dkk akseptabilitas bubuk multi-zat-gizi-mikro oleh …

15
PGM 2009;32(1): 2236 Akseptebilkis bubuk mutizat gizimikro Nurfi Afriansyah, dkk AKSEPTABILITAS BUBUK MULTI-ZAT-GIZI-MIKROOLEH BALITA KELUARGA MISKIN Dl JAKARTA UTARA ACCEPTABILITY OF MULTIPLE-MICRONUTRIENT POWDERS BY UNDER-FIVES OF POOR FAMILIES IN NORTH JAKARTA Nurfi ~friansyah', ~ermina', Ema ~uciasari', Yurisfa farmanesari', Noviafi ~uada', Abas 8. ~ahari' ABSTRACT Background: The final of three steps in developing the Indonesia Multiple-Micronutrient Powders (MMP) called TABURIA was to evaluate its effectiveness in improving the nutritional status of under-fives under programmatic setting. Together with execution of the final step, it was also necessary to conduct the subject's perception, satisfaction, and expectation toward TABURIA. Objectives: To find-out the acceptability of under-fives' mothers toward TABURIA. Methods: We assessed the acceptability of TABURIA for under-fives of poor families in North Jakarta. This under-fives beneficiaries of the MMP project participating in 'the Effectiveness of TABURIA on Growth and Hemoglobin Concentration Study" were surveyed about the acceptability of TABURIA (n = 464). Acceptability of the MMP was evaluated based on mothers' perceptions and experiences with organoleptic qualities, ease of use, perceived satisfaction, and expectation. The median Likert scale ranking of organoleptic and use qualities for TABURIA was "I liked it" (3 on a scale of 1-5). However, responses to open- ended survey questions and semi-structured interviews showed decided preferences. Results: TABURIA was strongly preferred by under-fives. In interviews, most of mothers expressed like of the texture, color, odor, and taste of TABURIA; they found it practical to get, store and prepare, and reported the satisfaction and expectation with it. Conclusions: Most of under-fives' mothers were very like TABURIA product. They stated TABURIA was simple to use, more preferred it than the other consumed supplement products, willing to pay if it will be sold to the free market: they preferred to pay it maximum Rp 500 per sachet. They required TABURIA, especially for generating their children appetite. [Panel Gizi Makan 2009;32(?): 22-36] Key words: Multiple-Micronutrient Powders (MMP), acceptability, under-fives PENDAHULUAN A nemia defisiensi besi (ADB) adalah salah satu faktor risiko utama disabilitas dan kematian di dunia, yang mempengaruhi sekitar dua milyar orang. Prevalensi anemia pada anak-anak < 4 tahun di negara-negara berkembang diperkirakan sebesar 46-66 persen. separuhnya diduga merupakan ADB.' Di Indonesia, prevalensi anemia pada anak- anak 1-4 tahun sebesar 27,7 persen.' Di dunia berkembang, ada beberapa pendekatan yang tersedia untuk mengurangi ADB pada anak-anak: diversifikasi makanan untuk memasukkan makanan yang kaya zat besi absorbable. fortifikasi bahan makanan pokok (seperti tepung terigu), dan penyediaan suplemen zat besi. Ketika strategi diversifikasi atau fortiikasi tidak feasible secara logistik atau ekonomi (sukar menyediakan tanpa menggunakan sejumlah besar makanan hewani yang mahal bagi masyarakat miskin, misalnya hati), suplementasi terhadap individu dan kelompok berisiko merupakan strategi alternatif. Selama 2 150 tahun silam, sirup femus suphate oral dijadikan sebagai strategi utama untuk mengontrol ADB pada bayi dan anak-anak ba~ita.~ Namun, daya terima sirup zat besi tidak baik karena mempunyai efek samping yang signifikan, seperti sisa rasa sirup menyerupai logam yang tidak menyenangkan, noda gelap sirup yang tertinggal pada gigi anak dan keadaan yang tidak menyenangkan di dalam pemt.' Oleh karena itu, suatu solusi teknologi inovasi baru yang dinamakan sprinkles teiah dikembangkan untuk menurunkan biaya dari pola makan bergizi seimbang 1 Puslimang Glzi dm Makanan, Badm L'marq Kerehafan. Depker RI 22

Upload: others

Post on 20-Mar-2022

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PGM 2009;32(1): 2236 Akseptebilkis bubuk mutizat gizimikro Nurfi Afriansyah, dkk

AKSEPTABILITAS BUBUK MULTI-ZAT-GIZI-MIKRO OLEH BALITA KELUARGA MISKIN Dl JAKARTA UTARA

ACCEPTABILITY OF MULTIPLE-MICRONUTRIENT POWDERS BY UNDER-FIVES OF POOR FAMILIES IN NORTH JAKARTA

Nurfi ~friansyah', ~ermina', Ema ~uciasari', Yurisfa farmanesari', Noviafi ~uada', Abas 8. ~ahari'

ABSTRACT Background: The final of three steps in developing the Indonesia Multiple-Micronutrient Powders (MMP) called TABURIA was to evaluate its effectiveness in improving the nutritional status of under-fives under programmatic setting. Together with execution of the final step, it was also necessary to conduct the subject's perception, satisfaction, and expectation toward TABURIA. Objectives: To find-out the acceptability of under-fives' mothers toward TABURIA. Methods: We assessed the acceptability of TABURIA for under-fives of poor families in North Jakarta. This under-fives beneficiaries of the MMP project participating in 'the Effectiveness of TABURIA on Growth and Hemoglobin Concentration Study" were surveyed about the acceptability of TABURIA (n = 464). Acceptability of the MMP was evaluated based on mothers' perceptions and experiences with organoleptic qualities, ease of use, perceived satisfaction, and expectation. The median Likert scale ranking of organoleptic and use qualities for TABURIA was "I liked it" (3 on a scale of 1-5). However, responses to open- ended survey questions and semi-structured interviews showed decided preferences. Results: TABURIA was strongly preferred by under-fives. In interviews, most of mothers expressed like of the texture, color, odor, and taste of TABURIA; they found it practical to get, store and prepare, and reported the satisfaction and expectation with it. Conclusions: Most of under-fives' mothers were very like TABURIA product. They stated TABURIA was simple to use, more preferred it than the other consumed supplement products, willing to pay if it will be sold to the free market: they preferred to pay it maximum Rp 500 per sachet. They required TABURIA, especially for generating their children appetite. [Panel Gizi Makan 2009;32(?): 22-36]

Key words: Multiple-Micronutrient Powders (MMP), acceptability, under-fives

PENDAHULUAN

A nemia defisiensi besi (ADB) adalah salah satu faktor risiko utama disabilitas dan kematian di dunia,

yang mempengaruhi sekitar dua milyar orang. Prevalensi anemia pada anak-anak < 4 tahun di negara-negara berkembang diperkirakan sebesar 46-66 persen. separuhnya diduga merupakan ADB.' Di Indonesia, prevalensi anemia pada anak- anak 1-4 tahun sebesar 27,7 persen.'

Di dunia berkembang, ada beberapa pendekatan yang tersedia untuk mengurangi ADB pada anak-anak: diversifikasi makanan untuk memasukkan makanan yang kaya zat besi absorbable. fortifikasi bahan makanan pokok (seperti tepung terigu), dan penyediaan suplemen zat besi. Ketika strategi diversifikasi atau fortiikasi tidak feasible secara logistik atau ekonomi (sukar menyediakan tanpa

menggunakan sejumlah besar makanan hewani yang mahal bagi masyarakat miskin, misalnya hati), suplementasi terhadap individu dan kelompok berisiko merupakan strategi alternatif. Selama 2 150 tahun silam, sirup femus suphate oral dijadikan sebagai strategi utama untuk mengontrol ADB pada bayi dan anak-anak ba~i ta.~ Namun, daya terima sirup zat besi tidak baik karena mempunyai efek samping yang signifikan, seperti sisa rasa sirup menyerupai logam yang tidak menyenangkan, noda gelap sirup yang tertinggal pada gigi anak dan keadaan yang tidak menyenangkan di dalam pemt.' Oleh karena itu, suatu solusi teknologi inovasi baru yang dinamakan sprinkles teiah dikembangkan untuk menurunkan biaya dari pola makan bergizi seimbang

1 Puslimang Glzi dm Makanan, Badm L'marq Kerehafan. Depker RI

22

PGM 2009;32(1): 22-36 Akseptabilifas bubuk mum zaf gizi mikro Nub AMansyah, dkk

(didasarkan atas zat-zat gizi makro dari pola makan lokal) dengan cara menyediakan zat-zat gizi yang hilang dalam bentuk bahan kimia murah dengan menggunakan wahana yang 'adapted'.

Sprinkles adalah campuran vitamin dan mineral yang didesain untuk ditambahkan ke dalam makanan rumah yang sudah disiapkan. Sprinkles didistribusikan dalam bungkus kecil dan dapat dianggap sebagai "tablet yang tidak dipadatkan." Teknologi tersebut telah dikenal baik lebih dari 10 tahun lalu dan bahkan lebih sederhana dari teknologi untirk tablet, sebab tahap kompresi tidak dibutuhkan. Zat gizi yang tidak enak, khususnya zat besi, dapat di-enkapsulasi untuk meminimkan masalah rasa dan memastikan daya terima konsumen yang baik. Sprinkles potensial dapat diproduksi di banyak negara berkembang dengan infrastruktur industri yang minim.

Salah satu kegiatan the Japan Funds for Povefty Reduction Project di Indonesia ialah mengembangkan multiple- micronutrient powders (MMS) yang dinamakan TABURIA. Tujuan utama pengembangan TABURIA adalah untuk membantu anak-anak balita dari keluarga miskin agar makanan yang mereka konsumsi memiliki kualitas gizi tinggi dengan membubuhkan TABURIA secara mudah dengan ditaburkan di atas makanan semi-padat yang disiapkan di ~mahtangga saat makan utama selama sehari. Formula itu dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Departemen Kesehatan.

Proses pengembangan TABURIA terdiri dari tiga tahap. Pertama ialah pengembangan skala iaboratorium untuk memformulasikan TABURIA, yakni menguji daya-tahan simpan, keamanan dan daya- terimanya. Kedua adalah menguji efikasinya dalam memperbaiki status gizi anak-anak balita pada skala percobaan. Terakhir ialah menilai keefektifannya dalam memperbaiki status gizi anak-anak balita pada skala program.

Menjelang tahap akhir dalam pengembangan TABURIA juga untuk melakukan suatu riset yang berhubungan dengan orang yang mengonsumsinya. Bagaimana TABURIA akan dirasakan subjek? Riset ini meneliti aspek persepsi, kepuasan, dan ekspektasi konsumen terhadap TABURIA.

TUJUAN Memperoleh penepsi, kepuasan,

dan ekspektasi konsumen (subjek) terhadap distribusi of TABURIA.

METODE I. Desain

Studi 'nested cross-sectional' ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan evaluasi kedua penelitian 'the Effectiveness of TABURIA on Growth and Hemoglobin Concentration among Under- fives of Poor Families in North ~akarta."~

2. Area Studi dilakukan dalam bulan

November 2008 pada masyarakat di Wilayah Jakarta Utara. Penelitian ini mencakup 3 area Puskesmas Kecamatan Cilincing, Koja, dan Penjaringan, yang masing-masing meliputi 3 Puskesmas Kelurahan. Jadi, sebanyak 9 Puskesmas Kelurahan dicakup oleh studi ini, yang meliputi Marunda, Kali Baru, Rorotan. Rawa Badak Utara, Rawa Badak Selatan. Tugu Selatan, Pejagalan, Kamal Muara, dan Penjaringan 1.

3. Subjek dan Jumlah Subjek Partisipan atau subjek penelian ini

adalah ibu-ibu dari anak-anak usia 6-59 bulan. Selama studi. sejumlah 464 dari 540 ibu-ibu yang berpartisipasi dalam penelitian "the Effectiveness of TABURIA on Growth and Hemoglobin Concentration among Under-fives of Poor Families in North ~akarta"' diiawancarai. Alasan mengapa tidak semua ibu (540) dapat berpartisipasi dalam studi ini ada pada laporan akhir 'the Effectiveness studyn.'

4. Cara Pengumpulan Data Dengan persetujuannya, ibu-ibu

diundang ke fasilitas-fasilitas umum (Posyandu, kantor kelurahan) atau dikunjungi ke rumah mereka, dan diiawancarai dengan menggunakan kombinasi kuesioner terstruktur dan semi- terstruktur. Data yang dikumpulkan dalam kuesioner berkaitan dengan tujuan-tujuan khusus penelitian ini.

5. Kontrol Kualitas Data Kegiatan kontrol kualias data

dilakukan melalui: a. Standardisasi staf lapangan dan tim

studi melalui pelatihan khusus. Semua staf lapangan yang bertanggung jawab terhadap

PGM XKK);32(1): 22-36 Aksepfsbiliias bubuk muHi zel gizi mikm Nud Af~iamyah, dkk

pengumpulan data mendapat HASIL DAN BAHASAN pelatihan. Karakteristik Sosek Ayah dan lbu

b. Uji akurasi dan presisi dilakukan Kebanyakan (68,4%) kepala selama pelatihan. keluaraa (KK) berpendidikan s tamat

~ e k o l i h Menengah ~ertama (SMP), 303 6. Manalemen Data persen berpendidikan Sekolah Menengah

Pembersihan data dilakukan tiao Atas (SMA), dan hanva sebaaian kecii selesai proses pemasukan data ke yang tamat perguruan. tinggi. Mayoritas komputer dengan mengecek: (1) nilai (79,7%) ~ b u dari balia juga berpendidikan S ekstrem dan informasi tidak konsisten lain SMP (Tabel 1). Ini menunjukkan bahwa yang mungkin ada. (2) pemasukan ganda tingkat pendidikan orangtua balita sampel dari 10 persen formulir data yang sudah masih tergolong rendah. dimasukkan ke komputer oleh inputer Mayoritas (72,5%) KK bekerja di berbeda. sektor yang berpendapatan tidak tetap dan

11.8 persen tidak bekeja. Hanya 15.7 7. Pengolahan dan Analisis Data persen KK yang memiliki penghasilan tetap

~ ~ t a kuantitatif dianalisis dengan sebagai pegawai negeri dan tentaralpolisi. menggunakan program SPSS, sedangkan Sebaliknya, ProPorsi terbesar ibu balita data kualitatii dianalisis secara manual. tidak bekerja. Data disajikan berupa sebaran menurut variabel.

Tabel I Karakteristik Soslal Ekonomi Orangtua Balita Sampel

Kepala Keluarga (Ayah)

Ibu Karakteristik Sosial Ekonomi

n % n %

Tlngkat Pendldlkan

Tidak sekolah

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Tamat perguruan tinggi (PT)

Jenls Pekerjaan

PNS, tentaralpolisi

Pegawai swasta

Pedaganglmembuka warung

Buruh pabrik dan buruh bangunan

Nelayan

Sektor informal lain*

Tidak bekerja (ibu rumahtangga)

Lainnva

Selama penelitian peneliti TABURIA. Peneliti menanyakan tentang menanyakan tentang persepsi, kepuasan, persepsi ibu-ibu terhadap formulasi dan dan ekspektasi subjek terhadap distribusi kemudahan dalam mempemleh.

24

PGM 2009:32(1): 2236 Akse&biIW bubuk mum zaf gizi mikm Nulfi Afriansyah, dkk

menggunakan 8 menyimpan TABURIA: kepuasan ibu-ibu terhadap pemilihan. keinginan mernbayar TABURIA, dan para pengguna potensialnya. Peneliti juga menanyakan tentang ekspektasi ibu-ibu terhadap harga, cara dan tempat jual yang disukai untuk mendapatkan TABURIA.

1. Persepsl terhadap formulasi dan kemudahan dalam rnemperoleh, menggunakan 8 menyimpan TABURIA

a. Formulas1 Respons terhadap fonulasi bubuk

TABURIA positif berkenaan dengan dampak penambahan TABURIA pada

makanan rumah siap-santap (perubahan dalam bentuk, wama, aroma atau rasa). Sebagian besar ibu rnengatakan, mereka menyukai bentuk, warna, aroma dan rasa bubuk TABURIA; rata-rata 88 persen. Itu berarti hanya terdapat 3.9-6.5 persen ibu- ibu di tiga Puskesmas Kecamatan yang menyatakan bahwa anak-anak mereka tidak menyukai bubuk TABURIA [Gambar la. lb, dan lc]. Daya terima pada studi ini lebih baik daripada penelitian Zlotkin et aB yang melaporkan bahwa 16 persen ibu-ibu memiliki masalah dalam pemberian sprinkles kepada anak-anaknya (anak- anak tidak mau makan makanan yang telah dibubuhi sprinkles).

Gambar l a PerSepsi Ibu-Ibu terhadap Formulas1 TABURIA

di Puskesmas Kecamatan Cilincing

100 90 80 70 60

% 50 40 30

20

10 0

HSuka

H ndak

Bentuk

9 5 3

4,5

Warna

95,5

4,5

Aroma

94,3

6 7

Rasa

97,s

2,s

PGM 2009:32(1): 2236 Akseptebilif~s bubuk muni zaf gin' mikm Nuffi AMansyah, dkk

Gambar I b Persepsi lbu-ibu terhadap Formulasi TABURIA

di Puskesmas Kecamatan Koja

Gambar I c Persepsi lbu-ibu terhadap Formulasi TABURIA

di Puskesmas Kecamatan Penjaringan

Ketika kita tanyakan mengapa ibu- 261. Namun, ada beberapa keluhan ibu menyukai formulasi bubuk TABURIA, berkenaan dengan aroma bubuk TABURIA mereka lebih merasakan bahwa bentuk [Gambar 2cj. Ini berbeda dengan respons bubuk mudah digunakan, warna dan ibu-ibu pada studi Christofides et a t yang aromanya tidak banyak berubah, melaporkan bahwa 'sprinkles' tidak sedangkan rasa dari makanan rumah siap- membuat banyak perubahan dalam warna, santap yang sudah ditambahkan bubuk rasa atau tampilan makanan. TABURIA agak manis [Gambar 2a, 2b, 2c,

F'GM 2009;32(1): 2236 Akseptabilitas bubuk mum zet giz; mikm Nud Ahimyah, dkk

Gambar Za Alamn lbu lbu Menyukal Bentuk Bubuk TABURIA dl Puskesmas Kecamatan Clllnclng,

Koja, dan Penjaringan

Gambar Zb Alasan lbu-lbu Menyukal Wama Bubuk TABURIA d l Puskesmas Kecamatan Cilincing,

Koja, dan Penjaringan

Warna makanan yg dltaburi Taburia tak banyak berubah

Dapat diterlma apa adanya

Warna makanan yg di iburl Taburia agak berubah

OTak dapat menjelaskan

50

44

0.7

5.3

65

24.3

5

5.7

68.6

19.9

5.8

5.8

PGM 2009;32(1): 2236 aksepfabil&s bubuk muti 16fgizimikm Nufi Afriansyah, dkk

Gambar 2c Alasan ibu-ibu Menyukai Aroma Bubuk TABURIA di Puskesmas Kecamatan Cilincing,

Koja, dan Penjaringan

Koia I Peniaringan I

Gambar 2d Alasan Ibu-ibu Menyukai Rasa Bubuk TABURIA di Puskesmas Kecamatan Cilinclng,

Koja, dan Penjaringan

Wsa makanan yg dltaburi Taburia tak banyak berubah

Wsa makanan yg ditaburi Taburia agak manls

hpa t diterima apa adanya

DTak dapat menjelaakan

20.3

52.3

22.2

5.2

15.8

46.6

32.3

5.3

30.5

45

21.9

2.6

PGM 2009;32(1): 22-36 Aksepfabilitas bubuk muHi zat gizi mikm Nufi Afriansyah, dkk

b. Kemudahan dalam memperoleh, (> 92%) mengatakan, satu saset dosis- menggunakan, dan menyimpan tunggal TABURIA mudah untuk Secara umum, respons temadap memperoleh, menggunakan. dan

kemudahan dalam mendapatkan. menylmpannya atau tldak membutuhkan menggunakan, dan menyimpan TABURIA tempat penyimpanan khusus [Gambar 3a, juga positlf. Sebag~an besar ~bu-ibu 3b, dan 3cl

Gambar 3a

Mudah

Penepsi lbu-lbu terhadap Kemudahan dalam Memperoleh, Menggunakan, dan Menyimpan MMF-Taburia di Puskesmas Kecamatan Cilincing

Memperoleh Menggunakan Menyimpan

1. ~ u d a h I I 0 0 92.7 I I 0 0

100

1. Susa h I o I 7.3 o

. Susah I 0

Gambar 3b Penepsl lbu-lbu terhadap Kemudahan dalam Memperoleh, Menggunakan, dan

Menyimpan MMF-Taburia di Puskesmas Kecamatan Koja

99.4 100

0.6 0

POM 2009:32(1): 22-36 Akseptabilifrn bubuk mlti zal gizi m i h NurR Afdansyah, dkk

Gambar 3c Penepsi lbu-ibu tehadap Kemudahan dalam Memperoleh, Menggunakan, dan

Menyimpan MMF-Taburia d l Puskesmas Kecamatan KoJa

Mudah

Susah

2. Kepuasan terhadap pemilihan, keinginan membayar, dan para pengguna potensial

a. Pemilihan

Lebih banyak ibu yang mengatakan bahwa anak-anak mereka memiliki riwayat konsumsi produk berkategori serupa dengan TABURIA daripada yang mengatakan tidak mempunyai riwayat konsumsi, kecuali ibu-ibu dari Puskesmas Kecamatan Koja. Ibu-ibu dari Koja yang

anak-anaknya pemah dan tidak pernah mengonsumsi produk berkategori serupa dengan TABURIA adalah sebanding [Gambar 41. Dari anak-anak yang memiliki riwayat konsumsi ini, sebagian besar mengonsumsi vitaminlsuplemen berbentuk sirupldrop (seperti Curcuma Plus, Biolysine) dan emulsi (seperti Scott's emulsion, suplemen minyak ikan) [Gambar 51.

Memperoleh

100

0

Menggunakan

97.5

2.5

Menylmpan

100

0

PGM 2009:32(1): 2236 Akseptabiltas bubvk muAi zat gizimikm Nuni Ahiansyah, dkk

Gambar4 Riwayat konsumsi Keluarga akan Produk-produk Berkategori sentpa dengan MMF-

Taburia di Puskesmas Kecamatan Ciiincing, Koja dan Penjaringan

Gamhar 5 - - . . . - - . - Bentuk-bentuk Produk VitaminlSuplemen Lain yang Pernah Dikonsumsi

di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Koja dan Penjaringan

PGM 2009;32(1): 22-36 Akseptabiiilas bubuh mum zaf gizi mihm Nun7 Ammyah, dkk

Ketika kita tanyakan mana yang ibu- fisik nyata pada anak-anak (nafsu-makan ibu lebih sukai antara bubuk TABURIA dan meninqkat, lebih ceria) dibandingkan bentuk lain produk vitamin/suplemen yang produk-produk s e ~ p a lain: Mereka m&sa oemah dikonsumsi. mereka merasa TABURIA lebih mudah diaunakan lGambar - YABURIA lebih memperlihatkan perubahan 61.

--...- ". - MMF-Taburia Dibandingkan dengan Bentuk-bentuk Produk VitaminISuplemen Lain

yang Pernah Dikonsumsi d i Puskesmas Kecamatan Cilincing, Koja dan Penjadngan

8 Lebih banyak perubahan flslk yg tampak

8 Lebih mudah memperolehnya

0 Gratis mendapatkannya

Sama saja pengaruhnya

8 Kurang suka

b. Keinginan membayar ada sejumlah cukup besar ibu yang Bila TABURIA akan dijual sebagai menyatakan tidak ingin membeli TABURIA.

produk yang dipasarkan secara komersial, terutama di Puskesmas Kecamatan sebagian besar ibu mengatakan bahwa Penjaringan [Gambar 71. Ini mungkin mereka berkeinginan untuk membayarf disebabkan oleh status kecamatan yang membeli; rata-rata 2 80 persen dari ibu-ibu memiliki sebagian besar keluarga miskin di tiga Puskesmas Kecamatan. Namun. daripada kecamatan-kecamatan lain.

61.7

I 0

3.3

11.7

I .7

66.7

5.3

4

17.3

4

65.7

10

2.9

14.3

1 A

PGM 2009:32(1): 22-36 Aks8ptsbiiilss bubuk multi zsf gizi mikm Nurh Ahiansyah, dkk

Gambar 7 Keinginan Membayar MMF-Taburia d i Puskesmas Kecamatan Cilincing,

Koja dan Penjaringan

c. Para pengguna potensial besar ibu merasa bahwa mereka Riset ini menunjukkan bahwa ada membutuhkan TABURIA [Gambar 81,

permintaan (demand) untuk TABURIA di terutarna untuk tujuan mernbangkikan tiga Puskesmas Kecamatan. Sebagian nafsu makan anak-anaknya.

Gambar 8 Permintaan terhadap MMF-Taburia d i Puskesmas Kecamatan Ciiincing,

Koja dan Penjaringan

33

PGM 2009:32(1): 22-36 AhseptabiIifas bubuk muni zlaf gizi mikm Num Ahiansyah, dkk

3. Ekspektasi terhadap harga, pola (saset) dan paket besar (boks) [Gambar dan tempat jual yang dlsukal 101. Jika TABURIA akan dijual berbentuk

a. Harga dan pola jual yang disukai paket besar, ibu-ibu lebih suka Para ibu mau membeli TABURIA. memperolehnya tiga puluh saset per boks

Mereka lebih suka membayarnya [Gambar 1 I]. maksimum Rp 500 per saset [Gambar 91, yang dapat di-order dalam bentuk eceran

Gambar 9 Harga Jual yang Disukai (per SacheVRp) untuk memperoleh MMF-Taburia d l

Puskesmas Kecamatan Cilincing, Koja dan Penjaringan

Gambar 10 Pola Jual yang Disukai untuk memperoleh MMF-Taburia d i Puskesmas Kecamatan

Cilincing, Koja dan Penjaringan

PGM 2009;32(1): 22-36 Akseptabilifas bubuk rnu#izatgizi rnikro Nufi Afriansyah, dkk

Gambar 11 Jumlah yang Disukai per Boks MMF-Taburia d l Puskesmas Kecamatan Cilincing,

Koja dan Penjaringan

b. Tempat jual yang dlsukai

Untuk area distribusi pemasaran, sekitar 65 persen ibu-ibu suka menerima TABURIA melalui fasilitas pelayanan non- kesehatan, seperti toko obat, apotek, dan warung. Itu karena sistem 'delivery' tersebut memungkinkan ibu-ibu mengakses TABURIA kapan pun mereka butuhkan.

KESIMPULAN 1. Sebagian besar ibu merasa bahwa

bentuk-ukuran, warna, gambar, dan informasi gizi dari TABURIA sudah sesuai. Mereka juga menyukai bentuk, warna, aroma, dan rasa bubuk TABURIA. ibu-ibu lebih merasa bentuk bubuk TABURIA mudah digunakan, aromanya tidak banyak berubah, dan rasa dari makanan rumah siap-santap yang sudah dibubuhi TABURIA agak manis. Sebagian besar ibu mengatakan TABURIA mudah diperoleh, digunakan, dan disimpan atau tidak membutuhkan tempat khusus.

perubahan fisik nyata pada anak- anak (nafsu-makan meningkat, lebih cerialriang) dibandingkan dengan produk-produk lain yang serupa, dan lebih mudah digunakan. Sebagian besar ibu berkeinginan membeli bila TABURIA akan dijual sebagai produk yang dipasarkan secara komersial. Sebagian besar ibu membutuhkan TABURIA, khususnya untuk membangkitkan nafsu makan anak- anak mereka.

3. Ibu-ibu mau membeli TABURIA. Mereka ingin membelinya maksimum Rp 500 per saset, yang dapat di- order dalam bentuk eceran (saset) dan paket besar (boks). Jika TABURIA akan dijual dalam paket besar, ibu-ibu lebih suka mernperolehnya tiga puluh saset per boks. Untuk area distribusi pemasaran, ibu-ibu suka menerimanya melalui fasilitas pelayanan non-kesehatan, seperti apotek, warung, dan toko obat. Itu karena sistem 'delivery' tersebut memungkinkan ibu-ibu untuk

~ ~

2. Lebih banyak ibu yang menyatakan mengakses TABURIA kapan pun

bahwa mereka lebih menyukai bubuk mereka butuhkan.

TABURIA daripada bentuk lain dari produk vitamin/su~lernen vana RUJUKAN , - pernah dikonsums;. Itu karena 1. Stoltzfus RJ, Mullany L. Black RE. TABURIA lebih memperlihatkan Iron deficiency anaemia.

PGM 2009;32(1): 2236 Aks@abiMss bubuk rnvlb'zel gni mikm NIM Afriansyah, dkk

Comparative quantification of health risks: global and regional burden of disease attributable to selected major risk factors. World Health Organization 2005;l: 163-209.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. 2008.

3. Andres NC. Disorders of iron metabolism. N Eng J Med 1999;341: 1986-95.

4. Christofides A. Schauer C, Sharieff W, and Zlotkin SH. Acceptability of micronutrient sprinkles: A new food- based approach for delivering iron to First Nations and Inuit Children in

Northern Canada. Chronic Diseases in Canada 2005;26: 114-20.

5. Jahari AB, Sumarno I, lrawati A, Hidayat TS, Tjukarni T, Prihatini S, et al. The Effectiveness of TABURIA on Growth and Hemoglobin Concentration among Under-fives of Poor Families in North Jakarta. Final Report. Jakarta: Directorate of Community Nutrition and Center for R&D in Nutrition & Food. Ministry of Health. 2008.

6. Zlotkin SH, Arthur P, Antwi KY. Yeung G. Treatment of anemia with microencapsulated ferrous fumarate plus ascorbic acid supplied as 'sprinkles' to complementary (weaning) foods. Am J Clin Nutr 2001;74: 791-5.