digilib.uns.ac.id...digilib.uns.ac.id
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
IMPLEMENTASI MANEJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DI MADRASAH TSANAWIYAH NAHDLATUL ULAMA (NU)
UNGARAN KECAMATAN UNGARAN BARAT
KABUPATEN SEMARANG
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
AGUS PRISTIAWAN
NIM : S811108061
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Implementasi Manejemen Berbasis Sekolah di MTs
Nahdlatul Ulama (NU) Ungaran Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang adalah karya penelitian saya dan bebas plagiat, serta tidak terdapat
karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagaimana
acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah
ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (Permendiknas No. 17, Tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi
dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Biosains PPs-UNS
berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi
Biosains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan
publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 26 November 2012
Yang membuat pernyataan
Agus Pristiawan NIM. S811108061
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
MOTTO
1. sulitan itu pasti ada kemudahan (Q.S. Alam
Nasyrah : 6)
2. Carilah ilmu walaupun (keberadaan ilmu) di negeri Cina, sesungguhnya
mencariilmu itu wajib bagi orang-orang Islam (HR. Baihaqi)
3.
suatu (HR. Baihaqi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
PERSEMBAHAN
Thesis ini kupersembahkan kepada :
Almamateryang memberi semangat baru dalam nafaskehidupan. Orang Tua,
Istriku, anak-anakku dan Sobat-sobatku yang telah banyak berjasa dalam tiap
langkah perjalanan hidupku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
KATA PENGANTAR
Rasa syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah yang telah diberikan, sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Peneliti
menyadari sepenuhnya, bahwa penyusunan tesis ini dapat terselesaikan atas
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode
Tahun 2012.
3. Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk melanjutkan studi.
4. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat
terselesaikan.
5. Prof (Em) Dr. Sri Yutmini, M.Pd selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
petunjuk serta arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat
terselesaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
6. Para dosen Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
7. Karyawan kantor Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah melayani administrasi dengan baik untuk keperluan penyusunan
tesis.
8. Kepala sekolah, guru, siswa dan wakil kepala MTs. NU Ungaran yang telah
berkenan memberi ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang
dipimpinnya.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program studi Teknologi Pendidikan dan segenap
pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian sehingga terselesainya
tesis ini.
Meskipun peneliti sudah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan tesis
ini, namun peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu peneliti mengaharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
sempurnanya penulisan tesis ini.
Peneliti berharap semoga tesis memberikan manfaat bagi semua pihak,
serta memberikan sumbangan pemikiran bagi dalam rangka peningkatan mutu
pembelajaran.
Surakarta , 26 November 2012
Peneliti
Agus Pristiawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO . vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................... v
HALAMAN KATA PENGANTAR ........ vii
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .............. xii
DAFTAR TABEL xiiI
DAFTAR LAMPIRAN ............ xiv
ABSTRAK xv
ABSTRACT xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah .. 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian .. 8
D. Manfaat Penelitian 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II ORIENTASI TEORITIK 10
A. Deskripsi Teoritik 10
1. Manajemen Pendidikan di Sekolah 10
2. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah 14
3. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 19
a. Sejarah Munculnya Konsep MBS dalam sistem Pendidikan di
19
b. Nilai Filosofis MBS 24
c. Implikasi MBS terhadap Pengelolaan pendidikan di Madrasah
Tsanawiyah
27
4. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah 30
a. Input Pendidikan 30
b. Proses 30
c. Output yang diharapakan 31
5. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah 33
6. Strategi Implementasi MBS 38
7. Implementasi MBS 39
B. Penelitian yang Relevan 48
C. Kerangka Berfikir 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB III METODE PENELITIAN 51
A. Tempat dan Waktu Penelitian 51
B. Jenis Penelitian 52
C. Data dan Sumber Data 53
D. Teknik Pengumpulan Data 54
E. Teknik pemeriksaan Keabsahan Data 55
F. Teknik Analisa Data 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 60
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 60
B. Hasil Penelitian 62
1. Implementasi MBS di MTs. NU Ungaran 62
(1) Sekolah harus memiliki otonomi 63
(2) Adanya peran serta masyarakat secara aktif 72
(3) Kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi 75
(4) Adanya proses pengambilan keputusan yang
demokratis
78
(5) Semua pihak harus memahami peran dan tanggung
jawabnya secara bersungguh-sungguh
81
(6) Adanya guidelines dari departemen pendidikan terkait 83
(7) Sekolah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(8) Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian
kinerja sekolah
88
(9) Implementasi konsep MBS 92
2. Kendala dan Usaha ...... 96
3. Hasil Implementasi MBS ...... 107
C. Pembahasan 116
a. Implementasi MBS di MTs. NU Ungaran 116
b. Kendala dan usaha 119
c. Hasil Implementasi MBS 121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 128
A. Kesimpulan 128
B. Implikasi 129
C. Saran 130
Daftar Pustaka 131
Lampiran 134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar. 1 Paradigma 29
Gambar. 2 Kerangka pikir.................................................. 50
Gambar. 3 59
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel. 1 Perubahan Paradigm Manajemen Pendidikan 21
Tabel. 2 Kelompok Sekolah dalam MBS 38
Tabel. 3 Jadwal Penelitian 51
Tabel. 4 Data Personel Madrasah 61
Tabel. 5 Jumlah Siswa Berdasarkan Usia, Kelas, dan
Jenis Kelamin Tahun Pelajaran 2011/ 2012
61
Tabel. 6 Luas Penggunaan Tanah Tahun Pelajaran 2011/ 2012 61
Tabel. 7 Kondisi Bangunan dan Sarana Tahun Pelajaran
2011/ 2012
62
Tabel. 8 Kondisi Sarana Meubelair Tahun Pelajaran 2011/ 2012 62
Tabel. 9 Standar Kompetensi Lulusan 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penjelasan fokus penelitian 135
Lampiran 2 Kode Penelitian 138
Lampiran 3 Catatan Lapangan 140
Lampiran 4 Instrumen Wawancara 179
Lampiran 5 Instrumen Observasi 176
Lampiran 6 Daftar Nama Guru PNS/ Non PNS MTts. NU Ungaran
Tahun Pelajaran 2012/ 2013
196
Lampiran 7 Formulir Pendataan Madrasah Tsanawiyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012
197
Lampiran 8 Rencana Kerja Madrasah (RKM) MTs. NU Ungaran
Tahun Pelajaran 2011/ 2012
211
Lampiran 9 Dokumentasi Wawancara 292
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian 296
Lampiran 11 Surat keterangan Penelitian 297
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
ABSTRAK
Agus Pristiawan , S811108061. Implementasi Manejemen Berbasis Sekolah di MTs Nahdlatul Ulama (NU) Ungaran Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang . Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di MTs. NU Ungaran , (2) Mengetahui kendala dan usaha yang dilakukan sekolah dalam implementasi MBS di MTs. NU Ungaran. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama ( NU ) Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Subjek Penelitian adalah Kepala Madrasah, Guru, dan Komite Sekolah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumenter. Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi. Dan member chek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi MBS telah berjalan di MTs. NU Ungaran sejak 9 tahun yang lalu. Hasil implementasi MBS meliputi 9 indikator, yaitu (1) MTs. NU Ungaran memiliki otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan untuk mengelola sekolah, (2) Ada peran serta masyarakat secara aktif, dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum, (3) Kepala sekolah MTs. NU Ungaran menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum, (4) Ada proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif, (5) Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara bersungguhsungguh, (6) Ada guidlines dari departemen pendidikan terkait, (7) MTs. NU Ungaran memiliki transparansi dan akuntabilitas, (8) Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah, dan (9) Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS.
Kendala yang dihadapi dalam implentasi MBS di MTs. NU Ungaran adalah belum ada kesamaan persepsi antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Pemahaman masyarakat mengenai slogan sekolah gratis masih menjadi stigma negatif bagi sekolah. Sedangkan usaha yang dilakukan sekolah antara lain dengan mengadakan pertemuan, audensi, sosialisasi MBS dengan masyarakat. Hasil yang dicapai MTs. NU Ungaran selama pelaksanaan implementasi MBS meliputi 5 hal, yaitu : sekolah memiliki kewenangan dalam menentukan program, meningkatnya prestasi akademik dan non akademik, sarana dan prasarana yang baik baik, tingginya kepercayaan masyarakat, dan adanya transparansi kepada masyarakat. Berdasarkan pengelompokan sekolah, MTs. NU Ungaran termasuk dalam sekolah dengan manajemen yang baik.
Kata Kunci : Implementasi, Manajemen Berbasis Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
ABSTRACT
Agus Pristiawan, S811108061. The implementation of School-based management in MTs NU (NU) Ungaran District West Ungaran Semarang regency. Thesis, Educational Technology Studies Program, Graduate Program University Eleven March Surakarta.
This study aims to (1) Determine the implementation of School-Based Management in the MTs. NU Ungaran, (2) Knowing the constraints and school efforts in the implementation of SBM in MTs. NU Ungaran. The research was conducted at the junior secondary school Nahdlatul Ulama (NU) West Ungaran Semarang regency. The study subjects were Principals, Teachers, and School Committee.
This study uses a qualitative research by applying observation, interview and documentary studies. Engineering Data validity checking is done by triangulation. And members chek. The results showed that the implementation of the MBS has been running in schools. NU Ungaran since 9 years ago. The results of the implementation of MBS includes 9 indicators, namely (1) MTs. NU Ungaran have autonomy in the power and authority to manage the school, (2) There is active community participation, in terms of financing, the decision making process of the curriculum, (3) principal MTs. NU Ungaran a source of inspiration for the construction and development of the school in general, (4) There is a process of democratic decision-making in the life of an active school council, (5) All parties must understand the roles and responsibilities ¬ meant it, (6) There are guidlines of relevant education departments, (7) MTs. NU Ungaran have transparency and accountability, (8) Application of MBS should be directed to the achievement of school performance, and (9) Implementation begins with the dissemination of the concept of MBS.
Constraints faced in Implementation of School Based Management in MTs. NU Ungaran is no common perception among schools, parents, community, and government. People's understanding of free school slogan is still a negative stigma for the school. While the efforts of the school, among others by organizing meetings, hearings, MBS socialization with people. Results achieved MTs. NU Ungaran during the implementation of SBM include 5 things: The school has the authority to determine the programs, increasing academic and non-academic achievement, good facilities and good infrastructure, high public trust, and transparency to the public. By grouping schools, MTs. NU Ungaran included in school with good management.
Keywords: Implementation, School Based Management
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia modern telah memasuki era kompetisi yang semakin
ketat. Kondisi ini, telah membawa dampak pada tuntutan kualitas sumber daya
manusia menjadi sangat kompetitif. Tidak ada jalan lain, kecuali membenahi
upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui sekolah. Kenyataan ini, telah
disadari oleh berbagai negara, termasuk Indonesia bahwa pendidikan merupakan
pilar utama pembangunan bangsa.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat sentral dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, sebab peningkatan kualitas pendidikan mempunyai
suatu proses yang terintegrasi dalam peningkatan sumber daya manusia itu
sendiri. Sumber daya yang berkualitas sangat diperlukan untuk pembangunan dan
kelangsungan hidup bangsa dalam mempersiapkan peserta didik yang mampu
mengembangkan dan menampilkan keunggulan dirinya sebagai manusia berbudi
luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, inisiatif, mandiri serta sehat
jasmani dan rohani.
Masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan
dasar dan menengah. Segala upaya dan usaha telah dilakukan, diantaranya
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan
perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen
sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota,
menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan, namun sebagian
lainnya masih memprihatinkan.
Pengalaman selama ini menunjukkan banyaknya program peningkatan
mutu pendidikan sekolah yang diupayakan secara sentralistik oleh pemerintah
pusat belum banyak mengalami keberhasilan, diduga hal tersebut erat kaitannya
dengan masalah manajemen, kondisi sekolah yang tidak sesuai dan belum
dibarengi oleh upaya-upaya dari sekolah yang bersangkutan. Manajemen atau
pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses
pendidikan secara keseluruhan.
Dewasa ini telah terjadi pergeseran arah perubahan kebijakan di bidang
pendidikan, di mana kini bidang pendidikan diletakkan pada desentralisasi yang
kemudian menempatkan/menyerahkan pendidikan menjadi bagian dari otonomi
daerah Sehingga pendidikan yang selama ini dikelolah secara sentralistik harus
diubah mengikuti irama yang sedang berkembang di daerah.
Di era reformasi saat ini, terjadi perubahan cukup mendasar di bidang
pendidikan dengan diundangkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pusat dan Daerah yang kemudian disempurnakan menjadi UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, yang telah meletakkan
sektor pendidikan sebagai salah satu yang diotonomisasikan dan UU No.20 Tahun
2003 tentang Sistem pendidikan Nasional (SISDIKNAS), sebagai pengganti UU
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
No.2 Tahun 1989. Hal ini menunjukkan bahwa otonomi pendidikan sudah
dicananakan dan tidak lagi menganut sistem sentralistik, tetapi lebih bertumpu
pada dua paradigma baru yaitu desentralisasi dan otonomi. Artinya, banyak hal
yang sudah dipercayakan untuk ditangani dan dikelola oleh daerah bahkan
sekolah.
Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan,
salah satunya yang sekarang sedang dikembangkan adalah reorientasi
penyelenggaraan pendidikan, melalui manajemen sekolah (School Based
Management). Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki tujuan untuk
memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan,
keluwesan, dan sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah.
Secara fungsional, pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan
manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu
maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa.
Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan
tentang kehidupan hari kemudian yang bahagia.
Namun saat ini dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi
harapan mayarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan,
penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam,
bahkan lebih berorintasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan
mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan
dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik ,
sosial, dan budaya. Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi,
maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi
sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi
penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan
jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa.
Kondisi tersebut menyebabkan sebagian masyarakat menjadi pesimis
terhadap sekolah. Ada anggapan bahwa pendidikan tidak lagi mampu menciptakan
mobilitas sosial mereka secara vertikal, karena sekolah tidak menjanjikan
pekerjaan yang layak. Sekolah kurang menjamin masa depan anak yang lebih
baik. Sebagaimana diungkapkan di muka, perubahan paradigma baru pendidikan
kepada mutu (quality oriented) merupakan salah satu strategi untuk mencapai
pembinaan keunggulan pribadi anak.
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah telah
meletakkan sektor pendidikan sebagai salah satu yang diotomisasikan bersama
sektor-sektor pembangunan yang berbasis kedaerahan lainnya seperti kehutanan,
pertanian, koperasi dan pariwisata. Otonomisasi sektor pendidikan kemudian
didorong pada sekolah, agar kepala sekolah dan guru memiliki tanggung jawab
besar dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas hasil belajar. Baik dan buruknya kualitas hasil belajar siswa menjadi
tanggung jawab guru dan kepala sekolah, karena pemerintah daerah hanya
memfasilitasi berbagai aktivitas pendidikan, baik sarana prasarana, ketenagaan,
maupun berbagai program pembelajaran yang direncanakan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Bersamaan dengan itu, pemerintah juga mengeluarkan undang-undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, sebagai pengganti
undang-undang nomor 2 tahun 1989. Salah satu isu penting dalam undang-undang
tersebut adalah pelibatan masyarakat dalam pengembangan sektor pendidikan,
sebagaimana ditegaskan pada pasal 9 bahwa masyarakat berhak untuk berperan
serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program
pendidikan. Pasal ini merupakan kelanjutan dari pernyataan pada pasal 4 ayat 1
bahwa pendidikan di Indonesia diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan. Demokratisasi pendidikan merupakan implikasi dari dan sejalan
dengan kebijakan mendorong pengelolaan sektor pendidikan pada daerah, yang
implementasinya ditingkat sekolah, baik rencana pengembangan sarana, dan alat
ketanagaan, kurikulum serta berbagai program pembinaan siswa, semua
diserahkan pada sekolah untuk merancangnya serta mendiskusikannya dengan
mitra horizontalnya dari komite sekolah.
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan
kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta
upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini
menuntut pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat
mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen
masyarakat secara efektif guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di
sekolah. Dalam kerangka inilah, MBS tampil sebagai alternatif paradigma baru
manajemen pendidikan yang ditawarkan. MBS merupakan suatu konsep yang
menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat
mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat
antara sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Dengan latar belakang tesebut jelas bahwa Manajemen Berbasis Sekolah
merupakan suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan penidikan yang
lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik karena MBS memberi peluang
bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan
improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran
manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan
profesionalisme yang dimiliki dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, oleh
karenanya penulis tertarik untuk mengetahui bagaimanakah penerapan
manajemen berbasis sekolah di madrasah.
Adapun sekolah yang dijadikan setting penelitian adalah Madrasah
Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (NU) Ungaran Kecamatan Ungaran Barat,
Kabupaten Semarang. Kemampuan sekolah dalam mengimplementasikan
manajemen berbasis sekolah sudah tidak diragukan lagi. Madrasah Tsanawiyah
yang dahulunya tidak diminati oleh masyarakat sekarang menjadi sekolah yang
diidolakan. Kegiatan yang sangat beragam dengan penanaman disiplin yang baik
memacu madarasah ini untuk berpacu dalam prestasi menuju sukses,
menyejajarkan diri dengan sekolah favorit lainnya di Kecamatan Ungaran Barat.
Peranan kepala Madrasah serta kerja sama yang solid dari para guru, komite
sekolah yang tanggap sangat mendukung terciptanya kemandirian sekolah di
MTs. NU Ungaran Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa
masalah, diantaranya: (1) Apa itu Manajemen Sekolah, (2) Maksud dari
Manajemen Berbasis Sekolah, (3) Manfaat dari Manajemen Berbasis Sekolah, (4)
Pengaruh penerapan Manajemen Berbasis Sekolah terhadap kewenangan
pemerintah pusat (Depdiknas), dinas pendidikan daerah, dan dewan sekolah, (5)
Kendala dan usaha yang dihadapi sekolah dalam menerapkan Manajemen
Berbasis Sekolah, (6) Syarat penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, (7)
Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah, (8) Implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah.
Beberapa identifikasi masalah diatas yang ada di MTs NU Ungaran tidak
semuanya di bahas dalam penelitian ini, Penulis membatasi penelitian dalam 3
hal, yaitu; (1) Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di MTs. NU Ungaran,
(2) Kendala dan usaha yang dilakukan sekolah dalam implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah di MTs. NU Ungaran, (3) Hasil Implementasi MBS di MTs. NU
Ungaran. Permasalahan inilah nantinya yang akan menjadi fokus masalah dalam
penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa pertimbangan pemikiran yang telah dikemukakan di
atas maka yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah dengan mengambil studi kasus pada MTs. NU
Ungaran Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Ada dua masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini.
1. Bagaimanakah implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di MTs. NU
Ungaran?
2. Kendala dan usaha apa sajakah yang dilakukan sekolah dalam
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di MTs. NU Ungaran ?
3. Hasil pelaksanaan implementasi MBS di MTs. NU Ungaran ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Bagaimana implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di MTs. NU
Ungaran
2. Kendala dan usaha yang dilakukan sekolah dalam implementasi MBS di
MTs. NU Ungaran
3. Hasil pelaksanaan implementasi MBS di MTs. NU Ungaran
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi pengembangan
pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu Pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Dalam implikasinya, hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat.
a. Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak terkait
Kementerian Agama Kabupaten Semarang tentang permasalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dihadapi oleh Madrasah Tsanawiyah sehubungan dengan pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah
b. Penelitian ini dapat dijadikan data kajian bagi para administrator
pendidikan tentang pola pengembangan pelaksanakan manajemen
berbasis sekolah di lingkungan Madrasah Tsanawiyah.
c. Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak sekolah dalam
rangka lebih memantapkan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB II
ORIENTASI TEORETIK
A. Deskripsi Teoritik
1. Manajemen Pendidikan di Sekolah
Sekolah sebagai institusi pendidikan dalam pengelolaannya membutuhkan
seperangkat sistem terpadu untuk mencapai tujuan yang direncakan dan ingin
dicapai, yaitu peningkatan mutu pendidikan. Hal senada dipertegas Charlisle
yakni unit sosial yang sengaja di bentuk oleh beberapa orang yang satu sama lain
berkoordinasi dalam melaksanakan pekerjaannya untuk mencapai tujuan
organisasi membutuhkan cara-cara tertentu dalam pengelolaanya, dalam hal ini
manajemen. Terkait dengan hal tersebut, berikut akan dikemukakan beberapa
konsep mengenai manajemen sekolah agar diperoleh kesamaan makna dan
relevansi dalam membahas implementasi manajemen berbasis sekolah di MTs.
NU Ungaran .
Menurut Baharuddin (
dilakukan untuk mentaati, mengatur, mengarahkan, menggerakkan, dan
mengendalikan setiap usaha sekelompok manusia mencapai tujuan yang
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
-
orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati bersama dengan
mengatur seluruh potensi sekolah agar berfungsi secara optimal dalam
mend
mengatur guru dan stafnya bekerja secara optimal dengan mendayagunakan
sarana dan prasarana yang dimiliki serta potensi masyarakat demi mendukung
tercapainya tujuan sekolah.
Berdasarkan ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen dalam institusi pendidikan seperti sekolah adalah upaya untuk
mengelola, mengatur, dan menggerakkan seluruh potensi sumber daya manusia
yang ada untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama, yaitu
peningkatan muut pendidikan di sekolah tersebut.
Di Indonesia, gagasan penerapan pendekatan ini muncul sejalan dengan
pelaksanaan otonomi daerah sebagai paradigma baru dalam pengoperasian
sekolah. Selama ini, sekolah hanyalah kepanjangan tangan birokrasi pemerintah
pusat untuk menyelenggarakan urusan politik pendidikan.
Para pengelola pendidikan sama sekali tidak memiliki banyak kelonggaran
untuk mengoperasikan sekolahnya secara mandiri. Semua kebijakan tentang
penyelenggaran pendidikan di sekolah umumnya diadakan di tingkat pemerintah
pusat atau sebagian di instansi vertikal dan sekolah hanya menerima apa adanya.
Apa saja muatan kurikulum pendidikan di sekolah adalah urusan pusat, kepala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sekolah dan guru harus melaksanakannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknisnya. Anggaran pendidikan mengalir dari pusat ke daerah
menelusuri saluran birokrasi dengan begitu banyak simpul yang masing-masing
menginginkan bagian. Tidak heran jika nilai akhir yang diterima di tingkat paling
operasional telah menyusut lebih dari separuhnya.
Dalam konteks pendidikan, manajemen sekolah adalah proses koordinasi
yang terus menerus dilakukan oleh seluruh anggota organisasi untuk
menggunakan seluruh sumber daya dalam upaya memenuhi berbagai tugas
organisasi yang dilakukan dengan efisien.
Pelaksanaan MBS yang efektif dan efisien menuntut dilaksanakannya
fungsi-fungsi pokok manajemen secara terpadu dan terintegrasi dalam
pengelolaan bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan. Melalui manajemen
sekolah yang efektif dan efisien tersebut, diharapkan dapat memberikan
konstribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas yang ringan
karena tidak hanya berkaitan dengan permasalahan teknis, tetapi mencakup
berbagai persoalan yang sangat remit dan kompleks, baik yang menyangkut
perencanaan, pendanaan, maupun efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan sistem
sekolah.
Hasil penelitian Balitbang Depdikbud (Anonim, 2010:1) menunjukkan
bahwa manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas pendidikan. Manajemen secara langsung akan
mempengaruhi dan menentukan efektif tidaknya kurikulum, berbagai peralatan,
waktu, dan proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Untuk memahami lebih jauh lagi tentang MBS, maka yang tak kalah
pentingnya untuk diperhatikan dalam implementasi MBS adalah perihal tugas dan
fungsi dari manajemen sekolah yang terdiri dari empat macam sebagaimana
dijelaskan Hidayat
pengorganisasian, 3) fungsi pergerakan, 4) fungsi pengawasan, termasuk dalam
hal ini fungsi pembinaan.
a. Fungsi perencanaan (planning). Sekolah membuat perencanaan yang akan
dilaksanakan untuk tujuan sekolah yang ditetapkan. Perencanaan merupakan
proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan Manajemen tentang
tindakan yang akan dilakukan manajemen pada waktu yang akan datang.
Perencanaan ini juga merupakan kumpulan kebijakan yang secara sistematik
disusun dan dirumuskan berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan
serta dapat dipergunakan sebagai pedoman kerja. Dalam perencanaan
terkandung makna pemahaman terhadap apa yang dikerjakan, permasalahan
yang dihadapi dan alternative pemecahannya serta untuk melaksanakan
prioritas kegiatan yang telah ditentukan secara proporsional.
b. Fungsi pengorganisasian (organizing). Sekolah menetapkan, memfungsikan
organisasi yang akan melaksanakan program tersebut.
c. Fungsi pergerakan (actuating). Sekolah mengerakkan seluruh sumber daya
orang yang terkait, untuk secara bersama-sama. Pelaksanaan merupakan
kegiatan untuk merealisasikan rencana manajemen menjadi tindakan nyata
dalam rangka mencapai tujuan manajemen secara efektif & efisien. Rencana
yang telah disusun oleh manajemen akan memiliki nilai jika dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dengan efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan setiap organisasi harus
memiliki kukuatan yang mantap dan meyakinkan sebat jika tidak kuat maka
proses pendidikan seperti yang diinginkan akan sulit terealisasi.
d. Fungsi pengawasan (controlling). Sekolah mengendalikan dan melakukan
supervisi pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dapat mencapai sasaran
secara efektif dan efisien. Pengawasan merupakan upaya untuk mengamati
secara sistematis dan berkesinambungan, merekam, memberi penjelasan,
petunjuk, pembinaan, dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat, serta
memperbaiki kesalahan. Pengawasan merupakan kunci keberhasilan dalam
keseluruhan proses manajemen, perlu dilihat secara komprehensif, terpadu,
dan tidak terbatas pada hal hal tertentu.
Agar dapat melaksanakan keempat fungsi manajemen sekolah di atas,
maka hal terpenting yang juga harus dilakukan adalah pembinaan. Pembinaan
dalam hal ini merupakan rangkaian upaya pengendalian secara professional semua
unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana
manajemen untuk mencapai tujuan dapak terlaksana secara efektif dan efisien.
Pelaksanaan manajemen sekolah yang efektif dan efisien menuntut
dilaksanakannya keempat fungsi pokok manajemen tersebut secara terpadu dan
terintegrasi dalam pengelolaan bidang bidang kegiatan manajemen pendidikan.
2. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Istilah Manajemen berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari School
Based Management . Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan
perkembangan masyarakat setempat.
Terdapat Pengertian Manajemen berbasis Sekolah menurut ahli:
Menurut E. Mulyasa : MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi
pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan
pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Otonomi
dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan
kinerja para staff, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok
yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
pendidikan.(Mulyasa, 2004:7)
Manajemen berbasis sekolah merupakan pendekatan politik yang
bertujuan untuk mendesain ulang pengelolaan sekolah dengan memberikan
kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, siswa, komite sekolah,
orang tua siswa dan masyarakat. Manajemen berbasis Sekolah mengubah sistem
pengambilan keputusan dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan
keputusan dan manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat lokal Local
Stakeholder.(Fattah, 2003:8) .Manajemen berbasisi sekolah merupakan model
manajemen pendidikan yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah.
Disamping itu, MBS juga mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang
melibatkan langsung semua warga sekolah yang dilayani dengan tetap selaras
pada kebijakan nasional pendidikan (Sujanto, 2004:25).
MBS pada prinsipnya merupakan suatu gerakan reformasi pendidikan
yang menginginkan adanya peningkatan mutu pendidikan melalui proses
desentralisasi pendidikan dari yang sebelumnya adalah sentralisasi. Referensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
yang digunakan dalam implementasi MBS melalui desentralisasi sebagaimana
Pertama; The New Progresive Era (1960)
yang digagas oleh Rand Corporation, Fullman, dan lain-lain. Titik tekannya pada
pengembangan kemampuan individu sebagai ujung tombak perubahan. Kedua;
School Efectiveness Studies (1970), yang digagas oleh Edmund, Brookever, dan
lain-lain yang ditekankan pada etos kerja sekolah. Ketiga; National Report (1980),
sebagaimana digagas Bell, Wood, dan Sizer. Dengan titik tekannya adalah
Menurut Danim (2002:176), ketiga gerakan reformasi pendidikan di atas,
pada hakekakatnya merujuk pada karakteristik ideal manajemen sekolah (school
for the twenty-first characteristics), yaitu:
a) Adanya keragaman dalam pola penggajian guru.
b) Manajemen situs sekolah (school-site-management) atau otonomi
manajemen sekolah.
c) Pemberdayaan guru secara optimal.
d) Pengelolaan sekolah secara partisipatif.
e) Sistem yang di disesntralisasikan.
f) Sekolah dengan pilihan atau otonomi sekolah dalam menentukan aneka
pilihan.
g) Hubungan partnership antara dunia bisnis dengan dunia pendidikan.
h) Akses terbuka bagi sekolah, dan
i) Pemasaran sekolah secara kompetitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
MBS baru diadaptasi secara resmi di Indonesia sekitar tahun 1999 oleh
Departemen Pendidikan Nasional dengan proyek perintisan Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). MBS merupakan paradigma baru
pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam kerangka
kebijakan pendidikan nasional.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
ekolah atau
madrasah adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan,
yang dalam hal ini kepala sekolah atau madrasah dan guru dibantu oleh komite
Menurut Etneridge (Rosyada, 20
proses formal yang melibatkan kepala sekolah, guru, orang tua siswa, siswa dan
masyarakat yang berada dekat dengan sekolah, dalam proses pengambilan
Menurut Short dan Greer (Rosyada, 2004:267) mendefenisikan, bahwa
School Based Management) atau MBS adalah sebuah strategi yang
mengangkat konsep tentang pemberdayaan dan memberdayakan semua individu
Defenisi yang lebih luas tentang MBS dikemukakan oleh Nurkholis
(2003:34) yang menyatakan
pendidikan yang berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan adalah sarana
yang efektif untuk kemajuan sekolah baik kepada siswa, orang tua siswa dan
masyarakat maupun terhadap lingkungan kerja untuk semua a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Definisi MBS diuraikan lebih rinci sebagai suatu pendekatan politik yang
bertujuan untuk melakukan desain terhadap pengelolaan sekolah dengan
memberikan kekuasaan pada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, siswa,
kepala sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat (Fattah, 2004:67).
MBS atau school based management sendiri merupakan sebuah upaya
adaptasi dari paradigma pendidikan baru yang berasaskan desentralisasi. MBS
memberikan otoritas pada sekolah untuk mengembangkan prakarsa yang positif
untuk kepentingan sekolah.
Jadi, MBS merupakan sebuah strategi untuk memajukan pendidikan
dengan mentransfer keputusan penting memberikan otoritas dari negara dan
pemerintah daerah kepada individu pelaksana di sekolah. MBS menyediakan
kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua kontrol yang sangat besar dalam proses
pendidikan dengan memberi mereka tanggung jawab untuk memutuskan
anggaran, personil, serta kurikulum.
Dengan demikian, pada dasarnya MBS merupakan strategi pengelolaan
penyelengaraan pendidikan di sekolah yang menekankan pada aspek partisipasi
aktif seluruh komponen sekolah. Sedangkan kepemimpinan berfungsi untuk
mengarahkan, dan memberdayakan sumber daya yang dimiliki secara internal
secara efektif dan efisien, sehingga tujuan penyelenggaraan pendidikan dapat
dicapai. Dengan kata lain, pelaksanaan prinsip-prinsip MBS di sekolah
memberikan otonomi yang luas pada sekolah untuk membuat perencanaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dalam menjalankan berbagai
kebijakan dan program sekolah.
3. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah
a. Sejarah Munculnya Konsep MBS dalam Sistem Pendidikan di Indonesia
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan
harapan dan kemungkinan yang lebih baik pada masa mendatang telah mendorong
berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak
langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu
upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan
untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, merubah perilaku dan
meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik.
Perubahan suasana politik di Indonesia yang muncul dari adanya krisis
ekonomi kemudian berkembang menjadi krisis sosial politik yang berimplikasi
pada perubahan berbagai bidang teristimewa di bidang pendidikan. Isu sentralisasi
dan desentralisasi yang sebelumnya telah dimunculkan sebagai upaya
pemberdayaan daerah telah semakin mencuat. Terdorong oleh suasana politik,
semakin diyakini bahwa salah satu upaya penting yang harus dilakukan dalam
peningkatan mutu pendidikan adalah dengan pemberdayaan sekolah melalui
Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ).
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai terjemahan dari School Based
Management adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan bersama/partisipatif dari
semua warga sekolah dan masyarakat untuk mengelola sekolah dalam rangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional
(Raharjo, 2003 :5). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah yang lain adalah strategi
untuk mewujudkan sekolah yang efektif dan produktif ( Mulyasa, 2003 : 3 ).
Manajemen Berbasis Sekolah juga didefinisikan sebagai penyerasian sumber daya
yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok
kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah dalam
pendidikan nasional ( Sutikno, 2005 : 73 ).
Model Manajemen Berbasis Sekolah telah dikembangkan di negara
Amerika Serikat yang dipelopori oleh Edward E Lawler, hasilnya telah membawa
dampak terhadap kualitas belajar mengajar. Hal itu disebabkan oleh adanya
mekanisme yang lebih efektif yaitu pengambilan keputusan dapai dilakukan
dengan rapat sekaligus memberikan dorongan semangat kerja baru sebagai
motivasi berprestasi kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagai
manajer sekolah. ( Fattah, 2005 : 5 ).
Penerapan desentralisasi ke dalam manajemen pendidikan menghasilkan
sekolah sebagai lembaga yang memiliki otoritas dan kewenangan yang tidak lagi
bergantung pada kebijakan dan birokrasi sentralistik. Dengan diberlakukannya
otonomi daerah, maka sebagai konsekuensi logis bagi manajemen pendidikan di
Indonesia adalah perlu diadakan penyesuaian terhadap manajemen paradigma
lama menuju manajemen pendidikan paradigma baru yang lebih bernuansa
otonomi dan lebih demokratis. Tabel 1 berikut ini menunjukkan perubahan
paradigma manajemen dari yang lama menuju yang baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 1. Perubahan Paradigma Manajemen Pendidikan
Paradigma Lama Paradigma Baru
Melaksanakan program Keputusan terpusat Ruang Gerak terbatas Basis Birokrasi Sentralistik Diatur Mengontrol Mengarahkan Menhindari resiko Individual Informasi terbatas Pendelegasian Organisasi vertikal
Merumuskan program Keputusan Partisipatif Ruang gerak fleksibel Basis Profesional Desentralistik Mandiri Memotovasi Memfasilitasi Mengelola resiko Kerjasama Informasi terbuka Pemberdayaan Organisasi horisontal
Tugas dan fungsi sekolah Pada Pradigma lama pendidikan hanya
melaksanakan program daripada mengambil inisiatif merumuskan dan
melaksanakan program yang dibuat sendiri oleh sekolah. Sedang pada paradigma
baru sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya,
pengambilan keputusan dilakukan secara bersama/partisipatif dan peran
masyarakat lebih besar, sekolah lebih fleksibel dalam mengelola lembaganya.
Mengutamakan basis profesionalisme daripada basis birokrasi pengelolaan
sekolah lebih desentralistik, perubahan sekolah lebih didorong oleh kemandirian
daripada diatur dari luar sekolah, regulasi pendidikan lebih sederhana, peranan
pusat tidak mengontrol lagi tetapi memotivasi dan dari mengarahkan ke
memfasilitasi, dari menghindari resiko menjadi mengelola resiko. Penggunaan
uang lebih efisien tidak boros karena ada sisa anggaran tahun ini dapat digunakan
untuk anggaran tahun depan, lebih mengutamakan kerjasama informasi terbuka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
bagi semua warga sekolah, lebih mengutamakan pemberdayaan, struktur
organisasinya yang tadinya vertikal cenderung horisontal sehingga lebih efisien.
(Raharjo, 2003 : 7-8 ).
Dalam manajemen sistem pendidikan nasional, telah dipahami bahwa
selama lebih dari 60 tahun pengelolaan pendidikan dilaksanakan secara terpusat,
seragam di seluruh tanah air. Kurikulum, pengelolaan ketenagaan, pengadaan
sarana prasarana, penetapan anggaran, penetapan visi dan misi pendidikan semua
diatur secara nasional.
Undang Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Provinsi sebagai daerah otonom merupakan jawaban atas berbagai ketimpangan
pengelolaan sistem pemerintahan yang terpusat secara nasional, termasuk di
dalamnya pengelolaan pendidikan.
Sejalan dengan dimulainya otonomi daerah di kota dan kabupaten, maka
pemerintah memberikan payung hukum otonomi pendidikan ke sekolah dengan
pelaksaan manajemen berbasis sekolah, melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 51 butir 1 yaitu :
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
Ada lima alasan latar belakang pentingnya pelaksanaan Manajemen
Berbasis Sekolah dalam konteks pengelolaan pendidikan di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1. Kepala sekolah kurang memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola
sekolah yang dipimpinnya.
2. Kemampuan manajerial (managerial skills) kepada sekolah yang pada
umunya masih rendah terutama sekolah yang masih bergantung pada juklak
dan juknis.
3. Pola anggaran yang ada teramat kaku, sehingga hampur tidak
memungkinkan bagi guru yang berprestasi untuk mendapatkan
insentif/penghargaan.
4. Peran serta masyarakat sangat kecil dalam pengelolaan pendidikan.
5. Visi, misi dan strategi pendidikan di sekolah tidak bertumpu pada
kemampuan lingkungan ( Wasliman, 2000 : 1).
Otonomi pengelolaan pendidikan menunjukkan adanya pelimpahan
wewenang dalam pengelolaan pendidikan dari pemerintah pusat ke daerah
otonom, yang menempatkan kabupaten/kota sebagai sentral (pusat) desentralisasi.
Penggeseran kewenangan ini berkaitan erat dengan konsentrasi perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan. Desentralisasi dalam tatanan pemerintahan
mengandung arti pula adanya pelimpahan wewenang pemerintah kepada
masyarakat. Dalam pengelolaan pendidikan di sekolah, berarti adanya pelimpahan
wewenang kepada masyarakat atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan
pendidikan untuk ikut bertanggung jawab dalam memajukan sekolah. Apabila
dihubungkan dengan praktik manajemen berbasis sekolah, maka terkandung
adanya pelimpahan wewenang untuk perumusan kebijakan dan penetapan
keputusan kepada sekolah dan stakeholder. Kepentingan utama dari otonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sekolah adalah tampilnya kemandirian sekolah untuk meningkatkan kinerja
dengan mengamodasikan berbagai potensi sumber daya sekolah yang pada
akhirnya ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam wujud kualitas
hasil belajar pada siswa, sehingga lulusan yang diharapkan sesuai dengan
dambaan orang tua dan masyarakat.
b. Nilai Filosofis Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah merupakan wujud dan reformasi pendidikan
yang menginginkan adanya perubahan dari kondisi yang kurang baik dengan
memberikan kewenangan (otorita) kepada sekolah memberdayakan dirinya (
Fattah, 2008 : 8 ). Bentuk reformasi pendidikan yang diamanatkan dalam konsep
MBS tersebut akan berimplikasi terhadap perumusan kebijakan pada level
sekolah. Rumusan yang lain dari Manajemen Berbasis Sekolah adalah :
Gagasan yang menempatkan kewenangan pengelolaan sekolah dalam satu
keutuhan sistem. Dalam konteks ini, aspirasi pihak-pihak yang
berkepentingan dengan sekolah diakomodasikan dalam berbagai
kepentingan yang ditujukan pada peningkatan kinerja sekolah, antara lain
direfleksikan pada rumusan visi, misi, tujuan dan program-program
prioritas sekolah. Dengan demikian setiap sekolah akan memiliki ciri
khasnya masing-masing ( Satori, 2009 : 2 ).
Karakteristik yang dimiliki masing-masing sekolah dicerminkan pula
dalam kondisi sarana dan prasarana pendidikan, mutu sumber daya manusianya
dan dukungan pembiayaan bagi pengembangan sekolah sesuai dengan aspirasi
pihak-pihak yang berkepentingan dengan sekolah. Dalam kondisi demikian, maka
realisasi gagasan Manajemen Berbasis Sekolah akan melahirkan sikap
kepemilikan para stakeholder terhadap sekolah. Kondisi ini sangat penting, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
sikap kepemilikan inilah yang akan mendukung pengembangan keunggulan
kompetitif dan komperatif masing-masing sekolah.
Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dalam praktiknya akan
menggambarkan sifat-sifat otonomi sekolah, oleh karena itu sering pula disebut
sebagai
kondisi dan potensi kelembagaan setempat dalam
-kebijakan strategis
yang ditetapkan oleh pemerintah pusat atau daerah otonom. Misalnya Standar
kompetensi siswa, standar materi pelajaran pokok, standar penguasaan minimum,
standar pelayanan minimum, penetapan kalender pendidikan dan jumlah jam
belajar efektif setiap tahun merupakan paket kebijakan pengelolaan pendidikan
nasional yang perlu dijaga keutuhannya oleh penyelenggaraan pendidikan di
daerah otonomi.
Dalam perumusan lainnya, konsep Manajemen Berbasis Sekolah diartikan :
Bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi pendidikan yang
ditandai oleh otonomi luas di tingkat sekolah dan partisipasi masyarakat
yang tinggi. Otonomi luas diberikan agar sekolah dapat leluasa dalam
mengelola sumber daya ( resources ) sesuai dengan prioritas kebutuhan
masing-masing.
MBS ditandai oleh adanya otonomi yang luas di tingkat sekolah dan
partisipasi masyarakat, ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan
pemerataan pendidikan secara simultan. Peningkatan efisiensi antara lain
diperoleh melalui keleluasaan sekolah dalam mengelola sumber daya, partisipasi
masyarakat dan penyederhanaan birokrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Manajemen Berbasis Sekolah pada gilirannya akan memberikan beberapa
keuntungan.
a. Kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung
terhadap siswa, orang tua, dan guru.
b. Bertujuan memanfaatkan sumber daya lokal.
c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik, seperti kehadiran, hasil
belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim
sekolah.
d. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan
guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah dan perubahan
perencanaan (Fattah, 2000 : 8 ).
Manfaat lain yang akan diperoleh sekolah jika Manajemen Berbasis
Sekolah diimplementasikan adalah :
Sekolah dapat mengelola pendidikan secara lebih otonom, terutama dalam
pengelolaan sumber daya sehingga dapat lebih meningkatkan
kesejahteraan guru, para guru dapay lebih berkosentrasi pada tugas
kependidikan, melakukan berbagai usaha inovasi dengan melakukan
berbagai eksperimen-eksperimen di kelas dan di sekolah (Wasliman, 2000
: 2).
Nilai filosofis lainnya yang terkandung dari implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah adalah diharapkan dapat mendorong profesionalisme guru atau
kepala sekolah. Melalui penyusunan program kurikulum efektif, tanggung jawab
sekolah terhadap kebutuhan lingkungan sekolah lebih meningkat dan layanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pendidikan akan lebih baik. Prestasi siswa dapat lebih maksimalkan melalui
peningkatan partisipasi orang tua.
c. Implikasi Manajemen Berbasis Sekolah terhadap Pengelolaan
Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah
Searah dengan gagasan desentralisasi, maka dapat dipahami bahwa
penyelenggaraan pendidikan perlu memperhatikan karakteristik aspirasi dan
kebutuhan masyarakat dimana pendidikan itu dilaksanakan. Dengan
memperhatikan karakteristik geografis dan luterogenitas masyarakat Indonesia,
maka kebijakan desentralisasi pendidikan di Indonesia memiliki alasan yang kuat,
baik secara argumentative maupun empiris.
Sekolah akan dapat mewujudkan dan dapat menerapkan MBS jika sekolah
memenuhi 4 kriteria sebagai berikut.
a. Transparansi Manajemen. Manajemen yang transparan merupakan kriteria
utama dalam penerapan MBS, hal itu hendaknya dapat diwujudkan oleh
sekolah karena akan menghilangkan rasa curiga dan saling tidak percaya
diantara staff dan dewan guru serta masyarakat.
b. Pembelajaran aktif, kreatif dan efektif. Melalui MBS diharapkan siswa akan
merasakan adanya iklim belajar yang demokratis. Siswa diberi kesempatan
untuk berpendapat, berbeda pandangan, tidak harus selalu menerima tanpa
adanya kritisi terlebih dahulu, belajar tidak selalu bersama, tidak selalu
dalam ruang kelas, bisa di luar, di pagar, dimanapun tempat bisa digunakan
untuk belajar. Guru harus bisa menciptakan lingkungan yang mendorong
siswa untuk lebih kreatif, karena dalam memecahkan masalah anak akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dihadapkan pada persoalan-persoalan yang menuntut diberikannya jawaban
yang benar, berpikir divergen.
c. Pembelajaran menyenangkan. Implementasi MBS mengharuskan pemberian
keleluasaan yang penuh pada guru untuk dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang menimbulkan rasa ingin tahu bagi anak, anak kerasan
dan betah tinggal di sekolah. Kondisi manakala kala anak berteriak
kegirangan ketika jam istirahat atau jam pulang sekolah merupakan indikasi
bahwa pembelajaran di sekolah belum dirancang dalam suasana yang
menyenangkan.
d. Partisipasi masyarakat, keterbukaan pengelolaan pendidikan di sekolah akan
menimbulkan semangat yang tinggi bagi seluruh pengelolaan pendidikan di
sekolah, kemudian mendorong pada penciptaan pembelajaraan aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan
mutu pendidikan (Sujito, 2009:2).
Keempat kriteria tersebut akan dapat dilaksanakan jika sekolah telah
memenuhi prasyarat melaksanakan MBS, yaitu kesamaan persepsi bagi seluruh
jajaran pendidikan dan masyarakat, kejelasan koridor kebijakan, perubahan pola
hubungan sub ordinasi menjadi kesejawatan, perubahan sikap dan perilaku,
deregulasi, tranparansi dan akuntabilitas.
Manakala menggiring konsep Manajemen Berbasis Sekolah dalam
konteks masyarakat Indonesia, maka diperlukan analisis yang komperehensif
tentang berbagai variable yang mempengaruhi terselenggaranya sistem
pendidikan tersebut, baik variable yang sifatnya internal maupun eksternal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Melalui MBS sekolah dikembangkan menjadi lembaga pendidikan yang
diberi kewenangan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri, maju, dan
berkembang berdasarkan kebijakan dasar pengelolaan pendidikan yang ditetapkan
pemerintah pusat.
Bagan berikut ini adalah modifikasi paradigma konsep strategi Manajemen
Berbasis Sekolah (Fattah, 2000 : 17 ).
:
Gambar 1. Paradigma Strategi MBS
o Aspek edukatif o Aspek o Administratif o Aspek Finansial
o Kurikulum o PBM o Sumber
Desentralisasi MBS Kinerja Sekolah
Efisiensi manajemen
Perbaikan mutu
Efisiensi keuangan
Sekolah Efektif
Sekolah Mandiri
o Komitmen Stakeholder o Bangun Model o Analisis Swot o Profesionalisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
4. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
MBS memiliki karakter yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan
menerapkannya, karakteristik tersebut merupakan ciri khas yang dimiliki sehingga
membedakan dari sesuatu yang lain. MBS memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Adanya otonomi yang luas kepada sekolah
b. Adanya partisipasi masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi
c. Kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional
d. Adanya team work yang tinggi, dinamis dan profesional
Karakteristik Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
dapat dilihat pula melalui pendidikan sistem. Hal ini didasari oleh pengertian
bahwa sekolah merupakan Sebuah sistem sehingga penguraian karakteristik
MPMBS berdasarkan berdasarkan pada input, proses dan output.
a. Input Pendidikan
Dalam input pendidikan ini meliputi; (a) memiliki kebijakan, tujuan, dan
sasaran mutu yang jelas, (b) sumber daya yang tersedia dan siap, (c) staf
yang kompeten dan berdedikasi tinggi, (d) memiliki harapan prestasi yang
tinggi, (e) fokus pada pelanggan.
b. Proses
Dalam proses terdapat sejumlah karakter yaitu; (a) PBM yang memiliki
tingkat efektifitas yang tinggi , (b) Kepemimpinan sekolah yang kuat, (c)
Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (d) Pengelolaan tenaga
kependidikan yang efektif, (e) Sekolah memiliki budaya mutu, (f) Sekolah
memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c. Output yang diharapkan
Output Sekolah adalah Prestasi sekolah yang dihasilkan melalui proses
pembelajarn dan manajemen di sekolah. Pada umumnya output dapat di
klasifikasikan menjadi dua yaitu output berupa prestasi akademik yang
berupa nilai UN, lomba karya ilmiah remaja, cara-cara berfikir kritis, kreatif,
nalar, rasionalog, induktif, deduktif dan ilmiah dan output non akademik,
berupa keingintahuan yang tinggi, harga diri, kejujuran, kerjasama yang
baik, toleransi, kedisiplinan, prestasi olahraga, kesenian dari para peserta
didik dan sebagainya.
Karakteristik MBS bisa diketahui juga antara lain dari bagaimana sekolah
dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar,
pengelolaan sumber daya manusia,dan pengelolaan sumber daya administrasi.
Sementara itu, menurut Depdiknas fungsi yang dapat didesentralisasikan
ke sekolah adalah sebagai berikut:
(a) Perencanaan dan evaluasi program sekolah
Sekolah di beri kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan
kebutuhannya, Sekolah juga diberi kewenangan untuk melakukan evaluasi
khususnya evaluasi internal atau evaluasi diri.
(b) Pengelolaan Kurikulum
Sekolah dapat mengembangkan, namun tidak boleh mengurangi isi
kurikulum yang berlaku secara nasional yang dikembangkan oleh
pemerintah pusat. Sekolah juga di beri kebebasan untuk mengembangkan
kurikulum muatan lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
(c) Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
Sekolah di beri kebebasan untuk memilih strategi, metode, dan teknik
pembelajaran dan pengajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru dan kondisi nyata sumber
daya yang tersedia di sekolah.
(d) Pengelolaan ketenagaan
Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan perencanaan,
rekrutmen, pengembangan, penghargaan dan sanksi, hubungan kerja hingga
evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali
guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di
atasnya.
(e) Pengelolaan keuangan
Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian atau penggunaan uang sudah
sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Sekolah juga harus di beri kebebasan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan,
sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah.
(f) Pelayanan siswa
Pelayanan siswa mulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan,
pembinaan, pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau
untuk memasuki dunia kerja hingga pengurusan alumni dari dulu telah
didesentralisasikan. Yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan
ekstensitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
(g) Hubungan sekolah dan masyarakat
Esensi hubungan sekolah dan masyarakat adalah untuk meningkatkan,
kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan
moral dan finansial yang dari dulu telah didesentralisasikan. Yang
diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya (Nurkholis, :
2003: 24-28).
5. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
Kehadiran MBS di Indonesia dilatar belakangi oleh fakta yang
menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Kehadiran
MBS di Indonesia di satu sisi merupakan suatu pembaruan dalam rangka
peningkatan kualitas dan demokratisasi pendidikan, namun disisi lain masih
mengundang kritik dan permasalahan yang harus menjadi perhatian utama
pengelola pendidikan, baik di tingkat kabupaten/kota maupun pada level
pemerintah pusat.
Secara umum MBS bertujuan untuk menjadikan sekolah lebih mandiri
atau memberdayakan sekolah melalui kewenangan (otonomi), fleksibilitas yang
lebih besar pada sekolah dalam mengelola sumber daya dan mendorong
partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
MBS yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat
merupakan respon pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat,
yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan
(Mulyasa, 2004:25).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Secara spesifik, MBS bertujuan untuk: 1) mendorong peningkatan mutu
sekolah karena fokus penekanannya pada ketiga komponen sistem seperti input-
proses-output dari pada pendekatan input yang dianut selama ini, 2) meningkatkan
partisipasi warga sekolah dalam pengambilan keputusan, dan 3) meningkatkan
akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat. Selain tujuan tersebut, Drury dan
Levin (Arismunandar, 2006:52) rnengemukakan tujuan jangka pendek penerapan
MBS, yaitu: 1) Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, 2)
Meningkatkan profesionalisme guru, dan 3) mendorong implementasi
Sedangkan Suyanto (2009:18) mengemukakan tujuan MBS terdiri dari
tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
a) Tujuan umum, yaitu: memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui
pemberian otonomi kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif.
b) Tujuan khusus, yaitu: a) meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian
dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
ada, b) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama, 3)
meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada masyarakat, dan 4)
meningkatkan persaingan yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan
yang ingin dicapai.
Tujuan utama Manajemen Berbasis Sekolah adalah meningkatkan
efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan
penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang
tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya
hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh
kembangkan suasana yang kondusif. (Mulyasa,2003:13)
Tujuan utama Manajemen Berbasis Sekolah adalah meningkatkan
efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh
melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan
penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang
tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya
hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh
kembangkan suasana yang kondusif.
Sementara itu baik berdasarkan kajian pelaksanaan dinegara-negara lain,
maupun yang tersurat dan tersirat dalam kebijakan pemerintah dan UU sisdiknas
NO. 20 Tahun 2003, tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat pasal 55 ayat 1
:Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada
pendidikan formal dan non formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan
sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat. Berkaitan dengan pasal
tersebut setidaknya ada empat aspek yaitu: kualitas (mutu) dan relevansi,
keadilan, efektifitas dan efisiensi, serta akuntabilitas.
a. MBS bertujuan mencapai mutu quality dan relevansi pendidikan yang
setinggi-tingginya, dengan tolok ukur penilaian pada hasil output dan
outcome bukan pada metodologi atau prosesnya. Mutu dan relevansi ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
yang memandangnya sebagai satu kesatuan substansi, artinya hasil
pendidikan yang bermutu sekaligus yang relevan dengan berbagai
kebutuhan dan konteksnya. Bagi yang memisahkan keduanya, maka mutu
lebih merujuk pada dicapainya tujuan spesifik oleh siswa (lulusan), seperti
nilai ujian atau prestasi lainnya, sedangkan relevansi lebih merujuk pada
manfaat dari apa yang diperoleh siswa melalui pendidikan dalam berbagai
lingkup/tuntutan kehidupan (dampak), termasuk juga ranah pendidikan yang
tidak diujikan.
b. MBS bertujuan menjamin keadilan bagi setiap anak untuk memperoleh
layanan pendidikan yang bermutu disekolah yang bersangkutan. Dengan
asumsi bahwa setiap anak berpotensi untuk belajar, maka MBS memberi
keleluasaan kepada setiap sekolah untuk menangani setiap anak dengan latar
belakang sosial ekonomi dan psikologis yang beragam untuk memperoleh
kesempatan dan layanan yang memungkinkan semua anak dan masing-
masing anak berkembang secara optimal. Sungguhpun antara sekolah harus
saling memacu prestasi, tetapi setiap sekolah harus melayani setiap anak
(bukan hanya yang pandai), dan secara keseluruhan sekolah harus mencapai
standar kompetensi minimal bagi setiap anak yang diluluskan. Keadilan ini
begitu penting, sehingga para ahli sekolah efektif menyingkat tujuan sekolah
efektif hanya mutu dan keadilan atau quality and equity.
c. MBS bertujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Efektifitas
berhubungan dengan proses, prosedur, dan ketepat-gunaan semua input yang
dipaki dalam proses pendidikan disekolah, sehingga menghasilkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
belajar siswa seperti yang diharapkan (sesuai tujuan). Efektif-tidaknya suatu
sekolah diketahui lebih pasti setelah ada hasil, atau dinilai hasilnya.
Sebaliknya untuk mencapai hasil yang baik, diupayakan menerapkan
indikator-indikator atau cirri-ciri sekolah efektif. Dengan menerapkan MBS
diharapkan setiap sekolah, sesuai kondisi masing-masing, dapat menerapkan
metode yang tepat (yang dikuasai), dan input lain yang tepat pula (sesuai
lingkungan dan konteks sosial budaya), sehingga semua input tepat guna dan
tepat sasaran. Atau dengan kata lain, efektif untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Sementara itu, efisiensi berhubungan dengan nilai uang yang
dikeluarkan atau harga (cost) untuk memenuhi semua input (proses dan
semua input yang digunakan dalam proses) dibandingkan atau dihubungkan
dengan hasilnya (hasil belajar siswa).
d. MBS bertujuan meningkatkan akuntabilitas sekolah dan komitmen semua
stakeholder. Akuntabilitas adalah pertanggung jawaban atas semua yang
dikerjakan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diperolehnya.
Selama ini pertanggung jawaban sekolah lebih pada masalah administratif
keuangan dan bersifat vertical sesuai jalur birokrasi. Pertanggung jawaban
yang bersifat teknis edukatif terbatas pada pelaksanaan program sesuai
petunjuk dan pedoman dari pusat (pusat dalam arti nasional, maupun pusat-
pusat birokrasi di bawahnya),tanpa pertanggung jawaban hasil pelaksanaan
program. (Umaedi, 2004:35).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
6. Strategi Implementasi MBS
Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila
didukung oleh sumber daya manusia yang professional untuk mengoperasikan
sekolah, dana yang cukup agar sekolah mampu menggaji staf sesuai dengan
fungsinya, sarana dan prasarana yang memadai untuk menduung proses belajar
mengajar, serta dukungan masyarakat/ orang tua yang tinggi.
Dalam rangka mengimplementasikan MBS, perlu dilakukan
pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan
mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah. Dalam hal ini sedikitnya
ada tiga kategori sekolah, yaitu : baik, sedang, dan kurang. Masing-masing
kategori tersebar di lokasi-lokasi maju, sedang, dan ketinggalan. Kelompok
sekolah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Kelompok Sekolah dalam MBS
Kemampuan Sekolah
Kepala sekolah dan guru
Partisipasi Masyarakat
Pendapatan daerah dan orang tua
Anggaran sekolah
1. Sekolah dengan kemampuan
manajemen baik
Kepala sekolah dan guru berkom
petensi tinggi (termasuk kepe-
mimpinan)
Partisipasi masya rakat tinggi (ter-
masuk dukungan dana)
Pendapatan dae-rah dan orang tua
tinggi
Anggaran sekolah di luar
anggaran pemerintah
besar
2. Sekolah dengan kemampuan mana
jemen sedang
Kepala sekolah dan guru berkom petensi sedang
(termasuk kepe-mimpinan)
Partisipasi masyarakat
sedang (termasuk
dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua sedang
Anggaran sekolah di luar
anggaran pemerintah
sedang
3. Sekolah dengan kemampuan mana
jemen rendah
Kepala sekolah dan guru berkom
petensi rendah (termasuk
dukung dana)
Partisipasi masya rakat kurang (ter-
masuk dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua
rendah
Anggaran sekolah di luar
anggaran pemerintah kecil
atau tidak ada
(Dikutip dari Mulyasa Manajemen Berbasis Sekolah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Kondisi di atas mengisyaratkan bahwa tingkat kemampuan
manajemen sekolah untuk mengimplementasikan MBS berbeda satu
kelompok sekolah dengan kelompok lainnya. Perencanaan implementasi
MBS harus menuju pada variasi tersebut, dan mempertimbangkan
kemampuan setiap sekolah. Perencanaan yang merujuk pada kemampuan
sekolah sangat perlu, khususnya untuk menghindari penyeragaman
perlakuan (treatment) terhadap sekolah.
7. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Secara umum dapat disimpulkan bahwa implementasi MBS akan behasil
melalui strategi- strategi berikut ini:
Pertama, sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu
dimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan
pengetahuan dan keterampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke
segala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil.
Kedua, adanya peran serta masyarakat secara aktif, dalam hal
pembiayaan, proses pengambian keputusan terhadap kurikulum. Sekolah harus
lebih banyak mengajak lingkungan dalam mengelola sekolah karena
bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat luas.
Ketiga, kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan
dan pengembangan sekolah secara umum. Kepala sekolah dalam MBS berperan
sebagai designer, motivator, fasilitator. Bagaimanapun kepala sekolah adalah
pimpinan yang memiliki kekuatan untuk itu. Oleh karena itu, pengangkatan
kepala sekolah harus didasarkan atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dan bukan lagi didasarkan atas jenjang kepangkatan.designer, motivator,
fasilitator. Bagaimanapun kepala sekolah adalah pimpinan yang memiliki
kekuatan untuk itu. Oleh karena itu, pengangkatan kepala sekolah harus
didasarkan atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan dan bukan lagi
didasarkan atas jenjang kepangkatan.
Keempat, adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam
kehidupan dewan sekolah yang aktif. Dalam pengambilan keputusan kepala
sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dan memperhatikan aspirasi dari
bawah. Konsumen yang harus dilayani kepala sekolah adalah murid dan orang
tuanya, masyarakat dan para guru. Kepala sekolah jangan selalu menengok ke atas
sehingga hanya menyenangkan pimpinannya namun mengorbankan masyarakat
pendidikan yang utama.
Kelima, semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya
secara bersungguhsungguh. Untuk bisa memahami peran dan tanggung jawabnya
masing-masing harus ada sosialisasi terhadap konsep MBS itu sendiri. Siapa
kebagian peran apa dan melakukan apa, sampai batas-batas nyata perlu dijelaskan
secara nyata.
Keenam, adanya guidelines dari departemen pendidikan terkait sehingga
mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif.
Guidelines itu jangan sampai berupa peraturan-peraturan yang mengekang dan
membelenggu sekolah. Artinya, tidak perlu lagi petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis dalam pelaksanaan MBS, yang diperlukan adalah rambu-rambu
yang membimbing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Ketujuh, sekolah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas yang
minimal diwujudkan dalam laporan pertanggung jawabannya setiap tahunnya.
Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap semua
stakeholder. Untuk itu, sekolah harus dijalankan secara transparan, demokratis,
dan terbuka terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada setiap pihak
terkait.
Kedelapan, Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja
sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa.
Perlu dikemukakan lagi bahwa MBS tidak bisa langsung meningkatkan kinerja
belajar siswa namun berpotensi untuk itu. Oleh karena itu, usaha MBS harus lebih
terfokus pada pencapaian prestasi belajar siswa.
Kesembilan, implementasi diawali dengan sosialsasi dari konsep MBS,
identifikasi peran masing-masing pembangunan kelembagaan capacity building
mengadakan pelatihan pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada
proses pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan dilapangan dan dilakukan
perbaikan-perbaikan.(Nurkholis, 2004:132).
Bagi sekolah yang sudah beroperasi ( sudah ada / jalan) paling tidak ada 6
(enam) langkah, yaitu : 1) evaluasi diri self assessment; 2) Perumusan visi, misi,
dan tujuan; 3) Perencanaan; 4) Pelaksanaan; 5) Evaluasi; dan 6) Pelaporan.(
Rumtini, 1999:3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Masing-masing langkah dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Evaluasi diri self assessment
Evaluasi diri sebagai langkah awal bagi sekolah yang ingin, atau akan
melaksanakan manajemen mutu berbasis sekolah.Kegiatan ini dimulai dengan
curah pendapat brainstorming yang diikuti oleh kepala sekolah, guru, dan seluruh
staf, dan diikuti juga anggota komite sekolah. Prakarsa dan pimpinan rapat adalah
kepala sekolah. Untuk memancing minat acara rapat dapat dimulai dengan
pertanyaan seperti: Perlukah kita meningkatkan mutu? seperti apakah kondisi
sekolah / madrasah kita dalam hal mutu pada saat ini? Mengapa sekolah kita
tidak/ belum bermutu?
Kegiatan ini bertujuan:
1) Mengetahui kondisi sekolah saat ini dalam segala aspeknya (seluruh
komponen sekolah), kemajuan yang telah dicapai, maupun masalah-masalah
yang dihadapi ataupun kelemahan yang dialami.
2) Refleksi/ mawas diri, untuk membangkitkan kesadaran / keprihatinan akan
penting dan perlunya pendidikan yang bermutu, sehingga timbul komitmen
bersama untuk meningkatkan mutu sense of quality.
3) Merumuskan titik tolak point of departure bagi sekolah/madrasah yang
ingin atau akan mengembangkan diri terutama dalam hal mutu. Titik awal ini
penting karena sekolah yang sudah berjalan untuk memperbaiki mutu,
mereka tidak berangkat dari nol, melainkan dari kondisi yang dimiliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
b. Perumusan visi, misi, dan tujuan
Bagi sekolah yang baru berdiri atau baru didirikan, perumusan visi dan
misi serta tujuan merupakan langkah awal / pertama yang harus dilakukan yang
menjelaskan kemana arah pendidikan yang ingin dituju oleh para pendiri/
penyelenggara pendidikan. Dalam kasus sekolah/madrasah negeri kepala sekolah
bersama guru mewakili pemerintah kab/kota sebagai pendiri dan bersama wakil
masyarakat setempat ataupun orang tua siswa harus merumuskan kemana sekolah
kemasa depan akan dibawa, sejauh tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan
nasional seperti tercantum dalam UU No. 23 th 2003 tentang Sisdiknas.
Kondisi yang diharapkan/ diinginkan dan diimpikan dalam jangka panjang
itu, kalau dirumuskan secara singkat dan menyeluruh disebut visi. Keadaan yang
diinginkan tersebut hendaklah ada kaitannya dengan idealisme dan mutu
pendidikan . Idealisme disini dapat berkaitan dengan kebangsaan, kemanusiaan,
keadilan, keluhuran budi pekerti, ataupun kualitas pendidikan sebagaimana telah
didefinisikan sebelumnya.(Eti Rochaeti:2005;119)
Sedangkan misi, merupakan jabaran dan visi atau merupakan komponen-
komponen pokok yang harus direalisasikan untuk mencapai visi yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, misi merupakan tugas-tugas pokok yang harus
dilakukan untuk mewujudkan visi (Ariyani,1999).
Tujuan merupakan tahapan antara, atau tonggak tonggak penting antara
titik berangkat (kondisi awal) dan titik tiba tujuan akhir yang rumusannya tertuang
dalam dalam bentuk visi-misi. Tujuan-tujuan antara ini sebagai tujuan jangka
menengah kalau tiba saatnya berakhir (tahun yang ditetapkan ) akan disusul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dengan tujuan berikutnya, sedangkan visi dan misi (relatif/pada umumnya) masih
tetap.
Tujuan (jangka menengah), dipenggal-penggal menjadi tujuan tahunan
yang biasa disebut target/sasaran, dalam formulasi yang jelas baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Tujuan-tujuan jangka pendek (1 tahun) inilah yang rincian
persiapannya dalam bentuk perencanaan.
c. Perencanaan
Perencanaan pada tingkat sekolah adalah kegiatan yang ditujukan untuk
menjawab : apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannnya untuk
mewujudkan tujuan (tujuan-tujuan) yang telah ditetapkan / disepakati pada
sekolah yang bersangkutan, termasuk anggaran yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan yang direncanakan. Dengan kata lain perencanaan adalah kegiatan
menetapkan lebih dulu tentang apa-apa yang harus dilakukan, prosedurnya serta
metode pelaksanaannya untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau satuan
organisasi.
Perencanaan oleh sekolah merupakan persiapan yang teliti tentang apa-apa
yang akan dilakukan dan skenario melaksanakannya untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, dalam bentuk tertulis. Dikatakan teliti karena ia harus menjelaskan
apa yang akan dilakukan, seberapa besar lingkup cakupan kuantitatif dan
kualitatif yang akan dikerjakan, bagaimana, kapan dan berapa perkiraan satuan-
satuan biayanya, serta hasil seperti apa yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
d. Pelaksanaan
Apabila kita bertitik tolak dari fungsi-fungsi manajemen yang umumnya
kita kenal sebagai fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan/penggerakkan atau pemimpinan dan kontrol/pengawasan serta
evaluasi, maka langkah pertama sampai dengan ketiga dapat digabungkan fungsi
perencanaan yang secara keseluruhan (untuk sekolah) sudah dibahas. Didalam
pelaksanaan tentu masih ada kegiatan perencanaanperencanaan yang lebih mikro
(kecil) baik yang terkait dengan penggalan waktu (bulanan,semesteran, bahkan
mingguan), atau yang terkait erat dengan kegiata n khusus, misalnya menghadapi
lomba bidang studi, atau kegiatan lainnya.
Tahap pelaksanaan, dalam hal ini pada dasarnya menjawab bagaimana
semua fungsi manajemen sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan lembaga
yang telah ditetapkan melalui kerjasama dengan orang lain dan dengan sumber
daya yang ada, dapat berjalan sebagaimana mestinya (efektif dan efisien).
Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan merealisasikan
apa-apa yang telah direncanakan.
Peran masing-masing itulah yang perlu disoroti didalam manajemen mutu
berbasis sekolah.
1) Peran kepala sekolah / kepala madrasah
Dengan kedudukan sebagai manajer kepala sekolah/ kepala madrasah
bertanggung jawab atas terlaksananya fungsi-fungsi manajemen. Sebagai
perencana, kepala sekolah mengidentifikasi dan merumuskan hasil kerja
yang ingin dicapai oleh sekolah dan mengidentifikasi serta merumuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
cara-cara (metode) untuk mencapai hasil yang diharapkan. Peran dalam
fungsi ini mencakup: penetapan tujuan dan standar, penentuan aturan dan
prosedur kerja disekolah /madrasah, pembuatan rencana, dan peramalan apa
yang akan terjadi untuk masa yang akan datang.
2) Peran guru dan staf sekolah
Peran guru (staf pengajar) sebenarnya tidak jauh berbeda dengan peran
kepala sekolah, hanya lingkupnya yang berbeda. Dalam lingkup yang lebih
kecil (mikro) yaitu mengelola proses pembelajaran sesuai kelompok belajar
atau bidang studi yang dipegangnya, setiap guru memahami visi dan misi
sekolah, merencanakan proses pembelajaran, (mengorganisasikan bahan,
siswa, mensinergikan dengan metoda dan sumber belajar yang tepat yang ia
kuasai), menerapkan kepemimpinan yang demokratis dan memberdayakan
siswa dengan mengambil keputusan sesuai kewenangan yang ia miliki
kepala sekolah dan orang tua. Ia juga memonitor kemajuan siswa, serta
melakukan evaluasi perkembangan setiap anak sebagai masukan bagi
perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran secara terus menerus. Guru juga
memberi penghargaan bagi siswa yang menunjukkan kemajuan dalam
belajar (berprestasi) serta memberikan semangat/dorongan (motivasi) serta
membantu siswa yang prestasinya kurang/ belum memuaskan.
3) Peran orang tua siswa dan masyarakat
Peran orang tua siswa dan masyarakat sudah lama dikenal sebagai pusat-
pusat pendidikan yang penting di dalam mengembangkan anak (menjadi
pribadi mandiri dengan segala keterampilan hidupnya) bersama-sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dengan sekolah sebagai institusi formal yang terencana, terstruktur, dan
teratur melaksanakan fungsi pendidikan.
4) Peran Siswa
Siswa atau murid merupakan subjek utama dan konsumen utama prime-
beneficiary dari segala upaya yang dilaksanakan oleh penyelenggara satuan
pendidikan bersama manajemen yang terlibat didalamnya. Dalam posisinya
yang menjadi subjek tujuan pendidikan itu, maka keinginan dan harapan
mereka, motivasi mereka, serta komitmen keterlibatan mereka menjadi
penting. Salah satu cara untuk mengakomodasi kepentingan mereka adalah
dengan mendengarkan suara mereka.
e. Evaluasi
Evaluasi sebagai salah satu tahapan dalam MBS merupakan kegiatan yang
penting untuk mengetahui kem ajuan ataupun hasil yang dicapai oleh sekolah
didalam melaksanakan fungsinya sesuai rencana yang telah dibuat sendiri oleh
masing-masing sekolah. Evaluasi pada tahap ini adalah evaluasi menyeluruh,
menyangkut pengelolaan semua bidang dalam satuan pendidikan yaitu bidang
teknis edukatif (pelaksanaan kurikulum/proses pembelajaran dengan segala
aspeknya), bidang ketenagaan, bidang keuangan, bidang sarana prasarana dan
administrasi ketatalaksanaan sekolah. Sungguhpun demikian, bidang teknis
edukatif harus menjadi sorotan utama dengan fokus pada capaian hasil (prestasi
belajar siswa).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
f. Pelaporan
Pelaporan disini diartikan sebagai pemberian atau penyampaian informasi
tertulis dan resmi kepada berbagai pihak yang berkepentingan stakeholder,
mengenai aktifitas manajemen satuan pendidikan dan hasil yang dicapai dalam
kurun waktu tertentu berdasarkan rencana dan aturan yang telah ditetapkan
sebagai bentuk pertanggung jawab atas tugas dan fungsi yang diemban oleh
satuan pendidikan tersebut.
Kegiatan pelaporan sebenarnya merupakan kelanjutan kegiatan evaluasi
dalam bentuk mengkomunikasikan hasil evaluasi secara resmi kepada berbagai
pihak sebagai pertanggung jawaban mengenai apa-apa yng telah dikerjakan oleh
sekolah beserta hasilhasilnya. Hanya perlu dicatat disini bahwa sesuai keperluan
dan urgensinya tidak semua hasil evaluasi masuk kedalam laporan (pelaporan).
Ada hasil evaluasi tertentu yang pemanfaatannya bersifat internal (untuk
kalangan dalam sekolah sendiri), ada yang untuk kepentingan eksternal (pihak
luar), bahkan masing-masing stakeholder mungkin memerlukan laporan yang
berbeda fokusnya. Disamping itu, sebagai dokumen tertulis resmi, yang
menyangkut pertanggungjawaban serta reputasi lembaga pendidikan, sungguhpun
isinya harus berdasarkan data dan informasi yang benar laporan memiliki tujuan
tertentu sesuai dengan peran institusi yang dikirimi atau pembacanya.
B. Penelitian yang Relevan
Dalam penulisan itu terdapat beberapa penelitian yang relavan dengan
judul yang diambil, diantarannya ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Penelitian dari Noor Jehan pada tahun 2008 dengan judul Implementasi
MBS dalam meningkatkan Mutu Pada Lembaga Pendidikan Islam ( SD
Muhamadiyah 4 Malang yang menyimpulkan : bahwa Implementasi MBS
berimplikasi positif terhadap mutu pendidikan atau kualitas dan layanan
Pendidikan.
Sedangkan penelitian yang MBS ( Survey tentang MBS berdasarkan
prinsip tata sekolah yang baik di SMA 1 Bururmun, padang yang dilakukan oleh
Bangun Ferdinan tahun 2009 menyimpulkan : bahwa pelaksanaan MBS telah
sesuai dengan tata kelola sekolah ditinjau dari partisipasi, transparansi, dan
akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan mutu Sekolah.
C. Kerangka Berpikir
Implementasi MBS tidak lepas dari Sumber daya Madrasah yang meliputi
: (1). Kurikulum, (2) PBM, (3) Stakeholder, (4) Masyarakat. Untuk mengukur
tingkat keberhasilanya dilihat dari 9 strategi implementasi MBS. Jika 9 Strategi
ini dilaksanakan dengan baik maka hasil Implementasi MBS telah maka Madrasah
memilki manajemen sekolah yang baik.
Dalam pelaksanaan strategi implementasi MBS ini diketahui pula kendala
yang muncul dalam pelaksanaanya, termasuk usaha apa yang telah dilakukan
oleh Sekolah untuk mengatasi permasalahan yang muncul. gambaran bagaimana
proses MBS ini berjalan nampak pada hasil Penelitan. Sehingga dengan
mengetahui Implementasi, Kendala, dan Usaha yang muncul kita dapat melihat
gambaran hasil implementasi yang jelas tentang MBS di MTs. NU Ungaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berdasarkan kajian teori di atas, maka kerangka berfikir dalam tesis ini
adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Kerangka Berfikir
Sumbar Daya Madrasah
Implementasi MBS
9 langkah implementasi:
o Kurilukum o PBM o Stakeholder o Masyarakat
Kendala implementasi
Usaha Yang dilakukan
Hasil implementasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs. NU Ungaran Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang. Subjek Penelitian adalah Kepala Madrasah, Guru, dan
Komite Sekolah. Peneliti memilih wilayah tersebut didasarkan atas pertimbangan
kemudahan, keterbatasan waktu, dan tenaga dalam menyelesaikan tesis ini.
Adapun pertimbangan lain dalam pemilihan lokasi ini adalah MTs. NU Ungaran
Kabupaten Semarang merupakan satu diantara dua Madrasah yang memiliki
Jumlah siswa yang paling besar diantara sesama Madrasah Tsanawiyah di wilayah
Kelompok Kerja Madrasah Tsanawiyah ( KKM 2) Kabupaten Semarang yang
berjumlah 18 madrasah.
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan berdasarkan tahapan yang telah
disusun dan jadwal sebagai berikut :
Tabel. 3 Jadwal Penelitian
NO KEGIATAN BULAN Juli Agus Sep Okt Nop Des
1 Pengumpulan referensi 2 Pengajuan Judul 3 Pembuatan Proposal 4 Seminar Proposal 5 Perbaikan Proposal 6 Mengurus Perijinan 7 Pengumpulan Data 8 Analisis data 9 Penyusunan laporan 10 Seminar Hasil 11 Perbaikan Laporan
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha
mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai bagaimana sumber
daya pendidikan Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama ( NU) Ungaran.
Informasi yang digali lewat wawancara mendalam terhadap kepala sekolah, Wakil
Kepala Sekolah, guru dan pengurus komite sekolah.
Karakteristik pokok dari pendekatan kualitatif ini mementingkan makna,
konteks, dan perspektif emik. Proses penelitian lebih berbentuk siklus dan proses,
pengumpulan data berlangsung secara simultan dan lebih mementingkan
kedalaman daripada keleluasaan cakupan penelitian (Sarjono, 2005:51 ). Dengan
demikian penelitian ini akan lebih terfokus pada pengimplementasian Mnajemen
Berbasis Sekolah di MTs. NU Ungaran.
Penelitian ini selain menggunakan metode kualitatif, juga memakai
perspektif fenomenologi sebagai pendekatan. Fenomenologi memandang perilaku
manusia yang dikatakan dan dilakukan adalah sebagai produk bagaimana orang
melakukan tafsir terhadap dunia mereka sendiri, untuk itu diperlukan pemahaman
empatik ( merasa berada dalam diri orang lain ) yang memerlukan kemampuan
untuk memproduksi diri dalam pikiran orang, perasaan dan motif yang menjadi
latar belakang kegiatannya. Dalam perspektif fenomenologi, peristiwa sejarah
dapat dipahami melalui pemahaman terhadap sudut pandang atau gagasan para
pelaku asli.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif responden dengan multi strategi,
strategi yang bersifat interaktif, seperti obeservasi langsung, observasi partisipatif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto,
rekaman, dll. Strategi penelitian bersifat fleksibel menggunakan beraneka
kombinasi dari teknik-teknik untuk mendapatkan data yang valid. Kenyataan yang
berdimensi jamak merupakan suatu yang kompleks tidak dapat dilihat secara
apriori dengan satu metode saja.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data dan informasi dalam penelitian ini diantaranya :
1. Nara sumber atau informan
Informan untuk penelitian ini yaitu kepala Madrasah. Wakil Kepala
Madrasah, Guru dan Komite, namun sumber data dari kepala Madrasah
tetap sebagai sumber data primer.
2. Peristiwa atau aktivitas
Peristiwa atau aktivitas diambil melalui pengamatan aktivitas kegiatan di
Madrasah meliputi kegiatan beljar mengajar, peran guru dalam kegiatan
belajar mengajar, Peran Komite sekolah.
Untuk mengatasi keterbatasan, peneliti berusaha menggunakan peralatan
seperti buku catatan lapangan, kamera dan kelengkapan catatan lapangan
(field note ) yang disusun peneliti.
3. Dokumentasi dan arsip
Dokumentasi merupakan sumber data bagi peneliti. Dari Dekumentasi dan
arsip ini diharapkan peneliti mendapatkan data terutama terkait dengan
rencana sekolah, program kepala Madrasah dan KTSP yang memberikan
gambaran tentang penerapan Manajemen Berbasis sekolah di madrasah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Sampling pada penelitian ini mengunakan Purposive Sampling dengan
Sample adalah kepala Madrasah. Wakil Kepala Madrasah, Guru dan
Komite. Instrumen penelitian dengan metode kualitatif adalah peneliti
sendiri (human instrument), diasumsikan bahwa data dan informasi secara
rasional dapat dipertanggung jawabkan, sebab peneliti sendiri berusaha
untuk menyesuaikan diri dengan sumber informasi baik secara fisik (
adaptation ) maupun secara kewajiban ( adjusment ).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
kualitatif pada umumnya menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi
dokumenter. Atas dasar konsep tersebut maka ketiga teknik pengumpulan data di
atas digunakan dalam penelitian ini.
1. Wawancara
Teknik wawancara ( interview ) dilakukan kepada kepala sekolah, Guru dan
Komite Sekolah untuk mendapatkan Informasi secara lengkap tentang
penerapan Manajemen Berbasis sekolah termasuk kendala yang dihadapi
dan usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Pada dasarnya dilakukan dengan dua bentuk yaitu wawancara
berstruktur dan wawancara tak berstruktur. Teknik berstruktur dilakukan
melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti, sementara wawancara tak berstruktur
timbul apabila jawaban berkembang diluar pertanyaan-pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
berstruktur, namun tidak lepas dari permasalahan penelitian. ( Nasution,
1988 : 72 ).
2. Observasi
Teknik observesi ( pengamatan ) digunakan untuk mengamati secara
langsung perilaku personil sekolah, terutama kepala sekolah dan guru-guru
dalam pengimplementasian Manajemen berbasis Sekolah.
3. Analisis Dokumentasi
Teknik studi dokumentasi, digunakan untuk mempelajari berbagai sumber
dokumentasi tentang tugas pokok dan pengelolaan administrasai Sekolah
seperti Dokumen KTSP yang memuat visi dan misi, pembagian tugas, data
sarana dan prasarana, terutama yang berada di sekolah. Ketiga teknik
pengumpulan data dan instrumen yang digunakan tersebut saling
melengkapi untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Observasi
dan interview digunakan untuk menjaring data primer yang berkaitan
dengan implmentasi Manajemen Berbasis Sekolah. Studi dokumenter
digunakan untuk menjaring data sekunder yang dapat diangkat dari berbagai
dokumentasi tentang tugas pokok dan pengelolaan administrasi sekolah.
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data dalam suatu penelitian sangat dibutuhkan, demikian pula
dalam penelitian kualitatif agar hasil yang diharapkan betul-betul valid dan akurat.
Menurut Wiliam Wiersma ( dalam Sugiyono, 2009 : 125-130 ), bahwa untuk
mengetahui validitas data penelitian, digunakan cara :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
1. Trianggulasi
Tringgulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of
the data according to the convergence of multiple data sources or multiple
data collection procedures. Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara dan berbagai waktu. Sehingga terdapat :
a. Trianggulasi sumber, yaitu pengujian kredibilitas data dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber.
Contohnya, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya
kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang
diperoleh dilakukan ke bawahan yang di pimpin, ke atasan yang
menugasi dan ke teman kerja yang merupakan team work;
b. Trianggulasi teknik, yaitu pengujian kredibilitas data dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, kemudian di cek
dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner;
c. Trianggulasi waktu, yaitu pengujian kredibilitas data dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu atau situasi berbeda. Misalnya, hasil wawancara pagi hari
pada narasumber yang masih segar, akan memberikan data yang valid
sehingga lebih kredibel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2. Member Chek
Member chek adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data dengan
harapan agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan
laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data
tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang
ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh
pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data,
dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus mengubah temuannya
serta harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Member chek dilaksanakan setelah satu periode pengumpulan data selesai,
atau setelah mendapat suatu temuan atau kesimpulan baik secara individual
atau diskusi kelompok.
F. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari responden melalui teknik observasi, wawancara
dan studi dokumentasi merupakan deskripsi tentang pendapat, pengetahuan,
pengalaman, dan aspek lainnya untuk dianalisis dan disajikan sehingga memiliki
makna. Analisis dan interpretasi dilakukan dengan merujuk pada landasan teoritis
dan berdasarkan consensus judgement.
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mengatur urutan
data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola kategori dan situasi uraian data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Pada dasarnya dalam penelitian kualitatif belum ada metode baku untuk
meenganalisis data, ( Moleong, 1990 : 112 ).
Sementara itu peneliti lain mengemukakan bahwa :
pasti, sedangkan dalam analisis data kualitatif metodenya seperti
ini belum tersedia. Oleh sebab itu ketajaman dan ketepatan analisis
data kualitatif sangat bergantung pada ketajaman melihat data oleh
peneliti serta kekayaan pengalaman dan pengetahuan yang telah
Adapun langkah-langkah untuk menganalisa data dalam penelitian
kualitatif adalah : (1) reduksi data, (2) display data, (3) pengambilan kesimpulan
dan verifikasi.
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum kembali catatan-catatan
lapangan dengan memilih hal-hal pokok yang berhubungan kinerja sekolah dasar
ditinjau dari profil kepemimpinan kepala sekolah. Rangkuman catatan-catatan
lapangan itu kemudian disusun seara sistematis agar memberikan gambaran yang
lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila data diperlukan.
Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil
penelitian, baik dalam bentuk matriks maupun dalam bentuk pengkodean. Dari
hasil reduksi data dan data display data inilah selanjutnya peneliti dapat menarik
kesimpulan dan memverifikasi sehingga menjadi data yang bermakna.
Untuk menetapkan kesimpulan agar lebih grounded ( beralasan ) dan tidak
lagi bersifat tentafile ( coba-coba ) maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian
berlangsung sejalan dengan member chek, tringulasi dan audit trail sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
menjamin signifikansi atau kebermaknaan hasil penelitian. ( Miles dan Huberman,
1984 : 21 ).
Model analisis menurut Milas dan Huberman sebagai berikut :
Gambar 3. Model analisis menurut Milas dan Huberman
Data Reduction
Data collection Display data
Conclution: Drawing/Verifying
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
MTs. NU Ungaran berdiri di atas tanah seluas 2.365 m2 . Dengan luas
bangunan 1.700 m2 serta 665 m 2 lapangan olahraga. MTs. NU Ungaran secara
geografis terletak tepat di kota Ungaran, Ibu Kota Kabupaten Semarang. Secara
geografis letaknya strategis karena dapat dijangkau dari arah manapun. MTs. NU
Ungaran berdiri pada tahun 1987. Dan pada tahun 2009 telah memperoleh status
akreditasi A.
MTs. NU Ungaran adalah : (1) Membimbing siswa dengan ajaran islam
dengan ilmu umum dan agama.
MTs. NU Ungaran merupakan salah satu anggota dari Kelompok Kerja
madrasah (KKM) 2 Kabupaten Semarang yang beranggotakan 18 MTs se Kab
Semarang. MTs. NU Ungaran ini merupakan Madrasah swasta yang menginduk
Personel Madrasah di MTs. NU Ungaran pada tahun pelajaran 2011/ 2012
berjumlah 36 orang. Terdiri dari 18 personel laki-laki dan 18 personel perempuan.
Dengan jumlah peserta didik 543, dan terdiri dari 15 rombel. MTs. Nu juga telah
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup lengkap, salah satunya adalah
laboratorium komputer.
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Di dalam tabel-tabel berikut akan terlihat secara rinci kondisi MTs. NU
Ungaran Tahun Pelajaran 2011/2012.
Tabel 4. Data Personel Madrasah
No Personal Lk Pr Jumlah 1 Kepala Madrasah - 1 1 2 Wakil Kepala - - - 3 Guru Mapel Umum 8 11 19 4 Guru BK 1 - 1 5 Guru PAI 4 3 7 6 Kepala TU 1 1 7 Administrasi (TU) 1 1 2 8 Pustakawan - - - 9 Laboran - - - 10 Instruktur Ekstrakurikuler - - - 11 Personel Lainnya 4 4
Total 18 18 36 Sumber : Formulir Pendataan Madrasah Tsanawiyah Tahun Pelajaran 2011/ 2012
Tabel 5. Jumlah Siswa Berdasarkan Usia, Kelas, dan Jenis Kelamin
Tahun Pelajaran 2011/ 2012
No Keadaan Siswa Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9 Total Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Jml
1 < 13 tahun 62 50 3 2 - - 65 52 117 2 13 tahun 53 27 47 40 25 12 125 79 204 3 14 tahun 1 - 35 32 25 29 61 61 122 4 15 tahun - - 8 10 32 43 40 53 93 5 > 15 tahun - - 3 - 11 3 14 3 17
Jumlah 116 77 96 74 93 87 305 249 514 Sumber : Formulir Pendataan Madrasah Tsanawiyah Tahun Pelajaran 2011/ 2012
Tabel 6. Luas Penggunaan Tanah Tahun Pelajaran 2011/ 2012
No Penggunaan Luas 1 Bangunan 1.700 m 2
2 Lapangan olahraga 665 m 2
3 Kebun - m 2
4 Dipakai lainnya - m 2
5 Belum digunakan - m 2
Total 2.365 m 2
Sumber : Formulir Pendataan Madrasah Tsanawiyah Tahun Pelajaran 2011/ 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 7. Kondisi Bangunan dan Sarana Tahun Pelajaran 2011/ 2012
No Uraian Kondisi (unit) Usia bangunan Baik Rusak ringan Rusak berat Jml
1 Ruang Kelas 12 3 - 15 11 tahun 2 Ruang K. Madrasah 1 - - 1 11 tahun 3 Ruang Guru 1 - - 1 11 tahun 4 Ruang Tata Usaha 1 - - 1 3 tahun 5 Ruang Lab. Ipa - - - - - tahun 6 Ruang Lab. Komp 1 - - 1 1 tahun 7 Ruang Lab. Bahasa - - - - - tahun 8 Ruang Perpustakaan 1 - - 1 3 tahun 9 Ruang Keterampilan - - - - - tahun 10 Ruang Kesenian - - - - - tahun 11 Ruang BK 1 - - 1 3 tahun 12 Ruang UKS 1 - - 1 3 tahun 13 Ruang Koperasi 1 - - 1 5 tahun 14 Ruang Aula - - - - - tahun 15 Masjid/Mushala 1 - - 1 3 tahun 16 Rumah Dinas - - - - - tahun 17 Ruang Kantin - - - - - tahun 18 Wc Guru 2 - - 2 3 tahun 19 Wc Siswa 10 - - 10 1 tahun Sumber : Formulir Pendataan Madrasah Tsanawiyah Tahun Pelajaran 2011/ 2012
Tabel 8. Kondisi Sarana MeubelairTahun Pelajaran 2011/ 2012
No Jenis Kondisi (unit) Baik Rusak ringan Rusak berat Jml
1 Meja siswa 272 - - 272 2 Kursi siswa 543 - - 543 3 Papan tulis 15 - - 15 4 Meja pengajar 15 - - 15 5 Kursi pengajar 15 - - 15 6 Lemari pengajar 15 - - 15 7 Lainnya 15 - - 15
Sumber : Formulir Pendataan Madrasah Tsanawiyah Tahun Pelajaran 2011/ 2012
B. Hasil Penelitian
1. Implementasi MBS di MTs. NU Ungaran
Indikator pencapaian implementasi MBS ada 9 macam, yaitu sebagai
berikut: Pertama, sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan
pengetahuan dan keterampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke
segala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil.
(1) Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu dimilikinya
otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan
keterampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian dan
pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil.
a) Sekolah memiliki otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan
MTs. NU Ungaran merupakan sekolah yang telah lama menerapkan MBS
dalam segala aspek di sekolah. Dalam wawancara peneliti terhadap Kepala
Madrasah, H-KMD pada hari sabtu, 15 September 2012 pukul 08.00 WIB
menyatakan bahwa MTs. NU Ungaran telah melaksanakan MBS selama 9 tahun
(CL. 01/W.V/T3).
Dalam pertanyaan lain mengenai perlunya penerapan MBS bagi sekolah,
H-KMD pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 08.00 WIB
selaku Kepala Madrasah menjawab :
-pokok tertentu
yang memang harus secara otonomi diatur oleh sekolah. Ikut campur tangan
kalau pengaturan secara sentarlistik misalnya pemerintah sedangkan karakteristik
sekolah dan lingkungan kan berbeda-beda, makanya kalau ingin sekolah
/W.V/T4).
Dalam pertanyaan lain mengenai hasil positif yang dicapai selama
pelaksanaan MBS, kepala Madrasah, H-KMD (Wawancara hari sabtu, 15
September 2012) menyatakan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
lingkungan yang lebih manusiawi, terasa hidup semua potensi yang disekolah
dapat dikembangkan tanpa ada batas-batas yang sangat ketat. Kita sekarang
punya kewenangan, dengan MBS sekolah dapat melaju dengan cepat dan kendala
bisa dikurangi /W.V/T.11).
Dari pertanyataan Kepala Madrasah tersebut, dapat diketahui bahwa MTs.
NU Ungaran merupakan sekolah yang telah memiliki otonomi dalam kekuasaan
dan kewenangan.Sehingga dengan Kekuasaan dan kewenangan itu sekolah : (1)
Sekolah terasa hidup, (2) Sekolah mampu memaksimalkan potensi yang ada, (3)
Sekolah mampu melangkah dengan cepat dan kendala yang ada dapat dikurangi
Pendapat lain NKD-G wawancara hari sabtu, 15 September 2012 pukul
10.00 WIB menyebutkan bahwa :
kelemahannya. Sehingga otonomi sekolah sangat penting. Kewenangan sekolah
/W.A/T.1).
Informan lain, NT-G, Guru Bahasa Arab dalam wawancara yang kami
lakukan pada hari minggu, 16 September 2012 pukul 08.00 WIB menyebutkan
bahwa :
kewenangan sekolah. Namun kami berkoordinasi dengan yayasan dan guidelines
dari pemerintah terutama dalam hal kurikulum (CL. 05/W.A/T.1).
Dalam pertanyaan lain NT-G menyatakan bahwa :
(CL. 05/W.A/T.18).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Pendapat lain yang semakin menguatkan peneliti bahwa MTs. NU
Ungaran telah memiliki otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan adalah
pernyataan dari NF-G pada wawancara hari Minggu, 16 September 2012 pukul
09.15 WIB yang menyatakan bahwa :
berbeda-
CL. 06/W.A/T.1).
NF-G, Wawancara hari Minggu, 16 September 2012 pukul 09.15 WIB
juga menyatakan bahwa :
selesaikan dalam ruang lingkup warga sekolah. Atau jika diperlukan kami
mengundang pihak yayasan atau komite sekolah ( CL. 06/W.A/T.13).
Dari beberapa informan di atas, dapat disimpulkan bahwa MTs. NU
Ungaran sudah melaksanakan MBS dan dalam pelaksanaannya MTs. NU
Ungaran telah memiliki otonomi dalam kewenangan dan kekuasaan. Kekuasaan
dan Kewenangan yang dimiliki untuk menentukan tujuan dan sasaran Madrasah,
yang dalam hal ini bekerjasama dengan Yayasan sehingga mampu memicu
perkembangan sekolah dengan tetap berpedoman pada guidlines dari Pemerintah.
b) Sekolah memiliki pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara
berkesinambungan
Indikator implementasi MBS yang kedua adalah Sekolah memiliki
pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkesinambungan. Dalam
hal ini peneliti mengkonfrontir dengan para informan. Dalam pertanyaan rencana
peningkatan mutu, H-KMD, selaku Kepala Madrasah pada wawancara hari sabtu,
15 September 2012 pukul 08.00 WIB menyatakan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Kita rencana mutu iya walaupun belum sampai ke iso namun kita sudah
menyusun peningkatan mutu disetiap sektor artinya target-target tertentu yang
harus dicapai dari segi kurikulum mulai apa inti standar isi, apa itu standar
pengelolaan apa itu keuangan dan sebagainya kita sudah susun semuanya, masing
masing sudah diatur,. Untuk kondisi yang tidak sama di situlah muncul masalah.,
/W.V/T.20).
Kalimat tersebut menyiratkan bahwa sekolah mengirim guru untuk
mengikuti workshop atau pelatihan, dalam pernyataan beliau dicontohkan
pelatihan ITI. Pelatihan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.
Pernyataan beliau dipertegas oleh pernyataan dari informan kedua, NKM-
G Wawancara pada hari sabtu, 15 September 2012 pukul 09.00 WIB, yang
menyatakan bahwa :
seperti ruang untuk kegiatan kesiswaan, ini kami penuhi secara bertahap,
kemudian sarana prasarana untuk praktek sudah ada, cuma belum lengkap.
Namun untuk SDM kami adakan workshop untuk meningkatkan mutu dan
/W.V/T.33).
Sejalan dengan NKD-G Wawancara pada hari Sabtu, 15 September 2012
pukul 10.00 WIB yang menyatakan bahwa :
pada proses pembelajaran, pelatihan-pelatihan yang mengikut sertakan guru dan
karyawan untuk pemacu semangat, Kepala Madrasah biasanya memberikan
penghargaan te /W.A/T.15).
Implementasi MBS dalam kaitannya dengan peningkatan mutu di MTs.
NU Ungaran juga disebutkan oleh Nur Taufiq pada Wawancara hari Minggu
tanggal 16 September 2012 pukul 08.00 WIB, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
nsi manajemen, prestasi makin banyak,
guru-guru sering mengikuti workshop ITI, CTL, kemudian imbasnya kepada
kami adalah peningkatan mutu pembelajaran, dan kami meningkatkan kinerja.
Dan Ibu Kepala Madrasah memberikan apresiasi atas yang dikerjakan para guru
/W.A/T.8).
Dari berbagai informan di atas, dapat disimpulkan bahwa MTs. NU
Ungaran memiliki program pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara
berkesinambungan melalui pelatihan-pelatihan serta workshop yang melibatkan
guru dan karyawan dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas.
c) Sekolah memiliki akses informasi ke segala bagian
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kedua, NKM-G, di dalam
menjawab pertanyaan peneliti mengenai saran demi kesempurnaan pelaksanaan
MBS di masa yang akan datang, NKM-G pada wawancara hari Sabtu tanggal 15
September 2012 pukul 09.00 WIB menjawab :
diantaranya transparansi dan beberapa hal lain yang pokok itu adalah komunikasi
dan transparansi. Transparansi sudah ada dengan misalnya program-program
madrasah termasuk penggangaran pada RAPBN itu sudah di sampaikan baik
secara berbentuk dokumen maupun pemaparan pada rapat sudah disampaikan
pada semua pelaku kebijakan ini tetapi alangkah bainya ketika transparansi ini, itu
juga lebih misalnya dengan misalnya untuk meskipun jurnal sudah diberikan
tetapi pelaksanaan itu sementara kekurangan kami adalah program jurnal yang
secara visual bisa dilihat oleh komponen masyarakat,meskipun akses untuk
melihat pelaksanaan dalam progres yang ada itu dibuka tapi kadang -kadang kami
para stakeholder ini tidak punya waktu untuk melihatnya kadang rikuh atau pas
sibuk, maka biar lebih enak tidak ada hal lain maka progress yang ada
pelaksanaan program-program yang ada di masyarakat diwujudkan dalam bentuk
/W.V/T.14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Pernyataan di atas menyiratkan bahwa transparansi sudah ada dengan
misalnya program-program madrasah termasuk penggangaran pada RAPBN yang
di sampaikan dalam bentuk dokumen maupun pemaparan pada rapat. Hal ini
membuktikan bahwa akses informasi informasi dipublikasikan ke segala bagian.
Dalam wawancara yang sama, NKM G juga menyebutkan bahwa :
u menejemen pengelolaan kurikulum sudah diawal ditentukan apa yang
ingin dicapai target-target yang ingin dicapai sedangkan dalam hal pembiayaan-
pembiayaan kami selalu sosialisasikan dan diberikan wujud dokumen APBN itu
disosialisasikan, kemudian dalam kegiatan-kegiatan memiliki panitia, kepanitian
itu kami buat dalam keadaan terbuka,dan panitianya tidak itu-
(CL.02/W.V/T.24)
Pernyataan di atas dipertegas oleh NKD-G pada wawancara hari Sabtu,
15 September 2012 pada pukul 10.00 WIB yang menyatakan bahwa :
jelas tertera dalam RKM. Dimana laporan ini bisa diakses oleh siapa saja.
Sekolah memiliki transparansi manajemen. Sedangkan untuk evalusi
pembelajaran, dilakukan sebulan sekal /W.A/T.10)
Dalam pertanyaan lain, beliau menjawab bahwa :
-laporan ditempel di ruang
terbuka dan untuk kurikulum dan manajemen selalu disosialisasikan dalam
pertemuan-pertemuan wali murid, yayas /W.A/T.19)
Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa : (1)
Manejemen pengelolaan kurikulum, pembiayaan ditentukan sejak awal, (2)
Transparansi dan Evaluasi dilakukan sebulan sekali untuk keseluruhan aspek, (3)
laporan dan Data ditempel, dapat diakses oleh siapa saja dan kapan saja, (4)
Adanya Sistem Komunikasi terbuka, sehingga dapat disimpulkan bahwa MTs.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
NU memenuhi indikator yang ketiga yaitu adanya akses informasi ke segala
bagian yang ada disekolah.
d) Sekolah memberi penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil
MTs. NU Ungaran merupakan sekolah swasta dengan banyak prestasi
akademik dan non akademik. Berdasarkan observasi peneliti, di dalam tabel
berikut ini dijelaskan secara terperinci prestasi akademik dan non akademik yang
dicapai MTs. NU Ungaran :
Tabel 9. Standar Kompetensi Lulusan
Kondisi saat ini Kondisi yang diharapkan (1
tahun ke depan)
Besarnya
tantangan
PRESTASI SEKOLAH
Bidang Akademik
a. Rata-rata KKM semua mata
pelajaran 64
b. Peringkat 13 se Kabupaten
untuk SMP dan MTs Negeri
dan Swasta
c. Rata-rata nilai UN untuk
mapel bahasa Indonesia 6,75
d. Rata-rata nilai UN untuk
mapel bahasa Inggris 6,18
e. Rata-rata nilai UN untuk
mapel Matematika 5,24
f. Rata-rata nilai UN untuk
mapel IPA 6,55
1. Rata-rata KKM semua mata
pelajaran 65,00
2. Peringkat 10 se Kabupaten
untuk SMP dan MTs Negeri
dan Swasta
3. Rata-rata nilai UN untuk
mapel bahasa Indonesia 7,00
4. Rata-rata nilai UN untuk
mapel bahasa Inggris 6,50
5. Rata-rata nilai UN untuk
mapel Matematika 5,50
6. Rata-rata nilai UN untuk
mapel IPA 7,00
1,00
3 tingkat
0,25
0,32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
g. Rat-rata nilai UM 6,50
h. Tahfid 10 surat dalam juz
i. Masuk final lomba cerdas
cermat Aswaja Porseni
Maarif Tk. Kabupaten
7. Rat-rata nilai UM 7,00
8. Tahfid 20 surat dalam juz
9. Juara II lomba cerdas cermat
Aswaja Porseni Maarif Tk.
Kabupaten
0,26
0,45
0,50
10 tingkat
2 tingkat
Bidang Non Akademik
1. Masuk semi final kejuaraan
volley puteri Porseni Tk.
Kabupaten
1. Masuk final kejuaraan
volley puteri Porseni Tk.
Kabupaten
1 tingkat
2. Masuk babak penyisihan
bola volley putera Porseni
Tk. Kabupaten
2. Masuk babak perempat final
bola volley putera Porseni
Tk. Kabupaten
2 tingkat
3. Masuk babak penyisihan
lomba bulu tangkis putera
tingkat Kabupaten
3. Masuk babak final lomba
bulu tangkis putera tingkat
Kabupaten
2 tingkat
4. Masuk babak penyisihan
lomba bulu tangkis puteri
tingkat Kabupaten
4. Masuk babak final lomba
bulu tangkis puteri tingkat
Kabupaten
2 tingkat
5. Masuk final lomba pidato
Bahasa Inggris Tingkat
Kabupaten
5. Juara 1 lomba pidato Bahasa
Inggris Tingkat Kabupaten
2 tingkat
6. Masuk final lomba Bahasa
Arab Tingkat Kabupaten
6. Juara III lomba Bahasa
Arab Tingkat Kabupaten
1 tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
7. Masuk final lomba Bahasa
Jawa Tingkat Kabupaten
7. Juara III lomba Bahasa Jawa
Tingkat Kabupaten
1 tingkat
8. Masuk final lomba Bahasa
Indonesia Tingkat
Kabupaten
8. Juara III lomba Bahasa
Indonesia Tingkat
Kabupaten
1 tingkat
9. Juara 1 Pawai Taaruf
Ramadhan
9. Juara 1 Pawai Taaruf
Ramadhan
0 tingkat
10. Peringkat 1 Tilawah putera
Tk. Kabupaten
10. Peringkat 1 Tilawah putera
Tk. Kabupaten
0 tingkat
11. Peringkat 1 Tilawah puteri
Tk. Kabupaten
11. Masuk final 1 Tilawah
puteri Tk. Kabupaten
1 tingkat
12.
Putera Tk. Kecamatan
12.
Putera Tk. Kabupaten
1 tingkat
13.
Puteri Tk. Kecamatan
13.
Puteri Tk. Kecamatan
1 tingkat
14. Juara 1 busana muslimah 14. Juara 1 busana muslimah 0 tingkat
Sumber : Rencana Kerja Madrasah (RKM) Tahun Pelajaran 2011/ 2012
Penghargaan juga diberikan oleh Kepala Madrasah kaitannya dengan
prestasi yang dicapai oleh guru yang berprestasi. NKD-G pada wawancara hari
Sabtu, 15 September 2012 pukul 09.00 WIB menyebutkan :
anya implementasi
pada proses pembelajaran, pelatihan-pelatihan yang mengikut sertakan guru dan
karyawan untuk pemacu semangat, Kepala Madrasah biasanya memberikan
/W.A/T.15).
Mengenai bentuk penghargaan apa yang diberikan, NKD-G tidak mau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Penghargaan yang diberikan Kepala Madrasah juga disebutkan oleh NT-
G pada wawancara hari Minggu, 16 September 2012 pukul 08.00 WIB, yaitu :
ya, dari mulai transparansi manajemen, prestasi makin banyak,
guru-guru sering mengikuti workshop ITI, CTL, kemudian imbasnya kepada
kami adalah peningkatan mutu pembelajaran, dan kami meningkatkan kinerja.
Dan Ibu Kepala Madrasah memberikan apresiasi atas yang dikerjakan para guru
/W.A/T.8).
Bentuk apresiasi seperti apa, NT-G juga tidak menyebutkan secara
terperinci.
Kedua pernyataan dari kedua informan di atas mengisyaratkan bahwa
sekolah memberi penghargaan kepada pihak yang berhasil tidak hanya guru
tetapi juga siswa utamanya yang mampu membawa nama baik sekolah. Di dalam
tabel.10 terlihat jelas prestasi-prestasi yang pernah dicapai MTs. NU Ungaran.
Selanjutnya indikator kedua, adanya peran serta masyarakat secara aktif,
dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum.
Sekolah harus lebih banyak mengajak lingkungan dalam mengelola sekolah
karena bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat luas.
(2) Adanya peran serta masyarakat secara aktif, dalam hal pembiayaan,
proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum.
Peran serta aktif masyarakat dalam pembiayaan disebutkan oleh NKM-G
pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 09.00 WIB yang
menyatakan bahwa :
pelaksanaan MBS ini karena bagaimanapun dalam konsep pengelolaan madrasah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
kami, itu kami melibatkan semua stakeholder mulai dari perencanaan sampai
pelaksanaan itu, jadi komite be (CL.02/W.V/T.5).
Selain itu NKM-G juga menyebutkan bahwa :
Seluruh stakeholder atau pemangku kebijakan di madrasah mulai dari ketua
yayasan, kepala madrasah guru dan karyawan,komite maupun masyarakat secara
umum baik yang berkedudukan sebagai wali siswa maupun masyarakat
dilingkungan sekitar yang dapat mendukung kegiatan pencapain visi dan misi di
/W.V/T.7).
NKM-G pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012
pukul 09.00 WIB menjawab :
ekskul, karena pembiayaan itu tidak mungkin ter biayai oleh sekolah atau
mungkin juga bisa dilakukan secara eksklusif tanpa bantuan orang tua, misalnya
kami latih disekolah dan kami akan menghubungi orang tua bahwa anaknya
berbakat dibidang ini, agar dirumah selalu dilatih, dikembangkan dan didukung
/W.V/T.28).
Partisipasi masyarakat juga tampak dalam proses pengambilan keputusan
terhadap kurikulum, NKM-G pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012
pukul 09.00 menyebutkan bahwa :
ingin dicapai target-target yang ingin dicapai sedangkan dalam hal pembiayaan-
pembiayaan kami selalu sosialisasikan dan diberikan wujud dokumen APBN itu
disosialisasikan, kemudian dalam kegiatan-kegiatan memiliki panitia, kepanitian
itu kami buat dalam kradaan terbuka,dan panitianya tidak itu-
02/W.V/T.24).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Pendapat NKM-G dipertegas oleh NKD-G pada wawancara hari Sabtu,
15 September 2012 pukul 10.00 WIB yang menyebutkan bahwa :
stakeholder, utamanya sih sekolah, namun di sini masyarakat juga
3/W.A/T.2).
Sejalan dengan pendapat NT-G pada wawancara Minggu, 16 September
2012 pukul 08.00 WIB, yang menyatakan bahwa :
membuat program, masing-masing komite, dewan guru memahami peran dan
/W.A/T.2).
Di lain pertanyaan NT-G pada wawancara Minggu, 16 September 2012
pukul 08.00 WIB menyatakan bahwa :
-akhir ini. Mereka
semakin sadar dalam hal pembangunan, jadi pembiayaan pun semakin lancer.
Mereka juga turut perhatian dalam pembelajaran, kebijakan dalam kurikulum
(CL. 05/W.A/T.7).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas kita dapat mengetahui bahwa : (1)
Komite Sekolah terlibat aktif dalam pelaksanaan MBS, (2) Seluruh stakeholder
Sekolah terlibat dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan program
Sekolah, ( 3) Seluruh pemangku kepentingan yayasan, Komite, Guru dan
Karyawan mendukung pelaksanaan Visi dan Misi Sekolah yang tertuang dalam
RKM, (4) Adanya peran sentral dan keaktifan dari orang tua terkait Pembiayaan,
pengembangan pembangunan, Kurikulum ( 5) Seluruh stake holder aktif dalam
pengembangan pendidikan dan memahami tughas dan fungsinya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat, dalam hal ini komite dan juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
wali murid aktif berperan dalam hal pembiayaan dan turut serta dalam
pengelolaan kurikulum.
Indikator yang ketiga, kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas
pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum. Kepala sekolah dalam
MBS berperan sebagai designer, motivator, fasilitator. Bagaimanapun kepala
sekolah adalah pimpinan yang memiliki kekuatan untuk itu. Oleh karena itu,
pengangkatan kepala sekolah harus didasarkan atas kemampuan manajerial dan
kepemimpinan dan bukan lagi didasarkan atas jenjang kepangkatan.designer,
motivator, fasilitator. Bagaimanapun kepala sekolah adalah pimpinan yang
memiliki kekuatan untuk itu. Oleh karena itu, pengangkatan kepala sekolah harus
didasarkan atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan dan bukan lagi
didasarkan atas jenjang kepangkatan.
(3) Kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan
pengembangan sekolah secara umum
Berdasarkan hasil wawancara peneliti, banyak ditemui informan yang
menyatakan bahwa Kepala Madrasah di MTs. NU ini merupakan sosok
pemimpin yang ideal. Diantaranya terdapat dalam Catatan Lapangan 2 oleh
NKM-G, Catatan Lapangan 3 oleh NKD-G, 5 oleh NT-G, serta Catatan
Lapangan 4 oleh AM-K, Catatan Lapangan 7 oleh AW-K, keduanya merupakan
Anggota Komite Sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Berikut petikan wawancara mengenai Kepala Madrasah sebagai sumber
inspirasi dan pengembangan sekolah yang diutarakan oleh NKM pada
wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 09.00 WIB:
kemudian pelaksana tentunya dan juga evaluasi. Peran guru dalam MBS ini di
tempat kami tentu saja sebagai pelaksana pasti kemudian perencana yang pada
tahap-tahap tertentu mereka ikut serta merencanakan sesuai bidangnya. Komite
merupakan jembatan sebetulnya antara kami, madrasah dengan masyarakat
/W.V/T.8).
Sejalan dengan pendapat NKD-G pada wawancara hari Sabtu, 15
September 2012 pukul 10.00 WIB, yang menyatakan bahwa :
Kalau Kepala Madrasah kami, dari kacamata saya merupakan sosok yang ideal.
Beliau aktif dalam pengembangan sekolah. Sehingga menjadi inspirasi bagi kami
bawahannya. Kalau komite tentu sebagai penghubung antara sekolah dengan
/W.A/T.14).
Sedangkan AM-K, pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 pukul
11.00 WIB mengutarakan pendapatnya mengenai peran Kepala Madrasah dalam
MBS sebagai berikut :
dan pelaksana program, begitu pula komite sebagai pendorong dan pelaksana
/W.V/T.10).
Selaras dengan pendapat NT-G pada wawancara hari minggu, 16
September 2012 pukul 08.00 WIB, yang mengatakan bahwa :
beliau mampu mengevaluasi dan member solusi atas apa yang dipantaunya. Jadi
misalkan ada tatacara pembelajaran yang salah beliau tidak sungkan masuk kelas
/W.A/T.13).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Lebih jauh AW-K pada wawancara hari Senin, 17 September 2012 pukul
09.00 WIB
designernya. Dewan guru sebagai ujung
(CL. 07/W.A/T.10).
AW-K juga mengatakan bahwa :
ala yang
signifikan. Setau saya sejauh ini semua baik-
(CL. 07/W.A/T.6).
Dari beberapa pernyataan-pernyataan di atas dapat diketahui bahwa : (1)
Kepala Sekolah sebagai perencana, pelaksana dan evaluator, (2) Kepala Sekolah
sebagai sosok Ideal dan aktif dalam pengembangan Sekolah, (3) Kepala sekolah
sebagai penanggung jawab program, ( 4) Kepala Sekolah bersama guru
merencanakan program Sesuai bidang masing masing, (5) Kepala sekolah
bersama Komite sebagai jembatan guru, masyarakat dan pendorong program .
sehingga dapat disimpulkan bahwa Kepala sekolah telah berperan sebagai
pemimpin yang baik serta menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan
pengembangan sekolah, bahkan di atas dikatakan bahwa Kepala Sekolah turut
turun ke lapangan, masuk ke kelas membantu guru dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya indikator keempat, adanya proses pengambilan keputusan
yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif. Dalam pengambilan
keputusan kepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
memperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang harus dilayani kepala
sekolah adalah murid dan orang tuanya, masyarakat dan para guru. Kepala
sekolah jangan selalu menengok ke atas sehingga hanya menyenangkan
pimpinannya namun mengorbankan masyarakat pendidikan yang utama.
(4) Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam
kehidupan dewan sekolah yang aktif
Adanya pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat
tampak di berbagai kegiatan. Beberapa informan memberikan gambaran
kehidupan demokratis di MTs. NU Ungaran. Berikut beberapa petikan
wawancaranya.
H-KMD sebagai Kepala Madrasah pada wawancara hari Sabtu, 15
September 2012 jam 08.00 WIB, menjabarkan mengenai proses pengambilan
keputusan sebagai berikut :
workshop, kita pertama kali ada workshop penyusunan rencana kerja,
kita ada bapak bapak yayasan dan komite, tokoh masyarakat. Apa dulu yang mau
diinputkan selanjutnya kita bahas di tingkat warka,sehingga tersusun program
kerja. Kita ada sudut pandang, kita samakan, kita susun program kerja. Setelah
jadi program kerja, ketiga wali kelas dan yang ada ketua yayasan, komite,
01/W.V/T.17).
Di lain pihak NKM-G mempertegas pernyataan H-KMD mengenai peran
stakeholder dalam implementasi MBS di MTs. NU Ungaran. NKM-G pada
wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 09.00 WIB mengatakan bahwa
:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
kemudian pelaksana tentunya dan juga evaluasi. peran guru dalam MBS ini di
tempat kami tentu saja sebagai pelaksana pasti kemudian perencana yang pada
tahap tahap tertentu mereka ikut serta merencanakan sesuai bidangnya. komite
merupakan jembatan sebetulnya antara kami, madrasah dengan masyarakat
khususnya dengan wali murid. Jadi fungsi komite disini juga ikut dalam proses
perencanaan dalam kegiatan yang diwujudkan dalam penentuan RAPBN
program-program madrasah kemudian juga menginformasikan program yang
telah dibuat itu kepada masyarakat dan untuk selanjutnya bekerja sama agar
program yang kami buat di madrasah itu diketahui oleh masyarakat secara umum
kemudian juga bisa menjembatani antara keinginanan masyarakat dengan
madrasah, dari madrasah ke masyarakat sehingga terjalin komunikasi dua arah
02/W.V/T.8).
Sedangkan NT-G pada wawancara hari minggu, 16 September 2012
pukul 08.00 WIB, menyatakan bahwa :
share dan pengambilan keputusan dalam penentuan program secara demokratis
sehingga semua pihak justru akan merasa bertanggungjawab dan memahami
peran masing- /W.A/T.6).
Berdasarkan pertanyaan
NF-G pada wawancara hari Minggu 16
September 2012 pukul 09.15, pada menyebutkan bahwa :
/W.A/T.2).
Berdasarkan petikan wawancara di atas, beberapa pihak sekolah
mengatakan bahwa keputusan diambil secara demokratis dalam kehidupan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
sekolah yang aktif, lalu peneliti mengkonfirmasikan dengan anggota komite,
AW-K pada wawancara hari Senin,17 September 2012 pukul 09.00 WIB) :
pembangunan sekolah. Kami memfasilitasi menghubungkan dan menjembatani
/W.A/T.2)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dan dikuatkan dari Pernyataan
AW-K kita dapat mengetahui bahwa : (1) Kegiatan Workshop sebagai ajang
musyawarah pengambilan keputusan tentang program yang akan dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh stake holder, (2) Keaktifan Komite dalam proses
perencanaan sehingga memunculkan komunikasi dua aarah antara sekolah dan
komite, (3) Pertemuan rutin dilakukan untuk sharing dan pengambilan keputusan
secara demokratis, (4) keaktifan Komite Sekolah dalam penyusunan anggaran,
dan pembangunan Sekolah membuat susana lehidupan sekolah lebih terbuka dan
demokratis sehingga memudahkan untuk sosialisasi ke masyarakat. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa di MTs. NU pengambilan keputusan dilakukan secara
domokratis dalam suasana keterbukaan dan hubungan yang hangat dengan
komite sekolah sehingga sesuai dengan indikator adanya proses pengambilan
keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif.
Indikator selanjutnya yang kelima, semua pihak harus memahami peran
dan tanggung jawabnya secara bersungguh-sungguh. Untuk bisa memahami peran
dan tanggung jawabnya masing-masing harus ada sosialisasi terhadap konsep
MBS itu sendiri. Siapa kebagian peran apa dan melakukan apa, sampai batas-
batas nyata perlu dijelaskan secara nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
(5) Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara
bersungguh-sungguh
Berdasarkan hasil wawancara kami tidak banyak pendapat yang
menguraikan deskripsi bahwa semua pihak memahami peran dan tanggung
jawabnya secara bersungguh-sungguh. Dan sebagai langkah pertama untuk bisa
memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing harus ada sosialisasi
terhadap konsep MBS itu sendiri. Masing-masing informan menyiratkan jawaban
dalam petikan wawancara berikut ini.
NKD-G pada wawancara 15 September 2012 pukul 10.00 WIB,
mengutarakan bahwa :
stakeholder , kemudian mengidentifikasi tugas
masing-masing. Penyusunan laporan, visi, misi, tujuan dilakukan secara
demokratis. Namun tetap berpedoman pada aturan-
(CL. 03/W.A/T.11).
Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa pihak sekolah
mensosialisasikan peran dan tanggungjawab masing-masing stakeholder dengan
mengadakan pertemuan. Pendapat etrsebut dipertegas oleh pernyataan NT-G
pada wawancara 16 September 2012 pukul 08.00 WIB) :
-masing stakeholder punya porsi dan perannya sendiri-sendiri. Masing-
masing bertugas dalam pencapaian kinerja sekolah sesuai tujuan yang tertera
(CL.05/W.A/T.19)
Lebih jauh NF-G pada wawancara hari Minggu, 16 September 2012
pukul 09.15 WIB, mengatakan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
-masing stakeholder tau, paham tupoksinya. Jadi
(CL. 06/W.A/T.3).
Dari beberapa informan di atas, kita dapat mengetahui beberapa informasi
diantaranya : (1) Pembagian tugas atau identifikasi peran masing masing
dilakukan diawal denagn mengundang seluruh stakeholder, (2) Penyusunan
Program dilakukan secara demoktratis dan bersungguh-sungguh, (3) Setiap
stakeholder memiliki fungsi dan bertanggung jawab terhhadap tugasnya masing-
masing, (4) bahwa semua stake holder memahami fungsinya dan berperan aktif
dalam pelaksanaan program sekolah. Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa seluruh pemangku kebijakan di MTs. NU Ungaran telah memahami peran
dan tanggungjawabnya. Sekolah berupaya mensosialisasikan tugas, peran, fungsi
masing-masing stakeholder dengan mengadakan pertemuan dengan semua pihak.
Selanjutnya indikator yang keenam adalah adanya guidelines dari
departemen pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di
sekolah secara efisien dan efektif. Guidelines itu jangan sampai berupa peraturan-
peraturan yang mengekang dan membelenggu sekolah. Artinya, tidak perlu lagi
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan MBS, yang
diperlukan adalah rambu-rambu yang membimbing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
(6) Adanya guidelines dari departemen pendidikan terkait sehingga mampu
mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif
Guidelines dari pemerintah dapat berbentuk kurikulum, pembiayaan,
maupun UN. Turut campur pemerintah ini tidak serta merta mampu mendorong
proses implementasi MBS secara efektif. Dalam beberapa hal implemntasi MBS
mendorong sekolah untuk mempunyai otonomi sekolah agar mampu
mengendalikan pengelolaan sekolah seperti yang diharapkan sekolah itu sendiri.
Namun guidelines tidak berupa peraturanyang membelenggu sekolah. Artinya,
tidak perlu lagi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan
MBS, yang diperlukan adalah rambu-rambu yang membimbing.
Beberapa pendapat di bawah ini merupakan contoh bentuk campur tangan
pemerintah di dalam proses implementasi MBS di MTs. NU Ungaran yang
mampu mendorong proses implementasi MBS secara efektif.
H-KMD pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 08.00
WIB menyatakan bahwa :
-luasnya, kami setuju adanya
pengontrolan keuangan. Juga Ujian Nasional masih digunakan sebagai alat
penentu. MTs NU kan memiliki tujuan beraklahk mulia berwawasan global ingin
mengusung dunia pesantren ke sekolah ini dan ingin mengusung kurikulum
/W.V/T.13).
Pendapat Kepala Madrasah tersebut mengisyaratkan bahwa guidlenes
pemerintah masuk ke dalam proses pendidikan di MTs. NU Ungaran dalam
bentuk pengontrolan keuangan dan dalam UN.
NKM-G pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 09.00
WIB menyatakan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
kami kembangkan sendiri sesuai potensi lokal yang ada, tentunya kami masih
berkoordinasi kepada semua pemangku kebijakan yg ada di madrasah ini untuk
menyusun program-program itu, tidak mungkin sekolah menentukan sendiri
namun dalam pelaksanaannya tentunya kami buat sendiri artinya kami para
stakeholder CL.02/W.V/T.27).
Pendapat NKM-G menyiratkan bahwa pemerintah turur berperan dalam
kurikulum di MTs. NU Ungaran. Pendapat tersebut dipertegas oleh NKD-G pada
wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 10.00 WIB yang mengatakan
bahwa :
tangan dalam kurikulum utamanya, sehingga hal ini mampu mendorong proses
/W.A/T.17).
Adanya guidelines dari pemerintah dalam hal kurikulum juga dinyatakan
oleh NT-G pada wawancara hari Minggu, 16 September 2012 pukul 08.00 WIB,
yang mengatakan bahwa :
kewenangan sekolah. Namun kami berkoordinasi dengan yayasan dan guidelines
/W.A/T.1).
Sejalan dengan pendapat NF-G pada wawancara hari Minggu, 16
September 2012 pukul 09.15 WIB yang mengutarakan pendapatnya sebagai
berikut :
stakeholder kami tetap mengacu
kepada aturan-
06/W.A/T.17).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Dari beberapa uraian pendapat di atas kita dapat mengetahui : (1) MTs
NU memiliki guidlines dari pemerintah terkait, keuangan, kurikulum dan UN, (2)
Guidlines terkait kurikulum dikembangkan sesuai dengan potensi local yang
dimiliki madrasah melalui koordinasi program. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa MTs. NU Ungaran tetap mengacu pada guidelines pemerintah yang dapat
mendorong proses implementasi MBS secara efektif. Dalam hal ini pelaksanaan
UN masih mengacu pada aturan pemerintah, selain itu MTs. NU Ungaran juga
mengembangkan kurikulum sendiri untuk keperluan sekolah.
Indikator ketujuh, sekolah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas
yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggung jawabannya setiap
tahunnya. Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap
semua stakeholder. Untuk itu, sekolah harus dijalankan secara transparan,
demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada setiap
pihak terkait.
(7) Sekolah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas yang minimal
diwujudkan dalam laporan pertanggung jawabannya setiap tahunnya
Transparansi dan akuntabilitas laporan menjadi indicator selanjutnya
dalam implementasi MBS. Dalam wawancara peneliti di MTs. NU Ungaran
terdapat 2 informan yang mengungkapkan hal ini. Yang pertama NT-G pada
wawancara hari Minggu, 16 September 2012 pukul 08.00 WIB yang mengatakan
bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
kami mencoba membuat manajemen yang transparan dan bias diakses oleh siapa
saja. Jadi tidak terjadi semacam prasangka- /W.A/T.12).
Selanjutnya informan kedua yang membahas hal ini adalah NF-G pada
wawancara hari Minggu, 16 September 2012 pukul 09.15 WIB yang mengatakan
bahwa :
ung dengan media yang semakin
/W.A/T.18).
Informasi lain yang dapat digunakan untuk menguatkan pendapat di atas
adalah indikator pertama pada poin ketiga yaitu akses informasi ke segala bagian.
NKD-G pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 10.00 WIB
mengungkapkan bahwa :
-laporan ditempel di ruang
terbuka dan untuk kurikulum dan manajemen selalu disosialisasikan dalam
pertemuan- 3/W.A/T.19)
Terkait dengan pelaporan-pertanggung jawaban dibahas pada saat
evaluasi yang dilakukan, sebagaimana disampaiakan pada wawancara hari Sabtu,
Kami ada evaluasi bulanan,
semesteran, tahunan. Kita laksanakan terus menerus
Hal ini senada dengan yang disampaikan NKM-G pada wawancara hari
Sabtu, 15 September 2012 pukul 09.00, bahwa : untuk yang evaluasi besar
dilaksanakan sebulan sekali khususnya terhadap guru kemudian kepada misalnya
wakil kepala sekolah terhadap badan-badan khusus juga ada waktu tertentu
secara periodik, itu secara periodik untuk kami 3 bulan sekali untuk hal-hal
secara positif, itu dilaksanakan secara insidental tetepi intinya program evaluasi
itu dilaksanakan setiap kegiatan kemudian evaluasi rutin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Pernyataan diatas megisaratkan bahwa kegiatan evalusai terkait kegiatan sekolah,
keuangan dilaksanakan bulanan, semesteram maupun tahunan. Hal ini juga
diperkuat oleh NKD-G pada wawancara hari sabtu, 15 September 2012. Pukul
MTs. NU menyampaikan laporan pertanggung
Pendapat itu menguatakan bahwa LPJ disampaikan setiap tahun. Tentang
hal ini, pendapat NKD-G dikuatkan oleh NT-G pada wawancara hari Minggu,
...intinya setiap
kegiatan dievaluasi dan dilaporkan dalam bentuk LPJ untuk perbaikan-perbaikan
ke depan.(CL.03/W.A/T.10) Hal tersebut ditandaskan lagi oleh NF-G pada
wawancara hari Mingggu, 16 september 2012 pukul 09.15 yang mengatakan :
Evaluasi tentang kegiatan yang di LPJ-kan dibuat masing-masing panitia dan
evaluasi ini sebagai alat atau media tindak lanjut perbaikan kegiatan ataupun
pengelolaan implementasi
Berdasarkan pernyataan di atas kita dapat mengetahui : (1) Transparansi
Sekolah melalui Sosialisasi dan musyawarah, (2) Laporan Pertanggung jawaban
dapat diakses siapa saja, (3) Akses transparansi didukung media yang canggih,
(4) LPJ ditempel ditempat terbuka, (5) Laporan kegiatan yang d LPJkan
dilaksanakan setiap tahun sekali dan dibuat oleh pananggungjawab program itu
sendiri, (6) Evalusi dilaksanakan bulanan, semesteran, dan tahunan guna untuk
perbaikan-perbaikan. Sehingga dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa MTs.
NU Ungaran mempunyai transparansi dalam sistem pengelolaan dan manajemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
sekolah Dan Akuntabilitas diwujudkan dalam evaluasi yang dilaksanakan setiap
bulan, semesteran, dan tahunan.
Sedangkan indikator yang kedelapan adalah penerapan MBS harus
diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah
meningkatkan pencapaian belajar siswa. Perlu dikemukakan lagi bahwa MBS
tidak bisa langsung meningkatkan kinerja belajar siswa namun berpotensi untuk
itu. Oleh karena itu, usaha MBS harus lebih terfokus pada pencapaian prestasi
belajar siswa.
(8) Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan
lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa
Hasil jawaban yang terdapat dalam wawancara lisan dengan beberapa
informan bayak yang memberikan penguatan informasi bahwa MTs. NU
Ungaran menerapkan MBS dalam rangka pencapaian kinerja sekolah dan lebih
khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa. Tujuan ini menjadi
semakin rinci di dalam RKM.
Berikut beberapa petikan wawancara dari sekian banyak jawaban yang
mengacu kepada indikator kedelapan ini. H-KMD pada wawancara hari Sabtu,
15 September 2012 pukul 08.00 WIB mengungkapkan bahwa :
a sekolah merupakan lingkungan
yang lebih manusiawi, terasa hidup semua potensi yang di sekolah dapat
dikembangkan tanpa ada batas-batas yang sangat ketat. Kita sekarang punya
kewenangan, dengan MBS sekolah dapat melaju dengan cepat dan kendala bisa
dikurangi. Negatif, saya mengatakan bukan dampak negatif ya, namun ada hal-hal
yang perlu diperbaiki. Misal guru yang kaget, reaksinya bermacam-macam.perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
belajar penyesuaian, biasanya kami memberi tugas-tugas yang mereka kuasai,
misal sukanya pramuka kita kasih pramuka, olahraga juga kita beri olahraga
sehingga dapat diatasi. Masyarakat stigma di masyarakat dengan stigma sekolah
gratis, masyarakat kurang paham bahwa yang sekolah gratis adalah sekolah negeri
sedangkan kita kan swasta,sehingga terkadang ada yang bilang sekolah mahal kok
(CL.01/W.V/T.11)
Pernyataan ini terlalu kompleks untuk dipahami bahwa kalimat ini
mengisyaratkan bahwa MBS diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah. Kepala
Madrasah menghendaki adanya pencapaian kinerja dengan menempatkan
masing-masing guru pada tempat dan porsi yang tepat sesuai kebutuhan serta
minat masing-masing guru. Hal ini tentu bertujuan untuk pencapaian kinerja yang
maksimal.
Pernyataan lain disebutkan oleh NKM-G pada wawancara hari Sabtu, 15
September 2012 pukul 09.00 WIB yang mengatakan bahwa :
output kami dalam misalnya
dua tahun terakhir untuk meningkatkan rata-rata itu ujian ada peningkatan yang
signifikan. Dua tahun yang lalu itu rata-rata ujian kami untuk misalnya Bahasa
Inggris dari rata-rata 4 diujian itu rata-ratanya menjadi 6,57. Matematika juga
demikian dari 4,3 menjadi rata-ratanya 5,8 yang IPA juga demikian, jadi itu yang
dari prestasi nilai hasil ujian. Kemudian dari kelulusan kami sudah 100% tetapi
dengan rata-rata nilaiyang naik secara signifikan kemudian prestasi yang ada di
non akademik misalnya untuk pada porseni KKM 2 yang lalu itu juara Bahasa
02/W.V/T.21)
Jawaban NKM-G di atas mempunyai arti bahwa implentasi MBS
meningkatkan pencapaian belajar siswa, dalam hal ini prestasi akademik dan non
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
akademik. Secara terperinci tabel capaian prestasi siswa ada dalam tabel. 10.
Dengan adanya penerapan MBS output menjadi lebih baik.
NKD-G pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 10.00
WIB, mengatakan bahwa :
a semua aspek saya kira, sekolah ini menerapkan MBS dalam
(CL. 03/W.A/T.3).
Pendapat ini menyatakan bahwa implemntasi MBS diterapkan dalam
kurikulum, sarana prasarana, kesiswaan, pembelajaran dan interaksi dengan
masyarakat. Penerapan MBS ini tentu saja bertujuan untuk pencapaian kinerja
serta hasil belajar siswa.
Sejalan dengan pernyataan NT-G pada wawancara hari Minggu, 16
September 2012 pukul 08.00 WIB yang mengatakan bahwa :
kami mempunyai kurikulum yayasan yang kami sesuaikan dengan visi misi
sekolah. Dalam hal pembelajaran kami mengimplementasikan dalam bentuk
pembiasaan atau budaya-budaya seperti menghafal surat-surat pendek dalam
/W.A/T.3).
Implementasi MBS yang diterapkan dalam pencapaian belajar siswa
dirupakan dalam bentuk pembiasaan menghafal surat-surat pendek dalam
NF-G pada wawancarahari Minggu, 16
September 2012 pukul 09.15 WIB yang mengungkapkan bahwa :
hasilnya sangat banyak. Mulai dari prestasi, tingkat kepercayaan masyarakat, dll.
Namun perlu ditingkatkan pada tahun- /W.A/T.7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Dari beberapa pernyataan di atas kita dapat mengetahui bahwa : (1)
adanya pencapaian kinerja dengan menempatkan masing-masing guru pada
tempat dan porsi yang tepat sesuai kebutuhan serta minat masing-masing guru ,
(2) implentasi MBS meningkatkan pencapaian belajar siswa, dalam hal ini
prestasi akademik dan non akademik, (3) Implementasi MBS diterapkan dalam
kurikulum, kesiswaan, sarpras, serta interaksi dengan masyarakat, (4) Adanya
kegiatan pembiasaan hafalan surat pendek dan juz amma sebagai usaha
peningkatan kemampuan belajar siswa, (5) Implementasi MBS membawa
peningkatan prestasi siswa termasuk kepercayaan masuarakat, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penerapan MBS di MTs. NU Ungaran sudah diarahkan untuk
pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan
pencapaian belajar siswa. MBS tidak bisa langsung meningkatkan kinerja belajar
siswa namun berpotensi usaha MBS lebih terfokus pada pencapaian prestasi
belajar siswa.
Selanjutnya indikator kesembilan, merupakan indikator terakhir bahwa
implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS, identifikasi peran
masing-masing pembangunan kelembagaan, implementasi pada proses
pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan dilapangan dan dilakukan perbaikan-
perbaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
(9) Implementasi konsep MBS yang dilakukan dengan empat hal, yaitu :
(a) Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS
Sosialisasi konsep MBS dapat dilakukan dengan berbagai cara menjalin
komunikasi yang lebih terbuka terhadap masyarakat (NKM-G pada wawancara
hari Sabtu, 15 September 2012, CL. 02). Sedangkan NKD-G pada wawancara
hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 10.00 WIB mengatakan bahwa :
pembagian tugas kelembagaan sesuai porsi. Misal guru pada bagian
(CL. 03/W.A/T.12).
Selaras dengan pernyataan NT-G pada hari Minggu wawancara 16
September 2012 pukul 08.00 WIB bahwa:
engidentifikasi peran dan fungsi stakeholder kemudian
/W.A/T.11).
NF-G pada wawancara hari Minggu, 16 September 2012 pulu 09.15 WIB
mengemukakan bahwa :
stakeholder lalu memberikan identifikasi peran
lalu kami melakukan pembagian tupoksi (tugas pokok dan fungsi) bersama-sama.
(CL. 06/W.A/T.11).
Berdasarkan informasi di atas dapat kita ketahui bahwa : (1) Implemetasi
MBS diawali dengansosialisasi program dan pembagian tugas sesuai porsinya,
(2) Sosialisasi dilakukan dengan mengidentifikasi peran dan fungsi, (3)
Sosialisasi dilakukan berkaitan dengan perumusan tujuan sekolah yang tercantum
dalam RKM, sehingga dapat disimpulkan bahwa sosialisasi konsep MBS sudah
dilaksanakan di MTs. NU Ungaran dengan cara melakukan pertemuan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
stakeholder lalu mengadakan pembagian tugas sesuai tugas pokok fungsi masing-
masing
(b) Identifikasi peran masing-masing pembangunan kelembagaan
Tidak jauh berbeda dengan indikator sebelumnya bahwa identifikasi
peran telah dilaksanakan dalam sosialisasi konsep MBS. Pernyataan lain yang
mempertegas adalah pendapat NKD-G pada wawancara hari Sabtu, 15
September 2012 pukul 10.00 WIB mengemukakan bahwa :
-masing. Ada yang di kepramukaan, ada
bagian kurikulum, dll. Jadi masing-masing punya tanggung jawab sendiri-
/W.A/T.16).
Anggota komite sekolah, AW-K pada wawancara hari Senin, 17
September 2012 pukul 09.30 WIB mengatakan bahwa :
dan tanggung jawabnya masing- / W.A/T.5).
Pendapat-pendapat lain yang mendukung telah tertera dalam indikator
sebelumnya. NF-G pada wawancara hari Minggu, 16 September 2012 pukul
09.15 WIB mengemukakan bahwa :
stakeholder lalu memberikan identifikasi peran
lalu kami melakukan pembagian tupoksi (tugas pokok dan fungsi) bersama-sama.
Kaitannya dengan
(CL. 06/W.A/T.11).
Berdasarkan uraian jawaban di atas kita mengetahui bahwa : (1)
Pembagian tugas sesuai dengan tupoksi dan tanggung jawab, (2) Semua berperan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, (3) Identifikasi peran tercantum
dalam RKM, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa identifikasi peran masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
masing pembangunan kelembagaan sudah dilakukan dengan baik sesuai tugas
dan peranya masing-masing.
(c) Implementasi pada proses pembelajaran
Beberapa indikator yang telah diuraikan di atas sudah banyak
memberikan gambaran bahwa MTs. NU Ungaran telah melaksanakan
implementasi MBS dalam proses pembelajaran. Berikut beberapa pernyataan
yang mempertegasnya. H-KMD pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012
pukul 08.00 WIB mengatakan bahwa :
an efektif masih dalam ranah standar,
hampir tidak ada yang mengajar sampai di larung.. hanya dari segi proses
penyampaian materi sudah baik. Makanya efektivitas dua tahun yang lalu kami
melihat bahwa pemanfaatan sarana dan prasarana dimanfaatkan secara maksimal,
kami melihat peluang bahwa guru sudah pandai memanfaatkan ITI, misal ITI
sudah ada 12 kelas yang kita isi dengan ITI diharapkan efektifitas belajar menjadi
/W.V/T.22).
Dari pernyataan Kepala Madrasah ini dapat diartikan bahwa sudah ada 12
kelas yang dilengkapi dengan ITI, tujuannya agar proses belajar mengajar
berlangsung efektif.
NT-G pada wawancara hari Minggu, 16 September 2012 pukul 08.00
WIB, mempertegasnya dengan mengatakan bahwa :
ihan
kepada guru secara bergilir. Mutu siswa diperbaikai dengan budaya-budaya
islami. Selain itu adanya kelas unggulan, saya kira sudah cukup membuktikan
bahwa kami berorientasi pada mutu lulusan atau output /W.A/T.14).
Kedua informan tersebut menguatkan peneliti bahwa MTs. NU Ungaran
mengimplementasikan MBS dalam proses pembelajaran demi meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
kualitas output.terbukti dengan adanya pemenuhan sarana dan prasarana kelas
dengan teknologi ITI aagar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif, juga
hal itu untuk merangsang guru agar lebih kreatif dalam proses belajar dan
mengajar.
(d) Evaluasi atas pelaksanaan dilapangan dan dilakukan perbaikan-
perbaikan
Pada bagian terakhir bukti pencapaian implementasi MBS adalah adanya
evaluasi demi perbaikan pelaksanaan MBS. Berikut beberapa petikan wawancara
yang menbahasnya serta mendukung pernyataan tersebut :
H-KMD pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 08.00
WIB mengemukakan bahwa :
lalu ada
evalusi, kendala apa yang dihadapi, tingkat ketercapaian berapa , analisis RKM
disini misalnya capaian yang akan dilakukan, misalnya seperti capaian pertama
kita mengingikan sekurang-kurang peringkat 10 dalam kabupaten kita evaluasi
kendala-kendala, dan menyusun strategi dan target capaian dengan adanya
CL. 01/W.V/T.10).
Sejalan dengan pendapat NKD-G pada wawancara hari Sabtu, 15
September 2012 pukul 10.00 WIB mengatakan :
ini Kepala Madrasah rutin melaksanakan evaluasi dan perbaikan.
Saya kira cara ini efektif untuk sarana komunikasi antar guru dan Kepala
Madrasah. Untuk hubungan dengan luar kami percayakan kepada komite
/W.A/T.13).
Pada pertanyaan yang lain NKD-G pada wawancara hari Sabtu, 15
September 2012 pukul 10.00 WIB, menambahkan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
tahunan. Evaluasi dan monitoring (CL.
03/W.A/T.14).
Sedangkan NF-G pada wawancara hari Minggu, 16 September 2012
pukul 09.15 WIB mengungkapkan bahwa :
-kan dibuat masing-masing panitia. Dan
evaluasi ini sebagai alat atau media tindak lanjut perbaikan kegiatan ataupun
pengelolaan implementa /W.A/T.10).
Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa :(1) Analisa dan evaluasi
dilaksanakan setiap bulan , semester, dan tahunan untuk melakukan perbaikan-
perbaikan atas program, (2) Evaluasai dan perbaikan dilakukan secara efektif
untuk menjalin komunikasi, (3) Evaluasi kegiatan yang di LPJkan dibuat oleh
panitia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi dalam rangka perbaikan
sudah dilaksanakan dengan baik. Bahkan evaluasi dilaksanakan secara periodik
dan berkesinambungan.
2. Kendala dan Usaha
Berdasarkan pembahasan implementasi MBS di MTs. NU Ungaran yang
diuraikan dalam 9 indikator di atas, dalam pelaksanaannya ditemukan kendala
dan juga usaha yang dilakukan oleh sekolah. Kendala-kendala tersebut muncul
dalam wawancara yang dilakukan peneliti. Beberapa informan mengemukakan
pendapatnya mengenai kendala dan juga usaha yang dihadapi selama
pelaksanaan MBS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Kendala apa saja yang ditemui selama
pelaksanaan MBS ini? H-KMD pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012
pukul 08.00 WIB mengemukakan bahwa :
Kalau kendala internal kembali pada sumber daya, MBS bukan konsep yang
baru, namun harus tersusun secara sistematis ada beberapa yang terbiasa dengan
sistem ini ,agak kaget sehingga perlu bimbingan dan secara eksternal banyak
guru-guru yang kaget namun,secara umum semua pihak mengapresiasi
01/W.V/T.9).
Sedangkan H-KMD juga mengemukakan usaha yang dilakukan sekolah
dalam rangka mengantisipasi permasalahan tersebut, H-KMD pada wawancara
hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 08.00 WIB menjawab :
Kita melakukan analisis, setiap tahun ada program dilaksanakan lalu ada evalusi,
kendala apa yang dihadapi, tingkat ketercapaian berapa , analisis RKM disini
misalnya capaian yang akan dilakukan, misalnya seperti capaian pertama kita
menginginkan sekurang-kurang peringkat 10 dalam kabupaten kita evaluasi
kendala-kendala, dan menyusun strategi dan target capaian dengan adanya
problem itu kita akan lebih mendorong agar tercapai tujuan /W.V/T.10).
Sedangkan H-KMD
H-KMD pada wawancara hari Sabtu, 15
September 2012 pukul 08.00 WIB menjawab :
Kita pemecahan masalah kuncinya ada pada komunikasi. Ya jadi selama ini yang
kami alami kalau ada komunikasi kepada semua pihak efektif maka masalah akan
/W.V/T.18).
Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas mengenai kendala yang
dihadapai selama pelaksanaan MBS, kendala yang diungkap oleh Kepala
madrasah adalah mengenai sumber daya. Sumber daya yang dimaksud dijelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
-
dapat ditangkap maksud Kepala Madrasah disini adalah Sumber Daya Manusia
(SDM). Secara eksternal banyak guru yang kaget dengan adanya pelaksanaan
MBS, namun banyak juga yang mengapresiasi. Dari pernyataan tersebut, tidak
muncul permasalahan lanjutan dari kendala SDM tersebut. Bahkan di dalam
jawan Kepala Madrasah selanjutnya diungkapkan bahwa dalam rangka mengatasi
masalah tersebut, sekolah mengantisipasinya dengan cara menyusun strategi
untuk mencapai tujuan.
Di dalam langkah alternatif pemecahan masalah, kuncinya terletak pada
komunikasi, sehingga langkah efektif untuk mengatasai segala kendala adalah
dengan mengadakan komunikasi yang baik.
NKM-G pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012, mengungkap
kendala yang lain yang dihadapai selama pelaksanaan MBS di MTs. NU
Ungaran, yaitu :
da yang jelas, ada sebagian masyarakat kami itu berasal dari masyarakat
kurang mampu, maka wujud kepedulian terhadap program yang sudah
dicantumkan madrasah kadang-kadang kurang, itu yang pertama kemudian yang
kedua karena sebagian masyarakat orang tua wali khususnya itu secara pendidikan
memang tidak tinggi kemudian itu maka dengan adanya slogan sekolah gratis
maka beranggapan bahwa semua item pendidikan yang ada di madrasah itu sudah
dibiayai oleh pemerintah padahal kami madrasah atau sekolah swasta maka item-
item yang ada sepenuhnya tidak tercover pada bantuan untuk masyarakat, nah
dengan pemahaman seperti ini kadang- kadang peran serta masyarakat khususnya
wali itu kurang karena mereka mengganggap bahwa semua kebutuhan dan item-
item baik pembiayaan maupun yang lain sudah dipenuhi oleh pemerintah. kendala
yang di teras mungkin tidak begitu berarti karena kami memang secara periodik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
itu kami melakukan komunikasi baik secara mingguan bulanan maupun bersifat
tahunan juga ada workshop baik workshop untuk kinerja maupun workshop
pemahaman pendalaman tentang MBS tentang program dan lain sebagainya jadi
kendala yang berar (CL. 02/W.V/T.9).
NKM-G pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012, juga
mengungkap kendala yang lain yang dihadapai selama pelaksanaan MBS di MTs.
Apa hasil positif dan hasil negatif yang dicapai
NKM-G menjawab :
awalnya masyarakat menggangap bahwa program -program yang di
rencanakan oleh madrasah itu dari sisi pembiayaan sudah tercover dari bantuan
pemerintah maka mereka tahu bahwa sekolah swasta ketika mau maju isi program
yang demikian maka butuh partisispasi dari masyarakat itu juga yang pertama,
kemudian yang kedua bahwa mereka jadi tahu tujuan dari pendidikan yang ada di
madrasah kami dengan adanya audiensi tatap muka pemaparan program dan lain
sebagainya mereka tahu manfaat dan dukungan dari program tesebut bagi
masyarakat khususnya terutama bagi anak didik dengan mengetahui program
yang kami lakukan maka secara tidak langsung yang tadinya tidak tahu menjadi
tahu maka komunikasi sampai akhirnya daya dukung kepada madrasah itu akan
meningkat. Hasil negatifny /W.V/T.11).
Di dalam pertanyaan lain, NKM-G juga mengungkapkan bahwa selama
pelaksanaan MBS, kekurangannya adalah :
ang paling dominan yang jelas itu pada kepedulian, kepedulian masyarakat
terhadap pelaksanaan MBS ini terutama yang terkait dengan partisispasi dalam hal
pembiayaan itu adanya sekolah informasi bahwa semua sekolah itu gratis
terutama untuk pendidikan dasar itu memang sedikit berpengaruh terhadap
partisipasi wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 (CL.
02/W.V/T.13).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Dari pernyataan di atas, kendala yang ingin diungkap ada dua, yaitu yang
pertama adalah mengenai tingkat kepedulian dan peran serta masyarakat terhadap
program sekolah yang masih kurang. Sedangkan kendala kedua yang ingin
diusung adalah mengenai slogan sekolah gratis.
Mengenai usaha yang telah dilakukan, NKM-G pada wawancara hari
Sabtu, 15 September 2012 menjawab :
ami punya program secara rutin untuk bisa sebetulnya audiensi dengan
masyarakat baik dengan siswa maupun masyarakat lain yang kami rasa punya
kemampuan untuk mendukung program kami. Kami adakan audiensi pemaparan
program dan sebagainya dengan dijembatani oleh humas dan komite sekolah
(CL. 02/W.V/T.10).
gaimana implementasi MBS bagi sekolah ini,
NKM-G pada wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 menyatakan :
ang jelas belum begitu maksimal, masih ada beberapa kendala tetapi usaha
kearah penyempurnaan itu selalau kami lakukan setiap saat dari tahun ke tahun
kami lakukan evaluasi. Baik evaluasi internal terhadap keberhasillan program
yang kami buat maupun evaluasi-evaluasi yang lain termasuk lebih mempererat
komunikasi atau menjalin komunikasi yang le
(CL. 02/W.V/T.12).
Di dalam petikan wawancara yang lain NKM-G juga memberikan saran
sebaga usaha penyempurnaan pelaksanaan MBS, yaitu:
ang jelas MBS ini tidak akan maksimal tanpa adanya komunikasi yang baik
diantaranya transparansi dan beberapa hal lain yang pokok itu adalah komunikasi
dan transparansi. Transparansi sudah ada dengan misalnya program-program
madrasah termasuk penggangaran pada RAPBN itu sudah di sampaikan baik
secara berbentuk dokumen maupun pemaparan pada rapat sudah disampaikan
pada semua pelaku kebijakan ini tetapi alangkah baiknya ketika transparansi ini,
itu juga lebih misalnya dengan misalnya untuk meskipun jurnal sudah diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
tetapi pelaksanaan itu sementara kekurangan kami adalah program jurnal yang
secara visual bisa dilihat oleh komponen masyarakat,meskipun akses untuk
melihat pelaksanaan dalam progress yang ada itu dibuka tapi kadang-kadang kami
para stekeholder ini tidak punya waktu untuk melihatnya kadang rikuh atau pas
sibuk, maka biar lebih enak tidak ada hal lain maka progress yang ada
pelaksanaan program- program yang ada di masyarakat diwujudkan dalam bentuk
visual jurnal atau baik secra langsung bisa dil hari Sabtu, 15
September 2012 (CL. 02/W.V/T.14).
Berdasarkan informasi di atas dapat diungkap beberapa usaha dari kendala
yang telah sebutkan oleh NKM-G sebelumnya. Mengenai kendala yang pertama
mengenai tingkat kepedulian dan partisipasi masyarakat, sekolah melakukan
usaha berupa audensi, komunikasi, dan transparansi kepada masyarakat. Selain itu
diadakan evaluasi tiap tahun dari tiap program yang diadakan sekolah.
Mengenai kendala yang kedua mengenai slogan gratis, sekolah
mengantisipasinya dengan melakukan komunikasi dengan wali murid secara
periodik, bisa mingguan, bulanan, maupun tahunan. NKM-G menegaskan bahwa
pelaksanaan MBS tidak akan m aksimal tanpa adanya komunikasi yang baik
antara sekolah dengan masyarakat.
Informan ketiga, NKD-G dalam wawancara yang kami lakukan Sabtu, 15
September 2012 di Ruang Guru pada pukul 10.00 11.00 WIB, mengungkapkan
kendala yang dihadapi selama pelaksanaan MBS adalah :
Kalau kendala yang berarti saya kira tidak ada. Hanya perlu beberapa perbaikan
misalnya dalam bentuk sosialisasi MBS kepada wali murid sehingga masing-
masing memahami peran dalam pelaksanaan MBS. Namun hal itu sering
dilakukan cuma mungkin tingkat pemahaman masyarakat berbeda
(CL.03/W.A/T.5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Dalam hal usaha yang dilakukan, NKD menjawab bahwa :
Untuk masalah tindakan yang kami lakukan adalah melakukan pertemuan
dengan wali murid mengadakan analisis tiap tahun serta sosialisasi program dalam
MBS Sabtu, 15 September 2012 di Ruang Guru pada pukul 10.00
11.00 WIB (CL.03/W.A/T.6).
NKD-G juga menegaskan mengenai hasil positif dari MBS adalah :
Untuk hasil positifnya saya kira... sekolah jadi punya kewenangan untuk otonomi
sekolah. Untuk mencapai hasil maksimal sekolah mengirim guru untuk mengikuti
workshop, pelatihan, dan ketrampilan secara periodik kalau negatifnya saya kira
tidak ada Sabtu, 15 September 2012 di Ruang Guru pada pukul
10.00 11.00 WIB (CL.03/W.A/T.7).
NKD-G dalam wawancaranya juga menyebutkan mengenai kekurangan
dalam pelaksanaan MBS, antara lain :
Kekurangan? Untuk kekurangan Menurut saya kurang ... pada campur tangan
pemerintah dan kesadaran masyarakat dalam aktivitas program-program MBS,
masyarakat kurang aktif dalam arti tidak semua tapi ada beberapa yang tingkat
pemahamanya harus ditingkatkan Sabtu, 15 September 2012 di
Ruang Guru pada pukul 10.00 11.00 WIB (CL.03/W.A/T.8).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa NKD-G mengungkapkan 2
kendala, yaitu sosialisasi MBS yang kurang dipahami masyarakat, dan campur
tangan pemerintah dalam pelaksanaan MBS. Sedangkan solusi yang diberikan
adalah melakukan pertemuan dengan wali murid untuk mengadakan analisis tiap
tahun serta memberikan sosialisasi program dalam MBS. Selain itu disebutkan
juga bahwa sekolah mengirimkan guru untuk mengikuti workshop, pelatihan, dan
keterampilan secara periodik. Kegiatan tersebut guna mencapai hasil
implementasi MBs yang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Kendala yang kedua yang diungkap kaitannya dengan campur tangan
pemerintah dijelaskan dalam petikan wawancara selanjutnya, yaitu mengenai
harapan NKD-G dalam pelaksanaan MBS di masa yang akan dating. NKD-G
menyatakan bahwa :
Untuk ke depan harapan saya sebagai guru, Saya berharap implementasi MBS
lebih difokuskan pada peningkata mutu lulusan, prestasi akademik, pokoknya
dalam hal pembelajaran. Kepala Madrasah lebih meningkatkan perannya sebagai
motivator ..ya menurut saya sudah pas porsinya, namun lebih diperbaiki lagi dan
untuk komite sebaiknya lebih bertanggung jawab sesuai perannya. Dan yang
terakhir adanya guidelines yang jelas dari pemerintah agar otonomi tetap
berpegang pada aturan yang dibuat -G, Wawancara Sabtu, 15 September
2012 di Ruang Guru pada pukul 10.00 11.00 WIB (CL.03/W.A/T.9).
NKD-G menyiratkan jawaban dari kendala kedua yang diungkap di atas,
bahwa pemerintah seharusnya memberikan guidelines yang jelas agar otonomi
tetap berpegang teguh pada aturan yang dibuat. Jadi dapat disimpulkan bahwa
campur tangan pemerintah di dalam pelaksanaan MBS harus memberikan aturan
yang jelas, sehingga ada batasan otonomi dan aturan baku dari pemerintah.
Kendala selanjutnya diungkapkan oleh seorang anggota komite sekolah,
AM-K, dalam wawancara yang peneliti lakukan Sabtu, 15 September 2012, pukul
11.00 11.30 WIB, di ruang guru. AM-K mengungkapkan bahwa :
Kendalanya peran serta masyarakat yang kurang karena adanya program sekolah
gratis. Pada sarana dan prasarana cukup, standar sekolah pada madra
(CL.04/W.V/T.11).
Selain pernyataan di atas, AM-K juga mengungkap masalah lain, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Otonomi dari pendidikan di madrasah baru-baru masih setengah-setengah
terutama d /W.V/T.15).
Berdasarkan petikan wawancara pendek di atas, dapat diungkapkan 3
kendala, yaitu : 1) Peran serta masyarakat masih kurang, 2) Program/ slogan
sekolah gratis, dan 3) Otonomi pendidikan di madrasah masih setengah-setengah
terutama dalam penerangan masalah MBS.
Selain memberikan uraian kendala, AM-K juga mengungkap usaha yang
telah dilakukan pihak sekolah, antara lain ;
Kita mengadakan komunikatif secara rutin dengan kepala
(Wawancara Sabtu, 15 September 2012, pukul 11.00 11.30 WIB,
CL.04/W.V/T.12).
AM-K juga menegaskan bahwa:
Slogan sekolah gratis harus dicermati dengan bijaksana agar tidak mengurangi
minat masyarakat untuk memasukkan anaknya ke madrasah, kebetulan disekolah
kami mempunyai bilingual yang mana harapan sekolah apabila anak keluar dari
madrasah ini, anak membawa sifat akhlakul karimah dan kemampuan yang lebih
baik. Dan anak-anak selalu menerapkan sikap seperti salam kepada yang lebih tua
(Wawancara Sabtu, 15 September 2012,
CL.04/W.V/T.16).
Berdasarkan kedua jawaban AM-K di atas, maka usaha yang dilakukan
untuk mengatasi kendala pertama dan ketiga di atas adalah dengan mengadakan
komunikasi rutin dengan Kepala Madrasah. Sedangkan untuk mengatasi kendala
kedua mengenai slogan sekolah gratis, AM-K mengungkapkan slogan sekolah
gratis harus dicermati secara bijaksana agar tidak mengurangi minat masyarakat
untuk memasukkan anaknya ke madrasah. Dengan adanya kelas bilingual, ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
merupakan bentuk solusi agar output dari madrasah membawa sifat akhlakul
karimah.
Informan kelima yang mengungkan kendala yang ditemui selama
pelaksanaan MBS adalah NT-G. Peneliti melakukan wawancara pada hari
Minggu, 16 September 2012, pukul 08.00 09.00 WIB, di ruang guru. Dalam
Kendala apa saja yang
ditemui selama pelaksanaan MBS ini? -G menjawab :
Kendala berarti tidak ada. Tapi yang menjadi kendala adalah adanya slogan
sekolah didanai pemerintah alias gratis. Sehingga dalam hal pembiayaan menurut
saya kurang maksimal. Namun tidak keseluruhan hanya ada beberapa wali murid
yang berpendapat demikian /W.A/T.5).
Sedangkan usaha yang dilakukan, NT-G menyatakan bahwa :
Kami sering mengadakan pertemuan dengan pemangku kepentingan untuk saling
share, mengambil keputusan dalam penentuan program secara demokrat sehingga
semua pihak justru akan merasa bertanggung jawab dan memahami peran masing-
masing /W.A/T.6).
Sebagaimana kendala yang telah diungkap sebelumnya oleh informan lain,
NT-G kembali mengungkapkan masalah slogan sekolah gratis. Sekolah
menyikapi hal tersebut dengan mengadakan pertemuan dengan pemangku
kepentingan. Dalam hal ini masing-masing diberi tanggung jawab sesuai peran
dan fungsinya, sehingga akan merasa bertanggung jawab atas perannya masing-
masing.
NF-G, informan keenam juga menegaskan kendala yang sama, yaitu
mengenai slogan sekolah gratis, NF-G menyatakan bahwa :
Kendala ? O.. ini ya kami banyak menerima keluhan khususnya dari wali murid
menengah ke bawah yang, mengatakan bahwa oh katanya sekolah dibiayai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
yang bisa mengatur ya pemerintah. Selain itu kita juga melakukan sosialisasi
sendiri Minggu, 16 September 2012, CL.06/W.A/T.5).
NF-G juga mengungkapkan bahwa :
Ya.. memberikan pemahaman bahwa tidak semua sekolah menerima dana dari
pemerintah. Ada pos-pos keuangan yang memang harus dipikul bersama oleh wali
murid Minggu, 16 September 2012, CL.06/W.A/T.6).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kendala yang diungkapkan oleh NF-G
adalah slogan sekolah gratis mengurangi kesadaran masayarakat akan
partsisipasinya dalam hal pembiayaan. Usaha yang dapat dilakukan adalah
melakukan sosialisasi dan memberikan pemahaman bahwa tidak semua sekolah
menerima dana dari pemerintah.
Informan terakhir, AW-K dalam pertanyaan yang sama mengenai kendala,
menjawab ;
Kepala Sekolah cukup tanggap sehingga hampir tidak ada kendala yang
signifikan, setau saya sejauh ini semua baik-baik saja dan lingkungan kondusif
(Wawancara Senin, 17 September 2012, pukul 09.30 10.00 WIB, di ruang guru,
CL. 07/ /W.A/T.6).
Menurut anda apa kekurangan dari MBS yang telah
dilaksanakan selama ini? -K menjawab :
Apa ya, jadi selama ini saya menjadi anggota komite, MBS berjalan baik
mungkin barangkali perlu ada sosialisasi pengertian MBS kepada masyarakat agar
mereka turut bertanggung jawab atas keberlangsungan sekolah
(CL.07//W.A/T.9).
Dalam wawancara terakhir dengan peneliti, AW-K menambahkan kendala
yang dihadapi adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Kurangnya partisipasi wali murid dalam hal pembelajaran, keuangan dan
pembangunan CL.07//W.A/T.10).
Berdasarkan petikan wawancara dengan narasumber AW-K, dapat
disimpulkan bahwa kendala yang diutarakan adalah partisipasi wali murid dalam
pembelajaran, keuangan dan pembangunan masih kurang. Sedangkan solusi yang
ditawarkan adalah perlunya sosialisasi pengertian MBS kepada masyarakat agar
masyarakat meras ikut bertanggung jawab atas keberlangsungan sekolah.
3. Hasil Implementasi MBS di MTs. NU Ungaran
Berdasarkan hasil wawancara serta observasi yang dilakukan peneliti,
hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan implementasi MBS di MTs. NU
Ungaran, meliputi banyak hal. Di dalam pertanyaan mengenai hasil positif dan
negatif yang dicapai selama pelaksanaan MBS, H-KMD pada wawancara hari
Sabtu, 15 September 2012 pukul 08.00 WIB mengemukakan bahwa :
Positif yang pasti progresif merasakan bahwa sekolah merupakan lingkungan
yang lebih manusiawi, terasa hidup semua potensi yang disekolah dapat
dikembangkan tanpa ada batas-batas yang sangat ketat. Kita sekarang punya
kewenangan, dengan MBS sekolah dapat melaju dengan cepat dan kendala bisa
dikurangi. Negatif, saya mengatakan bukan dampak negatif ya,namun ada hal-hal
yang perlu diperbaiki. Misal guru yang kaget, reaksinya bermacam-macam.perlu
belajar penyesuaian,biasanya kami memberi tugas-tugas yang mereka kuasai,
misal sukanya pramuka kita kasih pramuka, olahraga juga kita beri olahraga
sehingga dapat diatasi. Masyarakat stigma dimasyarakat dengan stigma sekolah
gratis, masyarakat kurang paham bahwa yang sekolah gratis adalah sekolah negeri
sedangkan kita kan swasta,sehingga terkadang ada yang bilang sekolah mahal kok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
kenapa disini mahal.intinya dengan sering berkomunkasi dapat
01/W.V/T.11).
Di dalam pernyataan tersebut di atas, H-KMD mengemukakan bahwa
dengan adanya implementasi MBS, sekolah mempunyai kewenangan, sehingga
dapat mengurangi kendala yang dihadapi. Pernyataan H-KMD sejalan dengan
pendapat dari NKD-G pada wawancara yang dilakukan hari Sabtu, 15 September
2012 di Ruang Guru pada pukul 10.00 11.00 WIB. Di dalam pertanyaan yang
sama, NKD-G mengungkapkan bahwa:
Untuk hasil positifnya saya kira... sekolah jadi punya kewenangan untuk
otonomi sekolah. Untuk mencapai hasil maksimal sekolah mengirim guru untuk
mengikuti workshop, pelatihan, dan ketrampilan secara periodik kalau negatifnya
saya kira tidak ada /W.A/T.7).
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil implementasi
MBS yang pertama adalah mengenai adanya kewenangan bagi sekolah untuk
menentukan kebijakan yang dibutuhkan untuk kebaikan sekolah, misalnya dengan
mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan dan keterampilan.
Hasil implemntasi MBS yang kedua diungkapkan oleh H-KMD pada
wawancara hari Sabtu, 15 September 2012 pukul 08.00 WIB, mengenai outout
sekolah yang berupa prestasi akademik dan non akademik. H-KMD
mengemukakan bahwa :
akademiknya Alhamdulillah ya. Karena prinsip yang diangkat misal
lomba LCC juara 1, semua kegiatan kita ikuti semuanya kan lomba-lomba
terbatas jadi ada kegiatan apa kita ikuti, yang paling menonjol futsal, bola voli,
/W.V/T.21).
Pendapat lain yang mengungkap prestasi siswa-siswi MTs. NU Ungaran,
diutarakan oleh NKM-G :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
adi ini peningkatan yang pertama kami kemudian output kami dalam misalnya
dua tahun terakhir untuk meningkatkan rata-rata itu ujian ada peningkatan yang
signifikan. Dua tahun yang lalu itu rata-rata ujian kami untuk misalnya bahasa
inggris dari rata- rata 4 diujian itu rata-ratanya menjadi 6,57. Matematika juga
demikian dari 4,3 menjadi rata-ratanya 5,8 yang IPA juga demikian, jadi itu yang
dari prestasi nilai hasil ujian. Kemudian dari kelulusan kami sudah 100% tetapi
dengan rata-rata nilaiyang naik secara signifikan kemudian prestasi yang ada di
non akademik misalnya untuk pada porseni KKM 2 yang lalu itu juara bahasa
inggris dan kami juara satu bulu tangkis kemudian juga atletik
Sabtu, 15 September 2012, pukul 09.00 WIB, CL. 02/W.V/T.21).
Kedua pendapat di atas mengungkap beberapa prestasi baik akademik
maupun non akademik yang telah dicapai selama implementasi MBS di MTs. NU
Ungaran. Secara terperinci mengenai prestasi akademik disajikan dalam tabel.9
berikut :
Tabel 9. Standar Kompetensi Lulusan
Kondisi saat ini Kondisi yang diharapkan (1
tahun ke depan)
Besarnya
tantangan
PRESTASI SEKOLAH
Bidang Akademik
1. Rata-rata KKM semua mata
pelajaran 64
2. Peringkat 13 se Kabupaten
untuk SMP dan MTs Negeri
dan Swasta
3. Rata-rata nilai UN untuk
mapel bahasa Indonesia 6,75
4. Rata-rata nilai UN untuk
1. Rata-rata KKM semua mata
pelajaran 65,00
2. Peringkat 10 se Kabupaten
untuk SMP dan MTs Negeri
dan Swasta
3. Rata-rata nilai UN untuk
mapel bahasa Indonesia 7,00
4. Rata-rata nilai UN untuk
1,00
3 tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
mapel bahasa Inggris 6,18
5. Rata-rata nilai UN untuk
mapel Matematika 5,24
6. Rata-rata nilai UN untuk
mapel IPA 6,55
7. Rat-rata nilai UM 6,50
8. Tahfid 10 surat dalam juz
9. Masuk final lomba cerdas
cermat Aswaja Porseni
Maarif Tk. Kabupaten
mapel bahasa Inggris 6,50
5. Rata-rata nilai UN untuk
mapel Matematika 5,50
6. Rata-rata nilai UN untuk
mapel IPA 7,00
7. Rat-rata nilai UM 7,00
8. Tahfid 20 surat dalam juz
9. Juara II lomba cerdas cermat
Aswaja Porseni Maarif Tk.
Kabupaten
0,25
0,32
0,26
0,45
0,50
10 tingkat
2 tingkat
Bidang Non Akademik
1. Masuk semi final kejuaraan
volley puteri Porseni Tk.
Kabupaten
1. Masuk final kejuaraan
volley puteri Porseni Tk.
Kabupaten
1 tingkat
2. Masuk babak penyisihan
bola volley putera Porseni
Tk. Kabupaten
2. Masuk babak perempat final
bola volley putera Porseni
Tk. Kabupaten
2 tingkat
3. Masuk babak penyisihan
lomba bulu tangkis putera
tingkat Kabupaten
5. Masuk babak final lomba
bulu tangkis putera tingkat
Kabupaten
2 tingkat
4. Masuk babak penyisihan
lomba bulu tangkis puteri
6. Masuk babak final lomba
bulu tangkis puteri tingkat
2 tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
tingkat Kabupaten Kabupaten
5. Masuk final lomba pidato
Bahasa Inggris Tingkat
Kabupaten
7. Juara 1 lomba pidato Bahasa
Inggris Tingkat Kabupaten
2 tingkat
6. Masuk final lomba Bahasa
Arab Tingkat Kabupaten
8. Juara III lomba Bahasa
Arab Tingkat Kabupaten
1 tingkat
7. Masuk final lomba Bahasa
Jawa Tingkat Kabupaten
9. Juara III lomba Bahasa Jawa
Tingkat Kabupaten
1 tingkat
8. Masuk final lomba Bahasa
Indonesia Tingkat
Kabupaten
10. Juara III lomba Bahasa
Indonesia Tingkat
Kabupaten
1 tingkat
9. Juara 1 Pawai Taaruf
Ramadhan
11. Juara 1 Pawai Taaruf
Ramadhan
0 tingkat
10. Peringkat 1 Tilawah putera
Tk. Kabupaten
12. Peringkat 1 Tilawah putera
Tk. Kabupaten
0 tingkat
11. Peringkat 1 Tilawah puteri
Tk. Kabupaten
13. Masuk final 1 Tilawah
puteri Tk. Kabupaten
1 tingkat
12.
Putera Tk. Kecamatan
14.
Putera Tk. Kabupaten
1 tingkat
13.
Puteri Tk. Kecamatan
15.
Puteri Tk. Kecamatan
1 tingkat
14. Juara 1 busana muslimah 15. Juara 1 busana muslimah 0 tingkat
Sumber : Rencana Kerja Madrasah (RKM) Tahun Pelajaran 2011/ 2012
Selain kewenangan yang dimiliki sekolah dan prestasi yang dicapai
sebagai hasil implementasi MBS, hasil yang ketiga adalah mengenai sarana dan
prasarana yang dimiliki MTs. NU Ungaran semakin meningkat. Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh H-KMD, bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Dari sudut pandang saya bisa dikatakan efektif masih dalam ranah standar,
hampir tidak ada yang mengajar sampai di larung, hanya dari segi proses
penyampaian materi sudah baik. Makanya efektivitas dua tahun yang lalu kami
melihat bahwa pemanfaatan sarana dan prasarana belum dimanfaatkan secara
maksimal, kami melihat peluang bahwa guru sudah pandai memanfaatkan ITI,
misal ITI sudah ada 12 kelas yang kita isi dengan ITI diharapkan efektifitas
belajar menjadi lebih ba Sabtu, 15 September 2012, pukul 08.00
WIB, CL. 01/W.V/T.21).
Dari hasil wawancara tersebut dapat digambarkan bahwa sudah ada 12
kelas yang dilengkapi dengan fasilitas ITI, sehingga efektifitas belajar menjadi
lebih baik. Pendapat tersebut dipertegas lagi dengan bukti lain yang diungkapkan
oleh NKM-G :
efektif ketika didukung oleh sistem yang baik jadi kami menciptakan sistem
pengawas itu bukan dari kepala madrasah atau yang lain tetapi sudah dicatat
secara elektronik oleh kami pakai point print yaitu jelas kehadiran dan kepulangan
tentunya dengan peraturan yang telah disepakati p Sabtu,
15 September 2012, pukul 09.00 WIB, CL. 02/W.V/T.21).
Dari pernyataan itu, diketahui bahwa efektifitas kinerja guru didukung
oleh sistem point print. Hal ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang
canggih telah diterapkan di MTs. NU Ungaran.
Selanjutnya NKM-G juga mengungkapkan keberadaan kelas bilingual
bagi siswa-siswi dengan kompetensi di atas rata-rata. Dalam hal ini NKM-G
mengemukakan bahwa :
karena selama ini madrasah jadi pilihan kedua, setelah tidak lulus di sekolah
umum baru mau masuk ke madrasah. Kami ingin menjadikan madrasah untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
menjadi pilihan utama anak untuk belajar dan menjadi pilihan orang tua untuk
menyekolahan anaknya. Contohnya kami sudah mendirikan sekolah bilingual.
Wawancara Sabtu, 15 September 2012, pukul 09.00 WIB, CL. 02/W.V/T.35)
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa selain dilengkapi
fasilitas sarana dan prasarana yang lengkap, siswa juga difasilitasi dengan kelas
bilingual. Secara detail NKM-G tidak menyebutkan fasilitas apa saja yang
terdapat di dalam kelas tersebut serta tidak menjelaskan kategori kelas tersebut.
Peneliti kemudian melakukan observasi setelah wawancara berlangsung. Selama
observasi, peneliti juga masuk dan mengamati kelas yang digunakan untuk kelas
bilingual. Kelas tersebut dilengkapi dengan AC, LCD Proyektor, serta ruang
kelasnya lebih nyaman dibanding kelas regular. Setelah melalui pengamatan,
peneliti mencari tau kelebihan dari kelas tersebut, yaitu biaya bagi kelas regular
dan kelas bilingual sama. Kelas bilingual ditempati oleh anak-anak dengan
prestasi lebih. Namun apabila selama pembelajaran prestasi siswa menurun, maka
siswa tersebut bisa bergeser ke kelas regular.
Hasil keempat dari implementasi MBS, dikemukakan oleh NKM-G :
asil positif: awalnya masyarakat menggangap bahwa program-program yang di
rencanakan oleh madrasah itu dari sisi pembiayaan sudah tercover dari bantuan
pemerintah maka mereka tahu bahwa sekolah swasta ketika mau maju isi program
yang demikian maka butuh partisispasi dari masyarakat itu juga yang pertama,
kemudian yang kedua bahwa mereka jadi tahu tujuan dari pendidikan yang ada di
madrasah kami dengan adanya audiensi tatapmuka pemaparan program dan lain
sebagainya mereka tahu manfaat dan dukungan dari program tesebut bagi
masyarakat khususnya terutama bagi anak didik dengan mengetahui program
yang kami lakukan maka secara tidak langsung yang tadinya tidak tahu menjadi
tahu maka komunikasi sampai akhirnya daya dukung kepada madrasah itu akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
mening Sabtu, 15 September 2012,
pukul 09.00 WIB, CL. 02/W.V/T.11).
Secara garis besar hasil implementasi MBS yang ingin diungkap oleh
NKM-G adalah mengenai partisipasi masyarakat yang semakin meningkat.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, NKM-G menambahahkan :
ang jelas belum begitu maksimal, masih ada beberapa kendala tetapi usaha
kearah penyempurnaan itu selalau kami lakukan setiap saat dari tahun ke tahun
kami lakukan evaluasi. Baik evaluasi internal terhadap keberhasillan program
yang kami buat maupun evaluasi-evaluasi yang lain termasuk lebih mempererat
komunikasi atau menjalin komunikasi yang le
(Wawancara Sabtu, 15 September 2012, pukul 09.00 WIB, CL. 02/W.V/T.12).
NKM-G menambahkah bahwa hasil implementasi MBS selain
meningkatkan partisipasi masyarakat, juga mempererat komunikasi terhadap
masyarakat. Selaras dengan pendapat AM-K, yang menyatakan bahwa :
Hasil positif : masyarakat lebih meningkatkan kepercayaannya terhadap
madrasah, karena kita mengadakan pengangkatan secara efektif.
Sabtu, 15 September 2012, pukul 11.00
WIB, CL. 04/W.V/T.13).
Pendapat lain yang mengungkapkan hal tersebut adalah pendapat dari
AW-K, yang menyatakan bahwa :
Tidak ada efek negatifnya semua positif, Sekolah ini menjadi tujuan bagi siswa-
siswa di lingkungan sini, itu artinya apa? Masyarakat manaruh kepercayaan tinggi
terhadap sekolah ini Senin, 17 September 2012, pukul 09.30,
CL.07/W.A/T.7).
Berdasarkan keempat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
implementasi MBS yang keempat adalah dengan adanya penerapan MBS ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah serta mempererat
hubungan keduanya.
Sejalan dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat, sekolah pun
menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat, sehingga transparansi muncul
dengan sendirinya. Pernyataan tersebut juga diungkapkan oleh NKM-G :
Yang jelas MBS ini tidak akan maksimal tanpa adanya komunikasi yang baik
diantaranya transparansi dan beberapa hal lain yang pokok itu adalah komunikasi
dan transparansi. Transparansi sudah ada dengan misalnya program-program
madrasah termasuk penggangaran pada RAPBN itu sudah di sampaikan baik
secara berbentuk dokumen maupun pemaparan pada rapat sudah disampaikan
pada semua pelaku kebijakan ini tetapi alangkah bainya ketika transparansi ini, itu
juga lebih misalnya dengan misalnya untuk meskipun jurnal sudah diberikan
tetapi pelaksanaan itu sementara kekurangan kami adalah program jurnal yang
secara visual bisa dilihat oleh komponen masyarakat,meskipun akses untuk
melihat pelaksanaan dalam progress yang ada itu dibuka tapi kadang kadang
kami para stakeholder ini tidak punya waktu untuk melihatnya kadang rikuh atau
pas sibuk, maka biar lebih enak tidak ada hal lain maka progress yang ada
pelaksanaan program- program yang ada di masyarakat diwujudkan dalam bentuk
visual jurnal atau b
September 2012, pukul 09.00 WIB, CL.02/W.V/T.14).
Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan NT-G, yang menyatakan
bahwa :
Banyak sekali ya. Mulai dari transparansi manajemen, pretasi semakin banyak,
guru-guru sering mengikuti workshop ITI, CTL, kemudian imbasnya kepada kami
adalah peningkatan mutu pelajaran dan peningkatan kinerja. Dan ibu kepala
memberikan apresiasi atas apa yang dikerjakan para guru atas keberhasilanya
(Wawancara Minggu, 16 September 2012, pukul 08.00 WIB, CL. 05/W.A/T.8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Sejalan dengan pendapat tersebut, NF-G juga mengemukakan bahwa :
Otonomi sekolah makin terasa, Transparansi pengelolaan sekolah, musyawarah
dengan demokratis dan dapat diikuti oleh stake holder serta pencapaian hasil
belajar yang lebih baik Minggu, 16 September 2012, pukul 09.15
WIB, CL. 06/W.A/T.8).
AW-K juga mengungkap hal yang sama, yaitu :
Pertama sekolah memiliki keleluasaan dalam menentukan kebijakan sekolah,
laporan-laporan lebih akuntabel dan dapat diketahui dari siapa saja. Sedangkan
untuk prestasi cukup banyak ya dan tentu saja membanggakan
Minggu, 16 September 2012, pukul 09.30 WIB, CL. 06/W.A/T.8).
Berdasarkan pada hasil wawancara dari ketiga informan tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa hasil implemntasi MBS yang kelima adalah mengenai
adanya transparansi dari pihak sekolah kepada masyarakat, baik dalam
penyusunan program maupun dalam pelaporan.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara melalui instrumen tertulis, peneliti mengkaji
hasil wawancara tersebut kemudian mengadakan wawancara lisan dengan warga
sekolah untuk proses trianggulasi. Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu.
a. Implementasi MBS di MTs. NU Ungaran
Berdasarkan sembilan indikator yang telah diuraikan di atas, dapat
dikatakan bahwa MTs. NU Ungaran memenuhi kesembilan indikator tersebut.
Implementasi MBS sudah berjalan selam 9 tahun dan perbaikan-perbaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
dilakukan di berbagai sektor. Dari bahasan dalam petikan-petikan wawancara
dalam kesembilan indikator tersebut, peneliti merumuskannya dalam bentuk
deskripsi yang menggambarkan implementasi MBS di MTs. NU Ungaran, yaitu :
1) MTs. NU Ungaran memiliki otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan
untuk mengelola sekolah, meskipun masih mempergunakan aturan-aturan
baku dari pemerintah, contohnya dalam UN. Penentuan kebijakan sekolah
dilakukan dengan cara musyawarah dengan pihak yayasan, dan komite
sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Suyanto (2009:18) yang
menyatakan tujuan umum MBS yaitu: memandirikan atau memberdayakan
sekolah melalui pemberian otonomi kepada sekolah dan mendorong sekolah
untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif.
2) MTs. NU Ungaran melakukan pengembangan pengetahuan dan
keterampilan secara berkesinambungan ditunjukkan dengan mengirimkan
guru dalam pelatihan atau workshop. Pelatihan tersebut antara lain pelatihan
ITI, CTL, dll.
3) MTs. NU Ungaran mempunyai akses informasi ke segala bagian. Informasi
apapun dapat diakses siapa saja. Ini membuktikan bahwa transparansi sudah
menjadi budaya di MTs. NU Ungaran. Pembuktian lain bahwa MTs. NU
ungaran telah menerapkan akses informasi ke segala bagian adalah dengan
adanya ITI di 12 kelas.
4) Kepala Madrasah MTs. NU Ungaran memberikan apresiasi terhadap guru
yang bekerja dengan baik. Hal ini diungkapkan oleh beberapa guru yang
mengatakan bahwa Kepala Madrasah memberikan penghargaan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
mereka yang berprestasi. Meskipun tidak secara aksplisit disebutkan bentuk
penghargaan tersebut.
5) MTs. NU Ungaran melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan
khususnya pembiayaan dan kurikulum dengan cara mengajak wali murid,
komite, dan yayasan melakukan musyawarah. Karena MBS yang ditandai
dengan pelibatan masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap gejala-
gejala yang muncul di masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan (Mulyasa, 2004:25).
6) Kepala Madrasah MTs. NU Ungaran menjadi sumber inspirasi dan suri
tauladan bagi guru dan karyawan bahkan komite sekolah.
7) MTs. NU Ungaran melakukan proses pengambilan keputusan secara
demokratis.
8) MTs. NU Ungaran mensosialisasikan konsep MBS kepada stakeholder
mengidentifikasi peran masing-masing dan memahami serta melaksanakan
peran dan tanggung jawab tersebut.
9) Meskipun memiliki otonomi sekolah sendiri, MTs. NU Ungaran tetap
berpegang teguh pada guidelines dari pemerintah. Masih ada campur tangan
dari pemerintah dalam hal keuangan, kurikulum dan UN.
10) Transparansi dan akuntabilitas sudah dimiliki oleh MTs. NU Ungaran.
11) Penerapan MBS sudah diarahkan dalam rangka pencapaian kinerja sekolah,
terlebih untuk tujuan akhirnya yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Siswa atau murid merupakan subjek utama dan konsumen utama prime-
beneficiary dari segala upaya yang dilaksanakan oleh penyelenggara satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
pendidikan bersama manajemen yang terlibat didalamnya. Dalam posisinya
yang menjadi subjek tujuan pendidikan itu, maka keinginan dan harapan
mereka, motivasi mereka, serta komitmen keterlibatan mereka menjadi
penting. Salah satu cara untuk mengakomodasi kepentingan mereka adalah
dengan mendengarkan suara mereka (Nurkholis, 2004:132).
12) Evaluasi dalam rangka perbaikan sudah dilaksanakan dengan baik. Bahkan
evaluasi dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Rumtini (1999:3) bahwa evaluasi merupakan salah
satu bagian dari 6 langkah yang harus dikerjakan oleh sekolah yang telah
melaksanakan MBS.
b. Kendala dan Usaha
Walaupun implementasi MBS sudah dilakukan dengan cukup baik di
berbagai sektor, kekurangan dan kelemahan masih dijumpai pula. Dari
kesembilan indikator di atas tidak dijumpai pada masing-masing indikator adanya
kendala dalam pelaksanaan MBS. Namun di dalam instrumen wawancara, peneliti
menanyakan mengenai kendala yang dijumpai di lapangan dalam implementasi
MBS. Jawaban masing-masing informan berbeda. Ketujuh narasumber
mengungkapkan berbagai kendala dari sudut pandang masing-masing, dari latar
belakang yang berbeda. Dari sudut pandang Kepala Madrasah, Guru, serta Komite
Sekolah, masing-masing mengungkap kendala yang berbeda.
Berdasarkan kendala dan usaha yang ada dalam petikan-petikan
wawancara yang telah diuraikan secara terperinci di atas, terdapat 7 kendala yang
dapat diinventarisir sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
1) Kendala internal yang berasal dari Sumber Daya Manusia, yaitu guru. Ada
beberapa guru yang dianggap kaget menghadapi implementasi MBS.
2) Wujud kepedulian masyarakat terhadap program yang sudah dicantumkan
madrasah kadang-kadang kurang terutama masyarakat/ orang tua wali
dengan pendidikan rendah
3) Kurangnya sosialisasi MBS kepada masyarakat.
4) Adanya slogan sekolah gratis menyiratkan bahwa semua item pendidikan
yang ada di madrasah itu sudah dibiayai oleh pemerintah.
5) Campur tangan pemerintah dalam implementasi MBS di sekolah-sekolah
masih kurang.
6) Otonomi yang diberikan pemerintah masih setengah-setengah, belum ada
guidelines yang baku terutama untuk madrasah.
7) Partisipasi dan peran serta masyarakat masih kurang dalam hal
pembelajaran, keuangan dan pembangunan.
Sedangkan wujud usaha yang dilakukan sekolah untuk mengatasi kendala
tersebut antara lain :
1) Mengadakan audiensi dan komunikasi yang baik dengan masyarakat
untuk mendukung program madrasah
2) Mengadakan pertemuan wali murid untuk mensosialisasikan MBS kepada
masyarakat agar masyarakat turut merasa bertanggung jawab atas
keberlangsungan sekolah
3) Slogan sekolah gratis harus dicermati dengan bijaksana agar tidak
mengurangi minat masyarakat untuk memasukkan anaknya ke madrasah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Madrasah dapat melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk
menyamakan persepsi mengenai pembiayaan sekolah.
4) Pemerintah hendaknya turut membantu madrasah agar slogan sekolah
gratis dihapuskan saja.
5) Menyusun strategi, mengadakan analisis dan evaluasi dari tiap program
yang dilaksanakan.
6) Transparansi pelaporan dan penentuan kebijakan, agar stakeholder merasa
ikut bertanggung jawab atas keberlangsungan MBS.
7) Guidelines dari pemerintah terutama untuk madrasah harus baku dan jelas
agar otonomi yang diberikan pemerintah tidak setengah-setengah.
c. Hasil Implementasi MBS di MTs. NU Ungaran
Berdasrkan uraian dalam hasil implemntasi MBS di MTs. NU Ungaran di
atas, terdapat 5 hasil yang telah dicapai selama penerapannya di MTs. NU
Ungaran, yaitu :
1) Sekolah mempunyai kewenangan dalam menentukan kebijakan sesuai
dengan kebutuhan sekolah. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Fatah (2008: 8) yang menyatakan bahwa :
Manajemen berbasis sekolah merupakan wujud dan reformasi pendidikan
yang menginginkan adanya perubahan dari kondisi yang kurang baik
dengan memberikan kewenangan (otorita) kepada sekolah
memberdayakan dirinya. Kebijakan dan kewenangan sekolah membawa
pengaruh langsung terhadap siswa, orang tua, dan guru
Dengan MBS sekolah dapat mengelola pendidikan secara lebih otonom,
terutama dalam pengelolaan sumber daya sehingga dapat lebih
meningkatkan kesejahteraan guru, para guru dapay lebih berkosentrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
pada tugas kependidikan, melakukan berbagai usaha inovasi dengan
melakukan berbagai eksperimen-eksperimen di kelas dan di sekolah
(Wasliman, 2000 : 2).
2) Dengan pelaksanaan implementasi MBS, prestasi semakin meningkat. Hal
tersebut tertuang dalam tabel Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan
MBS yang efektif dan efisien menuntut dilaksanakannya fungsi-fungsi
pokok manajemen secara terpadu dan terintegrasi dalam pengelolaan
bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan. Melalui manajemen
sekolah yang efektif dan efisien tersebut, diharapkan dapat memberikan
konstribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan (Fattah, 2003:).
Karena secara spesisik tujuan khusus MBS adalah meningkatkan
mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada Suyanto (2009:18).
3) Peningkatan juga terlihat dari jumlah sarana dan prasarana madrasah,
terdapat 12 kelas yang dilengkapi ITI. Berdasarkan hasil observasi
peneliti, sebagian besar guru mampu mengoperasikan komputer dan
peralatan elektronik lain, seperti LCD Proyektor, dll. Sedangkan fasilitas
lain yang diberikan sekolah adanya kelas bilingual yang diperuntukkan
bagi siswa berprestasi. Kelas ini dilengkapi dengan AC, LCD Proyektor,
serta keadaan kelas relatif lebih nyaman bila disbanding dengan kelas
regular. Kelas ini ditempati oleh siswa berprestasi, namun dengan biaya
yang sama. Namun kelas ini cukup kompettitif dan se lektif. Apabila siswa
mengalami penurunan prestasi, maka siswa tersebut kembali bergeser ke
kelas regular. Jadi sebagai contoh apabila siswa pada kelas VII menempati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
kelas bilingual, belum tentu pada kelas VIII, akan menempati kelas
bilingual kembali, tergantung pada prestasinya.
Sarana dan prasarana yang dimiliki MTs. NU Ungaran ini, selaras dengan
pendapat Mulyasa (2004:114) bahwa :
Karakteristik yang dimiliki masing-masing sekolah dicerminkan pula
dalam kondisi sarana dan prasarana pendidikan, mutu sumber daya
manusianya dan dukungan pembiayaan bagi pengembangan sekolah
4) Hasil implementasi MBS yang keempat adalah meningkatnya kepercayaan
masyarakat terhadap MTs. NU Ungaran.hal tersebut terlihat dari dukungan
dalam hal pembiayaan dan partisipasi masyarakat yang tinggi dalam setiap
kegiatan yang melibatkan wali murid/ masyarakat. Partisipasi masyarakat,
keterbukaan pengelolaan pendidikan di sekolah akan menimbulkan
semangat yang tinggi bagi seluruh pengelolaan pendidikan di sekolah,
kemudian mendorong pada penciptaan pembelajaraan aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan mutu
pendidikan (Sujito, 2009:2). Menurut Etneridge (Rosyada, 2004:267)
sekolah, guru, orang tua siswa, siswa dan masyarakat yang berada dekat
dengan sekolah, dalam proses pengambilan berbagai keputusan.
5) Selain tingkat kepercayaan yang meningkat, transparansi juga muncul
dengan sendirinya dari proses komunikasi yang baik antara sekolah dan
masyarakat. Setiap pengambilan kebijakan sekolah melibatkan
masyarakat. Setelah program di laksankan proses pelaporan juga
disampaikan secara terbuka kepada masyarakat. Hal tersebut sejalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Transparansi
Manajemen merupakan kriteria utama dalam penerapan MBS, hal itu
hendaknya dapat diwujudkan oleh sekolah karena akan menghilangkan
rasa curiga dan saling tidak percaya diantara staff dan dewan guru serta
masyarakat MBS juga bertujuan meningkatkan akuntabilitas
sekolah dan komitmen semua stakeholder. Akuntabilitas adalah
pertanggung jawaban atas semua yang dikerjakan sesuai wewenang dan
tanggung jawab yang diperolehnya. Selama ini pertanggung jawaban
sekolah lebih pada masalah administratif keuangan dan bersifat vertical
sesuai jalur birokrasi. Pertanggung jawaban yang bersifat teknis edukatif
terbatas pada pelaksanaan program sesuai petunjuk dan pedoman dari
pusat (pusat dalam arti nasional, maupun pusatpusat birokrasi di
bawahnya),tanpa pertanggung jawaban hasil pelaksanaan program.
(Umaedi, 2004:35).
Dalam rangka mengimplementasikan MBS, maka perlu dilakukan
pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan
mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah. Dalam hal ini sedikitnya
ada tiga kategori sekolah, yaitu : baik, sedang, dan kurang. Masing-masing
kategori tersebar di lokasi-lokasi maju, sedang, dan ketinggalan. Kelompok
sekolah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Tabel 16. Kelompok Sekolah dalam MBS
Kemampuan Sekolah
Kepala sekolah dan guru
Partisipasi Masyarakat
Pendapatan daerah dan orang tua
Anggaran sekolah
1. Sekolah dengan kemampuan
manajemen baik
Kepala sekolah dan guru berkom
petensi tinggi (termasuk kepe-
mimpinan)
Partisipasi masya rakat tinggi (ter-
masuk dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua
tinggi
Anggaran sekolah di luar
anggaran pemerintah
besar
2. Sekolah dengan kemampuan mana
jemen sedang
Kepala sekolah dan guru berkom petensi sedang
(termasuk kepe-mimpinan)
Partisipasi masyarakat
sedang (termasuk
dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua sedang
Anggaran sekolah di luar
anggaran pemerintah
sedang
3. Sekolah dengan kemampuan mana
jemen rendah
Kepala sekolah dan guru berkom
petensi rendah (termasuk
dukung dana)
Partisipasi masya rakat kurang (ter-
masuk dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua
rendah
Anggaran sekolah di luar
anggaran pemerintah kecil
atau tidak ada
(Dikutip dari Mulyasa Manajemen Berbasis Sekolah)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dalam
pembahasan telah disebutkan bahwa MTs. NU Ungaran memenuhi indikator
sekolah dengan kemampuan manajemen baik, yaitu :
1. Kepala sekolah dan guru berkompetensi tinggi (termasuk kepemimpinan)
Dilihat dari kinerja kepala sekolah yang sangat baik sebagai managerial
professional, hasil penelitian membuktikan bahwa kinerja kepala sekolah
sebagai pemimpin sangat kompeten. Kompetensi guru juga sangat baik
dilihat dari tingkat efektifitas pembelajaran, administrasi sekolah, serta
tingkat lulusan.
2. Partisipasi masyarakat tinggi (termasuk dana)
Partisipasi masyarakat dilihat dari dana yang masuk membuktikan bahwa
sumber dana yang masuk dari wali murid sangat tinggi yaitu sebesar Rp.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
600.335.000,- (Enam ratus juta tiga ratus tiga puluh lima ribu rupiah). Untuk
partisipasi masyarakat juga sangat tinggi dibuktikan dari observasi dan
wawancara lisan dan tertulis yang telah diuraikan di atas. Meskipun terdapat
berbagai kekurangan akan kesadarna masyarakat akan pentingnya MBS bagi
MTs. NU Ungaran, namun hal tersebut tidak mengurangi kepercayaan
masyarakat untuk menyekolahkan anak di MTs. NU Ungaran. Hal tersebut
dibuktikan dari tingginya jumlah pendaftar di MTs. NU Ungaran tiap tahun.
3. Pendapatan daerah dan orang tua tinggi
Sumber keuangan dalam data keuangan menyebutkan bahwa total
pendapatan daerah dalam 1 tahun adalah Rp 27.150.000,- (Dua puluh tujuh
juta seratus lima puluh ribu rupiah). Sedangkan sumber keuangan dari orang
tua murid jauh lebih tinggi, yaitu Rp. 600.335.000,- (Enam ratus juta tiga
ratus tiga puluh lima ribu rupiah).
4. Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah besar
Seperti telah diuraikan di atas bahwa anggaran yang diterima sekolah selama
1 tahun adalah sebagai berikut : sumber keuangan dari orangtua murid Rp.
600.335.000,- (Enam ratus juta tiga ratus tiga puluh lima ribu rupiah),
sedangkan sumber lain-lain adalah Rp. 195.000.000,- (Seratus Sembilan
puluh lima juta rupiah). Jumlah total keduanya adalah Rp. 795.335.000
(Tujuh ratus embilan puluh lima juta tiga ratus tiga puluh lima ribu rupiah).
Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dnegan jumlah bantuan yang
diterima dari pemerintah, yaitu sebesar Rp. 309.510.000,- (Tiga ratus
Sembilan juta lima ratus sepuluh ribu rupiah) dari bantuan pemerintah pusat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
serta Rp 27.150.000,- (Dua puluh tujuh juta seratus lima puluh ribu rupiah)
dari bantuan pemerintah daerah. Sehingga jumlah bantuan dari pemerintah
adalah Rp. 336.660.000,- (Tiga ratus tiga puluh enam juta enam ratus enam
puluh ribu rupiah). Jumlah ini tentu lebih sedikit dari jumlah sumbangan
keuangan dari orang tua murid dan dana lain-lain. Dengan selisih Rp.
458.675.000,- (Empat ratus lima puluh delapan juta enam ratus tujuh puluh
lima ribu rupiah). Hal ini membuktikan bahwa jumlah anggaran sekolah di
luar anggaran pemerintah jauh lebih besar.
Jadi hasil implementasi MBS di MTs. NU Ungaran adalah sekolah
mempunyai kepala sekolah dan guru yang berkompetensi tinggi. Partisipasi
masyarakatnya juga tinggi, pendapatan daerah dan orang tua tinggi, serta
anggaran sekolah yang berasal dari luar anggaran pemerintah jumlahnya lebih
besar. Sehingga layak untuk dikategorikan ke dalam sekolah dengan kemampuan
manajemen yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi dalam bab-bab sebelumnya, dapat ditarik
beberapa kesimpulan dari penelitian ini, ialah:
1. Implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) di MTs. NU Ungaran
mempunyai 9 indikator pencapaian yang harus terpenuhi untuk mengukur
tingkat keberhasilan implementasi MBS. Dari kesembilan indikator tersebut
semua terbukti bahwa MTs. NU Ungaran telah mengimplentasikan MBS
dengan baik.
2. Kendala yang dihadapi dalam implentasi MBS di MTs. NU Ungaran adalah
tingkat partisipasi masyarakat yang kurang. Namun dari segi pembiayaan
partisipasi masyarakat cukup tinggi. Pemahaman masyarakat mengenai
slogan sekolah gratis masih menjadi stigma negatif bagi sekolah. Usaha yang
dilakukan MTs. NU Ungaran dalam mengatasi kendala tersebut adalah
mengadakan pertemuan dengan masyarakat serta memberikan sosialisasi
mengenai penerapan MBS di madrasah. Slogan gratis harus disikapi secara
bijaksana dan pemerintah hendaknya menghapus slogan tersebut.
3. Hasil implementasi MBS di MTs. NU Ungaran meliputi 5 hal, yaitu (1)
adanya kewenangan bagi sekolah untuk menentukan kebijakan sesuai
kebutuhan sekolah, (2) meningkatnya prestasi akademik dan non akademik,
(3) sarana dan prasarana semakin canggih, serta adanya fasilitas kelas
bilingual bagi siswa berprestasi, (4) tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
sekolah semakin meningkat, dan (5) adanya transparansi dalam menentukan
program dan pelaporan. Sedangkan dalam rangka mengimplementasikan
MBS, perlu dilakukan pengelompokan sekolah, dan implementasi MBS di
MTs. NU Ungaran adalah MTs. NU Ungaran layak untuk dikategorikan ke
dalam sekolah dengan kemampuan manajemen yang baik.
B. Implikasi
Berangkat dari kesimpulan penelitian sebagaimana dijelaskan di atas,
maka dapat dirumuskan implikasi sebagai berikut :
Sumber daya pendidikan serta sumber daya manusia yang unggul dan
kompetitif di bidangnya berimplikasi pada meningkatnya kepercayaan masyarakat
terhadap MTs. NU Ungaran. Prestasi akademik dan non akademik yang telah
dicapai menunjukkan implementasi MBS yang telah berjalan dengan baik.
Implikasinya adalah terhadap target capaian yang ada dalam RKM setiap
tahunnya menjadi tantangan tersendiri dalam penyusunannya.
Dengan adanya kelas bilingual, madarasah dianggap sejajar kedudukannya
dengan sekolah negeri yang telah lebih dulu mempunyai kelas-kelas unggulan.
Kuantitas lulusan 100 % dari tahun ke tahun dapat menjadi tolak ukur
kinerja sekolah. Implikasinya terhadap perbaikan kualitas pembelajaran di
sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
C. Saran
Berdasarkan temuan di lapangan dan kesimpulan penelitian, maka saran
yang dapat diajukan adalah:
1. Sekolah (Kepala Sekolah) dan teamwork senantiasa berusaha menjalin kerja
sama dan partisipasi pihak-pihak swasta dalam upaya pengembangan sekolah
kaitannya dengan MBS yang sedang berjalan.
2. Sekolah harus melakukan sosialisasi kepada guru, staf, dan masyarakat
tentang MBS sehingga diperoleh kesamaan persepsi.
3. Hasil yang telah dicapai melalui implementasi MBS senantiasa
dipertahankan, bahkan jika perlu lebih ditingkatkan lagi.
4. Peneliti lain diharapkan dapat menindak lanjuti hasil penelitian ini sehingga
dapat dikembangkan di masa-masa yang akan datang.
5. Penelitian ini menemukan tersedianya alat-alat pembelajaran IPA, Kesenian,
Ketrampilan namun belum memiliki ruang tersendiri. Oleh karena itu perlu
dibangun ruang untuk penyimpanan alat-alat tersebut, dilengkapi dengan
ruang lainnya, yaitu; (1) Ruang lab bahasa, (2) Ruang Aula, (3) Rumah dinas,
(4) Kantin.