dm dan ibadah puasa

Upload: irmayanti-ad

Post on 02-Jun-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    1/14

    STUDI KASUS

    FARMAKOTERAPI

    DIABETES MELITUS DENGAN IBADAH PUASA

    DAN

    DIABETES MELITUS DENGAN NEUROPATI DIABETIK

    KELOMPOK 5:

    DEWI MUHTIANI

    IRMAYANTI

    MAGFIRAH

    INCE AGUS NURCHOLIS

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS MIPA

    UNIVERSITAS TADULAKO

    PALU

    2014

  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    2/14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Ibadah puasa selama Ramadhan merupakan hal wajib bagi umat Islam. Pengidap

    penyakit kronis seperti kencing manis memang dapat mengganti puasa yang

    ditinggalkan selama Ramadhan di bulan lain atau membayar fidiah. Meski demikian,

    tidak sedikit yang merasa sayang meninggalkan puasa Ramadhan. Dalam artikel ini

    penulis ingin menjelaskan bahwa sebenarnya penderita kencing manis dapat

    menjalankan ibadah puasa sebagaimana layaknya orang normal, tentunya dengan syarat

    dan ketentuan yang berlaku. Sebelum melangkah lebih jauh, marilah kita mengenal

    lebih dekat apa itu kencing manis secara garis besar.

    Diabetes melitus (DM) atau yang dikenal masyarakat luas dengan sebutan

    kecing manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik kadar

    gula darah tinggi yang terjadi karena kelainan produksi insulin, kerja insulin, atau

    kedua-duanya (American Diabetes Association 2010). Pasien dengan DM memiliki tiga

    gejala klasik yaitu polifagia (banyak makan) polidipsia (sering merasa haus) dan

    poliuria (sering buang air kecil) disertai dengan berkurangnya berat badan yang tidak

    jelas apa penyebabnya.

    Studi EPIDIAR (Epidemiology of Diabetes and Ramadhan) yang meneliti

    12.243 pasien diabetes dari 13 negara Islam mendapatkan 43% pasien diabetes melitus

    (DM) tipe 1 dan 79% pasien DM tipe 2 berpuasa selama Ramadhan. Diperkirakan

    terdapat 1,1 hingga 1,5 milyar penduduk muslim diseluruh dunia. Angka prevalensi

    diabetes diseluruh dunia sekitar 4,6%, dan bila diproyeksikan ke hasil studi EPIDIAR

    ini maka diperkirakan 40 50 juta diabetesi di seluruh dunia menjalankan puasa

    Ramadhan setiap tahunnya.

    Diabetesi yang berpuasa berisiko mengalami efek samping seperti hipoglikemia,

    hiperglikemia dengan atau tanpa ketoasidosis dan dehidrasi. Risiko ini akan meningkat

    pada periode berpuasa yang lama.3 Namun, tidak sedikit yang tetap ingin menjalani

    puasa Ramadhan dan meminta saran terkait kondisi medisnya. Hal penting yang tidak

    boleh dilupakan adalah bahwa peranan dokter bukan sebagai penentu atau pemberi

    fatwa apakah seorang pasien boleh berpuasa atau tidak. Dokter hanya berperan memberi

  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    3/14

    pandangan dan panduan mengenai dampak puasa terhadap kondisi medis pasien.

    Keputusan akhir apakah berpuasa atau tidak, dikembalikan kepada pasien sendiri.

  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    4/14

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.

    Diabetes Melitus dengan Ibadah Puasa

    1. Perubahan Pada Diabetesi Saat Berpuasa

    Banyak penelitian umumnya tidak mendapatkan masalah besar pada pasien

    diabetes, baik DM tipe 2 maupun tipe 1 yang menjalani puasa. Asupan kalori

    umumnya berkurang meski ada juga yang tidak berubah, dan didapatkan penurunan

    berat badan selama puasa. Selain itu, tidak ditemukan perubahan berarti kadar

    glukosa puasa dan HbA1c.

    Efek Puasa terhadap Metabolisme Pasien Diabetes pada pasien DM tipe 1

    dan kondisi defisiensi insulin berat akan terjadi proses glikogenolisis,

    glukoneogenesis dan ketogenesis yang berlebihan. Kondisi ini pada akhirnya

    menyebabkan hiperglikemia dan ketoasidosis yang dapat mengancam nyawa.

    Selain itu, pasien-pasien diabetes memiliki neuropati otonom yang dapat

    menyebabkan respons tidak adekuat terhadap kondisi hipoglikemia.

    a.

    Efek Terhadap Berat Badan

    Studi EPIDIAR menunjukkan bahwa secara umum tidak terdapat perubahan

    berat badan bermakna pada pasien diabetes yang berpuasa. Namun, ada laporan

    yang menyebutkan peningkatan atau penurunan berat badan setelah berpuasa

    Ramadhan. Tidak adanya asupan makanan atau minuman antara waktu sahur dan

    waktu berbuka; seringnya pasien tidak membatasi jumlah atau jenis asupan

    makanan saat malam; juga akibat pembatasan aktivitas harian selama berpuasa

    karena kekawatiran hipoglikemia, tampaknya mungkin menjadi penyebab tidak

    hanya menurunnya berat badan tetapi juga peningkatan berat badan.

    b. Efek terhadap Kadar Glukosa

    Beberapa studi menunjukkan tidak ada perubahan signifikan terhadap

    kendali kadar glukosa. Variasi kadar glukosa mungkin disebabkan dari jumlah atau

    jenis makanan yang dikonsumsi, keteraturan mengonsumsi obat, pola makan yang

    tidak terkendali saat berbuka, atau menurunnya aktivitas fisik. Meski begitu, pasien

    diabetes yang berpuasa tetap berisiko mengalami hipoglikemia, hiperglikemia

  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    5/14

    ataupun ketoasidosis. Studi EPIDIAR menunjukkan peningkatan risiko

    hipoglikemia berat yang membutuhkan perawatan sekitar 4,7 kali lipat pada pasien

    DM tipe 1 dan 7,5 kali lipat pada DM tipe 2. Di sisi lain, risiko hiperglikemia berat

    meningkat sekitar 5 kali lipat pada pasien DM tipe 2 dan 3 kali lipat pada tipe 1.

    c. Efek terhadap Profil Lipid

    Beberapa studi menunjukkan tidak ada perubahan signifi kan profi l lipid.

    Dilaporkan terdapat penurunan ringan kadar kolestrol total dan trigliserida dan

    peningkatan kadar HDL, yang menunjukkan penurunan risiko kejadian

    kardiovaskular.

    2.

    Resiko Terkait Puasa Pada Diabetesi

    Studi EPIDIAR menemukan peningkatan komplikasi saat berpuasa.4,10

    Beberapa risiko yang sering timbul pada diabetesi saat puasa antara lain

    hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum, dan dehidrasi serta

    trombosis.

    a. Hipoglikemia

    Menurut studi EPIDIAR dikatakan bahwa risiko hipoglikemia berat

    meningkat sebesar 4,7 kali lipat pada pasien DM tipe 1 dan 7,5 kali lipat pada

    pasien DM tipe 2. Hipoglikemia terjadi lebih sering pada pasien dengan perubahan

    dosis antidiabetik oral dan insulin, dan pada pasien yang melakukan perubahan

    gaya hidup signifikan selama puasa.

    b. Hiperglikemia

    Kondisi hiperglikemia sangat erat kaitannya dengan beragam komplikasi

    baik mikrovaskular maupun makrovaskular. Banyak penelitian menemukan bahwa

    pada pasien diabetes yang menjalani puasa, pengendalian kadar glukosa darah

    dapat memburuk, membaik atau tidak berubah. Studi EPIDIAR menunjukkan

    peningkatan lima kali lipat risiko hiperglikemia berat pada pasien DM tipe 2 dan

    tiga kali lipat pada pasien DM tipe 1 yang menjalani puasa Ramadhan.

    Diperkirakan kondisi hiperglikemi ini terjadi akibat pengurangan dosis pengobatan

    yang berlebihan, yang sebenarnya dimaksudkan untuk mencegah hipoglikemia.

    Juga pada pasien diabetes yang meningkatkan pola konsumsi selama bulan puasa.

    c.

    Ketoasidosis diabetikum

  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    6/14

  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    7/14

    Dasar prtimbangan untuk memperbolehkan berpuasa, antara lain:

    1)

    Penilaian kondisi fisik

    2) Penilaian kontrol metabolik;

    3) penyesuaian prosedur diet untuk berpuasa dibulan Ramadhan;

    4) penyesuaian regimen insulin dan dosis obat;

    5)

    anjuran untuk terus melakukan aktivitas fisik yang baik, dan6) identifikasi gejala dan tanda dehidrasi, hipoglikemia, dan komplikasi lain yang

    mungkin timbul.

    Ada lima hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pasien

    diabetes yang menjalankan puasa, yakni (1) Tata laksana bersifat individual; (2)

    Pemantauan teratur kadar glukosa darah; (3) Nutrisi tidak boleh berbeda dari

    kebutuhan nutrisi harian; (4) olahraga tidak boleh berlebihan. Sholat tarawih (sholat

    dengan jumlah rakaat yang cukup banyak) yang dilakukan setiap malam di bulan

  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    8/14

    Ramadhan, dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari bentuk olahraga yang

    dianjurkan; dan (5) Membatalkan puasa. Pasien harus selalu diajarkan agar segera

    membatalkan puasa jika terdapat gejala hipoglikemia (kadar glukosa darah < 60

    mg/dL) atau bila dalam kondisi hiperglikemia. Pasien hendaknya lebih sering

    memeriksa kadar glukosa darah, misalnya dalam 2 jam sesudah makan sahur. Puasa

    sebaiknya dibatalkan jika kadar glukosa darah < 70 mg/dL dalam 1-2 jam awal

    puasa, terutama bagi pasien yang menggunakan insulin, sulfonilurea pada saat

    sahur.

    Beberapa petunjuk umum yang perlu diperhatikan bagi pasien diabetes yang

    berpuasa adalah:

    1)

    Perencanaan makan, jumlah asupan kalori sehari selama bulan puasa kira-kira

    sama dengan jumlah asupan sehari-hari yang dianjurkan sebelum puasa.

    Pengaturan selama bulan Ramadhan adalah dalam hal pembagian porsi, 40%

    dikonsumsi saat makan sahur, 50% saat berbuka dan 10% malam sebelum tidur

    (sesudah sholat tarawih).

    2) Makan sahur sebaiknya dilambatkan.

    3) Lakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan wajar seperti biasa. Dianjurkan

    beristirahat setelah sholat dzuhur (siang hari).

    b. Tata Laksana Puasa Pasien DM Tipe 1

    Pasien DM tipe 1 memiliki risiko sangat tinggi saat berpuasa Ramadhan.

    Risiko ini makin meningkat pada pasien dengan kadar glukosa buruk, atau mereka

    yang terbatas aksesnya ke pelayanan kesehatan, adanya hipoglikemia yang tidak

    disadari, atau riwayat perawatan di rumah sakit yang berulang. Saran tepat bagi

    mereka dengan diabetes tipe 1 adalah anjuran untuk tidak berpuasa, namun

    diperkirakan sekitar 43% pasien DM tipe 1 tetap berpuasa Ramadhan. Jika pasien

    memutuskan untuk berpuasa Ramadhan, sebaiknya mereka menggunakan terapi

    insulin dalam rejimen basal bolus dan rutin memeriksa kadar glukosa darah.

    Laporan 15 orang pasien diabetes tipe 1 yang menjalani puasa menyebutkan

    penggunaan insulin glargin hanya menyebabkan sedikit kasus hipoglikemia.

    Perbaikan kendali kadar glukosa dan penurunan risiko hipoglikemia lebih banyak

    dijumpai pada penggunaan insulin lispro bila dibandingkan dengan regular human

    insulin.

  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    9/14

    c. Tata Laksana Puasa pada Pasien DM Tipe 2

    Pasien Terkendali dengan Diet

    Kelompok pasien ini merupakan kelompok risiko rendah yang diharapkan

    dapat menjalani puasa Ramadhan tanpa masalah. Asupan kalori dalam

    beberapa porsi kecil daripada hanya satu porsi besar akan membantu

    mengurangi hiperglikemia post-prandial. Kebutuhan cairan hendaknya

    dicukupi untuk mencegah risiko dehidrasi dan risiko trombosis.

    Pasien dalam terapi obat hipoglikemik oral

    Metformin

    Pasien dengan terapi metformin diharapkan dapat menjalani puasa mengingat

    risiko hipoglikemianya kecil. Namun, pasien dianjurkan mengubah waktu

    mengonsumsi obat dengan saran sepertiga dosis diberikan saat sahur dan dua

    pertiga dosis saat berbuka.

    Tiazolidinedion

    Penggunaan kelompok obat ini diketahui tidak menyebabkan kejadian

    hipoglikemia meski dapat memperkuat efek hipoglikemik golongan

    sulfonilurea, glinid, dan insulin. Tidak diperlukan penyesuaian dosis selama

    berpuasa Ramadhan.

    Sulfonilurea

    Kelompok obat ini diketahui sering berkaitan dengan kejadian hipoglikemia

    sehingga perlu hati-hati digunakan selama puasa Ramadhan. Penggunaan

    glibenklamid dikaitkan dengan risiko hipoglikemia yang lebih besar

    dibandingkan sulfonilurea generasi kedua lain seperti gliklazid, glimepirid dan

    glipizid. Belkhadir dkk mendapati penggunaan glibenklamid aman pada 591

    pasien diabetes yang berpuasa. Laporan lain menyebutkan penggunaanglimepirid pada 332 pasien diabetes yang berpuasa Ramadhan hanya

    menyebabkan kejadian hipoglikemia sebesar 3% pada pasien yang baru

    terdiagnosis dan 3,7% pada pasien yang telah diterapi.

    Penyesuaian dosis bersifat individual dengan menimbang besar kecilnya risiko

    hipoglikemia. Misalnya, pasien dengan sulfonilurea kerja panjang misalnya

    glimepirid sekali sehari, selama puasa Ramadhan dianjurkan mengubah waktu

    minum obatnya menjadi saat berbuka puasa. Dosis disesuaikan dengan

  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    10/14

    penilaian terhadap kadar glukosa darah pasien dan risiko hipoglikemia. Pada

    penggunaan sulfonilurea dua kali sehari, disarankan setengah dosis diberikan

    pada saat sahur, dan dosis biasa pada saat berbuka.

    Glinid

    Kelompok obat ini diketahui memiliki risiko hipoglikemia rendah karena sifat

    kerjanya yang pendek. Dapat digunakan dua kali sehari yakni pada saat sahur

    dan saat berbuka puasa.

    Penghambat alfa glukosidase

    Kelompok obat ini tidak dikaitkan dengan kejadian hipoglikemia sehingga

    aman digunakan selama puasa Ramadhan yakni pada saat sahur dan pada saat

    berbuka puasa.

    Terapi berbasis inkretin

    Kelompok obat ini misalnya penghambat enzim DPP-4 (dipeptidyl peptidase-

    4) dan analog GLP-1 (glucagon-like peptide-1) tidak dikaitkan dengan kejadian

    hipoglikemia sehingga aman digunakan selama puasa Ramadhan. Tidak

    dibutuhkan penyesuaian dosis namun risiko hipoglikemia akan tinggi bila

    dikombinasikan dengan sulfonilurea.

    Pasien dalam Terapi Insulin

    Saran umum bagi pasien pengguna insulin kerja panjang (misalnya, glargin dan

    detemir) adalah mengurangi dosis sebesar 20% untuk mengurangi risiko

    hipoglikemia. Kelompok insulin kerja panjang ini disarankan diberikan dengan

    makan saat berbuka puasa. Insulin kerja cepat preprandial tetap dapat diberikan

    selama berpuasa, tanpa dosis siang hari. Untuk insulin kerja campuran

    (premix), dosis pagi hari diberikan pada saat berbuka dan setengah dosis

    malam hari diberikan pada saat sahur.

    Panduan tata laksana pasien diabetes selama berpuasa Ramadhan. Hal

    penting yang harus diperhatikan, bahwa pengelolaan pasien diabetes bersifat

    individual sehingga penilaian yang didasarkan dari kendali kadar glukosa darah dan

    risiko hipoglikemia tetap memegang peranan penting.

  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    11/14

    B.

    Diabetes Melitus dengan Retinopati Diabetik

    Diabetes Retinopati adalah gangguan pembuluh darah di retinapada pasien

    yang mengidap diabetes mellitus. Ini merupakan penyebab utama kebutaan baru

    pada orang dewasa bekerja di negara-negara berkembang, termasuk Singapura.

    1. PenyebabDiabetes Retinopati

    Diabetes Retinopati pertama kelihatan setelah berkembang secara perlahan-

    lahan selama beberapa tahun sebagai Retinopati Background, yang merupakan

    tahap awal diabetik retinopati. Pada tahap awal ini, bintik darah kecil atau

    kumpulan lemak tampak pada retina.

    Retinopati proliferatif berkembang dari retinopati background dan

    merupakan penyebab dari sebagian besar kebutaan pada diabetik. Pada kondisi ini,

    pembuluh darah baru tumbuh pada permukaan retina dan saraf optik. Pembuluh

    darah baru ini cenderung untuk pecah dan darah mengalir ke dalam rongga mata.

    Luka pada jaringan pembuluh darah yang pecah dapat juga berkontraksi dan

    http://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/Pages/how-the-eye-works.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/Pages/how-the-eye-works.aspx
  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    12/14

    menarik retina, menyebabkan terlepasnya retina dan kebutaan. Pada beberapa

    kasus, pembuluh darah baru dapat juga tumbuh pada iris mata dan menyebabkan

    terbentuknya glaukoma,yang juga mengakibatkan kebutaan.Penglihatan mungkin

    memburam secara bertahap yang sering kali tidak disadari. Kebocoran pembuluh

    darah mengalir ke dalammakula mata, yaitu bagian retina yang bertanggung jawab

    untuk penglihatan sentral (pusat), menyebabkan hilangnya penglihatan. Maka

    dsarankan prosedur pemeriksaan angiografi flouresein fundus (FFA) untuk

    membantu deteksi dini efek diabetik retinopati.

    2. Resiko Diabetes Retinopati

    Resiko diabetes retinopati meningkat seiring lamanya penyakit diabetes.

    Sekitar 60% pasien dengan diabetes selama 15 tahun atau lebih mengalami

    kerusakan pembuluh darah pada mata mereka. Beberapa pasien ini memiliki resiko

    mengalami kebutaan.

    3. Pencegahan Diabetes Retinopati

    Mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah untuk mengurangi resiko

    diabetes retinopati tetapi meskipun kadar gula darah terkontrol dengan baik, resiko

    diabetes retinopati tidak sepenuhnya hilang.

    4.

    Pengobatan Diabetes Retinopati

    Pengobatan laser digunakan untuk menutup atau mengangkat kebocoran

    pembuluh darah yang tidak normal. Pancaran kecil energi laser dapat menutup

    kebocoran pembuluh darah dan membentuk luka kecil di dalam mata. Luka ini

    mengurangi pertumbuhan pembuluh darah baru dan menyebabkan pembuluh darah

    muda yang ada mengkerut dan menutup. Pengobatan laser biasanya sebagai rawat

    jalan. Pengobatan ini tidak membutuhkan persiapan khusus atau rawat inap.

    Namun, pengobatan laser tidak dapat digunakan pada setiap pasien.Prosedur yang disebut vitrektomi, bersamaan dengan prosedur operasi lainnya

    dibutuhkan untuk kasus-kasus kompleks dimana terjadi pendarahan vitreous ke

    dalam mata dan pembentukan jaringan luka. Deteksi dini melaluipemeriksaan mata

    dan perawatan yang sesuai adalah kunci kesuksesan pengobatan.

    http://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/common-problems/Pages/Retinal-Detachment.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/common-problems/Pages/Glaucoma.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/Pages/how-the-eye-works.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/Pages/mportance-of-eye-examination.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/Pages/mportance-of-eye-examination.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/Pages/how-the-eye-works.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/common-problems/Pages/Glaucoma.aspxhttp://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/common-problems/Pages/Retinal-Detachment.aspx
  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    13/14

  • 8/10/2019 DM DAN IBADAH PUASA

    14/14

    DAFTAR PUTAKA

    Al-Arouj M, Bouguerra R, Buse J, Hafez S, Hassanein M, Ibrahim MA, et al. American

    Diabetes Association recommendations for management of diabetes during

    Ramadan: update 2010. Diabetes Care. 2010;33: 1895-902.

    Hallak MH, Nomani MZA. Body weight loss and changes in blood lipid levels in

    normal men on hypocaloric diets during Ramadan fasting. Am J Clin Nutr. 1988;

    48:1197-210.

    Karamat MA, Syed A, Hanif W. Review of diabetes management and guidelines during

    Ramadan. J R Soc Med. 2010: 103: 139

    47.

    Subekti I. Berpuasa bagi pasien diabetes. Dalam: Syam AF, Setiati S, Subekti I. Tips

    berpuasa Ramadan pada berbagai penyakit kronis. Jakarta: Pusat Penerbitan

    Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006:27-37.

    Salti I, Benard E, Detournay B, Bianchi-Biscay M, Le Brigand C, Voinet C, et al.

    EPIDIAR study group. A population based study of diabetes and its

    characteristics during the fasting month of Ramadan in 13 countries: Results of

    the epidemiology of diabetes and Ramadan 1422/2001 (EPIDIAR) study.

    Diabetes Care. 2004;27:230611.