Download - 100 ways to support - Research Into Recovery
1
100 waysto support
recovery.Panduan untuk tenaga profesional kesehatan jiwa
oleh Mike Slade
EDISI KEDUA
2
Rethink Mental Illness adalah organisasi sosial yang percaya bahwa
kehidupan yang lebih baik dapat dicapai oleh jutaan orang yang
menderita gangguan jiwa. Selama 40 tahun organisasi ini telah membawa
orang-orang berkumpul dan membantu satu sama lain. Organisasi ini juga
memberikan palayanan dan dukungan kelompok di Inggris yang telah
mengubah hidup banyak orang, serta menolak sikap sebagian orang
terhadap gangguan jiwa.
Daftar isi:
Prakata …………………………………………………………………………………....... 2
Bab satu: Apa yang dimaksud dengan pemulihan personal ……………................... 10
Bab dua: Inti dan pentingnya hubungan………………………………………………….. 15
Bab tiga: Fondasi pelayanan kesehatan jiwa yang berorientasi pada pemulihan....... 22
Bab empat: Pengkajian …………………………………………………………………..... 26
Bab lima: Perencanaan tindakan ………………………………………………………….. 36
Bab enam: Mendukung pengembangan keterampilan manajemen diri ………………. 38
Bab tujuh: Pemulihan melalui krisis ……………………………………………………..... 47
Bab delapan: Mengenali pelayanan kesehatan jiwa yang berfokus pada pemulihan… 51
Bab sembilan: Transformasi sistem pelayanan kesehatan jiwa ………………………... 54
Lampiran satu: Sumber elektronik yang berhubungan dengan mendukung pemulihan 56
Lampiran dua: Daftar referensi …………………………………………………………….. 58
3
4
Prakata dari Hedmark University CollegeHedmark University College telah bertahun-tahun bekerjasama dengan Rumah Sakit Jiwa Aceh dan
Akademi Keperawatan Ibnu Sina kota Sabang. Pedoman ini diterjemahkan dari bahasa Inggris dan
bahasa Norwegia ke bahasa Indonesia untuk mendukung tenaga kesehatan jiwa dan orang-orang lain
yang berhadapan dengan orang yang mengalami tantangan hidup dan gangguan jiwa.
Mike Slade telah memberi izin untuk menerjemahkan pedoman pemulihan ini ke dalam bahasa
Indonesia. Hedmark University College mendanai penerjemahan ini dan Gloria Silvana Tumansery
menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Profesor dan perawat psikiartis Arild Granerud
Agustus 2015
5
Prakata dari organisasi Rethink Mental Illness
Rethink Mental Illness bekerja keras meningkatkan kehidupan orang yang menderita
penyakit jiwa, dan kunci untuk melakukan hal itu adalah dengan memperbaharui cara
pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa. Pedoman ini memberikan 100 cara yang dapat
dipraktekkan oleh tenaga kesehatan jiwa dengan berfokus pada si penderita dan
berorientasi pada pemulihan.
Sejak penerbitan pertama tahun 2009, pedoman ini telah diunduh lebih dari 23.000 kali dari website
Rethink Mental Illness (rethink.org/100ways) dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di
Eropa. Edisi kedua pedoman ini menggunakan fakta-fakta baru sebagai referensi dan mencantumkan
tautan terkini tentang sumber-sumber yang relevan.
Profesor Mike Slade, penulis pedoman ini, adalah psikolog pada yayasan South London and Maudsley
NHS Foundation Trust, dan professor bidang Riset Palayanan Kesehatan pada Institute of Psychiatry,
King’s College London. Tim penelitinya berada di fase terakhir dari lima tahun percobaan penelitian
mereka (selesai tahun 2014), yang mengembangkan dan mengevaluasi intervensi pemulihan terpandu
(sesuai criteria), yang digunakan untuk tim berbasis komunitas kesehatan jiwa dewasa di Inggris.
Beberapa tahun sejak penerbitan edisi pertama pedoman ini, perhatian terhadap pemulihan kesehatan
jiwa telah menjadi lebih matang. Pemulihan telah menjadi aspek yang terintegrasi dari praktek
penyediaan pelayanan kesehatan jiwa sehari-hari. Pengembangan pembuatan kebijakan baru, seperti
personalisasi dan anggran kesehatan pribadi, juga telah diperkenalkan untuk mendukung pelayanan yang
berfokus pada penderita.
Namun demikian, masih banyak yang harus dilakukan. Pada tahun 2012, Schizophrenia Commission
menyampaikan temuan yang mereka peroleh berdasarkan kajian komprehensif dari fakta dan praktek
pelayanan saat ini, dan mereka mengidentifikasi bidang-bidang yang memerlukan perbaikan untuk
memastikan bahwa penderita mendapatkan dukungan dan perawatan yang berdampak pada perubahan
6
nyata dalam kehidupan mereka (schizophreniacommission.org.uk). Edisi kedua yang telah diperbaharui
ini menawarkan cara-cara yang dapat dipraktekan tenaga kesehatan jiwa untuk mendukung pemulihan.
Paul Jenkins, Pimpinan eksekutif,
Rethink Mental IllnessApril 2013
7
Kata Pengantar
Panduan ini ditujukan untuk tenaga kesehatan jiwa, dan bertujuan untuk mendukung
perkembangan pelayanan kesehatan yang berfokus pada pemulihan. Panduan ini
memberikan ide-ide yang berbeda untuk bekerja dengan pengguna layanan*, yang
berorientasi pada pemulihan.
Pedoman ini ditulis bedasarkan keyakinan bahwa:
Pertama, pemulihan adalah sesuatu yang diusahakan dan dialami oleh orang yang menderita penyakit
jiwa. Pemulihan bukanlah sesuatu yang bisa diberikan melalui pelayanan kesehatan. Kontribusi yang
diberikan oleh tenaga kesehatan adalah dengan mendukung penderita dalam proses pemulihan
mereka.
Kedua, proses pemulihan tersebut bersifat individual. Sehingga, cara terbaik untuk mendukung
pemulihan setiap individu akan bervariasi.
Karena tidak adanya cara atau pelayanan yang bisa disebut ideal atau benar, tidaklah mungkin untuk
memberikan petunjuk langkah demi langkah bagi tenaga kesehatan jiwa untuk mendukung pemulihan.
Oleh karena itu, panduan ini lebih tepat dikatakan memberikan peta, dan bukan petunjuk arah
perjalanan.
Inti pedoman ini adalah kerangka konseptual untuk mengidentifikasi jenis dukungan yang dapat
diberikan, yang disebut Kerangka Pemulihan Personal yand dibuat berdasarkan pengalaman orang yang
mengalami penyakit jiwa. Menerjemahkan kerangka pemulihan ini ke dalam praktek pelayan kesehatan
merupakan tujuan dari publikasi panduan ini.
* Istilah pengguna layanan merujuk pada orang yang mengalami gangguan jiwa dan menggunakan pelayanan kesehatan
8
Edisi Kedua
Sejak edisi pertamanya diterbitkan pada tahun 2009, pedoman ini telah diunduh sebanyak
lebih dari 23.000 kali dari situs Rethink Mental Illness (rethink.org/100ways).
Tidak banyak yang berubah sejak tahun 2009 dalam pemahaman kita tentang pemulihan yang diperoleh
dari cerita orang, yaitu bahwa hidup ‘diluar’ penyakit adalah hal yang mungkin ketika usaha aktif
disertai dengan dukungan yang baik ada. Fakta-fakta baru pun muncul dalam literatur akademis
kesehatan jiwa.
Sebagai contoh, Seksi Pemulihan di Institute of Psychiatry telah melakukan beberapa penelitian tentang
pemulihan - lihat researchintorecovery.com untuk informasi lebih lanjut. Penelitian-penelitian ini sudah
termasuk tinjauan sistematis (metode yang paling teliti untuk mensintesis bukti) yang mengidentifikasi
kunci proses pemulihan, yaitu Keterhubungan, Harapan, Jati diri, Arti, dan Pemberdayaan
(Cinnectedness, Hope, Identity, Meaning, Empowerment /Framework CHIME)1, bagaimana melakukan
pengkajian terhadap pemulihan2, mengidentifikasi kekuatan3, dan meningkatkan harapan4.
Saat ini, mengidentifikasi praktek pelayanan kesehatan jiwa terbaik dalam mendukung pemulihan adalah
hal yang mungkin5. Tindakan-tindakan untuk mengidentifikasi dukungan pemulihan yang baik telah
dievaluasi6. Hal ini mengarah ke pengembangan tindakan bebas baru yang disebut INSPIRE
(researchintorecovery.com/inspire).
Intervensi untuk mendukung pemulihan sedang dikembangkan7 dan dievaluasi8, dan inisiatif nasional
untuk mengubah layanan kesehatan jiwa sedang berlangsung di Inggris9. Dalam semua perkembangan
ini, Rethink Jiwa Illness telah menjadi panduan dan patner. Edisi kedua 100 Ways to support recovery
ini telah diperbarui untuk merefleksikan fakta-fakta baru yang muncul.
Mike Slade, penulis
9
10
Bab 1: Apa yang dimaksud dengan pemulihan personal
Kata pemulihan memilliki dua arti.
Pertama, pemulihan klinis, yang muncul dari keahlian tenaga profesional kesehatan jiwa, penyingkiran
gejala, pemulihan fungsi sosial, dan hal-hal lain yang dilakukan agar penderita kembali normal.
Kedua, pemulihan personal, yang muncul dari keahlian orang mengalami penyakit jiwa, dan memiliki
arti yang berbeda dari pemulihan klinis. Definisi pemulihan personal yang paling banyak digunakan
adalah yang disampaikan Anthony (1993)10.
… sebuah proses unik yang sangat personal yang mengubah sikap, nilai, perasaan,
tujuan, keterampilan, dan/atau peran seseorang. Ini adalah proses menjalani hidup
dengan rasa puas, penuh pengharapan, dan dapat berkontribusi, walaupun dalam
keterbatasan yang disebabkan oleh penyakit. Pemulihan melibatkan perkembangan
makna dan tujuan hidup yang baru, yang tumbuh melampaui efek besar dari
penyakit jiwa yang dialami.
Secara umum, kita mengetahui bahwa sebagian besar pelayanan kesehatan jiwa saat ini diselenggarakan
untuk memenuhi tujuan pemulihan klinis. Namun demikian, kebijakan pelayanan kesehatan jiwa di
seluruh dunia semakin menekankan dukungan untuk pemulihan personal. Misalnya, tujuan utama dari
strategi kesehatan jiwa nasional di Inggris pada tahun 2011 adalah "Lebih banyak orang memiliki
masalah kesehatan jiwa akan pulih".11 Bagaimana kita mengubah pelayanan kesehatan jiwa agar
memiliki fokus pada pemulihan personal? Pedoman ini memberikan 100 cara yang berbeda, yang
dimulai dari kerangka kerja konseptual untuk mendukung perubahan yang diharapkan.
11
Kotak 1: Tugas Pemulihan Personal
Tugas pemulihan 1: Mengembangkan jati diri positif
Tindakan pemulihan yang pertama adalah mengembangkan jati diri positif, dan keluar dari jati diri
sebagai orang dengan penyakit jiwa. Elemen-elemen jati diri yang sangat penting bagi seseorang
mungkin tidak terlalu penting bagi orang lain, yang berarti bahwa hanya orang tersebut yang dapat
memutuskan apa saja yang menjadi bagian dari jati diri yang mereka hargai secara personal.
Tugas pemulihan 2: Membingkai penyakit jiwa
Tindakan pemulihan kedua melibatkan pengembangan makna kepuasan personal untuk membingkai
pengalaman, yang dipahami oleh para tenaga profesional sebagai penyakit jiwa. Hal ini melibatkan
pemahaman terhadap pengalaman tersebut sehingga dapat menempatkannya ke dalam sebuah kotak:
dibingkai sebagai bagian dari orang tersebut tetapi bukan keseluruhan dari orang tersebut. Hal seperti ini
mungkin dinyatakan sebagai diagnosis, atau sebagai formula, atau hal ini mungkin saja tidak ada
hubungannya dengan model profesional – krisis spiritual atu krisis jiwa atau krisis budaya.
Tugas pemulihan 3: Mengelola penyakit jiwa sendiri
Membingkai pengalaman dengan penyakit jiwa memberikan sebuah konteks yang menjadikan
pengalaman tersebut menjadi sebuah tantangan dalam hidup, dan memungkinkan penderita mengelola
pengalaman tersebut, sehingga keadaan mereka menjadi lebih baik. Transisi yang terjadi yaitu dari
orang yang ditangani secara medis menjadi orang yang mengambil tanggung jawab secara pribadi
melalui manajemen diri. Hal ini tidak berarti melakukan segala sesuatu sendiri, melainkan bertanggung
jawab untuk kesehatan dan kebaikan diri sendiri, namun tetap meminta bantuan dan dukungan orang
lain bila diperlukan.
Tugas pemulihan 4: Mengembangkan peran sosial
Tindakan pemulihan yang terakhir melibatkan penerimaan peran sosial yang dimiliki di masa lalu, atau
yang telah diubah, atau peran sosial yang baru. Peran-peran sosial ini sering tidak ada hubungannya
dengan penyakit jiwa. Peran sosial memberikan perancah jati diri yang muncul dari orang yang berada
dalam proses pemulihan. Bekerja dengan seseorang dalam konteks sosialnya adalah sesuatu sangat
penting, terutama selama masa krisis, saat dukungan biasanya mereka terima dari teman, keluarga dan
rekan menjadi sesuatu yang sangat ingin mereka tepis.
12
1.1Kerangka Pemulihan Personal
Mendukung pemulihan personal dilakukan dengan berpindah dari fokus pada mengobati penyakit ke
mendorong orang penderita agar memiliki keadaan yang lebih baik. Dukungan ini akan melibatkan
proses tranformasi, yang didalamnya profesionalisme menjadi bagian dari pemahaman yang lebih besar
tentang orang tersebut. Pemahaman ini dapat dipandu oleh Kerangka pemulihan personal yang
didasarkan pada empat domain pemulihan, berdasarkan pengalaman orang-orang yang hidup dengan
penyakit jiwa12:
Harapan, sebagai komponen pemulihan yang sering diutarakan diri sendiri
Jati diri, termasuk citra diri saat ini dan yang akan datang
Makna dalam kehidupan, termasuk tujuan dan cita-cita
Tanggung jawab pribadi, kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri
Gambar 1: Kerangka Pemulihan Personal
LINGKUNGAN SOSIAL
HUBUNGAN YANG MENINGKATKAN
JATI DIRI
JATI DIRI
BagianMengembangkan Mengembangkan ‘penyakit jiwa’
peran jati dirisosial positif Pembingkaian dan
managemen diri
13
Kerangka pemulihan personal (seperti ditunjukkan pada gambar 1) adalah berdasarkan empat tugas
pemulihan yang biasa dilakukan selama proses pemulihan (ditunjukkan pada Kotak 1). Tindakan-
tindakan pemulihan ini bukan merupakan perintah mutlak yang mengikat, melainkan saran-saran umum,
dan berkembang dari diri sendiri ke lingkungan sosial.
Tanda panah pada gamabar diatas menunjukkan bahwa pemulihan melibatkan tindakan meminimalisir
dampak penyakit jiwa (melaui pembingkaian dan pengelolaan diri) dan memaksimalkan kebaikan dan
kesehatan (dengan mengembangkan jati diri positif, hubungan, dan peran sosial).
Pelayanan kesehatan jiwa yang berorientasi pada pemulihan personal dirancang untuk mendukung setiap
orang secara individual untuk melakukan empat tugas pemulihan, dengan didukung oleh penekanan
pada hubungan. Perbedaan utama antara pelayanan yang berorientasi pada pemulihan dan pelayanan
yang dilakukan secara tradisional telah disadari oleh beberapa penulis yang telah mencoba menerapkan
perubahan pelayanan yang pro-pemulihan13-17, dan beberapa poin variasi yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1: Perbedaan antara pelayanan tradisional dan pelayanan yang berorientasi pada
pemulihan
Pendekatan tradisional Pendekatan yang berorientasi pada
pemulihan
Pengaturan nilai dan kekuatan
(terlihat seperti) bebas nilai Berpusat pada nilai
Akuntabilitas profesional Akuntabilitas personal
Berorientasi pada control Berorientasi pada pilihan
Kekuasaan terhadap penderita Membangkitakan kekuatan penderita
Konsep dasar
Ilmiah Humanistik
Pathography Biografi
Psikopatologi Pengalaman yang menyedihkan
Diagnosa Makna yang dimiliki pribadi
14
Perawatan (mengamati) perkembangan dan mendeteksi
Tenaga kesehatan dan pasien Para ahli berdasarkan pelatihan, dan para ahli
oleh karena pengalaman
Dasar Pengetahuan
Uji coba terkontrol secara acak Panduan naratif
Tinjauan sistematis Dicontohkan oleh role model
Dipahami dalam isolasi konteksnya Dalam konteks social
Praktek kerja
Deskripsi Pemahaman
Fokus pada gangguan jiwanya/penyakitnya Fokus pada orangnya
Berbasis penyakit Berbasis kekuatan
Berdasarkan pengurangan efek samping Berdasarkan harapan dan impian
Penderita beradaptasi dengan program yang
telah dibuat
Tenaga kesehatan beradaptasi dengan penderita
Menghargai kepasifan dan kepatuhan Mendorong pemberdayaan
Perawatan para ahli yang dikoordinasi Manajemen diri
Sasaran pelayanan
Anti penyakit Pro-kekesahatan
Dilakukan di bawah control Kontrol diri
Pemenuhan (akan perintah) Pilihan
Kembali normal Perubahan
Karena pemulihan personal adalah sesuatu yang penderita alami, tugas dari tenaga kesehatan adalah
mendukung mereka melalui jalan menuju pemulihan. Bagian selanjutnya dari pedoman ini menjelaskan
bagaimana hubungan poin-poin diatas dengan praktek pelayan kesehatan jiwa.
15
Bab 2: Inti dan pentingnya hubungan
Bagian ini dimulai dengan 100 cara detail yang dapat dilakukan tenaga kesehatan untuk
mendukung pemulihan dan berfokus pada hubungan - dengan sesama penderita, dengan
tenaga kesehatan, dan dengan orang lain.
2.1 Mendukung hubungan dengan sesama penderita
Orang yang mengalami penyakit jiwa bisa secara langsung berkontribusi terhadap pemulihan orang
lain18-20. Keterlibatan sesama penderita dikaitkan dengan pelayanan inovatif yang berorientasi pada
pemulihan secara internasional. Ada tiga jenis dukungan yang dapat diberikan oleh sesama penderita
untuk mendukung pemulihan.
1: Kelompok swadaya mutualisme
Kelompok swadaya mutualisme mengutamakan pengalaman hidup, yang mengarah ke struktur,
berdasarkan asumsi bahwa semua peserta dapat berkontribusi untuk peserta lain.
2: Spesialis pendukung sesama penderita
Spesialis pendukung sesama penderita adalah sebuah sistem kesehatan jiwa dimana pengalaman pribadi
sebagai orang dengan penyakit jiwa adalah syarat untuk bekerja. Adanya peran spesialis pendukung
sesama penderita memberikan empat keuntungan.
1. Untuk para spesialis sendiri, pekerjaan ini adalah pekerjaan dengan banyak manfaat. Pengalaman
hidup mereka sendiri dihargai sebagai pembingkaian kembali penyakit jiwa mereka secara
transformatif. Bahwa mereka dapat berbagi dengan orang lain, merupakan komponen
penyembuhan yang penting. Dalam hal ini, manajemen diri dan keterampilan yang berhubungan
dengan pekerjaan digabungkan.
2. Untuk para tenaga kesehatan, kehadiharan para spesialis ini meningkatkan kesadaran akan nilai-
nilai pribadi. Berinteraksi dengan kolega yang merupakan orang dengan penyakit jiwa
merupakan sebuah tantangan, yang berhubungan dengan stigma perbedaan antara mereka-dan-
kita, dalam pelayanan yang natural dan bukan dipaksakan.
16
3. Bagi para pengguna layanan lain, para spesialis ini menjadi role model pemulihan yang dapat
mereka lihat sehingga menumbuhkan harapan mereka. Mungkin juga jarak sosial mereka dengan
para spesialis ini lebih pendek dibandingkan dengan jarak sosial mereka dengan tenaga
kesehatan yang lain, sehingga mengarah pada kesediaan untuk lebih terlibat dalam pelayanan
kesehatan.
4. Untuk sistem pelayanan kesehatan jiwa, spesialis pendukung sesama penderita dapat menjadi
pembawa kultur. Kebutuhan untuk melatih dan mempertahankan orientasi yang pro-pemulihan
antara pengguna layanan dan mantan pengguna menjadi lebih berkurang, oleh karena
pengalaman hidup mereka sendiri.
3: Program yang dijalankan oleh sesama penderita
Program yang dijalankan oleh sesama penderita bukan hanya sebagai organisasi yang dijalankan oleh
orang-orang dengan mempunyai pengalaman dengan penyakit jiwa. Program ini adalah sebuah
pelayanan yang bertujuan untuk mempromosikan pemulihan personal melaui nilai-nilai yang dipegang
oleh penderita dan praktek kerja mereka. Program ini memiliki nuansa yang sangat berbeda dengan
pelayanan kesehatan jiwa tradisional yaitu dengan secara langusng menyampaikan pesan bahwa
penyakit jiwa adalah sebuah aset. Tujuan utamanya adalah mendukung penderita untuk terlibat kembali
dalam menentukan masa depan mereka sendiri.
17
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat membantu mengembangkan dukungan sesama penderita dengan:
1. Berkolaborasi dengan sektor organisasi sukarela untuk mengembangkan kelompok swadaya
mutualisme, dan secara aktif mempromosikan akses ke penderita
2. Mendistribusikan informasi tertulis bagi pengguna layanan tentang pemulihan21-24
3. Mempekerjakan spesialis pendukung sesama penderita di tempat pelayanan kesehatan, dan
mendukung mereka memberikan kontribusi yang berbeda
4. Mendorong pengembangan program yang dijalankan sesama penderita
5. Mendukung orang untuk berbagi cerita tentang pemulihan mereka, misalnya melalui pelatihan
oleh pencerita profesional, mengembangkan biro pembicara lokal, mendorong pengguna layanan
membagikan cerita mereka di media lokal dan nasional
6. Membiasakan diri dengan sumber elektronik, seperti www.jiwahealthpeers.com,
www.recoveryinnovations.org
2.2 Hubungan dengan tenaga profesional
Dalam pelayanan yang berorientasi pada pemulihan, pengguna layanan adalah pembuat keputusan
utama, sehingga aturan-aturan dapat dikesampingkan. Ini tidak selalu berarti bahwa tenaga kesehatan
melakukan apa yang penderita katakan, tentu saja para tenaga kesehatan tidak dapat melakukan tindakan
yang tidak etis, atau berkolusi dengan pasien untuk merusak peraturan yang ada. Tetapi orientasi
dasarnya adalah berusaha membiarkan penderita yang mempimpin. Ini berarti bahwa perspektif
profesional adalah salah satu cara untuk membantu memahami pengalaman orang tersebut, tetapi bukan
satu-satunya cara.
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan kemitraan ini adalah mutualisme – kita semua
telah pulih dari tantangan, dan pemahaman akan kesamaan ini akan berguna. Tenaga kesehatan yang
membatu pemulihan dipersiapkan untuk bekerja bersama dan menjadi lebih dekat dengan penderita, dan
melihat pekerjaan mereka sebagai penyedia pilihan dan bukan untuk mengatasi masalah penderita. Para
tenaga kesehatan ini mungkin saja tertantang, terpengaruh, dan diubah oleh pengguna layanan.
18
Terkadang tenaga kesehatan perlu mengambil keputusan untuk pengguna layanan. Para penderita
kadang kala kehilangan kemampuan untuk menjaga diri mereka sendiri, dan mereka memerlukan tenaga
kesehatan untuk memberikan bimbingan dan campur tangan, bahkan dengan paksaan jika diperlukan.
Tenaga kesehatan tidak perlu menaruh harapan pada orang yang masih berada diawal perjalan
pemulihan mereka (atau yang secara profesional disebut dalam keadaan sakit akut). Namun demikian,
kadang-kadang orang menginginkan pandangan profesional – tentang diagnosis, prognosis, dan
perawatan. Pengguna layanan yang ingin memahami pengalaman mereka sebagai penyakit jiwa
mempunyai hak untuk mengetahui pendapat tenaga kesehatan tentang apa yang salah dengan diri
mereka dan apa yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya.
Gaya berkomunikasi yang penting untuk digunakan dalam pelayaanan yang berorientasi pada pemulihan
adalah pembinaan. Keuntungan dari pendekatan pembinaan adalah:
1. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa para penderita mampu mengatur hidup mereka. Mereka
diberi tanggung jawab personal.
2. Fokus dari pendekatan ini adalah memfasilitasi proses pemulihan, dan bukan fokus kepada
orangnya. Pembinaan menyangkut bagaimana para penderita dapat hidup dengan penyakit jiwa
mereka, dan hal ini berbeda dengan fokus pelayanan tradisional yaitu fokus pada penyembuhan
penyakit jiwa mereka.
3. Peran sang pembina adalah untuk mengaktifkan kemampuan penderita untuk ‘meluruskan’ diri
mereka sendiri, dan bukan untuk mengatasi masalah. Sehingga penderita menjadi semakin kuat,
dan terciptanya hubungan yang mendukung, dan bukan melemahkan.
4. Upaya yang dilakukan dalam pembinaan tersebut diarahkan untuk mencapi tujuan orang yang
dibina, bukan tujuan si pembina. Keterampilan yang dimiliki pembina adalah sumber daya yang
ditawarkan bagi orang yang dibina. Menggunakan keterampilan tersebut bukan tujuan dari
pembinaan yang dilakukan.
5. Baik Pembina maupun orang yang dibina harus berkontribusi secara aktif dalam hubungan ini.
19
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat mendukung pemulihan dengan:
7. Mengingat bahwa keinginan dan preferensi pengguna layanan sama pentingnya dengan
keinginan dan preferensi tenaga kesehatan sendiri
8. Sebisa mungkin membiarkan prioritas pengguna layanan memimpin dan bukan prioritas tenaga
kesehatan
9. Membuka diri untuk belajar dari dan diubah oleh pengguna layanan
10. Sebisa mungkin menggunakan keterampilan untuk membina
11. Memberikan dan menerima pengawasan dalam hubungan yang terjalin dengan pengguna
layanan, dan menggunakan kompetensi interfensi teknis
Keahlian profesional tetap menjadi pusat, tetapi keahlian tersebut dikerahkan untuk mendukung
manajemen diri. Pergeseran ke arah kemitraan ini bukanlah izin bagi tenaga kesehatan untuk tidak
bekerja keras, atau mudah melepaskan tugasnya, atau memberikan perawatan yang tidak fokus dan tidak
berdasarkan bukti. Keahlian profesional harus diterapkan dengan cara yang berbeda, yang di dalamnya
proses pengkajian, perencanaan tujuan, serta perawatan dan pengobatan secara bersamaan mendukung
pemulihan.
2.3 Mendukung hubungan-hubungan lain
Penderita tidak hanya butuh untuk pulih dari penyakit jiwa mereka, tetapi juga dari konsekuensi
emosional, fisik, intelektual, sosial, dan spiritual yang ditimbulkan penyakit jiwa tersebut. Koneksi
dengan orang lain dan secara aktif terlibat dalam kehidupan adalah sumber kesehatan yang penting.
Banyak orang dalam proses pemulihan merasa bahwa memiliki iman atau kepercayaan tertentu adalah
hal yang penting ketika mereka merasa ditinggalkan oleh orang lain.
20
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat mendorong spiritualitas dan hubungan dengan orang lain dengan:
12. Menanyakan kepada penderita arti dan tujuan hidup mereka. Hal ini mungkin saja diluar lingkup
pengetahuan tenaga kesehatan, tetapi mungkin saja dengan melakukan ini tenaga kesehatan dapat
masuk dalam lingkup kebutuhan si penderita
13. Memelihara pandangan yang positif tetang diri sendiri, dengan menunjukkan kasih sayang dalam
merespon pengguna layanan yang mengalami kemunduran.
14. Mendukung akses ke pengalaman spiritual, seperti kitab suci, doa, mengunjungi tempat ibadah,
dan mengakses sumber-sumber keagamaan secara online
15. Mendukung akses ke pengalaman yang menyenangkan, seperti seni, sastra, puisi, tari, musik,
ilmu pengetahuan, dan alam
16. Mendukung akses ke peluang menemukan diri sendiri, misalnya melalui terapi personal, menulis
buku harian, menulis puis dan lagu, atau menulis narasi tentang diri sendiri
17. Membantu penderita untuk berbagi, misalnya dengan mendorong mereka bekerja sukarela,
memiliki hewan peliharaan, memiliki tanggung jawab terhadap sesuatu atau seseorang
18. Membiasakan diri dengan sumber-sumber elektronik, seperti www.spiritualcrisisnetwork.org.uk,
www.spiritualcompetency.com
19. Mendorong penderita mengembangkan modal sosial mereka, misalnya dengan memiliki
pengalaman sebagai warga negara, aktif secara politik (termasuk menjadi aktivis bagi para
pengguna layanan lainnya)
20. Mendorong penderita terlibat dalam kegiatan budaya, misalnya dengan mengikuti kelompok
budaya tertentu, melaui upacara penyembuhan dan pemurnian dalam budaya tertentu
21. Memberikan waktu bagi penderita untuk berpikir, termasuk menyediakan tempat yang tenang,
dan menganjurkan untuk melakukan perenungan
21
22
Bab 3: Fondasi layanan kesehatan jiwa yang berorientasipada pemulihan
Bekerja dengan metode yang berorientasi pada pemulihan dimulai dengan kesadaran
nilai-nilai. Tema yang konsisten dalam pelayanan kesehatan yang telah mengembangkan
keahlian yang berhubungan dengan pemulihan adalah bahwa nilai-nilai secara eksplisit
diidentifikasi dan digunakan untuk menyampaikan proses pengambilan keputusan sehari-
hari.
Hal ini mengharuskan adanya tiga proses:
Membuat nilai-nilai tersebut menjadi jelas
Menanamkannya dalam praktek sehari-hari
Menyesuaikan praktek pelayan dengan feedback terhadap kenerja yang dilakukan
Tahap pertama adalah membuat nilai-nilai tersebut menjadi jelas, dan dapat diperbincangkan. Ini
melibatkan proses identifikasi dan penyerapan nilai-nilai organisasi ke dalam kehidupan, bukan hanya
berbasis pada metode yang tertulis saja. Apa saja yang menjadi nilai-nilai penuntun sebuah pelayanan
kesehatan jiwa yang berorientasi pemulihan? Nilai-nilai tersebut tidak harus rumit, seperti yang
disampaikan oleh Bill Anthony.
Orang dengan penyakit jiwa parah adalah tetap manusia.
Prinsip ini memberikan orientasi mendasar bagi pelayanan kesehatan jiwa. Orang dengan penyakit jiwa
menginginkan hak, peran, dan tanggungjawab seperti orang normal. Tugas pelayaan kesehatan jiwa
adalah mendukung mereka untuk maju menuju tujuan tersebut.
Prinsip tunggal ini adalah sebuah ikhtisar yang bermanfaat bagi mereka yang dengan mudah terhubung
dengan nilai-nilai pemulihan, tetapi banyak tenaga kesehatan yang merasa bahwa pendekatan yang
diperluas lebih bermanfaat. Kotak 2 menunjukkan nilai-nilai inti.
23
Kotak 2: Nilai-nilai yang dianjurkan untuk pelayanan kesehatan jiwa yang
berorientasi pada pemulihan.
Nilai 1
Tujuan utama pelayanan kesehatan jiwa adalah mendukung pemulihan personal.
Mendukung pemulihan personal adalah tujuan pertama dan utama dari pelayanan kesehatan jiwa.
Nilai 2
Fokus utama tindakan-tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah mengidentifikasi,
mengelaborasi, dan mendukung penderita mencapai tujuan mereka.
Jika seseorang diberi tanggung jawab terhadap hidup mereka sendiri, maka mendukung proses ini berarti
menghindari fokus terhadap beban dan masalah yang mereka hadapi, melainkan fokus pada apa yang
menjadi tujuan hidup mereka.
Nilai 3
Pelayanan kesehatan jiwa bekerja dengan anggapan bahwa setiap oranag, walaupun saat mereka
mengalami krisis, bertanggung jawab terhadap hidup mereka sendiri.
Bukanlah tanggung jawab tenaga kesehatan untuk ‘memperbaiki’ seseorang, atau membawa mereka
pada pemulihan. Tugas utama tenaga kesehatan adalah untuk mendukung orang tersebut
mengembangkan dan menggunakan keterampilan untuk mengurus diri mereka sendiri dalam kehidupan
mereka. Respon naluriah yang perlu diberikan tenaga kesehatan bagi mereka dalam situasi apapun
adalah “Anda bisa melakukannya, kami bisa membatu.”
Anda bisa melakukannya karena adanya keyakinan sungguh-sungguh bahwa Anda memiliki potensi
untuk ‘meluruskan’ diri Anda sendiri dan mempunyai tanggung jawab pribadi, serta dalam
komunitas yang lebih luas
Kami bisa membantu karena disaat yang sama memiliki keyakinan bahwa keahlian profesional
memiliki nilai tinggi bagi banyak orang, terutama ketika Nilai 2 dilaksanakan
Nilai-nilai tersebut menunjukkan perlunya keseimbangan antara bertanggung jawab terhadap seseorang
dan mengambil tanggung jawab secara bersama dengan orang tersebut. Mengambil tanggung jawab
secara bersama dengan orang tersebut berarti secara jelas bernegosiasi dan bekerjasama dalam hubungan
24
kemitraan, berusaha secara berkesinambungan mengurangi tanggung jawab bersama, sebagaimana
fokusnya bergeser secepat mungkin dari melakukan untuk penderita (pada krisis), melakukan bersama
mereka, ke penderita melakukan sendiri untuk diri mereka. Hal ini juga melibatkan kesadaran akan nilai-
nilai yang ada oleh tenaga kesehatan – pengetahuan yang mereka miliki tentang nilai personal dan nilai
profesional.
Tahap kedua adalah menanamkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
praktek sistem pelayanan kesehatan jiwa. Ini merupakan tantangann utama, karena pelatihan tentang
nilai-nilai tersebut tidak dengan mudah berdampak dalam prkatek pelayanan kesehatan.
Tahap ketiga adalah menyesuaikan praktek pelayan dengan feedback terhadap kinerja yang
dilakukan. Tanpa informasi tentang pencapaian yang telah dilakukan, seseorang akan cenderung untuk
berasumsi bahwa semua baik-baik saja (atau, malah berfokus pada berbagai tuntutan yang menekan
dalam pekerjaan).
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat mendukung pemulihan dengan:
22. Belajar tentang pemulihan, dari situs-situs web (lihat lampiran), berbagai narasi tentang
pemulihan26-30, dan menemui orang-orang dalam proses pemulihan
23. Memperjelas nilai-nilai yang ada dalam organisasi
24. Memiliki dan mempublikasikan secara luas nilai-nilai tersebut kepada semua pemangku
kepentingan
25. Dapat bertanggung jawab terhadap nilai-nilai tersebut
26. Menciptakan budaya pemberdayaan, dan bukan kepatuhan diantara tenaga kesehatan, sehingga
setiap pekerja tidak ‘memerlukan izin’ untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
yang telah disepakati
27. Mengumpulkan informasi tentang kinerja yang bertentangan dengan nilai-nilai yang telah
disepakati, dan mengubah perilaku tersebut agar kinerja dapar meningkat
25
28. Perubahan secara organisasi, misalnya secara aktif mempromosikan – secara harafiah, jika
memungkinkan – pembela pemulihan, menggabungkan network yang ada (misalnya Coalition of
Psychiatrists in Recovery – www.wpic.pitt.edu/AACP/CPR), dan belajar dari orang lain
29. Merekrut orang yang mempunyai potensi membantu pemulihan31;32;24, dengan menanyakan
“Menurut Anda, mengapa orang dengan penyakit jiwa ingin bekerja? Pertanyaan ini memberikan
kesempatan untuk orang yang melamar mengemukakan nilai-nilai yang mereka miliki, serta
menilai apakah mereka memiliki pengetahuan dasar, sikap dan keterampilan tentang pemulihan33
26
Bab 4: Pengkajian
Bagaimana pengkajian dapat mendukung pemulihan? Tujuan dari pengkajian yang
dimaksud berbeda dengan tujuan secara tradisional yang dimulai dengan
mengidentifikasi penyakit dan merencanakan pengobatan dan perawatan.
4.1Menggunakan pengkajian untuk mengembangkan dan melihat bahwa makna
personal yang dimiliki benar adanya
Perkembangan makna personal adalah pusat pemulihan. Hanya sedikit orang yang terinspirasi oleh
peran sebagai pasien jiwa. Bagaimana tenaga kesehatan dapat mengkaji seseorang dengan cara yang
tidak menimbulkan makna nagatif dan tetap berada pada jalan menuju pemulihan?
Kerangka pemulihan personal mengidentifikasi perbedaan utama antara orang yang mengalami penyakit
jiwa dan penyakit jiwa itu sendiri, dan akibat yang ditimbulkan dari fokus utama pada orangnya, dan
bukan penyakitnya.
Untuk orang yang mengalami sakit jiwa, penggabungan pengalaman mereka menjadi jati diri mereka
secara keseluruhan merupakan tahap pemulihan yang penting. Hal ini tidak bisa dilakukan terhadap
orang tersebut. Jadi, pengkajian adalah kerjasama dengan orang tersebut untuk membantu mereka
mengembangkan pemahaman mereka sendiri.
Proses ini biasanya dimulai dengan pencarian makna – memahami apa yang telah dan sedang terjadi.
Banyak orang akan berusaha mengurangi kecemasan dengan mengharapkan jawaban dari tenaga
kesehatan profesional. Oleh karena itu, bagian dari pengkajian adalah mengumpulkan informasi yang
cukup sehingga tenaga kesehatan dapat memberikan pandangan profesional mereka. Pandangan
profesional tentang sebuah diagnosa harus disampaikan, akan tetapi harus ada percobaan yang dilakukan
tentang bagaimana pandangan profesional tersebut digunakan dalam proses pengkajian. Pandangan ini
adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pengguna layanan, tapi bukan merupakan jawaban.
27
Mendapatkan diagnosa bisa saja bermanfaat, misalnya dengan mengetahui bahwa orang lain telah
mengalami hal serupa. Akan tetapi, hal ini bisa saja tidak membantu proses pemulihan jika si tenaga
kesehatan atau penguna layanan menganggap diagnosa sebagai sebuah penjelasan (yang sebenarnya
adalah gambaran/deskripsi). Jika penderita menganggap tenaga kesehatan profesional sebagai orang
yang sekarang tahu apa yang terjadi, dan berharap mereka dapat menyembuhkan, hal ini dapat
menghambat pemulihan.
Bagi sebagian besar orang yang menderita sakit jiwa, tidak ada peluru penyembuh ajaib bagi mereka,
meskipun itu yang mungkin mereka harapkan. Kenyataanya adalah pemulihan melibatkan tindakan-
tindakan kecil yang tak terbilang banyaknya. Perspektif profesional harus disampaikan dengan ketulusan
dan bukan sebagai manufer terapi yang digunakan untuk memperlembut kenyataan tentang diagnosa
yang berat.
Hasil dari pencarian seseorang akan makna bisa saja sesuai atau tidak sesuai dengan perspektif
profesional. Itu bukanlah suatu masalah! Tujuan dari proses pemulihan bukanlah untuk menjadikan
seseorang normal. Tapi untuk merangkul mereka dengan panggilan kemanusiaan untuk menjadi manusia
yang lebih utuh34.
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan bisa mendukung pengembangan makna personal dengan:
30. Membaurkan penelitian ke dalam makna kehidupan35 dalam pekerjaan mereka
31. Menggunakan pertanyaan yang merefleksikan dan menguji apakah makna/pengertian personal
yang dimiliki seseorang benar. Misalnya, menanggapi pernyataan “Saya menderita skizofrenia”
dengan “Saya ingin tahu apakah itu menurut Anda sendiri atau orang lain yang mengatakan
tentang Anda?”
32. Berinteraksi dengan orang yang mengalami gangguan jiwa di luar konteks medis. Contoh yang
konkrit adalah menenui seorang pendengar suara yang menerima ‘suara-suara’ tersebut sebagai
sesuatu yang nyata misalnya melalui Hearing Voices Network atau Intervoice
28
(www.intervoiceonline.org), atau dengan mengadakan seminar psikosis36, atau menemui rekan
kerja yang mempunyai pengalaman sebagai pengguna layanan
33. Memahami bahwa hubungan antara si pendengar suara dan suara mereka, adalah hubungan
sosial37, dan isu-isu mengenai menjadi korban, kekuasaan, ketakutan, dan pemberdayaan adalah
topik kajian yang sesuai.
4.2 Menggunakan pengkajian untuk menguatkan sumber daya dan kekuatan
seseorang
Jika kita melihat lebih dekat, tidak ada orang yang normal. Jika kita hanya menanyakan tentang
kelemahan seseorang, kita akan memperoleh gambaran yang bias tentang orang tersebut. Orang tesebut
akan tampil sebagai orang yang hanya memiliki sedikit kelebihan dan sedikit sumber daya sebagai
seorang pribadi dan sebagai anggota kelompok sosial. Bagaimana pengkajian dapat menguatkan
kekuatan seseorang dan pada saat yang bersamaan mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi orang
tersebut?
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan mengembangkan dialog terstruktur, yang
setara dengan pemeriksaan kondisi jiwa. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelebihan seseorang, nilai-nilai yang mereka pegang, strategi mengatasi masalah yang mereka miliki,
impian, tujuan dan aspirasi mereka. Akan terlihat seperti apakah hal ini? Kotak 3 menunjukkan
pengkajian kesehatan jiwa, dengan unsur-unsur yang ekuivalen dari wawancara anamnesis standar, yang
ditunjukkan dalam tanda kurung.
29
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat mendukung pengembangan jati diri positif dengan:
34. Mengkaji kemampuan dan ketidakmampuan seseorang, dengan mengkaji kekuatan dan
kelebihan orang tersebut, atau dapat dengan menggunakan pertanyaan di Kotak 3, atau dengan
menggunakan Strength Model38, atau dengan Values in Action Inventory of Strengths (kuesioner
online dapat dilihat pada www.viastrengths.org)39, atau pertanyaan-pertanyaan seputar
kesehatan jiwa pada Rethink Mental Illness Physical health check
(www.rethink.org/physicalhealthcheck)
4.3 Menggunakan pengkajian untuk mendorong tanggung jawab personal
Tujuan pengkajian adalah untuk menciptakan hubungan kemitraan yang mendorong penderita agar
berupaya untuk pulih. Tantangan bagi tenaga kesehatan adalah untuk tidak ikut berdiri di jalan
seseorang menuju pemulihan. Ini dilakukan dengan menghindari hubungan yang menyebabkan
ketergantungan dan pengkajian yang berfokus pada kelemahan, serta mengembalikan tanggung jawab
kepada orang tersebut. Perbedaan apa yang ditimbulkan orientasi ini dalam praktek pelayanan
kesehatan?
Salah satu contohnya adalah dalam perencanaan sasaran. Banyak penderita mengalami kesulitan dalam
menentukan kegiatan yang memiliki sasaran. Tenaga kesehatan dapat membantu dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang berpusat pada diri orang tersebut.
Disaat seperti apa Anda merasakan benar-benar hidup?
Kapan terakhir kali Anda bersenang-senang?
Hal apa yang akan membawa perubahan dalam hidup Anda?
Apa mimpi-mimpi Anda?
Apa yang dapat membuat hidup Anda lebih baik?
Apa yang dapat membuat hidup Anda lebih berarti?
Apa yang dapat membuat hidup Anda lebih menyenangkan?
30
Tantangan yang kemudian timbul adalah untuk tidak mengambil tanggung jawab. Hal ini dapat
dilakukan dengan membantu penderita memutuskan apakah sasaran mereka realistis, atau
mengidentifikasi langkah-langkah yang harus mereka lakukan untuk mencapai sasaran mereka.
Mengambil tanggung jawab terhadap pemulihan pasien adalah kecenderungn profesional tenaga
kesehatan. Hal ini dapat dicegah dengan menggunakan keterampilan untuk membina dan menciptakan
hubungan sebagai mitra: “Apa yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran ini?” , “Apa yang akan
terjadi jika Anda tidak mengindahkan peraturan yang mengatakan bahwa Anda tidak diperbolehkan
melakukan suatu hal?” Tenaga kesehatan memerlukan keahlian untuk melakukan hal ini.
Kotak 3: Pengkajian kesehatan jiwa
Kekuatan dan sumberdaya yang dimiliki saat ini (riwayat penyakit)
Apa yag membuat Anda bertahan? Hal ini bisa menyangkut spiritualitas, peran sosial, jati diri
kultural/politik, citra diri, keterampilan, ketangguhan, ketahanan, humor, kekuatan sosial, dukungan dari
orang lain, dan kemampuan untuk mengekspresikan emosi dengan baik.
Tujuan personal (kajian resiko)
Anda ingin hidup Anda berubah seperti apa? Apa mimpi-mimpi Anda saat ini? Apakah mimpi-mimpi
Anda berubah dari sebelumnya?
Riwayat cara mengatasi masalah (riwayat psikiatris)
Bagaimana Anda telah melalui masa sulit dalam kehidupan Anda? Dukungan seperti apa yang Anda
rasa bermanfaat? Apa yang Anda harapakan terjadi pada saat itu?
Sumber daya yang diturunkan (latar belakang genetik)
Apa ada riwayat seseorang dengan pencapaian yang tinggi di keluarga Anda? Apa ada yang menjadi
artis, penulis, atlet, atau akademisi?
31
Lingkungan keluarga
Dalam masa pertumbuhan Anda, apakah ada seseorang yang benar-benar Anda kagumi? Pelajaran
penting apa yang Anda perolah pada masa kanak-kanak?
Belajar dari masa lalu (dari kejadian yang tidak diinginkan)
Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari pengalam-pengalaman yang tidak Anda inginkan? Apakah ada
hal-hal positif yang telah mengubah Anda tumbuh menjadi sebagi suatu pribadi? Berhubungan dengan
rasa syukur, altruisme, empati, kasih sayang, penerimaan diri, kemampuan diri, dan makna.
Riwayat perkembangan
Seperti apakah hidup Anda ketika Anda tumbuh? Apa yang Anda senangi pada saat itu? Apa kenangan
terindah Anda? Keterampilan atau kemampuan apa yang Anda sadari bahwa Anda memilikinya pada
saat itu?
Peran sosial (riwayat kinerja)
Apa yang dikatakan orang yang benar-benar mengenal dan menyukai Anda tentang Anda? Apa yang
Anda ingin mereka katakan? Apakah/bagaimana Anda berguna atau bernilai bagi orang lain?
Dukungan sosial (riwayat hubungan)
Kepada siapa Anda bersandar ketika Anda dalam masalah? Siapa yang bersandar pada Anda?
Bakat (riwayat forensik, narkoba dan alkohol)
Apa yang spesial dari diri Anda? Pernahkah Anda mendapat pujian dari seseorang? Apa yang telah
Anda lakukan atau perilaku Anda yang bagaimana yang membuat Anda benar-benar bangga pada diri
Anda?
Jati diri yang positif juga dapat diperoleh dari hidup sehat, makanan sehat, dan kebugaran jasmani atau
hal lain yang membuat seseorang merasa baik tentang dirinya.
32
4.4 Menggunakan pengkajian untuk mendukung jati diri positif
Tenaga kesehatan mengerti bahwa mengalami sakit jiwa hampir pasti mengubah seseorang. Perubahan
jati diri selama masa pemulihan adalah sebuah proses personal sebagaimana proses-proses pemulihan
lainnya. Perubahan jati diri dapat dibagi menjadi dua jenis: mendefifnikan ulang elemen jati diri yang
ada (mendefinisi ulang jati diri), dan mengembangkan elemen-elemen yang baru (pertumbuhan jati diri).
Tenaga kesehatan yang berorientasi pada pemulihan tahu bahwa perubahan jati diri ini terjadi secepat
mungkin: fokus semata-mata pada penyembuhan penyakit jiwa dilakukan dengan cara mendukung
penderita menjalani hidup yang baik saat ini.
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat mendukung pengembangkan jati diri positif dengan:
35. Berusaha melihat pada si penderita/orangnya, walaupun ketika penyakit mereka lebih menonjol,
misalnya dengan menggunakan lini waktu untuk membantu menempatkan orang tersebut
sebagaimana mereka adanya sekarang ke konteks kehidupan mereka yang lebih luas,
meningkatkan keterlibatan dengan orang tersebut ketika orang tersebut berada dalam keadaan
baik sehingga tenaga kesehatan dapat tetap memilki gambaran yang baik tentang orang tersebut
walaupun ia berada dalam masa krisis sehingga memerlukan orang untuk merawatnya
36. Belajar dari pendekatan yang tidak berhubungan dengan kesehatan jiwa untuk memperkuat jati
diri positif (misalnya dari www.bluesalmon.org.uk)
37. Bekerjasama untuk menemukan penjelasan yang berguna bagi pengguna layanan
38. Memfokuskan diskusi pada penderita dan bukan pada penyakitnya: termasuk keadaan baik dan
kapabilitas, dan hal yang mereka sukai, sebagaimana diskusi tentang gejala penyakit dan
ketidakmampuan mereka
33
4.5 Menggunakan pengkajian untuk menumbuhkan harapan
Melihat perubahan jati diri diri sendiri bisa menjadi sesuatu yang menakutkan. Memiliki harapan bahwa
pemulihan adalah sesuatu yang mungkin dicapai, merupakan hal yang penting. Bagaimana harapan ini
dapat didukung, ketika kita tidak tahu apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang? Nilai-nilai, sikap
dan perilaku tenaga kesehatan dapat diidentifikasi guna membantu menumbuhkan harapan si penderita.
Strategi untuk menumbuhkan harapan ditunjukkan di Tabel 2.
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat membantu menumbuhkan harapan dengan:
39. Menggunakan strategi yang terdapat pada Tabel 2
40. Menggunakan setiap pertemuan dengan pengguna layanan untuk membantu mereka mengenal
diri mereka sendiri
41. Menyampaikan batas-batas pengetahun profesional dengan rendah hati dan hati-hati
42. Berbicara tentang pemulihan
Tabel 2: Strategi untuk menumbuhkan harapan
Menggunakan
sumber daya
interpersonal
Mengaktifkan
sumber daya
internal
Mengakses sumber
daya eksternal
Nilai-nilai yang
dimiliki tenaga
kesehatan
Menghargai penderita
sebagai manusia yang
unik
Kegagalan adalah
tanda positif bahwa
seseorang telah
melakukan sesuatu,
dan hal ini menambah
pengatahuan mereka
Berupaya untuk
mendukung penderita
mempertahankan
hubungan-hubungan
yang mereka miliki
dan mempertahankan
34
peran sosial mereka
Mempercayai
kebenaran dari apa
yang penderita
katakana
Manusia memiliki
keterbatasan –
tantangannya adalah
untuk mengatasi atau
menerima
keterbatasan tersebut
Mencari orang-orang
yang dapat menjadi
‘penonton’ yang
melihat keunikan,
kelebihan, dan upaya
terbaik yang
dilakukan penderita
Sikap tenaga
kesehatan
Percaya akan potensi
dan
kekuatan/kelebihan
penderita
Turut berduka atas
kehilangan yang
mereka alami
Tempat tinggal,
pekerjaan, dan
pendidikan
merupakan kunci
sumber daya eksternal
Menerima penderita
sebagaimana mereka
adanya
Penderita perlu
menemukan makna
dalam penyakit jiwa
mereka, dan lebih
penting lagi makna
dalam hidup mereka
Mempekerjakan
pengguna layanan
yang telah pulih dan
mantan pengguna
layanan sebagai role
model
Memandang
kemunduran dan
kambuh yang
dialamai sebagai
bagian dari pemulihan
Perilaku tenaga
kesehatan
Mendengarkan tanpa
menghakimi
Mendukung penderita
untuk menetapkan dan
meraih tujuan
personal mereka
Memfasilitasi mereka
untuk berhubungan
dengan role model
yang merupakan
35
sesama penderita dan
kelompok swadaya
mutualisme
Mentolerir
ketidakpastian masa
depan penderita
Mendukung penderita
mengembangkan
kemampuan untuk
mengatasi masalah
Hadir dalam masa
krisis mereka
Menunjukkan
kepedulian yang tulus
akan kebaikan dan
kesehatan penderita
Membantu penderita
mengingat
pencapaian-
pencapaian dan
pengalaman-pengalam
positif di masa lalu
mereka
Membantu mereka
mendapat akses
perawatan dan
informasi secara
lengkap
Bergurau dengan tepat Mendukung dan
mendorong secara
aktif pencarian
spiritual mereka
Memdukung
hubungan yang
tertutup
36
Bab 5: Perencanaan tindakan
Dalam perawatan kesehatan jiwa yang berfokus pada pemulihan, pengkajian mengarah
ke identifikasi dua jenis tujuan. Tujuan-tujuan tersebut diuraikan di bawah ini.
Tujuan pemulihan merupakan mimpi dan aspirasi perorangan. Tujuan tersebut dipengaruhi oleh
kepribadian dan nilai-nilai yang seseorang pegang. Tujuan tersebut seringkali istimewa. Tujuan tersebut
menyangkut masa depan, walaupun tetap melibatkan masa lalu. Tujuan tersebut dibuat berdasarkan apa
yang orang tersebut inginkan, dan bukan apa yang mereka ingin hindari. Tujuan pemulihan dibuat
berdasarkan kekuatan dan berorientasi pada penguatan jati diri positif dan pengembangan peran sosial.
Hal ini dapat menjadi tantangan bagi tenaga kesehatan, baik karena tujuan tersebut terlihat tidak
realistis, tidak tepat, atau mendukung tujuan tersebut adalah di luar peran mereka. Hal ini kadang
menuntut upaya dari tenaga kesehatan tersebut, atau hal-hal tersebut bisa saja tidak ada hubungannya
dengan pelayanan kesehatan jiwa. Tujuan ini mengharuskan pengguna layanan memiliki tanggung
jawab personal dan berupaya untuk mencapainya. Tujuan pemulihan ditetapkan oleh pengguna layanan,
dan merupakan impian mereka dengan tenggat waktu tertentu.
Tujuan perawatan ditetapkan berdasarkan persyaratan sosial dan kewajiban profesional yang
dibebankan kepada pelayanan kesehatan jiwa, untuk membatasi dan mengendalikan perilaku dan
meningkatkan kesehatan penderita. Tujuannya adalah meminimalkan dampak penyakit
dan menghindari terjadinya hal-hal buruk, seperti kambuh, rawat inap, risiko berbahaya, dll. Tujuan ini
diterapkan melaui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penderita. Tujuan
perawatan dan tindakan yang terkait dengan tujuan tersebut menjadi dasar yang penting dan diperlukan
dalam praktek pelayanan yang dilakukan.
Tujuan pemulihan dan tujuan perawatan adalah dua hal yang berbeda. Tujuan pemulihan adalah sama
halnya dengan tujuan yang ingin dicapai oleh orang yang tidak mengalami penyakit jiwa.
Mengidentifikasi tujuan pemulihan harus menjadi fokus yang jelas dalam proses pengkajian.
37
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat membantu penderita mengidentifikasi tujuan pemulihan mereka dengan:
43. Menggunakan perencanaan yang berpusat pada penderita43;44
44. Mendukung penggunaan buku perkembangan penderita45;46. Wellness Recovery Action Planning
(WRAP)47 adalah pendekatan yang paling banyak digunakan secara internasional
(www.jiwahealthrecovery.com)
45. Mengisi WRAP perorangan – mengidentifikasi bidang dimana tenaga kesehatan belajar
membantu pemulihan melaui pengalaman mereka dan mengurangi stigma tentang perbedaan
38
Bab 6: Mendukung perkembangan keterampilan managemen
diri
Tenaga kesehatan mendukung pemulihan dengan menawarkan perawatan dan intervensi
yang memperkuat keterampilan manajemen diri penderita. Menyediakan perawatan
efektif secara tanggap merupakan dukungan vital bagi pemulihan, tetapi hal tersebut
bukanlah tujuan utama perawatan kesehatan jiwa. Pelayanan yang berorientasi pada
pemulihan mendukung orang untuk menggunakan obat-obatan, serta perawatan dan
pelayan lain sebagai sumber dari pemulihan mereka sendiri.
Tenaga kesehatan dikatakan telah mendukung pemulihan ketika penderita merasakan bahwa perawatan
yang dilakukan berpusat pada penderita, meningkatkan dukungan yang wajar, didasarkan pada
kekuatan/kelebihan penderita, dan fokus pada komunitas. Tantangannya adalah untuk bekerja dengan
penderita, dalam arti ada bagi mereka dan memberikan pelayanan ketika diperlukan – tidak
menempatkan diri diatas penderita dan memberikan pelayanan dari atas.
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat mendukung manajemen diri dengan:
46. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan penuh hormat – membagikan cerita tentang
pemulihan, menyediakan buah segar dan minuman
47. Menghadiri pertemuan fisrt personal contact, atau orang pertama yang dihubungi dalam keadaan
darurat. Contohnya club-houses di Inggris menyewa orang untuk menyambut anggota baru, dan
The Living Room yang memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien
(www.recoveryinnovations.org), mempekerjakan orang dengan pengalaman sebagai pengguna
layanan, sebagai first personal contact. Sehingga orang yang menajadi first contact bagi
39
seseorang dalam masa krisis dapat bersama dengan penderita penyakit jiwa yang sedang dalam
proses pemulihan.
6.1Mendukung perkembangan otonomi diri
Salah satu syarat penting agar mampu melakukan manajemen diri adalah memilki otonomi terhadap diri
sendiri: yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat berdampak bagi dirinya sendiri. Hal ini dapat menjadi
proses yang sulit karena penyakit jiwa sering menghilangkan rasa percaya terhadap diri sendiri.
Meminta seseorang untuk bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri sebelum orang tersebut
memiliki kemampuan untuk melakukannya tidak akan ada gunanya. Ini bukan berarti kita melemahkan
harapan - manusia tumbuh ketika menghadapi tantangan. Maksudnya disini adalah memberikan
dukungan sesuai dengan tingkat pemulihan penderita.
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat membantu perkembangan otomoni diri penderita dengan:
48. Memberi contoh pengalaman pribadi dimana rencana dalam hidup terkadang perlu diubah. Hal
ini dilakukan untk meningkatkan kesadaran bahwa otonomi diri dapat menjadi hal yang sulit
untuk dilakukan
49. Mendukung penderita dalam upaya mereka mencapai tujuan mereka
50. Menyiapkan penderita untuk mengalami keberhasilan
51. Mendorong mereka untuk berbagi dengan sesama
52. Memberi akses bagi mereka untuk bersenang-senang
53. Memperkuat keberhasilan personal dan membantu mengintegrasikan pengalaman positif ke jati
diri mereka
40
6.2Mendukung pemberdayaan
Pemberdayaan muncul dari adanya keayakinan bahwa seseorang memiliki otonomi dalam hidupnya dan
adanya perilaku yang berdampak positif bagi hidup orang tersebut. Pendekatan tradisional memandang
penderita sebagai masalah itu sendiri. Perubahan mendasar pada perspektif yang berorientasi pada
pemulihan adalah dengan melihat penderita sebagai bagian dari solusi. Pendekatan yang berorientasi
pada pemulihan berasumsi bahwa penderita memilki kemampuan unutk bertanggung jawab atas hidup
mereka. Pertanyaannya kemudian bergeser dari bagaimana tenaga kesehatan dapat menghentikan
perilaku buruk mereka, menjadi bagaimana membantu penderita sampai dititik dimana mereka ingin
berhenti melakukan perilaku tersebut.
Prinsip WIIFM (What’s In It For Me) memotivasi perilaku banyak orang. Tantangannya adalah
mengidentifikasi apa tujuan pemulihan yang bernilai secara personal bagi orang tersebut yang tidak
dapat dicapai oleh karena perilaku mereka. Jika hal ini tidak mungkin, maka perilaku tersebut (seperti
menjauh dari pelayanan yang tidak menargetkan tujuan personal mereka) mungkin saja merupakan
sesuatu yang masuk akal dan tidak ada hubungannya dengan penyakit.
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat membantu pengembangan pemberdayaan dengan:
54. Mempersiapkan prosedur keluhan dan mengerjakannya
55. Menawarkan penderita untuk mengganti tenaga kesehatan yang merawatnya
56. Memberikan akses untuk mendapatkan sumber-sumber mengenai managemen diri (contohnya
www.glasgowsteps.com)
57. Membantu perkembangan orang yang dalam proses pemulihan, dan menjadikan mereka contoh
bagi oenderita lain mengenai pemberdayaan dan pengalaman tentang manajemen diri
41
58. Menganjurkan tenaga kesehatan untuk memberikan nilai positif untuk pengalaman dengan
penyakit jiwa48
59. Mendukung evaluasi terhadap perawatan dan pelayanan, yang dipimpin oleh penderita
60. Memberikan pelatihan ketegasan (misalnya dengan mengajarkan metode DESC (describe,
express, specify, and consequences49), dan kemudian memperkuat perilaku pemberdayaan
61. Membenarkan upaya melakukan manajemen diri diluar metode kesehatan jiwa, seperti melalui
dukungan spiritual dan upacara budaya
62. Melatih melakukan pembinaan pemberdayaan dengan memberikan “topi pemulihan” pada salah
seorang dalam setiap pertemuan tim. Peran orang yang mendapat topi tersebut adalah menjadi
‘advokat’ bagi pengguna layanan, dan memberikan masukan yang berfokus pada bagaimana
pelayanan kesehatan dapat mendukung pemulihan
63. Memandang resistensi terhadap perubahan sebagai hal yang wajar, dapat dimengerti dan normal,
karena pemulihan yang terjadi secara bertahap
6.3Mendukung mengembangkan motivasi
Pendekatan melalui wawancara untuk mengembangkan motivasi dilakukan untuk menunjukkan
bagaimana seseorang dapat mulai bergerak untuk mencapai tujuan pemulihan50. Wawancara yang
motivasi adalah pendekatan yang berpusat pada orangnya/penderita untuk membantu perubahan perilaku
dengan menyelidiki dan menghilangkan ambivalensi, dan berorientasi pada kolaborasi, kebangkitan dan
otonomi diri.
42
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan bisa meningkatkan motivasi penderita dengan:
64. Menggunakan pertanyaan/pernyataan reflektif untuk memastikan bahwa apa yang didengar
sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh penderita: “Kedengarannya Anda…”, “Anda
merasa…”, “Jadi Anda…”
65. Fokus pada mengapa orang tersebut ingin berubah, bukan bagaimana mereka akan berubah
66. Fokus pada motivasi yang mendukung perubahan: “Pikirkan tentang tujuan pemulihan Anda.
Nilai kesiapan untuk merubah perilaku untuk mencapai tujuan tersebut, dari skala 1 (belum siap)
ke skala 10 (benar-benar siap). Apa yang membuat nilai kesiapan Anda lebih dari 1?”
67. Menggunakan ekspresi yang melemahkan orang tersebut, yang kenyataannya orang tersebut
tidak selemah itu. Misalnya dengan mengatakan “Jadi tindakan Anda melukai diri Anda sama
sekali tidak menjadi masalah bagi Anda?
68. Menggunakkan pernyataan yang berlebihan, “Jadi sebenarnya tidak ada kesempatan untuk Anda
mencapai tujuan Anda?”
69. Mempertanyakan sesuatu untuk meningkatkan motivasi - “Apa yang membuat Anda berpikir
bahwa Anda bisa melakukannya?”, “Jika Anda berhasil, apa yang akan berubah?”, “seperti
apakah Anda sebelum masalah ini muncul?”, “Kemungkinan terburuk apa yang akan terjadi jika
Anda tidak berubah?”
70. Mengevaluasi nilai-nilai yang dimiliki penderita – “Apa hal terpenting dalam hidup Anda?” -
dan memperhatikan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka sebutkan
71. Memberi pujian bagi mereka yang berhasil, sehingga mereka lebih termotivasi dan ingin
mempertahankan kesusksesan
43
6.4 Kontribusi pengobatan terhadap pemulihan
Dalam pelayanan kesehatan jiwa yang berorientasi pada pemulihan, berbagai macam obat-obatan
psikotropika tersedia. Namun, tugas pelayanan kesehatan jiwa bukanlah agar obat-obatan tersebut
digunakan, apapun ceritanya. Tugas yang utama tentu saja untuk mendukung pemulihan secara personal.
Dalam proses ini, mungkin saja penderita memerlukan obat-obatan dalam titik tertentu kehidupan
mereka, tapi mungkin juga dapat dilakukan tanpa obat. Jadi, obat-obatan – dengan keseimbangan
dampak positif dan negatifnya – merupakan salah satu dari banyak hal yang mendukung pemulihan.
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat mendukung penggunaan obat-obatan sebagai alat pemulihan dengan:
72. Menekankan pentingnya bagi penderita untuk memiliki tanggung jawab atas kebaikan mereka
sendiri
73. Melihat obat-obatan sebagai “pelindung terhadap kambuhnya penyakit, yang dapat dirubah”51,di
mana pendekatan farmakologis dan psikososial menopang penderita agar tidak kambuh.
Berfokus pada memperkuat ketahanan mereka (yang benar-benar penting) dan bukan
penggunaan obat (yang mungkin saja penting, atau mungkin saja tidak). Lihat
www.resilnet.uiuc.edu untuk informasi lebih lanjut tentang ketahanan
74. Menggunakan keahlian tentang obat-obatan untuk membantu penderita memilih yang terbaik
untuk mereka
75. Mengontrol penggunaan obat-obatan oleh penderita, mengingat penggunaan obat 100% sesuai
resep, menimbulakan pertanyaan apakah penderita benar-benar bisa menentukan pilihan
76. Memastikan obat-obatan yang diresepkan benar-benar tersedia bagi siapa saja yang memerlukan
77. Mendukung orang yang tidak yakin untuk mengkonsumsi obat-obatan dengan menggunakan
pertanyaan yang memperjelas, dan memfokuskan pembicaraan dengan pasien tentang peran
44
obat-obatan untuk mencapai tujuan pemulihan, memberikan informasi yang tidak bias (termasuk
efek sampingnya), dan medukung penderita merencanakan dan melakukan percobaan
78. Belajar dari pendekatan inovatif untuk mendukung pengambilan keputusan dalam penggunaan
obat-obatan umum (misalnya dari
www.dhmc.org/shared_decision_making.cfm,http://decisionaid.ohri.ca/index.
html) dan obat-obatan untuk kesehatan jiwa misalnya dari CommonGround (patdeegan.com)
79. Mendukung orang yang ingin berhenti mengkonsumsi obat, misalnya dengan menjelaskan
keuntungan dan kerugiannya, mengidentifikasi alternative-alternatif lain (misalnya tetap
menggunakan obat dalam jangka waktu tertentu dan kemudian meninjau kembali,
mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dini, dan mengikuti, mempelajari apa yang harus
dilakukan jika mengalami krisis, melakukan penghentian secara bertahap, dan lain-lain),
mencoba membuktikan bahwa keputusan mereka benar walaupun berbeda dengan pandangan
penulis resep, dan mengidentifikasi cara–cara lain yang dapat dilakukan untuk mendukung
pemulihan diluar penggunaan obat
80. Membiasakan diri dengan sumber-sumber tentang obat-obatan52-56 dan situs web (seperti
www.comingoff.com) yang tersedia bagi orang yang ingin berhenti menggunakan obat psikiatri
6.5 Kontribusi tindakan yang mengandung resiko terhadap pemulihan
Pergeseran pandangan bahwa penderita bertanggung jawab dan memiliki control atas hidup mereka
sendiri adalah sebuah tindakan yang mengandung resiko. Realitas politik dan profesional
mempengaruhi sistem pelayan kesehatan jiwa dalam hal pengambilan resiko. Ini adalah hal yang
penting, karena untuk dapat tumbuh, berkembang dan berubah, seseorang harus berani mengambil
resiko. Mengambil resiko adalah bagian yang penting dalam kehidupan manusia. Resiko dapat berarti
sesuatu yang penting dan perlu dilakukan, dapat pula berarti sesuatu yang perlu dihindari.
Menggabungakn kedua pengertian ini tidaklah bermanfaat. Dalam pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada pemulihan, kedua pengertian tersebut harus dipisahkan.
45
Risiko berbahaya berkaitan dengan perilaku yang ilegal atau dapat pula berupa sesuatu yang tidak ada
sanksi sosialnya, misalnya tindakan membunuh dan bunuh diri, perilaku anti-sosial dan perilaku
kriminal, tidak bertanggung jawab atas diri sendiri, pola perilaku yang membahayakan diri sendiri dan
kambuhnya penyakit jiwa. Risiko berbahaya harus dihindari, dan tujuan pengobatan harus berfokus pada
pengurangan risiko berbahaya. Penghindaran risiko berbahaya juga dapat menjadi bagian dari tujuan
pemulihan, dan penghindaran ini dilakuakn dengan alasan: "Kerja sukarela saya adalah sesuatu yang
besar artinya bagi saya, sehingga saya tidak ingin mempertaruhkan pekerjaan ini dengan melakukan
sesuatu yang berbahaya saat saya dalam keadaan tidak sehat”.
Tindakan mengambil resiko yang positif berkaitan dengan perilaku yang dilakukan seseorang untuk
menghadapi tantangan yang mengarah ke pertumbuhan dan pengembangan pribadi orang tersebut.
Misalnya dengan mengembangkan minat baru, mencoba melakukan sesuatu yang tidak yakin dapat
dicapai, memutuskan untuk bertindak secara berbeda dalam suatu hubungan, dan mengambil peran-
peran baru. Hampir selalu ada keuntungan dari hal-hal tersebut - bahkan jika hal tersebut tidak berjalan
sebaik yang diharapkan, setidaknya ketahanan orang tersebut berkembang karena ia telah mencoba,
walauppun gagal. Tidakan mengambil resiko yang positif, atau tindakan mengambil resiko karena
adanya suatu alasan, diperlukan untuk memenuhi tujuan pemulihan.
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat mendukung pemulihan dalam kaitannya dengan tindakan yang beresiko dengan:
81. Menyadari bahwa fokus pada penghindaran terhadap risiko berbahaya dapat menghambat
perkembangan keterampilan penderita untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri
82. Menyadari bahwa pelayanan kesehatan harus mengutamakan tujuan pemulihan dan bukan tujuan
perawatan
83. Memastikan sistem yang telah diaudit dan didukung secara organisasi dapat diakses dan
dikembangkan, dan adanya dokumen tentang tindakan-tindakan yang berhubungan dengan
pengambilan resiko positif dalam tujuan pemulihan.
46
84. Fokus pada tindakan mengambil resiko yang positif dan bukan penghindaran akan resiko
berbahaya, karena hal ini dapat mengembangkan keterampilan manajemen diri terkait
pengambilan resiko
85. Mengidentifikasi tindakan yang mengurangi risiko berbahaya sebisa mungkin secara kolaboratif
dengan penggunaan layanan
47
Bab 7: Pemulihan melalui krisis
Perawatan wajib selama krisis terkadang diperlukan dalam pelayanan kesehatan jiwa
yang berorientasi pada pemulihan. Untuk seseorang yang berisiko membahayakan dirinya
sendiri atau orang lain, campur tangan tenaga kesehatan diperlukan. Fokus pada
pemulihan personal bukan berarti tenaga kesehatan membiarkan tragedi terjadi karena
penderita tidak meminta atau menginginkan bantuan. Jadi, paksaan selama krisis adalah
sesuatu yang dapat diterima, ketika tidak ada pilihan lain.
Pendekatan yang berorientasi pada pemulihan dalam masa krisis bertujuan untuk:
Mencegah terjadinya krisis yang tidak perlu
Mengurangi hilangnya tanggung jawab personal salaam masa krisis
Mendukung pembentukan jati diri selama dan sesudah masa krisis
7.1 Mencegah terjadinya krisis yang semestinya tidak terjadi
Cara terbaik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya krisis adalah melalui pengembangan
keterampilan manajemen diri, yang menuntun ke perkembangan otonomi diri, pemberdayaan, dan
ketahanan diri untuk mengatasi kemunduran. Salah satu keterampilan manajemen diri yang penting
adalah kemampuan untuk mengenali dan menanggapi gejala penyakit jiwa. Tantangan yang
berhubungan dengan pemulihan adalah melakukan upaya agar tanda-tanda peringatan awal dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan penderita untuk ‘meluruskan’ dirinya sendiri, dan bukan
menjadi suatu kecemasan dan kewaspadaan yang berlebihan akan kambuhnya penyakit jiwanya.
Diperlukan keterampilan untuk menyampaikan dua pesan berikut. Pertama, tidak semua benturan dalam
hidup merupakan indikator kambuhnya penyakit jiwa. Setidaknya, adanya usaha untuk mendukung
pengembangan keterampilan untuk terlibat dalam kehidupan, dan adanya sikap untuk dapat menangani
(bukan menghindari) kesulitan, adalah dua hal yang sama pentingnya.
Kedua, kambuh (dalam arti mengalami kemunduran) adalah sesuatu yang normal. Orang yang berjuang
untuk membebaskan diri dari perilaku atau pola emosional yang dulu mereka miliki, mengalamai
48
kemunduran. Contoh berikut mungkin bermanfaat untuk disampaikan, misalnya orang yang akhirnya
dapat berhenti merokok telah melakukan sebanyak 12-14 kali usaha untuk berenti sebelum mereka
akhirnya berhasil57, dan rata-rata para milyader telah mengalami kebangkrutan atau hampir bangkrut
sebanyak 3,2 kali58. Tindakan mengambil resiko yang positif dan kemunduran yang dialami terkait
tindakan tersebut, adalah sesuatu yang penting dalam hidup – itu merupakan tanda sehat dan bukan
tanda sakit.
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat mendukung orang yang menghadapi masa krisis dengan:
86. Bekerja sama dengan pengguna layanan untuk mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dini dari
krisis yang mungkin terjadi
87. Menyampaikan apa saja manfaat kemampuan memantau diri sendiri
88. Menekankan bahwa mengalami kemunduran adalah hal yang wajar. Yang penting adalah
bagaimana merespon kemunduran tersebut
7.2 Meminimalkan hilangnya tangung jawab personal selama krisis
Pelayanan kesehatan yang berorientasi pada pemulihan bertujuan untuk mengambil keputusan sesedikit
mungkin bagi penderita. Hal ini dilakukan dengan berusaha agar proses pengambilan keputusan sebisa
mungkin dilakukan oleh penderita. Idealnya, orang mengambil keputusan sendiri. Sementara penderita
kehilangan kemampuan ini, pandangan-pandangan yang mereka peroleh dahulu digunakan, atau
diperlukan seseorang untuk menjadi wakil orang tersebut dalam mengambil keputusan. Hanya ketika
hal-hal tersebut tidak mungkin mereka lalukan sendiri, tenaga kesehatan dapat mengambil keputusan
sesuai dengan ketertarikan penderita. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi hilangnya
otonomi diri adalah dengan mendorong penderita menyampaikan keingingana mereka menyangkut
perawatan dan hal-hal lain yang mereka inginkan dalam hidup mereka, dan membuat pernyataan tertulis
tentang ini. Bentuknya bisa bermacam-macam, dan kekuatan hukumnya bervariasi dari satu Negara ke
negara lain, tapi hal ini dapat memberikan informasi yang diperlukan tenaga kesehatan untuk melakuakn
49
pekerjaan mereka - yaitu menjadikan penderita dan nilai-nilai yang mereka pegang sebagai pusat dalam
masa krisis.
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat meminimalisir hilangnya tanggung jawab personal selama masa krisis dengan:
89. Menjadikan penderita dan nilai-nilai yang mereka pegang sebagai pusat dalam masa krisis
90. Secara rutin menggunakan pernyataan tertulis tentang keinginan pasien, dan pendekatan-
pendekatan lain seperti melakukan perawatan sesuai yang telah disetujui pasien, serta adanya
jurnal yang dipegang sendiri oleh penderita sebelum mengalami krisis
7.3 Mendukung pembentukan jati diri selama dan sesudah masa krisis
Hubungan adalah hal penting dalam masa krisis. Respon pelayanan kesehatan jiwa tradisional terhadap
seseorang yang mengalami masa krisis adalah menajalankan rawat inap bagi mereka, sedangkan
mengembangkan hubungan kemitraan adalah hal yang penting dalam pelayanan yang berorientasi pada
pemulihan. Alternatif baru pelayanan rawat inap jangka pendek untuk pasien dalam masa krisis telah
tersedia, misalnya pada organisasi Rethink Mental Illness yang dilakukan oleh Cedar House di
Rotherham.
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat mendukung pembentukan jati diri selama masa krisis dengan:
91. Menyeimbangkan kebutuhan akan keselamatan dan menyampaikan bahwa mengalami krisis
memberikan kesempatan bagi penderita untuk belajar dari masa lalu dan mengorientasi kembali
rencana masa depan
50
92. Menjaga kehidupan penderita berjalan normal: memastikan surat dari kotak pos diambil, hewan
peliharaan diberi makan, pembantu rumah tangga mendapat perhatian, tagihan dibayar, rumah
terjamin, dan hal-hal sehari-hari yang lain.
93. Memaksimalkan keterlibatan penderita dengan network yang mendukung mereka, misalnya
dengan memilki jam berkunjung yang tidak terbatas, secara aktif mendukung pengunjung,
melibatkan penderita dalam pembuatan makanan atau kegiatan dalam unit lain
94. Menjaga keterampilan hidup penderita aktif. Jika mereka bisa memasak untuk diri mereka
sendiri (dan untuk orang lain), sebaiknya makanan mereka tidak disiapkan oleh tenaga
kesehatan, jika mereka senang membaca atau berolahraga (ataupun bentuk pengobatan pribadi
lainnya59), hal ini perlu didukung
95. Memperkuat jati diri sebagai first contact bagi penderita, bukan memulai dengan prosedur yang
berfokus pada penyakit saat pasien masuk. Berbicara dengan penderita tentang kehidupan
mereka, apa yang mereka inginkan sejak awal mereka masuk, apa yang mereka inginkan ketika
keluar, dll
96. Mendukung penderita dari waktu ke waktu, untuk merenungkan dan memahami krisis mereka.
Bagaimana krisis tersebut muncul? Apa yang baik dan yang buruk tentang krisis tersebut? Apa
pembelajaran yang diperoleh? Apa rencana atau tujuan atau keterampilan yang akan penderita
butuhkan di masa yang akan datang?
97. Lebih baik mempunyai strategi dalam menggunakan waktu, daripada memberikan program-
program kegiatan wajib. Dukungan yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan
individual mereka. Ini mungkin dapat dilakukan dengan memberikan mereka ruang, atau
memberikan konseling untuk mendukung proses pemulihan, atau memberikan akses ke media
artistik dan terapi agar mereka dapat mengekspresikan pengalaman mereka
51
Bab 8: Mengenali pelayanan kesehatan jiwa yang berfokus
pada pemulihan
Bagaimana kita dapat mengenali pelayanan kesehatan jiwa yang berfokus pemulihan? Sejauh ini, belum
ada proses untuk mengidentifikasi fokus pemulihan pada pelayanan kesehatan jiwa, walaupun kita
semakin mengerti praktek pelayanan terbaik yang dapat diberikan.
Pedoman untuk mendukung pelayanan kesehatan jiwa kini mulai muncul:
INSPIRE adalah instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dukungan pemulihan yang
diterima oleh pengguna layanan dari tenaga kesehatan, dan dapat diunduh gratis dari
researchintorecovery.com/inspire
Standar kualitas yang paling banyak digunakan adalah Practice Guidelines for Recovery-
Oriented Behavioral Health Care60;61
Fidelity Assessment Common Ingredients Tool (FACIT) adalah instrumen yang digunakan untuk
mengukur pelayanan yang diberikan oleh tenaga kerja sesama pendrita
Pillars of Recovery Service Audit Tool (PoRSAT) adalah instrumen yang menginformasikan
perkembangan pelayanan63
Recovery Promoting Relationships Scale adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur
seberapa pengguna pelayanan merasa bahwa hubungan yang terjalin mendukung proses
pemulihan64
Bagaimana kita bisa mengevaluasi dampak pelayanan kesehatan jiwa yang berfokus pada pemulihan?
Hasil evaluasi tersebut harus didasarkan pada teori, dan harus mengukur apa yang penting. Kerangka
pemulihan personal menggunakan dasar teoritis. Kerangka ini mengidentifikasi dua jenis hasil penting:
yaitu peran sosial, yang memperkuat identitas sosial, dan tujuan pemulihan, yang berkontribusi terhadap
jati diri. Keseluruhan strategi evaluasi ini akan mengukur dua hal. Pertama, indikator kualitas hidup
yang objektif seperti tempat tinggal yang layak, persahabatan, keamanan, pekerjaan, persahabatan,
52
pendapatan, dll. Kedua, kemajuan menuju tujuan pribadi. Jika Anda memenuhi kedua hal tersebut, dapat
dikatakan Anda memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang berorientasi pada pemulihan.
Tindakan yang dianjurkan
Tenaga kesehatan dapat membuat hasil pemulihan terlihat lebih jelas dengan:
98. Menggunakan standar kualitas yang mendukung pemulihan dan alat-alat untuk mengembangkan
pelayanan
99. Mengkaji proses pemulihan dan alat mengukur hasil, misalnya dengan menggunakan INSPIRE
(gartis dari researchintorecovery.com/inspire)
100. Secara rutiin membuat dokumentasi pencapaian peran sosial dan tujuan pemulihan yang
diinginkan oleh penderita
53
54
Bab 9: Transformasi sistem pelayanan kesehatan jiwa
Bekerja dengan berorientasi pada pemulihan mungkin tidak terjadi secara alamiah dalam
sistem pelayanan kesehatan jiwa. Evolusi visi pemulihan dapat dilakukan tanpa
perubahan mendasar.
Membicarakan fokus pada pemulihan personal berarti membicarakan tentang pergeseran paradigma,
yang didalamnya:
1. Tantangan intelektual muncul dari luar paradigma ilmiah yang dominan (pemahaman tentang
pemulihan diperoleh dari orang yang mengalami penyakit jiwa, bukan dari tenaga kesehatan)
2. Keadaan sebelumnya (misalnya risiko, gejala, dan rawat inap yang dialami) dilihat sebagai
bagian dari atau bagian khusus dari paradigma baru
3. Apa yang menjadi minat perifer pasien sebelumnya (misalnya perspektif mereka) dapat dijadikan
hal utama
Beberapa asumsi dalam pelayanan kesehatan jiwa tradisional dibalik, dan dijadikan inti pendekatan yang
berorientasi pada pemulihan:
Pengalaman dengan penyakit jiwa adalah bagian dari seorang, bukan menjadikan orang tersebut
sebagai pasien, misalnya orang yang menderita skizofrenia
Memiliki peran sosial dapat mengurangi gejala penyakit jiwa dan mengurangi rawat inap, dan
bukan mengutamakan pengobatan untuk orang tersebut sebelum ia siap untuk mengambil
tanggung jawab dan peran dalam kehidupan
Pengguna layanan menetapkan tujuan pemulihan, sedangkan tenaga kesehatan dan pihak-pihak
lain memberi dukungan untuk mencapai tujuan tersebut, dan bukan tujuan perawatan harus
dikembangkan dan mengharuskan pengguna layanan untuk patuh
55
Penilaian lebih berfokus pada kekuatan, preferensi dan keterampilan penderita dan bukan pada
apa yang mereka tidak bisa lakukan
Menerapkan kesadaran bahwa pekerjaan, kasih sayang, dan kesenangan, adalah kebutuhan
manusia, dan bukan pemahaman bahwa hal-hal tersebut adalah hal terakhir yang perawatan
kesehatan mungkin dapat atau mungkin tidak dapat bantu bagi penderita
Orang dengan penyakit jiwa pada dasarnya adalah normal, dalam hal memiliki aspirasi dan
kebutuhan sama seperti orang lain
Penderita akan dari waktu ke waktu membuat keputusan yang baik tentang kehidupan mereka
jika mereka memiliki kesempatan, dukungan dan dorongan, dan bukan menganggap mereka
sebagai orang yang sering membuat keputusan yang buruk sehingga tenaga kesehatan perlu
mengambil tanggung jawab atas mereka
Memulai perjalanan menuju pemulihan memiliki implikasi yang besar baik pagi pengguna layanan
maupun bagi tenaga kesehatan. Perjalanan ini jelas memiliki potensi untuk memberdayakan dan
mengubah pengguna layanan. Namun, perubahan itu tidak berhenti di situ. Pendekatan pemulihan juga
memiliki potensi untuk membebaskan tenaga kesehatan dari harapan-harapan yang sebenarnya tidak
mungkin terpenuhi seperti mendiagnosa, mengobati penyakit, menyembuhkan pasien, menangani risiko
secara efektif, melindungi masyarakat, dan menghalangi masuknya penyimpangan dari masyarakat.
Fokus pada pemulihan merupakan kepentingan semua pihak.
56
Lampiran 1: Sumber-sumber elektronik tentang dukungan
untuk pemulihan
Sumber-sumber umum tentang pemulihan:Rethink Mental Illness www.rethink.orgMental health Commission www.mhc.govt.nzBoston University Center for Psychiatric Research www.bu.edu/cprOhio Department of Mental health www.mhrecovery.comNational Empowerment Center www.power2u.orgScottish Recovery Network www.scottishrecovery.netRecovery Devon www.recoverydevon.co.ukSection for Recovery, Institute of Psychiatry www.researchintorecovery.comYale Program for Recovery and Community Health www.yale.edu/prch
Sumber yang spesifik tentang pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada
pemulihan:
Intentional Care www.intentionalcare.orgTidal Model www.clan-unity.co.ukIntentional Peer Support www.intentionalpeersupport.orgWellness Recovery Action Planning (WRAP) www.jiwahealthrecovery.comThe Village www.mhavillage.orgIntervoice www.intervoiceonline.orgPromoting Resilience www.resilnet.uiuc.edu
Inisiatif stigma / cerita dari pemgguna layanan
Media Action Group for Mental health www.magmh.org.ukTime to Change www.time-to-change.org.ukLike Minds, Like Mine www.likeminds.org.nzSee me www.seemescotland.orgNarratives Research Project www.scottishrecovery.netMental health Stigma www.jiwahealthstigma.comActive Minds www.activeminds.orgStigmaBusters www.nami.org
57
Sumber-sumber tentang psikologi positif
Centre for Applied Positive Psychology www.cappeu.orgPositive Psychology Center www.ppc.sas.upenn.eduCentre for Confidence and Well-being www.centreforconfidence.co.ukValues in Action Inventory of Strengths www.viastrengths.org
58
Lampiran 2: Daftar Referensi
1. Leamy M, Bird V, Le Boutillier C, Williams J, Slade M. Aconceptual framework for personal recovery in jiwahealth: sistematic review and narrative synthesis. Br. J.Psychiatry 2011;199:445-52.
2. Shanks V, Williams, J., Leamy, M., Bird, V., LeBoutillier, C., Slade, M. Measures of personal recovery:sistematic review. Psychiatr. Serv. in press.
3. Bird V, Le Boutillier C, Leamy M, Larsen J, Oades L,Williams J, et al. Assessing the strengths of jiwahealth service users - sistematic review. PsychologicalAssessment 2012;24:1024-33.
4. Schrank B, Bird V, Rudnick A, Slade M. Determinants,self-management strategies and interventions for hopein people with jiwa disorders: sistematic search andnarrative review. Soc. Sci. Med. 2012;74:554-64.
5. Le Boutillier C, Leamy M, Bird VJ, Davidson L, WilliamsJ, Slade M. What does recovery mean in practice? Aqualitative analysis of international recovery-orientedpractice guidance. Psychiatr. Serv. 2011;62:1470-76.
6.Williams J, Leamy M, Bird V, Harding C, Larsen J, LeBoutillier C, et al. Measures of the recovery orientation ofmental health services: sistematic review. Soc. PsychiatryPsychiatr. Epidemiol. 2012;47:1827-35.
7. Bird V, Leamy M, Le Boutillier C, Williams J, Slade M.REFOCUS: Promoting recovery in community jiwahealth services. London: Rethink (researchintorecovery.com/refocus), 2011.
8. Slade M, Bird V, Le Boutillier C, Williams J, McCroneP, Leamy M. REFOCUS Trial: protocol for a clusterrandomised controlled trial of a pro-recovery interventionwithin community based mental health teams. BMCPsychiatry2011;11:185.
9.NHS Confederation Mental health Network. Supportingrecovery in mental health. London: NHS Confederation,2012.
10.Anthony WA. Recovery from mental illness: the guidingvision of the mental health sistem in the 1990s.Innovations and Research 1993; 2:17-24.
11. HM Government. (2011). No health without mentalhealth. Delivering better mental health outcomes forpeople of all ages. London: Department of Health.
12.Andresen R, Oades L, Caputi P. The experience ofrecovery from schizophrenia: towards an empirically-validated stage model. Australian and New ZealandJournal of Psychiatry 2003; 37:586-594.
13. Allott P, Loganathan L, Fulford KWM. Discoveringhope for recovery: a review of a selection of recoveryliterature, implications for practice and sistems change.Canadian Journal of Community Mental health 2002;21(2):13-34.
14. May R. Making sense of psychotic experience andworking towards recovery. In: Gleeson JFM, McGorry PD,editors. Psychological Interventions in Early Psychosis.Chichester: John Wiley & Sons; 2004. 246-260.
15. Roberts G, Wolfson P. The rediscovery of recovery:open to all. Advances in Psychiatric Treatment 2004;10:37-49.
16.Roberts G, Wolfson P. New directions in rehabilitation:learning from the recovery movement. In: Roberts G,Davenport S, Holloway F, Tattan T, editors. Enablingrecovery. The principles and practice of rehabilitationpsychiatry. London: Gaskell; 2006. 18-37.
17.Farkas M, Gagne C, Anthony W. Recovery andrehabilitation: a paradigm for the new millennium. Boston,MA: Center for Psychiatric Rehabilitation; 1999.
18.Davidson, L., Bellamy, C., Guy, K., Miller, R. (2012).Peer support among persons with severe mental illnesses:a review of evidence and experience. WorldPsychiatry11,123-8.
19. Repper, J. & Carter, T. (2011). A review of theliterature on peer support in mental health services.Journal of Mental Health 20(4), 392-411.
20. Tse S, Cheung E, Kan A, Ng R, Yau S. Recovery inHong Kong: Service user participation in mental healthservices. International Review of Psychiatry. 2012; 24: 40-7.21.Heyes S, Tate S. Art of Recovery. Yeovil: Speak UpSomerset; 2005.
22. Perkins R. Making it! An introduction to ideas aboutrecovery for people with mental health problems. London:South West London and St George’s Mental health NHSTrust; 2007.
23.Davies, S., Wakely, E., Morgan, S., Carson, J. (2012).Mental health recovery heroes past and present. Ahandbook for mental health care staff, service users andcarers. Brighton: Pavilion Press.
24. Mental health Commission. Oranga Ngâkau. Gettingthe most out of mental health services. A recoveryresource for service users. Wellington: Mental HealthCommission;2003.
59
25. Anthony W. The Principle of Personhood: The Field’sTranscendent Principle. Psychiatric Rehabilitation Journal2004; 27:205.
26. Lapsley H, Nikora LW, Black R. Kia Mauri Tau!Narratives of Recovery from Disabling Mental healthProblems. Wellington: Mental health Commission; 2002.
27. Romme M, Escher S, Dillon J, Corstens D, Morris M.Living with Voices: 50 Stories of Recovery. Ross-on-Wye:PCCS, 2009.
28. McIntosh Z. From Goldfish Bowl to Ocean: personalaccounts of jiwa illness and beyond. London:Chipmunkapublishing; 2005.
29. Scottish Recovery Network. Journeys of Recovery.Stories of hope and recovery from long term mental healthproblems. Glasgow: Scottish Recovery Network; 2006.
30. Bowyer T, Hicks, A., Mailey, P., Sayers, R., Smith, R.,Ajayi, S., Faulkner, A., Larsen, J. Recovery insights.Learning from lived experience. London: Rethink JiwaIllness, 2010.
31. O’Hagan M. Recovery Competencies for New ZealandMental health Workers. Wellington: Mental healthCommission; 2001.
32. Hope R. The Ten Essential Shared Capabilities - AFramework for the whole of the Mental health Workforce.London: Department of Health; 2004.
33. Farkas M, Gagne C, Anthony W, Chamberlin J.Implementing Recovery Oriented Evidence BasedPrograms: Identifying the Critical Dimensions. CommunityMental health Journal 2005; 41:141-158.
34.Deegan P. Recovery as a journey of the heart.Psychososial Rehabilitation Journal 1996; 19:91-97.
35.Baumeister RF. Meanings of life. New York: Guilford;1991.
36.Bock T, Priebe S. Psychosis seminars: anunconventionalapproach. Psychiatric Services 2005; 56:1441-1443.
37.Byrne S, Birchwood M, Trower P, Meaden A. ACasebook of Cognitive Behaviour Therapy for CommandHallucinations. Routledge: Hove; 2005.
38.Rapp C, Goscha RJ. The Strengths Model: CaseManagement With People With Psychiatric Disabilities,2nd Edition. Second ed. New York: Oxford UniversityPress; 2006.
39.Resnick SG, Rosenheck RA. Recovery and positivepsychology: Parallel themes and potential synergies.Psychiatric Services 2006; 57(1):120-122.
40.Russinova Z. Providers’ Hope-Inspiring Competenceas a Factor Optimizing Psychiatric RehabilitationOutcomes.Journal of Rehabilitation 1999; Oct-Dec:50-57.
41.Perkins R, Repper J. Sosial Inclusion and Recovery.London: Baillière Tindall; 2003.
42. Snyder CR. Handbook of hope. San Diego: AcademicPress; 2000.
43.Adams N, Grieder DM. Treatment Planning for Person-Centered Care. Burlington, MA: Elsevier; 2005.
44.Tondora J, Pocklington S, Osher D, Davidson L.Implementation of person-centered care and planning:From policy to practice to evaluation. WashingtonDC: Substance Abuse and Mental health ServicesAdministration; 2005.
45.Coleman R, Baker P, Taylor K. Working to Recovery.Victim to Victor III. Gloucester: Handsell Publishing; 2000.
46.Ridgway P, McDiarmid D, Davidson L, Bayes J,Ratzlaff S. Pathways to Recovery: A Strengths RecoverySelf-Help Workbook. Lawrence, KS: University of KansasSchool of Sosial Welfare; 2002.
47.Copeland ME. Wellness Recovery Action Plan.Brattleboro: VT: Peach Press; 1999.
48.Becker DR, Drake RE. A Working Life for People withSevere Jiwa Illness. Oxford: Oxford University Press;2003.
49.Bower SA, Bower GH. Asserting yourself. A practicalguide for positive change. Cambridge, MA: Da CapoPress; 2004.
50.Miller WR, Rollnick S. Motivational Interviewing: Preparingpeople to change (addictive) behavior. New York: GuilfordPress; 2002.51.Libermann RP. Future directions for research studies andclinical work on recovery from schizophrenia: Questionswith some answers. International Review of Psychiatry2002; 14:337-342.52.Icarus Project and Freedom Center. HarmReduction Guide to Coming Off PsychiatricDrugs. http://theicarusproject net/HarmReductionGuideComingOffPsychDrugs.53.Darton K. Making sense of coming off psychiatric drugs.London: Mind; 2005.54.Lehmann P (ed). Coming Off Psychiatric Drugs:Successful Withdrawal from Neuroleptics,Antidepressants, Lithium, Carbamazepine andTranquilizers. Shrewsbury: Peter Lehmann Publishing;2004.
60
55.Breggin P, Cohen D. Your Drug May Be Your Problem:How and Why to Stop Taking Psychiatric Medications.Reading, MA: Perseus Books; 2007.
56.Watkins J. Healing Schizophrenia: Using MedicationWisely. Victoria: Michelle Anderson; 2007.
57.Zhu S-H. Number of Quit Smoking Attempts Key toSuccess. Scoop Health 2007; 6 September.
58.Tracy B. 21 Success Secrets of Self-made Millionaires.San Francisco, CA: Berrett-Koehler; 2000.
59.Deegan P. The importance of personal medicine.Scandinavian Journal of Public Health 2005; 33:29-35.
60. Tondora J, Davidson L. Practice Guidelines forRecovery-Oriented Behavioral Health Care. Connecticut:Connecticut Department of Mental health and AddictionServices; 2006.
61. Davidson L, Tondora J, Lawless MS, O’Connell M,Rowe M. A Practical Guide to Recovery-Oriented PracticeTools for Transforming Mental health Care. Oxford: OxfordUniversity Press; 2009.
62.Johnsen M, Teague GB, Herr EM. CommonIngredients as a Fidelity Measure for Peer-Run Programs.In: Clay S, Schell B, Corrigan P, Ralph R, editors. On ourown, together. Peer programs for people with jiwa illness.Nashville, TN: Vanderbilt University Press; 2005. 213-238.
63. Higgins A. A recovery approach within the Irish JiwaHealth Services. A framework for development. Dublin:Mental health Commission; 2008.
64.Russinova Z, Rogers ES, Ellison ML. Recovery-Promoting Relationships Scale (Manual). Boston, MA:Center for Psychiatric Rehabilitation; 2006.
61
Acknowledgements
“Buku ini ditulis bedasarkan keahlian yang dibagikan
oleh banyak orang yang memiliki pengalaman pribadi
maupun profesional berkaitan dengan penyakit jiwa,
dan oleh karenanya saya sangat berterimakasih.
Saya mendapatkan cuti dari tugas normal saya
ketika menulis buku ini, karena itu saya menyampaikan
terima kasih tulus kepada Institute of Psychiatry dan
South London and Maudsley NHS Foundation Trust.
Saya juga berterima kasih kepada John Larsen
dan Vanessa Pinfold dari Rethink Mental Illness
atas dukungan tulus dan antusiasme untuk
membuat pemulihan menjadi sesuatu yang
nyata.”
Mike Slade, penulis