perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hubungan antara ... · bahasa indonesia program...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT
MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI
(Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh:
Maria Indratin
S 840809018
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT
MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI
(Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)
Disusun oleh:
Maria Indratin
S 840809018
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd. ___________ _________ NIP 19461208 198203 1 001
Pembimbing II Dr. H. Budhi Setiawan, M.Pd. . ___________ _________ NIP 19612405 198901 1 001
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia,
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. NIP 19440315 197804 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT
MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI
(Survei pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)
Disusun oleh:
Maria Indratin
S 840809018
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Prof. Dr. Herman J.Waluyo, M.Pd. ___________ ___________ Sekretaris : Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. ___________ __________ Anggota Penguji 1. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd. ___________ ___________ 2. Dr. H. Budhi Setiawan, M.Pd. ____________ ___________ Mengetahui Ketua Program Studi
Direktur PPS UNS, Pendidikan Bahasa Indonesia,
Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. NIP 19570820 198503 1 004 NIP 19440315 197804 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Maria Indratin
NIM : S840809018
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul adalah Hubungan
antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis dengan Keterampilan Menulis
Argumentasi (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta) betul-betul
karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Desember 2010
Yang membuat pernyataan,
Maria Indratin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan pertolongan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tesis
ini. Dalam menyelesaikan tesis ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan,
dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. dr. H. Much Syamsulhadi, Sp. KJ. (K), Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan izin peneliti untuk melaksanakan
penelitian;
2. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Direktur PPs UNS yang telah
memberikan izin penyusunan tesis ini;
3. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia yang telah memberi motivasi kepada peneliti untuk segera
menyelesaikan tesis ini;
4. Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd., sebagai Pembimbing I tesis ini yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan sehingga tesis ini dapat
diselesaikan;
5. Dr. Budhi Setiawan, M.Pd., sebagai Pembimbing II tesis ini yang telah
memberikan masukan dan saran-saran berharga demi kesempurnaan tesis ini;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
6. Sr. Florentia Mujiyati, OSU, Kepala SMA Regina Pacis Surakarta yang telah
memberikan subsidi biaya studi, dorongan dan motivasi, serta izin penelitian di
SMA Regina Pacis Surakarta;
7. Keluarga besar Yohanes de Deo Marto Suwarno, selaku orang tua peneliti yang
telah memberi doa restu demi kelancaran studi lanjut yang saya tempuh;
8. Secara pribadi, terima kasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada
suami tercinta Drs. Anang Suparlan, anak-anak saya Filomena Hanindita Chandra
Buana, Eleonora Hanindita Chandra Dewi, dan Digna Debby Widya Nanda yang
telah memberikan semangat dan motivasi sehingga tesis ini dapat selesai. Tanpa
semangat dan motivasi mereka, tesis ini tidak akan terselesaikan;
9. Rekan-rekan guru dan para siswa SMA Regina Pacis yang telah memberikan
dukungan demi terwujudnya tesis ini.
Akhirnya, peneliti hanya dapat berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak tersebut di atas, dan
mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Desember 2010
Peneliti,
M.I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ………………………………………………………………..… i
PENGESAHAN PEMBIMBING................................................................ ii
PENGESAHAN PENGUJI …….. ............................................................ iii
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xiv
ABSTRAK ................................................................................................. xvi
ABSTRACT ............................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5
1. Manfaat Teoretis ............................................................. 5
2. Manfaat Praktis .............................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
8
A. Kajian Teori ...................................................................... 8
1. Keterampilan Menulis Argumentasi................... ........... 8
a. Pengertian Keterampilan............................................. 8
b. Hakikat Menulis.......................................................... 9
c. Tahap-tahap Menulis................................................... 13
d. Manfaat Menulis....................................................... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Halaman
e. Tujuan Menulis.......................................................... 15
f. Pengertian Argumentasi............................................ 17
g. Dasar atau Landasan Argumentasi............................ 20
h. Cara Menguji Data..................................................... 24
i. Cara menguji Fakta..................................................... 26
j. Cara Menilai Autoritas................................................. 27
2. Kemampuan Berpikir Logis......................................... 29
a. Hakikat Berpikir...................................................... 29
b. Hakikat Penalaran.................................................. 30
c. Hakikat Logika........................................................... 34
d. Jenis-jenis Penalaran................................................... 35
e. Hakikat Berpikir Logis............................................... 37
f. Tahap-tahap Berpikir Logis........................................ 39
g. Argumen.................................................................... 40
3. Minat Menulis................................................................ 44
a. Pengertian Minat ........................................................ 45
b. Aspek Minat ............................................................... 52
c. Kontribusi Minat Menulis terhadap Keterampilan
Menulis Argumentasi..................................................
54
d. Faktor yang mempengaruhi Minat............................. 56
e. Aspek yang Diukur dalam Minat Menulis................. 61
B. Penelitian yang Relevan ..................................................... 66
C. Kerangka Berpikir .............................................................. 68
1. Hubungan Kemampuan Berpikir Logis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi...........................
68
2. Hubungan Minat menulis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi...................................................
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Halaman
3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis secara bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Argumentasi............................
70
D. Hipotesis Penelitian ........................................................... 72
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 73
A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................... 73
1. Tempat Penelitian......................................................... 73
2. Waktu Penelitian ......................................................... 73
B. Metode Penelitian ............................................................. 74
C. Desain Penelitian................................................................. 74
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian.......................... 75
1. Keterampilan Menulis Argumentasi............................... 75
2. Kemampuan Berpikir Logis........................................... 75
3. Minat Menulis................................................................ 76
E. Populasi, Sampel Penelitian, dan Sampling....................... 76
1. Populasi........................................................................... 76
2. Sampel............................................................................ 77
3. Teknik Pengambilan Sampel........................................ 77
F . Teknik Pengumpulan Data.................................................. 77
G. Instrumen Penelitian......................................................... 78
1. Instrumen Tes Keterampilan Menulis Argumentasi..... 78
2. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Logis............... 79
3. Instrumen Angket Minat Menulis................................ 79
H. Hasil Uji Coba Instrumen................................................... 84
1. Hasil Analisis Validitas............................................... 84
2. Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen.......................... 84
I. Teknik Analisis Data........................................................... 85
J. Hipotesis Statistik ………………………………………… 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Halaman
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................ 88
A. Deskripsi Data .................................................................... 88
1. Data Keterampilan Menulis Argumentasi (Y)............... 88
2. Data Kemampuan Berpikir Logis (X1)......................... 90
3. Data Minat Menulis (X2)................................................ 91
B. Pengujian Persyaratan Analisis...................................... 92
1. Uji Normalitas Data...................................................... 92
2. Uji Keberartian dan Linearitas Regresi........................... 93
C. Pengujian Hipotesis............................................................ 96
1. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Keterampilan Menulis Argumentasi............................
96
2. Hubungan antara Minat menulis dan Keterampilan Menulis Argumentasi.....................................................
98
3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis Secara Bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Argumentasi.............................
101
D. Pembahasan Hasil Penelitian............................................ 103
E. Keterbatasan Penelitian...................................................... 104
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................. 107
A. Simpulan....... ...................................................................... 107
B. Implikasi ............................................................................. 108
1. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis un- tuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi
109
2. Upaya Meningkatkan Minat Menulis untuk Meningkat- kan Keterampilan Menulis Argumentasi......................
110
C. Saran ................................................................................... 111
1. Saran untuk Para Guru Bahasa Indonesia SMA Regina Pacis...............................................................................
111
2. Saran untuk Para Siswa.................................................. 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Halaman
3. Saran untuk Peneliti yang Lain....................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 114
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ………………………………. 73
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi (Y) 89
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Logis (X1)........... 90
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Minat Menulis (X2).......................... 91
Tabel 5. Tabel Anava untuk Regresi Linear Y = 77,818 + 0,223 X1 ……. 97
Tabel 6. Tabel Anava untuk Regresi Linear Y = 69,996 + 0,104 X2 ……. 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alur Berpikir Hubungan Antarvariabel dalam Penelitian Korelasi......................................................................................
71
Gambar 2. Desain Penelitian ...................................................................... 74
Gambar 3. Histogram Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi (Y).....................................................................
89
Gambar 4. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Logis (X1). 90
Gambar 5. Histogram Frekuensi Nilai Minat Menulis (X2)....... 91
Gambar 6. Diagram Pencar dan Garis Regresi Linear Y atas X1 ……...... 95
Gambar 7. Diagram Pencar dan Garis Regresi Linear Y atas X2 ……… 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1A Kisi-kisi Tes Keterampilan Menulis Argumentasi ......... 119
Lampiran 1B Tes Keterampilan Menulis Argumentasi ....................... 120
Lampiran 2A-1 Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Logis (Sebelum Ujicoba)........................................................................
121
Lampiran 2A-2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Logis (Sesudah Ujicoba)……………………...................................
122
Lampiran 2B Tes Kemampuan Berpikir Logis .................................... 123
Lampiran 3A-1 Kisi-kisi Angket Minat Menulis (Sebelum Ujicoba)..... 135
Lampiran 3A-2 Kisi-kisi Angket Minat Menulis (Sesudah Ujicoba)...... 136
Lampiran 3B Angket Minat Menulis .... ..................................... 137
Lampiran 4 Analisis Reliabilitas Ratings untuk Tes Keterampilan Menulis Argumentasi (Y)................................................
144
Lampiran 5A Hasil Analisis Uji Validitas Butir Soal Tes Kemam- puan Berpikir Logis ....................................................
147
Lampiran 5B Hasil Analisis Uji Reliabiltas Butir Soal Tes Kemam- puan Berpikir Logis .....................................................
153
Lampiran 6A Hasil Analisis Uji Validitas Butir Angket Minat Menulis.......................................................................
156
Lampiran 6B Hasil Analisis Uji Relibilitas Angket Minat Menulis .... 162
Lampiran 7 Data Induk Penelitian ..................................................... 165
Lampiran 8A Hasil Uji Normalitas Data Keterampilan Menulis Argumentasi …………………………………………
168
Lampiran 8B Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Logis 171
Lampiran 8C Hasil Uji Normalitas Data Minat Menulis………… 174
Lampiran 9 Tabel Kerja untuk Melakukan Analisis Regresi dan Korelasi (Sederhana, Ganda)..........................................
177
Lampiran 10 Hasil Analisis Data Deskriptif................................ 180
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Halaman
Lampiran 11A Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Y atas X1....... 181
Lampiran 11B Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Y atas X2....... 182
Lampiran 12A Hasil Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi Sederhana Y atas X1................................................
183
Lampiran 12B Hasil Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi
Sederhana Y atas X2.................................................
189
Lampiran 13A. Hasil Analisis Korelasi Sederhana X1 dan Y .............. 194
Lampiran 13B Hasil Analisis Korelasi Sederhana X2 dan Y .......... 195
Lampiran 14A Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana X1 dan Y..............................................................................
196
Lampiran 14B Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana X2 dan Y..............................................................................
197
Lampiran 15A Hasil Analisis Regresi Ganda Y atas X1X2 ................... 198
Lampiran 15B Hasil Uji Signifikansi Koefisien Regresi Ganda Y atas X1X2...........................................................................
200
Lampiran 16A Hasil Analisis Korelasi Ganda X1X2 dengan Y.............. 201
Lampiran 16B Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda X1X2 dan Y............................................................................
202
Lampiran 17A Kontribusi X1 terhadap Y................................................ 203
Lampiran 17B Kontribusi X2 terhadap Y............................................... 204
Lampiran 17C Kontribusi X1X2 terhadap Y............................ 205
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Maria Indratin. S840809018. 2010. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta). Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya (1) hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi, (2) hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi, dan (3) hubungan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan kemampuan menulis argumentasi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Regina Pacis Surakarta, bulan Juni hingga Desember 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan teknik korelasional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Regina Pacis Surakarta. Sampel berjumlah 80 orang yang diambil dengan cara simple random sampling. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah tes keterampilan menulis argumentasi, validitasnya menggunakan validitas isi dan reliabilitasnya mengggunakan reliabilitas ratings. Instrumen tes kemampuan berpikir logis validitasnya menggunakan r-point biserial dan reliabilitasnya menggunakan KR-20. Sementara itu, instrumen angket minat menulis, validitasnya menggunakan r-product moment dan reliabilitasnya menggunakan Alpha Cronbach. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik regresi dan korelasi (sederhana dan ganda). Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi (r y.1 = 0,69 pada taraf nyata α = 0,05 dengan N= 80 di mana r t = 0,220); (2) ada hubungan positif antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi (r y.2 = 0,30 pada taraf nyata α = 0,05 dengan N= 80 di mana r t = 0,220); dan (3) ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi (R y.12 =0,69 pada taraf nyata α = 0,05 dengan N= 80 di mana r t = 0,220). Dari hasil penelitian di atas dapat dinyatakan bahwa secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kemampuan berpikir logis dan minat menulis memberikan sumbangan yang berarti kepada keterampilan menulis argumentasi. Ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut dapat menjadi prediktor yang baik bagi keterampilan menulis argumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRACT
Maria Indratin. S840809018. 2010. The Correlation between The Ability of Logical Thinking and Writing Interest and The Skill of Argumentation Writing ( A Survey at Upper Secondary School Students of Regina Pacis in Surakarta. Thesis: Surakarta: Indonesian Education Study Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University. This research aimed to determine the correlation between (1) the ability of logical thinking and the skill of argumentation writing, (2) writing interest and the skill of argumentation writing, and (3) both the ability of logical thinking and writing interest together and the skill of argumentation writing. The research was carried out at upper secondary school of Regina Pacis in Surakarta, from June to December 2010. The research method used was correlational survey. The population of the research were the second grade students at upper secondary school of Regina Pacis in Surakarta. The sample consisted of 80 students who were taken by using simple random sampling. The instruments used for data collection were: test for the skill of writing argumentation, its validity used content validity and its reliability used rating reliability. The validity of test instrument for logical thinking used r-point biserial and its reliability used KR-20. While the validity of polling instrument for writing interest used r-product moment and its reliability used Alpha Cronbach. The technique used for analyzing the data was the statistical technique of regression and correlation. The result of the study shows that: (1) there is a positive correlation between the ability of logical thinking and the skill of writing argumentation (r y1 = .69 at the level of significance α = .05 with N = 80 where rt = .220); (2) there is a positive correlation between writing interest and the skill of writing argumentation (r y2 = .30 at the level of significance α = .05 with N = 80 where rt = .220); (3) there is a positive correlation between both the ability of logical thinking and writing interest with the skill of writing argumentation (R y. 12 = .69 at the level of significance α = .05 with N = 80 where rt = .220). The above results show that both the ability of logical thinking and writing interest simultaneously give significant contribution to the skill of writing argumentation. It means that both variables could be good predictors for the skill of writing argumentation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses
komunikasi. Bahkan boleh dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa atau negara dapat
diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Maju tidaknya
komunikasi tulis dapat dilihat dan diukur dari kualitas dan kuantitas hasil percetakan
yang terdapat di suatu negara.
Morsey (dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 20), menyatakan bahwa tulisan
dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan,
serta mempengaruhi orang lain, dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai
dengan baik oleh orang-orang (atau para penulis) yang dapat menyusun pikirannya
serta mengutarakannya dengan jelas (dan mudah dipahami). Kejelasan tersebut
tergantung pada pikiran, susunan/organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur
kalimat yang cerah.
Dalam dokumen Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Menengah SMA-MA-SMK-MAK (Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23
Tahun 2006) dinyatakan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa
Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
budaya yang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat, dan menemukan serta menggunakan keterampilan analisis dan
imajinatif yang ada dalam dirinya.
Terkait dengan hal di atas, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan dalam
rangka meningkatkan kemampuam peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi
mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi keterampilan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
Dalam komunikasi berbahasa, ada empat keterampilan berbahasa, meliputi (1)
keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan
(4) keterampilan menulis. Setiap keterampilan berhubungan erat dengan proses-
proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya
(Henry Guntur Tarigan. 1993: 1)
Sebagaimana diketahui bahwa menulis merupakan satu bentuk komunikasi
secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah mampu memanfaatkan grafologi,
kosa kata, dan struktur bahasa. Oleh karena itu, pembelajaran menulis mempunyai
kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Keterampilan
menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang sebagian merupakan tanggung jawab guru. Dengan demikian, guru dituntut
untuk dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan menulis.
Sebagian besar informasi dapat digali dari berbagai jenis atau bentuk tulisan.
Melalui pengetahuan yang dimiliki itu, orang dapat mengkomunikasikan kembali
informasi yang dimiliki dalam bentuk lisan atau tulisan. Dengan kata lain, menulis
dapat membantu pula seseorang untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Melalui aktivitas menulis yang baik dan benar, siswa mampu menuangkan
idenya dalam sebuah tulisan. Sebaliknya, siswa juga mendapatkan sesuatu dari
aktivitas menulis yang ia lakukan. Semakin banyak gagasan yang dapat
diungkapkannya, maka semakin baik pula keterampilan bernalar (reasoning) anak
juga akan berkembang dengan pesat ketika siswa berhasil menuangkan informasi
melalui tulisannya.
Dalam dokumen Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Menengah SMA-MA-SMK-MAK (Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23
Tahun 2006) salah satu Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk
SMA/Ma kelas X adalah siswa dituntut mampu menulis gagasan secara logis dan
sistematis dalam bentuk ragam paragraf argumentatif.
Faktor lain yang terkait dengan mampu tidaknya siswa menulis, adalah minat
siswa dalam menulis. Minat adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar atau tidak sadar karena tertarik atau tidak tertarik untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, guru harus dapat mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
minat siswa agar tercipta suasana yang dapat melahirkan kesenangannya untuk
menulis.
Sementara beberapa temuan di lapangan menunjukkan bahwa (1) masih
sangat terbatasnya jumlah karya siswa dalam bentuk tulisan baik yang terbit melalui
media majalah sekolah maupun melalui media massa cetak seperti surat kabar, (2)
masih sangat terbatasnya siswa yang tertarik untuk mengikuti berbagai lomba
kegiatan menulis, (3) kurangnya motivasi siswa terhadap kegiatan menulis, (4)
adanya anggapan bahwa keterampilan menulis adalah bakat, (5) adanya kesan bahwa
menulis itu kegiatan yang membosankan.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan membahas “Hubungan antara
Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis dengan Keterampilan Menulis
Argumentasi pada Siswa SMA Regina Pacis Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan
menulis argumentasi?
2. Apakah terdapat hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis
argumentasi?
3. Apakah terdapat hubungan secara bersama-sama antara kemampuan berpikir logis
dan minat menulis dengan keterampilan menulis argumentasi?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Terdapat tidaknya hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan
menulis argumentasi.
2. Terdapat tidaknya hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis
argumentasi.
3. Terdapat tidaknya hubungan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis
secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis bagi para pengajar/guru dan siswa SMA Regina Pacis Surakarta pada
khususnya, dan masyarakat pembaca secara luas dan pada umumnya.
1. Manfaat Teoritis
Dari segi teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau
informasi pada pembaca maupun para praktisi pendidikan bahasa tentang
ada tidaknya hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis
dengan keterampilan menulis argumentasi, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama; seberapa besar kadar kekuatan hubungan di antara variabel bebas
(kemampuan berpikir logis dan minat menulis) dan variabel terikat (keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
menulis argumentasi). Selain itu, dapat memberikan sumbangan kepada teori
pembelajaran yang berkenaan dengan menulis argumentasi serta varaibel-variabel
yang berperan dalam hubungannya dengan keterampilan menulis argumentasi siswa.
Adapun sumbangan variabel-variabel yang berhubungan dengan keterampilan
menulis argumentasi tersebut, adalah kemampuan berpikir logis dan minat menulis.
Hasil penelitian ini pun dapat juga bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu
khususnya dalam bidang pengajaran dan mendorong peneliti lain untuk melaksanakan
penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam pada masa-masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
Dari segi praktis, berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh informasi
tentang seberapa besar kadar kekuatan hubungan antara kedua belah variabel
sehingga dengan mengetahui hasil itu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
tentang apakah kemampuan berpikir logis dan minat menulis dapat diabaikan atau
tidak dalam mengembangkan keterampilan menulis argumentasi siswa. Selain itu,
hasil penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan besarnya sumbangan
kemampuan berpikir logis dan minat menulis kepada keterampilan menulis
argumentasi. Besarnya sumbangan kedua variabel tersebut dapat menunjukkan
derajat pentingnya variabel-variabel itu terhadap keterampilan menulis argumentasi,
dan dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan adanya variabel lain yang
mempengaruhi keterampilan menulis argumentasi siswa. Selanjutnya, hasil
penelitian ini dapat memberi masukan kepada guru bahasa Indonesia khususnya di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
SMA Regina Pacis Surakarta dalam menentukan strategi pengajaran menulis
argumentasi yang tepat sehingga tujuan pengajaran keterampilan berbahasa,
utamanya keterampilan menulis argumentasi dapat dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
Pada Bab II ini dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang relevan
dengan variabel penelitian yang diteliti, yaitu (1) teori keterampilan menulis
argumentasi, (2) teori kemampuan berpikir logis, dan (3) teori minat menulis.
1. Keterampilan Menulis Argumentasi
Pada subbab ini akan dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang
terkait dengan keterampilan menulis argumentasi. Untuk maksud tersebut, secara
berturut-turut pada bab ini dideskripsikan teori tentang (a) pengertian keterampilan,
(b) hakikat menulis, (c) tahap-tahap menulis, (d) manfaat menulis, (e) tujuan menulis,
(f) pengertian argumentasi, (g) dasar atau landasan argumentasi, (h) cara menguji
data, (i) cara menguji fakta, dan (j) cara menilai autoritas.
a. Pengertian Keterampilan
Menurut Gagne dan Briggs (1979: 49-50) terdapat lima kategori keluaran
belajar: (1) keterampilan intelektual (intellectual skill), (2) pengaturan kegiatan
kognitif (cognitive strategy), (3) informasi verbal (verbal information), (4)
keterampilan motorik (motor skill), dan (5) sikap (attitudes).
Kata keterampilan yang melekat pada frasa (kelompok kata) “keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menulis cerita pendek” pada penelitian ini memiliki acuan pengertian yang sepadan
dengan salah satu kategori keluaran belajar yang disebutkan Gagne dan Briggs di
atas, yaitu keterampilan intelektual. Dijelaskan oleh Winkel (1991: 73), yang
dimaksud keterampilan intelektual ialah keterampilan untuk berhubungan dengan
lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya
konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Menurut
Muhibbin Syah (2000: 119) keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik
melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Jadi,
keterampilan intelektual di sini berkenaan dengan kecekatan orang dalam
mendayagunakan segala fungsi mental/kognitifnya untuk mencapai hasil secara
maksimal. Melalui penjelasan itu, kata keterampilan pada penyebutan penelitian ini,
bukan dimaksudkan sebagai keterampilan motorik yang berhubungan dengan
gerakan-gerakan otot tubuh seseorang.
Berdasarkan pandangan itu, pengertian keterampilan menulis argumentasi di
sini diartikan sebagai kecekatan seseorang (siswa) dalam hubungannya dengan
bagaimana ia mendayagunakan semua fungsi mental/kognitifnya untuk menuangkan
buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah karangan yang
berbentuk argumentasi.
b. Hakikat Menulis
Menulis merupakan satu keterampilan berbahasa yang produktif dan
ekspresif. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka.
Henry Guntur Tarigan (1993: 21) menyatakan menulis adalah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Dengan kata
lain, menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi
bahasa.
Sementara itu, McCrimmon (dalam St.Y.Slamet, 2009:96) menyatakan bahwa
menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu objek,
memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga
pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Pada dasarnya, menulis itu
bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan
pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam
bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana
dan tidak perlu dipelajari, tetapi harus dikuasai.
Tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Sabarti Akhadiah (1997:
13), menulis merupakan suatu kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan
tulisan sebagai mediumnya. Lebih jauh Bell dan Barnaby (dalam Nunan, 1989: 141)
menjelaskan bahwa menulis adalah aktivitas kognitif yang kompleks untuk
menunjukkan pengaturan sejumlah variabel secara bersamaan. Kedua variabel yang
berlangsung secara bersamaan tersebut,yaitu (1) variabel di dalam kalimat yang
mencakup isi, susunan, diksi, tanda baca, ejaan, dan susunan huruf, dan (2) variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
di luar kalimat yang terdiri atas penyusunan dan penggabungan kalimat menjadi
paragraf.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (1987: 270-271), aktivitas menulis merupakan
suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir
dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca.
Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit
dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu
disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur
kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik
unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga
menghasilkan karangan yang runtut dan padu.
Dalam kegiatan menulis, menghendaki orang untuk menguasai lambang atau
simbol-simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya yang menyangkut tata ejaan.
Unsur situasi dan paralinguistik yang sangat efektif membantu komunikasi berbicara,
tak dapat dimanfaatkan dalam menulis. Karangan adalah suatu bentuk sistem
komunikasi lambang visual. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat seperti yang
diharapkan, penulis hendaklah menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat,
teratur, dan lengkap. dalam hubungan ini, sering kita dengar adanya kata-kata bahasa
yang teratur merupakan manivestasi pikiran yang teratur pula.
Berkaitan dengan teori tentang keterampilan menulis, telah dikemukakan hasil
penelitian terdahulu. Christine Hockings 1998 “Developing Journal Writing Skills in
Undergraduates: the need for Journal Workshops”. Journal of Working Paper 020/98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Series September 1998. Dalam hasil penelitian yang dimuat di jurnal ini
dikemukakan bahwa proses menulis juga dipercaya untuk menstimulasi kegunaan
dari keterampilan kognitif pada level tinggi. Dijelaskan bahwa menulis adalah unik
yang menuntut penulis menggunakan tiga model dari belajar,yaitu mengejakan,
modeling, dan simbolisasi secara berkesinambungan (simultan). Proses menulis
memaksa penulis untuk mengingat, merefleksikan, dan membuat tanggap akan
informasi dan pengalaman baru, hasil tulisan memenuhi basis atau dasar untuk
menyusun konsep, peningkatan identifikasi, modeling, dan perencanaan untuk
penerapan di masa yang akan datang mengenai ide dan teori.
Dilihat dari segi kemampuan berbahasa, Burhan Nurgiyantoro (1987:273)
menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, aktivitas menghasilkan
bahasa. Dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas
mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan
unsur bahasa, sedang yang kedua menekankan unsur gagasan. Kedua unsur tersebut
hendaknya diberi penekanan yang sama.
Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan ide, gagasan
mengenai suatu hal ke dalam bahasa tulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain
(pembaca). Dalam hal ini, kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai
unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi
karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa
sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c. Tahap-hahap Menulis
Untuk dapat menguasai keterampilan menulis, ada beberapa tahap yang harus
dilalui. Menurut Proett dan Gill (1986), ada tiga tahap proses menulis, yaitu (1) tahap
prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap pascapenulisan. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Sabarti Akhadiah (1997:20) menjelaskan kegiatan menulis adalah
suatu proses yang berarti melakukan serangkaian aktivitas yang terjadi dan
melibatkan tiga fase, yaitu (1) fase prapenulisan (persiapan), (2) fase penulisan
(pengembangan isi kerangka), dan (3) fase pascapenulisan (telaah dan revisi atau
penyempurnaan).
Masing-masing fase harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan
harus dilalui oleh seorang penulis dalam proses tulis-menulis. Kegiatan kepenulisan
sangat terkait dengan penalaran. Penalaran (reasoning) adalah suatu proses berpikir
dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, ataupun sesuatu
yang dianggap bahan bukti menuju pada suatu simpulan (Anton Moeliono,1989:124-
125).
Berpijak dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tahapan
menulis meliputi tiga tahap yaitu prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan (telaah
dan revisi atau penyempurnaan).
d. Manfaat Menulis
Kegiatan menulis memiliki banyak manfaat. Menurut Graves (dalam Suparno
dan Mohammad Yunus,2002:1.4) manfaat menulis meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1) Meningkatkan kecerdasan
Dikatakan meningkatkan kecerdasan karena ketika menulis, siswa
mengembangkan gagasannya dengan penalaran, yaitu menghubungkan fakta,
membandingkannya, dan menggunakan struktur bahasa yang logis agar dapat
dipahami pembaca.
2) Mengembangkan daya inisiatif dan kreatif
Pengembangan gagasan pokok menjadi informasi yang lebih rinci dikemas ke
dalam kalimat-kalimat yang efektif agar pembaca dapat menangkap pesan yang
disampaikan penulis. Untuk itu diperlukan daya inisiatif dan kreatif yang tinggi.
3) Menumbuhkan keberanian
Kegiatan menulis memupuk keberanian untuk berpendapat. Kegiatan menulis
diawali dengan penentuan masalah yang dihadapi penulis. Dengan membaca literatur
penulis memperoleh masukan dan saran pemecahannya. Penulis dituntut untuk berani
membuat keputusan menurut perasaan, pikiran, dan gaya penuangan gagasan yang
mungkin berbeda satu dengan yang lain. Penulis juga harus berani menghadapi
berbagai kritik dari pembaca karena akan muncul penilaian dari pembaca.
4) Mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi
Kegiatan menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan
informasi. Bahan yang akan ditulis adalah informasi. Informasi ditulis dari berbagai
sumber. Makin banyak sumber yang dibaca, didengar, maka akan semakin
memantapkan penulis dalam mengambil keputusan dan semakin dapat dipercaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
e. Tujuan Menulis
Kegiatan menulis memiliki berbagai macam tujuan. Menurut Henry Guntur
Tarigan (1993:23-25) ada beberapa tujuan kegiatan menulis. Tujuan tersebut
meliputi :
1) memberitahukan atau mengajar yang kemudian disebut dengan wacana informatif
(informative discourse).
2) meyakinkan atau mendesak yang kemudian disebut dengan wacana persuasif
(persuasive discourse).
3) menghibur atau menyenangkan yang kemudian disebut dengan tulisan literer
(wacana kesastraan atau literary discourse).
4) mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api yang
kemudian disebut dengan wacana ekspresif (expresive discourse).
Sehubungan dengan tujuan penulisan, maka Hugo Hartig merangkumnya
sebagai berikut :
1) assignment purpose (tujuan penugasan)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.
Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya
para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan
membuat laporan, notulen rapat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) altruistic purpose (tujuan altruistik)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan, menghindarkan kedukaan, menolong
para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat
hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
3) persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan
yang diutarakan.
4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan
kepada para pembaca.
5) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada para pembaca.
6) creative purpose (tujuan kreatif)
Tujuan ini berhubungan erat dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi ”keinginan
kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan
mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan
mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang
dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat
dimengerti dan diterima oleh para pembaca. (Hipple, 1973 : 309-311).
f. Pengertian Argumentasi
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1985 : 3). Dalam
ilmu pengetahuan, argumentasi merupakan usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau
menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat
mengenai sesuatu hal.
Georgacarakos, G.N. dan Robin Smith (1979: 4-7) mengemukakan bahwa
yang dimaksud dengan argumen adalah satu hal tertentu yang dapat kita gunakan
dalam kegiatan berpikir/beralasan (reasoning), meyakinkan (convincing), atau
membujuk (persuading). Argumen adalah serangkaian pernyataan yang salah satunya
(disebut kesimpulan) ditarik dari pernyataan lainnya (disebut premis).
Argumen dapat digunakan untuk membujuk atau meyakinkan orang untuk
mempercayai suatu pernyataan. Statement atau pernyataan adalah sebuah kalimat
yang bisa benar atau salah.
Menurut Stephen Naylor Thomas (1986: 10-38), sebuah alasan adalah
berbagai pernyataan yang diberikan untuk mendukung, membenarkan, atau
menjelaskan beberapa fakta, pernyataan, pengharapan, prediksi dan peringatan.
Beralasan (reasoning) adalah berbagai wacana dimana beberapa pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
diberikan sebagai alasan untuk sebuah kesimpulan. Untuk menerima beberapa
pernyataan memang benar dengan dasar mendukung alasan, atau menawarkan /
mempertimbangkan alasan untuk dukungan atau penjelasan tentang sesuatu adalah
hal yang berkaitan dengan reasoning. Jadi argumen berisi alasan (reasoning).
Berkaitan dengan teori tentang argumentasi, telah dikemukakan hasil
penelitian terdahulu. Lesley A. Rey, Ebony Elizabeth Thomas, dan Steven Engel
2010; 99.6. pg 56-62. “English Journal: Applying Toulmin: Teaching Logical
Reasoning and Argumentative Writing.Juli 2010. Dalam hasil penelitian yang dimuat
di jurnal ini dikemukakan bahwa argumentasi adalah suatu proses membentuk logika
atau alasan-alasan yang masuk akal dari serentetan ide yang bersifat persuasif bagi
pembaca/pendengar. Salah satu cara untuk memahami definisi persuasif adalah
menganggapnya sebagai suatu alasan-alasan yang menjelaskan bagaimana sesuatu
seharusnya. Kita dibujuk dikarenakan penjelasan yang ada sesuai dengan kerangka
berpikir kita.
Menulis argumen dimulai dengan membentuk suatu sikap / perasaan hati-hati
terhadap sesuatu untuk suatu tujuan dan pembaca tertentu. Orang yang ingin
berargumen secara efektif pertama-tama harus mempertimbangkan dimana mereka
berada, dan kemudian secara terorganisir mengumpulkan ide-ide dan informasi untuk
membujuk pembaca dengan sudut pandang mereka. Supaya lebih meyakinkan,
alasan-alasan yang diajukan harus dilengkapi dengan ide-ide, informasi, atau bukti-
bukti yang secara sengaja dipilih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pengetahuan siswa mengingatkankita bahwa tugas kita tidak mengajari
mereka bagaimana berargumen atau bahkan pentingnya berargumen. Sebaliknya,
tantangan kita adalah meyakinkan mereka untuk berargumen dalam tulisan akademik.
Tiga pertanyaan yang dapat membantu seseorang dengan hati-hati memilih sikap:
1) Sudut pandang: Bagaimana saya melihat dan memahami apa yang sedang saya
pelajari?
2) Pernyataan: Apa yang benar dan seharusnya diketahui tentang subyek ini?
3) Permintaan: Apa yang seharusnya dipahami pembaca tentang subyek ini?
Bukti yang terpercaya dan meyakinkan seharusnya memenuhi empat syarat:
1) Apakah bukti tersebut kredibel?
2) Apakah bukti itu mencukupi?
3) Apakah bukti itu akurat?
4) Urutan bukti mana yang terbaik?
Warrants (2005: 25) menjelaskan bahwa pembenaran adalah alasan yang
menghubungkan bukti-bukti dan sikap. Menemukan pembenaran adalah yang paling
sulit karena ini adalah tahap dimana kita meminta siswa untuk mengungkapkan dalam
kata-kata pemikiran bawah sadar mereka sebelumnya dan menggunakan kerangka
berpikir yang baru bagi mereka.
Pembenaran yang efektif membujuk pembaca akan hubungan antara
pernyataan yang dibuat dengan bukti-bukti. Mengajar siswa untuk menulis hubungan-
hubungan tersebut melibatkan sesi pertanyaan yang menuntut siswa mengungkapkan
alasan mereka sampai mereka menginternalisasi pertanyaan-pertanyaan itu untuk diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mereka. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan:
1) Apa alasanmu untuk memilih bukti-bukti ini untuk mendukung sikapmu?
2) Mengapa kamu berpendapat bahwa bukti ini cocok / mendukung sikap yang
kamu ambil?
3) Bagaimana bukti-bukti ini yang telah kamu pilih berhubungan satu sama lain?
Akhirnya, untuk belajar menulis argumen persuasif yang masuk akal, siswa
perlu belajar berpikir melalui kompleksitas dan komplikasi suatu permasalahan /
subyek / isu, membuat kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dan secara hirarki
mengelompokkan dan secara logis, mengurutkan ide-ide. Siswa sangat tergantung
pada guru untuk memungkinkan hal ini terjadi.
Bertolak dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa argumen-
tasi adalah suatu retorika yang berupa bukti-bukti yang digunakan untuk menarik
suatu simpulan yang akhirnya mampu mempengaruhi sikap dan keyakinan orang lain.
g. Dasar atau Landasan Argumentasi
Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan
logis. Oleh karena itu harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada.
Fakta-fakta atau evidensi itu dapat dijalin dalam metode-metode sebagaimana
dipergunakan juga oleh eksposisi. Tetapi dalam argumentasi terdapat motivasi yang
lebih kuat. Eksposisi hanya memerlukan kejelasan, sebab itu fakta-fakta dipakai
seperlunya. Namun argumentasi di samping memerlukan kejelasan, memerlukan juga
keyakinan dengan perantaraan fakta-fakta itu. Sebab itu, penulis harus meneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
apakah semua fakta yang akan dipergunakan itu benar, dan harus meneliti pula
bagaimana relevansi kualitasnya dengan maksudnya. Dengan fakta yang benar, ia
dapat merangkai suatu penuturan yang logis menuju kepada suatu kesimpulan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan semua kenyataan di atas, maka untuk berbicara mengenai sebuah
tulisan argumentatif, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa hal penting yang
menjadi landasan argumentasi. Beberapa hal penting tersebut, menurut Gorys Keraf
(1985: 5), adalah sebagai berikut:
1) Penalaran
Penalaran yaitu bagaimana dapat merumuskan pendapat yang benar sebagai
hasil dari suatu proses berpikir untuk merangkaikan fakta-fakta menuju suatu
kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat. Penalaran (reasoning), jalan pikiran
adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau
evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Yang dimaksud
dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubung-
hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk
akal.Bahasa tidak bisa dilepaskan dari penalaran.
2) Proposisi
Penalaran bukan saja dapat dilakukan dengan menggunakan fakta-fakta yang
masih berbentuk polos, tetapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan fakta-fakta
yang telah dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang berbentuk pendapat dan
kesimpulan. Penalaran dapat kita batasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya.
Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta-fakta untuk
membuktikannya. Sebaliknya sebuah pernyataan atau proposisi dapat disangkal atau
ditolak bila terdapat fakta-fakta yang menentangnya.
Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah
proposisi. Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung proposisi, karena hanya
kalimat semacam itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya.
3) Inferensi dan Implikasi
Fakta adalah apa saja yang ada, baik perbuatan yang dilakukan maupun
peristiwa-peristiwa yang terjadi atau sesuatu yang ada di alam ini. Fakta adalah hal
yang ada tanpa memperhatikan atau mempersoalkan bagaimana pendapat orang-
orang tentangnya. Sebaliknya pendapat merupakan kesimpulan (inferensi), penilaian,
pertimbangan, dan keyakinan seseorang tentang fakta atau fakta-fakta itu. Sebab itu
setiap ucapan yang bersifat faktual, atau suatu pernyataan yang didasarkan atas fakta,
harus selalu dapat dibuktikan sebagai sesuatu yang benar atau yang mustahil.
Sebaliknya pendapat atau kesimpulan hanya dapat diterima atau ditolak karena
kebenaran atau kemustahilan faktanya dan cara menghubung-hubungkan fakta itu
secara absah.
Kata inferensi berasal dari kata latin infrre yang berarti menarik kesimpulan.
Kata implikasi juga berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata implicare yang berarti
melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya, kata
inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena
sudah diragukan dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari simpulan sebagai
hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dan evidensi(= implikasi), dan simpulan
yang masuk akal berdasarkan implikasi(= inferensi).
4) Evidensi
Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian,
semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh
dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan.
Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya
sekadar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam argumentasi,
seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia
menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami
sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.
Dalam wujudnya yang paling rendah, evidensi berbentuk data atau informasi.
Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh
dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan
keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh seseorang kepada
orang lain, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan
informasi (bahan keterangan). Pada dasarnya semua data dan informasi harus diyakini
dan diandalkan kebenarannya. Untuk itu pembicara harus mengadakan pengujian atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
data dan informasi tersebut, apakah semua bahan keterangan itu merupakan fakta.
Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara
nyata. Bila seorang mengatakan bahwa ia telah melihat kapal musuh mendarat di
sebuah pantai yang sepi, itu baru merupakan informasi. Kalau sebuah surat kabar
memberitakan bahwa ekspor Indonesia bulan Oktober mencapai 500 juta dollar, itu
baru merupakan data. Dalam kedua kasus perlu didakan penyelidikan lebih lanjut
untuk mendapatkan sebuah fakta, yaitu apakah sungguh-sungguh musuh sudah
mendarat di pantai tadi; apakah memang benar ekspor Indonesia bulan Oktober 500
juta dollar, bagaimana perinciannya, barang apa saja yang diekspor, ke negara mana
dan sebagainya.
h. Cara Menguji Data
Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan
informasi itu harus merupakan fakta. Dalam kedudukanya yang pasti sebagai fakta,
bahan-bahan itu siap digunakan sebagai evidensi. Sebab itu perlu diadakan pengujian-
pengujian melalui cara-cara tertentu. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa cara
yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pegujian tersebut.
1). Observasi
Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan
seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan
sekaligus dapat menggunakan sebaik-baiknya dalam usaha meyakinkan para
pembaca, maka kadang-kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.
2). Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus dilakukan dengan
observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang mengadakan
observasi atas objek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu,
tempat, dan biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau
pengarang dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau keterangan
dari orang lain yang telah mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri persoalan itu.
Kesaksian di sini tidak hanya mencakup apa yang didengar langsung dari seseorang
yang mengalami sesuatu peristiwa, tetapi juga diketahui melalui buku-buku,
dokumen-dokumen, dan sebagainya.
3). Autoritas
Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha
menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autotoritas, yakni pendapat
dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat,
memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan
pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu. Autotoris
dengan demikian dapat diartikan sebagai kesaksian ahli yang diberikan oleh
seseorang, sebuah komisi, atau suatu badan atau kelompok yang dianggap berwenang
untuk itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
i. Cara Menguji Fakta
Sebagai telah dikemukakan di atas, untuk menetapkan apakah data atau
informasi yang telah kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan
penilaian, apakah data-data atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal yang
sungguh-sungguh terjadi. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian-penilaian
tingkat pertama. Penilaian tingkat pertama hanya diarahkan untuk mendapatkan
keyakinan, bahwa semua bahan itu adalah fakta.
Dan penilaian itu tidak saja berhenti di sini. Pengarang atau penulis harus
mengadakan penilaian tingkat kedua, yaitu yang mana dari semua fakta itu dapat
digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Atau
dengan kata lain harus diadakan seleksi untuk menentukan fakta-fakta mana yang
dapat dijadikan evidensi dalam argumentasi itu.
1) Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan
dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan
mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat
konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain.
2) Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana yang
dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang
akan digunakan sebagai evidensi harus pula koheren dengan pengalaman-pengalaman
manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku. Bila penulis meng-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
inginkan agar sesuatu hal dapat diterima, ia harus meyakinkan pembaca bahwa
karena pembaca setuju atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang dikemuka-
kannya, maka secara kosekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu
konklusinya.
j. Cara Menilai Autoritas
Yang dapat dilakukan adalah membanding-bandingkan autoritas-autoritas
itu, mengadakan evaluasi atas pendapat-pendapat itu untuk menemukan sesuatu
pendapat dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat
memilih beberapa pokok berikut:
1) Tidak Mengandung Prasangka
Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat
autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang tidak mengandung
prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang
dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka juga mencakup hal lain, yaitu
bahwa autoritas itu tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data
eksperimentalnya.
2) Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat
suatu autoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan
yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperolehnya harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang
diperoleh melalui pendidikan tadi. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh autoritas,
penelitian-penelitian yang dilakukannya dan presentasi hasil-hasil penelitian dan
pendapatnya akan lebih memperkokoh kedudukannya, dengan catatan bahwa syarat
pertama di atas harus juga diperhatikan.
3) Kemasyuran dan Prestise
Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas
adalah meneliti apakah pernyataan/pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu
hanya sekedar bersembunyi di balik kemasyuran dan prestise pribadi di bidang lain.
4) Koherensi dengan Kemajuan
Hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah
pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan
jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.
Berpijak dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
pada hakikatnya yang dimaksud dengan keterampilan menulis argumentasi adalah
kesanggupan siswa dalam menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bahasa
Indonesia tulis dengan jelas, didukung oleh organisasi isi atau bahasa yang baik, tata
bahasa (struktur) yang benar, pilihan kata dan ejaan yang tepat dengan bertujuan
untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca dengan jalan mengemukakan alasan
dan bukti-bukti yang kuat tentang suatu kebenaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Kemampuan Berpikir Logis
Pada subbab ini akan dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori
yang terkait dengan kemampuan berpikir logis. Untuk maksud tersebut, secara
berturut-turut pada bab ini dideskripsikan teori tentang (a) hakikat berpikir, (b)
hakikat penalaran, (c) hakikat logika, (d) jenis-jenis penalaran, (e) hakikat berpikir
logis, (f) tahap-tahap berpikir logis, dan (g) argumen
a. Hakikat Berpikir
Dalam kehidupan sehari-hari, kita menjumpai kenyataan-kenyataan yang
menunjukkan bahwa ada anggota masyarakat yang dapat mengungkapkan pendapat
atau pikirannya dengan teratur, tanpa mempelajari secara khusus struktur gramatikal
suatu bahasa. Ini berarti ada unsur lain yang harus diperhitungkan dalam pemakaian
suatu bahasa. Menurut Gorys Keraf (1980: 49), unsur lain adalah segi penalaran atau
logika. Jalan pikiran pembicara turut menentukan baik tidaknya kalimat seseorang,
mudah tidaknya pikirannya dapat dipahami. Dikatakan dengan tegas oleh Jujun S.
Suriasumantri (1993 : 43) bahwa manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk
yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya itu bersumber
pada pengetahuan yang diperolehnya melalui kegiatan berpikir dan merasakan.
Berkaitan dengan hakikat manusia sebagai makhluk berpikir tersebut, perlu
dijelaskan arti kata berpikir dan penalaran. Menurut Poespoprodjo dan T. Gilarso
(1985 : 4), berpikir adalah suatu kegiatan akal untuk "mengolah” pengetahuan yang
telah diterima melalui pancaindra, dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dalam batin. Dengan kata lain, berpikir adalah suatu kegiatan berbicara dengan diri
sendiri (Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan, 1986 : 1-2). Oleh Partap Sing Mehra
dan Jazir Burhan (1986 : 1-2) dijelaskan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan jiwa
untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Namun, secara umum mereka menggunakan
istilah pemikiran, yaitu mencari sesuatu yang belum diketahui berdasarkan sesuatu
yang telah diketahui. Sesuatu yang telah diketahui merupakan data atau bahan
pemikiran, sedangkan sesuatu yang belum diketahui merupakan konklusi yang akan
diperoleh dari pemikiran. Melalui aktivitas berpikir, manusia mengkaji perihal benda-
benda, gejala-gejala, dan peristiwa-peristiwa untuk kemudian menarik kesimpulan
berupa ilmu pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia memperoleh
kebenaran.
Pendapat lain yang tidak kalah pentingnya dikemukakan oleh Jujun S.
Suriasumantri (1993 : 42) bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan untuk
menemukan pengetahuan yang benar. Pendapat-pendapat tersebut mempunyai
kesamaan. Jadi, berpikir merupakan suatu kegiatan akal yang dilakukan oleh manusia
untuk menemukan pengetahuan yang benar.
b. Hakikat Penalaran
Kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
menemukan kebenaran disebut penalaran. Lebih tegas lagi dijelaskan pula bahwa
penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan berupa
pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Pengetahuan yang dihasilkan
tersebut merupakan pengetahuan yang benar. Namun, apa yang disebut benar bagi
tiap orang tidak sama. Oleh karena itu, kegiatan berpikir untuk menghasilkan
pengetahuan yang benar itu pun berbeda-beda. Tiap jalan pikiran memiliki kriteria
kebenaran, dan kriteria kebenaran itu merupakan landasan bagi proses penemuan
kebenaran tersebut (Jujun S. Suruasumantri, 1993 : 42).
Menurut Herman J. Waluyo (1989: 3),penalaran adalah kegiatan berpikir yang
mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Selanjutnya, sebagai
suatu kegiatan berpikir, penalaran memiliki ciri-ciri penanda: (1) adanya suatu pola
berpikir yang secara luas disebut logika, dan (2) mempunyai sifat analitik dalam
proses berpikirnya.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan
data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan (Zainal Arifin dan
Amran Tasai, 1991 : 160). Sementara itu, Jos Daniel Parera (1982 : 77)
mengemukakan bahwa penalaran adalah proses berpikir untuk mencapai satu
kesimpulan yang masuk akal atau logis berdasarkan kenyataan-kenyataan atau
pernyataan-pernyataan.
Menurut Angelo (1980 : 241), penalaran merupakan penarikan kesimpulan
dari pengamatan, fakta-fakta, atau hipotesis. Pendapat lain menyatakan bahwa
penalaran (reasoning) adalah proses mengambil simpulan (conclusion, inference) dari
bahan bukti atau petunjuk (evidence) ataupun yang dianggap bahan bukti atau
petunjuk (Anton M. Moeliono, 1989 : 124-125). Definisi-definisi tersebut memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
makna bahwa dalam mengomunikasikan gagasan atau ide diperlukan proses berpikir,
yaitu bernalar.
Sementara Gorys Keraf (1995: 5) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu
proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-
evidensi yang diketahui menuju kepada suatu simpulan. Selanjutnya, Gorys Keraf
(1990 : 5), menjelaskan bahwa penalaran merupakan salah satu proses berpikir yang
mengikuti cara-cara, langkah-langkah, dan syarat-syarat tertentu sedemikian rupa
untuk mencapai suatu simpulan yang dapat diandalkan. Masalah penalaran, yaitu
masalah bagaimana mermuskan pendapat yang benar sebagai hasil dari proses
berpikir bagaimana merangkaikan kata-kata, kalimat-kalimat, atau simpulan-
simpulan individual menjadi simpulan umum. Jalan pikiran manusia pada hakikatnya
sangat kompleks yang dapat terdiri dari mata rantai evidensi dan berbagai
kesimpulan.
Agar suatu penalaran dapat menghasilkan suatu simpulan yang benar dan
sah, penalaran tersebut harus memenuhi persyaratan: (1) berpangkal pada kenyataan;
(2) alasan-alasan yang diajukan harus tepat; (3) semua alasan yang berupa fakta atau
pemikiran dalam bentuk rangkaian langkah disusun secara logis menjadi suatu jalan
pikiran; dan (4) hubungan antara titik pangkal dan kesimpulan harus logis
(Poespoprojo, 1985: 13).
Pendapat lain, dikemukakan oleh Thomas (1986 : 10) bahwa penalaran
merupakan suatu pernyataan yang diberikan pada sebuah pembenaran, atau
penjelasan terhadap suatu dugaan, harapan, atau fakta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Leahey dan Harris (1997 : 229), berpendapat bahwa penalaran adalah proses
penarikan kesimpulan logis berdasarkan fakta atau premis yang ada; sedangkan
Suhendar dan Supinah (1992 : 44) mengatakan bahwa penalaran adalah kegiatan
berpikir yang lebih tinggi yang dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang
saling berhubungan, serta bertujuan untuk sampai pada kesimpulan. Sejalan dengan
pendapat terdahulu, Poespoprojo dan Gilarso (1985 : 8) berpendapat bahwa penalaran
adalah suatu penjelasan yang menunjukkan kaitan atau hubungan antara dua hal atau
lebih yang berdasarkan pada alasan-alasan dan langkah-langkah tertentu sehingga
sampai pada suatu kesimpulan.
Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang bertolak pada suatu
analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut adalah logika
penalaran yang bersangkutan. Sifat analitik penalaran merupakan konskuensi dari
adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak
akan ada kegiatan analisis. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Dalam bidang keilmuan, kegiatan berpikir dilakukan secara sistematis dan
didasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain, kegiatan penalaran yang
dilakukan dalam bidang keilmuan adalah proses berpikir logis. Berpikir logis
diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau dengan perkataan
lain menurut logika tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c. Hakikat Logika
Logika didefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara
sahih (Jujun S. Suriasumantri, 1993 : 42-46). Selanjutnya, pengertian logika ini secara
singkat dikatakan oleh Alex Lanur (1983 : 7) sebagai ilmu pengetahuan dan
kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Kemudian, Anton M. Moeliono (1989 : 124-
125) juga mengatakan bahwa logika merupakan pengetahuan tentang kaidah berpikir.
Sementara itu, Irving M. Copi sebagaimana dikutip oleh Mundiri (1996 : 2),
menyatakan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-
hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang
salah.
Pada bahasan selanjutnya, Mundiri (1996 : 15) mengatakan bahwa
keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena
itu science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika. Logika
membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan
kebenaran dan menghindari kekeliruan. dari pernyataan tersebut tercermin bahwa
manusia menggunakan prinsip logika dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak.
Dengan logika, manusia dapat berpikir secara benar lepas dari prasangka emosi dan
keyakinan seseorang, karena logika dapat mendidik manusia bersikap objektif, tegas,
dan berani.
Seorang yang memiliki jalan pikiran yang tepat sesuai dengan aturan logika
berarti ia memiliki pemikiran yang logis. Hal ini sesuai dengan pendapat
W.Poespoprodjo dan T.Gilarso (1985: 4), yang mengatakan bahwa suatu jalan pikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
yang tepat dan jitu, yang sesuai dengan patokan-patokan seperti yang dikemukakan
dalam logika, disebut “logis”, sedangkan jalan pikiran yang tidak mengindahkan
patokan-patokan logika itu tentu “berantakan” dan sesat, dan dari pikiran yang
tersesat akan timbul tindakan yang sesat pula.
d. Jenis-jenis Penalaran
Dalam tulisan ilmiah ini, dikemukakan dua jenis penalaran, yaitu penalaran
deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang
didasarkan atas prinsip, hukum, teori, atau keputusan lain yang berlaku umum untuk
suatu hal atau gejala,kemudian berdasarkan prinsip tersebut ditarik kesimpulan
tentang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian dari hal atau gejala tersebut.
Herman J. Waluyo (1989: 20) menyatakan bahwa penalaran deduktif bergerak dari
sesuatu yang umum kepada yang khusus.
Sementara, penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik suatu
prinsip atau sikap yang berlaku umum maupun kesimpulan yang bersifat umum
berdasar fakta-fakta khusus. Herman J. Waluyo (1989: 16) menyatakan bahwa
penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyatan-pernyataan yang
mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Proses penalaran induktif memiliki beberapa variasi antara lain generalisasi,
analogi, dan hubungan kausal. Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi.
Sementara itu, analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua
peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa
yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal lain. Sabarti Akhadiah
(1988: 3) menyatakan bahwa analogi induktif adalah suatu proses penalaran untuk
menarik kesimpulan/inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus yang lain yang
memilki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.
Di samping analogi induktif, dikenal juga apa yang disebut analogi deklaratif
atau analogi penjelas. Gorys Keraf (1995: 48) menyatakan bahwa analogi penjelas
adalah suatu metode untuk menjelaskan hal yang tidak dikenal dengan
mempergunakan atau membandingkannya dengan sesuatu hal yang lain yang sudah
dikenal. Sebagai metode penjelasan, analogi deklaratif merupakan suatu cara yang
sangat bermanfaat, karena gagasan yang bari itu dapat diterima bila dihubungkan
dengan apa yang sudah diketahui.
Hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga pola yaitu penalaran dari
sebab ke akibat, penalaran dari akibat ke sebab, penalaran dari akibat ke akibat.
Ketiga pola hubungan kausal tersebut dapat dipakai secara bergantian dalam sebuah
tulisan.
Di samping penalaran, unsur yang memiliki hubungan erat dengan tulisan
argumentasi adalah logika. Menurut pengertian sehari-hari, logika adalah ”menurut
akal sehat”. Soekadijo (1991: 3) menyatakan bahwa sebagai istilah, logika berarti
metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Herman J.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Waluyo (1989: 29) berpendapat bahwa logika adalah ilmu pengetahuan dan
kecakapan untuk berpikir lurus atau tepat. Kejelasan, keruntutan, dan ketepatan peng-
gunaan kata-kata dalam berbahasa berhubungan dengan kemampuan penalaran sese-
orang. Jadi, dengan dimilikinya kemampuan logika yang baik akan sangat men-
dukung seseorang dalam mengemukakan argumentasi dengan baik, runtut, dan sah.
Pendapat-pendapat pakar tersebut tidaklah jauh berbeda, tetapi pada hakikatnya
sama. Kesamaan tersebut dapat dilihat dengan dimasukkannya aktivitas berpikir
dalam proses bernalar. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa inti dari bernalar
adalah berpikir.
e. Hakikat Berpikir Logis
Menurut Sabarti Akhadiah, Maidar Arsyad, dan Sakura Ridwan (1988: 102-
109), berpikir logis mempunyai kaitan dengan sikap dan sifat analitis seseorang.
Pendapat yang logis merupakan hasil analisis yang seksama dan cermat, itulah yang
merupakan salah satu sebab bahwa pendapat yang logis mempunyai keberterimaan
bagi siapa pun. Hasil berpikir logis tidak dapat dipisahkan dari proses berpikir logis.
Sebenarnya, tidak dapat dipahami pikiran seseorang kalau tidak diwujudkan
dalam bentuk tulisan, ucapan, atau isyarat. Kata-kata yang dituliskan mewakili
pikiran bukan sekedar coretan pena belaka, namun merupakan susunan kata yang
memuat pikiran. Oleh sebab itu, perlu dipelajari logika, karena logika dapat
membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kebenaran dan menghindari kekeliruan. Manusia mendasarkan diri atas prinsip dalam
segala aktivitas berpikir dan bertindak. Logika menyampaikan kepada berpikir benar,
lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seorang. Karena itu, logika dapat
mendidik manusia bersikap objektif tegas dan berani. Sikap seperti inilah yang
dibutuhkan dalam segala situasi dan kondisi.
Sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:
(1) logis, artinya sebagai kegiatan berpikir yang menurut suatu pola tertentu, atau
sesuai dengan logika; dan (2) analitik, artinya sebagai kegiatan berpikir dengan alur
atau langkah-langkah tertentu. Sebaliknya, cara berpikir yang tidak termasuk kedalam
penalaran, seperti intuisi bersifat tidak logis dan tidak analitik.
Herman J. Waluyo (1989: 29) menyatakan bahwa berpikir kritis erat
hubungannya denga logika, sebab berpikir kritis merupakan objek material logika.
Lebih lanjut, Herman J. Waluyo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan berpikir
kritis adalah kegiatan berpikir akal budi manusia.
Menurut Carney dan. Scheer (1980: 3-14), logika pada dasarnya adalah ilmu
tentang argumen dan metode yang menentukan bilamana argumen benar atau salah.
Argumen adalah serangkaian pernyataan dengan sebuah kesimpulan. Serangkaian
pernyataan ini terdiri dari dua atau lebih pernyataan yang disebut premis. Setiap
argumen berisi satu kesimpulan dan paling tidak satu premis.
Berpikir logis mempunyai kaitan dengan sikap dan sifat analitis. Pendapat
yang logis merupakan hasil analisis yang seksama dan cermat, itulah yang merupakan
salah satu sebab bahwa pendapat yang logis mempunyai keberterimaan bagi siapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pun. Hasil dari berpikir logis tidak dapat dipisahkan dari proses berpikir logis.
(Jamaluddin Kafie,1989: 41).
f. Tahap-hahap Berpikir Logis
Menurut Sumadi Suryabrata (1989: 54-56), proses berpikir logis pada pokok-
nya terdiri dari tiga tahap, yaitu 1) tahap pebentukan pengertian, 2) tahap
pembentukan pendapat, dan 4) tahap penarikan kesimpulan.
1) Pada tahap pembentukan pengertian. Proses pembentukan pengertian
dimulai dari pemahaman terhadap suatu objek. Orang yang tidak memahami suatu
objek tidak akan menarik suatu pengertian terhadap objek tersebut. Objek tersebut
dapat berupa benda-benda (orang), peristiwa-peristiwa, dan fenomena-fenomena atau
persepsi yang diperoleh.
Tahap pembentukan pengertian logis dapat dibentuk melalui empat langkah,
yaitu: (1) dengan cara menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.
Misalnya, jika kita ingin membentuk pengertian tentang manusia, kita harus
menganalisis ciri-ciri manusia itu; (2) dengan cara membanding-bandingkan ciri-ciri
yang telah diperoleh. Proses perbandingan ini untuk mengetahui ciri-ciri yang sama
dan ciri-ciri yang tidak sama, ciri-ciri yang selalu ada, dan tidak ada, ciri-ciri yang
hakiki dan yang tidak hakiki; (3) dengan cara mengabstraksikan. Cara ini
dimaksudkan untuk mengambil ciri-ciri yang mempunyai kesamaan sebagai dasar
untuk membentuk pengertian; (4) berdasarkan ketiga langkah tersebut ditariklah
pengertian tentang objek yang diamati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Tahap pembentukan pendapat. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap
pembentukan pengertian. Pada tahap pembentukan pendapat, pengertian-pengertian
yang telah diperoleh pada tahap pertama dicoba menghubung-hubungkannya.
Berdasarkan hubungan tersebut ditariklah suatu pendapat. Pendapat yang dinyatakan
dalam bahasa disebut kalimat. Dengan demikian, pada hakikatnya sebuah alinea
adalah gabungan dari beberapa pendapat, karena dalam alinea atau paragraf terdapat
beberapa kalimat.
3) Tahap penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, diperolehnya suatu
pendapat bukan berarti kegiatan berpikir logis telah selesai, justru itulah inti kegiatan
berpikirlogis dimulai, yaitu penarikan kesimpulan. Kesimpulan merupakan pendapat
akhir dari kegiatan berpikir logis. Dalam berpikir logis, penarikan kesimpulan
tersebut sesuai dengan teori yang dilakukan secara induktif, deduktif, dan analogi.
Berkaitan dengan penarikan kesimpulan ini, Garlikov menjelaskan bahwa untuk
membuat pernyataan (kesimpulan) yang benar diperlukan bukti-bukti yang aktual,
cukup dan sesuai dengan apa yang dinyatakan. (http://www.educ.kent.
edu/deafed/b990423.htm).
g. Argumen
Banyak argumen yang tidak sepenuhnya dinyatakan. Simpulan satu atau lebih
premis atau dua-duanya mungkin tidak dinyatakan. Argumen ini disebut entimem
(Enthymemes). Sebuah premis dihilangkan karena hal ini jelas kepada siapa argumen
dinyatakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Premis yang mengikuti membuat argumen sebelumnya menjadi benar. Sebuah
aturan untuk menyediakan premis yang hilang ini disebut Principle of Charity. Ini
adalah aturan dimana seseorang seharusnya menyediakan premis yang hilang karena
meletakkan argumen pada tempat yang sesuai.
Dalam argumen deduktif, kesimpulan yang ditarik dari premis-premis menjadi
kesimpulan yang tidak mungkin bagi premis-premis itu benar dan kesimpulannya
salah ; sedangkan karakteristik argumen induktif adalah bahwa kesimpulan dari
sebuah argumen merupakan kesimpulan yang ditarik dari premis dengan syarat
bahwa hal ini mungkin terjadi jika kesimpulannya salah walapun diketahui kebenaran
setiap premis. Tingkat ketidakmungkinan bervariasi dari argumen satu dengan yang
lain.
Dalam argumen, orang tidak berharap bahwa kesimpulan pasti benar jika
premisnya benar. Premis semata-mata memberikan bukti untuk mendukung
kesimpulan dan tidak lebih dari itu. Argumen deduktif dikatakan valid bagi premis
benar dan kesimpulannya salah.
Georgacarakos dan Smith (1979: 4-7) mengemukakan bahwa apa yang
dimaksud dengan argumen adalah satu hal tertentu yang dapat kita gunakan dalam
kegiatan berpikir/beralasan (reasoning), meyakinkan (convincing), atau membujuk
(persuading). Statement atau pernyataan adalah sebuah kalimat yang bisa benar atau
salah.
Argumen adalah serangkaian pernyataan yang salah satunya (disebut
kesimpulan) ditarik dari pernyataan lainnya (disebut premis). Argumen dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
digunakan untuk membujuk atau meyakinkan orang untuk mempercayai suatu
pernyataan. Sedangkan logika adalah studi tentang bagaimana kita sebaiknya
membentuk argumen.
Argumen yang valid adalah argumen yang ditarik dari premis. Sound Argu-
men adalah argumen yang valid dimana premis-premisnya benar. Untuk menyatakan
bilamana argumen itu valid, yang dapat dilakukan adalah menentukan kesimpulan
yang benar yang ditarik dari premis-premis yang ada.
Definisi bentuk argumen adalah suatu rangkaian pernyataan (masing-masing
disebut premis) dan sebuah pernyataan lagi yang disebut kesimpulan. Untuk
menentukan bentuk argumen, menggunakan prosedur berikut ini: (1) menyingkat
pernyataan argumen dan kemudian kita membuat pernyataan dari argumen-argumen
itu. Akan tetapi,kita harus mempunyai suatu cara untuk menentukan pernyataan yang
merupakan kesimpulan dan yang merupakan premis.
Ada dua aspek dalam masalah ini, yaitu (a) kita harus mampu
mengidentifikasi premis dan kesimpulan,(b) kita harus memiliki suatu cara untuk
mempresentasikan hal ini dalam bentuk argumen. Dua masalah ini cukup mudah
diselesaikan karena argumen hamyalah suatu rangkaian pernyataan dan sebuah
pernyataan. Yang harus kita lakukan adalah mendata pernyataan-pernyataan yang
terkandung dalam argumen dan menandai salah satu premis.
Menurut Thomas (1986: 10-38), sebuah alasan adalah berbagai pernyataan
yang diberikan untuk mendukung, membenarkan, atau menjelaskan beberapa fakta,
pernyataan, pengharapan, prediksi dan peringatan. Beralasan (reasoning) adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
berbagai wacana dimana beberapa pernyataan diberikan sebagai alasan untuk sebuah
kesimpulan. Untuk menerima beberapa pernyataan memang benar dengan dasar
mendukung alasan, atau menawarkan atau mempertimbangkan alasan untuk
dukungan atau penjelasan tentang sesuatu adalah hal yang berkaitan dengan
reasoning. Jadi argumen berisi alasan (reasoning)
Begitu wacana yang berisi alasan-alasan terbentuk, langkah berikutnya adalah
menentukan arahnya. Untuk melakukan hal ini, kita karus memutuskan pernyataan
dalam wacana yang berfungsi sebagai alasan untuk pernyataan lain dan pernyataan
yang merupakan kesimpulan. Alasan utama adalah alasan-alasan yang tidak dengan
sendirinya didukung oleh alasan-alasan lain dalam wacana. Alasan-alasan ini
merupakan dasar kesimpulan terbentuk.
Baum dan Wieck (1981: 122-123) menjelaskan bahwa suatu argumen adalah
serangkaian pernyataan yang salah satunya merupakan kesimpulan yang didukung
oleh pernyataan-pernyataan lainnya yang disebut premis.
Ada dua macam argumen yaitu deduktif dan induktif. Argumen deduktif yang
valid, premis-premisnya meyediakan dukungan mutlak untuk suatu kesimpulan entah
premis-premis itu benar atau salah. Validitas argumen deduktif dapat dievaluasi
berdasarkan bentuk logikanya daripada isinya. Suatu argumen yang secara deduktif
tidak valid membentuk argument induktif. Premis-premis dalam argumen induktif
tidak menyediakan dukungan mutlak terhadap kesimpulan.
Serangkaian pernyataan yang dimaksudkan sebagai argumen deduktif dapat
menjadi argumen induktif dan sebaliknya. Argumen deduktif harus valid dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kebenaran semua premis-premisnya harus dipertahankan. Akan tetapi karena
menentukan kebenaran premis membutuhkan pengetahuan yang khusus, para pemikir
akan memfokuskan diri dalam mengevaluasi validitas daripada aspek lainnya.
Untuk menentukan suatu argumen baik atau tidak, harus mempertimbangkan
kebenaran premis-premisnya dan kemungkinan kesimpulan. Kita dapat mengatakan
sebuah argumen induktif kuat bilamana dibandingkan dengan argumen-argumen yang
mungkin dapat memberikan dukungan terhadap kesimpulannya. Argumen tertentu ini
lebih kuat dibandingkan yang lainnya. Tidak seperti argumen deduktif, argumen
induktif dapat diperkuat atau dilemahkan dengan informasi tambahan.
Berdasarkan beberapa pendapat dan konsep teori yang telah diuraikan di
atas, maka dapat ditarik simpulan bahwa pada hakikatnya yang dimaksudkan dengan
kemampuan berpikir logis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam
melakukan aktivitas berpikir dengan menggunakan pola-pola, kaidah-kaidah, dan
sistematika yang tepat dan benar sesuai dengan logika tertentu. Ada banyak faktor
yang harus diperhatikan dalam menganalisa argumen dalam konteks kehidupan
sehari-hari, termasuk mengidentifikasi dan memformulasikan subargumen dan
mengetes validitas kekuatan deduktif atau induktif.
3. Minat Menulis
Pada subbab ini akan dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang
terkait dengan minat menulis. Untuk maksud tersebut, secara berturut-turut pada bab
ini dideskripsikan teori tentang (a) pengertian minat, (b) aspek minat, (c) pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
minat menulis terhadap keterampilan menulis argumentasi, (d) faktor yang
mempengaruhi minat, (e) aspek yang diukur dalam minat menulis
a. Pengertian Minat
Istilah minat dapat diartikan bermacam-macam oleh para pakar psikologi.
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Anak akan berkembang ke arah positif terhadap minat atau tidak
berminat terhadap sesuatu. Sesuatu yang menaruh minat itu tidak hanya
menyenangkan atau dapat mendatangkan sesuatu kepuasan baginya (Purwanto, 1988
: 66).
Menurut Tidjan (1977: 71) minat adalah gejala psikis yang menunjukkan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek. Dengan minat yang tinggi, suatu kegiatan
akan memperoleh prestasi yang baik, karena kegiatan yang dilakukannya akan selalu
disertai dengan perhatian yang tinggi dan dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan. Minat yang besar akan mendorong seseorang untuk selalu berusaha
sekuat tenaga dengan menggunakan berbagai fasilitas yang ada agar tujuan yang
diinginkan tercapai. Sementara itu, kurangnya minat seseorang terhadap suatu objek
akan mengurangi perhatiannya terhadap objek tersebut, sehingga hasil yang
diharapkan atas objek itu tidak akan memuaskan apalagi bila fasilitas atau sarana
tidak mendukung.
Bernard (1982: 203) menyebutnya sebagai dorongan yang ada di antara
individu dan objek-objek, situasi, orang atau kegiatan. Minat merupakan perasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
senang yang mewarnai setiap individu yang ditimbulkan oleh situasi orang ke arah
mana energi mental atau fisik tertuju.
Sementara itu, Bingham (1989: 21) menjelaskan bahwa minat adalah
kecenderungan untuk ikut serta aktif dalam pengalaman-pengalaman dan memelihara
pengalaman tersebut. Minat (interest) dapat dikatakan lawan dari keengganan
(aversion) yang dirumuskan sebagai kecenderungan untuk menjauhi terjadinya
pengalaman tentang objek-objek.
Crow dan Crow (1993: 153) mengatakan bahwa minat bisa berhubungan
dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan
dengan orang lain, benda atau kegiatan atau bisa sebagai pengalaman yang efektif
yang dirangsang oleh kegiatan atau bisa sebagai pengalaman yang efektif yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab
partisipasi dalam kegiatan.
Sejalan dengan pandangan Crow & Crow, Thorndike dan Hagen (1981: 317)
mengemukakan minat sebagai kecenderungan untuk mencari dan berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan tertentu. Minat merupakan salah satu kepribadian, yaitu terdiri dari
karakter, adjustmen, temperamen.
Chaplin (2000: 246) yang merumuskan minat dalam tiga buah rumusan, yaitu
pertama, sebagai suatu sikap yang menetap yang mengikat perhatian individu ke arah
objek-objek tertentu secara selektif. Kedua, perasaan yang berarti bagi individu
terhadap kegiatan, pekerjaan sambilan atau objek-objek yang dihadapi oleh setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
individu, dan ketiga, kesiapan individu yang mengatur atau mengendalikan perilaku
dalam arah tertentu atau ke arah tujuan tertentu.
Minat merupakan gejala psikis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu atau memberikan perhatian yang penuh terhadap objek tertentu sehingga
pekerjaan yang dilakukannya bisa membuat orang tersebut menjadi senang dan orang
tersebut akan melakukannya secara terus menerus. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Winkel (1996: 30-31) bahwa minat adalah kecenderungan yang
menetap dalam diri seseorang untuk tertarik pada bagian atau hal tertentu dan merasa
senang berkecimpung dalam bidang tertentu.
Selanjutnya dijelaskan oleh Traw (1993: 105), bahwa minat sangat erat
hubungannya dengan perasaan individu, objek, aktivitas, dan situasi. Minat dapat
menunjuk pada keasyikan mental dalam mengamati objek atau situasi tertentu,
sedangkan Aiken (1991: 209) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan
terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya.
Sementara itu, Anastasia dan Urbuna (1977: 386), mengungkapkan bahwa
minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan
dalam hidupnya.
Meitasari Candrasa (1990: 114) berpendapat bahwa minat merupakan suatu
sumber motivasi yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan yang
dipilihnya. Apabila individu melihat sesuatu yang memberikan manfaat, maka dirinya
akan memperoleh kekuasaan dan akan berminat pada hal tersebut. Kemudian jika
berkurang maka minatnya juga berkurang. Minat termasuk ke dalam salah satu aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
jiwa manusia biasanya menimbulkan kencenderungan gambaran yang lebih luas.
Sehubungan dengan masalah minat, Good dan Brophy (1990: 408),
mengartikan minat sebagai keingintahuan siswa untuk membangun secara terus
menerus melebihi waktu yang telah ditentukan dalam belajar. Hal ini berarti bahwa
minat seseorang selalu berkaitan dengan kegiatan-kegiatan tertentu di sekitarnya.
Jelasnya apabila seseorang memiliki minat terhadap sesuatu hal, ia akan merasa
tertarik untuk melakukan berbagai kegiatan atau usaha yang berkaitan dengan hal
tersebut. Dengan demikian terlihat jelas bahwa minat merupakan salah satu gejala
psikis yang bisa membuat seseorang untuk menetapkan pilihannya dalam melakukan
suatu kegiatan, sebab minat dapat menjadi daya pendorong atau motivasi bagi
seseorang untuk melakukan sesuatu.
Sementara itu, Hurlock (1981: 420) menambahkan bahwa jika seseorang
berminat pada satu objek atau peristiwa tertentu, ia tidak akan dapat dihalangi, ia
akan berusaha untuk melakukan atau mendapatkan objek yang diminatinya, sehingga
tidak mungkin objek tersebut dapat ditinggalkannya, karena suatu objek yang
menyenangkan perasaan seseorang dapat menimbulkan minatnya terhadap objek
tersebut.
Hal itu senada dengan apa yang dikemukakan oleh Entwistle (1983: 82)
bahwa minat juga merupakan motif yang menunjuk ke arah perhatian seseorang
terhadap objek yang menarik. Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak akan
menjadikan faktor pendorong bagi anak-anak dalam melakukan usahanya. Anak-anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
tidak perlu mendapat dorongan dari luar apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup
menarik minatnya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Slameto (1995: 57) menyatakan bahwa minat
adalah suatu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati akan diperhatikan terus-menerus dan
apabila dilakukan akan disertai dengan rasa senang.
Conny Semiawan (1982: 48) mengemukakan pengertian minat adalah suatu
keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek
tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya (satisfiers). Minat
dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulus
khusus sesuai dengan keadaan tersebut.
Dalam Ensiklopedia Indonesia IV (1998: 2252), minat diartikan sebagai
“Kecenderungan bertingkah laku yang terarah terhadap objek kegiatan atau
pengalaman tertentu”. Dalam hal ini minat berhubungan dengan (a) intensionalitas,
yaitu keterarahan dan pengarahan sebagai tanda penting bagi semua gejala hidup.
Kecenderungan ini berbeda dalam intesitasnya pada setiap individu ; (b). kecakapan,
kekurangan intelegensi merupakan keterbatasan dalam minat .
Ahmadi (2003: 151) memberi batasan minat sebagai sikap jiwa orang
seorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, emosi), yang tertuju
pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang terkuat.
Harras dan Lilis Sulistianingsih (1997/1998) memberi makna minat seba-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
gai hal yang dapat mendorong atau menggerakkan hati seseorang melakukan suatu
perbuatan dengan penuh senang hati dan suka rela. Orang yang dalam dirinya
telah memiliki minat yang tinggi dalam suatu hal, maka ia akan dengan suka
rela mengerjakan hal yang diminatinya tersebut, walaupun dirinya harus
melakukan pengorbanan, baik secara materi maupun nonmateri.
Minat menurut The Liang Gie (1994: 28) berarti sibuk, tertarik atau
terlibat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya
kegiatan itu. Jadi minat adalah keterlibatan seseorang dengan segenap kesadaran
secara penuh, dan perhatian disertai perasaan senang karena menyadari
pentingnya suatu kegiatan untuk mencapai tujuan.
Stinggins dalam Vera Ginting (2005: 10) mengatakan minat\ merupakan salah
satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan juga dalam kehidupan
seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seorang siswa. Aspek afektif adalah
aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi,
diposisikan dan kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang.
Selanjutnya, Stiggins (2005:10) menambahkan dimensi aspek afektif mencangkup
tiga hal penting, yaitu 1) behubungan dengan perasaan mengenai objek yang berbeda.
2) Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral kedua
kubu yang berlawanan, titik positif, dan titik negatif. 3) Berbagai perasaan
memiliki intensitas yang berbeda, yang dimulai dari kuat ke sedang ke lemah.
Siti Meichati (1978: 68) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat,
intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
aktivitas. Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif
berupa konsep positif terhadap suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek
tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasaan
pribadi terhadap objek tersebut.
Kemudian dalam http://www.geocities.com/jipsumbar/lap_ar_07.html
dijelaskan pula bahwa minat merupakan variabel penting yang berpengaruh
terhadap tercapainya prestasi atau cita-cita yang diharapkan.
Individu yang mempunyai minat, dalam tingkah lakunya akan berbeda
dengan yang tidak berminat. Minat mendorong seseorang untuk memperhatikan
terhadap sesuatu, dapat berupa individu, benda atau mungkin kegiatan. Seseorang
yang menaruh minat terhadap sesuatu biasanya mempunyai dorongan yang kuat
untuk berbuat aktif terhadap barang atau kegiatan yang menarik minatnya itu. Dari
dirinya timbul dorongan untuk melakukan aktivitas yang dapat memuaskan
keinginannya dalam mencapai suatu tujuan (H.G. Tarigan, Aceng R.S., Kholid A.H.,
1989: 98).
Minat adalah sesuatu yang sangat penting bagi seseorang dalam melakukan
kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan, minat bukan saja dapat
mewarnai perilaku seseorang, tetapi lebih dari itu minat mendorong orang untuk
melakukan suatu kegiatan dan menyebabkan seseorang menaruh perhatian dan rela
untuk terikat pada suatu kegiatan (J.U. Nasution, 1981: 1).
Jones, mengemukakan bahwa minat adalah perasaan suka cita yang berkaitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dengan reaksi, baik nyata maupun imaji, terhadap sesuatu atau situasi tertentu (Arthur
J. Jones, 1970: 95).
Mort dan Vincent menjelaskan bahwa minat adalah tenaga yang sangat kuat.
Seseorang akan bangkit dalam banyak kesempatan jika ia memiliki minat.
Pembelajaran yang berlangsung tanpa adanya minat dari para peserta didik, bukanlah
pembelajaran yang baik (Paul R.Mort dan William S.Vincent, 1950: 69).
b. Aspek Minat
Menurut Evita E Singgih (2006: 59) minat memiliki dua aspek yaitu aspek
kognitif dan aspek afektif. Kedua aspek ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
(1) Aspek kognitif, minat cenderung egosentris. Aspek kognitif ini berhubungan
dengan apa saja keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat diperoleh dari minat
itu. Sebagai contoh, anak ingin merasa yakin bahwa waktu dan usaha yang
dihabiskannya dengan kegiatan yang berkaitan dengan minatnya akan memberi
kepuasan dan keuntungan pribadi. Bila terbukti ada kepuasan dan keuntungan, minat
mereka tidak saja menetap melainkan menjadi lebih kuat tatkala kepuasan dan
keuntungan itu menjadi nyata.
Hal sebaliknya akan terjadi bila kepuasan dan keuntungan pribadi yang
diperoleh hanya sedikit. (2) Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, yaitu
dari sikap orang yang dianggap penting, seperti orang tua, guru, teman-temannya di
lingkungan sekolah terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari
sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa. Misalnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
siswa yang mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan guru suatu mata
pelajaran tertentu, biasanya mengembangkan sikap positif terhadap mata pelajaran
tersebut. Minat siswa untuk mengikuti pelajaran tersebut diperkuat. Sebaliknya akan
terjadi, jika pengalaman yang tidak menyenangkan dengan salah seseorang guru mata
pelajaran, dapat mengarah ke sikap yang tidak positif terhadap mata pelajaran
tersebut. Aspek afektif ini memiliki peran yang besar dalam memotivasi tindakan.
Pendapat yang sama disampaikan Hurlock (1987: 116) bahwa semua minat
mempunyai dua aspek, yaitu aspek kognitf dan aspek afektif. Aspek kognitif
didasarkan atas konsep yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan
dengan minat. Misalnya, aspek kognitif dari minat anak terhadap sekolah. Bila
mereka menganggap sekolah sebagai tempat mereka dapat belajar tentang hal-hal
yang telah menimbulkan rasa ingin tahu mereka dan tempat mereka mendapatkan
kesempatan untuk bergaul dengan teman-teman sebaya yang tidak didapat pada masa
sebelumnya. Minat siswa terhadap sekolah akan berbeda dibandingkan bila minat itu
didasarkan atas konsep sekolah yang menekankan frustasi dan pengekangan oleh
peraturan sekolah dan kerja keras untuk menghafal pelajaran.
Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif
minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Seperti
halnya aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap
yang penting – yaitu orang tua, guru, dan teman sebaya- terhadap kegiatan yang
berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam
berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Sebagai contoh, siswa yang mempunyai hubungan yang menyenangkan
dengan para guru, biasanya mengembangkan sikap yang positif terhadap sekolah.
Karena pengalaman sekolahnya menyenangkan, minat meraka pada sekolah
diperkuat. Sebaliknya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan guru dapat dan
sering mengarah ke sikap yang tidak positif yang mungkin kelak akan memperlemah
minat anak terhadap sekolah.
Walaupun kedua aspek kognitif dan afektif penting perannya dalam
menentukan apa yang akan atau yang tidak dikerjakan oleh siswa, jenis penyesuaian
pribadi dan sosial siswa. Aspek afektif lebih penting daripada aspek kognitif kerena
dua alasan. Pertama, aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam
memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Suatu bobot emosional positif dari
minat memperkuat minat itu dalam suatu tindakan. Suatu bobot emosional yang tidak
menyenangkan mempunyai pengaruh sebaliknya. Bobot itu mengakibatkan
kebosanan disertai pengaruh yang memperlemah motivasi atau yang mendorong
tindakan yang mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.
Berdasarkan pendapat kedua pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek
minat ada dua yakni aspek kognitif dan aspek afektif. Diantara kedua aspek tersebut
yang lebih penting dalam memperkuat minat adalah aspek afektif.
c. Kontribusi Minat Menulis terhadap Keterampilan Menulis Argumentasi
Bila dikaitkan dengan aktivitas menulis, minat memegang peranan yang
sangat penting. Orang yang mempunyai minat menulis yang tinggi akan memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
perhatian yang besar terhadap aktivitas menulis, termasuk menulis argumentasi.
Minat menulis mempunyai makna yang mengikat seseorang pada aktivitas menulis,
dan orang tersebut menyadari bahwa aktivitas menulis sangat berharga bagi dirinya,
sehingga ia selalu melakukan aktivitas menulis untuk memenuhi kebutuhannya.
Aktivitas menulis yang dilakukan tidak menjadi suatu beban bagi dirinya. Aktivitas
menulis akan dilakukan dengan penuh rasa suka, senang sehingga pekerjaan tersebut
merupakan suatu kegemaran.
Minat merupakan salah satu faktor yang cukup penting yang dapat
mempengaruhi keterampilan menulis argumentasi. Harjasujana (1988) menyatakan
bahwa ketiadaan minat menulis dapat menimbulkan ketidakmampuan dalam
menuangkan ide, gagasan atau informasi lain.. Berdasarkan pendapat tersebut, jelas
bahwa minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi mempunyai hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar-mengajar.
Yus Rusyana (1982: 53) mengungkapkan bahwa minat memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam kegiatan baca-tulis, sebab kegiatan baca-tulis berusaha
untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kita mempunyai hubungan dengan
berkepentingan dengan apa yang dibaca dan ditulis. Kegiatan baca-tulis terutama
berusaha untuk menumbuhkan minat budaya, yaitu minat yang luas dan mendalam
terhadap nilai bacaan dan tulisan serta kesadaran akan kemafaatannya bagi
kehidupan. Oleh karena itu, jelaslah bahwa minat merupakan dasar untuk melakukan
sesuatu kegiatan. Agar seseorang dapat melakukan kegiatan menulis, maka harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dilandasi oleh minat menulis yang baik. Sehubungan dengan masalah minat menulis,
Sumartana (1986: 229-230) menjelaskan bahwa minat menulis sangat erat
hubungannya dengan kebutuhan; misalnya seseorang membutuhkan informasi guna
bahan yang ditulisnya, maka dia akan berhubungan dengan bahan bacaan seperti
buku-buku teks, surat kabar, majalah, karya sastra, dan sebagainya.
d. Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat yang timbul dalam diri seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor instrinsik) mapun
faktor yang datang dari luar (faktor ekstrinsik). Proses terbentuknya minat menurut
Wells dan Prensky (1996: 23) berasal dari perpaduan internal dan eksternal. Faktor
internal berupa sikap untuk melakukan sesuatu yang terbentuk dari keyakinan bahwa
perilaku akan mengarahkan ke tujuan yang diinginkan dan evaluasi terhadap hasil
yang dicapai. Faktor eksternal berupa norma subjektif yang terbentuk dari keyakinan
bahwa kelompok referensi untuk melakukan atau tidak dan motivsi untuk identifikasi
dengan kelompok referensi. Masih dalam Vivi, pendapat yang sama dengan Wells
dan Prensky disampaikan oleh Hadipranata (1989) menyatakan bahwa minat adalah
perpaduan antara kebutuhan (individual needs) dan tuntutan masyarakat (social
need).
Pendapat yang lebih terperinci disampaikan oleh Crow and Crow (1987: 159).
Menurut Crow dan Crow ada 3 faktor yang mendasari timbulnya minat yaitu faktor
dorongan dari dalam, faktor motif sosial dan faktor emosional. Lebih lanjut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dijelaskan, faktor yang mendorong dari dalam merupakan faktor yang mendorong
pemusatan perhatian dan keterlibatan mental secara aktif, faktor dorongan sosial
merupakan faktor yang membangkitkan minat yang berhubungan dengan kebutuhan
sosial individu itu sendiri, sedangkan faktor dorongan emosional merupakan faktor
yang mendasari timbulnya minat setelah dirasakan emosi menyenangkan pada
peristiwa sebelumnya.
Secara rinci ketiga factor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: faktor
dorongan atau keinginan dari dalam (inner urges), yaitu dorongan atau keinginan
yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap sesuatu akan menimbulkan minat
tertentu. Termasuk di dalamnya berkaitan dengan faktor – faktor biologis yaitu faktor
– faktor yang berkaitan dengan kebutuhan fisik yang mendasar.
Faktor motif sosial (social motive), yaitu motif yang dikarenakan adanya
hasrat yang berhubungan dengan faktor dari diri seseorang sehingga menimbulkan
minat tertentu. Faktor ini menimbulkan seseorang menaruh minat terhadap suatu
aktifitas agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungan termasuk di dalamnya faktor
status sosial, harga diri, prestise dan sebagainya.
Faktor emosional (emotional motive), yaitu motif yang berkaitan dengan
perasaan dan emosi yang berupa dorongan – dorongan, motif – motif, respon – respon
emosional dan pengalaman – pengalaman yang diperoleh individu.
Pendapat Crow dan Crou tentang faktor emosional menurut penulis adalah
perpaduan antara faktor internal dan eksternal. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa secara garis besar minat di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dari dalam diri individu itu sendiri (faktor instrinsik) yaitu yang berhubungan dengan
minat itu sendiri dengan minat yang lebih mendasar atau asli dan faktor yang berasal
dari luar individu tersebut (faktor ekstrinsik) yaitu yang ditujukan dengan adanya
emosi senang yang berhubungan dengan tujuan dari aktivitas tertentu.
Sementara itu, menurut Dawson dan Bamman (1960: 165) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi minat, yaitu :
1) Faktor Psikologis
Minat akan meningkat jika kebutuhan dasar anak ( rasa aman, status dan
kedudukan tertentu, kepuasan efektif dan kebebasan ) lewat bahan- bahan tulisan
( topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan dan cara penyajian) terpenuhi sesuai
dengan kenyataan individunya dan tingkat perkembangannya.
2) Faktor Sosiologis
Terdapat beberapa faktor sosiologis yang dapat mempengaruhi minat
seseorang. Faktor-faktor tersebut meliputi: (a) minat menulis dipengaruhi oleh
kondisi atau status sosial, ekonomi keluarga masing – masing anak. Hal ini akan
mempengaruhi tersedianya sarana buku bacaan di dalam lingkungan keluarga. (b)
Minat menulis dipengaruhi kebiasaan dan kesenangan membaca di kalangan anggota
keluarga .
3) Faktor Kurikuler
Yang termasuk dalam faktor kurikuler dalam memepnegaruhi minat seseorang
meliputi: (a) terjadinya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
sempurna juga merupakan faktor pendorong minat menulis anak; (b) pelaksanaan
pelajaran secara intensif dan ekstensif merupakan kegiatan kurikuler yang sangat
mendorong dalam pembinaan, pengembangan dan peningkatan minat anak; (c)
kegiatan belajar mengajar yang memberi kesempatan pada anak untuk bertukar
pengalaman, diskusi dan sumbang saran serta saling mempengaruhi dalam hal
pemilihan bahan bacaan dapat juga sebagai pendorong minat.
4) Faktor Pendidik
Faktor pendidik yang berupa kemampuan mengelola kegiatan dan interaksi
belajar, khususnya dalam program pengajaran membaca, kejelian guru dalam
memperhatikan selera dan minat baca anak akan mendorong pembinaan,
pengembangan dan peningkatan minat.
5) Faktor jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin secara psikologis juga dapat mendorong minat menulis
anak. Mengacu pada uraian di atas, secara umum faktor – faktor yang
mempengaruhi minat menulis dapat dibagi menjadi dua : (a) faktor internal yaitu
faktor psikologis dan faktor jenis kelamin; dan (b) faktor eksternal yaitu faktor
sosiologis, kurikuler dan faktor pendidik.
Syamsudin menjelaskan ada empat hal yang mempengaruhi minat yakni kondisi
fisik, kondisi mental, status emosi, dan lingkungan sosial (1980: 8-9). Agar lebih jelas
keempat hal tersebut perlu diuraikan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
1) Kondisi fisik
Seseorang yang biasanya tertarik pada permainan sepak bola, pada waktu ia
jatuh sakit ia enggan untuk memperhatikan. Misalnya mengikuti dalam berita surat
kabar, radio, melihat di tanah lapang, dan sebagainya. Mungkin juga individu yang
dalam keadaan lelah, akan kurang minatnya terhadap sesuatu objek yang mungkin
bisa dalam keadaan sehat, objek itu menarik baginya.
2) Kondisi mental
Tak bedanya seperti kondisi fisik, kondisi mental banyak pengaruhnya terhadap
minat seseorang. Orang yang sedang kacau pikirannya sudah akan lain
minatnya bila sedang dalam keadaan tenang, harmonis atau seimbang.
3) Status emosi
Individu dalam suatu situasi tertentu, dapat mengalami status emosi tertentu,
mungkin status emosinya tinggi atau rendah. Orang yang dalam keadaan marah,
banyak dikuasai emosi, minat terhadap objek di luar dirinya akan lain dibandingkan
dengan pada waktu ia dapat menguasai atau mengendalikan emosinya.
4) Lingkungan sosial
Orang hidup sama-sama di lingkungan sosial, tetapi jenis lingkungan sosialnya
bermacam-macam. Anak yang hidup dalam lingkungan sosial petani akan lain
minatnya dengan orang yang hidup dalam lingkungan sosial pedagang, walaupun
sama-sama menghadapi sesuatu objek yang sama pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
e. Aspek yang Diukur dalam Minat Menulis
Untuk dapat mengukur atau mengenali minat menulis siswa, tidak harus
selalu dilakukan secara langsung. Akan tetapi, dapat pula dilakukan secara
tidak langsung, yaitu melalui penelitian atau pengukuran tingkah laku
(Saifuddin Azwar, 2001: 18 dan Kartini Kartono, 1990: 3). Adapun tingkah laku
yang memanifestasikan atau mengekspresikan aspek yang terkandung dalam
minat menulis adalah: (1) Adanya kesadaran bahwa menulis merupakan suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi; (2) Kemauan/ keinginan, yaitu dorongan
kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu yang dikendalikan oleh
pertimbangan akal budi; (3) Perhatian, yaitu aktivitas yang vital dalam
pendidikan; dan (4) Perasaan yang merupakan sikap dalam aktivitas menulis.
(Witherington, 1984: 131). Berikut ini dideskripsikan satu persatu aspek yang diukur
dalam minat menulis siswa.
1) Kesadaran
Perbuatan atau kegiatan menulis akan berhasil apabila seseorang
menyadari kebutuhannya. Kesadaran merupakan hal yang dirasakan dan dialami
oleh seseorang. Kesadaran untuk menulis akan mengantarkan seseorang mencari
dan bertindak untuk memperoleh hasil yang maksimal, sehingga seseorang itu
akan memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. Witherrington
(1984: 135) mengartikan minat sebagai kesadaran seseorang, bahwa suatu objek,
suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Merasa diri seseorang itu ada kekurangan, maka ada kebutuhan yang
harus dipenuhi dalam dirinya. Dengan kesadaran yang tinggi seseorang akan
memenuhi kekurangannya itu dengan menulis lebih baik lagi. Kondisi semacam
ini akan menjadi kebiasaan pada diri seseorang tersebut. Tanpa disadari dalam
diri seseorang tersebut, dalam hal ini anak didik akan terbentuk minat menulis.
2) Kemauan
Ahmadi (2003: 113-115) menyamakan kemauan dengan istilah kehendak
atau hasrat. Kehendak ialah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu.
Hasrat ialah suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang, sedangkan
kemauan ialah kekuatan yang sadar dan hidup dan atau menciptakan sesuatu
yang berdasarkan perasaan dan pikiran
Kartono (1980: 83) berpendapat bahwa kemauan adalah dorongan
kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, yang dikendalikan oleh
pertimbangan-pertimbangan akal budi. Senada pendapat tesebut, Ahmadi (2003:
113) memberi batasan kemauan sebagai aktivitas psikis yang mengandung
usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan merupakan
titik akhir dari gerakan yang menuju pada suatu arah.
Aktivitas secara sadar ini akan berpengaruh pada sikap dan tingkah laku
pada diri seseorang. Kemauan merupakan aktivitas sadar yang dapat
menumbuhkan rangsangan kuat untuk berusaha melakukan perintah internalnya
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan logis agar terpenuhi kebutuhan dalam
dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Kemauan yang dipupuk terus menerus akan melahirkan sikap yang
positif pada diri seseorang, yaitu sikap dalam diri anak didik. Kemauan
berhubungan erat dengan minat. Minat yang dimiliki anak didik menjadi
penyebab anak didik tersebut termotivasi untuk beraktivitas dan berusaha untuk
dapat mencapai tujuan. Dengan kemauan, anak dapat berkembang, bersikap,
dan berinisiatif untuk mencapai tujuan dengan hasil maksimal.
3) Perhatian
Perhatian menurut Ahmadi (2003: 145) yaitu keaktifan jiwa yang
diarahkan kepada sesuatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya.
Suryabrata (2004: 14) mendifinisikan perhatian menjadi dua, yaitu: (1)
pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek; (2) banyak sedikitnya
kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.
Perhatian dan minta umumnya dianggap sama/ tidak ada perbedaan. Dan
dalam praktiknya, kedua istilah ini selalu bergandengan satu sama lain. Apa
yang menarik minat dapat menyebabkan adanya perhatian, dan apa yang
menyebabkan adanya perhatian kita terhadap sesuatu tentu disertai dengan
minat.
Apabila dalam diri anak sudah ada minat, perhatian yang dilakukan oleh
anak merupakan perhatian yang spontan keluar dari dalam diri anak sendiri.
Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Walgito (1996: 69) bahwa perhatian erat
hubungannya dengan minat individu, bila individu telah mempunyai minat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
terhadap sesuatu, terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan
secara otomatis.
Dalam aktivitas menulis, tidak dapat dipungkiri bahwa minat dan
perhatian memegang peranan penting. Perhatian yang timbul dari dalam diri
anak akan menghasilkan proses menulis yang lebih baik daripada perhatian
yang ditimbulkan akibat rangsangan dari luar. Perhatian ini tak lepas dari
minat dari diri anak untuk beraktivitas menulis.
4) Perasaan
Ahmadi (2003: 101) menyatakan bahwa perasaan ialah suatu kesadaran
kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak
senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.
Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan
pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain.
Perasaan menurut Sumadi Suryabrata (2004: 66) adalah gejala psikis
yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala
mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai
taraf. Maksudnya, perasaan timbul karena mengamati, menangkap,
mengkhayalkan, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu.
W. Wundt dalam Ahmadi (2003: 103) mengklasifikasikan perasaan
menjadi tiga, yaitu: (1) perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan; (2)
perasaan sebagai suatu hal yang menggairahkan (excited) atau tidak berdaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
(inert feling); (3) perasaan yang dialami individu sebagai suatu penghargaan
(expectancy) dan rasa kebebasan (release feeling).
Kaitannya dengan minat, tahapan perasaan senang cenderung menentukan
sikap individu seperti pernyataan Winkel (1986: 90) bahwa minat adalah
kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang
atau hal tertentu dan rasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Pernyataan di atas menempatkan minat sebagai motor penggerak psikis
yang dapat menimbulkan perasaan senang. Perasaan senang merupakan sikap positif
dalam aktivitas membaca, khususnya membaca cerita pendek. Perasaan
merupakan aktivitas psikis yang tidak boleh diabaikan karena perasaan dalam
diri anak akan berpengaruh pada aktivitas membacanya. Perasaan ini akan
menentukan sikap anak dalam menanggapi objek yang dihadapinya.
Perasaan senang, puas, gembira atau semacamnya akan membentuk
sikap yang positif, sedangkan perasaan benci, sedih, takut atau semacamnya
akan menimbulkan sikap yang negatif. Kedua sikap tersebut dapat memberi
pengaruh dalam pencapaian suatu tujuan. Sikap positif misalnya, dengan alasan
yang rasional sikap ini dapat memberi motivasi anak untuk beraktivitas pada
jalur yang mengarah pada pencapaian tujuan.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik simpulan bahwa minat
merupakan modal yang tidak dapat diabaikan dalam kegiatan menulis, dalam
konteks ini adalah menulis laporan. Minat merupakan aktivitas yang penuh
dengan kesadaran, kemauan, perhatian, dan perasaan dan merupakan perpaduan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
antara yang satu dengan yang lain, di mana ada keterkaitan yang tidak
terpisahkan.
Minat merupakan faktor nonkebahasaan yang mempunyai pengaruh besar
terhadap keberhasilan menulis laporan. Dan minat merupakan salah satu
penyebab adanya perbedaan-perbedaan pada tingkat kemampuan pada anak
didik. Minat yang besar akan mencapai keterampilan menulis laporan yang
memuaskan, begitu sebaliknya menulis laporan tanpa dilandasi minat akan
menghasilkan prestasi yang rendah dan mengecewakan.
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat ditarik simpulan bahwa minat
menulis adalah hasrat yang besar dengan kesadaran, kemauan, perhatian, dan
perasaan disertai rasa cinta untuk melakukan aktivitas menulis karena adanya
dorongan dan tendensi yang ingin didapat dari aktivitas menulis tersebut.
B. Penelitian yang Relevan
Berkaitan dengan teori tentang keterampilan menulis, telah dikemukakan hasil
penelitian terdahulu. Christine Hockings 1998 “Developing Journal Writing Skills in
Undergraduates: the need for Journal Workshops”. Journal of Working Paper 20/98
Series September 1998.
Dalam hasil penelitian yang dimuat di jurnal tersebut dikemukakan simpulan
bahwa proses menulis juga dipercaya untuk menstimulasi kegunaan dari keterampilan
kognitif pada level tinggi. Artinya, aktivitas menulis dapat digunakan untuk
mengembangkan kognitif tingkat tinggi, seperti cara berpikir kritis dan logis. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
menulis, penulis berupaya untuk mengingat, merefleksikan, dan membuat tanggapan
akan informasi dan pengalaman baru.
Hasil penelitian di atas, memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu
bahwa secara konseptual keterampilan menulis argumentasi berhubungan dengan
kemampuan berpikir logis. Hal ini berarti bahwa dengan menulis, dapat
dikembangkan cara berpikir. Sementara itu, perbedaannya dengan penelitian di atas
adalah terletak pada desain atau rancangan analisisnya. Penelitian ini menggunakan
paradigma kuantitatif dengan jenis survai korelasi, sedangkan penelitian di atas
didekati dengan paradigma kualitatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Raheni Suhita dengan judul “Hubungan antara
Kemampuan Membaca Pemahaman dan Sikap Bahasa dengan Keterampilan Menulis
Argumentasi Siswa SMU Negeri Kota Surakarta.” pada Tahun 2001. Hasil penelitian
itu menyimpulkan bahwa (1) ada hubungan positif antara kemampuan membaca
pemahaman dan keterampilan menulis argumentasi siswa SMU Negeri Kota
Surakarta; (2) Ada hubungan positif antara sikap bahasa dan keterampilan menulis
argumentasi siswa SMU Negeri Kota Surakarta; (3) ada hubungan positif antara
kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan
keterampilan menulis argumentasi siswa SMU Negeri Kota Surakarta.
Dilihat dari fokus penelitian, penelitian ini dengan penelitian Raheni Suhita
sama-sama membidik masalah yang terkait dengan keterampikan menulis
argumentasi. Sementara itu, ditinjau dari perbedaannya adalah terletak pada variabel
bebas yang mempengaruhi. Jika penelitian Raheni Suhita menentukan variabel bebas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
yang mempengaruhi keterampilan menulis argumentasi adalah kemampuan membaca
pemahaman dan sikap bahasa, dalam penelitian ini variabel bebasa ditetapkan
kemampuan berpikir logis dan minat menulis.
Penelitian yang dilakukan Suharyanti dengan judul “Hubungan Penguasaan
Struktur Bahasa dan Kemampuan Penalaran dengan Keterampilan Menulis
Eksposisi” pada Tahun 2001. Salah satu hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa
penguasaan struktur bahasa dan keterampilan menulis eksposisi mempunyai
hubungan positif yang signifikan.
Jika disandingkan dengan penelitian Suharyanti, variabel kemampuan berpikir
logis relevan dengan kemampuan penalaran. Sementara perbedaannya, terletak pada
variabel terikatnya, penelitian Suharyanti mengangkat variabel bebas kedua struktur
bahasa dan variabel terikat keterampilan menulis eksposisi; sedangkan penelitian ini
mengangkat variabel bebas kemampuan berpikir logis dan minat menulis dengan
variabel terikat keterampilan menulis argumentasi.
C. Kerangka Berpikir
Dari kajian teori yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan
kerangka berpikir sebagai berikut:
1. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Keterampilan Menulis
Argumentasi.
Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk meng-
ungkapkan ide, gagasan mengenai suatu hal ke dalam bahasa tulis sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dipahami oleh orang lain (pembaca). Dalam hal ini, kemampuan menulis meng-
hendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri
yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin
sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu.
Sementara dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir
kritis dan logis. Oleh karena itu harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi
yang ada. Penalaran (reasoning), jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang
berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui
menuju kepada suatu kesimpulan. Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu
proses berpikir yang berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi
menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal.Bahasa tidak bisa dilepaskan dari
penalaran.
Dengan demikian siswa memiliki kemampuan berpikir logis yang baik diduga
akan mempunyai keterampilan menulis argumentasi dengan baik pula. Sebaliknya,
siswa memiliki kemampuan berpikir logis kurang baik diduga keterampilan menulis
argumentasi juga kurang baik.
2. Hubungan antara Minat Menulis dan Keterampilan Menulis Argumentasi.
Minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang
memberikan perhatian terhadap orang lain, sesuatu, atau aktivitas tertentu. Minat
menimbulkan kekuatan atau motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu dalam kehidupannya. Minat merupakan salah satu gejala psikis yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
membuat seseorang untuk menetapkan pilihannya dalam melakukan kegiatan, sebab
minat dapat menjadi daya pendorong atau motivasi bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu.
Minat sangat penting terhadap keterampilan menulis argumentasi. Minat
menulis mempunyai makna yang mengikat seseorang pada kegiatan menulis, dan
orang itu menyadari bahwa kegiatan menulis berharga, sehingga ia akan melakukan
kegiatan menulis untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan yang dilakukan tidak
menjadi beban karena akan dilakukan dengan senang hati.
Dengan demikian siswa memiliki minat yang tinggi diduga akan mempunyai
keterampilan menulis argumentasi dengan baik. Sebaliknya, siswa memiliki minat
rendah diduga keterampilan menulis argumentasi juga rendah.
3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis secara
bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Argumentasi.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa dasar sebuah tulisan yang bersifat
argumentatif adalah berpikir kritis dan logis. Oleh karena itu harus bertolak dari
fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Penalaran (reasoning), jalan pikiran
adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau
evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Yang dimaksud
dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubung-
hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan
Demikian halnya dengan minat menulis. Minat sangat penting terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
keterampilan menulis argumentasi. Minat menulis mempunyai makna yang mengikat
seseorang pada kegiatan menulis, dan orang itu menyadari bahwa kegiatan menulis
berharga, sehingga ia akan melakukan kegiatan menulis untuk memenuhi
kebutuhannya. Kegiatan yang dilakukan tidak menjadi beban karena akan dilakukan
dengan senang hati.
Dengan demikian siswa memiliki kemampuan berpikir logis dan minat
menulis yang tinggi diduga akan mempunyai keterampilan menulis argumentasi yang
tinggi pula. Sebaliknya, memiliki kemampuan berpikir logis dan minat menulis yang
rendah diduga akan mempunyai keterampilan menulis argumentasi yang rendah pula.
Berikut ini disajikan skema berpikir tentang hubungan antarvariabel.
1 a 1 b
3a 3b
2 a 2 b
Gambar 1. Alur Berpikir Hubungan Antarvariabel dalam Penelitian Korelasi
Kemampuan Berpikir Logis
Tinggi Rendah
Kemampuan Menulis Argumentasi
Minat Menulis
Tinggi Rendah
Tinggi Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Keterangan gambar di muka:
1a. Semakin tinggi kemampuan berpikir logis siswa, diduga semakin tinggi pula keterampilan menulis argumentasi mereka.
1b. Samakin rendah kemampuan berpikir logis siswa, diduga semakin rendah pula keterampilan menulis argumentasi mereka.
2a. Semakin tinggi minat menulis siswa, diduga semakin tinggi pula keterampilan
menulis argumentasi mereka. 2b. Semakin rendah minat menulis siswa, diduga semakin rendah pula keterampilan
menulis argumentasi mereka. 3a. Semakin tinggi kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa, diduga
semakin tinggi pula keterampilan menulis argumentasi mereka. 3b. Semakin rendah kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa, diduga
semakin rendah pula keterampilan argumentasi mereka.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan telaah/kajian terhadap teori-teori dan konsep-konsep yang
berhubungan dengan kemampuan berpikir logis, konsep diri, dan kemampuan
menulis argumentasi serta kerangka berpikir yang telah disusun, maka dapat diajukan
hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis
argumentasi.
2. Ada hubungan positif antara minat menulis dan keterampilan menulis
argumentasi.
3. Ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis
secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi atau tempat penelitian ini adalah SMA Regina Pacis Surakarta yang
beralamatkan di Jalan Adisucipto 45 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama tujuh ( 7 ) bulan, dari Juni sampai
dengan Desemeber 2010. Jadwal kegiatan selengkapnya terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1: Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegiatan Jun’10 Jul’10 Agst’10 Sep’10 Okt’10 Nop’10 Des.10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √ √
2 Pengkajian dan Penyusunan Proposal √ √
3 Penyusunan Instrumen √ √ √
4 Uji Coba dan Analisis Hasil Uji √ √ √ √
5 Pengumpulan Data Penelitian √ √ √
6 Pengolahan dan Analisis Data √ √ √ √
7 Penyusunan Laporan dan Penelitian √ √ √ √ √
8 Ujian Tesis √ √
9 Revisi Tesis √ √
10 Pengumpulan Laporan √ √
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
B. Metode Penelitian
Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan, misalnya untuk menguji rangkaian hipotesis, dengan menggunakan teknik
serta alat-alat tertentu. Dengan demikian, metode penelitian adalah cara yang dipakai
dalam pengumpulan data untuk mencapai suatu tujuan (Winarno Surakhmad, 1994:
131). Sementara itu, Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa metode penelitian
adalah cara yang digunakan dalam pengumpulan data (1995: 172).
Penelitian ini menggunakan metode survai melalui studi korelasional. Oleh
Sumadi Suryabrata (1993: 26) dijelaskan bahwa penelitian korelasional dapat dipakai
untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian ini dapat dilukiskan sebagai berikut:
X1 Y X2
Gambar 2. Desain Penelitian Korelasional
Keterangan: X1 : kemampuan berpikir logis (variabel bebas pertama) X2 : minat menulis (variabel bebas kedua) Y : keterampilan menulis argumentasi (variabel terikat) 1 : hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi
1
2
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2 : hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi 3 : hubungan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama- sama dengan keterampilan menulis argumentasi
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Berikut ini diketengahkan definisi operasional masing-masing variabel
penelitian.
1. Keterampilan Menulis Argumentasi
Keterampilan menulis argumentasi adalah skor atau nilai yang dicapai oleh
siswa (responden) sesudah mereka mengikuti atau mengerjakan tes keterampilan
menulis argumentasi. Skor tersebut menggambarkan kecakapan siswa dalam
menuangkan ide, gagasan, pengalaman serta permasalahan dengan menggunakan
media bahasa tulis secara tepat kepada orang lain (pembaca) yang diindikatori oleh
lima aspek yaitu (1) kemampuan mereka dalam mengemukakan isi gagasan, (2)
kemampuan mereka dalam mengorganisasikan isi, (3) kemampuan mereka dalam
menggunakan tata bahasa yang benar, (4) kemampuan dalam menggunakan kata
(diksi), dan (5) kemampuan mereka dalam menggunakan ejaan yang tepat.
2. Kemampuan Berpikir Logis
Kemampuan berpikir logis adalah skor atau nilai yang diperoleh siswa
(responden) setelah mereka mengikuti atau mengerjakan tes kemampuan berpikir
logis. Skor tersebut mencerminkan kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas
berpikir dengan menggunakan pola-pola, kaidah-kaidah, dan sistematika yang tepat
dan benar sesuai dengan logika tertentu yang diindikatori oleh (a) kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
mereka dalam berpikir dengan menggunakan penalaran induktif dan (b) penalaran
deduktif. Untuk aspek penalaran induktif, di dalamnya mencakupi: (1) generalisasi,
(2) analogi, dan (3) hubungan kausal; dan untuk aspek penalaran deduktif, di
dalamnya meliputi : (1) silogisme kategorial, (2) silogisme hipotetis, (3) silogisme
alternatif, dan (4) entimem.
3. Minat Menulis
Minat menulis merupakan skor atau nilai yang didapat siswa (responden)
sesudah mereka mengikuti atau mengerjakan angket minat menulis. Skor tersebut
melukiskan gejala psikis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap aktivitas
menulis yang didasari semangat menulis yang tinggi, daya tahan menulis yang lama,
pemanfaatan waktu senggang untuk menulis, dan variasi jenis tulisan yang diminati.
Menulis yang dilandasi dengan beberapa hal tersebut akan lebih menampakkan hasil
yang baik daripada mereka yang tidak atau kurang berminat dalam menulis, seperti
tidak semangat dalam menulis, daya tahan menulis yang sebentar, tidak pernah
memanfaatkan waktu senggang untuk menulis, dan kurang terhadap jenis bacaan
yang diminati. Nilai atau skor dalam angket minat tersebut menjadi gambaran minat
menulis siswa.
E. Populasi , Sampel Penelitian, dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan elemen yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian” (Supramono, 1993: 4), sedangkan Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-
benda sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian
(1995: 141).
Berdasarkan pendapat tersebut, populasi penelitian ini ialah seluruh siswa
kelas X SMA Regina Pacis Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah
359 siswa.
2. Sampel
Sementara itu, besar sampel penelitian ini ditentukan 80 siswa atau kurang
lebih 25% dari anggota populasi yang menurut pertimbangan peneliti sudah
menunjukkan sampel yang sangat representatif.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple
random sampling dengan cara undian. Setiap anggota populasi diberi kesempatan
atau peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data yang berbentuk tes
dan nontes. Ada tiga jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini. Ketiga jenis
data tersebut adalah (1) data keterampilan menulis argumentasi, (2) data kemampuan
berpikir logis, dan (3) data minat menulis. Data tentang keterampilan menulis
argumentasi dan kemampuan berpikir logis digunakan dengan teknik tes. Adapun tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
yang digunakan untuk mengukur keterampilan menulis argumentasi berbentuk tes
esai dengan memberi tugas mengarang kepada siswa, sedangkan tes kemampuan
berpikir logis diukur dengan bentuk tes objektif (pilihan ganda). Sementara itu, data
minat menulis dikumpulkan dengan teknik nontes yang berupa pemberian angket
minat menulis pada responden (sampel ) penelitian.
G. Instrumen Penelitian
Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, maka terda-
pat tiga instrumen penelitian yang digunakan. Ketiga instrumen penelitian tersebut
adalah: (1) tes keterampilan menulis argumentasi, (2) tes kemampuan berpikir logis,
dan (3) kuesioner (angket) minat menulis.
1. Instrumen Tes Keterampilan Menulis Argumentasi
Untuk mengumpulkan data tentang keterampilan menulis argumentasi siswa,
dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian yang berupa tes keterampilan
menulis argumentasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa
dalam menuangkan gagasan, ide, pikiran secara tertulis kepada orang lain. Ide atau
gagasan yang disampaikan berupa argumen yang bertujuan untuk meyakinkan
pembaca terhadap apa yang disampaikan dengan bukti-bukti empiris yang bisa
dipertanggungjawabkan sehingga dapat mempengaruhi sikap berpikir pembaca.
Adapun indikator yang dinilai dalam tes keterampilan menulis argumentasi ini
meliputi (a) isi gagasan yang disampaikan, (b) organisasi isi, (c) tata bahasa, (d) gaya:
penggunaan pola kalimat dan kosa kata, dan (e) ejaan dan tanda baca. Secara lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
rinci tentang instrumen ini dapat dilihat pada Lampiran 1A halaman 119 tentang
Kisi-kisi Tes Keterampilan Menulis Argumentasi, sedangkan Lampiran 1B halaman
120 tentang Tes Keterampilan Menulis Argumentasi.
2. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Logis
Data tentang kemampuan berpikir logis dalam penelitian ini dijaring dengan
menggunakan instrumen tes kemampuan berpikir logis, yaitu tes yang dipakai untuk
mengukur seberapa baik kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas berpikir
dengan menggunakan pola-pola, kaidah-kaidah, dan sistematika yang tepat dan benar
sesuai dengan logika tertentu. Adapun indikator yang digunakan adalah (a)
kemampuan mereka dalam berpikir dengan menggunakan penalaran induktif dan (b)
penalaran deduktif. Untuk aspek penalaran induktif, di dalamnya mencakupi: (1)
generalisasi, (2) analogi, dan (3) hubungan kausal; dan untuk aspek penalaran
deduktif, di dalamnya meliputi : (1) silogisme kategorial, (2) silogisme hipotetis, (3)
silogisme alternatif, dan (4) entimem. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Logis untuk
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2A-1 (kisi-kisi sebelum diujicabokan),
halaman 121, dan Lampiran 2A-2 (kisi-kisi sesudah diujicobakan) halaman 122.
Sementara itu, untuk tes kemampuan berpikir logis dapat dilihat pada Lampiran 2B
halaman 123-134.
3. Instrumen Angket Minat Menulis
Instrumen angket minat menulis ini merupakan daftar pernyataan yang harus
ditanggapi oleh responden yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
minat menulis yang dimiliki oleh siswa. Angket ini memiliki skala bertingkat (sesuai
dengan skala Likert). Skala Likert di sini menuntut sejumlah item pernyataan terdiri
dari pernyataan positif dan negatif. Dalam merespon item tersebut responden diminta
untuk menunjukkan kesukaannya dengan cara memilih ranting kategori yang
menentang dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Untuk perskoran pernyataan
positif dilakukan dengan memberi skor tinggi pada pilihan sangat setuju dan skor
terendah pada pilihan sangat tidak setuju, dan sebaliknya untuk pernyataan negatif
(Ibnu Hajar, 1996:137).
Tiap item dibagi dalam lima skala yaitu sangat setuju, setuju, tidak tahu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk responden yang mendukung pernyataan positif
maka skornya adalah SS : 5, S : 4, TT : 3, TS : 2 STS : 1, sebaliknya untuk
responden yang mendukung pernyataan negatif maka skornya adalah SS : 1, S : 2, TT
: 3, TS, 4, STS : 5. Kisi-kisi dan Instrumen Angket Minat Menulis ini bisa dilihat
pada Lampiran 3A-1 (kisi-kisi sebelum diujicobakan), halaman 135, dan Lampiran
3A-2, (kisi-kisi sesudah diujicobakan), halaman 136. Sementara itu, untuk angket
minat menulis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3B halaman 137-143.
Sebelum ketiga instrumen penelitian tersebut digunakan untuk mengambil
data sesungguhnya, perlu diujicobakan pada anggota populasi di luar sampel
penelitian yang masih memiliki karakteristik yang sama. Di sini sampel uji coba
besarnya 40 siswa. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui tingkat validitas
(keabsahan) dan tingkat reliabilitas (keterandalan) tes/instrumen yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Dijelaskan oleh Djaali (2001: 23) bahwa instrumen berbentuk tes yang memi-
liki skor dikotomis (1 atau 0) penghitungan validitas butir digunakan rumus Korelasi
Point Biserial. Ada pun rumus korelasi biserial titik adalah sebagai berikut:
pbir = ( )
i
i
x
x
qp
δµµ −+
Keterangan:
=+µ rata-rata skor untuk yang menjawab benar =xµ rata-rata skor untuk seluruhnya =ip proporsi yang menjawab benar (tingkat kesulitan) =iq 1 - ip =xδ standar deviasi total semua responden`
sedangkan penghitungan validitas butir untuk instrumen yang mempunyai skor
kontinum (berkisar antara 1-5) digunakan rumus Korelasi Product Moment, yaitu
dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total. Adapun rumus korelasi product
moment yang digunakan sebagai berikut:
r Xi Xt =
( )( )( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑−−
−2222
ttii
titi
XXXX
XXXXn
Keterangan: r Xi Xt = koefisien korelasi antara skor butir pernyataan dan skor total yang dicari
n = jumlah responden uji coba Xi = skor hasil butir pernyataan untuk butir ke-I Xt = skor hasil total
Sementara itu, penghitungan reliabilitas instrumen tes yang memiliki skor 1
atau 0 (dikotomis) digunakan rumus reliabilitas KR-20, sedangkan instrumen non-tes
yang mempunyai skor berkisar 1 – 5 (kontinum) dipakai rumus reliabilitas Alpha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Cronbach.
Ada pun rumus-rumus yang dimaksud dapat dituliskan sebagai berikut:
Rumus KR-20:
=−20KRr ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−1kk ( )
2
2
t
t
SDpqSD ∑−
Keterangan:
k = banyak butir pernyataan yang valid 2tSD = variansi skor total 2iSD = variansi skor butir ke-I
p = proporsi jumlah peserta yang menjawab benar butir ke-I q = 1- p Rumus Alpha Cronbach:
=alphar ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−1kk ( )
2
22
t
it
SDSDSD ∑−
Keterangan:
k = banyak butir pernyataan yang valid 2tSD = variansi skor total 2iSD = variansi skor butir ke-I
Berdasarkan konsep tersebut, maka validitas butir tes kemampuan berpikir
logis digunakan rumus korelasi point biserial, sedangkan validitas kuesioner (angket)
konsep diri digunakan rumus korelasi product moment. Sementara itu, reliabilitas tes
kemampuan berpikir logis digunakan rumus KR-20, sedangkan reliabilitas kuesioner
(angket) konsep diri digunakan Alpha Cronbach.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Sementara itu, untuk validitas tes keterampilan menulis argumentasi tidak
diuji secara statistik tetapi hanya dilihat melalui validitas konstruk, yaitu dengan
melihat aspek-aspek yang dinilai dalam menulis, sedangkan untuk mengukur tingkat
reliabilitas butir tes kemampuan menulis argumentasi dengan menggunakan rumus
statistik reliabilitas ratings. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1 Menghitung jumlah kwadrat total (JKT)
( )( )( )aspekraters
XsXXXJKT nΣ
−++= 222
21 .......
Keterangan : JKT : koefisien jumlah kuadrat total yang dicari raters : jumlah penilai aspek : jumlah komponen yang dinilai
Kemudian dicari derajat bebas total (dbt), dengan rumus sebagai berikut :
dbt = (aspek) (raters) – 1
2 Menghitung jumlah kwadrat antar raters (JKT), dengan rumus sebagai berikut:
( ) ( ) ( ) ( )( )( )aspekraters
XsXtXXtXtJKT n
222
22
1 ....... Σ−Σ+Σ+Σ=
Kemudian dicari derajat bebas total (dbt) dengan rumus sebagai berikut :
dbt = raters – 1
3 Menghitung jumlah nilai antar aspek (JKS)
( ) ( ) ( ) ( )( )( )aspekraters
XsXsXsXsJKS n
222
22
1Σ
−Σ+Σ+Σ=
Selanjutnya dicari derajat bebas aspek (dbs) dengan rumus sebagai berikut:
dbs = aspek - 1
4 Menghitung jumlah kwadrat residu (JKts) dengan rumus sebagai berikut :
JKts = JKT – JKt – JKs
Selanjutnya dicari derajat total dengan rumus = dbts = (aspek–1) (raters–1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
H. Hasil Uji Coba Instrumen
1. Hasil Analisis Validitas
Hasil analisis validitas butir soal tes kemampuan berpikir logis dengan rumus
korelasi point biserial, ternyata dari 45 butir soal yang diujicobakan ada tiga butir soal
yang didrop, yakni butir soal nomor 6, 27, dan 45 karena koefisien validitas untuk
ketiga butir tersebut hasilnya lebih kecil dari r-kritis, yakni 0,312 (pada n=40 taraf
nyata 0,05) atau rh < rt (lihat Lampiran 5A halaman 147-152).
Sementara itu, hasil analisis validitas butir pernyataan angket minat menulis
dengan rumus product moment sebagaimana disebut di atas, ternyata dari 40 butir
pernyataan yang dinyatakan valid ada 38 butir, sedangkan yang dinyatakan drop atau
tidak valid ada 2 butir, yaitu butir pernyataan nomor 6 dan 22 karena koefisien
validitas untuk butir tersebut hasilnya lebih kecil dari r-kritis, yakni 0,312 (pada n=40
taraf nyata 0,05) atau rh < rt (lihat Lampiran 6A halaman 156-161).
2. Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen
Berdasarkan hasil analisis reliabilitas ratings untuk tes keterampilan menulis
argumentasi dengan rumus reliabilitas ratings diperoleh koefisien reliabilitas dari
seorang rater = 0,93, sedangkan koefisien reliabilitas rata-rata rating dari 3 penilai =
0,97 (lihat Lampiran 4 halaman 144-146).
Hasil uji reliabilitas tes kemampuan berpikir logis dinyatakan memiliki koe-
fisien reliabilitas yang tinggi, sebab setelah dianalisis dengan teknik KR-20 diperoleh
nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,94 (lihat Lampiran 5B halaman 153-155).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Sementara itu, uji reliabilitas angket minat menulis yang dihitung dengan
rumus Alpha Cronbach dihasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,94 (lihat
Lampiran 6B halaman 162-164). Hal ini berarti angket minat menulis juga
dinyatakan reliabel.
I. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dilakukan analisis data. Dua langkah
pokok yang diperlukan dalam analisis data penelitian ini yaitu:
1. Uji Persyaratan Analisis
Uji persyratan analisis ini meliputi: (a). uji normalitas dan (b). uji signifikansi
atau keberartian dan linearitas regresi. Uji normalitas digunakan teknik Lilliefors,
sedangkan uji keberartian dan linearitas regresi digunakan teknik anava dalam regresi
ganda.
2. Analisis Data Penelitian
Analisis data penelitian dilakukan dengan dua tahapan, yaitu tahap pertama
dilakukan analisis data secara deskriptif, dan tahapan kedua dilakukan analisis data
secara inferensial untuk pengujian hipotesis. Berikut diuraikan dua cara analisis
tersebut.
a. analisis deskriptif, meliputi pendeskripsian tendensi sentral (mean, modus,
median) dan tendensi penyebaran (varians, simpangan baku atau standar deviasi),
penyusunan distribusi frekuensi nilai dan histogramnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
b. pengujian hipotesis, meliputi pengujian hipotesis I dan II digunakan teknik
korelasi sederhana, sedang pengujian hipotesis III digunakan teknik korelasi
ganda. Adapun rumus korelasi sederhana sbb.:
( )( )
( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑∑∑∑
−−
−=
2222.
YYnXXn
YXXYnr xy
Keterangan: r y.x = koefisien korelasi antara skor X dan skor Y yang dicari
n = jumlah responden uji coba Y = skor keterampilan menulis laporan X = skor penguasaan kosakata atau skor minat menulis (Sudjana,1992: 47)
Sementara itu, rumus korelasi ganda adalah sbb:
∑= 212.
)(yregJKRy
Keterangan: 12.yR = Koefisien korelasi ganda (bersama-sama)
JK(reg) = Jumlah Kuadrat Regresi (Sudjana, 1992: 107)
J. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama
Ho : ρ y1 ≤ 0
H1 : ρ y1 > 0 Keterangan: ρ y1 = koefisien korelasi antara X1 dan Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
2. Hipotesis kedua
Ho : ρ y2 ≤ 0
H1 : ρ y2 > 0 Keterangan: ρ y2 = koefisien korelasi antara X2 dan Y
3. Hipotesis ketiga
Ho : ρ y12 ≤ 0
H1 : ρ y12 > 0 Keterangan: ρ y12 = koefisien korelasi antara X1,X2 dan Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I, tujuan penelitian ini ialah untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara (1) kemampuan berpikir logis dan
keterampilan menulis argumentasi; (2) minat menulis dan keterampilan menulis
argumentasi; dan (3) kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama
dengan keterampilan menulis argumentasi. Untuk mencapai tujuan itu, dalam Bab IV
ini dilakukan pengujian hipotesis guna memperoleh jawaban, apakah masalah yang
diajukan dalam penelitian ini teruji atau tidak. Namun, sebelum langkah pengujian
hipotesis dilaksanakan, di sini akan diketengahkan deskripsi data masing-masing
variabel. Data yang dimaksud adalah data keterampilan menulis argumentasi (Y),
data kemampuan berpikir logis (X1), dan data minat menulis (X2).
Deskripsi data masing-masing variabel tersebut meliputi nilai rata-rata,
modus, median, varians, dan simpangan baku. Selain itu, dideskripsikan hasil
penyusunan distribusi frekuensi dan histogram.
1. Data Keterampilan Menulis Argumentasi (Y)
Data keterampilan menulis argumentasi merupakan nilai yang diperoleh
melalui instrumen tes keterampilan menulis argumentasi. Data ini memiliki nilai
tertinggi 89 dan nilai terendah 78. Mean (nilai rata-rata)-nya 83,26; median (nilai
tengah) 83; modus (nilai yang banyak muncul) 79. Sementara itu, varians data ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
adalah 9,56; dengan simpangan baku sebesar 3,09. Harga-harga statistik deskriptif
tersebut, penghitungannya dilakukan dengan Program Excel (lihat Lampiran 10
halaman 180). Distribusi frekuensi nilai data ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi (Y)
Interval f absolut frel atif (%) 78 – 79 12 15,00 80 – 81 14 17,50 82 – 83 16 20,00 84 – 85 19 23,75 86 – 87 9 11,25 88 – 89 10 12,50 Jumlah 80 100,00
Histogram frekuensi nilai data Y dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
y
Gambar 3. Histogram Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
2. Data Kemampuan Berpikir Logis (X1)
Data X1 ini merupakan nilai tes kemampuan berpikir logis. Data ini memiliki
nilai tertinggi 41 dan nilai terendah 10. Mean = 24,44; median = 23; modus = 36.
Sementara itu, varians data = 91,06; dengan simpangan baku = 9,54. Harga-harga
tersebut, penghitungannya dilakukan dengan Program Excel (lihat Lampiran 10
halaman 180). Distribusi frekuensi data ini terlihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Logis (X1)
Interval f absolut f relatif (%) 10 – 16 21 26,25 17 – 23 20 25,00 24 – 30 13 16,25 31 – 37 20 25,00 38 – 44 6 7,50 Jumlah 80 100,00
Gambar histogram frekuensi nilai untuk data X1 terlihat pada Gambar 4 berikut.
y
Gambar 4. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Logis (X1)
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
3. Data Minat Menulis (X2)
Data X2 ini adalah nilai yang didapat melalui angket minat menulis. Data ini
memiliki nilai tertinggi 146 dan terendah 112. Mean = 127,63; median = 128; modus
= 128. Sementara itu, varians data = 78,90; dengan simpangan baku = 8,88. Harga-
harga tersebut, penghitungannya dilakukan dengan Program Excel (lihat Lampiran
10 halaman 180). Distribusi frekuensi data ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Minat Menulis (X2)
Interval f absolut f relatif (%) 112 – 118 16 20,00 119 – 125 14 17,50 126 – 132 31 38,75 133 – 139 11 13,75 140 – 146 8 10,00
Jumlah 80 100,00 Gambar histogram frekuensi nilai data X2 terlihat pada Gambar 5 berikut.
y
Gambar 5. Histogram Frekuensi Nilai Minat menulis (X2)
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Karakteristik data penelitian yang telah dikumpulkan sangat menentukan
teknik analisis yang digunakan. Oleh karena itu, sebelum analisis data secara
inferensial untuk kepentingan pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu data-
data tersebut perlu diadakan pemeriksaan atau diuji. Pengujian yang dilakukan
menyangkut (1) pengujian normalitas, (2) pengujian linearitas dan keberartian regresi.
Uraian berikut ini mengetengahkan hasil pengujian tersebut.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan dengan mempergunakan teknik Lilliefors
(Sudjana, 1992: 466-467). Pengujian normalitas terhadap data keterampilan menulis
argumentasi (Y) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,0929 (lihat Lampiran 8A
halaman 168-170). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 80 dan
taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,0990. Dari perbandingan di atas tampak bahwa
Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data keterampilan
menulis argumentasi (Y) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Pengujian normalitas terhadap data kemampuan berpikir logis (X1)
menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,0949 (lihat Lampiran 8B halaman 171-173).
Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 80 dan taraf nyata α = 0,05
diperoleh Lt = 0,0990. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil
daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan berpikir logis (X1)
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Pengujian normalitas terhadap data minat menulis (X2) menghasilkan Lo
maksimum sebesar 0, 0811 (lihat Lampiran 8C halaman 174-176). Dari daftar nilai
kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 80 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt =
0,0990. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga
dapat disimpulkan bahwa data minat menulis (X2) berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Keberartian dan Linearitas Regresi
Dalam bagian ini akan diuji apakah persamaan regresi sederhana Y atas X1
dan Y atas X2 berarti dan linear. Hasil analisis regresi sederhana Y atas X1 diperoleh
persamaan 1223,0818,77ˆ XY += (lihat Lampiran 11A halaman 181). Tabel Anava
untuk uji keberartian dan linearitas regresi 1223,0818,77ˆ XY += masing-masing
menghasilkan Fo sebesar 70,04 dan 1,41 (lihat Tabel Anava pada Lampiran 12A
halaman 188). Dari daftar distribusi F pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang
1 dan dk penyebut 78 untuk hipotesis (1) bahwa regresi tidak berarti diperoleh Ft =
3,96; dan dengan dk pembilang 26 dan dk penyebut 52 untuk hipotesis (2) bahwa
regresi bersifat linear diperoleh Ft sebesar 1,71.Tampak bahwa hipotesis nol (1)
ditolak karena Fo lebih besar daripada Ft . Dengan demikian koefisien arah regresi
nyata sifatnya, sehingga dari segi ini regresi yang diperoleh berarti. Sebaliknya,
hipotesis nol (2) diterima karena Fo lebih kecil daripada Ft. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa regresi Y atas X1 linear dapat diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Analisis regresi sederhana Y atas X2 menghasilkan persamaan regresi
2104,0996,69ˆ XY += (lihat Lampiran 11B halaman 182). Tabel Anava untuk uji
keberartian dan linearitas regresi 2104,0996,69ˆ XY += masing-masing menghasilkan
Fo sebesar 7,64 dan 3,46 (lihat Tabel Anava pada Lampiran 12B halaman 193). Dari
daftar distribusi F pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut
78 untuk hipotesis (1) bahwa regresi tidak berarti diperoleh Ft = 3,96; dan dengan dk
pembilang 14 dan dk penyebut 64 untuk hipotesis (2) bahwa regresi bersifat linear
diperoleh Ft sebesar 1,85. Tampak bahwa hipotesis nol (1) ditolak karena Fo lebih
besar daripada Ft. Dengan demikian koefisien arah regresi nyata sifatnya, sehingga
dari segi ini regresi yang diperoleh berarti. Sebaliknya, hipotesis nol (2) ditolak
karena Fo lebih besar daripada Ft. Jadi, ternyata bahwa regresi Y atas X2 berbentuk
linear tidak dapat diterima.
Grafik Garis Regresi Linear Y atas X1 dan Y atas X2 masing-masing dapat
dilihat pada Gambar 6 dan 7 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
KBL-X1
50454035302520151050
KM
A-Y
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Gambar 6. Diagram Pencar dan Garis Regresi Linear Sederhana Y atas X1
MM-X2
1501351201059075604530150
KM
A-Y
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Gambar 7. Diagram Pencar dan Garis Regresi Linear Sederhana Y atas X2
1223,0818,77ˆ XY +=
2104,0996,69ˆ XY +=
Keterangan: KMA : Kemampuan Menulis Argumentasi KBL : Kemampuan Berpikir Logis MM : Minat Menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis nol (Ho)
yang diajukan ditolak atau sebaliknya pada taraf kepercayaan tertentu hipotesis
alternatif (Ha) yang diajukan diterima. Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, maka
hasil pengujian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut .
1. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Keterampilan Menulis
Argumentasi
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan
positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi.
Dalam hal ini, yang akan diuji adalah hipotesis nol (Ho), yang menyatakan “tidak ada
hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis
argumentasi” melawan hipotesis alternatif (Ha), yang menyatakan “ada hubungan
positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi.”
Analisis regresi linear sederhana antara kemampuan berpikir logis dan
keterampilan menulis argumentasi menghasilkan arah koefisien regresi sebesar 0,223
dan konstanta sebesar 77,818 (lihat Lampiran 11A halaman 181). Dengan demikian,
bentuk hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis
argumentasi dapat digambarkan dengan garis regresi, yaitu: 1223,0818,77ˆ XY +=
Untuk mengetahui derajad keberartian persamaan regresi sederhana antara
kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi maka dilakukan
uji F sebagaimana tampak pada tabel berikut ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tabel 5. Tabel Anava untuk Regresi Linear Ŷ = 77,818 + 0,223 X1 Sumber Variasi dk JK KT Fo Ft
Total 80 555367 - - -
Koefisien (a) 1 554611,5125 - - - Regresi (b/a) 1 357,4271875 357,4271875 70,04 3,96
Sisa 78 398,0603125 5,1033337 - -
Tuna cocok 26 186,6771875 7,179892 1,41 1,71 Galat 52 211,75 4,0721154 - -
Keterangan:
dk = derajat kebebasan JK = Jumlah Kuadrat KT = Kuadrat Tengah Fo = Nilai F hasil penelitian (observasi) Ft = Nilai F dari tabel Bagian atas untuk menguji keberartian regresi Bagian bawah untuk menguji linearitas regresi.
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil pengujian keberartian regresi
Fo sebesar 70,04 yang lebih besar dari F tabel sebesar 3,96 (lihat Lampiran 12A
halaman 188) sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi kemampuan
berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi adalah sangat signifikan
(berarti)
Hasil pengujian linearitas diperoleh Fo sebesar 1,41 yang lebih kecil dari Ftabel
sebesar 1,71 (lihat Lampiran 12A halaman 188), sehingga dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi
bersifat linear.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Analisis korelasi sederhana antara kemampuan berpikir logis dan
keterampilan menulis argumentasi diperoleh koefisien korelasi ( )1yr sebesar 0,69.
(lihat Lampiran 13A halaman 194). Lebih lanjut, untuk mengetahui keberartian
koefisien korelasi tersebut, maka dilakukan uji t. Dari hasil pengujian ditunjukkan
bahwa kekuatan hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan
menulis argumentasi sebesar 8,42 yang lebih besar dari t tabel sebesar 1,66 (lihat
Lampiran 14A halaman 196). Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis tersebut di
atas, dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kemampuan
berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi. Dengan demikian hipotesis nol
(Ho) yang berbunyi “tidak ada hubungan antara kemampuan berpikir logis dan
keterampilan menulis argumentasi” ditolak. Sebaliknya, hipotesis altenatif (Ha) yang
berbunyi “ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan
menulis argumentasi” diterima.
Koefisien determinan antara kemampuan berpikir logis dengan keterampilan
menulis argumentasi sebesar 47,61% (diperoleh dari harga koefisien korelasi X1-Y
dikuadratkan lalu dikalikan 100) Hal itu berarti variabel kemampuan berpikir logis
memberi kontribusi kepada variabel keterampilan menulis argumentasi sebesar
47,61% (lihat Lampiran 17A halaman 203).
2. Hubungan antara Minat Menulis dan Keterampilan Menulis Argumentasi
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan
positif antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi. Dalam hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
yang akan diuji adalah hipotesis nol (Ho), yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan positif antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi
melawan hipotesis altenatif (Ha), yang berbunyi “ada hubungan positif antara minat
menulis dan keterampilan menulis argumentasi”.
Analisis regresi linear sederhana antara minat menulis dan keterampilan
menulis argumentasi menghasilkan koefisien regresi sebesar 0,104 dan konstanta
69,996 (lihat Lampiran 11B halaman 182). Dengan demikian bentuk hubungan
antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi digambarkan dengan
persamaan garis regresi, yaitu : 2104,0996,69ˆ XY +=
Untuk mengetahui derajat keberartian persamaan regresi sederhana antara
minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi, maka dilakukan uji F.
Pengujian tersebut dapat diamati pada tabel yang tampak berikut ini:
Tabel 6. Tabel Anava untuk Regresi Linear Ŷ = 69,996 + 0,104X2
Sumber Variasi dk JK KT Fo Ft
Total 80 555367 - - -
Koefisien (a) 1 554611,5125 - -
Regresi (b/a) 1 67,379 67,379 7,64 3,96
Sisa 78 688,1085 8,8219 - -
Tuna cocok 14 296,5555 21,1825 3,46 1,85
Galat 64 391,5530 6,1180 - -
Keterangan :
dk = derajat kebebasan JK = Jumlah Kuadrat KT = Kuadrat Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Fo = Nilai F hasil penelitian (observasi) Ft = Nilai F dari tabel Bagian atas untuk menguji keberartian regresi Bagian bawah untuk menguji linearitas regresi.
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil pengujian keberartian regresi
Fo sebesar 7,64 yang lebih besar dari F tabel sebesar 3,96 (lihat Lampiran 12B
halaman 193) sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi antara minat
menulis dan keterampilan menulis argumentasi adalah sangat signifikan (berarti)
Hasil pengujian linearitas diperoleh Fo sebesar 3,46 yang lebih besar dari Ftabel
sebesar 1,85 (lihat Lampiran 12B halaman 193), sehingga dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi bersifat
nonlinear.
Analisis korelasi sederhana antara minat menulis dan keterampilan menulis
argumentasi diperoleh koefisien korelasi ( )2yr sebesar 0,30 (lihat Lampiran 13B
halaman 195). Lebih lanjut, untuk mengetahui keberartian koefisien korelasi tersebut,
maka dilakukan uji t. Dari hasil pengujian ditunjukkan bahwa kekuatan hubungan
antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi 2,69 yang lebih besar
dari t tabel sebesar 1,66 (lihat Lampiran 14B halaman 197). Oleh karena itu,
berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif
yang signifikan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi. Dengan
demikian, hipotesis nol (Ho) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara
minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi” ditolak. Sebaliknya hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
altenatif (Ha) yang berbunyi “ada hubungan positif antara minat menulis dan
keterampilan menulis argumentasi” diterima.
Koefisien determinan antara minat menulis dengan keterampilan menulis
argumentasi sebesar 9,00% (diperoleh dari harga koefisien korelasi X2-Y
dikuadratkan lalu dikalikan 100) Hal itu berarti variabel minat menulis memberi
kontribusi kepada variabel keterampilan menulis argumentasi sebesar 9,00% (lihat
Lampiran 17B halaman 204).
3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis Secara
Bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Argumentasi
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan
positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama
dengan keterampilan menulis argumentasi. Di sini hipotesis yang akan diuji adalah
hipotesis nol (Ho) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara kemampuan
berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis
argumentasi”, melawan hipotesis altenatif (Ha) yang menyatakan “ada hubungan
positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama
dengan keterampilan menulis argumentasi”.
Analisis regresi linear ganda antara kemampuan berpikir logis dan minat
menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi,
menghasilkan arah koefisien regresi b1 sebesar 0,236; b2 sebesar -0,027; dan
konstanta b0 sebesar 74,05 (lihat Lampiran 15A halaman 199). Dengan demikian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
bentuk hubungan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara
bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi dapat digambarkan dengan
persamaan garis regresi, yaitu : 21 027,0236,005,74ˆ XXY −+= . Untuk mengetahui
derajat keberartian persamaan regresi linear ganda antara kemampuan berpikir logis
dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi,
maka dilakukan uji F. Pengujian derajat keberartian dapat diperhatikan pada
Lampiran 15B halaman 200.
Berdasarkan Lampiran 15B diketahui hasil pengujian Fo sebesar 35,19 yang
lebih besar dari Ftabel dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 77 pada α =0,05
sebesar 3,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi linier antara
kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan
keterampilan menulis argumentasi adalah signifikan .
Selanjutnya, dari hasil analisis korelasi ganda antara kemampuan berpikir
logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis
argumentasi diperoleh korelasi ( )12.yR sebesar 0,69 (lihat Lampiran 16A halaman
201). Lebih lanjut, untuk mengetahui keberartian koefisien korelasi ganda, maka
dilakukan uji F. Dari hasil pengujian diperoleh Fo sebesar 35,19 yang lebih besar dari
F tabel dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 77 pada taraf nyata α =0,05 sebesar
3,96 (lihat Lampiran 16B halaman 202). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan positif yang signifikan antara kemampuan berpikir logis dan minat
menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Koefisien determinan kedua variabel tersebut secara ber-sama-sama dengan
keterampilan menulis argumentasi sebesar 47,61% (diperoleh dari harga koefisien
korelasi ganda dikuadratkan lalu dikalikan 100) Hal itu berarti se-kitar 47,61%
variansi keterampilan menulis argumentasi dapat dijelaskan oleh kemampuan berpikir
logis dan minat menulis secara bersama-sama (lihat Lampiran 17C halaman 205).
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ketiga hipotesis
kerja yang diajukan dalam penelitian ini semuanya diterima. Temuan ini mengandung
makna bahwa secara umum, bagi para siswa kelas X SMA Regina Pacis Surakarta,
kemampuan berpikir logis dan minat menulis yang mereka miliki mempunyai
hubungan positif yang signifikan dengan keterampilan menulis argumentasi, baik
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama (simultan). Secara rinci, pembahasan
hasil analisis dan pengujian hipotesis tersebut diuraikan berikut ini.
Pertama, mengenai hasil analisis yang berkenaan dengan hubungan antara ke-
mampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi. Adanya hubungan
positif antara kedua variabel tersebut mengandung arti bahwa makin baik kemam-
puan berpikir logis siswa, makin baik pula keterampilan menulis argumentasi mereka.
Kedua, tentang hasil analisis yang berkenaan dengan hubungan antara minat
menulis dan keterampilan menulis argumentasi. Diterimanya hipotesis penelitian
yang menyatakan ada hubungan positif antara minat menulis dan keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
menulis argumentasi ini mengandung arti bahwa makin baik minat menulis siswa,
makin baik pula keterampilan menulis argumentasi mereka.
Pembahasan ketiga, berkenaan dengan hubungan antara kedua variabel bebas
secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi. Diterimanya hipo-
tesis penelitian yang menyatakan ada hubungan positif antara kemampuan berpikir
logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis
argumentasi, mengandung arti bahwa kedudukan kedua variabel bebas tersebut
sebagai prediktor varians nilai keterampilan menulis argumentasi tidak perlu
diragukan lagi.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini telah diupayakan penyusunannya sebaik mungkin dengan
menggunakan metode ilmiah, Namun demikian, karena keterbatasan kemampuan
peneliti yang tidak didukung keahlian di dalam penelitian dan cara menggunakan
metode, tidak tertutup kemungkinan adanya kesalahan atau kekeliruan yang terdapat
dalam hasil penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu diungkapkan
beberapa keterbatasan penelitian.
Pertama, besarnya jumlah sampel penelitian adalah 80 siswa, yang hanya
sebagian kecil atau hanya sekitar 30 % dari populasi terjangkau. Jumlah sampel yang
demikian dapat memberikan pengaruh pada hasil yang diharapkan, karena dapat
dikatakan kurang komprehensif. Namun demikian, penelitian ini tetap dilakukan
karena keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Kedua, hasil penelitian ini hanya mengungkapkan keterampilan menulis
argumentasi siswa yang berkaitan dengan variabel kemampuan berpikir logis dan
minat menulis dengan populasi terbatas pada siswa kelas X SMA Regina Pacis
Surakarta, dengan ukuran sampel yang relatif kecil, yakni 80 responden. Oleh karena
itu, generalisasi kesimpulan penelitian hanya dapat digunakan terhadap populasi yang
memiliki kriteria dan karakteristik yang sama dengan populasi penelitian ini. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih komprehensif, ukuran sampel dan wilayah populasi
perlu diperbesar. Dengan demikian diharapkan akan diperoleh informasi yang lebih
banyak mengenai keterampilan menulis argumentasi siswa.
Ketiga, tidak seperti pada tes kemampuan berpikir logis, validitas tes kemam-
puan menulis argumentasi tidak dapat diukur dengan teknik korelasi biserial, oleh
karena memang bentuk nilai bukan merupakan nilai butir, sehingga kesahihan tes ini
mungkin diragukan. Tetapi, teknik tersebut bukanlah satu-satunya teknik yang dapat
digunakan. Dengan menggunakan pendekatan validitas konstruk, sebagaimana yang
telah dijelaskan pada Bab III, peneliti berharap kelemahan itu dapat dinetralisir.
Keempat, sebagai penelitian survai yang sebagian datanya dikumpulkan
dengan angket model skala Likert, seperti instrumen penelitian yang mengukur minat
menulis siswa, instrumen penelitian semacam ini kurang mampu menjangkau aspek-
aspek kualitatif dari indikator-indikator yang diukur, selain mengandung pula
kelemahan. Ini dapat dimaklumi, karena data yang diperoleh dari responden dengan
cara self-report sebagaimana pengisian angket ini, memiliki keterbatasan, antara lain:
kemauan untuk mengungkapkan semua keadaan pribadi yang sesungguhnya Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
hal ini menyebabkan adanya kecenderungan responden untuk memilih alternatif
jawaban yang “baik-baik” saja atas butir pernyataan yang disediakan. Kondisi inilah
yang membuat data minat menulis belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenar-
nya, karena itu perlu ditafsirkan secara hati-hati. Untuk mengatasi hal itu, sebenarnya
sudah diupayakan oleh peneliti dengan jalan menghimbau pada responden agar
memberikan jawaban yang sejujurnya terhadap setiap butir pernyataan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Mengacu pada hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah
dijelaskan di muka, hasil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut.
1. Hasil analisis korelasi sederhana antara kemampuan berpikir logis dan
keterampilan menulis argumentasi menunjukkan bahwa secara signifikan ada
hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis
argumentasi. Dengan demikian hipotesis yang pertama untuk penelitian ini telah
teruji kebenarannya. Ada hubungan positif ini memiliki makna bahwa makin baik
kemampuan berpikir logis siswa, maka makin baik pula keterampilan menulis
argumentasi mereka (r y1 = 69, dengan sumbangan 47,61%).
2. Hasil analisis korelasi sederhana antara minat menulis dan keterampilan menulis
argumentasi juga menunjukkan bahwa secara signifikan ada hubungan positif
antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi. Dengan demikian
hipotesis kedua untuk penelitian ini juga telah teruji kebenarannya. Ada
hubungan positif berarti makin baik minat menulis siswa , maka makin baik pula
keterampilan menulis argumentasi mereka (r y2 = 0,30, dengan sumbangan 9%).
3. Hasil analisis korelasi ganda antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis
secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
bahwa secara signifikan ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis
dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis
argumentasi. Dengan demikian hipotesis ketiga penelitian ini pun juga telah teruji
kebenarannya. Ada hubungan positif dimaknai bahwa makin baik kemampuan
berpikir logis dan minat menulis siswa, maka makin baik pula keterampilan
menulis argumentasi siswa (R y.12 = 0,69, dengan sumbangan 47,61).
Berdasarkan simpulan yang diuraikan di atas, maka ketiga hipotesis
penelitian yang diajukan dapat diterima dan teruji kebenarannya secara
empiris Dengan demikian kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama memiliki hubungan positif dengan
keterampilan menulis argumentasi.
Apabila dilihat dari besar nilai sumbangan variabel bebas (prediktor) kepada
variabel terikat (respons), diketahui bahwa kemampuan berpikir logis memberikan
sumbangan atau kontribusi yang lebih besar daripada minat menulis mereka.
B. Implikasi
Secara teoritis, penelitian ini berimplikasi bahwa keterampilan menulis
argumentasi tidak akan muncul begitu saja, tetapi ditentukan oleh beberapa faktor;
dan dua di antaranya ialah kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa. Hal
ini berarti bahwa secara konseptual agar siswa memiliki keterampilan menulis
argumentasi yang baik, yang ditandai dengan hasil tulisan mereka yang bermutu
(baca: sesuai dengan indikator yang diukur) diperlukan adanya faktor pendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
(determinan) antara lain faktor kemampuan berpikir logis dan faktor minat menulis
siswa.
Selanjutnya dari implikasi teoritis tersebut dilahirkan implikasi praktis yang
merupakan kebijakan pokok yang berbentuk usaha-usaha nyata bagaimana agar
keterampilan menulis argumentasi siswa dapat ditingkatkan. Usaha-usaha tersebut
adalah dengan jalan meningkatkan kemampuan berpikir logis dan minat menulis
mereka. Secara rinci beberapa implikasi kebijakan atau usaha nyata tersebut
diuraikan sebagai berikut.
1. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis untuk Meningkatkan
Keterampilan Menulis Argumentasi
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan
berpikir logis para siswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan tersebut antara lain:
a. Guru memberikan pengetahuan dan pemahaman yang cukup memadai tentang
logika atau ilmu bernalar yang membahas tentang cara-cara atau kaidah
berpikir secara tepat. Hal ini dilakukan dengan jalan menyampaikan materi
logika tersebut di depan siswa di kelas pada saat mengajar topik menulis.
b. Guru memberikan pelatihan-pelatihan penarikan simpulan secara deduktif dan
induktif dengan jalan memberi tugas untuk menyusun paragraf yang kohesif
dan koheren dengan menerapkan cara berpikir deduktif, dan induktif sehingga
bila usaha ini dilakukan akan mendukung hasil tulisan argumentasi mereka.
c. Guru memberi tugas kepada siswa untuk menganalisis kembali terhadap
organisasi tulisan yang dikembangkan oleh orang lain, dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
mencermati kembali apakah menggunakan penalaran deduktif, induktif,
maupun gabungan keduanya. Kegiatan ini bertujuan agar siswa mampu
mengenal organisasi seluruh tulisan yang dikembangkan oleh penulis melalui
bacaan.
2. Upaya Meningkatkan Minat Menulis untuk Meningkatkan Keterampilan
Menulis Argumentasi
Ada beberapa upaya yang bisa orang tua maupun guru dalam meningkatkan
minat menulis siswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan tersebut antara lain:
a. Orang tua, wajib mengarahkan dan mengalihkan perhatian mereka (khususnya
anak-anak) dari kegiatan menonton televisi ke kegiatan belajar menulis.
Apalagi dengan dicanangkannya wajib belajar dengan cara mematikan
pesawat televisi pada jam yang telah ditentukan.
b. Orang tua juga harus berperan sebagai vasilitator, yaitu menyediakan buku-
buku yang bertalian dengan seluk-beluk menulis serta kebutuhan lainnya
untuk menopang aktivitas belajar menulis.
c. Orangtua wajib menciptakan iklim dan suasana belajar yang baik di ruang
belajar anak atau rumah, sehingga dengan iklim dan suasana belajar yang
kondusif di rumah diharapkan dapat membantu memotivasi anak dalam
belajar menulis.
d. Orangtua perlu membiasakan pada anak untuk membuat tulisan yang baik dan
mendidik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
e. Guru memberikan penjelasan dan petunjuk tentang arti penting kegiatan
menulis agar mereka sadar dan terdorong untuk melakukan kegiatan menulis
secara teratur, berencana, dan kontinyu.
f. Guru menjelaskan strategi belajar yang efektif dan efisien.
g. Guru memberi tugas kepada siswa untuk berlatih menulis dengan masalah
atau topik tertentu yang diarahkan oleh gurunya.
h. Guru menugasi siswa untuk membuat ringkasan atas buku-buku bahasa
Indonesia yang menunjang kegiatan belajarnya.
i. Guru memberi masukan kepada pihak-pihak yang berkompeten (pengambil
kebijakan dan pimpinan perpustakaan) mengenai buku atau bahan bacaan
yang diperlukan siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan
di atas, berikut ini diusulkan saran-saran sebagai berikut.
1. Saran untuk Para Guru Bahasa Indonesia SMA Regina Pacis
Guru hendaknya tidak langsung memberikan tugas kepada siswa untuk
membuat karangan bebas. Oleh karena itu, guru perlu merencanakan program
menyusun tulisan atau karangan yang terarah, dan perlu diberikan kepada siswa
pelatihan-pelatihan yang terkait dengan membuat tulisan yang terkendali. Salah satu
wujud komposisi terarah itu adalah pemberian latihan menganalisis aspek-aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
karangan atau tulisan (misalnya, ejaan dan tanda baca atau pengorganisasian
paragraf), tetapi dapat mencakupi beberapa aspek karangan sekaligus.
Berhubung kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa dan
keterampilan menulis argumentasi siswa masih jauh dari yang diharapkan, maka guru
bahasa Indonesia hendaknya perlu mengembangkan ketiga bidang tersebut pada para
siswa lewat bangku pendidikannya di sekolah, bilamana dirasakan perlu dibuat
program kegiatan ekstrakurikuler untuk latihan ini.
Guru bahasa Indonesia perlu lebih kreatif menyesuaikan teknik pengajarannya
dengan kemampuan siswa sedemikian rupa sehingga teknik yang digunakan dapat
diterima siswa, baik yang berkemampuan tinggi maupun yang berkemampuan
rendah. Hal ini diperlukan karena latar belakang siswa sangat beragam.
Dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis argumentasi siswa, guru
bahasa Indonesia perlu memperhatikan aspek kemampuan berpikir logis dan minat
menulis siswa secara bersama-sama, karena kedua aspek tersebut telah terbukti
memiliki peran yang penting dalam menulis argumentasi.
Dalam penelitian ini terbukti aspek kemampuan berpikir logis memberi
sumbangan yang lebih daripada aspek minat menulis, untuk itu guru bahasa Indonesia
perlu menciptakan kebiasaan pada siswa untuk berlatih menuangkan gagasan ke
dalam tulisan dengan proses berpikir yang logis.
Untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentasi, guru bahasa
Indonesia, disarankan agar menyelenggarakan kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah
yang dilangsungkan secara periodik dan berjenjang. Siswa perlu secara terus-menerus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
dimotivasi untuk mengikuti lomba tersebut. Dalam penyelenggaraan lomba
diusahakan ada hadiahnya. Konsekuensi dari tindakan itu adalah guru bahasa
Indonesia perlu menyediakan waktu yang lebih banyak untuk memberikan bimbingan
yang lebih intensif kepada siswa.
2. Saran untuk Para Siswa
Para siswa disarankan untuk meningkatkan pula aspek kemampuan berpikir
logis dan minat menulis. Saran ini penting agar mereka bisa meningkatkan
keterampilan menulisnya, khususnya menulis argumentasi dan menulis pada
umumnya. Hal ini disadari bahwa hasil penelitian ini telah menyimpulkan bahwa
kemampuan berpikir logis dan minat menulis memiliki hubungan yang positif
dengan keterampilan menulis argumentasi dan telah teruji kebenarannya di lapangan.
3. Saran untuk Peneliti yang Lain
Kepada peneliti lain, adalah agar mereka mengadakan penelitian serupa
dengan melibatkan lebih banyak lagi variabel bebas, sehingga aspek-aspek lain yang
diduga memiliki hubungan dengan keterampilan menulis argumentasi dapat
dideteksi secara komprehensif. Selain itu dapat pula memperluas wilayah
penelitiannya, mungkin tingkat propinsi. Saran ini disampaikan karena hasil
penelitian ini telah membuktikan secara empiris bahwa dua variabel bebas yang
ditetapkan (dalam hal ini kemampuan berpikir logis dan minat menulis) memiliki
hubungan positif yang signifikan dengan keterampilan menulis argumentasi.