dongeng sebelum tidur

141
TAMMI PRASTOWO JULI 2012 Dongeng Sebelum Tidur Menuliskan apa yang dipikir Memikirkan apa yang ditulis

Upload: ilham-el-sirazhy

Post on 30-Jan-2016

49 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bacaan dongeng sebelum tidur

TRANSCRIPT

Page 1: dongeng sebelum tidur

TAMMI PRASTOWO

JULI 2012

Dongeng

Sebelum Tidur

Menuliskan apa yang dipikir Memikirkan apa yang ditulis

Page 2: dongeng sebelum tidur

1

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Untuk:

Akmal Dzaky Mubarok,

Padanya kutitipkan harapan

dan

Agustina,

Pelecut semangat hidupku.

Page 3: dongeng sebelum tidur

2

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

SALAM SAPA

Nekat. Itulah faktor yang mendorong saya

memberanikan diri menjilid coretan-coretan saya

menjadi satu. Bukan karena ingin narsis. Namun

kenekatan ini saya maksudkan untuk bisa

menjawab pertanyaan: siapa aku?

Selama ini biduk jati diri saya terombang-ambing

mengikuti arus lakon hidup. Sekarang lakon hidup

mendamparkan saya sebagai seorang penulis buku

ajar. Saya mesti memberi makna atas segala polah

yang saya mainkan. Hanya dengan „memberi makna‟

saya akan dapat menemukan jawaban pertanyaan di

atas.

Menuliskan apa yang terlintas di pikiran sengaja

saya pilih untuk menajamkan pemikiran yang masih

tumpul. Lahirlah coretan berisi geremengan saya

atas realita hidup. Semula sempat terlahir harapan

bahwa Anda akan bersedia memikirkan apa yang

saya tuliskan. Namun, impian itu terlalu berlebihan.

Di tengah kesibukan Anda, sangat tidak etis jika saya

meminta Anda memenuhi impian tadi. Akhirnya,

saya hanya berani berharap paling tidak coretan

saya membuat Anda memiliki bahan mendongeng

sebelum tidur bagi buah hati tercinta. Wassalam.

Tammi Prastowo

Page 4: dongeng sebelum tidur

3

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

DAFTAR ISI

Surga Kecilku

Membaca Untuk Mengurai Makna .............. 6

Menghidupkan Hati ..................................... 8

Semoga Allah Melimpahimu Nikmat .......... 11

Marah vs Marah ........................................... 14

Pilihan Sekolah ............................................ 16

Ketika Dzaky Belajar Berhitung .................. 18

Dongeng Sebelum Tidur ............................. 20

Tayangan Sehat Bagi Anak ......................... 24

Anakku Cermin Jiwaku .............................. 27

Etiket Hidup di Perumahan ....................... 33

Resah di Awal Bulan .................................. 37

Tunai Atau Kredit? .................................... 40

Kala Menatap Dunia

Ketula-Tula Ketali ..................................... 43

Jangan Bugil di Depan Kamera ................ 50

Awas, Racun Teknologi ............................ 55

Otak-Otak Televisi .................................... 58

Semut, Laba-laba, Atau Lebah? ............... 61

Aman Bersepeda Motor ........................... 64

Page 5: dongeng sebelum tidur

4

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Wang Sinawang ...................................... 67

Kenangan Indah

Sang Pengidola Ebiet ............................. 71

Warisan .................................................. 73

Perempuan Pengukir Jiwaku ................ 78

Menata Hati .......................................... 80

Roda Tiga: Masa Kecil .......................... 83

Phoenix Biru: Masa SMP ..................... 90

Phoenix Biru: Masa SMA ..................... 97

Federal Biru: Nyungsep ....................... 102

Federal Biru: Jalan Buntu ................... 106

Federal Biru: Sekolah Bidadari ........... 110

Menggulirkan Bola Salju Kebaikan ..... 113

Status Editor, Kerja Ghost Writer ....... 119

Merinding Kala MengingatMu ............ 123

Mistergrid ............................................. 127

Menulislah, Siapa Tahu Jadi Buku ...... 130

Saya Ingin Mewariskan Buku .............. 135

Tammi itu ............................................. 139

Page 6: dongeng sebelum tidur

5

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Surga

kecilku

Page 7: dongeng sebelum tidur

6

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

MEMBACA UNTUK

MENGURAI MACET

Macet. Tidak menemukan ide tulisan. Sukar

mengungkapkan pikiran lewat tulisan. Inilah

yang saat ini sedang saya alami. Saya merasa

begitu susah untuk membuat satu tulisan,

walaupun hanya singkat. Mengapa ini bisa

terjadi?

Saya yakin itu disebabkan oleh karena saya

tidak berpikir. Padahal perintah untuk berpikir

sudah ditegaskan Allah dalam al quran.

Ingatlah ayat tentang ulil albab. Mereka ialah

orang-orang yang selalu berpikir tentang

kejadian siang dan malam, saat terbitnya

matahari maupun saat tenggelamnya, tentang

kedatangan malam dan siang, semua itu

menjadi terlupa.

Karena tidak berpikir, tidak ada pengetahuan

baru yang saya peroleh. Rasanya sia-sia

melewati waktu 24 jam tanpa bertambahnya

pengetahuan. Bahkan sangat mungkin yang

bertambah justru dosanya. Naudzubillahi min

dzalik.

Karena tidak ada pengetahuan baru yang saya

peroleh, tidak ada bahan yang bisa saya

Page 8: dongeng sebelum tidur

7

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

tuliskan. Jadi, penyebab tidak bisa menulis

karena saya tidak bertambah pengetahuan

akibat tidak menggunakan pikiran.

Saya pun kembali bertanya, apa yang perlu

dilakukan untuk membangunkan pikiran yang

tidur? Menurut al quran, satu-satunya cara

ialah membaca. Membaca bisa bermakna

menyimak hasil karya orang lain yang tertuang

lewat tulisan. Membaca juga bisa bermakna

menyimak pemikiran orang lain yang di-

sampaikan secara lisan. Upaya menyerap

masukan tersebut akan melahirkan output

serupa pemikiran kita. Proses dialektika yang

berlangsung dalam pikiran itu menjadikan kita

lebih mudah menemukan pengetahuan baru.

Selanjutnya, pengetahuan tersebut bisa kita

tuliskan.

So, solusinya sudah saya dapatkan. Saya harus

membaca. Itu saja.

Page 9: dongeng sebelum tidur

8

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

MENGHIDUPKAN HATI

Inilah ungkapan yang tepat untuk meng-

gambarkan aktivitas saya belakangan ini. Saya

ingin menghidupkan hati yang telah mengeras.

Kekerasan hati ini membuat saya tidak peka

dengan kondisi lingkungan. Melemahkan

semangat berusaha saya sehingga saya tidak

berhasil melakukan loncatan besar dalam

hidup. Membelenggu diri saya sehingga tidak

optimal dalam berusaha. Padahal saya masih

memiliki banyak sekali harapan. Saya masih

ingin sekali memberi manfaat besar bagi

keluarga, orang tua, dan lingkungan sekitar.

Saya juga tetap memiliki keinginan untuk

membawa kebahagiaan bagi orang-orang yang

mencintai saya. Inilah yang harus saya

perjuangkan sekarang.

Hati pun harus hidup, dan tidak keras karena

degil. Hati yang hidup menjadi syarat bagi saya

untuk lebih bersemangat memperjuangkan

harapan. Lantas bagaimana cara meng-

hidupkan hati?

Kata Rasulullah, obat penyakit hati itu ada 5

hal. Pertama, membaca al qur‟an dan

menghayati maknanya. Kedua, melakukan

sholat malam secara khusyuk. Ketiga, berteman

dengan orang-orang sholih. Keempat,

Page 10: dongeng sebelum tidur

9

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

perbanyak puasa sunah. Kelima, mem-

perpanjang dzikir di waktu malam. Dari kelima

hal tersebut, mana yang sudah saya lakukan?

Ternyata yang saya lakukan saat ini baru

sebatas memulai melakukan sholat malam,

mentadaburi ayat-ayat al quran, dan mem-

perbanyak dzikir di pagi hari. Mengawali

memang sebuah langkah tepat untuk bisa

mengobati hati. Namun yang lebih penting

ialah melakukannya secara istiqomah. Ini yang

belum berhasil saya jalani. Tanpa ke-

istiqomahan, penyakit hati saya tidak mungkin

terobati. Artinya, keinginan memiliki hati yang

hidup pun tidak akan terwujud.

Membaca buku „Catatan Hati di Setiap Sujudku‟

mengingatkan saya pada azzam tersebut. Saya

bisa merasa terharu ketika meresapi kalimat-

kalimat yang tentu ditulis dengan sepenuh hati.

Sering kali air matapun menetes. Ternyata

manusia itu tidak pernah berdaya ketika

berhadapan dengan masalah. Kita sangat

membutuhkan bantuan Allah untuk bisa

mengatasinya.

Namun kesadaran untuk bersikap pasrah pada

Allah itu tidak datang dalam waktu sekejap.

Ada proses yang mesti dilalui seiring dengan

semakin beratnya ujian. Pada titik terlemah kita

akan dengan ikhlas menundukkan kepala dan

Page 11: dongeng sebelum tidur

10

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

memohon kepada Allah. Inilah yang menyentak

kesadaran saya untuk lebih banyak berdoa.

Semoga saya diberi hidayah Allah sehingga bisa

menemukan kembali kehidupan saya yang lebih

baik. Amin.

Page 12: dongeng sebelum tidur

11

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

SEMOGA ALLAH

MELIMPAHIMU

NIKMAT

Jum‟at, 6 Mei 2011. Hari ini Dzaky ulang tahun

yang kelima. Alhamdulillah. Berjuta syukur

saya panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah

melimpahi Dzaky dengan nikmat yang sangat

banyak.

Bayangkan. Dzaky tumbuh sebagai anak yang

tidak rewel. Ketika sakit cacar air bulan

kemarin, dia tetap tegar dan ceria. Padahal ada

cacar air yang timbul di lidahnya sehingga

terasa perih saat makan dan minum. Ada juga

yang tumbuh di lubang telinga sehingga

kotoran telinga menggumpal di lubang telinga.

Saya dan ibunya yang melihat hal itu merasa

miris, kasihan.

Akan tetapi melihat ketegaran dan

keceriaannya, kami berpikir insya Allah Dzaky

baik-baik saja. Alhamdulillah, harapan kami

dikabulkan Allah. Dzaky sekarang sudah sehat

kembali walau bekas cacar di kulitnya belum

semuanya terhapus.

Page 13: dongeng sebelum tidur

12

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Kelebihan yang Allah berikan pada Dzaky

sangat banyak. Dia memiliki potensi

kepemimpinan yang cukup besar. Dzaky bisa

mengarahkan jalannya permainan saat bermain

bersama teman-teman seusia. Mereka pun

tampak senang bermain bersama Dzaky. Semua

mainan Dzaky biasa digelar bersama teman-

temannya. Mainan pun berceceran di ruang

tamu. Bagi saya hal itu tidak masalah toh pada

hakikatnya mereka sedang belajar sambil

bermain. Namun kegaduhan mereka kadang

membuat saya risih. Dalam suasana semacam

ini, saya memilih untuk bersabar dan

mengendalikan suasana dengan menertibkan

mereka.

Dari berbagai pertanyaan yang Dzaky

lontarkan, saya tahu kalau dia tengah

mempelajari banyak hal dan menyerap

informasi sebanyak mungkin. Makanya, saya

dan ibunya berusaha memberi jawaban yang

benar dan tepat untuk setiap pertanyaan yang

dia lontarkan. Begitu pula saat menanggapi

komentar yang dia sampaikan. Kami berusaha

memberi tanggapan positif yang penting bagi

jiwanya. Ini kami lakukan karena kami ingin

Dzaky menjadi anak yang lebih berkualitas

daripada kami sehingga dapat memberi

manfaat bagi dirinya, keluarga, agama, dan

masyarakat.

Page 14: dongeng sebelum tidur

13

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Sikap empati Dzaky sudah nampak. Dia bisa

berbagi hati, mengungkapkan emosi positifnya,

dan menyampaikan kritikan dengan bahasa pas

dan tidak kasar sehingga mengejutkan orang

tuanya.

Selamat ulang tahun, Dzaky. Ya Allah,

limpahkan karuniaMu untuk Dzaky. Berilah

petunjuk pada kami untuk bisa mendidik Dzaky

dengan baik, menanamkan akhlak karimah di

jiwanya, dan mengasah potensi Dzaky agar dia

menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.

Amin.

Page 15: dongeng sebelum tidur

14

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

MARAH VS MARAH

Lho, kok marah? Heran saya dengan

kemarahan yang tiba-tiba muncul ketika

melihat Dzaky marah. Dia memukulkan layang-

layang ke lantai. Ini gara-gara saya tidak

menanggapi permintaannya. Waktu itu saya,

ibunya, dan Tante Ika sedang mengobrol

tentang pembuatan pagar rumah. Anak saya

merasa terganggu dengan suara ramai kami.

Dia lalu meminta volume suara film Upin dan

Ipin dikeraskan. Sekali permintaannya tidak

kami respon, dia marah dan mencoba mencari

perhatian dengan tindakan tadi.

Saya sebagai orang tua merasa terganggu

dengan kerewelannya. Menurut saya, dia sudah

bertindak tidak sopan di depan orang lain. Ini

memalukan keluaga. Saya segera menjewer

telinganya. Dzaky menangis. Namun saya tidak

mencoba menghiburnya supaya reda tangisnya.

Yang saya lakukan justru mengancamnnya:

Berhenti menangis atau film dimatikan. Tentu

saja dia semakin keras menangis.

Yang lebih mengherankan lagi ternyata emosi

saya langsung meluap. Hebat!!! Masalahnya

apa, eh tahu-tahu saya jadi punya kambing

hitam. Dengan gegabah saya menuduh dia

penyebab masalah pagi itu.

Page 16: dongeng sebelum tidur

15

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Bukankah seharusnya saya bersikap lebih sabar

lagi kepada anak sendiri? Bukankah saya

seharusnya bertanya dengan lembut penyebab

sikap kasarnya? Selanjutnya tinggal saya

penuhi permintaannya. Masalah selesai. Tidak

perlu terjadi insiden itu. Namun semua itu

ternyata tidak saya lakukan.

Barangkali kemarahan saya muncul dari rasa

terkejut atas ekspresi emosional anak saya.

Saya tidak suka dengan sikap kasar yang

ditunjukkan Dzaky. Karena saya merasa tidak

pernah mengajarinya bersikap kasar, maka saya

marah.

Akan tetapi jika mau berpikir lebih jernih,

sebenarnya saya tengah disodori sebuah

cermin. Jangan-jangan inilah yang telah saya

ajarkan kepada anak saya selama ini. Bahwa

merajuk dan sikap kasar akan membuatnya

berhasil meraih tujuan. Jika benar dia

mempelajari hal itu dari orang tuanya, berarti

sesungguhnya sayalah yang telah mendidiknya

secara keliru.

Ini harus diwaspadai. Saya harus mengubah

gaya mendidik saya agar Dzaky tidak menjadi

orang yang merugi kelak. Maafkan ayah, ya nak.

Page 17: dongeng sebelum tidur

16

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

PILIHAN SEKOLAH

Kemarin istri saya bertanya, “Dzaky mau

disekolahkan di mana, yah?” Belum sempat

saya menjawab, dia jawab sendiri pertanyaan

tadi dengan suatu persyaratan. “Kalau SD Alam

itu bagus, lebih baik Dzaky bersekolah di sana.”

Saya setuju dengan permisalan tadi. Bagi saya,

sekarang kualitas siswa tidak ditentukan lagi

oleh status sekolahnya: negeri atau swasta.

Walaupun saya dan ibunya adalah 100%

produk sekolah negeri dari SD sampai SMA.

Begitu juga yang akan menentukan kualitas

pribadi Dzaky. Dia justru akan terpengaruh

oleh perlakuan para pendidiknya.

Ngomong-ngomong tentang kualitas pendidik,

saya merasa semakin banyak guru di sekolah

negeri yang menurun etos kerjanya. Mereka

tidak lagi menjalankan tugasnya dengan penuh

dedikasi. Sekarang setelah materi menjadi

ukuran kualitas guru, saya pikir banyak guru

yang terjebak pada komersialisasi pendidikan.

Murid bukan lagi manusia yang harus di-

perlakukan dengan sebaik-baiknya. Murid

sudah turun derajatnya menjadi penikmat

layanan pendidikan yang dijajakan oleh

sekolah. Bagaimana bisa kita mempercayakan

Page 18: dongeng sebelum tidur

17

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

pendidikan anak kepada guru yang berorientasi

materi seperti itu?

Saya lebih baik memilih sekolah dengan guru-

guru yang masih berdedikasi tinggi. Ini masih

dimiliki oleh para guru di sekolah swasta baru.

Seperti halnya SD alam. Saya lihat guru-

gurunya masih muda-muda, idealis, dan belum

terpengaruh oleh virus komersialisasi pen-

didikan. Semoga dua tahun lagi, saat Dzaky

masuk SD, mereka tetap istiqomah pada

idealita tersebut.

Page 19: dongeng sebelum tidur

18

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

KETIKA DZAKY BELAJAR

BERHITUNG

Mengenalkan konsep angka kepada anak akan

lebih menarik dan mudah dipahami jika

dilakukan dengan menggunakan soal cerita.

Strategi inilah yang dilakukan istri saya pada

Dzaky. Sebuah soal cerita diajukan.

“Ibu punya tiga semangka. Satu semangka

dimakan ibu, satu semangka dimakan dzaky.

Sekarang semangka ibu tinggal berapa?”

Tahukah Anda jawaban yang Dzaky berikan?

Dia malah meneruskan soal cerita tadi.

“Satu lagi dimakan ayah.”

“Terus semangka ibu tinggal berapa?” tanya

istri saya.

“Ya, habis,” jawab Dzaky.

Saya tersenyum mendengar dialog tadi.

Bukannya menjawab soal yang diajukan ibunya,

Dzaky malah menambahi soal ceritanya.

Jawabannya pun tepat: habis. Artinya, Dzaky

sebenarnya tahu jawaban soal asli dari ibunya.

Ketika dia menyempurnakan soal tadi, dia pun

bisa menjawab dengan tepat. Hehe, kamu

memang hebat, sayang!

Page 20: dongeng sebelum tidur

19

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

“Dzaky punya empat ikan. Satu ikan dimakan

kucing. Berapa ikan Dzaky sekarang?”

“Eh, yang dua buat ibu. Yang satu lagi buat

ayah.”

“Ya, deh. Sekarang jumlah ikan Dzaky berapa?”

“Nol, yah.”

Itulah soal cerita yang saya ajukan. Tapi kadang

kala Dzaky tidak menjawab soal yang diajukan.

Dia justru menambah-nambahi cerita tadi atau

membelokkan topiknya dengan pertanyaan

khasnya: Kenapa sih, yah?

Memang menanamkan konsep berhitung pada

anak tidaklah gampang. Orang tualah yang

harus telaten dan terus memutar otak agar anak

dapat memahaminya dengan baik.

Page 21: dongeng sebelum tidur

20

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

DONGENG SEBELUM TIDUR

Sewaktu kecil, dongeng menjadi menu favorit

saya. Bapak sering mendongeng sebelum tidur.

Topiknya macam-macam. Kadang tentang

kancil yang cerdik. Kadang tentang Budi yang

baik hati. Kadang tentang si Banu yang nakal.

Waktu itu, saya merasa semua dongeng begitu

menarik. Berangkat tidur merupakan momen

yang selalu dinantikan karena itu berarti saat

untuk menyimak dongeng baru.

Sekarang, anak saya juga senang menyimak

dongeng. Semula saya mendongeng supaya

Dzaky mau berangkat tidur. Topik yang saya

pilih pun acak. Namun saya selalu berusaha

merumuskan dulu pesan moral yang ingin

disampaikan. Pesan yang terlintas di pikiran

itulah yang saya bingkai ke dalam cerita. Yang

semula hanya cara untuk membujuk tidur anak,

akhirnya dongeng menjadi wajib hukumnya.

Protespun segera dilayangkan anak saya jika

saya hanya merebahkan badan sambil

mengipasinya dengan menggunakan kardus

bungkus susu.

“Ayah, cerita!” Spontan kantuk yang telah

membuai mata ngacir pergi.

Page 22: dongeng sebelum tidur

21

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Mengapa dongeng begitu menarik perhatian

anak? Dari mengamati perilaku anak saya,

paling tidak ada tiga alasan yang membuat anak

tertarik dongeng. Pertama, anak dapat

mengasah daya pikir dan daya imajinasinya.

Sebuah dongeng tentu memiliki beberapa tokoh

cerita. Melalui paparan lisan, anak membangun

imajinasinya tentang setiap tokoh.

Saya kerap kaget ketika dia mencoba

menggambarkan imajinasinya. Misalnya, waktu

saya mendongeng dengan tokoh cerita

mamooth, si gajah purba. Dzaky langsung

menyela, “Mamooth itu gajah yang besar sekali,

gadingnya panjang, bulunya lebat. Kalau

berjalan, tanah akan berguncang. Buumm …

buumm …! Kayak gempa, yah.” Hehe,

gambarannya tentang mamooth seperti

gambaran orang yang pernah ketemu mamooth

saja.

Beberapa kali menyimak dongeng membuat

Dzaky mampu menyusun kerangka dongeng

versinya. Order yang diberikan pun menjadi

lebih spesifik, “Ayah, cerita tentang harimau

dan gorila!” Kalau seperti ini, saya sering

memerlukan waktu untuk menyusun kerangka

dongengnya. Kebetulan saya belum pernah

bercerita tentang dua tokoh tadi. Sambil

menyusun kerangka cerita, saya juga berpikir

tentang pesan moral yang ingin disampaikan.

Page 23: dongeng sebelum tidur

22

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Tahu bapaknya agak lama berpikir, biasanya

Dzaky yang merangkaikan jalan cerita.

“Nanti harimau bertemu gorila. Terus harimau

ingin maem jeruk. Terus gorila membeli jeruk

dari toko. Terus gimana, yah?” Dari sini

kemudian saya dapat menyambungnya. Nggak

mati gaya, kan?

Kedua, dongeng menjadi media tepat untuk

menanamkan berbagai nilai dan norma pada

anak. Saya berusaha menyisipkan pesan moral

dalam setiap dongeng yang disampaikan. Pesan

itu bisa berupa nilai kejujuran, nilai kasih

sayang, atau nilai kesehatan.

Suatu ketika saya meminjam karakter Upin dan

Ipin. Dalam dongeng versi saya, Upin dan Ipin

tidak mau menggosok gigi. Akibatnya mereka

sakit gigi. Supaya sembuh, mereka harus

menggosok gigi dengan rajin. Dari cerita tadi,

saya pahamkan pada Dzaky arti penting gosok

gigi. Alhamdulillah, dia tidak rewel lagi jika

disuruh gosok gigi.

Dongeng juga membuat nasihat terasa nyaman

diterima. Banyak nasihat yang disampaikan

orang tua melalui perintah. Tidak jarang orang

tua memilih metode marah-marah guna

menyampaikan nasihat pada anak. Menurut

saya, kedua cara tadi tidak efektif ditempuh.

Page 24: dongeng sebelum tidur

23

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Anak cenderung menolak nasihat itu melalui

sikap yang ditunjukkan. Nah, dongeng sangat

tepat dipilih untuk menyosialisasikan nilai dan

norma yang penting bagi mereka.

Ketiga, dongeng menjadi media komunikasi

antara anak dengan orang tua. Kesibukan kerja

dan aktivitas sosial yang dijalani sering

menyikat habis waktu orang tua untuk bertemu

anak. Mendongeng memungkinkan Anda untuk

berkomunikasi dengan anak. Biasanya anak

mengajukan pertanyaan berkaitan dengan

cerita yang dia simak. Ketika menjawab

pertanyaan tadi, Anda bisa menyisipkan

pertanyaan balik padanya. Dari sini, Anda bisa

mengungkap pengalaman sehari anak di

sekolah atau waktu bermain bersama teman.

Komunikasi yang terjalin itu akan mendekatkan

hati Anda dengan hati mereka.

Sempatkah Anda mendongeng sebelum anak

tidur? Menurut saya, ini saat yang tepat untuk

mendongeng. Cobalah untuk membatasi

dominasi tv dan internet dari kehidupan anak

Anda. Selagi ruang pergaulan mereka masih

sebatas rumah dan sekolah, selagi jiwa mereka

masih putih. Mari kita bangun pondasi moral

yang luhur agar anak-anak tidak tergilas arus

zaman.

Page 25: dongeng sebelum tidur

24

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

TAYANGAN SEHAT

BAGI ANAK

Saya memang membatasi kesempatan Dzaky

untuk menonton televisi. Yang boleh Dzaky

lihat hanya film anak-anak, program untuk

anak, atau film pengetahuan. Namun tidak

semua acara televisi yang termasuk kategori itu

boleh dia lihat. Seleksi pun tetap saya lakukan

agar Dzaky tidak terpapar pesan negatif yang

terselip dalam film. Salah satu kriteria yang

kami pakai ialah tidak ada contoh perbuatan

kekerasan dan kriminal dalam tayangan

tersebut. Film yang menurut saya memenuhi

kriteria tersebut ialah Dora the Explorer,

Curious George, dan the Backyardigans.

Tiga film itu menurut saya istimewa. Dora the

Explorer merupakan film interaktif yang

mengajak pemirsa berdialog. Saya langsung

tertarik waktu pertama melihatnya di tahun

2005. Saat menonton film ini anak suatu ketika

diminta membantu Dora memilih satu dari

beberapa pilihan yang tengah dihadapi Dora.

Pada waktu yang lain, anak diminta

mengucapkan kata kunci tertentu. Misalnya

kata-kata berbahasa asing. Tidak jarang mereka

diminta melakukan suatu tindakan yang

Page 26: dongeng sebelum tidur

25

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

kemudian mempengaruhi jalan cerita. Sungguh

film dengan pendekatan baru yang bagus.

Curious George menurut saya juga bagus bagi

anak. Dalam film ini tidak ada tindak kekerasan

yang muncul dalam cerita. Bahkan ketika

George, si monyet usil, itu membuat

kegaduhan. Pria bertopi kuning tidak

memarahinya. Demikian pula orang-orang lain

di sekitar George. Nah, film George ini juga

mengajarkan konsekuensi dari suatu tindakan

yang kita ambil.

Film lain yang menarik ialah the

Backyardigans. Ini film yang bercerita tentang

imajinasi anak-anak ketika bermain bersama

teman-temannya. Di halaman belakang rumah,

mereka bisa menjadi apapun yang mereka

bayangkan. Saya tertarik film ini karena bisa

mendorong imajinasi anak saya. Alhamdulillah,

imajinasi Dzaky pun melejit cukup tinggi. Hal

itu bisa saya lihat ketika Dzaky bermain

bersama teman-temannya. Sewaktu Dzaky

bercerita tentang imajinasinya pada saya pun

terasa runtut.

Setelah menilai ketiga film tersebut, saya

merasa tidak khawatir jika Dzaky melihat

tayangan tiga film tersebut.

Page 27: dongeng sebelum tidur

26

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Namun ada juga film yang sering dilihat Dzaky

tapi saya belum merasa sreg sepenuhnya.

Kedua film itu Spongebob dan Land Before

Time. Ketika Dzaky melihat film Spongebob

dan Land Before Time, kami harus

mendampinginya. Tujuannya untuk memberi

pemahaman yang benar tentang cerita yang dia

saksikan. Ini perlu dilakukan karena kadang

jalan cerita yang disajikan terasa tidak pas bagi

anak-anak.

Misalnya, di film Land Before Time, biasanya

dimunculkan dinosaurus jahat yang akan

mencelakakan Daki, Spike dan kawan-kawan.

Nah, tindakan dinosaurus jahat itu yang kami

ulas agar Dzaky tidak menirunya.

Begitu pula saat melihat Spongebob. Banyak

cerita berpesan negatif saya jumpai di serial ini.

Seperti ulah Spongebob yang usil atau reaksi

kasar Squidward terhadap Spongebob dan

Patrick. Saya tegaskan pada Dzaky untuk tidak

meniru perilaku buruk dari tokoh-tokoh yang

ada di sana. Dengan berbuat demikian, kami

berharap yang terinternalisasi di benak Dzaky

sebagian besar berupa nilai dan norma

kebajikan. Hal ini penting baginya untuk

menghadapi berbagai tantangan hidup di masa

mendatang.

Page 28: dongeng sebelum tidur

27

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

ANAKKU, CERMIN JIWAKU

Dzaky sayang,

Saat ini kamu mungkin belum bisa memahami

tulisan ayah ini. Tulisan tentang besarnya

terima kasih ayah kepadamu. Mengapa

demikian? Karena Dzaky telah menjadi cermin

bagi jiwa ayah. Sikap dan tindak tandukmu

menjadi bahan renungan ayah. Baiklah, coba

kamu simak apa yang ayah tulis supaya paham

maksud ayah.

“Apa sih, yah?”

Itu pertanyaan yang sering Dzaky lontarkan

pada ayah setiap menemukan hal baru. Baru

kau dengar, baru kau lihat, ataupun baru ingin

kau ketahui lebih jauh. Ayah mencoba memberi

jawaban yang me-muaskan rasa ingin tahumu.

“Oh, itu anu.” Jawaban singkat ayah langsung

kau sambar, “Anu itu apa, yah?” Karena ingin

menjadi ayah yang baik, ayah mencoba

menjabarkan pengertian anu. “Anu itu bla bla

bla.” Ayah pilih kata-kata yang mudah kau

pahami. Hati-hati ayah pilih kata-kata itu

supaya kamu tidak memiliki pengertian yang

keliru tentang hal tersebut.

Page 29: dongeng sebelum tidur

28

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Sayangnya, sering ayah kehilangan kata-kata

untuk menjawab pertanyaanmu selanjutnya.

Hingga yang muncul sekedar jawaban, “Anu itu

anu.” Apabila kamu mengejar ayah dengan

pertanyaan serupa, tidak jarang justru amarah

yang muncul. “Sudah, jangan banyak tanya.

Nanti kalau besar Dzaky tahu sendiri.” Huhh,

apologi yang konyol.

Dzaky yang gemar belajar,

Sebenarnya dari pertanyaan sederhana itu,

ayah belajar beberapa hal penting dalam hidup.

Pertama, ayah harus memahami sesuatu

dengan benar dan jelas. Pemahaman semacam

ini ternyata penting karena menjadi penuntun

dalam bertindak secara tepat. Bertindak tepat

tentu harus sesuai dengan konteks situasi dan

waktu.

Nah, pemikiran ini mendorong ayah dan ibu

mengajarmu berpikir logis. Kamu ayah

biasakan memiliki alasan jelas bagi setiap

tindakan yang diambil.

Misalnya, ayah memintamu tidak bermain di

halaman sore itu. Permintaan tadi tentu ada

alasannya. Coba tengok. Rumput di halaman

masih basah sehabis disiram. Padahal kamu

sudah selesai mandi dan berganti baju bersih.

Kalau Dzaky bermain di halaman, tentu bajumu

Page 30: dongeng sebelum tidur

29

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

kembali kotor. Bisa-bisa Dzaky harus mandi

lagi. Itulah alasan yang ayah kemukakan.

Ingat, sayang, selalu ada alasan demi

kebaikanmu di balik anjuran yang ayah berikan.

Itu karena besarnya kasih sayang kami

kepadamu. Anjuran ayah juga demi kebaikan

Dzaky. Alhamdulillah, pola pikir ini telah

terekam di benakmu. Buktinya, kamu selalu

bertanya, “Kenapa, yah?” untuk setiap anjuran

yang ayah sampaikan. Dan kamu bisa

menerima keterangannya dengan baik.

Dalam berpikir logis, ayah berusaha untuk tidak

menipumu. Ayah tidak mau Dzaky mematuhi

anjuran ayah karena takut pada hal-hal yang

tidak logis. Misalnya, ayah menganjurkanmu

untuk tidak berlarian di jalan depan rumah kita.

Alasan yang ayah kemukakan bukan karena di

jalan ada hantu. Itu bukanlah alasan yang

benar. Tidak ada hantu di jalan depan rumah

kita. Yang ada di sana ialah orang yang lalu

lalang menggunakan sepeda dan motor.

Berlari-larian di jalan bisa mencelakakan

dirimu, nak. Nah, Ayah menghindari alasan

yang berisi kebohongan semacam itu.

Tujuannya agar Dzaky belajar bersikap jujur.

Page 31: dongeng sebelum tidur

30

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Anakku yang pintar,

Di usiamu sekarang, ayah sering kagum dengan

sikapmu. Apalagi ketika ayah membandingkan

sikapmu dengan sikap ayah pada rentang usia

yang sama. Kamu lebih kritis dalam menilai

suatu hal.

Ingatkah kamu ketika mengajak temanmu

mengaji? Mereka tidak mau mengaji karena

ingin terus bermain. Kamu bilang, “Eh, itu

enggak solih. Kalau tidak mengaji, Allah tidak

sayang, lho.”

Subhanallah, Dzaky sudah bisa memahami arti

penting mengaji daripada bermain. Kalau ayah

bandingkan dengan sikap ayah dulu, ayah jadi

malu. Dulu, seusia kamu, ayah tidak termotivasi

mengaji. Yang penting bermain, bermain, dan

bermain. Jika simbah menyuruh mengaji, ayah

malah pergi menghindar. Sungguh bukan

contoh yang patut ditiru, nak.

Ayah juga ingat hari Senin lalu kamu enggan

bobo siang. Katamu,”Biar tidak ketinggalan

mengaji, bu.” Ya, pekan lalu Dzaky memang

tidak mengaji gara-gara bobo siang kelamaan.

Kamu jadi sedih. Belajar dari pengalaman,

kamu memilih tidak bobo siang supaya bisa

mengaji. Hemm, luar biasa anak ayah nih.

Page 32: dongeng sebelum tidur

31

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Semangat mengaji yang kamu tunjukkan

menohok jiwa ayah. Selama ini ayah tidak aktif

mengaji. Padahal ajakan mengaji sering

disampaikan oleh beberapa kenalan ayah.

Kenapa ayah tidak mengaji? Alasannya terlalu

naif: karena tidak ada teman yang aktif di

pengajian itu. Ah, ayah jadi malu.

Ayah harus berubah sikap supaya Dzaky juga

terus bersemangat mengaji. Insya Allah ayah

akan rutin mengaji agar tidak menyesal. Ayah

tidak ingin menjadi contoh orang tua yang tidak

konsisten dalam mendidik anak. Apalagi Allah

menyuruh setiap hambanya untuk menjaga diri

dan keluarganya dari api neraka. Naudzubillahi

min dzalik.

Dzaky yang solih,

Ayah perhatikan Dzaky senang bermain dino.

Itu mainan plastik berbentuk aneka jenis

dinosaurus. Pagi ataupun petang Dzaky

mengajak ayah bermain dino. Maaf jika ayah

tidak selalu antusias dengan permainan tadi.

Ayah sering merasa capek setelah bekerja

seharian. Mengoreksi naskah dan mencari

literatur untuk membuat buku itulah yang ayah

kerjakan seharian. Sering mata ayah terasa

pegal setelah seharian bekerja dengan

komputer. Nah, kalau sudah demikian Dzaky

bisa marah.

Page 33: dongeng sebelum tidur

32

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Maafkan ayah jika sering membuat Dzaky kesal.

Maafkan ayah yang karena capek, tidak bisa

selalu bermain denganmu. Tapi Dzaky perlu

tahu, ayah sangat senang dengan semangatmu

yang tidak pernah padam. Ayah berharap besar

agar kamu bisa menyerap aneka pengetahuan

yang akan menerangi jalanmu. Dan di tengah

keheningan malam, ayah selalu memohon

kepada Allah swt agar diberi kekuatan untuk

bisa menjaga semangat belajarmu, meng-

gandeng tanganmu menyusuri jalan yang

benar. Tetaplah semangat, nak. Niscaya dunia

ada dalam genggamanmu.

Page 34: dongeng sebelum tidur

33

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

ETIKET HIDUP DI

PERUMAHAN

Genap setahun saya tinggal di sebuah kawasan

perumahan baru. Dulu ini bekas pabrik

budidaya dan pengolahan jamur yang terbesar

di Klaten. Setelah bangkrut, lahan pabrik ini

dibeli oleh pengembang. Menurut rencana, di

sana akan dibangun 500 unit rumah dengan

berbagai tipe. Saat ini, pengembang tengah

membangun ruki (rumah kios) untuk

melengkapi deretan ruko yang sudah ada.

Saya merasa sangat bersemangat ketika pindah

ke sini. Penyebabnya ada dua. Pertama, karena

kami akan tinggal di rumah sendiri. Setelah 4

tahun pindah-pindah kontrakan, akhirnya Allah

memberi cukup rezeki untuk memiliki rumah

sendiri. Walaupun hanya rumah sederhana,

tetapi anugerah ini sangat membahagiakan saya

sekeluarga. Anda akan bisa merasakan euphoria

tersebut jika anda mengusahakan sendiri segala

persyaratan biaya dan administrasi rumah –

tanpa meminta bantuan keuangan dari orang

tua.

Bukan berniat sombong jika kami tidak

meminta bantuan finansial pada orang tua.

Langkah tersebut kami tempuh karena kami

Page 35: dongeng sebelum tidur

34

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

yakin bahwa dengan pertolongan Allah, usaha

kami mendapatkan rumah impian akan

terlaksana. Bertahun-tahun istri saya

menyisihkan sebagian upah kerja yang saya

terima. Ketika menerima royalti buku-buku

yang saya tulis, kami berusaha menyimpannya

dengan baik. Sedikit demi sedikit, akhirnya

tabungan kami terkumpul sehingga bisa

digunakan untuk memenuhi segala persyaratan

KPR. Alhamdulillah. Memang benar, setiap

rumah memiliki sejarahnya sendiri.

Kedua, karena kami akan merumuskan kontrak

sosial baru bersama para tetangga. Saya dan

para tetangga di sini adalah generasi pertama

penghuni perumahan itu. Walaupun berasal

dari beragam latar belakang, kami punya niat

yang sama. Kami ingin membangun lingkungan

hunian yang nyaman, sehat, dan kondusif bagi

pendidikan anak-anak kami. Untuk itu

diperlukan aturan hidup yang akan dipatuhi

bersama. Adanya peluang mengutarakan ide-

ide bagi keharmonisan lingkungan membuat

saya begitu antusias. Tampaknya, para tetangga

pun merasakan hal yang sama.

Pembahasan kontrak sosial melingkupi hal-hal

yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh

warga. Hal-hal yang boleh kita lakukan biasa

disebut hak. Sementara hal-hal yang tidak

boleh dilakukan dapat disebut kewajiban.

Page 36: dongeng sebelum tidur

35

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Antara hak dan kewajiban dalam pemahaman

saya selalu berjalan seiring. Ibarat dua sisi mata

uang, hak dan kewajiban tidak bisa dipisahkan.

Sewaktu kita menjalankan kewajiban, pada saat

yang sama kita tengah memberikan hak orang

lain. Demikian pula sebaliknya.

Banyak ide disampaikan para tetangga dalam

merumuskan kontrak sosial tadi. Sebagian ide

sudah disepakati bersama menjadi etiket hidup

di perumahan. Sementara ide yang lain menjadi

wacana yang hangat kami bahas. Saya sendiri

mencoba mencari tahu tentang etiket hidup

bertetangga menurut Rasulullah saw. Dari

sekian banyak hadits yang membahas masalah

ini, ada satu hadits yang menurutku perlu

dipahami benar oleh orang yang tinggal di

kawasan perumahan. Hadits yang diriwayatkan

oleh Ath-Thabrani sebagai berikut.

„Hak tetangga ialah bila dia sakit kamu

kunjungi dan bila wafat kamu menghantar

jenazahnya. Bila dia membutuhkan uang

kamu pinjami dan bila dia mengalami

kemiskinan (kesukaran) kamu tutup-tutupi

(rahasiakan). Bila dia memperoleh kebaikan

kamu mengucapkan selamat kepadanya dan

bila dia mengalami musibah kamu datangi

untuk menyampaikan rasa duka. Janganlah

meninggikan bangunan rumahmu melebihi

bangunan rumahnya yang dapat menutup

Page 37: dongeng sebelum tidur

36

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

kelancaran angin baginya dan jangan kamu

mengganggunya dengan bau periuk masakan

kecuali kamu menciduk sebagian untuk

diberikan kepadanya.‟ (HR. Ath-Thabrani)

Wah, lingkungan perumahan pasti menjadi

harmonis jika warganya bisa menerapkan etiket

yang tersurat dalam hadits tersebut. Ternyata

kunci menciptakan interaksi sosial yang

harmonis terletak pada perilaku setiap pihak

yang berhubungan. Hal ini sudah disampaikan

Rasulullah saw dalam hadits berikut.

„Kamu tidak bisa memperoleh simpati semua

orang dengan hartamu, tetapi dengan wajah

yang menarik (simpati) dan dengan akhlak

yang baik.‟ (HR. Abu Ya'la dan Al-Baihaqi)

Namun, etiket bermuamalah tentu tidak

sebatas itu. Menurut Anda, etiket apa lagi yang

perlu diperhatikan oleh warga sebuah

perumahan?

Page 38: dongeng sebelum tidur

37

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

RESAH DI AWAL BULAN

Pernahkah Anda merasa resah melihat uang

gaji yang diterima di awal bulan? Saat ini saya

tengah mengalaminya. Saya sempat merasa

cemas ketika melihat pos-pos pengeluaran yang

harus saya penuhi. Dari gaji yang saya terima,

hanya tersisa Rp150.000,00 saja untuk

konsumsi satu bulan. Masya Allah, saya sempat

shock merenunginya. Bagamaina caranya

memenuhi keperluan konsumsi bagi istri dan

seorang anak saya dengan uang sejumlah itu?

Kondisi sekarang mengingatkan saya pada

beberapa peristiwa yang lalu. Dulu saya sering

mengalami keadaan kepepet saat masih kuliah.

Uang bekal dari orang tua sudah sangat tipis.

Semua pos pengeluaran sudah dipenuhi.

Tinggal dua pos saja yang harus dibiayai: pos

konsumsi dan ongkos pulang. Pilihannya

menjadi hitam dan putih. Jika sisa uang

digunakan untuk makan, maka tidak ada

ongkos pulang ke Purworejo. Padahal

kepulangan itu bertujuan untuk meminta biaya

hidup selama seminggu ke depan. Nah, dalam

kondisi seperti itu, saya cenderung memilih

mengalahkan pos konsumsi. Jika biasanya

makan sehari tiga kali, di masa krisis, makan

berkurang menjadi dua kali.

Page 39: dongeng sebelum tidur

38

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Sering pula nasi saya ganti dengan singkong.

Saya pergi ke pasar Ledoksari membeli

singkong. Di kos, saya rebus singkong itu lalu

saya makan panas-panas. Sebagian saya sisakan

untuk makan siang. Dengan demikian, saya bisa

pulang ke rumah untuk mengambil uang jatah

mingguan.

Setelah berkeluarga, saya juga pernah

mengalami kondisi semacam ini. Waktu itu

saya mau pindah ke rumah kontrakan yang

pertama. Uang sudah habis untuk bayar

kontrakan. Sisa uang akan digunakan untuk

keperluan konsumsi anak yang masih bayi.

Sementara saya belum punya perabot penting

seperti lemari, kasur, dan tempat tidur. Dari

mana lagi dapat uangnya? Untungnya waktu

itu dapat pinjaman dari Mbak Atik, teman baik

istri saya, sehingga bisa membeli barang-barang

tersebut.

Ketika mengingat masa-masa sulit itu, akhirnya

saya harus bersyukur. Ternyata Allah selalu

menunjukkan jalan keluarnya. Allah selalu

memberi kekuatan lahir dan batin untuk

berusaha mengatasinya. Sungguh Allah maha

benar dengan segala firmannya. Allah telah

menegaskan bahwa sesudah kesulitan pasti ada

kemudahan. Bahkan penegasan itu

disampaikan hingga dua kali. Artinya, ini

garansi yang 100% terjadi dan berlaku bagi

Page 40: dongeng sebelum tidur

39

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

semua makhlukNya. Karena yakin dengan ke-

benaran tersebut, sampai-sampai ada yang

mengambil kesimpulan bahwa beratnya cobaan

menandakan semakin dekatnya pertolongan

Allah.

Lantas apa yang perlu dilakukan setelah yakin

dengan ketentuan Allah tersebut? Inilah

wilayah kerja manusia. Saya harus berusaha

sekuat tenaga agar bisa menjemput janji yang

Allah berikan. Itu saja. Tapi bagaimana

caranya, ya? Nah, ini yang sekarang sedang

saya cari. Insya Allah jika sudah ketemu, saya

akan menjalaninya dengan penuh semangat.

Doakan agar saya bisa, ya.

Page 41: dongeng sebelum tidur

40

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

TUNAI ATAU KREDIT?

Lebih baik beli tunai daripada kredit. Itulah

yang diyakini istri saya saat akan mencari

barang bergerak yang diperlukan. Mengapa?

Katanya, barang yang dibeli tunai itu sudah sah

menjadi milik kita. Sementara barang yang

dibeli secara kredit, statusnya belum sah

menjadi milik kita. Kita hanya memiliki hak

pakai sampai barang itu lunas. Ketika kita

melakukan kredit barang, sewaktu-waktu

barang bisa diambil kembali oleh pemiliknya.

Seperti halnya barang sewaan. Jika kita

dianggap wanprestasi, pemilik dapat menarik

barang itu tanpa memberi ganti rugi atas biaya

yang telah kita keluarkan selama ini. kita tidak

memiliki landasan kuat untuk mem-

pertahankan barang tadi.

Hal ini juga berarti kita tidak bebas

memperlakukan barang kreditan. Misalnya kita

butuh dana segera. Jika yang kita punya itu

barang yang dibeli dengan kontan, kita bisa

menjualnya kepada orang lain. Akan tetapi, jika

yang kita miliki itu barang kreditan, kita

terpaksa cari cara lain untuk mendapatkan

dana tadi. Kemungkinan besar berhutang

kepada saudara atau teman. Nah, akhirnya kita

justru menggali lubang baru untuk menutup

Page 42: dongeng sebelum tidur

41

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

lubang lainnya. Kondisi semacam ini tentu

tidak kita inginkan, bukan?

Penjelasan tersebut membuatku berpikir setiap

kali akan mengambil tawaran kredit. Padahal di

kantor sepanjang waktu ada penawaran barang

secara kredit. Barangnya pun beragam. Dari

sepeda onthel, laptop, sampai hape. Nah, yang

terakhir ini sepeda motor yang ditawarkan.

Konon, harganya lebih murah daripada harga di

pasaran. Kita boleh tidak membayar uang muka

(DP 0 rupiah), dengan masa angsuran 3 tahun

menurun. Pantaslah banyak teman yang

tertarik.

Page 43: dongeng sebelum tidur

42

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Kala

menatap

dunia

Page 44: dongeng sebelum tidur

43

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

KETULA-TULA KETALI

“Bapak dan ibu tidak bisa mewariskan harta.

Karena itu mumpung kamu masih bisa

bersekolah, belajarlah yang benar. Bapak

yakin ilmu itu akan bermanfaat bagimu

kelak.”

Pesan bapak itu masih melekat kuat di benak

saya. Pesan tersebut mungkin mencerminkan

harapan banyak orang tua dari kalangan tidak

berpunya terhadap anaknya. Mereka

memimpikan agar si anak tidak terjerat dalam

keterbatasan seperti yang dialaminya sekarang.

karena tekad tersebut, banyak orang tua yang

legawa berujar, “Biarlah segala duka lara ini aku

tanggungkan asal engkau mendapatkan yang

lebih baik, anakku.”

Mengapa muncul harapan seperti itu? Ternyata

sebagian besar masyarakat meyakini bahwa

pendidikan merupakan jembatan emas untuk

melakukan mobilitas sosial. Melalui pen-

didikan, seseorang dapat naik ke jenjang sosial

yang lebih tinggi. Dengan memasuki kelas

sosial yang lebih tinggi, sang anak akan

memiliki penghidupan yang lebih baik.

Sungguh ini bukan impian di siang bolong. Kita

tentu bisa menemukan contoh orang yang

Page 45: dongeng sebelum tidur

44

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

berhasil melakukan mobilitas sosial vertikal

tadi.

Mungkinkah memupuk impian tersebut saat

ini? Ketika melihat realitas dunia pendidikan

Indonesia, rasanya tidak semua orang tua bisa

mendendangkan impian tersebut ke telinga

anaknya. Memang konstitusi Indonesia

mewajibkan negara untuk menjamin

terpenuhinya hak-hak dasar fakir miskin dan

anak-anak telantar. Memang undang-undang

tentang sistem pendidikan nasional mengatur

agar setiap warga negara mendapatkan

pendidikan dasar 12 tahun. Memang

pemerintah berusaha keras untuk me-

ningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20%

dari APBN. Akan tetapi, justru dari landasan

hukum tersebut melahirkan sejumlah kebijakan

pendidikan yang tidak berpihak pada rakyat

kecil.

Simak saja fenomena kastanisasi pendidikan

yang membagi sekolah menjadi tiga. Jenjang

tertinggi ialah sekolah bertaraf internasional

(SBI). Di bawahnya terdapat rintisan sekolah

bertaraf internasional (RSBI). Sementara kasta

terendah ialah sekolah reguler.

Siapa yang bisa masuk ke SBI dan RSBI? Tentu

hanya siswa dengan kecerdasan tinggi dan

kemampuan finansial kuat. Berbagai kegiatan

Page 46: dongeng sebelum tidur

45

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

dan fasilitas yang diberikan menjadi alasan

utama mahalnya biaya masuk dan biaya

bulanan di dua sekolah ini. Tahukah anda

berapa kisaran biaya-biaya tersebut? Kompas

edisi 3 Juni 2010 menyebutkan, “Biaya masuk

di sekolah-sekolah berstatus RSBI umumnya 8

juta hingga 10 juta rupiah, sementara biaya

bulanan Rp 450.000,00 hingga

Rp850.000,00.” Tentu orang tua harus

merogoh kocek lebih dalam untuk membiayai

anaknya yang bersekolah di sekolah berstatus

SBI.

Para siswa di kedua sekolah tersebut belajar

menggunakan metode pembelajaran dwibahasa

(bahasa Indonesia dan Inggris). Sekolah akan

menghadirkan guru asing (native teacher)

untuk mengajar mata pelajaran matematika,

sains, dan bahasa inggris seminggu sekali.

Penerapan metode tersebut tentu menambah

mahal biaya sekolah di sana.

Menurut Musni Umar, Ketua Komite SMA

Negeri 70 Jakarta, penerapan metode tersebut

dinilai mubazir. Alasannya karena orientasi dan

mimpi mayoritas siswa SMA setelah tamat

sekolah di dalam negeri adalah melanjutkan

pendidikan ke UI, UGM, ITB, dan lain-lain.

Mereka tidak berpikir untuk bersekolah ke luar

negeri.

Page 47: dongeng sebelum tidur

46

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Di sini terdapat asumsi yang keliru bahwa

Sekolah Bertaraf InternasionaI harus meng-

ajarkan pelajaran dalam bahasa Inggris.

Padahal negara-negara maju seperti Jepang,

Perancis, Finlandia, Jerman, dan Korea meng-

gunakan bahasa nasional mereka sebagai

bahasa pengantar. "Sebaiknya sekolah bertaraf

internasional perlu dikaji ulang. Sepatutnya kita

berkiblat ke tujuan sistem pendidikan nasional

kita, bukan ke sistem luar macam Cambridge,"

ujar Musni (Kompas, 25 April 2010).

Memang ada ketentuan untuk menyisihkan

sekian persen kuota bagi siswa berprestasi dari

golongan ekonomi lemah. Namun pada

praktiknya, sekolah akan secara bertahap

mengurangi prosentase tadi supaya bisa

menutup besarnya biaya operasional. Tidak

mengherankan jika sebagian warga lalu berpikir

pemerintah berperilaku seperti di zaman

penjajahan belanda. Salah satunya Utomo

Dananjaya, Direktur Institute for Education

Reform Universitas Paramadina. "Yang kaya

diutamakan, yang miskin tidak diperhatikan.

Perlakuan membedakan ini diskriminasi,"

tuturnya. (Kompas, 3 Juni 2010)

Lantas, benarkah sekolah reguler merupakan

pilihan terbaik bagi mayoritas rakyat kecil di

Indonesia? Memang sumbangan pengem-

bangan pendidikan (SPP) telah dibayarkan oleh

Page 48: dongeng sebelum tidur

47

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

pemerintah. Mereka yang belajar di sekolah

negeri berhak mendapatkan fasilitas tersebut.

Dana bantuan operasional sekolah (BOS) pun

dibagikan pada setiap siswa. Namun, pemikiran

komersial yang merasuk ke dalam benak para

penyelenggara pendidikan mendorong mereka

menempatkan wali murid sebagai objek bisnis.

Ada saja celah yang dapat dimasuki untuk

menarik dana dari orang tua. Semuanya

dibungkus dengan dalih „demi kemajuan

pendidikan putra-putri Anda sendiri‟. Tidak

heran jika muncul keluhan, “Katanya sekolah

gratis. Kok masih bayar?”

Ketika orang tua gagal memenuhi segala

pungutan tersebut, akhirnya anaklah yang

menjadi korban.Di tahun 2007 saja, lebih dari

1,1 juta anak terpaksa memilih berhenti

bersekolah di Indonesia. Artinya, setiap menit

ada 4 siswa yang putus sekolah waktu itu.

Berdasarkan kenyataan empiris di lapangan,

diperkirakan jumlah anak putus sekolah masih

akan meningkat.

Ketula-tula ketali. Sudah jatuh tertimpa tangga.

Peribahasa itu tepat menggambarkan kondisi

orang tua murid sekarang. Bayangkan saja.

Walaupun mereka sudah menangis batin

melihat anaknya putus sekolah, orang tua

masih bisa terancam membayar denda pada

pemerintah. Mengapa hal itu terjadi?

Page 49: dongeng sebelum tidur

48

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Hal ini bisa terjadi jika masing-masing

pemerintah daerah menyetujui aturan seperti

yang diajukan anggota DPRD kota Depok.

Mereka menyiapkan Rancangan Peraturan

Daerah (Raperda) Sistem dan Mekanisme

Penyelenggaraan Pendidikan. Raperda tersebut

mengatur sanksi bagi orangtua yang lalai

menyekolahkan anaknya berupa denda. Jika

secara sah dan meyakinkan orangtua sengaja

menelantarkan hak anak untuk menuntaskan

wajib belajar pendidikan dasar 12 tahun, yang

bersangkutan dapat dikenai tuduhan perdata

dengan hukuman denda maksimal 10 kali lipat

biaya pendidikan anak pada masa penelantaran

pendidikannya.

Namun sanksi tidak serta-merta diterapkan

kepada setiap orangtua yang tak bisa

menyekolahkan anaknya. Penjatuhan sanksi

tadi akan mempertimbangkan kemampuan

orangtua siswa (Kompas, 23 April 2010).

Sungguh ironis dunia pendidikan kita.

Pemerintah seperti menutup mata tentang

keadaan rakyat. Bukankah kebanyakan kasus

anak putus sekolah disebabkan karena orang

tua tidak mampu membayar biaya sekolah?

Jangankan untuk membayar aneka pungutan

tadi, untuk memenuhi kebutuhan pokok saja

semakin banyak yang kerepotan. Kondisi ini

diperparah dengan menyempitnya lapangan

Page 50: dongeng sebelum tidur

49

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

pekerjaan dan banyaknya PHK. Bagaimana

mungkin pemerintah membuat kebijakan yang

tidak berpihak pada mayoritas rakyat?

Masihkah pemerintah menjadi abdi masyarakat

seperti yang digembar-gemborkan? Tolong,

jangan pupus mimpi kami!

Page 51: dongeng sebelum tidur

50

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

JANGAN BUGIL

DI DEPAN KAMERA!

Fantastik! Kompas (9/04/2010) mengangkat

hasil survey tentang orientasi remaja Indonesia

terhadap pornografi. Menurut survey tersebut,

97% responden remaja mengaku pernah

menikmati pornografi. Yang lebih mengejutkan,

62% responden mengaku pernah melakukan

hubungan badan.

Jika dikaitkan dengan realitas kehidupan

sekarang, sekilas tidak ada yang istimewa dari

hasil survey tersebut. Masyarakat sudah bisa

hidup rukun dengan pornografi. Padahal yang

porno itu selalu panas. Terbukti panasnya

pornografi tidak pernah terkalahkan oleh isu

politik terpanas di negeri ini. Diculiknya Miyabi

ternyata langsung menculik perhatian sebagian

kita dari huru-hara mundurnya SMI.

Akan tetapi saya lagi tidak ingin membahas

SMI apalagi Miyabi. Bagi saya, ada yang perlu

dicermati lebih jauh berkaitan dengan hasil

survey tersebut. Saya teringat lontaran

pendapat Sony Setyawan, penggagas kampanye

jangan bugil di depan kamera. Sinyal tersebut

disampaikan Sony beberapa waktu lalu dalam

acara Kick Andy.

Page 52: dongeng sebelum tidur

51

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Pornografi menjadi salah satu perhatian utama

masyarakat bukan hanya karena daya tariknya

yang begitu kuat. Mereka yang sudah

berkeluarga saja tetap keranjingan dengan

sensasi porno. Apalagi remaja yang baru

menggelegak rasa ingin tahunya. Sorotan

masyarakat juga berkaitan dengan dampak

negatif pornografi. Sudah banyak kajian yang

membahas akibat buruk pornografi dari

berbagai sudut pandang. Ada yang mengaitkan

pornografi dengan keharmonisan keluarga.

Laporan yang terakhir membahas efek

pornografi terhadap merosotnya perekonomian

nasional Amerika Serikat.

Fenomena pornografi tidak bisa diberangus

begitu saja. Selain karena peminatnya yang

terus bertambah, pornografi juga didukung oleh

kepentingan kapitalistik. Cukup memakai

logika sederhana untuk memahami pernyataan

tadi. Pornografi itu barang dagangan yang

dicari banyak orang. Produk porno

mengalahkan buku best seller dan film box

office apapun. Wajar bila kemudian produsen

pornografi berlomba-lomba menyuplai per-

mintaan pasar tadi. Pemasaran secara terang-

terangan dilakukan melalui situs-situs porno.

Sementara pemasaran produk dalam bentuk

DVD dan VCD dilakukan secara sembunyi-

sembunyi oleh banyak penjual cakram padat

Page 53: dongeng sebelum tidur

52

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

kaki lima. Nah, seandainya jumlah remaja

indonesia itu mencapai 100 juta orang dan 62%

dari mereka mengonsumsi produk pornografi,

betapa banyak pemasukan yang diperoleh oleh

sang produsen. Apalagi pemasarannya di-

lakukan dengan menjangkau seluruh pelosok

dunia.

Para pelaku bisnis pornografi kini semakin lihai

dalam melancarkan aksinya. Semula mereka

hanya merekam adegan esek-esek yang

dilakukan oleh bintang film porno. Peng-

ambilan gambarpun dilakukan di studio.

Namun, sekarang pelaku bisnis pornografi

sudah go public. Mereka mengiming-imingi

konsumennya untuk menjual gambar erotis

yang direkam bersama pasangan. Bahkan

menurut sony, sedikitnya terdapat lima situs

porno di indonesia yang membuat penawaran

terbuka tadi. Konon, mereka bersedia membeli

setiap menit adegan mesra yang dimiliki

dengan harga 100.000 rupiah.

Mengapa muncul tawaran itu? Ternyata hal itu

berkaitan dengan disematkannya fitur perekam

gambar pada telepon seluler. Banyak anak

muda tergoda untuk merekam adegan mesra

mereka melalui ponsel. Gambar yang direkam

pun bervariasi, mulai dari pose telanjang

sampai adegan hubungan seksual. Semula

gambar tersebut hanyalah untuk konsumsi

Page 54: dongeng sebelum tidur

53

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

pribadi. Barangkali inilah „prasasti cinta‟ yang

mereka pahatkan. Namun demi alasan

ekonomis atau aktualisasi diri, foto dan video

itu berpindah ke tangan pelaku bisnis esek-

esek. Bagaikan kanker, gambar porno me-

nyusup cepat ke seluruh kalangan.

Sony khawatir Indonesia sudah masuk pada era

industri pornografi yang dilegalkan. Dia

membuat klasifikasi pembuatan video porno

menjadi enam peringkat. Peringkat pertama

adalah video porno yang dibuat secara iseng.

Misalnya, rekaman gambar telanjang seseorang

yang dibuatnya sendiri.

Peringkat kedua adalah video porno yang

dibuat atas nama cinta. Contohnya, sepasang

kekasih yang ingin adegan mesranya

didokumentasikan. Sayangnya, pihak wanita

sering menjadi korban. Dia tidak menghendaki

adegan mesranya direkam apalagi

disebarluaskan, tetapi pihak lelaki me-

maksanya. Peringkat ketiga, yaitu mengambil

gambar adegan seksual atau ketelanjangan

dengan menggunakan kamera tersembunyi.

Tanpa disadari, ada kamera yang meng-

abadikan momen itu. Orang yang direkam baru

mengetahuinya setelah gambar tersebut

beredar di masyarakat.

Page 55: dongeng sebelum tidur

54

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Peringkat keempat adalah pembuatan video

porno yang sengaja dilakukan untuk tujuan

komersil. Inilah yang dilakoni oleh bintang film

porno seperti Miyabi. Peringkat kelima adalah

pembuatan video porno tentang adegan

perkosaan. Sedangkan peringkat keenam

adalah pembuatan video porno yang me-

libatkan anak-anak.

Video mesum apa yang pernah Anda putar?

Gambar porno apa yang pernah Anda saksikan?

Ah, tidak penting menjawab pertanyaan itu.

Walau kita menyaksikannya dengan sembunyi-

sembunyi demi alasan moral, ternyata adik atau

anak kita sudah melangkah lebih jauh. Mereka

telah mempraktikkannya bersama pasangan.

Bahkan, ada yang berani unjuk gigi dengan

mempertontonkan „kepribadiannya‟ di depan

umum. Na‟udzubillahi min dzalik.

Tidak aneh jika sekarang Depdikbud

mengangkat isu pendidikan karakter bangsa

untuk membangun masyarakat yang lebih

beradab. Namun, kampanye ini akan segera

dikenang sebagai jargon semata jika tanggung

jawab mendidik generasi muda hanya

dibebankan pada guru di sekolah. Supaya

efektif, peran aktif orang tua – yang sesung-

guhnya menjadi guru utama dan pertama bagi

anak- sangatlah diperlukan. Mari jaga diri dan

keluarga kita dari murka Allah swt!

Page 56: dongeng sebelum tidur

55

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

AWAS, RACUN TEKNOLOGI

MENGINTAI!

Nokia C3 terjual 600 buah dalam waktu empat

jam di Bali. Begitu sekilas judul yang saya baca

di Kompas Sabtu lalu (5 Juni 2010).

Sebenarnya harga Nokia C3 dibandrol

Rp1.159.999 di toko ritel Nokia yang resmi

mulai 6 Juni 2010. Namun pada hari pertama

dipasarkan, Nokia langsung memberi diskon

Rp260.000,00. Penawaran khusus ini berlaku

satu hari saja mulai pukul 10.00 hingga 22.00.

Penjualan khusus ini dilakukan di 9 kota, yakni

Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan,

Yogyakarta, Palembang, Makassar, Banjar-

masin, Denpasar, dan Semarang.

Yang lebih „membanggakan‟ lagi, Indonesia

terpilih sebagai negara pertama perilisan Nokia

C3. Pemilihan tersebut bukan tanpa alasan.

Masyarakat Indonesia tercatat memiliki

aktivitas tinggi dalam menggunakan jejaring

sosial Facebook. Kita tentu menyambut baik

kehadiran gadget yang memenuhi kebutuhan

bersosialita. Nah, sampel hasil penjualan Nokia

C3 tersebut membenarkan asumsi pabrikan alat

telekomunikasi dari Finlandia tadi.

Page 57: dongeng sebelum tidur

56

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Sebenarnya, antusiasme warga Indonesia

terhadap teknologi terlihat semakin jelas akhir-

akhir ini. Tidak hanya pada kemajuan teknologi

komunikasi. Coba saja Anda perhatikan acara

pameran teknologi yang lain. Misalnya, pada

pameran komputer yang semakin rutin digelar.

Perhatikan belanjaan para pengunjungnya.

Notebook keluaran terbaru jadi bawaan.

Kamera digital dengan MP terbesar laris

diserbu. I-pad yang lagi gencar ditawarkan pun

sudah banyak yang menenteng.

Mengapa kita bersikap begitu antusias terhadap

perkembangan teknologi itu? Apakah kita

memang benar-benar memerlukannya?

Jangan-jangan kita hanya menjadi korban iklan

demi mengejar gengsi dan prestise.

Saya yakin akan lahir analisis yang cukup

panjang untuk bisa memahami gaya hidup ini.

Namun, saya tertarik dengan lontaran Pak Didit

Chris Prawirokusumo (mistergrid). Dalam

workshop desainer grafika yang diadakan di

tempat kerja saya (8-10 Juni 2010), praktisi dan

pemerhati desain grafis itu melontarkan adanya

gejala keracunan teknologi. Menurut mistergrid

–ini nickname Pak Didit- gejala keracunan

teknologi sebagai berikut.

1. Menyukai hal-hal instan. 2. Takut dan sekaligus memuja teknologi.

Page 58: dongeng sebelum tidur

57

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

3. Menyukai teknologi sebagai mainan. 4. Menganggap marah dan kekerasan

sebagai hal yang wajar dan normal. 5. Tidak dapat membedakan hal yang asli

dan palsu. 6. Kehidupan sosial tidak ada. 7. Minimnya pesan edukatif dan religius. 8. Menghilangnya peradaban kultural. 9. Meredupnya esensi mata hati dan

perasaan. 10. Semaraknya friksi karena derivasi

referensi kompetensi dengan persepsi. 11. Sering terjadi kekeliruan dalam

menggunakan piranti kerja karena kurang memahami cara kerjanya.

12. Hilangnya kepercayaan diri si pengguna. Tanda-tanda keracunan ini perlu menjadi perhatian kita. Tujuannya supaya kita tidak diperbudak oleh teknologi. Ingatlah, teknologi itu budak yang baik, tetapi dia itu majikan yang sangat buruk. Itu yang mistergrid tandaskan pada saya.

Page 59: dongeng sebelum tidur

58

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

OTAK-OTAK TELEVISI

Televisi memang bisa menjadi alternatif

pendamping anak saat orang tua sibuk. Pilihan

ini diambil sebagian orang tua agar anak tidak

rewel selama ditinggal beraktivitas. Beragam

acara untuk anak pun disiapkan oleh para

pengelola televisi. Ada reality show untuk anak,

ada serial kisah bagi anak. Ada pula film yang

ditujukan pada anak.

Anak-anakpun menikmati kemerdekaan dari

orang tuanya dengan gembira. Mereka bisa

betah duduk berlama-lama di depan kotak

gambar hidup. Selama menikmati acara yang

menarik hatinya, anak tanpa sadar sedang

menjalani sosialisasi. Mereka menyerap

informasi yang ditunjukkan lewat perkataan

dan sikap tokoh. Karena orang tua lengah,

sosialisasi tersebut berjalan tidak terkendali.

Tahu-tahu anak menunjukkan perilaku yang

berbeda dengan yang diajarkan orang tua.

Teman saya mempunyai pengalaman mengenai

hal tersebut.

“Ibu ibu. Apa sih isi otakmu?”

Komentar yang dilontarkan si kecil membuat

sang ibu terkejut. Dia merasa tidak pernah

mengajarkan sikap demikian. Tiba-tiba

Page 60: dongeng sebelum tidur

59

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

anaknya berekspresi semacam itu ketika

mengobrol dengan ibunya. Sebagai ibu yang

peka, teman saya berusaha mencari penyebab

sikap anaknya. Setelah ditelisik, ternyata si

anak hanya menirukan ucapan dalam dialog

salah satu film Spongebob.

Teman saya lalu melarang anaknya menonton

Spongebob. Dia mengarahkan si kecil untuk

menonton sinetron yang ada pemain anak-

anaknya. Menurut pemikirannya, siaran

sinetron anak dan sinetron dengan pemeran

anak-anak itu tepat ditonton sang anak.

Makanya dia tidak merasa cemas ketika

anaknya menonton sinetron semacam itu.

Suatu hari anaknya menggerutu,”Dasar orang

tidak punya otak!”

Deg. Teman saya terkaget-kaget mendengar

kata-kata anaknya. Ternyata televisi telah

menghadirkan „otak-otak‟ di benak si anak.

Akan tetapi otak-otak yang ini berbeda rasa

dengan otak-otak bandeng yang biasa dia bawa

setiap pulang dari Semarang. Otak-otak televisi

ini justru menimbulkan rasa was-was di benak

teman saya. Mau jadi apa anakku kalau

sepanjang waktu diasuh oleh televisi?

Menurut saya, teman saya masih bisa disebut

beruntung. Dia segera menangkap sinyal

Page 61: dongeng sebelum tidur

60

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

pengaruh buruk televisi pada diri si anak. Dari

sini, teman saya menyadari pentingnya

mendampingi anak saat menonton siaran

televisi. Jangan biarkan anak menerima

mentah-mentah pesan setiap tayangan yang

ditontonnya. Ini disebabkan karena konsep

acara televisi bagi anak pun belum sepenuhnya

berpihak pada anak. Hak-hak anak untuk men-

dapatkan pendidikan yang baik masih

diabaikan oleh para produsen acara dan

pengelola televisi. Akibatnya pesan-pesan moral

tidak menghiasi materi tayangan bagi anak.

Melihat realitas ini, mendampingi anak saat

menonton televisi menjadi wajib. Jangan

langsung percaya dengan label „film anak‟

ataupun „tayangan untuk anak‟. Mari ting-

katkan kepedulian terhadap kualitas moral

anak-anak. Buah hati kita merupakan

pembangun peradaban Indonesia di masa

depan. Bukankah kita ingin membangun

peradaban yang maju dengan tetap menghargai

martabat kemanusiaan?

Page 62: dongeng sebelum tidur

61

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

SEMUT, LABA-LABA,

ATAU LEBAH?

Allah swt tidak segan menggunakan perilaku

binatang untuk memberi inspirasi bagi

manusia. Tiga di antaranya ialah semut, laba-

laba, dan lebah.

Semut memang hewan yang hidup secara

berkelompok. Mereka memiliki pembagian

kerja yang sangat rapi. Ada semut yang bekerja

menjaga keamanan sarang. Ada juga semut

yang bekerja mencari bahan makanan.

Sementara ratu semut hanya bertelur sepanjang

waktu. Siang dan malam mereka bekerja keras.

Semut pekerja pun menjelajah daerah sekitar

sarangnya untuk mendapatkan bahan

makanan. rempah roti akan dijunjungnya

sendiri. Apabila mendapatkan bangkai belalang

atau daun, mereka akan menjunjungnya

beramai-ramai. Gudang persediaan makanan

para semut selalu penuh dan terus bertambah.

Perilaku laba-laba berbeda dengan semut.

Laba-laba bukan makhluk sosial. Dia hidup

sendiri-sendiri. Untuk mendapatkan makanan,

laba-laba memasang jaring yang cukup besar.

Nyamuk atau kupu-kupu yang tersangkut di

jaring tentu berusaha melepaskan diri. Gerakan

Page 63: dongeng sebelum tidur

62

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

mereka menimbulkan getaran pada jaring.

Laba-laba kemudian menghampiri binatang

yang malang itu. Sikap tangan dingin laba-laba

tidak hanya dia tunjukkan pada mangsanya.

Jika dia tidak mendapatkan makanan, laba-laba

betina pun tega memangsa pejantan yang baru

saja mengawininya.

Lain lagi perilaku lebah. Lebah hewan yang

hidup bersama-sama dalam satu sarang. Seperti

semut, ada pembagian kerja di antara para

lebah. Perbedaannya terletak pada jenis

makanan yang dikumpulkan. Lebah-lebah

menyambangi bunga-bunga yang sedang

mekar. Mereka menghisap nektar atau sari dari

bunga itu. Ketika kembali ke sarang, dia simpan

nektar tadi. Inilah yang kita kenal sebagai

madu.

Bagaimana perilaku semut mewarnai

kehidupan kita? Jika berguru pada semut, kita

termotivasi untuk terus menumpuk nikmat

duniawi. Kita mengerahkan segala daya agar

kekayaan atau popularitas tidak berkurang.

Dalam ritme kerja semacam ini, sangat

mungkin kita melanggar hak-hak diri dan orang

lain. Tiada waktu lagi untuk bercengkerama

dengan keluarga. Memang pundi-pundi kita

akan segera penuh, bahkan membludak. Akan

tetapi, yang tersimpan dalam pundi-pundi itu

belum tentu yang kita perlukan. Bisa jadi

Page 64: dongeng sebelum tidur

63

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

sampai kita meninggal, kita belum sempat

menikmati hasilnya.

Apabila berguru pada laba-laba, kita akan

mengandalkan kemampuan otak untuk

mencukupi keperluan hidup. Cukup dengan

memasang jaring, laba-laba akan men-

dapatkan hasil. Barangkali ini yang disebut

kerja cerdas. Namun kerja cerdas tadi dapat

menyeret pelaku untuk bermain siasat. Nah,

tidak jarang korban siasat itu justru orang-

orang yang setia membantu selama ini.

Lain cerita jika Anda memilih lebah sebagai tipe

ideal. Anda akan lebih berhati-hati dalam

bekerja. Anda berusaha menempuh cara yang

baik dan benar. Memang cara ini harus

dilakukan dengan kerja keras. Namun, hasilnya

pasti baik buat diri sendiri dan orang lain.

Perilaku semut, laba-laba, dan lebah bisa

menjadi cermin bagi kita dalam mengejar

dunia. Anda bebas memilih cermin untuk

meningkatkan motivasi hidup.

Page 65: dongeng sebelum tidur

64

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

AMAN BERSEPEDA MOTOR

Sepeda motor merupakan moda transportasi

yang paling populer. Hampir setiap orang

merasa butuh sepeda motor untuk mendukung

aktivitas kesehariannya. Ini disebabkan karena

sepeda motor mudah digunakan dan mudah

diperoleh. Kemudahan memperoleh berkaitan

dengan sepeda motor yang bisa diperoleh

dengan cara kredit. Sementara mudah peng-

gunaannya berkaitan dengan cara mengen-

darai sepeda motor yang tidak sulit dilakukan.

Akibatnya, di jalanan banyak pengendara

sepeda motor yang asal jalan. Dia tidak

mengindahkan aturan berlalu lintas sehingga

dapat membahayakan keselamatan diri sendiri

maupun orang lain.

Bekendara di jalan raya secara aman harus

menjadi perhatian setiap pemakai jalan. Selain

berguna untuk memastikan keamanan diri

sendiri, berkendara secara aman juga menjamin

ketertiban di jalan. Apa saja hal-hal yang harus

diperhatikan untuk berkendara secara aman

itu?

1. Sebelum berjalan, pastikan bahwa kondisi kendaraan dapat bekerja baik. Periksalah lampu sein, lampu utama, rem, dan klakson.

Page 66: dongeng sebelum tidur

65

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

2. Kenakan helm yang memenuhi standar keamanan dengan benar. Pastikan sudah terkunci dengan benar. Helm serupa juga dikenakan oleh orang yang Anda boncengkan.

3. Berjalanlah dengan kecepatan standar. Ketika berjalan di dalam kota, berjalanlah dengan kecepatan maksimal 40 km/jam. Tidak perlu mengebut apalagi dalam kondisi jalan yang ramai.

4. Gunakan klakson dan lampu sein dengan benar. Sewaktu akan membelok ke arah kiri, nyalakan lampu sein kiri terlebih dahulu. Demikian pula sebaliknya.

5. Nyalakan lampu utama walau di siang hari. Cahaya lampu tersebut me-mudahkan pemakai jalan lain untuk mengetahui keberadaan Anda.

6. Jika Anda berjalan pelan, ambillah jalur sebelah kiri. Sebaliknya, jika Anda melaju lebih kencang, ambillah jalur di sebelah kanan. Namun usahakan agar Anda tidak melanggar garis pembatas jalan yang memisahkan dua arus lalu lintas.

7. Jangan mendahului kendaraan lain dari sebelah kiri. Itu dapat mengagetkan pengendara yang Anda dahului.

8. Tidak perlu menerobos lampu merah. Hal ini dapat membahayakan ke-selamatan Anda. Pada waktu berhenti di traffic light, usahakan posisi kendaraan tidak melampaui marka jalan.

Page 67: dongeng sebelum tidur

66

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

9. Utamakan pengendara di depan Anda yang akan berbelok arah. Jika dia sudah menyalakan lampu sein, sebaiknya Anda perlambat laju kendaraan Anda untuk memberi kesempatan dia berbelok.

10. Jika palang pintu perlintasan kereta api mulai diturunkan, Anda tidak boleh menerobosnya. Ini membahayakan jiwa Anda karena kereta api tidak bisa mengerem lajunya secara mendadak.

Page 68: dongeng sebelum tidur

67

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

WANG SINAWANG

Wong urip iku padha wang sinawang.

Ungkapan berbahasa Jawa tersebut me-

nunjukkan bahwa kita saling memperhatikan

kondisi lingkungan sekitar. Inilah yang

melahirkan dinamika dalam kehidupan

bersama.

Ketika kita melihat rekan kita memiliki suatu

barang, kita lalu ingin memilikinya pula.

Munculnya keinginan tersebut mendorong kita

berusaha untuk mewujudkannya. Jika dana

mencukupi, segera kita beli barang yang sama.

Apabila dana belum ada, kita pun berusaha

menabung sebagian uang kita.

Selama masa mengumpulkan tersebut

muncullah beragam pengalaman yang

mewarnai emosi kita. Ada rasa tak sabar

menanti saat cukupnya tabungan untuk men-

dapatkan barang tadi. Ada rasa kecewa ketika

kita harus menggunakan tabungan tersebut

untuk keperluan mendadak yang lebih penting.

Pada kondisi semacam ini, kita cenderung

menilai teman yang sudah memiliki barang

idaman kita itu pasti bahagia.

Di sisi yang lain, tahukah Anda bahwa teman

kita juga menganggap kita hidup bahagia?

Page 69: dongeng sebelum tidur

68

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Karena ternyata barang yang dimiliki tersebut

menuntut biaya tidak sedikit untuk me-

rawatnya. Bisa jadi biaya itu sudah sangat besar

sementara hasil yang diperoleh tidak sesuai

dengan harapan. Bisa jadi barang tersebut

sudah tidak memberikan kepuasan batin bagi

pemiliknya, sehingga si pemilik merasa iri

justru pada orang yang tidak memiliki barang

tersebut.

Barangkali akan lebih mudah memahami

uraian tersebut jika kita buat satu analogi yang

konkret. Saat itu saya ingin sekali punya laptop.

Melihat teman-teman yang sudah memiliki

laptop, saya merasa iri. Wah, pasti senang jika

punya barang tersebut. Saya membayangkan

banyak hal yang bisa mereka lakukan dengan

laptopnya. Sementara saya tidak bisa me-

lakukan hal yang sama karena belum punya.

Dari sini tumbuh keinginan saya untuk

memiliki laptop. Tapi karena saya tidak punya

cukup uang untuk membelinya, saya harus

bersabar menungu uang terkumpul dulu. Entah

kapan terwujud, saya belum tahu.

Nah, di saat yang sama, teman-teman yang

sudah punya laptop berpikir bahwa laptopnya

sudah tidak lagi memberi kepuasan batin

baginya. Dia yang dulu mengira dirinya paling

bahagia karena punya laptop sekarang justru

Page 70: dongeng sebelum tidur

69

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

merasa terbebani dengan barang tadi. Mengapa

demikian?

Ternyata memiliki laptop berarti pengeluaran

baru. Dia harus beli tas laptop karena laptopnya

tidak berbonus tas. Dia harus membeli modem

agar bisa online pakai laptop. Dia harus beli

cool pad agar laptopnya tidak cepat panas. Dia

juga harus membawa-bawa laptopnya yang

terasa berat. Akhirnya dia merasa bosan dengan

semua itu sehingga memilih meninggalkan

laptop tersebut di rumah. Ke kantor dia seperti

halnya karyawan yang tidak berlaptop.

Inilah yang saya maksud dengan wang

sinawang. Bahwa setiap orang saling melirik

dan membandingkan kondisinya dengan

kondisi orang lain. Ketika melihat kondisi orang

lain tampak lebih bahagia, dia merasa kon-

disinya tidak membahagiakan. Tapi ternyata

mekanisme logika seperti itu justru membuat

hidup kita hanya tertuju kepada materi.

Astaghfirullahal‟adhim.

Page 71: dongeng sebelum tidur

70

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Kenangan

indah

Page 72: dongeng sebelum tidur

71

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

SANG PENGIDOLA EBIET

Ketika mendengarkan alunan syair lagu Ebiet

G. Ade, jantung saya tercekat. Ada ingatan yang

langsung tertuju kepada bapak. Ya, beliau

memang pengidola Ebiet.

Semua ingatan saya tentang bapak tidak

berhenti sebatas masa kecil dulu. Saya teringat

kenangan yang pernah diukirkan bapak dalam

jiwa saya. Beliaulah yang telah mengajari saya

setapak demi setapak memberi makna pada

kehidupan kami. Beliaulah yang telah

menguatkan saya ketika merasa rapuh untuk

berdiri tatkala badai menerjang. Bapak juga

yang telah menahankan perih hati saat

menerima protes yang pernah saya lontarkan.

Seolah saya masih ingat rona wajah putus asa

bapak ketika saya pulang dan memohon uang

sekolah. Namun sayangnya bapak waktu itu

tidak memiliki sisa uang karena sudah habis

untuk menutup semua kebutuhan keluarga.

Perasaan saya yang peka sangat ingin meng-

hindar dari suasana semacam itu setiap

bulannya. Dan saya hanya bisa menerima

dengan rela keterangan yang bapak berikan. Di

dasar hati sayapun menangis seperti tangisan

hati bapak yang terpaksa melihat saya kecewa.

Page 73: dongeng sebelum tidur

72

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Saya masih ingat ketika hari pelepasan siswa

kelas tiga SMAN 1 Purworejo. Bapak kecewa

karena tidak bisa mendampingi saya naik

panggung menerima penghargaan sebagai

siswa berprestasi. Di rumah bapak sempat

memeluk saya, dengan wajah haru. Sambil

berbisik, bapak bilang, “Moga-moga bapak bisa

mendampingimu saat wisuda sarjana besok.”

Saya hanya bisa mengangguk.

Sayangnya ketika wisuda sarjanapun bapak

tidak bisa hadir. Dengan sedikit guyonan, bapak

bilang,”Moga-moga bapak bisa menghadiri

wisuda pasca sarjanamu, Tam.”

Ah, terlalu banyak kenangan yang terukir

tentang bapak. Semua kenangan itu mengalir

menjadi rasa rindu yang begitu kuat menyedot

hati.

Page 74: dongeng sebelum tidur

73

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

WARISAN

Bapak saya seorang guru SD. Sekian lama

bekerja, yang menggunung akhirnya justru

utang. Utang di koperasi, utang di bank, utang

di kenalan. Semua dilakukan bukan karena

mengejar harta bergerak. Beliau lakukan itu

untuk mencukupi biaya sekolah anak-anaknya.

Apakah biaya sekolah saat itu mahal? Tentu

saja tidak. Saya ingat, SPP kuliah saya per

semester tahun 1995 hanya sekitar 150.000

rupiah. Itu bertahan sampai saya lulus.

Sedangkan biaya sekolah tiga orang adik saya

tidak sampai 100.000 rupiah perbulan.

Sementara gaji bapak waktu itu sudah 1,5 juta

rupiah. Lantas, mengapa biaya yang sangat

murah itu tidak bisa dikover bapak? Setelah

saya pikir-pikir, ternyata karena hampir 2/3

gaji bapak habis untuk membayar utang. Anda

tentu masih ingat gambaran kondisi kehidupan

guru di era Orde Baru, kan?

Nah, menyikapi keadaan ekonomi yang

mencekik leher itu, bapak menekankan satu hal

pada kami. Beliau berpesan, “Bapak dan ibu

tidak bisa meninggalkan warisan harta, nak.

Tapi mumpung bapak masih sanggup

membiayai sekolahmu, belajarlah dengan

tekun. Jangan sia-siakan kesempatan ini.

Page 75: dongeng sebelum tidur

74

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Mengapa? Karena ilmu lebih tinggi nilainya

daripada harta. Jika kamu memiliki ilmu,

kamu akan tahu cara mendapatkan harta.

Ilmu pun tidak pernah berkurang, bahkan bisa

bertambah. Ini berbeda dengan harta yang

dapat hilang sewaktu-waktu.” Nasihat itulah

yang terus ditanamkan agar anak-anaknya mau

belajar dengan tekun.

Nasihat bapak tadi mengingatkan saya pada

salah satu mutiara kata Sayyidina Ali bin Abi

Thalib r.a. Suatu ketika beliau ditanya tentang

perbandingan ilmu dan harta. Menurut

menantu Rasulullah saw ini, “Ilmu lebih utama

daripada harta.”

Apa kelebihan ilmu dibandingkan harta? Ada

beberapa kelebihan ilmu yang diuraikan

Sayyidina Ali. Namun yang membekas di

benakku ada dua. Pertama, ilmu akan

bertambah ketika dibagikan pada orang lain.

Anda tahu cara membuat blog yang bagus.

Ketika Anda berbagi ilmu tersebut dengan

orang lain, pemahaman Anda tentang

pembuatan blog yang baik akan bertambah.

Sebaliknya, harta akan berkurang ketika

dibagikan pada orang lain. Simpel saja. Anda

punya 10.000 rupiah. Ketika Anda belikan dua

batang es krim buat keponakan Anda, uang

Anda pasti berkurang jumlahnya.

Page 76: dongeng sebelum tidur

75

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Selain itu, ilmu akan menjaga diri kita. Orang

yang berilmu akan selamat dalam menjalani

kehidupan. Sedangkan harta menuntut kita

menjaganya siang malam. Tidak percaya? Coba

Anda tinggal handphone Anda di pinggir jalan.

Dalam waktu 5 menit, sangat mungkin Anda

tidak lagi menemukan barang kesayangan Anda

di tempat itu.

Bapak tidak berhenti sebatas memberi nasihat

saja. Secara rutin, bapak meminjam buku dan

majalah dari sekolah. Waktu itu, majalah yang

dilanggani sekolah hanyalah si kuncung dan

ceria. Di rumah, buku dan majalah itu menjadi

oleh-oleh yang sangat menggembirakan hati.

Kalau sudah mendapat bacaan baru, sambil

makan pun saya terus membacanya. Ibu sering

menegur saya karena kebiasaan tadi.

Bapak juga seorang pencerita yang baik. Beliau

sering menceritakan pengalaman unik yang

dialami hari itu. Bercerita semacam ini tidak

selalu beliau lakukan saat menjelang tidur.

Kadang kala ketika selesai makan malam

bersama atau pada saat memperbaiki pagar

rumah yang bolong. Biasanya, bapak akan

meminta pendapat kami atas kejadian yang

dikisahkan. Bagi bapak, tidak ada pendapat

yang salah walaupun terasa naif. Itu bentuk

pembelajaran untuk percaya pada diri sendiri

dan untuk menghormati orang lain. Selanjutnya

Page 77: dongeng sebelum tidur

76

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

bapak akan menggarisbawahi hikmah yang

menurut beliau penting kami ketahui.

Cara mengajar seperti itu begitu berkesan bagi

kami, anak-anaknya. Tanpa terasa, cukup

banyak nilai dan norma yang beliau

sosialisasikan pada kami. Tentang ibadah,

tentang muamalah, juga tentang etiket meng-

hormati orang tua. Bapak juga sering mengajak

kami introspeksi tentang keadaan keluarga.

Dari sini diharapkan anak-anaknya dapat

bersikap tepat terhadap kondisi kami waktu itu.

Sungguh indah kenangan yang beliau sapukan

dalam mengukir jiwa raga kami.

Sekarang, bapak sudah kembali ke hadiratNya.

Alhamdulillah, beliau telah melunasi semua

utang tersebut. Walau sudah mengikhlaskan

kepulangan Bapak, kami sekeluarga tetap

merasa kehilangan.

Memang beliau tidak mewariskan harta. Tetapi

bapak menanamkan arti penting ilmu bagi

hidup kami. Beliau pun telah menunjukkan

jalan yang tepat ditempuh.

Kini, setiap anaknya tengah berjuang men-

dapatkan ilmu-ilmu yang berguna bagi

kehidupan. Saya yakin kehidupan ini sekolah

yang terbaik. Sampai nanti, saya terus belajar

dan memunguti hikmah yang berceceran di

Page 78: dongeng sebelum tidur

77

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

antara langkah yang saya ayunkan. Mutiara

kehidupan inilah yang akan saya tahtakan pada

jiwa anak saya. Bagaimana dengan Anda?

Warisan apa yang Anda siapkan bagi anak

Anda?

Page 79: dongeng sebelum tidur

78

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

PEREMPUAN PENGUKIR

JIWAKU

Kasih ibu kepada beta

Tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi, tak harap kembali

Bagai sang surya menyinari dunia

Dalam kedewasaan saya, syair lagu kanak-

kanak tadi terasa sangat mendalam. Saya

tertegun ketika mengenang lembaran-lembaran

kenangan bersama ibu. Sungguh, cinta yang

dialirkan Allah swt melalui ibu bagi si buah hati

merupakan anugerah yang agung.

Beliaulah orang yang pertama menentramkan

hati di kala gundah. Ibu juga yang berusaha

keras, menempuh segala cara yang halal, untuk

bisa memenuhi keperluan saya. Tiada yang rela

mengorbankan jiwa dan raga demi anak kecuali

ibu. Maka sangat wajar bila Allah swt berjanji

untuk selalu meluluskan permintaan seorang

ibu, bahkan meletakkan surga yang indah di

kakinya.

Lantas, mengapa ibu bersedia melakukan

segalanya demi anak? Yang jelas karena anak

bernilai sangat istimewa di mata ibu. Hubungan

Page 80: dongeng sebelum tidur

79

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

ibu dan anak berlangsung dengan melibatkan

hati. Ibu menjadi sangat mengerti kondisi

anaknya, sementara anak begitu memerlukan

ibu. Anak menjadi tempat ibu menebar segala

harapan. Doa pun tak lupa dipanjatkan demi

keselamatan si buah hati. Jalan terasa lapang

dan terang. Walaupun ibu belum tentu ikut

memetik buah dari jerih payahnya selama ini.

Cukup lama saya mencoba merangkai kata di

halaman persembahan dalam skripsi saya. Saya

sangat ingin melukiskan pesona ibu di hati.

Namun, yang terangkai hanyalah kalimat

sederhana:

“Bagi ibu, yang mengajarkan kerja sebagai

perwujudan cinta kasih.”

Page 81: dongeng sebelum tidur

80

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

MENATA HATI

AGAR TEGAR

Apa yang Anda rasakan saat menyimak lafal

ijab dan qabul dalam suatu upacara

pernikahan? Barangkali ada yang tidak

memperhatikannya karena asyik berbincang-

bincang dengan tamu lain. Barangkali ada yang

merasa biasa-biasa saja karena pak penghulu

mengucapkannya dengan datar. Namun,

barangkali ada yang justru tergetar hatinya

seperti saya.

Kemarin pulang kampung ke Kutoarjo. Paman

akan menikahkan anak sulungnya. Setelah

persiapan acara yang melelahkan, akhirnya tiba

hari H. Pukul 8 lebih pak penghulu sudah siap

menjalankan tugas. Setelah pemeriksaan

kebenaran data calon mempelai, pak penghulu

bertanya pada paman. “Apakah bapak akan

menikahkan sendiri putri bapak?”

Biasanya jawaban pertanyaan tadi akan sama

dengan jawaban yang sering disampaikan oleh

wali nikah selama ini. Banyak wali nikah

mewakilkan pelafalan ijab pada penghulu. Akan

tetapi, paman memberi jawaban berbeda. “Saya

akan menikahkannya sendiri.”

Page 82: dongeng sebelum tidur

81

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Hadirin tercengang mendengar jawaban

paman. Barangkali mereka berpikir paman

telah salah memahami pertanyaan pak

penghulu. Atau jangan-jangan paman lupa

jawaban pertanyaan itu. Suasana bertambah

hening. Saya sendiri menjadi sedikit cemas.

Berharap agar paman tidak salah melafalkan

ijab. Maklum, ini pengalaman pertama baginya.

Yang kemudian terdengar di pengeras suara

ialah suara paman. “Saya nikahkan anak saya

Desti Nur Wijayanti dengan Muhammad Husni

Mubarok dengan mas kawin seperangkat alat

sholat dibayar tunai.”

Alhamdulillah, pelafalan ijab berlangsung

lancar. Suara paman terdengar bergetar.

Getaran itu menyusup cepat ke hati saya,

menyentuh saraf haru. Matapun berkaca-kaca.

Selepas acara saya lihat paman tersenyum lega.

Saya tanya perasaan beliau. “Alhamdulillah,

lega. Tadi waktu mengucapkan ijab, aku pun

sempat teringat dengan segala kenangan

tentang adikmu. Itu yang membuatku trenyuh.”

Aha, ternyata itu yang sempat dirasakan

paman. Saya jadi membayangkan peristiwa satu

setengah bulan lagi: pernikahan adik kandung

saya. Dengan meninggalnya bapak, besok

sayalah–anak sulung lelaki- yang akan

Page 83: dongeng sebelum tidur

82

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

bertindak sebagai wali nikah. Saya ingin

melafalkan ijab sendiri, tidak diwakilkan

kepada penghulu. Tapi, saya perlu berlatih

menata hati agar tegar mengucapkan lafal tadi.

Page 84: dongeng sebelum tidur

83

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

RODA TIGA: MASA KECIL

Sepeda merupakan salah satu benda yang akrab

dalam kehidupan saya. Bermula dari sepeda

roda tiga di masa kanak-kanak dulu. Sepeda

saya bercat biru, sementara punya adik saya

berwarna merah. Hampir semua bagian sepeda

terbuat dari besi. Pedalnya menyatu dengan roda

depan. Setangnya tanpa rem karena laju sepeda

bisa diatur dengan kaki.

Ada dua tempat duduk sepeda jenis ini.

Pengendara duduk di atas sadel besi berbentuk

segitiga. Pembonceng duduk di bagian belakang

berbentuk kotak yang lebih luas. Jok dengan

gabus tipis membuat si pembonceng dapat

duduk nyaman. Posisi sadel pengendara lebih

tinggi daripada tempat duduk pembonceng.

Rodanya karet mentah. Kalau lewat jalan

kampung saya yang belum beraspal (kala itu),

yang mengendarainya akan mumbul-mumbul.

Saya biasa bermain sepeda semacam ini

bersama adik dan dua orang teman di

pekarangan sebelah rumah simbah. Di tanah

berbentuk leter L seluas sekira 100 m itulah

kami aman mengayuh sepeda roda tiga. Kami

Page 85: dongeng sebelum tidur

84

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

tidak khawatir dengan sepeda besar dan

kendaraan yang lalu lalang di jalan kampung

karena terdapat pohon teh-tehan yang me-

magarinya. Debu-debu jalan tanah pun tersaring

oleh jajaran pohon itu.

Selain di pekarangan tadi, kami bisa bermain

sepeda roda tiga di lapangan badminton RT

sebelah. Saya masih ingat pada tahun 1985-

1989 di Baledono Ngentak sudah cukup susah

menemukan lahan untuk bermain anak-anak.

Saat itu ruang bermain kami hanyalah pe-

karangan tetangga, jalan setapak yang sudah

dibeton, atau berenang di kali Kedung Putri.

Kenangan tentang kali yang melintasi belakang

Pasar Baledono lalu membelah Kecamatan

Purworejo itu tidak mungkin hilang dari benak

saya. Insya Allah akan saya ceritakan di tulisan

lain.

Kembali ke topik sepeda. Menginjak usia SD,

teman-teman saya beralih ke sepeda anak

beroda dua. Mereka begitu bersemangat belajar

mengendarai sepeda jenis itu. demikian pula

adik saya. Tidak heran jika dalam waktu singkat

mereka bisa naik sepeda roda dua. Namun saya

takut ikut berlatih sepeda itu. Saya takut jatuh

lalu kaki berdarah karena terantuk batu.

Page 86: dongeng sebelum tidur

85

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Akibatnya, barangkali hanya saya yang tidak

bisa mengendarai sepeda roda dua. Sejak saat

itu mereka enggan bermain sepeda roda tiga.

Barang itupun hanya teronggok di dapur rumah

simbah saya. Suatu hari dengan alasan bersih-

bersih, dua sepeda roda tiga milik saya dan adik

saya pun dijual ke tukang loak.

Sewaktu duduk di kelas 2 SD, saya mesti

menjalani operasi amandel. Operasi dilakukan

di RSU Purworejo. Untuk menyenangkan hati

saya, bapak dan ibu membelikan sebuah sepeda

mini merk Olympic. Sepeda itu berwarna merah

dengan keranjang warna putih. Ukurannya 1,5

kali lebih besar daripada sepeda mini merk

Phoenix. Karena saya masih merasa takut

belajar sepeda, bertahun-tahun sepeda itu hanya

dipakai oleh paklik dan bulik saya.

Tahun 1988 beberapa teman saya membeli

sepeda BMX. Gagah sekali mereka di mata saya

saat mengendarai sepeda itu. Tanpa keranjang,

tanpa slebor panjang, tanpa lampu. Saya

membayangkan mereka seperti crosser dengan

motor trailnya. Sore hari mereka bersepeda

sepanjang jalan setapak kampung saya. Tidak

jarang di minggu pagi mereka bersepeda ke

utara hingga Baledono Singodranan atau ke

Page 87: dongeng sebelum tidur

86

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

timur hingga buh liwung Kali Bogowonto.

Pulangnya lewat pesarean Kuncen lalu ke barat

ke Pasar Baledono.

Saya yang tidak bisa naik sepeda dibonceng

dengan duduk di palang. Berada di depan

dengan berpegangan setang membuat saya

merasa bisa naik sepeda sendiri. Karena me-

rasakan asyiknya bersepeda, akhirnya saya pun

ingin belajar naik sepeda.

Sepeda mini yang bertahun-tahun tidak saya

sentuh, kini saya tuntun ke pekarangan tetangga.

Kaki kanan menginjak pedal sementara kaki kiri

menyentuh tanah. Begitu sepeda berjalan, kaki

kiri saya angkat. Seerdug... seerdug.... lambat

laun kaki kiri saya bisa menginjak pedal kiri.

Namun mengayuh pedal sepeda pun bukan

perkara mudah bagi orang yang sedang belajar.

Rasanya berat. Sayapun hanya berdiri di atas

kedua pedal sambil menyetanginya. Akibatnya

sepedapun melambat. Sesaat setelah sepeda

berhenti melaju, dengan sigap saya menapakkan

kaki. Biar tidak jatuh kerobohan sepeda yang

besar dan berat itu. Hehehe ....

Jatuh saat bermain sepeda ternyata tidak sesakit

yang saya takutkan. Semangat untuk segera bisa

Page 88: dongeng sebelum tidur

87

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

naik sepeda membuat saya tidak menggubris

rasa perih di lutut saya. Setelah beberapa kali

menabrak rumpun pohon pisang di pekarangn

tadi, sore harinya saya semakin lancar naik

sepeda. Rasa perih itupun tidak lagi terasa.

Sejak saat itu saya pun bisa ikut teman-teman

bersepeda keliling kampung. Cihuy....

Bersepeda ke rumah simbah teman saya di

Kutoarjo merupakan pengalaman bersepeda

paling mengesankan bagi saya. Kejadiannya

terjadi di saat liburan awal Ramadhan. Sehabis

sholat subuh di masjid, teman saya mengajak

untuk bersepeda ke rumah simbahnya. Katanya,

pohon rambutan simbahnya tengah berbuah.

Siap dipetik.

Tawaran itu menarik sekali bagi kami. Beberapa

orang teman pun mengiyakan tawaran tadi.

Kami berangkat berbonceng-boncengan. Anak-

anak yang lebih kecil seperti saya dan adik saya

diboncengkan anak yang lebih besar. Matahari

yang semakin panas membuat rasa haus cepat

datang. Namun bayangan manisnya rambutan

yang bisa dipetik untuk berbuka nanti

menumbuhkan semangat kami.

Page 89: dongeng sebelum tidur

88

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Sayangnya sesampai di Kutoarjo, rupanya ram-

butan itu belum matang. Kami pun pulang

dengan tangan hampa. Hidangan lain yang

disajikan pun tidak kami makan karena sedang

puasa. Pagi itu jarak 10 km yang harus kami

tempuh dengan sepeda menjadi terasa begitu

berat.

Kepergian saya dan adik saya tanpa pamit bapak

dan ibu. Ini sangat mencemaskan perasaan

beliau. Bapak saya berkeliling ke sejumlah tem-

pat keramaian mencari anak-anaknya. Di sekitar

Pasar Baledono dan Pasar Tanjung, kami tidak

ditemukan. Di bioskop Pusaka dan Bagelen juga

tidak ada. Di alun-alun dan lapangan garnizun

juga tidak ada. Ibu saya semakin cemas. Apalagi

saat itu tengah muncul isu penculikan anak.

Duh, pikiran bapak dan ibu saya kalut karena

sudah berjam-jam anaknya pergi keluar rumah.

Setelah beberapa kali menyisir tempat-tempat

keramaian tadi, bapak berhasil bertemu rom-

bongan sepeda saya. Wajah cemas beliau

langsung saya tangkap. Wah, pasti saya akan

disidang nanti di rumah.

Tebakan saya benar. Sesampai di rumah, saya

langsung diinterogasi. Dengan badan mandi

Page 90: dongeng sebelum tidur

89

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

keringat hasil terpanggang sinar matahari pagi,

saya harus mempertanggungjawabkan perbu-

atan saya pagi itu. Rasa haus semakin mencekat

karena saya nangis kala dimarahi bapak dan ibu.

Akan tetapi saya semakin menyadari betapa

bapak dan ibu sangat menyayangi anak-

anaknya. Beliau tidak ingin terjadi sesuatu yang

buruk pada diri kami. Selesai mandi pagi, bapak

menyuruh saya dan adik saya sarapan. Batallah

puasa di hari itu.

Page 91: dongeng sebelum tidur

90

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

PHOENIX BIRU: MASA SMP

Saya lulus dari SDN Sebomenggalan tahun

1989. Selama saya bersekolah di SD, keluarga

saya tinggal di Baledono Ngentak. Setelah itu

saya sekeluarga pindah ke Paduroso. Kelurahan

ini masih termasuk wilayah Kecamatan

Purworejo. Letaknya di sebelah barat Mranti,

berbatasan dengan Desa Lugosobo, Kecamatan

Gebang. Karena saya bersekolah di SMPN 2

Purworejo, saya menggunakan sepeda untuk

pergi dan pulang sekolah.

Sepeda menjadi pilihan utama saya karena

lebih hemat waktu dan biaya. Bayangkan saja.

Seandainya saya menggunakan angkutan

umum, saya harus dua kali berganti angkutan.

Mula-mula saya mesti naik angkudes jurusan

Gebang-Purworejo. Biasanya sampai di warung

pantes, angkudes sudah penuh penumpang.

Dalam kondisi seperti itu, sopir enggan

menghentikan kendaraannya untuk meng-

angkut penumpang yang menunggu di warung

pantes. Akibat sering mendapat perlakuan

semacam itu, saya lebih memilih naik minibus

jurusan Kebumen-Purworejo. Saya turun di

pasar pagi/terminal lama.

Page 92: dongeng sebelum tidur

91

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Dari sini perjalanan dilanjutkan dengan

menggunakan kopada jurusan Purworejo-

Kutoarjo, turun di depan sekolah. Kopada rute

ini juga menjadi pilihan seandainya saya naik

angkudes rute Gebang-Purworejo. Bedanya,

saya naik dari terminal angkudes yang

dibangun di bekas pasar Tanjung (sebelah

timur bioskop Pusaka).

Untuk berangkat ke sekolah dengan

menggunakan angkutan umum, saya me-

merlukan waktu sekitar 30 menit. Waktu itu

bisa menjadi lebih lama jika saya tidak segera

terangkut angkudes atau minibus.

Sementara jika menggunakan sepeda, waktu

yang saya perlukan sekitar 20 menit. Rute yang

biasa saya tempuh dari rumah melewati Mranti.

Setiba di tangsi tentara Tuk Songo, saya belok

kanan lewat bawah buh semurup, lalu ke timur

ke arah alun-alun besar Purworejo. SMPN 2

Purworejo hanya dibatasi kantor pos dan

kantor telkom dari alun-alun tadi.

Sepeda jengki merk phoenix warna biru

menjadi andalan saya. Dengan sepeda tersebut

saya menempuh jalanan yang menanjak setiap

pagi. Tanjakan mulai terasa saat tiba di sekitar

tangsi tentara Tuk Songo. Kita bisa melihat

jelas kondisi tersebut ketika membandingkan

posisi tangsi dengan pompa air PDAM yang ada

Page 93: dongeng sebelum tidur

92

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

di depannya. Kondisi yang sama juga dijumpai

kala kita melewati pasar Suronegaran dari arah

TK Rimbani. Dari sini saya menyimpulkan

bahwa posisi pusat kota Purworejo berada di

wilayah yang lebih tinggi daripada daerah

sekitarnya. Tidak mengherankan jika ada yang

meng-ibaratkannya dengan bathok mengkurep.

Saya bisa merasakan betapa ringannya

mengayuh sepeda ketika pulang sekolah.

Karena tidak memerlukan banyak energi,

dengan senang hati saya memboncengkan

teman-teman yang searah. Beberapa teman

yang tinggal di perumahan Mranti sering

menjadi pembonceng sepeda saya. Karena

kondisi jalannya lebih halus, saya memilih

lewat pasar Suronegaran ke barat. Selanjutnya

tinggal membelok ke kanan hingga sampai di

perempatan perumahan Mranti.

Selain rute tadi, ada rute lain yang lebih

singkat. Rute ini biasa ditempuh oleh teman-

teman yang memilih berjalan kaki menuju

sekolah. Saya menyebut rute ini dalan kebo,

karena saya harus menyusuri pematang

sepanjang saluran irigasi. Saluran itu ter-

bentang dari pojok puskesmas Purworejo II

(Mranti) hingga pojok TK Rimbani (Sindurjan).

Di sebelah kanan dan kiri saluran terdapat

petak-petak sawah warga Mranti dan

Sindurjan.

Page 94: dongeng sebelum tidur

93

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Kondisi pematang (dalan kebo) itu tidak rata.

Lebarnya sekitar 1,5 meter namun di beberapa

titik pematang menyempit. Sepatu teman-

teman yang melintasi jalan ini di pagi hari akan

basah oleh embun yang menempel di

rerumputan. Sementara jika pulang sekolah

lewat sini, kami mesti bertopi untuk me-

ngurangi sengatan sinar matahari. Maklum,

tidak ada pohon-pohon peneduh di sepanjang

pematang.

Saya punya pengalaman kecut dengan dalan

kebo ini. suatu pagi di tanggal 14 Agustus. Saya

sudah kelas II SMP. Perasaan saya tidak

nyaman ketika tiba di sekolah. Ini disebabkan

karena teman-teman saya memakai seragam

pramuka, sementara saya berseragam putih

biru.

Saya tidak ingat dengan pengumuman hari

sebelumnya tentang peringatan hari pramuka.

Pengumuman semacam itu biasanya ditulis di

buku besar dan diedarkan berkeliling kelas.

Guru yang tengah mengajar lalu membacakan

peng-umuman itu di depan kelas. Mengingat

aturan tentang kedisiplinan yang diajarkan di

sekolah, saya memutuskan untuk pulang

berganti baju walaupun jam sudah menun-

jukkan pukul 06.40 WIB. Saya akan lewat

pematang saja agar tidak terlambat tiba di

sekolah. Sepeda pun saya kayuh cepat-cepat.

Page 95: dongeng sebelum tidur

94

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Setiba di rumah, saya segera berganti seragam

pramuka. Ibu sempat berpesan agar saya

berhati-hati di jalan. “Ya, bu,” jawab saya.

Tanpa membuang waktu, saya kembali

menyusuri dalan kebo. Jalan tanah yang tidak

rata tidak membuat saya mengurangi

kecepatan. Sengaja saya tidak duduk di sadel

agar tidak mumbul-mumbul. Tiba-tiba roda

sepeda saya menabrak batu cukup besar. Batu

itu menonjol dari permukaan tanah. Saya

berusaha menjaga keseimbangan sepeda.

Sepeda pun melaju ke arah saluran air.

Pikiran saya menyuruh saya untuk membanting

kemudi ke arah kiri. Namun di sebelah kiri

terdapat sawah dengan padi yang baru tumbuh.

Seandainya saya banting kemudi ke kiri, pasti

sepeda tercebur ke sawah. Tanaman padi itu

pun rusak.

Rupanya sudah tidak ada waktu untuk berpikir.

Dalam waktu sepersekian detik, roda depan

sepeda saya sudah tidak menginjak tanah. Saya

kecebur dengan sukses di saluran irigasi itu,

bersama sepeda saya. seragam pramuka saya

basah. Sepatu dan kaos kaki hitam pun basah.

Sekitar 20 meter dari tempat saya jatuh ada

seseorang yang tengah membuang hajat.

Namun dia lebih memilih menuntaskan

Page 96: dongeng sebelum tidur

95

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

keperluannya daripada menolong saya. Saya

pun segera mengangkat jengki biru itu lalu

meneruskan perjalanan. Saya tidak sempat

memperhatikan reaksi orang tadi ketika saya

melintas di depannya. Yang terlintas di kepala

hanya satu: saya harus menambah kecepatan

agar tidak terlambat sampai di sekolah.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat

ditolak. Upacara sudah dimulai waktu saya tiba

di gerbang sekolah. Pintu besi itu digembok dan

dijaga oleh guru piket. Ternyata yang terlambat

tidak hanya saya. Ada beberapa teman yang

tertahan di luar pagar. Kondisi ini sedikit

melegakan saya. Saya tidak sendirian menemui

guru piket nanti.

Bagi murid sekolah saya, terlambat merupakan

salah satu kesalahan yang memalukan. Ya,

namanya sekolah favorit (kala itu), guru selalu

menekankan bahwa kami berbeda dengan siswa

sekolah lain.

Untuk masuk saja mesti melalui seleksi

akademis yang ketat. Pada waktu itu, kriteria

penerimaan siswa baru sebatas kemampuan

akademis saja. Faktor kemampuan orang tua

menyumbang uang ke sekolah bukan menjadi

penentu diterimanya seorang siswa. Oleh

karena itu, sekolah berusaha membangun

kesadaran diri yang baik di benak siswa.

Page 97: dongeng sebelum tidur

96

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Kesalahan dan kecurangan selama belajar

dipahamkan sebagai sesuatu aib yang harus

dihindari. Dalam sistem sosial semacam itu,

siswa yang terlambat akan menjadi objek

sindiran teman-temannya.

Seusai upacara hari pramuka, guru piket segera

mendata siswa yang terlambat. Perasaan saya

campur aduk kala itu. Ada rasa bersalah karena

telah melakukan satu tindakan yang tidak

dibenarkan oleh aturan sekolah. Ada juga rasa

malu karena akan menjadi olokan teman-

teman. Apalagi dengan kondisi badan basah

kuyup begini. Dengan terbata-bata sambil

menahan tangis saya kemukakan kronologis

kejadian yang saya alami. Akhirnya guru

menyuruh saya pulang ke rumah berganti

seragam. Saya pun merasa lega karena tidak

mendapat teguran keras tadi.

Kali ini saya mengayuh sepeda dengan santai.

Tidak perlu ngebut lagi. Pakaian putih-biru

kembali saya pakai. Bahkan perut saya sudah

terisi sepiring nasi lagi. Lumayan, dalam waktu

satu jam saya sudah sarapan dua kali.

Kejadian itu rupanya menjadi bagian dari ke-

nangan masa SMP seorang teman. Dua puluh

tahun kemudian, melalui facebook, teman SMP

saya itu mengingatkan saya tentang kejadian

tersebut.

Page 98: dongeng sebelum tidur

97

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

PHOENIX BIRU: MASA SMA

Bersepeda tetap menjadi pilihan terbaik bagi

saya saat meneruskan pendidikan di SMAN 1

Purworejo. Lagi-lagi karena alasan yang sama.

Posisi rumah saya di Paduroso membuat saya

harus dua kali naik angkot untuk tiba di

sekolah. Demikian pula saat pulang. Karena

jarak tempuh yang lebih jauh, waktu yang

diperlukan pun menjadi lebih lama. Otomatis

berjalan kaki tidak lagi merupakan alternatif

cara yang bisa dipakai.

Rute bersepeda yang paling singkat ialah

menembus kampung kalikepuh-doplang-batas

kota. Rute ini menjadi pilihan terbaik bagi

anak-anak sekitar Mranti, Lugosobo, hingga

Seren dan Mlaran. Tidak hanya pelajar SMAN 1

Purworejo yang melalui jalur ini. Banyak siswa

daerah Gebang yang belajar di beberapa

sekolah di sepanjang jalan tentara pelajar yang

memilih lewat sini. Selain dekat, jalannya relatif

aman dan sepi. kami melalui daerah

perkampungan, sehingga jarang berpapasan

dengan mobil atau kendaraan besar lain. Satu-

satunya kendaraan besar yang kadang saya

temui hanyalah loko jengki dengan satu

gerbong yang melaju antara stasiun Purworejo-

Page 99: dongeng sebelum tidur

98

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

stasiun Kutoarjo. Itupun hanya terjadi di pagi

dan sore hari saja.

Sepeda jengki biru masih setia menemani saya.

Sepeda jengki seolah menjadi sepeda favorit

bagi siswa sekolah. Beberapa teman

mengendarai sepeda onta. Ukurannya lebih

besar daripada sepeda jengki. Palang hori-

zontalnya membuat sepeda berwarna coklat

besi itu kelihatan gagah. Seingat saya, sepeda

onta yang dipakai beberapa teman saya dulu

tidak jelas warna catnya. Mungkin sudah tidak

lagi bercat mengingat wilayah edarnya dari satu

sawah ke sawah lain. Namun, ternyata sepeda

khas petani itu juga pantas dinaiki anak

berseragam putih-abu-abu. Bahkan, teman-

teman saya tampak bangga dengan

tunggangannya.

Sewaktu SMA jenis sepeda gunung (mountain

bike/mtb) tengah naik daun. Merk yang

pertama dikenal dari jenis sepeda itu federal.

Nama itu kemudian digunakan untuk menyebut

semua merk sepeda mtb. Ukuran kerangka

sepedanya lebih besar daripada sepeda jengki.

Timbul kesan gemuk ketika melihat sepeda

mtb.

Namun daya tarik utamanya di mata saya

terletak pada gigi-gigi roda yang bertumpuk di

depan dan belakang. Dengan gir model ini, si

Page 100: dongeng sebelum tidur

99

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

pengendara dapat mengatur kecepatan

sepedanya sesuai kebutuhan. Saat berangkat ke

sekolah, tanjakan paling berat dirasakan di

kampung Kalikepuh. Mereka yang mengendarai

sepeda federal bisa mengatur gir pada posisi

besar sehingga genjotan terasa ringan.

Sesampai di tempat datar, gir mereka pindah ke

posisi kecil. Laju sepeda pun bertambah

kencang. Fleksibel sekali.

Ini berbeda dengan sepeda onta dan sepeda

jengki yang saya naiki. Sayang sepeda mtb

harganya cukup mahal. Namun akhirnya saya

pun bisa merasakan sensasi sepeda federal

ketika adik saya dibelikan sepeda seperti itu.

Selain tanjakan Kalikepuh, tanjakan batas kota

juga cukup curam. Dari jarak 50 meter, kami

harus sudah mengambil ancang-ancang. Rem

depan harus dimanfaatkan agar bisa berhenti

tepat di titik tertinggi. Kami mesti berhenti

sejenak diantara sepeda-sepeda yang sudah

berjajar di situ. Setelah arus lalu lintas

Purworejo-Kutoarjo sepi, barulah sepeda kami

kayuh menyeberangi jalan.

Walaupun banyak siswa yang melintasi jalan

tersebut, tapi kami hanya bersepeda bersama

teman-teman satu sekolah saja. Muncul

pengelompokan berdasarkan sekolah. Ada

Page 101: dongeng sebelum tidur

100

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

kelompok SMAN 1, ada kelompok STMN 1, atau

kelompok STM YPP.

Setiap kelompok bisa asyik bercerita sepanjang

jalan. Akan tetapi masing-masing penyepeda

merasa enggan untuk bergabung dengan

rombongan penyepeda dari sekolah lain. Meski

saya bersepeda sendirian di belakang rom-

bongan sekolah lain yang tengah asyik

bercerita, saya tidak akan ikut bergabung. Saya

tidak tahu apakah ini ekspresi kesombongan

atau justru keminderan. Yang jelas tanpa sadar

kami telah belajar mengkotak-kotakkan diri:

siapa yang termasuk ingroup dan siapa yang

outgroup.

Setelah ujian akhir SMA, saya dan beberapa

teman A4 bersepeda santai. Tempat yang dituju

curug Sumongari. Widiharto, M. Jauhari, Bayu

Irawan, Nuri Fananto, Handi Tri Ujiono, dan

Teguh Purnomo. Itu nama anggota rombongan

kami. Petualangan bersepeda ini sangat

mengesankan bagi saya. Kami mesti menyisir

jalan di tepi sungai. Air mengalir di sela

bebatuan yang besar. Setelah melewati jalanan

terjal yang menanjak akhirnya kami sampai di

curug tadi. Puas menikmati suasana dan

berfoto-foto, kami pulang. di tengah jalan

mendung yang menggantung sejak pagi

berubah menjadi titik-titik hujan. Rasa lelah

pun berkurang.

Page 102: dongeng sebelum tidur

101

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Sebenarnya kami juga berencana bersepeda ke

pantai. Sayangnya, rencana itu gagal. Kami

keburu berkonsentrasi menghadapi UMPTN.

Walhasil, bersepeda ke curug Sumongari men-

jadi acara cycling pertama dan terakhir kami.

Page 103: dongeng sebelum tidur

102

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

FEDERAL BIRU: NYUNGSEP

Saat saya aktif di Lembaga Kegiatan Islam

FISIP UNS, diselenggarakan kajian rutin

pekanan. Kajian itu kami sebut kantin mipa.

Penyebutan itu bukan karena kajian

dilaksanakan di kantin Fakultas MIPA. Akan

tetapi kantin mipa merupakan kependekan dari

kajian rutin kamis pagi. Tempatnya di ruang

seminar FISIP. Nah, kami sengaja membuat

akronim tersebut supaya menarik minat

mahasiswa untuk datang. “Yuk, ke kantin

mipa!” Yang belum kenal pasti membayangkan

akan diajak menikmati hidangan pemuas lapar

dan dahaga. Padahal yang kami sajikan jauh

lebih nikmat daripada itu: hidangan surga.

Hehehe.

Kantin mipa dilaksanakan antara pukul 06.00

hingga 07.00. Saat sepagi itu biasanya kampus

masih sepi. Baru petugas cleaning service yang

bekerja. Pemberi materinya para ustadz sekitar

Solo. Apabila berhalangan hadir, materi

disampaikan oleh aktivis senior LDK lainnya.

Kamis pukul 05.45. Saya mesti segera sampai di

kampus. Untuk mengejar waktu, saya be-

rangkat naik sepeda. Sengaja saya memilih

lewat boulevard daripada lewat STSI. Saya

menghindari tanjakan curam di samping STSI.

Page 104: dongeng sebelum tidur

103

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Seandainya saya lewat STSI, di awal perjalanan

memang terasa ringan. Kebetulan jalan di

depan kos saya menurun tajam. Setelah jalan

mendatar sekitar 50 meter, sebuah tanjakan

terjal menyambut. Mungkin sudutnya sekitar

30 derajat.

Jika membawa sepeda, saya harus

menuntunnya. Coba bayangkan: saya me-

nuntun sepeda mendaki tanjakan bersudut 30

derajat sepanjang 20 meter dengan perut

kosong. Dijamin mengkis-mengkis, deh.

Nah, pertimbangan tersebut mendorong saya

memilih bersepeda lewat depan kampus.

Walaupun mesti lewat tanjakan kopma dan

pojok FH, tapi itu tidak seberat tanjakan STSI.

Dalam kondisi kepepet, saya memacu sepeda

sekencang mungkin. Sekarpace sampai gerbang

UNS jalanan datar. Dari sini saya bisa melihat

boulevard yang menurun dan sedikit berbelok

ke kiri di depan wisma tamu.

Jalanan masih sepi. Hanya ada beberapa

petugas kebersihan yang sedang menyapu

daun-daun rontok di pinggiran boulevard. Saya

pikir inilah kesempatan saya untuk mengejar

waktu. Tanpa mengurangi kecepatan, saya

segera melintas di situ.

Page 105: dongeng sebelum tidur

104

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Benar saja. Jalanan yang menurun menambah

laju federal biru. Saat itu muncul pikiran di

benak saya untuk rehat, mengendurkan otot

kaki yang tegang selama berpacu tadi. Yakin

sepeda tetap melaju kencang, saya pun berhenti

mengayuh. Menikmati udara di pagi hari.

Hmm, segarnya ….

Saya lalu kepikiran untuk menegakkan

punggung sejenak. Saya lepas kedua tangan

dari setang sepeda. Cuma beberapa detik. Tahu-

tahu sepeda melaju ke kiri, mengarah ke taman

di pinggir trotoar.

Dalam kondisi tersebut saya sempat berpikir.

Seandainya setang federal saya banting ke

kanan, saya pasti jatuh karena sepeda tengah

melaju kencang. Seandainya setang sepeda

tidak dibelokkan, saya pasti menabrak taman.

Tapi sakitnya tidak separah kalau jatuh di

jalanan. Makanya pilihan terakhir itu yang saya

ambil.

Dengan sepenuh hati saya pegang setang, lalu

mendarat dengan sukses di taman.

Grubyaag….!

Federal biru menabrak pohon teh-tehan. Baju

saya kotor terkena embun dan debu yang

menempel di dedaunan. Tanah basah melumuri

telapak tangan saya. Herannya kondisi saya

Page 106: dongeng sebelum tidur

105

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

tidak mengusik konsentrasi seorang petugas

yang tengah menyapu di dekat situ.

Sambil meringis, saya bangkit dari tempat

kejadian perkara. Dengan kondisi semacam itu,

saya tetap berangkat ke kantin mipa dan

membuka kajian. Beberapa teman yang melihat

kondisi compang-camping saya, hanya ter-

senyum setelah mendengar kronologis

kejadian. Menguaplah kegantengan saya hasil

mandi pagi itu.

Page 107: dongeng sebelum tidur

106

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

FEDERAL BIRU:

JALAN BUNTU

Sepeda membuat wilayah edar saya semakin

luas. Saya tertarik untuk blusukan melewati

daerah yang jarang saya lalui. Daerah Pucang

Sawit misalnya. Maka sepulang dari hunting

buku di Gladag, saya sengaja tidak melalui jalan

umum yang akan berujung di perempatan

Sekarpace. Sebuah gang sebelum perlintasan

kereta api, saya masuki. Gang itu bersebelahan

dengan rel kereta api. Dalam bayangan saya,

ujung gang ini pasti daerah sekitar halte depan

UNS. Saya tinggal menyeberang rel untuk

sampai di kawasan kos Pucang Sawit. Dari situ

jarak ke kos saya di Petir 8 sudah tidak jauh.

Gang sempit itu sejajar dengan rel kereta api.

Saya melaju ke arah timur. Di sebelah kanan

berjajar rumah-rumah sederhana. Hanya ada

jarak sekira 2 meter antara rumah dengan gang.

Beberapa orang tengah duduk-duduk di pinggir

gang. Saya melintas di depan mereka tanpa

menyapa. “Saya kan tidak kenal dengan

mereka. Lagian baru sekali saya lewat sini. Gak

papalah.” Begitu apologi yang saya ajukan.

Sebenarnya saya bukan tipe orang yang bisa

bersikap cuek seperti itu. Saya seorang yang

Page 108: dongeng sebelum tidur

107

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

ramah dan sopan. Sampai-sampai teman kos

memberi gelar MPSD bagi saya. Tahu

kepanjangan MPSD? Manusia paling sopan se-

dunia. Hehehe.

Namun entah mengapa saya merasa enggan

menyapa orang-orang yang ada di gang ter-

sebut. Mungkin karena saya pikir saya tengah

berada di salah satu kampung kumuh. Biasanya

tata kesopanan warganya berbeda dengan

aturan kampung „normal‟. Di kampung „normal‟

menyapa dan permisi menjadi bagian dari tata

kesopanan. Nah, di kampung kumuh, saya

berpikir aturan itu sangat mungkin tidak

ditegakkan. Makanya saya pun dengan santai

mengayuh federal biru di depan orang-orang

yang tengah kongkow itu.

Ada sekira 100 meter saya mengayuh sepeda

lewat gang itu. Tahu-tahu deretan rumah itu

pun habis. Tidak ada lagi rumah di sebelah

kanan saya. Lebih kaget lagi, gang itu pun juga

habis. Di depan saya hanya tanah kosong

dengan semak-semak.

Saya tengok kiri kanan. Barangkali ada jalan

lain yang bisa saya susuri. Saya tengok ke

seberang rel. Tetap tidak ada jalan. Saya

berpikir cepat. Ini gang buntu. Artinya saya

harus balik kanan 180 derajat. Kembali

menyusuri gang sempit tadi. Artinya lagi, saya

Page 109: dongeng sebelum tidur

108

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

harus kembali melintas di depan orang-orang

tadi. Padahal saya sudah bersikap abai dengan

tidak menyapa mereka. Artinya lebih jauh, saya

harus menebalkan muka untuk kembali ke jalan

yang benar. Waduh!

Karena tidak ada jalan lain untuk tiba di kos,

saya pun kembali ke ujung gang. Ambil nafas

dalam, baru balik kanan. Saya berusaha

bersikap sewajar mungkin. Orang-orang yang

tadi saya lewati masih ada. Masih kongkow di

pinggir gang. Yang berbeda justru saya. Kali ini

saya sapa mereka.

“Ndherek langkung, pak.”

“Ndherek langkung, bu.”

Saya tidak menggubris apakah mereka

menjawab sapaan saya atau tidak. Yang

terbayang di mata hanyalah segera keluar dari

gang sempit ini agar muka saya tidak lagi

memerah menahan malu.

Oalah, maksud hati anjajah desa amilang kori.

Ternyata malah keblasuk di gang buntu. Dasar

tidak peka situasi. Padahal saya sempat melihat

tatapan mata mereka melemparkan tanya.

“Sapa, sih?”

“Mbuh, ra ngerti.”

Page 110: dongeng sebelum tidur

109

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

“Arep nyang ngendi?”

“Mbuh.”

“Wis jarke wae! Mengko rak bocahe ngerti

dhewe.”

“Ssst. Lha, kae cahe balik!”

Page 111: dongeng sebelum tidur

110

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

FEDERAL BIRU:

SEKOLAH BIDADARI

Sekolah bidadari. Itulah sebutan keren yang

teman-teman saya berikan untuk SMA

Diponegoro. Kompleks sekolah itu ada di

belakang sebuah rumah sakit terkenal di Pasar

Kliwon. Satu keistimewaan sekolah tersebut:

Semua muridnya perempuan. Rupanya ini

alasan teman-teman saya menyebutnya sekolah

bidadari. Dan saya juga menangkap rasa

penasaran teman-teman saya. Saya -yang laki-

laki dan notabene masih lajang- mendapat

tugas mengajar di sana. “Wow, exciting!” begitu

jawaban saya setiap kali mereka bertanya

tentang gambaran kondisi sekolah bidadari.

Seandainya federal biru muda bisa bicara, pasti

teman-teman saya akan menyuruhnya bercerita

panjang lebar. Mengapa demikian? Karena

sepeda itu setia menemani saya di masa awal

mengajar di sana.

Tahun pertama saya diberi tugas mengajar les

sore. Mata pelajarannya sosiologi. Saya

berangkat dari Petir 8 bersama federal biru

muda. Dari Sekarpace menyusur ke selatan, lalu

belok ke barat. Di bangjo jalan Surya saya

berbelok ke kanan, tembus ke jalan di timur

Page 112: dongeng sebelum tidur

111

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Pasar Gedhe. Saya harus mlipir-mlipir setiap

kali bus jurusan Wonogiri, minibus jurusan

Sukoharjo, bus Damri A, bus Atmo, dan angkot

lewat. Belum lagi becak dan motor yang

menambah keriuhan jalan Kapten Mulyadi

yang sempit.

Begitu tiba di mulut gang sebelah kantor kas

BNI 46 Pasar Kliwon, saya bisa bernafas lega.

Tidak ada lagi angkutan umum yang

berseliwaran. Paling-paling hanya becak atau

motor yang melaju pelan. Sekira 50 meter dari

mulut gang, berdirilah SMA Islam Diponegoro

(khusus Putri).

Si biru muda saya parkir berjajar dengan

sepeda para murid. Saya pun masuk ke ruang

guru. Beberapa murid kelas XII yang akan les

sudah datang. Mereka tengah asyik mengobrol.

Tahu-tahu saya melihat kelebatan si biru muda.

Dia berkeliling lapangan basket. Rupanya ada

murid yang sengaja mengendarainya. Tentu

saja teman-temannya ramai bersorak-sorak.

Ada juga yang berteriak-teriak melaporkan

perbuatan pelaku padaku. Sementara yang

menjadi pusat perhatian prengas-prenges saja.

Uhhh, ada-ada saja.

Pukul 17.00 les selesai. Saya mengayuh sepeda

melalui rute yang sama. Inilah waktu yang

nyaman untuk menikmati suasana kota Solo.

Page 113: dongeng sebelum tidur

112

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Suasana meredup karena sinar matahari

terhalang oleh gedung-gedung tinggi. Para

pedagang di pasar mulai berkemas untuk

pulang. orang-orang pulang bekerja. Giliran

para pedagang kaki lima yang menggelar

dagangan. Sate ayam, susu segar, roti bakar,

bubur kacang hijau, nasi goreng, bisa dijumpai

di sepanjang jalan.

Yang khas dari Solo tentu saja warung hiknya.

Hampir setiap gang ada warung hik. Dulu

sebelum kerusuhan Mei 1998, hampir semua

warung hik buka semalam suntuk. Kini,

sebagian besar memilih tutup setelah lewat

tengah malam. Bersepeda di tengah suasana

sore melahirkan kesan tersendiri di hati saya.

Bersama federal biru, saya bisa menikmati

suasana kota Solo yang berbeda dengan

suasana lingkungan kampus. Terima kasih, Aris

Rendra, atas pinjaman sepedanya.

Page 114: dongeng sebelum tidur

113

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

MENGGULIRKAN BOLA

SALJU KEBAIKAN

Pada awalnya hanya berupa gumpalan kecil.

Ketika menggelinding ke bawah, gumpalan

kecil ini akan bertambah besar. Semakin

banyak yang terlibat di dalamnya. Inilah

analogi yang saya pilih untuk meng-gambarkan

kerja yang tengah dirintis di komunitas tempat

tinggal saya.

Contohnya pelaksanaan qurban 1431 H yang

baru saja berlangsung. Di pertemuan warga

awal bulan November, kami sempat ragu untuk

membentuk panitia qurban. Penyebabnya

karena kami belum mendapat kepastian adanya

warga yang akan berqurban di sini. Namun saya

pernah mendapat informasi bahwa pak Heru

akan berqurban. Informasi ini saya peroleh

langsung dari yang bersangkutan. Sayangnya

saat pembahasan dimulai, pak Heru belum

hadir. Berbekal informasi tersebut, saya

meyakinkan warga untuk menyusun panitia

qurban. Alhamdulillah, setelah mendapat

kepastian dari pak Heru, beberapa warga lain

segera menyusul. Ada bu Ira, bu Nurainun, pak

Yudo, dan pak Yitno. Terkumpullah 5 ekor

kambing pada qurban 1431 H.

Page 115: dongeng sebelum tidur

114

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Memburu ilmu qurban

Semangat panitia qurban semakin besar. Inilah

pertama kalinya diselenggarakan qurban di

Griya Taman Srago. Muncullah sejumlah

pertanyaan tentang teknis pelaksanaannya.

Kebetulan 10 orang ini selama ini belum

memegang peranan penting dalam pelaksanaan

qurban di tempat asalnya. Sekarang kami harus

menjadi pemain utamanya.

Tuntutan tersebut mendorong panitia untuk

mencari informasi yang memadai. Kami

bertanya ke sana ke mari supaya mendapatkan

gambaran jelas tentang teknis qurban. Saya

sendiri memperoleh informasi jelas dari pak

Agus yang mengunduh berkas konsultasi

qurban di internet. Banyak hal teknis qurban

yang kini saya pahami. Dari sini saya bisa

mengetahui tata cara berqurban yang benar

sesuai syariat Islam. Kriteria „sesuai syariat‟

memang menjadi prioritas kami sebab jika

qurban dilakukan tanpa ilmu yang benar, maka

kita tidak mendapat pahala qurban. Sayang,

bukan?

Segera informasi tersebut saya sampaikan pada

teman-teman. Alhamdulillah bisa diterima

sehingga panitia memiliki pemahaman yang

sama. Oya, tentang teknis pelaksanaan qurban

Page 116: dongeng sebelum tidur

115

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

akan saya sampaikan pada tulisan yang lain.

pembahasannya butuh keseriusan, sih.

Partisipasi warga

Panitia qurban terdiri atas orang-orang yang

selama ini berperan aktif dalam menghidupkan

lingkungan perumahan. Kepanitian qurban

tidak hanya diisi oleh warga muslim. Ada 2

warga nasrani yang kami libatkan. Inilah

bentuk akomodasi terhadap keragaman yang

ada di lingkungan kami. Partisipasi warga juga

digalang panitia. Sepuluh orang panitia

sebenarnya sudah mencakup 30% kepala

keluarga di perumahan kami. Sampai november

2010, penghuni yang tinggal di sini berjumlah

36 kepala keluarga. Kami berharap bisa

mengajak semua warga untuk terlibat aktif di

kegiatan ini.

Dalam pelaksanaannya, tidak semua warga bisa

hadir walaupun panitia sudah menyebar

undangan yang ditujukan pada setiap kepala

keluarga. Hal ini disebabkan karena ada

sejumlah orang yang berlebaran haji di tempat

asalnya. Ada juga warga yang harus tetap

masuk kerja. Kendati demikian, warga bisa

dibilang memberi sambutan positif pada

kegiatan ini.

Page 117: dongeng sebelum tidur

116

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Pelaksanaan qurban

Dari 5 ekor kambing qurban diperoleh daging

kualitas baik sekitar 30 kg. ini tidak termasuk

jeroan dan tulang. Jadi rata-rata satu ekor

kambing menghasilkan 6 kg daging. Daging

tersebut kami bagi menjadi 50 kantung bagi 50

orang penerima. Alhamdulillah, setiap orang

berhak mendapat 0,5 kg daging segar.

Selanjutnya kami tambahkan jeroan dan

potongan tulang. Jumlah tersebut di luar hak

shohibul qurban. Para shohibul qurban

mendapatkan hati, kepala, 1 sampil (paha kaki

belakang), dan kulit hewan qurban. Namun ada

juga shohibul qurban yang menghendaki

membagi kulit hewan qurbannya. Untuk

melaksanakan amanah tadi, panitia mengerok

bulu hewan qurban, tidak mengulitinya.

Kulit hewan qurban sering menjadi per-

masalahan yang memancing perdebatan. Di

sejumlah tempat, panitia seolah-olah memiliki

hak atas kulit tersebut. Pemikiran ini men-

dorong mereka menjual kulit tadi dan meng-

gunakan uangnya untuk biaya operasional

qurban. Menurut keterangan yang saya peroleh,

cara tersebut salah. Sebenarnya panitia tidak

berhak atas apapun bagian dari hewan qurban

karena semua bagian hewan qurban itu milik

shohibul qurban. Artinya, sesungguhnya yang

Page 118: dongeng sebelum tidur

117

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

berhak menentukan „siapa memperoleh apa‟ itu

orang yang berqurban.

Dari asumsi dasar tadi, kami memutuskan

untuk mengembalikan kulit tadi kepada

shohibul qurban. Terserah mau digunakan

untuk apa. Mereka berhak menggunakannya

sendiri atau memberikannya pada orang lain.

Termasuk memberikannya pada panitia

qurban. Akan tetapi, orang yang berqurban

tidak boleh menjualnya. Yang boleh menjual

ialah orang atau pihak yang diberi kulit hewan

qurban.

Bagaimana halnya dengan biaya penyem-

belihan? Menurut hadits nabi, biaya penyem-

belihan harus disediakan terpisah dari hewan

qurban. Upah tadi tidak boleh diganti dengan

bagian hewan qurban. Jadi upah orang yang

memotong qurban tidak boleh diganti dengan

kulit atau kepala atau daging hewan qurban.

Dari keterangan ini shohibul qurban mesti

menyediakan upahnya secara terpisah. Mereka

bersepakat membayar 150 ribu sebagai upah

menyembelih 5 ekor hewan qurban. Sementara

biaya konsumsi dan perlengkapan lain

diambilkan dari uang kas RT. Jumlahnya 100

ribu rupiah. Pada hari H, ternyata para

shohibul qurban juga berinisiatif menyumbang

makan siang secara swadaya.

Page 119: dongeng sebelum tidur

118

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Bagi panitia sendiri tidak disediakan upah

berupa daging qurban. Langkah ini diambil

mengingat tidak ada tuntunan dari Rasulullah

yang mewajibkan adanya upah tadi. Kami juga

memakai pertimbangan strategis. Sedapat

mungkin jumlah daging yang diterima setiap

orang itu dalam porsi yang wajar. Jika setiap

anggota panitia mendapat tambahan daging,

kami khawatir pertimbangan strategis itu tidak

tercapai. Mungkin jika qurban mendatang kami

berhasil mewujudkan seekor sapi, kontribusi

panitia akan bisa diperhitungkan dengan

daging qurban.

Subhanallah, sangat indah kerja sama yang

terjalin kemarin. Semoga bola salju kebaikan ini

akan terus bergulir membawa kebaikan-

kebaikan lainnya bagi warga di lingkungan

Griya Taman Srago. Amin.

Page 120: dongeng sebelum tidur

119

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

STATUS: EDITOR,

KERJA: GHOST WRITER.

Ternyata kerja editor tidak sebatas mengedit

naskah tulisan orang lain. Pada kondisi

tertentu, editor justru menjadi ghost writer.

Alih profesi ini biasa terjadi menjelang

penilaian buku oleh Badan Standardisasi

Nasional Pendidikan.

Tentu saja tidak tepat jika kita menyimpulkan

bahwa editor sama dengan ghost writer. Kedua

profesi itu berbeda. Editor digunakan untuk

menyebut orang yang bertugas menyunting

draft buku serta menata kalimat agar pembaca

lebih mudah memahami isi buku. Sementara

itu, ghost writer digunakan untuk menyebut

orang yang bekerja menyusun tulisan (buku,

artikel, naskah pidato) bagi orang lain. Ketika

tulisan itu diterbitkan ke muka publik, nama

yang tercantum ialah nama orang yang

memesan tulisan itu. Biasanya, ghost writer

bekerja berdasarkan pemikiran dan data yang

dimiliki si pemesan.

Ada juga ghost writer yang hanya „pinjam

nama‟ tokoh atau pakar. Ide, pemikiran, dan

literatur tulisan dicari sendiri oleh si penulis

bayangan. Selanjutnya, setelah naskah jadi, dia

Page 121: dongeng sebelum tidur

120

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

cantumkan nama tokoh atau pakar tersebut

sebagai penulisnya. Jadi, sesungguhnya kerja

editor itu berbeda dengan kerja ghost writer.

Editor cukup menyunting naskah karya penulis.

Dia bertanggung jawab atas keterbacaan naskah

tersebut. Maksudnya, editor harus menjamin

bahwa buku tersebut akan dapat dipahami

pembaca dengan mudah. Itu saja.

Namun, pada kenyataannya kerja editor

tidaklah mudah. Apalagi kerja menyunting

naskah buku yang ditujukan untuk dunia

pendidikan, seperti buku teks pelajaran dan

buku pengayaan. Selain harus memahami tata

bahasa Indonesia, editor juga dituntut

memahami standar isi dan standar kompetensi.

Inilah kurikulum yang sudah digariskan oleh

Departemen Pendidikan Nasional.

Nah, di sini permasalahan muncul. Sering

naskah yang dikirim oleh penulis luar belum

memenuhi tuntutan kurikulum tadi. Sementara

editor dituntut untuk merampungkan buku

tersebut dalam waktu yang singkat. Editor

cukup lega jika penulis buku itu mau dan

mampu bekerja sama untuk memperbaiki

naskahnya. Kalau menjumpai penulis yang

terlalu sibuk dengan pekerjaan pokok atau

enggan memperbaiki dengan alasan „tidak

sanggup‟, editor harus mau berjibaku mem-

perbaikinya.

Page 122: dongeng sebelum tidur

121

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Pagi sampai siang browsing materi. Selepas

makan siang, susun data hasil surfing dan

memasukkannya ke dalam naskah. Ibarat

pekerja bangunan, editor harus menyusun

ulang tatanan batu bata materi agar menjadi

bentuk bangunan buku yang diinginkan. Malam

haripun kerja tidak berhenti. Supaya mata tetap

melek, kopi dan cemilan menjadi teman

kencan. Dini hari tubuh sudah menuntut

istirahat.

Bagi yang sudah berkeluarga, mereka memilih

pulang ke rumah. Sedangkan yang masih lajang

asyik-asyik saja tidur di kantor: gelar tikar, setel

lagu lembut (kalau saya pilih alunan sax Kenny

G atau piano Richard Clayderman), dan

kerudungan sarung. Ritme kerja seperti ini

dapat berlangsung berhari-hari. Tidak heran

jika tampilan editor saat itu terlihat kuyu,

kecapekan, dan susah senyum. Pokoknya

njelehi, deh.

Kerja spartan semacam ini berakhir jika

dummy buku telah jadi. Ini prototipe buku yang

akan dinilaikan ke BSNP. Lega rasanya jika

berhasil menyelesaikan etape marathon ini.

Semua perasaan tidak nyaman langsung lenyap.

Akan tetapi, perasaan lega itu tidaklah lama.

Ketika melihat daftar susunan tim produksi,

biasanya editor merasa masygul.

Page 123: dongeng sebelum tidur

122

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Mengapa? Karena yang tertulis sebagai penulis

buku itu tetap penulis awal. Dia hanya

tercantum sebagai editor. Padahal de facto yang

bekerja menyusun ulang buku tersebut ialah

editor. Dia telah memutar otak untuk membuat

pola buku yang menarik. Dia juga yang telah

mengerahkan segala daya untuk mewujudkan

buku itu agar memenuhi segala persyaratan

BSNP. Namun, ketika buku itu dinyatakan lulus

penilaian dan dibeli pemerintah sebagai buku

sekolah elektronik (BSE), kontribusinya hanya

tercatat sebagai editor. Penulislah (notabene

tenaga pendidik di instansi pemerintah) yang

akan mendapatkan poin untuk menjangkau

jenjang kepangkatan yang lebih tinggi.

Berkali-kali saya mengalami kondisi seperti

tadi. Berkaca dari pengalaman tersebut, aku

menyimpulkan bahwa status saya memang

editor, tetapi kerja saya sebagai ghost writer.

Siapa yang mau tantangan ini?

Page 124: dongeng sebelum tidur

123

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

MERINDING KALA

MENGINGATMU

Merinding. Itu yang saya rasakan kala mencoba

memikirkan beberapa pengalaman kemarin.

Allah swt terasa begitu dekat, sehingga saya pun

sampai pada satu kesadaran baru.

Februari-Maret merupakan bulan yang

ditunggu-tunggu oleh tim produksi di tempat

kerja saya. Ini bukan karena kami akan

mendapat tambahan gaji antara 50.000-

100.000 sesuai UMK. Kerinduan itu di-

sebabkan karena bulan tersebut merupakan

saat diserahkannya perhitungan royalti pen-

jualan buku setahun terakhir. Bagi kami, inilah

saat panen.

Walaupun hanya dibayar dengan standar UMK,

namun adanya royalti buku membuat kami bisa

mendapatkan gaji ke-13 yang nilainya bisa

berlipat ganda dibandingkan upah. Bahkan

beberapa tahun lalu tim produksi buku

matematika mendapatkan royalti hingga

ratusan juta rupiah. Tidak heran jika waktu itu

sejumlah teman bisa membeli sepeda motor

baru, meng-up grade mobilnya, atau membeli

tanah dan rumah. Akhir pekan begitu ditunggu

teman-teman agar bisa hunting handphone

Page 125: dongeng sebelum tidur

124

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

atau laptop baru di Yogya. Begitulah kebiasaan

yang pernah terjadi setiap habis pembagian

royalti.

Namun kondisi sekarang berubah. Setelah

pemerintah menerapkan kebijakan buku

sekolah elektronik (BSE), buku pelajaran yang

kami susun tidak lagi memberi royalti besar.

Setiap tahun jumlah royalti terus menyusut.

Kondisinya bagai seseorang yang terjun bebas

dari lantai 30 ke dasar sumur tanpa batas.

Angka nol pun tidak lagi berjajar di belakang

angka yang tercetak di lembaran perhitungan

royalti.

Tim produksi saya pun mengalami hal tersebut.

Dua buku yang kami kerjakan hanya

menghasilkan royalti 300 ribuan. Dari jumlah

tersebut, sepertiganya harus diberikan pada tim

lain yang pernah membantu pengerjaan buku.

Sisanya baru dibagikan kepada belasan anggota

tim saya.

Sebagai product leader, semestinya saya tidak

perlu bingung membagi uang sejumlah itu. Saya

cukup berpatokan pada persentase yang pernah

kami sepakati bersama. Bukankah prosentase

itu telah dijadikan pedoman pembagian selama

ini? Ketika saya membagi berdasarkan per-

sentase tersebut, muncullah angka-angka yang

fantastik untuk disampaikan. Ada seorang lay

Page 126: dongeng sebelum tidur

125

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

outer mendapat royalti hanya Rp4.500,00. Saya

sendiri sebagai penulis buku hanya

mendapatkan Rp75.000,00.

Barangkali pembagian semacam itu pun sudah

bisa disebut adil. Namun, batin saya masih

merasa belum lega. Saya kembali teringat

nasihat seorang senior dulu. “Ketika royalti

yang akan disampaikan tidak memadai,

sebaiknya kita kurangi perolehan royalti kita

sebagai penulis, lalu tambahkan pada royalti

teman-teman lay outer dan desainer. Insya

Allah tidak rugi. Tambahan sekecil apapun

tetap lebih baik bagi kita semua.”

Dengan bulat hati, saya kurangi sepertiga

perolehan saya untuk teman-teman. Rincian

perhitungan pun saya informasikan pada semua

anggota. Alhamdulillah, mereka bisa mema-

hami kenyataan tadi.

Nah, yang membuat saya merinding justru

follow up yang Allah swt lakukan. Beberapa hari

di bulan Maret ini Allah swt memberi ganti dari

aksi kecil saya. Melalui perantaraan sejumlah

relasi, ganti yang puluhan kali nilainya saya

dapatkan. Kondisi ini juga saya alami kemarin.

Sewaktu saya berbagi rejeki dengan anak-anak

penghuni panti asuhan, beberapa hari ke-

mudian Allah swt menggantinya dengan yang

lebih banyak. Allahu Akbar. Ternyata Allah swt

Page 127: dongeng sebelum tidur

126

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

membayar lunas setiap kebaikan yang kita

lakukan. Pada waktu yang sama Allah swt

menunda pembalasan untuk setiap dosa yang

kita kerjakan. Mengapa demikian? Barangkali

Allah swt sengaja mengulur waktu agar kita

segera memohon ampunanNya. Dengan cara

ini, kita terhindar dari adzab yang berat.

Page 128: dongeng sebelum tidur

127

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

MISTERGRID

„Kita adalah apa yang selalu kita perbuat.

Andaikata sempurna, itu bukanlah sebuah

prestasi, melainkan karena kebiasaan saja.‟

(Aristoteles)

Mistergrid mengutip pemikiran itu di awal

pertemuan dalam workshop desainer grafika di

tempat kerjaku kemarin. Menurutnya, ini upaya

yang dia tempuh untuk menetralkan penilaian

orang terhadap dirinya. Ya, reputasi mistergrid

sebagai praktisi dan pemerhati desain grafika

memang tidak perlu diragukan. Karena pe-

mikiran tersebut, saya salut dengan sikap

rendah hati yang ditunjukkannya.

Alhamdulillah, saya berkesempatan mengantar

mistergrid singgah di Solo. Dia perlu men-

jenguk sang ibu yang sekarang tinggal sendiri di

sana. Dari percakapan selama perjalanan

tersebut, ada beberapa hal yang membekas di

hatiku.

Waktu milik ALLAH. Jangan main-main

dengan waktu

Ungkapan tersebut disampaikan mistergrid

ketika obrolan kami menyangkut masalah

umur. Umur beliau hampir 60 tahun sementara

umurku baru separuhnya. Namun dalam

Page 129: dongeng sebelum tidur

128

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

rentang waktu itu, mistergrid berusaha

mengisinya dengan kebajikan. Banyak karya

yang sudah diperbuat. Menurut pema-

hamannya, kita akan rugi jika tidak mengisi

waktu dengan kerja yang bermanfaat bagi diri

dan sesama.

Berbagilah ilmu karena kita akan mendapat

balasan yang luar biasa besarnya

Sebagian orang merasa rugi jika ilmu yang

dimiliki ditularkan pada orang lain. Ini

disebabkan karena dia merasa rugi seandainya

orang lain mendapatkan manfaat besar dari

ilmu tersebut. Nah, berkaca dari perjalanan

hidupnya, mistergrid mematahkan pemikiran

tadi. Menurutnya, kita justru akan men-

dapatkan keuntungan besar dari aktivitas

berbagi ilmu. Rejeki dari Allah akan datang

melalui jalan yang tidak terduga.

Cobalah mendengarkan tangisan perut

Tubuh sehat menjadi salah satu syarat supaya

bisa bekerja dengan optimal. Tanpa kesehatan

tubuh, mustahil kita bisa membuat karya yang

baik. Menurut mistergrid, jika ada orang yang

pekerjaannya tidak beres, dia perlu introspeksi

tentang kualitas makanan yang dinikmatinya.

Dari sini dia menandaskan perlunya punya

memampuan mendengarkan tangisan perut.

Page 130: dongeng sebelum tidur

129

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Bagaimana caranya? Makanlah makanan yang

bergizi dalam porsi yang seimbang. Jangan

tinggalkan sarapan pagi supaya tubuh punya

cukup energi untuk berkarya. Namun jangan

makan malam terlalu banyak supaya perut

tidak bekerja terlalu berat. Selain itu, berpuasa

sunah perlu kita lakukan.

Bekerjalah dengan hati

Suatu karya yang baik akan memancarkan aura.

Untuk membuat karya beraura baik, kita perlu

memiliki niat yang benar dalam bekerja. niat

tersebut akan menjaga keseimbangan otak

kanan dan otak kiri kita. Dari sini kita ter-

motivasi untuk tidak bekerja secara asal-asalan.

Dalam dunia kreatif, kecemerlangan pemikiran

perlu diasah. Caranya dengan rutin sholat

tahajjud bagi seorang muslim. Niscaya kita

akan mendapat bimbingan langsung dari Allah

dalam bekerja sehingga bisa tercipta karya yang

memancarkan aura positif.

Perjalanan satu jam menembus hujan lebat

bersama mistergrid memberi nuansa baru

dalam jiwa saya. Di ujung pertemuan,

mistergrid memberikan cenderamata. Sebuah

majalah „printpack Indonesia‟ dengan pesan

bertulisan tangan: Buat Mas Tammi. Hidup ini

indah. Nikmatilah.‟ –mistergrid-

Page 131: dongeng sebelum tidur

130

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

MENULISLAH, SIAPA TAHU

JADI BUKU

Kang,

Aku kok merasa rugi ikut kompasiana. Eit,

sabar. Jangan buru-buru mencerca. Aku tahu

sampeyan fans berat kompas. Mau bukti?

Headline kompas akan sampeyan bahas dalam

kesempatan pertama kita ketemu. Referensi

berita kalau enggak dari kompas akan

sampeyan kritisi betul. Sampai-sampai aku

pernah berpikir enggak perlu baca kompas lagi.

Cukup ngobrol dengan sampeyan, maka

rangkaian berita yang disiarkan di sana sudah

bisa kutahu. Tapi tolong kali ini dengar dulu

omonganku. Beri aku kesempatan untuk

memaparkan latar belakang ungkapan tadi.

oke?

Begini lho, kang.

Kalau aku ikut daftar kompasiana, alasannya

sepele. Aku cuma pengin ikut ngomentari

tulisan para kompasianer itu. Sudah tahu to

kalau para kompasianer itu berasal dari seluruh

nusantara. Bahkan banyak yang saat ini tinggal

di luar negeri. Mereka punya banyak peng-

alaman hidup, kang. Beraneka pengalaman

Page 132: dongeng sebelum tidur

131

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

hidup menjadi bahan tulisannya. Wah, asyik

sekali membaca tulisan yang mereka unggah.

Ada yang menyoroti budaya masyarakat sekitar.

Ada juga yang menulis catatan perjalanan

mendaki gunung ini atau pergi ke daerah itu.

Sementara yang di luar negeri banyak yang

menulis hal-hal unik yang dijumpai di sana.

Tentang orang-orangnya, tentang tempat-

tempat yang dikunjungi, atau tentang makanan

yang disantap. Kompasianer yang nulis tentang

isu-isu terpanas negeri kita juga banyak, kang.

Dari membaca tulisan mereka, pengetahuanku

sedikit-sedikit bertambah. Generalized atau

apalah istilahnya. Pokoknya, tahu sedikit

tentang banyak hal.

Biasanya sehabis baca tulisan yang diunggah di

kompasiana, aku pingin komentar. Ya, cuma

ngomong, “mas, artikelnya bagus,” atau “wah,

mbak, asyik ya bisa sampai sana.” Kadang kala

aku juga pingin bertanya, “maksudnya apa, to

om?” supaya bisa interaksi seperti itu, aku

harus daftar ke kompasiana, kang. Gitu

awalannya.

Terus, setelah jadi kompasianer (wuaduh, aku

jadi ge-er, hehe), keinginanku tidak lantas

mandheg. Aku terprovokasi juga untuk ketak-

ketik. Masak, sudah jadi kompasianer kok

Cuma numpang komentar. Makanya aku coba-

coba nulis. Apa saja yang menurutku penting

Page 133: dongeng sebelum tidur

132

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

tak unggahke. Ada isu remunerasi, aku

ngunggah komentar. Habis baca buku,

komentarku tak tulis. Ngobrol sama sampeyan,

tak tulis. Sampai-sampai aku mencari-cari ide

tulisan dari kejadian kecil yang pernah kualami.

Keinginan nulis itu juga ada alasannya. Mau

tahu, kang? Setelah tak pikir-pikir, ternyata

karena tulisanku dapat komentar dari

kompasianer lain. Sekedar „salam kenal‟ saja

sudah membuatku bungah, hihihi. Apalagi

kalau ada komentar yang memancing komentar

baru. Wah, tambah seru le ngeblog. Aku

sekarang jadi kecanduan virus kompasiana.

Hehehe ….

Baru sebulan ngompas (pakai -siana

maksudnya), aku melihat satu hal baru.

Ternyata tulisan yang diunggah teman-teman

itu bagus-bagus. Isinya menarik apalagi di-

tempeli foto-foto karya sendiri. Kadang

menghibur, kadang menyentak. Sayangnya,

yang baca tulisan bagus itu cuma kisaran

ratusan orang saja. Memang ada tulisan yang

dibaca sampai hampir 3000-an orang. Biasanya

isinya tentang isu terpanas saat itu atau yang

judulnya nyerempet-nyerempet (seleb, seks,

atau seleb kecanduan ngeseks, hehe).

Konsekuensinya, yang bisa memetik manfaat

tulisan tadi ya hanya sebatas angka itu. Eman-

eman, to kang? Padahal jika tulisan itu dibaca

Page 134: dongeng sebelum tidur

133

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

oleh orang-orang se-Indonesia, tentu semakin

banyak yang mendapatkan manfaat. Bagaimana

caranya?

Sederhana: buat buku. Kamu gak percaya,

kang? Coba diingat, walaupun dunia akan

segera memasuki era paperless (benar seperti

itu nulisnya, kang?), tapi potensi pangsa pasar

buku di indonesia masih terbuka lebar. Apalagi

kesadaran membaca masyarakat kita semakin

luas. Masyarakat tentu akan menghargai tinggi

buku-buku yang menyehatkan jiwa. Maksudku,

buku yang memotivasi kita untuk hidup lebih

baik, mau berempati dengan sesama, dan

mendekatkan diri kepada Allah swt.

Buku tidak selalu berisi uraian ilmiah akademis

teoritis tentang suatu hal. Buktinya, waktu aku

pergi ke toko buku, yang ditawarkan di sana

sangat beragam. Ada buku tentang aneka tip

rumah tangga, buku harian tokoh tertentu,

sampai nama-nama bagi bayi. Ada juga buku

resep masakan, buku humor, juga novel dan

cerita pendek. Bahkan aku pernah melihat buku

yang isinya postingan dari suatu blog

seseorang. Nah, dalam bayanganku, jika

pengalaman berwisata para kompasianer itu

dikompilasikan, tentu akan lahir buku panduan

berwisata seperti Lonely Planet. Cerita fiksi

yang ditulis kompasianer bisa dikompilasi

Page 135: dongeng sebelum tidur

134

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

menjadi buku kumpulan cerita pendek atau

cerita bersambung.

Tentu saja hal ini memerlukan proses, kang.

Membuat draft buku tidak semudah membalik

telapak tangan. Ujug-ujug dadi. Nggak

mungkin itu. Tapi, menurutku bisa dimulai dari

membuat tulisan-tulisan yang bernas. Ah, tentu

teman-teman kompasianer paham maksud

tulisan yang bernas itu. Selanjutnya, bila draft

buku dinilai cukup layak, kita tawarkan ke

penerbit. Bukankah sekarang banyak penerbit

baru yang muncul? Mereka tentu mem-

butuhkan naskah buku sebanyak mungkin.

Nah, bekerja sama dengan penerbit me-

mungkinkan kita menyebarluaskan ide-ide

brilian tadi ke seluruh nusantara. Semakin

banyak orang Indonesia yang tercerahkan ber-

kat buku kita, semakin besar nilai diri kita di

hadapan Allah swt. Bukankah sebaik-baik

manusia adalah yang paling besar manfaatnya

bagi sesama, kang?

Page 136: dongeng sebelum tidur

135

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

SAYA INGIN

MEWARISKAN BUKU

Gola Gong pernah menulis dalam sebuah buku.

Konon, orang Jepang gemar menulis. Topiknya

sangat beragam, dari sekedar hobi hingga suatu

kajian ilmu. Tidak heran jika jumlah buku yang

terbit di sana setiap tahun sangatlah banyak.

Hal ini juga berpengaruh terhadap per-

kembangan toko buku. Jumlah toko buku di

negeri sakura itu sekitar lima kali lipat jumlah

toko buku di Amerika Serikat.

Melihat kenyataan tersebut, saya mem-

bayangkan bahwa budaya baca masyarakat

Jepang lumayan tinggi. Saat menunggu

kedatangan kereta, banyak orang Jepang meng-

gunakan waktunya untuk membaca. Ketika

istirahat, mereka pun menggunakan sebagian

waktu istirahatnya untuk membaca. Semakin

banyak bacaan yang dilahap, tentu semakin

banyak pengetahuan yang diperoleh. Karena itu

manusia selalu melakukan dialektika pe-

mikiran, lahirlah letupan-letupan ide dari

sekumpulan informasi yang sudah diperoleh.

Mereka lalu menuliskan ide-ide tersebut di

secarik kertas, pada buku tulisnya, atau pada

komputer. Dari sini muncul bibit-bibit penulis

Page 137: dongeng sebelum tidur

136

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

buku yang sekarang mewarnai kehidupan

masyarakat Jepang.

Tiba-tiba muncul sebersit tanya: mungkinkah

kita menciptakan budaya baca-tulis seperti

Jepang? Jawaban spontan yang bisa diberikan

hanyalah satu: mungkin sekali. Lantas, bagai-

mana caranya? Inilah pertanyaan yang me-

merlukan jeda cukup panjang untuk men-

jawabnya. Karena saat ini baru sebatas ber-

mimpi, saya pun mencoba menjawabnya

berdasarkan impian saya. Kira-kira begini.

Pertama, kita dituntut rajin membaca. Sering

kali kita memaksakan diri membuat tulisan

dengan tidak disertai riset bahan. Akibatnya,

tulisan itu tidak terselesaikan. Bisa jadi karena

kekurangan bahan tulisan. Jika dianggap

selesai pun terasa tidak mantap pem-

bahasannya. Kita tidak tahu lagi harus me-

nambahkan apa ke dalam tulisan. Nah, dengan

membaca, kita akan mendapatkan banyak

bahan untuk merampungkan tulisan. Bahkan,

kita juga bisa mendapatkan topik tulisan

lainnya. Adanya keuntungan tersebut men-

dorong seorang bijak berkata, “Buku itu gudang

ilmu. Membaca merupakan kuncinya.”

Kedua, kita dituntut rajin menulis. Kata

Hernowo, “Menulis itu mengikat makna.” Topik

yang kita tulis akan selalu kita kenang. Kita

Page 138: dongeng sebelum tidur

137

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

menjadi tidak mudah melupakannya. Bahkan

ketika muncul dialog tentang tulisan kita,

perspektif kita akan semakin luas. Sangat

mungkin muncul ide baru yang ingin kita

tuliskan. Untuk melatih kemampuan menulis

kita, kita perlu mencatat setiap kilatan ide yang

terlintas. Walau hanya sebaris kalimat, itu me-

rupakan latihan menuangkan ide yang efektif.

Yakinlah, bahwa dari satu kalimat ke kalimat

lain akan melahirkan satu paragraf.

Ketiga, kita dituntut untuk bertanggung jawab

atas tulisan tersebut. Kata cechgentong,

“Menulis itu cerminan keimanan.” Apa yang

kita tulis sangat mungkin memancing komentar

dari orang lain. Kadang berupa pujian, tidak

jarang berupa makian.

Saya ingin meneladani semangat orang jepang

dalam membaca dan menulis. Alasannya

sederhana saja. Karena saya ingin mewariskan

buku-buku buat anak saya. Buku itu tulisan

saya sendiri. Isinya bisa pendapat dan ko-

mentar tentang suatu kenyataan. Atau hikmah

dari pengalaman hidup yang pernah saya alami.

Inilah perubahan obsesi saya.

Semula saya ingin membangun perpustakaan

pribadi yang berisi koleksi buku-buku bergizi

karya orang lain bagi anak saya. Akan tetapi,

sekarang saya ingin mewariskan tulisan-tulisan

Page 139: dongeng sebelum tidur

138

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

karya saya sendiri. Tulisan yang dicoretkan oleh

pena dengan bimbingan hati yang tulus guna

menjadi bekal bagi anak saya. Inilah warisan

yang ingin saya berikan padanya. Kalau Anda?

Page 140: dongeng sebelum tidur

139

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

TAMMI ITU...

Gambaran tentang diri Tammi Prastowo semestinya

lebih objektif diperoleh dari orang-orang yang ada di

sekitarnya. Namun, dengan merunut peran yang

pernah dimainkan, mungkin dapat memberi sedikit

gambaran tentang dirinya.

Tammi Prastowo terlahir di Purworejo, 1 Maret 1977.

Darah pendidik yang menitis dari Sang Bapak

mendorongnya menggeluti dunia pendidikan.

Berawal dari trainer di Pelajar Islam Indonesia (PII)

Surakarta, lalu sebagai guru di SMA Diponegoro

Surakarta, hingga menjadi editor dan penulis buku

ajar di PT Intan Pariwara Klaten. Kini Tammi

tergabung dalam tim Research and Development

pada penerbit tersebut.

Ayah dari Akmal Dzaky Mubarok ini tinggal di Griya

Taman Srago A13/26, Gumulan, Klaten. Anda bisa

menghubunginya melalui email

[email protected] atau di nomor

081 392 017 037.

Tulisan lain dapat Anda baca pada

www.kompasiana.com/tammiprastowo dan

www.rumahdzaky.wordpress.com.

Page 141: dongeng sebelum tidur

140

Don

geng

Seb

elum

Tid

ur

Stop Merokok

Tahukah Anda zat berbahaya yang

terkandung dalam sebatang rokok?