disiplin · kekerasan akan mengakibatkan sikap merasa takut secara ... bagi beberapa murid dari...

43
DISIPLIN Mendidik, menegur, mendorong, jadi panjang sabar.

Upload: duongcong

Post on 12-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

DISIPLIN

Mendidik, menegur, mendorong, jadi panjang sabar.

Salah satu Pembelajaran yang dibutuhkan

seorang anak ialah pelajaran mengenai

penurutan.

Seorang anak yang belum cukup dewasa untuk

berpikir, ia perlu diajar untuk menurut.

Penurutan harus dibangun dengan usaha yang

lembut dan tekun.

TUJUAN DISIPLIN

Tujuan disiplin ialah mendidik anak untuk dapat

mengatur diri sendiri. Ia harus diajar Percaya Diri

sendiri dan Pengendalian Diri.

Segera setelah ia sanggup mengerti, pertimbangan

sehat harus diajarkan di samping penurutan. Biarlah

penurutan adalah adil dan masuk akal.

Tolonglah ia untuk mengerti bahwa segala sesuatu

ada aturannya, dan bahwa ketidakmenurutan

menuntun kepada malapetaka dan penderitaan.

Anak/siswa harus mengerti bahwa orang tua dan guru

adalah wakil-wakil Allah.

Sebagaimana anak itu harus menunjukkan penurutan

kepada para orang tua dan guru, begitu juga mereka

seharusnya menunjukkan penurutan kepada Allah.

Peraturan-peraturan mereka di rumah dan di sekolah

adalah juga peraturan Ilahi.

Terlalu banyak mengatur sama buruknya dengan

terlalu sedikit.

Usaha untuk "menghancurkan kemauan" seorang

anak merupakan suatu kesalahan yang mengerikan.

Kekerasan akan mengakibatkan sikap merasa takut

secara luar, akibatnya terhadap banyak anak-anak

ialah lebih tertanam tekad pemberontakan dalam hati.

Mendidik Manusia tidak sama

dengan Mendidik binatang

Disiplin terhadap manusia yang telah mencapai usia

kecerdasan harus berbeda dengan mendidik seekor hewan

yang dungu.

Hewan diajar hanyalah untuk tunduk kepada tuannya. Bagi hewan,

tuannya adalah pikirannya, pertimbangannya dan kemauannya.

Metode ini, kadang-kadang diterapkan dalam mendidik anak-

anak, sehingga membuat mereka sedikit lebih dari mesin

otomat. Pikiran, kemauan, dan hati nurani berada di bawah

pengendalian orang lain.

Mereka yang melemahkan atau merusak kepribadian memikul tanggung jawab yang hanya mengakibatkan kejahatan.

Sementara berada di bawah kekuasaan, anak-anak boleh jadi kelihatan seperti serdadu-serdadu yang terlatih baik; tetapi bilamana pengendalian dihentikan, maka tabiat akan didapati kurang kekuatan dan ketabahan.

Karena tidak pernah belajar mengatur diri sendiri,

maka orang-orang muda tidak mengetahui

pembatasan kecuali tuntutan para orang tua dan

guru. Dalam keadaan ini, ia tidak mengetahui

bagaimana menggunakan kebebasannya, dan sering

membawanya kepada penyalahgunaan, yang

menyebabkan kehancurannya.

Oleh sebab menyerahkan kemauan jauh lebih sulit bagi beberapa murid dari pada yang lain-lain, maka guru harus membuat penurutan kepada peraturan yang dibuat semudah mungkin.

Kemauan harus dibimbing atau dibentuk, tetapi bukan dihilangkan atau dihancurkan. Simpanlah kekuatan kemauan itu; ia akan dibutuhkan dalam peperangan hidup.

Setiap anak harus mengerti akan kekuatan yang

sebenarnya dari kemauan. Ia harus dituntun untuk

mengerti betapa besarnya tanggung jawab yang kandung

dalam karunia ini.

Kemauan adalah kuasa yang memerintah dalam sifat

alamiah manusia, kuasa untuk mengambil keputusan,

atau memilih. Setiap manusia yang memiliki pertimbangan

mempunyai kuasa untuk memilih yang benar.

Setiap orang yang menempatkan kemauannya di samping

kemauan Allah, dapat memilih untuk mengikut Dia, dan dengan

demikian menghubungkan dirinya dengan agen-agen ilahi, dan ia

dapat berdiri dimana tidak ada sesuatu yang dapat memaksanya

untuk berbuat kejahatan.

Pada setiap orang muda, setiap anak, terletak kuasa yang,

dengan pertolongan Allah, dapat membentuk tabiat yang jujur

dan menghidupkan suatu kehidupan yang berguna.

Pendidik yang bijaksana, dalam menangani murid-muridnya,

akan berusaha membangkitkan keyakinan dan memperkuat

rasa kehormatan. Anak-anak dan orang muda akan

beruntung oleh karena dipercayai.

Banyak orang, bahkan anak-anak kecil, mempunyai rasa

kehormatan; segala keinginan akan diperlakukan dengan

keyakinan dan hormat, dan ini adalah hak mereka.

Gantinya memperhatikan terus-menerus, seolah-olah

mencurigai yang jahat, para guru yang berhubungan dengan

murid-murid mereka akan mengerti pekerjaan pikiran anak-

anak yang tidak bisa diam, dan akan menetapkan pengaruh

yang akan melawan kejahatan.

Tuntunlah orang-orang muda untuk merasa bahwa mereka

dipercaya, dan hanya sedikit yang tidak akan berusaha membuktikan diri mereka layak untuk dipercayai.

Dengan prinsip yang sama adalah lebih baik

memohon dari pada memerintahkan; orang yang

diperlakukan demikian mendapat kesempatan untuk

membuktikan dirinya sendiri setia kepada prinsip-

prinsip yang benar.

Penurutannya adalah hasil pilihan, bukan

keharusan.

Peraturan yang mengatur sekolah harus, sejauh

mungkin, mewakili suara sekolah.

Setiap prinsip yang tercakup di dalamnya harus

disampaikan kepada murid supaya ia yakin akan

keadilannya.

Dengan demikian ia akan merasa bertanggung jawab untuk

melihat bahwa peraturan yang ia sendiri ikut membuatnya

harus ditaati.

Peraturan-peraturan harus sedikit, dan

dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya; dan bilamana

sekali sudah diadakan, harus dijalankan.

Apapun yang alasannya tidak mungkin diubah, pikiran

belajar untuk menyadari dan menyesuaikan diri kepadanya;

tetapi kemungkinan penyalahgunaan menyebabkan

keinginan, pengharapan, dan ketidakpastian, dan akibatnya

ialah kegelisahan, mudah tersinggung dan pembangkangan.

Baik di rumah maupun di sekolah ketidakpatuhan tidak boleh

dibiarkan.

Tidak ada orang tua atau guru yang, di dalam hatinya melekat

kesejahteraan anak-anak asuhannya, akan berkompromi dengan yang

keras kepala menuruti kehendak hatinya sendiri, yang melawan

kekuasaan atau berdalih ataupun mengelak untuk melepaskan diri dari

penurutan.

Bukan kasih melainkan gaya perasaan yang meremehkan perbuatan

salah, berusaha dengan membujuk atau menyogok untuk memperoleh

persetujuan, dan akhirnya menerima pengganti hal yang diharuskan.

"Orang bodoh kelak mencahari dalih-dalih akan salahnya" (Amsal

14:9, TL).

Kita harus berhati-hati memperlakukan dosa sebagai hal

yang ringan. Kengerian menguasai orang yang berbuat salah.

Dalam usaha kita untuk memperbaiki kejahatan, kita harus

waspada terhadap kecenderungan mencari-cari kesalahan

atau mengecam. Kecaman yang terus-menerus akan

membingungkan, dan tidak membaharui.

Seorang anak yang sering dikecam karena beberapa

kesalahan khusus, dapat menganggap kesalahan

sebagai kekhasannya, sesuatu yang sia-sia untuk

melawannya.

Dengan demikian terciptalah tawar hati dan putus asa,

yang sering tersembunyi di bawah suatu penampilan

acuh tak acuh atau besar mulut.

Tujuan Perbaikan yang benar

Tujuan perbaikan yang benar dicapai hanya apabila

sipembuat kesalahan itu sendiri dipimpin untuk melihat

kesalahannya, dan kemauannya diperlukan untuk

memperbaikinya.

Bilamana hal ini didapatkan, arahkanlah dia kepada

sumber pengampunan dan kuasa. Usahakan melindungi

harga dirinya, dan ilhamilah dia dengan keberanian dan

pengharapan.

Bekerja untuk Disiplin

Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang paling menyenangkan dan paling sulit yang pernah diserahkan kepada manusia.

Ini menuntut kebijaksanaan yang tinggi, kepekaan yang paling halus, pengetahuan akan sifat alamiah manusia, dan iman dan kesabaran yang berasal dari sorga, yang mau bekerja dan memperhatikan serta menunggu. Inilah pekerjaan yang tidak ada lagi yang lebih penting dari padanya.

Mereka yang ingin mengendalikan orang lain harus

terlebih dahulu mengendalikan dirinya sendiri.

Memperlakukan seorang anak atau orang muda dengan

bernafsu hanyalah akan membangkitkan kebencian.

Apabila orang tua atau guru menjadi tidak sabar dan

dalam bahaya berbicara dengan tidak bijaksana, biarlah ia

tinggal diam. Ada kuasa ajaib dalam berdiam diri.

Guru harus mengharapkan akan menghadapi anak-

anak yang suka melawan dan keras kepala. Tetapi

dalam menghadapi mereka ia tidak boleh melupakan

bahwa iapun pernah menjadi seorang anak, yang

memerlukan disiplin.

Bahkan sekarangpun, dengan segala kelebihan dari

segi umur, pendidikan, pengalaman, ia sering salah,

dan memerlukan rahmat dan ketabahan.

Dalam mendidik orang-orang muda ia harus mempertimbangkan bahwa ia sedang menghadapi orang-orang yang mempunyai kecenderungan yang sama dengan kecenderungannya.

Mereka harus mempelajari segala sesuatu, dan bagi beberapa orang lebih sulit belajar dari pada orang lain.

Terhadap murid yang bodoh ia harus berlaku sabar, jangan

mengecam kebodohannya, tetapi menggunakan setiap

kesempatan untuk memberinya dorongan.

Murid-murid yang peka dan gugup, harus dihadapi dengan

sangat lemah-lembut. Rasa ketidaksempurnaannya harus

senantiasa menuntunnya untuk menyatakan simpati dan

kesabaran terhadap mereka yang juga sedang bergumul

dengan susah payah.

Peraturan Juruselamat, -- "Dan sebagaimana kamu kehendaki

supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada

mereka" (Lukas 6:31) -- harus menjadi peraturan bagi semua orang

yang bertanggung jawab mendidik anak-anak dan orang-orang

muda.

Mereka adalah anggota keluarga Allah yang masih muda, ahli waris

anugerah kehidupan bersama-sama dengan kita.

Peraturan Kristus harus dipelihara suci terhadap yang paling bodoh,

yang paling muda, yang paling suka berbuat salah, dan bahkan

sampai kepada yang selalu berbuat salah dan suka memberontak.

Peraturan ini akan menuntun guru untuk

menghindarkan, sejauh mungkin, tersebarnya kepada

umum kelalaian atau kesalahan seorang murid.

Ia harus berusaha menghindarkan memberi teguran

atau hukuman di hadapan anak-anak yang lain.

Ia tidak akan mengeluarkan seorang anak sampai

segala usaha telah dijalankan untuk pembaharuannya.

Tetapi apabila ternyata bahwa murid itu tidak menerima

manfaat untuk dirinya sendiri, sedangkan penolakannya

atau sikapnya yang tidak menghormati penguasa

cenderung menjatuhkan pemerintahan sekolah, dan

pengaruhnya mencemari orang-orang lain, maka ia perlu

dikeluarkan.

Pada masa yang penuh dengan bahaya bagi orang-orang

muda ini, pencobaan mengelilingi mereka dari segala

jurusan; dan oleh karena mudah sekali untuk hanyut, maka

usaha yang paling keras diperlukan agar dapat

melawan arus itu.

Tiap-tiap sekolah harus menjadi "kota perlindungan"

bagi orang muda yang terkena cobaan, suatu tempat

dimana kebodohan mereka harus ditangani dengan

kesabaran dan kebijaksanaan.

Disiplin harus didasari

dengan

1. Kasih dipadu dengan Keadilan

2. kelemah-lembutan,

3. kesabaran

4. pengendalian diri,

5. Bilamana perlu memberikan teguran, perkataannya

jangan berlebih-lebihan, melainkan dengan

kerendahan.

Dengan kelemah-lembutan mereka akan

memaparkan di hadapan orang yang bersalah

kesalahannya, dan menolongnya untuk memperbaiki

dirinya sendiri.

Setiap guru yang benar akan merasa bahwa

sekiranya ia melakukan kesalahan, maka adalah

lebih baik bersalah di pihak belas-kasihan dari

pada bersalah di pihak kekerasan.

Banyak orang muda yang dianggap tidak dapat lagi diperbaiki, dalam hatinya tidak sekeras penampilan luarnya. Banyak yang dianggap sebagai tidak ada harapan dapat diperbaiki dengan disiplin yang bijaksana.

Mereka sering adalah anak-anak yang dengan mudah dileburkan oleh perlakuan yang ramah. Biarlah guru memperoleh keyakinan orang yang bersalah, dan oleh mengenali dan memperkembangkan hal yang baik dalam tabiatnya, ia dapat, dalam banyak kasus, memperbaiki kejahatan tanpa mengundang perhatian terhadap hal itu.

YESUS menanggung segala kejahatan orang yang bersalah. Kasih-Nya

tidak menjadi dingin; usaha-Nya untuk memenangkan mereka tidak

berhenti. Dengan tangan terulur Ia menunggu menyambut berulang-ulang

orang yang bersalah, yang memberontak, dan bahkan yang murtad.

Jerit tangis penderitaan manusia tidak pernah tiba di telinga-Nya dengan

sia-sia. Walaupun semua berharga dalam pemandangan-Nya, yang kasar,

yang cemberut, orang-orang yang keras kepala menarik lebih banyak

simpati dan kasih-Nya; karena Ia menelusuri dari sebab sampai akibatnya.

Orang yang paling mudah tergoda, dan yang paling cenderung

berbuat kesalahan, adalah sasaran utama perhatian-Nya.

Yesus memperlakukan kita jauh lebih baik dari

pada yang pantas kita terima; dan sebagaimana Ia

telah memperlakukan kita demikianlah juga kita

memperlakukan orang lain.

Jalan yang tidak dibenarkan oleh orang tua atau guru

jika sekiranya itu berbeda dengan keadaan yang

biasa, itulah yang akan dikejar oleh Kristus.

Kita dapat membuat anak-anak dan orang muda menjadi

baik seumur hidupnya dengan mengajar mereka untuk

menghadapi kesusahan-kesusahan dan beban ini dengan

gagah berani.

Sementara kita harus menunjukkan simpati kepada mereka,

janganlah hal itu sampai memupuk perasaan kasihan

kepada diri sendiri. Apa yang mereka butuhkan ialah yang

merangsang dan menguatkan, bukan yang melemahkan.

Mereka harus diajar bahwa dunia ini bukanlah lapangan pawai, tetapi suatu medan pertempuran. Semua dipanggil untuk menanggung kesukaran, sebagai serdadu yang baik.

Mereka harus menjadi kuat dan perkasa seperti laki-laki. Biarlah mereka diajar bahwa ujian tabiat yang benar terdapat dalam kerelaan memikul beban, menempati tempat yang sukar, melaksanakan pekerjaan yang perlu diselesaikan, walaupun hal itu tidak akan membawa upah atau pengakuan dunia.

Cara yang benar menghadapi kesukaran bukan dengan berusaha

melarikan diri dari padanya, tetapi dengan mengubahnya. Ini

berlaku kepada semua disiplin, baik yang terdahulu maupun yang

terakhir.

Akibat lalai dalam mendidik anak

dalam permulaan kehidupan mereka

Kelalaian mendidik anak pada saat permulaan, dan

seterusnya, memperkuat kecenderungan-

kecenderungan yang salah, membuat masa sesudah

pendidikannya menjadi lebih sulit, dan menyebabkan

tindakan disiplin terlalu sering menjadi proses yang

menyakitkan.

Biarlah setiap anak dan orang muda diajar bahwa setiap

kesalahan, setiap kekeliruan, setiap kesulitan, kekalahan,

menjadi batu loncatan kepada perkara-perkara yang lebih

baik dan lebih tinggi. Melalui pengalaman-pengalaman yang

demikianlah semua orang yang pernah membuat hidup itu

berharga, telah mencapai keberhasilan.

Perubahan yang kita buat dalam penyangkalan keinginan-

keinginan yang mementingkan diri sendiri dan

kecenderungan-kecenderungan adalah suatu perubahan

dari ketidakberhargaan dan peralihan untuk harga yang

mahal dan tahan lama. Ini bukan pengorbanan tetapi hasil

yang kekal.

Sering orang-orang muda menyukai benda-benda, mengejar sesuatu,

dan kepelesiran yang kelihatannya tidak jahat, tetapi semua itu tidak

membawa kebaikan. Mereka menyelewengkan kehidupan dari cita-

citanya yang paling mulia. Tindakan sewenang-wenang atau

mencela secara langsung, tidak akan berhasil dalam memimpin

orang-orang muda untuk melepaskan apa yang mereka sayangi.

Biarlah mereka diarahkan kepada sesuatu yang lebih baik dari pada

pertunjukan, ambisi, atau pemanjaan diri. Bawalah mereka

berhubungan dengan keindahan yang lebih benar, dengan prinsip yang

lebih tinggi, dan dengan kehidupan yang lebih mulia.

Pimpinlah mereka memandang yang Dia "yang semuanya indah."

Bilamana sekali pandangan diarahkan kepada-Nya, maka hidup itu

akan menemukan pusatnya. Antusiasme, pengabdian kemurahan

hati, hasrat yang bergairah dari orang-orang muda, menemukan

sasarannya yang sejati di sini. Tugas dan kewajiban menjadi suatu

kesenangan, dan pengorbanan menjadi suatu kegembiraan.

Untuk menghormati Kristus, untuk menjadi serupa dengan

Dia, bekerja bagi Dia, adalah cita-cita kehidupan yang

tertinggi dan kesukaannya yang terbesar.