diksi, gaya bahasa dan permainan bunyi pada lirik lagu
TRANSCRIPT
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI PADA LIRIK
LAGU-LAGU MELAYU
(Diction, Language Style and Sound Games on Lyrics of Melayu Songs)
ISYATUR RADHIYAH1
ABSTRAK
Diksi, Gaya Bahasa dan Permainan Bunyi pada Lirik Lagu- lagu Melayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai keindahan yang terkandung dalam lirik lagu-lagu melayu yang dibawakan oleh Ahmad Jais. Penelitian ini diarahkan terhadap lirik dalam lagu-lagu melayu yang lebih menonjol dari segi diksi, gaya bahasa dan permainan bunyi yang digunakan secara khusus untuk menimbulkan efek tertentu, khususnya efek estetis.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode analisis isi. Peneliti mengambil data sebanyak 10 lirik lagu-lagu melayu yang dibawakan oleh Ahmad Jais. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diksi atau pilihan kata dalam lirik lagu- lagu melayu yang dibawakan oleh Ahmad Jais menggunakan makna konotatif dan juga makna denotatif. Ada 160 data terdapat diksi, yang bermakna konotatif 80 data dan diksi yang bermakna denotatif 80 data. Pilihan kata ini membantu penulis untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikannya dan menambah keindahan lirik lagunya. Gaya bahasa menurut pilihan kata yang paling banyak digunakan adalah gaya bahasa tidak resmi sebanyak 8 data. Gaya bahasa menurut nada yang terkandung dalam wacana yang paling banyak digunakan adalah gaya bahasa mulia bertenaga sebanyak 5 data. Gaya bahasa menurut struktur kalimat yang paling banyak digunakan adalah klimaks sebanyak 7 data. Gaya bahasa menurut langsung tidaknya makna yang paling banyak digunakan adalah gaya bahasa retoris sebanyak 10 data. Dari analisis dokumen lirik lagu-
* Dosen STIT Darul Ulum Kotabaru
124
Isyatur Radhiyah
125 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
lagu melayu dari unsur bunyi dapat diketahui ada 174 data dari unsur persajakan yang terdiri dari 34 data aliterasi dan 134 data asonansi serta 6 data kombinasi aliterasi dan asonansi. Dari unsur irama ada 10 jenis efoni. Dari unsur nada dan suasana, yaitu suasana sedih ada 2 data, suasana gembira ada 2 data, dan suasana tak berdaya ada 6 data.
Kata Kunci: diksi, gaya bahasa, permainan bunyi
PENDAHULUAN
Sastra diciptakan oleh manusia untuk mengungkapkan
sebuah ekspresi baik secara tulisan maupun lisan. Karya sastra
dihasilkan oleh penciptanya untuk menghibur dirinya atau orang
lain. Suatu karya merupakan bagian dari sebuah kebudayaan. Salah
satu karya sastra yang memiliki banyak penafsiran adalah lirik lagu.
Lirik adalah bagian dari sebuah kata-kata yang ditulis oleh pencipta
lagu untuk mengungkapkan perasaannya dalam membentuk
rangkaian kata-kata.
Penelitian mengenai lirik lagu pada umumnya untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan sebuah lirik lagu dalam
mempengaruhi setiap pendengarnya. Lirik lagu yang dapat
digolongkan sebagai hasil karya sastra tidak pernah terlepas dari
kebudayaannya, kebudayaan melayu adalah kebudayaan yang
turun temurun yang dilakukan oleh masyarakatnya. Kebudayaan
melayu tumbuh subur dan kental ditengah-tengah masyarakat
Indonesia, salah satunya dengan musik melayu yang hadir di
Indonesia. Begitupun dengan masyarakat suku Bajau yang ada
diwilayah kotabaru selalu mendendangkan lagu-lagu melayu oleh
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
126 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Ahmad Jais yang dibawakan dengan iringan grup musik Alahai
Suku Bajau, walaupun mereka dari suku Bajau tapi mereka suka
sekali dengan lagu-lagu berlirikan melayu. Suku Bajau yang aslinya
mempunyai bahasa Astronesia, namun mampu membawakan lagu
yang berlirik melayu. Pada umumnya seseorang menghasilkan
sebuah karya sastra untuk kalangannya sendiri, tetapi karena mudah
diterima oleh masyarakat maka karya sastra yang dihasilkan
tersebut telah dipakai dalam kehidupan mereka. Penerimaan
masyarakat ini diperkuat oleh Pradopo (2010:125) yang menekankan
bahwa sebuah hasil dari karya sastra tidak pernah terlepas dari
paham-paham dan pikiran-pikiran, atau pandangan dunia yang ada
pada zamannya atau sebelumnya serta tidak terlepas dari kondisi
budayanya dan semua itu terermin dalam karyanya. Lirik lagu
melayu oleh Ahmad Jais berisikan lirik lagu yang sangat indah,
berisikan nasihat-nasihat tentang kehidupan dan percintaan.
Meskipun lirik lagu ini merupakan lirik melayu, tetapi liriknya
banyak disukai oleh masyarakat Indonesia termasuk masyarakat
suku bajau diwilayah Kotabaru. Di Kotabaru ada sebuah grup musik
yang diberi nama grup musik Alahai yang beranggotakan 10 orang
yang diketuai oleh Johansyah. Disetiap pementasan mereka
mendendangkan lirik-lirik melayu yang membuat penontonnya
terhibur dengan menggunakan alat musik sederhana seperti ukulele,
organ, gitar bass dan gitar melodi. Sebuah lirik lagu dapat
disejajarkan dengan sebuah karya sastra yang berbentuk sebuah
puisi. Rafiek (2012:3) mengatakan bahwa sebuah puisi adalah sebuah
Isyatur Radhiyah
127 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
rahasia batin yang diungkapkan dengan bahasa-bahasa implisit,
yang berarti puisi itu sulit untuk dipahami maksudnya dan
memerlukan waktu yang lama untuk bisa memahaminya dengan
baik.
Seperti puisi, lirik lagu juga mempunyai unsur diksi dan gaya
bahasa serta bunyi yang merupakan cara seorang penyair
mengungkapkan perasaannya. Keraf (2009:87) mengatakan bahwa
ketepatan dalam memilih sebuah kata dapat mempersoalkan
sanggup atau tidaknya sebuah kata tersebut untuk menimbulkan
gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pendengar atau
penikmatnya, seperti apa yang dirasakan oleh penciptanya. Gaya
bahasa termasuk salah satu unsur lainnya dalam membangun nilai-
nilai kepuitisan dalam sebuah lirik lagu, unsur gaya bahasa juga ikut
menentukan keindahan dalam sebuah lirik dari segi makna maupun
dari segi keindahan bunyi. Secara umum, gaya bahasa pada lagu
terdiri dari tema, diksi, dan majas. Selain unsur diksi dan gaya
bahasa, juga ada unsur bunyi. Fungsi unsur bunyi adalah sebagai
pendukung makna dalam sebuah lagu. Aspek bunyi sangat penting
bahkan keindahan sebuah karya sastra banyak ditentukan oleh
keindahan unsur bunyi. Setiap lirik lagu yang dibuat pasti
mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan oleh
penciptanya kepada masyarakat sebagai pendengar. Sebuah lagu
berisi barisan-barisan kata yang dirangkai secara baik dengan gaya
bahasa yang menarik serta unsur bunyi yang indah yang dibawakan
dengan suara indah penyanyi. Dalam setiap menulis lirik lagu
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
128 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
pengarang menggunakan bahasa yang indah atau bahasa yang khas,
sehingga sebuah lirik lagu mempunyai nilai lebih yang bisa dilihat
dari segi bahasanya. Pengarang menggunakan bahasa yang baik dan
mudah dipahami serta diterima sehingga isi karangan dalam sebuah
lirik lagu mudah diketahui maksud dan tujuannya.
Ada sejumlah penelitian terhadap lagu dengan teori yang
berbeda yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang
dilakukan oleh Sembiring (2012) yang berjudul Teks Lagu Rakyat
Karo: Analisis Semiotika. Penelitian ini menganalisis 20 lagu
tradisional rakyat Karo yang merupakan salah satu suku Batak yang
mendiami Sumatera Utara yang ada di Indonesia. Penelitian tersebut
mengacu pada teori Roland Barthes, yaitu kode hermeneutika, kode
proairotik, kode semik, kode simbolik, dan kode budaya. Penelitian
ini memiliki ungkapan-ungkapan seseorang kepada sang pujaan
atau kepada orang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah (2014) yang
berjudul Lirik Lagu Banjar Karya Anang Ardiansyah: Kajian Stilistika.
Penelitian ini mengambil data sebanyak 20 lirik lagu karya Anang
Ardiansyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai
stilistika yang terkandung dalam lirik lagu Banjar. Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan gaya berdasarkan pilihan kata, struktur
kalimat, dan berdasarkan langsung tidaknya makna dalam lirik lagu
daerah Banjar karya Anang Ardiansyah.
Salad (2015:13) mengatakan bahwa hasil karya yang
diciptakan manusia yang telah mempunyai unsur-unsur yang
Isyatur Radhiyah
129 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
bersifat estetik atau indah maka karya tersebut dapat dikategorikan
sebagai suatu bentuk jenis kesenian. Ratna (2016:249) menambahkan
bahwa estetika rasa berkaitan dengan kata rasa itu sendiri. Rasa
dalam sebuah karya sastra jelas berhubungan dengan emosi
(perasaan). Estetika berkaitan dengan pengalaman estetis seorang
pengarang atau penulis, hanyut terbawa dalam keindahan. Semi
(1988:106) mengatakan lirik adalah sebuah puisi pendek yang
mengekspresikan emosi dan juga dapat diartikan sebagai puisi yang
dinyanyikan, oleh karena itu lirik disusun dalam suasana yang
mengungkapkan sesuatu yang sederhana. Salad (2015:124), bahwa
bertemunya seorang penyair atau penulis dengan seorang pemusik
baik secara langsung atau secara tidak langsung, dan kemudian
melahirkan sebuah lagu.
Keindahan pada sebuah karya sastra tergantung dari seorang
pengarang atau pencipta karya tersebut. Pradopo (2010:54)
mengatakan seorang penyair haruslah berusaha dalam memilih kata
yang setepat-tepatnya untuk mencurahkan perasaan dan isi
pikirannya sesuai dengan yang dialami hatinya dan
mengespresikannya dengan ekspresi yang dapat menjelmakan
pengalaman jiwanya tersebut. Jadi diksi itu untuk mendapatkan nilai
kepuitisan dan untuk mendapatkan nilai estetik atau nilai
keindahan. Diksi merupakan pilihan kata yang dipilih oleh
pengarang untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan. Musaba
(2012:25) mengungkapkan bahwa pilihan kata berhubungan dengan
ketepatan makna dan ketepatan bentuk kata yang dipilih, kelaziman
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
130 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
kata yang digunakan, kesesuaian penggunaan kata dengan
bidangnya, serta bagaimana hasil atau efek penggunaan sebuah kata
bagi pembaca dan pendengar. Makna kata yang tepat mengacu pada
kesesuaian antara kata yang digunakan dengan maksud yang
terkandung dari kata itu sendiri. Bentuk suatu kata mengacu pada
bagaimana wujud kata itu ditulis atau diucapkan. Keraf (2009:22)
menjelaskan bahwa pengertian diksi (pilihan kata) adalah jauh lebih
luas akan apa yang sedang dipantulkan oleh jalinan dari kata-kata
itu. Istilah ini tidak hanya digunakan atau dipakai untuk
menciptakan kata-kata yang bagaimana dan seperti apa nantinya
yang akan dipakai untuk mengungkapkan sebuah ide atau suatu
gagasan, akan tetapi juga pada persoalan gaya bahasa, fraseologi dan
ungkapan. Fraseologi berhubungan dengan pengelompokan
penyusunan pada kata-kata, atau yang berhubungan dengan
bagaimana cara khusus yang berbentuk ungkapan-ungkapan. Unsur
gaya bahasa merupakan bagian dari diksi yang bertalian atau
berhubungan dengan beberapa ungkapan-ungkapan yang bersifat
individual atau berkarakteristik, serta yang mempunyai nilai artistik
yang tinggi.
Keraf (2009:24) memaparkan tiga kesimpulan utama
mengenai diksi. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pada
pengertian kata-kata apa saja dan yang mana saja yang akan
digunakan untuk menyampaikan suatu ide atau gagasan dari
seorang pengarang, bagaimana membuat suatu pengelompokan
kata-kata yang mana saja yang dianggap tepat atau menggunakan
Isyatur Radhiyah
131 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
ungkapan-ungkapan yang telah dianggap tepat, serta gaya yang
bagaimana yang paling baik untuk digunakan dalam suatu situasi
tertentu. Kedua, diksi atau pilihan kata merupakan kemampuan
yang telah dimiliki oleh seorang pengarang karya sastra dalam
membedakan dengan cara tepat nuansa makna dari sebuah ide atau
gagasan yang ingin disampaikan, dan sebuah kemampuan untuk
menentukan bentuk yang bagaimana dan yang sesuai dengan situasi
dan kondisi serta nilai rasa yang dimiliki oleh masyarakat
pendengar. Ketiga, diksi atau pilihan kata yang tepat serta sesuai
hanya dimungkinkan dari sebuah penguasaan sejumlah besar kosa
kata atau sebuah perbendaharaan kata bahasa tersebut.
Perbendaharaan kata (kosa kata) pada suatu bahasa merupakan
keseluruhan kata yang telah dimiliki oleh sebuah bahasa.
Makna kata telah dibedakan dari makna yang memiliki sifat
denotatif dan makna kata yang memiliki sifat konotatif. Wijana
(2015:25) mengatakan makna denotatif berupa makna yang sentral
dari sebuah kata yang telah disepakati dan disetujui oleh setiap
penutur bahasa. Keraf (2009:28) mengatakan, makna denotatif juga
memiliki beberapa istilah seperti: makna kognitif, denotasional,
ideasional, referensial, konseptual atau proposisional. Keraf(2009:29)
memaparkan, konotasi atau biasanya sering disebut dengan makna
konotatif dapat disebut juga sebagaimakna konotasional, emotif,
atau evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna yang mana
stimulus dan respon mengandung atau mempunyai nilai-nilai
emosional.
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
132 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Verhaar (2004:3) mengatakan linguitik berarti sebuah ilmu
bahasa. Kridalaksana (1985:87) menjelaskan, linguistik berfungsi
untuk menjelaskan atau memaparkan dengan rinci atau dengan jelas
(menganalisis dan menyajikan hasil analisa) susunan (tata susun dari
unsur-unsur bahasa) dan cara kerja suatu bahasa yang dipakai
masyarakat bahasa tertentu. Stilistika adalah pemakaian bahasa
(gaya bahasa). Sebagai stylist, seseorang harus mampu menguasai
norma bahasa pada masa yang sama dengan bahasa yang dipakai
dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa juga diarahkan oleh
bentuk sebuah karya sastra yang ingin dihasilkan. Analisis stilistika
dipakai untuk menemukan suatu tujuan estetika umum yang terlihat
dalam sebuah karya sastra dari keseluruhan unsurnya. Maka dari
itu, analisis stilistika dapat ditujukan atau diarahkan untuk
membahas isi. Gaya bahasa dikenal dengan kata style, Keraf
(2009:112) mengatakan style sebagai suatu kemampuan dan keahlian
untuk menulis, mengarang atau menciptakan kata-kata secara tepat
dan indah. Gaya bahasa merupakan bagian diksi atau pilihan kata
yang mempunyai pertanyaan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa,
klausa tertentu untuk menghadapi suatu kondisi tertentu. Gaya
bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan, seperti pilihan kata
secara individual, klausa, frasa, kalimat, bahkan mencakup wacana
secara keseluruhan. Ratna (2016:161) menjelaskan baik gaya ataupun
gaya bahasa berhubungan dengan aspek keindahan. Redaksi PM
(2012:30) menjelaskan, bahwa gaya bahasa bertujuan untuk mewakili
perasaan dan pikiran dari pengarang atau seorang pencipta karya
Isyatur Radhiyah
133 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
dalam bentuk tulisan maupun bentuk lisan yang dipakai dalam
suatu karangan atau suatu karya. Dalam kehidupan sehari-hari
(aktivitas nonseni) gaya menduduki posisi sekunder, sedangkan
dalam karya seni keindahan merupakan gaya dominan karena tidak
ada karya seni yang bagus tanpa keindahan. Sudjiman (1993:22)
menjelaskan dalam unsur style (gaya bahasa) terdapat unsur leksikal
untuk membahas unsur diksi, ada beberapa aspek agar informasi
yang ingin disampaikan atau kesan yang ingin dihadirkan bisa
terlihat. Aspek-aspek itu antara lain, pertimbangan fonologis
(aliterasi, rima, dan efek bunyi tertentu), pemaninonim, pemanfaatan
kata daerah, dan pemanfaatan kata asing. Keraf (2009:113)
menjelaskan gaya merupakan bagaimana cara menampilkan diri
sendiri, baik melalui bahasa, tingkah laku atau prilaku seseorang
serta bagaimana cara berpakaian seseorang. Gaya bahasa merupakan
efek dari seni dalam sebuah karya sastra yang dipengaruhi oleh
nurani. Keraf (2009:113) menambahkan bahwa sebuah gaya bahasa
yang baik dan bagus harus mempunyai tiga unsur yaitu kejujuran,
sopan-santun, dan menarik.
Keraf (2009:116) membedakan gaya bahasa yang berdasarkan
titik tolak unsur bahasa yang digunakan menjadi empat, yaitu gaya
bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa yang berdasarkan
pada nada yang terkandung dalam wacana, gaya bahasa
berdasarkan struktur kalimat, serta gaya bahasa yang berdasarkan
pada langsung tidaknya makna. Pilihan kata menjadi persoalan yang
penting bagi penulis untuk menarik perhatian pembaca. Keraf
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
134 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
(2009:117) menjelaskan bahwa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa
merupakan kata yang paling tepat dan kata yang paling sesuai
untuk posisi tertentu dalam kalimat serta tepat atau tidaknya
penggunaan kata yang dilihat dari berbagai lapisan pemakaian
bahasa dalam masyarakat. Dalam bahasa yang baku dapat
dibedakan gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi, dan gaya
bahasa percakapan. Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada
sugesti yang dipancarkan dan rangkaian kata yang ada dalam
sebuah wacana. Biasanya sugesti ini akan lebih nyata kalau diiringi
dengan sugesti suara dan pembicara, apabila sajian yang dihadapi
adalah bahasa lisan. Keraf (2009:121) melihat gaya bahasa dari sudut
nada yang ada dalam sebuah wacana dibagi tiga yaitu gaya yang
sederhana, gaya mulia dan bertenaga, serta gaya menengah. Gaya
bahasa berdasarkan struktur kalimat, dalam linguistik yang
diutamakan adalah ciri-ciri bahasa yang baik, tepat dan benar, keraf
(2009:124) menjelaskan struktur pada sebuah kalimat dapat
dijadikan landasan untuk menciptakan sebuah gaya bahasa.Gaya
bahasa berdasarkan pada makna dapat dilihat dari langsung
tidaknya suatu makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih
mempertahankan makna denotatifnya atau tidak serta sudah ada
atau tidaknya penyimpangan. Keraf (2009:129) berpendapat bahwa
gaya bahasa berdasarkan tidak langsungnya makna biasanya disebut
sebagai trope atau figure of speech. Gaya bahasa yang disebut trope
atau figure of speech dalam uraian ini dibagi atas dua kelompok yaitu
gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.
Isyatur Radhiyah
135 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Bunyi adalah sesuatu yang telah didengar atau ditangkap oleh
telinga (Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua 1991:157).
Nurgiyantoro (2014:153) mengatakan bahwa bahasa pertama-tama
adalah bunyi, maka bunyi adalah aspek yang penting dalam sebuah
eksistensi bahasa. Bunyi sebagai hasil interaksi antara getaran dan
waktu, didalam bunyi telah terkandung jenis atau warna bunyi dan
waktu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nugriyantoro
(2014:154), dalam aspek tulisan sekalipun, aspek bunyi itu dapat
dikenali yaitu fonem konsonan, vokal, dan gabungan keduanya yang
membentuk sebuah kata. Yule (2015:47) mengatakan bunyi konsonan
merupakan sebagian besar diartikulasikan melalui penutupan atau
hambatan saluran suara, sedangkan bunyi vocal merupakan hasil
dengan aliran udara yang relatif bebas. Aspek bunyi sangat penting
dalam sebuah karya, keindahan sebuah karya banyak ditentukan
oleh keindahan bunyi. Menurut Pradopo (2010:22), bunyi dapat
memperdalam ucapan, dapat menimbulkan rasa dan bayangan
angan yang jelas serta menimbulkan suasana yang khusus dan
suasana yang begitu indah. Nasution (2010:18) mengatakan, bunyi
yang telah diucapkan harus memiliki aturan dan susunan tertentu,
apabila tidak ada aturan dan susunan maka bunyi tersebut akan
dianggap sebagai bunyi berisik yang tanpa makna. Pradopo
(2010:22) menambahkan, bunyi bersifat estetik untuk mendapatkan
keindahan. Bunyi ini erat hubungannya dengan musik seperti lagu,
irama dan melodi. Nurgiyantoro (2014:154) mengatakan, hal-hal
yang perlu dikaji ketika mengkaji unsur bunyi sebagai bagian dari
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
136 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
kajian stilistika yang berhubungan dengan masalah kepuitisan yang
dapat digunakan, disiasati dan didayakan untuk menghasilkan
bunyi yang indah yang memiliki keindahan dan efek kepuitisan
pada sebuah karya adalah berwujud persajakan, irama serta nada
dan suasana.
Persajakan merupakan permainan bunyi kata yang berasal
dari prinsip repitisi. Dalam persajakan ada bunyi-bunyi tertentu
yang diulang-ulang dengan tujuan untuk memperindah suara yang
dihasilkan. Adanya repitisi bunyi itu sengaja dimaksudkan untuk
memperoleh efek kepuitisan atau efek keindahan. Hal itu
dikemukakan oleh Mulyana (Nurgiyantoro, 2014:15) yang
memberikan pengertian persajakan sebagai pola estetika bahasa
yang berdasarkan pada pengulangan suara yang dihadirkan dan
dialami dengan kesadaran. Persajakan mempunyai bentuk yang
dikenal dengan aliterasi dan asonansi serta gabungan keduanya
(aliterasi dan asonansi). Selain bersajak, susunan kata dalam larik-
larik itu juga membangkitkan suara yang ritmis, melodis, yang indah
seperti nyanyian. Itulah yang dikenal dengan istilah irama. Irama
adalah alunan yang terjadi karena sebuah pengulangan dan
pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi, keras
lembutnya tekanan dan tinggi rendahnya nada (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, edisi kedua 1991:386). Seperti yang diungkapkan oleh
Pradopo (Nurgiyantoro, 2014:160) irama dalam bahasa adalah
pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi
secara teratur. Irama ada kaitannya dengan tekanan kata. Tekanan
Isyatur Radhiyah
137 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
merupakan pelafalan suku kata misalnya tinggi rendah. Dalam
irama ada yang disebut dengan efoni, kakafoni, dan periodus. Jika
didayakan secara tepat, bunyi-bunyi tertentu akan mampu
membangkitkan nada dan suasana atau rasa tertentu. Nada adalah
tinggi rendahnya bunyi dalam lagu dan musik bisa juga dikatakan
suasana jiwa atau suasana hati (Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi
kedua 1991: 679). Nada dan suasana dapat dibangkitkan sejalan
dengan rasa, luapan sebuah emosi, ekspresi jiwa yang ingin
disampaiakan seorang pengarang kepada pembaca atau pendengar.
Nurgiyantoro (2014:167) mengungkapkan bahwa nada adalah sikap
yang ditunjukkan oleh seorang penyair (implisit) terhadap masalah
yang dimunculkan atau terhadap pembaca (implisit), sedangkan
suasana adalah keadaan yang melingkupinya.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
Siswantoro (2014: 57) mengungkapkan bahwa dengan metode
deskriptif, peneliti sastra dituntut harus bisa mengungkap fakta-
fakta yang tampak atau data dengan cara memberi deskripsi. Fakta
atau data sangat penting karena merupakan sumber informasi yang
menjadi sumber analisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan
stilistika dengan metode analisis isi. Ratna (2004:48) mengatakan
dalam sebuah karya sastra, analisis isi yang dimaksud adalah pesan-
pesan yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat sastra. Metode
analisis isi ada dua, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
138 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, isi laten
adalah isi sebagaimana yang dimaksud oleh penulis. Isi komunikasi
adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang
terjadi. Penelitian ini mengambil objek penelitian dalam bentuk teks,
yaitu 10 lirik lagu-lagu melayu oleh Ahmad Jais yang didendangkan
oleh grup musik alahai Suku Bajau diwilayah Kotabaru. Demi
penelitian yang lebih terarah peneliti membatasi pada diksi yang
ditinjau dari makna denotatif dan konotatifnya, adapun dari segi
bahasa peneliti menganalisis gaya bahasa yang terdapat dalam lirik
lagu-lagu melayu oleh Ahmad Jais. Selain diksi dan gaya bahasa,
peneliti juga menganalisis unsur bunyi dari persajakan, irama serta
nada dan suasana pada lirik lagu-lagu melayu oleh Ahmad Jais.
Ratna (2004:47) mengatakan bahwa dalam ilmu sastra sumber
datanya adalah sebuah karya, naskah, dan data penelitiannya,
sebagai data formal adalah kata-kata, kalimat, dan wacana. Peneliti
membuat kode pada setiap lirik, setiap bait dan setiap lagu disetiap
lagu untuk memudahkan menganalisis data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis diksi
berdasarkan makna denotatif dan makna konotatif, gaya bahasa
berdasarkan pilihan kata, nada yang terkandung dalam wacana,
struktur kalimat dan langsung tidaknya makna dan dari permainan
bunyi yang mengandung unsur persajakan, irama serta nada dan
suasana.
Isyatur Radhiyah
139 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Dari 160 data terdapat diksi yang bermakna konotatif 80 dan
diksi yang bermakna denotatif 80. Dari segi gaya bahasa diperoleh
data gaya bahasa tidak resmi ada 8 data, gaya bahasa percakapan
ada 2 data, gaya sederhana ada 4 data, gaya bahasa mulia dan
bertenaga ada 5 data, gaya menengah ada 1 data, klimaks ada 7 data,
paralelisme ada 3 data, gaya bahasa retoris ada 10 data. Dari segi
unsur bunyi ada 174 data dari unsur persajakan yang terdiri dari 34
data aliterasi dan 134 data asonansi serta 6 data kombinasi aliterasi
dan asonansi. Dari unsur irama ada 10 jenis efoni dan dari unsur
nada dan suasana, yaitu suasana sedih ada 2 data, suasana gembira
ada 2 data, suasana tak berdaya ada 6 data.
1. Lembaran Terakhir
Oleh : Ahmad Jais
Bisikan keluhan hasrat hati 1A
Diakhir jambangan kisah sedih 2A A1
Katakan padanya aku pergi 3A
Membawa derita sendiri 4A
Rayuan suara hati hamba 5A
Mengiring sesalan tak terhingga 6A A2
Meratap menangis tiada guna 7A
Yang lalu tak usah ditanya 8A
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
140 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Ku pergi dengan harapan 9A
Cari teman seiring jalan 10A A3
Ku nanti saat gemilang 11A
Bila tercapai tujuan 12A
Lembaran terakhir ku berikan 13A
Tandanya berpisah dua insane 14A A4
Tiada kandungan kata mesra 15A
Hanya bingkisan kelana 16A
Diksi pada lagu Lembaran Terakhir terdapat 10 makna
konotatif pada kode 1A, 2A, 5A, 6A, 8A, 10A, 11A, 13A, 14A, 16A
dan terdapat 6 makna denotatif pada kode 3A, 4A, 7A, 9A, 12A, 15A.
Gaya bahasa pada lagu Lembaran Terakhir merupakan gaya bahasa
tidak resmi dari segi pilihan kata, merupakan gaya bahasa mulia dan
bertenaga dari segi nada yang terkandung dalam wacana,
merupakan gaya klimaks dari segi struktur kalimat dan merupakan
gaya prelopsis/antisipasi dari bahasa retoris dari segi langsung
tidaknya makna.
Unsur bunyi pada lagu Lembaran Terakhir terdapat 4 aliterasi
pada kode 1A, 2A, 9A, 10A dan 3 asonansi pada kode 4A, A1, A2
dari segi persajakan, lagu Lembaran Terakhir merupakan jenis efoni
dari segi irama, dan berupa makna sedih dari segi nada dan suasana.
Isyatur Radhiyah
141 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
2. Sumpah Setia
Oleh : Ahmad Jais
Jangan layukan mu bunga dihatimu 1B
Jangan surutkan lautan bahagia 2B B1
Dikala dinda menghilang diri 3B
Jangan hilangkan harapan kanda 4B
Kanda memuja sekuntum bunga 5B
Kanda perlukan cahaya cinta 6B B2
Menanti embun pagi yang akan tiba 7B
Menyegarkan bunga yang sedang ku puja 8B
Ribut memukul di dalam hati 9B
Dinda hanyutkan ikatan asmara 10B B3
Sudah nasibku menimpa diri 11B
Dinda ku pergi jauh di mata 12B
Danda umpama berlian terbuang 13B
Ada cahaya tiada berharga 14B B4
Cinta meminjam damai dan tenang 15B
Sumpah setia janji bahagia 16B
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
142 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Diksi pada lagu Sumpah Setia terdapat 13 makna konotatif
pada kode 1B, 2B,3B, 5B, 6B, 7B, 8B, 9B, 10B, 12B, 13B, 14B, 15B dan
terdapat 3 makna denotatif pada kode 4B, 11B, 16B.
Gaya bahasa pada lagu Sumpah Setia merupakan gaya bahasa
percakapan dari segi pilihan kata, merupakan gaya menengah dari
segi nada yang terkandung dalam wacana, merupakan gaya
klimaks dari segi struktur kalimat dan merupakan gaya hiperbola
dari bahasa retoris dari segi langsung tidaknya makna.
Unsur bunyi pada lagu Sumpah Setia terdapat 5 aliterasi pada
kode 1B, 2B, 4B, 7B, 10B, 9 asonansi pada kode 5B, 6B, 7B, B2, 9B, B3,
14B, 15B, 16B dan 1 perpaduan aliterasi dan asonansi pada kode B4
dari segi persajakan, lagu Sumpah Setia merupakan jenis efoni dari
segi irama, dan berupa makna tidak berdaya dari segi nada dan
suasana.
3. Menanti Di Ambang Syurga
Oleh: Ahmad Jais
Duhai kasih pujaan kekanda 1C
Dengar ku mengeluhkan rindu 2C C1
Merayu setiapnya waktu, saying 3C
Padamu duhai kekasihku 4C
Tapi sungguh malangnya nasibku 5C
Hajatku kini telah terganggu 6C C2
Kini -kaku- rasanya hidupku, saying 7C
Tinggallah ku menanggung rindu 8C
Isyatur Radhiyah
143 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Tapi ku kan tetap bersama
9C
Namun hatiku takkan bertukar 10C C3
Walau laut jiwaku terkorban, sayang 11C
Pada Tuhan -saja- kuserahkan 12C
Namun ku takkan putus asa 13C
Duhai kasih pujaan kekanda 14C C4
Di dunia kita tak berjumpa, sayang 15C
Ku menanti di ambang syurga 16C
Diksi pada lagu Menanti Di Ambang Syurga terdapat 11
makna konotatif pada kode 2C, 3C, 5C, 6C, 7C, 8C, 10C, 11C, 14C,
15C, 16C dan terdapat 5 makna denotatif pada kode 1C, 4C, 9C, 12C,
13C.
Gaya bahasa pada lagu Menanti Di Ambang Syurga
merupakan gaya bahasa percakapan dari segi pilihan kata,
merupakan gaya bahasa mulia dan bertenaga dari segi nada yang
terkandung dalam wacana, merupakan gaya klimaks dari segi
struktur kalimat dan merupakan gaya hiperbola dari bahasa retoris
dari segi langsung tidaknya makna.
Unsur bunyi pada lagu Menanti Di Ambang Syurga terdapat
11 asonansi pada kode 1C, 2C, 3C, 6C, 7C, 10C, 11C, 12C, 14C, 15C,
16C dari segi persajakan, lagu Menanti Di Ambang Syurga
merupakan jenis efoni dari segi irama, dan berupa makna tidak
berdaya dari segi nada dan suasana.
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
144 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
4. Bahtera Merdeka
Oleh: Ahmad Jais
Bonda senyum riang 1D
Menerima bahtera merdeka 2D D1
Putra putri sayang 3D
Sedang berjuang 4D
Fajar telah tiba 5D
Nan menyinsing membawa harapan 6D D2
Tanah Semenanjung 7D
Permata nilam 8D
Jiwa dan raga 9D
Buktikanlah pada nusa bangsa 10D D3
Supaya negara maju jaya 11D
Aman merdeka 12D
Duhai ibu pertiwi 13D
Putra putri datang sujud bakti 14D D4
Untuk menunaikan 15D
Sumpah dan janji 16D
Isyatur Radhiyah
145 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Diksi pada lagu Bahtera Merdeka terdapat 12 makna konotatif
pada kode 1D, 2D, 5D, 6D, 7D, 8D, 9D, 10D, 11D, 13D, 14D, 15D dan
terdapat 4 makna denotatif pada kode 3D, 4D, 12D, 16D.
Gaya bahasa pada lagu Bahtera Merdeka merupakan gaya
bahasa tidak resmi dari segi pilihan kata, merupakan gaya bahasa
mulia dan bertenaga dari segi nada yang terkandung dalam wacana,
merupakan gaya paralelisme dari segi struktur kalimat dan
merupakan gaya eufemismus dari bahasa retoris dari segi langsung
tidaknya makna.
Unsur bunyi pada lagu Bahtera Merdeka terdapat 1 aliterasi
pada kode 3D, 10 asonansi pada kode 2D, 2D, 4D, 5D, 6D, 8D, 9D,
10D, 11D, 15D dan 1 perpaduan aliterasi dan asonansi pada kode 4D
dari segi persajakan, lagu Bahtera Merdeka merupakan jenis efoni
dari segi irama, dan berupa makna riang gembira dari segi nada dan
suasana.
5. Cinta Hancur Berderai
Oleh: Ahmad Jais
Apakah hidupku ini
Hidup penuh derita
Tiada insan yang sudi
Bermanja kasih mesra
1E
2E
3E
4E
E1
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
146 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Ingin ku memetik bunga 5E
Nun ditaman asmara 6E E2
Tanganku tidak kan sampai 7E
Cinta hancur berderai 8E
Pahit getir selalu 9E
Tapiku tak kecewa 10E E3
Dengan alunan laguku 11E
Ku merasa bahagia 12E
Ku tetap ingat padamu 13E
Tak pernah kau ku lupa 14E E4
Tapi apakan dayaku 15E
Tak kan tercapai cita 16E
Diksi pada lagu Cinta Hancur Berderai terdapat 8 makna
konotatif pada kode 2E, 3E, 4E, 6E, 7E, 8E, 9E, 16E dan terdapat 8
makna denotatif pada kode 1E, 5E, 10E, 11E, 12E, 13E, 14E, 15E.
Gaya bahasa pada lagu Cinta Hancur Berderai merupakan
gaya bahasa tidak resmi dari segi pilihan kata, merupakan gaya
bahasa mulia dan bertenaga dari segi nada yang terkandung dalam
wacana, merupakan gaya paralelisme dari segi struktur kalimat dan
merupakan gaya eufemismus dari bahasa retoris dari segi langsung
tidaknya makna.
Isyatur Radhiyah
147 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Unsur bunyi pada lagu Cinta Hancur Berderai terdapat 4
aliterasi pada kode 1E, 6E, 6E, 11E, dan 17 asonansi pada kode 2E,
3E, 4E, 4E, E1, 5E, 6E, 7E, E2, 9E, 11E, E3, 13E, 14E, 15E, 16E, E4, lagu
Cinta Hancur Berderai merupakan jenis efoni dari segi irama, dan
berupa makna sedih dari segi nada dan suasana.
6. Ingin Bersua
Oleh: Ahmad Jais
Kenapa aku berpisah
Darimu wahai adinda
Hatiku teringat saja
Tak dapat kau hendak kulupa
1F
2F
3F
4F
F1
F2
Ku pergi untuk pertiwi
Tinggal dinda yang dikasihi
Janganlah bersedih hati
Ku disini selalu mengingati
5F
6F
7F
8F
Aku ingin bersua
Walaupun sekelip mata
Tapi kini tak berdaya
Kerna tugas yang masih ada
9F
10F
11F
12F
F3
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
148 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Padaku jangan dilupa 13F
Tak lama akan kembali 14F F4
Bersabarlah oh dinda 15F
Untuk kita bertemu lagi 16F
Diksi pada lagu Ingin Bersua terdapat 4 makna konotatif pada
kode 5F, 9F, 10F, 16F dan terdapat 12 makna denotatif pada kode 1F,
2F, 3F, 4F, 6F, 7F, 8F, 11F, 12F, 13F, 14F, 15F.
Gaya bahasa pada lagu Ingin Bersua merupakan gaya bahasa
tidak resmi dari segi pilihan kata, merupakan gaya sederhana dari
segi nada yang terkandung dalam wacana, merupakan gaya
klimaks dari segi struktur kalimat dan merupakan gaya eufemismus
dari bahasa retoris dari segi langsung tidaknya makna.
Unsur bunyi pada lagu Ingin Bersua terdapat 23 asonansi
pada kode 1F, 1F, 2F, 3F, 4F, 5F, 6F, 6F, 6F, 7F, 8F, 8F, 8F, F2, 10F,
11F, 11F, 12F, 12F, 12F, 13F, 14F, F4, lagu Ingin Bersua merupakan
jenis efoni dari segi irama, dan berupa makna tidak berdaya dari
segi nada dan suasana.
7. Bukti Jadi Sejarah
Oleh: Ahmad Jais
Dulu aku difitnah 1G
Sebilangan insan didunia 2G G1
Hanya mendengar kata 3G
Yang kurang usul dan periksa 4G
Isyatur Radhiyah
149 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Aku dikata nista
Dengan penuh caci dan cela
Walaupun ku nafi kan
Namun insan tidak percaya
5G
6G
7G
8G
G2
G3
Kini terbukti sudah Segala
kata benar dari ku Sudah
terang lagi bersuluh
Demikian peribahasa
9G
10G
11G
12G
Jangan suka menuduh
Janganlah kau mudah terpedaya
Yang benar tetap benar
Buktinya kelak jadi sejarah
13G
14G
15G
16G
G4
Diksi pada lagu Bukti Jadi Sejarah terdapat 5 makna konotatif
pada kode 2G, 5G, 6G, 10G, 11G dan terdapat 11 makna denotatif
pada kode 1G, 3G, 4G, 7G, 8G, 9G, 12G, 13G, 14G, 15G, 16G.
Gaya bahasa pada lagu Bukti Jadi Sejarah merupakan gaya
bahasa tidak resmi dari segi pilihan kata, merupakan gaya
sederhana dari segi nada yang terkandung dalam wacana,
merupakan gaya klimaks dari segi struktur kalimat dan merupakan
gaya eufemismus dari bahasa retoris dari segi langsung tidaknya
makna.
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
150 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Unsur bunyi pada lagu Bukti Jadi Sejarah terdapat 2 aliterasi
pada kode 8G, 15G, 19 asonansi pada kode 1G, 2G, 3G, 3G, 5G, 6G,
7G, 7G, 8G, 9G, 9G, 10G, 10G, 11G, 12G, 13G, 14G, 15G, 16G dan 1
perpaduan aliterasi dan asonansi pada kode 4G dari segi persajakan,
lagu Bukti Jadi Sejarah merupakan jenis efoni dari segi irama, dan
berupa makna tidak berdaya dari segi nada dan suasana.
8. Lambang Bahagia
Oleh: Ahmad Jais
Doaku dinda 1H
Semoga kau bahagia 2H H1
Ku berada di rantau hijrah 3H
Kesepian 4H
Berilah tabah 5H
Untuk menyirami jiwa 6H H2
Suratmu kan ku sanjung dinda 7H
Sentiasa 8H
Kau ziarahilah tempat kita bertemu 9H
Semoga menghilang rindu 10H H3
Andai kita tak lagi bertemu 11H
Dengarkanlah rayuan ku 12H
Isyatur Radhiyah
151 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Doaku dinda
13H
Agar bertemu semula 14H H4
Tercapai segala cita dinda 15H
Selamanya 16H
Diksi pada lagu Lambang Bahagia terdapat 4 makna konotatif
pada kode 3H, 5H, 6H,7H dan terdapat 12 makna denotatif pada
kode 1H, 2H, 4H, 8H, 9H, 10H, 11H, 12H, 13H, 14H, 15H, 16H.
Gaya bahasa pada lagu Lambang Bahagia merupakan gaya
bahasa tidak resmi dari segi pilihan kata, merupakan gaya
sederhana dari segi nada yang terkandung dalam wacana,
merupakan gaya klimaks dari segi struktur kalimat dan merupakan
gaya eufemismus dari bahasa retoris dari segi langsung tidaknya
makna.
Unsur bunyi pada lagu Lambang Bahagia terdapat 4 aliterasi
pada kode 2H, 3H, 5H, 9H dan 9 asonansi pada kode 2H, 3H, 5H,
6H, 11H, 14H, 15H, H3, H4 dari segi persajakan, lagu Lambang
Bahagia merupakan jenis efoni dari segi irama, dan berupa makna
riang gembira dari segi nada dan suasana.
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
152 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
9. Di Ambang Sore
Oleh: Ahmad Jais
Dalam renunganku seorang
Di ambang sore nan lalu
Tiada bisiskan tenang
Temasya indahku bisu
1I
2I
3I
4I
I1
I2
I3
Kesatu arah tertentu
Kulepaskan pandanganku
Ketempat janji bertemu
Simpang tiga rumpun bamboo
5I
6I
7I
8I
Tiap sore kunantikan
Disimpang tiga titian
Dengan debar kasih sayang
Kata mesra penghargaan
9I
10I
11I
12I
Entah apakah sebabnya
Tiada khabar berita
Sejuk senja kunantikan
Namun dikau tiada dating
13I
14I
15I
16I
I4
Diksi pada lagu Di Ambang Sore terdapat 4 makna konotatif
pada kode 3I, 4I, 12I, 15I dan terdapat 12 makna denotatif pada kode
1I, 2I, 5I, 6I, 7I, 8I, 9I, 10I, 11I, 13I, 14I, 16I.
Isyatur Radhiyah
153 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Gaya bahasa pada lagu Di Ambang Sore merupakan gaya
bahasa tidak resmi dari segi pilihan kata, merupakan gaya bahasa
mulia dan bertenaga dari segi nada yang terkandung dalam wacana,
merupakan gaya paralelisme dari segi struktur kalimat dan
merupakan gaya eufemismus dari bahasa retoris dari segi langsung
tidaknya makna.
Unsur bunyi pada lagu Di Ambang Sore terdapat 6 aliterasi
pada kode 7I, 8I, 12I, 13I, 16I, 15I, 13 asonansi pada kode 1I, 1I, 3I, 5I,
6I, 8I, 11I, 12I, 14I, 16I, 15I, 15I, I2 dan 1 perpaduan aliterasi dan
asonansi pada kode I1 dari segi persajakan, lagu Di Ambang Sore
merupakan jenis efoni dari segi irama, dan berupa makna tidak
berdaya dari segi nada dan suasana.
10. Indahnya Dunia Hati Ku
Oleh: Ahmad Jais
Sungguh indahnya dunia hati ku kini IJ
Tiada mendung hitam yang menghalang 2J J1
Langit pun terang penuh bintang 3J
Memberi sinar padaku 4J
Duhai kau bintang berikanlah ku ilham 5J
Untuk ku cipta madah dan irama 6J J2
Semuga insan 'kan bersama 7J
Merasa apa yang ku rasa 8J
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
154 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Kau sungguh mulia juga sungguh berbakti 9J
Kepada insan di dunia ini 10J J3
Kalau kau tiada takkan indah 11J
Kepada bulan yang bercahya 12J
Walau demikian Tuhan lebih berkuasa 13J
Kepada semua yang ada di dunia 14J J4
Duhai kau bintang berjanjilah 15J
Berikan ku selalu cahaya 16J
Diksi pada lagu Indahnya Dunia Hati Ku terdapat 9 makna
konotatif pada kode 2J, 3J, 4J, 5J, 6J, 9J, 10J, 15J, 16J dan terdapat 7
makna denotatif pada kode 1J, 7J, 8J, 11J, 12J, 13J, 14J.
Gaya bahasa pada lagu Indahnya Dunia Hati Ku merupakan
gaya bahasa tidak resmi dari segi pilihan kata, merupakan gaya
sederhana dari segi nada yang terkandung dalam wacana,
merupakan gaya klimaks dari segi struktur kalimat dan merupakan
gaya eufemismus dari bahasa retoris dari segi langsung tidaknya
makna.
Unsur bunyi pada lagu Indahnya Dunia Hatiku terdapat 8
aliterasi pada kode 1J, 1J, 2J, 8J, 9J, 10J, 11J, 13J, 20 asonansi pada
kode 1J, 1J, 2J, 3J, 5J, 5J, 6J, 7J, 8J, 9J, 9J, 10J, 11J, 12J, 13J, 14J, 15J, 15J,
16J, 16J dan 2 perpaduan aliterasi dan asonansi pada kode 2J, 3J dari
segi persajakan, lagu Indahnya Dunia Hatiku merupakan jenis efoni
dari segi irama, dan berupa makna tidak berdaya dari segi nada dan
suasana.
Isyatur Radhiyah
155 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang diksi, gaya bahasa dan
permainan bunyi pada lirik lagu-lagu melayu yaitu, diksi dalam lirik
lagu-lagu melayu oleh Ahmad Jais ini terdapat penggunaan diksi
yang bermakna konotatif dan denotatif yang menambah keindahan
pada setiap lirik lagunya dalam lirik lagu-lagu melayu. Dari 160 data
terdapat diksi yang bermakna konotatif 80 dan diksi yang bermakna
denotatif 80. Diksi yang ada pada lirik lagu-lagu melayu oleh
Ahmad Jais seimbang antara diksi yang bermakna konotatif dan
denotatif yaitu masing-masing sebanyak 50%. Dari segi gaya bahasa
diperoleh data Gaya Bahasa Tidak Resmi ada 8 data, Gaya Bahasa
Percakapan ada 2 data, Gaya Sederhana ada 4 data, Gaya Bahasa
Mulia dan Bertenaga ada 5 data, Gaya Menengah ada 1 data,
Klimaks ada 7 data, Paralelisme ada 3 data, Gaya Bahasa Retoris ada
10 data. Gaya bahasa menurut pilihan kata yang paling banyak
digunakan adalah gaya bahasa tidak resmi sebanyak 8 data. Gaya
bahasa menurut nada yang terkandung dalam wacana yang paling
banyak digunakan adalah gaya bahasa mulia bertenaga sebanyak 5
data. Gaya bahasa menurut struktur kalimat yang paling banyak
digunakan adalah klimaks sebanyak 7 data. Gaya bahasa menurut
langsung tidaknya makna yang paling banyak digunakan adalah
gaya bahasa retoris sebanyak 10 data. Dari analisis dokumen lirik
lagu-lagu melayu dari unsur bunyi dapat diketahui ada 174 data dari
unsur persajakan yang terdiri dari 34 data aliterasi dan 134 data
asonansi serta 6 data kombinasi aliterasi dan asonansi. Dari unsur
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
156 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
irama ada 10 jenis efoni. Dari unsur nada dan suasana, yaitu suasana
sedih ada 2 data, suasana gembira ada 2 data, suasana tak berdaya
ada 6 data.
Isyatur Radhiyah
157 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, Rabiatul. 2014. Lirik Lagu Banjar Karya Anang Ardiansyah:
Kajian Stilistika. Banjarmasin: Program Pascasarjana
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa.Flores:
Nusa Indah.
Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Nasution, Ahmad Sayuti Anshari. 2010. Bunyi Bahasa: ‘Ilm Al-Ashwat
Al-‘Arabiyyah. Jakarta: Amzah.
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1991. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, edisi kedua. Jakarta: Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan.
Rafiek, M. 2012. Menyelami Rahasia Kata-Kata: Kajian Apresiasi Puisi
Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
DIKSI, GAYA BAHASA DAN PERMAINAN BUNYI
158 Jurnal Ilmiah Darul Ulum Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Ratna, Nyoman Kutha. 2016. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, Sastra,
dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Redaksi PM. 2013. Sastra Indonesia Paling Lengkap. Depok: Pustaka
Makmur.
Salad, Hamdy. 2015. Panduan Wacana dan Apresiasi: Musikalisasi Puisi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sembiring, Sriaty Sovia Br. 2012. Teks Lagu Rakyat Karo: Analisis
Semiotika. Banjarmasin: Program Pascasarjana Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
Semi, M Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa.
Siswantoro. 2014. Metode Penelitian Sastra, Analisis Struktur Puisi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Grafiti.
Verhaar. 2004. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Wijana, I Dewa Putu.2015. Pengantar Semantik Bahasa
Indonesia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yule, George. 2015. Kajian Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.