Download - 130665819 Presus Anestesi
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
1/42
PRESENTASI KASUS
PENGELOLAAN ANESTESI UMUM PADA PASIEN DENGAN
FRAKTUR TULANG NASAL
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Ilmu Anestesi RSUD Salatiga
Disusun Oleh:
STONIA ELLEN L
20070310084
Diajukan Kepada Yth:
dr. Tinon Anindita, SP.An
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UMY
RSUD SALATIGA
2012
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
2/42
ii |P r e s u s A n e s t e s i
Halaman Pengesahan
Telah diajukan dan disahkan, presentasi kasus dengan judul
PENGELOLAAN ANESTESI UMUM PADA PASIEN DENGAN
FRAKTUR TULANG NASAL
Disusun Oleh:
Nama : STONIA ELLEN L
NIM : 20070310084
Telah diajukan
Hari/ Tanggal : Agustus 2012
Disahkan Oleh:
Dosen Pembimbing,
dr. Tinon Anindita, Sp.An
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
3/42
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan presentasi kasus yang
berjudul Pengelolaan Anestesi Umum pada Pasien dengan Fraktur Tulang Nasal.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Ardi Pramono, SpAn., selaku Kepala Bagian Anestesi FK UMY.2. dr. Tinon Anindita, Sp.An., selaku Kepala Bagian Anestesi RSUD Salatiga sekaligus
staf ahli anestesi dan pembimbing pada pembuatan presentasi kasus ini.
3. Seluruh staf, medis dan paramedis yang bertugas di bagian anestesi RSUD Salatiga.4. Semua pihak yang telah membantu selama penulisan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa di dalam presentasi kasus ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman, walaupun demikian penulis
telah berusaha sebaik mungkin. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun
diharapkan guna penyusunan dan kesempurnaannya.
Salatiga, Agustus 2012
Penyusun
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
4/42
2 |P r e s u s A n e s t e s i
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ...................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. 1
Daftar Isi........................................................................................................... 2
Bab I. Laporan Kasus ....................................................................................... 3
Bab II. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 9
Bab III. Pembahasan ........................................................................................ 36
Bab IV. Kesimpulan ......................................................................................... 39
Daftar Pustaka .................................................................................................. 40
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
5/42
3 |P r e s u s A n e s t e s i
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITASNama : Nn S
Usia : 21 tahun
No.CM : 12-13-225963
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bancak, Bringin
Diagnosis pre operasi : fraktur os nasal
Jenis Operasi : reposisi os nasalis
Jenis Anestesi : General Anestesi
Tanggal masuk : 23-08-2012
Tanggal Operasi : 25-08-2012
B. ANAMNESISKeluhan utama : Nyeri pada daerah hidung dan sekitear bibir
Riwayat Penyakit Sekarang : pasien post KLL sempat pingsan sesaat setelah
kecelakaan. Keluar darah dari hidung (+), nyeri pada daerahhidung dan
sekitar(+) terutama bila ditekan, pusing (+), mual/muntah (-).
BAK (+) BAB (-)
Riwayat penyakit dahulu :
- R. Asma disangkal- R. Alergi obat dan makanan disangkal- R. DM disangkal- R. penyakit jantung disangkal- R. penyakit ginjal disangkal- R. penyakit hepar disangkal
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
6/42
4 |P r e s u s A n e s t e s i
C. PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan Umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup2. Tanda Vital T : 10/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,5 C
3. Status generalis :a. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikb. Hidung : deformitas (+) bengak (+) nafas cuping hidung (-),
sekret/darah (-)
c. Mulut : bengkak (+) terdapat VL uk 2x1x0,5, tidak ditemukangigi palsu/goyang, rongga mulut dBN
d. Telinga : Pendengaran baik (+) secret (-)e. Leher : Kel thyroid tidak membesar, JVP tidak meningkatf. Thorax : Retraksi (-)
Paru I: Pengembangan dada kanan = kiri
P: Fremitus raba kanan = kiriP: Sonor-sonor
A: Suara dasar: vesikuler +/+
Suara tambahan : -/-
Jantung I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak kuat angkat
P : Batas jantung kesan tidak melebar
A: Bunyi jantung I-II intensitas normal,
reguler, bising(-)
g. Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), hepar lien tidak terabah. Extremitas : oedem sianosis akral dingin
- -
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
7/42
5 |P r e s u s A n e s t e s i
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANGHb : 12,2 g/dl N
Hct : 37,6 % N
AL : 7000 uL N
AT : 242.000 uL N
AE : 4060000 uL N
PT : 15,6 detik N
APTT : 28,4 detik N
HbsAg : negatif (-)
PEMERIKSAAN X-RAY SINUS PARANASALIS (AP/Lat)
Tampak fraktur os nasal 1/3 distal Tak tampak fraktur os maxilaris Deviasi septum nasi ke kanan Tak tampak kesuraman pada sinus paranasalKesan:
- Fraktur os nasal 1/3 distal- Tak tampak gambaran sinusitis
TERAPI THT
1. Pro reposisi fraktur dengan GA tanggal 25/08/20122. IVFD RL 20 tpm3. Inj Ceftriaxon 1 gram/12 jam4. Inj. Lameson 125 mg/12 jam5. Inj. Ketorolac 30 mg k/p6. Konsul anestesi
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
8/42
6 |P r e s u s A n e s t e s i
KESIMPULAN
1. Kelainan sistemik : (-)2. Status fisik ASA II
E. RENCANA ANESTESI1. Persiapan Operasi
a. Persetujuan operasi tertulis ( + )b. Puasa > 6 jamc. Pasang IV lined. Premedikasi di OK
2. Jenis Anestesi : General anestesi3. Teknik Anestesi :Semi closed balance anesthesia, inhalasi, respirasiterkontrol denganEndotracheal Tube no. 6,5
4. Premedikasi : Sulfas Atropin 0,25 mg; Midazolam 2 mg5. Induksi : Ketamin 100 mg; Propofol 90 mg6. Pelumpuh otot : Atracrium 40 mg IV7. Analgetik : Ketorolac 30 mg IV8. Maintenance : N2O/O2 = 2L/2L, Sevofluran 1-2 vol%9. Monitoring : Tanda vital selama operasi tiap 5 menit, kedalamananestesi, cairan, perdarahan.
10. Perawatan pasca anestesi di ruang pulih sadar.
F. TATA LAKSANA ANESTESI1. Di ruang persiapan
a. Cek persetujuan operasi dan identitas penderitab. Pemeriksaan tanda-tanda vitalc. Lama puasa > 6 jamd. Cek obat dan alat anestesie. Posisi terlentang
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
9/42
7 |P r e s u s A n e s t e s i
f. Pakaian pasien diganti pakaian operasig. Infus RL 40 tpm
2. Di ruang operasia.Jam 10.00 pasien masuk kamar operasi, manset dan monitor dipasang,
premedikasi injeksi sulfas Atropin 0,25 mg dan Midazolam 2mg IV.
b.Jam 10.05 dilakukan induksi dengan Ketamin 100 mg dan Propofol 90mg, segera kepala diekstensikan, face mask didekatkan pada hidung
dengan O2 6 l/menit. Setelah reflek bulu mata menghilang, Atracrium 40
mg dimasukkan IV, tampak fasikulasi otot. Sesudah tenang dilakukan
intubasi dengan endotrakheal tube no. 6,5dan Guedel, balon ET
dikembangkan. Setelah terpasang baik dihubungkan dengan mesin
anestesi untuk mengalirkan N2O dan O2. N2O mulai diberikan 4L
dengan O2 2 L /menit untuk memperdalamkan anestesi, bersamaan
dengan ini sevofluran dibuka sampai 1% dan sedikit demi sedikit (
sesudah setiap 5-10 kali tarik nafas) dinaikkan dengan 1% sampai 3 atau
4 % tergantung reaksi dan besar tubuh penderita. Kedalaman anestesi
dinilai dari tanda-tanda mata ( bola mata menetap), nadi tidak cepat dan
terhadap rangsang operasi tidak banyak berubah.
c.Jam 10.10 injeksi ondancetron 4 mg dan ketorolac 30 mg.d.Jam 10.15 operasi dimulai dan tanda vital dimonitor tiap 10 menit.Infus
RL 500cc, dilanjutkan NaCl 0,9% 500cc.
e.Jam 10.25 Injeksi asam tranexamat 1 g.f.Jam 10.45 operasi selesai penderita dipindah ke ruang recovery.
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
10/42
8 |P r e s u s A n e s t e s i
Monitoring Selama Anestesi
Jam Tensi Nadi SaO2 Keterangan
10.00 120/82 122 100% Masuk ruang operasi, infuse RL 500cc, injeksi
Sulfas Atropin 0,25 mg dan Midazolam 2 mg
IV
10.05 115/65 88 100% Injeksi ketamin 100 mg, propofol 90 mg,
Atracrium 40 mg
10.10 122/74 80 100% Injeksi ondancetron 4 mg dan ketorolac 30 mg
10.15 130/80 130 100% Operasi dimulai
10.25 138/63 152 100% Injeksi asam tranexamat 1 g
10.35 118/54 131 100% Infuse NaCl 0,9 % 500 cc
10.45 128/66 84 100% Operasi selesai, pasien dipindahkan ke ruang
recovery
G. INSTRUKSI PASCA ANESTESIPasien dirawat di RR dalam posisi supine, oksigen 2 liter/menit, awasi
respirasi, nadi, tensi tiap 10 menit. Bila tensi turun dibawah 90/60, berikan
kristaloid atau efedrin 10 mg. Bila muntah, berikan ondansetron 4 mg. Bila
kesakitan, berikan ketorolac 20 mg. Infus RL dan NaCl 1500 cc/24 jam dengan
tetesan 18 tetes per menit. Setelah sadar, pasien di rawat di bangsal sesuai
dengan bagian operator. Bila aldrette skor > 8 tanpa nilai 0, dipindah ke
bangsal.
Setelah pasien sadar, pasien dipindahkan ke ruangan bangsal.
1. Awasi keadaan umum, perdarahan tiap 10 menit selama 2 jam post operasi.2. Cek darah rutin & elektrolit dan dikoreksi bila perlu3. Bila tidak ada mual, tidak ada muntah, bising usus (+), boleh makan danminum secara bertahap
Bila nyeri bertambah, konsultasi ke bagian anestesi.
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
11/42
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
12/42
10 |P r e s u s A n e s t e s i
1. Fraktur LateralAdalah kasus yang paling sering terjadi, dimana hanya terjadi pada salah
satu sisi saja, kerusakan yang ditimbulkan tidak begitu parah.
2. Fraktur BilateralMerupakan salah satu jenis fraktur yang juga paling sering terjadi selain
fraktur lateral, biasanya disertai dislokasi septum nasal atau terputusnya
tulang nasal dengan tulang maksilaris.
http://c/Documents%20and%20Settings/A/My%20Documents/Downloads/koas/anestesi/Fraktur%20Tulang%20Hidung%20~%20Catatan%20Radiograf%20%E2%84%A2_files/2.jpghttp://c/Documents%20and%20Settings/A/My%20Documents/Downloads/koas/anestesi/Fraktur%20Tulang%20Hidung%20~%20Catatan%20Radiograf%20%E2%84%A2_files/1(1).jpghttp://c/Documents%20and%20Settings/A/My%20Documents/Downloads/koas/anestesi/Fraktur%20Tulang%20Hidung%20~%20Catatan%20Radiograf%20%E2%84%A2_files/2.jpghttp://c/Documents%20and%20Settings/A/My%20Documents/Downloads/koas/anestesi/Fraktur%20Tulang%20Hidung%20~%20Catatan%20Radiograf%20%E2%84%A2_files/1(1).jpg -
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
13/42
11 |P r e s u s A n e s t e s i
3. Fraktur Direct Frontal
Yaitu fraktur os nasal dan os frontal sehingga menyebabkan desakan dan
pelebaran pada dorsum nasalis. Pada fraktur jenis ini pasien akan terganggu
suaranya.
4. Fraktur ComminutedAdalah fraktur kompleks yang terdiri dari beberapa fragmen. Fraktur ini
akan menimbulkan deformitas dari hidung yang tampak jelas.
http://3.bp.blogspot.com/-B65cIhBQw3w/Tjd7TKMetvI/AAAAAAAAAmE/cWgfBqUh090/s1600/4.jpghttp://c/Documents%20and%20Settings/A/My%20Documents/Downloads/koas/anestesi/Fraktur%20Tulang%20Hidung%20~%20Catatan%20Radiograf%20%E2%84%A2_files/3.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-B65cIhBQw3w/Tjd7TKMetvI/AAAAAAAAAmE/cWgfBqUh090/s1600/4.jpghttp://c/Documents%20and%20Settings/A/My%20Documents/Downloads/koas/anestesi/Fraktur%20Tulang%20Hidung%20~%20Catatan%20Radiograf%20%E2%84%A2_files/3.jpg -
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
14/42
12 |P r e s u s A n e s t e s i
C. Pemeriksaan Penunjanga. Rhinoskopi Anterior
Pada rhinoskopi anterior didapatkan deformitas pada hidung, deviasi
septum nasi dan nyeri tekan hidung.2
b. Water Positionsdari pemeriksaan water positions, pada foto anteroposterior, foto nasale
lateral didapatkan kesan fraktur os nasal dengan aposisi et alignment baik
dan tidak tampak pembesaran chonca nasalis bilateral.2
c. RadiologiPemeriksaan radiologis diindikasikan jika ditemukan keraguan dalam
mendiagnosa. Radiografi tidak mampu untuk mengidentifikasi kelainan
pada kartilago dan ahli klinis sering salah dalam mengintrepretasikan
sutura normal sebagai fraktur yang disertai dengan pemindahan posisi.
Bagaimanapun, ketika ditemukan gejala klinis seperti rhinorrhea
cerebrospinalis, gangguan pergerakan ekstraokular atau maloklusi dapat
mengindikasikan adanya fraktur nasal.2
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
15/42
13 |P r e s u s A n e s t e s i
B.ANESTESIA UMUMAnestesi umum adalah bentuk anestesi yang paling sering digunakan atau
dipraktikkan yang dapat disesuaikan dengan jumlah terbesar pembedahan, karena
dengan anestesi ini jalan nafas dapat terus dipertahankan dan nafas dapat
dikontrol.3,4
Pada kasus ini anestesi yang digunakan adalah anestesi umum yaituhilangnya rasa sakit di seluruh tubuh disertai hilangnya kesadaran yang bersifat
sementara dan reversible yang diakibatkan oleh obat anestesi. Dalam memberikan
obatobat pada penderita yang akan menjalani operasi maka perlu diperhatikan
tujuannya yaitu sebagai premedikasi, induksi, atau pemeliharaan.5
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
16/42
14 |P r e s u s A n e s t e s i
1. Persiapan Pra AnestesiSalah satu hal yang sangat penting dalam tindakan anestesi adalah
kunjungan pra anestesi pada pasien yang akan menjalani anestesi dan
pembedahan, baik elektif dan darurat mutlak harus dilakukan untuk
keberhasilan tindakan tersebut. Semua pasien yang masuk di bagian
kebidanan kemungkinan akan membutuhkan anestesi, baik elektif maupun
emergensi. Perlu dibuat anamnesis yang lengkap mengenai umur, paritas,
usia kehamilan, dan faktor-faktor yang mungkin menyebabkan komplikasi.3
Pada kasus elektif biasanya dilakukan satu sampai dua hari sebelum operasi
sedangkan pada kasus darurat waktu yang tersedia lebih singkat. Adapun
tujuan persiapan pra anestesi adalah untuk mempersiapkan mental dan fisik
secara optimal, merencanakan dan memilih tehnik serta obat obat anestesi
yang sesuai dengan fisik dan kehendak pasien, menentukan status fisik
penderita dengan klasifikasi ASA (American Society Anesthesiology).3
a. Macam-macam teknik anestesi 6 :No. Teknik Resevoir bag Valve Rebreathing Soda lime
1. Open _ _ _ _
2. Semi open + + _ _
3. Semi closed + + + +
4. Closed + + + +
Open drop method: Cara ini dapat digunakan untuk anestesik yang
menguap, peralatan sangat sederhana dan tidak mahal. Zat anestetik
diteteskan pada kapas yang diletakkan di depan hidung penderita sehingga
kadar yang dihisap tidak diketahui, dan pemakaiannya boros karena zat
anestetik menguap ke udara terbuka.
Semi open drop method: Hampir sama dengan open drop, hanya
untuk mengurangi terbuangnya zat anestetik digunakan masker.
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
17/42
15 |P r e s u s A n e s t e s i
Karbondioksida yang dikeluarkan sering terhisap kembali sehingga dapat
terjadi hipoksia. Untuk menghindarinya dialirkan volume fresh gas flow
yang tinggi minimal 3x dari minimal volume udara semenit.
Semi closed method : Udara yang dihisap diberikan bersama oksigen
murni yang dapat ditentukan kadarnya kemudian dilewatkan pada vaporizer
sehingga kadar zat anestetik dapat ditentukan. Udara napas yang
dikeluarkan akan dibuang ke udara luar. Sistem sirkuit (semi closed) adalah
system aliran udara nafas yang merupakan lingkaran yang terdiri dari: dua
pipa karet/ plastic yang ujungnya dihubungkan dengan pipa Y dan
pangkalnya masing-masing dihubungkan dengan katup inspirasi dan katup
ekspirasi, selanjutnya katup-katup tersebut dihubungkan dengan canister
(tempat kapur penyerap gas CO2) dan kantong penampung udara. Di antara
canister dan kantong penampung udara diisi katup pembuangan udara,
sedangkan inlet aliran gas segar bisa ditempatkan di antara dua canister
atau pada tangkai inspirasi. Penyerap CO2 yang mengisi canister adalah
kapur soda atau barium yang berbentuk kerikil-kerikil kecil yang besarnya
hampir sama. Kapur-kapur ini akan mengikat CO2 melalui mekanisme
kimiawi.
Closed method: Cara ini hampir sama seperti semi closed hanya
udara ekspirasi dialirkan melalui soda lime yang dapat mengikat CO2,
sehingga udara yang mengandung anestetik dapat digunakan lagi.
b. Menentukan status fisik penderita dengan klasifikasi ASA (AmericanSociety Anesthesiology), yaitu :
3,4
ASA I : Pasien dalam keadaan sehat, kelainan bedahterlokalisir, tanpa kelainan faali, biokimia dan psikiatri. Angka
mortalitas mencapai 2 %.
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
18/42
16 |P r e s u s A n e s t e s i
ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampaisedang karena penyakit bedah maupun proses patofisiolgis. Angka
mortalitas mencapai 16 %.
ASA III : Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik beratsehingga aktivitas harian terbatas . Angka mortalitas mencapai 36
%.
ASA IV : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secaralangsung mengancam kehidupannya dan tidak selalu sembuh
dengan operasi. Angka mortalitas mencapai 68 %.
ASA V : Pasien dengan kemungkinan hidup kecil.Tindakanoperasi hampir tidak ada harapan.Tidak ada harapan hidup dalam
24 jam walaupun dioperasi atau tidak. Angka mortalitas mencapai
98 %.
Untuk operasi cito, ASA ditambah huruf E (Emergency) terdiri
dari kegawatan otak, jantung, paru, ibu dan anak.
c. pemeriksaan pra operasi anestesi 4I. Anamnesis
1. Identifikasi pasien yang terdiri dari nama, umur, alamat, dll.2. Keluhan saat ini dan tindakan operasi yang akan dihadapi.3. Riwayat penyakit yang sedang/pernah diderita yang dapat menjadi
penyulit anestesi seperti alergi, diabetes melitus, penyakit paru
kronis (asma bronkhial, pneumonia, bronkhitis), penyakit jantung,
hipertensi, dan penyakit ginjal.
4. Riwayat obat-obatan yang meliputi alergi obat, intoleransi obat,dan obat yang sedang digunakan dan dapat menimbulkan interaksi
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
19/42
17 |P r e s u s A n e s t e s i
dengan obat anestetik seperti kortikosteroid, obat antihipertensi,
antidiabetik, antibiotik, golongan aminoglikosid, dll.
5. Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya yang terdiri dari tanggal,jenis pembedahan dan anestesi, komplikasi dan perawatan intensif
pasca bedah.
6. Riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi tindakananestesi seperti merokok, minum alkohol, obat penenang, narkotik
7. Riwayat keluarga yang menderita kelainan seperti hipertensimaligna.
8. Riwayat berdasarkan sistem organ yang meliputi keadaan umum,pernafasan, kardiovaskular, ginjal, gastrointestinal, hematologi,
neurologi, endokrin, psikiatrik, ortopedi dan dermatologi.
II. Pemeriksaan Fisik1. Keadaan psikis : gelisah,takut, kesakitan2. Keadaan gizi : malnutrisi atau obesitas3. Tinggi dan berat badan. Untuk memperkirakan dosis obat, terapi
cairan yang diperlukan, serta jumlah urin selama dan sesudah
pembedahan.
4. Frekuensi nadi, tekanan darah, pola dan frekuensi pernafasan,serta suhu tubuh.
5. Jalan nafas (airway). Jalan nafas diperiksa untuk mengetahuiadanya trismus, keadaan gigi geligi, adanya gigi palsu, gangguan
fleksi ekstensi leher, deviasi ortopedi dan dermatologi. Ada pula
pemeriksaan mallampati, yang dinilai dari visualisasi pembukaan
mulut maksimal dan posisi protusi lidah.
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
20/42
18 |P r e s u s A n e s t e s i
Pemeriksaan mallampati sangat penting untuk menentukan
kesulitan atau tidaknya dalam melakukan intubasi. Penilaiannya
yaitu:
i. Mallampati I : palatum molle, uvula, dinding posteriororopharynk, tonsilla palatina dan
tonsilla pharingeal
ii. Mallampati II : palatum molle, sebagian uvula,dinding posterior uvula
iii. Mallampati III : palatum molle, dasar uvulaiv. Mallampati IV : palatum durum saja
6. Jantung, untuk mengevaluasi kondisi jantung7. Paru-paru, untuk melihat adanya dispneu, ronki dan mengi8. Abdomen, untuk melihat adanya distensi, massa, asites, hernia,
atau tanda regurgitasi.
9. Ekstremitas, terutama untuk melihat adanya perfusi distal,sianosis, adanya jari tabuh, infeksi kulit, untuk melihat di tempat-
tempat pungsi vena atau daerah blok saraf regional.
III. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain2Lab rutin :
1. Pemeriksaan lab. Darah2. Urine : protein, sedimen, reduksi3. Foto rongten ( thoraks )4. EKGPemeriksaan khusus, dilakukan bila ada indikasi :
1. EKG pada anak2. Spirometri pada tumor paru3. Tes fungsi hati pada ikterus4. Fungsi ginjalpada hipertensi5. AGD, elektrolit.
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
21/42
19 |P r e s u s A n e s t e s i
2. Premedikasi AnestesiTujuan premedikasi bukan hanya untuk mempermudah induksi dan
mengurangi jumlah obat obatan yang digunakan, tetapi terutama untuk
menenangkan pasien sebagai persiapan anestesi. Premedikasi anestesi adalah
pemberian obat sebelum anestesi dilakukan. Tindakan ini biasanya dilakukan
sebelum pasien dibawa ke ruang operasi.4
Premedikasi diberikan berdasar atas keadaan psikis dan fisiologis
pasien yang ditetapkan setelah dilakukan kunjungan prabedah. Dengan
demikian maka pemilihan obat premedikasi yang akan digunakan harus
selalu dengan mempertimbangkan umur pasien, berat badan, status fisik,
derajat kecemasan, riwayat pemakaian obat anestesi sebelumnya, riwayat
hospitalisasi sebelumnya, riwayat penggunaan obat tertentu yang
berpengaruh terhadap jalannya anestesi, perkiraan lamanya operasi, macam
operasi, dan rencana anestesi yang akan digunakan6
Tindakan premedikasi ini mempunyai tujuan antara lain untuk
memberikan rasa nyaman bagi pasien, membuat amnesia, memberikan
analgesia, mencegah muntah, memperlancar induksi, mengurangi jumlah
obat obat anestesi, menekan reflek reflek yang tidak diinginkan,
mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas.6
Obatobat yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah :
1. Golongan hipnotik sedatif : Barbiturat, Benzodiazepin, Transquilizer.2. Analgetik narkotik : Morfin, Petidin, Fentanil.3. Neuroleptik : Droperidol, Dehidrobenzoperidol.4.
Anti kolinergik : Atropin, Skopolamin.
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
22/42
20 |P r e s u s A n e s t e s i
Sulfas AtropinSulfas atropin termasuk golongan anti kolinergik. Berguna mengurangi
sekresi lendir dan mengurangi efek bronkhial dan kardial yang berasal dari
perangsangan parasimpatis akibat obat anestesi atau tindakan operasi. Pada dosis
klinik (0,40,6 mg ) akan menimbulkan bradikardi yang disebabkan perangsangan
nervus Vagus. Pada dosis yang lebih besar (> 2 mg) akan menghambat nervus
Vagus sehingga terjadi takikardi. Efek lainnya yaitu melemaskan nervus otot
polos, mendepresi vagal reflek, menurunkan spasme gastrointestinal dan
mengurangi rasa mual serta muntah.6
Obat ini juga dapat menimbulkan rasa kering di mulut serta penglihatan
kabur, maka lebih baik tidak diberikan pra anestesi lokal atau regional. Dalam
dosis toksik dapat menyebabkan gelisah, delirium, halusinasi, dan kebingungan
pada pasien. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan pemberian Prostigmin 1 2 mg
intra vena.6
Sedian : dalam bentuk Sulfat Atropin dalam ampul 0,25 mg dan 0,50 mg.
Dosis : 0,01 mg/kgBB dan 0,10,4 mg untuk anakanak.
Pemberian : SC, IM, IV. 4
PethidinMerupakan derivat fenil piperidin yang efek utamanya depresi nafas dan
efek sentral lain. Efek analgetik timbul lebih cepat setelah pemberian sub cutan
atau intra muskular, tapi masa kerja lebih pendek. Dosis toksik menimbulkan
perangsangan SSP misal tremor, kedutan otot dan konvulsi. Pada saluran nafas,
akan menurunkan tidal volume sedang frekuensi nafas kurang dipengaruhi
sehingga efek depresi nafas tidak disadari. Secara sistemik menimbulkan anestesi
kornea dengan akibat hilangnya refleks kornea. Obat ini juga meningkatkan
kepekaan alat keseimbangan sehingga menimbulkan mual, muntah dan pusing
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
23/42
21 |P r e s u s A n e s t e s i
pada penderita yang berobat jalan. Pada penderita rawat baring, obat ini tidak
mempengaruhi sistem kardiovaskuler, tapi penderita berobat jalan dapat timbul
sinkop orthostotik karena hipotensi akibat vasodilatasi perifer karena pelepasan
histamin.4
Absorbsi petidin berlangsung baik pada semua cara pemberian. Pada
pemberian IV kadarnya dalam darah akan turun cepat 1-2 jam pertama. Petidin
dimetabolisme di hati dan dikeluarkan lewat ginjal sekitar 1/3 dosis yang
diberikan. Preparat oral dalam tablet 50 mg, parenteral dalam bentuk ampul 50 mg
per cc. Dosis dewasa 50-100 mg disuntikkan SK atau IM. Jika secara IV efek
analgesiknya tercapai dalam waktu 15 menit. 4
MidazolamMidazolam merupakan suatu golongan imidazo-benzodiazepin dengan sifat
yang sangat mirip dengan golongan benzodiazepine. Midazolam bersifat larut
dalam air serta merupakan benzodiazepin pilihan untuk pemberian parenteral.
Penting untuk diketahui bahwa obat ini dapat bersifat menjadi larut lemak pada pH
fisiologuis sehingga dapat dengan cepat menembus sawar darah otak dan
menimbulkan efek sentral. Merupakan benzodiapin kerja cepat yang bekerja
menekan SSP. Midazolam berikatan dengan reseptor benzodiazepin yang terdapat
di berbagai area di otak seperti di medulla spinalis, batang otak, serebelum system
limbic serta korteks serebri. Midazolam memiliki onset yang lebih cepat ,
eliminasi waktu paruh yang lebih pendek (2-4 jam), serta kurva dosis responsif
yang lebih curam daripada benzodiazepin lain yang tersedia. Oleh karena itu,
midazolam seringnya diberikan secara intravena sebelum pasien masuk ke dalam
kamar operasi.
Efek induksi terjadi sekitar 1,5 menit setelah pemberian intra venabila sebelumnya diberikan premedikasi obat narkotika dan 2-2,5 menit tanpa
premedikasi narkotika sebelumnya.5
Midazolam diindikasikan pada premedikasi sebelum induksi anestesi, basal
sedasion sebelum tindakan diagnostik atau pembedahan yang dilakukan di bawah
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
24/42
22 |P r e s u s A n e s t e s i
anestesi lokal serta induksi dan pemeliharaan selama anestesi. Obat ini
dikontraindikasikan pada keadaan sensitif terhadap golongan benzodiazepine,
pasien dengan insufisiensi pernafasan, dan acute narrow-angle glaucoma.3
Pemberian intramuskular pada penderita yang mengalami nyeri sebelum
tindakan bedah, pemberian tunggal atau kombinasi dengan antikolinergik atau
analgesik. Dewasa : 0,07- 0,1 mg/kg BB secara IM sesuai dengan keadaan umum
pasien, lazimnya diberikan 5 mg. Dosis usia lanjut dan pasien lemah 0,0250,05
mg/kg BB (IM). Untukbasal sedation pada dewasa tidak melebihi 2,5 mg IV 5-10
menit sebelum permulaan operasi, pada orang tua dosis harus diturunkan 1- 1,5 mg
dengan total dosis tidak melebihi 3,5 mg IV. 4
FentanilFentanil merupakan salah satu preparat golongan analgesik opioid dan
termasuk dalam opioid potensi tinggi dengan dosis 100-150 mcg/kgBB, termasuk
sufentanil (0,25-0,5 mcg/kgBB). Bahkan sekarang ini telah ditemukan
remifentanil, suatu opioid yang poten dan sangat cepat onsetnya, telah digunakan
untuk meminimalkan depresi pernapasan residual. Opioid dosis tinggi yang
deberikan selama operasi dapat menyebabkan kekakuan dinding dada dan larynx,
dengan demikian dapat mengganggu ventilasi secara akut, sebagaimana
meningkatnya kebutuhan opioid potoperasi berhubungan dengan perkembangan
toleransi akut. Maka dari itu, dosis fentanyl dan sufentanil yang lebih rendah telah
digunakan sebagai premedikasi dan sebagai suatu tambahan baik dalam anestesi
inhalasi maupun intravena untuk memberikan efek analgesi perioperatif.3
Sebagai analgesik, potensinya diperkirakan 80 kali morfin. Lamanya efek
depresi nafas fentanil lebih pendek dibanding meperidin. Efek euphoria dananalgetik fentanil diantagonis oleh antagonis opioid, tetapi secara tidak bermakna
diperpanjang masanya atau diperkuat oleh droperidol, yaitu suatu neuroleptik yang
biasanya digunakan bersama sebagai anestesi IV. Dosis tinggi fentanil
menimbulkan kekakuan yang jelas pada otot lurik, yang mungkin disebabkan oleh
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
25/42
23 |P r e s u s A n e s t e s i
efek opioid pada tranmisi dopaminergik di striatum. Efek ini di antagonis oleh
nalokson. Fentanyl biasanya digunakan hanya untuk anestesi, meski juga dapat
digunakan sebagai anelgesi pasca operasi. Obat ini tersedia dalam bentuk larutan
untuk suntik dan tersedia pula dalam bentuk kombinasi tetap dengan droperidol.5
Fentanyl dan droperidol (suatu butypherone yang berkaitan dengan haloperidol)
diberikan bersama-sama untuk menimbulkan analgesia dan amnesia dan
dikombinasikan dengan nitrogen oksida memberikan suatu efek yang disedut
sebagai neurolepanestesia.4
OndansetronMerupakan suatu antagonis 5-HT3 yang sangat efektif yang dapat menekan
mual dan muntah karena sitostatika misalnya cisplatin dan radiasi. Ondansetron
mempercepat pengosongan lambung, bila kecepatan pengosongan basal rendah.
Tetapi waktu transit saluran cerna memanjang sehingga dapat terjadi konstipasi.
Ondansetron dieliminasi dengan cepat dari tubuh. Metabolisme obat ini terutama
secara hidroksilasi dan konjugasi dengan glukonida atau sulfat dalam hati.5 Dosis
ondansentron yang biasanya diberikan untuk premedikasi antara 4-8 mg/kgBB.
Dalam suatu penelitian kombinasi antara Granisetron dosis kecil yang diberikan
sesaat sebelum ekstubasi trakhea ditambah Dexamethasone yang diberikan saat
induksi anestesi merupakan suatu alternatif dalam mencegah muntah selama 0-2
jam setelah ekstubasi trakhea daripada ondansetron dan dexamethasone.6
3. InduksiInduksi merupakan saat dimasukkannya zat anestesi sampai tercapainya
stadium pembedahan (III) yang selanjutnya diteruskan dengan tahap pemeliharaan
anestesi untuk mempertahankan atau memperdalam stadium anestesi setelah
induksi.4
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
26/42
24 |P r e s u s A n e s t e s i
Macam-macam stadium anestesi3:
Stadium I (analgesia)- mulai pemberian zat anestesi sampai dengan hilangnya kesadaran .- mengikuti perintah, rasa sakit hilang.
Stadium II ( Delirium )- mulai hilangnya kesadaran sampai dengan permulaan stadium bedah.- gerakan tidak menurut kehendak, nafas tidak teratur, midriasis,
takikardi.
Stadium III (Pembedahan) :1. Tingkat 1: nafas teratur spontan, miosis, bola mata tidak menurut
kehendak, nafas dada dan perut seimbang.
2. Tingkat 2:nafas teratur spontan kurang dalam, bola mata tidakbergerak, pupil mulai melebar, mulai relaksasi otot.
3. Tingkat 3: nafas perut lebih dari nafas dada, relaksasi otot sempurna.4. Tingkat 4:nafas perut sempurna, tekanan darah menurun, midriasis
maksimal, reflek cahaya ( - )
Stadium IV. (Paralisis) : nafas perut melemah, tekanan darah tidakterukur, denyut nadi berhenti dan meninggal.
Pada kasus ini digunakan Propofol.
PropofolPropofol merupakan derivat isoprofilfenol yang digunakan untuk induksi
dan pemeliharaan anestesi umum. Propofol secara kimia tidak ada hubungannya
dengan anestesi IV lain. Pemberian IV ( 2 mg/kg BB ) menginduksi anestesisecara cepat seperti Tiopental. Anestesi dapat dipertahankan dengan infus Propofol
yang berkesinambungan dengan Opiat, N2 dan atau anestesi inhalasi lain.4
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
27/42
25 |P r e s u s A n e s t e s i
Keuntungan Propofol, bekerja lebih cepat dari Tiopental, mempunyai induksi
yang cepat, masa pulih sadar yang cepat, sehingga berguna pada pasien rawat jalan
yang memerlukan prosedur cepat dan singkat.3
Propofol dapat menyebabkan turunnya tekanan darah yang cukup berarti
selama induksi anestesi karena menurunnya resitensi arteri perifer dan
venodilatasi.10
Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi
efek ini disebabkan karena vasodilatasi perifer daripada penurunan curah jantung.
Tekanan sistemik kembali normal dengan intubasi trakea. Propofol tidak
menimbulkan aritmia, atau iskemik otot jantung, tidak merusak fungsi hati dan
ginjal. 4
Sediaan :ampul atau vial 20 ml ( 200 mg ) 10 mg/ml Propofol.
Dosis : 1,52 mg/kgBB iv (anak)
22,5 mg/kgBB iv (dewasa)
Propofol merupakan obat induksi anestesi cepat. Obat ini didistribusikan
cepat dan dieliminasi secara cepat. Hipotensi terjadi sebagai akibat depresi
langsung pada otot jantung dan menurunnya tahanan vaskuler sistemik. Propofol
tidak mempunyai efek analgesik. Dibandingkan dengan tiopental waktu pulih
sadar lebih cepat dan jarang terdapat mual dan muntah. Pada dosis yang rendah
propofol memiliki efek antiemetik.3
Efek samping propofol pada sistem pernafasan adanya depresi
pernafasan, apnea, bronkospasme, dan laringospasme. Pada sistem kardiovaskuler
berupa hipotensi, aritmia, takikardi, bradikardi, hipertensi. Pada susunan syaraf
pusat adanya sakit kepala, pusing, euforia, kebingungan, dll. Pada daerah
penyuntikan dapat terjadi nyeri sehingga saat pemberian dapat dicampurkan
lidokain (20-50 mg).3
KetamineMerupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif
aman. Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestetik dan kataleptik dengan kerja
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
28/42
26 |P r e s u s A n e s t e s i
singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik tetapi lemah untuk
sistem viseral. Ketamin dapat meningkatkan tekanan darah, frekuensi nadi dan
curah jantung sampai 20%.6
Mekanisme aksi ketamine adalah memblokade membran terhadap efek
eksitasi neurotranmiter asam glutamat pada reseptor subtipe NMDA. Ketamine
merupakan obat yang sangat lipofilik dan dengan cepat didistribusikan ke dalam
organ yang perfusinya baik seperti otak, hati dan ginjal. Kemudian, ketamine
diredistribusi ke dalam jaringan-jaringan yang berperfusi kurang baik bersamaan
dengan metabolisme hepatik dan diikuti dengan ekskresi urin dan bilier.Ketamine
merupakan satu-satunya anestesi intravena yang memiliki efek analgesik dan
mampu menghasilkan stimulasi cardiovaskular yang berkaitan dengan dosis. Nadi,
tekanan darah arteri dan cardiac output dapat meningkat secara signifikan di atas
nilai normal. Variabel-variabel ini mencapai puncaknya 2-4 menit setelah injeksi
bolus intravena, kemudian menurun ke nilai normal selama 10-20 menit kemudian.
Ketamine menghasilkan efek terhadap kardiovaskuler ini dengan menstimulasi
sistem saraf simpatis pusat, kurang lebih, dengan menghambat reuptake
norepinefrin pada terminal saraf simpatis. Peningkatan kadar epinefrin dan
noerpinefrin plasma terjadi selama 2 menit setelah bolus ketamine intravena dan
kembali ke kadar normal dalam kurang dari 15 menit. Ketamine secara nyata
meningkatkan aliran darah otak, konsumsi oksigen dan tekanan intrakranial.
Sebagaimana anestesi yang menguap, ketamine merupakan sebuah obat yang
secara potensial berbahaya ketika tekanan intrakranial meningkat. Meskipun
ketamine menurunkan laju pernapasan, tonus otot pernapasan bagian atas tetap
dipertahankan dengan baik dan refleks-refleks jalan napas biasanya tetap
dipelihara.3, 4,5
Penggunaan ketamine telah dihubungkan dengan disorientasi, ilusi sensori
dan persepsi serta mimpi yang nyata postoperasi (sehinggan disebut dengan
fenomena emergence). Diazepam (0,2-0,3 mg/kgBB) atau midazolam (0,025-0,05
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
29/42
27 |P r e s u s A n e s t e s i
mg) secara intravena, yang diberikan sebelum pemberian ketamine dapat
mengurangi insidensi efek-efek negatif ini. Meskipun demikian, penggunaan
ketamin dosis rendah dalam kombinasi dengan anestesi inhalasi dan intravena
yang lainnya telah menjadi alternatif pilihan daripada analgesik opioid dalam
meminimalkan depresi pernapasan. Selain itu, ketamine sangat bermanfaat bagi
pasien geriatri dan pasien dengan resiko tinggi terjadi syok kardiogenik atau syok
sepsis dikarenakan efek kardiostimulasinya. Ketamin dosis rendah juga digunakan
bagi pasien-pasien rawat jalan yang dikombinasikan dengan propofol serta bagi
anak-anak yang menjalani prosedur yang menyakitkan (seperti penggatian
dressing pada luka bakar).3
Untuk induksi ketamin diberikan secara IV dengan dosis 2 mg/kgBB (1-4,5
mg/kgBB) dalam waktu 60 detik; stadium operasi dicapai dalam 5-10 menit.
Untuk mempertahankan anestesi dapat diberikan dosis ulangan setengah dari
semula. Ketamin IM untuk induksi diberikan 10 mg/kgBB (6,5-13 mg/kgBB),
stadium operasi terjadi dalam 12-25 menit.4
4. Pemeliharaan
Maintenance atau pemeliharaan adalah pemberian obat untuk
mempertahankan atau memperdalam stadium anestesi setelah induksi. Pada kasus
ini menggunakan Sevofluran, N2O, dan O2.5
a. Sevofluran
Sevofluran (Ultane) merupakan halogenasi eter. Induksi dan pulih dari
anestesi lebih cepat dibanding dengan isofluran. Baunya tidak menyengat dan
tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari untuk induksi anestesi
inhalasi disamping halotan.3.4
Efek terhadap kardiovaskuler cukup stabil, jarang menyebabkan
aritmia. Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
30/42
28 |P r e s u s A n e s t e s i
laporan toksik terhadap hepar. Setelah pemberian dihentikan, sevofluran cepat
dikeluarkan oleh badan.3,4
Walaupun dirusak oleh sodalim namun belum ada laporan
membahayakan terhadap tubuh manusia.
b. Dinitrogen Oksida/Gas Gelak/N2O
Merupakan gas yang tidak berwarna, berbau amis, dan tidak iritasi.
Mempunyai sifat anestesi yang kurang kuat, tetapi dapat melalui stadium
induksi dengan cepat, karena gas ini tidak larut dalam darah. Gas ini tidak
mempunyai relaksasi otot, oleh karena itu operasi abdomen dan ortopedi perlu
tambahan dengan zat relaksasi otot. Terhadap SSP menimbulkan analgesi
yang berarti. Depresi nafas terjadi pada masa pemulihan, hal ini terjadi karena
Dinitrogen Oksida mendesak oksigen dengan ruanganruangan tubuh.
Hipoksia difus dapat dicegah dengan pemberian oksigen konsentrasi tinggi
beberapa menit sebelum anestesi selesai. Penggunaan biasanya dipakai
perbandingan atau kombinasi dengan oksigen.6
Perbandingan N2O : O2 adalah sebagai berikut 60% : 40 % ; 70% :
30% atau 50% : 50%.4
5. Obat Pelumpuh Otot (Muscle Relaxant)Obat golongan ini menghambat transmisi neuromuscular sehingga
menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka. Menurut mekanisme kerjanya, obat
ini dibagi menjadi 2 golongan yaitu obat penghambat secara depolarisasi resisten,
misalnya suksinil kolin, dan obat penghambat kompetitif atau non depolarisasi ,
misal kurarin. Dalam anestesi umum , obat ini memudahkan dan mengurangi
cedera tindakan laringoskopi dan intubasi trakea, serta memberi relaksasi otot
yang dibutuhkan dalam pembedahan dan ventilasi kendali.4
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
31/42
29 |P r e s u s A n e s t e s i
Dua golongan obat pelumpuh otot3,4,6
:
A. Depolarisasi.-Ada fasikulasi otot-Berpotensiasi dengan antikolinesterase-Tidak menunjukkan kelumpuhan bertahap pada perangsangan tunggal atau
tetanik
-Belum dapat diatasi dengan obat spesifik-Kelumpuhan berkurang dengan penambahan obat pelumpuh otot non
depolarisasi dan asidosis
-Contoh: suksametonium (suksinil kolin)B.Non depolarisasi
-Tidak ada fasikulasi otot-Berpotensiasi dengan hipokalemia, hipotermia, obat anestetik inhalasi, eter,
halothane, enfluran, isoflurane
-Menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan tunggal atautetanik
-Dapat diantagonis oleh antikolinesterase-Contoh: tracrium (atrakurium besilat), pavulon (pankuronium bromida),
norkuron (pankuronium bromida), esmeron (rokuronium bromida).
1.Succynil CholineMerupakan pelumpuh otot depolarisasi dengan mula kerja cepat,
sekitar 12 menit dan lama kerja singkat sekitar 35 menit sehingga obat
ini sering digunakan dalam tindakan intubasi trakea. Lama kerja dapat
memanjang jika kadar enzim kolinesterase berkurang, misalnya pada
penyakit hati parenkimal, kakeksia, anemia, dan hipoproteinemia.4
Komplikasi dan efek samping dari obat ini adalah bradikardi,
bradiaritma dan asistole, takikardi dan takiaritmia, peningkatan tekanan
intra okuler, hiperkalemi dan nyeri otot fasikulasi.3
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
32/42
30 |P r e s u s A n e s t e s i
Obat ini tersedia dalam flacon berisi bubuk 100 mg dan 50 mg.
Pengenceran dengan garam fisiologis / aquabidest steril 5 atau 25 ml
sehingga membentuk larutan 2% sebagai pelumpuh otot jangka pendek.
Dosis untuk inhalasi 12 mg / kgBB.3
2.Atrakurium besilat (Tracrium)Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang relative baru
dengan struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman Leontice
Leontopeltatum.
Keunggulan atracurium adalah :
- metabolisme terjadi di dalam darah- tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang- tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskular yang bermakna
Kemasan dibuat dalam ampul berisi 5 ml yang mengandung 50 mg
atrakurium besilat. Stabilitas larutan sangat bergantung penyimpanan pada
suhu dingin dan perlindungan terhadap penyinaran.4
Dosis intubasi : 0,5 - 0,6 mg / Kg BB / IV
Dosis relaksasi otot : 0,50,6 mg / Kg BB / IV
Dosis pemeliharaan : 0,10,2 mg / Kg BB / IV
6. Analgetik Ketorolac
Ketorolac dapat diberikan secara oral, intramuskuler, atau intravena.
Setelah suntikan intramuscular atau intravena efek analgesinya dicapai dalam 30
menit, maksimal setelah 1-2 jam dengan lama kerja sekitar 4-6 jam dan
penggunaannya dibatasi untuk 5 hari. 5
Cara kerja ketorolac ialah menghambat sintesis prostaglandin di perifer
tanpa mengganggu reseptor opioid di system saraf pusar. Seperti NSAID lain
tidak dianjurkan digunakan untuk wanita hamil, menghilangkan nyeri persalinan,
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
33/42
31 |P r e s u s A n e s t e s i
wanita sedang menyusui, usia lanjut, anak usia < 4 tahun, gangguan perdarahan
dan bedah tonsilektomi.6
Sifat analgetik ketorolac setara dengan opioid, yaitu 30 mg ketorolac = 12
mg morfin = 100 mg pethidin, sedangkan sifat antipiretik dan antiinflamasinya
rendah. Ketorolac dapat digunakan secara bersamaan dengan opioid.4
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan.
Untuk pasien normal dosis sehari dibatasi maksimal 90 mg dan untuk berat < 50
kg, manula atau gangguan faal ginjal dibatasi maksimal 60 mg.
Sediaan : dalam ampul 5mg / 5ml
Pemberian : IM atau IV
7. Intubasi TrakeaMerupakan suatu tindakan memasukkan pipa khusus ke dalam trakea,
sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah di monitor dan
dikendalikan.
Tindakan intubasi trakea ini bertujuan untuk :
1. Mempermudah pemberian anestesi.2. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas dan demi kelancaran
pernafasan.
3. Mencegah kemungkinan aspirasi lambung.4. Mempermudah penghisapan sekret trakheobronkial.5. Untuk pemakaian ventilasi yang lama.6. Mengatasi obstruksi laring akut. 4
8. Terapi CairanDalam suatu tindakan operasi terapi cairan harus diperhatikan dengan
serius, terapi cairan perioperatif bertujuan untuk :
1. Mencukupi kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang hilang selamaoperasi.
2. Replacement dan dapat untuk tindakan emergency pemberian obat. 6
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
34/42
32 |P r e s u s A n e s t e s i
Pemberian cairan operasi dibagi :5
1. Pra operasiPada pasien pra operasi dapat terjadi defisit cairan yang
diakibatkan karena kurang makan, puasa, muntah, penghisapan isi
lambung, penumpukan cairan pada ruang ketiga seperti pada ileus
obstruktif, perdarahan, luka bakar dan lainlain. Kebutuhan cairan untuk
dewasa dalam 24 jam adalah 2 ml / kgBB / jam. Bila terjadi dehidrasi
ringan maka diperlukan cairan sebanyak 2% BB, dehidrasi sedang perlu
cairan sebanyak 5% BB, dan dehidrasi berat sebesar 7% BB. Setiap
kenaikan suhu 10
Celcius kebutuhan cairan bertambah 1015 %.
2. Selama operasiSelama tindakan operasi ini dapat terjadi kehilangan cairan karena
proses operasi. Kebutuhan cairan pada dewasa untuk operasi ringan
4ml/kgBB/jam, sedang 6ml/kgBB/ jam, berat 8 ml/kgBB/jam. Bila terjadi
perdarahan selama operasi, di mana perdarahan kurang dari 10% EBV
maka cukup digantikan dengan cairan kristaloid sebanyak 3 kali volume
darah yang hilang. Apabila perdarahan lebih dari 10 % maka dapat
dipertimbangkan pemberian plasma / koloid / dekstran dengan dosis 1 2
kali darah yang hilang. Sedangkan apabila terjadi perdarahan lebih dari
20% akan dipertimbangkan untuk dilakukannya transfusi.
3. Setelah operasiPemberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit
cairan selama operasi ditambah kebutuhan seharihari pasien.
9. PemulihanPasca anetesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca operasi dan anestesi
yang biasanya dilakukan diruang pulih sadar atau recovery room yaitu ruangan
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
35/42
33 |P r e s u s A n e s t e s i
untuk observasi pasien pasa operasi atau anestesi.Ruang pulih sadar adalah batu
loncatan sebelum pasien dipindahkan ke bangsal atau masih memerlukan
perawatan intensif di ICU. Dengan demikian pasien pasca operasi atau anestesi
dapat terhindar dari komplikasi yang disebabkan karena operasi atau pengaruh
anestesinya.3
Di ruang pulih sadar dimonitor jalan nafasnya apakah bebas atau tidak,
ventilasinya cukup atau tidak, dan sirkulasinya sudah baik ataukah tidak. Selain
obstruksi jalan nafas karena lidah yang jatuh ke belakang atau karena spasme
laring, pasca bedah dini juga dapat terjadi muntah yang dapat menyebabkan
aspirasi.3
Monitor kesadaran merupakan hal yang penting karena selama pasien belum
sadar dapat terjadi gangguan jalan nafas. Tidak sadar yang berkepanjangan adalah
akibat dari pengaruh sisa obat anestesi, hipotermi, atau hipoksia, dan
hiperkarbi.Hipoksia dan hiperkarbi terjadi pada pasien dengan gangguan jalan
nafas dan ventilasi. Menggigil yang terjadi pasca bedah adalah akibat efek
vasodilatasi obat anestesi. Menggigil akan menambah beban jantung dan sangat
berbahaya pada pasien dangan penyakit jantung.4
Tabel 1. Steward Scoring System
Kriteria Skor
Kesadaran
Jalan nafas
Gerakan
Bangun
Respon terhadap stimuli
Tak ada respon
Batuk atas perintah
Mempertahankan jalan nafas dengan baik
Perlu bantuan untuk mempertahankan
Menggerakkan anggota badan dengan tujuan
Gerakan tanpa maksud
Tidak bergerak
2
1
0
2
1
0
2
1
0
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
36/42
34 |P r e s u s A n e s t e s i
Tabel 2. Robertson Scoring System
Kriteria Skor
Kesadaran
Jalan nafas
Aktivitas
Sadar penuh, mata terbuka, berbicara
Tertidur ringan, sekali-kali mata terbuka
Mata terbuka atas perintah atau respons bila
dipanggil namanya
Respon terhadap cubitan telinga
Tak ada respon
Membuka mulut dan atau batuk atas perintah
Tak ada batuk volunter, jalan nafas bebas
tanpa bantuan
Obtruksi jalan nafas bila leher fleksi tetapi
tanpa bantuan ekstensi
Tanpa bantuan terjadi obstruksi
Mengangkat tangan dengan perintah
Gerakan tak berartiTak bergerak
4
3
2
1
0
3
2
1
0
2
10
Tabel 3. Aldrette Scoring System
Kriteria Recovery score
in 15 30 45 60 out
Aktivitas Dapat
bergerak
volunter
atau atas
perintah
4 anggota
gerak
2 2 2 2 2 2
2 anggota
gerak
1 1 1 1 1 1
0 anggota
gerak
0 0 0 0 0 0
Respirasi Mampu benafas dan batuk 2 2 2 2 2 2
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
37/42
35 |P r e s u s A n e s t e s i
Sirkulasi
secara bebas
Dyspnea, nafas dangkal
atau terbatas
1 1 1 1 1 1
Apnea 0 0 0 0 0 0
Tensi Pre
opmmHg
Tensi 20
mmHg preop
2 2 2 2 2 2
Tensi 20-50
mmHg preop
1 1 1 1 1 1
Tensi 50
mmHg preop
0 0 0 0 0 0
Kesadaran Sadar Penuh 2 2 2 2 2 2
Bangun waktu dipanggil 1 1 1 1 1 1
Tidak ada respon 0 0 0 0 0 0
Warna
kulit
Normal 2 2 2 2 2 2
Pucat kelabu 1 1 1 1 1 1
Sianotik 0 0 0 0 0 0
Dengan demikian pasien pasca operasi atau anestesi dapat terhindar dari komplikasi
yang disebabkan karena operasi atau pengaruh anestesinya.
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
38/42
36 |P r e s u s A n e s t e s i
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien diatas dari pre operasi (anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang) didapatkan status fisik pasien diklasifikasikan sebagai ASA
I, pasien dalam keadaan sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa kelainan faali,
biokimia dan psikiatri.
Secara keseluruhan, tidak didapatkan aspek-aspek yang dapat memperberat
proses anestesi selama pembedahan. Namun, ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan selama masa pembiusan. Refleks laring mengalami penurunan selama
anesthesia. Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan nafas
merupakan risiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anestesia. Untuk
meminimalkan risiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif
dengan anestesia harus dipantangkan dari masukan oral (puasa) selama periode
tertentu sebelum induksi anestesia.
Tindakan premedikasi sendiri, yaitu pemberian obat sebelum induksi
anestesia bertujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesia
diantaranya untuk meredakan kecemasan dan ketakutan, memperlancar induksi
anestesia, mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus, meminimalkan jumlah
obat anestetik, mengurangi mual-muntah pasca bedah, menciptakan amnesia,
mengurangi isi cairan lambung, mengurangi refleks yang membahayakan.
Alasan pemilihan penggunaan golongan midazolam sebagai agen
anestesi antara lainkarena tidak mengganggu pola tidur, lebih aman jika terjadi
overdosis, tidak menginduksi interaksi buruk pada metabolisme enzim obat, tidak
menginduksi enzim hepar, pilihan utama sebagai anti ansietas, paling cepat
diinaktifkan dibandingkan benzodiazepin lain pada penggunaan intravena untuk
memperoleh efek cepat.
Berdasarkan status fisik pasien tersebut, jenis anestesi yang paling baik
digunakan dalam reposisi fraktur os nasal adalah general anestesi. Teknik anestesi
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
39/42
37 |P r e s u s A n e s t e s i
umum yang dipilih adalah teknikbalance anesthesia, nafas kendali
dengan endotracheal tube nomor 6,5. Teknik ini dimulai dengan pemberian obat
pelumpuh otot non depolar, setelah itu dilakukan pemasangan endotrakeal tube.
Nafas dikendalikan dengan respiratoir atau secara manual. Apabila menggunakan
respiratoir, setiap inspirasi (volum tidal) diusahakan 6-10 ml/kgBB dengan frekuensi
10-14 x/menit. Apabila nafas dikendalikan secara manual harus diperhatikan
pergerakan dada kanan kiri simetris. Pada pasien ini, nafas dikendalikan secara
manual.
Pada pasien ini diberikan obat pelumpuh otot athracurium 40 mg IV, yang
merupakan nondepolaritation intermediete acting. Athracurium sebagai obat
pelumpuh otot non depolarisasi dipilih sebagai agen penginduksi karena mempunyai
beberapa keunggulan antara lain metabolisme terjadi di dalam darah (plasma)
terutama melalui suatu reaksi kimia unik yang disebut eliminasi Hofman. Reaksi ini
tidak tergantung pada fungsi hati atau ginjal.Selain itu tidak mempunyai efek
akumulasi pada pemberian berulang dan tidak menyebabkan perubahan fungsi
kardiovaskular.
Ektubasi dapat segera diberikan setelah spontan normal kembali dengan
volume tidal 300 ml. O2 diberikan terus ( 5-6 L ) selama 2-3 menit untuk mencegah
hipoksia difusi. Apabila nafas tetap lemah setelah ditunggu beberapa menit dapat
diberi obat anti pelumpuh otot non depolarisasi sebelum diekstubasi yaitu neostigmin
(prostigmin) dosis 0,04 mg/kg, piridostigmin 0,1-0,4 mg/kg, atau fisostigmin 0,01-
0,03 mg/kg. Penawar pelumpuh otot bersifat muskarinik menyebabkan hipersalivasi,
keringatan, bradikardi, kejang bronkus, hipermotilitas usus, dan pandangan kabur,
sehingga pemberiannya harus disertai oleh obat vagolitik seperti atropin dosis 0,01-
0,02 mg/kg.
Induksi anestesi merupakan tindakan untuk membuat pasien dari sadar
menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi. Obat-obatan yang
sering digunakan untuk induksi antar lain tiopental, propofol dan ketamin. Pada
pasien ini diberikan propofol (recofol) 90 mg IV dan ketamin 100 mgIV.
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
40/42
38 |P r e s u s A n e s t e s i
Pada pasien ini diberikan maintenance O2 + N2O + sevofluran. Oksigen
diberikan untuk mencukupi oksigen jaringan. Pemberian anestesi dengan N2O harus
disertai O2 minimal 25%, gas ini bersifat sebagai anestetik lemah tetapi analgetiknya
kuat. Sevoflurane merupakan halogenasi eter. Induksi dan pulih anestesi lebih cepat
dibandingkan isoflurane. Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang
menyebabkan aritmia. Setelah pemberian dihentikan, sevoflurane cepat dikeluarkan
oleh tubuh.
Setelah operasi selesai pasien dibawa keRecovery Room (RR). Di ruang
inilah pemulihan dari anestesi umum atau anestesi regional dilakukan. RR terletak
berdekatan dengan ruang operasi sehingga apabila terjadi suatu kondisi yang
memerlukan pembedahan ulang tidak akan mengalami kesulitan. Pada saat di RR,
dilakukan monitoring seperti di ruang operasi, yaitu meliputi tekanan darah, saturasi
oksigen, denyut nadi hingga kondisi stabil. Oksigen selalu diberikan sebelum pasien
sadar penuh. Pasien sebaiknya jangan dikirim ke ruangan sebelum sadar, tenang,
reflek jalan nafas sudah aktif, tekanan darah, nadi dalam batas normal. Pasien dapat
keluar dari RR apabila sudah mencapai skor Lockherte/Aldrete lebih dari delapan.
Sedangkan pada pasien diatas, didapatkan skornya 9 sehingga pasien dapat
dipindahkan ke tempat perawatan selanjutnya.
Pada kasus ini dipakai semi closed anestesi karena mempunyai
beberapa keuntungan :
1). Konsentrasi inspirasi relatif konstan.2). Konservasi panas dan uap.3). Menurunkan polusi kamar.4). Menurunkan resiko ledakan dengan obat yang mudah terbakar.
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
41/42
39 |P r e s u s A n e s t e s i
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam suatu tindakan anestesi banyak hal yang harus diperhatikan agar
tindakan anestesi tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan anestesi.
Dalam hal ini pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap
operasi yang melibatkan anestesi. Pemeriksaan yang baik dan teliti memungkinkan
kita mengetahui kondisi pasien dan memperkirakan masalah yang mungkin timbul
sehingga dapat mengantisipasinya serta dapat menentukan teknik anestesi yang akan
dipakai. Selain itu, pemilihan obat dan dosisnya harus benar- benar diperhatikan agar
tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan pasien.
Anestesi umum adalah pilihan anestesi untuk tonsilektomi. Status fisik pasien
termasuk dalam ASA I sehingga secara keseluruhan, tidak didapatkan aspek-aspek
yang dapat memperberat proses anestesi maupun pembedahan. Tindakan premedikasi
sendiri, yaitu pemberian obat sebelum induksi anestesia bertujuan untuk melancarkan
induksi, rumatan dan bangun dari anestesia. Pasien dapat keluar dari recovery
room apabila sudah mencapai skor Lockherte/Aldrete lebih dari delapan .Hal ini
penting dilakukan untuk menilai kondisi paska operasi pasien.
Dalam laporan ini disajikan kasus penatalaksanaan anestesi umum pada
operasi reposisi tulang nasal pada pasien perempuan, umur 21 tahun, status fisik
ASA I. Dengan diagnosis tonsilitis kronisdengan menggunakan teknik general
anestesi inhalasi semi closed dengan ET no 6,5.
Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan anestesi berlangsung
dengan baik tanpaada kendala yang berarti.
-
7/27/2019 130665819 Presus Anestesi
42/42
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym. 2012. Analisis dari Differential Diagnosis Fraktur Nasal. Diaksesdari http://www.scribt.com tanggal 25 Agustus 2012.
2. Artawiyata, A. 2011. Diakses darihttp://www.catatanradiograf.blogspot.com/fraktur-tulang-hidung tanggal 25
Agustus 2012.
3. Latief, S.A., Suryadi, K.A., Dachlan, R. 2002.Petunjuk PraktisAnestesiologi. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta:
FK UI
4. Pramono, A., 2008. StudyGuide Anestesiologi dan Reanimasi. Yogyakarta :FK UMY.
5. Wirdjoatmodjo, K., 2000. Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar untukPendidikan S1Kedokteran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
6. Pratiwi, A. 2010.Pengelolaan Anestesi Umum pada Kistektomi. Bagian SMFilmu Anestesi. FK UNS
http://www.scribt.com/http://www.catatanradiograf.blogspot.com/fraktur-tulang-hidunghttp://www.catatanradiograf.blogspot.com/fraktur-tulang-hidunghttp://www.catatanradiograf.blogspot.com/fraktur-tulang-hidunghttp://www.catatanradiograf.blogspot.com/fraktur-tulang-hidunghttp://www.scribt.com/