3 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1 Perencanaan dan Penjadwalan Proyek Konstruksi
Perencanaan merupakan penyusunan suatu konsep secara global yang
digunakan untuk memprediksi pekerjaan yang harus dilakukan di kemudian hari.
Perencanaan sangat membantu pihak manajemen dalam melakukan pengawasan
terhadap aktivitas atau kegiatan yang sedang dilaksanakan. Bila tidak ada
perencanaan maka tidak ada pedoman yang dipakai untuk melaksanakan aktivitas-
aktivitas tersebut.
Proses pengontrolan terhadap aktivitas yang harus dilaksanakan pun tidak
dapat dilakukan tanpa adanya perencanaan, karena perencanaan merupakan
kegiatan yang mendahului pengontrolan.
Penjadwalan memiliki pengertian secara khusus sebagai durasi dari waktu
kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian aktivitas kerja yang ada
dalam kegiatan konstruksi. Penjadwalan juga merupakan proses penyusunan
daftar pekerjaan yang akan dilakukan untuk mencapai atau mewujudkan suatu
tujuan tertentu.
Penjadwalan proyek bertujuan untuk:
a. Memprediksi waktu penyelesaian proyek serta waktu yang dibutuhkan untuk
disain dan penerapannya di lapangan.
b. Memprediksi waktu untuk memulai dan menyelesaikan suatu aktivitas,
c. Merencanakan dan mengontrol sumber daya yang digunakan.
d. Mengevaluasi dampak yang terjadi apabila terjadi perubahan pada waktu
penyelesaian proyek.
e. Merekam kemajuan atau perkembangan pelaksanaan proyek.
f. Mengetahui bila terjadi keterlambatan atau kemunduran waktu pelaksanaan.
2.2 Proses Perencanaan dan Penjadwalan Proyek Konstuksi
Proses perencanaan dan penjadwalan meliputi empat tahapan, yaitu:
a. Identifikasi aktivitas proyek.
b. Penyusunan urutan aktivitas pekerjaan.
Universitas Kristen Petra
4
c. Estimasi durasi aktivitas pekerjaan.
d. Perhitungan skedul proyek.
2.2.1 Identifikasi Aktifitas Proyek
Suatu proyek konstruksi, baik besar maupun kecil, mempunyai berbagai
macam aktifitas. Aktivitas adalah bagian dari komponen proyek yang
mengkonsumsi sumber daya dan selalu memiliki waktu awal dan akhir dalam
pelaksanaannya (Angus, Gundersen, Cullinane, 2003).
Identifikasi aktivitas bertujuan untuk mengetahui secara rinci kegiatan-
kegiatan yang ada dalam pelaksanaan proyek sehingga meningkatkan akurasi
estimasi kurun waktu penyelesaian proyek (Soeharto, 1999).
Identifikasi aktivitas dilakukan berdasarkan gambar perencanaan proyek
dan observasi lapangan. Banyaknya aktivitas tergantung dari detail aktivitas yang
diinginkan.
2.2.2 Penyusunan Urutan Aktivitas Pekerjaan
Penyusunan urutan aktivitas adalah penentuan urutan aktivitas kerja yang
akan dilaksanakan pada proyek di lapangan. Urutan aktivitas ini diperlukan untuk
menggambarkan hubungan antara berbagai aktivitas yang akan dilaksanakan di
lapangan (Gambar 2.1).
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun urutan aktivitas adalah:
(Hamilton, 1997).
1. Predecessor, yaitu aktivitas sebelum atau yang mendahului aktivitas yang
bersangkutan, misalnya aktivitas pembersihan lahan merupakan predecessor
aktivitas pemancangan.
2. Successor, yaitu semua aktivitas sesudah atau yang terjadi setelah aktivitas
yang bersangkutan, misalnya aktivitas pemancangan merupakan successor
aktivitas pembersihan lahan.
3. Concurrent, yaitu aktivitas yang dapat terjadi atau berlangsung bersamaan
dengan aktivitas yang bersangkutan, misalnya aktivitas kolom lt. 2 concurrent
dengan aktivitas plat konvensional lt. 2, karena kedua aktivitas tersebut dapat
langsung dilakukan setelah plat lt. 2 (precast) selesai.
Universitas Kristen Petra
5
Hubungan antar aktivitas proyek ada beberapa macam (Gambar 2.1) :
1. Finish to Start (FS)
Hubungan finish to start antara aktivitas A dan B adalah hubungan
aktivitas dimana aktivitas B dapat dimulai setelah aktivitas A selesai dikerjakan.
2. Start to Start (SS)
Hubungan start to start antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas
dimana ketika aktivitas A dimulai maka aktivitas B juga dapat dimulai.
3. Finish to Finish (FF)
Hubungan finish to finish antara aktivitas A dan B adalah hubungan
aktivitas dimana aktivitas A dan B selesai pada waktu bersamaan.
4. Start to finish (SF)
Hubungan start to finish antara aktivitas A dan B adalah hubungan
aktivitas dimana ketika aktivitas A dimulai maka aktivitas B sudah selesai.
5. Lag
Lag adalah jumlah waktu diantara mulai atau selesainya aktivitas A
dengan mulai atau selesainya aktivitas B, yang dapat bernilai positif atau negatif.
Gambar 2.1 : Hubungan antar aktivitas (Kerzner, 2003)
Universitas Kristen Petra
6
2.2.3 Estimasi Durasi Aktivitas Pekerjaan
Estimasi durasi aktivitas dihitung berdasarkan pada perhitungan volume
pekerjaan, produktivitas tenaga kerja, ketersediaan sumber daya, dan kondisi
lapangan.
Estimasi durasi dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap
aktivitas, yang telah diidentifikasikan pada tahap awal, adalah fungsi dari volume
pekerjaan yang harus diselesaikan dengan produktivitas kerja tiap satuan waktu
(Patrick, 2004).
Volume aktivitas (sat.vol) Durasi = ……. (2.1) Produktivitas kerja (sat.vol/jam)
Volume pekerjaan diperoleh dari perhitungan gambar struktural proyek.
Volume pekerjaan berupa perhitungan dalam satuan tertentu, misalnya, untuk
pekerjaan beton, galian dan urugan tanah, serta urugan sirtu memiliki satuan m3,
untuk pasangan batu bata dan pleseteran dinding memiliki satuan m2, untuk
penulangan atau pembesian memiliki satuan kg.
Produktivitas kerja digunakan untuk menentukan durasi aktivitas proyek,
perumusan yang dipakai adalah:
Volume Produktivitas = ………………………………….. (2.2) Jam kerja
Jam kerja adalah jumlah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan tugas
dalam satu periode. Satu periode yang dimaksud disini adalah waktu (jam) kerja
normal dalam satu hari.
2.2.4 Perhitungan skedul proyek dengan Menggunakan Critical Path
Method (CPM)
CPM merupakan suatu metode perencanaan dan penjadwalan proyek yang
dapat menunjukkan aktivitas-aktivitas kritis (Gambar 2.2). CPM digunakan untuk
Universitas Kristen Petra
7
merencanakan, mengontrol, mengevaluasi penjadwalan proyek, mengetahui
pelaksanaan penjadwalan proyek yang telah dilakukan, dan mengetahui urutan
pekerjaan yang terjadi di lapangan.
Aktivitas kritis adalah aktivitas yang sangat sensitif terhadap
keterlambatan proyek. Bila durasi aktivitas kritis bertambah, maka durasi proyek
juga akan bertambah. Hal ini dikarenakan aktivitas ini tidak mempunyai
fleksibilitas waktu (float).
Gambar 2.2: Contoh bentuk metode CPM (Newitt,2005)
Dalam metode CPM, terdapat komponen-komponen penting dalam
pelaksanaannya, antara lain:
1 Early Start (ES) dan Early Finish (EF)
Early start adalah waktu paling cepat dari suatu aktivitas dapat
dimulai, sedangkan Early Finish adalah waktu paling cepat dari suatu aktivitas
dapat diselesaikan.
Early Start dan Early finish dapat diperoleh dari perhitungan maju
(Forward Pass Calculation), dimana hubungan keduanya dirumuskan sebagai
berikut:
Universitas Kristen Petra
8
EF=ES+d ………………………………………………… (2.3)
Keterangan:
EF =Early Finish ES =Early Start d =durasi aktivitas
2 Late Start (LS) dan Late Finish (LF)
Late start adalah waktu paling lambat dari suatu aktivitas dapat
dimulai, sedangkan Late Finish adalah waktu paling lambat dari suatu aktivitas
dapat diselesaikan.
Late Start dan Late Finish dapat diperoleh dari perhitungan mundur
(Backward Pass Calculation), dimana hubungan keduanya dirumuskan sebagai
berikut:
LF=LS+d ……………………………………...……… (2.4)
Keterangan:
LF =Late Finish LS =Late Start d =durasi aktivitas
3 Float, Total Float, Float Factor, Free Float, Driving dan Non-Driving
Relationship
Float adalah tenggang waktu batas toleransi keterlambatan pada satu
aktivitas non kritis.
Total Float adalah tenggang waktu yang dimiliki oleh satu aktivitas
yang dapat ditunda (aktivitas non-kritis) tanpa mempengaruhi durasi proyek
secara keseluruhan. Total Float dapat dirumuskan sebagai berikut:
Universitas Kristen Petra
9
TF=LS-ES=LF-EF ………………………………...…….. (2.5)
Keterangan:
TF =Total Float LF =Late Finish LS =Late Start EF =Early Finish ES =Early Start
Contoh Total Float pada aktivitas H : (Gambar 2.3)
Legend:
Gambar 2.3: Total Float Aktivitas H (Newitt,2005)
Keterangan:
ES = Early Start EF = Early Finish LS = Late Start LF = Late Finish D = Duration TF = Total Float
Float Factor adalah jumlah Total Float untuk seluruh aktivitas yang
sedang dikerjakan (dalam progress) ataupun sudah selesai dikerjakan dibagi
dengan durasi keseluruhan aktivitas proyek (Popescu dan Charoenngam, 1995).
Float Factor menunjukkan indikasi fleksibilitas proyek, yang berarti
proyek tersebut memungkinkan untuk dikerjakan dengan waktu yang cukup atau
waktu yang sangat padat. Semakin tinggi nilai Float Factor maka proyek tersebut
memiliki waktu yang cukup, semakin kecil nilai Float Factor maka proyek
tersebut memiliki waktu yang padat, dimana besaran toleransi nilai Float Factor
adalah 3. Float Factor dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah Total Float seluruh aktivitas
Float Factor = ……….(2.7)
Durasi keseluruhan aktivitas proyek
Universitas Kristen Petra
10
Free Float adalah tenggang waktu antar aktivitas yang dapat ditunda
(aktivitas non-kritis) tanpa mempengaruhi Early Start aktivitas sesudahnya. Free
Float dapat dirumuskan sebagai berikut:
FF = ES (Aktvitas B) – EF (Aktivitas A) ……………..….… (2.6)
Keterangan:
FF =Free Float ES =Early Start EF =Early Finish
Driving Relationship adalah hubungan antar aktivitas, dimana aktivitas
tersebut tidak mempunyai tenggang waktu terhadap aktivitas selanjutnya atau
memiliki free float = 0. Sehingga jika aktivitas tersebut mengalami keterlambatan,
maka akan berpengaruh pada aktivitas berikutnya.
Non-Driving Relationship adalah hubungan antar aktivitas, dimana
aktivitas tersebut mempunyai tenggang waktu terhadap aktivitas selanjutnya atau
memiliki free float yang tidak sama dengan nol. Sehingga jika aktivitas tersebut
mengalami keterlambatan, maka tidak akan berpengaruh pada aktivitas
berikutnya.
Contoh Driving, Non-Driving Relationship: (Gambar 2.4)
Gambar 2.4: Driving, Non-Driving Relationship (Newitt, 2005)
Pada Gambar 2.4 driving relationship digambarkan dengan garis solid,
sedangkan non-driving relationship digambarkan dengan garis putus-putus. Dapat
dilihat bahwa hubungan aktivitas T dan S adalah driving relationship karena tidak
Universitas Kristen Petra
11
mempunyai free float (aktivitas T berakhir pada hari ke-22 dan aktivitas S mulai
pada hari ke-22). Sedangkan hubungan antara aktivitas H dan S adalah non-
driving relationship dimana aktivitas H mempunyai free float = 4 hari (aktivitas H
berakhir pada hari ke-18 dan aktivitas S mulai pada hari ke-22).
4. Forward Pass dan Backward Pass
Perhitungan jadwal dilakukan untuk mengetahui rangkaian kegiatan kritis
dan non-kritis, yang sebelumnya harus terlebih dulu menentukan Forward Pass
dan Backward Pass.
Forward Pass adalah perhitungan waktu aktivitas dengan hitungan maju.
Forward Pass dimulai dengan aktivitas yang pertama kali dimulai pada proyek,
dengan waktu paling awal (Early Start) sama dengan nol. Hasil perhitungan
Forward Pass adalah Early Start, yang berarti waktu paling cepat dari suatu
aktivitas dapat dimulai, dan Early Finish, yang berarti waktu paling cepat dari
suatu aktivitas dapat diselesaikan.
Backward Pass adalah perhitungan waktu aktivitas dengan perhitungan
mundur. Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau tanggal
paling akhir untuk dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan, tanpa
menunda kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan dari hasil
perhitungan Forward Pass. Hasil perhitungan Backward Pass adalah Late Start,
yang berarti waktu paling lambat dari suatu aktivitas untuk dapat dimulai, dan
Late Finish, yang berarti waktu paling lambat dari suatu aktivitas untuk dapat
diselesaikan.
Setelah perhitungan Forward Pass dan Backward Pass, langkah
selanjutnya adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang berada pada jalur
kritis dengan terlebih dahulu menghitung dan mengidentifikasi Float. Float
adalah selisih antara Late Start dengan Early Start, atau juga selisih antara Late
Finish dengan Early Finish. Aktivitas dengan Float sama dengan nol adalah
aktivitas kritis.
Universitas Kristen Petra
12
2.3 Manajemen Sumber Daya Proyek
Selama ini yang sering ditemui adalah penjadwalan waktu proyek saja.
Sedangkan penjadwalan sumber daya proyek jarang ditemui. Penjadwalan sumber
daya tidak kalah penting dengan penjadwalan waktu proyek. Banyak proyek yang
tertunda disebabkan oleh tersendatnya persediaan sumber daya yang ada.
Sebagai contoh:
Proyek X (Gambar 2.5), dengan aktivitas pekerjaan A s/d I. Pekerjaan B
dan C sama-sama membutuhkan excavator dalam pelaksanaannya.
Solusi untuk masalah itu ada dua, yaitu : 1. memundurkan waktu aktivitas
B (non-kritis), sampai akitvitas C (kritis) selesai, atau 2. menyewa excavator satu
lagi untuk aktivitas B.
Gambar 2.5: Diagram bar-chart Proyek X (Patrick,2004)
Dapat dilihat dari Gambar 2.5 bahwa aktivitas B mempunyai float time (6
hari) untuk dapat ditunda pelaksanaannya. Ini merupakan cara yang paling efektif
daripada harus mengeluarkan dana ekstra untuk menyewa excavator lagi.
Dengan menggunakan seluruh float time dari aktivitas B, yaitu 6 hari.
Otomatis aktivitas B menjadi aktivitas kritis (float time=0).
Manajemen sumber daya dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Resource scheduling
2. Resource leveling
3. Resource allocation
Universitas Kristen Petra
13
Resource scheduling adalah tahap untuk hanya mengetahui penggunaan
dari resource selama proyek.
Resource leveling adalah tahap yang menggunakan float time dari
aktivitas-aktivitas non-kritis, mendistribusikan start dan finish mereka, dan
mengurangi atau bahkan menghilangkan konflik sumber daya yang terjadi. Disini
yang dirubah hanya aktivitas-aktivitas non-kritis, sedangkan aktivitas-aktivitas
kritis tetap. Jadi, secara keseluruhan durasi proyek tidak akan berubah. Teknik ini
digunakan biasanya untuk proyek-proyek yang waktu penyelesaiannya sudah pasti
dan tidak bisa diubah.
Resource allocation adalah tahap untuk mendistribusikan sumber daya
yang terbatas berdasarkan urutan kritis dari aktivitas-aktivitas proyek. Teknik ini
biasanya dapat menunda waktu pelaksanaan proyek.
2.3.1 Resource Scheduling
Resource scheduling adalah tahap dimana perencana hanya menghitung
kebutuhan sumber daya dalam suatu proyek. Di tahap ini, jumlah sumber daya
yang tersedia dianggap tak terbatas jumlahnya.
Seperti dapat dilihat di Gambar 2.4, bahwa resource scheduling hanya
menghitung keperluan sumber daya dalam proyek. Dapat digambarkan
menggunakan diagram bar chart, bahwa diagram berfluktuasi naik dan turun
(Gambar 2.6). Resource scheduling tidak dapat mengatur atau menyamakan level
dari bar chart tersebut.
Jika resource yang tersedia di lapangan memang tidak terbatas, tidak akan
ada masalah. Tetapi jika sumber daya tersebut terbatas, maka diperlukan cara
untuk mengatur aktivitas-aktivitas tersebut agar dapat disesuaikan dengan
persediaan sumber daya. Cara itu adalah dengan menggunakan resource leveling.
Universitas Kristen Petra
14
Gambar 2.6: Diagram resource scheduling Proyek X. (Patrick,2004)
2.3.2 Resource Leveling
Resource leveling mempunyai tujuan untuk mengurangi fluktuasi dari bar
chart yang naik-turun, tanpa menambah durasi dari waktu pelaksanaan proyek.
Penyelesaian dari masalah excavator Proyek X dari Gambar 2.3 adalah salah satu
contoh dari resource leveling.
Di resource leveling, fluktuasi naik-turun dikurangi dengan cara
mengubah start/finish dari aktivitas-aktivitas non-kritis. Seperti yang disebutkan
sebelumnya bahwa resource leveling tidak mengubah waktu durasi dari
pelaksanaan proyek. Untuk itu, asumsi dari sumber daya tak terbatas masih
berlaku di tahap ini.
Untuk lebih mudahnya, dapat dilihat kerja dari resource leveling dari
diagram dibawah ini. (Gambar 2.7).
Universitas Kristen Petra
15
Gambar 2.7: Diagram resource leveling Proyek X. (Patrick,2004)
Dapat dilihat dari gambar 2.7, bahwa resource leveling menunda aktivitas
B dan E untuk dapat meminimalkan fluktuasi naik-turun dari bar chart kebutuhan
sumber daya.
Untuk mengindikasi besar kecilnya fluktuasi dari kebutuhan sumber daya,
maka dibuat rumus untuk memudahkannya:
……………………………………………………………….... (2.7)
Keterangan:
Z = Nilai sum of squares
T = Durasi proyek
Yi = Jumlah kebutuhan sumber daya
Universitas Kristen Petra
16
Dimana contoh penggunaannya bisa dilihat di gambar 2.8.
Gambar 2.8: Contoh penggunaan rumus sum of squares. (Patrick,2004)
Dari sum of squares kedua diagram diatas dapat diketahui bahwa diagram
b mempunyai fluktuasi lebih kecil dari diagram a.
Bila dilihat kembali ke diagram resource scheduling sebelumnya (Gambar
2.6), kita dapat menghitung sum of squares-nya. Untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat di diagram bawah ini. (Gambar 2.9).
Gambar 2.9: Perhitungan sum of squares Proyek X awal. (Patrick,2004)
Universitas Kristen Petra
17
Untuk dapat melakukan resource leveling secara optimal maka ada tahap-
tahap yang harus dilakukan, yaitu:
• Mengurutkan aktivitas non-kritis menurut late start dari yang terbesar.
• Menghitung semua kemungkinan yang ada dengan menunda akitvitas-
aktivitas non-kritis tersebut.
• Mengambil kemungkinan dengan sum of squares terkecil.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari tabel dibawah ini. (Tabel 2.1).
Tabel 2.1: Tabel CPM Proyek X. (Patrick,2004)
Urutan aktivitas non-kritis berdasarkan late start terbesar adalah: I, E, G, B, D.
Jadi, langkah kedua adalah membuat tabel kemungkinan yang ada (Tabel 2.2).
Tabel 2.2: Tabel sumber daya Proyek X. (Patrick,2004)
Universitas Kristen Petra
18
Berdasarlan Tabel 2.2 dapat dibuat bar chart Proyek X setelah mengalami
resource leveling. (Gambar 2.10).
Gambar 2.10: Bar chart Proyek X setelah leveling. (Patrick, 2004)
Perbedaannya dapat dilihat dibawah ini: (Gambar 2.11)
Gambar 2.11: Bar chart perbedaan sebelum dan sesudah leveling. (Patrick, 2004)
Universitas Kristen Petra
19
2.3.3 Resource Allocation
Setelah dua tahap di depan mengasumsi bahwa mempunyai sumber daya
tak terbatas. Tahap terakhir ini menganggap bahwa sumber daya tersebut
mempunyai limit yang spesifik (misal:7 unit/day).
Tahap-tahap yang harus dilakukan di resource allocation adalah:
• Mengurutkan semua aktivitas dari late start terkecil.
• Membuat jadwal baru dengan urutan prioritas penjadwalan sesuai dengan
tahap pertama.
Sebagai contoh: Resource allocation Proyek X, yang mempunyai urutan akivitas
dengan late start terkecil yaitu: A, C, D, B dan F (Sama), G, E, H, I, J. (Gambar
2.12).
Gambar 2.12: Bar chart resource allocation Proyek X