Download - 260110140095_FAMI FATWA_MODUL 5
-
7/26/2019 260110140095_FAMI FATWA_MODUL 5
1/9
Analisis Rhodamin dalam Sediaan Kosmetik Eye Shadow
Menggunakan Metode Standar Adisi dengan
Spektrofotometri UV-Vis
Fami Fatwa
260110140095
Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat,
IndonesiaAbstrak
Analisis rhodamin dalam sediaan eye shadow menggunakan metode standar adisi
dengan spektrofotometri us-vis dengan tujuan agar mahasiswa memahami cara
penentuan kadar dalam spektrofotometri uv-vis dengan metode standar adisi.
Praktikum ini memiliki prinsip spektrofotometri uv-vis dan standar adisi. Analisis
rhodamin dalam kosmetik dilakukan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Pada analisis kualitatif dengan KLT didapatkan hasil nilai Rf 0,86 untuk rhodaminbaku dan pada sampel tidak terdeteksi adanya bercak. Dalam analisis kuantitatif
didapatkan kadar rhodamine dalam kosmetik 0,299%.
Kata Kunci : rhodamin, analisis, KLT, spektrofotometri, kadar
Rhodamine Analysis in Preparation Cosmetics Eyeshadow
Using Standard Addition method with
UV-Vis Spectrophotometer
Abstract
Analysis of rhodamine in the preparation of eye shadow using standard methods
adducts with us-vis spectrophotometry with the aim to make students understand
the determination of the uv-vis spectrophotometry with standard addition method.
This practicum has a uv-vis spectrophotometry principles and standards adducts.
Analysis of rhodamine in cosmetics made with qualitative and quantitativeanalysis. In qualitative analysis by TLC showed Rf value of 0.86 for the raw
rhodamine and on samples detected no presence of spotting. In the quantitativeanalysis of the levels found in cosmetics rhodamine 0.299%.
Keywords : rhodamin, analysis, TLC, spectrophotometry, level
-
7/26/2019 260110140095_FAMI FATWA_MODUL 5
2/9
Pendahuluan
Analisis rhodamin dalam
sediaan eye shadow menggunakan
metode standar adisi dengan
spektrofotometri us-vis dengan
tujuan agar mahasiswa memahami
cara penentuan kadar dalam
spektrofotometri uv-vis dengan
metode standar adisi. Praktikum ini
memiliki prinsip spektrofotometri
uv-vis dan standar adisi.
Spektrofotometri sinar
tampak (uv-vis) adalah pengukuran
energi cahaya oleh suatu sistem
kimia pada panjang gelombang
tertentu. Sinar uv memiliki panjang
gelombang 200-400 nm dan sinar
tampak (visible) mempunyai panjang
gelombang 400-750 nm (Day, 2002).
Pengukuran absorbansi
dengan menggunakan
spektrofotometer UV dapat
digunakan untuk analisis kualitatif
dan kuantitatif. Panjang gelombang
serapan merupakan perbedaan
ukuran tingkat-tingkat energi dari
elektron yang tereksitasi. Oleh
karena itu, puncak absorpsi (!) dapat
dihubungkan dengan jenis-jenis
ikatan yang ada dalam spesies.
Daerah panjang gelombang untuk
UV hampa adalah 10-200 nm dan
UV dekat 200-380 nm (Agustina,
2006).
Metode standar adisi
merupakan teknik analisis kuantitatif
dimana sejumlah analit dengan
jumlah yang diketahui ditambahkan
ke dalam sampel dengan variasi
volume kemudian diencerkan hingga
volumenya sama agar matriks sampel
dan matriks standar sama (Khoppar,
1990).
Berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal POM Nomor
00386/C/SK/II/90 tentang zat warna
tertentu yang dinyatakan sebagai
bahan berbahaya dalam obat,
makanan dan kosmetika terdapat
beberapa zat warna yang dilarangnya
penggunaannya; merupakan pewarna
untuk tekstil, dalam sediaan
kosmetika karena berpengaruh buruk
terhadap kesehatan sang pemakai.
Zat warna tersebut salah satunya
adalah Merah K10 (Rhodamin B,
C.I. Food Red 15, D&C Red No. 19)
(Depkes RI, 1990).
Metode
Alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah beaker glass,
-
7/26/2019 260110140095_FAMI FATWA_MODUL 5
3/9
chamber, corong, gelas ukur, kertas
saring, labu ukur, pipet tetes, plat
KLT, dan spektrofotometri UV-Vis.
Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah amonia, aseton,
aquadest, etanol, N-Heksan,
kosmetik, silica gel dan rhodamin
baku.
Preparasi Sampel
Sampel yg ditimbang
sebanyak 200 mg. Sampel kemudian
diekstraksi awal dgn n-heksan 5 mL
sebanyak dua kali. Filtrat kemudia
dipisahkan dari larutan n-heksan
dengan menggunakan kertas saring.Jika larutan n-heksan berwarna,
diekstraksi kembali dengan 5mL
pelarut campur (amonia 2% dalam
etanol 70%).
Identifikasi dengan KLT
Disiapkan eluen dengan
campuranAseton:Amonia:Aquades=
45:1:4. Eluen dibuat sebanyak 100
mL. Sampel yang telah diekstraksi
diambil 5 mL kemudian diuapkan
hingga kental. Sampel kemudia
ditotolkan pada plat KLT dan
dibiarkan didalam chamber
Penentuan Kadar dengan
Spektrofotometri UV-Vis
Sampel hasil ekstraksi
dimasukkan ke dalam labu ukur
kemudian di add hingga 25 mL.
Kemudian diambil kedalam lima
buah labu ukur 10 mL masing-
masing sejumlah 2 mL. Kedalam
labu ukur ditambahkan masing-
masing 1,2,3,4,5 mL larutan baku
rhodamin, kemudian ditambahkan
pelarut campuran (Ammonia 2%
dalam etanol 70%). Masing-masing
sampel diukur pada serapan 400
700 nm. Ditentukan absorbansi
maksimum dan dihitung kadar darisampel.
-
7/26/2019 260110140095_FAMI FATWA_MODUL 5
4/9
Hasil
1. Identifikasi Menggunakan KLT
Rf Baku : 0,86
Rf Sampel : tidak terdeteksi
2. Penentuan Kadar Rhodamin B menggunakan Spektrofotometri UV-
Vis
Vsto Panjang
Gelombang
Absorbansi
1
Absorbansi
2
Abosrbansi Rata-Rata
Absorbansi
1 548 0,3 0,2993 0,2987 0,29933
2 549 0,4693 0,4694 0,4693 0,46933
3 549 0,6592 0,6591 0,659 0,6591
4 549 0,8433 0,8428 0,8429 0,843
5 549 1,0249 1,0253 1,0252 1,025133
Cso =!"#$
!
!"#$
!"#
=
!
!!!"#$
!"#
! # $%&'()* + $%&&&,
-. # $%///0)
$
$%)
&
&%)
$ ( 1 ,
!"#$%"&'#(
*$+,-. /0&'1&% 2-+3
4,%5& 6&7,
-23245232
6789572:8;
-23245232
6789572:8;?
-
7/26/2019 260110140095_FAMI FATWA_MODUL 5
5/9
=
!!!!!"
!!!"#$
!
!"!!"
!
!"= 15,29 ppm
Ppm =!"!!!"#$%&
!"#$%&!"!#
15,29 =!"!!!"#$%&
!"!!"!!
Mg Rhodamin = 0,6116 mg
% Rhodamin =!!!""!
!"#!!!!""#= 0,299 %
Pembahasan
Praktikum ini dilakukan
untuk menganalisis rhodamin yang
terdapat dalam sediaan kosmetik.
Kosmetik yang dianalisis kali ini
adalah eye shadow. Dalam pengujian
dilakukan dengan kromatografi lapis
tipis dan spektrofotometri uv-vis, uji
dengan kromatografi lapis tipis
merupakan uji kualitatif yaitu dengan
melihat dan membandingkan nilai Rf
sampel dengan rhodamin baku. Ujikuantitatif dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometri uv-
vis dengan metode standar adisi.
Dilakukan analisis rhodamin
karena rhodamin di dalam kosmetik
dilarang keberadaanya. Berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal POM
nomor 00386/C/SK/II/90 tentang zat
warna tertentu yang dinyatakan
sebagai bahan berbahaya dalam obat,
makanan dan kosmetika terdapat
beberapa zat warna yang dilarangnya
penggunaannya; merupakan pewarna
untuk tekstil, dalam sediaan
kosmetika karena berpengaruh buruk
terhadap kesehatan sang pemakai.
Zat warna tersebut salah satunya
adalah Merah K10 (Rhodamin B,
C.I. Food Red 15, D&C Red No. 19).Rhodamin sejatinya
merupakan pewarna tekstil dan
bukan merupakan pewarna yang
boleh digunakan dalam makanan
maupun kosmetik. Namun,
penggunaan rhodamin masih banyak
karena rhodamin dapat menghasilkan
-
7/26/2019 260110140095_FAMI FATWA_MODUL 5
6/9
warna yang menarik bagi konsumen.
Rhodamin dapat menyebabkan iritasi
pada kulit dan saluran pernapasan
rhodamin juga bersifat karsinogenik.
Rhodamin B dalam konsentrasi
tinggi apabila terkonsumsi dapat
menyebabkan kerusakan pada hati.
Sebelum dilakukan analisis
preparasi sampel dilakukan yaitu
dengan melarutkan 200 mg sampel
ke dalam 5 mL N-heksan. Hal ini
merupakan ekstraksi padat-cair yang
dilakukan untuk memisahkan antara
rhodamin dalam sampel dengan
eksipien atau pembawa pada sampel
eye shadow tersebut. Digunakan N-
heksan dalam ekstraksi ini karena
pada umumnya matriks dalam
sediaan kosmetik bersifat nonpolar
yang sesuai dengan sifat dari N-
heksan itu sendiri. Filtrat yang
didapat dari proses ekstraksi padat
cair lalu dilarutkan kembali dalam
pelarut campur (amonia 2% dalam
etanol 70%). Didapatkan larutan
sampel yang berwarna merah.
Larutan sampel berwarna merah ini
kemudian disaring menggunakan
kertas saring yang bertujuan untuk
menyaring senyawa rhodamine dari
pengotor-pengotor yang akan
mengganggu hasil analisis. Larutan
sampel juga ada yang diambil 5 mL
lalu diuapkan hingga larutan sampel
menjadi kental. Larutan kental ini
yang akan ditotolkan pada plat KLT.
Analisis yang pertama kali
dilakukan adalah analisis kualitatif
menggunakan kromatografi lapis
tipis. Analisis dengan menggunakan
KLT dilakukan untuk mencari nilai
Rf yang akan dibandingkan antara
sampel dan rhodamin baku. Prinsip
dari kromatografi adalah kepolaran
dan menggunakan prinsip like-
dissolve-like yaitu sampel akan
dibawa atau diikat dengan pelarut
yang memiliki sifat kepolaran yang
dekat atau sama dengan sampel. Oleh
karena itu pelarut yang digunakan
merupakan kombinasi sehingga
mendapatkan kepolaran pelarut yang
pas.
Larutan kental yang sudah
didapatkan ditotol ke plat dan
dimasukkan ke dalam chamber yang
sudah jenuh. Penjenuhan ini
dilakukan untuk mengoptimalkan
naiknya eluent karena fasa gerak
yang sudah terdistribusi merata pada
seluruh bagian chamber. Chamber
sudah berisi eluen yang merupakan
-
7/26/2019 260110140095_FAMI FATWA_MODUL 5
7/9
campuran aseton : amonia : aquades
dengan perbandingan 45 : 1 : 4.
Digunakan campuran eluen ini
karena rhodamin merupakan zat semi
polar sehingga digunakan aseton
sebagai eluen yang konsentrasi nya
mendominasi. Sehingga eluen bisa
membawa zat sampel dalam plat
KLT. Dilihat nilai Rf yang
didapatkan, nilai Rf merupakan
ukuran daya pisah suatu zat dengan
kromatografi planar. Nilai Rf
optimum yaitu berada pada rentang
0,5-0,8. Setelah dilakukan prosedur
pengujian didapatkan nilai Rf pada
rhodamin baku adalah 0,86
sedangkan pada plat sampel tidak
terdeteksi adanya bercak rhodamin.
Hal ini bisa disebabkan karena kadar
rhodamin yang terlalu sedikit
sehingga tidak terbawa oleh eluen.
Analisis selanjutnya yang
dilakukan yaitu analisis kuantitatif
dengan menggunakan
spektrofotometri uv-vis. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui kadar
rhodamin dari sampel yang diuji.
Dilakukan metode spektrofotometri
uv-vis karena rhodamin B memiliki
gugus kromofor dan gugus
auksokrom sehingga dapat dianalisis
pada spektrofotometri uv-vis. Dalam
pengujian dengan spektrofotometri
uv-vis menggunakan prinsip hukum
lambert beer yatu konsentrasi suatu
zat berbanding lurus dengan cahaya
yang diabsorbsi oleh sampel yang
diuji. Zat rhodamin B memberikan
serapan pada daerah visible yaitu
pada panjang gelombang 400-700
nm sehingga dapat digunakan
instrumen spektrofotometri uv-vis.
Pada praktikum kali ini
digunakan metode standar adisi
karena diperkirakan konsentrasi
rhodamin B yang sedikit dalam
sampel. Metode standar adisi
digunakan agar matriks sampel dan
matriks standar sama. Metode
standar adisi dilakukan dengan
menambahkan larutan baku pada
sampel, pada penambahan bisa
dilakukan variasi konsentrasi
ataupun variasi volume.
Praktikum kali ini digunakan
metode standar adisi dengan variasi
volume larutan baku. Volume larutan
baku 1, 2, 3, 4 dan 5 mL dimasukkan
ke dalam labu ukur yang telah berisi
2 mL larutan sampel. Setelah
dimasukkan larutan baku, larutan di
ad sampai 10 mL dengan pelarut
-
7/26/2019 260110140095_FAMI FATWA_MODUL 5
8/9
campuran. Lalu larutan ini
dimasukkan ke dalam kuvet dan
diukur menggunakan
spektrofotometri uv-vis. Setelah
dilakukan pengukuran didapatkan
absorbansi maksimal berada pada
panjang gelombang 548 dan 549
nm. Hasil ini sesuai dengan literatur
karena panjang gelombang
maksimum rhodamin pada pelarut
amonia dalam etanol adalah 547 nm
dan menurut Farmakope Indonesia
edisi 4 menyatakan bahwa
penyimpangan kurang lebih 3 nm.
Absorbansi yang didapatkan
dimasukkan ke dalam persamaan
garis yang didapatkan yaitu y =
0,1825 x +0,1116. Setelah dilakukan
perhitungan sampel, kadar rhodamin
dalam sampel merupakan 0,187%.
Hal ini berarti kosmetik tersebut
menyalahi peraturan yang tidak
memperbolehkan adanya rhodamin
dalam sediaan kosmetik.
Simpulan
Analisis rhodamin dalam
kosmetik dilakukan dengan analisis
kualitatif dan kuantitatif. Pada
analisis kualitatif dengan KLT
didapatkan hasil nilai Rf 0,86 untuk
rhodamin baku dan pada sampel
tidak terdeteksi adanya bercak.
Dalam analisis kuantitatif didapatkan
kadar rhodamine dalam kosmetik
0,299%.
Daftar Pustaka
Agustina, Ira. 2006.Metode Cepat
Untuk Kuantifikasi Teofilin
Dalam Sediaan Farmasi
Secara Spektrofotometri
Derivatif Ultraviolet. Bogor :
Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan IlmuPengetahuan Alam Institu
Pertanian Bogor.
Day, R.A. dan A.L. Underwood.
2002. Analisis Kimia
Kuantitatif Ed. Keenam.
Jakarta : PT Gramedia.
Depkes, RI. 1990. Permenkes RI No.
376/Menkes/Per/1990 tentang
Bahan, Zat Warna, Pengawet
dan Tabir Surya pada
Kosmetika. Jakarta :
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Khoppar, S.M. 1990.Konsep Dasar
-
7/26/2019 260110140095_FAMI FATWA_MODUL 5
9/9
Kimia Organik. Jakarta : UI
Press.