Download - 04 - Cognitive Development Revisi
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Pengertian mengenai kognisi merujuk pada proses yang terjadi didalam diri dan produk dari
pemikiran yang mengacu pada keadaan “mengetahui”. Hal ini melibatkan semua aktivitas
mental seperti: attending, remembring, symbolizing, categorizing, planning, reasoning,
problem solving, creating dan fantasizing. Kemampuan penyesuaian dari kognisi yang
belum matang memberikan implikasi yang besar bagi pendidikan. Tindakan memaksakan
anak untuk mencapai level yang lebih tinggi akan merusak proses yang ada. Piaget
merupakan salah satu tokoh yang pertama kali menekankan pentingnya kesiapan untuk
belajar, dalam hal ini anak dihadapkan pada tugas dan tantangan yang sesuai dan
dihindarkan dari stimulasi yang terlalu banyak dan kompleks yang dapat membingungkan
dan membuat anak kewalahan.
PIAGET’S COGNITIVE-DEVELOPMENTAL THEORY
Menurut Piaget, bayi belum memiliki kognisi, melainkan mereka membuat dan menyaring
struktur psikologis (mengorganisir cara-cara untuk mengerti pengalaman yang dapat
membuat mereka lebih efektif dalam menyesuaikan diri terhadap dunia luar) melalui
persepsi dan aktivitas motorik mereka. Piaget memandang anak-anak sebagai individu
constructing, dimana segala pengetahuan mengenai dunianya didapat melalui aktivitas
mereka, maka teori ini sering disebut sebagai constructivist approach pada cognitive
development.
KARAKTERISTIK DASAR DARI TAHAPAN KOGNISI PIAGET
Piaget percaya bahwa anak melalui 4 tahapan perkembangan: (1) sensorimotor, (2) pre
operational, (3) concrete operational, (4) formal operational (pada tahap ini perilaku
eksplorasi yang dilakukan anak berubah menjadi abstract, logical intelligence pada masa
adolesence dan adulthood). Keurutan dari tahapan Piaget memiliki 3 karakteristik penting:
1. general theory: terdapat asumsi bahwa semua aspek dari kognisi berkembang dalam
suatu cara yang terintegrasi, melalui arah dan perubahan yang hampir serupa.
1
2. invariant: hal ini berarti tahapan yang ada selalu mengikuti urutan yang telah
ditetapkan dan tidak ada tahapan yang dapat dilewat.
3. universal: tahapan yang ada dapat diasumsikan untuk menggambarkan tahapan
kognitif setiap anak-anak dimana saja.
PERUBAHAN KOGNITIF MENURUT PIAGET
Menurut Piaget struktur psikologis (suatu cara yang terorganisir untuk mengerti tentang
pengalaman yang ada, yang disebut sebagai skema) berubah sesuai dengan usia. Pada
mulanya skema berupa suatu pola tindakan sensorimotor. Contohnya saat kita melihat bayi
berumur 6 bulan melihat, menggenggam, dan menjatuhkan benda kita melihat “skema
menjatuhkan” benda yang masih kaku namun seiring dengan pertambahan usia skema yang
ada menjadi tindakan yang disengaja dan semakin kreatif dalam pelaksanaannya. Lama
kelamaan sebelum melakukan suatu tindakan anak menunjukkan bahwa terlebih dahulu ia
berpikir sebelum melakuakn hal tersebut. Perubahan ini menandai perubahan dari
pendekatan sensorimotor pada pendekatan kognitif pada dunia sekitar yang didasarkan pada
mental representation, atau penggambaran didalam diri mengenai informasi yang dapat
dimanipulasi oleh pikiran. Mental representation yang memiliki pengaruh besar adalah:
1. images: penggambaran secara mental terhadap benda, individu lain dan ruang.
Dengan menggunakan mental image kita dapat menelusuri kembali langkah-
langkah yang telah kita lakukan saat kita kehilangan suatu benda.
2. concepts: merupakan kategori yang mengelompokkan benda-benda dan kejadian-
kejadian yang serupa. Kita dapat menjadi seorang pemikir yang lebih efisien, dapat
mengorganisir berbagai pengalaman yang ada menjadi sesuatu yang lebih berarti,
teratur, dan lebih mudah diingat.
Dalam teori Piaget ada 2 proses yang terlibat dalam perubahan dari sensorimotor pada pre
operational:
1. adaptasi: melibatkan pembuatan skema melalui interaksi dengan dunia luar, terdiri
dari 2 aktivitas yang bersifat komplementer, yaitu :
* asimilasi: individu menggunakan skema yang ada untuk mengintepretasikan
dunia luar
2
* akomodasi: individu menyesuaikan skema lama dan membuat skema baru
untuk menghasilkan sesuatu yang lebih sesuai dengan lingkungan.
Keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi bervariasi dari waktu ke waktu. Saat
anak tidak mengalami perubahan yang berarti, mereka lebih banyak melakukan
asimilasi dibanding akomodasi. Piaget menyabut kondisi ini sebagai keseimbangan
kognitif, merujuk pada keadaan yang stabil, nyaman.
Saat anak tidak banyak mengalami perubahan maka kondisi ini disebut cognitive
equilibrium (kondisi tenang & nyaman). Saat anak mengalami perubahan kognitif
yang cepat maka kondisi ini disebut cognitive disequilibrium or cognitive
discomfort. Pada saat ini anak menyadari bahwa informasi yang diterima sudah
tidak sesuai dengan skema yang ada à mereka mengganti asimilasi menjadi
akomodasi. Perubahan maju dan mundur antara cognitive equilibrium dan
disequilibrium yang mengarahkan pada skema yang lebih efektif = equilibration
2. organization: merupakan suatu pengaturan yang dilakukan didalam diri dan
menghubungkan antar skema sehingga dapat terbentuk suatu sistem kognitif yang
terhubung dengan kuat. Contoh: bayi akan mengkaitkan antara “menjatuhkan” ke
“melempar” untuk mengembangkan pengertian “dekat” dan “jauh”.
TAHAP SENSORI MOTOR (SEJAK LAHIR SAMPAI USIA 2 TAHUN)
tahap sensorimotor terbagi dalam 6 tahap:
No Sub tahapan
sensorimotor
Tingkah laku adaptif
1. Reflexive schemes (0-
1 bulan)
Newborn reflexes
2. Primary circular
reactions (1-4 bulan)
Kebiasan motorik sederhana yang berpusat pada sekitar tubuh
bayi, antisipasi kejadian yang terbatas, usaha pertama untuk
melakukan imitasi
3. Secondary circular
reactions (4-8 bulan)
Tindakan yang dilakukan ditujukan untuk pengulangan dari
efek yang menyenangkan dari dunia sekitar; pengimitasian
tingkah laku yang familiar.
3
4. Coordination of
secondary circular
reactions (8-12
bulan)
Tingkah laku yang bertujuan/ goal directed, kemampuan
untuk menemukan benda pada tempat pertamakali dimana
benda tersebut disembunyikan (object permanence), antisipasi
terhadap kejadian yang lebih maju, imitasi tingkah laku yang
dilakukan sedikit berbeda dengan yang dilakukan pertama
kali.
5. Tertiary circular
reactions (12-18
bulan)
Eksplorasi terhadap benda dengan cara baru: mengimitasi
tingkah laku yang tida familiar; kemampuan untuk mencari
benda yang disembunyikan pada beberapa tempat berbeda
6. Mental
representation (18
bulan-2 tahun)
Penggambaran objek dan kejadian didalam diri, yang
ditunjukkan oleh pemecahan masalah yang dilakukan dengan
segera; kemampuan untuk menemukan objek yang telah
dipindahkan saat tidak terlihat (invisible displacement),
imitasi yang tertunda, make-believe play
PERKEMBANGAN SENSORIMOTOR
* Kesempatan pengulangan tingkah laku
Saat berumur 1 bulan bayi memasuki sub tahap 2, mereka mulai mulai secara sukarela
memperoleh kendali atas tingkah laku mereka selama primary circular reaction, melalui
kesempatan untuk melakukan pengulangan, tingkah laku yang ada sebagian besar
dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar. Konsekuensinya mereka mengembangkan
beberapa kebiasaan motorik sedrhana seperti menghisap ibu jari atau kepalan tangan.
Selama sub tahap 3, bayi mulai belajar duduk, meraih dan memanipulasi objek.
Kemampuan motorik yang telah diperoleh ini berperan besar pada pengalihan perhatian
mereka pada dunia luar. Dengan menggunakan secondary circular reaction, mereka
berusaha untuk mengulang efek yang menyenangkan pada dunia luar yang disebabkan oleh
tingkah laku mereka.
* Tingkah laku yang bertujuan
Pada sub tahap 4, pengkombinasian skema menjadi skema yang baru, keurutan yang lebih
kompleks. Bayi dapat terlibat dalam tingkah laku yang bertujuan, atau yang berorientasi
pada goal. Pada tahap ini bayi mengkoorinasikan skema dengan sengaja untuk
4
memecahkan permasalahan sederhana. Saat bayi dapat mengambil kembali benda yag
disembunyikan, menunjukkan bahwa bayi telah mulai menguasai object permanence,
meski begitu kesadaran mengenai hal ini belum seutuhnya dikuasai. Bayi belum memiliki
gambaran yang jelas mengenai benda sebagai sesuatu yang tetap saat disembunyikan dari
pandangan (a-not-B search error). Pada tahap ini bayi juga telah memiliki kelebihan lain;
bayi dapat dengan lebih baik mengantisipasi kejadian yang ada sehingga kadang kala
mereka menggunakan kemampuan mereka untuk suatu tingkah laku yang bertujuan untuk
mengubah kejadian tersebut. Selain itu bayi dapat mengimitasi tingkah laku dengan sedikit
berbeda dari yang biasa mereka lakukan.
Pada sub tahap 5 tertiary circular reactions muncul. Anak mengulang suatu tingkah laku
dengan variasi dan hasil yang baru. Karena pendekatan terhadap dunia luar dilakukan
dengan sengaja, anak menjadi problem solver yang lebih baik. Contohnya mereka dapat
memikirkan bagaimana caranya untuk memasukkan suatu benda dengan pas pada lubang
yang ada, menggunakan tongkat untuk meraih mainan yang berada diluar jangkauan.
* Mental representation
Pada sub tahap 6, perkembangan sensori motor mencapai puncaknya melalui mental
representation. Tanda dari tercapainya kemampuan ini adalah anak dapat memperoleh
solusi dengan segera terhadap masalah, terkesan mereka bereksperimen dengan berbagai
tindakan yang akan dilakukan didalam pemikirannya. Selain itu kemampuan ini
menghasilkan beberapa kapasitas yang lain. Pertama hal ini mengacu pada kapasitas untuk
memecahkan masalah object permanence lebih lanjut yang melibatkan invisible
displacemant (menemukan menda yang dipindahkan saat tidak terlihat), kedua hal in
memungkinka terjadinya deferred imitation kemampuan untuk mengingat dan meniru
tingkah laku dari model yang tidak ada. Terakhir hal ini memungkinkan untuk terjadinya
make believe play, dimana anak melakukan dan membayangkan aktivitas yang ada.
TAHAP PREOPERATIONAL (2-7 TAHUN)
KEMAJUAN DALAM MENTAL REPRESENTATION
* Bahasa dan pemikiran
Piaget menganggap bahwa bahasa merupakan alat yang paling fleksibel dalam mental
representation namun Piaget tidak mempercayai bahwa bahasa memegang peranan penting
5
dalam perkembangan kognitif. Sebaliknya ia percaya bahwa aktivitas semsorimotor
mengarah pada penggambaran dalam diri dari pengalaman, yang kemudian diberi label
dalam bentuk bahasa. Dengan melepaskan pemikiran dari tindakan, memungkinkan
dilakukannya pemikiran yang lebih jauh dari yang sebelumnya.
* Make believe play
Piaget percaya bahwa dengan berpura-pura, anak berlatih dan memperkuat skema baru
yang telah mereka miliki. Perkembangan dari make believe play:
1. sejalan dengan waktu, permainan semakin terlepas dari kondisi kehidupan nyata
yang telah diasosiasikan. Awal mulanya anak menggunakan objek nyata, lama
kelamaan mereka bermain tanpa menggunakan objek nyata.
2. permainan menjadi semakin kurang berpusat pada umur. Saat anak pertamakali
berpura-pura, nampak bahwa hal tersebut ditujukan pada dirinya, contohnya anak
berpura-pura makan. Namun kemudian anak melakukannya pada benda lain,
contohnya anak berpura-pura memberi makan boneka.
3. permainan semakin lama melibatkan kombinasi skema yang lebih kompleks.
Mulanya anak mungkin dapat berpura-pura minum dari cangkir, namun tidak
mengkombinasikannya dengan tindakan menuangkan dan meminum. Namun
kemudian anak mengkombinasikan skema berpura-pura dengan teman sebayanya
dalam sociodramatic play.
Keuntungan dari make believe play : Piaget menangkap aspek penting dari kegiatan ini saat
ia menelaah perannya dalam melatih skema representational. Dia juga mencatat adanya
pemfungsian emosi yang terintegrasi, suatu ciri yang ada dalam teori psikoanalisa. Anak
kecil selingkali mengalami kembali kejadian yang memicu anxiety, seperti pergi ke dokter
atau tindakan pendisiplinan dari orang tua, tapi dengan memutarbalikkan peran yang ada
ana dapat mengendalikan dan melakukan kompensasi untuk pengalaman yang tidak
menyenangkan tersebut. Permainan yang dilakukan oleh anak tidak hanya merefleksikan
tetapi juga memberi kontribusi terhadap kognitif anak dan keterampilan sosial.
* Drawings
Kemajuan kognitif dan penekanan budaya pada pengekspresian secara artistik
mempengaruhi perkembangan dari representasi seni anak. Secara umum kegiatan
menggambar memlalui keurutan sebagai berikut:
6
1. scribbles (corat coret): pada mulanya gerakan yang dilakukan, yang menghasilkan
coretan-coretan mengandung suatu representasi, contoh: coretan-coretan yang
melompat-lompat menjelaskan kelinci yang sedang melompat.
2. representasi pertama dari bentuk.
3. gambar yang semakin realistik. Anak kecil tidak menuntuk suatu gambar yang
relistik, namun ketika kognitif dan motorik halus berkembang mereka belajar untuk
lebih realistik lagi.
Hubungan antara simbol dengan dunia nyata → dual representation: memandang objek
dalam 2 hal, yaitu dalam arti sebenarnya dan sebagai symbol.
KETERBATASAN DALAM PEMIKIRAN PREOPERASIONAL
Pada tahap ini anak belum mampu melakukan operations (mental representation dari suatu
tindakan yang mengikuti aturan-atruan yang logis). Sebaliknya pemikiran mereka masih
kaku, terbatas pada satu aspek dari suatu situasi pada suatu waktu, dan secara kuat
mempengaruhi pemunculan segala sesuatu pada saat tersebut.
* Pemikiran yang egosentris dan animistik
Bagi Piaget kekurangan yang paling serius dalam pemikiran preoperasional, yang
merupakan dasar dari segala sesuatunya adalah sifat egosentris. Saat pertama kali anak
melakukan mental representation, mereka cenderung terfokus pada sudut pandang mereka
sendiri dan mengabaikan sudut pandang orang lain. Meski begitu mereka sering
mengasumsikan orang lain melihat, berpikir dan merasakan hal yang sama dengan mereka.
Sifat egosentris juga dikatakan bertanggung jawab atas pemikiran animistik yang dimiliki
anak. Anak percaya bahwa benda mati memiliki kualitas seperti makhluk hidup, seperti
berpikir, berharap, memiliki perasaan, dan tujuan seperti mereka.
* Ketidakmampuan untuk mempertahankan
Conservation merujuk pada pemikiran mengenai karakteristik fisik tertentu dari suatu
benda tetap sama meski penampilan luarnya berubah. Pemikiran yang paling tidak logis
dari pemikiran preoperasional adalah ireversibility. Anak pada tahap ini secara mental tidal
dapat melakukan beberapa tahap tingkah laku dan kemudian membalikkan tahapan tersebut
ke titik awal. Reversibility adalah bagian dapi pengoperasian secara logis.
* Kurangnya pengklasifikasian bertahap
7
Kurangnya pengoperasian secara logis membuat anak sulit untuk membuat klasifikasi
bertahap. Mereka tidak dapat mengorganisir benda kedalam kelas-kelas atau subklas yang
didasarkan pada persamaan atau perbedaan.
TAHAP CONCRETE OPERATIONAL (7-11 TAHUN)
Piaget memandang tahap concrete operational sebagai suatu titik balik pada perkembangan
kognitif. Saat anak telah mencapai tahap ini, pemikiran mereka semakin mendekati
pemikiran orang dewasa. Menurut Piaget pada tahap ini pemikiran yang ada lebih logis,
fleksibel, dan terorganisir.
PEMIKIRAN CONCRETE OPERATIONAL
Dalam tahap-tahap ini anak dapat melakukan bermacam-macam hal:
1. conservation
Kemampuan untuk mengetahui bahwa sesuatu memiliki ketetapan, menunjukkan bahwa
anak telah mampu untuk melakukan suatu pengoperasian. Dahulu anak tidak dapat
mengatakan bahwa air yang ada pada suatu wadah bila dipindahkan ke wadah lain yang
lebih lebar tanpa mengurangi atau memberikan penambahan maka jumlahnya akan tetap
sama. Saat ini anak dapat melakukan penjabaran, mengenali bahwa perubahan pada suatu
aspek pada air (ketinggiannya) dikompensasikan oleh perubahan pada aspek lainnya (yaitu
lebar wadah yang baru). Penjelasan ini juga menjelaskan kapasitas untuk membayangkan
bahwa airi yang ada dapat dikembalikan ke wadah semula sebagai bukti dari ketetapan
(reversibility).
2. pengklasifikasian yang bertahap
Saat berumur antara 7-10 tahun anak lebih menyadari adanya pengklasifikasian yang
bertahap dan dapat memusatkan perhatian pada hubungan antara kategori umum dengan
kategori yang lebih spesifik pada saat yang sama.
3. seriation
Kemampuan untuk mengurutkan sesuatu secara kuantitatif seperti berdasarkan panjang atau
berat disebut sebagai seriation. Pada tahap ini anak juga dapat melakukan seriation secara
mental, suatu kemampuan yang disebut sebagai transitive inverence.
8
4. kemampuan daya bayang ruang
Pada tahap ini anak lebih mengerti mengenai konsep ruang dibanding tahap sebelumnya.
* Jarak: pengertian mengenai jarak mulai berkembang, dapat membedakan apakah
suatu benda berjarak lebih dekat atau lebih jauh bukannya mengecil atau membesar.
* Arah: dapat menunjukkan arah yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tempat.
* Peta kognitif: merupakan representasi mental mengenai ruang yag berskala besar.
Anak dapat menggambarkan penunjuk-penunjuk jalan yang dilewati sepanjang
perjalanan mereka dari rumah ke sekolah.
KETERBATASAN DALAM PEMIKIRAN CONCRETE OPERATIONAL
Pada tahap ini anak berpikir dalam suatu cara yang terorganisir dan logis hanya pada saat
dihadapkan pada permasalahan yang konkret. Pengoperasian secara mental yang mereka
miliki tidak dapat diterapkan pada permasalahan abstrak (hal-hal yang tidak nampak pada
kenyataan). Contohnya anak memiliki kesulitan untuk memecahkan permasalahan seperti:
“Susan lebih tinggi dari Sally dan Sally lebih tinggi dari Mary. Siapa yang paling tinggi?”
2. Piaget menggunakan istilah horizontal decalage (yang berarti berkembang dalam
suatu tahapan) untuk menggambarkan penguasaan konsep logika yang bertahap ini.
Horizontal decalage merupakan salah satu indikasi mengenai kesulitan anak yang
berada dalam tahap concrete operational untuk menyelesaikan permasalahan yang
abstrak. Anak yang berada dalam tahap ini tidak secara langsung memiliki prinsip
logika yang umum dan mengaplikasikannya dalam situasi yang relevan. Sebaliknya
mereka nampak menyelesaikan permasalahan logis yang ada secara terpisah. Anak
tidak secara langsung menguasai logika umum, misalnya dalam masalah
consevation. Anak akan menguasai mengenai angka, diikuti oleh pengertian
mengenai panjang, cairan dan banyaknya lalu diikuti penguasaan mengenai berat.
TAHAP FORMAL OPERATIONAL (MULAI DARI USIA 11 TAHUN)
Kapasitas untuk berpikir secara abstrak dimulai pada sekitar usia 11 tahun. Pada tahap ini
benda atau kejadian-kejadian konkret tidak lagi diperlukan sebagai alat bantu dalam
berpikir.
9
HYPOTHETICO-DEDUCTIVE REASONING
Hypothetico-deductive reasoning merupakan suatu bentuk problem solvingdari tahap
formal operational dimana anak mulai dari teori yang bersifat umum dari segala faktor
yang memungkinkan yang dapat mempengaruhi penyelesaian dari masalah dan membuat
hipotesis yang sesuai yang telah mereka uji sesuai dengan keurutan yang ada. Piaget
mengilustrasikan hal in dalam permasalahan “pendulum”. Mereka akan membandimgkan
pendulum yang berat dengan tali senar yang panjang serta pendulum ringan dengan tali
senar yang pendek. Mereka menguji semua pengaruhnya.
PERENCANAAN
Pada tahap ini anak dapat mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan logis (dalam bentuk
verbal) tanpa melihat keadaan nyata. Meski Piaget tidak memandang bahasa memegang
peranan utama dalam perkembangan kognitif, namun ia mengakui bahwa hal tersebut
menjadi penting selama tahap ini. Pemikiran secara abstrak memerlukan suatu sistem yang
didasarkan pada bahasa dari representasi yang ada, yang tidak mewakili dunia nyata seperti
yang ada dalam proses matematika. Pemikiran secara formal operational juga melibatkan
kemampuan verbal mengenai konsep abstrak. Orang dewasa menggunakan kapasitas ini
saat mereka berusaha untuk mencari tau mengenai relasi antara waktu, ruang, dan
permasalahan dalam fisika dan kebebasan dalam berfilosofi dan studi mengenai
permasalahan sosial.
KONSEKUENSI DARI PEMIKIRAN ABSTRAK
Piaget mempercayai bahwa suatu bentuk baru dari sikap egosentris turut muncul seiring
dengan dicapainya tahapan ini, yaitu berupa ketidakmampuan untuk membedakan sudut
pandang yang dimiliki oleh diri sendiri dengan yang dimiliki oleh orang lain. Sebagai
seorang remaja membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang lain. Dalam hal ini muncul
2 gambaran dalam berelasi antara diri dengan orang lain yang terganggu. Pertama disebut
sebagai imaginary audience, yaitu keyakinan bahwa mereka adalah pusat dari perhatian dan
kepedulian orang lain. Gangguan kognitif yang kedua adalah personal fable, yaitu
keyakinan bahwa mereka spesial dan unik. Hal inI mengarahkan mereka pada kesimpulan
bahwa orang lain tidak mungkin dapat mengerti pemikiran dan perasaan mereka.
TEORI PIAGET DALAM PENDIDIKAN
10
Teori Piaget memiliki pengaruh yang besar dalam pendidikan, terutama dalam masa pra
sekolah dan sekolah dasar. Berdasarkan teori ini didapat 3 prinsip, yaitu:
1. discovery learning
Anak didorong untuk menemukan segala sesuatunya sendiri melalui interaksi
spontan dengan lingkungan. Guru diharapkan lebih banyak menyediakan berbagai
variasi aktivitas yang ditujukan untuk eksplorasi dibandingkan memberikan materi
yang telah dipersiapkan secara verbal.
2. kepekaan terhadap kesiapan anak untuk belajar
dalam hal ini tidak dilakukan percepatan pada perkembangan yang ada. Piaget
percaya bahwa pengalaman belajar yang sesuai membangun tingkat pemikiran anak
sesuai dengan kondisinya sekarang. Guru memperhatikan dan mendengarkan siswa,
memperkenalkan pengalaman yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk
melatih skema berpikir yang baru. Tetapi guru tidak boleh memaksakan
keterampilan baru sebelumanak menunjukkan ketertarikannya atau kesiapannya
karena hal ini dapat berakibat pada penerimaan yang dangkal dibanding pengertian
yang seutuhnya.
3. penerimaan terhadap perbedaan yang dimiliki setiap individu.
Semua anak melalui urutan yang sama dalam perkembangan, namun dalam
kecepatan yang berbeda. Guru harus merancang aktivitas untuk individu dan
kelompok kecil dibanding hanya melakukan perencanaan untuk seluruh kelas. Guru
mengevaluasi kemajuan yang diperoleh dengan membandingkan kemampuan yang
sebelumnya telah dimiliki oleh setiap anak.
11
TEORI SOSIOKULTURAL DARI VYGOTSKY
Lev Vygotsky juga percaya bahwa anak adalah pencari pengetahuan yang aktif, namun ia
tidak memandang hal ini sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Dalam teorinya, kondisi
sosial dan budaya mempengaruhi kognisi anak, kognisi yang dimiliki oleh manusia menjadi
pembawaan dalam dasar bersosialisasi dan berbahasa. Menurut Vygotsky bayi telah
dipersiapkan dengan persepsi dasar, kemampuan untuk memperhatikan, dan kapasitas
memori seperti yang ada pada binatang. Hal-hal tersebut berkembang pada 2 tahun pertama
melalui kontak langsung dengan lingkungan. Perkembangan bahasa yang cepat mengarah
pada perubahan dalam berpikir.
CHILDREN’S PRIVATE SPEECH
Pada anak pra sekolah seringkali didapati bahwa mereka berbicara pada diri sendiri saat
mereka bermain atau mengeksplorasi lingkungan.
* Pandangan Piaget:
Piaget menamakan ungkapan-ungkapan ini sebagai egosentric speech, suatu istilah
untuk menggambarkan kayakinannya bahwa hal tersebut merupakan refleksi dari
ketidakmampuan pada tahap pre operational anak untuk membayangkan sudut
pandang orang lain. Piaget percaya bahwa kematangan kognitif dan pengalaman
sosial tertentu seperti pertentangan dengan teman sebaya pada akhirnya akan
mengakhiri egosentric speech. Melalui berarguman dengan teman sebaya, anak
secara berulang melihat bahwa orang lain memegang sudut pandang berbeda dari
dirinya. Selanjutnya egosentric speech secara bertahap menurun dan digantikan
dengan social speech, dimana anak dapat menyesuaikan apa yang mereka katakan
kepada pendengarnya.
* Pandangan Vygotsky
Vygotsky menentang keras kesimpulan yang dibuat Piaget. Ia memberikan alasan
bahwa anak belajar berbicara pada diri sendiri sebagai self gudance. Bahasa
membantu anak untuk berpikir mengenai aktivitas mental, perilaku, dan tindakan-
tindakan tertentu. Vygotsky menganggap hal tersebut sebagai dari semua proses
kognitif.
12
Vygotsky menduga private speech berlangsung seiring dengan usia, berubah
menjadi bisikan dan gerakan mulut. Lebih jauh, anak yang dengan bebas
menggunakan private speech selama aktivitas yang menantang, menjadi lebih
perhatian dan terlibat dan menunjukkan perbaikan besar dalam penampilannya.
DASAR SOSIAL PERKEMBANGAN KOGNITIF
Vygotsky percaya bahwa semua proses kognitif yang lebih tinggi berkembang melalui
interaksi sosial. Melalui aktivitas bersama yang dilakukan dengan anggota msyarakat yang
lebih matang, anak belajar untuk semakin menguasai aktivitas yang ada dan berpikir dalam
cara yang memiliki arti dalam budayanya. Hal ini kemudian dijelakan melalui zone of
proximal development, yang merupakan suatu jajaran tugas yang belum dapat dilakukan
oleh anak seorang diri tapi dapat dilakukan dengan bantuan individu yang lebih
berpengalaman.
* Interaksi sosial yang efektif
Untuk meningkatkan perkembangan kognitif, dalam interaksi sosial harus terkandung
beberapa komponen:
1. intersubjectivity: merupakan suatu proses dimana 2 orang partisipan yang memulai
suatu tugas dengan pengertian-pengertian berbeda, sampai pada suatu pengertian
yang dapat dibagikan.
2. scaffolding: perubahan kualitas dari dukungan selama sesi pengajaran dimana orang
dewasa menyesuaikan bantuan yang mereka berikan agar sesuai dengan tingkatan
tampila yang dapat ditunjukkan oleh anak. Instruksi langsung ditawarkan saat
adanay tugas baru, bantuan yang diberikan semakin dikurangi seiring dengan
meningkatnya kompetensi.
PANDANGAN VYGOTSKY MENGENAI MAKE BELIEVE PLAY
Sesuai dengan penekanannya menganai pengalaman sosial dan bahasa sabagai unsur vital
dalam perkembangan kognitif, Vgotsky menganggap permainan berpura-pura sebagai
sesuatu yang unik, secara luas mempengaruhi zone of proxilam development dimana anak
mencapai kemajuan dengan sendirinya saat mereka mencoba berbagai keterampilan yang
menantang. Menurut Vygotsky pada awalnya anak menciptakan situasi imajiner, mereka
13
belajar untuk bertingkah laku yang sesuai dengan ide yang ada, bukan hanya sebagai respon
dari stimulus eksternal. Objek substitusi menjadi penting dalam proses ini. Saat berpura-
pura, anak secara berkelanjutan menggunakan suatu objek untuk menjadi individu lain.
Unsur kedua dalam permainan berpura-pura adalah aturan dasarnya yang alamiah, yang
juga memperkuat kapasitas anak untuk berpikir sebelum bertindak. Permaina ini menurut
Vygotsky secara konstan menuntut anak bertingkah laku berlawanan dengan impulsnya
karena mereka harus menyesuaikan diri kedalam situasi permainan.
TEORI VYGOTSKY DALAM PENDIDIKAN
Teori Vygotsky menawarkan pandangan baru dalam pengajaran dan pmbelajaran, yang
ditekankan pada pentingnya konteks sosial dan kolaborasi.
Persamaan yang ada antara teori Piaget dengan tori Vygotsky dalam pendidikan adalah
adanya kesempatan untuk secara aktif berpartisipasi dan penerimaan dari perbedaan-
perbedaan yang dimiliki oleh individu. Meski begitu penerapan dalam teori Vygotsky
bejalan diluar penerapan yang independen, mengungkapkan perlunya penemuan yang
dibantu. Guru membimbing proses pembelajaran yang dijalani oleh anak, merancang
intervensi bagi setiap zone of proximal development. Hal ini juga dilakukan oleh kolaborasi
dari teman sebaya.
* PENGAJARAN YANG TIMBAL BALIK
Merupakan suatu metode pengajaran yang didasarkan pada teori Vygotsky dimana guru
dan 2 atau 4 orang siswa berkolaborasi membentuk kelompok belajar. Perbincangan yang
terjadi membentuk zone of proxilam development dimana pengertian dalam membaca
meningkat.
* PEMBELAJARAN SECARA KOOPERATIF
Meski pengajaran yang timbal balik menggunakan kolaborasi teman sebaya, guru hadir
untuk memberikan bimbingan, membantu untuk memastikan hal tersebut berjalan dengan
lancar. Saat ini kolaborasi teman sebaya banyak digunakan, namun beberapa bukti
menunjukkan perkembangan hanya terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu. Faktor yang
penting dalam hal ini adalah pembelajaran secara kooperatif, yang merupakan suatu
lingkungan pembelajaran dimana kelompok-kelompok teman sebaya bekerja menurut
tujuan yang sama.
14