dilema etik

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya prinsip etik dan kode etik. Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien. 1

Upload: brandy-gates

Post on 27-Oct-2015

184 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Dilema Etik

TRANSCRIPT

Page 1: Dilema Etik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk kesejahteraan

manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit

untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan

antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara

bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri

termasuk didalamnya prinsip etik dan kode etik.

Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu

bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan

konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik

profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum

telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat

ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional, nasional,

dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam

pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat,

dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak

klien dengan bertindak sebagai advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai

konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai

akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini,

2001)

Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya

tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai alternative jawaban yang

belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang

sering dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali

dijumpai banyak adanya kasus dilema etik sehingga seorang perawat harus benar-benar

tahu tentang etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan

keputusan yang terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan

dilema etik supaya bisa dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika

bekerja di klinik atau institusi yang lain.

1

Page 2: Dilema Etik

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik khususnya

dibidang keperawatan

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik

b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tipe-tipe etika

c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori etik

d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik

e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dan kode etik

keperawatan

f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dilema etik dan cara

penyelesainnya

g. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan

penyelesainnya

2

Page 3: Dilema Etik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Etik

Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia,

baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya

( Pastur scalia, 1971 ). Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut

Araskar dan David (1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang

diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang

ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku. (Mimin.

2002).

Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan

bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan

atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : baik dan buruk serta

kewajiban dan tanggung jawab

Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup,

sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi

perilaku profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan

istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku,

apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat

disimpulkan bahwa etika mengandung 3 pengertian pokok yaitu : nilai-nilai atau norma

moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah

laku, kumpulan azas atau nilai moral, misalnya kode etik dan ilmu tentang yang baik atau

yang buruk (Ismaini, 2001)

2.2 Tipe-Tipe Etika

1. Bioetik

Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi

dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetika

difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu

kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada lingkup

yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etika pada moralitas treatment atau

inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup

3

Page 4: Dilema Etik

yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin

membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan

takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan

pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik,

etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.

2. Clinical ethics/Etik klinik

Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada

masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics :

adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon

permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).

3. Nursing ethics/Etik Perawatan

Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan

dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan

keputusan etik. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang

mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek

keperawatan.  Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia,

sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat manusia yang unik (k2-nurse,

2009)

2.3 Teori Etik

Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu

tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang

berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai berikut :

1. Utilitarisme

Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa latinnya

utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan pada perbuatan yang menghasilkan

manfaat, tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang banyak memberikan

kebahagiaan kepada banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan harus sudah

memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.

2. Deontologi

Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya kewajiban. Teori

ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas

pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban sudah melakukan kebaikan.

4

Page 5: Dilema Etik

Teori ini tidak terpatok pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini

melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)

2.4 Prinsip-Prinsip Etik

1. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan

mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki

kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang

harus dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan

individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat

perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

2. Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan

pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan

peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan

kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi

3. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang

menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam

prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar

praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

5. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi

pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk

meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan

kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi

akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan

materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu

yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.

6. Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya

terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan

5

Page 6: Dilema Etik

rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang perawat untuk

mempertahankan komitmen yang dibuatnya kepada pasien.

7. Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga

privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya

boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh

informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan.  (Geoffry

hunt. 1994)

2.5 Definisi Dan Kode Etik Keperawatan

Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah

laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan

keperawatan yang bersifat professional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari

pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan. Tujuan dari etika keperawatan

adalah :

1. Mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-

tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu

2. Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan mencari

informasi mengenai dampak-dampak dari keputusan perawat.

Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari

profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek

keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat,

diri sendiri dan tim kesehatan lain. Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah

upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan

menghormati martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman

sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun

dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.

2.  Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi

keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.

3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan

secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.

6

Page 7: Dilema Etik

4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat

menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.

5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga keperawatan

akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan.

( PPNI, 2000 )

2.6 Dilema Etik

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai

perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk itu diperlukan

pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam pendekatan dapat

dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:

1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan

2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta

3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilemma

4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema

5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative

6. Menetapkan tindakan yang tepat.

Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau

menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya, (2)

jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan ketahuan dan

konsekwensinya.

Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat

menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak

rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien

atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam

mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan

suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana

alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Kerangka pemecahan dilema

etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses

keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:

1. Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )

Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.

a.         Mengkaji situasi

b.         Mendiagnosa masalah etik moral

7

Page 8: Dilema Etik

c.         Membuat tujuan dan rencana pemecahan

d.        Melaksanakan rencana

e.         Mengevaluasi hasil

2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )

a. Mengembangkan data dasar.

Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak

mungkin meliputi :

1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya

2) Apa tindakan yang diusulkan

3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan

4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang

diusulkan.

b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut

c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan

mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut

d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil

keputusan yang tepat

e. Mengidentifikasi kewajiban perawat

f. Membuat keputusan

3. Model Murphy dan Murphy

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan

b. Mengidentifikasi masalah etik

c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan

d. Mengidentifikasi peran perawat

e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan

f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan

g. Memberi keputusan

h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan

falsafah umum untuk perawatan klien

i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan

informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.

4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)

Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik

a. Mengumpulkan data yang relevan

8

Page 9: Dilema Etik

b. Mengidentifikasi dilema

c. Memutuskan apa yang harus dilakukan

d. Melengkapi tindakan

5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)

a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang

diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.

b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi

c. Mengidentifikasi Issue etik

d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional

e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.

f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

9

Page 10: Dilema Etik

BAB III

KASUS DILEMA ETIK

Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah

Sakit di kota Surakarta dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari. Selain

itu bapak-bapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh,

dan berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3

bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 Kg dari berat badan semula. Tn. A ini

merupakan seorang sopir truk yang sering pergi keluar kota karena tuntutan kerjaan

bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali.

Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam

karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter yang menangani

Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada perawatnya untuk

dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A yang

ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi

tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB

hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh dokternya.

Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian

perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang menangani Tn.

A. Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, perawat menjelaskan tentang kondisi pasien

dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter

terutama perawat untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarga

takut Tn. A akan frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.

Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi

permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi

yang dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.

10

Page 11: Dilema Etik

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu

didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral

suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana

setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar

untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim

medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang

harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson &

Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada

alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak

memuaskan sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa

berpikir rasional dan bukan emosional.

Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai

dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien dan

keluarga. Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam

memenuhi hak-hak pasien salah satunya adalah memberikan informasi yang dibutuhkan

pasien atau informasi tentang kondisi dan penyakitnya. Hal ini sesuai dengan salah satu

hak pasien dalam pelayanan kesehatan menurut American Hospital Assosiation dalam Bill

of Rights. Memberikan informasi kepada pasien merupakan suatu bentuk interaksi antara

pasien dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting karena merupakan faktor utama

dalam menentukan hasil pelayanan kesehatan. Keputusan keluarga pasien yang

berlawanan dengan keinginan pasien tersebut maka perawat harus memikirkan alternatif-

alternatif atau solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi

dari masing-masing alternatif tindakan.

Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu

memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar

manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak hanya

berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi semua aspek

menjadi tanggung jawab perawat. Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan

11

Page 12: Dilema Etik

tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika keperawatan, perawat memilki tanggung

jawab (responsibility) terhadap tugas-tugasnya.

Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya

karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim medis yang

terlibat termasuk dengan pihak keluarga pasien. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut

maka akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak

optimal. Hal ini jelas akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam

mendapatkan pelayanan keperawatan. Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk

menyelesaikan masalah dilema etik ini antara lain model dari Megan, Kozier dan Erb,

model Murphy dan Murphy, model Levine-ariff dan Gron, model Curtin, model Purtilo

dan Cassel, dan model Thompson dan thompson.

Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang

merawat Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :

1. Mengkaji situasi

Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi

dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi

sebagai berikut :

Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang

dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan informasi

tentang hasil pemeriksaan kepadanya. 

Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya berniat

menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan meminta perawat

untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga takut

jika Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya sekarang

Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia harus

memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi haknya

pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan atau kondisinya.

2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral

Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan permasalahan

etik moral jika perawat tersebut tidak memberikan informasi kepada Tn. A terkait dengan

penyakitnya karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang

kondisi pasien termasuk penyakitnya.

12

Page 13: Dilema Etik

3. Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan

Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh perawat

bersama tim medis yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema etik seperti ini.

Adapun alternatif rencana yang bisa dilakukan antara lain :

a. Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan informasi hasil

pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih waktu yang

tepat ketika kondisi pasien dan situasinya mendukung. Hal ini bertujuan supaya Tn. A

tidak panic yang berlebihan ketika mendapatkan informasi seperti itu karena

sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat. Selain itu untuk

alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk motivasi/support sistem yang kuat

dari keluarga. Keluarga harus tetap menemani Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku

dari keluarga yang menunjukkan denial ataupun perilaku menghindar dari Tn. A.

Dengan demikian diharapkan secara perlahan, Tn. A akan merasa nyaman dengan

support yang ada sehingga perawat dan tim medis akan menginformasikan kondisi

yang sebenarnya. Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn.

A tentang kondisinya dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka

perawat tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam proses

tim medis. Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera

memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada

akhirnya perawat tersebut akan menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya

sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk pelanggaran kode etik

keperawatan.

b. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam memenuhi hak-

hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga ketika hasil

pemeriksaan sudah ada dan sudah didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan

langsung menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seijin dokter. Alternatif ini

bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai pasien serta

perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan. Hal ini juga dapat berdampak pada

psikologisnya dan proses penyembuhannya. Misalnya ketika Tn. A secara lambat laun

mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota keluarga yang membocorkan

informasi, maka Tn. A akan beranggapan bahwa tim medis terutama perawat dan

keluarganya sendiri berbohong kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa tidak

dihargai lagi atau berpikiran bahwa perawat dan keluarganya merahasiakannya karena

ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) merupakan “aib” yang dapat mempermalukan

13

Page 14: Dilema Etik

keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi seperti inilah yang mengguncangkan psikis Tn. A

nantinya yang akhirnya bisa memperburuk keadaan Tn. A. Sehingga pemberian

informasi secara langsung dan jujur kepada Tn. A perlu dilakukan untuk menghindari

hal tersebut.

Kendala-kendala yang mungkin timbul :

1) Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut kepada Tn. A

Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak ingin Tn. A

frustasi dengan kondisinya. Tetapi seperti yang diceritakan diatas bahwa ketika

Tn. A tahu dengan sendirinya justru akan mengguncang psikisnya dengan

anggapan-anggapan yang bersifat emosional dari Tn. A tersebut sehingga bisa

memperburuk kondisinya. Perawat tersebut harus mendekati keluarga Tn. A dan

menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika tidak menginformasikan hal

tersebut. Jika keluarga tersebut tetap tidak mengijinkan, maka perawat dan tim

medis lain bisa menegaskan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas

dampak yang terjadi nantinya. Selain itu sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001

yang mengatakan bahwa perawat berhak menolak pihak lain yang memberikan

permintaan yang bertentangan dengan kode etik dan profesi keperawatan.

2) Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan informasi yang diberikan

perawat.

Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika seseorang sedang

mendapatkan permasalahan yang membuat dia tidak nyaman. Perawat harus tetap

melakukan pendekatan-pendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. A.

Perawat juga meminta keluarga untuk tetap memberikan support sistemnya dan

tidak menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. A tersebut. Hal ini perlu proses

adaptasi sehingga lama kelamaan Tn. A diharapkan dapat menerima kondisinya

dan mempunyai semangat untuk sembuh.

4. Melaksanakan Rencana

Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan

dengan tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik keperawatan. Sehingga

bisa diputuskan mana alternatif yang akan diambil. Dalam mengambil keputusan pada

pasien dengan dilema etik harus berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk

membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam

situasi tertentu ( John Stone, 1989 ), yang meliputi :

14

Page 15: Dilema Etik

a. Autonomy / Otonomi

Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan

keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju maka

perawat harus mengutamakan hak Tn. A tersebut untuk mendapatkan informasi tentang

kondisinya.

b. Benefesience / Kemurahan Hati

Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang

baik dan tidak merugikan Tn. A. Sehingga perawat bisa memilih diantara 2 alternatif diatas

mana yang paling baik dan tepat untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn. A

c. Justice / Keadilan

Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien. Adil berarti

Tn. A mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga mendapatkan hak tersebut

yaitu memperoleh informasi tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan

konteksnya/kondisinya.

d. Nonmaleficience / Tidak merugikan

Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak menimbulkan kerugian

pada Tn. A baik secara fisik ataupun psikis yang kronis nantinya.

e. Veracity / Kejujuran

Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau membohongi Tn. A

tentang penyakitnya. Karena hal ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab perawat

untuk memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn.

A akan merasa dihargai dan dipenuhi haknya.

f. Fedelity / Menepati Janji

Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A sebelum

dilakukan pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersdia akan menginformasikan

hasil pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut

harus tetap dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena

ini mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut nantinya.

g. Confidentiality / Kerahasiaan

Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu

menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala

sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seijin pasien.

15

Page 16: Dilema Etik

Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan yang bisa

diambil dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk alternatif ke-2 yaitu secara

langsung memberikan informasi tentang kondisi pasien setelah hasil pemeriksaan selesai

dan didiskusikan dengan semua yang terlibat. Mengingat alternatif ini akan membuat

pasien lebih dihargai dan dipenuhi haknya sebagai pasien walaupun kedua alternatif

tersebut memiliki kelemahan masing-masing. Hasil keputusan tersebut kemudian

dilaksanakan sesuai rencana dengan pendekatan-pendekatan dan caring serta komunikasi

terapeutik.

5. Mengevaluasi Hasil

Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana Tn.

A beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih denial maka

pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan support sistem tetap terus diberikan yang

pada intinya membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada rasa

dikucilkan.

16

Page 17: Dilema Etik

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan

dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan

nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat

dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima

tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap

etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan

tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap

hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.

Selain itu dalam menyelesaikan permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus

dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan

salah satu pihak.

5.2 Saran

Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang

keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka

bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak

sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).

17