kata pengantar - · web view... tidak bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini....
TRANSCRIPT
![Page 1: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/1.jpg)
AGAMA DALAM KEHIDUPAN BUDAYA MANUSIA
OLEH :
KELOMPOK 1
1. WA YUNI (414010075)2. WA MULIANA3. WA MERTIANA (4140100 )4. WA ODE ERIANTI (4140100 )5. WA SARPIDA (414010073)
PROGRAM STUDI TARBIYAHFAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAMUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU2015
![Page 2: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/2.jpg)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita selalu panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala nikmat yang
telah diberikan kepada kita semua sehingga penyusunan makalah ini dengan judul
“Psikologi Agama” dapat terselesaikan, Shalawat serta salam selalu kita kirimkan
kepada panutan dan tauladan hidup kita, yakni nabi Muhammad SAW. Yang telah
membawa hidup kita ini dari zaman kegelapan ke zaman terang-benderang.
Dalam penyusunan makalah ini. Penulis tidak dapat menyelesaikan makalah
ini tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis sangat berterima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah mendukung
pembuatan makalah ini.
Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari penulis apabila makalah ini dapat
terpakai sesuai fungsinya, dan pembacanya dapat mengerti dengan jelas apa yang
dibahas didalamnya. Tidak lupa juga penulis menerima kritikan dan saran yang
membangun, yang sangat diharapkan demi memperbaiki pembuatan makalah di
kemudian hari.
Baubau, Juni 2015
Penulis
i
![Page 3: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/3.jpg)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan masalah................................................................................1
1.3 Tujuan dan manfaat penulisan............................................................1
1.4 Metode Penulisan................................................................................1
1.5 Sistematika Penulisan..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Agama Secara Umum.......................................................3
2.2 Peran dan Fungsi Agama Bagi Kehidupan.........................................4
2.3 Fungsi Agama Kepada Manusia.........................................................5
2.4 Tujuan Agama....................................................................................7
2.5 Hikmah Agama Dan Sikap Hidup Beragama Kepada
Sesama Manusia...............................................................................10
2.6 Toleransi Beragama..........................................................................11
2.7 Kembali kepada Fitrah Beragama....................................................12
2.8 Jangan Berpecah...............................................................................13
2.9 Toleransi sebagai Nilai dan Norma..................................................14
2.10 Toleran dan Prinsip Hidup................................................................15
2.11 Para Rasul Allah sebagai Rujukan Bertoleransi...............................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................26
3.1. Kesimpulan.......................................................................................26
3.2. Saran.................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
ii
![Page 4: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia memiliki kebebasan beragama. Agama islam sebagai agama yang paling
baik tidak pernah membeda- bedakan golongan. Hal ini berlaku selama manusia
itu mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal
yang diridhoi-Nya. Agama islam sangat mentoleransi kepada agama-agam
1.2 Rumusan masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang peran dan fungsi agama dalam kehidupan
manusia, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga
penyusun membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran dan fungsi agama menurut islam?
2. Bagaimana sikap dan hikmah beragama?
3. Bagaiman cara islam mentoleransi terhadap agama lain?
1.3 Tujuan dan manfaat penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas agama Islam dan
menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
penyusun dan pembaca tentang peran dan fungsi agama dalam kehidupan manusia
1.4 Metode Penulisan
Penyusun memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan
makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga
dari media media lain seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang
diambil dari internet.
1
![Page 5: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/5.jpg)
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan,
dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan
makalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan
dengan manusia dalam pandangan islam serta fungsi dan tanggung jawab manusia
dalam islam. Terakhir, bab penutup terdiri atas kesimpulan.
2
![Page 6: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/6.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia
memiliki keunikan yang beragam dalam hal :ras,suku,maupun agama.Agama
dalam kehidupan manusia sangat berperan penting dalam menjalani
kehidupannya.
2.1 Pengertian Agama Secara Umum
Merumuskan pengertian agama bukan suatu perkara mudah, dan ketidak
sanggupan manusia untuk mendefinisikan agama karena disebabkan oleh
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kepentingan mutlak dan tidak dapat
ditawar-tawar lagi, karena itu tidak mengherankan jika secara internal muncul
pendapat-pendapat yang secara apriori menyatakan bahwa agama tertentu saja
sebagai satu-satunya agama samawi, meskipun dalam waktu yang bersamaan
menyatakan bahwa agama samawi itu meliputi Islam, Kristen dan Yahudi.
Sumber terjadinya agama terdapat dua katagori, pada umumnya agama Samawi
dari langit, agama yang diperoleh melalui Wahyu Illahi antara lain Islam, Kristen
dan Yahudi.—-dan agama Wad’i atau agama bumi yang juga sering disebut
sebagai agama budaya yang diperoleh berdasarkan kekuatan pikiran atau akal
budi manusia antara lain Hindu, Buddha, Tao, Khonghucu dan berbagai aliran
keagamaan lain atau kepercayaan.
Dalam prakteknya, sulit memisahkan antara wahyu Illahi dengan budaya, karena
pandangan-pandangan, ajaran-ajaran, seruan-seruan pemuka agama meskipun
diluar Kitab Sucinya, tetapi oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai Perintah
Illahi, sedangkan pemuka-pemuka agama itu sendiri merupakan bagian dari
budaya dan tidak dapat melepaskan diri dari budaya dalam masa kehidupannya,
manusia selalu dalam jalinan lingkup budaya karena manusia berpikir dan
berperilaku.
Beberapa acuan yang berkaitan dengan kata “Agama” pada umumnya;
berdasarkan Sansekerta yang menunjukkan adanya keyakinan manusia
3
![Page 7: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/7.jpg)
berdasarkan Wahyu Illahi dari kata A-GAM-A, awalan A berarti “tidak” dan
GAM berarti “pergi atau berjalan, sedangkan akhiran A bersifat menguatkan yang
kekal, dengan demikian “agama: berarti pedoman hidup yang kekal”
Berdasarkan kitab, SUNARIGAMA yang memunculkan dua istilah; AGAMA dan
UGAMA, agama berasal dari kata A-GA-MA, huruf A berarti “awang-awang,
kosong atau hampa”, GA berarti “genah atau tempat” dan MA berarti “matahari,
terang atau bersinar”, sehingga agama dimaknai sebagai ajaran untuk menguak
rahasia misteri Tuhan, sedangkan istilah UGAMA mengandung makna, U atau
UDDAHA yang berarti “tirta atau air suci” dan kata GA atau Gni berarti “api”,
sedangkan MA atau Maruta berarti “angin atau udara” sehingga dalam hal ini
agama berarti sebagai upacara yang harus dilaksanakan dengan sarana air, api,
kidung kemenyan atau mantra.
Berdasarkan kitab SADARIGAMA dari bahasa sansekerta IGAMA yang
mengandung arti I atau Iswara, GA berarti Jasmani atau tubuh dan MA berarti
Amartha berarti “hidup”, sehingga agama berarti Ilmu guna memahami tentang
hakikat hidup dan keberadaan Tuhan.
2.2 Peran dan Fungsi Agama Bagi Kehidupan
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan
manusia, antara lain adalah :
1. Karena agama merupakan sumber moral
2. Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
3. Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
4. Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka,
maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya,
serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl
(16) : 78
4
![Page 8: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/8.jpg)
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa.
Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di
antara mereka yang mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai
macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan
dan rayuan daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan
kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut
dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik
manusia kepada hidayah ataukebaikan.
Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada
kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni
kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan
Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing
manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau
kemungkaran.
2.3 Fungsi Agama Kepada Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan
oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga
kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai
dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan di bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia
sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan
juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya
sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada
falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia
adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT
5
![Page 9: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/9.jpg)
- Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang
tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas
mati, matlamat menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama
itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan ini.
- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini
adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja
kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang
sama.
– Memainkan fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran
agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan
oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial
Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang
bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh
yang bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah
(desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama
sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran
agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota
beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-
sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan
sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.
Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan,
mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama
6
![Page 10: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/10.jpg)
agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan,
memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini
merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok
pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan
eksistensi pemeluk agama lain
2.4 Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab
yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua
agama sudah sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap
dengan baik dan benar serta dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan
penyampaian si pemeluk agama dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada
agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu dengan yang lain
adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama
Beberapa tujuan agama yaitu :
1. Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa
(tahuit).
2. Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik,
sehingga dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan
akhirat.
3. Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
4. Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan
Peter L Berger, agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Bagi umumnya agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar
pengaruhnya –bahkan sampai pada aspek yang terdalam (seperti kalbu, ruang
batin)– dalam kehidupan kemanusiaan.Masalahnya, di balik keyakinan para
agamawan ini, mengintai kepentingan para politisi. Mereka yang mabuk
kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan menyia-nyiakan sisi potensial
7
![Page 11: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/11.jpg)
dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai komoditas yang
sangat potensial untuk merebut kekuasaan.Yang lebih sial lagi, di antara elite
agama (terutama Islam dan Kristen yang ekspansionis), banyak di antaranya yang
berambisi ingin mendakwahkan atau menebarkan misi (baca, mengekspansi)
seluas-luasnya keyakinan agama yang dipeluknya. Dan, para elite agama ini pun
tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-nyiakan peran signifikan dari negara
sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas. Maka, kloplah, politisasi agama
menjadi proyek kerja sama antara politisi yang mabuk kekuasaan dengan para
elite agama yang juga mabuk ekspansi keyakinan.Namun, perlu dicatat, dalam
proyek “kerja sama” ini tentunya para politisi jauh lebih lihai dibandingkan elite
agama. Dengan retorikanya yang memabukkan, mereka tampil (seolah-olah)
menjadi elite yang sangat relijius yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi
agama) melalui jalur politik. Padahal sangat jelas, yang terjadi sebenarnya adalah
politisasi agama.Di tangan penguasa atau politisi yang ambisius, agama yang lahir
untuk membimbing ke jalan yang benar disalahfungsikan menjadi alat legitimasi
kekuasaan; agama yang mestinya bisa mempersatukan umat malah dijadikan alat
untuk mengkotak-kotakkan umat, atau bahkan dijadikan dalil untuk memvonis
pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai kafir, sesat, dan tuduhan jahat
lainnya,disfungsi atau penyalahgunaan fungsi agama inilah yang seyogianya
diperhatikan oleh segenap ulama, baik yang ada di organisasi-organisasi Islam
semacam MUI. Ulama harus mempu mengembalikan fungsi agama karena Agama
bukan benda yang harus dimiliki, melainkan nilai yang melekat dalam
hati.Mengapa kita sering takut kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan
kita internalisasi dalam hati. Agama tidak berfungsi karena lepas dari ruang
batinnya yang hakiki, yakni hati (kalbu). Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW
pernah menegaskan bahwa segala tingkah laku manusia merupakan pantulan
hatinya. Bila hati sudah rusak, rusak pula kehidupan manusia. Hati yang rusak
adalah yang lepas dari agama. Dengan kata lain, hanya agama yang diletakkan di
relung hati yang bisa diobjektifikasi, memancarkan kebenaran dalam kehidupan
sehari-hari.Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama di arena yang lain: di
panggung atau di kibaran bendera, bukan di relung hati
8
![Page 12: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/12.jpg)
Fungsi pertama agama, ialah mendefinisikan siapakah saya dan siapakah Tuhan,
serta bagaimanakah saya berhubung dengan Tuhan itu. Bagi Muslim, dimensi ini
dinamakan sebagai hablun minaLlah dan ia merupakah skop manusia meneliti dan
mengkaji kesahihan kepercayaannya dalam menghuraikan persoalan diri dan
Tuhan yang saya sebutkan tadi. Perbincangan tentang fungsi pertama ini berkisar
tentang Ketuhanan, Kenabian, Kesahihan Risalah dan sebagainya.
Kategori pertama ini, adalah daerah yang tidak terlibat di dalam dialog antara
agama. Pluralisma agama yang disebut beberapa kali oleh satu dua penceramah,
TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. Mana
mungkin penyama rataan dibuat sedangkan sesiapa sahaja tahu bahawa asas
agama malah sejarahnya begitu berbeza. Tidak mungkin semua agama itu sama!
Manakala fungsi kedua bagi agama ialah mendefinisikan siapakah saya dalam
konteks interpersonal iaitu bagaimanakah saya berhubung dengan manusia. Bagi
pembaca Muslim, kategori ini saya rujukkan ia sebagai hablun minannaas.
Ketika Allah SWT menurunkan ayat al-Quran yang memerintahkan manusia agar
saling kenal mengenal (Al-Hujurat 49: 13), perbezaan yang berlaku di antara
manusia bukan sahaja meliputi perbezaan kaum, malah agama dan kepercayaan.
Fenomena berbilang agama adalah seiring dengan perkembangan manusia yang
berbilang bangsa itu semenjak sekian lama.
Maka manusia dituntut agar belajar untuk menjadikan perbedaan itu sebagai
medan kenal mengenal, dan bukannya gelanggang krisis dan perbalahan.
Untuk seorang manusia berkenalan dan seterusnya bekerjasama di antara satu
sama lain, mereka memerlukan beberapa perkara yang boleh dikongsi bersama
untuk menghasilkan persefahaman. Maka di sinilah, dialog antara agama
(Interfaith Dialogue) mengambil tempat. Dialog antara agama bertujuan untuk
menerokai beberapa persamaan yang ada di antara agama. Dan persamaan itu
banyak ditemui di peringkat etika dan nilai.
9
![Page 13: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/13.jpg)
2.5 Hikmah Agama Dan Sikap Hidup Beragama Kepada Sesama
Manusia
Hidup beragama tampak pada sika dan cara perwujudan sikap hidup beragama
seorang yang menerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba
Allah. Karena keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang mengasihi setiap manusia dan seluruh umat manusia tanpa
diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan, maka dia pun wajib dan tak
punya pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi berdasarkan
agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan tertentu yang berbeda.
Perbedaan ciptaan Allah ditengah alam semesta adalah suatu keniscayaan yang
patut diterima sebagai anugerah yang harus disyukuri. Hal demikian harus
menjadi lebih nyata pada hidup beragama di tengah pluralitas agama sebagai
keniscayaan yang diterima dan disyukuri sebagai anugerah Allah.
Seorang yang tulus dalam beragama akan menghormati, menghargai dan bahkan
mengasihi atau merahmati sesamanya karena sesamanya adalah manusia yang
dikasihi Allah. Seorang yang tulus beragama mengasihi sesamanya hanya dengan
berpamrih pada Tuhan sebagai sumber segala kasih dan rahmat. Kasih atau cinta
kepada sesama manusia harus dapat menembus atribut-atribut yang
mengemasnya. Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada diri seorang tak
harus menjadi perisai yang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat yang
diberikan oleh orang lain kepadanya. Secara hakiki, manusia adalah manusia
ciptaan Allah sehingga saling berbeda tidak mengharuskan seorang untuk berlaku
tak adil dengan membeda-bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan
orang lain atau dengan memperlakukan sesama secara diskriminasi karena
berbeda agama, suku, atau status dan lain sebagainya.
Membedakan diri sendiri dengan orang lain adalah perbuatan akal sehat,
tetapi membeda-bedakan atau melakukan diskriminasi terhadap orang lain justru
bertentangan dengan akal sehat dan nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh
umat beragama dari setiap agama yang saling berbeda. Karena itu, membeda-
bedakan manusia berdasarkan perbedaan agama sesungguhnya bertentangan
10
![Page 14: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/14.jpg)
dengan ajaran agama. Sebagai bangsa yang beragama, sepatutnya kita menjadi
contoh terbaik bagi umat manusia sedunia dengan cara hidup yang saling
mengasihi dan saling merahmati dengan menerima perbedaan agama sebagai
rahmat Allah.
2.6 Toleransi Beragama
Dalam beragama atau Pengakuan adanya kekuatan Yang Maha Tinggi, yaitu
Tuhan, Allah, God, Yahweh, Elohim, yang disertai ketundukan itu, merupakan
fitrah (naluri) yang dimiliki oleh setiap manusia. Kendati demikian, manusia tetap
memerlukan adanya pemberi peringatan agar tidak menyeleweng dari fitrahnya,
mereka adalah para nabi dan rasul.
Perasaan tunduk kepada Yang Maha Tinggi, yang disebut iman, atau itikad, yang
kemudian berdampak pada adanya rasa suka (rughbah), takut (ruhbah), hormat
(ta’dzim) dan lain-lain, itulah unsur dasar al-din (agama). Al-din (agama) adalah
aturan-aturan atau tata-cara hidup manusia yang dipercayainya bersumber dari
Yang Maha Kuasa untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Berbagai agama telah lahir di dunia ini dan membentuk suatu syariat (aturan)
yang mengatur kehidupan manusia, yang termaktub di dalam kitab-kitab suci,
baik agama samawi (yang bersumber dari wahyu Ilahi) maupun yang terdapat
dalam agama ardli (budaya) yang bersumber dari pemikiran manusia. Semua
agama-agama, baik samawi maupun ardli, memiliki fungsi dalam kehidupan
manusia. Berbagai fungsi tersebut adalah: (i) menunjukkan manusia kepada
kebenaran sejati; (ii) menunjukkan manusia kepada kebahagiaan hakiki; dan (iii)
mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan bersama.Dari hakikat dan fungsi
agama seperti yang disebutkan itu, maka pemeluk agama-agama yang ada di
dunia ini, telah memiliki strategi, metoda dan teknik pelaksanaannya masing-
masing, yang sudah barang tentu dan sangat boleh jadi terdapat berbagai
perbedaan antara satu dengan lainnya. Karenanya, umat manusia dalam
menjalankan agamanya, sang Pencipta agama telah berpesan dengan sangat,
“Kiranya umat manusia tidak terjebak dalam perpecahan tatkala menjalankan
agama masing-masing, apalagi perpecahan itu justru bermotivasikan keagamaan”.
11
![Page 15: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/15.jpg)
2.7 Kembali kepada Fitrah Beragama
Dalam kesempatan ini, kami mengajak pembaca untuk fitrah beragama, yaitu
toleransi yang harus ditegakkan sebagai keyakinan pokok (akidah) dalam
beragama.Itu maknanya, pengamalan toleransi harus menjadi suatu kesadaran
pribadi dan kelompok yang selalu dihabitualisasikan dalam wujud interaksi sosial.
Toleran maknanya, bersifat atau bersikap menghargai, membiarkan pendirian,
pendapat pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan lain-lain yang
berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Toleransi/toleran dalam pengertian seperti itu terkadang menjadi sesuatu yang
sangat berat bagi pribadi-pribadi yang belum menyadarinya. Padahal perkara
tersebut bukan mengakibatkan kerugian pribadi, bahkan sebaliknya akan
membawa makna besar dalam kehidupan bersama dalam segala bidang, apalagi
dalam domain kehidupan beragama. Toleran dalam kehidupan beragama menjadi
sangat mutlak adanya, dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama
ardli dalam kehidupan umat manusia ini.Dalam kaitan ini Tuhan telah
mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan yang bersifat universal, dalam
Q.S. 42 A. 13: “Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama, apa yang telah
diwasiatkan kepada Nuh, dan apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad)
dan apa yang telah diwahyukan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu:
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah dalam urusan agama.”
Pesan lainnya terkandung dalam Q.S. 3 A. 103: “Dan berpegang teguhlah kamu
kepada agama Allah dan janganlah kamu bercerai-berai.”
Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak
terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan
antarumat beragama maupun sesama umat beragama. Pesan dari langit ini
menghendaki umat manusia itu memeluk dan menegakkan agama, karena Tuhan
sang Pencipta alam semesta ini telah menciptakan agama-agama untuk umat
manusia, kehendak-Nya hanyalah jangan berpecah-belah dalam beragama
maupun atas nama agama.Tegakkanlah agama dan jangan berpecah belah dalam
beragama, merupakan standar normatif Ilahiyah, sebagai patokan baku untuk
pembimbingan perilaku umat manusia dalam beragama. Standar yang bersifat
12
![Page 16: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/16.jpg)
universalistik ini bermakna ruang lingkupnya berlaku di mana pun dan kapan pun.
Yakni umat beragama dalam berinteraksi antaragama wajib mengutamakan
standar universal ini.
2.8 Jangan Berpecah
Tegakkan agama dan jangan berpecah belah dalam beragama. Perintah ini juga
merupakan standar yang bersifat partikularistik, yang ruang lingkupnya berlaku
bagi kelompok pemeluk agama tertentu di tempat mereka berada. Dalam
menjalankan agama hendaknya menjauhi perpecahan sesama agama, terlebih
perpecahan itu dibungkus oleh orientasi motivasional maupun orientasi nilai
keagamaan.
Tindakan manusia beragama itu selalu memiliki orientasi, berarti selalu diarahkan
kepada tujuan. Ada dua elemen penting dalam orientasi tindakan manusia
termasuk tindakan manusia dalam beragama yaitu orientasi motivasional dan
orientasi nilai. Orientasi motivasional adalah yang berhubungan dengan keinginan
individu yang bertindak itu untuk memperbesar kepuasan dan mengurangi
kekecewaan, atau dalam makna lain, motivasi untuk memperbesar kepuasan
jangka panjang dan jangka pendek.Sedangkan elemen lainnya adalah orientasi
nilai. Orientasi ini menunjuk kepada standar-standar normatif yang
mempengaruhi dan mengendalikan pilihan-pilihan individu terhadap tujuan yang
dicapai dan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan itu.Walhasil,
kebebasan individu dalam bertindak, dibatasi oleh standar-standar normatif yang
ada dalam masyarakat, baik yang bersifat Ilahiyah maupun budaya. Segala norma-
norma itu bukan berarti mengeliminir kebebasan manusia dalam beragama, justru
menawarkan berbagai alternatif dalam bertindak, bermakna juga bahwa manusia
itu dalam beragama mempunyai kebebasan penuh yang dibatasi oleh kebebasan
yang dimiliki orang selainnya.Itu berarti bahwa setiap umat beragama dalam
interaksi sosialnya mempunyai kebebasan dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas pemeluknya. Interaksi seperti ini sudah barang pasti berkonsekuensi,
minimal saling singgung. Sebab strategi, metoda dan teknik interaksi masing-
masing agama dan para pemeluknya bahkan dalam kalangan suatu agama dan
13
![Page 17: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/17.jpg)
para pemeluknya, sangat mungkin terjadi perbedaan baik secara prinsip maupun
nonprinsip.Ini bermakna, dapat kita lihat bahwa individu-individu itu dalam
beragama memungkinkan dapat menggunakan agama sebagai kekuatan yang
mempersatukan dan sebaliknya juga dapat menggunakannya sebagai pencerai-
beraian, yang mengakibatkan timbulnya konflik.
2.9 Toleransi sebagai Nilai dan Norma
Toleransi dalam pengertian yang telah disampaikan, yang merupakan keyakinan
pokok (akidah) dalam beragama, dapat kita jadikan sebagai nilai dan norma. Kita
katakan sebagai nilai karena toleransi merupakan gambaran mengenai apa yang
kita inginkan, yang pantas, yang berharga, yang dapat mempengaruhi perilaku
sosial dari orang yang memiliki nilai itu.Dan nilai (toleransi) akan sangat
mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat. Demikian juga toleransi, dapat kita
jadikan suatu norma, yaitu suatu patokan perilaku dalam suatu kelompok tertentu.
Norma memungkinkan seseorang menentukan terlebih dahulu bagaimana
tindakannya itu akan dinilai orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku
seseorang.Karena toleransi sudah kita jadikan nilai dan norma, dan juga
menyangkut sifat dan sikap untuk menghargai pendirian, pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan dan kelakuan, dan lain-lain yang berbeda bahkan
bertentangan dengan pendirian sendiri, maka sifat dan sikap sebagai nilai dan
norma itu mesti disosialisasikan. Maknanya, ialah proses memelajari norma, nilai,
peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan
partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.Sifat dan sikap toleran ini perlu
disosialisasikan, agar setiap individu mampu mengamalkan dalam kehidupan
nyata di masyarakat luas. Dalam lingkungan keluarga, kehidupan yang toleran
harus disosialisasikan sejak dini terhadap anggota keluarga (anak-anak). Dan
inilah yang menjadi sosialisasi dasar dalam kehidupan umat manusia, yang dari
padanya dikembangkan sosialisasi lebih lanjut sebagai follow-up.
Hidup beragama yang toleran sekaligus menjadi sikap dasar dalam kehidupan
sosial masyarakat, yang selalu disosialisasikan dalam tingkat rumah tangga,
merupakan sosialisasi primer, dan sosialisasi sekunder terjadi sesudah sosialisasi
14
![Page 18: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/18.jpg)
primer itu terjadi. Dan sesungguhnya sosialisasi primer itu merupakan dasar bagi
sosialisasi sekunder. Jika yang berperan dalam sosialisasi primer adalah seluruh
keluarga dalam rumah tangga, maka yang berperan dalam sosialisasi sekunder
adalah luar rumah tangga, yang dalam kehidupan sekarang ini adalah arena
pembelajaran sekolah.Di sekolah kita mendapatkan bekal pengetahuan,
kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk dapat hidup dalam kehidupan
sosial yang lebih luas, mengenal negara, undang-undang, aturan agama dan
kehidupan antarbangsa dan lain-lain. Setelah pembelajaran formal di bangku
sekolah selesai, sosialisasi sekunder masih terus dilakukan dalam kehidupan yang
lebih luas, kita harus menyesuaikan diri dengan berbagai norma dalam kelompok
kerja maupun masyarakat.Ternyata sosialisasi terhadap sikap hidup toleran dalam
berbagai bidang kehidupan (agama dan lain-lain), baik primer maupun sekunder,
berlangsung seumur hidup karena kehidupan kita umat manusia dari hari ke hari
adalah kehidupan yang ditandai oleh penambahan pengetahuan, dan untuk itu kita
harus terus belajar, dan berusaha mencari sesuatu yang baru dalam kehidupan
berpengetahuan. Itulah maknanya bahwa sosialisasi terhadap kehidupan toleran
itu merupakan proses yang tak henti-hentinya, dan terus mencari dan
mendapatkan yang lebih baik. Terus berlangsung seumur hidup umat manusia.
2.10 Toleran dan Prinsip Hidup
Berinteraksi dengan jiwa toleran dalam setiap bentuk aktivitas, tidak harus
membuang prinsip hidup (beragama) yang kita yakini. Kehidupan yang toleran
justru akan menguatkan prinsip hidup (keagamaan) yang kita yakini. Segalanya
menjadi jelas dan tegas tatkala kita meletakkan sikap mengerti dan memahami
terhadap apapun yang nyata berbeda dengan prinsip yang kita yakini. Kita bebas
dengan keyakinan kita, sedangkan pihak yang berbeda (yang memusuhi
sekalipun) kita bebaskan terhadap sikap dan keyakinannya.
Dialog disertai deklarasi tegas dan sikap toleran telah dicontohkan oleh Rasulullah
dalam Q.S. 109: “Wahai orang yang berbeda prinsip (yang menentang). Aku tidak
akan mengabdi kepada apa yang menjadi pengabdianmu. Dan kamu juga tidak
harus mengabdi kepada apa yang menjadi pengabdianku. Dan sekali-kali aku
15
![Page 19: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/19.jpg)
tidak akan menjadi pengabdi pengabdianmu. Juga kamu tidak mungkin mengabdi
di pengabdianku. Agamamu untukmu. Dan agamaku untukku.”
Prinsip yang telah dibela oleh Rasulullah sangat jelas, dengan sentuhan deklarasi
yang tegas. Sedangkan prinsip yang harus dipegang oleh mereka yang berbeda
(penentangnya) juga dijelaskan dengan tegas. Namun diiringi dengan sikap
toleransi yang sangat tinggi: Kamu pada prinsipmu dan aku pada prinsipku. Yakni
sepakat untuk berbeda.Sikap tegas penuh toleran, tanpa meninggalkan prinsip
seperti itu dilaksanakan pada saat masyarakat lingkungannya tampil dengan
budaya represif, yang sistem sosialnya dalam proses tidak menghendaki
perubahan, bertahan dengan struktur yang ada (morfostatis). Sedangkan Nabi
Muhammad saw sedang memulai pembentukan kelompok (formation group)
menuju perubahan. Ternyata sikap toleran sangat menentukan proses terjadinya
bentuk serta perubahan atau perkembangan suatu sistem maupun struktural atau
penyederhanaannya (morfogenesis).Sikap toleran membuahkan kemampuan yang
sangat signifikan dalam menetapkan pilihan yang terbaik. Mampu mendengar
berbagai ungkapan dan menyaring yang terbaik daripada semua itu.Sikap toleran
juga melahirkan kemampuan mengubah perilaku individu (self correction)
terhadap pola yang selama itu dilakukan, yang tak berdaya mengubah masyarakat
tradisional, tertutup dan represif, sehingga tujuan yang dicita-citakan dapat
dicapai. Toleran, tidak menciptakan individu yang wangkeng, yang tidak mau
mengubah perilakunya, walau tujuannya tidak tercapai. Secara apologi bersikap
dan mengatakan bahwa: Tujuan itu tidak tercapai karena belum waktunya, atau
nasibnya memang demikian dan tidak mau mengubah diri.Sikap toleran, mampu
menemukan jalan keluar dan problem solving yang pantas dan mengangkat
martabat dan harga diri dalam berbagai bidang kehidupan.Dengan sikap toleran,
Rasulullah bermigrasi (hijrah) meninggalkan kehidupan dan tatanan sosial
tradisional represif yang belum mampu diubahnya menuju kepada tempat dan
kelompok masyarakat yang telah dipersiapkannya untuk dapat menerima
perubahan dan bahkan menjadikannya sebagai agen perubahan di zamannya serta
zaman selanjutnya. Bersama kelompoknya kemudian berinteraksi membaur ke
dalam berbagai kelompok dalam masyarakat yang majemuk baik ras maupun
16
![Page 20: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/20.jpg)
agama. Interaksi yang sedemikian itu mampu menciptakan kehidupan yang saling
membutuhkan dan saling memerlukan, dalam bentuknya yang saling bertanggung
jawab dalam membela masyarakatnya.
2.11 Para Rasul Allah sebagai Rujukan Bertoleransi
Para rasul Allah telah memberi teladan dan menunjukkan serta mengajarkan
bersikap toleran. Darinya tumbuh berbagai norma yang mencerminkan sikap
toleran. Nabi Muhammad saw mencontohkan, setibanya ke tempat tujuan migrasi
(Yatsrib/Madinah), yang ditempuh pertama kali adalah terciptanya brotherhood
dan penyatuan diri antara kelompok migran dengan berbagai kelompok penghuni
asal (pribumi).Kemudian menciptakan sistem sosial baru, sebagai wahana
berbagai kegiatan dari berbagai orang dan kelompok yang saling berhubungan
secara konstan. Sistem baru itu dilegalisir dalam bentuk norma timbal-balik untuk
menciptakan keseimbangan yang memadai antara berbagai kelompok yang
terlibat dalam hubungan sosial di tempat yang baru (Yatsrib). Norma itu terpatri
dalam Sohifah al Madaniyyah (lebih kita kenal dengan Piagam Madinah).Piagam
Madinah di samping bersifat norma hubungan timbal balik yang memadai bagi
masyarakat berbilang kaum, juga merupakan perjanjian, undang-undang politik,
tatanan bernegara yang mengandung aturan-aturan kehidupan bersama dalam
sistem sosial besar berbentuk negara, bagi segenap warganya yang berbilang
kaum: Muslim, Yahudi, Nasrani, dan lain-lain di sebuah negara yang bernama
Madinah.
Di tengah kemajemukan masyarakat (negara Madinah), Nabi Muhammad
SAW sebagai pimpinan negara, berusaha sedaya-upaya untuk meletakkan dan
mendasarkan filosofi misi yang diembannya dalam membangun tatanan hidup
bersama yang mencakup seluruh golongan, sehingga penduduk negara dapat
hidup berdampingan secara damai dan sejahtera.
Prinsip-prinsip umum Piagam Madinah:
1. Monoteisme, Ketuhanan Yang Maha Esa, Tauhid.
17
![Page 21: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/21.jpg)
2. Persatuan dan kesatuan; penegasan bahwa seluruh warga Madinah adalah
satu umat, perlindungannya adalah satu, seluruh warga menanggung
pembiayaan negara.
3. Persamaan keadilan bagi seluruh warga negara, semua berstatus sama di
hadapan hukum, penegakan keadilan bagi semua.
4. Kebebasan beragama, semua pemeluk agama bebas menjalankan agamanya,
sebagaimana. Muslim menjalankan agamanya.
5. Pembelaan negara, merupakan kewajiban bersama.
6. Pengakuan dan pelestarian adat kebiasaan yang baik.
7. Supremasi aturan dan ajaran Ilahi.
8. Politik damai dan proteksi internal.
Piagam Madinah merupakan manifestasi sikap toleran, penghormatan terhadap
hak-hak asasi manusia, keadilan, dan kedamaian, yang permanen adanya.
Masyarakat modern dan sehat manapun pasti mengakui hakikat maknawinya
secara jujur. Toleransi dan perdamaian yang terkandung di dalamnya sangat
kental, masyarakat kontemporer patut mengadopsinya, demi terciptanya dunia
yang penuh toleransi dan perdamaian.Berkaitan dengan Q.S. 42 ayat 13 yang telah
disampaikan terdahulu, Allah menyebut nama-nama para utusannya yang bertugas
membimbing umat dengan syariat agama-Nya, yaitu Nuh AS, Muhammad SAW,
Ibrahim AS., Musa AS, dan Isa Almasih. Dari para utusan Allah inilah agama
samawi berkembang sampai hari ini dan kelak kemudian. Mereka memiliki sifat-
sifat toleran dan kesabaran yang prima yang perlu diteladani terus-menerus.
Pertama, Nabi Nuh AS. Beliau adalah bapak leluhur umat manusia setelah
sirnanya hampir seluruh manusia di muka bumi. Dijuluki sebagai Pahlawan Air
Bah. Nuh disifati sebagai seorang yang benar, benar bersumber dari keteguhan
imannya, dekat kepada Tuhannya, orang tidak bercela di antara orang-orang
sezamannya yang telah terbenam dalam taraf hidup moral yang sangat rendah dan
hina, dan kepada orang-orang semacam inilah Nuh AS menyampaikan dakwah
tentang kebenaran abadi.Dalam dakwahnya Nuh AS tergolong tidak berhasil
membawa mereka kepada iman, namun dalam menata kembali umat manusia dan
18
![Page 22: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/22.jpg)
peradabannya setelah kehancurannya dari libasan air bah, Nuh menjadi pahlawan
umat manusia dan lingkungannya. Membangun bahtera yang tatkala air bah
pasang, beberapa pasang putranya dan berbagai pasang binatang dan tumbuh-
tumbuhan dapat diselamatkan, yang selanjutnya menjadi pelanjut generasi pengisi
bumi babak selanjutnya.
Nabi Nuh AS juga disebut sebagai Abu al-Basyar setelah Adam AS, berumur 950
tahun, hampir satu milenium. Setelah air bah (kehancuran makhluk di bumi) Nabi
Nuh AS, ditengarai membangun kembali bumi ini dan menatanya dengan bertani,
sampai wafatnya. Nabi Nuh AS, terkenal dengan doanya yang diabadikan dalam
Al-Qur’an : S. 71 A. 26,27 , 28.
Nuh berkata: “Ya, Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara
orang-orang kafir tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka
tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak
akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir: Ya Tuhanku,
ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan
semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau
tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.
Kedua, Nabi Ibrahim, adalah leluhur bangsa Yahudi, Arab, dan bangsa-bangsa
lain. Imannya sangat teguh, terkenal sebagai Khalilullah (sahabat Allah),
keturunannya melalui Ismail dan Ishaq. Hidupnya dijadikan teladan iman terhadap
Tuhan oleh orang-orang Yahudi, Kristen, dan Islam. Namanya dalam bahasa
Ibrani Avram (Abram) dan selanjutnya berganti menjadi Abraham dan Ibrahim
(bahasa Arab) yang berarti bapak sejumlah besar bangsa. Ibrahiem berakidah
monoteis, mentauhidkan Allah bertentangan dengan politeisme nenek
moyangnya. Iman Ibrahiem kepada Allah totalitas dalam bentuk ketaatan dan
kesiapannya melakukan apapun perintah Tuhan.Ibrahim tergolong orang yang
banyak harta milik, pemberani, sangat kasih sayang terhadap keluarga, berhasil
dalam membina dan menuntun anak-anak dan keturunannya, supaya tetap hidup
menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan, dengan menerapkan kebenaran dan
keadilan. Ibrahim suka menjamu tamu dan siapa pun orang yang tidak beliau
kenal, bersifat murah hati dan tanpa pamrih. Sebagai Nabi Akbar yang menerima
19
![Page 23: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/23.jpg)
perjanjian Tuhan, Ibrahim memainkan peranan yang unik baik dalam tradisi
Yahudi dan Islam.
Ketiga, Nabi Musa, disebut sebagai pemimpin ulung pemberi hukum, perantara
(Allah) membawa orang-orang Israel keluar dari Mesir. Ia membina mereka
menjadi suatu umat untuk mengabdi kepada Allah, dan membawa mereka sampai
ke perbatasan negeri yang dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka. Musa
bukan berasal dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, hanya
putra seorang pembantu di istana Firaun.
Musa adalah salah seorang putra yang terselamat dari maklumat Firaun (yang
memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki Ibrani), sang ibu
menyelamatkan Musa dengan berbagai cara yang dimiliki sebagai penghuni
pinggiran sungai. Yang dalam ceriteranya putri (istri) Firaun memperanakkannya
(mengadopsinya), yang dalam kesehariaannya justru diasuh oleh sang ibu di
dalam istana Firaun, sampai menjadi dewasa tanpa diketahui oleh siapa pun.Musa
dibesarkan di istana, karenanya dia mengikuti pendidikan intelektual meliputi
sastra, tulisan, dan tata administrasi kerajaan Firaun, namun karena dia dalam
asuhan ibu kandungnya, maka budaya Ibrani tetap dimilikinya. Dari
pemahamannya yang mendalam akan bangsanya, tumbuh solidaritas yang tinggi
atas bangsanya yang ditindas oleh Firaun dalam bentuk kerja paksa. Ia membunuh
mandor Mesir yang dia saksikan menganiaya seorang pekerja Ibrani.Karenanya, ia
lari dari istana setelah diketahui oleh Firaun, lari ke arah timur menyeberangi
perbatasan menuju Median. Di sana Musa berjumpa dua orang putri penggembala,
putri seorang pemimpin Median bernama Syueb (Rehuel), dan Musa menikah
dengan salah satu gadis penggembala tersebut. Dari tokoh Median inilah Musa
mendapat pengetahuan tentang Sinai dan Median yang dalam perjalanannya
membawa makna besar baginya.Sebagai pemimpin umatnya, Musa tidak hanya
diperlengkapi secara teknis dengan pertumbuhannya dan pendidikannya di Mesir.
Tapi dalam hal yang jauh lebih asasi, ia juga dibina menjadi pemimpin ulung
berkat kesetiaannya mengikuti Allah dengan landasan iman. Orang seperti itulah
yang dibangkitkan Allah untuk memimpin umatnya dari perhambaan dan
penindasan. Dalam perjalanannya Musa menghadapi tingkah pola serangan Firaun
20
![Page 24: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/24.jpg)
dan juga kaumnya yang selalu menentang dan mencemoohkannya.Namun Musa
tak pernah putus asa menghadapi bangsa yang tegar tengkuk dan pencemooh itu.
Musa memiliki iman dan ketegaran baja kepada Allah, dan sangat bergiat bekerja
atas nama Allah. Musa juga diceritakan sebagai orang yang berkemampuan
jurnalistik, menulis berbagai dokumen ringkas tentang hukum Allah, kitab
perjanjian, risalah perjalanan di padang gurun dan lain-lain, Q.S. 87 A. 18-19
mengabadikan kemampuan jurnalistik Musa itu.
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-
kitab Ibrahim dan Musa.
Keempat, Nabi Isa Almasih, diimani oleh kaum muslimin sebagai salah seorang
nabi besar utusan Allah, yang dilukiskan di dalam Q.S.6la.6: Dan (ingatlah) ketika
Isa putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan
memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang
sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”. Maka tatkala rasul itu datang
kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “ Ini
adalah sihir yang nyata. “
Bagi umat Islam mengimani para nabi Allah adalah merupakan rukun iman yang
asasi. Keimanan terhadap para nabi Allah tidak dibeda-bedakan dalam inti
kandungan ajaran Islam.Dalam Alkitab dijelaskan bahwa topik pokok ajaran
Yesus Kristus adalah total baru dan revolusioner dan pada dasarnya ajarannya
bukan hanya baru tapi juga unik. Selanjutnya dijelaskan bahwa ajaran Nabi Isa bin
Maryam bukanlah seperti filsafat, teologi, atau etika. Disimpulkan, bahwa
ajarannya berbeda sekali dari ajaran setiap orang sebelum dan sesudah
dia.Ensiklopedi Alkitab Masa Kini menyatakan bahwa ajaran Yesus dapat
diklasifikasikan dengan judul-judul sebagai berikut: etika, metafisika dan teologi,
sosial, penyelamatan dan eskatologi (ajaran teologi mengenai akhir zaman, seperti
hari kiamat, kebangkitan segala manusia dan sorga). Dan seluruh ajarannya
menyatu pada dirinya sendiri. Inti ajarannya ialah pengumuman mengenai dirinya
sebagai juruselamat dunia,dan yang kelima adalah Rasul Allah Muhammad saw.
Ia adalah penerus ajaran para nabi Allah sebelumnya, nabi akhir dan penutup para
21
![Page 25: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/25.jpg)
nabi dan para rasul Allah, membenarkan keberadaan para nabi terdahulu dengan
segala ajarannya, yang dideklarasikan sebagai pemegang kitab Allah, yang
penganutnya disebut sebagai ahlul kitab.
Ajarannya mempunyai ciri:
1. Ajaran Tauhid, tentang keesaan Allah, yang harus diyakini setiap
pemeluknya.
2. Bersifat universal, yakni Islam untuk semua umat manusia tanpa batasan
teritorial.
3. Menghapus sistem perbudakan.
4. Persamaan hak bagi umat manusia.
5. Ajaran moral, sebagai sesuatu yang sangat penting dalam pergaulan umat
manusia di dunia.
6. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dengan wujudnya berbagai syareat
yang mampu menciptakan tolong menolong antar sesama manusia. Dan sikap
adil dalam segala kehidupan, dan lain-lain kebaikan yang dapat menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia.
Perkembangan Agama Dunia Kini dan Mendatang
Apa yang telah diuraikan itu barulah agama-agama yang bersifat samawi,
tentunya masih banyak agama-agama ardli, sama-sama berkembang pesat sepesat
agama samawi. Bahkan dalam kehidupan umat manusia di masa kini masih sangat
banyak mereka yang tidak memeluk agama apapun, termasuk umat manusia yang
meletakkan dirinya pada pilihan sebagai ateis.Jika umat manusia dengan
agamanya, kemudian mengembangkannya, itu sudah menjadi fitrah manusia.
Sebab semua orang beragama merasa wajib untuk mengembangkan dan
menyampaikan keyakinannya kepada siapapun di dunia ini. Di sinilah letaknya
sebuah toleransi, siapapun umat beragama bebas untuk mendakwahkan agamanya
dan siapapun manusia bebas menerima maupun menolak ajakan itu. Rambu-
rambu untuk itu dalam tatanan hidup antarbangsa dan agama telah dimiliki oleh
umat dan bangsa sedunia. Sikap toleran akan dapat meminimalkan segala
konsekuensi negatif penyebaran agama.Sesuatu yang menjadi sangat penting dan
terpenting adalah tertanamnya suatu sikap bagi seluruh umat beragama, bahwa
22
![Page 26: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/26.jpg)
tujuan dasar beragama adalah tercapainya kebahagiaan (kedamaian) dunia
maupun dalam kehidupan setelah dunia, kiranya sesuatu yang sangat esensial ini
tidak ternodai oleh perselisihan justru atas nama kesejahteraan dunia akhirat
tersebut, hal yang sangat ironis jika hal itu justru yang dikedepankan dalam sikap
hidup umat beragama. Sekali lagi sikap toleransi yang dapat mengatasinya.Kita
coba membaca perkembangan umat manusia dengan keagamaannya dewasa ini.
Dari data yang dapat dikumpulkan dari “Ensiklopedi Britannica” tahun 2001,
tercatat bahwa penduduk dunia yang tersebar di dalam 238 negara di lima benua
dan Oceania berjumlah 6.128.512.000 orang.Dari sejumlah ini, pemeluk Agama
Kristen (Katolik, Protestan, Ortodoks, Anglikan, Independen, Kristen Marginal
dan Kristen yang tidak berafiliasi) berjumlah 2.019.052.000 orang = 32,9% yang
tersebar di seluruh negara dunia (238 negara).
Muslim, 1.207.148.000 orang (belum termasuk mereka yang pernah menjadi
penduduk di bawah pengawasan komunis Uni Soviet Rusia) = 19,7%, terdiri dari
83% Sunni dan 16 % Syi’i serta 1% lain-lain, tersebar di 204 negara di seluruh
dunia.Hindu, 819.689.000 = 13,4 %, tersebar di 114 negara di dunia. Tidak
beragama 771.345.000 orang, tersebar di 236 negara dunia = 12,6%. Agama
Rakyat Cina, 387.167.000 orang = 6,3 %, tersebar di 99 negara dunia. Buddhists,
361.985.000 orang = 5,9% yang tersebar di 126 negara. Atheist, 150.252.000
orang = 2,5% tersebar di 161 negara. Sedangkan Jews (Yahudi) 14.484.000 orang
= 0,2%, tersebar di 134 negara.Dari catatan perkembangan agama-agama dunia
yang ada pada abad ini, agama samawi menduduki tempat teratas, baik Kristen
maupun Islam, sedangkan Yahudi persentasenya di bawah 1 %, dan agama-agama
ardli menduduki posisi 3 besar dunia. Namun orang-orang yang tidak beragama
dan atheis justru lebih besar jumlahnya jika dibandingkan dengan agama Hindu =
15,1 %.Inilah gambaran perkembangan agama-agama dunia, dengan
dipaparkannya gambaran seperti ini, kiranya kita dapat mengerti apa yang harus
dilakukan umat beragama, khususnya kita selaku Muslim.
Posisi Umat Islam Bangsa Indonesia
Hampir seluruh Muslim di Asia Tenggara membentuk bagian dari wilayah budaya
Melayu. Komunitas Muslim di wilayah ini adalah yang terbesar di dunia, tersebar
23
![Page 27: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/27.jpg)
di Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Singapura, dan Brunei Darussalam,
jumlahnya tidak kurang dari 206.584.000 orang = 17,11 % dari jumlah umat Islam
sedunia. Benang merah yang menghubungkan praktik dan keyakinan keagamaan
mereka di wilayah ini adalah ungkapan budaya yang dimiliki bersama termasuk
penggunaan bahasa Indonesia maupun Melayu yang dapat dipergunakan sebagai
bahasa komunikasi keagamaan.
Dalam menegakkan kehidupan keagamaan yang toleran dan damai di muka bumi
ini peranan Muslim Asia dimotori oleh Indonesia, mestinya dapat lebih mewarnai
Dunia Islam kontemporer. Berbagai syarat untuk itu ada dalam lingkungan
wilayah ini baik berupa bahasa, budaya dan adat kebiasaan yang dimiliki oleh
Muslim di wilayah ini.
Pengembangan dan pembentukan diri bagi Muslim di wilayah ini tidak lagi harus
tergantung pada wilayah tempat asal mula munculnya agama Islam (Timur
Tengah). Kemampuan untuk berkembang membentuk diri untuk tampil sebagai
umat beragama yang toleran dapat ditunjang oleh kemampuan Muslim di wilayah
ini, sejalan dengan perkembangan peradaban umat manusia yang semakin maju
yang dapat diakses oleh setiap Muslim di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Untuk menuju ke arah itu, kita sebagai masyarakat/kelompok sosial ini harus
menanamkan visi pada diri kita masing-masing, kiranya dengan aktivitas yang
selama ini kita tekuni sebagai masyarakat terus bergerak ke arah kehidupan
beragama atau kegiatan lainnya selalu mengedepankan sikap toleran. Ini
maknanya, lingkungan kita ini harus sangup menjadi wahana pengkaderan bangsa
dan umat yang orientasinya adalah terciptanya sikap toleran dalam kehidupan
beragama, berbangsa dan bernegara.
Kita harus yakin bahwa penanaman sikap toleran ini akan tercapai dengan
seksama hanya melalui pendidikan, dalam artian pembiasaan yang tiada hentinya,
sampai sikap itu menjadi darah daging yang tak terpisahkan (akidah). Dari tempat
yang kita wujudkan bersama ini pasti akan tumbuh kader-kader bangsa dan umat,
yang akan membawa kehidupan bangsa dan seluruh warga serantau Asia
Tenggara ini menjadi bangsa warga dunia pelopor kehidupan penuh toleran dan
24
![Page 28: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/28.jpg)
damai. Berbahagialah umat yang mencita-citakan kehidupan yang dicita-citakan
oleh seluruh warga dunia, yaitu kehidupan yang toleran dan damai
25
![Page 29: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/29.jpg)
BAB III
PENUTUP3.1. Kesimpulan
Peran dan fungsi agama bagi manusia sangatlah berpengaruh terhadap
kehidupannya,karena agama adalah suatu pedoman hidup seseorang untuk
mencapai kebahagiaan dunia maupun akhiratnya
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab
yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua
agama sudah sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap
dengan baik dan benar serta dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan
penyampaian si pemeluk agama dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada
agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu dengan yang lain
adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama.
3.2. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
26
![Page 30: KATA PENGANTAR - · Web view... TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. ... dari keturunan yang dapat dicatat dengan jelas oleh sejarah, ... berbangsa dan bernegara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042605/5a6fb6367f8b9a93538b58ec/html5/thumbnails/30.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
http://dyanperawat.blogspot.com/2012/01/hikmah-agama-dan-sikap-hidup-
beragama.html
http://ruangpelangi.wordpress.com/toleransi-beragama/
http://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan/
27