diplomasi & militer
DESCRIPTION
perjuangan perbedaan antara diplomasi dan usaha militer dalam perjuangan kemerdekaan indonesiaTRANSCRIPT
Nama : Mohammad Mukti Ajidharma
NPM : 180310120009
FINAL PAPER ASSIGNMENT
PERAN DIPLOMASI DAN MILITER DALAM PROSES
KEMERDEKAAN INDONESIA
Diplomasi sebagai Sarana Penyelesaian Pertikaian
Perjuangan diplomasi adalah hal yang menarik pada waktu itu. Selain karena
sebagai bangsa yang baru pengalaman untuk melakukan diplomasi serba terbatas, hal
lain yang patut kita cermati adalah kemerdekaan yang baru saja diplokamirkan
ternyata bertentangan dengan tatanan dunia pada waktu itu. Dalam konteks itu,
kemerdekaan bukanlah hak segala bangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, tetapi kemerdekaan adalah sesuatu yang diperjanjikan. Jadi, perjuangan
diplomasi Indonesia tidak hanya melawan pada masa itu bukan hanya negeri Belanda,
bahkan tatanan internasional.
Piagam PBB yang lahir hampir bersamaan dengan Proklamasi RI pun belum
mengakui hak bangsa terjajah untuk merdeka.Tepat rasanya manakala Presiden
Soekarno mendirikan Departemen Luar Negeri dua hari setelah proklamasi.
Demikian pula Mohammad Hatta dalam pidatonya pada 15 Desember 1945
menegaskan bahwa diplomasi Indonesia haruslah didukung seluruh lapisan rakyat.
Mr Ahmad Soebarjo adalah Menteri Luar Negeri pertama Indonesia. Hal pertama dan
utama yang dilakukan Kementerian Luar Negeri pada masa Ahmad Soebardjo adalah
menyiarkan kemerdekaan Indonesia ke masyarakat internasional. Hal ini tidak
mudah, karena ketatnya intimidasi Jepang yang sudah takluk kepada sekutu.Karena
belum memiliki kantor, maka Ahmad Soebardjo membuka kantor di rumahnya
sendiri di Jl Cikini Raya no 80-82 Jakarta. Pada masa itu hanya ada beberapa staf
yang membantu beliau, seperti Ny Herawati Diah, Paramita Abdulrachman, Mr
Sudjono, Suyoso Hadiasmoro, dan Hadi Thayeb. Kemudian kantor berpindah ke Jl
Cilacap no 4 yang merupakan bekas gedung Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan di zaman Belanda dan Jepang. Namun, karena sering dilempari granat
oleh NICA, maka pada Oktober 1945 kantor dipindahkan ke Jl Pegangsaan Timur no
36, bekas rumah pelukis Dezentje. Di sinilah organisasi Kemlu mulai
mengembangkan diri meskipun serba terbatas. Mula-mula hanya ada satu sekretariat
yang dipimpin Mr Sudjono yang menjadi Sekretaris Kemlu pertama. Bagian-bagian
yang dibentuk pada waktu itu di antaranya adalah Bagian Hubungan Masyarakat,
Bagian Terjemahan dengan juru bahasanya, Bagian Penerangan merangkap
Penghubung yang memelihara hubungan dengan Kementerian lainnya, Konsulat-
konsulat asing, dan Markas Besar Tentara Sekutu di Jakarta. Ada pula bagian politik
dan bagian yang mengurus kepegawaian, keuangan, dan arsip.
Kegiatan Kemlu pada waktu itu difokuskan pada hubungan dengan pimpinan
tentara dan sipil Jepang yang masih berada di Jakarta dan persiapan dalam rangka
kedatangan NICA. Mengingat perlunya usaha yang progresif untuk memperoleh
pengakuan internasional sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat mungkin, maka
harus ada upaya segera menghimpun tenaga-tenaga terbaik guna membantu Menteri
Luar Negeri. Sutan Sjahrir, yang kemudian menjadi Perdana Menteri merangkap
Menteri Luar Negeri, memperhatikan serius hal ini.Pada masa itu mulailah dirintis
usaha membuka perwakilan di luar negeri. Mula-mula dibuka kantor perwakilan di
Singapura pimpinan Mr Utoyo Ramelan, disusul dengan perwakilan-perwakilan di
New Delhi (Dr Soedarsono), Karachi (Idham), Rangoon (Maryunani), Canberra (Mr
Usman Sastroamidjojo), Bangkok (Izak Mahdi), Kairo (H Rasyidi), Baghdad (Imron
Rosyadi), London (Dr Soebandrio), Kabul (Mayjen Abdul Kadir), New York (LN
Palar).Semakin meningkatkan usaha memperoleh pengakuan dari amsyarakat
internasional.
Pencapaian yang sangat penting dalam masa Syahrir adalah mulai dibahasnya
masalah Indonesia di PBB pada Januari 1946 atas usul utusan Republik Sosialis
Ukraina sebagai reaksi atas tertindasnya rakyat Indonesia. Agus Salim yang menjadi
Menteri Muda Luar Negeri pada masa Syahrir, memiliki kontribusi besar dalam
memromosikan kemerdekaan Indonesia, terutama kepada negara-negara Timur
Tengah. Tercatat Mesir adalah negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan
Indonesia pada 23 Maret 1946. Selanjutnya, negara-negara Liga Arab (Mesir, Irak,
Lebanon, Arab Saudi, Syria, Yaman, dan Yordania) mengeluarkan resolusi pada 18
Nopember 1946 yang mengakui Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Penindasan
terus-menerus tentara Belanda terhadap Indonesia kemudian memaksa keduanya
duduk dalam Perundingan Linggajati yang diinisiasi oleh Loard Killen, komisi
khusus Inggris.
Hasil perundingan yang ditandatangani pada 25 Maret 1947 itu pada
pokoknya memuat pengakuan Belanda secara de facto atas Republik Indonesia yang
meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura.Perundingan itu tidak serta merta menghentikan
pertempuran. Malah, Belanda melakukan agresi militer. Berkaitan dengan itu, Sutan
Sjahrir mendapat kesempatan berbicara di muka Sidang DK PBB untuk menjelaskan
tindakan semena-mena Belanda dan pada akhirnya meminta DK untuk membentuk
badan arbitrase yang tidak memihak. Badan itu bernama Komisi Tiga Negara (KTN)
yang beranggotakan Belgia, Australia, dan Amerika Serikat.Pada Juli 1947, Kemlu
memindahkan kantor ke Yogyakarta sebagai akibat adanya agresi militer Belanda. Di
Yogyakarta, Kemlu semula berada di Jl Terban Taman no 8 dan kemudian pindah ke
Jl Mahameru no 11. Kegiatan Kemlu di Yogyakarta difokuskan untuk memfasilitasi
berbagai perundingan, terutama aktivitas KTN.KTN kemudian memelopori
Perundingan Renville pada 8 Desember 1947 yang menghasilkan pengakuan de facto
Indonesia dengan wilayah yang lebih sempit.
Di dalam negeri, hasil perundingan mendapat penentangan dari beberapa
pihak. PKI di bawah Muso menyatakan pemberontakan Madiun pada September
1948. Sebelumnya PM Amir Syarifuddin yang menandatangani Perjanjian Renville
juga mengundurkan diri dan membelot karena kekecewaan terhadap PNI dan
Masyumi. Hal ini merupakan tantangan berat bagi diplomasi Indonesia.Diplomasi
Indonesia tidak berhenti meski Belanda merebut ibu kota Yogyakarta pada 19
Desember 1949. Sesaat sebelum ditawan, Menlu Agus Salim sempat mengirim
mandat kepada LN Palar, Dr Soedarsono, dan Mr Maramis untuk terus berdiplomasi
di luar negeri. Ketiga diplomat inilah (dan PDRI Bukittinggi) yang berjasa
menyiarkan Serangan Umum 1 Maret 1949 ke Birma, New Delhi, dan seluruh dunia,
hingga ke Markas Besar PBB, New York. Akibatnya, PBB memrakarsai perundingan
Indonesia dengan Belanda di mana delegasi Indonesia dipimpin Mohammad Roem
pada April 1949. Perundingan ini menyepakati diadakannya Konferensi Meja Bundar
(KMB) yang pada akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia. Tidak lama setelah itu,
Indonesia masuk menjadi anggota PBB.Proses diplomasi Indonesia yang penuh
tantangan, baik dari dinamika domestik, ancaman arogansi Belanda, maupun tatanan
internasional yang tidak kondusif, telah membuat diplomasi Indonesia menjadi
matang dalam kebeliaannya.
Sejak awal terlihat bahwa diplomasi Indonesia memainkan peran yang
independen, jelas, tegas, dan berwibawa. Dengan politik luar negeri yang bebas dan
aktif, Indonesia tidak mudah terjebak dalam konstelasi konflik global. Meski
berjuang melawan kolonialisme, bukan berarti Indonesia memihak pada komunisme.
Bahkan, selain memberantas PKI, Indonesia justru memilih Australia, yang
merupakan sekutu blok liberalis, untuk menjadi anggota KTN.Diplomasi Indonesia
juga mengajarkan bahwa konflik tidak harus diselesaikan dengan kekerasan, tetapi
bisa juga melalui perundingan. Diplomat Indonesia sekarang juga harus meneladani
kebersahajaan, kegigihan, kecakapan, dan semangat diplomat era kemerdekaan. Pada
Konferensi Asia Afrika 1955 misalnya, Ali Sastroamijoyo dan Roeslan Abdulgani
harus rela menggunakan jasnya untuk mengepel lantai karena atap Gedung Merdeka
yang bocor. Terlihat bahwa keterbatasan dan segala tantangan tidaklah menjadi
hambatan bagi diplomasi era itu. Perjuangan LN Palar dan Dr Soedarsono di PBB
pun sangat besar. Diplomat Indonesia di PBB bertahun-tahun gigih memperjuangan
hak dari bangsa-bangsa terjajah untuk menentukan nasibnya sendiri yang kemudian
baru diakui PBB pada tahun 1960 melalui Resolusi PBB Nomor 1514.
Membuka album kenangan diplomasi Indonesia harusnya tidak hanya melulu
mempelajari fakta historis. Lebih dari itu, sisi-sisi perjuangan diplomasi era
kemerdekaan harus mengilhami diplomat-diplomat Indonesia secara individu maupun
Deplu secara kolektif untuk menunjukkan diplomasi perjuangan yang sejati.
Bertempur Melawan Sekutu
Saat Perang Pasifik berlangsung, sekutu membagi indonesia menjadi dua
daerah operasi. Sumatera dimasukkan dalam daerah operasi SEAC dibawah pimpinan
Lord Louise Moutbattan, sedangkan Jawa dan Indonesia bagian timur dimasukkan
dalam daerah operasi SWPC dibawah komando Jendral Mac Arthur. Menyerahnya
Jerman pada Mei 1945 dan dalam Konfrensi Gabungan Kepala Staf Sekutu di
Postdam Juli 1945, maka seluruh daerah operasi digabungkan menjadi satu dengan
SEAC. Hal itu dikarenakan Mac Arthur ingin memfokuskan seluruh kekuatanya
untuk menyerang kepulauan Jepang.
Sekutu membuat daerah operasi untuk mengamankan Indonesia dari Jepang
dengan dibentuknya AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) dibawah
komando Letnan Jendral Sir Philips Christison, yang bertugas untuk membantu
Indonesia mengusir Jepang dari Indonesia. Kemudian tugas tersebut berganti
dikarenakan Jepang menyerah kepada Sekutu sebelum diadakan penyerangan
terhadap Jepang, tugas yang kini di emban oleh AFNEI adalah tugas administratif.
Diantara tugas AFNEI sebagai administratif negara Indonesia adalah:
1) Menerima penyerahan dari tentara Jepang;
2) Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu;
3) Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan;
4) Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian
diserahkan kepada pemerintahan sipil;
5) Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka
didepan pengadilan sekutu.
Namun dalam menjalankan tugasnya AFNEI tidak bisa mengatur seluruh
wilayah Indonesia, sehingga AFNEI meminta bantuan kepada Australia yang
merupakan commonweal Inggris untuk mengatur wilayah Indonesia bagian timur.
Selain itu dalam mengatur setiap wilayah di Indonesia bagian barat, AFNEI juga
mengalami masalah sehingga harus membagi wilayah Indonesia menjadi tiga bagian
yaitu: Wilayah Sumatra, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Sebelum setiap divisi dikirim
untuk mengatur setiap kota di wilayah Indonesia seperti yang sudah direncanakan,
Sekutu terlebih dahulu mengirim Mayor Greenhalg untuk mendirikan markas besar
Sekutu di Jakarta pada tanggal 14 September 1945.
Lima belas hari kemudian rombongan pertama tentara Sekutu tiba di
pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Setelah itu kemudian menyusul tentara Sekutu
yang lain mendarat di Indonesia, sehingga tak heran jika pada bulan Oktober tentara
Sekutu sudah mendarat di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Semarang,
Surabaya, Medan, Padang, dan Palembang. Setelah mendarat di pelabuhan-pelabuhan
terbesar di Indonesia, kemudian para tentara Sekutu bergerak kedaerah pedalaman
untuk membebaskan para interniran dan menerima penyerahan dari Jepang. Disisi
lain Australia juga sudah mendarat di Indonesia bagian timur. Kedatangan tentara
sekutu ini disambut baik oleh pemerintah Indonesia karena menurut wawancara di
Singapura, kedatangan Sekutu ke Indonesia adalah untuk membebaskan para tawanan
perang dan interniran serta melucuti persenjataan Jepang. Sekutu tidak akan
mencampuri urusan politik dan tidak akan menyingkirkan RI, bahkan Sekutu akan
mengadakan musyawarah dengan pemimpin RI. Hal ini menghebohkan pihak
Belanda, sedangkan pihak Indonesia berpendapat bahwa inilah pengakuan de facto
terhadap RI. Akan tetapi, kepercayaan Indonesia mulai pudar ketika tentara Indonesia
mulai mencium kedatangan NICA yang dibonceng oleh Sekutu. Keadaan pada saat
itu mulai memanas karena NICA secara tidak langsung bermaksud untuk
menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda, suasana semakin tegang ketika
tentara NICA mempersejatai anggota KNIL yang baru dibebaskan dari tawanan
Jepang.
Di kota-kota yang diduki Sekutu, para anggota KNIL memancing kerusuhan
dengan mengadakan provokasi-provokasi bersenjata. Bahkan di Jakarta, para anggota
KNIL mencoba membunuh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan Menteri Penerangan
Amir Syarifuddin. Dalam aksinya para anggota KNIL menggunakan seragam Sekutu,
hal inilah yang menjadi salah satu faktor Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta
pindah ke Yogyakarta pada tanggal 4 Januari 1946 yang sampai akhir tahun 1949
dijadikan sebagai ibukota RI. Kemudian muncul penilaian dari pihak Indonesia
bahwa Sekutu melindungi Belanda, sehingga muncul beberapa pemborantakan
diantaranya:
a) Pertempuran Surabaya
25 Oktober 1945, bagian dari Divisi India ke-23 yang mendapat tugas dari
panglima AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan interniran
Sekutu yang dipimpin oleh Brigadier A.W.S. Mallaby telah mendarat di Surabaya.
Kedatangan Divisi ini diterima secara berat hati oleh Pemerintah Jawa Timur yang
pada waktu itu dipimpin oleh Gubernur R.M.T.A. Surjo. Akhirnya Sekutu dapat
meyakinkan Pemerintah RI dalam berbagai kesepakatan, salah satunya Inggris
mengatakan bahwa mereka berjanji tidak akan menggangu urusan politik bangsa
Indonesia dan mereka juga mennyatakan bahwa diantara mereka tidak terdapat
tentara Belanda.
Pada akhirnya Indonesia di khianati untuk kesekian kalinya, salah satu bentuk
nyata dari penghianat Inggris adalah pada tanggal 26 Oktober 1945 satu pleton dari
Field Security Section melakukan penyergapan di Kalisosok untuk membebaskan
Kolonel Huiyer (seorang Kolonel Angkatan Laut Belanda) dan kawan-kawannya.
Tindakan Inggris tidak berhenti sampai disitu, buktinya 27 Oktober 1945 mereka
menyebarkan pamflet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur
untuk menyerahkan senjata yang didapat dari Jepang. Pemerintahpun melakukan
pertemuan dengan Mallaby untuk meminta konfirmasi mengenai hal tersebut. Namun
Mallaby mengatakan bahwa ia tidak tau menahu tentang hal tersebut, tetapi menurut
Mallaby jika itu merupakan perintah Inggris maka ia akan tetap menjalankan sesuai
dengan apa yang diperintahkan.
27 Oktober 1945 merupakan kontak senjata pertama antara pemuda dan
Inggris, peristiwa tersebut mulai bertambah kritis hingga Inggris merasa tidak
nyaman akan posisinya. Untuk itu Inggirs meminta kepada Presiden Soekarno agar
pihak Indonesia menghentikan serangan tersebut. Akhirnya pada 30 Oktober 1945
Presiden, Wakil Presiden, berserta Menterinya melakukan perundingan dengan hasil
menghentikan kontak senjata. Dalam perundingan inilah akhirnya eksistensi RI
diakui oleh Inggris. Sementara itu di tempat-tempat lain masih terjadi kontak senjata
tempat terakhir adalah gedung bank Internatio yang berjarak 100 meter dari jembatan
merah.
Ditempat ini pulalah akhirnya Brigadier Mallaby menghembuskan nafas
terkhirnya, didalam buku Sejarah Nasional Indonesia jilid VI mengatakan bahwa
Mallaby tewas karena ditusuk dengan bayonet dan bambu runcing oleh pemuda.
Tetapi menurut kesimpulan dari bung Tomo dalam sebuah buku yang berjudul
pertempuan Surabaya bahwa pada saat itu Mallaby tanpa sengaja terbunuh oleh
pasukannya sendiri, sebagaimana dituturkan oleh Kapten RC. Smith di depan
Mahkamah Militer Inggris.
Sesudah itu Inggris mulai mendatangkan pasukannya ke Indonesia, selain itu
tanggal 9 November 1945 Inggris mengirimkan ultimatum yang intinya menghina
dan merendahkan harga diri bangsa Indonesia. Untuk menentukan sikap para
pemimpin di surabaya mengadakan pertemuan, selain itu mereka juga berusaha
menghubungi Soekarno untuk meminta pertimbangan atas ultimatum tersebut tetapi
mereka hanya dapat menghubungi Menteri Luar Negeri Mr. Ahmad Subardjo yang
menyerahkan “kata putus” pada rakyat Surabaya. Secara resmi melalui siaran radio
menyatakan menolak ultimatum Inggris.
Sementara itu pemuda sudah siap siaga membuat pertahanan didalam kota.
Meskipun mereka dipersilahkan untuk meniggalkan kota, tetapi para pemuda memilih
tetap bertahan untuk mempertahankan kota Surabaya. Kota Surabaya pun dibagi
menjadi tiga sektor pertahanan diantaranya sektor barat, sektor tengah, dan sektor
timur. Sementara itu, saat Bung Tomo melakukan siaran hal itulah yang membakar
semangat juang para rakyat.
Keadaan semakin ekplosif, saat Inggris berhasil menguasai garis pertahanan
pertama pihak Indonesia. Apalagi setelah disertai dengan pengeboman, meskipun
Inggris secara terus menerus melancarkan aksinya tetapi para pemuda tetap gigih
mempertahankan kota Surabaya hingga pada 28 November 1945 yang merupakan
pertempuran terakhir yaitu di Gunungsari.
b) Pertempuran Ambarawa
Pertempuran yang berlangsung 20 November sampai 15 Desmber 1945
diawali dari insiden di Magelang saat Brigade Artileri dari Divisi India ke-23
mendarat disemarang yang dipimpin oleh Brigadier Bethell. Divisi ini mempunyai
tujuan yang sama seperti halnya di Surabaya, hingga insiden itupun pecah pada
tanggal 26 Oktober 1945 di Magelang. Insiden ini berhenti setelah Presiden dan
Sekutu mengadakan perundingan untuk melakukan genjatan senjata pada tanggal 2
November 1945. 20 November 1945 di Ambarawa terjadi pertempuran antara TKR
dan Inggris, karena banykanya serangan yang dilakukan Ingggris maka 21 November
1945 pasuka TKR melakukan serangan fajar dengan tujuan memukul mundur
pasukan Inggris yang menduduki desa Pingit. Akhirnya Inggris telah terkapung oleh
pasukan Indonesia, meskipun demikian Inggris tetap menyusun cara bagaimana untuk
bisa mematahkan kedudukan TKR.
Pertempuran antara TKR dan pasukan Inggris terus berlangsung hingga
tanggal12 Desember 1945 dini hari, pasukan TKR bergerak menuju sasaran. Dalam
waktu singkat mereka berhasil mengepung kedudukan musuh yang diperkirakan
berpusat di benteng Willem, yang terletak di tengah kota Ambarawa. Pasukan
Inggrispun merasa terjepit, maka mereka berusaha keras untuk memutuskan
pertempuran. Akhirnya 15 Desember 1945 Inggris meninggalkan kota Ambarawa dan
mundur ke Semarang. Pertempuran ini memiliki arti penting, dan hal itupun juga
diakui oleh pihak Inggris bahwa pasukan Indonesia sulit untuk ditaklakukkan meski
Inggris mengerahkan seluruh kakuatannya.
c) Pertempuran Medan Area
Sekutu dibawah pimpinan T.E.D. Kelly mendarat di Sumatra Utara 9 Oktober
1945. Yang mengejutkan adalah ikut sertanya NICA dalam rombongan sekutu yang
dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Pemerintah RI Sumatra Utara
mengizinka mereka untuk menempati beberapa hotel di kota medan, hal itu karena
semata-mata untuk menghormati tugas mereka. Sehari setelah mendarat tim dari
RAPWI mendatangi kamp-kamp tawanan di beberapa daerah untuk membantu
membebaskan para tawanan dan dikirim ke Medam atas persetujuan Gubernur M.
Hassan. Ternyata hal yang mengherankan adalah kelompok mereka langsung
dibentuk menjadi medan Batalyon KNIL. Sikap ini menimbulkan berbagai insiden
yang dilakukan secara Spontan oleh pemuda, tepatnya 13 Oktober 1945 merupakan
awal insiden, hal ini dipicu oleh seorang penghuni hotel yang menginjak-injak
lencana Merah Putih yang dipakai oleh seseorang yang ditemuinya.
Dari insiden itulah kemudian menjalar dibeberapa kota lainnya, sebagaimana
dikota-kota lain di Indonesia. Inggris memulai aksinya untuk melemahkan kekuatan
RI yaitu dengan berbagai ultimatum yang dikirim untuk Indonesia, hal itu pulalah
yang membuat NICA merasa besar kepala karena mendapat dukungan dari pihak
Inggris. Demikian pula aksi teror yang dilakukan oleh Amerika Serikat sehingga
semakin timbul rasa permusuhan dikalangan pemuda, karena mereka tidak pernah
merasa aman da keselamatan Inggris juga tidak di jamin oleh pemerintah RI. Selain
itu meningkatnya korban dari pihak Inggris membuat mereka memperkuat
kedudukanya dan secara sepihak membentuk batas kekuasaanya.
1 Desember 1945 beberapa papan dipasang dengan bertuliskan Fixed
Boundaris Medan Area diberbagai kota oleh pihak serikat membuat kota medan
terkenal dengan Medan Area.tindakan ini adalah tantangan bagi para pemuda, piha
Inggris dan NICA melakukan aksi pembersihan terhadap unsur Republik. Aksi
tersebut mendapat balasan dari para pemuda, sehingga banyak daerah yang menjadi
tidak aman. Inggrispun juga mulai mengancam pihak pemuda sehingga perlawanan
juga terus memuncak, akhirnya dengan bernagai cara Inggris berhasil menguasai kota
Medan, sehingga mustahil dapa melakukan serangan terhadap Inggris jika tidak ada
satu komando.
10 Agustus 1946, ditebing tinggi diadakan suatu pertemuan antara komanda
pasukan yang berjuang di Medan Area, hasil dari pertemuan ini adalah dibentuknya
Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area, yng dibagi menjadi empat sektor dan
setiap sektor masih dibagi lagi menjadi sub sektor dengan bekal inilah mereka
meneruskan perjuangan di Medan Area.
d) Pertempuran Padang dan Sekitarnya
Di Pelabuhan Teluk Bayur pasukan Inggris mendarat dibawah pimpinan
Brigadier Hutchinson, dua hari kemudian 13 Oktober 1945 ia mengadakan pertemuan
dengan Pemerintah RI Sumatra Barat. Tujuannya sama seperti Sekutu yang datang
didaerah lain, mereka juga ingin meminjam kantor residen yang akan digunakan
sebagai kantornya. Indonesia yang masih mencari pengakuan dari negara lain
menafsirkan bahwa permintaan tersebut adalah pengakuan de facto dari Inggris untuk
Indonesia. Lagi-lagi Inggris tidak dapat memegang perjanjian tersebut, buktinya
banyak rumah rakyat yang di obrak-abrik hanya untuk mencari senjata. Pasukan
Belandapun mendapat perlindungan dari Inggris hingga Belanda berani melakukan
langkah-langkah, salah satunya adalah memukuli seorang kepala sekolah, hal ini
adalah pemicu serangan yang dilakukan tanggal 17 November 1945. Insiden
bertambah luas yang terjadi pada 5 Desember 1945, apalagi hal tersebut dengan
terbunuhnya beberapa anggota Inggris, sehingga Inggris melakukan serentetan
balasan pada TKR yang juga menyebabkan beberapa anggotanya tewas.
Pertempuran yang besar terjadi pada tanggal 21 Februari 1946, akhirnya
mereka dapat menghancurkan pos pertehanan Inggris dan membongkar gudang
senjata. Tapi setelah itu, Inggris membalasnya pada tanggal 14 Juni 1946 dengan
menyerang Batu Busuak, TRI pun juga melancarkan serangan terhadap kedudukan
Inggris 7-9 Juli 1946 dan akhirnya Inggrispun meninggalkan Simpang Haru yang
merupakan tempat penyerangan selama tiga hari tersebut.Serangan masih tetap
berlanjut dan mereka masih tetap bertahan meskipun tujuan utama mereka telah
terlaksan, hal itu karena Inggris menunggu kesiapan Belanda untuk mengambil alih
kedudukan mereka. 28 November 1946 merupakan serah terima pasukan Inggris
dengan Belanda dan esok harinya Inggrispun meningglakan Padang.
e) Pertempuran Bandung Lautan Api
12 Oktober 1945 dibawah pimpinan Brigade Mac Donald pasukan Inggris tiba
diBandung. Sejak awal hubungan antara mereka dengan Pemerintah RI sudah
bersitegang, orang-orang Belandapun yang baru di bebaskan sudah memperlihatkan
sikap yang tidak baik. Akibatnya, bentroka bersenjatapun tidak dapat dipungkiri lagi.
24 November 1945 TKR dan badan perjuangan lainnya melancarkan serangan
terhadap kedudukan Inggris, tiga hari kemudian Mac Donald menyampaikan
ultimatum agar para penduduk mengosongkan Bandung Utara. Jawaban dari
ultimatum tersebut adalah berdirinya pos-pos gerilya diberbagai tempat, sehingga
selama bulan Desemberpun terjadi beberapa pertempuran. Inggrispun masih tetap
berusaha merebut apa yang dimiliki bangsa Indonesia, pertempuranpun juga terjadi
ketika Inggris ingin membebaskan interniran Belanda dari kamp-kamp interniran.
Selama berlangsungnya pertempuran, banyak serdadu India yang menjadi
bagian Inggris, melakukan desersi dan bergabung dengan pasukan Indonesia. Pihak
Inggris akhirnya meminta kepada panglima devisi tiga agar pasuka India tersebut
diserahkan kepada mereka. Kegagalan bangsa Indonesia dalam melakukan serangan
maupun penyelesaian menyebabkan Inggris bermain ditingkat atas. 23 Maret 1946
mereka memberikan ultimatum kepada Perdana Menteri Sutan Sjahrir agar bangsa
Indonesia meningglkan Bandung, tetapi hal itu ditolak secara tegas karena hal
tersebut dirasa tidak mungkin. 23 Maret 1946 dengan alasan untuk menyelamatkan
TRI dari kehancuran, Sjahrir mendesak Nasution agar ultimatum tersebut dipenui,
karena dirasa TRI belum mampu menghadapi pasukan Inggris. Akhirnya sekali lagi
Nasution menghubungi Inggris agar batas waktu tersebut diperpanjang tetapi hasilnya
Inggris tetap menolak dan sebaliknya Nasutionpun juga menolak tawaran Inggris
untuk meminjamkan truk untuk mengangkut pasukan Indonesia.
Dalam pertemuan antara Nasution dan para komandan TRI, para pemimpin
lasykar dan aparat pemerintahan mencapai kesepakatan yaitu akan membumi
hanguskan Bandung sebelum tempat itu ditinggalkan. Akhirnya tempat pertama yang
dibumi hsnguskan adalah Bank Rakyat, dan dilanjutkan ditempat penting lainya.
Selain itu anggota TRI juga membakar asrama mereka sendiri, akhirnya 24 Maret
1946 semua orang meninggalkan Bandung yang saat itu sudah menjadi lautan api.
Kesimpulan
Perang Kemerdekaan merupakan awal kehidupan baru Bangsa Indonesia, Proklamasi
yang diikrarkan atas nama Bangsa Indonesiapun telah menggema diseluruh penjuru
negeri dan hal itu pulalah yang terus membangkitkan rasa percaya diri serta
keberanian para rakyat Indonesia untuk tetap mempertahankan kemerdekaanya.
Untuk itu segala cara dilakukan para rakyat Indonesia, baik dengan melakukan
Perjuangan Militer melalui pertempuran dan Diplomasi melalui berbagai
perundingan. Sekutu yang awalnya hanya bertujuan untuk membebaskan para
Interniran dan melucuti senjata Jepang ternyata mengingkari hal tersebut, apalagi
setelah mengetahui bahwa sekutu juga memboncengi tentara Belanda (NICA).
Setelah mengetahui hal tersebut, rakyat Indonesia terutama para pemuda merasa
geram. Apalagi sikap tentara Belanda yang sombong dan tetap merasa berkuasa
setelah dibebaskan oleh sekutu, perpecahan dan pertikaianpun akhirnya tidak dapat
dihindari. Di beberapa kota besar diIndonesia terjadi pertempuran, salah satunya di
Surabaya, Bandung, Padang, Medan dll.Diplomasi yang dilakukan Indonesia dengan
sekutu maupun Belanda selalu berakhir dengan pengkhianatan, dari alasan itu pulalah
perubahan Badan Keamanan Rakyat (BKR), berubah menjadi TKR (Tentara
Keamanan Rakyat). Tetapi setelah pemerintah juga merasakan bahwa Belanda sudah
terlalu menghimpit bangsa Indonesia maka TKR ini berevolusi menjadi Tentara
Nasional Indonesia (TNI), peran TNI dapat dikatakan mempunyai nilai penting
disamping Diplomasi. TNI merupakan badan pertahanan negara yang bertugas untuk
tetap mempertahankan kesatuan NKRI, apalagi selain Belanda banyak terjadi
pembrontakan didalam negeri. Salah satunya adalah intervensi Amir Syarifudin,
pembentukan FDR, Pemberontakan PKI Madiun oleh Musso dll.Hal tersebut
membuat konsentrasi Bangsa Indonesia terpecah belah begitu juga dengan TNI,
disamping Belanda mereka juga harus menghadapi bangsa sendiri. Akhirnya,
pemberontakan-pemberontakan yang terjadi dapat diredam. Meski demikian Belanda
tetap menjadi ancaman Besar dan kemungkinan Agresi Militer Belanda II pun dapat
terjadi, disinilah titik peran penting TNI untuk menunjukkan bahwa TNI adalah
pertahanan Bangsa Indonesia, maka dari itu TNI dibagi menjadi beberapa bentuk.
Pertama, Pasukan Mobil, yang beertugas tempur dengan perbandingan senjata dan
personal. Kedua,Pasukan teritorial yang bertugas melaksanakan pembinaan teritorial
dan perlawanan statis.ketiga,Melaksanakan Wingate (menyusup) kedaerah kekuasaan
musuh yang pernah ditinggalkan karena “hijrah”, untuk diisi dengan kekuatan grilya,
untuk menciptakan kanting di daerah tersebut.
Sumber:
Sejarah Indonesia IV
Buletin All Writer,edisi 5