FARMAKOLOGI OBAT-OBAT KESEHATAN GIGI
OBAT-OBAT ANTIINFEKSI
Obat-obat anti infeksi memiliki peran yang penting di dunia kedokteran gigi karena hal-hal
seperti infeksi, manajemen rasa sakit, merupakan masalah dalam dunia kesehatan gigi,
dimana obat sering diresepkan. Karena pengetahuan tentang etiologi penyakit gigi
berkembang secara berkelanjutan dan keterlibatan mikroorganisme semakin baik difahami,
para profesional di bidang kesehatan gigi secara terus menerus berusaha memahami lebih
baik penggunaan yang tepat antibiotik untuk mengatasi mikroorganisme. Salah satu faktor
yang penting pada kesehatan gigi adalah respon imunitas dari seseorang. Hal tersebut belum
dimasukkan kedalam strategi pengobatan infeksi gigi.
Infeksi gigi bisa dibagi kedalam beberapa jenis :
1.Karies
Karies, diproduksi oleh Streptococcus mutans, pada infeksi awal gigi berlubang teruma hal
ini sering dialami oleh pasien usia muda. Pada saat ini, antiinfeksi tradisional tidak berguna
untuk mengatasi masalah ini di masyarakat. Pengobatan pilihan antara lain pemakaian air
berflourida, pembuangan plak bakteri dari gigi sesuai standar umum (kebersihan dan
profilaksis mulut yang baik), dan tempat penyimpanan alat kesehatan yang baik.
2.Penyakit periodontal.
Pada pasien dewasa, hambatan terbesar yang harus dihadapi tim perawatan kesehatan gigi
adalah penyakit periodontal. Dengan meningkatnya pengetahuan tentang obat-obat
antiinfeksi, pekerja kesehatan gigi akan mampu untuk memahami dan melakukan pengobatan
dengan baik terhadap penyakit tersebut, contoh obatnya adalah golongan tetrasiklin. Karena
sekarang telah diketahui bahwa mikroorganisme seperti Actinobacillus
actinomycetemcomitans, bakteroida berpigmen hitam, batang motil, dan spirokhaeta terlibat
dalam penyakit periodontal, perkembangan akan pendekatan yang lebih rasional untuk
pengobatan penyakit periodontal adalah sesuatu yang memungkinkan. Table 7-1
menggambarkan microorganisme yang biasa terlibat dalam infeksi periodontal serta
sensitiftas atau resistensinya terhadap antibiotika yang diujikan. Pengobatan yang mamakai
metode lokalisasi pemasukan obat (contohnya : tetrasiklin) memberikan kemungkinan pada
penanganan penyakit periodontal di masa depan.
3.Infeksi gigi lokal.
Penyakit infeksi gigi lokal yang paling sering adalah perkembangan yang meningkat dari
sumber yang berhubungan dengn sumber periodontik atau endodontik. Bagi kebanyakan
infeksi lokal, jika drainasi yang baik bisa dilakukan, antiinfeksi tidak diindikasikan,kecuali
jika pasien mengalami penurunan daya tahan tubuh (kotak7-1). Pada situasi tertentu dimana
antibiotik diindikasikan, antibiotik pilihan ditentukan berdasarkan mikroorganisme yang ada.
4.Infeksi sistemik
Penyakit infeksi gigi sistemik bisa dikenali karena penyakit atau keadaan infeksi akan
menimbulkan gejala-gejala sistemik seperti demam, rasa tidak enak, takikardia. Lesi yang
berhubungan dengan infeksi yang menghasilkan gejala seperti ini harus di keringkan, tetapi
jika tidak dimungkinkan, antibiotik harus diberikan. Waktu pengobatan harus melibatkan
jumlah hari dari tanda dan gejala yang hilang secara menyeluruh ditambah 2-3 hari
berikutnya. Jika infeksi gigi memiliki gejala sistemik, penggunaan obat-obat antiinfeksi
merupakan indikaasi untuk diberikan dan bahkan merupakan suatu hal yang penting (indikasi
absolut).
INFEKSI GIGI “EVOLUSI”
Infeksi gigi sering mengalami jalur yang sama pada tahap evolusi dari awal sampai akhir.
Pada awalnya, mikroorganisme yang bertanggung jawab terhadap terjadinya infeksi gigi
umumnya adalah bakteri Gram positif kokus, seperti Streptococcus viridans, atau α-
hemolytic streptococci. Setelah bebepara waktu, infeksi bakteri Gram positif mulai memiliki
variasi mikroororganisme seperti bakteri gram-positif dan bakteri gram negatif anaerobik,
contohnya: Peptostreptokokus (Peptokokus) dan bakteroides (Porphyromonas dan Prevotella
sp). Padakeadaan ini, infeksi disebut sebagai infeksi campuran. Dan dalam beberapa waktu
kemudian, proporsi dari mikroorganisme anaerobik meningkat. Dalam waktu yang lama dan
tanpa pengobatan, terjadi perkembangan infeksi sampai akhirnya didominasi oleh bakteri
anarobik. Pada keadaan ini bakteri anaerobik berkembang menyebabkan timbulnya abses,
bisa terlihat pada radiograp (sinar-x).
Pemilihan antibiotik untuk mengobati infeksi gigi tergantung pada tahap
mana infeksi tersebut berada pada tahap evolusi. Jika infeksi pada tahap awal,
bakteri yang paling mungkin muncul adalah gram positif kokus. Penisilin
adalah obat pilihan, kecuali jika pasien alergi terhadap penisilin. Amokisisilin
paling sering digunakan karena efek iritasi yang rendah pada saluran cerna dan
bisa dikonsumsi bersama makanan atau susu. Pada pasien yang alergi terhadap
penisilin alternatifnya bisa menggunakan eritromisin atau klindamisin. Ketika
berada pada tahap infeksi campuran,pilih obat yang efektif terhadap bakteri
Gram positif atau bakteri anaerobik pengobatan dapat berhasil. Mengobati
bakteri Gram positif relatif lebih mudah, dan obat pilihanya adalah penisilin
atau amoksisilin atau untuk yang alergi penisilin bisa memakai antibiotik
makrolid. Untuk bakteri anaerobik, dapat dipilih metronidazol karena
metronidazol merupakan obat yang efektif. Dengan memberantas satu
golongan bakteri, keseimbangan antara dua jenis bakteri diubah dan tubuh bisa
mengatasi infeksi. Klindamisin mempengaruhi baik bakteri Gram positif kokus
maupun bakteri anaerob Gram-positif dan bakteri Gram negatif. Dalam
sejarah, dokter bedah mulut menyatakan merasa nyaman menggunakan
klindamisin, tetapi dokter gigi lain telah menghindari pemakaiannya karena
kaitannya dengan timbulnya kolitis pseudomembran (diare berdarah).
Untuk mengobati penyakit infeksi gigi, sangat penting untuk mengetahui jenis bakter apa
yang terlibat dan bagaimana sensitifitas bakteri tersebut terhadap antibiotik. Keputusan
diambil berdasarkan kecenderungan dari infeksi tertentu dan sensitifitasnya terhadap
antibiotik.
Table7.1 MIKROBA PERIODONTAL, KEBERADAANYA, DAN KERENTANAN
TERHADAP OBAT ANTIMIKROBA TERTENTU (BERDASARKAN
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL (MIC)
Organisme IJP AP R PEN AM
X
TET DO
X
CLN ME
T
CI
P
Aggregatinacter
Actinomycetemcomitants
+ + + 1-6 1-16 2-8 6 R 32 <1
Porphyromonas gingivalis - + + <1 ND 2 1 <1 4 <1-
2
Prevotella intermedia + + + 5 ND 6 3 <1 2 <1
Eikenella corrodens + + + 8-9 8 3-32 6 R R <1
Fusobacterium spp. + + + 2-5 2 2 2 <1 1 3
Campylobacter rectus
(wolinella recta)
- + + 1 1 2 1 1 2 R
Data dari Slots J. Rams TE: Antibiotik pada terapi periodontal, keuntungan dan kerugian, J
Clin Periodontal 17:479. 1990.
Tingkat proporsi bakteri meningkat; -, proporsi regular atau tidak terdeteksi pada penelitian;
AMX, amoksisilin;AP, periodontitis dewasa; CIP, siprofloksasin; CLN, klindamisin; DOX,
doksisilin; IJP, periodontitis lokal anak; MET, metronidazol; MIC, konsentrasi hambat
minimum untuk 90 % galur (ug/m), kecuali penisilin G, memakai U/mL; ND, tidak
ditentukan; PEN, penisilin G; R, periodontitis dewasa “tahan panas”; TET, tetrasiklin.
Kotak 7-1 PENYAKIT, KONDISI DAN OBAT-OBAT YANG MENURUNKAN
RESISTENSI TERHADAP INFEKSI
Penyakit / kondisi
Penyakit Addison
AIDS-komplek relatif
HIV
Alkoholisme
Diskrasia darah
Kanker
Sirosis hati
Diabetes mellitus
Sindroma down
Kekurangan immunoglobin
Leukemia
Malnutrisi
Splenektomi
Obat imunnosupressan seperti :
Azatriopin (imuran)
Sikloposfamid (Cytoxan)
Siklosporin (Sandimunne)
Metotreksat (Rheumatrex)
Glukokortikosteroid
Sejarah
Pada tahun 1932 Gerhard Domagk seorang peneliti dari Jerman mengamati bahwa protonsil
melindungi tikus terhadap infeksi yang disebabkan bakteri streptokokus. Tonggak sejarah ini
pada sejarah medis mengarah pada perkembangan sulfonamid dan manandai permulaan
pengobatan antimikroba secara sistemik.
Pada tahun 1940, Chain dan Florey dari Inggris mengamati bahwa ternyata orang lebih
tertarik pada sulfonamid, dan bahwa kemungkinan lain, terutama yang berhubungan dengan
bahan alam harus dipertimbangkan.
Pada tahun 1928, Fleming dari Inggris mengamati bahwa sebuah koloni, Penicilin notatum,
menghasilkan suatu jenis zat yang menginhibisi pertumbuhan bakteri tertentu. Dia
menamakan zat tersebut “penisilin” dan mengatakan bahwa zat tersebut mungkin berguna
untuk luka yang terinfeksi. Dalam catatannya, Chain dan rekan sekerjanya melaporkan
tingkat toksisitas yang rendah dan keefektifan sebagai antimikroba sistemik dari penicillin.
Kegembiraan yang diawali dengan adanya sulfonamid berpindah pada penicillin. Dengan
antibiotik baru yang dipasarkan, kegembiraan ini berpindah pada antibiotika jenis terbaru.
Selama bertahun-tahun, ilmuwan khawatir akan penggunaan antibiotik secara sembarangan.
Perkembangan terbaru, seperti galur bakteri yang mengalami resistansi total, telah membuat
hal tersebut semakin penting.
Definisi/Terminologi.
Diskusi tentang obat antimikroba individual dimulai dengan definisi dari istilah tersebut di
bawah ini :
- Obat antiinfeksi : Zat-zat yang melawan atau menghancurkan infeksi.
- Obat antibakteri : Zat-zat yang menghancurkan atau menekan pertumbuhan atau
multipikasi bakteri.
- Obat antibiotik : Zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki
kapasitas, pada larutan yang diencerkan untuk menghancurkan pertumbuhan bakteri
atau mencegah aksi bakteri. Perbedaan antara istilah antibiotik, antiinfeksi, dan
antibakteri adalah bahwa antibiotik diproduksi oleh mikroorganisme, sedangkan obat
lain bisa diproduksi di laboratorium kimia (bukan dari organisme hidup). Antibakteri
merujuk pada zat dari sumber apapun yang dapat menghambat atau membunuh
bakteri. Istilah antiinfeksi merujuk pada sebuah zat dari segala sumber yang
menghambat atau membunuh mikrooorganisme yang dapat menyebabkan infeksi,
seperti bakteri, protozoa, virus, dan lain-lain. Perbedaan ini umumnya diabaikan
dalam pembicaraan sehari-hari, dan antiinfeksi sering dianggap juga sebagai
“antibiotik”.
- Obat antimikroba : zat yang menghancurkan atau menghambat pertumbuhan atau
multiplikasi mikroorganisme.
- Obat antijamur : zat yang menghancurkan atau menghambat pertumbuhan jamur.
- Obat antivirus : zat yang menghancurkan atau menghambat pertumbuhan virus.
Di bawah ini adalah definisi dari istilah yang umumnya digunakan :
- Bakterisida : kemampuan untuk membunuh bakteri. Efek ini tidak terbalikkan,
karena, jika bakteri dipisahkan dari obat, bakteri tersebut tidak hidup.
- Bakteriostatis : kemampuan untuk menghambat atau memperlambat multipikasi
pertumbuhan bakteri. Prosesnya terbalikkan karena jika bakteri dipisahkan dari obat,
bakteri tersebut mampu untuk tumbuh dan bermultiplikasi. Apakah suatu obat
antibakteri bersifat bakterisidal atau bakteristatis tergantung dari variabelnya seperti
dosis yang dipakai atau oraganisme yang dihadapi. Kotak 7-2 menggambarkan
antimikroba yang paling umum dipakai dan klasifikasi obat tersebut apakah
bakteriostastis atau bakterisidal.
KOTAK 7-2 KLASIFIKASI OBAT ANTIINFEKSI : BAKTERISIDAL ATAU
BAKTERIOSTATIK
Bakterisidal
Aminoglikosida
Basitrasin
Sepalosporin
Metronidazol
Makrolid *
Penisilin
Pilomiksin
Kuinolon
Rifampin
Vankomisin
Bakteriostatis
Kloramfenikol
Klindamisin
Makrolid
Spektinomisin
Sulfonamid
Tetrasiklin
Trimetroprim
*Bisa bersifat bakterisidal terhadap bakteri tertentu pada tingkat darah yang lebih tinggi.
- Tingkat kadar darah (serum) : Konsentrasi obat antiinfeksi pada darah atau serum.
Pentingnya tingkat serum adalah bahwa tingkat tertentu dari antibiotik diperlukan
untuk memberikan efek pada berbagai jenis bakteri. Untuk suatu jenis antibiotik,
dosis yang diberikan harus memberikan konsentrasi tertentu dalam darah.
- Infeksi : Infeksi bukan saja invasi tubuh oleh mikroorganisme patogen (dapat
menimbulkan penyakit) tetapi juga reaksi dari jaringan tubuh terhadap keberadaan
mikroorganime tersebut. Keberadaan mikroorganisme patogen tidak selalu
merupakan “invasi”. Pada kenyatannya, banyak mikroorganisme patogen oral
merupakan bagian dari flora normal di mulut, organisme patogen tersebut hanya bisa
menimbulkan infeksi jika jumlah relatifnya meningkat.
- Konsentrasi hambat minimal (KHM) : Konsentrasi terendah antibiotika yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan yang tampak dari sebuah organisme pada
media setelah inkubasi selama 18-24 jam. Tes invitro ini lebih bisa diandalakan
(dipercaya) dan kuantitatif daripada test piringan.
- Spektrum : Rentang (kisaran) aktifitas suatu obat. Spektrum atau aktifitas dari suatu
antibiotika bisa saja sempit, menengah, atau luas. Spektrum sempit bereaksi terutama
pada jumlah grup yang lebih kecil seperti bakteri gram positif kokus, bakteri gram
negatif batang,bakteri gram negatif anaerob atau virus.
- Superinfeksi atau suprainfeksi : Infeksi yang disebabkan oleh proliferasi
mikroorganisme, berbeda dari infeksi yang biasa terjadi. Ketika antiinfeksi
mengganggu flora normal tubuh. Mikroorganisme menjadi tidak terpengaruh atau
resisten terhadap pemakaian antibiotik bisa terjadi. Superinfeksi lebih sering
disebabkan oleh antibiotik spektrum luas seperti tetrasiklin dan dapat meningkat jika
digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama. Dalam hal ini, penurunan jumlah
bakteri gram positif dan gram negatif memungkinkan pertumbuhan yang berlebih dari
jamur (fungi), Candida albicans. Mikroorganisme patogen yang muncul pada
superinfeksi umumnya lebih sulit untuk dihambat daripada mikrooorganisme biasa
dan dapat menimbulkan resistensi. Kenyataan bahwa praktisi medis dapat
mengeliminasi infeksi menunjukkan pentingnya menentukan keperluan pengobatan
yang pasti sebelum obat tersebut digunakan. (praktisi kesehatan gigi harus membasmi
atau setidaknya mengurangi infeksi yang disebabkan oleh perawatan kesehatan gigi).
- Sinergisme:Sinergisme terjadi ketika kombinasi dua jenis antibiotik menghasilkan
efek yang lebih dari yang diharapkan, jika efek individu dari obat tersebut
ditambahkan ( dalam kata lain 1 + 1 > 2). Kombinasi antibiotik yang bersifat
bakterisidal biasanya sinergis. Kombanasi dari antibiotika yang besisifat
bakteriostatik biasanya bersifat pertambahan (additif atau sumasi) (1+1=2).
- Antagonisme : Antagonisme terjadi ketika kombinasi dua obat yang menghasilkan
efek lebih kecil dibandingkan pemakaian obat tersebut secara tunggal (lihat kotak 7-2)
Infeksi
Faktor-faktor yang menentukan kecenderungan dari mikroorganisme menyebabkan infeksi
adalah sebagai berikut :
- Penyakit – menyebabkan kekuatan dari mikroorganisme (virulen).
- Jumlah mikroorganisme yang ada (inokulum).
- Resistensi dari inang (pasien) berupa respon imunologi.Resistensi inang harus
dianggap memiliki komponen lokal dan sistemik. Secara sistemik, kedua jenis obat
(steroid dan obat antineoplastik) dan penyakit AIDS serta diabetes mellitus yang
tergantung insulin dapat menurunkan imunitas pasien. (lihat kotak 7-1) dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Gangguan tidur dan kelelahan dapat
mengurangi respon imun pasien terhadap infeksi.
Kultur dan sensitifitas
Secara ideal, semua infeksi yang memerlukan pengobatan antimikroba harus dikultur dan
harus dilakukan tes sensitifitas. Kultur termasuk didalamnya kegiatan menumbuhkan bakteri
dari sampel eksudat terinfeksi, dan tes sensitifitas yaitu mengekspos mikroorganisme dengan
tes antibiotika tertentu, dan menentukan apakah mikroorganisme tersebut sensitif atau
resisten. Saat ini, dikarenakan penggunaan antiinfeksi yang tidak tepat, mikroorganisme lebih
cepat berubah menjadi resisten terhadap antibiotik.
Kultur dan tes sensitifitas adalah satu-satunya cara untuk memastikan obat mampu
membunuh atau menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme yang menginfeksi pasien
secara spesifik. Dalam prakteknya, hal ini sering menjadi hal yang sulit. Dalam dunia
kesehatan gigi, keperluan untuk pengkulturan secara anaerobik untuk mendapatkan satu
sampel dan kultur menjadi lebih sulit. Masalah lain adalah banyak infeksi gigi sering
bercampur dengan mikroorganisme yang tidak diharapakan, sehingga hasil kultur sulit untuk
dinterpretasikan. Sebagai pencegahan dari infeksi yang serius, suatu infeksi pada pasien yang
daya tahannya t rendah atau pada infeksi yang tidak responsif terhadap pengobatan, sangat
disarankan untuk dilakukan kultur.
Kultur
Ketika kultur dilakukan, bahan penampung (tabung dan botol kecil) dengan media dan
metodenya harus mampu dipakai untuk mendapatkan hasil yang dapat dipercaya. Pekerja
kesehatan gigi harus dapat berkomunikasi dengan personel laboratorium tentang jenis kultur
yang tepat. Pekerja laboratorium harus melakukan pewarnaan gram sehingga bisa
melaporkan semua bakteri yang berada pada jumlah yang tinggi. Baik yang bersifat obligat
atau fakultatif anaerob harus diawetkan.
Tergantung dari tujuannya, metode sampling (pengambilan bahan) bervariasi jenisnya.
Contoh metodenya adalah sebagai berikut : untuk abses, aspirasi dengan jarum; untuk
mendapatkan lesi, dilakukan usapan dari sekumpulan media anaerobik; dan untuk pengobatan
endodontik, titik penyerapan yang baik. Metode pengambilan bahan harus disesuaikan dalam
dalam upaya menjaga bakteri anaerobik tetap hidup. Untuk kantung periodontal, titik kertas
steril atau bisa digunakan untuk menyimpan kantungnya.
Kehati-hatian harus dilakukan, jangan sampai mengkontaminasi sampel dengan plak
supraginggival, yang memiliki susunan mikroba yang berbeda. Pada pasien yang beresiko,
kultur harus dilakukan sebelum antibiotik diberikan, karena antibiotik dapat mengubah sifat
mikroba sehingga identifikasi lebih sulit dilakukan. Infeksi pada daerah masalah dan pada
pasien yang bermasalah harus dilakukan kultur.
Sensitifitas
Setelah organisme diidentifikasi, maka organisme tersebut dibiakkan pada media kultur
(gambar 7-1). Mengamati apakah mikroorganisme tersebut sensitif atau resisten terhadap tes
antibiotik tertentu, dapat membantu dalam menentukan antibiotik jenis apa, yang tepat pada
infeksi yang sulit . Satu sampai 2 hari dibutuhkan sebelum hasil dari tes ini didapatkan.
Meskipun pengobatan bisa dimulai sebelum tes, jenis pengobatan dapat berubah setelah hasil
tes didapatkan. Jika respon klinis sudah sesuai, seringkali antibiotik semula (awal)
dilanjutkan kendatipun sudah ada hasil tes sensitifitas.
Resistensi
Resistensi (terkait dengan antibiotik) pada kemampuan alami atau didapat dari suatu
mikroorganisme untuk menjadi kebal atau resisten terhadap efek sebuah obat antiinfeksi.
Resistensi alami muncul ketika mikroorganisme selalu resisten terhadap obat antimikroba
karena materi struktur mikroorganisme tersebut seperti struktur lemak pada dinding selnya.
Resistensi didapat terjadi ketika suatu mikroorganisme yang sebelumnya sensitif terhadap
obat antimikroba berubah menjadi resisten. Hal ini bisa terjadi karena seleksi alami melalui
proses mutasi yang spontan. Peningkatan penggunaan antibiotik pada masyarakat (contohnya
di rumah sakit) meningkatkan jumlah dari mikroorganisme yang resisten pada komunitas
tersebut. Sebaliknya, penurunan dalam penggunaan antibiotik menurunkan jumlah resistensi
mikroorganisme pada antibiotik. Metode lain dimana resistensi berkembang adalah melalui
transfer materi genetik DNA (deoxyribonucleic acid) dari satu mikroorganisme kepada
mikroorganisme lainnya melalui transduksi, transformasi, atau konjugasi bakteri.
Mikroorganisme pertama yang merupakan mikroorganisme resisten terhadap satu atau lebih
antibiotik, mentransfer materi genetiknya kepada mikroorganisme kedua. Mikroorganisme ke
dua, yang sebelumnya tidak resisten, dengan demikian menjadi resisten dengan antibiotik
yang sama seperti mikroorganisme yang pertama tanpa pernah sebelumnya terpapar dengan
antibiotik tersebut. Transfer material genetik dari satu mikroorgenisme kepada
mikroorganisme yang lain bisa terjadi diantara organime yang berbeda, termasuk transfer dari
bakteri nonpatogen kepada bakteri patogen. Tiga mekanisme yang paling umum dari
resistensi yang didapat adalah penurunan permeabilitas bakteri, pembentukan enzim bakteri,
dan perubahan pada daerah target (sasaran).
Indikasi pemberian antimikroba
Kontroversi yang besar muncul tentang kebutuhan obat antimikroba dalam berbagai situasi.
Dua kategori indikasi pemberian antibiotika adalah indikasi terapertis dan indikasi
profilasksis.
Indikasi terapeutik
Meskipun tidak ada aturan untuk menentukkan apakah terapi antimikroba diperlukan dalam
kedokteran gigi, banyak infeksi tidak memerlukan terapi. Kebanyakan pasien yang tidak
mengalami defisiensi imunitas dimana drainasi (pengeringan) bisa dilakukan, pasien tersebut
tidak memerlukan antibiotka untuk mengatasi infeksi gigi mereka. (pasien yang memiliki
jerawat tidak diberi resep antibiotik setiap kali jerawatnya berkurang).
Tabel 7-2 memperlihatkan daftar indikasi untuk pengobatan infeksi gigi dan antibiotik
pilihan beserta alternatifnya. Jika pola resistensi berbeda dari tabel tersebut pemilihan
antibiotik harus berdasarkan dari informasi tabel tersebut. Akan tetapi sebelum sebuah
keputusan dibuat, ada bebrapa faktor yang harus dipertimbangkan.
- Pasien
Pertahanan terbaik terhadap mikroorganisme patogen adalah respon dari pasien.Mekanisme
pertahanan yang berfungsi dengan baik adalah merupakan kepentingan yang utama. Ketika
pertahanan ini berkurang, kebutuhan akan obat antimikroba lebih ditekankan.
- Infeksi
Virulensi dan invasi dari mikroorganisme merupakan hal penting dalam menentukan
keakutan, keparahan dan kecenderungan penyebaran infeksi. Pada infeksi akut, parah dan
menyebar cepat, harus diatasi dengan obat antimikroba, dimana infeksi yang bersifat ringan,
lokal dan drainasi bisa dilakukan, tidak diperlukan penggunaan antimikroba. Jika kantung
periodontal tetap aktif meskipun telah dilakukan penanaman akar secara berulang, maka
pemakaian antibiotik untuk merubah flora gigi bisa dipertimbangkan.
Ketika obat antimikroba akan dipergunakan pada pengobatan infeksi gigi, kecenderungan
mikroorganisme untuk menyebabkan infeksi dan kerentanan mikroorganisme tersebut
terhadap obat antimikroba perlu dipertimbangkan. Table 7-2 memperlihatkan daftar
antimikroba pilihan untuk berbagai macam keadaan infeksi gigi (ketika tes kultur dan
sensitifitas tidak dilakukan) dan alternatif lain jika obat pilihan tidak bisa dipakai. Ketika dua
antimikroba memiliki efek terapi yang sama dan biaya bagi pasien sangat berbeda, biaya
pengobatan adalah hal lain yang harus dipertimbangkan.
Untuk menjawab pertanyaan seperti apakah suatu antibiotik efektif terhadap infeksi gigi
tertentu, seseorang memerlukan banyak pasien dengan infeksi yang serupa, dimana setengah
dari jumlah pasien tersebut diberi antibiotik aktif dan setengahnya lagi diberi plasebo. Studi
tersebut dapat membantu untuk menentukan penggunan yang baik dari antibiotik untuk
infeksi gigi. Tes yang sifatnya perlahan tersebut telah dimulai, menggunakan antibiotik dalam
keadaan periodontal, tetapi masih banyak hal yang masih harus diketahui.
Tabel 7-2 penggunaan antimikroba dalam kedokteran gigi
Keadaan infeksi Obat pilihan Obat alternatif (pilihan lain)
Penyakit periodontal
Gingivitis nekrotik-ulseratif
akutŦ
Abses (perio)
LJP
Periodontitis dewasa
RAP
Infeksi oral
Infeksi jaringan lunak (abses,
selulitis, pasca bedah,
perikoronitis)
Penisilin VK
Amoksilin
Penisilin VK
Deoksisilin
Tetrasiklin
Bisanya tidak diterapi dengan
obat
Deoksisilin
Tetrasiklin
Metronidazol
Pensilin VK
Amoksisilin
Metronidazol
Tetrasiklin
Tetrasiklin
Amoksilin + metronidazol
Augmentin + (amoksisilin
klavunalat)
Klindamisin
Amoksisilin + metronidazol
Doksisilin
Klindamsisin
Sepalosporin
Tetrasiklin
Osteomielitis
Infeksi campuran tidak
sensitif terhadap penisilin
Aerob
Anaerob dan infeksi kronis
Propilaksis untuk
endokarditis infektif
Katup jantung buatan ŧ
Pasien dengan LJP
Penisilin VK
Amoksisilin
Amoksisilin
Metronidazol
Klindamisin
Tanpa alergi penisilin :
amoksisilin §
Deoksisilin selama 3 minggu,
diikuti dengan regiman biasa
(lihat atas)
Klindamisin
Sepalosporin
Sefalosporin
Sulfonamid
Tetrasiklin
Sefalosporin
Augmentin
Tetrasiklin
Metronidazol + penisilin
Alergi penisilin :
Klaritromisin
Azitromisin
Klindamisin
LJP, Localized Juvinile Periodontitis: RAP, Rapid Advancing Periodontitis
Keadaan klinis bisa merubah terapi obat
Ŧ obat antimikro bisanya tidak diperlukan untuk kondisi seperti ini
ŧ lihat table 7-4
§ lihat table 7-3
\
Indikasi profilaksis (pencegahan)
Beberapa keadaan muncul untuk indikasi tertentu yang juga mencakup kebutuhan antibiotik
untuk profilaksis. Satu hal yang jelas dari antibiotik profilaksis sebelum prosedur kesehatan
gigi telah direkomendasikan Asosisasi Dental Amerika dan Asosisasi Jantung Amerika
(endokarditif infektif, keadaan katup jantung buatan, atau penyakit jantung bawaan). Panduan
terbaru mengenai antibiotik profilaksis didiskusikan secara rinci di akhir bab ini.
Reaksi merugikan yang umum dan kerugian yang berhubungan obat antiinfeksi
Superinfeksi (suprainfeksi)
Semua obat antiinfeksi bisa mengakibatkan pertumbuhan yang berlebih dari mikroorganisme
yang berbeda dari mikroorganisme pertama yang menginfeksi dan resisten terhadap obat
yang dipakai. Semakin luas spektrum dari obat antiinfeksi dan semakin lama obat dipakai,
semakin besar kemungkinan terjadinya superinfeksi. Efek samping bisa dikurangi dengan
menggunakan obat antiinfeksi yang paling spesisfik, jangka waktu pengobatan terpendek dan
paling singkat, dan dosis yang memadai.
Reaksi alergi
Semua obat antiinfeksi seperti halnya obat pada umumnya, memiliki potensi untuk
mengakibatkan bermacam reaksi alergi. Dari mulai ruam yang bersifat ringan sampai dengan
reaksi anafilaksi yang fatal. Beberapa obat antiinfeksi seperti penisilin dan sefalosporin, lebih
potensial menimbulkan alergi. Banyak obat antiinfeksi, seperti eritromisin dan klindamsin
memiliki potensi mengakibatkan alergi yang rendah.
Interaksi obat
Obat antiinfeksi dapat berinteraksi dengan kontraseptif oral, antikoagulan oral, dan
antiinfeksi lainnya (obat bakteriostatis berinteraksi dengan obat bakterisidal).
- Kontrasepsi oral
Beberapa antibiotik telah diketahui dapat menurunkan kemanjuran obat kontrasepsi oral
dengan cara meningkatkan bersihan obat tersebut dari tubuh. Interaksi obat seperti ini,
meskipun jarang terjadi, harus didiskusikan dengan pasien jika pasien menggunakan obat
kontrasepsi oral dan mendapatkan resep antibiotik. Dari beberapa antibiotik yang dipakai
dalam kedokteran gigi, ampisilin dan tetrasikslin adalah obat yang paling memungkinkan
untuk terjadinya interaksi tersebut. Pada pasien tertentu,faktor kelahiran harus dipakai ketika
memakai antibiotik.
- Antikoagulan oral
Obat antiinfeksi bisa memungkinkan terjadinya efek antikoagulan oral. Antikoagulan oral
adalah inhibitor vitamin K, jadi berinteraksi dengan pembentukan vitamin K bisa
meningkatkan efek antikoagulan. Bakteri pada usus mengahsilkan kebanyakan vitamin K
pada tubuh manusia. Obat antiinfeksi (contohnya : tetrasiklin) mengurangi flora bakteri yang
memproduksi vitamin K. Dengan berkurangnya vitamin K, efek antikoagulan oral meningkat.
Eritromisin menghambat enzim yang memetabolisme warfarin, mengakibatkan peningkatan
jumlah warfarin. Perpanjangan dari nilai INR (Internasional Normalized Ratio)menyebabkan
perdarahan atau bahkan hemoragi. INR harus diamati secara lebih tepat pada pasien yang
mengalami terapi antiinfeksi. Obat antiinfeksi berinteraksi pada tingkat yang bervariasi
tergantung jenis antibiotiknya.
Anttiinfeksi jenis lain
Antibiotik yang bekerja pada reseptor yang sama bisa berkompetisi untuk reseptor yang
dituju dan tidak boleh diberikan bersamaan (contohnya eritromisin dan klindamisin). Sebuah
antibiotik yang memiliki karakter bakteriostatis menghentikan pertumbuhan bakteri, oleh
karena itu menghambat aksi dari obat bakterisidal (memerlukan pertumbuhan dan secara aktif
memisahkan sel-sel untuk bekerja). Kecuali pada beberapa hal yang tidak biasa, kasus non
dental, suatu antibiotik harus dipilih dan dakai secara tunggal.
Keluhan saluran pencernaan.
Semua obat antiinfeksi dapat menghasilkan bermacam gangguan pencernaan. Gangguan bisa
seperti nyeri perut, meningkatnya peristaltik, dan diare. Gangguan tersebut banyak jenisnya,
tergantung jenis obat yang dipakai, dosis obat, dan apakah pasien mengkonsumsi obat dengan
makanan. Eritromisin memiliki insiden tertinggi akan gangguan saluran pencernaan dari
semua jenis antibiotik. Ganguan saluran perncernaan yang lebih serius seperti kolitis
pseudomembranus, secara sejarah berhubungan dengan klindamisin, sekarang telah diketahui
muncul tidak hanya dengan obat antibotik dalam jenis yang beragam (sefalosporin,
amoksisilin) tetapi juga pada keberadaan semua jenis antimikroba.
Pertimbangan untuk kehamilan
Obat antimikroba yang dapat dipakat pada waktu kehamilan untuk mengatasi infeksi dibatasi
pengunaanya. Meskipun rasio dari resiko menguntungkan harus dipertimbangkan ketika
wanita hamil mengalami pengobatan jenis apapun, pensislin dan eritrimisin tidak pernah
dihubungkan dengan teratogenisitas dan sering dipakai. Penggunaan klindamisin mungkin
bisa diterima, tetapi sebelum antibiotik jenis apapun diberikan pada pasien (dengan keluhan
gigi) yang sedang hamil, dokter kandungan harus menghubungi (prosedur ini juga membantu
mencegah masalah medis) dokter kandungan. Metronidazol biasanya digunakan pada hamil,
tetapi ada pengecualian,tetrasiklin dikontraindikasikan pada masa kehamilan karena efeknya
terhadap pertumbuhan gigi dan otot.
Dosis
Sediaan antibiotik untuk orang dewasa umumnya berupa tablet dan kapsul. Bentuk sediaan
anak, berupa cairan dan berbentuk sediaan yang dapat dikunyah, mengandung gula sebagai
bahan pemanis. Setelah definisi diatas mencuat, petugas kesehatan gigi harus menganjurkan
orang tua atau anaknya untuk menyikat gigi setelah memakai obat kunyah. Pemakain
antibiotik dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan tingkat karies pada anak.
Biaya
Biaya adalah faktor yang penting dalam memilih antibiotik untuk pasien. Jika antibiotik yang
sempurna dipergunakan dan diresepkan tetapi pasien tidak membeli obat tersebut karena
terlalu mahal, hasil yang buruk bisa terjadi. Obat antibiotik terbaik yang harganya terjangkau
yang bisa digunakan akan lebih efektif daripada yang mahal yang tidak dapat dibeli. Gambar
7-2 membandingkan harga berbagai macam obat antiinfeksi.
Penisilin
Pensilin dapat dibagi menjadi empat grup besar (lihat tabel 7-3). Grup pertama terdiri dari
penisilin G dan V, grup kedua terdiri dari penisilin resisten penisilinase, grup ke tiga terdiri
dari amoksisilin, dan grup ke empat terdiri dari penisilin dengan spektrum diperluas. Pensilin
secara umum memiliki bermacam kandungan, kesamaan kandungan. Pada bidang kedokteran
gigi, grup pertama dan ketiga lebih sering sering dipakai.
Sumber dan kimia
Kelompok peniscilium notatum dan spesies berhubungan dengan produksi penisilin secara
alami. Pensilin semisintetis diproduksi secara kimiawi menggantikan penisilin yang
diproduksi secara alami. Struktur pensilin yang terdiri dari cincin beta laktam yang berfusi
menjadi bagian kelima, cincin S yang mengandung tiazolidin. Tidak ada satu pun dari dua
cincin tersebut yang memiliki aksi antimikroba yang lebih baik bila dipakai secara tunggal.
Penisilin aktif diproduksi manambah grup fungsi yang berbeda pada posisi ke 6. Membelah
grup fungsional tersebut dari strukur dua cincin mereka menghasilkan hilangnya aktifitas
antimikroba. Ketika cincin beta laktam patah, seperti pada keadaan munculnya penisilinase,
aktifitas antimikroba pada zat tersebut menghilang. (gambar 7-3).
Penambahan grup organik pada posisi R menyebabkan perubahan terhadap zat yang
terbentuk dari asam 6- aminopenisilanik. Grup R ini menciptakan beragam jenis penisilin
yang ditunjukkan oleh tulisan, sebagai contoh Penisiln G dan Penisilin V. Penisilin bisa di
non aktifkan oleh reaksi apapun yang membuang grup R atau dalam kasus penisilin, dengan
cara merusak cincin beta laktam. Garam dari pensilin dibentuk dari reaksi pada grup
tiazolidin (T) karboksil (-COOH).
Meskipun banya penisilin yang muncul secara alami telah diproduksi, hanya pensislin G
(Na+/ K+ penisilin), sering dipakai sekarang. Bermacam pensislin sintetis dibentuk dengan
cara mensubstitusi grup lain pada rantai R.
Farmakokinetik
Penisilin bisa digunakan secara oral atau parenteral, tetapi tidak dianjurkan dipakai secara
topikal sebab resiko alergi terbesar dapat terjadi pada cara tersebut. Ketika penisilin dipakai
secara oral, jumlah yang diserap tergantung dari jenis penisilin. Persentasenya bervariasi dari
0 sampai dengan lebih dari 90 % (lihat tebel 7-3). Ketika persentase yang diserap terlalu
rendah, sama seperti metilsilin, penisilin hanya tersedia dalam bentuk suntikkan. Penisilin V
diabsorpsi secara lebih baik lewat oral daripada penisilin G, dengan begitu penisilin V
digunakan untuk pemakaian penilin secara oral.
Rute oral memungkinkan keuntungan berupa rasa nyaman dan reaksi alergi mengancam jiwa
yang rendah kemungkinannya. Kerugian penggunaan pensilin secara oral daripada parenteral
adalah peningkatan kadar obat dalam darah lebih lambat, kadar dalam darah sulit diprediksi
karena variabel penyerapan atau dan ketidakpatuhan pasien (masalah terbesar), dan beberapa
jenis penisilin terdegradasi oleh asam lambung. Kadar obat dalam darah tertinggi didapatkan
jika pasien mengkonsumsi penisilin secara oral setidaknya 1 jam sebelum atau 2 jam setelah
makan. Tetapi pensislin V dan amoksisilin bisa dikonsumsi sebelum makan.
Setelah penyerapan, penisilin didistribusikan ke seluruh tubuh, dengan pengecualian cairan
serebrospinal, tulang, dan abses. Pensilin didistribusikan pada jaringan,saliva, dan ginjal.
Penisilin melewati plasenta dan muncul pada air susu.
Pensilin dimetabolisme dengan cara dihidrolisis pada hati mengalami sekresi tubulus pada
ginjal. Eliminasi waktu paruh untuk penisilin V dan penisilin G sekitar 0,5 jam. Dalam lima
waktu paruh, sekitar 2,5 jam penisilin pada hakekatnya dieliminasi dari tubuh.
Mekanisme kerja
Penisilin merupakan obat antibiotika yang poten, menempel protein pengikat penisilin (PBPs)
pada membran sel bakteri. PBPs adalah enzim yang terlibat pada sintesis dinding sel dan
pemeliharaan integritas struktur dinding sel bakteri. Penisilin bertindak sebagai analog asil-
D-alanil-alanin, menghambat pembentukan hubungan lintas, enzim transpeptidase. Hal
tersebut menghancurkan integritas dinding sel dan mengakibatkan kehancuran (lisis). Pensilin
lebih efektif terhadap mikroorganisme yang tumbuh dengan cepat. Tabel 7-3 meringkas tipe,
rute penelanan dan karakter lain dari berbagai jenis penisilin.
Spektrum
Pensilin G dan V berspektrum sempit, termasuk didalamnya bakterigram positif kokus,
seperti Stapilokokus aureus, stapilokokus pnomonie, streptokokus piogen, streptokokus
viridan, dan bakteri gram negatif kokus jenis tertentu, seperti Neiseria gonorhoe dan N.
meningtidis. Penisilin juga efektif melawan spirokhaeta dan mikroorganisme anaerob seperti
Actimomices, Peptokokus, Peptostreptokokus, Bakteroides, Korinobakterium dan
Klostridium sp. Spektrum kerja dari Penisilin melawan infeksi mikroba pada kebanyakan
kondisi periodontal. Penisilin jenis lainnya memiliki spektrum yang berbeda yang dibahas
pada setiap bagian.
Aktifitas antibakteri dari penisilin distandarisasi menggunakan satuan internasional unit (IU).
Satu internasional unit memiliki aktifitas setara 0,6 mg dari standar utama penisilin G, jadi
1mg dari natrium penisilin G murni setara dengan 1667 IU. Kira-kira 400,000 IU penisilin V
sebanding dengan 250 mg. Penisilin G biasanya diukur dengan menggunakan satuan
internasional unit, sedangkan penisilin jenis lain diberi satuan milligram.
Resistensi
Resistensi terhadap penisilin bisa terjadi dengan beberapa mekanisme berbeda. Penisilinase
yang memproduksi stapilokokusbersifat resisten kerena enzimnya menghancurkan sejumlah
penisilin. Penisilinase tersebut menonaktifkan sebagian dari pensilin dengan cara membelah
cincin beta laktam.
Pada lingkungan rumah sakit, lebih dari 95 % populasi stapilokokus adalah mikroorganisme
yang memproduksi penisilinase. Asam klavulanat berfungsi sebagai penghambat, yang
memungkinkan digunakannya amoksisilin untuk melawan mikroorganisme penghasil
penisilinase. Bakteri tertentu memiliki membran sel yang lebih luar yang mencegah penisilin
mencapai PBPs.
Meskipun kebanyakan galur oral dari S. viridian sensitif terhadap penisilin, jumlah yang
meningkat dari galur tersebut menjadi resisten. Jumlah bakteri yang resisten proporsional
(sebanding) dengan penggunaan klinis dari antibiotik, pemakaian yang sering mengakibatkan
peningkatan resistensi dan sebaliknya.
Reaksi yang merugikan
Reaksi yang tidak menguntungkan terhadap penisilin bisa dibagi kedalam reaksi toksik dan
alergi atau reaksi hipersensitifitas. Pensilin adalah penyebab yang paling umum dalam hal
terjadinya alergi obat.
- Toksisitas
Karena toksisitas penislin hampir tida ada, dosis dalam jumlah besar telah menjadi toleran
tanpa efek yang merugikan. Karena alasan tersebut ada batas keamanan yang luas ketika
pensilin dipakai. Menggunakan dosis intravena yang tinggi,iritasi secara langsung pada
susunan saraf pusat bisa menimbulkan kejang. Dosis yang besar dari pensilin G berhubungan
dengan kerusakan ginjal dengan manifestasi berupa demam, eosinifilia, ruam, albuminuria,
dan peningkatan nitrogen ureum darah (BUN). Anemia hemolisis dan depresi sum-sum
tulang juga telah ditunjukkan oleh pensilin. Penisilin resisten penisilinase secara bemakna
lebih toksis daripada penislin G. Iritasi saluran cerna bisa menimbulkan rasa mual dengan
atau tanpa muntah. Iritasi yang disebabkan penyuntikkan pensilin bisa menghasilkan abses
yang steril jika diberikan secara intramuskuler atau menimbulkan tromboplebitis jika
diberikan secara intravena.
- Alergi dan sensitifitas
Reaksi alergi terhadap pansilin harus selalu dupertimbangkan ketika menulis resep pensilin.
Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa 5-10 % pasien yang menerima penisilin akan
memberikan reaksi. Reaksi alergi terhadap penisilin oral jarang terjadi dari pada penisilin
parenteral. Reaksi anafilaksis lebih sering terjadi pada pasien yang sebelumnya diberi obat
beta bloker dan kemudian diberi penisilin. Reaksi anafilaksis pada pasien tersebut telah
dilaporkan sebagai pengobatan yang sulit.
Berikut ini adalah tipe-tipe reaksi alergi yang berhubugan dengan penislin :
- Reaksi anafilaskis : Syok anafilaksis, reaksi alergi akut, muncul beberapa menit
setelah mengkonsumsi penisilin dan merupakan bahaya yang paling serius bagi
pasien. Hal tersebut ditandai dengan kontraksi otot halus (contoh :
bronkokontriksi),dilatasi kapiler (syok) dan urtikaria yang disebabkan pelepasan
antihistamin dan bradikinin. Jika pengobatan tidak segera dilakukan bisa
mengakibatkan kematian. Pengobatan anafilaksis adalah pemberian epinefrin
parenteral secepatnya.
- Ruam : Semua jenis ruam kulit telah dilaporkan berhubungan dengan pemakaian
penisilin. Reaksi seperti ini terjadi antara 80-90 % dari reaksi alergi terhadap
penisilin. Ruam seperti ini biasanya ringan dan waktunya terbatas, dan bisa menjadi
parah. Bahkan kontak dengan kulit bisa terjadi akibat terpapar secara topikal,
contohnya ketika menyiapkan larutan suntik (tipe IV).
- Sakit serum yang tertunda : Penyakit serum berupa demam, ruam kulit, dan
eosinofilia atau atritis yang parah, purpura, limfadenopati, splenomegali, perubahan
mental, dan elektrokardiogram yang abnormal dan edema. Biasanya memakan waktu
kira-kira 6 hari untuk berkembang dan muncul pada masa pengobatan atau bisa
sampai 2 minggu setelah pengobatan berhenti.
- Lesi oral : Reaksi yang lambat terhadap penisilin bisa menunjukkan diri mereka pada
rongga oral. Hal tersebut termasuk stomatitis akut, lidah berbulu, lidah hitam, glositis
akut, dan seilosis. Lesi oral tersebut bisa terjadi umumnya dengan penggunaan
topikal, tetapi telah dilaporkan akibat pemberian melalui dari rute lain.
- Reaksi pada pemberian oral : Nepritis interstisial, anemia hemolitik, dan eosinofilia
merupakan tipe reaksi alergi yang biasanya terjadi pada pengobatan penisilin.
Ketika reaksi terhadap pensilin terjadi, konsekuensinya adalah sering berupa sesuatu
yang serius. Diperkirakan bahwa reaksi anafilaksis terjadi sampai dengan jumlah 0,05
% dari pasien yang diobati penisilin, dengan tingkat mortalitas sebesar 5 sampai 10
%. Diperkirakan 100 sampai 300 kematian terjadi setiap tahunnya karena reaksi
alergi terhadap penisilin. Meskipun kemungkinan terjadinya reaksi alergi serius
terhadap penisilin lebih besar setelah pemberian parenteral, syok anafilaktif dan
kematian setelah pemberian oral juga pernah terjadi. Pasien yang memiliki riwayat
alergi jenis apapun lebih besar kemungkinannya untuk alergi terhadap pensilin.
Reaksi alergi terhadap penisilin dari semua jenisnya bisa diikuti dengan reaksi alergi
lain yang lebih serius dengan paparan secara berurutan. Riwayat apapun mengenai
alergi terhadap pensilin dapat mengkontraindikasikan pemakaian penisilin, dan
antibiotik jenis lain haru digantikan. Akan tetapi, riwayat negatif tidak menjamin
kurangnya alergi terhadap penisilin. Jika penisilin diresepkan pertanyaan akan alargi
tetap ada, seseorang harus memastikan bahwa, setelah dosis pertama diberikan,
seorang pasien disuatu tempat dimana bantuan bisa dipanggil jika diperlukan.
Pemakaian / penggunaan
Penisilin merupakan antibiotik yang penting dalam praktek kedokteran dan kedokteran gigi.
Dipakai dalam kedokteran gigi karena potensi bakterisidanya, toksisitas yang rendah, dan
spektrum aksinya, yang mencakup banyak flora oral (mulut). Sering digunakan untuk
pengobatan infeksi gigi. Tabel 7-2 mendemontrasikan infeksi gigi dan pensilin mana yang
merupakan obat pilihan jika pasien tidak alergi terhadap obat tersebut. Amoksisilin, jenis
yang dekat dengan penisilin, juga dipakai untuk indikasi profilaskis spesifik. Penisilin
merupakan obat pilihan untuk profilaksis dari infeksi endokarditis untuk pasien nonalergi
dengan riwayat penyakit rematik jantung atau kerusakan katup (lihat diskusi tentang
antibiotik profilaskis untuk endokarditis infektif pada akhir bab ini) efektifitas penisilin pada
pengobatan infeksi gigi dijelaskan oleh keefektifannya melawan banyak bakteri aerob dan
anerob.
Penisilin spesifik.
- Penisilin G
Penisiljn G, yang merupakan prototipe (contoh) penisilin, tersedia dalam bentuk natrium,
kalium, prokain, atau garam benzatin. Garam-garam tersebut berbeda dalam waktu mulai
dan durasi kerja dan tingkat/ kadarnya pada plasma. Gambar 7-4 membandingkan kadar pada
darah yang dicapai oleh pemasukan intra vena dari garam kalium dan pemakaian secara
intramuskuler dari kalium, prokain, dan garam benzatin. Seseorang harus memperhatikan
bahwa garan kalium yang diberikan secara intravena memberikan kadar pada darah dengan
cepat dan dengan kadar yang tertinggi, dimana garam benzatin yang diberikan secara
intramuskuler menghasilkan kadar obat pada darah yang paling rendah dan mantap. Garam
kalium dan prokain, yang diberikan secara intramuskuler menghasilkan kadar obat dalam
darah dengan cepat begitu juga dengan lama kerjanya. Durasi kerja penisilin terbalik dengan
proporsi akan kelarutan dari bentuk pensilin. Zat yang paling susah larut memiliki waktu
kerja paling lama.
Garam natrium dari pensilin harus dihindari pada pasien dengan masukan natrium yang
dibatasi seperti pasien dengan gangguan kardiovaskuler. Pasien dengan ganguan ginjal tidak
boleh diberi garam kalium, karena bisa mengakibatkan hiperkalemia. Pasien bisa menjadi
alergi terhadap bagian prokain pada prokain penisilin G. Baik prokain maupun benzatin
penisilin merupakan suatu suspensi yang diberikan secara intramuskuler, dimana penisilin
dilepaskan dengan perlahan.
- Penisilin V
Penisilin V memiliki spektrum kerja yang sangat mirip dengan pensilin G. Garam kalium
dari penisilin V (K penisilin V atau penisilin VK) lebih mudah larut daripada asam bebas dan
oleh karena itu diserap lebih baik jika diberikan secara oral. Tabel 7-2 memperlihatkan daftar
beberapa keadaan dimana penisilin menjadi obat pilihan pertama jika pasien tidak alergi
terhadap obat tersebut. Dosis regular dewasa adalah 500 mg empat kali sehari dan lebih dan
lebih baik dipakai dalam waktu 7-10 hari.
- Pensilin resisten penisilinase
Harus digunakan pada pemakaian khusus untuk stapilokokus yang menghasilkan penisilinase.
Dibandingkan dengan penisilin G, penisilin resisten penisilinase kurang efektif melawan
mikroorganisme yang sensitif terhadap penisilin G. Obat tersebut juga menghasilkan lebih
banyak efek samping seperti rasa tidak enak pada saluran pencernaan, depresi sum-sum
tulang, dan fungsi ginjal dan hepar yang abnormal. Pasien yang alergi terhadap penisilin juga
alergi terhadap penisilin-resisten penisilinase.
Karena kloksasilin dan diklosaksilin diserap secara lebih baik daripada penisilin-reisten
penisilinase obat-obat tersebut merupakan obat pilihan.
-
-
- Ampisilin
Ampsilin dan amoksilin adalah yang paling sering dipakai pada pengobatan. Penisilin-peka
penisilinase tersebut memiliki spektum aksi yang mencakup gram positif kokus, Hemifilus
influenza, dan enterokokus seperti Escericai coli, Proteus mirabilis, dan Salmonella dan
Sigela sp.
Amoksilin, yang merupakan kerabat ampisilin, paling sering dipakai untuk mengobati
infeksi kerena kadarnya dalam darah lebih tinggi, diabsorpsi lebih baik, memerlukan
frekuanesi peresepan yang lebih sedikit, (tiga kali sehari dibandingkan empat kali sehari
untuk penisilin VK atau ampisilin), dan penyerapannya tidak terganggu oleh makanan.
Amoksisilin merupakan obat pilihan untuk profilaksis terhadap bekteri endokarditis sebelum
dilakukan prosedur perawatan gigi. Amoksisilin digunakan untuk pengobatan infeksi saluran
pernafasan atas (H. influenza), infeksi saluran kemih (E. coli) dan meningitis (H. influenza).
Otitis media pada anak sering diobati dengan amokisisilin. Amoksisilin juga tersedia dalam
bentuk campuran dengan asam klavunalat, yang merupakan inhibitor beta laktamase
(Augmentin). Asam klavunalat begabung dan menginhibisi betalaktamase yang dihasilkan
bakteri. Karena itu amoksisilin terlindungi dari penonaktifan secara enzimatis. Kombinasi
obat dapat juga dipakai dengan mjkroorganisme penghasil penisilin. Obat tersebut memiliki
beberapa manfaat dalam menangani beberapa kondisi periodontal tertentu. (lihat tabel 7-2).
Baik ampisilin maupin amoksisilin bisa menghasilkan beragam reaksi alergi. Ampisilin lebih
cenderung menyebabkan ruam daripada penisilin jenis lainnya. Kebanyakan orang
berpendapat bahwa ruam oleh ampisilin bukan karena alergi atau reaksi imunologis
(kekebalan). Ruam yang tidak biasa yang dihasilkan ampisilin lebih sering terjadi pada pasien
penderita mononukleosis (hampir 100 %) atau pasien yang mengkonsumsi alopurinol. Alergi
silang antara penisilin VK, amoksilin, dan ampisilin adalah lebih lengkap (menghilangkan
istilah ruam ampisilin yang “aneh”).
- Penisilin spektrum diperluas
Karbenisilin memiliki spektrum kerja yang lebih luas daripada penisilin G, dengan aktifitas
yang khusus terhadap Pseudomonas aeruginosa dan beberapa galur proteus. Obat tersebut
tidak resisten terhdap penisilin dan tersedia dalam bentuk parenteral untuk mengobati infeksi
sistemik.
Tabel 7-4
Obat Makanan Metabolisme / eksresi Dosis
Eritromisin
Basa (E-misin, Eri-Tab,
ERIC, PCE, lain-lain)
Stearat (Eritromsin)
Estolat (Ilosin)
Etil suksinat (EES)
Azitromisin (Zitromak)
Klaritromisin
MT
MT
OK
OK
MT
OK
Hepatik, dalam empedu
Hepatik, dalam empedu
Hepatik, dalam empedu
Hepatik, dalam empedu
Tidak diubah dalam
empedu
Dimetablisme menjadi
aktif; ginjal
250-500 mg q6h
250-500 mg q6h
250-500 mg q6h
400-800 mg q6h
500 mg stat, lalu
250 mg qd
500 mg bid
bid, dua kali sehari; MT, dikonsumsi pada saat perut kosong (1 jam sebelum atau 2 jam
setelah makan); OK, boleh dikonsumsi tanpa makan sebelumnya; qd, perhari.
MAKROLIDE
Antibiotik makrolid terdiri dari eritromisin, klaritromisin, dan azitromisin.
Eritromisin
- Mekanisme dan spektrum
Eritromisin biasanya merupakan bakteriostatik, dan mengganggu sintesis protein dengan cara
menghambat enzim peptidil transferase pada 50s subunit ribosom. Spektrum aksinya hampir
serupa dengan penisilin melawan bakteri gram positif. Juga merupakan obat pilihan untuk
Bordetela, Legionela, dan mikroorganisme aktinomices, Mikroplasma pneumonia,
Entamoeba histolitika, beberapa spesies Klamidia dan difteria. Juga diindikasikan untuk
infeksi Stapilokokus dan Streptokokus.
- Farmakokinetik
Eritromisin diberikan secara peroral dalam bentuk tablet dan kapsul, suspensi oral dalam
bentuk intravena dan intramuskuler, dan dalam preparat topikal. Karena eritromisin hancur
dalam cairan lambung, obat tersebut doformulasikan sebagai sebuah tablet saluran cerna
yang dilapisi, kapsul, ester tak terlarut, untuk mengurangi degradasi oleh asam di perut
(saluran cerna). Harus dikonsumsi 2 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan (lihat
tabel 7-4). Puncak kadar obat dalam darah bervariasi antara 1 sampai 6 jam. Meskipun
makanan mengurangi penyerapan eritromisin, obat tersebut perlu dikonsumsi dengan
makanan untuk mengurangi efek samping yang merugikan pada saluran pencernaan. Waktu
paruh obat ini adalah 2 jam.
- Reaksi yang merugikan
Dengan dosis terapi biasa dari eritromisin, efek samping selain pada saluran cerna biasanya
minim. Reaksi alergi terhadap eritromisin tidak biasa terjadi.
Efek pada saluran cerna. Efek samping yang paling sering terjadi berhubungan dengan
pemberian eritromisin adalah pada saluran cerna diantaranya adalah stomatitis, kram perut,
mual, muntah dan diare. Efek – efek tersebut lebih sering terjadi pada pemberian dosis obat
sebanyak 4 kali sehari dibandingkan dengan 2 kali sehari dan dengan perbandingan dosis
lebih tinggi (2mg/ hari) dibandingkan dengan dosis lebih rendah (1 mg/hari). Pada sebuah
penelitian, kira-kira satu buah efek samping pada saluran pencernaan terjadi pada rata-rata 50
% pasien, dengan kira-kira 20 % pasien berhenti berobat karena efek samping tersebut.
Ikterus kolestatik. Penyakit ini telah dilaporkan terutama dengan obat berbentuk estolat,
tetapi juga dilaporkan terjadi dalam bentuk etilsuksinat. Basa eritromisin tidak dihubungkan
dengan reaksi ini. Gejala antara lain mual, muntah, dan keram perut yang disertai ikterus
dengan kadar enzim hatiyang meningkat. Pasien dengan riwayat hepatitis harus diberi basa
eritomisin atau stearat. Mekanisme efek yang merugikan ini diyakini sebagai reaksi
hipersensitifitas.
- Interaksi obat
Eritromisin bisa meningkatkan kadar serum dari teofilin, digoxin, triazolam, warfarin,
karbamazepin, siklosforin. Efek ini bisa mengakibatkan toksisitas, tergantung dengan dosis
obatnya. Mekanisme tentang bagaimana eritromisin mengakibatkan interaksi obat ini,
mungkin melibatkan penghambatan metabolisme hepatik dari obat-obat tersebut di atas.
Tabel 7-5 memperlihatkan daftar beberapa interaksi obat makrolid.
- Pemakaian
Karena eritromisin aktif melawan mikroorganisme aerobik seperti halnya dengan penisilin,
eritromisin merupakan obat pilihan pertama melawan infeksi mikroorganisme aerobik pada
pasien yang alergi terhadap penisilin. Eritromisin tidak efektif melawan spesies bakteroides
yang terlibat pada banyak infeksi gigi.
Azitromisin dan klaritromisin
Baik azitromisin dan klartromisin merupakan antibiotik makrolid terbaru seperti halnya
eritromisin. Obat-obat tersebut menghambat sintetsi protein yang tergantung RNA dengan
cara berikatan dengan subunit robosom 50S. Antibiotik tersebut memiliki aktifitas melawan
bakteri kokus aerobik gram positif, seperti Stapilokukus dan Streptokokus, dan bakteri aerob
gram negatif. Berbeda dengan eritromisin, azitromisin dan klaritromisin memiliki kerja
bervariasi melawan beberapa mikroba anaerob.Azitromisin dan klaritromisin merupakan
antibiotik bakteriostatik. Dan bisa dikonsumsi sebelum makan.
Kejadian efek samping yang merugikan dari obat tersebut lebih sedikit terjadi pada
azitromisin dan klaritromisin jika dibandingkan dengan eritromisin. Reaksi yang merugikan
berhubungan dengan saluran cerna, termasuk dispepsia, diare, mual, dan sakit perut.
Azitromisin telah diketahui dapat meningkatkan tes fungsi liver (LFTs). Dan harus digunakan
dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Klaritromisin bisa menyebabkan
rasa yang aneh atau rasa logam.
Beberapa interaksi obat bisa muncul pada kedua obat karena reduksi obat tersebut pada
metabolisme dari obat-obat tertentu yang dimetabolisme di liver. Azitromisin bisa
meningkatkan kadar astemizol, loratadin, karbamazepin, digoxin, triazolam, tetapi tidak
berefek terhadap warfarin atau teofilin. Kadar puncak (tertinggi) dari azitromisin
dikurangioleh kation, seperti magnesium dan almunium, tetapi jumlahtotal obat yang diserap
tidak terpengaruh. Klaritromisin meningkatkan kadar obat yang dimetabolisme di liver
seperti teofilin, karbamazepin, digoxin, omeprazol dan astemizol. Seperti makrolid lainnya
klaritromisin menghambat sitokrom P (CYP)-450 enzim mikrosom hati.
Azitromisin dan klaritromisin diindikasikan sebagai antibiotik alternatif pada pengobatan
infeksi orofasial biasa yang disebabkan oleh kokus aerobik gram positif dan mikroorganisme
lain yang rentan. Dosis eritromisin terdiri dari terapi selama 5 hari : hari pertama, 250 mg dua
kali sehari (bid), lalu 250 mg/hari untuk 4 hari berikutnya : untuk klaritromisin, dosisnya
adalah 500 mg bid untuk 7 sampai 10 hari. Ketika amoksisilin dan klindamisin tidak bisa
dipakai sebagai pencegahan terhadap penyakit endokarditis dan infeksi sendi buatan.
Makrolid jenis ini bisa dipakai sebagai antibiotik alternatif. Dosis untuk pencegahan dari
endokarditis bakteri atau sendi buatan adalah 500 mg 1 jam sebelum perawatan kesehatan
gigi.
Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang mempengaruhi kisaran jenis bakteri
yang luas. (lihat tabel 7-6). Efek merugukan dari antibiotik tersebut pada gigi yang tumbuh
telah banyak diketahui.
Tetrasiklin pertama diisolasi dari galur streptomices pada tahu 1948. Sejak saat itu, tetrasiklin
jenis lain telah telah dihasilkan dari spesies yang berbeda dari streptomices, dan yang lainnya
telah diproduksi secara semisintesis. Tetrasisklin sangat dekat kaitannya secara kimiawi
maupun secara klinis.
Farmakokinetik
Tetrasiklin paling sering diberikan melalui mulut. Penyerapan setelah konsumsi secara oral
bervariasi, tetapi cukup cepat. Penyebaran pada jaringan terjadi secara luas, dan tetrasiklin
disekresi dalam saliva dan pada air susu ibu (konsentrasi plasma). Tetrasilin dipusatkan
dipekatkan oleh liver dan diekresikan pada saluran cerna melalui empedu sirkulasi
enterohepatis memperpanjang kerja tetrasiklin setelah pemberian obat dihentikan. Tetrasiklin
juga tersimpan pada dentin dan enamel pada gigi yang tidak tererupsi, dan terkonsentrasi
pada cairan gingival. Obat dengan waktu kerja panjang memiliki konsentari empat kali
kadar serum.
Jenis tetrasiklin berbeda secara klinis dalam hal lama kerjanya, persentase yangn terserap
ketika diberikan peroral, waktu paruh, mekanisme eliminasinya. Doksisiklin dieksresikan
pada feses, dimana tetrasiklin dieliminasi pada dasarnya tidak dirubah oleh filtrasi
glomerulus dan minosiklin dimetabolisme pada liver dan dieksresi di urin. Baik doksisiklin
dan minosiklin bisa diberikan secara aman pada pasien dengan gangguan ginjal. Semua jenis
tetrasiklin melewati plasenta dan memasuki sirkulasi fetus.
Spektrum
Tetrasiklin merupakan antibiotik bakteriostastik. Mempengaruhi sintesis protein bakteri
dengan cara mengikat ribosom bakteri pada subunit 30S. Sebagai antibiotik spektrum luas,
obat tersebut efektif melawan bermacam jenis bekteri gram positif dan gram negatif (baik
aerob dan anaerob), riketsia, spirokhaeta (trponema palidum), beberapa protozoa,
(E.histolitika) dan klamidia dan organisme mikoplasma.
Resistensi bakteri terhadap tetrasiklin berkembang perlahan dengan cara bertahap. Resistensi
silang diantara tetrasiklin mungkin lengkap. Resistensi semacam ini disebabkan oleh ambilan
yang menurun tetrasiklin oleh organisme. Pada studi tentang sessitifitas organisme yang
diisolasi dari infeksi gigi, satu perlima sampai tiga perlima dari S viridian dan satu perlima
sampai dua perlima dari S. aureus diketahui reisten terhadap tetrasiklin. Keuntungan dari
penisilin dibandingkan tetrasiklin terhadap infeksi gram positif aeron ini adalah suatu hal
yang jelas.
Reaksi merugikan
Meskipun reaksi merugikan dari tetrasiklin jarang terjadi ganguang saluran cerna tidak jarang
terjadi.
Efek terhadap saluran cerna
Efek merugikan terhadap saluran cerna termasuk anoreksia, mual, muntah, diare,
gastroenteritis, glositis, stomatitis, xerostomia, dan infeksi super (moniliasis). Efek samping
pada umumnya berhubungan dengan iritasi lokal akibat perubahan flora pada mulut,
lambung, dan enterik.
Jika terjadi diare pada pasien yang mengkonsumsi tetrasiklin, kemungkinan terjadinya
enteritis infeksius, seperti stapilokokal enterokolitis, kandidiasis intestinal, pseudomembran
kolitis (setelah terjadinya pertumbuhan berlebih Clostridium difficile)harus dikesampingkan.
Beberapa pasien yang menerima tetrasiklin telang mengalami perubahan warna lidah menjadi
coklat-kekuningan. Hal ini bisa terjadi baik dengan pemasukan topikal atau sistemik. Pasien
dengan gigi tiruanlebih cenderung untuk mengalami kandidmiasis (minoliasis) disebabkan
superinfeksi yang berhubungan dengan area jaringan nukosa oral dimana kerusakan terjadi.
Efek terhadap tulang dan gigi
Tetrasiklin tergabung menjadi struktur yang mengapur. Jika obat tersebut digunakan pada
masa pengapuran enamel, obat tersebut dapat menyebabkan perubahan warna gigi dan
hipoplasia enamel (lihat gambar 15). Konsekuansinya, obat tersebut harus digunakan pada
masa masa akhir kehamilan atau pada anak yang berumur dibawah 9 tahun. Tetrasiklin akan
mempengaruhi gigi primer jika diberikan kepada ibu ketika masa akhir kehamilan atau pada
bayi berumur 4-6 bulan. Jika tetrasiklin diberikan antara 2 bulan dan 7 atau usia 8 tahun, gigi
permanen bisa terpengaruh. Mekanismenya termasuk deposisi tetrasiklin pada enamel gigi
yang sedang terbentuk. Warna ini bersifat permanen dan menjadi gelap seiring bertambah
usia dan peparan terhadap cahaya. Dimulai dengan warna kuning fluoresen dan berlanjut
menjadi warna coklat.
TABEL 7-6 TETRASIKLIN ORAL DAN TOPIKAL
Nama obat
/ bentuk
Ikatan
protein
serum
Serum
normal
t1/2 (jam)
Dosis
Dewasa
Kelarutan
pada lemak
Tetrasiklin*(sumisin)
Serat (aktisit) Ŧ
Doksisiklin
(vibramisin) ŧ
Kapsul (periostat) ŧ,
Gel (atridox) Ŧ
Minosiklin
(minosin)ŧ,¶
20-65
60-90
55-75
6-10
14-25
11-20
250-500 mg q6h
12,7 mg/ serat
50 mgq12h atau 100 mg
q24h
20 mg bid
100 mg q12h
Menengah
Tinggi
Tinggi
bid, dua kali sehari
*, Hindari pemakaian bersamaan dengan makanan atau kation dua valensi atau tiga valensi
Ŧ,Gunakan secara topikal pada sulkus
ŧ, Bisa digunakan bersama makanan atau susu tapi tidak dengan kation divalent atau trivalent
berkonsentrasi tinggi
§, Dosis rendah berdampak sistemik; berefek karena kolagenase, bukan aksi antibakteri
¶, Efek samping vestibuler, lesi oral biru.
Proses ini dipercepat dengan paparan terhadap cahaya, kisaran perubahan warna permanen
dari warna abu muda sampai kuning sampai coklat. Tetrasiklin dengan dosis besar,
penurunan pertumbuhan tulang telah diperlihatkan pada janin dan bayi.
Minoksilin bisa menyebabkan pigmentasi hitam pada tulang aveoli mandibular dan vestibuler
dan langi-langit yang keras. Jika dilihat di mukosa, pigmennya terlihat kebiruan. Kasus lain
dari pigmentasi oral telah diketahui melibatkan mahkota dari gigi permanen (setengah atau
permukaan insikal) dan mukosa gingival. Kejadidan pigmentasi oral ini pada orang dewasa
adalah 10 % setelah 1 tahun dan 20 % setelah 4 tahun terapi. Dengan penghentian pemakaian
minoksilin, pigmentasi menjadi berkurang, tetapi biasanya tidak sepenuhnya tak terbalikan.
- Hepatotoksisitas
Kejadian kerusakan liver meningkat dengan pemkaian intavena dari tetrasiklin. Kematian
bisa terjadi, terutama pada wanita hamil. Kerusakan ginjal menyebabkan akumulasi
tetrasiklin adan bisa meningkatkan kemungkinan kerusakan hepatis.
- Neprotoksisitas
Efek keracuanan pada ginjal dengan karakteristik kelainan fungsi tubulus ginjal,
menyebabkan sindroma Fanconi, telah diketahui setelah penggunaan tetrasiklin lama.
Tetrasiklin lama atau kadaluarsa harus dimusnahkan. Karena efek nefrotoksik dari tetrasiklin
merupakan efek tambahan seperti obat lainnya, tetrasiklin seharusnya tidak digunakan
bersamaan dengan obat nefrotoksik lainnya.
- Efek hematologis
Meskipun jarang terjadi, perubahan hematologis anemia hemolosis, lekositosis,
trombositopeni purpura telah diketahui setelah terapi tetrasiklin.
- Superinfeksi
Sensitifitas terhadap cahaya (fotosensitifitas)
Pasien yang diberi tetrasiklin yang terpapar dengan sinar matahari kadang-kadang bereaksi
dengan sinar matahari yang berlebihan. Meskipun kejadiannya bervariasi dan dengan
tetrasiklin yang berbeda. Pasien yang menerima resep tetrasiklin harus diberitahu untuk
memakai tabir surya sebelum terpapar sinar matahari.
- Efek lainnya
Minosiklin berhubungan dengan efek samping terhadap susunan saraf pusat termasuk
diantaranya pusing, dan vertigo. Pasien yang akan mengemudikan mobil harus diperingatkan
akan reaksi ini.
- Alergi
Anafilaksis dan beragam reaksi dermatologis terhdap tetrasiklin bisasnya terjadi, tetapi
alerginitas terhadap obat ini sangat rendah. Glositis dan seilosis telah menyebabkan
terjadinya hipersensitifitas terhadap tetrasiklin. Pasien yang alergi terhadap satu jenis
tetrasiklin hamper dapat dipastikan alergi terhadap tetrasiklin.
Interaksi obat
- Kation
Kation dwivalen (Ca+2, Mg+2,Fe+2,Zn+2) dan trivalen (Al+3) mengurangi penyerapan tetrasiklin
pada saluran usus dengan membentuk khelat yang tidak dapat diserap dari tetrasiklin,
contohnya adalah kalsium. Produk susu yang mengandung kalsium, antasid (Ca2+, Mg+2,Al+3)
dan suplemen mineral (besi,kalsium,seng, dan makanan yang diperkaya)tidak boleh
dikonsumsi setelah 2 jam mengkonsumsi tetrasiklin. Jumlah yang rasional dari produk susu
bisa dikonsumsi dengan doksisiklin dan minoksilin, karena gangguannya rendah terhadap
penyerapan, tetapi pemakaian secara bersamaan dengan antacid atau suplemen mineral harus
duhindari.
- Efek yang meningkatkan efek obat lain
Tetrasiklin meningkatkan efek dari sulfonylurea oral, dimana hal tersebut dapat menimbulkan
hipoglikemi. Efek dari digoxin, litium dan teofilin bisa juga meningkat, yang dapat
menimbulkan toksisitas dari obat-obat tersebut dengan indeks terapeutik yang sempit.
Toksisitas furosemid bisa meningkat dengan tetrasiklin.
- Efek mengurangi doksisilin
Barbiturat dan penitoin bisa mengurangi efek doksisiklin. Mekanismenya adalah stimulasi
dari enzim mikrosomal hepatis sehingga doksisiklin dimetabolisme lebih cepat lagi.
- Interaksi antibiotik umum
Seperti semua antibiotik, tetrasiklin bisa mengurangi efektifitas obat kontrasepsi oral atau
antikoagulan oral. Juga, pada banyak kejadian, mencampur tetrasiklin dengan antibiotik lain
menghasilkan antagonisme, terutama jika antibiotik lainnya tersebut memiliki karakter
bakterisida.
Pemakaian
Tetrasiklin, termasuk didalamnya tetrasiklin dan doksisiklin, memiliki kegunaan medis dan
kesehatan gigi yang luas.
Kegunaan Medis
Meskipun aktif melawan beragam mikroorganisme, tetrasiklin jarang sekali menjadi obat
pilihan untuk infeksi yang spesifik. Biasanya, ada obat alternatif untuk mengobati infeksi
klamidia dan riketsia. Obat tersebut dipakai untuk mengobati jerawat (secara topical atau
oral), infeksi pulmonal pada pasien dengan penyakit obstruktif pulmonal kronis (COPD), dan
diare, tetrasiklin tidak boleh digunakan sebagai pencegahan terahadap endokarditis infektif
kecuali pada situasi yang tidak umum pada kedokteran gigi, yang akan didiskusiskan nanti.
Kesehatan gigi
Tetrasiklin tidak diindikasikan sebagai obat pilihan atau obat alternatif obat pilihan untuk
infeksi gigi yang tidak berhubungan dengan penyakit periodontal. Obat tersebut sering
digunakan untuk kondisin periodontal tertentu. Pengabatan biasa (konvensional) dengan
pengukuran lokal biasanya gagal sebelum terapi tetrasiklin dimulai. Potensi keuntungan dari
tetrasiklin pada keadaan periodontal tertentu yang berhubungan dengan kemampuan obat
tersebut untuk terkonsentrasi pada cairan krevikuler (sulkus) gingival. Karena tetrasiklin
berkarakter kerja lama dikonsentrasikan pada jangkauan yang lebih luas pada cairan
ginggivaldan memerlukan dosis satu kali perhari, obat tersebut bisa membrikan keuntungan
daripada tetrasiklin itu sendiri. Terapi ideal tetrasiklin harusnya diberikan langsung menuju
gingival, karena hal tersebut mengurangi dosis sistemik. Beragam strip plastik, serat
trasnsparan, atau kolar untuk mengirimksn tetrasiklin secara langsung menuju sulkus sudah
dipakai tetapi dievaluasi secara berkelanjutan.
Klindamisin
Klindamisin adalah antibiotik bakteriostatik efektif terutama melawan organisme gram positif
dan bekteroida sp anaerob. Klindamisin dihasilkan dengan cara menambahkan sebua grup cl
pada linkomisin, diaman obat tersebut diuraikan oleh Streptomices lonkolnensis, ditemukan
pada sampel tanah yang diambil dari Lincoln, Nebraska. Klindamisin secara struktur tidak
berhubungan dengan obat antimikroba lain selain linkomisin. Yang tidak digunakan.
Farmakokinetik
Klindamisin bisa dipakai secara oral, topical, intramuskuler, intravena dan intravaginal.
Klindamisin oral diserap dengan baik, dan makanan tidak mengganggu penyerapan obat
tersebut. Mencapai kadar puncak dalam waktu 45 menit dengan waktu paruh sekitar 2,5 jam.
Klindamisin didistribusikan hampir keseluruh jaringan tubuh, termasuk tulang, tetapi tidak
pada cairan serebrospinal. Konsentrasi pada sum-sum tulang bisa mencapai memperkirakan
kadar obat tersebut dalam plasma. Obat tesebut melewatai sawar plasenta, dan lebih dari 90
% obat berikatan dengan protein plasma. Hanya sekitas 10 % dari obat aktif ini dieliminasi di
melalui urin. Kebanyakan klindamisin dieksresikan sebagai metabolit inaktif pada urin dan
feses (melalui empedu).
Spektrum
Spectrum antimikroba klindamsin termasuk diantaranya organisme gram positif dan beberapa
organisme gram negative. Aksi antibakteri dihasilkan dengan cara mengganggu sintesis
protein bakteri. Klindamisin merupakan bakteriostatik dalam banyak kasus, meskipun
biasanya biasanya bisa bersifat bakterisidal pada kadar yang lebih tinggi pada darah.
Sama halnya dengan eritromisin, aktifitas klindamisin termasuk diantaranya S.piogenes, dan
S. viridian, pneumokokus, dan S. aureus. Berbeda dengan eritromisin, klindamisin sangat
aktif melawan beberapa mikroorganisme anaerob termasuk diantaranya Bacteroides fragilis,
dan Bakteroides melalonigenikus, Fusobakterium sp, Peptostreptokokus (streptokukos
anaerobik) dan Peptokokus sp, dan Actinomices israelii.
Resistensi bakteri terhadap klindamisin berkembang cara pelan dan bertahap. Hal itu terjadi
dengan cara mutasi pada ribosom bakteri yang mengakibatkan penurunan afinitas dan
kapasitas terahadap obat ini. Resistensi silang antara klindamisin dan eritromisin sering
terjadi. Hubungan antagonis telah diamati antara klindamsin dan eritromisin kerena kompetisi
pada daerah ikatan yang sama (subunit50S) pada bakteri.
Reaksi merugikan
- Efek terahadap saluran cerna
Kolitis pseudomembran adalah hal yang memungkinkan, tapi jarang terjadi. Efek samping
yang sering teramati dari klindamisin adalah pada saluran cerna, termsuk diantaranya diare,
mual, muntah, enterokolitis, dan keram perut. Glotitis dan stomatitis juga dilaporkan pernah
terjadi. Insiden diare karana pemakain klindamisin kira-kira 10 %.
Perkembangan dari kolitis pseudomembran (PMC), juga dikenal dengan sebutan kolitis yang
disebabkan antibiotic (AAC) lebih erat hubungannya dengan klindamisin. Jika ditandai
dengan diare yang parah dan saluran darak atau mukosa. Kolitis semacam ini yang bisa
berakibat fatal, disebabakan toksib dari yang dihasilkan oleh bakteri Klostridium difisile.
Tidak hanya berhubungan dengan klindamisin saja akan tetapi berhubungan juga dengan
antibiotik lainya seperti tetrasiklin, ampisilin, dan sefalosporin. Perawatan kolitis termasuk
diantaranya penghentian obat, pemberian vankomisin dan kolestiramin secara oral, dan
pernggantian cairan dan elektrolit. Pemberian kortikosteroid secara sistemik terbukti ampuh.
Obat yang menyerupai opioid, seperti dipenoksilat, dan atropine (lomotil), bisa memperburuk
keadaan dan seharusnya tidak dipergunakan. PMC bisa terjadi ketika pengobatan, beberapa
minggu setelah penghentian terapi antibiotik, atau tanpa pemakaian antibiotik.
- Superinfeksi
Seperti antibiotik lainya, superinfeksi oleh C. Albican, kadang-kadang berhubungan dengan
pemakaian klindamisin.
- Efek lain
Reaksi merugikan mempengaruhi unsur (elemen) pada darah termasuk neutropenia,
trobositopenia, dan agranulositosis. LFTs abnormal dan disfungsi ginjal telah diketahui.
- Alergi
Ruam pada kulit morbiliform biasanya terjadi pada pasien yang diberi klindamisin.
Manifestasinya termasuk glositis dan stomatitis. Reaksi alergi yang lebih parah termasuk
diantaranya urtikaria, edema angioneutik, multiforme eritrema, sakit serum, dan anafilaksis.
Pemakaian
Meskipun klindamisin efektif melawan banyak organisme gram positif, ada juga obat lain
yang sama efektifnya dengan klindamisin tidak menimbulkan PMC. Indikasi untuk
pemakaian klindamisin dibatasi pada sejumlah infeksi yang disebabkan oleh organisme
anerobik, terutama Baktroides sp dan baberapa infeksi stapilokokus, jika pasien alergi
terhadap penisilin.
Banyak infeksi oral telah menujukkan banyak mengandung organisme anaerobik. Banyak
dari organisme anaerob ini, seperti Bakteroides oralis, Peptostreptokokus, Fusobakterium,
Veilonella sp, dan klostridia sensitive terhadap Pensilin V oral. Klindamisin merupakan obat
pilihan untuk beberapa spesies Bakteroides dan anaerob lainya, profilaksis endokarditis
dengan alergi penisilin, dan beberapa infeksi pelvis.
Infeksi campuran dari gram positif dan gram negative anaerob bisa diobati dengan
klindamisin. Pemakaian klindamisin ketika osteomielitis anaerob dicurigai diindikasikan jika
organismenya rentan. Adalah penting untuk menekankan klindamisin harus dipakai hanya
ketika indikasinya spesifik, tanpa dibedakan, dan pasien harus diperingatkan akan potensi
untuk terjadinya PMC dan diberitahu tentang gejala-gejalanya (diare berdarah bercampur
lendir). Dosis klindamsin adalah 150-300 mg q6h (qid).
METRONIDAZOL
Metronidazol merupakan antiinfeksi yang merupakan sintetis nitroimidazol dengan
trikomonosidal (trikomonas vaginalis), amubisidal (Entamuba histolitika sp), dan aksi
bakterisida. Memiliki pengecualian kerja terhadap kabanyakan oabligat anaerob seperti
Bakteroides sp. Seperti semua antibiotik, resistensi terhadap obat ini juga meningkat. Obat
tersebut secara bebas masuk kedalam sel dan direduksi menjadi senyawa polar tidak dikenal
yang tidak mengandung grup nitro. Produk berumur pendek ini bersifat sitotoksik, tetapi
dapat menyebabkan DNA kehilangan struktur sikliknya dan menghambat sintesis asam
nukleat, yang dapat menyebabkan kematian organisme. Mempengarui sel dalam keadaan
membelah dan tidak membelah.
Sebagai tambahan akan efek antiinfeksinya, metronidazol juga memiliki efek antiinflamasi
(antiperadangan). Mempengaruhi motilitas netrofil, kerja limfosit, dan imunitas yang
dimediasi sel. Kegunaan terapis dari kerja ini belum diketahui.
Farmaakokinetik
Secara oral, metrodinazol diserap dengan baik, dengan kadar puncak terjadi antara 1 dan 2
jam setelah pemberian obat. Antara 60-80 % dari dosis dieksresi pad urin. Metabolit
berjumlah sebanyak 20 % dari dosis. Waktu paruhnya rata-rata 8 jam, tetapi dengan penyakit
hati alkoholik kira-kira 18 jam. Ikatan dengan protein kurang dari 20 %. Metronidazol sedikit
terkonsentrasi di cairan sulkus gingival, menghasilkan konsentrasi bakterisidal terhadap
organisme periodontal. Metronidazol terdistribusi pada cairan serebrospinal, saliva, dan pad
air susu ibu kadarnya menunjukkan kadar kadar obat tersebut dalam serum.
Spektrum
Metronidazol bersifat bakterisidal dan memasuki seluruh sel bakteri. Spektrum kerja
metronidazol termasuk diantaranya protozoa T. vaginalis dan E. histolitika. Metronidazol
aktif melawan bakteri anaerobik obligat seperti Bakteroides, Fusobakteria, Veilonela,
Treponema, Clostridium, Peptokokus, Kampilobakter dan organisme Peptostreptokukos.
Pemakaian yang meningkat dari antibiotik menghasilkan peningkatan insiden resistensi.
Seseorang harus membandingkan spektrum kerja metronidazol dengan bekteri yang
menyebabkan kondisi periodontal dan konsentrasiefektif melawan bacteria tersebut untuk
meminimalkan resistensi.
Efek merugikan
- Efek terhadap saluran cerna
Rasa tidak enek diperut biasa terjadi. Efek samping meugikan dari metrodinazol yang paling
sering terjadi melibatkan saluran cerna. Efek samping ini terjadi 12 % dari pasien yang
menerima metrodinazol. Termasuk diantaranya mual, kurang nafsu makan, diare, dan
muntah. Gangguan epigastrium dan keram juga pernah dilaporkan.
- Efek terhadap susunan saraf pusat
Sakit kepala, pusing, vertigo, ataxia (kehilangan keseimbangan) telah dilaporkan. Rasa
bingung, depresi, lemas, susah tidur, dan kejang jarang berhubungan dengan pemakaian
mitronidazol.
- Toksisitas pada ginjal
Sistitis, poliuria, disuria, dan inkontinensia bisa terjadi pada pemakaian metrodinazol. Jarang
terjadi pemekatan warna urin sebagai akibat dari sebuah metabolit.
- Efekn terhadap oral
Xerostomia, rasa logam yang tidak menyenangkan. Efek lain yang telah dilaporkan adalah
mulut kering. Seringkali terjadi rasa logam yang tajam atau rasa tidak enak. Perubahan rasa
dari alkohol telah dilaporkan. Glositis, stomatitis, dan lidah hitam berbulu merupakan efek
samping yang sering diamati oleh pekerja kesehatan gigi. Efek samping ini mungkin
berhubungan dengan pertumbuhan berlebih monilia.
- Efek lainya
Transient neutropeniapada manusia dan karsinogenik,mutagenik,tumorigenik telah
dilaporkan walaupun kasusnya rendah.FDA menggolongkan metronidazole pada katagori B
obat-obat kehamilan karena terbukti pemberian pada tikus hamil menimbulkan toksisitas
pada janin.Pemberian metronidazole untuk infeksi gigi selama kehamilan merupakan
kontraindikasi.Ibu-ibu yang menyusui jangan diberi metronidazole kecuali air susu diberikan
dan dibuang dimulai ketika metronidazol diberikan, dan diteruskan selama 48 jam setelah
penghentian obat.
Interaksi obat
Tidak boleh mengkonsumsi alkohol bersama metronidazol. Ketika alkohol dikonsumsi
bersama metronidazol, reaksi seperti disulfiram bisa terjadi. Disulfiram (Antabuse)
merupakan obat yang dipakai untuk mengobati orang yang bermasalah dengan alkohol.
Gejala anatara lain termasuk mual, keram perut, muntah, sakit kepala. Alkohol harus
dihindari ketika mengkonsumsi metronidazol selama satu hari setelah terapi dihentikan.
Produk seperti pencuci mulut atau elixir, yang mengandung alkohol tidak boleh dipakai pada
periode (masa) pengobatan.
Metronidazol bisa mempotensiasi efek warfarin. Kombinasi antara metronidazol dengan
disulfiram dapat menimbulkan kebingungan dan harus dihindari. Obat yang menstimulasi
enzim mikrosomal liver, seperti fenobarbital dan penitoin, bisa mengurangi kadar plasma dari
metronidazol. Sebelum meronidazol diberikan, kemungkinan interaksi obatnya harus
diperhatikan.
Pemakaian
Metrodinazol digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan organisme yang rentan
(sensitif) pada kondisi medis ataupun perawatan gigi. Memiliki kegunaan khusus kerena
spektrum anaerobiknya.
- Medis
Kegunaan medis dari metronidazol termasuk diantaranya untuk pengobatan trikomonasiasis,
giardiasis, amobiasis, dan infeksi bakteri anaerob yang rentan terhadap obat ini. Efektif
melawan infeksi anaerobik yang serius pada perut, tulang rangka, dan daerah genital wanita.
Infeksi endokarditis dan saluran pernafasan bawah yang disebabkan oleh Bakteroides sp
dapat diobati dengan metronidazol. Tersedia dalam sediaan tablet dan kapsul; krim vagina
dan gel untuk infeksi pada vagina; krim topikal, gel, losion untuk pengobatan rosasea, dan
larutan intrevena untuk infeksi anaerobik.
- Kesehatan gigi
Karena efeketif terhadap kuman anaeraob, metronidazol berguna pada banyak infeksi
periodontal. Satu pengecualian bahwa obat ini tidak memiliki aksi untuk A.
aktinomicetemkomitan. Satu keuntungan dari mitronidazol adalah jika diresepkan secara
generik obat ini harganya terjangkau.
Sefalosporin
“sepupu yang mahal” dari penisilin. Grup antibiotik sefalosporin secara struktur berhubungan
dengan penisilin. Sefalosporin efektif melawan beragam jenis organiseme gram positif dan
gram negatif. Produk sefalosporin oral di bagi menjadi obat generasi pertama, kedua, ketiga
dan keempat. Kebanyakan obat generasi ketiga tersedia dalam betuk perenteral. Obat
sefalosporin yang aktif secara oral akan dibahas.
Sumber dari sefalosporin yang asli adalah Sefalosporum acremonium, yang diisolasi dari
aliran air selokan kotor (got) dekat Sardinia di Italia. Karena sefalosporin merupakan
antibiotik sajati, obat tersebut aslinya diproduksi oleh organisme. Sediaan dalam bentuk oral
relatif stabil pada suasana asam dan resisten terahdap penisilinase, tetapi obat tersebut
dihancurkan oleh sefalosporinase. Enzim yang diuraikan oleh beberapa mikroorganisme.
FARMAKOKINATIK
Sefalosporin bisa diberikan peroral, intramuskuler, dan intravena. Obat yang tidak bisa
diberikan peroral diabsorpsi dengan buruk untuk memberikan kadar pada darah yang
mencukupi. Sefalosporin yang diberikan peroral siserap dengan baik. Obat tersebut terikat
dengan jumlah antara 10 dan 65 % dengan protein plasma. (lihat kotak 7-3). Setelah
penyerapan, obat tersebut didistribusikan secara luas ke seluruh jaringan. Seperti halnya
penisilin, sefalosporin di eksresi oleh flitrasi glomerulus dan sekresi tubulus menuju urin.
Waktu paruh obat tersebut antara 50-240 menit.
Kotak 7-3 sefalosporin oral
Generasi pertama
Cephalexin (Keflex)
Cepharadine (Velosef, Anspor)
Cefadroxil (Duricef, Ultracef)
Generasi kedua
Cefaclor (Ceclor, Raniclor)
Cefuroxime (Ceftin, Kefurox, Zinacef)
Ceprozil (Cefzil)
Generasi ketiga
Cefixime (Suprax)
Cefpodixime proxetil (vantin)
Cefdinir (Omnicef)
Golongan Carbacephem
Loracarbef (Lorabid)
Spektrum
Sefalosporin, yang merupakan bakterisidal, aktif melawan kokus gram positif, stapilokokus
penghasil penisilinase, dan beberapa bakteri gram negatif. Obat tersebut menghambat
kebanyakan orgnisme Salmonela dan Klebsiela, beberapa galur parakolon, dan E. Coli.
seratia dan Species Enterobacter,H.influenzae,Protesu,Staphylococci yang resisten terhadap
meticillin,dan kebanyakanstrain Pseudomonas tidak terpengaruh.Generasi sefalosporin
satu,dua dan tiga memiliki antimiktroba yang luas,generasi pertama memiliki spektrum
sempit (gram positif dan beberapa gram negatif),generasi kedua memiliki efektifitas terhadap
(gram positif,lebih banyak gram negative dan bakteri anaerob),dan generasi ketiga lebih
lemah terhadap gram positif,banyak gram negatif, dan anaerob.
Mekanisme Kerja
Mekanisme keerja dari sefalosotrin adlah sepert penisilin,yaitu menghambat sintesis dinding
sel baktterti.Mereka mengikat enzim yang berperan pada sintesis dinding sel.Sefalosporin
bertindak sebagaimana acil-D-alanil-D-alanin yang menyebabkan defisiensi pada dinding
sel,dan mengakibatkan lisis.Mereka lebih efektif terhadap organisme yang tumbuh cepat.
Reaksi yang tidak dikehendaki.
Pada umumnya, sefalosporin memiliki angkan kejadian efek merugikan yang rendah
(termasuk reaksi alergi) dan ditoleransi dengan baik. Memiliki efek yang lebih merugikan
daripada penisilin VK. Efek merugikan selanjutnya mungkin terjadi.
- Efek pada saluran cerna
Efek merugikan yang paling umum berhubungan dengan sefalosporin adalah pada saluran
cerna, termasuk diare, mual, muntah, sakit perut, kurang nafsu makan, dyspepsia, stomatitis.
- Nefrotoksisitas
Bukti-bukti menunjukkan bahwa sefalosporin bisa mengakibatkan efek nefrotoksik dalam
kondisi tertentu. Meskipun beberapa orang menganggap bahwa ini adalah reaksi racun, hal
itu mungkin saja merupakan reaksi alergi.
- Super infeksi
Seperti antibiotuk lainya terutama yang berspektrum aksi lebih luas, superinfeksi telah
dilaporkan. Reisitensi organisme gram negatifsering menjadi penyebabnya.
- Reaksi lokal
Sama seperti penisilin, sifat mengiritasi sefalosporin bisa menimbulkan rasa sakit lokal,
pengerasan, dan pembengkakan ketikan diberikan secara intramuskuler, abses dan bisa terjadi
tromboplebitis ketika diberikan secara intravena.
- Hemostasis dan efek mirip disulfiram
Sefalosporin oral tertentu merusak hemstasis, atau menghasilkan reaksi mirip disulfiram.
Pekerja kesehatan gigi tidak memakai sefalosporin parenteral, dan oleh karena itu efek
samping seperti itu tidak perlu diperhatikan dalam kesehatan gigi.
Alergi
Beragam reaksi hipersensitivitas telah diketahui pada kira-kira 5 % pasien yang menerima
sefalosporin. Reaksi ini termasuk demam, eosinofilia, sakit serum, ruam dan anafilaksis.
Dosis besar sering menyebabkan reaksi Coomb langsung (mekanisme kekebalan ekan
menyerang sel darah merah pasiennya sendiri). Hal tersebut bisa menyebabkan hemolisis
dengan tingkat tertentu.
Penisilin dan sefalosporin memiliki struktur yang sama : beberapa hipersensitifitas silang bisa
terjadi. Secara klinis, kejadian reaksi sensitifitas terhadap sefalosporin lebih tinggi pada
pasien dengan riwayat elergi penisilin. Derajat reaksi hipersensitifitas dilaporkan sampai 10
%. Sefalosporin sering diberikan pada pasien dengan dengan riwayat alergi penisilin,
terutama jika reaksinya ringan dan sudah terjadi dimasa lalu.
Pemakaian
Antibiotik sefalosporin diindikasikan untuk pengobatan untuk infeksi organisme gram positif.
Sefalosporin diindikasikan untuk infeksi yang sensitif terhadap obat ini, tetapi resisten
terhadap penisilin. Berguna terutama untuk infeksi tertentu yang disebabkan oleh organisme
gram negatif seperti Klebsiela. Pemakaian obat tersebut pada perawatan gigi termasuk
diantaranya untuk profilaskis pada pasien dengan beresiko pada sendi yang mengalami
peosedur perawatan gigi biasanya mengalami perdarahan. Obat tersebut juga dipakai untuk
mengobati infeksi yang melibatkan organisme sensitif ketika obat jenis lain tidak efektif atau
tidak dapat digunakan.
Pemakaian rasional obat antiinfeksi pada kedokteran gigi
Gambar 7-5 menujukkan pekembangan kebanyakan infeksi gigi. Pada tahap awal, tahap 1,
terutama organisme gram positif; tahap campuran, tahap 2, terdiri dari organisme aerob dan
anaerob; dan tahap terakhir, tahap 3, adalah anaerob ekslusif (tertentu). Jika irisan dan
drainasi (pengeringan) dimungkinkan, kebanyakan infeksi gigi pada pasien dengan kekebalan
normal, semua infeksi apakah itu 1,2 atau 3 tidak memerlukan obat antiinfeksi.
Tahap 1
Abses akut dan selulitis adalah terutama disebabkan oleh orgnisme gram positif. Obat pilihan
apda pasien tanpa alergi penisilin adalah penisilin V 500 mg q6h selama 5 sampai 7 hari
(sebanarnya pasien harus mendapat antibiotik setiap hari selama gejala muncul ditambah 2
atau 3 hari). Pada pasien dengan alergi terhadap penisilin, eritromisin etilsuksinat atau
klindamisin bisa dipergunakan.
Tahap 2
Pada tahap 2, infeksi bercampur. Hal ini bisa diatasi dengan menyerang organisme gram
positif atau organisme anaerob. Organisme gram positif bisa diatasi obat-obat yang sama
dengan tahap 1.Untuk membasmi bakteri anaerob, sangat dibutuhkan satujenis antiinfeksi
yang mampu mengatasi bakteri anaerob.Dua jenis anttibiotika yang memilki emampuan
mengatasi bakteri anaerob adalah clindamisin dan metronidazole.Apabila dapat dilakukan
drainage maka pembeian antibiotika tidak merupakan indikasi.
Tahap 3
Pada tahap 3, organisme telah berkoalisi menjadi satu area, dan hampir hanya merupakan
organieme anaerobik. Kabanyakan irisan dan drainase mencukupi. Pada kenyataan, hal
tersebut kadang terjadi secara spontan dan pasien “sembuh” (dalam pikiran pasien karena
tidak merasakan sakit). Jika infeksi kronis terjadi atau jika pasien secara kekebalan
berkompromi (immunokompromi), pemakaian antibiotik dengan jangkauan anaerobik akan
member jaminan.
Ketika antiinfeksi yang diresepkan tidak efektif, ada beberapa alasan yang menyebabkannya.
Jika kegagalan antibiotik terjadi pasien harus dievaluasi, hal di bawah ini bisa menjadi alasan
kenapa antibiotik tersebut tidak efektif :
- Ketidakpatuhan pasien : pasien mungkin tidak mengkonsumsi antibiotik.
Tidak mendapatkan resep : Apakah pasien diberi informasi tentang keuntungan dari
obat ?, apakah pasien diberi informasi tentang resiko mengkonsumsi obat ?,
Konsekuensinya ?.
Mencoba dan gagal untuk mendapat resep : ada antrian panjang di apotek. Anak-anak
harus dijemput disekolah. Buku catatan terlupakan. Ketika pasien diberitahu harga
obatnya, pasien tidak mampu membayarnya. Pasien diberitahu bahwa antibiotik dapat
mengganggu keefektifan obat kontrasepsi dan pasien tidak mau hamil.
Mendapat resep obat tatapi… : Pasien mengamati bahwa tablet obatnya “berbau
buruk” atau “susah ditelan” atau “memutuskan untuk memakai produk herbal”.
Tidak melengkapi resep obat : Pasien menyatakan bahwa mereka “mulai merasa
membaik”, “lupa meminum obat”, “meminum sedikit lalu berhenti”, “menyimpan
beberapa butir obat, jika lain kali sakit gigi” dan lain-lain.
Antibiotik tidak efektif : obat antibiotik yang dipilih tidak efektif melawan organisme
penyebab infeksi. Jika antibiotik tidak memberikan respon setelah 2 atau 3 hari,
pertimbangan harus dipikirkan untuk mengganti antibiotik (lihat dulu keluhannya).
Kondisi jaringan yang tidak baik : jaringan mati, eksudat purulen, atau daging jadi
yang tidak di buang secara sempurna dari tempat infeksi.
Organisme yang resisten : antibiotik menjadi tidak efektif karena organisme resisten
terhadap antibiotik yang dipilih. Pengetahuan tentang pola resistensi pada daerah gigi
yang terinfeksi adalah hal penting untuk dipertimbangkan sebelum member resep
antibiotik.
Kadar obat tidak mencapai tempat infeksi: ada beberapa mekanisme dimana
konsentrasi obat yang mencukupi tidak mencapai tempat infeksi. Kurangnya penetrasi
bisa terjadi karena vaskularisasi berkurang, lokasi yang terisolasi, atau area
berdinding, atau intaraksi obat menonaktifkan antibiotik sebelum obat diserap.
Penyakit mikrovaskuler, sering terjadi pada penyakit diabetes, lebih jauh lagi
mengurangi aliran darah dan jumlah antibiotik jumlah antibiotik yang dikirimkan
menuju area infeksi.
Pertahanan pasien tidak mencukupi : Kemampuan system kekebalan pasien untuk
melawan infeksi sangat penting dalam menangani infeksi tubuh.
Obat antimikroba untuk pemakaian non dental.
Vankomisin
Memakai obat intravena untuk efek sistemik, memakai obat peroral untuk efek lokal.
Vankomisin adalah antibiotik yang diuraikan oleh Streptomices orientalis, sekumpulan
aktinomices pada sampel tanah dari India dan Indonesia. Tidak berhubungan antibiotik
lainnya yang dipasarkan saat ini. Karena diserap dengan buruk di saluran cerna dan
menyebabkan iritasi ketika dipakai secara intramuskuler, biasanya dipakai secara intravena
untuk efek yang sistemik. Ketika diberikan secara oral, obat tersebut dipakai untuk
memberantas organisme dalam saluran cerna.
- Spektrum
Vankomisin merupakan antibiotik bakterisidal dan memiliki kerja spektrum sempit melawan
banyak gram positif kokus, termasuk stapilokokus dan streptokokus. Bereaksi dengan cara
menghambat sintesis sel bakteri. Di masa lalu, resistensi tidak terjadi dengan cepat, tatapi saat
ini organisme yang resisten terhadap vankomisin telah muncul. Ketika resistensi tidak biasa
terjadi, vankomisin jarang digunakan. Setelah resistensi terhadap mikroorganisme
meningkat, pemakaian vankomisin juga meningkat. Hal ini dapat diprediksi akan
menyebabkan peningkatan kekebalan terhadap vankomisin. Resistensi silang dengan
antibiotik lain tidak diyakini terjadi, karena memiliki struktur yang berbeda dengan antibiotik
lainya.
- Reaksi yang merugikan
Kecuali ketika vankomisin diberikan pada dosis yang besar, reaksi toksis yang bermakna
jarang terjadi. Dengan pemakaian oral, mual, muntah, dan rasa pahit. Dengan pemberian
intravena, ruam eritrema pada muka dan tubuh bagian atas telah dilaporkan (sindroma
manusia merah). Hipotensi disertai menggigil, dan demam juga berhubungan dengan
vankomisin.
Aminoglikosida
Seperti yang tersirat pada namanya aminoglikosida antibiotik ini terbuat dari gula amino
pada rantai glikosid. Pada tahun 1943, sebuah galur dari Streptokokus griseus diisolasi dan
menguraikan streptomisin. Galur lain dari Streptomisin sp melengkapinya dengan neomisin,
kanamisin, tobramisin, amikasin dan organisme Mikromonospora menghasilkan gentamisin
dan metilmisin. Zat-zat tersebut bersifat bakterisidal dan tampaknya menghambat sintesis
protein dan beraksi langsung pada subunit 30S di ribosom. Berikut ini beragam jenis
aminoglikosida :
Neomisin (Neo-Fradin, Neo-Rx)
Gentasmisin (Garamycin)
Tobramisin (AKTob, TOBI, Tobrex)
Amikasin (Amikin)
- Farmakokinetik
Karena aminoglikosid diserap dengan buruk setelah pemberian peroral, obat tersebut harus
diberikan secara intramuskuler atau secara intravena untuk menghasilkan efek sistemik.
Aminoglikosid diberikan secara oral untuk mendapatkan efek lokal mereka dalam usus.
Sebelum pembedahan saluran cerna, aminoglikosida mengurangi flora bakteri usus.
Spektrum
Aminoglikosida bersifat bakterisidal dan memiliki spektrum antibakteri yang luas. Mereka
dipakai terutama untuk mengobati infeksi gram negatif anaerob jika obat lain tidak efektif.
Mereka memiliki sedikit aksi terhadap gram positif anaerob atau bakteri fakultatif.
Efek yang merugikan
Reaksi yang merugikan dari antibiotik aminoglikosida menyababkan pembatasan pemakaian
obat tersebut pada praktek di klinik. Efek yang merugikan tersebut adalah sebagai berikut :
Ototoksisitas :aminoglikosida toksis terhadap delapan saraf cranial,yang dapat menyebabkan
gangguan pendengaran dan vestibuler (pada telinga), atau ototosisitas. Pasien dapat
mengalami kesulitan menjaga kesimbangan dan bisaa menyebabkan vertigo. Gangguan
pendengaran dan ketulian, yang dapat menjadi permanen, bisa diakibatkan oleh pemakaian
obat tersebut. Efek samping ini paling sering terjadi pada pasien dengan gagal ginjal karena
obatnya terakumulasi dalam tubuh. Pasien yang lebih tua juaga lebih rentan.
Nefrotoksisitas : Aminoglikosida bisa menyebabkan kerusakan ginjal dengan cara
berkumpul (terkonsentrasi) pada korteks ginjal. Kadar pada darah dan jumlah obat total yang
diberikan berkorelasi dengan kejadian nefrotoksisitas.
- Pemakaian
Aminoglikosida diindikasikan untuk pengobatan pasien yang dirawat di rumah sakit dengan
infeksi gram negatif serius. Aminoglikosida topikal dipakai untuk mengobati infeksi mata
tertentu dan infeksi kulit.
Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas bersifat bakteriostatis, menghambat
sintesis protein bakteri dengan bekerja terutama pada unit 50S ribosom bakteri. Aktif
melawan sejumlah besar organisme gram positif dan gram negatif, riketsia, dan beberapa
organisme klamidia. Aktif terutama melawan Salmonela tipi.
Kloramfenikol dihentikan penggunannya teurama karena efek samping yangv merugikan,
termasuk diantaranya adalah diskrasia darah fatal seperti penyakit anemia aplastik,
agranulositosis, anemia hipoplastik, dan trmbositopenia. Kloramfenikol bisa menimbulkan
suppresi sum-sum tulang disertai pensitopenia. Meskipun angka kejadiannya rendah
(1:40.000), kondisi ini sering berakibat fatal. Kloramfenikol tidak memiliki kegunaan dalam
kedokteran gigi.
Sulfonamid
Merupakan antibiotik pertama yang membuka jalan bagirevolusi antibiotik.
- Mekanisme kerja
Analog asam p-Aminobenzoat (PABA) menghambat sintesis asam folat. Kesamaan dtruktur
antara obat sulfonamid dan PABA adalah dasar dari hampir seluruh aktifitas antibekteri
kedua obat tersebut. Tidak seperti manusia, banyak bakteri tidak mampu untuk memakai
asam folat yang belum terbentuk, yang merupakan sesuatu yang penting bagi pertumbuhan
bakteri tersebut. Bakteri harus mensintesis asam folat dari PABA. Karena kesamaan
strukturnya dengan PABA, sulfinamid berkompetisi menghambat sitesis dihidropteroat,
enzim bakteri yang menggabungkan PABA menjadi asam dihidrofolat, prokursor awal dari
asam folat. (gambar 7-6). Obat yang dimetabolisme menjadi PABA (contoh : anastesi ester
lokal) secara teori dapat mengganggu kerja sulfonamid.
- Spektrum
Sulfonamid bersifat bakteriostastis terhadap bakteri gram positif dan beberapa bakteri gram
negatif. Zat ini sering dipakai pada obat-obatan untuk mengobati otitis media akut pada anak
(H. Influenza), eksaserbasi akut dari bronchitis kronik pada dewasa (S. pnemoni), dan infekis
saluran kencing (Klebsiela, Enterobakter dan E. coli). Tidak efektif melawan S.viridan tetapi
efektif melawan beberapa organisme Klamidia. Sulfonamid juga dipakai untuk profilaksis
pneumonitis Pneumositis carnii dan diare yang diebabkan oleh E. coli enterotiksigenik atau
organisme siklospora.
Sulfonamid yang diserap dengan mudah digunakan kerena efek sistemik zat tersebut dan
didistribusikan ke seluruh tubuh.
Gambar 7-6 lokasi kerja sulfonamid dan trimetropin. Obat tersebut menghambat sintesis
asam folat pada dua tempat yanag berbeda. PABA, asam p-Aminobenzoat.
Beberapa sulfonamid yang susah terlarut, ketika diberikan peroral, bekerja secara lokal pada
pengobatan kolitis ulseratif atau sebelum prosedur pembedahan pada usus.
Reaksi yang merugikan
Banyak minum air. Reaksi merugikan yang paling umum terjadi terhadap sulfonamid adalah
reaksi alergi kulit. Psaien dengan alergi terhadap oabat-obat “sulfa” bisa memperlihatkan
beberapa reaksi hipersensitifitas silang dengan diuretic tiazid dan sulfonylurea (dipakai
peroral untuk mengobati diabetes). Tidak ada hipersensitifas silang antara obat-obat zulfa
dengan sulit, sulfat atau sulfur.
Reaksi alergik bisa dimanifestasikan dalam bentuk ruam, urtikaria, pruritus, demam,
dermatitis eksfoliatif fatal, periarteritis nodosa (penyakit peembuluh darah yang serius
dimana arteri berukuran kecil dan sedang menjadi bengkak atau rusak). Reaksi alergi kulit
lainya seperti eritrema nodosum, eritrema multiforme, sindroma Steven-Johnson, epidesma
nekrolisis.
Efek samping umum lainya adalah mual, muntah, rasa tak enak perut, sakit kepala, pusing,
kerusakan liver, gangguan fungsi ginjal, diskrasia (kelainan) darah (agranulositosis,
trombositipenia, anemia aplastik atau hemolitik) dan lupus eritromatosus jarang terjadi.
Pasien penderita HIV lebih cenderung untuk mengalami efek samping gabungan (65%),
seperti ruam kulit, demam atau leukopenia dan menghetikan pengobatan. Pada pasien dengan
HIV, kombinasi sulfisiksazol-trimetropin digunakan sebagai profilaksis untuk mencegah
pneumonia P. carnii.
Kemungkinan terjadinya kristalisasi pada ginjal (Kristaluria) harus selalu diwaspadai pada
pemakaian sulfonamid. Sulfonamid yang dulu diproduksi memiliki kelarutan yang rendah di
urin, dan ada bahaya terjadinya kristalisasi pada ginjal. Sulfonamid yang diproduksi sekarang
lebih larut dan oleh karena itu lebih aman bagi ginjal. Inilah alasan mengapa pasien yang
mendapat sulfonamid dianjurkan untuk banyak minum air.
- Pemakaian
Obat-obat di bawah ini tidak memiliki kegunaan dalam kedokteran gigi
Sulfametoksazol-Trimetropin
Trimetropin merupakan obat antibakteri dan antimalaria, dan sulfametoksazol sebuah
sulfonamid, biasanya digunakan sebagai obat kombinasi. Karena sulfametoksazol (SMX)
menghambat penggabungan PABA dengan asam folat dan trimetropin (TMP) menghambat
reduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat (lihat gambar 7-6), kombinasi ini menghambat
dua langkah yang berbeda daalam jeur metabolic penting pada bakteri, dengan demikian
menunda reistensi dan menimbulkan efek yang sinergis.
SMX-TMP (Bactrim, Septra) bersifat bakteriostastis melawan beragam jenis bekteri gram
positif dan beberapa bakteri gram negative. Efek samping yang merugikan sama dengan
pemakaian sulfonamid. Kira-kira 75 % reaksi merugikan ini menimbulkan kelainan kulit.
SMX-TMP diindikasikan untuk infeksi saluran kemih tertentu dan infeksi saluran verna dan
saluran nafas tertentu. Dipakai juga untuk mengobati otitis media akut pada anak yang
disebabkan H. influenza. Kombinasi dari eritromisin dan sulfiksazol (Pediazol) juga
digunakan untuk mengobati otitis media pada anak. SMX-TMP digunakan sebagai profilaksis
untuk mencegah infeksi pneumonia P. carnii pada pasien penderita AIDS, sepsis Seratia, dan
Salmonela sistemik (resisten ampisilin) dan Sigela. SMX-TMP belum diketahui pemakaianya
pada kedokteran gigi, tetapi pasien anak yang datang ke klinik gigi mungkin akan mendapat
obat tersebut untuk pencegahan infeksi telinga kronis.
Nitrofurantion
Obat ini memiliki spektrum antibakteri yang luas termasuk bakteri grampositif dan gram
negatif. Bersifat bekteri static terhadap banyak bakteri patogen di saluran kemih, termasuk E.
coli. Banyak galur Klebsiela dan Enterobakter dan semua galur P. aeruginosa resisten
terhadap obat ini. Efek merugikan yang paling umum adalah mual, muntah, diare, tetepi
mengkonsumsi obat dengan makanan dapat mengurangi efek ini. Dapat menimbulkan
perubahan warna menjadi kecoklatan pada urin. Banyak reaksi hipersensitifitasbberhubungan
dengan pemakaian obat ini. Nitrofurantoin sebagai pengobatan atau pencegahan pada infeksi
saluran kemih tertentu.
Kuinolon
Efektif bila diberikan secara oral terhadap organisme Pseudomonas. Sekelompok obat yang
efektif dipakai secara oral, yang disebut kuinolon, secara kimia berhubungan dengan asam
nalidiksik (NeGram). Jumlah obat dari kelompok obat tersebut meningkat secara
eksponensial. Kelompok obat ini mungkin memiliki potensi kegunaan pada kedokteran gigi
karena spektrum kerja obat tersebut. Seperti semua antibiotik penggunaan berlebihan dari
oabat tersebut menimbulkan resistensi. Bersifat bekterisidal melawan kebanyakan organisme
gram negatif dan gram positif. Merupakan obat yang pertama yang aktif secara oral melawan
Pseudomonas tertentu. Tidak ada resistensi silang dengan antimikroba lainnya.
Mekanisme kerja kuinolon bersifat unik dan melibatkan antagonisme subunit A dari girase
DNA yang merupakan sebuah enzim yang terlibat pada sintesis DNA. Gangguan terhadap
girase DNA menghasilkan kematian sel dan resistensi tidak ditularkan dari bakteri resisten
terhadap bekteri yang tidak terekspos. Contohnya obat florokuinolon di perlihatkan pada
kotak 7-4. Diskusi dikonsentrasikan pada siprofloksasin (Cipro), sebuah prototype kuinolon.
Farmakokinetik
Siprofloksasin diserap dengan baik secara oral dan dieliminasi dengan waktu paruh selama 4
jam. Antasida dan probenesid mengganggu penyerapan siprofloksasin dan konsentrtasinya
pada serum. Pasien harus terhidrasi dengan baik untuk mencegah terjadinya kristaluria.
(minum air ketika mengkonsumsi obat)
Spektrum
Siprofloksasin bersifat bakterisidal melawan beragam oragnisme gram negatif, termasuk
Klebsiela dan Enterobacter sp, E. coli, P. aeruginosa, organisme gram positif sperti S. aureus.
Spektrum khasnya melawan organisme Pseudomonas. Tidak seperti obat antiinfeksi lainya,
sebuah aksi tambahan mungkin terjadi ketika siprofloksasin dikombinasikan dengan obat
antimikroba lainya. Kemunculan organisme yang resisten terhadap florokuinolon dan
resistensi silang diantara florokuinolon meningkat. Pemakain florokuinolon pada ayam
mungkin sedikitnya bertanggung jawab dalam meningkatkan resistensi.
Ofloksasin adalah kuinolon dengan aktifitas melawan organisme yang ada pada infeksi gigi.
Jika spektrum antara siprofloksasin dan ofloksasin dibandingkan, spektrum kerja ofloksasin
secara pararel paling mendekati spektrum mikroba yang ada pada infeksi gigi. Setelah
berkonsultasi dengan berbagai sumber untuk informasi tentang spektrum kerja dari
florokuinolon, kesimpulan yang yang didapat adalah bahwa variasi intraspesies kira-kira
sebesar variasi interspesies. Dengan kata lain, spektrum kerja sulit diprediksi dan tergantung
dari sampel organisme mana yang di coba. Kerana aksi ini, siprofloksasin, atau kuinolon
yang lain bisa dipakai di dunia kedokteran pada masa yang akan datang.
- REAKSI YANG MERUGIKAN
Efek terhadap saluran cerna. Mual, diare, muntah, sakit mukosa oral, rasa tidak enak,
kandidiasis oral telah dilaporkan. Kolitis pseudomembran telah terjadi pada pasien yang
mendapat kuinolon.
Susunan saraf pusat. Reaksi yang merugikan pada susunan saraf pusat adalah sakit kepala,
gelisah, insomnia. Stimulasi susunan saraf pusat telah diketahui.
Hipersensitifitas. Ruam, pruritus, urtikaria, hiperpigmentasi, dan edema pada bibir bisa
terjadi. Florokuinolon berhubungan dengan reaksi potosensitifitas jika pasien terpapar sinar
matahari. Pasien harus dianjurkan untuk memakai tabir surya atau memakai pakaian yang
menutupi seluruh badan. Beberapa reaksi anafilaksis telah dilaporkan terjadi.
Efek lainya. Gangguan penglihatan, sakit persendian, ganguan ginjal dan palpasi (rabaan)
telah dilaporkan terjadi. Sebuah reaksi yang tidak biasa yang melibatkan tendon asciles biasa
terjadi pada pasien yang mendapat kuinolon. Obat-obat ini bisa mengakibatkan tendonitis,
atau rupture tendon pada tendon Achiles, jadi kegiatan olahraga harus dibatasi.
Hepatotoksisitas jarang berhubungan dengan pemakaian kuinolon.
Pertimbangan pada masa hamil dan menyusui. Siprofloksasin dikontraindikasikan pada
wanita di masa kehamilan dan menyusui.
- Pemakaian
Siprofloksasin diindikasikan untuk saluran nafas bagian bawah, kulit, tulang dan sendi dan
infeksi saluran kencing yang disebabkan oleh organisme yang rentan terhadap obat ini.
Karena spekrtrum kerjanya, pemakaian di masa depan mungkin bisa digunakan pada penyakit
gigi periodontal. Sebagai ringkasan, kuinolon jenis baru telah memberi keuntungan daripada
obat antimikroba lain karena mekanisme kerja kuinnolon yang unik, yang memungkinkan
perkembangan dan penyebaran resistensi organisme menjadi lebih sulit. Spektrum obat
tersebut terhadap gram positif dan negatif dan kemanjuran obat tersebut bila diberikan peroral
dan kerja bekterisidalnya. Banyak jenis dari obat ini saat ini diproduksi, dan masih banyak
lagi yang akan dipasarkan. Pemakaian berlebihan dari obat ini telah terjadi, dan diharapkan
bahwa obat tersebut tidak berkurang kegunaannya akibat dari peresepan yang berlebihan.
Obat antituberkulosis
Pengobatan penyakit tuberculosis (TB), sebuah penyakit yang disebabkan oleh bakteri tahan
asam, sulit dilakukan kerena beberapa alasan :
- Pertama, pasien TB sering memiliki meknisme pertahanan tubuh yang tidak
mencukupi (contoh : AIDS).
- Kedua, bsilus tuberkel menjadi galur yang resisten dengan mudah dan memiliki
kerekteristik metabolisme yang tidak biasa, termasuk diantaranya periode nonaktif
yang lama (bekteri tersebut dalam fase dorman) jika mereka resisten terhadap
pengobatan.
- Ketiga, kebanyakan oabt yang ada tidak bersifat bakterisidal dank arena toksisitas
obat tersebut, sering membuatnya tidak bisa dipakai dalam dosis yang mencukupi.
- Terakhir, orang yang memakai antituberkulosis sering tidak memakai obat tersebut
sesuai yang diresepkan.
Oleh karena alasan tersebut di atas, perkembangan dari resistensi-multiobat TB (MDR TB)
terlah meningkat secara berkelanjutan karena hal tersebut menyebar pada pasien penderita
HIV, tunawisma dan di negara lain. (pada penerbangan udara, seorang pasien dengan TB
aktif telah dilaporkan mengnfeksi beberapa penumpang lainya. Laporan terakhir tentang
penyebaran infeksi TB menyebar melalui makanan cepat saji). Perkembangan terakhir di
seluruh dunia tentang masalah TBC adalah praktek memproduksi dan menjual obat yang
dipakai untuk mengobati TB, hanya mengandung sedikit obat yang berlabel. (tablet obat
palsu).
Pengobatan TB seluruhnya tergantung pada kemoterapi (lihat tabel 7-7). Karena masalah
resistensi, kira sebanyak tiga jenis obat diberikan secara bersamaan pada kasus TB aktif.
Isoniazid (INH), rifampin dan pirazinamid dikombinasikan untuk pengobatan TB pulmonal.
INH dan rifampin dilanjutkan setiap hari selama 9 sampai 12 bulan. Piraniazid juga
dilanjutkan selama 2 bulan. Pada organisme yang rentan, seorang pasien, jika mengeluh,
biasanya menghentikan pengobatan dalam waktu 2 sampai 3 minggu. Keluhan seperti ini
menimbulkan masalah karena pasien sering berhenti melakukan pengobatan sebelum waktu
yang ditentukan.
Pusat pengendalian dan control penyakit (CDC) merekomendasikan bahwa pasien berikutnya
menrima INH karena pasien berikut ini beresiko mengalami perkambangan penyakit TB :
kontak yang dekat dengan dengan pasien diagnosis TB, pasien dengan tes kulit positif dan
temuan radiografik dengan TB nonprogresif, pasien dengan tes kulit positif (berubah), dan
pasien dengan imunosupresi. Jika pasien telah divaksin TB (dengan Bacillus Calmette-
Guerin [BCG]), tes kulit (purified protein derivate [PPD]) akan selalu positif, maka
pemeriksaan sinar-X pada dada perlu dilakukan untuk pementauan. Karena banyak orang
menderita TB, maka tidak biasanya bahwa orang dengan TB positif akan datang dan meminta
pengobatan. Jika seseorang dengan TB aktif meminta perawatan gigi, hubungi dokter yang
menagani pasien tersebut dan tunda perawatan gigi sampai penyakitnya tidak dalam keadaan
aktif.
Isoniazid
Isoniazid atau INH bersifat bakterisidal terhadap tuberkel basilus yang tumbuh secara aktif.
Mekanisme kerjanya mungkin berhubungan dengan penghambatan sintesis asam mikolat
yang dihasilkan dengan cara mengganggu dinding sel bakteri. Basulus “yang beristirahat”
terpapar oleh obat mampu memulai lagi pertumbuhan normalnya ketika obat berhenti
diberikan. Dalam beberapa minggu pengobatan, galur yang resisten berkembang.
- Farmakokinetik
INH mudah diserap pada saluran cerna dan disebarkan ke seluruh tubuh. Metabolismenya
bervariasi terhantung ras. Kebanyakan orang Eskimo dan Jepang adalah asetilator yang cepat,
sedangkan orang berkulit putih dan hitam di Amerika Serikat terbagi dengan perbandingan
50-50 antara aselator yang lambat dan cepat. Kemampuan asetilasi dengan cepat diturunkan
sebagai saifat autosaomal yang dominan. Apakah kemampuan metabolisme cepat INH ini
berhubungan dengan kemungkinan untuk terjadinya hepatitis yang disebabkan INH, hal
tersebut belum diketahui. Waktu paruh untuk asetilator cepat adalah 1,5 jam, untuk asetilator
lambat adalah 3 jam.
Tabel 7-7 obat-obat antituberkulosis
Nama obat Dosis Efek samping Komentar
Isoniazid (INH,
Laniazid)
Rifampin (Rifadin,
Rimactane)
Rifapentine (Priftin)*
PZA
Rifater
Etambutol
(Myambutol)
300 mg/hari; 900
mg 2 x perminggu
600 mg/ hari
50-70 mg/kg 2 x
perminggu
15 mg/kg/hari
Hepatitis (diperparah
oleh alkohol dan
asetaminofen); neuropati
perifer, pemberian
piridoksin (B6);
toksisitas SSP; saluran
cerna.
Saluran cerna (mual,
muntah, kolitis
pseudomembran); ruam;
ginjal (hematuria, piuria
atau proteinuria);
hepatitis (diperparah
oleh alkohol); SSP
(perubahan emosi,
kelelahan); diskrasia
darah.
Hepatoktoksisitas; mual;
muntah; hiperurikemia
(gangguan encok)
Isoniazid+rifampin+PZA
Neuritis optic retrobuler
(pemeriksaan mata untuk
lapang pandang dan
keakutan dan pembedaan
merah-hijau); neuritis
perifer; atritis sendi;
gejala saluran cerna;
SSP (pusing)
Pemakaian tunggal
untuk profilaksis;
kombinasi dengan
obat lain untuk
pengobatan.
Perubahan warna
urin dari oranye
kemerahan – coklat
kemerahan, feses,
saliva, sputum,
keringat, dan air
mata (mengotorkan
lensa kontak secara
permanen);
menginduksi enzim.
Dipakai bersama
siprofloksasin untuk
MDR TB
Streptomisin
15 mg/kg/hari/;
max 1 g Ototoksisitas
Pemberian secara
intramuskuler: dosis
disesuaikan
berdasarkan
keadaan fungsi
ginjal
TB, tuberculosis; SSP, Sistem Saraf Pusat; INH, Isonikotil Hidrazin; MDR TB, resistensi TB
multiobat; PZA, Pirazidamid.
*Siklofenil ripamisin
- Efek merugikan
Kejadian total dari semua reaksi merugikan karena INH diperkirakan 5 %. Reaksi yang
paling umum terjadi sekitar 20 % dari pasien, melibatkan sistem saraf, yang mungkin
diakibatkan oleh INH yang mendeplesi vitamin B6. Neuritis perifer dan optis, kejang otot,
ensefalopati tokik, insomnia, kegelisahan, sedasi, kurang koordinasi, konvulsi, dan kegilaan
pun pernah dilaporkan terjadi. Gejala neurotoksis ini bisa dicegah dengan pemakaian
bersamaam dengan piridoksin (Vitamin B6).
Efek samping utama lainya yang berhubungan dengan INH adalah hepatotoksisitas. Kira-kira
1 % dari pasien yang diberi INH mengalami hepatitis klinik dan sampai 10 persen
meyebabkan hasil laboratorium yang tidak normal. Pada beberapa kasus hepatitis bisa
menjadi fatal. Resiko akan terjadinya efek samping ini berhubungan dengan umur: jarang
terjadi pada pasien dibawah umur 20 tahun, dimana 2,5 % dari pasien diatas usia 50
mengalami hepatitis. Perbeadaan kejadian hepatitis berdasarkan umur ini memodifikasi
(merubah) rencana pengobatan untuk setiap individu pasien. Efek samping lainya temasuk
efek hematologis, efek pada saluran cerna, mulut kering, reaksi semacam lupus atau sindroma
rematik disertai artargia. Retensi urin dan ginekomastia telah terjadi pada pasien laki-laki.
Reaksi hipersensitifitas termasuk ruam, hepatitis, limfadenopati, dan demam biasa terjadi.
Pilihan untuk memakai INH tergantung dari banyak factor seperti usia pasien, persentase
gangguan ginjal atau hepatik, riwayat kejang, gangguan saluran cerna, alkoholisme, atau
riwayat tentang neurotoksisitas.
INH merupakan inhibitor (penghambat) sekaligus penginduksi dari sitikrom isoenzim P-450
2E. benzodiazepine yang teroksidasi di hati, seperti diazepam, dan midazolam, bisa
mengalami peningkatan efek pada pasien yang mendapat INH. Makanan (contoh : keju dan
ikan) dan obat yang dikontraindikasikan dengan inhibitor monoamine oksidase bisa juga
bereaksi dengan INH.
- Pemakaian
INH dipakai secara tunggal untuk profilaksis dan untuk pengubah (pasien dengan perubahan
pada hasil tesb TB). Digunakan secara kombinasi dengan obat antituberkulosis lain. Dosis
dewasa biasanya 300 mg perhari.
Rifampin
Rifampin adalah derivat semisintesis dari rifamisin, antibiotik yang dihasilkan Streptomikes
mediteranei. Mekanisme kerjanya melibatkan penghambatan polimerase asam ribonukleat
(RNA) tergantung DNA, yang kemudian menekan inisiasi (awal) pembentukkan rantai. Obat
ini aktif melawan M. Tuberkulosis dan banyak bakteri gram positif dan beberapa bakteri
gram negative. Spektrum rifamfisin juga termasuk S aureus, N. meningtidis, H. influenza dan
Legionela sp. Pada penyakit TB, reistensi secara cepat berkembang pada rifampin yang
dipakai secara tunggal dalam proses satu langkah sebagai akibat dari perubahan polimerase
RNA. Pemakaian rifampin dengan obat antituberkulosis lain mengurangi perkembangan
resistensi obat.
- Farmakokinetik
Rifampin diserap pada saluran cerna dan dieliminasi pada empedu, dimana sirkulasi
enterohepatik terjadi. Waktu paruhnya adalah 1,5 sampai 5 jam dan meningkat pada keadaan
penyakit hepatic tetapi tidak berubah kerana penyakit ginjal. Waktu paruhnya berkurang pada
pemakaian bersama INH karena induksi enzim. Dengan menghambat (blokade) masukan
hepatis dari rifampin, probenesid meningkatkan kadar rifampin pada serum.
- Reaksi merugikan
Efek merugikan yang paling umum adalah pada saluran cerna, termasuk kurang nafsu makan
(anoreksia), rasa tidak enak diperut, mual, muntah, keram perut, diare. Biasanya, ruam,
trombositopenia, nefritis kerusakan fungsi hati terjadi. Reaksi seperti flu bisa terjadi dengan
pemakaian obat yang tidak teratur. Rifampin memberi warna merah kekuningan pada cairan
tubuh, termasuk air mata (mempenagruhi lensa kontak), urin, feses, saliva, dan keringat.
- Pemakian
Rifampin dipakai sebagai kombinasi dengan obat lain untuk pengobatan TB. Dosis dewasa
adalah 600 mg perhari. Dipakai untuk mengobati karies meningokokus sebagai pencegahan
dan pada anak-anak yang menderita meningitis H. Influenza.
Pirazinamid
Pirazinamid, merupakan golongan nikotinamid, diserap dengan baik dan disebarkan secara
luas ke seluruh tubuh. Bersifat hepatotoksik dan bisa menyebabkan ruam, hiperurikemia, dan
gangguan saluran cerna. CDC merekomendasikan pemakaian PZA dalam 2 bulan pertama
dengan INH dan Rifampin untuk mengobati TB. PZA yang dipakai sebagai obat tersier,
sekarang memerankan peran yang lebih penting dari pada dimasa lalu. Saru regimen
percobaan termasuk pemakaian INH dan Rifampin setiap hari selama 9 sampai 12 bulan.
PZA dilanjutkan selama 2 bulan (gambar 7-7).
Jika seorang pasien mengeluh, dan organismenya rentan, pesien tersebut biasanya menjadi
tidak aktif dalam waktu 2-3 minggu atau 2-3 bulan. Hasil pemeriksaan sputum negatif
diperlukan untuk memastikan bahwa pasien tersebut tidak aktif.
Etambutol
Merupakan obat antituberkulosis sintesis efektif melawan M. Tuberkulosis. Resistensi pada
basilus turbelkel berkembang dengan cepat jika obat ini dipakai secara tunggal.
Efek samping yang paling penting adalah neuritis optis, menghasilkan penurunan ketajaman
penglihatan dan kehilangan mengetahui warna merah dan hijau. Pemeriksaan optalmologik
secara berkala adalah hal yang direkomendasikan. Efek samping lain termasuk ruam, sakit
persendian, gangguan saluran cerna, malaise, pusing dan sakit kepala. Obat ini dipakai jika
obat antituberkulosis lain tidak bisa dipakai dan adanya resistensi obat.
Antibiotik topikal
Pada umum, pemakaian antibiotik topikal disarankan. Pemakaian secara sistemik banyak
dilakukan pada banyak kasus. Jika sebuah obat dipakai secara topikal, seharusnya obat itu
tidak dipakai secara sistematikal. Obat lama dan baru akan segera dukemukakan secara
singkat.
Neomisin, polimiksin, dan basitrasin
Kombinasi antara aminoglikosida, neomisin dan antibiotik dua polipeptida, polimiksin dan
basitrasin tersedia dalam bentuk salep (Neosporin, antibiotik salep tripel).
Gambar 7-7 pengobatan dan jangka waktu tuberkulosis dengan tiga jenis obat yang dipakai.
Tergantung rejimen yang direkomendasikan, pengobatan dengan rifampin dan INH mungkin
berlangsung selama 9 sampai 12 bulan.
Neomisin mempengaruhi organisme gram negatif, dan polimiksin dan basitrasin
mempengaruhi organisme gram positif. Produk kombinasi ini dipakai secara topikal pada
goresan, jika luka terinfeksi, antibiotik sistemik diindikasikan.
Mupirosin
Adalah antibakteri topikal yang dihasilkan olah Pseudomonas flouresen. Mupirosin
menghambat sintesis protein dengan cara berikatan dengan sintetase isoleusil RNA-transfer
bakteri. Tidak menunjukkan resistensi silang dengan antibiotik lain. Aktif terhadap organisme
stapilokokus dan streptokokus dan diindikasikan untuk pemakaian secara topikal pada
penyakit impetigo. Rasa gatal dan tersengat lokal telah dilaporkan. Mupirosin sama
efektifnya dengan pengobatan sistemik biasa (penisilin reisiten penisilinase) dan memiliki
efek samping yang lebih rendah.
1. Dalam kedokteran gigi, mupirosin bisa dipakai untuk mengobati infeksi bakteri
sterptokokus dan stapilokokus yang biasanya terjadi pada penyakit seilitis anguler
(kondisi inflamasi kronis pada sudut mulut). Infeksi sekunder bisa ditentukan
berdasarkan interpretasi klinisnya. Karena seilitis anguler biasa terjadi pada infeksi
jamur, obat anti jamur topikal harus dipakai pertama kali.
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS YANG DIPAKAI PADA KEDOKTERAN GIGI
Endokarditis infektif disebabkan oleh sebuah infeksi pada katup jantung atau pada
endokardium karena sebuah organisme. Endokarditis infektif dimulai oleh lasi kardiak
vegetatif steril yang mengandung campuran trombosit, fibrin, dan bakteri. Ketika bakteri
memasuki peredaran darah, organisme tersebut menyebabkan kerusakan katup. Endokarditis
infektif bisa juga terjadi pada pasien tanpa predisposisi faktor kardiak. Pertanyaan yang sulit
pada saat ini belum terjawab yaitu : “fartor mana yang bisa mempresiksi dalam
mengidentifikasi pasien untuk mendapat antibiotik jenis apa yang cocok untuk mencegah
endokarditis infektif ketika dilakukan pengobatan gigi jenis tertentu.
Pencegahan pada penyakit endokarditis infektif
Gigi, jantung dan obat. Profilaksis untuk endokarditis infektif berdasarkan pada konsep
(mana yang mungkin tidak benar) yaitu memberi antibiotik tertentu kepada pesien tertentu
sebelum pengobatan tertentu bisa mencegah pasien untuk mengalami penyakit endokarditis
infektif. Pada Maret 2007, jurnal sirkulasi mengumumkan panduan terbaru dari asosiasi
jantung amerika (AHA) untuk antibiotik profilaksis sebelum perawatan gigi dilakukan untuk
mencegah endokarditis infektif. Panduan terbaru merekomendasikan bahwa orang-orang
yang memiliki resiko tinggi akan akibat dari endokarditis infektif harus menerima antibiotik
pencegahan jangka pendek sebelum mendapat perawatan gigi yang rutin.
Menurut AHA, panduan terbaru ini berdasarkan tinjauan komprehensif dari penelitian yang
telah dipublikasikan yang menyatakan bahwa endokarditis infektif lebih cenderung terjadi
kerena bakteri yang memasuki peredaran darah lebihdikarenakan oleh aktifitas sehari-hari
dari pada prosedur perawatan gigi. Tidak ada bukti mendukung di dunia medis dan litelatur
kesehatan gigi yang menyatakan bahwa antibiotik profilaksis sebelum perawatan kesehatan
gigi akan mencegah infeksi endokarditis pada orang yang beresiko untuk mengalaminya.
Juga, antibiotik yang dipakai untukn mencegah endokarditis infektif mengandung resiko,
termasuk efek merugikan, resiko reaksi alergi fatal, dan kemungkinan resistensi bakteri.
Untuk segala kondisi, dimana dimungkinkan untuk memakai antibiotik profilaksis, faktor-
faktor berikut ini harus dipertimbangkaan :
- Prosedur perawatan gigi tertentu yang sedang dijalani
- Kondisi jantung dan medis dari pasien
- Resiko yang buruk dari endokarditis infektif
- Obat dan dosis yang diperlukan
Panduan terbaru juga menekankan pemeliharaan yang optimal dari kesehatan mulut, dan
mempraktekkan kerehatan oral sehari-hari adalah sesuatu hal yang lebih penting dalam
mengurangi endokarditis infektif daripada memakai sebelum melakukan pengobatan gigi.
- Prosedur perawatan/ pengobatan gigi
Ketika pengobatan gigi dilaksanakan (termasuk pemeriksaan periodontal ), organisme lebih
cenderung untuk memasuki peredaran darah, mengakibatkan bekteremia. Bakteremia jika
dihasilkan ketika memakan keripik kentang, menggosok gigi, atau mengunyah lilin.
Organisme bisa menyebabkan endokarditis infektif.
Untuk menentukan apakah pemakaian antibiotik profilaksis diperlukan sebelum prosedur
pengobatan gigi, lihatlah batang pengambilan keputusan untuk endokarditis infektif pada
lampiran D. menurut panduan tahun 2007 dari AHA tentang kisaran antibiotik profilaksis,
seseorang harus melihat beberapa hal di bawah ini :
- Apakah keadaan medis/ jantung memungkinkan profilaksis ?, apakah pasien dalam
resiko tinggi untuk mendapat dampak buruk dari endokarditis infektif ?
- Apakah prosedur pengobatan yang dilakukan melibatkan manipulasi jarungan
ginggival atau daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut (oral) ?
Kotak 7-5 prosedur perawatan gigi dimana prpofilaksis endokarditis adalah hal yang rasional
untuk pasien dalam keadaan tertentu.
Profilaksis dianggap rasional ‘
Prosedur pengobatan gigi yang melibatkan manipulasi jaringan ginggival atau daerah
periapikal gigi atau perforasi dari mukosa oral
Tidak diperlukan profilaksis
- Jalur penyuntikkan anestesi melewati jaringan yang tidak terinfeksi
- Rasdiograpi oral
- Pergantian atau pembuangan memakai alat prostodontik atau ortodontik
- Penyesuaian alat otodontik
- Penempatan sekumpulan ortodontik
- Pergantian gigi yang rontok
- Perdarahan dari trauma mukosa bibir atau mulut
Dari Wilson W, Taubert KA, Gewits M et al: Pencegahan endokarditis infektif: panduan dari
Asosiasi Jantung Amerika (AHA), sirkulasi 116:1763,2007
Hanya terjadi jika kedua pertanyaan tersebut terjawab dengan afirmatif (sutuju) maka
profilaksis bisa diindikasikan.
Tergantung dari prosedur yang dilakukan, apakah pasien akan atau tidak akan memerlukan
pemberian antibiotik profilaksis. Kotak 7-5 membagi prosedur menjadi seperti itu yang
melibatkan manipulasi mukosa ginggival atau daerah periapikal dari gigi atau perforasi dari
mukosa oral dan keadaan yang memerlukan profilaksis. Penilaian klinis akan menentukan
keperluan akan pemberian antibiotik untuk pasien
KEADAN JANTUNG
Pasien berdasarkan keadaan jantungnya bisa dibagi kedalam beberapa kelompok berdasarkan
kondisi jantung mereka (kotak 7-6). Kelompok pertama terdiri dari pasien dengan resiko
tertinggi untul mengalami endokarditis infektif (contoh : katup jantung buatan, endokarditis
infektif sebelumnya) dan yang mengelami akibat terburuk. Profilaksis antibiotik oral
diperlukan untuk pasien seperti ini, jika prosedur perawatan gigi memerlukannya. Pada
kelompok jantung kedua terdiri dari keadaan pasien yang tidak memerlukan pemberian
antibiotik profilaksis (contoh : bedah koroner bypass setelah 6 bulan). Beberapa tambahan
baru pada kelompok ini adalah katup mitral prolap dan penyakit rematik jantung. Meskipun
orang-orang tersebut masih memiliki resiko sumur akan endokarditis infektif, pesien tersebut
memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi bakteri dari darah acak dalam kegiatan
sehari-hari daripada prosedur perawatan gigi atau medis. Kesempatan tersebut berdasarkan
panduan terbaru yang direkomendasikan oleh AHA dalam rangka pencegahan endokarditis
infektif.
- Rejimen antibiotik untuk prosedur perawatan gigi
Tabel 7-8 memperlihatkan daftar rejimen profilaksis dari endokarditis sebelum prosedur
pengobatan gigi. Situasinya termasuk mengobati pasien yang tidak alergi dan pasien yang
alergi dengan antibiotik penisilin atau ampisilin.
Ketika dokter yang menangani pasien dihubungi tentang keadaan pasien, kondisi medis
terbaru dari pasien harus diketahui. Berdasarkan status medis pasien dan rekomendasi
terakhir, pekerja kesehatan gigi menentukan apakah sebuah antibiotik diindikasikan. Jelaskan
kepada penyedia media bahwa pilihan terapi akan ditentukan berdasarkan kondisi medis
pasien dan pengobatan gigi sedang diberikan. Kesepakatan antara dokter gigi dan penyedia
medis harus dicapai, akan tetapi dokter gigi tidak boleh sepakat jika untuk bertindak di luar
rekomendasi. Hal tersebut akan mengurangi anjuran akan pemberian rejimen yang tidak
tepat. Jika rekomendasi tidak ada dan litelaturnya berlawanan, pilihan harus berdasarkan atas
konsensus antara pekerja kesehatan gigi dan dokter yang menangani pasien. Jika pasien
dalam keadaan resiko tertinggi untuk mendapat dampak buruk dari endokarditis infektif,
maka rejimen biasa harus diberikan sebelum melakukan pengobatan gigi.
Kotak 7-6 keadaan jantung yang berhubungan dengan resiko tertinggi akan dampak
merugikan dari endokarditis
Rasional untuk profilaksis
- Katup jantung buatan
- Endokarditis sebelumnya
- Penyakit jantung kongenital (CHD) :
CHD sianosis yang tidak dipebaiki, termasuk menghindarkan tabrakan dan dilakukan
Kerusakan jantung kongenital yang diperbaiki seluruhnya dengan bahan atau alat
buatan, apakah disimpan pembedahan atau dengan kateter intravena, setelah 6 bulan
pertama prosedur.
CHD yang diperbaiki dengan kerusakan sisa pada tempat tertentu, atau berdekatan
dengan lokasi tampalan buatan atau alat (yang menghambat endoteliasi)
Penerima transplantasi jantung yang menderita valvulopati.
- Tidak diperlukan profilaksis
Dengan pengecualian keadaan jantung di atas, antibiotik profilaksis tidak lagi
direkomendasikan untuk hal yang lain kecuali CHD.
Penurunan katup mitral
Penyakit rematik jantung
Penyakit katup gigi seri
Pengapuran stenosis aorta
Keadaan jangtung kongenital :
Kerusakan ventrikuler septal
Kerusakan atrial septal
Kardiomiopati hipertropik
Dari Wilson W. Taubert KA, Gewitz M et al: Pencegahan dari endokarditis infektif: panduan
dari Asosiasi Jantung Amerika (AHA), Sirkulasi 116:1736,2007.
PROFILAKSIS UNTUK PERSENDIAN BUATAN
Asosiasi Kesehatan Gigi Amerika (ADA) Dan Akademi Bedah Ortopedi Amerika (AAOS)
terus merekomendasikan bahwa semua pasien yang menerima antibiotik profilaksis sebelum
mendapatkan prosedur pengobatan gigi tertentu pada saat 2 tahun setelah pemindahan sendi
total (kotak 7-7). Seperti keadaan prosedur profilaksis lainya, keadaan sendi, prosedur
pengobatan gigi, dan obat yang sesuai harus dipertimbangkan.
Lampiran D menyediakan alur untuk menentukan kapan profilaksis diperlukan pada pasien
dengan sendi buatan. Kotak 7-5 bisa memberi konsultasi untuk menentukan prosedur
pengobatan gigi mana yang memerlukan.
Apakah pemakaian antibiotik diindikasikan setelah pasien mengalami pembedahan
pemindahan akhir dua tahun harus ditentukan oleh mereka yang terlibat paling dekat dengan
kondisi pasien. Organisasi ADA dan AAOS merekomendasikan bahwa antibiotik
Tabel 7-8 rejimen obat antibiotik profilaksis untuk prosedur pengobatan gigi
Dosis oral
(1 jam
sebelum
prosedur)
Dosis
parenteral
(dosis
tunggal
diberikan
30 menit
sebelum
dilakukan)
Keadaan Obat Dew
asa
(mg)
An
ak
(m
g/k
g)
Dew
asa
(mg)
Ana
k
(mg
/kg)
Tidak alergi penisilin atau amoksilin (oral) Amoksisilin 2000 50
Tidak bisa dilakukan pengobatan peroral dan
tidak alergi terhadap penisilin dan ampisilin
Ampisilin
(IM/IV)
atau
Cefazolin (IM/IV)
atau
Seftroakson
(IM/IV)
2000
1000
1000
50
50
50
Alergi terhadap penisilin atau ampisilin dan
bisa dilakukan pengobatan peroral
Sepakselin ʈ
atau
Klindamisin
atau
Azitromisin
atau
Klaritromisin
2000
600
500
500
50
20
15
15
Alergi terhadap penisilin atau ampisilin dan
tidak bisa dilakukan pengobatan peroral
Sefazolin (IM/IV)
atau
Septriakson
(IM/IV)
atau
Klindamisin
(IM/IV)
1000
1000
600
50
50
20
IM, Intramuskuler; IV, intravena
Or obat lain dulu atau sefalosporin generasi kedua yang sebanding dengan dosi dewasa dan
anak
ʈ Sefalosporin tidak boleh dipakai oleh individu dengan riwayat anafilaksis, angiodema, atau
urtikaria karena penisilin dan ampsilin
Dimodifikasi dari Wilson W et al : pencegahan dari endokarditis infektif; panduan dari
asosiasi jantung amerika, sirkulasi 116:1736, 2007.
Kotak 7-7 Faktor resiko yang meningkat pada pasien dengan pergantian sendi total
Antibiotik profilaksis direkomendasikan untuk 2 tahun pertama setelah bedah penggantian
sendi total pada semua pasien. Antibiotik profilaksis biasanya diperlukan setelah 2 tahun
pada individu atau kelompok brikut ini :
- Individu imunokompromi dan imunosupresi, dan juga orang dengan :
Rematoid atritis atau lupus eritromateus sistemik
Imunosupresi karena obat atau radiasi
- Individu dengn komorbiditas sebagai berikut :
Infeksi sendi buatan sebelumnya
Kekurangan gizi
Hemofilia
Diabetes tipe 1
Malignansi (penyakit ganas)
Dari asosiasi kesehatan gigi amerika, akademi bedah ortopedi amerika: pernyataan: antibiotik
profilaksis untuk pasien gigi dengan penggantian sendi total, J Am Dent Assoc 134 (7):895,
2003. Hak cipta.@ 2003 asosiasi kesehatan gigi amarika. diadaptasi tahun 2009 dengan izin.
Berdasarkan Ching et al, Brause, Murray et al, Jacobnson et al, Johnson et al dan Bannister,
Jacobson et al (1986), dan Berbari et al (lihat..)
Sebelum prosedur pengobatan gigi, lebih dari 2 tahun setelah penggantian sendi, disiapkan
untuk orang yang imunokompromi atau memiliki beberapa keadaan kiomorbid (lihat kotak 7-
7). Lampiran D termasuk batang keputusan pada penggantian sendi total.
Keadaan medis nonkardiak
Pasien dengan keadaan tanpa masalah jantung bisa juga memerlukan pemberian antibiotik
profilaksis sebelum dilakukan prosedur pengobatan gigi, tetapi kurangnya kesepakatan
antara praktisi kesehatan untuk keadaan seperti ini menimbulkan kebingungan. Untuk
beberapa keadaan pada kelompok ini, ada sebuah konsensus bahwa antibiotik diindikasikan
atau tidak. Untuk kondisi lain ada sedikit konsensus. Seseorang harus berkonsultasi dengan
panduan yang terbaru yang dikeluarkan oleh AHA untuk menentukan antibiotik profilaksis
yang diperlukan.
Obat antijamur dan antivirus
Obat antijamur
Candida albikan, jamur mulut yang paling umum. Meskipun infeksi jamur jarang ditemui
dalam praktek kesehatan gigi, ketika infeksi tersebut muncul, hal tersebut seringkali susah
diobati. Tidak seperti infeksi bakteri sering membahayaka. Infeksi jamur lebih cenderung
terjadi pada pasien yang imunokompromi, dan infeksi ini bisa menjasi kronik. Infeksi jamur
bisa dibagi kelompok yang mempengaruhi terutama kulit dan mukosa dan kelompok yang
mempengaruhi seluruh tubuh (sistemik). Pekerja kesehatan gigi biasanya mengobati lesi kulit
atau mukosa, biasanya dalam sebulan. Lesi mukosa ini bisa diobati dengan obat antijamur
topikal atau sistemik.
Meskipun ada bermacam jenis kelompok jamur, dua kelompok umum adalah mirip kandida
dan tinea. Pekerja kesehatan gigi mengatasi infeksi jamur kandida mukosa, terutama yang
disebabkan C albican dengan nistatin, klortimazol, katekonazol, atau flukonazol (tabel 8-1).
Infeksi oleh tinea mempengaruhi kulit dan menyebabkan kulit atlet, “atlet gagal” dan cincin
cacing. Baik resep OTC maupun resep biasa diapakai untuk menangani kondisi tersebut
secara topikal. (tabel 8-2)
Infeksi kandida mukosa biasanya terjadi pada saluran vagina. Jika pasien bisa mengenali
gejala (kerena telah terinfeksi sebelumnya), obat antijamur OTC bisa dibeli dan digunakan.
Mikosis sistemik yang disebabkan jamur termasuk diantaranya adalah aspergilosis,
blastomitosis, kokidiodomikosis, kriptokokis, histoplasmosis, mukormikosis,
parakokidioidomikes, kromokokis, mesetoma, dan sporotrikosis bisa berkembang menjadi
infeksi jamur yang dalam. Infeksi serius ini berada di luar jangkauan dari bab ini. Gambar 8-1
memberikan gambaran perbandingan obat antijamur.
Tabel 8-1 obat antijamur yang berguna untuk pengobatan gigi untuk kandidiasis oral
Nama obat Bentuk yang
berguna untuk
infeksi gigi
Komentar Dosis Dosis (gm)
Nistatin
(mycostatin,
Nilstat, dll)
Klotrimazol
(Mycelex)
Ketokonazol
(Nizoral)
Flukonazol
(Diflucan)
Suspensi cair,
tablet vagina,
salep, pastiles
Tablet (bentuk
belah ketupat)
Tablet oral
(200mg), krim
Tablet oral (50,
100.150,
200mg)
Efek samping
tidak biasa
terjadi
Mual
Hepatotoksisitas
, anafilaksis,
interaksi obat
Suspensi: 5 ml
qid
Tablet vagina: 1
qid
Pastiles: satu 4-5
kali/ hari
Tablet: larutkan
1-5 kali/ hari
Tablet: 1atau 2
tablet /hari,
krim: oleskan
satu/ dua kali
perhari
200 mg pada
hari pertama;
lalu 100 mg
/hari
2,5* (50%)
0,9 (90%)
Tidak tersedia
Tidak tersedia
Tidak tersedia
qid, empat kali perhari
*, sukrosa
0,4 gm sukrosa + 0,8 gm glukosa
Glukosa
Tabel 8-2 obat antijamur topikal
Nama obat Rute Spektrum
OTC
Asam udesiklin (Desenex,
Cruex)
Tolnaftat (Tinactin, Aftate)
Mikonazol (Fungoid,
Serbuk, salep, krim, cairan,
busa, sabun
Krim, serbuk, cairan, larutan,
gel, aerosol
Krim, serbuk, semprotan,
Tinea
Tinea
Kandida
Micatin, Monistat-derm)
Klotrimazol (Lotrimin,
Mycelex)
Butokonazol (Femstat)
Sulkonazol (Exelderm)
Triasetin (Enzactin)
Haloprogin (Halotex)
Terbinafin (Lamisil)
Butenafin (Mentax)
Neftifin (Naftin)
Siklopirok (Loprox, Peniac)
Ekonazol (Spectazole)
Ketokonazol (Nizoral)
tingtur
Krim, larutan
Krim
Krim, larutan
Krim, salep
Krim, larutan
Krim, larutan
Krim
Krim, gel
Losion, larutan
Krim
Krim, sampo
Kandida
Kandida
Tinea
Trikopitron
Tinea
Kandida, trikopiton
Tinea
Tinea
Kandida, tinea
Kandida, tinea
Kandida, tinea
OTC, obat tanpa resep Rx, obat dengan resep
Nistatin
Adalah obat antijamur yang diresepkan yang dihasilkan oleh Streptomikes Nursei.
Mekanisme kerjanya adalah dengan cara berikatan dengn sterol pada membran sel jamur. Hal
tersebut mengakibatkan peningkatan permeabilitas membran dan menyebabkan kebocoran
Kalium dan konstituen seluler penting lainya. Karena bekteri tidak memiliki sterol, maka
nistatin tidak aktif melawan bakteri.
Nistatin tidak diserap pada membran mukosa atau melalui kulit yang intak, diserap dengan
buruk pada saluran cerna. Dosis terapi biasa untuk obat ini, kadar obat pada darah tidak
terdeteksi. Ketika diberikan peroral, obat tersebut tidak diserap, tetapi dieksresi tanpa diubah
melalui feses. Nistatin bersifat fungisidal dan fungistatis melawan beragam jenis cawan dan
jamur. Secara invitro, nistatin menghambat C albican dan spesies lain dari Candida.
Reaksi merugikan yang berhubungan dengan nistatin termasuk sedikit dan jarang terjadi.
Dipakai secara topikal atau oral (melalui saluran cerna), diserap sedikit. Ketika diberi dosis
lebih tinggi efek seperti mual, muntah, dan diare biasa terjadi. Jarang sekali reaksi
hipersensitifitas tarjadi.
Nistatin dipakai sebagai pengobatan dan pencegahan untuk kandidiasai oral pada kasus yang
rentan. Meskipun Kandida albikan sering menempati rongga mulut, hanya dalam keadaan
tertentu organisme ini menyebabkan penyakit. Seringkali, pasien yang terinfeksi adalah yang
mengalami imunokompromi.
Untuk pengobatan kandidiasis oral, nistatin tersedia (lihat tabel 8-1) dalam bentuk suspensi
cairan (100.000 U/ml) mengandung 50 % sukrosa. Petunjuk bagi pasien adalah untuk
mendesir, mengaduk dan meludah atau menelan 5 ml (1 tsp) empat kali perhari. Suspensi
tersebut harus tetap ada pada mulut selama 2 menit untuk memberikan efek terbaik. Untuk
bayi dan anak-anak dengan yang sariawan, setengah atau satu tetes penuh (2,5 ml)
ditempatkan pada tiap sisi dari mulut dan diusapkan pada relung mulut dan lesi. Jika ditelan,
penderita diabetes yang memakai suspensi ini harus menggunakan gula sebanyak (2,5 gm
sukrosa per tsp) ketika berencana untuk memakai insulin atau makan.
Nistatin berasa seperti likorice, adalah ruberi, dan juga mengandung gula. Umpan balik
informal telah diindikasikan bahwa pasien dengan tidak dapat menerima dosis seperti ini.
Keuntungan dari persiapan seperti ini adalah hanya diperlukan waktu selama 15 menit untuk
lozenges untuk terlarut pada mulut, dengan demikian memandikan lesi dalam obat antijamur
dalam periode yang lebij lama. Obat tersebut diperbolehkan untuk dilarutkan di mulut empat
kali sehari. Pekerja kesehatan gigi harus harus mendiskusikan kebiasaan pasien dalam
merawat kesahatan mulut, terutama ketika pasien menelan obat-obat kariogenik tersebut.
Nistatin tersedia dalam bentuk tablet vagina, untuk dipakai pada penyakit infeksi vagina,
biasanya tablet vagina tersebut bisa dipakai peroral. Obat tersebut dilarutkan pada mulut
empat kali perhari. Keuntungan tablet oral yang dipakai sebagai lozenges adalah obat tetap
kontak dengan mukosa yang terinfeksi lebih lama dari pada dalam bentuk suspensi dan tidak
mengandung gula. Kerugiannya adalah obat tersebut tidak mempunyai rasa ketika dipakai
peroral.
Pasien harus diinstruksikan untuk memakai produk nistatin selama 10-14 hari, tergantung
parahnya infeksi. Atau selama 48 jam setelah gejala dikesampingkan dan kulturnya menjadi
negatif kultur biasanya tidak dilakukan. Beberapa pasien, terutama yang imunokompromi,
mungkin memerlukan obat antibodi profilaksis jamur jangka panjang untuk mengendalikan
kandidiasis.
Imidazol
Imidazol berguna dalam kedokteran gigi adalah klotrimazol, mikonazol dan ketokonazol.
- Klotrimazol
Adalah obat antijamur sintesis tersedia dalam sediaan yang lambat terlarut, lozenge yang
mengandung gula untuk pemakain oral. Juga tersedia dalam bentuk krim OTC untuk
penggunaan topikal pada kulit atau vagina.
Mekanisme kerja obat ini melibatkan perubahan permeabilitas membran sel. Berikatan
dengan fosfolipid pada membran sel jamur. Sebagai hasil dari perubahan pada permeabilitas,
membran sel kehilangan fungsinya sebagai konstituen sel.
Klotrimazil tablet : 1 kotak = 70 lozenges. Klotrimazol lozenges terlarut kira-kira 15-30
menit. Pesien dengan xerostomia memiliki kesulitan dalam melarutkan obat ini. Konsentrasi
saliva yang mencukupi untuk menghambat kebanyakan spesies kandida yang berada di
mulut kira-kira selama 3 jam. Obat terikat pada mukosa oral. Dimana obat tersebut secara
perlahan dilepaskan. Jumlah klotrimazol yang diserap secara sistematis oleh rute ini tidak
diketahui, tetapi penyerapan dalam jumlah kecil terjadi. Tiap tablet lozenge mengandung 0,9
gm glukosa. Spektrum kerja dari klotrimazol terutama melawan kandida albikan. Efek
samping merugikan yang palin umum adalah berhubungan dengan saluran pencernaan,
termasuk sakit perut, diare, mual. Klotrimazol telah dilaporkan untuk menyebabkan
peningkatan kadar enzim hati (aspartat amino tranferase) kira-kira 15 % dari jumlah pasien.
Klotrimazol sistemik telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) kategori C
kehamilan. Dosis yang sangat tinggi menyebabkan embriotoksik pada tikus dan mencit.
Dosis tinggi bisa menyebabkan ganguan perkawinan dan menurunkan jumlah maupun bayi
yang selamat dalam kelahiran. Tidak ada efek teratogenik yang ditemukan pada beberapa
spesies selain tikus. Tidak ada karsiogenisitas ditunjukkan pada tikus.
Klotrimazol diindikasikan untuk pengobatan lokal pada kandidiasis orofaringeal. Pasien
seharusnya dianjurkan untuk melarutkan lozenges perlahan-lahan pada mulut, seperti obat
batuk tetes, untuk menurunkan ketidaknyamanan di perut. Pasien juga harus diberitahukan
untuk mengkonsumsi semua obat yang diresepkan untuk mencegah kekambuhan. Dosis
dewasa leguler adalah 1 lozenge (10 mg) lima kali perhari selama 10-14 hari (atau lebih lama
untuk pasien dengan imunikompromi) atau 48 jam setelah gejala hilang. Beberapa klinisi
menyarakan untuk melarutkan satu buah klotrimazol 100 mg (Mycelex) tablet vagina empat
kali perhari pada rongga oral, seperti lozenge atau tablet. Keuntungan tablet vagina yang
dipakai seperti lozenge adalah obat tetap kontak dengan mukosa oral yang terinfeksi lebih
lama daripada bentuk suspensi dan tidak mengandung gula. Kerugiannya adalah rasanya
tawar untuk pemakaian oral.
Ketokonazol
Ketokonazol, imidazol jenis lain yang digunakan pada kedokteran gigi, merubah membran
seluler dan mengganggu enzim intraseluler. Dengan gangguan pada sintesis ergosterol,
komponen seluler dari jamur, permeabilitas membran berubah dan transport purin dihambat.
Imidazol menghambat asetilasi C-14 dari lanosterol, sebuah prekursor ergosterol. Juga
menghambat biosintesis steroid sex, termasuk testoteron, mungkin dengan memblokade
beberapa langkah dari enzim P-450. Farmakokinetiknya, untuk penyerapan sistemik yang
mencukupi dari ketokonazol, lingkungan bersifat asam diperlukan. Pasien dengan aklorhidra
harus mengkonsumsi ketokonazol dengan asam aklorhidra (gunakan sedotan untuk
meminalisir kerusakan gigi). Pengobatan yang mengganggu peroduksi asam perut, seperti
H2 bloker atau antagonis H2 reseptor (H2-RA) dan penghambat pompa proton, mengurangi
penyerapan ketokonazol. Jika ketokonazol harus harus diapakai bersama dengan obat yang
mengurangi keasaman perut, ketokonazol harus di berikan selama mungkin sebelum atau
sesudah pemberian obat yang mengurangi asam. Semua jenis obat imidazol antijamur
memerlukan lingkungan yang asam untuk mendapatkan penyerapan yang optimal. Dengan
pengecualian pada cairan serebrospinal, dengan baik didistribusikan pada manusia. Melewati
plasenta dan dieksresi pada air susu. Konsentrasi puncak pada serum terjadi antara 1 dan 4
jam setelah pemberian obat. Ketokonazol dimetabolisme di hati, dan kira-kira 13 % di
eksresi oleh ginjal, dengan waktu paruh antara 2-8 jam. Karena kontribusi yang kecil dari
ginjal dalam eksresi ketokonazol, pasien dengan gangguan fungsi ginjal tidak biasanya
memerlukan penurunan dosis. Karena rute utama dari eksresi ketokonazol adalah empedu,
pasien yang memiliki ganguan hepatik memerlukan dosis yang lebih rendah.
Spektrum. Ketokonazol efektif melawan bereagam jenis infeksi jamur. Diindikasikan pada
banyak infeksi jamur sistemiki, termasuk blastomikosis, kandidiasis, kokidioidomikosis dan
histoplasmosis. Meskipun efektif melawan organisme yang menyebabkan tinea, bukan
merupakan obat pilihan kecuali obat tradisional telah gagal.
Efek merugikan
Efek pada saluran cerna. Efek merugikan yang paling sering terjadi (3 sampai 10 %)
berhubungan dengan ketokonazol adalah mual dan muntah dan bisa dikurangi dengan cara
pemakaian ketokonazol dengan makanan.
Hepatotoksisitas. Efek merugikan yang paling serius berhubungan dengan ketokonazol
adalah hepatotoksisitas. Kejadiannya kira-kira 1 : 10.000. biasanya terbalikkan pada
penghentian obat, tetapi biasanya fatal. Diperkirakan bahwa reaksi idiosinkrasi bisa saja
terjadai setiap saat. Dengan pemakaian yang diperpanjang, pasien harus melakukan tes fungsi
hati berkelanjutan. Pasien yang mengkonsumsi obat hepatotoksis lainnya, pasien dengan
penyakit liver (contoh: hepatitis alkoholis), atau pasien yang mengalami perpanjangan waktu
terapi harus diawasi secara dekat karena pasien tersebut bisa lebih rentan terhadap
hepatotoksisitas ini.
Ketokonazol pada dosis yang lebih tinggi menghambat sekresi kortikosteroid dan
menurunkan kadar testoteron pada serum pada pria hal tersebut bisa menyebabkan
ginekomastia dan impotensi (lemah syahwat). Efek merugikan tersebut khas terjadi pada
ketokonazol.
Efel lainnya. Efek meruhikan lainnya yang pernah dolaporkan termasuk sakit kepala, pusing,
lemas, fobiacahaya, ruam kulit, pruritus dan insomnia. Demam, menggigil, dispnea, tinitus,
artlargia, dan trobositopenia telah terjadi pada beberapa orang pasien. Jika ketokonazol
diberikan secara topikal, iritasi, pruritus dan rasa menyengat (pedas) adalah efek samping
yang paling sering terjadi.
Pertimbangan pada masa kehamilan dan menyusui. Penelitian pada hewan telah
menunjukkan bahwa ketokonazol bersifat teratogenik. Kategori FDA untuk kehamilan dalah
C. Karena katekonazol dieksresi pada air susu resiko keuntungan dan kerugian harus
dipertimbangkan pemkaiannya pada ibu yang menyusui.
Interaksi obat. Ketokonasol memiliki banyak interaksi obat yang telah dilaporkan pada
literatur. Karena suasana asam diperlukan untuk pelarutan dan penyerapan ketokonazol, obat
yang mengubah asam di perut secara teori dapat mengurangi penyerapan ketokonazol (H2-
RA, penghambat pompa H+, obat antikolinergik dan antasid). Kira-kira 2 jam setelah berlalu
sesudah menelan obat-obat tersebut bersama ketokonazol.
Ketokonazol menghambat sitokromP(CYP)-450 3A4 isoenzim mikrosomal hepatik, bisa
menghasilkan interaksi obat dengan banyak obat lain juga dimetabolisme oleh isienzim ini.
Ketokonazol bisa meningkatkan kadar serum siklosforin, warfarin, kortikosteroid, penitoin,
digoxin, lovastatin, simvastatin.
Isiniazid, penitoin dan teofilin bisa menurunkan kadar serum ketokonazol ketokonazol tidak
seharusnya dipakai dengan rifampin karena rifampin bisa menyebabkan kadar obat pada
darah tidak terdeteksi. Ketokonazol bisa menurunkan efek alat kontrasepsi oral, alternatif
metode pengendalian kelahiran harus dianjurkan. Ketokonazol bisa menyebabkan reaksi
mirip disulfram atau meningkatkan hepatotoksisitas bersama alkohol.
Pemakaian
Kesehatan gigi. Ketokonazol diindikasikan untuk pengobatan dan manajemen kandidiasis
mukosa dan orifaringeal (sariawan oral). Bisa dipakai untuk profilaksis pada kandidiasis
mukosa kronis. Karena reaksi yang merugikan, ketokonazol harus digunakan hanya jika
pemakaian obat antijamur topikal tidak efektif, atau ada alasan kuat mengapa obat topikal
tersebut tidak akan efektif.
Medis. Ketokonazol diindikasikan untuk pengobatan kandidiasis, hjistoplasmosis,
parakokidiodimikosis. Juga digunakan untuk mengobati dermatofitosis kulit membandel
seperti tinea corporis, tinea kuris, tines versikolor, dermatitis sebeorheik.
Dosis. Dosis dewasa untuk ketokonazol pada pengobatan kandida sp adalah 200-400 mg
secara oral (PO) perhari (qd). Harus dipakai setidaknya selama 2 minggu, dan selama 6-12
bulan mnungkin diperlukan untuk kandidiasis mukosa kronis. Terapi perawatan mungkin
perlu untuk pasien tertentu. Ketokonazol tersedia untuk pemakain secara topikal dalam
bentuk krim dengan kadar 2 % untuk pengobatan tinea atau infeksi kandida. Diberikan satu
atau duankali sehari selama kira-kira 2 minggu. Ketokonazol (Nizoral) sampo dipakai dua
kali perminggu untuk mengatasi ketombe, kondisi yang disebabkan jamur.
- Imidazol jenis lain
Imidazol jenis lain, seperti flukonazol, obat antijamur oral, dipakai untuk menghobati infeksi
jamnur tertentu. Flukonazol mencegah sintesis ergosterol pada sel membran jamur, dengan
cara menghambat enzim CYP-450 jamur. Fosfolipid dan asam lemak tak jenuh terakumulasi
pada sel jamur.
Flukonazol diindikasikan untuk pengobatan kandidiasi orofaringeal atau esofageal dan
infeksi kandida sistemik yang serius. Satu tablet flukonazol diindikasikan untuk mengobati
kandidiasis vagina. Flukonazol dipakai untuk profilaksis melawan infeksi kandidiasis pada
pasien imunokompromi atau pada pengobatan kandidiasis yang tidak memberi respon
terhadap obat lainnya.
Itrakonazol imidazol sistemik jenis lain, dipakai untuk mengobati blastomikosis,
histoplasmosis, dan aspergilosis, merupakan obat antijamur pertama yang efektif mengobati
onkomikosis kuku jari kaki dan kuku jari tangan.
Obat antijamur lain
- Ampoterisin B
Obat yang penting untuk mengobati beragam infeksi jamur sistemik yang serius adalah
ampoterisin B (Fungizone). Karena efek sampingnya maka obat ini memiliki julukan
“Amfoterrible”. Harus dipakai secara perenteral karena diserap dengan buruk pada saluran
cerna.
Ampoterisin dihasilkan oleh Streptimikes nodosus. Berikatan dengan sterol pada membran
sel jamur, mengubah permeabilitas membran, dan memungkinkan hilangnya kalium dan
molekul kecil dari sel jamur.
Spektrum amfoterisin meliputi banyak jenis jamur, seperti galur tertentu Aspergilus,
Parakokidioides, Kokodioides, Kriptokokus, Histoplasma, Mukor, dan organisme kandida.
Juga efektif melawan protozoa yaitu Leismania.
Gambar 8-2 proses mitosis
Reaksi merugikan yang berhubungan dengan amfoterisin kisarannya luas dan berpotensi
serius, tetapi seringkali merupakan satu-satunya pengobatan yang efektif untuk pengobatan
infeksi jamur sistemik yang serius. Banyak pasien yang mengalami hipokalemia, sakit kepala,
menggigil (50%), demam, malaise, keluhan saaluran cerna, nefrotiksisitas (80 %).
Amfoterisin memiliki potensi interaksi obat yang banyak.
Amfoterisin topikal telah menyebabkan rasa terbakar, rasa gatal, dataua dalam kasus yang
jarang terjadin yaitu dermatiyis kontak. Tersedia dalam bentuk krim 3% dan selep. Sediaan
amfoterisin parenteral adalah liposomal dan kolesteril.
- Griseofulvin
Griseovulvin (Fulvicin, Grisaktin ultra, Gris-PEG) adalah antibiotik yang dihasilkan
Pensilium griseovulvum. Kerja antijamurnya dihasilkan dengan cara mengganggu struktur
kumparan mistosis dan menangkap pembelahan sel pada metafase (gambar 8-2) tidak seperti
kebanyakan obat, penyerapan griseovulvin meningkatkan jika dikonsumsi bersama makanan
yang berlemak. Secara kuat berikatan dan lebih suka mengendap pada prekursor keratin yang
sakit (kuku, kulit dan rambut). Spektrum obat ini termasuk Tinea (contoh : ringworm),
Trokopiton, Mikrosporum, dan Epidermopiton sp tetapi tidalk termasuk organisme kandida.
Reaksi yang merugikan dari obat ini termasuk sakit kepala, gangguan saluran cerna,
pertumbuhan berlabih organisme kandida albikan pada rongga mulut (sariawan). Reaksi
hipersensitifitas termasuk urtikaria, fotosensitifitas, reaksi seperti lupus. Kemungkinan
terjadinga sensitifitas silang dengan pensilin harus dipertimbangkan, karena organisme yang
menghasilkan griseovulvin adalah segolongan dengan penisilin. Depresi fungsi pembentuakn
sel darah dan karsiogenisitas pada hewan percobaan telah terjadi. Bisa juga menimbulkan
reaksi mirip disulfiram.
Griseovulvin diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang peka pada kulit, rambut, dan kuku.
Karena obat ini hanya tersimpan pada jaringan yang tumbuh, durasi pengobatan tergantung
dari waktu yang diperlukan pada daerah yang terinfeksi untuk tumbuh sepenuhnya, bisa
dimulai dari 2 sampai 8 bulan. Meskipun tidak ada kegunaan yang diketahui untuk
kedokteran gigi, efek samping dari griseovulvin yaitu supresi pembentukan sel darah dan
infeksi kandida oral, harus di pertimbangkan jika pasien dengan penyakit gigi mendapatkan
obat ini.
OBAT ANTIVIRUS
Pencarian akan obat yang berguna untuk infeksi virus telah memberikan masalah yang
terbesar pada semua jenis organisme infeksius. Hal ini dikarenakan virus merupakan
organisme intraseluler obligat yeng memerlukan kerjasema dengan sel inangnya. Oleh karena
itu untuk membunuh virus seringkali sel inang juga harus dirugikan. Virus herpes, karena
lokasi lesi disekitar rongga mulut atau dalam beberapa kasus ada pada jari dokter gigi atau
jari perawat. Telah menjadi suatu hal yang menarik bagi pekerja kesehatan gigi. Sekarang,
gejala penyakit AIDS telah terlihat secara klinis pada mulut, pengobatan virus ini menjadi hal
yang penting. Tabel 8-3 memperlihatkan daftar obat antivirus dengan rute pemberian dan
indikasinya.
Tabel 8-3 obat antivirus, tidak termasuk obat HIV (Human Immunodificiency Virus)
Nama obat Rute Indikasi Komentar
Asiklovir (Zovirax)
Pensiklovir (Denavir)
Dokosanol (Abreva)
Vidarabin (Ara-A,
PO, topikal, IV
Topikal
Topikal
Herpes primer dan
kambuhan pada
pasien
imunokompromi
Herpes simplex
labialis oral (sakit
dingin)
Herpes simplex
Lokal : rasa terbakar
Oral : mual, efek SSP
Tersedia tanpa resep
(OTC)
Iritasi, priritus,
Vira-A)
Idoksuridin (IDU,
Herplex, Stoxil)
Gansiklovir
(Cytovene)
Ribavirin (Virazole,
Rebetol, Copegus)
Amantidin
(Symmetrel)
IV, salep optalmik
Salep optalmik,
larutan
IV, IM, SC, PO
Aerosol, PO
PO
labialis oral
Herpes ensevalitis,
keratokonjungtivitis,
keratitis epitel
mambandel
Herpes simplex
keratitis
CMV retinitis
(AIDS):pencegahan
penyakit CMV
(transplantasi)
Bayi dengan RSV
yang parah
Profilaksis untuk
virus influenza A
edema, inflamasi
Granulositopenia
Sangat mahal, susah
untuk dimasuki,
memerlukan mesin
khusus
Juga dipakai untuk
mengobati penyakit
parkinson
AIDS, Acquired Immunodeficiancy Syndrome; CMV, Cytomegalovirus; SSP, Susunan Saraf
Pusat; IM, Intramuskuler; IV, Intravena; OTC, Over the conter; PO, PerOral; RSV,
Respiratory syncytical virus; SC, Subkutan.
HERPES SIMPLEX
Herpes simplex berhubungan dengan “sakit dingin” dan pekerja kesehatan gigi meminta
“sesuatu untuk membantu”. Kebanyakan obat antivirus berupa analog purin atau pirimidin
yang menghambat sintesis DNA.
- ASIKLOVIR
Asiklovir merupakan nukleosida purin yang bekerja dengan cara menghambat replikasi asam
deoksiribonukleat (DNA). Jauh lebih rendah toksisitasnya terhadap sel normal yang tidak
terinfeksi, karena lebih cenderung diambil oleh sel yang terinfeksi. Pada sel inang, asiklovir
terfosforisasi dengan rendah. Hal tersebut menjelaskan efek merugikan yang rendah dari obat
tersebut.
Farmakokinetik. Ketika obat ini diberikan peroral, antara 15-30 % obat terserap.
Konsentrasi puncak timbul setelah 2 jam. Makanan tidak mempengaruhi penyerapan obat.
Asiklovir disebarkan secara luas pada seluruh permukaan tubuh. Kira-kira 10 % dari sebuah
dosis asiklovir dimetabolisme di hati.
Spektrum. Aksi antivirus bernama asiklovir termasuk beragam jenis virus herpes, termasuk
herpes simplex tipe 1 dan 2 (HSV-1 dan HSV-2), varisela zoster, Eiptein-barr, Herpesvirus
simiae (B-virus), dan sitomegalovirus. Beberapa mekanisme resistensi terhadap asiklovir
telah diketahui.
Pemakaian topikal. Ketika dipakai secara topikal, obat tersebut menghasilkan rasa terbakar,
rasa tersengat, atau sakit ringan pada 1/3 jumlah pasien.
Pemakaian oral. Salah satu dari efek merugikan yang paling umum berhubungan dengan
pemkaian asiklovir oral adalah sakit kepala (13 %). Efek pada SSP lainya adalah vertigo,
pusing, lelah, insomnia, iritabilitas, dan depresi mental. Obat ini umumnya menyebabkan
reaksi merugikan pada saluran cerna yaitu mual, muntah, diare. Kurang nafsu makan dan rasa
tidak enak di mulut jarang terjadi. Efek samping lainya yang berhubungan dengan asiklovir
oral adalah jerawat, rambut rontok, artlargia, demam, ganguan menstruasi, sakit tenggorokan,
limfadenopati, tromboplebitis, edema, keram otot, sakit kaki, palpasi.
Pemakaian perenteral. Dengan pemakaian perenteral reaksi lokal pada daerah suntikkan
adalah efek samping yang paling sering terjadi yaitu : iritasi, eritrema, sakit, plebitis. Karena
asiklovir bisa mempresipitasi tubulus ginjal, biasanya akan mempengaruhi urea nitrogen
darah atau kadar kreatinin serum. Gejala ensefalopati termasuk letargi, obtundasi, tremor,
pusing, halusinasi, agitasi, kejang, dan koma telah dilaporkan pada jumlah 1 % dari pasien
yang mendapatkan asiklovir peroral.
Pemakaian
Topikal. Indikasi untuk asiklovir topikal termasuk herpes genitalis tahap awal dan herves
simplex pada pasien yang mengalami imunokompromi. Asiklovir topikal tidak efektif untuk
pengobatan herpes simplex yang membandel dan infeksi herpes labialis pada pasien yang
tidak imunokompromi. Memang hal tersebut bisa menurunkan durasi perkembangan virus
pada laki-laki dalam beberapa jam. Pengobatan tersebut tidak mencegah transmisi dari
infeksi, dan tidak mencegah kekambuhan. Meskipun litelatur yang ada tidak mendukung
pemakaian asiklovir topikal untuk menangani herpes labialis dalam perawatan penyakit gigi,
yang digunakan secara ekstensif. Tidak ada produk asiklovir yang disetujui untuk pengobatan
herper labialis membandel pada pasien imunokompeten.
Secara oral. Preparat oral dari asiklovir diindikasikan untuk pengobatan awal dari penyakit
herpes simplex genitalis dan penanganan infeksi herpes simplex genitalis membandel baik
pada pasien yang imunokompromi maupun yang tidak imunokompromi. Obat tersebut efektif
sebagai profilaksis infeksi herpes genitalis membandel pada kedua macam pasien tersebut.
Tidak diindikasikan untuk supresi dari herpes genitalis membandel pada pasien dengan
infeksi ringan.
FARMAKOLOGI OBAT ANTIINFEKSI DAN ANALGESIK
BEDAH ORAL DAN MAKSILOFASIAL (dr maman)
PENDAHULUAN
Banyak jenis obat yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengatasi infeksi daerah mulut dan rahang serta wajah.Obat-obat tersebut tergolong antibiotika,anti fungi,antivirus,antiinflamasi dan analgesik
Antibiotika adalah subsrat yang dihasilkan berbagai microorganisme antara lain dihasilkan oleh bakteria dan jamur yang mampu menekan pertumbuhan mikooganisme lain dan umumnya membinasakannya.
Adalah hal yang sangat perlu diketahui bahwa antibiotik bekerja secara selektif melawan microorganisme dan berbeda dengan desinfektan dan antiseptik yang memiliki toksisitas baik terhadap sel manusia maupun sel mikroorganisme.
Antibiotka diklasifikasikan menjadi antibiotika yang bersifat bakterisidal dan bakteriostatik.Bakterisidal adalah antibiotika yang membunuh langsung bakteri sedangkan bakteriostatik adalah obat yang mempengaruhi reproduksi bakteri.Secara umum bakteri yang bersifat bakterisidal menghambat sintesis dinding sel bakteri.Walaupun antibiotika yang menghambat sintesis protein bakteri adalah bakteriostatik akan tetapi beberapa antibiotika tersebut menunjukkan efek bakterisidal.Walaupun antibiotika golongan bakterisidal telah direkomendasikan penggunaannya untuk pengobatan infeksi akut daerah mulut dan rahang serta wajah akan tetapi efektifitasnya tidak terlalu nyata, berbeda dengan golongan bakteriostatik yang diberikan pada pasien-pasien yang memilki daya tahan normal.
GOLONGAN DAN SIFAT-SIFAT BAKTERI.
Antbiotika biasanya digolongkan berdasar struktur kimia
Dibawah ini pada tabel 29.7 adalah golongan antibiotika yang sangat bermakna penggunaannya pada infeksi mulut,rahang dan wajah.
SIFAT-SIIFAT ANTIBIOTIKA YANG DIGUNAKAN PADA PENGOBATAN INFEKSI MULUT,RAHANG DAN WAJAH.
Penisilin: Bakterisidal,tergantung waktu dan reaksi hipersensitifitas Sefalosporin;Bakterisidal,tergantung dosis,dan reaksi hipersensitifitas Karbapenem:Bakterisidal,tergantung dosis,dan reaksi hipersensitifitas
Macrolid: Bakteriostatik,tergantung dosis,interaksi obat
Klidanisin: Bakteriostatik,tergantung dosis,menimbulkan diare,kolitis pseudomembranosa
Tetrasiklin: Bakteriostatik,tergantung dosis,perubahan warna gigi
Aminoglicosid: Bakerisid,tergantung konsentrasi ,Nero and ototoxic
Fluoroquinolon:Bakterisidal,tergantung konsentrasi, artralgia,interaksi dengan NSAIDS
Glicopeptida:Bakerisidal,tergantung waktu,Nefrotoksik
Metronidazol: Bakerisidal,tergantung koncentratio,headache,nausea
BETA-LAKTAM
Antibiotik Bet-laktam telah digunakan secara baik untuk pencegahan maupun untuk pengobatan berbagai jenis infeksi pada manusia.
Tergolong kedalamnya: Penisilin,Sefalosporin,Karbapenem
Struktur kimia:Terdiri dari cincin B-laktam,berefek bakterisidal,menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri.
MemIliki keuntungan karena merupakan zat yang targetnya dinding sel bakteri sedang terhadap sel manusia tidak berefek.
RESISTENSI TERHADAP BETA- LAkTAM
Resitensi terhadap B-laktam meningkat kejadiannya secara dramati,mekanisme resistensi meliputi:
1.Munculnya bakteri yang menghasilkan enzim betalakamase yang menghidrolisis
antibiotik beta-laktan
2.Timbulnya perubahan PBP.
3.Penurunan masuknya antibiotk atau keluarnya antibiotik dari dinding sel bakteri.
PENISILIN
Merupakan sejarah yang panjang dan tetap dikenang bahwa antibiotik yang merupakan antimikroba paling penting,yaitu Penisilin telah dihasilkan pertama kali oleh hasil penemuan Aleksander Fleming pada tahun 1928.
Golongan penislin memiliki toksisitas langsung yang minimal.Namun reaksi hipersensitifitas merupakan efek yang merugikan yang sering terjadi
Secara keseluruhan reaksi yang ditimbulkan oleh penisilin bervarissi antara 0.7 -10 % pada berbagai penlitian yang berbeda.
Penisilin G,Penisilin V,Ampisilin and Amoksilin merupakan antibiotika yang sering digunakan pada infeksi daerah mulut,rahang dan wajah,karena efektifitasnya yang tinggi dan toksisitasnya yang rendah.
Penisilin G and penisilin V memiliki memiliki spektrum yang lebih sempit
dibandingkan ampisilin dan amoksilin
SEFALOSPORIN
Absorpsi sefalosporin dari saluran cerna dan kadar puncak dalam serum dan dibanding dengan serum amoksilin cukup tinggi,sedangkan harganya lebih tinggi dibandingkan dengan preparat lainnya.
Beberapa dari preparat golongan ini memiliki spektrum sempit sedangkan yan lainnya
memiliki spektrum luas.
Sefalosporin terdiri dari empat generasi.
Sefalosporin generasi pertama:
Generasi pertama memilki aktifitas baik terhadap bakteri Gram positif seperti
streptokkokus dan stapilokokus dan memiliki aktifitas lebih rendah terhadap bakteri
Gram negatif.
Contoh preparat golongan ini::Cefazolin and Cephalexin
Sefalosporin generasi kedua
Generasi ini memiliki aktifitas tinggi terhadap bakteri Gram negatif tetapi memiliki
aktifitas lebih lemah terhadap bakteria Gram positif dibandingkan dengan generasi
pertama.
Contoh generasi sefalosporin generasi kedua:
Sefuroksim,cefaklor,cefodoksim,and cefmetazol.
Sefalosporin generasi ketiga.
Kurang aktif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan dengan obat-obat generasi kedua sedangkan generasi ketiga ini memiliki aktifitas lebih baik terhadap bakteri Gram negatif termasuk beberapa bakter penghasil enzim betalaktamase seperti Pseudomonas aeruginosa dan spesies Enterobakter
Sefalosporin memiliki toksisitas yang rendah.Walaupun demikian sebagaimana penisilin,sefalosporin sering menimbulkan efek samping berupa reaksi alergi,dan angka kejadian alergi ini dilaporkan antara 1-3 % pada pasien yang terpapar sefalosporin.Reaksi utama yang tersering adalah ruam kulit dan walaupun demikian dapat terjadi reaksi anafilaksis.
Karena persamaan struktur antara penisilin dengan golongan sefalosporin pasien-pasien yang mengalami reaksi alergi terhadap salah satu obat dari kedua golongan ini dapat mengalami reaksi silang apabila salah satu dari golongan ini digunakan.Umumnya kejadian reaksi silang lebih jarang terjadi pada sefalosporin generasi dua,tiga dan empat daripada generasi kesatu.
Peningkatan terjadinya risiko reaksi alergi terhadap salah satu jenis sefalosporin pada pasien yang alergi terhadap penisilin menjadi lebih kecil daripada yang diperkirakan sebelumnya,dan 5-10 % pasien-pasien yang alergi terhadap penisilin memiliki potensi timbulnya alergi terhadap sefalosporin
Karbapenem
Golongan ini memiliki spektrum aktifitas antimikroba yang sangat luas dan jarang mengalami resistensi terhadap berbagai bakteri golongan Beta-laktamase. Aktivitas antimikrobia antibiotika karbapenem tinggi.Termasuk golongan karbapenem adalah imipenem and meropenem.Keduanya baik imipenem maupun meropenem diberikan secara parentereral.
Terdapat kontroversi pada penggunaan sefalosporin di klinik pada pasien-pasien yang alergi terhadap penisilin.Panduan berdasarkan bukti-bukti yang dikeluarkan oleh American of Pediatrics,baru-baru ini,telah menyetujui penggunaan sefalosporin digunakan untuk pasien-pasien dengan riwayat alergi terhadap penisilin,untuk pengobatan sinusitis bakterialis akut,dan pasien-pasien yang menderita otitis media akuta.Walaupun demikian penggunaan sefalosporin pada pasien yang meemiliki kemungkinan alergi terhadap penisilin memerlukan pertimbangan yang cermat.
PENGHAMBAT BETA -LACTAMASE
Obat-obat penghambat Beta-lactamase berikatan dengan Beta-laktamase dan diaktifkan olehnya.Golongan ini terdiri dari asam klavulanat dan sulbaktam.
Penghambat Beta-laktamase memiliki efek antimikrobial langsung minimal tetapi bila dikombinasikan dengan satu jenis antibiotika yang lain,dapat memperluas spektrum dan meningkatkan stabilitas melawan golongan beta-laktamase.
MAKROLID
Antibiotika makrolid memiliki struktur cincin makrosiklik lakton yang berikatan dengan satu atau lebih gula deoksi.
Antibiotik makrolid tergolong bakteriostatik yang menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat 50 S subunit ribosomyang sensitif terhadap mikroorganisme
Walaupun kebanyakan bakteri penyebab infeksi mulut dan wajah sensitif terhadap antibiotika makrolid pada berbagai penelitian menunjukkan terjadi peningkatan terjadinya resistensi bakteri.
Pada sisi lain respon klinik terhadap makrolid umumnya baik dan karena iu obat-obat ini sering digunakan pada infeksi daerah mulut,rahang dan wajah.
Eritromisin merupakan contoh makrolid yang paling baik,sedangkan klaritromisin dan azitromisin juga tersedia untuk digunakan pada pengobatan infeksi bakteri mulut dan wajah.
Efek parah yang tidak dikehendaki akibat pemakaian eritromisin jarang terjadi, tapi dapat ditemukan cholestatic hepatitis yang merupakan efek samping yang paling
sering.Kemungkinan efek samping lain adalah reaksi hipersensitif,dapat timbul berupa demam,eosinofilia dan erupsi kulit.
Karena memiliki sifat farmakokinetik yang unik azitromisin menghasilkan konsentrasi yang lebih tinggi dalam jaringan atau tempat infeksi dibandingkan dengan konsentrasinya dalam serum.
Macrolid memiliki potensi peningkatkan efek berbagai obat seperti :Kortikosteroid, karbamazepin,siklosporin,digoksin dan warfarin.
TETRASIKLIN
Tetrasiklin memiliki aktifitas antimikrobial yang luas melawan bakteri aeronb dan anaerob.Aktifitas golongan tetrasiklin umumnya adalah bakteriostatik dengan cara menghambat sintesis protein bakteri.
Produk-produk tertentu yang mengandung kalsium,aluminium,seng,magnesium,or silikat dan vitamin dengan besi semuanya dapat mempengaruhi absorpsi tetrasiklin dari saluran cerna ketia obat ini dikonsumsi pada saat yang bersamaanan.
KLINDAMISIN
Klindamisin berikatan dengan subunit 50-S ribosom bakteri dan menekan sintesis protein bakteri.
Karena Klindamisin memiliki aktifitas luar biasa melawan streptokokus viridans dan secara nyata terhadap bakteri anaerob,obat ini sangat berguna untuk pencegahan dan pengobatan infeksi daerah mulut,rahang dan wajah.Klindamisin diabsorpsi secara baik setelah pemberian melalui oral dan didistribusi secara luas pada berbagai jaringan termasuk mandibula.
Klindamisin kadang-kadang dicurigai menjadi penyebab timbulnya diare.Angka kejadian diare setelah pemberian klindamisin berkisar a ntara 2-20 %. Kolitis pseudomembran merupakan efek samping yang paling menakutkan.Kolitis ini disebabkan oleh toksin dari mikroorganisme,Klotridium diffikult yang tumbuh meluas di dalam usus besar disebabkan due mikroba yang tumbuh akibat pengobatan oleh antibiotika yang diberikan secara sistemik.Angka kejadian kolitis ini ssetelah klindamisin berkisar antara 0.01-10 %..The Tidak ada laporan yang nyata,anmengenai perbandingan risiko antara klotis akibat klindamisin dan antibiotika Beta-laktam.
AMINOGLIKOSID
Aminoglikosid adalah bersifat bakterisidaal dan merupakan penghambat sintesis protein baktteri.,walaupun kebanyakan penghambat sintesis protein adalah bakteriostatik.
Antibiotik yang termasuk aminoglikosid adalah:
Amikasin,gentamisin,kanamisin,streptomisin and tobramisin.Aminoglikosid memiliki aktifitas antimikroba yang kuat dan terutama digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteria aerob termasuk kedalamnya Pseudomonas aerugenosa..Aminoglikosid relatif bersifat toksik dibandingkan dengan golongan antibiotika lainnya.
Secara klinis efek samping yang nyata adalah nefrotoksik dan ototoksik.
GLIKOPEPTID
Vankomisierupakan contoh obat yang penting dari golongan ini.Spektrumnya yang unik dan juga tingkat toksisitasnya yang tinggi menyebabkan pembatasan panggunaan anntibiotika golongan glikopeptid di klinik Antibiotik glikopeptid diindikasikan pemberiannya untuk pengobatan penyakit infeksi yang parah,yang mengancam jiwa akibat infeksi bakteri Gram positif yang tidak memberikan respon terhadap antibiotka lain yang relatif kurang toksik.
Nefrotoksik merupaka akibat klinik yang paling penting akibat golongan glkoprotein,yang parah.
METRONIDAZOL
Walaupun metronidazol umumnya digunakan sebagai anti protanerob ozoa namun obat ini juga tersedia sebagai obat untuk pengobatan infeksi yang disebabkan bakteria anaerob.metronidazol ternyata efektif untuk pengobatan infeksi yang parah yang disebabkan bakteri anaerob,obat ini juga berguna sebagai obat taaaaaaaaaaambahan yang dikomboinasikan dengan Beta-laktam dan antibiotika golongan makrolid pada infeksi campuran dan infeksi akibat bakteri anaerob atau untuk pengobatan secara empirik infeksi odontogenik.
Obat ini iarang menimbulkan efek samping yang serious.Komplikasi yang paling sering adalah nyeri kepala,mual dan metallic taste.Muntah,diare,dan abdominal-distress sering si terjadi.Beberapa pasien mengkonsumsi metronidazole mengalami gejala disulfiram-like effects seperti abdominal distress,muntah,flushing atau nyeri kepala apabila mereka minum alkohol selama pengobatan.Pasien hendaknya diingatkan agar tidak mengkonsumsi alkohol selama pengobatan dengan metronidazol.Masih terdapat perbedaan pandangan tentang bukti-bukti kemungkkinan metronidazol berefek teratogenik.here is conflicting evidence regarding possible teratogenik.Penggunaan obat ini pada semester pertama kehamilan harus dihindari.
ANALGESIK-ANTIPIRETIK
Pasien yang mengalami infeksi sering menderita nyeri dan panas.Parasetmol and NSAIDS sering digunaka untuk mengontrol gejala-gejala ini.
NON-STEROID ANTI-INFMATORY DRUGS
NSAIDS merupakan senyawa yan memiliki efek anti-inflamasi, analgesik,dan antipiretik Walaupun obat-obat golongan ini heterogen dan tidak memiliki hubungan struktur kimi,walaupun obat-obat ini memiliki efek terapi dan efek samping Although members of these classes of drugs are heterogenous and chemicatherlly unrelated,they nevertheless share certain therapeutic action and side-effects.
MEKANISME KERJA
Kebanyakan obat-obat yang tergoolong NSAIDS bekerja dengan menghambat aktifitas baik siklogenase (COX.-1) and sikllogenase 2 (COX-2).Siklogenase adalah enzim yang bertanggung jawab terhadap biosintesis prostaglandin,yang erat kaitannya dengan proses terjadinya inflamasi dan sekresi beberapa autakoid.Karena itu,penghambatan enzim diduga merupakan faktor terbesar terjadinya mekanisme kerja NSAIDS.
COX-1 adalah zat isoform yang beredar dalam pembuluh dara,lambung,dan ginjal,sedangkan COX-2 diinduksi pada tempat inflamasi oleh sitokin dan mediator inflamasi.Penghambatan COX-2 mengawali efek anti-inflamasi,analgesik,dan antipiretik NSAIDs.Bagaimanapun,penghambatan yang serentak dari COX-1 mengakibatkan timbulnya efek-efek samping yang tidak dikehendaki,terutama terjadinya induksi ulkus gaster,yang diakibatkan oleh penurunan prostaglandin dan pembentukan thromboksan.
KLASIFIKASI
Table 29.8 menunjukkan klasifisi dari NSAIDs dan obat-obat analgesik dan antipiretik berdasarkan sifat kimia.Walaupun setiap obat masing-masing menghambat siklogenase melalui cara yang berbeda,obat-obat ini mem that have similar chemical properties giliki sifat kimia yang sama umumnya memiliki efek terapeutik dan efek samping tertentu
NSAIDs adalah antipiretik,analgesik,dan antiinflamasi,tetapi obat-obat ini memiliki aktifitas penting yang berbedadan tidak merubah persepsi saraf sensoris danselain rasa nyeri Nyeri pascaoperasi nyeri atau nyeri yang timbul karena proses perdangan dapat dikontrol oleh NSAIDs.NSAIDs menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam tetapi tidak berefek terhadap suhu tubuh yang normal.
Salisilat Aspirin
Turunan Para-aminophenol Paracetamol
Turunan Asam asetat Indomethacin
Sulindak
Etodolak
Fenamat
Tolmetin
Ketorolak
Diklofenak
Turunan Asam Enolt Piroksikam
Meloksikam
Nabumeton
Penghambat selektifCOX-2 Celebreks
Valdecoxb
Efek samping yang penting yang ditunjukkan oleh NSAIDs umumnya tergantung dosis.
Iritasi saluran cerna merupakan efek samping yang sering terjadi.Komplikasi dapat berupa stre apigatrik,nnyeri lambung,muntah,dispepsia.ulkus gaster dan perdarahan lambung,Ulkus gaster kadang-kadang menjadi parah dan diikuti anemia akibat kehilangan darah.
Perlu disampaikan bahwa efek samping yang terjadi pada saluran cerna sering tidak menimbulkan nyeri,walaupun dapat mengakibatkan pasien dirujuk ke rumah sakit,pembedahan dan kemungkinan mengalami kematian.Faktor-faktor risiko pemakaian obat ini adalah usia lanjut (lebih dari 65 tahun),previous peptic ulcers or ulcer complications,enggunan obat glukokortikoid atau antikoagulan,atau penggunaa NSAIDs dosis tinggi.
Hematologi.
Penggunan NSAIDs memperpanjang lama perdarahan perdarahan disebabkan hambatan proses agregasi platelet.
Melalui eksplorasi efek ini, aspirin dapat berguna untuk penatalakasanaan trombosis arterial dan pencegahan kasus kardiovaskuler.
Ginjal
NSAIDs dapat menurunkan aliran darah ke ginjal dan dapat menyebabkan gagal ginjal yang mengarah pada terjadinya retensi garam dan cairan yang dapat mengakibatkan hipertensi.Risiko gagal ginjal makin meningkat contohnya apabila NSAIDs digunakan dalam
kombinasi dengan obat-obat nefrotoksik atau pada kondisi medik tertentu seperti penyakit ginjal kronis danpenyakit gagal jantung kongestif.
PENGARUH TERHADAP KEHAMILAN
Sama halnya dengan obat-obat lain,terdapat kemungkinan NSAIDs dapat menimbulkan efek teratogenik.Lebih jauh dinyataakan bahwa NSAIDs dapat menyebabkan penutupan secara premature duktus arteriosus dan gagal ginjal pada janin.
Hati
Bukti epidemiologis menunjukkan bahwa salisila dan beberapa obat golongan NSAIDs lain dihubungkan dengan terjadinya kelainan hati yang parah dan ensepalopati sepert yang tampak pada sindrom Reye.Sindrom ini jarang terjadi tetapi seringkali fatal,terutama pada kasus infeksi virus varicella,herpes zoster,dan berbagai virus lainnya seperti virus influensa.
Penggunaan obat ini pada anak-anak atau dewasa yang menderita penyakit cacar air (chickenpox) atau influensa merupakan kontraindikasi tetapi parasetamol dapat berguna sebagai obat pilihan lainnya.
Toleransi terhadapNSAIDs
Prevalensi toleransi terhadap aspirin berkisar antara 5-6 %.
Gejala intoleransi terhadap NSAIDs dapat terjadi berupa serang lain.an asma,urtikaria,atau angiooedem.Serangan asma sering parah dan mengancam kelangsungan hidup.Walaupun j Pasien-pasienyang atau telah pernah mengalami penyakit asma,atau orang yang sering mengalam stuffed wh or runny noses atau polip hidung,memiliki risiko serangan hiperensitifitas setelah pemakaian NSAIDs
INDIKASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
Indikasi penggunaan antibiotika pada terapi terdapat pada Table 29.11
Penggunaan antibiotika sistemik tidak diperlukan pada infeksi ringan,infeksi kronis oatau abses yang terlokalisir.Pada penatalaksanaan dry socket,infeksi akut yang ringan tidak memerlukan terapi antibiotika.
Akan tetapi pada pasien-pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah penggunaan antibiotika secara sistemik dapat dianjurkan bahkan pada kasus infeksi tidak parah.
INDIKASI DAN NON_INDIKASI TERRAPI ANTIBIOTIK
INDIKASI:
Acute orofacial suppurative infetions
Osteomyeitis
Acute maxillary sinusitis
Acute necrotizing ulcerative ginggivitis
SuspectedactinoycosisAcutebacterial inftion in an immunocompromised patient
Fascial spaceinfetion
Acute peritonsillar abscess
Acute traumatic and surgical wound infections
NON_INDIKASI TERAPI ANTIBIOTIK
PULPITIS
CHRONIC PERIAPICAL ABSCESS OR DISEASE
GINGGIVITIS AND PERIODOTITIS
Minorvestibular abscess
Chronic or mild acute pericornitis
Peri-implantitis
Post operative swelling and pain
Alveolar osteitis(dry socket)
Chronic wound infection
Fungal or iral infection
PRINSIP_PRINSIP PEMILIHAN ANTIBIOTIK
Pemilihan secara empirik satu jenis antibiotik didasarkan pada :
1.Dugaan mikobakterium penyebab
2.Pemilihan spektrum yang spesifik dari antibiotik
3.Gunakan antibiotk tunggal
4.Gunakan antibiotik yang aman
5.Pertimbangkan kondisi pasien
6.Pilih antibiotika yang bersifat bakterisidal
7.Pertimbangkan nilai ongkos terapi
Dose:
Pada umumnya infeksi dapat diatasi dengan dosis standar
“Dosis tinggi”/Dosis maksimal dapat dianjurkan bila:
-Infeksi berat/parah
-Perjalanan penyakit cepat
-Daerah infeksi yang terkena me suplai darah yang minimngalami
-Pasien mengalami penurunan daya tahan
PRINSIP REGIMEN PENGGUNAASN ANTIBIOTIK
Dosis
sis dKebanyakan pasien dapat diatasi dengan dosis standar
“ Dosis tinggi”/ dosis maksimal dapat dianjurkan bila:
-Infeksi berat/parah
-Penyakit berjalan cepat
-Suplai darah ke tempat yang terkena infeksi minim
-Pasien mengalami penurunan daya tahan tubuh
INTERVAL WAKTU PEMBERIAN
Strict adherence to the dosing interval recommended by the manufacturer is critical.
Bagaimanapun pasien-pasien dengan pre-existing renal disease and subsequent decreased antibiotic clearance membutuhkan interval waktu pemberian obat yang relatif lebih lama untuk mencegah kemungkinan peningkatan kadar obat dalam plasma dan berakibat peningkatan kemungkinan terjadi intoksikasi
CARA PEMBERIAN
Antibiotik umumnya diberikan secara oral sebab dengan cara ini mudah,tidak menimbulkan nyeri,dan harga relatif murah
Tingkat jumlah dan kecepatan absorpsi di saluran cerna sangat bervariasi per individu.Sebagai tambahanbahwa variasi dalam tingkatan absorpsi dapat berpengaruh terhadap tingkat efek obat.
Pemberian intravena dapat menghasilkan kadar obat dalam plasma dan kestabilan pada kadar obat dalam plasma serta pada tempat infeksi.
Pemberian obat secara intra vena dianjurkan pada pasien-pasien yang mengalami gangguan kesadaran atau mengalami trismus.
Lama Pemberian
Sekali pengobatan dengan antibiotik dimulai maka obat harus segera diberikan dengan lama pemberian yang adekuat.Pemberian antibiotik minimal dengan waktu tambahan 2-3 hari setelah penyembuhan infeksi dicapai guna
Penyakit-penyakit osteomielitis,sinusitis,and terdugka actinomikosis mungkin membutuhkan pemberian obat lebih lama bahkan setelah tanda dan gejala penyakit lah hilang.
Pertimbangan efek samping
Kemungkinan efek samping
Apabila timbul saIah satu efek samping of a side-effect appears,penggantian jenis antibiotika harus dipertimbangkan.Ruam kulit,gejala Skin rash,gejala-gejala abdomen merupakan efek samping yang terbiasa Hal ini dapat terjadi bahkan pada pasien yang sebelumnya telah memperoleh antibiotika yang sama tanpa menimbulkan efek samping.
Tanda-tanda vital harus selalu dicek.Penatalaksanaa diawali dari ABC (Air,Breathing,Circulation) of resusitasi
Anafilaksis
Angka kejadian anafilaksis rendah,kebanyakan serius dan memerlukan pengobatan profesional yang segera.
Tanda-tanda vital harus selalu dicek.Penatalaksanaa diawali dari ABC (Air,Breathing,Circulation) of resusitasi
PENGONTROLAN NYERI
A NSAIDs is commonly used for pain control.NSAIDs have significant toxicities and risk of side-efffects.Careful prescription is required.Paracetamol has generally less toxicity,and therefore it should be administered.Prescription of a NSAID (recommended drugs may vary between countries). Should be considered for control of more severe pain.Some approiate regiments are presented in Table 29.15.In odontogenic infections,oolusal equilbrium may be effective to reduce pain that n\may increase when bittng or chewing.
REGIMEN ANALGESIK YANG TEPAT
Pilihan pertama
Paracetamol 2 tablet Sampai 4 kali/hari
Untuk nyeknya tidak digunakan obat pilihan pertamaebairit sedang
Aspirin (300 mg/tab) Sampai 4 kali/hari
Ibuprofen 1 tab/500 mg Sampai 3 ka/harili
Untuk nyeri berat
Diclofenac 1 tab/50 mg Sampai 3 kali/hari
Co-codamol 1 tab Sampai 3 kali/hari
ANTIBIOTIK YANG DIGUNAKAN UNTUK INFEKSI ODONTOGENIK
A. Sangat efektif
Peniilin
Klindamisin
Metronidazol(tunggal atau +Beta-laktam)
Sefalosporin
Karbapenem (i.e;imipenem)
Beta-laktam
B.Efektif
C. Kurang efektif
( Sulfonamid,Aminoglikosid)
Regimen pemberian antibiotik pada infeksi rongga fasial
Regimen kasus kurang berat
Penisilin (Pen.V ,Amoks) DmO
Eritromisin DmO
Klindamisin DmO
Metronidazol DmO
Co-amoksiklaf DmO
Penisilin+Metronidazol DmO
Regimen Antibiotik untuk kasus sedang sampai berat
Penisillin (Pen.G,Ampi DmO
Co-amoksiklaf DmO
Ampisilin-sulbaktam DmO
Klindamisin DmO
Impenem DmO
Penisilin+Metronidazol DmO
Penisilin+Klindamisin DmO
Co-amoks/Ampi-Sulb+Klin+Metro DmO
Osteomielitis
Osteomielitis berdasarkan gambaran klinisnya terbagi kedalam 2 jenis yaitu:
1.Osteomielitis supuratif
2.Osteomielitis non-supuratif
Pengobatan penyakit osteomielitis terdiri dari 3 jenis:
1..Pemberian antibiotika
2.Pembedahan
3.Pengobatan/penanganan pernanahan
Pemberian Antibiotik:
Penyakit osteomielitis biasanya terjadi dalam tulang yang tidak memiliki aliran darah yang adekuat atau pada mereka yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah.
Klindamisin dan metronidazol dapat merupakan pilihan utama bagi pasien-pasien yang hypersensitif terhadap penicillin.
Pada kasus ostemielitis akut,pengobatan pemberian obat melalui intra vena sebaiknya diteruskan sampai gejala-gejala klinis benar-benar hilang dan kemudian pemberian antibiotika oral ditambahkan untuk meyakinkan infeksi terhapus secara sempurna.
Pada penyakit osteomielitis kronis,pemberian antibiotika intravena dianjurkan se telah dilakukan pembedahan sampai luka tampak benar-benar sembuh.
Penisilin (Pen.G or Ampi DmIV
Klindamisin DmIV
Imipenem DmIV
Pensilin+Metronidazol atau Klindamisin DmIV
Penisilin (penisilin V or Amoksilin DsO
Sefaaleksin DsO
Eritromisin DsO