11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Biaya
Dalam pengertian sehari-hari, istilah biaya seringkali disamaartikan dengan
istilah beban. Hal ini sering kali menimbulkan kesangsian atau keraguan mengenai
maksud yang sebenarnya dari kedua istilah tersebut, sehingga dalam penerapannya
sering mengalami kesalahan. Untuk itu kita perlu mencermati pengertian dari kedua
istilah tersebut.
Menurut Niswonger, Warren, Reeve, dan Fess dalam bukunya Prinsip-Prinsip
Akuntansi yang dialihbahasakan oleh Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan,
mengemukakan bahwa biaya adalah “pengeluaran kas (atau komitmen untuk
membayar kas di masa depan) dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan,
sedangkan beban adalah jumlah aktiva yang terpakai atau jasa yang digunakan dalam
proses untuk menghasilkan pendapatan.” (1999:12-15)
Pengertian lain disebutkan oleh Hammer, Carter, dan Usry (1994:20)
yang mendefinisikan bahwa biaya adalah “an exchange price, a forgoing, a sacrifice
made to secure benefit. In financial accounting, the forgoing or sacrifice at date of
acquisition is represented by a current or future diminution in cash or other assets. ”
Dalam PSAK No. 16 (1999 : 5) menyatakan bahwa biaya adalah “aktiva yang
dibiayai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar baik itu diperoleh
sekarang atau pada saat perolehannya nanti.”
12
Sementara itu, Mulyadi (1999:8-10) dalam membagi pengertian biaya dalam
dua arti yaitu dalam arti luas dan arti sempit, dan menjelaskannya sebagai berikut:
“Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.”
Dari pengertian-pengertian di atas secara garis besar, istilah biaya dan beban
memiliki pengertian yang berbeda. Biaya adalah semua pengeluaran atau
pengorbanan yang bernilai ekonomis untuk memperoleh barang atau jasa yang akan
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan beban adalah semua biaya
yang telah dimanfaatkan dalam suatu periode yang akan mengurangi pendapatan.
2.2 Pengertian Kualitas
Keunggulan kualitas saat ini memegang peranan penting dalam strategi
perusahaan untuk memenangkan persaingan, terutama pada era globalisasi. Agar
dapat bertahan dan berkembang perusahaan harus mampu menghasilkan produk
(barang/jasa) yang kualitasnya lebih baik, harganya lebih murah, promosi lebih
efektif, dan waktu pengiriman lebih cepat serta pelayanan yang lebih baik dari
pesaingnya. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang ingin memenangkan persaingan
dalam segmen pasar yang dimasukinya harus dapat menghasilkan kualitas produk
sesuai yang diinginkan konsumen.
Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang
menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan produk tersebut dibuat. Menurut
13
The American Sociaty For Quality Control yang dikutip oleh Horngren, Foster, dan
Datar mendefinisikan kualitas (quality) sebagai berikut: “Quality as the totality of
features and characteristics of product made or service perfomed according to
specifications, to satisfy customer at the time of purchase and during use.”
(1994:794)
Sedangkan menurut Josep, M Juran yang telah dikutip oleh Frank M. Gryna
dalam bukunya yang berjudul Quality Planning and Analysis menyatakan bahwa
kualitas adalah ” meeting the needs of customer and thereby provide product
satisfaction serta freedom from deficincies.” (2001:6)
Selanjutnya pula dalam buku yang sama Frank M. Gryna mengutip pendapat
dari Crosby yang mengatakan bahwa kualitas adalah “conformance to specification.”
(2001:6)
Sedangkan Feigenbaum dalam bukunya yang berjudul Total Quality Control
mengatakan bahwa:
“Quality is a customer determination, not an engineer determination, not a marketing determination. It is based upon the customer’s actual, experience with the product or service, measured against his or her requirements- stated or unstated, conscious or merely sensed, technically operational or entirely subjective – and always representing a moving tagert in a competitive market”. (1991:7) Selanjutnya dalam buku itu dikatakan juga bahwa:
“Product and service quality is the total composite product and service characteristic of marketing, engineering, manufacture, and maintenace through wich the product and service insure will meet the expectations of the customer.” (1991:7)
14
Secara umum dari beberapa pengertian kualitas tersebut dapat ditarik garis
besar bahwa sedikitnya ada tiga dasar pengertian kualitas, yaitu
pemuasan/pemenuhan keinginan konsumen, kesesuaian dengan standar/tolok ukur
yang telah ditetapkan, harga, dan bebas dari kecacatan.
Ada beberapa istilah yang lain seperti kemampuan daya tahan, kemampuan
melayani, dan kemampuan mempertahankan kadang-kadang dipergunakan sebagai
pengertian dari kualitas produk. (Feigenbaum,1991:7)
Pada umumnya, ada dua jenis kualitas yang diakui, yaitu: kualitas rancangan
(quality design) dan kualitas kesesuaian (quality of conformance). Kualitas rancangan
adalah suatu fungsi berbagai produk. Kualitas rancangan biasanya ditunjukkan oleh
dua hal yaitu :
1. Tingginya biaya pemanufakturan.
2. Tingginya harga jual.
Kualitas kesesuaian (quality of conformance) adalah suatu ukuran bagaimana
produk memenuhi berbagai persyaratan atau spesifikasi yang telah
ditetapkan/ditentukan. (Supriyono,1994: 377-378)
Dengan kata lain bahwa produk yang berkualitas harus mempunyai sifat-sifat
yang harus dimiliki oleh produk tersebut, kalau produk itu akan digunakan
sebagaimana dimaksudkan. Adapun yang menjadi ukuran kualitas suatu produk
menurut Hansen dan Mowen dalam bukunya yang berjudul Accounting Manajemen
yang telah dialihbahasakan oleh Ancella A. Hermawan bahwa:
15
“Produk yang berkualitas harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Kinerja (Performance) hal ini merupakan tingkat konsistensi dan
kebaikan fungsi-fungsi produk. 2. Estetika (Aesthetic) hal ini berkaitan dengan penampilan wujud dari
produk seperti keindahan. 3. Keunikan (features) hal ini berkaitan dengan karakteristik produk yang
berbeda secara fungsi dengan produk yang lain. 4. Kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceability) hal ini berkaitan
dengan tingkat kemudahan produk itu untuk dipelihara dan diperbaiki. 5. Reliabilitas (reliability) hal ini berkaitan dengan probabilitas produk
dalam menjalankan fungsi yang dimaksud dalam jangka waktu tertentu. 6. Durabilitas (durability) hal ini berkaitan dengan umur manfaat dari fungsi
produk tersebut. 7. Tingkat kesesuaian (quality of conformance) hal ini berkaitan dengan
ukuran mengenai apakah sebuah produk telah memenuhi spesifikasinya. 8. Pemanfaatan (fitness for use) hal ini berkaitan dengan kecocokkan dari
sebuah produk menjalankan fungsinya sebagaiamana yang diharapkan.” (1997:6)
2.3 Peranan Kualitas Bagi Perusahaan
Pengendalian kualitas terpadu terhadap seluruh aktivitas perusahaan mutlak
diperlukan perusahaan baik yang beroperasi secara massal ataupun berdasarkan
pesanan agar dapat mencapai kualitas yang diinginkan.
Menurut Samuel C Ceroto (2000:505) mengatakan bahwa “Kualitas
mempunyai arti penting bagi perusahaan sebagai berikut: (1) Positive company
image, (2) Lower cost and higher market share, (3) Decreased product liability
cost.”
Penjelasan dari pernyataan diatas adalah sebagai berikut:
1. Positive company image. Sebuah reputasi untuk kualitas produk yang tinggi
menciptakan image yang positif untuk organisasi dan organisai memperoleh
banyak keuntungan dari image positif tersebut. Misalnya image positf akan
16
membantu perusahaan dalam merekrut pegawai yang berkualitas, mempertinggi
penjualan produk yang baru, mudah memperoleh pinjaman dari institusi
keuangan.
2. Lower cost and higher market share. Dengan peningkatan performance, feature
dan reliability dari suatu produk akan meningkatkan market share, dengan
meningkatnya market share akan meningkatkan pula harga jual. Sedangkan
peningkatan reliability dan conformance akan mengkontribusikan biaya
manufaktur, rework, biaya scrap, biaya warranty, dan biaya service setelah
penjualan yang rendah.
3. Decreased product liability cost. Proses manufaktur yang baik akan dapat
menghasilkan produk yang berkualitas. Dengan terciptanya produk yang
berkualitas tersebut, jelas hal ini akan mengakibatkan berkurangnya product
liability cost bagi perusahaan.
Sedangkan menurut Jay Heizer dan Barry Render (1999:80) mengatakan
bahwa “Kualitas mempunyai arti penting bagi perusahaan sebagai berikut: (1)
Company reputation, (2) Decreased product liability cost, (3) Global Implication.”
Penjelasan dari pernyataan diatas adalah sebagai berikut:
1. Company reputation. Kualitas yang baik akan menaikkan persepsi tentang produk
perusahaan sehingga akan meningkatkan apresiasi konsumen terhadap
perusahaan.
17
2. Decreased product liability cost. Proses produksi yang baik akan dapat
menciptakan produk yang berkualitas. Dengan terciptanya produk yang
berkualitas tersebut, akan mengakibatkan berkurangnya produk liability cost.
3. Global Implication. Terciptanya kualitas yang baik selain akan menciptakan
persepsi yang baik dari konsumen tehadap perusahaan tetapi juga akan dapat
mengakibatkan meningkatnya laba perusahaan dikarenakan oleh penjualan
produk yang meningkat.
Untuk menjaga agar kualitas tetap terpelihara dan mencapai standar yang
diinginkan, maka inspeksi mutlak diperlukan. Seperti yang dikatakan oleh Robert
Russel dan Bernard W Taylor (1995:150) bahwa :
“Beberapa pedoman yang dapat digunakan kapan inpeksi itu dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Inspeksi pada tahap produk dimana suatu produk tidak dapat diperbaiki atau
dikerjakan ulang jika produk tersebut gagal dalam memenuhi standar. 2. Inspeksi sebelum operasi-operasi yang memakan biaya agar berbagai biaya
operasi ini tidak akan dilakukan pada barang-barang yang telah rusak. 3. Inspeksi sesudah semua proses selesai dilakukan 4. Inspeksi sebelum produk dikirimkan ke konsumen.”
2.4 Pengertian Biaya Kualitas
Kegagalan perusahaan dalam membuat produk yang sesuai dengan keinginan
konsumen menimbulkan suatu biaya bagi perusahaan, yakni berupa biaya kualitas.
Biaya kualitas adalah biaya yang timbul karena kualitas yang buruk. “Jadi biaya
kualitas merupakan biaya yang timbul semata-mata oleh produk rusak yang meliputi
biaya untuk membuat, menemukan, meperbaiki atau menghindarkan produk rusak”
(Supriyono, 1994:379).
18
Fegeinbum dalam bukunya yang berjudul Total Quality Control mengatakan
bahwa biaya kualitas perusahaan meliputi dua area prinsip, yaitu:
1. Biaya pengendalian.
2. Biaya kegagalan. (1991:116-119)
Biaya pengendalian dibagi kedalam dua segmen, yaitu : Prevention Cost dan
Apraisal Cost. Sedangkan biaya kegagalan juga terbagi kedalam dua segmen yaitu:
Biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Berikut adalah uraian
mengenai komponen-komponen biaya kualitas tersebut.
1. Biaya pengendalian kualitas (quality control cost)
Adalah biaya-biaya yang terkait dengan semua kegiatan dalam rangka
menghilangkan produk cacat dan rusak pada kegiatan produksi. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah:
a. Biaya untuk menjaga dipenuhinya standar kualitas (prevention cost)
Diantaranya yang termasuk kelompok ini adalah :
1. Biaya perencanaan kualitas
Adalah biaya-biaya untuk menciptakan dan mengkomunikasikan rencana
dan sistem kualitas yang berkelanjutan, biaya untuk menerjemahkan design
produk dan kualitas yang diinginkan oleh konsumen, inspeksi, keterandalan
(reliability), dan aktivitas yang berhubungan, termasuk biaya-biaya untuk
menyiapkan manual prosedur dan persiapan.
2. Biaya kajian spesifikasi produk baru dan evaluasi rancangan
19
Adalah biaya untuk menyiapkan usulan, penawaran, menilai design baru,
menyiapkan program pengujian dan percobaan, dan aktivitas kualitas yang
berhubungan dengan memperkenalkan produk baru.
3. Biaya pelatihan dan pengembangan tenaga kerja
Adalah biaya untuk mengembangkan dan pelatihan yang bertujuan
meningkatkan dan mencapai standar kualitas.
4. Biaya verifikasi perancangan produk
Adalah biaya evaluasi sebelum produksi produk untuk tujuan verifikasi
kualitas, keterpercayaan, dan aspek keamanan dari design produk
b. Biaya yang dikeluarkan untuk semua kegiatan yang bertujuan untuk
mengeleminasi cacat atau rusak setelah hal tersebut muncul (appraisal cost)
Biaya-biaya yang tergolong kelompok ini adalah:
1. Biaya inspeksi dan pengujian bahan
Adalah biaya-biaya untuk mengecek kesesuaian produk selama design dan
produksi, termasuk pengujian di tempat pelanggan.
2. Biaya penerimaan proses
Adalah biaya-biaya untuk melihat apakah proses yang sedang berlangsung
berada dalam kendali dan menghasilkan produk yang tidak rusak.
3. Biaya penerimaan produk (testing cost)
Adalah biaya untuk menentukan apakah produk tersebut memenuhi tingkat
kualitas yang ditetapkan.
20
4. Biaya Laboratorium
Adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pengujian yang dilakukan di
laboratorium.
2. Biaya akibat kegagalan mencapai standar kualitas (failure cost)
Adalah biaya yang timbul selama dalam proses pengerjaan ataupun sewaktu
dikirim ke konsumen. Yang tegolong jenis biaya ini adalah:
a. Biaya kegagalan didalam perusahaan (internal failure cost)
Biaya-biaya yang termasuk golongan ini adalah :
1. Biaya scrap
Adalah kerugian bersih dalam tenaga kerja dan bahan baku yang berasal
dari produk yang tidak dapat dapat diperbaiki atau digunakan secara
ekonomis.
2. Biaya desain ulang (rework)
Adalah biaya-biaya untuk memperbaiki kembali produk yang rusak untuk
membuat produk itu dapat digunakan.
3. Biaya pengetesan kembali
Adalah biaya-biaya untuk inspeksi dan pengujian kembali produk yang
telah dikerjakan ulang.
b. Biaya kegagalan di luar perusahaan (external failure cost)
Diantaranya adalah berupa biaya-biaya sebagai berikut:
1. Biaya karena adanya jaminan (warranty)
21
Adalah biaya-biaya pelayanan dan reparasi yang dilakukan dalam kontrak
garansi.
2. Biaya retur
Adalah biaya-biaya yang timbul berhubungan dengan pengembalian
produk.
3. Biaya untuk mengurangi keluhan pelanggan (complaint cost)
Adalah biaya-biaya untuk menyelidiki dan menanggapi keluhan karena
produk rusak, instalasi yang salah atau instruksi yang salah.
Biaya kualitas mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan karena biaya kualitas
dapat dijadikan alat oleh perusahaan. Seperti yang dikatakan oleh Fegeinbum
(1991:130-131) bahwa :
“Biaya kualitas dapat digunakan sebagai : 1. Quality cost serve as measurement tool 2. Quality cost serve as a programming tool
3. Quality cost serve as a budgeting tool 4. Quality cost serve as a predictive tool.” Adapun penjelasan mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Quality cost serve as measurement tool
Dengan adanya biaya kualitas dapat diperoleh pengukuran dalam nilai uang untuk
setiap aktivitas kualitas. Selain itu juga biaya kualitas dapat dijadikan sebagai
pengukuran yang komparatif untuk mengevaluasi program kualitas dibandingkan
dengan hasil yang dicapai.
22
2. Quality cost serve as a programming tool
Suatu analisis menyediakan dasar bagi pelaksanaan suatu tindakan melalui
program yang dibentuknya. Salah satu fungsi penting dari program adalah
penugasan sumber daya untuk melaksanakan tindakan. Demikian juga analisis
terhadap biaya kualitas akan dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi
tindakan mana yang akan memberikan keuntungan terbesar sehingga dapat
diprioritaskan.
3. Quality cost serve as a budgeting tool
Biaya kualitas dapat dijadikan sebagai penunjuk terhadap penganggaran
pengeluaran yang diperlukan untuk mencapai kualitas yang diinginkan.
4. Quality cost serve as a predictive tool
Data mengenai biaya kualitas dapat digunakan untuk mengevaluasi dan
meyakinkan prestasi yang berhubungan dengan pencapaian sasaran dan tujuan
perusahaan. Selain itu juga untuk memperkirakan besarnya biaya dalam usaha
menghadapi persaingan di pasar dan sebagai alat evaluasi produk.
2.5 Konsep Biaya Kualitas.
Secara teoritis menurut Hansen dalam bukunya yang berjudul Management
Accounting mengatakan bahwa biaya kualitas optimal berada pada titik perpotongan
antara biaya marginal dari biaya pencegahan dan apraisal dengan biaya marginal dari
biaya kerusakan. Dua asumsi yang digunakan untuk analisis ini adalah biaya
kerusakan (failure cost) mendekati nol apabila kerusakan menjadi kecil dan biaya
23
pengendalian (prevention cost) bersama-sama mendekati sesuatu yang tak terbatas,
karena kerusakan dikurangkan ketingkat yang semakin rendah (1990:687).
Sedangkan menurut Supriyono (1994:383) mengatakan keseimbangan
optimal dari biaya kualitas berada diantara biaya pencegahan dan biaya kegagalan.
Apabila biaya pencegahan dan biaya penilaian naik maka biaya kerusakan seharusnya
turun. Sepanjang penurunan biaya kerusakan lebih besar daripada kenaikan
pencegahan maka seharusnya perusahaan seharusnya terus melanjutkan usaha untuk
mencegah dan mendeteksi unit produk yang tidak sesuai dengan standar. Sampai
akhirnya mencapai suatu titik dimana penurunan biaya kerusakan lebih kecil dari
kenaikan biaya pencegahan tanpa perubahan dalam teknologi yang digunakan maka
titik ini menunjukkan titik terendah dari biaya kualitas, yaitu keseimbangan optimal
dari biaya kualitas.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jumlah biaya apraisal dan
pencegahan naik dari nol sampai tak terhingga sejalan dengan penyempurnaanya.
Biaya kerusakan turun dari tak hingga mendekati nol sesuai dengan
penyempurnaanya. Dan biaya kualitas total minimum atau optimum diantara
keduanya. Gambar 2.1 adalah model dari biaya kualitas optimal menurut Juran.
Berdasarkan perhitungan stastistik seperti yang dikatakan oleh Sudjana
(1997:226-227) maka uraian di atas dan Gambar 2.1 dapat dinyatakan dalam
persamaan Y= a Xb
24
Gambar 2.1
Model Biaya Kualitas Optimal
Biaya pencegahan
Biaya kegagalan
Sumber: management Accounting
Untuk mencari nilai koefisien a tersebut harus diubah terlebih dahulu dalam
bentuk aditifnya melalui transformasi logaritma. Sehingga persamaan diatas menjadi
Log Y = Log a + b Log x. Nilai a dan b dicari dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Log a = logyi – bLog xi n n b = n (Log xi Log yi)- (Log xi)(Log yi)
n (Log 2xi)-( Log xi)2
Dimana Y = jumlah biaya pengendalian atau biaya kegagalan
X = persentase kualitas produk baik
n = banyaknya sampel
25
2.6 Pengumpulan dan Pelaporan Informasi Biaya Kualitas.
Sistem pelaporan biaya kualitas sangat penting peranannya bagi perusahaan
jika perusahaan benar-benar serius mengenai peningkatan kualitas dan pengendalian
biaya kualitas. Menurut Supriyono(1994:387) pelaporan biaya kualitas mempunyai
tujuan utama untuk meningkatkan dan memungkinkan perencanaan, pengendalian,
dan pembuatan keputusan manajerial.
Dalam pembuatan laporan biaya kualitas data yang diperlukan dapat tersedia
melalui sistem akuntansi perusahaan. Pengumpulan dan pelaporan informasi biaya
kualitas dapat dikatakan identik dengan penentuan biaya kualitas.
Penentuan biaya kualitas menurut Fegeinbum (1991:114) terdiri dari tiga
langkah, yaitu :
1. “Pengindentifikasian unsur biaya kualitas 2. Membuat struktur pelaporan biaya kualitas meliputi hal yang berhubungan
analisis dan pengendalian 3. Pemeliharaan yang berkelanjutan dari program untuk memastikan usaha
pada kualitas yang tinggi dengan biaya yang rendah.”
Pelaporan biaya kualitas dapat dikeluarkan secara periodik baik bulanan,
mingguan sesuai dengan yang diperlukan. Pelaporan ini meliputi pengeluaran
komponen-komponen dari biaya kualitas. Pelaporan ini juga meliputi data biaya
kualitas untuk periode sebelumnya agar bisa dilihat kecenderungannya. (Fegeinbum,
1991:123)
Agar manajemen dapat mengetahui informasi biaya kualitas maka sistem
akuntansi perlu disesuaikan dengan kebutuhan tersebut yang secara garis besar dapat
dilakukan dengan:
26
1. “Mengelompokkan biaya kualitas ke dalam empat kelompok rekening biaya pencegahan, biaya apraisal, biaya kerusakan internal, dan biaya kerusakan eksternal.
2. Merancang dokumen dasar, hingga biaya kualitas yang terjadi dapat dicatat dan selanjutnya diolah kedalam sistem akuntansi perusahaan.
3. Merancang bentuk laporan biaya kualitas sesuai kebutuhan perusahaan”.(Rusmayana, 1999:23)
Laporan biaya kualitas berisi informasi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan berkaitan dengan produk cacat. Biaya-biaya tersebut terdiri atas biaya
pencegahan, biaya apraisal, biaya kerusakan internal dan biaya kerusakan eksternal.
Tabel 2.1 adalah contoh format laporan biaya kualitas.
2.7 Pengendalian Biaya Kualitas
Pelaporan biaya kualitas saja tidak cukup untuk menjamin bahwa biaya biaya
tersebut terkendalikan. Seperti yang dikatakan oleh Supriyono (1994:394) bahwa
pengendalian yang baik mensyaratkan standar dan suatu ukuran atas biaya
sesungguhnya sehingga kinerja dapat diukur dan tindakan-tindakan koreksi dapat
dilakukan jika perlu.
Lebih lanjut dikatakan bahwa laporan kinerja kualitas memiliki dua bagian
penting yaitu : biaya sesunguhnya dan biaya standar. Selisih antara keduanya
digunakan untuk :
1. Mengevaluasi kinerja manajerial
2. Menyediakan tanda-tanda kemungkinan timbunya masalah-masalah yang
berhubungan
27
Tabel 2.1 Laporan Biaya kualitas
Yang Berakhir 31 Desember 200X Jenis biaya Besar biaya % dari total biaya kualitas Pencegahan: Pelatihan Karyawan Rp xx x% Perawatan Mesin Xx x% Riset dan Pengembangan Xx x% Rekayasa dan keandalan Xx x% Total Pencegahan Xx x% Apraisal Pemeriksaan Bahan Xx x% Pengujian Produk Xx x% Pengetesan Xx x% Laboratorium Xx x% Total Apraisal x% Kerusakan Internal Xx Scrap Xx x% Rework Xx x% Pengerjaan kembali Xx x% Total Kerusakan Internal Xx x% Kerusakan Eksternal Retur Xx x% Garansi Xx x% Klaim Produk Liability Xx x% Total kerusakan eksternal Xx x% TOTAL BIAYA KUALITAS Xx x% Sumber: Manajemen Accounting, Don R Hansen 1990
Laporan kinerja biaya kualitas dapat menyediakan umpan balik penting
sehingga para manajer dapat mengevaluasi perilakunya sendiri dan melakukan
tindakan koreksi jika perlu. Laporan itu juga mendorong manajer untuk :
1. Mengidentifikasi berbagai biaya yang seharusnya disajikan dalam suatu laporan
kinerja.
2. Megindentifikasi tingkat kinerja suatu kualitas.
28
3. Memulai berfikir tentang tingkat kinerja kualitas yang harus dicapai.
(Supriyono,1994:394)
2.7.1 Kuantifikasi Standar Biaya Kualitas
Kualitas dapat diukur berdasarkan biayanya. Perusahaan menginginkan agar
biaya kualitas turun, namun dapat mencapai kualitas yang lebih tinggi, setidaknya
sampai titik tertentu. Perusahaan dengan manajemen kualitas yang baik dapat
mencapai biaya kualitas sebesar 2,5% dari penjualan. Jika zero defect tercapai maka
2.5% ini merupakan biaya pencegahan. Standar 2,5% ini diterima baik oleh beberapa
ahli quality control dan beberapa perusahaan yang melakukan program perbaikan
kualitas secara baik (Supriyono:1994:398)
Standar 2.5% ini mencakup biaya mutu total. Biaya untuk setiap kelompok
atau elemen secara individual biasanya lebih kecil. Setiap organisassi harus
menentukan standar yang tepat untuk elemen biaya secara individual. Anggaran
dapat digunakan untuk menentukan besarnya biaya kualitas setiap elemen secara
individual sehingga biaya kualitas total yang dianggarkan tidak lebih dari 2,5%.
(Supriyono,1994:399)
2.7.2 Jenis-jenis Laporan Biaya Kinerja Kualitas
Laporan kinerja kualitas harus mengukur realisasi kemajuan atau
perkembangan peningkatan kualitas dalam suatu perusahaan. Menurut Supriyono
dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk
29
Teknologi Maju dan Globalisasi ada empat jenis kemajuan yang dapat diukur dan
dilaporkan adalah sebagai berikut:
1. Laporan standar interim. Laporan ini untuk menunjukkan kemajuan yang
berhubungan dengan standar atau sasaran periode sekarang.
2. Laporan trend suatu periode. Laporan ini untuk menunjukkan kemajuan yang
berhubungan dengan kinerja kualitas tahun terakhir.
3. Laporan trend periode ganda. Laporan ini untuk menunjukkan kemajuan sejak
awal mula penyempurnaan kualitas
4. Laporan jangka panjang. Laporan ini untuk menunjukkan kemajuan yang
berhubungan dengan standar atau sasaran jangka panjang. (1994: 402-409)
2.8 Analisis Biaya Kualitas
Proses analisis ini terdiri dari pemeriksaan setiap unsur biaya dalam
hubungannya dengan unsur-unsur biaya lain dan proses itu juga menyertakan
perbandingan dari waktu ke waktu yaitu membandingkan suatu bulan dengan
beberapa bulan berikutnya atau suatu periode dengan periode berikutnya.
Perbandingan itu akan lebih berarti bila jumlah rupiah biaya kualitas dihubungkan
dengan tingkat aktivitas perusahaan pada periode tertentu, misalnya rasio biaya
kualitas terhadap penjualan ataupun dasar lainnya.( Fegeinbaum, 1991:122)
Dalam hal ini Rusmayana (1999: 27-28) mengatakan bahwa “Biaya kualitas
yang terjadi bisa dikaitkan dengan sedikitnya tiga dasar kegiatan volume kegiatan
30
yang berbeda, yaitu: (1) Penjualan (2) Harga pokok produksi (3) Jumlah unit yang
dihasilkan.”
Adapun penjelasan dari uraian di atas adalah sebagai berikut :
1. Penjualan
Analisis ini biaya kualitas dengan menggunakan dasar perbandingan ini
merupakan suatu ukuran yang paling umum digunakan dan merupakan alat yang
bermanfaat bagi manajemen dalam mengambil keputusan. Apabila jumlah penjualan
sangat berbeda dengan produksi dan sangat dipengaruhi oleh variasi musim maka
ukuran ini kurang memadai jika digunakan dalam jangka pendek
2. Harga pokok produksi
Dengan menggunakan dasar perbandingan ini kita akan mengetahui
persentase besarnya biaya kualitas yang terjadi dari biaya produksi secara
keseluruhan. Kecenderungan besarnya persentase tersebut dapat diketahui dengan
mengadakan perbandingan antar periode. Dengan demikian akan dapat merencanakan
biaya kualitas pada periode berikutnya.
3. Jumlah unit yang dihasilkan
Analisis dengan menggunakan dasar perbandingan ini dapat digunakan untuk
mengetahui besarnya jumlah biaya yang terjadi untuk setiap unit yang dihasilkan
perusahaan. Dengan membandingkan dari satu periode ke periode lainnya akan dapat
diketahui apakah biaya kualitas yang dikeluarkan setiap satuan produknya sudah
maksimal untuk dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi atau belum jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
31
2.9 Pengertian Penjualan
Hendriksen dalam bukunya yang telah dialihbahasakan oleh Marianus Sinaga
menyatakan sebagai berikut :
“Seperangkat kriteria yang lebih tepat untuk mengakui penjualan terdiri dari : 1.Adanya bukti yang pasti bahwa pembeli benar-benar ingin membeli dan
penjual benar-benar ingin menjual. 2.Identifikasi barang tertentu yang siap dijual. 3.Persetujuan di antara pembeli dan penjual tentang harga atau rumus
penetapan harga.”(1994:173)
Adapun mengenai pengertian penjualan dari Rapl Estes yang dialihbahasakan
oleh Marianus Sinaga dan Nugroho Widjajanto adalah “Sale (penjualan) adalah
transfer hak atas barang untuk mendapatkan sumber daya lainnya, seperti kas atau
janji untuk membayar utang (piutang). ” (1994:122)
Berdasarkan pemikiran di atas, diketahui bahwa penjualan merupakan suatu
proses pemindahan barang pengembalian (transfer) dari penjualan kepada pembelian
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama.
2.9.1 Syarat Pengiriman
Syarat perjanjian antara pembeli dan penjual menurut Niswonger, Fess, dan
Warren (1997:159 )meliputi ketentuan yang menyangkut :
1. Bilamana kepemilikan (hak) barang berpindah ke pembeli.
2. Pihak mana yang menanggung biaya pengiriman barang dagang kepada pembeli.
32
Menurut Niswonger, Fess, dan Warren dalam bukunya yang berjudul
Prinsip-prinsip Akuntansi ada dua istilah untuk syarat untuk pengiriman barang
dagangan, yaitu:
1. “Franko gudang penjual (FOB Shipping Point) Adalah suatu syarat pengiriman barang dagangan yang mengharuskan penjual menanggung biaya pengiriman barang dagangan hanya sampai di kapal atau “free on board” . Setelah itu biaya pengiriman ditanggung oleh pembeli.
2. Frangko gudang pembeli (FOB Destination Point) Adalah suatu syarat pengiriman barang dagangan yang mengharuskan penjual menanggung biaya pengiriman barang dagangan sampai ke tempat tujuan.” (1997:159)
2.9.2 Jenis-jenis Penjualan
Dunia usaha semakin lama semakin rumit dan persaingan dalam produk baik
mutu dan jenis juga semakin bertambah. Berbagai cara untuk memasarkan produk
telah banyak dilakukan oleh perusahaan misalnya; penjualan tunai dan kredit. Namun
demikian, ada cara lain untuk memasarkan produk yang telah diproduksi perusahaan.
Dalam hal ini Arifin (1990: 121) mengatakan bahwa salah satu cara untuk
memasarkan produk adalah dengan cara penjualan konsinyasi dan penjualan
angsuran.
1. Penjualan konsinyasi
Adalah suatu jenis penjualan dengan cara menitipkan barang dagangan kepada
pihak lain untuk dijualkan. Hak kepemilikan barang konsinyasi tersebut baru akan
berpindah apabila barang yang dititipkan benar-benar telah terjual kepada pihak
ke tiga.
33
2. Penjualan angsuran
Adalah penjualan barang dagangan yang pembayarannya dilakukan secara
bertahap dalam jumlah dan waktu yang ditentukan. Hak kepemilikan barang
diakui pada saat transaksi.
34