doc1
TRANSCRIPT
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
BAB I
PENDAHULUAN
Omphalokel secara bahasa berasal dari bahasa Yunani. Omphalos yang berarti
umbilicus=tali pusat dan cele yang berarti bentuk hernia. Omphalokel diartikan sebagai suatu
defek sentral dinding abdomen pada daerah cincin umbilikus (umbilical ring) atau cincin tali
pusar sehingga terdapat herniasi organ-organ abdomen dari cavum abdomen namun masih
dilapiasi oleh suatu kantong atau selaput. Selaput terdiri atas lapisan amnion dan peritoneum.
Diantara lapisan tersebut kadang-kadang terdapat lapisan wharton’s jelly.
Omphalokel dideskripsikan pertama kali oleh seorang ahli bedah Prancis bernama
Ambroise Pare pada Tahun 1634. Dia mendeskripsikan omphalokel secara akurat dan
melakukan penatalaksanaan secara konservatif berupa pemberian agen-agen eskarotik pada
permukaan selaput omphalokel uintuk merangsang epitelisasi. Pendekatan penatalaksanaan
tersebut kemudian menimbulkan beberapa masalah diantaranya memerlukan waktu yang
lama, sehingga membutukan pula nutrisi dan me metabolik yang toll. Selaput dapat pula
pecah yang berakibat terjadinya infeksi.
Kemudian pada tahun 1948, Robet Gross di Boston memperkenalkan suatu metode
penutupan omphalokel yang besar dan sukses. Dia mendeskripsikan penutupan omphalokele
melalui 2 tahap. Tahap pertama ialah membuat skin flap untuk melindungi organ-organ
abdomen yang mengalami herniasi. Tahap kedua ialah merepair hernia ventralis.
Schuster pada tahun 1967 kemudian memperkenalkan penggunaan material prostetik
untuk memproteksi organ-organ abdomen selama tahapan pertama tersebut. Akhirnya pada
tahun 1969, Allen dan Wrenn memeperkenalkan pada suatu teknik “Silo”, dimana organ-
organ abdomen yang mengalami herniasi ditutup dengan satu lapis silastic yang dilekatkan
ke fascia dinding abdomen. Organ–organ abdomen tersebut kemudian dimasukkan secara
bartahap kedalam kavum abdomen melalui progessiv tightening/tekanan manual dalam
beberapa hari. Semenjak penenemuan itulah penutupan defek omphalokel secara primer
dimungkinkan pada masa-masa awal bayi. Sampai saat ini berbagai usaha dilakukan untuk
mendapatkan hasil klinik yang memuaskan. Usaha tersebut meliputi manajemen prenatal dan
postnatal.
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 1Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
BAB II
DINDING ABDOMEN DAN UMBILIKUS
1 Anatomi Dinding Abdomen
Struktur Dinding Abdomen.
Bagian superior dinding abdomen dibentuk oleh diaphragm yang memisahkan kavitas
abdominalis dari kavitas thorak. Bagian inferior, kavitas abdominalis melenjutkan diri
menjadi kavitas pelvis melalui apertura pelvis superior. Bagian anterior dinding abdomen
dibentuk oleh muskulus abdominalis. Bagian posterior dinding abdomen digaris tengah
dibentuk oleh kelima vertebra lumbalis dan diskus intervertebralisnya, bagian lateral
dibentuk oleh 12 costae, bagian atas oleh os coxae, muskulus psoas major, muskulus
quadrates lumborum, dan aponeurosis origo muskulus tranversus abdominis.
Struktur Dinding Anterior Abdomen
Dinding anterior dibentuk oleh lapisan kulit, fascia superfisialis, fascia profunda, otot-
otot, fascia extraperitonealis, dan peritoneum parietale.
Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal di sekitar tubuh.
Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini akan sembuh dengan
sedikit jaringan parut sedangkan insisi menyilang garis-garis ini akan sembuh dengan
jaringan parut yang menonjol.
Persarafan
Persarafan kulit dinding anterior abdomen berasal dari rami anteriores, enam nervi
thoracici bagian bawah dan nevus lumbalis 1. nervi thoracici tersebut merupakan lima
nervi intercostales bagian bawah dan nervus subcostalis, dan nervus lumbalis 1 diwakili
oleh nervus iliohypogastricus dan nervus ilioonguinalis, cabang-cabang dari flexus
lumbalis.
Perdarahan
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 2Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
Kulit disekitar garis tengah diperdarahi oleh cabang-cabang arteri epigastrica superior
dan arteri epigastrica inferior. Kulit pinggang diperdarahi oleh cabang- cabang arteri
intercostalis, arteri lumbalis, dan arteri circumflexa ilium profunda.
Darah vean dikumpulkan melalui jejaring vena yang memancar dari umbilicus.
Anyaman vena tersebut dialirkan ke atas ke vena axilaris melalui vena thoracica lateralis,
dan ke bawah ke vena femoralis melalui vena epigastrica superfisialis dan vena saphena
megna.
Limfatik
Pembuluh limfe kulit diatas umbilicus bermuara ke atas ke dalam limfonodus
aksilaris. Pembuluh dibawah umbilicus bermuara ke dalam nodus inguinalis superfisialis.
Fasia superfisialis
Fasia superfisialis, dapat dibagi menjadi lapisan luar, panniculus adipose (fasia
camperi) dan lapisan dalam, stratum membranosum (fasia scarpae). fasia camperi
berhubungan dengan lemak superfisial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin
sangat tebal.
Fasia profunda
Fasia profunda pada dinding anterior abdomen hanya merupakan lapisan tipis jaringan
ikat yang menutupi otot-otot, fasia profunda terletak tepat disebelah profunda stratum
membranosum fasia superfisialis.
Otot
Otot-otot dinding anterior terdiri atas tiga lapisan otot yang lebar, tipis dan di depan
berubah menjadi aponeurosis; otot-otot tersebut dari luar ke dalam yaitu muskulus
obliquus externus abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, dan muskulus
tranversus abdominis. Sebagai tambahan pada masing-masing sisi garis tengah bagian
anterior terdapat sebuah otot vertikal yang lebar, muskulus rektus abdominis. Oleh
karena ketiga lapisan aponeurosis berjalan ke depan, aponeurosis, itu membungkus
muskulus rektus abdominis dam membentuk vagina muskuli recti abdominis. Bagian
bawah vagina muskuli recti abdominis mungkin berisi sebuah otot kecil yang dinamakan
muskulus piramidalis.
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 3Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
Fascia tranversalis
Merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi muskulus tranversus abdominis dan
melanjutkan diri sebagai lapisan sama yang malapisi diafragma dan muskulus iliakus.
Lemak extraperitoneal
Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam jumlah yang
bervariasi dan terletak diantara fascia tranversalis dan peritoneum parietal.
Peritoneum parietale
Dinding abdomen dilapisi oleh peritoneum parietal. Lapisan ini merupakan membran
serosa tipis dan melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietal yang melapisi
rongga pelvis.
2. Embriologi umbilicus
Embriogenesis dinding abdomen anterior dan plasenta dimulai pada akhir minggu
ketiga, pada tahap trilaminar germ disc (terdiri dari endoderm, mesoderm, dan
ektoderm). disc ini diapit diantara rongga kantung ketuban dan kuning telur
(dengan endoderm paling proksimal pada kantung kuning telur.
Lapisan ektoderm proksimal ke rongga amnion, selama embrio tumbuh dan
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 4Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
melengkung, lokasi perbatasan ektoderm amnion sebagai cicin umbilikus primitif pada
permukaan ventral embrio. Inilah lipatan dari disk sekitar kuning telur (yolk sac) yang
pada hasil akhirnya membentuk dinding abdomen anterior dan tali pusat.
Dalam hal ini tali pusat akan dilapisi dengan epitel yang terdiri dari saluran omphalo-
mesentetrika, yolk sac, body stalk, dan ekstra embrionik allantois. Secara fisiologis tali
pusat akan mengalami herniasi antara usia kehamilan 7-12 minggu.
Perkembangan sistem pembuluh darah dimulai dengan pembentukan tumpukan darah
di dalam mesodermal yolk sac, tangkai penghubung dan korion di awal 3 minggu
paska konsepsi, dua hari kemudian angiogenesis dimulai dalam embrio mesoderm. Arteri
'allantoic' muncul 3 minggu paska konsepsi sebagai cabang ventral pasangan aorta dorsalis.
Bagian dari allantois akan membentuk kandung kemih, dari urachus yang meluas sebagai
saluran kecil, disertai arteri allantoic. Sumbu aorta dari arteri definitif muncul sebagai
cabang lateral yang berasal dari ujung, dan pada akhirnya menjadi arteri umbilikalis.
Sirkulasi embrio efektif pada 22 - 23 hari paska konsepsi, ketika arteri umbilikalis
menyatu dengan arteri iliaka internal dan vena umbilikalis dengan ductus venosus, yang
memasuki vena hepatik. Salah satu vena umbilikalis mengalami atropi selama bulan kedua
kehamilan.
2.1 Anatomi umbilicus
Pembuluh darah tali pusat berbeda dalam struktur dan fungsi dibandingkan dengan
pembuluh darah besar di dalam tubuh. Kedua arteri tali pusat melilit dalam model
putaran. Darah mengalir dengan cara yang berdenyut dari janin ke plasenta melalui
arteri. Sebuah pulsasi kecil dalam transpor pasif di dalam darah masuk ke janin melalui vena
umbilikalis.Tali pusat terdiri dari lapisan luar dari epitel amnion, dengan massa internal
mesodermal, wharton’s jelly. Dalam wharton’s jelly terdapat dua saluran endodermal,
yaitu : duktus allantois dan duktus vitellini, serta pembuluh darah umbilikalis.
Struktur tali pusat normal terdiri dari dua arteri umbilikalis, dan satu vena umbilikalis
yang dikelilingi oleh wharton jelly lapisan luar, dan lapisan tunggal selaput amnion. Tali
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 5Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
pusat dan jaringan penyusunnya terdiri dari : lapisan luar amnion, wharton’s jelly, dua
arteri umbilikalis dan satu vena umbilikalis, yang dirancang untuk melindungi aliran darah
ke janin selama masa kehamilan sampai aterm. Lapisan luar amnion dapat mengatur
tekanan fluida di dalam tali pusat. Wharton's jelly diisi cairan jelly untuk mencegah
kompresi pembuluh darah. Aliran darah diatur oleh otot polos di sekitar arteri yang
bercampur dengan kolagen berdasarkan matriks ekstraseluler. Kelainan tali pusat dapat
terjadi pada ukuran, derajat koil, dan posisi dari insersi tali pusat. Kelainan ini memiliki
implikasi penting terhadap luaran janin. Kelainan struktur arteri tali pusat yang tunggal,
simpul (knotting), kista, dan tumor dapat berhubungan dengan gawat janin atau malformasi.
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 6Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
BAB III
OMPHALOKEL
1. DEFINISI
Defenisi
Omphalokel diartikan sebagai suatu defek sentral dinding abdomen pada daerah cincin
umbilikus (umbilical ring) atau cincin tali pusar sehingga terdapat herniasi organ-organ
abdomen dari cavum abdomen namun masih dilapisi oleh suatu kantong atau selaput yang
terdiri atas lapisan amnion dan peritoneum.
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 7Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
Awal terjadinya omphalokel masih belum jelas dan terdapat beberapa teori embriologi
yang menjelaskan kemungkinan berkembangnya omphalokel. Teori yang banyak disebutkan
oleh para ahli ialah bahwa omphalokel berkembang karena kegagalan migrasi dan fusi dari
embrionik fold bagian kranial, caudal dan lateral saat membentuk cincin umbilikus pada
garis tengah sebelum invasi miotom pada minggu ke-4 perkembangan. Teori lain
menyebutkan bahwa omphalokel berkembang karena kegagalan midgut untuk masuk
kembali ke kavum abdomen pada minggu ke-12 perkembangan. penutupan omphalokele
melalui 2 tahap. Tahap pertama ialah membuat skin flap untuk melindungi organ-organ
abdomen yang mengalami herniasi. Tahap kedua ialah merepair hernia ventralis.
Pada awal minggu ke-3 perkembangan embrio, saluran pencernaan terbagi menjadi
foregut, midgut dan hindgut. Pertumbuhan ini berhubungan erat dengan lipatan embrio
(embryonic fold) yang berperan dalam pembentukan dinding abdomen. Lipatan embrio
tersebut terbagi menjadi :
1. Lipatan kepala (cephalic fold)
Letak di depan mengandung foregut yang membentuk faring, esophagus dan lambung.
Kegagaan perkembangan lapisan somatic lipatan kepala akan mengakibatkan kelainan
dinding abdomen daerah epigastrial disebut mfalokel epigastrial.
2. Lipatan samping (lateral fold).
Membungkus midgut dan bersama lipatan lain membentukcincin awal umbilicus. Bila
terjadi kegagalan mengakibatkan abdomen tidaktertutup dengan sempurna pada bagian
tengah. Pada kelaianan ini cincin umbilicus tidak terbentuk sempurna sehingga tetap
terbuka lebar disebut omfalokel.
3. Lipatan ekor (caudal fold)
Membungkus hindgut yang akan membentuk kolon dan rectum. Kegagalan
pertumbuhan lapisan splangnikus dan ansomatic mengakibatkan atresia ani, omfalokel
hipogastrikus
Etiologi
Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa faktor resiko
atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalokel diantaranya adalah
infeksi, penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil, defisiensi asam folat, hipoksia,
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 8Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
penggunaan salisilat, kelainan genetik serta polihidramnion. Walaupun omphalokel pernah
dilaporkan terjadi secara herediter, namun sekitar 50-70 % penderita berhubungan dengan
sindrom kelainan kongenital yang lain .
Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
1. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi, penggunaan
obat-obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor tersebut berperan pada
timbulnya insufisiensi plasenta dan lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur,
diantaranya bayi dengan gastroschizis dan omfalokel paling sering dijumpai.
2. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding abdomen pada
percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masih sebatas perkiraan. Secara
jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan
ultrasonografi memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus. Bila
suatu kelainan didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak untuk dilakukan
amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan kemungkinan tersebut
harus dilacak dengan USG.
Diagnosis
Diagnosis omfalokel adalah sederhana, namun perlu waktu khusus sebelum operasi
dikerjakan, pemeriksaan fisik secara lengkap dan perlu suatu rontgen dada serta
ekokardiogram. Pada saat lahir, omfalokel diketahui sebagai defek dinding abdomen pada
dasar cincin umbilikus. Defek tersebut lebih dari 4 cm (bila defek kurang dari 4 cm secara
umum dikenal sebagai hernia umbilikalis) dan dibungkus oleh suatu kantong membran atau
amnion. Pada 10% sampai 18%, kantong mungkin ruptur dalam rahim atau sekitar 4% saat
proses kelahiran. Omfalokel raksasa (giant omphalocele) mempunyai suatu kantong yang
menempati hampir seluruh dinding abdomen, berisi hampir semua organ intraabdomen dan
berhubungan dengan tidak berkembangnya rongga peritoneum serta hipoplasi pulmoner.
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 9Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
Klasifikasi menurut Omfalokel menurut Moore ada 3,yaitu:
a. Tipe 1 : diameter defek < 2,5 cm
b. Tipe 2 : diameter defek 2,5 – 5 cm
c. Tipe 3 : diameter defek > 5 cm
Suatu defek yang sempit dengan kantong yang kecil mungkin tak terdiagnosis saat lahir.
Dalam kasus ini timbul bahaya tersendiri bila kantong terjepit klem dan sebagian isinya
berupa usus, bagiannya teriris saat ligasi tali pusat. Bila omfalokel dibiarkan tanpa
penanganan, bungkusnya akan mengering dalam beberapa hari dan akan tampak retak-retak.
Pada saat tersebut akan menjalar infeksi dibawah lapisan yang mengering dan berkrusta.
Kadang dijumpai lapisan tersebut akan terpecah dan usus akan prolap.
a. Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal terhadap omphalokel sering ditegakkan dengan bantuan USG.
Defek dinding abdomen janin biasanya dapat dideteksi pada saat minggu ke 13 kehamilan,
dimana pada saat tersebut secara normal seharusnya usus telah masuk seluruhnya kedalam
kavum abdomen janin. Pada pemeriksaan USG Omphalokel tampak sebagai suatu gambaran
garis–garis halus dengan gambaran kantong atau selaput yang ekhogenik pada daerah tali
pusat (umbilical cord) berkembang. Berbeda dengan gastroskisis, pada pemeriksaan USG
tampak gambaran garis-garis yang kurang halus, tanpa kantong yang ekhogenik dan terlihat
defek terpisah dari tali pusat. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada masa
prenatal selain USG diantaranya ekhocardiografi, MSAPF (maternal serum alpha-
fetoprotein), dan analisa kromosom melaui amniosintesis. Pemeriksaan tersebut dilakukan
dengan tujuan selain menunjang diagnosis sekaligus menilai apakah ada kelainan lain pada
janin.
b. Diagnosis postnatal
Gambaran klinis bayi baru lahir dengan omphalokel ialah terdapatnya defek sentral
dinding abdomen pada daerah tali pusat. Defek bervarasi ukurannya, dengan diameter mulai
4 cm sampai dengan 12 cm, mengandung herniasi organ–organ abdomen baik solid maupaun
berongga dan masih dilapisi oleh selaput atau kantong serta tampak tali pusat berinsersi pada
puncak kantong. Kantong atau selaput tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan luar berupa
selaput amnion dan lapisan dalam berupa peritoneum. Diantara lapisan tersebut kadang-
kadang terdapat lapisan Warton’s jelly. Warton’s jelly adalah jaringan mukosa yang
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 10Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
merupakan hasil deferensiasi dari jaringan mesenkimal (mesodermal). Jelly mengandung
kaya mukosa dengan sedikit serat dan tidak mengandung vasa atau nervus.
Pada giant omphalocele, defek biasanya berdiameter 8-12 cm atau meliputi seluruh
dinding abdomen (kavum abdomen sangat kecil) dan dapat mengandung seluruh organ-
organ abdomen termasuk liver.Kantong atau selaput pada omphalokel dapat mengalami
ruptur. Glasser (2003) menyebutka bahwa sekitar 10-20 % kasus omphalokele terjadi ruptur
selama kehamilan atau pada saat melahirkan. Disebutkan pula bahwa omphalokel yang
mengalami ruptur tersebut bila diresorbsi akan menjadi gastroskisis. Apabila terjadi ruptur
dari selaput atau kantong maka oergan-organ abdomen janin/bayi dapat berubah struktur dan
fungsi berupa pembengkakan, pemendekan atau eksudat pada permukan organ abdomen
tersebut Perubahan tersebut tergantung dari lamanya infeksi dan iskemik yang berhubungan
dengan lamanya organ-organ terpapar cairan amnion dan urin janin. Bayi-bayi dengan
omphalokele yang intak biasanya tidak mengalami distres respirasi, kecuali bila ada
hipoplasia paru yang biasanya ditemukan pada giant omphalocele. Kelainan lain yang sering
ditemukan pada omphalokel terutama pada giant omphalocele ialah malrotasi usus serta
kelainan-kelainan kongenital lain.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada saat bayi lahir untuk mendukung
diagnosis diantaranya pemeriksaan laboratorium darah dan radiologi. Pemeriksaan radiologi
dapat berupa rongent thoraks untuk melihat ada tidaknya kelainan paru-paru dan
ekhocardiogram untuk melihat ada tidaknya kelainan jantung.
Penatalaksanaan
a. Penatalkasanaan prenatal
Apabila terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan informed
consent pada orang tua tentang keadaan janin, resiko tehadap ibu, dan prognosis. Informed
consent sebaiknya melibatkan ahli kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak. Keputusan
akhir dibutuhkan guna perencanaan dan penatalaksanaan berikutnya berupa melanjutkan
kehamilan atau mengakhiri kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan
observasi melaui pemeriksaan USG berkala juga ditentukan tempat dan cara melahirkan.
Selama kehamilan omphalokel mungkin berkurang ukurannya atau bahkan ruptur sehingga
mempengaruhi pronosis.
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 11Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
Oak Sanjai (2002) meyebutkan bahwa komplikasi dari partus pervaginam pada bayi dengan
defek dinding abdomen kongenital dapat berupa distokia dengan kesulitan persalinan dan
kerusakan organ abdomen janin termasuk liver. Walaupun demikian, sampai saat ini
persalinan melalui sectio caesar belum ditentukan sebagai metode terpilih pada janin dengan
defek dinding abdomen. Ascraft (1993) menyatakan bahwa beberapa ahli menganjurkan
pengakhiran kehamilan jika terdiagnosa omphalokel yang besar atau janin memiliki kelainan
konggenital multipel.
b. Penatalaksanan postnatal
Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir (immediate
postnatal), kelanjutan penatalakasanaan awal apakah berupa operasi atau nonoperasi
(konservatif) dan penatalaksanaan postoperasi. Secara umum penatalaksanaan bayi dengan
omphalokele dan gastroskisis adalah hampir sama. Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera
dirujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas perawatan intensif neonatus dan bedah anak.
Bayi-bayi dengan omphalokel biasanya mengalami lebih sedikit kehilangan panas tubuh
sehingga lebih sedikit membutuhkan resusitasi awal cairan dibanding bayi dengan
gastroskisis.
Pertolongan pertama saat lahir
1. Kantong omfalokel dibungkus kasa yang dibasahi saline/betadin, selanjutnya dibungkus
dengan plastic bowel bag
2. Bayi dimasukkan incubator dan diberi oksigen
3. Pasang NGT dan rectal tube
4. Antibiotika
Penatalaksanaan konservatif
Penatalaksanaan omfalokel secara konservatif dilakukan pada kasus omfalokel besar
atau terdapat perbedaan yang besar antara volume organ-organ intraabdomen yang
mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele
atau terdapat status klinis bayi yang buruk sehingga ada kontra indikasi terhadap operasi atau
pembiusan seperti pada bayi-bayi prematur yang memiliki hyaline membran disease atau
bayi yang memiliki kelainan kongenital berat yang lain seperti gagal jantung. Pada giant
omphalocele bisa terjadi herniasi dari seluruh organ-organ intraabdomen dan dinding
abdomen berkembang sangat buruk, sehingga sulit dilakukan penutupan (operasi/repair)
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 12Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
secara primer dan dapat membahayakan bayi. Beberapa ahli, walaupun demikian, pernah
mencoba melakukan operasi pada giant omphalocele secara primer dengan modifikasi dan
berhasil. Tindakan nonoperatif secara sederhana dilakukan dengan dasar merangsang
epitelisasi dari kantong atau selaput. Suatu saat setelah granulasi terbentuk maka dapat
dilakukan skin graft yang nantinya akan terbentuk hernia ventralis yang akan direpair pada
waktu kemudian dan setelah status kardiorespirasi membaik.
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk merangsang epitelisasi adalah 0,25 %
merbromin (mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver sulvadiazine dan povidone iodine
(betadine). Obat-obat tersebut merupakan agen antiseptik yang pada awalnya memacu
pembentukan eskar bakteriostatik dan perlahan-lahan akan merangsang epitelisasi. Obat
tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan selaput atau kantong dengan elastik
dressing yang sekaligus secara perlahan dapat menekan dan menguragi isi kantong.
Tindakan nonoperatif lain dapat berupa penekanan secara eksternal pada kantong.
Beberapa material yang biasa digunakan ialah Ace wraps, Velcro binder, dan poliamid mesh
yang dilekatkan pada kulit. Glasser (2003) menyatakan bahwa tindakan nonoperatif pada
omfalokel memerlukan waktu yang lama, membutuhkan nutrisi yang banyak dan angka
metabolik yang tinggi serta omfalokel dapat ruptur sehingga dapat menimbulkan infeksi
organ-organ intraabdomen. Ashcraft (2000) menyebutkan bahwa dari suatu studi, bayi-bayi
yang menjalani penatalaksanaan nonoperatif ternyata memiliki lama rawat inap yang lebih
pendek dan waktu full enteral feeding yang lebih cepat dibanding dengan penatalaksanaan
dengan silastic.
Indikasi terapi non bedah adalah:
1. Bayi dengan ompalokel raksasa (giant omphalocele) dan kelainan penyerta yang
mengancam jiwa dimana penanganannya harus didahulukan daripada omfalokelnya.
2. Neonatus dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi bila dilakukan pembedahan.
3. Bayi dengan kelainan lain yang berat yang sangat mempengaruhi daya tahan hidup.
Kerugian dari metode ini adalah kenyataan bahwa organ visera yang mengalami
kelainan tidak dapat diperiksa, sebab itu bahaya yang terjadi akibat kelainan yang tidak
terdeteksi dapat menyebabkan komplikasi misalnya obstruksi usus yang juga bisa terjadi
akibat adhesi antara usushalus dan kantong. Jika infeksi dan ruptur kantong dapat dicegah,
kulit dari dinding anterior abdomen secara lambat akan tumbuh menutupi kantong, dengan
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 13Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
demikian akan terbentuk hernia ventralis, karena sikatrik yang terbentuk biasanya tidak
sebesar bila dilakukan operasi. Metode ini terdiri dari pemberian lotion antiseptik secara
berulang pada kantong, yang mana setelah beberapa hari akan terbentuk skar. Setelah sekitar
3 minggu, akan terjadi pembentukan jaringan granulasi yang secara bertahap kana terjadi
epitelialisasi dari tepi kantong. Penggunaan antiseptik merkuri sebaiknya dihindari karena
bisa menghasilkan blood and tissue levels of mercury well above minimum toxic levels.
Alternatif lain yang aman adalah alkohol 65% atau 70% atau gentian violet cair 1%. Setelah
keropeng tebal terbentuk,bubuk antiseptik dapat digunakan. Hernia ventralis memerlukan
tindakan kemudian tetapi kadang-kadang menghilang secara komplet.
Penatalaksanaan dengan operatif
Tujuan mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga abdomen dan
menutup defek. Dengan adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi emergensi,
sehingga seluruh pemeriksaan fisik dan pelacakan kelainan lain yang mungkin ada dapat
dikerjakan. Keberhasilan penutupan primer tergantung pada ukuran defek serta kelainan lain
yang mungkin ada (misalnya kelainan paru)
Tujuan operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama ketahanan hidup yang
optimal dan menutup defek dengan cara mengurangi herniasi organ-organ intraabomen,
aproksimasi dari kulit dan fascia serta dengan lama tinggal di RS yang pendek. Operasi
dilakukan setelah tercapai resusitasi dan status hemodinamik stabil. Operasi dapat bersifat
darurat bila terdapat ruptur kantong dan obstruksi usus.
Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure (penutupan secara
primer atau langsung) dan staged closure (penutupan secara bertahap). Standar operasi baik
pada primary ataupun staged closure yang banyak dilakukan pada sebagiaan besar pusat
adalah dengan membuka dan mengeksisi kantong. Organ-organ intraabdomen kemudian
dieksplorasi, dan jika ditemukan malrotasi dikoreksi.
a. Primary Closure
Primary closure merupakan treatment of choice pada omfalokel kecil dan medium
atau terdapat sedikit perbedaan antara volume organ-organ intraabdomen yang mengalami
herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen. Primary closure biasanya dilakukan pada
omfalokel dengan diameter defek < 5-6 cm. Operasi dilakukan dengan general anestesi
dengan obat-obatan blok neuromuskuler. Mula-mula hubungan antara selaput dengan kulit
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 14Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
serta fascia diinsisi dan vasa–vasa umbilkus dan urakus diidentifikasi dan diligasi. Selaput
kemudian dibuang dan organ-organ intraabddomen kemudian diperiksa. Sering defek
diperlebar agar dapat diperoleh suatu insisi linier tension free dengan cara memperpanjang
irisan 2 –3 cm ke superior dan inferior.
Kemudian dilakukan manual strecthing pada dinding abdomen memutar diseluruh kuadran
abdomen. Manuver tersebut dilakukan hati-hati agar tidak mencederai liver atau ligamen.
Kulit kemudiaan dideseksi atau dibebaskan terhadap fascia secara tajam. Fascia kemudian
ditutup dengan jahitan interuptus begitu pula pada kulit. Untuk kulit juga dapat digunakan
jahitan subkutikuler terutama untuk membentuk umbilikus (umbilikoplasti) dan digunakan
material yang dapat terabsorbsi. Standar operasi ialah dengan mengeksisi kantong dan pada
kasus giant omphalocele biasanya dilakukan tindakan konservatif dahulu, namun demikian
beberapa ahli pernah mencoba melakukan operasi langsung pada kasus tersebut dengan
teknik modifikasi
b. Staged Closure
Pada kasus omfalokel besar atau terdapat perbedaan yang besar antara volume organ-
organ intraabdomen yang mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti
pada giant omphalocele, dapat dilakukan tindakan konservatif. Cara tersebut ternyata
memakan waktu yang lama, membutuhkan nutrisi yang banyak dan beresiko terhadap
pecahnya kantong atau selaput sehingga dapat timbul infeksi. Juga pada keadaan tertentu
selama operasi, ternyata tidak semua pasien dapat dilakukan primary closure. Yaster M. et al
(1989) dari suatu studinya melaporkan bahwa kenaikan IGP (intra gastricpressure) > 20
mmHg dan CVP > 4 mmHg selama usaha operasi primer dapat menyebabkan kenaikan
tekanan intraabdomen yang dapat berakibat gangguan kardiorespirasi dan dapat
membahayakan bayi sehingga usaha operasi dirubah dengan metode staged closure.Beberapa
ahli kemudian mencari solusi untuk penatalaksanaan kasus-kasus tersebut, yang akhirnya
ditemukan suatu metode staged closure. Staged closure telah diperkenalkan pertama kali oleh
Robet Gross pada tahun 1948 dengan teknik skin flap yang kemudian tejadi hernia ventralis
dan akhirnya cara tersebut dikembangkan oleh Allen dan Wrenn paada tahun 1969 dengan
suatu teknik “silo”
Teknik skin flap
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 15Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
Pada prosedur ini, dibuat skin flap melalui cara undermining /mendeseksi/membebaskan
secara tajam kulit dan jaringan subkutan terhadap fascia anterior muskulus rektus abdominis
dan aponeurosis muskulus obliqus eksternus disebelah lateralnya sampai batas linea aksilaris
anterior atau media. Kantong atau selaput dibiarkan tetap utuh. Skin flap kemudian ditarik
dan dipertemukan pada garis tengah untuk menutupi defek yang kemudian cara tersebut
menimbulkan hernia ventralis. Hernia ventralis timbul karena kulit terus berkembang
sedangkan otot-otot dinding abdomen tidak. Biasanya 6-12 minggu kemudian dapat dilakukan
repair terhadap hernia ventralis , Cara tersebut juga dapat menimbulkan skar pada garis
tengah yang panjang sehingga menimbulkan bentuk umbilikus yang relatif jauh dari normal.
Beberapa ahli kemudian mencoba suatu usaha agar didapatkan bentuk umbilikus yang
mendekati normal yaitu dengan cara umbilical preservation.
Prosedur dilakukan dengan cara tidak memotong kantong pada tempat melekatnya
urakus dan vasa umbilikus serta tidak memisahkan kutis dan subkutis dari fascia pada daerah
tersebut. Kemudian pada tempat tersebut dibuat neoumbilikus dengan jahitan kontinyu.
Teknik silo
Teknik silo dapat dilakukan juga bila terdapat omfalokel yang sangat besar sehingga
tidak dapat dilakukan dengan teknik skin flap. Silo merupakan suatu suspensi prostetik yang
dapat menjaga organ-organ intraabdomen tetap hangat dan menjaga dari trauma mekanik
terutama saat organ-organ tersebut dimasukkan ke dalam rongga abdomen. Operasi diawali
dengan mengeksisi kantong atau selaput omfalokel. Kemudian cara yang sama dilakukan
seperti membuat skin flap namun dengan lebar yang sedikit saja sehingga cukup untuk
memaparkan batas fascia atau otot. Suatu material prostetik silo (Silastic reinforced with
Dacron) kemudian dijahitkan dengan fascia dengan benang nonabsorble, sehingga terbentuk
kantong prostetik ekstraabdomen yang akan melindungi organ-organ intraabdomen. Organ-
organ intraabdomen dalam silo kemudian secara bertahap dikurangi dan kantong diperkecil.
Usaha reduksi dapat dilakukan tanpa anestesi umum, tetapi bayi harus tetap dimonitor di
ruangan neonatal intensiv care. Reduksi dapat dicapai seluruhnya dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu. Pada beberapa kasus, reduksi komplet dapat dicapai dalam 7-10
hari. Ashcraft (2000) menyebutkan adanya kegagalan reduksi lebih dari 2 minggu dapat
berakibat infeksi dan terpisahnya silo dari jaringan. Kimura K dan Soper R.T (1992)
melaporkan dari kasusnya, bahwa penggunaan dacron felt pledgets dapat mengurangi resiko
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 16Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
terlepasnya atau kerusakan sambungan karena terlalu tegang dan lama. Setelah seluruh isi
kantong masuk ke rongga abdomen kemudian dilakukan operasi untuk mengambil silo dan
menutup kulit.
Selama operasi terutama pada primary closure, haruslah dipantau tekanan airway dan
intra abdomen. Dulu beberapa kriteria digunakan untuk memonitor selama operasi,
diantaranya angka respirasi, tekanan darah, warna kulit, dan ferfusi ferifer. Observasi tersebut
menjadi sulit dan kurang reliabel karena bayi dibius dan mengalami paralisis. Yaster M, et
al (1989) melaporkan dari hasil studinya bahwa Intraoperatif Measurement dengan cara
memonitor perubahan nilai CVP dan IGP (intra gastricpressure) dapat digunakan untuk
menentukan teknik yang sebaiknya dilakukan dan memperkirakan hasil dari teknik operasi
yang dilakukan. Dia menyimpulkan pula bahwa kenaikan IGP > 20 mmHg dan CVP > 4
mmHg selama usaha primary closure dapat menyebabkan kenaikan tekanan intraabdomen
yang dapat berakibat gangguan kardiorespirasi bayi sehingga usaha operasi dirubah dengan
metode staged closure dan didapatkan hasil yang memuaskan dari metode operasi tersebut.
Perawatan praoperasi meliputi pemberian glukosa 10% intravena, NGT dan irigasi
rektal untuk dekompresi usus serta antibiotik. Cairan infus seluruhnya diberikan melalui
ektremitas atas. Pada penutupan primer omfalokel, eksisi kantong amnion, pengembalian
organ visera yang keluar ke dalam kavum peritoneal dan penutupan defek dinding anterior
abdomen pada 1 tahap merupakan metode operasi pertama untuk omfalokel and masih
merupakan metode yang memuaskan. Hal ini dikerjakan untuk ompalokel dengan ukuran
defek yang kecil dan sedang. Pada sebagian besar kasus omfalokel secara tehnik masih
mungkin untuk mengembalikan organ visera ke dalam abdomen dan memperbaiki dinding
abdomen. Pada kasus dengan defek yang besar , terutama bila sebagian besar hepar
menempati kantung, rongga abdomen tidak cukup untuk ditempati seluruh organ visera, hal
ini akan menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen karena rongga abdomen terlalu
penuh.
Terdapat 2 pilihan untuk penanganan omfalokel yang lebih besar atau gastroschizis.
1. Secara sederhana mengabaikan luasnya defek, dimana defek akan ditutup belakangan,
namun untuk menutup ompalokel atau usus yang terburai dengan kulit dinding abdomen
yang dibebaskan ke lateral sampai hampir garis tengah punggung, ke superior sampai
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 17Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
dinding dada, ke inferior sampai pubis serta dijahitkan pada garis tengah. Bila anak
tersebut bertahan, hernia ventralis yang besar tersebut direpair 1 tahun kemudian.
2. Pilihan yang paling sering dilakukan adalah secara manual menekan dinding abdomen
dengan membangun suatu tudung bungkus silastik untuk menutup usus. Tudung (silo)
tersebut secara progresif ditekan ke arah profunda kantong amnion dan isinya ke dalam
cavum abdomen dan mendekatkan tepi linea alba oleh peregangan otot abdomen.
Prosedur ini memerlukan waktu 5 sampai 7 hari, sebelum defek ditutup secara primer.
Menurut Steven (1992) penanganan emergensi omfalokel dibagi 2, yaitu:
Kantong intak
NGT dengan penghisap
Melapisi kantong dengan salep (Povidon-Iodin/betadin) atau kasa
yang dibasahi minyak
Membungkus kantong dengan kasa Kling untuk menyangga usus
berada di dinding abdomen .
Bungkus seluruh tubuh bayi untuk mencegah kehilangan panas
(hipotermi).
Dilarang mengecilkan ukuran kantong karena dapat menyebabkan
ruptur kantong dan distres pernapasan.
Infus melalui lengan.
Antibiotik spektrum luas (Ampicillin dan Gentamicin).
Konsultasi rencana bedah, operasi definitif seharusnya ditunda
sampai bayi stabil teresusitasi. Monitor suhu dan pH. Adanya
kelainan lain yang lebih serius (pernapasan atau jantung)
penanganan definitif bisa ditunda selama kantong masih intak.
Ruptur kantong
NGT dengan penghisap
Melapisi usus yang terburai dengan kasa salin dan bungkus bayi
dengan kain kering dan handuk steril untuk mencegah
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 18Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
kehilangan panas.
Monitor suhu dan pH.
Pasang infus.
Antibiotik spektrum luas (Ampicillin dan Gentamicin).
Rencanakan bedah emergensi untuk menutup usus.
Viabilitas usus mungkin kurang baik pada defek yang sempit pada
segmen usus yang terjebak. Perlu memperlebar dengan incisi
ke arah kranial atau kaudal untuk membebaskan organ visera
yang strangulasi.
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 19Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013
Omphalokel Forsalina Tamara (406118009)
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Puri P, Hollwarth M. Omphalocele. In: Sweed Y,editors.Pediatric surgery.
Germany:Springer;2006.p.203-212
2. Kaddah, SN et al. Omphalocele. Annals of pediatric surgery. 2006:130 -5
3. D A Nyberg , J Fitzsimmons, L A Mack, M Hughes, D H Pretorius, D
Hickok and T H Shepard. Chromosomal abnormalities in fetuses with omphalocele.
Significance of omphalocele contents. Washington: aium.
4. Robert G Allen , Earle L Wrenn Jr. Silon as a sac in the treatment of omphalocele
and gastroschisis. USA: Journal of Pediatric Surgery.
5. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005
6. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Staf Pengajar BagianIlmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Binarupa Aksara ; 2002
7. B. Purnomo Basuki. Dasar-dasar urologi. Jakarta: Penerbit CV Sagung seto,2011,
223-224
8. Ueno T, Hashimoto H, Kanamauro H Urachal anomalies: ultrasonography and
management.J Pediatr Surg. 2003 Aug;38(8):1203-7
Kepaniteraan Klinik Ilmu BedahRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 20Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 September 2013 – 7 Desember 2013