SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
ALAT MESIN PERTANIAN
BAB VII MENGOPERASIKAN ALAT MESIN BUDIDAYA TANAMAN,
PEMELIHARAAN TANAMAN, DAN PASCA PANEN
Drs. Kadirman, MS.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANDIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
BAB VII
MENGOPERASIKAN ALAT MESIN BUDIDAYA TANAMAN, PEMELIHARAAN TANAMAN,
DAN PASCA PANEN
A . Kompetensi Inti (KI)
20. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu
B. Kompetensi Dasar (KD)
20.16 Mengoperasikan alat mesin pemeliharaan tanaman
20.17 Mengoperasikan alat mesin budidaya tanaman
20.18 Mengoperasikan Alat Mesin Pascapanen
C. Uraian Materi Pembelajaran
1. Jenis Alat Mesin Pemeliharaan Tanaman
Alat pemeliharaan tanaman yang umum digunakan dalam proses budidaya
tanaman yaitu alat penyemprot pupuk/pestisida (sprayer). Alat penyemprot (Sprayer)
digunakan untuk mengaplikasikan sejumlah tertentu bahan kimia aktif pemberantas
hama penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot (daun, tangkai, buah) dan
sasaran semprot (hama-penyakit). Efesiensi dan efektivitas alat semprot ini ditentukan
oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif tersebut yang terkandung di dalam setiap
butiran larutan tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran semprot.
Sprayer adalah alat/mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan
atau suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray. Sprayer merupakan alat
aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan
pengendalian hama dan penyakit tumbuhan. Sprayer juga didefinisikan sebagai alat
aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan
pengendalian hama & penyakit tumbuhan. Kinerja sprayer sangat ditentukan
kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu
tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan
disemprotkan.
1
Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak
digunakan petani di lapangan adalah jenis hand sprayer (tipe pompa), namun hasilnya
kurang efektif, tidak efisien dan mudah rusak. Hasil studi yang dilakukan oleh
Departemen Pertanian pada tahun 1997 di beberapa tempat di Indonesia
menunjukkan bahwa sprayer tipe gendong sering mengalami kerusakan. Komponen-
komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung
pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek, ulir
aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus,
sambungan las korosi, dsb. Disamping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain
adalah kebanyakan pestisida yang diaplikasikan tidak sesuai (melebihi) dari dosis yang
direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain sprayer yang kurang
menunjang aplikasi.
Dari hasil penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa kinerja sprayer
elektrostatika lebih baik dari tipe sprayer lainnya, namun perlu modifikasi lebih lanjut
terutama pada sumber tenaga (batere) dan pola penyebaran dropletnya agar
pengeluarannya benar-benar terkontrol, bahan pembawa cairan kontak (media
kontak) yang mahal mengingat tidak semua bahan kimia dapat diaplikasikan dengan
menggunakan sprayer elektrostatik. Kelemahan lainnya adalah disain yang dibuat
masih belum ergonomis (berat dan kurang flkesibel) sehingga agak menyulitkan dalam
operasionalnya di lapangan. Di samping itu rancangan sprayer elektrostatik ini perlu
dimodifikasi mengingat harga atau biaya produksinya masih tinggi bila dibandingkan
dengan tipe sprayer lainnya (terutama jenis sprayer gendong / knapsack sprayer), baik
produk lokal maupun impor. Hasil penelitian Kusdiana (1991) dan Roni Kastaman
(1992) menunjukkan bahwa sebenarnya jenis sprayer yang dapat dianggap paling baik
dan memenuhi kriteria pemakaian yang diinginkan oleh pemakai (umumnya petani)
adalah sprayer dari jenis Microner atau Sprayer Elektrostatik.
Umumnya kriteria yang banyak diutamakan pemakai adalah kriteria jaminan
ketersediaan suku cadang, keamanan dalam penggunaan alat, ekonomis, kapasitas dan
kepraktisan. Demikian pula kesimpulan dari hasil penelitian Mimin et.al. (1992), yaitu
bahwa sprayer yang paling baik dari segi kinerja penyemprotannya adalah sprayer
elektrostatik dan yang paling buruk sprayer hidrolik.
2
Pestisida yang dipakai dalam budidaya tanaman umumnya berbentuk cairan
dan ada pula yang berbentuk tepung, digunakan untuk mengendalikan gulma, hama
dan penyakit tanaman. Untuk mengaplikasikannya pestisida cair digunakan alat
penyemprot yang disebut sprayer, sedangkan untuk pestisida berbentuk tepung
digunakan alat yang disebut duster. Dalam penggunaannya sehari-hari petani sering
menemukan masalah seperti teknik pemakaian, serta perbaikan dan pemeliharaannya.
Hal seperti ini pada akhirnya akan menentukan tingkat efisisnsi dan efektivitas dalam
penggunaannya.
Berdasarkan tenaga yang digunakannya alat penyemprot dibedakan menjadi
alat penyemprot dengan tenaga tangan (handsprayer), dan alat penyemprot dengan
pompa tekanan tinggi. Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet
aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan
ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan (Hidayat, 2001). Dari
hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak digunakan
petani di lapangan adalah jenis hand sprayer (tipe pompa), namun hasilnya kurang
efektif, tidak efisien dan mudah rusak. Hasil studi yang dilakukan oleh Departemen
Pertanian pada tahun 1977 di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa
sprayer tipe gendong sering mengalami kerusakan. Komponen-komponen sprayer
yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung pompa bocor, batang
torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek, ulir aus, selang penyalur
pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus, sambungan las
korosi, dsb. Di samping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain adalah
kebanyakan pestyang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain
sprayer yang kurang menunjang aplikasi.
2. Penggunaan Alat Mesin Pemeliharaan
Dalam melakukan penyemprotan, yang harus diperhatikan saat aplikasi
pestisida di lapangan adalah :
1. Udara pada waktu penyemprotan harus memungkinkan antara lain keadaan tenah
(tidak berangin) dan udara masih dingin misalnya pada waktu pagi hari atau sore
hari.
3
2. Penggunaan obat dan cara mencampurnya harus sesuai dengan petunjuk yang
telah ditentukan.
3. Hindarkan kontak langsung dengan obat-obatan agar tidak terjadi keracunan.
4. Agar jangan sampai terjadi pencucian/pengeceran bahan kimia, janganlah
melakukan penyemprotan pada waktu banyak embun atau sebelum dan selama
hujan turun.
5. Selama penyemprotan berlangsung amatilah agar ukuran butiran cairan yang
keluar, pola sebaran dan hasilnya tetap, butiran cairan waktu mengenai bagian-
bagian tanaman tidak terpelanting. Dalam keadaan udara berangin, jalannya orang
mengikuti arah angin.
6. Sedapat mungkin hindari pengenaan obat-obatan secara langsung pada bunganya.
Persyaratan yang diperlukan dalam mengoperasikan handsprayer (alat
penyemprot) ini antara lain ialah isi tangki dengan cairan pestisida dan sisakan kurang
lebih 1/5 bagian ruangan tangki untuk udara. Setelah diisi cairan, tangki dipompa
kurang lebih sebanyak 50 – 80 kali pemompaan. Untuk mengetahui intensitas tekanan
udara di dalam tangki dapat diamati melalui manometer.
Beberapa persyaratan lainnya adalah bahan konstruksi terbuat dari plat tahan
karat, bagian konstruksi pompa mudah dilepas untuk dibersihkan, selang terbuat dari
karet atau plastik, nosel dapat dilepas dan dapat diganti baiktipe maupun ukuran
lubangnya. Persyaratan lain yang berkaitan efektivitas aplikasi pestisida dalam
pengoperasian alat penyemprot adalah kondisi kecepatan angin tidak melebihi 10
km/jam.
Kelengkapan alat yang diperlukan untuk mengoperasikan alat penyemprot ini
antara lain:
1. Masker, alat pelengkap untuk menutup mulut dan hidung agar kabut yang
mengandung pestisida tidak masuk ke dalam pernapasan.
2. Pakaian lengan panjang agar menutupi permukaan kulit bagian tangan, sarung
tangan, serta kaca mata pelindung.
3. Ember, gelas ukur, dan corong plastik untuk menakar , mencampur, dan
menuangkan larutan pestisida yang diaplikasikan ke dalam tangki.
4
3. Kapasitas Kerja Pengoperasian Alat Mesin Pemeliharaan
Larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara melalui
tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot. Pada waktu gagang
pompa digerakan, larutan keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di
dalam tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan pestisida dalam tangki
dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya diarahkan oleh nozzle bidang sasaran
semprot. Tekanan udara yang dihasilkan oleh pompa diusahakan konstant, yaitu
sebesar 0,7 – 1,0 kg/cm2 atau 10-15 Psi. Tekanan sebesar itu diperoleh dengan cara
mempompa sebanyak 8 kali. Untuk menjaga tekanan tetap stabil, pemompaan
dilakukan setiap berjalan 2 langkah pompa harus digerakan sekali naik-turun. Kapasitas
tangki knapsack sprayer bervariasi berkisar antara 13, 15, 18, 20 tergantung mereknya.
Contoh knapsack sprayer antara lain Merek Solo, Hero, CP 5, Matabi, Berthoud, dan
PB.
4. Perawatan Alat Mesin Pemeliharaan Tanaman
1. Pembersihan Tangki
Setelah selesai kegiatan penyemprotan di lading atau kebun, knapsack sprayer
perlu dicuci atau dibersihkan agar kandungan pestisida dalam tangki sprayer menjadi
rendah pada semua bagian alat semprot, tahapannya adalah :
Tangki sprayer (Knapsack sprayer) dicuci sekurang-kurangnya tiga (3) kali dengan
menggunakan air
Bagian terakhir pencucian dibuang melalui selang
Biarkan air pencucian keluar melalui selang dan “spuyer”/”nozzle”
Air pencucian di buangke tanag yang jauh dari perairan umum
Perlengkapan lainnya juga dicuci dengan air sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali.
2. Spuyer/Nozzle Tersumbat
Pada kegiatan penyemprotan dengan menggunakan knapsack sprayer,
terkadang suka terjadi penyumbatan pada spuyer/nozzle. Nozzle dapat tersumbat oleh
pestisida dan/atau kotoran. Jangan meniup nozzle yang tersumbat tersebut karena
5
tiupannya akan membalik kea rah muka, dan menyebabkan muka terpapar oleh
pestisida, langkahnya adalah :
Buka nozzle dengan tangan menggunakan sarung tangan
Bersihkan dengan membenamkan nozzle ke dalam air dan kalau perlu digosok
dengan tankai rumput
Bersihkan lagi dengan air
Cuci tangan setelah selesai.
Tujuan membersihkan lubang dengan rumput, agar tidak merusak lubang
nozzle atau mempebesar lubangnya.
5. Jenis dan Klasifikasi Alat Mesin Budidaya Tanaman
1. Alat Penanam
Kemampuan suatu benih untuk tumbuh setelah ditanam bergantung pada
varietas benih, kondisi tanah dan air serta lingkungan hidupnya. Apabila tanah ditanam
dengan menggaunakan alat tanam, maka mekanisme kerja dan alat akan
mempengaruhi penempatan benih di dalam tanah yaitu berpengaruh pada kedalama
tanaman, jumlah benih per lubang, jarak antar lubang dalam baris dan jarak antar
baris.
Disamping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses aliran benih
dalam alat tanam. Hal ini tentu saja harus dihindari. Terdapat macam-macam jenis
tanaman yang berupa biji-bijian seperti kacang tanah, jagung, kedelai, kacanng hijau
dan lain-lain, yang masing-masing memiliki bentuk, ukuran dan kekuatan serta
kebutuhan agronmis yang berbeda –beda. Beragam sifat tersebut menyebabkan
dibuthakan alat tanam yang mempunyai kemampuan yang berbeda pula.Seiring
dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pertanian
sekarang ini telah dekembangkan berbagi jenis mesin penanam biji-bijian yang
dimaksudkan untuk membantu petani dalam memudahkan proses penanaman
sehingga dapat menghasilkan kinerja efektif dan efisien dengan keuntungan yang lebih
besar pula.
6
a. Seeder
Alat tanam seeder merupakan alat yang digunakan untuk menanam biji bijian
sesuai dengan kedalaman dan jumlah yang dikehendaki. Ada beberapa metede
penanaman biji antara lain Broadcasting (disebar), Drill seeding (penanaman acak),
Precision drilling (jarak atur), Hill droping (penempatan sekelompok) dan Cheek row
palting (penempatan seragam). Banyak sekali mesin tanam biji-bijian yang telah dibuat
untuk mempercepta proses penanaman untuk membantu petani diantaranya adalah
sebagai berikut: Mesin Tanam Sebar (Broadcast Seede)Centrifugal broadcast seeder
Pada alat ini benih penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel (variable
orifice).
Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk menceaah
macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar aliran benih
dapat kontinyu.Kadang-kadang suatau roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai
penjatah benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang
berputar, karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan dilempar
mendatar karena akanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada diamter
piringan, bentuk penghalang,dan desitas dari benih. Dua buah disk berputar dengan
arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat dipergunakan agar
jangkauan sebaran lebih lebar. Laju benih dikontrol dari ukuran bukaan, kecepatan
maju traktor, lebar sebaran. Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel
karena dapat dipergunakan untuk menyebar dan material lain yang berupa butiran.
2. Planter
Secara umum ada dua jenis mesin tanam bibit atau planter, dibedakan
berdasarkan cara penyemaian dan persiapan bibit.Yang pertama, yaitu mesin yang
memakai bibit yang ditanam/disemai di lahan (washed root seedling). Mesin ini
memiliki kelebihan yaitu dapat dipergunakan tanpa harus mengubah cara persemaian
bibit yang biasa dilakukan secara tradisional sebelumnya. Namun demikian waktu yang
dibutuhkan untuk mengambil bibit cukup lama, sehingga kapasitas kerja total mesin
menjadi kecil.Yang kedua adalah mesin tanam yang memakai bibit yang secara khusus
disemai pada kotak khusus. Mesin jenis ini mensyaratkan perubahan total dalam
pembuatan bibit. Persemaian harus dilakukan pada kotak persemaian bermedia tanah,
7
dan bibit dipelihara dengan penyiraman, pemupukan hingga pengaturan suhu.
Persemaian dengan cara ini, di Jepang, banyak dilakukan oleh pusat koperasi
pertanian, sehingga petani tidak perlu repot mempersiapkan bibit padi sendiri.
Penyemaian bibit dengan cara ini dapat memberikan keseragaman pada bibit dan
dapat diproduksi dalam jumlah besar.Mesin ini dapat bekerja lebih cepat, akurat dan
stabil.Bila dilhat dari jenis sumber tenaga untuk menggerakkan mesin, terdapat tiga
jenis mesin tanam bibit yaitu alat tanam yang dioperasikan secara manual, mesin
tanam yang digerakkan oleh traktor dan mesin tanam yang memiliki sumber tenaga
atau enjin sendiri.Mesin yang diproduksi oleh IRRI atau beberapa produksi China
adalah tipe manual.Semua jenis mesin produksi Jepang dan beberapa produksi China
adalah memiliki sumber tenaga sendiri. Mesin yang digerakkan oleh traktor,
sebelumnya diproduksi di Jepang, tetapi belakangan ini sudah jarang dipergunakan.
Berdasarkan sistem pendukungnya, mesin ini dapat dibedakan menjadi yang bergerak
dengan roda, dan yang bergerak dengan roda dan dilengkapai dengan papan
pengapung. Jenis mesin yang manapun dipergunakan, permukaan lahan sawah harus
datar dan rata, kedalam air harus rata, demikian juga kekerasan tanah juga harus
sama, karena hal ini akan memberikan kestabilan operasi. Jika tidak, akan banyak
terjadi kegagalan penancapan bibit, sehingga akan butuh waktu yang cukup lama
untuk penyulaman secara manual
6. Penggunaan Alat Mesin Budidaya Tanaman
Prinsip kerja mesin tanam acak adalah perputaran mesin (motor) baik motor
bakar maupun motor bensin yang akan memutarkan SMD, sehingga terjadi sirkulasi
perputaran benih yang menyebabkan benih masuk kedalam SMD dengan jumlah
tertentu sesuai dengan setingan (pengaturan), yang kemudian disalurkan pada feed
tube yang selanjutnya ditanam pada alur yang telah dibuat oleh furriw opener dan
kemudian ditutup oleh converind device sehingga tertutup dan terhindar dari
koservasi legas.
Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur tanam,
benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder yang digerakkan dengan roda tanah
(ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar
8
bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh
secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau
bentuk lain.
Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih yang akan ditanam
pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relative tinggi.
Sebagian besar alat penanam dilengkapi dengan alat penutup tanah.
Mesin yang dipergunakan untuk menempatkan benih di dalam tanah serta
menutupinya sekaligus dalam satu lintasan akan menghasilkan larik-larik tertentu. Jika
larik-larik ataupun bedengan-bedengan tersebut cukup renggang untuk
memungkinkan dilakukannya pekerjaan menggunakan mesin di sela-sela larikan guna
keperluan pendangiran ataupun pekerjaan pemeliharaan lainnya, cara tanam jenis ini
disebut sebagai tanam-larik (row-crop planting), jika sebaliknya disebut sebagai tanam-
rapat (solid planting). Dengan demikian bijian yang diicir dalam larik berjarak 15
sampai 36 cm adalah termasuk bentuk tanam rapat, sedangkan penanaman bit dengan
jarak 51 cm dikatakan sebagai tanam larik.
7. Kapasitas Kerja Pengoperasian Alat Mesin Budidaya Tanaman
Benih adalah bahan pertanaman berupa biji yang berasal dari biji yang
terpilih. Sedangkan biji yang terpilih adalah biji yang telah mengalami seleksi
atau pemilihan terlebih dahulu.
Mutu benih yang dapat mencapai hasil yang maksimal mencakup mutu
genetis, mutu fisik, mutu fisiologis. Sedangkan viabilitas benih dipengaruhi oleh
faktor genetik dan lingkungan selama pembentukan benih. Kerusakan mekanik
akibat pengolahan, serangan mikroorganiisme, serta umur dan kemunduran benih.
Beberapa sifat fisik benih yang mempengaruhi penggunaan mesin penanam
adalah sebagai berikut :
1. Ukuran
2. Bentuk
3. Keseragaman bentuk dan ukuran
4. Jumlah persatuan volume
5. Ketahanan terhadap tekanan dan gesekan
9
Untuk suatu jenis tanaman erat hubungannya antara jarak tanam atau jumlah
populasi per satuan luas dengan hasil yang akan diperoleh (pada suatu tingkat
kesuburan dan penyediaan air tertentu).
Untuk itu harus diperhitungkan jumlah benih yang optimum dan kemungkinan
pengolahan lain sesudah tanam dan panen. Hal ini ada hubungannya dengan jenis dan
penggunaanperalatan yang dipakai selama budidaya tanaman. Kebutuhan benih per
hektar dapat dihitung dengan mempertimbangkan jumlah populasi tanaman per
hektar dan faktor kualitas benih.
Kebutuhan benih per hektar dapat dihitung dengan mempertimbangkan jumlah
populasi tanaman per hektar dan faktor kualitas benih.
Rumus :
N = (100 AQ)/X
dimana :
N = jumlah benih per hektar (Kg)
A = jumlah populasi tanaman per hektar (dalam jutaan)
X = faktor kualitas benih (%).
Benih harus ditanam pada kedalaman tertentu pada tanah agar dapat tumbuh
dengan baik. Benih yang ditanam terlalu dalam (lebih dari 10 cm) akan sulit tumbuh
karena cepat membusuk, sebaliknya benih yang ditanam terlalu dangkal (misalnya
sangat dekat dipermukaan tanah) akan cepat kering dan juga akan mengalami
kesulitan untuk tumbuh. Umumnya benih ditanam pada kedalaman Benih 3 - 5
cm didalam tanah. Untuk pertumbuhan yang baik setelah perkecambahan, maka
populasi benih dalam setiap luasan perlu diatur. Sebab populasi yang terlalu padat
akan menyebabkan tanaman muda saling bersaing satu sama lain dalam mendapatkan
makanan sehingga hasil panennya tidak maksimal. Sebaliknya populasi tanaman yang
terlalu sedikit jelas juga tidak akan memberikan hasil panen yang maksimal.
Kemampuan suatu benih untuk tumbuh setelah ditanam bergantung pada
varietas benih, kondisi tanah dan air serta lingkungan hidupnya. Apabila tanah ditanam
dengan menggaunakan alat tanam, maka mekanisme kerja dan alat akan
10
mempengaruhi penempatan benih di dalam tanah yaitu berpengaruh pada kedalama
tanaman, jumlah benih per lubang, jarak antar lubang dalam baris dan jarak antar
baris. Disamping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses aliran benih
dalam alat tanam. Hal ini tentu saja harus dihindari.
Karena itu selain pengaturan kedalaman tanam juga diperlukan pengaturan
populasi pertumbuhan. Untuk memudahkan kerja petani, maka harus digunakan alat
tanam yang dapat melaksanakan fungsi tersebut.
8. Perawatan Alat Mesin Budidaya Tanaman
1. Jika tidak dipakai
Mesin jika tidak digunakan mesin disimpan pada tampat yang bersih agar tidak tarjadi
pengkaratan .
2. Jika telah dipakai
Mesin jika telah dipakai dibersihkan dengan air bersih hingga bersih lalu dikeringkan
kemudian disimpan pada tempat yang bersih.
9. Jenis Alat Mesin Pascapanen
1. Reaper
Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip
kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu
bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan
atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping mesin reaper dan ada pula yang
mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar.
11
Gambar 7.1. Mesin Reaper
Pada saat ini terdapat 3 jenis tipe mesin reaper yaitu reaper 3 row, reaper 4
row dan reaper 5 row. Bagian komponen mesin reaper adalah sebagai
berikut :Kerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja
dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur ke-cepatan,
tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja, unit transmisi tenaga
merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras dengan jumlah gigi
dan diameter bermacam-macam sesuai dengan tenaga dan kecepatan putar yang
diinginkan, unit pisau pemotong terletak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat
dari pipa besi, besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-macam, pisau
pemotong merupakan rangkaian mata pisau berbentuk segitiga yang panjangnya 120
cm, unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang, motor
penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM dan penggunaan reaper di-anjurkan pada daerah
yang kekurangan tenaga kerja dan dioperasikan di lahan pertanian dengan kondisi
baik.
2. Combine Harvester
a. Head-feed type combine harvester
Mesin panen combine jenis ini dikembangkan di Jepang. Mesin ini hanya
mengumpankan bagian malainya saja dari padi yang dipotong ke bagian perontok
mesin. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki penampung
12
gabah sementara. Bagian pemotong dari mesin ini adalah hampir sama dengan bagian
pemotong dari binder, bagian pengikatnya digantikan dengan bagain perontokan.
Jerami, setelah perontokan, bisa dicacah kecil-kecil sepanjang 5 cm dan ditebar di atas
lahan, atau tidak dicacah, tetapi diikat dan dilemparkan ke satu sisi, untuk kemudian
dikumpulkan untuk kemudian dapat dimanfaatkan untuk hal lain.
Gambar 7.2. Head-feed type combine harvester
Combine jenis ini tersedia dalam tipe dorong maupun tipe kemudi. Lebar
pemotongan bervariasi dari 60 cm hingga 1,5 meter. Enjin yang digunakan bervarias
dari 7 hingga 30 hp. Karena jauh lebih berat dari pada binder bagian penggerak
majunya dibuat dalam bentuk trak karet (full track rubber belt)..
Kecepatan maju berkisar antara 0,5 hingga 1 m/detik. Dengan
memperhitungkan waktu belok dan waktu pemotongan dengan manual di bagian
pojok lahan, biasanya waktu yang dibutuhkan untuk pemanenan berkisar 30 hingga 70
menit per 10 are, jika lebar pemotongan 1m.
b. Standard type combine harvester
Mesin panen padi jenis ini adalah mesin yang dikembangkan di Amerika dan
Eropa, yang dipergunakan juga untuk memanen gandum. Padi yang dipotong termasuk
jeraminya, semuanya dimasukkan ke bagian perontokan. Gabah hasil perontokan
ditampung dalam tangki, dan jeraminya di tebarkan secara acak di atas permukaan
tanah. Semua jenis combine ini dioperasikan dengan cara dikendarai (riding type).
13
Gambar 7.3. Standard type combine harvester
4 meter. Enjin sebagai sumber tenaga gerak adalah sekitar 25 hp per 1 meter
lebar pemotongan. Bagian penggerak majunya adalah menggunakan roda, atau half-
track type atau full-track type.
3. Thresher Padi
Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan
sabit atau alat mesin panen (reaper). Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan secara
tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Secara tradisional kegiatan
perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang
kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. oleh karena itu,
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah diciptakannya suatu mesin
yang digunakan untuk merontokkan hasil panen, seperti padi,jagung dsb. Mesin
perontok dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan
effisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil gabah yang
baik. Bermacam – macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di
indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas besar.
Berbagai macam jenis mesin perontok padi (Thresher), yaitu :
Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
Power Thresher (Thesher Mekanis)
a. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
Thresher jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri
oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah dijinjing ketengah
lapangan/ sawah. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontok padi.
14
Dengan menggunakan pedal tresher maka didapat beberapa keuntugan, yaitu
selain menunjukkan hasil lebih baik juga menunjukkan efisiensi waktu dan tenaga lebih
tinggi serta kehilangan bulir yang lebih rendah.
Gambar 7.4. Pedal Thresher
b. Power Thresher (Thresher Mekanis)
Mesin Power Thresher (Mesin Perontok Padi) adalah jenis mesin perontok yang
telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai jenis lahan persawahan di
Indonesia.
Gambar 7.5. Contoh alat perontok padi jenis power thresher
15
Alat dan Mesin Pertanian (mesin perontok padi) dapat memberi kontribusi yang
cukup berarti dalam rangka meningkatkan keuntungan usahatani padi sawah. Unsur-
unsur yang mendukung peningkatan keuntungan adalah kecepatan proses perontokan
dan pembersihan sehingga menghemat waktu. Lebih penting lagi power thresher
terbukti dapat mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi
kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usaha
taninya.
10. Bagian-Bagian Alat Mesin Pascapanen
1. Reaper
Bagian-bagian utama mesin reaper adalah :
a. Motor bakar : Jenis motor bakar yang digunakan biasanya motor bakar bensin
karena kebutuhan tenaganya tidak terlalu besar, yaitu 3-5 Daya kuda.
b. Tangan Pengait : Tangan pengait bekerja secara otomatis, fungsinya adalah untuk
mengait/menarik batang padi kearah pisau pemotong.
c. Pisau pemotong : Pisau pemotong pada umumnya berupa pisau berputar dan
berbentuk lingakaran dimana tepinya bergerigi (seperti gergaji) tajam. Penajaman
pisau pemotong perlu dilakukan bila sudah bekerja sekitar 300- 600 jam kerja
memotong.
d. Pelempar otomatis : Bagian ini tugasnya melempar sejumlah padi yang terpotong
dari tempat pengumpulan. Proses pelemparan berjalan secara otomatis setelah
padi yang terpotong terkumpul pada ukuran tertentu.
e. Roda : Bagian mekanik yang berfungsi meneruskan gaya mekanis sehingga alat
bisa berjalan.
2. Threaser
a. Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40 mm x 4 mm dan plat
lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan komponen lainnya.
b. Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar berkeliling
membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 – 60 cm. Di sisi kiri
dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm. Pada besi strip yang
16
melintang tersebut terpasang gigi perontok yang terbuat dari besi as baja 10 mm,
panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi perontok 30 – 88 buah.
Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung poros diberi bantalan ball
bearing yang posisinya duduk pada kerangka utama.
c. Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok dan pelat
pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder perontok, terletak
menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini mengarah ke pintu pengeluaran
jerami di sebelah belakang mesin perontok. Terbuat dari plat lembaran dengan
tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di sebelah bawah silinder perontok,
terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8 mm bersusun menjajar, membentuk
setengah lingkar-an, jarak antar besi baja adalah 18 – 20 mm dan jarak antara
ujung gigi perontok dan jaringan minimal 15 mm. Pelat pendorong jerami
terpasang pada silinder perontok yang tak terpasang gigi perontok. Bagian ini
terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm denngan ukuran 15 – 15 mm.
d. Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok, ukuran ayakan 45 mm x 390
mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri dari 2 tingkat.
Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13 mm x 13 mm dan bagian bawah
rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan naik turun melalui sitem as nocken.
e. Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7 buah.
f. Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor penggerak silinder
perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang digunakan adalah tipe
B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi adalah 500 – 600 RPM.
11. Kalibrasi Alat Mesin Pascapanen
1. Reaper
Penyetelan kopling.
Atur baut penyetel di kabel kopling, gerak regangannya antara 0,5 sampai 1,5 mm
Penyetelan tingginya roda.
Kendorkan kedua buah mur pada roda, gerakkan roda, kencangkan kembali baut.
Kedudukan pisau pemotong harus dijaga tetap horisontal
Penyetelan tingginya handel stang kemudi.
17
Kendorkan baut dan cabut kedua baut, atur posisi lobang, pasang kembali baut.
Kencangkan baut dan setelah tinggi handel tinggi stang sesuai
Penyetelan rantai pembawa.
Rantai pembawa dapat diatur secara otomatis. Bilamana kendor diatur melaui
baut penyetel. Jarak antara baut penyetel dengan lengan penegang = 0,5 s/d 1
mm. Satu mata rantai harus dicopot apabila sangat terlalu kendor
Penyetelan tegangan rantai pembawa.
Defleksi tegangan harus 5 s/d 10 mm saat rantai ditekan. Kendorkan mur lengan
penegang dan mur pengubci di gigi sproket. Atur hingga gigi sproket dapat
berputar saat tegangannya terpenuhi
Penyetelan pegas sapit.
Jarak antara pegas sapit dengan plat pelempar harus B = 30 s/d 35 mm.
Penyetelan harus diulangi apabila laju gerakan batang padi kurang tegak atau
terlempar jatuh tidak sempurna
Penyetelan jarak antara pisau dengan penjepit.
Saat keadaan mesin beroperasi normal jarak antara pisau dengan penjepit di stel
secara layak. Bila jarak antara terlalu besar, kinerja pisau tumpul dan akan terjadi
penyumbatan. Bila jarak antara terlalu kecil, pisau akan cepat aus,. Jarak antara
harus = 0,05 hingga 0,3 mm untuk kondisi normal. Perpak pengganjal harus
ditambahkan atau dikurangi untuk memperoleh jarak antara yang sesuai
Mengganti pin pengaman
Reaper jenis ini dilengkapi dengan pin pengaman. Pin pengaman ini akan
mencegah bahan material asing yang ikut terpotong atau apabila terjadi beban
abnormal. Pin pengaman berada di penggerak pisau. Saat mengganti pin cabut pin
yang sudah rusak dan ganti dengan yang baru, ditempatkan di tengah-tengah
antara poros dan lobang dan pasang pegas penguncinya.
2. Threaser
Taruhlah mesin ditempat yang rata, dekat dengan tumpukan hasil yang akan
dirontok, bila perlu taruhlah alas terpal atau lembaran plastik di bawah mesin,
untuk mengurangi susut karena tercecer.
18
Taruhlah dan posisikan mesin sedemikian rupa sehingga kotoran akan keluar
searah dengan arah angin.
Untuk mengurangi susut tercecer posisikan mesin menghadap dinding atau buatlah
dinding buatan berupa lembaran plastik atau anyaman bambu didepan mesin
sedemikian rupa sehingga butiran bijian yang terlempar dapat dikumpulkan.
Bukalah penutup mesin dan periksalah : drum, semua gigi perontok, konkaf,
bersihkan bagian dalam mesin dari kotoran dan benda asing yang sekiranya akan
mengganggu dan merusak mesin dan juga berbahaya bagi operator. Putarlah drum
perontok dengan tangan sehingga yakin tidak ada yang lepas atau bersentuhan
atau bergesekan.
Periksalah ketegangan dan garis lini sabuk pulley, bila sabuk tidak dalam satu garis
lini dan ketegangan tidak tepat maka sabuk pulley akan cepat rusak sebelum
waktunya. Untuk permukaan pulley yang kasar sebaiknya diamplas dan bila pulley
retak, sebaiknya segera diganti.
Lumasilah semua bantalan dengan minyak pelumas atau pasta pelumas, periksa
juga secara menyeluruh terhadap kemungkinan adanya mur, baut yang kendor.
Periksalah mesin apakah sudah cukup oli dan bahan bakarnya.
12. Penggunaan Alat Mesin Pascapanen
1. Reaper
cara pengoperasian mesin reaper adalah sebagai berikut:
a. Sebelum mengoperasikan mesin reaper, terlebih dahulu potong/panen padi
dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai
tempat berputarnya mesin reaper.
b. Sebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen.
Pemanenan dimulai dari sisi sebelah kanan petakan.
c. Pemotongan dilakukan se-kaligus untuk 2 atau 4 baris tanaman dan akan terlempar
satu tertumpuk di sebelah kanan mesin tersebut.
d. Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.
Diantara berbagai jenis reaper manual, tipe tarik adalah yang paling ringan dan
praktis. Bila dilengkapi dengan rangka pengumpul, alat ini dapat digunakan untuk
19
mengumpulkan padi dalam dua tarikan pemotongan. Jika padi ditanam pada baris
yang teratur, kinerja alat ini adalah 1,5 hingga 2 kali sabit. Karena cara pemakaiannya
sambil berdiri, maka kelelahan kerja menjadi lebih ringan dibandingkan dengan
menggunakan sabit. Mata pisau dapat dipergunakan untuk memanen sekitar 0,1 ha
tanpa harus diasah.
Ada juga jenis windrower yang dipasangkan di depan traktor tangan, dan
digerakkan oleh enjin traktor tangan tersebut. Pisau pemotongnya dapat berupa tipe
rotari atau gunting.
2. Threaser
Prinsip dasar alat perontok ini adalah merontokkan bulir dari malai atau tangkai
tanaman dengan menarik-nariknya dengan menggunakan suatu silinder putar yang
dilengkapi gigi-gigi. Silinder diputar dengan menggunakan rantai yang dihubungkan
dengan engkol (untuk perontok manual) atau poros mesin yang berputar. Gabah yang
telah dirontokkan langsung ditampung dalam karung. Kapasitas perontok manual
dapat mencapai 67 kg per jam dengan kebersihan 80%, sedangkan alat perontok mesin
dapat mencapai 300 kg/jam dengan tingkat kebersihan 95%.
13. Kapasitas Kerja Alat Mesin Pascapanen
Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja teoritis
mesin, prosentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai, kecepatan jalan dan
besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan. Dengan alat-alat semacam
garu, penyiang lapang, pemotong rumput dan pemanen padu, secara praktis tidak
mungkin untuk memanfaatkan lebar teoritisnya tanpa adanya tumpang tindih.
Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama merupakan fungsi dari kecepatan,
kondisi tanah dan keterampilan operator. Pada beberapa keadaan, hasil suatu
tanaman bisa jadi terlalu banyak sehingga pemanen tidak dapat digunakan memanen
selebar lebar kerjanya, bahkan pada kecepatan maju minimum yang masih mungkin.
Untuk alat yang terdiri dari satuan-satuan mata terpisah, semisal alat penanam atau
penyiang tanaman larik, pengicir bijian, lebar teoritisnya adalah hasil kali banyaknya
satuan (misalnya banyaknya larik, pembuka alur) dengan jarak antar satuan. Dengan
20
kata lain, lebar teoritisnya dianggap mencakup setengah jarak satuan pada kedua sisi
sebelah luar mata-mata terujung. Mesin-mesin tanaman larik memanfaatkan 100 %
lebar teoritisnya, sedangkan alat lapang terbuka yang memiliki mata terpisah akan
terkena kehilangan karena tumpang tindih.
Kecepatan maju terbesar yang diijinkan berkaitan dengan faktor-faktor
semacam sifat pengerjaan, kondisi lapang, dan besarnya daya tersedia. Untuk alat
pemanen, faktor pembatasnya boleh jadi ialah kecepatan maksimum dapat
ditanganinya bahan secara efektif dengan mesin tersebut. Waktu hilang merupakan
variabel yang paling sulit dinilai dalam hubungannya dengan kapasitas lapang. Waktu
lapang bisa hilang akibat penyetelan / pembetulan atau pelumasan alat, kerusakan,
penggumpalan, belok di ujung, penambahan benih atau pupuk, pengosongan hasil
panenan, menunggu alat pengangkut, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan
kapasitas lapang efektif dan efisiensi lapang, waktu hilang tidak mencakup waktu
pemasangan atau perawatan harian alat, ataupun waktu hilang akibat kerusakan yang
berat. Waktu hilang hanya mencakup waktu untuk perbaikan kecil di lapang dan waktu
untuk pelumasan yang dibutuhkan di luar perawatan harian, di samping hal-hal lain
seperti diuraikan di depan. Waktu lapang total dianggap sama dengan jumlah waktu
kerja efektif ditambah waktu hilang.
Waktu yang dipakai untuk perjalanan dari dan ke lapang biasanya tercakup
dalam menggambarkan biaya overall dari suatu pengerjaan, namun tak diperhitungkan
ketika menentukan kapasitas lapang efektif atau efisiensi lapang.
Kapasitas lapang efektif suatu mesin bisa dinyatakan sebagai berikut :
dengan
Ce = kapasitas lapang efektif, dalam hektar per jam
S = kecepatan jalan, dalam km/jam
W = lebar teoritis alat, dalam meter
Ef = efisiensi lapang, dalam persen
21
14. Perbaikan/Perawatan Alat Mesin Pascapanen
a. Bersihkan seluruh bagian mesin.
b. Berikan pelumas dan tambahkan oli untuk bagian-bagian komponen yang
memerlukan dilumasi
c. Periksa kembali adakah bagian-bagian atau baut mur yang longgar dan segera
kencangkan kembali bila kedapatan longgar
d. Periksa kembali komponen yang mudah aus (sabuk puli, rantai, lager, bearing).
e. Bila diperlukan ganti dengan suku cadang yang baru
f. Lakukan perawatan harian (perawatan berkala) untuk enjin sesuai dengan
petunjuk operasionalnya.
22