dokumen roadmap sanitasi total berbasis masyarakat stbm nasional tahun 2013 2015
DESCRIPTION
Dokumen roadmap sanitasi total berbasis masyarakat stbm nasional tahun 2013 2015TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
i
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah aksi terpadu untuk menurunkan angka kejadian penyakit menular berbasis lingkungan diantaranya adalah diare, serta meningkatkan perilaku higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satu kejadian luar biasa (KLB) diare pada tahun 2006 di 16 provinsi dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2.52, merupakan salah satu penyumbang kejadian diare nasional yang mencapai 423 per seribu penduduk pada semua umur. Salah satu sumber penyebab yang dimaksud adalah karena 47,50% air yang dikonsumsi masyarakat saat itu masih mengandung Eschericia Coli (Studi Basic Human Services/BHS : 2006). Penyebab lain karena 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka lainnya (Indonesian Study Sanitation Sector Development Program/ ISSDP).
Langkah antisipasi terus dilakukan pemerintah antara lain melalui berbagai pengelolaan program yang fokus pada penyediaan air minum dan sanitasi. Pada tahun 2008 telah diluncurkan peraturan perundangan dalam bentuk Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), sebagai wujud komitmen Pemerintah dalam mewujudkan peningkatan akses air minum dan sanitasi dasar berkelanjutan untuk pengendalian penyakit berbasis lingkungan dan peningkatan kemampuan masyarakat, melalui pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat.
Sebagai program nasional, STBM akan terus berlangsung dan telah dilakukan implementasi di 244 kabupaten/kota serta 2.583 kecamatan, sehingga pada triwulan I tahun 2013 terdapat sejumlah 11.678 desa/kelurahan yang melaksanakan STBM. Kegiatan STBM ini diharapkan mempunyai andil yang signifikan terhadap pencapaian target Air Minum dan Sanitasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Renstra Kemenkes, serta target MDG’s tujuan 7c yakni menurunkan separuh proporsi penduduk yang belum memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar yang layak secara berkesinambungan pada tahun 2015.
Dalam rangka memastikan tercapainya tujuan dan target tersebut di atas, diperlukan langkah-langkah strategis dalam pencapaiannya. Untuk itu disusunlah Road Map STBM periode 2013 – 2015 yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pengukuran pencapaian kinerja serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan STBM.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Road Map ini. Semoga dapat dijadikan acuan bagi seluruh pihak terkait dalam melakukan implementasi STBM.
Jakarta, Mei 2013
Direktur Jenderal,
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama
HalamanKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR GAMBAR iiiDAFTAR GRAFIK ivDAFTAR TABEL vDAFTAR LAMPIRAN viDAFTAR SINGKATAN vii
I. PENDAHULUAN 1
II. ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013-2015, APA DAN MENGAPA 72.1. Pengertian roadmap percepatan program STBM 72.2. Prinsip dasar penyusunan roadmap percepatan program STBM 8
III. DASAR PERTIMBANGAN PENYUSUNAN ROADMAP PERCEPATAN STBM 93.1. Target Pembangunan Sanitasi Jangka Menengah Nasional Tahun 2010–2015 103.2. Target MDGs 103.3. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014 113.4. Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 113.5. Kondisi eksisting program AMPL 11
IV. TINJAUAN STATUS PENCAPAIAN STBM 154.1. Peta Pelaku STBM 154.2. Pencapaian STBM 184.3. Pembelajaran dan potensi 214.4. Permasalahan utama 24
V. ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013 - 2015 26
5.1. Target STBM 2013 – 2015 265.2. Analisa Gap Capaian dan Target STBM 2013 - 2015 275.3. Isu Strategis STBM 295.4. Tujuan Strategis STBM 305.5. Sasaran Strategis STBM 2013 - 2015 375.6. Strategi pelaksanaan STBM 2013-2015 385.7. Program dan Kegiatan Strategis STBM 2013 – 2015 39
VI. PRIORITASI PELAKSANAAN KEGIATAN STRATEGIS ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013 – 2015 416.1. Prioritasi pelaksanaan kegiatan strategis 416.2. Prioritas kegiatan strategis tahun pertama, tahun 2013 426.3. Prioritas kegiatan strategis tahun kedua, tahun 2014 456.4. Prioritas kegiatan strategis tahun ketiga, tahun 2015 466.5. Pemantauan dan Evaluasi 46
VII. ESTIMASI KEBUTUHAN DAN IDENTIFIKASI SUMBER PENDANAAN UNTUK PELAKSANAAN ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013–2015 477.1. Identifikasi sumber pendanaan 477.2. Estimasi kebutuhan pendanaan 49
VIII. PENUTUP 53
DAFTAR ISI
iiiii
Halaman
Gambar 1 Kerangka Pikir STBM 3
Gambar 2 Komponen STBM 4
Gambar 3 Tangga Perubahan Perilaku – Visi STBM 5
Gambar 4 Target MDGs 2015 Terkait Sanitasi 9
Gambar 5 Pendekatan Dalam Pengelolaan Air Limbah Permukiman 10
Gambar 6 Rangkuman Target Pembangunan Air dan Sanitasi 14
Gambar 7 Wilayah Kerja Pelaku STBM di Indonesia 17
Gambar 8 Persentase Penduduk yang Menggunakan Jamban di Indonesia 18
DAFTAR GAMBAR
iiiii
Halaman
Grafik 1 Akses Sanitasi Layak Berkelanjutan 12
Grafik 2 Akses Air Layak Berkelanjutan 12
Grafik 3 Kondisi Sarana Sanitasi Provinsi di Indonesia Tahun 2010 19
Grafik 4 Jumlah Desa/kelurahan dan Desa/kelurahan Intervensi STBM
Provinsi di Indonesia Tahun 2010 20
Grafik 5 Jumlah Desa/kelurahan dan Kecamatan Intervensi STBM
serta Puskesmas di Provinsi Tahun 2010 30
DAFTAR GRAFIK
viv
Halaman
Tabel 1 Pelaku Pembangunan STBM di Indonesia 10
Tabel 2 Indikator Program Strategis Penyehatan Lingkungan 18
Tabel 3 Pembelajaran dan Usulan untuk Pusat 21
Tabel 4 Pembelajaran dan Usulan untuk Provinsi 22
Tabel 5 Pembelajaran dan Usulan untuk Kabupaten/Kota 23
Tabel 6 Masalah Strategis AMPL 24
Tabel 7 Permasalahan Internal dan Eksternal STBM di Indonesia 25
Tabel 8 Target Pembangunan Sanitasi Indonesia 27
Tabel 9 Target STBM 2013 – 2015 28
Tabel 10 Data Provinsi Prioritas Pertama 31
Tabel 11 Data Provinsi Prioritas Kedua 33
Tabel 12 Data Provinsi Prioritas Ketiga 34
Tabel 13 Tabel isu dan sub isu strategis STBM 2013-2015 36
Tabel 14 Tujuan Strategis STBM 2013 – 2015 36
Tabel 15 Sasaran Strategis STBM 2013 – 2015 37
Tabel 16 Strategi Pelaksanaan Strategis STBM 2013 – 2015 38
Tabel 17 Program dan Kegiatan Strategis STBM 2013 – 2015 39
Tabel 18 Prioritas Kegiatan Strategis STBM 2013 42
Tabel 19 Prioritas Kegiatan Strategis STBM 2014 45
Tabel 20 Prioritas Kegiatan Strategis STBM 2015 46
Tabel 21 Identifikasi Sumber Pendanaan STBM 2013 – 2015 48
Tabel 22 Estimasi Kebutuhan Pendanaan STBM Tahun 2013 49
Tabel 23 Estimasi Kebutuhan Pendanaan STBM Tahun 2014 51
DAFTAR TABEL
viv
Halaman
Lampiran 01 Gambaran Roadmap Percepatan STBM 2013-2015 di Provinsi 54
Lampiran 02 Gambaran Roadmap Percepatan STBM 2013-2015
di Kabupaten/Kota 59
Lampiran 03 Gambaran Umum Sinergi Program terkait STBM di
Tingkat Kabupaten/Kota 64
DAFTAR LAMPIRAN
vi
ADD Alokasi Dana Desa/kelurahan
AMPL Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
AKKOPSI Asosiasi Kota/Kabupaten Peduli Sanitasi
APBD Anggaran Pembangunan Belanja Daerah
APBDesa Anggaran Pembangunan Belanja Desa
APBN Anggaran Pembangunan Belanja Nasional
AusAid Australia Agency for International Development
BAB Buang Air Besar
BABS Buang Air Besar Sembarangan
BOK Bantuan Operasional Kesehatan
BOS Bantuan Operasional Sekolah
BPMD Badan Pemberdayaan Masyarakat & Desa
BPS Badan Pusat Statistik
BHS Basic Human Services
CD Bethesda Community Development Bethesda
CFR Case Fatality Rate
CLTS Community-Led Total Sanitation
CSR Corparate Social Responsibility
CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun
CWSHP Community Water Sanitation and Health Project
Dekon Dekonsentrasi
DIPA Daftar Isian Program Anggaran
DKI Jaya Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya
Dirjen PP & PL Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit & Penyehatan Lingkungan
Dit PL Direktorat Penyehatan Lingkungan
GDP Gross Domestic Product
ICWRMP Integrated Citarum Water Resources Management Project
DAFTAR SINGKATANIMB Ijin Mendirikan Bangunan
IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPLT Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu
ISSDP Indonesia Sanitation Sector Development Program
IUWASH Indonesia Urban Water Sanitation and Health
KIE Komunikasi Informasi & Edukasi
KLB Kejadian Luar Biasa
K/L Kementrian/Lembaga
KTP Kartu Tanda Penduduk
Litbangkes Penelitian Pengembangan Kesehatan
MAK Mata Anggaran Kegiatan
Manlak Pedoman Pelaksanaan
Mannis Pedoman Teknis
MCC Milenium Challenge Corporation
MDGs Millenium Development Goals
Menkes Menteri Kesehatan
Kemkes Kementerian Kesehatan
MOU Memorandum Of Understanding
MPSS Memorandum Program Strategi Sanitasi
MSMHP Metropolitan Sanitation Management and Health Project
NGO Non Goverment Organization
NTB Nusa Tenggara Barat
NTT Nusa Tenggara Timur
OD Open Defecation
ODF Open Defecation Free
Ormas Organisasi Kemasyarakatan
PAMMRT Pengelolaan Air Minum dan Makanan Sehat Rumah Tangga
vii
PAMSIMAS Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
Perbup Peraturan Bupati
Perda Peraturan Daerah
Perdes Peraturan Desa
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKK Pendidikan Kesehatan Keluarga
PLCRT Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga
PLP Penyehatan Lingkungan & Permukiman
PMD Pemberdayaan Masyarakat & Desa
PPSP Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pokja Kelompok Kerja
Pro Air Program Penyediaan Air
Prokasih Program Kali Bersih
Promkes Promosi Kesehatan
PSRT Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
PU Pekerjaan Umum
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
RPJMD Rencana Panjang Jangka Menengah Daerah
RPJMN Rencana Panjang Jangka Menengah Nasional
RKM Rencana Kerja Masyarakat
RKP Rencana Kerja Pembangunan
RPAM Rencana Pengamanan Air Minum
RSH Rumah Sederhana Sehat
3R Reduce, Reuse and Recycle
Sanimas Sanitasi Berbasis Masyarakat
SBS Stop Buang air besar Sembarangan
SE Surat Edaran
SK Surat Keputusan
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SLBM Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
SPBM Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
Stop BABS Stop Buang Air Besar Sembarangan
Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional
SSK Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota
SMS Short Message Service
TOT Training Of Trainers
TKM Tim Kerja Masyarakat
TPA Tempat Pemerosesan Akhir
TPS Tempat Pembuangan Sementara
TSSM Total Sanitation & Sanitation Marketing
UKS Usaha Kesehatan Sekolah
UNICEF United Nation International Children’s Funds
USAid United State Agency for International Development
USRI Urban Sanitation and Rural Infrastructure
UU Undang Undang
WASH Water Sanitation & Hygiene
WES Unicef Water Environmental Sanitation United Nation International Children’s Funds
WHO World Health Organization
WVI World Vision Indonesia
YMP-NTB Yayasan Masyarakat Peduli - Nusa Tenggara Barat
DAFTAR SINGKATAN
viii
Bab SatuPENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) meginformasikan bahwa kematian yang disebabkan karena waterborne disease mencapai 3.400.000 jiwa/tahun. Masih menurut WHO, dari semua kematian yang berakar pada buruknya kualitas air dan sanitasi, diare merupakan penyebab kematian terbesar yaitu 1.400.000 jiwa/tahun. Menurut Hardoy dan Satterhwaite (1992), layanan air minum yang kualitasnya buruk dan kurang memadainya sistem pembuangan air limbah dan sampah menimbulkan dampak buruk pada lingkungan dan menimbulkan endemik penyakit di rumah tangga miskin. Dalam buku lain yang berjudul “The Poor Die
viii
32
Young”, Hardoy, Cairncross, and Satterthwaite (1990) menyusun daftar penyakit yang paling prevalent. Terdapat 29 jenis penyakit di luar 48 jenis penyakit yang paling prevalent di seluruh dunia yang kejangkitannya dapat dicegah dengan meningkatkan kualitas perumahan dan kondisi penghidupan, nutrisi yang lebih baik dan perawatan kesehatan primer yang menyeluruh. Beberapa penyakit tersebut diantaranya: Tuberculosis, Measles, Pertusis, Tetanus, Polio, Diptheria, Malaria, Schistosomiasis, Filariasis, Chagas disease, River Blindness, Leishmanasis, Leprosy, Guinea Worm, Amoebiasis, Giardiasis, Typoid, Cholera, Ascariasis, Hookworm, Thichuriasis, Dengau, Rabies, Yellow Fever, Iodine Deficiency, Vitamin A Deficiency, Pneumonia, Anaemia, Trachoma.
Sebagaimana negara-negara berkembang lainnya, Indonesia pada saat ini juga menghadapi masalah di bidang sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Sejak diterapkan otonomi daerah pada Januari 2001, bagaimanapun, masalah sanitasi bukan lagi menjadi urusan Pemerintah Pusat, tetapi menjadi urusan wajib bagi Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai UU No. 32/2004 tentang Otonomi Daerah. Akan tetapi dalam kenyataannya masih banyak pemerintah kabupaten/kota yang belum atau kurang mampu mengurus dan memecahkan masalah di bidang sanitasi dan higiene. Seringkali bidang sanitasi dan higiene lebih merupakan isu pinggiran (marginal) yang tidak memperoleh prioritas dalam pembangunan.
Pembangunan sanitasi kemudian menjelma menjadi masalah yang relatif kompleks. Kompleksitas masalah yang dihadapi bukan hanya menyangkut banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap kinerja dan keberlanjutan pembangunan sanitasi dan higiene, tetapi juga adanya perbedaan masalah, bobot, serta cara penanganan antara satu daerah dengan lainnya, sehingga sangat sulit dan tidak relevan untuk membuat sebuah model yang sama untuk diterapkan di semua kabupaten/kota.
Secara keseluruhan penduduk Indonesia yang hidup dengan kondisi sanitasi buruk mencapai 72.500.000 jiwa. Mereka tersebar di perkotaan (18,2%) dan perdesaan (40%). Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa di Indonesia ada 226 kota yang masih bermasalah dengan pengelolaan air limbah, 240 kota menghadapi masalah pengelolaan sampah, serta 100 kota masih bermasalah dengan drainase. Sedangkan kota yang bermasalah dengan ketiganya sebanyak 52 Kota (Zainal Nampira dalam Kick off High Five Program).
Tidak ada informasi mengenai bagaimana permasalahan sanitasi di perdesaan. Dari berbagai kabupaten diperoleh informasi bahwa di perdesaan masalah yang krusial adalah kebiasaan buang air besar sembarangan atau open defecation. Perilaku ini berakibat secara langsung/tak langsung pada terkontaminasinya sumber air minum maupun terjadinya pencemaran ulang (rekontaminasi) pada sumber air dan makanan yang disantap di rumah.
Beberapa kajian/riset terkait Sanitasi yang pernah dilakukan antara lain The Political Economy of Sanitation (2011), Lessons in Urban Sanitation Development (2006-2011), Managing the Flow of Information to Improve Rural Sanitation in East Java (2010), dan Economic Impacts of Sanitation in Indonesia (2008). Riset atau studi tersebut dilakukan atas fasilitasi Water and Sanitation Program – East Asia Pacific/World Bank. Intisari dari hasil review riset di atas adalah sebagai berikut:
Otonomi daerah ternyata masih belum bisa diimbangi dengan tindakan daerah dalam mengalokasikan dana •untuk sanitasi (perlunya advokasi anggaran).
Bidang sanitasi belum dianggap sebagai bidang prioritas pembangunan (advokasi regulasi maupun •anggaran).
Kerugian di level nasional sebesar Rp.225.000/orang/tahun apabila sanitasi tidak ditangani dengan baik bisa •menjadi bahan advokasi.
Sistem monitoring berbasis masyarakat sangat layak untuk diterapkan untuk diterapkan, dan menghasilkan •informasi/data dengan kualitas memadai.
Sistim monitoring melalui SMS apabila berjalan dengan bagus akan sangat bermanfaat dan mampu menerobos •kemandegan informasi yang selama ini terjadi (akan lebih baik diikuti dengan respon/feedback yang cepat agar cepat tertanggulangi).
32
Kerugian ekonomi dari buruknya sanitasi merupakan dampak negatif lainnya yang nilainya sangat besar. Di Indonesia, pada tahun 2006 perkiraan biaya yang dikeluarkan per tahun mencapai Rp 56 triliun. Biaya sebesar itu setara dengan 2,3% GDP (Gross Domestic Product), dan dapat dibelanjakan untuk perawatan dan penyembuhan penyakit yang kejangkitannya berakar pada air dan sanitasi buruk serta perilaku tidak higiene. Di perkotaan setiap orang terbebani biaya Rp 275.000/tahun, sedangkan di perdesaan setiap orang per tahun terbebani Rp 224.000. Dampak ekonomi dari pencemaran air akibat sanitasi yang buruk mencapai Rp 14,9 triliun (Research Report, Economic Impact of Sanitation In Indonesia : Water and Sanitation Program-East Asia and Pasific, World Bank : 2008). Biaya ekonomi sebesar itu, bila problem sanitasi teratasi dan perilaku hidup bersih dan sehat diwujudkan dapat dialihkan untuk kegiatan produktif meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin yang memang paling banyak menjadi korban waterborne disease.
Upaya peningkatan perilaku higiene dan peningkatan akses sanitasi terus dikembangkan. Belajar dari berbagai pengalaman pelaksanaan CLTS dan program/proyek sanitasi lainnya, CLTS di Indonesia kemudian mengalami berbagai evaluasi dan penyesuaian. CLTS yang lebih fokus pada perilaku Stop BABS dengan strategi di peningkatan kebutuhan sanitasi kemudian dievaluasi dan dikembangkan dengan menambahkan 4 (empat) perubahan perilaku, diarahkan pelaksanaannya dengan 6 (enam) strategi, dan dinamakan STBM.
Berdasarkan Kepmenkes No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional STBM, STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan, sebagaimana terlihat dalam gambar di atas ini.
Disebut Sanitasi Total karena target yang ingin dicapai adalah ketika suatu komunitas sudah mencapai kondisi : (1) Tidak buang air besar sembarangan (Stop BABS); (2) Mencuci tangan pakai sabun (CTPS); (3) Mengelola air minum dan makanan yang aman (PAMM RT); (4) Mengelola sampah dengan benar dan (5) Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Gambar 1 Kerangka Pikir STBM
54
Pada bulan September 2008 itu pula, Menteri Kesehatan, Dr Siti Fadillah Supari, meluncurkan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan Pencanangan Program Nasional untuk pelaksanaan STBM di 10.000 desa/kelurahan. Strategi ini kini menjadi strategi utama untuk sanitasi pedesa/kelurahanan secara nasional dan berlaku untuk seluruh tingkatan pemerintah daerah serta donor dan berbagai mitra. Menurut Kementerian Kesehatan, pada saat peluncuran STBM ini sudah mencapai 3.000 desa/kelurahan yang telah melaksanakan STBM. Dalam sambutannya, Menteri menunjukkan bahwa penetapan 10.000 desa/kelurahan STBM ini dilakukan berdasarkan pembelajaran dari 6 kabupaten uji coba CLTS dan menyatakan: “Pembangunan kesehatan yang efektif dapat dicapai jika masyarakat terlibat secara penuh dan diberdayakan sejak perencanaan maupun pelaksanaan secara berkelanjutan”.
Komponen sanitasi total sebagaimana ditunjukkan gambar 1.2., adalah bagaimana ketiga komponen dapat terlembagakan, sehingga: (1) Stop BABS adalah pilar utama untuk menghasilkan peningkatan kebutuhan masyarakat untuk memperbaiki sanitasi, sesuai dengan prinsip pendekatan non subsidi untuk fasilitas sanitasi rumah tangga: (2) Dengan dukungan pengembangan kapasitas tentang STBM sejak dari pusat sampai ke tingkat masyarakat, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan permintaan perbaikan sanitasi yang layak di masyarakat; dan (3) Dengan mendorong pasar lokal untuk menawarkan lebih banyak opsi kepada rumah tangga miskin untuk mendapatkan akses terhadap sanitasi yang layak menyebabkan terjadinya peningkatan penyediaan sanitasi.
Bila ketiga komponen ini terjadi, maka masyarakat akan menginvestasikan sumber daya mereka sendiri untuk memperbaiki fasilitas sanitasi, dan akan dengan cepat menuju dusun, desa/ kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi yang bebas dari BAB sembarangan, serta mencapai pilar-pilar STBM lainnya.
Untuk mencapai suatu kondisi masyarakat Sanitasi Total, setiap rumah tangga perlu melaksanakan perilaku higiene yang merupakan kunci untuk menjaga kesehatan, produktivitas, dan kesejahteraan masyarakat secara lebih luas.
Seiring dengan harus terjadinya internalisasi dan terlembagakannya ketiga komponen di atas, maka yang harus dilakukan adalah meningkatkan kapasitas daerah dan membangun konsensus bersama sehingga kabupaten/kota dapat merencanakan bagaimana mereka bisa menjadi mencapai kondisi ODF/SBS. Tahap berikutnya adalah melanjutkan untuk mencapai Sanitasi Total, sebagaimana gambar tangga perubahan perilaku berikut ini:
Gambar 2 Komponen Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Sumber : Permenkes No 852 Tahun 2008
54
Tangga Perubahan Perilaku - Visi STBM-
mengubah
(pilar 2-5)
(5 pilar STBM)
Adanya proses pemicuan•Adanya Komite/• ”Natural Leaders”Adanya Rencana Aksi •MasyarakatAdanya Pemantauan terus •menerusTersedianya • supply
100% masyarakat sudah berubah •perilakunya dengan status SBS (terverifikasi)Adanya rencana untuk mengubah perilaku •Higiene lainnyaAdanya aturan dari masyarakat untuk •menjaga status SBSAdanyapemantauandanverifikasisecara•berkala
Adanya upaya peningkatan •kualitas sanitasiTerjadinya perubahan perilaku •higiene lainnya di masyarakat (pilar 2-5)Adanya pemantauan dan •evaluasi
Masyarakat sudah mempraktekkan perilaku Higiene sanitasi secara permanen (5 pilar STBM)
Dengan pemikiran tersebut, berikut ini adalah naskah Roadmap Percepatan Program STBM 2013-2015, dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab 1•
Pendahuluan, berisikan penulisan tentang kenapa STBM diperlukan dalam pembangunan sanitasi berbasis masyarakat di Indonesia, serta sistematika penulisannya.
Bab 2•
Roadmap Percepatan STBM, Apa dan Mengapa, berisikan tulisan pengertian dan prinsip dasar penyusunan roadmap.
Bab 3•
Dasar Pertimbangan Penyusunan Roadmap Percepatan STBM, berisikan tulisan target pembangunan sanitasi nasional, target MDGs, Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010–2014, program PPSP, serta kondisi eksisting program AMPL.
Bab 4•
Tinjauan status pencapaian STBM, berisikan tulisan tentang pelaku STBM, pencapaian STBM, pembelajaran dan potensi, serta permasalahan utama STBM.
Gambar 3 Tangga Perubahan Perilaku
Sumber : Materi Advokasi STBM - 2012
76
Bab 5•
Roadmap Percepatan STBM 2013-2015, berisikan tulisan target, analisis gap capaian dan target Roadmap Percepatan STBM 2013-2015, isu strategis, tujuan strategis, sasaran strategis, kebijakan, program dan kegiatan strategis STBM 2013-2015.
Bab 6•
Prioritasi Pelaksanaan Kegiatan Strategis Roadmap Percepatan STBM 2013 – 2015, berisikan tulisan prioritasi pelaksanaan kegiatan strategis, prioritas kegiatan strategis tahun pertama (tahun 2013), prioritas kegiatan strategis tahun kedua (tahun 2014), prioritas kegiatan strategis tahun ketiga (tahun 2015) serta serta pemantauan dan evaluasi.
Bab 7•
Estimasi Kebutuhan dan Identifikasi Sumber Pendanaan untuk Pelaksanaan Roadmap Percepatan STBM 2013-2015, berisikan tulisan tentang estimasi dan identifikasi sumber pendanaan STBM 2013-2015
Bab 8•
Penutup, berisikan tulisan penutup yang menjelaskan betapa pentingnya melakukan percepatan STBM agar kita sampai pada target RPJMN 2014 dan MDGs 2015.
76
2.1.PengertianRoadmap Percepatan STBM 2013-2015
Secara harfiah, roadmap dapat diartikan sebagai peta penentu, penunjuk arah atau peta jalan menuju target sasaran. Roadmap merupakan sebuah dokumen rencana kerja rinci yang mengintegrasikan seluruh rencana dan pelaksanaan program serta kegiatan dalam rentang waktu tertentu.
Dalam pelaksanaan program STBM, roadmap dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melangkah dan mengukur pencapaian kinerja serta pemantauan dan evaluasi terhadap target sasaran. Sebagaimana lazimnya, informasi minimal yang dijelaskan dalam roadmap adalah tahapan atau aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan seperti: gambaran kondisi yang terjadi saat ini (data kondisi eksisting tahun tertentu), target
Bab DuaRoadmap Percepatan STBM, Apa dan Mengapa
98
capaian/hasil, kegiatan apa yang harus dilakukan, siapa pelaksana dan penanggungjawab, dukungan apa yang dibutuhkan, serta anggaran yang diperlukan. STBM dalam pelaksanaannya, di awal banyak menyentuh daerah perdesaan, sekarang sudah mulai banyak dicobakan pendekatannya di kawasan perkotaan.
Secara harfiah, percepatan dapat diartikan sebagai akselerasi, atau usaha yang dilakukan secara sadar untuk membuat sesuatu bergerak dengan lebih cepat. Percepatan yang dimaksud disini adalah upaya yang harus dilakukan secara sadar untuk lebih mempercepat pelaksanaan STBM di daerah. Hal-hal yang dapat menjadi pendorong antara lain : (1) Pemberdayaan masyarakat, terutama kepada masyarakat miskin potensial sasaran STBM, serta (2) Peningkatan investasi berupa peningkatan pengeluaran pemerintah daerah, khususnya dalam rangka terjadinya proses pemberdayaan masyarakat sehingga terjadi proses perubahan perilaku di tingkat masyarakat.
Tahun 2013 – 2015, adalah tahun kritis Indonesia dalam rangka mencapai target pembangunan jangka menengah yang berakhir tahun 2014, serta dalam rangka mencapai target MDGs yang berakhir tahun 2015. Sehingga roadmap untuk percepatan STBM ini disusun sesuai dengan berakhirnya tahun pencapaian kedua target tersebut diatas, yaitu tahun 2013 – 2015.
2.2. Prinsip dasar penyusunan roadmap percepatan program STBM
Roadmap percepatan program STBM disusun sesuai dengan prinsip dasar yakni :
Jelas (mudah dipahami dan dapat dilaksanakan); (a) Ringkas dan terukur (meliputi jenis program, kegiatan, target capaian, waktu pelaksanaan (b) termasuk indikator output dan outcome);
Adjustable(c) (mengakomodasi umpan balik dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan);
Komitmen (merupakan kesepakatan bersama yang memberikan gambaran kesadaran akan (d) tanggungjawab yang harus diselesaikan); dan
Berfungsi sebagai dokumen resmi.(e)
98
Penyusunan roadmap percepatan program STBM didasari oleh upaya mendukung program Pemerintah dalam menurunkan angka diare dan penyakit yang berbasis lingkungan lainnya. Secara rinci dokumen ini disusun atas pertimbangan beberapa hal, yaitu:
Target pembangunan sanitasi jangka menengah (i) nasional tahun 2010-2014; Kesepakatan Internasional terkait air minum, (ii) sanitasi dan higiene yang tercantum dalam kesepakatan Millenium Development Goals (MDGs); Rencana Strategis (Renstra) Kementerian (iii) Kesehatan 2010-2014; Program nasional Percepatan Pembangunan (iv) Sanitasi Permukiman; dan Kondisi eksisting program AMPL.(v)
Masing-masing target di atas, baik pada tingkat nasional maupun internasional, berangkat dari pemikiran yang sama, yaitu dampak dari buruknya perilaku dan kondisi sanitasi yang mengancam berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesehatan, pendidikan, sampai pada aspek ekonomi. Masing-masing target pada dasarnya mencanangkan perlunya perubahan signifikan dalam pendekatan pembangunan sanitasi. Berikut ini paparan singkat terkait dengan target dimaksud:
3.1. Target Pembangunan Sanitasi Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014
Dalam kurun waktu 2010-2014, pemerintah Indonesia telah menegaskan komitmennya dalam pembangunan sanitasi dengan mencanangkan beberapa target penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Bidang Permukiman dan Perumahan. Beberapa target penting terkait STBM adalah sebagai berikut:
Bab TIGA Dasar pertimbangan penyusunan Roadmap Percepatan STBM 2013 - 2015
1110
Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) nasional pada akhir tahun 2014, baik di a) perkotaan maupun di perdesaan melalui pemicuan perubahan perilaku BABS dengan target sesuai Renstra 2010-2014 di masing-masing Kementerian/Lembaga;
Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80% rumah tangga pada tahun 2014; b)
Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.c)
3.2 Target MDGs
Kesepakatan internasional MDGs secara umum ditujukan untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di berbagai belahan dunia. Salah satu tujuan dari kesepakatan MDGs adalah menjamin keberlanjutan lingkungan, dimana salah satu sasaran utamanya mengurangi separuh dari proporsi penduduk yang belum memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar (Tujuan 7 target 10). Target tersebut sangat terkait dengan pelaksanaan 5 pilar STBM. Target akses dan sanitasi dasar untuk Indonesia, tergambar dalam tulisan boks di bawah ini.
Gambar 4Target MDGs Terkait Air dan Sanitasi
Sumber : Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia Tahun 2010
3.3. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014
Di dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2010–2014 ditetapkan 8 fokus prioritas pembangunan kesehatan. Beberapa diantaranya adalah:
Pengendalian penyakit menular; (i) Pengendalian penyakit tidak menular; dan (ii) Penyehatan lingkungan. (iii) Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, salah satu indikator utama pencapaian
sasaran pada tahun 2014 adalah jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebanyak 20.000 desa/kelurahan. Sedangkan indikator untuk kegiatan penyehatan lingkungan adalah:
Meningkatnya persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat dari 64% pada tahun 2010 menjadi (i) 75% pada tahun 2014;
Meningkatnya persentase penduduk stop BABS dari 71 persen pada tahun 2010 menjadi 100 persen pada (ii) tahun 2014; dan
Meningkatnya persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM dari 18 persen pada tahun (iii) 2010 menjadi 100 persen pada tahun 2014.
1110
3.4. Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Pada dasarnya target dari kesepakatan MDGs sejalan dengan target rencana RPJMN 2010-2014 maupun target Renstra Kementerian Kesehatan 2010–2014. Untuk dapat mencapai target tersebut, penting untuk dikembangkan strategi yang dapat menjadi acuan dalam melaksanakan pembangunan sanitasi di Indonesia paling tidak selama 5 tahun ke depan.
Terkait dengan kebutuhan tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) dari sektor terkait sanitasi telah mengembangkan program nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Program nasional PPSP ini bertujuan memfasilitasi kabupaten/kota dalam pengembangan strategi sanitasi di seluruh kabupaten dan kota (SSK) maupun MPSS di Indonesia sampai pada tahun 2014. Diharapkan melalui dokumen perencanaan tersebut, setiap kabupaten/kota dapat mengetahui daerah area beresiko sanitasi sesuai dengan tingkatannya.
Dalam pelaksanaannya program PPSP bersinergi dengan program nasional STBM untuk mengatasi permasalahan sanitasi permukiman di Indonesia, baik di perdesaan maupun perkotaan. Untuk menentukan lokasi pelaksanaan pendekatan Berbasis Masyarakat, STBM harus muncul dalam MPSS agar mendapatkan pembiayaan, sesuai dengan skema pendekatan pengelolaan air limbah permukiman di bawah ini:
Sumber: STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN, Handy B. Legowo, Subdit. Pengembangan Air Limbah, Direktorat Pengembangan PLP, Kementrian Pekerjaan Umum, Oktober 2010.
Gambar 5 Pendekatan Dalam Pengelolaan Air Limbah Permukiman
1312
3.5. KondisieksistingprogramAMPL
Dari hasil perhitungan BPS tahun 2010, diketahui bahwa data nasional pada tahun 2009 untuk cakupan pelayanan air minum adalah sebagai berikut:
Perkotaan dan Perdesaan sebesar 47,71% (110,39 juta jiwa); (1) Perkotaan sebesar 49,82% (62,48 juta jiwa); dan (2) Perdesaan sebesar 45,72% (48,45 juta jiwa). (3) Hal ini berarti masih diperlukan sekitar 22,29% lagi untuk mencapai target 70% sebagaimana
tercantum pada RPJMN Tahun 2010-20141. Sedangkan untuk mencapai target pada MDGs 20152, masih dibutuhkan 21,16% untuk perkotaan dan perdesaan, atau 25,47% untuk perkotaan dan sebesar 20,69% untuk target perdesaan.
Untuk cakupan akses sanitasi, berdasarkan Susenas Triwulan I Tahun 2012, baru mencapai 56,24%. Lihat grafik berikut ini:
1 Target RPJMN Tahun 2010-2014. Adalah sebesar 70% penduduk terlayani air minum (32% perpipaan dan 38% non-perpipaan terlindungi).2 Target pada MDGs 2015, adalah: (1) Perkotaan dan perdesaan sebesar 68,87% (170,54 juta jiwa); (2) Perkotaan sebesar 75,29% (110,74 juta jiwa); dan Perdesaan: 65,81% (66,16 juta jiwa).
Grafik 1 Akses Sanitasi Layak Berkelanjutan
Sumber : BPS, Kor Susenas 2008 - 2013 (Triwulan I)
1312
Sedangkan untuk data air minum layak berkelanjutan, dapat dilihat grafik berikut ini:
Grafik 2Akses Air Layak Berkelanjutan
Sumber : BPS, Kor Susenas 2008 - 2013 (Triwulan I)
1514
Dari dua tabel tadi, secara keseluruhan untuk akses Air Minum dan Sanitasi Layak, sesuai dengan target dan indikator di atas, tergambarkan dalam skema di bawah ini:
Program STBM dengan lima pilar unggulannya, jelas akan memiliki andil yang cukup strategis dalam upaya menuju target RPJMN AMPL 2010–2014 yang diterjemahkan ke dalam Kontrak Kinerja Menteri Kesehatan Indikator Prioritas Nasional Rencana Kerja pembangunan 2011-2012, maupun target MDGs 2015. Hal ini dikarenakan kondisi sanitasi buruk yang terjadi di Indonesia bukan hanya karena bersumber dari penyediaan sarana air dan sanitasi saja melainkan terintegrasi dengan perilaku buruk higiene masyarakat termasuk diantaranya kebiasaan tidak mencuci tangan pakai sabun.
Gambar 6Rangkuman Target Air Minum Layak Berkelanjutan
1514
Bab EmpatTinjauan Status Pencapaian STBM
4.1 Peta Pelaku STBM
Telah diketahui bahwa sampai saat ini pengelolaan program STBM dilakukan oleh banyak pihak, misalnya melalui model:
Kerjasama antara Pemerintah Pusat, (i) Pemerintah Daerah dan Lembaga non Pemerintah;
Kerjasama antara Pemerintah Daerah (ii) dengan sejumlah mitra kerjanya;
Inisiatif dari Pemerintah Daerah sendiri (iii) dan atau karena dorongan dan fasilitasi lembaga non pemerintah.
1716
Dengan model tersebut di atas, mitra (pelaku) kerja sekretariat STBM pada saat ini adalah :
Tabel 1Pelaku STBM di Indonesia tahun 2012
No Mitra Kegiatan Lokasi
Dukungan proyek A.
1. Pamsimas Implementasi pilar 1 dan 2 115 kabupaten/kota di 15 provinsi di Indonesia
2. ICWRMP Implementasi pilar 1 dan 4 Jawa Barat
3. MCC Gizi dan sanitasi
Calon lokasi: Jabar, Jateng, NTB, NTT, Sulbar, Gorontalo, Maluku, Sulawesi Utara, Banten, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan
4.APBN Direktotorat Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan
Tugas Perbantuan dan Dekon Penyehatan Air Minum dan Sanitasi Dasar Seluruh provinsi di Indonesia
B. Dukungan mitra kerja
1 Pokja AMPL Nasional Dukungan data dan informasi Seluruh daerah
2 Water and Sanitation Program (WSP) Implementasi melalui TSSM 1,5 Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Bali dan NTB
3 USAID Memberi dukungan kepada beberapa proyek High Five, IUWASH
4 AusAID Memberi dukungan kepada beberapa proyek Waspola Facility
5 Waspola Facility Memberi dukungan pengembangan kapasitas dalam rangka pengembangan kebijakan
Sesuai permintaan pemerintah pusat dan daerah
6 WHO Memberi dukungan kepada beberapa proyekUji coba lapangan RPAM tingkat konsumen di Jawa Tengah, Jawa Timur & NTT
7 WASH Plan Indonesia Implementasi Jawa Tengah, NTB dan NTT
8 WASH Unicef Implementasi Aceh, NTT, Sulawesi Selatan, Maluku,Papua
9 High Five Implementasi STBM Perkotaan Medan, Surabaya dan Makassar
10 Mercy Corps Implementasi STBM Perkotaan Jakarta11 IUWASH Implementasi Jabar, Sumut, Jatim
12 Simavi Mendukung kepada beberapa proyek Plan Indonesia dan beberapa LSM lokal NTT, Papua dan NTB
13 Wahana Visi Indonesia Implementasi Aceh, Kalbar, Jakarta, Surabaya, Sumut,
14 CD Bethesda Implementasi NTT15 Yayasan Rumsram Implementasi NTT & Papua16 Yayasan Dian Desa Implementasi NTT
17 Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia (YPCII) Implementasi Jawa Barat & Papua
18 YMP - NTB Implementasi Lotim NTB
1716
19 Bali Focus Tad Tad
20 Yayasan Pelita Indonesia Tad Tad
21 Care Indonesia Implementasi NTT
Secara nasional, saat ini pelaksanaan STBM sudah berkembang sebagaimana peta berikut ini :
Gambar 7Wilayah Kerja Pelaku STBM di Indonesia Tahun 2012
No Mitra Kegiatan Lokasi
Sumber : Sekretariat STBM, 2012
Sumber : Sekretariat STBM, 2012
1918
4.2 Pencapaian STBM
Sejak dicanangkan pada September 2008, STBM yang asalnya hanya berbicara tentang Stop Buang Air Besar Sembarangan berkembang menjadi 5 pilar. Berikut ini adalah beberapa gambaran tentang apa yang sudah dicapai :
Tabel 2Indikator Program Prioritas Penyehatan Lingkungan
Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan, Perkembangan STBM Nasional dan Refleksi Program sebelumnya, disampaikan pada : Pelatihan STBM Provinsi Lampung Bandar Lampung, 18-21 Juni 2012
Terlihat bahwa pada tahun 2010-2011, kita belum mampu memenuhi target akses masyarakat terhadap air minum berkualitas dan jamban sehat, secara detail sesuai dengan hasil Susenas oleh BPS tahun 2010, sebagaimana yang tercantum pada butir tulisan 3.5 kondisi eksisting program AMPL. Untuk air minum baru sekitar 70% dari target, sedangkan untuk sanitasi sekitar 80% dari target.
Untuk memperjelas dapat dilihat pula peta persentase jumlah penduduk yang telah menggunakan jamban sehat pada tahun 2010 berikut ini:
Gambar 8 Persentase Penduduk Yang Menggunakan Jamban di Indonesia
No Program/ Kegiatan Prioritas Indikator Tahun
2010Tahun2011
2012(Triwulan I)
7.4 P e n y e h a t a n Lingkungan
Persentase penduduk yang 1. memiliki akses terhadap air minum berkualitas
Target, 62Capaian, 45,1
(70,2%)
Target, 62,5Capaian, 44,2
(70,7%)
Target, 63Capaian, 41,66
(66,13%)
Persentase kualitas air minum 2. yang memenuhi syarat
Target, 85Capaian, 86,46
(101,7%)
Target, 90Capaian, 90,8
(100,9%)
Target, 95Capaian, 90,8
(95,6%)
Persentase penduduk yang 3. menggunakan jamban sehat
Target, 64Capaian, 55,5
(86,7%)
Target, 67Capaian, 55,5
(82,9%)
Target, 69Capaian, 54,26
(78,68%)
Jumlah desa/kelurahan yang 4. melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STBM
Target, 2.500Capaian, 2510
(100,4%)
Target, 5.500Capaian, 6.235
(113,4%)
Target, 11.000Capaian, 6.637
(60,33%)
Sumber : Direktorat Penyehatan Lingkungan 2012
Sumber : Direktorat Penyehatan Lingkungan 2012
1918
Terlihat hanya 8 provinsi dengan persentase penduduk menggunakan jamban sehat di atas rata rata nasional (55,5%). Kondisi ini sesuai dengan grafik tentang kondisi sarana sanitasi per-provinsi seperti berikut ini:
Grafik3Kondisi Sarana Sanitasi Provinsi di Indonesia Tahun 2010
Hanya provinsi DKI Jakarta yang dinyatakan tidak memiliki masyarakat berperilaku buang air besar sembarangan, ini dengan asumsi bahwa masyarakat yang sarana sanitasinya unimproved memang kondisi sarananya benar-benar layak/sehat. Jika tidak, ini artinya masih banyak upaya yang harus kita lakukan dalam membangun perilaku higiene masyarakat.
Melalui STBM, selain Stop BABS, diharapkan perilaku higiene masyarakat meningkat dengan kebiasaan CTPS, mengkonsumsi air dan makanan sehat, mengelola sampah dengan benar serta limbah cair secara aman. Untuk itu mendokumentasikan berbagai pembelajaran yang sudah terjadi di Indonesia dengan pengelolaan pengetahuan menjadi sangat penting dalam rangka Percepatan Pencapaian STBM, sebagai upaya strategis untuk pencapaian target RPJMN 2014 maupun MDGs 2015.
Melihat grafik di atas maka diperlukan strategi:
Mempertahankan kelompok masyarakat yang sudah Stop BABS dan menggunakan jamban sehat (1) pribadi/komunal agar tidak kembali ke perilaku OD;
Mendampingi masyarakat yang sudah Stop BABS dengan mengakses jamban tetangga untuk segera (2) memiliki jamban dan mempertahankan perilakunya agar tidak kembali ke OD;
Meningkatkan kualitas jamban masyarakat dan mempertahankan perilakunya agar tidak kembali OD; (3) serta
Melakukan pemicuan bagi masyarakat yang masih OD untuk segera mengubah perilaku (Stop BABS), (4) menggunakan jamban serta mempertahankan perilakunya agar tidak kembali OD.
Sumber : Riskesdas Tahun 2010
2120
Kondisi eksisting perkembangan program STBM pada empat tahun terakhir ini, sosialisasi dan pelaksanaan Program STBM terus dilakukan dan hasilnya pun sudah menunjukkan angka yang signifikan. Sampai akhir tahun 2012 sudah sebanyak 241 kabupaten/kota dan 2.519 kecamatan telah mensosialisasikan dan menerapkan program STBM sehingga diperoleh 11.165 desa/kelurahan intervensi program STBM. Untuk 260 kabupaten/kota lainnya masih dalam proses upaya sosialisasi.
Apabila kita melihat jumlah desa/kelurahan di Indonesia yang sebanyak 76.655 desa/kelurahan – menurut Kodepos Indonesia Tahun 2013 – maka angka tersebut baru mencapai 14,56%. Sedangkan menurut Menteri Dalam Negeri pada tahun 2013 jumlahnya desa/kelurahan adalah 77.465 (Kompas 7 Februari 2013), sehingga capaiannya sekitar 14,41 %.
Grafik4Jumlah Desa/kelurahan dan Desa/kelurahan Intervensi STBM Provinsi di Indonesia Tahun 2013
Sumber: Data Olahan Desa/kelurahan STBM di Indonesia tahun 2012 dan Jumlah Desa/Kelurahan menurut Kodepos Indonesia Tahun 2013
Terlihat ada 3 provinsi dengan jumlah desa/kelurahan banyak, sekitar 6.000–di atas 8.000 desa/kelurahan – termasuk jumlah penduduknya tinggi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera Utara. Tiga provinsi ini yang harus menjadi perhatian utama. Tiga provinsi lainnya yang jumlah desa/kelurahannya 3.000–6.000 tetapi penduduknya menengah adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Nanggro Aceh Darussalam. Sedangkan Papua jumlah desa/kelurahannya di atas 3.000, tetapi lokasinya menyebar dan jumlah penduduknya rendah.
2120
4.3 Pembelajaran dan potensi
Dari Lokakarya “Menemukan Strategi Perluasan Pelaksanaan Program STBM di Indonesia”, di Bogor pada tanggal 7–11 Agustus 2012 diperoleh beberapa pembelajaran yang bila dirangkum sesuai dengan komponen program STBM, dapat dilihat sebagai berikut:
4.3.1 Pembelajaran dan usulan untuk pemerintah pusat
Tabel 3 Pembelajaran dan Usulan untuk Pemerintah Pusat
Peningkatan kebutuhan sanitasi
Peningkatan penyediaan sanitasi Peningkatan lingkungan yang kondusif
Advokasi :Materi 1.
promosi untuk KIE dan pelatihan
Advokasi 2. peningkatan demand untuk pengambil keputusan
Kelembagaan :Petunjuk 3.
Teknis dan Panduan peningkatan demand
TOT fasilitator 4. provinsi
Pemetaan 5. kinerja STBM daerah
Penganggaran :Anggaran 6.
untuk peningkatan demand
Implementasi :Titik kritis 7.
setelah ODF selama 4 bulan, apakah dia akan kembali ke kondisi awal, oleh karena itu, kenyamanan perlu diperhatikan, diperlukan pemahaman tangga sanitasi, dan disinilah peran Pemda untuk mencapai jamban yang sehat dan nyaman
Monitoring & evaluasi :
Pemantauan hasil 8. pemicuan dan pendampingan masyarakat
Kelembagaan :Kerja sama dengan 1. program Penyediaan sarana sanitasi umum : IPAL komunal, pengelolaan sampah, instalasi air minum dan sanitasi sekolahPengembangan Asosiasi 2. Pengusaha SanitasiPengembangan jejaring 3. supplyPeningkatan sumber 4. daya : Pelatihan tukang & pengusaha sanitasi, pendampingan, coaching, konselingBuku Panduan Pemasaran 5. Sanitasi
Implementasi :Peningkatan opsi teknologi 6. sanitasi : jamban murah terjangkau, jamban kering (ecosan), jamban tepat guna, bekerja sama dengan Litbang, akademisi maupun NGOPengembangan potensi 7. pasar : website, toma, media cetak dan audio videoInformasi kebutuhan 8. pengusaha sanitasi masing masing daerah
Pendanaan :Alokasi dana pusat fokus 9. kepada pengembangan kapasitas. Contoh Dekon Cipta Karya untuk Pelatihan Tukang & Pengusaha SanitasiKerja sama dengan mitra 10. : CSR, Koperasi, BPR untuk permodalan bagi pengusaha sanitasi
Advokasi : Re-sosialisasi STBM ke seluruh level secara efektif1. Advokasi kepada sesama program untuk menyelesaikan masalah subsidi 2. dan non subsidi; oleh karena itu perlu bukti bahwa STBM itu efektif Pengarusutamaan STBM lewat media nasional, baik media cetak, maupun 3. elektronik. Penggunaaan media Televisi untuk promosi interaktif, dengan 4. menggunakan icon, untuk itu diperlukan konsolidasi anggaran advokasi dan promosi nasional untuk semua media, sebagaimana yang dilakukan BKKBNKarena menyentuh langsung Rumah Tangga, perlu diadakan kompetisi 5. antar kepala daerah karena dalam Pemilukada vote dilakukan secara individualRevisi indikator Standard Pelayanan Minimum dengan memasukkan STBM 6. sebagai salah satu indikatorDiperlukan kesadaran tentang sanitasi, untuk memunculkan investasi. 7. Karena terbangun kesadaran, maka ada prioritas, perhatian pada efektifitas, baru kemudian terjadi alokasi anggaran
Kelembagaan :Penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) spesifik tentang STBM8. Perlu sinergi dengan Promosi Kesehatan 9. Memanfaatkan AKKOPSI dengan anggota 118 bupati/walikota (ke depan 10. akan berjumlah 226) yang sedang berupaya agar alokasi anggaran sanitasi meningkat sekitar 2%STBM diusahakan menjadi indikator dari program-program nasional lainya 11. seperti; Adipura, Kota/Kabupaten Sehat, Kota/Kabupaten Layak Anak, Desa/kelurahan Siaga dllSurat Edaran Menteri Kesehatan/ Dirjen P2PL untuk penggunaan dana 12. BOK dengan target ODF 1 desa/kelurahan/1 puskesmas/ tahun. Dengan perhitungan bahwa jumlah Puskesmas di Indonesia adalah 8.931, berarti dalam setahun minimum capaian ODF adalah 8.931 desa/kelurahan. Dengan demikian akan tercapai target tidak saja Desa/kelurahan STBM tetapi desa/kelurahan ODF 20,000 desa/kelurahan di IndonesiaMenyediakan sistem yang efektif untuk pelaksanaan, monitoring dan 13. evaluasi pasar sanitasi, serta penyediaan trainer untuk membantu Provinsi yang sudah siap mengadopsi pasar sanitasi
Perencanaan :Penyusunan 14. Roadmap STBM Nasional 2013-2015
Penganggaran :STBM harus mendapatkan pos yang jelas dalam PPSP, termasuk sanitasi 15. sekolah, serta memanfaatkan dana pendidikan 20%Pengaturan dan penyusunan sistem yang efektif terhadap keikutsertaan 16. sektor swasta dalam membantu modal awal kepada pengusaha sanitasi
Monitoring & Evaluasi :Penyusunan sistem dan teknis pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi yang 17. efektif
2322
4.3.2 Pembelajaran dan usulan untuk pemerintah provinsi
Tabel 4Pembelajaran dan Usulan untuk Pemerintah Provinsi Tahun 2013-2015
Peningkatan kebutuhan
sanitasiPeningkatan penyediaan sanitasi Peningkatan lingkungan yang kondusif
Advokasi :Advokasi 1. kepada DPRD, kabupaten/ kota, swastaMelakukan 2. kompetisi sebagai bagian dari pemicuan
Anggaran :Anggaran 3. untuk peningkatan demand
Kelembagaan :ToT fasilitator 4. kabupatenPenggandaan 5. materi KIE dan pelatihan untuk peningkatan demandPedoman 6. sesuai kearifan lokalMemanfaatkan 7. mahasiswa yang KKN dengan kegiatan pemicuan
Implementasi :Expose8. jamban yang sudah dibangun oleh wirausaha sanitasi untuk kepentingan promosi peningkatan demand Mendramatisir 9. deklarasi ODF akan memicu desa/kelurahan atau kecamatan lainnya
Implementasi :Riset pasar sanitasi1. Peningkatan opsi teknologi 2. sanitasi : jamban murah terjangkau, jamban kering (ecosan), jamban tepat guna, bekerja sama dengan Litbang, akademisi maupun NGO, termasuk penyebarluasan pilihan opsi sanitasi model jamban yang murahPengembangan potensi pasar : 3. website, toma, media cetak dan audio videoInformasi kebutuhan pengusaha 4. sanitasi masing-masing daerahPengembangan wirausaha 5. sanitasi akan membuat “little winner”, usaha-usaha kecil tetapi banyak dan hasilnya meyakinkan. Misal di Jawa Timur dari sekitar 20 wirausaha sanitasi ada tambahan sekitar 40-50 jamban baru per hariInformasi penjualan bahan 6. bangunan dengan tetap memperhatikan kearifan lokal
Kelembagaan :Kerja sama dengan mitra 7. : CSR, Koperasi, BPR: Permodalan bagi pengusaha sanitasKerjasama program : 8. penyediaan sarana sanitasi umum : IPAL komunal, pengelolaan sampah, instalasi air minum dan sanitasi sekolahPengembangan Asosiasi 9. Pengusaha SanitasiPengembangan jejaring 10. supplySinergi dan integrasi dengan 11. Dinas Koperasi serta pemangku kepentingan lainnya untuk pengembangan wirausaha sanitasiPeningkatan sumber daya12. Pelatihan tukang & pengusaha 13. sanitasiPendampingan, 14. coaching, konselingBuku Panduan Pemasaran 15. Sanitasi
Advokasi :Re-sosialisasi STBM ke kabupaten secara efektif1. Deep advocacy2. memberikan dukungan kepada Bupati/Walikota sangat penting, sesuai PP 38, sanitasi menjadi tanggung jawab daerahPengarusutamaan STBM melalui media di provinsi, baik media cetak maupun 3. media elektronik, termasuk memanfaatkan semua event yang memungkinkan untuk promosi STBMKompetisi antar kabupaten tentang STBM seperti 4. event Otonomi Award dengan Jawa Pos Group di Jawa Timur, termasuk kompetisi antar Kecamatan : Camat AwardReward5. untuk daerah ODF seperti contoh yang dilakukan NTBTerus memberikan pendampingan, motivasi, advokasi, fasilitasi terhadap 6. Kabupaten/kota
Kelembagaan :Penyusunan Pergub AMPL dan atau PERDA AMPL sebagai payung hukum, 7. dimana secara spesifik STBM disebutkan sebagai pendekatan dari perubahan perilaku dengan nilai-nilai non subsidi, partisipatori, dllKolaborasi dengan PKK: STBM dimasukkan indikator lomba lingkungan sehat, 8. memanfaatkan jejaring PKK Bekerja sama dengan akademisi: memasukkan kurikulum tentang STBM, 9. pelatihan teknis, topik karya tulis/skripsiSinergi dan mendapatkan dukungan lintas sektor melalui Pokja Sanitasi Provinsi 10. & Pokja AMPL di Kabupaten/KotaKesepakatan lintas sektor pengelolaan sanitasi, untuk STBM (Sanitasi 11. Perdesaan) di bawah koordinasi Dinas Kesehatan sedangkan Sanitasi Perkotaan (PPSP) dikoordinasikan di bawah Dinas PUSinergi dengan SLBM untuk opsi jamban dengan lahan terbatas12. Sinkronisasi dengan Desa/kelurahan Siaga: STBM sebagai bagian dari Desa/13. kelurahan Siaga, Desa/kelurahan Siaga dimulai dari pemanfaatan potensi Desa/kelurahan menjadi Desa/kelurahan Sehat menuju Kota Sehat Program Kota Sehat sebagai 14. entry point dari wilayah ODF, Melatih mahasiswa tentang CLTS untuk bahan praktik KKN 15. Sinergi dengan UKS: pemicuan sekolah masuk sebagai bagian kegiatan UKS 16. Promkes untuk sosialisasi, PHBS, CTPS, dlsb17. Memanfaatkan Infolinbangkes terkait 18. website untuk expose data STBM Melaksanakan 19. stakeholder learning review untuk mendapatkan best practiceDi tingkat Provinsi sebaiknya memiliki Tim Trainer CLTS20.
Perencanaan :Menyusun Perencanaan dengan target untuk 3 tahun sampai tahun 201521. Tertuang dalam RPJMD & Renstra SKPD terkait tingkat Provinsi, sehingga 22. mendapatkan dukungan kebijakan, akan memposisikan Sanitasi (STBM) sebagai salah satu program prioritas.
Penganggaran :Dukungan anggaran dari APBD Provinsi Jatim untuk: (a) pelatihan fasilitator 23. kabupaten/kota, (b) pengenalan pasar sanitasi kepada kabupaten/kota, (c) diteruskan atas inisiatif kabupaten/kota, (d) upaya pengikutsertaan pihak akademi/universitas dalam membantu capaian STBM, misal dalam ikut melatih mahasiswa tentang proses pemicuan sebelum KKN (masuk dalam kurikulum pelatihan KKN), (e) peningkatan kapasitas staff dalam upaya Monitoring dan EvaluasiAnggaran kegiatan STBM provinsi diupayakan mempunyai nomor rekening 24. tersendiri atau punya MAK, sebagaimana pengalaman Jawa TimurPenyediaan dana Lintas Sektor: Pemanfaatan Koperasi Wanita dari Dinas 25. Koperasi untuk modal kredit jamban, Pemanfaatan dana CSR untuk pengadaan kloset, pelat pembuatan kloset, maupun pemicuan
Monitoring & evaluasi :Monitoring dan evaluasi berkelanjutan26.
2322
4.3.3 Pembelajaran dan usulan untuk kabupaten/kota
Tabel 5Pembelajaran dan Usulan untuk Kabupaten/Kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi Peningkatan penyediaan sanitasi Peningkatan lingkungan yang kondusif
Advokasi :Kepemilikan jamban sehat 1.
menjadi bagian dari syarat nikah dan naik haji
Beri Puskesmas dengan 2. “mainan” yang menantang, misal setiap Puskesmas minimal 1 Desa/kelurahan ODF/tahun dengan menggunakan BOK. STBM dapat masuk ke menu Kesehatan Lingkungan
Kelembagaan :PHBS dan STBM menjadi 3.
kurikulum di sekolahMemperbanyak fasilitator 4.
melalui Pelatihan Fasilitator Pemicuan
Perencanaan :Memetakan wilayah sesuai 5.
dengan klasifikasi kinerja STBM per-kecamatan atau puskesmas
Implementasi :Semua pihak menyadari dan 6. menemukan titik masuk pelaksanaan STBM, misalnya sampah sebagai masalah utama, 3 R dikelola karena mempunyai nilai ekonomiMendramatisir deklarasi 7. ODF akan memicu desa/kelurahan/kecamatan lainnya Memanfaatkan gerakan masyarakat 8. dan kearifan lokal, untuk menjelaskan pentingnya PHBS – seperti Gemohing di Lembata Perubahan perilaku dilakukan 9. melalui upaya budaya malu, meningkatkan swadaya, serta bermitra dengan pelaku pembangunan lainnya
Memanfaatkan kegiatan 10. Kelompok Masyarakat, seperti pengajian, kebaktian dllHarus memperhatikan kondidi 11. geografis
Monitoring & evaluasi :Memelihara komitmen unik untuk 12. mempertahankan ODF baik oleh komunitas maupun pemerintah
Advokasi :Kepemilikan jamban ehat 1.
menjadi prasyarat: KTP, nikah, IMB, Jamkesmas, Jampersal, Rumah Sehat
Mengembangkan media 2. promosi, termasuk dari mulut ke mulut
Kelembagaan :Kerja sama dengan mitra: CSR, 3. Koperasi, BPR untuk permodalan bagi pengusaha sanitasiKerja sama program untuk4. Penyediaan sarana sanitasi umum : IPAL komunal, pengelolaan sampah, instalasi air minum dan sanitasi sekolahRegulasi dengan memasukkan 5. komponen supply dalam strategi STBMPengembangan Asosiasi 6. Pengusaha SanitasiPengembangan jejaring 7. supplyPeningkatan sumber daya : 8. pelatihan tukang & pengusaha sanitasi, pendampingan, coaching, konselingBuku Panduan Pemasaran 9. Sanitasi
Pelatihan Kerajinan Sampah10. Pendanaan :
Arisan sebagai salah satu 11. bentuk memunculkan budaya malu untuk pengadaan jamban
Implementasi :Expose12. dan peningkatan opsi teknologi sanitasi : jamban murah terjangkau, jamban kering (ecosan), jamban tepat guna, bekerja sama dengan Litbang, akademisi maupun NGOPengembangan potensi pasar: 13. website, toma, media cetak dan audio videoInformasi kebutuhan 14. pengusaha sanitasi masing-masing daerah
Advokasi :Adanya komitmen pimpinan daerah, disertai 1. dengan kesediaan turun ke lapangan, sesuai PP 38, sanitasi menjadi tanggung jawab daerahRe-sosialisai STBM ke kecamatan secara efektif2. Pengarusutamaan STBM di kabupaten, lewat 3. media baik cetak maupun elektronik, termasuk memanfaatkan semua event yang memungkinkan untuk promosi STBMMengupayakan keluarnya edaran/ himbauan 4. Walikota/ Bupati tentang penggunaan dana ADD untuk membantu capaian ODFPengelolaan sampah diupayakan menjadi visi 5. kota, sehingga Bank Sampah menjadi pengelola sampah berbasis masyarakat, dan membantu pemasaran hasil kerajinan sampahMenyedian 6. reward untuk desa/kelurahan ODF
Kelembagaan :Adanya kerjasama eksekutif dan legislatif sesuai 7. dengan peran dan fungsinya masing masingPembuatan PERDA dan PERBUP/PERWALI AMPL 8. yang menyebutkan spesifik STBM sebagai pendekatan perubahan perilakuPentingnya peran Pokja AMPL sebagai wadah 9. koordinasi pelaksanaan STBM, dimana Bappeda/Bappeko berperan sebagai SKPD koordinatif; sehingga terjadi sinergi antar SKPD dan pemangku kepentingan lainnyaDiperlukan dukungan pemerintah untuk 10. penyusunan sistem pasar sanitasi, pelatihan, termasuk permodalan kepada beberapa pengusaha sanitasi terpilih Memberikan peran kepada NGO dan pemangku 11. kepentingan lainnya dalam pelaksanaan STBMRefreshing fasilitator dan sanitarian12.
Perencanaan :Menyusun Dokumen Perencanaan STBM sebagai 13. arahan pembangunan AMPL untuk memudahkan pemangku kepentingan untuk berperan
Penganggaran :Menyediakan dana untuk pelatihan trainer 14. fasilitator kecamatan dan desa/kelurahan
Monitoring & evaluasi :Peningkatan kapasitas staf pemerintah dalam 15. sistem dan pelaksanaan Monitoring & EvaluasiMelakukan monitoring dan evaluas secara rutin 16. dan berkelanjutan
2524
Potensi yang tersedia saat ini masih sangat dimungkinkan untuk memenuhi target RPJMN 2010–2014 dan MDGs 2015. Pada tahun 2011 diketahui ada sejumlah program yang lebih memfokuskan pada AMPL dengan skala besar karena didukung oleh lembaga Donor dan Instansi terkait3 antara lain: 1) Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP); 2) WASH UNICEF; 3) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM); 4) Metropolitan Sanitation Management and Health Project (MSMHP); 5) Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS); 7) Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); 8) ICWRMIP; maupun program kerja sama dengan mitra sebagaimana dijabarkan di tabel pelaku STBM. Belum lagi dengan dukungan program STBM melalui Direktorat Penyehatan Lingkungan Kemenkes, maupun insiatif daerah.
Perkembangan di daerah diindikasikan dengan masih banyaknya program AMPL dan STBM dengan fokus dan skala yang lebih bervariasi, yang dilaksanakan oleh berbagai institusi (Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota maupun bekerja sama dengan lembaga non Pemerintah), terkait dengan kebutuhan dan rasa kepedulian. Banyak informasi yang berkembang menyangkut keberhasilan pelaksanaan STBM secara mandiri oleh beberapa pemerintah daerah, apalagi didukung dengan kondisi dimana pembangunan sanitasi tidak seluruhnya dapat dilayani dengan pendekatan berbasis institusi4.
4.4 Permasalahan strategis AMPL dan STBM
Sebagaimana ditegaskan di atas bahwa permasalahan sanitasi buruk erat kaitannya dengan perilaku higiene yang tidak baik di 5 pilar STBM. Dampak utama dari sanitasi buruk juga sudah teridentifikasi antara lain: berkembangnya penyakit-penyakit menular melalui air (water borne), polusi sumber air minum, bahkan merembet kepada persoalan kematian, kemiskinan, kinerja dan produktivitas. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya melaksanakan program STBM diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah strategis.
Permasalahan strategis yang dihimpun Kelompok Kerja Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (2010)5 terkait air dan sanitasi adalah:
Tabel 6Masalah Strategis AMPL di Indonesia Tahun 2010
NO MASALAH STRATEGIS1 22,29% penduduk belum memiliki akses air minum2 lebih dari 70 juta jiwa belum memiliki akses sanitasi dasar3 90% air permukaan tidak layak 4 85% air tanah tercemar tinja5 14,49% saluran drainase mengalir lambat6 32,68% rumah tangga tidak memiliki saluran drainase
768% sudah ada pelayanan sanitasi dasar tetapi belum memperhatikan kualitas layanan sanitasi yang aman bagi lingkungan dan kesehatan
8Potensi kerugian ekonomi 56 Trilyun/tahun sebagai dampak dari 70 juta jiwa belum mendapatkan akses pada sanitasi dasar
9 Angka kejadian diare berpotensi relatif tinggi10 Kesadaran untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih rendah11 Belum ada kerangka kerja pembangunan sanitasi berbasis masyarakat12 Sudah 228 kabupaten/kota yang mengetahui dan menerapkan program STBM
Sumber: RPJMN 2010 – 2014 dan Perhitungan Bappenas 2010.
3 Lembaga Donor dan instansi terkait antara lain: Unicef, Plan, World Vision, High Five, Simavi, Mercy Corps, Yayasan Dian Desa, CD Bethesda, Yayasan Rumsram dll.4 Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat telah mendorong pemer-intah daerah untuk memberikan prioritas lebih tinggi pada penyediaan air minum dan sanitasi, dengan memperjelas peran dan tanggung jawab pemerintah daerah kaitannya dengan: (i) perencanaan, penganggaran, dan pembangunan infrastruktur; (ii) pengelolaan sistem air minum dan sanitasi yang layak; dan (iii) perubahan dan pelibatan masyarakat dalam konservasi sumber daya air dan lingkungan.5 Sumber RPJMN 2010 - 2014
2524
Asumsi lain terkait dengan permasalahan pengetahuan adalah masih banyak persepsi yang beraneka ragam mengenai filosofi dan strategi STBM. STBM acapkali diidentikkan dengan pendekatan Community-Led Total sanitation (CLTS). Secara konseptual STBM dan CLTS jelas berbeda, walaupun pada tataran pendekatan metodologis banyak kesamaannya.
Beberapa permasalahan program STBM yang didapatkan dari berbagai sumber dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7Permasalahan Internal dan Eksternal STBM di Indonesia
Permasalahan Internal Permasalahan Eksternal
Advokasi :1. Tidak semua pimpinan daerah •berkomitmen penuh terhadap STBMBelum semua • stakeholder mempunyai persepsi yang sama tentang pentingnya sanitasi, sehingga perlu advokasi khususMasih ada program yang bertentangan •dengan STBM misalnya ada subsidi, menghambat laju STBM
Kelembagaan :2. Kurang berfungsinya kelembagaan Pokja •AMPL, karena ada rangkap tugas dan tanggung jawab, kurang koordinasi, ego sektoral, belum ada evaluasi pencapaian target.Belum semua daerah memiliki aspek •regulasi, Perda dan Perdes STBM.Belum ada kerangka kerja pembangunan •sanitasi Berbasis Masyarakat.Masih banyak kecamatan dan desa/ •kelurahan yang belum membentuk tim STBM serta tidak melibatkan lembaga kemasyarakatan Sumber daya manusia kabupaten/ kota, •kecamatan, dan desa/ kelurahan masih kurang dalam pemahaman STBM, hal ini menghambat pengarus-utamaan perubahan perilakuPerlu peningkatan kapasitas Pokja •AMPL provinsi dan kabupaten/kota, tim fasilitator masih sedikit yang terlatihSanitarian puskesmas masih kurang, •sanitarian yang ada disibukkan oleh kegiatan non-sanitasi
Penganggaran :3. Minimnya anggaran sanitasi mulai •dari APBD hingga desa/kelurahan dan kecamatan, atau tergantung dengan bantuan CSR perusahan
Implementasi :4. Kuantitas (seluruh komunitas) dan Kualitas •(Penjaminan kualitas) pencapaian target ODF/SBS masih belum seragam
Peningkatan lingkungan yang kondusif :1. Potensi kerugian ekonomi 56 trilyun/tahun sebagai dampak •lebih dari 70 juta jiwa belum mendapatkan akses pada sanitasi dasarDisparitas akses sanitasi masyarakat menyebabkan lebih •dari 70 juta jiwa belum punya akses sanitasi dasar; 90% air permukaan tidak layak; 85% air tanah tercemar tinja; 14,49% saluran drainase mengalir lambat; 32,68% rumah tangga tanpa saluran drainasePelayanan sanitasi dasar sebesar 68% belum memperhatikan •kualitas yang aman bagi lingkungan dan kesehatan, angka kejadian diare berpotensi masih tinggiPenyediaan air bersih untuk jamban komunal membutuhkan •pengaturan khusus
Peningkatan kebutuhan sanitasi :2. Sumber air terkontaminasi sampah; selain itu akses air •bersih masih sulit/rendahDaerah berpenduduk besar tantangan targetnya berat, •kondisi rumah padat menyebabkan sampah berserakan, penduduk musiman tidak mungkin buat jamban pribadi harus ada jamban umumMasyarakat masih terbiasa dengan proyek, masih tergantung •dengan subsidi dan bantuan fisik perusahaan Kesadaran untuk PHBS dan STBM masih rendah; masyarakat •masih menganggap BABS sebagai sesuatu yang tidak salah, buang sampah di sungai dianggap sebagai warisan budayaPartisipasi masyarakat masih rendah, sehingga perlu •penyegaran kembali Pembangunan jamban bukan prioritas dalam pengeluaran •rumah tanggaKondisi alam kurang mendukung, rawan genangan, air tanah •dangkal, daerah kepulauan, curah hujan tinggi menyebabkan banjir, pembangunan sarana pada daerah tebing sungai sulit, lahan untuk jamban komunal dan TPS/TPA sulit didapat karena lahan terbatas
Peningkatan penyediaan sanitasi :3. Dalam• supply sanitasi, produksi kloset masih terbatas, peran swasta dan akses modal untuk bisnis sanitasi masih kurangBanyak rumah di perkotaan yang mempunyai • septictank tidak pernah dikuras, padahal di sekitarnya banyak rumah yang tidak disengaja airnya tercemari oleh buangan septictank tsb.
2726
Bab LimaROADMAP PERCEPATAN STBM 2013 - 2015
5.1 Target STBM 2013 - 2015
STBM termasuk dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2010–2014 sebagai salah satu fokus prioritas pembangunan kesehatan. Sesuai mandat RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015, maka terdapat beberapa indikator terukur yang harus dicapai, yaitu:
Persentase penduduk yang menggunakan (1) jamban sehat menurut RPJMN 2014 dan persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak berkelanjutan menurut MDGs 2015 (persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat meningkat dari 64% pada tahun 2010 menjadi 75% pada tahun 2014);
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan (2) STBM pada tahun 2014 sebanyak 20.000 desa/kelurahan STBM;
Meningkatnya persentase penduduk stop BABS (3) dari 71 persen pada tahun 2010 menjadi 100 persen pada tahun 2014; dan
Meningkatnya persentase provinsi yang (4) memfasilitasi penyelenggaraan STBM dari 18% pada tahun 2010 menjadi 100% pada tahun 2014.
2726
Secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 8Target Pembangunan Sanitasi di Indonesia Tahun 2010-2015
IndikatorTahun2010
Tahun2011
2012(Triwulan I)
Tahun2013
Tahun2014
Tahun2015
Target RPJMN sampai 2014
Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat
Target 64%Capaian 55,5%(86,7%)
Target 67%Capaian 55,5%(82,9%)
Target, 69%Capaian, 56,24(78,68%)
Target72%
Target75%
---
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM
Target 2.500 desa/kelurahanCapaian 2.510 desa/kelurahan(100,4%)
Target 5.500 desa/kelurahanCapaian 6.235 desa/kelurahan(113,4%)
Target, 11.000 desa/kelurahanCapaian, 11.165 desa/kelurahan(100,015%)
Target15.000 desa/ kelurahan
Target 20.000 desa/ kelurahan
---
Persentase penduduk Stop BABS
71% 10 %
Persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM
18% 100%
Target MDGs sampai 2015
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak berkelanjutan 62,4%
5.2 Analisa Gap Capaian dan Target STBM 2013 - 2015
Berdasarkan tabel di atas, kita bisa melakukan analisis gap dengan target program Nasional STBM untuk tahun 2013–2015. Disusun berdasarkan kemudahan untuk pencapaian targetnya, dari kelima indikator di atas adalah:
Pertama
Target tercapainya seluruh provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM pada akhir tahun 2014. Jika dicermati Peta Daerah Kerja STBM Indonesia Tahun 2012 dan data Desa/kelurahan Intervensi STBM, semua provinsi telah dapat tersentuh program STBM semuanya.
Kedua
Target tercapainya 20.000 desa/kelurahan STBM pada akhir tahun 2014. Sampai tahun 2012 telah tercapai 11.165 desa/kelurahan, berarti ada gap sebesar 8.835 desa/kelurahan. Setiap tahun harus ada pertambahan sebanyak 4.418 desa/kelurahan sampai tahun 2014. Sesuai dengan hasil pencapaian tahun 2012, diperkirakan dapat tercapai.
Ketiga
Target persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak berkelanjutan sebesar 62,41% sesuai target MDGs 2015. Apabila capaian triwulan 1 tahun 2012 adalah sebesar 56,24%, berarti ada gap sebesar 6,17% sampai tahun 2015.
Setiap tahun perlu ada kenaikan sebesar rata-rata 2,06%. Kenaikan cakupan dari tahun 2011 ke 2012
2928
(dari 55,5% ke 56,24%) adalah sebesar 0,74%. Untuk ini diperlukan upaya hingga 3 (tiga) kali lipat dari upaya yang dilakukan pada tahun 2012, jika ingin mencapai target MDGs 2015. Berarti juga memerlukan sumber daya sebanyak hampir tiga kali lipat dari yang digunakan pada tahun 2012.
Keempat
Target persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat sebesar 75% sesuai dengan target RPJMN 2014. Apabila capaian triwulan 1 tahun 2012 sebesar 56,24% berarti ada gap sebesar 18,66% sampai tahun 2014.
Setiap tahun perlu ada kenaikan sebesar rata-rata 9,75%. Artinya jika ingin mencapai target RPJMN 2014, memerlukan upaya sebanyak hampir 11-12 kali lipat dari upaya yang dilakukan pada tahun 2012.
Kelima
Target persentase penduduk Stop BABS secara keseluruhan atau 100% jumlah penduduk Indonesia Stop BABS harus tercapai pada akhir tahun 2014. Dilihat dari grafik kondisi perilaku higiene sanitasi pada tahun 2010 (BPS), akses terhadap jamban sehat adalah sebanyak 51,1%; akses pada jamban komunal sebanyak 6,7%; akses terhadap jamban sehat semi permanen sebanyak 25 %; sementara yang masih BABS sebanyak 17,3 %. Ini artinya sampai akhir tahun 2014 paling tidak harus menghilangkan angka BABS 17,3% serta sasaran tambahan dengan meningkatkan jamban semi permanen menjadi jamban sehat sebesar 25 %.
Keenam
Target mengembangkan desa/kelurahan ODF menjadi desa/kelurahan STBM sesuai dengan penyebarluasan pembelajaran dari daerah yang sudah berhasil memiliki desa/kelurahan 5 pilar STBM yang lengkap. Menurut Sekretariat STBM, dari kompilasi sementara sampai akhir tahun 2012 telah diperoleh sekitar 1.300 desa/kelurahan ODF.
Jika dirinci, dengan tetap mengingat RPJMN 2014 dan MDGs 2015, target STBM 2013–2015 adalah seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9Target STBM di Indonesia Tahun 2013-2015
Indikator Tahun2010
Tahun2011
2012(Triwulan I)
Tahun2013
Tahun2014
Tahun2015
Target RPJMN sampai 2014
Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat (RPJMN 2015)
Target, 64% Target, 67% Target, 69%Realisasi :56,24%
Target65, 57% Target
75% ---
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak (MDGs 2015) berkelanjutan
Realisasi :56,24%
Target58,31% Target
60,36%Target62,41%
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM
Target, 2.500 desa/ kelurahan
Target, 5.500 desa/ kelurahan
Target, 11.000 desa/ kelurahanRealisasi :11.165 desa/kelurahan
Target15.603 desa/ kelurahan
Target 20.000 desa/ kelurahan
---
Persentase penduduk Stop BABS:
71% 100%
2928
Jamban Sehat Realisasi:51,1%
Mengikuti Target RPMJN 2014atau MDGs 2015
Jamban Komunal Realisasi :6,7%
Jamban Sehat Semi Permanen
Realisasi :25%
BABS Realisasi :17,3%
Persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM
18% 100%
Pengembangan desa/kelurahan ODF menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM lengkap
Diasumsikan telah mencapai 1.300 desa/kelurahan
Pada tataran pelaksanaan STBM di lapangan, saat ini sudah banyak pelaku STBM yang berhasil mendeklarasikan desa/kelurahan STBM untuk semua pilarnya. Maka untuk desa/kelurahan yang sudah mencapai kondisi ODF dapat dikembangkan pilar-pilar lainnya, sehingga kelak selebrasinya menjadi selebrasi 5 pilar STBM.
5.3 Isu strategis STBM 2013 - 2015
Untuk mencapai target tersebut di atas, dengan melihat analisis gap Capaian dan Target STBM 2013-2015, terlihat bahwa :
Target 20.000 desa/kelurahan STBM pada akhir tahun 2014, diperkirakan dapat tercapai. 1.
Pencapaian target persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak 2. berkelanjutan sebanyak 62,41% memerlukan upaya keras, karena perlu upaya tiga kali lipat dari upaya yang dilakukan pada tahun 2012.
Pencapaian target persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat sebanyak 75%, perlu 3. upaya hampir 11-12 kali lipat dari upaya pada tahun 2012.
Pencapaian target persentase penduduk Stop BABS secara keseluruhan atau 100% jumlah 4. penduduk Indonesia Stop BABS pada akhir tahun 2014, dapat dilihat butir tulisan (3) dan (4), perlu upaya yang jauh lebih keras lagi.
Target mengembangkan desa/kelurahan ODF menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM dengan 5. memanfaatkan potensi sementara telah diperoleh sekitar 1.300 desa/kelurahan ODF.
Berdasarkan analisis gap capaian dan target STBM 2013-2015, hasil pengolahan permasalahan internal dan eksternal, serta pembelajaran yang telah diperoleh selama ini, terlihat ada kesulitan cukup besar untuk mencapai butir (2), (3) dan (4) karena memerlukan upaya yang sangat besar. Untuk itu, pelaksanaan berbagai kegiatan STBM seperti yang terjadi pada tahun 2012 tetap kita lanjutkan sebagaimana biasanya.
Dengan demikian, untuk Roadmap Percepatan STBM 2013-2015 dapat fokus pada dua isu strategis besar, yaitu butir tulisan (1) dan (5) yang paling memungkinkan untuk diselesaikan dan dikembangkan solusinya bersama-sama seluruh pemangku kepentingan STBM, yaitu:
3130
A) Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan intervensi STBM untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan ODF.
Alasannya adalah:
Saat ini sudah ada 11.165 desa/kelurahan intervensi STBM.
Sudah ada desa/kelurahan lokasi dari program/proyek : WSLIC2, CWSHP, Pamsimas, WES Unicef, Pro Air, ESP, IUWASH, Plan, WVI dll sebagai lokasi yang dapat diteruskan pendampingannya mencapai ODF.
Dengan jumlah Puskesmas di Indonesia sebanyak 9.133 buah (Bank Data Puskesmas Kemenkes RI Tahun 2012 ) dan memanfaatkan jumlah desa/kelurahan intervensi STBM dan desa/kelurahan lokasi-lokasi proyek di atas, ditambah target setiap tahun 1 desa/kelurahan per puskesmas mencapai ODF, maka dalam jangka 2 tahun sampai RPJMN 2014 selesai diperkirakan akan ada: 2x9.133 desa/kelurahan = 18.266 desa/kelurahan ODF.
Lebih lengkap dapat dilihat grafik perbandingan antara Desa/kelurahan STBM, Jumlah Desa/kelurahan, Kecamatan STBM, Jumlah Kecamatan dan Jumlah Puskesmas berikut ini:
Melihat grafik di atas, dari segi jumlah Desa/kelurahan Intervensi STBM, Jumlah Desa/kelurahan dan Jumlah Puskesmas, serta lokasi program saat ini dan program ke depan, dapat dilakukan pengkategorian prioritasi provinsi lokasi program, yang diatur sebagai berikut:
Prioritas pertama, untuk 13 besar provinsi dengan jumlah Desa/kelurahan Intervensi STBM (1) terbanyak,
Prioritas kedua, untuk 10 provinsi dengan Desa/kelurahan Intervensi STBM terbanyak kedua,(2)
Prioritas ketiga, untuk 10 provinsi dengan Desa/kelurahan Intervensi STBM terbanyak ketiga.(3)
Grafik5Jumlah Desa/kelurahan dan Kecamatan Intervensi STBM serta Puskesmas
di Provinsi Tahun 2010
Sumber : Data Olahan Sekretariat STBM 2012
3130
Dengan prioritasi tersebut, pada 13 besar provinsi prioritas pertama terdapat data sebagai berikut :
Tabel 10Data Provinsi Prioritas Pertama di Indonesia tahun 2013
No ProvinsiDesa/
kelurahan STBM
Jumlah Desa/ kelurahan
Jumlah Puskesmas
Jumlah Penduduk
Lokasi program saat ini Program ke depan
1 Jawa Timur 2.838 8.513 947 37.476.757 TSSM, IUWASH, H5, WVI
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian
2 Jawa Tengah 1.423 8.574 866 32.382.657TSSM, Pamsimas, Plan, Waspola Facility
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC
3 Nusa Tenggara Timur 1.084 2.845 316 4.683.827
Pamsimas, Plan, Unicef, Waspola Facility
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC
4 Nusa Tenggara Barat 834 904 151 4.500.212 TSSM, Unicef,
Waspola Facility
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC
5 Sumatera Barat 639 1.858 249 4.846.909 Pamsimas,
Waspola Facility
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian
6 Sumatera Selatan 617 3.081 301 7.450.394 Pamsimas,
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC
7 Jawa Barat 504 5.883 1.040 43.053.732
TSSM, Pamsimas, IUWASH Waspola Facility
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC, CSR Aqua
8 Riau 363 1.584 209 5.538.367 Pamsimas,
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian
9 Kalimantan Selatan 342 1.949 216 3.626.616 Pamsimas,
Waspola Facility
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, CSR Adaro
10 Kalimantan Tengah 330 1.453 175 2.212.089 CWSHP
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian
11 Sulawesi Tengah 298 1.664 175 2.635.009 Pamsimas,
Waspola Facility
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian
12 Sulawesi Selatan 268 2.936 418 8.034.776
Pamsimas, Waspola Facility, H5, Unicef, IUWASH
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian
13 Kalimantan Barat 206 1.726 234 4.395.983 CWSHP, WVI
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC
Jumlah 9.746 42.970 5.297 160.837.328
Sumber dari : Hasil Sensus Penduduk 1971 – 2010, Kodepos Indonesia 2013, Data Intervensi STBM di Indonesia, dan Data Pelaku STBM di Sekretariat STBM
3332
Berdasarkan tabel di atas, dibandingkan dengan angka nasional, maka Desa/kelurahan Intervensi STBM adalah 87,29%, jumlah desa/kelurahan 56,05%, jumlah Puskesmas 56,08%.
Dilihat dari jumlah program kerja/proyek mitra STBM yang sedang berjalan (TSSM, Pamsimas, Unicef, WVI, Plan, H5, IUWASH, Waspola Facility) maupun rencana mendatang seperti MCC, maka ke 13 provinsi di atas layak menjadi prioritas Roadmap STBM 2013-2015.
Dasar pertimbangan ke-13 provinsi tersebut menjadi lokasi prioritas Roadmap STBM 2013-2015, jika dihubungkan dengan strategi pencapaian 1 desa/kelurahan ODF untuk setiap Puskesmas per tahun, adalah:
Bila diasumsikan jumlah desa/kelurahan intervensi STBM ini dapat terus dikembangkan menjadi desa/kelurahan ODF, maka akan menyumbangkan jumlah desa/kelurahan ODF sebesar 87,29% dari total jumlah desa/kelurahan intervensi STBM tahun 2012.
Dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini sekitar 237.641.326 jiwa, dalam 13 provinsi prioritas pertama ini ada 3 provinsi dengan penduduk padat yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Total jumlah penduduk dari 13 provinsi tersebut berjumlah 160.837.328 jiwa, atau sekitar 67,68% dari jumlah penduduk Indonesia. Artinya intervensi di 13 provinsi ini akan lebih banyak menyasar provinsi dengan penduduk padat.
Dengan jumlah Puskesmas 5.297 unit, diperkirakan akan menyumbang 1 desa/kelurahan ODF setiap Puskesmas tiap tahunnya, maka paling tidak akan menyumbang sebesar 5.122 desa/kelurahan ODF atau 57,99% dari jumlah Puskesmas yang ada, sebuah angka yang relatif realistis.
Berdasarkan pengalaman, untuk mendapatkan 1 desa/kelurahan ODF untuk setiap Puskesmas, memerlukan 4 desa/kelurahan intervensi awal STBM yang potensial. Maka jumlah target desa/kelurahan intervensi akan mendapatkan angka: 4 desa/kelurahan x 5.297 Puskesmas atau sebanyak 21.188 desa/kelurahan. Dengan demikian target desa/kelurahan intervensi STBM dengan sendirinya dapat tercapai.
Untuk pencapaian desa/kelurahan ODF, kalau setiap tahun ditargetkan 1 desa/kelurahan ODF per puskesmas, maka dari 13 provinsi tersebut akan mendapatkan sebanyak 5.297 desa/kelurahan ODF setiap tahun, sebuah upaya yang terencana untuk mengembangkan 21.188 desa/kelurahan ODF.
Jika 4 desa/kelurahan awal intervensi ini dipicu dan diajak berkompetisi bukan mustahil waktu untuk pencapaian ODF keempat desa/kelurahan tersebut dapat dipersingkat, karena setiap puskesmas akan konsentrasi terlebih dahulu kepada 4 desa/kelurahan yang potensial ODF.
Melihat hasil Asesmen Pokja AMPL Provinsi oleh Pokja AMPL Pusat dan Waspola Facility, maka beberapa provinsi tersebut di atas termasuk 10 besar Pokja AMPL yang mempunyai kinerja baik, yaitu: Sumatera Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, NTT, NTB, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Ini merupakan sebuah indikasi bahwa apabila terjadi koordinasi dan sinergi program melalui Pokja AMPL provinsi, diharapkan proses pelaksanaan pencapaian target 1 desa/kelurahan ODF setiap tahun oleh setiap puskesmas akan berjalan dengan lebih baik.
Perhitungan realistis tadi, masih akan ditambah dengan sisa provinsi lainnya yang tentu akan terus bergerak mengembangkan desa/kelurahan intervensi STBM, mengingat SE Menkes 1 desa/kelurahan ODF setiap puskesmas ditujukan ke semua provinsi, sedangkan TP dan Dekon Direktorat Penyehatan Lingkungan Kemenkes tahun 2013 akan menyasar 31 provinsi di Indonesia.
Prioritas kedua, provinsi : (1) Jambi, (2) Sulawesi Barat, (3) Banten, (4) Bengkulu, (5) Gorontalo, (6) Sumatera Utara, (7) Bangka Belitung, (8) Aceh, (9) Maluku Utara, dan (10) Lampung, diperoleh data sebagai berikut :
3332
Tabel 11Data Provinsi Prioritas Kedua
No ProvinsiDesa/
kelurahan STBM
Jumlah Desa/ kelurahan
Jumlah Puskesmas
Jumlah Penduduk
Lokasi program saat ini Program ke depan
1. Jambi 159 1.322 173 3.092.265 Pamsimas
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC
2. Sulawesi Barat 132 532 83 1.158.651 Pamsimas
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian,
3. Banten 116 1.505 221 10.632.166 Pamsimas
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, LSM Harfa, MCC
4. Bengkulu 112 1.334 174 1.715.518 Pamsimas
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, PCI
5. Gorontalo 111 562 82 1.040.164 Pamsimas
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC
6. Sumatera Utara 109 5.867 520 12.982.204 H5, IUWASH
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian,
7. Bangka Belitung 91 348 58 1.223.296 Waspola Facility
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian,
8. Aceh 87 6.424 318 4.494.410 Unicef
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian,
9. Maluku Utara 72 1.002 106 1.038.087 Pamsimas
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian,
10 Lampung 71 2.403 265 7.608.405 Ditjen PMD
TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, SNV
Jumlah 1.060 21.299 2.000 41.892.901Diolah dari : Hasil Sensus Penduduk 1971 – 2010, Kodepos Indonesia 2013, Data Intervensi STBM di Indonesia, dan Data Pelaku STBM di Sekretariat STBM
Berdasarkan pengalaman, untuk mendapatkan 1 desa/kelurahan ODF untuk setiap Puskesmas, memerlukan 4 desa/kelurahan intervensi awal STBM yang potensial. Maka untuk provinsi prioritas kedua ini akan mendapatkan angka: 4 desa/kelurahan x 2.000 Puskesmas atau sebanyak 8.000 desa /kelurahan intervensi. Angka ini menambah jumlah desa/kelurahan intervensi STBM, hingga mendekati target 2014.
3534
Untuk pencapaian desa/kelurahan ODF, jika setiap tahun ditargetkan 1 desa/kelurahan ODF per puskemas, maka dari 10 provinsi tersebut akan didapatkan sebanyak 2.000 desa/kelurahan ODF setiap tahun, serta sebuah upaya yang terencana untuk mengembangkan 8.000 desa/kelurahan ODF selama 4 tahun ke depan.
Jika ke-4 desa/kelurahan awal intervensi ini dipicu dan diajak berkompetisi, waktu untuk pencapaian ODF keempat desa/kelurahan tersebut dapat dipersingkat, karena setiap puskesmas akan konsentrasi terlebih dahulu kepada 4 desa/kelurahan potensial ODF. Artinya, dari prioritas kedua pun kita akan mendapatkan jumlah desa/kelurahan ODF yang semakin mendekat kepada target 1 desa/kelurahan ODF setiap tahun dari setiap puskesmas.
Prioritasketiga, provinsi: (1) ) Papua Barat, (2) Maluku, (3) Kalimantan Timur, (4) Papua, (5) Sulawesi Tenggara, (6) Kepulauan Riau, (7) Yogyakarta, (8) Sulawesi Utara, (9) Bali, (10) DKI Jakarta, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 12DataProvinsiPrioritasKetiga
No ProvinsiDesa/
kelurahan STBM
Jumlah Desa/
kelurahan
Jumlah Puskesmas
Jumlah Penduduk
Lokasi program saat ini Program ke depan
1. Papua Barat 65 1.286 109 760.422 Pamsimas, Unicef
TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC
2. Maluku 59 901 168 1.533.506 Unicef
TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC
3. Kalimantan Timur 56 1.422 215 3.553.143 - -
4. Papua 36 3.575 311 2.833.381 Unicef
TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, PCI
5. Sulawesi Tenggara 36 1.942 241 2.232.586 -
TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC
6. Kepulauan Riau 35 340 66 1.679.163 -
TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian,
7. Yogyakarta 34 438 120 3.476.757 -
TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian,
8. Sulawesi Utara 26 1.464 170 2.270.596 -
TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC
9. Bali 10 710 114 3.890.757 TSSM
TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian,
10 DKI Jakarta 2 268 340 9.607.787 Mercy Corps -
Jumlah 359 12.346 1.854 31.838.098Sumber : Diolah dari Hasil Sensus Penduduk 1971 – 2010, Kodepos Indonesia 2013,
Data Intervensi STBM di Indonesia, dan Data Pelaku STBM di Sekretariat STBM
3534
Berdasarkan pengalaman, untuk mendapatkan 1 desa/kelurahan ODF untuk setiap Puskesmas, memerlukan 4 desa/kelurahan intervensi STBM awal yang potensial. Maka untuk provinsi prioritas ketiga akan mendapatkan angka : 4 desa/kelurahan x 1.854 Puskesmas atau sebanyak 7.416 desa/kelurahan. Angka ini akan menambah target desa/kelurahan intervensi STBM.
Untuk pencapaian desa/kelurahan ODF, jika setiap tahun ditargetkan 1 desa/kelurahan ODF, maka dari 10 provinsi tersebut akan didapatkan sebanyak 1.854 desa/kelurahan ODF setiap tahun, dan sebuah upaya yang terencana untuk mengembangkan 7.416 desa/kelurahan ODF selama 4 tahun ke depan.
Jika ke-4 desa/kelurahan intervensi ini dipicu dan diajak berkompetisi, waktu untuk pencapaian ODF keempat desa/kelurahan tersebut dapat dipersingkat, karena setiap puskesmas akan konsentrasi terlebih dahulu kepada 4 desa/kelurahan potensial ODF. Artinya, dari prioritas ketiga pun kita akan mendapatkan desa/kelurahan ODF yang semakin mendekat lagi kepada target 1 desa/kelurahan ODF setiap tahun dari setiap puskesmas.
Dengan demikian, ke 33 provinsi yang berada dalam wilayah kesatuan Indonesia, semua berkiprah dalam upaya mencapai target target pembangunan sektor sanitasi, dengan memanfaatkan semua potensi yang tersedia di provinsinya.
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan ODF untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan 1) 5 Pilar STBM
Alasannya adalah :
Diperkirakan telah ada sekitar 1.300 desa/kelurahan ODF.
STBM dengan target perubahan perilaku menuju Sanitasi Total, sesuai dengan kebijakannya terdiri dari 5 pilar.
Sudah ada beberapa daerah yang telah melalukan selebrasi desa/kelurahan 5 pilar STBM, seperti di Sumedang provinsi Jawa Barat, Timor Tengah Utara provinsi Nusa Tenggara Timur, atau di Biak Numfor provinsi Papua.
Terdapat beberapa proyek atau program, yang memiliki target 5 pilar STBM, seperti Simavi (dengan mitra kerjanya Plan Indonesia di Nusa Tenggara Timur, YMP-NTB maupun Rumsram di Papua) serta beberapa program seperti High Five maupun WVI yang memulai program STBM melalui pilar 4 (pengelolaan sampah rumah tangga).
Apabila meneruskan pendampingan di 1.300 desa/kelurahan ODF, serta memperoleh hasil dari program yang memiliki target desa/kelurahan 5 pilar STBM, sebelum selesainya RPJMN 2014 maupun MDGs 2015, kita akan memiliki sejumlah desa/kelurahan 5 pilar STBM yang lebih banyak dibandingkan dengan sekarang.
3736
Untuk mempermudah merumuskan tujuan strategisnya, berikut ini dikembangkan juga sub isu strategisnya, sebagaimana tabel berikut :
Tabel 13Isu dan sub-isu Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013-2015
Isu strategis Sub isu strategis
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan intervensi STBM untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan ODF
Peningkatan Lingkungan yang Kondusif:(1) Belum meratanya komitmen pimpinan daerah, Perlunya penyediaan dan revitalisasi sanitarian;
Peningkatan Kebutuhan Sanitasi:(2) Pentingnya pengarusutamaan perubahan perilakuPentingnya memastikan target ODF untuk: Kuantitas (seluruh komunitas) dan Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan Penyediaan Sanitasi:(3) Pentingnya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan ODF untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan 5 Pilar STBM
Peningkatan Lingkungan yang Kondusif:(1) Pentingnya updating data desa/kelurahan ODFPerlunya peningkatan kapasitas bagi provinsi dan kabupaten/kota
Peningkatan Kebutuhan Sanitasi:(2) Pentingnya meningkatkan desa/kelurahan ODF untuk meneruskan menuju Sanitasi Total dengan menerapkan 4 pilar STBM lainnya
Peningkatan Penyediaan Sanitasi:(3) Pentingnya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM sesuai dengan kondisi daerah
5.4 Tujuan strategis STBM 2013 – 2015
Untuk mencapai target tersebut diatas, isu strategis bisa diolah menjadi tujuan strategis, diperoleh tujuan strategis seperti berikut ini:
Tabel 14 Tujuan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 – 2015
Isu strategis Tujuan strategis
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan intervensi STBM untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan ODF
Peningkatan lingkungan yang kondusif: Meningkatnya komitmen pimpinan daerah1. Terlaksananya penyediaan dan revitalisasi sanitarian2.
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Terlaksananya upaya pengarusutamaan perubahan perilaku3. Terlaksananya kepastian target ODF secara Kuantitas (seluruh komunitas) 4. maupun Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:Terjadinya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi5.
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan ODF untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan 5 Pilar STBM
Peningkatan lingkungan yang kondusif: Terlaksananya 6. updating data desa/kelurahan ODFTerlaksananya peningkatan kapasitas tentang STBM bagi provinsi dan 7. kabupaten/kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Terlaksananya peningkatan desa/kelurahan ODF menuju Sanitasi Total menjadi 8. desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Terjadinyanya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM dan kondisi 9. daerah
3736
5.5 Sasaran strategis STBM 2013 – 2015
Untuk mencapai target tersebut diatas, tujuan strategis perlu diolah menjadi sasaran strategis seperti di bawah ini:
Tabel 15Sasaran Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015
Tujuan strategis Sasaran Strategis
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Meningkatnya komitmen pimpinan daerah1. Terlaksananya penyediaan dan revitalisasi 2. sanitarian
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Terlaksananya upaya pengarusutamaan 3. perubahan perilakuTerlaksananya kepastian target ODF secara 4. Kuantitas (seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:Terjadinya peningkatan kegiatan pemasaran 5. sanitasi
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Dukungan politik dan moral serta kepastian anggaran 1. yang memadai untuk pelaksanaan program STBMAdanya sinergi investasi dan peningkatan anggaran 2. untuk STBMAdanya penyediaan dan revitalisasi sanitarian3.
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Adanya upaya pengarusutamaan perubahan perilaku4. Adanya kepastian target ODF secara Kuantitas 5. (seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:Adanya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi6.
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Terlaksananya 6. updating data desa/kelurahan ODFTerlaksananya peningkatan kapasitas dan 7. berbagi pembelajaran tentang STBM bagi provinsi dan kabupaten/kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Terlaksananya peningkatan desa/kelurahan ODF8. menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Terjadinyanya penyediaan pilihan opsi teknologi 9. 5 Pilar STBM dan kondisi daerah
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Adanya upaya 7. updating data desa/kelurahan ODFAdanya upaya peningkatan kapasitas dan berbagi 8. pembelajaran tentang STBM bagi pusat dan provinsi
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Adanya upaya peningkatan desa/kelurahan ODF 9. menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Adanya peningkatan produksi sesuai dengan pilihan 10. opsi teknologi dan kondisi daerah
3938
5.6 Strategi pelaksanaan STBM 2013 – 2015
Sasaran strategis perlu dirumuskan menjadi strategi pelaksanaan. Untuk itu, dalam rangka memudahkan dan adanya pembagian tugas dan wewenang secara bertingkat, maka strategi pelaksanaan dibagi ke dalam tingkatan: (1) pusat, (2) provinsi, dan (3) kabupaten/kota.
Strategi pelaksanaan tingkat provinsi dapat dilihat di lampiran 01, sedangkan untuk strategi pelaksanaan tingkat kabupaten/kota dapat dilihat di lampiran 02. Untuk strategi pelaksanaan di tingkat pusat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 16Strategi Pelaksanaan STBM di Indonesia Tahun 2013 – 2015
Sasaran Strategis Strategi pelaksanaanDesa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Dukungan politik dan moral serta kepastian 1. anggaran yang memadai untuk pelaksanaan program STBMAdanya koordinasi dan sinergi program dan 2. investasi untuk implementasi STBM
Adanya penyediaan dan revitalisasi sanitarian3.
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Melakukan advokasi tentang STBM secara 1. berjenjangMelakukan penatalaksanaan sinergi program dan 2. investasi antar KL terkait STBM dan pemangku kepentingan Melaksanakan revitalisasi sanitarian3.
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Adanya upaya pengarusutamaan perubahan 4. perilaku
Adanya kepastian target ODF secara Kuantitas 5. (seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:Adanya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi6.
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Menyusun strategi komunikasi pengarus-4. utamaan perubahan perilaku melalui STBMMemberikan target tahunan kepada setiap 5. puskesmas 1 desa/kelurahan/puskesmas mencapai ODF
Peningkatan penyediaan sanitasi :Meningkatkan upaya penerapan Pemasaran 6. Sanitasi
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Adanya upaya 7. updating data desa/kelurahan ODF
Adanya upaya peningkatan kapasitas dan berbagi 8. pembelajaran tentang STBM bagi pusat dan provinsi
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Adanya upaya peningkatan desa/kelurahan 9. ODF menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Adanya peningkatan produksi sesuai dengan 10. pilihan opsi teknologi 5 pilar STBM dan kondisi daerah
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Melakukan 7. updating data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data dari provinsiMelaksanakan peningkatan kapasitas dan 8. berbagi pembelajaran STBM bagi pusat dan provinsi
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Melaksanakan pendokumentasian dan 9. diseminasi Pembelajaran Sanitasi Total 5 Pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Menyusun pilihan opsi teknologi 5 pilar STBM 10. dan kondisi daerah
3938
5.7 Program dan kegiatan strategis STBM 2013 – 2015
Untuk mencapai target tersebut diatas, apabila kita olah kebijakan strategis menjadi program dan kegiatan strategis :
Tabel 17Program dan Kegiatan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015
Strategi pelaksanaan Program strategis Kegiatan strategis
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Melakukan advokasi tentang STBM 1. secara berjenjang
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Peningkatan 1. awareness sanitasi untuk prioritasi dan investasi sanitasiRe-sosialisasi STBM di seluruh level dan 2. pemangku kepentinganPenanda-tanganan kerjasama dengan AKOPSI 3. untuk awareness STBM agar STBM masuk ke dalam MPSS dan mendapatkan alokasi pembiayaanPenyelenggaraan Kompetisi STBM antar 4. kabupaten/kota dengan pemberian Reward atas keberhasilan ODF untuk kabupaten/kota Penyusunan model kebutuhan anggaran untuk 5. mencapai ODF desa/kelurahan dan kecamatan
Melakukan penatalaksanaan 2. sinergi antar KL terkait STBM dan pemangku kepentingan
Melaksanakan revitalisasi 3. sanitarian
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Pertemuan koordinasi antar KL terkait STBM 6. dan pemangku kepentingan lainnya dalam Pokja AMPL terkait STBMPenatalaksanaan sinergi investasi STBM antar 7. KL terkait STBM dan pemangku kepentingan untuk implementasi STBM, termasuk CSR, BOS, BOK dan ADDPenatalaksanaan sinergi program antar KL 8. terkait STBM dan pemangku kepentingan antara lain: Litbangkes, Promkes, UKS di internal Kemenkes; maupun kerja sama dengan lintas sektor: Adipura, Kabupaten/ Kota Sehat, Kota Layak Anak, Lomba Desa/kelurahan, Desa/kelurahan Siaga, Sanimas dan SLBM ( untuk Gambaran Sinergi Program dapat dilihat lampiran 03), koperasi, kredit mikro, perbankanPenyusunan Direktori Pelaku STBM Indonesia9. Penyusunan Eksisting & Kebutuhan Sanitarian 10. IndonesiaPelaksanaan Peningkatan Kapsitas Sanitarian 11. Indonesia
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Menyusun strategi komunikasi 4. pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM
Memberikan target tahunan 5. kepada setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/puskesmas mencapai ODF
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Penyusunan strategi komunikasi 12. pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBMPelaksanaan program komunikasi 13. pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBMPembuatan SE Menkes tentang target 14. tahunan setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/ puskesmas mencapai ODFPenyusunan dan sosialisasi panduan verifikasi 15. ODF secara kuantitas dan kualitasPenyusunan panduan monitoring dan evaluasi 16. peningkatan akses sanitasi dan air minum layak berkelanjutanPertemuan evaluasi dan pembelajaran tahunan 17. Kinerja STBM bersama daerah dan mitra kerja
4140
Peningkatan penyediaan sanitasi:Meningkatkan upaya penerapan 6. Pemasaran Sanitasi
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Peningkatan penyediaan sanitasi:Pelaksanaan Riset Pasar Sanitasi di provinsi 18. sesuai kebutuhanPenyusunan Panduan Pemasaran Sanitasi19. Penyusunan Panduan Pilihan Opsi Teknologi 20. dan Tukang Sanitasi untuk STBM sesuai dengan kondisi daerahPelatihan dan Pembentukan Forum Komunikasi 21. Tukang Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerahPelatihan dan Pembentukan Asosiasi 22. Pengusaha Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerahPenyusunan kebutuhan dana, identifikasi 23. sumber permodalan, dan pengembangan kerjasama untuk bisnis sanitasi Penyusunan Panduan Monitoring Pemasaran 24. Sanitasi
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Melakukan 7. updating data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data dari provinsi
Melaksanakan peningkatan 8. kapasitas dan berbagi pembelajaran STBM bagi pusat dan provinsi
Peningkatan kebutuhan sanitasiMelaksanakan pendokumentasian 9. dan diseminasi Pembelajaran Sanitasi Total 5 Pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi :Menyusun pilihan opsi teknologi 5 10. pilar STBM dan kondisi daerah
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Penyusunan sistem kompilasi data desa/25. kelurahan ODFUpdating26. data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data dari provinsiPenyusunan Peta Kinerja STBM tahunan27. Penyusunan Modul Peningkatan Kapasitas 28. STBM bagi provinsiPeningkatan Kapasitas dan berbagi 29. pembelajaran STBM bagi provinsi
Peningkatan kebutuhan sanitasiKegiatan dan Pertemuan Pembelajaran 30. Pelaksanaan 5 Pilar STBMPenyusunan Buku Pembelajaran Sanitasi Total 31. 5 Pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi :Penyusunan pilihan opsi teknologi 5 pilar STBM 32. dan kondisi daerah
Untuk gambaran kerja sama Sanimas-SLBM dan STBM, dapat dilihat pada lampiran 03.
Strategi pelaksanaan Program strategis Kegiatan strategis
4140
Bab EnamPRIORITAS PELAKSANAAN KEGIATAN STRATEGIS ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013 -2015
6.1 Prioritasi pelaksanaan kegiatan strategis
Diusulkan tiga tahapan strategis menuju target percepatan STBM 2013–2015:
Tahun pertama: penyiapan (1) NSPM, peningkatan kapasitas dan pembelajaran, pelaksanaan 5 target utama, serta pemantauan dan evaluasi;
Tahun kedua: pelaksanaan (2) percepatan, pelaksanaan target tambahan, serta pemantauan dan evaluasi;
Tahun ketiga: di tahun pertama (3) RPJMN baru dan tahun terakhir MDGs 2015 : review terhadap apa yang diperoleh sampai RPJMN 2014 dan rencana untuk tahun terakhir MDGs 2015, pemantapan menuju Sanitasi Total serta pemantauan dan evaluasi.
4342
6.2 Prioritas kegiatan strategis tahun pertama, 2013
Sesuai dengan prioritasi kegiatan strategis diatas, maka untuk tahun pertama, terdiri dari besaran kegiatan: penyiapan NSPM, advokasi, peningkatan kapasitas dan pembelajaran, pelaksanaan 5 target utama, serta pemantauan dan evaluasi.
Ini berarti akan memilih beberapa kegiatan strategis dari 48 kegiatan strategis yang diusulkan :
Tabel 18Prioritas Kegiatan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013
Kegiatan strategisPe-ranking-an Penangg.
Jawab WaktuBobot Nilai Skore Ranking
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF :Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Peningkatan 1. awareness sanitasi untuk prioritasi dan investasi sanitasi 3 9 27 2 Pokja
AMPL Tr 1
Re-sosialisasi STBM di seluruh level dan 2. pemangku kepentingan 2 9 18 3 Sekrt
STBM Tr 1
Penanda-tanganan kerjasama dengan AKOPSI 3. untuk awaraness STBM 3 10 30 1 Pokja
AMPL Tr 2
Penyelenggaraan Kompetisi STBM antar 4. kabupaten/kota dengan pemberian Reward atas keberhasilan ODF untuk kabupaten/kota
1 9 9 4 Sekrt STBM Tr 4
Penyusunan model kebutuhan anggaran 5. untuk mencapai ODF desa/kelurahan dan kecamatan
2 9 18 3 Sekrt STBM Tr 1
Pertemuan koordinasi antar KL terkait STBM 6. dan pemangku kepentingan lainnya dalam Pokja AMPL terkait STBM
3 9 27 2 Pokja AMPL Tr 1-4
Penatalaksanaan sinergi investasi STBM antar 7. KL terkait STBM dan pemangku kepentingan untuk implementasi STBM, termasuk CSR, BOS, BOK dan ADD
1 9 9 3 Pokja AMPL Tr 1-4
Penatalaksanaan sinergi program antar KL 8. terkait STBM dan pemangku kepentingan antara lain: Litbangkes, Promkes, UKS di internal Kemenkes; maupun kerja sama dengan lintas sektor: Adipura, Kabupaten/ Kota Sehat, Kota Layak Anak, Lomba Desa/kelurahan, Desa/kelurahan Siaga, koperasi, kredit mikro
3 9 27 2 Pokja AMPL Tr 1-4
Penyusunan Direktori Pelaku STBM Indonesia9. 1 9 9 4 Sekrt STBM Tr 3
Penyusunan Eksisting & Kebutuhan Sanitarian 10. Indonesia 2 9 18 3 Sekrt
STBM Tr 1
Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Sanitarian 11. Indonesia 2 9 18 3 Sekrt
STBM Tr 2
Peningkatan kebutuhan sanitasi :Penyusunan strategi komunikasi pengarus-12. utamaan perubahan perilaku melalui STBM 2 17 34 2 Pokja
AMPL Tr 1
Pelaksanaan program komunikasi 13. pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM
2 17 34 2 Pokja AMPL Tr 1-4
Pembuatan SE Menkes tentang target 14. tahunan setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/ puskesmas mencapai ODF
3 17 51 1 Sekrt STBM Tr 1
4342
Penyusunan dan sosialisasi panduan verifikasi 15. ODF secara kuantitas dan kualitas 2 16 32 3 Sekrt
STBM Tr 1-4
Penyusunan panduan monitoring dan evaluasi 16. peningkatan akses sanitasi masyarakat 2 16 32 3 Sekrt
STBM Tr 2
Pertemuan evaluasi dan pembelajaran 17. tahunan Kinerja STBM bersama daerah dan mitra kerja
3 17 51 1 Sekrt STBM Tr 4
Peningkatan penyediaan sanitasi :Pelaksanaan Riset Pasar Sanitasi di provinsi 18. sesuai kebutuhan 1 14 14 3 Sekrt
STBM Tr 4
Penyusunan Panduan Pemasaran Sanitasi19. 3 15 45 1 Sekrt STBM Tr 2
Penyusunan Panduan Pilihan Opsi Teknologi 20. dan Tukang Sanitasi untuk STBM sesuai dengan kondisi daerah
2 14 28 2 Sekrt STBM Tr 2
Pelatihan dan Pembentukan Forum 21. Komunikasi Tukang Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah
2 14 28 2 Sekrt STBM Tr 2
Pelatihan dan Pembentukan Asosiasi 22. Pengusaha Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah
2 14 28 2 Sekrt STBM Tr 3
Penyusunan kebutuhan dana, identifikasi 23. sumber permodalan, dan pengembangan kerjasama untuk bisnis sanitasi
3 15 45 1 Sekrt STBM Tr 1
Penyusunan Panduan Monitoring Pemasaran 24. Sanitasi 2 14 28 2 Sekrt
STBM Tr 3
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif :
Penyusunan sistem kompilasi data desa/25. kelurahan ODF 3 13 39 1 Sekrt
STBM Tr 1
Updating26. data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data dari provinsi 3 13 39 1 Sekrt
STBM Tr 1-4
Penyusunan Peta Kinerja STBM tahunan27. 2 12 24 3 Sekrt STBM Tr 2
Penyusunan Modul Peningkatan Kapasitas 28. STBM bagi pusat dan provinsi 2 13 26 2 Sekrt
STBM Tr 1-2
Peningkatan Kapasitas dan Berbagi 29. Pembelajaran STBM bagi pusat dan provinsi 2 13 26 2 Sekrt
STBM Tr 3
Peningkatan kebutuhan sanitasiKegiatan dan Pertemuan Pembelajaran 30. Pelaksanaan 5 Pilar STBM 2 12 24 3 Sekrt
STBM Tr 3
Penyusunan Buku Pembelajaran Sanitasi Total 31. 5 Pilar STBM 2 12 24 3 Sekrt
STBM Tr 4
Peningkatan penyediaan sanitasi :Penyusunan Buku Opsi Pilihan Teknologi 5 32. Pilar STBM 2 12 24 3 Sekrt
STBM Tr 2
Keterangan :
Pemeringkatan dilakukan menjadi 2 bagian :
Untuk setiap komponen program untuk Pengembangan Desa/kelurahan Intervensi STBM menjadi (1) Desa/kelurahan ODF, dan
Untuk Pengembangan Desa/kelurahan ODF menjadi Desa/kelurahan 5 pilar STBM. Dengan (2) pengaturan sebagai berikut:
Kegiatan strategisPe-ranking-an Penangg.
Jawab WaktuBobot Nilai Skore Ranking
4544
Bobot: 1 = Cukup penting. 2 = Penting. 3 = Penting sekali; •
Peningkatan lingkungan yang kondusif: Nilai: Total = 100, dibagi 11, berkisar 9-10 setiap kegiatan•
Peningkatan kebutuhan sanitasi: Nilai: Total = 100, dibagi 6, berkisar 16-17 setiap kegiatan•
Peningkatan penyediaan sanitasi: Nilai: Total = 100, dibagi 7, berkisar 14-15 setiap kegiatan•
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM: Nilai: Total = 100, dibagi 7, berkisar 14-15 •setiap kegiatan
Tr 1-4 = Triwulan 1-4•
Terlihat bahwa untuk Pengembangan Desa/kelurahan Intervensi STBM menjadi Desa/kelurahan ODF, untuk komponen :
Peningkatan lingkungan yang kondusif:•
ada 1 kegiatan prioritas pertama, o
3 kegiatan prioritas kedua, serta o
5 kegiatan prioritas ketigao
Peningkatan kebutuhan sanitasi: •
ada 2 kegiatan prioritas pertama, o
2 kegiatan prioritas kedua, o
serta 2 kegiatan prioritas ketiga.o
Peningkatan penyediaan sanitasi: •
ada 2 kegiatan prioritas pertama, o
4 kegiatan prioritas kedua, serta o
1 kegiatan prioritas ketiga.o
Sedangkan untuk Pengembangan Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM terlihat:
ada 2 kegiatan prioritas pertama, •
2 kegiatan prioritas kedua, serta •
4 kegiatan prioritas ketiga.•
6.3 Prioritas kegiatan strategis tahun kedua, 2014
Sesuai dengan prioritasi kegiatan strategis di atas, maka untuk tahun kedua, terdiri dari besaran kegiatan: advokasi lanjutan, pelaksanaan percepatan, pelaksanaan target tambahan, serta pemantauan dan evaluasi. Ini berarti akan memilih beberapa kegiatan strategis dari 18 kegiatan strategis yang diusulkan :
4544
Tabel 19 Prioritas Kegiatan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2014
Kegiatan strategisPe-ranking-an
Pen.Jab WaktuBobot Nilai Skore Ranking
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Peningkatan 1. awareness sanitasi untuk prioritasi dan investasi sanitasi 3 7 21 1 Pokja
AMPL Tr 1
Re-sosialisasi STBM di seluruh level dan 2. pemangku kepentingan 2 6 12 3 Sekrt
STBM Tr 1
Penatalaksanaan sinergi investasi STBM 3. antar KL terkait STBM dan pemangku kepentingan lainnya
2 7 14 2 Pokja AMPL Tr 1-4
Penyelenggaraan Kompetisi STBM antar 4. kabupaten/kota dengan pemberian Reward atas keberhasilan ODF untuk kabupaten/kota
2 7 14 2 Sekrt STBM Tr 4
Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas 5. Sanitarian Indonesia 3 7 21 1 Sekrt
STBM Tr 2
Pertemuan koordinasi antar KL terkait 6. STBM dan pemangku kepentingan lainnya dalam Pokja AMPL terkait STBM
3 7 21 1 Pokja AMPL Tr 1-4
Penatalaksanaan sinergi program antar KL 7. terkait STBM dan pemangku kepentingan lainnya
3 7 21 1 Pokja AMPL Tr 1-4
Peningkatan kebutuhan sanitasi :
Pelaksanaan program komunikasi 8. pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM
2 7 14 2 Pokja AMPL Tr 1-4
Pertemuan evaluasi dan pembelajaran 9. tahunan Kinerja STBM bersama daerah dan mitra kerja
2 7 14 2 Sekrt STBM Tr 4
Peningkatan penyediaan sanitasi :
Pelaksanaan Riset Pasar Sanitasi di 10. provinsi sesuai kebutuhan 1 6 6 4 Sekrt
STBM Tr 4
Pelatihan dan Pembentukan Forum 11. Komunikasi Tukang Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah
2 6 12 3 Sekrt STBM Tr 1-4
Pelatihan dan Pembentukan Asosiasi 12. Pengusaha Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah
2 6 12 3 Sekrt STBM Tr 1-4
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif :
Updating13. data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data dari provinsi 3 7 21 1 Sekrt
STBM Tr 1-4
Peningkatan Kapasitas dan berbagi 14. Pembelajaran STBM bagi provinsi 2 7 14 2 Sekrt
STBM Tr 1-2
Peningkatan kebutuhan sanitasi
Pertemuan Pembelajaran Pelaksanaan 5 15. Pilar STBM 2 6 12 3 Sekrt
STBM Tr 4
Keterangan :Bobot: 1 = Cukup penting, 2 = penting, 3 = penting sekali; Nilai: Total = 100, dibagi 15, berkisar 6-7 setiap kegiatan Tr 1-4 = Triwulan 1-4
Terlihat bahwa ada 5 kegiatan prioritas pertama, 5 kegiatan prioritas kedua, serta 4 kegiatan prioritas ketiga.
4746
6.4 Prioritaskegiatanstrategistahunketiga,2015
Sesuai dengan prioritasi kegiatan strategis di atas, maka untuk tahun ketiga, di tahun pertama RPJMN baru dan tahun terakhir MDGs 2015: review terhadap apa yang diperoleh sampai RPJMN 2014 dan rencana untuk tahun terakhir MDGs 2015, pemantapan menuju Sanitasi Total serta pemantauan dan evaluasi.
Ini berarti akan memilih beberapa kegiatan strategis dari 5 kegiatan strategis yang diusulkan:
Tabel 20Prioritas Kegiatan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2015
Program strategis Kegiatan strategis
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Peningkatan lingkungan yang kondusif : Pertemuan 1. review terhadap Capaian STBM sampai RPJMN 2014Penyusunan 2. Roadmap STBM dalam rangka RPJMN 2015 - 2019
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Pengarusutamaan perubahan perilaku menuju Sanitasi Total1. Pelaksanaan 5 pilar STBM2.
Peningkatan penyediaan sanitasi :Pengembangan Pemasaran Sanitasi untuk 5 Pilar STBM1.
6.5 Pemantauan dan evaluasi
Ada beberapa indikator yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan Roadmap Percepatan STBM 2013 – 2015, yaitu :
Capaian jumlah Desa/kelurahan Intervensi STBM(1)
Capaian jumlah Desa/kelurahan ODF(2)
Capaian jumlah Desa/kelurahan 5 pilar STBM(3)
Cakupan akses sanitasi layak berkelanjutan(4)
Cakupan akses air minum layak berkelanjutan(5)
Indikator itulah yang dipakai untuk kegiatan pemantauan dan evaluasi sejak desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi sampai ke pusat, melalui berbagai sistem dan mekanisme yang saat ini sudah berjalan.
Selain itu, diharapkan juga terjadi pendokumentasian pembelajaran STBM, terkait dengan upaya mencapai Desa/kelurahan Intervensi STBM, Desa/kelurahan ODF, Desa/kelurahan 5 pilar STBM maupun cakupan akses sanitasi layak, baik yang diperoleh melalui berbagai pertemuan pembelajaran, berbagi pengalaman melalui milis, website, news-elektronik, maupun yang dibukukan.
Dengan demikian, lewat data yang diperoleh dari kegiatan pemantauan dan evaluasi, kita dapat mengukur kinerja pelaksanaan program STBM, sudah sampai dimana dibandingkan dengan target RPJMN 2014 maupun MDGs 2015. Sedangkan lewat penyebarluasan dokumentasi pembelajaran STBM, diharapkan akan memicu semua pelaku STBM di Indonesia untuk berkiprah dengan lebih baik, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya untuk akhirnya akan makin meningkatkan kinerja STBM secara keseluruhan.
4746
Bab Tujuh ESTIMASI KEBUTUHAN DAN IDENTIFIKASI SUMBER PENDANAAN UNTUK PELAKSANAAN ROADMAP STBM 2013-2015
7.1 Identifikasisumberpendanaan
Untuk mencapai target STBM 2013–2015, dengan kegiatan-kegiatan strategis tahun 2013-2015 dan untuk menyiapkan kegiatan jangka menengah selanjutnya, tentu diperlukan sejumlah sumber daya dan sumber dana. Untuk itu, berikut adalah hasil identifikasi sumber dana yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan program STBM di daerah:
4948
Tabel 21IdentifikasiSumberPendanaanSTBMdiIndonesiaTahun2013-2015
No. Lembaga Nama program/proyek
1. Pusat :
Kementrian/Lembaga :
Bappenas1. Kegiatan koordinasi melalui Pokja AMPL
Kementrian Kesehatan2.
Kegiatan koordinasi melalui Sekretariat STBM- TP – Penyediaan Air dan Sanitasi Berbasis Masyarakat- Dekon untuk monitoring dan evaluasi STBM serta - peningkatan kapasitas sanitarianMCC – program Gizi dan Sanitasi-
Kementrian Dalam Negeri3. Kegiatan peningkatan kapasitas melalui Ditjen PMD
Kementrian Pekerjaan Umum4.
Pamsimas- USRI – seperti SLBM untuk STBM Perkotaan- Program Sanimas Reguler untuk STBM Perkotaan- Program SLBM untuk STBM Perkotaan- 3R untuk pilar 4 STBM-
Kementrian Negara Lingkungan 5. Hidup Program Bank Sampah untuk pilar 4 STBM-
Donor/LSM
WSP-EAP1. TSSM 1,5- Waspola Facility-
Unicef2. STBM di 7 kabupaten/kota di 3 provinsi- Sanitasi sekolah -
USAID3. IUWASH di Sumatera Utara, Jawa Barat , Jawa Timur dan - Sulawesi SelatanHigh Five- di Medan, Surabaya dan Makassar
Simavi-SHAW4.
Bekerja sama dengan Rumsram di Papua- Bekerja sama dengan Plan Indonesia di NTT- Bekerja sama dengan YMP-NTB di NTB- Bekerja sama dengan YDD di NTT- Bekerja sama dengan CD Bethesda di NTT-
Plan Indonesia5.
Bekerja sama dengan Kabupaten Dompu di NTB- Bekerja sama dengan Kabupaten Rembang dan Grobogan - di Jawa TengahNTT -
World Vision6. Indonesia Perkotaan di Jakarta, Surabaya, Pontianak- Perdesaan di Kalimantan Barat-
SwastaAdaro1. Program STBM di Kalimantan SelatanUnilever2. Program Pilar 2 dan 4 di beberapa lokasiAqua Danone3. Bekerja sama dengan YPCII di SukabumiBank Mandiri Syariah4. Pembiayaan sanitasi di lokasi IUWASH
2. Provinsi
Bappeda1. Koordinasi melalui kegiatan Pokja AMPLDinas Kesehatan2. Kegiatan penyehatan lingkunganDinas Pekerjaan Umum3. Program SLBM – APBD ProvinsiBadan Lingkungan Hidup4. Pengelolaan Sampah Berbasis MasyarakatPerguruan Tinggi5. Kerjasama KKN untuk pemicuan
3. Kabupaten/kotaBappeda1. Koordinasi melalui kegiatan Pokja AMPLDinas Kesehatan2. Kegiatan penyehatan lingkunganDinas Pekerjaan Umum3. Program SLBM – APBD Kabupaten/KotaBadan Lingkungan Hidup4. Pengelolaan Sampah Berbasis MasyarakatTP PKK5. Kegiatan Pokja IV tentang Lingkungan
4948
7.2 Estimasikebutuhanpendanaan
Sesuai dengan kegiatan strategis setiap tahunnya, diestimasikan kebutuhan dana sebagaimana uraian dibawah ini :
7.2.1 Tahun 2013
Untuk tahun pertama, diestimasikan kebutuhan dana, sebagaimana tabel berikut ini :
Tabel 22EstimasiKebutuhanPendanaanSTBMdiIndonesiaTahun2013
Kegiatan strategis Volume Jumlah kebutuhan dana
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Peningkatan 1. awareness sanitasi untuk prioritasi dan investasi sanitasi
1 paket pertemuan mendukung nasional gubernur yang sudah ada
100.000.000
Re-sosialisasi STBM di seluruh level dan 2. pemangku kepentingan
1 paket pertemuan nasional Kadinkes
300.000.000
Penanda-tanganan kerjasama dengan AKOPSI 3. untuk awareness STBM
1 paket TA penyiapan MOU STBM-AKOPSI
100.000.000
Penyelenggaraan Kompetisi STBM antar 4. kabupaten/kota dengan pemberian Reward atas keberhasilan ODF untuk kabupaten/kota
1 paket penyelenggaraan kompetisi STBM antar kabupaten/kota 500.000.000
Penyusunan model kebutuhan anggaran 5. untuk mencapai ODF desa/kelurahan dan kecamatan
1 paket studi penyusunan model kebutuhan anggaran ODF desa/kelurahan/kecamatan
200.000.000
Pertemuan koordinasi antar KL terkait STBM 6. dan pemangku kepentingan lainnya dalam Pokja AMPL terkait STBM
4 paket pertemuan triwulan-an 40.000.000
Penatalaksanaan sinergi investasi STBM antar 7. KL terkait STBM dan pemangku kepentingan untuk implementasi STBM, termasuk CSR, BOS, BOK dan ADD
1 paket studi penataan sinergi investasi antar KL, lembaga, donor 200.000.000
Penatalaksanaan sinergi program antar KL 8. terkait STBM dan pemangku kepentingan antara lain: Litbangkes, Promkes, UKS di internal Kemenkes; maupun kerja sama dengan lintas sektor: Adipura, Kabupaten/ Kota Sehat, Kota Layak Anak, Lomba Desa/kelurahan, Desa/kelurahan Siaga, SLBM, Sanimas, koperasi, kredit mikro, perbankan
1 paket studi penataan sinergi program antar KL, lembaga, donor 200.000.000
Penyusunan Direktori Pelaku STBM Indonesia9. 1 paket TA penyusunan Direktori Pelaku STBM di Indonesia
200.000.000
Penyusunan Eksisting & Kebutuhan Sanitarian 10. Indonesia
1 paket studi eksisting dan kebutuhan sanitarian di Indonesia 200.000.000
Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Sanitarian 11. Indonesia
12 batch pelatihan Sanitarian di Indonesia 1.200.000.000
Peningkatan kebutuhan sanitasi: 12. Penyusunan strategi komunikasi pengarus-utamaan perubahan perilaku melalui STBM
1 paket penyusunan strategi komunikasi STBM
200.000.000
13. Pelaksanaan program komunikasi pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM
1 paket komunikasi cetak dan elektronik nasional
10.000.000.000
14. Pembuatan SE Menkes tentang target tahunan setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/ puskesmas mencapai ODF
Rutin -
5150
15. Penyusunan dan Sosialisasi panduan verifikasi ODF secara kuantitas dan kualitas
1 paket penyusunan dan sosialisasi panduan ODF tingkat nasional
200.000.000
16. Penyusunan panduan monitoring dan evaluasi peningkatan akses sanitasi masyarakat
1 paket penyusunan panduan monitoring dan evaluasi
200.000.000
17. Pertemuan evaluasi dan pembelajaran tahunan Kinerja STBM bersama daerah dan mitra kerja
1 paket pertemuan nasional evaluasi dan pembelajaran tahunan STBM
300.000.000
Peningkatan penyediaan sanitasi: 18. Pelaksanaan Riset Pasar Sanitasi di provinsi sesuai kebutuhan
8 paket riset pasar sanitasi di provinsi
800.000.000
19. Penyusunan Panduan Pemasaran Sanitasi 1 paket penyusunan panduan pemasaran sanitasi
200.000.000
20. Penyusunan Panduan Pilihan Opsi Teknologi dan Tukang Sanitasi untuk STBM sesuai dengan kondisi daerah
1 paket penyusunan panduan pilihan opsi teknologi sanitasi
200.000.000
21. Pelatihan dan Pembentukan Forum Komunikasi Tukang Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah
# pelatihan dan pembentukan forum komunikasi tukang sanitasi
600.000.000
22. Pelatihan dan Pembentukan Asosiasi Pengusaha Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah
# pelatihan dan pembentukan asosiasi pengusaha sanitasi
600.000.000
23. Penyusunan kebutuhan dana, identifikasi sumber permodalan, dan pengembangan kerjasama untuk bisnis sanitasi
1 paket studi penyusunan identifikasi sumber dan kebutuhan dana untuk bisnis sanitasi
200.000.000
24. Penyusunan Panduan Monitoring Pemasaran Sanitasi
1 paket penyusunan monitoring pemasaran sanitasi
200.000.000
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
25. Penyusunan sistem kompilasi data desa/kelurahan ODF
1 paket penyusunan kompilasi data desa/kelurahan ODF
200.000.000
26. Updating data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data dari provinsi
1 paket manajemen data desa/kelurahan ODF daerah - pusat
100.000.000
27. Penyusunan Peta Kinerja STBM tahunan 1 paket penyusunan Peta Kinerja STBM
200.000.000
28. Penyusunan Modul Peningkatan Kapasitas STBM bagi provinsi
1 paket penyusunan modul peningkatan kapasitas STBM bagi pusat dan daerah
200.000.000
29. Peningkatan Kapasitas dan berbagi Pembelajaran STBM bagi pusat dan provinsi
# paket peningkatan kapasitas dan berbagi pembelajaran STBM pusat dan provinsi
1.000.000.000
Peningkatan kebutuhan sanitasi 30. Pertemuan Pembelajaran Pelaksanaan 5 Pilar STBM
1 paket pertemuan pembelajaran 5 pilar STBM nasional
300.000.000
31. Penyusunan Buku Pembelajaran Sanitasi Total 5 Pilar STBM
1 paket penyusunan buku pembelajaran 5 pilar STBM
200.000.000
32. Penyusunan Buku Opsi Pilihan Teknologi 5 Pilar STBM
1 paket penyusunan buku opsi pilihan teknologi 5 pilar STBM
200.000.000
Jumlah keseluruhan 19.340.000.000
Kegiatan strategis Volume Jumlah kebutuhan dana
5150
7.2.2 Tahun 2014
Untuk tahun kedua, diestimasikan kebutuhan dana, sebagaimana tabel berikut ini :
Tabel 23EstimasiKebutuhanPendanaanSTBMdiIndonesiaTahun2014
Kegiatan strategis VolumeSatuan
kebutuhan dana
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF: Peningkatan lingkungan yang kondusif:
1. Peningkatan awareness sanitasi untuk prioritasi dan investasi sanitasi
1 paket pertemuan nasional dengan media
100.000.000
2. Re-sosialisasi STBM di seluruh level dan pemangku kepentingan 1 paket pertemuan nasional Ormas
200.000.000
3. Penatalaksanaan sinergi investasi STBM antar KL terkait STBM dan pemangku kepentingan lainnya
Pertemuan review hasil penatalaksanaan sinergi investasi
200.000.000
4. Penyelenggaraan Kompetisi STBM antar kabupaten/kota dengan pemberian Reward atas keberhasilan ODF untuk kabupaten/kota
1 paket penyelenggaraan kompetisi STBM antar kabupaten/kota
500.000.000
5. Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Sanitarian Indonesia
# batch pelatihan Sanitarian di Indonesia
1.200.000.000
6. Pertemuan koordinasi antar KL terkait STBM dan pemangku kepentingan lainnya dalam Pokja AMPL terkait STBM
4 paket pertemuan triwulan-an 50.000.000
7. Penatalaksanaan sinergi program antar KL terkait STBM dan pemangku kepentingan lainnya
Pertemuan review hasil penatalaksanaan sinergi program
200.000.000
Peningkatan kebutuhan sanitasi :
8. Pelaksanaan program komunikasi pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM
1 paket komunikasi menggunakan aneka budaya nusantara
5.000.000.000
9. Pertemuan evaluasi dan pembelajaran tahunan Kinerja STBM bersama daerah dan mitra kerja
1 paket pertemuan nasional evaluasi dan pembelajaran tahunan STBM
450.000.000
Peningkatan penyediaan sanitasi :
10. Pelaksanaan Riset Pasar Sanitasi di provinsi sesuai kebutuhan
8 paket riset pasar sanitasi di provinsi lanjutan
800.000.000
11. Pelatihan dan Pembentukan Forum Komunikasi Tukang Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah
# pelatihan dan pembentukan forum komunikasi tukang sanitasi
600.000.000
12. Pelatihan dan Pembentukan Asosiasi Pengusaha Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah
# pelatihan dan pembentukan asosiasi pengusaha sanitasi
600.000.000
5352
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM: Peningkatan lingkungan yang kondusif:
13. Updating data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data dari provinsi
1 paket manajemen data desa/kelurahan ODF daerah - pusat lanjutan
100.000.000
14. Peningkatan Kapasitas dan berbagi Pembelajaran STBM bagi provinsi
# paket peningkatan kapasitas dan berbagi pembelajaran STBM provinsi
1.000.000.000
Peningkatan kebutuhan sanitasi
15. Pertemuan Pembelajaran Pelaksanaan 5 Pilar STBM
1 paket pertemuan pembelajaran 5 pilar STBM nasional lanjutan
300.000.000
Jumlah keseluruhan 1.300.000.000
7.2.3 Tahun 2015
Untuk tahun ketiga, estimasi kebutuhan dana akan dihitung kemudian, karena sudah masuk ke dalam kerangka RPJMN 2015-2019. Hal ini akan dilakukan setelah dilakukan pertemuan review capaian dari RPJMN 2014, di dalam rangka menunjang percepatan untuk capaian tahun terakhir MDGs 2015.
Kegiatan strategis VolumeSatuan
kebutuhan dana
5352
Bab Delapan PENUTUP Demikian, uraian Roadmap Percepatan STBM 2013 – 2015, semoga dapat menjadi semacam arahan bagi semua pelaku STBM di Indonesia, untuk secara bersama-sama berupaya agar kita mendapatkan capaian yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, sebagai bagian dari kontribusi kita semua untuk mendekati capaian target RPJMN 2014 maupun MDGs 2015. STBM, lebih bersih, lebih sehat.
Jakarta, Juni 2013
Direktorat Penyehatan LingkunganDirektorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan LingkunganKementrian Kesehatan
Kegiatan strategis VolumeSatuan
kebutuhan dana
5554
Lampiran 01Gambaran Umum Roadmap Percepatan STBM 2013-2015 Tingkat Provinsi
Tabel 1Isu dan sub-isu Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013-2015
Isu strategis Sub isu strategis
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan intervensi STBM untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan ODF
Peningkatan Lingkungan yang Kondusif:(1) Belum meratanya komitmen eksekutif dan legislatif untuk menetapkan STBM sebagai bagian dari AMPL sebagai salah satu prioritas pembangunanBelum optimalnya koordinasi antar SKPD dan pemangku kepentingan dalam pelaksanaan STBM Perlunya penyediaan dan revitalisasi sanitarian;
Peningkatan Kebutuhan Sanitasi:(2) Pentingnya pengarusutamaan perubahan perilakuPentingnya memastikan target ODF untuk: Kuantitas (seluruh komunitas) dan Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan Penyediaan Sanitasi:(3) Pentingnya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan ODF untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan 5 Pilar STBM
Peningkatan Lingkungan yang Kondusif:(4) Pentingnya updating data desa/kelurahan ODFPerlunya peningkatan kapasitas bagi provinsi dan kabupaten/kota
Peningkatan Kebutuhan Sanitasi:(5) Pentingnya meningkatkan desa/kelurahan ODF untuk meneruskan menuju Sanitasi Total dengan menerapkan 4 pilar STBM lainnya
Peningkatan Penyediaan Sanitasi:(6) Pentingnya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM sesuai dengan kondisi daerah
Tabel 2Tujuan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015
Isu strategis Tujuan strategis
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan intervensi STBM untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan ODF
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Meningkatnya komitmen eksekutif dan legislatif untuk menetapkan STBM sebagai bagian 1. dari AMPL sebagai salah satu prioritas pembangunanBelum optimalnya koordinasi antar SKPD dan pemangku kepentingan dalam pelaksanaan 2. STBM Terlaksananya penyediaan dan revitalisasi sanitarian3.
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Terlaksananya upaya pengarusutamaan perubahan perilaku4. Terlaksananya kepastian target ODF secara Kuantitas (seluruh komunitas) maupun 5. Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:Terjadinya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi6.
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan ODF untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan 5 Pilar STBM
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Terlaksananya 7. updating data desa/kelurahan ODFTerlaksananya peningkatan kapasitas tentang STBM bagi kabupaten/kota8.
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Terlaksananya peningkatan desa/kelurahan ODF menuju Sanitasi Total menjadi desa/9. kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Terjadinyanya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM dan kondisi daerah10.
5554
Tabel 3Sasaran Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015
Tujuan strategis Sasaran Strategis
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Meningkatnya komitmen eksekutif dan legislatif 1. untuk menetapkan STBM sebagai bagian dari AMPL sebagai salah satu prioritas pembangunanBelum optimalnya koordinasi antar SKPD dan 2. pemangku kepentingan dalam pelaksanaan STBMTerlaksananya penyediaan dan revitalisasi 3. sanitarian
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Terlaksananya upaya pengarusutamaan perubahan 4. perilakuTerlaksananya kepastian target ODF secara 5. Kuantitas (seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:Terjadinya peningkatan kegiatan pemasaran 6. sanitasi
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Adanya dukungan politik dan moral serta kepastian 1. anggaran yang memadai untuk pelaksanaan program STBM tingkat provinsiAdanya optimalisasi koordinasi antar SKPD dan 2. pemangku kepentingan untuk sinergi program dan investasi STBM Adanya penyediaan dan revitalisasi sanitarian3.
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Adanya upaya pengarusutamaan perubahan perilaku4. Adanya kepastian target ODF secara Kuantitas (seluruh 5. komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:Adanya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi6.
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Terlaksananya 7. updating data desa/kelurahan ODFTerlaksananya peningkatan kapasitas tentang STBM 8. bagi kabupaten/kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Terlaksananya peningkatan desa/kelurahan ODF 9. menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Terjadinyanya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 10. Pilar STBM dan kondisi daerah
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Adanya upaya 7. updating data desa/kelurahan ODFAdanya upaya peningkatan kapasitas tentang STBM bagi 8. kabupaten/kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Adanya upaya peningkatan desa/kelurahan ODF menuju 9. Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Adanya peningkatan produksi sesuai dengan pilihan opsi 10. teknologi 5 Pilar STBM dan kondisi daerah
5756
Tabel 4Strategi Pelaksanaan STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015
Sasaran Strategis Strategi pelaksanaan
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Dukungan politik dan moral serta kepastian 1. anggaran yang memadai untuk pelaksanaan program STBM
Adanya penyediaan dan revitalisasi sanitarian2. Adanya koordinasi dan sinergi program untuk 3. implementasi STBM
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Adanya upaya pengarusutamaan perubahan 4. perilakuAdanya kepastian target ODF secara Kuantitas 5. (seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:Adanya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi6.
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Melakukan advokasi STBM secara berjenjang di provinsi1. Melaksanakan revitalisasi sanitarian2. Menyelenggarakan pertemuan koordinasi rutin antar 3. SKPD dan pemangku kepentingan lainnya melalui Pokja AMPL untuk penatalaksanaan sinergi program dan investasi STBM
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Melaksanakan program komunikasi pengarusutamaan 4. perubahan perilaku melalui STBM dengan menggunakan berbagai media dan memanfaatkan semua event dan sumber daya yang adaMemberikan target tahunan kepada setiap puskesmas 1 5. desa/kelurahan/puskesmas mencapai ODF
Peningkatan penyediaan sanitasi:Meningkatkan upaya penerapan Pemasaran Sanitasi 6.
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Adanya upaya 7. updating data desa/kelurahan ODFAdanya upaya peningkatan kapasitas dan 8. pembelajaran tentang STBM bagi provinsi dan kabupaten/kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Adanya upaya peningkatan desa/kelurahan ODF 9. menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Adanya peningkatan produksi sesuai dengan 10. pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM dan kondisi daerah
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:
Peningkatan lingkungan yang kondusif : Melakukan kompilasi 7. updating data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data yang dikirimkan kabupaten/kotaMelaksanakan peningkatan kapasitas dan pembelajaran 8. STBM bagi provinsi dan kabupaten/kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Melaksanakan pendokumentasian pembelajaran dari 9. kabupaten/kota yang sudah berhasil melaksanakan Sanitasi Total menjadi 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Melaksanakan peningkatan produksi sesuai dengan 10. pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM dan kondisi daerah
5756
Tabel 5Program dan Kegiatan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015
Strategi pelaksanaan Program strategis Kegiatan strategis
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Melakukan advokasi STBM secara 1. berjenjang di provinsi
Melaksanakan revitalisasi sanitarian2.
Menyelenggarakan pertemuan koordinasi 3. rutin antar SKPD dan pemangku kepentingan lainnya melalui Pokja AMPL untuk penatalaksanaan sinergi program STBM
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Peningkatan 1. awareness sanitasi untuk prioritasi pembangunan melalui mekanisme Musrenbang dengan memasukkan isu STBM Penyusunan regulasi dan perencanaan terkait 2. STBM atau AMPLRe-sosialisasi STBM di seluruh level dan 3. pemangku kepentinganPenatalaksanaan sinergi investasi STBM antar 4. SKPD dan pemangku kepentingan lainnya terkait STBMPenyelenggaraan Kompetisi STBM antar 5. kabupaten/kota dengan memberikan reward atas keberhasilan ODF untuk kabupaten/kotaPenyusunan Eksisting dan Kebutuhan Sanitarian 6. di kabupaten/kota di provinsinyaPelaksanaan peningkatan kapasitas Sanitarian di 7. kabupaten/kotaPelaksanaan pertemuan berbagi pengalaman 8. dan pembelajaran antar sanitarian dan bidan berprestasi tentang STBM dari masing masing kabupaten/kota secara rutinPertemuan koordinasi rutin antar SKPD dan 9. pemangku kepentingan lainnya melalui Pokja AMPL untuk penatalaksanaan sinergi program STBM
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Melaksanakan program komunikasi 4. pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM dengan menggunakan berbagai media dan memanfaatkan semua event dan sumber daya yang adaMemberikan target tahunan kepada 5. setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/puskesmas mencapai ODF
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Pelaksanaan program komunikasi 10. pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM dengan menggunakan berbagai media dan memanfaatkan semua event dan sumber daya yang adaPembuatan SE Dinas Kesehatan tentang target 11. tahunan setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/ puskesmas mencapai ODFPelaksanaan monitoring verifikasi ODF secara 12. kuantitas dan kualitas di daerah pemicuan maupun daerah non pemicuan yang mempunyai indikasi ODFSelebrasi ODF untuk advokasi lintas kabupaten/13. kotaMonitoring dan evaluasi peningkatan akses 14. sanitasi masyarakatPertemuan evaluasi dan pembelajaran tahunan 15. Kinerja STBM bersama kabupaten/kota dan mitra kerja
5958
Peningkatan penyediaan sanitasi:Melakukan Meningkatkan upaya 6. penerapan Pemasaran Sanitasi
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Peningkatan penyediaan sanitasi:Riset Pasar Sanitasi setiap provinsi16. Pelatihan dan Pembentukan Forum Komunikasi 17. Tukang Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerahPelatihan dan Pembentukan Asosiasi Pengusaha 18. Sanitasi sesuai dengan kebutuhan kabupaten/kotaPenyusunan kebutuhan dana, identifikasi sumber 19. permodalan, dan pengembangan kerjasama untuk bisnis sanitasi kabupaten/kotaPelaksanaan Monitoring Pemasaran Sanitasi 20. secara berkelanjutan
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Melakukan kompilasi 7. updating data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data yang dikirimkan kabupaten/kota
Melaksanakan peningkatan kapasitas dan 8. pembelajaran STBM bagi provinsi dan kabupaten/kota
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Kompilasi 21. updating data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data yang dikirimkan kabupaten/kotaPenyusunan Peta Kinerja STBM kabupaten/kota22. Peningkatan Kapasitas dan pembelajaran STBM 23. bagi kabupaten/kotaPenandatanganan kerjasama dengan perguruan 24. tinggi untuk peningkatan kapasitas STBM dan KKN mahasiswa
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Melaksanakan pendokumentasian 9. pembelajaran dari kabupaten/kota yang sudah berhasil melaksanakan Sanitasi Total menjadi 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Melaksanakan peningkatan produksi 10. sesuai dengan pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM dan kondisi daerah
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Pertemuan Pembelajaran Pelaksanaan 5 Pilar 25. STBMPenyusunan tulisan Pembelajaran Sanitasi Total 5 26. Pilar STBM yang berasal dari kabupaten/kota
Peningkatan penyediaan sanitasi:Pelaksanaan peningkatan produksi sesuai dengan 27. pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM dan kondisi daerah
Strategi pelaksanaan Program strategis Kegiatan strategis
5958
Lampiran 02Gambaran Umum Roadmap Percepatan STBM 2013-2015 Tingkat Kabupaten/Kota
Tabel 1Isu dan sub-isu Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013-2015
Isu strategis Sub isu strategis
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan intervensi STBM untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan ODF
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan Lingkungan yang Kondusif:(1)
Belum adanya komitmen eksekutif dan legislatif untuk menempatkan STBM secara khusus AMPL secara keseluruhan sebagai salah satu prioritas pembangunanBelum optimalnya koordinasi pelaksanaan STBM di kabupaten/kota Perlunya revitalisasi sanitarian;
Peningkatan Kebutuhan Sanitasi:(2) Pentingnya pengarusutamaan perubahan perilakuPentingnya memastikan target ODF untuk: Kuantitas (seluruh komunitas) dan Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan Penyediaan Sanitasi:(3) Pentingnya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan ODF untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan 5 Pilar STBM
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan Lingkungan yang Kondusif:(7)
Pentingnya updating data desa/kelurahan ODFPerlunya peningkatan kapasitas bagi Puskesmas, Kecamatan serta Desa/kelurahan
Peningkatan Kebutuhan Sanitasi:(8) Pentingnya meningkatkan desa/kelurahan ODF untuk meneruskan menuju Sanitasi Total dengan menerapkan 4 pilar STBM lainnya
Peningkatan Penyediaan Sanitasi:(9) Pentingnya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM sesuai dengan kondisi daerah
Tabel 2Tujuan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015
Isu strategis Tujuan strategis
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan intervensi STBM untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan ODF
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Meningkatnya komitmen eksekutif dan legislatif untuk menempatkan STBM secara khusus 1. AMPL secara keseluruhan sebagai salah satu prioritas pembangunan Meningkatnya koordinasi pelaksanaan STBM di kabupaten/kota2. Terlaksananya revitalisasi sanitarian3.
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Terlaksananya upaya pengarusutamaan perubahan perilaku4. Terlaksananya kepastian target ODF secara Kuantitas (seluruh komunitas) maupun Kualitas 5. (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:Terjadinya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi6.
Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan ODF untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan 5 Pilar STBM
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Terlaksananya 7. updating data desa/kelurahan ODFTerlaksananya peningkatan kapasitas tentang STBM bagi Puskesmas, Kecamatan, Desa/ 8. Kelurahan
Peningkatan kebutuhan sanitasi :Terlaksananya peningkatan desa/kelurahan ODF menuju Sanitasi Total menjadi desa/9. kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi :Terjadinyanya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM dan kondisi daerah10.
6160
Tabel 3Sasaran Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015
Tujuan strategis Sasaran Strategis
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Meningkatnya komitmen eksekutif dan legislatif 1. untuk menempatkan STBM secara khusus AMPL secara keseluruhan sebagai salah satu prioritas pembangunan Meningkatnya koordinasi pelaksanaan STBM di 2. kabupaten/kotaTerlaksananya revitalisasi antar sanitarian3.
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Terlaksananya upaya pengarusutamaan perubahan 4. perilakuTerlaksananya kepastian target ODF secara Kuantitas 5. (seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:Terjadinya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi6.
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Adanya dukungan politik dan moral untuk 1. pelaksanaan program STBMAdanya koordinasi pelaksanaan STBM di kabupaten/2. kota untuk sinergi program dan investasi untuk STBMAdanya revitalisasi sanitarian3.
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Adanya upaya pengarusutamaan perubahan perilaku4. Adanya kepastian target ODF secara Kuantitas 5. (seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:Adanya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi6.
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Terlaksananya 7. updating data desa/kelurahan ODFTerlaksananya peningkatan kapasitas dan berbagi 8. pembelajaran tentang STBM bagi Puskesmas, Kecamatan, Desa/Kelurahan
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Terlaksananya peningkatan desa/kelurahan ODF 9. menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Terjadinyanya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 Pilar 10. STBM dan kondisi daerah
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Adanya upaya 7. updating data desa/kelurahan ODFAdanya upaya peningkatan kapasitas dan berbagi 8. pembelajaran tentang STBM bagi puskesmas, kecamatan maupun kabupaten kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Adanya upaya peningkatan desa/kelurahan ODF 9. menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Adanya peningkatan produksi sesuai dengan pilihan 10. opsi teknologi dan kondisi daerah
Tabel 4Strategi Pelaksanaan STBM di Indonesia Tahun 2013 – 2015
Sasaran Strategis Strategi pelaksanaan
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Adanya dukungan politik dan moral untuk 1. pelaksanaan program STBM
Adanya koordinasi pelaksanaan STBM di 2. kabupaten/kota untuk sinergi program dan investasi untuk STBMAdanya revitalisasi sanitarian3.
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Adanya upaya pengarusutamaan perubahan 4. perilaku
Adanya kepastian target ODF secara 5. Kuantitas (seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:Adanya peningkatan kegiatan pemasaran 6. sanitasi
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:
Peningkatan lingkungan yang kondusif: Melakukan advokasi STBM secara berjenjang di kabupaten/1. kota
Menyelenggarakan pertemuan koordinasi rutin antar SKPD 2. dan pemangku kepentingan lainnya melalui Pokja AMPL untuk penatalaksanaan sinergi program dan investasi STBM Melaksanakan revitalisasi sanitarian 3.
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Melaksanakan program komunikasi pengarusutamaan 4. perubahan perilaku melalui STBM dengan menggunakan berbagai media dengan memanfaatkan semua event dan sumber daya yang adaMemberikan target tahunan kepada setiap puskesmas 1 desa/5. kelurahan/puskesmas mencapai ODF dengan melakukan pemicuan awal terhadap 4-5 desa/kelurahan
Peningkatan penyediaan sanitasi:Melaksanakan upaya peningkatan Pemasaran Sanitasi 6.
6160
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Adanya upaya 7. updating data desa/kelurahan ODF
Adanya upaya peningkatan kapasitas dan 8. berbagi pembelajaran tentang STBM bagi provinsi dan kabupaten/kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Adanya upaya peningkatan desa/kelurahan 9. ODF menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Adanya peningkatan produksi sesuai 10. dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Melakukan kompilasi 7. updating data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data yang dikirimkan oleh puskesmasMelaksanakan peningkatan kapasitas dan berbagi 8. pembelajaran STBM bagi puskesmas maupun kecamatan dan desa/kelurahan
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Melaksanakan pendokumentasian peningkatan desa/kelurahan 9. ODF menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:Melaksanakan peningkatan produksi sesuai dengan pilihan opsi 10. teknologi dan kondisi daerah
Tabel 5Program dan Kegiatan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015
Strategi pelaksanaan Program strategis Kegiatan strategis
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Melakukan advokasi STBM secara 1. berjenjang di kabupaten/kota
Melakukan penatalaksanaan sinergi 2. program dan investasi STBM antar pemangku kepentingan untuk implementasi STBM, terutama pemanfaatan BOS, BOK dan ADD
Melaksanakan revitalisasi sanitarian3.
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Peningkatan 1. awareness sanitasi untuk prioritasi dan investasi sanitasi melalui Musrenbang dengan memasukan isu STBMPenyusunan regulasi dan perencanaan terkait 2. STBM atau AMPL Re-sosialisasi STBM di seluruh puskesmas, 3. kecamatan maupun desa/kelurahan dengan memanfaatkan semua even yang adaPenyelenggaraan Kompetisi STBM antar 4. kabupaten/kota dengan pemberian Reward untuk puskesmas, kecamatan dan desa/kelurahan ODFPenyusunan model kebutuhan anggaran untuk 5. mencapai ODF desa/kelurahan dan kecamatanPenatalaksanaan sinergi program dan investasi 6. STBM antar pemangku kepentingan untuk implementasi STBM, terutama pemanfaatan BOS, BOK dan ADDPertemuan koordinasi rutin antar SKPD dan 7. pemangku kepentingan lainnya melalui Pokja AMPL untuk penatalaksanaan sinergi program STBM Penyelenggaraan peningkatan kapasitas bagi 8. Sanitarian di wilayah kabupaten/kota-nyaPelibatan Bidan sebagai tenaga penyelia STBM di 9. desa/kelurahan Pertemuan berbagi pengalaman antar Sanitarian 10. dan Bidan terkait STBM di wilayah kabupaten/kota-nya
6362
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Melaksanakan program komunikasi 4. pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM dengan menggunakan berbagai media dengan memanfaatkan semua event dan sumber daya yang adaMemberikan target tahunan kepada 5. setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/puskesmas mencapai ODF dengan melakukan pemicuan awal terhadap 4-5 desa/kelurahan
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Pelaksanaan program komunikasi 11. pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM dengan menggunakan berbagai media dengan memanfaatkan semua event dan sumber daya yang adaPembuatan SE Dinas Kesehatan tentang target 12. tahunan setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/ puskesmas mencapai ODF dengan melakukan pemicuan awal terhadap 4-5 desa/kelurahanPelaksanaan verifikasi ODF secara kuantitas dan 13. kualitas di daerah pemicuanPelaksanaan verifikasi ODF secara kuantitas 14. dan kualitas di daerah non pemicuan yang diindikasikan ODFSelebrasi ODF untuk advokasi di desa/kelurahan 15. atau kecamatanMonitoring dan evaluasi peningkatan akses 16. sanitasi masyarakat sesuai target tahunan setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/ puskesmas mencapai ODFPertemuan evaluasi dan pembelajaran tahunan 17. Kinerja STBM bersama daerah dan mitra kerja sesuai target tahunan setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/ puskesmas mencapai ODF
Peningkatan penyediaan sanitasi:Melaksanakan upaya peningkatan 6. Pemasaran Sanitasi
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Peningkatan penyediaan sanitasi:Sosialisasi Panduan Pilihan Opsi Teknologi dan 18. Tukang Sanitasi untuk STBM sesuai dengan kondisi daerahPelatihan tukang sanitasi sesuai dengan pilihan 19. opsi teknologi dan kondisi daerahPembentukan forum komunikasi tukang sanitasi20. Pelatihan pengusaha sanitasi sesuai dengan 21. pilihan opsi teknologi dan kondisi daerahPembentukan asosiasi pengusaha sanitasi 22. kabupaten/kotaPenyusunan kebutuhan dana, identifikasi sumber 23. permodalan, dan pengembangan kerjasama untuk bisnis sanitasi tingkat kabupaten/kotaPelaksanaan Monitoring Pemasaran Sanitasi 24. secara berkelanjutan
Strategi pelaksanaan Program strategis Kegiatan strategis
6362
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Melakukan kompilasi 7. updating data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data yang dikirimkan oleh puskesmasMelaksanakan peningkatan kapasitas 8. dan berbagi pembelajaran STBM bagi puskesmas maupun kecamatan dan desa/kelurahan
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Melaksanakan pendokumentasian 9. peningkatan desa/kelurahan ODF menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi :Melaksanakan peningkatan produksi 10. sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM:Peningkatan lingkungan yang kondusif:
Kompilasi 25. updating data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data yang dikirimkan oleh puskesmas Penyusunan Peta Kinerja STBM Kabupaten/Kota26. Peningkatan Kapasitas dan berbagi pembelajaran 27. STBM bagi puskesmas maupun kecamatan dan desa/kelurahan/kelurahan
Peningkatan kebutuhan sanitasi:Pertemuan Pembelajaran dari desa/kelurahan 28. yang sudah berhasil melaksanakan Pelaksanaan 5 Pilar STBMPenyusunan tulisan Pembelajaran Sanitasi Total 5 29. Pilar STBM Pencanangan Pemanfaatan Nilai Ekonomis 30. Sampah untuk perubahan perilaku terkait sanitasiPelaksanaan perluasan pelaksanaan 5 Pilar STBM31. Selebrasi 5 pilar STBM untuk advokasi di daerah32.
Peningkatan penyediaan sanitasi :Pelaksanaan peningkatan produksi sesuai dengan 33. pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah
Strategi pelaksanaan Program strategis Kegiatan strategis
6564
Lampiran 03Gambaran Umum Sinergi Program terkait STBM di Tingkat Kabupaten/Kota
No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des
1.
Pertemuan Pokja AMPL kabupaten/kota membahas sinergi program terkait STBM – minimal Bappeda, Dinas PU, Kesehatan dan BPMD dan BPLH
2. Serial FGD di masyarakat:Identifikasi a. permasalahan dan potensi lokasi program – oleh Dinkes dan Dinas PU dan BPLH
Identifikasi kelembagaan b. – oleh BPMD
Penyusunan RKM c. 3-5 tahun, terkait penyediaan air dan sanitasi, oleh Dinkes dan BPMD
Penyiapan TKM terkait d. pembangunan dan pengelolaan sarana air dan sanitasi, oleh BPMD
Menyepakati jadual e. pemicuan dan pembangunan sarana – oleh Dinkes dan Dinas PU
3. Pemicuan STBM
STBM – dimulai dengan a. Stop BABS dan pilar lain oleh Dinkes
Menyepakati opsi b. teknologi dan konsekuensi pembiayaan dan pengelolaannya – oleh Dinkes dan Dinas PU
Mengumpulkan c. kontribusi masyarakat – oleh BPMD
Menyepakati Tim d. Pembangun Sarana dan Pengelolaan Sarana – oleh BPMD
4.
Pembangunan Jamban Komunal – oleh Dinas PU bersama masyarakat dan pihak lain yang ditunjuk
6564
5.Pemanfaatan dan pengelolaan Jamban Komunal – oleh TKM
6.
Pengembangan pilar STBM lainnya – oleh Dinkes, BPLH bersama TKM dan natural leader
Pilar 2 CTPSa. Pilar 3 PAM-RTb. Pilar 4 Sampah Rumah c. Tangga
Pilar 5 Limbah Cair d. Rumah Tangga
7 Monitoring dan evaluasi
TKM dan a. natural leader melakukan monitoring rutin dan memberikan laporan kepada Bidan untuk diteruskan ke Sanitarian
Sanitarian memberikan b. laporan rutin ke kabupaten/kota
Kabupaten/kota c. memberikan laporan ke provinsi untuk diteruskan ke pusat
Dalam kerangka sinergi terkait pelaksanaan program STBM dengan seluruh pemangku kepentingan yang ada di kabupaten/kota, untuk LSM maupun CSR dari dunia usaha, dapat memilih peran :
Melakukan sekaligus pelaksanaan kebijakan STBM menjadi salah satu prioritas pembangunan sektor sanitasi a. berbasis masyarakat, serta melaksanakan pendampingan program langsung ke masyarakat.
Melaksanakan pendampingan program langsung ke masyarakat sesuai dengan gambaran kegiatan di atas.b.
Melaksanakan kedua-duanya kegiatan di atas, atau memilih salah satu.c.
No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des
66
Daftarkepustakaan
Laporan 1. desk study High Five tentang Sanitasi Berbasis Masyarakat Perkotaan, 2012
Laporan Lokakarya Menemukan Strategi Perluasan Pelaksanaan Program STBM di Indonesia, di 2. Bogor, pada tanggal 7 – 11 Agustus 2012