perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id implementasi .../implementasi... · ditinjau dari...

184
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING DAN INQUIRY BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KEINGINTAHUAN SISWA (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Oleh: AFIF KURNIAWAN S830809002 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: nguyennga

Post on 26-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING

DAN INQUIRY BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP PRESTASI

BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

DAN KEINGINTAHUAN SISWA

(Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi Kelas XI IPA SMA

Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Oleh:

AFIF KURNIAWAN

S830809002

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan nikmat dan karunia-Nya bagi kita semua, sehingga kita tidak

sanggup menghitung-hitungnya. Semoga kenikmatan yang kita peroleh saat ini

semakin menambah keimanan dalam hati kita, Amin.

Tesis ini ditulis dan diajukan sebagai syarat mendapatkan gelar magister

Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai

pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan bantuan

berupa sarana dan fasilitas dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan izin untuk penulisan tesis ini.

3. Prof. Drs. H. Sutarno, M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing 1, yang selalu

memberikan dorongan, pengarahan, bimbingan dan nasehat hingga

terselesaikannya tesis ini.

4. Dr. H. Sarwanto, M.Si. selaku Pembimbing 2, yang selalu memberikan

dorongan, pengarahan, bimbingan dan nasehat hingga terselesaikannya tesis

ini.

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNS Surakarta

yang telah memberikan banyak pengalaman dan wawasan keilmuannya kepada

penulis.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sragen yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Guru Biologi SMA Negeri 2 Sragen untuk semua bantuan, bimbingan yang

diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan Sains UNS

Surakarta angkatan reguler September 2009 yang telah memberikan motivasi

dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Keterbatasan pengalaman penulis dalam penyusunan tesis ini,

menimbulkan kekurangan sehingga banyak kendala-kendala yang dihadapi

penulis. Berbagai kendala jelas menjadikan tesis ini kurang sempurna, akan tetapi

tesis ini tidak akan terbit jikalau dituntut oleh sebuah kesempurnaan. Untuk itu

dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengharapkan kepada

pembaca untuk ikut serta menyempurnakan tesis ini dengan memberikan saran

dan kritik yang membangun. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi para pembaca pada umumnya.

Surakarta, Februari 2011

Penulis

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING DAN

INQUIRY BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

DAN KEINGINTAHUAN SISWA

(Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi Kelas XI IPA SMA Negeri 2

Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010)

Disusun oleh:

Afif Kurniawan

S830809002

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I

Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D. NIP. 19600809 198612 1 001

_____________

__________

Pembimbing II

Dr. Sarwanto, M.Si NIP. 19690901 199403 1 002

_____________

__________

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.

NIP. 19520116 198003 1 001

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ABSTRAK

Afif Kurniawan. S830809002. Implementasi Metode Pembelajaran Inquiry Terbimbing dan Inquiry Bebas Termodifikasi Terhadap Prestasi Belajar Biologi Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis. Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Pembimbing: 1) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D . 2) Dr. Sarwanto, M.Si. Surakarta. 2011.

Pembelajaran IPA di SMA menurut Peraturan Menteri Pendidikan No 22 Tahun 2006 berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan merupakan suatu proses penemuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi ditinjau dari kemampuan awal dan keingintahuan serta mengetahui interaksi antar variabel tersebut terhadap prestasi belajar biologi

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen tahun pelajaran 2009/2010, sebanyak 5 kelas. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes untuk mendapatkan data prestasi belajar kognitif dan kemampuan awal, metode angket untuk mendapatkan informasi keingintahuan dan prestasi belajar afektif, serta observasi untuk mengukur prestasi belajar aspek psikomotorik. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2x2x2 dan frekuensi sel tidak sama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada pengaruh penerapan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.000), afektif (p=0.004), dan psikomotorik(p=0.000), 2) ada pengaruh tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi, aspek kognitif (p=0.000) dan afektif (p=0.004), namun tidak berpengaruh terhadap prestasi aspek psikomotorik (p=0.250), 3) tidak ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadup prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.127) dan afektif (p=0.104), namun berpengaruh terhadap prestasi belajar Biologi aspek psikomotorik (p=0.013), 4) ada interaksi antara metode pembelajaran dengam kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.035), tetapi tidak terdapat interaksi metode pembelajaran dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek afektif (p=0.100) dan psikomotorik (p=0.250), 5) ada interaksi antara metode pembelajaran dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.001), tetapi tidak ada interaksi metode pembelajaran dan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek afektif (p=0.117) dan psikomotorik (p=0.395). 6) tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.376), afektif (p=0.387), dan psikomotorik (p=0.081), 7) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.780), afektif (p=0.742), dan psikomotorik (p=0.660) Kata Kunci: inquiry terbimbing, inquiry bebas termodifikasi, kemampuan awal,

keingintahuan

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

ABSTRACT

Afif Kurniawan. S830809002. The implementation of Guided Inquiry and Modified Free Inquiry to Biology Achievements Overviewed from Students’ Prior Knowledge and Curiosity (A Case Study on Respiratory System Subject Matter for Grade XI of The State Senior High School 2 Sragen Academic Year 2009/2010). Advisor 1): Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D, 2): Dr. Sarwanto, M.Si. Thesis: Science Education Program Post-graduate program, Sebelas Maret University. Surakarta, 2011

Based on the role of Education Minister no 22 year 2006 science learning in SMA should be related to inquiry about nature phenomena systematically and the process of discovery. The purpose of the research was to know the effect of implementation of Guided Inquiry and modified free inquiry overviewed from Students’ prior knowledge studends curiosity and its interactions toward biology learning achievement

This research used experimental method. The population of this research is all the students of XI grade of The State Senior High School 2 of Sragen in Academic Year 2009/2010; consisted of 5 classes. The sample of this research are determined randomly with cluster random technique consisted classes. The data were collected using test for students achievement and students prior knowledge, questionnaire for students curiosity and affective learning achievement, and observation sheet for psychomotor. Hypothesis of this research were tested by a three way of analysis of variance with 2x2x2 factorial design and unequal cells.

The results showed that: 1) there was an effect of the use of learning method toward the Biology learning achievement in cognitive (p=0.000), affective (p=0.004), and psychomotor aspect (p=0.000), 2) there was an effect of the students prior knowledge toward the Biology learning achievement in cognitive (p=0.000), and affective aspect (p=0.004), but there was no effect in psychomotor aspect (p=0.250), 3) there was no effect of the students’ degrees of curiosity toward the Biology learning achievement in cognitive (p=0.127), and affective aspect (p=0.104), but there is an effect in psychomotor aspect, (p=0.013), 4) these was an interaction between learning method with prior knowledge to the Biology learning achievement in cognitive aspect (p=0.035), but there is no interaction between learning method and prior knowledge to the Biology learning achievement in affective (p=0.100), and psychomotor aspects(p=0.250), 5) there was an interaction between learning method and the students’ curiosity to the Biology learning achievement in cognitive aspect (p=0.001), but there was no interaction between learning method and students’ curiosity to the Biology learning achievement in affective (p=0.117), and psychomotor aspects (p=0.395), 6) There is no interaction between the students’ prior knowledge and the students degrees of curiosity to the Biology learning achievement in cognitive (p=0.376), affective (p=0.387), and psychomotor aspect (p=0.801), 7) there was an interaction among the learning method, the students’ prior knowledge, and the students’ degrees of curiosity to the Biology learning achievement in cognitive (p=0.780), affective (p=0.742), and psychomotor aspect (p=0.660). Key words: guided inquiry, modified free inquiry, prior knowledge, and curiosity

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan

dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam

konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan

pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan

rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu

pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, namun

tampaknya hal ini belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah

yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses

pembelajaran. Proses pembelajaran di sekolah merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh dalam keberhasilan siswa dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM). Banyak usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, salah satunya

adalah dengan memperbaiki proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Banyak faktor yang mempengaruh selama melakukan usaha untuk

memperbaiki kualitas pendidikan, diantaranya faktor internal yang keberadaannya

tidak dapat dipengaruhi oleh tenaga pendidik dalam hal ini peneliti, yang

termasuk dalam faktor internal diantaranya: kemampuan awal, motivasi, dan

keingintahuan. Selain faktor internal ada faktor luar (faktor eksternal) yang

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mempengaruhi kualitas pendidikan, diantaranya: lingkungan, kurikulum, sarana

prasarana, media pembelajaran, proses pembelajaran meliputi model dan metode

pembelajan yang dipilih. Dari beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi

kulitas pendidikan, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan peneliti dalam

upaya memperbaiki kualitas pendidikan diantaranya pembuatan media, ICT, dan

memperbaiki proses pembelajaran.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas) No. 22 Tahun

2006 menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar

berpusat pada siswa (student oriented), guru sebagai motivator dan fasilitator di

dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Namun pada kenyataanya proses

pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung

berorientasi pada pencapaian isi, dan lebih mementingkan pada penghafalan

konsep bukan pada pemahaman serta pencapaian kompetensi. Hal ini dapat dilihat

dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru.

Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode dan pendekatan

konvensional seperti: ceramah, penugasan, open book, sehingga siswa hanya

duduk, mencatat, dan mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru dan

sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana

pembelajaran menjadi tidak kondusif dan siswa menjadi pasif.

Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada kemampuan

peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Neila Ramdhani (2008)

bahwa “Sesungguhnya manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

perkembangan fisik, kepribadian, sosio emosional, dan perkembangan kognitif”.

Belajar lebih bermakna jika anak mengalami sendiri konsep yang dipelajarinya,

bukan mengetahuinya. Kemudian, pengetahuan tersebut dihubungkan dengan

struktur kognitif mereka. Pembelajaran bermakna dapat diterapkan melalui

beberapa metode pembelajaran seperti: cooperative learning, inquiry learning,

problem based learning, dan contextual teaching and learning, karena metode

pembelajaran tersebut mengajak siswa untuk aktif secara kognitf, afektif, dan

psikomotorik dalam pembelajaran Ari Widodo (2007). Pengajaran yang

berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam mengingat

jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam

kehidupan jagka panjang. Hal ini disebabkan siswa dikonsentrasikan hanya untuk

menguasai isi.

Peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas) No. 22 Tahun 2006

tentang standar isi untuk satuan pendidikan menengah dan dasar menyebutkan

bahwa:

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri

Permendiknas tersebut mengisyaratkan adanya upaya-upaya untuk

mengenbangkan kemampuan siswa agar mereka lebih berpikir ilmiah, kreatif, dan

mandiri. Tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara mengungangkap tiga

prinsip pembelajaran, yaitu: ing ngarso sung tulodo (jadi pemimpin-guru jadilah

teladan bagi siswanya), ing madyo mangun karso (dalam pembelajaran

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

membangun ide siswa dengan aktivitas sehingga kompetensi siswa terbentuk), tut

wuri handayani (jadilah fasilitator kegiatan siswa dalam mengembangkan life skill

sehingga menjadi pribadi mandiri). Dengan perkataan lain, student-oriented

adalah solusi tepat untuk pelaksanaan kurikulum 2006, bukan dengan teacher-

oriented. Metode yang tepat untuk pembelajaran Biologi yaitu metode inquiry.

Implikasi terhadap pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran identik dengan

aktivitas siswa secara optimal, tidak cukup dengan mendengar dan melihat, tetapi

harus dengan hands-on, minds-on, kontruktivis, dan dayly life.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 2 Sragen selama ini

proses pembelajaran masih belum optimal, hal ini terbukti dari siswa kurang aktif

dalam kegiatan belajar mengajar baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik.

Selama ini keaktifan pembelajaran didominasi oleh guru, sehingga siswa

cenderung pasif dan hanya sekedar mendengarkan. Guru dalam proses Kegiatan

Belajar Mengajar (KBM) masih konvensional dan siswa tidak diajak melakukan

suatu kegiatan selama kegiatan belajar mengajar. Di dalam proses belajar

mengajar seperti ini, siswa hanya mampu menguasai aspek kognitif saja, sehingga

aspek afektif dan psikomotorik masih belum tercapai, karena siswa tidak

dilibatkan dalam proses penemuan, pengamatan, pengelompokan, pengukuran,

analisis, dari suatu fenomena dalam pengalaman belajar. Pencapaian aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat optimal jika kegiatan yang dilakukan

dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) juga optimal. Kegiatan-kegiatan yang

dilaukan merupakan pengalaman yang melibatkan fisik maupun mental yang

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dilakukan oleh siswa dalam berinteraksi dalam Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM).

Ketercapaian proses pembelajaran untuk aspek kognitif dapat dilihat dari

prestasi nilai semester ganjil untuk mata pelajaran Biologi pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Nilai Biologi Kelas XI IPA Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010 No Komponen Kelas

XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3 XI IPA 4 XI IPA 5

1 UH 1 Mean 44.6 50.1 44.5 42.8 46.9 Standar Deviasi 14.5 50.07 18.3 14.7 15.0

2 UH 2 Mean 84.9 84.1 83.5 80 80 Standar Deviasi 0.8 1.9 2.4 1.4 0

3 UH 3 Mean 59.8 26 62.6 71.4 67 Standar Deviasi 17.2 12.5 11.3 16.9 10.4

4 UAS Mean 68.3 69.0 69.9 70.3 69.9 Standar Deviasi 6. 6 4.8 5.9 4.7 5.9

(Sumber: Data statistik bagian pengajaran SMA Negeri 2 Sragen)

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata prestasi belajar yang

masih rendah. Hal tersebut dapat disebabkan penggunaan metode pembelajaran

yang kurang tepat, dalam arti kurang memberdayakan potensi siswa. Hasil

pembelajaran hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta, tetapi siswa

tidak memahami secara mendalam substansi dari materi tersebut.

Penyajian materi belum sepenuhnya menggunakan metode pembelajaran

yang sesuai, dan kurang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran

sehingga mengakibatkan prestasi belajar tidak optimal. Sistem respirasi

merupakan materi pada siswa kelas XI IPA semester 2. Diperlukan kemampuan

untuk memahami konsep yang benar, kreatif dalam mentransfer pemahaman

secara abstrak menjadi nyata dan mampu menganalisis struktur dan fungsi dari

sistem pernapasan tersebut. Sebenarnya banyak metode yang dapat digunakan

dalam pembelajaran materi sistem respirasi, tetapi guru belum memanfaatkan

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

model dan metode pembelajaran kontemporer yang ada dan hanya mengajak

siswa dengan proses pembelajaran konvensional.

Usaha yang dapat dilakukan untuk menjembatani dan menyelesaikan

masalah tersebut adalah dengan memilih metode pembelajaran yang tepat. Metode

pembelajaran yang tepat adalah yang berpusat pada siswa sehingga dapat

meningkatkan kemampuan berfikir aktif siswa dalam menentukan konsep serta

mampu mengaplikasikan life skill dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode

pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat aktif menggunakan proses fisik

untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip materi yang sedang dipelajari

adalah inquiry. Menurut Margono (1989: 52) bahwa dilihat besar kecilnya

informasi dari guru kepada siswa dalam proses pembelajaran, metode inquiry

dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Inquiry terpimpin/terbimbing, 2)

Inquiry bebas, dan 3) Inquiry bebas yang dimodifikasi

Metode pembelajaran inquiry merupakan metode pembelajaran yang

diharapkan oleh kementrian pendidikan nasional yang dituangkan dalam peraturan

menteri pendidikan nasional (permendiknas) No. 22 Tahun 2006 dapat diterapkan

dalam kegiatan proses belajar mengajar IPA Biologi, mengingat Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan sehingga dalam proses belajar mengajar

Biologi diperlukan suatu bentuk kegiatan yang dapat mengubah siswa untuk dapat

menemukan sesuatu konsep melalui kreatifitas secara langsung dengan cara

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan

benar mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan

memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau

memecahkan masalah sehari-hari. Penerapan metode pembelajaran inquiry, pada

pokok bahasan tertentu antara lain bertujuan agar siswa mampu memecahkan

masalah dan menarik kesimpulan dari beberapa kegiatan yang dilakukan.

Pandangan terkini tentang metode inquiry muncul dari National Science

Education Standards (NSES) (1996). Salah satu area dalam standar pengajaran

sains dan standar pengembangan profesional adalah pengembangan program

pembelajaran berbasis inquiry dan pembelajaran konten sains melalui inquiry.

NSES mengesahkan kurikulum sains yang melibatkan siswa secara aktif dalam

sains menggunakan metode inquiry. Metode ini telah mengubah fokus pendidikan

sains dari penghafalan konsep-konsep dan fakta-fakta dalam mata pelajaran ke

belajar berdasar inkuiri, selanjutnya siswa mencoba menjawab untuk memahami

dan memecahkan suatu masalah.

Landasan filosofis inquiry adalah kontruktivisme, yaitu “belajar bukan

hanya menghafal tetapi juga mengkontruksi pengetahuan” (Sugiyanto, 2008: 19).

Dalam pennerapanya kontruktivisme masih mengalami kekurangan seperti hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ari Widodo (2007) bahwa “penerapan prinsip-

prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran kurang menunjukkan urutan

sebagaimana yang disarankan oleh kontruktivis”. Oleh karena itu, dalam

menerapkan prinsip-prinsip konstruktivisme atau inquiry guru perlu memberi

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

bimbingan yang memadai agar pembelajaran tidak menimbulkan kesulitan bagi

siswa.

Metode pembelajaran seperti yang telah diuraikan di atas merupakan

faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, sedangkan faktor

internal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran diantaranya adalah

kemampuan awal siswa. Dalam pandangan tentang belajar dikatakan bahwa siswa

membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitifnya

berdasarkan pengalaman. Perbedaan kemampuan awal yang dimiliki siswa akan

ditemui oleh guru dalam proses belajar mengajar, ada yang berkemampuan tinggi,

sedang ataupun rendah, akan tetapi dalam kenyataanya dalam proses

pembelajaran hal ini belum diperhatikan oleh tenaga pendidik atau guru sebelum

melakukan proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar siswa yang

memiliki kemampuan tinggi cenderung memiliki prestasi belajar tinggi pula,

sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan awal rendah akan menunjukkan

prestasi belajar yang juga rendah.

Faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi

belajar adalah motivasi dan keingintahuan siswa. Motivasi adalah perubahan

energi dalam diri (pribadi seseorang) yang ditandai dengan perasaan dan reaksi

untuk mencapai tujuan dan keberhasilan (Legiman, 2007 :17). Jadi untuk

mencapai tujuan dan keberhasilan dalam pembelajaran diperlukan motivasi dalam

diri siswa. Motivasi internal ini tumbuh melalui stimulus-stimulus yang hadir

pada diri siswa, baik dihadirkan oleh lingkungan atau sengaja dihadirkan oleh

siswa. Stimulus dapat berupa stimulus material maupun stimulus non material.

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Stimulus material antara lain sarana dan prasarana belajar, sedangkan stimulus

non material antara lain: suasana belajar, cara mengajar guru, dan lingkungan

belajar. Perbedaan stimulus material dan stimulus non material yang didapat siswa

akan menimbulkan tingkat motivasi yang berbeda-beda pula pada siswa. di SMA

Negeri 2 Sragen kelengkapan stimulus tersebut berbeda-beda sehingga tingkat

motivasi siswa juga berbeda.

Menurut Oemar Hamalik (2002 : 159-160), salah satu komponen dalam

diri motivasi adalah keadaan merasa tidak puas, selalu ingin tahu, dan

ketergantugan psikologis. Sejalan dengan teori motivasi di atas, maka tingkat

keingintahuan siswa dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.

Keingintahuan yang tinggi akan mendorong siswa untuk mencari konsep dan

informasi baru yang sedang dipelajari, sehingga pengetahuannya bertambah dan

prestasinya meningkat, sedangkan siswa yang keingintahuannya rendah akan

mendapatkan hal yang sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hesty Handayani (2010) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas maka

dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Selama ini metode pembelajaran yang digunakan guru belum sesuai dengan

karakter materi Biologi sehingga mengakibatkan prestasi belajar siswa belum

optimal.

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2. Metode pembelajaran selama ini banyak bersifat konvensional, pembelajaran

masih berpusat pada guru, maka prestasi belajar siswa masih rendah karena

siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

3. Terdapat berbagai macam metode inquiry akan tetapi pada kenyatannya

inquiry belum dilaksanakan sesuai dengan karakternya.

4. Ada kecenderungan guru memperlakukan anak didik sebagai objek tanpa

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih mengembangkan diri,

sehingga mengakibatkan tidak bisa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

5. Keberhasilan belajar mengajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor terutama

faktor internal dan eksternal akan tetapi dalam praktiknya guru kurang

memperhatikan hal ini.

6. Dalam proses pembelajaran siswa hanya dikonsentrasikan untuk menguasai

isi, tanpa memperhatikan ketercapaian kompetensi yang harus dicapai

sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang optimal

7. Kemampuan awal merupakan faktor internal yang mempengaruhi

keberhasilan proses pembelajaran, namun hal tersebut belum diperhatikan oleh

guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.

8. Tingkat keingintahuan siswa merupakan faktor internal yang mempengaruhi

keberhasilan proses pembelajaran, namun hal tersebut belum diperhatikan oleh

guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.

9. Biologi belum diajarkan sesuai dengan karakteristiknya sehingga proses

pembelajaran kurang optimal dan mengakibatkan prestasi belajar siswa masih

belum optimal

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat mencapai sasaran, maka perlu

pembatasan masalah, pembatasan masalah dititik beratkan pada :

1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah inquiry terbimbing dan inquiry

bebas termodifikasi

2. Faktor internal yang akan ditinjau dalam penelitian ini adalah kemampuan

awal dan keingintahuan siswa yang dikelompokkan menjadi tinggi dan

rendah.

3. Materi pelajaran difokuskan pada pokok bahasan sistem respirasi

D. Perumusan Masalah

Dalam pembelajaran, banyak masalah yang dihadapi, akan tetapi dalam

penelitian ini hanya akan ditinjau pada pengaruh penerapan metode pembelajaran

inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi ditinjau dari kemampuan awal

dan keingintahuan siswa, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai

berikut sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan

inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi?

2. Adakah pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar

Biologi?

3. Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar

Biologi?

4. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal

siswa terhadap prestasi belajar Biologi?

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

5. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan

siswa terhadap prestasi belajar Biologi?

6. Adakah interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar Biologi?

7. Adakah interaksi antara metode dengan kemampuan awal dan tingkat

keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry

bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi.

2. Pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi.

3. Pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi.

4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal siswa

terhadap prestasi belajar Biologi.

5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar Biologi.

6. Interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap

prestasi belajar Biologi

7. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat

keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya

adalah:

1. Manfaat teoritis

a. Mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing

dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi ditinjau

dari kemampuan awal dan keingintahuan siswa.

b. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang tepat dan sesuai

dengan materi

c. Menjadi bahan pustaka bagi penelitian yang sejenis

2. Manfaat praktis

a. Menambah perbendaharaan tentang metode pembelajaran yang lebih

inovatif sehingga menarik perhatian siswa dan tidak membosankan.

b. Memberi masukan kepada guru untuk menggunakan metode pembelajaran

yang tepat.

c. Meningkatkan prestasi belajar siswa

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Ketika berkecimpung di dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang

pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang sanggat fundamental.

Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sanggat tergantung pada

proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik, baik ketika berada di

sekolah maupun di lingkungan keluarga.

Muhaibin Syah (2006: 89) dalam bukunya psikologi pendidikan

menyatakan bahwa “Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi proses belajar

dan hal-hal yang berkaitan dengannya kemungkinan akan mengakibatkan kurang

bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik”. Oleh karena itu,

pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan

manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik.

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses tindakan atau prilaku. Dalam kamus

umum bahasa Indonesia, secara etimologis belajar berarti berusaha memperoleh

kepandaian. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami,

mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Belajar menurut

Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 11) didefinisikan sebagai suatu proses

perubahan prilaku suatu organisme sebagai akibat pengalaman. Jadi dapat

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15 dikatakan bahwa dalam proses belajar, akan terjadi perubahan dan membutuhkan

waktu. Menurut Winkel (1996: 33) belajar adalah ”Suatu aktivitas mental atau

psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkunga yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan,

dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif, konstan, dan berbekas”.

Morgan dalam Ngalim Purwanto (1990: 84) mengemukakan “Belajar adalah

setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai

suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Belajar menurut Slameto (2003: 2)

adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruahn, sebagai hasil pengalamnya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Nana

Sudjana (1996:5) belajar adalah:

Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam beberapa bentuk. Seperti berubah pengetahuan, pemahaman sikap, dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Berdasarkan pendapat tentang pengertian yang telah diungkapkan di atas,

maka belajar dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh kepandaian

atau ilmu melalui latihan atau pengalaman serta ditandai dengan perubahan

tingkah laku. Perubahan tingkah laku terdiri dari perubahan kognitif yang meliputi

pengetahuan atau pemahaman. Perubahan secara afektif atau perubahan sikap dan

perubahan psikomotorik (ketrampilan). Dalam belajar, siswa tidak akan lepas

denan interaksi antar siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun siswa dengan

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16 guru. Kemampuan interaksi setiap individu akan mempengaruhi proses dan hasil

belajar yang bersangkutan dan membentuk kepribadian (Jack Conficld, 1992:27).

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan membelajarkan siswa menggunakan asas

pendidikan maupun teori belajar. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh proses

pembelajaran. “Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar

dilakukan oleh pendidik dan belajar dilakukan oleh peserta didik” (Syaiful Sagala,

2005: 61). Jadi untuk mencapai tujuan belajar dalam pembelajaran melibatkan

pendidik dan peserta didik. Pembelajaran memiliki dua karakteristik, pertama,

dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal,

bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat tetapi

menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir, kedua, dalam pembelajaran

membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang

diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa,

sehingga memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri. Jadi

pembelajaran menurut penelitian ini merupakan usaha untuk membantu siswa

mempelajari sesuatu hal yang baru secara interaktif, sehingga siswa mampu

membangun pengetahuannya.

2. Teori Belajar Yang mendukung Penelitian

Untuk menjelaskan proses belajar itu berlangsung, timbul berbagai teori.”

Setiap teori memberi penjelasan tentang aspek belajar tertentu dan tidak sesuai

dengan macam bentuk belajar” (Nasution; 2005: 131-132). Menurut Nasution

(2005:135) ”Kita tidak perlu memilih satu teori belajar tertentu bagi segala bentuk

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17 belajar, juga tidak perlu kita menolak teori tertentu”. Dengan demikian semua

teori belajar dapat memberi bantuan kepada guru dalam proses belajar mengajar.

”Belum diciptakan satu teori belajar yang mencakup semua bentuk belajar” (

Nasution; 2005: 131-132). Dalam penelitian ini digunakan beberapa teori belajar

diantaranya adalah:

a. Teori belajar Bruner

Jerome Bruner adalah seorang profesor psikologi dari Harvard University

di Amerika Serikat. Model instruksional kognitif dari Bruner dikenal dengan

belajar penemuan (discovery learning). Siswa hendaknya belajar melalui

kemampuannya untuk secara aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Sebagaimana ungkapan Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 103) berikut:

Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya menghasilkan hasil yang lebih baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Proses pencarian pengetahuan ini memiliki beberapa keunikan. Pertama,

pengetahuan tersebut dapat bertahan lama dalam ingatan siswa. Kedua, hasil

belajar penemuan mempunyai efek tranfser yang lebih baik, dalam artian konsep-

konsep atau prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif siswa lebih mudah

diterapkan pada situasi-situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan

meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.

Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk

menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain,

membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja keras terus

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18 menerus dalam rangka mencari jawaban dan melatih siswa untuk menganalisis

dan memanipulasi informasi.

Pada teorinya Bruner juga mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga

proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut antara lain

adalah 1) Memperoleh informasi baru; 2) Transformasi informasi; dan 3) Menguji

relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pendekatan Bruner terhadap belajar

berdasarkan dua asumsi. Asumsi yang pertama adalah bahwa orang memperoleh

pengetahuan merupakan proses interaktif. Asumsi yang kedua adalah orang yang

mengkonsruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk

dengan informasi sebelumnya. Jika aktivitas belajar dikaitkan dengan peranan

guru, maka akan terbentuk sebuah kegiatan pembelajaran yang efektif dan

menarik.

Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan,

pengetahuan tersebut perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu, agar

pengetahuan tersebut dapat diinternalisasi dalam pikiran orang tersebut. Proses

internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh jika pengetahuan yang

dipelajari itu melalui tiga tahap, yaitu: Pertama,tahap enaktif, yaitu suatu tahap

pembelajaran pengetahuan ketika pengetahuan itu dipelajari aktif, dengan

menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata. Kedua,

tahap ikonik, yaitu tahap pembelajaran pengetahuan ketika pengetahuan itu

dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual, gambar atau

diagram yang menggambarkan kegiatan konkrit. Ketiga, tahap simbolik, yaitu

suatu tahap pembelajaran ketika pengetahuan itu di presentasikan dalam bentu

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19 simbol-simbol abstrak, yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol verbal (misalnya

huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) maupun lambang-lambang abstrak yang

lain.

Kaitan teori belajar Bruner dengan penelitian ini adalah pada teori Bruner

pembelajaran yang baik adalah pembelajaran penemuan, dan pada penelitian ini

digunakan pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi

adalah pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menemukan suatu konsep

sendiri. Salah satu contoh pada pembelajaran sistem respirasi yang sesuai dengan

teori belajar Bruner yaitu untuk menemukan bahwa respirasi menghasilkan H2O

dan energi. Siswa diminta mengamati, menduga, dan menganalisis perubahan

yang terjadi pada dua erlenmeyer, erlenmeyer yang pertama berisi krupuk dan

kecambah, sedangkan erlenmeyer ke dua hanya berisi kerupuk. Masing-masing

erlenmeyer dilengkapi dengan termometer dan ditutup dengan kapas. Diamati

perubahan yang terjadi pada termometer dan krupuk setiap 5 menit selama 15

menit pada kedua erlenmeyer, kemudian siswa diminta menduga, menyelidiki,

dan menganalisis kenapa suhu pada erlemeyer pertama menjadi meningkat dan

krupuk yang ada di dalam erlenmeyer tersebut menjadi basah sedangkan pada

erlemeyer ke dua keadaan suhu dan krupuk masih tetap seperti keadaan semula

dan pada akhirnya siswa menemukan bahwa respirasi menghasilkan H2O dan

energi.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20 b. Teori belajar Ausubel

Salah satu teori belajar yang berprinsip bahwa pembelajaran akan lebih

bermakna bila siswa mengalami bukan mengetahui. Implikasi dari pembelajaran

ini adalah sesuatu yang harus dipelajari siswa baik itu pengetahuan atau

ketrampilan harus bermakna bagi siswa. Dengan demikian pengalaman belajar

baru akan masuk ke dalam memori jangka panjang dan akan menjadi pengetahuan

baru bila memiliki makna. Proses pembelajaran tidak hanya menyenangkan siswa

saat mempelajari materi (joyfull learning), tetapi juga bermanfaat bagi hidupnya

nanti. Sesuai dengan tujuan belajar dan pembelajaran sangat diharapkan

senantiasa mengaitkan pembelajaran dengan dunia nyata siswa.

Menurut Ausubel, ada dua jenis belajar, yaitu belajar bermakna

(meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna

adalah suatu proses penerimaan informasi baru yang dihubungkan dengan struktur

pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar, sedangkan belajar

menghafal adalah kegiatan belajar seseorang dengan memperoleh informasi baru

dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang

telah ia ketahui.

Belajar bermakna terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena

baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep,

yaitu belajar dengan menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu dan

perubahan konsep yang telah ada mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan

struktur konsep yang sudah dimiliki. Bila konsep yang cocok dengan fenomena

baru belum ada dalam struktur kognitif seseorang, informasi baru harus dipelajari

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21 melalui belajar menghafal. Dalam proses ini informasi yang baru tidak

diasosiasikan dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Berdasarkan

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang belajar dengan

mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema (konsep) yang telah dimiliki.

Dalam proses ini seseorang dapat mengembangkan skema yang sudah ada atau

dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengkontruksi sesuatu yang

siswa pelajari sendiri.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut

Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan

dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur

kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi

baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi

yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti

yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan.

Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak

teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi

Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 134) belajar dapat

diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan

cara informasi atau materi disajikan pada siswa, melalui penemuan atau

penerimaan. Belajar penerimaan menyajikan materi dalam bentuk final, dan

belajar penemuan mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau

seluruh materi yang diajarkan. Dimensi kedua berkaitan dengan bagaimana cara

siswa dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran pada struktur kognitif

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22 yang telah dimilikinya, ini berarti belajar bermakna. Akan tetapi jika siswa hanya

mencoba-coba menghafal informasi baru tanpa menghubungkan dengan konsep-

konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, maka dalam hal ini terjadi

belajar hafalan.

Kaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah pada teori belajar

Ausebel pembelajaran yang baik adalah belajar yang bermakna, dan pada

penelitian ini digunakan pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas

termodifikasi dan ditinjau dari kemampuan awal siswa, siswa mengalami sendiri

dalam menemukan konsep atau informasi, dan dalam menemukan konsep atau

informasi tersebut dikaitkan dengan kemampuan atau pengetahuan yang sudah

ada sehingga siswa yang memiliki kemampuan awal yang tinggi, karena konsep

atau informasi yang didapat sendiri akan bertahann lebih lama dan lebih

bermakna. Salah satu contoh pembelajaran yang sesuai dengan teori belajar

Ausubel adalah siswa memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kecepatan respirasi/pernapasan melalui percobaan dan pengamatan

dengan peralatan yang sederhana, sehingga siswa dapat mengaplikasikan

informasi yang diperoleh tersebut dalam kehidupan sehari-hari,

c. Teori Belajar Gagne

Menurut Gagne dalam Muhammad Surya (2003 : 60) ”Dalam

pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah

sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Dalam

pemrosen informasi terjadi antara kondisi internal dan eksternal”. Kondisi internal

adalah keadaan di dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23 pembelajaran dan proses kognitif yang terjadi dalam individu selama proses

belajar berlangsung. Sedangkan kondisi eksternal adalah berbagai rangsangan dari

lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Interaksi

antara kondisi internal dan eksternal akan menghasilkan hasil belajar.

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan

faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil

kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi

proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan

keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya

interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.

Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk

mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan

kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu

dalam proses pembelajaran (Akhmad Sudrajat http://www.bpk penabur.or.id/file/

09.0.pdf, diakses 02 Desember 2009/13.10 WIB)

Gagne mengemukakan lima kategori hasil belajar yang merupakan

keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia yang terdiri

atas informasi verbal, kecakapan intelektual, setrategi kognitif, dan kecakapan

motorik. Informasi verbal adalah kemampuan untuk menuangkan kemampuan

dalam bentuk bahasa yang memadahi sehingga dapat dikomunikasikan kepada

orang lain. Kemampuan ini diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dari kata-

kata yang diucapkan oleh seseorang, televisi, radio, dan media lainnya.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan

interaksi dengan lingkungan dengan menggunakan simbol-simbol. Kecakapan ini

menyangkut dalam hal membedakan (diskriminasi), konsep konkret, konsep

abstrak, aturan-aturan, dan hukum-hukum. Strategi kognitif merupakan organisasi

ketrampilan internal yang diperlukan dalam belajar, mengingat, dan berpikir agar

terjadi aktivitas yang efektif. Sikap merupakan hasil pembelajaran yang berupa

kecakapan individu untuk berbagai tindakan yang akan dilakukan. Kecakapan

motorik adalah hasil pembelajaran yang berupa pergerakan yang dikontrol oleh

otot dan fisik.

Berdasarkan teori belajar Gagne ini, belajar juga dapat merupakan usaha

positip dari individu agar terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan

yang dimaksud oleh Gagne adalah perubahan mengenai segala aspek kepribadian,

yang meliputi penambahan pengetahuan, sikap kebiasaan, kecakapan-kecakapan,

minat, penyesuaian diri terhadap lingkungan, dan sebagainya. Perubahan-

perubahan tersebut terjadi melalui pengalaman atau latihan-latihan.

Dalam pembelajaran Biologi perlu menggunakan media yang ada di

lingkungan siswa. Pembelajaran Biologi tidak bisa dilepaskan dari peristiwa alam,

sehingga berdasarkan teori belajar Gagne pembelajaran Biologi akan menjadi baik

apabila dilakukan sesuai dengan karakteristiknya. Biologi merupakan

pembelajaran yang bersifat abstrak untuk itu harus diubah menjadi sesuatu yang

bersifat nyata. Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran inquiry,

sehingga siswa akan menemukan konsep/informosi sendiri. Salah satu contoh

pembelajaran sistem respirasi pada penelitian ini yang sesuai dengan teori belajar

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25 Gagne adalah ketika siswa melakukan kegiatan untuk menemukan konsep

masuknya udara pernapasan ke dalam paru-paru melaui kegiatan eksperimen.

d. Teori Belajar Jean Piaget

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan

teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini

biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan

kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar,

yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.

Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri

tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori

motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).

Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Ratna

Wilis Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun

dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan

informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali

struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut

mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang

lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok

dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok

dengan rangsangan itu (Paul Suparno, 1996: 7).

Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh

secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan

kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26 berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri

merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak seimbangan dan

keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61) dalam http://wahib-dr.com/teori-

belajar-konstruktivisme.html, diakses 03 Desember 2009/jam 13.10 Berdasarkan

pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami

bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu

berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.

Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 152) setiap individu

mengalami perkembangan intelektual yaitu: 1) Sensori motor (0-2 tahun), 2) Pra

operasional (2-7 tahun), 3) Operasional konkrit (7-11 tahun), dan 4) Operasional

formal (11 tahun ke atas).

Kaitan teori belajar Piaget dengan penelitian ini adalah dalam penelitian

ini metode pembelajaran yang digunakan adalah inquiry dan sampel yang

digunakan adalah siswa kelas XI SMA, siswa SMA rata-rata berumur 17-18

tahun, pada usia ini anak mengalami tahapan perkembangan intelektual

operasional formal. Menurut Piaget dalam Astri Budianingsih (2005: 39) dalam

tahapan operasional formal anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan

mengacu pada pola berpikir ”kemungkinan”. Anak pada tahapan ini sudah

memiliki metode berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive

dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan, dan mengembangkan

hipotesis.

Piaget dalam Astri Budianingsih (2005: 39) menyebutkan bahwa pada

tahap operasional formal anak sudah dapat: 1) Bekerja secara efektif dan sistemis,

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27 2) Menganalisis secara kombinasi, 3) Berpikir secara proposional, dan 4) Menarik

generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Dalam penelitian ini digunakan

metode pembelajaran inquiry, metode pembelajaran inquiry adalah metode

pembelajaran induktif, menurut Trowbridge, Bybee, dan Sund dalam Ratna Wilis

Dahar (1989: 43) ”Inquiry adalah proses menemukan dan menyelidiki masalah-

masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, menggumpulkan data,

dan menarik kesimpulan tentang pemecahan masalah”. Berdasarkan uraian

tersebut di atas, maka metode inquiry cocok digunakan untuk siswa SMA kelas

XI dan sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget, selain metode

pembelajaran yang digunakan media yang digunakan siswa untuk membantu

dalam menmukan konsep dan informasi juga sesuai dengan pola berpikir anak,

dalam hal ini anak usia SMA sudah mampu berpikir abstrak dan logis.

3. Metode Pembelajaran Inquiry

a. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang dilakukan oleh guru

untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran. Menurut Winarno Surakhmad

(1190: 96) ”Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk

mencapai tujuan”. Dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan, guru dituntut

untuk memiliki kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat.

Kemampuan tersebut sangat diperlukan oleh guru sehingga guru dalam

menyajikan materi pembelajaran dapat lebih efektif dan efisien. Sedangkan

menurut Dick dan Cary (1990: 1) ”Metode pembelajaran adalah suatu metode

dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga sasaran didik

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28 dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan”.

Menurut Hasibuan dan Moedjono (200: 3) metode mengajar merupakan bagian

dari alat dan cara pelaksanaan suatu pembelajaran.

Metode mengajar dapat juga disebut teknik penyajian. Adapun teknik

penyajian menurut Roestiyah (2001: 1) adalah ”Suatu pengetahuan tentang cara-

cara mengajar yang dipergunakan guru atau instruktur”. Pengertian lain masih

menurut Roestiyah (2001: 1) teknik penyajian ialah ”Teknik yang dikuasai guru

untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas

agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa

dengan baik”. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa

metode pembelajaran merupakan pengetahuan mengenai cara-cara yang

digunakan oleh guru atau instruktur dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila guru mampu memilih metode

yang tepat. Dengan metode yang tepat siswa dapat belajar secara efektif dan

efisien sehingga mengenai pada tujuan yang diharapkan. Ada beberapa metode

pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran

salah satunya adalah metode pembelajaran inquiry.

b. Pengertian Metode Pembelajaran Inquiry

Metode pembelajaran inquiry memungkinkan siswa terlibat secara aktif

menggunakan proses fisik maupun mental dalam proses pembelajaran. Metode

pembelajaran ini merupakan metode pembelajaran yang dapat dipilih dalam

proses kegiatan belajar mengajar terutama IPA Biologi, mengingat dalam proses

belajar mengajar diperlukan suatu bentuk kegiatan yang dapat mengubah siswa

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29 untuk dapat menemukan suatu konsep melalui kreatifitas secara langsung. Inquiry

berasal dari bahasa Inggris yang berarti menyelidiki atau menanyakan tentang

sesuatu.

Upaya melakukan penyelidikan dalam rangka memecahkan suatu masalah

berarti metode pembelajaran inquiry adalah suatu metode pembelajaran yang

menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk dapat

menemukan konsep-konsep dan prinsip melalui proses mentalnya. Proses mental

yang dilakukan misalnya: mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga, dan

mengambil kesimpulan. Proses pembelajaran dengan metode inquiry guru lebih

banyak menempatkan diri sebagai pembimbing dan fasilitator belajar baik secara

kelompok maupun perseorangan. Proses pembelajaran dengan metode inquiry

memberikan kesempatan luas kepada siswa yang merupakan prasyarat bagi siswa

untuk berlatih mandiri.

Ada beberapa definisi berkaitan dengan metode Inquiry antara lain

Trowbridge, Bybee, dan Sund dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 43) memberikan

bahasan inquiry sebagai berikut: ”Inquiry adalah proses menemukan dan

menyelidiki masalah-masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen,

menggumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang pemecahan masalah”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk mendapatkan

kesimpulan dari suatu masalah harus melalui beberapa tahapan-tahapan ilmiah.

Margono (1995: 51) mengemukakan bahwa Inquiry adalah suatu metode dalam

pembelajaran yang menempatkan siswa secara bebas memilih atau mengatur

obyek belajarnya. Menurut webster dalam Good and Brophy (1997: 193) “Inquiry

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30 adalah the act or an instance of seeking truth, information or knowledge about

something of asking for information”, yang maknanya adalah pembelajaran

Inquiry merupakan suatu tindakan atau keadaan dalam mencari kebenaran,

keterangan atau pengetahuan tentang suatu hal untuk mendapatkan infromasi atau

pemahaman.

Menurut Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 43) pembelajaran

discovery mempunyai relevansi untuk pembelajaran Inquiry. Hal ini disebabkan

adanya strategi yang serupa, kedua-duanya menekankan pentingnya proses

kognitif siswa untuk mengungkap arti sesuatu yang dijumpai dalam

lingkungannya. Dalam proses pembelajaran sama-sama berpusat pada siswa,

siswa tidak hanya belajar konsep dan prinsip dari suatu materi pembelajaran,

namun juga melatih rasa tanggung jawab, komunikasi sosial, rasa puas dalam

belajar, dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Pendapat lain,

menurut Muhammad Ali (2000: 86) mengatakan “Metode Inquiry dan discovery

pada dasarnya dua metode pembelajaran yang saling berkaitan. Inquiry artinya

penyelidikan, sedangkan discovery adalah penemuan”. Berdasarkan pernyataan

tersebut dapat disimpulkann melalui penyelidikan akhirnya memperoleh suatu

penemuan. Bahkan dengan penekanan pentingnya proses kognitif maka ada juga

yang menterjemahkan dari “Many consider inquiry to be synonyms with

discovery, inductive teaching, revlektive and problem solving”. Yang maksudnya

adalah banyak orang menganggap bahwa inquiry identik dengan discovery,

pengajaran induktif, pengajaran reflektif, dan pemecahan masalah (Kindsvateter

R, Wiliam W Margaret Ishler,1996: 258).

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Ciri utama metode inquiry adalah guru menyajikan bahan pelajaran tidak

dalam bentuk jadi, tetapi siswalah yang diberikan peluang untuk mengadakan

penelaahan dan menemukan sendiri jawabannya melalui teknik pemecahan

masalah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dimnyati (1999: 173), bahwa “Tujuan

utama inquiry adalah mengembangkan ketrampilan intelektual, berpikir kritis, dan

mampu memecahkan masalah secara ilmiah”.

Berdasarkan berbagai definisi dan ciri-ciri metode pembelajaran inquiry di

atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran inquiry adalah merupakan

metode pembelajaran yang menitik beratkan pada upaya pemecahan masalah,

sehingga siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi agar menemukan

konsep mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk guru berupa pertanyaan-

pertanyaan yang mengarah pada pencapain tujuan pembelajaran.

Inquiry adalah sebuah sistem atau cara dalam melihat sebuah pengetahuan

atau hal baru. Cara pandang Inquiry membantu pengembangan pola dan cara

berfikir yang akan terus bertahan dan berkembang dalam perjalanan siswa sebagai

pembelajar. Apabila cara berfikir tersebut sudah menjadi cara berfikir siswa, maka

siswa akan menjadi pemikir yang kreatif dan pribadi yang mampu memecahkan

masalah. Mengacu pada UUSPN No. 20 tahun 2003 manyatakan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang

dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat

meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32 mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan

konsep yang baik terhadap materi pelajaran.

Upaya pembelajaran yang dikembangkan diharapkan mempunyai berbagai

macam karakteristik. Karakteristik tersebut antara lain: dalam proses

pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya

menuntut siswa sekedar untuk mendengar dan mencatat saja, akan tetapi

menghenadaki aktivitas siswa dalam berfikir, kemudian pembelajaran dibangun

dengan suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan

untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada

giliriannya kemampuan berfikir tersebut dapat membantu siswa untuk

memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Pembelajaran dengan metode inquiry sebagai suatu metode pembelajaran

penyelidikan yang mengembangkan cara berfikir ilmiah, menempatkan siswa

lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan keaktifan siswa dalam memecahkan

masalah. Peran guru dalam proses pembelajaran ini adalah membimbing dan

sekaligus sebagai fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih dan

mengarahkan masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan

bersama antar siswa sendiri.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Inquiry

Ada beberapa pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran dengan

metode inquiry. Secara garis besar prosedur pelaksanaan pembelajaran inquiry

menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:22) adalah sebagai berikut:

1).Stimulation: guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33 anak didik membaca ataupun mendengarkan uraian yang membuat persoalan, 2)

Problem statement: memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi

berbagai persoalan, 3) Data collection: perngumpulan berbagai informasi yang

relevan, membaca literatur, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber

atau melakukan uji coba sendiri dan lain-lain oleh siswa, 4) Data prossesing:

pengolahan, pengacakan, pengklasifikasian, pentabulasian bahkan penghitungan

data pada tingkat kepercayaan tertentu, 5) Verification atau pembuktian:

pembuktian dari hipotesis atau pernyataan yang telah dirumuskan berdasarkan

hasil pengolahan informasi yang telah ada, 6) Generalization: berdasarkan hasil

verifikasi, siswa menarik kesimpulan atau genaralisasi tertentu

Kindsvatter, Wilen, dan Ishler dalam Paul Suparno (1996: 66)

menjabarkan langkah-langkah Inquiry yaitu; 1) Identifikasi dan klarifikasi

persoalan, 2) Membuat hipotesis; 3) Mengumpulkan data; 4) Menganalisis data,

dan 5) mengambil kesimpulan. Menurut Joyce and Weil (2000: 179-181)

langkah-langkah pembelajaran adalah: 1) Menghadapi masalah dengan cara guru

menyajikan situasi problematik dan menjelaskan prosedur Inquiry kepada para

siswa; 2) Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu informasi yang dilihat

dan dialami obyek (situasi problematik); 3) Pengumpulan data dan

eksperimentasi, para siswa diperkenalkan dengan elemen baru ke dalam situasi

yang berbeda dengan menyusun hipotesis hubungan kausal; 4) Memformulasikan

penjelasan.

Disisi lain Burden dan Byrd (1999: 104) berpendapat bahwa pembelajaran

Inquiry dibagi menjadi empat komponen yaitu: 1) Melontarkan masalah

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34 dihadapan siswa untuk menstimulasi dan memotivasi siswa; 2) Merumuskan

hipotesis; 3) Siswa mengumpulkan data untuk menyelesaikan masalah; 4) Siswa

menganalisa data dan membandingkan dengan hipotesis.

Menurut Margono (1989: 53) pembelajaran Inquiry dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Siswa dirangsang oleh guru dengan

permasalahan, pernyataan, pertanyaan permainan, teka-teki dan gambar; 2) Siswa

diminta menentukan langkah mencari dan mengumpulkan informasi yang

diperlukan secara individual maupun kelompok; 3) Siswa mencoba merumuskan

pemecahan masalah; 4) Siswa menyusun prosedur.

d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inquiry

Setiap metode pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan dan

kelemahan masing-masing. Pada metode pembelajaran inquiry siswa dirancang

untuk menemukan sendiri konsep ilmu yang akan dipelajari sehingga diharapkan

dari penemuan sendiri suatu konsep oleh siswa selain lebih mudah dimengerti dan

diingat, juga dapat menumbuhkan motivasi intrinsik siswa karena siswa merasa

puas atas hasil dari penemuan mereka. Metode pembelajaran ini membutuhkan

waktu yang cukup banyak, karena dalam prosesnya siswa dihadapkan pada

permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan dengan cara mengumpulkan

data dan informasi dari berbagai sumber serta melakukan uji coba sendiri. Apabila

selama proses penemuan konsep kurang terbimbing atau kurang terarah, maka

akan terjadi kekacauan dan kekaburan atas konsep yang dipelajari.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35 1) Kelebihan Metode Pembelajaran Inquiry

Menurut Moh. Amien (1987: 18) kelebihan dari pembelajaran ini antara

lain: a) Dapat membentuk dan mengembangkan “self concep” pada diri siswa

sehingga siswa dapat mengerti dan memahami dengan baik konsep dasar dan ide-

ide yang lebih banyak; b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan trasnfer

pada situasi-situasi proses belajar baru; c) Mendorong siswa untuk berfikir dan

bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap jujur, obyektif dan terbuka; d)

Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri; e)

Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik.

Menurut Jerome Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 103)

menyebutkan beberapa kelebihan metode inquiry adalah: a) Pengetahuan lebih

tahan lama untuk diingat, atau mudah diingat, bila dibandingkan dengan

pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain; b) Hasil belajar inquiry

mempunyai efek transfer yang sangat baik, daripada hasil belajar lainnya; c)

Dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas;

d) Dapat melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan

masalah tanpa pertolongan orang lain; e) Dapat membangkitkan keingintahuan

siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-

jawaban yang sesuai

2) Kelemahan Metode Pembelajaran Inquiry

Disamping beberapa kelebihan yang telah utarakan di atas, berikut

merupakan beberapa kelemahan yang dimiliki oleh metode pembelajaran inquiry.

Menurut Moh Amien (1987: 18) kelemahan pembelajaran dengan menggunakan

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36 metode inquiry antara lain: a) Tidak semua guru atau siswa mampu menggunakan

metode ini, tanpa bimbingan fasilitas dan sumber fasilitas yang memadai; b) Jika

jumlah siswa banyak, tugas guru dalam membimbing dan mengawasi menjadi

lebih berat; c) Siswa yang gagal menyelesaikan tugasnya akan merasa frustasi

Menurut Momi Sahroni dalam Tantyo Hatmono dalam Tarono (2006: 36)

kelemahan dari metode inquiry adalah:a) Kesukaran untuk mengerti tanpa suatu

dasar pengetahuan faktual, dimana pengetahuan itu secara efisien diperoleh

dengan pengajaran deduktif; b) Ada kemungkinan hanya siswa pandai yang

terlibat secara aktif dalam pengembangan prinsip umum dan sebagian besar siswa

diam, pasif sambil menunggu adanya siswa yang menyatakan aturan umum

tersebut; c) Suatu keluhan umum bahwa metode inquiry memerlukan waktu

banyak, sedangkan waktu di sekolah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

dalam kurikulum; d) Tidak mungkin siswa diberi kesempatan sepenuhnya untuk

membuktikan secara bebas semua yang dipermasalahkan.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang kelebihan dan kelemahan yang

telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal dari kelebihan metode

pembelajaran inquiry antara lain: siswa akan terlihat lebih aktif, terlatih untuk

berfikir kritis dan bersikap ilmiah, dan belajar untuk menemukan konsep-konsep

sesuai dengan tingkat pengetahuannya. Sedangkan beberapa kelemahan metode

inquiry antara lain: dalam pelaksanannya membutuhkan waktu yang banyak,

membutuhkan kerja keras dan kesadaran dari seluruh siswa dan membutuhkan

kesabaran yang kuat untuk memperoleh suatu konsep.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37 e. Macam-Macam Metode Pembelajaran Inquiry

Menurut Margono (1989: 52) bahwa dilihat besar kecilnya informasi dari

guru kepada siswa dalam proses pembelajaran, metode inquiry dibedakan menjadi

tiga kelompok, yaitu: 1) Inquiry terpimpin/terbimbing, 2) Inquiry bebas, dan 3)

Inquiry bebas yang dimodifikasi. Dari ketiga jenis inquiry ini yang digunakan

dalam penelitian ini adalah inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi.

4. Inquiry Terbimbing (Guided Inquiry)

Salah satu pengembangan kemampuan “inquiry” pada diri siswa melalui

pengajan science dapat dilukiskan dengan kegiatan guided inquiry. Menurut Moh.

Amien (1979: 15) “Istilah “guided inquiry” digunakan apabila di dalam kegiatan

“inquiry” guru menyediakan bimbingan/ petunjuk yang cukup luas kepada siswa,

sebagian perencanaan dibuat oleh guru”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa guided inquiry atau inquiry terbimbing adalah kegiatan

pembelajaran penemuan, permasalahan/problem diberikan oleh guru. Siswa tidak

merumuskan problema. Petunjuk yang cukup luas tentang cara menyusun dan

mencatat diberikan oleh guru.

Guru menyajikan bimbingan/petunjuk yang cukup luas kepada siswa.

Sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah.

Petunjuk yang luas dari guru biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang

sifatnya membimbing. Pertanyaan atau permasalahan yang akan dipecahkan oleh

siswa disusun oleh guru dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Dalam pelaksanaanya

guru masih dapat membantu siswa agar dapat menyimpulkan sendiri hasil

belajarnya.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Menurut Moh. Amien (1979: 15-16) Pada umumnya suatu “guided

inquiry” terdiri dari: a. Pernyataan problema: problema untuk masing-masing

kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa; b Prinsip

atau konsep yang diajarkan: prinsip-prinsip dan/atau konsep-konsep yang harus

ditemukan oleh siswa melalui kegiatan, harus ditulis dengan jelas dan tepat; c.

Alat/Bahan: alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa

untuk melakukan kegiatan; d. Diskusi pengarahan : berupa pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum para siswa

melakukan kegiatan “inquiry”; e. Kegiatan inquiry: kegiatan metoda “inquiry”

oleh siswa berupa kegiatan percobaan/penyelidikan yang dilakukan oleh siswa

untuk menemukan konsep-konsep dan/atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan

oleh guru; f. Proses berpikir siswa: proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan

tentang “mental operation: siswa yang diterapkan selama kegiatan berlangsung; g.

Pertanyaan yang bersifat “open-ended”: harus berupa pertanyaan yang mengarah

ke pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh

siswa; h. Catatan guru : catatan guru berupa catatan-catatan lain yang meliputi:

penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan/pelajaran,

isi/materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan, faktor-faktor variabel yang

dapat mempengaruhi hasil-hasilnya.

5. Inquiry Bebas Termodifikasi (Modified Free Inquiry)

Metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi merupakan suatu

kegiatan inquiry bebas tetapi dalam penemuan masalahnya diberikan oleh guru.

Pada metode pembelajaran ini guru memberikan masalah tersebut melalui

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39 pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban dan

siswa harus didorong untuk memecahkan masalah dalam kerja kelompok atau

perorangan. Metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi memiliki kelebihan

dan kekurangan.

Kelebihan dari metode pembelajaran ini diantaranya: a. Membantu

perkembangan berfikir siswa, terutama dalam memproses menentukan bermacam-

macam keterangan; b. Siswa memperoleh penemuan tentang konsep dasar dan

ide-ide yang baik; c. Siswa terdorong untuk berfikir secara bebas terbuka sehingga

akan memberikan kepuasan kepada dirinya sendiri; siswa terdorong untuk berpikir

dan bekerja atas prakarsa sendiri. Sedangkan kelemahannya adalah: a) Siswa

yang motivasinya kurang dalam hal pengumpulan data dan keterangan hasilnya

akan kurang memuaskan; dan b. Siswa masih kurang inisiatif untuk mendapatkan

data, karena kurang pengalaman. c. Strategi pembelajaran ini memerlukan waktu,

tenaga, dan biaya yang banyak.

Pada penelitian ini digunakan pembelajaran dengan metode inquiry

terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi. Proses pembelajaran dengan metode

imquiry terbimbing siswa diarahkan pada proses berpikir dan memecahkan

masalah dengan cara problem solving, artinya siswa dihadapkan pada

permasalahan yang belum diketahui jawabannya. Untuk memperoleh jawaban dari

masalah tersebut perlu diperoleh melalui suatu percobaan, observasi, maupun

studi pustaka dan ditemukan hasilnya berupa konsep dan prinsip yang benar-benar

masih baru. Sedangkan pada proses pembelajaran inquiry bebas termodifikasi

siswa diberi suatu permasalahan terlebih dahulu, selanjutnya siswa diberi

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40 kesempatan yang luas untuk menemukan masalah yang tujuannya telah

dirumuskan oleh guru.

6. Kemampuan Awal Siswa

a. Pengertian Kemampuan Awal

Proses pembelajaran guru akan selalu berinteraksi dengan siswa. Siswa

merupakan individu yang belajar yang mempunyai karakteristik sendiri-sendiri,

sehingga dalam melaksanakan kewajibannya tidak bisa memperlakukan sama

antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Perbedaan individu salah

satunya adalah kemampuan belajar siswa. Perbedaan ini akan membuat tingkat

penguasaan materi pelajaran yang berbeda pula. Hal ini dapat diasumsikan bahwa

siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi cenderung hasil belajar yang

dicapai juga tinggi sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal kurang akan

mengalami sedikit kesulitan dalam menerima materi pelajaran.

Kemampuan awal merupakan prasyarat yang diperlukan siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran dan diperlukan guru dalam menentukan tujuan

pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (2005: 150) yang

menyatakan bahwa tingkah laku awal itu menyangkut suatu kemampuan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional (prasyarat). Pada awal proses

pembelajaran, siswa belum mempunyai kemampuan yang dijadikan tujuan

instruksional dari interaksi guru dan siswa, bahkan terdapat suatu jurang antara

tingkah laku siswa pada awal proses pembelajaran harus menjembatani jurang itu.

Setiap proses pembelajaran mempunyai titik tolaknya sendiri atau

berpangkal pada kemampuan siswa tertentu (tingkah laku awal) untuk

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41 dikembangkan menjadi kemampuan baru, sesuai dengan tujuan instruksional.

Oleh karena itu keadaan siswa pada awal proses pembelajaran tertentu

mempunyai relevansi terhadap penentuan, perumusan dan pencapaian tujuan

instruksional (tingkah laku akhir).

Menurut Poerwadarminta (1994: 620), kemampuan berarti kesanggupan

melakukan sesuatu, sedangkan awal adalah mulai/pertama. Berdasarkan arti

tersebut kemampuan awal adalah suatu keadaan yang berupa kemampuan yang

terdapat sebelum proses belajar mengajar berlangsung dimulai, namun dapat

berperanan terhadap proses tersebut. Kemampuan awal merupakan dasar atau

bekal untuk memperoleh pengetahuan baru yang lebih tinggi tingkatnya, sehingga

dalam melakukan segala aktivitas kemampuan awal siswa akan berpengaruh

terhadap keberhasilan aktivitas yang dilakukan sebelumnya.

b. Cara Mengukur Kemampuan Awal

Menurut Abdul. Gafur (1982: 60) langkah-langkah untuk mengetahui

karakteristik siswa, kemampuan awal ada dua cara. Cara pertama adalah dengan

menggunakan catatan yang tersedia. Dokumen yang dimaksud adalah Surat Tanda

Tamat Belajar (STTB), nilai tes intelegensi, serta nilai tes masuk. Dan cara kedua

dengan menggunakan prasyarat dan tes awal atau pre-requisite tes dan pre-tes.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal

dapat diukur dengan tes tertentu dan hasilnya dapat digunakan oleh guru untuk

menentukan strategi pembelajarannya. Kemampuan awal dapat diperoleh dari

hasil tes yang terdokumentasi atau tes awal. Dalam penelitian ini diadakan tes

kemampuan awal tentang konsep Sistem Respirasi yang disusun sendiri

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42 berdasarkan silabus. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, soal tersebut

diuji cobakan dahulu kemudian dianalisis mengenai reliabilitas, validitas, dan

daya pembeda.

7. Keingintahuan Siswa

a. Pengertian Keingintahuan Siswa

Keingintahuan tidak lepas dari kata keinginan yang didefinisikan sebagai

dorongan nafsu, yang tertuju pada suatu benda tertentu, atau yang kongrit.

Keinginan yang dipraktikkan dapat menjadi kebiasaan. Sedangkan keinginan

tertentu yang dapat diulang-ulang disebut dengan hasrat (Agus Sujanto, 2004: 86).

Dengan demikian keingintahuan dapat diartikan sebagai dorongan nafsu untuk

mengetahui suatu benda tertentu. Keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu

obyek disebut dengan minat (Djemari Mardapi, 2004: 16).

Keingintahuan atau Curiosity merupakan salah satu aspek yang bersifat

kondisional bagi pengembangan siswa. Keingintahuan ini bahkan merupakan jiwa

dan hakekat budaya belajar. Tanpa rasa ingintahu, siswa akan kehilangan motivasi

belajar dan akhirnya tidak akan pernah belajar. Siswa yang memiliki

keingintahuan tinggi akan selalu ingin tahu segala hal. Di dalam kelas siswa akan

sering mengajukan pertanyaan bila diberi kesempatan. Di luar kelas siswa yang

termasuk kategori ini kelihatan selalu menginginkan sesuatu yang lebih dari apa

yang sudah diterima.

Keingintahuan dapat diartikan sebagai keinginan untuk tahu. Keinginan

adalah dorongan nafsu untuk menuju ke suatu hal yang kongkrit, sehingga

keinginan untuk tahu adalah dorongan untuk mengetahui suatu hal yang kongrit.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43 Menurut Oemar Hamalik (2002: 159-160) keadaan selalu ingin tahu merupakan

salah satu komponen dalam dari motivasi. Siswa yang memiliki keingintahuan

yang tinggi akan sangat sensitif terhadap rangsangan yang mengenainya. Dalam

kelas siswa seperti ini akan tampak dari antusiasmenya mengikuti pembelajaran

dan banyaknya dia mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan merupakan

eksplorasinya terhadap lingkungan dan rangsangan yang datang padanya. Menurut

Suharsimi Arikunto (1998: 81) Siswa dengan keingintahuannya yang tinggi akan

bersikap positif terhadap pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, karena siswa

akan mengangap bahwa pembelajaran itu merupakan hal yang baru yang harus

diketahuinya dan bisa menjawab ketidaktahuannya.

b. Cara Mengukur Keingintahuan Siswa

Untuk mengetahui tingkat keingintahuan siswa, maka guru dapat

mengukurnya dengan angket yang diisi siswa. Menurut Ridwan (2004 : 94),

angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia

memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Sedangkan

angket sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu angket terbuka (tidak terstruktur) dan

tertutup (terstruktur). Angket terbuka memungkinkan responden memberikan

respon sesuai dengan keadaan dan kehendaknya, sedangkan angket tertutp

responden diminta untuk memilih respon yang ditawarkan oleh peneliti. Dalam

penelitian ini digunakan angket tertutup dengan empat pilihan jawaban.

Berdasarkan teori tersebut tinggi, maka diharapkan siswa yang keingintahuan

tinggi memiliki prestasi tinggi.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44 8. Prestasi Belajar

Syaiful Bachri (1994: 23) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah

sesuatu yang diperoleh dari suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan dalam

individu, sedangkan Muhibin Syah (1995: 141) mengungkapkan bahwa “Prestasi

belajar adalah alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf

keberhasilan proses belajar mengajar”. Menurut Winkel (2005: 61) prestasi

belajar boleh jadi merupakan kemampuan baru boleh juga merupakan

penyempurnaan atau pengembangan dari suatu kemampuan yang telah dimiliki.

Sedangkan menurut Slameto (2003:23) prestasi belajar adalah penilaian hasil

usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf

maupun hal yang lain yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh

setiap anak dalam periode tertentu. BNSP (2006:26), menunjukkan bahwa

“Prestasi belajar merupakan ketuntasan belajar”. Ketuntasan belajar setiap indiator

yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%.

Kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator. Satuan pendidikan harus

menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat

kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung

dalam menyelengarakan pembelajaran. Jadi, prestasi belajar adalah tingkat

kecakapan/keberhasilan yang diperoleh siswa berkat pengalaman dan lain-lain

yang diikutinya mealui proses belajar mengajar meliputi aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Hal ini senada dengan pendapat Nana Sudjana (2001: 3) yang

menyatakan bahwa”Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku yang

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik”.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45 a. Bidang Kognitif

Anderson dan Krathwohl (2001) dalam Ella Yulaelawati (2005: 71)

menyebutkan ranah/bidang kognitif terdiri dari enam tingkatan diantaranya: 1)

Mengingat, 2) Memahami, 3) Menerapkan, 4) Menganalisis, 5) Menilai, dan 6)

Menciptakan

b. Bidang Afektif

Martinis Yamin (2003: 32), menyatakan bahwa ”Tujuan afektif terdiri dari

yang paling sederhana yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang

komplek yang merupakan faktor internal seseorang seperti kepribadian dan hati

nurani”. Bidang afektif mencakup penilaian yang berkenaan dengan perasaan,

minat, keinginan, dan penghargaan ketika siswa dihadapkan pada objek tertentu.

c. Bidang Psikomotorik

Kawasan psikomotorik menurut Martinis Yamin (2003: 37), adalah

”Kawasan yang berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan

dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf

dan otot”. Jadi hasil belajar psikomotorik dalam bentuk ketrampilan (skill) dan

kelompok bertimdak individu. Aspek psikomotorik terdiri dari: 1) Meniru

(perception), 2) Menyusun (manipulating), 3) Melakukan dengan prosedur

(precition), 4) Melakukan dengan aktif dan benar (articulation), dan 5)

Melakukan tindakan alami (naturalization).

Penilaian mengukur perkembangan dan kemajuan siswa yang menyangkut

dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan dalam kurikulum. Proses

pembelajaran berhasil atau tidak dapat diketaahui melalui evaluasi oleh guru.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Evaluasi mengandung unsur mengukur (measurement) dan tidak mengukur (non measurement) atau menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Menilai adalah mengambil sesuatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, penilaian bersifat kualitatif (Endang Supartini, 2001)

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil evaluasi dapat dilakukan perbaikan terhadap metode

pengajaran, sarana, prasarana maupun bahan yang akann disampaikan. Tinggi

rendahnya prestasi belajar menunjukkan efektif atau tidaknya pembelajaran yang

diikuti oleh siswa. Kesimpulan yang diambil adalah prestasi belajar merupakan

hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan dan mengikuti proses

pembelajaran selama kurun waktu tertentu.

9. Sistem Respirasi

Bernapas adalah proses memasukkan dan mengeluarkan udara dari paru-

paru. Respirasi adalah proses penggunaan oksigen di dalam sel untuk

menghasilkan energi. Pada akhir proses ini, dihasilkan limbah berupa gas

karbondioksida. Gas tersebut akan dibawa darah ke paru-paru.

a. Sistem Respirasi Manusia

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang

digunakan untuk pertukaran gas. Sistem respirasi manusia termasuk sistem

respirasi tidak langsung. Respirasi tidak langsung adalah respirasi di mana

pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada alat-alat pernapasan atau

respirasi. Alat-alat pernapasan atau respirasi ialah rongga hidung, faring,

tenggorokan, bronkus; bronkiolus, dan alveolus. Berikut ini adalah uraian setiap

organ pernapasan atau respirasi tersebut.

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47 1) Hidung

Hidung merupakan organ pernapasan yang letaknya paling luar, berfungsi

untuk menghirup udara. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-

rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi menyaring udara yang masuk

dari debu atau benda lainnya. Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian

suhu dan kelembapan udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak

terlalu kering ataupun terlalu lembap. Selain sebagai organ pernapasan, hidung

juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan

tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gasgas beracun atau berbau

busuk. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke tenggorokan.

2) Faring

Dari rongga hidung udara yang hangat dan lembab selanjutnya masuk ke

faring. Faring adalah suatu saluran yang menyerupai tabung sebagai

persimpangan tempat lewatnya makanan dan udara. Faring terletak di antara

rongga hidung dan kerongkongan. Pada bagian ujung bawah faring terdapat

Gambar.2.1. Alat pernapasan manusia (http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf)

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

katup yang disebut epiglotis. Epiglotis merupakan katup yang mengatur agar

makanan dari mulut masuk ke kerongkongan, tidak ke tenggorokan. Pada saat

menelan, epiglotis menutup laring. Dengan cara ini, makanan atau cairan

tidak bisa masuk ke tenggorokan

3) Pangkal Tenggorokan (Laring)

Setelah melewati hidung, udara masuk menuju pangkal tenggorokan (laring)

melalui faring. Faring terletak di hulu tenggorokan dan merupakan

persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan dan rongga hidung ke

tenggorokan. Setelah melalui laring, udara selanjutnya menuju ke batang

tenggorokan (trakea). Pada batang tenggorokan ini terdapat suatu katup

epiglotis. Katup ini bekerja dengan cara membuka jika bernapas atau

berbicara dan menutup pada saat menelan makanan. Adanya katup tersebut,

udara akan masuk ke paru-paru dan makanan akan menuju lambung. Di

bawah epiglotis, terdapat pita suara. Ketika udara melewati pita suara, pita

suara akan bergetar dan menghasilkan suara.

4) Batang Tenggorokan (Trakea)

Batang tenggorokan tersusun dari cincin-cincin tulang rawan dan terletak di

depan kerongkongan. Batang tenggorokan memanjang dari leher ke rongga

dada atas. Di dalam rongga dada, batang tenggorokan ini bercabang dua.

Setiap cabangnya masuk menuju paru-paru kanan dan paru-paru kiri.

5) Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

Cabang batang tenggorokan (bronkus) merupakan cabang dari trakea. Bronkus

terbagi menjadi dua, yaitu menuju paru-paru kanan dan menuju paru-paru kiri.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Bronkus bercabang lagi menuju bronkiolus. Masing-masing cabang tersebut

berakhir pada gelembung paru-paru atau alveolus. Alveolus merupakan tempat

terjadinya difusi oksigen ke dalam darah.

6) Paru-paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada dan dibatasi dengan rongga perut

dengan diafragma. Paru-paru merupakan cabang-cabang suatu saluran yang

ujungnya bergelembung (alveoli) tempat terjadinya pertukaran gas-gas. Paru-

paru terbagi menjadi paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan

terdiri atas tiga belahan sedangkan paru-paru kiri hanya dua belahan. Paru-

paru kanan lebih besar dibandingkan yang kiri.

7) Bronkiolus dan Alveolus

Di dalam paru-paru bronkus bercabang-cabang membentuk saluran yang

semakin kecil ukurannya. Saluran yang terkecil disebut bronkiolus. Pada

setiap bronkiolus terdapat segerombol kantung kecil seperti anggur ,

berdinding tipis yang disebut alveolus. Pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida terjadi di antara alveolus dengan kapiler darah. Oksigen

diikat oleh hemoglobin dan diedarkan ke seluruh tubuh. Seiring dengan

kejadian tersebut, gas karbondioksida dikembalikan oleh sel-sel tubuh

melalui kapiler darah. Karbondioksida akan meninggalkan tubuhmu pada saat

mengeluarkan napas. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan

diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

b. Proses Respirasi

Proses pernapasan atau respirasi meliputi dua proses, yaitu menarik napas

(inspirasi) serta mengeluarkan napas (ekspirasi).

1) Inspirasi

Otot diafragma berkontraksi pada saat menarik napas, dari posisi melengkung

ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun

berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah

mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada

berkurang dan udara masuk. Sewaktu menarik napas, udara masuk melalui

hidung. Dari hidung, udara menuju ke tenggorokan, kemudian masuk ke

paru-paru. Setelah mencapai paru-paru, udara akan mengalir sampai ke

alveoli yang merupakan ujung dari saluran. Oksigen yang terkandung dalam

alveolus bertukar dengan karbon dioksida yang terkandung dalam darah yang

ada di pembuluh darah alveolus melalui proses difusi. Dalam darah, oksigen

Gambar.2.2. Bronkiolus dan alveolus (http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf)

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

diikat oleh hemoglobin. Selanjutnya darah yang telah mengandung oksigen

mengalir ke seluruh tubuh.

2) Ekspirasi

Saat mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas.

Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik

sehingga udara keluar. Gas karbondioksida yang dihasilkan selama proses

respirasi sel tubuh akan ditukar dengan oksigen. Selanjutnya, darah

mengangkut karbondioksida untuk dikembalikan ke alveolus paru-paru.

Karbondioksida dikeluarkan ke udara melalui hidung saat mengeluarkan

napas.

c. Mekanisme Respirasi

Ada dua macam mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan

pernapasan perut

1) Pernapasan Dada

Pernapasan dada terjadi karena otot antartulang rusuk berkontraksi sehingga

rusuk terangkat dan akibatnya volume rongga dada membesar. Membesarnya

rongga dada ini membuat tekanan dalam rongga dada mengecil dan paru-paru

mengembang. Akibatnya, tekanan udara di luar lebih besar daripada di dalam

paruparu, akibatnya udara masuk. Sebaliknya, saat otot antartulang rusuk

berelaksasi, tulang rusuk turun. Hal ini menyebabkan volume rongga dada

mengecil sehingga tekanan di dalamnya pun naik. Pada keadaan ini paru-paru

mengempis sehingga udara keluar.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

2) Pernapasan Perut

Pernapasan perut terjadi karena gerakan diafragma. Jika otot diafragma

berkontraksi, rongga dada akan membesar dan paru-paru mengembang.

Akibatnya, udara akan masuk ke dalam paru-paru. Saat otot diafragma

relaksasi, diafragma kembali ke keadaan semula. Saat itu, rongga dada akan

menyempit, mendorong paru-paru sehingga mengempis dan udara keluar.

Gambar. 2.3. Pernapasan dada, inspirasi (kiri), ekspirasi (kanan) (http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf)

Gambar. 2.4. Pernapasan perut, inspirasi (a), ekspirasi (b) (http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf)

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53 d. Macam-Macam Udara Pernapasan

Oksigen sangat penting dibutuhkan oleh tubuh karena dengan adanya

oksigen, tubuh memperoleh energi. Oksigen dapat masuk ke dalam tubuh manusia

dalam bentuk udara pernapasan. Udara pernapasan manusia dapat dibedakan

menjadi enam macam, yaitu sebagai berikut:

1) Udara tidal (udara pernapasan):

Udara pernapasan adalah udara yang masuk dan keluar saat berlangsungnya

proses pernapasan biasa. Volume udara tidal orang dewasa kira-kira 500 mL.

2) Udara komplementer

Udara komplementer adalah volume udara yang dapat ditarik ketika menarik

napas dalam-dalam. Volume udara yang dapat ditarik mencapai 1500 mL.

3) Udara suplementer

Udara suplementer merupakan volume udara yang dapat dihembuskan jika

mengembuskan napas sekuat-kuatnya. Volume udara yang dapat diembuskan

juga sekitar 1500 mL.

4) Udara residu

Udara residu adalah sisa udara dalam paru-paru ketika mengeluarkan napas

sekuat-kuatnya. Sisa udara dalam paru-paru volumenya kira-kira 1500 mL.

5) Kapasitas vital

Kapasitas vital paru-paru adalah jumlah dari volume udara tidal, volume

udara komplementer, dan volume udara suplementer. Kapasitas vital

merupakan udara yang dapat dihembuskan semaksimal mungkin setelah

melakukan inspirasi secara maksimal.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54 6) Volume total paru-paru

Volume total paru-paru merupakan udara yang dapat tertampung secara

maksimal di dalam paru-paru secara keseluruhan. Volume total paru-paru

juga bisa diukur dengan menjumlahkan kapasitas vital dengan udara residu

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pernapasan

Kecepatan frekuensi pernapasan dipengaruhi beberapa faktor antaralain

sebagai berikut:

1) Umur

Semakin tua usia seseorang frekuensi pernapasannya semakin rendah

sehingga mudah terengah-engah. Hal ini, terjadi karena adanya penurunan

proporsi kebutuhan energinya.

2) Jenis kelamin

Umumnya laki-laki banyak melakukan aktivitas sehingga membutuhkan

energi yang lebih banyak. Hal itu mengakibatkan frekuensi pernapasannya

lebih cepat. Dengan banyaknya udara pernapasan yang masuk ke sel-selnya,

maka akan lebih banyak energi yang dihasilkannya sehingga laki-laki lebih

tahan dan kuat dalam bekaerja. Namu, apabila seorang laki-laki dan

perempuan dengan berat yang sama, usia sama, dan aktivitas sama, energi

yang dibutuhkan lebih banyak perempuan sehingga frekuensi pernapasannya

lebih cepat perempuan.

3) Suhu tubuh

Di lingkungan yang panas, tubuh mengalami peningkatan metabolisme untuk

mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil. Untuk itu, tubuh harus banyak

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini,

membutuhkan energi yang yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan

menguraikan oksigen sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih banyak

untuk meningkatkan frekuensi pernapasan.

4) Posisi tubuh

Posisi tubuh berpengaruh terhadap beban otot pada sebagian organ tubuh

kita. Otot pada organ tubuh dapat mempertahankan posisi tubuh tertentu

untuk mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk menyesuaikan kebutuhan

energinya. Energi dihasilkan dengan bantuan oksigen dalam peristiwa

respirasi. Dengan posisi tubuh tertentu, dibutuhkan energi yang lebih banyak

sehingga akan meningkatkan frekuensi pernapasan.

5) Kegiatan tubuh

Orang yang melakukan pekerjaan lebih berat membutuhkan energi yang

lebih banyak. Energi dihasilkan dengan bantuan oksigen dalam peristiwa

respirasi. Aktivitas atau kegiatan tubuh yang berlebih akan meningkatkan

frekuensi pernapasan.

f. Pernapasan Eksternal dan Internal

Untuk memperoleh oksigen dari luar, makhluk hidup mempunyai sistem

pernapasan yang berbeda-beda. Paru-paru merupakan alat respirasi manusia yang

mempunyai struktur tertentu untuk mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon

dioksida. Oksigen masuk ke dalam paru-paru dan kemudian masuk ke dalam

pembuluh darah kemudian diikat oleh hemoglobin (Hb) dan di bawa ke organ-

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56 organ serta jaringan-jaringan tubuh lainnya. Sebaliknya CO2 dari jaringan atau sel

diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dikeluarkan.

Paru-paru tersusun oleh struktur bronkiolus yang merupakan percabangan

dari bronkus, kemudian bercabang-cabang lagi membentuk kantung-kantung

udara (alveolus). Alveolus tersusun atas satu lapisan sel yang tipis, lembab, dan

berlekatan dengan kapiler darah sehingga akan memudahkan proses difusi O2 dan

CO2. Pembuluh-pembuluh darah kapiler yang ada di alveolus akan meneruskan

proses difusi CO2 ke luar pembuluh darah menuju ke rongga alveolus, maupun

difusi O2 dari alveolus menuju pembuluh darah untuk ditranspor ke seluruh

jaringan.

Paru-paru manusia ada dua, terletakk di sebelah kanan dan kiri. Pada paru-

paru sebelah kanan tersusun atas tiga lobus, yaitu lobus atas, tengah, bawah. Paru-

paru ssebelah kiri hanya tersusun atas dua lobus, yaitu lobus atas dan bawah.

Dalam paru-paru orang dewasa tersusun ± 300 juta alveolus dan memberikan

daerah permukaan total seluas 160 m2 untuk pertukaran gas. Di dalam alveolus

berlangsung proses pertukaran O2 dan CO2 antara pembuluh darah yang

mengandung banyak CO2 dengan udara luar yang banyak mengandung O2.

Mekanisme pertukaran CO2 dan O2 berdasarkan tempatnya dibedakan

menjadi dua, yaitu pernapasan luar dan perapasan dalam.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57 1) Pernapasan luar (eksternal), yaitu proses pertukaran O2 dan CO2 antara udara

luar dengan kapiler-kapiler darah yang ada di alveolus manusia

Pada sistem pernapasan luar, oksigen yang beada di permukaan alveolus

berdifusi masuk ke kapiler darah. Di dalam kapiler darah oksigen diikat

hemoglobin (eritrosit) dan oksigen berubah menjadi senyawa oksihemoglobin.

Reaksi pengikatan sebagai berikut:

Hb + O2 → HbO2 (oksihemoglobin)

Oksihemoglobin di dalam darah selanjutnya akan bergerak ke seluruh tubuh

untuk mengirimkan oksigennya ke sel/jeringan sebagai oksidator dalam

peristiwa respirasi di dalam mitokondria. Pada parnapasan eksternal ini, juga

terjadi pertukaran CO2 yang dibawa darah dari sel. Darah yang masuk ke

dalam kapiler paru-paru dari sel mengangkut CO2 dalam bentuk ion karbonat

(HCO3), asam karbonat (H2CO3) yang terlarut dalam plasma dan

karbonminoglobin (HbCO2). Reaksi pelepasan CO2 dari H2CO3, ion HCO3 dan

HbCO3 adalah sebagai berikut:

Gambar 2.5 Mekanisme pertukaran CO2 dan O2 pada pernapasan luar (Reaven Johnson,2003 :1006)

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

H2CO3 → H2 + CO2

H+ + HCO2 → H2CO3 → H2O + CO2

HbCO3 → Hb + CO2

Ion H+ yang digunakan untuk mengubah ion HCO2 menjadi CO2 bereaksi dari

HHb. Proses pelepasannya yaitu:

HHb → H+ + Hb (hemoglibin)

Setelah Hb terbebas dari ion H+ maka Hb dapat mengikat oksigen yang

berdifusi dari udara bebas di alveolus membentuk oksihemoglobin.

2) Pernapasan dalam (internal), yaitu proses berlangsungya pertukaran O2 dan

CO2 dari aliran darah ke sel-sel atau jeringan tubuh.

Pada sistem pernapasan internal, oksihemoglobin sampai pada memran

sel/jeringan tubuh, di sini oksihemoglobin melepaskan oksigen. Oksigen

selanjutnya berdifusi masuk ke dalam cairan sel dan menuju ke mitokondria. Hb

yang sudah tidak mengikat oksigen selanjutnya akan bereaksi mengikat CO2 dari

Gambar 2.6 Mekanisme pertukaran CO2 dan O2 pada pernapasan dalam (Reaven Johnson, 2003: 1006)

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59 dalam sel membentuk karbominoglobin. Tidak semua Hb mengikat olsigen,

selanjutnya akan berikatan dengan H+ membentuk HHb. Reaksinya adala sebagai

berikut:

HbO2 → Hb + O2

Hb + CO2 → HbCO2 (karbominoglobin)

Hb + H+ → HHb

Senyawa HHb terbentuk karena Hb yang kembali dari sel/jeringan setelah

melepaskan oksigen, tidak semuanya mengangkut CO2, Hb agar dapat kembali ke

alveolus dan mengikat oksigen lagi maka harus berikatan dengan H+ membentuk

HHb. Pada pernapasan internal CO2 dari sel tidak semuanya diangkut oleh

hemoglobin dslsm bentuk karbominoglobin. Tetapi sebagian besar CO2 akan

diubah menjadi ion karbonat (H2CO3), asam karbonat (HCO3). Reaksi

pengikatannya sebagai berikut:

H2O + CO2 → H2CO3

H2O + CO2 → H2CO3 → H+ + HCO3 -

Semua reaksi pengikatan dan pengubahan senyawa CO2 di atas dikatalis

oleh enzim karbonat anhidrase dan berlangsung di dalam eritrosit, tetapi tahap

selanjutnya ion karbonat (HCO3) dan asam karbonat (H2CO3) keluar dari eritrosit

menuju ke plasma darah dan diangkut menuju ke alveolus. Perpindahan ion

HCO3- dari eritrosit ke plasma diikuti dengan pergerakan ion Cl (clorida) dari

plasma ke eritrosit. Ini dikenal dengan mekanisme pertukaran klorida.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60 g. Sistem Pernapasan Pada Hewan

1) Pernapasan Pada Protozoa

Protozoa tidak memiliki alat pernafasan. Pengambilan oksigen dilakukan

secara difusi melalui permukaan tubuhnya. Oksigen masuk ke dalam mitokondria

dan terjadilah proses pernafasan. Oksigen dan karbon dioksida keluar-masuk

melalui membran sel secara difusi. Oksigen dan karbon dioksida tersebut

merupakan gas-gas yang terlarut di dalam air. Contoh: Amoeba sp.

2) Pernapasan Pada Porifera

Hewan phylum ini tubuhnya tersusun atas banyak sel dan memiliki jaringan

yang sangat sederhana. Udara pernapasan dipertukarkan langsung oleh sel-sel

di permukaan tubuh atau oleh sel-sel leher yang bersentuhan dengan air.

Contoh: Spongia sp.

Gambar 2.7 Pernapasan melalui membrane sel (John Kimball, 1990: 504)

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61 3) Pernapasan Pada Coelenterata

Hewan phylum coelenterata tubuhnya tersusun tersusun atas banyak

banyak sel dan memiliki jaringan. Hewan ini tidak memiliki alat pernapasan

lengkap. Alat bantu pernapasan berupa lekukan-lekukan lapisan gastrodermal

yang berada sedikit di bawah mulut, yang disebut sifonoglifa. Namun sel-sel di

permukaan tubuh yang lain juga dapat melakukan pertukaran gas dengan

lingkungannya. Contoh: Aurelia aurita, Hydra sp. dan Metrium sp. (ubur-ubur).

4) Pernapasan pada cacing (Vermes)

Cacing (Vermes) dapat digolongkan ke dalam tiga phylum, yaitu:

a. Cacing pipih (Platyhelminthes) pernapasan pada cacibg pipih terjadi di

seluruh permukaan tubuh melalui difusi. Contoh: Planaria sp.

b. Cacing gilik tidak bersegmen (Nemathelminthes) pernapasan pada

Nemathelminthe juga melalui difusi lewat permukaan tubuhnya. Contoh:

Ascaris lumbricoides

c. Cacing gilik bersegmen (Annelida) pernapasan Annelida melalui permukaan

kulit yang selalu basah oleh cairan mukus. Contoh: Lumbricus sp.

5) Pernapasan Pada Serangga

Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga

dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di

kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh

silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen

tubuh. Spirakel menmpunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62 dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka

selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.

Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel

menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang

lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai

seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi

cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara

trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama

dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.

Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah sebagai

berikut: Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga

udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka

trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil

dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya O2 masuk

ke trakea..

Gambar 2.8 Sistem trakea pada serangga (Mukayat Djarubito,1990)

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh

tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari

tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari

makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan. Di bagian ujung trakeolus

terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan.

Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan

menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara.

Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di

air dalam waktu lama. Misalnya, kepik (Notonecta sp). mempunyai gelembung

udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama

menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel

pernapasan. Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang

berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-

cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan

melalu pembuluh trakea.

6) Pernapasan Pada Ikan

Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-

lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare

insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat

dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen,

dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat

pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2

berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64 ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan

bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum.

Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula

berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran

ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan

perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan

rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2

sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang

mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan

O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di

dekat punggung. Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni

inspirasi dan ekspirasi.

Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2

diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.

Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan

bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh. Selain dimiliki

oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar.

Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander

Gambar 2.9 Mekanisme pernapasan pada ikan (Reaven Johnson,2003 :1057)

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65 7) Pernapasan Pada Katak

Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan

paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di

air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan

banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan

rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara

berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang

tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan

kulit, ini dimungkinkan karena kulitnya selalu dalam keadaan basah dan

mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen

yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa

ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari

jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru

lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran

oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.

Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas

juga dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.

Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat

bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk-

bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan

rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek.

Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya

terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66 masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung

di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus

berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui

koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus

berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut

mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru

terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler

dinding paruparu dan sebaliknya, karbondioksida dilepaskan ke lingkungan.

Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus

berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam

rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan

dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan

berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan

mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbondioksida keluar.

Gambar 2.10. Alat pernapasan pada katak (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf)

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67 8) Pernapasan Pada Burung

Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-

paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang

dilindungi oleh tulang rusuk. Jalur pernapasan pada burung berawal dari lubang

hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang

terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang

berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin. Bagian akhir trakea

bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam

bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink. Bagian dalamnya terdapat lipatan-

lipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan

suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus (bronkus sekunder). Bronkus

ini dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus

(di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh

parabronkus. Parabronkus berupa tabung tabung kecil, tempat bermuara banyak

kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi.

Gambar 2.11. Mekanisme pernapasan pada katak (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf)

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Selain paru-paru, burung memiliki pundi-pundi hawa (sakus

pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi

hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa

tidak terjadi difusi gas pernapasan. Pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai

penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Pundi-pundi hawa terdapat

di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara

tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di

rongga perut (kantong udara abdominal).

Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan

adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk

bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Udara luar yang masuk

sebagian kecil tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi-

pundi hawa sebagai cadangan udara. Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan

hanya pada saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak

atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga

oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru (inspirasi). Ekspirasi terjadi apabila

otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi

semula. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar

dari tekanan di udara luar. Hal ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya

karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari

kantung hawa masuk ke paru-paru. Kemudian terjadi pelepasan oksigen dalam

pembuluh kapiler di paru-paru.

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69 Pernafasan burung saat terbang

Saat terbang pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena

tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan n otot yang berfungsi

untuk terbang. Saat Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas), kantong

udara di antara tulang korakoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian

itu masuk ke paru-paru

Gambar.2.12 Alat pernapasan pada burung (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf)

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70 9) Pernapasan Pada Reptil

Reptil mempunyai kulit bersisik atau kering, sehingga sulit ditembus oleh

air. Cairan yang hilang kulit sedikit sehingga reptil dapat bertahan hidup pada

habitat yang kering. Alat pernapasan pada reptil adalah paru-paru. Paru-paru pada

reptil dikelilinggi rongga dada yang dilindunggi oleh tulang rusuk. Tulang rusuk

ini dapat merapat dan merenggang secara bergantian. Mekanisme pernapasan

reptil terdiri dari fase inspirasi dan ekspirasi. Saat fase inspirasi, tulang rusuk

merengang dan volume rongga dada meningkat, sehingga paru-paru yang kosong

akan terisi oleh udara yang banyak mengandung oksigen, pada fase ekspirasi

tulang rusuk akan merapat, sehingga udara yang mengandung karbondioksida dan

uap air akan terdesak keluar dari paru-paru.

Gambar. 2. 13 Mekanisme pernapasan pada burung; (a) inspirasi (b) ekspirasi (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf)

Gambar 2. 14. Alat pernapasan Pada Reptil (John Kimball, 1990: 465)

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71 d. Macam-macam Kelainan Pada Sistem Respirasi

Udara yang dihirup oleh paru-paru tidak selamanya bebas dari senyawa

partikel ataupun makhluk hidup yang membahayakan manusia. Di kota-kota

besar, banyaknya asap dari kendaraan bermotor ataupun industri berpengaruh

pada kesehatan paru-paru, berikut ini adalah jenis-jenis gangguan pada alat

respirasi.

1) Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut menimbulkan bintil-bintil pada

dinding alveolus. Penyakit ini dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati.

Akibatnya, paru-paru akan kuncup atau mengecil dan menyebabkan napas

penderita sering terengah-engah.

2) Pneumonia: adalah merupakan radang paru-paru yang disebabkan oleh

bakteri Diplococcus pneumonia. Akibat peradangan alveolus dipenuhi oleh

nanah dan lendir sehingga oksigen sulit berdifusi mencapai darah.

3) Bronkhitis, merupakan gangguan pada cabang batang tenggorokan akibat

infeksi. Gejalanya adalah penderita mengalami demam dan menghasilkan

lendir yang menyumbat batang tenggorokan. Akibatnya penderita mengalami

sesak napas

4) Asma, merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang

disebabkan oleh alergi. Kelainan ini dapat diturunkan dan dapat kambuh jika

suhu lingkungan cukup rendah atau keadaan dingin.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72 5) Pleuritis: yaitu penyakit ini menyebabkan peradangan pada selaput

pembungkus paru-paru (pleura). Penyakit ini menyebabkan terdapatnya

cairan berlebih pada pleura sehingga penderita akan sesak napas.

6) Asfiksi: yaitu penyakit yang menyebabkan terganggunya pengangkutan

oksigen ke sel-sel atau jaringan tubuh.

7) Asidosis: yaitu kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam

darah, sehingga pernapasan terganggu.

8) Emfisema: yaitu robeknya dinding alveolus sehingga mengurangi daerah

pertukaran gas.

9) Difteri: yaitu penyumbatan oleh lender pada rongga faring maupun laring

yang dihasilkan oleh infeksi kuman difteri.

e. Pengaruh rokok dan asap pembakaran tak sempurna

Kanker paru-paru dapat menyebabkan kematian pada penderitanya.

Menghirup tar yang terdapat pada asap rokok adalah faktor terbesar penyumbang

penyebab penyakit kanker paru-paru. Merokok juga diyakini sebagai salah satu

faktor berkembangnya kanker mulut, kerongkongan, laring dan pankreas. Usaha

yang dapat untuk menjaga kesehatan saluran pernapasan dengan menghindari

merokok. Bahan berbahaya yang lain adalah senyawa karbon monoksida (CO).

Gas ini dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna. Beberapa sumber gas

CO adalah asap kendaraan bermotor, asap pembakaran sampah dan asap hasil

pembakaran rokok. Gas CO amat berbahaya bagi kesehatan karena sifat kimia CO

yang lebih mudah berikatan dengan hemoglobin daripada dengan oksigen.

Sehingga, bila di udara kandungan CO tinggi maka hemoglobin akan berikatan

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73 dulu dengan CO, akibatnya sel-sel tubuh akan kekurangan oksigen. Keracunan

gas CO dalam waktu yang relatif lama dapat menyebabkan kematian.

f. Teknologi Penanggulangan Kelainan Sistem Pernapasan

1) Traekotomi, merupakan pembuatan lubang pada trakea untuk membantu

memberikan pernapasan buatan. Trakeotomi biasanya dilakukan pada

penderita dipteri akut yang dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran

pernapasannya.

2) Pulmotor, merupakan alat untuk melakukan pernapasan buatan. Pernapasan

buatan biasanya dilakukan kepada orang-orang yang mengalami gangguan

pernapasan karena tenggelam dan shock karena sengatan listrik.

3) Oxygen catheter merupakan alat yang digunakan untuk mengalirkan oksigen

ke dalam lubang hidung.

4) Spirometer merupakan alat untuk mengukur secara langsung dan cepat

kemampuan paru-paru seseorang serta untuk diagnosa paru-paru yang

abnormal.

5) Pernapasan buatan darurat dengan menggunakan metode Sylvester dan

Hengger-Nelsen. Metode Sylvester dikenal sebagai metode pernapasan

buatan dari mulut ke mulut. Sedangkan metode Henger-Nelsen dilakukan

dengan cara penderita ditengkurapkan, kepala dimiringkan, dan diikuti

dengan menekan secara berirama pada bagian punggung untuk merangsang

paru-paru mengembang dan mengempis.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74 B. Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian

yang rerdahulu yang ada hubungannya dengan yang akan dilakukan (penelitian

yang relevan) agar dapat memberikan gambaran yang jelas.

1. Tarono (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Penggunaan

Metode Inkuir Terbimbing Dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Terhapap Prestasi

Belajar Fisika Ditinjau Dari Sikap Ilmiah”, hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebelum perlakuan penguasaan konsep kedua kelas eksperimen adalah

sama, setelah diberi perlakuan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

pembelajaran inkuiri terbimbing prestasinya lebih baik daripada menggunakan

pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi. Kelemahan atau yang menjadi

hambatan utama dalam penerapan pembelajaran ini adalah kurangnya

pengalaman siswa terutama dalam penggunaan LKS.

2. Sigit Triyono (2008), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode Inkuiri Terbimbing dan

Demonstrasi Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar

Siswa”, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum perlakuan penguasaan

konsep kedua kelas eksperimen adalah sama, setelah diberi perlakuan hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada pembelajaran inkuiri terbimbing

prestasinya lebih baik daripada menggunakan metode demonstrasi.

Persamaan atau relevansi yang dilakukan oleh kedua peneliti tersebut

adalah sama-sama meneliti pengaruh pembelajaran dengan metode inquiry,

sedangkan perbedaan tentang peninjauannya yaitu: penelitian sebelumnya yang

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75 dilakukan Tarono (2006) ditinjau dari Sikap Ilmiah sedangkan Sigit Triyono

(2008) ditinjau dari motivasi berprestasi pada siswa SMA, sedangakan pada

penelitian ini ditinjau dari kemampuan awal dan keingintahuan siswa.

3. Yulia Saraswati (2009) melakukan penelitian yang berjudul ”Pembelajaran

Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing Dengan Metode Eksperimen dan

Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Perhatian Siswa”. Dari

penelitian tersebut diperoleh hasil terdapat interaksi antara penggunaan metode

eksperimen dan demonstrasi melalui inkuiri terbimbing dengan kemampuan

awal dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar Fisika.

Persamaan atau relevansi penelitian ini dengan penelitian Yulia Saraswati

tersebut adalah sama-sama meneliti pengaruh pembelajaran dengan metode

inquiry dan melengkapi pada komponen kemampuan awal.

4. Legiman (2008) melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Penggunaan

Model Pembelajaran 4Mat System dan Metode STAD Terhadap Prestasi

Belajar Kimia Ditinjau Dari Keingintahuan Siswa”. Keingintahuan menurut

penelitian ini merupakan sikap pribadi yang tercermin untuk ingintahu

terhadap sesuatu benda yang konkrit. Siswa yang mempunyai keingintahuan

tinggi dalam proses pembelajaran lebih aktif dan terbuka pikirannya

dibandingkan dengan siswa yang keingintahuannya rendah. Di samping itu,

siswa yang mempunyai keingintahuan tinggi akan bersemangat dalam

memperoleh dan mengembangkan konsep ilmu secara kritis dalam melengkapi

permasalahan. Keingintahuan memberikan hasil yang relatif berbeda dan

memaksimalkan hasil belajar. Pada penelitian ini menyatakan bahwa

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

kemampuan merupakan pemacu berpikir. Oleh karena itu, pembelajaran

melalui metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk

memunculkan keingintahuan siswa. Negosiasi kognitif dalam kelompok

menambah kekayaan berpikir siswa, sehingga timbul keingintahuan dan proses

akhir mampu mengidentifikasi masalah serta mampu mencari solusi.

Relevansi atau persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian

Legiman adalah melengkapi pada komponen keingintahuan siswa, sedangkan

perbedaannya terdapat pada metode pembelajaran yang digunakan.

5. Hesty Handayani (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran

Biologi Menggunakan Metode Proyek Dengan Lab Real dan Audio Visual

Ditinjau Dari Keingintahuan Siswa dan Kemampuan Kerjasama”.

Menyimpulkan bahwa aktifitas dan kegiatan observasi yang dilakukan siswa

untuk pemenuhan keingintahuan mengoptimalkan kemampuan siswa sehingga

meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu, ada pengaruh yang signifikan

keingintahuan siswa terhadap prestasi belsjar.

Persamaan atau relevansi penelitian yang dilakukan dengan penelitian Legiman

adalah melengkapi pada komponen keingintahuan siswa, sedangkan perbedaannya

terdapat pada metode pembelajaran yang digunakan.

6. Ahmed Kiline (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “The Opinion Of

Turkish Highscohool Pupils On Inquiry Based Laboratory Activites”

berdasarkan kesimpulanya menyatakan bahwa pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri berbasis laboratorium, berdasarkan opini para siswa

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

memberikan suasana yang lebih menyenangkan dan hasil pemahaman yang

diperoleh lebih permanen.

7. Quitadano, Celia, James E Johnson, Martha J. Kurtz (2008) dalam

penelitiannya yang berjudul “Community-Based Inquiry Improve Critical

Thingking In General Biology” menyatakan bahwa pembelajaran CBI, di

dalam penelitian ini ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

bagi siswa pada pelajaran Biologi.

Relevansi kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah

sama-sama menggunakan metode pembelajaran inquiry.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran

untuk sampai pada perumusan hipotesis. Berdasarkan permasalahan yang terjadi

di lapangan, kajian teori tentang teori belajar, metode pembelajaran inquiry,

kemampuan awal, keingintahuan, dan kajian penelitian yang relevan yang telah

disampaikan di atas, maka dapat disampaikan kerangka berpikir dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas

termodifikasi terhadap prestasi belajar

Pada penelitian ini menggunakan pembelajaran inquiry yang dapat

mengaktifkan siswa dalam proses penyelidikan dan akhirnya menemukan konsep

sistem respirasi. Pada penelitian ini pembelajaran inquiry digunakan adalah

metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78 Pegunaan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas

termodifikasi karena metode pembelajaran tersebut dapat mengaktifkan siswa

dalam melakukan penyelidikan dan akhirnya menentukan konsep system respirasi,

Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry

bebas termodifikasi siswa ditekankan untuk menemukan konsep sendiri sistem

respirasi melalui percobaan, pengamatan, observasi, studi pustaka, dan diskusi

dengan bimbingan guru. Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran inquiry

terbimbing selain permaslahan diberikan oleh guru, siswa juga diberi pertanyaan

panduan untuk menuju konsep yang akan dicapai sedangkan pembelajaran dengan

metode inquiry bebas termodifikasi guru hanya memberikan permasalahan saja

tanpa memberikan panduan pertanyaan untuk mencapai konsep yang akan dituju.

Oleh karena itu, pada inquiry terbimbing siswa lebih terarah dalam penemuan

konsep-konsep sistem respirasi dengan bantuan pertanyaan panduan sedangkan

pada metode inquiry bebas termodifikasi siswa akan kebingungan dalam

menemukan konsep respirasi. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diperkirakan

pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing dapat lebih meningkatkan

penguasaan konsep siswa pada materi pokok bahasan sistem respirasi sehingga

perstasi belajarnya akan lebih baik dibanding menggunakan metode inquiry bebas

termodifikasi.

2. Pengaruh tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi

Faktor lain yang kurang diperhatikan guru dalam pembelajaran Biologi di

SMA yang menyebabkan pembelajaran kurang berhsil adalah kemampuan awal

yang dimiliki siswa. Konsep-konsep awal yang dimiliki oleh setiap siswa

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79 berbeda-beda, karena tidak setiap siswa memiliki kemampuan yang sama dalam

menerima materi-materi pelajaran. Pada penelitian ini ditinjau aspek kemampuan

awal dan dibagi menjadi dua kategori yaitu kemampuan awal tinggi dan rendah.

Semakin tinggi kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa, siswa akan lebih siap

dalam menerima materi pelajaran, sehingga siswa akan lebih mudah menguasai

konsep dan prestasi belajar yang dihasilkan juga lebih baik, dengan demikian

dapat diperkirakan kemampuan awal dapat mempengaruhi pencapaian prestasi

belajar siswa. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan memiliki

prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal

rendah.

3. Pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi

Keingintahuan siswa merupakan faktor internal yang mempengaruhi

pencapaian prestasi belajar, juga kurang diperhatikan dalam pembelajaran Biologi

di SMA. Keingintahuan tentang materi Biologi antara satu siswa dengan siswa

lainnya berbeda-beda, hal ini dikarenakan motivasi atau dorongan untuk

mengetahui sesuatu hal yang baru yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda-beda.

Pada penelitian ini keingintahuan siswa dikategorikan menjadi dua, yaitu : tinggi

dan rendah. Semakin tinggi keingintahuan yang dimiliki oleh siswa maka

motivasi untuk mengikuti pembelajaran Biologi semakin tinggi, sehinnga prestasi

belajarnya cukup baik, dengan demikian dapat diperkirakan bahwa keingintahuan

siswa terhadap suatu hal khususnya mengenai segala sesuatu hal yang

berhubungan dengan Biologi, akan mempengaruhi dalam pencapaian prestasi

belajar. Siswa yang memiliki keingintahuan yang tinggi akan memiliki prestasi

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80 belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki keingintahuan

yang rendah.

4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap

prestasi belajar Biologi

Pada proses pembelajaran Biologi, siswa yang mempunyai kemampuan

awal tinggi jika diajar dengan metode inquiry terbimbing akan mempunyai

prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan metode inquiry

bebas termodifikasi begitu juga dengan siswa yang memiliki kemampuan awal

rendah jika diajar dengan metode inquiry terbimbing akan memiliki prestasi

belajar yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan metode inquiry bebas

termodifikasi. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan metode inquiry

terbimbing dalam pembelajaran Biologi siswa diberikan pertanyaan panduan

untuk menuju konsep yang akan ditemukan, sehinnga akan memiliki pengguatan

terhadap kemampuan awal sebelumya, sedangkan pada pembelajaran Biologi

dengan menggunakan metode inquiry bebas termodifikasi, dalam memperoleh

konsep tanpa adanya panduan yang mengarah ke konsep yang akan ditemukan

sehingga siswa masih merasa kebingungan. Berangkat dari pemikiran tersebut,

maka dapat diperkirakan bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran dengan

kemapuan awal terhadap pencapaian prestasi belajar.

5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar Biologi

Pembelajaran inquiry adalah metode pembelajaran yang menantang siswa

untuk melakukan sesuaatu penyelidikan baik dengan eksploitasi, eksperimen,

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81 maupun dengan studi kasus sehingga siswa dapat menemukan suatu konsep atau

informasi, siswa yang memiliki keingintahuan rendah akan lebih tertantang untuk

melakukan proses inquiry. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka dapat

diperkirakan bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran dengan

keingintahuan siswa terhadap pencapaian prestasi belajar.

6. Interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap

prestasi belajar Biologi

Pada proses pembelajaran, siswa yang memiliki kemampuan awal dan

keingintahuan tinggi akan memiliki prestasi belajar yang tinngi pula. Namun

apabila kemampuan awal tinngi, tetapi keingintahuannya rendah, maka prestasi

belajarnya juga rendah. Siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, apabila

memiliki keingintahuan yang tinggi, maka pencapaian prestasi belajarnya tinggi.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa ada interaksi

antara kemampuan awal dan keingintahuan terhadap prestasi belajar.

7. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat

keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi

Pada kegiatan belajar mengajar, siswa yang memiliki kemampuan awal

dan keingintahuan yang tinggi, jika diberi pembelajran dengan metode inquiry

terbimbing akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang

memiliki kemampuan awal dan keingintahuan yang tinggi yang diberi

pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi. Pada siswa yang

memiliki kemampuan awal dan keingintahuan yang rendah, jika diajar dengan

metode inquiry terbimbing akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82 pada siswa yang memiliki kemampuan awal dan keingintahuan yang rendah yang

diberi pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi. Dengan

demikian dapat diperkirakan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran,

kemampuan awal, dan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan dari tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka

dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry

bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi.

2. Ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi

3. Ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi

4. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa

terhadap prestasi belajar Biologi

5. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar Biologi

6. Ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar Biologi

7. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal serta

tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sragen yang beralamat di Jl.

Angrek No. 34 Sragen Jawa Tengah 57212. Waktu pelaksanaannya pada

semester 2 tahun pelajaran 2009/2010.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan,

pelaksanaan dan penyelesaian. Tahapan-tahapan tersebut disajikan dalam Tabel

3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Tahun 2010 bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Usulan judul dan penyusunan proposal

2. Seminar proposal dan revisi

3. Perijinan dan uji coba instrumen

4. Pelaksanaan penelitian

5. Olah data dan penyusunan laporan

6 Konsultasi pembimbing

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode eksperimen. Kegiatan penelitian selalu dilakukan sebagai

upaya untuk memecahkan masalah secara ilmiah. Dengan penelitian akan

diperoleh hasil secara cermat dan objektif. Menurut Suharsimi Arikunto

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

(1996:150) metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan dan

penelitiannya. Untuk menjawab permasalahan yang diajukan maka penelitian ini

menggunakan metode eksperimen. Budiyono (2003:73) berpendapat bahwa

metode eksperimen adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara

memanipulasi dan mengendalikan satu variabel bebas atau lebih dan melakukan

observasi terhadap variabel terikat untuk menemukan variasi yang muncul seiring

dengan manipulasi variabel bebas tersebut. Menurut Moh. Nazir (2003; 63)

eksperimen adalah “observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition),

kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti”. Dengan demikian penelitian

eksperimen dapat di artikan penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

manipulasi terhadap objek penelitian.

Penelitian ini bersifat eksperimen, karena hasil penelitian ini akan

menegaskan kedudukan hubungan kausal antara variabel-variabel yang akan

diteliti. Tujuannya terletak pada penemuan fakta-fakta penyebab dan fakta-fakta

akibat tentang perbedaan penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan

metode inquiry bebas termidifikasi dalam pembelajaran Biologi terhadap prestasi

belajar. Selanjutnya dilakukan analisis perbandingan setiap variasi variabel bebas

yang dieksperimenkan, yaitu metode pembelajaran inquiry terbimbing dan metode

inquiry bebas termodifikasi, dan tingkat kemampuan awal serta tingkat

keingintahuan siswa, sekaligus dilihat faktor-faktor yang berinteraksi terhadap

prestasi belajar Biologi.

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian desain faktorial

2x2x2 seperti yang tersaji dalam Tabel 3.2 untuk memudahkan dalam

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

menggambarkan desain faktorial 2x2x2. Teknik analisis statistik atau statistik uji

yang digunakan adalah menggunakan analisis variansi ( ANAVA) 3 jalur dengan

sel tak sama kemudian dilanjutkan uji lanjut dengan uji t 1 ekor pada varian yang

hipotesisnya ditolak. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan penerapan

metode inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi

belajar Biologi yang ditinjau dari kemampuan awal dan keingintahuan siswa

dengan kategori tinggi dan rendah. Setiap data yang terdistribusi dalam kelompok

sel anava mewakili kelompok varian sel anava.

Tabel 3.2 Desain Metode Penelitian Faktorial 2x2x2 Metode pembelajaran inquiry (A)

Inquiry terbimbing

(A1) Inquiry bebas

termodifikasi (A2)

Kemampuan Awal (B) Tinggi (B1)

Rendah (B2)

Tinggi (B1)

Rendah (B2)

Keingintahuan Siswa ( C )

Tinggi (C1) A1B1C1 A1B2C1 A2B1C1 A2B2C1 Rendah (C2) A1B1C2 A1B2C2 A2B1C2 A2B2C2

Tabel 3.2 di atas menunjukkan tata letak data penelitian dengan desain

faktorial anava tiga jalan 2x2x2. Disebut demikian karena masing-masing variabel

bebas dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian. Variabel bebas

tersebut antara lain: metode pembelajaran, kemampuan awal, dan keingintahuan.

Metode pembelajaran yang digunakan ada dua macam, yaitu metode inquiry

terbimbing (A1) dan inquiry bebas termodifikasi (A2); kemampuan awal

dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (B1) dan rendah (B2);

serta keingintahuan siswa dikelompokkan menjadi dua kategori juga, yaitu

kategori tinggi (C1) dan rendah (C2).

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Berdasarkan Tabel 3.2 A1B1C1 adalah sel kelompok siswa metode

pembelajaran inquiry terbimbing, kemampuan awal tinggi, dan keingintahuan

tinggi. A1B1C2 adalah sel kelompok siswa metode pembelajaran inquiry

terbimbing, kemampuan awal tinggi, dan keingintahuan rendah. A1B2C1adalah sel

kelompok siswa metode pembelajaran inquiry terbimbing, kemampuan awal

rendah, dan keingintahuan tinggi. A1B2C2 adalah kelompok siswa metode

pembelajaran inquiry terbimbing, kemampuan awal rendah, dan keingintahuan

rendah.

Berdasarkan Tabel 3.2 A2B1C1 adalah kelompok siswa metode

pembelajaran inquiry bebas termodifikasi kemampuan awal tinggi, dan

keingintahuan tinggi. A2B1C2 adalah kelompok siswa metode pembelajaran

inquiry bebas termodifikasi kemampuan awal tinggi, dan keingintahuan rendah.

A2B2C1 adalah kelompok siswa metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi

kemampuan awal rendah, dan keingintahuan tinggi dan A2B2C2 adalah kelompok

siswa metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi kemampuan awal rendah,

dan keingintahuan rendah.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:

130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 2 Sragen tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 5 kelas.

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi

Arikunto, 2006: 131). Sampel dalam penelitian berupa unit kecil yaitu kelas,

sampel yang diambil dua kelas dari 5 kelas yang ada dalam populasi.

Pembagiannya satu kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan satu kelas sebagai kelas

eksperimen 2.

3. Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling

karena populasi terbagi dalam kelas-kelas. Kelas diambil secara acak dengan

melalui tahapan sebagai berikut :

a. Mengambil data nilai UAS semester ganjil seluruh siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 2 Sragen.

b. Melakukan uji keseimbangan untuk mengetahui kelas-kelass yang

mempunyai kemampuan sama.

Sebelum eksperimen berlangsung, kelompok eksperimen 1 dan kelompok

eksperimen 2 diketahui keadaan awalnya. Hal ini dimaksudkan agar hasil

eksperimen benar-benar akibat dari perlakuan ynag dibuat, bukan karena

pengaruh lain. Untuk menguji keadaan awal kedua kelompok sampel digunakan

uji t dua pihak setelah terlebih dahulu diketahui populasi berdistribusi normal dan

sampel berasal dari populasi yang homogen. Uji kesetaraan dilakukan dengan

metode uji beda mean dengan menggunakan uji t-two sampel menggunakan

minitab 15, adapun prosedurnya adalah sebagai berikut:

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

1) Pengajuan hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H0 = tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan awal siswa kelompok inquiry

terbimbing dengan kelompok inquiry bebas termodifikasi

H1 = terdapat perbedaan rerata kemampuan awal siswa kelompok inquiry

terbimbing sama dengan kelompok inquiry bebas termodifikasi

2) Statistika uji t

Teknik uji yang digunakan adalah uji-t dua ekor, dengan rumus :

21

2

021

11nn

s

Dyyt

p +

--=

rv (3.1)

2)1()1(

21

222

2112

-+-+-

=nn

snsns (3.2)

Derajat bebas : (n1+n2 – 2)

Daerah penolakan : t > tα atau t < tα

Persamaan 3.1 dan 3.2 menunjukkan rumus yang digunakan untuk menghitung

perbedaan rata-rata antar dua kelompok dengan asumsi: kedua populasi mendekati

distribusi normal, varian kedua populasi adalah sama, dan kedua sampel adalah

independen (Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti, 2006: 188).

Perhitungan dilakukan dengan uji t-two sampel menggunakan software Minitab

15. Rinkasan hasil perhitungan seperti disajikan pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Keseimbangan Kelas N Mean StDev SE Mean P-Value XI IPA 3 XI IPA 4

40 40

69,1 69,9

5,2 5,9

0,8 0,9

0,543

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh harga p-value = 0,543 seperti

pada Tabel 3.3, yang berarti lebih besar dari taraf signifikan (α=0.05), sehingga

keputusan ujinya H0 diterima. Sampel berdasarkan keputusan uji ini dinyatakan

setara/seimbang, sehingga data prestasi diperoleh benar-benar dari hasil perlakuan

eksperimen yaitu pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing dan inquiry

bebas termodifikasu.

c. Menentukan kelas yang berfungsi sebagai kelas eksperimen 1 dan 2

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kelas XI IPA 3 dam kelas

XI IPA 4 memiliki kemampuan setara atau seimbang, maka ditetapkan kelas XI

IPA 4 sebagai kelas eksperimen 1 yang melakukan pembelajaran dengan metode

inquiry terbimbing dam kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen 2 yang

melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang menjadi dasar objek pengamatan dan sebagai

faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Variabel yang terdapat dalam

penelitian ini terdiri atas:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya

terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

a. Metode pembelajaran inquiry (inquiry learning)

1) Definisi operasional: Metode pembelajaran yang memungkinkan siswa

untuk terlibat secara aktif menggunakan proses fisik untuk penyelidikan

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

dan akhirnya menemukan beberapa konsep dan prinsip materi yang sedang

dipelajari.

2) Indikator: pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas

termodifikasi

3) Skala pengukuran: nominal

4) Simbol: metode pembelajaran inquiry diberi simbol A

b. Metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi

1) Definisi operasional :

a) inquiry terbimbing adalah: cara belajar dengan penyelidikan kemudian

mencari dan menemukan sendiri, dimana permasalahan / problem dan

petunjuk penyususnan, serta pencatatan sudah diberikan oleh guru.

b) inquiry bebas termodifikasi adalah: merupakan suatu kegiatan inquiry

bebas tetapi dalam penyelidikan dan penemuan konsep

permasalahannya diberikan oleh guru.

2) Indikator : metode pembelajaran inquiry

3) Skala pengukuran: nominal

4) Simbol :

a) inquiry terbimbing diberi simbol A1

b) inquiry bebas termodifikasi diberi simbol A2

2. Variabel Moderator

Variabel moderator adalah: variabel yang tidak begitu diutamakan, tetapi

pengaruhnya terhadap variabel terikat dapat dipandu. Variabel moderator dalam

penelitian ini adalah :

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

a. Kemampuan awal

1) Definisi operasional: kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki oleh

siswa tentang konsep atau materi tertentu sebelum diberi perlakuan

(sebelum proses pembelajaran)

2) Indikator: nilai tes kemampuan awal sebelum mempelajari materi sistem

respirasi

3) Skala pengukuran: interval dengan dua kategori yaitu : tinggi dan rendah

4) Simbol :

a) Kemampuan awal tinggi diberi simbol B1

nilai ≥ rata-rata

b) Kemampuan awal rendah diberi simbol B2

nilai < rata-rata

b. Keingintahuan

1) Definisi operasional: rasa ingin tahu yang dimiliki siswa terhadap konsep

atau materi yang akan dipelajari

2) Indikator : rasa ingintahu siswa terhadap materi sistem respirasi

3) Skala pengukuran: interval dengan dua kategori yaitu : tinggi dan rendah

4) Simbol

a) Keingintahuan tinggi diberi simbol C1

nilai ≥ rata-rata

b) Keingintahuan rendah diberi simbol C2

nilai < rata-rata

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

3. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh

variabel yang lain. Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar

Biologi:

a. Prestasi belajar

1) Definisi operasional: hasil maksimal yang diperoleh siswa dalam

menguasai materi-materi yang telah diajarkan

2) Indikator: prestasi belajar Biologi pada materi sistem respirasi

3) Skala pengukuran: nominal

4) Simbol

a) Prestasi belajar aspek kognitif diberi simbol Y1

b) Prestasi belajar aspek afektif diberi simbol Y2

c) Prestasi belajar aspek psikomotorik diberi simbol Y3

b. Prestasi belajar kognitif

1) Definisi operasional: adalah domain belajar yang dapat dilihat melalui

kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal,

memahami, dan mengaplikasi.

2) Indikator: prestasi belajar Biologi aspek kognitif materi sistem respirasi

3) Skala pengukuran: nominal

4) Simbol: Prestasi belajar aspek kognitif diberi simbol Y1

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

c. Prestasi belajar afektif

1) Definisi operasional: adalah perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa

tubuh yang merupakan aktualisasi pengalaman, perasaan, minat, sikap, dan

emosi seseorang yang muncul saat terjadi proses interaksi.

2) Indikator: prestasi belajar Biologi aspek afektif materi sistem respirasi

3) Skala pengukuran: nominal

4) Simbol: Prestasi belajar aspek afektif diberi simbol Y2

d. Prestasi belajar psikomotorik

1) Definisi operasional: domain belajar yang dilihat dari gerakan-gerakan

baik kaku maupun lambat atau juga disebut sebagai keterampilan siswa

dalam melakukan sesuatu.

2) Indikator: prestasi belajar Biologi aspek psikomotorik materi sistem

respirasi

3) Skala pengukuran: nominal

4) Simbol: Prestasi belajar aspek psikomotorik diberi simbol Y3

E. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk mengumpulkan data yang akan digunakan pengajuan hipotesis

digunakan beberapa teknik pengumpulan data. Teknik-teknik yang digunakan

dalam pengambilan data diantaranya adalah:

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

a. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002: 206) menjelaskan bahwa Dokumentasi adalah

mencari data mengenai hal-hal atau berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya.

Fungsi dari metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk

mendapatkan nilai Ujian Akhir Semester I mata pelajaran Biologi yang digunakan

untuk menguji keseimbangan kemampuan awal.

b. Angket

Suharsimi Arikunto (2002: 128) menyatakan bahwa angket atau kuesioner

adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden dalam arti laporan tentang priabadi, atau hal-hal yang ia ketahui.

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengambil data tentang

keingintahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan dan prestasi ranah

afektif.

Instrumen angket digunakan untuk pengambilan data keingintahuan dan

prestasi belajar aspek afektif. Menurut Depdiknas (2003: 91), instrumen penilaian

berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus

menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan jawaban

dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Sebelum

menyusun angket terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi

kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya

dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian

yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam

menyusun item-item angket.

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya

dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan..

Pemberian skor tiap item pernyataan menurut skala Likert dalam Suryabrata

(2000: 186-190) yaitu sebagai berikut :1). Untuk item pernyataan positif (+): a)

Skor 4 untuk alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), b) Skor 3 untuk alternatif

jawaban Setuju (S), c) Skor 2 untuk alternatif jawaban Tidak Setuju (TS), d) Skor

1 untuk alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). 2) Untuk item pernyataan

negatif (-): a) Scor 1 untuk alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), b) Skor 2 untuk

alternatif jawaban Setuju (S), c) Skor 3 untuk alternatif jawaban Tidak Setuju

(TS), d) Skor 4 untuk alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). Sebelum

digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan

terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket.

c. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 198) “Tes dilakukan dengan

pemberian serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok”. Dalam penelitian ini teknik tes digunakan

untuk mengetahui kemampuan awal dan prestasi belajar aspek kognitif kelompok

inquiry terbimbing dan kelompok inquiry bebas termodifikasi.

d. Observasi

Observasi merupakan suatu langkah yang sangat baik untuk memperoleh

data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Menurut

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Sardiman (1994:120) menyatakan bahwa “guru tidak hanya memperhatikan hasil-

hasil pelajaran, melainkan perlu juga memperhatikan minat, bakat, sifat-sifat,

watak, kebiasaan, keterbukaan, dan cara kerja setiap siswa”. Teknik observasi

digunakan untuk mengambil data hasil belajar aspek psikomotorik.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen penelitian terbagi menjadi dua yaitu

instrumen pelaksanaan penelitian dan instrumen pengambilan data

1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian berupa silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), langkah-langkah pembelajaran dan

Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrumen pelaksanaan penelitian tersebut disusun

oleh peneliti dan disesuaikan dengan silabus. Untuk menjamin bahwa instrumen

pelaksanaan penelitian valid, maka instrumen dikonsultasikan dengan

pembimbing.

2. Instrumen Pengambilan Data

Instrumen pengambilan data pada penelitian ini berupa instrumen angket,

instrumen tes, dan lembar observasi. Instrumen angket berupa angket

keingintahuan dan perstasi belajar ranah afektif, instrumen tes digunakan untuk

mengetahui kemampuan awal dan prestasi belajar ranah kognitif. Sedangkan

lembar observasi digunakan untuk mengukur prestasi belajar ranah psikomotorik.

Instrumen-instrumen pengambilan data tersebut disusun oleh peneliti dan

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dan diuji cobakan terlebih dahulu

untuk mengetahui bahwa item dalam instrumen baik.

G. Uji Coba Instrumen

Item dalam instrumen dikatakan baik harus memenuhi persyaratan dalam

hal validitas, reliabilitas, derajat kesukaran, dan daya pembeda soal. Adapun

langkah-langkah yang ditempuh dalam uji coba instrumen diantaranya adalah: a.

Menentukan sampel ujicoba; b. Melakukan uji coba instrumen; c. Analisis data

hasil uji coba

Uji coba instrumen dilaksanakan pada salah satu kelas XI IPA SMA

Negeri 3 Sragen sejumlah 40 siswa. Penentuan tempat uji coba dengan

pertimbangan kedua sekolah tersebut memiliki tingkat prestasi dan budaya yang

tidak jauh berbeda. Data diperoleh dari hasil uji coba instrumen yang dikerjakan

oleh siswa, kemudian hasil tersebut dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas,

reliabilitas, daya beda dan taraf kesukaran dari instrumen yang telah dibuat.

a. Validitas Instrumen

“Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor

tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes” (Djemari Mardapi, 2008:16) atau “taraf

sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur“

(Masidjo, 1995: 242). Jadi suatu instrumen dikatakan valid atau sahih jika

menunjukkan kesesuaian dengan indikator yang akan diukur dalam penelitian.

Menurut Djemari Mardapi (2008: 15) “ada lima sumber bukti validitas yang

penting yaitu : bukti validitas berdasarkan isi tes (content), bukti berdasarkan

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

proses respons, bukti berdasarkan struktur internal, bukti berdasarkan hubungan

dengan variabel lain”.

Untuk memperoleh instrumen yang valid terlebih dahulu membuat kisi-

kisi untuk instrumen dan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing. Hal

ini untuk memenuhi validitas isi (content validity) artinya materi tes betul-betul

merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan pelajaran yang

diberikan (Masidjo, 1995: 243) Setelah ini dilalui kemudian peneliti melakukan

kegiatan uji coba (try out) untuk menguji validitas empiris dari data try out dengan

menggunakan rumus korelasi product moment ( rxy) seperti pada persamaan 3.3

berikut :

{ }{ }å åå åå å å=

2222xyY)(- YNX)(- XN

Y)X)(( - XYN r (3.3)

Keterangan : rxy : Koefisien Validitas X : Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya Y : Kriteria yang dipakai

(Masidjo, 1995: 246)

Persamaan 3.3 menunjukkan rumus korelasi product moment yang

dikemukakan oleh Pearson. Persamaan tersebut digunakan untuk menentukan

validitas item soal tes dan angket. Validitas soal dinyatakan dengan nilai rxy yaitu

indeks korelasi antara dua variabel (x dan y) yang dikorelasikan. Indeks korelasi

(rxy) tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: banyaknya subjek (N),

skor item nomor soal yang dijawab benar (x), dan jumlah skor total (y).

Untuk menentukan validitas dari setiap item soal maka rxy yang telah

diperoleh dibandingkan dengan rtabel (pada lampiran). Dengan mengetahui

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

banyaknya subjek N dan taraf signifikansi 5% maka diperoleh rtabel. Setiap item

soal dikatakan valid jika nilai rxy > rtabel atau. Tabel 3.5 menampilkan ringkasan

hasil uji validitas instrumen pengambilan data, sedangkan tingkat validitas

masing-masing item dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Taraf validitas empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang

disebut koefisien validitas (rxy). Koefisien validitas suatu tes dinyatakan dalam

suatu bilangan koefisien antara-1,00 sampai dengan1,00. Adapun besar koefisien

yang dimaksud adalah:

Tabel 3.4.Koefisien Validitas Koefisien korelasi Kualifikasi 0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah

(Masidjo, 1995: 243)

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Pengambilan Data

No. Instrumen

Pengambilan Data

Nomor Soal yang Valid

Jumlah Nomor Soal yang Tidak

Valid Jumlah Total

1. Prestasi kognitif

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 19, 22, 23, 24, 25, 28, 29, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58,

47 11, 15, 20, 21, 26, 27, 30, 34, 43, 44, 49, 59, 60

13 60

2. Prestasi Afektif 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

24 4, 9, 11, 14, 16, 21

6 30

3. Kemampuan awal

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 25,

20 9, 10, 21, 23, 24

5 25

4. Keingintahuan 2, 4, 6, 7, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, , 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 42, 43

32 1, 3, 5, 8, 10, 13, 20, 25, 33, 38, 41, 44

12 44

Berdasarkan Tabel 3.5 diketahui bahwa pada soal tes prestasi kognitif, ada

tigabelas item soal yang tidak valid dengan nomor soal 11, 15, 20, 21, 26, 27, 30,

34, 43, 44, 49, 59, 60. Pada angket prestasi afektif, ada enam item soal yang tidak

valid dengan nomor soal 4, 9, 11, 14, 16, 21. Pada soal tes kemampuan awal, ada

lima item soal yang tidak valid dengan nomor soal 9, 10, 21, 23, 24. Pada angket

keingintahuan, ada duabelas item soal yang tidak valid dengan nomor soal 9, 18,

1, 3, 5, 8, 10, 13, 20, 25, 33, 38, 41, 44. Dari beberapa item soal yang tidak valid

tidak digunakan, hal ini dikarenakan item yang tersisa sudah dapat mewakili

indikator yang ingin dicapai.

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Tabel 3.6 Rangkuman Kriteria Validitas Instrumen Pengambilan Data No Instrumen

Pengambilan Data

Kualifikasi validitas Total Samgat

Tinggi (ST ) Tinggi

(T) Cukup

(C ) Rendah

( R) Sangat

Rendah (SR) 1 Prestasi kognitif 1 4 39 5 11 60 2 Prestasi Afektif 0 0 13 11 6 30 3 Kemampuan awal 0 1 16 6 2 25 4 keingintahuan 0 2 21 10 11 44

Berdasarkan Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa item instrumen pengambilan data

kebanyakan memiliki tingkat validitas yang cukup.

b. Reliabilitas instrumen

Menurut Budiyono (2003: 69), instrumen dikatakan reliabel berarti dapat

memberikan hasil yang relatif sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada

responden yang berbeda pada waktu yang berlainan. Menurut Arikunto (2002:

205) reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang

sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu

yang sama.

Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk objektif digunakan

rumus Kuder-Richard 20 (KR 20) seperti persamaan 3.4 berikut :

úû

ùêë

é÷øö

çèæ= å

t

t211 S

pq- S

1-nn

r (3.4)

Keterangan :

r11 : Koefisien reliabilitas n : Jumlah item S : deviasi standar p : indeks kesukaran q : 1 – p

Persamaan 3.4 merupakan rumus untuk menhitung besarnya reliabilitas

tes bentuk objektif. Untuk dapat menghitung besarnya reliabilitas denan metode

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Kuder-Richard diperlukan data-data hasil pengukuran diantaranya: harga atau

prestasi rata-rata dari kelompok, yang dinyatakan dalam Mean (M), Deviasi

standar dari kelompok (S), Taraf kesukaran dari setiap item (IK=p), jumlah item

(n). ”Dengan metode Kuder-Richard akan diperoleh koefisien reliabilitas suatu tes

yang tinggi apabila distribusi skor-skor yang diperoleh dari tes merupakan

distribusi normal” (Masidjo, 1995: 233)

Untuk menghitung koefisien reliabilitas bentuk angket digunakan rumus

alpha dari Masidjo (1995: 238), seperi persamaan 3.5 :

÷÷ø

öççè

æ S-÷÷

ø

öççè

æ-

== 2

2

11 1)1( t

i

SS

nn

ar (3.5)

Keterangan : r11 : koefisien reliabilitas suatu tes n : jumlah item

S Si2 : jumlah kuadrat S dari masing-masing aitem

Si2 : kuadrat dari S total keseluruhan

Keputusan:

r 11 positif dan rhitung > rtabel maka item tersebut reliabel

r 11 negatif dan rhitung < rtabel maka item tersebut tidak reliabel

Persamaan 3.5 merupakan rumus untuk menghitung besarnya reliabilitas

tes bentuk angket. Untuk dapat menghitung taraf reliabilitas denan metode alpha

diperlukan data-data hasil pengukuran diantaranya: jumlah item atau soal dalam

suatu tes dan deviasi standar dari skor masing-masing item dan deviasi standar

dari total skor keseluruhan item atau soal dalam suatu tes (Masidjo, 1995: 239)

Koefisien reliabilitas seperti pada Tabel 3.7 berikut:

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Tabel 3.7.Koefisien Reliabilitas Koefisien korelasi Kualifikasi 0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah

(Masidjo, 1995: 209)

Tabel 3.8 merupakan ringkasan hasil uji reliabilitas instrumen secara keseluruhan.

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data No. Instrumen r11 rtabel Keputusan Kategori 1. Prestasi kognitif 0,93 0,312 Reliabel Sangat Tinggi 2. Prestasi Afektif 0,75 0,320 Reliabel Tinggi 3. Kemampuan awal 0,85 0,312 Reliabel Tinggi 4. keingintahuan 0,85 0,320 Reliabel Tinggi

Tabel 3.8 menunjukkan bahwa instrumen prestasi kogbitif memiliki nilai

r11 sebesar 0,93. Dengan mengacu pada klasifikasi yang ada maka dapat

diputuskan bahwa instrumen tersebut sangat tinggi reliabilitasnya. Sementara itu,

instrumen prestasi afektif, kemampuan awal, dan keingintahuan masing-masing

memiliki nilai r11 sebesar 0,75, 0,85, dan 0, 85 sehingga dapat diputuskan bahwa

ketiga instrumen tes tersebut tergolong tinggi reliabilitasnya. Dengan demikian,

keempat instrumen pengambilan data tersebut memenuhi syarat uji coba

reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengambil data penelitian.

c. Taraf Kesukaran

Soal yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur adalah soal yang

mempunyai derajat kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit

dan tidak terlalu mudah. Derajat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks

kesukaran, yaitu bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Indeks kesukaran soal dihitung dengan menggunakan persamaan (3.6).

maksimalskor NB

IK ´

= (3.6)

Ketarangan :

IK : Indeks Kesukaran B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari

suatu item N : Kelompok siswa Skor maksimal : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari

suatu item N x skor maksimal : Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari

suatu item.

(Masidjo, 1995: 189) Adapun klasifikasi indeks kesukaran menurut Masidjo (1995:192) yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9. Indeks Kesukaran IK – IK Kualifikasi IK

0,81 – 1,00 Mudah Sekali (MS) 0,61 – 0,80 Mudah (Md) 0,41 – 0,60 Sedang / Cukup (Sd/C) 0,21 – 0,40 Sukar (Sk) 0,00 – 0,20 Sukar sekali (SS)

Persamaan 3.6 merupakan persamaan untuk menentukan tingkat kesukaran

suatu soal yang dinyatakan dengan nilai IK. Indeks kesukaran soal (IK)

merupakan nilai perbandingan antara jumlah siswa yang menjawab benar (B)

dengan jumlah keseluruhan siswa (N). Dengan demikian, indeks kesukaran soal

dipengaruhi oleh jumlah siswa yang menjawab benar dan jumlah keseluruhan

siswa. Semakin banyak jumlah siswa yang menjawab benar suatu soal maka

semakin besar pula nilai IK pada soal tersebut, begitu juga sebaliknya.

Uji taraf kesukaran hanya diujikan pada instrumen yang berbentuk tes

karena instrumen tes ini akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Dengan demikian, perlu adanya gambaran dari hasil uji taraf kesukaran ini untuk

mengetahui distribusi tingkat kesukaran soal. Tabel 3.10 merupakan tabel

distribusi tingkat kesukaran instrumen berbentuk tes.

Tabel.3.10. Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Tes No

Instrumen Tes

Tingkat Kesukaran

Nomor soal Jumlah %

1 Prestasi kognitif

Mudah Sekali 50, 53, 56 3 5,.0 Mudah 5, 10, 12, 13, 15, 16, 22, 27, 31, 32,

35, 37, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 52 19 31,7

Sedang/Cukup 2, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 18, 19, 23, 24, 28, 29, 34, 38, 40, 46, 55, 58, 60

20 33,3

Sukar 3, 14, 17, 25, 33, 36, 39, 41, 42, 51, 54, 57, 59

13 21,7

Sukar Sekali 1, 20, 21, 26, 30 5 8,3 Total 60 100

2 Kemampuan awal

Mudah Sekali 8, 10 2 8,0 Mudah 2, 12, 13, 16, 17, 19 6 24 Sedang/Cukup 1, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 14, 15, 20, 24,

25 13 52

Sukar 22 1 4.0 Sukar Sekali 18, 21, 23 3 12 Total 25 100

Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, diketahui bahwa instrumen tes

kemampuan awal dan tes prestasi kognitif mempunyai distribusi soal yang

seimbang. Jumlah soal dengan kategori sedang/cukup lebih banyak dibandingkan

dengan soal kategori sukar dan mudah. Suatu instrumen tes dikatakan memiliki

distribusi tingkat kesukaran soal yang baik jika soal dengan kategori sedang

jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sukar dan mudah.

Sebagai gambaran, distribusi tingkat kesukaran instrumen tes yang baik harus

mengikuti bentuk kurva normal. Karena instrumen sudah memiliki tingat

kesukaran yang baik maka instrumen kemampuan awal dan prestasi kognitif

sudah dapat digunakan untuk pengambilan data.

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

d. Indeks Diskriminasi

Menurut Arikunto (2002: 201), taraf pembeda suatu item adalah taraf

sampai dimana jumlah jawaban benar dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok

atas (pandai) berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah (bodoh).

Perbedaan jawaban benar dari siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah

disebut Indeks Diskriminasi (ID). Untuk menghitung indeks diskriminasi suatu

item digunakan persamaan 3.7

maksimalSkor nKBatau nKA KB -KA

ID´

= (3.7)

Keterangan : ID : Indeks Diskriminasi KA : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa kelompok atas K : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa kelompok

bawah NKA atau nKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau bawah.

(Masidjo, 1995: 198)

Klasifikasi indeks diskriminasi yang digunakan menurut Masidjo (1995:201)

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.11 Indeks Diskriminasi ID - ID Kualifikasi 0,80 – 1,00 Sangat membedakan (SM) 0,60 – 0,79 Lebih membedakan (LM) 0,40 – 0,59 Cukup Membedakan (CM) 0,20 – 0,39 Kurang membedakan (KM) Negatif – 0,19 Sangat kurang membedakan (SKM)

Distribusi indeks diskriminasi atau daya beda soal untuk tes kemampuan awal dan

prestasi kognitif disajikan pada Tabel 3.12.

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Tabel 3.12. Distribusi Daya Beda Instrumen Tes No Instrumen

Tes Tingkat

Kesukaran Nomor soal Jumlah %

1 Prestasi kognitif

Sangat Membedakan

- 0 0

Lebih Membedakan

5, 13, 16, 19, 25, 40, 41, 48, 52, 59

10 16,7

Cukup Membedakan

1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 17, 18, 24, 28, 29, 31, 34, 35, 36, 38, 42, 45, 46, 47, 51, 54, 57, 58

29 48,3

Kurang Membedakan

22, 23, 32, 33, 37, 39, 50, 53, 55, 56

10 16,7

Sangat Kurang Membedakan

11, 15, 20, 21, 26, 27, 30, 43, 44, 49, 60

11 18,3

Total 60 100 2 Kemampuan

awal Sangat Membedakan

- 0

Lebih Membedakan

4, 7, 14, 18 4 16

Cukup Membedakan

1, 2, 3, 5, 6, 9, 12, 13, 15, 19, 22, 25

12 48

Kurang Membedakan

8, 11, 16, 17, 20 5 20

Sangat Kurang Membedakan

10, 21, 23, 24 4 16

Total 25 100 Tabel 3.12 di atas menunjukkan bahwa instrumen tes kemampuan

menggunakan awal dengan kualifikasi daya beda Sangat Kurang Membedakan

(SKM) hanya berjumlah empat soal (nomor soal 10, 21, 23, 24) atau sebesar 16%

dari keseluruhan soal tes kemampuan awal yang ada. Sementara itu, instrumen tes

prestasi kognitif dengan kualifikasi daya beda Sangat Kurang Membedakan

(SKM) hanya berjumlah sebelas soal (nomor soal 11, 15, 20, 21, 26, 27, 30, 43,

44, 49, 60) atau sebesar 18,3% dari keseluruhan soal tes prestasi kognitif yang

ada. Secara umum, kedua instrumen tes tersebut telah memenuhi uji daya beda

sehingga cukup untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa

yang kurang pandai. Item soal dengan kualifikasi daya beda Sangat Kurang

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Membedakan (SKM) tidak digunakan untuk mengambil data penelitian karena

sisa soal yang ada sudah mewakili indikator yang ingin dicapai.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

variansi tiga jalan (anava 3 jalan) dengan desain faktorial 2x2x2 dengan sel tak

sama. Sebelum melakukan uji anava dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas

dan uji homogenitas dengan menggunakan software Minitab 15.

Untuk mempermudah dalam perhitugan dan teknik analisis data baik itu

uji kesetaraan/uji keseimbangan, uij prasyarat analisis, uji hipotesis, dan uji lanjut

digunakan software Minitab 15. Minitab merupakan salah satu program aplikasi

statistik yang banyak digunakan untuk mempermudah pengolahan data statistik.

Menurut Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti (2006: 22-23), keunggulan

Minitab diantaranya adalah: a. Dapat digunakan dalam pengolahan data statistik

untuk tujuan sosial maupun teknik, b. Mampu memberi nilai taksiran yang

mendekati nilai sebenarnya, c. Minitab menyediakan beberapa pengolahan data

untuk melakukan analisis regresi, membuat ANOVA, membuat alat-alat

pengendalian kualitas statistika, membuat desain eksperimen (faktorial, response

surface, dan Taguchi), membuat peramalan dengan analisis time series, analisis

reliabilitas, dan analisis multivariat, serta menganalisis data kualitatif dengan

menggunakan cross tabulation, d. Tampilan menu lebih lengkap dan disertai

toolbar akan mempermudah pengguna dalam menjalankan perintah, e. Minitab

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

menyediakan Sta tGuide yang menjelaskan cara melakukan interprestasi tabel dan

grafik statistik yang dihasilkan oleh Minitab dengan cara yang mudah dipahami, f.

Ukuran worksheet dinamis dan memuat kolom sampai 4.000, g. Bahasa

pemrogaman makro lebih mudah, hampir mirip dengan bahasa pemrograman

basic, h. Minitab menyediakan ReportPad agar mudah membuat laporan project

yang telah dibuat, i. Pengguna dapat membuat nama yang panjang pada file tanpa

harus menyingkat nama file.

a. Uji Normalitas.

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun prosedur yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis

Hipotesis nol (H0) adalah sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi

normal dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal

2) Menetapkan statistik uji

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan software Minitab 15 dengan

uji Ryan-Joiner (RJ), karena uji ini memiliki daya yang bagus, selain itu uji

Ryan-Joiner (RJ) ini juga mendasarkan pada korelasi antara sampel data dan

salah satu data yang diharapkan berasal dari distribusi normal (Pribadi,

2008:40). Rumus yang digunakan pada test for normality adalah sebagai

berikut:

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

...............................................................................................((3.8)

Dengan:

R = koefisien korelasi product moment antara N skor data (X) dengan Z

skor (Y)

= kovariansi sampel

= standar deviasi N skor data

= standar deviasi Z skor

Sedangkan rumus untuk mencari , , dan adalah sebagai berikut:

= ................................................................................(3.9)

= ....................................................................................(3.10)

= .....................................................................................(3.11)

Sedangkan untuk mengetahui nilai Z skor digunakan rumus koefisien

korelasi product moment, dengan persamaan berikut:

..............................................................................................(3.12)

Dengan:

skor sampel

mean rata-rata sampel

jumlah sampel

(Suharsimi Arikunto, 2005: 96)

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

3) Menentukan taraf signifikansi (α)

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang

terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini, taraf signifikansi (α) yang

digunakan adalah 0,05 atau 5%.

4) Menetapkan keputusan uji

Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria:

Jika probabilitas < α maka H0 tidak ditolak artinya data berdistribusi tidak

normal.

Jika probabilitas > α maka H0 ditolak artinya data berdistribusi normal.

e. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui sampel penelitian berasal

dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan

langkah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis

Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak homogen

dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang

homogen.

2) Menentukan statistik uji

Uji homogenitas ini dihitung menggunakan software Minitab 15. Uji

homogenitas dapat dilakukan dengan beberapa uji yaitu F test dan Levene’s

Test.

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

3) Menetapkan taraf signifikansi (α)

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang

terjadinya kesalahan analisis. Pada uji homogenitas ini, taraf signifikansi (α)

yang digunakan adalah 0,05 atau 5%.

4) Menentukan keputusan uji

Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria:

Jika probabilitas < α maka H0 tidak ditolak artinya sampel berasal dari populasi

yang tidak homogen.

Jika probabilitas > α maka H0 ditolak artinya sampel berasal dari populasi yang

homogen.

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji anava tiga jalan

dan uji lanjut anava jika antar metode pembelajaran, kemampuan awal, dan

keingintahuan terdapat pengaruh yang signifikan.

a. Uji Anava Tiga Jalan

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui hipotesis yang telah

diajukan ditolak atau tidak ditolak. Rancangan uji hipotesis ini terdiri dari tiga

variabel bebas yang meliputi metode pembelajaran, kemampuan awal, dan

keingintahuan siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode

inquiry terbimbing (A1) dan metode inquiry bebas termodifikasi (A2).

Kemampuan awal dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (B1)

dan kategori rendah (B2). Keingintahuan siswa dikelompokkan menjadi dua

kategori, yaitu kategori tinggi (C1) dan kategori rendah (C2). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Biologi siswa pada aspek kognitif,

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

afektif, dan psikomotorik. Uji hipotesis/anava dilakukan dengan langkah sebagai

berikut:

1). Menentukan Hipotesis

a. H01: Tidak ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing

dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi

H11: Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan

inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi

b. H02: Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi

belajar Biologi

H12: Ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar

Biologi

c. H03: Tidak Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi

belajar Biologi

H13: Ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar

Biologi

d. H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal

siswa terhadap prestasi belajar Biologi

H112: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal

siswa terhadap prestasi belajar Biologi

e. H013: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat

keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi

H113: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan

siswa terhadap prestasi belajar Biologi

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

f. H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan

siswa terhadap prestasi belajar Biologi

H123: Ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar Biologi

g. H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan

awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi

H1123: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan

tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi

3) Menentukan statistik uji

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) tiga

jalan dengan General Linear Model (GLM) yang perhitungannya dilakukan

dengan software Minitab 15. Sub-menu General Linear Model (GLM) dalam

software Minitab berfungsi membuat ANOVA untuk data pengamatan yang

sama maupun tidak dengan faktor-faktor saling silang atau nested dan faktor

fixed atau random (Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti, 2006: 80).

4) Menetapkan taraf signifikansi (α)

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang

terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini, taraf signifikansi (α) yang

digunakan adalah 0,05 atau 5%.

5) Menentukan keputusan uji

Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria: jika p-value < 0,05 maka

hipotesis nol (H0) ditolak.

Page 121: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

b. Uji Lanjut Anava

Jika dalam pengujian hipotesis, hipotesis nol (H0) ditolak yang berarti

hipotesis alternatif (H1) tidak ditolak, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk

mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti.

Uji lanjut Anava dilakukan dengan uji t satu ekor (Budiyono, 2004: 201).

Statistika uji t satu ekor seperi disajikan pada persamaan 3.13

ns

yt

/01 m-

=v

(3.13)

Derajat bebas (df) : (n– 1)

Daerah penolakan : t > tα atau t < tα

(Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti,2006: 198)

Page 122: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Berkaitan dengan hipotesis yang telah dikemukakan pada Bab II, maka

diperlukan data-data yang perlu dianalisis. Data ini berupa nilai kemampuan awal,

keingintahuan, dan prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem respirasi.

Prestasi belajar ini meliputi nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik. Data-data

tersebut diambil dari siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran

2009/2010 sebanyak 2 kelas, dengan jumlah sampel sebanyak 80 siswa yang

dibagi menjadi 2 kelas, yaitu: kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan

pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing, dan kelas eksperimen 2 (XI IPA

3) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi.

Secara lebih jelasnya deskripsi data penelitian akan dibahas tiap variabel.

1. Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Siswa

Data prestasi belajar siswa dalam penelitian ini berupa nilai pada aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik seperti disajikan padaTabel 4.1. nilai aspek

kognitif diperoleh melalui tes tertulis, sedangkan untuk nilai afektif diperoleh

melalui angket dan nilai aspek psikomotorik diperoleh melalui lembar observasi.

Tabel 4.1. Rangkuman Data Prestasi Belajar Hasil Penelitian Berdasarkan Metode Inquiry Terbimbing Dan Inquiry Bebas Termodifikasi

Metode Prestasi N Min Max Rara-rata Inquiry terbimbing

Kognitif 40 61 84 73.5 Afektif 40 60 88 73.0 Psikomotorik 40 47 69 59.1

Inquiry bebas termodifikasi

Kognitif 40 50 90 64.4 Afektif 40 58 85 70.0 Psikomotorik 40 41 64 52.6

Page 123: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa untuk kelas yang melakukan

pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing nilai Min, Max, dan rata-ratanya

lebih besar dibandingkan kelas yang melakukan pembelajaran dengan metode

inquiry bebas termodifikasi. Distribusi data nilai prestasi belajar siswa disajikan

dalam bagian berikut.

a. Aspek Kognitif

1) Kelas Inquiry Terbimbing

Prestasi belajar siswa aspek kognitif materi pokok sistem respirasi pada

siswa kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan

metode inquiry terbimbing, nilai terendah 61 dan nilai tertinggi 84, Standar

Deviasi (SD) sebesar: 6.1. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 4.

Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.2 dan

Gambar 4.1.

Tabel 4.2. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kelas Inquiry Terbimbing

Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi Mutlak (f) Relatif (%)

61-64 62.5 2 5 125 65-68 66.5 6 15 399 69-72 70.5 10 25 705 73-76 74.5 11 27.5 819.5 77-80 78.5 5 12.5 392.5 81-84 82.5 6 15 495

Jumlah 40 100 2936 SD 6.1 Mean 73.5

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat

pada interval kelas 73-76 yaitu sebesar 11. Frekuensi terkecil terdapat pada

interval kelas 61-64 yaitu sebesar 2. Distribusi data prestasi belajar aspek kognitif

Page 124: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

62.5, Frekuensi, 2

66.5, Frekuensi, 6

70.5, Frekuensi,

10

74.5, Frekuensi,

11

78.5, Frekuensi, 5

82.5, Frekuensi, 6

62.5 66.5 70.5 74.5 78.5 82.5

Nilai Tengah

tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.1, untuk mengetahui lebih

jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.

Gambar 4.1 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.2,

menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 11 dengan nilai tengah 74,5 dan

frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 62.5.

2) Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi

Prestasi belajar siswa aspek kognitif materi pokok sistem respirasi pada

siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan

metode inquiry bebas termodifikasi, nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90,

Standar Deviasi (SD) sebesar: 8.3. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 7.

Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.3 dan

Gambar 4.2.

Gambar 4.1. Diagram data kognitif kelas inquiry terbimbing

Fre

kuen

si

Page 125: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119 Tabel 4.3. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Apek Kognitif Kelas Inquiry Bebas

Termodifikasi Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi

Mutlak (f) Relatif (%) 50-56 53 9 22.5 477 57-63 60 9 22.5 540 64-70 67 15 37.5 1005 71-77 74 5 12.5 370 78-84 81 1 2.5 81 85-91 88 1 2.5 88

Jumlah 40 100 2561 SD 8.3 Mean 64.5

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat

pada interval kelas 64-70 yaitu sebesar 15. Frekuensi terkecil terdapat pada

interval kelas 78-84 dan 85-91dengan frekunsi masing-masing sebesar 1.

Distribusi data prestasi belajar aspek kognitif tersebut juga disajikan melalui

diagram pada Gambar 4.2, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut

merata atau tidak.

53, Frekuensi,

9

60, Frekuensi,

9

67, Frekuensi,

15

74, Frekuensi,

5

81, Frekuensi,

1

88, Frekuensi,

1

Fre

kuen

si

53 60 67 74 81 88

Nilai Tengah

Gambar 4.2. Diagram data kognitif kelas inquiry bebas termodifikasi

Page 126: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Gambar 4.2 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.3,

menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 15 dengan nilai tengah 67 dan

frekuensi terendah yaitu 1 dengan nilai tengah 81 dan 88.

b. Aspek Afektif

1) Kelas Inquiry Terbimbing

Prestasi belajar siswa aspek afektif materi pokok sistem respirasi pada

siswa kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan

metode inquiry terbimbing, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 88, Standar

Deviasi (SD) sebesar: 6.9. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 5.

Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.4 dan

Gambar 4.3.

Tabel 4.4. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Kelas Inquiry Terbimbing

Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi Mutlak (f) Relatif (%)

60-64 62 3 7.5 186 65-69 67 9 22.5 603 70-74 72 13 32.5 936 75-79 77 7 17.5 539 80-84 82 5 12.5 410 85-89 87 3 7.5 216

Jumlah 40 100 2935 SD 6.9 Mean 73.0

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat

pada interval kelas 70-74 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada

interval kelas 60-64 dan 85-89 dengan frekunsi masing-masing sebesar 3.

Distribusi data prestasi belajar aspek afektif tersebut juga disajikan melalui

diagram pada Gambar 4.3, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut

merata atau tidak.

Page 127: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Gambar 4.3 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.4,

menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 13 dengan nilai tengah 72 dan

frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 62 dan 87.

2) Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi

Prestasi belajar siswa aspek afektif materi pokok sistem respirasi pada

siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan

metode inquiry bebas termodifikasi, nilai terendah 58 dan nilai tertinggi 85,

Standar Deviasi (SD) sebesar: 7.7. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 5.

Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.5 dan

Gambar 4.4.

53, Frekuensi, 3

60, Frekuensi, 9

67, Frekuensi,

13

74, Frekuensi, 7

81, Frekuensi, 5

88, Frekuensi, 3

62 67 72 77 82 87

Fre

kuen

si

Gambar 4.3. Diagram data afektif kelas inquiry terbimbing

Nilai Tengah

Page 128: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122 Tabel 4.5. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Kelas Inquiry Bebas

Termodifikasi Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi

Mutlak (f) Relatif (%) 58-62 60 6 15 360 63-67 65 9 22.5 585 68-72 70 8 20 560 73-77 75 7 17.5 525 78-82 80 7 17.5 560 83-87 85 3 7.5 255

Jumlah 40 100 2845 SD 7.7 Mean 70.1

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat

pada interval kelas 68-72 yaitu sebesar 9. Frekuensi terkecil terdapat pada interval

kelas 83-87 dengan frekuensi sebesar 3. Distribusi data prestasi belajar aspek

afektif tersebut juga dapat dilihat melalui diagram pada Gambar 4.4, untuk

mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.

48.5, Frekuensi, 3

52.5, Frekuensi, 5

65.5, Frekuensi, 9

60.5, Frekuensi,

13

64.5, Frekuensi, 6

68.5, Frekuensi, 4

60 65 70 75 80 85

Nilai Tengah

Gambar 4.4. Diagram data afektif kelas inquiry bebas termodifikasi

Fre

kuen

si

Page 129: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Gambar 4.4 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.5,

menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 9 dengan nilai tengah 65 dan

frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 85.

c. Aspek Psikomotorik

1) Kelas Inquiry Terbimbing

Prestasi belajar siswa aspek psikomotorik materi pokok sistem respirasi

pada siswa kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan

metode inquiry terbimbing, nilai terendah 47 dan nilai tertinggi 69, Standar

Deviasi (SD) sebesar: 5.5. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 4.

Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.6 dan

Gambar 4.5.

Tabel 4.6. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik Kelas Inquiry Terbimbing

Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi Mutlak (f) Relatif (%)

47-50 48.5 3 7.5 145.5 51-54 52.5 5 12.5 265.5 55-58 56.5 9 22.5 508.5 59-62 60.5 13 32.5 786.5 63-60 64.5 6 15 387.5 67-70 68.5 4 10 274

Jumlah 40 100 2366.5 SD 5.5 Mean 5.1

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat

pada interval kelas 59-62 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada

interval kelas 47-50 dengan frekuensi sebesar 3. Distribusi data prestasi belajar

aspek psikomotorik tersebut juga disajikan melalui diagram seperti pada Gambar

4.5, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.

Page 130: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Gambar 4.5 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.6,

menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 13 dengan nilai tengah 60.5 dan

frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 48.5.

2) Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi

Prestasi belajar siswa aspek psikomotorik materi pokok sistem respirasi

pada siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan

metode inquiry bebas termodifikasi nilai terendah 44 dan nilai tertinggi 64,

Standar Deviasi (SD) sebesar: 5.7. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 4.

Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.7 dan

Gambar 4.6.

48.5, Frekuensi, 3

52.5, Frekuensi, 5

65.5, Frekuensi, 9

60.5, Frekuensi,

13

64.5, Frekuensi, 6

68.5, Frekuensi, 4

Fre

kuen

si

Gambar 4.5. Diagram data psikomotorik kelas inquiry terbimbing

48.5 52.5 56.5 60.5 64.5 68.5

Nilai tengah

Page 131: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125 Tabel 4.7. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik Kelas Inquiry

Bebas Termodifikasi Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi

Mutlak (f) Relatif (%) 41-44 42.5 4 10 170 45-48 46.5 6 15 279 49-52 50.5 9 22.5 454.5 53-56 54.5 10 25 545 57-60 58.5 8 20 468 61-64 62.5 3 7.5 187.5

Jumlah 40 100 2104 SD 5.7 Mean 52.6

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat

pada interval kelas 53-56 yaitu sebesar 10. Frekuensi terkecil terdapat pada

interval kelas 61-64 dengan sebesar frekuensi 3. Distribusi data prestasi belajar

aspek psikomotorik tersebut juga dapat dilihat melalui diagram pada Gambar 4.6,

untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.

42.5, Frekuensi, 4

46.5, Frekuensi, 6

50.5, Frekuensi, 9

54.5, Frekuensi,

10

58.5, Frekuensi, 8

62.5, Frekuensi, 3

42.5 46.5 50.5 54.5 58.5 62.5

Nilai Tengah

Fre

kuen

si

Gambar 4.6. Diagram data psikomotorik kelas inquiry bebas termodifikasi

Page 132: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Gambar 4.6 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.7,

menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 10 dengan nilai tengah 54.5 dan

frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 62.5.

2. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal

Data kemampual awal dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan

test materi prasyarat sebelum menempuh materi pokok sistem respirasi.

Pembagian kategori kemaampuan awal tinggi dan rendah berdasarkan nilai rata-

rata dari masing-masing kelas. Kemampuan awal tinggi jika skor total adalah ≥

mean dan kemampuan awal rendah jika skornya < mean. Deskripsi data hasil tes

kemampuan awal tersebut disajikan dalam Tabel 4.8

Tabel 4.8. Deskripsi Data Kemampuan Awal Kelas Jumlah Data Min Max Rata-rata

Inquiry terbimbing 40 60 95 77.0 Inquiry Bebas Termodifikasi 40 45 95 66.2

Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa kelas Inquiry terbimbing mempunyai

rata-rata lebih besar daripada Inquiry Bebas Termodifikasi yaitu 77.00 > 66,25

akan tetapi nilai tertinggi yang didapat oleh kelas Inquiry terbimbing dan kelas

Inquiry bebas termodifikasi sama yaitu sebesar 95. Jadi dapat dikatakan bahwa

kelompok Inquiry terbimbing dan kelas Inquiry bebas termodifikasi mempunyai

kemampuan awal yang sama dalam mempelajari materi sistem respirasi, hal

tersebut juga didukung hasil uji t dua pihak pada kedua kelas eksperimen yang

diambil dari rapor semester gasal.

a. Kelas Inquiry Terbimbing

Data kemampual awal dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan

tes materi prasyarat sebelum menempuh materi pokok sistem respirasi. Pada siswa

Page 133: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127 kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan metode

inquiry terbimbing nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95, Standar Deviasi (SD)

sebesar: 11.8. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 6. Distribusi frekuensi

nilai kemampuan awal siswa disajikan pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.7.

Tabel 4.9. Distribusí Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Inquiry Terbimbing Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi

Mutlak (f) Relatif (%) 60-65 62.5 10 25 625 66-71 68.5 4 10 274 72-77 74.5 9 22.5 670.5 78-83 80.5 2 5 161 84-89 86.5 4 10 346 90-95 92.5 11 27.5 1017.5

Jumlah 40 100 3094 SD 11.8 Mean 77.0

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat

pada interval kelas 90-95 yaitu sebesar 11. Frekuensi terkecil terdapat pada

interval kelas 78-83 dengan frekuensi masing-masing sebesar 3. Distribusi data

kemampuan awal tersebut juga disajikan melalui diagram seperti pada Gambar

4.7, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.

Gambar 4.7 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.9,

menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 11 dengan nilai tengah 92.5 dan

frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 78.5.

Page 134: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

b. Kelas Inquiry Bebas Ternmodifikasi

Data kemampual awal dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan

test materi pra syarat sebelum menempuh materi pokok sistem respirasi. Pada

siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan

metode inquiry bebas ternmodifikasi nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 95,

Standar Deviasi (SD) sebesar: 11.2. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval

9. Distribusi frekuensi nilai kemampuan awal siswa disajikan pada Tabel 4.10 dan

Gambar 4.8.

62.5

Nilai Tengah

Gambar 4.7. Diagram data kemampuan awal kelas inquiry terbimbing

62.5, Frekuensi,

10

68.5, Frekuensi,

4

74.5, Frekuensi,

9

80.5, Frekuensi,

2

86.5, Frekuensi,

4

92.5, Frekuensi,

11 F

reku

ensi

62.5 68.5 74.5 80.5 86.5 92.5

Page 135: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129 Tabel 4.10. Distribusí Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Inquiry Bebas

Termodifikasi Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi

Mutlak (f) Relatif (%) 45-53 49 5 12.5 245 54-62 58 11 27.5 638 63-71 67 13 32.5 737 72-80 76 7 17.5 532 81-89 85 2 5 170 90-98 94 2 5 188

Jumlah 40 100 2510 SD 12.2 Mean 66.2

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat

pada interval kelas 63-71 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada

interval kelas 81-89 dengan frekuensi sebesar 3. Distribusi data prestasi belajar

aspek psikomotorik tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.8,

untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.

62.5, Frekuensi, 5

68.5, Frekuensi,

11

74.5, Frekuensi,

13

80.5, Frekuensi, 7

86.5, Frekuensi, 2

92.5, Frekuensi, 2

Fre

kuen

si

49 58 67 76 85 94

Nilai Tengah

Gambar 4.8. Diagram data kemampuan awal kelas inquiry bebas termodifikasi

Page 136: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Gambar 4.8 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.10,

menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 13 dengan nilai tengah 67 dan

frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 85 dan 94.

3. Deskripsi Data Keingintahuan

Data keingintahuan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan

angket yang dibagikan sebelum diberi perlakuan. Pembagian kategori

keingintahuan tinggi dan rendah berdasarkan nilai rata-rata dari masing-masing

kelas. Keingintahuan tinggi jika skor total adalah ≥ mean dan keingintahuan

rendah jika skornya < mean. Deskripsi data keingintahuan tersebut disajikan

dalam Tabel 4.11

Tabel 4.11. Deskripsi Data Keingintahuan Kelas Jumlah Data Min Max Rata-rata

Inquiry terbimbing 40 78 121 99.2 Inquiry Bebas Termodifikasi 40 73 122 98.8

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa untuk kelas yang

melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing nilai Min, Max, dan

rata-ratanya lebih besar dibandingkan kelas yang menggunakan metode inquiry

bebas termodifikasi, akan tertapi perbedaan tersebut tidak begitu signifikan.

Distribusi data nilai keingintahuan siswa disajikan dalam bagian berikut.

a. Kelas Inquiry Terbimbing

Data keingintahuan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan

angket yang diberikan sebelum melakukan proses pembelajaran. Pada siswa kelas

eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry

terbimbing nilai terendah 78 dan nilai tertinggi 121, Standar Deviasi (SD) sebesar:

Page 137: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131 10.19. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 8. Distribusi frekuensi data

keingintahuan siswa dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.9.

Tabel 4.12. Distribusí Frekuensi Data Keingintahuan Kelas Inquiry Terbimbing Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi

Mutlak (f) Relatif (%) 78-85 81.5 4 10 815 86-93 89.5 8 20 1790

94-101 97.5 9 22.5 877.5 102-109 105.5 13 32.5 1371.5 110-117 113.5 5 12.5 567.5 118-125 121.5 1 2.5 121.5

Jumlah 40 100 5543 SD 10.2 Mean 99.2

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat

pada interval kelas 102-109 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada

interval kelas 118-125 dengan frekunsi sebesar 1. Distribusi data keingintahuan

tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.9, untuk mengetahui lebih

jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.

81.5, Frekuensi,

4

89.5, Frekuensi,

8

97.5, Frekuensi,

9

105.5, Frekuensi,

13

113.5, Frekuensi,

5

121.5, Frekuensi,

1

81.5 89.5 97.5 10.5 113.5 121.5

Fre

kuen

si

Nilai Tengah

Gambar 4.9. Diagram data keingintahuan kelas inquiry terbimbing

Page 138: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Gambar 4.9 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.12,

menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 13 dengan nilai tengah 10.5 dan

frekuensi terendah yaitu 1 dengan nilai tengah 121.5.

b. Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi

Data keingintahuan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan

angket yang diberikan sebelum melakukan proses pembelajaran. Pada siswa kelas

eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry

bebas termodifikasi nilai terendah 73 dan nilai tertinggi 122, Standar Deviasi (SD)

sebesar: 10.3. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 9. Distribusi frekuensi

data keingintahuan siswa disajikan pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.10.

Tabel 4.13. Distribusí Frekuensi Data Keingintahuan Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi

Interval Kelas Xi (nilai tengah) Frekuensi fxi Mutlak (f) Relatif (%)

73-81 77 1 2.5 77 82-90 86 4 10 890 91-99 95 18 45 1710

100-108 104 11 27.5 1144 109-117 113 9 10 1130 118-126 122 2 5 224

Jumlah 40 100 5145 SD 10.3 Mean 98.8

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat

pada interval kelas 82-90 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada

interval kelas 73-81 dengan frekuensi sebesar 1. Distribusi data keingintahuan

tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.10, untuk mengetahui

lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak

Page 139: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Gambar 4.10 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.13,

menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 18 dengan nilai tengah 95 dan

frekuensi terendah yaitu 1 dengan nilai tengah 77.

B. Pengujian Prasyarat Analisis

Sebelum melaksanakan uji lebih lanjut yaitu uji analisis variansi tiga jalan

sel tak sama dan uji lanjut untuk menguji hipotesis penelitian terlebih dahulu

dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu uji prasyarat analisis yang digunakan

untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau

tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan dengan

bantuan program Minitab 15 series. Hipotesis untuk menguji normalitas data

77, Frekuensi,

1

86, Frekuensi,

4

95, Frekuensi,

18

104, Frekuensi,

11 113, Frekuensi,

9

122, Frekuensi,

2

Fre

kuen

si

Nilai Tengah

77 86 95 104 113 122

Gambar 4.10. Diagram data keingintahuan kelas inquiry bebas termodifikasi

Page 140: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134 dalam penelitian ini adalah:

H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

H1 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Untuk mengambil keputusan data penelitian yang diperoleh memiliki

distribusi normal atau tidak, maka harus dilakukan uji terlebih dahulu dengan

ketentuan, yaitu: jika p-value hasil perhitungan lebih besar dari harga taraf

signifikansi (α = 0,05) maka H0 ditolak, artinya data berdistribusi secara normal.

Namun, jika p-value hasil perhitungan lebih kecil dari harga taraf signifikansi (α =

0,05) maka H0 diterima, artinya data tidak berdistribusi normal.

a. Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif

Hasil uji normalitas aspek kognitif berdasarkan perhitungan yang dilakukan

dengan menggunakan uji Ryan-Joiner disajikan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif

No. Komponen Metode Uji Normalitas

p-value Keputusan

1. Metode inquiry terbimbing Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 2. Metode inquiry bebas termodifikasi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 3. Kemampuan awal tinggi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 4. kemampuan awal rendah Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 5. Keingintahuan tinggi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 6. Keingintahuan rendah Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak

Tabel 4.14 merupakan ringkasan hasil uji normalitas data prestasi belajar

aspek kognitif. Berdasarkan Tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak

yang berarti bahwa sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi

normal, karena p-value > α

b. Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif

Hasil uji normalitas aspek afektif berdasarkan perhitungan yang dilakukan

dengan menggunakan uji Ryan-Joiner disajikan pada Tabel 4.15.

Page 141: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135 Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif

No. Komponen Metode Uji Normalitas

p-value Keputusan

1. Metode inquiry terbimbing Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 2. Metode inquiry bebas termodifikasi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 3. Kemampuan awal tinggi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 4. kemampuan awal rendah Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 5. Keingintahuan tinggi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 6. Keingintahuan rendah Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak

Tabel 4.15 merupakan ringkasan hasil uji normalitas data prestasi belajar

aspek afektif. Berdasarkan Tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak

yang berarti bahwa sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi

normal, karena p-value > α

c. Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik

Hasil uji normalitas aspek psikomotorik berdasarkan perhitungan yang

dilakukan dengan menggunakan uji Ryan-Joiner disajikan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik

No. Komponen Metode Uji Normalitas

p-value Keputusan

1. Metode inquiry terbimbing Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 2. Metode inquiry bebas termodifikasi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 3. Kemampuan awal tinggi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 4. kemampuan awal rendah Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 5. Keingintahuan tinggi Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak 6. Keingintahuan rendah Ryan-Joiner > 0.100 H0 ditolak

Tabel 4.16 merupakan ringkasan hasil uji normalitas data prestasi belajar

aspek psikomotorik. Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa H0

ditolak yang berarti bahwa sampel tersebut berasal dari populasi yang

berdistribusi normal, karena p-value > α

2. Uji Homogenitas

Syarat lain yang harus dipenuhi untuk uji prasarat analisis adalah variansi

populasi harus homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini

Page 142: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136 adalah dengan metode uji F (F-Test) dan sebagai pendukung keputusan digunakan

juga Levene’s Test untuk dua kelompok yang diuji. Variabel untuk uji ini adalah

prestasi kognitif, afektif, dan psikomotorik sedangkan sebagai faktornya adalah

metode pembelajaran (inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi),

kemampuan awal, dan keingintahuan siswa.

a. Uji Homogenitas Aspek kognitif

Variabel untuk uji ini adalah prestasi kognitif, sedangkan sebagai

faktornya adalah metode pembelajaran (inquiry terbimbing dan inquiry bebas

termodifikasi), kemampuan awal, dan keingintahuan siswa. Berdasarkan hasil

perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas data Prestasi Brlajar Aspek Kognitif No. Respon Faktor p-value Keputusan

F-Test Levene’ Test

1 Prestasi belajar kognitif

Inquiry terbimbing 0.059 0.105 H0 ditolak Inquiry bebas termodifikasi

2 Prestasi belajar kognitif

Kemampan awal tinggi 0.434 0.309 H0 ditolak Kemampan awal rendah

3 Prestasi belajar kognitif

Keingintahuan tinggi 0.376 0.283 H0 ditolak Keingintahuan rendah

Berdasarkan Tabel 4.17 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak yang berarti

bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki variansi yang sama

atau homogen, karena p-value > α.

b. Uji Homogenitas Aspek Afektif

Variabel untuk uji ini adalah prestasi afektif, sedangkan sebagai faktornya

adalah metode pembelajaran (inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi),

kemampuan awal, dan keingintahuan siswa. Berdasarkan hasil perhitungan yang

dilakukan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.18

Page 143: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137 Tabel 4.18 Hasil Uji Homogenitas data Prestasi Brlajar Aspek Afektif

No.

Respon Faktor p-value Keputusan

F-Test Levene’ Test

1 Prestasi belajar afektif

Inquiry terbimbing 0.521 0.229 H0 ditolak Inquiry bebas termodifikasi

2 Prestasi belajar afektif

Kemampan awal tinggi 0.313 0.517 H0 ditolak Kemampan awal rendah

3 Prestasi belajar afektif

Keingintahuan tinggi 0.411 0.178 H0 ditolak Keingintahuan rendah

Berdasarkan Tabel 4.18 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak yang berarti

bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki variansi yang sama

atau homogen, karena p-value > α.

c. Uji Homogenitas Aspek Psikomotorik

Variabel untuk uji ini adalah prestasi psikomotorik, sedangkan sebagai

faktornya adalah metode pembelajaran (inquiry terbimbing dan inquiry bebas

termodifikasi), kemampuan awal, dan keingintahuan siswa. Berdasarkan hasil

perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.19

Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas data Prestasi Brlajar Aspek Psikomotorik No.

Respon Faktor p-value Keputusan

F-Test Levene’s Test

1 Prestasi belajar psikomotorik

Inquiry terbimbing 0.819 0.761 H0 ditolak Inquiry bebas termodifikasi

2 Prestasi belajar psikomotorik

Kemampan awal tinggi 0.477 0.742 H0 ditolak Kemampan awal rendah

3 Prestasi belajar psikomotorik

Keingintahuan tinggi 0.860 0.955 H0 ditolak Keingintahuan rendah

Berdasarkan Tabel 4.19 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak yang berarti

bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki variansi yang sama

atau homogen, karena p-value > α.

Page 144: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138 C. Pengujian Hipotesis Penelitian

1. Anava Tiga Jalan

Pengujian hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh

atau ada tidaknya interaksi terhadap penerapan kedua metode pembelajaran

inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi, kemampuan awal, dan

keingintahuan.

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan anava tiga jalan desain

faktorial 2x2x2 dengan isi sel tidak sama karena faktor yang terlibat dan bertindak

sebagai variabel bebas ada tiga faktor, yaitu metode pembelajaran, kemampuan

awal, dan keingintahuan siswa. Pengajuan hipotesis dilakukan untuk ketiga aspek

prestasi belajar, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun hasil

analisis variansi (anava) tiga jalan dengan frekuensi sel tidak sama yang dihitung

menggunakan software minitab 15 dengan metode GLM (General Linear Model)

menghasilkan perhitungan sebagai berikut:

a. Uji Hipotesis Prestasi Belajar Aspek Kognitif

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan software Minitab

15 diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 4.20

Tabel 4.20. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan Aspek Kognitif Sumber Adj SS df/dk Adj MS p-value Fobs Keputusan

Metode (A) 339.32 1 339.32 0.000 14.86 H0 ditolak Kemampuan awal (B) 2030.24 1 2030.24 0.000 88.89 H0 ditolak Keingintahuan (C ) 54.58 1 54.58 0.127 2.39 H0 diterima Interaksi AB 104.92 1 104.92 0.035 4.59 H0 ditolak Interaksi AC 290.29 1 290.29 0.001 12.71 H0 ditolak Interaksi BC 27.55 1 27.55 0.276 1.21 H0 diterima Interaksi ABC 1.80 1 1.80 0.780 0.08 H0 diterima Eror/Galat 1644.46 72 22.84 - - - Total 4493.16 79 - - - -

Berdasarkan rangkuman analisis variansi (anava) tiga jalan sel tak sama yang

Page 145: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139 disajikan pada Tabel 4.20, dapat diambil keputusan sebagai berikut:

1) H01: Tidak ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing

dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi ditolak,

berarti H11: Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing

dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal

ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.000 < 0.05)

2) H02: Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi

belajar Biologi ditolak berarti H11: Ada pengaruh tingkat kemampuan awal

siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value <

0,05 (0.000 < 0.05).

3) H03: Tidak Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi

belajar Biologi diterima, berarti H13: Ada pengaruh tingkat keingintahuan

siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value >

0,05 (0.127 > 0.005).

4) H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal

siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, berarti H112: Ada interaksi

antara metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas

termodifikasi dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi

diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.035 < 0.005).

5) H013: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat

keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, berarti H113:

Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry

Page 146: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

bebas termodifikasi dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi

belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.001 < 0.005).

6) H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan

siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H123: Ada interaksi

antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi

belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.276 > 0.005).

7) H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan

awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi

diterima, berarti H1123: Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry

terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi dengan kemampuan awal dan

tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini

dikarenakan p-value > 0,05 (0.780 > 0.005).

b. Uji Hipotesis Prestasi Belajar Aspek Afektif

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan software Minitab

15 diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.21

Tabel 4.21. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan Aspek Afektif Sumber Adj SS df/dk Adj MS p-value Fobs Keputusan

Metode (A) 427.19 1 427.19 0.004 8.80 H0 ditolak Kemampuan awal (B) 422.91 1 422.91 0.004 8.71 H0 ditolak Keingintahuan (C ) 131.72 1 131.72 0.104 2.71 H0 diterima Interaksi AB 134.43 1 134.43 0.100 2.77 H0 diterima Interaksi AC 90.05 1 90.05 0.177 1.85 H0 diterima Interaksi BC 36.73 1 36.73 0.387 0.76 H0 diterima Interaksi ABC 5.31 1 5.31 0.742 0.11 H0 diterima Eror/Galat 3495.43 72 48.55 - - - Total 4743.81 79 - - - -

Berdasarkan rangkuman analisis variansi (anava) tiga jalan sel tak sama yang

disajikan pada Tabel 4.21, dapat diambil keputusan sebagai berikut:

Page 147: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141 1) H01: Tidak ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing

dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi ditolak,

berarti H11: Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing

dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal

ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.004< 0.05)

2) H02: Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi

belajar Biologi ditolak berarti H11: Ada pengaruh tingkat kemampuan awal

siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value <

0,05 (0.004 < 0.05).

3) H03: Tidak Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi

belajar Biologi diterima, berarti H13: Ada pengaruh tingkat keingintahuan

siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value >

0,05 (0.104 > 0.005).

4) H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal

siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H112: Ada interaksi

antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi

belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.100 > 0.005).

5) H013: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat

keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H113:

Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry

bebas termodifikasi dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi

belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.177 > 0.005).

Page 148: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142 6) H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan

siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H123: Ada interaksi

antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi

belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.387 > 0.005).

7) H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan

awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi

diterima, berarti H1123: Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry

terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi dengan kemampuan awal dan

tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini

dikarenakan p-value > 0,05 (0.742 > 0.005).

c. Uji Hipotesis Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan software Minitab

15 diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.22

Tabel 4.22. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan Aspek Psikomotorik Sumber Adj SS df/dk Adj MS p-value Fobs Keputusan

Metode (A) 872.25 1 872.25 0.000 29.66 H0 ditolak Kemampuan awal (B) 39.64 1 39.64 0.250 1.35 H0 diterima Keingintahuan (C ) 191.64 1 191.64 0.013 6.52 H0 ditolak Interaksi AB 41.37 1 41.37 0.240 1.41 H0 diterima Interaksi AC 21.52 1 21.52 0.395 0.73 H0 diterima Interaksi BC 1.87 1 1.87 0.801 0.06 H0 diterima Interaksi ABC 5.73 1 5.73 0.660 0.19 H0 diterima Eror/Galat 2117.74 72 29.41 - - - Total 3291.76 79 - - - -

Berdasarkan rangkuman analisis variansi (anava) tiga jalan sel tak sama yang

disajikan pada Tabel 4.22, dapat diambil keputusan sebagai berikut:

1) H01: Tidak ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing

dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi ditolak,

berarti H11: Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing

Page 149: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal

ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.000 < 0.05)

2) H02: Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi

belajar Biologi diterim berarti H11: Ada pengaruh tingkat kemampuan awal

siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value >

0,05 (0.250 > 0.05).

3) H03: Tidak Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi

belajar Biologi ditolak, berarti H13: Ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05

(0.013 < 0.005).

4) H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal

siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H112: Ada interaksi

antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi

belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.240 > 0.005).

5) H013: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat

keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H113:

Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05

(0.395 > 0.005).

6) H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan

siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H123: Ada interaksi

antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi

belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.801 > 0.005).

Page 150: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144 7) H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan

awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi

diterima, berarti H1123: Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry

terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi dengan kemampuan awal dan

tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini

dikarenakan p-value > 0,05 (0.660 > 0.005).

2. Uji Lanjut Anava

Jika dalam pengujian hipotesis, hipotesis null (H0) ditolak yang berarti

hipotesis alternatif (H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk

mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti.

Hal ini dikarenakan uji Anava hanya dapat digunakan untuk mengetahui diterima

atau ditolaknya H0, maka diperlukan uji lanjut dengan menggunakan uji t, yang

bertujuan mengetahui lebih lanjut rerata yang sama dan rerata yang berbeda. Uji

lanjut Anava dilakukan dengan uji t yang perhitungannya dilakukan dengan

software Minitab 15.

a. Uji Lanjut Aspek Kognitif

Uji lanjut anava dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel

bebas dan variabel terikat. Uji lanjut anava menggunakan uji t. Pada hasil

penelitian untuk prestasi belajar aspek kognitif uji lanjut dilakukan pada hipotesis

pertama, kedua, keempat, dan kelima. Pada hipotesis ketiga, keenam, dan ketujuh

tidak dilakukan uji lanjut karena keputusan H0 tidak ditolak atau diterima.

Page 151: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145 1) Hipotesis pertama

Hasil uji lanjut untuk hipotesis pertama ini digunakan untuk mengetahui metode

yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil

uji lanjut disajikan pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Metode Terhadap Prestasi Kognitif Metode N Mean StDev SE Mean T P-Value Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi

40 40

73.5 64.5

6.1 8.3

0.9 1.3

76.16 49.17

0,000

Berdasarkan Tabel 4.23 diketahui bahwa metode memiliki efek yang

berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang melakukan

proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mendapatkan prestasi

yang lebih baik daripada siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan

metode inquiry bebas termodifikasi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean pada

siswa yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing lebih

besar dari siswa yang belajar dengan metode inquiry bebas termodifikasi, dan p-

value < 0.05

2) Hipotesis Kedua

Hasil uji lanjut untuk hipotesis kedua ini digunakan untuk mengetahui pengaruh

tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil uji lanjut

disajikan pada Tabel 4.23.

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Tingkat Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Kognitif

Kemampuan awal N Mean StDev SE Mean T P-Value Tinggi Rendah

37 43

75.9 63.0

5.2 5.9

0.8 0.9

88.64 69.74

0,000

Berdasarkan Tabel 4.24 diketahui bahwa kemampuan awal memiliki efek

yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang

Page 152: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146 memiliki kemampuan awal tinggi mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada

siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, hal ini ditunjukkan dari nilai mean

pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi lebih besar dari siswa yang

memiliki kemampuan awal rendah, dan p-value < 0.05

3) Hipotesis Keempat

Hasil uji lanjut untuk hipotesis keempat ini digunakan untuk mengetahui

interaksi metode dengan tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar

Biologi. Hasil lanjut hipotesis keempat disajikan pada Gambar 4.11

Gambar 4.11 merupakan plot hasil uji lanjut anava. Berdasarkan plot pada

Gambar 4.11 dapat diambil keputusan bahwa terdappat intraksi antara metode dan

kemampuan awal, hal ini berarti bahwa pada siswa yang memiliki kemampuan

awal tinggi yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing

menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki

Gambar 4.11. Hasil uji lanjut interaksi metode dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar kognitif

Page 153: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147 kemampuan awal rendah, begitupula pada siswa yang memiliki kemampuan awal

tinggi yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi

menghasilkan presatasi yang tinggi disbanding siswa yang memiliki kemampuan

awal rendah.

4) Hipotesis Kelima

Hasil uji lanjut untuk hipotesis keempat ini digunakan untuk mengetahui

interaksi metode dengan tingkat keingintahuan terhadap prestasi belajar Biologi.

Hasil lanjut hipotesis keempat disajikan pada Gambar 4.12

Gambar 4.12 merupakan plot hasil uji lanjut anava. Berdasarkan plot pada

gambar 4.12, plot hubungan antara netode dengan keingintahuan siswa

menunjukkan keterkaitan atau interaksi. Hal ini dapat diasumsikan demikian

karena kedua garis pada plot tersebut saling berpotongan. Perpotongan antara

kedua garis tersebut dapat diartikan sebagai siswa dengan keingintahuan kategori

rendah justru menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa

Gambar 4.12. Hasil uji lanjut interaksi metode dan tingkat keingintahuan terhadap prestasi belajar kognitif

Page 154: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148 yang memiliki keingintahuan kategori tinggi.

b. Uji Lanjut Aspek Afektif

Uji lanjut anava dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel

bebas dan variabel terikat. Uji lanjut anava menggunakan uji t. Pada hasil

penelitian untuk prestasi belajar aspek afektif, uji lanjut dilakukan pada hipotesis

pertama dan kedua. Pada hipotesis ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh

tidak uji lanjut karena keputusan H0 tidak ditolak atau diterima.

1) Hipotesis pertama

Hasil uji lanjut untuk hipotesis pertama ini digunakan untuk mengetahui metode

yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil

lanjut hipotesis pertama disajikan pada Tabel 4.25

Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Metode Terhadap Prestasi Afektif Metode N Mean StDev SE Mean T P-Value Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi

40 40

73.0 70.0

6.9 7.6

0.9 1.3

66.72 57.73

0,000

Berdasarkan Tabel 4.25 diketahui bahwa metode memiliki efek yang

berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang melakukan

proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mendapatkan prestasi

yang lebih baik daripada siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan

metode inquiry bebas termodifikasi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean pada

siswa yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing lebih

besar dari siswa yang belajar dengan metode inquiry bebas termodifikasi, dan p-

value < 0.05

Page 155: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149 2) Hipotesis Kedua

Hasil uji lanjut untuk hipotesis kedua ini digunakan untuk mengetahui pengaruh

tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil lanjut hipotesis

kedua disajikan pada Tabel 4.26

Tabel 4.26 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Tingkat Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Afektif

Kemampuan awal N Mean StDev SE Mean T P-Value Tinggi Rendah

37 43

70.0 72.8

7.9 6.7

1.3 1.0

53.66 70.68

0,000

Berdasarkan Tabel 4.26 diketahui bahwa kemampuan awal memiliki efek

yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang

memiliki kemampuan awal rendah mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada

siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean

pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah lebih besar dari siswa yang

memiliki kemampuan awal tinggi, dan p-value < 0.05

c. Uji Lanjut Aspek Psikomotorik

Uji lanjut anava dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel

bebas dan variabel terikat. Uji lanjut anava menggunakanuji t. Pada hasil

penelitian untuk prestasi belajar aspek apsikomotorik, uji lanjut dilakukan pada

hipotesis pertama dan ketiga. Pada hipotesis kedua, keempat, kelima, keenam dan

ketujuh tidak dilakukan uji lanjut karena keputusan H0 tidak ditolak atau diterima

1) Hipotesis Pertama

Hasil uji lanjut untuk hipotesis pertama ini digunakan untuk mengetahui

metode yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap prestasi belajar

Biologi. Hasil lanjut hipotesis pertama disajikan pada Tabel 4.27

Page 156: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150 Tabel 4.27 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Metode Terhadap Prestasi

Psikomotorik Metode N Mean StDev SE Mean T P-Value Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi

40 40

59.1 52.6

5.4 5.6

0.8 0.9

68.44 58.67

0,000

Berdasarkan Tabel 4.27 diketahui bahwa metode memiliki efek yang

berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang melakukan

proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mendapatkan prestasi

yang lebih baik daripada siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan

metode inquiry bebas termodifikasi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean pada

siswa yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing lebih

besar dari siswa yang belajar dengan metode inquiry bebas termodifikasi, dan p-

value < 0.05

2) Hipotesis Ketiga

Hasil uji lanjut untuk hipotesis kedua ini digunakan untuk mengetahui pengaruh

tingkat keingintahuan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil lanjut hipotesis

ketiga disajikan pada Tabel 4.28

Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Tingkat Keingintahuan Terhadap Prestasi Psikomotorik

Keingintahuan N Mean StDev SE Mean T P-Value Tinggi Rendah

43 37

54.6 57.2

6.2 6.4

0.9 1.0

57.23 54.10

0,000

Berdasarkan Tabel 4.28 diketahui bahwa tingkat keingintahuan memiliki

efek yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang

memiliki keingintahuan rendah mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada

siswa yang memiliki keingintahuan tinggi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean

pada siswa yang memiliki keingintahuan rendah lebih besar dari siswa yang

memiliki kemampuan awal tinggi, dan p-value < 0.05

Page 157: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151 D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh

besarnya p-value = 0.000 < 0.005 (kognitif dan psikomotorik), p-value = 0.004 <

0.005 (afektif), maka H01 ditolak. Hal ini berarti metode inquiry terbimbing dan

metode inquiry bebas termodifikasi mempunyai efek yang tidak sama terhadap

prestasi belajar. Hal ini juga diperkuat dengan hasil uji lanjut anava dengan uji t

seperti pada Tabel 4.23, 4.25, dan 4.27.

Berdasarkan Tabel 4.23, 4.25, dan 4.27 diketahui bahwa metode memiliki

efek yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang

melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mendapatkan

prestasi yang lebih baik/tinggi daripada siswa yang melakukan proses

pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi, dengan demikain

berarti metode pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar

Biologi baik itu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed Kiline (2007) dalam

penelitiannya yang berjudul “The Opinion Of Turkish Highscohool Pupils On

Inquiry Based Laboratory Activites” berdasarkan kesimpulanya menyatakan

bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri berbasis laboratorium,

berdasarkan opini para siswa memberikan suasana yang lebih menyenangkan dan

hasil pemahaman yang diperoleh lebih permanen.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penilitan yang dilakukan oleh

Elliot P. Douglas dan Chu-Chuan Chiu (2009:1-6), dalam penelitiannya yang

Page 158: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152 berjudul “Use of guided inquiry as an active learning technique in engineering”.

Dari hasil penelitian tersebut bertujuan untuk menguji efektivitas pembelajaran

inkuiri terbimbing dalam materi pendahuluan untuk kelas besar. Selama proses

pembelajaran fasilitator menyediakan ruang kelas yang nyaman untuk melakukan

kegiatan penyelidikan yang dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan. Sebagai

komparasi perbandingan yaitu kuliah biasa sebagai kelas kontrol dan kelas inkuiri

terbimbing, instruktur dan materi yang diajarkan pada kedua kelas tersebut sama.

Hasil prestasi belajar menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara

dua perlakuan tersebut, namun dari survei dan data wawancara, menunjukkan

alasan tersebut yaitu siswa tidak mengetahui manfaat menjadi pembelajar aktif,

namun mahasiswa merasa bingung tanpa ada pernyataan yang menunjukkan

jawaban mereka benar atau salah. Maka diharapkan implementasi pembelajaran

inkuiri terbmbing lebih dikaji lagi secara mendalam.

Berdasarkan Tabel 4.23, 4.25, dan 4.27 ditunjukkan bahwa nilai rerata atau

mean berbeda, nilai mean pada kelas inquiry terbimbing (A1) > mean pada kelas

inquiry bebas termodifikasi (A2). Hal ini berarti ada beda rerata yang signifikan

antara siswa yang melakukan proses pembelajan dengan metode inquiry

terbimbing (A1) dengan siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan

metode inquiry bebas termodifikasi (A2). Siswa yang melakukan proses

pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing memperoleh prestasi belajar

yang lebih tinggi baik kognitif, afektif, dan psikomotorik dibanding dengan siswa

yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi.

Hal ini sesuai dengan teori yang telah diungkapkan bahwa metode pembelajaran

Page 159: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153 merupakan faktor ekstrim yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dua

metode pembelajaran yang karakteristiknya sama hanya berbeda pada peranan

guru dalam pembimbingan, namun memberikan pengaruh hasil prestasi belajar

yang berbeda.

Rata-rata prestasi belajar siswa yang melakukan proses pembelajaran

dengan metode inquiry terbimbing sebesr 73.5 (kogniti), 73.0 (afektif), dan 59.1

(psikomotorik) sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa yang melakukan proses

pembelajaran dengan inquiry bebas termodifikasi adalah 64.5 (kognitif), 70.0

(afektif) dan, 52.6 (psikomotorik), dengan demikian pada siswa yang melakukan

proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mempunyai prestasi

belajar lebih baik daripda prestasi belajar siswa yang melakukan proses

pembelajaran dengan inquiry bebas termodifikasi.

Soun dalam Moomi Sahroni (1986:55) Inquiry terbimbing “inquiry yang

banyak dicampuri guru”. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk

baik melalui prosedur yang lengkap maupun pertanyaan-pertanyaan pengarahan

selama proses inquiry, sehingga siswa dalam melakukan penyelidikan lebih

terarah, baik dalam berhipotesis, pengumpulan data atau pencarian informasi

sampai penarikan kesimpulan disbanding siswa yang melakukan proses

pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi.

Bruner dalam Syaiful Bahri (1995: 20) menyatakan bahwa:

Hasil belajar dengan inquiry lebih mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak didik merasa puas atas penggunaan sendiri. Sedangkan kelemahan metode inquiry memakan waktu yang sangat banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus pada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.

Page 160: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154 Beberapa kendala tersebut diatas mengakibatkan pada proses pembelajaran

dengan metode inquiry bebas termodifikasi pada materi system respirasi

menimbulkan beberapa kelemahan diantaranya: memerlukan waktu yang relatif

lama sehingga kurang efektif, sering terjadi pada tiap pertemuan dalam

pembelajran tidak dapat menyisakan waktu untuk diskusi kelas dalam menarik

kesimpulan, dan bahkan beberapa kelompok tertentu belum berhasil menjawab

pertanyaan dalam LKS yang disediakan, karena belum berhasil menemukan

hasil/informasi yang tepat.

Beberapa kendala metode inquiry bebas termodifikasi tersebut di atas

menghambat proses inquiry untuk menemukan konsep atau prinsip materi Biologi

yang sedang dipelajari sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih rendah

dibanding metode inquiry terbimbing.

Pada proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing, siswa

cenderung aktif dan lebih terarah pada saat mendapat data maupun saat

melaporkan hasil penyelidikan. Semntara pada metode inquiry bebas

termodifikasi hanya siswa yang pandai yang aktif, hal ini karena metode inquiry

dianggap hal baru pada saat di SMP biasanya dengan metode eksperimen,

sehingga bimbingan pada proses-proses inquiry masih sangat diperlukan.

Pembelajaran inquiry juga didukung teori belajar kontruktivistik, menurut

Ari Widodo (2007), bahwa sebagai sebuah ilmu kontruktivistik merupakan

dinamika yang menguntungkan, namun bagi orang yang mempelajari (terutama

pemula) terkadang menimbulkan kesulitan. Oleh karena itu, sebelum

melaksanakan pembelajaran, guru memberikan pengarahan dan pemahaman

Page 161: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155 kepada siswa mengenai proses inquiry dan tahapan-tahapanya agar kegiatan yang

terlaksana dapat memberikan kontribusi terhadap pengalaman belajar siswa.

Pembelajaran IPA yang bertolak dari konsep pada umumnya akan lebih

efektif bila diselenggarakan melalui metode pembelajaran yang termasuk rumpun

pemrosesan informasi. Metode pemrosesan informasi bertitik tolak dari prinsip-

prinsip pengolahan informasi yang diterima individu. Metode ini menjelaskan

cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya, yakni dengan cara

mengorganisasi data, memformulasi masalah, membangun konsep dan rencana

pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non-verbal.

(Joyce & Weil, 1992).

2. Hipotesis kedua

Setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berlainan.

Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa

sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini

menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan

disampaikan oleh guru.

Kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum memulai

pembelajarannya, karena dengan demikian dapat di ketahui apakah siswa telah

mempunyai kemampuan atau pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk

mengikuti pembelajaran. Sejauh mana siswa telah mengetahui materi apa yang

akan di sajikan. Dengan mengetahui hal tersebut, guru akan dapat merancang

pembelajaran dengan lebih baik. Sebab apabila siswa diberi materi yang telah

Page 162: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156 diketahui maka akan merasa cepat bosan (Nizar Al-kadiri dalam

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/22/kemampuan-awal-siswa)

Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh

besarnya p-value = 0.000 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.004 < 0.005 (afektif),

dan p-value = 0.250 >0.005 (psikomotorik) maka H02 ditolak untuk prestasi aspek

kognitif dan afektif,. Sedangkan H02 diterima untuk prestasi aspek psikomotorik.

Hal ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang

memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal

rendah terhadap prestasi belajar biologi.

Belajar biologi seperti halnya belajar menaiki anak tangga, untuk bisa

sampai pada puncak prestasi maka disyaratkan sudah melewati dan memahami

dasar-dasarnya yyang sudah dipelajari sebelumnya. Pada pembelajaran sistem

respirasi syarat yang harus dimiliki siswa adalah tentang konsep sistem respirasi

yang meliputi anatomi, konsep tekanan, dan konsep difusi-osmosis.

Kemampuan awal dalam belajar Biologi akan menentukan kelancaran

siswa dalam memhami materi yang sedang dipelajarinya. Siswa yang mempunyai

kemampuan awal tinggi adalah siswa yang sudah memahami sebagian besar

dasar-dasar dalam belajar sistem respirasi, sedangkan siswa dengan skor

kemampuan awal rendah adalah kebalikannya yaitu siswa yang kurang memahami

sebagian besar materi dasar dalam belajar sistem respirasi. Berdasarkan hail uji

lanjut pada kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi didapat bahwa

siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memberika pengaruh posistif yang

signifikan sedangkan kemampuan awal rendah memberikan pengaruh negatif

Page 163: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157 yang signifikan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil tersebut sependapat

dengan penelitian Andi Sutonda Situmorang (2008), yang menunjukkan bahwa

kemampuan awal tinggi memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar, yaitu

siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar yang

lebih baik daripada siswa dengan kemampuan awal rendah. Hasil serupa juga

diungkapkan oleh Dwi Retna Asminah (2010) dalam penelitiannya membuktikan

bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempnyai kemapuan

awal tinggi dan rendah (p-value = 0,017), yaitu siswa dengan kemapuan awal

tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik.

Siswa yang tekun belajar memahami materi sebelum pelajaran tersebut

disampaikan oleh guru akan tampak selalu aktif dalan proses pembelajaran. Hal

tersebut tampak ketika guru melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang

mendukung sebuah penemuan sendiri oleh siswa, maka siswa yang mempunyai

dasar pengetahuan yang cukup akan dapat menjawab dengan waktu yang lebih

cepat dan akan lebih memahami materi daripada siswa yang mempunyai

kemampuan awal rendah yang masih mencari-cari dengan membuka buku untuk

mencari jawaban pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Dengan dasar

pengetahuan yang tinggi siswa akan lebih berorientasi dalam mengembangkan

pemahaman materi pengetahuannya sedangkan siswa yang kemampuan awalnya

masih kurang harus belajar dua kali yaitu memahami materi dasar dan materi yang

sedang dipelajarinya. Dengan demikian siswa yang mempunyai kesiapan

kemampuan awal dalam belajar sistem respirasi akan mendapatkan nilai yang

lebih baik daripada siswa yang mempunyai pemahaman materi dasar atau

Page 164: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158 kemampuan awal dalam belajar sistem respirasi. Hasil penelitian ini juga sesuai

dengan hasil penelitian Antonius Kartolo (2010) yang menyatakan terdapat

perbedaan kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.

Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memberikan rata-rata prestasi yang

lebih tinggi (66.53) dibanding siswa yang memiliki kemampuan awal rendah

(61.83).

3. Hipotesis Ketiga

Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh

besarnya p-value = 0.127> 0.005 (kognitif), p-value = 0.104 > 0.005 (afektif), dan

p-value = 0.013 <0.005 (psikomotorik) maka H03 diterima untuk kognitif dan

afektif, dan H03 ditolak untuk aspek psikomotorik. Hal ini berarti keingintahuan

siswa kategori tinggi dan rendah mempunyai efek yang tidak sama terhadap

prestasi belajar siswa untuk aspek psikomotorik.

Keingintahuan merupakan faktor internal yang memotivasi untuk belajar

dan melakukan penyelidikan, sesuai dengan hasil penelitian Engelhard dan Judith

(1988), bahwa “Curiosity representens broadly conveived exploratory behavior”

serta menurut Talip Alkiyumi M (2009) bahwa “Curiosity as the inner drive that

motivates people to learn and investigate. It drives people to search information

abaut on object, or idea through exploration”. Keingintahuan muncul apabila

siswa dihadapkan pada situasi yang menarik yaitu situasi yang realistis dan

mencerminkan kehidupan sehari-hari. Rasa keingintahuan berkembang karena

aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran materi sistem respirasi masih asing

bagi siswa, pada umumnya siswa hanya merasakan hasil dari proses respirasi dan

Page 165: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159 untuk sistem anatominya siswa hanya melihat di buku. Penyajian materi yang

berbeda, menyebabkan siswa merasa tertarik. Ketertarikan tersebut

mengakibatkan faktor internal siswa berkembang, salah satunya adalah

keingintahuan. Keingintahuan siswa muncul, menyebabkan terjadinya negoisasi

kognitif diantara siswa untuk memperbanyak pengetahuan yang mereka peroleh.

Hal ini mengakibatkan bagian kelompok saling berhubungan sehingga

pengetahuan yang dipunyai seseorang akan menjadi output yang lain dan output

ini menjadi input bagi yang lainnya.

Keingintahuan sebagai modal awal yang dimiliki siswa, inquiry sebagai

metode untuk menyalurkan keingintahuan dengan mengadakan eksplorasi,

observasi, dan penyelidikan. Keingintahuan yang berbeda menyebabkan

perbedaan aktivitas selama kegiatan pembelajaran. Perbedaan aktivitas ini terletak

pada seringnya bertanya dan mencari tahu. Siswa dengan keingintahuan tinggi

berusaha untuk mencari sesuatu yang belum dimengerti begitu pula sebaliknya

karena siswa yang tidak memiliki keingintahuan jarang untuk mendapatkan

dorongan atau rangsangan untuk berpikir. “Anak yang memiliki keingintahuan

yang tinggi akan menanggapi positif terhadap pelajaran yang diberikan oleh

gurunya” (Suharsimi Arikunto, 2006: 81). Siswa dengan keingintahuan tinggi

mengajak temnya untuk aktif dalam kegiatan karena permasalahan yang

ditemukan merupakan tanggung jawab kelompok untuk menyelesaikannya. Untuk

itu kelompok yang berisi siswa dengan keingintahuan tinggi dan rendah sama-

sama aktif bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Nuri Dewi Mildayanti (2010) menyimpulkan bahwa ”keingintahuan tinggi

Page 166: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160 memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi daripada

keingintahuannya rendah.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa siswa dengan

keingintahuan kategori rendah memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada

siswa yang memiliki keingintahuan tinggi hal ini disebabkan karena siswa dengan

keinggintahuan tinggi disibukan oleh aktivitas-aktivitas untuk memenuhi hasrat

keingintahuannya sehingga siswa dengan keinggintahuan tinggi kurang

konsentrasi belajar.

4. Hipotesis Keempat

Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh

besarnya p-value = 0.035 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.100 > 0.005 (afektif),

dan p-value = 0.240 > 0.005 (psikomotorik) maka H04 diterima untuk afektif dan

psikomotorik, dan H04 ditolak untuk aspek kognitif.

Berdasarkan plot pada Gambar 4.13 dapat diambil keputusan bahwa

terdappat intraksi antara metode dan kemampuan awal, hal ini berarti bahwa pada

siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang melakukan pembelajaran

dengan metode inquiry terbimbing menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik

dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, begitupula pada

siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang melakukan pembelajaran

dengan metode inquiry bebas termodifikasi menghasilkan presatasi yang tinggi

disbanding siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.

Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh bersama yang signifikan

antara kemampuan awal tinggi dan rendah dengan penggunaan metode inquiry

terhadap prestasi belajar Biologi. Pengaruh yang diberikan kemampuan awal

tinggi merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan

Page 167: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161 kemampuan awal rendah. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh

kemampuan awal rendah terhadapa prestasi belajar Biologi merupakan pengaruh

yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemampuan awal tinggi. Dua

variabel yang diteliti tidak menghasilkan kombinasi efek yang signifikan,

sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan awal

tinggi dengan kemampuan awal rendah. Namun hal ini bukan berarti tidak ada

interaksi sama sekali antara kemampuan awal tinggi dengan kemampuan awal

rendah.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa prestasi belajar rata-rata

dengan kemampuan awal tinggi adalah 76.9 (kognitif), 72.2 (afektif), dan 59.38

(psikomotorik) pada inquiry terbimbing dan 73.7 (kognitif), 65 (afektif), dan 50

(psikomotorik) pada kelas inquiry bebas termodifikasi sedangkan nilai rata-rata

kemampuan awal rendah adalah 67.9 (kognitif), 74.5 (afektif), dan 58.6

(psikomotorik) untuk inquiry terbimbing dan 60.9 (kognitif) ), 72 (afektif), dan

53.2 (psikomotorik) pada inquiry bebas termodifikasi. Berdasarkan data-data pada

penelitian ini, ditemukan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi maupun

rendah pada materi sistem respirasi lebih cocok menggunakan inquiry terbimbing

sebagi metode pembelajaran daripada inquiry bebas termodifikasi.

5. Hipotesis Kelima

Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh

besarnya p-value = 0.001 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.117 > 0.005 (afektif),

dan p-value = 0.395 > 0.005 (psikomotorik), maka H05 diterima untuk afektif dan

psikomotorik dan H05 ditolak untuk aspek kognitif. Hipotesis yang diterima yaitu

Page 168: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162 ada interaksi antara metode pembelajaran dan keingintahuan terhadap prestasi

belajar Biologi aspek kognitif

Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuhnya keingintahuan belajar

pada siswa adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi

dorongan, perasaan, cita-cita dan pengalaman masa lalu. Dorongan yang berasal

dari dalam berhubungan dengan perasaan senang dan tidak senang, simpati atau

tidak, dan perasaan lain yang timbul dalam diri terhadap sesuatu objek. Oleh

karena itu, maka untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, siswa harus berusaha

meningkatkan keingintahuan belajarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat interaksi metode inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi

dengan keingintahuan terhadap prestasi belajar aspek kognitif. Keinginan yang

dipraktekkan dapat menjadikebiasaan. Sedangkan “Keinginan tertentu yang dapat

diulang-ulang disebut dengan hasrat’ (Agus Sujianto,1983:95). Dengan demikian

keingintahuan dapat diartikan sebagai dorongan nafsu untuk mengetahui suatu

benda tertentu.”Keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek disebut

dengan minat” (Djemari Mardapi, 2004:16).

Keinginan atau curiosity merupakan aspek yang bersifat kondisional bagi

pengembagan siswa. Keingintahuan ini bahkan merupakan jiwa dan hakekat

belajar. Tanpa rasa ingintahu, siswa akan kehilangan motivasi belajar dan

akhirnya tidak akan pernah belajar. Siswa yang memiliki keingintahuan tinggi

selalu ingin tahu akan segala hal. Di dalam kelas akan sering mengajukan

pertanyaan bila diberi kesempatan. Di luar kelas siswa yang termasuk kategori ini

kelihatan selalu menginginkan sesuatu yang lebih dari apa yang sudah diterima.

Page 169: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

Siswa yang mampu bergaul adalah siswa siswa yang mampu

berkomunikasiatau memberikan informasi selama berkomnukasi. Jadi, orang yang

mampu bergaul dapat menyesuaikan diri dengan baik. Menurut Ari Widodo

(2007), bahwa lingkungan pembelajaran bukanlah hanya lingkungan fisik semata

namun juga lingkungan sosial dan emosional. Oleh karena itu, untuk

berkomunikasi dengan lingkungan diperlukan penyesuaian diri dengan baik.

Stimulus yang ada dalam diri siswa secara mental dapat mempengaruhi hasil

belajar, apabila keingintahuan dan metode tidak ada interaksi dikarenakan siswa

bekerja dalam sebuah kelompok kecil, ada perlakuan saling mengabaikan dan

menerima beban tugas yang tidak sama. Hal tersebut mengakibatkan siswa

bekerja kurang kooperatif dengan anggota lain sehingga rasa keingintahuan

berkurang dan hasil akhir informasi yang diperoleh dari kegiatan inquiry tersebut

sangat terbatas. Aspek psikomotorik kurang berkembang melalui metode ini,

maka aspek afektif sebagai salah satu hasil belajar tidak ada interaksi dengan

metode.

Keingintahuan siswa berbeda-beda meliputi keingintahuan kategori tinggi

dan rendah, sehingga diperlukan rangsangan yang berbeda pula untuk setiap

siswa, sesuai dengan pendapat Talib Alkiyuni M (2009), bahwa “The teachers

must appreciate that there are individual differences between students in their

styles of curiosity. Some explore using only their minds, others use more physical

ways, touching, smelling, and tasting. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui

bahwa dengan inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi menimbulkan

berbagai macam respon, baik negatif maupun positif. Keingintahuan sebagai

Page 170: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164 modal awal dan pemacu berpikir dapat dikelola dengan baik, harus ada bimbingan

dari guru. Keingintahuan bersifat kondisional, tergantung dari situasi yang

dihadapi. Apabila situasi dirasa cukup menarik dan berbeda, maka siswa

merespon dengan mengadakan eksplorasi berdasarkan sesuatu yang inggin

diketahui. Penyajian materi dengan metode yang berbeda, merupakan rangsangan

yang cukup untuk menimbulkan keingintahuan siswa. Tetapi metode yang

digunakan terbilang baru bagi siswa, sehingga siswa masih beradaptasi dengan

langkah-langkah dalam metode tersebut. Adaptasi setiap siswa berbeda-beda dan

menimbulkan perbedaan dalam aktifitas selama kegiatan penyelidikan.

6. Hipotesis Keenam

Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh

besarnya p-value = 0.376 > 0.005 (kognitif), p-value = 0.387 > 0.005 (afektif),

dan p-value = 0.801 > 0.005 (psikomotorik) maka H06 diterima. Hipotesis yang

diterima yaitu tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan keingintahuan

Berdasarkan hasil penelitian ini tidak ditemukan pengaruh bersama yang

signifikan antara kemampuan awal dengan keingintahuan terhadap prestasi

belajar. Pengaruh yang diberikan kemampuan awal terhadap prestasi belajar

merupakan berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan keingintahuan. Begitu

pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh keingintahuan terhadap prestasi

belajar merupakan prestasi yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan

kemampuan awal. Dua variabel yang diteliti tidak menghasilkan kombinasi efek

yang signifikan, sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara

kemampuan awal dengan keingintahuan.

Page 171: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

Faktor yang berkaitan dengan prestasi belajar menurut Farid Nasution

(2001), yaitu faktor internal dan eksternal peserta didik. Kedua faktor tersebut

memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap faktor lain. Ketrampilan

belajar siswa, sarana belajar, dan lingkungan belajar juga berperan untuk

mencapai prestasi belajar. Kemampuan awal dan keingintahuan merupakan faktor

internal, maka disajikan kegiatan pembelajaran melalui inquiry terbimbing dan

inquiry bebas termodifikasi untuk memaksimalkan faktor internal dan

mengkontruksi kemampuan awal guna mendapatkan hasil yang baik.

Tahap perkembangan berpikir siswa SMA adalah operasional formal, yaitu

anak dapat berpikir abstrak, hal ini didukung keingintahuan untuk membentuk

pengetahuan yang berbentuk informasi abstrak. Kemampuan awal tidak ada

interaksi dengan keingintahuan, karena tingkat kemampuan awal siswa berbeda

atau belum ada high order thinkin. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan

dalam melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan permasalahan yang

diberikan.

7. Hipotesis Ketujuh

Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh

besarnya p-value = 0.780 > 0.005 (kognitif), p-value = 0.742 > 0.005 (afektif),

dan p-value = 0.801 > 0.660 (psikomotorik) maka H07 diterima. Hipotesis yang

diterima yaitu tidak ada interaksi antara metode inquiry terbimbing dan inquiry

bebas termodifikasi, kemampuan awal dan keingintahuan terhadap prestasi belajar

Biologi

Page 172: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

Hasil temuan dalam Farid Nasution bahwa metode mengajar merupakan

variabel yang memberikan sumbangan terbesar yaitu 10.73%, sedangkan variabel

lainnya yaitu: ketrampilan belajar (3.27%), suasana belajar (2.26%), dan

lingkungan belajar (3.35%) sedangkan 80.4% lagi merupakan sumbangan dari

variabel lain yang tidak menjadi variabel dalam penelitiannya. Quitadano, Celia,

James E Johnson, Martha J. Kurtz (2008) menyatakan bahwa pembelajaran CBI,

di dalam penelitian ini ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

bagi siswa pada pelajaran Biologi.

Dalam penelitian ini tidak ada interaksi antara metode inquiry terbimbing

dan inquiry bebas termodifikasi, kemampuan awal, dan keingintahuan.Hal ini

disebabkan karena tahap-tahap dalam pembelajaran inquiry dirasa terlalu berat

oleh siswa, metode tersebut terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan dan

diintegrasikan dengan dengan waktu yang singkat. Oleh karena itu siswa

mengalami kesulitan dan menyebabjan faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi hasil belajar tidak maksimal. Hasil belajar bukan hanya

disebabkan oleh vaeiabel yang diteliti, tetapi juga disebabkan variabel lain yaitu:

intelegensi, motivasi, minat, dan bakat seperti yang disebutkan oleh Farid

Nasution. Meskipun tidak terdapat interaksi, siswa telah menjalani kegiatan

berupa pengalaman belajar yang melatih kemampuan mereka baik kognitif, afektif

dan psikomotorik. Stimulus yang diberikan adalah sesuatu yang nyata, dengan

kata lain siswa menghadapi hal-hal yang ada dan dirasakan oleh diri mereka,

maka respon dari siswa berupa kecakapan hidup/kemampuan, bukan hanya

pengetahuan saja. Kecakapan hidup dalam membangun konsep sains, ketrampilan,

Page 173: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167 dan sikap. Kemampuan individu dalam memproses informasi, juga menjadi faktor

penentu keberhasilan proses pembelajaran. Informasi yang diterima, akan diolah

sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Pengolahan informasi memiliki

keterbatasan, tergantung dari sering tidaknya berinteraksi dengan lingkungan dan

mengikuti kegiatan belajar yang menampilkan kerja ilmiah.

E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian telah diupayakan semaksimal mungkin dengan harapan hasilnya

dapat mengungkap kondisi yang sesungguhnya, namun masih terdapat beberapa

hal yang dapat dianggap sebagai kelemahan dan keterbatasan penelitian yang

mempengaruhi hasil penelitian. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menejemen waktu yang dilakukan pada saat proses pembelajaran belum

optimal

2. Metode inquiry yang digunakan belum diperkenalkan kepada siswa sebelum

metode digunakan

3. Efektivitas kinerja kelompok masih rendah, sehingga hanya sebagaian siswa

yang bekerja menyelesaikan LKS dan masih banyak siswa yang tidak bekerja

secara optimal.

4. Instrumen penelitian yang digunakan baru diujicobakan satu kali.

5. Prestasi belajar aspek psikomotorik masih berupa ketrampilan proses

6. Observer untuk prestasi belajar aspek psikomotorik belum diuji coba untuk

menyamakan persepsi.

7. Pengisian angket afektif dan keingintahuan yang dilakukan oleh responden

kurang diperhatikan

Page 174: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya,

penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Inquiry merupakan suatu proses bagi siswa untuk memecahkan masalah,

merencanakan dan melakukan eksperiemn, mengumpulkan dan menganalisis

data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam pembelajaran berbasis inquiry siswa

terlibat sacara mental dan secara fisik untuk memecahkan masalah yang

diberikan guru. Dengan kata lain para siswa akan menjadi terbiasa berperilaku

sebagai saintis (objektif, jujur, kreatif, dan menghargai yang lain).

Pembelajaran dengan inquiry terbimbing memberikan pengaruh terhadap

prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan inquiry bebas termodifikasi.

Oleh karena itu, pembelajaran dengan menerapkan metode inquiry terbimbing

sebagai wahana dalam kegiatan pembelajaran sistem respirasi cenderung lebih

baik daripada menggunkan inquiry bebas termodifikas. Berarti ada perbedaan

pengaruh pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikas

terhadap prestasi belajar Biologi materi pokok sistem respirasi. Hal ini

ditunjukkan berdasarkan analisis variansi tiga jalan untuk prestasi belajar

diperoleh p-value = 0.000 < 0.005 (kognitif dan psikomotorik), p-value = 0.004

< 0.005 (afektif)

2. Setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berlainan. Kemampuan

awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa sebelum

Page 175: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini

menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan

disampaikan oleh guru. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi

mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki

kemampuan awal rendah. Hal ini berarti ada pengaruh tingkat kemampuan

awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif dan afektif, namun tidak

berpengaruh terhadap prestasi belajar aspek psikomotorik. Hal ini ditunjukkan

berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan untuk prestasi belajar diperoleh p-

value = 0.000 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.004 < 0.005 (afektif), dan p-value

= 0.250 > 0.005 (psikomotorik)

3. Keingintahuan merupakan faktor internal yang memotivasi untuk belajar dan

melakukan penyelidikan, Keingintahuan muncul apabila siswa dihadapkan

pada situasi yang menarik yaitu situasi yang realistis dan mencerminkan

kehidupan sehari-hari. Siswa yang memiliki kategori keingintahuan rendah

memiliki prestasi belajar aspek psikomotorik yang lebih baik dibandingkan

siswa yang memiliki tingkat keingintahuan kategori tinggi, namun siswa

dengan keingintahuan kategori tinggi dan rendah memiliki prestasi belajar

yang tidak berbeda untuk aspek kognitif dan afektif. Berarti bahwa tidak ada

pengaruh tingkat keiningintahuan terhadap prestasi belajar aspek kognitif dan

afektif, akan tetapi berpengaruh terhadap prestasi belajar aspek psikomotorik.

Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan untuk prestasi

belajar diperoleh besarnya p-value = 0.127> 0.005 (kognitif), p-value = 0.104 >

0.005 (afektif), dan p-value = 0.013 <0.005 (psikomotorik).

Page 176: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170 4. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap

prestasi belajar Biologi aspek kognitif, tetapi tidak ada interaksi antara metode

pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek

afektif dan psikomotorik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil analisis

variansi tiga jalan untuk prestasi belajar diperoleh besarnya p-value = 0.035 <

0.005 (kognitif), p-value = 0.100 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.240 > 0.005

(psikomotorik)

5. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif, tetapi tidak terdapat interaksi

metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan terhadap prestasi belajar

Biologi aspek afektif dan psikomotorik. Berdasarkan hasil uji analisis variansi

tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.001 < 0.005 (kognitif),

p-value = 0.117 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.395 > 0.005 (psikomotorik).

6. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar Biologi. Hal ini berdasarkan hasil uji analisis variansi

tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.376 > 0.005 (kognitif),

p-value = 0.387 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.801 > 0.005 (psikomotorik)

7. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan

tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi Berdasarkan hasil

uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.780

> 0.005 (kognitif), p-value = 0.742 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.801 >

0.660 (psikomotorik)

Page 177: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171 B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang metode

pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran Biologi pada materi pokok sistem respirasi.

Metode inquiry terbimbing lebih mampu merangsang siswa untuk mendapatkan

prestasi belajar yang lebih optimal daripada metode inquiry bebas termodifikasi.

Selain memberikan gambaran metode pembelajaran, hasil penelitian ini juga

mendeskripsikan tentang pengaruh kemampuan awal dan keingintahuan.

2. Implikasi Praktis

a. Metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar Biologi, siswa

yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing

memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang melakukan

proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi pada materi

pokok sistem respirasi. Oleh karena itu, dalam menyampaikan materi

Biologi/melakukan kegiatan pembelajaran metode inquiry terbimbing dapat

digunakan.

b. Tingkat kemampuan awal memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar

Biologi, oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan pembelajaran harus

memperhatikan tingkat kemampuan awal peserta didik untuk meningkatkan

psestasi belajar.

Page 178: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172 c. Tingkat keingintahuan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar Biologi,

oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan pembelajaran harus

memperhatikan tingkat keingintahuan peserta didik untuk meningkatkan

prestasi belajar.

C. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi sebelumnya, dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Saran untuk para guru

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-

prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Untuk menyampaikan

konsep-konsep Biologi diperlukan metode pembelajaran yang mampu membantu

siswa pada kondisi senang, rileks atau santai, dan mudah untuk menerima dan

memahami materi. Metode inquiry terbimbing merupakan metode pembelajaran

yang tepat untuk penyampaian materi Biologi, hal ini terbukti dari hasil penelitian

yang telah dilakukan, metode inquiry menghasilkan prestasi belajar yang lebih

baik dibanding metode inquiry bebas termodifikasi

2. Saran untuk para peneliti

a. Selama kegiatan pembelajaran menejemen waktu harus diperhatikan, untuk

tahapan Stimulation dan Problem statement sebesar 10 %, tahapan Data

Page 179: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173

collection, Data prossesing, dan Verification sebesar 75 %, sedangak untuk

tahapan Generalization sebesar 15 % dari alokasi waktu yang tersedia

b. Metode inquiry yang akan digunakan seharusnya diperkenalkan terlebih dahulu

maksimal satu bulan sebelum metode tersebut digunakan.

c. Dalam proses pembelajaran guru harus memotivasi seluruh siswa untuk aktif

bekerja dalam kelompok dengan cara memberikan pertanyaan yang menantang

d. Instrument yang akan digunakan sebaiknya diujicobakan lebih dari satu kali,

ujicoba pertama untuk perbaikan dan ujicoba berikutnya untuk validasi.

e. Prestasi belajar aspek psikomotorik diukur setelah proses pembelajaran.

f. Observer untuk prestasi aspek psikomotorik harus diujicoba dan diberi

pengarahan untuk menyamakan persepsi pada saat proses penilaian.

g. Untuk responden yang tidak serius dalam pengisian angket harus ditindak

lanjuti dengan teknik wawancara.

Page 180: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174

DAFTAR PUSTAKA

Abdul. Gafur. 1982. Desain Intruksional: Suatu Langkah Praktis Penyusunan

Pola Dasar Kegiatan Belajar dan Mengajar. Surakarta : Tiga Serangkai Agus Sujanto. 1983. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara ___________. 2004. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara Akhmad Sudrajat http://www.bpkpenabur.or.id/files/09 0.pdf, diakses 02

Desember 2009/13.10 WIB

Andi Suntoda Situmorang. 2008. Gaya Mengajar dan Kemampuan Awal Dalam Pembelajaran Keterampilan Forehand Groundstroke Petenis Pemula. Bandung: Universitas Indonesia

Antonius Kartolo. 2010. Pembelajaran Kooperatif Model STAD Dan TGT Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Awal. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Ari Widodo. 2007. Kontruktivisme dan Pembelajaran Sains. Jurnal pendidikan

dan kebudayaan, No. 064, Tahun ke-13 Astri Budianingsih. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta BNSP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: BNSP Budiyono. 2003. Statistik Dasar Penelitian. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret _______. 2004. Statistik Dasar Penelitian. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Burden Paul. M dan Byrd David M. 1997. Methods Of Effective Teaching.

Massachuset: Allyn dan Bocan Depdiknas. 2003. Panduan Pengembangan Program Penilaian Kelas. Jakarta:

Depdiknas Dick, Walter and Cary, Iou. 1999. The Systenic Design Of Instruction. New

York: Harper Cpllins pupliser Inc Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Page 181: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

175 Djemari Mardapati. 2004. Pedoman khusus Pengembangan Instrumen dan

Penilaian Ranah Afektif. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Umum

________________. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes.

Yogyakarta. Mitra Cendikia Dwi Retna Asminah. 2010. Pembelajaran Fisika dengan Metode Inkuiri

Terbimbing dan Inkuiri Training Ditinjau dari Kemapuan Awal dan aktifitas Siswa. Tesis. Universitas Sebelas Maret

Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum Dan Pembelajaran Filosofi Teori Dan

Aplikasi. Jakarta: Pakar Arya.

Elliot P. Douglas dan Chu-Chuan Chiu. 2009. Use Guided Inquiry as an Active Learning in Engineering. ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference. Session M4C

Endang Supartini. 2001. Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remidial. Yogyakarta: FIP UNY

Engelhard, George and Judith A.M. 1988. Grade level, gender, and school

related curiosity in urban elementary schools. The journal of education research vol.82 no 1. http://.jstor.org/stabel/27540332. Diakses pada tanggal 01 Januari 2010

Hesty Handayani. 2010. Pembelajaran Biologi Menggunakan Metode Proyek

Dengan Lab Real dan Audiovisual Ditinjau Dari Keingintahuan dan Kemampuan Kerjasama. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf. Diakses 12

Februari 2010 http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf . Diakses 12

Februari 2010 Johnson, Reaven. 2003. Biology. USA: Graw Hill Hingher Education. Inc Joyce Bruce and Weil. 2000. Models Of Teaching 6 th Education. New Jersey:

Prentice-Hall Kiline, Ahmed. 2007. The Opinion Of Turkish Highscohool Pupils On Inquiry

Based Laboratory Activites http://www.jiamse/journals.edu.com, diunduh 03 Nopember 2009/12.15

Kimball, John. W. 1998. Biologi Jidil 2. Jakarta: Erlangga

Page 182: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

176 Kindswatter R. William and Margareth Isher. 1996. Dinamic of effectif

Teaching. New York: Harper and Row Legiman. 2009. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran 4Mat System

dan Metode STAD Terhadap Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari Keingintahuan Siswa. Tesis. Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Margono. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Sebelas Maret University

Press Martinis Yamin. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis KTSP. Jakarta: Gaung

Persada Press Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Disekolah.

Yogyakarta: Kanisius Moh. Amien. 1979. Apakah Metoda Discovery-Inquiry Itu?. Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus.

___________. 1987. Pengajaran IPA Dengan Menggunakan Metode

Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud. Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Muhibbin Syah. 2006, Psikologi Pendidikan dengan Pembelajaran Baru.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mukayat Djarubito. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga Muhammad Ali. 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo Muhammad Suryo. 2003. Pedoman Penilaian Ranah Afektif. Jakarta:

Depdiknas Nana Sudjana. 1996. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT

Remaja Rosdakarya

____________. 2002. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya

Nasution. 2005. Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

National Academy of Science, (1996), National Science Education Standards,Washington, DC: National Academy Press.

Page 183: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177 Nizar Al-Kadiri.. http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/22/kemampuan-awal-

siswa/. Diakses 11 Januari 2011

Nur Irawan dan Septin Puji Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: Andi

Nuri Dewi Mldayanti. 2010. Pembelajaran Biologi Model STAD dan TGT Ditinjau Dari Keingintahuan Dan Minat Belajar Siswa. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Oemar Hamalik. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Paul Supaeno. 1997. Filsafat Kontruktifisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Poedjiadi. 1999. Teori belajar kontruktivisme. http://wahib-dr.com/teori-belajar

konstruktivisme.html. Purwodarminto. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta, 2006

Quitadano, Celia, James E Johnson, Martha J. Kurtz.2008. Community-Based Inquiry Improve Critical Thingking In General Biology. http://www.jiamse/journals.edu.com, diunduh 03 Nopember 2009/12.15

Ratna Willis Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga Ridwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta Roestiyah. N K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Sardiman, A, M.1994. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rajawali Press Sigit Triyono. 2008. Pengaruh Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode

Inkuiri Terbimbing dan Demonstrasi Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Edisi

Revisi. Jakarta : PT Rineka Putrsa Suharsimi Arikunto. 1995. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Page 184: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI .../Implementasi... · Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

178 ________________. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta ________________. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta ________________. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Suryabrata, S. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grafindo Persada Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Rineka Cipta Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Talib, Alkiyuni M. 2009. Instructional Strategies Of Intrinsic Motivation And

Curiosity For Developing Creative Thingking. 14th international conference on thingking (2009 Malaysia). Malaysia: University Sains Malaysia

Tarno. 2006. Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terbimbing Dan Inkuiri

Bebas Termodifikasi Terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Siswa Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yogyakarta; Media Wacana Press Winarno Surakhmad. 1990. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Bandung:

Tarsito Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiaswara

Indonesia ______. 2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiaswara

Indonesia Yulia Saraswati, 2009. Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing

Dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Perhatian Siswa. Tesis. Surakarta : Universitas Sebelas Maret