dimensi keberhasilan penerapan sistem informasi...
TRANSCRIPT
Tugas : Take Home – Ujian Tengah Triwulan Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen Dosen : Dr. Arief Ramadhan, S.Kom, M.Kom Batas : 17 Januari 2015
Dimensi Keberhasilan Penerapan Sistem Informasi Berdasarkan Model DeLone dan McLean
Disusun Oleh :
Bayu Triastoto (P056134852.52E)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
Daftar Isi A. Investasi dalam Teknologi dan Sistem Informasi ....................................................................... 1
B. Model Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean ..................................................... 2
C. Validasi Model Melalui Pengujian Empiris ................................................................................. 4
1. Evaluasi Kesuksesan implementasi billing system di RSUD Kabupaten Sragen (Budiyanto, 2009) .......................................................................................................................................... 5
2. Evaluasi keberhasilan sistem informasi ERP pada usaha kecil dan menengah: Studi Kasus PT CI (Falgenti dan Pahlevi, 2013) ....................................................................................................... 6
Identifikasi Faktor-faktor yang Berpengaruh Positif Terhadap Penggunaan Sistem dan Kepuasan Pengguna ................................................................................................................... 8
Faktor yang Memperoleh Persepsi Negatif ............................................................................... 9
Dampak Terhadap Keuntungan Bersih (Net Benefit) ................................................................. 9
D. Kesimpulan: ................................................................................................................................ 9
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 10
1
A. Investasi dalam Teknologi dan Sistem Informasi
Investasi untuk implementasi Teknologi Informasi (TI) dalam rangka menunjang bisnis/
kegiatan organisasi, khususnya yang berukuran menengah ke atas, seperti sudah
menjadi keharusan dewasa ini. Penerapan teknologi seperti LAN, WAN, intranet, internet,
ekstranet dan lain-lain kian hari semakin meluas hingga dapat meruntuhkan batasan-
batasan fisik. Melalui virtual world of computer, perusahaan dapat mencari pelanggan di
seluruh dunia yang terhubung melalui jaringan internet. Investasi dalam TI memerlukan
dana yang cukup besar, baik untuk pengadaan hardware, sofware, jaringan maupun
pelatihan tenaga penggunanya. Total belanja untuk teknologi informasi di Indonesia
mencapai 1,1 % dari PDB pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 1,3% di tahun 2012
dan diprediksikan akan terus meningkat hingga mencapai 1,5% PDB pada tahun 2018.
Nilai nominal untuk realisasi dan estimasi belanja TI di Indonesia dapat dilihat pada
diagram berikut.
Gambar 1
Teknologi informasi tentu tak dapat berdiri sendiri. Diperlukan suatu sistem untuk
membuat teknologi informasi menjadi bermanfaat untuk pengelolaan organisasi, sistem
ini dikenal sebagai sistem informasi . Menurut O’Brien dan Marakas (2011), sistem
informasi merupakan kombinasi yang teratur antara people, hardware, software,
communication network dan data resources (kelima unsur ini disebut komponen sistem
informasi) yang mengumpulkan, merubah dan menyebarkan informasi dalam organisasi.
Sistem informasi terdiri dari subsistem-subsistem yang secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi sistem dukungan operasi dan sistem dukungan manajemen.
Sistem dukungan operasi (seperti: transaction processing systems, process control
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
2011 2012 2013e 2014f 2015f 2016f 2017f 2018f
Belanja TI Indonesia (2011-2018)
Hardware Software Services
2
systems dan enterprise collaboration systems) menghasilkan berbagai informasi untuk
keperluan internal dan eksternal, tetapi tidak menekankan kepada informasi khusus untuk
digunakan oleh manajemen. Adapun sistem dukungan manajemen (seperti: management
information systems, decision support systems, dan executive information systems)
menyediakan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan untuk manajer dan para
profesional bisnis.
Adopsi dan pengembangan sistem informasi memerlukan investasi yang besar. Sebagai
misal, dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, PT
Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) menginvestasikan Rp5 miliar hingga Rp10 miliar
untuk pengembangan sistem teknologi informasi setiap tahunnya. Namun demikian,
investasi yang besar ini belum tentu menghasilkan sistem yang berkualitas dan sesuai
dengan harapan organisasi. Tak sedikit perusahaan yang melakukan implementasi
sistem informasi sebatas mengikuti tren yang ada tanpa memahami tujuan dari
implementasi sistem informasi tersebut, sehingga mengalami kegagalan dalam
implementasinya, namun tidak sedikit pula perusahaan yang mampu merasakan manfaat
melalui penerapan sistem informasi sebagai penunjang bisnis mereka sehingga dapat
mengkompensasi investasi yang telah dikeluarkan. Kegagalan implementasi sistem
umumnya disebabkan tidak kompatibelnya sistem dengan proses bisnis dan informasi
yang diperlukan organisasi (Janson dan Subramanian 1996; Lucas et al. 1988).
Jogiyanto (2007) membedakan kegagalan-kegagalan dalam implementasi sebuah sistem
informasi menjadi 2 aspek. Yang pertama adalah aspek teknis, yaitu aspek yang
menyangkut sistem itu sendiri yang merupakan kualitas teknis sistem informasi. Kualitas
teknis yang buruk menyangkut masih banyaknya kesalahan-kesalahan penulisan
program (sintaks), kesalahan-kesalahan logik, dan bahkan kesalahan-kesalahan
informasi. Sedangkan yang kedua adalah aspek non-teknis, yaitu berkaitan dengan
persepsi pengguna sistem informasi yang menyebabkan pengguna mau atau tidak
menggunakan sistem informasi yang telah dikembangkan.
B. Model Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean
Adalah penting untuk melakukan evaluasi efektivitas penerapan sistem informasi dan
analisis mengenai faktor-faktor penyebab keberhasilan maupun kegagalannya sehingga
dapat menjadi pelajaran baik bagi organisasi itu sendiri maupun bagi organisasi-
organisasi lain. Evaluasi kinerja sistem informasi mengandung arti evaluasi atas kinerja
hardware, software, jaringan komputer, data dan manusia yang terlibat dalam sistem
informasi dimaksud. Dalam dua dasawarsa terakhir, banyak peneliti telah membahas
mengenai evaluasi kinerja sistem informasi. Kriteria-kriteria dan klasifikasi untuk evaluasi
kinerja sistem informasi dan keberhasilannya dalam organisasi telah banyak dirumuskan.
3
Salah satu model yang populer yang dimaksudkan sebagai kerangka kerja untuk
konseptualisasi dan operasionalisasi keberhasilan sistem informasi adalah model yang
dikembangkan oleh DeLone dan McLean (1992) yang dikenal dengan Model Kesuksesan
Sistem Informasi DeLone dan McLean. Model yang diusulkan oleh DeLone dan McLean
(1992) adalah sebuah model yang memfokuskan pada kesuksesan implementasi di
tingkat organisasi yang didasarkan pada proses hubungan kausal dari elemen-elemen
pengukuran keberhasilan sistem informasi yang terdapat dalam model ini. Gambaran
awal model ini adalah sebagaimana Gambar di bawah.
Gambar 2 Model Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean (1992)
Dari gambar diatas, maka dapat dijelaskan secara singkat bahwa keberhasilan sistem
informasi ditunjukkan dengan enam dimensi, yakni: kualitas sistem (system quality),
kualitas informasi (information quality),kepuasan pemakai (user statisfaction),
penggunaan (use), dampak individu (individual impact), dan dampak organisasi
(organizational impact). Model yang diusulkan ini merefleksikan ketergantungan dari
kualitas sistem (System Quality) dan kualitas informasi (Information Quality) yang
kemudian secara independen dan bersama-sama mempengaruhi baik elemen
penggunaan (Use) dan kepuasan pemakai (User Satisfaction). Besarnya elemen
penggunaan (Use) dapat mempengaruhi besarnya nilai kepuasan pemakai (User
Satisfaction) secara positif dan negatif. Dan penggunaan (Use) dan kepuasan pemakai
(User Satisfaction) mempengaruhi dampak individual (Individual Impact) dan selanjutnya
mempengaruhi dampak organisasional (Organizational Impact).
DeLone dan McLean kemudian melakukan revisi modelnya menjadi Model Update
Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean (2003). Pada model revisi ini,
DeLone dan McLean menambahkan dimensi kualitas layanan (service quality) dan
menggabungkan dua dimensi: pengaruh individu (individual impact) dan pengaruh
organisasi (organizational impact) menjadi dimensi keuntungan bersih (net benefit)
sehingga menjadi model sebagaimana Gambar 3 di bawah ini.
4
Gambar 2 Model Update Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean (2003)
Model update di atas dapat dibagi dalam tiga komponen: pembuatan sistem, pemakaian
sistem dan dampak dari pemakaian sistem. Komponen pembuatan sistem diukur dengan
tiga dimensi kualitas: kualitas informasi, kualitas sistem dan kualitas layanan; komponen
pemakaian sistem diukur dengan dua dimensi: penggunaan dan kepuasan pengguna)
adapun komponen dampak dari pemakaian sistem diukur dengan dua dimensi: individual
impact dan organizational impact/ net benefit. Model ini dibangun dari tiga komponen,
yaitu pembuatan sistem, pemakaian sistem, dan dampak dari
pemakaian sistem. Komponen-komponen tersebut disusun dengan urutan pengukuran:
1) Sistem informasi dibuat dan diukur kualitasnya dengan tiga dimensi kualitas: kualitas
informasi, kualitas sistem, dan kualitas layanan.
2) Sistem informasi dipakai dan pengalaman pemakaiannya ini diukur dengan dua
dimensi: dimensi penggunaan dan dimensi kepuasan pengguna.
3) Dampak dari pemakaian yang diukur dengan dua dimensi: individual impact dan
organizational impact (net benefit).
C. Validasi Model Melalui Pengujian Empiris
Setelah dipublikasikan pada tahun 1992, model DeLone dan McLean kemudian
mendapat perhatian dari para peneliti untuk melakukan validasi model melalui pengujian
empiris. DeLone dan McLean (2003) mengidentifikasi 16 penelitian empiris dari berbagai
negara yang menggunakan constructs keberhasilan multi dimensi dan mengukur
keterkaitan antara constructs keberhasilan berdasarkan model awal yang dipublikasikan
tahun 1992. Hasil penelitian-penelitian ini menunjukan dukungan yang kuat atas model
keterkaitan antar dimensi keberhasilan sistem informasi yang diajukan dan membantu
mengkonfirmasi struktur sebab-akibat dalam model dimaksud. Dalam konteks Indonesia,
5
penelitian-penelitian juga dilakukan untuk menguji validitas model ini, antara lain
Budiyanto (2009) yang menggunakan model DeLone dan McLean versi awal (1992)
untuk melakukan evaluasi kesuksesan implementasi billing system di RSUD Kabupaten
Sragen serta Falgenti dan Pahlevi (2013) yang melakukan evaluasi keberhasilan sistem
informasi ERP pada usaha kecil dan menengah dengan menggunakan Model Update
Kesuksesan Sistem Informasi DeLone and McLean (2003).
1. Evaluasi Kesuksesan implementasi billing system di RSUD Kabupaten
Sragen (Budiyanto, 2009)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sragen merupakan rumah sakit tipe C
yang dibangun tahun 1956 dan diresmikan pada tahun 1958. Dengan Perda nomor: 9
Tahun 1999, RSUD secara nyata berubah pengelolaan keuangan menjadi swadana,
dimana segala biaya menyangkut operasional rumah sakit tidak sepenuhnya di
anggarkan dalam APBD. Dengan demikian, RSUD dituntut secara aktif dan mandiri
mengelola keuangannya sendiri.Menempati lahan seluas 37.873 M2 dengan luas
bangunan sebesar 11.138 M2, RSUD terus mengalami perluasan bangunan sampai
dengan tahun 2009.
Penelitian dilakukan dengan evaluasi terhadap sistem informasi billing dengan
menggunakan kuesioner yang dianalisis dengan pemodelan persamaan struktural
(Structural Equation Modelling) dengan dua macam model persamaan struktural, yakni
SEM berbasis kovarian (covariance based) dan SEM berbasis komponen atau varian
(component based) yang populer dengan Partial Least Square (PLS). Sebagai responden
penelitian adalah operator biling sistem (34 orang).
Sebanyak 8 hipotesis berdasarkan Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan
McLean diajukan, dan kemudian 5 di antaranya terbukti secara empiris.
Hipotesis Model 1 Model 2 H1: Kualitas informasi persepsian (Perceived information quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan penggunanya (user satisfaction)
Didukung (p ≤ 0,001)
Didukung (p ≤ 0,001)
H2: Kualitas sistem persepsian (Perceived system quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan penggunanya (user satisfaction).
Didukung (p ≤ 0,001)
Didukung (p ≤ 0,001)
H3: Kualitas informasi persepsian (Perceived information quality) berpengaruh positif terhadap penggunaannya (use)
Tidak didukung
Tidak didukung
H4: Kualitas sistem persepsian (Perceived system quality) berpengaruh positif terhadap penggunaannya (use)
Didukung (p ≤ 0,001)
Didukung (p ≤ 0,001)
6
Hipotesis Model 1 Model 2 H5a: Kepuasan pengguna sistem infomasi (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap penggunaannya (use)
Tidak didukung
-
H5b: Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction)
-
Tidak didukung
H6: Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap dampak individu (individual impact)
Tidak didukung
Tidak didukung
H7: Kepuasan pengguna (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap dampak individu (individual impact)
Didukung (p ≤ 0,001)
Didukung (p ≤ 0,001)
H8: Dampak individu (individual Impact) berpengaruh positif terhadap dampak organisasional (organizational impact)
Didukung (p ≤ 0,001)
Didukung (p ≤ 0,001)
Dengan demikian, secara umum model kesuksesan sistem informasi DeLone dan
McLean merupakan kerangka yang dapat dijadikan untuk memberikan evaluasi atas
implementasi sistem informasi di RSUD Kabupaten Sragen.Variabel independen (kualitas
informasi dan kualitas sistem) terbukti memberikan pengaruh signifikan baik terhadap
kepuasan pemakai maupun penggunaan dan variabel lainnya dalam model.
2. Evaluasi keberhasilan sistem informasi ERP pada usaha kecil dan
menengah: Studi Kasus PT CI (Falgenti dan Pahlevi, 2013)
PT. CP adalah perusahaan yang bergerak pada bidang produksi dan pemasaran jus
buah premium yang, pada saat penelitian, telah memproduksi 150 jenis produk dan terus
berkembang dengan memiliki kantor pemasaran di Medan, Bandung, Yogyakarta,
Semarang, Surabaya, Bali, dan Samarinda. Sampai bulan Agustus 2012 jumlah
karyawan PT. CP berjumlah 89 orang. Sebelum implementasi SAP B1 ini perusahaan
menggunakan suatu sistem akutansi. Aplikasi ini dipakai di kantor pusat dan kantor-
kantor pemasaran di daerah, tapi tidak terintegrasi. Manajemen tingkat atas memutuskan
mengganti aplikasi akutansi dimaksud dengan paket ERP SAP B1 untuk
mengintegrasikan proses bisnis dari kantor pusat ke kantor-kantor pemasaran di Bali,
Surabaya, Yogyakarta dan Bandung. PT. CP membentuk tim kecil implementasi SAP B1
terdiri dari 4 orang; manajer keuangan bertindak sebagai ketua tim implementasi,
anggota terdiri dari supervisor akuntansi, kepala bagian produksi, dan sistem
administrator. Mereka bekerja sama dengan tim implementator. Direktur juga turut aktif
mengawasi dan menyelesaikan permasalahan yang muncul selama proses
implementasi.
7
Data dikumpulkan melalui wawancara terhadap 8 orang (4 orang pengguna dari
departemen yang berbeda, 2 orang sistem administrator, seorang implementator, dan
seorang manajer keuangan). Wawancara dengan 4 orang pengguna dilakukan untuk
mengetahui persepsi mereka terhadap tiga dimensi kualitas, dimensi penggunaan, dan
kepuasan pengguna pada Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean.
Wawancara dengan manajer keuangan difokuskan untuk mengetahui dampak sistem
ERP pada pengguna dan organisasi. Sedangkan wawancara dengan implementator dan
sistem administrator dilakukan untuk mengetahui proses implementasi SAP B1 di PT. CP.
Hasil wawancara dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
Fase Dimensi Hasil Wawancara
Pembuatan (Fase 1)
Kualitas Informasi Persepsi p engguna t erhad ap kualit as sist em in f o rm asi
ERP d i PT. CP d om inan p osit if . Pengecualian t er jad i p ad a
kelengkap an in f o rm asi, d i m ana kom p onen in i
m erup akan sat u -sat unya yang d ip ersep sikan seluruhnya
negat if o leh p engguna. Tid ak t ersed ianya f ungsi
out st and ing (f ungsi un t uk m enget ahui d an m em ast ikan
p engir im an b arang sud ah sam p ai ke p elanggan)
m erup akan salah sat u penyeb ab t id ak akurat nya st ok
b arang. Sist em b arcod e unt uk m en ingkat kan kecep at an
p enginp ut an d at a p rod uk jad i b elum d igunakan. Proses
p enginp ut an p roduk jad i ke sist em SAP B1 yang t elat
d an lam b at m em p engaruh i akurasi st ok b arang. Dengan
ad d -on Cryst al Rep or t , lap oran d inam is d alam b ent uk
graf ik d engan m ud ah d ibuat .
Kualitas Sistem Secara keseluruhan persepsi p engguna t erhad ap
d im ensi kualit as sist em ERP d i PT. CP d om inan p osit if .
Pengguna harus m enggunakan Program MS. Excel 2003
un t uk m engeksp or t dat a d ar i sist em SAP B1. Unt uk
kep er luan lain sep er t i surat -m enyurat , p ada kom p ut er
p engguna juga d ip asang p rogram MS. Of f ice 2007.
Kualitas Layanan Persepsi p engguna t erhad ap d im ensi kualit as layanan
d om inan p osit if . Dar i hasil w aw ancara p ad a kom p onen
p em aham an m asih d it em ukan p ersepsi negat if , d im ana
p engguna d i salah sat u kan t o r p em asaran d i daerah
b erb agi p akai jar ingan VPN un t uk m engakses In t ernet .
Masalah in i segera d iat asi d engan m em ut uskan koneksi
in t ernet seh ingga jar ingan VPN hanya d igunakan un t uk
m engakses server SAP B1.
Kasus in i hanya t er jad i d i salah sat u kan t o r p em asaran .
Unt uk kecep at an t anggap , Sist em ad m in ist rat or
ekst ernal yang t id ak b isa d at ang t ep at w akt u un t uk
m enangan i p erm asalahan ad alah t id ak b egit u krusial,
selam a in i leb ih b anyak perm asalahan yang d ap at d iat asi
m elalu i kom un ikasi t elp on.
Pengalaman Pemakaian (Fase 2)
Penggunaan
Pad a d im ensi p enggunaan (konsum si out p ut ) 4 o rang
p engguna m em iliki ket ergan t ungan yang sangat t inggi
t erhad ap SAP B1. Hal in i karena saat p ara p engguna
b eker ja leb ih b anyak w akt u d ihab iskan b er in t eraksi
d engan sist em SAP B1, sist em ERP in i b enar -b enar
d im anf aat kan p engguna sesuai d engan t u juan
im p lem ent asi SAP B1 yang t elah d it et ap kan m anajem en
8
Fase Dimensi Hasil Wawancara
Kepuasan Pengguna
Persepsi p engguna t erhad ap kepuasan posit if ,
m enun jukkan p engguna p uas b eker ja d engan d ukungan
Sist em ERP SAP B1. Kep uasan p engguna d i kan t o r
p em asaran d i cab ang leb ih d om inan. Dengan
d iin t egrasikian p roses b isn is d i d aerah d engan kan t o r
p usat m elalu i sist em SAP B1 yang realt im e p eker jaan -
p eker jaan ad m in ist rat if m enyed iakan lap oran p en jualan
un t uk kant o r p usat t id ak p er lu lag i d ilakukan seh igga
m ereka leb ih f okus m enger jakan t ugas ad m in ist rat if
un t uk kep ent ingan area m asing -m asing.
Dampak (Fase 3)
Keuntungan Bersih
Persepsi p em eran ut am a t erhad ap keunt ungan bersih
b ern ilai p osit if . Dat a in i d id ap at kan d ar i hasil w aw ancara
d engan m anajer keuangan yang m enyat akan karyaw an
b eker ja leb ih ef isien d an leb ih p rod ukt if , p elanggan juga
m en jad i t anggap m enyelesaikan kew ajib annya.
Pengurangan t enaga out sourcing d apat d im anf aat kan
un t uk p enam b ahan karyaw an d i d ep ar t em en lain yang
m em b ut uhkan.
Identifikasi Faktor-faktor yang Berpengaruh Positif Terhadap Penggunaan Sistem dan
Kepuasan Pengguna
Dari hasil penelitian yang dilakukan selanjutnya dapat dilakukan identifikasi atas faktor-
faktor yang berpengaruh positif terhadap keberhasilan penerapan sistem informasi,
dalam hal ini adalah implementasi SAP B1, pada PT CP sebagai obyek studi kasus.
Faktor-faktor ini dikelompokkan secara bertahap untuk masing-masing fase dan menurut
masing-masing dimensi menurut model update DeLone dan McLean (2003).
Faktor dalam fase pembuatan yang berpengaruh positif terhadap fase pengalaman
pemakaian (penggunaan dan kepuasan pengguna), menurut hasil penelitian ini, adalah
sebagai berikut:
Dimensi Faktor-faktor yang Berpengaruh Positif
Kualit as In f o rm asi Keakurat an d at a yang d ipero leh d engan ad anya kon t ro l -kon t ro l yang
d ised iakan o leh sist em d an p enginp ut an d at a yang hanya sekali;
Ket ep at an w akt u yang d it and ai d engan cep at nya p roses p em buat an
lap oran ;
Relevansi in f o rm asi yang d ib er ikan o leh sist em yang sesuai d engan
keb ut uhan p engguna dar i m asing-m asing d ep ar t em en karena p ara
p engguna d ilib at kan p ad a p roses p erencanaan d an p erancangan
sist em ;
Form at angka pad a kod e b arang d i m ast er d at a yang t id ak m eleb ih i 7
d ig it seh ingga t id ak m em b ut uhkan b anyak m em or i p engguna un t uk
m engingat kod e b arang.
Kualit as Sist em Fit ur yang t id ak kom p leks m em b uat p engguna m ud ah m enggunakan
sist em seh ingga t id ak p er lu w akt u lam a d alam pend am p ingan d an
d alam p enguasaan sist em ;
Mod ul-m od ul Sist em SAP B1 m ud ah d ip elajar i. Pengguna d ap at cepat
b erad ap t asi saat p ind ah ke b agian lain b eker ja dengan m od ul yang
b erb ed a.
Kualit as Layanan Pelat ihan yang cukup t elah m en ingkat kan p em aham an p ara
p engguna t erhad ap sist em SAP B1.
Sist em ad m in ist rat o r seb agai un it p end ukung d ap at cep at
m enyelesaikan p erm asalah yang m uncul m ereka juga b erm p at i
t erhad ap keb ut uhan p engguna d engan b erusaha m enam b ahkan
9
Dimensi Faktor-faktor yang Berpengaruh Positif
f ungsi exp ired d at e d an m engusulkan p enggunaaan b arcod e syst em
d i w arehouse.
Dua o rang sist em ad m in ist rat or t elah m em iliki ser t if ikat seh ingga ad a
jam inan m ereka m em iliki p enget ahuan SAP B1 yang cukup un t uk
d ib agikan kep ad a p engguna.
Sist em on line yang sesuai d engan keing inan m anajem en
m em b ukt ikan b ahw a kem am p uan sist em adm in ist rat o r d ap at
d ip ercaya.
Faktor yang Memperoleh Persepsi Negatif
Adapun faktor yang memperoleh persepsi negatif dari hasil wawancara terhadap
pengguna berupa kurang lengkapnya fungsi-fungsi pada sistem ERP di PT. CP pada
dimensi kualitas informasi ternyata tidak memberi pengaruh negatif terhadap
penggunaan sistem dan kepuasan pengguna ERP. Hal ini karena, meskipun fungsi
outstanding penting untuk meningkatkan akurasi data stok barang, ketersedian fungsi
outstanding ini berkaitan dengan gudang perantara yang belum ada. Pengguna SAP B1
di bagian logistik dapat memahami keterbatasan perusahaan menyediakan fungsi
outstanding dan gudang perantara tersebut. keterbatasan dana juga menjadi alasan
belum digunakannya fungsi expired date pada sistem SAP B1.
Dampak Terhadap Keuntungan Bersih (Net Benefit)
Penggunaan dan kepuasan pengguna selanjutnya diketahui menghasilkan dampak
positif antara lain Peningkatan efisiensi pekerjaan karyawan yang didukung oleh sistem
yang realtime yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas karyawan dalam bekerja;
Pengiriman barang kepelanggan dapat diproses dengan cepat didukung oleh sistem
informasi yang bekerja realtime. Pelanggan juga lebih peduli untuk menyelesaikan
kewajiban pembayaran melalui kontrol piutang pada sistem
Efisiensi pekerjaan karyawan juga memberikan keuntungan kepada pihak menajemen
dengan melakukan penghematan dengan mengalihkan pekerjaan-pekerjaan yang
selama ini ditangani tenaga outsourcing kepada karyawan tetap.
Hal-hal di atas kemudian berperan memberikan pengaruh secara positif terhadap
keuntungan bersih (net benefit).
D. Kesimpulan: Model Keberhasilan Sistem Informasi dari DeLone dan McLean (1992) telah teruji
validitasnya sebagai alat evaluasi keberhasilan sistem informasi. Model update yang
dipublikasikan tahun 2003 menambah cakupan model ini. Menurut Model Update
Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean (2003), keberhasilan sistem
informasi ditentukan oleh kualitas informasi, kualitas sistem dan kualitas layanan yang,
10
melalui intensitas penggunaan dan kepuasan pengguna memberikan manfaat berupa net
benefit kepada organisasi.
Daftar Pustaka Budiyanto. 2009. Evaluasi Kesuksesan Sistem Informasi Dengan Pendekatan Model Delone
Dan Mclean (Studi Kasus Implementasi Billing System Di RSUD Kabupaten Sragen).
Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
[Thesis].
DeLone, W.H., dan McLean, E.R. 1992. Information Systems Success: The Quest for the
Dependent Variable. Information Systems Research, pp. 60-95
Falgenti K dan Pahlevi SM. 2013. Evaluasi Kesuksesan Sistem Informasi ERP pada Usaha
Kecil Menengah Studi Kasus: Implementasi SAP B1 di PT. CP. J u r n a l M a n a j e m e n
T e k n o l o g i, Volume 12 Number 2 2013. Print ISSN: 1412-1700; Online ISSN: 2089-
7928. DOI: http://dx.doi.org/10.12695/jmt.2013.12.2.4
Janson, M. A., and Subramanian, A. 1996. Packaged software: Selection and
Implementation Policies. INFOR 34(2), 133-151.
Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta. Penerbit Andi.
Lucas, H.C., Jr., Walton, E.J., dan Ginzberg, M.J. 1988. Implementing Packaged
Software. MIS Quarterly. pp.537-549.
O’Brien JA dan Marakas GM. 2011. Management Information System. 10th Ed. McGraw-
Hill/Irwin, New York.
http://finansial.bisnis.com/read/20140525/215/230756/askrindo-investasi-it-hingga-rp10-
miliar- (diakses pada tanggal 9 Desember 2014)