Download - 2.3 Insulin Dan Glukagon
2.2 Mekanisme Insulin dan Glukagon
Insulin dan glukagon disintesis oleh jenis sel yang berbeda pada pankreas endokrin, yang terdiri dari kelompok mikroskopis kelenjar kecil, atau pulau langerhans, tersebar diseluruh pankreas ensokrin. Sel A (α) mensekresikan glukagon dan sel B (β) menseekresikan insulin ke dalam vena porta heepatis melalui vena pankreatika.¹
INSULIN
Insulin adalah hormon polipeptida. Bentuk aktif insulin terdiri dari dua rantai polipetida (rantai A dan rantai B) yang disatukan oleh dua ikatan disulfida antar rantai.¹Dalam penguraian dan pembentukan glikogen dalam hati, insulin bersifat antagonistik terhadap glukagon. Glikosa merangsang pelepasan insulin dan menekan pelepasan glukagon. Dalam siklus makan-puasa kadar insulin dalam darah berubah lebih banyak dibandingkan dengan kadar glukagon, sehingga insulin dianggap sebagai pengatur utama pada pembentukan dan penguraian glikogen. Insulin membalikkan efek glukagon pada masing-masing enzim metabolik secara tidak diketahui, sehingga sering diabaikan perannya dalam metabolisme glikogen. Selain mengaktifkan protein fosfatase-1 hati melalui jenjang forforilasi tirosin kinase reseptor insulin, insulin dapat mengaktifkan fosfodiaseterase yang mengubah cAMP menjadi AMP sehingga kadar cAMP berkurang. Insulin dapat membalikkan semua efek glukagon dan merupakan hormon terpenting yang mengatur kadar glukosa darah.²
GLUKAGONGlukagon disintesis di sel A pankreas melalui pemutusan praproglukagon yang berukuran jauh lebih besar. Glukagon dimetaolis dengan cepat teruttama di hati dan ginjal, di mana keduanya menghambat pelepasan glukagon. Glukagon terutama diatur oleh glukosa dan insulin, dimana keduanya menghambat pelepasan glukagon. Kadar Glukagon yang tinggi pada keadaan puasa tidak menurun stelah kita makan makanan tinggi protein. Pada kenyataannya, kadar glukagon mungkin meningkat, merangsang glukoneogenesis apabila tidak terdapat glukosa dalam makanan. Jumlah relatif insulin dan glukagon dalam darah setelah makan makanan campuran bergantung pada komposisi makanan.³
Gambar: Biokimia Harper Edisi 27 Hal 176
Glukosa Epinefrin Hiperglikemik Hipoglikemik KGD Kelenjar Hipofisis anterior
Insulin Masuk, disekresi
- - Pembawa faktor
↓ ≠ bekerja
Glukagon ≠ masuk, ≠disekresi
bekerja Pembawa faktor
- ↑ bekerja
Patofisiologi Diabetes Melitus Type I Terhadap KerjaHormon Insulin
Insulin pada DM tipe I tidak diproduksi atau diproduksi sedikit, hal ini karena timbulnya reaksi automium oleh adanya peradangan pada sel beta insulin yang menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta yang disebut ICA ( Islet Cell Antibody).
DM type I butuh suntikan insulin seumur hidup diaman reaksi antigen sel beta dengan antibody ICA menyebebkan hancurnya sel beta, insulin bisa disebabkan oleh berbagai macam virus diantaranya virus Cocksackie, Rubela, Citomegalovirus, Herpes, dll. Yang sering diserang pada insulitis hanya sel betadan sel alfa dan delta tetap utuh.
DM type II
Pada DM type II jumlah insulin normal, bahkan mungkin lebih banyak. Namun reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang meskipun anak kuncinya atau (insulin) banyak, tetapi karena reseptornya kurang, maka glukosa yang masuk ke sel sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa didalam pembuluh darah meningkat.
Dengan demikian ini sama dengan DM type I perbedaannya adalah DM type II disamping kadar glukosa tinggi kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.2
Gambar Klinik
Manifestasi Diabetes Melitus dapat berupa munculnya hiperglikemia dan glukosuria yang kronis, ditandai oleh adanya:
1. Banyak minum (polidipsi)2. Banyak kencing (poliuria)3. Berat badan menurun4. Sering kelemahan fungsi tubuh (seksual, penglihatan kabur, kaku otot, sakit sendi,
perut terasa penuh, kembung, mual, dan sukar buang air besar).
Gejala-gejala tersebut merupakan reaksi tubuh yang disebabkan karena terlambatnya kerja insulin akibat defisiensi insulin relatif ataupun absolut.
Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM ( mg/dl)
Bukan DM DM
KGD sewaktu Plasma vena
Darah kapiler
< 110
< 90
≥ 200
≥ 200
KGD puasa Plasma vena
Darah kapiler
< 110
< 90
≥ 126
≥ 110
Sumber: Perkeni, 2002
Dapus:1. Marks D.B, Marks A.D, Smith C.M. Biokimia kedokteran dasar sebuah pendekatan
klinis. Jakarta : EGC; 2013.p.370-418.2. Djoehari. Buku ajar penyakit dalam 1. Penyakit dalama. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Moestopo. Jakarta : 2012.p.257-258.