Download - 100406069 - Anka Ayudhia
PERADABAN INGGRIS SEBELUM DAN SESUDAH
REVOLUSI INDUSTRI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
ANKA AYUDHIA
100406069
BAB I
PENDAHULUAN
1) Pengertian kota
Dalam pengertian geografis, kota itu adalah suatu tempat yang
penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok kelompok, dan mata
pencaharian penduduknya bukan pertanian. Sementara menurut Bintarto, 1987,
kota dalam tinjauan geografi adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang
cukup besar, dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis
dibandingkan dengan daerah di belakangnya.
Tinjauan di atas masih sangat kabur dalam arti akan sulit untuk menarik
batas yang tegas untuk mendefinisi kota dan membedakannya dari wilayah desa
apabila menginginkan tinjauan tersebut. Tinjauan di atas merupakan batasan kota
dari segi sosial. Dalam perkembangannya, konsep-konsep kota paling tidak dapat
dilihat dari 4 sudut pandang, yaitu segi fisik , administratif, sosial dan fungsional.
Dengan banyaknya sudut pandang dalam membatasi kota, mengakibatkan
pemahaman kota dapat berdimensi jamak dan selama ini tidak satupun batasan
tolak ukur kota yang dapat berlaka secara umum. Kota dalam tinjauan fisik atau
morfologi menekankan pada bentuk-bentuk kenampakan fisikal dari lingkungan
kota. Smailes (1955) dalam Yunus (1994) memperkenalkan 3 unsur morfologi
kota yaitu penggunaan lahan, pola-pola jalan dan tipe atau karakteristik bangunan.
Sementara itu Conzen (1962) dalam Yunus (1994) juga mengemukakan unsur -
unsur yang serupa dengan dikernukakan Smailes, yaitu plan,
architectural style and land use.
Berdasarkan pada berbagai macam unsur morfologi kota yang
dikemukakan di atas, terlihat bahwa secara umum unsur-unsur morfologi kota
berkisar antara karakteristik bangunan, pola jalan dan penggunaan lahan.Unsur-
unsur ini yang paling sering digunakan untuk mengenali suatu daerah secara,
morfologis, kota atau bukan.
Secara garis besar ada tiga macarn proses perluasan areal kekotaan
(urbansprawl) menurut Hadi Sabari Yunus, yaitu:
1. Perembetan konsentris
Tipe pertama ini dikemukakan oleh Haevey Clark dengan. Jenis
perembetan iniberlangsung paling lambat karena perembetan berjalan perlahan-
lahan terbatas pada semua bagian luar kenampakan fisik kota. Proses perembetan
ini menghasilkan bentuk kota yang relatif kompak dan peran transportasi tidak
begitu besar.
2. Perembetan memanjang
Tipe ini dikenal dengan ribbon development linear yang menunjukkan,
ketidak merataan perembetan areal perkotaan di semua bagian sisi luar dari kota
utarna. Perernbetan paling cepal terlillat disepapJang jalur transportasi yang ada,
khususnya yang bersifat menjari dari pusat kota.
3. Perembetan yang meloncat
Tipe ini dikenal sebagai leaf ftog development dan dianggap paling
merugikan. Hal ini karena perembetan ini tidak efisien dalam arti ekonorni, tidak
mempunyai estetika dan tidak. menarik. Perkernbangan lahan terjadi berpencaran
secara sporadis dan menyulitkan pernerintah kota untuk membangun prasarana
fasilitas kebutuhan hidup penduduknya. Tipe ini sangat cepat menimbulkan
darnpak negatif terhadap kegiatan pertanian, memunculkan kegiatan spekulasi
lahan, dan menyulitkan upaya penataan ruang kota.
2.Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pcrkembangan Kota
Aspek perkernbangan dan pengernbangan wilayah tidak dapat lepas dari
adanya ikatan-ikatan ruang perkernbangan wilayah secara geograris. Menurut
Yunus (1981) proses perkembang,ini dalam arti luas tercermin. Chapin (dalam
Soekonjono, 1998) mengemukakan ada 2 hal yang mempengaruhi tuntutan
kebutuhan ruang yang selanjutnva menyebabkan perubahan penggunaan lahan
yaitu :
1. Adanya perkembangan penduduk dan perekonomian,
2. Pengaruh sisterm aktivitas, sistem pengembangan, dan sistem lingkungan.
Variabel yang berpengaruh dalarn proses perkembangan kota menurut Raharjo
(dalam Wdyaningsih, 2001), adalah:
· Penduduk, keadaan penduduk, proses penduduk, lingkungan sosial
penduduk
· Lokasi yang strategis, sehingga aksesibilitasnya tinggi
· Fungsi kawasan perkotaan, merupakan fungsi dorminan yang mampu
menimbulkan
· 4. Kelengkapan fasilitas sosial ekonomi yang merupakan faktor utama
timbulnya perkembangan dan pertumbuhan pusat kota
· 5. Kelengkapan sarana dan prasarana transportasi untuk meningkatkan
aksesibilitas penduduk ke segala arah
· 6. Faktor kesesuaian lahan
· 7. Faktor kemajuan dan peningkatan bidang teknologi yang mempercepat
proses pusat kota mendapatkan perubahan yang lebih maju.
3 Struktur Tata Ruang Kota
Struktur tata ruang kota dapat membantu dalam memberi pernahaman
tentang perkernbangan suatu kota. Ada 3 (tiga) teori struktur tata ruang kota yang
berhubungan erat dengan perk embangain guna lahan kota dan perkembangan
kota, yaitu (Chapin, 1979).
A. Teori Konsentrik (concentriczone concept) yang dikemukakan EW.Burkss.
Dalam teori konsentrik ini, Burgess mengemukakan bahwa bentuk guna lahan
kota
membentuk suatu zona konsentris. Dia mengemukakan wilayah kota dibagi dalam
5(lima) zona penggunaan lahan yaitu:
o Lingkaran dalam terletak pusat kota (central business distric atau CBD)
yang terdiri bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar dan
pusat perbelanjaan
o Lingkaran kedua terdapat jalur peralihari yang terdiri dari: rumah-rumah
sewaan, kawasan industri, dan perumahan buruh
o Lingkaran ketiga terdapat jalur wisma buruh, yaitu kawasan perumahan
untuk tenaga kerja pabrik
o 4.Lingkaran keempat terdapat kawasan perumahan yang luas untuk tenaga
kerja kelas menengah
o 5.Lingkaran kelima merupakan zona penglaju yang merupakan tempat
kelas menengah dan kaum berpenghasilan tinggi.
B. Teori sektor (sector concept) yang dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Dalam
teori ini Hoyt mengemukakan beberapa masukan tambahan dari bentuk guna
lahan kota yang berupa suatu penjelasan dengan penggunaan lahan permukiman
yang lebih memfokusan pada pusat kota dan sepanjang jalan transportasi. Dalam
teorinya ini, Hoyt membagi wilayah kota dalam beberapa zona, yaitu:
o Lingkaran pusat, terdapat pusat kota atau CBD
o Sektor kedua terdapat kawasan perdagangan dan industri
o Sektor ketiga terdapat kawasan tempat tinggal kelas rendah
o 4. Sektor keempat terdapat kawasan tempat tinggal kelas menengah
o 5. Sektor kelima terdapat kawasan ternpat tinggal kelas atas.
C. Teori banyak pusat (multiple-nuclei concept) yang dikernukakan oleh
R.D.McKenzie. Menurut McKenzie teori banyak pusat ini didasarkan pada
pengamatan lingkungan sekitar yang sering terdapat suatu kesamaan pusat dalam
bentuk pola guna lahan kota daripada satu titik pusat yang dikemukakan pada
teori sebelumnya. Dalarn teori ini pula McKenzie menerangkan bahwa kota
meliputi pusat kota, kawasan kegiatan ekonomi, kawasan hunian dan pusat
lainnya. Teori banyak pusat ini selanjutnya dikembangkan oleh Chancy Harris
dan Edward Ullman yang kemudian membagi kawasan kota menjadi beberapa
penggunaan lahan, yaitu:
1. Pusat kota atau CBD
2 Kawasan perdagangan dan industri
3 Kawasan ternpat tinggal kelas rendah
4. Kawasan ternpat tinggal kelas menengah
5. Kawasan tempat tinggal kelas atas
6. Pusat industri berat
7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran
8. Kawasan tempat tinggal sub-urban
9. Kawasan industri suburban
Menurut Yunus, tipe-tipe struktur tata ruang kota diatas merupakan tipe
struktur ruang yang berdasarkan pendekatan ekologikal. Pendekatan ekologikal
memandang manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai hubungan
interrelasi dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk penggunahn lahan
yaitu merupakan proses bertempat tinggal, mengembangkan keturunan, dan
tempat mencari makan (Yunus, 1999). Struktur tata ruang kota juga dapat
dijelaskan berdasarkan pendekatan morfologikal, Beberapa sumber
mengernukakan bahwa tinjauan terhadap morfologi kota. ditekankan pada bentuk-
bentuk- fisikal dari lingkungan kekotaan dan hal ini dapat diamati dari
kenampakan kota secara fisikal yang antara lain tercermin pada sistern jalan -
jalan yang ada, blok-blok bangunan baik daerah hunian ataupun bukan
(perdagangan/ industri) dan juga bangunan bangunan individual (Herbert, 1973
dalam Yunus,1999 J07).
Ada tujuh pola struktur tata ruang kota. yang didasarkan pada pendekatan
morfologikal ini (Hudson dalam Yunus, 2003) yaltu:
1. Bentuk satelit dan pusat-pusat baru.
2. Bentuk stelar atau radial
3. Bentuk cincin
4. Bentuk linier bermanik
5. Bwentuk inti/kompak
6. Bentuk memencar
7. Bentuk kota. bawah tanah
Apabila pola jalan sebagai indikator morfologi kota, maka ada tiga sistem
pola jalan yang dikenal. (yunus, 2000: 142), yaitu:
o Sistern pola jalan tidak teratur
o Sistim pola jalan radial koilswitris
o Sistem pola jalan bersudut siku/grid
4. Sejarah Perkotaan.
Kota adalah wadah dan wajah masyarakat yang akan terus bertahan atau
dipertahankan. Rumusan tersebut perlu adanya penegasan bahwa: - setiap kota
pasti mempunyai sejarah; - di mana, mengapa dan kapan didirikan, dibangun dan
dipertahankan; - bagaimana kota itu mesti dibangun dan dikembangkan; -
kegiatan perencanaan teknis dan non-teknis (simbolis dan nilai budaya). Dengan
demikian perkembangan dan perubahan yang terjadi akan memberikan makna
atau arti bagi kota itu sendiri. Perkembangan kota-kota telah terjadi dan pada
akhirnya, memunculkan adanya dua teori:
1. Pertama, teori pemencaran (diffusionist theory) yang berpendapat
bahwa gagasan pengembangan kota dipencarkan dari suatu wilayah peradaban
atau kebudayaan ke wilayah lain di muka bumi ini.
2. Kedua, teori penemuan (inventionist theory) yang mengatakan bahwa
gagasan pengembangan kota dapat saja timbul di suatu wilayah tertentu di muka
bumiini.
Menurut Giedeon Syoberg (1965), pola ruang sirkular, telah lama ada,
mencerminkan adanya pemusatan kekuasaan dalam masyarakat pra-industri
sebagai panutan dan pengendali, yang secara spasial maupun secara sosial,
merupakan pola pusat dan pinggiran (center dan periphery). Ini berarti bahwa
puncak kekuasaan berada di tengah ruang kota, dan semakin jauh dari tengah kota
semakin rendah, sedangkan tentang pola ruang kota berbentuk papan catur atau
grid (grid-pattern). Oleh Stanislawski (1946) ditegaskan, bahwa pola ruang grid
telah dikembangkan berikut landasan konsepnya dan dipakai pada kota Mohenjo
Daro, bukan pada kota-kota pertama atau lebih tua, seperti di wilayah
Mesopotamia dan di lembah Nil. Menurut Spiro Kostof (1992), ciri-ciri kota
adalah suatu tempat, berkembang dalam kelompok, mempunyai batas keliling,
mempunyai berbagai jenis lapangan kerja, membutuhkan sumber daya, tergantung
pada tata tulis, membutuhkan wilayah pendukung, memerlukan identitas
monumental, terdiri atas manusia dan bangunan. Namun menurut cara pandang
sistem ruang kota atau permukiman terdapat empat unsur-unsur ruang yang saling
berkaitan dan mendukung (Doxiadis 1968), yaitu
1. unsur ruang pusat (central part);
2. unsur ruang homogin (homogeneous part);
3. unsur ruang khusus (special part);
4. unsur jaringan sirkulasi (circulatory part).
Hasil penelitian Sjoberg dan Stanislawski di atas, bisa mendasari asumsi
berikut ini: Pada dasarnya kota-kota pra-industri di manapun mempunyai struktur
dasar perkotaan yang sama, maka pengetahuan pembangunan kota dan patokan
penataannya dapat dipinjam dapat dipinjam untuk pembangunan kota lain. Secara
hipotetis kemudian dapat dikatakan bahwa segenap bentuk pengetahuan, konsep,
dan patokan tata ruang kota yang dipinjam dari ‘orang lain’, dalam penerapannya
bagi masyarakat ‘sendiri’ akan memerlukan penyesuaian-penyesuaian. Ada atau
tidaknya pengaruh luar terhadap pertumbuhan kota:
1.Pertama, penganut teori difusi (diffusion) atau penyebaran gagasan dan
temuan teknologi (dispersionist atau diffusionist) dalam perkembangan
kota.
2.Kedua, penganut keyakinan akan adanya simpul-simpul komunitas di
muka bumi ini yang secara mandiri memiliki akal unggul (inventionist) pendorong
lahirnya kotakota dapat dilihat melalui dua golongan, yaitu :
· golongan pertama, terjadinya kota merupakan regional. Namun
lahir dan terjadinya sebuah gejala berantai, antar budaya dimuka
bumi, berupa penyebaran. Pengembangan kota dipandang sebagai
suatu cara untuk untuk mengatasi persoalan demografis dan
geografis setempat.
· Golongan kedua, lahirnya suatu kota berdasarkan pemikiran atau
penemuan masyarakat setempat, tanpa dipengaruhi faktor luar.
Kelahiran kota disuatu wilayah dipandang sebagai peristiwa
independen terhadap pengaruh luar.
Syarat Utama Kota Praindustri
Dalam pemikiran Syoberg (1960), ada tiga prasyarat utama untuk dapat
lahir dan berkembangnya kota praindustri, yaitu :
1, adalah lingkungan ekologis yang mendukung
2, adalah teknologi, dan
3, adalah organisasi yang memiliki struktur kekuasaan (power structure)
nyata.
Ketiga persyaratan di atas harus dipenuhi untuk melahirkan entitas
komunitas yang disebut kota dapat dilihat melalui kerangka konsepsional kota
praindustri: - lingkungan ekologis berupa lahan yang sesuai serta kondisi iklim
yang cocok sangat diperlukan bagi kehidupan penduduk; dan - teknologi pertanian
mendukung budidaya pertanian, mengatasi kebutuhan pergerakan manusia. Apa
yang oleh Gordon Childe (1957), disebutkan sebagai “pekerjaan umum” (public
works) meliputi prasarana perkotaan, seperti jalan, persediaan air (water supply)
dan pematusan (drainage), kompleks permukiman dan bangunan-bangunan umum
peribadatan, candi dan monumen-monumen. Organisasi sosial yang cukup maju
sebagai wahana ekonomi dan politik.
Definisi kota praindustri menurut Spiro Kostof (1992) berkaitan dengan
persoalan ruang, adalah: suatu tempat berkembang dalam kelompok, mempunyai
batas keliling, mempunyai berbagai jenis lapangan kerja, membutuhkan
sumberdaya, tergantung kepada tata tulis, membutuhkan wilayah pendukung,
memerlukan identitas monumental, terdiri atas manusia dan bangunan. Batasan
kota di atas lebih luas, dibanding rumusan sebelumnya yang diketengahkan oleh:
Louis Wirth (1938); Gordon Childe (1957); Paul Wheatly (1975); Lewis
Mumford (161); dan Giedeon Sjoberg (1965). Penelitian Giedeon Sjoberg (1965)
dan Spiro Kostof (1992), memberikan rangkuman kesimpulan hipotetis yang lebih
luas, di antaranya, yaitu bahwa kota-kota praindustri di mana saja, di Eropa, di
India atau di Cina, mempunyai pola dasar keruangan yang sama, baik berkaitan
dengan struktur sosial maupun struktur ekonomi, kecuali bagi unsur kota yang
memiliki kandungan nilai budaya khusus. Adanya nilai budaya yang bersifat khas
dalam masyarakat kota praindustri akan lahir pola kota yang khas pula.
Pola Kota Papan Catur
Pola kota papan catur yang populer disebut grid-iron pattern atau grid-
pattern. Pola kota ini ditemukan, pertama kali digunakan sebagai pola kota
Mohenjo Daro, wilayah sebelah barat India kuno (Stanislawski, 1946). Secara
teoritis pemakaian pola ini didasari atas dua macam pertimbangan (Stanislawski,
1946): Pertama, adalah alasan efisiensi penggunaan ruang, berkaitan dengan
anggapan bahwa bangunan pada umumnya berbentuk persegi (rectangular).
Kedua, adalah alasan berkaitan dengan penyiapan jalan untuk keperluan barisan
prosesi memanjang dan lurus (straight processional street). Dari Mohenjo Daro,
pola kota ini menyebar ke berbagai wilayah, ke arah barat ke negara-negara Timur
Tengah, seperti Yunani dan Romawi serta kemudian, ke negara Eropa lainnya,
danke arah timur, meliputi bagian India lainnya, dan Cina. Penyebaran tersebut
juga disertai segenap konsepsi, nilai manfaat strategis beserta persyaratannya.
Selanjutnya, Stanislawski (1946) merumuskan beberapa butir pokok pola kota
papan catur berikut ini:
I. pola kota papan catur dikembangkan sebagai bagian dari pemusatan
kekuasaan yang mengendalikan segi-segi kehidupan masyarakat
(centralized control), terutama kontrol pemanfaatan tanah.
II. pola kotakota yang baru dibangun sekaligus, dan tidak pernah untuk
diterapkan dalam kasus pembangunan kembali (redevelopment) kota
lama.
III. pola papan catur dapat diterapkan dalam pembangunan kota-kota
satelit atau kota berstatus koloni, seperti layaknya kotakota.
IV. pola ini cocok untuk menyiapkan gubahan ruang kota yang
menghendaki bagian-bagian ruang yang seragam bentuk dan
ukurannya, terutama untuk bangunan gedung berbentuk rektangular.
V. Agar pemanfaatan pola kota ini dapat memenuhi harapan, maka
penguasaan konsepsi dan pengetahuan dibalik wujud fisik dan spasial
pola kota papan catur dipergunakan hanya pada entitas induk dan anak
permukiman adalah sangat penting.
Sejarah Perkotaan Berupa Pembelajaran
Kota besar seperti Roma dan London telah ada ribuan tahun, di era
modern semenjak tahun 1800, telah menjadi bagian yang signifikan dari populasi
total masyarakat yang berdiam di perkotaan. Pada tahun 1800, sekitar 3% dari
populasi dunia tinggal di perkotaan, dari sekitar 5000 atau lebih; Di tahun 1900
proporsi tersebut meningkat menjadi 13,6%. Great Britain, membawa perhatian
dunia, dengan urban proportion mencapai 80% di tahun 1921.
Apakah dimaksudkan kota lebih menarik dalam masyarakat kita, dibanding pada
periode awal sejarah.
Apakah naiknya konsentrasi dari penduduk dimaksudkan bagaimana mereka
berpikir dan bertindak?
Di era modern, mengapa beberapa kota tumbuh dan menjadi makmur dan lainnya
mandekatau menurun?
Bagaimana kehidupan di metropolis, city, atau town berbeda dari kehidupan di
village atau country?
Membangun kota di abad ke-20-an
Kota dan modernisme
a. Proses dari urbanisasi
Perkembangan perkotaan di abad ke-20 ditandai dengan munculnya giant urban
agglomeration, housing millions of residents, dan spread out an immense amount
of space. Jumlah terbesar adalah di Asia (lima kota) dan Amerika Latin (empat
kota), dipimpin oleh Tokyo-Yokohama dengn 27 juta, dan Mexico City dengan 21
juta.
b. Bentuk urban
Aglomerasi besar selalu berhubungan pada “city-regions”, sebuah istilah yang
dipopulerkan oleh Jane Jacobs. Aglomerasi ini termasuk keduanya, pusat
kotakota.
Bentuk dari city-region mempunyai karakter; - pada pusat kota lama; - konsentrasi
yang sangat besar dari corporate towers; - dalam suburban; - kepadatan tempat
tinggal rendah dan commercial sprawl; dan - pusat perbelanjaan sering kali di
tengah. Sekarang dinamakan “Edges Cities”, “technoburbs”, yaitu merupakan:-
kombinasi high-tech business, - dan beberapa fungsi-fungsi tempat tinggal serta
komersial, - serta jauh dari pusat kota yang asli. City-regions umumnya bukan
karena political, tetapi dibuat oleh lusinan pemerintah lokal yang berjuang dengan
penuh semangat untuk mempertahankan independen dari pemerintah pusat,dan
mereka bukan keseluruhan dari bagian unit sosial dan ekonomi yang sama. Ada
empat karater dari American suburbanization: 1. low residential density; 2. high
home ownership rate; 2. jarak yang tajam antara pusat kota yang relatif miskin
dan wealthy suburbs; dan 3. the long length of daily journey to work.
c. Arsitektur modern
Arsitek dan perencana berpengaruh terutama sekali dalam menetapkan bentuk
kota di abad ke-20.
Para modernis menolak penggunaan historical allusion dalam arsitektur, dalam
prinsip desain yang berhubungan pada bentuk-bentuk industri “machine
aesthetic”. Pengaruh dari Le Corbusier (1887~1968), yang menekankan purity of
form dalam desain.
d. Lansekap sosial
Percampuran etnik dan ras di kota-kota besar Kanada secara dramatis telah
berubah dalam lima tahun terakhir (British dan Franch di Montreal).
Corak multikultural dari kota-kota besar tidak seperti kota-kota kecil, towns, dan
countryside, yang membuat sangat kontras antara mereka dan metropolis. lama
dan komunitas suburban yang baru, yang telah tumbuh jauh melewati batas
Persepsi budaya dalam urbanisme
Persepsi kebudayaan dari kota-kota dapat digunakan pertama, untuk antropologi
seperti ditegaskan oleh Clifford Geertz, The Interpretation of Culture (1973),
seikat dari aktivitas dan nilai yang membentuk karakter dari masyarakat, dalam
kasus ini adalah, masyarakat di perkotaan. Kedua, digunakan secara terbatas di
mana budaya disamakan dengan seni dan kebiasaan, dan terutama dengan bidang
melukis dan musik.
a. Urbaniti sebagai sebuah budaya
Lewis Mumford dalam The Culture of Cities (1938) melakukan pendekatan
interdisipliner antara lain ahli filosofi, sejarah, kritik sastra, sosial, kritik
arsitektur, dan perencana:
1. Dalam pandangannya, kota mempunyai creative focal points bagi
masyarakat. Kota……adalah titik maksimum konsentrasi untuk power and culture
dari komuniti;
2 . Kota dibentuk oleh budaya, tetapi sebaliknya kota dipengaruhi wujud
dari budaya itu;
3. Kota dibentuk bersama-sama dengan langgam, menurut Mumford
sangat manusiawi, dan merupakan “greatest work of art”. Di dalam kota, waktu
menjadi visibel, dengan lapisan-lapisan dari masa lalu yang masih bertahan pada
buildings, monuments, dan public ways;
4. Max Weber, dengan peran budaya terhadap kota dalam The City
(1905), mengatakan bahwa konsep kota menekankan kesopanan (urbanity) –
wujud kosmopolitan dari urban experience. Melalui wujudnya, sebuah kota
dimungkinkan menjadi puncak dari individual dan inovasi, dan hal ini menjadi
instrumen dari perubahan sejarah; 5. Dalam Community Design and the Culture
of Cities (1990), Eduardo Lozanourbanity sama seperti city dengan civilization.
Argumentasinya, bahwa urbane community (komunitas yang berbudi) adalah
salah satu yang menawarkan wargakota berbagai lifestyles – kesempatan untuk
memilih, bertukar dan interaksi. Lozano percaya bahwa, bentuk ideal era
sebelumnya dari sejarah perkotaan, seperti order (aturan) dan diversity
(perbedaan), harus diintroduksi kembali ke dalam kota-kota yang berkharakter
membosankan dan membingungkan. William Sharpe dan Leonard Wallock
dalam Visions of the Modern City (1983), dalam pengantarnya menjelaskan
bahwa, kota telah terlihat sedikitnya sebagai pemandangan sosial dan psikologi,
keduanya memproduksi dan merefleksikan kesadaran modern; 6. Contoh lain
adalah issue spesial dalam Journal of Urban History berjudul “Cities as Cultural
Arenas”. Beberapa tingkat dari urban self-perception menjelajah dari kota
pencerahan (enlightenment) abad ke-18 ke idea kota “decomposition” di abad ke-
20; 7. Konsep provokatif dari urbanity yang menekankan perbedaan-perbedaan
daripada komunitas (Thomas Bender). Bender percaya bahwa, notion dari
komunitas bukan salah satu yang efektif dapat diterapkan pada pusat-pusat
perkotaan yang besar, bila oleh komunitas dimaksudkan ikatan dari penduduk
dari kesamaan ketertarikan dan nilai-nilai. Argumentasinya, bahwa notion of the
city secara kolektif didasari oleh perbedaan daripada kesamaan. melihat
b. Seni sebagai budaya
Hubungan antara kota-kota dan budaya dikembalikan pada asal dari kota itu
sendiri. Penataan perkotaan memberikan kekayaan, kesenangan, dan konsentrasi
dari penduduk yang kreatif memproduksi seni seperti di Renaissance Florence.
1.Witold Rybezynski mengatakan “budaya telah menjadi industri besar di
beberapa kota tua”. Kota-kota tetap pada lokasi dari budaya yang paling utama –
museum, teater, auditorium, dan universitas, juga pabrik-pabrik dan beberapa
kantor– ada pada suburbans. Mereka menjadi tujuan wisata karena daya tarik
budayanya;
2. Menurut Jon Caufield, beberapa lukisan terlihat “menangkap atau
melambangkan aspek krusial dari pengertian kota baru”; 3. Public art secara
tradisional memberikan rasa pada kota sebagai dunia kolektif dan tempat berbagi.
Selalu terdapat patung yang menyimbolkan figur-figur mitologi sebagai even yang
penting bagi negara atau kota pada masa lalu. Modernisme cenderung untuk
menghancurkan peran budaya dari public art dengan merusak gagasan dari ruang
publik sebagai lahan bersama. Ahli perkotaan
c. Warisan sebagai budaya
Bagian yang paling menonjol dari budaya kota-kota di Eropa adalah
lingkungan binaan bersejarah. Di Amerika Utara, permukiman perkotaan selalu
diberikan prioritas untuk tumbuh daripada mempertahankan masa lalu. Gertrude
Stein menaksir kota-kota di wilayahnya merupakan tipikal dari perilaku modernis:
New York, San Fransisco, dan Cleveland. Puncak pelanggaran terjadi di tahun
1960-an ketika beberapa bangunan di seluruh wilayah dihancurkan dengan alasan
bahwa sudah lama bertahan dalam perjalanannya dan tidak dapat diselamatkan
nilainya. Apa yang disebut dengan “paradigm shift”, yang juga terjadi di tahun
1960-an, yaitu wargakota dan para professional untuk melihat kota-kota dengan
cara pandang baru. Sebagai contoh, Jane Jacobs dalam The Death and Life of
Great America Cities (1961) mengatakan, praktek perencanaan konvensional
dengan memberikan saran/usulan/anjuran bahwa resep atau ketentuan perencana
untuk merevitalisasi kota-kota pada kenyataannya akan membunuh mereka
sendiri.
Sebagai contoh: - Di New York, lahan/tanah menjadi pertempuran hebat
melawan real estate, yang memandang preservasi bangunan bersejarah sebagai
pelanggaran dari properti (milik) mereka. - Penghancuran stasiun Pensylvania di
tahun 1963, walaupun secara luas dikampanyekan untuk dilindungi, surat kabar
New York Times mengutuk hal itu sebagai “monumental act of vandalism
BAB II
TEORI
1. Revolusi Industri.
Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana
terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,
pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam
terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai
dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika
Utara, Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia.
Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah
dunia, hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi
Industri, khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan
pendapatan rata-rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Selama dua abad setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita negara-
negara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat. Seperti yang dinyatakan oleh
pemenang Hadiah Nobel, Robert Emerson Lucas, bahwa: "Untuk pertama kalinya
dalam sejarah, standar hidup rakyat biasa mengalami pertumbuhan yang
berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya
Inggris memberikan landasan hukum dan budaya yang memungkinkan para
pengusaha untuk merintis terjadinya Revolusi Industri. Faktor kunci yang turut
mendukung terjadinya Revolusi Industri antara lain:
(1) Masa perdamaian dan stabilitas yang diikuti dengan penyatuan Inggris dan
Skotlandia,
(2) tidak ada hambatan dalam perdagangan antara Inggris dan Skotlandia
(3) aturan hukum (menghormati kesucian kontrak),
(4) sistem hukum yang sederhana yang memungkinkan pembentukan saham
gabungan perusahaan (korporasi), dan
(5) adanya pasar bebas (kapitalisme).
Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, dimana terjadinya
peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya
menggunakan tenaga hewan dan manusia digantikan oleh penggunaan mesin yang
berbasis menufaktur. Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi
terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan
penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan
dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan rel kereta api. Adanya peralihan
dari perekonomian yang berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis
manufaktur menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk besar-besaran dari
desa ke kota, dan pada akhirnya menyebabkan membengkaknya populasi di kota-
kota besar di Inggris.
Awal mula Revolusi Industri tidak jelas tetapi T.S. Ashton menulisnya
kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada
sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan
momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir
abad tersebut perkembangan mesin bakar dalam dan perkembangan pembangkit
tenaga listrik
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya Revolusi Industri adalah
terjadinya revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke 16 dengan munculnya para
ilmuwan seperti Francis Bacon, Rene Decartes, Galileo Galilei serta adanya
pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian lembaga riset seperti The
Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The French
Academy of Science. Adapula faktor dari dalam seperti ketahanan politik dalam
negeri, perkembangan kegiatan wiraswasta, jajahan Inggris yang luas dan kaya
akan sumber daya alam.
Istilah "Revolusi Industri" sendiri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan
Louis-Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Beberapa sejarawan abad ke-
20 seperti John Clapham dan Nicholas Crafts berpendapat bahwa proses
perubahan ekonomi dan sosial yang terjadi secara bertahap dan revolusi jangka
panjang adalah sebuah ironi. Pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita negara-
negara di dunia meningkat setelah Revolusi Industri dan memunculkan sistem
ekonomi kapitalis modern. Revolusi Industri menandai dimulainya era
pertumbuhan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi kapitalis. Revolusi
Industri dianggap sebagai peristiwa paling penting yang pernah terjadi dalam
sejarah kemanusiaan sejak domestikasi hewan dan tumbuhan pada masa
Neolitikum.
Etimologi
Awal mula penggunaan istilah "Revolusi Industri" ditemukan dalam surat
oleh seorang utusan Perancis bernama Louis-Guillaume Otto pada tanggal 6 Juli
1799, dimana dia menuliskan bahwa Perancis telah memasuki era
industrialise..[14] Dalam buku terbitan tahun 1976 yang berjudul : Keywords: A
Vocabulary of Culture and Society, Raymond Williams menyatakan bahwa kata
itu sebagai sebutan untuk istilah "industri".
Revolusi Industri Adalah Perubahan besar, secara cepat, dan radikal yang
mempengaruhi kehidupan corak manusia sering disebut revolusi. Istilah revolusi
biasanya digunakan dalam melihat perubahan politik atau sistem pemerintahan.
Namun, Revolusi Industri di Inggris pada hakikatnya adalah perubahan dalam
cara pembuatan barang-barang yang semula dikerjakan dengan tangan (tenaga
manusia) kemudian digantikan dengan tenaga mesin. Dengan demikian, barang-
barang dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat.
Sebab-sebab timbulnya Revolusi Industri
Revolusi Industri untuk kali pertamanya muncul di Inggris. Adapun faktor-faktornya
yang menyebabkannya adalah sebagai berikut:
· Situasi politik yang stabil. Adanya Revolusi Agung tahun 1688 yang
mengharuskan raja bersumpah setia kepada Bill of Right sehingga raja tunduk
kepada undang-undang dan hanya menarik pajak berdasarkan atas persejutuan
parlemen.
· Inggris kaya bahan tambang, seperti batu bara, biji besi, timah, dan kaolin. Di
samping itu, wol juga yang sangat menunjang industri tekstil.
· Adanya penemuan baru di bidang teknologi yang dapat mempermudah cara kerja
dan meningkatkan hasil produksi, misalnya alat-alat pemintal, mesin tenun,
mesin uap, dan sebagainya.
· Kemakmuran Inggris akibat majunya pelayaran dan perdagangan sehingga dapat
menyediakan modal yang besar untuk bidang usaha. Di samping itu, di Inggris
juga tersedia bahan mentah yang cukup karena Inggris mempunyai banyak
daerah jajahan yang menghasilkan bahan mentah tersebut.
· Pemerintah memberikan perlindungan hukum terhadap hasil-hasil penemuan baru
(hak paten) sehingga mendorong kegiatan penelitian ilmiah. Lebih-lebih setelah
dibentuknya lembaga ilmiah Royal Society for Improving Natural Knowledge
maka perkembangan teknologi dan industri bertambah maju.
· Arus urbanisasi yang besar akibat Revolusi Agraria di pedesaan mendorong
pemerintah Inggris untuk membuka industri yang lebih banyak agar dapat
menampung mereka.
Tahap Perkembangan Industri
Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat kerajinan
dan perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan warga berjiwa bebas
menjadi tulang punggung perekonomian kota. Mereka bersaing secara bebas untuk
kemajuan dalam perekonomian. Pertumbuhan kerajinan menjadi industri melalui
beberapa tahapan, seperti berikut.
· Sistem Domestik
Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri). Para pekerja
bekerja di rumah masing-masing dengan alat yang mereka miliki sendiri. Bahkan,
kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah selesai dikerjakan disetorkan kepadanya.
Upah diperoleh berdasarkan jumlah barang yang dikerjakan. Dengan cara kerja yang
demikian, majikan yang memiliki usaha hanya membayar tenaga kerja atas dasar prestasi
atau hasil. Para majikan tidak direpotkan soal tempat kerja dan gaji.
· Manufaktur
Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk bekerja
agar majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu produksinya.
Sebuah manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada
di bagian belakang rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan
bagian depan sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan dengan pekerja
(buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit.
Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga masih berdasarkan pesanan.
· Sistem pabrik
Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin. Tempatnya
di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar kota. Tempat tersebut
untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di tempat lain. Demikian juga toko
tempat pemasaran hasil industri diadakah di tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya
(buruhnya) sudah puluhan, bahkan ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk
dipasarkan.
Berbagai jenis penemuan
Adanya penemuan teknologi baru, besar peranannya dalam proses industrialisasi
sebab teknologi baru dapat mempermudah dan mempercepat kerja industri,
melipatgandakan hasil, dan menghemat biaya. Penemuan-penemuan yang penting, antara
lain sebagai berikut.
· Kumparan terbang (flying shuttle) ciptaan John Kay (1733). Dengan alat ini
proses pemintalan dapat berjalan secara cepat.
· Mesin pemintal benang (spinning jenny) ciptaan James Hargreves (1767) dan
Richard Arkwright (1769). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.
· Mesin tenun (merupakan penyempurnaan dari kumparan terbang) ciptaan
Edmund Cartwight (1785). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.
· Cottongin, alat pemisah biji kapas dari serabutnya ciptaan Whitney (1794).
Dengan alat ini maka kebutuhan kapas bersih dalam jumlah yang besar dapat
tercukupi.
· Cap selinder ciptaan Thomas Bell (1785). Dengan alat ini kain putih dapat
dilukisi pola kembang 200 kali lebih cepat jika dibandingkan dengan pola cap
balok dengan tenaga manusia.
· Mesin uap, ciptaan James Watt (1769). Dari mesin uap ini dapat diciptakan
berbagai peralatan besar yang menakjubkan, seperti lokomotif ciptaan Richard
Trevethiek (1804) yang kemudian disempurnakan oleh George Stepenson
menjadi kereta api penumpang. Kapal perang yang digerakkan dengan mesin uap
diciptakan olehRobert Fulton (1814). Mesin uap merupakan inti dari Revolusi
Industri sehingga James Watt sering dianggap sebagai Bapak Revolusi Industri I'.
Penemuan-penemuan baru selanjutnya, semakin lengkap dan menyempurnakan.
Hal ini merupakan hasil Revolusi Industri II dan III, seperti mobil, pesawat
terbang, industri kimia dan sebagainya.
Selain itu, Revolusi Industri merupakan masa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menimbulkan penemuan-penemuan baru, seperti berikut :
· Tahun 1750 : Abraham Darby menggunakan batu bara (cokes) untuk melelehkan
besi untuk mendapatkan nilai besi yang lebih sempurna.
· Tahun 1802 : Symington menemukan kapal kincir.
· Tahun 1807 : Robert Fulton membuat kapal api yang telah menggunakan baling-
baling yang dapat menggerakkan kapal. Kapal itu diberi nama Clermont yang
mengarungi Lautan Atlantik pertama kali. Kapal ini berangkat dari Paris dan
berlabuh di New York. Selanjutnya, Robert Fulton berhasil membuat kapal
perang pertama (1814) yang telah digerakkan oleh mesin uap.
· Tahun 1804 : Richard Trevethick membuat kapal uap.
· Tahun 1832 : Samuel Morse membuat telegraf.
· Tahun 1872 : Alexander Graham Bell membuat pesawat telepon.
· Tahun 1887 : Daimler membuat mobil.
· Tahun 1903 : Wilbur Wright dan Orville Wright membuat pesawat terbang
Akibat Revolusi Industri
Revolusi Industri mengubah Inggris menjadi negara industri yang maju dan
modern. Di Inggris muncul pusat-pusat industri, seperti Lancashire, Manchester,
Liverpool, dan Birmingham. Seperti halnya revolusi yang lain, Revolusi Industri juga
membawa akibat yang lebih luas dalam bidang ekonomi, sosial dan politik, baik di negeri
Inggris sendiri maupun di negara-negara lain.
Akibat di bidang ekonomi
· Barang melimpah dan harga murah
Revolusi Industri telah menimbulkan usaha industri dan pabrik secara besar-besaran
dengan proses mekanisasi. Dengan demikian, dalam waktu singkat dapat menghasilkan
barang-barang yang melimpah. Produk barang menjadi berlipat ganda sehingga dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih luas. Akibat pembuatan barang menjadi
cepat, mudah, serta dalam jumlah yang banyak sehingga harga menjadi lebih murah.
· Perusahaan Kecil Gulung Tikar
Dengan penggunaan mesin-mesin maka biaya produksi menjadi relatif kecil sehingga
harga barang-barang pun relatif lebih murah. Hal ini membawa akibat perusahaan
tradisional terancam dan gulung tikar karena tidak mampu bersaing.
· Perdagangan makin Berkembang
Berkat peralatan perhubungan yang modern, cepat dan murah, produksi lokal berubah
menjadi produksi internasional. Pelayaran dan perdagangan internasional makin
berkembang pesat.
· Transportasi makin Lancar
Adanya penemuan di berbagai sarana dan prasarana transportasi makin sempurna dan
lancar. Dengan demikian, dinamika kehidupan masyarakat makin meningkat.
Akibat di bidang sosial
· Berkembangnya urbanisasi
Berkembangnya industrialisasi telah menimbulkan kota-kota dan pusat-pusat
keramaian yang baru. Oleh karena kota dengan kegiatan industrinya tampaknya
menjanjikan kehidupan yang lebih layak maka banyak petani desa pergi ke kota untuk
mendapatkan pekerjaan. Hal ini mengakibatkan terabaikannya usaha kegiatan pertanian.
· Upah buruh rendah
Akibat makin meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota industri maka jumlah tenaga
makin melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang menggunakan tenaga mesin.
Dengan demikian, upah tenaga kerja menjadi murah. Selain itu, jaminan sosial pun
kurang sehingga kehidupan mereka menjadi susah. Bahkan, para pengusaha banyak
memilih tenaga buruh wanita dan anak-anak yang upahnya lebih murah.
· Munculnya golongan pengusaha dan golongan buruh
Di dalam kegiatan industrialisasi dikenal adanya kelompok pekerja (buruh) dan
kelompok pengusaha (majikan) yang memiliki industri atau pabrik. Dengan demikian,
dalam masyarakat timbul golongan baru, yakni golongan pengusaha (kaum kapitalis)
yang hidup penuh kemewahan dan golongan buruh yang hidup dalam kemiskinan.
· Adanya kesenjangan antara majikan dan buruh
Dengan munculnya golongan pengusaha yang hidup mewah dan satu pihak,
sedangkan di pihak lain adanya golongan buruh yang hidup menderita, menimbulkan
kesenjangan antara majikan dan buruh. Kondisi seperti ini, sering menimbulkan
ketegangan-ketegangan yang diikuti dengan pemogokan kerja untuk menuntut perbaikan
nasib. Hal ini menimbulkan kebencian terhadap sistem ekonomi kapitalis, sehingga kaum
buruh condong kepada paham sosialis.
· Munculnya revolusi sosial
Pada tahun 1820-an terjadi huru hara yang ditimbulkan oleh penduduk kota yang
miskin dengan didukung oleh kaum buruh. Gerakan sosial ini menuntut adanya perbaikan
nasib rakyat dan buruh. Akibatnya, pemerintah mengeluarkan undang-undang yang
menjamin perbaikan nasib kaum buruh dan orang miskin. Undang-undang tersebut,
antara lain sebagai berikut:
o Tahun 1832 dikeluarkan Reform Bill atau Undang-Undang Pembaharuan
Pemilihan. Menurut undang-undang ini, kaum buruh mendapatkan hak-
hak perwakilan dalam parlemen.
o Tahun 1833 dikeluarkan Factory Act atau Undang-Undang Pabrik.
Menurut undang-undang ini, kaum buruh mendapatkan jaminan sosial.
Di samping itu, undang-undang juga berisi larangan pengunaan tenaga
kerja kanak-kanak dan wanita di daerah tambang di bawah tanah.
o Tahun 1834 dikeluarkan Poor Law Act atau Undang-Undang Fakir
Miskin. Oleh karena itu, didirikan pusat-pusat penampungan dan
perawatan para fakir miskin sehingga tidak berkeliaran.
o Makin kuatnya sifat individualisme dan menipisnya rasa solidaritas.
Dengan adanya Revolusi Industri sifat individualitas makin kuat karena
terpengaruh oleh sistem ekonomi industri yang serba uang. Sebaliknya,
makin menipisnya rasa solidaritas dan kekeluargaan.
Akibat di bidang politik
· Munculnya gerakan sosialis
Kaum buruh yang diperlakukan tidak adil oleh kaum pengusaha mulai bergerak
menyusun kekuatan untuk memperbaiki nasib mereka. Mereka kemudian membentuk
organisasi yang lazim disebut gerakan sosialis. Gerakan sosialis dimotivasi oleh
pemikiran Thomas Marus yang menulis buku Otopia. Tokoh yang paling populer di
dalam pemikiran dan penggerak paham sosialis adalah Karl Marx dengan bukunya Das
Kapital.
· Munculnya partai politik
Dalam upaya memperjuangkan nasibnya maka kaum buruh terus menggalang
persatuan. Apalagi dengan makin kuatnya kedudukan kaum buruh di parlemen
mendorong dibentuknya suatu wadah perjuangan politik, yakni Labour Party (Partai
Buruh). Partai ini berhaluan sosialis. Di pihak pengusaha mengabungkan diri ke dalam
Partai Liberal.
· Munculnya imperialisme modern
Kaum pengusaha/kapitalis umumnya mempunyai pengaruh yang kuat dalam
pemerintahan untuk melakukan imperialisme demi kelangsungan industrialisasinya.
Dengan demikian, lahirlah imperialisme modern, yaitu perluasan daerah-daerah sebagai
tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan mentah, penanaman modal yang surplus,
dan tempat mendapatkan tenaga buruh yang murah. Dalam hal ini Inggris-lah yang
menjadi pelopornya.
Pengaruh Revolusi Industri terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan politik di
Indonesia
Revolusi Industri yang terjadi di Eropa dan di Inggris khususnya membawa
dampak di bidang sosial, ekonomi, dan politik. Di bidang sosial munculnya golongan
buruh yang hidup menderita dan berusaha berjuang untuk memperbaiki nasib. Gerakan
kaum buruh inilah yang kemudian melahirkan gerakan sosialis yang menjadi lawan dari
Kapitalis. Bahkan, kaum buruh akhirnya bersatu dalam suatu wadah organisasi, yakni
Partai Buruh. Di bidang ekonomi, perdagangan makin berkembang. Perdagangan lokal
berubah menjadi perdagangan regional dan internasional. Sebaliknya, di bidang politik,
Revolusi Industri melahirkan imperialisme modern.
Perubahan di bidang politik
Sejak VOC dibubarkan pada tahun 1799, Indonesia diserahkan kembali kepada
pemerintahan Kerajaan Belanda. Pindahnya kekuasaan pemerintahan dari VOC ke tangan
pemerintah Belanda tidak berarti dengan sendirinya membawa perbaikan. Kemerosotan
moral di kalangan para penguasa dan penderitaan penduduk jajahan tidak berubah. Usaha
perbaikan bagi penduduk tanah jajahan tidak dapat dilaksanakan karena Negeri Belanda
sendiri terseret dalam perang dengan negara-negara besar tetangganya. Hal ini terjadi
karena Negeri Belanda pada waktu itu diperintah oleh pemerintah boneka dari
Kemaharajaan Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte. Dalam situasi yang
demikian, Inggris dapat memperluas daerah kekuasaannya dengan merebut jajahan
Belanda, yaitu Indonesia.
1. Hindia Belanda di bawah Daendels (1808–1811) .Dalam usaha mengadakan
pembaharuan pemerintahan di tanah jajahan, di Negeri Belanda ada dua golongan
yang mengusulkannya.
· Golongan Konservatif dengan tokohnya Nenenberg yang menginginkan untuk
mempertahankan sistem politik dan ekonomi seperti yang dilakukan oleh VOC.
· Golongan Liberal dengan tokohnya Dirk van Hogendorp yang menghendaki agar
pemerintah Hindia Belanda menjalankan sistem pemerintahan langsung dan
menggunakan sistem pajak. Sistem penyerahan paksa yang dilakukan oleh VOC
agar digantikan dengan sistem penyerahan pajak.
Di satu pihak pemerintah condong kepada pemikiran kaum Konservatif karena
kebijaksanaannya akan mendatangkan keuntungan yang cepat dan mudah dilaksanakan.
Di pihak lain, pemerintah juga ingin menjalankan pembaharuan yang dikemukakan oleh
kaum Liberal. Gagasan pembaharuan pemerintahan kolonial dimulai semenjak
pemerintahan Daendels. Sebagai gubernur jenderal pemerintahan Belanda di Indonesia,
Daendels banyak melakukan langkah-langkah baru dalam pemerintahan. Daendels
mengadakan perombakan pemerintahan secara radikal, yakni meletakkan dasar-dasar
pemerintahan menurut sistem Barat. Langkah- langkah tersebut, antara lain:
· Pemerintahan kolonial di pusatkan di Batavia dan berada di tangan gubernur
jenderal.
· Pulau Jawa dibagi menjadi sembilan prefectur. Hal ini untuk mempermudah
administrasi pemerintahan.
· Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda di bawah pemerintahan
prefect.
· Mengadakan pemberantasan korupsi dan penyelewengan dalam pungutan
(contingenten) dan kerja paksa.
· Kasultanan Banten dan Cirebon dijadikan daerah pemerintah Belanda yang
disebut pemerintah gubernemen.
· Berbagai upacara di istana Surakarta dan Yogyakarta disederhanakan.
Pada awal pemerintahannya, Daendels menentang sistem kerja paksa dan merombak
sistem feodal. Akan tetapi, tugas untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan
Inggris menyebabkan Daendels terpaksa harus mengadakan penyerahan kerja paksa
secara besarbesaran (dengan menggunakan pengaruh penguasa pribumi) untuk
membangun jalanjalan dan benteng-benteng pertahanan. Demikian juga karena kas
negara kosong menyebabkan juga ditempuh cara-cara lama untuk mengisi kas negara.
Dengan demikian, kehidupan rakyat pribumi tetap menderita. Ketika akhirnya Inggris
menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke Eropa. Penggantinya tidak
mampu menahan serangan Inggris dan terpaksa menyerah. Dengan demikian, Indonesia
berada di bawah kekuasaan Inggris.
1. Masa pemerintahan Raffles (1811–1816) ==
Setelah Indonesia (khususnya Pulau Jawa) jatuh ke tangan Inggris, oleh pemerintah
Inggris dijadikan bagian dari jajahannya di India. Gubernur Jenderal East India Company
(EIC), Lord Minto yang berkedudukan di Calcuta (India) kemudian mengangkat Thomas
Stamford Raffles sebagai letnan gubernur (wakil gubernur) untuk Indonesia (Jawa).
Raffles didampingi oleh suatu badan panasihat yang disebut Advisory Council. Tugas
yang utama adalah mengatur pemerintahan dan meningkatkan perdagangan, serta
keuangan. Sebagai seorang yang beraliran liberal, Raffles menginginkan adanya
perubahanperubahan dalam pemerintahan di Indonesia (Jawa). Selain bidang
pemerintahan, ia juga dilakukan perubahan di bidang ekonomi. Ia hendak melaksanakan
kebijaksaaan ekonomi yang didasarkan kepada dasardasar kebebasan sesuai dengan
ajaran liberal. Langkah-langkah yang diambil oleh Raffles dalam bidang pemerintahan
dan ekonomi adalah sebagai berikut.
· Mengadakan penggantian sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh
penguasa pribumi dengan sistem pemerintahan kolonial ala Barat. Untuk
memudahkan sistem administrasi pemerintahan, Pulau Jawa dibagi menjadi
delapan belas karesidenan.
· Para bupati dijadikan pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dan
bukan lagi memiliki tanah dengan segala hasilnya. Dengan demikian, mereka
bukan lagi sebagai penguasa daerah, melainkan sebagai pegawai yang
menjalankan tugas atas perintah dari atasannya.
· Menghapus segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa atau rodi. Rakyat
diberi kebebasan untuk menanam tanaman yang dianggap menguntungkan.
· Raffles menganggap bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik semua tanah
yang ada di daerah tanah jajahan. Oleh karena itu, Raffles menganggap para
penggarap sawah adalah penyewa tanah pemerintah.
Oleh karena itu, para petani mempunyai kewajiban membayar sewa tanah kepada
pemerintah. Sewa tanah atau landrente ini harus diserahkan sebagai suatu pajak atas
pemakaian tanah pemerintah oleh penduduk. Sistem sewa tanah smacam itu oleh
pemerintah Inggris dijadikan pegangan dalam menjalankan kebijaksanaan ekonominya
selama berkuasa di Indonesia. Sistem ini kemudian juga diteruskan oleh pemerintah
Hindia Belanda setelah Indonesia diserahkan kembali kepada Belanda.
Perubahan di Bidang Sosial Ekonomi
Sejak awal abad ke-19, pemerintah Belanda mengeluarkan biaya yang sangat besar
untuk membiayai peperangan baik di Negeri Belanda sendiri (pemberontakan rakyat
Belgia), maupun di Indonesia (terutama perlawanan Diponegoro) sehingga Negeri
Belanda harus menanggung hutang yang sangat besar. Untuk menyelamatkan Negeri
Belanda dari bahaya kebrangkrutan maka Johanes van den Bosch diangkat sebagai
gubernur jenderal di Indonesia dengan tugas pokok menggali dana semaksimal mungkin
untuk mengisi kekosongan kas negara, membayar hutang, dan membiayai perang. Untuk
melaksanakan tugas berat itu, van den Bosch memusatkan kebijaksanaannya pada
peningkatan produksi tanaman ekspor. Untuka itu, yang perlu dilakukan ialah
mengerahkan tenaga rakyat tanah jajahan untuk melakukan penanaman tanaman yang
hasilhasilnya. dapat laku di pasaran dunia dan dilakukan dengan sistem paksa. Setelah
tiba di Indonesia (1830) van den Bosch menyusun program kerja sebagai berikut.
· Sistem sewa tanah dengan uang harus dihapus karena pemasukannya tidak
banyak dan pelaksanaannya sulit.
· Sistem tanam bebas harus diganti dengan tanam wajib dengan jenis-jenis
tanaman yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
· Pajak atas tanah harus dibayar dengan penyerahan sebagian dari hasil
tanamannya kepada pemerintah Belanda.
Apa yang dilakukan oleh van den Bosch itulah yang kemudian dikenal dengan nama
sistem tanam paksa atau cultuur stelsel. Sistem tanam paksa yang diajukan oleh van den
Bosch pada dasarnya merupakan gabungan dari sistem tanam wajib ( VOC ) dan sistem
pajak tanah (Raffles ). Pelaksanaan sistem tanam paksa banyak menyimpang dari aturan
pokoknya dan cenderung untuk mengadakan eskploitasi agraris semaksimal mungkin.
Oleh karena itu, sistem tanam paksa menimbulkan akibat sebagai berikut.
a. Akibat Tanam Paksa Bagi Indonesia (Khususnya Jawa)
· 1) Sawah ladang menjadi terbengkelai karena diwajibkan kerja rodi yang
berkepanjangan sehingga penghasilan menurun drastis.
· 2) Beban rakyat semakin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan
hasil panennya, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, dan menanggung risiko
apabila gagal panen.
· 3) Akibat bermacam-macam beban menimbulkan tekanan fisik dan mental yang
berkepanjangan.
· 4) Timbulnya bahaya kemiskinan yang makin berat.
· 5) Timbulnya bahaya kelaparan dan wabah penyakit di mana-mana sehingga
angka kematian meningkat drastis.
Bahaya kelaparan menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah
Cirebon (1843), Demak (1849) dan Grobogan (1850). Kejadian ini mengakibatkan
jumlah penduduk menurun drastis. Penyakit busung lapar (hongorudim) juga berkembang
di mana-mana.
b. Akibat Tanam Paksa Bagi Belanda
Apabila sistem tanam paksa telah menimbulkan malapetaka bagi bangsa Indonesia,
sebaliknya bagi bangsa Belanda berdampak sebagai berikut.
· 1) Mendatangkan keuntungan dan kemakmuran rakyat Belanda.
· 2) Hutang-hutang Belanda dapat terlunasi.
· 3) Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja.
· 4) Kas Negeri Belanda yang semula kosong, dapat terpenuhi.
· 5) Berhasil membangun Amsterdam menjadi kota pusat perdagangandunia.
· 6) Perdagangan berkembang pesat.
Sistem tanam paksa yang mengakibatkan kemelaratan bagi bangsa Indonesia,
khusunya Jawa, menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, seperti golongan pengusaha,
Baron Van Hoevel, dan Edward Douwes Dekker. Akibat adanya reaksi tersebut,
pemerintah Belanda secara berangsur-angsur menghapuskan sistem tanam paksa. Sesudah
tahun 1850, kaum Liberal memperoleh kemenangan politik di Negeri Belanda. Mereka
juga ingin menerapkan asas-asas liberalisme di tanah jajahan. Dalam hal ini kaum Liberal
berpendapat bahwa pemerintah semestinya tidak ikut campur tangan dalam masalah
ekonomi, tugas ekonomi haruslah diserahkan kepada orang-orang swasta, dan agar kaum
swasta dapat menjalankan tugasnya maka harus diberi kebebasan berusaha. Sesuai
dengan tuntutan kaum Liberal maka pemerintah kolonial segera memberikan peluang
kepada usaha dan modal swasta untuk menanamkan modal mereka dalam berbagai usaha
di Indonesia, terutama perkebunan-pekebunan di Jawa dan di luar Jawa. Selama periode
tahun 1870–1900 Indonesia terbuka bagi modal swasta Barat. Oleh karena itu masa ini
sering disebut zaman Liberal. Selama masa ini kaum swasta Barat membuka perkebunan-
perkebunan seperti, kopi, teh, gula dan kina yang cukup besar di Jawa dan Sumatera
Timur. Selama zaman Liberal (1870–1900), usaha-usaha perkebunan swasta Barat
mengalami kemajuan pesat dan mendatangkan keuntungan yang besar bagi pengusaha.
Kekayaan alam Indonesia mengalir ke Negeri Belanda. Akan tetapi, bagi penduduk
pribumi, khususnya di Jawa telah membawa kemerosotan kehidupan, dan kemunduran
tingkat kesejahteraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti berikut.
· 1) Adanya pertumbuhan penduduk yang meningkat pada bad ke-19, sementara itu
jumlah produksi pertanian menurun.
· 2) Adanya sistem tanam paksa dan kerja rodi yang banyak menimbulkan
penyelewengan dan penyalahgunaan dari pihak pengusaha sehingga membawa
korban bagi penduduk.
· 3) Dalam mengurusi pemerintahan di daerah luar Jawa, pemerintah Belanda
mengerahkan beban keuangan dari daerah Jawa sehingga secara tidak langsung
Jawa harus menanggung beban keuangan.
· 4) Adanya sistem perpajakan yang sangat memberatkan penduduk.
Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 yang mengakibatkan perusahaan-
perusahaan mengadakan penghematan, seperti menekan uang sewa tanah dan upah kerja
baik di pabrik maupun perkebunan. Pada akhir abad ke-19 muncullah kritik-kritik tajam
yang ditujukan kepada pemerintah Hindia Belanda dan praktik liberalisme yang gagal
memperbaiki nasib kehidupan rakyat Indonesia. Para pengkritik itu menganjurkan untuk
memperbaiki rakyat Indonesia. Kebijaksanaan ini didasarkan atas anjuran Mr. C. Th. van
Deventer yang menuliskan buah pikirannya dalam majalah De Gids (Perinstis/Pelopor)
dengan judul Een Ereschuld (Berhutang Budi) sehingga dikenal politik etis atau politik
balas budi. Gagasan van Deventer terkenal dengan nama Trilogi van Deventer.
BAB III
STUDI KASUS
Revolusi Industri
A. Keadaan di Inggris Sebelum Revolusi Industri
Sejak tahun 1688, Inggris merupakan suatu kerajaan yang memiliki Undang-
undang Dasar, namun tatanan masyarakatnya tetap masyarakat feodal, masyarakat yang
dikuasai oleh para tuan tanah. Kekuasaan politik yang dikuasai oleh Tuan Tanah
menyebabkan masyarakat tidak memiliki kekuasaan dan bekerja untuk mengolah tanah
empunya Tuan Tanah.
masyarakat pada saat itu banyak bekerja sebagai pengrajin rumahan untuk memproduksi
bulu domba menjadi bahan wol. Tiap keluarga bekerja membuat kerajian wol dengan
bantuan tenaga manusia dan hewan.
B. Sebab-sebab Revolusi Industri Inggris
Sebab-sebab:
· Penemuan bidang teknologi terutama mesin tenun dan mesin pemintal. Mesin
penenun yang dinamakan Flying Shuttle, yaitu alat tenun pintal benang yang
ditemukan oleh John Kay tahun 1733 dan alat pemintal yang bernama Spenning
Jenny yang dietemukan oleh Hargrevs (1762/1765)
· Inggris memiliki kekayaan alam, terutama batubara dan bijih besi.
· Inggris memiliki banyak negara jajajhan yang bisa dipergunakan untuk
pemasaran hasil industri.
· Revolusi Agraria berakibat pada penataan kembali tanah-tanah milik bangsawan
Inggris, dijadikan satu peternakan domba yang sangat mendukung industri wol.
· Adanya keamanan dalam negeri yang cukup mantap
· Adanya manufaktur, manufaktur adalah tempaty baru untuk memproduksi wol
dengan cara baru yang diterapkan.
· Dimulainya kegiatan wiraswasta.
C. Perkembangan IPTEK
Abad ke-18 di Eropa merupakan abad pemikiran dan penemuan baru di bidang
pengetahuan dan teknologi. Periode tahun 1701-1800 disebut sebagai Abad Pencerahan
atau Pemikiran. Penemuan itu antara lain sebagai berikut.
B.1 Mesin
· James Hargreaves yang menemukan alat pemintal tahun 1762.
· Richard Arkwright dan John Kay yang menemukan mesin tenun otomatis pada
tahun 1768.
· Isaac M. Singer yang berhasil menemukan mesin jahit pada tahun 1815 dengan
hal paten bernama I.M. Singer Company.
B.2 Pengangkutan
· James Watt pada tahun 1763 menmukan mesin uap yang dikembangkan dari
temuan Thomas Newcomen. Mesin Uap milik James Watt merupakan inti dari
revolusi industri, sehingga ia dianggap sebagai Bapak revolusi Industri.
· Richard Trevithik yang menemukan lokomotif dengan tenaga uap pada tahun
1804.
B.3 Listrik
· Andrea Ampere menemukan alat untuk mengukur kekuatan listrik.
· Luigi Galvani dan Alessandro Volta yang menemukan aliran listrik pada tahun
1780.
· Samuel Morse yang menemukan pesawat telegrap pada tahun 1832.
D. Dampak Revolusi Industri
Revolusi industri membawa dampak pada bidang sosial, politik, ekonomi
maupun kebudayaan dalam kehidupan umat manusia. Akibatnya adalah:
1. Bidang Ekonomi
· Timbulnya industri besar-besaran di Inggris.
· Munculnya kota Industri di Inggris seperti Manchester, Birmingham,. Liverpool
dan Glasgow.
· Transportasi menjadi lebih cepat, aman dan nyaman.
· Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dengan pesat.
· Bergesernya kegiatan ekonomi dari pertanian menuju industri.
· Makin menyempitnya lahan pertanian karena digunakan untuk kegiatan
perindustrian.
· Makin banyak bahan baku yang dibutuhkan.
· Upah buruh menjadi rendah dengan jam kerja yang lama.
2. Bidang Sosial
· Terjadinya urbanisasi yaiutu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Penduduk
melakukan urbanisasi untuk menjadi buruh paabrik di kota-kota besar.
· Munculnya buruh wanita dan anak-anak yang digunakan di perusahaan tambang
dan industri.
· Timbulnya dua golongan masyarakat di Inggriss. Golongan itu adalah golongan
buruh dan golongan pengusaha (majikan).
· Terjadinya kecemburuan sosial.
· Banyaknya pengangguran sehingga menimbulkan banyak kejahatan.
3. Bidang Ideologi Politik
· Timbulnya imprealisme modern, yaitu penjajahan yang didasari untuk mencari
daerah jajahan baru untuk kepentingan industri.
· Terjadinya Revolusi Sosial yang bertujuan untuk meringankan beban penderitaan
rakyat.
· Modernisasi terjadi di seantero dunia.
4. Bidang Budaya
· Berkembangnya modernisasi dan westernisasi.
BAB IV
KESIMPULAN
* Perubahan penggunaan tenaga manusia dan hewan menjadi tenaga mesin * Sebelum revolusi Industri: a. Revolusi agraria b. Penemuan-penemuan baru c. Serikat Sekerja [gilda] * Gilda-gilda menyatu menjadi feodal[tuan-tuan tanah] lalu menjadi negara. * Bapak Revolusi: James Watt * Keadaan alam yang menunjang revolusi Industri di Inggris: 1. Inggris memiliki baranga tambang banyak [batu bara] 2. Mengubah tanah pertanian-->peternakan[rev agraria]-->biri-biri diambil bulunya-->dijadikan wool untuk textile * Faktor politik pendorong: 1. Pergantian pemerintahan. Pemerintahan keluarga baru mendukung rev. industri 2. Inggris punya tanah jajahan yang sangat banyak * Tahap-tahap revolusi Industri: 1. Sistem domestic/ home Industri -Dikerjakan di keluarga,peralatan sendiri, hasil untuk sendiri&dijual 2. Industri manufucture -Dikerjakan sekelompok orang akibat ada permintaan. Dikerjakan di rumah produksi. 3. Factory sistem -Pengolahan industri dengan mesin berat dan canggih. Disalurkan melalui agen resmi *Dampak revolusi industri: 1. Dampak politik: 1. Persaingan menguasai tanah jajahan 2. Faham kapitalisme[penanaman modal] -tanah jajahan untuk tempat penanaman modal, pemasaran hasil industri, sumber bahan mentah 2. Dampak sosial
1. muncul pusat-pusat industri 2. Urbanisasi 3. Polusi udara 4. peningkatan mutu kualitas kehidupan masyarakat 5. nasib buruh tidak diperhatikan, terutama pengunaan buruh anak anak dan wanita 6. muncul kawasan idustri "Black Country" 7. muncul revolusi sosial untuk memperbaiki nasib buruh [tokoh: Robert Owen] 8. muncul 2 lapisan masyarakat: buruh
DAFTAR PUSTAKA
1. http://theragnhild.wordpress.com/2012/06/13/sejarah-peradaban-
modern-revolusi-industri-inggris/
2. www.wikipedia.com
3. www.google.com