do & bod
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM VI
PEMERIKSAAN KANDUNGAN DISSOLVED OXYGEN (DO)
DAN BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD) PADA
SAMPEL AIR LIMBAH WARUNG SARI JATIM
WORKSHOP UNHAS
NAMA : ANDI MUH. ARFAH SAPUTRA SAMAD
NIM : K 111 08 856
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
ii
LEMBAR PENGESAHAN VI
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN KANDUNGAN DISSOLVED OXYGEN (DO)
DAN BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD) PADA
SAMPEL AIR LIMBAH WARUNG SARI JATIM
WORKSHOP UNHAS
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
Nama : Andi Muh. Arfah Saputra Samad
Nim : K 111 08 856
Kelompok : VIII (Delapan)
Makassar, 5 Mei 2011
Mengetahui,
Koordinator Asisten, Asisten,
ADI PRATAMA MUH. SUBHAN
K 111 07 060 K 111 07 094
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT. karena limpahan
rahmat dan taufik-Nya sehingga Laporan Praktikum dengan judul
“PEMERIKSAAN KANDUNGAN DISSOLVED OXYGEN (DO) DAN
BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD) PADA SAMPEL AIR LIMBAH
WARUNG SARI JATIM WORKSHOP UNHAS” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya .
Saya menyadari sepenuhnya bahwa tidak tertutup kemungkinan isi laporan
ini belum sesuai dengan harapan berbagai pihak, karena potensi yang penyusun
miliki masih sangat terbatas oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya
konstruktif, sangat penyusun harapkan terutama dari Bapak Dosen penanggung
jawab mata kuliah.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan
umumnya bagi teman-teman mahasiswa serta yang membacanya.
Makassar, 5 Mei 2011
A.Muh.Arfah Saputra.S
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... ....................................................................... .. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... .. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... .. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... .. 1
B. Tujuan Percobaan .................................................................. .. 3
C. Prinsip Percobaan .................................................................. .. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Air Limbah ................................................. 4
B. Tinjauan tentang Dissolved Oxygen (DO)........................... 6
C. Tinjauan tentang Biochemichal Demand (BOD) ………… 11
BAB III METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan ........................................................................ 14
B Waktu dan Tempat Pengambilan sampel ................................ 15
C. Prosedur Kerja .......................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ........................................................................................ 20
B. Pembahasan .............................................................................. 22
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 25
B. Saran ...................................................................................... .. 25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... ..... 26
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat timbul di berbagai daerah,
baik diperkotaan maupun pedesaan, karena produk limbah cair yang tidak dapat
ditangani secara semestinya. Diberbagai tempat tejadi pencemaran badan air,
sungai, dan telaga yang menimbulkan kematian ikan yang hidup di dalamnya atau
menyebabkan air tidak dapat dikonsumsi secara layak oleh manusia. Berbagai
dampak negatif pada kehidupan manusia dan lingkungan yang dapat ditimbulkan
oleh limbah cair dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk penganan limbah cair secara saniter.
Limbah cair rumah makan atau warung yang dibuang ke lingkungan tanpa
pengolahan yang baik, akan memberikan dampak terhadap kehidupan biota air,
dampak terhadap kualitas air tanah, dampak terhadap kesehatan dan dampak
terhadap estetika lingkungan (MENLH, 2005 ).
Bila limbah cair tidak dikelola lebih dahulu sebelum dibuang dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan serta mengganggu kesehatan masyarakat
antara lain :
1. Gangguan terhadap kehidupan dalam air yaitu dapat mematikan binatang-
binatang air,ikan-ikan,tumbuh-tumbuhan dalam air, karena oksigen yang
2
terlarut dalam air akan habis terpakai untuk proses dekomposisi aerobic dari
zat-zat organic yang terdapat dalam limbah cair.
2. Dapat menimbulkan bau yang tidak enak sebagai hasil dekomposisi anaerobic
dan zat-zat organic, yaitu bila zat-zat organic yang terdapat dalam air limbah
3. Pada proses dekomposisi aerobic dan anaerobic menghasilkan lumpur dan
membentuk endapan dan ini menyebabkan pendangkalan.
Kandungan bahan-bahan yang berada dalam limbah cair dari rumah sakit
dapat bersifat sangat beracun dan infeksius karena adanya kandungan
mikroorganisme, bibt penyakit, bahan-bahan kimia beracun, bahan organic da
anorganik sampai dengan radioaktif. Sumber limbah cair dan berbahaya beracun
memounyai potensi hazard di rumah sakit diantaranya berasal dari ruang
perawatan, kamar mandi, ruang bedah, ruang foto dan radiologi, pencucian linen
laboratorium dan dari dapur
Adapun tujuan pengelolaan limbah cair adalah:
1. Mengurangi dan menghilangkan pengaruh buruk limbah cair terhadap
kesehatan manusia dan lingkungannya.
2. Meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan
limbah cair untuk keperluan manusia dan lingkungannya.
Oleh karena itu, dari penjelasan diatas maka dilakukan percobaan pada
sampel air limbah salah satu warung atau rumah makan yang ada di wilayah
workshop.
3
B. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui kadar jumlah Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical
Oxygen Demand (BOD) yang dihasilkan oleh limbah salah satu warung makan
yang ada di wilayah workshop UNHAS.
C. Prinsip Percobaan
1. Prinsip percobaan DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen dalam sampel akan mengoksidasi MnSO4 yang ditambahkan di
dalam larutan pada keadaan alkalis, sehingga terjadi endapan MnO2-. Dengan
penambahan asam sulfat dan alkali iodide maka akan dibebaskan iodine yang
ekuivalen dengan oksigen larutan. Iodin yang dibebaskan tersebut kemudian
dianalisa dengan metode titrasi iodimetris yaitu dengan larutan standar
thiosulfat dengan indikator kanji.
2. Prinsip percobaan BOD (Biological Oxygen Biologis)
Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan
oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri
anaerobik. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbondioksida, air dan
amoniak.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Air Limbah
Limbah cair atau air limbah adalah kotoran dari masyarakat, rumah tangga,
dan ada juga yang berasal dari industry, air tanah, air permukaan serta buangan
lainnya. Dengan demikian, air buangan merupakan hal yang bersifat kotoran
umum. (Sugiharto,1987)
Semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dangan segala
kegiatannnya akan meningkatkan pula jumlah limbah cair yang dihasilkan. Pada
umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai, danau, dan laut. Jika
jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau
menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan. (Forum Komunikasi
Mahasiswa Teknologi Pengelolaan dan Pemenfaatan Sampah atau Limbah
Perkotaan, 2002)
Elemen biologi dalam sistem perairan berkaitan erat denga komponen-
komponen kimia. Komponen kimia tersebut merupakan salah satu parameter yang
sangat penting untuk menganalisis efek dari perubahan kualitas air. Komponen
kimia air dalam perairan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu bahan
organik yang terdiri atas senyawa organik alam, senyawa organik sintesis, serta
bahan anorganik dan gas.
5
Zat-zat organik terdapat di dalam air dalam kadar yang rendah dan hanya
merupakan bagian kecil dari seluruh jumlah padatan yang ada. Keberadaan
senyawa organik di dalam air akan menimbulkan berbagai masalah bau dan rasa.
Keberadaan senyawa organik juga menyebabkan air memerlukan proses
pengolahan yang lebih komplek, menurunkan kandungan oksigen, serta
menyebabkan terbentuknya senyawa beracun. (Siregar, 2005)
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik disebutkan pada pasal 1 ayat 1, bahwa
air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan,
apartemen dan asrama. Dengan demikian tidak hanya limbah industri yang dapat
menyebabkan pencemaran, limbah domestik juga dapat menyebabkan
pencemaran. Masalah ini jika tidak ditangani secara saksama akan menyebabkan
pencemaran lingkungan.
Limbah cair domestik memiliki beban pencemar yang tinggi terutama pada
dua jenis limbah cair yaitu detergen dan tinja. Deterjen sangat berbahaya bagi
lingkungan karena detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan
bersifat kersinogen. Selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan
dertergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak.
Sedangkan tinja merupakan faktor pembawa berbagai macam penyakit bagi
manusia karena terdapat mikroorganisme pathogen yang dapat menularkan
berbagai penyakit bila masuk ke dalam tubuh manusia. (Fakhrizal, 2004)
6
B. Tinjauan tentang Dissolved Oxygen ( DO )
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan
sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam
air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan
mengamati beberapa parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin
banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik. Jika
kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak
sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO
dinyatakan dalam persentase saturasi (Wikipedia, 2011).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigendalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut.
DO penting dalam pengoperasian sistem saluran pembuangan maupun
bangunan pengolahan limbah cair. Air bersih biasanya jenuh akan oksigen,
namun dengan cepat akan berkurang apabila limbah organik ditambahkan ke
dalamnya. Pada daerah yang beriklim panas dan saluran limbah cair yang
mempunyai kemiringan cukup, limbah cair akan mencapai bangunan pengolahan
7
dalam kondisi yang baik, meskipun derajat kandungan oksigennya mungkin
sangat rendah. Di daerah yang beriklim hangat dan dimana saluran limbah cair
kemiringannya datar, sehingga kecepatan aliran menjadi rendah, akan terjadi
endapan bahan padat, dan limbah cair memerlukan akan menjadi tidak
mengandung oksigen dan sampai pada kondisi septik. (Soeparman. 2001)
Limbah cair yang dalam kondisi septik lebih sukar diolah dan menimbulkan
bau pada system sewerage dan bangunan pengolahan. Derajat kandungan oksigen
pada limbah cair sangat bervariasi dan sama sekali tidak stabil. Tujuan
pengolahan limbah cair sebelum diolah adalah memelihara kandungan oksigen
yang terlarut dan cukup untuk mencegah terjadinya kondisi anaerobik. Meskipun
harus mencapai oksigen terlarut yang cukup utnuk memenuhi persyaratan untuk
diolah, pada umumnya sudah cukup. Pada effluent yang telah diolah, derajat
kandungan oksigen 1 atau 2 mg/ltr dapat dicapai. (Soeparman, 2001)
Dissolved oksigen (DO) yang digunakan oleh bakteri ketika banyak
organik dari kotoran atau hal lainnya discharges yang hadir di dalam air. DO
yang sebenarnya adalah jumlah oksigen yang tersedia dalam bentuk larut dalam
air. Bila DO turun di bawah tingkat tertentu, yang hidup dalam bentuk yang tidak
dapat air untuk melanjutkan pada tingkat normal. Menurunnya pasokan oksigen
di dalam air memiliki efek negatif pada ikan dan air kehidupan. Membunuh ikan
dan invasi dan pertumbuhan gulma jenis tertentu dapat menyebabkan perubahan
dramatis dalam sungai atau badan air lainnya. Energi yang berasal dari proses
oksidasi. Direksi menentukan kekuatan kotoran. Dalam kotoran pengobatan,
8
mengatakan bahwa direksi telah berkurang 500-50 menunjukkan bahwa ada
penurunan 90 persen.
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu
(Salmin, 2000) :
1. Metoda titrasi dengan cara Winkler
Metoda titrasi dengan cara winkler secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi
iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan
MnCl2 dan Na0H - KI, sehingga akan terjadi endapan Mn02. Dengan
menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali
dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan
oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan
larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203)dan menggunakan indikator larutan
amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO)
adalah dimana dengan cara titrasi berdasarkan metoda Winkler lebih analitis,
teliti dan akurat apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang
perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir
titrasinya, standarisasi larutan tio dan penambahan indikator amilumnya.
9
Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio secara analitis,
akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan
cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan
diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi
penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu,
sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat
menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di
lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan
jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran (Anonim, 2011).
Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO)
adalah dimana dengan cara Winkler penambahan indikator amilum harus
dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak
membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk
kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin,
hal ini disebabkan karena I2 mudah menguap. Dan ada yang harus
diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat menjadi kesalahan pada
titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh
endapan (Anonim, 2011).
Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar oksigen terlarut adalah
dengan cara (Anonim, 2011) :
10
a. Menaikkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur naik maka kadar
oksigen terlarut akan menurun.
b. Menambah kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka
semakin kadar oksigen terlarut akan menurun karena proses fotosintesis
semakin berkurang dan kadar oksigen digunakan untuk pernapasan dan
oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik.
Cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut adalah
dengan cara :
a. Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun maka
kadar oksigen terlarut akan naik.
b. Mengurangi kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka
semakin kadar oksigen terlarut akan naik karena proses fotosintesis
semakin meningkat.
c. Mengurangi bahan – bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat
bahan organik dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah.
d. Diusahakan agar air tersebut mengalir.
2. Metoda elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara
langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip
kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan
anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini
biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara
11
keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi
permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah :
Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada
katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap
konsentrasi oksigen terlarut (Salmin, 2000).
C. Tinjauan tentang Biochemical Oxygen Demand ( BOD )
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
menguraikan zat – zat organik dalam air. Kebutuhan oksigen biokimia adalah
ukuran kandungan bahan organik dalam limbah cair. Kebutuhan oksigen biokimia
ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh sampel limbah
cair akibat adanya mikroorganisme selama periode waktu tertentu, biasanya 5
hari, pada satu temperatur tertentu, umumnya 20 °C. Pada laju perubahan tahap
pertama atau tahap carbonaceous, BOD berkurang sesuai dengan pertambahan
waktu.
Bila tersedia cukup waktu, dan BOD carbonaceous telah tercukupi, maka
berlangsung BOD nitrogenous . Biasanya BOD ditentukan pada temperatur 20
°C, namun untuk negara-negara yang beriklim tropis temperatur yang lebih tinggi
dapat digunakan untuk mengurangi biaya inkubasi yang memerlukan unit-unit
pemanasan dan pendinginan misalnya BOD pada suhu 30°C sesuai untuk bagian-
12
bagian dunia temperatur ambientnya cenderung tinggi. Suhu tersebut juga tepat
untuk daerah dimana temperatur yang lebih tinggi digunakan untuk standar
penentuan sehingga lamanya pemeriksaan dari 5 hari sampai 4 hari bahkan 3 hari.
Hal ini akan mengurangi kapasitas inkubator yang diperlukan karena sampel
harus dieramkan pada periode yang lebih pendek.
BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair. BOD juga merupakan
petunjuk dari pengaruh yang diperkirakan terjadi pada badan air penerima
berkaitan dengan pengurangan kandungan oksigennya. Secara umum, derajat
pengolahan yang dicapai oleh bangunan pengolahan harus dipilih sedemikian
rupa sehingga BOD effluent tidak akan menurunkan derajat kandungan oksigen
sampai tingkat tertentu pada badan air penerima agar badan air dapat tetap
berfungsi sesuai peruntukannya.( Soeparman,2001)
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global
proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi didalam air. Angka BOD
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir
semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi
dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan penduduk atau industri dan untuk mendesain sistem-sistem pengolahan
biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik adalah peristiwa
alamiah jika suatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut. Yang
13
bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadan menjadi anaerobik
dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut.
Biochemichal Oxygen Demand (BOD) adalah salah satu yang paling umum
dari tindakan polutan bahan organik di dalam air. Direksi menunjukkan jumlah
putrescible organik masalah hadir di dalam air. Oleh karena itu, direksi yang
rendah merupakan indikator yang baik kualitas air, sedangkan yang tinggi
menunjukkan direksi polluted air. Direksi uji melayani fungsi sangat penting
dalam mengontrol aliran polusi-kegiatan. Ini merupakan prosedur yang bioassay
mengukur jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh organisme hidup sedangkan
mereka memanfaatkan organik hadir dalam masalah sampah, di bawah kondisi
serupa di alam. Tradisional yang lain untuk tes atau indikator kualitas air adalah
kebutuhan oksigen kimia (COD) dan pH.
14
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam pemeriksaan DO dan BOD yaitu:
a. Botol winkler 4 buah
b. Pipet buret 1 buah
c. Statip 1 buah
d. Corong 1 buah
e. Pipet ukur 1 buah
f. Bulp 1 buah
g. Gelas ukur kecil 1 buah
h. Gelas ukur besar 1 buah
i. Labu Erlenmeyer 1 buah
j. Inkubator 20°C 1 unit
k. Label secukupnya
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah:
a. Sampel air 700 ml
b. Larutan MnSO4 6 ml
15
c. Larutan CaCl2 2,75% 5 ml
d. Larutan MgSO4 2,25% 5 ml
e. Larutan FeCl3 0,025% 5 ml
f. Larutan amilum 3 ml
g. Larutan buffer ammonia 5 ml
h. Larutan pereaksi oksida 4 ml
i. Larutan H2SO4 pekat 5 ml
j. Larutan thiosulfat 0,025 N secukupnya
k. Aquadest 500 ml
B. Waktu dan Lokasi Pengambilan Sampel
1. Waktu : Kamis, 28 April 2011. (pukul 09.50 wita)
2. Lokasi : Warung Sari Jatim Workshop UNHAS.
C. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel
Adapun cara pengambilan sampel yang diteliti adalah :
a. Wadah (botol) disiapkan untuk mengambil sampel air.
b. Wadah (botol) dibilas dengan air yang akan dijadikan sampel.
c. Setelah dibilas, botol diisi dengan sampel air sampai penuh.
d. Botol ditutup lalu dibawa ke laboratorium untuk diperiksa nilai DO dan
BOD-nya.
16
2. Pemeriksaan untuk DO segera (DOs)
a. Botol winkler disiapkan sebagai wadah untuk sampel sebanyak 2 buah.
b. Masing-masing botol winkler diisi penuh dengan air sumur bor agar tidak
ada oksigen yang masuk dan keluar.
c. Botol winkler 1 dicampur dengan 2 ml pereaksi O2 kemudian
dihomogenkan.
d. Sampel dicampur dengan 2 ml larutan MnSO4 lalu dihomogenkan. Jika
warnanya berubah menjadi coklat, berarti sampel tersebut mengandung O2.
Jika warna berubah menjadi putih, berarti sampel tersebut tidak
mengandung O2.
e. Diamkan beberapa menit sampai membentuk endapan.
f. Sampel dicampur dengan 1 ml larutan H2SO4 di dalam lemari asam
kemudian dihomogenkan sampai endapannya hilang dan berubah warna
menjadi kuning terang.
g. Pindahkan sampel ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 200 ml dengan
menggunakan gelas ukur dan corong.
h. Sampel yang ada pada labu erlenmeyer dititrasi dengan larutan thiosulfat
0,0254 N sambil dihomogenkan sampai berubah warna menjadi kuning
muda.
i. Sampel dicampur dengan 1 ml indikator amilum sehingga warnanya
berubah menjadi hitam.
17
j. Sampel dititrasi kembali sambil dihomogenkan hingga berubah warna
menjadi bening (tidak berwarna). Hitung banyaknya larutan thiosulfat yang
digunakan.
k. Hitung banyaknya pengenceran dengan menggunakan rumus yang telah
ditentukan.
3. Pemeriksaan DO campuran segera (DOcs)
a. Ambil 70 ml sampel dari botol winkler 2 dengan menggunakan gelas ukur
lalu dicampur dengan larutan pengencer sampai volumenya menjadi 700
ml.
b. Pindahkan sampel ke dalam dua botol winkler, masing-masing 250 ml.
c. Botol winkler 1 diinkubasi selama 5 hari dengan suhu 20ºC (sebagai
DO5.20). Sedangkan botol winkler 2 sebagai DOcs yang dicampur dengan 2
ml pereaksi O2 kemudian dihomogenkan.
d. Kemudian dicampur dengan 2 ml larutan MnSO4 lalu dihomogenkan. Jika
warnanya berubah menjadi coklat, berarti sampel tersebut mengandung O2.
Jika warna berubah menjadi putih, berarti sampel tersebut tidak
mengandung O2.
e. Diamkan beberapa menit sampai membentuk endapan.
f. Sampel dicampur dengan 1 ml larutan H2SO4 di dalam lemari asam
kemudian dihomogenkan sampai endapannya hilang dan berubah warna
menjadi kuning terang.
18
g. Pindahkan sampel ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 200 ml dengan
menggunakan gelas ukur dan corong.
h. Sampel yang ada pada labu erlenmeyer dititrasi dengan larutan thiosulfat
sambil digoyang-goyangkan sampai berubah warna menjadi kuning muda.
i. Sampel dicampur dengan 1 ml indikator amilum sehingga warnanya
berubah menjadi hitam.
j. Sampel dititrasi kembali sambil digoyang-goyangkan hingga berubah
warna menjadi bening (tidak berwarna). Hitung banyaknya larutan
thiosulfat yang digunakan.
k. Hitung DOcs dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.
4. Pemeriksaan untuk DOc5.20 (DO campuran 5.20)
a. Sampel air campuran yang telah diinkubasi selama 5 hari dengan suhu
20 C disiapkan.
b. Kemudian dicampur dengan 2 ml larutan pereaksi O2 dan 2 ml larutan
MnSO4 lalu dihomogenkan. Jika warnanya berubah menjadi coklat, berarti
sampel tersebut mengandung O2. Jika warna berubah menjadi putih, berarti
sampel tersebut tidak mengandung O2.
c. Diamkan beberapa menit sampai membentuk endapan.
d. Sampel dicampur dengan 1 ml larutan H2SO4 di dalam lemari asam
kemudian dihomogenkan sampai endapannya hilang dan berubah warna
menjadi kuning terang.
19
e. Pindahkan sampel ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 200 ml dengan
menggunakan gelas ukur dan corong.
f. Sampel yang ada pada labu erlenmeyer dititrasi dengan larutan thiosulfat
sambil digoyang-goyangkan sampai berubah warna menjadi kuning muda.
g. Sampel dicampur dengan 1 ml indikator amilum sehingga warnanya
berubah menjadi hitam.
h. Sampel dititrasi kembali sambil digoyang-goyangkan hingga berubah
warna menjadi bening (tidak berwarna). Hitung banyaknya larutan
thiosulfat yang digunakan.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil yang didapat pada pemeriksaan DO dan BOD pada air sumur
gali ini adalah:
Tabel 1
Hasil Pemeriksaan DO pada Air Sumur Gali
Percobaan Warna
Endapan Titrasi
DO segera Coklat 2,8 ml
DO campuran segera Coklat 6,5 ml
DO campuran 5.20 Coklat 8 ml
DO pengencer segera Coklat 6,8 ml
DO pengencer 5.20 Coklat 6,6 ml
Sumber: Data Primer
Berdasarkan hasil pengamatan untuk mendapatkan nilai dari DO segera, DO
air pengencer, dan DO5.20, maka digunakan rumus sebagai berikut:
1. DO segera
DOsegera = ml titrasi x N thiosulfat x 8000
ml contoh
21
= 2,8 x 0,025 x 8000
196,8
= 2,84 mg/l
2. Docampuran segera
DOcampuran segera = ml titrasi x N thiosulfat x 8000
ml contoh
= 6,5x 0,025 x 8000
196,8
= 6,6 mg/l
3. DOcampuran 5.20
DOcampuran 5.20 = ml titrasi x N thiosulfat x 8000
ml contoh
= 8 x 0,025 x 8000
196,8
= 8,13 mg/l
4. DOpengencer segera
DOpengencer segera = ml titrasi x N thiosulfat x 8000
ml contoh
= 6,8 x 0,025 x 8000
200
= 6,8 mg/l
22
5. DOpengencer 5.20
DOpengencer segera 5.20 = ml titrasi x N thiosulfat x 8000
ml sampel
= 6,6 x 0,025 x 8000 = 6,7 mg/l
196,8
Dari semua perhitungan DO pada air, maka hasilnya dapat dimasukkan ke
dalam rumus untuk mencari BOD air tersebut, yaitu:
BOD5.20 = (DOcampuran segera – DOcampuran5.20) - (DOpengencer segera – DOpengencer5.20)x P
= ( 6,6 – 8,13 ) – ( 7 – 6,6 ) x 16
= ( -1,53 – 0,4 ) x 16
= - 1,93 x 16
= - 30,88 mg/l
Jadi, nilai BOD setelah inkubasi selama 5 hari dengan suhu 200C pada limbah
cair domestik adalah -30,88 mg/l.
B. Pembahasan
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112
Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, kadar BOD tidak boleh
lebih dari 100 mg/l. Sedangkan hasil dari pemeriksaan kadar BOD pada sampel
limbah cair domestik yaitu -30,88 mg/l, hasil ini tidak dapta dijadikan sebagai
perbandingan dengan standar Keputusan Menteri tersebut. Karena adanya
kesalahan dalam proses pentitrasian dan botol sampel yang dipakai.
23
Hasil yang didapatkan untuk nilai BOD adalah minus (-). Hal ini mungkin
disebabkan oleh kurangnya jumlah sampel air yang dimasukkan ke dalam botol
yang akan diinkubasi selama lima hari dengan suhu 200C. Sehingga pada botol
tersebut terdapat ruang hampa udara.
Oksigen sangat dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan dan
proses metabolisme. Dalam perairan oksigen berperan dalam proses oksidasi dan
reduksi bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien yang
sangat dibutuhkan organisme perairan. Sumber utama oksigen di perairan berasal
dari proses difusi udara bebas dan hasil proses fotosintesis.
Untuk mengetahui kualitas suatu perairan, parameter oksigen terlarut
(DO) dan kebutuhan biologis akan oksigen (BOD) memegang peranan penting.
Prinsip penentuannya bisa dilakukan dengan cara titrasi iodometri atau langsung
dengan alat DO meter.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung
dari suhu dan tekanan atmosfer. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat
kejenuhan. Kelarutan oksigen di medium cair menurun seiring dengan naiknya
suhu dan banyaknya mineral yang terlihat di medium tersebut. Kelarutan oksigen
dalam air dipengaruhi oleh: Suhu air, Tekanan atmosfir, Kandungan garam-garam
terlarut, Kualitas pakan, dan Aktivitas biologi perairan.
Suatu perairan yang tingkat pencemarannya rendah dan bisa dikatagorikan
sebagai perairan yang baik, maka kadar oksigen terlarutnya (DO) > 5 ppm dan
kadar oksigen biokimianya (BOD) berkisar 0-10 ppm.
24
Berikut ini adalah tabel nilai DO dan BOD untuk tingkat pencemaran
perairan:
Tabel 2. Tingkat pencemaran perairan berdasarkan nilai DO dan BOD
Tingkat Pencemaran
Parameter
DO (ppm) BOD (ppm)
Rendah >5 0-10
Sedang 0-5 10-20
Tinggi 0 25
Sumber : Wirosarjono, 1974
25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112
Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, kadar BOD tidak boleh
lebih dari 100 mg/l. Sedangkan hasil dari pemeriksaan kadar BOD pada sampel
limbah cair domestik yaitu -30,88 mg/l, hasil ini dikarenakan dalam proses
pentitrasian terjadi kesalahan.
B. Saran
1. Kepada Pemerintah diharapkan lebih memantau limbah-limbah yang
dihasilkan rumah makan/warung, agar rumah makan/warung tidak membuang
limbahnya langsung ke lingkungan dan bagi yang melanggar wajib diberi
hukuman/sanksi.
2. Diharapkan kepada masyarakat yang ada disekitar kawasan industri kecil agar
tetap menjaga lingkungan dari pencemaran limbah
3. Diharapkan partisipasi dari pemilik warung agar lebih memperhatikan limbah
cair yang dihasilkan dengan tidak membuang limbahnya langsung ke
lingkungan demi terwujudnya lingkungan yang bersih dari limbah cair
domestik.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Teknologi kimia industri. [online]
http://teknologikimiaindustri.blogspot.com/2011/02/ oksigen-terlarut-ot-dissolved-
oxygen-do.html (diakses pada tanggal 1 mei 2011)
Fakhrizal. 2004. Mewaspadai Bahaya Limbah Domestik di Kali Mas.Lembaga Kajian
Ekologi dan Konservasi Lahan Basah.
Forum Komunikasi Mahasiswa Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah
atau Limbah Perkotaan. 2002. Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah atau
Limbah Perkotaan. Yogyakarta: Magister Sistem Teknik, UGM.
Salmin. 2000. Oksigen terlarut dan kebutuhan oksigen biologi untuk penentuan
kualitas perairan. [online]
http://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RluywAoKCsYA
AAHIw641/oksigen%20terlarut%20dan%20kebutuhan%20oksigen%20biologi%20u
ntuk%20penentuan%20kualitas%20perairan.pdf?nmid=44066689 (diakses pada
tanggal 1 mei 2011)
Siregar,A.S. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah.Yogyakarta.
Soeparman. 2001. Pengelolaan Limbah Cair. Buku Kedokteran. Jakarta
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI-Press
LAMPIRAN