dinamika hubungan korea selatan -korea utara dalam

94
DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN-KOREA UTARA DALAM MEWUJUDKAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA PERIODE 2003-2008 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial oleh: LILIS WIDYASARI NIM. 106083002819 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN-KOREA UTARA

DALAM MEWUJUDKAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG

KOREA PERIODE 2003-2008

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar

Sarjana Ilmu Sosial

oleh:

LILIS WIDYASARI

NIM. 106083002819

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2012

Page 2: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM
Page 3: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Februari 2012

Lilis Widyasari

Page 4: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “ DINAMIKA HUBUNGAN KOREA

SELATAN- KOREA UTARA DALAM MEWUJUDKAN REUNIFIKASI

DISEMENANJUNG KOREA PERIODE 2003-2008 ”, telah diujikan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 2 Maret 2012. Skrpsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos) Program Strata 1 (S1) Jurusan

Ilmu Hubungan Internasional.

Jakarta, 28 Maret 2012

Page 5: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

i

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis dinamika hubungan Korea Selatan dan Korea Utara dalam

mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea periode 2003-2008. Dalam

mewujudkan reunifikasi di Semenajung Korea, terdapat hambatan-hambatan yang

menjadi penghalang terwujudnya Negara Korea yang satu. Hambatan-hambatan

tersebut tidak lebih dari faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal

tersebut terdiri dari keadaan domestik dua Negara Korea baik dikarenakan

permasalahan perbedaan ekonomi, ideology kedua Negara Korea, ancaman nuklir

Korea Utara maupun kebijakan reunifikasi kedua Korea. sedangkan pada faktor

eksternal terdiri dari adanya hegemoni Amerika Serikat di Semenanjung Korea, dan

kepentingan Cina, Jepang, dan Rusia di Semenanjung Korea, dan hal tersebut yang

menjadi Latar belakang reunifikasi di Semenanjung Korea.

Penelitian ini menggunakan konsep politik luar negeri, konsep keamanan, konsep

diplomasi dan reunifikasi. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif yaitu jenis

penulisan melalui pengumpulan data-data dan pemahaman data dengan menggunakan

studi pustaka. Hasil penelitian ini diketahui bahwa dinamika hubungan yang terjadi

pada tahun 2003-2008 masih memiliki hambatan-hambatan yang cukup serius baik

secara faktor internal maupun faktor eksternal. Diantara faktor-faktor inilah yang

menjadi fokus penulis dalam penelitian ini.

Keyword: Politik Luar Negeri, Reunifikasi di Semenanjung Korea, hambatan-

hambatan Reunifikasi.

Page 6: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, hidayah serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “ Dinamika Hubungan Korea Selatan Dan Korea Utara Dalam

mewujudkan Reunifikasi Di Semenanjung Korea Periode 2003-2008 ”.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah

mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Papa dan Mama Tercinta, Iwan Hartawan dan Tini selaku orang tua penulis yang

telah memberikan dorongan dan semangat, yang tidak kenal lelah

mengumandangkan ayat suci, berdoa untuk kebaikan putrinya, dukungan baik

moral maupun material selama penulis menuntut ilmu.

2. Prof. Dr.Bachtiar Effendy sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dina Afrianty, Ph.D., sebagai Ketua Jurusan Hubungan Internasional,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Adian Firnas, S.IP, M.Si sebagai Pembimbing Skripsi penulis yang telah

memberikan arahan, data-data skripsi, saran, dan ilmunya hingga penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

5. Bapak Agus Nilmada Azmi, S.Ag, MSi., sebagai Sekretaris Jurusan Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Bapak Nazaruddin Nasution, SH, MA., sebagai Dosen Pembimbing Akademik

penulis.

7. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

Page 7: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

iii

mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam meyelesaikan

tugasnya sebagai mahasiswi.

8. Terimakasih untuk Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan FISIP UI,

Perpustakaan IISIP, Perpustakaan LIPI, Perpustakaan Universitas Budi Luhur.

9. Bapak Hj. Sunandar dan Ibu Etih selaku paman dan bibi bagi penulis yang selalu

memberi semangat dan doa terus-menurus yang tidak henti-hentinya selama

penulis menuntut ilmu.

10. Terima kasih untuk Bapak Sutarman dan Ibu Raminah selaku mertua penulis yang

telah memberikan dorongan dan semangat, yang tidak kenal lelah

mengumandangkan ayat suci, berdoa untuk kebaikan putrinya.

11. Yang tercinta suami Mario Sugantoro yang sudah menemani penulis sejak awal

kuliah sampai menyelesaikan skripsi selalu memberikan semangat dan dorongan

setiap saat. Teruntuk anak-ku Muhammad Satrio Sugantoro, makasih ya

sayang...Love you dari bunda buat Satrio.

12. Sahabat-sahabatku : Riana Amelia, Kristya anyarani, Rosy Kamalia, Chairunnisa.

Makasih ya sahabatku, Makasih banyak ya sudah mau berjuang bersama-sama.

13. Teman-teman HI UIN angkatan 2006 dan 2007 lainnya yang tidak dapat di

sebutkan satu-persatu oleh penulis, makasih banyak buat masukan-masukan dan

saran-saran kalian yang sangat bermanfaat bagi penulis. Terima Kasih ya kawan.

Semoga dengan segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat

imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari

pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan.

Jakarta, 5 Februari 2012

Penulis

Page 8: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK……………………………………………………………………… i

PENGANTAR………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………... iv

DAFTAR TABEL……………………………………………………..………. vi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..…… vii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………........ 9

1.3 Tinjauan Pustaka……………………………………………….......... 9

1.4 Kerangka Teori……………………………………………………… 11

1.4.1 Konsep Politik Luar Negeri………………………………… 11

1.4.2 Konsep Diplomasi…………………………………………... 14

1.4.3 Konsep Keamanan…………………………………….......... 15

1.4.4 Reunifikasi…………………………………………….......... 16

1.5 Metode Penelitian……………………………………………........... 18

1.6 Tujuan Penelitian………………………………………………….... 18

1.7 Sistematika Penulisan……………………………………………..... 19

BAB II PASANG SURUT HUBUNGAN ANTARA KOREA SELATAN DAN

KOREA UTARA……………………………………………………. 21

2.1 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Era Perang

Dingin……………………………………………………………….. 21

2.2 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Pasca Perang

Dingin………………………………………………………………. 27

2.3 Kebijakan Sunshine Policy Kim Dae Jung………………………….. 31

Page 9: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

v

2.4 Kebijakan Policy for Peace and Prosperity Presiden Roh Moo

Hyun…................................................................................................ 32

BAB III GAGASAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA…...... 36

3.1 Latar Belakang Reunifikasi di Semenanjung Korea………………... 37

3.2 Kebijakan Reunifikasi di Semenanjung Korea……………………... 39

3.3 Perkembangan Reunifikasi di Semenanjung Korea………………… 41

BAB IV FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN ANTAR-KOREA

DALAM PROSES REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG

KOREA……………........................................................................... 49

4.1. Faktor Internal…………………………………………………….. 51

4.1.1. Faktor Domestik Korea Selatan…………………………….... 51

4.4.2. Faktor Domestik Korea Utara………………………….......... 53

4.2. Faktor Ekternal…………………………………………………… 57

4.2.1. Hegemoni Amerika Serikat Di Semenanjung Korea…………57

4.2.2. Kepentingan Cina, Jepang, dan Rusia Di Semenanjung

Korea......................................................................................... 60

4.3. Hubungan Korea Selatan-Korea Utara Dalam Menuju Reunifikasi Di

Semenanjung Korea Periode 2003-2008………………................ 64

4.4. Hambatan-hambatan Reunifikasi Di Semanjung Korea………. 70

BAB V KESIMPULAN……………………………………………………... 75

DAFTAR PUSTAKA.………………………………………………………. viii

Page 10: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 : Prospek Reunifikasi di Korea………………………………… 38

Tabel 2 : Bantuan Negara-negara dan Indivindu ke Korea Utara……….. 46

Page 11: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 : Peta Korea……………………………………………… 22

Gambar 3.1 : Contoh Kemungkinan dari Proses Unifikasi Korea…… 43

Page 12: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Semenanjung Korea merupakan wilayah yang terletak di kawasan Asia

Timur Laut. Semenanjung Korea dalam berabad-abad sejarahnya merupakan

wilayah yang sangat penting di kawasan tersebut sebagai daerah yang

menghubungkan Asia Timur Laut dengan dunia luar. Posisi geografis Korea

menyebabkan Korea sepanjang sejarahnya mempunyai arti penting dari sudut

strategis. Hal ini karena Semenanjung Korea terletak di tengah tiga negara besar

yaitu Jepang, Cina, dan Rusia.1 Di masa lampau Cina, Jepang dan, Rusia menjadi

pihak-pihak yang mengganggu perkembangan Negara dan bangsa Korea,

sedangkan di masa modern Amerika Serikat ikut serta mencampuri urusan negara

Korea. Terpecahnya Korea menjadi dua Negara yang berdaulat merupakan akibat

dari Perang Dunia II yang pada akhirnya dijustifikasi melalui Perang Dingin

hingga saat ini. Kedua Korea merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

konflik ideologi Liberal-Demokratis dan Komunis-Sosialis antara Blok Barat

(Amerika) dan Blok Timur (Uni Soviet). Kedua belah pihak saling mencari daerah

pengaruh (enclave) untuk kepentingan strategis masing-masing, yang akhirnya

akan mempengaruhi stabilitas politik dan keamanan di Semenanjung Korea

khususnya dan Asia Timur pada umumnya.2

1 Yang Seung-Yoon, dan Mohtar Mas’oed, Masyarakat, Politik, dan PemerintahanKorea : Sebuah Pengantar, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2005, h. 1

2 Ibid, h. 4

Page 13: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

2

Pasca Perang Dingin, stabilitas politik dan keamanan di Semenanjung

Korea masih belum memperlihatkan keadaan yang membaik. Perang Korea

berkembang menjadi perang internasional berskala penuh yang melibatkan 16

negara anggota PBB untuk berperang sebagai sekutu Korea Selatan melawan

Cina dan Uni Soviet dari blok komunis.3 Berakhirnya Perang Korea ditandai

dengan gencatan senjata yang menghasilkan garis gencatan senjata sepanjang 155

mil yang membagi Semenanjung Korea. Masalah utama di Semenanjung ini pada

umumnya adalah ancaman nuklir Korea Utara. Kegiatan reaktor nuklir yang tidak

transparan menjadikan situasi di Semenanjung Korea menjadi tidak menentu.

Pengembangan nuklir Korea Utara sudah dilakukan sejak akhir tahun 1970-an.

Program nuklir yang dilakukan Korea Utara awalnya tidak menimbulkan

perhatian dari dunia internasional, hingga pada tahun 1980-an, Korea Utara mulai

menjalankan program pengembangan rudal, dimulai dengan rudal Hwangsong-5.4

Program nuklir Korea Utara dipengaruhi dan didominasi oleh pemikiran

Kim II Sung. Menurut Kim Il Sung, Korea Utara tidak perlu lagi tergantung

dengan Negara lain untuk melindungi keamanan nasionalnya, Korea Utara

percaya tindakan ini akan memberikan keuntungan strategis, simbolis, dan

teknologi yang dibutuhkan dalam jangka panjang untuk mewujudkan Korea Utara

yang kuat dan makmur. Sesuai dengan definisi strategi nuklir sebagai

pemanfaatan senjata nuklir untuk meraih kepentingan politik internasional, nuklir

bagi Korea Utara dapat menjadi alat penting dalam perundingan internasional.5

Pada pertengahan dekade 1980an, intelijen Amerika Serikat mulai mendeteksi

3 Ibid.4 Ibid, h. 1215 Riri Dwianto,”kerjasama Keamanan Asia Timur”dalam Agenda dan Penataan

Keamanan di Asia Pasifik, Bartarto Bandoro (Penyuting), CSIS, Jakarta,1999-2000, h. 185

Page 14: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

3

program nuklir Korea Utara dan tidak lama sesudahnya, tepatnya di tahun 1986,

Korea Utara mulai memproduksi plutonium di reaktor.6

Pada tahun 1990-an, ancaman nuklir Korea Utara semakin meningkat

dengan penarikan diri Korea Utara dari perjanjian non-proliferasi nuklir pada

bulan Maret 1993. Korea Utara menjadi ancaman bagi stabilitas regional dan

dengan berkuasanya rezim militer tidak butuh pertimbangan untuk memulai

konflik di kawasan dan permasalahan program nuklir selalu menyebabkan hampir

terputusnya hubungan antar Korea.7 Kerumitan dalam proses perdamaian di

kawasan ini lebih dikarenakan oleh kompleknya permasalahan baik ditingkat

bilateral maupun internasional.8 Pada tingkat bilateral, penyelesaian konflik kedua

Korea dipersulit oleh perbedaan-perbedaan ekonomi, sosial, dan politik yang

berkembang dalam situasi masing-masing sejak berakhirnya Perang Dingin.

Di sisi lain, Korea Utara sejak terpecahnya negara Korea, berubah menjadi

sebuah negara yang sangat tertutup, sehingga komunikasi antara Korea Utara dan

dunia luar terutama Korea Selatan sangat minim dan dikontrol dengan ketat.

Usaha-usaha untuk meredakan ketegangan atau konflik kedua Negara tetap

dilakukan mengingat posisi Korea Utara semakin terkucilkan dalam pergaulan

internasional akibat pandangan negatif dunia internasional sejak Korea Utara

mulai melakukan program nuklirnya yang diteruskan dengan pengembangan

kemampuan rudal dengan serangkaian uji coba serta memburuknya situasi politik

dan ekonomi Korea Utara pada saat itu. Melihat keadaan tersebut Korea Selatan

6 Hezel Smith, Bad, Sad or Rational Actor? Why the ‘Securitization’ Paradigma Makesfor Poor Policy Analysis of North Korea, International Affairs, Vol. 76, No. 3, Europe: WhereDoes It Begin and End? (Jul,2000), h. 610.

7 Fakta-fakta tentang Korea, Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea, KementerianKebudayaan Olah Raga dan Pariwisata, 2002, hal 59

8 Rizal Sukma,”Dua Korea dan Prospek Perdamaian di Asia Timur”, dalam Analisa,CSIS, Jakarta, 1992-1993, h. 265.

Page 15: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

4

mengambil sebuah kebijakan yang ingin memberikan terobosan yang revolusioner

untuk mencairkan hubungan antara kedua Negara Korea dan merubah persepsi

Korea Utara.

Perubahan sikap Korea Selatan terhadap Korea Utara menjadi angin segar

dalam proses transformasi kompleks keamanan di Semenanjung Korea. Salah satu

landasan pembuatan kebijakan Korea Selatan adalah bahwa bangsa Korea adalah

satu. Jika sebelumnya cara yang digunakan dalam peyelesaian permasalahan

nuklir adalah dengan cara membawa permasalahan ke Dewan Keamanan PBB,

memberikan embargo bagi Korea Utara dan mengucilkannya, namun kenyataanya

tidak bisa menyelasaikan permasalahan tersebut. Lebih dari setengah abad, Korea

Selatan berusaha mencari cara untuk menyatukan kembali daerah yang terbagi di

sekitar Semenanjung Korea sejak berdirinya Republik Korea pada tahun 1948.

Kebijakan reunifikasi Korea Selatan mempunyai tujuan yang sama, yaitu

mengurangi atau menetralisir pengaruh komunis dalam pemerintahan pasca

reunifikasi. Namun untuk menciptakan kesatuan, pemerintah Korea Selatan

menggunakan bermacam-macam cara untuk mempersatukan kedua Korea yang

secara reflek dapat mengubah lingkungan internasional dan beragam hubungan

diantara orang-orang Korea Sendiri.9

Korea Selatan memberikan cara pandang yang lain dengan menjadikan

proses dialog yang bersahabat sebagai senjata utama dalam menghadapi Korea

Utara. Dengan mengakrabkan hubungan diantara kedua rakyat Korea bertujuan

untuk memberikan dorongan bagi perubahan cara pandang rejim otoriter Korea

Utara terhadap dunia luar. Proses dialog antara Korea semakin intensif dilakukan,

9 Yang Seung-Yoon dan Aini Setiawati, sejarah Korea Awal Abad Hingga MasaKontemporer, Ghajah Mada University Press, Yogyakarta, 2003, h. 190.

Page 16: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

5

rangkaian pertemuan tingkat Perdana Menteri yang hingga akhir 1992 telah

dilakukan sebanyak delapan kali, baik yang dilakukan di Seoul maupun di

Pyongyang. Sebagai hasil dari rangkaian pertemuan-pertemuan tersebut, telah

dibentuk berbagai komisi. Komisi-komisi ini sebagian telah melakukan beberapa

kali pertemuan di Panmunjom yang dihadiri oleh para pejabat tinggi dari kedua

belah pihak. Namun kegiatan-kegiatan tersebut akhirnya berhenti oleh protes

Korea Utara terhadap Korea Selatan yang melakukan latihan militer bersama AS

“Team Spirit”pada bulan Maret 1993.10

Dalam melakukan proses transformasi keamanan di Semenanjung Korea,

pemerintahan Korea Selatan sejak masa Presiden Roh Tae Woo, Kim Yong Sam,

Kim Dae Jung dan Roh Moo Hyun selalu menggunakan tiga pondasi kebijakan

yaitu melakukan kerjasama, rekonsiliasi, dan unifikasi. Ketiga pondasi tersebut

dilakukan secara berkesinambungan dan dijadikan cetak biru kebijakan Korea

Selatan terhadap Korea Utara. Proses kerjasama dilakukan sebagai pemecah

kebekuan dan kekakuan antara Korea Selatan dan Korea Utara. Kerjasama

dilakukan dalam dua hal, yaitu kerjasama dalam bidang ekonomi dan kerjasama

keamanan dengan menjadikan isu nuklir tidak lagi sebagai isu yang dominan di

Semenanjung Korea.11

Menyadari situasi keadaan dan perbedaan yang jelas diantara kedua

Negara maka dari itu, dibawah pemerintahan Kim Dae Jung (1998-2002) dan Roh

Moo Hyun (2003-2008), Korea Selatan membuat suatu kebijakan yang lebih

menekankan pentingnya kebersamaan antar negara Korea. Upaya penyatuan

10 Pramudito, “Tinjauan Prospek Perdamian di Semenanjung Korea”, dalam JurnalCaraka Vol.I/No. 5, February-Maret 1998, h. 90.

11 Kim Young Sam, Three-Phase Unification Formula for Building Korean NationalCommunity, Pidato pada tanggal 15 Agustus 1994, didalam Korean Focus, Vol. 2, No. 4 (July-Agustus 1994), h. 174

Page 17: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

6

tersebut, tertuang didalam sebuah kebijakan yang dikenal dengan Sunshine Policy

(kebijakan Kim Dae Jung) dan Policy Peace and prosperity (Kebijakan Roh Moo

Hyun). Melalui Sunshine Policy, Kim Dae Jung mencoba untuk mengikutsertakan

Korea Utara didalam setiap kerjasama ekonomi. Untuk itu, pemerintahan Kim

Dae Jung tidak henti-hentinya berusaha keras untuk lebih menciptakan suasana

damai, rukun dan menuju kerjasama antar dua negara daripada hubungan yang

tertekan dengan konflik, hubungan ketidakpercayaan antara Korea Selatan dan

Korea Utara dan hubungan persaingan yang menelan biaya politik yang sia-sia.12

Akan tetapi, perjalanan Sunshine Policy tidak berjalan dengan mudah

seperti yang diharapkan, karena masih terhalang beberapa hambatan-hambatan

sehingga kebijakan secara damai yang dicetuskan Kim Dae Jung tidak dapat

berjalan sempurna. Beberapa kendala yang dihadapi dalam proses reunifikasi

antara Korea Selatan dan Korea Utara adalah perbedaan ideologi yang dianut

kedua Negara Korea. Hambatan lainnya yang dihadapi dalam mewujudkan

reunifikasi antara kedua Negara adalah masalah senjata pemusnah masal (nuklir,

biokimia, dan peluru kendali) yang sedang dikembangkan oleh Korea Utara.

Selain itu, adanya ancaman kemanusiaan yang dihadapi Korea Utara seperti

kelaparan, pembangkangan, dan pengungsian massal yang potensial, serta

ancaman militer konvensional. Hambatan utama untuk mengatasi aneka tantangan

ini muncul dari realitas bahwa tidak ada konsensus di antara negara-negara

bertertangga yang mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh tiap

manuver Pyongyang.13

12 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed, Politik Luar Negeri Korea Selatan:Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Interasional. Ghajah Mada University Press, Yogyakarta,2002, h. 41.

13 Diakses dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/0406/02/opini/1056776.htm.“Menjawab Tantangan di Semenanjung Korea“,pada 16 Desember 2010

Page 18: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

7

Dibawah kepemimpinan Roh Moo Hyun, upaya dialog dengan Korea

Utara dilakukan dengan pendekatan Policy for Peace and Prosperity. Kebijakan

tersebut merupakan lanjutan dari kebijakan sebelumnya yaitu kebijakan Sunshine

Policy. Namun selama krisis Semenanjung Korea tahun 2003, dan Korea Utara

bersikeras untuk meneruskan program-program nuklir dan sistem rudalnya, maka

Amerika Serikat-Korea Selatan bisa menyatukan pendapat. Kim Jung Il bersikap

bahwa Korea Utara menyatakan keluar dari perjanjian Non-Proliferasi Nuklir

sejak 1 Januari 2003, setelah bertekad terus mengembangkan program nuklir dan

persenjataannya. Masyarakat dunia kemudian kembali dikejutkan dengan aksi

peluncuran peluru kendali Korea Utara, 5 Juli 2006. Peluncuran beberapa rudal di

Semenanjung Korea itu kian mengkhawatirkan beberapa negara, bahkan Korea

Selatan, Jepang, Amerika Serikat, dan Australia mengecam tindakan itu. Dewan

Keamanan PBB pada 5 Juli 2006 telah membicarakan hal ini atas permintaan

perwakilan Jepang di PBB. Peluncuran rudal itu dapat diartikan Korea Utara

ingin mendapat posisi lebih kuat dalam perundingan damai soal nuklir Korea

Utara bersama enam negara (Six Party Talks), yang mengalami kebuntuan. Korea

Utara juga kian frustrasi dengan jalan damai setelah mengikuti Six Party Talks

bersama AS, Korea Selatan, Jepang, China, dan Rusia, dan hingga kini belum

mendapat hasil.14

Hal ini yang menyebabkan Roh Moo Hyun mengambil sikap tegas.

Dengan diplomasi tajamnya adalah Seoul akan meneruskan bantuan-bantuan

makanan, obat-obatan, pupuk, infrastruktur dan ekonomi, hanya bila Pyongyang

menghentikan pengembangan nuklirnya. Pernyataan Roh sebenarnya merupakan

14 Suara Pembaruan, 30 Juli 2003,” Diplomasi Roh dan Stabilitas Semenanjung Korea”,

h. 10

Page 19: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

8

“ancaman” karena Jepang dan sekutu-sekutu Pyongyang, seperti Cina dan Rusia,

juga mendesak Korea Utara untuk kembali mematuhi Pakta Non-Plorifederasi

Nuklir, serta menghentikan semua program nuklirnya.15 Dalam melaksanaan

Policy for Peace and Prosperity, Roh mengadakan pertemuan dengan Kim Jung Il

dalam Konferensi Tingkat Tinggi kedua antara pemimpin-pemimpin Korea

Selatan dan Korea Utara yang berlangsung pada tanggal 2-4 Oktober 2007 di

Pyongyang.16 Di akhir masa kunjungannya selama tiga hari, kedua pemimpin

menandatangani beberapa point kesepakatan. Isinya antara lain, membangun

system perdamaian permanen, memperluas kerjasama ekonomi termasuk

membuat galangan kapal bersama, mengembangkan kerjasama pendidikan,

teknologi, budaya dan olehraga, dan mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi.

Namun bila dilihat perospek yang ada, perbaikan hubungan yang langgeng

diantara kedua Korea masih memerlukan perjalanan yang panjang, terutama

perjalanan menuju arah unifikasi kedua Korea. Perbedaan tingkat kemapanan

ekonomi dan perbedaan sistem pemerintahan yang berlaku, memerlukan

penyesuian dalam jangka waktu yang lama. Sehingga rumusan unifikasi di

Semenanjung Korea dilakukan dalam beberapa tahapan penyesuaian. Adanya

bebrapa faktor yang mempengaruhi hubungan antar-Korea dalam proses

reunifikasi di Semenanjung Korea baik dalam faktor Internal seperti faktor

domestik kedua Negara Korea maupun faktor ekternal seperti hegemoni Amerika

Serikat, dan kepentingan Cina, Jepang dan Rusia di Semenanjung Korea.

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam reunifikasi antar-Korea menjadi

sebuah hal yang harus dicari penyelesaiannya. Rakyat Korea memang tidak

15 Diakses dari http://www.suarapembaruan.com/News/2003/02/06/Editor/edi01.html“Dambaan Presiden Korsel, Perdamaian, dan Pusat Ekonomi“, pada 12 Desember 2010

16 Ibid.

Page 20: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

9

seberuntung rakyat Jerman yang bersatu kembali tahun 1990, setelah terbagi

hampir 30 tahun atas Jerman Barat dan Jerman Timur tahun 1961. Namun harapan

untuk bersatunya kembali terus diwujudkan demi menjadi Korea yang satu.

1.2 PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pertanyaan mendasar penelitian

ini adalah Bagaimana Perkembangan Dinamika Hubungan antara Korea

Selatan dan Korea Utara tahun 2003-2008 dalam mewujudkan reunifikasi di

Semenanjung Korea? Hambatan-hambatan apa yang mempengaruhi proses

dialog reunifikasi kedua Negara di Semenanjung Korea?

1.3 TINJAUAN PUSTAKA

Ada sejumlah penelitian di mana unit analisanya adalah dinamika

hubungan Korea Selatan dan Korea Utara terkait reunifikasi di Semenanjung

Korea, namun banyak penelitian yang unit analisanya dikaitkan secara langsung

dengan permasalahan reunifikasi di Semenanjung Korea. Meskipun demikian

terdapat dua penelitian yang penulis anggap cukup relevan untuk dijadikan bahan

tinjauan pustaka. Pertama, yaitu penelitian berjudul “Faktor-faktor Determinan

yang menyebabkan Pergeseran Pola Hubungan Korea Utara-Korea Selatan

dalam Isu Reunifikasi Pasca Perang Dingin”, 2001, karya I Wayan Setia Jaya,

Hubungan Internasional, FISIP Universitas Indonesia. I Wayan menyatakan

bahwa terdapat beberapa faktor-faktor determinan yang menyebabkan pergeseran

pola hubungan Korea Utara-Korea Selatan dalam isu reunifikasi secara garis

besar.17 Dimana keberadaan faktor hegemoni Amerika Serikat, Cina, Jepang, dan

Rusia menjadi penyebab pergeseran pola hubungan antar-Korea. pergeseran pola

17 I Wayan Setia Jaya, “Faktor-faktor Determinan yang menyebabkan Pergeseran PolaHubungan Korea Utara-Korea Selatan dalam Isu Reunifikasi Pasca Perang Dingin”, (Skripsi S1Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Ilmu Politik,Universitas Indonesia Jakarta, 2001) h. 15-30.

Page 21: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

10

hubungan tersebut membuat beberapa kebijakan yang telah ada mengalami

penyesuaian secara perlahan. Namun keberadaan aktor-aktor tesebut tidak

menyebabkan pandang kedua Negara Korea tersebut menjadi berubah dalam

mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea.

Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Lee young Sun, “Is Korean

Reunification Possible?”, Vol. 3, No.3, Korean Focus, 1995.18 Lee melihat

permasalahan atau hambatan dalam mewujudkan reunifikasi Korea dari berbagai

faktor baik dalam faktor domestik dua Negara Korea tersebut maupun hubungan

antar Negara di Asia Timur dan hubungan dengan Negara besar seperti Amerika

Serikat dan Uni Soviet. Tantangan dalam mewujudkan unifikasi di Semenanjung

Korea memiliki kesulitan yang cukup tinggi mengingat perbedaan tersebut dilihat

dari keadaan ekonomi maupun politik. secara garis besar penelitian ini melihat

bagaimana keadaan Semenanjung Korea dalam mewujudkan reunifikasi. Adanya

perbedaan kebijakan antar kedua pemerintah Korea menyebabkan susahnya

mewujudkan reunifikasi di Semenajung Korea.

Skripsi ini berupaya memberikan sumbangsih ilmu terkait hal yang

melatarbelakangi susahnya mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea. Jika

penelitian I Wayan lebih memaparkan faktor determinan yang menyebabkan pola

pergeseran hubungan antar Korea. Penulis skripsi ini lebih memfokuskan pada

faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan Korea Selatan dan Korea Utara pasca

krisis nuklir kedua pada tahun 2003 sampai 2008. Serta menekankan hambatan-

hambatan yang terkait dalam proses reunifikasi di Semenanjung Korea. Penulis

melihat dengan terjadinya krisis nuklir kedua pada tahun 2003 membuat pola

18 Lee young Sun, “Is Korean Reunification Possible?”, Vol. 3, No.3, Korean Focus,1995, h. 15.

Page 22: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

11

hubungan antara kedua Negara Korea menjadi memanas. Sehingga kebijakan

yang dibuat oleh kedua Negara Korea tersebut sering kali mengalami perubahan

dikarenakan belum terjadinya kesepakatan antara kedua pihak.

KERANGKA TEORI

1.4.1 Konsep Politik Luar Negeri

Konsep politik luar negeri mengandung unsur tindakan, yaitu hal-hal yang

dilakukan oleh suatu pemerintah tertentu kepada pihak lain untuk menghasilkan

orientasi, memenuhi peran atau mencapai dan mempertahankan tujuan tertentu.

Dalam kaitan ini, tindakan suatu Negara merupakan bentuk komunikasi yang

dimaksudkan untuk mengubah atau mendukung tindakan pemerintah Negara lain

yang berperan dalam menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan Negara

tersebut.19 Chris Brown dalam bukunya Understanding International Relation

memberikan pandangan sederhana dalam pandangan politik luar negeri, menurut

Brown, politik internasional dapat dipahami sebagai cara untuk mengartikulasikan

dan memperjuangkan kepentingan nasional terhadap dunia luar.20 Dalam hal ini,

penulis mengambil sebuah kesimpulan bahwa dalam sistem internasional pola

perilaku Negara didasarkan pada kepentingan nasional serta strategi berdasarkan

kalkulasi posisi mereka di dalam sistem internasionalnya. Namun dilihat dari

bagaimana Negara merumuskan kepentingan nasionalnya dan aspek-aspek apa

saja yang akan ditonjolkan serta kebijakan yang dihasilkan.

Menurut H.J Morgenthau bahwa Negara sesungguhnya adalah aktor yang

sepenuhnya rasional. Karena itu tindakan-tindakan Negara akan dilakukan secara

19 KJ. Holsti, Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisa, M. Tahrir Azhary (pent)Erlangga, 1983, h. 158.

20 Chris Brown, Understanding International Relation, 2nd edition, London,Palgrave,2001, h. 68-86, Dikutip dari Politik Luar Negeri Indonesia “Di Tengah Pusaran PolitikDomestik” , Genewati Wuryandari (ed), Pustaka Pelajar, Jakarta, 2008, h. 14.

Page 23: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

12

perhitungan untung rugi yang jelas.21 Menurut Kenneth Waltz, aktor diasumsikan

melakukan suatu tindakan rasional yang telah dikalkulasikan. Singkatnya suatu

Negara harus mempertahankan kelangsungan hidupnya (survival) agar tidak

mudah diserang/rawan (vulnerability) dalam sistem internasional anarki. Perilaku

Negara ditunjukan kepada pencapaian kepentingan nasional dengan

mempertimbangkan kapabilitas yang dimilikinya.22

Politik luar negeri cenderung berubah dari waktu ke waktu tanpa indikasi

yang jelas. Meskipun demikian, untuk memahami perilaku politik luar negeri

yang dinamis, William D. Coplin mengidentifikasikan dalam empat determinan

politik luar negeri.23 Pertama, adalah konteks internasional, artinya, situasi politik

internasional yang sedang terjadi pada waktu tertentu dapat mempengaruhi

bagaimana Negara itu akan berperilaku. Dalam hal ini, Coplin menyatakan bahwa

ada tiga elemen penting dalam membahas dampak konteks internasional terhadap

politik luar negeri suatu Negara, yaitu geografis, ekonomis, dan politik. Geografi

merupakan suatu hal yang konstan keberadaannya. Namun tidak lagi terpenting

seperti yang diberikan oleh para pendukung geopolitik pada masa lalu.

Sebagaimana halnya geografi, faktor ekonomi juga memainkan peran penting

dalam menentukan kebijakan luar negeri.

Faktor kedua yang menjadi determinan dalam politik luar negeri adalah

perilaku para pengambil keputusan. Perilaku pemerintah yang dipengaruhi oleh

persepsi, pengalaman, pengetahuan, dan kepentingan individu-individu dalam

21 Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa, S. maimon (pent), Yayasan Obor Indonesia,Jakarta. 1990, h. 4-18.

22 Kenneth N. Waltz, Theory Of International Politics, New York: McGraw-Hill Inc,1979, h. 125-127.

23 Lihat William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional : Suatu Telaah Teoritis,Bandung, Penerbit Sinar Baru, 1992, h. 165.

Page 24: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

13

pemerintahannya menjadi faktor penting dalam penentuan kebijakan luar negeri.

Sementara itu, determinan ketiga adalah kondisi ekonomi dan politik.

Kemampuan ekonomi dan politik suatu Negara dapat mempengaruhi Negara

tersebut dalam interaksinya dengan Negara lain. Keempat, determinan terakhir

yang memepengaruhi politik luar negeri adalah politik dalam negeri. Dalam hal

ini, situasi politik yang terjadi dalam negeri akan memberikan pengaruh dalam

perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri.

Dalam kaitannya dengan faktor yang ada Struktur dan pembuatan

keputusan Korea Utara, Kim Jung II memainkan peran yang sangat penting. Sikap

Kim Jung Il untuk memelihara rejim dan sekaligus membangun ekonomi nasional

dengan memobilisasi militer. Untuk menjaga keamanan rejim maupun

pertumbuhan ekonomi, Korea Utara secara efektif berubah menjadi “negara yang

mengutamakan militer”. Salah satunya yaitu dengan mengembangkan program

nuklir. Pengembangan program nuklir Korea Utara sebagai reaksi terhadap

berubahnya sistem di lingkungannya. Pengembangan nuklir tersebut sebagai

upayanya untuk mempertahankan Bargaining position atau posisi tawar menawar

di dalam masyarakat internasional.

Menurut Walter S Jones menegaskan bahwa kemungkinan pecahnya

perang salah satunya dapat diakibatkan oleh adanya perlombaan senjata yang

secara strategis tidak stabil dan secara politis tidak dapat terkendali.24

Pengembangan persenjataan di Kawasan Asia Timur yang terus ditingkatkan akan

menimbulkan pecahnya perselisihan dan konflik dari pihak lawan yang sudah

terjadi sebelumnya. Dengan kata lain, kondisi yang ada akan memperparah

konflik yang sudah ada sebelumnya.

24 Walter S. Jones, Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan Ekonomi-PolitikInternasional, Tatanan Dunia, Jilid 2, Gramedia Utama, Jakarta, 1993, h. 196-199.

Page 25: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

14

1.4.2 Diplomasi

Dalam arti luas diplomasi meliputi seluruh kegiatan politik luar negeri

suatu Negara dalam hubungannya dengan bangsa atau Negara lain. Diplomasi

meliputi kegiatan:

1. Menentukan tujuan dengan mempergunakan semua daya dan tenaga untuk

mencapai tujuan tersebut.

2. Menyesuaikan kepentingan dari bangsa lain dengan kepentingan dari

bangsa lain dengan kepentingan nasional sesuai dengan daya dan tenaga

yang ada padanya.

3. Menentukan apakah tujuan nasional sesuai atau berbeda dengan

kepentingan bangsa dan Negara lain.25

Pada umumnya, tujuan perundingan antara dua atau lebih pemerintahan

ialah untuk mengubah atau mempertahankan tujuan, kebijaksanaan atau

memperoleh persetujuan mengenai beberapa masalah tertentu.26

1.4.3 Konsep Keamanan

Dalam teori keamanan, Barry Buzan menyebutkan perihal transformasi

keamanan untuk merubah permusuhan (enmity) menjadi persahabatan (amity).

Transformasi keamanan tersebut bisa dilakukan melalui transformasi internal,

dengan kata lain, permusuhan diantara Negara sekawasan bisa dihilangkan apabila

terjadi integrasi.27 Dalam konteks keamanan di Semenanjung Korea. selain proses

rekonsiliasi juga di kemukakan proses unifikasi diantara kedua Negara Korea.

25 Soemarsono Mestoko, Indonesia dan Hubungan Antar Bangsa, Pustaka Sinar Harapan,Jakarta, 1985, h. 25-26

26 K.J Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, M. Tahrir Azhary (pent),Erlangga, Jakarta, 1987, h.241

27 Barry Buzan, People States and Fear: An Agenda For International Security Studies inThe Post Cold War Era, 2nd edition, Harvester Wheatsheaf, London, 1991, h. 53.

Page 26: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

15

Unifikasi ini merupakan hasil refleksi terhadap opini publik. Operasionalisasi dari

konsep ini adalah melakukan unifikasi diantara kedua Negara secara bertahap

dengan menempatkan kemerdekaan, perdamaian dan demokrasi sebagai prinsip

utama.

Kini dimensi keamanan pasca Perang Dingin mulai berkembang dari

konsep tradisional menuju non-tradisional yang melibatkan aktor yang beragam

(non-state actor) di bawah identitas negara. Isu keamanan secara tradisional dapat

ditemukan dalam pemahaman keamanan militer-politik. Dalam konteks ini konsep

keamanan berbicara bagaimana untuk bertahan hidup (survive).28 Definisi

keamanan hanya terbatas pada pemahaman dimensi militer dalam hubungan antar

negara yang berarti tidak adanya ancaman militer terhadap kedaulatan sebuah

negara. Konsep keamanan tradisional menganggap negara lain sebagai pesaing di

mana hubungan antar negara selalu bersifat zero-sum yaitu setiap upaya untuk

meningkatkan keamanan mempunyai implikasi negatif terhadap keamanan yang

mengganggu keseimbangan kekuatan atau yang disebut sebagai dilema keamanan

(security dilemma).29 Namun pada pasca Perang Dingin pemahaman keamanan ini

semakin meluas sehingga membuat spektrum permasalahan keamanan

internasional dan faktor-faktor yang relevannya pun semakin melebar.

1.4.4 Reunifikasi

Reunifikasi merupakan suatu penyatuan atau menggabungkan kembali.

Istilah reunifikasi berdasar dari kata unifikasi yang berarti hal menyatukan,

28 Barry Buzan, Ole Waefer, dan Jaap de Wilde, A New Frame Work For Analysis,London: Lynne Rienner Publisher.1998, h. 21

29 Yayan Moch. Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda Karya,2006. h.126

Page 27: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

16

menyatukan, hal yang menjadikan seragam.30 Reunifikasi dari kata re + unify

yaitu, “ to restore the unity or intergrity of (As a divided country) “. Dari kata

dasar tersebut, kemudian Almond an Schuster memberi pengertian atau definisi

mengenai reunifikasi yaitu “The act or process of reunifying ( advocating of the

divided country)” yang dapat diartikan sebagai tindakan atau proses penyatuan

kembali atas suatu Negara yang pernah dipisahkan.31 Sedangkan Thomas A.

Baylis, dalam studinya mengenai reunifikasi menyatakan pendapatnya bahwa “in

fact, the world reunification it self was often replaced by the term einheit or until.

Einheit did not necessarily mean unification in a legal or political sense but

rather in a larger moral sense”, dalam kenyataannya, kata reunifikasi sendiri

sering digantikan dengan einheit atau persatuan. Einheit atau persatuan tidak perlu

berarti penyatuan dalam pengertian hukum atau politik tetapi cukup pada

pengertian moral yang lebih besar.32

Munculnya keinginan unifikasi kedua Negara Korea untuk berunifikasi

sebenarnya sudah sejak lama ada. Namun harapan itu terhalang oleh pemerintahan

militer AS dan USSR dengan dalih pembagian Semenanjung Korea telah

ditetapkan dalam perundingan sekutu, yakni Negara-negara pemenang Perang

Dunia Kedua. Pada saat kekuatan besar tesebut meninggalkan Korea, usaha-usaha

kongkret untuk mewujudkan Negara Korea yang bersatu kembali digiatkan oleh

kedua Negara Korea. Terbukti reunifikasi secara damai melalui jalur diplomasi

30 Tim Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Besar Indonesia, Edisi ke-3 Cetakan Pertama,Balai Pustaka, Jakarta, 2001, h. 954.

31 Almond and Schuster, Websters’s, New Twentieth Century Dictionary Of the EnglishLanguage : unabridged, edisi ke-2, New York, 1983, h. 15.

32 Baca tulisan Thomas A. Baylis, The Germanys or One? The Return The “GermanQuestion”, dalam Ursula Hoffman-Lange (ed), Social and Political Structure in The WestGermany, “From Authori Tarianism to Post Industrial Democracy”, West View Special Studies inWest European Politics and Society, Munich, 1998, h.190.

Page 28: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

17

dilakukan secara terang-terangan oleh Korea Selatan sejak terbentuknya Republik

Korea tahun 1948 dan masih terus diupayakan sampai saat ini baik dilakukan

dengan cara perundingan, kerjasama, maupun dialog. Hal yang sama juga

dilakukan oleh Korea Utara dalam mewujudkan Negara Korea yang satu,

walaupun dalam kenyataannya kebijakan luar negeri Korea Utara baik dengan

Korea Selatan maupun dengan Negara-negara lainnya cenderung mengancam.

Namun saat ini, Korea Utara mulai mempertimbangkan dan menjalankan upaya

penyatuan melalui jalur diplomatik atau negosiasi.

Terwujudnya reunifikasi Korea merupakan harapan rakyat di Semenanjung

Korea karena pada awalnya mereka adalah bangsa yang satu namun terpisakan

oleh persaingan antara Negara super power pada masa Perang Dingin. Namun

ironisnya, hambatan-hambatan yang ada dalam peroses penyatuan kembali Korea

justru dari dalam negeri dan berkaitan dengan upaya kedua Negara tersebut dalam

menjaga dan mempertahankan kepentingan nasionalnya tersebut, seperti

kesenjangan ekonomi yang cukup besar, perbedaan ideology dan adanya isu

pengembangan nuklir yang semakin memperburuk keadaan maupun belum

adanya formulasi yang tepat bagi Korea yang satu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu jenis penulisan melalui pengumpulan

data-data dan pemahaman data berupa data tertulis sepertu buku, jurnal, bulletin

dan sumber tertulis lainnya. Sumber data yang digunakan penelitian ini adalah

dengan menggunakan data-data skunder yakni ada dikumpulkan dan dipilih serta

diolah sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. adapun studi perpustakaan yaitu

data diperoleh melalui perpustakaan. Data-data tersebut akan digunakan untuk

Page 29: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

18

pembelajaran bagaimana dinamika hubungan kedua Negara Korea tahun 2003-

2008 dalam menuju reunifikasi di Semenanjung Korea dan data-data tersebut

nantinya juga akan membuat sebuah satu pemikiran dalam memprediksi keadaan

yang terjadi di Semenanjung Korea dalam menuju prospek perdamaian. Dan

Permasalahan ini menjadi pusat penelitian yang cukup menarik bagi penulis yang

nantinya akan ditulis dalam sebuah skripsi.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Memperoleh informasi tentang bagaimana dinamika hubungan Antara

Korea Selatan dan Korea Utara dalam proses dialog reunifikasi di

Semenanjung Korea tahun 2003-2008

2. Mengkaji secara mendalam tentang hubungan tersebut.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor apa yang membuat proses reunifikasi antara

kedua Negara masih mengalami kesulitan.

4. Bagaimana kebijakan Korea Selatan dalam menghadapi Korea Utara untuk

mewujudkan reunifikasi antara kedua Negara Korea di Semenanjung

Korea.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan proposal ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Pertanyaan Penelitian

1.3 Tinjauan Pustaka

1.4 Kerangka Teori

1.5 Metode Penelitian

1.6 Tujuan Penelitian

Page 30: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

19

1.7 Sistematika Penulisan

BAB II PASANG SURUT HUBUNGAN ANTARA KOREA SELATAN

DAN KOREA UTARA

2.1 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Era Perang Dingin

2.2 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Pasca Perang

Dingin

2.3 Kebijakan Sunshine Policy Kim Dae Jung

2.4 Kebijakan Policy for Peace and Prosperity Presiden Roh Moo Hyun

BAB III GAGASAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA

3.1 Latar Belakang Reunifikasi di Semenanjung Korea

3.2 Kebijakan Reunifikasi di Semenanjung Korea

3.3 Perkembangan Reunifikasi di Semenanjung Korea

BAB IV FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN ANTAR-

KOREA DALAM PROSES REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG

KOREA

4.1 Faktor Internal

4.1.1 Faktor Domestik Korea Selatan

4.1.2 Faktor Domestik Korea Utara

4.2 Faktor Eksternal

4.2.1 Hegemoni Amerika Serikat di Semenanjung Korea

4.2.2 Kepentingan Cina, Jepang, dan Rusia di Semenenjung Korea

4.3 Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara dalam Menuju Proses

Reunifikasi Di Semenanjung Korea periode 2003-2008

4.4 Hambatan-Hambatan Reunifikasi di Semenanjung Korea

BAB V KESIMPULAN

Page 31: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

20

BAB II

PASANG SURUT HUBUNGAN

ANTARA KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA

2.1 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Era Perang Dingin

Pembagian Semenanjung Korea merupakan salah satu bukti jelas yang

diakibatkan persaingan ideologi. Setelah sekutu memenangkan Perang Dingin II.

Semenanjung Korea dibagi dua oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat pada garis

lintang 38o. Secara geografis, Semenanjung Korea dikelilingi oleh Negara-negara

besar dan kuat, seperti Cina, Jepang, dan Rusia. Sejarah mencatat bahwa sejak

jaman kerajaan kuno hingga Negara modern, Negara Korea pernah mengalami

lima kali masa penjajahan atau penguasaan, seperti Cina, Bangsa Mongol, Jepang

dan Amerika Serikat serta Uni Soviet pasca Perang Dingin Kedua.33 Semenanjung

Korea memiliki lokasi yang strategis, sehingga Negara-negara besar yang menjadi

Negara tetangga, menjadikan Semenanjung Korea sebagai sasaran dari perluasan

pengaruh serta kepentingan Negara-negara besar tersebut.34

Korea adalah sebuah semenanjung di Asia Timur, yang memanjang sekitar

1.100 kilometer kearah selatan daratan Asia kontinental hingga Samudra Pasifik

dan dikelilingi Laut Jepang di timur, Laut China Timur di Selatan, dan Laut

Kuning di barat. Semenanjung Korea mempunyai wilayah seluas 220.000 km²,

sebanyak 70 persen wilayah Semenanjung Korea adalah pegunungan dan tanah

yang bisa diusahakan untuk lahan pertanian lebih kecil. Jajaran pegunungan

berbaris di wilayah sebelah utara dan timur, dengan puncak tertinggi adalah

33 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’eod, “Politik Luar Negeri Korea Selatan :Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Internasional”, Gadjah Mada University Press, 2002, h.15

34 Ibid.

Page 32: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

21

Gunung Baekdu (2.744 m) di wilayah perbatasan dengan Republik Rakyat Cina.

Panjang garis pantai semenanjung Korea adalah 8.460 kilometer.35

Gambar 2.1 Peta Korea

Sumber: Peta Koreahttp://indonesiaseoul.org/pictures/korea.jpg&w=396&h=425&ei=eWxdT5qnBIfTrQf884WjDA&z

oom=1, pada 12 Maret 2012

Bila melihat latar belakang sejarah Korea, kedua negara merupakan satu

Negara Korea. Namun pada tahun 1910-1945 merupakan masa penjajahan Jepang

di Semenanjung Korea. Dahulu hubungan kerajaan-kerajaan Korea dengan Jepang

dari segi politik luar negerinya hampir sama dengan hubungan Cina dan Korea

yaitu antar raja dan raja bawahannya. Semenanjung Korea dalam hubungan

tersebut memiliki fungsi sebagai jembatan antara Cina Daratan dengan Kepulauan

Jepang sampai abad ke-16. 36 Seiring berjalan waktunya, beberapa negara Asia

dan Eropa yang memiliki ambisi bersaing satu dengan yang lainnya untuk meraih

pengaruh atas Semenanjung Korea. Jepang merupakan negara yang berhasil

menduduki Korea setelah menang melawan Cina dan Rusia. Secara paksa

35Diakses dari,

http://indonesiaseoul.org/pictures/korea.jpg&w=396&h=425&ei=eWxdT5qnBIfTrQf884WjDA&zoom=1, pada 12 Maret 2012

36 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’eod, “Politik Luar Negeri Korea Selatan :Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Masyarakat Internasional”, Gadjah Mada UniversityPress, 2002, h. 10

Page 33: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

22

menganeksasi Korea dan mendirikan pemerintahan kolonial pada tahun 1910.37

Selama penjajahannya, Jepang menggunakan kekuasaannya dengan menbentuk

sebuah pemerintahan yang kejam di Korea. Sampai akhirnya, pada tahun 1941

terjadi perang antara Jepang dengan Amerika dan perang tersebut dimenangkan

oleh Amerika Serikat pada tahun 1945. 38

Menyusul kepergian Jepang di tahun 1945 dari Semenanjung Korea,

menjadikan rakyat Korea terpecah karena adanya perubatan kepemimpinan dan

ideologi antar mereka sendiri. Hal itulah yang dimanfaatkan oleh kedua Negara

adikuasa yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keberadaan ke dua Negara

tersebut di Semenanjung Korea, tidak lain adalah untuk memantapkan posisi

mereka di Semenanjung Korea selama Perang Dingin berlangsung. Pada akhir

Perang Dunia II, Tentara Uni Soviet melancarkan serbuan terhadap Korea dari

arah Utara untuk memusnahkan sisa-sisa kekuatan tentara Jepang yang masih ada

di Korea pada 12 Agustus 1945, dan pada bulan September 1945, Amerika Serikat

juga mendaratkan pasukannya di Korea Selatan. Hal inilah yang menyebabkan di

Korea terdapat dua kedudukan, yaitu Korea Utara di duduki oleh Uni Soviet dan

Korea Selatan diduduki oleh Amerika Serikat. Dengan batas di antara keduanya

adalah 38 o. 39

Setelah pembagian Semenanjung Korea, pada tahun 1947 PBB

mengeluarkan satu resolusi untuk mengadakan pemilu, dengan tujuan untuk

membentuk perlemen gabungan dari pemerintahan sementara. Akan tetapi, Rusia

menolak keberadaan komisi PBB untuk mengawasi Pemilu di Korea, sehingga

37 Fakta Tentang Korea, Pelayana Informasi Korea, Badan Informasi Nasional, 2003,Seoul, Republik Korea, h. 31

38 Ibid. h. 3339 I Wayan Badrika, Sejarah Nasional dan Umum , Erlangga, Jakarta, 2005, h. 227

Page 34: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

23

pada bulan Mei 1948, Pemilu yang diadakan dibawah pengawasan PBB hanya

diadakan di Korea Selatan. Baru 3 bulan kemudian, diadakan Pemilu di Korea

Utara yang dipimpin Uni soviet.40 Pasca Pemilu tahun 1948, dibawah pengawasan

dan dukungan positif Pasukan Uni Soviet, Kim II Sung mendirikan pemerintahan

komunis dengan nama Republik Rakyat Korea (Korea Utara), sedangkan

Syngman Rhee mendirikan pemerintah Pro-Amerika Serikat dengan nama

Republik Korea (Korea Selatan) pada tahun yang sama. Dalam mewujudkan

unifikasi Korea, pada masa pemerintahan Syngman Rhee, pendekatan kebijakan

unifikasi menggunakan pendekatan yang agressif, yang dikenal sebagai “March

North for Unification”.41

Namun kenyataannya pendekatan menuju unifikasi Korea Selatan tidak

didukung oleh kemampuan perangnya. Hal ini terbukti dengan tidak mampunya

Korea Selatan mempertahankan wilayahnya dari invasi Korea Utara yang

didukung oleh Uni Soviet pada tahun 1950. Sejak pembagian Korea setelah lebih

dari satu milenium sebagai Korea yang bersatu, dipandang tidak dapat diterima

dan bersifat sementara oleh masing-masing rezim. Sejak 1948 hingga awal perang

saudara pada 25 Juni 1950, angkatan bersenjata dari masing-masing pihak terlibat

dalam serangkaian konflik berdarah di sepanjang perbatasan. Pada awal,

pembagian semenanjung Korea, diyakini hanya akan berlangsung untuk

sementara.

Tetapi, masalah reunifikasi semakin menjadi isu yang serius yang harus

dipikirkan oleh pihak lain yang memiliki ideologi berbeda, hingga pembagian itu

40 Sukmawarsini Djelantik, Perang Dingin di Asia Timur Laut; Kasus Rivalitas Barat-Timur dalam Perang Korea (1950-1953), Jurnal FISIP Potensia, Tahun VII, No. 16, 2006, h. 92.

41 Yang Seun-Yoon dan Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea , Gajah Mada UniversityPress, 2003, h. 189.

Page 35: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

24

semakin berubah, yaitu bersifat bermusuhan. Pecahnya Perang Korea bisa

dikatakan sebagai hasil dari memuncaknya konflik pendapat untuk mencapai

reunifikasi yang saling berbeda antar Korea. Pasukan Rakyat Korea (nama

pasukan Korea Utara) tumbuh cepat atas dukungan penuh dari Uni Soviet, mulai

melakukan infiltrasi pada pagi 25 Juni 1950, melintasi garis perbatasan 38

derajat.42 Pasukan Rakyat Korea dapat mengalahkan pasukan Korea Selatan pada

tahap awal perang. Dengan dibantu pasukan PBB yang dipimpin oleh Amerika di

bawah komando Jenderal Douglas Mac Arthur, Korea Selatan memberikan

perlawanan terhadap serbuan tentara Korea Utara ke Korea Selatan. Perang

Saudara itu berakhir pada tahun 1953, sebelum Cina menjebatani kedua Korea

untuk melakukan gencatan senjata. Perjanjian gencatan tersebut ditandatangani

pada tanggal 27 Juni 1953.43

Sebuah gencatan senjata ditandatangani guna mengakhiri permusuhan, dan

kedua belah pihak sepakat untuk membuat zona penyangga selebar tiga mil di

antara kedua negara, di mana tidak seorang pun boleh memasukinya. Daerah ini

kemudian dikenal sebagai Zona Demiliterisasi.44 Akibat perang tersebut sekitar

tiga juta orang Korea tewas atau terluka dan jutaan lainnya kehilangan rumah dan

terpisah dari sanak keluarga mereka. Perang tersebut juga merusak infrastruktur

dan perekonomian Negara, serta meninggalkan keretakan yang lebar antara

sesama orang Korea. Sepanjang tahun 50-an dan 60-an kedua Korea di

Semenanjung Korea telah menjadi sangat bermusuhan. Masing-masing

42 Young Jeh Kim, North Korea’s Nuclear Program and Its Impact On NeighboringCountries, dalam Korea and World Affairs, Vol. 17, No. 3, Fall 1993, h. 482.

43 Diakses “ Sinar Matahari di Selatan dan Utara”, dari, http://kompas.com/kompas -cetak/0209/30/or/sina31.html, pada 26 Septemeber 2009

44 Fakta Tentang Korea, Pelayana Informasi Korea, Badan Informasi Nasional, 2003,Seoul, Republik Korea, h. 46.

Page 36: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

25

pemerintahan sama sekali tidak diakui oleh lawanya, sedangkan semua rakyat di

masing-masing pihak dipaksa mempelajari keunggulan ideologi mereka masing-

masing.45

Dibawah pimpinan Kim Il-Sung, Korea Utara giat mengembangkan

ekonomi nasionalnya secara sosialis internasionalnya sambil memperkuat

kekuatan militernya. Permusuhan diantara Korea Utara dan Korea Selatan

mempengaruhi persepsi masing-masing negara yang melihat tetangganya sebagai

musuh dan ancaman. Bagi Korea Utara, Korea Selatan merupakan ancaman

dengan kehadiran kekuatan militer Amerika Serikat untuk melindungi Korea

Selatan. Bagi Korea Selatan, pengalaman invasi yang dilakukan pada waktu

Perang Korea, menunjukan bahwa agresifitas Korea Utara untuk menyatukan

Korea merupakan ancaman yang sewaktu-waktu bisa bangkit kembali. Dengan

situasi hubungan yang demikian mengakibatkan tidak adanya norma yang

disepakati antara kedua negara Korea untuk mengatur hubungan keduanya.

Selama dua dasawarsa, kekuatan ekonomi Korea Utara lebih unggul dibandingkan

Korea Selatan. Hal ini disebabkan banyaknya sumber alam pertambangan di

Korea Utara. Di pihak lain, setelah mendirikan pemerintahannya, Korea Selatan

masih terlibat dalam pertentangan ideologinya sehingga ekonomi rakyat belum

sempat untuk dikembangkan. Namun setelah terpilihnya Park Chung Hee, Korea

Selatan mencapai kesuksesan dalam pembangunan ekonomi. Korea Utara tidak

mau mengakui berkembangannya ekonomi Korea Selatan.46 Ketika Korea Utara

menginginkan unifikasi komunis berdasarkan pada logikanya yang disebut “Satu

Joseon” Korea Selatan menganggap pemerintahannya sebagai satu-satunya entitas

45 Mohtar Masóed, dan Yang Seung-Yoon, Memahami Politik Korea, Gadjah MadaUniversity Press, 2005, h. 238.

46 Ibid, h. 239

Page 37: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

26

yang sah di Semenanjung Korea dengan unifikasi sebagai perpanjangan

kedaulatannya. Pandangan yang kaku dan tidak kompromi menjadikan

akomondasi antara kedua belah pihak sulit untuk dilakukan sampai tahun 1960-

an.47

Memasuki tahun 1970-an, dunia internasional menjadi lebih damai. Kedua

Korea mulai mengakui pemerintahan masing-masing, hal ini menandai sebuah

perubahan penting dalam sikap mereka terhadap reunifikasi. Pada tahun 1970,

perubahan pertama datang pada peringatan Hari Pembebasan dengan adanya

seruan dari Selatan untuk melakukan kompetisi perdamaian secara jujur dengan

utara.48 Sampai pertengahan tahun 1980-an sejalan berakhirnya Perang Dingin,

hubungan antar-Korea mencapai titik balik yang penting. Tahun 1985, sebuah

peristiwa yang sangat berkesan yang merupakan hasil pembicaraan Palang Merah

adalah pertemuan reuni antar keluarga dari masing-masing pihak, dan

Pembicaraan Ekonomi Selatan-Utara (1984) dan Konferensi Pendahuluan

Parlementer Selatan-Korea (1985). Namun pembicaraan antar Korea Selatan-

Korea Utara ditunda karena berbagai alasan politis.49

2.2 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Pasca Perang Dingin

Politik internasional pasca Perang Dingin ditandai dengan pergeseran

dalam hubungan antar Negara. Adanya pengkajian ulang dan penyesuaian

kebijakannya harus terkait dengan kepentingan strategisnya. Demikian halnya

dengan hubungan antara kedua Negara Korea dalam proses dialog reunifikasi di

Semenanjung Korea. Pergantian Chun Doo Hwan kepada Roh Tae Woo,

47 Fakta-fakta Tentang Korea, Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea Kementeriankebudayaan Olahraga dan Pariwisata, 2002, h. 46.

48 Ibid49 Ibid, h. 47

Page 38: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

27

membuat beberapa kemajuan dalam dialog antar Korea dan Semenanjung Korea

pada pertengahan 1980-an. Pada bulan Agustus tahun 1980, telah ditandanganinya

Law on North-South Exchanges dan Cooperation yang menjadi kerangka dasar

bagi kerjasama antar Korea. Dan pada tahun 1989, juga Roh Tae Woo

mengeluarkan Unification Formula for The Korean National Community yang

merupakan model dari kebijakan unifikasi pada masa pemerintahannya.

Tujuannya melalui tiga tahap, yaitu: Confidence Building dan Kerjasama antar

Korea, Konferensi Korea dan Estabilishment of Unified Government.50

Kebijakan ke Utara (Northern Policy) pada masa Roh Tae Woo memiliki

sasaran yaitu untuk meredakan situasi ketegangan diantara kedua Negara Korea.

Korea Selatan mengajukan sebuah konferensi puncak dengan Kim II Sung dan

sebuah deklarasi yang berisi tentang kesepakatan non agresi atau larangan

pengunaan kekuatan bersenjata diantara kedua Negara. Roh Tae Woo

mengusulkan untuk dibentuk sebuah konferensi yang melibatkan dua Negara

Korea, plus empat Negara kunci (AS, Rusia, Cina dan Jepang) sebagai wahana

konsultasi untuk mempromosikan keamanan di Semenanjung Korea.51 Pada

tanggal 31 Desember 1991, ditandatanganinya “Basic Agreement on

Reconciliation, Non-Agression, and Exchange and Cooperation oleh kedua

Perdana Menteri setelah berbagai pembicaraan-pembicaraan tingkat tinggi kedua

belah pihak.

50 Young Sun Ji,”Conflicting Visison For Korean Reunification”, Fellow, WeatherheadCenter For International Affairs, Harvard University, Juni 2001, h. 7. Diakses darihttp://www.wcfia.harvard.edu, pada 8 Oktober 2010.

51 Young Jeh Kim, North Korea’s Nuclear Program and Its Impact On NeighboringCountries, dalam Korea and World Affairs, Vol. 17, No. 3, Fall 1993, h. 482.

Page 39: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

28

Basic Agreement ini berlaku efektif bersamaan dengan Joint Declaration

on The Denuclearization of The Korean Peninsula pada tanggal 19 Februari 1992.

Dalam pelaksanaan Basic Agreement, telah disusun suatu protocol pada tanggal

17 September 1992. Namun mengalami kendala akibat pengembangan nuklir

Korea. Memasuki tahun 1993, dalam mengakhiri era otoriterisme Korea Selatan,

Presiden Kim Young Sam dilantik menjadi Presiden Korea yang secara aktif

mempromosikan dialog antar Korea. Kesungguhan Kim dalam untuk rekonsiliasi

yaitu dengan mengembalikan seorang mata-mata Korea Utara yang ditahan Korea

Selatan tanpa syarat apapun. Namun usaha Kim Young Sam kembali mengalami

kegagalan dengan adanya konflik antar AS dengan Korea Utara. Krisis ini

merupakan masalah yang cukup serius ketika AS berencana akan menghancurkan

fasilitas nuklir Korea Utara, sehingga perang tidak dapat dihindarkan.52

Namun krisis tersebut dicairkan dengan kerjasama diplomatik antar Seoul-

Washington pada saat mantan Presiden AS J. Carter berkunjung ke Pyongyang

untuk melakukan pertemuan dengan Kim II Sung.53 Pertemuan tersebut

merupakan pertemuan puncak antara Korea Utara-AS dan perundingan untuk

membicarakan permasalahan nuklir di Korea Utara. Dengan ditandatanganinya

Agreed Framework sebagai bukti bahwa Korea Utara setuju untuk membekukan

program nuklirnya selama delapan tahun. Akan tetapi dalam perjanjian Agreed

Framework, AS menjanjikan pengiriman bahan bakar dan bantuan teknologi

untuk membangun dua reaktor air raksasa untuk kepentingan energi, sebagai

resiprositas atas sikap kooperatif Korea Utara yang menghentikan proyek

nuklirnya. Selain itu, dari pertemuan tersebut terbentuk pula KEDO, Organisasi

52 Ibid, h. 7.53 Mohtar Masóed, dan Yang Seung-Yoon, “Politik Luar Negeri Korea Selatan :

Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Masyarakat Internasional”, h. 67.

Page 40: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

29

Energi di Semenanjung Korea.54 melalui organisasi ini,Korea Selatan, AS, dan

Jepang secara bersama-sama memberikan bantuan untuk mendirikan dua buah

reaktor Light-water di Korea Utara. Namun dilain pihak, KTT antara Korea

Selatan dengan Korea Utara mengalami kegagalan. Ini disebabkan meninggalnya

Kim II Sung tujuh belas hari sebelum KTT.

Setelah meninggalnya Kim II Sung, hubungan kedua Negara sempat

mengalami masalah kembali. Hal ini disebabkan, pada masa berkabung di Korea

Utara, Korea Selatan tidak menunjukan sikap yang kurang baik yaitu dengan tidak

menyampaikan belasungkawanya. Bahkan malah menyiagakan pasukannya di

perbatasan sebagai antisipasi perkembangan di Korea Utara. Kim Yong Sam,

mencoba mengeksploitasi kematian Kim II Sung sebagai harapan bahwa dengan

lemahnya rejim Korea Utara tersebut maka akan membuka kesempatan bagi

masuknya Korea Selatan secara perlahan sehingga akhirnya mampu menguasai

Korea Utara. Namun prediksi bahwa proses pengantian akan melemahkan rejim

Korea Utara tidak terjadi.55 Kim Jong Il naik tahta dan menggantikan mendiang

ayahnya sebagai pemimpin Korea Utara. Sementara itu, Korea Selatan merasa

tidak nyaman dengan hubungan antara Korea Utara dengan AS. Dalam hal ini,

Korea Selatan takut bila nantinya AS Tidak akan mendukung Korea Selatan dan

bahkan akan mendukung Korea Utara dalam hubungan bilateralnya dengan AS.

2.3 Kebijakan Sunshine Policy Presiden Kim Dae Jung (1998-2003)

Setelah Kim Dae Jung dilantik menjadi Presiden Korea Selatan,

merupakan saat dimana untuk pertama kalinya sebuah kebijakan yang cukup

bersahabat dan berdialog dengan Korea Utara dilaksanakan dengan cara

54Ibid, h.122.

55Keun-Sik Kim, Inter-Korean Relation and Thr Future of the Sunshine Policy, theJournal of East Asian Affairs, Vol. XVI, No. 1 Spring/Summer 2002, (The Research Institute forInternational Affairs, Seoul, Korea 2002), h. 100.

Page 41: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

30

paradigma baru. Pada masa jabatannya, Kim Dae Jung mengeluarkan sebuah

kebijakan Sunshine Policy (engagement policy). Kebijakan sunshine policy

berusaha untuk menciptakan paradigma baru hubungan antara kedua Negara

Korea yang didasari oleh rasa saling menghargai yang akan memberikan pengaruh

kepada masa depan rakyat Korea secara keseluruhan menciptakan kerjasama

antara keduanya dengan ide utama perdamaian, rekonsiliasi, dan kerjasama.

Puncak dari kebijakan ini adalah ketika diadakannya North-South Joint

Declaration pada tanggal 15 Juni 2000 yang mempertemukan pertama kali kedua

Negara Korea dalam KTT tersebut. Di dalam pertemuan ini Korea Utara dan

Korea Selatan sepakat melakukan kerjasama diberbagai bidang dan keduanya

akan melakukan dialog untuk mengimplementasikan kesepakatan ini.56

Dalam pertemuan puncak di Pyongyang tersebut, kedua pemimpin

tertinggi masing-masing menyetujui wewenang diplomasi, pertahanan dan

penyusunan undang-undang tingkat rendah, yang semuanya akan diberikan

kepada pemerintah regional. Pasca pertemuan puncak tesebut, hubungan antar

kedua Negara Korea semakin tinggi frekuensinya. Tercatat telah beberapa kali

dilakukan komunikasi melalui dialog tingkat Menteri, baik pertemuan Menteri

Pertahanan dan pertemuan Komite kerjasama ekonomi. Perjanjian tahun 2000

memberikan landasan bagi dilakukannya konstruksi kembali hubungan

perekonomian diantara kedua Negara. Upaya tersebut dilakukan dengan

membangun infrastruktur yang menghubungkan kedua Negara, yaitu dengan jalur

Kereta api dari Seoul-Shinuiju dan dilakukannya pembangunan taman industry

56 Hong Nack Kim, The Kim Dae Jung Government’s North Korea Policy Problems andProspects, Korea and World Affairs, Vol XXIII, No. 3, Fall 1999 (Korea; Research Center forPeace and Unification of Korea, 1999), h. 9.

Page 42: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

31

Gaesong.57 Hubungan perdagangan diantara kedua Negara Korea pun mengalami

peningkatan drastis. Pada tahun 2001 tercatat nilai perdagangan diantara kedua

Negara mencapai angka US$ 425 juta. Namun hubungan kedua Negara korea

mngalami tantangan dengan adanya isu terorisme internasional dan rejim Korea

Utara dilabelkan oleh pemerintah Amerika Serikat dibawah pimpinan George W.

Bush sebagai Negara anggota “poros setan” (Axis of Evil States) dan Korea Utara

dimasukkan sebagai salah satu Negara yang dimungkinkan sebagai sasaran

penyerangan oleh Amerika Serikat didalam dokumen Nuclear Posture Review.58

2.4 Kebijakan Policy for Peace and Prosperity Presiden Roh Moo Hyun

Terpilihnya Roh Moo Hyun menjadi Presiden Korea Selatan pada tahun

2003 menjadi kondisi yang kurang menguntungkan bagi Roh Moo Hyun yang

baru dilantik. Dalam hal ini, pada tahun 2003 telah terjadi krisis nuklir untuk yang

kedua kalinya setelah krisis nuklir tahun 1994. Krisis meningkat pada awal 2002

ketika Korea Utara secara resmi tidak menyangkal pernyataan Asisten Militer

Laur Negeri AS James A. Kelly yang menyatakan bahwa Pyongyang memiliki

program pengayaan uranium dan telah melanggar perjanjian mereka. Krisis

tersebut menjadi tantangan bagi pemerintahan Roh Moo Hyun, upaya dialog

Korea Selatan dan Korea Utara pada masa Roh Moo Hyun dijalankan melalui

pendekatan Policy for Peace an Prosperity.59 Melalui kebijakan ini Roh Moo

Hyun menempatkan prioritas kebijakannya dengan menjaga stabilitas di

57Keun-Sik Kim, Inter-Korean Relation and Thr Future of the Sunshine Policy, the

Journal of East Asian Affairs, Vol. XVI, No. 1 Spring/Summer 2002, (The Research Institute forInternational Affairs, Seoul, Korea 2002), h. 105.

58 James T. Laney and Jason T. Shaplen, How to Deal with North Korea, Foreign Affairs,Vol. 82, No. 2 (Mar-Apr, 2003), h. 28

59Hyoeng Jung Park, First Year of the Roh Moo Hyun Administration, Korea and World

Affairs, Vol. XXXIV, No. 4, Winner 2003, (Korea : Research Center for Peace and Unification ofKorea 2003), h. 9.

Page 43: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

32

Semenanjung Korea. Fokus dari kebijakan ini adalah mencari jalan keluar krisis

nuklir yang terjadi di Semenanjung Korea dan merupakan upaya reunifikasi antara

kedua Negara Korea. kebijakan Peace and Prosperity ditunjukan untuk

memperluas ruang lingkup dan isi dari reconciliation and cooperation policy

terhadap Korea Utara yang telah dipromosikan pada masa Kim Dae Jung

sebelumnya.

Pemerintahan Roh Moo Hyun memperluas horizon dan mengarahkan

pandangan kepada rekonsiliasi dan kerjasama antar Korea dan juga perdamaian di

Semenanjung Korea. Pemerintahan Roh mencoba membangun kerangka

perdamaian di Semenanjung Korea dengan institusionalisasi perdamaian melalui

peningkatan hubungan antar rakyat Korea. Rencana pemerintah menyatakan

bahwa semua masalah termasuk di dalamnya program nuklir Korea Utara harus

dipecahkan lewat cara-cara damai dengan dialog. Rekonsiliasi dan kerjasama

antar-Korea dan mendesak Korea Utara untuk berpartisipasi ke dalam komunitas

internasional harus secara konsisten dipromosikan. Pemerintah Roh Moo Hyun

memperluas dan memperdalam pertukaran dan kerjasama antar Korea. Korea

Selatan meletakan landasan komunitas yang makmur melalui perluasan dan

pembangunan proyek kerjasama ekonomi antar Korea dan menitikberatkan pada

perbaikan homogenitas nasional dengan memperluas pertukaran misi sosial dan

budaya.

Di masa pemerintahan Roh Moo Hyun, politik luar negeri mengalami

perubahan yang cukup signifikan dari pemerintahan sebelumnya. Keinginan untuk

menjadi Negara yang memiliki posisi sejajar dengan Amerika Serikat mewarnai

kebijakan pada masa Roh Moo Hyun. Terbukti dalam membina hubungan

Page 44: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

33

diplomatik dengan Amerika Serikat membuat Korea Selatan bersikap lebih tegas

dan jelas bila dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya yang masih terlihat

tergantung dengan kehadiran Amerika Serikat. Faktor inilah yang kemudian

memicu Korea Selatan untuk memulai berjalan secara madiri dan sedikit demi

sedikit melepaskan diri dari intervensi asing. Termasuk juga untuk menyelesaikan

konflik dengan Korea Utara.

Dalam upaya untuk menuju pernyelesaian secara damai atas krisis yang

terjadi ditempuh Roh Moo Hyun dengan diplomasi secara maraton kesejumlah

Negara berpengaruh di Semenanjung Korea seperti Amerika Serikat, Jepang dan

Cina.60 Upaya yang ditawarkan oleh Roh Moo Hyun dalam setiap kesempatan

dalam upaya penyelesaian konflik antara Amerika Serikat dan Korea Utara, Roh

Moo Hyun menawarkan agar lima pihak juga ikut bergabung dalam

menyelesaikan konflik tersebut. Lima pihak tersebut antara lain adalah Amerika

Serikat, Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, dan RRC.61 Pada KTT Tokyo

tanggal 7 Juni 2003, Roh Moo Hyun mengusulkan Kepada Mitra PM. Koizumi

agar Jepang dan Korea Selatan bisa menekan Korea Utara melalui dialog dan

tekanan politik.

Dalam mengatasi ketegangan akibat nuklir Korea, diperlukan dialog dalam

upaya membangun hubungan dilakukan dengan itikad yang cukup baik untuk

membina hubungan kedua Negara Korea. Terbukti Korea Selatan

menyumbangkan 200.000 ribu ton pupuk ke Korea Utara untuk memulai dialog

antar kedua Negara Korea. Pada KTT yang berlangsung pada tanggal 2-4 Oktober

60 Suara Pembaruan, “Diplomasi Roh dan Stabilitas Semenanjung Korea”, 30 Juli 2003,h. 10.

61 Koran Tempo,”Korea Selatan Mendesak Segerakan Perundingan”, 16 April 2003, h.11.

Page 45: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

34

2007 di Pyongyang telah mengasilkan “Deklarasi untuk Pembangunan Hubungan

Antar-Korea serta Perdamaian dan Kesejahteraan” yang terdiri dari delapan butir.

Setelah pertemuan tersebut baik Korea selatan maupun Korea Utara telah

menghentikan siaran-siaran propaganda yang saling menyerang, menurunkan alat-

alat propaganda di Zona Demilitarisasi, serta telah membuka hotline militer. 62

62Kompas, “Korea Selatan Menerima Tawar Menawar Korut”. 22 April 2003, h. 4.

Page 46: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

35

BAB III

GAGASAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA

Dalam perjalanan sejarahnya, kawasan Semenanjung Korea selalu menjadi

sebuah “arena”dimana banyak kepentingan dari Negara-negara besar yang

bermain didalamnya. Terutama pada masa Perang Dingin, politik di tingkat

kawasan selalu identik dengan kompetisi yang dilakukan oleh Negara-negara

adikuasa seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet.63 Setelah terbaginya kedua

Korea, masalah kebijakan reunifikasi Semenanjung Korea itu adalah titik yang

sangat penting bahwa Korea Utara dan Korea Selatan adalah bangsa Korea yang

sama. Kedua negara memiliki leluhur yang sama, latar belakang budaya dan

sejarah yang sama tradisi, bahasa yang sama dan modus kira-kira sama berpikir

dan karakter.

Dalam proses penyatuan Korea, telah banyak mengalami pasang surut

yang cukup rumit selama beberapa dekade. Ketika Korea Utara menginginkan

unifikasi komunis didasarkan pada logikanya yang disebut “Satu Joseong”, namun

bagi Korea Selatan pemerintahannya dianggap sebagai satu-satunya entitas yang

sah di Semenanjung Korea dengan unifikasi sebagai perpanjangan kedaulatannya.

Pandangan yang kaku dan tidak berkompromi menjadikan akomondasi antara

kedua belah pihak mustahil untuk dilakukan sampai tahun 1960-an.64 Pasca

Perang Dingin, hubungan situasi internasional telah mengalami perubahan yang

cukup signifikan terlihat pada Penyatuan Jerman pada tahun 1989 adalah salah

63Paul A. Papayoanou, Great Powers Regional Orders : Possibilities and Prospects After

Cold War, dalam David Lake and Patrick M. Morgan, Regional Order Bulding Security in a NewWorld, (United States of American; Pennsylvania State University Press, 1997), h. 27.

64 Fakta Tentang Korea, Pelayana Informasi Korea, Badan Informasi Nasional, 2003,Seoul, Republik Korea, h. 47.

Page 47: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

36

satu peristiwa sentral dari proses penyegelan akhir Perang Dingin. Sejak itu,

Jerman telah mengalami proses yang ditandai dengan positif. Pengalaman Jerman

dapat memegang beberapa pelajaran bagi negara-negara lain.65 Terutama

Semenanjung Korea misalnya, yang masih terjebak dalam konflik ideologi,

pembangunan ekonomi tidak merata dan membangun kekuatan militer yang

cukup mengancam, termasuk kemampuan nuklir.

3.1 Latar Belakang Reunifikasi di Semenanjung Korea

Sejak berakhirnya Perang Dingin, seluruh negara di dunia berfokus pada

persaingan ekonomi. Lain halnya dengan kedua negara Korea di Semenajung

Korea yang masih tetap melakukan konfrontasi militer yang berakibat mengarah

kepada peperangan. Adanya Keberadaan isu pembangunan persenjataan nuklir

memperuncing hubungan kedua Negara tersebut. Isu nuklir Korea Utara mulai

mengemuka di era Perang Dingin. Tidak transparannya kegiatan reaktor-reaktor

nuklir Korea Utara membuat situasi keamanan regional di Semananjung Korea

menjadi tidak pasti. Keterlibatan masalah senjata nuklir lebih disebabkan oleh

masih adanya kecurigaan diantara kedua Korea tentang adanya invansi dari

masing-masing pihak serta keterlibatan negara-negara besar seperti AS dan Rusia

yang secara historis berpengaruh besar di kawasan. Sementara itu, situasi di

kawasan Asia Timur masih belum stabil, hingga dikhawatirkan potensi nuklir

dapat menyulut persaingan diantara negara-negara kawasan dalam pengembangan

senjata nuklir.

65Banyak analis yang berpendapat bahwa reunifikasi Korea dapat dilakukan dengan

melihat pengalaman reunifikasi Jerman, di mana Jerman Barat dengan kekuatan ekonominyasangat aktif mengkampanyekan reunifikasi Jerman melalui absorption. Strategi absorptionpemimpin Jerman Barat Kanselir Hemut Kohl dilakukan dengan menunda-nunda bantuan ekonomiJerman Barat dan membiarkan ekonomi Jerman Timur hancur. Bantuan ekonomi pun di berikandengan syarat-syarat yang tidak dapat ditolak oleh Jerman Timur

Page 48: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

37

Usaha-usaha untuk meredakan ketegangan atau konflik kedua Korea tetap

dilakukan secara intensif. Secara positif Korea Selatan mengembangkan kebijakan

diplomatiknya termasuk kebijakan masalah antar Korea.66 Maka sejak tahun

1990-an telah dimulai kembali dialog unifikasi antar Korea. Proses tersebut

banyak diprakasai oleh upaya-upaya mahasiswa Korea Selatan yang terinpirasi

oleh reunifikasi Jerman, sehingga timbul wacana reunifikasi demi mewujudkan

Negara Korea yang satu.67 Dalam hal ini, wacana reunifikasi juga dilakukan

karena semakin memburuknya situasi politik dan ekonomi Korea Utara.

Ketidakstabilan keamanan di Semenanjung Korea membuat terhambatnya proses

reunifikasi antar dua Negara Korea. Menurut survey pada tahun 1995, 92 persen

percaya bahwa korea akan bersatu, 4 persen mengatakan Korea akan tetap terbagi

dan 4 persen lainnya mengatakan ketidakpastiannya. Survey ini menunjukan

bahwa 2.1 persen reunifikasi akan berhasil diprediksikan tahun depan, dan 8.3

persen reunifikasi akan berhasil paling lambat tahun 2000. Sisanya hampir

memprediksi keberhasilan reunifikasi sesaat setelah tahun 2000.68 (Lihat Table 1)

Table 1. Prospek Reunifikasi di Korea

Tahun Proyek

Reunifikasi

Dalam satu

tahun

Sebelum

2000

2001-

2005

2006-

2010

2011-

2015

Lewat

2015

Persen 2.1 8.3 20.9 20.8 16.7 16.3

Sumber: Lihat pada Lee Young Sun,”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus, Vol. 3,

No. 3, 1995, h. 10

66Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed, “Politik Luar Negeri Korea Selatan :

Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Masyarakat Internasional”, Op Cit, h. 12367Fakta-fakta Tentang Korea , Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea Kementerian

kebudayaan Olahraga dan Pariwisata, h.68

Lee Young Sun,”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus, Vol. 3, No. 3,

1995, h. 10.

Page 49: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

38

Hasil survey tersebut menunjukan bahwa reunifikasi Korea menunjukan

akan mengalami perubahan yang signifikan pada tahun 2000. Perubahan ini akan

mengubah sistem perekonomian antar dua Negara tersebut. Perubahan yang

terjadi pada kekuatan sistem ekonomi Korea Selatan akan tumbuh secara

signifikan, sementara bagi Korea Utara perubahan tersebut dapat mempengaruhi

perubahan sistem politiknya.69 Pada tahun 1998, arah kebijakan reunifikasi

mengalami reformasi yang cukup baik dari terdahulunya. Presiden Kim Dae-Jung

memprakarsai dialog dengan Utara. Kebijakan tersebut disambut baik oleh Kim

Jong-il yang merupakan pemimpin tertinggi di Korea Utara. Kedua pemerintahan

tersebut bertemu di Pyongyang pada Juni 2000, dan menghasilkan beberapa poin

kesepakatan antara Korea Selatan dan Korea Utara.

3.2 Kebijakan Reunifikasi Di Semenanjung Korea

Dalam kebijakan reunifikasi masing-masing, kedua Korea telah

menempatkan secara jelas tujuan dan hasil akhir yang ingin dicapai dari

permasalahan reunifikasi kedua negara Korea. Dalam kebijakan reunifikasi Korea

Utara dan Korea Selatan tampak jelas bahwa terdapat beberapa pokok perbedaan

substansial. Namun, dalam kebijakan reunifikasi tersebut, kedua pihak memiliki

persamaan pandangan hal yang sama. Antara lain: 70

Pertama, kedua Korea telah membuat reunifikasi sebagai tujuan kebijakan

utama mereka. Kedua pemimpin dan rakyat Korea percaya bahwa reunifikasi

adalah sebuah tugas nasional yang penting bagi politik, ekonomi, dan struktur

social mereka. Kedua, walaupun ungkapan secara terperinci dapat berbeda, kedua

69 Ibid.70

Kim Hak Joon, A Comparison of Unification Policies of South and North Korea,National Unification Board, Seoul, 1990, h. 100-101.

Page 50: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

39

Korea memiliki pandangan yang sama bahwa pertanyaan reunifikasi merupakan

masalah domestic yang penting dan reunifikasi harus dicapai tanpa adanya

campur tangan dari kekuatan asing. Ketiga, kedua Korea Menginginkan

reunifikasi dicapai dalam suatu cara damai. Tentu saja, Korea pernah berusaha

mengkomuniskan seluruh Korea dengan kekuatan angkatan bersenjata, namun

disisi lain, paling tidak Korea Utara menginginkan reunifikasi secara damai

dengan Korea Selatan.

Masih butuh waktu lama bagi Korea Selatan dan Korea Utara untuk

mencapai unifikasi secara damai. Sebab, menurut mantan Presiden Kim Dae Jung,

hambatan utama yang dihadapi adalah hambatan psikologis. “ mungkin butuh 21

tahun lebih ”, kedua belah pihak sudah tidak menghendaki peperangan lagi.

Namun sama seperti halnya Korea Selatan, Pemimpin Korea Utara Kim Il Sung

juga sudah tidak menghendaki lagi adanya peperangan.71 Kesimpulanya, Masa

depan dari reunifikasi Korea secara damai sangat tergantung pada keinginan dan

kemampuan dari kedua negara Korea tersebut untuk dapat mencoba dan

menemukan titik temu ataupun celah-celah konsepsi atau formulasi yang dapat

dikompromikan. Namun dengan catatan baik Korea Selatan maupun Korea Utara

dapat memiliki sikap nothing to loose dalam kompromi yang nantinya akan

dicapai. Ini berarti dilakukan tanpa adanya paksaan dan berasal dari hati nurani

dari bangsa Korea akan harapan dalam terwujudnya sebuah bangsa Korea yang

satu.

3.3 Perkembangan Reunifikasi Di Semenanjung Korea

Dalam menghadapi Korea Utara, pendekatan yang dilakukan Korea

Selatan dilakukan dengan berbagai skenario (Lihat gambar 3.1). Skenario pertama

71 Kompas,”Kim Dae Jung: Unifikasi Korea Perlu 20 Tahun lagi”, 20 Oktober 2000, h. 15

Page 51: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

40

adalah dengan cara paksa, dalam hal ini penyatuan Korea dilakukan dengan cara

terjadinya perebutan atau mengambil ahli paksa kekuasaan baik oleh Korea

Selatan atau Korea Utara dengan cara perang. Namun, scenario ini tidak akan

dapat menyatukan kedua negara. Skenario kedua adalah mengambil ahli Korea

Utara setelah runtuhnya sistem politik di Korea Utara.

Saat ini Korea Utara sedang mengalami kemunduran ekonomi yang sangat

parah dan harus membuka diri dengan masyarakat internasional serta harus

beradaptasi dengan prinsip-prinsip pasar ekonomi. Namun rangkaian perubahan

ini, Korea Utara mampu menyesuaikan diri dan akan mampu untuk menghindar

dari pengaruh luar seperti kemakmuran barat, ide-ide demokrasi, dan kebebasan

pribadi. Dalam hal ini, pengaruh tersebut akan mempengaruhi dan melemahkan

dasar ideologi yang berpusat pada dokrin Juche. Ideologi telah djadikan alat

penilaian dan pembenaran dalam realitas yang selama ini dihadapi oleh Korea

Utara. dan pada saat yang sama djadikan sebagai ideologi yang mengatur

kehidupan rakyat Korea Utara. Namun pada akhirnya, Korea Utara akan runtuh

dan reunifikasi di Korea akan terwujud. Runtuhnya Korea Utara mungkin juga

disebabkan oleh berbagai hal seperti kudeta militer. Namun hal tersebut sepertinya

tidak akan pernah terjadi di Korea Utara.

Skenario ketiga adalah reunifikasi bertahap berdasarkan kesepakatan

antara kedua negara Korea. pandangan ini mendapat dukungan sebanyak 38

persen dari peserta survey. Terdapat dua alasan mendukung skenario ini. Pertama

adalah perbedaan luas dalam sistem kedua Korea. Kedua, mengingat keterlibatan

kekuatan sekitar dalam situasi politik di semenanjung Korea. Kedua negara Korea

tersebut ingin mempertahankan sesuatu yang status quo. Untuk kedua alasan

Page 52: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

tersebut, reunifikasi Korea mungkin akan terlaksana apab

kedua negara Korea. dan reunifikasi p

pertama. Perjanjian antara kedua Korea tersebut dapat diharapkan akan terjadi jika

Korea Utara terus membuat kemajuan ekonomi secara bertahap dan memperlua

demokratisasi politik. Namun sk

lama, mengingat sikap Korea Utara yang masih menutup diri dengan masyarakat

internasional.

Skenario terakhir, didukung sebanyak 22 persen dari peserta survey,

melihat reunifikasi sebagai sebuah peristiwa yang sulit dicapai. Mengingat

kemungkinan kesulitan dalam mencapai suatu kesepakatan tentang penyatuan

politik antara Selatan dan

sekitarnya untuk mempertahankan

membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menghilangkan ketidakpercay

kedua Korea. khususnya,

korea bersatu, sedangkan korea selatan khawatir tentang beban ekonomi

reunifikasi akan terjadi setelah tahun 2020.

Gambar 3.1 Contoh Kemungkinan dari Proses Unifikasi Korea

72Lee Young Sun

1995, h. 12.

41

tersebut, reunifikasi Korea mungkin akan terlaksana apabila terdapat persetujuan

egara Korea. dan reunifikasi pun akan terlaksana dari kedua sk

pertama. Perjanjian antara kedua Korea tersebut dapat diharapkan akan terjadi jika

Korea Utara terus membuat kemajuan ekonomi secara bertahap dan memperlua

demokratisasi politik. Namun skenario ini memerlukan jangka waktu yang cukup

lama, mengingat sikap Korea Utara yang masih menutup diri dengan masyarakat

Skenario terakhir, didukung sebanyak 22 persen dari peserta survey,

i sebagai sebuah peristiwa yang sulit dicapai. Mengingat

kemungkinan kesulitan dalam mencapai suatu kesepakatan tentang penyatuan

elatan dan Utara karena dua sistem dan niat dari kekuasaan

sekitarnya untuk mempertahankan status quo mereka di semenanjung Korea

membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menghilangkan ketidakpercay

kedua Korea. khususnya, Korea Utara ketakutan hilangnya kekuasaan politik di

korea bersatu, sedangkan korea selatan khawatir tentang beban ekonomi

reunifikasi akan terjadi setelah tahun 2020.72

Gambar 3.1 Contoh Kemungkinan dari Proses Unifikasi Korea

Lee Young Sun, ,”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus

proses unifikasi ratadengan cara perjanjian 38 %

Korea Selatan mengambilKorea Utara setelah KoreaUtara jatuh 38 %

tidak ada respon 2 %

ila terdapat persetujuan

un akan terlaksana dari kedua skenario

pertama. Perjanjian antara kedua Korea tersebut dapat diharapkan akan terjadi jika

Korea Utara terus membuat kemajuan ekonomi secara bertahap dan memperluas

enario ini memerlukan jangka waktu yang cukup

lama, mengingat sikap Korea Utara yang masih menutup diri dengan masyarakat

Skenario terakhir, didukung sebanyak 22 persen dari peserta survey,

i sebagai sebuah peristiwa yang sulit dicapai. Mengingat pada

kemungkinan kesulitan dalam mencapai suatu kesepakatan tentang penyatuan

sistem dan niat dari kekuasaan

di semenanjung Korea, akan

membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menghilangkan ketidakpercayaan di

tara ketakutan hilangnya kekuasaan politik di

korea bersatu, sedangkan korea selatan khawatir tentang beban ekonomi

Gambar 3.1 Contoh Kemungkinan dari Proses Unifikasi Korea

Korea Focus, Vol. 3, No. 3,

proses unifikasi rata-ratadengan cara perjanjian 38 %

Korea Selatan mengambilKorea Utara setelah KoreaUtara jatuh 38 %

tidak ada respon 2 %

Page 53: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

42

Sumber: Lihat pada lee young sun,”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus,

Vol. 3, No. 3, 1995, h.11.

Banyak orang Korea menyadari bahwa sampai saat ini tidak mudah dan

kemungkinan jauh untuk membayangkan suatu Korea bersatu. Perbedaan tingkat

ekonomi dan perbedaan sistem pemerintahan yang berlaku, memerlukan

penyesuaian dalam jangka waktu yang lama. Sehingga rumusan unifikasi di

Semenanjung Korea dilakukan beberapa tahap penyesuaian. Namun Bagi Korea

Utara reunifikasi Korea adalah jawaban yang paling tepat untuk mengembalikan

harkat dan martabat bangsa Korea. Dalam hal ini harus dilalui tanpa campur

tangan pihak lain yang cenderung menghalang-halangi dan mempertahankan

perpecahan Korea. Unifikasi juga akan mengubah hubungan di timur laut Asia.

Dengan pemerintahan yang demokratis tunggal di Semenanjung Korea, banyak

sumber daerah ketegangan akan lenyap.

Dengan pemerintahan yang terbuka dan akuntabel, kekuasaan sipil dan

antusiasme untuk kemajuan komersial, suatu kebijakan Korea bersatu

kemungkinan akan moderat dan pragmatis sebagai kebijakan luar negeri Korea

Selatan melampaui semenanjung Korea. Sedangkan secara eksternal, atau

internasional, hal itu telah menjadi masalah politik akut, penyatuan kembali Korea

adalah sesuatu yang setiap Korea di kedua mimpi Selatan dan Utara. Masalah

utama dalam reunifikasi adalah kedua negara memiliki kebijakan dan pandangan

yang berbeda tentang negara Korea yang satu. Korea Utara menginginkan sebuah

Negara federasi dengan dua sisitem berbeda untuk Korea bersatu. Sedangkan

Korea Selatan menginginkan sebuah negara dengan satu sistem yang demokrasis

dan berorientasi ekonomi pasar.

Page 54: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

43

Kedua pandangan ini secara fudamental berlawanan dan ini akan sangat

menyulitkan negosiasi antar dua negara, terlebih jika paham demokrasi yang

dimaksudkan Korea Selatan adalah demokrasi liberal, hal ini pasti ditolak oleh

Korea Utara. Membangun kepercayaan diantara kedua negara merupakan

tantangan tersendiri bagi Korea Selatan. Korea Selatan mampu memanfaatkan isu

persaudaraan antar negara untuk merangkul Korea Utara. Namun kendala yang

dihadapi dalam proses tesebut adalah sikap Korea Utara yang tidak rasional dan

selalu memiliki pandangan curiga terhadap dunia luar. Seperti sifat Korea Utara

yang melakukan standar ganda dalam hal program nuklirnya. Disatu sisi Korea

Utara dapat menunjukan sikap yang positif dalam setiap perjanjian apabila

perjanjian tersebut memberikan keuntungan berupa bantuan bagi Korea Utara.

Proses tranformasi keamanan di Semenanjung Korea menekankan kepada

perubahan interprestasi dan interaksi, terutama dari pola hubungan yang saling

bermusuhan menjadi hubungan yang bersahabat.73 Sejak diperkenalkannya

kebijakan Sunshine Policy oleh Kim Dae Jung, hubungan antar kedua negara

mengalami kemajuan. Sunshine Policy merupakan kebijakan proaktif Korea

Selatan untuk menggandeng Korea Utara dalam rangka menciptakan perdamaian,

pembaharuan dan keterbukaan melalui rekonsiliasi dan kerjasama antar Korea.

Dalam kaitan ini Sunshine Policy diartiakan sebagai engagement policy.

Disamping itu, awalnya kebijakan ini digunakan untuk membujuk AS untuk

mengadopsi kebijakan soft landing terhadap Korea Utara.74

73 Daniel A. Pinkston and Philip C. Saunders, Seeing North Korea Clearly, Survival, (TheInternasional Institute for Strategic Studies) Vol. 45, No. 3, Autumn 2003, h. 80.

74 Ada dua scenario yang diajukan oleh para analis tentang penyatuan Korea, yaitu hardlanding dan soft landing. Hard landing merupakan scenario kehancuran rejim komunis KoreaUtara yang akan berdampak pada agresi militer Korea Utara ke Korea Selatan. sedangkan softlanding dapat berarti engagement Korea Utara melalui kerjasama dan rekonsiliasi. Moon Chang

Page 55: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

44

Kemudian dari sudut ekonomi, keamanan dipahami sebagai jaminan

terhadap akses untuk memperoleh kebutuhan akan sumber-sumber alam,

keuangan dan pasar dalam rangka keberlangsungan maupun pencapaian tingkat

kesejahteraan dan kekuatan (power) negara. Dengan kata lain,

kerjasama/ketergantungan ekonomi mendorong para aktor untuk menyelesaikan

konflik secara damai. Hubungan ekonomi Korea Selatan dan Korea Utara

mengalami peningkatan, khususnya setelah “Inter Korean Summit” pada 13-15

Juni 2000. Dari pertemuan ini terbentuk “The South-North Joint Declaration”,

dimana salah satu kesepakatan yang dicapai adalah kesanggupan Korea Selatan

membantu Korea Utara dalam proses pemulihan ekonomi.

Selama dekade 1990, GDP Korut menunjukan penyusutan hingga 25%,

disusul kekurangan pangan yang berlarut-larut melanda negara tersebut

mengakibatkan bantuan luar negeri menjadi “indispensable” bagi Korea Utara

dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1996, Korea Utara telah banyak menerima

bantuan besar-besaran dari berbagai Negara. Khususnya setelah terjadi banjir

besar yang melanda Korea Utara di tahun 1995. Di tahun 2001, AS, Korea

Selatan, Jepang, dan Uni Eropa memberikan bantuan pangan ke Korea Utara

senilai kurang lebih 300 juta dolar AS, termasuk tambahan bantuan dari PBB.75

(Lihat Tabel 3)

In, “The Sunshine Policy and The Korean Summit: Assessment and Prospect”, dalam East AsianReview, Vol. 12, No. 4, Winner 2000. Diakses dari http://www. Ieas.or.kr/ pada tanggal 26 Juni2009.

75 Ismah Tita Ruslin, “ Krisis Nuklir Korea Utara: Studi Amplikasi Pengembangan NuklirKorea Utara TerhadapPerimbangan Kekuatan Militer Di Kawasan Asia Timur”, Spektrum, JurnalIlmu Politik Hubungan Internasional, Vol. 1, No. 2, Oktober, 2004, h. 26.

Page 56: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

45

Tabel 3. Bantuan Negara-negara dan Indivindu ke Korea Utara

(Dollar AS)

1998 1999 2000

USA 173.13 USA 160.700 ROK 71.410

EU 45.540 ROK 38.550 Japan 35.230

China 28.000 EU 8.320 USA 29.230

ROK 27.770 Sweden 4.400 Austri 6.610

Chung 11.900 Canada 3.400 EU 5.000

Source: United Nations Office for The Coordination of Humanitarian Affair

Dalam hal ini dapat disimpulkan beberapa hal yang menjadi latar belakang

wacana reunifikasi di Semenanjung Korea, antara lain:

1. Latar belakang sejarah yang sama; Dalam hal ini Korea merupakansatu. Secara garis besar Mereka memiliki leluhur yang sama, latarbelakang budaya dan sejarah yang sama tradisi, bahasa yang sama;

2. Adanya faktor ekonomi; yang menjadi tujuan utama dalam reunifikasi.Dalam hal ini Korea Selatan berfikir dengan memberikan bantuanekonomi secara terus-menerus kepada Korea Utara agar rakyat danpemerintah negara itu belahan-lahan mau mengubah sikap dankebijakan mereka dan bersedia membuka pintu negaranya bekerjasamadengan masyarakat internasional.

3. Adanya faktor politik; Dalam hal ini situasi politik di SemenanjungKorea masih mengalami masalah terutama masalah pembentukanstruktur kekuatan politik yang baru di sekitar Semenanjung Korea,masalah perbedaan pendapat umum terhadap sistem pemerintahanKorea Utara, serta cara reunifikasi dan kebingungan ideologi.

4. Adanya faktor keamanan; Dalam hal ini situasi kemanan diSemenanjung Korea masih menjadi topik dalam penyelesaian konflikantar dua negara Korea. Isu nuklir yang dikembangkan oleh KoreaUtara menjadi ancaman bagi keamanan di Asia Timur terutama KoreaSelatan yang masih berada dekat dengan Korea Utara.

Dengan kata lain, secara teori terdapat dua pilihan kebijakan bagi Korea Selatan

dalam menghadapi Korea Utara antara lain;

Pertama, Korea Selatan bisa menerapkan kebijakan pembendungan

terhadap Korea Utara. kebijakan tersebut biasa dilakuakan dengan menutup semua

akses yang berhubungan Korea Utara dengan Negara lain. Seperti, dengan

Page 57: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

46

membuka hubungan diplomatik antara Korea Selatan dengan Negara-negara

sekutu Korea Utara seperti Cina dan Rusia. Korea Selatan menawarkan kerjasama

dalam bidang ekonomi dengan Cina dan Rusia. Dengan kerjasama ini dapat

diharapkan akan mampu menjadi pengalih perhatian terhadap dukungan atas

program nuklir Korea Utara. Namun, resiko penerapan kebijakan tersebut dapat

memperuncing persaingan militer di Semenanjung Korea dan memicu perlombaan

senjata. Jadi, kebijakan tersebut dirasa kurang, karena resiko dari pelaksanaannya

akan memburuk kondisi keamanan di Semenanjung Korea.76

Kedua, menjalankan kebijakan dengan cara merangkul Korea Utara

sebagai mitra dialog dengan tujuan agar Korea Utara mau membuka diri dengan

berdialog serta bekerjasama untuk meninggalkan program nuklirnya. Dengan

terbukanya Korea Utara dan munculnya keinginan untuk melakukan dialog

diharapkan secara berlahan akan mampu merubah kondisi keamanan di

Semenanjung Korea. Kebijakan dialog yang diterapkan sejak berakhirnya masa

Perang Dingin adalah upaya revolusioner dalam merekonstruksi hubungan

bilateral Negara Korea. Namun sikap ketertutupan dari Korea Utara tidak bisa

dilepaskan dari faktor kesejahteraan dan struktur yang terbangun di Semenanjung

Korea pada masa Perang Dingin. 77

Pengalaman kelam Korea Utara digunakan sebagai alasan untuk

memperkuat militernya. Pengalaman penjajahan Korea Utara oleh Jepang dan

Perang Korea dijadikan sebuah landasan bagi pemimpin Korea Utara untuk

76Keun-Sik Kim, Inter-Korean Relation and Thr Future of the Sunshine Policy, the

Journal of East Asian Affairs, Vol. XVI, No. 1 Spring/Summer 2002, (The Research Institute forInternational Affairs, Seoul, Korea 2002), h. 100.

77 Young Choi, The North Military Buildup and Its Impact on North Korean MilitaryStrategy in The 1980s, Asian Survey, Vol. 25, No. 3, (Maret 1985), (University of CaliforniaPress), h. 343.

Page 58: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

47

menjalankan program nuklir dan mengembangkan kemampuan rudalnya. Namun

hal tersebut tidak menyurutkan Korea Selatan dalam mengambil kebijakan untuk

merangkul Korea Utara dalam sebuah dialog yang dilakukan secara lebih hangat

dan bersahabat.

Page 59: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

48

BAB IV

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN ANTAR-KOREA

DALAM PROSES REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA

Dalam setiap proses penyatuan kedua negara Korea, selalu mengalami

berbagai macam hambatan salah satunya yaitu pengembangan nuklir yang

dilakukan Korea Utara. Kekhawatiran akan semakin meningkatnya fenomena aksi

reaksi kekuatan militer Negara-negara di kawasan, khususnya merespon tindakan

pembangunan senjata nuklir Korea Utara membawa pengaruh besar bagi kawasan

dan semakin meningkatnya keterlibatan Negara-negara besar seperti AS dan Rusia

dalam kasus nuklir Korea Utara dikhawatirkan akan memicu meningkatnya

potensi konflik militer.

Adanya perbedaan-perbedaan ekonomi, ideologi, dan politik yang

berkembang dalam situasi masing-masing sejak berakhirnya Perang Dingin,

membuat sulitnya mewujudkan perdamaian di Semenanjung Korea. Namun di

sisi lain, tingginya integritas perekonomian dan ketergantungan antara negara di

kawasan menjadi perendam konflik. Terbukti sejak tahun 1998, hubungan antar-

korea mengalami perubahan yang cukup signifikan. Melalui bantuan kemanusian

agar dapat membimbing Korea Utara untuk membuka dirinya terhadap

masyarakat internasional terutama dengan Korea Selatan. Presiden Kim terus

memajukan kerjasama ekonomi serta pertukaran-pertukaran sipil dengan Korea

Utara dan memberikan bantuan pupuk.78

Akan tetapi, proyek-proyek ekonomi antara kedua Negara korea yang

melibatkan sebuah kompleks industri bersama dan sebuah zona wisata di Korea

Utara tidak termasuk dalam daftar kesepakatan yang terkena sanksi, namun

78Laporan Tahunan Departemen Luar Negeri, Tahun 1999, buku 1, Seoul, h. 25.

Page 60: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

49

subsidi antara pemerintah kedua Korea mungkin akan mempertimbangkan

kembali. Dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh kedua negara Korea untuk

mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea, masih mengalami beberapa

hambatan. Salah satu hambatan tersebut adalah adanya program nuklir yang

dikembangkan oleh Korea Utara sejak Presiden Kim Il Sung menjabat sebagai

Presiden Korea Utara. Menurut Kim Il Sung, Korea Utara tidak perlu lagi

tergantung dengan negara lain untuk melindungi keamanan nasionalnya dan

dengan senjata nuklir tersebut, dapat diharapkan posisi tawar Korea Utara

terhadap Negara lain bisa sejajar dan diperhitungkan keberadaanya.79

Korea Utara percaya tindakan ini akan memberikan keuntungan strategis,

simbolis, dan teknologi yang dibutuhkan dalam jangka panjang untuk

mewujudkan Korea Utara yang kuat dan makmur. Sampai saat ini,

pengembangan Nuklir oleh Korea Utara masih menjadi masalah dalam hubungan

antara kedua Negara Korea. Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan hambatan-

hambatan yang mempengaruhi hubungan Korea Selatan dan Korea Utara dalam

menuju proses reunifikasi di Semenanjung Korea. Hal ini di lihat dari faktor

internal maupun faktor eksternal itu sendiri.

4.1 Faktor Internal

4.1.1 Faktor Domestik Korea Selatan

Keadaan domestik Korea Selatan menjadi kunci utama dalam

melaksanakan politik luar negerinya. Pada masa pemerintahan sebelumnya telah

beberapa kali mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam hubungan antar

korea. diantaranya telah terjadi pertemuan antara dua negara pada tahun 2000 dan

79Ching Hyun-Joon, “Internal Changes in North Korea: Reality and Prospect”, Korean

Focus, Vol. 8, No. 5, September-October 2000, h. 94

Page 61: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

50

telah terjadi kesepakatan kerjasama diberbagai bidang. Dibawah kepemimpinan

Roh Moo-hyun, Korea Selatan didalam pembuatan kebijakan politik luar

negerinya terhadap Korea Utara menekankan pada penyatuan tersebut. Roh

memiliki banyak rintangan pada awal pemerintahannya, Kebijakan yang Roh buat

merupakan lanjutan dari kebijakan Sunshine Policy yang merupakan kebijakan

dari Kim Dae Jung. Masa tiga bulan pemerintahannya, Roh mengalami masalah

dalam bidang ekonomi. Presiden Roh mengalami juga tuduhan mengenai skandal

keuangan setelah beberapa orang bawahannya dituduh menerima sumbangan

kampanye secara illegal. 80

Karir politik Roh Moo Hyun diwarnai upaya-upaya untuk mengatasi

regionalisme dalam dunia politik Korea Selatan, namun Lawan-lawan politiknya

mencoba untuk memecatnya melalui impeachment pada tahun 2004. Presiden Roh

Moo Hyun diberhentikan oleh parlemen disebabkan adanya dugaan pelanggaran

hukum pada saat pemilu serta dugaan skandal keuangan. Semasa

diberhentikannya Roh Moo Hyun dari Jabatannya, Perdana Menteri Bon Kun

mengisi kekosongan pemerintahan tahun 2004-2006. Pemaksaan mundur ini tidak

berlangsung lama, pada bulan Mei Mahkamah Konstitusi membatalkan langkah

impeachment tersebut. Hal ini terjadi karena oposisi konservatif pada waktu itu

didominasi oleh parlemen Korea Selatan yang mengatakan bahwa presiden tidak

melanggar aturan pemungutan suara dan dengan terbuka mendukung Partai URI.81

Dibawah kepemimpinan Presiden Roh Moo-hyun, kebijakan tersebut lebih

menekankan pada penyatuan Korea yang dilakukan setelah Korea Utara

80 Hyoeng Jung Park, Firt Year of The Roh Moo-Yhun Administration, Korea and WorldAffairs, Vol. XXXIV, No. 4, Winter 2003, (Korean: Research Center for Peace and Unification ofKorea 2003), h. 9

81Partai URI merupakan partai yang didirikan oleh Roh Moo-hyun dan pendukungannya

pada saat satu bulan setelah terpilihnya Roh menjadi presiden Korea Selatan, diakses darihttp://www.news.bbc.co.uk./2/hl/asia-pasific/2535143.stm, pada19 September 2011.

Page 62: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

51

mempunyai kapasitas untuk menanggulangi berbagai akibat atau resiko yang

timbul akibat dari penyatuan tersebut.82 Kemudian dari segi ideologi, Korea

Selatan memiliki prinsip politik demokrasi dan prinsip ekonomi kapitalisme.

Sehingga bila dibandingkan Korea Utara, Korea Selatan sedikit lebih maju

pembangunan nasionalnya. Demokrasi di Korea Selatan sangat mengandung arti

dalam dua hal yaitu bagi negara dan rakyat Korea. Sepanjang sejarahnya, Negara

dan rakyat Korea dididik berdasarkan ajaran mengenai sistem politik yang jauh

berbeda dengan demokrasi, baik dari segi sistem pemerintahan, ideologi, konsep

masyarakat sipil dan lain-lainnya. Ideologi demokrasi di Korea Selatan dapat

dikatakan sebagai model musyawarah. Hal ini dasarkan pada musyawarah sipil

Korea yang telah mendorong penggunaan sistem musyawarah.83

Namun hal yang terpenting bagi Korea Selatan saat ini adalah mengetahui

secara tepat bagaimana demokrasi tersebut dapat menuju arah perdamaian.84

Sehingga perdamaian tersebut dapat menghasilkan sebuah reunifikasi yang telah

lama didambakan bagi kedua negara Korea. Dalam hal ekonomi, Korea Selatan

menjadi Negara industri yang maju dan berkembang, hal ini berkat bantuan

ekonomi yang diberikan Amerika Serikat. Sehingga Korea Selatan lebih maju

dalam pertumbuhan ekonomi. Peran Chaebol juga memiliki adil yang cukup besar

didalam pembangunan ekonomi di Korea Selatan.

82“Penjelasan Presiden Roh Moo Hyun tentang 4 tahap penyatuan Korea”, Diakses dari,

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0006/16/utama/temb0l.htm, pada 14 Februari 201183 Mohtar Mas’oed dan Yang Seung-Yoon, Masyarakat,Politik, dan Pemerintahan

Korea: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004, h. 58.84

Robert Jacson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, PustakaPelajar, Yogyakarta, 2005, h. 176

Page 63: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

52

4.1.2 Faktor Domestik Korea Utara

Berakhirnya Perang Dingin (Cold War) memunculkan perubahan besar bagi

dunia internasional, antara lain meluasnya regionalisme, perubahan tata ekonomi

global serta transformasi sistem internasional. Yang unik di sini adalah bagaimana

Korea Utara sebagai negara sosialis dikelilingi oleh negara dengan ekonomi

liberal yang berpendapatan tinggi, namun Korea Utara sendiri tidak terpengaruh

oleh liberalisasi negara-negara tetangganya. Salah satu elemen substansial yang

dimiliki Korut adalah ideologi juche. Juche adalah panduan utama Democratic

People’s Republic of Korea (DPRK: Korea Utara) yang diciptakan oleh Kim Il

Sung dengan dasarnya bahwa pemilik revolusi dan pembangunan adalah rakyat.

Kunci utama untuk memahami sistem politik dan struktur kekuasaan Korea

Utara adalah melalui ideology Juche. Ideologi ini merujuk pada konsep

independensi, penentuan nasib sendiri, berdiri di atas kaki sendiri, dan

semacamnya. Ideologi inilah yang mendominasi seluruh aspek kehidupan Korea

Utara sejak proses perumusan kebijakan hingga kehidupan social budaya

rakyatnya. Ideologi ini juga menjadi semacam alat ukur, bahkan agama, untuk

menentukan yang baik dan buruk.85 Istilah Juche pertama kali diperkenalkan oleh

Kim Il Sung sebagai kritik terhadap sosialisme gaya Cina atau Uni Soviet.

ideology ini dalam prakteknya digunakan oleh kim untuk menyingkirkan lawan-

lawan politiknya.

Barulah pada tahun 1980-an ideologi ini diberikan pembenaran filosofi

oleh Kim Jong Il sehingga menemukan bentuknya seperti sekarang.86 Sistem

85 Lee Sangu, “Political Thought, Changes in Society and Pyongyang’s SouthwardStrategy”, Today and Tomorrow of North Korea, , 1982 (Seoul: Bommunsa), h. 194.

86 Secara filosofi Juche dikatakan berasal dari pemahaman bahwa manusia adalah mahlukyang sangat lengkap yang mampu melakuakn segalanya. Manusia adalah mahluk social yang

Page 64: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

53

kepemimpinan tunggal secara resmi dimulai tahun 1972 saat konstitusi baru

Korea Utara diresmikan. Konstitusi yang diberi nama “konstitusi sosialis” ini

dirancang untuk menaikan posisi Kim Il Sung dari seorang perdana menteri dan

sekretaris jenderal partai menjadi presiden Korea Utara. Konstitusi baru ini

memungkinkan Kim untuk menggengam seluruh kekuasaan negara di tangannya,

mulai dari ketua komite pertahanan hingga panglima tertinggi militer.

Kepemimpinan monolitik pun terbentuk.87 Empat garis besar militer Korea Utara

yang dikeluarkan Kim Il Sung antara lain:

Mempersenjatai semua warga.

Memperkuat seluruh negeri .

Melatih semua anggota angkatan darat menjadi “cadre army” (kader

tentara).

Melakukan moderenisasi semua angkatan darat, dokrin dan taktik dibawah

prinsip kepercayaan diri terhadap pertahanan nasional.

Tahun 1994 Kim Il Sung meninggal dunia, kepemimpianannya diteruskan

oleh putranya, Kim Jong Il. Namun berbeda dengan sang ayah, Kim junior lebih

tidak memiliki karisma sebesar Kim Il Sung sehingga diperlukan usaha ekstra

untuk mengangkat citranya di mata rakyat. Disamping itu, Kim juga harus

menghadapi ancaman integritas negerinya. Seperti ancaman terhadap

keberlangsungan ideologi Juche yang terutama berasal dari perubahan struktural

dalam sistem internasional. Berakhirnya perang dingin membuat isu keamanan

memiliki independesi, kreatifitas, dan kesadaran. Oleh para idolog Korea Utara, Juche disebut-sebut sebagai ajaran yang pertama kali dalam sejarah memberikan penjelasan yang sempurnatentang manusia sebagai mahluk social, sebuah penjelasan yang menurut mereka gagal diberikanMarxisme.

87 Lee Sangmin, “North Korea’s Political Structure and Hereditary Succession”, NorthKorea Research Autumn, 1991 (Seoul: Continental Reseach Institute), h. 10-11.

Page 65: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

54

memudar dan isu ekonomi juga mengambil ahli perhatian Masyarakat

internasional.

Cina dua puluh tahun terakhir berideologi pragmatis semakin gencar

melakukan reformasi yang bersifat kapitalistik sehingga lebih mengakomodasi

keberadaan Amerika Serikat di Semenanjung Korea. Sementara itu, Korea Selatan

lewat Nordpolitiknya (merangkul kekuatan komunis) menormalisasikan hubungan

diplomatiknya dengan Rusia dan Cina. Pola hubungan kooperatif ini mengusik

Korea Utara yang sampai saat ini masih memegang teguh ideologi Juche yang

tertutup dan isolasionis.

Ancaman ini juga diperkeruh oleh situasi ekonomi Korea Utara yang

sangat parah, karena ketertutupanya. Negeri ini mengalami kekurangan diberbagai

bidang, mulai dari bahan makanan, energi, bahan baku industri, mata uang asing,

hingga kebutuhan-kebutuhan pokok sehari-hari. Meskipun tidak tersedia data

statistik resmi, musibah kelaparan ini diperkirakan menelan korban jiwa jutaan

orang.88 kenyataan ini tentu menghawatirkan Kim Jong Il karena bisa menganggu

kepercayaan rakyat terhadapnya dan menimbulkan ketidakpercayaan pada

ideology Juche yang mereka anut. Oleh karena itu, Kim menggunakan militer

sebagai instrument penting dalam menjaga integritas dan kemonolitan Korea

Utara sejak negeri ini berdiri. Bahkan hampir 25 % dari Gross National Product

(GDP) Korea Utara dihabiskan untuk personel dan persenjataan. Padahal lima

persen saja (sekitar 300 juta dollar) dari jumlah itu bisa digunakan untuk membeli

1,9 juta ton untuk memnuhi kekurangan pangan tiap tahunnya.

88Ching Hyun-Joon, “Internal Changes in North Korea: Reality and Prospect”, Korean

Focus, Vol. 8, No. 5, September-October 2000, h. 94.

Page 66: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

55

Isu yang mencuat dari anggaran militer yang terlalu besar adalah Korea

Utara tengah mengembangkan senjata nuklir. Sebenarnya isu ini sudah muncul

sejak tahun 1989 ketika satelit Amerika Serikat memotret adanya pipa

penghubung antara pabrik pengolahan kembali plotanium dengan sebuah tangki

penyimpanan sisa pembuangan di Yongbyon. Disisi lain, keberadaan nuklir ini

membuat keuntungan bagi Korea Utara. Pertama, Pyongyang beranggapan

bahwa dengan adanya senjata nuklir, akan menarik perhatian negara-negara di

sekitarnya dan muncul sebagai negara penting di kwasan Asia Timur. Dengan

nuklir Pyongyang berharap akan bisa menahan tekanan eksternal bagi liberalisasi

dan kepemilikan nuklir akan dijadikan alat untuk memperkuat posisi tawar

menawar dengan Amerika Serikat serta memperoleh konsesi ekonomi.89 Kedua,

dengan adanya nuklir di Korea Utara, kecil kemungkinannya pihak lawan akan

melakukan serangan terhadap Negara tersebut.90 Dari Uraian diatas terlihat bahwa

tujuan Kim Jong Il saat ini adalah mempertahankan rejim yang dipimpinnya. Kim

ingin mengarahkan politik luar negeri Korea Utara lebih defensive. Ia ingin

menciptakan semacam pelindung eksternal yang akan menjamin keberlangsungan

hidup Korea Utara.91

Keberadaan Amerika Serikat juga menjadi masalah yang cukup sensitif

bagi hubungan kedua negara Korea. Korea Utara merasa bahwa Amerika Serikat

merupakan ancaman. Korea Utara merasa terancam dan takut dengan kemampuan

militer Amerika Serikat. Terutama ketika kekuatan persenjataan dan nuklir maka

89Tong Whan Park, “Issues of Arms Control Between the Two Koreans “, Asian Survey,

Vol. XXXII, No. 4, April 1992, h. 358-990 Ibid.91 Hak Soon Paik, “ North Korea’s Unification Policy”, dalam Kwak Tae-Hwan, ed., The

Four Powers and Korean Unification Strategies (Seoul: Kyungman University Press, 1997), h.124.

Page 67: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

56

Amerika Serikat hadir untuk melindungi Korea Selatan membuat Korea Utara

semakin terpojok.92 Pilihan Korea Utara untuk menghadapi ancaman tersebut

adalah dengan mengandalkan penggunan senjata nuklir.

4.2 Faktor Eksternal

4.2.1 Hegemoni Amerika Serikat di Semenanjung Korea

Sejak Korea terbagi menjadi dua, Amerika Serikat secara mendalam telah

melibatkan diri di Semenanjung Korea. Bagi Amerika Serikat pertanyaan tentang

masa depan Korea bukanlah sekedar masalah bilateral antar Korea Utara dan

Korea Selatan, melainkan isu yang menyentuh banyak aspek yang berkaitan

dengan peran dan kepentingan nasional negeri ini.93 Berangkat dari kepentingan

global Amerika Serikat di Semenanjung Korea, sejak tahun 1950-hingga

sekarang, kepentingan Amerika Serikat di Semenanjung Korea adalah

mempertahankan status quo di kawasan ini dengan tetap menjalin hubungan

pertahanan dengan Korea Selatan.94 Sementara itu, jika dilihat dari pandangan

historis, kepentingan Amerika Serikat di Semenanjung Korea adalah untuk

mencegah munculnya kekuatan-kekuatan tidak bersahabat yang mendominasi

Asia. Sementara 50 tahun terakhir, Amerika Serikat memainkan strategi

pembendungan (containment) terhadap penyebaran komunisme oleh Uni Soviet

dan Cina. Hal inilah yang membuat Semenanjung Korea memiliki dimensi

regional yang penting dimata Amerika Serikat.95

92 Andrew Mack, The Nuclear Crisis on The Korean Peninsula, Asian Survey, Vol. 33,No. 4 (April, 1993), (United States: California Press, 1993), h. 342.

93 Lee Hong Yung,”The Korean Summit Meeting and The Internasional Environment”,Korean Journal, Vol. 41, No. 2, Summer 2001, h. 54.

94 Oknim Chung,” Regional Perpectives and Role on The Korean Peninsula”, Korean andWorld Affairs, Vol. 22, No. 2, Summer 2001, h. 34.

95 Sharif M. Shuja,” US and Japan’s Trends in Attitudes Toward The Korean Peninsula”,East Asian Studies, Vol. 16, No. 1-2, Spring/Summer 1997, h. 68.

Page 68: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

57

Seperti yang telah dijelaskan pada bab kedua dalam skripsi ini, dijelaskan

bahwa masuknya Amerika Serikat dikarenakan Uni Soviet sudah menguasai

terlebih dahulu Semenanjung Korea pada bagian Utara. Pengikat hubungan antara

negara di Semenanjung Korea dengan Negara adikuasa pada masa Perang Dingin

adalah kesamaan ideologi. Kesamaan ideologi inilah yang merupakan tali

pengikat baik negara adikuasa dengan Negara-negara di kawasan.96 Hubungan

ideologi inilah yang menyebabkan Amerika Serikat mau memberikan bantuan

kepada Korea Selatan pada masa pemulihan pasca Perang Korea. Begitu pun

dengan Korea Utara dan Uni Soviet. Namun dalam kasus security complex di

Semenanjung Korea, kehadiran Amerika Serikat dan Uni Soviet menyebabkan

terbangunnya regional security complex yang disebabkan persaingan yang

dilakukan Negara-negara adikuasa.

Pasca Perang Korea berakhir, Amerika Serikat dan Korea Selatan menbuat

Perjanjian Kerjasama Pertahanan (Muatual Security Treaty) sebagai dasar formal

aliansi kedua negara yang sampai saat ini masih terjalin. Seiring perkembangan

zaman, hubungan aliansi yang terjadi diantara Korea Selatan dan Amerika Serikat

mulai dikaji ulang. Pasca insiden 11 September 2001, Amerika Serikat telah

mengubah kebijakannya menjadi lebih keras dan menjadi kurang toleran terhadap

ancaman potensial atas kepentingan Amerika Serikat.97 Hubungan aliansi Korea

Selatan dan Amerika Serikat dapat dicermati sebagai “segitiga Korea”,

mencangkup kedua Korea dan Amerika Serikat. Selama ini aliansi yang dilakukan

antara Korea Selatan dan Amerika Serikat hanya berpihak kepada Amerika

96 Paul A Papayoanou, Great Powers Regional Orders : Possibilities and Prospects AfterCold War, dalam David Lake and Patrick M. Morgan, Regional Order Bulding Security in a NewWorld, (United States of American; Pennsylvania State University Press, 1997), h. 129.

97 Ibid.

Page 69: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

58

Serikat saja. Dalam hal ini, Seoul hanya dituntut untuk mengikuti kepentingan

Amerika Serikat daripada kepentingan nasional Korea Selatan itu sendiri.

Namun beberapa pendapat mengejutkan yang dilakukan oleh surat kabar

The Joong Ang Ilbo, Korea Selatan pada bulan September 2003, menilai bahwa

43,7 % responden menyatakan bahwa hubungan aliansi yang dilakukan Amerika

Serikat dengan Korea Selatan sangat penting untuk Korea, akan tetapi 45,4 %

responden menilai cukup baik, dan hanya 0,5 % saja yang menyatakan bahwa

hubungan yang dilakukan oleh kedua Negara tidak penting untuk kepentingan

Korea.98 Dari hasil polling tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat

Korea Selatan masih belum siap memiliki keberanian untuk mempertahankan

negaranya sendiri dari ancaman yang datang dari luar, Khususnya Korea Utara.

Sehingga aliansi antara kedua negara tersebut masih sangat dibutuhkan demi

menjaga kedaulatan Negara Korea Selatan.

Di sisi lain, Amerika Serikat juga masih memiliki kepentingan untuk

mempertahankan posisi kepemimpinannya di wilayah Asia Pasifik dan sebagai

upaya untuk mencegah munculnya negara agresor yang dapat mengubah

perimbangan kekuatan di kawasan tersebut.99 Oleh karena itu, Amerika Serikat

harus berusaha menangani isu nuklir Korea Utara yang menjadi masalah utama di

Semenanjung Korea secara hati-hati sehingga tidak memperparah persepsi

arogansi dan uniliteralisme Amerika Serikat, dan tidak berdampak buruk bagi

hubungan keamanan diantara Amerika Serikat dan Korea Selatan yang

98 David W. Shin, “Future of The US-ROK Aliance: Manangin The Perception Gap”,dalam KNDU Review of National Security Affairs, Vol. 10, No. 1, June, Research Institute OnNational Security Affairs, Seoul, 2005, h. 93.

99 Ibid.

Page 70: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

59

sesungguhnya masih diperlukan untuk menciptakan stabilitas keamanan di Asia

Pasifik.

4.2.2 Kepentingan Cina, Jepang, dan Rusia di Semenanjung Korea

Dalam menjelaskan peranan Cina di Semenanjung Korea, Cina sebenarnya

tidak memiliki peran sepenting Korea Utara atau pun Amerika Serikat untuk

menjadi penghambat masalah unifikasi Korea. Cina sesuai dengan perjanjian

armistis, telah mengundurkan diri dari Semenanjung Korea. Namun Cina ikut lagi

terlibat pada masalah Korea sejak diikutsertakan dalam perundingan empat pihak.

Pada permasalahan unifikasi ini, Cina mengalami ambiguitas. Disatu sisi, Cina

sangat mendukung unifikasi Korea. tetapi disisi lain, Cina khawatir bila dalam

upaya mencapai unifikasi tersebut, maka stabilitas dan perdamaian di Asia Timur

yang selama ini ada akan rusak. Cina juga khawatir jika kenyataan Korea yang

terunifikasi akan bersikap bermusuhan terhadapnya maka dampaknya akan

merugikan Cina.100 Karena alasan inilah Cina mempertahankan status quo dalam

memandang masalah unifikasi Korea. Cina memainkan perannya di kawasan,

maka Cina meningkatkan hubunganya dengan Korea Utara dengan tujuan agar

pengaruh Cina lebih terasa di Semenanjung Korea. Generasi keempat dari para

pemimpin di Cina menyadari bahwa dengan menunjukan solidaritas sebagai

sesama komunis tidak lagi bisa diandalkan, maka untuk memaksimalkan Peranan

Cina di Semenanjung Korea, Cina ikut terlibat dalam proses dialog multilateral

untuk menyelesaikan permasalahan nuklir Korea Utara. Dalam persektif Cina,

100 Fei-Ling Wang, “Joining the Major Powers for The Status Quo; China’s Views andPolicy on Korean Reunification”, Pasific Affairs, Vol. 72, No. 2 (Summer 1999), (University ofBritish Columbia: Canada, 1999), h. 173-176.

Page 71: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

60

Semenajung Korea merupakan “problem inti” (core problem atau hexin wenti) di

Asia Timur.101

Pasca Perang Dingin, kesempatan Cina untuk muncul sebagai pemain

yang diperhitungkan di Asia Timur Mencuat. Permasalahan yang terjadi di

Semenanjung Korea merupakan ujian awal bagi Cina jika ingin dianggap sebagai

sebuah kekuatan global dan hegemon di kawasan.102 Ujian bagi Cina untuk bisa

menunjukkan diri sebagai pemain di Kawasan adalah dengan melakukan upaya

untuk merestrukturisasi kembali konstruksi keamanan di Semananjung Korea.

Dominasi Amerika Serikat dan sekutunya terkait permasalahan kondisi keamanan

di Semenanjung Korea seolah-olah merupakan hasil dikte yang dilakukan

Amerika Serikat. Sehingga hal inilah yang menjadi tantangan bagi Cina untuk

menata kembali hubungan di Kawasan dan memperluas pengaruhnya di Kawasan.

Jepang sebagai Negara tertangga terdekat dan pernah menduduki Korea jelas

memiliki kepentingan yang kuat di Semenanjung Korea. Jepang secara resmi

mendukung penyatuan kembali dua Korea di bawah pemerintahan demokratis.

Pandangan Jepang terhadap Korea ialah bahwa perdamaian dan stabilitas di

Semenanjung Korea esensial bagi perdamaian dan stabilitas di Asia Timur,

terutama Jepang. Jepang sangat takut terhadap dampak runtuhnya Korea Utara,

seperti membanjirnya pengungsi Korea Utara ke Jepang dan juga permintaan dana

ganti rugi. Oleh karena itu, posisi Jepang terhadap unifikasi juga tergantung

dengan posisi Amerika Serikat dan Korea Selatan. Dengan kata lain, Jepang

bersedia untuk mengadakan normalisasi hubungannya dengan Korea Utara dan

101 Samuel S. Kim, The Making of China’s Korean Policy in the Era of Reform, dalamDavid Lampton, (ed), The Making of Chinese Foreign and Security Policy in The Era of Reform,2001 (standford, CA: Standford University press), h. 372

102 Xiaoxing Yi, A Neutralized Korea? The North-South Rapprochment and China’sKorean Policy, Korean Journal of Defense Analysis, Vol. XIII, No. 2, Winter 2000, h. 79

Page 72: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

61

mewujudkan ekonominya untuk mewujudkan stbilitas di Semenanjung Korea

apabila Korea Utara mau berkerjasama dengan Amerika dan Korea Selatan.103

Sementara itu, Jepang juga memiliki kekhawatiran dalam terjadinya

unifikasi Korea, apabila terjadi unifikasi Korea yang akan memiliki 70 juta

penduduk, ekonomi dan militer yang kuat. Maka akan muncul nasionalisme

Korea. Kekhawatiran ini beralasan karena ketika muncul nasionalisme Korea

bersatu, dan terjadi konflik antara Jepang dan Korea, maka aka nada kemungkinan

bahwa Korea akan berpaling pada Cina untuk membangun militernya. Disisi lain,

Jepang merasa khawatir kehilangan dominasi ekonomi di Asia jika kedua Negara

Korea kembali bersatu.104 Dibidang keamanan, keberhasilan Pyongyang

menembakkan peluru kendali yang dapat mencapai Jepang menimbulkan

kekhawatiran besar. Oleh karena itu, Jepang telah mengandalkan militer AS untuk

melindungi kepentingannya dan akses ke pasar luar negeri, seperti jalur laut

komunikasi melalui Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Selat Taiwan. Dalam

pertukaran untuk keamanan regional dan stabilitas, Jepang telah memberikan

mengijinkan Amerika Serikat memakai pangkalan-pangkalan dan fasilitas-fasilitas

di wilayahnya dalam hal bila terjadi keadaan darurat di Korea.105 Meskipun

Jepang memberikan dukungan politik dan bantuan ekonomi pada Korea Selatan.

Tetapi Jepang juga memiliki beberapa hubungan politik dan kontak-kontak

ekonomi dengan Korea Utara.

103 Charles E. Morrison, Asia Pasific Security outlook, 2003, (Tokyo: Japan Center forInternational Exchange., Inc, 2003), h. 49

104 Byung-Joon Ahn, “Semenanjung Korea dan Keamanan Asia Timur”, dalam Robert A.Scanlapino, Selzaburo Sato dan Yusuf Wanandi, “Masalah Keamanan Asia”, CSIS, Jakarta, 1990,h. 169

105 Ibid.

Page 73: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

62

Lain halnya dengan Rusia, kepentingan utama Uni Soviet di Korea

terutama secara geopolitics. Tidak boleh dilupakan bahwa Rusia, selain

merupakan negara Eropa, termasuk negara Asia Timur dengan wilayah yang

cukup luas di kawasan ini. Meskipun Rusia bukan satu negara adikuasa seperti

Uni Soviet dulu, namun kekuatan dan potensinya cukup besar dan tidak boleh

diabaikan. Dalam bidang militer Rusia tetap masih kedua terkuat di dunia setelah

AS. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi Rusia termasuk negara maju,

terutama teknologi militernya. Dalam bidang ekonomi, dalam potensi kekayaan

alam, khususnya minyak dan gas bumi menjadi andalan bagi Rusia. Oleh karena

itu, Cina begitu dekat dengan Rusia. Sebab Cina memerlukan teknologi militer

Russia yang belum mampu menjadikan dirinya memiliki kekuatan teknologi yang

setingkat. Sebaliknya Cina mempunyai kemampuan dana yang diperlukan Russia

untuk mengembangkan dirinya.

Namun tidak seperti Cina yang mendukung kebijakan Korea Selatan-

Korea Utara dalam menuju reunifikasi, Rusia lebih memilih cara untuk tidak

begitu terlibat didalam masalah penyatuan kedua Negara Korea, walaupun secara

pribadi Rusia mendukung upaya terjadinya penyatuan diantara Korea Selatan dan

Korea Utara.106 Selain itu rusia menganggap bahwa masalah yang terjadi diantara

kedua haruslah diselesaikan oleh kedua negara Korea. Walaupun punya

pendekatan ideologi dengan Korea Utara, Rusia tidak merasa terancam jika

sewaktu-waktu kedua Korea bisa bersatu kembali. Namun untuk menjaga

perdamian di Semenanjung Korea, Rusia masih mau berpartisipasi didalam

menciptakan stabilitas keamanan di Semenanjung Korea. Hal ini dilihat dari

106 Chung In-Moo and David I. Steinberg (ed), Kim Dae Jung Government and SunshinePolicy Promises and Challenges, Seoul: Yonsei University Press, 1999, h. 102

Page 74: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

63

keterlibatannya didalam enam negara yang membahas mengenai masalah nuklir di

Korea Utara.

4.3 Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara Dalam Menuju Reunifikasi

di Semenanjung Korea Periode 2003-2008

Sejak pembagian Semenanjung Korea merupakan salah satu bukti yang

diakibatkan persaingan ideologi. Sejak tahun 1960-an, dialog unifikasi sudah

dilakukan oleh Korea Selatan secara damai. Pada tahun 1972 proses dialog antar-

Korea menghasilkan Joint Communique dimana upaya unifiaksi dilakukan

berdasarkan tiga prinsip, yaitu independen dari campur tangan asing, cara-cara

damai, dan persatuan nasional. Namun gagal karena adanya permintaan Korea

Utara yang menginginkan pasukan Amerika Serikat segera meninggalkan Korea

Selatan, dan permintaan ini tidak dihiraukan oleh Korea Selatan. Pada tahun

berikutnya, Komite Koordinasi Utara-Selatan dibubarkan tanpa ada kemajuan

dalam mengimplementasikan perjanjian. Setelah vakum dua belas tahun, perdana

menteri dari dua Korea bertemu di Seoul pada bulan September 1990 untuk

terlibat dalam Puncak Inter-Korea atau Pembicaraan Tingkat Tinggi. Dalam

pertemuan tersebut, melahirkan kesepakatan bersejarah pada bulan Desember

1991 oleh kedua Korea berjudul, "Perjanjian Tentang Rekonsiliasi, Non-agresi,

Kerjasama, dan Pertukaran Antara Utara dan Selatan”. Hal ini membuat harapan

baru di antara warga Korea namun harus dihancurkan lagi ketika kedua belah

pihak tidak menyelesaikan masalah fasilitas nuklir. Terkendalanya reunifikasi

tersebut dikarenakan adanya krisis nuklir pada tahun 1994. Krisis dicairkan

dengan kunjungan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton ke Pyongyang dan

perundingan tersebut menghasilkan Agreed Framework .

Page 75: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

64

Pasca krisis nuklir 1994, hubungan antar-Korea dicairkan dengan kebijakan

Sunshine Policy yang merupakan kebijakan Kim Dae Jung. Sebuah kebijakan

yang menciptakan paradigma baru hubungan antara kedua negara Korea yang

didasari oleh saling menghargai dengan ide utama perdamaian, rekonsiliasi dan

kerjasama. Pada tanggal 15 Juni 2000, untuk pertama kalinya kedua negara Korea

bertemu dan menghasilkan “South-North Joint Declaration”. Sebagai hasil

pertemuan puncak antar kedua negara Korea tersebut adalah kerjasama dalam

mewujudkan proyek menghubungkan rel kereta api antar Korea. Tahap

pembukaan kembali jalur kereta api yang menghubungkan Seoul-Shinuiji dimulai

pada tanggal 18 September 2000 ditandai dengan pembokaran dinding pemisah

yang selama ini memutuskan jalur kereta api antara kedua negara tersebut.107

Kedua negara Korea merampungkan perbaikan rel kereta api diperlintasan

perbatasan, bahkan sempat uji coba pada thun 2005. Namun uji coba tersebut

mengalami kendala pada tahun 2006 karena militer Korea Utara tidak mau

memberikan jaminan keamanan dan keselamatan terhadap jalannya kereta api

tersebut.108 Pada tanggal 17 Mei 2007, sebuah perjalanan percobaan kereta api

telah melintasi perbatasan kedua negara Korea. Masing-masing kereta api itu

membawa 100 orang Korea Selatan dan 50 orang Korea Utara. kereta tersebut

memperlambat kecepatannya ketika memasuki Demilitarized Zone (zona

demiliterasi) yang berdinding tinggi dan berkawat duri.109 Pada masa Roh Moo

Hyun, Korea Selatan menawarkan Korea Utara bantuan besar saluran listrik besar

sebagai insentif untuk mengakhiri ambisi nuklir Pyongyang. Namun mengalami

107 Laporan Tahuanan Kedutaan Besar RI untuk Korea Selatan, 2000, h. 35-36.108 Kompas, ”Rekonsiliasi Korea Melalui Kereta Api”, 9 Mei 2007109 Kompas, “Kereta Api Pertama Melewati Perbatasan Perang Dingin”, 18 Mei 2007

Page 76: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

65

jalan buntu tahun 2002. Upaya diplomatik terus dilakukan menjelang pertemuan

tentang rencana nuklir Korea Utara.

Akan tetapi, proyek-proyek ekonomi antara kedua negara korea yang

melibatkan sebuah kompleks industri bersama dan sebuah zona wisata di Korea

Utara tidak termasuk dalam daftar kesepakatan yang terkena sanksi, namun

subsidi antara pemerintah kedua korea mungkin akan mempertimbangkan

kembali. Kebijakan ekonomi Korea Selatan berubah pasca pembicaraan 6 negara

Korea Selatan setuju untuk mengirim 400.000 ton beras ke Korea Utara, setelah

lima hari melakukan pembicaraan di Pyongyang. Pertemuan itu tidak menyebut

soal program nuklir Korea Utara yang menjadi fokus perundingan internasional.

Bantuan sempat terlantar setelah Korea gagal memenuhi batas waktu untuk

menutup reaktor nuklir yang merupakan bagian penting dari kesepakatan yang

dicapai pada tanggal 13 Februari 2003, yang ditandatangani oleh Korea Selatan,

Korea Utara, Jepang, Cina, Rusia dan Amerika Serikat. Dalam kesepakatannya

Korea Utara setuju untuk menutup reaktor Yongbyon dalam waktu 60 hari dengan

imbalan bantuan, dan kesepakatan akhir yang dicapai adalah Korea Selatan akan

mengirim pasokan beras sebagai tanda perhatian dari saudara.110

Namun Ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea pada bulan

Oktober 2003, dimana Amerika Serikat menaruh kecurigaan terhadap Korea Utara

yang mengembangkan kembali program nuklirnya. berdasar perjanjian 1994

Korea Utara seharusnya membekukan program itu. Kompensasinya, Amerika

Serikat mengirim 500.000 ton BBM pengganti energi nuklir ke Korea Utara.

Perjanjian mengalami pasang surut, perseteruan pun tak terhindarkan setelah

110” Korea Selatan Kirim Beras ke Korut”, Diakses dari, http://www.BBCIndonesia.com.pada tanggal 12 Januari 2011

Page 77: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

66

Korea Utara mengaktifkan kembali program senjata nuklir rahasia yang kaya

uranium, Amerika Serikat membalas dengan menghentikan pengiriman BBM ke

Korea Utara dan berlaku sejak 15 Desember 2002. Korea Utara kemudian

menanggapinya dengan memindahkan semua peralatan pemantauan fasilitas

nuklir PBB di Yongbyon, pusat pengembangan nuklir di Korea Utara, dan diikuti

dengan perginya semua personel inspeksi nuklir PBB meninggalkan Korea

Utara.111

Ketegangan ini diperparah dengan insiden pencegatan kapal Sosan milik

Korea Utara oleh Angkatan Laut Spanyol yang mengangkut paket rudal Scud ke

Yaman. Peristiwa ini semakin menimbulkan kekhawatiran masyarakat

internasional dan meningkatkan ketegangan antara Korea Utara dengan negara-

negara barat dan tetangganya di Asia Timur. Selain itu, Korea Utara terbukti tidak

ragu-ragu menjual teknologi mereka untuk mendapatkan financial gain.

Keluarnya Korea Utara dari rezim non-proliferasi mendapat kecaman dari

internasional, tidak terkecuali Korea Selatan, yang menilai bahwa tindakan Korut

telah merusak upaya normalisasi hubungan kedua negara yang sempat mengalami

kemajuan pesat dengan disepakatinya perjanjian kerjasama bilateral di berbagai

bidang, diantaranya ekonomi dan pertahanan, pada tahun 2000 lalu. Korea Selatan

tetap mempertahankan sikap dengan tidak mengeluarkan opsi militer terhadap

ambisi nuklir Korea Utara. Dalam diplomasinya Korea Selatan terus menolak

imbauan untuk menerapkan sanksi ekonomi atau tindakan militer dalam

menghadapi Korea Utara. Namun dengan tidak ada perubahan prinsip bahwa

perang tidak diperkenankan untuk terjadi di Semenanjung Korea.112

Sebagaimana diketahui, pengembangan senjata nuklir di Korea Utara selama

ini sudah mengancam perdamaian bukan hanya di wilayah Asia Timur Laut tapi

111 Faustinus Andrea, Krisis Semenanjung Korea, Koran Tempo, Selasa 25 Maret 2003.112 Kompas, “Korea Selatan Miliki Kartu Hadapi Korea Utara”, 17 Mei 2003

Page 78: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

67

juga internasional. Dalam kesempatan ini, Roh juga sekali lagi menegaskan

perlunya usaha bersama untuk menuntaskan masalah nuklir Korea melalui dialog,

dan tanpa menggunakan kekerasan termasuk aksi militer. Oleh karena itu, Korea

akan terus berusaha meningkatkan hubungan kerjasama dengan Amerika Serikat,

Jepang, Cina, Rusia, dan EU.113 Dalam upaya dialog dengan Korea Utara, Roh

Moo Hyun menjalankan pendekatan dengan Policy for Peace and Prosperity.

Namun dalam kunjungannya di Jerman, Presiden Roh Moo-hyun dengan

ringkas menjelaskan 4 tahap rumusan penyatuan Korea.114 Presiden Roh

menjelaskan kebijakannya yang khas tentang penyatuan Korea yang sama sekali

berbeda dengan kebijakan pendahulunya. Presiden mengatakan reunifikasi atau

penyatuan kembali kedua Korea bisa terjadi setelah konfederasi nasional.

Konfederasi tersebut akan dilaksanakan dengan sistem terpisah untuk

menjembatani persiapan penyatuan atau reunifikasi. Korea Selatan tidak akan

pernah mencoba untuk mendorong keruntuhan rezim komunis Korea Utara.

Penyatuan Korea akan terlaksana hanya bila kedua Korea membangun struktur

perdamaian dan melengkapi segala persiapan tersebut. Dengan kata lain Seoul

tidak akan mengambil resiko untuk membayar mahal jatuhnya rezim Korea Utara

secara tiba-tiba.

Melalui KTT yang berlangsung pada tanggal 2-4 Oktober 2007 di

Pyongyang telah mengasilkan “Deklarasi untuk Pembangunan Hubungan Antar-

Korea serta Perdamaian dan Kesejahteraan”, Roh Moo-hyun mencoba

menghidupkan kembali semangat perdamaian pendahulunya. Di akhir masa

113 Fokus: “Ancaman Nuklir Korea Utara dan Sikap EU“,Diakses dari ,http://www.indonesia-eu.com, pada 24 Januari 2011

114,“Penjelasan Presiden Roh Moo Hyun tentang 4 tahap penyatuan Korea”, Diaksesdari, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0006/16/utama/temb0l.htm, pada 14 Februari 2011

Page 79: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

68

kunjungan tiga hari, kedua pemimpin menandatangani beberapa poin kesepakatan,

beberapa poin kesepakatan dua Negara, diantaranya:115

1. Mengupayakan diakhirinya gencatan senjata perang Korea dan mendesak

pertemuan dengan negara lain yang turut menandatangani gencatan senjata

1953 (Cina dan Amerika Serikat) untuk menghasilkan kesepakatan

perdamaian

2. Bekerja sama untuk mengakhiri permusuhan militer, meredakan

ketegangan dan menjamin perdamaian di Semenanjung Korea.

3. Menciptakan zona perikanan bersama di sekitar perbatasan perairan barat

yang menjadi sengketa

4. Menerapkan secara halus kesepakatan pembicaraan internasional tentang

program senjata nuklir Korea Utara demi menyelesaikan masalah ini

5. Mempromosikan dan memperluas proyek-proyek kerjasama ekomomi

6. Membuka layanan kereta api kargo ke zona industri bersama yang telah

berdiri di Kaesong, Korea Utara

7. Membuka kompleks dok perkapalan bersama

8. Membuka tur udara bagi warga Korea Selatan ke puncak tertinggi Korea

Utara, Paektu

9. Mengirimkan tim pendukung bersama ke Olimpiade Beijing 2008

menggunakan kereta api

10. Memperluas reuni keluarga-keluarga yang terpisah.

Menurut pengamat Kim Yeon Chui, pengamat politik Asiatic Research

Center Korea University, pertemuan tersebut diluar perkiraan terutama pada

kerjasama ekonomi dan perdamaian kesepakatan kedua belah pihak bisa

dilaksanakan dengan baik, maka akan lahir sebuah babak baru hubungan negara

Korea. Namun sikap Korea Utara yang sulit ditebak dan seringnya mengingkari

115 Media Indonesia, “Dua Korea Menuju Damai (Deklarasi Monumental Kim danRoh)”, 5 Oktober 2007

Page 80: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

69

kesepakatan-kesepakatan yang telah disepakati oleh kedua pihak menjadi kendala

kerjasama tersebut.116

4.4 Hambatan-hambatan Reunifikasi

Secara perilaku suatu Negara terpengaruh oleh empat faktor: sejarah,

geopolitik, ekonomi, dan politik. Tiap masalah yang timbul sedikit banyak

merupakan hasil dari faktor-faktor yang saling berhubungan, tetapi geopolitik dan

politik dalam negeri umumnya lebih penting daripada faktor-faktor lain. Secara

historis pembagian Korea merupakan hasil Perang Dunia II dan Perang Dingin.

Keputusan Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk menduduki Semenanjung Korea

pada akhir Perang Dunia II membuka jalan bagi pembagian ini. Banyaknya

kendala dalam mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea menjadi sulit.

Beberapa kesulitan dalam proses ini dikarenakan adanya perbedaan politik dan

ekonomi yang besar antara kedua negara. Pada permasalah jangka pendek

Pembongkaran sejumlah pengungsi besar dari Utara bermigrasi dan

ketidakstabilan Politik dan Ekonomi Selatan perlu diatasi. Sedangkan masalah

jangka panjang seperti perbedaan budaya, kontras ideologi politik dan

diskriminasi mungkin juga perlu untuk diselesaikan. Korea Selatan berpendapat

unifikasi harus dicapai untuk mewujudkan keinginan bebas 70 juta rakyat Korea

yang sama sekali bebas dari kekerasan. Kebijaksanaan unifikasi tersebut

dimaksudkan untuk mengangkat cita-cita, kebebasan, demokrasi, dan perdamaian

yang berlawanan dengan rencana Korea Utara untuk menyatukan Semenanjung

Korea dengan kekuatan dibawah komunisme.117

116 Republika, “Dua Korea Sepakati Komitmen Bagi perdamaian”, 5 Oktober 2007117 Suara Pembaruan, “Korea Selatan Perkuat Upaya Diplomatik Hadapi Korea Utara”,

14 Mei 2007

Page 81: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

70

Hal lain yang menjadi hambatan dalam reunifikasi di Semenanjung Korea

adalah sikap Korea Utara yang melakukan standar ganda dalam program

nuklirnya. Disatu sisi Korea Utara menunjukan sikap positif dalam setiap

perjanjian yang disepakati, namun disisi lain, Korea Utara masih menyimpan dan

mengembangkan program nuklirnya. Hal ini diperjelas dengan adanya krisis

nuklir pada tahun 2003 menunjukan Korea Utara masih setengah hati untuk

menghentikan program nuklirnya. Persoalan nuklir Korea Utara merupakan

masalah yang serius dan dapat membahayakan keamanan Korea Selatan. Selain

itu masalah nuklir tesebut juga dapat membahayakan Negara-negara di sekitar

Semenanjung Korea. Dampak buruknya bagi reunifikasi Korea adalah persoalan

nuklir tersebut akan menjadikannya sebagai kumpulan dari berbagai kepentingan

dari negara-negara besar yang bisa saling bertentangan. Sehingga dengan adanya

kepentingan tersebut saling tarik-menarik akan jelas menghambat terwujudnya

penyatuan kembali kadua Korea.118

Salah satu perbedaan antara Korea Utara dan Korea Selatan adalah bahwa

hampir tidak ada perubahan dalam pimpinan Korea Utara sedangkan Korea

Selatan telah mengalami beberapa kali perubahan pimpinan.119 Akibatnya Korea

Selatan mendapat banyak pengalaman sebagaimana menangani krisis politik,

sedangkan Korea Utara harus mengalami krisis penggantian kekuasaan besar jika

Kim Jong Il meninggalkan ajang politik. Bila melihat prospek tersebut, untuk

mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea sangat sulit terwujud. Adanya

118 Kompas, “Pertemuan Dua Korea Belum Membuahkan Hasil”, 19 Mei 2007119 Park Young Ho,”International Perceptions of Korean Unification Issue”, Korean

Focus, Vol. 6, No.1, 1998, h. 147-8.

Page 82: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

71

perbedaan ideologi kedua negara tersebut serta keadaan perang yang hanya

diakhiri suatu gencatan senjata dan bukan oleh suatu perjanjian damai permanen.

Dalam hal bidang ekonomi, dua Korea terpisah oleh jembatan kesenjangan

ekonomi yang sangat lebar. Korea Selatan yang menjadi sekutu Amerika, Jepang

dan negara Barat lainnya kini menjadi negara dengan ekonomi terkuat di Asia.

Sebagai negara industri, pendapatan per kapita masyarakatnya tinggi. Sementara

Korea Utara, yang bertahun-tahun dikucilkan dunia internasional, menjadi negara

miskin dengan pendapatan minim. Praktis kehidupan negara komunis tersebut

banyak bergantung kepada sekutu terdekatnya, Cina. Sejumlah embargo ekonomi

yang hingga kini belum dicabut semakin memperburuk perekonomian Korea

Utara. Bila melihat prospek tersebut, untuk mewujudkan reunifikasi di

Semenanjung Korea sangat sulit terwujud. Adanya perbedaan ideologi kedua

negara tersebut serta keadaan perang yang hanya diakhiri suatu gencatan senjata

dan bukan oleh suatu perjanjian damai permanen. Disinilah letak

permasalahannya, bila nantinya isi perjanjian damai untuk menyelesaikan konflik

secara permanen, akan sangat terkait dengan status akhir kedua negara. Selain itu,

terdapat fakta selama terjadi pemisahan yaitu timbul suatu kesenjangan

kesejahteraan ekonomi. Korea Selatan muncul sebagai salah satu negara dengan

pendapatan per kapita tertinggi (2006: US$ 24,500) sebaliknya Korea Utara

diperkirakan merupakan salah satu negara termiskin saat ini (GDP tahun 2006:

US$ 1,800). Faktor-faktor itu tentunya semakin mempersulit prospek

reunifikasi.120

120 Byung-Joon Ahn,“Semenanjung Korea dan Keamanan Asia Timur”, dalam Robert A.Scanlapino, Selzaburo Sato dan Yusuf Wanandi, “Masalah Keamanan Asia”, CSIS, Jakarta, 1990,h. 187.

Page 83: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

72

Namun keadaan perekonomian Korea Utara yang sangat lemah, Korea

Selatan terus mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam beberapa dekade.

Ini telah membawa suatu kesenjangan pendapatan yang semakin besar. Saat ini,

pendapatan per kapita di Selatan paling tidak lima kali ukuran Utara. Ini saja akan

membuat integrasi ekonomi antara Utara dan Selatan suatu tugas yang sangat sulit

dan kompleks. Dalam sebuah survei ekonomi yang dilakukan Organisasi Kerja

Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) untuk Korea Selatan, pada 2010

terlihat bahwa jurang kesenjangan antara dua Korea itu semakin luas. OECD

melansir, meski populasi Korea Utara untuk tahun 2008 tercatat 23,3 juta jiwa,

atau sekitar 48 persen dari populasi penduduk Korea Selatan, produk domestik

bruto (GDP)-nya berada pada angka USD 24,7 miliar. Jumlah tersebut hanya

sekitar 2,7 persen dari GDP Korea Selatan. Data tersebut berpengaruh kepada

pendapatan per kapita rakyatnya. OECD menyebut, GDP per kapita rakyat Korea

Utara itu sekitar USD 1.060 per tahun. Atau hanya 5,6 persen GDP per kapita

Korea Selatan.121

Ekspansi perdagangan antar-Korea yang dikomandoi selatan akan membawa

pengaruh penting untuk mempersempit kesenjangan ekonomi antara selatan dan

utara. OECD juga memperingatkan bahwa biaya unifikasi akan meningkat drastis

akibat perluasan kesenjangan sosial dan ekonomi antara kedua Korea. Namun,

harapan untuk melihat kedua Korea kembali rukun untuk membangun hubungan

simbiosis ekonomi demi mensejahterakan rakyat mereka belum juga dapat

terwujud. Berbagai insiden yang memicu ketegangan politik dan keamanan di

antara kedua Korea diakui sangat mengganggu upaya tersebut.122

121 “Kembar Beda Nasib”, Diakses dari,http://www.rimanews.com/read/20100629/1196/kembar-tapi-beda-nasib, pada 14 Februari 2011

122 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed, “Politik Luar Negeri Korea Selatan :Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Masyarakat Internasional”, Ghajah Mada UniversityPress, Yogyakarta, 2002, h. 69

Page 84: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

73

BAB V

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat di lihat bahwa hubungan antar-Korea periode

2003-2008 telah mengalami dinamika yang cukup rumit. Dengan adanya krisis

nuklir kedua pada tahun 2003 dan permasalahan antara Korea Utara dengan

Amerika Serikat membuat posisi Korea Selatan serba salah. Sejak 2003

permasalahan itu telah diupayakan penyelesaiannya melalui mekanisme

pertemuan enam pihak yang melibatkan AS, Jepang, Rusia, dan RRC, di samping

Korea Selatan dan Korea Utara. Dalam rangka penyelesaian berbagai masalah di

Semenanjung Korea, pertemuan puncak inter-Korea itu perlu menghasilkan

tawaran atau proposal bersifat konkret. Di antaranya solusi menyangkut masa

depan reunifikasi Korea.

Namun pada kenyataanya usaha-usaha kearah penyelesaian konflik

tersebut harus melibatkan lingkungan eksternalnya, dalam pengertian bahwa

solusi yang ada harus pula diselaraskan dengan kepentingan-kepentingan Negara

besar di Semenanjung Korea. Korea Selatan memberikan cara pandang yang lain

dengan menjadikan proses dialog yang bersahabat sebagai senjata utama dalam

menghadapi Korea Utara. Kemajuan hubungan antar-Korea tidak lepas dari

berbagai masalah yang cukup besar. Beberapa kesulitan dalam proses ini

dikarenakan adanya perbedaan politik dan ekonomi yang besar antara kedua

negara. Pada permasalah jangka pendek, penyelesaian sejumlah pengungsi secara

besar yang bermigrasi dari Korea Utara serta ketidakstabilan politik dan ekonomi

Korea Utara perlu diatasi. Sedangkan masalah jangka panjang seperti perbedaan

Page 85: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

74

budaya, kontras ideologi politik dan diskriminasi mungkin juga perlu untuk

diselesaikan.

Hal lain yang menjadi hambatan dalam reunifikasi di Semenanjung Korea

adalah sikap Korea Utara yang melakukan standar ganda dalam program

nuklirnya. Disatu sisi Korea Utara menunjukan sikap positif dalam setiap

perjanjian yang disepakati, namun disisi lain, Korea Utara masih menyimpan dan

mengembangkan program nuklirnya. Untuk menciptakan masyarakat Korea

dibawah satu kesatuan serta hidup damai berdampingan ini bukanlah pekerjaan

yang mudah dan diperlukan waktu yang cukup lama. Hambatan dimulai dari

perbedaan yang mendasar yaitu ideologi yang dianut oleh kedua Korea yang telah

memberikan kesan bahwa penyatuan dua Korea ini bukanlah perkara yang mudah

karena masing-masing Korea menganggap bahwa ideologi merekalah yang paling

unggul. Apalagi Korea Utara saat ini menjadi ancaman baru bagi kawasan Asia

Timur dengan program nuklirnya. Selain itu, adanya ancaman kemanusiaan yang

dihadapi Korea Utara seperti kelaparan, pembangkangan, dan pengungsian missal

yang potensial, serta ancaman militer konvensional. Hambatan utama untuk

mangatasi aneka tantangan ini muncul dari realitas bahwa tidak ada konsensus di

antara negara-negara bertertangga yang mempengaruhi secara langsung atau tidak

langsung oleh tiap monuver Pyongyang.

Keberadaan Amerika Serikat dan ketiga Negara lainnya seperti Jepang,

Cina dan Rusia juga menjadi sebuah masalah bagi kelangsungan hubungan kedua

Negara tersebut. Pada umumnya negara-negara besar melihat Korea dari persektif

global dan regional mereka. Bila Amerika dan Jepang, melihat Korea Selatan

penting dalam arti positif bagi hubungan bilateral mereka. Di lain pihak, RRC dan

Page 86: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

75

Rusia memandang Korea Utara sebagai wilayah penting bagi rivalitas mereka. Hal

ini diperkuat dengan adanya pakta pertahanan antara Amerika Serikat dengan

Korea Selatan sejak tahun 1953. Sedangkan pada tahun 1961, RRC dan Uni

Soviet mempunyai pakta pertahanan dengan Korea Utara. Dibawah pemerintahan

Roh Moo Hyun dalam menjalankan pendekatan dengan Korea Utara dilakukan

dengan Policy for Peace and Prosperity.

Semasa jabatannya, Roh Moo Hyun banyak mengalami permasalahan baik

dalam negeri maupun luar negeri. Dalam permasalahan domestik, Roh Moo Hyun

diberhentikan oleh parlemen disebabkan adanya dugaan pelanggaran hukum pada

saat pemilu serta dugaan skandal keuangan. Sedangkan pada permasalahan politik

luar negeri, hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara mengalami masalah

dengan pengembangan program nuklir Korea Utara. Sehingga menyebabkan Roh

Moo Hyun mengambil sikap tegas dengan menyatakan Seoul akan meneruskan

bantuan-bantuan makanan, obat-obatan, pupuk, infrastruktur, dan ekonomi, bila

Pyongyang menghentikan pengembangan nuklirnya.

Dalam kunjungannya di Jerman, Presiden Roh Moo-hyun dengan ringkas

menjelaskan 4 tahap rumusan penyatuan Korea. Presiden Roh menjelaskan

kebijakannya yang khas tentang penyatuan Korea yang sama sekali berbeda

dengan kebijakan pendahulunya. Presiden mengatakan reunifikasi atau penyatuan

kembali kedua Korea bisa terjadi setelah konfederasi nasional. Konfederasi

tersebut akan dilaksanakan dengan sistem terpisah untuk menjembatani persiapan

penyatuan atau reunifikasi. Korea Selatan tidak akan pernah mencoba untuk

mendorong keruntuhan rezim komunis Korea Utara. Penyatuan Korea akan

terlaksana hanya bila kedua Korea membangun struktur perdamaian dan

Page 87: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

76

melengkapi segala persiapan tersebut. Dengan kata lain, Seoul tidak akan

mengambil resiko untuk membayar mahal jatuhnya rezim Korea Utara secara

tiba-tiba.

Melalui KTT yang berlangsung pada tanggal 2-4 Oktober 2007 di

Pyongyang telah mengasilkan “Deklarasi untuk Pembangunan Hubungan Antar-

Korea Serta Perdamaian dan Kesejahteraan”, Roh Moo-hyun mencoba

menghidupkan kembali semangat perdamaian pendahulunya. Isinya, antara lain,

membangun sistem perdamaian permanen, memperluas kerja sama ekonomi

termasuk membuat galangan kapal bersama, mengembangkan kerja sama

pendidikan, teknologi, budaya dan olahraga, dan mengadakan konferensi tingkat

tinggi. Kedua pihak juga sepakat menutup program nuklir Korea Utara mulai

akhir tahun ini secara bertahap. Tindakan ini akan dilanjutkan dengan penyerahan

bahan-bahan pembuat senjata nuklir mulai tahun depan. Namun Bagi Roh Moo-

hyun, sangat sulit memberikan konsesi yang berarti mengingat popularitasnya

sangat rendah di kalangan publik Korea Selatan. Masa jabatannya pun tinggal

beberapa bulan saja. Sekalipun ia cukup berani memberikan konsesi tertentu,

tidak ada jaminan presiden selanjutnya akan menghargai konsesi atau kesepakatan

yang dicapainya dengan Kim Jong-il.

Page 88: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

viii

Daftar Pustaka

Buku:

Ahn, Byung-Joon, “Semenanjung Korea dan Keamanan Asia Timur”, dalam

Robert A. Scanlapino, Selzaburo Sato dan Yusuf Wanandi, “Masalah

Keamanan Asia”, CSIS, Jakarta, 1990

Badrika, I Wayan, Sejarah Nasional dan Umum , Erlangga, Jakarta, 2005.

Brown, Chris, Understanding Internasional Relation, 2nd edition, London,

Palgrave,2001, hal 68-86, Dikutip dari Politik Luar Negeri Indonesia “Di

Tengah Pusaran Politik Domestik” , Genewati Wuryandari (ed), 2008,

Pustaka Pelajar: Jakarta.

Buzan, Barry, People States and Fear: An Agenda For International Security

Studies in The Post Cold War Era, 2nd edition, Harvester Wheatsheaf,

London, 1991.

, Ole Waefer, dan Jaap de Wilde, A New Frame Work For

Analysis, London: Lynne Rienner Publisher.1998

Coplin, William D. 1992 Pengantar Politik Internasional : Suatu Telaah Teoritis,

Penerbit Sinar Baru,: Bandung.

Chung In-Moo and David I. Steinberg (ed), Kim Dae Jung Government and

Sunshine Policy Promises and Challenges, Seoul: Yonsei University

Press, 1999

Dwianto, Riri, ”kerjasama Keamanan Asia Timur” dalam Agenda dan Penataan

Keamanan di Asia Pasifik, Bartarto Bandoro (Penyuting), CSIS, Jakarta,

1999-2000.

Fakta-fakta tentang Korea, Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea,

Kementerian Kebudayaan Olah Raga dan Pariwisata. 2002, Seoul,

Republik Korea.

Fakta Tentang Korea, Pelayanan Informasi Korea, Badan Informasi Nasional,

2003, Seoul, Republik Korea

Holsti, KJ. 1983, Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisa, M. Tahrir

Azhary (pent) Erlangga: Jakarta.

Page 89: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

ix

Jacson, Robert, dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

Kim, Samuel S., The Making of China’s Korean Policy in the Era of Reform,

dalam David Lampton, (ed), The Making of Chinese Foreign and Security

Policy in The Era of Reform, 2001 (standford, CA: Standford University

press),

Morgenthau, Hans J., Politik Antar Bangsa, S. maimon (pent), Yayasan Obor

Indonesia, Jakarta. 1990.

, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, M. Tahrir

Azhary (pent), Erlangga, Jakarta, 1987

Mestoko, Soemarsono, Indonesia dan Hubungan Antar Bangsa, Pustaka Sinar

Harapan, Jakarta, 1985

Morrison, Charles E., Asia Pasific Security outlook, 2003, (Tokyo: Japan Center

for International Exchange., Inc, 2003)

Jones, Walter S. 1993, Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan Ekonomi-

Politik Internasional, Tatanan Dunia, Jilid 2, Gramedia Utama: Jakarta.

Mas’oed , Mohtar dan Yang Seung-Yoon, Politik Luar Negeri Korea Selatan :

Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Internasional, Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2002.

, Masyarakat, Politik, dan Pemerintahan Korea: Sebuah Pengantar.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005.

, Memahami Politik Korea, Gadjah Mada University Press, 2005.

Papayoanou, Paul A.,” Great Powers Regional Orders : Possibilities and Prospects

After Cold War”, dalam David Lake and Patrick M. Morgan, Regional

Order Building Security in a New World, (United States of American;

Pennsylvania State University Press, 1997)

Seung-Yoon, Yang dan Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea , Gajah Mada

University Press, 2003.

, sejarah Korea Awal Abad Hingga Masa Kontemporer,

Ghajah Mada University Press, Yogyakarta, 2003

Sukma, Rizal,”Dua Korea dan Prospek Perdamaian di Asia Timur”, dalam

Analisa, CSIS, Jakarta, 1992-1993

Page 90: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

x

Schuster, Almond and., Websters’s, New Twentieth Century Dictionary Of the

English Language : unabridged, edisi ke-2, New York, 1983.

Tim Penyususn Kamus Bahasa, Kamus Besar Indonesia, Edisi ke-3 Cetakan

Pertama, Balai Pustaka, Jakarta, 2001

Waltz, Kenneth N. Theory of International Politics, New York: McGraw-Hill Inc,

1979.

Yani, Yayan Moch., Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda

Karya, 2006.

Jurnal, Laporan Tahunan dan skripsi:

Choi, Young,” The North Military Buildup and Its Impact on North Korean

Military Strategy in The 1980s”, Asian Survey, Vol. 25, No. 3, (Mar

1985), (University of California Press)

Chung, Oknim,” Regional Perspectives and Role on The Korean Peninsula”,

Korean and World Affairs, Vol. 22, No. 2, Summer 2001

Djelantik, Sukmawarsini, “Perang Dingin di Asia Timur Laut; Kasus Rivalitas

Barat-Timur dalam Perang Korea (1950-1953)”, Jurnal FISIP Potensia,

Tahun VII, No. 16, 2006

Hyun-Joon, Ching, “Internal Changes in North Korea: Reality and Prospect”,

Korean Focus, Vol. 8, No. 5, September-October 2000

Hyoeng, Jung Park, First year of The Roh Moo-Hyun Administration, Korea and

World Affairs, Vol. XXXIV, No. 4, Winner 2003, (Korea: Research Center

for Peace and Unification of Korea 2003)

Ho, Park Young, ”International Perceptions of Korean Unification Issue”, Korean

Focus, Vol. 6, No.1, 1998

James T. Laney and Jason T. Shaplen, How to Deal with North Korea, Foreign

Affairs, Vol. 82, No. 2 (Mar-Apr, 2003).

Ji, Young Sun,”Conflicting Visison For Korean Reunification”, Fellow,

Weatherhead Center For International Affairs, Harvard University, Juni

2001, hal. 7, Diakses dari http://www.wcfia.harvard.edu, pada tanggal 8

Oktober 2010.

Page 91: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

xi

Kim, Keun-Sik, Inter-Korean Relation and Thr Future of the Sunshine Policy, the

Journal of East Asian Affairs, Vol. XVI, No. 1 Spring/Summer 2002, (The

Research Institute for Internasional Affairs, Seoul, Korea 2002).

Kim, Young Jeh,” North Korea’s Nuclear Program and Its Impact On

Neighboring Countries, Korea and World Affairs, Vol. 17, No. 3, Fall

1993

Kim, Hong Nack,”The Kim Dae Jung Government’s North Korea Policy

Problems and Prospects, Korea and World Affairs, Vol XXIII, No. 3, Fall

1999 (Korea; Research Center for Peace and Unification of Korea, 1999)

Mack, Andrew, The Nuclear Crisis On The Korean Peninsula, Asian Survey, Vol.

33, No. 4 (April 1993), (United States: University of California Press,

1993).

Paik, Hak Soon, “ North Korea’s Unification Policy”, dalam Kwak Tae-Hwan,

ed., The Four Powers and Korean Unification Strategies (Seoul:

Kyungman University Press, 1997)

Park, Hyoeng Jung, FirstbYear of the Roh Moo Hyun Administration, Korea and

World Affairs, Vol. XXXIV, No. 4, Winner 2003, (Korea : Research

Center for Peace and Unification of Korea 2003).

Park, Tong Whan,“ Issues of Arms Control Between the Two Koreans “, Asian

Survey, Vol. XXXII, No. 4, April 1992

Pinkston Daniel A. and Philip C. Saunders, Seeing North Korea Clearly, Survival,

(The Internasional Institute for Strategic Studies) Vol. 45, No. 3, Autumn

2003

Pramudito,”Tinjauan Prospek Perdamaian di Semenanjung Korea”, dalam Jurnal

Caraka Vol.I/No. 5, February-Maret 1998.

Ruslin, Ismah Tita, “Krisis Nuklir Korea Utara: Studi Implikasi Pengembangan

Nuklir Korea Utara Terhadap Perimbangan Kekuatan Militer di Kawasan

Asia Timur”, SPEKTRUM , Vol. 1, No. 2, Oktober 2004

Sam, Kim Young, Three-Phase Unification Formula for Building Korean National

Community, Pidato pada tanggal 15 Agustus 1994, didalam Korean

Focus, Vol. 2, No. 4 (July-Agustus 1994).

Page 92: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

xii

Sangu, Lee, “Political Thought, Changes in Society and Pyongyang’s Southward

Strategy”, Today and Tomorrow of North Korea (Seoul: Bommunsa,

1982),

Sangmin, Lee, “North Korea’s Political Structure and Hereditary Succession”,

North Korea Research Autumn, 1991 (Seoul: Continental Reseach

Institute)

Shuja, Sharif M.,” US and Japan’s Trends in Attitudes Toward The Korean

Peninsula”, East Asian Studies, Vol. 16, No. 1-2, Spring/Summer 1997

Shin, David W., “Future of The US-ROK Aliance: Manangin The Perception

Gap”, dalam KNDU Review of National Security Affairs, Vol. 10, No. 1,

June, Research Institute On National Security Affairs, Seoul, 2005

Smith, Hezel Bad, Sad or Rational Actor? Why the ‘Securitization’ Paradigma

Makes for Poor Policy Analysis of North Korea, International Affairs,

Vol. 76, No. 3, Europe: Where Does It Begin and End? (Jul,2000)

sun, Lee young, ”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus, Vol. 3, No. 3,

1995

Wang, Fei-Ling, “Joining the Major Powers for The Status Quo; China’s Views

and Policy on Korean Reunification”, Pasific Affairs, Vol. 72, No. 2

(Summer 1999), (University of British Columbia: Canada, 1999)

Yi, Xiaoxing,”A Neutralized Korea? The North-South Rapprochment and China’s

Korean Policy”, Korean Journal of Defense Analysis, Vol. XIII, No. 2,

Winter 2000

Yung, Lee Hong,”The Korean Summit Meeting and The Internasional

Environment”, Korean Journal, Vol. 41, No. 2, Summer 2001

Laporan Tahunan Departemen Luar Negeri, Tahun 1999, buku 1, Seoul

Laporan Tahuanan Kedutaan Besar RI untuk Korea Selatan, 2000

Jaya, I Wayan Setia, “Faktor-faktor Determinan yang menyebabkan Pergeseran

Pola Hubungan Korea Utara-Korea Selatan dalam Isu Reunifikasi Pasca

Perang Dingin”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Ilmu

Politik,Universitas Indonesia Jakarta, 2001)

Page 93: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

xiii

Surat Kabar:

Koran Tempo,”Korea Selatan Mendesak Segerakan Perundingan”, 16 April 2003.

Kompas, “Korea Selatan menerima Tawar Menawar Korut”. 22 April 2003

, “Korea Selatan Miliki Kartu Hadapi Korea Utara”, 17 Mei 2003.

Suara Pembaruan, “Diplomasi Roh dan Stabilitas Semenanjung Korea”, 30 Juli

2003.

Kompas, ”Rekonsiliasi Korea Melalui Kereta Api”, 9 Mei 2007

, “Kereta Api Pertama Melewati Perbatasan Perang Dingin”, 18 Mei

2007

, Kompas, “Pertemuan Dua Korea Belum Membuahkan Hasil”, 19 Mei

2007

Republika, “Dua Korea Sepakati Komitmen Bagi Perdamian”, 5 Oktober 2007.

Koran Tempo,” Krisis Semenanjung Korea”, Selasa 25 Maret 2003

Media Indonesia, “Dua Korea Menuju Damai (Deklarasi Monumental Kim dan

Roh)”, 5 Oktober 2007

Suara Pembaruan, “Korea Selatan Perkuat Upaya Diplomatik Hadapi Korea

Utara”, 14 Mei 2007

Lain-lainnya :

Tangker Minyak Menuju Korut, diakses dari: http://www.BBCIndonesia.com,

diakses pada tanggal 21 januari 2011

“Penjelasan Presiden Roh Moo-hyun tentang 4 tahap penyatuan Korea”, diakses

dari diakses pada tanggal 14 Februari 2011.

”KTT Dua Korea - Simbolis atau Berhasil Kongkrit?”, diakses dari

http://www.kabarindonesia.com,, diakses pada tanggal 20 Februari 2011.

“Menjawab Tantangan di Semenanjung Korea“, Diakses dari

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0406/02/opini/1056776.htm, pada

16 Desember 2010.

“Dambaan Presiden Korsel, Perdamaian, dan Pusat Ekonomi“, diakses dari

http://www.suarapembaruan.com/News/2003/02/06/Editor/edi01.html.,

pada 12 Desember 2010

Page 94: DINAMIKA HUBUNGAN KOREA SELATAN -KOREA UTARA DALAM

xiv

Peta Korea Diakses,

http://indonesiaseoul.org/pictures/korea.jpg&w=396&h=425&ei=eWxdT5

qnBIfTrQf884WjDA&zoom=1, pada 12 Maret 2012

“Sinar Matahari di Selatan dan Utara”, Diakses dari,

http://kompas.com/kompas -cetak/0209/30/or/sina31.html, pada 26

Septemeber 2009

Partai URI merupakan partai yang didirikan oleh Roh Moo-hyun dan

pendukungannya pada saat satu bulan setelah terpilihnya Roh menjadi

presiden Korea Selatan, diakses dari http://www.news.bbc.co.uk./2/hl/asia-

pasific/2535143.stm, pada19 September 2011

“Penjelasan Presiden Roh Moo Hyun tentang 4 tahap penyatuan Korea”,

Diakses dari, http://www.kompas.com/kompas-

cetak/0006/16/utama/temb0l.htm, pada 14 Februari 2011

Fokus: “Ancaman Nuklir Korea Utara dan Sikap EU“, Diakses dari ,

http://www.indonesia-eu.com,pada 24 Januari 2011

“Kembar Beda Nasib”, Diakses dari,

http://www.rimanews.com/read/20100629/1196/kembar-tapi-beda-nasib,

pada 14 Februari 2011