-cara penyampaian yang akan ditempuh
nanti. Untuk bahan-bahan yang telah dikuasai siswa, misalnya guru
tidak akan memberikan penjelasan yang banyak lagi, disamping itu
dengan adanya evaluasi awal guru akan dapat melihat hasil yang
betul-betul dicapai melalui program yang dilaksanakannya, setelah
membandingkannya dengan hasil evaluasi akhir (Syaodikh dan
Ibrahim, 2003: 88).
2) Pelaksanaan Pengajaran
Langkah berikutnya adalah melakukan pengajaran sesuai
dengan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar yang sudah
direncanakan. Selama langkah ini berlangsung, kegiatan evaluasi
yang dilakukan oleh guru antara lain dalam bentuk kuis, tugas-
tugas, observasi dan bertanya langsung kepada siswa tentang
pelajaran yang disajikan, apakah cukup jelas, dsb. Dari kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
evaluasi ini, guru dapat mengetahui bagian-bagian mana dari
materi yang belum begitu dipahami oleh siswa, dan bagian mana
dari kegiatan belajar mengajar yang tampaknya kurang efektif atau
sulit dilaksanakan dengan baik (Suwardi, 2007: 98).
3) Evaluasi akhir
Evaluasi akhir atau post test berfungsi untuk memperoleh
gambaran tentang kemampuan yang dicapai siswa pada akhir
pengajaran. Jika hasil evaluasi akhir kita bandingkan dengan
evaluasi awal, maka dapat diketahui seberapa jauh efek atau
pengaruh dari pengajaran yang telah kita berikan, disamping
sekaligus dapat pula diketahui bagian-bagian mana dari bahan
pengajaran yang masih belum dipahami oleh sebagian besar siswa
(Uno, 2008: 95).
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui
kompetensi dan hasil belajar siswa mengenai materi tertentu.
Pelaksanaan evaluasi pada sebuah pembelajaran pada prinsipnya juga
sama antara metode yang satu dengan yang lain. Beberapa tahapan
evaluasi pembelajaran PKn ini dilakukan baik pada setiap akhir bab,
tengah semester maupun akhir semester. Hasil belajar siswa bisa
terlihat pada setiap tahapannya, baik yang jangka pendek maupun
jangka panjang. Pada jangka panjang, hasil evaluasi pada beberapa
tahapan tersebut digabung kemudian diambil rata-ratanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Pada umumnya bentuk evaluasi tersebut bisa dilaksanakan
secara tertulis dan lisan, namun pada pembelajaran PKn ini, bentuk
evaluasi seringa dilakukan dalam bentuk praktik. Karena mengingat
bahwa pembelajaran PKn ini lebih mengedepankan sikap (afektif)
siswa dari pada aspek kognitif saja. Namun demikian, secara formal
akademik juga dilaksanakan evaluasi dalam bentuk tertulis.
Dalam pendekatan kontekstual hal-hal yang biasa digunakan
sebagai dasar menilai hasil belajar siswa adalah proyek
kegiatan/laporan, PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan
siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tertulis, karya tulis.
Dengan penilaian sebenarnya siswa dinilai kemampuannya dengan
berbagai cara, salah satunya adalah tes tertulis sebagai sumber data
untuk meihat kemampuan/prestasi siswa (Trianto,2008:25-26).
B. Penelitian yang Relevan
Wayne Melville dan Bevis Yaxley (2009) dalam jurnal yang
berjudul Contextual Opportunities for Teacher Professional Learning: The
Experience of One Science Department. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa ada tiga poin penting yang timbul dari data analisis.
Yang pertama adalah dampak diabaikan oleh salah satu kebijakan sekolah
pada karya para guru di departemen. Yang kedua adalah kemauan guru
untuk memanfaatkan keahlian yang tepat, terlepas dari sumber keahlian
itu. Yang ketiga adalah cara dimana guru telah mengembangkan sebuah
komunitas di mana pengajaran praktek, baik individu maupun perusahaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dapat dibahas dan dikritik. Implikasi yang jelas dari poin ini adalah bahwa
guru, bekerja dalam departemen dan masyarakat pendidikan ilmu
pengetahuan yang lebih luas, yang membuat perubahan konseptual dari
pengembangan profesional untuk belajar profesional.
Persamaan dengan penelitian ini adalah peran guru diperlukan
dalam menyukseskan pencapaian belajar siswa yaitu dengan pendekatan
kontekstual sedangkan perbedaannya adalah lingkup yang diteliti bahwa di
penelitian ini tentang sekolah dan hasil belajar siswanya tetapi dalam
penelitian Wayne Melville dan Bevis Yaxley yaitu guru disebuah
departemen ilmu pendidikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Misbachun Nisya’ dan Muchlis.
2013. Berjudul Penerapan pendekatan contextual teaching and learning
(CTL) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Untuk Meningkatkan
Karakter Menghargai Bagi Siswa Kelas XI IPA MA Bahauddin Sidoarjo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter menghargai dan
hasil belajar siswa setelah penerapan pendekatan Contxtual Teaching
and Learning (CTL) pada materi pokok hidrolisis garam. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MA Bahauddin Sidoarjo. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan
empat siklus yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan,
dan 4) refleksi. Hasil penelitianmenunjukkan karakter menghargai siswa
pada putaran I sebesar 62,5% dengan kategori baik,pada putaran II
sebesar 70,8% dengan kategori baik, dan pada putaran III sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
81,2%dengan kategori sangat baik. Ketuntasan hasil belajar siswa
pada putaran I sebesar 62,5%,pada putaran II sebesar 87,5%, pada
putaran III sebesar 87,5%. Berdasarkan data tersebut selama penerapan
pendekatan CTL karakter menghargai siswa mengalami peningkatan
dan ketuntasan hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan klasikal pada
putaran II dan III..
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahu ini
dengan penelitian ini yaitu persamaannya menggunakan sebuah metode
CTL dalam mengukur hasil belajar siswa, Sedangkan perbedaannya pada
penelitian terdahulu ini menggunakan metode CTL untuk mengetahui
karakter menghargai dan hasil belajar siswa setelah penerapan , dan
menggunakan bebrapa siklus untuk mengetahuinya sedangkan pada
penelitian ini dengan deskriptif kualitatif tentang pelaksanaan hingga
evaluasi serta faktor pendukung dan penghambatnya.
Penelitian yang dilakukan oleh I Pt. Agus Putra Adnyana1, Ni Kt.
Suarni2, I Wyn. Koyan. 2014. Berjudul Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Diskusi Kelompok Debat Terhadap
Kemampuan Berpikir Analitik Mata Pelajaran PPKn Ditinjau dari Sikap
Sosial Siswa X MM SMK PGRI 2 Badung. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kontekstual berbasis
debat terhadap kemampuan berpikir analitik PKn ditinjau dari sikap sosial
siswa kelas X MM SMK PGRI 2 Badung dengan rancangan Post Test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Only Control Group Design. Sampel penelitian ini berjumlah 54
siswa dengan sistem random sampling terhadap kelas. Pengambilan
data dilakukan dengan kuisioner dan tes. Data diolah dengan
Anakova satu jalur. Hasil penelitiannya adalah: (1) kemampuan
berpikir analitik PKn siswa yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual berbasis debat lebih baik dari siswa yang
belajar dengan model konvensional sebelum kovariabel sikap sosial
dikendalikan (Fhitung=15,696;P<0,05); (2) setelah kovariabel sikap
sosial dikendalikan, siswa yang belajar dengan model pembelajaran
kontekstual berbasis debat memiliki kemampuan berpikir analitik PKn
yang lebih baik dari siswa yang belajar model konvensional
(Fhitung=9,748;P<0,05); (3) sikap sosial memberikan kontribusi positif
terhadap kemampuan berpikir analitik PKn, dengan kontribusi sebesar
16,4%. Disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual
berbasis debat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir analitik PKn
ditinjau dari sikap sosial siswa
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas maka terdapat persamaan
dengan penelitian ini yaitu menggunakan sebuah metode kooperatif CTL
dalam mengukur keberhasilan anak dalam pembelajaran PKn, salah
satunya dengan menggunakan metode debat pada pembelajaran ini.
Sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu ini mengukur
tentang besarnya pengaruh pembelajaran CTL pada tingkat pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
anak sedangkan penelitian ini tidak ada sebuah pengukuran tetapi
deskriptif tentang pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan
CTL hingga sebuah evaluasinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Ifraj Shamsid-Deen and Bettye P.
Smith. (2006). yang berjudul “Contextual Teaching And Learning
Practices in The Family and Consumer Sciences curriculum”. Hasil dari
penelitian ini menyatakan bahwa para guru yang berada di daerah
pedesaan mempunyai kesempatan lebih banyak dalam melakukan kegiatan
pembelajaran kontekstual bila dibandingkan dengan sekolah didaerah
perkotaan.
Meurut penelitian yang dilakukan oleh ISfraj bahwa bahwa para
guru yang berada di daerah pedesaan mempunyai kesempatan lebih
banyak dalam melakukan kegiatan pembelajaran kontekstual bila
dibandingkan dengan sekolah didaerah perkotaan. Hal ini berbanding
terbalik dengan penelitian ini karena lokasi penelitian ini dikota dan
menghasilkan prestasi belajar anak yang lebih baik dibandingkan dengan
yang dipelosok. Persamaannya adalah metode yang digunakan dengan
deskriptif kualitatif dengan survey lapangan, dokumen dan diperkuat
adanya wawancara.
Agung Yulianto dan Arief Yulianto. (2007). dalam Peningkatan
Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi melalui Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Negeri 11 Semarang. Hasil penelitian adalah mencoba menerapkan
konsep belajar yang mendorong guru menghadirkan dunia nyata ke
dalam kelas, dalam hal ini konsep-konsep ekonomi yang secara
realitas terjadi di dunia ekonomi dan memberikan rangsangan kepada
siswa untuk mengembangan kemampuan kritisnya untuk
menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Persamaan antara penelitian Agung Yulianto dengan penelitian kali
ini adalah sama-sama mengkaitkan proses pembelajaran dengan dunia
nyata yang ada dilingkungan sekitar. Perbedaannya bahwa jenis penelitian
Agung Yulianto penggunaan pendekatan kontekstual dilakukan secara
eksperimen, sedangkan jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Dian Ismail. 2013. Penggunaan Pendekatan Kontekstual dalam
Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi di kelas V SDN 6 Tibawa
kabupaten Gorontalo. Hasil pelaksanaan siklus I kemampuan siswa
kelas V SDN 6 Tibawa dalam menulis puisi masih rendah. Hal ini
berdasarkan hasil penilaian pada siklus I bahwa dari 25 orang siswa
terdapat 15 orang siswa atau 60% yang mampu menulis puisi. Dan
dari hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah mencapai indikator
yang ditetapkan yaitu dari 25 orang siswa terdapat 20 orang atau 80%
tuntas secara klasikal 80%. Dengan demikian pelaksanaan tindakan
tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan data hasil
penilaian dari siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
siswa dalam menulis puisi melalui penggunaan pendekatan kontekstual
dapat meningkat.
Persamaan antara penelitian Dian Ismail dengan penelitian kali ini
adalah bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa guru menggunakan
pendekatan kontekstual. Perbedaanya, penelitian Dian Ismail
menggunakan pendekatan PTK sementara penelitian kali ini berjenis
deskriptif kualitatif.
C. Kerangka Pikir
Dengan pembelajaran Contexstual Teaching Learning (CTL)
diharapkan sekolah memiliki keunggulan dalam bidang mata pelajaran PKn ,
karena tujuan dari PKn tidak hanya pengetahuan secara teoritis yang harus
dikembangkan tetapi lebih dari itu baik yang berhubungan dengan sikap
pribadi maupun sebagai warga negara yang baik, kesemuanya itu tidak lepas
dari tuntunan dari mata pelajaran PKn, hal ini memerlukan peran guru di
sekolah agar benar – benar mengkaji dan menerapkan model ini secara
maksimal baik mulai dari perencanaan, proses ( pelaksanaan KBM) sampai
pada pemberian evaluasi, dan adanya umpan balik, namun tidak hanya
pelajaran di kelas yang harus di berikan kepada siswa tetapi keteladanan
guru setiap hari juga merupakan hal yang utama. Di sisi lain siswa nantinya
juga akan menemukan sendiri manfaat ilmu yang di dapat baik dari
pengetahuan teoritis, maupun pembiasaan di sekolah, dan di masyarakat.
yang pada akhirnya siswa tumbuh menjadi manusia yang berkompeten,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
cerdas , dan berakhlak mulia sehingga dapat hidup di masyarakat secara
damai dan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab sesuai
dengan tujuan nasional.
Adapun kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
Pembelajaran PKn rendah
Pembelajaran PKn
optimal
Perencanaan
pendekatan
CTL
Pelaksanaan pendekatan
CTL
Faktor pendukung
Faktor Penghambat
Evaluasi
pendekatan CTL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif didasari oleh
konsep konstruktivisme yang memiliki pandangan bahwa realita bersifat
jamak, menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-
pisahkan. Dimana realita bersifat terbuka, kontekstual, secara sosial meliputi
persepsi dan pandangan-pandangan individu dan kolektif, diteliti dengan
menggunakan manusia sebagai instrumen ( Sutama, 2012: 32 ).
Penelitian diperoleh melalui pengamatan partisipatif dalam
kehidupan orang yang menjadi partisipan ( Sutama, 2012: 32 ). Penelitian
kualitatif juga dikenal sebagai penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk mendiskripsikan suatu keadaan atau
fenomena-fenomena apa adanya, tidak ada manipulasi atau perlakuan
tertentu terhadap objek penelitian ( Sutama, 2012: 38 ).
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif karena
permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis, dan penuh makna
sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut terjaring dengan
metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner,
pedoman wawancara. Selain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
secara mendalam dan menemukan pola. Menurut Harsono ( 2008: 155 )
penelitian kualitatif disebut juga dengan penelitian naturalistik. Dengan
penelitian narulatistik, maka situasi lapangan akan tetap bersifat natural,
alami, wajar, dan tidak ada tindakan manipulasi, pengaturan, ataupun
eksperimen.
Penelitian kualitatif memiliki karakteritik antara lain (1) dilakukan
pada latar alami, karena yang merupakan alat penting adalah data langsung
dan perisetnya, (2) data yang dihimpun berbentuk kata-kata atau gambar
bukan dalam bentuk angka-angka, (3) lebih memperhatikan proses dan
mempedulikan produknya dari pada hasil, (4) data yang diperoleh dianalisis
dengan cara induktif tidak dalam rumusan hipotesa, (5) lebih
memperhatikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ( Sutama, 2012: 64 ).
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman
yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial
dan masalah manusia (Harsono, 2011: 19). Dalam penelitian kualitatif,
peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan,
terinci dari pandangan responeden, dan melakukan studi situasi yang alami.
Dengan penelitian naturalistik, maka situasi lapangan akan tetap bersifat
natural, alami, wajar, dan tidak ada tindakan manipulasi, pengaturan,
ataupun eksperimen (Harsono, 2008: 155).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana suatu studi atau kajian yang
merupakan hasil tahapan rencana penelitian. Desain itu kemudian
diimplementasikan di dalam kegiatan penelitian. Selanjutnya, data yang
telah dikumpulkan dianalisis, kemudian dituangkan ke dalam laporan
penelitian (Mantja, 2008: 2). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
desain penelitian etnografi. Penelitian kualitatif menggunakan kajian
etnografis sebagai ciri khasnya dimana dalam penelitian kualitatif hal-hal
subjektif ( subjektivitas murni ) termasuk yang diperhitungkan dalam
pengumpulan dan analisis data ( Sutama, 2012:33 ).
Penelitian etnografi dilaksanakan di lapangan dalam waktu yang
cukup lama, berbentuk observasi dan wawancara secara alamiah dengan
para partisipan dalam berbagai bentuk kesempatan kegiatan serta
mengumpulkan dokumen-dokumen. Menurut Jensen dan Jankowski (dalam
Harsono, 2011: 13) diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data tetatpi
sebuah cara untuk mendekati data dalam meneliti fenomena komunikasi.
Etnografi memiliki ciri unik yang membedakannya dengan metode
penelitian kualitatif lainnya yaitu observatory participant sebagai teknik
pengumpulan data (Harsono, 2011: 14). Jangka penelitian relatif lama,
berada dalam setting tertentu, wawancara yang mendalam dan tak
terstruktur serta mengikutsertakan interpretasi penelitinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Gajah Mada Purwodadi. Pemilihan
lokasi ini karena beberapa alasan diantaranya adalah (1) SMK Gajah Mada
Purwodadi ini merupakan sekolah yang mengalami perkembangan pesat ,
terutama dalam prestasi siswa dan kelengkapan sarana dan prasarana
pendidikan (2) Guru memanfaatkan sumber belajar multimedia sehingga
kegiatan pembelajaran terlihat interaktif. (3) Untuk pembelajaran PKn materi
diberikan tidak hanya di dalam kelas saja, namun juga diberikan di luar kelas
dengan menggunakan berbagai metode. Adapun waktu pelaksanaan penelitian
ini secara keseluruhan diprogramkan bisa terlaksana selama kurun waktu
5 (lima) bulan, terhitung mulai bulan Maret s/d Juli 2014 dengan rincian waktu
sebagai berikut:
No Kegiatan
Waktu
Maret 2014 April 2014 Mei 2014 Juni 2014 Juli 2014
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Penyusunan
Proposal
2. Pengurusan
Ijin Penelitian
3. Persiapan
Pengumpulan
Data
4. Pengumpulan
Data
5. Analisis Data
6. Penyusunan
Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Siswa, Guru PKn, dan Kepala
Sekolah di SMK Gajah Mada Purwodadi. Dalam penelitian ini, kehadiran
peneliti di lapangan penelitian untuk mengumpulkan data tentang pengelolaan
pembelajaran PKn berbasis kontekstual. Kehadiran di tempat penelitian dapat
bersifat rutin maupun insidentil dalam pengertian sewaktu memerlukan data
maka peneliti terjun ke lapangan. Sebelum terjun ke lapangan penelitian,
peneliti terlebih dahulu menetapkan target responden yang akan diwawancarai
maupun data yang hendak dicari. Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif
cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data,
analis, penafsir data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya
(Moleong, 2006: 168).
D. Data, Sumber Data dan Nara Sumber
1. Data
Data merupakan tulisan-tulisan atau catatan-catatan mengenai segala
sesuatu yang didengar, dilihat, dialami dan bahkan yang dipikirkan oleh
peneliti selama kegiatan pengumpulan data dan merefleksikan kegiatan
tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tentang
kreatifitas guru dan siswa dalam pembelajaran PKn dengan pendekatan
CTL.
Data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumber
utamanya (Kountur, 2007: 182). Untuk memperoleh data primer, dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi di lapangan. Data–data ini
merupakan data tentang penerapan model pembelajaran kontekstual pada
mata pelajaran PKn di SMK Gajah Mada Purwodadi.
Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitan orang lain
yang dibuat untuk maksud yang berbeda. Data tersebut dapat berupa fakta,
tabel gambar dan lain-lain (Kountur, 2007: 177). Data sekunder dalam
penelitian ini didapat dari dokumen-dokumen atau artikel tentang
pengelolaan pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL di SMK Gajah
Mada Purwodadi.
2. Sumber Data
Menurut Lofland (dalam Moleong, 2006: 157). Sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Adapun sumber data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari
sumber data utama yang berupa kata-kata dan tindakan, serta sumber data
tambahan yang berupa dokumen-dokumen. Sumber dan jenis data terdiri
dari data dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto (Moleong, 2006: 117).
Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini
meliputi:
a. Sumber data utama (primer), yaitu sumber data yang diambil peneliti
melalui wawancara dan observasi.
b. Kepala Sekolah (melalui wawancara).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
c. Guru PKn (melalui wawancara).
d. Siswa SMK Gajah Mada Purwodadi (melalui wawancara)
Sebagaimana yang diungkapkan Moleong bahwa: Kata-kata dan
tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber
data utama. Sumber utama dicatat melaui catatan tertulis dan melalui
perekaman video atau audio tape, pengambilan photo atau film, pencatatan
sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta
sehingga merupakan hasil utama gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar dan bertanya (Moleong, 2006: 112).
Sumber data tambahan (sekunder), yaitu sumber data di luar kata-
kata dan tindakan yakni sumber data tertulis. Sumber tertulis dapat dibagi
atas sumber dari buku dan majalah ilmiah, sumber data arsip, dokumentasi
yang digunakan penulis dalam penelitian ini, terdiri atas dokumen-
dokumen yang meliputi: Struktur organisasi dan Struktur kurikulum.
Dengan demikian , maka sebagai sumber data yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah :
a) Informan / orang
Orang adalah informan yang memberikan informasi tentang hal-hal
yang berhubungan dengan penelitian melalui wawancara. Ucapan dan
tindakan orang dalam penelitian ini bersifat dekriptif, etnografis,
struktural, dan kontras melalui wawancara. Sumber data manusia
berfungsi sebagai subjek atau informan seperti kepala sekolah, guru PKn,
dan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b) Kejadian dan Peristiwa
Kejadian dalam penelitian ini merupakan tindakan yang dilakukan
oleh orang-orang yang diamati. Kejadian diperoleh dari hasil observasi
langsung pada subjek penelitian di tempat penelitian selama peneliti
berpartisipasi pada aktivitas pelaku (Harsono, 2008: 160).
c) Dokumen
Dokumen adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya
terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dan ditulis
dengan sengaja untuk menyimpan atau merumuskan keterangan-
keterangan mengenai peristiwa tersebut. Dalam penelitian ini adalah
berupa dokumen yang relevan dengan penerapan model pembelajaran
CTL pada pembelajaran PKn SMK misalnya RPP, materi pembelajaran
PKn, photo pelaksanaan pembelajaran.
3. Nara Sumber
Penentuan informan dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria
(1) subjek sudah lama dan intensif menyatu dengan aktivitas yang menjadi
sasaran penelitian, (2) subjek masih aktif terlibat dilingkungan aktivitas
yang menjadi sasaran penelitian, (3) subjek masih memiliki waktu untuk
dimintai informasi oleh peneliti, dan (4) subjek yang tergolong asing bagi
peneliti. Jadi dalam penelitian ini melibatkan orang yang berperan sebagai
orang kunci (key person) atau orang yang berkompeten. Dalam hal ini
adalah Kepala Sekolah, Guru PKn, dan Siswa SMK Gajah Mada
Purwodadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu bahwa peneliti berfungsi
sebagai pelaku dan instrumen. Adapun untuk mengumpulkan data digunakan
beberapa metode yaitu metode interview (wawancara mendalam), observasi,
dan Studi dokumen.
1. Wawancara Mendalam (interview)
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topic tertentu (Sugiyono, 2009: 231). Wawancara adalah
suatu percakapan yang bertujuan mengetahui persepsi responden tentang
dominan kenyataan (S. Nasution, 2004: 69). Wawancara mendalam dapat
diberi makna kombinasi antara pertanyaan-pertanyaan deskriptif, struktural
dan kontras. Dalam wawancara, pertanyaan yang perlu memperoleh
jawaban dalam bentuk laporan dikemukakan secara lisan (Sutama,
2012:93). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono,
2009:231). Data yang ingin di dapat dari wawancara ini adalah data tentang
pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL di SMK Gajah Mada
Purwodadi. Sumber data (orang yang diwawancarai) ada 3 orang meliputi
kepala sekolah, guru PKn, dan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Observasi
Menurut ( Harsono, 2008: 164), observasi merupakan kegiatan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dimana peneliti berperan aktif
dalam lokasi studi sehingga benar-benar terlihat dalam kegiatan yang
ditelitinya. Observasi dipakai untuk memahami persoalan-persoalan yang
ada di sekitar pelaku dan nara sumber (Harsono, 2008: 165). Menghimpun
data dan informasi melalui pengamatan atau observasi (observation)
dilakukan dengan memperhatikan/melihat dan/atau mendengarkan orang
atau peristiwa. Hasilnya yang telah terungkap selanjutnya dicatat (
Sutama,2012:92 ). Dalam observasi, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-
hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa
yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut melakukan apa yang dikerjakan
oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya ( Sugiyono, 2009:227).
Pengamatan ini difokuskan pada pembelajaran PKn dengan CTL di
SMK Gajah Mada Purwodadi. Observasi dilakukan dengan terjun langsung
ke lapangan secara aktif untuk memperoleh gambaran dan keterangan riil
mengenai pembelajaran pada mata pelajaran PKn.
3. Studi Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang (Sugiyono, 2009: 240). Metode dokumentasi dipakai untuk
mengumpulkan data dari sumber-sumber dokumen yang mungkin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
mendukung atau bahkan berlawanan dengan hasil wawancara (Harsono,
2008: 165). Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data yang berupa
dokumen atau arsip. Metode dokumentasi dilaksanakan untuk menganalisis
dan melengkapi data yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Data
yang diperoleh berupa tulisan, rekaman seperti buku-buku pedoman,
laporan resmi, catatan harian, notulen rapat (Arikunto, 2006: 135).
Berdasarkan teknik pengumpulan data di atas maka dapat disusun
sebuah panduan penelitian yang akan saya gunakan untuk mempermudah
penelitian dilapangan nanti yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Panduan penelitian dalam pengumpulan data
No
Fokus
Masalah
Indikator
Metode Pengumpulan Data
Sumber
Data Wawa
ncara
Obser
vasi
Dokument
asi
1
Perencanaan
pembelajaran
PKn dengan
pendekatan
Contextual
Teaching
and Learning
1. Guru
mempersiapkan
prota dan
promes
2. Guru
mempersiapkan
silabus.
3. Guru
mempersiapkan
RPP.
4. Guru
mempersiapkan
√
√
√
-
-
-
√
√
√
Kepala
sekolah,
Guru
PKn,
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
tempat
pembelajaran.
5. Guru
mempersiapkan
media.
6. Guru
mempersiapkan
instrument
evaluasi.
7. adanya desain
pembelajaran
√
√
√
√
√
√
√
-
√
√
√
√
2
Pelaksanaan
pembelajaran
PKn dengan
pendekatan
Contextual
Teaching
and Learning
1) Guru memulai
pembelajaran
dengan
apersepsi.
2) Mengembangkan
pemikiran
bahwa anak
akan belajar
lebih bermakna
dengan cara
bekerja sendiri,
menemukan
sendiri, dan
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuan dan
keterampilan
barunya.
3)Melaksanakan
sejauh mungkin
kegiatan inkuiri
untuk semua
topik.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Kepala
sekolah,
Guru
PKn,
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4)
Mengembangka
n sifat ingin
tahu dengan
bertanya.
5) Menciptakan
masyarakat
belajar ( belajar
dalam
kelompok-
kelompok ).
6). Menghadirkan
model sebagai
contoh
pembelajaran.
7) Melakukan
refleksi di akhir
pertemuan.
8) Melakukan
penilaian yang
Sebenarnya
dengan berbagai
cara.
9) Guru mengajak
siswa
menyimpulakn
materi
pelajaran
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
-
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3
Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
pembelajara
n PKn
dengan
pendekatan
Contextual
Teaching
and
Learning
1. Kemampuan
guru
2. Kelengkapan
dokumen
3. Daya serap
peserta didik
4. Fasilitas
sekolah
5. Ketersediaan
dana
6. Daya dukung
pihak luar
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
Kepala
sekolah,
Guru
PKn,
Siswa
4
Evaluasi
pembelajaran
PKn dengan
pendekatan
Contextual
Teaching
and Learning
1. Memberikan
evaluasi dalam
berbagai bentuk.
2. Memberikan
evaluasi secara
individu dan
kelompok.
3. Aspek evaluasi
(aspek kognitif,
afektif dan
psikomotorik).
√
√
√
√
√
√
√
√
-
Kepala
sekolah,
Guru
PKn,
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
F. Keabsahan Data
Data yang diperoleh dikatakan valid apabila temuan dan
interpretasi data memiliki kredibilitas. Dalam penelitian ini, yang dapat
dilakukan oleh peneliti terbatas pada kredibilitas dengan mengusahakan
semaksimal mungkin peneliti tinggal di lapangan dengan melakukan
wawancara dan observasi berkali-kali sehingga diperoleh dan konsisten.
Cara berfikir kualitatif, informasi dapat dikatagorikan valid manakala
memiliki karakteristik informasi yang sama antar berbagai sumber
(Harsono, 2011: 35). Misalnya data dokumen sama dengan data observasi,
bahkan sama juga dengan informasi dari informan.
Keabsahan data dilakukan melalui trianggulasi data melalui
pengamatan kinerja guru dan kegiatan siswa. Menurut Moleong (2006:
330) trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan
data yang paling umum digunakan. Cara ini dilakukan dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam kaitan ini Patton (dalam
Sutopo, 2006: 92) menjelaskan teknik triangulasi yang dapat
digunakan. Teknik triangulasi yang dapat digunakan menurut Patton
meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
1. Triangulasi Data
Teknik triangulasi data dapat disebut juga triangulasi sumber.
Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia
berusaha menggunakan berbagai sumber yang ada.
2. Triangulasi Peneliti
Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik yang berupa
data maupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya
dapat diuji oleh peneliti lain (Sutopo, 2006: 93). Triangulasi peneliti
dapat dilakukan dengan menyelenggarakan diskusi atau melibatkan
beberapa peneliti yang memiliki pengetahuan yang mencukupi.
3. Triangulasi Metodologis.
Teknik triangulasi metode digunakan dengan cara
mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan metode yang berbeda
(Patton dalam Sutopo, 2006: 93).
4. Triangulasi teoretis.
Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas
permasalahan yang dikaji (Patton dalam Sutopo, 2006: 98). Oleh
karena itu, dalam melakukan jenis triangulasi ini, peneliti harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
memahami teori-teori yang digunakan dan keterkaitannya dengan
permasalahan yang diteliti sehinngga mampu menghasilkan yang mantap.
Berdasarkan uraian diatas maka Trianggulasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Trianggulasi sumber, yaitu membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
G. Teknik Analisis Data
Proses analisis data merupakan bagian yang paling sulit. Data
berupa deskripsi kata-kata dan kalimat yang dikumpulkan melalui
wawancara, deskripsi hasil interpretasi dari observasi, hasil dokumentasi,
disusun secara teratur dalam bentuk susunan kata yang menunjukkan
konstruk budaya (Harsono, 2008: 168). Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis data dalam situs.
Menurut Milles and Huberman, analisis data tertata dalam situs
ditegaskan bahwa kolom pada sebuah matriks tata waktu disusun dengan
jangka waktu, dalam susunan tahapan, sehingga dapat dilihat kapan gejala
tertentu terjadi. Prinsip dasarnya adalah kronologi. Berikut tahapan dalam
analisis data tertata, yaitu :
Pertama, Membangun sajian.
Pada tahap ini cara yang mudah bergerak maju adalah memecah-mecah
inovasi ke dalam komponen-komponen atau aspek-aspek khusus, dengan
menggunakan ini sebagai baris matriks. Kolom matriks adalah jangka-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
jangka waktu, dari penggunaan awal sampai penggunaan nanti (Miles dan
Huberman, 2007: 173-174).
Kedua, Memasukkan data.
Pada tahap ini, penganalisis sedang mencari perubahan-perubahan
dalam inovasi itu, komponen demi komponen. Perubahan-perubahan itu
dapat ditempatkan dalam catatan-catatan lapangan wawancara dengan para
pengguna inovasi yang sudah terkode, yang ditanyai secara khusus apakah
mereka telah membuat suatu yang sudah terkode dalam format buku
inovasi. Kelanjutan penyelidikan menurut adanya bagian-bagian yang
telah ditambah, didrop, diperbaiki, digabungkan, atau diseleksi untuk
digunakan. Dalam beberapa hal dapat mengacu pada bukti-bukti
dokumenter (Miles dan Huberman, 2007: 174).
Ketiga, Menganalisis data.
Pada tahap ini, penganalisis dapat memahami lebih dalam
mengenai apa yang terjadi dengan mengacu kembali pada aspek-aspek lain
dari catatan lapangan, khususnya apa lagi yang dikatakan orang mengenai
perubahan itu atau alasan-alasannya (Miles dan Huberman, 2007: 177).
Untuk menyajikan data agar mudah dipahami, maka langkah-
langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis
Interactive Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkah-
langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu
pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
a. Pengumpulan Data ( data collection )
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, pengamatan yang
sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,
gambar, foto, dan sebagainya.
b. Reduksi Data ( data reduction )
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan akhir atau verifikasi. Reduksi data ini berlangsung secara terus
menerus selama penelitian berlangsung.
c. Penyajian Data ( data display )
Penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang
bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan simpulan serta
memberikan tindakan dan untuk menemukan suatu makna dari data tersebut
Data yang diperoleh dari penelitian ini berwujud kata-kata, kalimat,
atau paragraph. Karena itu data tersebut akan disajikan dalam bentuk teks
atau berupa uraian naratif. Dalam penelitian ini data yang telah diperoleh
disajikan bentuk gambar, matrik dan skema (Sugiyono, 2009: 349).
d. Penarikan Kesimpulan ( conclusion )
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008: 352), menyatakan
langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Dari reduksi data dan penyajian data yang telah didukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
oleh bukti-bukti valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
diskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang
remang atau belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas (Sugiyono,
2008: 345).Hubungan langkah-langkah tersebut bersifat interaktif yang
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2 :
Komponen dalam analisis data (Interactive Model) Miles and Huberman
Dalam Sugiyono (2009: 247)
Data
Collection
Data Reduction
Data Display
Conclusion:
Drawing
/verifying
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
Untuk mengetahui kondisi SMK Gajah Mada Purwodadi secara jelas, maka
akan disajikan deskripsi umum obyek penelitian sebagai berikut :
Penelitian dilakukan di SMK Gajah Mada Purwodadi. NPSN / NSS :
69752158 / 322031513023 . Sekolah ini merupakan sekolah swasta yang terletak
di : Kampus I Jl. Untung Suropati, Gang I , Kampus II Jl. Taman Sari Purwodadi
: No telpon : 0292/421957 dan email : Gajah Mada [email protected],
http://www.smkGajah Mada Purwodadi.sch.id . Sekolah ini merupakan sekolah
yayasan yang berdiri tahun 2012. : dengan SK Pendirian 421.5/3563/C/2012. Luas
sekolah ini : 3073 m2. Berikut adalah data sarana prasarana yang dimiliki oleh
SMK Gajah Mada Purwodadi.
No Nama Prasarana Panjang (m) Lebar (m)
1 Perpustakaan 9 8
2 R. Praktek Las & Kerja Bangku 5 6
3 R. Praktek TKJ 1 7 6
4 R. praktek TKJ 2 5 7
5 R. Praktek TKR 7 7
6 R. Praktek TSM 7 5
7 Ruang Guru 9 7
8 Ruang Kelas X AK 7 7
9 Ruang Kelas X TKJ 8 7
10 Ruang Kelas X TKR 9 7
11 Ruang Kelas X TSM 8 7
12 Ruang Kelas XI TKJ 8 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
13 Ruang Kelas XI TKR 8 7
14 Ruang Kelas XI TSM 1 8 6
15 Ruang Kelas XI TSM 2 8 6
16 Ruang Kelas XII TKJ 7 7
17 Ruang Kelas XII TKR 8 7
18 Ruang Kelas XII TSM 8 7
19 Ruang Kepala Sekolah 6 5
20 Ruang Koperasi 4 3
21 Ruang Tata Usaha 7 7
22 Ruang WC 3 3
23 Ruang WC 3 13
24 Ruang WC 3 3
No Jenis Sarana Jumlah Letak Keterangan
1 Meja Kerja / sirkulasi 1 Perpustakaan Laik
2 Rak Buku 8 Perpustakaan Laik
3 Meja Baca 1 Perpustakaan Laik
4 Kursi Baca 16 Perpustakaan Laik
5 Lemari 1 Perpustakaan Laik
6 Papan Tulis 2 Ruang Kelas XII TSM Kurang Laik
7 Meja Guru 1 Ruang Kelas XII TSM Laik
8 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas XII TSM Laik
9 Meja Siswa 17 Ruang Kelas XII TSM Kurang Laik
10 Kursi Guru 1 Ruang Kelas XII TSM Laik
11 Kursi Siswa 34 Ruang Kelas XII TSM Kurang Laik
12 Ragum meja 12
R. Praktek Las &
Kerja Bangku Kurang Laik
13 Mesin bor listrik 1
R. Praktek Las &
Kerja Bangku Laik
14 Tabung oksigen 1
R. Praktek Las &
Kerja Bangku Laik
15 Meja Ragum 1
R. Praktek Las &
Kerja Bangku Laik
16
Regulator/oksigen
Acetilin 1
R. Praktek Las &
Kerja Bangku Laik
17 Selang las Oksigen 1
R. Praktek Las &
Kerja Bangku Laik
18 Las listrik 1
R. Praktek Las &
Kerja Bangku Laik
19 Las oksi asetilin 1
R. Praktek Las &
Kerja Bangku
Laik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
20 Lemari Katalog 1 Ruang Kepala Sekolah Laik
21 Printer 1 Ruang Kepala Sekolah Laik
22 Komputer 1 Ruang Kepala Sekolah Laik
23 Kursi Kerja 1 Ruang Kepala Sekolah Laik
24 AC 1 Ruang Kepala Sekolah Laik
25 Meja Kerja / sirkulasi 1 Ruang Kepala Sekolah Laik
26 Filling Cabinet 2 Ruang Kepala Sekolah Laik
27 Kursi Siswa 32 Ruang Kelas XII TKR Kurang Laik
28 Meja Siswa 16 Ruang Kelas XII TKR Kurang Laik
29 Meja Guru 1 Ruang Kelas XII TKR Laik
30 Papan Tulis 1 Ruang Kelas XII TKR Laik
31 Papan Tulis 2
Ruang Kelas XI TSM
1 Laik
32 Simbol Kenegaraan 1
Ruang Kelas XI TSM
1 Laik
33 Meja Guru 1
Ruang Kelas XI TSM
1 Laik
34 Kursi Siswa 24
Ruang Kelas XI TSM
1 Laik
35 Kursi Guru 1
Ruang Kelas XI TSM
1 Laik
36 Meja Siswa 12
Ruang Kelas XI TSM
1 Laik
37 Kursi Siswa 25
Ruang Kelas XI TSM
2 Laik
38 Meja Siswa 13
Ruang Kelas XI TSM
2 Laik
39 LCD Proyektor 1
Ruang Kelas XI TSM
2 Laik
40 AC 1
Ruang Kelas XI TSM
2 Laik
41 Simbol Kenegaraan 1
Ruang Kelas XI TSM
2 Laik
42 Meja Guru 1
Ruang Kelas XI TSM
2 Laik
43 Kursi Guru 1
Ruang Kelas XI TSM
2 Laik
44 Papan Tulis 1
Ruang Kelas XI TSM
2 Laik
45 Tempat cuci tangan 1 R. Praktek TSM Laik
46 Motor 3 R. Praktek TSM Kurang Laik
47 Motor 2 R. Praktek TSM Laik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
48 Elektrikal Trainer Kit 1 R. Praktek TSM Laik
49
Alat peraga motor
belah 4 tak 2 R. Praktek TSM Kurang Laik
50 Lemari 2 R. Praktek TSM Kurang Laik
51 Meja Guru 1 Ruang Kelas X TSM Laik
52 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas X TSM Laik
53 Papan Tulis 1 Ruang Kelas X TSM Laik
54 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas X TSM Laik
55 Meja Siswa 17 Ruang Kelas X TSM Laik
56 Kursi Guru 1 Ruang Kelas X TSM Laik
57 AC 1 Ruang Kelas X TSM Laik
58 Kursi Siswa 34 Ruang Kelas X TSM Laik
59 Papan Tulis 1 Ruang Guru Laik
60 Meja Kerja / sirkulasi 17 Ruang Guru Laik
61 Kursi Kerja 20 Ruang Guru Laik
62 AC 1 Ruang Guru Laik
63 Komputer Laptop 2 Ruang Tata Usaha Laik
64 LCD Proyektor 8 Ruang Tata Usaha Laik
65 Printer 1 Ruang Tata Usaha Laik
66 Kotak kontak 1 Ruang Tata Usaha Laik
67 Kursi TU 3 Ruang Tata Usaha Laik
68 Meja TU 3 Ruang Tata Usaha Laik
69 Filling Cabinet 2 Ruang Tata Usaha Laik
70 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Tata Usaha Laik
71
Penanda Waktu (Bell
Sekolah) 1 Ruang Tata Usaha Laik
72 Perlengkapan P3K 1 Ruang Tata Usaha Laik
73 Pengeras Suara 1 Ruang Tata Usaha Laik
74 Lemari Katalog 1 Ruang Tata Usaha Laik
75 Tape Recorder 1 Ruang Tata Usaha Laik
76 Lemari 1 Ruang Tata Usaha Laik
77 Jam Dinding 1 Ruang Tata Usaha Laik
78 Komputer TU 1 Ruang Tata Usaha Laik
79 Foto Copy 1 Ruang Tata Usaha Laik
80 Meja Siswa 10 R. praktek TKJ 2 Laik
81 Kursi Siswa 10 R. praktek TKJ 2 Laik
82 Kipas angin 2 R. praktek TKJ 2 Laik
83 Komputer PC 10 R. praktek TKJ 2 Kurang Laik
84 Stabilizer 10 R. praktek TKJ 2 Laik
85 Meja Guru 1 Ruang Kelas XI TKJ Laik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
86 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas XI TKJ Laik
87 Kursi Siswa 30 Ruang Kelas XI TKJ Laik
88 Papan Tulis 1 Ruang Kelas XI TKJ Laik
89 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas XI TKJ Laik
90 Kursi Guru 1 Ruang Kelas XI TKJ Laik
91 Meja Siswa 15 Ruang Kelas XI TKJ Laik
92 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas XI TKR Laik
93 Papan Tulis 1 Ruang Kelas XI TKR Laik
94 Meja Guru 1 Ruang Kelas XI TKR Laik
95 Kursi Guru 1 Ruang Kelas XI TKR Laik
96 Meja Siswa 16 Ruang Kelas XI TKR Laik
97 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas XI TKR Laik
98 Kursi Siswa 32 Ruang Kelas XI TKR Kurang Laik
99 AC 1 Ruang Kelas XI TKR Laik
100 Kursi Guru 1 Ruang Kelas X TKJ Laik
101 Kursi Siswa 28 Ruang Kelas X TKJ Laik
102 Meja Guru 1 Ruang Kelas X TKJ Laik
103 Meja Siswa 14 Ruang Kelas X TKJ Laik
104 AC 1 Ruang Kelas X TKJ Laik
105 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas X TKJ Laik
106 Papan Tulis 2 Ruang Kelas X TKJ Kurang Laik
107 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas X TKJ Laik
108 Papan Tulis 1 R. Praktek TKR Laik
109 Peraga kopling 1 R. Praktek TKR Laik
110
Obyek Latihan
Transmisi 2 R. Praktek TKR Laik
111 Lemari Katalog 2 R. Praktek TKR Laik
112 Elektrikal Trainer Kit 1 R. Praktek TKR Kurang Laik
113 Engine Life 3 R. Praktek TKR Laik
114 Kursi Kerja 2 R. Praktek TKR Laik
115 AC trainer 1 R. Praktek TKR Laik
116 Lemari 1 R. Praktek TKR Kurang Laik
117 Meja Kerja / sirkulasi 2 R. Praktek TKR Laik
118
Trainer
Machanic/Dead
engine 1 R. Praktek TKR Laik
119 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas X TKR Laik
120 Papan Tulis 1 Ruang Kelas X TKR Laik
121 Kursi Guru 1 Ruang Kelas X TKR Laik
122 AC 1 Ruang Kelas X TKR Laik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
123 Meja Guru 1 Ruang Kelas X TKR Laik
124 Kursi Siswa 38 Ruang Kelas X TKR Laik
125 Meja Siswa 40 Ruang Kelas X TKR Laik
126 Meja Guru 1 R. Praktek TKJ 1 Laik
127 Hand tools box 2 R. Praktek TKJ 1 Laik
128 Kursi Siswa 20 R. Praktek TKJ 1 Laik
129 Komputer 18 R. Praktek TKJ 1 Laik
130 AC 1 R. Praktek TKJ 1 Laik
131 Meja Siswa 18 R. Praktek TKJ 1 Kurang Laik
132 Rak Buku 1 R. Praktek TKJ 1 Laik
133 Monitor 5 R. Praktek TKJ 1 Kurang Laik
134 Stabilizer 18 R. Praktek TKJ 1 Laik
135 Printer 1 R. Praktek TKJ 1 Kurang Laik
136 Lemari Katalog 1 R. Praktek TKJ 1 Laik
137 Komputer 5 R. Praktek TKJ 1 Kurang Laik
138 Kursi Guru 1 R. Praktek TKJ 1 Laik
139 Gayung 1 Ruang WC Laik
140 Lemari Katalog 1 Ruang Koperasi Laik
141 Alat pres 1 Ruang Koperasi Laik
142 Foto Copy 1 Ruang Koperasi Laik
143 Tempat Sampah 10 Ruang Koperasi Laik
144 AC 1 Ruang Kelas X AK Laik
145 Kursi Guru 1 Ruang Kelas X AK Laik
146 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas X AK Laik
147 Kursi Siswa 23 Ruang Kelas X AK Laik
148 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas X AK Laik
149 Papan Tulis 2 Ruang Kelas X AK Laik
150 Meja Siswa 12 Ruang Kelas X AK Laik
151 Meja Guru 1 Ruang Kelas X AK Laik
152 Gayung 1 Ruang WC Laik
153 Meja Siswa 1 Ruang Kelas XII TKJ Laik
154 Kursi Guru 1 Ruang Kelas XII TKJ Laik
155 Kursi Siswa 16 Ruang Kelas XII TKJ Laik
156 Meja Guru 1 Ruang Kelas XII TKJ Laik
157 AC 1 Ruang Kelas XII TKJ Laik
158 Papan Tulis 1 Ruang Kelas XII TKJ Laik
Total 847
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Sekolah ini cukup banyak peminatnya, jumlah peserta didik saat ini
berjumlah 313 siswa seperti dibawah ini :
No Nama Rombel Jumlah Siswa
L P Jumlah
1 X AK
Kelas
10 3 20 23
2 X TKJ
Kelas
10 19 9 28
3 X TKR
Kelas
10 36 0 36
4 X TSM
Kelas
10 33 0 33
5 XI TKJ
Kelas
11 17 13 30
6 XI TKR
Kelas
11 32 0 32
7 XI TSM1
Kelas
11 23 0 23
8 XI TSM2
Kelas
11 22 3 25
9 XII TKJ
Kelas
12 13 4 17
10 XII TKR
Kelas
12 31 0 31
11 XII TSM
Kelas
12 34 1 35
Total 263 50 313
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan fokus masalah dan indikator dalam penelitian yang
saya lakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi
dokumen, maka di dapat data sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Perencanaan dalam sebuah pembelajaran merupakan tahapan
yang cukup penting agar bisa dipersiapkan oleh guru di awal tahun ajaran
baru, supaya pembelajaran benar-benar terencana dan terprogram dengan
baik. Baik buruknya proses pembelajaran bisa ditentukan dari baik
tidaknya perencanaan pembelajaran yang dikemas oleh guru. Maka
perencanaan pembelajaran bisa dikatakan sebagai langkah awal (start)
penentu proses pembelajaran selanjutnya.
Guru mata pelajaran PKn layaknya guru mata pelajaran lain,
tentunya harus mempersiapkan program tahunan (prota), program
semester (promes), silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Pemilihan metode pembelajaran juga menjadi prioritas awal yang
harus dicermati oleh guru supaya pembelajaran bisa berjalan dengan
baik, lancar serta tepat sasaran.
Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata
pelajaran per kompetensi yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran
di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP
itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan
pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya
terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil
target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui
RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan
profesinya. Sebagaimana rencana pembelajaran pada umumnya, rencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
pembelajaran berbasis kompetensi melalui pendekatan kontekstual
dirancang oleh guru yang akan melaksanakan pembelajaran di kelas yang
berisi skenario tentang apa yang akan dilakukan siswanya sehubungan
topik yang akan dipelajarinya. Secara teknis rencana pembelajaran
minimal mencakup komponen-komponen berikut:
a. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian
hasil belajar.
b. Tujuan pembelajaran.
c. Materi pembelajaran.
d. Pendekatan dan metode pembelajaran.
e. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
f. Alat dan sumber belajar.
g. Evaluasi pembelajaran.
Berbeda dengan rencana pembelajaran yang dikembangkan oleh
paham objektivis yang menekankan rincian dan kejelasan tujuan, rencana
pembelajaran kontekstual yang dikembangkan oleh paham
konstruktivisme menekankan pada tahap-tahap kegiatan (yang
mencerminkan proses pembelajaran) siswa dan media atau sumber
pembelajaran yang dipakai. Dengan demikian, rumusan tujuan yang
spesifik bukan menjadi prioritas dalam penyusunan rencana
pembelajaran kontekstual karena yang akan dicapai lebih pada kemajuan
proses belajarnya.
Pembelajaran PKn di SMK Gajah Mada Purwodadi sangat perlu
mendapat perhatian khusus dari guru mata pelajaran maupun kepala
sekolah. Hal ini karena adanya kondisi yang bertolak belakang, yaitu
antara harapan dan kenyataan. Secara umum diharapkan semua siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
antusias dan semangat mengikuti pembelajaran PKn ini karena
pentingnya manfaat dan tuntutan akan kepemilikan skill dan moral yang
tinggi bagi para lulusan SMK Gajah Mada Purwodadi. Selain itu
memang karena program pemerintah yang sedang diprioritaskan pada
pengembangan skill siswa SMK sebagai lulusan siap kerja yang memiliki
moralitas dalam dunia kerja. Oleh karenanya, guru mata pelajaran PKn
di SMK Gajah Mada Purwodadi harus bekerja ekstra agar mampu
mengantarkan siswanya memiliki kemampuan sebagaimana yang
diharapkan.
Kerja ekstra guru mapel PKn dimulai sejak perencanaan hingga
pelaksanaan dan sampai pada tahapan evaluasi pembelajaran. Pada tahap
awal guru mapel melaksanakan perencanaan di awal tahun ajaran baru.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd,
selaku guru mata pelajaran PKn :
Saya menyusun perencanaan pembelajaran ini pada saat awal tahun
ajaran secara lengkap. Hal ini biasa saya lakukan semenjak saya
menjadi guru. Namun kali ini lebih menyenangkan karena
pengembangan RPP saat ini lebih leluasa daripada beberapa tahun
yang silam, pada RPP pembelajaran kali ini kami menggunakan
pendekatan kontekstual. ( CL 1 halaman 164 )
Sedangkan Bapak G. Wahyu Hendarto, ST, MM selaku Kepala
sekolah juga menuturkan sebagai berikut:
Saya memang memberikan tugas kepada semua guru di SMK Gajah
Mada Purwodadi agar bisa mempersiapkan perecanaan
pembelajaran di awal tahun agar secara administratif guru memiliki
ancang-ancang persiapan yang cukup matang pada proses
pembelajaran 1 tahun ke depan. ( CL 2 halaman 173 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Dari hasil wawancara ini dapat diketahui bahwa pada awal tahun
ajaran sekolah ini semua guru, termasuk guru PKn mempersiapkan
segala yang menjadi kebutuhan perlengkapan untuk suksesnya
pembelajaran. Mempersiapkan secara maksimal apa yang menjadi
kebutuhannya.
Adapun perlengkapan yang dimaksudkan pada tahap perencanaan
ini antara lain program tahunan (prota), promes (program semesteran),
silabus, RPP serta media.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd,
selaku guru mata pelajaran PKn sebagai berikut.
Tentu. saya berusaha mempersiapkan prota, promes, silabus, rpp
dan media pembelajaran PKn pada materi “ Sistem Hukum dan
Peradilan Internasional ”secara lengkap dengan memadukan pola
bermain dalam belajar. Media yang dijadikan permainan berupa
Video dan gambar yang berkaitan dengan Sistem Hukum dan
Peradilan Internasoianal. ( CL 1 halaman 165 )
Persiapan-persiapan yang dimaksudkan di atas juga sesuai dengan
hasil dokumentasi yang peneliti lakukan pada observasi awal tanggal 10
Maret 2014. Guru mapel benar-benar memiliki seperangkat
pembelajaran yang mendukung pelaksanaan pembelajaran sebagai
kelengkapan administrasi sebagi guru profesional. Guru mengajar
berdasarkan acuan yang lengkap dan terarah, sehingga tidak
dikhawatirkan adanya penggunaan waktu dan pembicaraan yang sia-sia.
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa prota,
promes, silabus dan RPP materi “Sistem Hukum dan Peradilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Internasoianal” sudah dikemas sejak awal perencanaan sebelum
pelaksanaan pembelajaran ini berlangsung di kelas dengan
menggunakan pendekatan kontekstual, guru juga memadukan pola
bermain sambil belajar. Artinya dalam menyampaikan materi “Sistem
Hukum dan Peradilan Internasoianal”, Bp. M. Nur Setiawan, S.Pd,
menerapkan pendekatan CTL dengan pola-pola permainan yang
didalamnya mengandung materi pelajaran atau materi pelajaran dikemas
dalam pola permainan, sehingga lebih bisa diterima, dipahami dan
menyenangkan bagi siswa.
Dalam mempersiapkan semua perlengkapan perencanaan tersebut
guru mapel sangat dituntut agar selalu siap secara profesional sebagai
guru sepanjang waktu. Dalam arti mempersiapkan perencanaan
pembelajaran tidak hanya di sekolah, namun di rumah pun juga harus
siap dalam mempersiapkan perencanaan secara maksimal. Guru dituntut
mempersiapkan perencanaan baik secara mandiri maupun berpatner
untuk menghasilkan persiapan perencanaan pembelajaran yang baik dan
maksimal.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mapel PKn:
Mulanya Saya mempersiapkan sendiri, namun kemudian persiapan
itu saya diskusikan (sharing) dengan teman yang juga memiliki
keahlian di bidang yang sama dalam MGMP. Saya juga ber sharing
pada kepala sekolah jika ada sesuatu yang saya rasa kurang, seperti
media maupun fasilitas pembelajaran yang belum tersedia. ( CL 1
halaman 165 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Kepala sekolah menegaskan:
Saya sangat respect pada bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, . Beliau
termasuk salah satu guru yang aktif di SMK Gajah Mada Purwodadi
ini. Jika menyusun program merasa ada kesulitan, beliau langsung
menemui saya, termasuk dalam penyusunan persiapan pembelajaran
PKn ini. ( CL 2 halaman 173 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru mapel
secara mandiri menyusun RPP. Namun ada fasilitas untuk
bermusyawarah baik dengan sesama teman MGMP, maupun guru se
SMK Gajah Mada Purwodadi. Hal ini dikandung maksud agar saling
melengkapi untuk memperoleh kerangka persiapan yang sempurna dan
maksimal, dengan sharing dan ataupun musyawarah bersama.
Perencanaan tersebut disusun tentunya memiliki tujuan ke depan
yang lebih baik. Baik tujuan pada proses pembelajaran yang kondusif
maupun hasil belajar siswa yang maksimal, dan masuk kriteria berhasil.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd,
selaku guru PKn:
Agar saya merasa mudah dalam menyampaikan materi pelajaran dan
mengelola kelas, bisa lebih efektif dan efisien. Saya berharap siswa
mampu memahami materi yang saya sampaikan secara maksimal.
Selain itu, secara formal karena adanya tuntutan administrasi bagi
guru. ( CL 1 halaman 165 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru mapel
PKn akan lebih mudah dalam menyampaikan materi dan mengelola
kelas dalam pembelajaran jika sudah ada persiapan yang matang dari
awal, baik silabus maupun RPP dan media pembelajaran. Guru berasumsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
pembelajaran akan berlangsung lebih efektif dan efisien. Kelas juga akan
terasa lebih tenang dan menyenangkan bagi siswa. Apalagi dengan
metode yang sesuai.
Guru mapel PKn sudah biasa dalam menyusun perencanaan
pembelajaran, meskipun dengan metode pembelajaran yang berbeda.
Sehingga, guru mapel belum merasa menemui kejanggalan maupun
kesulitan yang vital dalam penyusunannya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn :
Pada prinsipnya tidak, karena sekarang guru lebih leluasa dalam
mengembangkan silabus dan RPP. Guru hanya berpatokan pada
standart kompetensi yang telah ditentukan dari pusat sebagai
kurikulum induk. Selanjutnya guru bebas mengembangkan metode
apa yang tepat untuk diterapkan yang terpenting adalah materi yang
disampaikan oleh guru benar-benar dapat dipahami, dimengerti dan
diingat oleh siswa. Dan belajarpun tidak harus dilakukan di dalam
kelas yang bersifat monoton tetapi dapat dikemas dengan pola
permainan atau belajar di luar kelas. ( CL 1 halaman 165 )
Kepala sekolah menuturkan:
“saya rasa Pak M. Nur Setiawan tidak terlalu kesulitan dalam
mempersiapkan silabus dan RPP. Toh beliau merupakan guru senior dan
juga segudang pengalaman telah dikantonginya”. ( CL 2 halaman 173 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru mapel
PKn tidak merasa kesulitan dalam menyusun perencanaan pembelajaran.
Menurut asumsi guru mapel, dikarenakan guru memiliki kebebasan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
menuysun silabus menyesuaikan kondisi lingkungan sekitar. Termasuk
melihat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran.
menuysun silabus menyesuaikan kondisi lingkungan sekitar. Termasuk
melihat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn :
“Saya mengacu pada kurikulum dari pusat, namun saya berusaha
mengembangkan secara mandiri, menyesuaikan kondisi yang ada di
wilayah SMK Gajah Mada Purwodadi ”. ( CL 1 halaman 166 )
Hal ini senada dengan dokumentasi hasil observasi peneliti pada
tanggal 9 Juni 2014. Peneliti melihat adanya format dan content dalam
silabus benar-benar mengacu pada kurikulum dari pusat yang telah baku.
Namun saya melihat ada pengembangan menyesuaikan kebutuhan sekolah
dan lingkungan masyarakat”.
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa adanya acuan
pokok sebagai kurikulum dari pusat pada silabus sebagai standar
kompetensi utama. Namun, guru memiliki kebebasan dalam
mengembangkannya baik berupa kompetensi dasar maupun indikator yang
lain. Prinsipnya adalah siswa mampu memahami sesuai yang diharapkan
dan memiliki skill serta moralitas tinggi yang berdasarkan pancasila
sebagaimana kebutuhan lingkungan sekitar, baik yang bersifat lokal
maupun nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn:
Layaknya guru yang lain, pada perencanaan ini saya mentarget
persiapannya secara lengkap baik silabus, RPP dan media yang tepat.
Harapan saya dengan persiapan yang matang dan lengkap ini,
pelaksanaan pembelajaran nanti berlangsung secara maksimal,
sehingga hasil belajar siswa juga maksimal. ( CL 1 halaman 166 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru mapel
mentargetkan agar siswa memahami materi pembelajaran khususnya. Target
utama dari perencanaan ini adalah agar siswa nantinya mampu mengikuti
pembelajaran secara komprehenshif sebagaimana yang diproyeksikan dalam
metode CTL.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru
mata pelajaran PKn :
Patner sharing saya dalam perencanaan pembelajaran PKn ini antara
lain: teman se MGMP PKn, guru di SMK Gajah Mada Purwodadi,
dan juga Kepaqla Sekolah, sehingga bisa mengetahui fasilitas dari
para pemilik tempat magang dan untuk memudahkan schedule
pelaksanaan pembelajaran. ( CL 1 halaman 166 )
Kepala SMK Gajah Mada Purwodadi menuturkan:
Saya sangat menghimbau para guru untuk mengikuti berbagai
macam kegiatan baik dalam lingkup rayon, kabupaten maupun
nasional dalam rangka peningkatan kompetensi guru. Kegiatan
tersebut bisa berupa MGMP, OJT, Diklat, seminar maupun
lokakarya. ( CL 2 halaman 174 )
Hal ini senada dengan hasil dokumentasi adanya beberapa sertifikat
kegiatan yang dimiliki oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selama 3 tahun
terakhir ini. Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
mapel dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran terkadang harus
bermusyawarah dengan teman MGMP agar persiapan lebih maksimal.
Dalam penyusunan perencanaan silabus dan RPP ini guru mapel
tidak hanya sekali jadi. Adakalanya guru mapel mengalami kekurangan
dalam kerangka, sehingga harus melengkapi kekurangannya di tengah-
tengah pembelajaran.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru
mata pelajaran PKn :
“Biasanya saya menyusun dua kali, yaitu pada awal tahun semester 1 dan awal
semester 2. Namun saya tetap melengkapi jika ditemui kekurangannya pada
saat pembelajaran sudah berlangsung”. ( CL 1 halaman 167 )
2. Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
Strategi pembelajaran kontekstual (CTL) dapat diterapkan dalam
kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Strategi
pembelajaran kontekstual mata pelajaran PKn di SMK Gajah Mada
Purwodadi sudah beberapa kali diterapkan dalam rangka mengembangkan
pendekatan pembelajaran PKn, dan hasilnya sudah cukup ada
perkembangan meskipun belum maksimal, sehingga perlu adanya
penerapan kembali pembelajaran kontekstual ini.
Penerapan model pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh
guru di kelas, memiliki langkah-langkah pembelajaran. Sebagaimana yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dijabarkan oleh Depdiknas (Trianto, 2008:25-26) secara garis besar
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bartanya.
d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran PKn materi kompetensi
“Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ” ini, guru mapel memulai
pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan deskripsi tentang rencana
penyampaian materi kompetensi “Sistem Hukum dan Peradilan
Internasional ”. Guru memicu siswa agar tergugah untuk bisa merespon
mengenai m,ateri Sistem Hukum dan Peradilan Internasional dalam PKn.
Namun, sebelum menyampaikan materi kompetensi “Sistem Hukum dan
Peradilan Internasional ”, guru juga menyinggung beberapa materi yang
telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Secara umum saya memulai pembelajaran PKn ini dengan
pendahuluan sebagai appersepsi. Bertanya kepada para siswa
mengenai materi yang lalu. Dan selanjutnya menanyai siswa
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan saya
sampaikan yaitu tentang “konsep Sistem Hukum dan Peradilan
Internasional ” sebagai pemanasan bagi para siswa. ( CL 1 halaman
167 ).
Hal ini sesuai dengan observasi peneliti pada tanggal 9 Juni
2014. Guru mapel sebelum menyampaikan materi inti, beliau memberikan
pemanasan terlebih dahulu pada siswa. Menurutnya, agar siswa mendapat
stimulus pada proses pembelajaran berikutnya.
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pada
permulaan pembelajaran guru tidak secara spontan langsung
menyampaikan materi pelajaran yang baru. Namun guru melakukan
pemanasan agar otak (mind) siswa tergugah. Hal ini dimaksudkan untuk
mengkondisikan pemikiran siswa agar tidak kaget dengan materi yang
baru. Ibarat pemain sepak bola, sebelum pelaksanaan sepak bola
berlangsung, para pemain melakukan pemanasan terlebih dahulu untuk
melenturkan otot-ototnya.
Dalam pembelajaran materi “Sistem Hukum dan Peradilan
Internasional ” ini, guru mengawali dengan menyampaikan pemahaman
materi secara global dan secukupnya. Setelah itu guru meminta agar siswa
secara langsung mempelajari dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
secara baik dan benar.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Saya memulai dengan menyampaikan materi tentang “Sistem Hukum
dan Peradilan Internasional ”, dan selanjutnya saya meminta siswa
untuk mempraktekkan secara langsung dengan saya berikan tugas
mencari data sambil bermain di luar kelas dengan saya beri batas
waktu, kemudian setelah data di dapat siswa menyampaikan
laporannya di hadapan siswa lainnya yang selanjutkan didiskusikan
bersama. ( CL 1 halaman 167 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru secara
berurutan memberikan materi pemahaman sebagai aspek kognitif
secukupnya. Lebih luas dari itu semua, guru mapel memberikan
penekanan kepada siswa agar bisa mengetahui secara langsung penerapan
Sistem Hukum dan Peradilan Internasional dalam PKn sebagaimana
yang dimaksudkan.
Dengan strategi CTL ini, siswa merasakan adanya perbedaan
dalam model pembelajaran. Siswa merasa disibukkan oleh beberapa
instruksi guru, sehingga siswa dituntut harus tetap aktif untuk mengikuti
instruksi guru. Hal ini membuat kondisi siswa menjadi lebih senang dan
semangat dalam pembelajaran.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn :
Siswa nampak semangat dan terlihat aktif dalam aktivitas proses
pembelajaran dengan metode CTL ini. Semua siswa terlihat berfikir
mengenai tugas yang saya berikan . Siswa aktif dalam menemukan
jawaban, aktif bertanya mengenai materi yang belum dipahami, aktif
dalam berdiskusi, saling membantu dan aktif dalam menyelesaikan
masalah. ( CL 1 halaman 167 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa siswa cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
terlihat aktif dalam pembelajaran. Siswa aktif bertanya, aktif menemukan
jawaban, dan aktif berdiskusi sesama teman (saling membantu).
Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kontekstual
mampu menjadikan suasana belajar terasa hidup dan menyenangkan
karena siswa dapat saling mengemukakan pendapat, jawaban dan
argument sebelum guru memberikan kesimpulan. Siswa bisa menyelami
materi pelajaran dan mengkaitkan dengan kondisi yang ada di sekitarnya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn :
Kondisi kelas terasa menyenangkan dan hidup, terbukti dengan
adanya beberapa indikasi ; kelas yang terkondisi artinya siswa
saling mengajukan pertanyaan, jawaban dan argument sambil
sesekali diwarnai humor karena jawaban atau pertanyaan atau
argument siswa yang terkesan lucu namun siswa tidak merasa malu
untuk menyampaikannya, siswa mempunyai keberanian atas
jawaban yang disampaikan dengan mengemukakan argument-
argument, tidak ada siswa yang mengantuk, tidak adanya siswa
yang bercerita sendiri, semua siswa terlibat dalam diskusi dan
pembelajaran yang menyenangkan. ( CL 1 halaman 168 )
Kepala Sekolah menuturkan:
Beberapa minggu terakhir ini saya melihat, pada saat pembelajaran
PKn ini berbeda dengan biasanya. Jika biasanya suara di kelas
terdengar dan terlihat ramai dan gaduh tanpa arah. Namun, beberapa
waktu ini nampak hidup dengan adanya diskusi-diskusi, jawaban-
jawaban, pertanyaan-pertanyaan dan argument-argument yang
disampaikan siswa. Siswa terlihat respect pada apa yang
disampaikan oleh guru. Bahkan banyak kegiatan pembelajaran yang
terlihat diterapkan langsung di luar kelas, sehingga siswa tidak
merasa bosan dan jenuh, justru siswa terlihat sangat antusias dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. (CL2 halaman 174)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dengan
strategi CTL ini, pembelajaran berlangsung dengan baik, siswa sangat
antusias dalam mengikuti pembelajaran karena proses pembelajaran yang
memadukan unsur bermain sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh.
Justru siswa merasa tertantang untuk dapat menemukan materi pelajaran
yang disampaikan guru dengan kenyataan yang di dapat siswa di luar kelas
pada saat mendapatkan tugas. Dengan begitu siswa dapat menarik
kesimpulan sementara atas tugas yang diberikan dengan hasil atau data
yang dikumpulkan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd,
selaku guru mata pelajaran PKn :
Benar, saya cermati tidak ada yang terlihat menyulitkan pada saat
proses pembelajaran, karena siswa menurut dan terlihat sangat
senang serta antusias terhadap tugas-tugas yang saya berikan. Siswa
sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar
tugas yang telah mereka kerjakan di luar kelas, sebaliknya siswa
yang lain juga sangat berkeinginan untuk menjawab pertanyaan dari
teman lain yang diajukkan, yang pada akhirnya terjadi perdebatan
atau diskusi yang mengalir begitu saja tanpa harus disetting, namun
masih dalam kendali saya sehingga kelas tidak justru terlihat gaduh.
Kemudian setelah itu baru saya memberikan jawaban atau
memberikan kesimpulan atas pertanyaan-pertanyaan dengan
memberikan contoh yang mudah dipahami dan dimengerti dengan
mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berkaitan
dengan materi “Sistem Hukum dan Peradilan Internasional. ( CL 1
halaman 168 )
Sebagaimana yang disampaikan oleh Wulan April Liyani selaku
siswa kelas XI sebagai berikut:
Memang begitu, sekarang saya jadi tambah semangat kalau cara
mengajarnya kaya begini. Saya dan teman-teman merasa senang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
semangat, antusias dalam mengikuti pelajarannya Pak Setiawan.
Buktinya saya dan teman-teman tidak merasa ngantuk dan jenuh atau
ramai sendiri. Justru kami mengikuti instruksi Pak Setiawan. ( CL 3
halaman 176 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru sudah
cukup mampu mengelola kelas dengan baik. Sebagai salah satu kunci
utama adalah guru mapel menguasai secara maksimal strategi CTL dengan
baik. Guru tinggal mengaplikasikan pada pembelajaran materi Sistem
Hukum dan Peradilan Internasional.
Penerapan strategi CTL ini nampak cukup memunculkan
pengaruh yang besar bagi perkembangan sikap siswa dan dalam
pengembangan berfikir. Artinya, strategi ini merupakan salah satu variasi
pendekatan yang menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan tertarik dalam
mengikuti pembelajaran. Sehingga, siswa dapat dikondisikan oleh guru di
kelas dengan baik. Sebagai indikasinya adalah jika pada pembelajaran
sebelumnya, tidak sedikit siswa yang mengantuk, bercerita sendiri maupun
juga ramai karena kurang sesuainya metode yang diterapkan dan juga
nampak monoton. Sedangkan pendekatan ini semua siswa diprogram oleh
guru agar semua bisa mengaktifkan semua organ tubuh, baik otak maupun
organ tubuh lain. Karena selain dituntut pada aspek kognitif, siswa juga
dituntut adanya pengembangan pada aspek afektif dan psikomotorik.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd,
selaku guru mata pelajaran PKn :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Menurut pengamatan saya, siswa tertarik karena dengan metode
CTL ini siswa belajar tidak hanya sekedar materi saja, melainkan
siswa langsung bisa masuk dalam kehidupan nyata. Dalam arti siswa
langsung mengetahui secara kongkrit mengenai media dan kegunaan
alat serta kesulitan dalam penggunaannya. ( CL 1 halaman 169 )
Sebagaimana yang disampaikan oleh Sudarsono selaku siswa kelas
XI sebagai berikut:
Betul pak, saya sekarang lebih mudah memahami pelajaran yang
disampaikan pak Setiawan. Jadi saya sekarang makin senang dan
semangat lagi untuk mengikuti pelajarannya PKn karena cara
mengajarnya sangat menyenangkan. Saya langsung mengerti materi
yang disampaikan dengan kondisi lingkungan sekitar tentang Sistem
Hukum dan Peradilan Internasional. Apalagi saat ditampilkan
tayangan tentang sistem hukum dan peradilan internasional di slide.
( CL 4 halaman 161 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa kondisi siswa
dengan penerapan pendekatan CTL ini cukup ada perkembangan yang
baik dan perlu dipraktekkan pada pembelajaran berikutnya. Inti dari
perkembangan ini adalah karena adanya proses pembelajaran yang
berlangsung secara kondusif. siswa juga lebih aktif, dan guru hanya
memposisikan diri sebagai fasilitator proses pembelajaran.
Jika dicermati dengan baik, strategi CTL ini memiliki kelebihan
dibandingkan dengan cooperetaif learning, meskipun ada beberapa
kesamaan didalamnya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn :
Pada prinsipnya tujuan metode pembelajaran itu sama, yaitu ingin
menjadikan siswa itu lebih pandai dan memahami materi pelajaran
dengan baik. Namun, antara materi yang satu dengan lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
terkadang saling melengkapi. Selain itu, satu materi belum tentu
sesuai dengan salah satu metode melainkan akan lebih cocok dengan
metode yang lain. ( CL 1 halaman 169 )
Kelebihan metode CTL dibandingkan dengan metode kooperatif
adalah bahwa dalam meode CTL ini, siswa secara langsung bisa
terjun kelapangan( luar kelas ), siswa mengaitkan materi pelajaran
dengan kondisi nyata (riil) yang ada di lingkungan sekitar. ( CL 1
halaman 169 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pendekatan
CTL memiliki kelebihan berupa adanya pengaitan secara langsung antara
materi yang dipelajari dengan kondisi nyata lingkungan sekitar, baik dari
unsur ekonomi, unsur sosial, unsur budaya maupun yang lainnya.
Sehingga, pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL ini dapat
membuat siswa menerapkannya secara langsung antara materi dengan
Sistem Hukum dan Peradilan Internasional dengan kebutuhan nyata
masyarakat lingkungan secara kongkrit.
Pada pelaksanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL ini,
guru mapel PKn menggunakan beberapa media yang sesuai dengan materi
Sistem Hukum dan Peradilan Internasional. Mengingat standar kompetensi
pembelajaran kali ini adalah Sistem Hukum dan Peradilan Internasional,
maka guru mapel PKn melengkapi beberapa media yang berhubungan
dengan Sistem Hukum dan Peradilan Internasional.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd,
selaku guru mata pelajaran PKn :
Media yang saya butuhkan pada pembelajaran kompetensi hukum
dan peradilan internasional antara lain: slide, gambar dan video
mengenai proses dan status sistem hukum dan peradilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
internasional. Media ini untuk memudahkan siswa memahami materi
yang tentunya saya kaitkan dengan berita-berita Sistem Hukum dan
Peradilan Internasional yang terkini. ( CL 1 halaman 169 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa media
pembelajaran PKn berupa slide, gambar dan video mengenai proses dan
status sistem hukum dan peradilan internasional. Media ini untuk
memudahkan siswa memahami materi yang tentunya saya kaitkan dengan
berita-berita Sistem Hukum dan Peradilan Internasional yang terkini.
Adanya media pembelajaran yang cukup maka menjadikan proses
pembelajaran berlangsung dengan baik. Baik lancarnya proses
pembelajaran maupun meningkatnya hasil belajar siswa.
Sebagaimana pembelajaran dan pendekatan lain yang biasa
diterapkan, guru mata pelajaran juga akan mengakhiri pembelajaran
dengan memberikan kepada para siswa berupa kesempatan bertanya dan
memberikan tugas sebagai bahan belajar di rumah.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd,
selaku guru mata pelajaran PKn :
Saya mengakhiri pembelajaran ini dengan menanyakan kepada siswa
beberapa pertanyaan, antara lain: apakah semua siswa sudah paham
dan mampu semua, jika ada yang belum paham silahkan ditanyakan.
Kemudian saya juga memberikan tugas pada siswa sebagai tahap
evaluasi, dan agar siswa selalu mempelajari materi yang sudah saya
sampaikan, agar siswa tidak mudah lupa. ( CL 1 halaman 170 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru
memberikan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dengan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
penerapan pendekatan CTL pada pembelajaran materi Sistem Hukum dan
Peradilan Internasional .
3. Faktor yang menghambat dan mendukung pembelajaran PKn dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning di SMK Gajah Mada
Purwodadi Purwodadi
Dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa masih adanya
beberapa fasilitas pembelajaran yang kurang, sehingga guru mapel harus
memberikan tugas pada siswa untuk mencari jawabannya dengan
mendatangi bengkel. Meskipun demikian, namun siswa tertarik karena
dengan metode CTL ini siswa belajar tidak hanya sekedar materi saja,
melainkan siswa langsung bisa masuk dalam kehidupan nyata. Dalam arti
siswa langsung mengetahui secara kongkrit mengenai media dan kegunaan
alat serta kesulitan dalam penggunaannya”, sesuai yang disampaikan
bapak M. Nur Setiawan yaitu :
Hambatan yang terkadang muncul adalah masih ada beberapa
fasilitas yang belum tersedia di SMK Gajah Mada Purwodadi.
Sehingga guru harus melakukan dengan cara siswa diberikan tugas
rumah untuk kemudian siswa mencari jawabannya di kelas atau di
luar kelas. ( CL 1 halaman 170 )
Pada pelaksanaan proses pembelajaran PKn dengan pendekatan
CTL biasanya ada beberapa yang menghabat dan mendukung pelaksanaan
tersebut, hal ini seperti yang disampaikan oleh Kepala Sekolah :
“Pelaksanaan pembelajaran biasanya ada kendala yang membuatnya tidak
lancar, begitu pula sebaliknya terkadang guru juga dimudahkan untuk
melaksanakan pembelajaran tersebut”. ( CL 2 halaman 174 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Hasil wawancara dengan kepala sekolah tersebut menjelasakan
bahwa dalam pembelajaran memang ada faktor yang menunjang dan
menghambat pelaksanaan pembelajaran PKn itu sendiri. Hasil ini
diperkuat dengan observasi yang dilakukan peneliti pada saat
pembelajaran Pkn di kelas. Pada saat siswa belajar di kelas terkadang ada
beberapa siswa yang mengantuk di jam pembelajaran PKn, padahal guru
sudah melakukan strategi dalam mengajar dengan menggunakan video
untuk memutar film tentang tindak kejahatan Internasional.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran Pkn dengan model CTL misalnya
penggunaan video sebagai sarana yang digunakan untuk mengajar masih
kurang berjalan maksmimal maka siswa perlu dibentuk suasana yang
berbeda dalam mengajar misalnya dibuat bentuk kelompok melingkar atau
per blok dalam susunan tempat duduk. Mungkin ini lebih membuat
suasana yang berbeda dalam pembelajaran.
Selain faktor siswa yang masih malas dalam mengikuti
pembelajaran, terkadang faktor fasilitas juga berpengaruh terhadap proses
pembelajaran. Saat observasi dikelas XI diruang kelasnya belum ada
proyektor/ LCD sehingga pembelajaran masih center pada guru, guru
terhambat tidak bisa menggunakan peraga dikarenakan masih ada
beberapa kelas yang belum terpasang LCDnya. Hal ini diperkuat hasil
dokumentasi di SMK Gajah Mada Purwodadi bahwa ketersediaan LCD di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
sekolah ini belum 100 % terpenuhi, hanya kelas-kelas tertentu saja yang
sudah memiliki. Hasil wawancara dengan kepala sekolah:
Sekolah kami memang belum semua kelas mempunyai LCD,
biasanya guru yang ingin mengajar terkadang pinjam kelas lain yang
sedang praktek, tapi kalau saat semuanya pembelajaran dikelas,
itulah yang menghalangi proses pembelajaran berjalan baik. ( CL 1
halaman 175 )
Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi di kelas
saat pembelajaran PKn berlangsung bahwa selain faktor siswa sendiri, ada
faktor sarana prasarana yang menghambat pelaksanaan pembelajaran PKn
dengan pendekatan CTL. Hal ini bisa dicegah jika setiap kelas mempunyai
sarana prasarana yang komplet, karena pada dasarnya guru di SMK Gajah
Mada ini sudah memahami pembelajaran dengan CTL agar siswa lebih
tertarik dan semangat dalam belajar sehingga hasil prestasi belajar yang
diinginkan dapat tercapai.
Kemampuan guru dalam mengajar Pkn dan menggunakan
pembelajaran CTL jangan diragukan, karena setiap kali ada seminar
tentang pembelajaran yang kreatif, kepala sekolah sering mengirimkan
guru untuk mengikutinya, hal ini dilakukan dengan bergilir sesuai dengan
keleluasaan dalam mengajar, agar tidak terganggu jam mengajar
dikelasnya. Seperti yang disampaikan Bp. Setiawan selaku guru PKn
bahwa:
Saya pernah mengikuti seminar tentang pembelajaran denggan
pendekatan kooperatif, seminar ini dilakukan hanya 1 hari. Saat itu
jam MGMP jadi kepala sekolah meminta saya untuk mengikuti
seminar tersebut. Setelah selesai mengikutinya maka saya
memahami arti pentingnya menghidupkan suasana kelas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
menciptakan sistem belajar yang menarik yaitu dengan pembelajaran
kooperatif/ CTL. ( CL 1 halaman 170 )
Hasil wawancara guru diatas dibuktikan dengan pembuatan RPP
dan silabus yang dibuat oleh guru PKn, guru sudah memasukkan
pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajarannya, sehingga dapat
disimpulkan sementara bahwa kemampuan guru di SMK Gajah Mada
Purwodadi tentang pembelajaran model kooperatif khususnya pada
pembelajaran PKn sudah cukup memahami, tetapi kata memahami
tidaklah selesai karena diperlukan sebuah aplikasi yang sesuai dengan
silabus, dan RPP yang sudah dibuatnya.
4. Evaluasi Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui kompetensi dan
hasil belajar siswa mengenai materi tertentu. Pelaksanaan evaluasi pada
sebuah pembelajaran pada prinsipnya juga sama antara metode yang satu
dengan yang lain. Beberapa tahapan evaluasi pembelajaran PKn ini
dilakukan baik pada setiap akhir bab, tengah semester maupun akhir
semester. Hasil belajar siswa bisa terlihat pada setiap tahapannya, baik
yang jangka pendek maupun jangka panjang. Pada jangka panjang, hasil
evaluasi pada beberapa tahapan tersebut digabung kemudian diambil rata-
ratanya. Bentuk evaluasi tersebut bisa dilaksanakan secara tertulis dan
lisan. Dalam hal ini, guru mapel melakukan evaluasi pembelajaran pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
dua tahap. Evaluasi pada tahap proses pembelajaran berlangsung dan
evaluasi pada akhir pembelajaran.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd,
selaku guru mata pelajaran PKn :
Saya selalu mengadakan evaluasi pada siswa di akhir pembelajaran.
Dan juga melakukan evaluasi pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Evaluasi yang saya maksudkan adalah ada 2 jenis, yaitu
evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil akhir belajar. apalagi
pada strategi CTL ini, siswa sangat dikedepankan mampu dalam
tahapan proses pembelajaran, tidak semata-mata pada akhir belajar. (
CL 1 halaman 171 )
Sebagaimana yang disampaikan oleh Wulan April Liyani selaku siswa
kelas XI sebagai berikut:
Ya Pak, Setiap proses pembelajaran Bp. Setiawan selalu
memberikan soal secara lisan ataupun tertulis untuk dikerjakan
siswa-siswi sebagai ulangan harian dan juga memberikan penugasan
di rumah serta pada akhir pembelajaran juga dilakukan ulangan
akhir semester. ( CL 3 halaman 177 )
Secara umum pelaksanaan evaluasi ini memiliki tujuan utama yaitu
untuk mengetahui kompetensi siswa, sejauh mana siswa mampu
memahami terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Skill apa yang
telah dikuasai oleh siswa dan bagaimana jika terjadi seandainya harapan
guru tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh siswa.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn :
“Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan siswa terhadap materi yang
sudah saya sampaikan dengan metode CTL ini. Dan sebagai bahan
perbaikan pada pembelajaran selanjutnya agar lebih baik dan sempurna”. (
CL 1 halaman 171 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa evaluasi
mengandung arti yang cukup penting untuk mengetahui kemampuan siswa. Untuk
mengukur sejauhmana keberhasilan pembelajaran dan agar bisa dijadikan
persiapan bagi guru untuk memperbaiki kekurangan pada program pembelajaran
berikutnya.
Pada tahap akhir pembelajaran, evaluasi ini berbentuk 2 (dua)
jenis, yaitu bentuk tertulis maupun praktek. Bentuk tertulis untuk
mengukur aspek kognitif siswa, sementara aspek psikomotorik untuk
mengukur kemampuan skill siswa. Apalagi pembelajaran PKn ini
memang sangat ditekankan pada aspek skill.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn :
“Saya menggunakan evaluasi dalam bentuk tertulis dan praktek, evaluasi
kelompok dan individu”. ( CL 1 halaman 171 )
Sudarsono selaku siswa, menuturkan:
Betul Pak, Bp. Setiawan memberikan beberapa soal untuk melakukan
evaluasi secara tertulis dan praktek pada saat pembelajaran PKn
berlangsung.” Dan juga evaluasi diberikan dalam bentuk individu dan
kelompok ( CL 3 halaman 179 ).
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa bentuk
evaluasi pembelajaran adalah tertulis dan praktek proses pembelajaran.
Demikian juga evaluasi diberikan dalam bentuk individu dan kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Evaluasi akhir pembelajaran biasanya dilakukan sekali pada
setiap standar kompetensi (SK). Namun untuk evaluasi proses bisa
dilakukan 2 atau 3 kali menyesuaikan kondisi kemampuan siswa.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn :
Setiap Standar Kompetensi saya adakan 1 kali evaluasi, namun pada
saat proses pembelajaran berlangsung, biasanya saya juga
memberikan pertanyaan kepada siswa, tujuannya juga untuk sejauh
mana kemampuan siswa, namun evaluasi ini sifatnya masih part
evaluation saja, belum secara keseluruhan. ( CL 1 halaman 171 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa evaluasi
proses pembelajaran tidak hanya cukup satu kali saja melainkan bisa lebih
dari itu. Karena proses pembelajaran sifatnya kondisional. Berbeda dengan
evaluasi akhir, cukup diadakan sekali karena sudah pada tahap akhir
pembelajaran.
Secara umum bentuk evaluasi pembelajaran bervariasi bergantung
kebutuhannya. Pada pmembelajaran kali ini, guru menggunakan evaluasi
proses, formatif dan sumatif. Ketiga evaluasi ini dirasa sudah cukup ntuk
mengetahui kemampuan siswa pada pembelajaran PKn materi Sistem
Hukum dan Peradilan Internasional .
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn :
Menurut hemat saya evaluasi formatif dan sumatif juga sudah cukup,
adapun bentuknya, selain evaluasi tertulis, evaluasi dalam bentuk
praktek juga sangat baik karena untuk mengukur skill siswa sehingga
lebih mudah diterapkan. Namun evaluasi tertulis juga penting untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
mengukur kemampuan secara kognitif siswa. Evaluasi tertulis ini
juga karena adanya tuntutan secara akademik. ( CL 1 halaman 171 )
Penilaian ini diorientasikan untuk mengukur ketiga aspek,baik
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagaimana dikemukakan oleh
Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :
“Secara umum, saya melakukan pembelajaran PKn ini dari ketiga aspek,
baik aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik”. ( CL 1
halaman 172 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa ketiga
aspek diproyeksikan pada pembelajaran PKn . Maka pendekatan CTL ini
memang ditekankan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa
dalam mencerna proses pembelajaran dengan baik.
Untuk mempermudah penilaian dan mengenai sasaran, maka
dari awal guru mempersiapkan format penilaian untuk mengukur
kemampuan siswa sebagaimana kompetensi dasar yang dimaksudkan
dalam standar kompetensi yang telah direncanakan di awal pembelajaran.
Adapun format penilaian sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur
Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa format
penilaian dibuat sedemikian rupa agar tidak menyimpang dari standar
kompeteni dan kompetensi dasar yang telah ditentukan di awal.
Guru juga perlu memberikan standar kriteria kelulusan bagi
siswa setelah mengikuti pembelajaran agar mudah mengukur kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
keberhasilan siswa.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd,
selaku guru mata pelajaran PKn :
Menurut hemat saya, siswa yang berhasil yaitu siswa yang bisa
memahami materi pelajaran serta mempraktekkan secara riil,
sehingga skill lebih menonjol daripada pemahaman teori saja. Secara
akademik memperoleh nilai minimal 75 sebagaimana KKM yang
telah ditentukan. Adapun secara keterampilan (skill) kriterian
minimal adalah nilai 80. ( CL 1 halaman 172 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa ada
standar minimal yang harus diperoleh oleh siswa. Secara akademik siswa
harus mampu memperoleh nilai teori minimal 75, sementara pada
prakteknya harus memperoleh nilai minimal 80. Siswa ini yang akan
masuk kriteria berhasil atau tidak, bila distandarkan dengan nilai KKM.
C. Pembahasan
1. Perencanaan Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
Pada tahap perencanaan pembelajaran PKn di SMK Gajah Mada
Purwodadi, secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup
komponen-komponen standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator
pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
pendekatan dan metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan
pembelajaran, alat dan sumber belajar, serta evaluasi pembelajaran.
Pada tahap perencanaan, guru menyusun perencanaan pembelajaran
pada saat awal tahun ajaran secara lengkap. Hal ini biasa dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
semenjak dini. Perencanaan kali ini lebih baik karena pengembangan RPP
saat ini lebih leluasa daripada beberapa tahun yang silam. Kepala SMK
Gajah Mada Purwodadi memberikan tugas kepada semua guru di SMK
Gajah Mada Purwodadi agar bisa mempersiapkan perencanaan
pembelajaran di awal tahun agar secara administratif guru memiliki
ancang-ancang persiapan yang cukup matang pada proses pembelajaran
satu tahun ke depan.
Dalam penelitian yang peneliti lakukan di SMK Gajah Mada
Purwodadi bahwa Guru mapel PKn mempersiapkan prota, promes, silabus,
RPP serta media pembelajaran PKn dengan kompetensi “Sistem Hukum
dan Peradilan Internasional ”secara lengkap menggunakan pembelajaran
kontekstual dengan memadukan pola bermain dalam belajar. Persiapan-
persiapan yang dimaksudkan ini sesuai dengan hasil dokumentasi yang
peneliti lakukan pada observasi awal tanggal 10 Maret 2014. Guru mapel
benar-benar memiliki seperangkat pembelajaran yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran sebagai kelengkapan administrasi layaknya
sebagai guru profesional. Guru mengajar berdasarkan acuan yang lengkap
dan terarah, sehingga tidak dikhawatirkan adanya penggunaan waktu dan
pembicaraan yang sia-sia.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Uno (2008: 2)
bahwa persiapan awal ini dikenal dengan perencanaan yakni suatu cara
yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik,
disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Guru mapel PKn selalu mempersiapkan sendiri, namun kemudian
persiapan itu didiskusikan (sharing) dengan teman yang juga memiliki
keahlian di bidang yang sama dalam MGMP kabupaten Grobogan . Guru
mapel juga sharing pada kepala sekolah jika ada sesuatu yang dirasa
kurang, seperti media maupun fasilitas pembelajaran yang belum tersedia.
Persiapan perencanaan ini dilakukan agar guru PKn merasa lebih
mudah dalam menyampaikan materi pelajaran dan mengelola kelas, bisa
lebih efektif dan efisien. Guru mapel berharap siswa mampu memahami
materi yang disampaikan secara maksimal. Selain itu, secara formal karena
adanya tuntutan administrasi bagi guru.
Guru lebih leluasa dalam mengembangkan silabus dan RPP. Guru
hanya berpatokan pada standart kompetensi yang telah ditentukan dari
pusat sebagai kurikulum induk. Selanjutnya guru bebas mengembangkan
metode apa yang tepat untuk diterapkan yang terpenting adalah materi yang
disampaikan oleh guru benar-benar dapat dipahami, dimengerti dan diingat
oleh siswa. Dan belajarpun tidak harus dilakukan di dalam kelas yang
bersifat monoton tetapi dapat dikemas dengan pola permainan atau belajar
sambil bermain. Selain itu guru juga mendapat kebebasan dalam
mengembangkan menyesuaikan kondisi yang ada di wilayah SMK Gajah
Mada Purwodadi. Hal ini Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Syaodikh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
dan Ibrahim (2003:51) bahwa perencanaan pembelajaran ini harus sesuai
dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum.
Sebagaimana guru yang lain, pada perencanaan ini guru mapel
mentarget persiapannya secara lengkap baik silabus, RPP dan media yang
tepat. Harapannya dengan persiapan yang matang dan lengkap ini,
pelaksanaan pembelajaran nanti berlangsung secara maksimal, sehingga
hasil belajar siswa juga maksimal.
Guru mapel memiliki patner sharing dalam perencanaan
pembelajaran PKn ini antara lain: teman se MGMP PKn , guru di SMK
Gajah Mada Purwodadi , dan juga Kepala Sekolah, sehingga bisa
mengetahui fasilitas dari para pemilik tempat magang dan untuk
memudahkan schedule pelaksanaan pembelajaran. Untuk mendukung
program ini kepala SMK Gajah Mada Purwodadi sangat menghimbau para
guru untuk mengikuti berbagai macam kegiatan baik dalam lingkup rayon,
kabupaten maupun nasional dalam rangka peningkatan kompetensi guru.
Kegiatan tersebut bisa berupa MGMP, OJT, Diklat, seminar maupun
lokakarya.
Sehubungan dengan persiapan perangkat pembelajaran, guru mapel
menyusun dua kali, yaitu pada awal tahun semester 1 dan awal semester 2.
Guru mata pelajaran juga tetap melengkapi persiapan perlengkapan
perangkat pembelajaran baik protah, promes, silabus maupun RPP jika
ditemui kekurangannya pada saat pembelajaran sudah berlangsung.
Persiapan ini dimaksudkan agar pembelajaran PKn di SMK Gajah Mada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Purwodadi dengan menggunakan metode inqury menjadi lebih efektif dan
efisien. Pentingnya persiapan pembelajaran ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Uno (2008:3) bahwa upaya perencanaan pembelajaran
dilakukan dengan asumsi:
a. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan
perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain
pembelajaran
b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu dilakukan pendekatan
sistem
c. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang
belajar.
d. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa
secara perorangan.
e. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya
siswa untuk belajar.
Berdasarkan pembahasan tersbebut bahwa pada prinsipnya
perencanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL di SMK Gajah
Mada Purwodadi dilakukan di awal tahun ajaran. Guru mata pelajaran PKn
mempersiapkan program tahunan (prota) dan program semester (promes),
silabus pembelajaran, serta menyusun RPP. RPP dikembangkan dalam
bentuk permainan bagi siswa. Guru mata pelajaran PKn bermusyawarah
dengan MGMP kabupaten Grobogan untuk mensinkronkan persiapan
pembelajaran dan mencari solusi permasalahan yang ada. Guru
mempersiapkan media pembelajaran, kelas tempat pembelajaran.
2. Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
Pelaksanaan pembelajaran PKn di SMK Gajah Mada Purwodadi
dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah di tetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Pelaksanaan pembelajaran ini sebagai perpaduan kegiatan bersama antara
guru sebagai instruktur maupun fasilitator, sementara siswa sebagai
pembelajar yang disetting keaktifannya. Hal ini sejalan dengan Prayudi
(2007: 1) yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual sebagai sebuah
upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah
informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk terinternalisasi
dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara
mandiri dan berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses
pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara
mandiri.
Contextual Teaching and Learning adalah Proses pembelajaran
dengan sebuah upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan
mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk
terinternalisasi dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan
belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan
sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar
berkelanjutan secara mandiri (Prayudi, 2007: 1).
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran PKn materi kompetensi
“Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ” ini di SMK Gajah Mada
Purwodadi , guru mapel memulai pelaksanaan pembelajaran dengan
memberikan deskripsi tentang rencana penyampaian materi kompetensi
“Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ”. Guru berusaha memicu
siswa agar tergugah untuk bisa merespon mengenai konsep Sistem Hukum
dan Peradilan Internasional dalam PKn. Namun, sebelum menyampaikan
materi kompetensi “Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ”, guru
juga menyinggung beberapa materi yang telah disampaikan pada pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
sebelumnya. Secara umum guru mapel memulai pembelajaran PKn ini
dengan pendahuluan sebagai apersepsi. Mengajukan pertanyaan kepada
para siswa mengenai materi yang lalu, selanjutnya menanyai siswa
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan
yaitu tentang “Sistem Hukum dan Peradilan Internasional” sebagai
pemanasan bagi para siswa. Hal ini dilakukan agar siswa mendapat
stimulus pada proses pembelajaran berikutnya. Guru melakukan pemanasan
ini agar otak (mind) siswa tergugah. Hal ini juga dimaksudkan untuk
mengkondisikan pemikiran siswa agar tidak kaget dengan materi yang baru.
Ibarat pemain sepak bola, sebelum sepak bola berlangsung, para pemain
melakukan pemanasan terlebih dahulu untuk melenturkan otot-ototnya.
Guru mapel memulai dengan menyampaikan materi tentang “Sistem
Hukum dan Peradilan Internasional ”, dan selanjutnya guru meminta siswa
untuk mempraktekkan secara langsung dengan tugas mencari data sambil
bermain di luar kelas dengan batasan waktu tertentu, kemudian setelah data
didapat siswa menyampaikan laporannya di hadapan siswa lainnya yang
selanjutkan didiskusikan. Hal ini akan membuat siswa terasa enjoy dalam
pembelajaran, siswa tidak melulu fokus di kelas yang diasumsikan
menjenuhkan, melainkan siswa diberi suasana baru dalam proses belajar
dengan perpaduan di dalam dan luar kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat
Nanang Hanafiah (2009: 67), menyatakan bahwa Contextual Teaching and
Learning yang umumnya disebut dengan pembelajaran kontekstual
merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna
(Meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik
berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun
kultural. Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks
permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.
Jika dibandingkan, penelitian ini sedikit berbeda dengan pendapat
Nanang tentang CTL. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual kali ini
memiliki kelebihan yang berupa adanya pelaksanaan pembelajaran CTL
yang diaplikasikan dengan bermain. Artinya, siswa belajar menggunakan
metode CTL dimana siswa diorientasikan agar bisa selalu riang dalam
pembelajaran. Sementara konsep CTL menurut Nanang masih berlaku teori
secara umum.
Guru secara berurutan memberikan materi pemahaman sebagai
aspek kognitif secukupnya. Selanjutnya guru mapel memberikan penekanan
kepada siswa agar bisa mengetahui secara langsung bagaimana Sistem
Hukum dan Peradilan Internasional dalam PKn sebagaimana yang
dimaksudkan secara baik dan benar dengan pendekatan CTL. Siswa
nampak semangat dan terlihat aktif dalam aktivitas proses pembelajaran
dengan metode CTL ini. Semua siswa terlihat berfikir mengenai tugas yang
telah diberikan. Siswa aktif dalam menemukan jawaban, aktif bertanya
mengenai materi yang belum dipahami, aktif dalam berdiskusi, saling
membantu dan aktif dalam menyelesaikan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kontekstual
mampu menjadikan suasana belajar terasa hidup dan menyenangkan karena
siswa dapat saling mengemukakan pendapat, jawaban dan argument
sebelum guru memberikan kesimpulan. Siswa bisa menyelami materi
pelajaran dan mengkaitkan dengan kondisi yang ada di sekitarnya.
Kondisi kelas terasa menyenangkan dan hidup, terbukti dengan
adanya beberapa indikasi; kelas yang terkondisi, artinya siswa saling
mengajukan pertanyaan, jawaban dan argument sambil sesekali diwarnai
humor karena jawaban atau pertanyaan atau argument siswa yang terkesan
lucu namun siswa tidak merasa malu untuk menyampaikannya, siswa
mempunyai keberanian atas jawaban yang disampaikan dengan
mengemukakan argument-argument, tidak ada siswa yang mengantuk,
tidak adanya siswa yang bercerita sendiri, semua siswa terlibat dalam
diskusi dan pembelajaran yang menyenangkan.
Indikasi lain bahwa setelah penggunaan CTL, terlihat pada saat
pembelajaran PKn ini berbeda dengan biasanya. Jika biasanya suara di
kelas terdengar dan terlihat ramai dan gaduh tanpa arah. Namun, beberapa
waktu ini nampak hidup dengan adanya diskusi-diskusi, jawaban-jawaban,
pertanyaan-pertanyaan dan argument-argument yang disampaikan siswa.
Siswa terlihat respect pada apa yang disampaikan oleh guru. Bahkan
banyak kegiatan pembelajaran yang terlihat diterapkan langsung di luar
kelas, sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh, justru siswa terlihat
sangat antusias dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Dengan strategi CTL ini, pembelajaran berlangsung dengan baik,
siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran karena proses
pembelajaran yang memadukan unsur bermain sehingga siswa tidak merasa
bosan dan jenuh. Justru siswa merasa tertantang untuk dapat menemukan
materi pelajaran yang disampaikan guru dengan kenyataan yang didapat
siswa di luar kelas pada saat mendapatkan tugas. Dengan begitu siswa
dapat menarik kesimpulan sementara atas tugas yang diberikan dengan
hasil atau data yang dikumpulkan.
Guru mapel merasa tidak ada yang terlihat menyulitkan pada saat
proses pembelajaran, karena siswa menurut dan terlihat sangat senang serta
antusias terhadap tugas-tugas yang diberikan. Siswa sangat antusias dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar tugas yang telah mereka
kerjakan di luar kelas, sebaliknya siswa yang lain juga sangat berkeinginan
untuk menjawab pertanyaan dari teman lain yang diajukan, yang pada
akhirnya terjadi perdebatan atau diskusi yang mengalir begitu saja tanpa
harus disetting, namun masih dalam pengawasan guru sehingga kelas tidak
justru terlihat gaduh. Kemudian guru memberikan jawaban atau kesimpulan
atas pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dengan mengemukakan
dasar teoritisnya dengan memberikan contoh yang mudah dipahami dan
dimengerti dengan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari yang dekat
dengan kehidupan siswa kesehariannya. Kondisi ini dapat diketahui bahwa
guru sudah cukup mampu mengelola kelas dengan baik. Sebagai salah satu
kunci utama adalah guru mapel menguasai secara maksimal strategi CTL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
dengan baik. Guru tinggal mengaplikasikan pada pembelajaran materi
Sistem Hukum dan Peradilan Internasional .
Jika dicermati dengan baik, strategi CTL ini memiliki kelebihan
dibandingkan dengan cooperetaif learning, meskipun ada beberapa
kesamaan di dalamnya. Meskipun pada prinsipnya tujuan metode
pembelajaran itu sama, yaitu ingin menjadikan siswa itu lebih pandai dan
memahami materi pelajaran dengan baik. Namun, antara materi yang satu
dengan lainnya terkadang saling melengkapi. Selain itu, satu materi belum
tentu sesuai dengan salah satu metode melainkan akan lebih cocok dengan
metode yang lain.
Kelebihan metode CTL dibandingkan dengan metode kooperatif
adalah bahwa dalam metode CTL ini, siswa secara langsung bisa terjun ke
lapangan (luar kelas), siswa mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi
nyata (riil) yang ada di lingkungan sekitar. Hal ini menunjukkan bahwa
pendekatan CTL memiliki kelebihan berupa adanya pengaitan secara
langsung antara materi yang dipelajari dengan kondisi nyata lingkungan
sekitar, baik dari unsur ekonomi, unsur sosial, unsur budaya maupun yang
lainnya. Sehingga, pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL ini dapat
membuat siswa menerapkannya secara langsung antara materi Sistem
Hukum dan Peradilan Internasional dengan kebutuhan nyata masyarakat
lingkungan secara kongkrit.
Pada pelaksanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL
ini, guru mapel menggunakan beberapa media yang sesuai dengan materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Standar kompetensi pembelajaran kali ini adalah Sistem Hukum dan
Peradilan Internasional , maka guru mapel PKn melengkapi beberapa
media yang berhubungan dengan Sistem Hukum dan Peradilan
Internasional, seperti LCD / Proyektor, Gambar dan Video dan lain-lain
yang berkaitan dengan pembelajaran. Adanya media pembelajaran yang
cukup ini, mendukung proses pembelajaran PKn berlangsung dengan
efektif dan efisien serta lancarnya proses pembelajaran maupun
meningkatnya hasil belajar siswa.
Guru mapel PKn mengakhiri pembelajaran ini dengan
menanyakan kepada siswa beberapa pertanyaan, antara lain mengenai
kemampuan pemahaman siswa, apakah semua siswa sudah paham dan
mampu semua, jika ada yang belum paham dipersilahkan untuk
ditanyakan. Kemudian saya juga memberikan tugas pada siswa sebagai
tahap evaluasi, dan agar siswa selalu mempelajari materi yang sudah
disampaikan, agar siswa mudah mengingat.
Berdasarkan pembahasan diatas tentang Pelaksanakan
Pembelajaran PKn di SMK Gajah Mada Purwodadi dilaksanakan dengan
menggunakan metode CTL. Guru masuk kelas sesuai jadwal pembelajaran
yang telah ditentukan baik pelaksanakan pembelajaran PKn di kelas
maupun di luar kelas. Guru mata pelajaran memulai menerangkan materi
tentang “hukum dan peradilan internasional” secukupnya, Guru meminta
siswa untuk mengaitkan dengan lingkungan sekitar dan mendiskusikan
materi tentang hukum dan peradilan internasional. Guru memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
kesempatan pada siswa untuk menanyakan secara langsung jika menemui
berbagai mengenai materi konsep hukum dan peradilan internasional.
Guru PKn mengakhiri pembelajaran dengan memberikan kesimpulan
bersama-sama.
3. Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran PKn dengan
Pendekatan Contextual Teaching and Learning di SMK Gajah Mada.
Proses pembelajaran PKn dapat berjalan dengan baik atau tidaknya
tergantung pada siswa, guru dan sarana prasarana, karena sarana yang
lengkap dapat mendukung peningkatan kreativitas. Siswa yang semanagat
dan suka belajar juga dapat menciptakan suasana kelas yang produktif
sehingga hasil belajar menjadi lebih maksimal. Begitu pula dari faktor
kemampuan guru, guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas, karena langsung berhubungan dengan siswa sehingga
guru harus berkompeten dibidangnya dan menguasai pembelajaran model
CTL dengan baik sehingga siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar.
Hambatan yang terkadang muncul adalah masih ada beberapa
fasilitas yang belum tersedia di SMK Gajah Mada Purwodadi. Sehingga
guru harus melakukan dengan cara siswa diberikan tugas rumah untuk
kemudian siswa mencari jawabannya di kelas atau di luar kelas.
Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya beberapa fasilitas
pembelajaran yang kurang. Sehingga guru mapel harus memberikan tugas
pada siswa untuk mencari jawabannya dengan mendatangi bengkel.
Meskipun demikian, namun siswa tertarik karena dengan metode CTL ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
siswa belajar tidak hanya sekedar materi saja, melainkan siswa langsung
bisa masuk dalam kehidupan nyata. Dalam arti siswa langsung mengetahui
secara kongkrit mengenai media dan kegunaan alat serta kesulitan dalam
penggunaannya.”
Dalam proses pembelajaran PKn di SMK Gajah Mada Purwodadi ini
ada beberapa pendukung dan penghambat yang dihahapi antara lain
dorongan, waktu, kemampuan guru yang merangsang dan kendalanya yaitu
sarana prasrana yang kurang dan alat bantu untuk memudahkan imajinasi
oleh siswa serta motivasi siswa yang kurang sehingga menghambat jalannya
pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model CTL ( Fuad dan Rachmy,
2002: 52).
Dari pemaparan di atas memang sarana dan prasarana sangatlah
penting sekali bagi kegiatan belajar mengajar, karena siswa tidak
merasa jenuh. Apalagi dalam mata pelajaran PKn banyak alat peraga
yang harus dipakai guna untuk memudahkan siswa untuk memahami
dan mengingatnya, misalnya Bab demokrasi, hak asasi manusia, hukum
di Indonesia dan lain-lain. Tanpa adanya alat peraga atau media maka
siswa akan kesulitan akan menerima pelajaran.
Dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor
pendukung dan penghambat dalam penerapan CTL di SMK Gajah Mada
Purwodadi meliputi:
Faktor Pendukung: a. Peranan para pendidik dalam memberikan
materi yang selalu merencanakan sebelum pembelajaran yang baik, hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
sesuai dengan tujuan pendidikan dan para pendidik selalu memberikan
tauladan pada peserta didik. b. Dalam lingkungan sekolah memberikan
kegiatan-kegiatan social kemasyarakatan yang dapat mendukung
tercapainya pembinaan moral yang baik. Sehingga harapan pendidikan
untuk bermoral baik akan teralisasi meskipun tidak seratus persen.c. Adanya
kerjasama dari pihak kepala sekolah, karyawan dan para guru untuk
membina moral siswa SMK Gajah Mada Purwodadi mereka selalu
mengawasi terhadap kegiatan yang dilakukansiswa dan apabila kasus
yang terjadi dianggap menyimpang dari tata tertib sekolah langsung
adalaporan untuk segera ditindak (dinasehati) oleh pihak yang terkait
dan apabila kasus yang terjadi dianggap serius maka, tugas BP
menyelesaikan kasus tersebut. d. Adanya peraturan sekolah (tata tertib
sekolah) yang bersifat tertulis dan mengikat harus dipatuhi oleh seluruh
siswa-siswi SMK Gajah Mada Purwodadi tanpa terkecuali dan
berlakunya sanksi bagi mereka yang melanggar tata tertib tersebut. Fungsi
dan tujuan dari tata tertib sekolah tersebut dapat membiasakan siswa untuk
selalu hidup disiplin baik di dalam kelas, di lingkungan sekolah
maupun di masyarakat, sehingga secara tidak langsung dapat
mempengaruhi kepribadian siswa dalam berperilaku. e. Adanya sarana
dan prasarana yang menunjang siswa dalam melakukan aktifitas
tambahan misalnya misalanya LAB computer, laptop, LCD dan sarana
perpustakaan disediakan bagi siswa yang ingin menyalurkan bakatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
dalam membaca guna menambah wawasan siswa di bidang Ilmu
Pengetahuan.
Faktor Penghambat: a. Faktor keluarga siswa, maksudnya kurang
adanya kesadaran dalam mengawasi perilaku siswa saat di rumah. b. Faktor
yang datang dari dalam diri siswa itu sendiri karena kurang adanya
kesadaran dalam menerapkan perbuatan yang baik dalam kehidupannya
sehari-hari. c. Faktor lingkungan maksudnya orang tua, guru, anak didik
akan menjadi kunci kesuksesan dalam pembelajaran sosial bilamana
mampu bekerja sama dengan baik. Namun ada beberapa faktor lain yang
menunjang kearah tersebut yaitu masyarakat dimana tempat mereka tinggal.
Jika lingkungan sekitarnya kurang mendukung maka akan
mengakibatkan anak didik terabaikan. Bilamana tidak tersedia media
seperti ini akan mengakibatkan pemikiran anak didik yang terus
berkembang akan mengalami kebuntuan.
4. Evaluasi Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa dan bagaimana tujuan pendidikan
dapat tercapai. Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya
di kelas, guru adalah pihak yang bertanggung jawab atas hasil belajar siswa.
Dengan demikian, guru patut dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang
mendukung tugasnya, yakni mengevaluasi hasil belajar siswa. Dalam hal ini
guru bertugas mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
oleh siswa atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang dirumuskan
(Arikunto, 2006:3-4).
Pada tahap evaluasi pembelajaran ini, Bp. M. Nur Setiawan selaku
guru mata pelajaran PKn di SMK Gajah Mada Purwodadi melakukan
evaluasi pembelajaran dengan 2 tahap, yaitu Evaluasi proses pembelajaran
dan evaluasi hasil akhir pembelajaran dengan materi “ Sistem Hukum dan
Peradilan Internasional”.
Evaluasi pembelajaran ini berbentuk 2 (dua) jenis, yaitu bentuk
tertulis maupun praktek. Bentuk tertulis untuk mengukur aspek kognitif
siswa, sementara aspek psikomotorik untuk mengukur kemampuan skill
siswa. Evaluasi ini juga dalam bentuk tertulis dan praktek baik secara
kelompok maupun individu.
Kemudian Bp. Setiawan memberikan soal di kelas dalam bentuk
tertulis, kemudian siswa tidak secara langsung menjawab di kelas sebagai
ruang teori melainkan siswa mencari jawaban di luar kelas. Artinya, masing-
masing siswa akan memperoleh jawaban yang berbeda karena jawaban tidak
bersifat permanen sebagaimana yang sudah dilihat keseharian di kelas.
Namun, jawabannya merupakan barang baru yang harus ditemukan di luar
kelas.
Dalam materi “ Sistem Hukum dan Peradilan Internasional” ini
diadakan 1 kali evaluasi, namun pada saat proses pembelajaran berlangsung,
biasanya Bp. Setiawan memberikan pertanyaan kepada siswa, tujuannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa, namun evaluasi ini
sifatnya masih part evaluation saja, belum secara keseluruhan.
Penilaian pembelajaran PKn ini meliputi ketiga aspek, baik aspek
kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Ketiga aspek tersebut
diproyeksikan pada pembelajaran PKn . Sehingga dengan pendekatan CTL
metode inquiry ini memang ditekankan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan siswa dalam mencerna proses pembelajaran dengan baik.
Untuk mempermudah penilaian dan mengenai sasaran, maka dari
awal Bp. M. Nur Setiawan selaku Guru PKn di SMK Gajah Mada
Purwodadi mempersiapkan format penilaian untuk mengukur kemampuan
siswa sebagaimana kompetensi dasar yang dimaksudkan dalam standar
kompetensi yang telah direncanakan di awal pembelajaran. Format penilaian
dibuat Bp. Setiawan agar tidak menyimpang dari standar kompeteni dan
kompetensi dasar yang telah ditentukan di awal.
Dalam memberikan penilaian Bp. M. Nur Setiawan juga
memberikan standar kriteria ketuntasan bagi siswa setelah mengikuti
pembelajaran agar mudah mengukur kemampuan keberhasilan siswa. siswa
yang berhasil yaitu siswa yang bisa memahami materi pelajaran serta
mempraktekkan secara riil, sehingga skill lebih menonjol daripada
pemahaman teori saja. Secara akademik ( teori ) memperoleh nilai minimal
75 sebagaimana KKM yang telah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Gambaran Perubahan siswa setelah pembelajaran di sekolah
dengan menggunakan CTL khususnya pada mata Pelajaran PKn sebagai berikut :
No
.
Pilar/Solusi,
Indikator
Masalah
Pendekatan CTL Pendekatan
Tradisional
1 Motivasi Motivasi siswa dalam belajar
meningkat karena Belajar
berpusat pada siswa, Siswa lebih
aktif dalam pembelajaran dan mau
berkeraja sama dengan temannya
dan sikap toleransi bisa tumbuh
dengan konsep pembelajaran CTL
ini
Guru menjadi pusat
dalam belajar, siswa
pasif mendengarkan.
Siswa lebih terlihat
individual dan suasana
belajar terlihat sangat
bersaing
2 Pengetahuan Siswa dapat menerima ilmu baru
dan tidak hanya dengan duduk
manis lalu mendengarkan dan
dapat ilmu tetapi siswa dapat
menemukan, menjawab masalah
dengan membandingkan kehidup
an nyata sehingga siswa sanggup
membuat kesimpulan sendiri
Pengetahuan diperoleh
siswa dengan duduk
manis,
3 Bertanya Siswa lebih berani bertanya ,
karena dalam pembelajaran ini
guru memberikan rangsangan
supaya siswa aktif dalam bertanya
dan menjawab, sehingga kondisi
kelas terlihat sibuk dalam belajar
Pertanyaan biasanya
diakhir pembelajaran,
siswa kadang malu
dan banyak yang
belum memahami
sehingga bingung
kalau diminta untuk
bertanya atau
menjawab soal.
4 Prestasi Hasil belajar siswa meningkat,
penilaian dari segi proses dan
hasil tersebut yang membuat
penilaian lebih obyektif sehingga
hasilnya maksimaldan melebihi
KKM
Cukup banyak siswa
yang Hasil belajar
dibawah KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Perencanaan Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
Perencanaan pembelajaran PKn di SMK Gajah Mada Purwodadi
dilakukan di awal tahun ajaran. Guru mata pelajaran PKn mempersiapkan
program tahunan (prota) dan program semester (promes), silabus
pembelajaran, serta menyusun RPP. RPP dikembangkan dalam bentuk
permainan bagi siswa. Guru mata pelajaran PKn bermusyawarah dengan
MGMP Kabupaten Grobogan untuk mensinkronkan persiapan
pembelajaran dan mencari solusi permasalahan yang ada. Guru
mempersiapkan media pembelajaran, kelas tempat pembelajaran. Peralatan
(media) pembelajaran sudah disiapkan sebelumnya, baik media milik
SMK Gajah Mada Purwodadi maupun menyewa dari luar.
Perencanaan sebagai suatu cara yang memuaskan untuk membuat
utuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan
berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang
terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan pembelajaran ini harus sesuai dengan konsep pendidikan dan
pembelajaran yang dianut dalam kurikulum.
2. Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Pelaksanakan Pembelajaran PKn di SMK Gajah Mada Purwodadi
dilaksanakan dengan menggunakan metode CTL. Guru masuk kelas sesuai
jadwal pembelajaran yang telah ditentukan baik pelaksanakan
pembelajaran PKn di kelas maupun di luar kelas. Guru mata pelajaran
memulai menerangkan materi tentang “Sistem Hukum dan Peradilan
Internasional ” secukupnya, Guru meminta siswa untuk mempraktekkan
secara langsung materi dalam konsep Sistem Hukum dan Peradilan
Internasional dengan model bermain di luar kelas. Guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk menanyakan secara langsung kepada guru
jika menemui berbagai Karangrayung mengenai materi konsep Sistem
Hukum dan Peradilan Internasional .
3. Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran PKn dengan
Pendekatan Contextual Teaching and Learning di SMK Gajah Mada
Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam proses
belajar mengajar PKn dengan pendekatan CTL di SMK Gajah Mada
Purwodadi Purwodadi adalah motivasi siswa, kemampuan guru dan sarana
prasarana. Faktor yang menunjang dalam pelaksanaan pembelajaran PKn
dengan model CTL adalah kemampuan guru dalam memahami dan
mengimplementasikan pembelajaran dengan model CTL dengan siswa.
Sedangkan penghambatntya adalah belum secara keseluruhan guru
memahami dan mengimplementasikan CTL didalam proses pembelajaran
PKn, sarana dan prasarana yang belum memahami, waktu yang terbatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Diharapkan semua guru dapat menggunakan pendekatan CTL,
karena implementasi CTL dapat mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajran dan diharapkan sering mengikuti seminar maupun workshop
dan sering-sering membaca buku yang berhubungan dengan CTL untuk
lebih menguasai dan memperdalam bagaimana penerapan CTL yang baik
dan benar. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara
kesinambungan dan menjalin interaksi yang lebih baik untuk dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
4. Evaluasi Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
Penilaian pembelajaran PKn di SMK Gajah Mada Purwodadi
dilakukan oleh guru untuk mengetahui proses pembelajaran PKn dan hasil
belajar siswa. Evaluasi pembelajaran PKn dilakukan dalam bentuk tertulis
dan praktik. Evaluasi tertulis dilakukan secara individual dengan soal yang
sesuai dengan materi yang sudah diberikan pada waktu pembelajaran.
Criteria keberhasilan adalah nilai yang diperoleh standar KKM 75. Siswa
yang belum tuntas akan mengikuti remedial PKn.
B. Impilkasi Penelitian
1. Jika perencanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL di SMK
Gajamada Purwodadi dipersiapkan secara maksimal, maka
pelaksanaan pembelajaran PKn akan berlangsung secara efektif dan
efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
2. Jika pelaksanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL di SMK
Gajamada Purwodadi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, maka
pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan efisien.
3. Jika faktor pendukung bisa ditingkatkan dan factor penghambat dalam
pembelajaran PKn dengan model CTL dapat diminimalisir maka
pelaksanaan pembelajaran dengan CTL akan berjalan Maksimal
4. Jika evaluasi pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL di SMK
Gajah Mada Purwodadi dilaksanakan secara teratur dan ditindak
lanjuti dengan baik dan benar, maka prestasi belajar siswa akan
meningkat.
C. Saran - saran
1. Bagi guru SMK Gajah Mada Purwodadi
a. Hendaknya guru selalu menerapkan strategi pembelajaran dengan
menggunakan metode CTL dengan baik.
b. Diharapkan kepada guru-guru untuk meningkatkan kemampuan dan
wawasannya agar dapat mengajar sesuai dengan kemampuan siswa
dengan harapan siswa dapat dengan mudah menerima materi yang
disampaikan.
c. Hendaknya para guru lebih mengetahui dan memahami tentang
strategi, model dan metode apa yang harus diterapkan untuk mencapai
kompetensi dasar yang dipelajari. Jadi bukan kegiatan pembelajaran
yang menuntut mereka untuk mengajarkan materi yang harus dikuasai
oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
2. Bagi kepala sekolah SMK Gajah Mada Purwodadi
a. Hendaknya kepala sekolah SMK Gajah Mada Purwodadi untuk
memberikan pengertian, pemahaman, dan penjelasan kepada guru
perihal pentingnya penggunaan metode pembelajaran yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran dengan menyediakan buku
penunjang tentang metode pembelajaran agar dapat memberikan
semangat dan dorongan kepada guru-guru akan pentingnya strategi dan
metode pembelajaran
b. Hendaknya kepala sekolah SMK Gajah Mada Purwodadi mendukung
segala program guru berupa MGMP, OJT, Diklat, seminar maupun
lokakarya.” yang kiranya prospektif
3. Bagi Siswa SMK Gajah Mada Purwodadi
a. Diharapkan kepada siswa untuk selalu meningkatkan kemampuan
mereka dengan cara meningkatkan belajarnya, memperbanyak
membaca agar berwawasan luas.
b. Diharapkan kepada siswa untuk bisa lebih berkonsentrasi saat di
dalam kelas agar materi yang disampaikan oleh guru dapat mudah
diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. ( 2006 ). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Chaniago, Defria. 2009. “Materi Ajar”. Diambil dari http://id.shvoong.com/exact
sciences. Diakses pada hari Senin 1 Oktober 2012.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah dan Zain. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Dexsrek . 2008. Sukses untuk Anak-anak Prasekolah. Jakarta: Macanan Jaya
Cemerlang.
E. Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Fuad dan Rachmy. 2002 Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam
Psikologi Islami, Yogyakarta: Menara Kudus.
Hamalik, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hanafiah, Nanang. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung. Refika
Aditama.
Harsono, 2008. Model-Model Pengelolaan Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Harsono, 2011. Etnografi Pendiidkan Sebagai Desain Penelitian Kualitatif. Solo:
UMS.
http://prayudi.wordpress.com/2007/05/15/ proses - pembelajaran. Diakses pada
tanggal 18 November 2010.
Ibrahim, R dan Nana Syaodikh. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Ifraj Shamsid-Deen and Bettye P. Smith . 2006. Contextual Teaching And
Learning Practices In The Family And Consumer Sciences Curriculum.
Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24, No. 1,
Spring/Summer.
I Pt. Agus Putra Adnyana1, Ni Kt. Suarni2, I Wyn. Koyan. 2014. Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Diskusi Kelompok
Debat Terhadap Kemampuan Berpikir Analitik Mata Pelajaran PPKn
Ditinjau dari Sikap Sosial Siswa X MM SMK PGRI 2 Badung. e-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2014)
Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.
Edisi Revisi. Jakarta: PPM.
Misbachun Nisya’ dan Muchlis. 2013. Penerapan pendekatan contextual teaching
and learning (CTL) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Untuk
Meningkatkan Karakter Menghargai Bagi Siswa Kelas XI IPA MA
Bahauddin Sidoarjo. Unesa Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 2,
pp. 114-120 May 2013
Mantja. 2008. Etnografi, desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen
Pendidikan. Malang: Elang Mas.
Miles, Mattew B dan Amichael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi
Rohisi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Munandar, Utami. 2005. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah:
Petunjuk Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
N.K. Roestiyah. 1991 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Rineka Cipta.
Nana Syaodikh, Nana dan Sukmadinata. 2004. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Riwayat. 2008. CTL (Contextual Teaching and Learning). Bandung: Kaifa
Rodjikin. 2012. “ Pengembangan Pembelajaran Pendidikan IPS Ekonomi Pada
Siswa SD Berdasarkan Konsep Siswa ” . www.rodjikin.pdf.com.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Diakses pada hari Senin 1 Oktober 2012.
Rusman, 2009. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran
(pedoman Bagi Guru). Bandung: UPI.
S. Nasution, 2004. Metode Research. Bandung: JEMMARS
Sadia, l Wayan, (1996), “Pengembangan Model Belajar Konstruklivis Dalam
Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah pertama. Desertasi, PPS. IKIP
Bandung
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Beorintasi Standart Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Slameto. 1993. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Sutopo.2006. Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya
Dalam.Penelitian.Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung:
Penerbit Alvabeta.
Sukmadinata, S. 2007. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Suryabrata, Sumadi .1984. Psikologi Pendidikan, Rajawali Press, Jakarta
Suryabrata. Sumadi (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Kartasura. Fairuz Media.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana. (2005 ). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Suwardi. 2007. Manajemen Pembelajaran. Salatiga: STAIN SALATIGA PRESS
Trianto. 2008. Mendesain pembelajaran Kontekstual di Kelas. Surabaya: Cerdas
Pustaka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Uno, Hamzah B.2008. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif . Jakarta: Bumi Aksara
US Department of Education and the National School- to-Work. Office, 2001
Wayne Melville dan Bevis Yaxley. 2009. “Contextual Opportunities for Teacher
Professional Learning: The Experience of One Science Department”.
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 5(4),
357-368.
Yulianto, Agung dan Arief Yulianto. 2007. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
dalam Mata Pelajaran Ekonomi melalui Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada SMA Negeri 11
Semarang. Jurnal Pendidikan Ekonomi. Semarang: UNNES Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Semes
ter No Materi Pokok/Kompetensi Dasar
Alokasi
Waktu Keterangan
3 1. Budaya Politik di Indonesia
1.1 Mendeskripsikan pengertian
budaya politik
1.2 Menganalisis tipe-tipe budaya
politik yang berkembang dalam
masyarakat Indonesia
1.3 Mendeskripsikan pentingnya
sosialisasi pengembangan
budaya politik
1.4 Menampilkan peran serta
budaya politik partisipan
14 JP
2.A Budaya Demokrasi Menuju
Masyarakat Madani (I)
2.1 Mendeskripsikan pengertian
dan prinsip-prinsip budaya
demokrasi
2.2 Mengidentifikasikan ciri-ciri
budaya demokrasi
8 JP
2.B Budaya Demokrasi Menuju
Masyarakat Madani (II)
2.3 Menganalisis pelaksanaan
demokrasi di Indonesia sejak
orde lama, orde baru, dan
reformasi
2.4 Menampilkan perilaku budaya
6 JP
PROGRAM TAHUNAN
Satuan Pendidikan : SMK GAJAH MADA PURWODADI Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : XI ( Sebelas ) / 3 dan 4 Tahun Ajaran : 2013 / 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
demokrasi dalam kehidupan
sehari-hari
3. Keterbukaan dan Keadilan dalam
Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
3.1 Mendeskripsikan pengertian
dan pentingnya keterbukaan
dan keadilan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
3.2 Menganalisis dampak
penyelenggaraan pemerintah
yang tidak transparan
3.3 Menunjukkan sikap
keterbukaan dan keadilan
dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara
10 JP
Jumlah 38 JP
4 4. Hubungan Internasional dan
Organisasi Internasional
4.1 Mendeskripsikan pengertian, pentingnya, dan sarana-sarana hubungan internasional bagi suatu negara
4.2Menjelaskan tahap-tahap perjanjian internasional
4.3Menganalisis fungsi perwakilan diplomatik
4.4 Mengkaji peranan organisasi internasional (ASEAN, PBB) dalam meningkatkan hubungan internasional
4.5 Menghargai kerja sama dan perjanjian internasional yang bermanfaat bagi Indonesia
20 JP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
5. Sistem Hukum dan Peradilan
Internasional
5.1 Mendeskripsikan sistem hukum
dan peradilan internasional
5.2 Menjelaskan penyebab
timbulnya sengketa
internasional dan cara
penyelesaian oleh Mahkamah
Internasional
5.3 Menghargai putusan
Mahkamah Internasional
16 JP
Jumlah 36 JP
Purwodadi, Januari 2014
Mengetahui,
KepalaSekolah Guru Mata Pelajaran
G. Wahyu Hendarto, ST, MM M. Nur Setiawan, S.Pd
NIP: ---
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMK Gajah Mada Purwodadi
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaran
Kelas/Semester : XI / 4 ( Genap )
Pertemuan Ke : 15 ( Lima belas )
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Kompetensi Keahlian : Semua Jurusan
A. Standar Kompetensi :
5. Menganalisis sistem hukum dan peradilan internasional
B. Kompetensi Dasar :
5.2. Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara
Penyelesaian oleh Mahkamah Internasional
C. Indikator :
No Indikator Pencapaian Kompetensi
1 Mengidentifikasi penyebab timbulnya sengketa internasional
2 Menguraikan cara penyelesaian sengketa internasional oleh
Mahkamah internasional
D. Tujuan Pembelajaran :
Tujuan pokok pembelajaran adalah agar siswa mampu dan dapat :
Mengidentifikasi penyebab timbulnya sengketa internasional
Menguraikan cara penyelesaian sengketa internasional oleh Mahkamah
Internasional
E. Materi Pembelajaran :
Peran Mahkamah Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa Internasional
F. Metode dan Model Pembelajaran
Metode : Ceramah, Penugasan, diskusi kelompok,
presentasi hasil kerja kelompok, tanya jawab
Model pembelajaran : CTL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :
Pertemuan pertama
No Kegiatan Alokasi
Waktu
Metode Nilai
Karakter
1 Pendahuluan
Apersepsi
Berdoa dengan tujuan
penanaman pembiasaan pada
diri siswa bahwa
pengembangan diri
hendaknya selaras antara
imtaq dan iptek
Menyampaikan SK, KD dan
tujuan pembelajaran
Melakukan appersepsi
terhadap materi pelajaran
yang akan diajarkan
Menyampaikan topik diskusi
untuk pembahasan dalam
kelompok
Memotivasi siswa agar aktif
dalam diskusi karena selalu
diamati
15 menit
Ceramah
Religius,
disiplin
2 Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
Menguraikan tujuan dan
nilai konstitusi.
menjelaskan pengertian
dasar negara dan konstitusi
negara.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
Membagi siswa dalam
kelompok-kelompok kecil
@ 4 orang, dinamakan
60 menit
Diskusi
Kelompo
kTanya
jawab,pr
esentasi
hasil
kerja
kelompo
Kerjasam
a, berfikir
logis,
jujur,
toleransi,
disiplin,
kerja
keras,
mandiri,
demokrati
s, rasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
kelompok kooperatif.
Guru menyampaikan tugas-
tugas yang harus
dikerjakan masing-masing
anggota kelompok
kooperatif, yang terdiri atas
:
Peran Mahkamah
Internasional dalam
Menyelesaikan Sengketa
Jika jumlah siswa 40 orang,
berarti terdapat 10
kelompok. Jadi terdapat
kelompok yang membahas
materi sama.
Setelah selesai melakukan
diskusi dalam kelompok
kecil, setiap anggota
kelompok mengambil
undian tugas secara
indivual yang telah
disediakan oleh guru.
Undian berisi materi-materi
yang telah didiskusikan.
Siswa diminta menemui
teman lain yang
mempunyai tugas sama
untuk membentuk
kelompok baru dan
mengerjakan tugas yang ia
terima. Anggota kelompok
baru tersebut kemungkinan
besar terdiri atas siswa
yang dalam kelompok kecil
membahas materi berbeda.
Jadi anggota kelompok
baru jumlahnya lebih
banyak dan berisi siswa
dari kelompok yang
membahas materi berbeda
dan dinamakan kelompok
ahli.
Setiap anggota kelompok
k ingin
tahu,
tanggung
jawab,
Mandiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
baru bertindak sebagai ahli
yang harus mencatat, ikut
serta secara aktif
memberikan informasi dan
berdiskusi.
Kelompok ahli kembali
berkumpul ke kelompok
kooperatif semula, bertugas
memberikan informasi dari
hasil diskusi kelompok
ahli.
Meminta perwakilan
kelompok kooperatif untuk
mempresentasikan hasil
diskusi secara menyeluruh
dalam diskusi kelas dan
mengambil kesimpulan.
Guru memfasilitasi jika
terdapat siswa atau
kelompok yang mengalami
kesulitan dan memberikan
klarifikasi jika terjadi
kesalahan konsep.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi,
Siswa:
Menyimpulkan tentang hal-
hal yang belum diketahui
Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum diketahui..
3 Penutup
- Evaluasi / Tanya jawab
Penenangan
15 menit
Berlatih
mandiri
H. Alat, media dan Sumber Belajar :
Alat / media :
1. LCD Projector, Gambar
2. Spidol, White board
Sumber Belajar :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Buku Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI Smt 4 oleh Setiadi dan
Retno Listyarti (2008)
dan Buku-Buku lainnya yang relevan
Tatap Muka Terstruktur Mandiri
Menjelaskan
penyebab
timbulnya
sengketa
internasional dan
cara penyelesaian
oleh Mahkamah
Internasional
Memberikan contoh
penyebab timbulnya
sengketa
internasional dan
cara penyelesaian
oleh Mahkamah
Internasional
Siswa dapat
Menguraikan cara
penyelesaian
sengketa
internasional oleh
Mahkamah
internasional
Penilaian Kognitif, Guru melakukan post-tes dengan membuat pertanyaan
yang tidak mengulang pengalaman belajar. Penilaian di dalam
pembelajaran ini mengutamakan penilaian proses dalam bentuk lembar
tugas yang dikerjakan siswa.
Pembelajaran tindak lanjut
Laporan ditulis pada kertas kerja sesuai dengan petunjuk guru.
Dikumpulkan dalam waktu 1 minggu
Penilaian dalam bentuk soal uraian untuk mengukur tujuan pembelajaran
yang ingin
dicapai
Nilai =
Jumlah skor yang diperoleh siswa
X 100
Jumlah skor maksimal
Penilaian Afektif, penilaian ini dilakukan dengan lembar pengamatan
perindividu, yang dilakukan oleh guru. Selama proses pembelajaran, guru
mengadakan penilaian baik berupa “komentar”, atau dalam bentuk
pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa ( Penilaian Afektif ) Kerja
kelompok :
No
Indikator Sikap
Nama Siswa Ker
ja s
ama
Pem
bag
ian t
ugas
Tan
gung j
awab
Ten
ggan
g r
asa
Pen
guas
aan m
ater
i
Mutu
pre
senta
si
Nil
ai r
ata-
rata
(kual
itat
if/h
uru
f)
1
2
3
4
5
Purwodadi, Juni 2014
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata pelajaran
G. Wahyu Hendarto, ST, MM M.Nur Setiawan, S.Pd
NIP : ---
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
PROFIL SMK GAJAH MADA PURWODADI
Provinsi : Prop. Jawa Tengah Kab/Kota : Kab. Grobogan
A. Identitas Sekolah Nama Sekolah : SMK Gajah Mada Purwodadi
NPSN / NSS : 69752158 / 322031513023 Jenjang Pendidikan : SMK
Status Sekolah : Swasta
B. Lokasi Sekolah Alamat : Kampus I Jl. Untung Suropati, Gang I ,
: Kampus II Jl. Taman Sari Purwodadi
RT/RW
: 4/19 Nama Dusun : Purwodadi
Desa/Kelurahan : Purwodadi Kode pos
: 58111
Kecamatan : Kec. Purwodadi Lintang/Bujur : -6.6646/118.4766
C. Data Pelengkap Sekolah Kebutuhan Khusus : - SK Pendirian Sekolah : 421.5/3563/C/2012
Tgl SK Pendirian : 2012-07-31 Status Kepemilikan : Yayasan
SK Izin Operasional : 421.5/3563/C/2012 Tgl SK Izin Operasional : 2012-07-31 SK Akreditasi :
Tgl SK Akreditasi : No Rekening BOS : 076-01-001232-30-0
Nama Bank : BRI Cabang / KCP Unit : Purwodadi
Rekening Atas Nama : SMK Gajah Mada Purwodadi MBS
: Ya
Luas Tanah Milik : 3073 m2 Luas Tanah Bukan Milik : 0 m2
C. Kontak Sekolah Nomor Telepon : 0292/421957
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Nomor Fax : Email
Website
: http://www.smkgajahmada.sch.id
D. Data Periodik Kategori Wilayah :
Daya Listrik : 17000 Akses Internet : Telkom Speedy
Akreditasi : Belum Terakreditasi Waktu Penyelenggaraan : Pagi
Sumber Listrik : PLN Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat
No Nama Prasarana Panjang (m) Lebar (m)
1 Perpustakaan 9 8
2 R. Praktek Las & Kerja Bangku 5 6
3 R. Praktek TKJ 1 7 6
4 R. praktek TKJ 2 5 7
5 R. Praktek TKR 7 7
6 R. Praktek TSM 7 5
7 Ruang Guru 9 7
8 Ruang Kelas X AK 7 7
9 Ruang Kelas X TKJ 8 7
10 Ruang Kelas X TKR 9 7
11 Ruang Kelas X TSM 8 7
12 Ruang Kelas XI TKJ 8 7
13 Ruang Kelas XI TKR 8 7
14 Ruang Kelas XI TSM 1 8 6
15 Ruang Kelas XI TSM 2 8 6
16 Ruang Kelas XII TKJ 7 7
17 Ruang Kelas XII TKR 8 7
18 Ruang Kelas XII TSM 8 7
19 Ruang Kepala Sekolah 6 5
20 Ruang Koperasi 4 3
21 Ruang Tata Usaha 7 7
22 Ruang WC 3 3
23 Ruang WC 3 3
24 Ruang WC 3 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
No Jenis Sarana Jumlah Letak Keterangan
1
Meja Kerja /
sirkulasi 1 Perpustakaan Laik
146-
1532 Rak Buku 8 Perpustakaan Laik
3 Meja Baca 1 Perpustakaan Laik
4 Kursi Baca 16 Perpustakaan Laik
5 Lemari 1 Perpustakaan Laik
6 Papan Tulis 2 Ruang Kelas XII TSM
Kurang
Laik
7 Meja Guru 1 Ruang Kelas XII TSM Laik
8 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas XII TSM Laik
9 Meja Siswa 17 Ruang Kelas XII TSM
Kurang
Laik
10 Kursi Guru 1 Ruang Kelas XII TSM Laik
11 Kursi Siswa 34 Ruang Kelas XII TSM
Kurang
Laik
12 Ragum meja 12
R. Praktek Las & Kerja
Bangku
Kurang
Laik
13 Mesin bor listrik 1
R. Praktek Las & Kerja
Bangku Laik
14 Tabung oksigen 1
R. Praktek Las & Kerja
Bangku Laik
15 Meja Ragum 1
R. Praktek Las & Kerja
Bangku Laik
16
Regulator/oksigen
Acetilin 1
R. Praktek Las & Kerja
Bangku Laik
17 Selang las Oksigen 1
R. Praktek Las & Kerja
Bangku Laik
18 Las listrik 1
R. Praktek Las & Kerja
Bangku Laik
19 Las oksi asetilin 1
R. Praktek Las & Kerja
Bangku Laik
20 Lemari Katalog 1 Ruang Kepala Sekolah Laik
21 Printer 1 Ruang Kepala Sekolah Laik
22 Komputer 1 Ruang Kepala Sekolah Laik
23 Kursi Kerja 1 Ruang Kepala Sekolah Laik
24 AC 1 Ruang Kepala Sekolah Laik
25
Meja Kerja /
sirkulasi 1 Ruang Kepala Sekolah Laik
26 Filling Cabinet 2 Ruang Kepala Sekolah Laik
27 Kursi Siswa 32 Ruang Kelas XII TKR Kurang Laik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
28 Meja Siswa 16 Ruang Kelas XII TKR Kurang Laik
29 Meja Guru 1 Ruang Kelas XII TKR Laik
30 Papan Tulis 1 Ruang Kelas XII TKR Laik
31 Papan Tulis 2 Ruang Kelas XI TSM 1 Laik
32 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas XI TSM 1 Laik
33 Meja Guru 1 Ruang Kelas XI TSM 1 Laik
34 Kursi Siswa 24 Ruang Kelas XI TSM 1 Laik
35 Kursi Guru 1 Ruang Kelas XI TSM 1 Laik
36 Meja Siswa 12 Ruang Kelas XI TSM 1 Laik
37 Kursi Siswa 25 Ruang Kelas XI TSM 2 Laik
38 Meja Siswa 13 Ruang Kelas XI TSM 2 Laik
39 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas XI TSM 2 Laik
40 AC 1 Ruang Kelas XI TSM 2 Laik
41 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas XI TSM 2 Laik
42 Meja Guru 1 Ruang Kelas XI TSM 2 Laik
43 Kursi Guru 1 Ruang Kelas XI TSM 2 Laik
44 Papan Tulis 1 Ruang Kelas XI TSM 2 Laik
45 Tempat cuci tangan 1 R. Praktek TSM Laik
46 Motor 3 R. Praktek TSM
Kurang
Laik
47 Motor 2 R. Praktek TSM Laik
48
Elektrikal Trainer
Kit 1 R. Praktek TSM Laik
49
Alat peraga motor
belah 4 tak 2 R. Praktek TSM
Kurang
Laik
50 Lemari 2 R. Praktek TSM
Kurang
Laik
51 Meja Guru 1 Ruang Kelas X TSM Laik
52 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas X TSM Laik
53 Papan Tulis 1 Ruang Kelas X TSM Laik
54 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas X TSM Laik
55 Meja Siswa 17 Ruang Kelas X TSM Laik
56 Kursi Guru 1 Ruang Kelas X TSM Laik
57 AC 1 Ruang Kelas X TSM Laik
58 Kursi Siswa 34 Ruang Kelas X TSM Laik
59 Papan Tulis 1 Ruang Guru Laik
60
Meja Kerja /
sirkulasi 17 Ruang Guru Laik
61 Kursi Kerja 20 Ruang Guru Laik
62 AC 1 Ruang Guru Laik
63 Komputer Laptop 2 Ruang Tata Usaha Laik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
64 LCD Proyektor 8 Ruang Tata Usaha Laik
65 Printer 1 Ruang Tata Usaha Laik
66 Kotak kontak 1 Ruang Tata Usaha Laik
67 Kursi TU 3 Ruang Tata Usaha Laik
68 Meja TU 3 Ruang Tata Usaha Laik
69 Filling Cabinet 2 Ruang Tata Usaha Laik
70 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Tata Usaha Laik
71
Penanda Waktu (Bell
Sekolah) 1 Ruang Tata Usaha Laik
72 Perlengkapan P3K 1 Ruang Tata Usaha Laik
73 Pengeras Suara 1 Ruang Tata Usaha Laik
74 Lemari Katalog 1 Ruang Tata Usaha Laik
75 Tape Recorder 1 Ruang Tata Usaha Laik
76 Lemari 1 Ruang Tata Usaha Laik
77 Jam Dinding 1 Ruang Tata Usaha Laik
78 Komputer TU 1 Ruang Tata Usaha Laik
79 Foto Copy 1 Ruang Tata Usaha Laik
80 Meja Siswa 10 R. praktek TKJ 2 Laik
81 Kursi Siswa 10 R. praktek TKJ 2 Laik
82 Kipas angin 2 R. praktek TKJ 2 Laik
83 Komputer PC 10 R. praktek TKJ 2
Kurang
Laik
84 Stabilizer 10 R. praktek TKJ 2 Laik
85 Meja Guru 1 Ruang Kelas XI TKJ Laik
86 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas XI TKJ Laik
87 Kursi Siswa 30 Ruang Kelas XI TKJ Laik
88 Papan Tulis 1 Ruang Kelas XI TKJ Laik
89 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas XI TKJ Laik
90 Kursi Guru 1 Ruang Kelas XI TKJ Laik
91 Meja Siswa 15 Ruang Kelas XI TKJ Laik
92 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas XI TKR Laik
93 Papan Tulis 1 Ruang Kelas XI TKR Laik
94 Meja Guru 1 Ruang Kelas XI TKR Laik
95 Kursi Guru 1 Ruang Kelas XI TKR Laik
96 Meja Siswa 16 Ruang Kelas XI TKR Laik
97 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas XI TKR Laik
98 Kursi Siswa 32 Ruang Kelas XI TKR
Kurang
Laik
99 AC 1 Ruang Kelas XI TKR Laik
100 Kursi Guru 1 Ruang Kelas X TKJ Laik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
101 Kursi Siswa 28 Ruang Kelas X TKJ Laik
102 Meja Guru 1 Ruang Kelas X TKJ Laik
103 Meja Siswa 14 Ruang Kelas X TKJ Laik
104 AC 1 Ruang Kelas X TKJ Laik
105 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas X TKJ Laik
106 Papan Tulis 2 Ruang Kelas X TKJ Kurang Laik
107 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas X TKJ Laik
108 Papan Tulis 1 R. Praktek TKR Laik
109 Peraga kopling 1 R. Praktek TKR Laik
110
Obyek Latihan
Transmisi 2 R. Praktek TKR Laik
111 Lemari Katalog 2 R. Praktek TKR Laik
112
Elektrikal Trainer
Kit 1 R. Praktek TKR
Kurang
Laik
113 Engine Life 3 R. Praktek TKR Laik
114 Kursi Kerja 2 R. Praktek TKR Laik
115 AC trainer 1 R. Praktek TKR Laik
116 Lemari 1 R. Praktek TKR
Kurang
Laik
117
Meja Kerja /
sirkulasi 2 R. Praktek TKR Laik
118
Trainer
Machanic/Dead
engine 1 R. Praktek TKR Laik
119 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas X TKR Laik
120 Papan Tulis 1 Ruang Kelas X TKR Laik
121 Kursi Guru 1 Ruang Kelas X TKR Laik
122 AC 1 Ruang Kelas X TKR Laik
123 Meja Guru 1 Ruang Kelas X TKR Laik
124 Kursi Siswa 38 Ruang Kelas X TKR Laik
125 Meja Siswa 40 Ruang Kelas X TKR Laik
126 Meja Guru 1 R. Praktek TKJ 1 Laik
127 Hand tools box 2 R. Praktek TKJ 1 Laik
128 Kursi Siswa 20 R. Praktek TKJ 1 Laik
129 Komputer 18 R. Praktek TKJ 1 Laik
130 AC 1 R. Praktek TKJ 1 Laik
131 Meja Siswa 18 R. Praktek TKJ 1
Kurang
Laik
132 Rak Buku 1 R. Praktek TKJ 1 Laik
133 Monitor 5 R. Praktek TKJ 1
Kurang
Laik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
134 Stabilizer 18 R. Praktek TKJ 1 Laik
135 Printer 1 R. Praktek TKJ 1
Kurang
Laik
136 Lemari Katalog 1 R. Praktek TKJ 1 Laik
137 Komputer 5 R. Praktek TKJ 1
Kurang
Laik
138 Kursi Guru 1 R. Praktek TKJ 1 Laik
139 Gayung 1 Ruang WC Laik
140 Lemari Katalog 1 Ruang Koperasi Laik
141 Alat pres 1 Ruang Koperasi Laik
142 Foto Copy 1 Ruang Koperasi Laik
143 Tempat Sampah 10 Ruang Koperasi Laik
144 AC 1 Ruang Kelas X AK Laik
145 Kursi Guru 1 Ruang Kelas X AK Laik
146 Simbol Kenegaraan 1 Ruang Kelas X AK Laik
147 Kursi Siswa 23 Ruang Kelas X AK Laik
148 LCD Proyektor 1 Ruang Kelas X AK Laik
149 Papan Tulis 2 Ruang Kelas X AK Laik
150 Meja Siswa 12 Ruang Kelas X AK Laik
151 Meja Guru 1 Ruang Kelas X AK Laik
152 Gayung 1 Ruang WC Laik
153 Meja Siswa 1 Ruang Kelas XII TKJ Laik
154 Kursi Guru 1 Ruang Kelas XII TKJ Laik
155 Kursi Siswa 16 Ruang Kelas XII TKJ Laik
156 Meja Guru 1 Ruang Kelas XII TKJ Laik
157 AC 1 Ruang Kelas XII TKJ Laik
158 Papan Tulis 1 Ruang Kelas XII TKJ Laik
Total 847
Sekolah ini cukup banyak peminatnya, jumlah peserta didik saat ini berjumlah
313 siswa seperti dibawah ini :
No Nama Rombel Jumlah Siswa
L P Jumlah
1 X AK
Kelas
10 3 20 23
2 X TKJ
Kelas
10 19 9 28
3 X TKR
Kelas
10 36 0 36
4 X TSM
Kelas
10 33 0 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
5 XI TKJ
Kelas
11 17 13 30
6 XI TKR
Kelas
11 32 0 32
7 XI TSM1
Kelas
11 23 0 23
8 XI TSM2
Kelas
11 22 3 25
9 XII TKJ
Kelas
12 13 4 17
10 XII TKR
Kelas
12 31 0 31
11 XII TSM
Kelas
12 34 1 35
Total 263 50 313
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
LEMBAR OBSERVASI
NO
FOKUS
MASALAH
INDIKATOR
YA
TID
AK
KE
T
1
Perencanaan
pembelajaran
PKn dengan
pendekatan
Contextual
Teaching and
Learning
1. Guru mempersiapkan silabus.
2. Guru mempersiapkan prota dan
promes.
3. Guru mempersiapkan RPP.
4. Guru mempersiapkan tempat
pembelajaran.
5. Guru mempersiapkan media.
6. Guru mempersiapkan
instrument evaluasi.
7. Guru menyususn adanya desain
pembelajaran PKn dengan
pendekatan CTL.
V
V
V
V
V
V
V
2
Pelaksanaan
pembelajaran
PKn dengan
pendekatan
Contextual
Teaching and
Learning
1. Guru memulai pembelajaran
dengan appersepsi.
2. Mengembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan
barunya.
3. Melaksanakan sejauh mungkin
kegiatan inkuiri untuk semua
topik.
V
V
V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
4. Mengembangkan sifat ingin
tahu dengan bertanya.
5. Menciptakan masyarakat
belajar (belajar dalam
kelompok-kelompok).
6. Menghadirkan model sebagai
contoh pembelajaran.
7. Melakukan refleksi di akhir
pertemuan.
8. Melakukan penilaian yang
sebenarnya dengan berbagai
cara.
9. Guru mengajak siswa
menyimpulakn materi pelajaran
V
V
V
V
V
V
3
Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
pembelajaran
PKn dengan
pendekatan
Contextual
Teaching and
Learning
1. Kemampuan guru memadai
2. Kelengkapan dokumen
3. Daya serap peserta didik tinggi
4. Fasilitas sekolah lengkap
5. Ketersediaan dana cukup
6. Daya dukung pihak luar
kurang
V
V
V
V
V
V
4
Evaluasi
pembelajaran
PKn dengan
pendekatan
Contextual
Teaching and
Learning
1. Guru memberikan evaluasi
dalam bentuk tertulis.
2. Guru memberikan evaluasi
dalam bentuk multiple choice.
3. Guru memberikan evaluasi
dalam bentuk essay.
V
V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
4. Guru memberikan evaluasi
dalam bentuk praktik.
5. Guru memberikan evaluasi
secara individu.
6.Guru memberikan evaluasi
secara kelompok.
7. Aspek evaluasi (aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik).
V
V
V
V
V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
CATATAN LAPANGAN 1
Berikut adalah hasil wawancara dengan:
Nama : M. Nur Setiawan, S.Pd
Jabatan : Guru PKn
Tempat : Ruang guru SMK Gajah Mada Purwodadi
Hari/tanggal : Senin, 9 Juni 2014
==========================================================
Kegiatan penelitian diawali dengan izin peneliti untuk melakukan
kegiatan penelitian. Pihak SMK Gajah Mada Purwodadi memberikan izin untuk
melakukan penelitian dan peneliti dipersilahkan untuk melakukan wawancara
dengan kepala sekolah SMK Gajah Mada Purwodadi . Peneliti hanya bertanya
seputar pembelajaran PKn dengan pendekatan Contekstual Teaching and
Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi meliputi perencanaan, pelaksanaan,
hambatan dan pendukung serta evaluasi. Kegiatan wawancara peneliti lakukan
dengan santai sehingga kepala sekolah, guru tidak merasa terintimidasi. Penelitia
melakukan kegiatan wawancara di ruang guru. Berikut ini hasil wawancara
peneliti dengan salah satu guru PKn SMK Gajah Mada Purwodadi
Perencanaan Pembelajaran PKn dengan pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
P : Bagaimana perencanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL di
SMK Gajah Mada Purwodadi?
MNS : Saya menyusun perencanaan pembelajaran PKn pada saat awal tahun
ajaran baru pembelajaran. Hal ini biasa saya lakukan semenjak saya
menjadi guru. Namun kali ini lebih menyenangkan karena pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
RPP saat ini lebih leluasa daripada beberapa tahun yang silam, pada RPP
pembelajaran kali ini kami menggunakan pendekatan kontekstual.
P : Apakah RPP yang disiapkan sudah sesuai dengan materi yang digunakan
? dan apakagh media yang digunakan dalam pembelajaran PKn dengan
pendekatan CTL ?
MNS : Tentu. Saya berusaha mempersiapkan prota, promes, silabus, rpp dan
media pembelajaran PKn pada materi “Sistem Hukum dan Peradilan
Internasional ”secara lengkap dengan memadukan pola bermain dalam
belajar. Media yang dijadikan permainan berupa card dan gambar yang
berkaitan dengan Sistem Hukum dan Peradilan Internasional”
P : Apakah persiapan pembelajarn tersebut disusun sendiri :
MNS : Ya benar. Awalnya saya mempersiapkan sendiri, namun kemudian
persiapan itu saya diskusikan (sharing) dengan teman yang juga memiliki
keahlian di bidang yang sama dalam MGMP PKn. Saya juga sharing pada
kepala sekolah jika ada sesuatu yang saya rasa kurang, seperti media
maupun fasilitas pembelajaran yang belum tersedia. Saya meminta saran
dan bimbingan kepala sekolah untuk mencari solusinya.”
P : Apakah ada fungsinya jika menyusun RPP dan silabus dengan
pendekatan CTL yang jelas disitu dan media yang digunakan ?
MNS : Agar saya merasa mudah dalam menyampaikan materi pelajaran dan
mengelola kelas, bisa lebih efektif dan efisien. Saya berharap siswa
mampu memahami materi yang saya sampaikan secara maksimal. Selain
itu, secara formal karena adanya tuntutan administrasi bagi guru.”
P : Apakah ada kesulitan dalam mengembangkan RPP dari tahun ke tahun ?
supaya tidak monoton ?
MNS : Pada prinsipnya tidak, karena sekarang guru lebih leluasa dalam
mengembangkan silabus dan RPP. Guru hanya berpatokan pada standart
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
kompetensi yang telah ditentukan dari pusat sebagai kurikulum induk.
Selanjutnya guru bebas mengembangkan metode apa yang tepat untuk
diterapkan yang terpenting adalah materi yang disampaikan oleh guru
benar-benar dapat dipahami, dimengerti dan diingat oleh siswa. Dan
belajarpun tidak harus dilakukan di dalam kelas yang bersifat monoton
tetapi dapat dikemas dengan pola permainan atau belajar sambil bermain.”
P : Apakah acuan bapak dalam menyusun RPP dan silabus sebelum
memulai pembelajaran PKn ?
MNS : Saya mengacu pada kurikulum dari pusat, namun saya berusaha
mengembangkan secara mandiri, menyesuaikan kondisi yang ada di
wilayah SMK Gajah Mada Purwodadi.”
P : Apakah ada target khusu dalam pencapaian perencanaan pembelajaran
PKn dengan penekatan CTL ?
MNS : tentunya layaknya guru yang lain juga, pada tahap perencanaan ini saya
mentarget persiapannya secara lengkap baik silabus, RPP dan media yang
tepat. Harapan saya dengan persiapan yang matang dan lengkap ini,
pelaksanaan pembelajaran nanti berlangsung secara maksimal, sehingga
hasil belajar PKn siswa juga maksimal.”
P : Siapakah partner bapak dalam disukusi perencanaan pembelajaran Pkn
ini ?
MNS : Patner sharing saya dalam perencanaan pembelajaran PKn ini antara
lain: teman se MGMP PKn, guru di SMK Gajah Mada Purwodadi, dan
juga Kepala Sekolah, sehingga bisa mengetahui fasilitas dari para pemilik
tempat magang dan untuk memudahkan schedule pelaksanaan
pembelajaran”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
P : Kapan bapak menyusun RPP dna silabusnya?
MNS : Biasanya saya menyusun dua kali, yaitu pada awal tahun semester 1 dan
awal semester 2. Namun saya tetap melengkapi jika ditemui
kekurangannya pada saat pembelajaran sudah berlangsung.”
Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
P : Apakah bapak pada saat memulai pembelajaran sering bertanya tentang
materi pembelajaran yang diajarkan kemarin ?
MNS : Ya benar. saya memulai pembelajaran PKn ini dengan pendahuluan
sebagai appersepsi. Bertanya kepada para siswa mengenai materi yang
lalu. Dan selanjutnya menanyai siswa beberapa pertanyaan yang berkaitan
dengan materi yang akan saya sampaikan yaitu tentang “Sistem Hukum
dan Peradilan Internasional”.
P : Bagaimana konsep pembelahjaran dengan model CTL pada awal
pembelajaran Pkn ?
MNS : Saya memulai dengan menyampaikan materi tentang “Sistem Hukum
dan Peradilan Internasional”, dan selanjutnya saya meminta siswa untuk
mempraktekkan secara langsung dengan tugas mencari data sambil
bermain di luar kelas dengan saya beri batas waktu, kemudian setelah data
di dapat siswa menyampaikan laporannya di hadapan siswa lainnya yang
selanjutnya didiskusikan bersama.”
P : Bagaimana respon siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung ?
MNS : Siswa nampak semangat dan terlihat aktif dalam aktivitas proses
pembelajaran dengan metode CTL ini. Semua siswa terlihat berfikir
mengenai tugas yang saya berikan . Siswa aktif dalam menemukan
jawaban, aktif bertanya mengenai materi yang belum dipahami, aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
dalam berdiskusi, saling membantu dan aktif dalam menyelesaikan
masalah.
P : Bagaimana situasi kelas saat pembelahjaran berlangsung ?
MNS : Kondisi kelas terasa menyenangkan dan hidup, terbukti dengan adanya
beberapa indikasi; kelas yang terkondisi artinya siswa saling mengajukan
pertanyaan, jawaban dan argument sambil sesekali diwarnai humor karena
jawaban atau pertanyaan atau argument siswa yang terkesan lucu namun
siswa tidak merasa malu untuk menyampaikannya, siswa mempunyai
keberanian atas jawaban yang disampaikan dengan mengemukakan
argument-argument, tidak ada siswa yang mengantuk, tidak adanya siswa
yang bercerita sendiri, semua siswa terlibat dalam diskusi dan
pembelajaran yang menyenangkan.”
P : Apakah ada kesulitan dalam pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL
?
MNS : Saya cermati tidak ada yang terlihat menyulitkan pada saat proses
pembelajaran, karena siswa menurut dan terlihat sangat senang serta
antusias terhadap tugas-tugas yang saya berikan. Siswa sangat antusias
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar tugas yang telah mereka
kerjakan di luar kelas, sebaliknya siswa yang lain juga sangat berkeinginan
untuk menjawab pertanyaan dari teman lain yang diajukkan, yang pada
akhirnya terjadi perdebatan atau diskusi yang mengalir begitu saja tanpa
harus disetting, namun masih dalam kendali saya sehingga kelas tidak
justru terlihat gaduh. Kemudian setelah itu baru saya memberikan jawaban
atau memberikan kesimpulan atas pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan dengan mengemukakan dasar teoritisnya dengan memberikan
contoh yang mudah dipahami dan dimengerti dengan mengaitkannya
dalam kehidupan sehari-hari yang dekat dengan kehidupan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
kesehariannya, terutama yang berkaitan dengan materi Sistem Hukum dan
Peradilan Internasional.
P : Bagaimana menurut bapak tentang respon siswa pada pelaksanaan
pembelajaran Pkn dengan menggunakan pendekatan CTL ?
MNS : Menurut pengamatan saya, siswa tertarik karena dengan metode CTL ini
siswa belajar tidak hanya sekedar materi saja, melainkan siswa langsung
bisa masuk dalam kehidupan nyata. Dalam arti siswa langsung mengetahui
secara kongkrit mengenai media dan kegunaan alat serta kesulitan dalam
penggunaannya.
P : Apakah tujuan pendekatan CTL pada pembelajaran PKn ?
MNS : Pada prinsipnya tujuan metode pembelajaran itu sama, yaitu ingin
menjadikan siswa itu lebih pandai dan memahami materi pelajaran dengan
baik. Namun, antara materi yang satu dengan lainnya terkadang saling
melengkapi. Selain itu, satu materi belum tentu sesuai dengan salah satu
metode melainkan akan lebih cocok dengan metode yang lain.
P : Apakah kelebihan pembelajaran dengan pendekatan CTL ?
MNS : Kelebihan metode CTL dibandingkan dengan metode kooperatif adalah
bahwa dalam meode CTL ini, siswa secara langsung bisa terjun
kelapangan(luar kelas), siswa mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi
nyata (riil) yang ada di lingkungan sekitar.
P : Media apa yang digunakan dalam pembelajran PKn dengan pendekatan
CTL ?
MNS : Media yang saya butuhkan pada pembelajaran kompetensi Sistem
Hukum dan Peradilan Internasional antara lain: slide, gambar dan video
mengenai proses pada materi Sistem Hukum dan Peradilan Internasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
Media ini untuk memudahkan siswa memahami materi yang tentunya saya
kaitkan dengan berita-berita Hukum dan Peradilan yang terkini.”
P : Bagaiaman menutup pembelajaran dengan pendekatan CTL ?
MNS : Saya mengakhiri pembelajaran ini dengan menanyakan kepada siswa
beberapa pertanyaan, antara lain: apakah semua siswa sudah paham dan
mampu semua, jika ada yang belum paham silahkan ditanyakan.
Kemudian saya juga memberikan tugas pada siswa sebagai tahap evaluasi,
dan agar siswa selalu mempelajari materi yang sudah saya sampaikan,
agar siswa tidak mudah lupa.
Faktor yang menghambat dan mendukung pembelajaran PKn dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning di SMK Gajah Mada
Purwodadi Purwodadi.
P : Apakah ada hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran
PKn dengan pendekatan CTL ?
MNS : Hambatan yang terkadang muncul adalah masih ada beberapa fasilitas
yang belum tersedia di SMK Gajah Mada Purwodadi. Adanya siswa yang
kurang terbiasa belajar secara aktif seperti pendekatan kontekstual ini, ada
sebagian siswa yang cenderung pasif, terima materi apa adanya dari guru.
Tentunya ini akan menghambat pembelajaran.
P : Apakah bapak pernah mengikuti seminar dalam rangka untuk
meningkatkan serta mendukung proses pembelajaran PKn ?
MNS : Saya pernah mengikuti seminar tentang pembelajaran denggan
pendekatan kooperatif, seminar ini dilakukan hanya 1 hari. Saat itu jam
MGMP jadi kepala sekolah meminta saya untuk mengikuti seminar
tersebut. Setelah selesai mengikutinya maka saya memahami arti
pentingnya menghidupkan suasana kelas dan menciptakan sistem belajar
yang menarik yaitu dengan pembelajaran kooperatif/ CTL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
Evaluasi Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
P : Apakah bapak selalu memberikan evaluasi pada proses dan pembelajaran
berlangsung ?
MNS : Saya selalu mengadakan evaluasi pada siswa di akhir pembelajaran. Dan
juga melakukan evaluasi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Evaluasi yang saya maksudkan adalah ada 2 jenis, yaitu evaluasi proses
pembelajaran dan evaluasi hasil akhir belajar. apalagi pada strategi CTL
ini, siswa sangat dikedepankan mampu dalam tahapan proses
pembelajaran, tidak semata-mata pada akhir belajar.”
P : Apa fungsi evaluasi pada pembelajaran ini ?
MNS : Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan siswa terhadap materi yang
sudah saya sampaikan dengan metode CTL ini. Dan sebagai bahan
perbaikan pada pembelajaran selanjutnya agar lebih baik dan sempurna.”
P : Bagaimana bentuk evaluasi ?
MNS : Saya menggunakan evaluasi dalam bentuk tertulis dan praktek, evaluasi
kelompok dan individu.
P : Bagaimana pelaksanakan evaluasinya ?
MNS : Setiap SK saya adakan 1 kali evaluasi, namun pada saat proses
pembelajaran berlangsung, biasanya saya juga memberikan pertanyaan
kepada siswa, tujuannya juga untuk sejauh mana kemampuan siswa,
namun evaluasi ini sifatnya masih part evaluation saja, belum secara
keseluruhan (komprehenshif).”
P : Apakah evaluasi formatif dan sumatif sudah cukup ?
MNS : Menurut hemat saya evaluasi formatif dan sumatif juga sudah cukup,
adapun bentuknya, selain evaluasi tertulis, evaluasi dalam bentuk praktek
juga sangat baik karena untuk mengukur skill siswa sehingga lebih muda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
diterapkan. Namun evaluasi tertulis juga pentin untuk mengukur
kemampuan secara kognitif siswa. evaluasi tertulis ini juga karena adanya
tuntutan secara akademik.
P : Aspek apa saja yang dievaluasi ?
MNS : Secara umum, saya melakukan penilaian pembelajaran PKn ini dari
ketiga aspek, baik aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.
P : Bagaimana evaluasi dikatakan berhasil ?
MNS : Menurut hemat saya, siswa yang berhasil yaitu siswa yang bisa
memahami materi pelajaran serta mempraktekkan secara riil, sehingga
skill lebih menonjol daripada pemahaman teori saja. Secara akademik
memperoleh nilai minimal 75 sebagaimana KKM yang telah ditentukan.
Adapun secara keterampilan (skill) kriterian minimal adalah nilai 80.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
CATATAN LAPANGAN 2
Berikut adalah hasil wawancara dengan :
Nama : G. Wahyu Hendarto, ST, MM
Jabatan : Kepala SMK Gajah Mada Purwodadi
Tempat : Ruang kepala SMK Gajah Mada Purwodadi
Hari/tanggal : Selasa, 10 Juni 2014
==========================================================
Perencanaan pengelolaan pembelajaran PKn dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
P : Apakah benar Bapak memberikan tugas kepada semua guru di SMK
Gajah Mada Purwodadi tanpa terkecuali ?
KS : Benar, saya memang memberikan tugas kepada semua guru di SMK
Gajah Mada Purwodadi tanpa terkecuali, agar bisa mempersiapkan
perencanaan pembelajaran di awal tahun. Hal ini dimaksudkan agar
secara administratif guru memiliki ancang-ancang persiapan yang
cukup matang pada proses pembelajaran 1 tahun ke depan, minimal 1
P : Apakah respect Bapak kepada Bapak M. Nur Setiawan selaku guru PKn
?
KS : Saya sangat respect pada Bp. M. Nur Setiawan, S.Pd selaku guru PKn.
Beliau termasuk salah satu guru yang aktif di SMK Gajah Mada ini.
Jika menyusun program merasa ada kesulitan,beliau langsung menemui
saya, termasuk dalam penyusunan RPP PKn sehingga bisa dikatakan
bentuk susunan RPP PKn mendekatai kesempurnaan.
P : Menurut Bapak adakah kesulitan Bapak M. Nur Setiawan dalam
mempersiapkan RPP ?
KS : saya rasa Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd tidak terlalu kesulitan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
mempersiapkan silabus dan RPP. Toh beliau merupakan guru senior
dan juga segudang pengalaman telah dikantonginya.
P : Apa benar Bapak sangat menghimbau para guru untuk mengikuti
berbagai macam kegiatan ?
KS : Benar. saya sangat menghimbau para guru untuk mengikuti berbagai
macam kegiatan baik dalam lingkup rayon, kabupaten maupun nasional
dalam rangka peningkatan kompetensi guru. Kegiatan tersebut bisa
berupa MGMP, OJT, Diklat, seminar maupun lokakarya.
Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
P : Adakah perubahan yang Bapak lihat dalam pembelajaran PKn saat ini ?
KS : Beberapa minggu terakhir ini saya melihat, pada saat pembelajaran PKn
ini berbeda dengan biasanya. Jika biasanya suara di kelas terdengar dan
terlihat ramai dan gaduh tanpa arah. Namun, beberapa waktu ini nampak
hidup dengan adanya diskusi-diskusi, jawaban-jawaban, pertanyaan-
pertanyaan dan argument-argument yang disampaikan siswa. Siswa
terlihat respect pada apa yang disampaikan oleh guru. Bahkan banyak
kegiatan pembelajaran yang terlihat diterapkan langsung di luar kelas,
sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh, justru siswa terlihat sangat
antusias dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Faktor yang mendukung dan menghambat pembelajaran PKn dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning di SMK Gajah Mada
Purwodadi.
P : Apakah dalam proses pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL ada
hambantan dan dukungan dalam pelaksanaan tersebut ?
KS : “Pelaksanaan pembelajaran biasanya ada kendala yang membuatnya
tidak lancar, begitu pula sebaliknya terkadang guru juga dimudahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
untuk melaksanakan pembelajaran tersebut”
P : Apakah dalam proses pembelajaran sudah menggunakan alat media
seperti LCD ?
KS : “ Sekolah kami memang belum semua kelas mempunyai LCD,
biasanya guru yang ingin mengajar terkadang pinjam kelas lain yang
sedang praktek, tapi kalau saat semuanya pembelajaran dikelas, itulah
yang menghalangi proses pembelajaran berjalan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
CATATAN LAPANGAN 3
Berikut adalah hasil wawancara dengan:
Nama : Wulan April Liyani
Jabatan : Siswa
Tempat : Ruang kelas XI SMK Gajah Mada Purwodadi
Hari/tanggal : Rabu, 11 Juni 2014
==========================================================
Perencanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
-
Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
P : Apakah benar Murid-murid semangat dan antusias mengikuti pelajaran
dengan model pembelajaran PKn yang saat ini ?
AN : “Memang begitu Pak, sekarang saya jadi tambah semangat kalau cara
mengajarnya kaya begini. Saya dan teman-teman merasa senang,
semangat, antusias dalam mengikuti pelajarannya Pak Setiawan.
Buktinya saya dan teman-teman tidak merasa ngantuk dan jenuh atau
ramai sendiri. Justru kami mengikuti instruksi Pak Setiawan.”
Evaluasi Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
P : Apakah Pak Setiawan setiap akhir proses pembelajaran memberikan
evaluasi secara lisan atau tertulis dan juga pada akhir semester ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
AN : “ Ya Pak, Setiap proses pembelajaran Bp. Setiawan selalum memberikan
soal secara lisan ataupun tertulis untuk dikerjakan siswa siswa sebagai
ulangan harian dan juga memberikan penugasan di rumah serta pada akhir
pembelajaran juga dilakukan ulangan akhir semester”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
CATATAN LAPANGAN 4
Berikut adalah hasil wawancara dengan :
Nama : Sudarsono
Jabatan : Siswa
Tempat : Ruang kelas XI SMK Gajah Mada Purwodadi
Hari/tanggal : Rabu, 11 Juni 2014
==========================================================
Perencanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
-
Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
P : Apakah benar Murid-murid menyukai model pembelajaran PKn yang
saat ini ?
AN : Betul Pak, saya sekarang lebih mudah memahami pelajaran yang
disampaikan Bp. Setiawan. Jadi saya sekarang makin senang dan
semangat lagi untuk mengikuti pelajarannya PKn karena cara
mengajarnya sangat menyenangkan. Saya langsung mengerti materi
yang disampaikan dengan kondisi lingkungan sekitar tentang Sistem
Hukum dan Peradilan Internasional. Apalagi saat ditampilkan tayangan
tentang Sistem Hukum dan Peradilan Internasional di slide.
Evaluasi Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
P : Apakah Pak Setiawan setiap proses pembelajaran memberikan
evaluasi secara tertulis atau praktek ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
AN : Betul Pak, Pak Setiawan selalu memberikan beberapa soal untuk
melakukan evaluasi secara tertulis dan praktek pada saat
pembelajaran PKn berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
GEDUNG SEKOLAH
SMK GAJAH MADA PURWODADI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
WAWANCARA DENGAN Bp. M. NUR SETIAWAN, S.Pd
GURU PPKn SMK GAJAH MADA PURWODADI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
WAWANCARA DENGAN Bp. M. NUR SETIAWAN, S.Pd
GURU PPKn SMK GAJAH MADA PURWODADI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH
SMK GAJAH MADA PURWODADI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH
SMK GAJAH MADA PURWODADI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
WAWANCARA DENGAN WULAN APRIL LIYANI
SISWI KELAS XI SMK GAJAH MADA PURWODADI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
WAWANCARA DENGAN SUDARSONO
SISWA KELAS XI SMK GAJAH MADA PURWODADI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
WAWANCARA DENGAN SUDARSONO
SISWA KELAS XI SMK GAJAH MADA PURWODADI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
PROSES PEMBELAJARAN Bp. M. NUR SETIAWAN, S.Pd
DENGAN SISWA-SISWI KELAS XI
SMK GAJAH MADA PURWODADI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
PROSES PEMBELAJARAN Bp. M. NUR SETIAWAN, S.Pd
DENGAN SISWA-SISWI KELAS XI
SMK GAJAH MADA PURWODADI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
PEMBELAJARAN PPKn PADA SAAT PRESENTASI
SISWI KELAS XI SMK GAJAH MADA PURWODADI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
PEMBELAJARAN PPKn PADA SAAT PRESENTASI
SISWA KELAS XI SMK GAJAH MADA PURWODADI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user