1
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS PEREMBEU KECAMATAN KAWAI X VI
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Diajukan Oleh:
HARTATI NIM: 121010210013
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STU DI
DIPLOMA IV KEBIDANAN BANDA ACEH 2013
2
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS PEREMBEU KECAMATAN KAWAI X VI
KABUPATEN ACEH BARAT
Hartati1, Muhammad2
Latar Belakang: Status gizi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa ini bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Jumlah balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kawai XVI sebanyak 169 orang balita (100%). Balita yang berada pada kategori sangat kurus sebanyak 1 balita (0,6%), pada kategori kurus sebanyak 11 balita (6,8%), pada kategori normal sebanyak 138 balita (85,1%), sedangkan pada kategori gemuk sebanyak 12 balita (7,4%). Tujuan Penelitian: Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013. Metode Penelitian: Bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat pada tanggal 16 September sampai dengan 24 September 2013 yang diperoleh sampel 63 responden, dengan menggunakan teknik puposife sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner. selanjutnya dilakukan dengan uji chi square. Hasil Penelitian: Ada hubungan antara sosial ekonomi dengan status gizi balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 dengan nilai P-Value 0,005. Ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 dengan nilai P-Value 0,000. Ada hubungan antara sosial budaya dengan status gizi balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 dengan nilai P-Value 0,000. Kesimpulan: Sosial ekonomi, pengetahuan, dan sosial budaya ada hubungannya dengan status gizi balita, diharapkan pada petugas kesehatan atau Bidan yang berada di wilayah kerja Puskesmas agar memberikan penyuluhan pada ibu atau agar dapat mengelola makanan bergizi. dan diharapkan kepada penelitian dimasa yang akan datang diperoleh hasil yang bermakna dan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang metodelogi penelitian terkait tentang status gizi pada balita.
Kata kunci : Status Gizi Balita, Sosial Ekonomi, Pengetahuan, Sosial Budaya.
Daftar Bacaan : 19 Buku (2000-2010) + 2 Internet xi + 5 BAB + 46 Halaman + 11 Tabel + 9 Lampiran 1 Mahasiswi Prodi D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah 2 Dosen Pembimbing Prodi D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah
3
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Telah Memenuhi Persyaratan Untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, 20 Oktober 2013
Pembimbing
(dr. MUHAMMAD, MPH)
MENGETAHUI : KETUA PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN
STIKes U’Budiyah Banda Aceh
(CUT ROSMAWAR, SST)
4
PENGESAHAN PENGUJI
JUDUL : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS PEREMBEU KECAMATAN KAWAI XVI KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013.
NAMA : HARTATI NIM : 121010210013
MENYETUJUI: PEMBIMBING
dr. MUHAMMAD, MPH
PENGUJI I PENGUJI II
ARLAYDA, SKM, MPH AGUSSALIM, SKM, M.Kes .
MENYETUJUI KETUA STIKes U’BUDIYAH
MARNIATI, M. Kes
MENGETAHUI KETUA PRODI D IV KEBIDANAN
CUT ROSMAWAR, SST
Tanggal Lulus 20 Oktober 2013
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dengan
rahmat dan karunia Nya peneliti telah dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Balita Di
Puskesmas Perembeu Kecamatan Kawai XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun
2013”. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat sebagai tugas
akhir dalam menyelesaikan pendidikan diploma IV Kebidanan Yayasan
U’Budiyah Banda Aceh.
Dalam menyusun Skripsi, peneliti banyak menemukan hambatan dan
kesulitan, tetapi berkat adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua
pihak, maka penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu peneliti ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada; Bapak dr. Muhammad, MPH, selaku pembimbing yang telah memberi
arahan dan saran serta bimbingan selama penyusunan Skripsi ini. Terima kasih
juga peneliti ucapkan, kepada:
1. Bapak Dedi Zefrizal, ST, Selaku Ketua Yayasan STIKes U’Budiyah
Indonesia.
2. Ibu Marniati, M.Kes, selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
3. Ibu Cut Rosmawar, SST, selaku Ketua Prodi DIV STIKes U’Budiyah Banda
Aceh.
6
4. Ibu Arlayda, SKM, MPH, selaku penguji I, dan Bapak Agussalim, SKM,
M.Kes, yang sudah bersedia meluangkan waktunya dalam membantu
penyusunan skripsi ini.
5. Para Dosen dan Staf Akademik DIV STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
6. Keluarga Tercinta peneliti yang senantiasa menjadi sumber inspirasi bagi
peneliti, selalu menghibur penulis dikala duka juga tak bosan memberikan
dorongan demi terselesaikannya Skripsi ini.
7. Semua teman-teman angkatan 2011, yang telah memberikan dorongan dan
dukungan dalam pelaksanaan Skripsi.
Akhirnya peneliti mengharapkan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini, semoga berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.
Banda Aceh, September 2013
Peneliti
7
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................ i ABSTRACT ......................................................................................................... ii PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................. iii PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................. iv KATA PENGANTAR ...................................................................................... v DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ......................................................... 7 A. Status Gizi ...................................................................................... 7 1. Pengertian Status Gizi ................................................................ 7 2. Permasalahan Gizi Anak Indonesia ........................................... 8 3. Macam Status Gizi Balita .......................................................... 11 4. Parameter Penilaian Pertumbuhan Fisik .................................... 12 B. Konsep Balita ................................................................................ 16 C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Status Gizi Balita ................... 19 1. Sosial Ekonomi ........................................................................ 19 2. Pengetahuan ............................................................................. 21 3. Sosial Budaya ............................................................................ 24 D. Kerangka Konsep ........................................................................... 26 F. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 26
BAB III METODELOGI PENELITIAN .................................................... 27
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 27 B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 27 C. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 29 D. Instrumen Penelitian .................................................................... 29 E. Pengumpulan Data ........................................................................ 30
8
F. Teknik Pengolahan Data ............................................................... 30 G. Definisi Operasional .................................................................... 31 H. Metode Analisis Data .................................................................. 32
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 34
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ........................................... 34 B. Identatas Responden ..................................................................... 34 C. Hasil Penelitian ............................................................................ 36 D. Pembahasan .................................................................................. 40
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 44 A. Kesimpulan .................................................................................. 44 B. Saran ............................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
9
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Definisi Operasional ........................................................... 31 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur ibu Yang Memiliki Balita di
Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 ....................................................... 34
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan ibu Yang Memiliki Balita di
puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 ....................................................... 35
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan ibu Yang Memiliki Balita di
Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 ....................................................... 35
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Ststus Gizi Balita di Puskesmas
Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 .......................................................................... 36
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sosial Ekonomi Ibu Yang Memiliki
Balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 ..................................... 36
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu Yang Memiliki Balita
di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 ....................................................... 37
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Sosial Budaya di Puskesmas Perembeu
Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 37 Tabel 4.8. Hubungan Sosial Ekonomi Terhadap Status Gizi Balita di
puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 ....................................................... 38
Tabel 4.9. Hubungan Pengetahuan Terhadap Status Gizi Balita di
puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 ....................................................... 39
Tabel4.10.Hubungan Sosial Budaya Terhadap Status Gizi Balita di
puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 ....................................................... 40
10
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep .................................................................. 26
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembaran Koesioner Penelitian.
Lampiran 2 : Kunci Jawaban Koesioner.
Lampiran 3 : Surat Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 4 : Surat Selesai Pengambilan Data Awal
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 6 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 7 : Master Tabel
Lampiran 8 : SPSS Out Put
Lampiran 9 : Daftar Konsul
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Status gizi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa ini bersifat
irreversible (tidak dapat pulih) (Irianto, 2004).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 54%
penyebab kematian bayi dan balita di dasari oleh keadaan gizi yang buruk.
Menurut bank dunia tahun 2002 sekitar 47% anak-anak India kurang gizi.
Malnutrisi pada anak-anak sebagian besar disebabkan oleh tingginya infeksi dan
kesalahan pemberian makanan pada bayi dan anak-anak sejak lahir hingga tiga
tahun. Sekitar 30% anak-anak India dilahirkan dengan berat badan kurang dan
umumnya tidak berubah saat besar (Anonymous, 2008).
Negara Indonesia butuh generasi yang baik maka perlu anak yang
sehat, maka dalam hal ini perlu diketahui gizi kurang dan gizi buruk pada balita
yang berakibat terganggunya pertumbuhan jasmani dan kesehatan. Data tahun
2007 memperlihatkan 4 juta bayi Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu
diantaranya mengalami gizi buruk. Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8%
bayi Indonesia pendek. Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang
gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh kekurangan gizi dapat mempengaruhi
perkembangan otak anak. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin
usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan. Ketika lahir, berat otak hanya 350 gram,
13
dalam satu tahun, berat otak menjadi 1000 gram dan terus bertambah menjadi
sekitar 1200 gram ketika anak berusia dua tahun (Nyoman, 2008).
Pada usia balita mulai dapat mengkonsumsi makanan yang sama
dengan menu orang tuanya. Selama masa ini diharapkan orang tua
membiasakannya dengan pola yang baik yaitu makan secara teratur dengan
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang. Pada dasarnya sesuai dengan
perkembangan balita yang sedang dalam fase meniru, orang tua menjadi model
yang paling dekat (Soetjiningsih, 2004).
Permasalahan gizi yang diakibatkan oleh kekurangan makanan, karena
gizi makanan merupakan faktor penting dalam mempertahankan kelangsungan
hidup manusia. Sedangkan makanan yang bergizi dapat ditemukan dalam
berbagai jenis makanan, yaitu makanan dari tumbuhan dan makanan dari
hewan, kedua sumber makanan ini memiliki sifat dan zat berguna untuk tenaga
(energi), pertumbuhan tubuh, serta pengaturan pertumbuhannya. Permasalahan
gizi ini berupa KKP (kekurangan kolori protein), busung lapar, GAKI
(gangguan akibat kekurangan yodium), kekurangan Vitamin A, Anemia Gizi,
dan KEP (kekurang energi protein) (Irianto, 2004).
Masalah gizi buruk, sering berkaitan dengan masalah kekurangan
pangan seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan
sosial, krisis ekonomi). Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan
di tingkat rumah tangga yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan
untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat
dalam hal ini anak memerlukan kebijakan yang menjamin setiap masyarakat
14
untuk memperoleh makanan yang cukup, jumlah, dan mutunya. Sehingga
masalah gizi sangatlah di perhatikan (Arisman, 2009).
Masalah yang terjadi di masyarakat yaitu dengan sosial ekonomi yang
rendah, banyak masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan
dengan menu seimbang, dan dengan pengetahuan yang kurang memadai
sehingga masyarakat menyepelekan gizi balita, sedangkan pada sosial budaya,
masyarakat ada yang masih mengikuti tradisi lama dari turun temurun, dengan
masih adanya masyarakat yang belum tahu tentang gizi yang baik, serta tidak
mengetahui makanan yang baik untuk balita, sehingga gizi kurang masih
ditemui di kalangan masyarakat.
Faktor yang berhubungan dengan status gizi anak seperti sosial
ekonomi, pengetahuan, dan budaya. Apabila seseorang dengan kondisi
pendapatan yang semakin baik maka ia akan cenderung membutuhkan
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Dimana wanita dengan pendapatan yang
relatif baik akan mampu menerima dan menjaring informasi yang lebih baik.
Pada pengetahuan, semakin baik pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi balita,
maka semakin baik pula kebutuhan gizi pada anak. Semakin kurang
pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada balita, maka semakin buruk pula
gizi pada anak. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan ibu di bidang
memasak, di bidang jenis bahan makanan dan jenis-jenis masakan dapat
mempengaruhi kejiwaan anak seperti kebosanan terhadap makanan (Santoso,
2004).
15
Masyarakat yang sosial budayanya positif, baik atau mendukung, maka
kebiasaan dalam pemenuhan dan penyajian makanan juga memenuhi syarat
kesehatan. Kebiasaan menyajikan makanan yang bergizi, mengatur jadwal
makan yang tepat serta memberikan dorongan atau motivasi kepada balita untuk
makan secara teratur adalah kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat.
Jika kebiasaan ini baik, maka kegiatan yang dilaksanakan juga mendukung
dengan baik (Irianto, 2004).
Menurut data Dinkes NAD 2012, hampir seluruh kabupaten/kota di
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam didapatkan bahwa jumlah balita secara
keseluruhan dari semua Kabupaten yaitu sebanyak 429.811 balita (100%),
sedangkan yang terlihat pada prevalensi gizi buruk sebesar 1091 balita (0.48%).
Berdasarkan data yang didapatkan di Dinas Kesehatan Aceh Barat
tahun 2012 didapatkan bahwa jumlah dari keseluruhan balita yang berada di
Kabupaten Aceh Barat yaitu sebanyak 3.368 balita (100%), dengan jumlah
balita di Kecamatan Kawai XVI sebanyak 169 orang balita (100%). Balita yang
berada pada kategori sangat kurus sebanyak 1 balita (0,6%), pada kategori kurus
sebanyak 11 balita (6,8%), pada kategori normal sebanyak 138 balita (85,1%),
sedangkan pada kategori gemuk sebanyak 12 balita (7,4%).
Hasil ibu paduan dari 5 orang balita tentang status gizi, yaitu banyak
diantaranya dengan 2 responden dengan sosial ekonomi yang rendah
menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang
diperlukan. Rendahnya pendapatan mungkin disebabkan karena menganggur
atau karena susahnya memperoleh lapangan kerja. Selain itu, masyarakat yang
16
sosial ekonomi yang kurang, maka dalam penyediaan makanan dalam keluarga
juga kurang, dan akibatnya makanan kurang bergizi, 2 responden dengan yang
disebabkan oleh faktor lain, seperti kurangnya pengetahuan tentang gizi atau
kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu sosial budaya juga termasuk didalamnya, yaitu terdapat 1 responden,
dimana sikap ibu menurut adat istiadat dalam pemberian makanan terhadap
balita terutama balita yang tidak menyukai suatu makanan tertentu untuk
dikonsumsi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ’’Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dari penelitian ini yaitu ”Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan
status gizi balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten
Aceh Barat Tahun 2013”?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status
gizi balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten
Aceh Barat Tahun 2013.
17
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara sosial ekonomi terhadap status gizi
balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat tahun 2013.
b. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu terhadap status gizi
balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat tahun 2013.
c. Untuk mengetahui hubungan antara sosial budaya terhadap status gizi
balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti, yaitu dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti
dibidang maternitas khususnya dalam status gizi balita.
2. Manfaat Puskesmas, yaitu sebagai bahan masukan bagi kader agar lebih
memperhatikan keadaan status gizi pada balita dengan memperhatikan
Kartu Menuju Sehat di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI.
3. Bagi Institusi Pendidikan, yaitu sebagai bahan kajian bagi peserta didik dan
mata kuliah anak terkait dengan peran Ibu dalam meningkatkan status gizi
balita.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan,
serta mengatur proses kehidupan (Almatsir, 2004). Gizi adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses, penyerapan dan penggunaan untuk pertumbuhan, perkembangan dan
pemeliharaan kehidupan (Santoso, 2004).
Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat
rumah tangga yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk
semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat
dalam hal ini anak memerlukan kebijakan yang menjamin setiap masyarakat
untuk memperoleh makanan yang cukup, sehingga masalah gizi sangatlah di
perhatikan dalam kehidupan (Arisman, 2009).
Pada usia balita mulai dapat mengkonsumsi makanan yang sama
dengan menu orang tuanya. Selama masa ini diharapkan orang tua
membiasakannya dengan pola yang baik yaitu makan secara teratur dengan
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang. Pada dasarnya sesuai dengan
perkembangan balita yang sedang dalam fase meniru, orang tua menjadi
model yang paling dekat (Soetjiningsih, 2004).
19
2. Permasalahan Gizi Anak Indonesia
Penyakit defisiensi timbul bila energi dan zat lain tidak dikonsumsi
dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan fungsi lainnya. Keadaan
kurang gizi disebabkan oleh masukan dan protein yang sangat kurang
dalam waktu yang cukup lama. Beberapa hal yang menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi antara lain jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang,
mutunya rendah atau keduanya. Selain itu zat gizi yang dikonsumsi juga
gagal diserap dan digunakan tubuh.
Beberapa masalah gizi pada anak balita di Indonesia adalah
kurang energi protein (KEP), kurang Vitamin A (KVA), anemia gizi dan
kekurangan yodium, berikut ini akan diuraikan secara ringkas 4
permasalahan dominan pada anak balita (Santoso, 2004).
a. Kurang Energi Protein
Kekurangan energi protein adalah seseorang yang kurang gizi
yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari merupakan defisiensi yang paling berat dan
meluas terutama pada balita (Muchtadi, 2009). Pada umumnya
kekurangan energi protein berasal dari keluarga yang berpenghasilan
rendah. Kekurangan energi dan protein dapat dibedakan sebagai
berikut:
b. Marasmus
Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat, sehingga
menjadi sangat kecil dan sering disebut dengan istilah “tulang berbalut
20
kulit”. Berat badan penderita marasmus biasanya hanya sekitar 60%
dari berat badan yang seharusnya, penyebabnya karena makanan yang
dikonsumsi tidak dapat menyediakan energi untuk mempertahankan
hidupnya dan memaksa metabolisme terus berlangsung, dengan cara
menggunakan cadangan energi tubuh, bagi yang menderita biasanya
kulit kering, tidak lentur, serta mudah berkerut, rambut tipis, jarang,
kering tanpa kilap normal, dan mudah dicabut tanpa menyisakan rasa
sakit. Penampilan seorang marasmus menunjukkan seperti wajah orang
tua.
c. Kwashiorkor
Kwashiorkor merupakan penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan energi dan protein. Penampilan seperti anak yang gemuk,
tangan serta wajah tampak pucat dan teraba dingin, rambut kering,
rapuh, tidak berkilap dan mudah rontok, ekspresi wajah tampak susah
dan sedih, disamping apatis dan iritatif ‘cengeng”, perut tampak
menonjol, tonus dan kekuatan otot sangat berkurang (Santoso, 2004).
d. Kekurangan Vitamin A
Keadaan kekurangan vitamin A dapat disebabkan jumlah
vitamin A yang dibutuhkan tubuh sangat kurang, baik dari makanan
maupun sumber lain. Penyebabnya adalah gangguan dalam tubuh
misalnya, penyerapan oleh usus dan penyimpanan vitamin A dalam
organ hati terganggu. Bisa juga disebabkan kehilangan vitamin A
karena pendarahan. Kekurangan vitamin A ini dapat menghambat
21
pertumbuhan dan dapat mengakibatkan pengeringan jaringan epitel
pada kulit, saluran pernafasan, kelenjar air mata dan lain-lain (Michael,
2008).
e. Anemia Gizi
Anemia adalah keadaan di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah lebih rendah dari pada nilai normal. Menurut WHO batas kadar
normal hemoglobin berbeda menurut usia yaitu, 11 gr% bagi anak-
anak yang berusia 1-5 tahun.
Anemia gizi merupakan akibat kekurangan satu atau lebih zat
gizi esensial seperti zat besi, asam folat, dan vitamin B12 yang sangat
dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel darah merah. Gejala umum
anemia adalah pucat, cepat pusing, nafsu makan kurang, tidak
bertenaga, sesak nafas, selain itu gangguan epitel pada kuku, mulut,
lidah, lambung, dan mata.
f. Kekurangan Yodium
Kekurangan yodium ditandai dengan terjadinya pembesaran
kelenjar tiroid di leher. Jika kekurangan akan mengakibatkan kelesuan,
penebalan kulit, rambut rontok, dan pertumbuhan lambat yang disertai
keterlambatan perkembangan jiwa serta menurunnya kecerdasan anak.
Sebaliknya jika kelebihan akan menyebabkan aktivitas dari kelenjar
gondok meningkat (Michael, 2008).
22
3. Macam Status Gizi Balita
Status gizi anak balita dibedakan menjadi empat yaitu status gizi
lebih, status baik, status gizi kurang dan buruk.
a. Status Gizi Lebih
Penyakit ini bersangkutan dengan energi dalam hidangan yang
dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan atau penggunaannya. Orang
yang kelebihan berat badan biasanya dikarenakan kelebihan jaringan
lemak yang tidak aktif. Untuk diagnosis obesitas harus di temukan
gejala klinis obesitas dan didukung dengan pemeriksaan antropometri
yang jauh diatas normal. Pemeriksaan yang sering dilakukan adalah
BB terhadap tinggi badan, BB terhadap umur dan tebalnya lipatan
kulit. Bentuk muka anak yang status gizi lebih atau obesitas tidak
proporsional, yaitu hidung dan mulut relatif kecil, dagu ganda, dan
biasanya anak lebih cepat mencapai masa pubertas (Soetjiningsih,
2004).
b. Status Gizi Baik
Status gizi baik yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai
dengan adanya penggunaan untuk aktivitas tubuh. Hal ini diwujudkan
dengan adanya keselarasan antara tinggi badan terhadap umur, berat
badan terhadap umur dan tinggi badan terhadap berat badan. Anak
yang status gizi baik dapat tumbuh dan kembang secara normal dengan
bertambahnya usia. Tumbuh atau pertumbuhan berkaitan dengan
masalah perubahan dalam hal besar, jumlah, ukuran atau dimensi
23
tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa di ukur dengan ukuran
berat, panjang, umur dan keseimbangan metabolik. Sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang komplek dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih,
2004).
c. Status Gizi Kurang dan Status Gizi Buruk
Status gizi kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau
beberapa macam zat gizi yang diperlukan. Hal yang menyebabkan
status gizi kurang karena kekurangan zat gizi yang dikonsumsi atau
mungkin mutunya rendah. Gizi kurang pada dasarnya adalah gangguan
pada beberapa segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang
disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang
diperoleh dari makanan. Kurang gizi banyak menimpa anak khususnya
anak balita yang berusia dibawah lima tahun karena merupakan
golongan yang rentan serta pada fase ini kebutuhan tubuh akan zat gizi
meningkat karena selain untuk tumbuh juga untuk perkembangan
sehingga apabila kurang gizi dapat menimbulkan berbagai penyakit
(Soetjiningsih, 2004).
4. Parameter Penilaian Pertumbuhan Fisik
a. Ukuran Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos
artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah
24
ukuran dari tubuh (Supariasa, 2002). Ukuran antropometri menurut
Soetjiningsih (2004) adalah:
b. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting,
dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua
kelompok. Berat badan dapat dipakai sebagai indikasi yang terbaik pada
saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak,
sensitive terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan
dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah,
mudah dan tidak memerlukan banyak waktu.
Tabel 2.1 Pertambahan Berat Badan Sesuai Umur Anak dan Jenis Kelamin.
Usia Jenis Kelamin
Anak laki_laki (kg) Anak perempuan (kg) 1 tahun 5 – 12 7,8 - 11,2
1/2 tahun 9,5 - 13,5 9 - 12,8 2 tahun 10,5 - 14,6 9,8 - 14,1 3 tahun 12 -17 11 – 16 4 tahun 14 – 20 13 – 20 5 tahun 15 – 23 15 – 22
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang
terpenting. Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada
masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal di capai.
25
Tabel 2.2 Pertambahan Tinggi Badan Anak dan Jenis Kelamin
Usia Jenis Kelamin
Anak laki_laki (cm) Anak perempuan (cm) 1 tahun 72 -81 70 – 79
1/2 tahun 77 -78 76 – 86 2 tahun 82 – 84 82 – 92 3 tahun 91 – 103 90 – 102 4 tahun 95 – 105 95 – 108 5 tahun 102 – 117 101 – 116
d. Lingkar Kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial, dipakai
untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal
maka kepala akan kecil, sehingga pada lingkar kepala (LK) yang lebih
kecil dari normal (mikrosefali), maka menunjukkan adanya
retardasimental. Sebaliknya kalau ada penyumbatan pada aliran cairan
cerebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala,
sehingga lingkar kepala lebih besar dari normal.
Tabel 2.3 Pertumbuhan Lingkar Kepala Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Usia Jenis Kelamin
Perempuan (cm) Laki - Laki (cm) 2 Tahun 45,9 – 51 47 - 52 3 Tahun 46,2 – 52 47,9 - 53 4 Tahun 47 – 53 48,2 - 52,3 5 Tahun 48 – 53 48,9 - 53,9
e. Lingkar Lengan Atas
Lingkar Lengan Atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan
cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat dipakai
26
untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada kelompok umur pra-
sekolah.
Tabel 2.4 Batas Lingkaran lengan Berlaku Untuk Usia 1 – 5 Tahun (cm) Kategori >13,5 Normal
12,5 - 13,5 Malnutrisi ringan <12,5 Malnutrisi
f. Lipatan Kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular
merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak bawah kulit, yang
mencerminkan kecukupan energi. Dalam keadaan defesiensi lipatan
kulit menipis dan sebaliknya menebal jika masukan energi berlebihan.
Tebal lipatan kulit dimanfaatkan untuk menilai terdapatnya keadaan
gizi lebih, khususnya pada kasus obesitas.
g. Umur
Untuk menilai pertumbuhan fisik balita, sering digunakan
ukuran-ukuran antropometri. Ukuran antropometri yang tergantung
umur (age dependence) meliputi:
1) Berat Badan (BB) terhadap umur
2) Tinggi/panjang Badan (TB) terhadap umur
3) Lingkaran Kepala (LK) terhadap umur
4) Lingkaran Lengan Atas (LLA) terhadap umur
27
Tabel 2.5 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Indeks Kategori
Status Gizi Ambang Batas
(Z-Score)
Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
< -3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan +2 SD >2 SD
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Sangat Pendek Pendek Normal Tinggi
<-3 SD -3 SD sampai dengan <-2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Sangat Kurus Kurus
Normal Gemuk
<-3 SD -3 SD sampai dengan <-2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD
Sumber: (Kepmenkes, 2010)
Standar deviasi unit disebut juga Z-score. WHO menyarankan
menggunakan cara ini untuk meneliti dan memantau pertumbuhan.
Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk menyatakan
hasil pengukuran pertumbuhan atau growth monitoring.
Rumus perhitungan Z- skor adalah:
Z – skor = Nilai individu subyek – Nilai median baku rujukan Nilai simpangan baku rujukan
B. Konsep Balita
1. Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu
tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun.
Menurut Sutomo. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun
(batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun) (Asydhad, 2006).
28
Balita merupakan individu yang masih sangat rentan terhadap
segala penyakit. Pada usia ini makanan yang bernutrisi sangat dibutuhkan
tubuh untuk membantu mempertahankan daya tahan tubuh dan untuk
pertumbuhan dan perkembangan (Asydhad, 2006).
Anak dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-
zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru
merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat
kekurangan gizi (Asydhad, 2006).
2. Standar Gizi Untuk Balita
Masa lampau berpengaruh besar terhadap masa yang akan datang.
Apa yang diberikan yang dilakukan kepada balita sangat menentukan
terhadap pertumbuhan dan keadaan tubuh, serta beberapa perilaku pada
saat remaja dan dewasa kelak. Karena itu, sejak usia balita orang tua harus
memerhatikan pemberian gizi yang diperlukan oleh si kecil agar ia tumbuh
kembang optimal, sehat, serta cerdas sesuai dengan harapan (Asydhad,
2006).
Adapun standar kecukupan gizi yang diperlukan untuk balita
adalah sebagai berikut :
a. Kalori/ Energi
Jumlah energi yang dianjurkan dihitung berdasarkan jumlah konsumsi
energi yang dibutuhkan oleh tubuh si kecil agar dapat tumbuh kembang
optimal. Karbohidrat merupakan salah satu sumber utama energi selain
29
protein dan lemak. Sumber utama karbohidrat dalam makanan berasal
dari tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit yang berasal dari hewani
(Asydhad, 2006).
b. Protein
Protein sebaga zat pembangun sangat diperlukan bayi dan balita untuk
pembuatann sel-sel baru dan merupakan unsur pembentuk berbagai
struktur organ tubuh seperti tulang, otot, gigi, dan lain-lain. Selain itu,
protein juga berperan dalam proses pembentukan enzim dan hormon
yang dapat mengatur proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai antibodi,
protein juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh melawan
berbagai macam penyakit dan infeksi (Asydhad, 2006).
c. Mineral dan Vitamin
Susu sapi merupakan sumber yang baik bagi beberapa vitamin dan
mineral seperti kalsium dan fosfor. Tiap 500-600 ml susu mengandung
kurang lebih 0,7-0,8 gram kalsium dan cukup fosfor bagi pembentukan
tulang dan gigi. Menu yang setiap harinya mengandung susu, daging,
ayam, ikan, telur, buah dan serealia (nasi, roti, kentang, mie), akan
mengandung cukup vitamin dan mineral (Erna, 2004).
d. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu sumber utama energi bagi tubuh.
Energi tersebut sangat berguna dalam proses pembentukan kabel-kabel
sarat pada otak bayi dan anak untuk proses berfikir, selain itu energi juga
30
diperlukan untuk melakukan berbagai proses metabolisme dalam otak
(Asydhad, 2006).
C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Status Gizi Balita
1. Sosial Ekonomi
Seseorang dengan kondisi sosial ekonomi yang semakin baik maka
akan cenderung membutuhkan kehidupan kesehatan yang lebih tinggi.
Dimana wanita dengan sosial ekonomi yang relatif baik akan mampu
menerima dan menjaring informasi yang lebih baik, di bandingkan dengan
seseorang yang kondisi ekonominya buruk. Demikian juga dengan, wanita
yang mempunyai penghasilan sendiri biasanya mempunyai kedudukan
atau posisi yang lebih baik dalam kehidupan keluarga termasuk dalam hal
memilih makanan untuk balita.
Distribusi pendapatan adalah pengukuran untuk mengukur
kemiskinan relatif. Distribusi pendapatan biasanya diperoleh dengan
menggabungkan seluruh individu dengan menggunakan skala pendapatan
seseorang kemudian dibagi dengan jumlah penduduk kedalam kelompok
berbeda yang berdasarkan pengukuran atau jumlah pendapatan yang
mereka terima (Soetjiningsih, 2004).
Pendapatan adalah perolehan uang yang diterima oleh selama satu
bulan yang berasal dari berbagai sumber dibagi dengan jumlah anggota
keluarga yang ditanggung. Pengaruh ekonomi terhadap keluarga dalam
mengambil keputusan untuk memilih makanan bergizi berbeda pada
masing-masing individu. Pendapatan sangat memberikan pengaruh yang
31
berarti pada masyarakat miskin meskipun yang berasal dari kalangan
berada. Namun tidak mempunyai autonomy untuk menentukan jumlah
anak yang dimilikinya. Pendapatan keluarga memberikan pengaruh berarti
pada masyarakat di Desa atau Perkotaan. Pengaruh yang diberikan tidak
terbatas pada harga dari pelayanan kesehatan itu sendiri, akan tetapi
meliputi uang yang harus dikeluarkan ketempat pelayanan kesehatan
dalam mendapatkan pelayanannya. Sedangkan pendapatan keluarga yang
memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder
(Soetjiningsih, 2004).
Dalam Peraturan Gebernur (2011), adapun dijelaskan bahwa
distribusi pendapatan adalah pengukuran untuk mengukur kemiskinan
relatif. Distribusi pendapatan biasanya diperoleh dengan menggabungkan
seluruh individu dengan menggunakan skala pendapatan seorang
kemudian dibagi dengan jumlah penduduk kedalam kelompok berbeda
yang berdasarkan pengukuran atau jumlah pendapatan yang mereka
terima.
Pada tingkat pendapatan adalah perolehan pendapatan seperti uang
yang diterima selama satu bulan yang berasal dari berbagai sumber dibagi
dengan jumlah anggota keluarga yang ditanggung. Upah Minimum
Provinsi (UMP) Nanggroe Aceh Darussalam pada UMR yang sudah
ditetapkan tahun 2013 adalah Rp. 1.550.000.- perbulan, ini
menggambarkan bahwa penghasilan keluarga minimal untuk dapat
32
memenuhi kebutuhan dasar keluarga di Nanggroe Aceh Darussalam
adalah Rp. 1.550.000.- perbulan. Bila penghasilan keluarga tidak
mencapai Rp. 1.550.000.- perbulan, maka akan sangat sulit untuk
memenuhi kebutuhan dasar keluarga, termasuk dalam memanfaatkan jasa
pelayanan kesehatan (Annonimous, 2013).
Apabila seseorang dengan kondisi pendapatan yang semakin baik
maka ia akan cenderung membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi. Dimana wanita dengan pendapatan yang relatif baik akan mampu
menerima dan menjaring informasi yang lebih baik, di bandingkan dengan
seseorang yang kondisi pendapatannya buruk. Demikian juga dengan,
wanita yang mempunyai penghasilan sendiri biasanya mempunyai
kedudukan atau posisi yang lebih baik dalam kehidupan keluarga yaitu
mereka tidak terlalu tergantung pada orang lain dan lebih cenderung cepat
mengambil kesimpulan termasuk dalam hal memilih makanan bergizi
(Notoatmodjo, 2007).
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan suatu objek tertentu, penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitiaf merupakan dominan dan
alat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
33
pengetahuan akan lebih langsung dari pada perilaku yang tidak disadari
oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan adalah awal proses manusia atau menggunakan daya
pikirannya, sehingga ia mampu membedakan mana yang ril dan mana
yang ilusi. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang fisik,
pemahamannya dilakukan dengan cara persepsi baik lewat indera maupun
lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal
atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan (Bakhtiar, 2005).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo
(2007), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi tahapan
pengetahuan dalam diri orang tersebut terjadi adalah sebagai berikut:
a. Knowledge (pengetahuan), yakni orang tersebut mengetahui dan
memahami akan adanya sesuatu perubahan baru.
b. Persuasion (kepercayaan), yakni orang mulai percaya dan membentuk
sikap terhadap perubahan tersebut.
c. Decision (keputusan), yakni orang mulai membuat suatu pilihan untuk
mengadopsi atau menolak perubahan tersebut.
d. Implementation (pelaksanaan), orang mulai menerapkan perubahan
tersebut dalam dirinya.
e. Confirmation (penegasan), orang tersebut mencari penegasan kembali
terhadap perubahan yang telah diterapkannya, dan boleh merubah
34
keputusannya apabila perubahan tersebut berlawanan dengan hal yang
diinginkannya.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut.
Apabila penerima perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti
ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak
akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2005), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu informasi, lingkungan, pengalaman, dan
usia.
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori
yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman
langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Dari fakta-fakta tersebut
kemudian disusun dan disimpulkan menjadi berbagai teori, sesuai dengan
fakta yang dikumpulkan tersebut (Notoatmodjo, 2007).
Seorang ibu rumah tangga bukan merupakan ahli gizi, tetapi juga
harus dapat menyusun dan menilai hidangan yang akan disajikan kepada
anggota keluarganya. Pengetahuan gizi ibu merupakan pengetahuan
seorang ibu dalam menyediakan makanan yang bergizi guna mendapat
kesehatan yang baik serta mempertahankan kesehatan (Arisman, 2009).
35
Dengan demikian, berdasarkan uraian diatas, kurangnya
pengetahuan terhadap status gizi ini merupakan salah satu sebab masalah
terjadinya kurang gizi yaitu kurangnya pengetahuan tentang gizi atau
kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Sosial Budaya
Budaya berpengaruh terhadap kurang gizi seperti larangan
memakan sesuatu tertentu bagi penganut suatu agama dan norma-norma
tertentu dianut oleh masyarakat setempat. Pola kebiasaan ini berkenaan
dengan suatu masyarakat dan kebiasaan pangan yang diikutinya,
berkembang sekitar arti pangan dan penggunaan pangan yang cocok. Pola
kebudayaan ini mempengaruhi jenis pangan yang akan diproduksi, diolah,
disalurkan, disiapkan, disajikan. Para ahli pertanian perlu mengetahui
tentang pentingnya dampak sosial budaya dan pangan (Inayah, 2010).
Kebudayaan adalah komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum,
adat istiadat, serta lain-lain kenyataan dan kebiasaan yang dilakukan
manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam pandangan sosiologi,
kebudayaan mempunyai arti yang luas daripada itu. Kebudayaan meliputi
semua hasil, cipta, karsa, rasa dan karya manusia baik material maupun
nonmaterial (baik yang bersifat kebendaan maupunyang bersifat
kerohanian).
36
Masyarakat yang sosial budayanya positif, baik atau mendukung,
maka kebiasaan dalam pemenuhan dan penyajian makanan juga memenuhi
syarat kesehatan. Kebiasaan menyajikan makanan yang bergizi, mengatur
jadwal makan yang tepat serta memberikan dorongan atau motivasi
kepada balita untuk makan secara teratur adalah kebiasaan yang
berkembang dalam masyarakat. Jika kebiasaan ini baik, maka kegiatan
yang dilaksanakan juga mendukung dengan baik (Irianto, 2004).
Kebiasaan memilih bahan makanan yang bergizi bagi seseorang
perlu memahami cara mengolah makanan dengan lebih baik, memilih
bahan makanan yang mengandung gizi tinggi serta mengerti cara
menyajikan dan meningkatkan selera makanan keluarga. Dengan kuantitas
makanan yang disediakan dalam jumlah yang cukup dapat menambah gizi
seseorang sehingga status gizi lebih baik, ini semua didukung oleh
perilaku seseorang dalam memenuhi kuantitas makanan yang mencukupi
dan sesuai dengan porsi makan seseorang (Irianto, 2004).
Dengan demikian, berdasarkan uraian diatas, budaya memiliki
ikatan yang kuat terhadap sesorang dalam mengambil keputusan terutama
dalam hal pemberian makanan pada balita. Budaya yang kental dengan
adat istiadat daerah dapat merubah suatu keputusan, sehingga budaya
sangat mempengaruhi pada pemberian makanan pada balita tertama
makanan dengan menu seimbang.
37
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah sesuatu yang menghubungkan antara konsep
yang satu dengan yang lain dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam
konsep tersebut tidak dapat diukur atau diamati secara langsung, untuk
dimengerti dan diukur maka konsep tersebut dapat digambarkan kedalam sub-
sub variabel (Natoatmodjo, 2010). Untuk lebih jelasnya, maka variabel dapat
di gambarkan dalam kerangka konsep berikut:
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
E. Hipotesis
1. Ada hubungan antara sosial ekonomi terhadap status gizi balita di
Puskesmas Perembeu Kecamatan Kawai IV Kabupaten Aceh Barat tahun
2013.
2. Ada hubungan antara pengetahuan terhadap status gizi balita di Puskesmas
Perembeu Kecamatan Kawai IV Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.
3. Ada hubungan antara Sosial Budaya terhadap status gizi balita di
Puskesmas Perembeu Kecamatan Kawai IV Kabupaten Aceh Barat tahun
2013.
Status Gizi Pada Balita (BB/TB)
Sosial Ekonomi
Pengetahuan
Sosial Budaya
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross
sectional, yaitu mengukur variabel dependen dan variabel independen secara
bersamaan (Chandra, 2008), untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan status gizi balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruhan Ibu yang memiliki Balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat dari bulan januari hingga Juli 2013
yang berjumlah 169 orang.
2. Sampel
Notoatmodjo (2010), sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan teknik purposif sampling, yaitu pengambilan
sampel yang dilakukan cara mengambil subjek bukan berdasarkan strata,
random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu, teknik
ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan
39
keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil
sampel yang besar dan jauh (Arikunto, 2006). Adapun kriteria tersebut
dapat dilihat seperti di bawah ini:
a. Ibu yang tinggal di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat
b. Ibu yang mempunyai balita umur 1-5 tahun
c. Ibu yang bersedia menjadi responden
d. Ibu yang bisa membaca dan menulis
Perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus Slovin
sebagai berikut:
n = 2(d) N 1
N
+
Keterangan:
n = Besarnya sampel
N = Besarnya populasi
d = Derajat presisi (10%)
n = 169 1+ 169 (0,1)2
n = 169
1+169 (0,01)
n = 169 1 + 1,69
n = 62,8 (dibulatkan menjadi 63 Ibu yang memiliki balita).
40
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Perembeu
Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan 16 September sampai
dengan 24 September 2013.
D. Instrumen Penelitian
Instrument dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disajikan oleh
penulis, adapun hal-hal yang berkaitan dalam kuesioner penelitian, yaitu:
1. Bagian I, merupakan data demografi yang berupa identitas responden yang
meliputi tanggal penelitian, nomor responden, dan umur responden,
pendidikan, dan pekerjaan kepala keluaga.
2. Bagian II yaitu pertanyaan tentang sosial ekonomi responden terdapat 1
pertanyaan, dengan indikator jawabannya yaitu rendah, dan tinggi. Yang
diberikan dalam bentuk kuesioner.
3. Bagian III merupakan status gizi balita di tinjau dari umur balita, jenis
kelamin balita, dan berat badan balita.
4. Bagian IV merupakan pertanyaan tentang pengetahuan responden dalam
meningkatkan status gizi Balita yang diberikan dengan menggunakan
skala gutmat yang dibagikan kepada responden oleh peneliti berupa 10
item pertanyaan. Jika responden menjawab benar maka diberi nilai 1 dan
jika menjawab salah maka diberi nilai 0.
41
5. Bagian V merupakan pertanyaan tentang sosial budaya responden dalam
meningkatkan status gizi Balita yang diberikan dalam bentuk skala
gutment yang diberikan dalam bentuk pernyataan oleh peneliti berupa 5
item pertanyaan. Jika responden menjawab benar maka diberi nilai 1 dan
jika menjawab salah maka diberi nilai 0.
E. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data yang langsung diperoleh dengan menyebarkan kuesioner
yang berisi pertanyaan yang disediakan dan selanjutnya diisi oleh
responden.
2. Data Sekunder
Data penunjang yang di dapat dari Kecamatan, Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan dari Dinas Kesehatan Provinsi NAD,
serta referensi yang tersedia.
F. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahap sebagai berikut:
1. Editing yaitu mengoreksi segala kesalahan dalam pengambilan data dan
pengisian data.
2. Coding yaitu pengolahan data dengan cara memberi kode pada setiap
jawaban dari responden.
3. Tranfersing yaitu kode yang diberikan, disusun dan dimasukkan ke dalam
tabel hingga responden terakhir.
42
4. Tabulating, yaitu memindahkan data yang diperoleh ke dalam tabel.
G. Definisi Operasional
No Variabel penelitian
Definisi Operasional
Cara ukur Alat Ukur Skala Ukur
Hasil Ukur
Variabel Dependent 1 Status Pada
Gizi Balita (BB/TB)
Suatu keadaan gizi yang seimbang dan tidak berlebihan sesuai dengan kebutuhan tubuh balita.
Menimbang berat badan, dan tinggi badan menurut umur (BB/TB). - Normal: > +2.0 SD - Tidak Normal: < -2.0 SD
- Timbangan/ Dacin
- Microtoice
Ordinal - Normal - Tidak
Normal
Variabel Independent 1 Sosial
Ekonomi Seluruh penerimaan baik berupa uang atau barang dari pihak lain maupun dari hasil sendiri.
Menggunakan pertanyaan dengan 1 item pertanyaan dengan kriteria: - Rendah: jika
<Rp.1.550.000, - Tinggi: jika ≥Rp.1.550.000
Kuesioner Nominal - Rendah - Tinggi
2 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui ibu dalam meningkatkan status gizi balita.
Menggunakan pertanyaan dengan 10 item pertanyaan dengan kriteria: - Baik: jika jawaban
benar >50%. - Kurang: jika jawaban
benar <50% .
Kuesioner Ordinal - Baik - Kurang
3 Sosial Budaya
Suatu kebiasaan yang berkenaan dengan masyarakat dan kebiasaan pangan yang diikutinya.
Menggunakan pertanyaan dengan 5 item pertanyaan dengan kriteria: - Ya; jika masyarakat
mengikuti budaya. - Tidak; jika masyarakat
tidak mengikuti budaya.
Kuesioner Nominal - Ya - Tidak
H. Metode Analisa Data
1. Analisa univariat
Analisa data pada penelitian ini merupakan analisa Univariat
Kemudian ditentukan presentasi (P) dengan menentukan rumus sebagai
berikut:
43
p = %100xn
fi
Keterangan:
p = Persentase
fi = Frekuensi yang diamati
n = Jumlah sampel
100% = Bilangan tetap.
2. Analisa bivariat
Untuk mengukur asosiasi antara dua atau lebih variabel kuantitatif
dipakai tes statistik Chi-square atau X kuadrat (x2). Data masing-masing
sub variabel dimasukkan ke dalam tabel kontingensi (tabel silang).
Kemudian tabel-tabel kontingensi tersebut dianalisa dengan menggunakan
uji statistik Chi-square test (x2), dengan rumus sebagai berikut:
( )∑
−=e
eOX
22
grandtotal
totalkolomtotalbarise
×=
Keterangan: =O frekuensi observasi
=e frekuensi harapan
Pengujian hipotesa dilakukan dengan Chi-square observasi dan
tabel dengan kriteria bahwa jika 2X observasi < 2X tabel maka hipotesa
(Ha) diterima, dan jika 2X observasi 2X≥ tabel maka Ha ditolak.
Untuk mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan status
gizi balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten
Aceh Barat, dilakukan Uji Chi-Square. Uji Chi-Square merupakan teknik
44
analisa korelasi yang sesuai untuk penelitian ini, karena variabel dependen
dan independen pada penelitian ini dalam bentuk data deskrit (data
frekuensi atau data kategori). Perhitungan statistik untuk analisa tersebut
dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi, pengolahan data
diinterprestasikan menggunakan nilai probilitas dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E (Harapan) lebih dari 5, maka uji
yang digunakan adalah ”Fisher Exack Test”.
b. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E<5, maka uji yang digunakan
sebaiknya ”Continuity Correction (a")”.
c. Bila tabelnya lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3 dll, maka yang
digunakan ”Person Chi-Squere”.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Puskesmas Perembeu adalah merupakan salah satu Wilayah yang
berada di Kecamatan Kaway XVI dengan jumlah penduduk 27.027 jiwa, dan
dengan luas Kecamatan 73,68 km2 (7.368Ha). Dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Puteum
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa pante cermen
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kede Aron
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Merbou.
Adapun standar pelayanan yang ada di Puskesmas Perembeu
Kecamatan Kawai XVI Kabupaten Aceh Bara yaitu :
1. Pelayanan Administrasi dan Manajemen
2. Pelayanan Medis
3. Pelayanan gawat Darurat
4. Pelayanan Keperawatan
5. Pelayanan Rekam Medik
6. Pelayanan farmasi
7. Pelayanan laboratorium
46
B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Status Gizi
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
No Status Gizi Balita Frekuensi % 1 2
Normal Tidak Normal
29 34
46,0 54,0
J u m l a h 63 100,0 Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.1 bahwa dari 63 responden yang berstatus
gizi balita yang tidak normal sebanyak 34 orang (54,0%).
b. Sosial Ekonomi
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sosial Ekonomi Ibu Yang Memiliki Balita Di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
No Sosial Ekonomi Frekuensi % 1 2
Rendah Tinggi
37 26
58,7 41,3
J u m l a h 63 100,0 Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.2. bahwa dari 63 responden di Puskesmas
Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, yang
bersosial ekonomi rendah sebanyak 37 orang (58,7%).
47
c. Pengetahuan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
No Pengetahuan Frekuensi % 1 2
Baik Kurang
28 35
44,4 55,6
J u m l a h 63 100,0 Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.3. bahwa dari 63 responden di Puskesmas
Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, yang
berpengetahuan kurang sebanyak 35 orang (55,6%).
d. Sosial Budaya
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
No Sosial Budaya Frekuensi % 1 2
Ya Tidak
33 30
52,4 47,6
J u m l a h 63 100,0 Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.4. bahwa dari 63 responden di Puskesmas
Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, yang
mengikuti budaya sebanyak 33 (52,4%).
48
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Sosial Ekonomi Terhadap Status Gizi Balita Tabel 4.5 Hubungan Sosial Ekonomi Terhadap Status Gizi Balita Di
Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
No Sosial
Ekonomi
Status Gizi
Jumlah % P Normal Tidak
Normal f % f %
1 2
Rendah Tinggi
11 18
29,7 69,2
26 8
70,3 30,8
37 26
100 100 0,005
Jumlah 29 46,0 34 54,0 63 100 Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2013)
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, dari 37 responden yang sosial
ekonomi rendah sebanyak 26 orang (70,3%) berada pada kategori status
gizi tidak normal. Dari 26 responden yang sosial ekonomi tinggi
sebanyak 8 orang (30,8%) berada pada kategori status gizi tidak normal.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-
Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,005
yang berarti kurang dari α=0,05. Ada hubungan antara sosial ekonomi
terhadap status gizi balita.
49
b. Hubungan Pengetahuan Terhadap Status Gizi Balita
Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan Terhadap Status Gizi Balita Di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
No Pengetahuan
Status Gizi
Jumlah % P Normal Tidak
Normal f % f %
1 2
Baik Kurang
23 6
82,1 20,7
5 29
17,9 82,9
28 35
100 100 0,000
Jumlah 29 46,0 34 54,0 63 100 Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2013)
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, dari 35 responden yang
berpengetahuan kurang sebanyak 29 orang (82,9%) berada pada
kategori status gizi tidak normal. Dari 28 responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 5 orang (17,9%) berada pada kategori
status gizi tidak normal.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-
Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000
yang berarti kurang dari α=0,05. Ada hubungan antara pengetahuan
terhadap status gizi balita.
50
c. Hubungan Sosial Budaya Terhadap Status Gizi Balita
Tabel 4.7 Hubungan Sosial Ekonomi Terhadap Status Gizi Balita Di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
No Sosial Budaya
Status Gizi
Jumlah % P Normal Tidak
Normal f % f %
1 2
Ya Tidak
2 27
6,1 90,0
31 3
93,9 10,0
33 30
100 100 0,000
Jumlah 29 46,0 34 54,0 63 100 Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2013)
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, dari 33 responden yang mengikuti
budaya sebanyak 31 orang (93,9%) berada pada kategori status gizi
tidak normal. Dan dari 30 responden yang yang tidak mengikuti budaya
sebanyak 31 orang (93,9%) berada pada kategori status gizi tidak
normal.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-
Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000
yang berarti kurang dari α=0,05. Ada hubungan antara sosial budaya
terhadap status gizi balita.
C. Pembahasan
1. Hubungan Sosial Ekonomi Terhadap Status Gizi Balita
Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden yang sosial
ekonomi rendah sebanyak 26 orang (70,3%) berada pada kategori status
gizi tidak normal. Dari 26 responden yang sosial ekonomi tinggi sebanyak
8 orang (30,8%) berada pada kategori status gizi tidak normal.
51
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,005 yang
berarti kurang dari α=0,05. Ada hubungan antara sosial ekonomi terhadap
status gizi balita.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Fadhillah (2011), dapat disimpulkan bahwa, adanya hubungan sosial
ekonomi terhadap status gizi balita yaitu dengan nilai 0,001.
Menurut Soetjiningsih, (2002), Distribusi pendapatan adalah
pengukuran untuk mengukur kemiskinan relatif. Distribusi pendapatan
merupakan jumlah pendapatan yang mereka terima dari hasil pekerjaan
yang mereka lakukan.
Menurut Arisman (2009), pendapatan yaitu seluruh penerimaan
baik berupa uang maupun barang baik dan pihak lain maupun dan hasil
sendiri. Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh seluruh anggota
keluarga yang bekerja, jadi yang dimaksud pendapatan keluarga dalam
penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dan
pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dan orang tua dan anggota
keluarga lainnya. Pendapatan merupakan salah satu unsur yang dapat
mempengaruhi status gizi. Hal ini menyangkut daya beli keluarga
memenuhi kebutuhan konsumsi makan.
Menurut Soetjiningsih (2002), Pendapatan keluarga yang memadai
akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder.
52
Asumsi Peneliti, jika jumlah keluarga banyak, maka kondisi
pangan dalam rumah tangga juga banyak dibutuhkan. jika suami dengan
penghasilan tinggi maka kondisi status gizi balita lebih baik. Sebaliknya
jika suami berpenghasilan sedikit maka jumlah pangan yang di dapat juga
tidak banyak, hal ini sangat mempengaruhi kondisi status gizi balita
terutama dalam pemberian makanan yang bergizi tinggi.
2. Hubungan Pengetahuan Terhadap Status Gizi Balita
Berdasarkan hasil penelitian dari 35 responden yang
berpengetahuan kurang sebanyak 29 orang (82,9%) berada pada kategori
status gizi tidak normal. Dari 28 responden yang berpengetahuan baik
sebanyak 5 orang (17,9%) berada pada kategori status gizi tidak normal.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang
berarti kurang dari α=0,05. Ada hubungan antara pengetahuan terhadap
status gizi balita.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Fadhillah (2011), dapat disimpulkan bahwa, adanya hubungan
pengetahuan terhadap status gizi balita yaitu dengan nilai 0,000.
Menurut Almatsir (2004), Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, sedangkan
menurut Mukhtadi (2006), status gizi adalah konsumsigizi makanan pada
seseorang yang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan.
53
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indera yang di milikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
Menurut Bahtiar, (2005), Pengetahuan adalah awal proses manusia
atau menggunakan daya pikirannya, sehingga ia mampu membedakan
mana yang ril dan mana yang ilusi. Pengetahuan dapat berwujud barang-
barang fisik, pemahamannya dilakukan dengan cara persepsi baik lewat
indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia
berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Menurut Djaeni, (2000), Seorang ibu rumah tangga bukan
merupakan ahli gizi, tetapi juga harus dapat menyusun dan menilai
hidangan yang akan disajikan kepada anggota keluarganya. Pengetahuan
gizi ibu merupakan pengetahuan seorang ibu dalam menyediakan makanan
bergizi guna mendapat kesehatan yang baik serta mempertahankan
kesehatan.
Asumsi Peneliti, jika pengetahuan ibu kurang maka status gizi pada
balita juga kurang baik. Seharusnya Bidan yang bertugas di Desa selalu
memberikan arahan dan informasi pada ibu yang tinggal di Desa, karena
dengan Bidan memberikan informasi maka masalah cepat mendapat
bantuan apabila diperlukan.
3. Hubungan Sosial Budaya Terhadap Status Gizi Balita
Berdasarkan hasil penelitian dari 33 responden yang mengikuti
budaya sebanyak 31 orang (93,9%) berada pada kategori status gizi tidak
54
normal. Dan dari 30 responden yang yang tidak mengikuti budaya
sebanyak 31 orang (93,9%) berada pada kategori status gizi tidak normal.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang
berarti kurang dari α=0,05. Dengan demikian, ada hubungan antara sosial
budaya terhadap status gizi balita di Tahun 2013.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Fadhillah (2011), dapat disimpulkan bahwa, adanya hubungan budaya
terhadap status gizi balita yaitu dengan nilai 0,002.
Status gizi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini
bersifat irreversible (tidak dapat pulih).
Menurut asumsi peneliti, dijelaskan bahwa budaya yang
berkembang dimasyarakat sangat berpengaruh langsung terhadap kondisi
balita, dimana ibu yang mengikuti budaya banyak balita yang kekurangan
gizi, hal ini dikarenakan ibu yang tidak mendapatkan informasi tentang
gizi, sedangkan jika ibu yang tidak mengikuti budaya maka kondisi balita
akan lebih baik, dan status gizi balita akan berada pada kategori normal,
hal ini dikarenakan ibu cukup mendapatkan informasi yang dibutuhkan
terhadap petumbuhan balita.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi pada balita di Puskesmas Perembeu Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013, dapat disimpulkan:
1. Ada hubungan antara sosial ekonomi dengan status gizi balita di
Puskesmas Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2013 dengan nilai P-Value 0,005.
2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita di Puskesmas
Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
dengan nilai P-Value 0,000.
3. Ada hubungan antara sosial budaya dengan status gizi balita di Puskesmas
Perembeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
dengan nilai P-Value 0,000.
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau
acuan dalam melakukan penelitian dimasa yang akan datang, sehingga dapat
diperoleh hasil yang bermakna dan untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman tentang metodelogi penelitian terkait tentang status gizi balita.
56
2. BagiTempat Penelitiant, yaitu diharapkan sebagai bahan masukan,
khususnya bagi kader agar lebih memperhatikan keadaan status gizi pada
balita dengan memperhatikan KMS di Puskesmas Perembeu.
3. Bagi Institusi Pendidikan, diharapkan dapat menambah literatur atau bacaan
di perpustakaan di Diploma IV Kebidanan U’Budiyah, dan juga sebagai
bahan kajian dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang hal-hal
yang mempengaruhi tenaga kesehatan yang terkait terhadap status gizi balita.
57
DAFTAR PUSTAKA Almatier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum,
Hal 10. Annonimous, 2008. Mengetahui Status Gizi Balita Anda. http://medicastore.com/a
rtikel/247/Mengetahui_Status_Gizi_Balita_Anda.html (diakses pada tanngal 9 Februari 2013).
__________, 2013. Peraturan Gebernur tahun 2011 tentang UMP, UMR. 2013. Arisman, MB., 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi Kedua, Jakarta: EGC. Budiarto, E., 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Jakarta: Buku Kedokteran. Bakhtiar, A, 2005, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Chandra, Budiman, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC. Djaeni, Achmad, 2000. Ilmu Gizi Jilid 1. Jakarta: Dian rakyat. Dinkes, 2010. Profil Kesehatan Provinsi NAD Tahun 2009. Banda Aceh. ______, 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Kota Tahun 2010. Banda Aceh. Fadhilah, N, 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita Di
Kemukiman Lubuk Kecamatan Ingin Jaya Aceh Besar Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Fadillah. S, 2006. Peran ibu dalam pembangunan. Dalam
http://www.Kesrepro.info.co. id.des,2006. Artikel. Di kutip tanggal 22 Juni 2010.
Inayah, Nur, 2010. Pengertian Peran, Status, Nilai, Norma, Dan
Budaya/Kebudayaan. http://www.scribd.com/doc/34273429/Karya-tulis-pengertian-peran-status-nilai-norma-dan-budaya-kebudayaan(diakses pada tanngal 12 Maret 2013).
Irianto, Kus, 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya.
58
Kartono, 2007. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), CV. Mandar Maju, Bandung.
Kecamatan Kawai VI, 2012. Data Statistik Kecamatan Kawai XVI, Aceh Barat. Michael, G., 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Muchtadi, Deddy, 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung: Alfabeta IKAPI. Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta. ____________., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Edisi Rineka
Cipta. ____________., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Jakarta: Edisi
Rineka Cipta. ____________., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Edisi Rineka
Cipta. Puskesmas Kawai VI, 2010. Laporan Tahunan Kegiatan Puskesmas Kawai VI
2012, Aceh Besar. Santoso,S, Ranti, S, L, 2004, Kesehatan dan Gizi, Jakarta: Rineka Cipta. Soetjiningsih, 2002, Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Supariasa, B. 2001. Penilaian Status Gizi, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
59
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS PEREMBEU
KECAMATAN KAWAI XVI KABUPATEN ACEH BARAT
Tanggal Pengisian :
No. Responden :
I. Identitas Responden
a. Umur Ibu :
b. Pendidikan :
c. Pekerjaan :
II. Sosial Ekonomi < Rp.1.550.000
>Rp. 1.550.000
III. Status Gizi Balita
Umur Balita :
Jenis Kelamin Balita :
Berat Badan Balita :
Tinggi Badan Balita :
Z-score :
60
IV. Pengetahuan
Petunjuk Jawaban:
”Berilah tanda (X) pada jawaban yang di anggap paling benar dari
pernyataan dibawah ini”:
1. Makanan yang sehat adalah …
a. Makanan dengan gizi/menu seimbang
b. Makanan yang enak
c. Tidak tahu
2. Makanan bergizi adalah jika makanan yang dikonsumsi sehari-hari cukup
mengandung ...
a. Karbohidrat, protein, dan lemak, vitamin, mineral, dan air
b. Vitamin saja
c. Tidak tahu
3. Yang termasuk sumber makanan yang banyak mengandung lemak
adalah...
a. Daging
b. Margarine, mentega, dan minyak kelapa
c. Tidak tahu
4. Bahan yang tergolong karbohidrat adalah ...
a. Makanan pokok (mie, jagung, singkong, nasi, dan roti)
b. Buah-buahan (papaya, pisang, jambu, dan jeruk)
c. Tidak tahu
5. Bagaimana cara menyimpan makanan yang benar ...
a. Dalam wadah yang bersih dan tidak tertutup
61
b. Dalam wadah bersih dan tertutup
c. Tidak tahu
6. Guna makanan bagi tubuh ...
a. Sumber zat energy, zat pembangun, dan zat pengatur
b. Untuk tidak memberi energy bagi tubuh
c. Tidak tahu
7. Apakah balita boleh diberikan telur ...
a. Kurang boleh, karena tidak mengandung protein
b. Sangat boleh, karena mengandung protein
c. Tidak tahu
8. Bagaimana cara mamasak sayur yang benar ...
a. Dimasak sampai lama hingga layu, sehingga vitamin tidak hilang
b. Dimasak tidak terlalu lama sehingga masih segar dan vitamin tidak
hilang
c. Tidak tahu
9. Zat makanan sumber pembangun adalah ...
a. Protein
b. Lemak
c. Tidak tahu
10. Kacang hijau dan tahu termasuk jenis makanan yang banyak mengadung...
a. Karbohidrat, dan lemak,
b. Protein nabati
c. Tidak tahu
62
V. Sosial Budaya
Petunjuk Jawaban:
Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda benar dengan cara
melingkari.
1. Apakah ada yang melarang jika ibu memberikan makanan yang
mengandung protein...?
a. Ya b. Tidak
Alasanya:
2. Apakah ada pantangan dalam pemberian ASI + makanan tambahan..?
a. Ya b. Tidak
Alasanya:
3. Apakah suami setuju jika pemberian makanan tambahan pada balita hanya
diberikan pada usia 2 tahun ...? a. Ya b. Tidak
Alasanya:
4. Apakah ada kepercayaan turun temurun dari keluarga ibu supaya
pemberian makanan yang menambah ikan, daging, dan telur pada balita tidak diperbolehkan...? a. Ya b. Tidak
Alasanya:
5. Apakah ada pemberian makanan yang bergizi pada balita oleh ibu
merupakan adat istiadat yang sudah turun temurun di lingkungan tempat tinggal ibu ...? a. Ya b. Tidak
Alasanya:
63
LEMBARAN JAWABAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS PEREMBEU
KECAMATAN KAWAI XVI KABUPATEN ACEH BARAT
III. Pengetahuan
1. A
2. A
3. B
4. A
5. B
6. A
7. B
8. B
9. A
10.B
64
SPSS OUT PUT
Frequencies
Statistics
Umur Pendidikan Pekerjaan Sosial
Ekonomi Status Gizi
Balita Pengetahuan
Sosial Budaya
N Valid 63 63 63 63 63 63 63 Missing 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table Umur
Frequency Percent Valid Percent Valid <20 Tahun 7 11.1 11.1 21-35 Tahun 43 68.3 68.3 >36 Tahun 13 20.6 20.6 Total 63 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Valid Dasar 32 50.8 50.8 Menengah 18 28.6 28.6 Tinggi 13 20.6 20.6 Total 63 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Valid IRT 35 55.6 55.6 Wiraswasta 15 23.8 23.8 PNS 13 20.6 20.6 Total 63 100.0 100.0
65
Status Gizi Balita
Frequency Percent Valid Percent Valid Normal 29 46.0 46.0 Tidak Normal 34 54.0 54.0 Total 63 100.0 100.0
Sosial Ekonomi
Frequency Percent Valid Percent Valid Rendah 37 58.7 58.7 Tinggi 26 41.3 41.3 Total 63 100.0 100.0
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Valid Baik 28 44.4 44.4 Kurang 35 55.6 55.6 Total 63 100.0 100.0
Sosial Budaya
Frequency Percent Valid Percent Valid Ya 33 52.4 52.4 Tidak 30 47.6 47.6 Total 63 100.0 100.0
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Sosial Ekonomi * Status Gizi Balita 63 100.0% 0 .0% 63 100.0%
Pengetahuan * Status Gizi Balita 63 100.0% 0 .0% 63 100.0%
Sosial Budaya * Status Gizi Balita 63 100.0% 0 .0% 63 100.0%
66
Sosial Ekonomi * Status Gizi Balita Crosstab
Status Gizi Balita Total
Normal Tidak Normal Normal Sosial Ekonomi Rendah Count 11 26 37
Expected Count 17.0 20.0 37.0 % within Sosial Ekonomi 29.7% 70.3% 100.0% % within Status Gizi Balita 37.9% 76.5% 58.7% % of Total 17.5% 41.3% 58.7%
Tinggi Count 18 8 26 Expected Count 12.0 14.0 26.0 % within Sosial Ekonomi 69.2% 30.8% 100.0% % within Status Gizi Balita 62.1% 23.5% 41.3% % of Total 28.6% 12.7% 41.3%
Total Count 29 34 63 Expected Count 29.0 34.0 63.0 % within Sosial Ekonomi 46.0% 54.0% 100.0% % within Status Gizi Balita 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 46.0% 54.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 9.591(b) 1 .002 .002 .002 Continuity Correction(a) 8.067 1 .005
Likelihood Ratio 9.810 1 .002 .002 .002 Fisher's Exact Test .002 .002 Linear-by-Linear Association 9.439(c) 1 .002 .002 .002 .002
N of Valid Cases 63
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.97. c The standardized statistic is -3.072.
67
Pengetahuan * Status Gizi Balita Crosstab
Status Gizi Balita Total
Normal Tidak Normal Normal Pengetahuan Baik Count 23 5 28
Expected Count 12.9 15.1 28.0 % within Pengetahuan 82.1% 17.9% 100.0% % within Status Gizi Balita 79.3% 14.7% 44.4% % of Total 36.5% 7.9% 44.4%
Kurang Count 6 29 35 Expected Count 16.1 18.9 35.0 % within Pengetahuan 17.1% 82.9% 100.0% % within Status Gizi Balita 20.7% 85.3% 55.6% % of Total 9.5% 46.0% 55.6%
Total Count 29 34 63 Expected Count 29.0 34.0 63.0 % within Pengetahuan 46.0% 54.0% 100.0% % within Status Gizi Balita 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 46.0% 54.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 26.456(b) 1 .000 .000 .000 Continuity Correction(a) 23.904 1 .000
Likelihood Ratio 28.593 1 .000 .000 .000 Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 26.036(c) 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 63
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.89. c The standardized statistic is 5.103.
68
Sosial Budaya * Status Gizi Balita Crosstab
Status Gizi Balita Total
Normal Tidak Normal Normal Sosial Budaya Ya Count 2 31 33
Expected Count 15.2 17.8 33.0 % within Sosial Budaya 6.1% 93.9% 100.0% % within Status Gizi Balita 6.9% 91.2% 52.4% % of Total 3.2% 49.2% 52.4%
Tidak Count 27 3 30 Expected Count 13.8 16.2 30.0 % within Sosial Budaya 90.0% 10.0% 100.0% % within Status Gizi Balita 93.1% 8.8% 47.6% % of Total 42.9% 4.8% 47.6%
Total Count 29 34 63 Expected Count 29.0 34.0 63.0 % within Sosial Budaya 46.0% 54.0% 100.0% % within Status Gizi Balita 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 46.0% 54.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 44.569(b) 1 .000 .000 .000 Continuity Correction(a) 41.254 1 .000
Likelihood Ratio 52.345 1 .000 .000 .000 Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 43.861(c) 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 63
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.81. c The standardized statistic is -6.623.
69
BIODATA
Nama Lengkap : Hartati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / tanggal Lahir : Melaboh /18 Juni 1988
Agama : Islam
Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
Alamat : Darussalam
Nama Orang Tua
a. Ayah : Husen
b. Ibu : Rapasah
Pekerjaan Orang tua
a. Ayah : Swasta
b. Ibu : Ibu Rumah Tangga
c. Alamat : Desa Tanjong, Kecamatan Kawai XVI Kabupaten
Aceh Barat.
Riwayat Pendidikan
a. SD 1 Pungki Melaboh
b. MTsN Perembeu Kec. Kawai XVI Kabupaten Aceh Barat.
c. SMA I Perembeu Kec. Kawai XVI Kabupaten Aceh Barat.
d. D-III STIKes Payung Negeri Aceh Darussalam Melaboh
e. D-IV Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh
Karya Tulis Ilmiah : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status
Gizi Pada Balita Di Puskesmas Perembeu Kecamatan Kawai XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
Tertanda
(Hartati)