PEMANFAATAN HASIL EVALUASI UNTUK PERBAIKAN HASIL
PEMBELAJARAN
PENGOLAHAN DAN TEKNIS ANALISIS DATA HASIL PENILAIAN
DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT JENDERALPENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
(PMPTK)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 0
2010
BAB 1PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas melakukan pembinaan, penilaian
teknik dan administratif pendidikan terhadap sekolah, yang dilakukan melalui
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan.
Artinya pengawas melakukan penilaian kinerja institusional dan personal, baik
kepada sekolah, kepala sekolah, guru dan staf sekolah melalui data-data yang
terkumpul baik data kuantitatif maupun data kualitatif.
Data yang terkumpul melalui instrumen yang valid dan reliabel, dilakukan
suatu proses penilaian. Penilaian adalah proses sistematis yang meliputi
pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi
untuk pengambilan keputusan. Hasil penilaian harus memiliki validitas yang
tinggi, reliabel, fokus pada kinerja atau kompetensi tertentu, komprehensif,
objektif dan mendidik.
Penilaian memiliki validitas yang tinggi artinya hasil penilaian dapat
ditafsirkan sesuai dengan apa yang akan dinilai. Reliabel berarti hasil penilaian
harus ajeg, menggambarkan kinerja atau kemampuan yang sesungguhnya.
Penilaian harus fokus pada kinerja atau kompetensi tertentu dapat diartikan
sebagai kesesuaian pencapaian kinerja atau kompetensi dengan standar yang
ditetapkan dan dicirikan oleh pencapaian indikator-indikator yang terukur.
Objektif berarti dalam memberi penilaian harus adil, terencana dan
berkelanjutan. Mendidik diartikan bahwa penilaian digunakan untuk
memperbaiki proses, baik proses peningkatan manajemen, proses peningkatan
pembelajaran untuk mencapai kualitas manajemen atau pembelajaran yang
lebih tinggi.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 1
Penilaian dapat dilakukan dengan teknik/cara penilaian kinerja
(performance), penugasan (project), hasil kerja (product), tes (paper and pencil
test), portofolio, penilaian sikap, wawancara, dan sebagainya.
Dalam kaitan ini, pengawas dituntut untuk dapat melakukan analisis dan
pengolahan data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, guru dan staf
administratif. Pengolahan dan analisis data penilaian ini dilakukan dengan
metode dan teknik-teknik tertentu, agar penilaian yang dilakukan menjadi lebih
objektif, valid dan reliabel, serta mampu memberikan solusi terhadap
permasalahan pengembangan kualitas sekolah.
Pada modul ini dikembangkan keterampilan-keterampilan dalam
pengolahan dan analisis data hasil penilaian kinerja, serta pemanfaatannya untuk
perbaikan mutu pengelolaan sekolah dan mutu akademik melalui peningkatan
mutu layanan pembelajaran.
B. Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi yang diharapkan dari pendidikan dan pelatihan ini
adalah kompetensi evaluasi pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007.
C. Kompetensi yang Hendak Dicapai.
Mengacu pada Permendiknas yang sama, kompetensi yang hendak dicapai
dalam modul pelatihan ini adalah
1. mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala sekolah,
kinerja guru dan staf sekolah.
2. memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran.
D. Indikator Pencapaian
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 2
Setelah pendidikan dan pelatihan ini diharapkan pengawas memiliki
kemampuan untuk:
1. Mengklasifikasikan data hasil penilaian berdasarkan karakteristiknya.
2. Menentukan metoda dan teknik analisis yang sesuai dengan karakter
data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan staf sekolah
3. Melakukan analisis data sesuai dengan metoda dan teknis analisis yang
ditentukan
4. Menafsirkan hasil analisis data untuk perbaikan mutu pengelolaan
sekolah dan pembelajaran.
E. Alokasi Waktu
NO. MATERI DIKLAT ALOKASI WAKTU
1. Karakteristik Data dan Pengelompokkannya 2 jam
2. Pemilihan metode dan teknik analisis data 3 jam
3. Latihan Analisis Data 2 jam
F. Skenario Diklat
1. Perkenalan (meet and great)
2. Penjelasan dimensi kompetensi, kompetensi dan indikator pencapaian
diklat, alokasi waktu dan skenario diklat.
3. Pre-test
4. Ekplorasi pengetahuan awal peserta diklat tentang metode dan teknik
analisis data hasil penilaian melalui pendekatan andragogi.
5. Penyampaian materi diklat sesuai dengan alokasi waktu yang telah
ditentukan dengan pendekatan andragogi.
6. Post-test
7. Refleksi hasil diklat pengolahan dan analisis data hasil penilaian
8. Penutup.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 3
BAB II
KARAKTERISTIK DATA DAN PENGELOMPOKANNYA
A. CARA PEROLEHAN DATA
Data merupakan bentuk jamak dari datum adalah keterangan tentang suatu
hal atau fenomena yang dapat dihasilkan dari pengalaman, pengamatan atau
eksperimen, atau kumpulan dari suatu anggapan. Jadi data dapat berupa
sesuatu yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan atau suatu fakta yang
digambarkan melalui angka, symbol, kode, dan lain-lain.
Pada proses penilaian kinerja sekolah, kepala sekolah, guru dan staf
administrasi sekolah, data diperoleh umumnya melalui empat macam teknik
pengumpulan data, yaitu: wawancara (interview), tes, observasi dan life record.
1. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan dasar dalam penilaian dan merupakan sumber yang
sangat luas. Ada beberapa kelebihan dari teknik wawancara ini, antara lain:
a. Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan
untuk mengumpulkan sampel tentang perilaku verbal atau non verbal
individu bersama-sama.
b. Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat
dilakukan dimanapun juga.
c. Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi dan dapat digunakan
melakukan inquiry (pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang
mungkin dapat membantu proses penilaian.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 4
Tetapi wawancara dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan
interviewer, karakteristik responden dan oleh situasi pada saat interview
berlangsung.
2. Tes
Seperti hal nya wawancara, tes juga memberikan sampel perilaku individu,
hanya saja dalam tes stimulus yang direspon responden lebih
terstandardisasikan daripada wawancara. Bentuk tes yang sudah standar
tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses
penilaian kinerja berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah
dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu pengawas
untuk memahami responden. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai
dengan norma yang ada.
3. Observasi
Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang
dikatakan responden. Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi
langsung mempunyai tingkat validitas yang tertinggi dalam proses penilaian
kinerja. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara lain:
a. Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk
menghindari permasalahan yang muncul selama interview dan tes
seperti masalah memori, jenis respon, motivasi dan bias situasional.
b. Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya
perilaku agresif anak dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang
ditunjukkan dalam lingkungan bermain dimana masalah itu telah
muncul.
c. Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya
untuk memahami seorang pasien yang kelihatan depresi setelah
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 5
dikunjungi keluarganya, akan lebih bermakna dengan mengamati secara
langsung daripada bertanya, “Apakah Anda pernah depresi?”.
d. Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya
untuk mengetahui tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi
dengan banyaknya cairan vagina yang keluar atau observasi melalui
bantuan kamera.
4. Life record
Penilaian yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik
berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, portofolio, buku harian, surat, album
foto, catatan kepolisian, penghargaan, rencana pembelajaran guru, daftar hadir,
daftar nilai siswa, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut.
Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak
seperti melalui wawancara, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat
lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor
situasional. Contohnya, pengawas ingin mendapatkan informasi tentang riwayat
pendidikan responden. Data tentang transkrip nilai selama sekolah mungkin
dapat lebih memberikan informasi yang akurat tentang hal itu daripada
bertanya, ”Bagaimana saudara di sekolah?”. Buku harian yang ditulis selama
periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan informasi tentang
perasaan, harapan, perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu mungkin
terdistorsi karena lupa selama interview. Dengan merangkum informasi yang di
dapat tentang pikiran dan tingkah laku, serta aktivitas yang terekam dari seorang
responden selama periode tertentu, life records memberikan suatu sarana bagi
pengawas untuk memahami responden dengan lebih baik.
Dari beberapa teknik pengumpulan data tersebut, dapat diperoleh data
kualitatif maupun data kuantitatif. Untuk data yang bersifat kuantitatif, tentu
lebih mudah untuk dilakukan analisis dengan teknik atau metoda yang lebih
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 6
kuantitatif. Tetapi untuk data yang bersifat kualitatif agar analisisnya lebih
mudah dan lebih objektif, diperlukan penilaian dengan bantuan rubrik.
Heidi Goodrich Andrade (1997) mendefinisikan rubric is a scoring tool that
fists the criteria for a piece of work, or what counts. (http://www .
middleweb.com/rubricsHG .html)
American Association for the Advancement of Science membuat definisi yang
hampir bersamaan dengan definisi di atas, yaitu a rubric is a scoring guide that
differentiates, on an articulated scale, among a group of simple behaviors, or
evidences of thought that are responding to the same prompt
(http://stone.web.brevard.kl2.fl.us/html/compai bric.html).
Pertanyaan pertama yang muncul tentang rubrik adalah mengapa harus
menggunakan rubrik ?
Penilaian kinerja tidak menggunakan kunci jawaban yang menentukan suatu
kinerja benar atau salah seperti yang biasa dilakukan dalam tes. Penilaian kinerja
melakukan penilaian dengan menggunakan penilaian subyektif yang menyangkut
mutu kinerja atau hasil kerja yang ditunjukkan oleh responden. Tentu saja
dengan demikian akan terjadi penilaian subyektif yang secara mudah akan
kehilangan reliabilitasnya dan keadilan dalam penilaian. Untuk itu diperlukan
cara-cara tertentu yang dapat menjamin reliabilitas, keadilan dan kebenaran
penilaian. Maka perlu dikembangkan kriteria atau rubrik yang dapat digunakan
sebagai alat atau pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja responden. Dengan
demikian maka rubrik dapat membantu pengawas untuk menentukan tingkat
ketercapaian kinerja yang diharapkan. Dengan mengkomunikasikan rubrik
kepada responden atau bahkan dengan menyusun rubrik secara bersama-sama
antara pengawas dan responden, diharapkan responden secara jelas memahami
dasar penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu kinerja responden.
Kedua pihak (pengawas dan responden) akan mempunyai pedoman bersama
yang jelas tentang tuntutan kinerja yang diharapkan. Rubrik diharapkan pula
dapat menjadi pendorong atau motivator bagi responden dalam meningkatkan
kinerjanya.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 7
Sebagai kriteria dan alat penskoran, rubrik terdiri dari senarai yaitu daftar
kriteria yang diwujudkan dengan dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau
konsep-konsep yang akan dinilai, dan gradasi mutu, mulai dari tingkat yang
paling sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk. Jika dibandingkan
dengan tes, maka rubrik dapat dibandingkan dengan kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes
menguraikan secara rinci tujuan/kemampuan yang akan dicapai, yang
selanjutnya dikonstruksi butir-butir tes, sehingga dapat digunakan untuk
mengukur kinerja responden.
Rubrik dikenal juga dengan sebutan scoring rubric (Menurut istilah yang
digunakan oleh Chicago Public Schools (CPS)) terdiri dari beberapa komponen.
Dalam setiap komponen terdiri dari satu atau beberapa dimensi. Setiap dimensi
harus didefinisikan dan agar lebih jelas harus diberi contoh atau ilustrasi.
Dimensi-dimensi kinerja inilah yang akan ditentukan mutunya atau diberi
peringkat (rating). Setiap kategori mutu atau rating sebaiknya diberi contoh-
contoh kinerja agar mempermudah penilai atau pemberi peringkat (rater).
Secara singkat scoring rubric terdiri dari beberapa unsur, yaitu:
1. dimensi, yang akan dijadikan dasar menilai kinerja responden,
2. definisi dan contoh, yang merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi,
3. skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi,
4. standar untuk setiap kategori kinerja.
Rubrik biasanya dibuat dalam bentuk tabel dua lajur, yaitu baris yang berisi
kriteria dan kolom yang berisi mutu. Kriteria dapat dinyatakan secara garis besar,
kemudian dirinci menjadi komponen-komponen penting. Atau dapat pula
komponen-komponen ditulis langsung tanpa dikelompokkan dalam garis besar.
Rubrik dapat bersifat menyeluruh (beriaku umum) dan dapat juga bersifat
khusus (hanya beriaku untuk suatu topik tertentu dalam suatu rhata kuliah
tertentu). Rubrik yang bersifat menyeluruh dapat disajikan dalam bentuk holistic
rubric dan dapat pula dalam bentuk analytic rubric.
Contoh Holistic Rubric
Skor Deskripsi
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 8
4 Respons terhadap tugas sangat spesifik. Informasi yang diberikan akurat dan memperlihatkan pemahaman yang utuh. Respons dikemukan dalam suatu tulisan yang lancar dan hidup. Jawaban singkat dan langsung ke masalah yang diminta, dan kesimpulan atau pendapat mengalir secara logis. Secara menyeluruh respons lengkap dan sangat memuaskan.
3 Respons sudah menjawab tugas yang diberikan. Informasi yang diberikan akurat. Respons dikemukakan dalam tulisan yang lancar. Uraian cenderung bertele-tele.
2 Respons kurang memuaskan. Sungguhpun informasi yang diberikan akurat tetapi tidak ada kesimpulan atau pendapat. Ada masalah dengan alur berpikir yang ditawarkan (kurang logis).
1 Respon tidak menjawab tugas yang diberikan. Banyak informasi yang hilang dan tidak akurat. Tak ada kesimpulan atau pendapat. Secara menyeluruh respons tidak akurat dan tidak lengkap.
Contoh Analytic Rubric
Skor Grafik Spesifikasi Rasional
4Gambar dan pertelaan tentang grafik yang disajikan benar
Semua spesifikasi yang diberikan benar
Rasional yang diberikan jelas dan "straight-forward"
3
Sebagian terbesar gambar dan pertelaan yang diberikan benar
Semua spesfflkasi yang diberikan benar
Penlasan diberikan, tetapi masih membutuhkan tambahan.
2
Beberapa gambar disajikan dan beberapa pertelaannya benar
Hanya sebagian spesifikasi yang berikan benar.
Rasional diberikan tidak lengkap
1
Gambar dan pertelaan yang diberikan sangat terbatas dan hanya sebagian yang benar
Spesifikasi yang diberikan pada umumnya salah
Rasional yang diberikan tidak benar
Sedangkan mutu dapat berupa penilaian subyektif yang dinyatakan secara
deskripsi (descriptive), seperti sempurna, sangat baik, baik, kurang, kurang sekali.
Selain itu dapat pula dinyatakan dengan angka (numeric) misalnya 5,4,3,2, dan 1.
Atau kombinasi dan keduanya, deskripsi maupun angka. Dalam menentukan
skala tersebut, biasanya akan timbul pertanyaan, yaitu skala manakah yang akan
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 9
digunakan? Pertanyaan ini agak sukar dijawab karena sangat bergantung pada
jenis kriteria yang digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai. Namun
demikian Chicago Public Schools menggariskan hal-hal sebagai berikut:
1. Setiap butir kriteria pada skala harus didefinisikan dengan jelas. Akibatnya
semakin banyak skala yang digunakan akan semakin banyak pula pekerjaan
mendefinisikan butir kinerja yang harus dilakukan.
2. Semakin panjang skala yang digunakan, akan semakin sukar pula tercapainya
kesepakatan antar penilai atau rater,
3. Skala yang pendek juga berakibat sulitnya mengidentifikasi perbedaan yang
terjadi.
4. Perlu ditentukan pula apakah jarak antar skala sama, atau akan diberikan
pembobotan (weighting)r
Setiap sel yang terbentuk dan baris dan kolom dituliskan deskripsi kinerja
yang dapat diamati dan lebih baik bila dapat disertakan contoh kinerja atau hasil
kerja yang dimaksud.
Persoalan selanjutnya ialah bagaimana cara memperoleh rubrik ? Tentu saja
cara yang termudah ialah membeli atau mendapatkan rubrik yang secara
profesional telah disusun oleh lembaga pendidikan atau institusi yang
bertanggung jawab untuk memantau perkembangan pendidikan. Di beberapa
negara bagian, bahkan di beberapa School distric di Amerika Serikat sudah
disediakan rubrik untuk hampir seluruh bidang studi dan mata pelajaran,
terutama untuk tingkat persekolahan. Setiap pengawas dapat mengambilnya
dengan mudah melalui internet. Salah satu contoh ialah untuk CPS, ada yang
disebut dengan The Rubric Bank yang dapat dilihat atau diambil secara gratis
melalui internet.
Rubrik ini belum tentu cocok untuk semua sekolah atau semua pengawas.
Karena itu cara lain yang mudah ialah menggunakan rubrik dari bank tersebut,
tetapi kemudian dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan sekolah atau pengawai
yang bersangkutan. Tentu saja tidak semua mata pelajaran telah tersedia
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 10
rubriknya dalam The Rubric Bank. Karena itu pengawas juga harus dapat
mengembangkan rubriknya sendiri. Rubrik yang dikembangkan sendiri oleh
pengawas, apalagi bila mengikutsertakan para responden, akan lebih dihayati
oleh pengawas dan responden.
Dalam mengembangkan rubrik perlu memperhatikan beberapa langkah.
Donna Szpyrka dan Ellyn B. Smith (1995) menyebutkan langkah-Iangkah
pengembangan rubrik sebagai berikut:
1. Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan diases (penilaian).
2. Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutan konsep dan
atau keterampilan yang akan diases ke dalam rumusan atau definisi yang
menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja.
3. Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas (task)
yang harus diases.
4. Menentukan skala yang akan digunakan.
5. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja
yang tidak diharapkan (secara gradual). Deskripsi konsep atau keterampilan
kinerja tersebut dapat diikuti dengan memberi angka pada setiap gradasi
atau memberi deskripsi gradasi.
6. Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja
responden dengan rubrik yang telah dikembangkan .
7. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja responden dari
uji coba tersebut kemudian dilakukan revisi, terhadap deskripsi kinerja,
maupun konsep dan keterampilan yang akan diases.
8. Memikirkan kembali tentang skala yang digunakan. Apakah skala tersebut
memang telah membedakan secara jelas tentang kinerja yang ditunjukkan
oleh responden.
9. Merevisi skala yang digunakan.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 11
Secara lebih rinci CPS menggariskan beberapa langkah pengembangan scoring
rubric sebagai berikut:
1. Pengawas, atau pengawas bersama dengan sejawatnya menentukan
dimensi kinerja yang akan dinilai. Penentuan ini dapat dilakukan melalui
diskusi bersama sejawat.
2. Setelah itu kumpulkan beberapa hasil karya atau kinerja responden yang
telah ada, untuk dilihat dan disesuaikan antara hasil penentuan dimensi
dengan kenyataan pada kinerja responden. Kemungkinan satu dimensi
terlalu mendapat penekanan atau bahkan dari kinerja nyata responden
terdeteksi adanya dimensi tertentu yang tidak tercantum dalam kurikulum
atau buku teks, atau bahkan diskusi antar para ahli.
3. Berdasarkan dua langkah terdahulu, rumuskan dimensi kinerja yang akan
dinilai menjadi dimensi-dimensi yang lebih akurat.
4. Setelah itu tulislah definisi dari setiap dimensi yang telah diputuskan.
Pendefinisian ini merupakan langkah yang kritis. Bila definisi kurang akurat,
atau bahkan dalam definisi itu tertinggal beberapa aspek penting dari
dimensi kinerja yang akan dinilai, maka untuk selanjutnya penilaian
terhadap dimensi itu tidak akan sempurna.
5. Menentukan skala dari dimensi yang akan dinilai. Skala itu tentu saja dapat
berbentuk deskriptif atau numerik. Apapun bentuk skala yang digunakan,
setiap kategori skala itu harus didefinisikan secara baik, dan diberi contoh
kinerja yang ditunjukkan dalam setiap kategori. Sebenamya pada tahap ini
tidaklah selalu harus dalam bentuk skala. Dapat juga dikembangkan
semacam check list, sehingga hanya dalam bentuk ada atau tidak adanya
suatu dimensi.
6. Tahap berikutnya ialah melakukan penilaian terhadap rubrik yang telah
dikembangkan. Untuk penilaian ini sejumlah pertanyaan dapat dijadikan
sebagai patokan.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 12
7. Langkah selanjutnya ialah uji-coba. Langkah ini tentu saja sangat penting,
karena dari hasil uji coba inilah akan nampak, apakah rubrik yang telah
dikembangkan dapat digunakan atau tidak ?
8. Apabila rubrik sudah memadai, maka langkah berikutnya adalah sosialisasi.
Sosialisasi dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang terkait dengan
penilaian kinerja. Dengan melakukan sosialisasi ini diharapkan semua pihak
dapat memperlihatkan komitmennya.
Walaupun suatu rubrik atau scoring rubric telah diupaya untuk disusun
dengan sebaik-baiknya, tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang
tersusun itu merupakan sesuatu yang sempuma atau dianggap sebagai satu-
satunya kriteria untuk menilai kinerja responden dalam suatu bidang atau
komponen kegiatan tertentu. Dari satu tugas dapat saja disusun lebih dari satu
rubrik. Karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk menilai suatu rubrik.
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan menilai rubrik:
1. Seberapa jauh rubrik tersebut berhubungan langsung dengan kinerja yang
dinilai ? Suatu rubrik yang baik harus jelas hubungannya dengan setiap
dimensi kinerja yang dinilai.
2. Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimensi kinerja yang
dinilai.
3. Apakah kriteria yang digunakan sudah menggunakan standar yang secara
umum berlaku untuk bidang kinerja yang dinilai ?
4. Sejauh mana dimensi dan skala yang digunakan terdefinisi secara baik ?
5. Bila menggunakan skala numerik (numeric) sejauh mana angka-angka yang
digunakan itu memang secara adil telah menggambarkan perbedaan dari
setiap kategori kinerja ?
6. Seberapa jauh perbedaan sekor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda?
7. Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh mahasiswa?
8. Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias ?
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 13
9. Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah meng-
administrasikannya ?
B. KARAKTERISTIK DATA DAN PENGELOMPOKKANNYA
Data dikelompokkan sesuai dengan karakteristik yang menyertainya. Data
dapat dikelompokkan sesuai dengan sifatnya, waktu pengumpulan, sumber
pengambilan dan menurut tingkat pengukurannya.
Menurut sifatnya data dapat dibedakan menjadi data kualitatif yang tidak
berbentuk bilangan, dan data kuantitatif yang berbentuk bilangan. Contoh data
kualitatif adalah jenis kelamin, agama, warna, persepsi, dsb. Contoh data
kuantitatif misalnya tinggi, panjang, berat, umur dan sebagainya. Data kualitatif
ini dapat dikuantitatifkan melalui pembuatan rubrik.
Berdasarkan waktu pengumpulannya, data dapat dibagi menjadi data
berkala (time series) yaitu data yang terkumpul dari waktu ke waktu untuk
memperoleh gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan atau keadaan,
contohnya adalah data kohort keadaan siswa dan lulusan, dan data kerat lintang
(cross section) yaitu data yang terkumpul pada suatu waktu tertentu untuk
memberikan gambaran perkembangan suatu kegiatan atau keadaan pada waktu
tertentu, missal data jumlah guru atau siswa tahun 2008.
Berdasarkan sumber pengambilannya data dapat dikelompokkan menjadi
data primer atau data asli yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung
di lapangan dari orang yang melakukan kegiatan atau penelitian, misalnya data
yang diperoleh dari kuesioner, hasil survey atau pengamatan, dsb. Sedangkan
data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-
sumber yang telah ada (ex post facto), data ini tersedia di tempat-tempat
tertentu, seperti perpustakaan, BPS, kantor tata usaha dan sebagainya.
Menurut tingkat pengukurannya, data dibedakan menjadi empat skala
pengukuran, yaitu data kategorik (data nominal, ordinal), dan data numerik (data
interval dan rasio).
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 14
Data nominal merupakan data hasil pengelompokan peristiwa berdasarkan
kategori tertentu yang perbedaannya hanya menunjukkan perbedaan kualitatif,
dan tidak menunjukkan kedudukan objek atau kategori yang satu terhadap objek
atau kategori yang lain. Dengan kata lain data nominal perbedaan yang ada
hanya sebagai label atau kode saja. Ciri dari data nominal ini adalah kategori
data dapat bersifat saling lepas atau tidak disusun secara logis. Contoh: siswa
pria diberi label 1, dan siswa pria diberi label 0; Warna : merah, kuning, ungu,
hijau, dsb., nama orang : Andi, Aji, Asep, Anang, Bagus dsb. Tidak ada alasan
tertentu kategori mana yang disebut di awal dan mana yang di akhir.
Data ordinal adalah data dari objek atau kategori yang disusun berdasarkan
besarnya, dari tingkat rendah ke tingkat tinggi atau sebaliknya, tetapi dengan
jarak yang tidak sama. Ciri-ciri data nominal melekat pada jenis data ini, dan
kategori dapat disusun berdasarkan urutan logis dan sesuai dengan karakteristik
yang dimilikinya. Contoh ranking siswa, pendidikan : SD, SMP, SMA, Diploma, S1,
S2, S3 (urutan tersebut merupakan urutan pendidikan rendah ke tinggi), tingkat
kesetujuan : sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju
(urutan tersebut dari tingkat yang paling tidak setuju hingga setuju), dsb.
Data interval adalah data yang berasal dari objek atau kategori yang
diurutkan berdasarkan suatu atribut tertentu dan memiliki jarak atau interval
antar tiap objek atau kategorinya sama, namun tidak memiliki nilai nol mutlak.
Besarnya interval dapat ditambah atau dikurangi. Ciri-ciri data nominal dan
ordinal melekat pada data interval ini ditambah cirri lain yaitu kategori data
memiliki jarak yang sama. Contoh: Suhu (dalam derajat celcius), merupakan
peubah selang karena 0 pada jenis data ini adalah kesepakatan orang yaitu suhu
ketika air membeku pada tekanan 4 atm. Jika ada sebuah benda bersuhu 5oC
dan benda lain bersuhu 100oC, tidak bisa dikatakan bahwa benda kedua suhunya
20 kali benda pertama. Contoh lain, tahun (masehi), merupakan peubah selang
karena tahun 0 adalah kesepakatan. Jika ada suatu peristiwa terjadi tahun 100
dan peristiwa lain terjadi tahun 2000, tidak bisa dikatakan, peristiwa kedua
memiliki tahun 20 kali dari tahun peristiwa pertama.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 15
Data dengan skala pengukuran rasio memiliki semua ciri data nominal,
ordinal dan interval dan memiliki nol mutlak. Angka pada data jenis ini
menunjukkan ukuran yang sebenarnya dari objek atau kategori yang diukur.
Misal, berat badan, atau nilai siswa A dan B adalah 60 dan 90. Untuk ukuran rasio
dapat dinyatakan bahwa nilai B adalah 1,5 kali nilai A. panjang benda (dalam cm),
merupakan peubah rasio karena kalau panjangnya 0 berarti benda itu tidak ada.
Jika sebuah benda memiliki panjang 5 cm dan benda lain panjangnya 20 cm,
maka benda kedua 4 kali lebih panjang dari yang pertama. Atau sebaliknya,
benda pertama seperempat panjangnya dari pada benda kedua. Berat (dalam
kg), merupakan peubah rasio karena kalau beratnya 0 itu berarti bendanya tidak
ada, serta juga dapat dirasiokan.
Data dalam skala pengukuran rasio ataupun interval (selang) bisa dinyatakan
sebagai data dalam skala pengukuran ordinal maupun nominal, setelah
dikategorikan terlebih dahulu. Misalnya pendapatan guru per bulan. Jika diukur
dalam satuan rupiah, maka data tersebut merupakan data skala pengukuran
rasio, namun jika peubah yang sama kemudian nilai-nilainya dikelompokkan
menjadi misalnya :
- < 1 juta
- 1 juta s/d 2 juta
- 2 juta s/d 5 juta
- > 5 juta
maka yang terakhir menjadi data ordinal. (catatan : sebagian orang memberikan
pengertian yang salah tentang data dengan skala pengukuran interval, dengan
mengatakan pembagian seperti di atas sebagai contoh dari data interval, padahal
yang demikian adalah ordinal). Atau misalnya yang diukur adalah diameter
ujung bolpoin pada suatu pemeriksaan pengendalian mutu produk (diukur dalam
mm). Kemudian dikategorikan seperti berikut :
- < 1 mm atau > 2 mm dinyatakan tidak memenuhi syarat
- 1 mm s/d 2 mm dinyatakan memenuhi syarat
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 16
Pada akhirnya diameter bolpoin dinyatakan menjadi dua kategori : memenuhi
syarat dan tidak memenuhi syarat, dan ini adalah data nominal.
Pengetahuan tentang jenis skala pengukuran ini sangat perlu untuk
diketahui karena menyangkut analisis yang digunakan dan ketajaman analisisnya.
Setiap analisis hanya bisa untuk jenis data tertentu, tidak sembarangan. Jadi
perlu diperhatikan benar analisis apa yang bisa untuk data kita.
Dalam banyak hal, lebih mudah menganalisis data hasil pengukuran numerik
dari pada pengukuran kategorik, karena beberapa alasan :
1. data numerik memiliki ketajaman yang lebih tinggi daripada data kategorik.
Misalnya data pendapatan yang diukur dalam satuan juta, mungkin jauh
lebih banyak informasi yang diperoleh daripada sekedar pendapatannya
tinggi, sedang atau rendah. Dua orang yang berpendapatan 1 juta per bulan
dan 1.1 juta per bulan mungkin akan dikelompokkan dalam tingkat
pendapatan sedang. Jika kita gunakan data hasil pengukuran numerik,
keduanya bisa dibedakan tetapi tidak jika digunakan data kategorik.
2. analisis yang disediakan untuk menangani data numerik lebih banyak.
Namun demikian, tidak semua data numerik bisa ditanyakan langsung
kepada responden. Responden akan lebih menyukai pertanyaan tentang
besarnya pendapatan yang jawabannya dinyatakan dalam bentuk selang-selang
nilai daripada pertanyaan terbuka. Seorang siswa akan lebih menyukai
memberikan jawaban berupa selang nilai tentang berapa nilai rata-rata dia
semester ini.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 17
BAB III
PEMILIHAN METODE DAN TEKNIK ANALISIS DATA
A. MENDESKRIPSIKAN DATA HASIL PENILAIAN
Secara umum, seperti halnya kegiatan-kegiatan yang lain, sebelum dilakukan
analisis data, harus ada persiapan pengolahan data melalui pendeskripsian data
dengan tepat. Tahapan persiapan pengolahan dan analisis data ini dilakukan
dengan tujuan :
1. Mengetahui karakteristik umum dari data yang dimiliki, misalnya jenis data
apa saja yang dimiliki, tipe-tipe data dari setiap peubah dan sebagainya,
seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Pengetahuan ini
dibutuhkan untuk menentukan metode apa yang nanti bisa digunakan.
2. Menyaring data yang akan digunakan dalam analisis. Sebelum dilakukan
analisis lebih jauh, kita harus bisa menyaring data yang ada. Mungkin saja
tidak semua data yang digunakan, tapi hanya sebagian. Misalkan hanya
untuk yang berjenis kelamin laki-laki, atau hanya data dari kelompok yang
berpendidikan Sarjana, dan sebagainya. Atau mungkin suatu saat kita hanya
akan menganalisis sebagian pertanyaan saja dalam kuesioner, misal
pertanyaan berhubungan dengan keadaan kepemilikan sertifikasi guru.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 18
3. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada pada data. Bukan hal yang
jarang terjadi jika terdapat kesalahan pada data yang kita miliki. Misalnya
pada data jenis kelamin yang harusnya hanya laki-laki atau perempuan,
tertulis pria. Kesalahan ini dalam analisis akan berujung pada ditemukannya
tiga kelompok jenis kelamin. Sehingga pada tahapan persiapan data, harus
dipastikan kesalahan-kesalahan seperti ini tidak terjadi.
Semakin besar atau semakin banyak data yang dimiliki, maka waktu yang
diperlukan pada tahapan persiapan data ini akan semakin lama. Antisipasi yang
bisa dilakukan untuk mempersingkat atau mempermudah tahapan ini antara
lain:
1. menyiapkan program pemasukan data yang baik. Pada saat penelitian
dilakukan, seyogyanya kita membuat suatu sistem pemasukan data (data
entry) yang memiliki kemampuan untuk memeriksa kemungkinan-
kemungkinan kesalahan.
2. Melakukan pengkodean terhadap data-data dari pertanyaan-pertanyaan
yang terbuka. Sebelum dilakukan pemasukan data, sedapat mungkin
dilakukan pengkodean terhadap jawaban-jawaban pertanyaan terbuka. Hal
ini di samping menghindari pengkodean berbeda-beda dari setiap para
petugas yang memasukkan data, juga mempermudah pada tahap analisis.
3. Melakukan briefing kepada para petugas pengentry data.
Jika tahapan persiapan bisa dilalui dengan baik, maka besar kemungkinan
kesulitan-kesulitan pada saat pengolahan (analisis) data bisa dihindari.
Sebelum dibahas berbagai macam metode dan teknik analisis, ada baiknya
dibahas teknik-teknik penyajian data atau mendeskripsikan data. Teknik-teknik
ini diperlukan untuk memberikan gambaran umum informasi yang terkandung
pada sekelompok data. Di samping itu, teknik penyajian ini dimaksudkan untuk
memperindah tampilan dari suatu laporan hasil penilaian.
Penyajian data yang umum digunakan adalah :
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 19
- tabel
- grafik
Penyajian dalam bentuk tabel, memiliki beberapa jenis :
1. Tabel Ringkasan Data : Tabel ini merupakan ringkasan statistik dari beberapa
kelompok. Misalkan jika kita memiliki data pendapatan keluarga siswa di
sebuah wilayah/rayon, dan kita ingin menyajikan rata-rata pendapatan
keluarga berdasarkan tingkat pendidikan kepala keluarganya/orang tua.
Dari tabel ini ingin diperoleh informasi umum hubungan antara pendidikan
dan pendapatan. Bentuk tabelnya mungkin seperti berikut :
Pendidikan Orang Tua
Pendapatan Keluarga (juta per bulan)
Tidak Sekolah 0.5
SD 0.8
SMP 0.9
SMA 1.1
Diploma 1.7
S1/S2/S3 4.0
Dalam penyajian menggunakan tabel ringkasan ini, mungkin informasi akan
lebih lengkap jika tidak hanya menampilkan rata-rata (ukuran pemusatan
data) saja. Tambahan informasi tentang simpangan baku akan memberikan
pengetahuan yang lebih menyeluruh. Misalmya tabel berikut :
Pendidikan Orang Tua
Pendapatan Keluarga (juta per
bulan)
Simpangan Baku(juta per bulan)
Tidak Sekolah 0.5 0.2
SD 0.8 0.3
SMP 0.9 0.4
SMA 1.1 0.6
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 20
Diploma 1.7 0.3
S1/S2/S3 4.0 1.0
Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa pendapatan keluarga berpendidikan
SMA dan S1/S2/S3 lebih beragam dibandingkan yang lain. Keluarga yang
pendidikannya tidak sekolah pendapatannya relatif sama, tapi keluarga yang
pendidikannya SMA memiliki pendapatan yang berbeda-beda.
2. Tabel Frekuensi : Tabel ini merupakan gambaran frekuensi atau berapa
banyak individu pada berbagai kelompok. Misalkan data kecenderungan
siswa dalam memilih Perguruan Tinggi dalam satu wilayah/rayon. Kemudian
disajikan gambaran pilihan siswa untuk berbagai perguruan tinggi di dalam
maupun di luar negeri. Dari tabel frekuensi ini kita bisa mengetahui
perguruan tinggi mana yang diminati oleh siswa. Seringkali tabel ini
disajikan terurut berdasarkan frekuensi, dari yang terbesar ke yang terkecil
atau sebaliknya. Bentuk tabelnya mungkin sebagai berikut :
Pilihan PT Frekuensi Persentase
PTN A 500 50%
PTN B 200 20%
PTN C 150 15%
PTS dalam negeri 100 10%
PT luar negeri 50 5%
Total 1000 100%
3. Tabel Kontingensi atau Tabulasi Silang : Tabel ini hampir sama dengan tabel
frekuensi namun dilihat dari dua atau lebih peubah. Misalnya jika kita ingin
mengetahui frekuensi orang tua siswa dalam suatu wilayah/rayon
berdasarkan pendidikan, maka tabel frekuensi yang didapatkan adalah
sebagai berikut :
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 21
Pendidikan Frekuensi Persentase
Tidak Sekolah/SD 250 25%
SMP/SMA 300 30%
Diploma 150 15%
S1/S2/S3 300 30%
Total 1000 100%
Dan jika kita ingin melihat frekuensi pilihan PT oleh siswa berdasarkan
pendidikan orang tua yang diperoleh dari tabel sebelumnya. Dua tabel ini
memberikan gambaran yang terpisah dari kondisi suatu kota. Kita bisa menyajikan dua
informasi ini dalam bentuk tabel kontingensi dengan informasi yang lebih banyak. Tabel
yang diperoleh mungkin berbentuk seperti berikut :
Pilihan PTPendidikan Orang Tua Siswa
Tidak Sekolah/SD SMP/SMA Diploma S1/S2/S3 Total
PTN A 100 150 50 200 500
PTN B 30 20 60 80 200
PTN C 40 80 10 20 150
PTS dalam negeri 60 10 30 0 100
PT luar negeri 10 40 0 0 50
Total 250 300 150 300 1000
Dari tabel di atas informasi tambahan yang diperoleh antara lain, ternyata orang
tua yang pendidikannya S1/S2/S3 lebih menyukai anaknya masuk ke PTN A.
Informasi seperti ini tidak tertangkap oleh tabel frekuensi.
Catatan yang perlu diperhatikan ketika membuat tabel adalah upayakan untuk
membuat nama kolom maupun baris sejelas mungkin.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 22
Sementara itu banyak orang yang berpendapat bahwa penyajian informasi
menggunakan tabel yang berisi angka memiliki keefektifan yang kurang jika
dibandingkan dengan grafik. Pesan visual yang diberikan oleh grafik selain lebih
menarik untuk dilihat juga mempermudah seseorang dalam membandingkan.
Grafik yang banyak digunakan adalah :
1. Diagram Batang : Diagram ini berupa batang-batang yang menggambarkan
nilai dari masing-masing kategori. Diagram ini bisa diterapkan pada tabel
ringkasan maupun tabel frekuensi dan tabel kontigensi. Pada contoh tabel
di atas, jika disajikan dalam bentuk grafik akan berupa :
2. Diagram Lingkaran (Pie Chart) : Diagram ini berupa lingkaran yang terbagi-
bagi dalam beberapa bagian. Masing-masing bagian merupakan
representasi dari berbagai kelompok, dan luas dari bagian itu berdasarkan
frekuensi masing-masing kelompok. Jika frekuensi pilihan siswa terhadap PT
di atas disajikan dalam bentuk pie-chart, maka yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 23
3. Scatter Plot : Plot ini merupakan grafik yang digunakan untuk melihat
hubungan antara dua buah peubah numerik. Misalkan kita ingin tahu
hubungan antara usia ibu ketika menikah dengan jarak antara menikah dan
kelahiran anak pertama. Dari plot ini kita bisa melihat apakah pasangan
yang menikah pada usia lebih tua memiliki anak setelah menikah lebih lama
dibandingkan pasangan yang usia ibu ketika menikah masih lebih muda.
Grafik yang diperoleh mungkin akan berupa grafik sebagai berikut :
4. Time Series Plot : Plot ini digunakan untuk melihat perkembangan nilai suatu
variabel dari waktu ke waktu. Misalkan kita ingin membuat gambaran
perkembangan nilai rata-rata UN sebuah sekolah selama 10 tahun dari
tahun 1999 sampai 2008. Plot yang diperoleh misalnya sebagai berikut :
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 24
B. MEMILIH METODE DAN TEKNIS ANALISIS DATA HASIL PENILAIAN
Dari berbagai macam teknik analisis data, dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok sesuai dengan kegunaannya. Pengelompokan ini adalah
sebagai berikut :
1. Teknik Analisis untuk Menguji Hipotesis tentang Nilai Tengah Populasi. Yang
termasuk di dalamnya adalah:
Uji t-student, Uji Tanda (Sign Test) dan Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon
(Wilcoxon Rank Test), Uji Proporsi.
2. Teknik Analisis untuk membandingkan Nilai Tengah Dua atau Lebih Populasi.
Yang termasuk di dalamnya adalah:
Uji t-student, ANOVA (Analysis of Variance), Uji Mann-Whitney-Wilcoxon
dan Uji Kruskal-Wallis, Uji Beda Proporsi
3. Teknik Analisis untuk Melihat Hubungan Dua atau Lebih Variabel. Yang
termasuk di dalamnya adalah:
Korelasi Pearson, Korelasi Peringkat Spearman, Regresi Linear, Regresi
Logistik, Tabel Kontingensi (Uji Khi-Kuadrat), ANOVA.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 25
4. Teknik Analisis untuk Melakukan Pendugaan. Yang termasuk didalamnya
adalah segala bentuk analisis regresi.
1. Teknik Analisis untuk Menguji Hipotesis tentang Nilai Tengah Populasi
Hipotesis nilai tengah (atau rata-rata) merupakan suatu pernyataan
tentang besarnya nilai tengah suatu populasi yang ingin diuji kebenarannya.
Beberapa prosedur analisis yang bisa digunakan untuk tujuan ini adalah :
Uji t-student uji ini digunakan untuk data yang bertipe numerik;
misalnya nilai UN siswa, jumlah siswa yang memasuki PTN bertaraf
internasional, jumlah guru, dsb.; yang diasumsikan memiliki sebaran
normal. Uji ini menghasilkan apa yang disebut statistik uji t-hitung dengan
basis penghitungan adalah selisih antara rata-rata yang didapat dari data
dengan rata-rata yang dihipotesiskan, dan dibandingkan dengan nilai t-tabel
dengan derajat bebas n-1, n adalah ukuran sampel.
Uji Tanda uji tanda (sign test) ini adalah uji yang bisa diterapkan pada
data yang bertipe minimal ordinal (misalnya nilai tes, IQ, tingkat kesetujuan)
dan tidak ada asumsi sebaran normal (non-parametrik). Dengan
menggunakan uji ini, data ditransformasi menjadi dua + (plus) jika nilainya
lebih besar dari nilai yang dihipotesiskan, dan – (minus) jika nilai datanya
lebih kecil dari nilai yang dihipotesiskan. Dengan melihat banyaknya tanda +
dan – ini, diputuskan apakah menerima atau menolak hipotesis.
Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon, uji ini memiliki syarat seperti halnya
uji tanda. Basis pembandingan yang dilakukan adalah dengan terlebih
dahulu menyelisihkan setiap data dengan nilai yang dihipotesiskan,
kemudian membuat peringkat dari selisih tersebut. Selanjutnya dari nilai-
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 26
nilai peringkat inilah diputuskan untuk menerima atau menolak suatu
hipotesis.
Uji Proporsi uji ini diterapkan untuk melakukan pengujian hipotesis
dalam bentuk proporsi. Data yang ada terdiri atas dua nilai (dikotomus);
benar-tidak, ya-tidak, laki-laki-perempuan, ikut-tidak ikut. Basis
pengujiannya adalah proporsi yang dieproelh dari data dibandingkan dengan
proporsi yang dihipotesiskan. Jika bedanya jauh maka hipotesis itu tidak
didukung oleh data.
2. Teknik untuk Membandingkan Nilai Tengah Dua Populasi atau Lebih
Dalam banyak kesempatan analisis hasil penilaian, ingin diketahui ada
tidaknya perbedaan nilai tengah (atau rata-rata) dua populasi atau lebih.
Misalnya seorang kepala sekolah menyatakan bahwa rata-rata tingkat
penguasaan bahasa Inggris guru sekolah di daerah perkotaan lebih tinggi dari
pada guru di daerah pedesaan.
Tahapan pengujian yang dilakukan adalah dipilih beberapa orang guru di
sekolah yang berada di perkotaan dan diukur tingkat penguasaan bahasa
Inggrisnya, kemudian dipilih juga beberapa orang guru dari sekolah di daerah
pedesaan dan tingkat penguasaan bahasa Inggrisnya. Dari data kedua ini
diputuskan diterima atau tidak apa yang telah dinyatakan oleh sang kepala
sekolah.
Populasi yang dimaksud di sini memiliki pengertian yang luas, bukan hanya
berupa fisik. Misalnya saja ingin dibandingkan keefektifan 3 metode pengajaran;
metode pengajaran ini merupakan populasi yang abstrak. Sehingga bentuk
datanya diperoleh dari semacam percobaan. Beberapa orang diikutsertakan
dalam kelas metode 1, beberapa orang lain diikutsertakan dalam kelas dengan
metode 2, dan beberapa orang lain diikutsertakan dalam kelas metode 3. Pada
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 27
awal percobaan, setiap orang memiliki kondisi yang sama. Dari data ketiga kelas,
akan diketahui seperti apa perbedaan efektifitas ketiga pengajaran.
Beberapa analisis yang bisa digunakan untuk tujuan ini adalah :
Uji t-student, uji ini hanya bisa digunakan untuk membandingkan nilai
tengah dua populasi yang diasumsikan memiliki sebaran normal. Dasar
pengujian dari analisis ini adalah selisih rata-rata contoh yang diambil dari
populasi pertama dengan rata-rata contoh dari populasi kedua. Berdasarkan
nilai selisih ini akan diperoleh keputusan menganggap sama atau berbeda kedua
nilai tengah tersebut.
ANOVA , Analysis of Variance digunakan untuk membandingkan nilai
tengah dua atau lebih populasi, dengan asumsi menyebar normal. Dasar
pengujian dengan analisis ini adalah ada atau tidaknya keragaman antar nilai
tengah. Jika keragaman nilai tengah kecil, maka dikatakan nilai-nilai tengah itu
tidak berbeda, tetapi jika ragamnya besar maka berarti nilai-nilai tengah itu
berbeda.
Mann-Whitney atau U- Mann-Whitney, analisis ini hanya digunakan untuk
membandingkan nilai tengah dua populasi, dan tidak ada asumsi sebaran. Dasar
pengujiannya adalah peringkat dari nilai-nilai data. Jika tidak ada perbedaan nilai
tengah, dan apabila data kedua populasi dicampur dan diperingkatkan, maka
rata-rata peringkat keduanya tidak akan berbeda. Artinya data yang bernilai
kecil atau besar tidak hanya berasal dari salah satu populasi, namun tersebar
merata di keduanya.
Kruskal-Wallis , analisis ini adalah perluasan dari uji Mann-Whitney, dan
bisa diterapkan untuk lebih dari dua populasi, dan tidak ada asumsi sebaran
data.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 28
Uji Beda Proporsi, pengujian ini digunakan untuk melihat perbedaan
proporsi dua populasi. Misalnya ingin dibandingkan proporsi guru yang mampu
berkomunikasi dengan bahasa Inggris di Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Cianjur. Pengujian in berbasis pada selisih proporsi dari sebuah populasi dengan
populasi lain.
3. Teknik Analisis untuk Melihat Hubungan Dua atau Lebih Variabel
Hubungan antara dua variabel atau lebih, seringkali dijumpai dalam
melakukan analisis hasil penilaian. Ada dua jenis hubungan yang harus
dibedakan, yaitu hubungan yang sekedar asosiasi yang didukung hanya oleh data
yang ada, dan hubungan yang bersifat sebab akibat yang didukung dengan logika
dan teori.
Untuk hubungan jenis yang pertama, dua variabel memiliki kedudukan yang
sama, tidak ada variabel yang satu mendahului variabel yang lain. Namun pada
hubungan sebab akibat ada variabel yang diposisikan sebagai sebab (variabel
penjelas, variabel bebas, variabel independen) dan ada yang menjadi akibat
(variabel respon, variabel tak bebas, variabel dependen). Variabel bebas
biasanya dilambangkan X, sedangkan variabel tak bebas Y.
Analisis hubungan dua variabel ini tergantung pada tipe dari variabel yang
terlibat, apakah bertipe kategorik dan bertipe numerik, serta bentuk dari
hubungan yang akan dibuat. Berikut disajikan tabel yang memberikan alat
analisis apa yang bisa diterapkan pada berbagai tipe data :
Numerik Kategorik
Numerik Korelasi Pearson, Korelasi
Spearman, Regresi Linear
ANOVA, tabel
ringkasan
Kategorik Regresi Logistik Tabel Kontingensi
Dari matriks ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 29
Korelasi Pearson korelasi ini sering juga disebut sebagai korelasi produk-
momen atau korelasi saja. Besarnya koefisien menggambarkan seberapa erat
hubungan linear antara dua variabel, bukan hubungan sebab akibat. Variabel
yang terlibat dua-duanya bertipe numerik, dan menyebar normal jika ingin
pengujian terhadapnya sah.
Notasi dari koefisien korelasi ini adalah r yang besarnya antara –1 hingga 1.
Jika r < 0 maka dikatakan berkorelasi negatif, artinya jika nilai salah satu variabel
semakin besar, maka variabel yang lain akan semakin kecil. Misalnya hubungan
antara lama belajar dengan lama menonton TV. Sebaliknya jika r > 0 dikatakan
terjadi hubungan linear yang positif. Misalnya pendapatan dengan konsumsi.
Jika r = 0 dikatakan tidak berkorelasi tetapi bukan berarti tidak berhubungan.
Mungkin berhubungan namun tidak linear. Semakin dekat nilai r dengan 1 atau –
1 maka semakin erat hubungan linear antar variabel tersebut.
Korelasi Spearman koefisien ini mirip dengan korelasi Pearson, tetapi
dalam pengujian tidak mensyaratkan adanya asumsi sebaran normal. Di samping
itu data yang digunakan bisa saja berupa data numerik yang merupakan
pengkodean dari data ordinal. Misalkan hubungan antara pendapatan orang tua
(numerik) dengan tingkat pendidikannya (ordinal). Tingkat pendidikan
dinyatakan sebagai sebuah bilangan terurut berdasarkan pendidikan yang
pernah diperoleh.
Regresi Linear, dalam analisis ini sudah jelas mana sebagai Y dan mana
sebagai X. Hubungan antara Y dengan X di tuliskan sebagai :
Y = a + bX
Interpretasi dari b adalah besarnya perubahan Y jika X naik satu satuan.
Sedangkan a adalah besarnya nilai Y ketika X bernilai 0. Umumnya a disebut
sebagi intersep dan b sebgai kemiringan/slope/gradien garis regresi.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 30
Ukuran kebaikan model regresi dinyatakan sebagai R2 (koefisien
determinasi), yang besarnya dari 0% hingga 100%. Semakin mendekati 100%
maka model regresi yang didapatkan semakin baik. Data yang bisa dianalisis
dengan regresi linear adalah Y dan X yang bertipe numerik, dan memiliki sebaran
normal.
ANOVA, Sebenarnya ANOVA bisa juga digunakan untuk membandingkan
nilai tengah dari dua atau lebih populasi. Namun dalam berbagai kondisi, analisis
ini juga bisa diinterpretasikan untuk melihat pengaruh variabel yang bertipe
kategorik (bukan numerik) terhadap variabel yang bertipe numerik. Misalnya
ingin dilihat hubungan, tepatnya pengaruh, dari lokasi sekolah terhadap
pencapaian status sekolah (SSN, SKM, RSBI). Jika ada perbedaan kemajuan
pengelolaan sekolah antara sekolah di kota provinsi dan kota kabupaten, bisa
dikatakan bahwa ada hubungan antara kemajuan pencapaian tingkat sekolah
dengan lokasi sekolah.
Tabel Ringkasan, dengan tabel ini juga bisa dibahas hubungan antar
variabel. Misalnya jika kita ringkas rata-rata pendapatan kepala keluarga
berdasarkan pendidikannya, seperti pada contoh sebelumnya, kita bisa
mengetahui hubungan antara keduanya. Apakah semakin tinggi pendidikan,
tingkat pendapatannya juga semakin besar.
Tabel Kontingensi, mengulang pembahasan tentang teknik penyajian
data, tabel kontingensi bisa digunakan untuk melihat hubungan dua variabel
kategorik. Pada contoh sebelumnya diberikan tabel kontingensi antara
pendidikan dan pilihan perguruan tinggi. Dari tabel kontingensi ini bisa dibuat
kesimpulan apakah ada hubungan antara pendidikan seseorang dengan pilihan
perguruan tinggi untuk anaknya. Untuk menegaskan pembahasan dari tabel
kontingensi, dilakukan pengujian formal yang dikenal dengan uji Khi-Kuadrat
(Chi-Square Test)
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 31
Regresi Logistik, tipe data dalam analisis ini kebalikan dari tipe data pada
ANOVA. Yang menjadi variabel bebas (X) bisa bertipe numerik maupun
kategorik, sedangkan yang menjadi variabel tak bebas (Y) bertipe kategorik.
Hasil dari analisis ini berupa peluang sebuah objek masuk ke dalam suatu
kategori jika diketahui berbagai nilai variabel X-nya.
C. MENGKOMUNIKASIKAN HASIL PENILAIAN
Penilaian yang diselenggarakan oleh pengawas mempunyai banyak
kegunaan, baik bagi peserta didik, satuan pendidikan, ataupun bagi pendidik
sendiri. Secara rinci dapat dijelaskan manfaat penilaian, yaitu:
1. mengetahui tingkat ketercapaian Standar Kompetensi yang sudah
dijabarkan ke Kompetensi Dasar.
2. mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta
didik.
3. mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.
4. mendorong peserta didik mencapai kualitas akademik yang lebih tinggi
5. mendorong pendidik untuk mengajar dan mendidik lebih baik.
6. mengetahui keberhasilan satuan pendidikan dan mendorongnya untuk
berkarya lebih terfokus dan terarah.
Hasil penilaian kinerja sekolah, kepala sekolah, guru dan staf sekolah dapat
dikomunikasikan bergantung pada tujuan laporan dibuat. Pertanyaan
mendasarnya adalah:
Siapa yang akan diberi laporan penilaian dan tujuannya apa ?
Bagaimanakah penilaian akan mempengaruhi responden yang dinilai?
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 32
Hasil dari penilaian biasanya akan ditulis menjadi sebuah laporan penilaian.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi suatu laporan asesmen yaitu : jelas, relevan
dengan tujuan dan berguna.
1. Jelas
Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus jelas.
Tanpa kriteria ini, relevansi dan kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi.
Ketidakjelasan laporan penilaian kinerja merupakan suatu masalah
karena kesalahan interpretasi dapat menyebabkan kesalahan
pengambilan keputusan.
2. Relevan dengan tujuan
Laporan penilaian harus relevan dengan tujuan yang sudah ditetapkan
pada awal penilaian. Jika tujuan awalnya adalah untuk melihat
perkembangan model pengelolaan sekolah dari SSN menjadi RSBI, maka
informasi yang relevan dengan hal itu harus lebih ditekankan.
3. Berguna
Laporan yang ditulis diharapkan dapat memberikan sesuatu informasi
tambahan yang penting tentang responden. Kadang terdapat juga
laporan yang mempunyai validitas tambahan yang rendah.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 33
BAB V
PENUTUP
Pada bagian akhir modul ini dilampirkan contoh instrumen supervisi
akademik untuk Sekolah Menengah Atas di DKI Jakarta. Instrumen tersebut
menjadi bahasan dalam Diklat ini, baik untuk kelayakan sebuah instrumen
pengawasan (validitas, reliabilitasnya, dan kemudahan analisisnya), dan cara
menganalisis data yang terkumpul dari instrumen supervisi akademik tersebut.
Pada latihan analisis data hasil penilaian, digunakan perangkat lunak
Microsoft Excel, dengan pertimbangan bahwa perangkat lunak tersebut dimiliki
oleh setiap komputer atau laptop peserta pelatihan. Diharapkan peserta Diklat
dapat memiliki ketrampilan tambahan dalam penggunaan Microsoft Excel untuk
analisis hasil penilaian.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 34
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J.W. (2008).Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey:Peason Prentice Hall.
Freeman, H.E., Leigh Burstein, P.H. Rossi. (1985).Collecting Evaluation Data. Beverly Hills: Sage Publication.
Hasan, Iqbal.(2004). Analisis Data Penelitian Dengan Statistika. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
House, E. R. (1987). Assumptions Underlying Evaluation Models dalam Madaus.
Madaus, G. F. et al. (1987). Evaluation Models: Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
Stufflebeam D. & Webster, W. (1987). An Analysis of Alternative Approaches to Evaluation, dalam Madaus.
Tb. Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis. (2007). Manajemen Mutu SDM. Jakarta:PT Ghalia Indonesia
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 35
LAMPIRAN
Contoh-contoh intrumen.
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN(Diisi oleh Siswa)
Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang cara mengajar guru dalam pembelajaran yang Anda ikuti.
Petunjuk: Lingkarilah angka yang sesuai dengan pendapat Anda untuk setiap pertanyaan di bawah ini.
Angka 1 sampai dengan 4 pada skala jawaban mempunyai arti sebagai berikut:1 = Kurang 3 = Baik2 = Cukup 4 = Sangat baik
No Aspek Nilai (lingkari)
Nilai (dipindahkan)
1. Cara guru menyampaikan tujuan perkuliahan 1 2 3 42. Pemberian bimbingan 1 2 3 43. Keterampilan memandu diskusi kelompok 1 2 3 44. Penguasaan guru terhadap materi 1 2 3 45. Memberikan motivasi kepada siswa untuk
belajar1 2 3 4
6. Kemampuan guru memonitor kegiatan kelompok
1 2 3 4
7. Kepuasan Anda tentang nilai yang diberikan guru
1 2 3 4
8. Memberikan contoh-contoh 1 2 3 49. Menggunakan media belajar 1 2 3 410. Variasi metode mengajar 1 2 3 4
TOTAL SKORRATA-RATA
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 36
KEBIASAAN BELAJAR SISWA(Format Observasi)
(Diisi oleh Guru atau orang lain)
Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang kebiasaan belajar siswa.
Petunjuk: Lingkarilah angka yang sesuai dengan pendapat Anda untuk setiap pertanyaan di bawah ini.Angka 1 sampai dengan 4 pada skala jawaban mempunyai arti sebagai berikut:1 = Kurang 3 = Baik2 = Cukup 4 = Sangat baik
No Aspek Nilai (lingkari)
Nilai (dipindahkan)
1. Jumlah pertanyaan siswa 1 2 3 42. Kualitas pertanyaan siswa 1 2 3 43. Cara menjawab pertanyaan guru di kelas 1 2 3 44. Kepatuhan siswa mengerjakan
tugas1 2 3 4
5. Keaktifan dalam diskusi 1 2 3 46. Keaktifan dalam kegiatan kelompok 1 2 3 47. Cara bertanya dan menjawab pertanyaan
dalam diskusi1 2 3 4
8. Kelengkapan buku-buku pelajaran 1 2 3 49. Perhatian siswa pada keseluruhan
jalannya pembelajaran1 2 3 4
10. Prosentase kehadiran siswa 1 2 3 4TOTAL SKORRATA-RATA
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 37
Berikut ini adalah hasil penilaian yang dilakukannya.
HASIL PENILAIAN PROGRAM PEMBELAJARAN
Siswa Aspek yang Dfevaluasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
01 3 3 1 3 3 3 2 4 4 2
02 4 2 1 4 2 1 1 3 4 1
03 4 3 1 4 3 1 3 3 3 2
04 2 2 2 4 2 1 2 3 4 1
05 2 2 1 4 2 3 2 3 3 1
06 2 2 2 4 2 2 2 4 6 1
07 2 2 1 4 4 2 1 2 3 2
08 2 2 1 3 2 1 3 2 3 2
09 3 2 2 3 2 3 2 4 3 2
10 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2
Total Skor 26 22 14 35 24 19 20 30 34 16
Rata-rata 2,6 2,2 1,4 3,5 2,4 1,9 2,0 3,0 3,4 1,6 2,4
Dari hasil evaluasi program (proses) pembelajaran ini, Guru A kini mengetahui bahwa:
1. Kualitas program pembelajaran yang diselenggarakannya ternyata sedikit di atas cukup (rata-rata 2,4) tetapi belum cukup baik.
2. Menurut penilaian mahasiswa, Guru A sangat menguasai materi/isi perkuliahan (nilai rata-rata 3,5) dan penggunaan media belajar juga dinilai baik oleh mahasiswa (3,4).
3. Namun, ada tiga hal yang perlu Guru A perhatikan, yakni cara dia memandu diskusi (1,4), memonitoring kegiatan kelompok (1,9), dan mengadakan variasi metode mengajar (1,6).
HASIL EVALUASI KEBIASAAN BELAJAR SISWA
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 38
Siswa
Aspek yang Dievaluasi1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-
rataII VII
I II VIII II VII
I II VIII II VII
I II VIII II VII
I II VIII II VII
I II VIII
1 2 2 2 3 1 2 1 2 3 . 1 1,9
3 3 2 3 4 4 2 2 4 1 2,8
2 2 2 3 3 2 2 1 3 4 1 2,3
4 4 4 4 4 4 1 2 4 2 3,3
3 3 2 3 3 2 2 2 2 4 2 2,5
2 2 3 2 4 4 2 2 3 1 2,5
4 3 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2,2
2 2 2 2 3 3 1 1 4 2 2,2
5 2 3 3 4 2 1 1 2 4 1 2,3
4 4 4 4 4 3 2 1 4 2 3,2
6 2 3 2 3 1 1 1 3 4 2 2,2
2 3 4 3 2 2 2 3 3 3 2,7
7 2 3 4 3 2 2 2 3 3 3 2,7
2 4 4 2 3 4 3 1 3 2 2,8
8 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2,4
4 4 4 2 4 3 1 2 3 3 3,0
9 2 3 3 2 3 3 1 1 4 4 2,6
4 3 4 2 3 4 2 2 4 2 3,0
10 2 4 3 3 2 3 1 2 3 1 2,4
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 39
Siswa
Aspek yang Dievaluasi1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-
rataII VII
I II VIII II VII
I II VIII II VII
I II VIII II VII
I II VIII II VII
I II VIII
2 4 3 3 4 4 1 2 4 1 2,8
X 2,3
2,9
2,6
3,3
2,8
3,4
2,8
2,7
2,0
3,5
2,1
3,5
1,3
1,7
2,2
1,8
3,5
3,6
1,9 1,9
Dari data di atas, beberapa fakta diketahui oleh Guru A. Antara lain:
1. Secara umum, kebiasaan belajar siswa mengalami peningkatan (mulai dari minggu II sampai dcngan minggu VIII).
2. Poin 10 (kehadiran mahasiswa) temyata tidak berubah, yaitu tetap belum cukup baik (skor 1,9).
3. Kebiasaan nomor 7 (cara bertanya dan menjawab pertanyaan dalam diskusi) temyata masih belum cukup baik (skor 1,3 menjadi 1,7).
HASIL EVALUASI KEBIASAAN BELAJAR SISWA(Quiz Diadakan pada Minggu III & IX)
MAHASISWA QUIZ I QUIZ II
01 4 802 6 603 5 704 8 605 5 706 4 807 6 908 7 609 6 910 7 8
RATA-RATA 5,8 7,5
Dari data di atas, jelas terlihat bahwa terdapat kenaikan yang cukup baik dalam hal prestasi (hasil belajar) siswa, Meskipun demikian, ada juga siswa yang tidak mengalami perubahan dalam hal prestasi belajar ini (siswa nomor 02), dan bahkan ada juga siswa yang mengalami penurunan prestasi (siswa nomor 04 dan 08).
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 40
Dalam hal ini, Guru A juga berinisiatif melihat hubungan antara kebiasaan belajar siswa dengan prestasi siswa. Ternyata, data menunjukkan bahwa kecenderungan pada waktu kebiasaan belajar siswa membaik, prestasi siswa juga membaik.
Inisiatif untuk melihat hubungan dua hal tersebut di atas, sebenamya baik. Tetapi, akan lebih baik lagi bila Guru A mau mengadakan perhitungan sedikit lebih jauh dan melakukan analisis korelasi, sehingga hubungan antara kebiasaan belajar dan prestasi siswa tersebut akan lebih mendapat bukti kuantitatif.
Berikut ini disajikan beberapa contoh instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi proses belajar-mengajar.
Contoh:
Panduan Wawancara(Untuk Rekan Guru)
1. Apakah materi ajar untuk mata pelajaran ini telah cukup lengkap? Jelaskan jawaban Anda.
2. Apakah materi ajar ini mutakhir (up-to-date)? Jelaskan komentar Anda.3. Apa kelebihan dan kekurangan materi ajar ini?
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 41
KUESIONER(Untuk Siswa)
Berikan penilaian Anda terhadap hal-hal berikut ini dengan cara melingkari angka yang sesuai dengan pendapat Anda. Art! angka adalah: 4 = baik sekali; 3 = baik; 2 = cukup; 1 = buruk.Kuesioner ini hanya berlaku untuk mata pelajaran yang sedang Anda ikuti saat ini.1. Perhatian guru terhadap kemampuan belajar siswa 1 2 3 4
2. Cara guru mengelola kelas 1 2 3 43. Penguasaan guru terhadap isi mata kuliah 1 2 3 44. Antusiasme (rasa tertarik) guru terhadap mata
kuliah1 2 3 4
5. Antusiasme guru proses belajar mengajar di kelas 1 2 3 46. Kemauan dan kemampuan guru dalam membantu
siswa dalam proses belajar1 2 3 4
7. Kejujuran dan keterbukaan guru terhadap siswa 1 2 3 4
8. Objektifitas guru dalam penilaian hasil belajar (prestasi akademik) siswa
1 2 3 4
9. Kualitas bahan ajar perkuliahan 1 2 3 410. Kualitas soal-soal ujian yang dibuat guru 1 2 3 411. Penggunaan media belajar 1 2 3 412. Pemahaman Anda terhadap materi kuliah yang
diterangkan dose1 2 3 4
13. Rasa tertarik Anda terhadap mata kuliah ini 1 2 3 414. Manfaat mata kuliah ini bagi Anda (membantu
memahami mata kuliah lain, untuk memecahkan masalah-masalah praktis di luar kampus, dan sebagainya)
1 2 3 4
15. Sebutkan dua hal yang sangat mendesak untuk diperbaiki dalam mata kuliah ini:
1 2 3 4
1.
2.
Terima Kasih
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 42
Berikut diberikan contoh model daftar periksa (checklist):
Petunjuk : Bacalah tiap item di bawah ini dan tentukan apakah individu yang anda rating menunjukkan mutu ini. Jika jawabannya “ya”, cantumkan tanda “V” (chekclist) di depan pernyataan. Jika jawabannya “tidak” tidak perlu diisi.
——- meminta bantuan ketika menghadapi masalah.——- mengakui kontribusi mitra kerja lainnya pada pekerjaan yang
dihasilkannya.——- memelihara hubungan baik dengan sejawat lainnya.——- mengambil prakarsa ketika dihadapkan pada situasi yang baru.——- membutuhkan sejumlah instruksi berlebihan ketika dihadapkan pada
situasi baru.——- dapat meilhat lebih dari satu pilihan dalam menghadapi situasi baru.——- secara bersinambung mampu memenuhi jadwal kegiatan
Contoh lainnya adalah dengan menggunakan Daftar Periksa Tertimbang seperti di bawah ini:
Petunjuk :
Di bawah ini ada daftar mutu yang Anda rating terhadap pengawas/guru. Jika Anda yakin guru memiliki mutu seperti yang tercantum dalam daftar, maka isilah dengan tanda “V” di depan item; kalau tidak jangan diberi tanda.
Item Nilai
———diminta untuk memberi nasehat pada sejawat lain 3.0———mengikuti petunjuk dengan baik 2.0———tidak bekerja dengan baik dalam kelompok 1.0———bekerja dengan baik tanpa supervisi langsung 2.5———secara bersinambung bekerja tak mencapai target waktu 2.0———menerapkan perbaikan-perbaikan cepat pada pemasalahan
yang berulang-ulang 1.0———memperlakukan sejawat lainnya secara jujur 1.0
Diadopsi dari Tb Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis,2007,Manajemen Mutu SDM, PT Ghalia Indonesia
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 43