Download - 1.Rasjidi3.pdf
H.M. Rasjidi, BA;Pembentukan Kementerian
Agama dalam Revolusi
Azyumardi Ana
"Ada tiga hal yangsdalu dllngat oral\K bili! n~ma Pak Rasji·di di$ebut. PutilmJl. wah per.man beliau sebagal salah sronngpejuang bagi ildanya pengakuan kedaul.,~n Indonesia merdeka dan negara-negara Islam. KbllJ4, beliau adala.'; Mcntcri Agama pcrtama "t.>gara ¥.ita. Krtigll, pcngcmbaraan inleleklua.l beliau ke negara-negaril Barat" (Madjid, 1985: 216)
..Aku ini senrang wargiU\eJ;ara Indon~ia. dari !Juku Jawa.Keluargaku adalah k~luarga yang biasanya di.sebut "'KeluargaAbangan N
, artinya yang beragama Islam lelapi tidak mdakukim ibadat sehari-hari... Aku bclajar agama Islam. Berat bagikuuntuk mclakukan ~mbahyang lim.a killi schari. Seriog akumcninggalkan, sering aim mcrangk<lp St:rnbahyang. ini namaoya "Qadha~. Orang Jawa menamakan "Kolo", Baru sl'tl'lahaku mcnjadi tua, aku dapal menun.,ik"n .hilda! sehari-hari padawaktunya... Dalam jiwaku terdapat Islam Abangan, Islilmnyaorang-orang yang tak mengetahui sduk beluk pen~etahui'ln
Islam. Islam yang dipeluk oleh almi'lThum bapakku. Atmosudigdo. Aku dapat nembang pangkur, miiil, kinanti, aku dapatrnt:nulis huruI Jawa; waktu aku kawin, aku memilih memnkaibl,U'knn dan wiron. Aku senang sekali mcndengllr gamelan.nwnonton wayang orang dan tari serimpi...Dalam jiwaku terdapat Islam orthodllX; aku menghafal al-Qur'nn, ilku mcnj:;haIal Alfiyall Imam Malik, M"t,," R.ahbiyyall dan lain-lain...Tl.·tapiaku lni juga seorang Muslim yang modcren. Walaupun akutidak pemah mengunjw\gi sekolah Belanda, tel,'pi aku pahamme:mhaca buku-buku dillilm bahasa BeIlU\c1a. Oi sampinJ; ituaku lancae berbahasa lnggris dan "rands" (Rasjidi, 1968: 9, 10.11).
•
Masyarakat Indonesia pada umumnya mengenal H.M. Rasjidi adalah sebagai Menteri Agama pertama Rl Tetapi sebenarnya, Rasjidi pemah menjadi Menteri Negara dalam Kabinet sebelumnya (Kabinet Sjahrir 1,14 NopemOO 1945-12 Maret 1946).Dalam jabatan Menteri Negara ia bertugas menangani permasalahan wnmat Islam la diangkat menggantikan Wahid Hasjirnscbagai Menteri Negara pada kabinet sebelumnya, yakni Kabinet Presidensil I yang bernsia sangat singkat (2 September 194514 Nopember 1945) di bawah Presiden Soekamo (liMt, Departcmen Penerangan RL 1%5, I, 197-2(0).
Menurut rekaman Soebagijo iN. yang kelihatan mencatab1.yalangsung dari Rasjidi sendiri (1985: 31-35), Rasjidi tidak tahu menahumengenai pengangkatannya. Cuma kebetuJan pada hari pembentukan Kabinet Sjahrir 1 itu, ia mernbeli suratkabar Merdeka, yangantara lain memuatdaftar nama-nama menteri kabinet tersebut, termasuk namanya. Mengetahui hal ini, Rasjidi tidak melakukan apaapa, karenaia memang tidak pemah dihubunb-i Sjahrir tentang pengangkalannya. Beberapa hari kemudian barulah datang utusan rcsmikabinet untuk menjemputnya menghadiri sidang pertama kabinet.Dalam sidang inilah Sjahrir secara "resmi" meminta dia Wltuk mengurusi "soaI pcribadatan" di rcpublik Uti,
Tetapi, sebagaimana kabinet sebelumnya, Kabinet Sjahrir I jugabenunur sangat smgkat. Dan kelihatannya tidak banyak yang bisadilakukan Rasjidi sebagai Menteri Negara (bidang "ibadat"j ini.Menurut penuturan Rasjidi, seperti disampaikannya kepada Suebagijo IN, Kabinet Sjahrir 1 tidak pemah dilantik oleh kepal. negara, tegasnya PresidenSoekamo; dan tidak ada pula surat keputusanpengangkatan. Sjahrir dalam sidang pertama tadi hanya mrnyatakan bahwa mmten-menteri kabinct ini bckcrja di kantor Sckrctc.uiatKabi.n.ct ill Jalan Cilacap Jakarta. Selebihnya, menteri-menteri kabinet ini bekerja sendi.ri-sencliri, tanpa ada kejelasan tentang tugastugas mereka.
Rasjidi diangkat sebagai Menteri Agama Rl pertarna pada masaKabinet Sjahrir II, yang bertugas seja]< 12 Maret sampai 2 Oktober1946. Ta merasa tidak diangkat atas nama Ma~iumi. Seperti pengalamannya dalam pengangkatannya sebagai Menteri Nt1;,'dra, Ra~dititlak mfflgrlahui bahwa ia telah dihmjuk mmjadi Mt!nren Agama RIpert.""a Karena dia audah terlibat langsung daIarn Kabinet Sjahrir Lbukan tidak mungkin bahwa pengangkatannya justru diketahuinyadati Sjahrir stndiri atau anggota-anggota kabinet lainnya.
•
Kontroversi Kementerian Agam-aTIdak begitu jclas sebenamya bagaimana kronoJogi rind pem
benrukan Kementerian Agama. Deliar Noer (1978: 8) denganmengutip sebuah artikel yang dimuat daJam majalah PanjiMasyarakat menyatakan, proposal atau usulan pcmbentukanKcmcnterian Agama pertama kali diajukan kepada BP-KNlP(&.dan Pekerja Kormtc Nasional Indonesia Pusat) pada tanggat11 Nopember 1946 oleh KH. Abudardiri, K.H. Saleh Su'aidy;dan M. Sukoso Wirjosaputro, yang semuanya mcrupakan anggota KNIP dan Kara..idenan Banyumas. Usulan ini mendapatdukungan dan Mohammad Natsir, Muwardi, Marzuki Mahdi,dan Kartosudarmo yang semuanya jU);3 mcrupakan anggotaKNTP untuk kernudian memperoleh persctujuan BP-KNIP.
Kelihatannya, usulan tersebut kcmbaJi dikemukakan dalamsidang pleno BP-KNIP tangga' 25-28 Nopember 1945 bertempat di Fakultas Kedokteran {Ul] Salcmba. Wakil·wakil K rrrDaerah Karesidenan Banyumas dalam pemandangan umumatas keterangan pemenntah kembali mcngusulkan, antara lain;"Supaya dalam negara Indonesia yang sudah merdeka ini janganlah hcndaknya urusan agama hanya disambillalukandalam tugas Kementerian Pendidikan, Pengajaran & Kebu·dayaan atau departemcn-dcpartemen lainnya, tetapi hendaknya diurus olch suatu Kementerian Agama tcrscndiri" (Dcpartemcn Penerangan, 1965, VTI: 358-9).
Usul terscbut mcndapat salnbutan dan dikuatkan olch tokoh·tokoh Islam yang hadir dalam sidang KNJP pada waktu ilu.Tanpa pemungutan suam, Presiden Soekarno memberi isyariltkepada Wakil Presiden Mohamad Haltl'l, yan~ kemudian m(~
nyatakan, bahwa "adanya Kementerian A}jama terscndirimendapat pcrhati<1n pemcrintah. Sebagili rel'llisasi dari janji tersebut, padil 3 Januari lY46 pemerintah menge1uarkan kctctapanNo. 1/5.0. yang antara lain berbunyi: "Presiden Republik In·doncsia, Mengingl'lt: Usul Perdl'lnl'l Menteri dan Bodan PekcrjaKomite Nl'lsional Pusat, memutuskan: Mcngad,lkan Dep<utcm(~n Agama". Kcptttusan dan penell'lpl'ln pemerintah ini dikumandangkl'ln di udara oleh RRt ke scluruh dunia, dan disiur·kan oleh pers dalam dan luamegeri, dcngan H. Rasjidi BA scbagilj Menteri Agama yang pcrtama (Ibid, VIl, 359; Dep.utcmen Agama, 1965: 104).
;
Pcmbcntukan Kementerian Agama segeru menimbulkankontrovcrsi di antara berbagai pihak masyarakat Indoncsia.Kaum Muslimin UIDUIIU1ya memandang bahwa keberadaan KemcntcrianAgama merupakan suatu keharusan sejarah; ia meru·pakan kelanjutan dari instansi yang bemama Shumubu (Kan·tor UrusanAgama) pada masa pendudukan ]epang, yang mengambil preseden dari Het Kantoor vooe Inlandsche zaken (KantOT untuk Urusan Pribumi (Islam]) pacta masa kolonial Belanda. Bahkan sebahrian Muslim melacak eksistensi KementerianAgama ini lebih jauh lagi. ke masa kerajaan·kerajaan Islam ataukcsultanan, yang sebagiannya memang memiJiki struktur danfungsionaris yang menangani urusan·urusan kcagamaan.
Tetapi argumen in; dibantah oleh dokumcn rcsmi yang diterbitkan pemerintahan Soekamo. Dalam buku 20 Tahlln IndonesiaMadeka. jilid VII. dinyatakan sebagai berikut:
"Sebag.umana kita ketahui, bahwa di 2am;,n kokmial fklanda dulu,sO.."11 SOo."11 yang Jx·rtalian dl'ng;ln urusan ag3m3 dlurus terpencar-pencardalam beberapa departemen. Seba~ai contoh soal \lnlsan haJi, pcrkillvin<III, ~ngaJiuan agama h~rsd,ul dlUIUS oleh Departemenl v..,n Binncnland·seht, L."1k('n ISlc. atau Dcpant·mt.'n urusan-uruS.,ln Dalam Negenj. Soal Mahbm:ll't lslilm linggi. R.."1i1dAgilma [pl'radililn agamil) ~t!ftil pt!mt~lhal P~ng
"dil"n NeAeri diurus oleh Departemenl van Jusritic. S!:)'"1II'('I'gt'filbn AgaIlia dlUfUS oleh Kantoor v /d AdvlSeUf VOOf Inl"ndsche en Moh..,mml."d..1iln~h~ 2..ik~n. Soal pt'ribadalan diurus oleh Deparlemenl van Onderwijs enIil'rl'nd imst... f]
Dan di zaman penjajahan Jepang, Ul'usan agama itu dipegang olehShun1l.lbu, sebag"i b"gi"n dari c.;unsei kanbu, s('d"ng di d<tl'rilh-dill'filhdluru~ ult'h Shullluka ~~bagai baf,lall dan pt'lllt!rH\li:lh kereSldl!nan" (h.358),
Setelah m.enguraikan panj,mg lebar ten tang sifat negara Indonesia yang melnberikan perhatian sepenuhnyi'l kepadamasalah-masalah ketuhaniln, atau tegasnya agama, uokumt::nrcsmi ini m,cnyimplilkan:
"( IIl'h Sl'bo1b itu, kalilu dipcmiltik"n ckngo1n Sl'ksamo1, m"b I)''P,utl'menAgo1ma i1dillill't suatu departemen yang bitTU, y.,ng tid..,k ada I'tubung,1I111y,1 (h'ng;1I\ zaman pl·njo1j,1han. bTl'na ia clJlo1hirk;ln :wiring clL·nganProklamasi Rakyat Indonesia menentang penjajahan ItU. la ditampilkankt' 1t'i1g<lh-lt'ngah forum pcrjuilngo1n olt·h r'lkyat yang bt'l')u;mg ItU Si'ndiri ""h,1gili ccrmin jiW..1 d"n kehend..,k i1spirasi ritkyal lerbesar yang selia
,
k...pada aJ'lran-ajaran agamanya yang rt"\·olusionL'f'...[] Kalau dilihat sclintas pandang. walaupun sebagian tugas kewajiban Departemen Agamadl-ngan Xantoor .../d Adviseur voor Inlandsche en MohammedaanscheZaken tampak persamaannya di sana siN. tetapi hakekat dan tujuaMyaseara prinsipil am.at bctbcda .sckali. Yang satu menjalankan tugas kewajibannya untuk. pe:ngabdian kepado:a kolonialisme dan imperialismf-!. danyang satu lagi berfungsi sebagai pe:mbimbinJ:: dim pcnjo:amin aZe'\s kemer·dekaan beragama untuk menunaikan dharma·baktinya bagi kepenlinganRakyat Indonesia Merdeka dan berdaulat" (Ibid. VII, 360-1).
Sebagaimana tersirat, pembedaan itu Icbih pada "ideoIogi"KementerianAgama daripada masaJah fungsi. Dengan demikian. argumen ini bertitiktolak dari posisi yang berbed.a denganargumen-argumen yang dikutip Icbm dulu.
Terlepas dari masalah pcngaitan eksistensi KementerianAgama dcngan kelembagaan semacamnya yang pemah ada dimasa scbelumnya, beberapa pengamat berargumen bahwa pcm·bcntukan Kementerian Agama merupakan bagian dari strategiSjahrir untuk mendapatkan dukungan bagi kabinctnya darikaum Muslimin. Rosih.m A...'lwar, tokoh sosialis Muslim, misalnya. mcnyatakan, pandangan ini berdasarkan pada pengakuanSjahrir bahwa kaumMuslimin merupakan mayoritas pendudukindonesia, yang secara alamiah wajar mcmcrlukan Kcmcnterian khusus untuk mengelola masalah·masalah keagamaan mereka (Anwar, 1985: 154)
l'ada pihak lain, sejumlah pemimpin Indonesia, terutama darikalangan non-Muslim dan nasionaJis, memandang Kcmcntcrian Agama merupakan konsesi yang rerlalu besar dari RcpubJikyang bam berdiri kepadil kaum Muslimin. Mercka khawatir,bi'lhwa Kementerian akan didominasi pcjabat·pcjabat Muslimdan, dengan demikian, akan Icbih mcmpriorilaskan urusanuru~an Islam daripada urusan agama·agatTh1 lainllya yang adadi Indonesia. Lcbih jauh lagi. di an tara mereka ada yangmcnuduh bahwa KcmentcrianAgama mcnlpakan langkah per·lama kaum Muslimin tu1tuk mewujudkan "negara Islam" diTndonesia, setelah mereka gagal dalam sidang BPUPKT untukmenjadikan Islam sebagai dasar ncgara.
Bentuk tipikal oposisi kalangan non·Muslim terhadap eksistcnsi Kcmcntcrian Agama dapat terlihat dari pandangan }.W.M.Bakker, pemimpin Katolik yang bermukim di Indonesia. $e-
7
Mmtm mmtm Agama R1
bagaimana dikutip Boland (1982:106-7), Bakk.,. menyatakan, bahwa sejak semula Kementerian Agama merupakan "kubu Islamdan batu loncatan untuk pembentukan sebuah negara Islam". Dial~ih lanjut menuduh, bahwa pada pcekembangan awalnya kementerian ini bersikap defensif, tctapi ketika ia scmakin kuat dansadar akan kekuatannya, ia mulai melancarkan propaganda [Islam) me!t'Wati batas-batas yang pemah diduga Sjahrirsendiri; bag;an propaganda [penyiaran/penerangan l<;lam?] dati KemcntcrianAgama menjadi sekuat negara itu sendiri.
Tuduhan ini tentu saja dijawab oleh para pemimpin Islam. Wahid Hasyim, pemimpin NU yang kemudian menjabat MenteriAgama pada 1950-52 menyatakan, adalah pantas hagi Kementeri·an Agama untuk memberikan perhatian lebih besilor kepadamasalah-masalah Islam, karena jumJah penduduk Muslim jauhlebih banyak dibandingkan jumJah kaum non-Muslim. Karena itu.ujamya, togas-togas untok pengclolaan masalah-masalah Islamdan kaum Muslimin tidak sarna besamya dengan penangananmasalah-masalah kaum non-Muslim. Jadi, perbedaan ini tidaklahdida:;arkan pada diskriminasi agama (Iihat ?'-Joer, 1987: 347).4
Kementerian RevolusiKementeeian Agam..1 d.i masa Rasjidi aclalah "kementerian re
volusi". Sejak dikeluarkannya keputusan pembentukannya diseluruh Indonesia, KementerianAgama mulai 12 Maret 1946 beekantor di ibukota revolu.<;i, Yogyakarta, kctika Belanda kcmbalimenguasai Jakarta. Dalam Maklumat Kcmcntcrian Agama No.1tanggal 14 Maret 1946 dillmumkan bahwa alamat sementaraKantor lpusat] Kementerian Agama adalah di )alan Bintaran 9Yogyakarta. Kemudian dalam surat No. 187/VTI tanggal 8 Mei1946, "Iamat Kementerian Agama pindah ke Jalan Malioboro 10Yogyakarta. Kantor ini tersedia berkat jasa baik KH. Abu Dardiridan KH. Mlichlar (Dcpaetcmen Agama, 1980/81: 28).
Memandang kontroversi tentang eksistensi KementeeianAgama itu, dengan mudah bisa dipahami, bahwa Rasjidi sebagai MenleriAgama pertama, mencueah.kan banyak peehatiandan enerji untuk memberikan penjelasan di seputar raison d'efre
-li'bih lanjut lihal bab tenlang Wahid Hasyim.
•
II..'.1. lI.uJh1•. 1lA
Kementerian ini. Dalam Konperensi Kementerian Agama seluruh Jawa dan Madura yang diselenggarakan di Surakarta pada17-18 Maret 1946, misalnya, Rasjidi menjelaskan bahwa Kemenrerian Agama selain berrnjuan untuk merealisasikan pasal 28UUD 1945, juga tultuk mengakhiri ekses-ekses pemecahbelahan ummat beragama akibat penjajahan Belanda d<ln pendudukan Jepang (lihat, Departemen Agama, 1996a: 19-20; 1987: 20).
Menteri Agama Rasjidi juga menegaskan bahwa negaramelalui Kementerian Agama-tidak akan campur tangan dalamurosan agama. Kementerian Agama membcrikan tempat yangsewajamya kepada setiap agame. yang ada di Indonesia. Pene·gasan int dikemukakan Rasjidi. kelihatannya dalam upaya men·jawab usulan kalangan Kalolik dan Protestan ten tang perlunyapcmisahan antara kekuasaan agama dan negara; dan bahwanegara seharusnya tidak mencampuri urusan agama. Kcterangan itu sekaligus untuk "menenangkan" Ufnmat Krisliani, yangkhawatir bahwa Kementerian Agama akan membcrikan perhatian hanya kepada penganut agama Islam.
Dalam saat yang 53ma, Rasjidi juga melakukan konsolidasiruang lingkup tugas-tugas dan wewenang Kementerian Agarna. Karena Kementerian Agama adalah sebuah kementerianbaru, maka belum jelas benar batas-batas ruang gerak, tanggunl-,rjawab dan wewenanb'Tlya. Karcna itulah diperlukan konsolidasi, yang mclibatkan pcngambilalihan beber<1pa bidangtugas yang sebelunmya ditangani kementerian·kemenleri<1l"1.lain. Sesuai dengan Penetapan Pemerintah No. 51ST) tanggal;25 Maret 1946, Menteri Agama, Rasjidi mengambilalih tugastugas keagamaan dari beberapa kementerian, yakni: pertama,dad Kementerian Dalam Negeri tugas dan urusan yangberkenaan dengan masalah perkawinan, peradililn ilgama, kemasjidan, dan urusan haji; kedua, dari Kementerian Kehakiman tuga... dan wewenang yang bcrkcnmln dengan Mahkamahlslmn linggi (MIT); ketiga, dari Kcmcntcrian P&K, bcrktmaandcngan pengajaran agama di sckolah-sckolah (DcpartcmenAgomo, 1980/1, 26; 1996: 20).
Untllk mclaksanakiU\ pcngalihi.m tugas dan wcwcnilng: tersebut. Kementerian Agama mengeluarkan Maklumat No.2 tcrtanggal 23 April 1946 menetapkan bahwa: Fert,\ma, Shumukayang dalam zaman Jepang lermasuk ke dalam kckllasaan rcsi-
,
den menjadi Jawatan Agama Daerah yang selanjutnya ditempatkan di bawah KernenterianAgama; kedua, hak untuk mengangkat penghulu atau landraad (sekarang pengadilan negeri),ketua dan raad agama yang ada dalam tangan residen, selanjutnya diserahkan kepada Kementerian Agama; ketiga, hak untuk mengangkat penghulu mesjid, yang dahulu berada di tangan bupati, selanjutnya diserahkan kepada KementerianAgarna (Departemen Agama, 1965: 105).
Dalam upaya kOMOlidasi tersebut Menteri Agama Rasjidimelakukan penempatan kembali bagi tenaga-tcnaga ahli yangdulu pemah bertugas pada Het Kantoor voor Inlandsche Zaken. Atas usulan dan bantuan K.H. Abudardiri, Menteri Rasjidimcngambil kebijaksanaan merekrut beberapa pegawai tinggiKementerian Agama dari kalangan tenaga ahli yang dulu per'nah bekerja sebagai pegawai Het Kantoor voor lnlandsche Zaken di masa kolonial Belanda; mereka selanjutnya juga pemahbcrtugas pada Shumubu di masa Jepang. Di antara tenaga-tenaga ahli yang direkrut sesuai dengan kebijaksanaan ini adalah:pertama, R. Subagio yang ditugaskan menjadi Sekretaris/Kepala Bagian Umum; kedua, R. Sunarjo, mantan Ketua Mahkamah Islam Tinggi (MIT) yang dipercayai menjadi Kepala Bagian Mahkamah; ketiga, J. Ibrahim, yang ditugaskan sebagai KepaJa Bagian Kepegawaian; keempat, R.A.e. Djaelani, yang dipercayai sebagai Kepala Bagian Keuangan; dan kelima, H.Abubakar, ahli dalam bidang penyiaran, penclitian dan kebudaymm. Tenaga ahii lainnya yang juga dicckrut adalah HusonIskandar, Suwirjo, S. Siswopranoto, dan M. Supardi.
Kementerian Agama, tegasnya Menteri Agama Rasjidi tidaksepenuhnya berhasil melaksanakan seluruh pengambilalihantUg-ilS dan wewenang terscbut. Hal ini dis~babkan bukan hanyakarcn<:l milsa jabatan Rasjidi yang dcmikiiln singkat, tetapi jugakarena situasi nasional yang rna~ih berada dalam suasana revolw;i. Akibatnya, pengalihan tugas dan w~wenang khususnyadi'lri Kemcntcrian P&K yang disebutkan di atas tidak bisa teTlaksann. Kepanitiaan yang dipirnpin Ki Hadjar Dewantoro dariI3P-KNlP yang ditugaskan untuk merealisasikan tujuan itu gagalmenyelenggarakan pengalihan kepada Kcmenterian Agama(Ibid).
II.M R.~jiJi.M
Pengembaraan Religio-IntelektualMuhanunad Rasjidi, Menteri Agama pcrtama ini, adalah
tokoh multi-dimensi, yang secara selintas bukan tanpa kontradiksi, seperti tercermin dalam kutipan langsung dan penuturannya sendiri pacta awal tulisan ini (d. Ana, 1994). Ia lahirdi Kotagede pada 20 Mei 1915 M/4 Rajah 1333 H. MuhammadRasjidi adalah nama yang diberikan olehAhmad Syurkati, tokohreformis Persatuan Islam (Persis). Nama kecilnya adalah Sariill, yang kedengarannya sedikit tipikal nama Jawa. Ia memangdilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga "abangan",Dan Rasjidi tidak malu dengan latarbelakang ini dan, karenaitu ia tidak mcnyembunyikannya. Dengarlah penuturannya Iebih lanjut:
uSemenjak k«il saya hidup dalam suasana Jawa Islam. Rumah kelu·arr:a saya berbentuk rumah ;oglo, dengan ruang ambcn tl'ngah. senlongkulon, sentong webn, emper. pendapa. di samping htlon om.th dan w1.1annmah. Kalau hari Kemis sore apalagl Jumal kliwon dan Selasa kliwon.ibu saya :;clalu menyuruh beli kembang untuk dilaruh di pojok rumah,debt pintu dan sebagainya" (Rasjidi. 1967, cet,lk ulang 1992: I)
Penuturan ini mengindika~ikantcntang kehidupan keagamaan yang cendcrung sinkretis di kalangan kaum Muslimin Jawa.Tetapi, di tengah lingkungan sinkretis seperti itu, jclas bahwaSaridi dididik ayahnya sccara Islam. Ayahnya mcndatangkanguru untuk mcngajar Saridi membaca al-Qur'an. Selanjutnyaia dikirim ayahnya belajar ke sekoiah "Ongko Loro", seko!ilhBelanda yang menggunakan bahasa Jawa sehagai bahasa pengan tar. Tetapi belakangan, agaknya atas permintaan ayalu\ya, iamelanjutkan pela;arannya di sekolah rakyat Idas<tr! Muhammadiyah. Pada waktu-waktu Hu, Muhammadiyah yang didirikan di Yogyakarta pada 1912 menemukan momcntlllnnya puladi Kotagede (Cf. Nakamura, 1983). Bagi 5aridi, sckolah-sekolahMuhammadiyah Icbm baik, karena murid-murid mcmpelajaritidak hanya matapelajaran-matapelajaran umwn, tetapi jugamatapelajaran-matapelajaran agama.
Setelah menamatkan pendidikannya pada Sekolah RakyatMuhammadiyah, Sandi melanjutkan pelajarannya ke Kweekschool Muhammadi)'3h, seko1ah pendidikan guru model Be-
n
lando. Meski kurikulum sekolah ini cukup komprehensif, Saridi merasa tidak puas dengan metode pengajarannya yang tidakjauh berbeda dengan metode yang digunakan di langgar; yanglebih menekankan kepada murid untuk menghapal teks, bukan memahaminya.
Ketidakpuasan Sandi merupakan awal daTi pengembaraanintelektual dan spiritualnya. la tidak puas dengan apa yangdiperolehnya dari sekolah. Karena itu, ia mulai membaca suratkabar yang dilanggan ayahnya, termasuk Swara Oemoem, danKedjawen. Melalui suratkabar inilah ia mengetahui bahwa Ahmad Syurkati, pimpinan al-Irsyad, sebuah organisasi refonnis,telah mendirikan sekolah di Lawang, Jawa TimuT (Cf. Affandi,1976). Berkat bacaannya, Saridi kelihatan menjadi tertarik kepada Ahmad Syurkati, sehingga ia ingin belajar darinya. Saridilalu mengirim surat, yang kemudian dibalas Syurkati yangmenyatakan bahwa ia bersedia menenmanya sebagai muridnya. Saridi berangkat ke Lawang dengan meninggalkan keduaorangtuanya tmtuk pertama kaIinya.
Semula Saridi seolah menemukan apa yangselama ini dicarinya; pendidikan agama yang lebih berorientasi kepada pemahaman daripada seked.ar hapalan. Tetapi, ia segera merasa tidakpuas, karena apa yang ia pelajari di sekolah al-Trsyad hanyalahpengulangan dari apa yang pernah ia pclajari di sckolah Muhammadiyah. Karena itu, sekali lagi ia bcrpikir untuk mcm::arisekolah lebih baik, yang lebih sesuai deng;m keinginannya. Tetapi, sebelurn ia mcninggalkan sekolah al-Irsyad ia diberkahi olehAhmad Syurkati dcngan nama baru "Muhammad Rasjidi". SepeTti banyak Muslim]awa lain yang mendapat nama baru, nama"Muhammad Rasjidi" barn dipakai sccara resm..i oleh Saridi setelah ia rnenunaikan ibadah haji beberapa tahun kemudian. Scpcrtilazim dalam anggapan Muslim Jawa, penggantian nama setclah menunaikan ibadah haji mencerminkan "transforrnasi spiritual", sehingga pemilik nama bam itu menjadi lebih relijiusbaik lahir maupun batin.
Meski Rasjidi merasa tidak puas dengan sckolah Muhammadiyah dan al-Irsyad, hampir bisa dipastikan bahwa secaraintelektual ia berhutang banyak kepada kedua organisasi reformis ini. Jelas bahwa semangat reformis yang menyala-nyaladalam dirinya nanti berasal dari lingkungan Muhammadiyah
u
H. M.1Wfidi. SA
dan al·lrsyad. Begitu kuatnya semangat refonnis dalam diriRasjidi, sehingga ia terkcnal sebagai salah seorang tokoh utarna reformisme Islam di masa kontemporer.
Bibit-bibit reformi..mc yang diperolch Rasjidi dari Muhammadiyah dan al·lrsyad tumbuh lebih subur Jagi ketika ia melanjutkan pelajarannya ke Kairo; dengan tujuan pertarna masukUniversitas aI·Azhar. Pada 1931 ia bersama temarulya Tahir Thra·him menumpang sebuah kapal ke Kairo. Scpcrti kebanyakancalon mahasiswa Indonesia lainnya, Rasjidi pcrtama kali rna·suk ke Qism 'Am, sekolah persiapan sebelum memasuki Universitas al-Azhar. Tetapi, lagi-Iagi Rasjidi merasa tidak puas.Bahkan, menurut Soebagijo, Rasjidi mcrasa tidak puas tcrhadapUniversitas itu sendiri. Dalam pandangan Rasjidi, sistcm pendidikan al-Azhar tidak lebih baik daripada pesantrcn. Pengajaran masih berlangsung secara tradisional, tidak sccara moderen(Soebagijo, 1985: 12).
Jelas bahwa hal inilah yang kemudian membuat Rasjidi membatalkan niatnya melanjutkan pcndidikan di al-Azhar. In malahmemilih Universitas Kairo, terutama atas pengaruh ternan terdekatnya, Kahar Muzakkir, yang juga sarna-sarna bcras..11 dariKotagede (eL Nakamura, 1977). Muzakkir kelihatannya bukanhanya memberikan saran-saran kepadanya dalam hal-hal akademis, tetapi juga mempcrkcnalkannya kepada Sayyid Quthb,yang ke1.lk menjadi pemimpin besar organisasi al-Ikhw.tn alMuslimun. Rasjidi rnengakui bahwa ia juga belajar banyak datiS.yyid Quthb (Ibid, 14).
Pada Universitas Kairo, Rasjidi belajar di Frlkultas filsilfat.Salah seorang temannya di Fakultas ini adalah Mustapha 'Abdal-Raziq, murid Muhammad 'Abduh, yang kemudian menjadiRektor Universitas al-A7.har. Agaknya aneh brlhwi] RClsjidr memilih belajar filasafat, karcna n1ayoritas kaum Sunni masihmcnganggapnya seba~ai subyck tabu untuk dipelajari. lidakpopulemya filsafat dapat juga dilihat dari jumlah mahasiswaFakultas Filsafat Universitas Kairo. Sclain Rasjidi terdapat ha"ya enam rnahasiswa; dan ia adalah satu-satunya mahasiswaasallndonesia. Nampaknya Rasjidi adalah mahasiswa Indonesia yang pcrtama kali mempelajari filsafat sehingga mendapatkan gelM akademis (BA) dalam bidang ini daTi Univprsitas Kairo.Pt:ngalaman akadcmis dalam bidang ini k~mudian membcn-
u
tuk salah satu kecenderungan intelektual pokok Rasjidi; belakangan ia menerjemahkan beberapa buku penting tentang filsafat Barat ke dalam bahasa Indonesia (Cf. Rasjidi, 1965; 1984).
Karlr Rasjidi selama di Kairo tidak terbatas pada bidang akademis. Selama di Kairo ia juga menceburkan din ke dalam organisa."i pemuda-kemahasiswaan. Ia adalah aktivis organisasiJam'iyyah al-Khayriyyah al-Tha.abiyyah al-Jawiyyah yang didirikan pada 1931 di bawah kepemimpinan Djanan Thaib, mahasiswa Indonesia pertama yang memperoJeh gelar akademis dariUniversitas al-Azhar. Belakangan ketika Jam'iyyah alKhayriyyah al-Thalabiyyah al-Jawiyyah diubah menjadi Perpindam (Persatuan Pemuda Indonesia-Malaya), Rasjidi dipilih sebagai salah scorang wakil ketua (Roff, 1970; Abaza, 1994; 1993:4-11; Az'"' 1995, 210-12).
Rof! dan Abaza secara mcyakinkan telah memperlihatkanbahwa mahasiswa-rnahasiswa Indonesia semac;a Rasjidi di Kairopada wnumnya cendernng kepada modernisme atau reformisme Islam.. yang agaknya lebih tepat disebut sebagai "neo-Salafisme" sebagaimana dianjurkan aI-Afghani, Abduh, dan Ridha.Tema pokok neo-Salafisrne aclalah kcmbali kepada al-Qur'andan Hadits Sahih, atau kepada "Islam yang mumi" sebagairnana diamalkan kaum Salaf, dan penolakan terhadap bid'ah,khurafat dan takhyul. Dengan demildan, secara ideologis, gerakan neo-Salafi adalah l'evivaJis; modemismenya tcrletak lebihpada pcndekatan dan metodologi. Mereka menawarkan pengadopsian pendckatun dan metodologi moderen dalam gerakanIslam seperti organisasi ffioderen, sistem persckolahan moderen,dan scbagainya.
Semua ttmdensi ini cocok dalam pengalaman Rasjidi.Lingkungan intelektualnya di Kairo menyumbang banyak kepada semangat revival is yang dimilikinya setelah ia kcmbali keIndonesia dan menjadi aktivis Islam. Inilah latar belakang yangmenghasilkan pembentukan salah satu cin personal yang sangat distingtif. yang pada gilirannya mcmbuat ia dianugcrahijuJukan "pembela kelmanan" (xuurdiull a/faith). seperti akan kitaIihat lebih jauh di bawah.
Pcndidikan dan lingkungan intelektual Rasjidi di Kairo menyempurna kan pengcmbaraan religio-intclcktualnya. 1a kinibukan lagi pewaris "l"lam Jawa Abangan"; tetapi adalah seo-
..
JI M R..pdi. 1M
rang "ortodoks". Hal ini terlihat jelas dalam penolakan kerasnya terhadap "AHran Kepercayaan", atau "Kebatinan Jawa".Tetapi, ia menolak unhtk tidak mengakui para pengikut AliranKepercayaan sebagai "hukan Muslim". Mcnurut dia, merekaadalah Muslim, tetapi tidak mcngerti sepenuhnya tentang lslam. Karena itu adalah tugas mereka yang lebih paham tentangIslam untuk mcngajar dan menjelaskan Islam kepada mereka.Sikap Rasjidi seperti ini kelihatannya bcrbcda dengan sikaptokoh-tokoh revivalis neo-Salafi lainnya, seperti Sayyid Quthbatau Abu al-A'ia al-Mawdudi yang sering mcnuding orangorang seperti itu sebagai "kafu". Rasjidi tidak pemah menudingkan telunjuknya seperti itu kepada orang-orang Islam yangbelum mengamalkan Islam dcngan benar karena ketidaktahuanalau ketidakpahaman mercka. Telapi, penting dicatat, Rasjidisangat keras terhadap orang-orang Muslim yang dipandangnya mengerti tentang Islam, namun memegangi paham ataupendapat yang menurutnya tidak sesuai dengan doktrin mucni Sunni.
Kanr Politik dan DiplomatikPada 1938, setelah tujuh lahun di Kairo, Rasjidi kembali ke
Kotagede dan menikah. Dengan beban keluarga di pundaknya,Rasjidi diharapkan mertuanya unhlk mengelola usaha dagangkecil-kccilan. Tetapi ia merasa tidak memiliki bakat dagang;karena itu ia memutuskan untuk mengabdikan diri pada kariekeilmuan. Langkah pertama yang ditempuhnya adalahmenjadi h'Uru pada Madrasah Ma'had al-lslarni di Kotagede.Belakangan, keUka sejumlah tokoh Muslim, termasuk SatimanWiryosanjoyo, mengambil inisiatif mendirikan Pesantren LuhUT di Solo, Rasjidi diminta untuk mengajar tcntang islam danbahasaAeab. Pesantren Luhur ini, pendidikan tingkat universilas, merupakan usaha untuk memodemisasi pcsantren. Tctapicksperimen Pesantren Luhur ini berakhir dengan invasi Jepan~pada 1941 (Azra, 1994: 97).
Selain menekuni kegiatan mengajar, Rasjidi juga mcncrjunkan diri ke dalam gcrakan nasional wltuk mencapai kemerdekaan. Untuk itu ia memasuki Partai Islam Indonesia (pm yangbam dibentuk. D<llam konh'reS pcrtama Pli pada 1940 di Yogyakarta, Rasjidi terpilih sebagai anggota Komite asional partai
15
'Lihat bab tel\tang Fathurrahman Kafrnwi.
"
..
ini. Sclain itu, Rasjidi juga aktif dalam Islam Sturlie Club, yangbertujuan mengkaji Islam dalam konteks perkembangan moderen. Tak kurang pcntingnya, Rasjidi juga adalah anggota Muhammad;yah. Belakangan, dalammasa penjajahan lepang, Rasj;di menjadi salah seorang pemimpin Masyumi. Selain itu,Jepangjuga menawarinya untuk menjadi kepala Perpustakaan Islamdi Jakarta. Dalam kenyataannya, Perpustakaan Islam lebih daripada sekadar perpustakaan; ia juga adalah tempat pertemuanbanyak pemimpin Islamdati berbagai wilayah di lndonesia, yangsebagiannya datang ke lakarta unluk mengikuti latihan militecyang diselenggarakan Jepang. Rasjidi semakin sibuk, karena iajuga bekerja menerjemahkan berita-berita kedalam bahasaArabuntuk ctisiarkan meJaJui radio yang dikuasai Jepang.
Berakhirnya penjajahan Jepang, dan tercapainya kemerdekaan Indonesia menguak kaTir baru bagi Kasjidi. Katir puncakRasjidi dalam pemerintahan adalah sebagai Menteri Agama,sebagaimana dibahas di atas, dan tidak perlu lagi diulangi ctisini. Yang perlu ditegaskan kembaH adalah bahwa mengingatbanyaknya tantangan terhadap eksistensi Kementerian agama,maka tugas Rasjidi sebagai Menteri Agama sangat berat. Tetapitugas berat itu tidak lama dipikulnya, karena opo~isi keras tcrhadap Kabinet Syahrir II memaksa Perelana Me!\teri Syahrirmengundurkan diri pacta 2 Oktober 1946. Kasjidi digantikanKiyai Fathurrahman Kafrawi sebagai Menteri Agarna." DanRasjidi kembali kc Kotagede; tetapi seminggu kemudian ia di·angki.lt sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Agama.
Namun, revolusi Indonesia memanggil Rasjidi untuk tugaspennng lainnya. Belanda yang mencoba untuk kembaJi menjajah Indonesia mendapatkan perlawanan keras dari bangsa Indonesia. Tetapi Republik yang masih muda ini memerlukanbukan hanya perlawanan berscnjata, namun ~cka1igus perjuangan diplomasi untuk memenangkan pengakuan intcmasionalterhadap kcmerdekaan dan kedaulatan indonesia. Karena itu,pemcrintah RI memutuskan untuk m~girim sebuah delegasikc limur Tengah. Rasjidi diangkat sebagai sekretaris missi diplomatik Rl yang dipimpin H. Agus Salim ke beberapa negara
Arab. Selain kcdua tokoh ini, missi diplomatik tcrsebut jugamcncakup Nazir Pamuntjak, Abdul Kadir dan A.R. Baswcdan.Mereka rneninggalkan Indonesia pada 17 Maret 1947, pcrtamamenuju Bombay uotuk menghadiri Konpercnsi HubunganAntar-Asia. Konperensi ini mcmutuskan untuk mendukungkemerdekaan indonesia sepenuhnya.
Missi diplomatik yang lebih melelahkan dilakukan di nega·ra·negaraArab. Titik fokus missi ihJ adalah Kairo, di mana mereka bcrhasil mendapat dukungan sepcnuhnya dari Raja Farukdan seluruh rakyat Mesir, yang mcngakui kemerdekaan Indo·nesia 5eCara resmi pada 2 Juni 1947. Delapan hari kemudian,Agus Salim atas nama pemerintah indonesia menandatanganiperjanjian persahabatan dengan pcmerintah Mesir. Missi diplomatik ini kemudian melanjutkan petjuangannya kc Yorda·nia, Syria, Lebanon dan Iraq. Karcna Agus salim kemudian di·angkat sebagai Wakil Indonesia di PB8, Rasjidi ditunjuk scbagaiperwakilan Indonesia di Mesir, yang bertanggunhrjawab memtmangkan missi diplomatik di Arab Saudi. Untuk mencapaitujuan ini, Rasjidi menu;u 5.'ludi, di mana ia berhasil mendapat.kan pengakuan pemerintah Saudi alas kcmerdekaan Indon~ia.
Setelah Konpcrensi Meja Bundar 1949. yang diselen};};arakan di Den Haag, Rasjidi ditu};i.\skan Wakil Presiden Mohammad Hathl uotuk mengambilalih bekas Kedutaan dan Konsulat ~Ianda y.lng masing-masing terletak di Jeddah dan M~k
kah. Selain itu, secara resmi ia dian};kat scbagai Outa I1esar In·doncsia untuk Mesir dim Arab Saudi dcngan kedudukan diKairo. Pada 1953 ia dipindahkan ke Teheran, sebelum k~mbali
kc Jakarta 13 bulan kemudian, di mana dia ditugaskan padaiabi1titn-jabatan administratif yang tidak pt'nting. Ini padaakhirnya mcndorongnYl1 untuk mE-'ningg<llkan tug,1S pemerin.talmn dan birokrasi guna mpnrapai pcngcmbarMIn akilrlt'misdan inlelektuitlnya yang tertunda.
Karir Akademis dan KeagamaanRasjidi adalah orang yang penuh clf:'n};an ~tos intelektUill.
MLOSki ia sibuk dengan tugas-tugas diplomatik padn tn.-lsa I{cvo11iSi Indonesia, ia tidak biSon melepaskan diri dari mengcjar tUjllantujuan kt'ilmuan. Bcgitulah. kctika ia menjall1nkan mis!'1 cllplo·matik. ia "mcncuri" waktll mengunjuns:;i Univt'r"iitas Paris <.Ii
17
Sorbonne untuk menjumpai Louis Massignon, yang telah dikenalnya sejak ia berada di Kairo. Massib'Tlon, sarjana terkemukadalam Sufisme, menurut Rasjidi adalah salah seorang eli antarascdikit Orientali'i yang simpati kepada Islam. Dengan dukung·an moral Massignon dan hantuan keuangan Yayasan Rockefeller,Rasjidi dapat melanjutkan studinya di Sorbonne. Hasilnya, pada23 Maret, 1956, Rasjidi mempertahankandiscrtasi doktomya yangberjudul "L'evolution de l'lslam en lndonesie ou considerationcritique du livre TJeTltini" ("Perkembangan Islam di Indonesiaatas dasar kajian kritis terhadap J<itab {Serat) Centini"). Lulusdcngan nilai cum laude, Rasjidi menjadi orang Indonesia pert'amamcnerima gelar "docteur" dan sebuah universitas Prands.
Discrtasi Rasjidi itu kemudian diterbitkan dengan judul Doc·flmt>nts PO"' servir a l'histoire de I'1s1am a Java (Dokumen untukKajian Scjarah Islam di lawa, Paris, 1977). Oagian pertama bukuini membahas Serat Centini yan~ mengandung sejumlah ajar·an kerohanian dan mistik Jawa. Rilsjidi berhujjah, bahwa ajaran.ajaran ini pada kenyataannya bersumbcr dari Sufismc. rentingdic~tat, Rasjidi tidak menuduh ajaran-ajaran kerohanian danmistik Jawa itu sebagai sesat. la malah menganggapnya tidakrelevan bagi kehidupan kaum Muslim di masa modercn. Bagi·an kcdua buku ini membahas kebangkitan dan pcrkcmbanganberbagai organisasi Muslim dan peranan mercka sampai masapendudukan Jepan~.
Tet.lpi, lagi-Iagi kanT akademis-i1miah Rilsjidi terganggu. Ill.s~kali lagi diangkat sebagai Dutabcsar Indonesia untuk Pakis·to1n. Sctclah kurang dad dua lahun di Pakistan, ia t~rbelah dii1ntaTa dua pilihan yang muneul sebilgili akibilt dMi pcmbcronlakan PPRI/Permesta masing-masing di Sumatera Tengah danSul.)wcsi Sclatan. Pada satu pihak adalah para pt:ntlukung PRRfyang dipimpin oleh sejumlah m<lnlan pcrnimpin Milsyumi, sepertiMohammilcJ Natsir dan Syafrudtlin Prawirilnegara yilng merupakan kman-temannya. Mercka mcmintilnYil untllk mendukungI'R..Rl. Pada pihak lain adalah pcmt~rintah pUS<'It di Jakarta yangmengharapkannya untuk tetap setia kepatla Republik. ·letapi.<lkhimy'l paling tidak sceara formallt.1Sjidi tidak harus memilihsah:lh sam pihak. Scbaliknya ia menerima lawaran mengajar danInstitute of Islamic Studies, Ml.-Gill University di Montreal, Kana·Uti, Y"lnJ!; pada waktu itu dipimpin Wilfred Cantwell Smith, gll-
18
rubesar terkcmuka modemisme Islam dan pcrbandingan agama.(Ce. Smith, 1957). Mulai musim gugur 1958, Rasjidi mulai mengajar beberapa matakuliah tcntang sejarah l ..lam dan hukum Islam.
Secara rcstrospek, ma..c;a Rasjidi sclama lima tahun di McGillmcrupakan saat-saat pertukaran intelektual yang sangat intcnsbaginya. fa tidak hanya mcngajar, tefapi juga mcngikuti beberapa matakuliah, khususnya tentang Kristianitas. Selain itu, Rasjidi juga terlibat dalam pertukaran intelcktual dengan dosen-doscnMcGill scndiri seperti Smith, Izutsu, dan Niyazi Berkes, dan dosen-doscn tamu yang diundang memberikan ceramah di McGill.Salah scorang dosen tamu itu ad alahJ. Schacht, seorang ahli dalamhukum Islam, yang ketika ito bertugas tetap di Columbia University, New York. Schacht. tenhl saja, terkenal dengan pcndapatpendapatnya yang kontroversial bagi sarjana Muslim tcntangaSilI-usul dan perkcmbangan hukum Islam. Hal ini juga jclas bagiRasjidi ketika Schacht memberi ceramah di McGill
Argumen pokok yang dimajukan Schacht dalam ccramah diMcGill itu adalah bahwa abi Muhammad tidak memihkikekuatan I<>gislatif dan hukum; ia memiliki hanya kekuasaankeagamaan. Schacht bersikerils bahwa Muhammad tidak membangun suatu entitas politik yang utuh; ia hanya mendirikanIlIIlmah Muslimin, yaitu komunitas keagamaan yang dibangunsesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Karena Muhammad tidakmemiliki otoritas legislatif dan hukum, ia haTUs menyelesaikanberbagai masalah secara arbitrase, yang diadopsinya dari tradisi Arab pra-Islam. Dalam masa ini, seorang arbiter biasanyaadalah orang bijak, atau bahkan filosof. Jadi, Muhammad lebihmcmiliki kebijaksanaan daripada ohlritas dan keahlian hukum.Karena itu, menurut Schacht, istilahArab yang digunakan dalamal-Qur'an adalahhakim yang ocrarti "arbiter", "pen~ngah",atallbahkan "juri", dilripada qadi yang berarti "hakim", atau "pemutus hukum" yang mempunyai otorHas hukum untuk menyeIcsaikan kasus-kasus hukum atall bahkan menctapkan hukum.
Argumen Schacht tidak diterima Rasyidi, satu-satunya orangdari kalangan audicns yang mempersoalkan validitasnya.Menurut Rasjidi, argumen Schacht bcrdasarkan sitlah pengertiannya terhadap kedua istilah tadi dan terhadap al-Qur'an secara keseluruhan. Rasjidi menyatakan, kcdua istilah itu digunakan al-Qur'an secara sinonim. Hanya pada satu tempat
1.
M'·"trrr· ....... t'TI ""."""'" 1</
atau ayat al-Qur'an menggunakan istiJah hakamn sebagaimanadipahami Schacht. Lebih jauh, Rasjidi memandang bahwa argumen Schacht lebih daripada seked.ar salah pengertiannya terhadap istilah-istilah Islam. Argumcn Schacht bahkan merupakim ancaman terhadap kenabian Muhammad, karcna argumentersebut membawa kepada teon bahwa Muhammad hanyalahseorang tokoh agarna. bukan pemimpin politik yang bertekaduntuk membangun sebuah "negara Islam".lni berarti mengurangi Islam menjadi agama yang hanya peduli terhadapmasalah-masalah keagamaan, tidak terhadap masalah-masalahpolitik.implikasi lebih lanjut dan afl,oumen Schacht adalah bahwa scluruh ketentuan hukum Islam yang menggunakan haditstidak mempunyai hubungan dengan Nabi Muhammad sendirikarena hadHs hanyalah fabrikasi kaum Muslimin pada masaawallslam(Cf.Schacht, 1950; 1984; Rahman, 1966;Azami, 1977).
Argumen tandingan yang dikcmukakan Rasjidi mcnimbulkiln kehebohan di Institute of Islamic Studies McGill. Schachtscndiri membalas dengan marah sambil menuduh Rasjidi tidakmemahami masalah. Lebih jauh, Niyazi Berkes, (Cf. Berkes,1964) dikenal sebagai sarjana sckulcr tipikal Turki, melancarkan kampanye fitnah terhadap R..1sjidi; ia mcnuduhnya sebagai"sangatortodoks" dan. karenaitu, haruslah tidakdibiarkan mensajar di McGill. Smith, Direktur Institute, membatalkan seluruhperkuliahan dan menyelenggarakan pcrtemuan khusus untukmcmbahas masalah. Rasjidi pertama-tama diminta untuk menjelaskan pendapatnya; tetilpi Rnsjidi sendiri merasakan bahwaperternllan itu merupakan pengadilan terhadapnya. Tctapi iaberhasil kelliar dari sitll<lsi sulit ini kdikalzutsu mendukungnyadcngan menyatakan bahwa argumen Rasjidi sepenuhnya be·n" (Soebagijo, 1985,62-4.0. Izutsu, 1966/1933).
Rasjidi memang tidak terpesona dan gentar kepada namabesar seperti y..mg dimiliki Schacht. la kembali menunjukkansikap ini ketika ia menjabat Direktur Pelaksana Pusat IslamWashington D.C. yang dipcgangnya pada 1963. Atas nama Pusat Islam ia menghadiri sebuah Konpercnsi bertajuk "Islam andPeace" yang disclenggarakan University of North Carolina.Sillah seorang pembicara adalah Majid Khadduri, ahLi tentangIslam dan perdamaian. Pada konpcrcnsi itu Khadduri berargumen bahwa Islam (a tau tepatnya Dar ai-Islam) mcmandang du-
20
nia dalam keadaan perang abadi mclawan Dar al-Harb. Carasatu-satunya untuk. mengakhiri situasi itu adalah melalui kekerasan dan perang. Argumen Khadduri ini scbcnarnya tidaklahbaru.Ia merupakan pengulangan saja dari argumen lebih rinddalam bukunya War and Peace in the lAw of Islam (Baltimore:1955).
Rasjidi tanpa ragu~ragu lagi segera menyatakan keberatannya terhadap tcori Khadduri. Menurut dia, adalah benar jikaorang-orang kafir yang ingin hidup damai, dapat memeluk Is~
lam atau mcmbayar jizyah sebagai imbalan atas perlindunganyang dibcrikan negara Muslim. Selama mereka tidak bcrsikapbermusuhan terhadap kaum Muslimin atau mengancam stabilitas ncgara, tidak ada alasan bagi kaum Muslimin untukmelancarkan perang (jihad) terhadap mereka. AI-Qur'an tidakmembenarkan kawn Muslimin memerangi orang-orang kafirguna memaksa mereka masuk Islam.
Argumcn Rasjidi tentu saja juga tidak baru. Sejak awalpcrkcmbangan hukum Islam, sejumlah ulama telah merumuskan secara rinei hukum damai dan perang dalam Islam. Apayang dikemukakan Rasjidi pada intinya adalah sarna denganapa yang tdah ditctapkan para ahli hukum Islam di 1ll..1sa sHam(Cf. Azra, 1994A; Pelers, 1979; 1977).
Dalam kcnangannya terhadap masa lima tahun bertugas diMcGill, Rasjidi mcngingatkan bahaya mengritik Oricntalis terkemuka Semi.1Cam Schacht at.'lu Khadduri. Pengritik bukan hanyadupat ditllduh sebagai "ortodoks" atau bilhkan "flmdamentaJis",tctapi juga bisa menyebabkan ia kehilangan pckcrjaan. Tetapi keliru menganggap bahwa Ra~iidi mencntang selunth Otientalis. Iajelas memiliki penghargai.lO Yi.lng tinggi kepada MaS5ih'Tlon. fabahkan rncmbcla Snouck Hurgronje dengan mt:!nyatakan bahwa Oricnt,'llis terkemuka rlelanda ini adalah ternan kaum MlIs~
lirrun Indonesia karena mt:!mberikan sumb,mgan bagi kemajuanIslam. Pembt'laan Rasjidi terhadap Snouck yang dikritik banyakahli itu menimbulkan kontTOversi hebat dalam media massaIndonesia.
Kritik kerasnya terhadap Schacht dan Khadduri mcrupakanpolcmik-polcmik pertam.\ Y~'lng dilakukan Rasjidi. Selanjutnya,sebagaim,ma akan kita lihat, Rasjidi kemudian juga terkenal~ebag-ai semang polemikus ulung di Indonesia. Dari polcmik~
21
•
Aimftri mmlm A,gD"ln RI
polemik yang dilakukannya, terlihat bahwa concern pokok Rasjidi adalah melindungi kemumian ajaran Islam dan sekaligusmembcla keimanan ummat. Menjadi seorang polemikus seeingtidak mudah. Polemik akan membuka batas-batas yang jelasdari pendapat-pendapat yang berbeda, Polemik juga dapatmenyulitkan kehidupan polemikus, khususnya jika lawan berpolemiknya berada dalam posisi yang kuat untuk mcmbaJas.Rasjidi bukanlah pengecualian dalam hal ini. Kcbcraniannyauntuk bcrsuara lantang menimbulkan pcrlawanan dari pengurus Islamic Center Washington D.C., yang sebenamya telah tercabik-cabik konflik internal yang berkepanjangan jauh sebelumRasjidi diangkat scbagai Dircktur Pelaksana. Rasjidi akhimyadisingkirkan secara halus dari jabatannya.
. Dengan demikian mulailah babak baru dalam kehidupanRasjidi. Kembali ke Indonesia, ia rnenemukan situasi politiktahun 1965 telah didominasi PKI.1idak ragu lagi, Ra~iidi merupakan salah seorang penentang komunisme yang paling gigih.Ia bahkan menulis sebuah buku khusus berjudul Islum Menentung Komunisme yang mengungkapkan kekeliruan komunismebaik pada tingkat konseptual maupun praksis. Tctapi, mempertimbangkan kelantangaIUlya, kelihatan agak aneh kalauRasjidi tidak secara terbuka mengungkapkan penentangaIUlyakepada PKI. Kenyataan bahwa kekuasaan Presiden Soekarnodan PKI begitu nampaknya memaksa Rasjidi untuk diam. Pcnindasan PKI terhadap Islam dan para pemimpin Muslim agaknya Ill(:nyebabkan Rasjidi memilih untuk mengadakan perjalanan ke luarncgcri, kcArab Saudi, di mana ia dipilih sebagai anggota Rabithah al-'Alam al-Islami. Bclakang':lIl ia ditunjuk sebagaiDirektur Petwakilan H,abithah di Jakarta.
Jadi, ketika PKI melancarkan kudeta yang gagal pada 30 September 1%5, Rasjidi sedang berada di Arab Saudi mengadakanpcrtemuan dengan pemimpin-pemimpin puncak negara Hu,tcrmasuk Raja Faisa!. Menjawab pertanyaan Raja Fais<'\l ten tangsitu<lsi politik Indonesia yang kacau waklu Hu, Rasjidi mencgeaskan: "Adalah kegagalan Soekarno menguasai PKI yangmembawa Indonesia ke dalam kcsulitan·kesulittm pulitik danckonomi".
Kembali kc Indonesia, Rasjidi menganggur. 'lelapi dalamwaktu yang tidak tcrlalu lama, paJa September 1966, ia diangkat
22
H M RJo'fid,,1lA
sebagai gurubesar hukum L'ilam pada Fakultas Hukum Universitas indonesia. Dan pada 20 April 1968 ia dipromosikankepada posisi gurubesar hukum dan institusi Islam. Padakesempatan promosi itu, Rasjidi menyampaikan orasi ilmiahbeIjudul "Islam dan Indonesia dalam Masa Moderen". Sayangia tidak mcmberikan pembahasan sistematik ten tang subyekpenting ini. la mulai dengan mengritik banyak Muslim Indonesia yang menurutnya tidak memiliki pengetahuan memadaitentang Islam. Meski mereka percaya pada kebenaran syarfah,mcreka melanggar ketentuan-ketentuannya dalam kehidupansehari-hari. Tetapi Rasjidi segera menemukan apologi: "lni adalah tingkat religiusitas bangsa Indonesia umumnya, termasukpara penganut Kristen" (Ct. Ananda, ed. 1985,86-92).
Ra.!Jiidi kemudian terus mengritik para missionaris Kristendan etnografer yang cepat menemukan kelemahan religiusitashum Muslimin, scmentara melupakan pcranan negatit Kristianitas dalam sejarah Eropa. Ia dengan fasih mengutip SnouckHurgronje yang menyatakan, meski Kristianitas telah memilikisejarah panjang di Eropa, masih banyak orang Eropa yangmenyembah patung. Lcbih jauh, ujar Rasjidi, mereka tidak pernah membaca lnjil; mereka bodoh dan percaya takhyul. Konsckucnsinya, orang-orang Kristen tidak pllnyak hak moral untuk mengajak orang lain masuk ke dalam agama mereka. lnilahsalah satu alasan kenapa ia percaya bahwa. Snollck Hurgronjemcrupakan pembela Tslnm dan kilum Muslimin daTi usaha terus menerus pihak misionnris Kristen untuk mcngkristenkanorang-orang Islam.
Mcmelihara keimannn kaum Muslim dari Kristenisasi melUang merupakan salah satu tema paling distingtif dari wacanaRasjidi. Menjelang akhir 1960an hubungan antara Muslim-Kristen di Indonesia cukup terganggu.· Pada 1967 sebuah gerejadihancurkan orang-orang Islam karena seorang pemimpin gerejrl dianggap telah menghina Nabi Muhanunad; di Aceh menentang penggunaan scbuah gcreja baru yang dibangun di wilayahyan~ tak memiliki seorangpun pcnganut Kristen. Selain itu, para
'Lihat bab tentang Mohammad Dachlan.
2J
missionaris sangat ekspansif dan agresif, yang menjalankanusaha Kristenisasi door-to·door ke rumah orang.-orang Islam.Padahal, scbeluDUlya pada saat-saat penumbangan PKl banyakorang yang takut dituduh PKl masuk ke daJam agama Kristen.Menghadapi semua perkembangan yang tidak sehat ini, pemerintah bcrusaha menetapkan ketentuan·kctentuan yang Iebih fair dalam aktivitas-aklivitas penyiarao agama. 1ni dilaku·kao dengan mengumpulkan para pcmimpin agama·agama, ter·masuk Rasjidi. Dalam pertemuan ini, mayoritas peserta meng·usulkan agar peoyiaran agama tidak dilakukan di wilayah yangpc.oduduknya telah menganut agama tcrtcntu. Pcrtemuan inigagal menghasilkan kesepakatan karcna para pemimpin Kristen menolak menyerujni proposalterscbnl.
Jelas bahwa kegiatan penyiaran Kristen merupakan salah satuCOtlUrtl pokok Rasjidi. UnbJk tujuan itu, ia mcnghabiskan baoyak enerji guna mengungkapkan tidak hanya penyimpangandoklrin·doktrin Kristen sepanjang sejarah Eropa, tetapi jugatenlang berbagai tricks yang dipakai para missionaris untukmengkristenkan orang-orang Islam. TIdak mengherankan hl·lau Rasjidi mcnulis sejumlah karya tulis tentang masaJah mi,antara lain: Mengapa Saya tetup Memelllk Islam; Siknp Ummat Is·lam terlladap Ekspansi Kristen; Kaslls RUU Perkawinall dolamHllbll/lgan Islam dml Kristen, yang akhimya dilarang bcrcdarolehpcmerinlah; 5idarlg Raya Dewan Gereja Sedllnia di Jakarta 1975:Artm.l/a baXi Dmlin. Islam; dan Dari Rasjidi dan Ma/fdudi kepadaPIlIIS PUllius VI.
Kini orang bisa Icbih mcmahanti kenapa Rasjidi tanpa ra~u
ragu membawa kasus ekspansi Kri~hm di Indonesia kc dalamseminar antar-agama yanl; disdcnggarakan eli Tokyo pacta 28Oktober 196Ft Kctika berbicara pada seminar ini, Rasjidi perta·ma·tama mengutip kode etik yang panjang bagi kegiatan-kegiat.an missionaris sebagaimana dituli~ Daniel J. fleming, profl..'Sorpada Union Theological Seminary, N~wYork. Kode Etik ini anta·ra lain menyatakan, konversi keagamaan janganlah dilakukanden~an cara-cara yang tidak beradab (uncivilized), misalnyadengan mcnghina tokoh·tokoh dan kcpcrcayaan agama oranglain. Lcbih lanjul, konvcrsi harusJah tidak melibatkan penggunaan ancaman fisik alau poLitik; rayuan imbalan materi ataupendidikan. Akhimya, konversi haruslah tidak dilakukan di
"
antara anak-anak atau yang rncnycbabkan pertikaian dan perpecahan di antara keluarga atau suku.
5clelah mengutip ini. Rasjidi terus berccrita tcntang aktivitas missionaris di indonesia. Menurut orbservasinya, gerejagcreja eli Indonesia telah mengeksploatasi kemiskinan rakyat.Para missionaris membagi-bagikan beras, pakaian dan uang dikalangan petani miskin atau buruh yang menganggur dengansyarat bahwa mereka mcngirim anak-anak rncreka ke sekolahsekolah missionaris. OrangoOrang Kristen rncmbangun gecejagereja atau sekolah-sekolah di perkampungan Muslim. Untuktujuan ini mereka, kalau perlu, ::;embeli tanah dengan hargadua kali lipat dari harga sebenamya. Kadang-kadang merekamembeli tanah melalui orang lain yang tidak punya hubungandengan gcreja, tetapi kemudian harus menjual tanah itu kepada gereja. Atau mereka membeli toko atau rumah yang kernudian diubah secara tidak sah menjadi gereja. Lebih jauh, ujarRasjidi. anak.-anak muda Kristen, baik IOO-Iald maupun perempuan, sccara sengaja disebarkan untuk menggoda anak-anak mudaMuslim. Akhimya, para missionaris Kristen menddlangi rumahrumah Muslim tanpa izin dan mendesak untuk mendengarkanpenjelasan tentang agama mereka (Anwar, 1985: 158-61).
Rasjidi seJanjutnya menyatakan, para missionaris Kristensering menggunakan prinsip "tolcransi beragama" untuk mencaprli tujuan-tujuan mercka. Mereka menekankan bahwa kaumMuslimin. ~bagai mayoritas penduduk Indonesia, hams toleran kepada urrunat Kristiani yang merupakan kelompok minoritas. Mereka juga menggunakan isyu hak asasi manusiauntuk men~ilbsahkankcgiatan-kegiatan penyiaran a~amamerekilo Mereka bahkan mengidentikkan Kristianitas dengan modernitas dan, scbaliknya mengindentikkan agam<llain, khususnya Islam, dengan tradisionalisme dan ket~rbcl<lkang<ln.
Akhirnya Rasjidi menhoingatkan audiens Senunar, bahwa rencanrl pemban~;uni.ln nasional yang dilancarkan Jenderal Soehartosctdah Orde Bam mengkonsolidasikan kckuasaannya akanber"khir dengan kegrlgalan jika aktivitas nusionaris seperli itutidak diselesaikan. NegaTa manapun yang terbelah oleh kon!Iik keagamaan tidak akan mampu membangun ekonominya.O"n jika pembangunan Indonesia gagaI. ini akan memberikankesempatan clllas kepacta komunis untuk bangkit. "Kadang.
kadang kita menangis melihat kenyataan inj", ujar Rasjidi.Apa reaksi pemimpin Kristiani terhadap pemyataan Rasjidi
ini? Sulit mengetahui dengan pasti. karena bahan-bahan tentang ini sulit dipcroleh. Ihromi, seorang pcmimpin Protcstanyang hadir daJam. seminar antar-agama tersebut bersama Rasjidi kclihatannya menahan din untuk mcmbalas atau mengritikRasjidi. Dalam artikelnya yang termasuk dalam buku Feesthriftbagi Kasjidi. ia hanya menyatakan bahwa ia [lhromi] juga tidakmenyukai cara-eara sebagian misionaris mengajak oeang rnasuk ke dalam agama .Kristen. "Sangat memalukan mengkristcnkan orang dengan cara Imembagikan) beras, obat-obatan,penyekolahandan lpos;s;-pos;si) poHtik" (Ihromi, 1985: 167-71).
Keterustcrangan Rasjidi membuka masaJah yang sangat sensitif ini bi.~ mencengangkan sebagian orang. fa adaJah seorangintclektual yang mE;,mperoJeh gelar PhD dan sebuah universitas Barat yang dikenal dengan liberaJismenya; ini seyogyanyamembuat ia 5CCaca intelektual dan keagamaan juga liberal. Kenapa Rasjidi tidak mcwarisi tradisi Barat dalam libcralismc intelektual dan keagamaan,atau tradisiJawa tentang harmoN kcagamaan dan sinkretisme?
Jawaban atas pertanyaan ini agaknya lebih berkaitan denganIingkungan intelektual dan kcagamaan yang dialami Rasjidipada waktu ia di Kairo. la kclihatan scirama dcngan SayyidQuthb, temannya dan scorang Muslim modercn yang dibesarkan dalarn sis tern pcndidikan Mesir yang telah mt!n~alami
Westernisasi telapi ::.<l.ngat tcrkcnal karena sikap polt::miknYiltcrhadap tradisi Barat, terrnasuk Kristianitas. Qutb, bersamaM.1wdudi yan~ bt!Tsama Rasjidi menulis h.imbauan kcpada PausPaulus Vi, tcrkcnal sebagai pemikir terkemuka "fundamental·is". Rasjidi juga pcrnah disebut seba~ai "fundamentalis", lakf'lihiltan tidak keberatan dcngan julukan ini. Ta bahkan memandungTlya sebagai kehormatan; karena iu merasa memangmengabdikan diri untuk menjaga fundamental kcimanan Islam(AnwM. 1985: 164-5).
Tetapi pcnting dicatat, willau Rasjidi begitu polcmik tcrhadapKristianitas, ia mcngakui pentingnya penghargaan tcrhadappluralitas keagamaan dalam dunia mooeren. Karena itu, ia sangat mendukunr, gagasan tolcransi bcrugama. Sebagai seorangMuslim, lcntu saja ia meyakini bahwa Islam adalah agama pa-
"
II.M.&5jidi.BA
ling benar, yang akan membawa para pemcluknya kcpada kemajuan dalam dunia moderen selama mercka memahami danmenjalankan Islam secara benar.
Kontrovcrsi dan polemik penting lain yang dilakukan Rasjidi adalah berkenaan dengan gagasan dan gcrakan pembaruanyang dilancarkan NurchoHsh Madjid, yang terjadi pada 19711972. Gagasan sentral pembaruan urcholish adalah bahwaummat Islam telah terjebak dalam kejumudan karcna merekaberpegang kcpada penafsiran tradisional yang tidak mcndorongtumbuhnya sikap mental konstruktifbagi modemisasi Indonesia. Nurcholish menyatakan, pembahaman sekarang ini merupakan tugas mendesak, karena pembaman yang dilancarkanorganisasi refonnis seperti Muhammadiyah dan Persis teJahgagal. Dalam pandangannya, persoalan ini tidak bisa dipecahkan dengan pcndekalan politik, karena partai politik Islam tidakatraktif dan gag.:oJ membangun citra positif. Karena itu, pcmbaruan hams melibatkan gagasan yang disebut urcholishMadjid sebagai "Islam yes, partai Islam no", liberaJisasi, dan"",kularisasi" (d. Madjid 1987; Hassan 1982).
Untuk kepentingan esei ini tidak perlu menhrungkapkan Icbmjauh dan rinei gagasan pcmbaruan Nurcholish. Yang pcntingadalah, bahwa Rasjidi tcrmasllk salah seorang tokoh terpenting yang mencntang gagasan-gagasan pembi.\fuan lersebut.Untuk kepentingan ilu, Rasjidi bahkan mcnulis buku khllSllSberjudul Koreksi terJwdap Drs. Nllrcllolis[lI) Madjid tefltallX Seku/nrisnsi, di mana ia mengritik hampir setil'lp detil g<lgasan Nllrcholish. Duku ini dalam banyak segi mencerminkan kcahlianRasjidi dalam banyak bidang. la dengan fasih mengutip argumen-argurnen kea~amaan, filosofis, sosioJogis dan historis gunamembuktikan "kekeliruan" Nuccholish.
Menurut Rasjidi, Nurcholish menggllnakan istilah "sckularisasi" dan "sckularisme" secara semena-mena dengan mcmisahkan makna kcdua kala yang berkaitan erat ini. Sckularisasidalam pendangan Rasjidi idcntik dcngan adopsi sekulansme,yang berarti pcmisahan antara urns"n keagamaan dengan kcduniaan. Rasjidi, seperti juga Nurcholish, percaya bahwa sekularisme bertentangan dengan Islam, atau bahkan dengan agarna manapun. Untuk mcnw\jukkan bahaya sekularisme, Rasii~
di mengacu kepada pcrkcmbangan sekuJarisme di Eropa. Menu-
27
Mtntm-mmtm JI.Slf"'" Rl
rut dia, sekularisme mulai mendapatkan momentum pada masapertengahan, ketika ranah-ranah keduniaan dalam kehidupanmuJai dipisahkan dan agama, persisnya Katolik. Dengan kebangkitan gereja-gereja reformis, seperti Protestan, pemisahanantara kedua bidang ini rnenjadi semakin lebar. Menurut Rasjidi inilah asal muasal ateisme (Rasjidi, 1972: 14-6).
Setelah beragumen panjang, Rasjidi menyimpulkan bahwagagasan pembaruan Islam yang dilontarkan Nurcholish merupakan ancaman terhadap ummat Islam. la menilai Nurcholishkebingungan dalam beberapa isyu keagamaan, karena ia belum "cukup dewasa" dan, karena itu, tidak kualificd untukmenyinggung masalah-masalah scrius tcntang agama. Teoriteorinya dangkal, dan tak seorangpun yang akan menerima"ya (Ibid, 56, 85).
Rasjidi secara konsisten mempertahankan citranya sebagaipembela terkuat keimanan Islam. Untuk tujuan itu, kembali iamembuka polemik dengan: Hanm Nasution, Rektor lAIN Jakarta; almamum Ahmad Wahib, dan AMW Pranarka, KehJa CSISJakarta. Ja juga membuka polemik untuk membuktikan "kekeIiruan" Syi'ah (Rasjidi, 1984A).
Inti dari kritik keras Rasjidi terhadap Harun Nasution terlctak pada keteguhan Harun mcnycbarkan scmangat Islam liberal, khususnya di kalangan mahasiswa lAIN, melalui bukunyaIslam ditinjall dari Berbagai Aspeknya. Rasjidi menulis buku khususuntuk mengritik HarW'\ berjudul Koreksi lerhadap Dr. H(lfllfl Naslltiorl tentarzg "Islam ditmjau dari Berbagai Aspekllya (1977). Rasjidi tidak hanya fasih dalam mengritik hampir sctiap aspckpemikiran Harun Nasution, tetapi juga mcnudulUlya scbagai"agen" Orientalis dan pembangkit kembali ajaran-ajaran rasionalMu'tazilah. Setelah memberikan label-label ini kepada HarunNasution, Rasjidi menyimpulkan, gilgasan-gagasan Hanm Nasution mengancam Islam dan kaum Muslimin di Indonesia(Rasjidi, 1977, 11-2. 107).
Ancaman terhadap Islam dan kaum Muslimin juga dilihatKasjidi dalam gagasan-gagasanAhmad Wahib, seperti terdapatdalam buku Pergolakan Pemikiran Islam yang disunting DjohanEffendi dan lsmet Natsir Uakarta, LP3ES: 1981). Buku yang berasal dari catatan harian almarhum Ahmad Wahib ini sangatkuntroversial karena mencakup pcnolakan tcrhadap kcmapan-
'"
an Islam bail< segi doktrinal maupun idcologis. Tetapi berbed.adengan kritik-kritik Rasjidi yang sebelumnya bersifat substantif, kritiknya kali ini Icbih tertuju kepada penerbitan buku itusendiri.la menyimpulkan,catatan harian itu merupakan sebuahtragedi dalam kehidupan Islam pada masa Qede Baru. Ia jugamenyesalkan Mukti Ali, salah seorang pelanjutnya sebagaiMenteri Agama, yang memberi kata pengantM bagi buku it'll.
Polemik terakhir Ra~iidi yang penting dikemukakan di siniadalah dengan Pranarka, tokoh CSIS yang merupakan think tankkelompok Katolik dan sekuler, berkenaan dcngan dua temapokok: nasionalisme dan agama, khususnya Islam; dan strategi kcbudayaan dalam hubungan dcngan pendidikan nasiona!.Perdebatan dimulai dengan penerbitan wawancara Prmarkayang dimuat HarianSuara Knrya (14April, 1978). Gagasan pokokPranarka adalah bahwa nasionalisme Indonesia telah ada sejakmaSi! pra-sejarah, dan agarna, khususnya Islam, merupakankcndala terhadap nasionalisme.
Oillam mernbantah Pranarka, sekali lagi Rasjidi menunjukkan penguasaannya yang mengesankan tcrhadap sejarah daufilsafat nasionalisme dan hubungannya dengan agama. KarenaPranarka mengutip Hegel sebagai litik awal pembahasannya,Rasjidi memberikan analisis panjang ten tang filsafat Hegelianguna rnembuktikan bahwa Pranarka telah salah paham terhadapfilsaf<H Hegelian. Kemudian, mengutip salah seorang otoritaspaling menonjol dalam soal nasionalismc. Hans Kohn, Rasjidimcnyatak'ln adalah absurd unhlk mt-'nyatakan bahwi'l ni.lsional~
isme telah cksis di lndonesia sejak masa pra-sej,nah. Kohn bahkan pcrcaya bahwa nasionalismc bani mendapat landasan yangkuat di Eropa pada abad HI. .
Sclanjutnya menurut Rasjidi, dalam pengalaman J.ndonesiil,tidak ada distingsi assosiatif antarcl nilsionalisme dan Islam dikalangan kaum Muslimin. islam merupakan salah satu faktorterpenting dalam pcmbcnlukan nasionalisme lndonesia.AdalahIslam yang mcnyatllkan berbilS;ili suku bangscl di fndoncsia.Karena itu, Rasjidi membantah argumen l'ranarka bahwa Pan,asila sebaga; ideolol-,ri nasional negMcl-biln~sa rnt.lonc~iu tidakmempunyai hubungan dengan doktrin agLlm.'\ tertentll. Di siniRasjidi mengutip Muhammad Yamin yanJ; menjtdaskan bahWil, misalnya, sila pcrtama Pancilslla, yakni Ketuhatl.lll Yang
29
Mmlm-,"mtm "'""'" PJ
Maha Esa, harus dipahami dalam kaitannya dengan ajaran aga·ma monoteistik.
Sikap Rasjidi terhadap masalah hubungan antara Pancasiladan Islam ,.,kali lag; menunjukkan posisi politiknya. la adalahseorang nasionalis, yang tidak pemah mempcrtcntangkan antara keimanannya dengan ideologi nasional Indonesia. Meskiia kadang-kadang mengritik sejumlah kebijakan pemerintahyang dipandangnya dapat mengancam kepentingan Islam dankaum Muslimin, ia tak pemah menunjukkan tanda-tandaketidaksetiaan kepada Republik.
PenutupBiografi Rasjidi, sang Menteri Agama pertama, mencerita
kan banyak hal: akomodasi dan konflik antara Islam dan pandangan hidup ]awa; transformasi SL>orang Jawa dari kcluargaAbangan menjadi Muslim ortodoks; pcngcmbaraan menuntutilmu (rihlah ilmiyah) kt: negeri yang dipandang sebagai salahsatu pusat mtelektualisme Islam yang lengkap dengan aktivisme politik mahasiswa; pembentukan Kement~rianAgama danoposisi terhadap eksistensinya; encounters dengan tTadisi keil·muan dan akademis Darat; dan dinamika Islam pasca-OrdcLama. Kehidupan Rasjidi dengan demikian adalah sebuah"teks" sejarah sosial yang melukiskan tidak hanya lingkungankeagarrulan, sosial dan politik; tetapi juga dapat ditafsirkan ulangdan bahkan mcnjadi obyek kritisismc.
Pcngalaman kehidupan Rasjid: sebagai scbuah teks sosialdapat membimbing kalangan kaum Muslimin indonesia tentang bagaimana cara memandang dan memaham.i Islam dandinamikanya di neg:eri ini. Dengan dcmikian "teks sosial" Rasjiditelah ikut mcnyumbang dengan caranya sendiri kepada wacana dinam.ik terscbut. Teks itu sendiri pun belum sepenuhnyasclesai ditulis; karena ito re-as5ess11/ml agaknya diperlukan dimasa datang.
30
II. M ~iiJ;, /IA
Bibliografi
Abaza, Mona, Islamic &II/OJnan, Perctplion and Exc/umgr:s: Indollrsiall Stuarnlsin Cairo (Paris: Cahier d'Archipel No. 33, 1994).
Abaza, Mona, ChDnging Images of nrTtt Gt'nrmttions of ....wriles in Indol1d~
(Singapura: ISEAS, Occasional Pilper. No. 19, 1993).
Affundi, Hisri, ~Syaikh Ahmad al-Surkati: His Role in al-Irsyad MOV('IIlL'flt inJava in the EarlyTwentiethCentury.... MA Thcsis,Mfuill University (1976).
Ananda. Endang Basri (ed.). 70 Trdlun Prof. Dr. RRsjidi O...karta: I'clitil. 1985).
Anwar. Rosihan. ~rrof. DR. H. Muhammad Rasyidi Disclosed. (sicl the Interreligious Relationship in Indonesia"', dalam RrligioSlJ, Vol. 3 No.1 (1997).hh. 24-38.
Anwar, Rosihan. "'Prof. Dr.II.M. Rasjidi: PengunJ;kap Gamblang HubunganAntar Agamt1 di Indonesia.... dalam Endang Basri Ananda (ro.), 701ilhllnProf Dr. RDsjidi Oakarta: Pclita, 1985).
Azami, M.M., Studits in Hadith Mdhndology alld Utmttllrr. (Indianapnli!': I~
latrUe Teaching Center. 1977).
Azra. Azyumardi.. ~Melaak Pengaruh and )'('rgeeran Oflentasi TamatanKilinl". Stlldia Islami1m: Indont!Sian /ourt/al for Islamic .'itUdlt5, \hl. 2, No.3(1995).
Azra. Az)'umardi, HGuard~ the Faith of the UmnlDh: Rcligio-Intdl«tualJourney of Mohammad Rasjidi .... dalam Stl/dlJJ lslamibJ.' It/dontsian JOl/rnalfvr Islamic SlUdits, Vol. I, no. 1 (1994).
Azra, Azyumardi, "Jihad dan Terorisme: Kon~p dan Perkemban~anHistUrI!'''. /slamibJ, 4 (1994A).
Boland, B.j.. The SITIIsglr of Islam in ModUli Illdollrsia (Den Ilaa~: Miutinu"Nijhoff. 1982).
Berkes, Niyazi, Tilt DroeloplTlf.nt of Steuillrislll in lilrkry (Mlllllr~al: McGillUniversity Press. 1964).
IJI'p;lrt~men AJ;ama, Amal Bakti Drpart/:rIu::Il Agama RI: Ebistmsi dan /kra"LAIlxkahnya Oakarta. 1996a).
Depanemen Agilmil. 50 Tahun Deparltlllt'U AKa7lla.' I'f.rl'"mga'l dall ['ellgabdi.all Oakarta. 1996b).
Departemen Agama, Antal Bakli Drpilrtemtn AKQnta R.I.: F.k:t~lellsi dall Dtrapullgkillmya Oakarta, 1987).
Departemen AJ;ama. PaQnan Dq1urtf.num Agama dalam RrrlOll/si da'l Pembungunan &ngSQ Oakana. 1%5).
f)('partcmen Pen~ranganRJ.,20 Tahrm IndontSia Mmitlw. YJilld Oakarta, 1965).
31
l-Ia55<1n, Muhammad Kamal. Muslim Intellectual Responso to "New Order"ModulliuIJon ill IndoltesUl (Kuala lumpur: Dewan BahaSd dan Pustaka,1982).
Ihronti, "Hubwtgan Antar-Agama.... dalam Ananda (ed.) (1985).
lzutsu, T., Clhico-RdiKio Concrpt in the Qur'lIn (Montreal: McGill UnivC'r.-ityPress, 1966); E.tiht &rQgo.mD do.lam Qur'Qn Oakarta: Pustaka firdaus. 1993).
Madjid. Nurcholish, Islo.m, KnnodemulIl do.n Krindontsiafln (Bandun~: Mizan.1987).
Madjid, Nurcholish, "'Seldtar Usaha membangkitkan Etos IntelektualismeIslam di Indoncsia w
, dalam Endang Basri Ananda (ed.), 70 To.Jzull Prof Dr.RJlsjidi ijakarta: Pelita. 1985).
MinIStry of Religious Affair.-, MlnLSfry of Rdigiolls AffQirs: TQsks and FlIneliolls(Jakarta, 1996).
Nakamura, Milsuo, 1M Crrsanl AristS outr lIlt &/1)111'1 Trft (Yogyakarta: Gaphmada Univcr.-ity Press, 1983).
Nl!kamura, Mitsun, "Professor Kahar Muzakkir and Dt!vt'lnpm~nl of theMuslim Reformist Movement in Indonesia", dalam Religion and Social Clhu.>in Indonesia (Clayton: Monas Univrn;ity, 1977).
Noer, Deliar; PQrlai Islam di Penlo.s Nasiollo/ Qakarta: Grafitipe:rs, 1987).
Noer, Deliar, Admini.~trQlioll of Islam in InJone>Ul (Ithaca, N.¥.: Cornell Mndem Indonesia Project, Southeast Asia Program, Cornell University, MonoAraph Series No. 58, 1978).
Pett'rs, R., Is/am and GJlonia/ism: Tlu' Doc/n·/lr of /ihQd ill Modt'r/l /listory (Den11"",1;: E.J. Brill, 1979),
P('ters, R., /ihad in Medieval arrd Modtrlr Is/ol11 (Leiden: Mouton. 1977).
l'uslitbang: Kehidupan ~ragama Departemen Agama, Laporall 5e1'arlliz Depar/ellJe/! Agama (Jakarta, 19~)/X1).
Rahman, Fazlur, 151am, Se<:nnd Edition (Chicago: Univ~rsity llf Chicilgo ['ress,19M).
[{asjidi, H.M" Pasoalal1-persoalall Filsllfill Qakarta: Bulan Bintang, 19M, dit~r
jemahkan dari Harold H. Titus, Marilyn S. Smith & Richard T. Nolan,Liln'nx isslll's in Philosophy. New York: D. van Nostrand, "1979).
Rasjidi, HM.. Apa !tu 5YI'uh (.Jilkartil, llJl:I4!\).
Rasjldl, HM., "Perl$olakan Pt'mikiriln Islam: SU3tu Tl'agl.'di", Ponji NWsyarakut(1982), h. 346.
RasJidi, H.M., Slrat~gi Kl'bl/doyao/l dall PtmballR",a/l Pmdidikall NQsiOllll1 (Jakarrd: Bulan Hintang, 1980).
Rasjidi, H.M., Korehi lerhadap Dr. Hamn NaSl/hon Irnlong "Islam ditilrjoll dQri
J2
11 M. R#5ii'J". SA
Bowgal AsptknyoJ Oakarta: Bul;m Hinlang. 1977).
Rasjidi. Korthi terhads2p Drs. Nurclw/islhl MDdjui tmung SdulDri.wsl Oakarta:Bulan Bmtang. 1972 cetak ulang 1977).
Rasjidi, H.M., MOIgapa AJ:u Tmp Mt~llIk Agama Islam? Uakarta: Bulan Bintang, 1%8).
Rasjidi. HM., notal ulang 1992. IslAm & KrbtItinan Uakarta: Bulan Bintang.1967).
Rasjidi. H M., fifSlljQt AK"mD Qakarta: Bulan Bintang. 1%5, ditcrjcmahk.,ndan David Trueblood, Philosophy of Rtllglon.
Schacht, J., Inlrodllction to Islamic!.a'w (Oxfurd: Oxfnrd University Press, 1984).
Schacht, J., TIlL Origins 0/ Muhammadan }urispnuuna (Oxford: Oxford University Press, 1950).
Smith, w.e., Islam ill Modmf History (princt..·hm: Praton University Press,1957, repro 1977).
"