dm dan ibadah puasa
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
1/14
STUDI KASUS
FARMAKOTERAPI
DIABETES MELITUS DENGAN IBADAH PUASA
DAN
DIABETES MELITUS DENGAN NEUROPATI DIABETIK
KELOMPOK 5:
DEWI MUHTIANI
IRMAYANTI
MAGFIRAH
INCE AGUS NURCHOLIS
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2014
-
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
2/14
BAB I
PENDAHULUAN
Ibadah puasa selama Ramadhan merupakan hal wajib bagi umat Islam. Pengidap
penyakit kronis seperti kencing manis memang dapat mengganti puasa yang
ditinggalkan selama Ramadhan di bulan lain atau membayar fidiah. Meski demikian,
tidak sedikit yang merasa sayang meninggalkan puasa Ramadhan. Dalam artikel ini
penulis ingin menjelaskan bahwa sebenarnya penderita kencing manis dapat
menjalankan ibadah puasa sebagaimana layaknya orang normal, tentunya dengan syarat
dan ketentuan yang berlaku. Sebelum melangkah lebih jauh, marilah kita mengenal
lebih dekat apa itu kencing manis secara garis besar.
Diabetes melitus (DM) atau yang dikenal masyarakat luas dengan sebutan
kecing manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik kadar
gula darah tinggi yang terjadi karena kelainan produksi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya (American Diabetes Association 2010). Pasien dengan DM memiliki tiga
gejala klasik yaitu polifagia (banyak makan) polidipsia (sering merasa haus) dan
poliuria (sering buang air kecil) disertai dengan berkurangnya berat badan yang tidak
jelas apa penyebabnya.
Studi EPIDIAR (Epidemiology of Diabetes and Ramadhan) yang meneliti
12.243 pasien diabetes dari 13 negara Islam mendapatkan 43% pasien diabetes melitus
(DM) tipe 1 dan 79% pasien DM tipe 2 berpuasa selama Ramadhan. Diperkirakan
terdapat 1,1 hingga 1,5 milyar penduduk muslim diseluruh dunia. Angka prevalensi
diabetes diseluruh dunia sekitar 4,6%, dan bila diproyeksikan ke hasil studi EPIDIAR
ini maka diperkirakan 40 50 juta diabetesi di seluruh dunia menjalankan puasa
Ramadhan setiap tahunnya.
Diabetesi yang berpuasa berisiko mengalami efek samping seperti hipoglikemia,
hiperglikemia dengan atau tanpa ketoasidosis dan dehidrasi. Risiko ini akan meningkat
pada periode berpuasa yang lama.3 Namun, tidak sedikit yang tetap ingin menjalani
puasa Ramadhan dan meminta saran terkait kondisi medisnya. Hal penting yang tidak
boleh dilupakan adalah bahwa peranan dokter bukan sebagai penentu atau pemberi
fatwa apakah seorang pasien boleh berpuasa atau tidak. Dokter hanya berperan memberi
-
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
3/14
pandangan dan panduan mengenai dampak puasa terhadap kondisi medis pasien.
Keputusan akhir apakah berpuasa atau tidak, dikembalikan kepada pasien sendiri.
-
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
4/14
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Diabetes Melitus dengan Ibadah Puasa
1. Perubahan Pada Diabetesi Saat Berpuasa
Banyak penelitian umumnya tidak mendapatkan masalah besar pada pasien
diabetes, baik DM tipe 2 maupun tipe 1 yang menjalani puasa. Asupan kalori
umumnya berkurang meski ada juga yang tidak berubah, dan didapatkan penurunan
berat badan selama puasa. Selain itu, tidak ditemukan perubahan berarti kadar
glukosa puasa dan HbA1c.
Efek Puasa terhadap Metabolisme Pasien Diabetes pada pasien DM tipe 1
dan kondisi defisiensi insulin berat akan terjadi proses glikogenolisis,
glukoneogenesis dan ketogenesis yang berlebihan. Kondisi ini pada akhirnya
menyebabkan hiperglikemia dan ketoasidosis yang dapat mengancam nyawa.
Selain itu, pasien-pasien diabetes memiliki neuropati otonom yang dapat
menyebabkan respons tidak adekuat terhadap kondisi hipoglikemia.
a.
Efek Terhadap Berat Badan
Studi EPIDIAR menunjukkan bahwa secara umum tidak terdapat perubahan
berat badan bermakna pada pasien diabetes yang berpuasa. Namun, ada laporan
yang menyebutkan peningkatan atau penurunan berat badan setelah berpuasa
Ramadhan. Tidak adanya asupan makanan atau minuman antara waktu sahur dan
waktu berbuka; seringnya pasien tidak membatasi jumlah atau jenis asupan
makanan saat malam; juga akibat pembatasan aktivitas harian selama berpuasa
karena kekawatiran hipoglikemia, tampaknya mungkin menjadi penyebab tidak
hanya menurunnya berat badan tetapi juga peningkatan berat badan.
b. Efek terhadap Kadar Glukosa
Beberapa studi menunjukkan tidak ada perubahan signifikan terhadap
kendali kadar glukosa. Variasi kadar glukosa mungkin disebabkan dari jumlah atau
jenis makanan yang dikonsumsi, keteraturan mengonsumsi obat, pola makan yang
tidak terkendali saat berbuka, atau menurunnya aktivitas fisik. Meski begitu, pasien
diabetes yang berpuasa tetap berisiko mengalami hipoglikemia, hiperglikemia
-
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
5/14
ataupun ketoasidosis. Studi EPIDIAR menunjukkan peningkatan risiko
hipoglikemia berat yang membutuhkan perawatan sekitar 4,7 kali lipat pada pasien
DM tipe 1 dan 7,5 kali lipat pada DM tipe 2. Di sisi lain, risiko hiperglikemia berat
meningkat sekitar 5 kali lipat pada pasien DM tipe 2 dan 3 kali lipat pada tipe 1.
c. Efek terhadap Profil Lipid
Beberapa studi menunjukkan tidak ada perubahan signifi kan profi l lipid.
Dilaporkan terdapat penurunan ringan kadar kolestrol total dan trigliserida dan
peningkatan kadar HDL, yang menunjukkan penurunan risiko kejadian
kardiovaskular.
2.
Resiko Terkait Puasa Pada Diabetesi
Studi EPIDIAR menemukan peningkatan komplikasi saat berpuasa.4,10
Beberapa risiko yang sering timbul pada diabetesi saat puasa antara lain
hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum, dan dehidrasi serta
trombosis.
a. Hipoglikemia
Menurut studi EPIDIAR dikatakan bahwa risiko hipoglikemia berat
meningkat sebesar 4,7 kali lipat pada pasien DM tipe 1 dan 7,5 kali lipat pada
pasien DM tipe 2. Hipoglikemia terjadi lebih sering pada pasien dengan perubahan
dosis antidiabetik oral dan insulin, dan pada pasien yang melakukan perubahan
gaya hidup signifikan selama puasa.
b. Hiperglikemia
Kondisi hiperglikemia sangat erat kaitannya dengan beragam komplikasi
baik mikrovaskular maupun makrovaskular. Banyak penelitian menemukan bahwa
pada pasien diabetes yang menjalani puasa, pengendalian kadar glukosa darah
dapat memburuk, membaik atau tidak berubah. Studi EPIDIAR menunjukkan
peningkatan lima kali lipat risiko hiperglikemia berat pada pasien DM tipe 2 dan
tiga kali lipat pada pasien DM tipe 1 yang menjalani puasa Ramadhan.
Diperkirakan kondisi hiperglikemi ini terjadi akibat pengurangan dosis pengobatan
yang berlebihan, yang sebenarnya dimaksudkan untuk mencegah hipoglikemia.
Juga pada pasien diabetes yang meningkatkan pola konsumsi selama bulan puasa.
c.
Ketoasidosis diabetikum
-
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
6/14
-
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
7/14
Dasar prtimbangan untuk memperbolehkan berpuasa, antara lain:
1)
Penilaian kondisi fisik
2) Penilaian kontrol metabolik;
3) penyesuaian prosedur diet untuk berpuasa dibulan Ramadhan;
4) penyesuaian regimen insulin dan dosis obat;
5)
anjuran untuk terus melakukan aktivitas fisik yang baik, dan6) identifikasi gejala dan tanda dehidrasi, hipoglikemia, dan komplikasi lain yang
mungkin timbul.
Ada lima hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pasien
diabetes yang menjalankan puasa, yakni (1) Tata laksana bersifat individual; (2)
Pemantauan teratur kadar glukosa darah; (3) Nutrisi tidak boleh berbeda dari
kebutuhan nutrisi harian; (4) olahraga tidak boleh berlebihan. Sholat tarawih (sholat
dengan jumlah rakaat yang cukup banyak) yang dilakukan setiap malam di bulan
-
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
8/14
Ramadhan, dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari bentuk olahraga yang
dianjurkan; dan (5) Membatalkan puasa. Pasien harus selalu diajarkan agar segera
membatalkan puasa jika terdapat gejala hipoglikemia (kadar glukosa darah < 60
mg/dL) atau bila dalam kondisi hiperglikemia. Pasien hendaknya lebih sering
memeriksa kadar glukosa darah, misalnya dalam 2 jam sesudah makan sahur. Puasa
sebaiknya dibatalkan jika kadar glukosa darah < 70 mg/dL dalam 1-2 jam awal
puasa, terutama bagi pasien yang menggunakan insulin, sulfonilurea pada saat
sahur.
Beberapa petunjuk umum yang perlu diperhatikan bagi pasien diabetes yang
berpuasa adalah:
1)
Perencanaan makan, jumlah asupan kalori sehari selama bulan puasa kira-kira
sama dengan jumlah asupan sehari-hari yang dianjurkan sebelum puasa.
Pengaturan selama bulan Ramadhan adalah dalam hal pembagian porsi, 40%
dikonsumsi saat makan sahur, 50% saat berbuka dan 10% malam sebelum tidur
(sesudah sholat tarawih).
2) Makan sahur sebaiknya dilambatkan.
3) Lakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan wajar seperti biasa. Dianjurkan
beristirahat setelah sholat dzuhur (siang hari).
b. Tata Laksana Puasa Pasien DM Tipe 1
Pasien DM tipe 1 memiliki risiko sangat tinggi saat berpuasa Ramadhan.
Risiko ini makin meningkat pada pasien dengan kadar glukosa buruk, atau mereka
yang terbatas aksesnya ke pelayanan kesehatan, adanya hipoglikemia yang tidak
disadari, atau riwayat perawatan di rumah sakit yang berulang. Saran tepat bagi
mereka dengan diabetes tipe 1 adalah anjuran untuk tidak berpuasa, namun
diperkirakan sekitar 43% pasien DM tipe 1 tetap berpuasa Ramadhan. Jika pasien
memutuskan untuk berpuasa Ramadhan, sebaiknya mereka menggunakan terapi
insulin dalam rejimen basal bolus dan rutin memeriksa kadar glukosa darah.
Laporan 15 orang pasien diabetes tipe 1 yang menjalani puasa menyebutkan
penggunaan insulin glargin hanya menyebabkan sedikit kasus hipoglikemia.
Perbaikan kendali kadar glukosa dan penurunan risiko hipoglikemia lebih banyak
dijumpai pada penggunaan insulin lispro bila dibandingkan dengan regular human
insulin.
-
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
9/14
c. Tata Laksana Puasa pada Pasien DM Tipe 2
Pasien Terkendali dengan Diet
Kelompok pasien ini merupakan kelompok risiko rendah yang diharapkan
dapat menjalani puasa Ramadhan tanpa masalah. Asupan kalori dalam
beberapa porsi kecil daripada hanya satu porsi besar akan membantu
mengurangi hiperglikemia post-prandial. Kebutuhan cairan hendaknya
dicukupi untuk mencegah risiko dehidrasi dan risiko trombosis.
Pasien dalam terapi obat hipoglikemik oral
Metformin
Pasien dengan terapi metformin diharapkan dapat menjalani puasa mengingat
risiko hipoglikemianya kecil. Namun, pasien dianjurkan mengubah waktu
mengonsumsi obat dengan saran sepertiga dosis diberikan saat sahur dan dua
pertiga dosis saat berbuka.
Tiazolidinedion
Penggunaan kelompok obat ini diketahui tidak menyebabkan kejadian
hipoglikemia meski dapat memperkuat efek hipoglikemik golongan
sulfonilurea, glinid, dan insulin. Tidak diperlukan penyesuaian dosis selama
berpuasa Ramadhan.
Sulfonilurea
Kelompok obat ini diketahui sering berkaitan dengan kejadian hipoglikemia
sehingga perlu hati-hati digunakan selama puasa Ramadhan. Penggunaan
glibenklamid dikaitkan dengan risiko hipoglikemia yang lebih besar
dibandingkan sulfonilurea generasi kedua lain seperti gliklazid, glimepirid dan
glipizid. Belkhadir dkk mendapati penggunaan glibenklamid aman pada 591
pasien diabetes yang berpuasa. Laporan lain menyebutkan penggunaanglimepirid pada 332 pasien diabetes yang berpuasa Ramadhan hanya
menyebabkan kejadian hipoglikemia sebesar 3% pada pasien yang baru
terdiagnosis dan 3,7% pada pasien yang telah diterapi.
Penyesuaian dosis bersifat individual dengan menimbang besar kecilnya risiko
hipoglikemia. Misalnya, pasien dengan sulfonilurea kerja panjang misalnya
glimepirid sekali sehari, selama puasa Ramadhan dianjurkan mengubah waktu
minum obatnya menjadi saat berbuka puasa. Dosis disesuaikan dengan
-
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
10/14
penilaian terhadap kadar glukosa darah pasien dan risiko hipoglikemia. Pada
penggunaan sulfonilurea dua kali sehari, disarankan setengah dosis diberikan
pada saat sahur, dan dosis biasa pada saat berbuka.
Glinid
Kelompok obat ini diketahui memiliki risiko hipoglikemia rendah karena sifat
kerjanya yang pendek. Dapat digunakan dua kali sehari yakni pada saat sahur
dan saat berbuka puasa.
Penghambat alfa glukosidase
Kelompok obat ini tidak dikaitkan dengan kejadian hipoglikemia sehingga
aman digunakan selama puasa Ramadhan yakni pada saat sahur dan pada saat
berbuka puasa.
Terapi berbasis inkretin
Kelompok obat ini misalnya penghambat enzim DPP-4 (dipeptidyl peptidase-
4) dan analog GLP-1 (glucagon-like peptide-1) tidak dikaitkan dengan kejadian
hipoglikemia sehingga aman digunakan selama puasa Ramadhan. Tidak
dibutuhkan penyesuaian dosis namun risiko hipoglikemia akan tinggi bila
dikombinasikan dengan sulfonilurea.
Pasien dalam Terapi Insulin
Saran umum bagi pasien pengguna insulin kerja panjang (misalnya, glargin dan
detemir) adalah mengurangi dosis sebesar 20% untuk mengurangi risiko
hipoglikemia. Kelompok insulin kerja panjang ini disarankan diberikan dengan
makan saat berbuka puasa. Insulin kerja cepat preprandial tetap dapat diberikan
selama berpuasa, tanpa dosis siang hari. Untuk insulin kerja campuran
(premix), dosis pagi hari diberikan pada saat berbuka dan setengah dosis
malam hari diberikan pada saat sahur.
Panduan tata laksana pasien diabetes selama berpuasa Ramadhan. Hal
penting yang harus diperhatikan, bahwa pengelolaan pasien diabetes bersifat
individual sehingga penilaian yang didasarkan dari kendali kadar glukosa darah dan
risiko hipoglikemia tetap memegang peranan penting.
-
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
11/14
B.
Diabetes Melitus dengan Retinopati Diabetik
Diabetes Retinopati adalah gangguan pembuluh darah di retinapada pasien
yang mengidap diabetes mellitus. Ini merupakan penyebab utama kebutaan baru
pada orang dewasa bekerja di negara-negara berkembang, termasuk Singapura.
1. PenyebabDiabetes Retinopati
Diabetes Retinopati pertama kelihatan setelah berkembang secara perlahan-
lahan selama beberapa tahun sebagai Retinopati Background, yang merupakan
tahap awal diabetik retinopati. Pada tahap awal ini, bintik darah kecil atau
kumpulan lemak tampak pada retina.
Retinopati proliferatif berkembang dari retinopati background dan
merupakan penyebab dari sebagian besar kebutaan pada diabetik. Pada kondisi ini,
pembuluh darah baru tumbuh pada permukaan retina dan saraf optik. Pembuluh
darah baru ini cenderung untuk pecah dan darah mengalir ke dalam rongga mata.
Luka pada jaringan pembuluh darah yang pecah dapat juga berkontraksi dan
http://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/Pages/how-the-eye-works.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/Pages/how-the-eye-works.aspx -
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
12/14
menarik retina, menyebabkan terlepasnya retina dan kebutaan. Pada beberapa
kasus, pembuluh darah baru dapat juga tumbuh pada iris mata dan menyebabkan
terbentuknya glaukoma,yang juga mengakibatkan kebutaan.Penglihatan mungkin
memburam secara bertahap yang sering kali tidak disadari. Kebocoran pembuluh
darah mengalir ke dalammakula mata, yaitu bagian retina yang bertanggung jawab
untuk penglihatan sentral (pusat), menyebabkan hilangnya penglihatan. Maka
dsarankan prosedur pemeriksaan angiografi flouresein fundus (FFA) untuk
membantu deteksi dini efek diabetik retinopati.
2. Resiko Diabetes Retinopati
Resiko diabetes retinopati meningkat seiring lamanya penyakit diabetes.
Sekitar 60% pasien dengan diabetes selama 15 tahun atau lebih mengalami
kerusakan pembuluh darah pada mata mereka. Beberapa pasien ini memiliki resiko
mengalami kebutaan.
3. Pencegahan Diabetes Retinopati
Mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah untuk mengurangi resiko
diabetes retinopati tetapi meskipun kadar gula darah terkontrol dengan baik, resiko
diabetes retinopati tidak sepenuhnya hilang.
4.
Pengobatan Diabetes Retinopati
Pengobatan laser digunakan untuk menutup atau mengangkat kebocoran
pembuluh darah yang tidak normal. Pancaran kecil energi laser dapat menutup
kebocoran pembuluh darah dan membentuk luka kecil di dalam mata. Luka ini
mengurangi pertumbuhan pembuluh darah baru dan menyebabkan pembuluh darah
muda yang ada mengkerut dan menutup. Pengobatan laser biasanya sebagai rawat
jalan. Pengobatan ini tidak membutuhkan persiapan khusus atau rawat inap.
Namun, pengobatan laser tidak dapat digunakan pada setiap pasien.Prosedur yang disebut vitrektomi, bersamaan dengan prosedur operasi lainnya
dibutuhkan untuk kasus-kasus kompleks dimana terjadi pendarahan vitreous ke
dalam mata dan pembentukan jaringan luka. Deteksi dini melaluipemeriksaan mata
dan perawatan yang sesuai adalah kunci kesuksesan pengobatan.
http://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/common-problems/Pages/Retinal-Detachment.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/common-problems/Pages/Glaucoma.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/Pages/how-the-eye-works.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/Pages/mportance-of-eye-examination.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/Pages/mportance-of-eye-examination.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/Pages/how-the-eye-works.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/common-problems/Pages/Glaucoma.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/common-problems/Pages/Retinal-Detachment.aspx -
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
13/14
-
8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA
14/14
DAFTAR PUTAKA
Al-Arouj M, Bouguerra R, Buse J, Hafez S, Hassanein M, Ibrahim MA, et al. American
Diabetes Association recommendations for management of diabetes during
Ramadan: update 2010. Diabetes Care. 2010;33: 1895-902.
Hallak MH, Nomani MZA. Body weight loss and changes in blood lipid levels in
normal men on hypocaloric diets during Ramadan fasting. Am J Clin Nutr. 1988;
48:1197-210.
Karamat MA, Syed A, Hanif W. Review of diabetes management and guidelines during
Ramadan. J R Soc Med. 2010: 103: 139
47.
Subekti I. Berpuasa bagi pasien diabetes. Dalam: Syam AF, Setiati S, Subekti I. Tips
berpuasa Ramadan pada berbagai penyakit kronis. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006:27-37.
Salti I, Benard E, Detournay B, Bianchi-Biscay M, Le Brigand C, Voinet C, et al.
EPIDIAR study group. A population based study of diabetes and its
characteristics during the fasting month of Ramadan in 13 countries: Results of
the epidemiology of diabetes and Ramadan 1422/2001 (EPIDIAR) study.
Diabetes Care. 2004;27:230611.