digital_124781 tesis0643 end n09p pengaruh terapi lampiran(1)

27
104 MODUL 4 - A ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional. 1. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu : 1. Mengkaji data perilaku kekerasan 2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji 3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien 4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga 5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah perilaku kekerasan 6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan perilaku kekerasan 2. PENGKAJIAN 1. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. 3. Tanda dan Gejala Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini: a. Muka merah dan tegang b. Pandangan tajam c. Mengatupkan rahang dengan kuat d. Mengepalkan tangan e. Jalan mondar-mandir f. Bicara kasar g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak h. Mengancam secara verbal atau fisik i. Melempar atau memukul benda/orang lain Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Upload: agusprasetyo761

Post on 22-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

104

MODUL 4 - A ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional. 1. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu : 1. Mengkaji data perilaku kekerasan 2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji 3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien 4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga 5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah

perilaku kekerasan 6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan perilaku

kekerasan 2. PENGKAJIAN

1. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.

3. Tanda dan Gejala

Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini: a. Muka merah dan tegang b. Pandangan tajam c. Mengatupkan rahang dengan kuat d. Mengepalkan tangan e. Jalan mondar-mandir f. Bicara kasar g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak h. Mengancam secara verbal atau fisik i. Melempar atau memukul benda/orang lain

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 2: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

105

j. Merusak barang atau benda k. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan. Data ini sesuai dengan format pengkajian untuk masalah perilaku kekerasan.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat, dan saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut.

4. TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Tindakan keperawatan untuk pasien a. Tujuan

1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan 2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan 3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah

dilakukannya 4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang

dilakukannya 5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku

kekerasannya 6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,

spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

b. Tindakan 1) Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah: a) Mengucapkan salam terapeutik b) Berjabat tangan c) Menjelaskan tujuan interaksi d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 3: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

106

3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual

4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah secara: a) verbal b) terhadap orang lain c) terhadap diri sendiri d) terhadap lingkungan

5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya 6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:

a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam b) Obat c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien

7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal

8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan

baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.

9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual: a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa

10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat: a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar

(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat

b) Susun jadwal minum obat secara teratur 11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi

Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 4: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

107

ORIENTASI: “Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya A K, panggil saya A, saya perawat yang dinas di ruangan soka in. Hari ini saya dinas pagi dari pk. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?” “Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit? “Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang tamu?” KERJA: “Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab marah bapak” “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien) “Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?” “Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?” ”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.” ”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?” ”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?” “Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya” TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?” ”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan) ”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 5: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

108

sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?” ”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, assalamualaikum”

SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

a. Evaluasi latihan nafas dalam b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI “Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi” “Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?” “Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua” “Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?” Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?” KERJA “Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”. “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.” “Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?” “Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!” “Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?” “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 6: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

109

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:

a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak

dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini! ORIENTASI “Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?” “Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.” “Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” KERJA “Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak: 1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak

menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”

2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”

3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”

TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?” “Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 7: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

110

“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?” Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!” “Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?” “Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal

b. Latihan sholat/berdoa c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini ORIENTASI “Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?” “Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya” “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? KERJA “Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”. “Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.” “Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya (untuk yang muslim).” TERMINASI Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?” “Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”. “Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien) “Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah” “Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 8: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

111

buat tadi” “Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?” “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”

SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.

b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.

c. Susun jadual minum obat secara teratur Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI “Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”. “Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit” KERJA (perawat membawa obat pasien) “Bapak sudah dapat obat dari dokter?” Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus! “Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”. “Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 9: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

112

“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!” “Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.” TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?” “Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?” “Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”. “Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga a. Tujuan Keluarga dapat merawat pasien di rumah b. Tindakan

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan

(penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku

tersebut) 3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu

segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain

4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan

tindakan yang telah diajarkan oleh perawat b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila

pasien dapt melakukan kegiatan tersebut secara tepat c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan

bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan 5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 10: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

113

SP 1 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku kekerasan di rumah 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam

merawat pasien 2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku

kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat

dari perilaku tersebut) 3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien

yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini ORIENTASI “Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang Soka ini, saya yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu hadapi?” “Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di kantor Perawat?” KERJA “Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan? Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan.” “Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. “Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya Bu?” “Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara kasar? Kalau apa perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?”” “Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas, jangan lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar bapak seperti gelas, pisau. Jauhkan juga anak-anak kecil dari bapak.”

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 11: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

114

“Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa ke puskesmas atau RSJ setelah sebelumnya diikat dulu (ajarkan caranya pada keluarga). Jangan lupa minta bantuan orang lain saat mengikat bapak ya bu, lakukan dengan tidak menyakiti bapak dan dijelaskan alasan mengikat yaitu agar bapak tidak mencedari diri sendiri, orang lain dan lingkungan” “Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”. “Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji ya bu TERMINASI “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?” “Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak” “Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu” “Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita bicarakan tadi langsung kepada bapak?” “Tempatnya disini saja lagi ya bu?”

SP 2. Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol Kemarahan

a) Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah b) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan

tindakan yang telah diajarkan oleh perawat c). Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila

pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat d) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila

pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI “Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.” “Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?”

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 12: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

115

“Berapa lama ibu mau kita latihan?” “Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa berlatih bersama” KERJA ”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!” ”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.” ”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?” ”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus dilakukan bapak adalah.......?” ”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”. “Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”. “Cara yang kedua masih ingat pak, bu?” “ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”. “Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini: 1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah

serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misal : ‘Bu, Saya perlua uang untuk beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak”

2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’ Coba bapak praktekkan. Bagus pak”

3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu‘ Coba praktekkan. Bagus”

“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 13: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

116

“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.\ “Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan kemrahan “Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah” “Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali” “Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter” TERMINASI “Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?” “Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?” “Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya, Bu!” “ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.” “Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang inijuga”

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 14: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

117

SP 3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga a.Buat perencanaan pulang bersama keluarga

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI “Assalamualaikum pak, bu, karena besok Bp sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadual Bp selama dirumah” “Bagaimana pak, bu, selama ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat Bp? Apakah sudah dipuji keberhasilannya?” “Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah, disini saja?” “Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?” KERJA “Pak, bu, jadual yang telah dibuat selama B di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!” “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bp menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster E di Puskesmas Indara Puri, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx. “Jika tidak teratasi Sr E akan merujuknya ke BPKJ.” “Selanjutnya suster E yang akan membantu memantau perkembangan B selama di rumah” TERMINASI “ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke Puskesmas). Baiklah, silakan menyelesaikan administrasi!” “Saya akan persiapkan pakaian dan obat.”

5. EVALUASI a. 1Kemampuan pasien dan keluarga b. Kemampuan perawat

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 15: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

118

6. DOKUMENTASI

Berikut adalah contoh format pengkajian dari diagnosa keperawatan perilaku kekerasan. Format pengkajian lengkap dapat dilihat di modul 7

Latihan Dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien waham dengan menggunakan format yang tersedia

Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia 1. Aniaya fisik [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ] 2. Aniaya seksual [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ] 3. Penolakan [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ] 4. Kekerasan dalam keluarga [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ] 5. Tindakan kriminal [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ] Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien 6. Aktivitas motorik [ ] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi [ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien 7. Interaksi selama wawancara [ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif [ ] Mudah tersinggung

[ ] Kontak mata [ ] Defensif [ ] Curiga

Kurang Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien

7. Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan PK adalah: TAK stimulasi persepsi 1. Sesi I: mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 2. Sesi II: mencegah perilaku kekerasan fisik 3. Sesi III: mencegah perilaku kekerasan sosial 4. Sesi IV: mencegah perilaku kekerasan spiritual 5. Sesi V: mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 16: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

119

8. Pertemuan Kelompok Keluarga

Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar. Lebih rinci panduan pertemuan keluarga ini dapat dilihat di modul lain. Demikian juga dengan format evaluasi untuk pasien dan perawat akan ditampilkan di modul khusus yang membahas pertemuan keluarga.

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 17: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

120

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA

DENGAN MASALAH PERILAKU KEKERASAN Nama pasien : ................. Nama ruangan : ................... Nama perawat : ...................

Petunjuk pengisian: 1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini. 2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian

Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl No

Kemampuan

A Pasien Sp 1

1 Menyebutkan penyebab PK 2 Menyebutkan tanda dan gejala PK 3 Menyebutkan PK yang dilakukan 4 Menyebutkan akibat PK 5 Menyebutkan cara mengontrol PK 6 Mempraktekkan latihan cara

mengontrol fisik I

SP2 7 Mempraktekkan latihan cara fisik II

dan memasukkan dalam jadual

SP3 8 Mempraktekkan latihan cara verbal

dan memasukkan dalam jadual

SP 4 9 Mempraktekkan latihan cara

spiritual dan memasukkan dalam jadual

SP 5 10 Mempraktekkan latihan cara

minum obat dan memasukkan dalam jadual

B Keluarga SP 1

1 Menyebutkan pengertian PK dan proses terjadinya masalah PK

2 Menyebutkan cara merawat pasien dengan PK

SP2 3 Mempraktekkan cara merawat

pasien dengan PK

SP3 4 Membuat jadual aktivitas dan

minum obat klien di rumah (discharge planning)

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 18: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

121

PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Petunjuk pengisian: Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja (No 04.01.01). Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.

Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl No

Kemampuan

A Pasien SP Ip

1 Mengidentifikasi penyebab PK 2 Mengidentifikasi tanda dan gejala PK 3 Mengidentifikasi PK yang dilakukan 4 Mengidentifikasi akibat PK 5 Menyebutkan cara mengontrol PK 6 Membantu pasien mempraktekkan latihan cara

mengontrol fisik I

7 Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian

Nilai SP Ip SP IIp

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II 3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP IIp SP IIIp

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal 3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP IIIp SP IVp

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual 3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP IVp SP Vp

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2 Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat 3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP Vp B Keluarga SP I k

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 19: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

122

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2 Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK

3 Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK Nilai SP Ik SP II k

1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK

2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK

Nilai SP IIk SP III k

1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)

2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang Nilai SP III k Nilai Total SP p + SP k Rata-rata

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 20: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

Pengaruh terapi musik terhadap perubahan perilaku pada klien skizoprenia dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PADA KLIEN SKIZOPRENIA DENGAN PERILAKU KEKERASAN

DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Endang Caturini S¹, Budi Anna Keliat², Sutanto Priyo H.³, Herni Susanti4

Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Jakarta 10430, Indonesia

E-mail : [email protected]

Abstrak

Skizoprenia adalah gangguan psikotik yang kronik, prevalensi Skizoprenia di Indonesia 70% dari klien gangguan jiwa berat atau psikotik serta sering disertai dengan gangguan perilaku yaitu perilaku agitasi, agresif, dan perilaku kekerasan. Terapi musik ini merupakan salah satu intervensi terapi lingkungan dalam dimensi kognitif yang dapat diberikan pada klien yang mengalami masalah perilaku kekerasan dengan metode mendengarkan musik, ekplorasi perasaan, diskusi dan umpan balik. Gangguan jiwa yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta 93 % klien yang mengalami Skizoprenia dan masalah keperawatan perilaku kekerasan sebanyak 41 % dengan alasan masuk klien dibawa ke rumah sakit karena melakukan perilaku amuk. Penelitian ini berjudul pengaruh terapi musik terhadap perubahan perilaku pada klien Skizoprenia dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap perubahan perilaku pada klien Skizoprenia dengan perilaku kekerasan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”Quasi experimental pre post test with control group ” dengan intervensi terapi musik. Cara pengambilan sampel adalah total sampling dengan sampel sebanyak 80 klien dibagi 2 kelompok yaitu 40 klien kelompok yang mendapatkan terapi musik dan 40 klien kelompok yang tidak mendapatkan terapi musik. Pada kelompok yang mendapat terapi musik dilakukan pertemuan sebanyak 4 sesi dalam rentang waktu 4 hari. Perilaku kekerasan yang meliputi respon fisik, respon kognitif, respon perilaku dan respon sosial diukur dengan menggunakan kuesioner , observasi, dan pemeriksaan fisik serta dianalisis menggunakan dependent t-test, independent t-test, chi-square dan regresi liniear ganda. Hasil penelitian ini menunjukan penurunan perilaku kekerasan baik dalam respon fisik, respon kognitif, respon perilaku dan respon sosial secara bermakna, baik pada kelompok yang mendapat terapi musik dan kelompok yang tidak mendapat terapi musik. Penurunan perilaku kekerasan baik dalam respon fisik, respon kognitif, respon perilaku dan respon sosial pada kelompok klien yang mendapatkan terapi musik menurun lebih rendah secara bermakna dibanding dengan kelompok klien yang tidak mendapatkan terapi musik. Terapi musik direkomendasikan sebagai terapi dalam merawat klien dengan perilaku kekerasan.

Kata Kunci : perilaku kekerasan, perubahan perilaku, terapi musik.

Abstract

Schizophrenia is a disturbance of chronicles psychotic. Prevalence of schizophrenia in Indonesia are 70% of clients with hard mental illnes or psychotic and it is often accompanied by behavior disturbances including agitate, aggressive, and violent behavior. Music therapy is one of the intervention of environment therapy on cognitive dimension that can be given for client who happened the problems of violent behavior by the methods of hearing music, exploration feelings, discussion and feedback. Client with mental illnes at Mentally Hospital in District of Surakarta are 93% of clients who have schizophrenia and almost 41% with nursing problems of violence behavior. The reasons that they deliver to the hospital because doing fury behavior. This study is given title of the effect of music therapy toward behavior changes on schizophrenia client with violence behavior at Mentally Hospital in District of Surakarta. This study purpose to determine the effect of music therapy toward behavior changes on schizophrenia client with violence behavior. Design of this study is “quasi experimental pre post test with control group “ by the intervention of music therapy. The sample was using total sampling used skizofrenis client with violent behavior with the total 80 clients who divided into 2 groups, 40 clients who received music therapy and 40 clients who did not receive music therapy. The groups who received music therapy get 4 sessions meeting during four days. Violent behavior including the responses of physical, cognitive,

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 21: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

Pengaruh terapi musik terhadap perubahan perilaku pada klien skizoprenia dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

behavior and social which were measured by using questionnaires, observation, and physical examination and they analyzed statistically using dependent t-test, independent t-test, chi-square dan double linier regression. Results of this study indicated degradation of changes on violent behavior including the responses of physical, cognitive, behavior and social both of clients who received music therapy and did not receive music therapy. Changes on violent behavior including the responses of physical, cognitive, behavior and social to client groups who received music therapy decrease lower as means compared to client groups who did not receive music therapy. It is recommended to form and conduct music therapy to care therapy clients with violent behavior. Keywords: behavior changes, music therapy, violent behavior.

Pendahuluan

Gangguan jiwa adalah sindrom psikologi yang terjadi pada individu dan dihubungkan dengan adanya distres seperti respon negatif terhadap stimulus seperti atau perasaan tertekan, disability (ketidakmampuan) seperti gangguan pada satu atau beberapa fungsi dan meningkatnya resiko untuk mengalami penderitaan, kematian atau kehilangan kebebasan.(Frisch & Frisch , 2006) Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2007 didapatkan sebesar 4,6 per mil penduduk (Departemen Kesehatan RI, 2008), angka rasio ini melebihi batas yang ditetapkan WHO, yang hanya 1–3 per mil penduduk.

World Mental Health (WHO) menyebutkan masalah utama gangguan jiwa diseluruh dunia adalah Skizoprenia, depresi unipolar, penggunaan alkohol, gangguan bipolar, gangguan obsesif kompulsif (Stuart & Laraia, 2005). Skizoprenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang paling banyak ditemukan, prevalensi Skizoprenia secara umum di dunia 0,2-2% populasi interpersonal (Moedjiono, 2007). Sedangkan prevalensi Skizoprenia di Indonesia 70% dari klien gangguan jiwa berat atau psikotik (Departemen Kesehatan, 2000).

Skizoprenia sering disertai dengan gangguan perilaku yaitu perilaku agitasi, agresif, dan perilaku kekerasan. Riset tentang stigma pada klien Skizoprenia yang dilakukan oleh Patrick (2003) terhadap 1999 responden bahwa 12,8% sampai 48,1% dari orang Amerika melakukan perilaku kekerasan terhadap orang yang lain. Salah satu gejala yang ditunjukan pada individu yang mengalami gangguan jiwa yaitu marah berlebihan (Frisch & Frisch, 2006). Menurut Stuart dan Laraia (2003) salah satu perilaku yang sering muncul pada klien Skizoprenia yaitu sering bertengkar (47%).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993 dalam Harnawati, 2008). Karakteristik perilaku kekerasan menurut

Rawlins, dkk. (1993) yaitu 1) fisik : mempunyai riwayat agresif, penggunaan obat, kurang dapat mengendalikan diri, ketegangan tubuh, peningkatan perilaku, 2) emosional: peningkatan agitasi, peningkatan cemas, mudah frustasi, temper tantrum 3) kognitif: bingung, kayalan, bantahan, menentang, ancaman verbal, merencanakan perilaku kekerasan sebelumnya 4) sosial : menggertak, suara keras, kata-kata menekan, marah.

Perilaku kekerasan dapat mengarah ke perilaku amuk. Sedangkan perilaku amuk yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Stuart, 1987 dalam Keliat,1996).

Penanganan klien dengan perilaku kekerasan secara konsep prinsip-prinsip menangani perilaku kekerasan terdiri dari 3 strategi yaitu preventif, antisipasi dan pengekangan/managemen krisis (Stuart & Laraia, 2005). Cleven (2006, dalam Choi, 2008) mengungkapkan tindakan untuk klien perilaku agresif yaitu mengarahkan pengurangan perilaku impulsif, teknik managemen marah, terapi drama, terapi musik dan terapi dansa.

Beberapa tindakan keperawatan diatas salah satunya adalah pemberian terapi musik seperti dalam Rawlins, dkk. (1993) dikatakan terapi musik merupakan bagian dari terapi lingkungan dalam dimensi kognitif memberikan manfaat pada sensori dan ekpresi.

Berdasarkan hasil penelitian Keliat (2003) menyatakan hasil bahwa kelompok eksperimen yang mendapat edukasi dengan menggunakan SAK perilaku kekerasan mempunyai kemampuan mencegah perilaku kekerasan sebesar 86,6% dan bantuan 13,4%, sedangkan kelompok yang tidak mendapat edukasi dengan menggunakan SAK perilaku kekerasan, memiliki kemampuan hanya bergantung pada perawat.

Gold (2007) menyatakan bahwa mengikuti terapi musik dapat memperbaiki gejala pada klien

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 22: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

Pengaruh terapi musik terhadap perubahan perilaku pada klien skizoprenia dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

Skizoprenia dibanding standar perawatan dalam 12 minggu. Perubahan Positive Negative Syndrome Scale (PANSS) dengan total skor -9.00 dengan musik terapi ditambah standart perawatan (okupasi, sosial, aktifitas, dan asuhan keperawatan) dibanding hanya memakai standar keperawatan (-2,96) dengan P=0.045).

Cleven (2006, dalam Choi, 2008) melakukan penelitian tentang efek terapi musik pada anak dengan perilaku kekerasan. Dilaporkan hasil yang didapatkan terdapat perbaikan perilaku pada perilaku kekerasan dan peningkatan harga diri pada anak setelah mendapat terapi musik.

Berdasarkan paparan diatas peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut dengan mencobakan terapi musik dan terapi generalis/ standar asuhan keperawatan (SAK) perilaku kekerasan dibanding dengan yang hanya memakai terapi generalis/ standar asuhan keperawatan (SAK) perilaku kekerasan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode “quasi experiment pre-post test with control group” dengan intervensi terapi musik pada tanggal 1 Mei sampai dengan 8 Juni 2009.

Sampel penelitian ini adalah klien Skizoprenia yang mengalami perilaku kekerasan dengan kriteria inklusi sebagai berikut : usia 18 – 55 tahun; alasan dirawat : klien dengan perilaku kekerasan; klien (keluarga) bersedia jadi responden ; hari kedua perawatan. Sampel berjumlah 80 orang, yang diambil dengan metode “Total Sampling”.

Penelitian dilakukan untuk menganalisa perubahan penurunan perilaku kekerasan sebelum dan sesudah perlakuan terapi musik serta membandingkan antara kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis. Setiap kelompok berjumlah 40 orang. Pada kelompok yang mendapat terapi musik dilakukan pertemuan sebanyak 4 sesi dalam rentang waktu 4 hari.

Perilaku kekerasan yang meliputi respon fisik, respon kognitif, respon perilaku dan respon sosial diukur dengan menggunakan kuesioner , observasi, dan pemeriksaan fisik serta dianalisis menggunakan dependent t-test, independent t-test, chi-square dan regresi liniear ganda dengan tampilan dalam bentuk tabel dan distribusi frekwensi.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 1Mei sampai 8 Juni 2009, di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta terdapat 80 klien yang terdiri dari 40 klien mendapatkan terapi generalis dan 40 klien terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapat terapi generalis. Adapun hasil penelitian sebagi berikut :

Hasil analisis menunjukan bahwa dari 80 klien rerata umur 31,30 tahun dengan umur termuda 18 tahun dan tertua 52 tahun. Sedangkan rerata frekwensi perawatan sebanyak 2,88 kali dengan jumlah perawatan yang terendah 1 kali dan tertinggi frekwensi perawatan perawatannya 10 kali. Rerata lama sakit 4,46 tahun dengan lama sakit seluruh responden yang terpendek 0,1 tahun dan yang terlama sakit 26 tahun. Demikian juga dari hasil ini pada alpha 5% didapatkan adanya kesetaraan baik untuk umur, frekwensi perawatan dan lama menderita gangguan jiwa antara kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapat terapi generalis (pvalue > 0,05).

Hasil analisis terhadap proporsi klien yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak 68,8% (55) dari perempuan. Pada pendidikan terbanyak SLTP dan SMU masing-masing 26 orang (32.5% ), sedangkan untuk proporsi tidak bekerja lebih banyak ( 62,5% /50) dari pada yang bekerja. Proporsi klien tidak kawin lebih banyak kawin (63,8% /51) dari pada yang kawin. Demikian juga dari hasil ini pada alpha 5% didapatkan adanya kesetaraan baik pada jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan staus perkawinan antara kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapat terapi generalis (pvalue > 0,05).

Hasil analisis perilaku kekerasan sebelum intervensi terapi musik memiliki rerata total respon fisik dengan skor 8,05, respon kognitif dengan skor 14,86 respon perilaku dengan skor 10,91 respon komposit dengan skor 35,81. Sedangkan hasil rerata pada kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapat terapi generalis, sebelum intervensi terapi musik pada pada alpha 5% didapatkan adanya kesetaraan. Didapatkan pada respon fisik nilai P= 0,321, respon kognitif nilai P= 0, 678, respon perilaku nilai P= 0,215 respon sosial nilai P= 0,823, respon komposit nilai P= 0,606 berarti pada alpha 5% terlihat perilaku kekerasan antara kedua kelompok setara. Hasil analisis disimpulkan pada alpha 5 % didapatkan adanya penurunan perilaku kekerasan

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 23: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

Pengaruh terapi musik terhadap perubahan perilaku pada klien skizoprenia dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

secara bermakna (p value 0,000), pada respon fisik skor ini turun sebesar 2,58, respon kognitif skor ini turun sebesar 6,80, pada respon perilaku skor ini turun sebesar 8,86, respon sosial skor ini turun sebesar 4,30, respon komposit skor ini turun sebesar 16,88 pada kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan terapi musik. Demikian juga pada kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis pada alpha 5 % didapatkan adanya penurunan perilaku kekerasan secara bermakna (p value 0,000), pada respon fisik skor ini turun sebesar 2,18 respon kognitif skor ini turun sebesar 4,72 pada respon perilaku skor ini turun sebesar 4,30, respon sosial skor ini turun sebesar 2,70, respon komposit skor ini turun sebesar 11,97.

Hasil analisis diperoleh bahwa pada alpha 5 % didapatkan adanya penurunan rerata perilaku kekerasan secara bermakna pada kelompok mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dalam respon fisik lebih rendah sebesar -0,75 (p value 0,003), dalam respon kognitif lebih rendah sebesar -2,35 (p value 0,001) dalam respon perilaku lebih rendah sebesar -1,65 (p value 0,000) dalam respon sosial lebih rendah sebesar -2,02 (p value 0,000)a dalam respon komposit lebih rendah sebesar -5,78 (p value 0,000). Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan penurunan respon perilaku kekerasan baik respon fisik, respon kognitif, respon perilaku, respon sosial dan respon komposit menunjukan lebih rendah secara bermakna sesudah perlakuan antara kelompok mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis (p value <0.005).

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap respon perilaku kekerasan

Hasil analisis menunjukkan bahwa Terapi Musik dan jenis kelamin berhubungan dengan respon komposit (respon kognitif, perilaku, sosial).Terapi musik (p value 0,004) dan jenis kelamin (p value 0,001 ). Hubungan Terapi Musik dan jenis kelamin dengan respon fisik menunjukkan ada hubungan/ hubungan sedang (R=0,465). Terapi musik dan jenis kelamin mempunyai peluang sebesar 21,7 % terhadap pernurunan respon komposit. Sedangkan karakteristik lainnya yaitu usia, frekwensi perawatan, lama gangguan jiwa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, tidak berpeluang terhadap penurunan perilaku kekerasan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa Terapi Musik dan jenis kelamin berhubungan dengan respon kognitif. Terapi musik (p value 0,012 : alpha 0,05) dan jenis kelamin (p value 0,000 : alpha 0,05). Hubungan Terapi Musik dan jenis kelamin dengan respon kognitif menunjukkan ada

hubungan/ hubungan kuat (R=0,501). Terapi musik dan jenis kelamin mempunyai peluang sebesar 25,1 % terhadap pernurunan respon kognitif.

Tabel 1. Analisis Kesetaraan Perilaku Kekerasan

Sebelum Pelaksanaan Terapi Musik di RSJD Surakarta, Mei – Juni 2009 (n =80)

Tabel 2. Analisis Perbedaan Perilaku Kekerasan

Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Terapi Musik di RSJD Surakarta, Mei – Juni 2009 (n =80)

Variabel Kelompok N Mean SD P value Respon Fisik

Intervensi Kontrol

40 40

7,88 ,23

1.74 1,37

0,321

Respon kognitif

Intervensi Kontrol

0 0

4,73 5,00

2,89 3,00

,678

Respon perilaku

Intervensi Kontrol

0 0

0,53 1,30

2,78 2,77

,215

Respon sosial

Intervensi Kontrol

0 0

0,13 ,95

3,37 3,59

,823

Komposit (Kognitif, Peri laku, Sosial)

Intervensi Kontrol

0 0

5,38 6,25

7,65 7,47

,606

Kelp. Intervensi N Mean SD P value 40 40

7,88 5,30 2,58

1,74 0,65

0,000

40 40

14,73 7,93 6,80

2,89 1,94

0,000

40 40

10,53 5,35 8.86

2,78 0,77

0,000

40 40

10,13 5,23 4,30

3,37 0,58

0,000

Respon Fisik Sebelum Sesudah

Selisih Respon kognitif Sebelum Sesudah

Selisih Respon perilaku Sebelum Sesudah

Selisih Respon sosial Sebelum Sesudah

Selisih Komposit(Kognitif Perilaku , Sosial) Sebelum Sesudah

Selisih

40 40

35,38 18,50 16,88

7,65 251

0,000

Kelp. Kontrol 40 40

8,23 6,05 2,18

1,37 1,40

0,000

40 40

15,00 10,28 4,72

3,00 3,64

0,000

40 40

11,30 7,00 4,30

2,77 2,52

0,000

40 40

9,95 7,25 2,70

3,59 2,67

0,000

Respon Fisik Sebelum Sesudah

Selisih Respon kognitif Sebelum Sesudah

Selisih Respon perilaku Sebelum Sesudah

Selisih Respon sosial Sebelum Sesudah

Selisih Komposit(Kognitif Perilaku , Sosial) Sebelum Sesudah

Selisih

40 40

36,25 24,28 11,97

7,47 7,55

0,000

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 24: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

Pengaruh terapi musik terhadap perubahan perilaku pada klien skizoprenia dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

Tabel 4. Analisis Selisih Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok

Kontrol di RSJD Surakarta Mei – Juni 2009(n =80)

Tabel 5. Analisis Perbedaan Penurunan Perilaku Kekerasan Sesudah Pelaksanaan Terapi MusikPada Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSJD Surakarta, Mei – Juni 2009, (n =80)

Perilaku Kekerasan mencakup respon fisik, kognitif, perilaku dan sosial seperti menurut Rawlins, dkk., (1993). Boyd dan Nihart, (1996) mengungkapkan karakteristik perilaku kekerasan dikaji melalui respon perilaku, sosial, kognitif dan fisik atau respon perilaku internal. Dalam bagian ini akan diuraikan pengaruh terapi musik terhadap respon fisik, respon kognitif, respon sosial, dan perilaku berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum dilakukan terapi musik hasilnya adalah setara antara kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapat terapi generalis. Hasil rerata skor untuk respon fisik dengan skor 8,05 (tinggi) respon

kognitif dengan skor 14,86 (sedang), respon perilaku dengan skor 10,91 (sedang) respon komposit dengan skor 35,81 (sedang). Hasil ini menunjukan bahwa klien berada pada perilaku kekerasan dalam katagori sedang sampai tinggi. Menurut Rawlins, dkk., (1993) gejala yang muncul pada klien dengan perilaku kekerasan dalam respon fisik meliputi kurang dapat mengendalikan diri, ketegangan tubuh, peningkatan perilaku muka merah, pandangan, tajam, tekanan darah meningkat, nadi meningkat, pernafasan meningkat. Demikian juga dalam respon kognitif akan muncul gejala: bingung, kayalan, bantahan, menentang, ancaman verbal, merencanakan perilaku kekerasan. Pada klien dengan perilaku kekerasan akan mengalami perubahan dalam respon sosial yang mengakibatkan ketidakmampuan klien dalam melakukan hubungan interpersonal secara tepat (Boyd & Nihart,1996). Kondisi klien menunjukan perlu penanganan segera jika tidak akan membahayakan bagi orang lain dan diri sendiri dan lingkungan. Berdasarkan penurunan respon perilaku kekerasan pada kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis, kedua sama-sama mengalami penurunan lebih rendah secara bermakna (p value 0,000). Demikian berdasarkan hasil post intervensi pada kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis menunjukan penurunan perilaku kekerasan dalam respon fisik skor menurun 2,18, respon kognitif skor menurun 4,72 respon perilaku skor menurun 4,30, respon sosial skor menurun 2,70 , respon komposit skor menurun 11,97, Hasil ini menunjukan pada kelompok klien yang hanya mendapatkan terapi generalis mengalami penurunan perilaku kekerasan dalam katagori rendah sampai sedang. Hal diatas membuktikan bahwa pemberian terapi generalis menurunkan perilaku kekerasan dari tinggi kesedang menjadi rendah ke sedang, seperti dalam Keliat (2003) hasil penelitian terapi generalis dengan menggunakan SAK perilaku kekerasan berpengaruh terhadap kemampuan mencegah perilaku kekerasan sebesar 86,6% dan bantuan 13,4 %. Berdasarkan perbedaan selisih sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik antara kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis, menunjukan pengaruh terhadap penurunan perilaku kekerasan lebih besar secara bermakna pada respon fisik(0,40), kognitif (2,02), perilaku (0,88) dan sosial (2,20). Hal ini membuktikan bahwa pemberian terapi musik menurunkan perilaku kekerasan secara bermakna.

Variabel Kelompok n Selisih Mean

P value

Respon Fisik

Intervensi Kontrol

40 40

2,58 2,18

0,000

Respon kognitif

Intervensi Kontrol

40 40

6,80 4,72

0.000

Respon perilaku

Intervensi Kontrol

40 40

5,18 4,30

0.000

Respon sosial

Intervensi Kontrol

40 40

4,90 2,70

0.000

Komposit (Kognitif, Perilaku , Sosial)

Intervensi Kontrol

40 40

16,88 11,97

0.000

Variabel Kelomp n Mean SD SE P value Respon fisik

Intervensi Kontrol Selisih

40 40

5,30 6,05 -0,75

0,65 1,40

0.10 0.22

0,003

Respon kognitif

Intervensi Kontrol Selisih

0 0

7,93 10,28 -2,35

1,94 3,64

3,07 3,64

0,001

Respon Perilaku

Intervensi Kontrol Selisih.

0 0

5,35 7,00 -1,65

0,77 2,52

0,12 0,40

0,000

Respon sosial

Intervensi Kontrol Selisih

0 0

5,23 7,25 -2,02

0,58 2,67

0,09 0,42

0,000

Komposit (Kognitif, Perilaku, Sosial)

Intervensi Kontrol Selisih

0 0

18,50 24,28 -5,78

2,51 7,55

0,40 1,19

0,000

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 25: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

Pengaruh terapi musik terhadap perubahan perilaku pada klien skizoprenia dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

Demikian juga berdasarkan perbedaan rerata menunjukkan adanya pengaruh terhadap penurunan perilaku kekerasan baik dalam respon fisik (-0,75), kognitif (-2,35), perilaku (-1,65) dan sosial (-2,02) serta komposit (-5,79) menunjukan lebih rendah secara bermakna sesudah perlakuan antara kelompok mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis (p value <0.005).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Gold (2007) menyatakan bahwa mengikuti terapi musik dapat lebih memperbaiki gejala pada klien Skizoprenia dibanding standar perawatan dengan total skor -9.00 dengan standart perawatan ditambah musik terapi dibanding hanya memakai standar keperawatan (-2,96) dengan P=0.045).

Terapi musik merupakan terapi yang bersifat non verbal, penyembuhan melalui suara yaitu penggunaan vibrasi frekwensi atau bentuk suara yang dikombinasikan dengan musik untuk meningkatkan kesembuhan, titik beratnya perubahan-perubahan fisiologi seperti penurunan tekanan darah, detak jantung atau meredakan tegangan otot (Djohan, 2005). Demikian Rachmawati (2005) menyatakan bahwa sifat musik yang nonverbal, menjangkau sistem limbik yang secara langsung mempengaruhi emosional dan reaksi fisik manusia seperti detak jantung, tekanan darah, sirkulasi nafas. Musik klasik gubahan Mozart, dapat membantu otak untuk menghasilkan sejenis neuron yang dapat membantu tubuh untuk relak (Lifestyle,2009).

Maka berdasarkan hasil diatas terapi musik dapat ditetapkan sebagai salah satu program dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan jiwa, khususnya untuk klien dengan perilaku kekerasan.

Faktor Yang Berkontribusi Karakteristik Klien dengan Perilaku Kekerasan.

Hasil analisis menunjukkan hanya jenis kelamin yang mempunyai peluang sebesar 21,7 % terhadap pernurunan perilaku kekerasan dan pada respon kognitif merupakan peluang yang paling tinggi sebesar 25,1 % serta menunjukkan hubungan kuat (R=0,501). Sedangkan pada k arakteristik lainnya yaitu usia, frekwensi perawatan, lama gangguan jiwa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, tidak berpeluang terhadap penurunan perilaku kekerasan

Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Swanson (2002, dalam Stuart dan Laraia, 2005) menyatakan bahwa variabel demografi seperti umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pendidikan dan sosial ekonomi tidak dapat digunakan untuk memprediksi perilaku kekerasan.

Jenis kelamin berpeluang terhadap penurunan perilaku kekerasan, hal ini dikuatkan bahwaproporsi terbanyak klien berjenis laki-laki. Hal ini pula dapat dirasakan saat pemnelitian klien yang berjenis laki-laki lebih menggunakan kognitifnya dari pada perasaan juga mudah mengekpresikan respon perilaku pada perilaku kekerasan lebih cepat terlihat perubahannya dibandingkan klien yang berjenis perempuan.

Simpulan dan Saran

Karakteristik klien pada umumnya berada dalam rata-rata usia 31-32 tahun, 3 kali frekwensi perawatan, lama menderita gangguan jiwa 4-5 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan SLTP-SMU, tidak bekerja dan tidak kawin. Antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol secara statistik hasilnya menunjukan setara (p-value > α 0,05).

Perilaku kekerasan di RSJD Surakarta sebelum dilakukan intervensi pada kelompok mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis pada alpha 5 % didapatkan adanya kesetaraan.

Perilaku kekerasan di RSJD Surakarta sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis, kedua sama-sama mengalami penurunan lebih rendah secara bermakna.

Perbedaan selisih penurunan Perilaku kekerasan di RSJD Surakarta sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis terdapat penurunan lebih besar secara bermakna.

Penurunan respon perilaku kekerasan di RSJD Surakarta menunjukan lebih rendah secara bermakna sesudah dilakukan intervensi antara kelompok mendapatkan terapi generalis dan terapi musik dengan kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis (p value < α :0.05).

Hubungan Terapi Musik dan jenis kelamin dengan perilaku kekerasan pada respon kognitif menunjukkan ada hubungan/ hubungan kuat (R=0,501). Terapi musik dan jenis kelamin mempunyai peluang sebesar 25,1 % terhadap pernurunan respon kognitif.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka RSJD Surakarta dapat menetapkan terapi musik sebagai salah satu program dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan jiwa, khususnya untuk klien dengan perilaku kekerasan.

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 26: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

Pengaruh terapi musik terhadap perubahan perilaku pada klien skizoprenia dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

Daftar Acuan ,

1. American Music Therapy Association. (2008). Music therapy in mental health-evidance-based practice support. http://www.music therapy,org/ factsheets/ b.b-psychopathology.pdf, diperoleh tanggal 17 Maret 2009

2. Boyd, M.A., & Nihart, M.A. (1998). Psychiatric nursing contemporary practice, Philadelphia: Lippincott.

3. Choi. (2008). Music therapy to behaviors in aggressive adolescent, http://www. ncjrs. gov/pdffiles1/nij/grants/214438.pdf, diperoleh tanggal 24 februari 200.

4. Frisch,N.C. & Frisch,L.(2006). Psychiatric mental health nursing, (3rd edition). USA: Thompson Delmar Learning.

5. Gold & Houtman (2007). The additional therapeutic effect of group music therapy for schizophrenia patients, http://www.musictherapy,org/factsheets/b.b-psychopathology.pdf. diperoleh 17 Maret 2009.

6. Gold,C. (2007). Music therapy improves symptoms in aduls hospitalised with schizophrenia evidence-based mental health, http://www.music therapy, org/factsheets/b.b-psychopathology.pdf. diperoleh 17 Maret 2009

7. Harnawati. (2008). Askep perilaku kekerasan. http://keperawatan-gun.blogspot. com /2008/06/askep-perilaku-kekerasan.html diperoleh tanggal 22 Febuari 2008

8. Keliat & Sinaga. (1996 ). Asuhan keperawatan pada klien marah. Jakarta : EGC

9. Keliat,B.A.,(2003). Pemberdayaan klien dan keluarga dalam perawatan klien skizoprenia dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor: Desertasi, Jakarta:FKM UI.

10. Keliat & dkk, (2006). Modul IV B Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, Jakarta : FIK UI

11. __________ (2007). Modul VI C terapi modalitas : Musik. Jakarta : FIK UI.

12. Lemeshow, dkk. (1997). Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan, Yogyakarta : UGM Press.

13. Lehrman. D. (2008).The power of music therapy and your mental health., http//www. guitar players center.com/blog/guitarists-health/the-power-of-music-therapy-and- your-mental-health. diperoleh tanggal 14 Februari 2009.

14. Lindberg.(1997). Music the effect of positive emotional states. http://www. heartmath.org/Researchpapers/HzandIgA/iga.html-31k diperoleh tanggal 16 Febuari 2009.

15. Lifesley (2009). Music therapy and mental health. http://www.mtabc. com/ sound mind.

html-5k,diperoleh tanggal 16 Febuari 2009. 16. Morsoeki. (2008). Hidup semakin sulit

gangguan jiwa mengintip http://202.169.46. 231 /News/2008/10/19/Utama/ut01.htm, diperoleh tanggal 17 Februari 2008

17. Morgan. (2000) Music Therapy and Mental Health. http://www. Music therapy. org/ factsheets/mental.html-26k, diperoleh tanggal 16 febuari 2009

18. Nursalam & Pariani, S. (2001). Pendekatan praktis metodologi riset keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto.

19. Patrick .(2003). The influence of stigma on preventive efforts in psychotic disorders, in schizophrenia. http://id.wikipedia.org/wiki/ Skizofrenia. diperoleh tanggal 6 Maret 2009.

20. Pratiwi, R.P. (2008). Terapi musik, http://siar.endonesa.net/utty/2008/10/15/terapi-musik. diperoleh tanggal 22 Januari 2009

21. Rachmawati, Y. (2005). Musik sebagai pembentuk budi pekerti. Yogjakarta : Jalasutra

22. Rawlins, William & Beek. (1993). Mental health psychiatric nursing A holistic life cycle approach. Third Edition. USA: Mosby Years Book.

23. RSJD Surakarta.(2008). Profil Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakart. RSJD Surakarta.

24. Stuart, G. W., and Laraia (2005), Principles and practice of psyhiatric nursing. (7"' ed.). St. Louis : Mosby Year B.

25. Siedlecki (2008). The Effect of music on power pain, depression and disability a clinical tria. http://www.music therapy for depresi,org/psychotherapy.pdf. diperoleh 24 Maret 2009

26. Sugiyono. (2002). Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta.

27. Varcarolis, E.M., Carson, V.B., Shoemaker, N.C. (2006). Foundations of psychiatric mental health nursing: A clinical approach. (5"' ed). St. Louis: Elsevier.

28. Videbeek, S.L. (2006). Psychiatric mental health nursing. (3r d edition). Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

¹ Endang Caturini S. SKep., Ns. Staf Pengajar Keperawatan Poltekkes Surakarta ² Dr Budi Anna Keliat, SKp., M. App.Sc., Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan JIwa Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia Depok ³ Drs Sutanto Priyo H. Mkes., Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok 4 Herni Susanti, SKp., MN Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan JIwa Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia Depok

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009

Page 27: Digital_124781 TESIS0643 End N09p Pengaruh Terapi Lampiran(1)

Pengaruh terapi musik terhadap perubahan perilaku pada klien skizoprenia dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengaruh terapi…, Endang Caturini Sulistyowati, FIK UI, 2009