616 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
PETA PROVINSI MALUKU
617 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
A. UMUM
1. Dasar Hukum
Provinsi Maluku berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1958 tanggal 1
Juli 1958.
2. Lambang Provinsi
Lambang Provinsi maluku berbentuk perisai bersudut tiga.
Didalam perisai terdapat lukisan daun sagu dan daun
kelapa, mutiara, pala dan cengkeh, tombak, gunung, laut
dan perahu.
Sagu merupakan sumber kehidupan dan makanan pokok
daerah maluku. Kelapa adalah hasil bumi maluku. Mutiara
adalah hasil alam khas Maluku. Tombak sebagai simbol
kesatria. Gunung merupakan simbol kekayaan hasil hutan
yang melimpah, sedangkan laut dan perahu adalah simbol
persatuan dan kesatuan yang kekal abadi. Dalam lambang
terdapat motto daerah bertuliskan Siwa Lima yang berarti Milik Bersama.
3. Pemerintah
Provinsi Maluku terdiri dari 9 Kabupaten dan 2 Pemerintahan Kota. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari uraian berikut ini :
No. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Buru Namlea
2 Kabupaten Buru Selatan Namrole
3 Kabupaten Kepulauan Aru Oobo
4 Kabupaten Maluku Barat Daya Tiakur
5 Kabupaten Maluku Tengah Masohi
6 Kabupaten Maluku Tenggara Tual
7 Kabupaten Maluku Tenggara Barat Saumlaki
8 Kabupaten Seram Bagian Barat Dataran Hunipopu
9 Kabupaten Seram Bagian Timur Dataran Hunimoa
10 Kota Ambon -
11 Kota Tual -
4. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Maluku terletak diantara 5o Lintang Utara – 9
o Lintang Selatan dan 122
o – 136
o Bujur
Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Utara = Laut Seram
Selatan = Laut Arafuru dan Laut Banda
Barat = Laut Banda
Timur = Laut Arafuru
5. Komposisi Penganut Agama
Mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Islam dan Kristen . Hal ini dikarenakan
pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan
20 PROVINSI MALUKU
618 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
kekristenan dan pengaruh Kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam di
wilayah Maluku serta Pedagang Arab di pesisir Pulau Ambon dan sekitarnya sebelumnya.
Tempat ibadah di Provinsi Maluku pada tahun 2005 adalah Masjid 1.028 buah, Gereja
998 buah, Pura 5 buah dan Wihara 6 buah. Sedangkan Pemeluk agama Islam sebesar
49,2%, Kristen sebesar 50,4%, Hindu 0,07% dan Budha 0,10% dan lainnya 0,67%.
6. Bahasa dan Suku bangsa
a. Suku bangsa
Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik
yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang
tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.
Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi
dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah,
makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh:
Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar
dan kuat serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di
Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut
seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak jaman dahulu, banyak diantara mereka yang sudah memiliki darah
campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa,
Madura, bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan
Portugal) kemudian bangsa Arab, India sudah sangat lazim mengingat daerah ini
telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan
baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi. Karena adanya
percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka Maluku
merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah
Mestizo. Bahkan hingga sekarang banyak marga di Maluku yang berasal bangsa asing
seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz,
Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain) serta Portugal (Da Costa, De
Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli dan
lain-lain). Ditemukan pula marga bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera,
Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain) serta Arab (Al-Kaff, Al
Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus, Assegaff dan lain-lain).
Cara penulisan marga asli Maluku pun masih mengikuti ejaan asing seperti
Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca:
Louhenapesi), Kallaij (baca: Kalai) dan Akyuwen (baca: Akiwen).
Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja
melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka yang hijrah
keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling klasik
adalah perpindahan besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-
an dan menetap disana hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan
kehidupan yang labih baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain,
yang dikemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di
belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas
yang cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara seperti Belanda, Inggris,
Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Belgia, Jerman dan berbagai benua lainnya.
619 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
b. Bahasa
Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang
merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis menginjakan
kakinya di Ternate (1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan
sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Indonesia, seperti di wilayah Republik
Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di
sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah.
Bahasa yang digunakan di pulau Seram, pulau ibu (Nusa Ina/Pulau asal-
muasal) dari semua suku-suku di Provinsi Maluku dan Maluku Utara adalah sebagai
berikut:
bahasa Wamale (di Seram Barat)
bahasa Alune (di Seram Barat)
bahasa Nuaulu (dipergunakan oleh suku Nuaulu di Seram selatan; antara teluk El-
Paputih dan teluk Telutih)
bahasa Koa (di pegunungan Manusela dan Kabauhari)
bahasa Seti (di pergunakan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Telutih Timur)
bahasa Gorom (bangsa yang turun dari Seti dan berdiam di Seram Timur)
Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia.
Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan
semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Jika diakumulasikan,
secara keseluruhan, terdapat setidaknya 132 bahasa di kepulauan Maluku.
7. Budaya
a. Lagu Daerah : Putra putri Ambon, Sayang Dilale, Ole Sioh, Burung Kakak
Tua
b. Tarian tradisional : Tari Lenso, Tari Cakalele, Tari Nabar Ilaa
c. Senjata Tradisional : Parang Sawalaku
d. Rumah Tradisional : Rumah Baileo
e. Alat Musik Tradisional : Tifa
f. Makanan Khas Daerah : Papeda (bubur Sagu), dabu dabu sesi (ikan Bakar), Sopek
Odheng, palai badar.
8. Bandara dan Pelabuhan Laut
a. Bandara = Pattimura
b. Pelabuhan Laut = Pelabuhan Ambon
9. Perguruan Tinggi = Universitas Pattimura
10. Industri dan Pertambangan
Emas, minyak bumi dan minyak kayu putih.
620 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
B. OBYEK WISATA
1. Wisata Alam
a. Pantai Natsepa
Pantai landai dan lebar ini
dikenal sejak abad ketujuh
belas, digunakan sebagai tempat
berlibur para penjajah Belanda.
Saat ini di setiap akhir pekan,
Pantai Natsepa selalu ramai
pengunjung, khususnya warga
kota Ambon. Tujuan mereka ke
Natsepa antara lain untuk
berenang, naik perahu yang
bisa disewa per-jam, atau
sekadar melepas lelah dengan
menikmati pemandangan
alamnya. Ada juga yang datang untuk sekadar menikmati segarnya kelapa muda,
makan pisang goreng, jagung rebus, wajik atau rujak khas Pantai Natsepa.
Pada hari-hari tertentu pemandangan sekitar pantai yang landai ini sangatlah indah,
antara lain karena sekitar 12 meter dari bibir pantai Natsepa sering melintas kapal-
kapal besar pengangkut kayu gelondongan dari Batu Gong, sebuah tempat
pengolahan tripleks di pulau yang tampak di seberang Pantai Natsepa. Para
wisatawan juga dapat mandi di pantai yang berombak rendah ini. Sehabis mandi,
pengunjung bisa memborong ikan cakalang dan kepiting bakau yang banyak dijual
nelayan di sekitar lokasi pantai.
Pantai Natsepa terletak di Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku
Tengah, Pulau Ambon. Pantai ini terletak sekitar 18 km dari pusat Kota Ambon.
Untuk menuju lokasi pantai dapat ditempuh dengan naik kendaraan umum dengan
harga sekali jalan Rp. 5000. Pantai ini terletak di samping jalan besar, dengan waktu
tempuh dari kota Ambon sekitar 30 menit, dengan jarak tempuh 24 km.
Tarif masuk ke lokasi wisata ini, untuk orang dewasa sebesar Rp. 1.000,- kendaraan
roda dua Rp. 1.000,- dan kendaraan roda empat Rp. 2.000.
621 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
b. Wisata Bahari Laut Banda
Kegiatan pelancong wisata bahari di
perairan Banda beraneka ragam, seperti
melihat taman laut dari atas perahu,
menyelam, memancing ikan tuna dan
cakalang, melihat ikan paus, lumba-
lumba, burung laut dan menyaksikan
Arombai Manggurebe (Lomba Belang
atau balap perahu). Wisata bahari ini
dapat dilakukan pada musim teduh
(musim laut tidak berombak), yang
terjadi pada bulan Maret, April, Mei,
September, Oktober dan Nopember. Berwisata di sini benar-benar mengasikkan
karena wisatawan dapat mencoba sendiri menggunakan alat pancing untuk
menangkap ikan tuna dan cakalang.
Taman laut Banda memiliki 350 spesies biota laut, termasuk berbagai jenis kerang
purba yang saat ini hampir punah. Keindahan taman laut yang di dalamnya terdapat
berbagai macam ikan, akan semakin memanjakan para penyelam.
Lokasi taman laut Banda terletak di antara Pulau Neira, Pulau Gunung Api, Pulau Ai,
Pulau Sjahrir dan Pulau Hatta. Tepatnya terletak di Kabupaten Maluku Tengah,
Provinsi Maluku Tengah.
Untuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan menumpang kapal feri dari kota
Ambon selama satu malam, dengan harga tiket Rp. 80.000.
c. Hutan Wisata Marsegu
Pulau ini diberi nama oleh
masyarakat, “Pulau Marsegu”, karena
mempunyai satwa kelelawar yang
begitu banyak. Kata “marsegu”
berasal dari bahasa daerah yang
berarti kelelawar. Pulau Marsegu
tidak menyeramkan, sebaliknya
berbagai keindahan dapat ditemui di
sana.
Kawasan hutan Pulau Marsegu atau
pulau kelelawar merupakan kawasan
hutan lindung yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:
10327/Kpts-II/2002, tanggal 30 Desember 2002. Luas hutan di pulau ini mencapai
240,20 Ha.
Hutan di pulau ini, terbagi dalam tiga kelompok, yaitu hutan sekunder muda, hutan
sekunder pertengahan dan hutan sekunder tua. Jenis-jenis flora yang mendominasi
adalah Gofasa (Vitex cofassus), Belo Hitam (Diospyros pilosanthera), Beringin (Ficus
sp), Pepaya Hutan (Brachychiton discolor), Kuboha (Sterculia ceramica), Mangga
Berabu (Cerbera manghas), Kayu Batu (Maranthes co). Setengah dari Pulau ini
merupakan daerah hutan mangrove dengan berbagai jenisnya.
622 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Di hutan ini banyak sekali ditemui kelelawar.Dapat ditemui pula berbagai satwa
endemik yang dilindungi seperti burung gosong (Megaphodius reinwardtii) dan
kepiting kelapa (Birgus latro) yang dalam bahasa daerahnya disebut "kepiting
kenari".
Dengan adanya berbagai macam satwa dan jenis tetumbuhan, pengunjung sekaligus
dapat belajar mengenai banyak hal tentang beragam jenis lingkungan hidup yang
ada dalam Pulau Marsegu ini.
Secara administratif kawasan hutan Pulau Marsegu termasuk dalam Kabupaten
Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku Tengah.
Untuk menuju ke Pulau Marsegu, dari kota Ambon sebagai ibukota provinsi Maluku
Tengah, dapat ditempuh melalui rute:
Dari Ambon menuju Hunimua, menggunakan angkutan kota dengan biaya Rp. 7000.
Kemudian perjalanan dilanjutkan dari Hunimua ke Waipirit yang telah berada di
Pulau Seram, menggunakan kapal selama 1,5 jam. Dari Waipirit dilanjutkan menuju
ke Pelita Jaya, dengan jarak tempuh 56 km. Selanjutnya menuju kawasan Hutan
Pulau Marsegu ditempuh dengan jalur laut sepanjang ± 5 km.
d. Gunung Binaiya
Gunung Binaiya merupakan gunung
tertinggi se-Provinsi Maluku. Gunung ini
membentang di Pulau Seram dan masuk ke
dalam lingkup Taman Nasional Manusela
yang mempunyai luas 189.000 hektar.
Pada tahun 1972 Taman Nasional Manusela
dibagi menjadi dua daerah yakni Wae Mual
seluas 17.500 hektar yang meliputi hutan
dataran rendah pada bagian utara. Flora
yang hidup di area ini adalah bakau
(Mangrove) dengan vegetasi sekitar rawa-
rawa, hutan damar (Agathis Alba), meranti
(Shorea sp). Pada perbukitan bagian
tengah adalah daerah Wae Nua seluas
20.000 hektar.
Gunung ini mempunyai curah hujan rata-
rata 2000 mm/tahun, dengan musim
penghujan terjadi sepanjang bulan
November hingga April.
Gunung Binaiya tergolong unik karena menjulang dari ketinggian 0 meter hingga
3055 meter di atas permukaan laut. Di bagian kaki gunung, banyak terdapat sungai
yang membentang seluas 6-8 meter.
Gunung Binaiya masuk ke dalam Kabupaten Maluku Tengah. Provinsi Maluku.
623 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Dari ibukota provinsi Maluku, Ambon, pendaki dapat menggunakan jasa angkutan
bis menuju Pelabuhan Tulehu dengan biaya Rp. 10.000. Setiba di Tulehu, dilanjutkan
menyeberang selat dengan menggunakan jasa speedboat menuju Pulau Seram,
tepatnya singgah di Pelabuhan Wahai, dengan biaya Rp. 60.000. Dari Wahai
perjalanan dilanjutkan menuju desa Kanikeh selama sekitar 6 jam. Kanikeh
merupakan desa terakhir sebelum menuju puncak Gunung Binaiya.
e. Taman Nasional Manusela
Bila Anda berkunjung ke Provinsi
Maluku, jangan lewatkan kesempatan
bertamasya ke salah satu objek
wisata andalan daerah tersebut, yaitu
Taman Nasional Manusela. Taman
nasional ini menawarkan berbagai
destinasi wisata yang menarik bagi
wisatawan, antara lain wisata hutan,
wisata gunung, pemotretan satwa,
panjat tebing, dan olahraga lintas
alam.
Pada awalnya, Taman Nasional Manusela merupakan kawasan konservasi
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
736/Mentan/X/1982 pada tanggal 14 Oktober 1982, dengan luas areal sekitar
189.000 hektar. Kemudian pada tahun 2002, Manusela ditetapkan sebagai taman
nasional Tipe C berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor
6186/Kpts-IV/2002 pada tanggal 10 Juni 2002. Setelah itu, terhitung sejak tanggal 1
Februari 2007, dengan menggabungkan Cagar Alam Wae Nua dan Cagar Alam Wae
Mual, kawasan tersebut dinaikkan statusnya menjadi taman nasional Tipe B
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor P.03/Menhut-II/2007.
Taman Nasional Manusela memiliki berbagai destinasi wisata yang membentang
luas mulai dari daerah perairan hingga kawasan pegunungan.Kondisi alam yang
demikian memberi banyak ruang kepada para wisatawan untuk memilih tempat
tamasya yang sesuai dengan keinginan mereka masing-masing.
Bagi wisatawan yang menyukai wisata hutan, kawasan taman nasional ini
merupakan pilihan yang tepat. Di kawasan ini terdapat berbagai vegetasi hutan,
seperti hutan pantai, hutan rawa, hutan tebing sungai, hutan hujan tropika palmah,
hutan pegunungan, dan hutan sub alpin.Tancang (bruguiera sexangula), bakau
(rhizophora acuminata), api-api (avicennia sp), kapur (dryobalanaps sp), pulai
(alstonia scholaris), ketapang (terminalia catappa), pandan (pandanus sp), meranti
(shorea selanica), kayu putih (melaleuca leucadendron), dan bunga bangkai (rafflesia
sp) adalah jenis-jenis tumbuhan yang dapat ditemukan di sini.
Kondisi alamnya yang masih alami dan terawat dengan baik menjadikan taman
nasional ini habitat bagi berbagai jenis satwa. Di sini ditemukan rusa (cervus
timorensis moluccensis), kuskus (phalanger orientalis), soa-soa (hydrosaurus
amboinensis), babi hutan (sus celebensis), luwak (pardofelis marmorata), kadal
panama (tiliqua gagas gagas), duyung (dugong dugong), dan penyu hijau (chelonia
mydas).
624 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Taman nasional yang menjadi salah satu objek wisata andalan Kabupaten Maluku
Tengah ini semakin lengkap dengan terdapatnya 117 jenis burung, di mana 14 jenis
di antaranya adalah endemik Pulau Maluku. Kesturi ternate (lorius garrulus), nuri
tengkuk ungu (lorius domicella), kakatua seram (cacatua moluccensis), raja udang
(halcyon lazuli/halcyon sancta), burung madu seram besar (philemon
subcorniculatus), dan nuri ambon/nuri raja (alisterus amboinensis) adalah di antara
jenis burung yang dapat dijumpai di kawasan ini.
Burung Kakatua berjambul jingga
Sumber Foto: kenzidane.wordpress.com
Selain itu, terdapatnya beberapa sungai yang mengalir deras di kawasan taman
nasional ini, dapat mengakomodasi keinginan pelancong yang berhasrat melakukan
olahraga arung jeram. Kecuali air yang bening dan medan yang terbilang ekstrem,
daya tarik lain sungai-sungai di kawasan ini adalah kondisi alamnya yang masih alami
dengan pesona tebing yang eksotis di sepanjang aliran sungai.
Sedangkan bagi pelancong yang hobi berpetualang, di kawasan taman nasional ini
terdapat banyak lembah yang memiliki kekhasan masing-masing. Lembah Manusela
terkenal dengan panorama alam yang rancak dan berhawa sejuk, lembah Pilianan
kesohor dengan aneka jenis kupu-kupu, dan lembah Sawai populer dengan karang-
karang laut yang indah. Selain itu, di taman nasional ini juga terdapat enam
pegunungan, dimana Gunung Binaya (Binaiya) merupakan gunung tertinggi dengan
ketinggian sekitar 3.027 meter di atas permukaan laut (dpl). Keberadaan gunung-
gunung tersebut sangat mendukung keinginan wisatawan yang hobi mendaki
gunung dan menyukai olahraga panjat tebing. Sementara itu, kontur medan yang
naik-turun, jalan setapak yang berliku-liku sampai jauh ke dalam hutan, serta
didukung oleh vegetasi hutan yang beraneka, memberi cukup ruang kepada
petualang untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti olahraga lintas alam,
berkemah, dan memotret aneka flora dan fauna unik.
Bila memiliki waktu luang, wisatawan dapat mengunjungi tempat penangkaran rusa,
rumah terapung, budidaya mutiara, arena outbond, jembatan gantung, menara
pengintai, dan sumber air panas. Berwisata ke Taman Nasional Manusela tentu
belum lengkap bila belum menyaksikan kehidupan penduduk asli yang mendiami
kawasan taman nasional tersebut. Mereka tersebar di empat desa, yaitu Desa
Manusela, Desa Ilena Maraina, Desa Selumena, dan Desa Kanike.Masyarakat desa-
desa tersebut meyakini bahwa gunung-gunung yang berada dalam kawasan Taman
Nasional Manusela senantiasa melindungi mereka dari marabahaya. Oleh sebab itu,
mereka senantiasa menghormati dan menjaga kelestarian taman nasional tersebut
dengan cara hidup selaras dengan alam.
625 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Secara administratif, Taman Nasional Manusela masuk dalam wilayah Kecamatan
Seram Utara dan Kecamatan Seram Selatan, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi
Maluku, Indonesia.
Bagi turis yang ingin mengunjungi Taman Nasional Manusela dapat memulai
perjalanan dari Kota Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku. Dari Kota Ambon terdapat
dua rute menuju taman nasional tersebut. Pertama, melalui rute pantai utara.Bagi
turis yang memilih rute pantai utara, dapat naik kapal feri dari Ambon menuju Kota
Masohi, Ibu Kota Kabupaten Maluku Tengah, dengan waktu tempuh sekitar delapan
jam. Dari Masohi perjalanan dilanjutkan dengan naik bus atau menyewa mobil
carteran sekitar dua jam menuju Saka. Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan
naik kapal cepat (speed boat) sekitar dua jam menuju Sawai atau Wahai.Kedua,
melalui rute pantai selatan.Bagi turis yang memilih rute ini, dapat naik kapal feri dari
Ambon menuju Masohi dengan waktu tempuh sekitar delapan jam. Dari Masohi
perjalanan dilanjutkan menuju Tehoru dengan naik kapal motor sekitar sembilan
jam. Kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju Moso atau Desa Saunulu dengan
menggunakan kapal motor.Bagi turis yang menyukai tantangan, dianjurkan untuk
memilih rute yang kedua atau rute pantai selatan. Karena, sebelum sampai di Taman
Nasional Manusela, wisatawan akan melewati jalan mendaki dengan kemiringan
medan sekitar 30 persen.
f. Kepulauan Banda
Heaven on East Indonesia!
Kata-kata itu pantas disematkan sebagai
slogan Kepulauan Banda. Selain menjadi
laboratorium bagi para penyelam kelas
dunia dan penyuka wisata pantai, kawasan
yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil
ini juga merupakan ‘monumen‘ hidup bagi
sedikitnya tiga bangsa, yaitu Portugal,
Belanda, dan Indonesia.
Senyatanya, beberapa peninggalan sejarah kolonial dan masa perang kemerdekaan
masih dapat kita jumpai di Kepulauan Banda ini. Peninggalan-peninggalan itu antara
lain rumah pengasingan dr. Tjipto Mangunkusumo, yang kala itu diasingkan bersama
Mr. Iwa Kusumasumantri, rumah pengasingan Soetan Sjahrir (Perdana Menteri
Republik Indonesia pertama), rumah pengasingan Mohammad Hatta (proklamator
sekaligus Wakil Presiden Republik Indonesia pertama), Benteng Nassau (peninggalan
Portugal abad ke-16), Benteng Belgica (peninggalan VOC Belanda, berdiri tahun
1611), Pelabuhan Neira, sebuah gereja tua berusia tiga seperempat abad lebih
(didirikan pada tahun 1680) yang di bawah lantainya terdapat kuburan 39 warga
Belanda masa lalu, dan lain sebagainya.
626 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Gereja tua di Bandaneira
http://sahabatmuseum.multiply.com
Di Museum Bung Sjahrir, sebagaimana masyarakat Banda menyebut bekas rumah
Soetan Sjahrir di Bandaneira, beberapa dokumen penting terpampang di papan
pajangan bersama sejumlah foto kenangan perjuangan bersama beberapa
koleganya. Selain itu, masih tersimpan dengan baik di sana salinan surat
pengangkatan Soetan Sjahrir sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Luar Negeri yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno (Presiden
Republik Indonesia) pada tanggal 15 November 1945. Kala itu, Bung Kecil –sapaan
akrab Soetan Sjahrir– masih berusia 36 tahun.
Ruang Tamu di Museum Bung Sjahrir
Sumber Foto:http://sahabatmuseum.multiply.com
Gramofon di Museum Bung Sjahrir
Sumber Foto: http://sahabatmuseum.multiply.com
Di tempat yang sama, pengunjung juga dapat menjumpai gramofon yang pernah
digunakan oleh Bung Kecil dan para pejuang lainnya untuk mendengarkan musik-
musik klasik kesukaan mereka. Menapaki rumah bersejarah ini, sebagaimana ulasan
627 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Kompas (24/10/96) kita tidak hanya akan ‘mendengarkan‘ saksi-saksi perjalanan
Sjahrir dan kawan-kawannya yang bercerita melalui artefak-artefak, melainkan juga
pemikirannya selama ditahan dan diasingkan oleh Belanda yang dituangkannya
dalam Renungan Indonesia. Renungan Indonesia berupa bundel tulisan yang
dikemas dalam bentuk buku bersampul hijau yang dipajang pada salah satu meja di
rumah ini.
Bekas rumah Bung Hatta di Kepulauan Banda
Sumber Foto: http://sahabatmuseum.multiply.com
Sementara, apabila pengunjung bertandang ke bekas rumah Bung Hatta, kita dapat
temui kaca mata yang pernah digunakan oleh beliau saat membacakan Proklamasi
17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur, Jakarta.Di Museum Bung Hatta ini pula dapat
ditemui satu stel jas warna kombinasi abu-abu cokelat.Jas bersejarah ini digunakan
Bung Hatta saat menandatangani hasil-hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den
Haag, Belanda pada 23 Agustus—2 November 1949 (Kompas,
24/10/96).Mengelilingi rumah ini, kita dapat membayangkan betapa
mengenaskannya kondisi rumah pengasiangan ini. Di salah satu pojok halaman
rumah, kita akan menyaksikan gentong yang dulu berfungsi sebagai penampung air
hujan. Air hujan yang terkumpul dalam gentong tersebut digunakan Bung Hatta
untuk sumber air minum karena, selain tidak ada sumur, air di sana mengandung
kadar garam tinggi.
Beberapa lokasi bersejarah lainnya masih dapat Anda saksikan dan nikmati di
Kepulauan ini.Misalnya beberapa bangunan yang telah dipugar dan tetap berwajah
sebagaimana aslinya, yaitu rumah marinir Inggris, Christopher Cole, yang kini
dijadikan museum; kediaman resmi Gubernur Jenderal VOC kala berada di
Bandaneira, yang lebih dikenal sebagai Istana Mini; serta Masjid Jami Hatta-Syahrir,
yang terletak di Desa Nusantara.
Pesona Laut dan Gunung Api, Kepulauan Banda
628 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Sumber Foto: http://dunialaut.com
Selain wisata sejarah perjuangan dan kolonialisme, Kepulauan Banda sangat kaya
dengan kawasan-kawasan tujuan tamasya alam.Di Pulau Gunung Api (pulau ini
berhadap-hadapan dengan Pulau Banda Kecil), terdapat gunung setinggi sekitar 700
meter bernama Gunung Banda Api. Dari Kota Bandaneira, Anda dapat melihat
keagungan dan kecantikan gunung itu selagi hari masih pagi, maupun di senja yang
sedang menghampiri kota ini.
Tak hanya gunung yang menghiasi alam Kepulauan Banda, dalam
www.dunialaut.com dilukiskan bagaimana indahnya alam laut di perairan kepulauan
ini. Penyelam-penyelam kelas dunia mengakui dan menganggap laut Banda
merupakan salah satu dive spot terbaik di dunia. Kepulauan Banda memang terkenal
dengan keindahan hayati alam bawah lautnya serta terumbu karang yang
mempesona. Pernah satu ketika letusan Gunung Api merusak sebagian sisi terumbu
karang Pulau Banda Besar. Namun menurut penilitian dari UNESCO, akibat
fenomena ini justru pertumbuhan terumbu karang di tempat ini menjadi yang
tercepat di dunia.Karena, pertumbuhan terumbu karang hanya membutuhkan
waktu kurang dari sepuluh tahun.
Snorkeling dan Diving di Laut Banda
Sumber Foto: http://www.info4indonesia.com
Tamasya bawah laut alias menyelam di Kepulauan Banda memang menakjubkan,
clear visibility (tingkat kejernihan pandangan) bisa mencapai 40 meter saat
menyelam dan hal ini membuat pemandangan alam bawah laut bisa terlihat dengan
jelas. Hampir seluruh area penyelaman di Pulau Banda Besar, Pulau Ai, Pulau Run,
Pulau Hatta, Pulau Sjahrir, hingga mendekati dermaga Bandaneira memiliki pesona
dan keanekaragaman alam bawah laut yang tak mungkin dilihat di tempat lain di
dunia. Perjalanan antartitik penyelaman satu dengan yang lain tidak terlalu jauh, dan
rata-rata dapat ditempuh dengan waktu antara 30 menit sampai 1,5 jam dengan
kapal boat. Di area ini, mata Anda benar-benar akan dimanjakan dengan warna-
warni terumbu karang dan soft coral yang sehat. Ditambah dengan ribuan ikan yang
seolah tidak peduli dengan kehadiran serta kedekatan Anda. Bila sedang
dipermukaan laut, sesekali Anda akan menyaksikan sekelompok lumba-lumba yang
melompat-lompat.
629 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
War Canoe Tradition di Pulau Sjahrir,Kepulauan Banda
Sumber Foto: http://sahabatmuseum.multiply.com
Kepulauan Banda terletak di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia.
Dari Kota Ambon, ibukota Provinsi Maluku, Anda dapat menggunakan Kapal Pelni
KM Ciremai dari Pelabuhan Yos Sudarso untuk menuju Bandaneira. Waktu tempuh
yang diperlukan kapal ini adalah tujuh (7) jam perjalanan ke arah tenggara dari
Ambon. Meski tampak menjemukan, perjalanan selama 7 jam tersebut akan terobati
dengan panorama Laut Banda yang menakjubkan di siang hari.
Sesampainya di Pelabuhan Yos Sudarso, Anda dapat mencari angkutan umum yang
berjejeran di pelabuhan tersebut untuk menuju ke penginapan terdekat. Angkutan
umum yang dapat mengantar Anda menuju tempat menginap adalah becak, ojek,
angkutan kota, maupun taksi. Namun, bila Anda tidak sabar untuk segera menuju ke
lokasi tamasya, angkutan umum bisa langsung membawa Anda ke tempat tujuan
yang dikehendaki.
2. Wisata Sejarah
a. Benteng Victoria
Benteng Victoria merupakan tempat
bersejarah yang terletak tepat di
pusat kota Ambon. Benteng tertua di
Ambon ini dibangun oleh Portugis
pada tahun 1775, yang selanjutnya
diambil alih oleh Belanda. Belanda
kemudian menjadikan benteng ini
sebagai pusat pemerintahan untuk
mengeruk harta kekayaan
masyarakat pribumi, berupa rempah-
rempah yang melimpah di bumi
Maluku.
Pada masa pemerintahan Belanda, benteng ini berfungsi strategis, yakni sebagai
pusat pemerintahan kolonial. Di depan benteng terdapat pelabuhan yang digunakan
sebagai jalur perhubungan laut antar pulau. Melalui pelabuhan ini pula kapal-kapal
Belanda mengangkut hasil rempah-rempah untuk didistribusikan ke beberapa
negara di benua Eropa. Bersebelahan dengan benteng ini, juga terdapat pasar yang
menjadi tempat untuk mempertemukan komunitas para pedagang pribumi.Benteng
ini juga digunakan sebagai tempat pertahanan dari berbagai serangan masyarakat
630 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
pribumi yang melakukan perlawanan. Dan, tepat di depan benteng inilah pahlawan
nasional bernama Pattimura digantung, yakni pada tanggal 6 Desember 1817.
Di dalam benteng dapat ditemui sisa-sisa meriam berukuran raksasa. Di beberapa
kamar terdapat patung berukir terbuat dari kayu pilihan, peta perkembangan kota
Ambon dari abad XVII hingga abad IX, dan beberapa koleksi lukisan para
administratur Belanda di Maluku. Dengan melihat peninggalan ini pengunjung
dapat merekam sejarah lahir dan berkembangnya kota Ambon.
Sedangkan ruas jalan di sisi depan benteng atau yang disebut “Boulevard Victoria”
menghubungkan langsung ke arah bibir Pantai Honipopu. Tepat di depan benteng,
wisatawan dapat langsung menyaksikan Teluk Ambon yang sangat indah di saat
senja hari, khususnya ketika matahari mulai tenggelam.
Benteng Victoria terletak di Kecamatan Sirimau, Kotamadya Ambon, Provinsi
Maluku.
Karena terletak tepat di tengah kota, maka pengunjung dapat langsung jalan kaki ke
arah timur sejauh 300 meter dari Terminal Mardika, terminal angkutan umum yang
terletak di pusat kota. Jika pengunjung naik becak, dikenakan biaya Rp. 3.000, dan
Rp. 1500 jika naik angkutan umum.
b. Benteng Amsterdam
Benteng Amsterdam dibangun oleh
Belanda pada awal abad ke-17, ketika
perdagangan rempah-rempah mulai
dilaksanakan di Ambon.Benteng ini terletak
tidak jauh dari Gereja Tua Hila.Benteng
Amsterdam adalah bangunan kedua yang
dibangun Belanda di Ambon, setelah
Kasteel Van Verre.Benteng ini dibangun
setelah Vereenigde Oost Indische
Compagnie (VOC) didirikan di Belanda oleh
Heeren Zeventien.Seorang ahli sejarah dan pengamat alam bangsa Jerman yang
bekerja untuk tentara Belanda bernama George Everhard Rumphius pernah tinggal
di benteng ini pada kurun 1660 - 1670, dan menulis buku tentang flora dan fauna
Ambon.Benteng Amsterdam direnovasi pada tahun 1993.
Benteng Amsterdam merupakan bangunan tua yang sudah berusia ratusan tahun,
dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah penguasaan VOC di Ambon.Benteng
ini terletak di tepi pantai yang sangat tenang dan indah.
Benteng Amsterdam terletak di Kecamatan Hila, Ambon.
Tempat ini bisa dicapai dengan mobil dari Ambon selama sekitar satu jam.Jika
mempergunakan kendaraan umum, pengunjung dapat naik bus dari Ambon ke
Kecamatan Hila.
631 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
c. Masjid Tua Wapauwe
Sejarah Masjid Tua Wapauwe di desa Kaitetu,
Ambon, terkait erat dengan perkembangan
Islam di jazirah Hitu.Pada abad ke-13,
penduduk di pegunungan Wawane dan
sekitarnya masih mempercayai
animisme.Kondisi ini mulai berubah ketika
pada abad ke-14 Irian dan Maluku diinvasi
oleh Kerajaan Ternate dan Tidore.Pengaruh
kekuasaan Ternate dan Tidore yang sangat
kuat membuat agama Islam, yang dibawa para saudagar dari Jawa, berkembang
dengan baik di wilayah ini.
Masjid Tua Wapauwe berdiri tahun 1414 di Wawane.Menurut prasasti yang
terdapat di halaman masjid, pendiri Masjid Tua Wapauwe adalah Perdana Jamillu
dan orang kaya Alahahulu.Selanjutnya pada tahun 1614, masjid ini dipindahkan oleh
Imam Rijalli ke Tehalla, 6 km di sebelah timur Wawane.Imam Rajalli adalah guru
agama yang sangat dihormati, dan bersama pengikutnya yang disebut “Kelompok
Dua Belas Tukang” mengembangkan agama Islam di wilayah ini. Lima puluh tahun
kemudian, pada tahun 1664, menurut cerita penduduk setempat masjid ini ‘turun‘
(pindah sendiri) ke Atetu lengkap dengan segala peralatan ibadahnya.
Wapauwe berasal dari kata ‘wapa‘ yang berarti ‘di bawah‘ dan ‘uwe‘ yang
merupakan nama pohon mangga. Pada awalnya, masjid ini memang didirikan di
bawah sebatang pohon mangga.Seluruh bahan bangunan masjid ini adalah kayu
sagu, yang dikonstruksi tanpa memakai paku.
Masjid yang sudah sangat tua ini masih terpelihara dengan baik. Sebagian besar
bangunannya masih asli, juga masih tersimpan beberapa benda peninggalan seperti
bedug, Al-Qur‘an tulisan tangan, timbangan beras fitrah dengan anak timbangan
berupa batu yang beratnya 2,5 kg, dan sebuah logam berukir dan bertuliskan huruf
arab pada dinding masjid. Masjid juga masih difungsikan sebagai tempat sholat
penduduk sekitar. Jika bedug dipukul, maka suaranya akan terdengar hingga ke
seluruh desa, mengundang penduduk untuk datang berjamaah ke masjid. Mushaf
Al-Qur‘an tulisan tangan yang ada di masjid ini pernah dipamerkan pada Festival
Istiqlal di Jakarta. Beberapa tambahan baru adalah tempat wudlu, karpet, kipas
angin dan aliran listrik untuk penerangan.
Masjid Tua Wapauwe terdapat di desa Kaitetu (Atetu), Kecamatan Hila, pantai utara
Pulau Ambon. Masjid ini terletak tidak jauh dari Benteng Amsterdam.
Desa Kaitetu bisa dicapai dengan mobil selama kurang lebih satu jam dari kota
Ambon. Selain menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung juga bisa naik bus
umum dari kota Ambon ke Kecamatan Hila, kemudian naik angkutan umum dari Hila
ke desa Kaitetu.
632 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
d. Benteng Belgica
Ekspansi perdagangan bangsa Eropa di
Nusantara sekitar abad ke-16 dan 17
memberi pengaruh yang berarti kepada
berbagai bangsa di Asia Tenggara.Salah
satunya Indonesia. Berawal dari kedatangan
bangsa Portugal di awal abad ke-16,
kemudian disusul Belanda dan Inggris pada
periode selanjutnya, menjadikan hampir
seluruh wilayah Kepulauan Nusantara
sebagai zona ekonomi kolonial. Salah satu contohnya Kota Bandaneira, yang kini
menjadi ibukota Kecamatan Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi
Maluku.
Bandaneira merupakan salah satu kota kecil (small town) tinggalan zaman kolonial
Portugal dan Belanda di Nusantara. Tempat ini beranjak menjadi kota ketika
Portugal menginjakkan kakinya untuk kali pertama di pulau yang terkenal sebagai
pulau rempah-rempah (spice island) pada tahun 1527 (Kompas, 24/10/96). Kala itu,
Bandaneira diproyeksikan sebagai sentra dagang Portugal untuk Eropa.Oleh
karenanya, dibutuhkan pelabuhan yang memadai yang dilengkapi prasarana
pertahanan, yakni benteng yang sekaligus berfungsi sebagai penjara dan gudang
mesiu.
Dalam proses mengembangkan Bandaneira, Portugal mulanya mendirikan sebuah
benteng yang diberi nama Benteng Nassau. Pembangunan benteng ini sekaligus
bertujuan sebagai simbol kebesaran kolonial Portugal di kawasan Timur Jauh.
Namun, belum selesai benteng ini dibangun, kedatangan Belanda di sana pada akhir
abad ke-16 membuat Portugis harus meninggalkan Bandaneira.
Kedatangan VOC (Vereenigde Oost Indiesche Companie) —sebuah kongsi dagang
swasta untuk wilayah Hindia Timur asal Belanda yang berdiri pada 1602— di
Kepulauan Banda pada tahun 1599 inilah yang menjadi cikal bakal praktik
kolonialisasi di antero wilayah Nusantara (Kompas, 24/10/96).VOC menyingkirkan
hak-hak ekonomi Portugal dari Kepulauan Banda (dan juga Nusantara) ketika itu
karena VOC menerima piagam hak monopoli (oktroi) dari Parlemen Kerajaan
Belanda.Melalui piagam tersebut, VOC kemudian memiliki hak penuh atas segala
aktivitas perdagangan di Hindia Timur, yakni Afrika bagian selatan dan timur serta
seluruh Asia (Kompas, 28/03/02).Kawasan perdagangan yang dimaksud terbentang
mulai dari Tanjung Harapan di Afrika Selatan sampai ke Selat Magellan di sebelah
timur Kepulauan Jepang.
Piagam oktroi, sebagaimana disebut di atas, sekaligus menjadikan VOC sebagai wakil
Pemerintah Kerajaan Belanda untuk kawasan Asia.Karenanya, VOC dapat melakukan
perundingan dan mengikat perjanjian dengan para penguasa negara-negara
berdaulat di seluruh Hindia Timur.Ia juga berhak membangun benteng untuk
melindungi kantor dan gudang mereka, berhak mengangkat gubernur dan pegawai,
berhak membentuk pasukan perang, menyelenggarakan peradilan, sampai
menerbitkan uang (Kompas, 28/03/02).
633 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Sebagaimana runtutan kisah di atas, hengkangnya Portugal dari Kepulauan Banda di
awal abad ke-17, mendorong VOC membangun fondasi-fondasi kekuatan militernya
di Nusantara bagian Timur. Ketika itu, kapal-kapal besar VOC berlabuh di Teluk
Neira, membawa ribuan personel militernya dan menuntaskan pembangunan
Benteng Nassau yang belum selesai dikerjakan Portugis dan juga mempersiapkan
pembangunan benteng lain yang baru.
Ilustrasi kedatangan VOC di Kepulauan Banda
Sumber Foto: www.nrc.nl
Dalam http://www.paketrupiah.com, dikisahkan bahwa pembangunan benteng baru
itu dikomandoi oleh Pieter Both, Gubernur Jenderal VOC pertama, pada tahun 1611.
Benteng yang diberi nama “Belgica” ini digunakan sebagai markas dan pusat
pertahanan militer. Dalam kurun waktu itu, benteng yang pada awalnya difungsikan
sebagai pusat pertahanan tersebut dalam perkembangannya menambah fungsinya
sebagai benteng pemantau lalu lintas kapal dagang.Benteng ini kemudian diperbesar
tahun 1622 oleh J.P. Coen.Kemudian, tahun 1667 diperbesar lagi oleh Komisaris
Cornelis Speelman.Benteng ini menjadi markas militer Belanda hingga tahun 1860,
atau berfungsi lebih dari 200 tahun. Setelah itu, benteng yang berada di atas
perbukitan Tabaleku (di wilayah barat daya Pulau Naira) dan terletak pada
ketinggian 30,01 meter di atas permukaan laut (dpl) ini dibiarkan terbengkalai
karena tidak dipakai lagi hingga mengalami kerusakan.
Pada tahun 1991, atau setelah hampir empat seratus tahun berselang, Benteng
Belgica dipugar oleh para ahli atas bantuan dana dari Jenderal L.B. Moerdani, yang
kala itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan (Hankam) Republik
Indonesia. Empat tahun pascapemugaran, benteng ini masuk ke dalam daftar
bangunan yang pantas dilestarikan oleh UNESCO karena nilai sejarah yang melekat
padanya.Dalam situs resmi UNESCO, whc.unesco.org, benteng ini ditetapkan sebagai
salah satu situs peninggalan cagar budaya (world heritage culture) yang harus
dilestarikan.UNESCO menerima pengajuan usulan dari Departemen Kebudayaan
pada tanggal 19 Oktober 1995, bahwa benteng ini merupakan cagar budaya yang
layak untuk dilestarikan.
Atmosfer napak tilas riwayat kolonialisme di Nusantara akan terasa sejak wisatawan
tiba di Pulau Banda. Bukan hanya ketika wisatawan mencium aroma buah pala yang
amat kuat di pulau ini, tetapi juga ketika para pelancong berkunjung ke Benteng
Belgica.Berada di benteng yang menyimpan sejuta ceritera VOC di awal
kedatangannya ini, seolah mengajak kita untuk kembali menengok situasi
Bandaneira pada abad ke-17.
634 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Benteng Belgica
Sumber Foto: www.travelblog.org - Wiliam Seagar
Meski telah berusia hampir 400 tahun, benteng ini masih terawat dengan baik. Tidak
tampak di sana, misalnya, coretan-coretan pada tembok benteng yang tebalnya
mencapai puluhan sentimeter itu seperti yang sering terjadi pada beberapa
bangunan bersejarah di banyak tempat di Indonesia. Selain bangunan yang masih
terawat dengan baik, penampilan benteng ini juga masih terlihat kokoh dan
tangguh.
Dari sisi luar bangunan, banyak yang mengatakan bahwa Benteng Belgica yang
dibangun pada tahun 1611 ini secara fisik menyerupai Gedung Pentagon di
Washington D.C., Amerika Serikat.Bahkan, benteng ini mempunyai julukan sebagai
The Indonesian Pentagon. Karena, secara desain arsitektur bangunan benteng bekas
markas VOC tersebut berbentuk pentagonal alias persegi lima. Uniknya, apabila
benteng ini dilihat dari salah satu penjuru niscaya hanya akan terlihat empat buah
sisi, meski sesungguhnya memiliki lima sisi layaknya sebuah bintang persegi.
Setiap sudut pada bangunan ini dilengkapi dengan dinding-dinding yang dikreasi
sebagai sarana bertahan ketika ada musuh yang menyerang atau yang lazim disebut
sebagai defensive wall. Secara umum, http://en.wikipedia.org/wiki/Fort
menyebutkan bahwa VOC mendirikan Benteng Belgica ini merujuk pada tren
teknologi arsitektural (model) benteng di Eropa kala itu atau gaya benteng di
periode modern awal (Early Modern Era).
Dinding-dinding pertahanan Benteng Belgica tampak dari dalam
Sumber Foto: Pariwisata Maluku
Ciri khas lain dari benteng bercorak Early Modern Era ini adalah keberadaan bastion-
bastion pada bangunan benteng. Bastion merupakan sebuah celah pada dinding
benteng yang difungsikan sebagai tempat menaruh mulut canon atau meriam
(http://en.wikipedia.org/wiki/Bastion).Sebagian besar, bastion-bastion ini
menghadap ke arah laut, atau sehadap dengan muka benteng.
635 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Bastion-bastion Benteng Belgica
Sumber Foto: www.travelblog.org - Wiliam Seagar
Pengunjung akan melihat bagaimana benteng ini ternyata tidak hanya meninggalkan
berbagai bastion dan dinding-dinding raksasanya saja, melainkan juga beberapa
meriam yang pernah digunakan VOC untuk menghalau para ‘pemberontak‘ yang
dilakukan oleh penduduk lokal dan beberapa kesultanan dari Sulawesi dan Maluku
Utara kala itu (antara akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-19).
Meriam di Benteng Belgica
Sumber Foto: www.travelblog.org - Wiliam Seagar
Sementara itu, apabila pengunjung melihat dari dalam benteng, sebagaimana yang
dilukiskan dalam http://www.paketrupiah.com/, konstruksi benteng terdiri atas dua
lapis bangunan (dua lantai).Untuk memasukinya, pengunjung harus menggunakan
tangga yang aslinya berupa tangga yang dapat diangkat (semacam tangga
hidrolik).Kemudian, pada bagian tengah benteng terdapat sebuah ruang terbuka
luas untuk para tahanan.Di tengah ruang terbuka tersebut terdapat dua buah sumur
rahasia dengan bentuk persegi yang konon menghubungkan benteng dengan
pelabuhan dan Benteng Nassau yang berada di tepi pantai.
Tampak dua sumur rahasia berbentuk persegi di bagian tengah benteng
Sumber Foto: sahabatmuseum.multiply.com
636 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Masih dalam sumber yang sama, pada setiap sisi benteng terdapat sebuah menara.
Untuk menuju puncak menara tersedia tangga dengan posisi nyaris tegak dan lubang
keluar yang sempit. Dari puncak menara ini wisatawan dapat menikmati panorama
sebagian daerah di Kepulauan Banda, mulai dari birunya perairan Teluk Banda,
matahari terbenam (sunset), puncak Gunung Api —sebuah gunung vulkanis di
Bandaneira yang tingginya mencapai 667 meter dpl— yang menjulang, sampai
rimbunnya ratusan pohon pala di Pulau Banda Besar. Berjalan-jalan di sekitar
benteng ini sangat menyenangkan sambil membayangkan suasana masa kolonial
tempo doeloe.
Benteng Belgica terletak di Kota Bandaneira, Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku
Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia
Dari Kota Ambon, ibukota Provinsi Maluku, Anda dapat menggunakan Kapal Pelni
KM Ciremai dari Pelabuhan Yos Sudarso untuk menuju Bandaneira. Waktu tempuh
yang diperlukan kapal ini adalah tujuh (7) jam perjalanan ke arah tenggara dari
Ambon. Meski tampak menjemukan, perjalanan selama 7 jam tersebut akan terobati
dengan panorama Laut Banda yang menakjubkan di siang hari.
Sesampainya di Pelabuhan Yos Sudarso, Anda dapat mencari angkutan umum yang
berjejeran di pelabuhan tersebut untuk menuju ke Benteng Belgica. Salah satu
angkutan umum yang dapat mengantar Anda menuju Benteng Belgica adalah becak,
ojek, angkutan kota, maupun taksi.
e. Museum Siwalima
Museum Siwalima didirikan pada tahun 1973,
terletak di bukit Taman Makmur.Terdapat dua
bangunan museum, yaitu Museum Siwalima I
yang merupakan museum maritim, dan Museum
Siwalima II yang merupakan museum etnografi.
Di museum
Siwalima I tersimpan berbagai kekayaan laut
Maluku.Terdapat juga tiga kerangka ikan paus
yang terdampar di pantai Maluku, salah satunya
memiliki panjang 23 meter.
Di Museum Siwalima II tersimpan benda-benda
dan sejarah tentang Maluku, mencakup
berbagai jenis rumah adat, pakaian tradisional
dan pakaian adat, senjata, alat musik, uang
kuno, guci-guci dan piring porselen peninggalan
zaman Jepang, juga terdapat gua tiruan yang
menggambarkan kehidupan suku tradisional
Maluku zaman dulu.
637 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Museum Siwalima I menyimpan berbagai kekayaan laut Maluku yang sangat
berharga. Museum Siwalima II menyimpan berbagai benda budaya dan informasi
tentang cara hidup, kepercayaan, dan adat istiadat masyarakat Maluku. Benda-
benda yang tersimpan di kedua museum ini terawat dengan baik, dan ada petugas
yang dapat menjelaskan seluruh isi museum dengan rinci.
Jika ada permintaan khusus, pengunjung dapat menikmati sajian musik lokal,
pementasan tarian, dan demo pembuatan kain tenun.Pengunjung juga
diperbolehkan memotret di dalam museum.
Museum Siwalima terletak 3 km arah tenggara dari kota Ambon.
Untuk mencapai tempat ini, pengunjung dapat naik minibus Taman Makmur atau
minibus Amahusu, dan turun di Taman Makmur atau Batu Capeo.
Untuk masuk ke Museum Siwalima dikenakan tiket seharga Rp. 3.000,-
3. Wisata Budaya
a. Tari Cakalele
Cakalele merupakan tarian tradisional
Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30
laki-laki dan perempuan. Para penari
laki-laki mengenakan pakaian perang
yang didominasi oleh warna merah dan
kuning tua. Di kedua tangan penari
menggenggam senjata pedang (parang)
di sisi kanan dan tameng (salawaku) di
sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari
alumunium yang diselipkan bulu ayam
berwarna putih.
Sedangkan penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari
menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya. Para penari Cakalele yang
berpasangan ini, menari dengan diiringi musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar
(bia) yang ditiup.
Tari Cakalele disebut juga dengan tari kebesaran, karena digunakan untuk
penyambutan para tamu agung seperti tokoh agama dan pejabat pemerintah yang
berkunjung ke bumi Maluku.
Keistimewaan tarian ini terletak pada tiga fungsi simbolnya. (1) Pakaian berwarna
merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi
Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang.
(2) Pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus
dipertahankan hingga titik darah penghabisan. (3) Tameng (salawaku) dan teriakan
lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap
sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat.
Tarian Cakalele dapat ditemui di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah.
638 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Dari Ambon, Ibukota Provinsi Maluku, wisatawan dapat naik angkutan umum
berupa minibus jurusan Tulehu, dengan biaya Rp. 7.500. Kemudian dilanjutkan
dengan naik speed boat menyeberang Selat Tulehu, menuju Pulau Haruku, dengan
waktu tempuh 30 menit dan per-orang dikenakan biaya Rp. 30.000
b. Upacara Adat Pukul Sapu
Berbagai acara ditaja oleh umat Islam di Nusantara untuk memeriahkan Hari Raya
Idul Fitri setelah sebulan lamanya menunaikan ibadah puasa pada bulan suci
Ramadhan.Salah satu di antaranya adalah upacara adat Pukul Sapu yang digelar oleh
masyarakat yang bermastautin di Desa Morella dan Desa Mamala yang masuk dalam
wilayah administratif Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi
Maluku. Baku Pukul Manyapu dan Pukul Manyapu adalah nama lain bagi upacara
adat ini.
Upacara adat yang tergolong ekstrem ini digelar setiap tanggal 7 Syawal menurut
perhitungan kalender Hijriah/kalender Islam, atau pada hari ke tujuh setelah Hari
Raya Idul Fitri.Biasanya, peserta upacara adalah pemuda dari dua desa adat yang
bertetangga tersebut. Namun, bila ada peserta dari daerah lain yang ingin
berpartisipasi, bisa mendaftarkan diri kepada panitia tiga hari sebelum upacara
dilaksanakan. Sekalipun Pukul Sapu adalah tradisi umat Islam Maluku, namun
upacara ini juga dihadiri dan melibatkan umat Kristen di daerah tersebut, terutama
mereka yang memiliki ikatan kekerabatan (pela) dengan masyarakat dua desa adat
ini, seperti masyarakat Desa Lateri yang memiliki ikatan kekerabatan dengan Desa
Mamala dan Desa Waai yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Desa
Morella. Bahkan, terkadang upacara yang dihelat pada “lebaran hari ke tujuh” ini
juga diikuti oleh keturunan Maluku yang sudah menjadi warga negara Belanda.
Peserta upacara Pukul Sapu mengelilingi kampung
Sumber Foto: http://gilnova.multiply.com
Konon, menurut kompas.com, upacara adat Pukul Sapu merujuk pada perjuangan
Achmad Leakawa, atau yang lebih populer dengan nama Kapitan/Pimpinan Perang
Telukabessy beserta anak buahnya, ketika menghadapi tentara Belanda dalam
Perang Kapahala (1643-1646 M). Perang ini dipantik oleh pendirian markas VOC
(kongsi dagang Belanda) di Teluk Sewatelu, Ambon, pada tahun 1636 M. Perang
semakin tak terelakkan ketika tentara Belanda hendak merebut Benteng Kapahala,
benteng milik warga Maluku, dengan cara mengepungnya dari berbagai penjuru.
Dalam perang ini, para pejuang terdesak akibat serangan dari darat yang didukung
tembakan meriam dari kapal-kapal VOC dari laut.Karena tidak berimbang, akhirnya
benteng yang berjarak sekitar tiga kilometer dari Desa Morella dan Mamala tersebut
dapat dikuasai oleh Belanda.
639 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Pada perang itu, Kapitan Telukabessy dapat meloloskan diri.Namun, anak buahnya
banyak yang berhasil ditangkap tentara Belanda.Sebagian dari mereka kemudian
dijadikan tawanan di Teluk Sewatelu dan sebagiannya lagi dibuang ke Batavia, atau
Jakarta sekarang.Meskipun berhasil meloloskan diri, Kapitan Telukabessy tetap
dihadapkan pada situasi sulit, yaitu antara menyerahkan diri atau anak buahnya
dibunuh kompeni.Akhirnya, Kapitan Telukabessy memilih menyerahkan diri pada
Komandan Verheijden pada tanggal 19 Agustus 1646. Oleh Gubernur Gerard
Demmer, Kapitan Telukabessy dijatuhi hukuman gantung di Benteng Victoria,
Ambon, pada tanggal 27 September 1646.
Pada tanggal 27 Oktober 1646, setelah ditawan selama tiga bulan di Teluk Sewatelu,
anak buah Kapitan Telukabessy tersebut dibebaskan Belanda.Sebelum berpisah dan
kembali ke daerah asal masing-masing, mereka menggelar acara perpisahan yang
terbilang heroik, dengan menampilkan aneka tari adat, menyanyikan lagu-lagu
daerah, dan acara pukul sapu.Tujuan acara pukul sapu adalah agar tetesan darah
dari tubuh mereka yang jatuh dan meresap ke tanah dapat mengingatkan mereka
untuk berkumpul kembali di tempat tersebut suatu saat nanti.
Ekstrem, atraktif, dan menghibur.Kira-kira demikianlah kesan para pengunjung
ketika menyaksikan upacara adat Pukul Sapu yang dihelat di daerah yang dijuluki
dengan Negeri Seribu Bukit ini. Karena, setiap peserta upacara yang rutin dihelat
saban tahun ini akan mencambuk peserta lain yang berada di hadapannya secara
bergantian dengan menggunakan lidi dari pohon enau (arenga pinnata), yang dalam
bahasa Maluku disebut dengan pohon mayang. Lidi enau yang digunakan untuk
mencambuk peserta upacara memiliki panjang 1,5—2 meter dengan diameter
pangkalnya mencapai 1—3 sentimeter.
Sekalipun upacara adat yang diwariskan secara turun-temurun ini dihelat pada
tanggal 7 Syawal, namun kesibukan sudah terlihat di dua desa adat tersebut
beberapa hari sebelum pelaksanaan upacara. Sebab, berbagai hal harus
dipersiapkan panitia untuk menunjang kelancaran dan kemeriahan upacara, seperti
podium, tenda para undangan, arena upacara, stand pameran, warung-warung
pedagang, umbul-umbul, dan lain sebagainya.
Karnaval Budaya
Sumber Foto: gilnova.multiply.com
Sebelum acara puncak Pukul Sapu berlangsung, terlebih dahulu digelar berbagai
kegiatan, seperti hadrat (rebana), karnaval budaya, pameran dan festival, balap
perahu, penampilan band lokal, dan bahkan penampilan artis ibukota keturunan
Maluku. Selain itu, juga ditampilkan aneka tari dari daerah tersebut, seperti tari
640 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
putri, tari mahina, tari perang, hingga pertunjukan musik yang dibawakan oleh
masyarakat dari negeri pela yang beragama Kristen.
Balap Perahu
Sumber Foto: gilnova.multiply.com
Penampilan Hadrat/Rebana
Sumber Foto: gilnova.multiply.com
Sementara itu, meskipun pelaksanaan upacara baru dimulai setelah shalat Ashar,
para wisatawan baik domestik maupun mancanegara telah berbondong-bondong
datang ke dua desa tersebut sejak pagi hari. Bahkan, ada yang tiba di sana 1—2 hari
sebelum upacara dimulai. Hal ini dimaksudkan supaya mereka dapat menyaksikan
secara langsung tahapan-tahapan persiapan upacara, seperti melihat latihan para
peserta upacara, meraut lidi enau, dan proses pembuatan minyak Mamala yang
kesohor dengan khasiatnya itu. Konon, minyak yang dibuat pada malam 7 Syawal ini
hanya boleh dilakukan oleh keturunan Imam Tuni, tokoh agama Desa Mamala yang
menjadi salah satu pendiri Masjid Al-Muttaqien.
Meraut Lidi Enau
Sumber Foto: gilnova.multiply.com
Sebelum upacara dimulai, para peserta terlebih dahulu dikumpulkan di suatu tempat
untuk mendapatkan doa dari para tetua adat. Hal ini dilakukan dengan harapan agar
prosesi upacara berjalan dengan lancar dan seluruh peserta diberi keselamatan oleh
Allah SWT.Sebelum memasuki arena upacara, mereka terlebih dahulu berlari-lari
641 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
kecil mengelilingi kampung. Di Desa Mamala, upacara Pukul Sapu diawali dengan
mencambukkan lidi enau ke tubuh peserta upacara oleh pejabat daerah setempat.
Sedangkan di Desa Morella, pembukaan upacara ditandai dengan penyulutan obor
Kapitan Telukabessy oleh pejabat atau pemuka masyarakat setempat.
Tari Perang
Sumber Foto: http://gilnova.multiply.com
Tari Mahina
Sumber Foto: http://gilnova.multiply.com
Selepas acara pembukaan, upacara adat Pukul Sapu pun dimulai dengan diiringi
tepuk tangan dan sorak-sorai dari para penonton.Para peserta yang hanya
menggunakan celana pendek, ikat kepala, dan bertelanjang dada ini dibagi ke dalam
dua kelompok dan berdiri berhadap-hadapan. Kedua kelompok tersebut secara
bergantian akan menyabetkan lidi enau yang berada di genggaman masing-masing
ke pinggang, dada, dan punggung peserta di hadapannya sampai lebam dan
berdarah-darah. Untuk mengatur pergantian kelompok yang dicambuk dan
kelompok yang menyambuk, para peserta mengikuti aba-aba dari koordinator
upacara atau mengikuti alunan gendang.Pergantian juga bisa dilakukan bila peserta
yang dicambuk telah terdesak hingga mendekati tempat penonton di pinggir
lapangan.
Luka-luka Sabetan Lidi Enau
Sumber Foto: gilnova.multiply.com
642 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
Uniknya, meskipun sekujur tubuh peserta upacara memar-memar dan
mengeluarkan darah, namun tak terlihat pada mereka ringis kesakitan atau rintihan
mengaduh.Di samping itu, bercak sabetan dan goresan darah akibat cambukan lidi
enau dapat disembuhkan dengan cepat tanpa meninggalkan bekas. Di Desa Morella,
luka-luka akibat cambukan diobati dengan ramuan dari daun jarak yang terkenal
berkhasiat menyembuhkan luka. Sementara di Desa Mamala, luka-luka peserta
upacara diobati dengan mengoleskan minyak kelapa yang telah didoakan oleh para
tetua adat kepada bagian tubuh yang luka.Minyak kelapa yang dapat mengobati luka
dengan cepat tersebut dinamakan minyak Mamala atau minyak Tasala.Konon,
khasiat minyak ini telah kesohor ke mana-mana, sehingga menarik minat para
ilmuan dari dalam dan luar negeri untuk menelitinya.
Setelah upacara adat Pukul Sapu usai, hal lain yang menarik dan membuat
wisatawan terhibur adalah ketika para penonton berlomba-lomba memperebutkan
lidi-lidi enau dan minyak kelapa bekas peserta upacara. Hal ini dikarenakan lidi-lidi
atau minyak tersebut diyakini membawa keberuntungan.Selain untuk memperoleh
keberuntungan, sebagian masyarakat menganggap kedua benda tersebut sekadar
kenang-kenangan mengikuti upacara adat Pukul Sapu yang dihelat sekali dalam
setahun itu.
Sedangkan bagi turis yang punya waktu luang, dapat mengikuti Pesta Basudara,
yaitu acara syukuran upacara adat Pukul Sapu, yang digelar di Desa Morella pada
malam hari setelah upacara adat tersebut berlangsung.
Upacara adat Pukul Sapu dipusatkan di Stadion Hutusela Desa Morella dan di
pelataran Masjid Al-Muttaqien Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku
Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia.
Bagi wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Maluku, dapat memulai perjalanan
dari Bandara Pattimura Ambon.Dari sini kemudian wisatawan dapat mencapai lokasi
upacara adat Pukul Sapu di Desa Mamala dan Desa Morella dengan menggunakan
bus, taksi, atau menyewa mobil carteran.Kedua desa adat tersebut berjarak sekitar
30 kilometer di sebelah utara Kota Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku.Sedangkan bagi
wisatawan yang memulai perjalanan dari Kota Masohi, Ibu Kota Kabupaten Maluku
Tengah, dapat naik bus atau menyewa mobil carteran menuju lokasi upacara adat
Pukul Sapu.
643 Kepariwisataan : Provinsi Maluku
4. Wisata Kuliner
a. Ikan Kuah Pala Banda
Pengalaman menikmati masakan Ikan Kuah Pala
Banda boleh jadi tidak akan terwakili ketika
dilukiskan melalui bahasa. Namun, ketika
menikmati menu yang terdiri dari sup ikan kuah
pala dan sambal bekasang ini, Anda akan ditarik
ke dalam nuansa Pulau Banda yang kaya akan
buah pala. Seolah, aroma dan rasa dalam resep
masakan ini mewakili alam Banda Naira.
Agus Setyahadi mengisahkan dalam artikelnya
di www.kompas.com, bahwa menurut penduduk setempat, kenikmatan sup ikan
kuah pala ini sudah dikenal sejak zaman nenek moyang mereka. Bahkan, karena
saking lezatnya, sup ikan kuah pala selalu disajikan untuk para petinggi tentara
Belanda yang datang ke Banda. Tradisi santap itu berlangsung hingga kawanan
tentara kongsi dagang Belanda angkat kaki dari Banda.
Sumber sensasi kenikmatannya ada pada sup ikan kuah, terutama ketika rasa yang
gurih, sedikit pedas, dan asam pala yang melebur menjadi satu melewati lidah Anda.
Kuah sup berbahan pala ini akan terasa sangat segar. Rasa pedas muncul di sana
lantaran pedas pala yang halus, dan hangatnya dapat menjalar hingga ke lambung.
Sup ikan ini dapat disantap sebagai pembuka, namun oleh sebagian orang bisa juga
disantap sebagai sup penutup.
Sementara itu, pelengkap menu ini yang tidak boleh dilewatkan adalah sambal
bekasang.Sambal ini melengkapi sensasi pedas menggigit lidah.Lidah juga digelitik
rasa asam jeruk limau dalam sambal ini. Asam limau selain untuk menghilangkan
aroma amis ikan, juga berfungsi menggugah selera makan.
Membuat sambal bekasang diperlukan waktu yang relatif lama, yakni satu
minggu.Untuk membuat bekasang dibutuhkan ikan cakalang yang digiling
halus.Daging giling ikan tersebut lantas dicampur dengan garam dan diungkep
selama satu minggu dan jadilah bekasang.Sambal biasanya ditambahi irisan bawang
merah, tomat, dan sedikit minyak goreng supaya sedap dan gurih.
Biasanya, sajian Ikan Kuah Pala Banda disertai pula dengan urap daun pepaya dan
ikan kakap merah bakar yang berdaging lembut.Komposisi masakan yang demikian
ini kemudian disantap bersama nasi. Dan, kombinasi sajian semacam ini hanya dapat
Anda temui di Banda Naira, di gugusan pulau-pulau kecil yang diitari oleh laut
berpalung dalam, tidak di tempat lain.
Lebih dari itu, masakan ini teristimewakan lantaran tidak semua rumah makan
menyediakan menu ini.Sebab, Ikan Kuah Pala Banda merupakan menu harian
masyarakat Banda, sehingga justru sulit ditemui di restoran-restoran.Karena itu, ada
baiknya Anda menanyakan kepada penduduk lokal, di mana dapat dijumpai
masakan ini.