-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
1
BAB I
PENDAHULUAN
Lebih dari 100 tahun yang lalu sejak Charcot, Carswell, dan Cruveilhier,
berhasil menjelaskan tentang gambaran klinis, patologis, dan karakteristik
multiple sklerosis. Penyakit sistem saraf pusat yang bersifat progresif dan sering
menyebabkan relaps ini terus menimbulkan tantangan bagi para peneliti untuk
mencoba memahami patogenesis dan tatalaksananya sehingga mencegah penyakit
tersebut terus berkembang(1).
Multiple sklerosis (MS) adalah penyakit radang myelin sistem saraf pusat
yang disebabkan karena proses autoimun dan faktor genetik lainnya. Sekitar
400.000 orang di Amerika Serikat dan 2,5 juta orang di seluruh dunia, dengan
prevalensi sekitar 1 kasus per 1000 orang dalam populasi dan rasio perempuan
dengan laki-laki 2:1 menderita penyakit ini. Sekitar 85% pasien dengan multiple
sklerosis sering bersifat relaps atau hilang-timbul saja. Lebih dari setengah dari
pasien tersebut berkembang menjadi kecacatan dan berlanjut dari serangan akut
dan beralih ke progresif sekunder dalam waktu 10 hingga 20 tahun setelah
terdiagnosis(2).
Harapan hidup pasien dengan MS menjadi berkurang. Dalam satu studi di
Kanada, harapan hidup penderita berkurang sebesar 4 sampai 7 tahun(3), dan di
Denmark berkurang hingga 10 sampai 12 tahun(4). Kualitas hidup seorang pasien
ini sangat dipengaruhi oleh gejala fisik yang timbul termasuk kelelahan,
kesakitan, dan kesulitan dengan mobilitas, dan masalah sosial dan gangguan
perasaan dan mood(2)
.
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
2
Saat ini belum ada obat yang dapat mencegah timbul dan menyembuhkan
MS. Terapi yang diberikan hanya meminimalkan timbulnya serangan, mengurangi
efek serangan, dan memperpanjang masa remisi. Salah satu alasan mengapa MS
sulit disembuhkan adalah sekali sistem saraf pusat (SSP) rusak maka perbaikan
neuron yang telah rusak akan sulit(5).
Berdasarkan hal tersebut, sampai saat ini eksperimental tentang
penatalaksanaan dan penggunaan obat yang mungkin dapat merangsang
'remyelinisasi' saraf yang rusak dan memperlambat atau menghentikan proses
kerusakan lebih lanjut masih terus dilakukan. Pada makalah ini, akan dibahas
tentang tatalaksana dari penyakit multiple sklerosis sehingga dapat menambah
pengetahuan dalam mengurangi morbiditas bagi penderita.
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
3
BAB II
ISI
A. Definisi Multiple Sklerosis
Multiple sklerosis adalah suatu peradangan yang terjadi di otak dan
sumsum tulang belakang yang menyerang daerah substansia alba dan merupakan
penyebab utama kecacatan pada dewasa muda. Penyebabnya dapat disebabkan
oleh banyak faktor, terutama proses autoimun(6). Focal lymphocytic infiltration
atau sel T bermigrasi keluar dari lymph node ke dalam sirkulasi menembus sawar
darah otak (blood brain barrier) secara terus-menerus menuju lokasi dan
melakukan penyerangan pada antigen myelin pada sistem saraf pusat seperti yang
umum terjadi pada setiap infeksi. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
inflamasi, kerusakan pada myelin (demyelinisasi), neuroaxonal injury,
astrogliosis, dan proses degenerative(7). Akibat demyelinasi (Gambar 1.1), neuron
menjadi kurang efisien dalam potensial aksi. Transmisi impuls yang disampaikan
oleh neuron yang terdemyelinisasi akan menjadi buruk. Akibat 'kebocoran' impuls
tersebut, terjadi kelemahan dan kesulitan dalam mengendalikan otot atau kegiatan
sensorik tertentu di berbagai bagian tubuh(5)
.
Bila otak penderita MS dipotong, akan terlihat bercak-bercak induratif
yang multipel di substansia alba yang membuatnya dinamai multipel sklerosis.
Lesi tersebut umumnya berlokasi di periventrikel, korpus kalosum, nervus
optikus, dan medula spinalis. Selain itu dapat ditemukan di batang otak dan
serebelum. Secara mikroskopis, lesi tersebut menunjukkan destruksi myelin
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
4
parsial/total. Juga ditemukan infiltrasi perivaskuler dari monosit, limfosit serta
makrofag, sedangkan astrosit dan oligodendrosit pada fase lanjut. Pada lesi yang
relatif aseluler umumnya aksonnya masih utuh dan terjadi remyelinisasi,
sedangkan pada lesi yang infiltratif terjadi degenerasi aksonal (8,9).
Gambar 1.1 Perbedaan Neuron yang Sehat dan yang Mengalami Demyelinisasi
B. Etiologi Multiple Skelrosis
Etiologi dari kelainan tersebut masih belum jelas. Ada beberapa
mekanisme penting yang menjadi penyebab timbulnya bercak MS yaitu autoimun,
infeksi, dan herediter. Meskipun bukti yang meyakinkan kurang, faktor makanan
dan paparan toksin telah dilaporkan ikut berkontribusi juga. Mekanisme ini tidak
saling berdiri sendiri melainkan merupakan gabungan dari berbagai faktor (10).
Mekanisme autoimun diduga terjadi melalui penurunan aktifitas limfosit
T-supresor pada sirkulasi pasien penderita MS serta adanya molecular mimicry
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
5
antara antigen dan MBP (myelin basic protein) yang mengaktifkan klon sel T
yang spesifik terhadap MBP (MBP specific T-cell clone). Limfosit T4 menjadi
autoreaktif pada paparan antigen asing yang strukturalnya mirip dengan MBP.
Tidak hanya beberapa virus dan peptida bakteri saja yang memiliki kesamaan
struktural dengan MBP, tetapi beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat
mengaktifkan MBP-spesifik T-sel klon pada pasien MS (10).
Beberapa infeksi virus diketahui menyebabkan demyelinasi pada manusia
diantaranya progressive multifocal leukoencephalopathy yang disebabkan oleh
papilloma virus JC, subakutsclerosing panencephalitisoleh virus campak. Pada
MS studi serologis awal sulit ditafsirkan. Namun, banyak pasien MS terdapat
elevasi titer CSF terhadap virus campak dan herpes simpleks (HSV), tetapi ini
juga tidak spesifik(10).
C. Klasifikasi MS
Berdasarkan perbedaan klinis dan gejala, terdapat beberapa tipe MS (5):
1. Relapsing-remitting MS. Banyak kasus umumnya berawal dari bentuk MSyang gejalanya bersifat hilang timbul terutama pada dewasa muda.
Merupakan perjalanan klinis yang klasik dari multipel sklerosis dimana
terdapat fase relaps dan remisi. Gejala hanya memburuk ketika adanya
serangan meskipun dapat berkembang menjadi secondary progressive
multiple sclerosis.
2. Chronic progressiveMS. Gejala secara bertahap memburuk setelah episodeserangan pertama dan terus terjadi peningkatan kecacatan tanpa diselingi
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
6
fase remisi sama sekali. Sering melibatkan penurunan gerakan motorik
tubuh, atau kinerja sensorik (terutama penglihatan).
3. Benign MS. Gejala yang relatif kecil, perkembangan sangat lambat sehinggahampir tak terlihat secara klinis, atau ada sedikit serangan selama masa
waktu yang panjang biasanya 15 tahun setelah diagnosis. Ada bukti yang
menyebutkan bahwa perjalanan MS mungkin awalnya jinak. Namun, bukti
dari penelitian jangka panjang menyebutkan kasus benignMS akhirnya
mengakibatkan gejala dan kecacatan yang signifikan, meskipun ini mungkin
tidak terjadi selama 20 atau 30 tahun setelah diagnosis.
4. Secondary progressive MS.Relapsing-remitting MSdapat berubah menjadi bentuksecondary progressiveMS dimana mulai terjadi penurunan yang relatif stabil
namun frekuensi remisi cukup jarang.
D. Gambaran Klinis MS
Gambaran klinis yang muncul sesuai dengan daerah lesi yang terkena.
Terdapat beberapa gejala dan tanda yang timbul pada MS (5):
Disfungsi usus dan saluran kencing Menurunnya persepsi nyeri, getaran, dan posisi Kelelahan dan gangguan mobilitas Depresi dan gangguan kognitif atau memori Masalah penglihatan dan pendengaran Tremor, hiperefleksia, spastisitas, dan tanda babinsky yang positif Nistagmus, gangguan koordinasi dan keseimbangan
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
8
mengalami remisi dalam beberapa bulan. Tanda yang sering terjadi pada penderita
MS meskipun tidak karakteristik adalah tanda Lhermitte; bila kepala difleksikan
secara pasif, timbul parestesi sepanjang bahu, punggung dan lengan. Hal ini
mungkin disebabkan akson yang mengalami demyelinisasi sensitivitasnya
meningkat terhadap tekanan ke spinal yang diakibatkan fleksi kepala (12).
Gangguan serebelum juga sering terjadi pada MS meskipun jarang menjadi
gejala utama. Manifestasi klinisnya ataksia serebelaris, baik yang mengenai
gerakan motorik halus (dismetria, disdiadokokinesia, intention tremor), gait,
maupun artikulasi (scanning speech, disartria). Selain itu dapat timbul pula
nistagmus, terutama yang horizontal bidireksional dan vertikal (12).
Hemiparesis yang diakibatkan lesi kortikospinal dapat terjadi pada MS
meski frekuensinya lebih kecil. Demikian juga lesi di medula spinalis dapat
menyebabkan sindroma Brown-Sequard atau mielitis transversa yang
mengakibatkan paraplegi (umumnya tidak simetris), level sensorik dan gangguan
miksi-defekasi. Refleks patologis dan/atau hiperrefleksia bilateral dengan atau
tanpa kelemahan motorik merupakan manifestasi yang lebih sering dan
merupakan tanda lesi kortikospinal bilateral. Yang karakteristik, meskipun
kelemahan hanya pada satu sisi, refleks patologis selalu bilateral. Spastisitas dapat
menyebabkan gejala kram otot pada pasien MS. Kelelahan/fatigue merupakan
gejala non spesifik pada MS dan terjadi pada hampir 90% pasien MS. Kelelahan
dapat merupakan kelelahan fisik pada waktu exercise berlebihan ataupun pada
temperatur panas maupun kelelahan/kelambatan mental (12).
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
9
Gangguan memori dapat terjadi pada pasien MS. Menurut penelitian
Thornton dkk memori jangka pendek, working memori dan memori jangka
panjang umumnya terganggu pada pasien MS (13). Selain itu juga didapatkan
gangguan atensi. Gangguan emosi berupa iritabilitas dan afek pseudobulbar
berupa forced laughing atau forced crying umum terjadi pada pasien MS
disebabkan lesi hemisfer bilateral (12,13).
Gejala lainnya yang lebih jarang meliputi neuralgia trigeminal (bilateral),
gangguan lain pada batang otak berupa paresis n. facialis perifer (bilateral),
gangguan pendengaran, tinitus, vrtigo, dan sangat jarang penurunan kesadaran
(stupor dan koma) (13).
E. Diagnosis MS
Kriteria diagnostik yang umum dipakai adalah kriteria McDonald yang
merupakan kriteria MS dengan konsep asli tahun 2001 dan revisi terakhir tahun
2010. Kriteria McDonald menekankan adanya pemisahan menurut
waktu/disseminated in time (dua serangan atau lebih) dan pemisahan oleh
ruang/disseminated in space (dua atau lebih diagnosa topis yang berbeda).
Seseorang dinyatakan definite menderita MS bila terjadi pemisahan waktu dan
ruang yang dibuktikan secara klinis atau bila bukti secara klinis tidak lengkap
tetapi didukung oleh pemeriksaan penunjang (MRI, LCS atau VEP).
Pemisahan secara waktu maksudnya adalah terjadinya dua serangan atau
lebih dimana jarak antara dua serangan minimal 30 hari dan satu episode serangan
minimal berlangsung 24 jam. Sedangkan pemisahan oleh ruang adalah
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
11
untuk MS dimana terjadi pemanjangan latensi VEP yang disebabkan adanya
demyelinisasi pada nervus optikus. VEP secara dini dapat mendeteksi kelainan
meskipun pada pasien MS yang secara klinis belum terdapat gejala klinis neuritis
optika (16).
F. Tatalaksana MS
Managemen dan tatalaksana multiple sklerosis mengikuti Clinical Guideline
8 Multiple Sclerosis National Institute for Clinical Excellence tahun 2003. Pola
klasifikasi menggunakan tingkatan rekomendasi (A, B, C, D, DS, HSC) (17).
Grade Keterangan
A Kategori I
B Kategori II atau dengan penambahan kategori I
C Kategori III atau dengan penambahan kategori I atau II
D Kategori IV atau dengan penambahan kategori I, II atau III
DS Berdasarkan bukti diagnostic
HSC Berdasarkan pelayanan kesehatan 2002/2004
Kategori Sumber
Ia Meta-analisis dari randomized control trial
Ib Paling sedikit minimal 1 randomized control trial
IIa Paling sedikit minimal 1 studi kontrol tanpa randomisasi
IIb Paling sedikit minimal 1 tipe quasi eksperimental study
IIIBukan dari studi eksperimental seperti comparative studies,
corelation studies, dan case control studies
IV Dari laporan komite, opini, pengalaman klinis dari para ahli
Adapted from Eccles M, Mason J (2001) How to develop cost-conscious
guidelines.Health Technology Assessment 5 (16)
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
12
Kondisi Grade
Setiap yang mengalami episode akut (termasuk neuritis optik)menyebabkan distres atau keterbatasan fisik harus diberikan
kortikosteroid dosis tinggi. Hal ini sebaiknya dilakukan sesegera
mungkin setelah muncul relaps :
intravena metilprednisolon, 500 mg - 1 g sehari, selama 3 - 5hari
atau
dosis tinggi metilprednisolon oral 500 mg - 2 g sehari, selama3 - 5 hari.
A
Pasien harus diberi penjelasan tentang risiko dan keuntungan
penggunaan kortikosteroid.D
Frekuensi penggunaan kortikosteroid lebih dari 3 minggu dan lebih
dari 3 kali setahun harus dihindariD
Penggunaan obat lain pada terapi akut saat relaps sebaiknya tidak
digunakan kecuali ada protokol lainD
Penderita MS harus disarankan mengkonsumsi asam linoleat 17-23
g/hari agar mengurangi perkembangan kecacatan. Sumber makanan
kaya akan asam linoleat termasuk bunga matahari, jagung, kedelai
dan minyak safflower.
A
Tatalaksana berikut tidak boleh dilakukan kecuali dalam
keadaan khusus:
setelah diskusi lengkap dan melalui pertimbangan semuarisiko
dengan evaluasi, sebaiknya dengan studi prospektif lain dilakuakan oleh eorang pakar dalam penggunaan obat-obat
dibawah ini dengan pemantauan ketat untuk efek samping.
pengobatan:
azathioprine mitoxantrone
D
A
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
13
intravena imunoglobulin
plasma exchange intermiten (4-bulan) pendek (1-9 hari) program
metilprednisolon dosis tinggi.
Tatalaksana berikut tidak boleh digunakan karena bukti penelitian
tidak menunjukkan efek menguntungkan pada:
siklofosfamid anti-virus (misalnya, asiklovir, tuberkulin)
cladribine pengobatan jangka panjang dengan kortikosteroid hiperbarik oksigen linomide iradiasi seluruh tubuh basic protein myelin(tipe apapun).
A
Terapi simptomatik
Selain primary care, terapi simptomatik juga harus dipertimbangkan
diantaranya adalah (18):
1. Spasticity, spastisitas ringan dapat dikurangi dengan peregangan dan programexercise seperti yoga, terapi fisik, atau terapi lainnya. Medikasi diberikan
ketika ada kekakuan, spasme, atau klonus saat beraktivitas atau kondisi tidur.
Baclofen, tizanidine, gabapentin, dan benzodiazepine efektif sebagai agen
antispastik.
2. Paroxysmal disorder. Pada berbagai kasus, penggunaan carbamazepinmemberikan respon yang baik pada spasme distonik. Nyeri paroxysmal dapat
diberikan antikonvulsan atau amitriptilin.
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
14
3. Bladder dysfunction. Urinalisis dan kultur harus dipertimbangkan danpemberian terapi infeksi jika dibutuhkan. Langkah pertama yang dilakukan
ada mendeteksi problem apakah kegagalan dalam mengosongkan bladder
atau menyimpan urin. Obat antikolinergik Oxybutinin dan Tolterodine efektif
untuk kegagalan dalam menyimpan urin diluar adanya infeksi.
4. Bowel symptom. Konstipasi merupakan masalah umum pada pasien MS danharus diterapi sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi.
Inkontinensia fekal cukup jarang. Namun bila ada, penambahan serat dapat
memperkeras tinja sehingga dapat membantu spingter yang inkompeten
dalam menahan pergerakan usus. Penggunaan antikolinergik atau antidiare
cukup efektif pada inkontinensia dan diare yang terjadi bersamaan.
5. Sexual symptom. Masalah seksual yang muncul antara lain penurunan libido,gangguan disfungsi ereksi, penurunan lubrikan, peningkatan spastisitas, rasa
sensasi panas dapat terjadi. Pada beberapa pasien MS, gangguan disfungsi
ereksi dapat diatasi dengan sildenafil.
6. Neurobehavior manifestation. Depresi terjadi lebih dari separuh dari pasiendengan MS. Pasien dengan depresi ringan dan transien dapat dilakukan terapi
suportif. Pasien dengan depresi berat sebaiknya diberikan Selective Serotonin
Reuptake Inhibitors (SSRIs) yang memiliki efek sedative yang lebih kecil
disbanding antidepresan lain. Amitriptilin dapat digunakan bagi pasien yang
memiliki kesulitan tidur atau memiliki sakit kepala.
7. Fatigue. Kelelahan dapat diatasi dengan istirahat cukup atau penggunaanmedikasi. Amantadine 100 mg dua kali perhari cukup efektif. Modafinil, obat
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
15
narcolepsy yang bekerja sebagai stimulant SSP telah ditemukan memiliki
efek yang bagus pada pasien MS. Obat diberikan dengan dosis 200 mg satu
kali sehari pada pagi hari. SSRIs juga dapat menghilangkan kelelahan pada
pasien MS. Amantadine memiliki efek anti influenza A dan baik diberikan
pada Oktober hingga Maret.
Terapi relaps(18)
1. Adrenal Kortikosteroid. Kortikosteroid merupakan terapi andalan dalammengurangi gejala-gejala MS relaps akut. Agen ini bekerja melalui efek
imunomodulator dan antiinflamasi, pemulihan blood brain barier, dan
pengurangi edema. kortikosteroid juga dapat meningkatkan konduksi aksonal.
Terapi kortikosteroid memperpendek durasi relaps akut dan mempercepat
pemulihan. Namun, kortikosteroid belum bisa meningkatkan pemulihan
secara keseluruhan MS.
Jika seorang pasien menjadi cacat setalah mendapat serangan akut, dokter
harus mempertimbangkan pengobatan dengan intravena metilprednisolon
selama tiga hingga lima hari (atau kortikosteroid yang setara) dalam dosis 1 g
diberikan secara intravena dalam 100 mL normal salin selama 60 menit sekali
sehari di pagi hari.
2. Perawatan lainnya. Pada pasien dengan MS, fisoterapi harus selalu dilakukanuntuk meningkatkan fungsi dan kualitas hidup dari ketergantungan obat
therapy. Perawatan pendukung berupa konseling, terapi okupasi, saran dari
sosial, masukan dari perawat, dan partisipasi dalam patient support group
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
16
merupakan bagian dari perawatan kesehatan dengan pendekatan tim dalam
pengelolaan MS.
Pasien dengan MS sering tergoda untuk mencoba terapi alternatif seperti diet
khusus, vitamin, sengatan lebah, atau akupunktur. Meskipun bukti definitif
efektivitas perawatan ini kurang.
Disease-Modifying Therapies(18)
Terapi yang diberikan hanya meminimalkan timbulnya serangan,
mengurangi efek serangan, dan memperpanjang masa remisi. Disease-modifying
therapiesuntuk pengelolaan awal MS saat ini yang tersedia di Amerika Serikat:
intramuskular interferon beta-1a (Avonex), subkutan interferon beta-1a (Rebif),
interferon beta-1b (Betaseron), dan glatiramer asetat (Copaxone). Agen kelima,
mitoxantrone (Novantrone), telah disetujui oleh Food and Drug Administration
(FDA) untuk pengobatan relapsingremitting MS dan sekunder progresif MS
yang memburuk.
1. Interferon beta. Interferon beta merupakan sitokin alami yang berfungsisebagai imunomodulasi dan memiliki aktivitas antivirus. Tiga interferon beta
disetujui FDA yang digunakan untuk MS telah terbukti mengurangi
kekambuhan sekitar sepertiga dan direkomendasikan sebagai terapi lini
pertama atau untuk pasien yang intoleran dengan glatiramer pada relapsing-
remitting MS. Pada studi randomized double blind placebo control trial,
penggunaan interferon beta dapat mengurangi 50 sampai 80 persen lesi
inflamasi yang divisualisasikan pada MRI otak. Ada juga bukti bahwa obat
ini meningkatkan kualitas hidup dan fungsi kognitif.
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
18
kambuh MS sekitar sepertiga. Obat ini juga direkomendasikan sebagai
pengobatan lini pertama pada pasien dengan Relapsing-RemittingMS dan
bagi pasien yang tidak dapat mentolerir interferon beta. Hasil terapi
glatiramer mampu mengurangi sepertiga proses inflamasi yang terlihat pada
MRI.
Glatiramer umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan tidak menimbulkan
influenza-like symptoms. Reaksi post injeksi termasuk peradangan lokal dan
reaksi yang tidak umum seperti flushing, sesak dada dengan jantung berdebar,
gelisah, atau dispnea dapat sembuh spontan tanpa gejala sisa. Pemantauan
rutin laboratorium tidak diperlukan pada pasien yang diobati dengan
glatiramer, dan kempuan antibodi dalam mengikat antigen juga tidak
terganggu.
3. Mitoxantrone. Sebuah studi klinis phase III randomized placebo controlmulticenter trial menemukan bahwa mitoxantrone, sebuah agen antineoplastik
anthracenedione, dapat mengurangi jumlah relaps MS sebesar 67 persen dan
memperlambat perkembangan. Mitoxantrone dianjurkan untuk digunakan
pada pasien dengan bentukProgressiveMS.
Efek samping akut mitoxantrone termasuk mual dan alopecia. Karena juga
adanya cardiotoxicity kumulatif, obat dapat digunakan hanya untuk dua
sampai tiga tahun (atau untuk dosis kumulatif 120-140 mg per m2).
Mitoxantrone adalah agen kemoterapi yang harus diresepkan dan dikelola
oleh para perawat kesehatan profesional yang berpengalaman.
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
19
4. Obat baru dan obat lainnya. Natalizumab (Antegren) berada dalam tahapakhir dari fase III clinical trial dan sedang dikaji oleh FDA. Dalam uji coba
fase II klinis, 33 obat ini mampu menjanjikan dalam hal mengurangi lesi MRI
aktif sebesar 90 persen dan penurunan relaps MS lebih dari 50 persen.
Natalizumab adalah antibodi monoklonal yang ditujukan terhadap sebuah
molekul adhesi VLA-4. Obat ini diberikan secara intravena sekali sebulan.
Meskipun FDA kurang setuju dan bukti definitif kemanjuran beberapa obat
lain yang umum digunakan pada pasien dengan MS, terdapat sejumlah efek
klinis sederhana pada pemberian intravena IgG, azathioprine, methotrexate,
dan cyclophosphamide, baik sendiri atau dalam kombinasi dengan terapi
standar.
Para peneliti di Argentina yang mendalami manfaat vitamin D pada penyakit
MS menemukan bahwa Vitamin D tampaknya memiliki peranan dalam
memperbaiki keadaan pasien MS yang terkait juga dengan sistem imun. Hasil
studi ini telah dipublikasi pada jurnal Neurology Science edisi Desember
2011. Kadar 25(OH) Vitamin D dan 1,25(OH)(2) Vitamin D yang diukur
dengan ELISA secara bermakna lebih rendah pada pasien Relapsing-
Remitting MS dibandingkan kontrol. Selain itu, kadar pada pasien yang
mengalami relaps juga lebih rendah daripada selama remisi. Sedangkan pada
pasien Primer Pogressive MS menunjukkan nilai serupa dengan kontrol.
Proliferasi dua isolat baru yakni sel T CD4+ dan sel T spesifik MBP secara
bermakna dihambat oleh 1,25(OH)(2)-vitamin D. Secara keseluruhan/
kolektif, dari temuan ini dikemukakan bahwa 1,25(OH) (2)-vitamin D
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
20
berperan dalam homeostasis sel T pada multiple sklerosis, sehingga koreksi
vitamin D pada keadaan defisiensi/kekurangan tersebut dapat bermanfaat
selama pengobatan penyakit multiple sklerosis (19).
-
5/25/2018 100162598 Referat Penatalaksanaan Multiple Sklerosis Terbaru
21
BAB III
KESIMPULAN
Multiple sklerosis (MS) adalah penyakit radang myelin sistem saraf pusat
yang disebabkan karena proses autoimun dan faktor genetik lainnya. MS
merupakan penyebab utama kecacatan pada dewasa muda. Sekitar 85% pasien
dengan multiple sklerosis sering bersifat relaps atau hilang-timbul saja. Lebih dari
setengah dari pasien tersebut berkembang menjadi kecacatan dan berlanjut dari
serangan akut dan beralih ke progresif sekunder dalam waktu 10 hingga 20 tahun
setelah terdiagnosis.
Managemen dan tatalaksana multiple sklerosis mengikuti Clinical
Guideline 8 Multiple Sclerosis National Institute for Clinical Excellence tahun
2003. Tidak diragukan lagi bahwa kita sekarang berada dalam fase pengembangan
terapi DMTs (Disease Modifying Therapies). Meskipun saat ini kita belum bisa
bicara tentang penyembuhan, akan tetapi kita dapat memperlambat jalannya
penyakit seperti pemberian asetat interferon dan glatiramer.