diskusi kasus farmasi skizofernia (print!!).doc

Upload: ramadiana-army-prawati

Post on 14-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ASASDSFDG

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisahatau pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal (Kaplan & Saddock, 1997) .Pada data WHO, prevalensi penderita Skizofrenia sekitar 0,2 persen hingga 2 persen. Sedangkan insidensi atau kasus baru yang muncul tiap tahun sekitar 0,01 persen. Penderita Skizofernia di Inodesia, lebih dari 80 persen tidak diobati. Mereka dibiarkan berkeliaran di jalan-jalan, bahkan ada pula yang dipasung oleh keluarganya. Padahal, jika diobati, sepertiga dari mereka bisa sembuh total. Tetapi bila tidak diobati, akan kambuhan, dan 25 persen hingga 30 persen dari mereka akan resisten. Skizofrenia paling banyak timbul pada usia-usia remaja sampai dewasa muda, sekitar 15 hingga 30 tahun. Pada laki-laki biasanya lebih cepat timbul ketimbang wanita. Di RS Jiwa, wanita kira-kira sepersetengah dari jumlah Skizofren pada laki-laki (Wibisono, 2000)BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikologi dengan gangguan dasar pada kepribadian dan distorsi khas proses pikir yang ditandai dengan proses pikir penderita yang lepas dari realita sehingga terjadi perubahan kepribadian seseorang yang reversible dan menuju kehancuran serta tidak berguna sama sekali (Dep.Kes., 1995 ). Terjadinya serangan skizofrenia pada umumnya sebelum usia 45 tahun dan berlangsung paling sedikit 1 bulan. Penderita skizofrenia banyak ditemukan dikalangan golongan ekonomi rendah, sehingga hal inidiperkirakan merupakan factor predisposisi penyebab timbulnya skizofrenia (Depkes, 1995).

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Maslim, 2001).

B. ETIOLOGI Karena belum ada definisi yang pasti tentang skizofrenia, maka sampai saat ini etiologi skizofrenia masih belum jelas dan masih dan penelitian para sarjana. Kemungkinan besar skizofrenia adalah suatu gangguan yang heterogen. Yang menonjol pada gangguan skizofrenia adalah adanya stressor psikososial yang mendahuluinya. Seseorang yang mempunyai kepekaan spesifik bila mendapat tekanan tertentu dari lingkungan akan timbul gejala skizofrenia.

Etiologi skizofrenia diuraikan menjadi dua kelompok teori yaitu :1. Teori Somatogenetik Faktor Neurobiologi

Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu ddengan munculnya simptom skizofrenia. Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan dan sosial (Guyton dan Hall, 2008).Hipotesa Dopamin

Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa : Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat menimbulkan gejala psikotik pada siapapun. Obat tersebut melepaskan dopamine dalam otak sehingga terjadi kelebihan dopamine yang disekresi oleh sekelompok neuron penyekresi dopamine yang badan selnya terletak di tegmentum ventral di mesenfalon, sebelah medial dan superior substansia nigra. Neuron-neuron ini menghasilkan sitem dopaminergik mesolimbik yang menjulurkan serabut-serabut saraf dan sekresi dopamine ke bagian medial dan anterior dari sistem limbik, khususnya ke dalam hipokampus, amigdala, nukleus kaudatus anterior, dan sebagian lobus prefrontalis. Semua ini merupakan pusat-pusat pengatur tingkah laku yang sangat berpengaruh (Guyton & Hall, 2008).Faktor Genetika

Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren. Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga dekat (Guyton dan Hall, 2008).

2. Teori Psikogenik

Teori yang menganggap skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan fungsional dan penyebab utamanya adalah konflik, stres psikologik dan hubungan antar manusia yang mengecewakan. Selain itu banyak teori yang diajukan sebagai teori etiologi skizofrenia, antara lain: teori yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu interaksi beberapa gen penyebab skizofrenia. Terdapat pula teori yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh metabolisme yang disebut dengan inborn error of metabolism (Maramis, 1980).

C. GEJALA DAN DIAGNOSIS

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :

(1) Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda; atau - Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari luar masuk kedalam pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar (withdrawal); dan- Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;

(2) - delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dati luar; atau - delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

- delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;(tentang dirinya: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus); - delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

(3) Halusinasi auditorik : - Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau - Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

(4) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

(5) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;(6)Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; (7)Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; (8) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial (Maslim, 2001)

D. PENATALAKSANAAN

Dalam terapi skizofernia dapat diberikan beberapa medikamentosa, antara lain;

1. Untuk mengatasi agresitivitas hiperaktivitas dan labilitas emosional pasien: antipsikosis (Flufenazin dan Haloperidol)2. Untuk mengatasi kecemasan: antiansietas (Diazepam)BAB IIIPEMBAHASAN

A. KasusPasein Tn. C (28 tahun) datang bersama dengan keluarganya pada tanggal 1 Juli 2010 ke Poli Jiwa RSUD Moewardi dikarenakan pasein berperilaku aneh. Pasein berpenampilan rapi dan perwatan diri yang cukup. Saat di ajak berbicara pasein hanya diam dan hipoaktif namun pasein masih mampu mengingat jangka pendek, jangka panjang serta orientasi untuk orang, tempat, waktu, situasi masih baik. Oleh karena pasein kurang kooperatif, anamnesis dilakukan bersama Ibunya.

Berdasarkan alloanamnesis, pasein berperilaku aneh semenjak 1 tahun yang lalu setelah pasien pulang dari Singapura menjadi TKI di sana. Pasien selalu keluar dan masuk rumah dari atap rumah kemudian melewati tembok rumah tetangga. Pasien tidak pernah lewat pintu. Saat sore hari (belum waktunya tidur), pasien mematikan seluruh lampu rumahnya sehingga ayahnya yang sakit stroke ketakutan. Pasien sering ngusek-ngusek telinganya seperti ada suara yang mengganggu. Pasien pernah memakai pakaian wanita dan pergi dengan berpakaian wanita. Pasien sering ngluyur tetapi selalu pulang. Pembantu di rumahnya sering dimaki-maki dengan kata-kata kotor. Pasien tidak mau berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain dan tidak peduli dengan orang lain. Sering menyendiri di kamar dan berbicara sendiri. Kurang lebih 6 bulan yang lalu, pasien terjatuh dari atap saat keluar dari rumah. Telapak kaki kirinya bengkak sampai sekarang dan menjalani rawat jalan dengan dr. X tetapi tidak pernah mau minum obat. Sebelumnya pasien bekerja sebagai TKI di Singapura, pasien bekerja di pelayaran tetapi cuma bertahan selama 4 bulan kemudian dipecat dan pulang 1 tahun yang lalu. Pasien dipecat karena saat kapal berlayar, pasien malah menceburkan diri di laut kemudian berenang mengejar kapal dan oleh bosnya dianggap membahayakan. Pasien mengikuti rawat jalan di RSJD Surakarta sejak tahun 2005 dan mondok satu kali tahun 2007. Selama menjalani rawat jalan, pasien susah minum obat yang diberikan. Pasein merupakan anak ke-4 dari 7 bersaudara. Dalam keluarga tidak ada yang mengalami gangguan psikiatri selain pasien. B. DIAGNOSIS MULTIAXIAL

Skizofrenia Paranoid C. DIAGNOSIS BANDING

Skizofrenia Tak Terinci D. PENATALAKSANAAN

a. Non Medikamentosa

i. Terapi suportif individu dan kelompok Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping pengobatan, dan membantu pasein agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahapii. Terapi keluarga

Memberikan pengertian untuk menjaga suasana hati pasein dan diusahakan pasein jangan terlalu sedih atau senang. Selain itu, disarankan keluarga jangan membiarkan pasien melamun atau tanpa aktivitas, keluarga mengarahkan dan mendukung kegiatan yang disukai pasein dan bermanfaat ekonomi. Keluarga pun diusahakan mengawasi dan mendampingi pasein control meminum obat secara teratur dan rutin.b. Medikamentosa

Haloperidol 3x1,5 mgFlufenazin HCL 1 x 0,5 mgDiazepam 2x 5 mgResep

R/

Flufenazin HCL tab mg 0,5 No. VI

S 1 dd tab I

______________________________

R/Haloperidol tab mg 1,5 No. XVIII

S 3 dd tab I

_____________________________

R/

Diazepam tab mg 5 No. XII

S 2 dd tab I

______________________________

Pro: Tn. C (28 tahun)

Pembahasan Obat Flufenazin 1x 0,5 mg

Merupakan antipsikosis tipikal golongan fenotiazin yang berespon untuk gejala postif (bicara kacau, halusinasi, delusi) pasein skizofernia. Pada golongan ini tetap digunakan dalam pengobatan skizofernia karena ketersediaannya dan harganya yang murah. Pada golongan ini memiliki kerja dalam menghambat berbagai reseptor salah satunya dopamine. Flufenazin memiliki masa kerja cukup lama sampai 24 jam, sehingga pada pasein ini diberikan dosis 1x1 dalam sehari. Pemberian flufenazin pada pasein ini selama 6 hari dan selajutnya di tinjau kembali efek obat terhadap pasein. (Gunawan, dkk, 2007). Haloperidol 3x 1,5 mg

Pemberian Haloperidol 3x 1,5 mg pada pasein ini dikarenakan haloperidol memiliki antipsikosis yang kuat dan efektif untuk fase mania penyakit manic depresif dan skizofernia. Hal ini, sesuai dengan riwayat pasein memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya 5 tahun yang lalu sebelum terjadi keluhan dan 3 tahun yang lalu pernah mondok di RSJD Surakarta sehingga cocok diberikan Haloperidol pada pasein ini. Haloperidol pun memiliki kerja dalam menghambat system dopamine dan hipotamalus. Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Berhubungan dengan teori yang di atas, pasein diberikan obat selama 6 hari dan setelah itu, ditinjau kembali efek obat untuk pasein tersebut (Gunawan, dkk., 2007). Diazepam 2x 5 mg

Diazepam merupakan golongan benzodiazepine yang dapat mengakibatkan sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang berhubungan dengan rasa cemas. Masa paruh diazepam memanjang dengan meningkatnya usia, kira-kira 20 jam pada usia 20 tahun. Berdasarkan teori di atas, pasein di berikan dosis 2x1 sehari dan pemberian dilakukan selama 6 hari. Pemberian dilakukan selama 6 hari dikarenakan untuk meninjau efek obat dan mencegah toleransi dan ketergantungan (Gunawan. dkk., 2007). E. PROGNOSIS

Ad vitam

: Baik

Ad sanam

: Dubia ad bonam

Ad fungsionam: Dubia ad bonamBAB IV

KESIMPULAN

Pasein Tn C (28 tahun) berperilaku aneh sejak 1 tahun yang lalu setelah pasien pulang dari Singapura menjadi TKI di sana. Pasien selalu keluar dan masuk rumah dari atap rumah kemudian melewati tembok rumah tetangga. Pasien tidak pernah lewat pintu. Saat sore hari (belum waktunya tidur), pasien mematikan seluruh lampu rumahnya. Pasien sering ngusek-ngusek telinganya seperti ada suara yang mengganggu. Pasien pernah memakai pakaian wanita dan pergi dengan berpakaian wanita. Pasien sering ngluyur tetapi selalu pulang. Pembantu di rumahnya sering dimaki-maki dengan kata-kata kotor. Pasien tidak mau berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain dan tidak peduli dengan orang lain. Sering menyendiri di kamar dan berbicara sendiri. Pasien mengikuti rawat jalan di RSJD Surakarta sejak tahun 2005 dan mondok satu kali tahun 2007. Selama menjalani rawat jalan, pasien susah minum obat yang diberikan. Berdasarkan alloanamnesis dan pemeriksaan fisik status mental, didapatkan diagnosis multiaxial skizofernia paranoid dan diagnosis bandingnya skizofernia tak terinci. Pemberian terapi untuk pasein ini, diberikan Haloperidol 3x1,5 mg, Flufenazin HCL 1 x 0,5 mg dan Diazepam 2x 5 mg. Pemberian Haloperidol dan Flufenazin diperuntukan untuk mengatasi agretivitas, hiperaktivitas daln labilitas emosional pasein. Dalam pemberian Diazepam untutk pasein ini dikarenkan untuk mengurangi kecemasan.BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI, p: 20-23Gunawan, S. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, pp: 143, 163-166, 171Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11 (terjemahan). Jakarta: EGC, p: 784-5Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. Jakarta: Fakultas Kedokteraan Unika Atmajaya, p: 46-50Maramis, W.F. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University, p: 215-35Kaplan & Sadock. 1997. Skizofrenia, dalam Sinopsis Psikiatri Jilid 1, edisi 7 (terjemahan). Jakarta: Penerbit Bina Rupa Aksara, p: 685-729.Wibisono, S. 2000. Skrizofrenia Masih Kurang Mendapat Perhatian. http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=210&tbl=cakrawala (24 Juni 2011)11