EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK
WRITE (TTW) DAN LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ)
DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA
PROPOSAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Penelitian Pendidikan Matematika
TRI AYU MARTINI
A 410 080 139
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah bagaimana mengajarkan siswa dengan mudah sehingga
siswa akan terdorong oleh kemampuannya sendiri untuk mempelajari apa yang
sudah direncanakan dalam kurikulum, karena itu pembelajaran berupaya
menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dan menganalisis tujuan
pembelajaran. Selanjutnya para pendidik melakukan kegiatan memilih, menetapkan
dan mengembangkan cara–cara pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut sehingga hasil pembelajaran terwujud dalam diri peserta
didik.
Kreativitas belajar siswa adalah kemampuan mengkaitkan konsep-konsep
matematika untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan
sehari-hari dan kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan orisinal yang
berwujud ide-ide atau alat-alat.
Tingkat kreativitas di kalangan siswa khususnya kreativitas belajar
matematika belum seperti yang diharapkan oleh para guru. Berdasarkan observasi
empirik dilapangan kreativitas siswa SMP pada tingkat yang rendah. Paling tidak
ada 2 faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kreativitas belajar siswa, yaitu
faktor eksternal dan internal, yang termasuk dalam faktor eksternal diantaranya
pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat.
Faktor internal pada umumnya adalah guru, terutama guru di kelas terlalu
mudah menyalahkan siswa ketika siswa membuat kesalahan. Menurut psikologi
pendidikan, anak-anak lebih banyak menerima komentar-komentar negative
(larangan, hukuman, caci maki) dan sedikit sekali menerima komentar positif
(kesempatan, penghargaan, pujian) dari orang yang lebih tua dalam kehidupannya.
Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran matematika telah
menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak membahas rumus dan
soal tanpa memperhatikan esensi manfaat rumus yang dipelajari, dengan kata lain
yang ditekankan adalah penguasaan tentang rumus.
Peran strategis guru dapat dirumuskan menjadi empat hal, yaitu guru sebagai
pendidik, fasilitator, motivator dan evaluator. Menurut (Irawati Istadi, 2008) guru
sebagai pendidik berarti ada dua hal yang perlu dilakukan secara konsisten oleh
seorang guru, yaitu mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan membiasakan anak berbuat
kebaikan, sebagai fasilitator berarti guru diharapkan dapat mengelolah kelas dengan
baik, sebagai motivator berarti guru selalu memberikan masukan-masukan yang
positif kepada siswa agar siswa bersemangat dan antusias dalam belajar, sebagai
evaluator berarti guru mampu menilai hasil belajar siswa. Selain pendidik, fasilitator
dan motivator bagi siswa, guru juga harus bertindak secara professional.
Salah satu mata pelajaran yang disampaikan di sekolah adalah matematika,
untuk memiliki sifat kuantitatif yakni dapat memberikan jawaban yang lebih rinci
yang memungkinkan penyelesaian masalah secara lebih cepat dan cermat,
matematika dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengatasi permasalahan yang
ditemui dalam kehidupan sehari–hari, matematika merupakan metode berfikir secara
logis, peranan matematika terhadap perkembangan sains dan teknologi sudah jelas
sangat penting karena matematika adalah pondasi dari ilmu pengetahuan yang lain.
Siswa di sekolah mengalami kesulitan saat belajar matematika diantaranya
kesulitan untuk mengaplikasikan rumus-rumus matematika dalam kehidupan sehari–
hari, kesulitan belajar matematika juga disebabkan oleh tekanan yang berlebihan
pada hafalan rumus dan kecepatan berhitung. (Maskur A.G Moch dan Abdul Halim
Tathani, 2007) mengemukakan bahwa matematika oleh sebagian besar siswa masih
dianggap sebagai momok, ilmu yang membosankan, kurang menantang, teoritis,
rumus–rumus banyak, soal sulit dan membinggungkan.
Siswa yang sedikit melakukan aktivitas fisik dan tidak beranjak dari tempat
duduk seperti halnya hanya duduk manis mendengarkan penjelasan dari guru,
membaca materi-materi, mencatat. Perasaan bosan dan lelah sangat mudah
menghampiri. Siswa mudah mengantuk, padahal siswa sudah niat untuk belajar
sungguh-sungguh. Guru yang jarang mengkaitkan pembelajaran matematika dengan
hal-hal riil dalam kehidupan sehari-hari maka materi yang disampaikan akan terasa
abstrak, monoton dan tidak menyenangkan.
Sebagai intuisi pendidikan formal, sekolah memiliki fungsi dan peran strategi
dalam melahirkan generasi–generasi masa depan yang memiliki daya kreatif dan
innovativ. Pada dasarnya kreativitas dapat dibentuk dan dilatih dalam proses
pembelajaran. Siswa yang kreatif biasanya memiliki rasa ingin tahu yang besar,
sering mengajukan pertanyaan yang berbobot, memberikan banyak gagasan dan usul
terhadap suatu masalah, mempunyai daya imajinasi yang tinggi mampu mengajukan
pemikiran, gagasan dan pemecahan yang berbeda dari orang lain.
Ada suatu pendekatan pembelajaran yang bisa dijadikan acuan guru dalam
menumbuh kembangkan kreativitas siswa. Pendekatan tersebut adalah pendekatan
think talk write (TTW) dan pendekatan learning start with a question (LSQ). Think
talk write (TTW) adalah suatu kegiatan dalam pembelajaran matematika yang
dilakukan oleh guru dengan memberikan teks matematika guna dibaca oleh siswa,
kemudian siswa berfikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses
membaca selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya
sebelum menuliskan hasil diskusi atau dialog pada lembar kerja yang disediakan.
Learning start with a question (LSQ) adalah suatu metode pembelajaran aktif dalam
bertanya. Siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya yaitu
dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran
tentang materi yang akan dipelajari sehingga apabila dalam membaca atau
membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas
serta dibenarkan secara bersama-sama.
Melalui pendekatan TTW dan LSQ diharapkan dapat mengatasi rendahnya
kreativitas belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari peermasalahan yang telah diuraikan di atas dapat dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Dalam matematika selama ini, guru jarang mengkaitkan hal-hal di dunia nyata
sehingga siswa kurang bisa mengkaitkan konsep-konsep yang dia dapat di
kelas untuk menyelesaikan permasalah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Prestasi belajar matematika di SMP masih rendah dibandingkan dengan mata
pelajaran yang lain sehingga perlu dicari solusi untuk kemajuan yang lebih
baik.
3. Masih banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran matematika, karena
mereka masih menganggap bahwa matematika terlalu monoton dan kurang
menyenangkan.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat terarah dan mendalam serta tidak terlalu luas
jangkauannya maka dalam penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut:
1. Strategi mengajar yang digunakan dibatasi pada strategi think talk write
(TTW) untuk kelas eksperimen dan strategi learning start with a question
(LSQ) untuk kelas kontrol.
2. Kreativitas belajar siswa dapat mempengaruhi tingkat prestasi belajar
matematika, yaitu kemampuan mengkaitkan konsep-konsep matematika untuk
menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan
kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan orisinil yang berwujud ide-
ide atau gagasan siswa.
3. Prestasi dibatasi pada prestasi belajar pada sub pokok bahasan yang diperoleh
dengan metode dokumentasi.
D. Perumusan Masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh penggunaan strategi think talk write (TTW) dan
learning start with a question (LSQ) terhadap prestasi belajar siswa.
2. Adakah pengaruh kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika.
3. Adakah pengaruh interaksi antara pendekatan TTW, LSQ dan kreativitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar siswa yang ditinjau dari
perbedaan pengaruh pendekatan TTW dan LSQ.
2. Untuk mengetahui signifikan prestasi belajar siswa yang ditinjau dari
perbedaan kreativitas belajar matematika siswa.
3. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan TTW, LSQ dan kreativitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah manfaat yang berhubungan dengan disiplin ilmu
yang di pelajari, disini adalah ilmu matematika. Dalam penelitian ini ada 2
manfaat teoritis yang dapat diperoleh yaitu:
a. Memperkaya hasil penelitian tentang matematika khususnya dalam
kreativitas siswa di dalam kelas
b. Dapat digunakan sebagai acuan atau rujukan untuk penelitian
selanjutnya
2. Manfaat Praktis
Manfaat penilitian sering dikaitkan dengan masalah yang bersifat
praktis. Penelitan ini memberikan sumbangan kepada guru matematika di
sekolah. Bagi guru yang mengetahui cara berpikir siswanya bisa memberikan
alternatif solusi sehingga mempermudah siswa dalam memahami suatu materi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Prestasi belajar
Hilgard dan Bower (Purwanto, 2007: 84) mengemukakan bahwa
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi
tertentuyang disebutkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasita itu, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan/keadaan-keadaan sesaat
seseorang(misalnya: kelelahan, pengaruh obat)
Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang, maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar (winkel dalam suhartombs,
2009). (Mulyono Abdurrahman, 2003:37) mengemukakan bahwa prestasi belajar
atau hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar.
Seperti yang dikemukakan komiszowski yang dikutip oleh (Mulyono
Abdurrahman, 2003: 38), hasil belajar atau prestasi belajar dapat dikelompokkan
menjadi pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan terdiri dari 4 kategori, yaitu:
pengetahuan tentang faktah, pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan tentang
konsep, pengetahuan tentang prinsip. Ketrampilan terdiri dari 4 kategori:
ketrampilan untuk berfikir meliput, ketrampilan untuk bertindak, ketrampilan
bersikap, dan ketrampilan berinteraksi.
Berdasarkan para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diperoleh siswa setelah
melakukan kegiatan yang menggambarkan penguasaan siswa terhadapmateri
pelajaran dan dapat dilihat dalam bentuk indikator-indikator yang berupa nilai
rapor, indeks, prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan.
2. Metode pembelajaran LSQ (learning start with a question)
Learning start with a question (LSQ) adalah suatu metode pembelajaran
aktif dalam bertanya. Agar siswa aktif bertanya, maka siswa diminta untuk
mempelajari materi yang akan dipelajari yaitu dengan membaca terlebih dahulu,
dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan
dipelajari, sehingga apabila dalam membaca/membahas materi tersebut terjadi
kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkn secara
bersama-sama.
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode LSQ adalah:
a. Pilih bahan bacaan yang sesuai kemudian bagikan kepada peserta didik,
dalam hal ini bacaan tidak harus difotokopi kemudian dibagikan kepada
peserta didik, akan tetapi dapat dilakukan dengan memilih satu topik
tertentu dalam buku yang dipakai. Usahakan bacaan itu adalah bacaan
yang memuat informasi umum/yang tidak detail, bacaan yang member
peluang untuk ditafsirkan dengan berbeda-beda.
b. Minta peserta didik untuk mempelajari bacaan dengan sendiri atau
dengan teman.
c. Minta peserta didik untuk memberi tanda pada bagian tanda sebanyak
mungkin. Jika waktu memungkinkan gabungkan pasangan belajar yang
satu dengan pasangan belajar yang lain, kemudian minta mereka untuk
membahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda.
d. Didalam pasangan atau kelompok kecil, minta peserta didik untuk
menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca.
e. Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh peserta
didik.Sampaikan pelajaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
3. Metode pembelajaran TTW (think talk write)
Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin, ini pada
dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan
strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir/berdialog dengan
dirinya sendiri setelah proses membaca selanjurnya berbicara dan membagi
ide(sharing) dengan temannya sebelum menulis.
Langkah-langkah pembelajaran strategi TTW menurut (Martini Yasmin
dan Ansari, 2008: 87) yaitu:
a. Guru membagi teks bacaan berupa lembaran aktivitas siswa yang
memuat situasi masalah open-ended dan petunjuk serta prosedur
pelaksanaannya.
b. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara
individual untuk dibawa ke forum diskusi (think).
c. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas
isi catatan (talk). Guru sebagai mediator lingkungan belajar.
d. Siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi
(write).
4. Kreativitas belajar
Kreativitas belajar siswa adalah kemampuan mengkaitkan konsep-konsep
matematika untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan
sehari-hari dan kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan orisinal yang
berwujud ide-ide atau alat-alat.
Ciri psikologis yang umum yang dimiliki siswa kreatif adalah sebagai
berikut:
a. Siswa memiliki dorongan untuk menentukan hal-hal baru,
kemungkinan-kemungkinan baru akan membuka sudut pandang
yang menakjubkan dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.
b. Siswa memiliki dorongan untuk menentukan keteraturan dalam
keadaan kacau balau dan memiliki minat menemukan masalah yang
tidak umum juga penyelesaiannya.
c. Memiliki kemampuan mengkaitkan hal-hal yang mereka lihat di
alam sekitar kita dengan konsep yang mereka pelajari di kelas,
sehingga mereka mendefinisikan sesuatu.
5. Penerapan strategi think talk write
Materi yang dipakai adalah theorem phytagoras. Materi kelas VII SMP.
Langkah-langkah pembelajarannya:
a. Guru membagi teks bacaan berupa lembaran aktivitas siswa yang
memuat situasi masalah open-ended dan petunjuk serta prosedur
pelaksanaannya.
b. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara
individual untuk dibawa ke forum diskusi (think).
c. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas
isi catatan (talk). Guru sebagai mediator lingkungan belajar.
d. Siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi
(write).
Selanjutnya tahap berbicara/berkomunikasi (talk). Pada strategi ini
memungkinkan siswa utuk terampil berbicara (komunikasi secara lisan). yakni
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang mereka pahami, tentang
penggunaan phytagoras yang baru saja didiskusikan bersama.
Selanjutnya tahap “write” yaitu menuliskan hasil diskusi/dialog pada
lembar kerja yang disediakan. Aktivitas siswa selama tahap ini adalah (1)
menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk
perhitungan, (2) mengorganisasikan semua pekerjaan langkah-demi-langkah.
Baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel
agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti, (3) Mengoreksi semua pekerjaan
sehingga yakin tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan, (4)
meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca dan
terjamin keasliannya.
B. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini penulisan mengacu pada penelitian yang relevan dengan
penelitian yang dilaksanakan saat ini.
Menurut (Fajar persistri, 2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika yang diberi
pembelajaran dengan menggunakan strategi Think Talk Write (TTW) dan
konvensional.
Menurut (Ummu Kulzum, 2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh metode belajar terhadap prestasi belajar matematika dilihat dari
rata-rata nilai prestasi belajar matematika siswa yang dikenai pembelajaran dengan
metode Team Quiz lebih baik dari pada pembelajaran matematika dengan metode
pembelajaran learning start with a question (LSQ).
Menurut (Diana Kusumaningrum, 2009) dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kreativitas
belajar terdapat prestasi belajar siswa. Menunjukkan belajar siswa yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan SAVI dan kreativitas yang tinggi tidak memiliki
kecenderungan memiliki prestasi yang tinggi.
Menurut (Diana Kusumaningrum, 2009) dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa siswa yang memiliki kreativitas belajar yang tinggi pula.
Menurut (Sony Prihantoro, 2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
proses pembelajaran matematika melalui strategi Think Talk Write (TTW) dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dimana pada dasarnya adalah
meningkatkan keaktivan siswa dalam belajar.
NoNama peneliti Variabel
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
1 Fajar Persistri
2 Ummu
Kulzum
3 Diana
Kusumaningru
m
4 Sony
Prihantoro
C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar siiswa.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar diantaranya
adalah metode atau strategi mengajar yang digunakan guru dan kreativitas belajar
siswa. Untuk mengajarkan materi tertentu diperlukan strategi tertentu pula.
Pemilihan metode atau strategi juga memperhatikan subyek didik dengan
segala kemampuan dan kekurangan yang dimiliki. Suatu metode mungkin cocok
untuk siswa atau kelompok siswa yang lain dan harus sesuai dengan pokok bahasan
yang akan disampaikan. Dengan memperhatikan hal tersebut maka pemilihan suatu
metode mengajar harus benar-benar diperhatikan dan guru mampu melakukannya
dengan baik agar tercapai proses belajar mengajar dengan baik pula.
Selain metode atau strategi mengajar yang dilakukan guru, faktor lain yang
mempengaruhi hasil belajar adalah kreativitas belajar siswa, dalam hal ini kreativitas
belajar siswa yang merupakan kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan
belajarnya yang bertumpu pada aktivitas dan tanggung jawab siswa tanpa
bergantung pada orang lain. Misalnya dalam belajar matematika, akan berhasil bila
siswa banyak mengerjakan soal-soal yang ada, baik soal yang diberikan oleh guru
maupun soal-soal yang ada di dalam buku pelajaran dan penunjang. Hal ini tidak
mungkin terlaksana bila tidak ada rasa kemandirian sedikitpun pada siswa untuk
belajar.
Dalam system belajar mandiri siswa diharapkan lebih banyak belajar sendiri
atau kelompok dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain, siswa yang
mandiri akan memiliki kesadaran sendiri untuk melakukan kegiatan belajar tanpa
menunggu disuruh orang lain. Dengan seiringnya belajar mandiri siswa diharapkan
lebih banyak belajar sendiri atau kelompok dengan bantuan seminimal mungkin dari
orang lain, dengan seiringnya aktivitas belajar tersebut, siswa akan lebih mudah
untuk memahami materi yang ada, sehingga proses belajarpun akan meningkat
khususnya pelajaran matematika secara keseluruhan isi penelitian ini dapat
digambarkan dalam bentuk kerangka pemecahan, yaitu:
D. Hipotesis
1. Adakah pengaruh penggunaan pendekatan think talk write dan learning with a
question terhadap prestasi belajar matematika.
2. Ada pengaruh kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematia.
3. Ada pengaruh interaksi antara penggunaan pendekatan think talk write, learning
start with a question dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar
siswa.
Metode pembelajaran yang berlaku:
A. Menggunakan strategi pembelajaran.
Strategi think talk write
B. Menggunakan strategi pembelajaran.
Strategi learning with a question
Kreativitas belajar siswa
Prestasi belajar matematika pada materi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Eksperimen
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karene penelitian ini
dimaksud untuk mengukur pengaruh dua variable terhadap variable lainnya.
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan think talk write (TTW)
dengan metode learning start with a question (LSQ). Jadi penelitian ini mengukur
pengaruh variable bebas, yaitu metode pembelajaran terhadap variable terikatnya,
yaitu kreativitas belajar siswa, untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang terjadi
dapat dilihat dengan membandingkan penggunaan metode think talk write (TTW)
dan LSQ dan penggunaan strategi pembelajaran konvensional pada dua kelas.
Desain penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi
eksperimental) dengan rancangan eksperimen tes awal dan tes akhir kelompok tanpa
acak, rancangan ini dilakukan pada subyek kelompok tidak dilakukan acak (Sudjana
dan Ibrahim, 2001: 44). Rancangan ini dipilih karena eksperimen dilakukan di kelas
tertentu dengan kelas yang telah ada. Dalam menentukan subyek untuk kelompok
eksperimen manapun kelompok control tidak memungkinkan mengubah kelas yang
telah ada. Dalam menerapkan kelompok eksperimen dan kelompok control
dilakukan secara acak terhadap kelas yang ada.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Sukoharjo, pada kelas VII tahun ajaran
2011/2012. Penelitian dilakukan pada semester 2 tahun 2011/2012, yang meliputi
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan, meliputi: pengajuan judul, pembuatan proposal, survey di
sekolah yang bersangkutan, permohonan izin serta penyusunan instrument.
2. Tahap pelaksanaan, yaitu kegiatan yang berlangsung di lapangan yang
meliputi uji coba instrument dan pengambilan data instrument yang telah diuji
validitas reabilitasnya.
3. Tahap akhir, yaitu pengelolahan data dan penyusunan laporan penelitian.
C. Populasi, Sampel, dan Sampling
1. Populasi
Populassi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,
2006 :131) populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 2
Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari tujuh kelas pararel.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto,
2006: 130). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil sebanyak dua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas control. Kelas eksperimen dalam
pembelajaran menggunakan metode TTW dan kelas control dalam
pembelajaran menhhunakan metode LSQ.
3. Sampling
Sampling adalah penentuan sampel dari suatu populasi (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2009: 251). Sedangkan teknik sampling adalah teknik
pengambilan sampling.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random
sampling dengan cara undian. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Membuat suatu daftar yang berisi semua subyek, obyek, gejala, peristiwa,
atau kelompok yang ada dalam populasi.
b. Memberikan kode-kode yang berwujud angka-angka untuk tiap subyek,
obyek gejala, peristiwa, atau kelompok yang dimaksudkan dalam poin a.
c. Menuliskan kode-kode itu masing-masing dalam satu lembar kertas kecil.
d. Menggulung kertas tersebut.
e. Memasukan golongan-golongan kertas itu ke dalam kaleng/tempolong.
f. Mengocok kaleng/tempolong tersebut.
g. Mengambil kertas gulungan sebanyak yang dibutuhkan.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dibedakan menjadi metode
pokok dan metode bantu.
1. Metode pokok
a. Metode angket
Menurut (Suharsimi Arikunto, 2006: 151) angket atau kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-
hal yang diketahui.
Metode angket pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan
data tentang kreativitas belajar siswa, angket diberikan pada saat akhir
pelajaran.
b. Metode test
(Suharsimi Arikunto, 2006: 150) tes adalah serentetanpertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimilikioleh
individu atau kelompok.
Metode test pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
tentang prestasi belajar siswa. Test diberikan pada saat akhir
pembelajaran.
2. Metode bantu
Menurut (Suharsimmi Arikunto, 2006: 158) metode bantu yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Metode dokumentasi pada penelitian
ini digunakan untuk memperoleh data siswa atau nama-nama siswa dan daftar
nilai.
E. Definisi Operasional Variable
1. Variabel bebas
a. Metode pembelajaran
1) Definisi operasional
Metode pembelajaran adalah suatu jalan atau arah yang ditempuh
guru/siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2) Indikator
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TTW untuk kelas
eksperimen, sedangkan model pembelajaran LSQ untuk kelas
kontrol.
3) Skala pengukuran
Skala nominal yang terdiri dari 2 kategori, yaitu:
a) Kelas eksperimen: siswa diberikan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW)
b) Kelas kontrol: siswa diberikan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe learning start with a question
(LSQ)
b. Kreativitas belajar
1) Definisi operasional
Kreativitas belajar siswa adalah kemampuan mengkaitkan konsep-
konsep matematika untuk menyelesaikan permasalahan yang
ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuannya
menghasilkan sesuatu yang baru dan orisinal yang berwujud ide-
ide/alat-alat.
2) Indikator adalah hasil angket tentang kreativitas belajar siswa.
3) Skala pengukurannya adalah skala interual yang diubah dalam skala
ordinal dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, rendah.
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika.
a. Definisi operasional
Prestasi belajar matematika adalah hasil kerja anak setelah melalui
kegiatan belajar yang menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran matematika.
b. Indikatornya adalah nilai tes hasil belajar nilai ulangan harian matematika
siswa.
c. Skala pengukurannya adalah interval
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan
instrumen tes prestasi belajar yang disusun dalam bentuk soal objektif dengan empat
alternatif dan angket kreativitas. Uji coba sangat diperlukan dalam suatu penelitian
untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan sebagai alat
pengumpulan data dalam penelitian.
Soal tes dapat digunakan sebagai alat ukur yang baik apabila tes terbukti valid
dan realibel, dengan demikian akan diadakan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
(Azwar dalam violetatniyamani, 2007). Menurut (Sukmadinata, 2005: 228)
suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrumen
tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan diukur.
Untuk menguji validitas instrumen penelitian yang berupa soal tes
prestasi dan angket kreativitas, dilakukan dengan menggunakan rumus
korelasi yang dikenal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
r xy=N∑ XY−(∑ X ) (∑ Y )
√ {N∑ X 2−(∑ X )2}−{N∑ Y 2−(∑ Y )2}Setelah diperoleh r xy kemudian dikonsultasikan dengan harga kritik r
momen produk. Apabila r xy>rtabel maka dikatakan butir soal itu valid.
2. Reabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat ukur. Suatu
instrumen tersebut terpercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul
data, untuk menguji reliabilitas angket kreativitas, penulis menggunakan
rumus alpha:
r11=[ k
(k−1 ) ][1−∑ σb
2
σ 12 ]
Sedangkan untuk menguji realibilitas soal tes prestasi dilakukan
menggunakan rumus KR-20, sebagai berikut:
3. Penetapan instrumen
Item-item soal yang telah memenuhi syarat instrumen yang baik dan
item-item soal yang telah direvisi ditetapkan sebagai instrumen dalam
penelitian ini.
G. Teknik Analisis
1. Uji prasyarat analisis
Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan
uji homogenitas.
a. Uji normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
dari populasi yang normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini
digunakan metode Liliefors berikut:
1) Hipotesis
H 0: sampel berasal dari populasi norma
H 1: sampel tidak berasal dari populasi normal
2) Tingkat signifikansi: ∝=0,05
3) Statistik uji : L=Max|F ( zi )−S ( zi )|,
Dengan z i=(x i−x )s
, s = standar deviasi, F ( zi )=(Z ≤ zi )
z N (0,1 ) ;S ( z i)=proporsibanyaknya Z≤ z i4) Daerah kritik : {L|L>Lα ,n }
5) Keputusan uji:
H 0ditolak jika L∈Dk atauH 0 tidak ditolak jika Lbukananggota Dk
b. Uji homogenitas
Uji homogenesis digunakan untuk menguji apakah populasi
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenetis
ini digunakan metode Bartlett dengan prosedur sebagai berikut:\
1) Hipotesis
H 0: sampel berasal dari populasi yang homogen
H 1: sampel tidak berasal dari populasi yang homogen
2) Statistik uji
x2=2,303c [ f logRKG−∑
j=1
k
f j log S j2]
dengan x2−xk−12
3) Daerah kritik : Dk={x2|x2> xα, k−12 }
4) Keputusan uji :
H 0ditolak jika x2 ϵ Dk atauditolak jika x2 tidak anggota Dk
2. Uji analisis
a. Uji analisis variansi dua jalan
Bertolak dari perumusan masalah, kerangka pemikiran, dan
hipotesis maka teknik analisis data yang sesuai adalah variansi dua jalan.
Asumsi bagi analisis data yang sesuai adalah sebagai berikut:
x ijk=μ+αi+β j+(αβ )ij+∈ijk ,
b. Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis dua jalan tak sama,
yaitu:
1) Komputasi
A B B1 B2 B3
A1 A1B1 A1B2 A1B3
A2 A2B1 A2B2 A2B3
2) Statistik uji
Hipotesis yang diuji
H 0 A :ai=0; H i A :ai≠0Fa=RKARKG
H 0B : β i=0 ; H1B : β j≠0Fb=RKBRKG
H 0 AB : (αβ )ij=0; H1 AB≠0 Fab=RKABRKG
3) Keputusan uji
H 0 A ditolak jik a {Fa≥Fα ; p−1, N−pq }H 0Bditolak jika {Fb≥ Fα ; p−1 , N−pq}H 0 ABditolak jika {Fab≥Fα ; (p−1 ) (q−1 ) , N−pq }
3. Uji komparasi ganda
Uji lanjut anova digunakan metode scheffe untuk anova dua jalan. Uji ini
digunakan setelah mengetahui terdapat pengaruh antar pasangan baris, kolom
dan sel
H. Prosedur Eksperimen
Mengacu pada teori tentang metodologi research, maka perlu eksperimen saat
ini menggunakan prosedur sebagai berikut:
1. Penetapan focus permasalahan: untuk mengetahui rendahnya kemampuan
siswa pada saat proses belajar mengajar, maka diperlukan observasi awal.
2. Menyusun rencana eksperimen: penyusunan ini mengacu pada observasi awal.
3. Implementasi eksperimen: pelaksanaan eksperimen dilaksanakan oleh guru
dan akan diobservasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rieneka Cipta
Persistri, Fajar. 2009. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Siswa SMP
Melalui Strategi Think Talk Write (TTW) Ditinjau dari Kemandirian Belajar
Siswa. Skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan)
Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta
Sudjana, Nana. 2000. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam PBM. Bandung: Sinar
Baru
Siberman, mel. 2007. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
Terjemahan Sarjuli, dkk. Yogyakarta: PT Insani Madani
Kulzum, Ummu. 2010. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Metode
Team Quiz dan Metode Learning Start With a Qustion (LSQ) Ditinjau dari
Aktivitas belajar Siswa, skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan)
Kusumaningrum, Diana. 2009. Eksperimentasi pembelajaran Matematika Dengan
pendekatan SAVI dan RME Pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok ditinjau
dari kreativitas belajar siswa, skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan)