UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES
EKSTRAK DAUN SMALLANTHUS SONCHIFOLIA (YAKON)
PADA MENCIT JANTAN STREND DDY
LAPORAN PENELITIAN
Sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR)
Yang diselenggarakan oleh UNTIRTA
Disusun oleh
Ketua :
Wahib Robbi Nugroho
Anggota :
Romli Atma Hidayat
Siska Wahyu Nahareny
SMA NEGERI 4 KOTA TANGERANG
2012
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada allah swt atas segala rahmat dan hidayahnya yang
telah dilimpahkan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah. Kami menyadari
banyak pihak yang telah berpatisipasi dan membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Untuk itu,iringan doa dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan,
utamanya kepada:
1. Ibu Dra. JUANA SADELI,SH selaku kepala sekolah SMA Negeri 4 Kota Tangerang
2. Bapak DADANG NURJAMAN S selaku PKS kesiswaan SMA Negeri 4 Kota Tangerang
3. Ibu TITIEK PUJI RAHAYU,S.Si Selaku guru pembina sains SMA Negeri 4 Kota Tangerang
4. Kakak INTAN KOMALASARI dan SISCA SRI UTAMI selaku pembimbing, yang dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan di tengah-tengah kesibukannya meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga karya tulis ilmiah dapat terselesaikan.
5. Bapak NGADINO Selaku pengurus laboratorium SMA Negeri 4 Tangerang
6. Bapak UDIN dan AGUS selaku satpam SMA Negeri 4 Tangerang yang dengan penuh sabar
menunggu kami menyelesaikan ini semua.
7. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan bantuan moril maupun spiritual
8. Teman-teman ,terima kasih atas segala bantuannya
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih ada kekurangan oleh karna itu penulis
saat mengharapkan kritik dan saran yang positif agar karya ilmiah ini menjadi lebih baik dan
berdaya guna dimasa yang akan datang. Harapan penulis, mudah-mudahan karya ilmiah yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca,rekan pelajar, dan ibu pertiwi. Amin
Tangerang, Oktober 2012
Penulis
ABSTRAK Daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk
penyakit diabetes mellitus.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes ekstrak Smallanthus
sonchifolia (Yakon) pada mencit dengan metode toleransi glukosa. Digunakan 18 ekor mencit
jantan dengan berat badan 19 s/d 22 gram.
Ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) diberikan secara IP. Sebelumnya
penelitian dimulai semua hewan uji diberi 1 ml larutan glukosa untuk menaikan kadar gula
dalam darah mencit jantan.
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu arah dengan enam
perlakuan dan tiga perulangan. Masing-masing perlakuan terdiri dari control,yakon 1, yakon
2,yakon 3,non yakon, dan glibenklamid.
Pada keenam kelompok mencit jantan tersebut dilakukan pengukuran kadar glukosa
perharinya, sebanyak tiga kali perulangan dari hari pertama sampai hari ketiga
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari perulangan kedua pada mencit kadar
glukosa pada mencit mengalami penurunan. Dari hasil uji BNT menunjukan bahwa pada taraf
uji 5% dan 1% antara control dan perlakuan berbeda sangat nyata.
Dapat disimpulkan bahwa ektrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah.
DAFTAR ISI Hal
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Diabetes melitus 4
1. Penyebab diabetes melitus 5
2. Gejala diabetes melitus 7
3. Penggolongan Diabetes Mellitus 8
B. Tanaman yakon ( Smallanthus sonchifolius ) 10
1. Morfologi Smallanthus sonchifolius (yakon) 11
2. Kandungan Smallanthus sonchifolius (yakon) 12
3. Khasiat daun Smallanthus sonchifolius (yakon) 12
4. Mekanisme kerja daun Smallanthus sonchifolius (yakon) 13
BAB III METODELOGI PENELITIAN 14
A. Waktu dan tempat penelitian 14
B. Pengambilan sempel 14
C. Alat dan bahan 14
D. Prosedure kerja 15
E. Rancangan percobaan 17
F. Teknik pengumpulan data 19
G. Analisis data 19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20
A. Hasil 20
B. Pembahasan 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 23
A. Kesimpulan 23
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISIAN PESERTA
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Komposisi kimia Smallanthus sonchifolius (yakon) 12
Tabel 2. Berat Badan, Dosis, dan Kadar Gula Darah Selama Percobaan 20
Tabel 3. Rata-rata Kadar Gula Darah Setiap Perlakuan 21
Tabel 4. Rata-rata perubahan 21
DAFTAR LAMPIRAN Hal
Lampiran 1. Persiapan Hewan Percobaan 24
Lampiran 2. Penginduksian Glukosa Dan Pengambilan Darah 25
Lampiran 3. Gambar persiapan pembuatan ekstrak Smallanthus
Sonchifolia(yakon)
26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit gula atau kencing manis yang terjadi pada
seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan
insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi dengan baik.Diabetes menjadi penyakit yang cukup
serius dan mendapat perhatian karena diabetes dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang
seluruh tubuh. Diabetes Mellitus juga sering membunuh penderitanya dengan mengikutsertakan
penyakit-penyakit lainnya dan dapat menyebabkan komplikasi akut dan kronik. Komplikasi
akut merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi sehingga penyakit ini berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia.
Data statistik penderita diabetes di Indonesia menurut WHO pada tahun 2000 berjumlah
8,4 juta orang. Prediksi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO)
memperkirakan jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia pada tahun 2030 akan meningkat
apabila pola hidup yang dijadikan sebagai acuan dalam riset tersebut berjalan konstan, dapat
mencapai angka berkisar 21,3 juta orang. Dengan perbedaan angka yang mencapai 12,9 juta
orang dalam 30 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa setiap harinya terdapat rata-rata 1178
penderita diabetes baru di Indonesia (indodiabetes.com). Berdasarkan data di atas menunjukkan
bahwa upaya penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus belum menempati skala prioritas
utama dalam pelayanan kesehatan walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya
cukup besar.
Saat ini belum ada terapi yang efektif untuk mengobati diabetes (Maiti et al., 2004 dalam
Baroni, 2008). Beberapa agen hypoglycemian, seperti sulfonilurea, digunakan sendiri atau
bersama-sama dengan insulin untuk mengobati penyakit ini namun obat tersebut dapat
menyebabkan efek samping yang serius (Hwang et al., 2005 dalam Baroni, 2008). Penggunaan
obat sintetis mempunyai efek samping yang cukup berbahaya misalnya terjadi gangguan saluran
pencernaan seperti mual, muntah dan nyeri epigastrik (www. dechacare.com). Untuk itu
diperlukan alternatif antidiabetes yang berasal dari bahan alami. Salah satu potensi alam yang
belum banyak diketahui orang sebagai antidiabetes adalah Smallanthus sonchifolia (Yakon).
Smallanthus sonchifolia (Yakon), atau lebih dikenal sebagai pohon insulin, berasal dari
Pegunungan Andes Peru dan dapat ditemukan pula di hutan hujan tropis Amerika Selatan,
Ekuador, Bolivia dan Kolombia. Saat ini, Yakon telah dibudidayakan dibanyak negara seperti
Amerika, Brazil, Jepang, Korea, Taiwan, Selandia Baru, Australia dan Republik Czech yang
dipercaya dapat mengatasi penyakit diabetes. (kotasehat.blogspot.com/2011.html )
Smallanthus sonchifolia (Yakon) sangat mudah ditanam dengan cara stek batang seperti
menanam singkong (menancapkan batang Yakon ke tanah). Selain itu perawatannya pun mudah,
cukup disiram pagi dan sore hari dan tanaman Yakon mampu tumbuh subur walaupun tidak
diberi pupuk. Sehingga pengobatan penyakit Diabetes Mellitus tidak memberikan pengaruh
beban ekonomi yang besar bagi penderitanya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teh yang dibuat dari daun Smallanthus
sonchifolia (Yakon) mampu mengurangi glikemia dan meningkatkan konsentrasi insulin dalam
plasma dari mencit. Smallanthus sonchifolia (Yakon) kaya dengan insulin dimana unit-unitnya
mengandung gula fruktosa yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan tetapi dapat
difermentasi oleh usus besar selain itu memiliki kandungan fruktosa bebas 35% dan terikat 25%.
Sehingga karbohidrat tetap didapat meskipun konsentrasi gula darah rendah. Keadaan inilah
yang mencegah penderita diabetes dari hiperglikemia(Aybar et al., 2001 dalam Baroni 2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) terhadap penurunan gula darah mencit jantan
yang mengalami Diabetes Mellitus tipe 1.
B. RumusanMasalah
Apakah ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) dapat dimanfaatkan sebagai
alternatif antidiabetes?
B. TujuanPenelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) terhadap penurunan
gula darah mencit jantan strend DDY .
2. Untuk mengetahui dosis ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) yang optimal terhadap
penurunan kadar gula darah mencit jantan strend DDY.
C. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi tentang manfaat tumbuhan Smallanthus sonchifolia (Yakon).
Memberikan solusi alternatif antidiabetes yang berasal dari bahan alami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes
Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit gula atau kencing manis yang terjadi pada
seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan
insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi dengan baik. Mongensen (2007) menyatakan bahwa
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu resiko
komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya peningkatan
komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan
untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen, 2007). Diabetes
Mellitus merupakan gangguan metabolisme karbohidrat dimana glukosa di dalam tubuh tidak
dioksidasi untuk memproduksi tenaga akibat kekurangan hormon insulin (Oxford Concise
Medical Dictionarydalam Martin, 2007). Porth (2006) menambahkan bahwa Diabetes Mellitus
adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang menyebabkan
ketidakseimbangan antara penggunaan insulin dan penghasilan insulin. Ketiadaan insulin dapat
disebabkan karena gangguan pengeluaran insulin di sel beta pada pankreas, reseptor insulin
terganggu atau tidak mencukupi, atau produksi insulin tidak aktif atau penghancuran insulin
sebelum bekerja.
Engram (1999) menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolik
klinis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dimana dikarakteristikkan dengan
hiperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidakkuatan insulin. Sementara itu Karyadi dan
Elvina (2002) menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik
yang ditandai oleh hiperglikemia atau peninggian kadar gula darah akibat gangguan pada
pengeluaran (sekresi) insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik nantinya dapat
menyebabkan kerusakan jangka panjang dan gangguan fungsi organ-organ terutama mata, ginjal,
syaraf, jantung dan pembuluh darah
Diabetes Mellitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme
yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defenisi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Ditjen Bina
Farmasi & ALKES, 2005).
1. Penyebab Penyakit Diabetes Mellitus
Terjadinya penyakit Diabetes Mellitus disebabkan terganggunya keseimbangan tubuh
mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita tidak mampu memproduksi
insulin dalam jumlah cukup, sehingga terjadi kelebihan gula dalam tubuh. Ketidakseimbangan
dalam sistem metabolisme tubuh inilah yang dapat menimbulkan penyakit. Dalimartha (2005)
dalam Hidayah (2008) melaporkan bahwa meningkatnya penderita penyakit degeneratif seperti
Diabetes Mellitus salah satunya disebabkan pola makan yang tidak seimbang. Pola makan yang
tidak seimbang atau berlebihan akan menyebabkan obesitas. Obesitas inilah yang akan
menimbulkan penyakit degeneratif seperti Diabetes Mellitus, jantung koroner, hipertensi dan
lain-lain.
Beberapa penyebab terjadinya penyakit Diabetes Mellitus menurut Ahani (2008) adalah
sebagai berikut :
a. Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes Mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota
keluarga penderita Diabetes Mellitus memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini
dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita Diabetes Mellitus. Para ahli
kesehatan juga menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya,
sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-
anaknya.
b. Virusi Penyebab Diabetes Mellitus
Virus penyebab Diabetes Mellitus adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui infeksi sitolitik dalam sel beta, virus iniMengakibatkan destruksi atau perusakan sel.
Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebebkan hilangnya
autoimun dalam sel beta. Diabetes Mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun,
para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan Diabetes Mellitus.
c. Bahan Toksik atau Beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron
(rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur).
d. Nutrisi Makanan
Nutrisi makanan berhubungan dengan pola diet. Pola diet yang tidak tepat yang
menyebabkan diabetes adalah diet tinggi lemak, tinggi karbohidrat, tinggi kalori (Smeltzet dan
Bare, 2002 dalam Hidayah 2008). Nutrisi makanan juga berhubungan dengan obesitas. Nutrisi
yang berlebihan merupakan faktor resiko pertama yang diketahui menyebabkan Diabetes
Mellitus.
e. Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal
atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas
menyebabkan respon sel beta terhadap glukosa darah menjadi berkurang. Selain itu reseptor
insulin pada sel target di seluruh tubuh kurang sensitif dan jumlahnya berkurang sehingga insulin
dalam darah tidak dapat dimanfaatkan. Keadaan obesitas ini meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik.
2. Gejala Penderita Diabetes Mellitus
Penyakit Diabetes Mellitus menunjukkan gejala-gejala pada penderitanya. Pada diabetes tipe
I, gejala muncul dengan sangat cepat, sedangkan diabetes tipe II munculnya lebih lambat tetapi
membahayakan. Gejala yang selalu ada pada penderita diabetes adalah 3 poli, yaitu poliuria (banyak
berkemih), polidipsia (selalu haus) dan polifagia (selalu lapar). Ketiga gejala ini sangat berkaitan
dengan kejadian hiperglikemik dan glikosuria pada penderita diabetes.
Kehilangan berat badan juga terjadi walaupun nafsu makan adalah normal atau bertambah
pada penderita yang mempunyai diabetes tipe I. Penyebab kehilangan berat badan ada dua. Pertama
disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh akibat diuresis osmotik dan muntah, meningkatkan lagi
kehilangan cairan pada ketoasidosis. Kedua, disebabkan kekurangan insulin menyebabkan tenaga
berkurang sehingga menyebabkan lemak dan protein pada tingkat sel harus dicerna sebagai sumber
energi. Namun kehilangan berat badan ini terjadi pada penderita dengan diabetes tipe I sedangkan
penderita diabetes tipe II lebih sering mengalami obesitas.
Gejala yang sering muncul pada diabetes tipe 1 adalah tidak dapat mengendalikan keinginan
untuk buang air kecil (poliuria), berat badan menurun drastis, kadar glukosa tinggi dalam darah dan
urin, mual dan muntah, nyeri perut, dehidrasi, mudah lelah, mudah terinfeksi, daya penglihatan
berkurang dan ketoasidosis (kondisi fatal akumulasi keton). Sedangkan pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 gejala yang sering muncul antara lain: impotensi, mudah lelah, luka yang susah
sembuh dan mati rasa. Dalam beberapa kasus gejala yang muncul bisa mirip dengan diabetes mellitus
tipe 1 seperti poliuria dan polidipsia (banyak minum), infeksi, gatal pada seluruh tubuh dan koma
(Utami, 2003 dan Maryland Medical Center, 2002 dalam Hidayah 2008).
Menurut Dalimartha (2005) dalam Hidayah (2008) bahwa keadaan poliuria oleh penderita
diabetes terjadi karena kadar glukosa darah yang tinggi. Pada saat glukosa darah melebihi ambang
ginjal (renal threhold) maka glukosa yang berlebihan ini akan dikeluarkan (ekskresi) melalui
kencing. Keluhan polidipsia terjadi karena rasa haus yang berlebihan akibat kencing yang terlalu
banyak. Akibatnya timbul rangsangan ke susunan saraf pusat sehingga penderita merasa haus dan
ingin minum terus (polidipsi). Keluhan polipagia terjadi karena adanya rangsangan ke susunan saraf
pusat karena kadar glukosa di dalam sel berkurang. Kekurangan glukosa ini terjadi akibat tubuh
kekukarangan insulin sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat kekurangan glukosa
intraseluler maka timbul rangsangan ke sistem saraf pusat sehingga penderita merasa lapar dan ingin
makan.
Gejala lain yang ditunjukkan adalah hiperglikemik termasuk gangguan pemandangan,
keletihan, parestesis dan infeksi kulit. Gangguan pemandangan terjadi apabila lensa dan retina
selalu mengalami efek hiperosmotik akibat dari peningkatan glukosa dalam darah. Plasma
volume yang rendah menyebabkan badan lemah dan letih. Parestesis menandakan adanya
disfungsi sementara pada saraf sensorik perifer. Infeksi kulit kronik sering terjadi pada penderita
Diabetes Mellitus tipe II (Porth, 2006).
Menurut Utami (2003) dan Dalimartha (2005), parameter umum yang digunakan untuk
mendiagnosis Diabetes Mellitus adalah:
a. Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa > 120 mg/dl
atau 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 g menunjukkan glukosa darah > 200 mg/dl. Sedangkan
gula darah pada mencit yang mengalami diabetes sebesar > 150 mg/dl (Chairunnisa, 2010)
b. Seseorang dikatakan terganggu toleransi glukosanya, jika kadar glukosa darah ketika puasa 100-125
mg/dl atau 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 g menunjukkan glukosa 140 – 199 mg/dl
c. Seseorang dikatakan normal (tidak menderita diabetes mellitus), jika kadar glukosa darah ketika
puasa < 110 mg/dl dan kadar glukosa darah 2 jam setelahnya < 140 mg/dl. Sedangkan kadar gula
darah normal pada mencit minimal 62 mg/dl (Malole & Pramono, 1989 dalam Tyas Utami, 2009).
3. Penggolongan Diabetes Mellitus
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO mengakui tiga bentuk Diabetes Mellitus, yaitu:
a. Diabetes Mellitus tipe I
Diabetes Mellitus tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus, IDDM) adalah diabetes
yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat rusaknya sel beta
penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak
maupun orang dewasa.
Kebanyakan penderita Diabetes Mellitus tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang
baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respon tubuh terhadap
insulin umumnya normal pada penderita Diabetes Mellitus tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada Diabetes Mellitus tipe 1 adalah kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat
dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibody
terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri (Misnadiarly, 2006)
Saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin
melalui pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian
darah. Pengobatan dasar Diabetes Mellitus tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun
adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan
koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya
hidup (diet dan olahraga).
b. Diabetes Mellitus tipe II
Diabetes mellitus tipe II (Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus, NIDDM) merupakan
tipe Diabetes Mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah
melainkan karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen,
termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel
terhadap insulin terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta yang menekan
penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen
tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan
pada manusia.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin,
yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi
dengan obat antidiabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi
produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin
berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan
penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai
faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin. Obesitas ditemukan di kira-kira 90%
dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi
sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk
mempengaruhi anak remaja dan anak-anak.
B. Smallanthus sonchifolius (Poepp. et Endl.) H. Robinson (Yakon)
Smallanthus sonchifolius (Yakon) atau lebih dikenal sebagai pohon insulin belum popular
di Indonesia. Tumbuhan yang berasal dari Pegunungan Andes, Peru ini dipercaya dapat
mengatasi penyakit diabetes. Smallanthus sonchifolius (Yakon) untuk pertama kalinya
dibukukan pada tahun 1615 oleh kolumnis Guaman Poma dari Ayala, ketika ia mendaftarkan
Yakon sebagai satu dari 55 tanaman asli dari Andes. Tumbuhan ini dapat ditemukan pula di
hutan hujan tropis Amerika Selatan, Ekuador, Bolivia dan Kolombia. Saat ini, yakon telah
dibudidayakan dibanyak negara seperti Amerika, Brazil, Jepang, Korea, Taiwan, Selandia Baru,
Australia dan Republik Czech.
Smallanthus sonchifolius (Yakon) baru dikenal di Indonesia sekitar tahun 2006, tepatnya
di Bandung dan Yogyakarta merupakan pusat budidaya Smallanthus sonchifolius (Yakon) di
Indonesia saat ini. Tanaman ini sangat mudah ditanam, hanya dengan cara distek seperti
menanam singkong (menancapkan batang yakon ke tanah) maka tanaman akan tumbuh subur
dengan sendirinya. Perawatannya pun mudah, cukup disiram pagi dan sore hari.
Taksonomi Smallanthus sonchifolius (Yakon) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Suku : Asteraceae
Genus : Smallanthus
Spesies : Smallanthus sonchifolius (Poepp.) H.Rob.
1. Morfologi Smallanthus sonchifolius
Smallanthus sonchifolius (Yakon) merupakan tanaman dari keluarga bunga matahari,
berdaun hijau tua seperti seledri, bunganya berwarna kuning berbentuk seperti bunga aster,
mempunyai umbi yang dapat dimakan dengan daging berwarna putih kekuningan dan manis,
tanaman ini dapat tumbuh hingga 1,5-3 m.
Grau dan Rea (1997) menggambarkan yakon sebagai ramuan abadi dari 1,5 sampai 3 m.
Sistem akar terdiri dari 4-20 akar berbonggol yang dapat mencapai panjang 25 cm dengan
diameter 10 cm, dan sistem akar ekstensif berserat tipis.. Warna daging umbi bervariasi, yaitu:
putih, krem, putih dengan striations ungu, ungu, pink dan kuning. Kulit umbi berwarna coklat,
merah muda, ungu, krem atau putih gading dan sangat tipis (1-2 mm). Batang berbentuk silinder
atau sub-angular, bercabang dan berwarna hijau. Daun berebntuk bulat telur; daun atas adalah
ovate-lanset, tanpa lobus dan basis hastate. Sistem perbungaan adalah terminal, terdiri dari satu
hingga lima sumbu, masing-masing dengan tiga capitula. Warna bunga bervariasi antara kuning
ke oranye terang, flower ray bergigi dua atau tiga.
Gambar 1. Smallanthus sonchifolius. Aspek morfologinya (Leon 1964). A: flowering branches, B: leaves, C:
flower head, D-F: tuberous roots, G: transverse section of the tuberous root (x: xylem; c: cortex tissues), H:
staminate disk flower, I: pistillate ray flower. http://www.newcrops.uq.edu.au
2. Kandungan Smallanthus sonchifolius
Smallanthus sonchifolius (Yakon) kaya dengan insulin dimana unit-unitnya mengandung
gula-gula fruktosa yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan tetapi dapat difermentasi oleh
usus besar. Selain itu Smallanthus sonchifolius (Yakon) sendiri kandungan fruktosanya 35%
bebas dan 25% terikat sehingga karbohidrat tetap didapat meskipun konsentrasi gula darah
rendah. Keadaan inilah yang mencegah penderita diabetes dari hiperglikemia (over-aktivitas) dan
karenanya dengan konsumsi Yakon tak mungkin meningkatkan kadar gula dalam darah. Itu
berarti yacon secara alami terbukti rendah kalori. (www.kesehatan.kompasiana.com)
Efek hipoglikemik Smallanthus sonchifolius (Yakon) pernah diuji oleh Manuel J Aybar
dari Departamento de Biologia del Desarrollo, Universidad Nacional de Tucuma, Argentina.
Sebanyak 20 gram daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) kering dilarutkan pada 200 ml air
yang dididihkan selama 20 menit. Setelah dingin, ramuan disaring. Peneliti Smallanthus
sonchifolius (Yakon) itu juga menemukan jika daun Yakon digunakan sebagai teh, akan
memiliki efek untuk mengurangi puncak kadar gula ketika kita menyantap makanan manis atau
yang mengandung karbohidrat. Kadar gula yang tinggi merupakan masalah terbesar dari seorang
penderita diabetes karena tubuh tidak bisa memproduksi atau menggunakan insulin, hormon
yang biasanya digunakan untuk memproses makanan.
Tabel 1. Senyawa yang terkandung dalam tanaman yakon:
Senyawa kimia Umbi Daun Batang
Kalsium 23 1805 967
Potasium 228,2
Besi 0,3 10,82 7,29
Tembaga 0,96 < 0,5 < 0,5
Mangan 0,54 3,067 < 0,5
Seng 0,67 6,20 2,93
Fosfor 21 543 415
Retinol 10
Karoten 0,08
Asam asorbat 13
Tiamin 0,01
Riboflavin 0,11
Niasin 0,33
3. Khasiat Daun Yakon
Daun yakon mempunyai banyak khasiat, seperti :
1. Sebagai obat diabetes
2. Sebagai penguat hati dan obat masalah hati
3. Sebagai antimikrobial untuk ginjal dan infeksi kandung kemih
4. Sebagai antioksidan (terutama pada hati)
Daun yakon dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Serta dapat meningkatkan efek
insulin dan obat diabetes sehingga bagi pemakai daun yakon perlu dilakukan pengecekan kadar
gula darahnya sebelum dan selama pemakaian daun yakon.
Daun yakon dapat dikonsumsi dengan cara di minum seperti halnya meminum jamu atau
teh dengan cara dikeringkan dahulu atau daun segar direbus kemudian airnya diminum 2 sampai
3 kali sehari satu cangkir. Di Indonesia sudah ada yang menjual teh yakon, yaitu daun yakon
yang sudah dikeringkan sehingga memudahkan konsumen untuk meminumnya,salah satu
contonya adalahteh yakon. Teh yakon adalah bubuk daun yakon yang telah dikeringkan. Teh
yakon ini dibuat untuk mempermudah pemakaian daun yakon, karena teh yakon akan tahan lebih
lama bila disimpan. Teh yakon komersial, yang beredar dipasaran ada yang berbentuk bubuk
atau teh celup. Teh yakon mempunyai khasiat yang sama dengan daun yakon segar. Saat ini teh
yakon sudah banyak diproduksi dan telah dijual bebas. Teh yakon banyak diproduksi di beberapa
negara seperti Peru, Cina, Filipina, Malaysia, dan Amerika. Saat ini, di Indonesia telah ada
produsen teh yakon di Jawa Tengah, dimana tanaman yakon pun dibudidayakan sendiri di sana.
Selain daun ,umbi yakon juga mempunyai manfaat tersendiri mempunyai rasa yang manis, dapat
dimakan mentah, dikukus atau digoreng. Umbi yakon juga dapat dibuat jus dan dibuat konsentrat
menjadi sirup dan pemanis. Untuk meningkatkan rasa manis pada umbi, sebelum dikonsumsi
sebaiknya umbi dijemur di bawah sinar matahari sampai kulitnya berkerut, kemudian kupas
kulitnya, maka daging umbi dapat dimakan langsung.
Umbi yakon ini sangat baik dikonsumsi oleh penderita diabetes dan orang-orang yang diet
karena umbi yakon mengandung insulin, yaitu sejenis gula yang tidak dapat dicerna, sehingga
walaupun rasanya manis tetapi kandungan kalorinya rendah. Selain itu, umbi yakon juga
mengandung FOS (fructo-oligosaccharide), yaitu sejenis fruktosa yang tidak dapat diserap
tubuh. Umbi yakon mengandung 86-90% air dan hanya mengandung sedikit protein dan lipid.
Kandungan fruktosa di dalam umbi yakon terdiri atas 35% fruktosa bebas dan 25% fruktosa
terikat. Fruktosa dalam yakon 70% lebih manis dari gula tebu. Sehingga karbohidrat tetap dapat
disuplai walaupun pada saat kadar gula darah rendah.Sehingga dapat menjaga hiperglikemia
pada penderita diabetes.Yakon mengandung kadar gula alami yang rendah. Sebotol sirup yakon
mempunyai kalori separuh dari sebotol madu. Sirup yang terbuat dari umbi yakon juga
bermanfaat sebagai prebiotik, yaitu memberi makanan kepada bakteri baik di dalam usus besar
sehinga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu sistem pencernaan. Umbi
yakon terbukti dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah. Umbi yakon tidak terbukti
dapat menurunkan kadar gula dalam darah tetapi tidak mengakibatkan peningkatan gula
darah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,dengan
merebus 5 lembar daun yakon segar dengan air 2 gelas sampai air yang tersisa hanya 1 gelas.
Kemudian airnya diminum 2 kali sehari satu gelas. Turunnya kadar gula darah tergantung dari
penderita diabetes itu sendiri, oleh karena itu perlunya pemantauan kadar gula darah selama
meminum yakon, bila kadar gula darah sudah normal maka konsumsi daun yakon harus
dihentikan. Cara lain mengkonsumsi daun yakon (di Kolombia) yaitu dengan menjemur lima
daun yakon secara terbalik. Setelah kering, digerus hingga menghasilkan 15 gram. Serbuk daun
dilarutkan dalam 600 ml air mendidih. Air berwarna hijau pekat itu diminum 3 kali sehari (pagi,
siang, dan malam).
4. Mekanisme kerja ekstrak daun yakon
Obat ini bekerja dengan menghambat ATP-sensitif saluran kalium di pankreassel beta .
Penghambatan ini menyebabkan sel membran depolarisasi pembukaan tegangan tergantung
saluran kalsium . Hal ini menyebabkan peningkatan intraselular kalsium dalam sel beta dan
stimulasi selanjutnya insulin rilis. (…….)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 - 17 Oktober 2012 di Laboratorium IPA SMA
Negeri 4 Kota Tangerang.
B. Pengambilan Sampel
Daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) diambil di daerah Pesing Koneng RT.014/08,
No.54, Kedoya Utara, Jakarta Barat. Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan strend
DDY dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor.
C. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan :
Timbangan
Corong
Pipet
Gelas erlenmeyer
Alat uji gula darah
Gelas ukur
Gelas kimia
Kandang mencit
Botol minuman mencit
Blood Lancets
Sarung tangan
Syiringe 1 ml
Jarum suntik IP.
Bahan bahan yang digunakan :
Daun Smallanthus sonchifolius (Yakon)
Mencit jantan strend DDY
Pelet
Alkohol 70%
Larutan glukosa 10%
Aquadest
Glibenklamid
Kertas Saring
Tissue
Strip Gluko Dr
D. Prosedur Kerja
1. Preparasi Ekstrak Smallanthus sonchifolius (Yakon)
Sampel daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) dibersihkan dari kotoran seperti tanah dan
pasir. Kemudian daun dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari hingga kering
dan dihaluskan. 15 gram daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) yang sudah dihaluskan diseduh
dalam air panas hingga warna air berubah menjadi kecoklatan. Kemudian disaring dengan kertas
saring dan dihasilkan ekstrak Smallanthus sonchifolius (Yakon).
2. Persiapan Hewan Percobaan Diabetes
Sebelum digunakan, mencit diaklimatisasi selama satu hari dengan diberi pakan pelet dan
diberi minum aquadest. Mencit yang akan diinduksikan diabetes dipuasakan selama 8 jam (air
minum glukosa tetap diberikan untuk kelompok eksperimen sedangkan untuk kelompok
terkontrol diberikan minum aquadest). Kemudian mencit didiabetkan dengan cara
menginjeksikan larutan glukosa melalui selangkangan. Hal ini dilakukan untuk mempercepat
proses diabet pada mencit dengan dosis 10 % glukosa selama lima hari. Pada hari ke-6 kadar
gula darah mencit dicek dengan menggunakan alat gluko Dr. Mencit yang telah diukur kadar
gula darahnya dan positif terjangkit diabetes (Chairunnisa, 2010) dipisahkan.
3. Penentuan Besar Dosis Pemberian Ekstrak Daun Smallanthus sonchifolius (Yakon)
Volume larutan yang diberikan pada mencit percobaan tidak melebihi jumlah tertentu
batas volume maksimal (ml) yang diberikan pada mencit adalah 1 ml/bb mencit. Dosis
pemakaian untuk mencit dapat dihitung dengan mengkalikan dosis pemakaian pada manusia
tersebut dengan faktor konversi manusia ke tikus yaitu 0.0026, sehingga didapatkan dosis
pemakaian untuk mencit, yaitu:
a. Dosis 2x (double) :
b. Dosis 1x (single) :
c. Dosis 0.5 :
Dosis 20 gram mencit = Dosis manusia
= 15
= 0, 039 gr = 39 mg
a. Dosis mencit 1x =
b. Dosis mencit 2x =
c. Dosis mencit 0,5x =
Keterangan:
BB = Berat badan mencit (gram)
20 = perbandingan berat badan mencit (didapat dari jurnal yang ada)
0,0026 = angka konversi dosis ekstrak daun Smallanthus sonchifolius
dari manusia ke mencit.
4. Penentuan Besar Dosis pemberian Glibenklamid
Dosis pemberian glibenklamid dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
BB = berat badan mencit (gr)
20 = berat badan acuan
0.0135 = konstanta kadar glibenklamid
5 gr = dosis glibenklammid
5. Penentuan Besar Dosis pemberian Larutan Glukosa
Dosis pemberian glibenklamid dihitung dengan menggunakan rumus:
6. Injeksi Larutan Glukosa pada Mencit Jantan
Injeksi larutan glukosa pada mencit jantan dilakukan secara subkutan. Injeksi secara
subkutan dilakukan pada daerah selagkangan. Teknik yang umum adalah dengan memegang
lipatan kulit dengan satu tangan sementara jarum dimasukkan di bawah kulit pada dasar
lipatannya. Pada bagian tersebut ditusukkan jarum suntik lalu diinjeksi larutan glukosa 10%
sebanyak satu kali.
7. Pengambilan sampel
Pengukuran kadar glukosa dilakukan dengan menggunakan glukometer dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Strip dimasukkan pada glukometer, dipersiapkan untuk mengukur
b. Mencit dipegang dengan erat, ekor tikus dipegang dan diberi alkohol. Kemudian ujung ekor
ditusuk dengan jarum lancet, darah yang keluar diteteskan pada strip glukotest
c. Hasil perhitungan kadar glukosa darah yang terbaca pada glukometer dicatat sebagai data.
E. Rancangan Percobaan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) factor tunggal dengan enam perlakuan dan tiga perulangan. Penelitian diawali
dengan persiapan alat dan bahan penelitian yang dilakukan selama 10 hari termasuk
pemeliharaan awal mencit sebelum dan sesudah induksi glukosa dilakukan. Mencit jantan
dipelihara berkelompok dalam kandang berukuran 30 cm X 20 cm X 25 cm dimana masing-
masing kandang terdiri dari 3 – 4 ekor dan diberikan pakan sebanyak 15 gr /mencit /hari dan
minum yang diletakan dalam wadah khusus yang sudah disediakan masing-masing kandang.
Tahap pertama penelitian dilakukan dengan menginduksikan 20 ekor mencit dengan
glukosa sekaligus minuman yang disediakan menggunakan larutan glukosa dosis yang diberikan
sebanyak 10% untuk minuman dan 1ml untuk masing-masing kandang dalam waktu 6hari
pertama setelah itu dilakukan pengukuran kadar gula darah dan berat badan mencit sebagai
tolak ukur peningkatan gula darah setelah diinduksikan. mencit jantan dengan kadar gula darah
≥ 150 mg/dl (Chairunnisa, 2010) dimasukan kedalam kelompok sampel. Sampel penelitian ini
selanjutnya dikelompokan menjadi 6 jenis perlakuan, dimana masing-masing kelompok tersebut
terdiri dari 3 ekor mencit jantan,yaitu :
1. Kelompok 1 (Y0) : sebagai kontrol negatif yaitu tikus yang tidak mendapat perlakuan apapun
2. Kelompok 2 (Y1) : sebagai kontrol positif yaitu tikus diabetes yang tidak diberi ekstrak daun
Smallanthus sonchifolius (Yakon)
3. Kelompok 3 (Y2) : yaitu tikus diabetes yang diberi ekstrak daun Smallanthus sonchifolius
(Yakon) dosis 0.5x
4. Kelompok 4 (Y3) : yaitu tikus diabetes yang diberi ekstrak daun Smallanthus sonchifolius
(Yakon) dosis 1x (single)
5. Kelompok 5 (Y4) : yaitu tikus diabetes yang diberi ekstrak daun Smallanthus sonchifolius
(Yakon) dosis 2x (double)
6. Kelompok 6 (Y5) : yaitu tikus diabetes yang diberi glibenklamid
Tahap kedua penelitian dilakukan dengan mempersiapkan daun yakon. Daun yakon yang
diberikan dalam intervensi dipersiapkan dalam bentuk ekstrak dengan proses ekstraksi sebagai
berikut:
- Daun yakon dihancurkan dan dikeringkan selama 5 hari
- Daun yakon yang sudah kering tersebut dihaluskan
- Larutkan dalam aquadest dengan perbandingan 1:10 ( berat : volume, misal: 1 gram daun yakon
kering yang sudah dihaluskan : 10 ml )
- Kemudian disaring mempergunakan kertas whattman 1
Tahap ketiga penelitian di lakukan dengan menggunakan 18 ekor mencit jantan yang
telah diinduksi larutan glukosa sehingga menderita diabetes. Mencit-mencit yang memenuhi
kriteria-kriteria inklusi dipilih secara acak sebagai sampel dan dikelompokkan menjadi 6
kelompok seperti yang telah disebutkan. Keenam kelompok tersebut diberikan pakan dengan
jumlah yang sama, 15 gr / mencit / hari. Mencit di puasakan selama 8 jam setelah diberi pakan,
kemudian diberikan perlakuan dengan dosis tertentu sesuai kelompok. Pengukuran kadar gula
darah untuk mengetahui perubahan yang terjadi dilakukan di hari ke-9 sampai hari ke-11.
F. Teknik pengumpulan data
Pengambilan sampel darah dilakukan sebanyak empat kali yaitu satu kali pada saat
sebelum perlakuan dan tiga kali setelah perlakuan. Pengumpulan data dilakukan dengan
mengukur kadar gula darah pada hari pertama sebagai tolak ukur awal,pada hari ke-6 untuk
memastikan keberhasilan induksi glukosa dan inklusi sampel,serta pada hari ke-9 sampai hari ke-
11 untuk mengetahui efek dari perlakuan terhadap gula darah.
G. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan uji ANNOVA ONE WAY untuk mengetahui pengaruh
penggunakan beberapa dosis ekstrak daun yakon terhadap kadar gula darah mencit jantan.
Perbedaan dosis ekstrak Smallanthus sonchifolius diuji dengan menggunakan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa mencit yang diberi larutan
glukosa (kelompok eksperimen ) memperlihatkan kenaikan kadar glukosa (hiperglikemia) pada
hari ke-7 dan mulai menurun pada hari ke-10 ( tabel 1,2 dan grafik 1). Hal ini sesuai dengan
Hayes,A.W,. bahwa pada metode toleransin kadar glukosa terjadi peningkatan kadar glukosa
mulai hari ke -7 sampai hari ke-10 kadar glukosa kembali normal.
Tabel 1. Berat Badan, Dosis, dan Kadar Gula Darah Selama Percobaan
YAKON
BERAT
BADAN DOSIS
( mL )
KADAR GULA DARAH
BB BB Diabet
POST TREATMENT
(gr) (gr) I II III
Dosis
1X
KOTAK III
Ungu 4 18,6 23,5 0,5 171 146 144 143
Ungu 3 22,1 25,8 0,6 156 116 - -
Hitam 2 19,2 26 0,6 187 128 141 119
Dosis
½x
KOTAK II
Merah 3 19,3 24,1 0,3 143 114
104 50
Hitam 5 17,8 22,2 0,3 157 172 147 37
Orange 4 18,3 23,4 0,3 183 159 135 108
Dosis 2x
KOTAK V
Hijau 1 15,7 22,1 0,9 189 103 - -
Hijau 2 19,7 22,1 0,9 168 153 56 22
Merah 1 17,5 20 0,8 171 116 51 50
NON
YAKON
KOTAK VI
Orange 2 17,1 135 133 140
Ungu 2 19,8 138 145 107
Hijau 3 19,5 129 144 83
Hitam 4 20,3 129 136 132
GLIBEN
KLAMID
KOTAK IV
Orange 3 19,3 12,5 0,1 174 108 135
Hijau 2 19,7 23 0,1 153 196 145
Merah 4 18,7 22,7 0,2 194 153 82
KONTROL
KOTAK I
Biru 1 116 117 110
Biru 2 112 113 113
Biru 3 132 84 119
Biru 4 116 101 116
Tabel 2. Rata-Rata Kadar Gula Darah Setiap Perlakuan
Perlakuan Pengukuran darah ke-
JUMLAH 1 2 3 4
Y0 (kontrol)
119 103,75 114,5 337,25
Y1 (glukosa)
130 142,5 131 403,5
Y2 (0,5x) 171,3 124 53,5 36 213,5
Y3 (1x) 161 148,3 128,67 65 341,97
Y4 (2x) 176 132,75 139,5 115,5 387,75
Y5 (glibenklamid)
173,67 152,3 120,67 446,64
B. PEMBAHASAN
Diabetes mellitus diindikasikan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah akibat
kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi dengan baik Meningkatnya kadar
glukosa darah ini disebabkan karena pemberian larutan glukosa yang menyebabkan nekrosis sel
beta pankreas sehingga insulin yang dihasilkan kelenjar pankreas menurun. Akibatnya, terjadi
gangguan homeostasis glukosa dalam tubuh. Pengaturan kadar glukosa dalam darah berkaitan
erat dengan jumlah insulin dan seinsitifitas reseptor insulin. Rendahnya produksi insulin
mengakibatkan terganggunya keseimbangan kadar glukosa dalam tubuh. Insulin meningkatkan
penyimpanan lemak maupun glukosa sebagai sumber energi di dalam sel target serta
mempengaruhi pertumbuhan sel dan fungsi metabolisme berbagai jenis jaringan (Katzung, 1995
dalam Hidayah, 2008).
Pada penelitian antidiabetes ektrak daun Smallanthus sonchifolius ( yakon ) dengan
metode induksi glukosa, semua kelompok mencit yang disuntik dengan larutan glukosa secara
subkutan memperlihatkan peningkatan kadar glukosa. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Kondisi diabetes pada mencit ditentukan dengan mengukur kadar glukosa darah menggunakan
glukometer. Mencit dikatakan diabetes jika kadar glukosa lebih dari 150 mg/dl (Chairunnisa,
2010).
Mencit yang terkena diabetes diberi perlakuan khusus seperti memberikan ekstrak
daun Smallanthus sonchifolius (yakon) dengan menginduksikan melalui subkutan pada mencit
dengan dosis 1 gram : 1 ml aquadest. Ekstrak daun yang diberikan kepada mencit jantan dibagi
menjadi tiga variasi yaitu dosis 0,5;1 dan 2 kali dosis manusia. Sebagai pembanding mencit yang
terkena diabetes diinduksikan glibenklamid (dosis disesuaikan dengan berat badan mencit
jantan). Keempat perlakuan tersebut menunjukkan penurunan kadar gula darah mencit.
Penurunan kadar gula darah mencit jantan diuji dengan statistik Analisis Variansi Satu
Arah (ANAVA). Berdasarkan uji tersebut, F hitung > F tabel pada α=5% yaitu 12,0275 > 3,11,
dan F hitung > F tabel pada α=5% yaitu 12,0275 > 5,06, artinya terdapat perbedaan yang nyata
rata-rata perubahan kadar gula darah pada mencit jantan bagi setiap kelompok. Perlakuan dosis
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap penurunan kadar gula darah. Hal tersebut
diketahui melalui uji BNT. Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa antara Y4 dengan Y1,
antara Y2 dengan Y3, antara Y3 dengan Y4 memberikan hasil hasil yang berbeda nyata terhadap
kadar gula darah pada taraf signifikansi 5% dan 1%.
Ekstrak daun Smallanthus sonchifolius (yakon) memberikan pengaruh yang signifikan
dalam penurunan kadar gula darah mencit jantan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Ekstrak tersebut bekerja dengan menghambat ATP-sensitif saluran kalium di
pankreassel beta. Penghambatan ini menyebabkan sel membran mengalami depolarisasi sehingga
terbukanya saluran kalsium. Hal ini menyebabkan peningkatan intraselular kalsium dalam sel
beta dan menstimulasi keluarnya insulin.
Pada perlakuan pembanding (glibenklamid), kadar gula darah mencit tidak menunjukkan
penurunan yang berarti dalam penurunan kadar gula darah. Hal ini disebabkan glibenklamid
tidak bekerja memperbaiki sel pankreas-β yang rusak akibat imbasan aloksan, tetapi
menstimulasi pelepasan insulin dari sel pankreas-β (Adnyana, 2004). Berdasarkan data tersebut
diduga mekanisme kerja ekstrak daun Smallanthus sonchifolius (yakon) dalam menurunkan
kadar glukosa mencit berbeda dengan glibenklamid.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (yakon) memberikan pengaruh yang signifikan dan
bermakna terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit jantan dengan diabetes mellitus tipe
1.
2. Dosis 0,5 kali ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (yakon) lebih optimal terhadap penurunan
kadar gula darah mencit.
B. Saran Penelitian ini perlu dilanjutkan pada hewan non rodent yang lebih besar, serrta perlu diketahui
apakah ada efek mutagenic dan toksisitas kronis. Jika didapat hasil yang positif, penelitian ini
dapat dilakukan pada manusia
LAMPIRAN 1
Gambar Persiapan Hewan Percobaan
Hewan uji
Penimbangan berat badan mencit
LAMPIRAN 2
Penginduksian Glukosa Dan Pengambilan Darah
Penginduksian hewan uji
Pengecekan gula darah hewan uji
LAMPIRAN 3
Gambar persiapan pembuatan ekstrak Smallanthus Sonchifolia(yakon)
Penumbukan Daun Smallanthus Sonchifolia(yakon)
Penimbangan
ektrak daun Smallanthus Sonchifolia(yakon)
LAMPIRAN 4
ANALISIS STATISTIK : UJI ANALISIS VARIANSI (ANAVA) SATU ARAH
FK =
=
= 252194.3873
Keterangan :
a = jumlah level perlakuan
n = jumlah ulangan
N = 3 + 4 + 4 + 4 + 3 = 18
SST = YIK2
– FK
= ( 171,32
+1612
+ 1762
+ 1192
+ 1242 + 148,3
2 + 132,75
2 + 173,67
2 + 103,75
2 + 53,5
2 +
128,672
+ 139,52 + 152,3
2 + 114,5
2 + 36
2+65
2 + 115,5
2 + 120,67
2 ) - 252194.3873
= 643816,3526
Keterangan :
I = data tiap level perlakuan
K = data tiap ulangan
SSTr = Yi2 – FK
= 788912.8955 – 252194.3873
= 536718,5082
SSE = SST - SSTr
= 536718,5082- 107097,8444
= 107097,8444
DBTotal = (a.n) – 1
= (3.6) – 1
= 17
DBperlakuan = a – 1
= 6 – 1
= 5
DBGalat = DBTotal – DBperlakuan \
= 17 – 2
` = 15
SUMBER VARIASI df SS MSS F0 α
5% 1%
Antar Asal (Antar
Treatment) 5 536718,5082 107343,7016
12,0275 3,11 5.06 Error 12 107097,8444 8924,8204
TOTAL 17 643816,3526
F hitung > F tabel pada α=5% yaitu 12,0275 > 3,11, dan
F hitung > F tabel pada α=5% yaitu 12,0275 > 5,06
Artinya terdapat perbedaan yang nyata rata-rata perubahan kadar gula darah pada mencit jantan
bagi setiap kelompok
UJI BEDA NYATA TERKECIL (BNT)
BNT 0,05 = t (0,025;db=15)
= 2,131 x 7.7131
= 16.44
BNT 0,01 = t (0,005;db=15)
= 2,947 x 7.7131
= 22,73
Tabel 3. Hasil uji BNT Perlakuan terhadap parameter kadar gula darah pada tingkat kepercayaan
5% dan 1%
Perlakuan Rata-
Rata Selisih
(Y0) Kontrol 112,4167 - - - - -
(Y5)
Glibenklamid 148,88 -36,4633* - - - -
(Y1) Glukosa 134,5 14,38* -50,843* - - -
(Y4) Dosis 2x
ekstrak Yakon 96,938 37,563** -23,183* -27,661* - -
(Y3) Dosis 1x
ekstrak Yakon 85,493 11,445* 26, 118** -49,3* 21,639** -
(Y2) Dosis
0.5x ekstrak
Yakon
53,375 32,118** -20,673* 46,79** -96,09* 117,729
**
Keterangan :
* : jika nilai BNT α=0,05 dan BNT α=0,01, artinya tidak berbeda nyata
** : jika nilai BNT α=0,05 dan BNT α=0,01, artinya berbeda nyata
Dari tabel diatas dapat disimpulakan bahwa antara Y4 dengan Y1, antara Y2 dengan Y3, antara
Y3 dengan Y4 memberikan hasil hasil yang berbeda nyata terhadap kadar gula darah pada taraf
signifikansi 5% dan 1%.
DAFTAR PUSTAKA
Mogensen, C. (2007). Pharmacotherapy of Diabetes: New Developments. New York: Springer
Science, Business Media LLC.
Karyadi, Elvina. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat,Jantung Koroner .
Jakarta: Intisari Mediatama.
Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. (2005). Pharmaceutical Care untuk penyakit Diabetes Mellitus.
Jakarta Departemen Kesehatan RI
Utami, P, 2003, Tanaman Obat Untuk Mengatasi Diabetes Mellitus, 2, 6, 7, Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Grau, J. Rea (1997). M. Hermann and J. Heller (eds). ed. Yacon. Smallanthus sonchifolius
Hayes , A.W., principles and methods of toxicology, 4th ed., Taylor & Francis, Boston 1408-
1409.
http:// id.wikipedia.org/wiki/Diabetes
Grau, A. And J. Rea. 1997. Yacon. Smallanthus sonchifolius
http:// www.dechacare.com/Ciprofloxacin-500-mg-P534.html
http:// kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2011/08/06/yakon-tanaman-super-untuk-diabetes/