58
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan
BlackBerry Ltd. adalah perusahaan alat komunikasi terkemuka di dunia.
BlackBerry Ltd. atau dahulu bernama Reasearch In Motion Ltd. adalah perusahaan
asal Kanada, yang berdiri sejak 1984. Nama „BlackBerry‟ adalah nama merek salah
satu produk alat komunikasi yang terkemuka pada sekitar tahun 1999. Dan nama
„BlackBerry‟ banyak disinonimkan sebagai pioner ponsel pintar canggih di dunia.
BlackBerry Ltd. mempunyai kantor di berbagai bagian belahan dunia, mulai
dari Amerika Utara, Eropa, Asia Pasifik dan Amerika Latin. BlackBerry Ltd.
menjadi perusahaan terbuka (perusahaan publik) sejak tahun 1999, dan terdaftar di
dua bursa saham, yaitu Toronto Stock Exchange (TSX) dengan ticker symbol „BB‟,
dan di NASDAQ Stock Market dengan ticker symbol „BBRY‟.
Produk terkenal BlackBerry Ltd. antara lain, untuk pasar konsumen, seperti
BlackBerry Bold, BlackBerry Torch, dan yang terbaru BlackBerry Z3 (dirilis
pertama kali di Jakarta bulan Mei 2014). Untuk pasar enterprise, yaitu piranti mobile
device management yang dikenal dengan nama BlackBerry Enterprise Server (BES)
versi 5 dan versi 10.
BlackBerry Ltd. mencapai puncak kejayaannya di sekitar tahun 2008,
dimana market share mencapai 20% lebih secara global, dan harga saham mencapai
level diatas 120 dolar AS per lembar saham. Setelah itu BlackBerry mulai
mengalami penurunan penjualan, seiring semakin ketatnya persaingan dengan iPhone
buatan Apple, serta Galaxy buatan Samsung. Penjualan yang semakin rendah dan
kepopuleran yang menurun, akhirnya memaksa BlackBerry Ltd. melakukan
59
inventory write-down sebanyak dua kali di tahun 2013. Inventory write-down
tersebut kedua-duanya berkaitan dengan produk model terbaru perusahaan yaitu
BlackBerry Z10 serta model lainnya yang menggunakan BlackBerry OS versi 10.
Akibatnya, keuangan perusahaan mulai terancam dengan pendapatan bersih diakhir
tahun fiskal 2014 tercatat rugi lebih dari 5 miliar dolar AS.
BlackBerry Ltd. dengan kondisi keuangan yang memburuk, mendapat
suntikan dana dari pemegang saham terbesarnya, Fairfax Financial Holding.
BlackBerry pada akhir tahun 2013 mendapat dana segar sebanyak 1.25 miliar dolar
AS dalam bentuk convertible bond. Efek samping dari penyelamatan ini juga
berdampak pada perubahan pemain di top management, CEO terdahulu Throsten
Heins mundur dan mantan CEO Sybase, John Chen mengantinya. Dengan pergantian
CEO dan beberapa staf manajemen atas lainnya, BlackBerry Ltd. diharapkan berhasil
mengubah haluan dan membawa BlackBerry Ltd. menjadi Sybase kedua.
4.2 Hasil Analisis Data Penelitian
Beberapa istilah dan pengacuan yang digunakan dalam bab ini adalah sebagai
berikut:
1. kata “Perusahaan” digunakan untuk mengacu kepada BlackBerry Ltd. Ini untuk
menghindari ambiguasi terhadap merk dagang „BlackBerry‟ maupun nama
ponsel pintar „BlackBerry‟.
2. Kata „Platform‟, „Operating System‟, „OS‟ ataupun „Sistem Operasi‟ mengacu
pada maksud yang sama yaitu sistem operasi pada ponsel pintar.
3. Pembagian pasar ponsel pintar pada penelitian ini dibagi berdasarkan jenis
sistem operasi, diantaranya adalah Android, iOS, Windows Phone, BlackBerry
OS, dan Symbian.
60
4. Kata „sell-to-channel‟ atau „sold-to-channel‟, dan „sell-in‟ mempunyai arti
bahwa sebuah unit barang telah dijual sampai ke tangan channel/distributor,
namun belum pasti terjual sampai ke tangan konsumen.
5. Kata „shipment‟ atau „shipment volume‟ mempunyai arti yang sama dengan kata
„sold-to-channel‟
6. Kata „sell-through‟ atau „sold-through‟ mempunyai arti bahwa sebuah unit
barang telah benar-beanr terjual sampai ke tangan konsumen.
7. Kata „Revenue‟ pada laporan keuangan BlackBerry Ltd. mengacu pada
pendapatan atas penjualan „sold-to-channel‟. Kecuali bila dijelaskan secara
berbeda. Contoh, laporan kuartal Q2FY2014 sampai Q4FY2014, „revenue‟ yang
diakui adalah pendapatan atas penjualan „sell-through‟ bukan „sell-to-channel‟
8. Kata „smartphone‟ tidak diterjemahkan bahasa Indonesia, karena pertama
kemudahan penulisan, kedua terdapat beberapa hasil terjemahan bahasa
Indonesia. Sehingga agar menghindari ambiguasi, maka peneliti menggunakan
bahasa asal kata tersebut, yaitu bahasa Inggris.
9. Selain istilah diatas, terdapat istilah-istilah lain yang tidak akan diterjemahkan ke
bahasa Indonesia, misalnya istilah-istilah akuntansi.
10. Model „pertumbuhan‟, „eksponensial‟, dan „loglinear‟ dalam regresi, ketiga-
tiganya mempunyai maksud yang sama, yaitu dengan persamaan ln(y) = ln(a) +
b.t atau ln(y) = constant + b.t.
Sumber pendapatan Perusahaan terdiri dari 3 kategori yaitu dari,
1. Pendapatan dari perangkat keras (Hardware revenue), Pendapatan dari
perangkat keras saat ini (setidaknya sampai penulisan penelitian ini) utamanya
berasal dari penjualan smartphone BlackBerry.
61
2. Pendapatan dari piranti lunak (Software revenue), untuk saat ini utamanya dari
biaya pemberian lisensi atas software manajemen seperti BES5 dan BES10,
pemberian lisensi bagi client pengguna jasa layanan (CAL, Client Access
License) via BES, segala jasa perawatan dan pembaharuan atas piranti lunak,
dan jasa dukungan teknis (technical support).
3. Pendapatan dari jasa layanan (Service revenue), saat ini utamanya berasal dari
penagihan biaya jasa akses infrastruktur (Service Access Fee) bulanan kepada
pelanggan (subscriber) BlackBerry yang menggunakan BlackBerry OS 7 dan
BlackBerry OS sebelumnya.
4.2.1 Hardware Revenue
Kategori hardware revenue utamanya dari penjualan smartphone
BlackBerry, oleh karena itu besar pendapatan sangat bergantung pada volum pasar
smartphone, besar market share BlackBerry dan harga jual per unit. Jadi untuk
memprediksi hardware revenue diperlukan prediksi pada volum pasar, market share
dan harga jual per unit.
Berdasarkan informasi yang diumumkan oleh Perusahaan di Mobile World
Congress pada Februari 2014, bahwa Perusahaan akan meluncurkan Z3 dan Q20
yang dilengkapi dengan BlackBerry OS 10. Kedua model ini oleh Perusahaan,
menjadi harapan Perusahaan untuk tetap eksis di bisnis smartphone dan tetap
menjadi sumber pendapatan perusahaan. Selain itu juga disisi lain, kedua model ini
diharapkan mampu menjadi basis mendorong jumlah pengguna BlackBerry.
Z3, pada kongres tersebut, dikabarkan akan diluncurkan di pasar Indonesia
pertama kali dengan harga dibawah 200 dolar AS. Z3, atau dengan codename
„Jakarta‟ phone, memang dirancang untuk pasar Indonesia, dan jika berhasil akan
dipasarkan ke berbagai negara berkembang seperti Thailand dan India. Berbeda
62
dengan Z3, Q20 dengan codename „Classic‟ lebih dirancang untuk pada pengguna
loyalis BlackBerry di seluruh dunia. Hanya saja harga Q20 „Classic‟ belum dirilis,
dan akan dirilis pada saat peluncuran. Namun jika dibanding dengan pendahulunya,
kecil kemungkinan bahwa Q20 akan dirilis dengan harga semurah Z3.
Berhubung dengan perbedaan periode pencatatan data oleh IDC dan
Perusahaan, maka agar data dari kedua semuber dapat digunakan, maka peneliti
menggunakan persentase perubahan, alih-alih langsung menggunakan angka absolut.
Misalkan, prediksi dengan data IDC meningkat 10% sebesar 100 unit, maka hasil
prediksi untuk Perusahaan menggunakan peningkatan 10% dari data historis terakhir
dari Perusahaan, alih-alih langsung menggunakan angka 100 unit tadi.
Berikut tabel berisi ringkasan hasil prediksi hardware revenue untuk tahun
fiskal 2015. Perincian perhitungan untuk mendapatkan hasil estimasi market share,
market volume dan average selling price, dapat dilihat pada subbab berikutnya.
Tabel 4.1. Hasil Prediksi Hardware Revenue untuk FY2015.
Hasil Prediksi
Expected Global Smartphone Market Volume
tahun 2014
1204.5 juta unit
Expected Total Unit Shipped FY2015 16.1 juta unit
Expected BlackBerry Global Market Share
tahun 2014
1.87%
Expected Average Selling Price 264.48 dolar AS/ unit
Expected Hardware Revenue FY2015 4,258.13 juta dolar AS
Sumber : data diolah, 2014
4.2.1.1 Prediksi Market Volume and Penjualan
Berdasarkan data International Data Corporation (IDC). Sekitar 90% pasar
smartphone dikuasai oleh dua platform yaitu Android dan iOS. Pangsa pasar dihitung
berdasarkan jumlah unit yang dijual ke channel (unit shipped). Berikut tabel datanya.
63
Tabel 4.2. Worldwide Shipment Volume and Market Share, 2013
OS
2012
Volume
2012
Share
2013
Volume
2013
Share
YoY
Change
Android 500.1 69.0% 793.6 78.6% 58.7%
iOS 135.9 18.7% 153.4 15.2% 12.9%
Windows Phone 17.5 2.4% 33.4 3.3% 90.9%
BlackBerry 32.5 4.5% 19.2 1.9% -40.9%
Other 39.3 5.4% 10 1.0% -74.6%
Total 725.3 100% 1009.6 100% 39.2%
Sumber : IDC Worldwide Mobile Phone Tracker, Feb, 12, 2014
Catatan : Volum dalam satuan jutaan unit
Tabel 4.3. Worldwide Shipment Volume and Market Share, 2012 (in million)
OS
2011
Volume
2011
Share
2012
Volume
2012
Share
YoY
Change
Android 243.5 49.2% 497.1 68.8% 104.1%
iOS 93.1 18.8% 135.9 18.8% 46.0%
Windows Phone 9 1.8% 17.9 2.5% 98.9%
BlackBerry 51.1 10.3% 32.5 4.5% -36.4%
Symbian 81.5 16.5% 23.9 3.3% -70.7%
Other 16.3 3.3% 15.1 2.1% -7.4%
Total 494.5 100% 722.4 100% 46.1%
Sumber : IDC Wolrdwide Mobile Phone Tracker, Feb, 14, 2013
Catatan : Volum dalam satuan jutaan unit
Berdasarkan prediksi pertumbuhan pasar oleh International Data
Corporation (IDC) pada tahun berikutnya, IDC memprediksi pertumbuhan sebesar
19.3% pada tahun 2014 dan akan melambat sampai 8.3% dan 6.2% pada tahun 2017
dan 2018. Untuk tahun 2014 dengan pertumbuhan sebesar 19.3%, maka market
volume 2014 sebesar 1204.5 juta unit.
Berdasarkan informasi peluncuran Z3 dan Q20 yang direncanakan oleh
Perusahaan, jika berhasil akan menahan laju penurunan pangsa pasar BlackBerry dan
jika berhasil melebihi ekspektasi maka akan meningkatkan besar pangsa pasar
BlackBerry. Estimasi dilakukan dengan cara yang agak berbeda karena keterbatasan
data. Estimasi dimulai dari pasar Indonesia tempat Z3 diluncurkan.
Dalam laporan IDC yang dikutip oleh JakartaGlobe
(http://www.thejakartaglobe.com/business/blackberry-losing-the-smartphone-war/),
64
menyatakan bahwa diantara 11 juta smartphone yang dikirim (shipped/sold-to-
channel) ke Indonesia pada tahun 2013, BlackBerry hanya mencakup 14%. Dengan
semakin maraknya smartphone murah masuk ke Indonesia, diperkirakan
pertumbuhan penjualan smartphone di Indonesia akan terus meningkat. Jika untuk
tahun 2014 diperkirakan akan terdapat 15 juta smartphone yang dikirim
(shipped/sold-to-channel) ke Indonesia, dengan pangsa pasar BlackBerry sebesar
15%, maka berarti akan terdapat penjualan BlackBerry sebanyak 2.25 juta unit.
Untuk mendapatkan estimasi penjualan smartphone BlackBerry seluruh
dunia, diperlukan besar persentase kontribusi penjualan di Indonesia terhadap
penjualan seluruh dunia. Dari data 2013, diperoleh hasil penjualan smartphone
BlackBerry di Indonesia sebesar 1.54 juta unit (14% dari 11 juta unit). Berarti
Indonesia berkontribusi 8.02% terhadap total penjualan smartphone BlackBerry
seluruh dunia (1.54 juta unit dibagi dengan 19.2 unit terjual pada 2013).
Karena untuk waktu dekat pangsa pasar BlackBerry sedikit demi sedikit
bergeser ke negara berkembang seperti Indonesia, China, India, Thailand, Brazil, dan
sebagainya. Maka diekspektasi bahwa kontribusi penjualan negara berkembang
khususnya Indonesia terhadap penjualan seluruh dunia meningkat. Peneliti
menggunakan angka 10% untuk tahun 2014. Jadi total penjualan BlackBerry seluruh
dunia diestimasi sebesar 22.5 juta unit (2.25 juta unit dibagi dengan angka 10%).
Berikut tabel berisi rangkuman keseluruhan informasi/hasil perhitungan
yang telah dijelaskan diatas.
65
Tabel 4.4. Hasil Prediksi Jumlah Penjualan
Komponen Prediksi Nilai
Total Smartphone Shipment to Indonesia in 2013 11 juta unit
BlackBerry Market Share in Indonesia in 2013 14%
Total Shipment of BlackBerry to Indonesia 2013 1.54 juta unit
Total Shipment of BlackBerry Worldwide in 2013 19.2 juta unit
Ratio of Indonesia to Worldwide Shipment of BlackBerry in
2013
8.02%
Total Smartphone Shipment to Indonesia in 2014 15 juta unit
BlackBerry market Share in Indonesia in 2014 15%
Total BlackBerry Shipment to Indonesia 2014 2.25 juta unit
Ratio of Indonesia to Worldwide Shipment of BlackBerry in
2014
10%
Total Shipment of BlackBerry Worldwide in 2014 22.5 juta unit
Sumber : data sekunder diolah, 2014
Market share BlackBerry adalah 1.87% (22.5 juta unit / 1204.5 juta unit).
Jadi jumlah smartphone terjual adalah 22.5 juta unit. Jika dibanding dengan
smartphone terjual pada periode sebelumnya, maka terjadi peningkatan sebesar
17.2% (22.5 juta unit / 19.2 juta unit). Bila menggunakan persentase kenaikan
tersebut, maka peneliti mengestimasi jumlah smartphone terjual untuk tahun fiskal
2015 sebesar 16.1 juta unit (naik sebesar 17.2% dari 13.7 juta unit pada akhir tahun
fiskal 2014).
4.2.1.2 Prediksi Average Selling Price
Karena kurangnya informasi harga pasti untuk BlackBerry Z3 dan Q20 maka rata-
rata harga jual per unit untuk tahun fiskal 2015 menggunakan rata-rata ASP tahun
2013. ASP untuk tahun fiskal 2014 adalah 264.48 dolar AS per unit.
Tabel 4.6. Average Selling Price selama FY2014
Periode Ponsel yang
diakui terjual
Pendapatan dari ponsel
terjual
Average Selling
Price
Q1FY2014 6.8 juta unit 2180 juta dolar AS 320.65 dolar AS/Unit
Q2FY2014 3.7 juta unit 771 juta dolar AS 208.32 dolar AS/Unit
Q3FY2014 1.9 juta unit 477 juta dolar AS 251.16 dolar AS/Unit
Q4FY2014 1.3 juta unit 361 juta dolar AS 277.78 dolar AS/Unit
Sumber : Laporan Keuangan Kuartal FY2014
66
Dengan pertimbangan bahwa BlackBerry Z3 akan seharga dibawah US$200
serta BlackBerry Classic dengan perkiraan harga diatas Z3. Juga penluncuran Classic
yang lebih lambat yaitu diakhir tahun 2014 tahun kalender, maka penjualan Z3 akan
lebih banyak dibanding Classic selama tahun fiskal 2015. Maka average selling price
diperkirakan secara kasar akan sedikit diatas US$200. Jadi, average selling price
sebesar 264.48 dolar AS per unit dapat diterima.
Average selling price dihitung dengan membagi total pendapatan dari
ponsel yang terjual dengan total unit ponsel yang terjual.
4.2.2 Software Revenue
Pendapatan Perusahaan dari piranti lunak, utamanya berasal dari biaya
lisensi piranti lunak seperti software BlackBerry Enterprise Server (BES), BES
Client Access License, dan software QNX, serta biaya dari dukungan teknikal, jasa
perawatan dan pembaharuan software.
Berdasarkan hasil laporan tahunan, Perusahaan menyatakan bahwa
penurunan pendapatan dari segi piranti lunak, sebagian besar disebabkan oleh
menurunnya pendapatan dari dukungan teknikal dan pendapatan dari lisensi akses
pengguna (CAL). Namun sebagian dari penurunan tersebut diimbangi dengan
kenaikan pendapatan dari QNX.
Pangsa pasar BlackBerry untuk enterprise sebagian besar didorong oleh
BES. Namun karena terdapat perbedaan antara BlackBerry OS10 dan pendahulunya,
BES pun terbagi menjadi dua yaitu BES5 untuk BlackBerry OS 7 dan sebelumnya,
dan BES10 untuk BlackBerry OS 10. Hal ini membuat banyak perusahaan berencana
berhenti menggunakan BES dan perusahaan yang baru enggan untuk menggunakan
BES karena karyawan perusahaan sebagian menggunakan BlackBerry OS 7 dan
terdahulu dan sebagian lagi menggunakan BlackBerry 10.
67
Untuk mencegah hilangnya pangsa pasar enterprise, Perusahaan
mengumumkan akan diluncurnya BES12 yang akan menyatukan BES10 dan BES5
serta juga mendukung pengguna platform Android dan iOS. BES12 diprediksi akan
diluncurkan sekitar akhir tahun 2014 (dengan kata lain pada kuarter ketiga tahun
fiskal 2015). CEO Perusahaan, John Chen di Mobile World Congress, menyatakan
bahwa dia telah berbincang dengan beberapa enterprise dan enterprise tersebut mau
menunggu sampai BES12 diluncurkan. Dan John Chen, juga yakin bahwa enterprise
lainnya juga mau melakukan hal yang sama, yaitu menunggu BES12. Berikut
kutipannya:
“…Only a few enterprise that I have met, when we talk about the
BES 12 they said yes, we’re holding off and waiting for BES 12 and
Classic… I’m hoping that the BES 12 strategy as we laid out right
now will help enterprise to reconsider and start slowing it down…
Yes I believed most customer will wait for the BES 12, because
that’s the most sensible; go to one infrastructure kind of a play…”
Selain dari pada itu, Perusahaan juga meluncurkan EZ Pass, satu produk
lisensi yang mengizinkan para pengguna BES5 yang telah membeli CAL untuk
berpindah ke CAL untuk BES10 dan BES12 setelah BES12 diluncurkan.
(http://blogs.blackberry.com/2014/03/ez-pass/)
Jadi jika apa yang diyakini CEO Perusahaan, John Chen, benar-benar terjadi,
dan EZ Pass berhasil menahan laju penurunan jumlah pengguna BES, maka
pendapatan dari segi piranti lunak tidak akan turun secara tajam (atau bahkan
melambat dan lebih lambat dibanding penurunan tahun fiskal sebelumnya), dan akan
rebounce beberapa saat kemudian setelah BES12 diluncurkan. Namun jika tidak
berhasil maka penurunan akan terus berlanjut dengan kecepatan yang sama atau lebih
cepat dibanding tahun sebelumnya.
68
Dengan asumsi positif berhasil, maka prediksi software revenue untuk tahun
fiskal 2015 adalah sebesar 235 juta dolar AS.
4.2.2.1 Prediksi Software Revenue
Pendapatan dari piranti lunak utamanya didorong oleh jumlah perusahaan
yang memasang BES, dan jumlah pembeli CAL. Namun karena kurangnya data
pendukung seperti jumlah CAL yang diisukan per kuarter, jumlah BES yang
dipasang per kuarter (perusahaan hanya sesekali menginformasikan perkiraan jumlah
BES yang dipasang namun tidak dirincikan lebih lanjut data-data yang berkaitan
dengan BES seperti jumlah rata-rata CAL yang diterbitkankan. Berikut tabel
pendapatan dari software per kuarter.
Tabel 4.6. Software Revenue per Kuarter dari FY2013 sampai FY2014
Periode Software Revenue
Q1FY2013 69 juta dolar AS
Q2FY2013 65 juta dolar AS
Q3FY2013 64 juta dolar AS
Q4FY2013 63 juta dolar AS
Q1FY2014 60 juta dolar AS
Q2FY2014 63 juta dolar AS
Q3FY2014 56 juta dolar AS
Q4FY2014 56 juta dolar AS
Sumber : Laporan Kuartal Perusahaan tahun fiskal 2014 dan 2013.
Catatan : semua nilai dalam satuan jutaan dolar AS
Jika terjadi seperti yang dikatakan oleh CEO Perusahaan, John Chen, maka
diharapkan pendapatan selama tahun fiskal 2015 tidak jauh berbeda dengan tahun
fiskal 2014. Oleh karena itu, peneliti mengambil asumsi bahwa jika skenario kedua
benar terjadi maka pendapatan tahun fiskal 2015 sebesar 235 juta dolar AS.
Asumsi tersebut dengan pemahaman bahwa, enterprise yang telah
menggunakan BES5 dan BES10 tidak berpaling ke kompetitor dan akan menunggu
BES12 diluncurkan pada November tahun 2014. Sampai disini, enterprise-enterprise
tersebut dianggap tetap menghasilkan pendapatan bagi Perusahaan seperti yang
69
selama ini dilakukan. Kemudian, setelah peluncuran, enterprise-enterprise lainnya
yang berminat menggunakan BES12 akan masuk ke masa percobaan untuk beberapa
bulan, sehingga Perusahaan masih belum mendapat banyak pemasukan dari BES12
pada masa pencatatan keuangan tahun fiskal 2015. Selain itu, EZ Pass mengizinkan
pelanggan berimigrasi ke BES dari kompetitor tanpa biaya alias gratis dengan jumlah
lisensi sebanyak lisensi yang dibeli dari kompetitor, ini tidak akan menambah
pemasukan Perusahaan. Jadi, hanya pelanggan baru yang akan menyumbang
tambahan pemasukan.
Software revenue tahun fiskal 2015 diprediksi sebesar 235 juta dolar AS.
4.2.3 Service Revenue
Untuk saat ini Perusahaan masih mendapatkan pendapatan dari jasa layanan
yang utamanya berasal dari penagihan biaya jasa akses infrastruktur (Service Access
Fee/SAF) bulanan kepada pelanggan (subscriber) BlackBerry yang menggunakan
BlackBerry OS 7 dan BlackBerry sebelumnya. Dengan begitu maka yang
menentukan besar service revenue adalah banyaknya pelanggan BlackBerry dan
banyaknya revenue per user yang dihasilkan.
Berdasarkan informasi, bahwa BlackBerry OS 10 tidak lagi mengenakan
biaya jasa akses infrastruktur (Service Access Fee/SAF) bulanan kepada pengguna
BlackBerry. Bagi pengguna BlackBerry OS 7 dan sebelumnya tetap masih dikenakan
biaya SAF. Biaya SAF selama ini dikenal dengan BlackBerry Internet Service (BIS),
dimana pengguna BlackBerry wajib berlangganan paket data plan BIS agar mampu
menggunakan BlackBerry Messenger (BBM) serta aplikasi lain yang membutuhkan
akses ke server BlackBerry seperti jasa Push Email Service.
Dalam rencana Perusahaan, bagi pengguna BlackBerry OS 10 tetap akan
dikenakan biaya semacam SAF hanya jika pengguna mengutilisasi jasa tertentu
70
seperti jasa keamanan data yang canggih, jasa mobile device management, jasa
security enterprise instant messaging dan jasa lainnya. Pengguna yang tidak
mengutilisasi jasa seperti itu tidak akan dikenakan biaya.
Dengan keluarnya BlackBerry OS 10 yang tidak mewajibkan pengenaan
biaya SAF seperti yang dijelaskan diatas, dan seiring beralihnya pengguna
BlackBerry OS 7 dan sebelumnya ke Blakcberry 10, maka service revenue
perusahaan diekspektasi terus menurun.
Namun CEO Perusahaan, John Chen, menyatakan bahwa walaupun
Perusahaan tidak lagi mendapat pemasukan dari biaya SAF, dirinya tengah
mempersiapkan berbagai cara untuk mendapatkan pemasukan dengan „monetizied‟
basis pengguna BBM. Walaupun dirinya tidak bermaksud memberikan gambaran
secara jelas bagaimana Perusahaan akan monetizied basis pengguna BBM, pada saat
conference call untuk lpaoran keuangan Q4FY2014, dirinya memberi tanda-tanda
dari mana sumber monetization. Dalam konferensi itu John Chen, menyatakan bahwa
BBM Channel telah tumbuh mencapai 1 juta channel dalam kurun waktu 4 bulan,
dan BBM Channel menarik banyak minat dari kalangan pebisnis. Selain itu juga,
John Chen secara langsung menyatakan dalam jangka pendek, sumber monetization
basis pengguna BBM adalah sticker (gambar-gambar unik seperti emoicon) dan
BBM Shop.
Service revenue diekspektasi tidak menurun banyak atau bahkan mampu
lebih baik dari tahun fiskal 2014 (pertama disebabkan oleh jumlah subscriber tidak
menurun dengan cepat karena BES12 dan EZ Pass dan BBM Shop dan sponsorship
BBM Channel bisa meng-offset revenue yang hilang diakibatkan turunnya biaya
SAF).
71
Estimasi service revenue tahun fiskal 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
Perincian untuk mendapatkan hasil estimasi jumlah subscriber dan ARPU, dapat
dilihat pada subbab berikutnya.
Tabel 4.7. Hasil Prediksi Service Revenue dari Subscriber per Kuarter FY2015
Periode Monthly ARPU Subscriber Service Revenue
Q1FY2015 3.26 dolar AS/User 53.25 juta 520.79 juta dolar AS
Q2FY2015 3.26 dolar AS/User 50.5 juta 493.89 juta dolar AS
Q3FY2015 3.26 dolar AS/User 47.75 juta 467 juta dolar AS
Q4FY2015 3.26 dolar AS/User 45 juta 440.1 juta dolar AS
Total for FY2015 1921.78 juta dolar
AS
Sumber : data sekunder diolah, 2014
Catatan :
1. Dianggap bahwa selama satu kuarter, jumlah langganan (subscriber) setiap
bulannya adalah sama.
2. Perhitungan Service Revenue setiap kuarter adalah
Selain itu juga ditambah pendapatan dari monetization pengguna akif
sebesar 0.144 dolar AS per pengguna aktif. Berikut hasil disajikan dalam tabel.
Tabel 4.8. Hasil Prediksi Service Revenue dari MAU per Kuarter FY2015
Periode Quarterly ARPU Monthly Active User Service Revenue
Q1FY2015 0.144 dolar AS/User 90 juta 12.96 juta dolar AS
Q2FY2015 0.144 dolar AS/User 100 juta 14.4 juta dolar AS
Q3FY2015 0.144 dolar AS/User 115 juta 16.56 juta dolar AS
Q4FY2015 0.144 dolar AS/User 130 juta 18.72 juta dolar AS
Total for FY2015 62.64 juta dolar AS
Sumber : data diolah, 2014
Catatan :
1. Dianggap bahwa selama satu kuarter, jumlah pengguna aktif (active user) setiap
bulannya adalah sama.
2. Perhitungan Service Revenue setiap kuarter adalah
Jadi total service revenue tahun fiskal 2015 adalah 1921.78 juta dolar AS
ditambah 62.64 juta dolar AS, menjadi 1984.42 juta dolar AS.
4.2.3.1 Prediksi Jumlah of Subscriber
Untuk memprediksi jumlah pelanggan BlackBerry untuk FY2015, akan
lebih sulit. Karena kurangnya data untuk memprediksi, seperti jumlah pengguna aktif,
72
persentase komposisi pengguna retail dan pengguna enterprise. Estimasi jumlah
subscriber dapat diestimasi dengan jumlah BBM Monthly Active User (MAU).
Selain itu, subscriber yang diestimasi dan diprediksi pada subbab ini adalah
subscriber yang memberi pemasukan bagi Perusahaan. Atau dengan kata lain,
subscriber yang dimaksud adalah subscriber BlackBerry OS7 dan sebelumnya.
Selain itu, untuk selanjutnya peneliti juga menggunakan frasa „jumlah pembayar
biaya SAF‟ untuk mengacu pada jumlah seluruh pelanggan yang membayar biaya
SAF, termasuk, baik itu subscriber yang dimaksud dalam subbab ini atau mengacu
pada lingkup yang lebih luas.
Pada BlackBerry 7 dan BlackBerry sebelumnya, agar dapat menggunakan
BBM maka setiap pengguna wajib membeli BlackBerry Internet Service (BIS) data
plan dari operator telekomunikasi, oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa tidak
mungkin jumlah Monthly Active User melebihi jumlah subscriber. Sejak Oktober
2013, BBM telah dibuka untuk platform Andiroid dan iOS sehingga mereka yang
menggunakan platform Android dan iOS dapat dihitung sebagai Monthly Active
User (MAU) walaupun tidak terdaftar sebagai subscriber (karena pengguna Android
dan iOS tidak wajib membeli BIS data plan, mereka dapat menggunakan internet
data plan biasa untuk menggunakan BBM). Jadi sejak itu, jumlah Monthly Active
User (MAU) dapat melebih jumlah subscriber dan berkemungkinan terdapat
pengguna yang telah mendaftar untuk pin BBM tapi jarang menggunakan BBM
(sehingga tidak terhitung sebagai Monthly Active User). Jadi kesimpulannya, jumlah
pendaftar BBM dapat lebih banyak daripada jumlah Monthly Active User dan
Monthly Active User dapat lebih banyak daripada jumlah subscriber.
73
Tabel 4.9. Jumlah Subscriber per Kuarter FY2013-FY2014
Periode Jumlah Subscriber
Q1FY2013 78 juta
Q2FY2013 80 juta
Q3FY2013 79 juta
Q4FY2013 76 juta
Q1FY2014 72 juta
Sumber : Laporan Keuangan Kuartal Perusahaan, FY2013 dan FY2014
Data dari kuarter kedua sampai ke saat ini tidak lagi di ungkapkan oleh
Perusahaan. Oleh karena itu, untuk data tersebut diestimasi menggunakan informasi
jumlah Monthly Active User (MAU).
Pada berita yang dirilis Perusahaan pada tanggal 29 Oktober 2013
(http://press.blackberry.com/press/2013/bbm-welcomes-over-20-million-new-active-
users-in-the-first-week.html), Perusahaan mencatat bahwa jumlah Monthly Active
User BBM mendapat penambahan sebesar 20 juta pengguna dari dua platform,
Android dan iOS. Sehingga jumlah Monthly Active User mencapai 80 juta pengguna.
Sedangkan pada Conference Call laporan keuangan Q4FY2014, CEO Perusahaan,
John Chen menyatakan bahwa terdapat 85 Monthly Active User dan 113 juta
pendaftar BBM pada akhir kuarter keempat tahun fiskal 2014.
“[CEO John Chen] At present we have roughly about 85 million
monthly active users and a total of 113 million registrations to date.
[Analyst Citigroup Ehud Gelblum] the 85 million active users, is
that comparable to the 80 million you were talking about last
quarter or that apples-to-oranges? [CEO John Chen] Apple-to-
apple.”
Dan John Chen juga mengkonfirmasi pernyataan salah satu penanya dalam
konferensi bahwa Monthly Active User mengalami kenaikan sekitar 5 juta pengguna
dari kuarter ketiga tahun fiskal 2014.
Jika diestimasi maka, jumlah subscriber pada kuarter ketiga tahun fiskal
2014 terdapat sekitar 60 juta subscriber. 60 juta subscriber dengan asumsi bahwa
pada Q1FY2014 terdapat 72 juta subscriber dan 72 juta Monthly Active User. Lalu
74
jumlah Monthly Active User (dan subscriber) mengalami penurunan di Q2FY2014.
Kemudian pada Q3FY2014 mendapat tambahan 20 juta Monthly Active User dari
platform Android dan iOS (yang bukan merupakan subscriber).
Dan pada akhir tahun fiskal 2014, CEO Perusahaan, John Chen,
mengkonfirmasi bahwa Monthly Active User (MAU) mencapai 85 juta pengguna.
Namun jumlah subscriber pada akhir tahun fiskal 2014 tidak dapat ditentukan,
pertama karena tidak diketahui seberapa banyak dari 5 juta pengguna baru aktif yang
berasal dari platform Android dan iOS.
Dari informasi yang baru dibahas masih terdapat beberapa kuarter yang
belum diketahui jumlah subscriber pada saat itu karena tidak diungkapkan oleh
Perusahaan. Untuk periode itu maka peneliti menggunakan regresi untuk
mengestimasi. Berikut hasil regresi untuk memprediksi jumlah subscriber.
Tabel 4.10. Hasil Regresi Jumlah Subscriber
Model Nilai F Nilai Signifikansi Parameter konstanta Paramenter b
Linear 86.027 0.011 85.029 -4.829
Growth 57.541 0.017 4.460 -0.070
Sumber : data sekunder diolah, 2014
75
Gambar 4.1. Scatter Plot Jumlah Subscriber terhadap Waktu
Sumber : data sekunder diolah, 2014
Dari hasil regresi didapati bahwa baik model linear dan model pertumbuhan
dapat diterima secara statistik. Namun jika dilihat dari scatter plot, posisi garis model
linear dan garis model pertumbuhan tidak berbeda banyak. Titik-titik data pun tidak
terlihat secara jelas adanya hubungan nonlinear. Jadi, sesuai saran Damodaran,
model yang lebih sederhana digunakan, yaitu model linear dengan persamaan y =
85.029 – 4.829x.
Dari hasil regresi dengan model linear, maka didapati estimasi bahwa pada
Q3FY2014 terdapat sekitar 60.8 juta subscriber dan Q4FY2014 terdapat sekitar 56
juta subscriber. Namun, untuk Q3FY2014 tetap dianggap jumlah subscriber adalah
60 juta sesuai pembahasan sebelumnya.
76
Apabila penjualan Z3 dan Q20 yang dilengkapi BlackBerry OS 10 cukup
baik atau sesuai ekspektasi, juga tidak akan banyak membantu service revenue,
karena BlackBerry OS 10 tidak lagi mewajibkan biaya SAF. Namun dengan baiknya
penjualan, maka pengguna BBM dipastikan akan bertambah, dari monthly active
user sebanyak 85 juta pengguna dan 113 juta registran (pendaftar BBM namun tidak
aktif menggunakan), diprediksi akan meningkat di akhir tahun fiskal 2015.
Apabila selain penjualan model baru yang baik, Perusahaan juga berhasil
dengan BES12 dan EZ Pass-nya, maka dapat diasumsikan bahwa Perusahaan mampu
menahan laju penurunan jumlah subscriber dari sisi pasar enterprise. Peneliti
mengasumsikan bahwa pada akhir tahun fiskal 2015, jumlah subscriber akan
bertahan pada level 45 juta subscriber (yang diperkirakan hampir setengahnya
merupakan enterprise subscriber) berkat keberhasilan BES12 dan EZ Pass.
Prediksi jumlah subscriber per kuater dari Q4FY2014 sampai Q4FY2015
untuk tahun fiskal 2015 dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini.
Tabel 4.11. Hasil Prediksi Jumlah Subscriber per Kuarter FY2015
Periode Jumlah Subscriber
Q1FY2015 53.25 juta
Q2FY2015 50.5 juta
Q3FY2015 47.75 juta
Q4FY2015 45 juta
Sumber : data sekunder diolah, 2014
4.2.3.2 Prediksi Average Revenue Per User (ARPU)
Tabel 4.12. Average Revenue per User setiap Kuarter FY2012-FY2014.
Periode Service Revenue Subscriber ARPU/month
Q4FY2012 1131 juta dolar AS 77 juta 4.9 dolar AS/User
Q1FY2013 1013 juta dolar AS 78 juta 4.33 dolar AS/User
Q2FY2013 1005 juta dolar AS 80 juta 4.19 dolar AS/User
Q3FY2013 981 juta dolar AS 79 juta 4.14 dolar AS/User
Q4FY2013 964 juta dolar AS 76 juta 4.23 dolar AS/User
Q1FY2014 798 juta dolar AS 72 juta 3.7 dolar AS/User
Q2FY2014 724 juta dolar AS 65.7 juta 3.67 dolar AS/User
Q3FY2014 632 juta dolar AS 60 juta 3.51 dolar AS/User
Q4FY2014 547 juta dolar AS 56 juta 3.26 dolar AS/User
77
Sumber : Laporan Keuangan Kuartal Perusahaan dan data sekunder diolah, 2014
Catatan :
1. ARPU setiap kuarternya dihitung dengan membagi service revenue dengan
jumlah subscriber
2. Nilai ARPU untuk periode Q2FY2014, Q3FY2014, Q4FY2014 adalah hasil
estimasi, yang dikarenakan jumlah subscriber pada periode tersebut tidak
diungkapkan oleh Perusahaan
Untuk memprediksi nilai ARPU pada tahun fiskal 2015, tidak lagi
digunakan prediksi tren historis, dengan regresi data historis, karena, pertama, pada
unsur pertama, yaitu jumlah subscriber, sudah diprediksi menggunakan regresi, jadi
sudah mengandung sedikit banyaknya error estimation. Alasan kedua, adalah
terdapat kemungkinan bahwa model regresi terlalu meremehkan (underestimate)
masa depan, sehingga apabila ARPU diprediksi dengan regresi maka kemungkinan
akan semakin meng-underestimate.
Selain itu, dengan semakin tertekannya Perusahaan oleh kompetitor yang
tidak mengenakan tarif SAF, maka secara keseluruhan Perusahaan akan cenderung
menurunkan biaya SAF-nya untuk menahan berpindahnya pelanggan ke kompetitor.
Karena peneliti tidak mempunyai petunjuk seberapa jauh lagi Perusahaan akan
memotong tarif SAF, jadi untuk tujuan prediksi peneliti menggunakan ARPU
terakhir pada kuarter keempat tahun fiskal 2014 yaitu 3.26 dolar AS per subscriber
Jadi peneliti memutuskan bahwa untuk ARPU tahun fiskal 2015
menggunakan ARPU terakhir selama tahun fiskal 2014, yaitu 3.26 dolar AS per
subscriber.
ARPU sebesar 3.26 dolar AS, menurut peneliti cukup masuk akal karena
Perusahaan terus mengalami tekanan dari kompetitor yang tidak mengenakan biaya
SAF, sehingga Perusahaan mau tidak mau harus menurunkan biaya SAF mendekati
78
nol agar mampu mempertahankan jumlah subscriber. Jadi ARPU kecil kemungkinan
dapat meningkat melebihi ARPU masa lalu.
ARPU untuk skenario pertama sebesari 3.26 dolar AS per pengguna.
Selain itu apabila Perusahaan mampu mendapatkan pemasukan dari usaha
monetization basis BBM melalui BBM Shop, BBM Channel serta eBBM Suite untuk
pasar enterprise (produk pertama dari eBBM Suite adalah BBM Protected yang
mengenakan biaya bulanan). Semua ini akan meningkatkan service revenue.
BBM Money, memungkinankan seseorang melakukan transfer uang ke
pengguna BBM lainnya hanya melalui aplikasi BBM. Walaupun BBM Money hanya
masih di Indonesia, peneliti yakin apabila tersedia di seluruh dunia, akan banyak
orang yang akan bersedia menggunakan aplikasi BBM. Dengan begitu pengguna
aktif BBM akan meningkatkan dan mengizinkan masuknya pemasukan yang lebih
besar.
Walaupun begitu, dengan informasi sebatas itu, tetap tidak dapat melakukan
estimasi berapa banyak pemasukan yang akan dihasilkan. Oleh karena itu, peneliti
mengambil contoh sukses dalam monetization basis pengguna aplikasi instant
messaging, LINE. LINE berhasil monetize basis pengguna dengan in-game virtual
goods, sticker, dan virtual good lainnya, dan berhasil meraup sekitar 0.36 dolar AS
per pengguna. Berikut tabel detail pendapatan per kuarternya.
Tabel 4.13. Pendapatan LINE per Kuarter
Periode Laba Penjualan
(Yen Jepang)
Laba Penjualan
(Dolar AS)
Q1FY2013 4.5 miliar Yen 45 juta dolar AS
Q2FY2013 7.4 miliar Yen 74 juta dolar AS
Q3FY2013 10.2 miliar Yen 102 juta dolar AS
Q4FY2013 12.2 miliar Yen 122 juta dolar AS
Sumber : LINE Corporation Announces 2013 Q4 Earnings
Catatan : Laba penjualan dalam satuan dolar AS menggunakan kurs 100 Yen = 1
dolar AS
79
Dengan jumlah pengguna dari kuarter kedua hingga keempat sebagai
berikut, 200 juta, 280 juta, dan 340 juta pengguna, maka didapatkan rata-rata ARPU
setiap kuarternya adalah 0.36 dolar AS per pengguna. Namun pendapatan diatas
termasuk in-games purchases (pembelian virtual good dalam games), sponsored
sticker, iklan, dan sebagainya.
Karena BBM tidak dapat dipastikan mempunyai games seperti LINE, maka
jauh lebih tepat bila menghitung ARPU dengan meniadakan in-game purchase
revenue sebesar sekitar 60% dari total pendapatan LINE. ARPU in-game purchase
revenue per kuarter menjadi sekitar 0.144 dolar AS per pengguna.
Jika asumsikan bahwa Perusahaan mampu monetize basis pengguna BBM,
dan sesukses LINE dalam mendapatkan uang dari sticker, themes dan virtual good
lainnya, maka peneliti mengasumsikan Perusahaan mendapat penambahan ARPU per
bulannya sebesar 0.144 per pengguna aktif (monthly active user).
ARPU untuk skenario kedua menjadi 3.26 dolar AS per subscriber ditambah
0.144 dolar AS per pengguna aktif.
4.2.4 Ringkasan Prediksi Pendapatan Keseluruhan
Berikut disajikan dalam bentuk tabel hasil ringkasan dari prediksi
pendapatan Perusahaan di tahun fiskal 2015.
Tabel 4.14. Ringkasan Hasil Estimasi Pendapatan FY2015
Hasil Prediksi
Hardware Revenue (dolar AS, juta) 4,258.13
Software Revenue (dolar AS, juta) 235
Service Revenue (dolar AS, juta) 1984.42
Total Revenue (dolar AS, juta) 6477.55
Sumber : Tabel 4.1, Tabel 4.7, Tabel 4.12, dan Tabel 4.13
Dalam kasus sebaik yang diasumsikan oleh peneliti, jumlah pendapatan
(revenue) selama tahun fiskal 2015 adalah 6.5 miliar dolar AS.
80
4.2.5 Gross Margin
Berikut detail penjabaran revenue, cost of sales, dan gross margin tahunan
Perusahaan
Tabel 4.15. Penjabaran Revenue, Cost of Sales, and Gross Margin 4 Tahun Terakhir
FY2011 FY2012 FY2013 FY2014
Revenue 19,907 18,435 11,073 6,813
Hardware 16,416 14,031 6,902 3,880
Software 3,491 4,392 4,171 2,933
Cost of Sales 11,082 11,036 7,535 4,376
Hardware1 10,516 10,397 6,956 3,903
Software 566 639 579 473
Gross Margin 8,825 7,399 3,538 2,437
Gross Margin % 44.33% 40.14% 31.95% 35.77%
Hardware %2 35.94% 25.9% -0.78% -0.59%
Software % 83.79% 85.45% 86.12% 83.87%
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan dan data sekunder diolah, 2014
Catatan : Semua nilai dalam satuan jutaan dolar AS kecuali persentase
1 Tidak termasuk, Cost Optimization Program, Playbook Provision,
kerugian yang berkaitan dengan gangguan layanan, BlackBerry 7
Inventory Provision, Z10 Inventory Charge, Inventory and Supply
Commitment Charge, Recovery of Inventoy and Supply Commitmnet
Charge.
2 Gross margin percentage tidak memperhitungkan biaya-biaya yang
dijabarkan pada point pertama.
Gross margin utamanya dipengaruhi oleh cost of sales (cost of goods sales).
Agar dapat mencapai gross margin yang optimal maka Perusahaan harus mampu
menjual sejumlah smartphone. Yang mana akhir-akhir ini, penjualan smartphone
terus menurun sehingga Perusahaan semakin terbebani oleh fixed-cost of production
dan inventory cost atas barang yang tak terjual. Untuk barang yang tak terjual utnuk
waktu lama, sehingga menjadi obsolete atau tidak relevan dengan pasar, maka
Perusahaan harus melakukan write-off atas nilai inventori tersebut. Sehingga gross
margin Perusahaan semakin menurun dan bahkan menjadi negatif pada kuarter
kedua dan ketiga.
Pada kuarter ketiga tahun fiskal 2014, Perusahaan menjalin kerja sama
dengan Foxconn Technology. Dalam kerjasama ini Foxconn akan memproduksi
81
smartphone BlackBerry untuk Perusahaan dan akan mengatur masalah inventori
untuk smartphone yang diproduksi. Dalam kerjasama ini, Perusahaan akan
menanggung biaya produksi dengan membayar kepada Foxconn untuk setiap unit
yang diproduksi, namun sebagai gantinya, Foxconn akan mengatur supply chain dan
menanggung beban atas inventori yang diproduksi. Walaupun Perusahaan melepas
sejumlah beban dan risiko, Perusahaan juga melepas sejumlah pendapatan atas setiap
unit yang terjual.
Walaupun jelas bahwa margin antara harga jual dengan biaya produksi akan
meningkat, namun peneliti tidak mampu mengestimasi berapa margin yang
dihasilkan dari kerjasama ini. Namun yang jelas, Perusahaan tidak lagi menanggung
semua fixed-cost produksi. Jadi, peneliti mengasumsikan bahwa gross margin untuk
bagian smartphone pasti positif terlepas dari berapa unit yang terjual. Sebagai
panduan, peneliti menggunakan gross margin tahun fiskal 2011 dan 2012 (tahun
dengan penjualan terbaik dengan margin 35.94% dan 25.9% secara berturut-turut).
Kemudian karena sebagian keuntungan penjualan diambil oleh Foxconn maka
peneliti mengasumsikan margin akan sedikit lebih rendah dari margin tahun fiskal
2011 dan 2012. Jadi peneliti mengasumsikan pada tahun fiskal 2015, margin untuk
bagian smartphone akan sebesar 15% (setengah dari rata-rata margin dua tahun
fiskal).
Untuk gross margin bagian service dan software, tidak banyak mengalami
perubahan dari segi kebijakan, sehingga untuk waktu dekat, tidak akan banyak
perubahan terjadi. Jadi, peneliti mengasumsikan margin bagian service dan software
sebesar 85% (rata-rata margin dari empat tahun fiskal)
Jadi, gross margin untuk tahun fiskal 2015 adalah, untuk bagian hardware
(smartphone) sebesar 15% dan untuk bagian service dan software sebesar 85%.
82
4.2.6 Operating Expenses
Biaya operasional Perusahaan dibagi menjadi biaya riset dan pengembangan,
biaya SGA, dan biaya amortisasi. Berdasarkan informasi, Perusahaan masih
berencana untuk meneruskan program penghematan dan efisiensi, yaitu program
CORE (Cost Optimization and Resources Efficiency) dan Perusahaan berencana
untuk melanjutkan pemangkassan 4500 tenaga kerja menjadi total sebanyak 7000
tenaga kerja seluruh dunia. Karena kurangnya informasi mendetail tentang tindakan
atau kebijakan Perusahaan yang akan berpengaruh terhadap biaya-biaya operasional.
Maka peneliti hanya dapat melakukan estimasi mengunakan kinerja masa lalu dan
melakukan estimasi terhadap keseluruhan biaya operasional.
Dilihat dari penetapan target dan pencapaian target Perusahaan dalam
melakukan penghematan sejak 2012, peneliti menyimpulkan bahwa Perusahaan
mampu memenuhi target, dengan dasar bahwa Perusahaan mampu memenuhi target
yang pernah dinyatakan. Beberapa target penghematan tercapai yang pernah
dinyatakan, antara lain seperti target penghematan kira-kira sebanyak satu miliar
dolar pada akhir tahun fiskal 2013 yang diumumkan pada tahun fiskal 2012, dan
target pengurangan biaya operasional sebesar 50% pada kuarter ke empat tahun
fiskal 2014 yang diumumkan pada 20 September 2013.
Dari hasil kinerja Perusahaan, peneliti yakin bahwa Perusahaan akan terus
mampu memenuhi target penghematan yang ditetapkan dikemudian hari dan juga
yakin bahwa biaya operasional akan terus menurun. Karena kurang informasi
mendetail atas tindakan atau kebijakan Perusahaan yang memperngaruhi biaya
operasional, maka peneliti mengambil rata-rata penurunan biaya operasional dari
tahun fiskal 2012 ke 2014. Pada akhir tahun fiskal 2013, Perusahan menurunkan
biaya operasional sebesar 8.7% (dari 4612 juta dolar AS pada akhir tahun fiskal 2012
83
turun menjadi 4210 juta dolar AS pada akhir tahun fiskal 2013) dan akhir tahun
fiskal 2014, turun sebesar 14.8% (dari 4210 juta dolar AS pada akhir tahun fiskal
2013 turun menjadi 3586 juta dolar AS pada akhir tahun fiskal 2014). Biaya
operasional tersebut dihitung tanpa memasukan biaya-biaya-sekali-terjadi seperti
pesangon karyawan yang di PHK, goodwill impairment, atau fairvalue adjustment.
Rata-rata penurunan dari dua tahun adalah 11.8%.
Biaya operasional tanpa biaya-sekali-terjadi pada akhir tahun 2014 adalah
3586 juta dolar AS. Biaya-sekali-terjadi yang berkaitan dengan program
penghematan dan efisiensi (CORE program) tidak disingkap oleh Perusahaan secara
mendetail. Oleh karena itu, peneliti mengambil angka perkiraan kasar biaya sekali
terjadi yang berkaitan dengan CORE program akan sebesar 200 juta dolar AS selama
tahun fiskal 2015.
Jadi, biaya operasional pada tahun fiskal 2015 akan sebesar, 3162 juta dolar
AS (turun 11.8% dari 3586 juta dolar AS) kemudian ditambah 200 juta dolar AS, dan
akhirnya menjadi 3363 juta dolar AS.
4.2.7 Capital Expenditure
Capital expenditure merupakan salah satu komponen free cash flow yang
paling sulit diprediksi, karena rencana strategis perusahaan tidak pernah diumumkan
secara luas. Sehingga, bagi pengamat, hanya bisa melakukan perkiraan kasar
berdasarkan sifat bisnis, misalnya perusahaan perakit perangkat ponsel pasti ada
menghabiskan modal untuk bangun pabrik, dan besar modal untuk sebuah pabrik
diestimasi dengan membandingkan dengan pembangunan pabrik terdahulu atau
dengan kompetitor seukuran dan sebidang.
84
Berikut tabel berisi capital expenditure (belanja modal) untuk fixed-asset
bersifat berwujud (tangible) dan yang bersifat tak berwujud (intangible) setiap
kuarternya dari tahun fiskal 2012 sampai tahun fiskal 2014.
Tabel 4.22. CapEx per Kuarter untuk Tangible and Intangible Asset FY2012-
FY2014
Periode Capital Expenditure untuk
Tangible Intangible
Q1FY2012 220 560
Q2FY2012 244 287
Q3FY2012 375 205
Q4FY2012 190 260
Q1FY2013 155 285
Q2FY2013 87 253
Q3FY2013 85 233
Q4FY2013 88 235
Q1FY2014 83 335
Q2FY2014 112 268
Q3FY2014 46 234
Q4FY2014 42 243
Sumber : Laporan Keuangan Kuartal, FY2012, FY2013 dan FY2014.
Catatan : Semua nilai dalam satuan jutaan dolar AS
Capital Expenditure (CapEx) umumya tinggi untuk perusahaan baru yang
dalam masa pertumbuhan yang cepat. Tidak ada cara yang jitu untuk memprediksi
secara cukup akurat capital expenditure di masa depan, karena aset-aset apa yang
perlu dibeli oleh Perusahaan umumnya hanyalah Perusahaan yang mengetahuinya.
Oleh karena itu, peneliti hanya melakukan perkiraan kasar Capital Expenditure untuk
tahun fiskal 2015.
Berdasarkan pernyataan Perusahaan dalam bagian Management Discussion
and Analysis (MD&A) di laporan keuangan kuarter ke empat, Perusahaan
memprediksi CapEx untuk tangible assets di kuarter pertama tahun fiskal 2015
sebesar 50 juta dolar AS. Hanya saja, menurut peneliti, bagi perusahaan yang sedang
mengubah haluan dan fokus bisnis, tentu saja membutuhkan posisi yang akan
berbeda dari masa lalu. Memposisikan ulang perusahaan pasti memakan dana baik
85
itu dalam bentuk riset dan pengembangan untuk produk jasa baru maupun dalam
bentuk akuisisi perusahaan lain untuk mendapat aset baru dan menghalangi
kompetitor mendapat aset tersebut. Jadi untuk tahun fiskal 2015 dan 2016, peneliti
akan mengasumsikan CapEx yang lebih besar dari biaya depresiasi dan amortisasi
(sehingga memiliki net capital expenditure yang positif, yang berarti perusahaan
menambah aset baru selain juga menganti aset lama).
Selain itu, terkait akuisis, dalam penilaian saham, seharusnya termasuk
dalam konteks capital expenditure. Agar mempermudah input penilaian, maka
peneliti hanya mengunakan satu angka CapEx yang dimana sudah termasuk akuisisi
perusahaan lain, pembelian aset tetap berwujud dan aset tak berwujud. Estimasi
CapEx untuk tahun fiskal 2015 peneliti menggunakan angka 1500 juta dolar AS
selama tahun fiskal 2015 (dibanding tahun fiskal sebelumnya sebesar 1.08 miliar
dolar AS).
Asumsi diatas mempertimbangakan fokus perusahaan ke aset intangible.
Perusahaan sepertinya tidak akan banyak menghabiskan dana untuk menambah
pabrik dan kantor, karena untuk produksi Perusahaan telah mempunyai Foxconn
Technology sebagai produsen selama 5 tahun kedepan, dan demi menghemat dana
Perusahaan juga telah banyak mengurangi gedung dan perkantoran (tidak logis
apabila gedung dijual untuk dibeli kembali dalam waktu satu dua tahun kedepan).
Perusahaan akan lebih fokus ke riset dan pengembangan design, dan keunggulan
produk software manajemen.
4.2.8 Operating Cash Flow
Untuk mengestimasi Operating Cash Flow di tahun fiskal 2015, peneliti
akan memulai dari estimasi setiap komponen yang mempengaruhi operating cash
flow. Operating Cash Flow dipengaruhi, utamanya oleh, income after taxes,
86
kemudian, biaya non-tunai (non-cash charge) seperti depresiasi dan amortisasi,
kemudian besar perubahan nilai item-item non-tunai pada working capital (atau juga
dikenal sebagai, net change on working capital).
4.2.8.1 Income after Taxes
Hasil perhitungan untuk Income after taxes (pendapatan setelah pajak
namun tidak termasuk pembayaran bunga hutang) dengan pendapatan wajib pajak
tahun fiskal 2015.
Tabel 4.17. Rangkuman Prediksi Pendapatan Bersih FY2015
Hasil Prediksi
Revenue 6477.55 juta dolar AS
Cost of Sales 4152.073 juta dolar AS
Gross Margin 2525.23 juta dolar AS
Gross Margin % 38.79%
Operating Expenses 3363 juta dolar AS
EBIT -837.77 juta dolar AS
Recovery for income tax (26.6%) 222.85 juta dolar AS
Net Income -614.9 juta dolar AS
Sumber : data sekunder diolah, 2014
Jadi net income Perusahaan adalah rugi 614.9 juta dolar AS.
4.2.8.2 Depreciation and Amortization
Depresiasi dan amortisasi dipengaruhi umur masa pemakaian, banyaknya
jumlah fixed-asset (tangible dan intangible) serta metode depresiasi yang digunakan.
Diketahui bahwa Perusahaan dalam masa perbaikan diri yang dimana
Perusahaan berusaha untuk menyelaraskan ulang bisnis Perusahaan dengan keadaan
pasar saat ini. Penghematan dan pengurangan biaya menjadi fokus utama.
Perusahaan di satu sisi terus mengurangi beban-beban dari aset yang tidak lagi
relevan dan di sisi lain mengakuisisi aset-aset yang relevan, yang dapat memberi
peluang pertumbuhan yang lebih baik.
Untuk depresiasi property, plant and equipment (PP&E), Perusahaan
menggunakan metode straight-line untuk masa pemakaian yang bervariasi, kecuali
87
untuk furniture and fixture, menggunakan declining-balance 20% per tahun. Jika
dilihat komposisi, furniture and fixture hanya mencakup sekitar 10% dari total nilai
kotor PP&E. Sehingga sebagian besar biaya depresiasi merupakan biaya depresiasi
dari item yang menggunakan metode straigh-line. Dengan begitu, peneliti
mengasumsikan bahwa biaya depresiasi dari periode ke periode adalah sama. Peneliti
akan mengabaikan pengaruh depresiasi furniture and fixture terhadap total biaya
depresiasi per periodenya.
Asumsi yang digunakan, adalah Perusahaan tidak menjual atau mengurangi
nilai aset PP&E di masa mendatang, melainkan membeli atau menambah nilai aset
sebesar nilai CapEx yang telah diestimasi sebelumnya. Depresiasi atas penambahan
tangible asset baru dilakukan dengan metode straight-line untuk masa pemakaian
rata-rata 5 tahun.
Untuk intangible asset, juga menggunakan metode amortisasi straight-line.
Pada pelaporan keuangan tahunan Perusahaan, Perusahaan memprediksi umur
pemakaian sisa rata-rata dari intangible asset yang ada saat ini berumur 3.7 tahun.
Jadi umur pemakaian bagi intangible asset baru berumur lebih dari 3.7 tahun. Jadi
untuk memudahkan penilaian dianggap metode amortisasi adalah straight-line dan
rata-rata umur masa pemakaian adalah 5 tahun sama seperti tangible asset.
Sebenarnya membagi capital expenditure menjadi aset berwujud dan tak
berwujud adalah lebih akurat dan benar, namun kurangnya informasi dan petunjuk
untuk memprediksi akan membuat hasil penilaian saham menjadi semakin tidak
akurat. Input yang lebih banyak membuat ruang membuat kesalahan lebih banyak.
Jadi agar mempermudah input penilaian dianggap umur masa pemakaian rata-rata
dari aset yang dibeli adalah 5 tahun. Jadi setiap penambahan aset sebesar CapEx
akan didepresiasikan 5 tahun.
88
Selama tahun fiskal 2014 biaya depresiasi secara keseluruhan sebesar 1270
juta dolar AS. Dengan penambahan aset sebesar CapEx di tahun fiskal 2015 sebesar
1500 juta dolar AS, maka biaya depresiasi secara keseluruhan pada tahu fiskal 2015
akan sebesar biaya depresiasi tahun fiskal 2014 ditambah biaya depresiasi dari
penambahan aset baru. Biaya depresiasi dari tambahan aset baru akan dihitung
menggunakan konvensi depresiasi setengah tahun yang diakui di Amerika Serikat.
Biaya depresiasi dari tambahan aset baru adalah sebesar 150 juta dolar AS.
Selain itu pada akhir tahun fiskal 2015, maka sebagian aset lama akan
terdepresiasi habis dan tidak akan mengontribusikan biaya depresiasi di tahun
mendatang. Karena diasumsikan keseluruhan aset tetap itu berumur 5 tahun, maka
dianggap setiap tahun biaya depresiasi berkurang 20% dari nilai depresiasi.
Total biaya depresiasi pada akhir tahun 2015 terdiri dari, pertama biaya
depresiasi sebesar 1016 juta dolar AS dari aset yang ada saat ini, kedua, biaya
depresiasi 150 juta dolar AS dari aset baru (aset baru senilai CapEx). Jadi total biaya
depresiasi tahun fiskal 2015 adalah 1166 juta dolar AS.
4.2.8.3 Perubahan Working Capital
Working Capital didefinisikan sebagai selisih antara jumlah aset lancar
dengan hutang lancar. Dalam hal free cash flow, definisi umum Working Capital tadi
masih berlaku, hanya saja, aset dan hutang lancar yang diperhitungkan hanya aset
dan hutang yang bersifat non-tunai dan berasal dari kegiatan operasional perusahaan.
Jadi, uang tunai dan instrumen finansial setara tunai tidak diperhitungkan, dan segala
aset lancar yang bukan berasal dari kegiatan operasional (seperti obligasi jangka
pendek dan deferred income taxes) juga tidak diperhitungkan.
89
Item yang diperhitungkan dalam menghitung perubahan operating working
capital dalam analisis ini adalah account recievable, inventory, account payable, dan
deferred revenue.
Tabel 4.18. Account Receivable, Inventory, Account Payable, Deferred Revenue
berserta Rasionya terhadap Revenue FY2012 - FY2015.
Periode
FY2012 FY2013 FY2014 FY2015
Revenue 18435 11073 6813
Account Receivable 3062 2353 972
Inventory 1027 603 244
Account Payable 744 1064 474
Deferred Revenue 263 542 580
Ratio of A/R to
Revenue 16.6% 21.2% 14.3% 17.4%
Ratio of Inventory to
Revenue 5.6% 5.4% 3.6% 4.9%
Ratio of A/P to Revenue 4% 9.6% 7% 6.9%
Ratio of Deferred Rev.
to Rev. 1.4% 4.9% 8.5% 0.8%
Sumber : data sekunder diolah, 2014.
Catatan :
1. Semua nilai dalam satuan jutaan dolar AS kecuali untuk rasio-rasio
2. Rasio pada FY2015 adalah rata-rata dari rasio pada FY2012, FY2013, dan
FY2014 kecuali untuk rasio deferred revenue to revenue
Untuk deferred revenue, sesuai dengan perngertiannya, pendapatan yang
diakui karena telah terjadi penjualan namun pembayarannya belum diterima, maka
seharusnya seiring dengan turunnya penjualan maka deferred revenue juga menurun.
Namun dilihat dari data diatas, terlihat pada tahun fiskal 2013 dan 2014 malah
meningkat seiring dengan menurunnya penjualan. Pada tahun fiskal 2010, rasio
deferred revenue to revenue, hanya 0.45%. Selanjutnya pada tahun fiskal berikutnya,
0.5%, 1.4%, lalu naik tajam ke 4.9% dan 8.5%. Pada laporan keuangan tahun 2013,
Perusahaan menyatakan bahwa peningkatan dikarenakan beberapa customer
Perusahaan mengubah metode perhitungan pendapatan menjadi metode sell-through.
Sedangkan pada tahun 2014, naiknya volume transaksi yang tidak memenuhi kriteria
revenue recognition (yang diubah pada kuarter kedua tahun fiskal 2014). Kedua
90
kejadian itu, adalah kejadian terjadi sekali dan bukan disebabkan oleh kegiatan
operasional. Jadi peneliti, menggunakan data tahun fiskal 2010, tahun fiskal 2011
dan tahun fiskal 2012, alih-alih menggunakan data tahun fiskal 2012, tahun fiskal
2013, dan tahun fiskal 2014.
Dengan rasio di tabel, maka pada akhir tahun fiskal 2015, account
receivable sebesar 1132.8 juta dolar AS, inventory sebesar 319 juta dolar AS,
account payable sebesar 449.2 juta dolar AS dan deferred revenue sebesar 52.1 juta
dolar AS.
Operating working capital di tahun 2014 dihitung dengan menjumlahkan
account receivable (972 juta dolar AS) dan inventory (244 juta dolar AS) kemudian
dikurangi account payable (474 juta dolar AS) dan deferred revenue (580 juta dolar
AS). Jadi, Operating working capital di tahun 2014 sebesar 162 juta dolar AS.
Dengan cara yang sama operating working capital di tahun fiskal 2015 sebesar 950.5
juta dolar AS (1132.8 + 319 – 449.2 – 52.1 = 950.5). Jadi perubahan operating
working capital dari tahun fiskal 2014 ke tahun fiskal 2015, adalah 788.5 juta dolar
AS (950.5 – 162 = 788.5).
4.2.9 Prediksi Tahun ke-2 sampai Tahun ke-5
Prediksi tahun pertama adalah seperti yang dijelaskan sebelumnya. Prediksi
untuk tahun kedua sampai tahun kelima akan dilakukan dengan pendekatan yang
jauh lebih sederhana, karena semakin sedikitnya informasi yang dapat memberikan
perkiraan/gambaran bagaimana keadaan untuk dua (atau lebih) tahun mendatang.
Secara umum, peneliti mengasumsikan pertumbuhan-dua-tahap untuk Perusahaan.
Yaitu untuk tahun kedua menyerupai tahun pertama dan menurun perlahan sampai
tahun kelima, kemudian stabil untuk tahun selanjutnya.
91
Alasan asumsi pertumbuhan two-stage adalah apabila Perusahaan berhasil
memperbaiki diri, maka besar kemungkinan akan mengalami pertumbuhan yang
cepat akibat inovasi yang dilakukan saat ini. Setelah efek inovasi berakhir (diprediksi
paling cepat 2 tahun) maka perlahan pertumbuhan akan melambat kembali. Tentu
saja, pertumbuhan akan melambat apabila Perusahaan hanya melakukan sedikit
inovasi dan tidak ada inovasi wow berikutnya. Perlambatan tersebut akan menuju
suatu titik yang relatif stabil (stabil apabila perusahaan tetap berinovasi walaupun
tidak wow, jika tidak pertumbuhan akan negatif kembali seperti beberapa tahun
terakhir).
Prediksi eksplisit 5 tahun ini hanya memperhitungkan efek inovasi sekarang
sehingga diasumsikan pada tahun ketiga, keempat dan kelima terlihat penurunan
pertumbuhan yang diakibatkan diminishing return dari inovasi saat ini.
Tabel 4.19. Prediksi Hardware Revenue Selama 5 Tahun
Periode
FY2014 FY2015 FY2016 FY2017 FY2018 FY2019
Sales Unit
Growth 17.5% 17.5% 15% 10% 5%
Sales in Unit 13.7 16.1 18.9 21.8 23.9 25.1
Hardware
Revenue 3785 4258.13 4728.5 5437.9 5981.7 6280.8
Hardware Rev.
Growth % 12.5% 11.05% 15% 10% 5%
Global Market
Share 1.9% 1.87% 1.92% 1.99% 2.02% 2.00%
Global Sales 19.2 22.5 26.5 30.5 33.5 35.2
Sumber : data diolah, 2014
Catatan :
1. Nilai „Sales in Unit‟ dan „Global Sales‟ dalam satuan jutaan unit, Nilai
Hardware Revenue dalam satuan jutaan dolar AS.
2. Dalam perhitungan hardware revenue untuk FY2016 sampai FY2019, nilai
ASP yang digunakan adalah 250 dolar AS per unit.
Pertumbuhan penjualan, diasumsikan relatif tinggi diawal dan melambat
diakhir, merefleksikan tujuan penjualan smartphone dalam waktu dekat adalah untuk
92
menopang pendapatan Perusahaan, seiring Perusahaan mengubah fokus ke niche
market (seperti ponsel khusus untuk segment kesehatan, atau finansial). Dominasi di
niche market tidak akan memberikan angka penjualan yang tinggi namun akan
memberikan penjualan yang relatif stabil dan margin yang lebih tinggi karena
terdapat sedikit kompetitor dan tingginya entry barrier di niche market.
Tabel 4.20. Prediksi Software Revenue Selama 5 Tahun
Periode Software Revenue Growth Software Revenue
FY2014 235 juta dolar AS
FY2015 0% 235 juta dolar AS
FY2016 7% 251.5 juta dolar AS
FY2017 15% 289.2 juta dolar AS
FY2018 16.75% 337.6 juta dolar AS
FY2019 16.75% 394.2 juta dolar AS
Sumber : data diolah, 2014
Software revenue berasal dari campuran pendapatan QNX, BES Client
Access License, dan technical support and maintenance.
Dari sisi QNX, potensi pendapatan yang didapatkan dengan adanya QNX
adalah sangat menjanjikan. Dalam pasarnya, QNX memiliki pangsa pasar melebihi
50%, serta merupakan salah-satu embedded-operating system terbaik yang ada saat
ini. Hanya saja, QNX dalam sejarahnya tidak pernah menghasilkan pendapatan yang
besar secara langsung, melainkan QNX membantu secara tidak langsung dengan
menjadi platform dasar BlackBerry OS 10 atau pun menjadi platform dasar bagi
beragam sistem dalam dunia otomotif, kesehatan dan aviasi. CEO John Chen dalam
visinya, QNX akan digali lebih dalam dan dimanfaatkan untuk menciptakan beragam
sumber pendapatan.
Dalam prediksi Cisco, trend Internet of Things akan akan tumbuh dengan
pertumbuhan sebesar 17% per tahun dari 2010 sampai 2020. Pendapatan dari QNX
hanya sebagian porsi dari total software revenue. Asumsi bahwa pertumbuhan
93
pendapatan QNX seperti dengan prediksi Cisco. Untuk informasi tambahan dapat
dibaca di artikel Blackberry QNX : Crown Jewel or Royal Flop, Seeking Alpha.
Untuk pendapatan dari BES Client Access License (CAL) dan lainnya, sulit
untuk melakukan prediksi, namun dapat dipastikan meningkat. Jadi, peneliti
mengambil angka dari masa lalu. Dari tahun 2006 sampai 2008, dimana penjualan
CAL dan BES install-base meningkat, pertumbuhan software revenue adalah 18.7%,
10.6%, 35.3%. Jika dirata-ratakan, menjadi 21.5%. Namun peneliti mengambil angka
yang lebih rendah daripada pertumbuhan masa lalu, karena pada saat itu, persaingan
di pasar enterprise belum seketat sekarang, sehingga harga yang di masa lalu
cenderung lebih tinggi dari pada masa sekarang. Peneliti mengambil angka 5% lebih
rendah, yaitu 16.5%.
Pertumbuhan software revenue keseluruhannya adalah 16.75%. Hanya saja,
angka pertumbuhan tersebut tidak akan dicapai dalam waktu dekat. Asumsi peneliti
angka tersebut dicapai tiga tahun mendatang.
Tabel 4.21. Prediksi Service Revenue Selama 5 Tahun
Periode
FY2014 FY2015 FY2016 FY2017 FY2018 FY2019
Subscriber 56 45 35 25 29 33
Monthly Active
User 85 130 170 200 225 250
ARPU Subscriber 3.26 3.60 4.00 4.00 4.00
ARPU MAU 0.144 0.17 0.20 0.20 0.20
Service Revenue 2698 1984.42 1779.4 1531 1492.5 1704.5
Service Rev.
Growth % -26.45% -10.33% -13.96% -2.51% 14.2%
Sumber : data diolah, 2014
Catatan :
1. Nilai Subscriber dan Monthly Active User dalam satuan jutaan, Service
Revenue dalam satuan jutaan dolar AS
2. Nilai ARPU Subscriber menggunakan ARPU per bulan, ARPU Monthly
Active User menggunakan ARPU per kuarter. Cara perhitungan dapat dilihat
kembali pada subbab 4.2.3
94
Jumlah subscriber diasumsikan terus menurun (mencerminkan penurunan
jumlah retail subscriber yang membayar SAF) dan menyebabkan enterprise
subscriber merupakan mayoritas dari komposisi antara retail dan enterprise
subscriber. Karena enterprise subscriber membayar lebih banyak dibanding retail
subscriber, maka seiring berkurangnya retail subscriber dan bertambahnya
enterprise subscriber, ARPU untuk subscriber menjadi meningkat, untuk
merefleksikan harga enterprise service lebih mahal dibanding retail service. Dan
juga seiring usaha monetization terhadap BBM, ARPU dari BBM juga terus
meningkat. Peningkatan diawal yang lebih lambat merefleksikan usaha monetization
yang belum matang.
Tabel 4.22. Ringkasan Prediksi Pendapatan Selama 5 Tahun
Periode
FY2015 FY2016 FY2017 FY2018 FY2019
Hardware Revenue 4258.13 4728.6 5437.9 5981.7 6280.8
Software Revenue 235 251.5 289.2 337.6 394.2
Service Revenue 1984.42 1779.4 1531 1492.5 1704.5
Total Revenue 6477.5 6759.5 7258.1 7811.8 8379.5
Revenue Growth % 4.35% 7.38% 7.63% 7.27%
Sumber : data diolah, 2014
Catatan : semua nilai dalam satuan jutaan dolar kecuali persentase
Setelah revenue, berikutnya adalah operating expenses. Peneliti
mengasumsikan target efisiensi perusahaan dalam 5 tahun mendatang adalah sekitar
24%. Dibanding dengan kinerja Perusahaan di masa lalu dari tahun fiskal 2005
sampai 2014, biaya operasional (biaya research and development, biaya selling,
general and adminitrative, dan biaya amortization and depreciation, tidak termasuk
biaya seperti impairment of long-lived asset atau fair value adjustment) rata-rata
berada pada level 24% dari total pendapatan (dengan range antara 21% pada tahun
fiskal 2011 sampai 28% pada tahun fiskal 2007). Setelah itu rasio meningkat tajam
menjadi 39% dan 58% pada tahun fiskal 2013 dan 2014 berturut-turut.
95
Pada hasil prediksi tahun pertama, rasio biaya operasional terhadap total
pendapatan adalah 51.9%. Penurunan terus berlanjut sampai level 24% dalam waktu
5 tahun, ini merefleksikan efisiensi biaya yang dilakukan.
Tabel 4.23. Prediksi EBIT Selama 5 Tahun
Periode
FY2015 FY2016 FY2017 FY2018 FY2019
Total Revenue 6477.5 6759.5 7258.1 7811.8 8379.5
Operating Expense
to Revenue Ratio 51.9% 44.8% 37.9% 31% 24%
Operating Expense 3363 3028.3 2750.8 2421.7 2011.1
EBIT -837.8 1295.7 2144.4 2937.3 3642.4
EBIT(1-tax) -614.9 951.1 1574.0 2156.0 2673.5
Sumber : data diolah, 2014
Catatan :
1. Semua nilai dalam satuan jutaan dolar AS kecuali persentase
2. Pajak pendapatan korporasi adalah 26.6%, dapat dilihat pada situs KPMG
Untuk CapEx serta depresiasi dan amortisasi, tidak banyak petunjuk yang
mampu memberikan gambaran bakal seperti apa untuk 5 tahun mendatang.
Perusahaan teknologi, cenderung mengeluarkan dana untuk mengikuti trend lebih
sering daripada jenis lainnya (seperti perusahaan produksi barang tak-jadi atau
setengah jadi). Teknologi dapat berubah banyak dalam waktu satu sampai dua tahun,
sehingga memaksa perusahaan mempunyai CapEx yang relatif besar secara konstant
dari waktu ke waktu.
Jadi, asumsi seharusnya adalah CapEx setidaknya konstan untuk 5 tahun
berikutnya. Namun, peneliti tidak mengambil asumsi seperti itu, karena apabila
Perusahaan terus melakukan investasi terus menerus dalam jumlah besar, maka
seharusnya pertumbuhan penjualan terus tumbuh mengikuti besar investasi yang
dilakukan. Sedangkan, pada asumsi penjualan yang dibahas sebelumnya,
pertumbuhan penjualan melambat di akhir tahun ke-4 dan ke-5. Dimana asumsi
tersebut adalah asumsi pertumbuhan yang disebabkan kegiatan investasi yang
dilakukan sekarang atau dalam waktu dekat.
96
Peneliti juga tidak bisa naif untuk menganggap pertumbuhan penjualan akan
tetap tinggi dengan investasi (CapEx) yang besar secara terus menerus. Itu karena
kita tidak tahu investasi seperti apa yang akan dilakukan dan seperti apa kondisi
pasar untuk 5 tahun mendatang. Namun yang pasti adalah Perusahaan wajib
menganti properti baik berwujud maupun tak berwujud seperti lisensi dan paten dari
waktu ke waktu agar dapat terus mempertahankan posisi. Jadi diasumsikan pada
tahun fiskal 2016 Perusahaan masih memiliki CapEx yang lebih besar dari depresiasi
kemudian tahun fiskal 2017 sampai 2019 CapEx akan sebesar nilai depresiasi dan
amortisasi. Akhirnya, peneliti memutuskan mengasumsi CapEx untuk tahun fiskal
2016 sama seperti tahun fiskal 2015, tahun fiskal 2017 sampai 2019 sebesar nilai
depresiasi tahun sebelumnya. Perhitungan depresiasi dan amortisasi sama seperti
perhitungan untuk tahun pertama.
Tabel 4.24. Estimasi Biaya Depresiasi FY2015
Depreciation Cost in
FY2015 FY2016 FY2017 FY2018 FY2019
Depreciation
FY2014 1270 1016 762 508 254 0
CapEx in
FY2015 1500 150 300 300 300 300
CapEx in
FY2016 1500 150 300 300 300
CapEx in
FY2017 1212 121.2 242.4 242.4
CapEx in
FY2018 1229.2 122.92 245.84
CapEx in
FY2019 1219.32 121.93
Total Depreciation
each year 1166 1212 1229.2 1219.32 1210.17
Sumber : data diolah, 2014
Catatan : Semua nilai dalam satuan jutaan dolar AS
97
CapEx untuk tahun fiskal 2015 sebesar 1500 juta dolar AS. Tahun fiskal
2016 sebesar 1500 juta dolar AS. Kemudian untuk CapEx tahun fiskal 2017 sebesar
biaya depresiasi tahun fiskal 2016, begitu juga untuk CapEx tahun fiskal 2018
sebesar biaya depresiasi tahun fiskal 2017, dan seterusnya.
Perhitungan depresiasi menggunakan konvensi depresiasi setengah tahun
untuk tahun pertama aset baru. Oleh karena itu biaya depresiasi dari CapEx sebesar
1500 juta dolar AS di akhir tahun fiskal 2015 adalah sebesar 150 juta dolar AS bukan
300 juta dolar AS. (300 juta dolar AS didapatkan dengan membagi nilai aset yaitu
1500 juta dolar dengan waktu 5 tahun).
.Biaya depresiasi dan amortisasi untuk 1 sampai 5 tahun mendatang,
berturut-turut dalam juta dolar AS, adalah 1166 juta, 1212 juta, 1229.2 juta, 1219.32
juta, dan 1210.17 juta.
Pada subbab 4.2.8.3 telah dihitung rasio-rasio receivable, inventory, account
payable dan deferred revenue untuk tahun fiskal 2015. Untuk tahun fiskal 2016
sampai 2019 peneliti menggunakan nilai rasio yang sama. Cara perhitungan account
receivable adalah rasio account receivable to revenue dikali dengan nilai revenue.
Untuk inventory dan lainnya juga menggunkana cara yang sama.
Perubahan working capital setiap tahun fiskalnya dihitung dengan
menselisihkan working capital tahun fiskal berjalan dengan working capital tahun
fiskal sebelumnya. Dan working capital dihitung dengan menjumlahkan account
receivable dan inventory kemudian dikurangi account payable dan deferred revenue.
98
Tabel 4.25. Prediksi Perubahan Nilai Working Capital Selama 5 Tahun
Periode
FY2015 FY2016 FY2017 FY2018 FY2019
Revenue 6477.5 6759.5 7258.1 7811.8 8379.5
Account
Receivable (17.4%) 1127.1 1176.2 1262.9 1359.1 1458.0
Inventory (4.9%) 317.4 331.2 355.6 382.8 410.6
Account Payable
(6.9%) 446.9 466.4 500.8 539.0 578.2
Deferred Revenue
(0.8%) 51.8 54.1 58.1 62.5 67.0
Working Capital 945.8 986.9 1059.6 1140.4 1223.4
Perubahan
Working Capital 783.8 41.1 72.7 80.8 83.0
Sumber : data diolah, 2014
Catatan : Semua nilai dalam satuan jutaan dolar AS
Perhitungan perubahan working capital adalah sebagai berikut, untuk tahun
fiskal 2015, working capital tahun 2015 dikurangi working capital tahun fiskal 2014
yaitu 945.8 juta dolar AS dikurangi 162 juta dolar AS. Kemudian untuk tahun fiskal
2016, working capital tahun 2016 dikurangi working capital tahun fiskal 2015 yaitu
986.9 juta dolar AS dikurangi 945.8 juta dolar AS. Tahun fiskal 2017 juga sama,
working capital tahun 2017 dikurangi working capital tahun fiskal 2016 dan
selanjutnya juga sama sampai tahun fiskal 2019.
4.2.10 Cost of Debt
Perusahaan sebelum tahun 2013, telah melunasi semua hutang jangka
panjangnya, namun pada tahun 2014 mendapatkan convertible bond (hutang jangka
panjang yang dapat dikonversi menjadi ekuitas) senilai 1.25 miliar dolar AS par
value (1 miliar dolar diterbitkan pada tanggal 13 November 2013 dan sisanya pada
16 Januari 2014). Hutang jangka panjang tersebut akan jatuh tempo pada 13
November, 2020. Dengan bunga sebesar 6% per tahun dibayar per kuarter.
Sesuai dengan teknik yang dijabarkan sebelumnya, cost of debt akan
diestimasi dengan yield to maturity. Jika hutang jangka panjang senilai 1.25 miliar
99
dipegang sampai jatuh tempo maka yield to maturity akan sama dengan 6%, dengan
asumsi Perusahaan tidak mengalami gagal bayar disepanjang periode tersebut.
Jika dibanding dengan perusahaan yang mempunyai credit-rate, maka
dengan pendapatan yang masih minus, maka Perusahaan dikategorikan sebagai junk
bond. Dan cost of debt dapat setinggi 20%. Namun jika Perusahaan di rate pada
tahun pertama ketika EBIT bernilai positif (berarti sesuai hasil prediksi di tahun
prediksi ke-2) Perusahaan memiliki credit-rate AAA dengan interest coverage ratio
sebesar 17.276. Dengan credit-rate AAA, maka estimasi cost of debt dengan
menggunkan yield to maturity adalah cukup akurat.
Dilihat dari posisi keuangan cash dan cash equivalent saat ini, Perusahaan
mempunyai likuiditas yang cukup baik. Dengan kondisi seperti itu, Perusahaan yang
mempunyai peluang besar dapat bertahan sampai 2 tahun mendatang (sampai EBIT
bernilai positif). Credit-rate minimum untuk dapat menggunakan yield to maturity
sebagai estimator, adalah BBB. Rate BBB memili interest coverage ratio sebesar 4.
Apabila dalam kasus yang lebih buruk dari prediksi (namun bukan yang terburuk),
EBIT Perusahaan hanya perlu minimum 4 kali dari biaya beban bunga (interest
expense), yaitu sebesar 250 juta dolar AS, agar yield to maturity masih dapat
digunakan sebagai estimator cost of debt.
Oleh karena itu, cost of debt dalam penilaian ini adalah 6%.
4.2.11 Cost of Equity
Cost of equity didapatkan dengan menggunakan CAPM. Untuk estimasi
market risk premium, koefisien beta dan riskfree rate dijelaskan pada subbab
berikutnya.
Cost of Equity = Riskfree Rate + Beta[Market Risk Premium]
Cost of Equity = 2.55% + 1.49 [4.46%]
Cost of Equity = 9.19%
100
4.2.11.1 Market Risk Premium
Peneliti mengadopsi estimasi market risk premium dari hasil penelitian
milik orang lain. Peneliti tidak melakukan perhitungan ulang, pertama data yang
diolah adalah sama, dan kedua teknik yang digunakan juga sama. Peneliti mengambil
dari hasil penelitian yang terbitkan oleh Damodaran.
Peneliti menggunakan rata-rata market risk premium yang dihasilkan
dengan metode current implied premium, survey of CFO, dan survey of fund
manager. Alasannya, pertama, current implied premium didasari atas keadaan yang
terakhir dan ini yang paling utama, kedua, hasil survey sedikit mencerminkan
perspektif para investor dan perusahaan. risk premium dari metode implied premium
adalah 4.96%, survei CFO adalah 3.83% dan survei fund manager adalah 4.6%.
Rata-ratanya adalah 4.46%.
4.2.11.2 Koefisien Beta
Koefisien beta dihitung dengan meregresikan tingkat pengembalian saham
Perusahaan (variabel dependen) dengan tingkat pengembalian index S&P500
(variabel independen). Data yang digunakan adalah data tingkat pengembalian
bulanan selama 4 tahun terakhir (48 buah data tingkat pengembalian).
Tabel 4.26. Koefisien Beta dengan Regresi
Koefisien beta 1.134
95% confidence interval -0.134 sampai 2.403
Koefisien korelasi 0.257
Range tingkat pengembalian S&P500 10.772% sampai -8.198%
Range tingkat pengembalian BBRY 46.28% sampai -37.519%
Sumber : data sekunder diolah, 2014
Koefisien beta dari berbagai sumber adalah sebagai berikut, dari Yahoo!
Finance sebesar 0.48, Nasdaq sebesar 0.86, dan Zacks sebesar 1.23. Rata-rata dari
keempat koefisien beta adalah 0.926.
101
Satu pendekatan lain yang dapat digunakan yaitu levered beta, yang
mempertimbangkan financial leverage dan sifat sektor usaha.
Tabel 4.27. Levered Beta
Unlevered beta for sector business 1.18
Tax rate 26.6%
Market Value of Debt 1500.7 juta dolar AS
Equity 4193.3 juta dolar AS
Debt to Equity Ratio 0.358
Levered beta 1.49
Sumber : data diolah, 2014
Market value of debt dihitung menggunakan rumus Yield to Maturity
(formula 2.8.2) dengan par value adalah nilai hutang terakhir yang tercatat di laporan
neraca saldo (balance sheet). Sedangkan market value of equity, dihitung
menggunakan jumlah lembar yang diterbitkan dikali harga pasar (harga pasar yang
digunakan adalah moving average 50 hari, yaitu 8.00, diambil dari stock quote di
situs nasdaq.com).
Koefisien beta yang digunakan adalah 1.49. Alasannya, nilai beta ini lebih
masuk akal dibanding 0.926. Beta senilai 0.926 artinya tingkat pengembalian saham
BlackBerry tidak sesensitif tingkat pengembalian saham pasar. Sedangkan jika
dilihat dari hasil regresi data 4 tahun, didapati koefisien beta diatas 1, artinya tingkat
pengembalian saham BlackBerry lebih sesensitif terhadap pasar. Ini didukung lagi
dengan melihat grafik tingkat pengembalian BlackBerry terhadap pasar.
Jika koefisien beta lebih dari 1, maka grafik seharusnya terlihat bahwa
apabila tingkat pengembalian pasar saham naik, maka tingkat pengembalian saham
perusahaan naik lebih tajam, dan sebaliknya. Pola gerak searah terlihat dari periode
awal 2010 sampai akhir 2010, kemudian pertengahan 2011 sampai pertengahan 2013.
Hanya sebagian kecil yang pola geraknya terbalik seperti pada Agustus 2011,
Agustus 2013, dan Januari 2014.
Gambar 4.2. Tingkat Pengembalian Bulanan 4 Tahun Terakhir
Sumber : data diolah, 2014
102
101
Satu pendekatan lain yang dapat digunakan yaitu levered beta, yang
mempertimbangkan financial leverage dan sifat sektor usaha.
Tabel 4.27. Levered Beta
Unlevered beta for sector business 1.18
Tax rate 26.6%
Market Value of Debt 1500.7 juta dolar AS
Equity 4193.3 juta dolar AS
Debt to Equity Ratio 0.358
Levered beta 1.49
Sumber : data diolah, 2014
Market value of debt dihitung menggunakan rumus Yield to Maturity
(formula 2.8.2) dengan par value adalah nilai hutang terakhir yang tercatat di laporan
neraca saldo (balance sheet). Sedangkan market value of equity, dihitung
menggunakan jumlah lembar yang diterbitkan dikali harga pasar (harga pasar yang
digunakan adalah moving average 50 hari, yaitu 8.00, diambil dari stock quote di
situs nasdaq.com).
Koefisien beta yang digunakan adalah 1.49. Alasannya, nilai beta ini lebih
masuk akal dibanding 0.926. Beta senilai 0.926 artinya tingkat pengembalian saham
BlackBerry tidak sesensitif tingkat pengembalian saham pasar. Sedangkan jika
dilihat dari hasil regresi data 4 tahun, didapati koefisien beta diatas 1, artinya tingkat
pengembalian saham BlackBerry lebih sesensitif terhadap pasar. Ini didukung lagi
dengan melihat grafik tingkat pengembalian BlackBerry terhadap pasar.
Jika koefisien beta lebih dari 1, maka grafik seharusnya terlihat bahwa
apabila tingkat pengembalian pasar saham naik, maka tingkat pengembalian saham
perusahaan naik lebih tajam, dan sebaliknya. Pola gerak searah terlihat dari periode
awal 2010 sampai akhir 2010, kemudian pertengahan 2011 sampai pertengahan 2013.
Hanya sebagian kecil yang pola geraknya terbalik seperti pada Agustus 2011,
Agustus 2013, dan Januari 2014.
102
103
4.2.11.3 Riskfree Rate
Riskfree rate menggunakan rate obligasi pemerintah AS dengan masa jatuh
tempo 10 tahun. Rate pada 15 Mei 2014 adalah 2.55% (sumber : Bloomberg). Rata-
rata untuk bulan Mei 2014 adalah 2.62% (sumber : Federal Reserve).
4.2.12 Cost of Capital
Market value ekuitas Perusahaan adalah 4193.3 juta dolar AS (dengan
jumlah saham, 524,160,000 lembar dikali moving average 50 hari, 8.00 dolar AS per
lembar). Market value hutang jangka panjang Perusahaan adalah 1500.7 juta dolar
AS (dihitung dengan formula Yield to Maturity). Perbandingan antara hutang dengan
ekuitas adalah 0.358. Maka weighted average cost of capital sebesar 7.47%.
Rincian perhitungan weighted average cost of capital adalah sebagai berikut
WACC = wdrd(1-tax)+wsrs
WACC = (0.358)(6%)(1-0.266) + (0.642)(9.19%)
WACC = 1.58% + 5.89%
WACC = 7.47%
4.2.13 Terminal Value
Terminal value (nilai perusahaan setelah melewati tahun fiskal 2019),
dihitung dengan model pertumbuhan stabil (stable growth model). Pertumbuhan
setelah tahun fiskal 2019, dianggap konstant dan tumbuh dengan pertumbuhan yang
relatif sama dengan pertumbuhan ekonomi. Rata-rata pertumbuhan GDP seluruh
dunia dari 1970 sampai 2012 adalah 3.05%. Rata-rata pertumbuhan GDP seluruh
dunia untuk 2002 sampai 2012 adalah 2.57%. Menurut peneliti, estimasi
pertumbuhan jangka panjang lebih sesuai menggunakan rata-rata pertumbuhan
terealisasi yaitu 3.05%. Tidak menggunkan rata-rata 10 tahun karena dalam 10 tahun
terakhir terdapat 2 kali krisis ekonomi. Sehingga bisa saja rata-rata 10 tahun terlalu
rendah akibat ekonomi yang belum pulih sepenuhnya. Rata-rata 10 tahun lebih cocok
104
digunakan untuk memprediksi pertumbuhan stabil untuk jangka yang lebih pendek.
Oleh karena itu, pertumbuhan yang digunakan adalah 3.05%.
Dalam estimasi terminal value, earning after taxes tumbuh dengan tingkat
3.05%. Peneliti tidak lagi melakukan forecasting secara eksplisit seperti untuk 5
tahun pertama diatas. Sebagai pengganti depresiasi, CapEx, dan perubahan working
capital, peneliti menggunakan Reinvestment rate. Reinvestment rate dan nilai
reinvestment didapatkan dengan menggunakan formula 2.10.3.
Peneliti mengasumsikan bahwa untuk tahun setelah tahun terminal,
perusahaan tumbuh dengan pas-pasan, tidak menciptakan atau mengurangi nilai
perusahaan. Sehingga, Return on capital dalam jangka panjang diasumsikan setara
dengan cost of capital sebesar 8.55%. Angka 8.55% adalah rata-rata cost of capital
untuk perusahaan di industri peralatan komunikasi
(http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/New_Home_Page/datafile/wacc.htm).
Perusahaan yang mature (Perusahaan dianggap memasuki status mature company
setelah terminal year) umumnya memiliki cost of capital mendekati angka rata-rata.
Besar reinvestment adalah 982.8 juta dolar AS dan free cash flow untuk
terminal year adalah 1772.3 juta dolar AS. Perhitungan besar reinvestment adalah
sebagai berikut, pertama, rumus yang digunakan adalah formula 2.10.3 baris pertama,
yaitu reinvestment rate sama dengan rate pertumbuhan EBIT dibagi dengan ROC.
Kedua, rate pertumbuhan EBIT sama dengan 3.05% dan ROC (punya nilai yang
sama dengan WACC Terminal) sama dengan 8.55%. Ketiga, setelah didapati
reinvestment rate, maka tinggal mendapati besar nilai reinvestment dengan cara
mengkalikan reinvestment rate dengan nilai EBIT Terminal (2755.079 juta dolar AS)
105
Tabel 4.28. Terminal Value
Terminal Growth 3.05 %
Terminal EBIT 2755.079 juta dolar AS
Reinvestment 982.806 juta dolar AS
Terminal Free Cash Flow 1772.3 juta dolar AS
Terminal Cost of Capital 8.55%
Terminal Value 32223.145 juta dolar AS
Sumber : data diolah, 2014
4.2.14 Valuation (FCFF, Firm Value, Terminal Value, Value/Share)
Perhitungan free cash flow untuk tahun fiskal 2015 adalah sebagi berikut.
Tabel 4.29. Free Cash Flow FY2015
Hasil Prediksi
EBIT (1 – tax) -614.9
Non-Cash Charge (Depreciation & Amortization) 1166
Capital Expenditure 1500
Net Change Working Capital 788.5
Free Cash Flow -1737.4
Sumber : data diolah, 2014
Catatan : Semua nilai dalam satuan jutaan dolar AS
Tabel 4.30. Free Cash Flow FY2015 – FY2019
Periode
FY2015 FY2016 FY2017 FY2018 FY2019
EBIT (1 – tax) -614.9 951.1 1574.0 2156.0 2673.5
Non-Cash Charge
(Depreciation &
Amortization)
1166 1212 1229.2 1219.32 1210.172
Capital Expenditure 1500 1500 1212 1229.2 1219.32
Net Change Working
Capital 783.7 34.4 79.6 80.8 82.9
Free Cash Flow -1732.7 638.9 1511.6 2065.3 2581.5
PV (FCF) -1612.23 553.13 1217.83 1548.20 1800.69
Sumber : data diolah, 2014
Catatan : Semua nilai dalam satuan jutaan dolar AS
Semua nilai kecuali free cash flow dan present value of free cash flow dalam
tabel 4.38 diambil dari perhitungan pada subbab sebelumnya. Perhitungan free cash
flow menggunkana rumus 2.11.3. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan present
value. Tingkat diskonto yang digunakan untuk mendiskontokan free cash flow adalah
sebesar WACC yang telah dihitung di atas, yaitu 7,47%. Setelah mendapatkan
106
present value berikutnya dihitung nilai intrinsik per lembar saham. Berikut tabel
berisi ringkasan perhitungan nilai intrinsik per lembar saham.
Tabel 4.31. Nilai Intrinsik per Lembar Saham
PV (Terminal Value) 21380.54 juta dolar AS
PV (Total FCFF of 5 year) 3507.62 juta dolar AS
Firm’s Value 24888.17 juta dolar AS
Market Value of Debt 1500.7 juta dolar AS
Cash 1579 juta dolar AS
Number of Shares Outstanding 524159844 lembar
Intrinsic Value / Share 44.61 dolar AS/lembar saham
Intrinsic Value + Cash / Share 47.62 dolar AS/lembar saham
Sumber : data diolah, 2014
Harga nilai intrinsik saham Perusahaan, tanpa memperhitungkan uang tunai,
adalah 44.61 dolar AS per lembar saham. Dan, harga nilai intrinsik saham
Perusahaan, dengan memperhitungkan uang tunai, adalah 47.62 dolar AS per lembar
saham. Jika dibanding dengan harga pasar saat ini (pada saat penulisan), yaitu sekitar
7.31 dolar AS per lembar saham, maka harga pasar saat ini adalah undervalued.
Jikalau, dibanding dengan moving average 50 hari terakhir di bulan Mei tanggal 24
yaitu sekitar 8.00 dolar AS per lembar saham, hasilnya juga sama, yaitu undervalued.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hardware Revenue
Hasil estimasi untuk pendapatan dari segi penjualan perangkat keras (untuk
sementara waktu perangkat keras yang dijual hanyalah smartphone BlackBerry),
adalah sekitar 4258.13 juta dolar AS selama tahun fiskal 2015.
Mengingat track record terdahulu dari tahun fiskal 2012 ke 2013,
mengalami penurunan sebesar 43%. Penurunan 43% utamanya disebabkan model
terbaru yang menggunakan BlackBerry OS 10, model Z10 tidak diterima baik oleh
konsumen. Banyak konsumen yang masih lebih menyukai adanya 5 ‘tombol’
107
pengaturan di sabuk ponsel (diantara layar dan keyboard) dan keyboard QWERTY.
Bagi sebagian pengguna, keyboard fisik lebih disukai dalam berkomunikasi secara
tertulis, karena pengetikan yang cepat dan tepat. Tidak seperti smartphone lainnya
yang fulltouch screen. Selain itu, smartphone BlackBerry memiliki kekurangan
dibanding kompetitor dari segi fitur untuk segment konsumen, utamanya adalah
jumlah dan variasi app (aplikasi). Oleh karena itu, apabila manajemen Perusahaan
yang sekarang tidak mampu mengenali dan memperbaiki kelemahan-kelemahan
tersebut, maka bukan mustahil penurunan sebesar 43% terjadi kedua kalinya.
Namun mengingat sejak pergantian manajemen dan selama 5 bulan berjalan.
Melalui kabar media, manajemen Perusahaan masih belum menyerah di lini bisnis
smartphone. Dan manajemen sepertinya mampu mengenali apa kemauan konsumen
terhadap smartphone BlackBerry. Ini ditandai, dirilisnya konsep dua model baru
yaitu Z3 (‘Jakarta’) dan Q20 (‘Classic’). Z3 memiliki karakteristik yang tidak kalah
dibanding smartphone tingkat entry-level lainnya. Z3 dibuat relatif murah, dengan
spec yang tidak terlalu buruk dimata konsumen, serta dilengkapi berbagai
improvement seperti baterai yang lama habisnya, Sticker BBM yang unik, serta BBM
Channel. Dan juga berdasar rilis media, Z3 diterima cukup baik oleh pasar Indonesia.
Sehingga, apabila hal baik ini berlanjut, maka Perusahaan akan berhasil dengan
banting stir-nya dan pendapatan naik 12.5% dari 3785 juta dolar AS menjadi
4258.13 juta dolar AS diakhir tahun fiskal menjadi memungkinkan.
Kenapa hanya 13%, peneliti tidak ingin terlalu optimis, bahwa Q20 akan
sesukses Z3 di Indonesia. Memang mungkin untuk beberapa pasar basis BlackBerry
seperti India, Thailand, Pilipina, Nigeria, dan beberapa emerging market lainnya,
akan menerima model baru dengan baik kira-kira sebaik di Indonesia. Selain itu,
masalah waktu peluncuran model yang bukan diawal tahun fiskal seperti Z10. Z3
108
diluncurkan bulan Mei dan Q20 diperkirakan di sekitar akhir tahun 2014. Hal ini
menyebabkan kesuksesan penjualan hanya akan tercatat sebentar di tahun fiskal 2015
dan akan dicatat penuh di tahun fiskal berikutnya. Jadi walaupun diasumsikan model
baru sukses, kesuksesan penjualan tidak akan tercatat penuh di tahun fiskal 2015.
Jika analisa dibawa ke sudut pandang lain, kenaikan penjualan menjadi
4258.13 juta dolar AS, adalah hal yang sangat hebat. Kenapa? Karena kronologisnya,
apabila tanpa model-baru tersebut, penjualan hanya mengandalkan model lama. Dan
dengan model lama diperkirakan penjualan akan terus turun sekitar 43% dari 3785
juta dolar AS menjadi 2157.5 juta dolar AS (atau katakanlah lebih baik, hanya turun
30%, menjadi 2649.5 juta dolar AS), yang berarti dengan model lama penjualan
hanya sebesar sekitar 2157.5 juta dolar AS (jika dengan 30%, maka 2649.5 juta dolar
AS). Lalu dengan adanya model baru, katakanlah sukses dan penjualan menjadi
4258.13 juta dolar AS, berarti model baru mampu mendongkrak penjualan (dari yang
hanya mengandalkan model lama) sebesar 1.9X kali lipat (US$ 4258.13 juta /
US$ 2157.5 juta) atau dengan asumsi 30%, terdongkrak 1.6X kali lipat (US$ 4258.13
juta / US$ 2649.5 juta). Kontribusi model baru sangatlah besar dalam asumsi yang
digunakan. Walaupun peneliti tidak mempunyai data pembanding untuk mengatakan
1.9X kali lipat adalah hebat, namun logikanya adalah apabila produk model baru
dapat mendongkrak penjualan minimal 2X kali lipat (atau naik 100%) artinya produk
model baru tersebut mampu dan berhasil mengantikan potensi penjualan semua
model lama yang ada. Dan itu yang selalu diharapkan oleh perusahaan manapun dan
menjadi tujuan dari meluncurkan produk baru.
Namun dari semua cerita baik, selalu ada sisi yang kurang. Kekurangan dari
asumsi pencapain penjualan yang digunakan adalah, peneliti tidak mensurvei,
seberapa banyak konsumen yang tertarik (atau bahkan berminat membeli sebelum
109
diluncurkan) dengan produk model Z3 dan Q20. Dengan tidak mengetahui
kecenderungan ini, maka asumsi pencapaian penjualan akan terlihat naif, karena
hanya berdasarkan sudut pandang makro (dari market volume dan market share).
Beberapa analis yang lebih berpengalaman menggunakan berbagai sumber untuk
mengetahui ketertarikan/minat konsumen terhadap model baru. Sumber data dapat
berasal dari institusi investasi (seperti Goldman Sach), pencatatan dan statistik dari
Google Trend, Twitter, dan MapBox (atau bahkan data dari Central Intelligence
Agency).
Kekurangan yang dijelaskan diatas terlihat jelas pada nilai-nilai asumsi
dalam memprediksi jumlah smartphone yang terjual di Indonesia. Dalam prediksi itu,
peneliti menggunakan pendekatan yang lebih sederhana dan mengeneralisasi.
Walaupun jika dilihat dari hasilnya, maka masih masuk akal. Penjualan yang naik 3.3
juta unit atau 17% menjadi 22.5 juta unit, masih masuk akal jika dibanding dengan
pencapaian terdahulu, dimana data IDC mencatat tahun 2012 terdapat penjualan 32.5
juta unit.
Penjualan naik tidak melebihi penjualan tahun sebelumnya, market share
yang relatif bertahan, revenue mix secara regional yang sedikit bergeser, itu semua
adalah kriteria mendasar dalam asumsi yang digunakan. Perusahaan yang berusaha
bangkit kembali dari kejatuhan, agaknya mustahil apabila dalam waktu setahun,
mampu mencapai penjualan yang melebihi pencapaian tertinggi dalam 3 tahun
terkahir, dan mampu meningkatkan market share secara signifikan. Walau bukan
tidak mungkin, namun kecil kemungkinan. Sehingga kriteria seperti itu yang
digunakan dalam menentukan nilai-nilai estimasi.
110
Jadi analisa yang bagus terdiri dari analisa dari sudut pandang mikro (survei
minat konsumen baik secara langsung atau tidak langsung) dan dari sudut pandang
makro (potensi market volume dan market share).
Untuk tahun selanjutnya, yaitu dari tahun fiskal 2016 sampai 2019, sulit
untuk memprediksi penjualan smartphone, karena masih terdapat 2 model dari 4
model yang belum dirilis seperti apa konsep desainnya. Oleh karena itu, peneliti
hanya mengestimasi hardware revenue sebagai akibat dari tindakan sekarang atau
tindakan segera dalam waktu dekat.
Dari Z3 dan Q20, jika asumsikan sukses, peneliti memprediksi hardware
revenue akan tumbuh dengan cepat di tahun fiskal 2015 dan 2016 dan kemudian
melambat bertahap sampai tahun fiskal 2019. Hasilnya Perusahaan membutuhkan
waktu 3 tahun untuk kembali ke posisi tahun fiskal 2013 dan hasil tahun fiskal 2016
tidak melebihi pencapaian tahun fiskal 2012.
Hasil ini menurut peneliti masuk akal. CEO John Chen, dalam
menyampaikan langkah-langkah strategisnya, Perusahaan akan melepas segment
high-end consumer device (segment bagi konsumen retail yang menginginkan
smartphone bagus, market leader di segment ini adalah Apple Inc.). Perusahaan
sebaliknya akan kembali fokus pada perangkat bagi konsumen enterprise, enterprise
high-end device. Pasar konsumen enterprise memiliki harga jual per unit yang tinggi
namun pasar konsumen enterprise lebih kecil dari konsumen retail kelas atas (high-
end device). Jadi bagaimanapun, menurut peneliti penjualan smartphone memiliki
kemungkinan yang kecil untuk dapat mencapai level seperti tahun fiskal 2012.
4.3.2 Software Revenue
Hasil estimasi untuk tahun fiskal 2015, software revenue, adalah 235 juta dolar AS,
111
Cara prediksi software revenue, tidak dilakukan serumit peramalan
hardware revenue, dikarenakan data yang tersedia kurang memadai. Perusahaan
tidak secara konsisten menyingkap data-data berhubungan dengan software revenue.
Jadi prediksi langsung dilakukan pada angka pendapatan.
Estimasi dengan asumsi EZ Pass berhasil dan kemauan perusahaan-
perusahaan mau menunggu BES12, adalah 235 juta dolar AS. 235 juta dolar AS
tidak dinilai terlalu optimis, karena pertama BES12 diluncurkan akhir tahun 2014,
dan harga BES12 belum jelas akan dikenakan berapa ke perusahaan pelanggan
(BES10 untuk sementara free trial). Jadi kalaupun BES12 sukses, kesuksesan itu
tidak akan tercatat sepenuhnya di tahun fiskal 2015. Selain itu, EZ Pass tidak
menghasilkan pemasukan apapun bagi perusahaan, karena EZ Pass hanya satu
produk untuk memindahkan pelanggan yang ada dari BES5 ke BES10 dan BES12,
serta memindahkan pelanggan dari kompetitor ke BES10 dan BES12, secara gratis
sepenuhnya. Sehingga satu-satunya pemasukan nantinya adalah dari pelanggan baru
(atau pelanggan lama yang tidak mengambil EZ Pass).
Namun prediksi ini tidak begitu akurat, dikarenakan kurangnya data
pendukung seperti besar pangsa pasar mobile device management software dan
enterprise mobility management, serta berapa besar market share yang dikuasai
Perusahaan. Menurut hasil estimasi dari Steve Bransen, Perusahaan menguasai
kurang lebih 30% pasar (For BlackBerry, Consumers Aren't the Only Problem, Wall
Street Journal). Dan itu menurun dari sekitar 50% pada tahun 2011. Dan kalaupun
diasumsikan bahwa kedepannya market share yang dimiliki Perusahaan naik,
katakanlah 40%, yang menjadi ketidakjelasan adalah berapa besar keseluruhan pasar
dan seberapa cepat pertumbuhan pasar tersebut dalam waktu dekat. Peneliti hanya
112
bisa melakukan prediksi secara kasar berdasarkan ekspektasi kondisi satu tahun
kedepan.
Untuk tahun kedua diprediksi dengan asumsi Perusahaan berhasil di tahun
pertama. Untuk tahun kedua software revenue dipastikan akan meningkat seiring
semakin banyak perusahaan yang menggunakan BES12. Berarti penjualan CAL akan
meningkat. Hanya saja, peneliti tidak mengambil nilai pertumbuhan yang tinggi
karena sebagian CAL yang terjual akan berasal dari EZ Pass yang dipasarkan (EZ
Pass bahkan memberikan CAL gratis bagi pengguna yang pindah dari kompetitor ke
BES). Sehingga pemasukan dari penjualan CAL akan rendah dan menyebabbkan
pertumbuhan software revenue akan lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya.
Untuk prediksi software revenue dari tahun fiskal 2016 sampai pada tahun
fiskal 2019, peneliti mencoba melirik ke pendekatan yang tidak langsung. Karena
software revenue mengandung pemasukan dari QNX, peneliti melirik ke satu
penelitian oleh Cisco. Dimana Cisco menyatakan bahwa pertumbuhan Internet of
Thing diprediksi tumbuh dengan CAGR 17% per tahun. Karena QNX banyak
digunakan dalam tren Intenet of Thing, maka peneliti mengambil angka prediksi dari
penelitian Cisco.
Selain itu, software revenue mengandung penjualan CAL, dan technical
support and maintanence fee. Peneliti menggunakan rata-rata data historis sebagai
panduan. Dan hasilnya adalah peneliti menggunakan angka 16.5% (lihat subbab
4.2.9 kembali untuk sumber angka tersebut). Angka 16.5%, yang lebih rendah 5%
dari rata-rata, merefleksikan pemasukan yang lebih rendah karena EZ Pass dan juga
harga CAL yang lebih rendah.
113
Berdasarkan dua petunjuk, peneliti akhirnya mengasumsikan bahwa
software revenue tumbuh dengan agak lambat di awal dan lebih cepat diakhir dan
mencapai pertumbuhan 16.75% di tahun fiskal 2019.
4.3.3 Service Revenue
Untuk service revenue, pendapatan menurun menjadi 2017 juta dolar AS
pada tahun fiskal 2015. Peneliti sulit menemukan adanya kemungkinan untuk service
revenue meningkat dalam waktu dekat terlepas dari usaha yang dilakukan
Perusahaan. Selama ini Perusahaan mengandalkan pemasukan dari biaya SAF untuk
pengguna BlackBerry yang menggunakan jasa server Perusahaan (contoh bagi
konsumen adalah BlackBerry Messenger, pesan yang dikirim dari BBM harus
melewati server Perusahaan, alih-alih hanya melewati server perusahaan
telekomunikasi lokal). Namun karena masuknya kompetitor yang tidak mengenakan
biaya SAF sedikitpun kepada konsumen, maka perlahan-lahan konsumen berpindah
dari BlackBerry ke kompetitor dan mengakibatkan penurunan pemasukan dari biaya
SAF. Perpindahan diperparah dengan kecendrungan minat ke smartphone kompetitor
yang lebih menarik perhatian konsumen. Penurunan pemasukan dari tahun fiskal
2012 ke 2013 adalah sebesar 31%, ini merupakan penurunan yang tajam.
Jika perusahaan berhasil maka diprediksi jumlah pengguna BlackBerry
menurun dengan lambat dan perusahaan berhasil mendapat sumber pemasukan
pengganti biaya SAF. Dan ini direfleksikan angka estimasi sebesar 2017 juta dolar
AS.
Peneliti sebenarnya pesimis dengan kemungkinan service revenue akan
mampu naik melebihi pencapaian tahun fiskal 2013 sebesar sekitar 3900 juta dolar.
Walaupun dari yang telah diketahui, Perusahaan mencoba mengali sumber
pemasukan dari BBM Sticker (gambar-gambar emoicon unik), BBM Channel dan
114
eBBM Suite (sekumpulan fitur-fitur tambahan yang dikhususkan bagi pengguna
enterprise, salah satu produknya adalah BBM Protected, fitur komunikasi aman dan
terenkripsi bagi pengguna enterprise).
Perusahaan instant messaging top seperti LINE, dapat dikatakan sukses
dalam memperkenalkan sticker. Namun dengan status kesuksesannya, dalam laporan
keuangan LINE, pendapatan dari sticker tidaklah begitu mengesankan, malah jika
dibagi dengan jumlah penggunanya, hanya menghasilkan rata-rata 0.144 dolar per
AS per pengguna selama satu kuarter. LINE lebih banyak mendapatkan pemasukan
dari virtual good dalam games (menurut peneliti LINE mengikuti jejak Facebook,
yaitu memasukan games ke dalam aplikasi sosialnya) dan pemasukan itu mewakili
sekitar 60% dari total pendapatannya. Jadi, kalaupun BlackBerry Ltd melakukan hal
yang sama, tidak banyak pemasukan yang bisa didapat dari sticker.
BBM Channel, sesuai dengan namanya, seperti saluran televisi, dimana satu
entitas baik itu komersil atau non-komersil dapat melakukan update informasi dan
menyiarkan keseluruh pengguna BlackBerry Messenger yang mengikutinya (dapat
dibayangkan seperti twitter). Bagi pengguna BBM pribadi atau non-komersil, BBM
Channel adalah gratis, namun Perusahaan berencana mengali pemasukan dari
perusahaan yang menggunakan BBM Channel untuk menguatkan brand awareness
mereka. Dan tentunya, peneliti merasa bahwa pendapatan dari BBM Channel akan
proposional dengan jumlah pengguna BBM. Untuk saat ini jumlah pengguna aktif
BBM masih dibawah 100 juta. Dan dalam waktu dekat masih diragukan mampu naik
banyak. Peneliti melihat bahwa jumlah pengguna BBM hanya naik tajam sesaat
diluncurkan di platform Android dan iOS namun sejak itu angka itu tidak naik
banyak. Dua minggu sejak diluncurkan untuk Android dan iOS, jumlah pengguna
naik menjadi 80 juta pengguna, namun satu kuarter setelahnya, CEO John Chen
115
dalam conference call laporan keuangan kuartal, menyatakan bahwa jumlah
pengguna saat itu berkisar pada 85 juta pengguna aktif. Jadi dengan rendahnya
jumlah pengguna, Perusahaan tidak memiliki bargain power untuk mendikte harga
jasa BBM Channel untuk entitas komersil.
Jadi usaha Perusahaan tersebut, hanyalah bertujuan untuk menganti
sebagian pendapatan yang hilang. Namun peneliti melihat hal lain, yaitu,
penambahan-penambahan seperti itu akan meningkatkan daya tarik smartphone
BlackBerry itu sendiri, sehingga divisi smartphone dapat selamat dan menjadi
sumber pemasukan utama kembali. Dengan naiknya jumlah pengguna BlackBerry
baik itu konsumen retail maupun enterprise, akan memberikan efek timbal balik ke
sumber pendapatan lainnya. Sebagai contoh, dengan pengguna BlackBerry di
segmen pasar enterprise yang banyak (walau bukan terbanyak, yang penting cukup
banyak hingga tidak dapat diabaikan), akan membuat perusahaan-perusahaan
semakin sulit menganti BES dengan produk kompetitor lainnya, karena untuk
sementara BES adalah software MDM yang mampu mengontrol full-range perangkat
BlackBerry terbaru. Ditambah beberapa keunggulan lainnya, tentu BES menjadi
‘berbeda’ dengan produk lain.
Jadi yang benar-benar bisa digali, menurut peneliti adalah eBBM Suite.
Untuk beberapa industri yang sensitif terhadap kerentanan pencurian informasi,
seperti bidang militer, finansial, dan kesehatan, mempunyai kebutuhan keamanan
yang tinggi dan spesifik. Disitulah BBM Protected memenuhi permintaan itu. Selain
itu, eBBM Suite berkemungkinan bukan hanya dilengkapi dengan fitur keamanan,
bisa saja yang lain. Sebagai contoh di Indonesia, terdapat BBM Money, yaitu
pengiriman uang melalui aplikasi BBM. Jika fitur sejenis diterapkan di bidang
finansial, maka bisa saja bukan hanya uang yang ditransaksikan, sekuritas-sekuritas
116
baik itu saham, obligasi, atau reksadana juga dapat ditransaksikan melalui aplikasi
BBM. Itu semua menjadi mungkin dengan adanya sistem keamanan yang baik (yang
menjadi kebanggaan Perusahaan).
Lagi-lagi semua kembali ke semula, seberapa baik perangkat BlackBerry
mampu menjual dan seberapa populernya aplikasi BlackBerry Messenger. Service
revenue diprediksi tetap menurun walau dengan skenario terbaik dimana jumlah
pembayar SAF baik dari konsumen retail maupun enterprise menurun sedikit dari
terakhir dilaporkan oleh Perusahaan.
Untuk tahun selanjutnya, service revenue diprediksi sulit tumbuh sampai
tahun ke-5. Itu disebabkan ketergantungan pemasukan dari SAF. Perusahaan tidak
dapat menganti pemasukan itu dengan mudah. BBM sticker dan BBM Channel,
diyakini bukan sumber pemasukan yang dapat menganti pemasukan dari SAF
(setidaknya untuk saat ini peneliti menilai tidak mungkin). Perusahaan hanya bisa
mengandalkan eBBM Suite untuk menganti pemasukan SAF (setidaknya peneliti
menilai hanya eBBM Suite yang mungkin bisa menggantikan pemasukan SAF).
Metode estimasi service revenue untuk sampai tahun ke-5 tidak banyak
berbeda dengan untuk tahun pertama. Jumlah pembayar biaya SAF diprediksi akan
hanya menyisakan pengguna dari konsumen enterprise dan pengguna BlackBerry OS
7 dan sebelumnya. Namun ARPU akan naik karena konsumen enterprise dikenakan
biaya yang lebih mahal atas jasa layanan yang lebih.
Secara keseluruhan hasil estimasi sampai tahun ke-5 dinilai masuk akal.
Sesuai dengan penjelasan diatas, service revenue tidak melebihi revenue di tahun
fiskal 2013, dan untuk di awal, service revenue cenderung turun karena sumber
pemasukan (yang utamanya dari SAF) menghilang.
4.3.4 Gross Margin
117
Gross margin untuk penjualan perangkat keras sebesar 15% dan untuk
pemasukan dari service dan software sebesar 85%. Artinya, dari setiap dolar
pemasukan dari penjualan perangkat keras (untuk sementara waktu perangkat keras
yang dijual hanyalah smartphone BlackBerry), Perusahaan hanya mendapatkan 0.15
dolar atau 15 sen setelah dipotong segala biaya untuk menjual barang tersebut ke
tangan konsumen. Untuk pemasukan dari service dan software juga sama, artinya
dari setiap dolar pemasukan dari penyediaan jasa layanan atau software, Perusahaan
hanya mendapatkan 0.85 dolar atau 85 sen setelah dipotong segala biaya untuk
menyediakan dan memberikan jasa tersebut ke konsumen. Sisa 15 sen dan 85 sen
itulah yang akan digunakan untuk menutupi biaya-biaya lainnya seperti biaya
promosi dan pemasaran, gaji karyawan, dan biaya operasional lainnya.
Menurut peneliti, angka gross margin 85% telah sesuai dengan gross margin
terdahulu. Dan diprediksi gross margin untuk pemasukan dari service dan software,
tidak akan berubah banyak untuk beberapa waktu ke depan. Perusahaan, dari dulu
dan kemungkinan untuk seterusnya, telah mempunyai kapabilitas untuk menyediakan
dan memberikan jasa dengan baik. Kemudian angka gross margin 15%, merupakan
penyesuaian atas adanya kerjasama antara Foxconn Technology dengan Perusahaan
dalam hal memproduksi perangkat BlackBerry dan mengatur stok serta mengatur
pendistribusian untuk model yang diproduksi. Dari kerjasama itu, Foxconn
mengambil risiko berupa inventory risk, dimana bila terdapat stok tidak terjual maka
biaya dibebankan ke Foxconn bukan BlackBerry. Disisi lain, Foxconn mendapat bagi
hasil dari setiap perangkat BlackBerry yang terjual, serta biaya produksi sepenuhnya
ditanggung oleh Perusahaan (red. BlackBerry Ltd.).
Oleh karena itu, dari informasi yang ada, peneliti memahami bahwa dengan
kerjasama ini, Perusahaan menghilangkan sebagian besar biaya tetap produksi
118
(production fixed-cost), pemasukan bersih dari setiap perangkat terjual akan menurun
akbiat dari bagi hasil. Sehingga hasilnya adalah gross margin turun, namun gross
margin relatif stabil terlepas dari berapa jumlah perangkat yang terjual. Satu hal yang
menjadi kelemahan estimasi gross margin ini adalah, 15% diestimasi berdasarkan
kinerja Perusahaan terdahulu (dimana produksi dilakukan oleh pabrik milik
BlackBerry Ltd.), sedangkan untuk kedepan produksi dilakukan oleh pabrik milik
Foxconn. Akan pasti terdapat perbedaan efisiensi antara pabrik BlackBerry Ltd dan
Foxconn. Foxconn Technology adalah ahli dalam bidang manufaktur sedangkan
BlackBerry Ltd bukan ahlinya. Perusahaan yang ahli dan berpengalaman di bidang
akan mempunyai efisiensi yang lebih baik dibanding dengan perusahaan yang bukan
ahli. Jadi estimasi gross margin 15% berkemungkinan mengalami understimate.
Tetapi, tentunya yang menentukan underestimate atau tidak bukan hanya pada
efisien produksi, namun juga kesepakatan yang dilakukan (yang tidak
dipublikasikan).
4.3.5 Operating Expense
Perusahaan sedang melakukan perbaikan diri, dan itu termasuk efisiensi
sumber daya dan penghematan biaya. Dan tidak ada pendekatan khusus untuk
mengestimasi berapa banyak biaya yang bisa dihemat. Sehingga untuk kasus kali ini,
tidak ada pendekatan khusus dalam mengestimasi operating expense (biaya
operasional). Jadi, peneliti hanya melakukan prediksi kasar berdasarkan informasi
yang ada dan mengasumsikan kondisi yang sangat sederhana.
Dalam laporan tahunan terakhir, dinyatakan bahwa Perusahaan menargetkan
biaya operasinal turun 50% di kuarter pertama FY2015 dibanding periode
sebelumnya pada tahun fiskal 2014. Dan manajemen Perusahaan juga menyatakan
bahwa program penghematan dan efisiensi masih akan dilanjutkan (untuk waktu
119
yang tidak ditetapkan). Katakanlah target penghematan dapat tercapai, namun untuk
selanjutnya tidak dapat diprediksi berapa persen penghematan yang akan dilakukan.
Hanya dari pernyataan bahwa program penghematan dan efisiensi masih
dilanjutkan, peneliti mengasumsikan biaya operasional tidak termasuk biaya-biaya
sekali terjadi turun menjadi 3363 juta dolar AS atau total 11.8% selama setahun.
Penurunan tersebut menurut peneliti masih masuk akal.
Walaupun bukan bukti kuat untuk mendukung angka tersebut, namun
sebagai contoh perbandingan, dalam berita yang dirilis (Spear Street to buy
BlackBerry's Canadian real estate assets, Reuters India), Perusahaan telah
menemukan pembeli untuk sejumlah aset real estate yang berada di Kanada dengan
nilai kesepakatan 278 juta dolar AS. Anggap bahwa nilai jual berada pada fair value
dari sisa nilai dan real estate tersebut anggaplah masih dapat didepresiasi selama 5
tahun. Maka biaya depresiasi per tahunnya adalah 55.6 juta dolar atau sekitar 9.2%
dari biaya depresiasi di tahun fiskal 2015. Memang bahwa ini adalah kejadian sekali
dan tidak berulang, namun penghematan dari sisi depresiasi udah hampir mewakili
10% dari biaya depresiasi selama setahun.
Contoh lain, Perusahaan berencana memotong jumlah karyawan sebanyak
4500 karyawan dan menyisakan total 7000 karyawan di seluruh dunia. Pada akhir
tahun fiskal 2014, Perusahaan menyingkapkan bahwa jumlah karyawan pada akhir
pelaporan ada sebanyak 8057 karyawan. Berarti untuk tahun fiskal 2015 dapat
dipastikan akan ada pengurangan sebanyak lebih kurang 1000 karyawan. Bila biaya
gaji karyawan mewakili 20% dari total biaya operasional yang dilaporkan terakhir
(tidak termasuk depresiasi dan biaya-sekali-terjadi), maka pengurangan 1000
karyawan sama dengan pengurangan biaya sekitar 425 juta dolar AS atau sebesar
14%.
120
Dari dua ilustrasi diatas, peneliti mendasari pendapat bahwa operating
expense turun 11.8% adalah masuk akal.
4.3.6 Capital Expenditure
Seperti yang disajikan CapEx tidak dapat diestimasi menggunakan trend
dari historis, karena secara umum CapEx dari tahun-tahun lalu terus mengecil, jika
tren dilanjutkan maka CapEx di tahun berikutnya akan mendekati nol. Hal itu tidak
mungkin karena dengan CapEx mendekati nol, artinya perusahaan berhenti
melakukan investasi, berhenti menganti aset yang telah digunakan dan membiarkan
aset terus berkurang, yang pada akhirnya Perusahaan akan kehabisan aset dan bisnis
tidak dapat dilanjutkan.
Tidak ada bukti untuk menyatakan CapEx sebesar 1.5 miliar dolar AS
selama setahun berikutnya adalah nilai yang masuk akal. Satu-satunya petunjuk yang
dimiliki peneliti adalah pernyataan di laporan keuangan bahwa diperkirakan CapEx
di akhir kuarter pertama tahun fiskal 2015 sebesar 50 juta dolar AS. Angka tersebut
hanya berdasarkan pemahaman bahwa, dalam masa perbaikan diri untuk mencapai
pertumbuhan positif, perusahaan umumnya menghabiskan dana untuk investasi baik
itu tangible asset atau intangible asset yang relevan untuk mendukung target
pertumbuhan. Sehingga agaknya tidak mungkin untuk satu tahun kedepan CapEx
mendekati nol. Perusahaan setelah memangkas pengeluaran maka langkah
selanjutnya pastilah memosisikan perusahaan ke posisi yang lebih selaras dengan
fokus baru. CapEx untuk pemosisian ulang pastilah memakan dana yang lebih besar
dari besar biaya depresiasi, karena dalam pemosisian ulang perusahaan perlu
mengakuisisi aset-aset baru dan hal ini akan menjadikan net capital expenditure
positif. Jadi, peneliti mengambil estimasi CapEx 1.5 miliar dola AS selama tahun
fiskal 2015 dan tahun fiskal 2016.
121
Asumsi CapEx tersebut, memang memunculkan pertanyaan, apakah nilai
estimasinya terlalu underestimate. Menurut peneliti, tidak juga, karena Perusahaan
bukan sepenuhnya banting stir ke bidang yang berbeda. Perusahaan hanya mengubah
fokus dari pasar konsumen retail ke konsumen enterprise. Selain itu, juga aset-aset
sebelumnya, sebagian besar masih cukup relevan dengan fokus yang baru. Sehingga
Perusahaan tidak akan memerlukan pembelanjaan aset-aset baru yang banyak dari
awal (seperti perusahaan baru), melainkan hanya perlu menambah aset-aset yang
nantinya diprediksi akan membantu terlaksananya fokus baru.
4.3.7 Operating Cash Flow
Biaya depresiasi dan amortisasi diestimasi dengan asumsi bahwa aset yang
telah ada tidak mengalami perubahan nilai (fair value adjustment) di masa
mendatang. Biaya depresiasi dan amortisasi yang disebabkan oleh pengadaan aset-
aset baru dihitung dengan metode straight-line.
Asumsi umur pemakaian rata-rata untuk aset-aset baru adalah 5 tahun.
Alasan depresiasi tidak dihitung dengan memisahkan antara aset berwujud dan tak
berwujud adalah peneliti memiliki sedikit petunjuk dalam mengestimasi CapEx
sehingga penyederhanaan CapEx mengharuskan peneliti juga melakukan
penyederhanaa dalam perhitungan depresiasi dan amortisasi.
Estimasi perubahan working capital menggunakan rata-rata data historis.
Ratio setiap item didalam working capital terhadap pendapatan umumnya jarang
berubah, karena setiap bidang usaha memiliki sifat tersendiri dan sifat itu jarang
berubah dalam waktu yang pendek.
4.3.8 Intrinsic Value per Share
122
Nilai intrinsik yang didapat adalah sekitar 44.61 dolar AS per lembar saham.
Dan nilai intrinsik yang memperhitungkan nilai aset likuid seperti uang tunai, adalah
sebesar 47.62 dolar AS per lembar saham.
Dari sudut pandang investor, maka nilai intrinsik per lembar saham lebih
penting, karena bagi investor yang penting adalah potensi uang yang dapat dibagikan
kepadanya, yaitu dividen. Dividen dibagi dari sisa arus kas setelah biaya operasional
dan investasi operasional. Sedangkan, nilai intrinsik ditambah cash per lembar saham,
penting bagi calon pembeli perusahaan, karena ketika membeli perusahaan, aset
likuid seperti uang tunai, juga ikut serta diambil ahli. Sehingga aset likuid juga
menjadi pertimbangan, dan tentunya calon pembeli tidak akan mau membayar lebih
mahal dari market value untuk aset likuid tersebut.
Jika dibanding harga pasar, sekilas penilaian yang peneliti lakukan
sangatlah bersifat optimis. Dan ya, memang asumsi yang diambil peneliti dapat
dikategorikan optimis walaupun masih realistis.
Beberapa poin yang bersifat optimis dalam penilian ini adalah :
1. Dalam waktu dua tahun Perusahaan mampu kembali menguntungkan/profitable
dan besar operating profit relatif mendekati pada tahun fiskal 2012.
2. Operating margin pada tahun ke-3 telah melebihi operating margin tertinggi,
yaitu 23.3% di tahun fiskal 2011. Dan terus meningkat ditahun berikutnya.
Berikut tabel rasio penjualan terhadap modal yang ditanam. Rasio ini
menyatakan berapa banyak dolar yang dapat dihasilkan dengan setiap dolar modal
yang ditanam. Semakin tinggi berarti perusahaan semakin mampu dan efisien
memanfaatkan modal yang ada untuk menghasilkan pendapatan.
123
Tabel 4.32. Sales to Capital Ratio FY2011-FY2019
Periode Revenue Total Equity Total Debt Cash Ratio
FY2011 19907 8938 0 1791 2.79
FY2012 18435 10100 0 1527 2.15
FY2013 11073 9460 0 1549 1.40
FY2014 6813 3625 1659 1579 1.84
FY2015 6477.5 3010.1 1659 1000 1.77
FY2016 6759.5 3961.1 1659 1400 1.60
FY2017 7258.1 5535.1 1659 2800 1.65
FY2018 7811.8 7691.1 1659 4700 1.68
FY2019 8379.5 10364.7 1659 7200 1.74
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan dan data diolah, 2014
Total equity diambil dari nilai buku keseluruhan nilai ekuitas (nilai modal
perusahaan). Total debt diambil dari nilai buku keseluruhan hutang non-operasional
yang dimiliki perusahaan. Nilai uang tunai dari periode FY2015 dan seterusnya
merupakan estimasi dengan asumsi tunai yang didapat tidak dibelanjakan untuk
CapEx. Rasio penjualan terhadap modal ditanam dihitung dengan cara revenue
dibagi dengan jumlah dari total equity dan debt setelah dikurangi dengan cash.
Peneliti, dalam subbab ini, mencoba memberikan perbandingan hasil
penilaian dengan asumsi yang lebih jelek dibanding yang pertama.
1. Asumsi penjualan smartphone akan lebih rendah 30% dari estimasi asumsi awal.
Dan market share hanya mencapai 1.67% dari penjualan secara global pada
tahun ke-5. Service revenue dan software revenue tidak berubah.
2. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan tidak menurun sampai level 24%,
melainkan hanya sampai setengah yaitu 38%.
3. Rasio penjualan terhadap modal ditanam yang digunakan adalah 1.7, lebih
rendah dari rata-rata industri, yaitu 1.93. dan rasio dianggap konstant untuk
tahun berikutnya.
Tabel 4.33. Ringkasan Perhitungan Nilai Intrinsik dengan Asumsi Baru
FY2015 FY2016 FY2017 FY2018 FY2019 Terminal
Sales Growth 12.5% 12.5% 10.0% 6.67% 3.33%
Hardware Revenue 5255.7 5255.7 5255.7 5255.7 5255.7
Serv&Soft Revenue 2219.4 2030.8 1820.2 1830.1 2098.7
Total Revenue 6295.4 6365.6 6588.4 6916.4 7354.3
OpEx-to-Rev. Ratio 0.517 0.483 0.449 0.414 0.38
Operating Expenses 3268.4 3074.6 2958.2 2863.4 2794.6
EBIT (1-tax) -565.6 671.3 1004.0 1273.1 1458.8 1503.3
Sales-to-Capital Ratio 1.70 1.70 1.70 1.70
Reinvestment 1122.5 41.3 131.1 192.9 257.6 536.26
FCFF -1688.1 630.0 872.9 1080.2 1201.2 967.0
PV(FCFF) -1570.7 545.5 703.3 809.7 837.9
Terminal Value 17582.4
PV(Terminal Value) 11666.2
Sum of PV(FCFF)+PV(Terminal) 13004.05
Market Value of Debt 1500.7
Cash 1579
Number of Share 524,159,844 lembar saham
Intrinsic Value/Share 21.94 dolar AS/lembar
Sumber : data diolah, 2014
Catatan :
1. Semua nilai dalam satuan jutaan dolar AS kecuali persentase dan rasio
2. Besar Reinvestment di tahun pertama dihitung dengan nilai CapEx dan depresiasi tidak berubah dari asumsi awal, tetapi nilai
perubahan working capital berubah secara proposional terhadap perubahan revenue.
124
125
4. Asumsi rasio yang digunakan untuk menghitung terminal value tetap sama
seperti penilaian pertama, yaitu pertumbuhan earning before taxes tumbuh
3.05% dan cost of capital 8.55%.
Rincian dalam bentuk tabel untuk hasil perhitungan nilai intrinsik dengan
asumsi yang baru dijabarkan di atas dapat dilihat pada halaman sebelumnya, tabel
4.41.
Dari tabel 4.41 diperoleh nilai intrinsik adalah 21.94 dolar AS per lembar
saham. Dengan pencapaian penjualan yang lebih rendah 30% dari asumsi awal
(artinya hanya 70% penjualan dari asumsi awal yang tercapai), dan kenaikan biaya
operasional ternyata cukup menurunkan nilai perusahaan secara cukup signifikan
dari 44.61 dolar AS per lembar saham menjadi 21.94 dolar AS per lembar saham.
Apabila pencapaian penjualan diturunkan lagi menjadi sebesar 50% dari
asumsi awal, dengan asumsi lainnya tetap tidak berubah (rasio biaya operasional
terhadap pendapatan turun secara bertahap menuju level 38% dan rasio penjualan
terhadap modal 1.70) maka hasil nilai intrinsik turun menjadi 18.59 dolar AS per
lembar saham.
Dan dengan level pencapaian 50% tadi, itu berarti penjualan smartphone
hanya 14.9 unit seluruh dunia. Jika diputar mundur kembali ke penjualan di
Indonesia (ingat bahwa peneliti diawal sebelum mengasumsikan penjualan global,
peneliti menggunakan penjualan di Indonesia sebagai patokan), maka artinya
penjualan di Indonesia hanya sekitar 2.08 juta unit, atau dengan market share
13.86% dari total prediksi penjualan 15 juta unit smartphone di Indonesia. Market
share 13.86% hanyalah turun sedikit dibanding data dari IDC yaitu 14%.
Level pencapaian 50% tadi, juga dapat berarti bahwa seharusnya, apabila
BlackBerry Z3 sukses di Indonesia (meskipun tidak sukses dengan wow, yang
126
penting market share tidak turun banyak dari tahun lalu). Maka seharusnya nilai
Perusahaan akan naik mendekati seharga 18.59 dolar AS per lembar saham. Apabila
tidak naik, berarti harga pasar saat itu masih undervalued.
Selanjutnya kita ambil asumsi jelek yang lebih ekstrem. Dimana Z3 dan
Q20 tidak banyak membantu dalam menahan penurunan penjualan. Sehingga
penjualan secara global di tahun pertama menurun sebanyak 20% (lebih rendah
dibanding sebelumnya). Penurunan ini membawa ke titik penjualan stabil di tahun
berikutnya. Kemudian hanya tumbuh perlahan dari penjualan segment pasar
konsumen retail dan enterprise. Pertumbuhan penjualan secara berturut turut adalah
-20%, 2%, 5%, 3%, dan 2%. Selain itu, asumsi lain seperti biaya operasional tetap
tidak berubah, yaitu secara bertahap menurun menuju level 38% pada tahun prediksi
ke-5. Maka didapati hasil penilaian senilai 8.51 dolar AS per lembar saham.
Nilai 8.51 dolar adalah sedikit lebih tinggi dibanding harga pasar saat ini.
Jika ditinjau pertumbuhan penjualan negatif, walaupun bukan mustahil, namun dapat
dikatakan merupakan asumsi yang cukup pesimis. Penjualan selama setahun di tahun
pertama hanya 11 juta unit. Jika berdasarkan wawancara Reuters kepada John Chen,
terkait pertanyaan ‘berapa angka penjualan yang diharapkan (oleh CEO John Chen)
agar dapat mencapai break-even cash flow di akhir fiskal 2015’, jawabannya adalah 3
sampai 4 juta unit per kuarter (http://www.reuters.com/resources_v2/flash/
video_embed.swf?videoId=306781595&edition=BETAUS). Angka itu berarti 9
sampai 12 juta unit selama setahun. Jika dibandingkan, didapati bahwa ekspektasi
CEO John Chen akan membawa nilai Perusahaan hanya sekitar 8.5 dolar AS.
Terlihat kontradiktif antara hasil penilaian menggunakan model peneliti
dengan ekspektasi CEO John Chen. CEO John Chen pastinya tidak mengharapkan
penjualan 9 sampai 12 juta unit untuk hanya melihat nilai perusahaan tidak naik
127
banyak. Jadi peneliti mencoba mengubah model dengan meningkatkan efisiensi
biaya operasional. Jika rasio biaya operasional terhadap pendapatan diturunkan
menjadi 40% ditahun pertama dan turun secara garis lurus ke level 38%. Nilai
perusahaan naik menjadi 10.28 dolar AS. Dan jika diturunkan sampai mendekati
level efisiensi pada tahun fiskal 2012 (yaitu 25%), dengan rasio 35% di tahun
pertama dan menjadi 28% ditahun ke-5. Nilai perusahaan naik cukup banyak
menjadi 18.13 dolar AS per lembar saham.
Yang bisa peneliti pahami adalah target CEO John Chen, sebenarnya lebih
kepada membawa perusahaan ke level yang lebih efisien ketimbang membawa
perusahaan ke level penjualan yang lebih tinggi. Apabila itu benar, maka nilai
perusahaan dapat lebih tinggi dengan mengandalkan pertubuhan service revenue dan
software revenue, yang memiliki margin tinggi. Namun peneliti tidak melakukan
perubahan pada service revenue dan software revenue. Karena estimasi service
revenue dan software revenue sudah optimis. Peneliti tidak dapat mengestimasi nilai
asumsi yang lebih optimis sekaligus tetap realistis.
Terakhir, penilaian dengan asumsi yang buruk baik dari segi hardware
revenue dan service/software revenue. Dengan asumsi, ternyata Perusahaan gagal
mempopulerkan BBM, gagal menembus pasar jasa layanan untuk konsumen
enterprise. Perusahaan juga gagal memanfaatkan momentum pertumbuhan tren
Internet of Things. Sehingga jumah pembayar biaya SAF baik itu konsumen retail
maupun enterprise, terus menurun dengan CAGR negatif 20% sampai tahun kelima
hanya tersisa 18 juta pembayar biaya SAF. ARPU dari pembayar biaya SAF terus
menurun sampai level 2.8 dolar AS per subscriber pada tahun kelima. Usaha
monetization BBM hanya menghasilkan ARPU dibawah kinerja LINE, yaitu hanya
0.12 dolar AS per pengguna. Pertumbuhan software revenue, awalnya negatif karena
128
gagal meningkatkan penetration rate BES di pasar enterprise, kemudian sedikit
positif berkat QNX yang tumbuh dibawah pertumbuhan tren Internet of Things.
Berikut tabel lengkap angka asumsi yang digunakan
Tabel 4.34. Rincian Angka-angka Asumsi Pesimis
Periode
FY2014 FY2015 FY2016 FY2017 FY2018 FY2019
Subscriber 56 45 36 28 23 18
Monthly
Active User 85 120 150 175 200 220
ARPU
Subscriber 3.26 3 3 2.8 2.8
ARPU MAU 0.144 0.12 0.12 0.12 0.12
Service
Revenue 2698 1982.97 1484.1 1203.6 927.3 769.8
Service Rev.
Growth -26.50% -25.16% -18.90% -22.96% -16.98%
Software Rev.
Growth -5.00% -5.00% 1.00% 3.00% 3.00%
Software
Revenue 235 223.25 212.09 214.21 220.63 227.25
Sumber : data diolah, 2014
Catatan :
1. Nilai Subscriber dan Monthly Active User dalam satuan jutaan, nilai Service
Revenue dan Software Revenue dalam satuan jutaan dolar AS.
2. Cara perhitungan Service Revenue sama dengan cara yang digunakan pada
subbab 4.2.3
Hasil penilaian adalah nilai Perusahaan berada pada level 7.16 dolar AS per
lembar. Jika dibanding dengan harga pasar Mei 2014, memang nilai tersebut dibawah
harga pasar. Nilai 7.16 dolar AS per lembar saham dicapai setelah mengasumsikan
kondisi yang buruk untuk semua sumber pemasukan. Untuk mencapai nilai yang
lebih rendah diperlukan kondisi asumsi yang jauh lebih buruk lagi. Sedangkan
menurut peneliti, kondisi yang di asumsikan sudah mempunyai peluang yang lebih
kecil dibanding peluang kondisi yang lebih baik.
Terdapat satu catatan penting, dalam penilaian terakhir diatas, operating
expense tidak menggunakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan seperti
129
penilaian-penilaian sebelumnya. Ini dikarenakan, terjadi inkonsistensi model. Ketika
pendapatan service revenue dan software revenue menurun earning before taxes
malah meningkat, sehingga menyebabkan kenaikan nilai perusahaan. Itu disebabkan
penurunan pendapatan bermargin tinggi tidak diimbangi penurunan biaya
operasional. Ketika gross income turun 1 dolar AS, biaya operasional tidak turun
sampai sebesar 1 dolar AS, sehingga net income terlihat meningkat. Dan sebaliknya
ketika gross income naik 1 dolar AS, biaya operasional tidak naik sampai sebesar 1
dolar AS, sehingga net income terlihat turun. Oleh karena itu, agar memperbaiki
masalah ini, maka peneliti menganggap biaya operasional relatif tidak berubah
walaupun service revenue dan software revenue berubah. Angka biaya operasional
yang digunakan adalah sama seperti angka yang digunakan pada penilaian asumsi
pertumbuhan penjualan negatif 20% (yang menghasilkan nilai 8.51 dolar AS per
lembar saham).
Kesimpulan yang bisa diambil adalah Perusahaan tidak akan mati walaupun
penjualan smartphone tidak sebaik yang diasumsikan (bahkan dengan asumsi
penjualan pesimis, nilai perusahaan masih diatas harga pasar). Yang menjadi
komponen utama nilai perusahaan adalah service revenue dan software revenue yang
bermargin tinggi dan efisiensi biaya operasional. Tetapi masih tidak jelas bagaimana
cara Perusahaan akan mendongkrak service revenue dan software revenue, dan ini
menjadi risk factor yang perlu dipertimbangkan dalam menilai nilai Perusahaan.
Harga pasar saat ini dikategorikan undervalued, bahkan dengan asumsi terburuk
yang dibuat peneliti. Jadi saran bagi investor adalah membeli saham BlackBerry Ltd.
atau menahan saham yang telah dimiliki.