Download - 3.Tumor Orbita Metastase Hal Ditengah
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata sebagai indera yang menyebabkan manusia bisa memandang keindahan
alam, tidak terlepas dari penyakit neoplasma (tumor) baik jinak maupun ganas.1
Walaupun frekuensinya kecil hanya 1 % diantara penyakit keganasan lainnya,
neoplasma pada mata merupakan masalah besar. Tumor orbita penyebab utama
kehilangan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan penyakit mata lainnya, juga
mengakibatkan cacat kosmetik dan kematian.2
Tumor orbita terdiri dari tumor primer, sekunder yang merupakan penyebaran
dari struktur sekitarnya serta tumor metastasis. Tumor orbita metastasis diperkirakan
mencapai 1-13 % dari semua tumor orbita yang dilaporkan. Prevalensi metastasis
orbita pada pasien kanker diperkirakan berkisar 2-4,7 %. Kejadian tumor metastasis
pada orbita dan adneksa okular dilaporkan meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Peningkatan ini di pengaruhi oleh faktor kemajuan pengobatan yang menyebabkan
peningkatan kelangsungan hidup rata-rata pasien kanker, sehingga meningkatkan
kemungkinan untuk pengembangan lesi metastasis di lokasi yang tidak biasa seperti
orbita dan adneksa okular. Kedua, kemajuan dalam diagnostik pencitraan,
peningkatan penggunaan biopsi aspirasi jarum halus, penerapan diagnostik serologi
dan molekuler. Ketiga, peningkatan volume literatur medis.3
Tumor metastasis pada mata adalah tanda pertama pada 12-31 % kasus
penyakit kanker. Insiden metastasis ke orbita pada pasien kanker payudara dilaporkan
sebanyak 8 % -10 % kasus. Kanker payudara penyebab paling umum metastasis pada
orbita. Seorang pasien kanker payudara primer dapat menimbulkan metastasis tumor
retrobulbar.4,5
Diagnosis penyakit ini membutuhkan kecurigaan klinis yang tinggi.
Ultrasonografi, CT scan dan MRI adalah modalitas diagnosis, namun biopsi eksisi
tetap menjadi standar emas.3 Pasien dengan unilateral ophthalmopathy, nyeri,
proptosis dan keratitis neuroparalitik, harus dicurigai tumor orbita metastasis dan
2
pemeriksaan dilakukan secara rinci. Sebagian besar dari kasus-kasus ini merespon
dengan baik terhadap radioterapi lokal. Kemoterapi biasanya diperlukan untuk
penyakit sistemik. Mendeteksi penyakit metastasis dan pengobatan dini sangat
penting untuk meningkatkan kualitas hidup. Prognosis sangat jelek, rata-rata waktu
kelangsungan hidup untuk pasien dengan kanker payudara dilaporkan 1 - 3 tahun
setelah diagnosis metastasis orbital dan setelah enukleasi atau eksenterasi.3
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Anatomi Rongga Orbita
Rongga orbita mempunyai volume 30 cc, dengan ukuran lebar 40 mm, panjang 35
mm dan tinggi 45 mm. Dinding orbita terdiri dari 7 macam tulang, yaitu etmoid, frontal,
lakrimal, maksila, palatum, sfenoid dan zigomatik.6 Rongga orbita dibagi atas 4 bidang
yaitu (Gambar 2.1) :7
1. Atap orbita terdiri dari tulang frontal dan sfenoid ala parva. Daerah atap orbita
berdekatan dengan fosa kranii anterior dan sinus frontal.
2. Dinding lateral, terdiri dari tulang zigomatik, frontal dan sfenoid alamagna, berdekatan
dengan fosa kranii tengah fosa pterigopalatinus.
3. Dinding medial, terdiri dari tulang edmoid, frontal, lakriamal dan sfenoid berdekatan
dengan sinus edmoid, sfenoid dan kavum nasi.
4. Dasar orbita terdiri dari tulang maksila dan zigoma, berdekatan dengan sinus maksila.
Tulang tengkorak membentuk dinding orbita, selain itu didalamnya juga terdapat
apertura seperti foramina etmoidal, fisura orbita superior, fisura orbita inferior, kanal
optik dan tempat- tempat tersebut dilalui oleh saraf – saraf kranial arteri dan vena.
Gambar 2.1 Antomi tulang penyususn rongga orbita7
Jaringan lunak yang terdapat dirongga orbita adalah (Gambar 2.2) :7
4
1. Periorbita, jaringan perios yang meliputi tulang orbita. Periorbita pada kanalis optik
bersatu dengan durameter yang meliputi saraf optik di anterior bersatu dengan
septum orbita.
2. Saraf optik, atau saraf ke II kranial yang diselubungi oleh piamater, araknoid,
durameter seperti selubung otak.
3. Otot ekstra okular. Setiap bola mata mempunyai enam buah otot ekstra okular yang
juga diselubungi oleh fasia, ligamen dan jaringan ikat.
4. Jaringan lemak. Hampir sebagian besar rongga orbita berisi jaringan lemak.
5. Kelenjar lakrimal berfungsi mengeluarkan air mata dan sebagian terletak dirongga
orbita.
Gambar 2.2 jaringan lunak sekitar Orbita7
Jelas terlihat bahwa rongga orbita berisi berbagai macam jaringan sehingga
masing-masing jaringan mempunyai kemungkinan untuk tumbuh menjadi berbagai jenis
tumor.6
2.2. Tumor Orbita
2.2.1 Definisi
Tumor orbita adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal yang terletak di rongga
orbita. Tumor orbita terdiri dari primer, sekunder yang merupakan penyebaran dari
struktur sekitarnya atau metastase.1
5
2.2.2 Epidemiologi
Penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 – 2011 menyimpulkan
prevalensi tumor orbita dijumpai paling tinggi pada kelompok usia 15-30 tahun,
tumor orbita banyak diderita oleh perempuan. Distribusi unilateral merupakan
persentasi tertinggi.2 Metastasis orbital umumnya terjadi pada dewasa (76% kanker
didiagnosis pada orang yang berusia 75 tahun atau lebih tua) dan biasanya berasal
dari karsinoma. Metastasis Orbital pada anak-anak lebih langka dan berasal dari
sarkoma atau tumor embrional sel saraf. Kebanyakan metastasis adneksa orbital dan
okular.3
2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik
yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor.1
2.2.4 Klasifikasi
Berdasarkan posisi, tumor orbita dikelompokkan sebagai berikut :1
1. Tumor eksternal yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti:
- Tumor palpebra yaitu tumor yang tumbuh pada kelopak mata
- Tumor konjungtiva yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang
melapisi mata bagian depan
2. Tumor intraokuler yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata
3. Tumor retrobulbar yaitu tumor yang tumbuh di belakang bola mata
Berdasarkan asalnya, tumor orbita terdiri dari tumor primer, sekunder yang
merupakan penyebaran dari struktur sekitarnya atau metastase. Tumor primer terjadi
dari struktur orbita yang bervariasi, sebagai berikut :
1. Tumor developmental : dermoid, epidermoid, lipodermoid dan teratoma
2. Tumor vaskular : hemagioma dan limfangioma
3. Tumor jaringan adipose : liposarcoma
4. Tumor jaringan : fibroma, fibrokarsoma dan fibromatosis.
6
5. Tumor osseous dan kartilage : osteoma, kondroma, osteoblastoma, sarkoma
osteogenik sesudah irradiasi, displasia fibrous dari tulang dan sarkoma Ewing’s.
6. Tumor miomatous : Rabdomioma, leomyoma dan rabdomiosarkama
7. Tumor saraf optik : glioma dan meningioma
8. Tumor glandula lakrimal : benign mixed tumor, malignant mixed tumor dan tumor
limfoid.
9. Tumor jaringan limfositik : limfoma benign dan maligna
10. Histiocytosis – X
Tumor sekuder, merupakan penyebaran dari struktur sekitarnya. Tumor
metastasis tumor yang berasal dari penyebaran tumor primer. Metastasis Orbital
jarang terjadi hanya 2 - 9% dari neoplasma orbital pada orang dewasa.Tumor – tumor
metastasis mencapai orbita melalui penyebaran hematogen, karena orbita tidak
memiliki saluran limfe. Metastase biasanya berasal dari payudara pada wanita dan
paru pada pria. Pada anak-anak tumor metastase paling sering terjadi adalah
neuroblastoma, yang sering berkaitan dengan pendarahan periokular spontan,
sewaktu tumor yang tumbuh cepat mengalami nekrois. Tumor-tumor metastase jauh
lebih sering terdapat di koroid daripada di dalam orbita, mungkin karena sifat
pasokan darahnya. 1 Berikut adalah karsnoma tersering yang bermetastasis pada
orbita :3
a. Kanker Payudara
Kanker payudara (penyebab paling sering kematian terkait kanker pada
wanita) terhitung sebagai penyumbang terbesar kasus metastasi orbital yaitu 28,5-
58,8%. Hal ini menjelaskan mengapa metastasis orbital lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pada pria. Meskipun sangat jarang, metastasis orbital dari
kanker payudara juga telah dilaporkan pada pria. Dilaporkan 89% pasien dengan
metastase orbital kanker payudara (33 dari 37) sudah didiagnosis kanker payudara
sebelum timbul keluhan metastasis. Biasanya ada selang waktu yang relatif lama
antara diagnosis karsinoma payudara primer dan deteksi metastasis orbital. Interval
rata-rata berkisar 4,5-6,5 tahun. Dalam kasus yang tidak biasa, periode laten dapat
7
mencapai 20 tahun. Karsinoma payudara dapat bermetastasis ke orbita setelah tumor
primer dieradikasi.3,8
Orbital metastasis dari kanker payudara cenderung menyusup otot
ekstraokular dan lemak periorbital menyebabkan defisit motilitas. Infiltrasi scirrhous
orbita dapat juga terjadi, menyebabkan retraksi dari bola mata ke arah dalam
(enophthalmos). Sepuluh persen pasien dengan karsinoma payudara metastasis ke
orbita datang dengan keluhan enophthalmos. Hubungan antara presentasi
enophthalmic dan adenokarsinoma scirrhous didokumentasikan dengan baik dalam
literatur, tetapi tidak menutup kemungkinan varian ini juga menikbulkan proptosis.3,9
Gambaran histologi adenokarsinoma payudara bervariasi, dan gambaran
histologis metastasis orbital mungkin berbeda dari tumor primer. Metastasis Orbital
Biasanya berupa sel anaplastik undifferentiated menunjukkan infiltrasi tunggal lemak
atau seluler lobulus berbentuk padatan seperti danau. Dalam sebuah laporan oleh
Garrity et al., 94% kasus (35 dari 37) adalah tumor jenis anaplastik grade 3 atau 4.3
Metastasis orbital menunjukkan prognosis yang buruk: kelangsungan hidup
rata-rata setelah diagnosis tersebut 31 bulan (kisaran 1-116 bulan).8
b. Kanker Paru
Kanker paru-paru menduduki urutan kedua penyebab metastasis orbita yaitu
sekitar 8-12% dari lesi metastasis orbital. Dibandingkan dengan karsinoma payudara,
karsinoma paru-paru cenderung bermetastasis ke orbit dengan cepat setelah diagnosis
dan berkaitan dengan waktu kelangsungan hidup lebih pendek (188 versus 666 hari).
Metastasis orbita dari karsinoma paru-paru memiliki sangat agresif menimbulkan
proptosis.8
Karsinoma paru-paru memiliki empat varian utama yaitu adenokarsinoma,
karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel besar undiferentiated dan karsinoma paru sel
kecil (SCLC). Jenis yang paling mungkin untuk bermetastasis adalah karsinoma sel
besar undiferentiated SCLC; sel skuamosa dan adenokarsinoma memiliki insiden
metastasis yang rendah. Penentuan varian histologis penting untuk menentukan
pilihan regimen kemoterapi.3
8
Harapan hidup cenderung pendek pada pasien dengan metastasis karsinoma
paru, radioterapi orbital paliatif adalah satu-satunya pilihan terapi yang nyata untuk
pasien dengan metastasis ke orbita atau adneksa okular. Exenteration dilakukan untuk
kasus nyeri orbital berat dan sebisa mungkin dihindari.9
c. Kanker Prostat
Karsinoma prostat terhitung 3-10% penyumbang metastasis orbital.
Kebanyakan penulis melaporkan bahwa kanker prostat menduduki urtutan ketiga
tumor umum penyebab metastasis ke orbita. Gejala metastasis orbital dari kanker
prostat adalah proptosis, nyeri, diplopia, pembengkakan kelopak mata, penurunan
penglihatan, ptosis dan mata merah. Nyeri lebih umum daripada metastase orbital dari
kanker lain karena kanker prostat cenderung menyebar ke tulang orbital daripada
jaringan lunak orbital. Lesi cenderung bersifat osteoblastik dan osteolitik. Beberapa
pasien dengan kanker prostat metastasis juga akan menunjukkan nokturia, penurunan
berat badan dan nyeri. Kadar prostate specific antigen meningkat. Kadar asam fosfat
abnormal pada lebih dari 80% pasien dengan metastasis jauh dari kanker prostat.3
Hampir semua kanker prostat adalah adenocarcinoma, dari well to poorly
differentiated. Penting untuk mengenali kanker prostat karena tumor ini dapat
dikelola secara aman dan efektif dengan terapi hormonal. Kanker prostat bersifat
radiosensitive dan pengobatan untuk metastase orbital biasanya radioterapi
dikombinasikan dengan terapi hormonal.8
d. Melanoma
Orbital metastasis dari melanoma kulit maligna sebesar 5,3-15% dari semua
tumor metastasis dari orbita. Keterlibatan orbital umumnya terjadi pada pasien
dengan stadium akhir penyakit yang telah menyebar luas, jarang terjadi pada awal
melanoma. Lokasi asal melanoma metastasis dapat dari kulit mana saja di tubuh,
dapat juga berasal dari mukosa atau saluran uveal. Dalam tiga penelitian yang
diterbitkan, interval rata-rata antara pengobatan tumor primer dan diagnosis
metastasis orbital adalah 31, 36, dan 65 bulan.3
9
Tanda-tanda klinis orbital melanoma metastasis mirip dengan lesi metastasis
orbital lain hanya saja melanoma sering melibatkan otot extraocular. Dalam satu seri,
metastasis ke otot extraocular terlihat pada lebih dari setengah pasien dengan
melanoma kulit metastasis ke orbita dan okular adneksa. Pola ini menjelaskan
mengapa diplopia adalah gejala utama tersering pada kasus ini. Computed
tomography lebih pelebaran halus otot daripada pola infiltratif. Kelangsungan hidup
tergantung pada sejauh mana penyakit metastasis dan beban penyakit secara
keseluruhan, tetapi umumnya tidak melebihi 12 bulan. Kelangsungan hidup rata-rata
19,7 bulan. Kasus-kasus tertentu, reseksi bedah untuk debulk massa. Reseksi bedah
lengkap massa diikuti oleh radioterapi dengan dosis 30-60 Gy. Melanoma secara
tradisional dianggap tumor chemoresistant, berbagai percobaan dari imunoterapi atau
kemoterapi standar untuk melanoma metastasis tersedia di pusat-pusat kanker yang
komprehensif dan harus dipertimbangkan untuk pasien dengan melanoma metastasis
ke orbit dan adneksa okular.9
e. Carcinoid
Carcinoids adalah tumor yang tidak biasa yang muncul dari sel
enterochromaffin,terhitung 4-5% dari semua metastasis orbital. Dua-pertiga dari
carcinoids berasal dari saluran pencernaan, lainnya berasal dari paru-paru, ovarium,
timus dan payudara. Metastasis asal gastrointestinal menyumbang 85% kasus (11 dari
13). Lebih dari 2/3 pasien dengan metastasis karsinoid ke orbita muncul setelah
diagnosis ditetapkan. Puncaknya kejadian metastasis tersebut terjadi pada dekade
keenam predominan perempuan. Lesi orbital metastasis dari karsinoid biasanya
tumbuh lambat dengan massa menyebabkan proptosis (Gambar 8), diplopia atau
gejala inflamasi (jarang). Sel karsinoid mengeluarkan amin bioaktif yang
menyebabkan gejala sistemik, termasuk gangguan vasomotor, hipermotilitas usus,
asma dan kemerahan pada wajah paroksismal. Urinalisis dapat menunjukkan
peningkatan 5-Hydroxyindole asam asetat. Pncarian untuk gangguan komorbid harus
dilakukan, carcinoids dapat dikaitkan dengan neoplasia endokrin multipel (baik tipe
10
1 atau 2) dan neurofibromatosis tipe I. Secara histologi, carcinoids memiliki ciri khas
granular sitoplasma berlimpah dengan inti stippling nuklir.10
Gambar 2.3 MRI tumor karsinoid metastasis pada regio orbita
f. Kanker jenis lainnya
Hampir semua kanker yang bermetastasis melalui hematogen memperoleh
akses ke orbita dan jaringan lunak periokular. Kanker gastrointestinal adalah
penyebab umum dari metastasis ke orbit di Jepang. Karsinoma sel ginjal merupakan
keganasan urologi yang paling umum bermetastasis ke orbit. Neuroblastomas dan
rhabdomyosarcomas telah dilaporkan bermetastasis ke orbita pada populasi
pediatrik.3
2.2.5 Penegakan diagnosa
a. anamnesis
Oleh karena letaknya yang tertutup rapat, maka sulit menemukan tumor orbita
pada stadium dini. Kebanyakan tumor orbita dan adneksa okular tidak diketahui asal
kanker primernya. Manifestasi klinis tumor orbital metastasis berkembang secara
progresif dalam hitungan minggu sampai bulan. Manifestasi tipikal berupa efek
pendorongan massa (propptosis bola mata), nyeri, keterlibatan tulang, kemosis dan
pembengkakan kelopak mata, turunnya tajam penglihatan sampai buta, mata merah.
Infiltrasi pada struktur jaringan lunak menyebabkan ptosis, diplopia atau
11
enophtalmus. Enophtalmus sering terlihat pada tumor sklerotik seperti kanker
payudara dan karsinoma gaster.3 Gejala yang paling sering ditujukan oleh tumor
dibelakang bola mata adalah terdorongnya mata keluar sehingga tampak menonjol
(proptosis). Massa tumor yang mengisi ronggga orbita akan mendorong bola mata ke
arah luar yang dalam bahasa kedokteran di sebut proptosis (mata menonjol).3
Proptosis tidak selalu disebabkan oleh adanya tumor mata, tetapi dapat
disebabkan oleh penyakit lain, misalnya proses inflamasi atau kelainan pembuluh
darah. Proptosis dapat mengindikasikan lokasi massa. Axial displacement disebabkan
oleh lesi-lesi retrobulbar seperti hemagioma, glioma, menigioma, metastase,
arterivena malformasi dan lesi lainnya di dalam muscle cone. Non axial displacement
disebabkan oleh lesi – lesi yang terletak di luar muscle cone. Superior displacement
disebabkan oleh tumor sinus maxillaris yang mendesak lantai orbita dan mendorong
bola mata keatas. Inferomedial displacement dapat dihasilkan dari kista dermoid dan
tumor – tumor kelenjar lakrimal.9
Riwayat penyakit dapat membantu menduga penyebab proptosis. Hal ini
penting karena proptosis dapat disebabkan oleh ateri-vena malformasi, penyakit
infeksi, tiroid dan tumor. Pada arteri vena malformasi dapat ditemukan adanya
riwayat trauma dan penambahan proptosis bila penderita dalam posisi membungkuk.
Proptosis pada penyakit infeksi terjadinya secara tiba-tiba disertai tanda-tanda infeksi
lainnya seperti panas badan yang meningkat dan adanya riwayat penyakit sinusitis
atau abses gigi. Penyakit tiroid, adanya tanda- tanda penyakit tiroid seperti tremor,
gelisah yang berlebihan, berkeringat banyak dan adanya penglihatan ganda. Pada
tumor retrobulbar, perlu ditanyakan lama terjadinya proptosis, karena umumnya pada
tumor ganas proptosis terjadi lebih cepat. Umur penderita saat terjadinya tumor,
karena umur dapat menentukan jenis tumor yaitu tumor anak-anak dan tumor dewasa.
Tajam penglihatan penderita yang menurun bersamaan dengan terjadinya proptosis,
dapat diduga tumor terletak di daerah apeks atau saraf optik, sedangkan bila tidak
bersamaan dengan terjadinya proptosis kemungkinan letak tumor diluar daerah ini.
Adanya tanda –tanda klinis lain tumor ganas seperti rasa sakit atau berat badan
12
menurun. Riwayat penyakit keganasan di organ lain, karena kemungkinan tumor
diorbita merupakan metastasis.3
Nyeri juga dapat dikeluhkan oleh penderita yang merupakan gejala dari invasi
karsinoma nasofaring atau lesi-lesi metastasis.4
Gambar 2.4 Salah satu contoh manifestasi klinis tumor orbita berupa mata kanan
proptosis, hiperemi dan ulkus neuroparalitik.2
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata secara teliti sangat diperlukan antara lain penilaian tajam
penglihatan (visus), penilaian struktur palpebra, pengamatan terhadap perubahan
orbita seperti proptosis, palpasi massa atau pulsasi, penilaian pergerakan dan posisi
bola mata. Penilaian permukaan bola mata dan konjungtiva, tekanan bola mata dan
kondisi bagian bola mata khususnya nervus optikus.3
Pemeriksaan orbita untuk mengetahui derajat proptosis dengan
membadingkan ukuran kedua mata. Nilai penonjolan mata normal antara 12 – 20 mm
dan beda penonjolan kedua mata tidak melebihi 2 mm. Bila penonjolan bola mata
lebih dari 20 mm atau beda kedua mata lebih dari 3 mm ini merupakan keadaan
patologi. Pengukuran dapat dilakukan dengan Hertel eksoftalmometer. Ada dua arah
proptosis yang harus diperhatikan yaitu sentrik dan eksentrik. Proptosis sentrik
disebabkan oleh tumor yang berada di konus. Kemungkinan jenis tumornya adalah
glioma, meningioma atau hemangioma. Proptosis ekstresik harus dilihat dari arah
terdorongnya bola mata untuk menduga kira – kira jenis tumornya, misalnya : arah
13
inferomedial disebabkan oleh tumor yang berasal dari kelenjar lakrimal atau kista
dermoid. Arah inferotemporal disebabkan oleh tumor dermoid, mukokel sinus etmoid
atau sinus frontal atau meningokel. Arah superior disebabkan oleh tumor berasal dari
antrum maksila. Proptosis bilateral atau uniteral bisa membantu dalam
memperkirakan jenis tumor.8
Palpasi pada tumor sebaiknya dinilai konsistensinya kistik atau solid,
pergerakan dari dasar, adanya rasa sakit pada penekanan serta menilai permukaan
tumor. Sebaiknya dilakukan palpasi kelenjar limfatik regional. Auskultasi dengan
stetoskop terhadap bola mata atau tulang mastoid untuk mendeteksi adanya bruit pada
kasus – kasus fistula kavernosa carotid.9
Terkadang disebabkan oleh lokasi tumor, sulit untuk menegakkan diagnosa
hanya berdasarkan pemeriksaan klinis saja. Sehingga membutuhkan pemeriksaan
tambahan sebagai penunjang dalam menegakkan diagnosa. Pemeriksaan Primer Plain
film radiography digunakan dalam mengevaluasi pasien – pasien dengan kelainan
orbita. Begitu juga Computed Tomography (CT) bermanfaat untuk memepelajari
anatonomi dan penilaian dari tulang. Magnetic Resonance Imaging (MRI) sangar
efektif dalam menilai perubahan jaringan lunak, khususnya lesi-lesi yang
mempengaruhi nervus optikus atau struktur intrakranial. Ultrasonography (USG)
dapat sangat membantu dalam beberapa kasus.4
Pemeriksaan Sekunder dilakukan atas indikasi yang spesifik meliputi
venography dan arteriography. Jarang dilakukan tetapi sangat berguna dalam kasus –
kasus tertentu. Diagnosa pasti dari kebanyakan lesi –lesi orbita tidak dapat dibuat
tanpa pemeriksaan histopatologi dimana dapat berupa fine – needle aspiration
biopsy(FNAB), Incisional biopsy, excisional biopsy.Penetapan jenis tumor sangat
penting dan ini dicari dengan berbagai jalan dan sedapat mungkin menghindari
pembedahan. Pembedaan sering merupakan suatu tindakan eksploratif pada mata. Hal
ini disebabkan sukarnya atau belum didapatnya diagnosa jenis tumor. Untuk
menghindari pembedahan eksploratif dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti
tumor marker dan immunologi.8
14
Pemeriksaan laboratorium juga dilakuakan dalam rangka menyeleksi
abnormalitas fungsi tiroid dan penyakit – penyakit lainnya. Diagnosa tidak selamanya
berdasarkan biopsi, khususnya bila lokasi tumor tidak diketahui secara pasti.
Diagnosa dapat dibuat dengan bantuan USG. Metode diagnostik diatas tidak harus
dilakukan seluruh pada setiap kasus tetapi tergantung pada indikasi klinis dan status
sosial pasien. Orbita merupakan bagian dari kranial dan sangat berdekatan dengan
organ lainnya, sehingga disiplin bedah saraf dan Telinga-Hidung-Tenggorok sangat
diperlukan. Banyak tumor mata merupakan bagian ini atau sebaliknya. Selain itu,
tumor organ lainnya, seperti karsinoma serviks, paru – paru, payudara, tiroid ataupun
limfoma maglima sering bermetastasi di orbita. Jelas dibidang penyakit tumor.
Meskipun bidang keahlian kedokteran berlainan, namun penanganan penyakit tumor
mata tidak dapat dipisahkan dari kerjasama dengan bidang kedokteran lainnya.4,9
Gambar 2.5 USG orbita menunjukkan ekpansi jaringan orbita tanpa gambaran
jelas adanya tumor
15
Gambar 2.6 MRI Axial T2 menunjukkan abnormal hipointen penebalan jaringan
episklera dan otot orbita4
Gambar 2.7 Histologi tumor orboita (HE, 100 X) tampak inflamasi dan infiltrasi
seluler atipikal.4
2.2.6 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan tumor orbita metastase adalah memaksimalkan kualitas
hidup pasien dan mengembalikan atau mempertahankan fungsi visual. Pertimbangan
cermat terhadap keadaan umum pasien, harapan hidup dan efek pengobatan.
Pengobatan untuk metastasis adneksa orbital dan bola mata bersifat paliatif.
Pengobatan meliputi radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal, operasi atau kombinasi
dari beberapa modalitas ini. Radioterapi adalah pengobatan andalan untuk metastasis
orbital dan adneksa mata. Radioterapi bertujuan mengontrol pertumbuhan tumor,
16
memelihara fungsi visual dalam jangka pendek, mengurangi proptosis dan
keratopathy akibat paparan atau untuk meningkatkan kenyamanan pasien. Dosis yang
dianjurkan adalah 20-40 Gy diberikan dalam fraksi selama 1-2 minggu. Radioterapi
meredakan gejala pada 80% kasus dan beberapa kasus mengembalikan penglihatan.
Potensi efek samping dari eksternal beam radioterapi berupa katarak dan retinopati
radiasi.3
Kemoterapi sistemik dapat membantu dalam pengobatan metastasis orbital
adneksa dan okular, terutama pada tumor yang chemosensitive, seperti kanker paru-
paru sel kecil dan neuroblastoma. Terapi hormonal memainkan peran penting dalam
pengobatan metastasis dari tumor hormon-sensitif, seperti kanker payudara dan
kanker prostat. Penting dilakukan tes reseptor dilakukan pada spesimen biopsi untuk
menentukan apakah tumor tergolong hormon sensitif.3,4
Umumnya, operasi orbital untuk menghilangkan massa tumor tidak
dianjurkan karena hal ini tidak kuratif dan mungkin terkait dengan morbiditas okular
yang signifikan. Pada beberapa kasus tertentu, reseksi tumor yang tidak lengkap,
mungkin tepat untuk memperbaiki gejala pasien nyeri, diplopia dan proptosis bahkan
membantu mengembalikan fungsi visual. Hal ini terutama untuk pasien dengan
metastasis melanoma kulit pada kelopak mata dan kulit periokular. Reseksi total
massa dapat dilakukan pada tumor dengan morbiditas yang relatif rendah. Enukleasi
atau langkah-langkah radikal lainnya tidak memberi keuntungan dalam hal
perkembangan atau kelangsungan hidup dan hanya dilakukan pada kasus-kasus sakit
mata yang tidak tertahankan atau tidak terjaminnya kebersihan lokal karena
pertumbuhan tumor yang cepat.3,8
Terdapat lima surgical space dalam cavum orbita yaitu :3
a. Subperiorbital surgical space (subperiosteal), antara tulang dan periorbita
b. Extraconal surgical space (peripheral), terletak antara periorbita dan muscle cone
c. Intraconal surgical space (central), terletak didalam musclle cone
d. Episcleral seruang intrakranial surgical space (sub – teon) teletak antara kapsul
tenon dan bola mata
17
e. Subarachnoid surgical space, terletak antara nervur optus dan nerve sheath
Insisi untuk mencapai surgical space tersebut melalui orbitotomi anterior dan
orbitotomi lateral. Lesi orbita dapat meliputi lebih dari satu ruang sehingga
membutuhkan kombinasi dari beberapa pendekatan. Ekssentrasi dapat
dipertimbangkan di dalam penanganan tumor yang meluas dari sinus, wajah,
palpebra, konjungtiva atau runag intrakranial.9
2.2.7 Prognosis
Prognosis atau angka keberhasilan kelangsungan hidup penderita tumor orbita
mencapai 80%, artinya masih ada harapan hidup yang cukup baik. Angka kematian
sangat dipengaruhi oleh stadium dari tumor itu sendiri.Tentu saja pada stadium lanjut
angka kelangsungan hidupnya lebih buruk. Pada jenis-jenis tertentu angka
kekambuhannya juga cukup tinggi.3
Neuroblastoma pada anak berusia kurang dari 11 bulan memiliki prognosis
yang relatif baik. Orang dewasa yang mengalami tumor metastase diorbita memiliki
usia harapan hidup yang sangat terbatas.4
18
BAB III
KESIMPULAN
Metastasis orbital jarang terjadi. Pada lebih dari 25% pasien, orbital
metastasis adalah gejala awal dari kanker yang sebelumnya tidak terdeteksi.
Karsinoma payudara, paru-paru, prostat dan melanoma kulit adalah penyebab utama
metastasis orbital. Manifestasi klinis metastasis orbital berupa gejala orbita dengan
onset cepat seperti efek desak massa sehingga terjadi pendorongan bola mata
(proptosis), diplopia, nyeri orbital, inflammasi dan kerusakan tulang. Scirrhous
infiltratif karsinoma payudara metastasis dapat menyebabkan enophthalmos. Orbital
metastasis dari kanker paru-paru cenderung terjadi pada awal perjalanan penyakit.
Kanker payudara dan melanoma metastasis umumnya terjadi pada periode laten yang
panjang antara diagnosis tumor primer dan penemuan metastasis orbital.
Studi pencitraan dapat membantu dalam mendiagnosis orbital metastasis
tetapi tidak spesifik. Biopsi aspirasi jarum halus atau open biopsi merupakan cara
terbaik untuk mendapatkan diagnosis definitif. Tujuan pengobatan untuk lesi
metastasis orbital adalah paliatif dan pengobatan andalan dengan external beam
radioterapi, yang dikombinasikan dengan kemoterapi atau terapi hormonal. Reseksi
bedah dari lesi metastasis orbital atau kelopak mata hanya pada pasien tertentu seperti
metastasis melanoma kulit atau beberapa jenis sarkoma metastasis yang metastasis
adneksa okular adalah satu-satunya metastasis terdeteksi.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Klinik Mata Nusantara. Tumor Mata / Tumor Orbita. Klinik mata nusantara
dvision of Anj healthCare. 2008 diunduh dari http://klinikmatanusantara
.com/file/859.pdf [diakses 3 juni 2014]
2. Hidayat R. Prevalensi Tumor Orbita Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun
2009 – 2011. Universitas Sumatera Utara. 2012. Diunduh dari http://reposi
tory.usu.ac.id/handle/123456789/34740 [diakses 4 juni 2014]
3. Ahmad SM dan Esmaeli B. Metastatic tumors of the orbit anf ocular adnexa.
Curr Opin Ophthalmol. 2007; 18 : 405-413. Diunduh dari
%2F6139943_Metastatic_tumors_of_the_orbit_and_ocular_adnexa%2Ffile
[diakses 04 juni 2014]
4. Petrovic MJ, Sarenac T, Sreckovic S, Vulovic D dan Janicijevic K. Orbital
metastases from breast cancer : a case report. Bosn J Basic Med Sci. 2011 ; 11
(4) : 253-255. Diunduh dari http://www.bjbms.org/archives/2011-4/11-
Janicijevic-Petrovic.pdf [diakses 03 juni 2014].
5. Eva PR dan Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi umum. Jakarta :
EGC. 2010. Pp.257-260.
6. Snell RS. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2006. Pp 766-781
7. Underbrink M. Orbital Tumors. The University of Texas Medical Branch
Department of Otolaryngology. 2001. Diunduh dari http://www.utmb.
edu/otoref/grnds/Orbital-Tumors-2001-10/Orbital-Tumors-2001-10-
slides.pdf. [diakses 04 Juni 2014]
8. Gonzalez F, Lopez-Couto C. ORBITAL METASTASES. A REPORT OF
FOUR CASES AND A REVIEW OF THE LITERATURE. ARCH SOC ESP
OFTALMOL: 2006; 81: 451-462. Diunduh dari http://scielo.isciii.es/pdf/
aseo/v81n8/en_original2.pdf.[diakses tanggal 04 Juni 2014]
9. Darsaut TE, Lanzino G, Lopes B dan Newman S. An introductory overview
of orbital tumors. Neurosurg. Focus:2001; 10. Diunduh dari http://www.
unilim.fr/campus-neurochirurgie/IMG/overview_of_orbital_tumo rs.pdf.pdf.
[diakses 04 Juni 2014]
20
10. Gupta A, Chazen JL, Phillips CD. Carcinoid Tumor Metastases to the
Extraocular Muscles: MR Imaging and CT Findings and Review of the Lit
erature. AJNR Am J Neuroradiol :2011; 32:1208 –11. Diunduh dari
http://www.ajnr.org/content/32/7/1208.full.pdf+html.[diakses tanggal 04 Juni
2014]
21
1 Klinik Mata Nusantara. Tumor Mata / Tumor Orbita. Klinik mata nusantara dvision of Anj
healthCare. 2008 diunduh dari http://klinikmatanusantara.com/file/859.pdf [diakses 3 juni 2014] 2 Hidayat R. Prevalensi Tumor Orbita Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2009 – 2011.
Universitas Sumatera Utara. 2012. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34740 [diakses 4 juni 2014] 3 Ahmad SM dan Esmaeli B. Metastatic tumors of the orbit anf ocular adnexa. Curr Opin Ophthalmol.
2007; 18 : 405-413. Diunduh dari %2F6139943_Metastatic_tumors_of_the_orbit_and_ocular_adnexa%2Ffile [diakses 04 juni 2014] 4 Petrovic MJ, Sarenac T, Sreckovic S, Vulovic D dan Janicijevic K. Orbital metastases from breast
cancer : a case report. Bosn J Basic Med Sci. 2011 ; 11 (4) : 253-255. Diunduh dari http://www.bjbms.org/archives/2011-4/11-Janicijevic-Petrovic.pdf [diakses 03 juni 2014]. 5 Eva PR dan Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi umum. Jakarta : EGC. 2010
6 Snell RS. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2006. Pp 766-781 7 Underbrink M. Orbital Tumors. The University of Texas Medical Branch
Department of Otolaryngology. 2001. Diunduh dari
http://www.utmb.edu/otoref/grnds/Orbital-Tumors-2001-10/Orbital-Tumors-2001-
10-slides.pdf. [diakses 04 Juni 2014] 8 Gonzalez F, Lopez-Couto C. ORBITAL METASTASES. A REPORT OF FOUR
CASES
AND A REVIEW OF THE LITERATURE. ARCH SOC ESP OFTALMOL: 2006;
81: 451-462. Diunduh dari
http://scielo.isciii.es/pdf/aseo/v81n8/en_original2.pdf.[diakses tanggal 04 Juni 2014] 9 Darsaut TE, Lanzino G, Lopes B dan Newman S. An introductory overview of orbital tumors.
Neurosurg. Focus:2001; 10. Diunduh dari http://www.unilim.fr/campus-neurochirurgie/IMG/overview_of_orbital_tumors.pdf.pdf. [diakses 04 Juni 2014] 10 Gupta A, Chazen JL, Phillips CD. Carcinoid Tumor Metastases to the Extraocular
Muscles: MR Imaging and CT Findings and
Review of the Literature. AJNR Am J Neuroradiol :2011; 32:1208 –11. Diunduh dari
http://www.ajnr.org/content/32/7/1208.full.pdf+html.[diakses tanggal 04 Juni 2014]