perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perbedaan tingkat ... · alat peringatan internal yang...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DALAM PROSES MENYUSUI
ANTARA IBU PRIMIPARA DAN MULTIPARA
DI RSUD KOTA SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Shinta Ratna Anggraini
R 0107011
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Shinta Ratna Anggraini. R0107011. 2011. Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui Antara Ibu Primipara dan Multipara di RSUD Kota Surakarta. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada masa pascanatal, orang tua terutama ibu akan menghadapi tuntutan bayi baru lahir seperti menyusui bayi. Keputusan ibu untuk menyusui atau tidak berkaitan dengan pengalaman menyusui pada anak sebelumnya. Rasa sakit dan nyeri yang dialami akibat trauma perineum akan menimbulkan perasaan lelah, putus asa dan tidak bahagia yang berkaitan dengan tuntutan ibu untuk menyusui bayinya. Tuntutan tersebut bagi seorang ibu akan dirasa berat sehingga dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti kecemasan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 83 orang ibu menyusui di RSUD Kota Surakarta selama bulan Mei 2011. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data diri dan skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui. Analisis data menggunakan teknik independent t-test dengan bantuan program SPSS for windows versi 17. Hasil penelitian diperoleh skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara sebesar 78,37 dan bagi ibu multipara sebesar 69,70. Hasil analisis data independent t-test menunjukkan nilai significancy (p) sebesar 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan dari hasil analisis adalah terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dimana tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara lebih tinggi daripada ibu multipara. Kata Kunci : tingkat kecemasan dalam proses menyusui, primipara, multipara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT atas rahmat dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Proses
Menyusui Antara Ibu Primipara dan Multipara di RSUD Kota Surakarta.
Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG(K) selaku Ketua Program Studi D IV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes. Sekretaris Program Studi DIV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Erindra Budi C, S. Kep Ns, M. Kes selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
4. M. Nur Dewi K, Amd., SST., M. Kes pembimbing utama atas segala petunjuk,
bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis.
5. Muthmainah dr, M. Kes pembimbing pendamping atas segala petunjuk,
bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis.
6. Direktur, staf dan karyawan RSUD Kota Surakarta.
7. Penguji atas segala petunjuk, motivasi dan saran bagi penulis
8. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Penulis menyadari keterbatasan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,
sehingga kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan.
Akhirnya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa pasca persalinan, orang tua terutama ibu akan menghadapi
tuntutan bayi baru lahir seperti menyusui bayi, tuntutan keuangan dan
penyesuaian terhadap perubahan peran dan hubungan. Hal ini dapat
menimbulkan respons emosi yang bermacam-macam. Perasaan yang dimiliki
oleh ibu terhadap bayinya bersifat kompleks dan kontradiktif. Di ujung
spektrum yang positif, ibu sangat menyayangi bayinya, merasa sangat senang
dan puas dengan pengalaman persalinannya namun di ujung spektrum yang
negatif, ibu merasakan trauma dengan pengalaman kehamilan dan
persalinannya (Freser, 2009).
Masa pasca persalinan sering merupakan waktu yang sangat
mencemaskan bagi seorang wanita yang baru pertama kali menjadi ibu karena
dituntut untuk dapat menyusui dan merawat bayinya (Freser, 2009). Sekitar
80% ibu postpartum akan mengalami periode emosional yaitu postpartum
blues. Ibu akan mengalami perubahan mood, cemas, pusing serta perasaan
sedih dan salah satu penyebabnya adalah kegiatan menyusui bayi (Bahiyatun,
2006).
Keputusan ibu untuk menyusui atau tidak berkaitan erat dengan
pengalaman menyusui pada anak sebelumnya. Ibu yang pertama kali
menyusui dianggap belum berpengalaman dibandingkan dengan ibu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sudah memiliki anak sebelumnya (Suradi, 2004). Pada ibu yang memutuskan
untuk menyusui bayinya mungkin akan menjadi orang yang malang dan selalu
khawatir selama beberapa bulan setelah persalinan. Rasa sakit dan nyeri yang
dialami akibat trauma jalan lahir akan mempengaruhi libido sehingga
menimbulkan perasaan lelah, putus asa dan tidak bahagia yang berkaitan
dengan tuntutan untuk merawat bayi yang baru lahir (Freser, 2009). Tuntutan
menyusui bayi bagi seorang ibu akan dirasa berat sehingga dapat
menimbulkan gangguan psikologis seperti kecemasan (Purnama, 2008).
Kecemasan disebabkan oleh pengaruh biologis, sosial, psikologis
(Durand, 2006). Ketika merasa cemas, individu akan merasa tidak nyaman,
takut dan memiliki firasat akan ditimpa malapetaka. Kecemasan merupakan
alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu
(Videbeck, 2008). Beberapa bukti menunjukkan bahwa periode kehamilan,
persalinan dan pascanatal merupakan masa terjadinya stress yang hebat,
kecemasan, gangguan emosi dan penyesuaian diri (Fairlie et al, 2009).
Penelitian tentang tingkat kecemasan dalam menyusui pernah dilakukan
oleh Luqman Indra Purnama dari Universitas Jember dengan judul “Hubungan
Tingkat Kecemasan Ibu Post Partum Primipara dengan Kelancaran
Pengeluaran ASI di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember”. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan adanya hubungan tingkat kecemasan ibu post partum
primipara dengan kelancaran pengeluaran ASI dimana semakin tinggi
kecemasan ibu post partum maka semakin sedikit ASI yang keluar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kota
Surakarta, didapatkan hasil bahwa jumlah persalinan dan ibu nifas selama 1
bulan berkisar 70-100 pasien. Dari 10 orang ibu nifas yang terdiri dari 5 orang
ibu primipara dan 5 orang ibu multipara yang berhasil ditemui pada tanggal
14-16 Februari 2011, didapatkan data 80% ibu primipara mengatakan
mengalami kecemasan saat pertama kali menyusui bayinya dan sebanyak 20%
dari ibu multipara juga menyatakan pendapat yang sama.
Oleh karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian lebih dalam
untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara
ibu primipara dan multipara di RSUD Kota Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Apakah ada perbedaan
tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan
multipara?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses
menyusui antara ibu primipara dan multipara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
b. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada
ibu primipara.
2) Untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada
ibu multipara.
3) Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses
menyusui antara ibu primipara dan multipara.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah mengenai kondisi
psikologis, khususnya kecemasan dalam proses menyusui yang dialami
ibu primipara dan multipara.
b. Manfaat aplikatif
1) Bagi ibu
Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi ibu menyusui dalam
mewaspadai perubahan psikologis pada saat menyusui.
2) Bagi profesi
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan
selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam upaya membantu,
mencegah dan mengatasi kecemasan dalam proses menyusui.
Profesi ini terkait dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab
terhadap masalah kesehatan masyarakat seperti bidan, dokter atau
tenaga kesehatan lainnya, psikolog maupun masyarakat umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui
a. Pengertian tingkat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) tingkat adalah
susunan berlapis yang menyatakan kualitas atau keadaan lebih tinggi
atau lebih rendah yang dihubungkan dengan titik tertentu.
b. Kecemasan
1) Pengertian kecemasan
Kecemasan (ansietas) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya (Stuart, 2006). Kecemasan memberikan sinyal untuk
menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam
dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman (Kaplan & Sadock, 2005). Kecemasan juga
berhubungan dengan pengalaman dan pemahaman tentang sesuatu
yang baru (Kaplan & Sadock, 2005 ; Suradi, 2004).
2) Penyebab kecemasan.
Penyebab kecemasan terdiri dari berbagai sumber. Menurut
Durrand (2006), kecemasan disebabkan dari berbagai kontribusi-
kontribusi sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
a) Kontribusi biologis.
Banyak bukti penelitian menunjukkan bahwa manusia
mewarisi kecenderungan untuk tegang atau gelisah. Kontribusi-
kontribusi kecil dari berbagai macam gen di berbagai wilayah
kromosom membuat seseorang rentan mengalami kecemasan.
Kecemasan juga berhubungan dengan sirkuit otak dan system
neurotransmitter tertentu. Daerah otak yang paling sering
berhubungan dengan kecemasan adalah sistem limbik. Sebuah
penelitian mengidentifikasi adanya sirkuit otak dalam sistem
limbik yang dapat menimbulkan kecemasan.
b) Kontribusi psikologis.
Kecemasan adalah reaksi psikis terhadap bahaya di seputar re-
aktivasi situasi menakutkan pada masa kanak-kanak. Pada
masa tersebut, seseorang menyadari bahwa tidak semua
kejadian dapat dikontrol. Kontinum untuk persepsi ini
bervariasi dari keyakinan penuh atas kemampuan untuk
mengontrol semua aspek kehidupan hingga ketidakpastian
seseorang mengatasi berbagai kejadian di masa datang.
Kemampuan untuk mengontol diri menimbulkan action
tendency (kecenderungan untuk bertindak) yang disebut dengan
emosi. Fungsi utama emosi dapat dipahami sebagai penuntun
seseorang untuk melakukan tindakan sebagai respons adanya
kejadian eksternal. Berbagai keadaan emosional yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
menyertai individu dalam bertindak dan berucap disebut
dengan afek. Afek negatif dialami oleh individu yang
cenderung takut, cemas, gelisah dan depresi. Afek positif
merangkum berbagai kecenderungan untuk merasa senang,
riang, gembira dan sebagainya.
c) Kontribusi sosial.
Peristiwa yang menimbulkan stres dapat memicu kerentanan
seseorang terhadap kecemasan. Peristiwa tersebut sebagian
besar bersifat pribadi seperti masalah perkawinan, perceraian,
masalah di tempat kerja, tekanan sosial dan sebagainya.
Sebagian lainnya mungkin bersifat fisik seperti cedera atau
penyakit.
d) Model integratif.
Model integratif atau triple vulnerability theory merupakan
integrasi dari kontribusi biologis, psikologis dan sosial dalam
perkembangan teori kecemasan. Triple vulnerability theory
terdiri dari :
(1) Generalized biological vulnerability (kerentanan biologis
menyeluruh) adalah kecenderungan untuk tegang atau
gelisah berasal dari genetik atau diturunkan.
(2) Generalized psychological vulnerability (kerentanan
psikologis menyeluruh) adalah adanya keyakinan yang kuat
pada individu bahwa dunia ini berbahaya dan berada di luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kontrol sehingga bila terjadi hal-hal buruk, individu
tersebut akan merasa tidak mampu untuk mengatasinya.
(3) Specific psychological vulnerability (kerentanan psikologis
spesifik) adalah adanya pengalaman buruk terhadap objek
tertentu yang berbahaya meskipun sebenarnya tidak
menimbulkan bahaya apapun.
Husada dalam Andari (2010) mengatakan kecemasan akan
menyertai disetiap kehidupan manusia, terutama bila dihadapkan
pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik. Faktor-
faktor penyebab kecemasan adalah :
a) Faktor fisik. Kelelahan fisik bisa melemahkan kondisi mental
individu sehingga memudahkan timbulnya simptom-simptom
neurotic.
b) Trauma dan konflik. Konflik akan terus membayangi apabila
belum diselesaikan.
Menurut Carnegie dalam Mursyidi (2010), faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya kecemasan dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Faktor kognitif
Kecemasan dapat timbul sebagai akibat adanya pengalaman
masa lalu yang menakutkan dan pernah menimbulkan rasa
sakit, maka apabila individu dihadapkan pada peristiwa yang
sama ia akan merasakan kecemasan sebagai reaksi adanya
bahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b) Faktor lingkungan
Kecemasan dapat timbul dari hubungan-hubungan dan kondisi
di masyarakat. Kecemasan dalam kadar terberat dirasakan
sebagai akibat dari perubahan sosial yang amat cepat, dimana
tanpa persiapan yang cukup seseorang sudah dihadapkan pada
situasi yang terus menerus berubah sehingga seseorang sulit
melepaskan diri dari pengalaman yang mencemaskan ini.
c) Faktor proses belajar
Kecemasan timbul sebagai akibat dari proses belajar. Manusia
mempelajari respons terhadap stimulus yang memperingatkan
adanya peristiwa berbahaya akan segera terjadi.
3) Tingkatan kecemasan
Videbeck (2008) mengungkapkan bahwa kecemasan dapat
dibagi menjadi 4 tingkatan. Setiap tingkat menyebabkan perubahan
fisiologis dan emosional pada individu. Tingkatan tersebut yakni :
a) Kecemasan ringan
Adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat
dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan dan
melindungi dirinya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b) Kecemasan sedang
Merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu
yang benar-benar berbeda sehingga individu menjadi gugup.
c) Kecemasan berat
Dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan ancaman sehingga ia memperlihatkan respons takut dan
distress.
d) Panik
Merupakan tingkatan tertinggi dari kecemasan. Pada tingkatan
ini semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut
mengalami respons fight, flight, atau freeze.
4) Gejala kecemasan
Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua
manusia. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama
kecemasan cenderung bervariasi dari orang ke orang (Kaplan &
Sadock, 2005). Terdapat empat tingkatan kecemasan yakni ringan,
sedang, berat dan panik (Tabel 2.1). Pada masing-masing tahap,
individu memperlihatkan perubahan perilaku, kemampuan kognitif,
dan respons emosional ketika berupaya menghadapi kecemasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Tabel 2.1 Tingkat respons kecemasan
Tingkat kecemasan
Respons fisik Respons kognitif Respons emosional
Ringan (1+)
Ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian, rajin
Lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal
Perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, terstimulasi, tenang
Sedang (2+)
Ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, memukulkan tangan, suara berubah, kewaspadaan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
Lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
Tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira
Berat (3+) Ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, tindakan tanpa tujuan, rahang menegang, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar-mandir, meremas tangan
Lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman, egosentris
Sangat cemas, agitasi, takut, bingung, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas
Panik (4+) Fight, flight, freeze, ketegangan otot meningkat, tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormone stress dan neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga
Persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, tidak rasional, halusinasi
Merasa terbebani, merasa tidak mampu, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, kaget, lelah
Sumber : Videbeck, 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Menyusui
1) Pengertian menyusui
Menyusui adalah cara pemberian makanan yang alamiah
kepada bayi dari payudara ibu. Keberhasilan menyusui tidak
diperlukan alat-alat yang khusus dan biaya yang mahal karena
hanya diperlukan kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui
serta dukungan dari lingkungan dan suami (Handayani, 2007).
2) Perilaku bayi saat menyusui
Ibu harus mengetahui bahwa jika seorang bayi tidak lapar,
bayi tidak akan mencari puting. Bayi biasanya mengantuk selama
beberapa hari dan pada mulanya bukan merupakan pengisap yang
baik (Berhman, 2006). Pada 24 jam pertama, bayi mengonsumsi 7
ml susu setiap kali menyusu dan pada 24 jam kedua konsumsi
meningkat hingga 14 ml setiap kali menyusu (Fraser, 2009). Bayi
cukup bulan akan dengan cepat menaikkan masukkannya dari 30
ml sampai 80-90 ml setiap 3-4 jam pada usia 4-5 hari (Berhman,
2006).
d. Tingkat kecemasan dalam proses menyusui
1) Pengertian
Tingkat kecemasan dalam proses menyusui adalah suatu keadaan
atau tahapan yang menyebabkan adanya perubahan psikologis ibu
selama proses menyusui (Handerson, 2005). Kecemasan tersebut
berkaitan erat dengan kondisi psikologis ibu pada masa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
postpartum. Pada masa postpartum terdapat periode yang akan
menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih
menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Berdasarkan
teori Reva Rubin, ibu akan mengalami tiga tahapan perubahan
psikologi pada periode postpartum yaitu :
a) Taking in
Terjadi 1-2 hari setelah melahirkan. Pada umumnya ibu pasif
dan perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. Ibu
akan terus menceritakan pengalamannya waktu bersalin.
Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan
biasanya bertambah.
b) Taking hold
Terjadi 2-4 hari postpartum. Perhatian ibu tertuju pada fungsi-
fungsi tubuh dan kemampuannya menjadi orang tua yang
sukses sehingga ibu akan berusaha keras menguasai
keterampilan merawat dan menyusui bayi. Nasihat dari bidan
sangat diperlukan agar kepercayaan diri ibu timbul.
c) Letting go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah sehingga harus
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kebutuhan bayi. Hal
ini akan menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan
dan berhubungan sosial.
(Bahiyatun, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Sekitar 80% ibu postpartum akan mengalami periode
emosional stress pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-10 yang
disebut dengan postpartum blues. Ibu akan mengalami perubahan
mood, cemas, pusing serta perasaan sedih dan sendiri. Periode ini
akan hilang dengan sendirinya namun tetap diperlukan dukungan
psikososial. Penyebab timbulnya postpartum blues adalah :
a) Perubahan kadar hormon yang terjadi secara cepat (perubahan
kadar estrogen, progesterone, dan prolaktin).
b) Ketidaknyamanan yang didapatkan (payudara bengkak, nyeri
persalinan).
c) Menyusui dengan ASI.
d) Perubahan pola tidur.
(Bahiyatun, 2009)
2) Faktor –faktor yang menyebabkan kecemasan ibu dalam proses
menyusui
a) Stressor psikososial
Stressor psikososial adalah suatu peristiwa atau kejadian
yang mengakibatkan seseorang harus melakukan penyesuaian
atau adaptasi terhadap kondisi yang dialami tersebut. Setiap
orang mempunyai kekuatan atau ketahanan tertentu terhadap
stressor yang dialaminya. Ketahanan terhadap stressor
mengakibatkan perbedaan reaksi yang berbeda-beda pada tiap
orang (Elvira, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Menyusui merupakan pengalaman baru yang dapat
menjadikan stressor bagi ibu primipara (Nichol, 2005).
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin mengalami
berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui bagaimana
cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana (Bahiyatun, 2009).
Ibu primipara sering membutuhkan lebih banyak informasi
praktis tentang cara menyusui, menggendong, menenangkan,
dan merawat bayi baru lahir (Handerson, 2005).
Ibu multipara cenderung lebih berpengalaman
dibandingkan dengan ibu primipara sehingga segala
permasalahan yang akan timbul terkait menyusui dapat segera
diantisipasi. Kecemasan ibu multipara lebih terkait dengan
sikap saudara kandung (sibling) terhadap bayi yang baru lahir
(Handerson, 2005).
b) Usia ibu
Martadisoebrata dalam Handayani (2007) mengatakan
bahwa umur sangat menentukan kondisi maternal dan berkaitan
dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan menyusui bayi. Ibu
yang berumur kurang dari 20 tahun dianggap belum matang
secara fisik dan psikologi dalam menghadapi peran baru
sebagai orang tua sedangkan ibu yang berumur diatas 35 tahun
dianggap berbahaya karena fisiknya sudah jauh berkurang.
Menurut Hurlock (dalam Handayani, 2007), ibu yang berumur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
20-35 tahun disebut sebagai “masa dewasa” dimana masa ini
diharapkan orang telah mampu memecahkan masalah yang
dihadapi dengan tenang secara emosional.
c) Dukungan sosial (terutama dari keluarga dan suami).
Faktor eksternal seperti kurangnya dukungan keluarga,
masyarakat dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi
timbulnya rasa cemas bagi ibu dalam menyusui bayinya. Ibu
yang sebelumnya sudah mendapatkan kesulitan dalam
menyusui dan mendapat perhatian maupun dukungan yang
kurang dari lingkungan sekitar akan membuat ibu putus asa dan
frustasi (Fraser, 2009). Dukungan psikologis sangat diperlukan
agar ibu memiliki rasa percaya diri untuk menyusui bayinya
(Bahiyatun, 2009).
d) Kondisi bayi
Kondisi bayi juga memberikan kontribusi kecemasan bagi
ibu dalam menyusui bayi. Ibu yang mendapati bayinya lahir
dengan kondisi yang berkebutuhan khusus (misal prematur)
akan membuat ibu merasa kesulitan dan cemas dalam
menyusui bayinya (Kodrat, 2010).
e) Ketidaknyamanan payudara ibu
Masalah lain yang terkait dengan timbulnya kecemasan
dalam proses menyusui adalah adanya ketidaknyamanan pada
payudara yang kerap menghampiri ibu primipara seperti adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pembengkakan pada payudara, puting lecet, saluran tersumbat,
mastitis, abses payudara, kelainan anatomi puting atau bayi
enggan menyusu (Bahiyatun, 2009).
2. Pengertian primipara dan multipara
Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin
mencapai titik mampu bertahan hidup. Multipara adalah seorang wanita
yang telah mengalami dua kehamilan atau lebih dengan janin mencapai
titik mampu bertahan hidup (Varney, 2006). Primipara dan multipara
merupakan penjabaran dari paritas. Paritas adalah jumlah kehamilan yang
berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik mampu
bertahan hidup. Titik ini dipertimbangkan dicapai pada usia kehamilan 20
minggu atau berat janin 500 gram (Varney, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
B. Kerangka Konsep
Keterangan :
Gambar 2.1 Diagram kerangka konsep
: Diteliti : tidak diteliti
· Stressor psikososial · Dukungan keluarga · Kondisi bayi · Ketidaknyamanan
payudara
Belum berpengalaman
Variabel bebas : paritas ibu menyusui
Masa nifas
Ibu multipara Ibu primipara
Postpartum blues
Mengulang pengalaman
Variabel tergantung : Tingkat kecemasan dalam
proses menyusui
Perubahan hormonal
Tekanan (stressor)
Psikologi ibu
Sense of control
Emosi
Afek negatif (ucapan dan tindakan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka konsep yang ada, maka dapat diambil
hipotesis sebagai berikut :
Ibu primipara lebih cemas dibandingkan dengan ibu multipara dalam proses
menyusui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik
dengan pendekatan kasus cross sectional dimana variabel bebas (faktor risiko)
dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama
(Taufiqurrahman, 2005). Penelitian ini mempelajari ukuran perbedaan tingkat
kecemasan dalam proses menyusui (efek) yang dialami ibu primipara dan
multipara (faktor risiko).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di RSUD Kota Surakarta yang
beralamatkan di Kecamatan Banjarsari dengan alokasi waktu penelitian pada
bulan Mei 2011.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
a. Populasi target
Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu primipara dan multipara
yang menyusui bayinya di RSUD Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Populasi aktual
Populasi aktual dalam penelitian ini sebanyak 83 ibu menyusui yang
terdiri dari ibu primipara dan multipara di RSUD Kota Surakarta pada
bulan Mei 2011.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive sampling
dimana penentuan subjek penelitian berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat
tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Taufiqurrahman,
2005)
3. Estimasi Besar Sampel
Rata-rata persalinan perbulan di RSUD Kota Surakarta sebesar 70-
100 persalinan. Berdasarkan Sugiyono (2009), ukuran sampel yang layak
digunakan dalam penelitian adalah 30 sampai dengan 500 dengan jumlah
sampel dalam setiap ketegori minimal 30 sampel sehingga sampel minimal
yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 30 sampel untuk kelompok
primipara maupun multipara.
4. Kriteria Restriksi
a. Kriteria inklusi
1) Ibu primipara dan multipara 3 hari postpartum.
2) Ibu primipara dan multipara yang melahirkan normal.
3) Ibu primipara dan multipara yang berusia 20-35 tahun.
4) Ibu primipara dan multipara yang menyusui bayinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
5) Ibu primipara dan multipara yang mendapatkan perawatan rooming
in dengan bayinya.
b. Kriteria eksklusi
1) Ibu primipara dan multipara yang tidak bersedia mengikuti
penelitian.
2) Ibu primipara dan multipara yang masih mendapatkan perawatan
intensif pasca persalinan
3) Ibu primipara dan multipara yang memiliki kelainan anatomi
payudara
4) Ibu multipara yang belum memiliki pengalaman menyusui karena
kondisi-kondisi tertentu.
D. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 Definisi operasional variabel
No. Variabel Definisi operasional Pengukuran
Alat ukur Skala 1. Variabel
bebas : paritas ibu menyusui
Paritas ibu menyusui sebagai primipara dan multipara. Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Sedangkan multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua kehamilan atau lebih dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup (Varney, 2006)
Kuesioner Nominal
2. Variabel tergantung : tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan dalam menyusui yang dialami ibu dalam 3 hari postpartum yang meliputi aspek fisiologis, kognitif dan afektif.
Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui
Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
E. Cara Kerja
1. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang terdiri dari :
a. Kuesioner data diri
Meliputi nama, usia, alamat, jumlah kehamilan, jumlah
persalinan, jumlah pemberian ASI, lama memberikan ASI dan
penyebab berhenti memberikan ASI
b. Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui
Skala tingkat kecemasan ibu menyusui disusun oleh peneliti
berdasarkan respons kecemasan yang diungkapkan oleh Videbeck
(2008) meliputi respons fisik, kognitif dan emosional. Skoring item
skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sistem
penilaian skala Likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban yang telah
dimodifikasi menjadi 4 alternatif jawaban dengan menghilangkan
skala ragu-ragu atau tidak tentu (TT) sehingga diharapkan responden
dapat memberikan jawaban yang pasti.
Item-item dalam skala meliputi pernyataan yang mendukung
(favorable statement) dan pernyataan yang tidak mendukung
(unfavorable statement) dengan jumlah yang seimbang. Variasi
jawaban yang tersedia untuk kedua pernyataan tersebut adalah sangat
sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai
(STS) (Suryabrata, 2003). Skor untuk pernyataan favorable statement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
terdiri dari skor 4 (SS), 3 (S), 2 (TS) dan 1 (STS). Sedangkan skor
untuk pernyataan unfavorable statement terdiri dari 4 (STS), 3 (TS), 2
(S) dan 1 (SS).
Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Kecemasan dalam Menyusui
No. Aspek Item
Favourable Unfavourable
1. Fisiologis 2, 5, 6, 10, 11, 26, 27, 30, 31 22, 23, 28, 35, 37, 44
2. Emosional 1, 4, 13, 32, 36, 39, 40, 41
3, 9, 18, 20, 21, 25, 34, 38, 43, 45
3. Kognitif 12, 14, 15, 16, 17, 19, 42, 7, 8, 24, 29, 33 Jumlah 24 21
Sumber : Data Primer, 2011
2. Validitas dan reliabilitas instrument
a. Uji validitas instrumen
Sebelum dilakukan penelitian, instrumen (kuesioner) tersebut
diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji validitas dan
reliabilitasnya. Suatu item yang digunakan dalam instrumen adalah
item yang memiliki kualitas tinggi (valid). Kualitas item tersebut dapat
ditentukan melalui prosedur pengujian konsistensi item-total atau yang
biasa dikenal dengan indeks daya beda item (Azwar, 2008). Item yang
memiliki kualitas cukup tinggi (valid) akan digunakan dalam
instrumen sedangkan item yang tidak memiliki kualitas tinggi (tidak
valid) akan disingkirkan (gugur). Skala dalam penelitian ini akan diuji
daya beda itemnya dengan menggunakan korelasi product moment
dengan bantuan program komputer Stasistical Package for Social
Science (SPSS) versi 17,0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Uji coba skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui
dilaksanakan pada tanggal 19-29 April 2011 pada ibu menyusui 3 hari
post partum di RSUD Kota Surakarta. Sebanyak 20 eksemplar skala
dibagikan, semuanya terkumpul dan memenuhi syarat untuk diuji
validitas dan reliabilitasnya.
Hasil penghitungan indeks daya beda item dari 45 item skala
tingkat kecemasan dalam proses menyusui diperoleh indeks korelasi
item berkisar 0,071 sampai 0,786. Terdapat 10 item yang dinyatakan
tidak valid berdasarkan ada tidaknya tanda bintang pada item tersebut
sehingga diperoleh item sahih (valid) sebanyak 35 item dengan indeks
korelasi item berkisar 0,566 sampai 0,786. Hasil penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran sedangkan perincian item
gugur dan item yang valid dapat dilihat pada tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 3.3 Perincian Item Gugur dan Item Sahih Skala Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui
No Aspek Bentuk pernyataan
Item Awal Item Gugur Jumlah
item sahih
Item Jumlah Item Jumlah
1. Fisiologis Favorable 2, 5, 6, 10, 11, 26, 27,
30, 31 9 5, 11 2 7
Unfavorable 22, 23, 28, 35, 37, 44
6 23, 28, 44 3 3
2. Emosional Favorable 1, 4, 13, 32, 36, 39, 40,
41 8 32, 36, 39 3 5
Unfavorable 3, 9, 18, 20, 21, 25, 34, 38, 43, 45
10 0 0 10
3. Kognitif Favorable 12, 14, 15, 16, 17, 19,
42 7 15, 17 2 5
Unfavorable 7, 8, 24, 29,
33 5 0 0 5
Total 45 35 Sumber : Data Primer, 2011
Setelah dilakukan penghitungan validitas skala, langkah selanjutnya
adalah menyusun skala baru berdasarkan perincian yang sudah ada. Item
yang gugur disingkirkan (tidak digunakan lagi dalam penelitian)
sedangkan item yang sahih disusun kembali dengan nomor urut yang
baru. Susunan item setelah uji coba terdapat pada tabel dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 3.4 Susunan Item Skala Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui Setelah Uji Coba
No. Aspek Bentuk
Pernyataan Item Jumlah Total
1 Fisiologis Favorable 2, 5, 9, 21, 22, 24,
25 7 10 Unfavorable 18, 28, 29 3
2 Emosional Favorable 1, 4, 11, 31, 32 5
15 Unfavorable
3, 8, 14, 16, 17, 20, 27, 30, 34, 35 10
3 Kognitif Favorable 10, 12, 13, 15, 33 5
10 Unfavorable 6, 7, 19, 23, 26 5 Total 35
Sumber : Data Primer, 2011
b. Uji reliabilitas instrumen
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil
ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran
yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya
karena perbedaan skor yang terjadi diantara individu lebih ditentukan
oleh faktor eror daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya.
Pengukuran yang tidak reliabel tentu tidak akan konsisten dari waktu
ke waktu (Azwar, 2007). Teknik untuk mengetahui reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan analisis reliabilitas Alpha Cronbach
dengan menggunakan bantuan program computer Statistical Package
for Social Science (SPSS) versi 17 . Suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,6.
(Ghozali, 2001). Hasil penghitungan reliabilitas skala dengan
menggunakan analisis Alpha Cronbach menunjukkan angka 0.957.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Berdasarkan penghitungan tersebut, maka skala tingkat kecemasan
dalam proses menyusui ini dianggap andal sebagai alat ukur penelitian.
Setelah kuesioner dinyatakan valid dan reliabel, maka kuesioner
tersebut dapat dijadikan instrument penelitian. Peneliti dapat
melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner tersebut pada
masing-masing kelompok ibu menyusui primipara dan multipara untuk
diisi sesuai dengan pendapat masing-masing subjek.
F. Pengolahan Data dan Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah
melakukan coding, tabulating, scoring, dan analisis data.
1. Analisis data tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu
primipara.
Analisis data untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui
pada ibu primipara menggunakan statistik deskriptif (Winarsunu, 2006)
2. Analisis data tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu
multipara.
Analisis data untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui
pada ibu multipara menggunakan statistik deskriptif (Winarsunu, 2006).
3. Analisis data untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemaan dalam proses
menyusui antara ibu primipara dan multipara
Analisis data menggunakan uji statistik t-test untuk 2 sampel bebas yaitu
uji statistik parametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan dari data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
independen (sampel bebas). Kesimpulan didapat apabila hipotesis nol (Ho)
ditolak, sehingga terdapat perbedaan antara 2 kelompok data tersebut. Ho
ditolak jika nilai p<0,05 (Dahlan, 2009)
Tingkat kemaknaan (α) disebut juga sebagai kesalahan tipe I adalah
besarnya peluang menolak Ho pada sampel padahal dalam populasi Ho benar
(Fajar, 2009). Tingkat kemaknaan (α) dalam penelitian ini sebesar 0,05
dimana setiap 100 kali menolak Ho, ada 5 kali menolak Ho yang benar.
Dalam penelitian ini, penghitungan analisis data selengkapnya akan
menggunakan jasa Statistical Package for Social Science (SPSS) version 17.0
for windows.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
RSUD Kota Surakarta merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan
yang sebelumnya bernama RB Banjarsari. RSUD Kota Surakarta beralamat di
Jl. Dr. Lumbang Tobing no. 10 Setabelan, Banjarsari, Kota Surakarta.
Pelayanan kesehatan yang dapat diberikan di RSUD Kota Surakarta mencakup
poliklinik Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana (KIA/KB), poliklinik
mata, gigi, penyakit dalam, kulit dan kelamin, ruang VK (Kamar Bersalin),
ruang nifas, ruang inap, laboratorium dan gedung apotek.
RSUD Kota Surakarta memberikan pertolongan persalinan pada
persalinan normal dan apabila menemui persalinan yang abnormal akan
dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Rata-rata persalinan
perbulan sekitar 70 hingga 100 persalinan. Para ibu yang bersalin di RSUD
Kota Surakarta akan mendapatkan perawatan masa nifas selama ± 3 hari. Ibu
akan ditempatkan bersama bayinya dalam satu ruangan sehingga dapat
memudahkan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi.
B. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, karakteristik responden terbagi menjadi 2 yaitu
karakteristik responden berdasarkan jumlah anak yaitu ibu primipara dan
multipara serta karakteristik responden berdasarkan umur. Responden dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
penelitian ini adalah ibu primipara dan multipara yang menyusui bayinya
selama 3 hari postpartum di RSUD Kota Surakarta.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak (status ibu primipara dan multipara)
Status Frekuensi % (persen)
Ibu primipara 30 50 Ibu multipara 30 50
Total 60 100 Sumber : Data Primer, 2011. Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang
mengikuti penelitian sebanyak 30 orang ibu primipara dan 30 orang ibu
multipara dengan frekuensi masing-masing status sebesar 50%.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Rentang usia
Status Total
% (persen) Ibu primipara Ibu multipara
20-25 24 6 30 50 26-30 6 11 17 28,33 31-35 0 13 13 21,67 Total 30 30 60 100
Sumber : Data Primer, 2011.
Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa rentang usia responden
yang mengikuti penelitian berkisar usia 20 hingga 35 tahun. Responden ibu
primipara terbanyak berada pada rentang usia 20-25 tahun sedangkan
responden ibu multipara terbanyak berada pada rentang usia 31-35 tahun.
Sekitar 50% responden yang mengikuti penelitian berada di rentang usia 20-
25 tahun. Sebanyak 28,33% responden berada pada rentang usia 26-30 tahun
dan sebanyak 21,67% responden berada pada rentang usia 31-35 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
C. Analisis Data Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Pada skor masing-masing subjek pada skala tingkat kecemasan
dalam proses menyusui dilakukan analisis statistik deskriptif. Statistik
deskriptif ini dilakukan sebelum pengolahan statistik analitik dan
dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian. Hasil
analisis statistik deskriptif secara ringkas dapat dilihat pada tabel dibawah
ini sedangkan untuk hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran.
Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif untuk Skala Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui
Ibu
primipara Ibu
multipara Total
N 30 30 60 Mean 78.37 69.70 74.03 Standard deviation 6.698 6.238 7.763 Minimum 68 58 58 Maximum 92 80 92
Sumber : Data Primer, 2011.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa skor minimum tingkat
kecemasan pada ibu primipara sebesar 68 dan skor maximum sebesar 92.
Skor minimum tingkat kecemasan pada ibu multipara sebesar 58 dan skor
maximum sebesar 80. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa skor
tingkat kecemasan pada ibu primipara lebih tinggi dibandingkan dengan
skor tingkat kecemasan pada ibu multipara.
2. Hasil interpretasi skor
Suatu proses pengukuran atribut psikologis adalah pemberian
makna atau interpretasi terhadap skor skala. Skor pada skala psikologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
akan menghasilkan angka-angka pada level interval namun dalam
interprestasinya hanya dapat dihasilkan kategori-kategori atau kelompok-
kelompok skor yang berada pada level ordinal (Azwar, 2007).
Kategorisasi yang digunakan pada skala tingkat kecemasan dalam
proses menyusui adalah kategorisasi jenjang yang berdasarkan pada model
distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke
dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu
kontinum berdasar atribut yang diukur. Kategorisasi ini mengasumsikan
bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal sehingga skor
hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar, 2007). Kontinum
jenjang ini akan dibagi menjadi 3 kategori yaitu ringan, sedang dan berat.
Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut
Tabel 4.4 Norma Kategorisasi Skor Subjek
Kategorisasi Norma Ringan X < (µ - 1,0 σ) Sedang (µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0 σ) Berat (µ + 1,0 σ) ≤ X
Sumber : Azwar, 2007.
Keterangan
X : skor mentah (raw score)
µ : nilai rata-rata (mean)
σ : standar deviasi
Berdasarkan tabulasi data pada skala tingkat kecemasan dalam
proses menyusui didapatkan skor minimal subjek adalah 35 x 1 = 35
sedangkan skor maksimal subjek adalah 35 x 4 = 140. Rentang atau jarak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
sebaran skor adalah 140 – 35 = 105 dan setiap deviasi standarnya bernilai
105 : 6,0 = 17,5 sedangkan mean hipotetiknya adalah (35 + 140) : 2 =
87,5. Apabila subjek dibagi menjadi 3 kategori maka akan didapat
distribusi skor subjek sebagai berikut :
Tabel 4.5 Kategori Skala Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui dan Distribusi Skor Subjek Kelompok Ibu Primipara
Kategorisasi Komposisi
Kategori Skor Jumlah Persentase Ringan X < 70 2 6,67% Sedang 70 ≤ X < 105 28 93,33% Berat 105 ≤ X 0 0%
Sumber : Data Primer, 2011.
Berdasarkan analisis deskriptif didapatkan mean empirik skala
tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada kelompok ibu primipara
sebesar 78,37 dan berada pada rentang skor 68 hingga 92 sehingga tingkat
kecemasan dalam proses menyusui yang dimilki kelompok ibu primipara
berada pada kategori sedang. Kategori skala tingkat kecemasan dalam
proses menyusui dan distribusi skor subjek kelompok ibu multipara dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Kategori Skala Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui dan Distribusi Skor Subjek Kelompok Ibu Multipara.
Kategorisasi Komposisi
Kategori Skor Jumlah Persentase Ringan X < 70 15 50% Sedang 70 ≤ X < 105 15 50% Berat 105 ≤ X 0 0%
Sumber : Data Primer, 2011.
Berdasarkan analisis deskriptif didapatkan mean empirik skala
tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada kelompok ibu multipara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
sebesar 69,70 dan berada pada rentang skor 58 hingga 80 sehingga tingkat
kecemasan dalam proses menyusui yang dimilki kelompok ibu multipara
berada pada kategori ringan.
3. Hasil persentase skor skala tingkat kecemasan dalam proses
menyusui.
Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui disusun
berdasarkan 3 respons kecemasan yaitu respons fisiologis, kognitif dan
afektif. Respons-respons tersebut terdiri dari beberapa sub indikator yang
pada akhirnya membentuk pernyataan-pernyataan dalam kuesioner. Hasil
persentase masing-masing sub indikator dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.1 Persentase skor respons fisiologis skala tingkat kecemasan
dalam proses menyusui.
Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa respons fisiologis
dalam skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui terdiri dari
0 20 40 60 80
Gemetar
Jantung berdebar
Nyeri atau sakit pinggang
Banyak keringat
Sulit tidur (insomnia)
Kelelahan
43.33
30
56.67
60
50
70
33.3
26
56.67
73.3
40
46.67
Persentase
Sub
indi
kato
r
multipara
primipara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
beberapa sub indikator yaitu kelelahan, sulit tidur (insomnia), banyak
keringat, nyeri atau sakit pinggang, jantung berdebar dan gemetar.
Gambar 4.2 Persentase skor respons emosional skala tingkat kecemasan
dalam proses menyusui.
Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa respons emosional
dalam skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui terdiri dari
beberapa sub indikator yaitu menarik diri sendiri, ketakutan, tidak dapat
rileks, peka rangang (tidak sabar), mengkritik diri sendiri, tegang atau
merasa terkunci dan kehilangan kontrol.
0 20 40 60 80
Kehilangan kontrol
Marah
Tegang atau merasa terkunci
Gugup
Mengkritik diri sendiri
Kurang inisiatif
Peka rangsang / tdk sabar
Mengutuk diri sendiri
Tidak dapat rileks
Cenderung menyalahkan orang…
Ketakutan
Kehilangan percaya diri
Menarik diri sendiri
73.33
3.33
3.67
70
46.67
26.67
3.33
13.33
13.33
56.67
56.67
13.33
6.67
40
0
16.67
53.33
43.33
13.33
6.67
13.33
6.67
46.67
33.33
6.67
0
Persentase
Sub
indi
kato
r
multipara
primipara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 4.3 Persentase skor respons kognitif skala tingkat kecemasan
dalam proses menyusui.
Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa respons kognitif skala
tingkat kecemasan dalam proses menyusui terdiri dari beberapa sub
indikator yaitu orientasi pada masa lalu, memblok pikiran, tidak mampu
konsentrasi, melamun atau termenung, pelupa dan perhatian yang
berlebihan.
4. Hasil Analisis Statistik Analitik
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji ini sangat penting karena
pemilihan penyajian data dan uji hipotesis yang dipakai tergantung dari
normal tidaknya distribusi data. Apabila data berdistribusi normal,
maka uji hipotesis menggunakan uji parametrik sedangkan apabila data
tidak normal, dapat menggunakan uji non parametrik sebagai uji
0 20 40 60 80
Perhatian berlebihan
Pelupa
Melamun / termenung
Tdk mampu konsentrasi
Memblok pikiran
Orientasi pada masa lalu
63.33
33.33
30
23.33
36.67
13.33
46.67
23.33
20
13.33
13.33
16.67
Persentase
Sub
indi
kato
r
multipara
primipara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
hipotesisnya. Dalam penelitian ini, uji normalitas untuk masing-masing
kelompok data ibu primipara dan multipara menggunakan uji Shapiro-
Wilk dimana besar sampel untuk masing-masing kelompok ≤ 50 orang
yaitu hanya sebesar 30 orang (Dahlan, 2009). Hasil uji normalitas
Shapiro-Wilk dengan menggunakan program SPSS versi 17 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data
Paritas Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Ibu primipara .105 30 .200 .966 30 .429 Ibu multipara .107 30 .200 .963 30 .376
Sumber : Data Primer, 2011.
Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa significancy atau nilai
kemaknaan (p) pada uji Shapiro-Wilk sebesar 0.429 untuk ibu
primipara dan 0.376 untuk ibu multipara. Hal ini dapat dikatakan
bahwa masing-masing kelompok data memiliki distribusi data yang
normal karena nilai significancy atau nilai kemaknaan (p) > 0.05
(Dahlan, 2009).
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik t-test
untuk 2 sampel bebas (Independent t-test). Uji ini merupakan uji
statistik parametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan dari data
independen (sampel bebas). Uji statistik independent t-test dapat
digunakan bila data berdistribusi normal dan varians data boleh sama
atau tidak (Dahlan, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Berdasarkan penghitungan uji normalitas data didapatkan hasil
bahwa data berdistribusi normal dan penghitungan uji homogenitas
data didapatkan hasil bahwa varians data sama sehingga uji hipotesis
dapat menggunakan uji statistik Independent t-test. Ringkasan hasil
penghitungan uji hipotesis dengan teknik Independent t-test dengan
bantuan program komputer SPSS versi 17 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini sedangkan untuk hasil penghitungan selengkapnya dapat
dilihat di lampiran :
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis dengan Independent t-test. Levene’s
Test for Equality of Variance
t-test for Equality of
Means
t-test for Equality of
Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Equal variances assumed .051 .822 5.186 58 .000
Equal variances not assumed 5.186 57.708 .000
Sumber : Data Primer, 2011.
Berdasarkan penghitungan diatas, dapat di interpretasikan hasil sebagai
berikut :
1) Pada kotak Levene’s test (uji homogenitas sampel), nilai
signifikansi (p) sebesar 0.822 dimana nilai p > 0.05 maka dapat
diartikan bahwa varians data kelompok sama sehingga untuk
melihat hasil uji T menggunakan baris pertama yaitu Equal
variances assumed.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Angka significancy (p) pada baris pertama sebesar 0.000 dimana
nilai p < 0.05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa “terdapat
perbedaan rerata yang signifikan antara skor tingkat kecemasan
dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dimana
skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara
lebih tinggi daripada ibu multipara”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah usia dan jumlah
anak (status ibu primipara dan multipara). Usia sangat menentukan kondisi
maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan menyusui
(Handayani, 2007). Kebanyakan responden ibu primipara dalam penelitian ini
adalah ibu baru dengan usia yang masih muda bila dibandingkan dengan usia
ibu multipara. Hal ini sangat mempengaruhi kondisi emosional atau kejiwaan
dari tiap individu sehingga terdapat perbedaan cara pandang dari ibu primipara
dan multipara dalam mengatasi segala permasalahan termasuk permasalahan
dalam proses menyusui. Penelitian yang dilakukan Handayani (2007)
menyatakan bahwa usia ibu mempengaruhi bagaimana ibu mengambil
keputusan dalam pemeliharaan kesehatan dirinya dimana semakin
bertambah usia maka pengalaman dan pengetahuan semakin bertambah.
B. Perbedaan Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui Antara Ibu
Primipara dan Multipara
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik analitik
Independent t-test didapatkan hasil terdapat perbedaan rerata yang signifikan
antara skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan
multipara dimana skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
primipara lebih tinggi daripada ibu multipara. Berdasarkan mean skor tingkat
kecemasan dalam proses menyusui dapat dikatakan bahwa skor tingkat
kecemasan pada ibu primipara berada pada kategori sedang sedangkan pada
ibu multipara berada pada kategori ringan. Hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui
antara ibu primipara dan ibu multipara dapat diterima.
Perbedaan tingkat kecemasan tersebut dapat diketahui dari perhitungan
skor pada masing-masing indikator skala tingkat kecemasan dalam proses
menyusui yang disusun oleh peneliti. Skala tingkat kecemasan dalam proses
menyusui disusun berdasarkan 3 respons kecemasan yaitu respons kognitif,
emosional dan fisiologis.
Berdasarkan perhitungan pada indikator kognitif, didapatkan skor yang
cukup berbeda pada sub indikator perhatian yang berlebihan. Sebanyak 63%
kelompok ibu primipara dan 47 % kelompok ibu multipara menyatakan bahwa
perhatiannya saat ini hanya tertuju pada bayinya saja. Perbedaan ini mungkin
dikarenakan ibu multipara sudah memiliki beberapa anak sebelumnya
sehingga perhatiannya tidak hanya tertuju pada bayinya saja tetapi juga pada
keadaan anak-anaknya yang lain. Pendapat ini didukung oleh teori yang
menyatakan bahwa kecemasan ibu multipara lebih terkait dengan sikap
saudara kandung (sibling) terhadap bayi yang baru lahir (Handerson, 2005).
Perhitungan skor yang cukup berbeda juga ditemukan pada sub indikator
termenung dimana sebanyak 30 % kelompok ibu primipara dan 20 %
kelompok ibu multipara sering melamun memikirkan keadaan anak. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti, kebanyakan ibu primipara
melamun untuk memikirkan bagaimana kehidupannya kelak saat merawat dan
mengasuh bayinya setelah keluar dari Rumah Sakit. Kemungkinan
penyebabnya adalah ibu primipara masih perlu beradaptasi dengan keadaan
pasca persalinan sedangkan bagi ibu multipara, hal ini mungkin kurang
berlaku mengingat ibu multipara sudah mulai terbiasa dengan kehadiran
anggota keluarga baru. Menurut Fraser (2009) banyak ibu merasa takut
disebut sebagai ibu yang buruk jika mengungkapkan kekhawatiran mereka.
Oleh karena itu, emosi yang menyakitkan tersebut akan dipendam dan ibu
akan sering melamun untuk memikirkannya.
Selain itu, perhitungan skor yang cukup berbeda juga ditemukan pada
sub indikator unfavourable statement. Sekitar 77 % kelompok ibu primipara
dan 87 % kelompok ibu multipara tidak kebingungan dalam menempatkan
posisi bayi saat menyusui. Perbedaan skor ini mungkin dikarenakan ibu
primipara masih belum berpengalaman dalam menyusui bayi dan masih
terbatasnya pengetahuan yang dimiliki.
Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki ibu primipara tersebut membuat
ibu primipara lebih banyak membutuhkan bantuan dari orang lain. Dalam
penelitian ini, ada sekitar 37 % kelompok ibu primipara dan 13 % kelompok
ibu multipara yang membutuhkan bantuan orang lain dalam merawat bayinya.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Handerson (2005) ibu primipara
sering membutuhkan lebih banyak informasi praktis tentang cara menyusui,
menggendong, menenangkan dan merawat bayi baru lahir. Hal ini juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andrianny (2005)
bahwa pengalaman ibu dalam mengurus anak berpengaruh terhadap
pengetahuannya tentang ASI ekslusif. Menurut Notoadmojo (2007)
pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya oleh pengalaman
yang diperoleh seseorang baik pengalaman sendiri maupun orang lain. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2007) menyatakan bahwa paritas
ibu berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dalam pemberian ASI.
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa respons kognitif
terhadap kecemasan yang dialami ibu primipara lebih tinggi daripada ibu
multipara. Menurut Carpenito (2006) seseorang dikatakan cemas apabila
mengalami respons kognitif berupa tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya
orientasi lingkungan, pelupa, termenung, orientasi pada masa lalu daripada
saat ini, memblok pikiran dan adanya perhatian yang berlebihan.
Selain respons kognitif, respons emosi juga dapat menunjukkan seberapa
tinggi tingkat kecemasan yang dimiliki seseorang. Berdasarkan perhitungan
skor pada beberapa sub indikator emosional, didapatkan perhitungan skor
yang cukup berbeda antara ibu primipara dan multipara. Sebanyak 73 %
kelompok ibu primipara dan 40 % kelompok ibu multipara sering mengalami
perubahan perasaan selama menyusui. Hal ini mungkin terkait dengan usia
ibu. Usia ibu primipara yang masih muda mungkin membuat kestabilan emosi
yang dimilikinya masih belum matang bila dibandingkan dengan ibu
multipara. Menurut Fraser (2009) ibu baru cenderung mudah kesal dan sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
sensitif sehingga keseimbangan emosi sangat mudah hilang karena merasa
tertekan dan mudah marah oleh kesalahan kecil.
Ketidakstabilan emosi tersebut ternyata berpengaruh terhadap sikap ibu
pada orang lain. Ibu primipara lebih cenderung menyalahkan orang lain atau
suami. Sebanyak 57 % ibu primipara berpendapat suami harus turut serta
dalam merawat bayi meskipun pekerjaan suami sudah cukup banyak.
Pendapat tersebut ternyata hanya berlaku bagi 47 % ibu multipara.
Sebanyak 93 % ibu multipara merasa yakin mampu mengatasi segala
permasalahan dalam proses menyusui sedangkan hanya 87 % ibu primipara
yang memiliki keyakinan yang serupa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ulandari (2011) bahwa individu dengan kestabilan emosi
yang tinggi akan bersikap tenang, merasa aman dan tidak nervous sebaliknya
individu yang memiliki kestabilan emosi rendah akan cenderung mudah
cemas, emosional, malu dan murung.
Perbedaan skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui selanjutnya
terletak pada sub indikator ketakutan. Sebanyak 57 % kelompok ibu primipara
dan 33 % kelompok ibu multipara memiliki ketakutan bayinya akan tersedak
saat proses menyusui. Ketakutan tersebut mungkin terkait dengan
kekhawatiran yang berlebihan dari ibu primipara terhadap bahaya yang
mengancam bayinya. Ketakutan merupakan reaksi emosional langsung
terhadap bahaya yang dihadapi yang ditandai oleh adanya kecenderungan
untuk lari dan sering kali juga ditandai oleh adanya desakan dalam cabang
simpatik dari sistem saraf otonom (Durrand, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Dalam penelitian ini hanya terdapat 87 % kelompok ibu primipara dan
93 % kelompok ibu multipara yang menyatakan dirinya merasa rileks dalam
proses menyusui. Sebanyak 70% kelompok ibu primipara dan 53% kelompok
ibu multipara merasa gugup dalam proses menyusui. Perbedaan itu mungkin
disebabkan tekanan dan kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu primipara lebih
besar daripada yang dirasakan ibu multipara. Sebagai seorang ibu baru, ibu
primipara akan berusaha keras menjadi seorang ibu yang baik. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa menyusui merupakan pengalaman baru
yang dapat menjadi stressor bagi ibu primipara (Nichol, 2005).
Menurut Carpenito (2006) seseorang dikatakan cemas apabila
mengalami respons emosional seperti ketakutan, tidak berdaya, gugup,
kehilangan percaya diri, kehilangan kontrol, tegang, tidak dapat rileks, tidak
sabar, marah, menangis, cenderung menyalahkan orang lain, mengkritik diri
sendiri, menarik diri, kurang inisiatif dan mengutuk diri sendiri. Perbedaan
tingkat kecemasan dalam proses menyusui dapat terlihat dari respons
emosional yang dialami ibu primipara ternyata lebih tinggi dibandingkan
dengan respons emosional yang dialami ibu multipara.
Kondisi fisik juga memberikan kontribusi timbulnya rasa cemas pada
ibu. Sekitar 70 % ibu primipara mengeluh tidak dapat beristirahat dengan
tenang di malam hari karena bayinya rewel meminta ASI (Air Susu Ibu).
Kelelahan yang dialami ibu primipara mungkin disebabkan karena proses
persalinannya yang lebih panjang dibandingkan ibu multipara. Kelelahan
itulah yang menyebabkan ibu primipara masih terlihat ragu untuk menyusui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
bayinya. Ibu primipara masih menginginkan istirahat yang cukup untuk
memulihkan kondisi badannya pasca persalinan. Hanya sekitar 47 % ibu
multipara yang merasa kelelahan saat menyusui bayinya. Kemungkinan
penyebabnya adalah ibu multipara sudah bisa menerima keadaan bahwa rasa
lelah tersebut adalah hal yang wajar setelah persalinan dan sudah terbiasa
melakukannya sehingga tidak menjadi beban ibu dalam menyelesaikan
tanggungjawabnya untuk merawat dan menyusui bayi.
Menurut Husada dalam Andari (2007) kelelahan fisik bisa melemahkan
kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya simptom-simptom
neurotic penyebab kecemasan. Seseorang dapat dikatakan mengalami
kecemasan apabila secara fisiologis mengalami peningkatan frekuensi nadi,
gemetar, insomnia, kelelahan, sakit badan dan nyeri, gelisah, pusing, mual,
sering berkemih, mulut kering, peningkatan frekuensi nafas, peningkatan
tekanan darah serta diare (Carpenito, 2006).
Berdasarkan dari hasil penelitan dan teori pendukung, peneliti
beranggapan bahwa perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui
pada ibu primipara dan multipara dapat disebabkan karena respons-respons
kecemasan yang dialami ibu primipara lebih tinggi dibandingkan respons-
respons yang dialami ibu multipara. Selain itu, kecemasan dalam proses
menyusui juga dapat disebabkan beberapa faktor lain seperti usia ibu, kondisi
bayi, riwayat persalinan, ketidaknyaman pada payudara ibu serta ibu yang
pernah abortus pada kehamilan pertamanya. Penelitian ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
digeneralisasikan ke populasi penelitian akan tetapi untuk populasi yang lain
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian perbedaan tingkat kecemasan dalam proses
menyusui antara ibu primipara dan multipara di RSUD Kota Surakarta, dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Rata-rata (mean) skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang
dialami ibu primipara sebesar 78,37 dengan rentang skor 68-92 sehingga
tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dimiliki kelompok ibu
primipara berada pada kategori sedang.
2. Rata-rata (mean) skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang
dialami ibu multipara sebesar 69,70 dengan rentang skor 58-80 sehingga
tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dimiliki kelompok ibu
multipara berada pada kategori ringan.
3. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara skor tingkat kecemasan
dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dengan hasil
significancy (p) sebesar 0,000 (p < 0,05).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
B. Saran
1. Bagi ibu
a. Hendaknya ibu lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi tuntutan
menyusui bayi dengan terus meningkatkan pengetahuan tentang
manfaat dan cara menyusui yang benar, mengikuti kelas ibu hamil
selama kehamilan dan mencari tambahan informasi dari orang sekitar
maupun dari tenaga kesehatan sehingga kelak ibu bisa menyusui
bayinya dengan lancar.
b. Hendaknya ibu dapat melatih emosinya dengan meredamnya ketika
menghadapi masalah-masalah dalam proses menyusui sehingga ibu
tidak cenderung untuk menyalahkan orang lain.
c. Hendaknya ibu tetap meminta bantuan orang lain seperti keluarga atau
tenaga kesehatan apabila mengalami kesulitan dalam proses menyusui
2. Bagi profesi
a. Sebaiknya para tenaga kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan
pemberian informasi mengenai cara menyusui bayi yang benar dan
cara mengatasi segala permasalahan dalam proses menyusui sehingga
proses menyusui yang dilakukan oleh ibu dan bayi dapat berjalan
dengan lancar.
b. Sebaiknya para tenaga kesehatan dapat segera mengidentifikasi segala
permasalahan yang dialami ibu selama menyusui khususnya masalah
psikologis ibu meskipun masalah tersebut tidak bisa diungkapkan oleh
ibu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3. Bagi peneliti
Bagi peneliti yang akan melanjutkan penelitian tentang tingkat kecemasan
ibu dalam proses menyusui mungkin dapat menyempurnakan penelitian ini
dengan menambah jumlah populasi serta mengikutsertakan faktor-faktor
lain yang dapat menimbulkan kecemasan dalam proses menyusui.