-
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODESTUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN KOMUNIKASI(Studi pada Siswa Jurusan Administrasi PerkantoranKelas X SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember)
SKRIPSI
OLEHARIZNA PUTRA AKBAR
NIM 106412400559
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMENPROGRAM STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
JANUARI 2010
-
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODESTUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN KOMUNIKASI(Studi pada Siswa Jurusan Administrasi PerkantoranKelas X SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember)
SKRIPSI
Diajukan kepadaUniversitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratandalam menyelesaikan program SarjanaPendidikan Administrasi Perkantoran
Oleh:Arizna Putra AkbarNIM 106412400559
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMENPROGRAM STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
Januari 2010
-
Skripsi oleh ARIZNA PUTRA AKBAR iniTelah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Malang, 31 Desember 2009Pembimbing I,
Dr. Wening Patmi Rahayu, S.Pd., M.MNIP 19731018.200112.2.001
Malang, 31 Desember 2009Pembimbing II,
Drs. Agus Hermawan, M.Si., M.Bus
NIP 19620814.199001.1.001
-
Skripsi oleh ARIZNA PUTRA AKBAR initelah dipertahankan di depan dewan pengujipada tanggal 15 Januari 2010
Dewan Penguji
Dr. Wening Patmi Rahayu, S.Pd, M.M KetuaNIP 19731018.200112.2.001
Drs. Agus Hermawan, M.Si, M.Bus AnggotaNIP 19620814.199001.1.001
Imam Bukhori, S.Pd, M.M AnggotaNIP 19730216.200604.1.001
Mengetahui, Mengesahkan,
a.n Ketua Jurusan Manajemen Dekan Fakultas EkonomiSekretaris
Drs. Agus Hermawan, M.Si, M.Bus Dr. Ery Tri Djatmika R.W.W, M.A, M.Si.NIP 19620814.199001.1.001 NIP 1961061.1198600.1.001
-
iABSTRACT
Arizna. 2010. Implementation of Student Teams Achievement Division Method ofCooperative Learning to Increase Student Learning Outcomes onTraining Subject of Communication (A Study of AP 1 Students in Class Xof SMK Negeri 1 Tanggul). Thesis, Office Administration Education ofManagement Department, Faculty of Economy. State University ofMalang. Advisors: (I) Dr. Wening Patmi Rahayu, S.Pd., M.M (II) Drs.Agus Hermawan, M.Si., M.Bus
Keywords: Cooperative Learning, Student Teams Achievement DivisionMethode, Student Learning Outcomes.
One of the problems that we have to face in our education today is aboutweaknesses in the learning process. Recent learning processes evidently burdenstudents with so many materials and assignments that students finally feel boredin the class. In learning activities, many approaches have been conducted byteachers; nevertheless, it has not yet shown satisfying results. It was proved by theresults of both school and national examinations and individual skill testsachieved by students. Schools themselves have not yet been able to create alearning environment that enables students to think critically, creatively, andresponsibly, as well as gives students opportunities to explore their ownimaginative ideas. Hence, it is important that a learning method can encouragestudents to be active in learning processes. The research tried to implement aStudent Teams Achievement Division method of cooperative learning model.STAD is a method of cooperative learning that students are trained to overcome areal-life problem while for the group divisions, this method is chosen as whatexpected that students are able to find information themselves in the group thensolve any test or problem cooperatively.
The purposes of the research are: 1) to describe the implementation StudentTeams Achievement Division method of cooperative learning model on the topicof communication, 2) to know the increase of student learning outcomes throughthe implementation of Student Teams Achievement Division method ofcooperative learning model, 3) to know the Student Teams Achievement Divisionmethod of cooperative learning model increase effect of student learningoutcomes, and 4) to know student response of implement Student TeamsAchievement Division model of cooperative learning method. Subjects of theresearch are 40 AP 1 students of class X in SMK Negeri 1 Tanggul.
The research is a qualitative research designed in the form of classroomaction research (CAR). The research data were collected by 1) test, 2) observationsheets, 3) questionnaire, 4) documentation and 5) field notes. This kind ofresearch is a classroom action research conducted in 2 cycles. Each cycle involves4 stages, namely: 1) planning, 2) action, 3) observation, 4) reflection. Dataanalysis in the research is done in a descriptive way.
The result shows that generally Student Teams Achievement Divisionmethod of cooperative learning model has been done well. Students helped eachother, did interaction, discussed with the teacher and their classmates, contributed
-
ii
scores for teams, gave respect to others, and became independent and goodstudents. It can be seen from the observation result of students cooperative skills.In the implementation of cycle 1, based on the observation between two observersit shows a success stage. The implementation of Student Teams AchievementDivision method and cooperative learning model on AP 1 students of class X ofSMK Negeri 1 Tanggul is good. It is shown by the increase from cycle I that is70% to 90% in cycle 2. The increase of 20% shows the learning thoroughness. Inthe cycle I the number of students completing their learning changes from 29students to 37 students. Although in the action implementation there were manyweaknesses and constraints in the cycle I, the researcher tried to improve it in thecycle 2.
Based on the result it can be concluded that the implementation of StudentTeams Achievement Division method of cooperative learning model can increasethe learning outcome of the training subject of communication in the topic ofcorrespondent. It can be seen through 3 aspects, namely cognitive and affectiveand psychomotor that increase in every cycle.
Some suggestions that the researcher recommends are: 1) School to givescience about cooperative method of way teaches that more medley please to learnsubject. 2) Teachers should be more increase student motivation for think active insolves a problem, mutually, cooperative and give guidance on student to solve aproblem. 3) Diknas must socialize about cooperative learning to learn school andteacher via training or seminar to increase science instructor for implement thismethod. 4) Writer expects research it cans be referenced for further researcherdeep inscriptive of science.
-
iii
ABSTRAK
Arizna. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif metode Student TeamsAchievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswapada Mata Pelajaran Komunikasi (Studi pada Siswa JurusanAdministrasi Perkantoran Kelas X SMK Negeri 1 Tanggul KabupatenJember). Skripsi, Jurusan Manajemen Program Studi PendidikanAdministrasi Perkantoran, Fakultas Ekonomi. Universitas NegeriMalang. Pembimbing: (I) Dr. Wening Patmi Rahayu, S.Pd., M.M (II)Drs. Agus Hermawan, M.Si., M.Bus
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif, metode Student Teams AchievementDivision (STAD), hasil belajar siswa.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita sekarang adalahmasalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang ada selama initernyata hanya membuat siswa sangat terbebani dengan materi dan tugas yangdiberikan oleh guru, sehingga siswa merasa bosan di dalam kelas. Dalampembelajaran di kelas telah banyak pendekatan-pendekatan yang dilakukan olehguru tetapi sampai saat ini belum mendapatkan hasil yang memuaskan, iniditunjukkan dengan hasil-hasil ujian siswa baik ujian nasional maupun ujiansekolah serta keterampilan individu siswa itu sendiri. Dari pihak sekolah sendirijuga belum berdaya untuk menciptakan suasana belajar yang memungkinkansiswa berpikir kritis, kreatif, bertanggung jawab, dan memberi peluang bagi siswauntuk menjelajahi idenya yang imajinatif. Oleh sebab itu perlu adanya sebuahmetode pembelajaran untuk membangkitkan semangat peserta didik agar aktifdalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini mencoba menerapkan metodepembelajaran kooperatif metode Student Teams Achievement Division. STADmerupakan bentuk pembelajaran kooperatif di mana siswa dilatih untuk bekerjasecara berkelompok beranggotakan 4 orang yang heterogen untuk memecahkansuatu masalah yang ada di dunia nyata, diharapkan siswa dapat memecahkanpermasalahan serta mencari informasi sendiri dalam kelompok yang kemudianbekerja sama untuk mencapai ketuntasan belajar bersama.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui penerapan metodepembelajaran kooperatif model STAD. 2) Untuk mengetahui hasil belajar siswakelas pada mata pelajaran komunikasi. 3) Untuk mengetahui apakah penerapanmodel pembelajaran kooperatif metode STAD terhadap hasil belajar siswa padamata pelajaran komunikasi. 4) Untuk mengetahui respons siswa kelas terhadappenerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata pelajarankomunikasi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X AP 1 di SMK Negeri 1Tanggul Kabupaten Jember dengan jumlah 40 siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang dirancang dengandesain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Data penelitian dikumpulkan melalui 1)tes, 2) lembar observasi, 3) angket, 4) dokumentasi dan 5) catatan lapangan. Jenispenelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2siklus. Setiap siklus mencakup 4 tahap kegiatan yaitu: 1) perencanaan,
-
iv
2) pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Analisis data dalampenelitian ini dilakukan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif metodeSTAD secara umum telah dilaksanakan dengan baik. Siswa saling membantu,saling berinteraksi tatap muka, berdiskusi dengan guru dan teman,menyumbangkan skor untuk kelompok, tenggang rasa, sopan dan mandiri. Hal inidapat dilihat dari hasil observasi keterampilan kooperatif siswa. Pada pelaksanaansiklus 1 berdasarkan perbandingan dari kedua pengamat menunjukkan tarafkeberhasilan. Penerapan model pembelajaran STAD pada kelas X APK 1 SMKNegeri 1 Tanggul sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan dari siklus1 sebesar 70 % menjadi sebesar 90 % pada siklus 2. Peningkatan sebesar 20%tersebut sudah menunjukkan ketuntasan belajar yaitu dari siklus 1 yang hanya 29siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 37 siswa yang tuntas belajar.Meskipun dalam pelaksanaan tindakan banyak kekurangan dan kelemahan padasiklus 1 maka peneliti mencoba memperbaiki pada siklus 2.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penerapanmodel pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan hasil belajarmata pelajaran komunikasi pada pokok bahasan melakukan komunikasi tertulis.Hal ini dapat dilihat dari ketiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif danpsikomotorik yang meningkat setiap siklusnya.
Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu: 1) Sekolahdiharapkan memberi pengetahuan mengenai berbagai metode atau cara mengajaryang lebih beragam kepada guru mata pelajaran. 2) Guru hendaknya lebihmeningkatkan motivasi siswa untuk berpikir lebih aktif dalam memecahkan suatumasalah, saling bekerja sama antar siswa dan memberikan bimbingan pada siswauntuk memecahkan suatu masalah. 3) Diknas hendaknya dapat memberikansosialisasi mengenai model-model pembelajaran kooperatif terhadap guru atausekolah melalui pelatihan atau seminar. 4) Penulis mengharapkan penelitian inidapat menjadi acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya dalam penulisan karyailmiahnya.
-
vKATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil Alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Metode Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Komunikasi (Studi pada Siswa Jurusan
Administrasi Perkantoran Kelas X SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember).
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran.
Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dr. Wening Patmi Rahayu, S.Pd., M.M, selaku pembimbing I yang telah
memberikan banyak bimbingan dan dorongan sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Drs. Agus Hermawan, M.Si., M.Bus, selaku pembimbing II yang
banyak memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Imam Bukhori, S.Pd., M.M, selaku penguji yang telah memberikan
masukan dan koreksi terhadap kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ery Tri Djatmiko Rudiyanto W.W, M.A, M.Si selaku Dekan
Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ijin dalam proses penulisan skripsi.
-
vi
5. Bapak Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed., M.Si. Selaku Ketua Jurusan
Manajemen yang telah memberikan ijin dalam proses penulisan skripsi ini.
6. Bapak Agus Budiarto, SP. M.Pd. dan Bapak Agus Wardoyo, SE. selaku
Kepala dan Wakil Kepala bagian Kurikulum SMK Negeri 1 Tanggul, yang
telah memberikan izin penelitian dan membantu selama penelitian.
7. Ibu Retno, S.Pd., selaku guru pengajar mata pelajaran komunikasi di SMK
Negeri 1 Tanggul untuk kelas X jurusan AP 1 yang telah membantu menjadi
observer dan memberikan informasi serta hal-hal yang diperlukan demi
terselesaikannya penelitian ini.
8. Muhammad Lutfar, selaku mahasiswa PPL Universitas Negeri Jember yang
telah rela menjadi observer demi penelitian ini.
9. Siswa-siswi kelas X Jurusan AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul yang telah banyak
membantu dalam kelancaran pelaksanaan penelitian.
10. Ibunda, Ayahanda, Adik-adikku, dan keluarga besarku yang telah memberikan
doa, dukungan, dan semangat.
11. Rekan-rekan Pendidikan Administrasi Perkantoran angkatan 2006 yang telah
memberikan bantuan, masukan dan motivasi.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membuat skripsi ini
lebih baik. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Amin.
Malang, 13 Januari 2010
Penulis
-
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT................................................................................................. iABSTRAK................................................................................................... iiiKATA PENGANTAR .................................................................................. vDAFTAR ISI ............................................................................................... viiDAFTAR GAMBAR.................................................................................... ixDAFTAR TABEL ........................................................................................ xDAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang ............................................................................. 1B. Rumusan Masalah ........................................................................ 7C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 8D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8E. Keterbatasan Penelitian................................................................. 10F. Definisi Istilah .............................................................................. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Temuan Penelitian yang Relevan .................................................. 12B. Kajian Teori ................................................................................. 18
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran............................................ 182. Pengertian Pembelajaran Kooperatif......................................... 203. Beberapa Metode Pembelajaran Kooperatif.............................. 234. Pembelajaran Kooperatif Metode STAD
(Student Teams Achievement Division)..................................... 255. Kebaikan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Kooperatif Metode STAD ........................................................ 346. Hasil Belajar ............................................................................ 367. Hubungan Antara Implementasi Model
Pembelajaran Kooperatif Metode STAD denganHasil belajar Komunikasi ......................................................... 41
BAB III METODE PENELITIANA. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................... 43B. Kehadiran Peneliti ........................................................................ 44C. Lokasi Penelitian .......................................................................... 44D. Data dan Sumber Data .................................................................. 45E. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 46F. Tahap-Tahap Penelitian ................................................................ 48
-
viii
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIANA. Gambaran Umum Sekolah ........................................................... 56B. Paparan Data................................................................................ 60
1. Paparan Data Pra Tindakan.................................................... 602. Paparan Data Siklus 1............................................................ 61
a. Tahap Perencanaan Siklus 1................................................. 62b. Tahap Pelaksanaan Siklus 1 ................................................. 63c. Tahap Observasi Siklus 1..................................................... 69d. Tahap Refleksi Siklus 1 ....................................................... 75
3. Paparan Data Siklus 2............................................................ 76a. Tahap Perencanaan Siklus 2 ................................................ 76b. Tahap Pelaksanaan Siklus 2................................................. 77c. Tahap Observasi Siklus 2..................................................... 82d. Tahap Refleksi Siklus 2 ....................................................... 86e. Respons Siswa..................................................................... 87
C. Temuan Penelitian ........................................................................ 911. Temuan Siklus 1.................................................................... 912. Temuan Siklus 2.................................................................... 92
BAB V PEMBAHASANA. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Model STAD pada Mata Pelajaran Komunikasi SiswaKelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul Kab. Jember ...................... 93
B. Hasil Belajar Siswa Kelas X AP 1SMK Negeri 1 Tanggul KabupatenJember pada Mata Pelajaran Komunikasi...................................... 96
C. Penerapan Model Pembelajaran KooperatifMetode STAD Dapat Meningkatkan Hasil Belajar SiswaKelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul KabupatenJember pada Mata Pelajaran Komunikasi...................................... 98
D.Respons Siswa Kelas X AP 1 SMK Negeri 1 TanggulKabupaten Jember terhadap Penerapan ModelPembelajaran Kooperatif Metode STADpada Mata Pelajaran Komunikasi.................................................. 101
BAB VI PENUTUPA. Kesimpulan................................................................................... 104B. Saran............................................................................................. 106
DAFTAR RUJUKAN................................................................................... 108
LAMPIRAN................................................................................................. 110PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... 158RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 159
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ............................................................ 55
4.1 Struktur Organisasi Sekolah.................................................................... 59
-
xDAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Hasil Pre Test Siswa pada Siklus 1....................................................... 65
4.2 Hasil Post Test Siswa pada Siklus 1 ..................................................... 68
4.3 Kategori Keberhasilan Tindakan .......................................................... 71
4.4 Hasil Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus.............................. 71
4.5 Hasil Analisis Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran ............................ 73
4.6 Hasil Pre Test Siswa pada Siklus 2....................................................... 79
4.7 Hasil Post Test Siswa pada Siklus 2 .................................................... 81
4.8 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Siklus 2 ............................... 83
4.9 Hasil Analisis Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ............................. 85
4.10 Hasil Angket Respons Siswa Terhadap Pembelajaran STAD ............... 88
4.11 Kriteria Respons Siswa ........................................................................ 89
-
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus................................................................................................... 111
2. Hasil Belajar Siswa................................................................................ 112
3. a. Rencana Pembelajaran Siklus 1.......................................................... 113
b. Rencana Pembelajaran Siklus 2.......................................................... 117
4. a. Materi Surat Pribadi ........................................................................... 120
b. Materi Surat Niaga............................................................................. 124
5. a. Soal Pre Test dan Post Test Siklus 1................................................... 129
b. Soal Pre Test dan Post Test Siklus 2................................................... 130
6. a. Topik Diskusi Siklus 1 ....................................................................... 131
b. Topik Diskusi Siklus 2....................................................................... 133
7. a. Lembar Observasi Mengenai Ketepatan Peneliti Siklus 1 ................... 136
b. Lembar Observasi Mengenai Ketepatan Peneliti Siklus 2................... 138
8. a. Lembar Observasi Mengenai Aktivitas Siswa Siklus 1 ....................... 140
b. Lembar Observasi Mengenai Aktivitas Siswa Siklus 2....................... 142
9. a. Lembar Observasi Catatan Lapangan Siklus 1.................................... 144
b. Lembar Observasi Catatan Lapangan Siklus 2.................................... 146
10. Angket Respons Siswa........................................................................... 148
11. Dokumentasi.......................................................................................... 150
-
1BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber daya
manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai tuntutan
pembangunan bangsa, dimana kualitas suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh
faktor pendidikan. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi
tanggung jawab pendidikan, terutama dalam menyiapkan peserta didik menjadi
subyek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh,
kreatif, mandiri, dan profesional pada bidang masing-masing. Upaya
peningkatan kualitas pendidikan dapat tercapai secara optimal, apabila
dilakukan pengembangan dan perbaikan terhadap komponen pendidikan itu
sendiri.
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan
oleh pemerintah antara lain dengan jalan melengkapi sarana dan prasarana,
meningkatkan kualitas tenaga pengajar, serta penyempurnaan kurikulum yang
menekankan pada pengembangan aspek-aspek yang bermuara pada
peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (Life Skill) yang diwujudkan
melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri,
dan berhasil di masa yang akan datang.
Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan pendidikan kejuruan
tingkat menengah atas yang disediakan pemerintah dalam rangka menyiapkan
-
2tenaga kerja siap pakai. Hal ini sesuai dengan tujuan instruksional pendidikan
menengah kejuruan yaitu siswa diharapkan menjadi tenaga profesional yang
memiliki keterampilan yang memadai, produktif, kreatif dan mampu
berwirausaha. Untuk itu perlu kiranya siswa SMK dibekali dengan kemampuan
dasar dan keterampilan teknik yang memadai.
Namun dalam kenyataannya proses belajar mengajar yang berlangsung di
sekolah khususnya SMK saat ini masih belum seluruhnya berpusat pada siswa.
Hal ini terbukti dengan masih seringnya digunakan model ceramah atau
konvensional yang hampir pada semua mata pelajaran atau mata pelajaran
termasuk mata pelajaran komunikasi. Padahal tidak semua materi komunikasi
harus diajarkan dengan model ceramah atau konvensional. Kenyataan
pengajaran komunikasi yang seperti ini menunjukkan bahwa pemilihan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok sangatlah penting.
Salah satu model yang dapat mengarahkan kepada siswa untuk
memberikan pengalaman belajar secara langsung adalah model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif ini didasarkan atas pandangan
konstruktivis yang menyatakan bahwa anak secara aktif membentuk konsep,
prinsip dan teori yang disajikan kepadanya. Mereka mengolahnya secara aktif,
menyesuaikan dengan skema pengetahuan yang sudah dimiliki dalam struktur
kognitifnya dan menambahkan atau menolaknya (Suparno, 1997).
Johnson (dalam Supriadi, 1995: 56) mengemukakan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan adanya
kerja sama antar siswa dengan kelompoknya untuk mencapai tujuan belajar
bersama. Model pembelajaran kooperatif ini dapat melatih siswa untuk
-
3menemukan dan memahami konsep-konsep yang dianggap sulit dengan cara
bertukar pikiran atau diskusi dengan teman-temannya melalui kegiatan saling
membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Johnson (dalam Nur, 1995: 1) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif sesuai dengan teori motivasi karena struktur tujuan dalam
pembelajaran kooperatif adalah struktur tujuan kooperatif yang menciptakan
suatu situasi dimana satu-satunya cara agar anggota kelompok dapat mencapai
tujuan pribadi mereka hanya apabila kelompoknya berhasil. Situasi yang
tercipta ini akan membuat setiap anggota kelompok harus saling membantu
teman dalam kelompoknya dengan melakukan apa saja yang dapat membantu
kelompok itu agar berhasil dan yang paling penting adalah saling memberi
dorongan kepada teman dalam kelompoknya untuk melakukan upaya yang
maksimum. Dikatakan juga, siswa yang belajar dalam kelompok ternyata
memiliki perolehan pengetahuan yang lebih baik dibandingkan siswa yang
belajar secara tradisional. Belajar tradisional dalam hal ini adalah belajar secara
individu, dimana setiap siswa bertanggung jawab memperoleh pengetahuannya
sendiri.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode pembelajaran yaitu:
STAD (Student Teams Achievement Division), TAI (Team Assisted
Individualization), TGT (Teams Games Tournament), Jigsaw, penelitian
kelompok (Group Investigation). Dalam penelitian ini peneliti memilih model
pembelajaran kooperatif dengan metode STAD sebagai objek eksperimen.
Menurut Johnson (dalam Noornia, 1997: 29) penggunaan pembelajaran
kooperatif khususnya metode STAD memiliki keuntungan, antara lain lebih
-
4dapat memotivasi siswa dalam berkelompok agar mereka saling mendorong
dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan. Dalam
pembelajaran kooperatif metode STAD memiliki ciri khusus yaitu kelompok
yang terbentuk dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Ciri
lainnya adalah adanya empat tahap penting di dalamnya, yaitu: (1) Presentasi
kelas oleh guru, (2) Studi kelompok, (3) Tes individu, dan (4) Adanya tahap
penghargaan (Handayanto, 2000: 115).
Penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata
pelajaran komunikasi diharapkan dapat tercipta suasana belajar siswa aktif
yang saling berkomunikasi, saling mendengar, saling berbagi, saling memberi
dan menerima, yang mana keadaan tersebut selain dapat meningkatkan
pemahaman terhadap materi juga meningkatkan interaksi sosial siswa,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan observasi pendahuluan mandiri yang dilakukan peneliti
beberapa waktu sebelumnya, diperoleh bahwa hasil belajar pada Siswa Kelas X
Jurusan Administrasi Perkantoran 1 (AP 1) di SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember untuk mata pelajaran Komunikasi masih rendah.
Hal tersebut terlihat dari nilai ulangan harian yang diperoleh Siswa
Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran 1 (AP 1) di SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember masih kurang memuaskan, karena pada ulangan harian ke-1
50% siswa mendapatkan nilai di bawah nilai minimal, sedangkan pada ulangan
harian ke-2 hampir 65% siswanya mendapatkan nilai di atas minimal yang
telah ditentukan, untuk mata pelajaran Komunikasi nilai minimalnya adalah 70,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2. Hal ini disebabkan
-
5pelaksanaan pembelajarannya masih disampaikan dengan menggunakan model
ceramah sebagai model yang lebih dominan diterapkan daripada model lain.
Sedangkan siswa mendengarkan apa yang dijelaskan guru serta mencatat hal
yang dianggap penting oleh siswa dan siswa kurang diberi kebebasan untuk
mengungkapkan pendapatnya terhadap materi yang diajarkan, sehingga
menyebabkan suasana belajar yang kurang menarik dan komunikatif. Hal
inilah yang menyebabkan rata-rata nilai siswa masih rendah, khususnya Siswa
Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran 1 (AP 1) di SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember dalam mengoptimalkan hasil belajar pada mata pelajaran
Komunikasi, padahal perlu diketahui mata pelajaran Komunikasi memiliki
kontribusi yang besar dalam pencapaian kompetensi yang harus dimiliki para
siswa jurusan Administrasi Perkantoran.
Penerapan pembelajaran yang konvensional tersebut masih bersifat
berpusat pada guru (teacher centered), sehingga menyebabkan suasana belajar
yang kurang menarik dan komunikatif. Hal ini dapat menghambat usaha siswa,
khususnya siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran dalam
mengoptimalkan hasil belajar pada mata pelajaran Komunikasi, padahal perlu
diketahui mata pelajaran Komunikasi memiliki kontribusi yang besar dalam
pencapaian kompetensi yang harus dimiliki para siswa jurusan Administrasi
Perkantoran. Jika penerapan model pembelajaran untuk mata pelajaran
Komunikasi hanya menggunakan model ceramah sebagai model utama, maka
proses belajar akan terasa membosankan bagi siswa karena terasa monoton.
Kondisi ini diduga akan sangat mempengaruhi hasil belajar, minat belajar dan
daya tarik siswa dalam mengikuti pelajaran serta berkaitan pula dengan masa
-
6depan siswa. Model ceramah sebagai model utama bukan berarti tidak cocok
untuk digunakan tetapi penggunaan model tersebut yang mendominasi
menyebabkan siswa merasa bosan, jenuh dan menurunnya motivasi belajar.
Penerapan sistem pembelajaran konvensional secara terus-menerus tanpa
variasi tersebut dapat menjadi kendala dalam pembentukan pengetahuan secara
aktif khususnya dalam mata pelajaran Komunikasi, maka diperlukan variasi
dan kreativitas dalam model pembelajaran. Salah satunya adalah dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata
pelajaran Komunikasi yang dalam penerapannya di dalam kelas akan tercipta
suasana belajar siswa aktif yang saling komunikatif, saling mendengar, saling
berbagi, saling memberi dan menerima, yang mana keadaan tersebut selain
dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi juga meningkatkan interaksi
sosial siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada
mata pelajaran Komunikasi.
Pemilihan metode STAD sebagai fokus penelitian ini, disebabkan metode
STAD memiliki potensi lebih daripada pembelajaran dengan menggunakan
model konvensional dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui sistem
gotong-royong, saling membantu. Johnson & Johnson (dalam Lie, 2002:7)
menyatakan bahwa suasana belajar kooperatif menghasilkan hasil belajar yang
lebih baik, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih
baik daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan.
Pemilihan metode pembelajaran STAD jika dibandingkan dengan metode
dari model pembelajaran kooperatif lainnya apabila dikaitkan dengan jurusan
dan mata pelajaran yang diteliti yaitu jurusan Administrasi Perkantoran dan
-
7mata pelajaran Komunikasi merupakan alternatif terbaik serta memiliki potensi
keberhasilan yang cukup besar baik karena faktor kesederhanaan dan
kemudahan dalam prakteknya. Hal ini yang mendorong peneliti untuk memilih
pembelajaran kooperatif metode STAD di dalam melakukan penelitian.
Sedangkan pemilihan Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran 1
(AP 1) di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember sebagai objek penelitian
lebih dikarenakan kesamaan jurusan yang diambil oleh peneliti dengan obyek
yang diteliti, selain itu mata pelajaran Komunikasi hanya ada pada jurusan
Administrasi Perkantoran.
Berdasarkan uraian di atas, judul yang diambil oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode
Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar pada Mata pelajaran Komunikasi Siswa Kelas X Jurusan
Administrasi Perkantoran 1 (AP 1) di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten
Jember.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD di
SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember pada mata pelajaran komunikasi?
-
83. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember pada mata pelajaran komunikasi?
4. Bagaimanakah respons siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif
metode STAD pada mata pelajaran komunikasi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD
di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember pada mata pelajaran komunikasi.
3. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif
metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK
Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember pada mata pelajaran komunikasi.
4. Untuk mengetahui respons siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif
metode STAD pada mata pelajaran komunikasi.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memecahkan suatu masalah baik langsung maupun tidak langsung dan
-
9juga diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi berbagai pihak,
antara lain:
1. Bagi Guru Mata pelajaran Komunikasi
Penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan kepada guru agar
dapat menerapkan strategi pembelajaran selain ceramah yang lebih
bervariasi sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dalam
rangka meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Bagi Siswa SMK Negeri 1 Tanggul
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa agar tercipta
kebiasaan-kebiasaan positif seperti kebiasaan bekerja sama dalam
kelompok, aktif dalam kegiatan belajar mengajar, bersosialisasi,
mengemukakan pendapat, dan sebagainya.
3. Bagi Kepala SMK Negeri 1 Tanggul
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi
perbaikan kualitas pendidikan khususnya di SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember. Diharapkan Kepala SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten
Jember dapat mendorong dan memfasilitasi guru untuk dapat menerapkan
model pembelajaran kooperatif metode STAD ini, sehingga guru tidak
hanya menggunakan model ceramah atau konvensional terus-menerus.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi peneliti karena peneliti
akan lebih mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul dalam
kegiatan belajar mengajar khususnya dalam model pembelajaran kooperatif
-
10
dan sebagai bekal bagi peneliti untuk menjadi tenaga pendidik di masa yang
akan datang.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini adalah penerapan model kooperatif metode STAD
terhadap hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten
Jember pada mata pelajaran komunikasi. Untuk memudahkan penelitian dalam
mencapai sasaran, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember.
2. Model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini terbatas pada metode
Student Teams Achievement Division (STAD).
3. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X jurusan AP 1 yang
berjumlah 40 siswa.
4. Materi yang diajarkan adalah materi untuk kelas X semester I yaitu
Komunikasi khususnya pada materi melakukan komunikasi tertulis.
5. Topik diskusi yang diberikan pada masing-masing kelompok hanya satu dan
sama yaitu materi melakukan komunikasi tertulis (surat-menyurat).
6. Hasil catatan Lapangan yang diperoleh dari kedua observer dalam penelitian
ini adalah sama
F. Definisi Istilah
1. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama dalam kelompok untuk mencapai ketuntasan
belajar.
-
11
2. STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu
metode pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan siswa secara
heterogen dengan melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok
untuk pembelajaran individu anggota demi tercapainya tujuan pembelajaran.
3. Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses
belajar mengajar yang memungkinkan untuk diukur dan dicerminkan oleh
nilai tes yang diperoleh dari hasil pre test di awal dan post test di akhir
proses belajar mengajar.
4. Mata pelajaran Komunikasi memiliki pengertian dimana salah satu pihak
memberikan informasi kepada pihak lain dengan tujuan saling mengerti dan
mempengaruhi, yang merupakan keahlian dasar dari seorang sekretaris
dalam administrasi pekerjaan di kantor.
-
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Temuan Penelitian yang Relevan
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa di samping pembelajaran
kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif siswa, secara
bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka. Slavin
dalam Ibrahim (2001:16) menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45
penelitian telah dilaksanakan pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang
studi Bahasa, Geografi, Ilmu Sosial, Sains, Matematika dan Bahasa Inggris.
Studi yang telah ditelaah dilaksanakan di sekolah-sekolah pinggiran dan
pedesaan Amerika Serikat, Israel, Nigeria dan Jerman. Dari 45 laporan 37
menunjukkan bahwa hasil akademis kelas kooperatif lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol.
Beberapa Studi di bawah ini menunjukkan tidak banyak perbedaan dan
tidak ada satu pun studi yang menunjukkan hasil negatif, diantaranya adalah:
1. Skripsi Puji Ekowati (2006) yang berjudul Keefektifan Penerapan Model
Pembelajaran STAD Pada Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Hasil
belajar Siswa Kelas X Di SMAN I Srengat Blitar Pada Pokok Bahasan
Permasalahan Ekonomi. Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research), teknik pengumpulan data menggunakan
tes, wawancara, observasi, catatan lapangan, dan angket. Sedangkan analisis
-
13
datanya melalui beberapa tahap yaitu mereduksi data, penyajian data, dan
penyajian kesimpulan serta verifikasi.
Dari penelitian yang dilakukan dua siklus ini diperoleh hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa pada pre-test siklus 1 hasil belajar siswa
diperoleh nilai rata-rata 65, sedangkan post-test diperoleh nilai rata-rata
75,71. Pada siklus 2 diperoleh kenaikan nilai rata-rata kelas yaitu nilai rata-
rata yang diperoleh adalah 82,40. Dari segi kemampuan, kerja sama siswa
dapat dibilang berlangsung dengan baik karena antara siswa satu dengan
siswa yang lainnya saling membantu untuk menyelesaikan tugas kelompok.
Respons yang diberikan siswa terhadap penanganan surat masuk dan
surat keluar dengan pembelajaran kooperatif model STAD sangat positif.
Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa 1) penerapan pembelajaran
kooperatif model STAD untuk meningkatkan hasil belajar dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran penanganan surat masuk
dan surat keluar, 2) pembelajaran kooperatif model STAD dapat diterapkan
dalam upaya meningkatkan keterampilan dan aktivitas siswa dalam belajar.
Dalam penelitian ini diajukan saran yaitu pembelajaran kooperatif
model STAD dapat dijadikan alternatif pilihan dalam praktek pembelajaran
di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa, perlu penyediaan sarana
dan prasarana yang lengkap untuk mendukung efektivitas penerapan
pembelajaran kooperatif model STAD yaitu berupa pengadaan ruangan,
bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan kegiatan penelitian lebih lanjut
tentang penerapan pembelajaran kooperatif model STAD dengan mata
pelajaran yang lain dan subjek penelitian yang valid.
-
14
2. Skripsi Endah Sulistyowati (2006) yang berjudul Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Metode STAD Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas
Belajar Ekonomi Siswa Kelas I SMP Laboratorium Universitas Negeri
Malang, penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas,
dimana yang menjadi subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas 1B SMP
Laboratorium Universitas Negeri Malang yang terdiri dari 42 siswa.
Data diperoleh melalui tes (pre-test dan post-test), observasi, catatan
lapangan, dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah
mereduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Dari
tiga siklus dalam penelitian ini diperoleh hasil berdasarkan hasil tes pada
setiap akhir siklus, pembelajaran kegiatan pokok ekonomi dengan
pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal tersebut ditunjukkan pada siklus 1 rata-rata kelas siswa adalah
56,2, pada siklus 2 nilai rata-rata kelas adalah 56,4 dan pada siklus 2 nilai
rata-rata kelas adalah 59,3. berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang
dilakukan setiap siklus, persentase rata-rata aktivitas belajar kelas dalam
pembelajaran kontekstual dengan pendekatan kooperatif model STAD
menunjukkan peningkatan yang cukup baik.
Persentase aktivitas siswa pada siklus 1 sebesar 82,1% dan meningkat
pada siklus 2 menjadi 83,5% serta pada siklus 2 meningkat menjadi 91%.
Sedangkan berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peranan guru
sebagai fasilitator dalam pembelajaran kooperatif sangatlah penting agar
siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis angket
-
15
siswa diketahui bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran
menggunakan pendekatan kooperatif model STAD.
Dalam penelitian ini diajukan beberapa saran yaitu: pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan kooperatif dapat dijadikan salah satu
alternatif dalam pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran kontekstual dengan pendekatan kooperatif model STAD
adalah hasil pengelolaan kelas berupa pengelolaan tempat, waktu dan
pengelolaan siswa, dan untuk peneliti selanjutnya agar mengetahui lebih
jauh tentang penerapan model STAD dalam pembelajaran mata pelajaran
Ekonomi dengan melakukan penelitian pada pokok bahasan yang berbeda
dan menggunakan bentuk penilaian yang beragam.
3. Jurnal oleh M. Setyarini yang berjudul: Pembelajaran Konstruktivisme
Melalui Model Cooperative Learning Tipe STAD Untuk Meningkatkan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Kimia (PTK Di Kelas XI IPA2 SMAN 5 Bandar
Lampung TP 2006/2007). Berdasarkan hasil diskusi dengan guru bidang
studi kimia kelas XI IPA2 SMAN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2006/2007 diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata hasil tes formatif siswa
pada pokok bahasan larutan asam basa adalah 59. Proses pembelajaran
masih terpusat pada guru, minat belajar dan aktivitas siswa rendah. Upaya
meningkatkannya adalah dengan menerapkan pembelajaran konstruktivisme
melalui model cooperative learning tipe STAD. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan peningkatan rata-rata (1) aktivitas siswa; (2)
penguasaan konsep siswa; (3) minat siswa terhadap pembelajaran kimia;
dan (4) keterampilan siswa bekerja di laboratorium. Jenis penelitian adalah
-
16
penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus. Data kuantitatif
diperoleh melalui tes. Data kualitatif diperoleh melalui observasi dan
kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-
rata (1) aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 8,17%, dari siklus II
ke siklus III sebesar 5,21%; (2) penguasaan konsep siswa dari siklus I ke
siklus II sebesar 12,98%, dari siklus II ke siklus III sebesar 7,59%; (3) minat
siswa terhadap pembelajaran kimia dari siklus I ke siklus II sebesar 14,4%,
dari siklus II ke siklus III sebesar 6,85%; (4) keterampilan siswa bekerja di
laboratorium dari siklus I ke siklus II sebesar 17,71%, dari siklus II ke siklus
III sebesar 5,7%.
4. Jurnal Pendidikan oleh Styarini (2004) yang berjudul: Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Metode STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar
pada Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri 5 Semarang. Pokok bahasan
yang diambil adalah hewan vetebrata dan invertebrata. Styarini
mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif metode
STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa, keaktifan siswa dan kinerja
guru. Pada siklus I hasil belajar siswa meningkat sebesar 7,5%, siklus II
sebesar 12,66% dan siklus III sebesar 14,33%. Keaktifan belajar siswa pada
siklus I mencapai 49,16%, siklus II mencapai 75% dan siklus III mencapai
90%. Sedangkan kinerja guru pada siklus I mencapai 71,16%, siklus II
mencapai 81,66% dan siklus III mencapai 89,33%. Respons yang positif
oleh siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif metode STAD
karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
-
17
5. Jurnal Pendidikan oleh Endy (2005) yang berjudul: Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Metode STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar
pada Mata Pelajaran Gambar Teknik di SMK Negeri 1 Kendal.
Menegaskan bahwa model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. Dengan membagi siswa
menjadi kelompok-kelompok kecil akan memudahkan pembelajaran karena
pada mata pelajaran gambar teknik dituntut adanya kerja sama antar siswa
dan ketelitian, sehingga mempermudah guru dalam penyampaian materi dan
juga latihan-latihan penunjang materi. Hal ini terbukti pada siklus I hasil
belajar mengalami peningkatan sebesar 5,88%, siklus II sebesar 7,19% dan
siklus III sebesar 9,18%. Sedangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
siklus I sebesar 59,89%, siklus II sebesar 63,33% dan siklus III sebesar
83,33%.
6. Jurnal Pendidikan oleh Istikomah (2006). Dalam penelitian yang dilakukan
pada siswa SMK Muhammadiyah 1 Semarang pada mata pelajaran
akuntansi dengan kompetensi mengelola administrasi dana kas bank dan kas
kecil melalui pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus 1 terdapat peningkatan
sebesar 13,16%, siklus II sebesar 19,48% dan siklus III sebanyak 26,56%.
Siswa juga terlibat secara aktif selama pembelajaran berlangsung.
Peningkatan keaktifan siswa pada siklus 1 sebesar 81,79%, siklus II sebesar
93,44% dan siklus III sebesar 97,81%. Bahkan indikator ketercapaian hasil
belajar siswa melebihi dari yang ditetapkan yaitu 90% dari keseluruhan
siswa dengan mendapat nilai minimal 70.
-
18
B. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Pengertian belajar bermacam-macam tergantung dari mana belajar
tersebut ditinjau. Menurut Sadirman (2005:22) pengertian belajar secara
luas adalah kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya.
Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan
materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Belajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting karena
semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat
menimbulkan berbagai perubahan yang melanda aspek kehidupan manusia.
Dalam perkembangannya konsep belajar mengajar beralih ke konsep belajar
efektif.
Menurut Winkel (1997:56) mengemukakan bahwa belajar sebagai
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap, dimana perubahan
tersebut bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Menurut Di Vesta dan Thomspon (dalam Mappa, 1994:6) belajar
merupakan perubahan yang bersifat abadi atau permanen dalam tingkah
laku sebagai akibat dari pengalaman. Kata kunci yang menandai belajar
menurut pandangan ini adalah perubahan, tingkah laku dan pengalaman. Di
Vesta juga mendefinisikan belajar merupakan sesuatu yang penting
diketahui oleh guru sebagai fasilitator oleh karena tugas mereka adalah
-
19
mengembangkan proses belajar secara efisien, dan merupakan hakikat dari
perannya dalam mengubah tingkah laku pelajar.
Belajar adalah aktivitas manusia dimana semua potensi manusia
dikerahkan, kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental
intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat
emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Menurut
Dimyati (1999:3) hasil belajar diperoleh dari suatu interaksi tindak lanjut
dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar. Dalam pembelajaran guru berperan
membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar, mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar
mengajar yang berupa dampak pengajaran, sedangkan peran siswa adalah
bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar
dan menggunakan hasil belajar sebagai acuannya.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku internal siswa yang
kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental
yang meliputi ranah-ranah kognitif dan psikomotorik. Tindakan belajar
tentang suatu hal tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.
Penyebab belajar itu adalah hal-hal diluar siswa yang sukar ditentukan. Oleh
karena itu beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang
belajar. Skinner (dalam Dimyati, 1999: 9) menyatakan bahwa belajar adalah
suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responsnya menurun. Lain
halnya dengan Gagne (dalam Dimyati, 1999:10) belajar merupakan kegiatan
-
20
yang kompleks, hasil belajar merupakan kapabilitas. Lebih lanjut lagi
menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi
internal, kondisi eksternal dan hasil belajar.
2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Manusia memerlukan kerja sama karena manusia merupakan makhluk
individual yang mempunyai potensi, latar belakang, serta harapan masa
depan yang berbeda-beda. kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat
penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada
individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Tanpa kerja sama kehidupan
akan punah (Lie, 2002:27).
Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola dengan baik dapat
menimbulkan perdebatan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Untuk
menghindari hal tersebut maka diperlukan interaksi yang baik antar
individu. Dimana, dalam interaksi tersebut harus ada saling tenggang rasa.
Dalam pembelajaran, interaksi tersebut dapat terjadi dan ditemukan dalam
proses pembelajaran kooperatif. Dalam hal ini,pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan (Nurhadi, dkk,
2004:61).
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebenarnya bukan
suatu bentuk pembelajaran yang baru. Para ahli psikologi sosial telah
mengembangkan pola kerja kooperatif pada sekitar tahun 1920, sedangkan
-
21
penekanan pola kerja kooperatif yang diaplikasikan pada pembelajaran di
dalam kelas dimulai sekitar 1970 (Noornia, 1997). Selanjutnya riset-riset
mulai dilakukan para peneliti pendidikan, untuk menemukan berbagai
model atau teknik-teknik pembelajaran kooperatif pada pembelajaran di
dalam kelas.
Menurut Lie (2002:28), model pembelajaran kooperatif berbeda
dengan sekedar belajar dalam kelompok. Perbedaan ini terletak pada adanya
unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yang tidak ditemui dalam
pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Prosedur model
pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan benar akan memungkinkan
pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000:6) adalah
sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
c. Apabila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, agama,
etnis dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Pembelajaran lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap belajar kooperatif. Sistem
pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau
belajar kelompok yang terstruktur. Lima unsur pokok yang termasuk dalam
struktur ini adalah sebagai berikut:
-
22
a. Saling ketergantungan yang positif antar anggota kelompok, karena
keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggota
kelompok untuk saling belajar dan mengajari teman-temannya sehingga
teman sekelompoknya paham. Sistem penilaian dalam metode ini mampu
memacu siswa yang berkemampuan rendah untuk bekerja tanpa ada rasa
minder karena bagaimanapun juga mereka bisa menyumbangkan nilai
kepada kelompoknya. Sebaliknya, siswa yang berkemampuan tinggi
tidak merasa dirugikan oleh teman yang berkemampuan rendah karena
mereka juga telah memberikan sumbangan nilai.
b. Tanggung jawab perseorangan, karena setiap anggota diharuskan bekerja
menyumbangkan pikiran untuk menyelesaikan tugas dan pada akhir
pembelajaran siswa harus berusaha agar memperoleh nilai yang tinggi
agar dia mampu menyumbangkan poin nilai kepada kelompoknya.
c. Tatap muka antar anggota, agar setiap anggota dapat berinteraksi untuk
memadukan pikiran yang berbeda dalam menyelesaikan masalah
sehingga tercipta rasa saling menghargai, memanfaatkan kelebihan dan
mengisi kekurangan masing-masing anggota yang memiliki latar
belakang yang berbeda sehingga dapat memperluas wawasan untuk lebih
memahami pelajaran.
d. Komunikasi antar anggota, karena dalam proses kelompok ini tiap
anggota akan berusaha untuk saling berkomunikasi secara baik dalam
rangka mencapai kata mufakat untuk menyelesaikan masalah yang
didalam prosesnya mereka harus bisa menggunakan kata-kata yang
bijaksana. Hal ini disebabkan karena didalam kelompok terdapat
-
23
perbedaan latar belakang masing-masing anggota sehingga proses ini
dapat memperkaya siswa dalam perkembangan mental dan emosional.
e. Evaluasi proses kelompok, karena keberhasilan belajar dari kelompok
sangat menentukan tercapainya tujuan belajar. Evaluasi kelompok ini
bisa dilakukan setelah beberapa kali kerja kelompok.
3. Beberapa Metode Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif banyak sekali metode yang
dikenalkan antara tipe pembelajaran yang satu dengan yang lain memiliki
perbedaan, baik pada keunggulan, cara pembelajaran maupun
kekurangannya. Tipe pembelajaran kooperatif yang sudah diterapkan yaitu:
STAD (Student Teams Achievement Division), TAI (team-Assisted
Individualization), TGT (Teams Games Tournament), Jigsaw, penelitian
kelompok (Group Investigation).
a. STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD dikembangkan oleh Robert slavin. Dalam STAD atau tim
siswa kelompok prestasi, siswa dikelompokkan dalam tim belajar
beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran
menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Penerapannya guru
mula-mula menyajikan informasi kepada siswa, selanjutnya siswa
diminta berlatih dalam kelompok kecil sampai setiap anggota kelompok
mencapai skor maksimal pada kuis yang akan diadakan pada akhir
pelajaran. Seluruh siswa diberi kuis tentang materi itu dan harus
dikerjakan sendiri-sendiri. Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor
-
24
terdahulu mereka dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh
siswa menyamai atau melampaui prestasi yang lalunya sendiri. Poin
anggota tim ini dijumlahkan untuk mendapat skor tim, dan tim yang
mencapai kriteria tertentu dapat diberikan penghargaan.
b. TAI (Team Assisted Individualization)
TAI atau pengajaran individual dibantu tim pada dasarnya hampir
sama dengan STAD, dalam penggunaan tim belajar empat anggota
berkemampuan campur dan penghargaan untuk tim berkinerja tinggi,
bedanya bila STAD menggunakan satu langkah pengajaran di kelas, TAI
menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individu.
c. TGT (Teams Games Tournament)
TGT atau pertandingan-pertandingan tim merupakan
pengembangan dari STAD. Setelah siswa belajar dalam kelompoknya,
masing-masing anggota kelompok akan mengadakan lomba dengan
anggota kelompok lain, sesuai dengan tingkat kemampuannya. Penilaian
kelompok didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari masing-
masing anggota kelompok.
d. Jigsaw
Dalam metode jigsaw setiap kelompok mendapat satu topik
bahasan, dan setiap anggota kelompok mencari informasi tentang isi satu
sub topik dari topik yang dipelajari. Siswa yang mengajarkan informasi
yang diperoleh kepada kelompok lain. Artinya kelompok dibongkar dan
siswa-siswa yang mempunyai topik yang sama dari kelompok yang
-
25
berbeda bertemu atau membentuk kelompok baru yang disebut
kelompok ahli. Anggota kelompok ahli ini saling mengajarkan dan
mendiskusikan perolehannya, sampai semua anggota menguasai sub
topik yang dikerjakan. Kemudian, anggota kelompok ahli kembali ke
kelompok asalnya dan mengajarkan sub topik yang dikuasainya kepada
kelompok lain. Pada akhir kegiatan setiap anggota mengerjakan tes untuk
semua sub topik dan topik yang dipelajari. Skor hasil tes tiap kelompok
dihitung dan diumumkan secara terbuka.
e. GI (Group Investigation)
Group Investigation adalah strategi pembelajaran yang dirancang
agar siswa bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah dan
mengembangkan keterampilan meneliti. Didalam teknik ini siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil menggunakan inkuiri kooperatif,
diskusi kelompok dan perencanaan serta proyek kooperatif. Tiap
kelompok diberi tanggung jawab untuk memilih topik yang diminati,
membagi tugas-tugas menjadi sub-sub topiknya tersebut. Mereka juga
mengintegrasikan materi sub-sub topiknya untuk menyusun laporan
kelompok. Laporan hasil kerja kelompok dilaporkan kesemua anggota
kelompok.
4. Pembelajaran Kooperatif Metode STAD (Student TeamsAchievement Division)
Pembelajaran kooperatif metode STAD merupakan model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa dalam
-
26
pembelajaran kooperatif metode STAD dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil. Kelompok kecil ini mempunyai anggota 4-5 siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang, rendah, terdiri dari laki-laki dan
perempuan, dan apabila memungkinkan berasal dari suku, agam dan etnis
yang berbeda (Ibrahim, 2000: 20).
Menurut Slavin (dalam Noornia, 1997: 21) ada lima komponen
utama dalam pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu:
a. Penyajian Kelas
Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan
guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks.
Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas.
Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk
menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.
b. Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD karena
didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa
untuk mencapai kemampuan akademik yang diharapkan. Fungsi
dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap
anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus
lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam
menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri
dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah
dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu mempertimbangkan
agar jangan sampai terjadi pertentangan antar anggota dalam satu
-
27
kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri
teman sekelompoknya.
c. Tes dan Kuis
Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua
kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa
harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan
memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan
kelompok.
d. Skor peningkatan individual
Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar
bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung
berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari
skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan
oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif
metode STAD.
e. Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan
penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama
belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan
lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama.
Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran
kooperatif metode STAD adalah sebagai berikut:
-
28
a. Persiapan STAD
1) Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang
sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum
menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar
diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif dan lembar
jawaban dari lembar kegiatan tersebut.
2) Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang
heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri
dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila
memungkinkan harus diperhitungkan juga latar belakang, ras dan
sukunya. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih
kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih teman yang
disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan kelompok
dapat diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998:7-8):
a) Merangking siswa
Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya
di dalam kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat
digunakan untuk melakukan rangking tersebut. Salah satu
informasi yang baik adalah skor tes.
b) Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa.
Untuk menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk,
-
29
bagilah banyaknya siswa dengan empat. Jika hasil baginya tidak
bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti ada delapan kelompok
yang beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang
beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh
kelompok yang akan dibentuk.
c) Membagi siswa dalam kelompok
Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok-
kelompok yang dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat
hasil belajar rendah, sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai
dengan rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata-
rata semua kelompok dalam kelas kurang lebih sama.
d) Mengisi lembar rangkuman kelompok
isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada
lembar rangkuman kelompok (format perhitungan hasil
kelompok untuk pembelajaran kooperatif metode STAD).
3) Menentukan Skor Awal
Skor awal siswa dapat diambil melalui Pre Test yang
dilakukan guru sebelum pembelajaran kooperatif metode STAD
dimulai atau dari skor tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa.
Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada
semester sebelumnya.
4) Kerja sama kelompok
Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya
diawali dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini
-
30
merupakan kesempatan bagi setiap kelompok untuk melakukan
hal-hal yang menyenangkan dan saling mengenal antar anggota
kelompok.
5) Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur,
yaitu penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes
penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas.
b. Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi
kelas, yang meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis,
aktivitas kelompok, dan kuis.
Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Pendahuluan
a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan
mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu
siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teka-teki,
memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan
materi dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk
menentukan konsep atau untuk menimbulkan rasa senang pada
pembelajaran.
2) Pengembangan
a) Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari
pembelajaran.
-
31
b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa
mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.
c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
d) Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
e) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok
masalahnya.
3) Praktek terkendali
a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan
atau menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini
akan menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab
pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.
c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama
penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa
mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru memberikan
umpan balik.
c. Kegiatan Kelompok
1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya
menjelaskan apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:
a) Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa
teman dalam kelompoknya telah mempelajari materi dalam
lembar kegiatan yang diberikan oleh guru.
-
32
b) Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota
kelompok menguasai pelajaran.
c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang
anggota kelompok mengalami kesulitan dalam memahami
materi sebelum meminta bantuan kepada guru.
d) Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.
2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan-
peraturan lain sesuai kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan
yang dilakukan guru adalah:
a) Guru meminta siswa berkelompok dengan teman
sekelompoknya.
b) Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta
lembar jawabannya.
c) Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau
dengan seluruh anggota kelompok tergantung pada tujuan yang
dipelajarinya. Jika mereka mengerjakan soal-soal maka setiap
siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan
jawabannya dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang
teman yang belum memahami, teman sekelompoknya
bertanggung jawab untuk menjelaskan.
d) Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi
dan dipelajari. Dengan demikian setiap siswa mempunyai
lembar jawaban untuk diperiksa oleh teman sekelompoknya.
-
33
3) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama
siswa bekerja dalam kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok
untuk mendengarkan bagaimana anggota kelompok berdiskusi.
d. Kuis atau Tes
Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua
kali penyajian, guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa
menerima satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis
adalah setengah sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu
kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
e. Penghargaan Kelompok
1) Menghitung skor individu dan kelompok
Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan
individu dan skor kelompok berdasarkan rentang skor yang
diperoleh setiap individu. Skor perkembangan ditentukan
berdasarkan skor awal siswa.
2) Menghargai hasil belajar kelompok
Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan
skor kelompok, guru mengumumkan kelompok yang memperoleh
poin peningkatan tertinggi. Setelah itu guru memberi penghargaan
kepada kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau berupa
pujian. Untuk pemberian penghargaan ini tergantung dari
kreativitas guru.
f. Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama
Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa.
-
34
5. Kebaikan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif MetodeSTAD
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan,
begitu juga dengan cooperative learning. Menurut Slavin dalam Hartati
(1997:21) cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut:
Kelebihan:a. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru
maupun tes baku.b. Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk
keberhasilan akademisnya.c. Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada
hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis.
Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran
kooperatif menurut Nurhadi (2004:115-116) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.f. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa
dewasa.g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik.k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama,dan orientasi tugas.
Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif metode STAD
untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut :
-
35
a. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materipelajaran yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswamendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggotakelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yangbermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yangtinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan denganteman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan doronganbagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmupengetahuan.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untukmemonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
Sampai saat ini model pembelajaran kooperatif metode STAD belum
banyak diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar
enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Lie
(2002:22) bahwa alasan pengajar enggan menerapkan pembelajaran
kooperatif di kelas yaitu:
a. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidakbelajar jika mereka diterapkan dalam grup.
b. Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja samaatau belajar dalam kelompok.
c. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang lain.d. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam
grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minderditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
e. Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanyamenumpang saja pada hasil jerih payah mereka.
Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning
mempunyai kekurangan sebagai berikut:
a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakanketerampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamikakelompok akan tampak macet.
b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat,misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan
-
36
kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima makakemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanyamembonceng dalam penyelesaian tugas.
c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yangtimbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.
Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi
menurut Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif
bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang
timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan
siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga
pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target
mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi
pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan
pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif metode STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok
ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat
berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi
mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap
anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar
berhasil mencapai tujuan dengan baik.
6. Hasil Belajar
Keberhasilan suatu pengajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil
belajar siswa. Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMK
-
37
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hasil belajar siswa
menunjukkan kompetensi siswa, sehingga bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Untuk
dapat mengembangkan kompetensi, maka proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa.
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi
merupakan hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Apabila dikaitkan dengan belajar, maka pengertian prestasi akan mengarah
pada hasil belajar yang telah dicapai. Hasil belajar merupakan suatu proses
mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan,
kebiasaan, atau sikap yang diperoleh, disimpan, dan dilaksanakan dengan
menimbulkan tingkah laku menetap.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai hasil dari
proses belajar yang dapat tercermin dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, sikap, dan keterampilan terhadap ilmu yang dipelajarinya.
Hasil belajar merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam
proses belajar mengajar. Selain itu, proses belajar merupakan salah satu
indikator dari mutu pengajaran yang pada akhirnya mencerminkan mutu
pendidikan. Hasil belajar merupakan kemampuan aktual siswa yang dapat
diukur secara langsung melalui tes.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari
-
38
dalam diri sendiri yang meliputi faktor jasmani, kemampuan dasar, sikap,
bakat, minat, dan motivasi. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang
berasal dari luar, yang meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan non-sosial. Faktor lingkungan sosial terdiri dari guru, teman
sekelas, tetangga, masyarakat, dan keluarga, sedangkan faktor lingkungan
non-sosial antara lain gedung sekolah dan letaknya, alat belajar, keadaan
cuaca, serta waktu belajar.
Arikunto (2002:117) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif. dan
psikomotor.
a. Ranah kognitif
Ranah ini berhubungan dengan pengetahuan, daya pikir, dan
penalaran. Tahap-tahap yang berkaitan dengan ranah kognitif adalah
sebagai berikut.
1) Mengenal (Recognition)/pengetahuan)
Dalam pengenalan mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari
atau disimpan dalam ingatan. Siswa diminta untuk memilih satu dari
dua atau lebih jawaban.
2) Pemahaman
Siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan
yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.
-
39
3) Penerapan atau Aplikasi
Siswa diminta untuk memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau
memilih suatu abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan,
gagasan, cara) untuk diterapkan dalam situasi baru.
4) Analisis
Siswa diminta untuk menganalisis/merinci hubungan atau situasi yang
kompleks atas konsep-konsep dasar.
5) Sintesis
Siswa diminta untuk membuat suatu pola baru atau generalisasi.
6) Evaluasi
Siswa diminta untuk memulai/berpendapat mengenai kasus-kasus
tertentu
b. Ranah Afektif
Ranah ini bersangkutan dengan perasaan/kesadaran, terdiri dari
lima perilaku sebagai berikut.
1) Penerimaan
Mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperlihatkan hal tersebut.
2) Partisipasi
Mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian atau penentuan sikap
Mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan
menentukan sikap.
-
40
4) Organisasi
Mencakup kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman dan
pegangan hidup.
5) Pembentukan pola hidup
Mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi
pola nilai kehidupan pribadi.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah ini berhubungan dengan keterampilan, baik fisik maupun
motorik, terdiri atas tujuh perilaku sebagai berikut:
1) Persepsi
Mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendiskriminasikan hal-
hal) secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
2) Kesiapan
Mencakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana
akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3) Gerakan terbimbing
Mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau
gerakan peniruan.
4) Gerakan yang terbiasa
Mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
5) Gerakan kompleks
Mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang
terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat.
-
41
6) Penyesuaian pola gerakan
Mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola
gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
7) Kreativitas
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam belajar kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang diperoleh oleh siswa selama kegiatan belajar
mengajar dan dapat diukur.
Pengalaman belajar secara kooperatif mendorong siswa untuk
meningkatkan motivasi yang tinggi untuk belajar. terutama motivasi
intrinsik, menimbulkan kepuasan yang tinggi, membentuk sikap menerima
perbedaan antar sesamanya, dan memperbaiki interaksi antar siswa yang
mempunyai latar belakang etnik yang berbeda, dan antara siswa yang
mengalam kesulitan belajar.
7. Hubungan Antara Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif MetodeSTAD dengan Hasil belajar Komunikasi
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dari
pendekatan konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif di desain untuk
membantu pengembangan kerja sama dan interaksi antar siswa, serta untuk
menghilangkan persaingan yang sering ditemukan dalam kelas yang cenderung
menghasilkan kelompok-kelompok siswa yang menang dan siswa yang kalah
(Slavin dalam Hidayah, 2005:11).
Seperti dalam kebanyakan model pembelajaran kooperatif, STAD
bekerja berdasarkan prinsip siswa bekerja bersama-sama untuk belajar dan
-
42
bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga
dirinya sendiri (Handayanto, 2000: 115).
STAD merupakan metode pembelajaran yang cocok diterapkan dalam
kelas yang memiliki karakteristik yang heterogen, baik dalam kemampuan
akademis, jenis kelamin, suku, motivasi dan lain-lain. Dalam pembelajaran
kooperatif metode STAD ini tanggung jawab siswa terhadap proses belajar
lebih besar karena siswa lebih banyak bekerja dari pada sekedar mendengarkan
informasi, sehingga model pembelajaran ini dapat melatih tanggung jawab
siswa terhadap proses belajarnya.
Pembelajaran kooperatif metode STAD yang menuntut siswa untuk
melakukan kegiatan diskusi bersama kelompok, sesuai untuk diterapkan dalam
mata pelajaran komunikasi khususnya pada materi melakukan komunikasi
tertulis (surat-menyurat). Karena pada pembelajaran komunikasi tidak
seharusnya menempatkan siswa sebagai pendengar saja, tetapi siswa juga harus
diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman
belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungan
sosialnya sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya
sendiri (learning to know).
-
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan pembelajaran komunikasi
dengan pembelajaran kooperatif metode STAD pada peserta didik. Untuk
mendeskripsikan proses belajar ini, peneliti mengumpulkan data berupa uraian-
uraian atau kalimat dan bukan angka-angka.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (classroom action research) yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelasnya. Karena PTK berfokus
pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, dan bukan
pada input kelas (silabus, materi, dll) ataupun output (hasil belajar). PTK harus
tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Arikunto (2002) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi
dari ketiga kata penelitian + tindakan + kelas sebagi berikut: