14 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1 Bullying
Kata bullying berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti
banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Istilah ini akhirnya diambil untuk
menguraikan suatu tindakan destruktif. Berbeda dengan negara lain seperti Norwegia,
Finlandia, dan Denmark yang menyebut bullying dengan istilah mobbing atau
mobbning. Istilah aslinya berasal dari bahasa Inggris yaitu mob yang menekankan
bahwa biasanya mob adalah sekelompok orang yang anonim dan berjumlah banyak
serta terlibat kekerasan (Owleus, 2002)
Dalam bahasa Indonesia secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang
yang menggangu orang yang lemah. Istilah bullying dalam bahasa Indonesia bias
menggunakan menyekat (berasal dari kata sakat) dan pelakunya (bully) disebut
penyakat. Menyakat berarti menggangu, mengusik, dan merintangi orang lain
(Wiyani, 2012).
Bullying dapat terjadi karena kesalah pahaman antarpihak yang berinteraksi.
Bullying bukanlah merupakan suatu tindakan yang kebetulan terjadi, melainkan
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, seperti faktor sosial, budaya dan ekonomi.
Biasanya dilakukan oleh pihak- pihak yang merasa lebih terhormat untuk menindas
pihak lain untuk memperoleh keuntungan. Bullying dapat terjadi dimana saja, seperti
dikeluarga, masyarakat dan sekolah yang merupakan tri pusat pendidikan (Wiyani
2012).
Rigby (2005) merumuskan bahwa bullying merupakan sebuah hasrat untuk
menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita.
Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih
kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan
senang. Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa perilaku bullying tersebut
merupakan hal sepele atau bahkan normal dalam tahap kehidupan manusia atau
dalam kehidupan sehari-hari
15 Universitas Kristen Petra
Lebih lanjut Dan Owleus (2002) mendefiniskan bullying, yang mengandung tiga
unsur mendasar dari perilaku bullying sebagai berikut :
1. Bersifat menyerang ( agresif ) dan negatif
2. Dilakukan secara berulang kali
3. Adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat
Bullying terjadi apabila memenuhi unsur (Dan Owleus 2002):
1. Perilaku yang menyebabkan seseorang/ siswa/ guru terhina, terintimidasi,
takut, terisolasi
2. Perilaku yang dilakukan berulang-ulang baik verbal, fisik, dan psikis, yang
menimbulkan powerless
3. Adanya aktor yang superior dan inferior
4. Perilaku yang dilakukan berdampak negatif.
Bullying disebut perilaku sadar karena perilaku ini dilakukan secara berulang,
terorganisir dan memiliki tujuan yaitu untuk menciptakan teror bagi korban. Hal ini
didukung oleh pernyataan bahwa kebanyakan definisi bullying dikategorikan sebagai
suatu sub bagian dari perilaku agresif yang melibatkan suatu maksud untuk menyakiti
orang lain. bullying merupakan bentuk tindakan kekerasan yang repetitif, cenderung
diulang, dilakukan berkali-kali atau terusmenerus selama periode waktu tertentu.
menspesifikan ” repetition” dalam definisi bullying di awal untuk mengecualikan
insiden-insiden minor atau kejadian-kejadian tidak serius yang kadang-kadang terjadi.
Kendatipun demikian, Olweus juga mengindikasikan bahwa hal serius tunggal ”di
dalam keadaan tertentu ” harus dianggap sebagai bullying. (Camodeca et al. 2003;
Olweus 1978; Rivers & Smith, 1994; Smith & Thompson, 1991; dalam Astuti, Retno,
2008).
Secara fisik, pelaku bullying tidak hanya didominasi oleh anak yang berfisik
besar dan kuat, anak bertubuh kecil atau sedang yang memiliki dominasi psikologis
yang besar di kalangan teman-temannya juga dapat menjadi pelaku bullying. Alasan
yang paling jelas mengapa seseorang menjadi pelaku bullying adalah bahwa pelaku
16 Universitas Kristen Petra
bullying merasakan kepuasan apabila ia “berkuasa” di kalangan teman sebayanya.
Selain itu, tawa teman-teman sekelompoknya saat ia mempermainkan sang korban
memberikan penguatan terhadap perilaku bullying-nya (Amini, 2008).
Para pelaku bullying juga memiliki kepercayaan diri tinggi dan dorongan
untuk selalu menindas dan menggencet anak yang lebih lemah. Hal ini karena mereka
tidak pernah dididik untuk memiliki empati terhadap orang lain, yakni merasakan
perasaan orang lain yang mengalami siksaan dan aniaya. Selain itu, pelaku bullying
umumnya temperamental, tidak jarang bullying dilakukan sebagai bentuk
pelampiasan kekesalan dan kekecewaannya ataupun untuk memiliki kelompok
sendiri. Tidak hanya itu, para pelaku Bullying bisa saja hanya sekedar mengulangi
apa yang pernah ia lihat dan alami sendiri. Ia menganiaya anak lain karena ia dianiaya
orang tuanya di rumah atau pernah ditindas dan dianiaya anak lain yang lebih kuat
darinya (Amini, 2008)
Terjadinya bullying di sekolah menurut Salvimalli (dalam Astuti, Retno 2008)
merupakan proses dinamika kelompok dan di dalamnya ada pembagian peran. Peran-
peran tersebut adalah bully, asisten bully, reinfocer, defender, dan outsider :
a. Bully yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin, berinisiatif dan aktif
terlibat dalam perilaku bullying.
b. Victim yaitu murid yang sering menjadi target dari perilaku agresif,
tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan sedikit pertahanan
melawan penyerangnya.
c. Asisten Bully terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun ia cenderung
bergantung atau mengikuti perintah bully.
d. Reinfocer adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut
menyaksikan, mentertawakan korban, memprofokasi bully, mengajak siswa
lain untuk menonton dan sebagainya.
e. Defender adalah orang-orang yang berusaha membela dan membantu korban,
sering kali akhirnya mereka menjadi korban juga.
17 Universitas Kristen Petra
f. Outsider adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak
melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli.
2.2 Jenis Bullying
Barbara Coloroso dalam bukunya Stop Bullying! Memutus Rantai Kekerasan
Anak dari Prasekolah Hingga SMU (2006, p.46) memaparkan empat jenis bullying,
yakni sebagai berikut:
1. Bullying Verbal
Bullying Verbal merupakan bentuk bullying yang paling umum
digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki laki. Persentasenya
dilaporkan mencapai 70 persen dari seluruh kasus bullying. Bullying verbal
mudah dilakukan dan dapat dibisikkan di hadapan orang dewasa serta teman
sebaya, tanpa terdeteksi. Cepat dan tidak menyakitkan sang bully, namun
dapat sangat melukai sang target. Anak-anak yang lebih muda, yang belum
mengembangkan suatu kesadaran diri yang kuat, merupakan pihak yang
paling gampang untuk di pengaruhi oleh hal ini, namun serangan berulang
dapat mengecilkan setiap anak tak perduli berpapun usianya.
Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam,
penghinaan dan pernyataan pernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau
pelecehan seksual. Bullying verbal merupakan alat yang paling kuat dan dapat
mematahkan semangat seseorang anak yang menerimanya. Penindasan verbal
dapat diteriakkan ditaman bermain bercampur dengan hingar bingar dan
diabaikan karena dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik
diantara teman-teman sebaya.
2. Bullying Fisik
Bullying Fisik merupakan jenis yang paling tampak dan paling dapat
dildentifikasi di antara bentuk-bentuk bullying lainnya, namun kejadian
bullying fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden bullying yang dilaporkan
oleh anak-anak.
18 Universitas Kristen Petra
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan
dapat diidentifikasi diantara bentuk bentuk penindasan lain, jenis penindasan
seperti, memukul, mencekik, menyikut, meninju, menedang, mengigit,
memiting, mencakar, serta meludahi anak yang tertindas hingga keposisi yang
menyakitkan, serta merusak dan menghacurkan pakaian serta barangbarang
milik anak yang tertindas.
3. Bullying Relasional
Bullying Relasional merupakan jenis yang paling sulit dideteksi dari
luar. Bullying relasional adalah pelemahan harga diri korban bullying secara
sistematis. Selain tiga jenis bullying di atas, Coloroso juga memaparkan tiga
jenis bullying yang mengandung unsur seksual.
Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri korban penindasan
secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau
penghindaran. Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan
atau menolak seorang teman secara sengaja ditujukan untuk merusak
persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap sikap tersembunyi seperti
pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa megejek,
dan bahasa tubuh yang kasar.
4. Bullying elektronik
Bullying elektronik merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan
pelakunya melalui sarana elektronik seperti computer, handphone, internet,
website, chatting room, email, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan
untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar, dan
rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau
menyudutkan. Bullying jenis ini dilakukan oleh kelompok remaja yang
memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan
media elektronik lainnya.
Pada umunya, anak laki-laki lebih banyak menggunakan bullying secara fisik dan
anak wanita banyak menggunakan bullying relasional/ emosional, namun keduanya
19 Universitas Kristen Petra
samasama menggunakan bullying verbal. Perbedaan ini, lebih berkaitan dengan pola
sosialisasi yang terjadi antara anak laki-laki dan perempuan (Coloroso, 2006:51).
2.3 Tempat Terjadinya Bullying
Bullying dapat terjadi hampir di mana saja, tapi terutama bila tidak ada
pengawasan yang memadai atau tidak ada orang dewasa. Berikut ini adalah tempat-
tempat terjadinya bullying yang didefinisikan oleh Barbara Coloroso (2006, p. 79):
1. Di sekolah
Contohnya taman bermain, kelas yakni yang sering dilaporkan sebagai tempat
paling umum untuk intimidasi di antara siswa SMP dan SMA, meskipun juga
dilaporkan terjadi di Sekolah Dasar. Walaupun ada guru, bentuk bullying yang lebih
halus misalnya gestur, catatan lewat (notepassing) sering terjadi di kelas. Pada waktu
istirahat kelas dengan guru keluar dari ruangan, bentuk lain dapat diterapkan, dan
antara kelas, seperti toilet, koridor, ruang gantungan baju, area loker, ruang ganti,
kamar mandi dan asrama di sekolah asrama jika tidak dipantau/diawasi dengan baik
juga dilaporkan oleh siswa sebagai tempat di mana mereka pernah mengalami
bullying.
2. Ke dan dari sekolah
Siswa di tingkat Sekolah Dasar dan menengah juga melaporkan bahwa
mereka dibully ke atau dari sekolah. Bullying ini bisa terjadi saat mereka berjalan ke
atau dari rumah, namun siswa juga melaporkan bahwa bepergian di bus (sekolah atau
publik) merupakan lokasi utama untuk dilecehkan.
3. Rumah
Sementara rumah selalu dianggap sebagai tempat yang aman, dalam beberapa
tahun terakhir pertumbuhan dan penyerangan cyberbullying telah menyerbu tempat
yang aman itu. Tapi perilaku bullying seringkali bisa dimulai di dalam rumah, dengan
anak-anak belajar perilaku dari orang tua atau saudara kandung, atau memang
menderita intimidasi di tangan anggota keluarga sendiri.
4. Tempat umum lainnya
20 Universitas Kristen Petra
Komunitas yang lebih luas sebagai tempat umum sering menjadi saksi
perilaku bullying. Penjaga toko, manajer, dan pekerja di masyarakat sering
melaporkan melihat tindak kekerasan fisik dan verbal antara lain oleh siswa dari
sekolah yang mereka kenal di daerah setempat, sementara hotspot wifi lokal juga bisa
dimanfaatkan dalam memfasilitasi cyberbullying.
2.4 Teori Kultivasi
Teori Kultivasi merupakan salah satu teori yang ingin menjelaskan keterkaitan
antara media komunikasi televisi dan film dengan tindak kekerasan. Tindak
kekerasan memiliki banyak bentuk salah satunya yaitu kekerasan yang berbentuk
Bullying. Teori ini dikemukakan oleh George Gerbner, mantan Dekan dari Fakultas
(Sekolah Tinggi) Komunikasi Annenberg Universitas Pennsylvania, yang juga
pendiri Cultural Environment Movement, berdasarkan penelitiannya terhadap
perilaku penonton televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi
yang ada di Amerika Serikat. Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para
pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi atau film membangun keyakinan
yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat menakutkan” . Hal tersebut disebabkan
keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak
menyajikan tayangan kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam
kehidupan nyata” (Hadi, 2007:8).
Hadirnya media televisi memberi dampak komersial bagi pasar dan khalayak.
Dampak medium televisi melalui program acara berita kriminal, jenis film action,
triller, dan pembunuhan, ini mampu memengaruhi agresivitas khalayak terhadap
dunia atas kumulatif efek melalui tayangan televisi. Dampak ‘kekerasan media’ ini
oleh George Gerbner kemudian disebutnya sebagai “mean world syndrome”, dalam
teori Cultivation Analysis (1970-1980) (Hadi, 2007 : 8).
Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana
para pemirsa televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya.
Dengan kata lain untuk mengetahui dunia nyata macam apa yang dibayangkan oleh
pemirsa televisi dan bagaimana media televisi mempengaruhi pemirsa atas dunia
21 Universitas Kristen Petra
nyata. Asumsi mendasar dalam teori ini adalah terpaan media yang terus menerus
akan memberikan gambaran dan pengaruh pada pemirsanya. Artinya, selama pemirsa
kontak dengan televisi, mereka akan belajar tentang dunia, belajar bersikap dan
nilai‐nilai orang (Hadi, 2007 : 9)
Gerbner meyakini bahwa kekuatan televisi berasal dari isi simbolik dari
drama kenyataan hidup sehari-hari yang ditayangkan jam lepas jam dan minggu lepas
minggu (Griffin, 1991). “Rata-rata pemirsa menonton televisi empat jam sehari”
(Severin dan Tankard, 2001). “George Gerbner menggolongkan audience televisi
menjadi 2 golongan, yaitu heavy viewer dan light viewer. Heavy viewer atau pecandu
berat televisi adalah orang yang menonton televisi lebih dari 4 jam per hari.
Sebaliknya, light viewer atau pecandu ringan adalah orang yang menonton kurang
dari 4 jam per hari” (Hadi, 2007 : 3).
Dalam hal ini, seperti Marshall McLuhan dan Gerbner menyatakan bahwa televisi
dan film merupakan suatu kekuatan yang secara dominan dapat mempengaruhi
masyarakat modern. Kekuatan tersebut berasal dari kemampuan televisi dan film
melalui berbagai simbol untuk memberikan berbagai gambaran yang terlihat nyata
dan penting seperti sebuah kehidupan sehari-hari. Televisi dan film mampu
mempengaruhi penontonnya, sehingga apa yang ditampilkan media film dan televisi
dipandang sebagai sebuah kehidupan yang nyata, kehidupan sehari-hari. Realitas
yang tampil di media dipandang sebagai sebuah realitas objektif (Hadi. 2012 : 4).
2.5 Komunikasi Massa
Komunikasi massa dalam tinjauan praktis adalah proses penyampaian pesan
dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima) dengan menggunakan
media massa sebagai perantaranya. Di samping pengiriman pesannya menggunakan
media massa, pihak komunikan dalam komunikasi massa ini tidak berjumlah satu
orang saja, tetapi melibatkan banyak orang. Dengan kata lain pesan dalam
komunikasi massa ini diperuntukkan kepada massa. Itu jelas perbedaannya dengan
komunikasi antar pribadi yang pesannya hanya dikirim secara personal bukan
massal. Dalam komunikasi massa ini, saluran komunikasi yang lazim digunakan
22 Universitas Kristen Petra
dapat berupa media massa cetak, elektronik, atau media massa online (Elvinaro.
2007).
Saluran media massa cetak biasa digunakan untuk mengirim pesan bersifat
tekstual (teks) atau visual (gambar). Jenisnya meliputi koran, majalah, tabloid,
buletin, poster, pamflet, dsb. Sementara media massa elektronik, ialah media
pengiriman pesan secara mekanis yang bentuk pesannya bisa bersifat audio untuk
radio, dan audio-visual untuk televisi. Dewasa ini ada media pengirim pesan terbaru
yakni media online. Media massa satu ini mempunyai sifat yang lengkap mencakup
apa yang dimiliki oleh radio dan televisi, bahkan media online punya kelebihan
dibanding media cetak dan elektronik. Keunggulan media online terdapat pada alur
komunikasi yang lebih bergairah dan cepat, dimana khalayak dapat berperan aktif
sebagai komunikator atau komunikan. Itu disebabkan media online yang memakai
jaringan internet, membuat pengguna bisa saling member feedback (umpan balik)
secara realtime (cepat). Ini jelas berbeda dengan radio atau televisi yang cenderung
menjadikan khalayak sebagai penerima pesan saja tanpa umpan balik (Elvinaro.
2007).
Dalam peninjauan para pakar komunikasi, definisi komunikasi massa paling
sederhana dikemukakan oleh Gerbner yang dikutip dari buku Komunikasi Massa,
karangan Ardianto, yaitu:
“Mass communication is the tehnologically and institutionally based
production and distribution of the most broadly shared continuos flow of
messages in industrial societies”.
Definisi tersebut, mengartikan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu
serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai sarana untuk
melakukan kegiatan komunikasi, maka perlu memahami karakteristik komunikasi
massa. Menurut Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,
menyebutkan tentang karakteristik komunikasi massa sebagai berikut:
23 Universitas Kristen Petra
1. Komunikasi massa bersifat umum yaitu, pesan yang disampaikan
melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Benda-benda
tercetak, film, radio, dan televisi apabila digunakannya untuk
keperluan pribadi dalam lingkungan organisasi yang tertutup, maka
tidak dapat dikatakan sebagai komunikasi massa.
2. Komunikan bersifat heterogen yaitu, perpaduan antara jumlah
komunikan yang besar dalam komunikasi massa dengan keterbukaan
dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi, erat sekali hubungannya
dengan sifat heterogen komunikan.
3. Media massa menimbulkan keserempakan yaitu, keserempakan kontak
dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari
komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam
keadaan terpisah. Radio dan televisi dalam hal ini melebihi media
tercetak, karena terakhir dibaca pada waktu yang berbeda dan lebih
selektif.
4. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi, artinya
dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan
komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya
dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat
non-pribadi ini timbul disebabkan teknologi dan penyebaran yang
massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan
komunikator yang bersifat umum
Karakter pada komunikasi ini harus menjadi pertimbangan bagi komunikator
yang ingin menyampaikan pesan lewat saluran media massa, sebab untuk mencapai
terjadinya perubahan sikap, opini, dan perilaku komunikan perlu ditinjau kembali
bagaimana agar karakter komunikasi massa bisa sesuai dengan ciri komunikan yang
heterogen demi tercapainya tujuan komunikasi. Oleh karenanya, menciptakan
komunikasi melalui media massa tidak semudah berkomunikasi antar pribadi, karena
feedback dalam komunikasi massa tidak langsung terjadi. Untuk menjadikan efek
komunikasi massa efektif, diperlukan optimalisasi pada perancangan pesan.
24 Universitas Kristen Petra
2.6 Film
Film tidak ditemukan oleh satu orang. Pertama ,perangkat untuk foto objek
bergerak harus ditemukan diikuti dengan alat untuk menampilkan foto- foto itu.
Proses ini melibatkan enam orang : Etienne Jules Marey, Eadward Muybridge,
Thomas Edison, Willliam K.L. Dickson, Auguste dan Louis Lumiere (Biagi, Shirley
2010 : 171 ).
Semua film pada awal permulaan adalah hitam – putih dan tanpa suara. Suara
baru baru diperkenalkan ke dalam film pada tahun 1920-an. Dua pembuat film yang
mempengaruhi perkembangan film menjadi seni adalah Georges Melies dan Edwin S.
Porter (Biagi, Shirley 2010 : 174).
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No.33 tahun 2009 tentang
perfilman, Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa Film adalah karya seni budaya yang
merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan
kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Perfilman
adalah berbagai hal yang berhubungan dengan film. Budaya bangsa adalah seluruh
sistem nilai, gagasan, norma, tindakan, dan hasil karya bangsa Indonesia di seluruh
wilayah nusantara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kegiatan perfilman adalah penyelenggaraan perfilman yang langsung berhubungan
dengan film dan bersifat nonkomersial. Usaha perfilman adalah penyelenggaraan
perfilman yang langsung berhubungan dengan film dan bersifat komersial.
Masyarakat adalah warga negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai
perhatian dan peranan dalam bidang perfilman. Iklan film adalah bentuk publikasi
dan promosi film. Insan perfilman adalah setiap orang yang memiliki potensi dan
kompetensi dalam perfilman dan berperan dalam pembuatan film. Sensor film adalah
penelitian, penilaian, dan penentuan kelayakan film dan iklan film untuk
dipertunjukkan kepada khalayak umum. (referensi.elsam.or.id).
25 Universitas Kristen Petra
Film merupakan salah satu alat media massa yang bergerak dalam media
elektronik dan film juga merupakan alat penyampaian pesan dengan berbagai jenis
pada masa peradaban yang modern. “Film merupakan medium komunikasi massa
yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan serta
pendidikan” (Effendy, 2000, p.209). “Dengan kata lain, film merupakan media
komunikasi massa yang mampu menimbulkan dampak pada masyarakat, karena film
selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan
(message) dibaliknya” (Sobur, 2004, p.127).
Seiring dengan kebangkitan film, muncul pula banyak film-film yang
mengandung nilai seks, eksploitasi kecantikan dan kekerasan pada perempuan.
Kekuatan dan kemampuan yang dimiliki film menjangkau lebih banyak segmen
sosial, sehingga membuat para ahli yakin bahwa film memiliki banyak potensi untuk
mempengaruhi khalayaknya (Sobur, 2004, p.127).
Film merupakan media komunikasi yang terbentuk dari kombinasi antara
penyampaian pesan melalui gambar bergerak yang dibasilkan dari pemanfaatan
teknologi kamera, pencahayaan, warna dan suara. Unsur tersebut dengan latar
belakang alur cerita. yang mengandung pesan yang akan disampaikan oleh
komunikator, yaitu sutradara melaului gambar, dialog, suara, warna , sudut
pengambilan dan musik, adegan dirangkai satu sama lain beserta. lambang-lambang
yang dipergunakan sehingga pesan dapat dipahami oleh khalayak penonton.Dari
uraian diatas maka film dapat digolongkan sebagai media komunikasi massa. Dalam
perspektif massa pengertian komunikasi massa adalah komunikasi media massa.
Dengan kata lain komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan media
massa meliputi surat kabar , majalah, radio, film, televisi dan Majalah.
(Effendy,2002).
Sebagai salah satu media komunikasi massa, film mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut (Effendy, 2002):
a. Pesan dalam film berlangsung satu arah.
Tidak ada arus balik antara komunikan dan komunikator. Sutradara
film sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan khalayak terhadap
26 Universitas Kristen Petra
pesan dalam film yang dibuatnya. Sutradara tidak mengetahui apakah
khalayak suka atau tidak terhadap film yang dibuatnya. Sutradara mengetahui
film yang disukai khalayak melalui penjualan tiket bioskop dan DVD film
yang dibuatnya. Semakin banyak tiket bioskop dan DVD film terjual berarti
khalayak menyukai film tersebut.
b. Komunikator film melembaga.
Dalam pembuatan film melibatkan sejumlah orang yang terkoordinasi
yang memiliki peran yang berbeda-beda, seperti produser, sutradara, artis dan
kru film lainnya.
c. Pesan film bersifat umum.
Pesan yang disampaikan film bersifat umum karena ditujukan untuk
khalayak banyak.
d. Menimbulkan keserempakan
Keserempakan dalam film terlihat ketika film dibuat untuk ditonton oleh
khalayak secara serempak.
e. Komunikan film bersifat heterogen
Khalayak film merupakan kumpulan anggota masyarakat yang
keberadaannya terpencar, berbeda-beda satu sama lainnya. Oleh karena itu
film dibuat dalam berbagai bahasa.
2.6.1 Jenis – jenis Film
Jenis – jenis film secara umum terbagi 3, yakni : dokumenter, fiksi dan
eksperimental. Pembagian ini didasarkan oleh atas cara bertuturnya yakni, naratif (
cerita ) dan non- naratif (non cerita). Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas
sementara film documenter dan eksperimental tidak memiliki struktur naratif. Film
documenter memiliki konsep realism (nyata) berada dikutub yang berlawanan dengan
film eksperimental yang memiliki konsep formalism (abstrak). Sementara film fiksi
persis berada ditengah-tengah di dua kutub tersebut (Pratista, Himawan 2008: 4).
Menurut Himawan Pratista dalam bukunya yang berjudul “Memahami Film”,
secara umum jenis film dibagi menjadi tiga jenis, yaitu ( Pratista, 2008):
27 Universitas Kristen Petra
1. Film Dokumenter : Film dokumenter adalah sebuah penyajian film yang
berdasarkan fakta yang sebenarnya. Film jenis dokumenter ini berhubungan
dengan tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Tujuan dari film dokumenter
dibuat pada umumnya sederhana, sutradara atau penulis bertujuan agar
memudahkan penonton untuk memahami dan mengetahui fakta-fakta yang
sebenarnya terjadi. Untuk proses pembuatan film dokumenter dapat
menggunakan beberapa jenis metode pengambilan gambar yaitu merekam
langsung saat peristiwa yang sedang benar-benar terjadi, cara yang kedua
adalah dengan memperagakan kembali secara detail dan hampir menyerupai
seperti kejadian yang asli dengan setting lokasi, aktor, dan peristiwa peristiwa
yang terjadi, dan lain sebagainya.
2. Film Fiksi : Film fiksi adalah film yang berjenis cerita paling banyak diangkat
dari karya-karya penulis dan sutradara film. Berbeda dengan film dokumenter,
cerita yang ada dalam film fiksi merupakan sebuah karangan sebuah cerita di
luar kejadian nyata. Untuk struktur ceritanya, film fiksi erat hubungannya
dengan hukum kausalitas atau sebab-akibat. Cerita dalam film fiksi memiliki
karakter protagonis dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan, serta pola
pengembangan cerita yang jelas. Untuk proses produksi, film fiksi lebih
banyak memakan banyak tenaga dan juga waktu pembuatan yang lebih lama
di banding jenis film yang lain, serta jumlah peralatan produksi yang lebih
banyak dan bervariasi serta mahal juga lebih susah.
3. Film Eksperimental : Film eksperimental adalah jenis film yang sangat
berbeda dengan jenis film dokumenter dan fiksi. Film eksperimental tidak
memiliki plot namun film eksperimiental tetap memiliki struktur. Strukturnya
sangat dipengaruhi oleh insting subyektif dari sang sutradara seperti gagasan,
ide, emosi, serta pengalaman-pengalaman batin mereka. Ciri dari film
eksperimental yang paling terlihat adalah ideologi penulis dan sutradara film
itu sendiri yang sangat menonjol yang bisa dikatakan out of the box.
Film Shazam yang diproduksi tahun 2019 merupakan film yang masuk dalam
kategori fiksi.
28 Universitas Kristen Petra
2.6.2 Genre Film
Selain jenisnya, film dapat dikelompokkan berdasarkan klasifikasi film.
Klasifikasi film ini dapat dikelompoknya menjadi beberapa bagian, dengan
berdasarkan proses produksinya, yaitu film hitam-putih dan film berwarna, film
animasi, film bisu dan lain sebagainya. Klasifikasi yang paling banyak dikenal orang
adalah klasifikasi berdasarkan genre film (Pratista, 2008). Istilah genre berasal dari
bahasa Perancis yang bermakna “bentuk” atau “tipe”. Di dalam film, genre dapat
diartikan sebagai jenis atau sebuah pembagian berdasarkan ciri-ciri dari sekelompok
film yang memiliki karakter atau sebuah kekhasan seperti setting, isi dan subyek
cerita, tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood,
serta karakter. Sedangkan fungi utama dari genre adalah membantu kita memilah-
milah atau mengklasifikasikan film-film yang ada sehingga lebih mudah untuk
mengenalinya (Pratista, 2008). Genre pun di bagi menjadi dua bagian yaitu genre
induk primer dan genre induk sekunder.
Genre induk primer sebagai genre-genre pokok menurut pratista, antara lain :
1. Aksi
Aksi adalah sebuah jenis genre film yang memiliki energi yang tinggi,
cenderung memiliki budget dan stunt-stunt besar, biasanya memiliki pengejaran,
penyelamatan, perkelahian, dan sebuah krisis. Motionnya non stop, memiliki pacing
yang cepat, dan ada seorang pahlawan yang melawan orang-orang jahat.
2. Drama
Drama adalah sebuah jenis genre film yang biasa menggambarkan karakter
realistis, pengaturan, situasi kehidupan, dan cerita yang melibatkan pengembangan
karakter yang kuat dan interaktif. Biasanya, mereka tidak fokus pada efek khusus,
komedi, atau tindakan.
3. Epik Sejarah
29 Universitas Kristen Petra
Epik sejarah adalah sebuah jenis genre film yang termasuk drama kostum,
drama sejarah, film perang atau aktivitas abad pertengahan. Epik sejarah mengambil
tokoh sejarah atau peristiwa yang dibayangkan, mistis, legendaris, atau heroik. Genre
film ini menambahkan pengaturan mewah dan kostum mewah, disertai dengan
kemegahan dan visual yang luas, ruang lingkup dramatis, nilai-nilai produksi yang
tinggi, dan background musik yang tematik.
4. Fantasi
Fantasi adalah sebuah jenis genre film yang termasuk dalam sebuah film yang
lebih memperlihatkan dunia fantasi, yang mana di dunia nyata tidak ada. Film genre
ini biasa di pakai untuk film kartun dan film yang memiliki imajinasi alat atau
transportasi yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti starwars, beauty and the
beast, avangers.
5. Fiksi Ilmiah
Fiksi Ilmiah adalah sebuah jenis genre film yang sering visioner dan imajinatif
lengkap dengan pahlawan, alien, planet-planet yang jauh, pencarian yang tidak
mungkin, tempat yang fantastis, penjahat gelap dan bayangan besar, teknologi
futuristik, pasukan tak dikenal dan diketahui, dan monster yang luar biasa , baik yang
dibuat oleh ilmuwan gila atau malapetaka nuklir.
6. Horor
Horor adalah sebuah jenis genre film yang Film horor dirancang untuk
menakut-nakuti dan untuk memanggil ketakutan terburuk kita yang tersembunyi.
Dibuat untuk menakutkan, final yang mengejutkan dan menghibur kita pada saat
yang sama dalam pengalaman katarsis.
7. Komedi
Komedi adalah sebuah jenis genre film yang Memiliki plot yang light,
didesain untuk membuat audiens tertawa dan terhibur. Ada juga subgenre dari
komedi yaitu slapsticks, spoof, parodi, komedi romantis dan masih banyak lagi.
8. Kriminal dan Gangster
30 Universitas Kristen Petra
Kriminal dan Gangster adalah sebuah jenis genre film yang dikembangkan
pada tindakan jahat penjahat atau mafia, khususnya pencuri uang atau preman kejam
yang beroperasi di luar hukum, mencuri dan membunuh jalan melalui hidup. Genre
film kriminal dan gangster sering dikategorikan sebagai genre film noir atau film
detektif-misteri karena mendasari kesamaan antara bentuk-bentuk sinematik.
Kategori ini berisi deskripsi dari berbagai ‘pembunuh berantai’ film.
9. Musikal / Tarian
Musikal / Tarian adalah sebuah jenis genre film yang berbentuk sinematik
yang menekankan nilai skala penuh atau lagu dan tarian rutin secara signifikan
(biasanya dengan pertunjukan musik atau tari terintegrasi sebagai bagian dari narasi
film). Dalam genre film ini, film-film berpusat pada kombinasi musik , tari, lagu atau
koreografi.
10. Petualangan
Petualangan adalah sebuah jenis genre film yang ceritanya cenderung seru,
dengan pengalaman yang baru atau visual yang menarik, cukup mirip dengan genre
film action, biasanya genre film ini memiliki sekuel atau prekuel. Tema biasanya
pencarian sesuatu seperti misalnya harta karun, epic-epic di hutan dan gurun, dan
juga film-film disaster.
11. Perang
Perang adalah sebuah jenis genre film yang cenderung horor dan memilukan,
biasanya melawan bangsa dan umat manusia di darat, laut, atau di udara.
12. Western
Western adalah genre mendefinisikan utama dari industri film Amerika,
mereka adalah salah satu yang tertua, genre paling abadi dengan plot yang sangat
dikenali, elemen, dan karakter (senjata, kuda, kota berdebu dan jalan, koboi, Indian,
dll).
2.7 Pesan
Pada dasarnya bersifat abstrak.Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim
dan diterima oleh komunikan. manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah
31 Universitas Kristen Petra
lambing komunikasi berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa
tulisan. Pesan bersifat abstrak, sehingga komunikan tidak akan tahu apa yang ada di
benak komunilator sampai komunikator mewujudkannya dalam salah satu bentuk
atau kombinasi lambang-lambang komunikasi ini. Karena itu, lambang komunikasi
disebut juga bentuk pesan, yakni wujud konkret dari pesan, berfungsi mewujudkan
pesan yang abstrak menjadi konkret Suara, mimik, dan gerak-gerik lazim
digolongkan dalam pesan non-verbal, sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan
dikelompokan dalam pesan verbal.
Pesan didefinisikan sebagai segala sesuatu, verbal maupun non-verbal, yang
disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif
komunikasinya.Penekanan terhadap motif komunikasi dianggap penting karena
obyek kajian ilmu komunikasi adalah penyampaian pesan secara sengaja, walaupun
derajatnya tidak dapat diukur kepastiannya (Vardiansyah. 2004 p.23)
2.7.1 Komunikator (Pengirim Pesan)
Pengirim pesan yang dimaksud disini adalah manusia yang mengambil
inisiatif dalam berkomunikasi (komunikator) Pesan yang disampaikan oleh
komunikator untuk mewujudkan motif komunikasi.Schingga komunikator
didesifinisikan sebagai manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan
untuk mewujudkan motif komunikasinya.
Jika lebih dari satu orang sebagai komunikator memiliki tujuan yang sama
dan untuk mencapai tujuan tersebut terdapat pembagian kerja di antara para
anggotanya, maka wadah kerja sama yang terbentuk sebagai kesatuan banyak orang
ini lazim disebut Organisasi.Organisasi dilihat dari tujuan pendiriannya, ada yang
bermotif komersial mengejar keuntungan atau bermotif ideal yang bersifat nirbala
(lembaga swadaya masyarakat) (Vardiansyah. 2004 p.19).
2.7.2 Komunikan (Penerima Pesan)
Komunikasididefinisikan sebagai manusia berakal budi, kepada siapa pesan
komunikator ditujukan. Komunikan dapat berjumlah satu orang atau lebih, sama
seperti komunikator. (Vardiansyah. 2004 p.21)
32 Universitas Kristen Petra
2.8 Copycat Effect
Loren Coleman menyatakan bahwa Copycat Effect atau yang lebih diketahui
scbagai "imitasi" atau "efek menular" atau "modelling theory" berhubungan dengan
sesuatu yang dipublikasikan di media yang menciptakan banyak perhatian, sehingga
orang lain bisa meniru, atau "meng-copy" hal ini Perilaku copycat effect disebabkan
oleh melihat tindakan yang sama di media, baik itu film, televisi atau buku (2004,
p.1). la mengemukakan bahwa copycat effect merupakan kekuatan yang dimiliki
komunikasi massa dan budaya yang dapat menghasilkan sebuah epidemik atau
perilaku serupa. Copycat adalah kecenderungan publisitas sensasional tentang
kriminalitas (dalam penelitian ini yaitu tindakan bullying) atau bunuh diri sehingga
menghasilkan lebih banyak kasus yang sama melalui peniruan. Dalam bukunya yang
berjudul The Copycat Effect, pandangan Coleman tentang media adalah bahwa
liputan konstan dari suatu kejadian kriminal dan bukan kejadian dengan pesan positif,
memberi para pelaku kejahatan sebuah jenis "ketenaran". Lima menit "ketenaran,
buku atau film yang didedikasikan untuk para perjahat ini memprovokasi orang-orang
yang cenderung berperilaku serupa.
Untuk itulah karena adanya fenomena copycat effect ini, penelitian dengan
metode analisis isi ini penting untuk dilakukan karena dapat diketahui pesan-pesan
bullying yang ditampilkan dalam serial ini, yang bisa saja memicu terjadinya copycat
effect oleh terutama remaja korban bully terhadap bentuk-bentuk bullying yang
ditampilkan.
2.9 Analisi Isi
Analisis isi (content analysis) digunakan untuk memperoleh keterangan dari
komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang yang terdokumentasi atau
dapat didokumentasikan. Analisis isi dapat dipakai untuk menganalisa semua bentuk
komunikasi, seperti pada surat kabar, buku, film, dan sebagainya. Dengan
menggunakan metode analisis isi, maka akan diperoleh suatu pemahaman terhadap
33 Universitas Kristen Petra
berbagai isi pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa atau dari sumber
lain secara obyektif, sistematis, dan relevan (Subrayogo, 2001: 6).
Menurut Eriyanto dalam bukunya Analisis Isi (2011), tujuan dari analisis isi
adalah sebagai berikut: secara detail karakteristik dari suatu pesan untuk
a. Menggambarkan mcnjawab pertanyaan "what, to whom, dan how"
dari sautu proscs komunikasi dimana what berkaitan dengan
penggunaan analisis isi untuk menjawab apa isis dari suatu pesan, to
whom untuk menguji hipotesis mengenai isi pesan yang ditunjukan
untuk khalayak yang berbeda, dan how untuk menggambarkan bentuk
dan teknik-teknik pesan.
b. Menarik kesimpulan mengenai apa penyebab dari suatu pesan untuk
menjawab pertanyaan mengapa pesan (isi) muncul dalam bentuk
terntentu. Terdapat dua jenis analisis isi, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan anlisis kuantitatif karena sesuai
dengan tujuan dari penelitian ini dibuat. Analisis isi kuantitatif didefinisikan scbagai
suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui garmbaranı
karakteristik itFdan menarik inferensi dari isi. Analisis isi ditujukan untuk
mengidentifikasikan secara sistematis isi komunikasi yang tampak (manifest), dan
dilakukan secara objektif, valid. realiabel, dan dapat direplikasi (Eriyanto, 2011,
p.15).
Ciri-ciri dari analisis isi adalah sebagai berikut:
a. Objektif
Analisis isi dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi secara spa
adanya, tanpa adanya campur tangan dari peneliti peneliti menghilangkan bias,
keberpihakan, atau kecendrungan tertentu dari peneliti. Hasil analisis isi harus benar-
benar mencerminakn isi dari suatu teks, dan bukan akibat dari subjekctivitas
(keinginan, bias, atau kecendrungan tertentu dari peneliti) (Eriyanto, 2011, p.16).
Objcktivitas ini sendiri dibedakan menjadi dua aspck (Eriyanto, 2011, p.16) yaitu:
34 Universitas Kristen Petra
- Validitas
Berkaitan dengan apakah analisis isi mengukur apa yang benar-benar ingin
diukur.
- Reliabilitas
Berkaitan denean apakah analisis isi akan menghasilkan temuan yang sama
biarpun dilakukan oleh orang yang berbeda dan waktu yang berbeda.
b. Sistematis
Semua tahapan dan proses telah dirumuskan secara jelas, dan sistematis.
Kategori-kategori diturunkan dari variabel, variabel diturunkan berdasarkan teori
pengujian dibuat berdasarkan hipotesis. Selain itu, sistematis juga bisa berarti setiap
kategori yang dipakai menggunakan suatu defenisi tertentu dan semua bahan
dianalisis dengan menggunakan kategori dan defenisi yang sama (Eriyanto, 2011,
p.18-19).
c. Replikabel
Pada buku Neuendorf (2002, p.12), discbutkan bahwa salalh satu ciri penting
dari analisis isi adalah replikabel. Penelitian dengan temuan tertentu dapat diulang
dengarn menghasilkan temuan yang sama pula. Hasil-hasil dari analisis isi scpanjang
menggunakan bahan dan teknik yang sama, harusnya juga menghasillkan temuan
yang sama. Temuan ini berlaku untulk peneliti yang berbeda, waktu yang berbeda,
dan konteks yang berbeda (Eriyanto, 2011, p.21).
d. Isi yang tampak (marufest)
Terdapat beberapa pandangan yang berbeda dalam melihat analisis isi
Beberapa pendapat menyatakan analisis isi hanya melihat isi yang tampak (manifest)
dan ada juga yang menyatakn bisa dipakai untuk melihat isi yang tidak tampak
(laten). Neuendorf (2002, p.23) dan Krippendorff (2006, p.20) menyatakan bahwa
analisis isi dapat dipakai untuk melihat scnua karakteristik dari isi yang tampak
maupun yang tidak tampak (Eriyanto, 2011, p.23).
Sedangkan Holsti (1969, p.14) dan Barelson (1952, p.18) menilai bahwa
analisis hanya dapat dipakai untuk menyelidiki isi yang tampak. Kemudian, Riffe,
Lacy dan Fico (1998, p.30) memberikan jalan tengah dengan mengatakan, pada saat
35 Universitas Kristen Petra
proses koding dan pengumpulan data, peneliti hanya dapat menilai aspek- aspek dari
isi yang dilihat. Sedangkan pada tahap analisis data, peneliti dapat memasukkan
penafsiran akan aspek-aspek dari isi yang tidak terlihat (Eriyanto, 2011, p.23)
Namun, kembali pada pemahaman di awal bahwa analisis isi adalah metode
yang berfokus untuk melihat sesuatu yang tampak dan harus tetap objektif maka
analisis isi hanya membatasi pada isi yang tampak saja (Eriyanto, 2011, p.28).
e. Perangkuman
Analisis isi umumnya dibuat untuk membuat gambaran umum karakter dari
suatu isi atau pesan. Analisis isi tidak bertujuan untuk menyajikan secara detail satu
atau beberapa kasus isi (idiographe) melainkan membuat generalisasi dari pesan
(nomotetik) (Eriyanto, 2011, p.29).
2.10 Nisbah Antar Konsep
Dalam penelitian ini, film sebagai media massa yang lebih menarik dibanding
media massa lainya, karena film menggunakan audio, visual, dan music yang disatu
padukan sehingga, menjadi sebuah karya seni yang memiliki efek sebagai cerminan
budaya massa yang ada di masyarakat. Film termasuk salah satu alat media massa
yang bergerak dalam media elektronik dan film juga sebagai alat penyampaian pesan
dengan berbagai jenis, pada masa peradaban yang modern. Film juga merupakan
media komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, pendidikan,
atau infomasi saja tetapi film juga sebuah media massa yang bebas untuk memilih
genre sesuai dengan yang audience minati.
Shazam sebagai subjek penelitian ini merupakan sebuah film yang berasal
dari Amerika serikat, yang digunakan oleh para pembuatnya sebagai sebuah media
komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu, yang mengandung pesan-
pesan bullying. Sebagai film superhero, Shazam disajikan berbeda dengan film
superhero lainya. Untuk itulah film ini menjadi subjek dalam penelitian analisis isi
ini, dimana pesan-pesan yang disampaikan selama durasi 232 menit, sehingga dapat
telihat pesan-pesan bullying. Untuk menentukan ciri suatu aksi adalah termasuk
36 Universitas Kristen Petra
bullying, juga terdapat konsep tipe-tipe penindas atau pelaku bullying sehingga
perilaku bullying lebih terlihat.
Peneliti ini memfokuskan pada jenis/tipe pesan bullying dan digunakan teknik
metode analisis isi yang digunakan untuk menarik kesimpulan, dandilakukan secara
objektif dan sistematis. Penelitian menggunakan metode analisis isi deskripsif dengan
pendekatan kuantitatif, diharapkan dapat mengetahui bagaimana pesan-pesan bullying
yang ditampilkan dalam film Shazam.
37 Universitas Kristen Petra
2.11 Kerangka Pemikiran
Bullying coloroso. 2006 adalah topik yang sensitif, merupakan sisi gelap dan kelam
dari masa-masa pertumbuhan remaja (tidak semua remaja melaporkan tindak bully
yang dialaminya. Dsb)
Film Shazam mengandung pesan-pesan Bullying yang dapat di persepsi secara positif
atau negatif oleh penontonya.
Metode penelitian analisis isi kauntitatif digunakan untuk melihat pesan-pesan
Bullying dalam film ini.
Peran-peran Bullying
1. Bully
2. victim
3. asisten bully
4. reinfocer
5. defender
6. outsider
Jenis Bullying:
1.Bullying verbal (Coloroso, 2006)
2.Bullying fisik (Coloroso, 2006)
3. Bullying relasional (Coloroso,
2006)
4. Bullying elektronik (Coloroso,
2006)
Dilakukan tabulasi silang terhadap dua definisi operasional itu agar dapat memperkaya
hasil penelitian dengan diketahuinya pembagian peran tiap jenis Bullying yang
dilakukan
Pesan Bullying yang terdapat dalam film Shazam