Download - 2. Pmp Ppkn Smp Allson 1juni2014
-
-217-
II. PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu muatan kurikulum pendidikan dasar dan menengah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 2,
Pasal 3, dan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasan Pasal 37 ... dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air. Berdasarkan rumusan tersebut, telah dikembangkan Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) yang diharapkan dapat menjadi wahana edukatif dalam mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila,
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mengakomodasikan perkembangan baru dan perwujudan
pendidikan sebagai proses pencerdasan kehidupan bangsa dalam arti utuh dan luas, maka substansi dan nama mata pelajaran yang sebelumnya
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dikemas dalam Kurikulum 2013 menjadi mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Seluruh ketentuan yang berkaitan dengan Kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, secara utuh bersama mata
pelajaran lainnya, sudah dimuat dalam semua ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) turunan dari Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Ketentuan tersebut berkaitan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD),
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, Silabus, Buku Teks Siswa dan Buku Pedoman Guru, serta Pedoman Implementasi Kurikulum. Dengan
kata lain tentang apa, mengapa, dan bagaimana mata pelajaran PPKn secara imperatif berkedudukan dan berfungsi dalam konteks sistem pendidikan dan kurikulum secara nasional sudah didukung dengan
regulasi yang sangat lengkap.
Namun demikian, dalam konteks kurikulum sebagai realita proses
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, yakni kurikulum sebagai kenyataan yang harus terjadi sebagai proses belajar peserta didik dan proses pembelajaran guru, masih dirasakan perlu adanya buku pedoman
yang operasional dan utuh bagi para guru PPKn sehari-hari. Untuk itulah dikembangkan Buku Pedoman Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini.
Selain itu, buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi bagi para pendidik dalam merencanakan, mengembangkan, dan
melaksanakan proses pembelajaran berbasis proses keilmuan (scientific approach) serta penilaian otentik (authentic assessment) pada mata pelajaran PPKn serta pentingnya perubahan cara pandang (mindset) para guru PPKn dalam pembelajaran PPKn Kurikulum 2013.
-
-218-
B. Tujuan
Buku Pedoman ini dimaksudkan untuk memfasilitasi para Guru PPKn dalam;
1. membangun persepsi dan sikap positif terhadap mata pelajaran PPKn sesuai dengan ide, regulasi, karakteristik psikologis-pedagogis, dan fungsinya dalam konteks sistem pendidikan nasional;
2. memahami secara utuh dan menyeluruh karakteristik PPKn Kurikulum 2013 sebagai landasan membangun pola sikap dan pola prilaku
profesional sebagai guru PPKn; 3. memfasilitasi tumbuhnya kesejawatan (kolegialisme) guru PPKn untuk
mewujudkan pembelajaran PPKn dan pengembangan budaya
kewarganegaraan di lingkungan satuan pendidikan dan lingkungan sosial-Budayaal peserta didik; dan
4. mengembangkan diri sebagai guru PPKn yang profesional dan dinamis dalam menyikapi dan memecahkan masalah-masalah praktis terkait visi dan missi PPKn di lingkungan satuan pendidikan.
C. Ruang Lingkup
Buku Pedoman Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
ini secara garis besar terdiri atas sembilan bab yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Karakteristik Mata Pelajaran PPKn, Bab III Kurikulum 2013 Mata
Pelajaran PPKn, Bab IV Desain Pembelajaran, Bab V Model Pembelajaran, Bab VI Penilaian Otentik, Bab VII Media dan Sumber Belajar, Bab VIII Guru sebagai Pengembang Budaya Sekolah, Bab IX Penutup.
Secara lebih terinci, ruang lingkup Buku Pedoman Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai berikut. Bab I
Pendahuluan, menguraikan latar belakang mengapa ada buku pedoman ini, mengapa pedoman ini diperlukan, operasional antara dokumen kurikulum, buku teks pelajaran/siswa dan buku pedoman guru,
penekanan pada perubahan kurikulum 2013 sehingga perlu perubahan mindset dan praktikal dalam pola mengajar. Dalam Bab I juga menguraikan tentang tujuan buku pedoman, ruang lingkup buku pedoman
dan sasaran pengguna buku pedoman ini.
Bab II Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, menguraikan rasional mengapa mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ada dan penting serta relevansinya dengan konteks sekarang. Di dalam bab ini juga memuat
rasional, tujuan, dan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Bab III Kurikulum 2013 Mata Pelajaran PPKn, menguraikan tentang alur pengembangan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) SMP/MTs.
Bab IV Desain Pembelajaran, menguraikan tentang kerangka pembelajaran,
pendekatan pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran serta rancangan pembelajaran aspek pengetahuan, keterampilan, dan menumbuhkan aspek sikap serta kaitan antara KD pada KI 3 dan 4
dengan KD pada KI 1 dan 2. Materi pembelajaran yang ada di KI 3 dan praktik di KI 4 (pembelajaran langsung), pembentukan sikap dan
penanaman nilai ada di KI 1 dan 2 (pembelajaran tidak langsung). Dalam bab ini juga menguraikan tentang pendekatan pembelajaran melalui alur proses lima tahap pembelajaran.
Bab V Model Pembelajaran, menguraikan tentang macam-macam model pembelajaran (karakteristik masing-masing model pembelajaran). Bab ini
-
-219-
juga menguraikan tentang pemilihan model dan keterkaitan materi dan model pembelajaran.
Bab VI Penilaian Otentik, menguraikan tentang strategi dasar penilaian
PPKn, teknik dan bentuk penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan dan pelaksanakan penilaian serta pelaporan hasil belajar.
Bab VII Media dan Sumber Belajar, menguraikan tentang Media belajar
PPKnsebagai praktek, alat atau saluran yang digunakan serta sumber belajar PPKn (referensi seperti perpustakaan, masyarakat, kelompok
sasaran tertentu yang akan diadakan perubahan pemitraan.
Bab VIII Guru Sebagai Pengembang Budaya sekolah, menguraikan tentang Budaya sekolah sebagai aktivitas belajar, peran guru mengembangkan
sekolah sebagai aktivitas belajar, menampilkan figur atau sosok guru sebagai multi fungsi dan keteladanan. Selain itu juga menguraikan tentang
guru melakukan kerjasama antara guru sesama mata pelajaran, dengan guru mata pelajaran lain, guru dengan siswa, guru dengan orang tua dan guru dengan masyarakat.
Bab IX Penutup, menguraikan tentang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk satu Indonesia; Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan kiprah kekinian dan ke masa depan.
D. Sasaran
Buku Pedoman Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini disusun untuk kepentingan: Guru PPKn, kepala sekolah, Pengawas, Dinas Pendidikan, Orang Tua dan pemangku kepentingan (Stake Holder) lainnya dalam rangka kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
1) Memberikan pemahaman tentang:
- latar belakang mata pelajaran PPKn - misi mata pelajaran PPKn
- substansi mata pelajaran PPKn - karakteristik mata pelajaran PPKn - strategi pembelajaran scientifik, dan
- penilaian otentik mata pelajaran PPKn
2) Meningkatkan kemampuan: - beradaptasi dengan tuntutan PPKn; - melaksanakan sistem pembelajaran dan penilaian PPKn secara
tepat; - mengoptimalkan pemanfaatan media, alat, dan sumber belajar
PPKn; - memelihara dan meningkatkan profesionalitas sebagai guru PPKn - membangun manajemen yang mendukung sistem pembelajaran dan
penilaian PPKn secara tepat.
3) Menjadi acuan dalam:
- merumuskan indikator pencapaian kompetensi dari Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan kondisi, kebutuhan,
kapasitas, karakteristik dan sosial budaya daerah, sekolah/satuan pendidikan dan peserta didik;
- merancang pembelajaran dari KI dan KD serta silabus ke dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar secara lebih inovatif, kreatif, efektif, efisien dan sesuai dengan kebutuhan,
kapasitas, karakteristik dan sosial budaya daerah, sekolah/satuan pendidikan dan peserta didik;
-
-220-
- mengembangkan dan memanfaatkan sumber belajar lebih kreatif, inovatif, efektif, efisien, dan konstekstual sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik serta kondisi sosial budaya daerah.
-
-221-
BAB II KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn)
A. Rasional
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan
mata pelajaran penyempurnaan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang semula dikenal dalam Kurikulum 2006.
Penyempurnaan tersebut dilakukan atas dasar pertimbangan: (1) Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa diperankan dan dimaknai sebagai entitas inti yang menjadi sumber rujukan dan kriteria
keberhasilan pencapaian tingkat kompetensi dan pengorganisasian dari keseluruhan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan; (2) substansi dan jiwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia ditempatkan sebagai
bagian integral dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang menjadi wahana psikologis-pedagogis pembangunan warganegara Indonesia yang berkarakter Pancasila.
Perubahan tersebut didasarkan pada sejumlah masukan penyempurnaan pembelajaran PKn menjadi PPKn yang mengemuka dalam lima tahun
terakhir, antara lain: (1) secara substansial, PKn terkesan lebih dominan bermuatan ketatanegaraan sehingga muatan nilai dan moral Pancasila kurang mendapat aksentuasi yang proporsional; (2) secara metodologis,
ada kecenderungan pembelajaran yang mengutamakan pengembangan ranah sikap (afektif), ranah pengetahuan (kognitif), pengembangan ranah
keterampilan (psikomotorik) belum dikembangkan secara optimal dan utuh (koheren).
Selain itu, melalui penyempurnaan PKn menjadi PPKn tersebut terkandung
gagasan dan harapan untuk menjadikan PPKn sebagai salah satu mata pelajaran yang mampu memberikan kontribusi dalam solusi atas berbagai krisis yang melanda Indonesia, terutama krisis multidimensional. PPKn
sebagai mata pelajaran yang memiliki misi mengembangkan keadaban Pancasila, diharapkan mampu membudayakan dan memberdayakan
peserta didik agar menjadi warganegara yang cerdas dan baik serta menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia di masa depan yang amanah, jujur, cerdas, dan bertanggungjawab.
Bertolak dari berbagai kajian secara filosofis, sosiologis, yuridis, dan paedagogis, mata pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013, secara utuh
memiliki karakteristik sebagai berikut. 1) Nama mata pelajaran yang semula Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
telah diubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn); 2) Mata pelajaran PPKn berfungsi sebagai mata pelajaran yang memiliki
misi pengokohan kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter;
3) Kompetensi Dasar (KD) PPKn dalam bingkai kompetensi inti (KI) yang secara psikologis-pedagogis menjadi pengintergrasi kompetensi peserta
didik secara utuh dan koheren dengan penanaman, pengembangan, dan/atau penguatan nilai dan moral Pancasila; nilai dan norma UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; nilai dan semangat Bhinneka
Tunggal Ika; serta wawasan dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4) Pendekatan pembelajaran berbasis proses keilmuan (scientific approach) yang dipersyaratkan dalam kurilukum 2013 memusatkan perhatian
-
-222-
pada proses pembangunan pengetahuan (KI-3, keterampilan (KI4), sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2) melalui transformasi pengalaman empirik dan pemaknaan konseptual. Pendekatan tesebut memiliki
langkah generik sebagai berikut: a. Mengamati (observing), b. Menanya (questioning), c. Mengumpulkan Informasi (exploring), d. Menalar/mengasosiasi (associating) e. Mengomunikasikan (communicating) Pada setiap langkah dapat diterapkan model pembelajaran yang lebih spesifik, misalnya:
untuk mengamati antara lain dapat menggunakan model menyimak
dengan penuh perhatian;
untuk menanya antara lain dapat menggunakan model bertanya
dialektis/mendalam;
untuk mengumpulkan informasi antara lain dapat menggunakan
kajian dokumen historis;
untuk menalar/mengasosiasi antara lain dapat menggunakan model
diskusi peristiwa publik;
untuk mengomunikasikan antara lain dapat menggunakan model
presentasi gagasan di depan publik (public hearing).
Dalam konteks lain, misalnya model yang diterapkan berupa model
project seperti Proyek Belajar Kewarganegaraan yang menuntut aktivitas yang kompleks waktu dan panjang dan kompetensi yang lebih luas
kelima langkah generik diatas dapat diterapkan secara adaptif pada model tersebut.
5) Model pembelajaran dikembangkan sesuai dengan karakteristik PPKn
secara holistik/utuh dalam rangka peningkatan kualitas belajar dan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan karakter peserta didik sebagai warganegara yang cerdas dan baik secara utuh dalam
proses pembelajaran otentik (authentic instructional and authentic learning) dalam bingkai integrasi Kompetensi Inti sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Serta model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik bersikap dan berpikir ilmiah (scientific) yaitu pembelajaran yang
mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
6) Model Penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar PPKn menggunakan penilaian otentik (authentic assesment). Penilaian otentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian otentik cenderung fokus pada tugas-tugas
kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih otentik.
B. Tujuan
Sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 2013 penjelasan pasal 77 J ayat (1)
huruf ditegaskan bahwan Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila,
kesadaran berkonstitusi Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-
-223-
Secara umum tujuan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah mengembangkan potensi peserta didik dalam seluruh dimensi
kewarganegaraan, yakni: (1) sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen dan tanggung jawab kewarganegaraan (civic confidence, civic committment, and civic responsibility); (2) pengetahuan kewarganegaraan; (3) keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi kewarganegaraan (civic competence and civic responsibility).
Secara khusus Tujuan PPKn yang berisikan keseluruhan dimensi tersebut sehingga peserta didik mampu:
1) menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial;
2) memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif dan
pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
4) berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial Budayaal.
C. Ruang Lingkup
Dengan perubahan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), maka ruang
lingkup PPKn meliputi:
1) Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa
2) UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis yang menjadi landasan
konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
3) Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final bentuk
Negara Republik Indonesia
4) Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan yang melandasi dan mewarnai keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara Dengan demikian PPKn lebih memiliki kedudukan dan fungsi sebagai berikut:
1) PPKn merupakan pendidikan nilai, moral/karakter, dan kewarganegaraan khas Indonesia yang tidak sama sebangun dengan
civic education di USA, citizenship education di UK, talimatul muwatanah di negara-negara Timur Tengah, education civicas di Amerika Latin.
2) PPKn sebagai wahana pendidikan nilai, moral/karakter Pancasila dan
pengembangan kapasitas psikososial kewarganegaraan Indonesia sangat koheren (runut dan terpadu) dengan komitmen pengembangan
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dan perwujudan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab sebagaimana termaktub dalam Pasal 3 UU No.20 Tahun 2003.
-
-224-
BAB III KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn)
Permendikbud tentang Standar Isi memuat kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik,
kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.
Dalam usaha mencapai Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah ditetapkan untuk setiap satuan dan jenjang pendidikan, penguasaan kompetensi lulusan dikelompokkan menjadi beberapa Tingkat Kompetensi.
Tingkat kompetensi menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kompetensi lulusan yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang bersifat
generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap tingkat kelas dalam rangka pencapaian Standar Kompetensi Lulusan. Tingkat Kompetensi terdiri
atas 8 (delapan) jenjang yang harus dicapai oleh peserta didik secara bertahap dan berkesinambungan. Berdasarkan Tingkat Kompetensi tersebut ditetapkan Kompetensi yang bersifat generik yang selanjutnya digunakan sebagai acuan
dalam mengembangkan Kompetensi yang bersifat spesifik dan ruang lingkup materi untuk setiap muatan kurikulum. Secara
hirarkis, kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan untuk menetapkan Kompetensi yang bersifat generik pada tiap Tingkat Kompetensi. Kompetensi yang bersifat generik ini kemudian digunakan untuk menentukan kompetensi
yang bersifat spesifik untuk tiap muatan kurikulum. Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan untuk menentukan Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum satuan dan jenjang pendidikan.
Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual
dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan
nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4 (empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan.
Setiap Tingkat Kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses pembelajaran dan penilaian. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran dan
penilaian pada tingkat yang sama memiliki karakteristik yang relatif sama dan memungkinkan terjadinya akselerasi belajar dalam 1 (satu) Tingkat Kompetensi. Selain itu, untuk Tingkat Kompetensi yang berbeda menuntut
pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan penekanan yang berbeda pula. Semakin tinggi Tingkat Kompetensi, semakin kompleks intensitas pengalaman
belajar peserta didik dan proses pembelajaran serta penilaian.
Kompetensi dalam setiap tingkat kompetensi akan menjadi Kompetensi Inti pada setiap kelas atau program. Kompetensi Inti merupakan tingkat
-
-225-
kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan Kompetensi Dasar. Kompetensi inti dirancang seiring
dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai
berikut: 1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1;
2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2; 3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI-3; dan 4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4.
Pengorganisasi ruang lingkup materi PPKn dikembangkan sesuai dengan prinsip mendalam dan meluas, mulai dari jenjang SD/MI sampai dengan
jenjang SMA/MA/SMK. Prinsip mendalam berarti materi PPKn dikembangkan dengan materi pembelajaran sama, namun semakin tinggi tingkat kelas atau jenjang semakin mendalam pembahasan materi. Prinsip meluas berarti
lingkungan materi dari keluarga, teman pergaulan, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara, serta pergaulan duia. Kedalaman dan keluasan materi dapat dilihat dari rumusan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang
merupakan gradasi setiap kompetensi, yaitu : 1. Pengembangan KI dan KD ranah sikap jenjang SD/MI pada kemampuan
menerima dan menjalankan, pada jenjang SMP/MTs kemampuan menghargai dan menghayati, dan jenjang SMA/SMK kemampuan menghayati dan mengamalkan.
2. Pengembangan KI dan KD ranah pengetahuan jenjang SD/MI pada kemampuan mengetahui , pada jenjang SMP/MTs kemampuan
memahami dan menerapkan, dan jenjang SMA/SMK kemampuan memahami, menganalisa dan mengevaluasi.
3. Pengembangan KI dan KD ranah keterampilan jenjang SD/MI pada
kemampuan mengamati dan menanya; pada jenjang SMP/MTs kemampuan mencoba, menyaji dan menalar; dan jenjang SMA/SMK kemampuan menyaji.
4. Ruang lingkup pengetahuan Jenjang SD pada pengetahuan faktual dan konsep; jenjang SMP pengetahuan faktual, konsep, dan prosedur; dan
jenjang SMA pengetahuan faktua, konsep, prosedur dan metakognitif (teori).
5. Lingkungan pengembangan pengetahuan pada jenjang SD pada keluarga
dan teman bermian; jenajng SMP pada sekolah dan pergaulan sabaya; jenjang SMA pada bangsa dan negara serta pergaulan dunia
-
-226-
Gradasi kedalaman dan keluasan materi ini perlu dipahami oleh guru agar pengembangan materi pembelajaran dan pembelajaran tidak salaing tumpang tindih antarjenjang.
DOMAIN ELEMEN SD SMP SMA - SMK
SIKAP
Proses Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan
Individu
BERIMAN, BERAKHLAK MULIA (JUJUR, DISIPLIN, TANGGUNG JAWAB, PEDULI,
SANTUN), RASA INGIN TAHU, ESTETIKA, PERCAYA DIRI, MOTIVASI INTERNAL
Sosial TOLERANSI, GOTONG ROYONG, KERJASAMA, DAN MUSYAWARAH
Alam POLA HIDUP SEHAT, RAMAH LINGKUNGAN, PATRIOTIK, DAN CINTA PERDAMAIAN
PENGE-TAHUAN
Proses Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi
Obyek ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI, DAN BUDAYA
Subyek MANUSIA, BANGSA, NEGARA, TANAH AIR, DAN DUNIA
KETERAM-PILAN
Proses Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta
Abstrak MEMBACA, MENULIS, MENGHITUNG, MENGGAMBAR, MENGARANG
Konkret MENGGUNAKAN, MENGURAI, MERANGKAI, MEMODIFIKASI, MEMBUAT, MENCIPTA
Lingkup Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi PPKn di SMP/MTs
Sesuai dengan Permendikbud tentang Standar isi dijelaskan bahwa tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi PPKn pada SMP/MTs/SMPLB/PAKET B sebagai berikut :
Tingkat Kompetensi
Tingkat Kelas
Kompetensi Ruang Lingkup Materi
4 VII - VIII
Menjelaskan komitmen para pendiri Negara
dalam merumuskan dan menetapkan
Pancasila
Menganalisis
proses pengesahan Undang-Undang
Komitmen para pendiri Negara
dalam merumuskan dan menetapkan Pancasila
Proses perumusan
dan pengesahan Undang- Undang
Dasar Negara
-
-227-
Tingkat Kompetensi
Tingkat Kelas
Kompetensi Ruang Lingkup Materi
Dasar Republik Indonesia tahun
1945
Menunjukkan
sikap toleransi dalam makna
keberagaman dalam bingkai Bhinneka Tunggal
Ika
Menjelaskan
karakteristik daerah tempat tinggalnya dalam
kerangka NKRI
Menunjukkan
perilaku menghargai dengan
dasar: moral, norma, prinsip dan spirit
kewarganegaraan
Republik Indonesia Tahun 1945
Norma hukum dan kepatutan yang
berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara
Harmoni keutuhan
wilayah dan kehidupan dalam
konteks NKRI
Makna
keberagaman suku, agama, ras, budaya,
dan gender dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
4 A IX Menunjukkan sikap dalam dinamika
perwujudan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari secara individual dan
kolektif
Menganalisis nilai
dan moral yang terkandung dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945
Menjelaskan
masalah yang muncul terkait
keberagaman masyarakat dan
cara pemecahannya
Menerapkan
perilaku kewarganegaraan
berdasarkan prinsip saling
Dinamika perwujudan nilai
dan moral Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari
Esensi nilai dan
moral Pancasila dalam Pembukaan
Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Makna ketentuan
hukum yang berlaku dalam perwujudan
kedamaian dan keadilan
Semangat persatuan dan
kesatuan dalam keberagaman masyarakat
Aspek-aspek pengokohan NKRI
-
-228-
Tingkat Kompetensi
Tingkat Kelas
Kompetensi Ruang Lingkup Materi
menghormati, dan menghargai dalam
rangka pengokohan NKRI
Menghargai dan menghayati dengan
dasar: kesadaran nilai, moral, norma, prinsip dan spirit
keseluruhan entitas kehidupan kebangsaan
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar jenjang SMP/MTs/SMPLB/ Paket B
sesuai dengan Permendikbud sebagaimana tercantum dalam lampiran 1.
-
-229-
BAB IV DESAIN PEMBELAJARAN PPKn
Desain pembelajaran pada matapelajaran PPKn menguraikan keterkaitan antara Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, dan Tujuan Pembelajaran.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses,
standar penilai pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan standar pendidikan yang
diharapkan dimiliki oleh semua peserta didik berdasarkan tingkatan pendidikannya, seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SKL terdiri dari 3 ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap mencakup 4 (empat) elemen yaitu proses, individu, sosial, dan alam.
Ranah pengetahuan mencakup 3 (tiga) elemen yaitu proses, obyek, dan subyek, sedangkan ranah keterampilan terbagi 3 (tiga) elemen yaitu proses, abstrak, dan kongkrit. Setiap elemen digunakan kata-kata operasional yang
berbeda, (lihat Bab III di atas). Selanjutnya SKL diterjemahkan kedalam Kompetensi Inti yang berada dibawahnya.
Kompetensi inti (KI) merupakan standar penilaian yang harus dimiliki secara berbeda pada setiap tingkatan dan kelas. KI merupakan komponen penilaian yang akan dapat mengejahwantahkan/mewujudkan isi dari SKL. Isi KI harus
mencerminkan harapan dari SKL. Kompetensi inti (KI) terdiri dari KI-1 sampai dengan KI-4. Rumusan setiap KI berbeda sesuai dengan aspeknya (lihat Bab III
di atas). Untuk mencapai kemampuan yang terdapat di dalam Kompetensi inti (KI) perlu diterjemahkan kedalam Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan aspek pada setiap KI.
Kompetensi dasar (KD) merupakan penjabaran dari komponen yang ada didalam Kompetensi Inti (KI), yang berisi berbagai materi pembelajaran yang secara langsung akan dapat diterapkan guru di sekolah. KD digunakan
sebagai dasar untuk menyusun indikator dan tujuan pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Indikator dan tujuan pembelajaran
merupakan komponen yang harus ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Indikator adalah penanda perilaku (sikap, pengetahuan dan keterampilan)
terkait isi yang akan digunakan guru sebagai landasan pembelajaran. Indikator dalam RPP harus dirumuskan dengan jelas dan disusun dalam
urutan yang logis untuk mencapai penguasaan kompetensi.
Tujuan pembelajaran merupakan fokus utama perubahan perilaku dalam
proses penguasaan kompetensi yang dikembangkan dalam proses pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang telah dicanangkan. Oleh karena itu, keterkaitan antara SKL, KI, KD, indikator, dan
tujuan pembelajaran sangatlah penting untuk memastikan bahwa RPP tersebut dapat memfasilitasi guru untuk mewujudkan pembelajaran dan
belajar otentik serta pada gilirannya dapat ditakar dengan menggunakan penilaian otentik.
A. Kerangka Pembelajaran
Pengembangan desain pembelajaran, harus memperhatikan prinsip-prinsip dan langkah pembuatan kerangka pembelajaran yang mengkaitkan prinsip penguasan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersifat
-
-230-
holistik. Pembelajaran dimulai dari membangun interaksi proses penguasaan pengetahuan dan keterampilan secara interaktif yang berimplikasi pada tumbuhnya dampak pembelajaran yang bersifat afektif.
Keterkaitan antar KD dalam KI-3 dan KI-4 bertujuan untuk menjamin terjadinya proses penguasaan kompetensi pengetahuan dan keterampilan secara utuh yakni pengetahuan yang berbuah keterampilan atau
keterampilan yang menghasilkan pengetahuan sebagai wujud dari dampak pembelajaran. Interaksi KI-3 dan KI-4 ini dimaksudkan untuk melahirkan
dampak pengiring tumbuhnya sikap spiritual dan sosial dalam diri peserta didik.
Penguasaan pengetahuan diperoleh peserta didik secara langsung dan/atau
tidak langsung. Pembelajaran langsung dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu di dalam kelas dan di luar kelas. Jika pembelajaran langsung yang
disampaikan di dalam kelas maka pembuatan kerangka pembelajaran harus memperhatikan keterkaitan antara KD dengan KI-3. Tujuannya agar peserta didik dapat memperoleh pemahaman pengetahuan secara faktual,
konseptual, dan prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Dalamhal ini, peserta didik akan memiliki wawasan pengetahuan yang
luas melalui paparan materi yang difasilitasi oleh guru di dalam kelas. Peserta didik juga diharapkan memiliki kemampuan dan wawasan
pengetahuan yang lebih luas dengan mengalaminya secara langsung di lingkungan masyarakat. Untuk itu peserta didik difasilitasi untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran secara langsung di luar kelas.
Untuk mendukung kegiatan tersebut, guru perlu mengembangkan kerangka pembelajaran yang mengkaitkan antara KD dengan KI-4. Tujuannya agar
peserta didik dapat mengalami proses belajar melalui kegiatan: mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret. Peserta didik difasilitasi untuk dapat menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat
dan ranah abstrak. Selain itu peserta didik juga difasilitasi untuk dapat menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang sesuai yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama berdasarkan rasa ingin
tahunya. Bidang-bidang yang perlu diketahuinya antara lain tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian. Peserta didik difasilitasi juga untuk dapat menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya guna memecahkan masalah. Dalam hal ini, peserta didik memperoleh pengetahuan secara langsung dari
narasumber yang ada di masyarakat.
Pengembangan kerangka pembelajaran bertujuan juga untuk memfasilitasi pembelajaran secara tidak langsung, sehingga kerangka pembelajaran harus
dikelola sedemikian rupa. Proses belajar yang tercipta dari keterkaitan KI-3 dan KI-4 dapat memberikan dampak pengiring (nurturant effect) tumbuhnya
sikap spiritual yang dimaksud dalam KI-1 dan sikap sosial dalam KI-2. Penguasaan kompetensi KI-3 dan KI-4 serta dampak pengiring sebagaimana dimaksud dalam KI-1 dan KI-2, maka akan tercapai secara utuh kompetensi
integrasi KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4 (utuh menyeluruh). Oleh karena PPKn merupakan mata pelajaran yang bermuatan nilai dan moral, dimana kandungan KI-3 dan KI-4 sudah bermuatan nilai dan moral
dalam dimensi pengetahuan dan keterampilan, maka pembelajaran langsung KI-3 dan KI-4 secara otomatis akan menjadi dampak pengiring
terhadap KI-1 dan KI-2.
-
-231-
Hubungan KD dari KI-3 dan KI-4 dengan KD dari KI-1 dan KI-2 (dimensi sikap spiritual dan sikap sosial) tidaklah linier, artinya tidak selalu berhubungan langsung. Hakikat sikap spiritual dan sosial dalam PPKn
adalah kesadaran dan sikap yang terkait pada nilai dan moral kandungan empat pilar kebangsaan yang harus dilihat secara utuh (holistik). Oleh karena itu, dampak pengiring dari KI-3 dan KI-4 tidak selamanya
berhubungan langsung dengan setiap pilar kebangsaan secara sendiri-sendiri (parsial). Pengaitan dimensi pengetahuan dan keterampilan dengan
dimensi spiritual dan sosial yang terkandung dalam empat pilar kebangsaan harus dilakukan secara kontekstual sesuai dengan hakikat pengetahuan dan/atau keterampilan itu sendiri. Dalam konteks ini, guru PPKn
diharapkan mampu menggunakan seni mengajarnya (art of teaching) untuk melakukan pengambilan keputusan transacsional (seketika) pada saat pembelajaran berlangsung di kelas.
Pembentukan sikap spiritual dan sikap sosial tidak terlepas dari penguasaan
dimensi pengetahuan dan keterampilan. Secara teoritik tentang teori sikap dijelaskan entitas sikap mempunyai tiga elemen yaitu cognition (pengetahuan), feeling (perasaan) and action tendencies (kecenderungan berbuat). Oleh karena itu, pembentukan sikap harus dimulai dengan penanaman pengetahuan, perasaan dan kecenderungan berbuat, sehingga
pada tahap itu keterampilan dapat dilihat. Pembentukan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2 dapat dilakukan secara tidak langsung sebagai dampak pengiring maupun secara langsung
sebagai dampak instruksional yang kedua-duanya dapat dilakukan, baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Melalui pembinaan keterkaitan KI-1, KI-
2, KI-3 dan KI-4 peserta didik diharapkan dapat menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta memiliki sikap sosial yang berkembang sebagai dampak pengiring dari penguasan pengetahuan dan
keterampilan.
Keutuhan pembelajaran yang mengembangkan kompetensi yang terkandung dalam KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4 diharapkan berdampak terhadap
kepribadian peserta didik yang mencerminkan sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia dalam kehidupan di
sekolah dan masyarakat.
Penanaman nilai sosial pada diri para peserta didik sebagaimana diamanatkan pada KI-2 diharapkan menumbuhkan sikap menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Oleh karena itu, kerangka pembelajaran yang dibuat harus selalu mengkaitkan antara KD dalam KI-1 dan KI-2 dengan KD dalam KI-3 dan KI-
4. Dengan demikian, didalam diri peserta didik akan tertanam nilai-nilai seperti; menghayati nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; menghayati nilai-nilai yang
terkandung dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam berbagai aspek kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta hukum;
mengamalkan sikap toleransi antarumat beragama dan kepercayaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; mengamalkan perilaku toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara Indonesia; mengamalkan nilai dan budaya demokrasi dengan mengutamakan prinsip musyawarah mufakat dalam
-
-232-
kehidupan sehari-hari dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Akhirnya dalam diri peserta didik akan terinternalisasi (tertanam) nilai-nilai
keadaban Pancasila melalui pembentukan karakter baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaat berbagai sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran guna pembentukan sikap dan penanaman
nilai dan moral Pancasila dan pilar kebangsaan lainnya dalam mata pelajaran PPKn diharapkan dapat tercapai.
B. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran yang memusatkan perhatian pada proses pembangunan pengetahuan, keterampilan, sikap spiritual dan sikap sosial melalui transformasi pengalaman empirik dan pemaknaan konseptual
terhadap sumber nilai, instrumentasi dan fraksis nilai dan moral yang bersumber dari empat pilar kebangsaan. Untuk itu perlu dikembangkan berbagai variasi kegiatan belajar dan pembelajaran yang menekankan pada
hal-hal antara lain sebagai berikut: - Meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder) terkait hal-hal baik yang bersifat empirik maupun konseptual;
- Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation) dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya yang bersifat kasat mata tetapi juga yang syarat makna;
- Melakukan analisis (Push for analysis) untuk mendapatkan keyakinan nilai dan moral yang berujung pada pemilikan karakter tertentu dan
- Berkomunikasi (Require communication), baik yang bersifat intrapersonal (berkomunikasi dalam dirinya) / kontemplasi maupun interpersonal mengenai hal yang terpikirkan maupun yang bersifat meta kognitif.
Penerapan pendekatan pembelajaran berbasis proses keilmuan tersbut
diatas secara operasional dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pengamatan (Observing): Guru merancang pembelajaran
yang menuntut siswa melakukan pengamatan seperti: pergi ke
tempat-tempat bersejarah, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan dari obyek yang
diamati. Atau mengakses dokumen berbagai sumber dari berbagai cara
Dalam tahap ini guru mengarahkan siswa untuk dapat
membuat pertanyaan atas obyek yang diamati dan sekaligus dapat membuat item wawancara.
Mengamati (Observing) : Melakukan pengamatan ke
tempat-tempat bersejarah dengan observasi dan survey, atau
mengakses dokumen berbagai sumber sehingga diperoleh data hasil pengamatan yang dapat
merangsang anak untuk mengajukan pertanyaan. .
Menanya (Questioning) : Guru memfasilitasi siswa agar
berani dan mampu mengajukan berbagai pertanyaan tentang
fokus pembelajaran dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Menanya (Questioning) : Siswa mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dari yang faktual sampai hal yang bersifat hipotetik
atas obyek pengamatannya. Pertanyaan tersebut digunakan untuk menggali informasi
-
-233-
sebanyak-banyaknya.
Pengumpulan Informasi
(Experimenting): Guru merancang kegiatan mengumpulkan data atas obyek
pengamatannya berupa benda, dokumen, buku, atau melakukan
uji coba yang dapat memantu siswa selama proses pembelajaran
Mengumpulkan Informasi
(Experimenting): Siswa melakukan pengumpulan data dari sumber berupa benda,
dokumen, buku, atau melakukan uji coba dalam konteks tertentu.
Pengumpulan data tesebut dilakukan secara individul atau kelompok di dalam atau di luar
kelas yang dimaksudkan untuk rangsangan dalam melakukan
proses penalaran
Pengasosiasian (Associating): Guru merancang situasi dan kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan oleh peserta didik
dalam melakukan kegiatan berbagai proses penalaran dalam rangka menarik kesimpulan dari
tingkat sederhana sampai tingkat yang kompleks (pre struktural
sampai tingkat abstrak yang diperluas)
Mengasosiasi (Associating) : Siswa melakukan berbagai kegiatan penalaran yang terkait obyek penalaran dengan cara
membangun argumen yang jelas berdasarkan data yang diperolehnya dengan penuh
tanggungjawab. Dengan difasilitasi guru dan
pemanfaatan sumber daya yang tersedia, siswa berusaha untuk mengembangkan pemikiran yang
optimal sebagai landasan untuk mengomunikasikan gagasannya
dalam konteks yang lebih luas
Mengomunikasikan (Communicating): Guru merancang agar siswa dapat menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya
Mengomunikasikan (Communicating): Melakukan pembuatan laporan hasil konseptualisasi dalam
bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya
C. Strategi dan Metode Pembelajaran
Dalam pembelajaran PPKn perlu dipahami hubungan konseptual dan fungsional strategi serta metode pembelajaran dengan pendekatan dan model pembelajaran. Pendekatan dimaknai sebagai cara
menyikapi/melihat (a way of viewing). Strategi dimaknai sebagai cara mencapai tujuan dengan sukses (a way of winning the game atau a way of achieving of objectif). Metode adalah cara menangani sesuatu (a way of dealing). Sedangkan teknik dimaknai sebagai cara memperlakukan
sesuatu (a way creating something). Dilain pihak model adalah kerangka yang berisikan langkah-langkah/urut-urutan kegiatan/sintakmatik yang
secara operasional perlu dilakukan oleh guru dan siswa.
Secara umum strategi pembelajaran dalam PPKn yang dimaksudkan untuk memfasilitasi siswa dalam menguasai kompetensi secara utuh (KI-3,
KI-4, KI-2, KI-1) secara utuh melalui pembelajaran yang bersifat otentik.
Pembelajaran PPKn dapat menggunakan strategi dan metode yang sudah
dikenal selama ini, seperti Jigsaw, Strategi Reading Guide (Membaca Buku Ajar), Information Search (Mencari Informasi), dan sebagainya. Secara khusus pembelajaran PPKn mengembangkan model pembelajaran yang
-
-234-
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran PPKn. Model-model pembelajaran ini akan dibahas lebih lanjut dalam bab V.
Pada dasarnya tidak ada strategi pembelajaran yang dipandang paling
baik, karena setiap strategi pembelajaran saling memiliki keunggulan masing-masing. Strategi pembelajaran yang dinyatakan baik dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu belum tentu baik dan tepat
digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang lain. ltulah sebabnya, seorang pendidik diharapkan memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memilih dan menerapkan berbagai strategi pembelajaran, agar dalam melaksanakan tugasnya dapat memilih alternatif strategi yang dirasakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan.
D. Rancangan Pembelajaran
Rancangan pembelajaran PPKn harus mengkaitkan antara KI, KD, Indikator, dan tujuan pembelajaran sehingga akan menghasilkan
rancangan pembelajaran yang integratif. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario
pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
1. Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat: a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMA LB/SMK/MAK/Paket C/Paket C Kejuruan);
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan matapelajaran;
d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket
A); e. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
f. Pembelajaran,yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan; g. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta
didik; h. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam
struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan i. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,
alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.Silabus
-
-235-
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap
pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.RPP disusun berdasarkanKD atau subtemayang dilaksanakan dalamsatu kali pertemuan atau lebih.
a. Komponen RPP terdiri atas: 1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan 2) identitas matapelajaran atau tema/sub tema;
3) kelas/semester; 4) materi pembelajaran;
5) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang
harus dicapai; 6) kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator pencapaian
kompetensi; 7) deskripsi materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir
sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; 8) Kegiatan Pembelajaran 9) Penilaian
10) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran;
11) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
b. Prinsip Penyusunan RPP Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut. 1) Setiap RPP harus memuat secara utuh memuat kompetensi sikap
spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD
dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4). 2) Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali atau lebih dari sati
kali pertemuan.
3) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. 4) Berpusat pada peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta
didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan
-
-236-
pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.
5) Mengembangkan budaya belajar sepanjang hayat
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
6) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi. 7) Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau
antarmuatan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
8) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan
efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
-
-237-
BAB V MODEL PEMBELAJARAN
A. Macam-Macam Model Pembelajaran PPKn
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi
tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai,menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalu aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat
pendekatan ilmiah (scientific), perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (Discovery/Inquiry Learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik
individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (Project Based Learning).
Pembelajaran Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Perbedaannya dengan Discovery ialah bahwa pada Discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Model Pembelajaran dalam mata Pelajaran PPKn yang sesui dengan
pembelajaran berbasis Discovery antara lain Pembiasaan, Keteladanan, Bekerja dalam kelompok, Mendengarkan penuh perhatian, Bertanya
mendalam/Dialektis, Memanfaatkan TIK, Berdiskusi peristiwa publik, Pelacakan isu dalam Media Massa, Meneliti isu Publik, Menulis gagasan, Mengklarifikasi nilai, Pembelajaran berbasis budaya, Kajian dokumen
historis, Latihan bermusyawarah, Penyajian/Presentasi Gagasan, Berlatih empati/toleransi, Kajian konstitusional, Dialog mendalam dan berfikir
kritis, Refleksi nilai-nilai luhur, Kajian komparasi gagasan.
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis
Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Model
Pembelajaran dalam Mata Pelajaran PPKn yang sesui dengan pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) antara lain Penciptaan suasana Lingkungan, Partisipasi dalam asosiasi, Membangun koalisi, Mengelola konflik, Pengabdian kepada Masyarakat, Menghadiri pertemuan/dengar pendapat, Mewawancarai narasumber, Melaksanakan
pemilihan, Melakukan loby/pendekatan, Mengajukan usul/petisi, Menuliskan gagasan, Berbicara di depan publik, Debat Pro-kontra, Partisipasi kewarganegaran, Projek belajar kewarganegaraan,
Bermain/Simulasi, Kajian karakter ketokohan, Kajian kearifan lokal, Berlatih demonstrasi damai, Kunjungan lapangan, Menulis biografi tokoh.
-
-238-
Merujuk pada desain pembelajaran yang sudah dikemukakan pada bab IV, berikut ini disajikan berbagai model pembelajaran mata pelajaran PPKn sebagai berikut:
NO NAMA MODEL DESKRIPSI MODEL
1. Pembiasaan Penugasan dan pemantauan pelaksanaan sikap dan/atau perilaku kewargaan
(sekolah/masyarakat/ negara) yang baik oleh peserta didik.
2. Keteladanan Penampilan sikap dan/atau prilaku
kewargaan (sekolah/masyarakat/ warga negara) yang baik dari seluruh unsur
managemen sekolah dan guru.
3. Penciptaan
suasana Lingkungan
Penataan lingkungan kelas/sekolah dengan
kelengkapan simbol-simbol kemasyarakatan/ kenegaraan, antara lain Bendera Merah Putih, Garuda Pancasila,
Foto Presiden dan Wakil Presiden.
4. Bekerja dalam
Kelompok
Dengan penugasan guru, peserta didik
mengerjakan tugas tertentu terkait hak dan kewajiban sebagai warga sekolah/masyarakat/ negara atau materi
lainnya dalam kelompok kecil (3 5 orang).
5 Mendengarkan
Penuh Perhatian
Peserta didik secara bersama diminta
menyimak rekaman pidato atau penjelasan seseorang, dan mencatat pokok-pokok pikiran dari pembicara
6, Bertanya Mendalam/
Dialektis
Peserta didik secara berpasangan berlatih menggunakan keterampilan bertanya
tentang suatu hal/isu secara bergiliran sebagai yang bertanya dan yang menjawab
sampai diperoleh jawaban final.
7. Berdiskusi Peristiwa Publik
Peserta didik secara perseorangan diminta mengangkat suatu peristiwa yang sangat
aktual di lingkungannya, kemudian difasilitasi untuk menetapkan satu
peristiwa untuk didiskusikan secara kelompok (3 5 orang)
8. Partisipasi dalam Asosiasi
Peserta didik difasilitasi untuk membentuk klub-klub di sekolahnya, misalnya klub pencinta alam, penyayang binatang,
penjaga kelestarian lingkungan, dll
9. Membangun
Koalisi
Peserta didik difasilitasi untuk
bekerjasaama antar klub untuk melaksanakan tugas tertentu, misalnya untuk penghijauan lingkungan sekolahnya.
10. Mengelola Konflik
Perta didik berlatih menengahi suatu konflik antar siswa di sekolahnya melalui
bermain peran sebagai pihak yang terlibat konflik dan yang menjadi mediator konflik
secara bergantian, dengan menerapkan mediasi konflik yang cocok.
11. Pengabdian
kepada Masyarakat (PKM)
Secara berkala peserta didik difasilitasi
untuk mengadakan kerjabakti membantu masyarakat sekitar dalam menanggulangi
-
-239-
NO NAMA MODEL DESKRIPSI MODEL
masalah sosial terkait kejadian atau bencana tertentu, sebagai kegiatan kemanusiaan.
12. Memanfaatkan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK)
Peserta didik difasilitasi/ ditugasi untuk mengumpulkan informasi tentang sesuatu
dari jaringan internet.
13. Pelacakan Isu dalam Media Massa
Peserta didik secara berkelompok ditugasi untuk melacak berita yang berisi masalah pelik dalam masyarakat cara menghimpun
kliping beberap koran lokal dan/ atau lokal.
14. Meneliti Isu Publik
Guru menyiapkan beberapa isu publik yang muncul atau berkembang suatu waktu. Selanjutnya dipilih satu isu publik untuk
dikaji secara kelompok tentang latar belakang dan kejelasan isu itu, serta
memberikan klarifikasi yang cukup dapat dipahami orang lain.
15. Menghadiri Petemuan/Dengar Pendapat
Peserta didik diminta untuk menghadiri suatu pertemuan yang diadakan dilingkungannya, yang sebelumnya
dikoordinasikan oleh guru. Masing-masing peserta didik diminta untuk menuliskan laporan singkat tentang pertemuan tersebut
16. Mewawancarai Nara Sumber
Guru menugasi peserta didik secara perseorangan untuk melakukan wawancara
dengan pejabat setempat (Ketua RT/RW/ Lurah/Camat, mencatat inti wawancara,
dan menyusun laporan singkat hasil wawancara tersebut
17. Melaksanakan
Pemilihan
Peserta didik difasilitasi untuk untuk
merencanakan dan melaksanakan pemilihan panitia karyawisata kelas atau
pemilihan ketua kelas/ketua OSIS sekolah.
18. Melakukan
Loby/Pendekatan
Diadakan simulasi loby/pendekatan
seorang tokoh masyarakat kepada birokrasi lokal untuk meyampaikan suatu usulan perbaikan sarana umum di lingkungannya
yang memerlukan bantuan biaya dari pejabat setempat.
19. Mengajukan Usul/Petisi
Diadakan simulasi menyusun usulan/petisi dari masyarakat adat yang merasa di rugikan oleh pemerintah setempat yang
akan membuat jalan melewati tanah miliknya tanpa ganti rugi yang memadai.
Petisi disampaiakan secara damai.
20. Menuliskan
Gagasan
Masing-masing peserta didik diminta untuk
menyiapkan suatu gagasan perbaikan lingkungan dan menuliskannya dalam bentuk usulan kegiatan.
21. Berbicara di Depan Publik
Secara perseoraangan peserta didik difasilitasi untuk menyampaikan sebuat
-
-240-
NO NAMA MODEL DESKRIPSI MODEL
pidato singkat sebagai generasi muda yang mencintai budaya setempat untuk dilestarikan dalam memperkaya budaya
nasional Indonesia.
22. Debat Pro-Kontra Dipilih suatu kebijakan publik (riil atau
fiktif) yang mengundang pandangan pro dan kontra. Setiap kelompok siswa (2-3 orang) diprogram untuk masing-masing berperan
sebagai kelompok yang pro atau yang kontra terhadap kebijakan tersebut. Seting
debat dipimpin oleh guru atau peserta didik sebagai moderator. Dengan cara itu diharapkan terbiasa berargumentasi secara
rasional dan elegan.
23. Partisipasi
Kewarganegaraan
Setiap peserta didik ditugasi untuk ikut
serta dalam suatu kegiatan sosial-Budayaal di lingkungannnya, dan membuat catatan apa kegiatan itu dan apa sumbangannya
dalam kegiatan tersebut.
24. Projek Belajar
Kewarganegaraan
Secara klasikal peserta didik difasilitasi
untuk merancang dan mengembangkan kegiatan pemecahan masalah terkait
kebijakan publik dengan menerapkan langkah-langkah: pemilihan masalah, pemilihan alternatif kebijakan publik,
pengumpulan data dan penyusunan portofolio, dan diakhiri dengan simulasi dengar pendapat dengan pejabat terkait.
25. Mengklarifikasi Nilai
Peserta didik difasilitasi secara dialogis untuk mengkaji suatu isu nilai, mengambil
posisi terkait nilai itu, dan menjelaskan mengapa ia memilih posisi nilai itu
26. Bermain/Simulasi
Guru menentukan tema/bentuk permainan/ simulasi yang menyentuh satu atau lebih dari satu nilai dan/atau moral
Pancasila. Peserta didik difasilitasi untuk bermain/ bersimulasi terkait nilai dan/atau
moral Pancasila, yang diakhiri dengan refleksi penguatan nilai dan/atau moral tersebut.
27. Pembelajaran Berbasis Budaya
Guru menggunakan unsur kebudayaan, seperti seni seperti lagu daerah; alat seperti
benda cagar budaya, dll untuk mengantarkan nilai dan/ atau moral; atau guru melibatkan peserta didik untuk
melakukan peristiwa budaya seperti lomba baca puisi perjuangan, pentas seni
Bhinneka Tunggal Ika.
28. Kajian Dokumen
Historis
Peserta didik difasilitasi untuk mencari/
menggunakan dokumen historis keindonesiaan sebagai wahana pemahaman konteks lahirnya suatu gagasan/
ketentuan/peristiwa sejarah, dll dan
-
-241-
NO NAMA MODEL DESKRIPSI MODEL
menumbuhkan kesadaran akan masa lalu terkait masa kini.
29. Kajian Karakter Ketokohan
Peserta didik difasilitasi mencari dan memilih satu tokoh dalam masyarakat dalam bidang apa saja; menemukan
karakter dari tokoh tersebut; menjelaskan mengapa tokoh tersebut itu menjadi idolanya.
30. Kajian Kearifan Lokal
Peserta didik dikasilitasi untuk menggali kearifan lokal yang secara sosial-Budayaal
masih diterima sebagai suatu nilai/moral/ kebajikan yang memberi maslahat dalam
kehidupan saat ini.
31. Latihan Bermusyawarah
Peserta didik difasilitasi untuk berlatih mengambil keputusan bersama secara
musyawarah untuk mufakat, dan memberi alasan mengapa musyawarah itu
diperlukan.
32. Penyajian/
Presentasi Gagasan
Secara bergiliran setiap peserta didik
diminta untuk mempersiapkan dan melaksaanakan sajian lisan tanpa atau dengan menggunakan media tentang
sesuatu hal yang dianggap perlu untuk disampaikan kepada publik.
33. Berlatih Demonstrasi Damai
Guru menskenarionakan adanya kebijakan publik yang merugikan hajat hidup orang banyak, misalnya penguasaan aset negara
oleh orang asing, Kemudian peserta didik difasilitasi secara kelompok untuk
melakukan demonstrasi damai kepada pihak pemerintah pusat.
34. Berlatih Empati
dan Toleransi
Guru mengangkat suatu kasus yang terjadi
dalam lingkungan masyarakat Indonesia, seperti kemiskinan, ketertinggalan,
kebodohan. Peserta didik difasilitasi secara kelompok untuk menyepakati langkah atau kegiatan apa yan g perlu dilakukan untuk
membantu meringankan masalah itu, disertai alasan mengapa perlu melakukan
hal tersebut.
35. Kajian Konstitusionalitas
Peserta didik difasilitasi untuk mencari ketentuan di dalam UUD NRI 1945 dan
peraturan perundangan dibawahnya mengenai materi pokok, suatu
peristiwa/kasus yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang ada, misalnya pejabat setempat yang menerima uang
suap. Secara berkelompok peserta didik diminta untuk menguji konstitusionalitas
(kesesuaiannya dengan ketentuan yang ada) dengan diskusi mendalam dengan penuh argumentasi.
36. Kunjungan Secara berkala peserta didik diprogramkan
-
-242-
NO NAMA MODEL DESKRIPSI MODEL
Lapangan untuk melakukan kunjungan lapangan ke situs-situs /tempat/pusat kewarganega-raan, seperti lembaga publik/birokrasi guna
membangkitkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah di lingkungan
masyarakatnya.
37. Dialog Mendalam dan Berpikir
Kritis
Peserta didik difasilitasi untuk secara perseorangan dan kelompok mencari dan
menemukan persoalan yang pelik/kompleks dalam masyarakat, seperti konflik
horizontal yang tengah terjadi dalam masyarakat Kemudian secara berkelompok (3-5 orang) ditugasi untuk mengkajinya
secara mendalam dan kritis guna menemukan alternatif solusui terhadap
masalah tersebut.
38. Menulis Biografi Tokoh
Setiap peserta didik diminta untuk mencari dan memilih seorang yang paling ia
kagumi/hormati di lingkungannya untuk kemudian disusun biografi/riwayat
kehidupannya secara singkat. Mintakan pula hal-hal yang paling penting berharga untuk diteladani dari tokoh tersebut.
39. Refleksi Nilai-Nilai Luhur
Secara selektif guru membuat daftar nilai-nilai luhur Pancasila yang selama ini
dilupakan atau dilecehkan dalam kehidupan sehari-hari. Secara klasikal guru memfasilitasi curah pendapat mengapa hal
itu terjadi. Selanjutnya setiap kelompok peserta didik (2-3) orang menggali apa
kandungan nilai/moral yang perlu diwujudkan dalam prilaku sehari-hari.
40. Kajian Komparasi Gagasan
Guru menyiapkan sejumlah sumber belajar yang memuat berbagai gagasan tentang kehidupan berbangsa dan bernegara yang
menjadi ikon dari masing masing aliran/kelompok/tradisi. Peserta didik secara berkelompok (3 5 orang) untuk mencari kesamaan dan perbedan dari dua gagasan atau lebih yang dianalisanya.
B. Pemilihan Model
Pemilihan model pembelajaran hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Tujuan pembelajaran dan sifat materi pelajaran apakah materi itu termasuk ranah sikap, pengetahuan atau keterampilan.
2. Karakteristik kemampuan peserta didik misalnya kemampuan membaca,
motivasi dalam belajar, kemampuan dalam penggunaan Teknologi informasi dan komunikasi ( TIK)
3. Alokasi waktu yang tersedia 4. Sumber belajar dan media pembelajaran yang tersedia.
-
-243-
5. Ketersediaan fasilitas/ sarana dan prasarana seperti kondisi ruang kelas, fasilitas perpustakaan, akses internet.
Berdasarkan model-model pembelajaran yang di sajikan diatas maka alternatif pemilihan model pembelajaran berdasarkan ranah kompetensi adalah sebagai berikut:
NO RANAH
KOMPETENSI MODEL PEMBELAJARAN
1. Sikap a. Pembiasaan
b. Keteladanan c. Berlatih empati d. Refleksi nilai-nilai luhur
e. Mengklarifikasi Nilai f. Membangun koalisi
g. Mengelola konflik h. Pengabdian Kepada masyarakat i. Projek belajar kewarganegaraan
j. Bermain / simulasi k. Pembelajaran berbasisi budaya
l. Kajian karakter ketokohan m. Kajian kearifan local n. Berlatih demonstrasi damai
2. Pengetahuan a. Mendengar dengan penuh perhatian b. Berdiskusi peristiwa public
c. Memanfaatkan Teknologi informatika & Komunikasi ( TIK)
d. Pelacakan Isu Media massa
e. Meneliti Isu Publik f. Menghadiri Pertemuan/dengar pendapat
g. Melaksanakan pemilihan h. Mengajukan usul/petisi i. Menuliskan gagasan
j. Berbicara di depan public k. Kajian Dokumen Historis l. Penyajian/presentasi gagasan
m. Kajian Konstitusionalitas n. Dialog Mendalam dan berfikir kritis
o. Kajian Komparasi Gagasan
3. Keterampilan a. Bekerja dalam kelompok
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian c. Bertanya Mendalam/ Dialektis d. Partisipasi dalam asosiasi
e. Membangun Koalisi f. Mengelola konflik g. Pengabdian kepada masyarakat
h. Mewawancarai Narasumber i. Melaksanakan pemilihan
j. Melakukan loby/pendekatan k. Debat Pro Kontra l. Partisipasi Kewarganegaran
m. Dialog mendalam dan berfikir kritis
-
-244-
C. Keterkaitan Materi dan Model Pembelajaran
Pemilihan model pembelajaran ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Model pembelajaran yang digunakan hendaknya
memperhatikan identifikasi materi yaitu tingkat kedalaman dan keluasan materi dalam Kompetensi Dasar, misalnya tingkatan Pengetahuan memahami berbeda dengan tingakatan Pengetahuan menganalisa dalam pemilihan model pembelajaran. Selain itu juga memperhatikan materi sesuai dengan ranah sikap, pengetahuan atau keterampilan. Contoh model
pembelajaran memahami nilai-nilai Pancasila berbeda dengan model pembelajaran untuk menganalisis nilai-nilai Pancasila.
Selain model pembelajaran sebagaimana diuraikan diatas, guru boleh
menggunakan model/metode pembelajaran yang sudah biasa di gunakan selama ini seperti diskusi, Jigsaw, Tanya jawab, Ceramah bervariasi
dengan tetap bermuatan Pendekatan Sceintific.
Contoh keterkaitan materi dengan model pembelajaran
Kelas VII
KD
MATERI
MODEL PEMBELAJARAN
3.1Memahami
sejarah dan semangat komitmen para
pendiri Negara dalam merumuskan
dan menetapkan Pancasila
sebagai dasar Negara
4.1 Menyaji hasil telaah tentang
sejarah dan semangat komitmen para
pendiri negara dalam merumuskan
dan menetapkan
Pancasila sebagai dasar negara
Sejarah Perumusan
Pancasila sebagai dasar negara
1. Kajian Dokumen
Historis
2. Kajian Karakter
Ketokohan
Peserta didik
difasilitasi untuk mencari dan
membaca sejarah perumusan pancasila,Kemudian
memilih salah satu tokoh perumusan
dasar Negara dan menemukan karakter dari tokoh tersebut;
menjelaskan mengapa tokoh tersebut itu menjadi
idolanya
-
-245-
Contoh keterkaitan materi dengan model pembelajaran
Kelas X
KD MATERI MODEL
PEMBELAJARAN
3.1 Menganalisis
kasus-kasus pelanggaran
HAM dalam rangka pelindungan
dan pemajuan HAM sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
4.1 Menyaji kasuskasus pelanggaran
HAM dalam rangka perlindungan
dan pemajuan HAM sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat
, berbangsa, dan bernegara.
Kasus-kasus
pelanggaran HAM
1. Berdiskusi
Peristiwa
Publik
2. Memanfaatkan
Teknologi
Informasi
dan Komunikasi
(TIK).
Peserta didik ditugasi
untuk mencari berbagai kasus pelanggaran HAM
dalam internet/media massa dan
mendisuksikan dalam kelompok kecil ( 3- 5 orang) dan
mempresentasikan hasilnya di depan kelas)
-
-246-
BAB VI PENILAIAN
A. Stategi Dasar Penilaian PPKn
1. Pengertian Penilaian Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Berdasarkan pada PP. Nomor 32 tahun 2013
dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkelanjutan yang
digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan fungsi penilaian hasil belajar, adalah sebagai
berikut : a. Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
b. Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar. c. Meningkatkan motivasi belajar siswa. d. Evaluasi diri terhadap kinerja siswa
Permendikbud tentang Standar Penilaian menegaskan bahwa penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.
2. Pendekatan Penilaian a. Penilaian Otentik
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleg guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik melalui berbagai teknik yang mempu mengungkapkan, membuktikan atu menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dukuasai dan dicapai. Beberapa
karakteristik penilaian otentik sebagai berikut :
(1) Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran, bukan terpisah dari proses pembelajaran.
(2) Penilaian mencerminkan hasil proses pembelajaran pada kehidupan nyata, tidak berdasarkan pada kondisi yang ada di sekolah.
(3) Menggunakan bermacam-macam insttrumen, pengukuran dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman
belajar.
(4) Penilaian bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua ranah sikap, pemngetahuan, dan keterampilan.
(5) Penilaian mencakup penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar.
-
-247-
b. Penilaian Acuan Kriteria (PAK) PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria
ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta
didik. Sejalan dengan ini maka guru didorong untuk menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) serta tidak berorientasi pada pencapaian target kurikulum semata
3. Prinsip-Prinsip Penilaian Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
B. Teknik dan Bentuk Penilaian Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan
1. Penilaian Sikap Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk
observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Instrumen yang digunakan berupa pedoman observasi menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.
b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi sikap. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri menggunakan daftar cek
atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. c. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan
cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan
-
-248-
pencapaian kompetensi sikap tertentu. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Instrumen teknik ini pada dasarnya sama dengan teknik penilaian diri, namun diisi oleh teman. Oleh karena itu lembar penilaian antarpeserta didik
dapat menggunakan lembar penilaian penilaian diri. d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas
yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Sikap sosial dan spritual yang nampak pada diri peserta didiki
diamati dan dicatat dalam lembar jurnal. Bentuk format lemar jurnal dapat dibuat berdasarkan peserta didik secara individu atau waktu muncul sikap.
2. Penilaian Pengetahuan
Kompetensi pengetahuan merupakan kompetensi ranah kognitif dalam
taksonomi pendidikan. Perkembangan pencapaian kompetensi pengetahuan melalui tahapan mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi. Gradasi pencapaian kompetensi pengetahuan PPKn pada jenjang SD/MI adalah mengingat, SMP/MTs adalah memahami dan menerapkan, dan SMA/MA/SMK/MAK adalah
memahami, menganalisis, dan mengevaluasi. Tahapan ini perlu dipahami guru dalam menyusun indikator pencapaian komtensi dalam meyusun kisi-kisi penilaian.
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui teknik tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
(1) Pilihan Ganda Soal pilihan ganda secara umum terdiri atas pertanyaan dan
alternatif pilihan jawaban. Bentuk penilaian ini lebih tepat digunakan saat ulangan tengah semester, akhir semester, dan ujian sekolah, atau untuk latihan bagi pengayaan.
(2) Isian Bentuk ini merupakan salah satu bentuk soal yang jawabannya menuntut siswa untuk melengkapi atau mengisi kata-kata atau
kelompok kata yang dihilangkan. Soalnya disusun seperti kalimat lengkap, kemudian dihilangkan pada bagian tertentu yang harus
diisi oleh siswa. Bentuk penilaian ini lebih tepat digunakan saat ulangan tengah semester, akhir semester, dan ujian sekolah, atau untuk latihan bagi pengayaan.
(3) Jawaban Singkat Bentuk ini merupakan salah satu bentuk soal obyektif yang
jawabannya menuntut siswa menjawab soal dengan singkat yaitu jawabannya dapat berupa satu kata, kelompk kata / frase, simbol matematika, atau angka. Bentuk penilaian ini lebih tepat
digunakan saat ulangan tengah semester, akhir semester, dan ujian sekolah, atau untuk latihan bagi pengayaan.
(4) Benar Salah
Bentuk ini merupakan salah satu bentuk soal obyektif yang setiap soalnya terdapat dua macam kemungkinan jawaban yang
berlawanan yaitu benar atau salah. Bentuk soal benar-salah biasanya dipergunakan untuk menanyakan fakta, ide, dan konsepsi yang kompleks. Bentuk penilaian ini lebih tepat
-
-249-
digunakan saat ulangan tengah semester, akhir semester, dan ujian sekolah, atau untuk latihan bagi pengayaan.
(5) Menjodohkan
Bentuk ini wujudnya terdiri dari dua kelompok atau kolom. Tugas siswa adalah mencari pasangan yang tepat dalam dua kelompok itu. Biasanya bentuk menjodohkan hanya terbatas
untuk mengukur kemampuan ingatan. (6) Uraian
Soal uraian adalah soal yang menuntut jawaban peserta tes dengan mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang dipelajari dengan cara mengemukakan gagasan tersebut dalam bentuk
tulisan. Soal uraian dibagi atas uraian tertruktur dan uraian tidak
terstruktur. Soal uraian terstruktur memiliki jawaban yang terbatas dan jelas. Sedangkan uraian tidak terstruktur memiliki jawaban yang sangat variatif.
Bentuk soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar salah dan menjodohkan, lebih tepat digunakan saat ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan ujian sekolah, atau untuk latihan bagi pengayaan. Sedangkan saat ulangan harian lebih tepat
menggunakan soal uraian , sehingga dapat mengembangkan berpikir divergen (beragam).
b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes lisan dapat dilaksanakan dengan menggunakan
pedoman pertanyaan atau tanpa pedoman pertanyaan.
c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau
projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Penugasan yang bertujuan untuk mencapai komptensi pengetahuan antara lain membuat kliping, mencari data, wawancara, merangkum, kajian tokoh, kajian historis, dan menulis gagasan,
3. Penilaian Keterampilan
Penilaian kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu. Perkembangan pencapaian kompetensi
keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Gradasi pencapaian kompetensi keterampilan mata pelajaran PPKn pada jenjang SD/MI
adalah mengamati dan menanya, SMP/MTs adalah mencoba (interaksi dan partisipasi kewarganegaraan), menyaji, dan menalar, sedangkan
jenajang SMA/MA/SMK/MAK adalah mencoba dan menyajikan. Tahapan ini perlu dipahami oleh guru untuk menyusun indikator pencapaian kompetensi dalam kisi-kisi penilaian.
Teknik penilian kompetensi keterampilan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. a. Tes Praktik
Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan
-
-250-
tuntutan kompetensi. Tes praktik dalam pembelajaran PPKn antara lain melalui simulasi, tes perbuatan, sosiodrama.
b. Projek
Penugasan projek adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu diluar kegiatan pembelajaran di kelas. Penugasan dapat diberikan dalam bentuk
individual atau kelompok. Projek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perencangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis
maupun lisan dalam waktu tertentu umumnya menggunakan data. Penilaian projek mencakup penilaian proses dan hasil belajar. Penugasan projek dalam PPKn antara lain melalui projek belajar
kewarganegaraan. Penilaian projek belajar kewarganegaraan dilaksanakan pada setiap langkah kegiatan mulai dari identifikasi
masalah sampai dengan penyajian. Penilaian meliputi penilaian proses dan hasil dari kegiatan ini. Penilaian proses antara lain mencakup persiapan, kerja sama, partisipasi, koordinasi, aktifitas,
dan yang lain dalam penyusunan maupun dalam presentasi hasil kerja. Sedangkan penilaian hasil mencakup dokumen laporan dan presentasi laporan.
c. Portofolio Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau
kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian
peserta didik terhadap lingkungannya. Penilaian portofolio dapat dilakukan saat menerapkan model pembelajaran pengabdian masyarakat, partisipasi kewarganegaraan, mengajukan usul/petisi,
partisipasi dalam asosiasi, membangun koalisi, mengelola konflik, berlatih empati dan toleransi, kunjungan lapangan dan model pembelajaran yang lain.
Penilaian portofolio dapat dilakukan untuk menilai kompetensi dasar tentang berinteraksi dengan teman dan menyaji bentuk partisipasi
kewarganegaraan. Kedua kompetensi dasar ini merupakan praktik kewarganegaraan yang dapat dilaksanakan pada setiap materi pembelajaran.
C. Pelaksanaan Penilaian dan Pelaporan Hasil Belajar
1. Pelaksanaan Penilaian Penilaian otentik merupakan prinsip utama dalam standar penilaian Kurikulum 2013. Sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian otentik maka
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian adalah : a. Pelaksanaan penilaian oleh guru mencakup ulangan harian, penilaian
projek, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. a. Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi dengan proses
pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan. Ulangan dilaksanakan pada akhir pembelajaran satu materi pembelajaran atau sub materi pembelajaran pada kegiatan penutup proses
pembelajaran. Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau tema pelajaran. Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, dilakukan oleh pendidik di bawah
koordinasi satuan pendidikan.
-
-251-
b. Penilaian mencakup penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian proses menilai perkembangan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil belajar dilakukan pada
akhir proses pembelajaran. Penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menggunakan penilaian proses dan hasil belajar.
c. Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan
dalam membuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Setelah menetapkan kriteria penilaian, pendidik memilih
teknik penilaian sesuai dengan indikator dan mengembangkan instrumen serta pedoman penyekoran sesuai dengan teknik penilaian yang dipilih.
d. Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan penelusuran dan diakhiri dengan tes dan/atau nontes. Penelusuran
dilakukan dengan menggunakan teknik bertanya untuk mengeksplorasi pengalaman belajar sesuai dengan kondisi dan ti