perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penerapan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT PADA SISWA KELAS
XII IPA 3 SMA NEGERI 4 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh:
AGUS SRI MURDIYANTO
K4606016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT PADA SISWA KELAS
XII IPA 3 SMA NEGERI 4 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
AGUS SRI MURDIYANTO
K4606016
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I
Drs. H. Agus Margono, M.Kes
NIP. 19580822 198403 1 002
Pembimbing II
Drs. Budhi Satyawan M.Pd
NIP. 19650909 199403 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 27 Desember 2010
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. H. Mulyono, M.M.
Sekretaris : Waluyo, S.Pd, M.Or
Anggota I : Drs. H. Agus Margono, M.Kes
Anggota II : Drs. Budhi Satyawan, M.Pd
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Agus Sri Murdiyanto. PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT PADA SISWA
KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010
/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Desember 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui efektifitas penerapan pendekatan
bermain untuk meningkatkan hasil belajar lompat jangkit pada siswa kelas XII IPA 3
SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Intack
Group dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta
tahun pelajaran 2010 /2011 yang berjumlah 36 siswa. Data hasil belajar lompat
jangkit diperoleh melalui tes unjuk kerja, lembar observasi digunakan untuk
mengumpulkan data kegiatan siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran teknik
dasar lompat jangkit melalui penerapan pendekatan bermain.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: bahwa hasil kemampuan
siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit meningkat dari 22 % pada
kondisi awal menjadi 61 % pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 94 % pada
akhir siklus II. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penerapan
pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar lompat jangkit pada siswa kelas
XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling berguna bagi orang lain.
( HR. Al Qodla’iy )
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain.
(QS. Insyirah: 6-7)
Yakinlah apapun yang terjadi padamu adalah jalan terbaik yang
dipilihkan Allah untukmu. Hidup tidak untuk mengeluh, tapi hidup harus
dijalani dan disyukuri.
(Kristina O)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Bapak, Ibu Tercinta dan sekeluarga
Yang selalu mendukungku.
Teman kos dan Sahabat terkasih yang
Selalu membantuku dalam
menyelesaikan sekripsi ini.
Rekan-rekan angkatan ‘06
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan dengan kesungguhan hati kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan berkat dan karunia-Nya yang setiap waktu
penulis terima dan rasakan, sehingga penyelesaian skripsi ini dapat tepat waktu.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mangalami hambatan, tetapi berkat bantuan
dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. H. Agus Margono, M. Kes sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi.
5. Drs. Budhi Satyawan, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi.
6. Kepala Sekolah dan Guru Penjas SMA Negeri 4 Surakarta yang telah memberikan
ijin penelitian.
7. Siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta yang telah bersedia menjadi sampel
penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan yang
Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat
bermanfaat.
Surakarta, September 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................. i
PENGAJUAN ................................................................................................... ii
PERSETUJUAN ............................................................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
MOTTO ............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
F. Manfaat Hasil Penelitian ................................................................. 5
BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7
1. Kurikulum ................................................................................ 7
2. KTSP ........................................................................................ 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
3. Kurikulum Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA
.................................................................................................. 12
4. Lompat Jangkit ......................................................................... 14
5. Pembelajaran ............................................................................ 23
6. Pendekatan Pembelajaran ........................................................ 27
7. Pendekatan Pembelajaran Bermain .......................................... 34
B. Kerangka berfikir ............................................................................ 38
C. Perumusan Hipotesis ....................................................................... 39
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 40
A. Setting Penelitian ............................................................................ 40
1. TempatPenelitian ....................................................................... 40
2. Waktu Penelitian ....................................................................... 40
3. Siklus Penelitian ........................................................................ 40
B. Persiapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ................................... 41
C. Subjek Penelitian ............................................................................. 41
D. Sumber Data .................................................................................... 41
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ............................................... 41
F. Analisis data .................................................................................... 42
G. Prosedur Penelitian........................................................................... 42
1. Rancangan Siklus........................................................................ 43
a. Tahap Perencanaan.............................................................. 43
b. Tahap Pelaksanaan............................................................... 43
c. Pengamatan Tindakan.......................................................... 44
d. Tahap Evaluasi (Refleksi).................................................... 44
2. Rancangan Siklus II................................................................... 44
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN................................... 45
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Sikklus)........................................…… 45
B. Siklus I................................................................................................ 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
C. Siklus II............................................................................................... 58
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 70
A. Simpulan.................................................................................................... 70
B. Saran.......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 72
LAMPIRAN......................................................................................................... 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Ilustrasi awalan lompat jangkit ........................................................ 17
Gambar 2.Ilustrasi jingkat lompat jangkit......................................................... 19
Gambar 3. Ilustarasi langkah lompat jangkit...................................................... 20
Gambar 4. Ilustrasi lompat dalam lompat jangkit.............................................. 21
Gambar 5. Ilustrasi mendarat lompat jangkit..................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan………............................ 40
Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ................................................. 42
Tabel 3. Deskripsi Kondisi Awal ...................................................................... 45
Tabel 4. Deskripsi Hasil Tes Belajar Pada Siklus I .......................................... 57
Tabel 5. Deskripsi Hasil Tes Belajar Pada Siklus II ......................................... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP Siklus 1 pada pertemuan 1 ................................................... 76
Lampiran 2. RPP Siklus 1 pada pertemuan 2 ................................................... 82
Lampiran 3. RPP Siklus 1 pada pertemuan 3 ................................................... 90
Lampiran 4. RPP Siklus 2 pada pertemuan 1 ................................................... 95
Lampiran 5. RPP Siklus 2 pada pertemuan 2 ................................................... 102
Lampiran 6. RPP Siklus 2 pada pertemuan 3 ................................................... 109
Lampiran 7. Tabel. Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian
gerakan lompat jangkit pada kondisi awal
(pra siklus)....................................................................................... 114
Lampiran 8. Tabel. Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian
gerakan lompat jangkit pada siklus I.............................................. 116
Lampiran 9. Tabel. Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian
gerakan lompat jangkit pada siklus II............................................. 118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui
aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
mengembangkan kemampuan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan
aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai melalui
pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh.
Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi
juga aspek mental, emosional, sosial dan sepiritual.
Pendidikan jasmani dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki
peranan sangat penting yaitu, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,
olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik
dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat
dan bugar sepanjang hayat.
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani didalamnya diajarkan
beberapa cabang olahraga yang terangkum kurikulum pendidikan jasmani. Salah
satu cabang olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani yaitu atletik.
Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang diajarkan dari sekolah
tingkat paling rendah (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) bahkan Peguruan Tinggi (PT). Seperti dikemukakan
Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (1999/2000: 1) bahwa, “atletik
merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani kepada siswa dari
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA)”.
Berdasarkan jenisnya materi pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi
dua yaitu, materi pokok dan materi pilihan. Materi pokok merupakan materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
wajib diberikan siswa. Cabang olahraga yang tercakup dalam materi pokok antara
lain: atletik, senam, dan permainan. Sedangkan meteri pilihan sesuai dengan
kemampuan dan situasi serta kondisi sekolah masing-masing.
Atletik adalah salah satu materi pokok yang diajarkan dalam pendidikan
jasmani. Maksud dan tujuan diajarkan cabang olahraga atletik yaitu, untuk
membantu perkembangan dan pertumbuhan siswa serta mengenalkan nomor-
nomor atetik. Nomor-nomor atletik yang diajarkan meliputi jalan, lari, lompat,
lempar. Dari tiap-tiap nomor tersebut didalamnya terdapat beberapa nomor yang
dilombakan atau dipertandingkan. Untuk nomor lari terdiri dari: lari jarak pendek,
jarak menengah jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari
lintas alam. Nomor lompat meliputi lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit,
lompat tinggi galah, nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing, tolak
peluru dan lontar martil.
Lompat jangkit salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik
yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). Lompat Jangkit merupakan suatu rangkaian lompatan yang
terdiri dari awalan lari, kemudian jingkat (hop), melangkah (step), dan lompat
(jump) dan mendarat yang dilakukan secara berurutan dan terpadu untuk
mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya.
Upaya membelajarkan lompat jangkit pada siswa sekolah perlu
diterapkan cara mengajar yang baik dan tepat. Hal ini karena, para siswa pada
umumnya belum menguasai teknik lompat jangkit, bahkan para siswa kurang
senang dengan pembelajaran atletik. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
pembelajaran lompat jangkit hendaknya bisa diajarkan secara bervariasi dalam
bentuk aktivitas yang menyenangkan. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa
terhadap pelajaran atletik harus diterapkan melalui bentuk-bentuk pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Seorang guru
harus mampu menerapakan pendekatan pembelajaran yang baik dan tepat.
Dengan pendekatan pembelajaran yang tepat, siswa akan mudah menerima materi
pelajaran dan hasilnya juga akan optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pendekatan bermain merupakan salah satu cara belajar yang dalam
pelaksanaannya dilakukan melalui bentuk permainan. Dalam pendekatan bermain
siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan kemampuannya terhadap tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan cara bermain diharapkan siswa dapat
memliki kreativitas dan inisiatif untuk memecahkan masalah yang muncul selama
proses pembelajaran berlangsung. Melalui bermain dikembangkan juga unsur
kompetitif, sehingga siswa saling berlomba menunjukkan kemampuannya.
Model pendekatan bermain, dimaksudkan untuk mengembangkan aspek-
aspek kemampuan motorik melalui aktivitas bermain yang variatif, berjenjang
tingkat kesulitannya. Permainan atletik merupakan kombinasi antara kegembiraan
gerak dan tantangan tugas gerak yang dekat dengan pengalaman nyata. Dengan
demikian guru dapat memanfaatkan pendekatan bermain ini untuk memotivasi
siswa melakukan lompat jangkit dengan memberikan materi yang merangsang
untuk bermain, yaitu menggunakan pemanasan dengan permainan agar siswa
senang dalam mengikuti pembelajaran lebih lanjut.
Berdasarkan uraian pendekatan pembelajaran bermain yang telah
diungkapkan di atas menggambarkan bahwa, pendekatan bermain merupakan
salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pencapaian hasil belajar lompat jangkit. Namun pencapaian hasil belajar tidak
hanya dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran saja, masih ada faktor lain
seperti kemampuan kondisi fisik siswa, motivasi, sarana dan prasarana dan lain-
lain.
Upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pencapaian hasil belajar
lompat jangkit tersebut, maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam baik secara
teoritik maupun praktik melalui Penelitian Tindakan Kelas. Sebagai sampel yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4
Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.
Berdasarkan Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang dilakukan,
pembelajaran pendidikan jasmani yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 4
Surakarta masih terdapat banyak kendala yang dihadapi, misalnya siswa kurang
senang dengan pelajaran atletik, siswa tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pelajaran dan fasilitas yang dimiliki sekolah terbatas. Hal tersebut juga diperkuat
dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Dari hasil tes lompat jangkit
yang telah dilakukan hasil belajar siswa sangat rendah.
Selain observasi yang telah dilakukan hal ini juga terlihat dari
pengalaman peneliti saat PPL, dalam pembelajaran atletik masih ada beberapa
meteri atletik yang belum di ajarkan, misalnya materi lompat jangkit. Padahal
dalam silabus dicantumkan bahwa kelas XII semester I terdapat materi lompat
jangkit. Tetapi dalam kenyataannya pada saat peneliti memberikan materi lompat
jangkit siswa tidak mengetahuinya. Hal ini disebabkan karena guru penjas orkes
belum pernah memberikan materi lompat jangkit.
Berdasarkan permasalahan di atas dirasa perlu diadakan penelitian agar
ditemukan solusi yang tepat guna menyelesaikan permasalahan pembelajaran
dalam pendidikan jasmani, maka dikemukakanlah judul penelitian “Penerapan
Pendekatan Bermain Untuk meningkatkan Hasil Belajar Lompat Jangkit Pada
Siswa Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Banyak kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Lompat Jangkit di SMA
Negeri 4 Surakarta.
2. Siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta belum menguasai teknik
dasar lompat jangkit dengan benar.
3. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMA Negeri 4 Surakarta
belum menunjukkan hasil yang optimal, sehingga perlu pendekatan
pembelajaran yang baik dan tepat.
4. Belum diketahui efektifitas pendekatan pembelajaran bermain terhadap hasil
belajar lompat jangkit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian maka perlu dibatasi
agar tidak mennyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam
penelitian sebagai berikut:
1. Pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta Penguasaan teknik
dasar lompat jangkit dengan benar.
2. Efektifitas pendekatan bermain tehadap hasil belajar lompat jangkit.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah
dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut:
Apakah Penerapan Pendekatan Bermain Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Lompat Jangkit Siswa Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta Tahun
Pelajaran 2010 / 2011?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan diatas, tujuan
penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah model pendekatan bermain dapat meningkatkan
hasil belajar lompat jangkit siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta
Tahun Pelajaran 2010/2011?
F. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai, diharapkan mempunyai manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan lompat jangkit serta
mendukung pencapaian prestasi lompat jangkit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Bagi guru pendidikan jasmani, dapat dijadikan pedoman untuk menentukan
dan memilih pendekatan pembelajaran lebih baik dan efektif untuk
meningkatkan hasil belajar lompat jangkit untuk siswanya.
3. Bagi Lembaga Pendidikan ( Instansi ), sebagai bahan masukan, saran, dan
informasi terhadap sekolah, instansi, lembaga pendidikan untuk
mengembangkan strategi belajar mengajar yang tepat dalam rangka
meningkatkan kualitas proses dan kuantitas hasil belajar siswa maupun
lulusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kurikulum
Kurikulum berasal dari kata latin “curricula” yang semula berarti suatu
jalan untuk mencapai tujuan pengajaran. Kemudian istilah tersebut berkembang
menjadi sejumlah mata pelajaran (silabus) yang diberikan di suatu lembaga
pendidikan untuk memperoleh sertifikat atau ijasah tertentu.
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (19) Kurikulum
memiliki pengertian “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (Masnur
Muslich, 2007 : 01)
Selain itu penjelasan mengenai kurikulum dari beberapa ahli yang
dikutip dalam Achasius Kaber (1988:3), diantaranya:
Harnack (1968) : Kurikulum meliputi semua pengalaman belajar dan
mengajar yang terpimpin dan diarahkan oleh sekolah.
James Popham dan Eva Baker ( 1970) : Kurikulum sebagai hasil
belajar yang direncanakan, dimana tanggung jawab dipegang oleh sekolah.
Ronald C. Doll (1978) : Kurikulum adalah bahan dan proses baik yang
bersifat formal maupun informal yang mana anak memperoleh pengetahuan
dan pengertian, mengembangankan ketrampilan, merubah sikap-sikap,
apresiasi dan nilai-nilai dibawah tanggung jawab sekolah.
Doll memberi gambaran yang lebih lengkap mengenai kurikulum
meliputi bahan, proses, dan hasil serta mementingkan unsure formal maupun
informal (kurikulum yang tersembunyi).
Hass (1980) : semua pengalaman individu anak dari suatu program
pendidikan yang tujuannya mencapai tujuan umum maupun tujuan yang
spesifik yang direncanakan dalam kerangka teori, riset atau praktek
professional masa lalu dan sekarang.
Dalam perumusan ini Hass mementingkan kurikulum yang berpusat
pada anak, menegaskan pentingnya tujuan yang spesifik disamping tujuan
umum, serta peranan riset, teori dan pengalaman praktek di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Saylor, Alexander dan Lewis (1981) : merumuskan kurikulum sebagai
suatu rencana yang memberikan serangkaian kesempatan belajar bagi anak.
Olivia (1982) : kurikulum adalah suatu rencana atau program untuk
semua pengalaman yang dihadapi anak dibawah pengarahan sekolah.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa kurikulum adalah semua kegiatan yang diberikan kepada siswa atau
“semua pengalaman anak yang menjadi tanggung jawab sekolah”.
Untuk menentukan apa yang akan diajarkan kepada anak-anak di kelas
tertentu diperlukan kurikulum. Kurikulum yang sebenarnya adalah usaha yang
nyata yang dilakukan oleh guru terutama di dalam kelas untuk mempengaruhi
anak ke arah terwujudnya tujuan pendidikan. Kurikulum yang sesungguhnya
adalah interaksi antara siswa dan guru serta lingkungannya di bawah bimbingan
guru.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di susun dalam rangka
memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Masnur muslich :2007:01).
Pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses
penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran,
sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sehingga hasil
interaksi dengan lingkungan. Implementasi KTSP juga dapat diartikan sebagai
aktualisasi kurikulum operasional dalam bentuk pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran dan
penilian adalah operasional konsep KTSP yang masih bersifat potensial (tertulis)
menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Dengan demikian
pembelajaran berbasis KTSP adalah hasil terjemahan guru terhadap KTSP.
E. Mulyasa (2007:246) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis KTSP
sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1) Karakteristik KTSP, yang mencakup ruang lingkup KTSP dan
kejelasannya bagi pengguna dilapangan.
2) Strategi Pembelajaran, yaitu strategi yang digunakan dalam
pembelajaran, seperti diskusi, pengamatan dan tanya jawab, serta
kegiatan lain yang dapat mendorong pembentukan kompetensi peserta
didik.
3) Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan,
ketrampilan, nilai, dan sikap guru terhadap KTSP, serta kemampunnya
untuk merealisasikan kurikulum (curriculum planning) dalam
pembelajaran.
E. Mulyasa (2007:247) berpendapat bahwa Pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan sedikitnya harus memperhatikan tujuh prinsip sebagai
berikut :
1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi
dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama
dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang efektif, aktif,
kreatif, dan menyenangkan.
3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau percepatan
sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik
dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta
didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindivuduan, kesosialan, dan moral.
4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan
hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing
nagarsa sung tuladan.
5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi
dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial,
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan
muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7) kurikulum yang menyangkut seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan
memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
Ketujuh prinsip diatas harus diperhatikan oleh para pelaksana kurikulum
(guru), dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, baik menyangkut
perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah
mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi.
Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan
Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23
Tahun 2006, dan berpedoman pada panduan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan / sekolah yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan
(SKL), dan standar isi. SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.. Departemen pendidikan
Nasional mengharapkan paling lambat tahun 2009/2010, semua sekolah telah
melaksanakan KTSP.
Terkait dengan penyusunan KTSP, Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) telah membuat panduan penyusunan KTSP. Panduan ini diharapkan
menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTS/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan
kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang
bersangkutan.
Penyusunan KTSP yang dipercayakan pada setiap tingkat satuan
pendidikan hampir senada dengan prinsip implementasi KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi) yang disebut Pengelolaa Kurikulum Berbasis Sekolah
(KBS). Prinsip ini diimplementasikan untuk memberdayakan daerah dan sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengelola serta menilai pembelajaran
sesuai dengan kondisi aspirasi mereka. Prinsip pengelolaan KBS mengacu pada “
kesatuan dalam kebijaksanaan dan keberagaman dalam pelaksanaan”. Yang
dimaksud dengan “kesatuan dalam kebijaksanaan” ditandai dengan sekolah-
sekolah menggunakan perangkat dokumen KBK yang sama dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan “ keberagaman dalam pelaksanaan
“ ditandai dengan keberagaman silabus yang akan dikembangkan oleh sekolah
masing-masing sesuai dengan karakteristik sekolahnya.
Dengan adanya pengelolaan KBS, banyak pihak / instansi yang akan
berperan dan bertanggung jawab dalam melaksanakannya, yaitu sekolah, kepala
sekolah, guru dinas pendidikan kabupaten atau kota, dinas pendidikan provinsi
dan depdiknas. Pada KTSP, kewenangan tingkat satuan pendidikan (sekolah)
untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum lebih diperbesar.
Kurikulum yang semula dipandang sejumlah mata pelajaran kemudian
beralih makna menjadi semua kegiatan dan semua pengalaman belajar yang
diberikan kepada siswa dibawah tanggung jawab sekolah untuk tujuan
pendidikan. Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu
didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaanya
yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, atau daerah.
Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk
merancang dan dan menentukan materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian
hasil pembelajaran. Untuk itu, banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah
karena sebagian besar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar
Nasional Pendidikan dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus
menyususun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )atau silabusnya
dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi dan Standar
Kompentensi Lulusan yang diterapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dijelaskan :
1) Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang
sederajat menekan kan pentingnya kemampuan dan kegemaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
membaca dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan
berkomunikasi ( Pasal 6 Ayat 6 ).
2) Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat sayuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan
di bawah supervise Sinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta
Departemen yang menangani urusan pemerintah di bidang agama untuk
MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2 ).
3) Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar, (Pasal 20).
Berdasarkan ketentuan diatas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak
yang seluas-luasnya untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi-
variasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan
kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Untuk keperluan diatas, perlu adanya
panduan pengembangan silabus untuk setiap mata pelajaran, agar daerah atau
sekolah tidak mengalami kesulitan.
3. Kurikulum Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA
Sruktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X sampai
dengan kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi
lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.
Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA/MA dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh
peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri
atas empat program: (1) Program Ilmu Pengetahuan Alam, (2) Program Ilmu
Pengetahuan Sosial, (3) Program Bahasa, (4) Program Keagamaan, Khusus untuk
MA (E. Mulyasa, 2007:54).
Kurikulum pendidikan jasmani tersusun dari pemgalaman-pengalaman
yang dengan sadar dipilih dan diorganisasi untuk tujuan mengembangkan pribadi
anak dengan pemahaman-pemahaman perasaan terhadap nilai-nilai, ketrampilan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
ketrampilan atau kemampuan-kemampuan baru, fungsinya adalah untuk
merangsang pengalamanya agar dapat menghasilkan pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, sosial, dan kejiwaan yang diinginkan.
Ciri-ciri utama dari suatu program pendidikan jasmani yang baik sama
dengan setiap program pendidikan yang lain, karena pendidikan ekonomi,
pendidikan sains, pendidikan bahasa dan sebagainya misalnya menarik prinsip
dasarnya dari sumber-sumber yang sama seperti yang dilakukan oleh pendidikan
jasmani. Prinsip-prinsip ini berasal dari suatu analisis mengenai sifat dan
kebutuhan masyarakat, sifat individu, sifat proses belajar, dan prinsip-prinsip ini
berasal dari suatu analisis mengenai sifat dan dan kebutuhan masyarakat, sifat
individu, sifat proses belajar, dan prinsip-prinsip dasar dari pengembangan,
organisasi dan administrasi kurikulum. Pendidikan jasmani merupakan integral
dari proses pendidikan dan menarik prinsip-prinsipnya dari sumber-sumber yang
sama seperti yang dilakukan oleh bidang-bidang pendidikan lainnya.
Program pendidikan jasmani pada sekolah lanjutan meliputi hal-hal
sebagai berikut (Samsudin, 2008:8):
a. Mencintai olahraga tim atau beregu.
b. Kegembiraan dan minat dalam kepelatihan olahraga.
c. Pengelompokan ke dalam bagian-bagian tentang pokok bahasan (subject
matter)
d. Kelompok siswa yang berminat untuk bekerja atau beraktivitas.
e. Kepuasan yang diperoleh dalam melihat siswa mentransfer keterampilan
dari kelas pendidikan jasmani kegiatan di dalam sekolah (intramural) dan
rekreasi setelah sekolah.
f. Tantangan yang membimbing siswa untuk melewati periode yang
canggung, transisional dari ketidaktenangan dan ketidaktentuan pada
masa sekolah lanjutan pertama.
g. Inspirasi yang diperoleh dari bekerja dengan staf dan kolega profesional
yang lain.
h. Mencintai makin banyak permainan dan aktivitas dengan organisasi
tinggi (Bucher, 1979:350).
Garis-garis pedoman program pendidikan jasmani di sekolah lanjutan
menggambarkan bahwa banyak garis pedoman yang diajukan di sekolah dasar
juga tepat untuk sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Kesimpulannya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
bahwa program untuk sekolah lanjutan yang lebih tepat disesuaikan dengan
format sebagai berikut (Samsudin, 2008:9):
a. Program pembelajaran harus memenuhi perbedaan kebutuhan semua
siswa dan disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan tiap siswa.
b. Pogram harus diseimbangkan antara olahraga tim dan perseorangan,
olahraga air, senam, aktivitas uji diri, dansa, dan aktivitas berirama.
c. Kemajuan harus berangkai yang berkaitan dengan keterampilan dan pola
gerak tertentu.
d. Kesempatan belajar efektif (pilihan) harus diberikan.
e. Pengetahuan tentang tubuh manusia dan prinsip-prinsip gerak manusia
sangat penting.
f. Aktivitas kreativitas, pengarahan diri (seft-direction), aktivitas yang berat
dan kuat, disamping prinsip-prinsip pengaman harus didorong.
g. Kebugaran jasmani dan keterampilan yang dapat dilakukan dalam
kegiatan intramural, antar sekolah (interscholastic), dan program rekreasi
yang komprehensif untuk semua siswa harus ditekankan.
h. Pengembangan hubungan manusia dan pendorongan siswa yang
memiliki kesulitan yang disebabkan program-program fisik, sosial, dan
emosi sangat penting untuk dijadikan program utama (Bucher,
1979:350).
4. Lompat Jangkit
a. Pengertian Lompat Jangkit
Lompat Jangkit disebut juga dengan lompat jingkat atau lompat tiga
(triple jump). Istilah lompat tiga, bukan berarti gerakannya hanya terdiri tiga
gerakan melompat saja yang dilakukan secara berturut-turut. Akan tetapi gerakan
sebenarnya terdiri atas berjingkat (hop), melangkah (step), dan melompat (jump).
Itulah sebabnya lompat jangkit atau lompat tiga disebut pula “hop-step-jump”.
Dalam hal ini, Aip Syarifuddin (1992: 128) menyatakan “lompat jangkit adalah
suatu bentuk gerakan lompat yang merupakan rangkaian urutan gerak yang
dilakukan dengan berjingkat, melangkah dan melompat dalam usaha mencapai
jarak sejauh-jauhnya”. Sedangkan menurut Mochamad Djumidar A. Widya (2004:
79) berpendapat, “lompat jangkit adalah rangkaian suatu gerakan lari, lompat
dengan suatu gerakan yang cepat dari lompatan-lompatan atau tumpuan yang
telah ditentukan yaitu dua kali jingkat yang sama dan satu kali kaki dengan
gerakan yang tidak terputus”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dengan demikian, berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas
menunjukkan bahwa lompat jangkit adalah suatu rangkaian lompat yang terdiri
awalan lari, kemudian jingkat (hop), langkah (step), dan lompat (jump) dan
mendarat yang dilakukan secara berurutan dan terpadu untuk mencapai jarak
lompatan yang sejauh-jauhnya.
Untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya, seorang atlit harus
mampu mengimbangi usahanya pada ketiga gerakan tersebut. Lompat jangkit
memiliki tuntutan yang besar pada kemampuan memantul yaitu kemampuan
untuk melompat, mendarat dan melompat lagi. Sehingga seorang atlit lompat
jangkit harus memiliki kekuatan otot, kelincahan melompat dan daya tahan dan
daya lenting yang tinggi.
b. Teknik Lompat Jangkit
Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam
melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu
proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga, atau dengan kata
lain teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang
memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau perlombaan.
Teknik lompat jangkit merupakan faktor yang sangat penting dan harus
dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jangkit terdiri dari beberapa
bagian yang dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan harmonis.
Menurut Gerry A. Carr. (2000: 161) bahwa ”Dalam lompat jangkit sangat dituntut
pada kemampuan memantul (yaitu, kemampuan untuk melompat, mendarat, dan
melompat lagi”. Sedangkan menurut Aip Syarifuddin (1992: 128) bahwa ”Lompat
jangkit dapat dibagi ke dalam berjingkat (hop), melangkah (step), melompat
(jump)”. Selain itu juga Eddy Purnomo. (2007: 94) menyatakan ”Faktor-faktor
yang sangat menentukan untuk mencapai prestasi lompat jangkit adalah awalan,
gerakan jingkat (hop), gerakan langkah (step), gerakan lompat (jump), dan
mendarat”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik lompat
jangkit terdiri lima tahapan yaitu awalan, jingkat (hop), langkah (step), melompat
(jump), dan mendarat. Kelima tahapan tersebut harus dikuasai dan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dilakukan dengan harmonis dan tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi
yang optimal.
Menurut Dr. Dikdik Zafar Sidik. M.Pd. (2010: 71) menyatakan bahwa
lompat jangkit terbagi dalam beberapa fase:
1) Dalam fase awalan, pelompat melakukan lari percepatan sampai ke
kecepatan yang terkontrol.
2) Dalam fese jingkat, pelompat melakukan gerakan cepat dan datar,
menjangkau 35% jarak keseluruhan.
3) Dalam fase langkah, pelompat menjangkau kira-kira 30% jarak
keseluruhan. Langkah ini adalah bagian yang paling kritis dalam lompat
jangkit. Lama waktunya harus sama dengan tahap jingkat.
4) Dalam fase lompat, pelompat bertolak dengan kaki berlawanan dan
menjangkau kira-kira 35% jarak keseluruhan.
Tujuan lompat jangkit yaitu melompat sejauh mungkin dengan tiga
lompatan yang sesuai dengan peraturan dalam lompat jangkit. Dalam lompat
jangkit, faktor kesulitan yang terjadi adalah mempertahankan kecepatan horizontal
yang tinggi untuk setiap lompatan. Untuk itu dalam lompat jangkit diperlukan
suatu teknik yang baik dan benar. Untuk lebih jelasnya teknik-teknik lompat
jangkit dapat diuraikan sebagai berikut:
Dadang Masnun (1999: 6.7-6.11) menyatakan bahwa teknik lompat
jangkit dikatakan efektif apabila memiliki ciri-ciri:
1) Awalan
a) Awalan bagian pertama
b) Awalan bagian kedua
2) Jingkat (lompatan pertama)
3) Langkah (lompatan kedua)
4) Lompatan (lompatan ketiga)
Sedangkan pelaksanaan dari teknik lompat jangkit adalah sebagai berikut:
1) Awalan
“Tujuan dari awalan adalah untuk menghasilkan kecepatan horizontal
setinggi mungkin dan mempersiapkan tolakan pertama pada papan tolak” (Dadang
Masnun, 1999: 6.8). sedangkan jarak awalan dari tiap atlet adalah berbeda-beda,
biasanya antara 32 meter sampai dengan 36 meter.
a) Awalan Bagian Pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Seorang atlet pelompat jangkit memiliki cara sendiri-sendiri untuk dapat
secepatnya mencapai kecepatan setingginya. Yang paling penting yaitu membuat
kecepatan selalu sama pada setiap langkah pertama dari awalan, sehingga akan
menghasilkan tolakan yang tepat pada papan.
b) Awalan Bagian Kedua
Untuk awalan pada bagian kedua ini sangat penting sekali khususnya
untuk take off (tolakan pertama). Perpindahan dan percepatan pada percepatan
irama perlangkah dan perpendekan langkah terjadi pada awalan bagian kedua ini,
maka dengan sendirinya irama langkah akan berubah. Tolakan pertama lebih
besar disbanding dengan tolakan pada lompat jauh. Untuk menghasilkan pola
gerak tersebut, tungkai saat menyentuh papan harus dengan gerakan yang cepat
dan bertenaga. Dengan demikian tempo kontak dengan papan dapat dipersingkat,
akibatnya kecepatan horisontal tidak berkembang.
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan awalan sebelum melakukan tolakan
sebagai berikut:
Gambar 1. Ilustrasi awalan lompat jangkit
(Eddy Purnomo, 2007: 94)
2) Jingkat (Lompatan Pertama)
Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan jingkat ada beberapa hal
yang dilakukan seorang pelompat. Dalam hal ini Dadang Masnunn (1999: 6.10)
menyatakan bahwa:
Yang harus dilakukan pada jingkat atau lompat pertama yaitu:
1) Berkurangnya kecepatan diusahakan sekecil mungkin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2) Lompat untuk mencapai hasil yang optimal dengan tetap mengontrol
saat mendarat dan mulai tahap langkah.
3) Mempersiapkan posisi mendarat dan tolakan pada tahap langkah.
4) Mempertahankan keseimbangan.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ada empat hal yang harus
diperhatikan pada jingkat atau lompat pertama yaitu berkurangnya kecepatan
diusahakan sekecil mungkin, tetap mengontrol saat mendarat dan mulai tahap
melangkah, mempersiapkan posisi mendarat dan tolakan pada tahap langkah serta
mempersiapkan keseimbangan. Kesalahan yang dilakukan pada saat jingkat atau
lompat pertama akan berakibat gerakan lompat keseluruhan tidak berhasil dengan
baik. Hal terpenting dan harus diperhatikan pada saat jingkat yaitu jangan
dilakukan terlalu tinggi, karena akan mengurangi kecepatan yang telah dicapai.
Seperti dikemukakan Tamsir Riyadi (1985: 107) bahwa, “saat berjingkat harus
rendah, karena dengan demikian kecepatan yang telah diperoleh pada saat
melakukan awalan dapat tetap dipertahankan, sehingga akan membantu kelanjutan
gerakan berikutnya”.
Pada gerakan jingkat (hop) terdiri dari tahap menolak, melayang dan
mendarat. Tolakan harus dilakukan dengan cepat dan mendorong tubuh kearah
depan. Kaki kanan mendarat di papan tolakan pada bagian yang rata. CG (pusat
berat) badan tidak direndahkan yang akan mengakibatkan lutut kaki tolak
membengkok lebih dalam saat meredam benturan.
Tungkai atas kaki ayun, diayunkan mendarat (horizontal). Lutut ditekuk
(fleksi) membentuk sudut lancip. Posisi fleksi lutut yang demikian akan
memperpendek jari-jari pendulum, sehingga memungkinkan diayun kedepan
dengan cepat. Apabila lutut kaki diayun hanya sedikit ditekuk (dalam posisi sudut
tunpul) maka jari-jari pendulum akan lebih panjang sehingga ayunannya lambat.
Sikap badan bagian atas tegak, gerakan lengan yang berlawanan berguna untuk
menjaga keseimbangan di saat tubuh melayang.
Saat melayang, pelompat melakukan gerakan pergantian posisi kaki (kaki
tolak digerakkan ke depan menjadi kaki mendarat), dan mempersipkan untuk
menolak pada tahap langkah (step). Tungkai atas kaki tolak di angkat setinggi
mungkin, dari posisi ini pendaratan diawali dengan memulai gerakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
membenturkan kaki ketanah dengan penuh tenaga kearah bawah dan belakang.
Mendarat pada bagian telapak kaki yang datar 1 atau 1 ½ kaki di depan CG tubuh.
Mendarat pada telapak kaki ini penting agar tekanan berat tubuh yang besar dapat
dibagi pada bidang yang relatife luas.
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan jingkat dalam tenik dasar lompat
jangkit sebagai berikut:
Gambar 2. Ilustrasi gerakan jingkat (hop) lompat jangkit
(Eddy Purnomo, 2007: 95)
3) Langkah (Lompat Kedua)
Tahap langkah (step) pada dasarnya sama dengan jingkat. Langkah
merupakan bagian terpendek dari ketiga lompatan dan dilaksanakan dalam kondisi
yang sulit, sebab tungkai yang sama harus meredam berat badan dan memberi
kecepatan kembali.
Saat meredam berat badan sangat singkat. Tolakan harus dilakukan
dengan daya ledak, makin baik gerakannya perenggangan ayunan dikoordinasikan
maka tolakannya akan lebih efektif. Tungkai ayun diayunkan lebih tinggi
mendarat dan tungkai tolak dilipat pada lutut sehingga membentuk sudut lancip.
Kepala dan badan tegak. Gerakan lengan sinkron dengan gerak tungkai yang
berlawanan dengan tujuan memelihara keseimbangan.
Mendarat pada bagian telapak kaki yang datar didepan proyeksi CG
tubuh pada bidang horisontal. Makin tinggi kecepatan horisontal yang dihasilkan
akan makin jauh ke depan lontaran horisontalnya berarti makin panjang jarak titik
tempat menolak dengan titik mendaratnya. Tubuh yang terlalu cepat melewati titik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pendaratan akibatnya tidak menerima tenaga ekstensi tungkai secara penuh. Jika
pendaratan dilaksanakan dengan sempurna maka efek benturannya akan kecil.
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan langkah dalam tenik dasar lompat
jangkit sebagai berikut:
Gambar 3. Ilustrasi gerakan langkah (step) lompat jangkit
(Eddy Purnomo, 2007: 96)
4) Lompatan (Lompatan Ketiga)
“Pada lompatan terakhir atlet harus konsentrasi pada hal-hal yaitu (1)
pertahankan sekecil mungkin meomentum horisontal yang hilang dengan
melakukan gerakan aktif menolak (take off), (2) mempersiapkan untuk pendaratan
(Dadang Masnun, 1999:6.11)”.
Pada tahap melompat tubuh mengalami kehilangan kecepatan yang
terbesar disebabkan tahap sebelumnya telah melaksanakan dua lompatan panjang.
Dalam melakukan lompatan segala bentuk gerakan, seperti pada lompat jauh
boleh dilakukan. Seperti dikemukakan Aip Syarifuddin 1992: 131) bahwa, “sikap
atau garakan pada saat melayang diudara sama seperti pada lompat jauh. Yaitu
tergantung dari teknik yang telah dikuasai oleh si pelompat apakah jongkok,
menggantung atau jalan di udara”.
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan lompat dalam tenik dasar lompat
jangkit sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Gambar 4. Ilustrasi gerakan lompat (jump) pada lompat jangkit
(Eddy Purnomo, 2007: 97)
5) Pendaratan
Sikap medarat pada lompat jangkit juga sama seperti pada lompat jauh,
baik untuk gaya jongkok, gaya menggantung maupun gaya berjalan diudara. Pada
waktu akan mendarat kedua kaki diangkat atau dibawa kedepan, kemudian
mendarat pada kedua kaki mengeper dengan cara membengkokan kedua lutut,
berat badan dibawah ke depan supaya jangan sampai jatuh ke belakang, kepala
ditundukkan, kedua tangan kedepan.
Gambar 4. Ilustrasi Pendaratan Lompat Jangkit
(Aip Syarifuddin, 1992:91)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
c. Kesalahan yang Sering Terjadi Pada Teknik Lompat Jangkit
Lompat jangkit merupakan salah satu nomor lompat yang memiliki
keunikan gerakan tersendiri dan lebih sulit jika dibandingkan dengan teknik
nomor lompat lainnya. Tingkat kesulitan pada lompat jangkit terletak pada jingkat
(hop), melangkah (step) dan melompat (jump). Seringkali pada gerakan ini
dilakukan dengan lompatan tiga kali secara berturut-turut. Menurut Dadang
Masnun (1999: 16-6.17) kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada teknik
lompat jangki yaitu :
1) Kesalahan pada jingkat :
a) Kaki tolak (take off) mendarat terlalu jauh didepan badan, sebab
melakukan jingkat terlalu tinggi.
b) Gerakan tungkai terlalu awal saat melayang, sebab tolakan terlalu
lamban dan sangat singkat.
c) Kaki tolak (mendarat terlalu jauh didepan CG tubuh), sebab
mendarat dengan pasif.
2) Kesalahan pada langkah :
a) Lompat terlalu datar, sebab otot-otot kurang kuat dan ayunan kaki
mengayun terlalu lemah.
3) Kesalahan Lompat :
a) Kurva lompatan terlalu datar, sebab koordinasi tungkai dan lengan
saat menolak jelek.
b) Menurunkan kaki terlalu cepat saat mendarat, sebab posisi tubuh
bagian atas menolak tidak tepat.
Dan menurut Garry A. Carr (2000: 172-173) kesalahan umum dalam
teknik pelaksanaan lompt jangkit sebagai berikut;
1. Atlet menggunakan langkah yang tersendat-sendat dalam run-up. Run-
up tidak teratur.
2. Pelompat terlalu memiringkan tubuh ke belakang saat takeoff.
3. Pantulan terlalu tinggi dan jauh. Pelompat “tenggelam” pada akhir
pantulan dan tidak memiliki daya gerak untuk melangkah dan
melompat.
4. Kaki yang melompat dibiarkan menggantung atau menarik saat
memantul.
5. Atlet melakukan lompat jangkit dengan kaki yang kaku.
6. Atlet mendarat pada ujung jari kaki pada akhir pantulan atau langkah
dan mengluhkan pendaratan yang menimbulkan rasa sakit.
7. Gerakan tangan atlet salah dan sembarangan dalam lompatan.
8. Langkah sangat pendek, dan tidak ada gerakan untuk menambah jarak.
9. Setelah memantul dan melangkah, lompatan menjadi lemah dan
pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Kesalahan-kesalahan seperti di atas harus dihindari, agar memperoleh
hasil lompatan sejauh-jauhnya. Kesalahan teknik merupakan sebuah kegagalan
sehingga prestasi tidak diciptakan. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, maka
bagian-bagian teknik lompat jangkit dari awalan, gerakan jingkat (hop), langkah
(step) dan melompat (jump) harus dirangkaikan secara selaras dan harmonis
dengan mengembangkan faktor-faktor yang mendukungnya.
5. Pembelajaran
a. Konsep Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku
dimanapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru
mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga
mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kongnitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek
psikomotor) seseorang peserta didik.
Peran guru bukan semata memberikan informasi melainkan juga
mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the
learning) agar proses belajar lebih memadai dan mudah diterima oleh siswa.
Pembelajaran mengandung arti bahwa setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Proses
pembelajaran merupakan seperangkat prinsip-prinsip yang dapat digunakan
sebagai pedoman untuk menyusun berbagai kondisi yang dibutuhkan dalam
mencapai tujuan pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Hakikat Pembelajaran
Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan
pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Pergaulan yang sifatnya mendidik itu terjadi melalui interaksi
aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan
belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada perubahan
perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi
saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun disini
guru lebih berperan sebagai pengelola.
Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Menurut
Purwadarminta 1976 yang dikutip H.J.Gino Suwarni, Suripto, Maryanto dan
Sutijan (1998: 30) bahwa “pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar
atau mengajarkan”. Hal ini juga dikemukakan Wina Sanjaya (2006: 74) bahwa
”mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari guru kepada
siswa”.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula adanya saling hubungan
antar komponen yang satu dengan yang lainnya. Interaksi dalam pembelajaran
adalah kegiatan timbal balik dan saling mempengaruhi antara guru dengan peserta
didik.
Pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan
meningkatkan proses belajar, maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan
jenis belajar dan hasil belajar tersebut. Kegiatan belajar merupakan masalah yang
sangat kompleks dan melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek
kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis. Pada tahap baru mengenal substansi
yang dipelajari, baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, maupun
psikomotor bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi sesuatu yang pada
mulanya. Namun setelah guru berusaha untuk memusatkannya dan menangkap
perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran, maka sesuatu yang asing itu menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
berangsur-angsur berkurang. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan
semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar
terjadi proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.
Dengan demikian proses belajar bisa terjadi di kelas, lingkungan sekolah,
dan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam bentuk interaksi sosial kultural
melalui media masa. Dalam konteks pendidikan non formal justru sebaliknya
proses pembelajaran sebagian besar terjadi dalam lingkungan masyarakat,
termasuk dunia kerja, media massa dan lain sebagainya. Hanya sebagian kecil saja
pembelajaran terjadi di kelas dan lingkungan.
Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan yang jelas. Ini
berarti, proses mengajar itu tidak begitu bermakna jika tujuannya tidak jelas. Jika
tujuan tidak jelas maka isi pengajaran berikut metode mengajar juga tidak
mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru harus menyadari benar-benar
keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar, metode, dan bahkan cara mengukur
perubahan atau kemajuan yang dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam proses belajar mengajar, maka seorang guru harus mampu
menerapkan cara mengajar yang cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki
pengetauhan dan ketrampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan
suatu pengertian, kecakapan, ketangkasan, kegitan mengajar meliputi
pengetahuan, menularkan sikap kecakapan atau ketrampilan yang diatur sesuai
dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ini sesuai dengan yang
dikemukakan Nana Sudjana (2009: 57-58) yaitu:
Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan
guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha
meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan kedalam empat
kemampuan yakni: 1) Merencanakan programbelajar mengajar, 2)
Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar, 3)
Menilai kemajuan proses belajar mengajar, 4) menguasai bahan pelajaran
dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang
dipegangnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas merencanakan program
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai kemajuan pembelajaran dan
menguasai materi atau bahan yang diajarkannya. Jika seorang guru memiliki
kemampuan yang baik sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, maka akan
diperoleh hasil belajar yang optimal. Hasil belajar dapat dicapai dengan baik, jika
seorang guru mampu melaksanakan tugas diantaranya mengelola proses
pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek
kegiatan. Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 4) bahwa:
Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya
proses belajar terjadi di kelas dan di lapangan, ciri utamanya terjadinya
proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat didalam proses
pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi
untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap berfungsi sebagai
pengelola proses belajar dan pembelajaran.
Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam
menyampaikan tugas ajar agar tujuan pengajaran dapat tercapai. Hal yang
terpenting dan harus diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus mampu
menerapkan metode mengajar yang tepat dan mampu membelajarkan siswa
manjadi aktif melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.
c .Prinsip Prinsip Pembelajaran.
Belajar suatu keterampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa
suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip
H.J.Gino dkk (1998: 51) bahwa “perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai
jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam kecakupan, kebiasaan, sikap,
pengertian, penyesuaian diri, minat, penghargaan, pendeknya mengenai segala
aspek organisme atau pribadi seseorang”.
Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa untuk
mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses
pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut
Wina Sanjaya (2008: 30) bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
1) Berpusat pada siswa
2) Belajar dengan melakukan
3) Mengembangkan kemampuan sosial
4) Mengembangkan keingintahuan,imajinasi dan fitrah
5) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
6) Mengembangkan kreatifitas siswa
7) Mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologi
8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
9) Belajar sepanjang hayat
Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk diperhatikan
oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh
hasil belajar yang optimal.
6. Pendekatan Pembelajaran
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Menurut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan,”sebagai
proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”. Suharno, Sukardi,
Chodijah dan Suwalni (1998: 25) berpendapat,”pendekatan pembelajaran
diartikan model pembelajaran”. Sedangkan pembelajaran menurut H.J. Gino dkk.
(1998: 32) bahwa,”pembelajaran atau intruction merupakan usaha sadar dan
disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan
faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”. Sukintaka
(2004: 55) bahwa ,”pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru
mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi
peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya”.
Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat
disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang
mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan
membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahjoedi (1999: 121) bahwa
,”pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku
siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
hasil belajar secara optimal”. Sedangkan Syaiful Sagala (2010: 68) berpendapat
bahwa ”pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru
dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional
tertentu”.
Berdasarkan pengertian pendekatan pembelajaran yang dikemukakan dua
ahli tersebut menunjukkan bahwa, dalam suatu peristiwa pembelajaran terjadi dua
kejadian secara bersama yaitu: (1) ada satu pihak yang memberi, dalam hal ini
guru, (2) pihak lain yang menerima adalah peserta didik atau siswa. Kedua
komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar.
b. Pentingnya Pendekatan pembelajaran
Dalam proses pembelajaran terdapat komponen siswa sebagai obyek
yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar untuk memberikan materi
pelajaran guna terjadi perubahan pada diri siswa. Mengajar merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan
yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan
atau ketangkasan. Seperti dikemukakan oleh Slameto (2010: 97) bahwa,”kegiatan
mengajar meliputi penyampaian pengetahuan, menularkan sikap, kecakapan atau
keterampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan yang menghubungkannya
dengan subyek yang sedang diajar”.
Upaya untuk menyampaikan materi atau keterampilan kepada siswa,
maka harus diterapkan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan
pembelajaran yang diterapkan hendaknya mengacu pada penemuan yang terarah
dan pemecahan masalah. Penemuan dan pemecahan masalah tersebut merupakan
pendekatan yang membantu tercapainya dengan mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang terkendali, dengan seksama menyusun seri-seri pembelajaran
yang memberi urutan pembelajaran terhadap tujuan yang telah dirumuskan.
Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu bagian integral yang dapat
mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Berhasil dan tidaknya tujuan
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang diterapkan
oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan
mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan
metode pebelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motifasi belajar siswa,
sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih optimal.
c. Jenis Pendekatan Pembelajaran
1) Pendekatan Deduktif
Pendekatan Deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadan
umum keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bemula
dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh
khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan
khusus. Saiful Sagala (2010: 76).
Langkah – langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan deduktif
dalam pembelajaran adalah :
a) memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan
deduktif;
b) menyajiakn aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi
dan buktinya;
c) disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan
antara keadaan khusus itu dengan aturan, prinsip umum;
d) disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa
keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
Sedangkan berfikir deduktif disebut juga berfikir dengan menggunakan
silogisme terdiri dari tiga proposisi statement yang terdiri dari ”premise” yaitu
dasar penarikan kesimpulan sebagai pernyataan akhir yang mengandung suatu
kebenaran. Berfikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju ke
yang khusus. Dalam berfikir deduktif ini orang bertolak dari suatu teori, prinsip,
atau kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Dari situ
diterapkan fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus
yang berlaku bagi fenomena tersebut.
2) Pendekatan Induktif
Dalam penarikan kesimpulan pendekatan induktif didasarkan atas fakta-
fakta yang kongkrit sebanyak mungkin, sistem ini dipandang sebagai sistem
berfikir yang paling baik pada abadpertengahan yaitu cara induktif disebut juga
sebagai dogmatif yaitu bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
rasional. Berfikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari
khusus menuju ke yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari
brbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan ciri-ciri atau sifat-sifat itu
terdapat pada semua jenis fenomena.
Langkah – langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif
adalah :
a) memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan
pendekatan induktif.
b) menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang
memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang
terkandung dalam contoh-contoh itu.
c) disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang
atau menyangkal pemikiran itu.
d) disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti
berdasarkan langkah-langkah yang terdahulu.
Pada tingkat ini menurut Syamsudin Makmun (2003: 228) yang dikutip
dari Syaiful Sagala (2010: 77)
siswa belajar mengadakan kombinasi dari beberapa konsep atau pengertian
dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif,
analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas), sehingga
siswa dapat membuat kesimpulan (kongklusi) tertentu yang mengkin
selanjutnya dapat dipandang sebagai ”rule” (prinsip, dalil, aturan,
hukum,kaidah, dan sebagainya).
3) Pendekatan Konsep
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang
yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi
prinsip, hokum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman,
melalui generalisasi dan berfikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan
meramalkan. Menurut pendapat Syaiful Sagala (2010: 71) menyatakan bahwa
“pendekatan konsep adalah pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa member kesempatan pada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh”.
Konsep menunjukkan satu hubungan antara konsep-konsep yang lebih
sederhana sebbagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat asasitentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Konsep merupakan pemikiran seseorang atau kelompok orang yang dinyatakan
dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-
prinsip, hokum, dan teori. Konsep didapat dari fakta, peristiwa, pengaklaman
melalui generalisasi, dan berfikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan
disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep
adalah menjelaskan dan meramalkan.
4) Pendekatan Proses
Pembelajaran menekankan kepada belajar proses dilatarbelakangi oleh
konsep-konsep belajar menurut teori “Naturalisme-Romantis” dan teori “Kognitif
Gestalt”. Naturalism-Romantis menekankan pada aktivitan siswa, sedangkan
Kognitif Gestalt menekankan pada pemahaman dan kesatupaduan yang
menyeluruh. Pendekatan proses dalam pembelajaran dikenal pula sebagai
ketrampilan proses, guru menciptakan bentuk kegiatan pengajaran yang
bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman. Berdasarkan pendapat
Syaiful Sagala (2010: 74) menyatakan bahwa “pendekatan proses adalah suatu
pendekatan pengajaran member kesempatan kepada siswa ikut menghayati proses
penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu ketrampilan proses”.
Siswa diminta untuk merencanakan, percobaan, pengamatan, pengukuran,
perhitungan, dan membuat kesimpulan-kesimpulan sendiri.
Dalam pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari
sesame temannya, dan dari manusia-manusia sumber diluar sekolah. Kegiatan-
kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan
pendekatan proses Menurut Syaiful Sagala (2010: 74) sebagai berikut:
a) mengamati gejala yang timbul.
b) mengklasifikasikan sifat sifat yang sama, serupa.
c) mengukur besaran-besaran yang bersangkutan.
d) mencari hubungan antar konsep konsep yang ada.
e) mengenal adanya suatu masalah, merumuskan masalah.
f) memperkirakan penyebab suatu gejala, merumuskan hipotesa.
g) meramalkan gejala yang mungkin akan terjadi.
h) berlatih menggunakan alat-alat ukur.
i) melakukan percobaan.
j) mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan data.
k) berkomunikasi.
l) mengenal adanya variable, mengendalikan suatu variable.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Keunggulan dan kelemahan pendekatan proses menurut Syauful Sagala
(2010: 74-75) adalah sebagai berikut; 1) memberibekal cara memperoleh
pengetahuan, hal yang sangat penting untuk pengembangan pengetahuan dan
masa depan; dan 2) pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat
meningkatkan ketrampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.
Kelemahan pendekatan proses adalah; 3) memerlukan banyak waktu sehingga
sulit untuk dapat menyelesaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam
kurikulum; 4) memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak
semua sekolah dapat menyediakannya; dan 5) merumuskan masalah, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancangkan suatu percobaan untuk
memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidan semua siswa
dapat melaksanakannya.
Dalam pendekatan pembelajaran penjasorkes juga ada beberapa prose
pendekakatan pembebelajaran. Yang dipandang dapat untuk memudahkan siswa
memahami pembelajaran dan juga belajar yang menyenangkan. Pendekatan
pembelajaran penjasorkes yang diterapkan oleh guru antara lain sebagai berikut:
1. Pendekatan Kompetisi
Makna kompetisi secara umum diartikan sebagai suatu proses dalam
menentukan pemenang dan yang kalah, dengan mengidentifikasi siapa saja
melakukan sesuatu yang lebih baik daripada yang lainya dalam sesuatu
perlombaan atau pertandingan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:
584) “kompetisi adalah persaingan di antara para siswa harus diciptakan suasana
yang sehat dalam belajar”. Setiap oaring yang terlibat didalamnya akan selalu
berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi yang terbaik untuk dirinya maupun
kelompoknya. Dalam pembelajaran atletik, iklim kompetisi dapat di wujudkan
asal tidak keluar aturan pasti yang sudah ditetapkan guru, dan disepakati bersama-
sama dengan siswa.
Pedekatan kompetisi dalam pembelajaran atletik mempunyai manfaat
untuk membentuk karakter siswa, dan sekaligus mempersiapkan siswa dalam
menghadapi kehidupan nyata di masyarakat di luar sekolah. Untuk itu, guru perlu
menciptakan atmosfer pembelajaran yang memungkinkan terjadinya iklim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
kompetisi yang sehat antara siswa/kelompok siswa satu dengan siswa/kelompok
siswa lain. Dalam pendekatan kompetisi ini juga dapat metupakan media untuk
pembelajaran bagi para siswa/kelompok siswa untuk secara ikhlas menerima
kekalahan dan mau mengkui bahwa siswa/kelompok siswa lain lebih baik dari
diri/kelompoknya, dan sekaligus memotivasi siswa/kelompok siswa kalah untuk
berusaha secara maksimal berupaya memperbaiki kemampuan gerak dan
kerjasamanya. Sebaliknya, bagi siswa/kelompok siswa pemenangnya diajarkan
untuk tetap rendah hati akan kemenangan yang diperolehnya, dan mau
memberikan motivasi kepada siswa/kelompok siswa kalah untuk lebih keras dan
serius dalam berlatih/belajar.
Bentuk konkrit dari pendekatan kompetisi dalam pembelajaran atletik ini
yaitu dengan cara memperlombakan bentuk dan model pembelajaran yang telah
diajarkan kepada semua siswa dalam atmosfer pembelajaran yang kondusif dan
menarik Namun demikian harus dipertimbangkan tentang keseimbangan antara
siswa/kelompok siswa yang berlomba, supaya iklim kompetisi teta sejuk tanpa
timbul kekecewaan siswa.
2. Pendekatan Teknik
Pendekatan teknik dalam pembelajaran atletik merupakan cara
pembelajaran teknik-teknik dasar atletik, baik teknik dasar jalan, lari, lempar, dan
lompat secara berulang-ulang dalam bentuk tata urutan pelaksanaan yang tetap
sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya. Pembelajaran atletik dengan
pendekatan teknik ini menekankan pada penguasaan ketrampilan atau teknik dasar
sebagai sub aspek bahasan dari atletik, sehingga pembelajaran dengan pendekatan
ini mengarah pada tuntutan prestasi.
Pembelajaran dengan pendekatan teknik ini mempunyai manfaat
mengenalkan kepada siswa tenik-tenik gerak atletik yang benar dan dapat
mendukung penampilan siswa dalam gerak atletik. Dengan dikuasainya
ketrampilan teknik atleti, maka penampilan gerak siswa menjadi lebih baik.
Dalam pendekatan ini selalu terjadi pengulangan gerak yang sering, disertai
dengan koreksi atas kesalahan teknik gerak atletik yang dilakukan siswa.
Sehingga siswa akan cepat merasa bosan karena siswa diharuskan mengulang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
ulang gerak yang sama dengan cara yang benar sesuai dengan tuntutan teknik
gerak yang ditetapkan. Bagi siswa yang memang sudah memiliki bakat dan
senang dalam atletik, biasanya tidak akan mengalami kesulitan dalam
mempelajari teknik-teknik dasar gerak atlrtik ini, namun bagi siswa yang tidak
berbakat dalam atletik biasanya kesulitan untuk melakukannya. Kondisi ini
diperparah apabila siswa yang tidak memenuhi tuntutan penguasaan teknik atletik
menjadi semakin tidak senang terhadap atletik, dan akhirnya menjadi apatis
terhadap pembelajaran dengan matri atletik.
Pembelajaran atletik dengan pendekatan teknik ini kurang sesua dengan
sifat dasar manusia yang gemar bermainan. Pendektan teknik ini seringkali
membatasi hasrat gerak siswa, sehingga kebebasan untuk bergerak sangat kurang
karena gerak siswa diatur dengan keinginan dan tingkat penguasaan kemampuan
dan perbedaan individu siswa juga berkurang dan bahkan hilang sama sekali.
Untuk mengetahui kebosanan dalam pembelajaran atletik dengan pendekatan
teknik ini, dapat diupayakan dengan pengenalan dan pengayaan teknik-teknik
dasar gerak melalui model pembelajaran yang menarik.
7. Pendekatan Pembelajaran Bermain
a. Pengertian Bermain
Bermain sangat di sukai oleh anak karena sifat dari bermain sendiri
menyenangkan. Menurut Yudha M. Saputra ( 2001:6) menyatakan ”bermain
adalah kgiatan yang menyenangkan”. Sedangkan Aip Syariffuddin (2004:17)
mengartikan “bermain adalah bentuk kegiatan yang bermanfaat/produktif untuk
menyenangkan diri”. Selanjutnya M Furqon (2008:4) menyatan bahwa
bermain adalah aktifitas yang menyenangkan serius dan sukarela, di mana
anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya. Bermain
bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu yang
menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain
bersifat serius karena bermain memberikan sifat kesempatan untuk
meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan untuk
memunculkan rasa untuk menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak
nyata karena anak berada di luar kenyataan, denganmemasuki suatu dunia
imajiner. Bermain memberikan suatu arena di mana anak masuk dan terlibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadang-
kadang menemukan dirinya dari bermain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas jasmani
siswa yang dilakukan dengan rasa senang dan mempunyai tujuan pegembangan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga melalui bermain dapat
memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa.
Siswa dan bermain merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Bermain bagi siswa merupakan kebutuhan hidup seperti halnya
kebutuhan akan makan, minum, tidur, dan lain-lain. Melalui bermain anak dapat
mengaktualisasikan diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Seperti
halnya atletik adalah nuansa permainan menyediakan pengalaman gerak yang
kaya, yang membangkitkan motivasi pada siswa untuk berpartisipasi. Menurut
Yudha M. Saputra (2001: 9-10) kegiatan atletik bernuansa permainan
mengandung beberapa ciri sebagai berikut:
1. siswa terlibat dalam tugas gerak yang berfariasi dengan irama tertentu.
2. mengakibatkan kegemaran berlomba/bersaing secar sehat.
3. menyalurkan hasrat siswa untuk mencoba menggunakan alat-alat
berlatih
4. tugas gerak yang mengandung resiko yang sepasdan dengan
kemampuan siswa dan menjadi tantangan.
5. menguji ketangkasan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang baru.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 698) bahwa ”bermain adalah
melakukan sesuatu untuk bersenang-senang”. Sedangkan menurut Agus
Mahendra (2004: 4) yaitu ”bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka
belajar, dalam belajar, anak-anak adalah ahlinya”.
Berdasarkan pengertian di atas di tarik kesimpulan yang di maksud bermain
adalah dunia anak yang menjadi aktifitas jasmani dengan cara melakukan sesuatu
untuk bersenang-senang.
b. Fungsi Bermain
Anak yang bermain akan melakukan aktifitas bermain dengan sukarela
dan akan melakukan aktifitas bermain tersebut dengan kesungguhan, demi untuk
memperoleh kesenangan dari aktifitas tersebut. Menurut Sukintaka (1992:7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
”bermain dengan rasa senang, untuk memperoleh kesenangan, kadang
memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui
kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya”.
Selanjutnya meurut Yudha M. Saputra (2001:6) ”dengan bermain dapat
memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa”.
Sedangkan menurut Yudha M. Saputra (2001:6) kegiatan bermain dapat
meningkatkan belajar siswa dengan sasaran aspek yang dapat di kembangkan
menurut lima aspek. Aspek - aspek tersebut adalah:
1. manfaat bermain untuk perkembangan fisik.
2. manfaat bermain untuk perkembangan motorik.
3. manfaat bermain untuk perkembangan sosial.
4. manfaat bermain untuk perkembangan emosional.
5. manfaat bermain untuk perkembangan keterampilan olahraga
c. Dorongan Dasar Anak Dalam Bermain
Dorongan dasar bagi anak sangat peting terutama anak dalam masa
pertumbuhan maupun perkembangan. Menurut Agus Mahendra (2004 : 8)
”dorongan dasar adalah suatu keinginan untuk melakukan dan menghasilkan
sesuatu”. Semua anak memiliki perasaan seperti ini yang kemungkinan besar
merupakan sifat turunan atau pengaruh lingkungan. Dorongan dasar dikaitkan
dengan pengaruh masyarakat, guru, orang tua, dan teman-teman sendiri. Biasanya
dorongan besar akan berpola sama pada setiap anak dan tidak dipengaruhi oleh
sifat kematangan. Selanjutnya menurut Agus Mahendra (2004: 8) ”Dorongan
tersebut niscaya mengarahkan pengembangan kurikulum pendidikan jasnmani dan
untuk menciptakan program yang sesuai dengan sifat-sifat anak”. Sedangkan
dorongan-dorongan tersebut menurut Agus Mahendra (2004: 9) sebagai berikut:
1. Dorogan untuk bergerak.
2. Dorongan untuk berhasil dan mendapatka pengakuan
3. Dorogan untuk Mendapatkan pengakuan teman dan masyarakat
4. Dorogan untuk Bekerja sama dam bersaing
5. Dorogan untuk kebuaragn fisik dan daya tarik
6. Dorogan untuk bertualang
7. Dorogan untuk kepuasan kreatif
8. Dorogan untuk menikmati irama
9. Dorogan untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada berbagai macam
dorongan diantaranya: untuk bergerak, mendapatkan pengakuan, bekerja sama,
bertualang dan lain-lain.
d. Pendekatan Bermain
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep
dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa, ”pendekatan
bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi
permainan”. Sedangkan Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (1999:
35) berpendapat, ”strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi
pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan
modifikasi atau pengembamgan agar sesuai dengan prinsip DAP (developmentally
Appropiate Pactice) dan body scalling (ukuran fisik termasuk kemampuan fisik)”.
Berdasarkan pendapat dari tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa,
pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam
bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan suatu
teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Melalui permainan,
diharapkan akan meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk belajar menjadi
lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang
mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan
teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk
itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman
(2000: 35-36) menyatakan, manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas
permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai
beberapa pilihan sebagai berikut:
1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama
sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang
dilakukannya.
2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan
membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa
tekanan untuk menguasai strategi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan
lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi
bermain.
Petunjuk seperti di atas harus dipahami dan dimengerti oleh seorang
guru. Jika dalam pelaksanaan permainan kurang menarik karena teknik yang
masih rendah, maka seorang guru harus dengan segera mampu mengatasinya.
Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan
pembelajaran sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dibiarkan selama
pembelajaran berlangsung akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak
tercapai.
B. Kerangka Berfikir
Pendekatan pembelajaran merupakan suatu cara yang diterapkan seorang
guru untuk memberikan materi pelajaran dengan cara-cara tertentu yang efektif
agar materi pelajaran dapat diterima atau dikuasai dengan baik oleh siswa. Banyak
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, diantaranya dengan pendekatan bermain. Pendekatan bermain dapat
diterapkan dalam semua cabang olahraga termasuk lompat jangkit.
Pembelajaran lompat jangkit dengan pendekatan bermain merupakan
cara belajar, dimana tugas ajar yang diberikan disajikan dalam bentuk permainan.
Dalam hal ini teknik-teknik lompat jangkit dipelajari melalui bentuk permainan.
Permainan lompat jangkit telah dikonsep oleh guru. Konsep permainan lompat
jangkit dapat menggunakan alat atau tanpa alat yang mengarah pada pola gerakan
lompat jangkit.
Maksud dan tujuan pembelajaran lompat jangkit dengan pendekatan
bermain adalah untuk memenuhi hasrat gerak anak, dapat menimbulkan rasa
senang dan gembira, meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan kebugaran
jasmani siswa. Disamping itu juga, melalui permainan siswa dituntut memiliki
inisiatif dan kreatifitas, sehingga hal ini akan merangsang kemampuan berfikir
dan memecahkan masalah yang terjadi dalam permainan. Kemampuan siswa
untuk memahami konsep permainan, dapat meningkatkan penguasaan teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
lompat jangkit. Dengan menguasai teknik lompat jangkit, diharapkan siswa dapat
melakukan lompat jangkit dengan benar dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
Berdasarkan ciri-ciri dari pendekatan bermain tersebut menunjukkan
bahwa, pendekatan bermain merupakan metode pembelajaran yang dapat
memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak. Pengaruh yang ditimbulkan
dari pendekatan bermain bersifat menyeluruh baik fisik, teknik maupun sosial.
Dengan demikian diduga pendekatan bermain memiliki pengaruh terhadap
peningkatkan hasil belajar lompat jangkit.
C. Perumusan Hipotesis
Melalui kerangka pemikiran yang telah disusun sebelumnya maka dapat
sdirumuskan hipostesis terhadap penelitian adalah sebagai berikut :
“Penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar lompat
jangkit pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran
2010/2011.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan dilaksanakan di Sekolah SMA
Negeri 4 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan dari bulan
September 2010 Sampai Selesai.
3. Siklus PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada beberapa siklus
untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktifitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran lompat jangkit melalui pendekatan bermain.
Tabel 3.1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan.
No Rancangan Kegiatan Waktu ( Bulan )
Nov
2009
Jan
2010
Mar
2010
Sep
2010
Okt
2010
Nov
2010
Des
2010
1 Persiapan
a. Observasi
b. Identifikasi Masalah
c. Penentuan Tindakan
d. Pengajuan Judul
e. Penyusunan Proposal
f. Pengajuan Ijin Penelitian
2 Pelaksanaan
a. Seminar Proposal
b. Pengumpulan data
penelitian atau
pelaksanaan tindakan
3 Penyusunan Laporan
a. Penulisan Laporan
b. Ujian Skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Persiapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Persiapan sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dan
dibuat berbagai input instrumental yang akan dikenakan untuk memberikan
perlakuan dalam PTK, yaitu:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Dengan Kompetensi Dasar mempraktekkan gerakan lompat jangkit dengan
menggunakan peraturan-peraturan yang sesungguhnya serta nilai kerjasama,
kejujuran, semangat, dan percaya diri.
2. Perangkat Pembelajaran yang berupa; lembaran pengamatan siswa berupa
check list, dan lembaran evaluasi.
3. Dalam persiapan juga akan diurutkan siswa sesuai absen.
C. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas XII IPA 3 SMA
Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011, yang berjumlah 36 siswa. Dengan
komposisi siswa putra: 13 anak dan siswa putri: 23 anak.
D. Sumber Data
Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai
berikut:
1) Siswa, untuk mendapatkan data tentang lompat jangkit dengan penerapan
pendekatan bermain pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta
tahun pelajaran 2010 / 2011.
2) Guru sebagai kolaborator, untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan
pendekatan bermain dalam pembelajran lompat jangkit sekolah SMA Negeri
4 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
terdiri dari; tes dan observasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1) Tes: dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil gerakan lompat
jangkit siswa.
2) Observasi: dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar saat penerapan
pendekatan bermain dalam pembelajaran lompat jangkit.
Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
sebagai berikut:
Tabel 3.2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
No Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Instrumen
F.
1. Siswa Kemampuan
melakukan rangkaian
gerakan lompat
jangkit.
Praktik dan
unjuk kerja
praktek
Pedoman
Observasi
F. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik prosentase
untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
Kemampuan melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit : dengan
menganalisis rangkaian gerakan lompat jangkit. Kemudian dikategorikan
dalam klasifikasi baik, cukup, kurang.
G. Prosedur Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya
hasil belajar lompat jangkit kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta tahun
pelajaran 2010 / 2011. Setiap tindakan upaya pencapaian tujuan tersebut
dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri atas empat
tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
dan interprestasi; (4) analisis dan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya.
Penelitian ini direncanakan dalam beberapa siklus:
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun sekenario pembelajaran
yang terdiri dari :
1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam
pembelajaran penjasorkes.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan
(treatment) yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lompat
jangkit.
3) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian
lompat jangkit.
4) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.Tahap Pelaksanaan.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan sekenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
1. Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum
2. Melakukan pemanasan.
3. Melakukan teknik dasar lompat jangkit.
a. Melakukan awalan atau ancang-ancang dengan pendekatan
bermain yang telah disiapkan oleh guru dan penelitian.
b. Melakukan jingkat melalui pendekatan bermain yang telah
disiapkan oleh guru dan peneliti.
c. Melakukan langkah melalui pendekatan bermain yang telah
disiapkan oleh guru dan peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
d. Melakukan lompat dan pendaratan dengan melalui pendekatan
bermain yang telah disiapkan oleh guru dan peneliti.
4. Melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit.
5. Melaksanakan penenangan / pendinginan.
c. Pengamatan tindakan
Pengamatan dilakukan terhadap: Kemampuan melakukan rangkaian
gerakan lompat jangkit.
d. Tahap Evaluasi ( Refleksi )
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan
yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan berikutnya.
Penelitan tindakan kelas ini berhasil apabila sebagian besar (70% dari siswa)
dapat melakukan rangkaian gerakan ketrampilan lompat jangkit dengan benar.
2. Rancangan Siklus II
Pada rancangan siklus II tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah
dicapai pada tingkatan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut
dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan
jasmani. Demikian juga termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi, dan
interprestasi, serta analisis, dan refleksi yang juga mengacu pada siklus
sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Sikklus)
Kondisi awal penelitian diukur dari observasi dan tes unjuk kerja
ketrampilan teknik dasar lompat jangkit. Observasi dan tes unjuk kerja digunakan
untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar kemampuan siswa dalam
melakukan lompat jangkit, baik mengenai ketrampilan maupun mengenai
rangkaian gerakan sebelum diberikan tindakan berupa penerapan pendekatan
bermain dalam proses belajar mengajar yang berlangsung.
Berikut merupakan hasil observasi pada indikator , sebelum diberi
tindakan berupa penerapan pendekatan bermain dalam kegiatan belajar mengajar
(pra siklus), dapat dilihat pada table sebagai berikut:
Tabel.4.3 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Aspek yang
diukur
Kondisi Awal
Cara Mengukur Jumlah Siswa
yang lulus
Prosentase
Kelulusan
Kemampuan
siswa dalam
melakukan
rangkaian
gerakan lompat
jangkit
8
22%
Diamati saat
proses belajar
mengajar dengan
menggunakan
lembaran
obsevasi peneliti
0%
5%
10%
15%
20%
25%
pers
en
tase
kelu
lus
an
jumlah siswa yang lulus
Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit
Pra Siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Berdasarkan hasil pra siklus, diketahui hanya ada beberapa siswa yang
sudah mampu melakukan lompat jangkit dengan baik atau memperoleh nilai 60 ke
atas. Dari hasil kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat
jangkit ada 8 siswa (22%). Dari data tersebut, menujukkan bahwa kemampuan
siswa dalam melakukan teknik dasar lompat jangkit masih rendah. Untuk
memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
lompat jangkit, maka dilakukan tindakan berupa penerapan pendekatan bermain
yang dilakukan dalam proses belajar mengajar berlangsung.
Dari hasil observasi awal, ada beberapa siklus yang diterapkan untuk
menyelesaikan dan menjawab permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Pada
setiap siklus yang diterapkan masing-masing menggunakan penerapan pendekatan
bermain dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung. Untuk mengetahui adanya
perubahan dari proses yang diakibatkan oleh tindakan tersebut, maka evaluasi
dilakukan dengan cara melakukan observasi dan tes unjuk kerja dalam lompat
jangkit pada setiap akhir siklus.
Kegiatan selanjutnya setelah observasi awal yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan serta refleksi tehadap tindakan. Serangkai penelitian
dilakukan terdiri dari beberapa siklus. Penelitian diakhir sampai ada perubahan
pada indikator partisipasi siswa ke arah yang lebih baik. Pemahaman masing-
masing siklus dapat dilihat di bawah ini.
B. SIKLUS I
1. Pertemuan I
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan, sebagai berikit:
1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi
dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran
penjasorkes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan
(treatment) yang diterapkan pada PTK, yaitu pendekatan bermain untuk
pembelajaran lompat jangkit.
3) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan scenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
1) Pemanasan
a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum.
b) Melakukan pemanasan.
Pemanasan yang diberikan berupa permainan yang mengarah pada
unsure-unsur ketrampilan lompat jangkit.
2) Inti Pelajaran
a) Awalan
Gerakan yang dilakukan adalah siswa dibariskan menjadi empat regu,
dalam pembelajaran ini menggunakan pola kompetisi antar regu, setiap
regu tediri dari jumlah siswa yang sama. Masing-masing regu berlari
mengitari barisannya dari samping kanan sampai kemudian melewati
temannya paling depan lalu berputar ke samping kiri kembali
kebelakang tepat di barisannya tadi dan menepuk bahu temannya.
b) Jingkat ( Hop)
Masih dalam posisi empat baris siswa melakukan gerakan lari pelan
lalu jingkat melewati tiga bilah yang diatur rapi baik letak dan
jaraknya. Permainan ini dilakukan dengan system kompetisi cepat-
cepata barisan yang selesai terlebih dahulu, barisan tersebut dinyatakan
menang. Permainan ini bertujuan untuk melatih kekuatan kaki dan
kecermatan dalam melakukan jingkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c) Langkah ( Step )
Setelah semua siswa melakukan jingkat, siswa masih dalam posisi
empat baris, siswa tetap melakukan gerakan jingkat melewati bilah
yang disusun rapi baik jarak dan letaknya, kemudian gerakan ditambah
dengan langkah melewati kardus yang disusun didepan bilah.
d) Lompat ( Jump )
Posisi siswa masih dalam posisi empat baris, setelah siswa dapat
melakukan gerakan jingkat dan langkah melewati bilah dan kardus
kemudian ditambah dengan kardus dan gerakan ditambah lagi dengan
lompat melewati kardus yang telah susun tadi.
e) Mendarat
Siswa masih dalam posisi empat baris, setelah semua siswa dapat
melakukan gerakan jingkat, langkah dan lompat gerakan selanjudnya
ditambah dengan gerakan mendaran, gerakan ini dilakukan setelah
siswa melakukan gerakan jingkat, langkah, lompat, dan yang terakhir
siswa mendarat didalam ban yang disusun didepan kardus.
f) Melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit
Setelah melakukan teknik-teknik lompat jangkit dengan pendekatan
pendekatan bermain, kemudian siswa melakukan rangkaian gerakan
secara keseluruhan di bak pasir sesungguhnya. Siswa melakukan
sesuai urutan absen.
3) Penutup
a) Melaksanakan peregangan / pendinginan.
b) Pendinginan dilakukan berupa penguluran (stretching).
c) Evaluasa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
c. Pengamatan Tindakan
Pada langkah ini pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborasi
saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa
unsure gerakan dan dari hasil observasi menyimpulkan bahwa ;
1) Kemampuan rangkaian gerakan lompat jangkit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Siswa senang dengan metode pendekatan bermain yang diberikan. Hal ini
terlihat dari sikap siswa yang begitu semangat dan antosias saat proses
pembelajaran yang berlangsung. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa
unsur gerakan dan dari hasil observasi menyimpulkan bahwa :
1) Kemampuan melakukan gerakan lompat jangkit.
Siswa senang dengan metode pendekatan bermain yang diberikan. Hal
ini terlihat dari sikap siswa yang begitu antosias dan antusias saat saat
proses pembelajaran belangsung.
a) Awalan
Pada saat pembelajaran awalan siswa tampak senang dengan
penyajian materi dengan pendekatan bermain yang diberikan. Hal
ini dapat dilihat dari sikap antusias siswa saat pembelajaran
berlangsung dan pertanyaan siswa yang cenderung penasaran
menanyakan gerakan apa lagi yang akan dilakukan.
b) Jingkat (Hop)
Pembelajaran pada jingkatan berjalan lancar sesuai dengan RPP.
Siswa juga senang dengan pendekatan bermain yang diberikan.
Pola permainannya adalah berlari melewati bilah yang disusun rapi
dengan sistem kompetisi. Gerakan ini dilakukan berurutan dari
siswa yang berbaris.
c) Langkah (Step)
Pada pembelajaran langkah siswa tampak senang dengan pola
bermain yang diberikan yaitu dengan melangkahi kardus. Untuk
menghindari kebosanan variasi letak kardus diubah ubah dengan
posisi vertical dan horisontal.
d) Lompat (Jump)
Pada pembelajaran lompat , siswa sudah mulai tertarik. Karena
gerakan lompat dilakukan dengan adanya rintangan kardus yang
disusun rapi. Dan juga ada pola bermain didalamnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
e) Mendarat
Pada pembelajaran pendaratan, dilakukan secara keseluruhan. Dari
awalan, jingkat melewati bilah, langkah melewati kardus, lompat
juga melewati kardus dan mendarat di tengah ban. Pada
pembelajaran model ini siswa tampak senang karena gerakan
gerakan yang dilakukan cukup bervariasi dengan menggabungkan
lima unsur gerakan lompat jangkit.
d. Refleksi dan Perencanaan ulang (Reflecting and Replanning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan pertama
adalah sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru / siswa:
Penerapan pendekatan bermain dapat memotivasi siswa untuk belajar.
Pendekatan bermain lebih menantang siswa untuk belajar melakukan
gerakan lompat jangkit, karena model pembelajaran bersifat kompetisi
sehingga anak tidak merasa bosan dalam mengukuti pembelajaran.
2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
Untuk mendorong siswa agar lebih aktif dalam melakukan pembelajaran,
sebaiknya peneliti memberikan reword kepada siswa, misalnya berupa
pujian seperti: bagus, baik sekali, bagus sekali, acungkan jempol dan
sebagainya.
3) Rancangan perbaikan:
Berdasarkan hasil pengamatan dan kendala-kendala dalam pembelajaran
pada pertemuan pertama maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada
pertemuan berikutnya, antara lain :
a) Agar siswa tidak salah dalam melakukan setiap gerakan pada
pembelajaran kegiatan tersebut, maka peneliti memberikan penjelasan
cara bermain dengan benar dalam pembelajaran lompat jangkit.
b) Siswa dirasa kurang berhasil pada pertemuan pertama akan diberikan
perhatian yang lebih intensif pada pertemuan berikutnya. Peneliti harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
tetap memberikan pemahaman dan motivasi pembelajaran yang
berorientasi pada pendekatan bermain.
c) Sebaiknya peneliti memberikan materi permainan kompetisi antar
kelompok sehingga siswa semakin antusias dalam mengukuti kegiatan
pembelajaran
2. Pertemuan II
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan pertama, maka perencanaan
tindakannya adalah sebagai berikut :
1) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan pertama. Pendekatan
bermain yang pada pertemuan pertama kurang berhasil dibuat lebih
menarik lagi.
2) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
3) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
1) Pemanasan
a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum
b) Melakukan pemanasan. Pemanasan yang diberikan berupa permainan
yang mengarah pada unsure-unsur ketrampilan lompat jangkit.
c) Stretching.
2) Inti pelajaran
Melakukan teknik dasar lompat jangkit, antara lain:
a) Awalan
Pada pembelajaran awalan pertemuan kedua,bentuk latihan merupakan
pengembangan latihan pada pertemuan sebelumnya. Pola pembelajaran
adalah gerakan bersifat kompetisi antar regu. Caranya siswa dibagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
menjadi empat regu saling berhadapan dengan jarak tiga meter. Siswa
berlari kearah barisan didepannya dan setelah sampai siswa menepuk
teman yang berada dipaling depan barisan. Kemudian siswa yang
dipegang lari ke arad barisan depanya dan menepuk teman yg berada
di barisan paling depan, gerakan begitu seterusnya sampai siswa
melakukan semua dan posisi siswa berpindah.
b) Jingkat (Hop)
Siswa masih dalam barisan yang dibagi menjadi empat kelompok dan
dipecah lagi dua baris disebelah timur dan dua baris berada disebelah
barat. Antar kelompok diberi jarak tiga baris. Masing-masing barisn
dikasih bilah yang disusun rapi baik jarak maupun letaknya. Permainan
ini dilaksanakan dengan metode kompetisi antar regu. Permainan ini
dimulai kelompok sebelah timur, siswa yang berbaris peling depan
berlari lalu berjingkat melewati bilah yang telah disusun tadi. Setelah
melewati bilang siswa menepuk temannya yang berbaris di paling
depan dan langsung masuk kebarisan. Siswa yang ditepuk tadi
kemudian lari kebarat lalu berjingkat melalui bilah yang telah disusun
setelah itu menepuk temannya lg yng berbaris paling depan kemudian
masuk kedalam barisan. Begitu terus gerakan dan arah lari yang
dilakukan. Sampai siswa melakukan semua.
c) Langkah (Step)
Posisi barisan masih sama, arah lari, dan berpindahnya tempat dalam
barisan namun gerakan di tambah dengan gerakan langkah melewati
kardus yang disusun didepan bilah.
d) Lompat (Jump)
Siswa masih dalam barisan yang dibagi menjadi empat kelompok dan
dipecah lagi dua baris disebelah timur dan dua baris berada disebelah
barat. Antar kelompok diberi jarak tiga meter, arah lari dan
perpindahan barisan masik sama. Setelah siswa melakukan gerakan
jingkat dan langkah kemudian gerakan ditambah lagi dengan lompat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
melewati kardus yang disusun didepan kardus yang digunakan untuk
gerakan langkah tadi.
e) Mendarat
Siswa masih dalam barisan yang dibagi menjadi empat kelompok dan
dipecah lagi dua baris disebelah timur dan dua baris berada disebelah
barat. Antar kelompok diberi jarak tiga meter, arah lari dan
perpindahan barisan masik sama. Setelah siswa melakukan gerakan
jingkat, langkah, dan melompat kemudian gerakan ditambah dengan
gerakan mendarat didalam tengah-tengah ban yang diletakkan setelah
susunan kardus.
3) Penutup
Melaksanakan penenangan / pendinginan.
a) Pendinginan dilakukan dengan gerakan penguluran (stretching).
b) Setelah pendinginan dilakukan evaluasi mengenai pembelajaran yang
telah dilakukan.
c. Pengamatan Tindakan
Adapun hasil pengamatan pada pertemuan kedua ini sebagai berikut:
1) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan ketrampilan lompat jangkit.
a) Awalan
Pada pelaksanan pertemuan kedua siswa tampak senang dan gembira
setiap melakukan latihan, rupanya metode kompetisi antar regu mampu
membangkitkan semangat siswa,
b) Jingkat (Hop)
Pada pembelajaran jingkatan pertemuan kedua, siswa tampak senang
dengan bentuk pola bermain yang diberikan yaitu dengan lompat
kardus. Untuk menghindari kebosanan variasi letak kardus diubah
ubah dengan posisi vertical dan horizontal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
c) Langkah (Step)
Pada pembelajaran langkah pada pertemuan kedu kesenangan siswa
agak menurun, karena gerakan masih sama dengan pertemuan pertama,
siswa mengalami kebosanan.
d) Lompat (Jump)
Untuk pembelajaran lompat kesenangan siswa meningkat berbeda pada
waktu pembelajaran langkah, karena pada pembelajaran lompat posisi
kardu horizontal membuat siswa penasaran untuk melakukan
lompatan.
e) Mendarat
Pada pembelajaran sikap mendarat, dilakukan secara keseluruhan. Dari
awalan, jingkat melewati bilah, langkah melewati kardus dan lompat
juga melewati kardus kemudian mendarat di ban. Pada pembelajaran
ini siswa sudah mulai bisa merangkai gerakan secara keseluruhan
secara utuh.
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan kedua
adalah sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru/siswa:
Penerapan pendekatan bermain dapat memotivasi siswa untuk belajar.
Pendekatan bermain lebih menantang siswa untuk melakukan lompat
jangkit, karena pembelajarannya bersifat kompetisi sehingga anak tidak
merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran.
2) Kendala yang dihadapi guru/siswa;
a) Pembelajaran memerlukan perbendaharaan gerak yang bervariasi agar
siswa termotivasi dalam melakukan gerakan.
b) Tentunya pujian sebagai pemberian semangat pada anak, harus
dilakukan secara terus menerus untuk mengacu peningkatan prestasi
anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c) Peneliti tidak hanya berada di depan saat memberikan penjelasan
kepada siswa. Peneliti harus memonitor siswa yang berada di bagian
belakang, agar mereka ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
3) Rencana Perbaikan:
Berdasarkan pengamatan dan kendala-kendala dalam pembelajaran, maka
perlu adanya perbaikan-perbaikan pada pertemuan berikutnya, antara lain
adalah:
a) Peneliti dituntut untuk dapat menciptakan variasi pola permainan
secara kreatif.
b) Kelompok yang dirasa kurang berhasil pada pertemuan kedua akan
lebih diperhatikan.
c) Peneliti harus memberikan pemahaman dan motivasi pembelajaran
yang berorientasi pada pendekatan permainan.
d) Bentuk permainan secara kompetisi antar regu masih bisa digunakan
latihan lebih lanjut.
e) Peneliti harus lebih pintar dalam mengatur waktu. Pada pertemuan
kedua ini, banyak dihabiskan pada kegiatan pemanasan dan inti
pelajaran. Sengga tidak ada waktu untuk pendinginan.
f) Peneliti harus lebih memperhatikan siswa, karena masih ada siswa
tidak serius dalam mengikuti pembelajaran berlangsung.
3. Pertemuan III
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan ke dua, maka perencanaan
tindakannya adalah sebagai berikut:
1) Membuay RPP dengan mengacu pada pertemuan ke dua.
2) Menyusu instrument yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian
lompat jangkit.
3) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melakukan skenario pembelajaran
yang telah direncanakan, sebagai berikut:
1) Pemanasan
a) Menjelaskan kegiatan belajar secara umum
b) Melakukan pemanasan. Pemanasan yang diberikan berupa permainan
yang mengarah pada unsur-unsur ketrampilan lompat jangkit.
2) Inti Pelajaran
Pada petemuan ke tiga sudah dijadwalkan sebagai pertemuan evaluasai,
yaitu pertemuan dimana peneliti akan menguji keberhasilan anak pada
akhir pembelajaran penerapan siklus pertama. Yang pertama dilakukan
adalah menyiapkan siswa pada kondisi suasana tes yang dikehendaki
dengan tetap mempertahankan suasana santai tapi serius. Satu per satu
siswa melakukan gerakan lima unsure lompat jangkit dengan benar sesuai
dengan taknik yang diajarkan yaitu awalan, jingkat, langkah, lompat, dan
mendarat. Guru mulai mengamati setiap rangkaian gerakan lompat jangkit,
siswa melakukan satu per satu dari nomor absen 1 hingga terakhir.
Kemudian mencatat pada lembar penilaian lompat jangkit yang telah
disiapkan.
3) Penutup
a) Melakukan penenangan dengan gerakan peregangan.
b) Memberikan evaluasi terkait dengan hasil yang diperoleh siswa,
berikut mengumumkan siapa siswa yang berhasil dan siapa siswa yang
masih kurang.
c. Pengamatan Tindakan
Pada dasarnya metode bermain cukup memberikan gairah baru pada
pembelajaran lompat jangkit, hal ini dapat diamati dari sikap siswa yang tak kenal
menyerah pada saat melakukan tes dan selalu ingin mengulangi gerakan
melompat ketika hasilnya belum memenuhi target yang diharapkan. Masih ada
kesempatan pada siklus II dengan harapan hassilnya akan lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus 1
Aspek yang
diukur
Kondisi Awal
Cara Mengukur Jumlah Siswa
yang lulus
Prosentase
Kelulusan
Kemampuan
siswa dalam
melakukan
rangkaian
gerakan lompat
jangkit
8
22%
Diamati saat
proses belajar
mengajar dengan
menggunakan
lembaran
obsevasi peneliti
Kemampuan
siswa dalam
melakukan
rangkaian
gerakan lompat
jangkit
22
61%
Diamati saat
proses belajar
mengajar dengan
menggunakan
lembaran
obsevasi peneliti
a. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)
Dari tabel pencapaian hasil di atas, menujukkan bahwa kemampuan siswa
dalam melakukan teknik dasar lompat jangkit meningkat sesuai target capaian
yang dicantumkan pada proposal. Meskipun demikian, masih perlu peningkatan
pada metode yang diterapkan. Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi
pada pertemuan kelima ini adalah sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru/siswa:
0%10%20%30%40%50%60%70%
pe
rse
nta
se k
elu
lus
an
jumlah siswa yang lulus
Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit
Pra Siklus Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
a) Dari hasil tes pada siklus I menunjukkan bahwa hasil keterampilan
lompat jangkit meningkat dari 22 % pada kondisi awal menjadi 61 %
pada akhir siklus I.
2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
a) Kendala demi kendala bisa diatasi sedikit demi sedikit meskipun masih
perlu peningkatan dan pengembangan.
b) Demi tercapainya hasil yang maksimal pendekatan internal pada setiap
individu anak masih sangat berperan terhadap semangat siswa.
3) Rencana Perbaikan
Berdasarkan hasil pengamatan dan kendala-kendala dalam pembelajaran
siklus satu, maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya, antara
lain adalah:
a) Mempersiapkan siswa secara fisik dengan menghimbau siswa supaya
tidak melakukan gerakan yang menguras tenaga sebelum latihan,
misalnya bermain kejar-kejaran dengan temannya.
b) Melakukan pendekatan internal lebih intensif pada siswa yang dirasa
masih kurang berhasil.
C. SIKLUS II
1. Pertemuan I
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari refleksi pada siklus pertama, maka perencanaan
tindakannya adalah sebagai berikut:
1) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan pertama sebelumnya.
Pendekatan bermain yang pada pertemuan sebelumnya kurang berhasil
dibuat lebih baik lagi.
2) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
3) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut ;
1) Pemanasan.
a) Mejelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum
b) Melakukan pemanasan.
Pemanasan dikemas dalam sebuah permainan sederhana yaitu
permainan menjala ikan. Caranya ditunjuk tiga anak untuk menjadi
jaring anak lainnya akan menjadi ikan. Siswa yang berperan sebagai
jaring bergandengan tangan mengejar ikan, Sedangkan siswa yang
menjadi ikan berlari menyelamatkan diri dari jaring tetapi tidak boleh
keluar dari lapangan yang sudah ditentukan. Ikan yang terkena jaring
akan bergabung menjadi regu penjaring ikan. Jaring terus menangkap
ikan sampai ikan habis dan menjadi jaring semua.
c) Stretching.
2) Inti Pelajaran
Melakukan teknik dasar lompat jangkit, antara lain:
a) Awalan.
Pembelajaran awalan pada pertemuan siklus dua masih dilaksanakan
dengan teknik permainan yang dimodifikasi. Permainannya adalah
siswa dibagi menjadi empat kelompok, masing masing anggota
kelompok akan berkompetisi berlari melewati empat simpai yang
disusun berjajar menjadi dua lintasan. Satu lintasan dilewati terlebih
dahulu dengan langkah kaki stabil dan kaki melangkah di tengah
simpai, setelag itu berbelok pada lintasan berikutnya dilakukan
bergantian hingga semua anggota kelompok yang selesai terlebih
dahulu akan menjadi pemenangnya.
b) Jingkat (Hop)
Permainan berikutnya adalah permainan yang mengandung unsur
menumpu. Permainan ini masih sama seperti pertemuan pertama pada
siklus satu, tetapi ada perubahan di dalam jarak antar bilah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
disusun lebih di jauhkan, dan jumlah bilah yang ditambah yang tadinya
tiga sekarang menjadi enam bilah. Permainannya adalah siswa dibagi
menjadi empat baris siswa melakukan gerakan lari pelan lalu jingkat
melewati enam bilah yang diatur rapi baik letak dan jaraknya.
Permainan ini dilakukan dengan system kompetisi cepat-cepata barisan
yang selesai terlebih dahulu, barisan tersebut dinyatakan menang.
Permainan ini bertujuan untuk melatih kekuatan kaki dan kecermatan
dalam melakukan jingkatan.
c) Langkah (Step)
Siswa masih dalam posisi empat baris, rintangan ditambah kardus yang
disusun didepan bilah baik letak maupun jaraknya, kemudian gerakan
juga ditambah dengan langkah melewati kardun yang disusun di depan
bilah tadi, untuk sistem permainan masih sam, yaitu cepat-cepatan
antar regu, regu yang selesai duluan maka dianggap sebagai pemenang,
dan regu yang kalah mendapat hukuman dari regu yang menang.
d) Lompat (Jump)
Siswa masih dalam posisi empat baris, dan rintangan ditambah lagi
satu kardus yang diusun baik letak maupun jaraknya, setelah siswa
melakukan gerakan jingkat melewati bilah, langkah melewati kardus,
dan ditambah lagi dengan gerakan lompat melewati kardus yang telah
disusun.
e) Mendarat
Pembelajaran mendarat merupakan bentuk pembelajaran bersambung
dengan gerakan sebelumnya. Setelah siswa melakukan gerakan lompat
kemudian siswa mendarat di bak pasir yang telah disusun ban, siswa
mendarat di tengah-tengah dengan posisi kaki rapat dan mengepeer.
f) Melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit.
Setelah melakukan teknik-teknik lompat jangkit dengan pendekatan
bermain, kemudian siswa melakukan rangkaian gerakan secara
keseluruhan di bak pasir sesungguhnya. Siswa melakukan menurut
absen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3) Penutup
Melaksanakan penenangan / pendinginan.
a) Pendinginan dilakukan berupa penguluran (stretching).
b) Setelah pendinginan, dilakukan evaluasi mengenai pembelajaran yang
telah dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan memberikan waktu pada
anak untuk bertanya gerakan mana yang dirasa cukup sulit dan peneliti
memberikan respon dengan menerangkan gerakan-gerakan yang
seharusrnya dilakukan dengan benar.
c. Pengamatan Tindakan
Adapun hasil pengamaatan pada pertemuan kedua ini sebagai berikut:
1) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit.
a) Awalan
Saat pada pembelajaran awalan siswa tampak senang dengan penyajian
materi. Dengan pendekatan bermain siswa sudah mulai bisa menikmati
pembelajaran.
b) Jingkat (Hop)
Pembelajaran pada tumpuan berjalan lancar sesuai dengan RPP. Siswa
juga senang dengan pendekatan bermain yang diberikan. Hal ini
terlihat dari sikap siswa yang cenderung selalu ingi mencoba lagi.
c) Langkah (Step)
Untuk pembelajaran ini siswa tampak senang dan penasaran karena
siswa ingin mencoba terus menerus, meskipun siswa sudah banyak
yang bisa.
d) Lompat (Jump)
Pada pembelajan ini siswa tampak senang karena gerakan dirangkai
menjadi satu, siswa bersemangat dalam melakukan gerakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
e) Mendarat
Pada pembelajaran sikap mendarat, dilakukan secara keseluruhan. Dari
awalan, melewati kardus lalu mendarat di ban. Pada pembelajaran
sikap mendarat sikap terlihat senang dengan pendekatan bermain yang
diberikan.
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan pertama
adalah sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru/siswa:
Penerapan pendekatan bermain pada siklus II ini tampaknya semakin
membuat siswa bersemangat, hal ini terbukti dengan sikap siswa yang tak
henti-hentinya ingin selalu mencoba setiap unsur gerakan dan meminta
peneliti untuk mengevaluasi.
2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
a) Pada pembelajaran ini dibutuhkan lebih banyak alat dan keaktifan
peneliti secara maksimal.
b) Untuk semakin memacu semangat siswa hadiah selalu disiapkan
berupa pujian, tepuk tangan, dan acungan jempol pada siswa yang
melakukan rangkaian gerakan dengan benar.
c) Peneliti harus selalu memonitor kegiatan siswa dari awal hingga akhir.
3) Rencana Perbaikan:
Berdasarkan hasil pengamatan dan kendala-kendala dalam pembelajaran
siklus satu, maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya,
antara lain adalah:
a) Agar siswa tidak merasa asing dengan kegiatan pembelajaran tersebut
maka peneliti memberikan penjelasan cara bermain dengan benar dalam
pembelajaran lompat jangkit untuk meningkatkan hasil belajar.
b) Kelompok yang dirasa kurang berhasil pada pertemuan pertama akan
diberikan perhatian lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
c) Peneliti harus tetap memberikan pemahaman dan motivasi
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan permainan.
d) Peneliti harus lebih memperhatikan siswa, karena masih ada siswa
yang tidak serius waktu pembelajaran berlangsung.
2. Pertemuan II
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan kedua, maka perencanaan
tindakannya sebagai berikut:
1) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan sebelumnya.
2) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
3) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran,
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
1) Pemanasan.
a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum.
Guru memberikan penjelasan materi latihan yang akan dilakukan
siswa.
b) Melakukan pemanasan.
Pemanasan yang diberikan berupa permainan yang mengarah pada
unsur-unsur keterampilan lompat jangkit.
c) Stretching.
2) Inti Pelajaran
Melakukan teknik dasar lompat jangkit, antara lain:
a) Awalan
Pada pembelajaran awalan pertemuan kedua, bentuk latihan
merupakan pengembangan latihan pada pertemuan sebelumnya. Pola
pembelajaran adalah gerakan bersifat kompetisi antar regu. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
permainan ini siswa dibagi menjadi empat regu. Caranya siswa yang
berada pada barisan paling belakang lari zik – zak melewati barisan
teman yang didepannya. Setelah sampai didepan, kemudian disusul
teman berikutnya. Seterusnya permainan ini dilakukan sampai salah
satu barisan selesai terlabih dahulu dan barista tersebut dinyatakan
pemenangnya.
b) Jingkat (Hop)
Permainan berikutnya adalah permainan yang mengandung unsur
menumpu. Pola permainannya adalah siswa dibagi menjadi empat
baris saling berhadapan dibatasi oleh kardus yang disusun berseling
letaknya antara posisi vertikal dan horisontal sebanyak enam buah.
Pelari paling depan berlari kemudian jingkat melewati kardus dengan
membawa benda estafet sampai pada regu didepannya berikan benda
estafet kemudian lakukan gerakan yang sama sampai semua anggota
regu melakukannya. Permainan ini bertujuan melatih kekuatan otot
kaki tumpu dan melatih daya ledak kaki tumpu.
c) Langkah (Step)
Permainan masih sama siswa dibagi menjadi empat baris saling
berhadapan, setelah siswa berjingkat melewati kardus kemudian siswa
melangkah melewati kardus lagi yang telah disusun didepanya.
Samapai semua siswa melakukan gerakan tersebut. Dan barisan yang
selesai terlebih dahulu dinyatakan pemenang.
d) Lompat (Jump)
Siswa masih dalam barisan e `mpat baris, setelah siswa
melakukan gerakan jingkat, langkah, kemudian gerakan ditambah
dengan lompat melewati kardus yang disusun horizontal baik letak
maupun jaraknya.
e) Mendarat
Pembelajaran sikap mendarat pada pertemuan keempat masih berupa
pembelajaran berangkai dengan gerak sebelumnya yaitu setelah siswa
jingkat, langkakah, dan melompati kardus target siswa berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
adalah mendarat pada titik lingkaran ban yang sudah disusun setelah
kardus dengan jarak tertentu.
f) Melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit.
Setelah siswa melakukan latihan gerakan bagian per bagian, kemudian
siswa melakukan rangkaian gerakan secara keseluruhan di bak pasir
sesungguhnya. Siswa secara bergantian melakukan sesuai daftar urut
absen. Guru mencatat hasil lompatan tiap anak baik jarak yang dicapai
maupun keberhasilan keterampilan gerak.
3) Penutup
Melaksanakan penenangan / pendinginan.
a) Pendinginan dilakukan berupa penguluran (stretching).
b) Setelah pendinginan dilakukan evaluasi mengenai pembelajaran yang
telah dilakukan.
c. Pengamatan Tindakan
Adapun hasil pengamatan pada pertemuan kedua ini sebagai berikut:
1) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit.
a) Awalan
Hampir sama dengan pembelajaran sebelumnya, pada pelaksanaan
pertemuan ini siswa tampak senang dan gembira sekali setiap
melakukan permainan, rupanya metode kompetisi antar regu mampu
membangkitkan semangat siswa. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang
selalu ingin mengulangi gerakan.
b) Jingkat (Hop)
Pada pembelajaran jingkat pertemuan kedua , siswa tampak senang
dengan bentuk pola bermain yang diberikan yaitu dengan lompat
kardus. Untuk menghindari kebosanan variasi letak kardus diubah
ubah dengan posisi vertikal dan horisontal dan menambah jarak antar
kardus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
c) Langkah (Step)
Pembelajaran pada langkah berjalan lancar sesuai dengan RPP. Siswa
juga senang dengan pendekatan bermain yang diberikan. Hal ini
terlihat dari sikap siswa yang cenderung selalu ingi mencoba lagi.
d) Lompat (Jump)
Pada pembelajaran lompat ini siswa tampak senang dengan bentuk
pola bermain yang diberikan yaitu dengan lompat kardus. Untuk
menghindari kebosanan variasi letak kardus diubah ubah dengan posisi
vertikal dan horisontal dan menambah jumlah kardus.
e) Mendarat
Pada pembelajaran sikap mendarat, dilakukan secara keseluruhan. Dari
awalan, melewati kardus lalu mendarat di ban. Karena merupakan
gerak berangkai maka siswa dituntut untuk melakukan gerak yang
benar dari bagian per bagian. Hal ini membuat siswa lebih
berkonsentrasi pada setiap gerakan. Siswa lebih bersemangat lagi, hal
ini bisa diamati dari respon siswa setiap selesai melakukan gerakan
selalu minta dikoreksi dan dievaluasi apakah gerakannya sudah benar,
atau bertanya gerakan mana yang masih kurang.
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan keempat
adalah sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru/siswa:
Keberhasilan dalam tiap fase pembelajaran sudah cukup kelihatan, siswa
sudah cukup baik dalam merespon setiap unsur gerakan dari bagian per
bagian. Ternyata dengan metode bermain yang diterapkan mampu membawa
siswa pada suasana belajar yang dikehendaki siswa yaitu menyenangkan,
tidak membosankan, dan bisa dinikmati.
2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
a) Guru selalu dituntut untuk selalu memberikan inovasi baru pada
metode bermain dan ragamnya supaya anak tidak mudah bosan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
b) Pujian dan semangat dari guru masih menjadi umpan balik yang jitu
dalam memberikan semangat pada siswa.
c) Siswa yang mulai jenuh dengan latihan segera diberikan penyegaran
dengan motivasi dan stimulan secara internal.
3) Rencana Perbaikan:
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi , maka perlu ada perbaikan-
perbaikan pada siklus berikutnya, antara lain adalah:
a) Memacu dan memotivasi anak dengan pendekatan internal secara
intensif.
b) Menekan datangnya rasa jenuh sedini mungkin sehingga bisa menekan
rasa jenuh yang semakin parah.
c) Peneliti harus selalu memperhatikan anak sehingga ketika anak mulai
melemah saat pembelajaran harus ada pendekatan intenal untuk
membangkitkan semangat kembali.
3. Pertemuan III
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan ke dua, maka perencanaan
tindakannya adalah sebagai berikut:
1. Membuay RPP dengan mengacu pada pertemuan ke dua.
2. Menyusu instrument yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian
lompat jangkit.
3. Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
4. Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melakukan skenario pembelajaran
yang telah direncanakan, sebagai berikut:
1. Pemanasan
c) Menjelaskan kegiatan belajar secara umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
d) Melakukan pemanasan. Pemanasan yang diberikan berupa permainan
yang mengarah pada unsur-unsur ketrampilan lompat jangkit.
2. Inti Pelajaran
Pada petemuan ke tiga sudah dijadwalkan sebagai pertemuan evaluasai,
yaitu pertemuan dimana peneliti akan menguji keberhasilan anak pada
akhir pembelajaran penerapan siklus pertama. Yang pertama dilakukan
adalah menyiapkan siswa pada kondisi suasana tes yang dikehendaki
dengan tetap mempertahankan suasana santai tapi serius. Satu per satu
siswa melakukan gerakan lima unsur lompat jangkit dengan benar sesuai
dengan taknik yang diajarkan yaitu awalan, jingkat, langkah, lompat, dan
mendarat. Guru mulai mengamati setiap rangkaian gerakan lompat jangkit,
siswa melakukan satu per satu dari nomor absen 1 hingga terakhir.
Kemudian mencatat pada lembar penilaian lompat jangkit yang telah
disiapkan.
3. Penutup
c) Melakukan penenangan dengan gerakan peregangan.
d) Memberikan evaluasi terkait dengan hasil yang diperoleh siswa,
berikut mengumumkan siapa siswa yang berhasil dan siapa siswa yang
masih kurang.
c. Pengamatan Tindakan
Pada dasarnya metode bermain cukup memberikan gairah baru pada
pembelajaran lompat jangkit, hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang memuaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.5. Deskripsi Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus 2
Aspek yang
diukur
Pra Silkus Siklus I Siklus II
Cara
Mengukur
Jumlah
Siswa
yang
lulus
Persentase
Kelulusan
Jumlah
Siswa
yang
lulus
Persentase
Kelulusan
Jumlah
Siswa
yang
lulus
Persentase
Kelulusan
Kemampuan
siswa dalam
melakukan
rangkaian
gerakan
lompat
jangkit
8
22%
22
61%
34
94%
Diamati saat
proses
belajar
mengajar
dengan
menggunaka
n lembaran
obsevasi
peneliti
d. Refleksi
Adapun keberhasilan yang diperoleh pada siklus kedua adalah sebagai
berikut:
1) Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit
meningkat dari 22 % pada kondisi awal menjadi 61 % pada akhir siklus I
dan meningkat menjadi 94 % pada akhir siklus II.
2) Pendekatan bermain memberikan banyak pencerahan dalam metode
pembelajaran dan lebih menantang siswa untuk melakukan latihan lompat
jangkit.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
pers
en
tase
kelu
lus
an
jumlah siswa yang lulus
Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit
Pra Siklus Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ), dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar lompat
jangkit pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2010
/ 2011. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kemampuan siswa dalam
melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit meningkat dari 22 % pada kondisi
awal menjadi 61 % pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 94 % pada akhir
siklus II.
B. Saran
1. Bagi Guru Penjas SMA Negeri 4 Surakarta
a. Hendaknya pendekatan bermain dapat dikembangkan dan digunakan dalam
pembelajaran lompat jangkit di sekolah.
b. Dalam proses pembelajaran harusnya guru memperhatikan kondisi siswa dan
menggunakan strategi mengajar yang bervariasi. Dengan demikian akan
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani.
2. Bagi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta
a. Siswa harus siap untuk mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran
apapun yang diberikan guru dan selalu bersedia dengan kesadaran sendiri
untuk mengikuti petunjuk dan arahan yang diberikan guru.
b. Siswa perlu lebih meningkatkan berbagai aktivitas dan mengembangkan
berbagai metode belajar sekaligus sebagai sarana memperluas pengetahuan
dan wawasannya. Belajar secara mandiri, mengerjakan tugas-tugas dari guru
untuk berlatih mempraktikan teknik dan gerakan yang ada dalam pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
3. Bagi Peneliti Berikutnya
Disarankan bagi peneliti di masa mendatang untuk dapat
mengembangkan penelitian tentang pendekatan pembelajaran, sebab pada
dasarnya terdapat beberapa pendekatan pembelajaran lain yang dapat digunakan
untuk memodifikasi teknik pembelajaran pendidikan jasmani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
DAFTAR PUSTAKA
Achasius Kaber. 1988. Perkembangan Kurikulum. Jakarta : Depdikbud
Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta:
Depdiknas. Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Tenaga Kependidikan. Bagian Proyek Pengendalian dan
Peningkatan Mutu Guru Penjas Dikdasmen.
Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Penilaian
Tenaga Kerja
Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. UNS Press.
Dadang Masnun. 1999. Atletik, Lari Gawang, Lompat Jangkit, Lompat Tinggi,
Lempar Lembing. Jakarta : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd. 2010. Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Eddy Purnomo. 2007. Pedoman Mengajar Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta :
UNY
E. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Gerry A. Carr. 2000. Atletik Untuk Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
H.J. Gino dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta : UNS Press.
Husdarta dan Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Depdiknas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung (GP) Press
Jess Jarver. 2005. Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pioner Jaya.
Jonath U., Haag E., & Krempel R. 1987. Atletik I. Alih Bahasa Suparno. Jakarta:
PT. Rosda Jaya Putra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Masnur Muslich. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar
Pengembangan Dan Pemahaman. Jakarta : PT Bumi Aksara
Mochamad Djumidar A. Widya. 2004. Belajar Berlatih Gerak-Gerak Dasar
Atletik Dalam Bermain. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
M Furqon H.2008. Mendidik Anak dengan Bermain.Buku Pegangan Guru Penjas
di Sekolah Dasar. Universitas Sebalas Maret
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Resdakarya
Rusli Lutan dan Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes.
Jakarta Depdikbud. Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan menengah.
Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan.
Jakarta : PT Fajar Inter Pratama
Soegito. 1992. Atletik I. Surakarta: UNS Press.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II.
UNS Press.
Sukintaka. 1992. Teori Bermain Untuk D2, PGSD Penjaskes. Jakarta:
Depdikbud.Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
. 2004. Teori Pendidikan Jasmani Filosofi Pembelajaran dan Masa
Depan. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Tamsir Riyadi. 1985. Petunjuk Atletik. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 1989. Jakarta : Depdikbud
Wahjoedi. 1999. Jurnal Iptek Olahraga. Jakarta : Pusat Pengkajian dan
Pengembangan IPTEK (PPPITOR). Kantor Menteri Negara dan Olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Wina Sanjaya. 2008. Setrategi Pembelajaran Beriorentasi Standartd Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Yudha M. Saputra. 2001. Dasar-Dasar Keterampilan Atletik Pendekatan Bermain
untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Jakarata: Depdiknas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar & Menengah. Bekerjasama dengan
Direktorat Jenderal Olahraga.
Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman. 1999/2000. Atletik.
Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian
Proyek Penataran Guru SMP Setara DIII.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
DAFTAR PUSTAKA
Achasius Kaber. 1988. Perkembangan Kurikulum. Jakarta : Depdikbud
Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga
Kependidikan. Bagian Proyek Pengendalian dan Peningkatan Mutu Guru
Penjas Dikdasmen.
Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Penilaian
Tenaga Kerja
Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. UNS Press.
Dadang Masnun. 1999. Atletik, Lari Gawang, Lompat Jangkit, Lompat Tinggi,
Lempar Lembing. Jakarta : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd. 2010. Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Eddy Purnomo. 2007. Pedoman Mengajar Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta : UNY
E. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Gerry A. Carr. 2000. Atletik Untuk Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
H.J. Gino dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta : UNS Press.
Husdarta dan Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Depdiknas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung (GP) Press
Jess Jarver. 2005. Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pioner Jaya.
Jonath U., Haag E., & Krempel R. 1987. Atletik I. Alih Bahasa Suparno. Jakarta: PT.
Rosda Jaya Putra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Masnur Muslich. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Pengembangan
Dan Pemahaman. Jakarta : PT Bumi Aksara
Mochamad Djumidar A. Widya. 2004. Belajar Berlatih Gerak-Gerak Dasar Atletik
Dalam Bermain. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
M Furqon H.2008. Mendidik Anak dengan Bermain.Buku Pegangan Guru Penjas di
Sekolah Dasar. Universitas Sebalas Maret
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Resdakarya
Rusli Lutan dan Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes.
Jakarta Depdikbud. Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan menengah.
Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan.
Jakarta : PT Fajar Inter Pratama
Soegito. 1992. Atletik I. Surakarta: UNS Press.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. UNS
Press.
Sukintaka. 1992. Teori Bermain Untuk D2, PGSD Penjaskes. Jakarta:
Depdikbud.Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
. 2004. Teori Pendidikan Jasmani Filosofi Pembelajaran dan Masa Depan.
Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Tamsir Riyadi. 1985. Petunjuk Atletik. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 1989. Jakarta : Depdikbud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Wahjoedi. 1999. Jurnal Iptek Olahraga. Jakarta : Pusat Pengkajian dan
Pengembangan IPTEK (PPPITOR). Kantor Menteri Negara dan Olahraga.
Wina Sanjaya. 2008. Setrategi Pembelajaran Beriorentasi Standartd Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Yudha M. Saputra. 2001. Dasar-Dasar Keterampilan Atletik Pendekatan Bermain
untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Jakarata: Depdiknas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar & Menengah. Bekerjasama dengan
Direktorat Jenderal Olahraga.
Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman. 1999/2000. Atletik. Depdikbud.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek
Penataran Guru SMP Setara DIII.