Download - 20 Langkah Mengenalkan Uang Saku pada Anak
uang saku pada anak 20 langkah mengenalkan
uang saku pada anak 20 langkah mengenalkan
words: tari sandjojo
Kapan mulai memperkenalkan uang? Uang bisa diperkenalkan saat anak
sudah bisa menghitung, meskipun bukan langsung menghitung nilai uangnya.
Awalnya, kenalkan jumlah lembaran atau koin yang digunakan sebagai alat tukar
atau untuk membayar sesuatu.
Anak diajak untuk bisa melihat proses transaksi, Misalnya ,saat membeli mainan atau berbelanja di supermarket.
Ajak mereka sampai ke meja kasir.
Anak juga bisa belajar bahwa uang tidak datang dari langit. Cara yang paling sederhana,
mereka bisa diajak saat orangtua mengambil uang di ATM.
Tahap berikutnya, ceritakan bahwa uang di ATM didapat orangtua
setelah bekerja dan uang juga bisa habis.
Yang kemudian menjadi 'PR' adalah membuat anak untuk memahami nilainya.
Seberapa yang disebut 'mahal' atau 'murah' atau 'pantas'.
Anak belajar nilai uang dari benda-benda yang dekat dengan dirinya,
yang nilainya mudah dipahami secara konkrit.
Misalnya, membeli makanan atau kue seharga Rp 10.000.
Visualkan ke anak lewat 10 lembar uang Rp 1.000
Hingga anak bisa menghitung sampai 3-4 digit dan memahami konsep satuan, puluhan, ratusan, serta ribuan,
jangan beri uang yang lebih besar dari pemahamannya.
Biasanya pengalaman pertama adalah belanja bersama ibu di pasar atau supermarket
atau membeli makanan di kantin sekolah.
Sekolah biasanya memberikan batasan jumlah uang yang boleh dibawa
dalam konteks keamanan atau yang sesuai dengan pemahaman anak.
Sebaiknya anak diberi uang yang sesuai dengan kebutuhannya dan tidak berlebihan.
Awalnya, berikan harian saja, misalnya, Rp 10.000 per hari.
Sesuaikan dengan harga makanan di kantin sekolah. Sesuaikan juga apakah untuk makanan kecil saja
atau sekaligus untuk makan siang.
Jika sudah biasa, lama kelamaan bisa diberi setiap 3 hari atau bahkan seminggu sekali.
Anak, pelan-pelan, akan bisa mengatur uang sakunya.
Jika kita ingin mengajarkan konsep menabung, sebaiknya jumlah uang saku juga disesuaikan.
Jika Rp 10.000 pasti habis dalam sehari, berarti Rp 50.000 per minggu adalah jumlah minimal.
Lebihkan sedikit uang sakunya, misal Rp 60.000
Jadi anak bisa melihat secara jelas bahwa ada sisa Rp 10,000 yang bisa ditabung.
Lama-lama anak bisa belajar menabung lebih banyak.
Diskusikan bagaimana cara dia menabung. Apakah dengan membawa makanan dari rumah
selama 1 hari saja? Jadi dalam seminggu dia bisa menabung Rp 20.000.
Di sinilah celengan berperang penting karena anak melihat jumlah uangnya secara visual.
Anak juga akan lebih bersemangat jika ada tujuannya. Misal, menabung untuk membeli buku
atau mainan sendiri.
Mulai dengan menabung untuk dirinya sendiri. Baru kemudian menabung untuk orang lain. Misal, kado untuk orangtua, kue untuk adik.
Pasti ini jadi pengalaman berharga untuk anak.
Tak apa jika sebelum waktunya uang sudah habis. Namanya juga belajar.
Orang dewasa saja suka khilaf soal uang.
Jika terjadi, penting untuk diskusi dengan anak: apa ya yang bikin uang minggu/bulan ini
habis sebelum waktunya? Jangan langsung dimarahi atau diberi konsekuensi.
Bahas dulu dan bisa perkenalkan konsep mencatat pengeluaran supaya salah perhitungan
bisa dihindari.
Apakah uangnya ditambah atau tidak diberikan sampai akhir minggu/bulan bergantung pada kesepakatan.
Bergantung juga pada bagaimana proses belajar menabungnya selama ini.